Level of Accuracy of Quickbird Imange for Land Use Mapping at Dudepo Island, Sub-district of Anggrek, District of Gorontalo Utara 1
Sri Sutriani Hapili, Nawir Sune, Daud Yusuf. Study Program of Geography, Department of Earths Sains and Tecnology Faculty of Math and Sciences, Universitas Negeri Gorontalo. EMAIL :
[email protected]
ABSTRACT Sri Sutriani Hapili 2014. Level of Accuracy of Quickbird Imange for Land Use Mapping at Dudepo Island, Sub-district of Anggrek, District of Gorontalo Utara. Skripsi, Study Program of Geographic Education, Deparement of Earths Sains and Tecnology, Facullty of Mathematics and Natural Sciences, Universitas Negegri Gorontalo. The principal supervisor was Dr. Nawir Sune, M.Si and the co-supervisor was Daud Yusuf, S.Kom, M.Si. The research aimed at investigating the level of accuracy of Quickbird image in land use maping at Dudepo Island, Sub-district of Anggrek, District of Gorontalo Utara. Quickbird satelit is one of satelits orbiting the earth in a polar, the satelit launched for remote sensing need of natural resources. To test the level of accuracy of maping the researcger applied method (1982). After conducting field check on samples, it fround that for land use interpretation it reached 94,2%. The value reached the standart of accuracy of Quicbird image, then the Quicbird image is recommended to be used as remote sensing interpretation media. Thus, Quicbird satelit image can be used for land use mapping at Dudepo Island, Supdistrict of Anggrek, District of Gorontalo Utara. Keywords : Land Use, Quicbird Image, Level of Accuracy
1 1
SRI SUTRIANI HAPILI, 451410117, PROGRAM STUDI PENDIDIKAN GEOGRAFI, FAKULTAS MIPA, Dr. NAWIR SUNE, M.Si, DAUD YUSUF, S.Kom, M.Si
Tingkat Ketelitian Citra Quickbird Dalam Pemetaan Penggunaan Lahan Di Pulau Dudepo Kecamatan Anggrek Kabupaten Gorontalo Utara 1
Sri Sutriani Hapili, Nawir Sune, Daud Yusuf. ,Jurusan Ilmu dan Teknologi Kebumian, Program Studi Pendidikan Geografi F.MIPA Universitas Negeri Gorontalo EMAIL :
[email protected]
ABSTRAK Sri Sutriani Hapili 2014. Tingkat Ketelitian Citra Quickbird Untuk Pemetaan Penggunaan Lahan Di Pulau Dudepo Kecamatan Anggrek Kabupaten Gorontalo Utara. Skripsi, Program Studi Pendidikan Geografi, Jurusan Ilmu dan Teknologi Kebumian, Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam (MIPA) Universitas Negeri Gorontalo. Pembimbing I Dr. Nawir Sune, M.Si dan Pembimbing II Daud Yusuf, S.Kom, M.Si. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui tingkat ketelitian Citra Quickbird dalam pemetaan penggunaan lahan di Pulau Dudepo Kecamatan Anggrek Kabupaten Gorontalo Utara. Satelit Quickbird merupakan salah satu satu satelit yang mengorbit bumi secara berpolar, satelit ini diluncurkan untuk keperluan penginderaan jauh sumber daya alam. Untuk menguji tingkat ketelitian pemetaan peneliti menggunakan metode Short (1982), pada sampel yang diambil ternyata setelah dilakukan pengecekan lapangan untuk interpretasi penggunaan lahan mencapai 94,2 % dimana nilai ini mencapai standar ketelitian citra Quickbird, sehingga citra ini sangat baik digunakan sebagai media interpretasi penginderaan jauh. Dengan demikian cita satelit Quickbird ini dapat dimanfaaatkan untuk pemetaan penggunaan lahan di pulau Dudepo Kecamatan Anggrek Kabupaten Gorontalo Utara.
Kata kunci : Penggunaan lahan, Citra Quickbird, Tingkat Ketelitian
1 1
SRI SUTRIANI HAPILI, 451410117, PROGRAM STUDI PENDIDIKAN GEOGRAFI, FAKULTAS MIPA, Dr. NAWIR SUNE,M.Si, DAUD YUSUF, S.Kom, M.Si
Penginderaan jauh atau (remote sensing) adalah ilmu dan seni untuk memperoleh informasi tentang suatu objek, daerah atau fenomena melalui analisis data yang diperoleh dengan sutu alat tanpa kontak langsung dengan objek, daerah, atau fenomena yang dikaji Lillesand dan Kiefer (dalam Syah, 2010). Sedangkan Sutanto (dalam Arifin dkk, 2014) mengatakan penafsiran citra penginderaan jauh berupa pegenalan obyek dan elemen yang tergambar pada citra penginderaan jauh serta penyajiaanya ke dalam bentuk peta tematik. Sistem satelit dalam penginderaan jauh tersusun atas pemindai (scanner) dengan dilengkapi sensor pada wahana (platform) satelit, dan sensor tersebut dilengkapi oleh detektor. Integrasi teknologi penginderaan jauh merupakan salah satu bentuk yang potensial dalam penyusunan arahan fungsi penggunaan lahan. Dasar penggunaan lahan dapat dikembangkan untuk berbagai kepentingan penelitian, perencanaan, dan pengembangan wilayah, adapun tingkat ketelitian citra merupakan ukuran atau nilai kemampuan suatu cita dalam menyajikan atau menampilkan objek yang ada di permukaan bumi. Seiring dengan perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi, citra satelit mulai marak digunakan sebagai komponen data penginderaan jauh. Citra Quickbird merupakan citra beresolusi tinggi yang memiliki resolusi spasial 0,6 m (pankromatik) dan 2,4 m (multispektral). Hal tersebut dapat dilihat dari resolusi spasial (RS) yang melekat pada suatu citra satelit. Resolusi spasial adalah ukuran objek terkecil yang masih dapat disajikan/dibedakan dan dikenali pada citra. Resolusi spasial mencerminkan seberapa rinci suatu sensor yang dipasang pada satelit dapat merekam suatu objek di permukaan bumi secara terpisah. Semakin besar nilai resolusi spasial yang dimiliki oleh suatu citra satelit, maka informasi objek yang ditampilkan akan terlihat semakin rinci. Kerincian informasi atas suatu objek yang divisualisasikan pada citra akan memudahkan operator dalam melakukan proses identifikasi suatu objek secara detail. Dengan kemampuan yang ada pada citra satelit Quickbird dalam merekam kenampakan permukaan bumi, maka citra ini dapat dimanfaatkan untuk interpretasi penggunaan lahan yang ada di Pulau Dudepo Kecamatan Anggrek Kabupaten Gorontalo Utara.
Definisi Penggunaan lahan Penggunaan lahan yang oleh Sandy (dalam Utoyo, 2012), dimaknai sebagai dampak dari segala kegiatan manusia diatas muka bumi yang dipengaruhi oleh keadaan alam (fisik lingkungan) serta kegiatan sosial-ekonomi dan budaya masyarakat suatu wilayah. Barlowe (dalam Utoyo, 2012), mengemukakan, bahwa faktor- faktor yang mempengaruhi pola penggunaan lahan adalah faktor- faktor fisik-biologis, faktor pertimbangan ekonomi, dan faktor institusi (kelembagaan). Menurut Malingreau (dalam Rizki, 2010), dalam penggunaan lahan merupakan campur tangan manusia baik secara permanen atau periodik terhadap lahan dengan tujuan untuk memenuhi kebutuhan, baik kebutuhan kebendaan, spiritual maupun gabungan keduanya. Bahkan menurut Campbell (dalam Rizki, 2010), disamping sebagai faktor penting dalam perencanaan, pada dasarnya perencanaan kota adalah perencanaan penggunaan lahan. Penggunaan lahan mencerminkan sejauh mana usaha atau campur tangan manusia dalam memanfaatkan dan mengelola lingkungannya. Klasifikasi penggunaan lahan Klasifikasi penggunaan lahan merupakan pedoman atau acuan dalam proses interpretasi apabila data pemetaan penggunaan lahan menggunakan citra penginderaan jauh. Tujuan klasifikasi supaya data yang dibuat informasi yang sederhana dan mudah dipahami. Sedangkan para ahli berpendapat penggunaan lahan yaitu segala macam campur tangan manusia, baik secara menetap maupun berpindah-pindah terhadap suatu kelompok sumberdaya alam dan sumberdaya buatan, yang secara keseluruhan disebut lahan, dengan tujuan untuk mencukupi kebutuhan baik material maupun spiritual, ataupun kedua-duanya Malingreau (dalam Rizki, 2010). Pengelompokan objek-objek ke dalam klas-klas berdasarkan persamaan dalam sifatnya, atau kaitan antara objek-objek tersebut disebut dengan klasifikasi. Menurut Malingreau (dalam Rizki, 2010), klasifikasi adalah penetapan objekobjek kenampakan atau unit-unit menjadi kumpulan-kumpulan di dalam suatu sistem pengelompokan yang dibedakan berdasarkan sifat-sifat yang khusus berdasarkan kandungan isinya. Klasifikasi penggunaan lahan merupakan pedoman
atau acuan dalam proses interpretasi apabila data pemetaan penggunaan lahan menggunakan citra penginderaan jauh. Tujuan klasifikasi supaya data yang dibuat informasi yang sederhana dan mudah dipahami. Adapun untuk objek-objek penggunaan lahan adalah sebagai berikut : 1. Pemukiman adalah bagian permukaan bumi yang dihuni manusia meliputi segala sarana dan prasarana yang menunjang kehidupannya yang menjadi satu kesatuan dengan tempat tinggal yang bersangkutan. Pemukiman juga merupakan areal atau lahan yang digunakan sebagai lingkungan tempat tinggal atau lingkungan hunian dan tempat kegiatan yang mendukung kehidupan. 2. Mangrove merupakan Mangrove adalah nama sejenis tanaman perdu yang tumbuh di daerah yang basah. Seperti ditepi pantai, teluk yang dangkal, esturia, delta dan daerah rawa-rawa. Mangrove merupakan komunitas vegetasi/tumbuhan pantai tropis yang mampu menyesuaikan diri dan tumbuhan di daerah berlumpur atau daerah tergenang pasang-surut. Pohon mangrove hidup dalam suatu komunitas pada suatu kawasan sehingga sering orang menyebut hutan Mangrove atau hutam bakau. 3. Semak belukar merupakan kawasan lahan kering yang
telah ditumbuhi
berbagai vegetasi alami heterogen dan homogen yang tingkat kerapatannya jarang hingga rapat. Kawasan tersebut di dominasi vegetasi rendah (alami). 4. Kebun Campuran merupakan lahan yang di tanami tanaman keras lebih dari satu jenis atau tidak seragam yang menghasilkan bunga, buah, dan getah dan cara pengambilah hasilnya bukan dengan cara menebang pohon. 5. Lahan Terbuka merupakan lahan tanpa tutupan lahan yang bersifat baik alamiah, semi alamiah maupun artifisial. Karakteristik Satelit Quickbird Citra merupakan masukan data atau hasil observasi dalam proses penginderaan jauh. Citra dapat diartikan sebagai gambaran yang tampak dari suatu obyek yang sedang diamati, sebagai hasil liputan atau rekaman suatu alat pemantau/sensor,
baik
optik,
elektrooptik,
optik-mekanik
maupun
elektromekanik. Citra memerlukan proses interpretasi atau penafsiran terlebih dahulu
dalam
pemanfaatannya.
Citra
satelit
merupakan
hasil
dari
pemotretan/perekaman alat sensor yang dipasang pada wahana satelit ruang angkasa dengan ketinggian lebih dari 400 km dari permukaan bumi. Satelit Quickbird merupakan salah satu satelit tercanggih, terbaru dan terbaik karena resolusi spasialnya yang sangat tinggi, dan datanya sudah bisa didapatkan di pasaran secara komersial. Satelit ini mempunyai berat 2100 pounds dan panjang 3,04 m. Satelit
Quickbird memiliki dua macam sensor yaitu sensor panchromatic (hitam dan putih) dengan resolusi spasial 0,6 m (2-foot) dan sensor multispectral (berwarna) dengan resolusi spasial 2,44 m (8-foot). Tingginya resolusi spasial pada citra ini memberikan keuntungan untuk berbagai aplikasi, terutama yang membutuhkan ketelitian yang tinggi pada skala area yang kecil. Karakteristik lebih lanjut dari Satelit Quickbird akan di berikan pada Tabel Berikut. Tabel 2 Karakteristik Satelit Quickbird
Kanal (Band)
Panjang Gelombang (μm)
1
0,45 – 0,52 (biru)
2
0,52 – 0,60 (hijau)
3
0,63 – 0,69 (merah)
4
0,76 – 0,89 (IR dekat)
0,45 – 0,90 (PAN) PAN Sumber : Suseno Wangsit Wijaya.2005 Uji Ketelitian Interpretasi Citra Penginderaan Jauh Beberapa peneliti di indonesia sudah banyak melakukan uji ketelitian dalam pembuatan peta sumber daya lahan, maupun analisis penutup/penggunaan lahan. Beberapa teori uji ketelitian telah dikemukakan oleh para peneliti seperti kalensky dan Wilson (1975), Short (1982), Jensen (1983), dan Sutanto (1986). Masingmasing uji ketelitian ada kelebihannya dan keterbatasannya. Namun demikian sebagai besar perangkat lunak untuk peroses dan analisis data penginderaan jauh sebagian besar menggunakan uji ketelitian yang disarankan oleh Short (1982) . Uji ketelitian interpretasi yang disarankan oleh Short (1982) dapat dilakukan dalam empat cara sebagai berikut. 1. Melakukan pengecekan lapangan serta pengukuran beberapa titik (sampel area) yang dipilih dari setiap bentuk penutup/penggunaan lahan.
2. Menilai kecocokan hasil iterpretasi setiap citra dengan pete referensi atau foto udara pada daerah yang sama dan waktu yang sama. 3. Analisis statistik dilakukan pada data dasar dan citra hasil klasifikasi. Analisis dilakukan dari beberapa pixel dengan perhitungan variance statistik setiap saluran-saluran spektral data yang digunakan. Pembagian pixel untuk uji ketelitian diambil yang betul-betul murni penutup lahannya (bukan pixel gabungan atau pixel yang isinya beberapa jenis kenampakan = Mix pixel. 4. Membuat matriks dari perhitungan setiap kesalahan (confusion matrix) pada setiap bentuk penutup/penggunaan lahan dari hasil interpretasi citra penginderaan jauh. Ketelitian pemetaan dibuat dalam beberapa kelas X yang dapat dihitung dengan rumus :
Short, 1982 dalam Grasindo, 2001)
Keterangan : MA = Ketelitian pemetaan (mapping accuracy) Xcr = Jumlah kelas X yang terkoreksi Xo = Jumlah kelas X yang masuk ke kelas lain (omisi) Xco = Jumlah X tambahan dari kelas lain (komisi).
METODE PENELITIAN Dalam melakukan analisis data dengan cara interpretasi visual/digitasi on screen dengan menggunakan software Arc GIS 9.3 dengan melihat unsur-unsur interpretasi yaitu rona dan warna, teksture, pola, ukurana, pada setiap objek penggunaan lahan. Adapun variabel dalam penelitian ini adalah tingkat ketelitian interpretasi pennggunaan lahan. Uji ketelitian interpretasi dimaksudkan agar dapat diketahui seberapa besar ketelitian interpreter dalam menginterpretasi obyek pada citra yang kemudian di cocokan dengan kondisi sebenarnya dilapangan.
HASIL PENELITIAN Gambaran Pulau Dudepo Pulau Dudepo teletak di pantai bagian utara dengan titik koordinat 98400 100800 LU,dan 47300 - 480000 BT, pulau ini memiliki luas kurang lebih 15 km2, Pulau ini terletak di Kabupaten Gorontalo Utara Kecamatan Anggrek, pulau ini memiliki topografi perbukitan, dan ada beberapa dataran rendah yang di jadikan permukiman di pulau tersebut, mayoritas masyarakat di pulau ini adalah petani dan nelayan. Untuk pertanian di pulau Dudepo kebanyakan masyarakat setempat menanam jagung, cabe, padi, kelapa, sedangkan untuk nelayan mereka mebuat tambak, dan membuat ikan teri kering. Hasil Interpretasi Untuk Pemetaan Penggunaan Lahan Interpretasi merupakan tahapan yang dilakukan setelah citra dikoreksi secara radiometrik dan geometrik. citra Quickbird kemudian diinput ke dalam aplikasi GIS yaitu Arc GIS 9.3. Selanjutnya dengan menggunakan unsur-unsur interpretasi yaitu rona dan warna, bentuk , ukuran, tekstur, pola, bayangan, pada citra maka diperoleh citra Dudepo hasil intrepretasi. Pada citra Quickbird dapat dilihat dengan jelas obyek yang ada dilapangan yakni sebagai berikut: 1. Pemukiman Dalam melakaukan Interpretasi Visual/Digitasi on sceen untuk objek pemukiman memiliki ukuran yang bervariasi, rona agak terang dan memiliki tekstur agak kasar, warna kemerahmerahan di lihat dari warna atap rumah, pola tidak beraturan. 2.
Mangrove
Dalam melakukan Interpretasi Visual/Digitasi on screen untuk objek mangrove memiliki warna hijau tua, tumbuhnya rapat permukaan tajuk nampak lebih seragam, hidupnya biasanya pesisir pantai. 3. Semak Belukar Dalam melakukan Interpretasi Visual/Digitasi on screen untuk objek semak belukar memiliki ukuran bervariasi, rona agak gelap sampai agak terang, dan memiliki warnya yang bervariasi dan beragam, memiliki tekstur agak kasar.
4. Kebun Campuran Dalam melakukan Interpretasi Visual/Digitasi on screen untuk objek kebun campuran, peneliti melihat bahwa pada objek kebun campuran memiliki rona terang, tekstur agak kasar, memiliki warna yang beragam, pola bergerombol berdekatan dengan pemukiman. 5. Lahan Terbuka Selanjutnya dalam melakukan Interpretasi Visual/Digitasi on screen untuk objek lahan terbuka yaitu bertekstur halus, rona cerah,warna coklat muda. Peta Hasil Pengecekan Lapangan
Peta hasil cek lapangan pulau Dudepo yang telah didigitasi dan layout dengan menggunakan software Arc GIS 9.3, yang diperoleh berdasarkan dari citra Quickbird tahun 2012. Adapun luas dari kelas penggunaan lahan objek pemukiman 0,11 ha, luas objek mangrove 0,4998 ha, luas objek semak belukar 0,39 ha, luas objek kebun campuran 0,0602 ha , dan yang terakhir luas objek lahan terbuka 0,44 ha. Pada tebel berikut merupakan hasil uji tingkat ketelitian penggunaan lahan yang ada di pulau Dudepo.
Tabel Tingakt Ketelitian Pemetaan
Kategori hasil
Kategori lapangan
interpretasi
Jumlah
Omisi
Komisi
P
M
SB
KC
LT
P
3
0
0
0
0
3
3/0= 0%
3/0=0%
M
0
14
0
0
0
14
14/0=0%
14/0=0%
SB
0
0
11
0
0
11
11/0=0%
11/2=0,18%
KC
0
0
2
10
0
12
12/2=0,16%
LT
0
0
0
0
9
9
Jumlah
3
14
13
10
9
49
9/0=0%
12/0=0%
9/0=0%
Ketelitian pemetaan 3 3+0+0 = 100% 14 14+0+0 = 100% 11 11+0+2 = 85% 12 12+2+0 = 86% 9 9+0+0 = 100%
Keterangan : P = Pemukiman
KC = Kebun Campuran
M = Mangrove
LT = Lahan Terbuka
SB = Semak Belukar Pembahasan Tabel tingkat ketelitian citra Quickbir. Berdasarkan uji ketelitian dengan menggunakan metode Short diketahui bahwa tingkat ketelitian hasil interpretasi penggunaan lahan dengan menggunakan citra Quickbird 2012 sebesar 94,2 % dimana nilai ini sudah mencapai standar tingkat ketelitian pada citra Quickbird untuk pemetaan penggunaan lahan.
Kesimpulan Dari hasil dan pembahasan yang telah diuraikan, maka dapat ditarik kesimpulan sebagai berikut : Berdasarkan ketelitian citra Quickbird dalam memberikan hasil interpretasi dapat dilhat dari hasil presentasenya, untuk interpretasi penggunaan lahan sebesar 94,2 %. Dimana nilai ini adalah nilai tingkat ketelitian yang bisa dikatakan baik untuk Inventarisasi sumber daya alam, untuk itu citra Quickbird ini dapat digunakan untuk uji tingkat ketelitian pemetaan penggunaan lahan yang ada di pulau Dudepo. Saran Tingkat ketelitian citra Quickbird untuk pemetaan penggunaan lahan ini, setelah dilakukan penelitian terbukti sangat baik, jadi peneliti menyarankan untuk peneliti-peneliti selanjutnya untuk penggunaan lahan, lebih baik menggunakan citra Quickbird untuk infentarisasi sumber daya alam. DAFTAR PUSTAKA
Apu, S.H. 2001. Interpretasi Citra Digital. PT Gramedia Widiasarana Indonesia. Grasindo. 2001. Interpretasi Citra Digital, PT Gramedia widiasarana. Rudianto, B. 2010. Analisis Ketelitian Objek Pada Peta Citra Quickbird Rs 0,68 M Da Ikonos Rs 1,0 M.Institut Teknologi Nasional Bandung. Sudaryanto, M.S. Rini. 2013. Studi penggunaan lahan di kecamatan umbulharjo kota yogyakarta berdasarkan interpretasi citra quickbird .2014. Pemanfaatan Citra Penginderaan Jauh Dan Sistem Informasi Geografis Untuk Kajian Perubahan Penggunan Lahan Di Kecamatan Umbulharjo Kota Yogyakarta. Unwidha Klaten. Syah, A.F. 2010. Penginderaan Jauh Dan Aplikasinya Di Wilayah Pesisir Dan Lautan. Universitas trunojoyo. Thoha, A.S. 2008. Karakteristik Citra Satelit. Universitas Sumatera Utara.