STRATEGI PENGEMBANGAN KAWASAN AGROPOLITAN UNTUK MENDUKUNG PENINGKATAN NILAI PRODUKSI KOMODITI UNGGULAN HORTIKULTURA DI KECAMATAN ULUERE KABUPATEN BANTAENG
STRATEGY OF AGROPOLITAN ZONE DEVELOPMENT TO SUPPORT ENHANCEMENT OF PRIMARY HORTICULTURE PRODUCTION VALUE IN SUB DISTRICT OF ULUERE BANTAENG DISTRICT
Hermansyah, Roland. A. Barkey, Hazairin Zubair
Bagian Perencanaan Pengemangan Wilayah, Universitas Hasanuddin.
Alamat Korespondensi : Hermansyah, SP Program Studi Perencanaan Pengembangan Wilayah Universitas Hasanuddin Makassar, 90245 HP : 08124260028 Email :
[email protected]
ABSTRAK Tingkat pendapatan yang rendah mengakibatkan terjadinya kesenjangan penghidupan antara masyarakat pedesaan dengan perkotaan. Penelitian ini bertujuan untuk (1) Menganalisis infrastuktur wilayah berbasis komoditi unggulan hortikultura untuk pengembangan kawasan agropolitan di Kecamatan Uluere Kabupaten Bantaeng dan (2) Merumuskan usulan strategi pengembangan kawasan agropolitan di Kecamatan Uluere Kabupaten Bantaeng berbasis komoditi unggulan hortikultura. Penelitian ini dilaksanakan di wilayah Kecamatan Uluere Kabupaten Bantaeng. Metode yang digunakan dalam penelitian adalah survey lapangan dengan mewancarai sejumlah informan dan studi literature. Data yang terkumpul kemudian di analisis dengan menggunakan analisis SWOT (Strengths, Weaknesses, Opportunities dan Threats) untuk menentukan strategi melalui kekuatan, kelemahan, peluang dan ancaman yang ada di kawasan Agropolitan. Hasil penelitian menunjukan bahwa kondisi sumber daya alam (iklim, tanah) mendukung pegembangan kawasan agropolitan,. Beberapa infrastruktur pendukung pada kawasan agropolitan yang berpengaruh besar pada keberadaan komoditi unggulan hortikultura adalah pasar, lembaga keuangan, Balai Penyuluhan Pertanian, sarana produksi dan pengolahan hasil, kelembagaan petani, jaringan jalan dan irigasi. Namun kenyataan di lapangan menunjukkan bahwa infrastruktur kurang tersedia bagi pengembangan kawasan agropolitan, olehnya itu diperlukan strategi pengembangan kawasan agropolitan untuk mendukung peningkatan nilai komoditi unggulan hortikultura dengan menggunakan analisis matriks SWOT. Hasil dari analisis strategi tersebut menunjukkan bahwa kawasan agropolitan dapat mendukung penigkatan nilai produksi komoditi unggulan hortikultura. Kata Kunci : infratruktur, komoditi unggulan hortikultura, kawasan agropolitan.
ABSTRACT Low level of income led to livelihoods gap between rural communities and urban communities. The aim of this study was to find out exceptional horticulture commodities - based regional infrastructures in order to support development of agropolitan zone, and to formulate strategies of recommendation for development of exceptional horticulture commodities - based agropolitan zone in Bantaeng District. The study was carried out in sub district of Uluere Bantaeng district employing field survey method by interviewing some informants couple with literature examination. Data collected were then examined employing SWOT analysis to determine strategies based on strengths, weaknesses, opportunities and threats existing in the agropolitan zone. Study found that condition of natural resources (climate, soil) supported the development of agropolitan zone. Some supporting infrastructures highly influencing the existence of exceptional horticulture commodities were market, financing institutions, sub district office of agricultural extension, production facilities and product processing, farmer institutions, road networks, and irrigation. However, the infrastructures were found inadequate to support the development of agropolitan zone, therefore, strategies for development of agroploitan zone to support the improvement of exceptional horticulture commodities value were needed. Employing SWOT analysis matrix, study furthermore found that agroplotan zone was able to support the iimprovement of exceptional horticulture commodities value.
Keywords: infrastructures, exceptional horticulture commodities, agropolitan zone.
PENDAHULUAN Pengembangan wilayah pada kawasan perdesaan harus dipandang sebagai bagian yang tak terpisahkan dengan kawasan perkotaan. Pemahaman yang menyeluruh dan tidak dikotomis ini menjadi penting dan mendasar dalam penyusunan peraturan atau aturan main yang berkaitan dengan perdesaan maupun perkotaan, agar terjadi sinergi dan keseimbangan perlakuan wilayah, khususnya oleh pelaku pembangunan ( Rahardjo A., 2007). Kesenjangan antara kawasan perkotaan dan perdesaan serta kemiskinan di perdesaan telah mendorong upaya-upaya pembangungan di kawasan perdesaan. Meskipun demikian, pendekatan pengembangan kawasan perdesaan seringkali dipisahkan dari kawasan perkotaan. Hal ini telah mengakibatkan terjadinya proses urban bias yaitu pengembangan kawasan perdesaan yang pada awalnya ditujukan untuk meningkatkan kawasan kesejahteraan masyarakat perdesaan malah berakibat sebaliknya yaitu tersedotnya potensi perdesaan ke perkotaan baik dari sisi sumber daya manusia, alam, bahkan modal (M. Douglas, 1989). Kesenjangan penghidupan antara masyarakat yang bermukim di pedesaan dengan masyarakat yang bermukim di perkotaan salah satu penyebabnya adalah dari sisi tingkat pendapatan yang begitu signifikan perbedaanya. Pengelolaan hasil-hasil pertanian atau tata niaganya cukup merugikan petani. Faktor pemasaran dan sarana prasana transportasi merupakan kendala utama (S. Pranoto, 2005). Konsep “Agropolitan” merupakan konsep yang dikembangkan sebagai siasat dalam pengembangan pedesaan. Konsep ini pada dasarnya memberikan pelayanan perkotaan di kawasan pedesaan atau dikenal dengan istilah “kota di ladang”. Pusat pelayanan diberikan baik dalam bentuk pelayanan teknik budidaya pertanian, kredit modal kerja dan informasi pasar sehingga dapat menekan biaya produksi dan biaya pemasaran. Pemerintah Kabupaten Bantaeng dalam pembangunan daerahnya, telah menetapkan Visi RPJMD Periode 2008-2013, yaitu “Wilayah Terkemuka Berbasis Desa Mandiri “. Visi ini sekaligus menunjukkan strategi dasar pembangunan yang dianut, yaitu mengedepankan upaya-upaya pembangunan untuk mendorong tumbuhkembangnya desa-desa di Bantaeng menjadi Desa Mandiri, sebagai perwujudan dari upaya untuk pemenuhan hak dasar masyarakat yang merupakan strategis dasar pembangunan daerah pemerintah Provinsi Sulawesi Selatan (Pemerintah Daerah Kabupaten Bantaeng, 2012).
Konsep ini berupaya dalam pembentukan masyarakat pedesaan yang mandiri dengan kemampuan mencukupi kehidupannya sehari-hari. Menurut Rahardjo A. (2008), fasilitas pelayanan difokuskan dalam memberikan kemudahan produksi dan pemasaran antara lain berupa input sarana produksi (pupuk, bibit, obat-obatan, dan peralatan), sarana penunjang produksi (lembaga perbankan, koperasi, listrik) dan sarana pemasaran (pasar, terminal angkutan, dan sarana transportasi). Kecamatan Uluere merupakan salah satu kecamatan yang terletak dibagian timur
Kabupaten Bantaeng. Letak geografis Kecamatan Uluere yang strategis
memilki alam tiga dimensi yakni bukit, pegunungan dan lembah dataran dengan dua musim. Iklim di daerah ini tergolong iklim tropis basah, dengan adanya kedua musim tersebut sangat menguntungkan bagi sektor pertanian (Badan Pusat Statistik Kab. Bantaeng Provinsi Sulawesi Selatan, 2011). Salah satu komoditi unggulan hortikultura spesifik yang sekarang ini dikembangkan oleh pemerintah Kabupaten Bantaeng adalah strawberry dan apel. Komoditi ini secara teknis layak dikembangkan, dari sisi ekonomi menguntungkan dan secara sosial dapat diterima oleh masyarakat setempat (Dinas Pertanian dan Peternakan Kabupaten Bantaeng, 2011). Namun pada kenyataannya di lapangan nilai komoditas baik dalam bentuk harga maupun produktifitas masih rendah. Hal ini disebabkan oleh tata niaga komoditas ini masih bersifat tradisional, kurangnya sentuhan infrastruktur teknologi baik on farm maupun off farm menyebabkan posisi tawar petani menjadi lemah. Pengembangan kawasan agropolitan di Kabupaten Bantaeng berbasis komoditi unggulan hortikultura di Kecamatan Uluere akan berdampak pada sektor agribisnis yang diharapkan dapat berkembang dalam kesatuan yang integratif dari hulu sampai hilir dengan didukung oleh peran serta pihak swasta, pemerintah dan masyarakat sehingga secara khusus dapat memberikan keuntungan bagi para petani dalam peningkatan taraf hidupnya dan mendukung pengembangan perekonomian Kabupaten Bantaeng secara luas (Divisi Tata Ruang dan Pengembangan Wilayah Lembaga Penelitian Universitas Hasanuddin, 2002). Penelitian ini bertujuan
untuk
Menganalisis infrastuktur wilayah berbasis komoditi unggulan hortikultura untuk pengembangan kawasan agropolitan di Kecamatan Uluere Kabupaten Bantaeng dan merumuskan usulan strategi pengembangan kawasan agropolitan di Kecamatan Uluere Kabupaten Bantaeng berbasis komoditi unggulan hortikultura.
LOKASI DAN METODE
Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian ini merupakan penelitian kualitatif
untuk mengkaji dan
menganalisis secara umum pengembangan kawasan agropolitan di Kabupaten Bantaeng. Penelitian dilakukan pada bulan Mei 2012 sampai dengan Juli 2012. Metode Penelitian Tahapan penelitian meliputi pengumpulan data, pengamatan langsung dilapangan, pengolahan data dengan menggunakan analisis SWOT. Analisis SWOT (Strenght, Weaknesess, Oportunity, Threats. Analisis SWOT merupakan
model
analisis untuk membandingkan faktor eksternal berupa peluang dan ancaman dengan faktor internal berupa kekuatan dan kelemahan (F. Rangkuti, 2008). Penentuan strategi pengembangan kawasan agropolitan untuk mendukung peningkatan nilai produksi komoditi unggulan hortikultura di Kecamatan Uluere Kabupaten Bantaeng.
HASIL PENELITIAN Berdasarkan observasi dan wawancara mendalam yang dilakukan di lapangan selama penelitian ,menunjukkan bahwa infrastruktur yang berpengaruh pada pengembangan kawasan agropolitan untuk mendukung peningkatan nilai produksi komoditi unggulan hortikultura adalah pasar, lembaga keuangan, Balai Penyuluh Pertanian (BPP), Kelembagaan petani, Jaringan jalan dan jaringan irigasi. Penelitian ini membandingkan faktor eksternal berupa peluang dan ancaman dengan faktor internal berupa kekuatan dan kelemahan. Penentuan strategi pengembangan kawasan agropolitan untuk mendukung peningkatan nilai produksi komoditi unggulan hortikultura di Kecamatan Uluere Kabupaten Bantaeng dengan analisis SWOT dengan tahap-tahapan sebagai berikut: Tahap pengumpulan dan klasifikasi data. Pada tahap ini data-data yang dikumpulkan dari responden, selanjutnya diklasifikasi menjadi dua bagian yaitu faktor internal dan faktor eksternal, Hasil pengklasifikasian faktor internal dan eksternal, selanjutnya diklasifikasi berdasar faktor internal berupa kekuatan dan kelemahan, dan faktor eksternal berupa peluang dan ancaman. Hasil pengklasifikasian data internal dan eksternal dapat dilihat pada Tabel 1. Tahap analisis. Hasil klasifikasi faktor kekuatan, kelemahan, peluang, dan ancaman dipilih untuk mendapatkan masing-masing lima faktor kekuatan dan
kelemahan (faktor internal), dan lima faktor peluang dan ancaman yang di asumsi paling berpengaruh atau kuat. Faktor kekuatan, kelemahan, peluang, dan ancaman dapat dilihat pada Tabel 2. Kelima faktor tersebut, selanjutnya diberi bobot dengan nilai komulatifnya mulai 0,00 (tidak penting) sampai dengan nilai 1,00 (paling penting). Faktor-faktor yang diberi bobot memberikan input, output maupun impact terhadap pengembangan strategi pengembangan kawasan agropolitan mendukung peningkatan nilai produksi komoditi unggulan hortikultura di Kecamatan Uluere Kabupaten Bantaeng. Selanjutnya faktor-faktor yang teridentifikasi diberi skala rating dengan metode likers dengan nilai interval 1,2,3 dan 4. Hasil pemberian bobot dan skala rating faktor-faktor internal dapat dilihat pada Tabel 3, bahwa nilai komulatif rata-rata untuk factor kekuatan sebesar 0,27 lebih besar daripada nilai komulatif kelemahan sebesar
0,21.
Keadaan
ini
menunjukkan
bahwa
faktor
kekuatan
untuk
mengembangkan kawasan agropolitan di Kecamatan Uluere lebih besar darapada faktor kelemahan. Kelemahan utama tedapat pada rendahnya kualitas sumber daya manusia di Kecamatan Uluere. Faktor eksternal pada Tabel 4 , menunjukkan bahwa nilai komulatif rata-rata untuk faktor peluang sebesar 0,23 lebih besar daripada nilai komulatif rata-rata faktor ancaman sebesar 0,22 keadaan ini mengidentifikasikan bahwa faktor peluang untuk pengembangan kawasan agropolitan untuk mendukung peningkatan nilai produksi komoditi unggulan hortikultura di Kecamatan Uluere Kabupaten Bantaeng dari pada faktor ancaman yang akan menghambatnya. Ancaman utama dalam pengembangan kawasan agropolitan untuk mendukung peningkatan nilai produksi komoditi unggulan hortikultura di Kecamatan Uluere Kabupaten Bantaeng, yaitu kerusakan hutan lindung serta konflik perebutan lahan. Berdasarkan hal itu maka perlu dilakukan pemberdayaan masyarakat di sekitar hutan lindung dan penegakan aturan secara konsisten. Tahap penetapan strategi. Setelah melakukan analisis dengan pemberian nilai bobot dan skala rating, selanjutnya dilakukan penetapan strategi dengan penggabungan faktor internal dan eksternal. Alternatif strategi pengembangan kawasan agropolitan untuk mendukung peningkatan nilai produksi komoditi unggulan hortikultura di Kecamatan Uluere Kabupaten Bantaeng dapat dilihat matriks anlaisis SWOT pada Tabel 5.
PEMBAHASAN Penelitian ini menunjukkan bahwa infrastruktur pada kawasan agropolitan yang berpengaruh besar pada
keberadaan komoditi unggulan hortikultura di
Kecamatan Uluere Kabupaten Bantaeng adalah pasar, lembaga keuangan, Balai Penyuluh Pertanian (BPP), kelembagaan petani, jaringan jalan dan jaringan irigasi. Pasar yang dibutuhkan yaitu pasar sebagai tempat transaksi fisik bagi input faktor produksi seperti pupuk, obat-obatan dan mesin-mesin pertanian, pasar bagi produksi petani dan pasar bagi produk hasil olahan, serta pasar jasa pelayanan bagi masyarakat sekitar wilayah pengembangan agropolitan. Lembaga keuangan merupakan lembaga intermediasi modal. Pada proses awal pengembangan kawasan agropolitan, lembaga keuangan yang dibutuhkan adalah lembaga keuangan yang menyediakan dana dengan tingkat suku bunga rendah atau tingkat suku bunga yang tersubsidi. Keberadaan lembaga keuangan ini akan menciptakan dampak lanjutan berupa tempat menyimpan dana yang tersedia di masyarakat. Faktor lain yang berpengaruh Balai Penyuluhan Pertanian (BPP) termasuk di dalamnya lembaga riset. Pengembangan pertanian terutama dalam upaya transfer teknologi atau aplikasi teknologi maka lembaga penyuluh pertanian seperti Balai Penyuluhan Pertanian (BPP) yang berfungsi sebagai lembaga konsultasi masalah pertanian dapat menjadi sumber informasi bagi para petani, tempat percontohan usaha agribisnis dan pusat pemberdayaan masyarakat dalam pengembangan usaha agribisnis yang lebih efisien dan menguntungkan. Balai Penyuluhan Pertanian (BPP) di Kecamatan Uluere bernama Balai Penyuluhan Pertanian (BPP) Loka yang dinakhodai oleh Ridwan, SP. Sarana produksi dan pengolahan hasil; Sarana produksi pertanian merupakan salah satu input yang mempunyai pengaruh besar pada peningkatan produksi dan produktifitas komoditas hortikultura. Kelembagaan petani baik sifatnya formal maupun non-formal; Lembaga ini akan sangat berperan ketika hubungan antara petani dan industri pengolahan diformalkan dalam bentuk kemitraan. Jaringan jalan untuk menghubungkan pusat produksi dan pusat pasar atau pengolahan dibutuhkan jalan yang memadai. Manfaat jalan bukan hanya untuk mempermudah arus barang dan jasa dari satu daerah ke daerah lain juga bermanfaat bagi proses pergerakan penduduk dari satu tempat ke tempat lain. Secara umum jaringan jalan di Kecamatan Uluere beraspal bahkan pelebaran jalan khususnya di Kecamatan Kota telah diperlebar oleh Pemerintah Daerah. Aksesibilitas produksi hortikultura bukan
lagi menjadi kendala petani maupun pedagang. Jaringan irigasi merupakan faktor yang langsung pada tanaman hortikultura terlebih pada musim kemarau. Bagi daerah yang jauh ke pusat suplai air keberadaan irigasi sangat diperlukan. Jaringan irigasi yang dibangun disesuaikan dengan
luas kawasan agropolitan
yang akan
dikembangkan dan pasokan air per satuan waktunya. Berdasarkan hasil penilaian pada setiap faktor internal dan eksternal serta pada pemberian bobot dan rating maka strategi pengembangan kawasan agropolitan untuk mendukung peningkatan nilai produksi komoditi unggulan hortikultura di Kecamatan Uluere Kabupaten Bantaeng, maka dapat dilakukan alternative strategi sebagai berikut: Strategi Kombinasi antara kekuatan dan peluang (SO). Strategi ini adalah menggunakan seluruh kekuatan untuk memanfaatkan peluang. Adapun strategi yang dapat dimanfaatkan adalah: Peningkatan dan perluasan areal tanam komoditi hortikultura spesifik dan mempermudah mendapatkan bibit unggul dan agroinput pertanian. Pengembangan akses informasi, teknologi, pembiayaan dan pemasaran baik dalam dan luar negeri. Menciptakan iklim investasi yang kondusif di Kecamatan Uluere tanpa merusak lingkungan dan pengaturan intensitas pemanfaatan ruang. Strategi Kombinasi antara Kekuatan dan Ancaman (ST) Strategi ini menggunakan seluruh kekuatan yang dimilki dengan cara menghindari ancaman yaitu: Perbaikan kualitas lingkungan. Melakukan program
reboisasi dan zonasi
daerah yang telah rusak. Intensifikasi pertanian. Melestrikan budaya lokal yang menjadi ciri khas wista budaya. Strategi Kombinasi antara Peluang dan Kelemahan (WO) Strategi ini diterapkan berdarkan pemanfaatan peluang yang ada dengan mengatasi kelemahan yang dimiliki yaitu; Pemberdayaan masyarakat melalui pendidikan dan pelatihan serta
pemberian bantuan modal usaha. Membangun fasilitas umum dan sosial
berdasarkan konsep kawasan agropolitan seperti pasar, lembaga keuangan, sarana agroinput, pasca panen , pendidikan dan kesehatan. Penataan kembali kepemilikan lahan oleh BPN bekerjasama dengan pemerintah setempat.
Membuat denfarm area
dengan pola tumpang sari sebagai salah satu cara introduksi teknologi ke petani. Strategi Kombinasi antara Kelemahan dan Ancaman (WT) Strategi ini digunakan untuk meminimalkan kelemahan yang ada serta menghindari ancaman yaitu: Penegakan hukum dan kebijakan pemerintah dengan konsisten, baik secara individu maupun kelembagaan. Pengembangan Agroforestry di sekitar wilayah hutan lindung. Menurut Salusu (1996) pemberian nilai rating pada faktor kekuatan yang
paling besar diberi nilai rating empat, jika nilai kekuatannya kecil di beri nilai rating satu, sedangkan nilai rating pada faktor kelemahan adalah sebaliknya. Jika nilai kelemahannya besar diberi rating nilai satu, tetapi jika kelemahannya kecil diberi nilai rating empat begitupula pada faktor eksternal pemberian nilai skala rating faktor eksternal, peluang yang paling besar diberi nilai empat, peluang yang kecil diberi nilai rating satu. Selanjutnya faktor ancaman yang besar diberi nilai satu, tetapi bila ancamannya kecil diberi nilai empat. Sesuai dengan hasil analisis SWOT maka dapat dirumuskan proritas utama strategi pengembangan kawasan agropolitan untuk mendukung peningkatan nilai produksi komoditi unggulan hortikultura di Kecamatan Uluere Kabupaten Bantaeng adalah sebagai berikut: Pemberdayaan masyarakat melalui pendidikan dan pelatihan serta
pemberian bantuan modal usaha. Membangun fasilitas umum dan sosial
berdasarkan konsep kawasan agropolitan seperti pasar, lembaga keuangan, sarana agroinput, pasca panen , pendidikan dan kesehatan. Peningkatan dan perluasan areal tanam komoditi hortikultura spesifik dan mempermudah mendapatkan bibit unggul dan agroinput pertanian. Pengembangan akses informasi, teknologi, pembiayaan dan pemasaran baik dalam dan luar negeri.
KESIMPULAN DAN SARAN Infrastruktur pasar, bank, sekolah, gudang, dan cold storage kurang tersedia dan tidak efektif penempatannya bagi pengembangan kawasan agropolitan untuk mendukung peningkatan nilai produksi komoditi unggulan hortikultura di Kecamatan Uluere Kabupaten Bantaeng. Berdasarkan pada hasil analisis matriks SWOT maka strategi prioritas dalam rangka pengembangan kawasan agropolitan untuk mendukung peningkatan nilai komoditi unggulan hortikultura adalah peningkatan produktifitas dan perluasan areal komoditi hortikultura, menambah dan menata kembali efektifitas gudang dan merelokasi cold sorage, peningkatan kapasitas kelompok tani dan koperasi, mengembangkan pasar Loka, meyediakan dana pinjaman lunak bagi petani hotikultura, serta menjadikan desa Bonto Lojong sebagai kawasan agrowisata hortikultura. Kurang tersedianya infrastruktur pendukung yang menyebabkan nilai produksi komoditi, posisi tawar petani menjadi rendah, namun disisi lain masyarakat adalah salah satu kunci berhasilnya sebuah
pembangunan termasuk didalamnya
pengembangan kawasan agropolitan olehnya itu diperlukan penelitian selanjutnya yang dapat mengkaji fungsi dan peran atau sejauh mana partisipasi masyarakat dalam
rangka pengembangan kawasan agropolitan. Dampak pengembangan kawasan agropolitan jika tidak dikelola dengan baik akan merusak lingkungan. Pola integrasi pengembangan hortikultura dan peternakan sapi dapat dilakukan oleh masyarakat didukung oleh pemerintah dalam upaya menjaga kelestarian alam dan lingkungan.
DAFTAR PUSTAKA Adisasmita Rahardjo. (2008). Pembangunan Perdesaan Komprehensip Makassar Adisasmita Rahardjo. (2007). Pembangunan Kawasan dan Tata Ruang, Makassar Badan Pusat Statistik Kabupaten Bantaeng Provinsi Sulawesi Selatan. (2011). Kabupaten Bantaeng Dalam Angka, Bantaeng Badan Pusat Statistik Kabupaten Bantaeng Provinsi Sulawesi Selatan. (2011). Kecamatan Uluere Dalam Angka, Bantaeng Dinas Pertanian dan Peternakan Kabupaten Bantaeng. (2011). Profil Pengembangan Hortikultura Kabupaten Bantaeng. Bantaeng Divisi Tata Ruang dan Pengembangan Wilayah Lembaga Penelitian Universitas Hasanuddin, 2002. Karakteristik Lahan dan Zonasi Pengembangan Komoditi Kabupaten Bantaeng. Makassar. Douglas, M., (1989). A Regional Network Strategi for Reciprocal Rural Urban Linkage; An Agenda for Policy Research with Reference to Indonesia. Third Word Planning Review, Vol 20 No.1 1998. Pemerintah Daerah Kabupaten Bantaeng, 2012. Peraturan Daerah Kabupaten Bantaeng Nomor 2 Tahun 2012 tentang Rencana Tata Ruang Wilayah (RTRW) Kabupaten Bantaeng. Bantaeng. Pranoto, S, (2005). Pembangunan Perdesaan Berkelanjutan Melalui Model Pengembangan Agropolitan, Bogor. Salusu, J. 1996. Pengambilan Keputusan Stratejik Untuk Organisasi Publik dan Organisasi Non Profit. PT. Gramedia Widiasarana Indonesia. Jakarta
Tabel 1. Hasil Pengklasifikasian Data Internal Dan Data Eksternal Faktor Internal Faktor Eksternal Kondisi sumber daya alam (tanah Mempunyai daya tarik sektor pariwisata dan iklim) yang mendukung. yang tinggi Tersedianya industri pengolahan Terbangunnya pelabuhan laut yang skala rumah tangga merupakan akses pemasaran komoditi hortikultura ke luar daerah. Memilki komoditas unggulan hortikultura spesifik yaitu apel dan Infrastruktur jalan yang baik akan strowberry. mempermudah akses transportasi. Kuatnya komitmen pemerintah Meningkatnya investor yang ingin dalam pengembangan kawasan menamkan modal atau berinvestasi di agropolitan Kabupaten Bantaeng Tersusunnya rencana tata ruang Berbatasan dengan Kabupaten Gowa dan wilayah sebagai pengembangan Jeneponto. kawasan agropolitan. Adanya wilayah lain yang tumbuh cepat yang dapat menjadi kompetitor Terjangkau oleh sistem transportasi darat pengembangan kawasan agropolitan . Kualitas sumber daya manusia yang Status kepemilikan lahan tidak jelas rendah Masuknya budaya luar yang akan mempengaruhi bahkan dapat Fasilitas sosial dan umum yang masih minim seperti pasar, lembaga menghilangkan budaya lokal masyarakat keuangan dan sekolah. setempat. Belum adanya sistem pascapanen Kerusakan hutan lindung yang yang memadai yang meliputi mengakibatkan erosi pada daerah hulu. packing dan pergudangan termasuk Perubahan pola penggunaan lahan hasil pertanian yang rawan rusak dalam tolerasi waktu dan tempat Sistem pemasaran yang masih tradisional. Produktifitas komoditi hortikultura masih rendah.
Tabel 2. Faktor Kekuatan, Kelemahan, Peluang, Dan Ancaman Faktor Internal Faktor Eksternal A Kekuatan (Strenghts) C Peluang (Opportunities) 1. Kondisi sumber daya alam (tanah 1. Mempunyai daya tarik sektor dan iklim) yang mendukung. pariwisata yang tinggi 2. Tersedianya industri pengolahan 2. Terbangunnya pelabuhan laut yang skala rumah tangga merupakan akses pemasaran komoditi 3. Memilki komoditas unggulan hortikultura ke luar daerah. hortikultura spesifik yaitu apel dan 3. Infrastruktur jalan yang baik akan strowberry. mempermudah akses transportasi. 4. Kuatnya komitmen pemerintah 4. Meningkatnya investor yang ingin dalam pengembangan kawasan menamkan modal atau berinvestasi di agropolitan Kabupaten Bantaeng 5. Tersusunnya rencana tata ruang 5. Berbatasan dengan Kabupaten Gowa wilayah sebagai pengembangan dan Jeneponto. kawasan agropolitan.
B 1.
Kelemahan (Weaknesses) D Kualitas sumber daya manusia yang 1. rendah
2.
Fasilitas sosial dan umum yang masih minim seperti pasar, lembaga keuangan dan sekolah. 3. Belum adanya sistem pascapanen yang memadai yang meliputi packing dan pergudangan termasuk hasil pertanian yang rawan rusak dalam tolerasi waktu dan tempat 4. Sistem pemasaran yang masih tradisional. 5. Produktifitas komoditi hortikultura masih rendah
2. 3.
4.
5.
Ancaman (Threats) Adanya wilayah lain yang tumbuh cepat yang dapat menjadi kompetitor pengembangan kawasan agropolitan . Status kepemilikan lahan tidak jelas. Masuknya budaya luar yang akan mempengaruhi bahkan dapat menghilangkan budaya lokal masyarakat setempat. Kerusakan hutan lindung yang mengakibatkan erosi pada daerah hulu. Perubahan pola penggunaan lahan
Tabel 3. Hasil Pemberian Bobot Dan Skala Rating Faktor Internal FAKTOR – FAKTOR INTERNAL A KEKUATAN 1. 2. 3.
4. 5.
BOBOT RATING (R) (B) Kondisi sumber daya alam (tanah 0,12 4 dan iklim) yang mendukung. Tersedianya industri pengolahan 0,09 2 skala rumah tangga Memilki komoditas unggulan 0,11 3 hortikultura spesifik yaitu apel dan strowberry. Kuatnya komitmen pemerintah 0,10 3 dalam pengembangan kawasan agropolitan 0,07 1 Tersusunnya rencana tata ruang wilayah sebagai pengembangan kawasan agropolitan. 0,49
B KELEMAHAN 1. Kualitas sumber daya manusia yang rendah 2. Fasilitas sosial dan umum yang masih minim seperti pasar, lembaga keuangan dan sekolah. 3. Belum adanya sistem pascapanen yang memadai yang meliputi packing dan pergudangan termasuk hasil pertanian yang rawan rusak dalam tolerasi waktu dan tempat 4. Sistem pemasaran yang masih tradisional. 5. Produktifitas komoditi hortikultura masih rendah
JUMLAH
B X R 0,48 0,18 0,33
0,30 0,07
1,36
0,09
4
¶ = 0,27 0,36
0,12
1
0,12
0,12
1
0,12
0,10
3
0,30
0,08
2
0,16
0,51
1,06
1,00
¶ = 0,21
Tabel 4. Hasil Pemberian Bobot Dan Skala Rating Faktor Eksternal FAKTOR – FAKTOR EKSTERNAL A PELUANG 1. 2.
3. 4.
5.
Mempunyai daya tarik sektor pariwisata yang tinggi Terbangunnya pelabuhan laut yang merupakan akses pemasaran komoditi hortikultura ke luar daerah. Infrastruktur jalan yang baik akan mempermudah akses transportasi. Meningkatnya investor yang ingin menamkan modal atau berinvestasi di Kabupaten Bantaeng Berbatasan dengan Kabupaten Gowa dan Jeneponto. .
BOBOT RATING (B) (R) 0,12 4
2. 3.
4.
5 .
ANCAMAN Adanya wilayah lain yang tumbuh cepat yang dapat menjadi kompetitor pengembangan kawasan agropolitan Status kepemilikan lahan tidak jelas. Masuknya budaya luar yang akan mempengaruhi bahkan dapat menghilangkan budaya lokal masyarakat setempat. Kerusakan hutan lindung yang mengakibatkan erosi pada daerah hulu. Perubahan pola penggunaan lahan
Jumlah
0,48
0,08
2
0,16
0,12
3
0,36
0,08
1
0,08
0,08
1
0,08
0,10
2
1.96 ¶ = 0,23 0,20
0,10 0,12
1 3
0,10 0,36
0,12
1
0,12
0,08
4
0.48 B 1.
B X R
0,32
0,52
1,10
1,00
¶ = 0,22
Tabel 5. Matriks Analisis SWOT Pengembangan kawasan Agropolitan
Faktor internal
Faktor eksternal
Opportunities Mempunyai daya tarik sektor pariwisata yang tinggi Terbangunnya pelabuhan laut yang merupakan akses pemasaran komoditi hortikultura ke luar daerah. Infrastruktur jalan yang baik mempermudah akses transportasi. Meningkatnya investor yang ingin menamkan modal atau berinvestasi di Kabupaten Bantaeng Berbatasan dengan Kabupaten Gowa dan Jeneponto.
Strenghts (S)
Weaknesses (W)
Strenghts (S) Kondisi sumber daya alam (tanah dan iklim) yang mendukung. Tersedianya industri pengolahan skala rumah tangga Memilki komoditas unggulan hortikultura spesifik yaitu apel dan strowberry. Kuatnya komitmen pemerintah dalam pengembangan kawasan agropolitan Tersusunnya rencana tata ruang wilayah sebagai pengembangan kawasan agropolitan. Strategi S Vs O
Weaknesses (W) Kualitas sumber daya manusia yang rendah Fasilitas sosial dan umum yang masih minim seperti pasar, lembaga keuangan dan sekolah. Belum adanya sistem pascapanen yang memadai yang meliputi packing dan pergudangan termasuk hasil pertanian yang rawan rusak dalam tolerasi waktu dan tempat Sistem pemasaran yang masih tradisional. Produktifitas komoditi hortikultura masih rendah Strategi W Vs O
Peningkatan dan Pemberdayaan masyarakat perluasan areal tanam melalui pendidikan dan komoditi hortikultura di pelatihan serta pemberian khususnya di Desa bantuan modal usaha. Bontolojong. Membangun fasilitas Mengembangkan pasar sekolah, bank, dan menata Loka di Desa kembali efektifitas gudang Bontomarannu sebagai serta merelokasi cold pasar komoditi yang storage ke Desa mengarah pada Bontomarannu. pembangunan terminal Penataan kembali agribisnis. . kepemilikan lahan oleh BPN bekerjasama dengan Menjadikan Desa Bontolojong sebagai pemerintah setempat. kawasata agrowisata hortikultura. Mendorong investor untuk berinvestasi wisata di Desa Bontolojong.
Threats Adanya wilayah lain yang tumbuh cepat yang dapat menjadi kompetitor pengembangan kawasan agropolitan . Status kepemilikan lahan tidak jelas. Masuknya budaya luar yang akan mempengaruhi bahkan dapat menghilangkan budaya lokal masyarakat setempat. Kerusakan hutan lindung yang mengakibatkan erosi pada daerah hulu. Perubahan pola penggunaan lahan
Strategi S Vs T
Strategi W Vs T
Menjadikan komoditi Penegakan hukum dan unggulan strowbery dan kebijakan pemerintah apel sebagai komoditi dengan konsisten, baik spesifik melalui promosi secara individu maupun keluar daerah. kelembagaan. Membuat regulasi yang Pengembangan hutan menjaga kelestraian kemasyarakatan. budaya lokal Kecamatan Uluere. Membuat papan informasi penggunaan lahan disetiap Desa dan kawasan hutan lindung berdasarkan RTRW Kabupaten serta melakukan konservasi dan reboisasi bagi kawasan yang telah rusak.