STRATEGI PUBLIC RELATIONS PEMERINTAH KOTA BOGOR DALAM PEMBENTUKAN OPINI PENGUNJUNG TERHADAP PROGRAM SEJUTA TAMAN
MUHAMMAD SYUKUR
DEPARTEMEN SAINS KOMUNIKASI DAN PENGEMBANGAN MASYARAKAT FAKULTAS EKOLOGI MANUSIA INSTITUT PERTANIAN BOGOR 2016
PERNYATAAN MENGENAI SKRIPSI DAN SUMBER INFORMASI SERTA PELIMPAHAN HAK CIPTA Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi berjudul Strategi Public Relations Pemerintah Kota Bogor dalam Pembentukan Opini Pengunjung Terhadap Program Sejuta Taman adalah benar karya Saya dengan arahan dari komisi pembimbing dan belum diajukan dalam bentuk apapun kepada perguruan tinggi mana pun. Sumber informasi yang berasal atau dikutip dari karya yang diterbitkan maupun tidak diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam teks dan dicantumkan dalam Daftar Pustaka di bagian akhir skripsi ini. Dengan ini Saya melimpahkan hak cipta dari karya tulis saya kepada Institut Pertanian Bogor.
Bogor, Juni 2016
Muhammad Syukur
ABSTRAK MUHAMMAD SYUKUR. Strategi Public Relations Pemerintah Kota Bogor dalam Pembentukan Opini Pengunjung Terhadap Program Sejuta Taman. Dibawah bimbingan YATRI INDAH KUSUMASTUTI. Public Relations merupakan fungsi manajemen dari sebuah organisasi, salah satu tugasnya adalah untuk mengevaluasi opini publik terhadap sebuah organisasi. Pemerintah Kota Bogor melalui Program Sejuta Taman memiliki tujuan untuk merubah opini masyarakat terhadap Kota Bogor. Penelitian ini menggunakan pendekatan kuantitatif yang didukung dengan data kualitatif serta analisis SWOT untuk mengetahui strategi yang diterapkan melalui hubungan antara karakteristik pengunjung dan aktivitas Public Relations dengan kecenderungan opini pengunjung terhadap pelaksanaan Program Sejuta Taman, yang merupakan hasil dari penilaian pengunjung terhadap tingkat pengetahuan dan sikap. Responden penelitian ini merupakan 60 orang pengunjung Taman Kencana dan Taman Ekspresi. Hasil uji statistik menunjukkan bahwa variabel kekuatan rancangan pesan memiliki hubungan nyata dengan kecenderungan sikap yang ditunjukkan oleh responden. Bagian Humas Pemerintah Kota Bogor memiliki strategi untuk menunjang kinerjanya, yakni dengan melakukan pembagian menjadi tiga sub-bagian. Hasil uji statistik menunjukkan bahwa variabel kekuatan rancangan pesan berhubungan dengan sikap pengunjung. Perhitungan analisis SWOT menunjukkan bahwa Bagian Humas Pemerintah Kota Bogor perlu mengatasi ancaman dan kelemahan yang ada melalui peluang dan kekuatan yang dimiliki. Kata Kunci: Public Relations, opini publik, Pemerintah Kota Bogor, Program Sejuta Taman, SWOT ABSTRACT MUHAMMAD SYUKUR. Public Relations Strategy of Bogor City Government in Visitors’ Opinion Formation to A Million Park City Program. Under the guidance of YATRI INDAH KUSUMASTUTI. Public Relations is a management function of an organization, one of its task is to evaluate public opinion against an organization. Bogor City Government through A Million Park City Program aims to change public opinion of Bogor City. This study uses a quantitative approach that is supported by qualitative data and SWOT analysis to determine the implemented strategy by the relation between the visitors’ characteristics and activities of Public Relations with the visitors’ opinion preference on A Million Park City Program implementation, which is the result of the visitors’ votes to the level of knowledge and attitude. The respondents of this study were 60 visitors at Taman Kencana and Taman Ekspresi. Statistical analysis showed that the strength of message design variable has a real relation with the respondents’ attitude preference. Public Relations division of Bogor City Government has strategy to support its performance by devided into three sub-divisions. Statistical analysis showed that the strength of message design variable has relation with the visitors’ attitudes. SWOT analysis calculations showed that the Public Relations division of Bogor City Government needs to address the threats and vulnerabilities that exist through the opportunities and strengths. Keywords: Public Relations, public opinion, The City Government, Million Parks Program, SWOT
ii
STRATEGI PUBLIC RELATIONS PEMERINTAH KOTA BOGOR DALAM PEMBENTUKAN OPINI PENGUNJUNG TERHADAP PROGRAM SEJUTA TAMAN
MUHAMMAD SYUKUR I34120025
Skripsi sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Komunikasi dan Pengembangan Masyarakat pada Departemen Sains Komunikasi dan Pengembangan Masyarakat
DEPARTEMEN SAINS KOMUNIKASI DAN PENGEMBANGAN MASYARAKAT FAKULTAS EKOLOGI MANUSIA INSTITUT PERTANIAN BOGOR 2016
KATA PENGANTAR Puji dan Syukur penulis ucapkan ke hadirat Allah SWT yang telah melimpahkan rahmat dan hidayah-Nya sehingga dapat menyelesaikan Skripsi berjudul “Strategi Public Relations Pemerintah Kota Bogor dalam Pembentukan Opini Pengunjung Terhadap Program Sejuta Taman” ini dengan baik. Skripsi ini ditujukan untuk memenuhi syarat mendapat gelar sarjana pada Departemen Sains Komunikasi dan Pengembangan Masyarakat, Fakultas Ekologi Manusia, Institut Pertanian Bogor. Ucapan terima kasih penulis sampaikan kepada Ibu Ir Yatri Indah Kusumastuti, MSi sebagai dosen pembimbing yang telah memberikan saran dan masukan selama proses penulisan hingga penyelesaian skripsi ini. Penulis juga menyampaikan hormat dan terima kasih kepada orang tua tercinta Bapak Uba dan Ibu Sarwanah yang selalu mendoakan dan senantiasa melimpahkan kasih sayangnya kepada penulis, serta kepada seluruh keluarga yang selalu memberikan dukungan dan semangatnya. Tidak lupa juga penulis ucapkan terima kasih kepada Azkiyyatus Syariifah, Alia Nisfi Jayanti, Widya Amaliah, Sri Agustin Maulani, Egi Nurridwan, Dijako R Julistianto, Yosafat M Manalu, dan Citra Pratiwi serta teman-teman SKPM 49 yang senantiasa memberikan semangat dan keceriaannya selama proses penulisan. Ucapan terima kasih juga penulis sampaikan kepada Inna Rahmawati dan Inez Kania yang telah memberikan semangat dan setia menemani selama proses penulisan. Selanjutnya ucapan terima kasih juga penulis sampaikan kepada teman-teman UKM Lises Gentra Kaheman IPB, Majalah Komunitas Fema, serta rekan-rekan Radio 107,7 Agri FM IPB.
Bogor, Juni 2016
Muhammad Syukur NIM. I34120025
DAFTAR ISI DAFTAR TABEL
XI
DAFTAR GAMBAR
XII
DAFTAR LAMPIRAN
XII
PENDAHULUAN
1
Latar Belakang
1
Masalah Penelitian
3
Tujuan Penelitian
4
Kegunaan Penelitian
5
PENDEKATAN TEORITIS
7
Tinjauan Pustaka
7
Konsep Public Relations
7
Tugas Public Relations
8
Strategi Public Relations
9
Opini Publik
11
Citra
14
Analisis SWOT
16
Karakteristik Pengunjung
16
Kerangka Pemikiran
17
Hipotesis Penelitian
19
PENDEKATAN LAPANGAN
21
Metode Penelitian
21
Lokasi dan Waktu
21
Teknik Pemilihan Responden dan Informan
22
Teknik Pengumpulan Data
22
Definisi Operasional
23
Teknik Pengolahan dan Analisis Data
26
GAMBARAN MENGENAI PROGRAM SEJUTA TAMAN
29
Program Sejuta Taman
29
Struktur Organisasi Pemerintah Kota Bogor
33
STRATEGI KOMUNIKASI PUBLIC RELATIONS PEMERINTAH KOTA BOGOR
37
x
Strategi Komunikasi Public Relations Pemerintah Kota Bogor
37
Aktivitas sebagai Implementasi dari Strategi Public Relations
38
KARAKTERISTIK PENGUNJUNG TAMAN DI KOTA BOGOR
41
Jenis Kelamin
41
Usia
41
Tingkat Pendidikan
42
Jenis Pekerjaan
43
Frekuensi Kunjungan
43
Aksesibilitas Informasi
44
AKTIVITAS PENYAMPAIAN INFORMASI OLEH PRAKTISI PUBLIC RELATIONS DAN OPINI PENGUNJUNG TAMAN KOTA
45
Tingkat Pengetahuan Responden Mengenai Ragam Media, Jumlah Informasi dan Frekuensi Media Penyampaian Pesan oleh Praktisi Public Relations Pemerintah Kota Bogor
45
Tingkat Penilaian Terhadap Kekuatan Pesan dari Media Penyampaian Pesan Mengenai Program Sejuta Taman
49
Opini Pengunjung Terhadap Program Sejuta Taman
51
ANALISIS HUBUNGAN KARAKTERISTIK PENGUNJUNG DENGAN OPINI PENGUNJUNG TERHADAP PROGRAM SEJUTA TAMAN
53
ANALISIS HUBUNGAN AKTIVITAS PUBLIC RELATIONS DENGAN OPINI PENGUNJUNG TERHADAP PROGRAM SEJUTA TAMAN
55
ANALISIS SWOT BAGIAN HUMAS PEMERINTAH KOTA BOGOR
59
SIMPULAN DAN SARAN
65
Simpulan
65
Saran
66
DAFTAR PUSTAKA
67
LAMPIRAN
71
RIWAYAT HIDUP
85
xi
DAFTAR TABEL 1
Teknik pengumpulan data
2
Variabel, definisi operasional, parameter, dan kategori pengukuran karakteristik pengunjung
3
23
Variabel, definisi operasional, parameter, dan kategori pengukuran aktivitas public relations
4
23
25
Variabel, definisi operasional, parameter, dan kategori pengukuran pembentukan opini publik
26
5
Daftar media yang memuat program sejuta taman
38
6
Jumlah dan persentase responden berdasarkan jenis kelamin
41
7
Jumlah dan persentase responden taman Kota Bogor berdasarkan kategori usia
8
Jumlah dan persentase responden taman Kota Bogor berdasarkan kategori tingkat pendidikan
9
41
42
Jumlah dan persentase responden taman kota berdasarkan kategori jenis pekerjaan
43
10 Jumlah dan persentase responden taman kota berdasarkan kategori frekuensi kedatangan
43
11 Jumlah dan persentase responden taman kota berdasarkan kategori aksesibilitas informasi
44
12 Tingkat pengetahuan responden tentang program sejuta taman
51
13 Sikap pengunjung taman kota terhadap pelaksanaan program pemerintah
52
14 Nilai korelasi dan nilai signifikansi hubungan karakteristik pengunjung dengan kecenderungan opini terhadap program sejuta taman
53
15 Nilai koefisiensi korelasi dan signifikansi antara aktivitas public relations dengan opini pengunjung terhadap program sejuta taman
55
16 Matriks TOWS penentuan alternatif strategi public relations pemerintah Kota Bogor
63
xii
DAFTAR GAMBAR 1
Empat Situasi/Kondisi Kecenderungan Publik
8
2
Tujuan PR Adalah Merubah Sikap
14
3
Model Pembentukan Citra
15
4
Matriks TOWS
16
5
Kerangka Pemikiran Strategi Public Relations dalam Pembentukan Opini Bogor Kota Sejuta Taman
18
6
Struktur Organisasi Pemerintah Kota Bogor
34
7
Persentase Ragam Penggunaan Media Pencarian Informasi Program Pemerintah Oleh Responden
8
Persentase Ragam Penggunaan Media Pencarian Informasi Program Sejuta Taman Oleh Responden
9
45
46
Persentase Tingkat Pengetahuan Responden tentang Ragam Media Penyampaian Pesan Program Sejuta Taman
47
10 Persentase Tingkat Pengetahuan Responden tentang Frekuensi Media Penyampaian Pesan Program Sejuta Taman
48
11 Persentase Tingkat Pengetahuan Responden tentang Jumlah Informasi Program Sejuta Taman
48
12 Penilaian Responden terhadap Kekuatan Pesan Media
50
13 Rancangan Pesan Pemerintah Kota Bogor di Media Sosial Instagram, Twitter, Youtube, dan Facebook
57
DAFTAR LAMPIRAN 1
Denah Kota Bogor
72
2
Daftar Responden
73
3
Jadwal Pelaksanaan Penelitian Tahun 2016
75
4
Hasil Uji Statistik Dengan Rank Spearman dan Uji Beda Chi-Square
76
5
Dokumentasi Penelitian
83
1
PENDAHULUAN Latar Belakang Public Relations merupakan fungsi manajemen untuk sebuah organisasi atau perusahaan. Salah satu fungsi yang melekat adalah membentuk opini publik. Opini merupakan sebuah pendapat atau pandangan terhadap sesuatu hal. Sedangkan publik merupakan khalayak baik yang berada di dalam sebuah organisasi maupun di luar organisasi, dengan kata lain opini publik merupakan sebuah pandangan dalam bentuk pendapat masyarakat yang dipengaruhi oleh stimulan yang diberikan oleh salah satu pihak. Baik dalam bentuk sikap maupun pendapat. Kusumastuti (2009) menjelaskan Public Relations dengan fungsinya yakni sebagai upaya terencana guna memengaruhi opini publik melalui karakter yang baik dan kinerja yang bertanggung jawab, yang didasarkan pada komunikasi dua arah yang memuaskan kedua belah pihak. Public Relations juga dapat diartikan sebagai profesi yang berkaitan dengan relasi suatu unit dengan publiknya. Public Relations merupakan aktivitas berkelanjutan untuk menjamin perusahaan memiliki citra yang kuat dimata publiknya. Bidang Public Relations tidak hanya berfungsi dalam sebuah organisasi profit atau perusahaan komersil, namun juga berada pada sistem pemerintahan yang merupakan sebuah organisasi non-profit yang memiliki tugas yakni sebagai jembatan untuk melakukan proses pertukaran informasi. Informasi yang disampaikan pemerintah kepada masyarakat dan sebaliknya dari masyarakat kepada pemerintah sehingga dapat menghasilkan pemahaman di antara kedua belah pihak. Hal tersebut dibutuhkan agar dalam membuat kebijakan, pemerintah melakukan pertimbangan dengan melibatkan opini yang tengah berkembang, sehingga kebijakan yang diterapkan merupakan kebijakan yang tepat guna dan tepat sasaran. Rakhmadi (2015) dalam tulisannya yang berjudul “Government Public Relations: Tantangan dan Langkah-Langkah Strategis” menjelaskan jika melihat kondisi pemerintahan Indonesia saat ini, memang harus diakui citra pemerintahan dalam satu dekade terakhir ini belumlah seperti yang diharapkan. Masih terdapat gap yang senjang antara tingginya ekspektasi publik dengan kinerja badan publik yang merupakan penopang utama dari jalannya pemerintahan. Mulai dari eksekutif, legislatif, hingga yudikatif baik di daerah maupun di pusat yang mendapat sentiment negatif dari publik. Bukan hanya kinerja badan publik yang dianggap belum maksimal, standar pelayanan publik mulai dari kelurahan hingga institusi di atasnya juga belum melampaui harapan publik. Kondisi ini makin diperparah berbagai kasus terutama korupsi dan perilaku buruk para pejabat publik lainnya. Kondisi korupsi di Indonesia masuk dalam kategori kronis dari waktu ke waktu, karena secara umum sistem penyelenggaraan pemerintahan di Indonesia masih belum berorientasi sepenuhnya terhadap pelaksanaan prinsip-prinsip tata kelola pemerintahan yang baik (good governance). Oleh karenanya tidak mengherankan bila Indeks Persepsi Korupsi (IPK) Indonesia berdasarkan survey Transparansi Internasional (TI), memperoleh indeks pada kisaran angka 2 dari tahun 2004 hingga tahun 2007. IPK hingga saat ini diyakini sebagai pendekatan yang sah untuk melihat tingkat korupsi di suatu negara. Hasil dari studi yang
2
dilakukan TI ini sejalan dengan Studi Integritas yang dilakukan oleh Direktorat Litbang KPK di tahun 2007. Bahwa unit-unit layanan tersebut seperti Pajak, Bea cukai, layanan ketenagakerjaan, dan keimigrasian masih memperoleh nilai skor integritas yang rendah. Dengan rentang nilai 0-10, layanan TKI di terminal 3 memiliki skor integritas yang rendah yakni 3,45 sementara layanan pajak mempunyai skor yang sedikit lebih baik yakni 5,96. Skor integritas unit layanan yang ada di Indonesia ini jauh lebih rendah dibandingkan dengan di negara lain seperti Korea. Di Korea, rata-rata skor integritas sudah berada di 7 dan telah banyak unit layanan yang memiliki nilai integritas di atas 8 bahkan sudah ada yang mencapai nilai 9. Hal itu menjadi sebab utama lemahnya kepercayaan publik terhadap badan publik. Berdasarkan uraian tersebut, Public Relations yang berada didalamnya dituntut untuk mampu mengembalikan citra dan reputasi pemerintah di depan publik melalui cara-cara atau strategi Public Relations yang sesuai dengan permasalahan yang ada. Lembaga pemerintahan yang juga memiliki tugas untuk menciptakan reputasi kota yang positif adalah Pemerintah Kota Bogor. Diantaranya adalah menjadikan kota Bogor sebagai kota yang bersih, indah dan nyaman. Kota Bogor sebagai salah satu kota besar di Indonesia yang memiliki luas sebesar 11.850 ha terdiri dari enam kecamatan dan 68 kelurahan. Pemerintah Kota Bogor melalui progam-program yang dilakukan bertujuan untuk mengatasi berbagai permasalahan yang ada. Permasalahan Kota Bogor tahun 2013 seperti dikutip dari laman web pemerintah Kota Bogor1 yakni a) masalah transportasi, adapun usahausaha yang sudah dilakukan adalah pengembangan jaringan jalan, pengembangan terminal, penataan angkutan umum dan manajemen rekayasa lalu lintas. b) masalah kemiskinan, pada tahun 2013 berbagai program dan kegiatan penanggulangan kemiskinan diimplementasikan melalui 24 program dengan 98 kegiatan yang terbagi ke dalam 4 klaster. c) masalah kebersihan, pada tahun 2013 dihadapkan pada peningkatan volume sampah sebanyak 1,51 persen, yaitu dari 2.447 m³ pada tahun 2012 menjadi 2.484 m³ pada tahun 2013. Untuk mengatasi kenaikan itu maka pada tahun 2013, target luas wilayah pelayanan pengangkutan sampah ditingkatkan dari 70,2 persen menjadi 70,3 persen atau sama dengan 8.330 ha dari total luas wilayah Kota Bogor. d) masalah pedagang kaki lima (PKL), sampai dengan tahun 2013 masalah PKL seperti menjadi masalah sosial yang klasik, karena secara ekonomis tetap dibutuhkan walaupun kerap menjadi pemicu munculnya masalah ketertiban. Selain mengatasi permasalahan tersebut diatas, dalam upaya membentuk reputasi Kota Bogor yang positif, Pemerintah Kota Bogor melalui Dinas Kebersihan dan Pertamanan (DKP) Kota Bogor berupaya untuk menjadikan Bogor sebagai Kota Sejuta Taman. Hal tersebut sesuai dengan Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 1 Tahun 2007 tentang Penataan Ruang Terbuka Hijau Kawasan Perkotaan. Disebutkan bahwa perkembangan dan pertumbuhan kota/perkotaan disertai dengan alih fungsi lahan yang pesat, telah menimbulkan kerusakan lingkungan yang dapat menurunkan daya dukung lahan dalam menopang kehidupan masyarakat di kawasan perkotaan, sehingga perlu dilakukan upaya untuk menjaga dan meningkatkan kualitas lingkungan melalui penyediaan ruang terbuka hijau yang memadai. Demi terwujudnya kehidupan yang sehat, 1
www.kotabogor.co.id diakses pada tanggal 5 Februari 2016
3
lingkungan bersih serta memiliki manfaat baik sosial maupun ekonomi, untuk itu Pemerintah Kota Bogor melalui Dinas Kebersihan dan Pertamanan (DKP) menarget setiap tahun dapat membangun satu taman hal tersebut merupakan upaya untuk menyediakan ruang terbuka hijau di kawasan perkotaan. Ruang Terbuka Hijau Kawasan Perkotaan yang selanjutnya disingkat RTHKP seperti dijelaskan dalam Permendagri No. 1 Tahun 2007 tentang Penataan Ruang Terbuka Hijau Kawasan Perkotaan adalah bagian dari ruang terbuka suatu kawasan perkotaan yang diisi oleh tumbuhan dan tanaman guna mendukung manfaat ekologi, sosial, budaya, ekonomi dan estetika. Adapun tujuan penataan RTHKP yakni menjaga keserasian dan keseimbangan ekosistem lingkungan perkotaan, mewujudkan keseimbangan antara lingkungan alam dan lingkungan buatan di perkotaan, dan meningkatkan kualitas lingkungan perkotaan yang sehat, indah, bersih dan nyaman. Serta dengan fungsi yakni: a) pengamanan keberadaan kawasan lindung perkotaan; b) pengendali pencemaran dan kerusakan tanah, air dan udara; c) tempat perlindungan plasma nuftah dan keanekaragaman hayati; d) pengendali tata air; serta e) sarana estetika kota. Pelaksanaan Program Sejuta Taman sudah berlangsung sejak tahun 2011. Namun tidak banyak masyarakat dalam hal ini masyarakat di Kota Bogor yang mengetahui tentang pelaksanaan program tersebut diatas. Berdasarkan uraian tersebut, untuk mencapai opini Bogor Kota Sejuta Taman, pihak pemerintah dituntut untuk mampu melakukan publikasi serta pertukaran informasi yang efektif guna terjalin kerjasama antara pihak pemerintah, dinas terkait, serta masyarakat di Kota Bogor. Bagian Humas Pemerintah Kota Bogor dalam pelaksanaannya memiliki peranan strategis untuk pembentukan opini publik. Melalui tulisan ini, akan dikaji tentang bagaimana strategi yang diterapkan oleh Public Relations Pemerintah Kota Bogor dalam membentuk opini Bogor sebagai Kota Sejuta Taman?
Masalah Penelitian Praktisi Public Relations pemerintahan memerlukan strategi yang tepat guna membentuk opini positif masyarakat terhadap lembaga pemerintahan. Melalui aktivitas Public Relations, beberapa kegiatan pemerintahan dilaksanakan dengan tujuan yang telah ditetapkan. Strategi yang tepat memiliki tujuan untuk membentuk dan merubah opini publik yang sebelumnya sudah ada. Perubahan tingkat pengetahuan publik dan kecenderungan sikap ke arah yang lebih baik merupakan dampak yang diharapkan dari strategi yang diterapkan dan diwujudkan dalam opini publik. Melalui opini positif masyarakat terhadap pemerintah akan terbentuk pula reputasi atau citra yang positif. Citra positif merupakan langkah penting menggapai reputasi organisasi di mata khalayak. Terdapat empat lapis reputasi yang perlu dikelola Public Relations, yakni: reputasi personal para eksekutif dan karyawan (personal branding); reputasi produk dan jasa yang ditawarkan (product branding); reputasi korporat (corporate branding); dan reputasi industri (industrial branding). Untuk itu, penerapan strategi komunikasi diperlukan dalam pelaksanaannya, sehingga muncul pertanyaan bagaimana strategi komunikasi yang diterapkan oleh Bagian Humas (Public Relations) Pemerintah Kota Bogor dalam membentuk opini Bogor Kota Sejuta Taman?
4
Pemerintah Kota Bogor melalui program Sejuta Taman berupaya untuk membentuk reputasi Kota Bogor menjadi lebih baik. Pembangunan taman sudah berlangsung sejak 2011 dan hingga akhir 2014, Dinas Kebersihan dan Pertamanan (DKP) telah membangun dan menata kembali beberapa taman aktif, dan tamantaman kecil lainnya yang tersebar di sejumlah wilayah di Kota Bogor. DKP dalam pelaksanaannya yakni menata, merawat serta membangun taman-taman kota tersebut telah mengeluarkan dana yang tak sedikit, baik yang berasal dari dana APBD, dana bantuan pusat serta sebagian dibantu dari dana pertanggungjawaban sosial perusahaan atau CSR Pemerintah Provinsi Jawa Barat. Luas taman yang sudah terbangun dan tertata hingga akhir tahun 2014 jika digabungkan, yakni seluas 2,2 ha. Taman-taman baru yang dibangun tersebar di sejumlah kelurahan dan kecamatan di Kota Bogor. Beberapa taman yang dibangun pada tahun 2014 lalu yakni 1) Taman Persimpangan Bogor, 2) Taman Kencana, 3) Taman Heulang, 4) Taman Peranginan, 5) Taman Ekspresi, 6) Taman Grafiti, 7) Taman Pangrango, 8) Taman Skateboard, 9) Taman Air Mancur, serta taman lainnya. Taman-taman tersebut dimanfaatkan oleh warga sebagai tempat berkumpul dan bermain. Taman tersebut dilengkapi area bermain anak-anak dan tempat duduk untuk warga berinteraksi. Sehingga siapapun tentu saja diperbolehkan untuk mengunjungi taman yang sudah dibangun, berbagai pengunjung dengan karakteristik yang berbeda. Melihat kondisi tersebut, bagaimana hubungan karakteristik pengunjung dengan kecenderungan opini yang terbentuk? Pelaksanaan Program Sejuta Taman merupakan salah satu cara untuk mengatasi gap ekspektasi. Publik Kota Bogor tentunya memiliki standar tinggi dalam menilai kinerja pemerintah. Jika ini tidak mampu dikejar maka, kepercayaan publik terhadap pemerintah tidak akan kunjung merangkak naik. Jika dilihat secara menyeluruh, sepanjang tahun 2013 atau empat tahun pemerintahan SBY yang juga merupakan tahun politik menjelang Pemilu 2014 belum ada tandatanda meningkatnya kepercayaan publik terhadap Badan Publik. Persepsi terhadap penegakan hukum, kesejahteraan rakyat, stabilitas politik, dan pemulihan ekonomi jalan di tempat. Di masa pemerintahan Wali Kota Bogor saat ini, dalam menjalankan fungsinya, Public Relations bertugas untuk membantu pencapaian program Kota Sejuta Taman sehingga publik semestinya memiliki opini positif terhadap Pemerintah Kota Bogor melalui pelaksanaan program yang relevan. Halini perlu dikaji, sehingga dirumuskan pertanyaan bagaimana hubungan aktivitas Public Relations dengan kecenderungan opini tentang Bogor Kota Sejuta Taman? Tujuan Penelitian Adapun tujuan yang ingin dicapai melalui penelitian ini adalah: 1. Menganalisis strategi komunikasi yang diterapkan oleh Bagian Humas (Public Relations) Pemerintah Kota Bogor dalam membentuk opini Bogor Kota Sejuta Taman 2. Menganalisis hubungan karakteristik pengunjung dengan kecenderungan opini yang terbentuk 3. Menganalisis hubungan aktivitas Public Relations dengan kecenderungan opini tentang Bogor Kota Sejuta Taman
5
Kegunaan Penelitian Penelitian ini dilakukan agar dapat memberikan informasi dan pemahaman tentang strategi Public Relations Pemerintah Kota Bogor dalam membentuk reputasi Kota Bogor sebagai Kota Sejuta Taman. Penelitian ini ditujukan kepada pihak-pihak yang terlibat baik secara langsung maupun tidak langsung agar dapat mengambil tindakan guna mengatasi permasalahan yang ada. Pihak-pihak tersebut adalah: 1. Bagi akademisi, penelitian ini diharapkan menjadi proses pembelajaran agar tercipta penelitian yang lebih baik lagi. Selain itu penelitian ini juga diharapkan dapat menjadi acuan literatur untuk penelitian yang terkait. 2. Bagi masyarakat, penelitian ini diharapkan dapat memberikan gambaran serta penyebaran informasi tentang program Sejuta Taman yang dicanangkan oleh Pemerintah Kota Bogor. Sehingga masyarakat mengetahui apa yang harus dilakukan. 3. Bagi pemerintah, penelitian ini dapat memberikan data dan informasi mengenai karakteristik pengunjung taman di Kota Bogor serta sejauh mana kecenderungan opini masyarakat terhadap program yang dilakukan.
6
7
PENDEKATAN TEORITIS Tinjauan Pustaka Konsep Public Relations Public Relations dan Hubungan Masyarakat (Humas) memiliki definisi yang tidak jauh berbeda. Namun jika dilihat berdasarkan definisi beberapa ahli, menurut Widjaja (2002), Public Relations adalah profesi yang mengurusi hubungan antara sesuatu unit dan publiknya yang menentukan hidup unit itu (Crystallizing Public Opinion). Berbeda dengan Kriyantono (2008) yang mendefinisikan Public Relations adalah fungsi manajemen untuk membangun dan menjaga citra positif dengan cara menjalin relasi timbal balik dengan publik. Tujuan Public Relations pertama kali adalah berupaya untuk menciptakan saling pengertian antara perusahaan dan publiknya. Melalui kegiatan komunikasi diharapkan terjadi kondisi kecukupan informasi (well-informed) antara perusahaan dan publiknya. Sementara itu Reza dan Trihandini (2013) menjelaskan Public Relations merupakan fungsi manajemen dari sikap budi yang direncanakan dan dijalankan secara berkesinambungan oleh organisasi atau lembaga umum dan swasta untuk memperoleh dan membina saling pengertian, simpati, dan dukungan dari mereka yang mempunyai hubungan atau kaitan, dengan cara mengevaluasi opini publik mengenai organisasi atau lembaga tersebut, dalam rangka mencapai kerjasama yang lebih produktif, dan untuk memenuhi kepentingan bersama yang lebih efisien, dengan kegiatan penerangan yang terencana dan tersebar luas. Salah satu upaya paling gigih untuk mendefinisi hubungan masyarakat secara operasionil datang dari Public Relations News, seperti dikutip oleh Cutlip, Center, dan Broom (2000) bahwa hubungan masyarakat merupakan fungsi manajemen yang mengevaluasi sikap masyarakat, mengenali kebijakan dan prosedur individu atau organisasi dalam kepentingan masyarakat, dan merencanakan serta melaksanakan program tindakan untuk mendapatkan pengertian dan penerimaan masyarakat. Pada dasarnya, Humas (hubungan masyarakat) merupakan bidang atau fungsi tertentu yang diperlukan oleh setiap organisasi, baik itu organisasi yang sifatnya komersil (perusahaan) maupun organisasi nonkomersil, karena humas merupakan salah satu elemen yang menentukan kelangsungan suatu organisasi/perusahaan secara positif. Humas yang merupakan terjemahan bebas dari istilah Public Relatios atau PR itu terdiri dari semua bentuk komunikasi yang terselenggara antara organisasi yang bersangkutan dengan siapa saja yang berkepentingan dengannya (Anggoro 2005). Humas merupakan bagian dari tugas penerangan, baik pemerintah maupun swasta karena penerangan merupakan bagian dari komunikasi sosial dan komunikasi harus berkembang antara pemerintah dan rakyat, antara rakyat, kelompok masyarakat dan kelompok masyarakat lainnya. Eksistensi Humas pada setiap lembaga/instansi merupakan suatu keharusan fungsional dalam rangka memperkenalkan kegiatan dan aktivitas kepada masyarakat (khalayak). Humas merupakan suatu alat untuk memperlancar jalannya interaksi serta penyebaran informasi kepada khalayak melalui pelbagai media seperti pers, radio, televisi dan lain-lain (Widjaja 2002). Lebih jauh Widjaja menjelaskan Humas memiliki tujuan dalam kegiatannya yaitu mengembangkan hubungan yang harmonis dengan pihak
8
lain yakni publik (umum, masyarakat). Tujuan Humas adalah untuk menciptakan, membina dan memelihara sikap budi yang menyenangkan bagi lembaga atau organisasi di satu pihak dan dengan publik di lain pihak dengan komunikasi yang harmonis dan timbal balik. Public Relations atau Humas merupakan divisi manajemen yang berada pada sebuah organisasi baik profit maupun non-profit sebagai jembatan antara organisasi dengan khalayak baik di dalam maupun di luar organisasinya. Morissan (2008) menjelaskan bahwa organisasi non-profit didirikan untuk mencapai tujuan yang bersifat nonbisnis atau tidak mencari keuntungan. Organisasi non-profit dibagi menjadi dua macam, yakni organisasi non-profit pemerintah dan organisasi non-profit bukan pemerintah. Praktisi Humas pada organisasi pemerintah berfungsi untuk membantu menjelaskan kegiatan yang dilakukan organisasi bersangkutan kepada masyarakat dan sebaliknya menerima umpan balik yang diberikan masyarakat dan menyampaikannya kepada pimpinan organisasi. Tugas Public Relations Pramono (2009) menjelaskan bahwa terdapat tiga tugas Public Relations dalam organisasi atau lembaga yang berhubungan erat dengan tujuan dan fungsi Public Relations. Ketiga tugas tersebut adalah sebagai berikut: 1. Menginterprestasikan, menganalisis dan mengevaluasi kecenderungan perilaku publik, kemudian direkomendasikan kepada manajemen untuk merumuskan kebijakan organisasi atau lembaga. Kecenderungan perilaku publik diklasifikasikan dengan baik oleh Frank Jeffkins menjadi empat situasi/kondisi kecenderungan publik yang dihadapi oleh Public Relations, yakni tidak tahu, apatis, prasangka dan memusuhi. Mengacu pada klasifikasi publik menurut Jeffkins tersebut, maka tugas Public Relations adalah merubah publik yang tidak tahu menjadi tahu, yang apatis menjadi peduli, yang berprasangka menjadi menerima, dan yang memusuhi menjadi simpati. Tidak tahu…………………………………………….Mengetahui Apatis…………………………………………………Peduli Prasangka……………………………………………..Menerima Permusuhan...................................................................Simpati Gambar 1 Empat situasi/kondisi kecenderungan publik Tugas ini melekat pada kemampuan praktisi Public Relations mengamati dan meneliti perilaku berdasarkan kajian ilmu-ilmu sosial. 2. Mempertemukan kepentingan organisasi atau lembaga dengan kepentingan publik. Kepentingan organisasi atau lembaga dapat jadi jauh dengan kepentingan publik dan sebaliknya, namun dapat juga kepentingan ini sedikit berbeda bahkan dapat juga kepentingannya sama. Dalam kondisi yang manapun, tugas Public Relations adalah mempertemukan kepentingan ini menjadi saling mengerti, dipahami, dihormati, dan dilaksanakan. Bila kepentingannya berbeda, maka Public Relations dapat bertugas untuk menghubungkannya. 3. Mengevaluasi program-program organisasi atau lembaga, khususnya yang berkaitan dengan publik. Tugas mengevaluasi program manajemen ini mensyaratkan kedudukan dan wewenang Public Relations yang tinggi dan luas. Karena tugas ini dapat berarti Public Relations memiliki wewenang
9
untuk memberikan nasehat apakah suatu program sebaiknya diteruskan ataukah ditunda ataukah dihentikan. Di sini Public Relations bertugas untuk senantiasa memonitor semua program. Menurut Kriyantono (2014) tugas Public Relations yaitu memengaruhi sikap publik dengan memberikan informasi tertentu. Dengan asumsi bahwa individu sebagai manusia yang mempunyai kemampuan mengolah informasi. Mengolah informasi ini mencakup proses mengumpulkan dan mengorganisasi informasi tentang sesuatu hal dan memengaruhi sikapnya sesuai konsep yang diperolehnya saat mengolah informasi itu. Berbagai jenis informasi dijadikan bahan pemikirannya dan diolah sebelum mengambil keputusan atau sikap tertentu. Informasi disajikan dengan beberapa tujuan layaknya tujuan komunikasi. Effendy (1993) menyebutkan tujuan komunikasi yakni mengubah sikap (to change the attitude), mengubah opini/ pendapat/pandangan (to change the opinion), mengubah perilaku (to change the behavior), dan mengubah masyarakat (to change the society). Strategi Public Relations Strategi tindakan (action strategy) merupakan penggerak utama program humas, namun pada umumnya strategi tindakan bersifat tidak tampak atau tidak mudah dikenali oleh pihak luar. Lain halnya dengan kegiatan komunikasi yang merupakan komponen yang jelas terlihat oleh siapa pun karena komunikasi memang ditujukan untuk masyarakat. Komunikasi berfungsi sebagai katalisator untuk menginterpretasikan dan mendukung strategi tindakan beberapa hal yang harus diperhatikan oleh praktisi humas dalam berkomunikasi yakni membingkai pesan, nilai berita, semiotika, simbol dan stereotip. Yusuf (2010) menjelaskan bahwa strategi bisa diartikan sebagai rencana menyeluruh dalam mencapai suatu target meskipun tidak ada jaminan akan keberhasilannya. Di dalam dunia komunikasi, strategi berarti rencana menyeluruh dalam mencapai tujuan-tujuan komunikasi. Berdasarkan pelaksanaan tugasnya, selain melakukan kegiatan komunikasi dan sosialisasi, para praktisi Public Relations juga dituntut untuk menyelenggarakan program melalui persiapan konsep mengenai berbagai kelebihan yang harus dijual, tetapi mengeliminir kerusakan akibat kelemahan atau kesalahan yang telah dikeluarkan. Public Relations memiliki peranan sangat strategis dalam merencanakan dan membuat format yang jitu sebagai upaya membangun citra lembaga yang positif, sehingga menghasilkan dukungan publik. Utomo (2005) menjelaskan bahwa menjalankan aktivitas Public Relations hampir tidak berbeda dengan menyusun “strategi perang”. Karena hubungan yang baik dengan public adalah strategis dan vital. Dengan demikian siapa yang mampu membuat skenario Public Relations dengan format yang tepat, bisa dipastikan akan tampil sebagai pemenang dalam pertempuran, yaitu upaya pemulihan citra yang sedang merosot (recovery image) atau memenangkan reputasi. Dalam situasi seperti ini aktivitas Public Relations tidak bisa dijalankan dengan cara - cara konvensional, yang sekedar mengungkapkan kisah sukses, atau segala sesuatu yang sekilas tampak manis belaka. Salah satu penyebabnya, saat ini masyarakat yang harus dihadapi jauh lebih kritis ketimbang sebelumnya. Public Relations dituntut untuk menjalankan pelayanan komunikasi dengan langkah lebih strategis.
10
Karena itu, sebuah paradigma baru Public Relations menjadi sangat kontekstual. Paradigma baru yang dimaksud adalah perpaduan aktivitas komunikasi dan langkah kongrit untuk memperbaiki kinerja. Sebagus apapun kualitas sebuah produk atau sedahsyat apapun kinerja suatu lembaga, tidak akan ada artinya jika tidak mampu terkomunikasikan dengan baik kepada publik. Disinilah pentingnya peran Public Relations untuk mengkomunikasikan dan mensosialisasikan apa yang telah dan akan dilakukan oleh lembaga. Public Relations memiliki fungsi dan peranan dalam aktivitasnya. Fungsi atau peranan adalah harapan publik terhadap apa yang seharusnya dilakukan oleh Public Relations sesuai dengan kedudukannya sebagai seorang Public Relations. Jadi, Public Relations dikatakan berfungsi apabila dia mampu melakukan tugas dan kewajibannya dengan baik, berguna atau tidak dalam menunjang tujuan perusahaan dan menjamin kepentingan publik. Secara garis besar fungsi Public Relations adalah (Kriyantono 2008): Memelihara komunikasi yang harmonis antara perusahaan dengan publiknya (maintain good communication) Melayani kepentingan publik dengan baik (serve public’s interest) Memelihara perilaku dan moralitas perusahaan dengan baik (maintain good morals & manners) Bedasarkan fungsi tersebut, untuk dapat melakukan pekerjaannya seorang Public Relations mempunyai alat-alat kegiatan (PR tools). Alat-alat kegiatan ini biasa disebut sebagai media Public Relations seperti dijelaskan Kriyantono (2008), antara lain: 1. Publisitas dan media relations - press-release (menulis berita tentang perusahaan kepada media) - pess-conference (menyampaikan informasi tentang perusahaan dengan secara langsung mengundang wartawan) - press-tours (mengundang wartawan untuk berkunjung ke perusahaan) - press-party (menjamu wartawan makan bersama) - press-receptions (mengadakan acara khusus pertemuan dengan wartawan) - media gathering (mengumpulkan media dalam sebuah forum) 2. Special event - open house atau company visit (memberi peluang kepada public untuk mengenal lebih dekat perusahaan dengan berkunjung langsung ke perusahaan) - fund-raisers (kegiatan menumpulkan dana) - trade shows (mengadakan pameran dagang) - award ceremonies (acara pemberian penghargaan) - contest 3. Corporate advertising (iklan-iklan korporat untuk menunjang citra). 4. Newsletters (media tulisan yang biasa digunakan untuk publik internal dan eksternal) 5. Speaker bureau (biro khusus juru bicara yang bertugas menyampaikan informasi kepada publik). Ini adalah system informasi satu pintu (one door system). Agar dapat dicegah beragam informasi dari berbagai sumber.
11
6. Lobbying (melakukan negosiasi baik kepada lembaga pemerintah atau bukan, berkaitan dengan masalah-masalah yang menyangkut kepentingan perusahaan). 7. Charitable contributions (Kegiatan-kegiatan amal untuk membantu masyarakat). 8. Thank you notes and letters (ucapan-ucapan terima kasih kepada publik). 9. Audio-visual instrument (misalnya membuat company profile berbentuk audio-visual dan materi pesentasi dihadapan publik). 10. Sponsorships (menjadi sponsor diberbagai event di masyarakat). 11. Letters of denial (surat klarifikasi atas sebuah informasi yang tidak benar yang disampaikan ke media). Kesemua bagian pesan yang dirancang oleh Public Relations semestinya mengandung unsur pesan persuasif. Terdapat beberapa hal yang harus diperhatikan dalam menyusun sebuah pesan persuasif, diantaranya adalah komposisi pesan, organisasi pesan, urutan pesan, daya tarik pesan, gaya pesan, pilihan kata, dan struktur pesan. Urutan pesan merupakan pesan yang disesuaikan dengan cara berpikir manusia terutama disesuaikan dengan proses penerimaan pesan. Proses tersebut meliputi perhatian, pengertian, dan penerimaan. Adapun hal yang harus diperhatikan dalam penyusunan urutan pesan (Monroe) yakni attention, need, satisfactions, visualization, dan action. Kelimanya disebut dengan istilah ANSVA (Kusumastuti 2009). Aktivitas Public Relations yang dilakukan tidak terlepas dari peran media. Media merupakan jalur terpenting kegiatan Public Relations. Meskipun kata itu seringkali hanya dipakai mengacu kepada penyiaran komunikasi metode modern melalui televisi dan radio, bagi kebanyakan Public Relations kata ini mengacu kepada seluruh wilayah kerja wartawan: baik surat kabar dan majalah maupun selebaran, surat kabar perusahaan dan berbagai macam majalah berkala (Greener 1993). Dalam pemilihan media komunikasi, perlu diketahui bahwa penggunaan multimedia (lebih dari satu media) jauh lebih baik dibanding dengan single media (satu media). Sebab kelemahan satu media bisa ditutupi oleh media yang lain. Hanya saja penggunaan multimedia memerlukan dukungan dana yang lebih besar dari pada menggunakan satu media dengan dana relatif kecil (Cangara 2012). Opini Publik Menurut Nasution (1889) yang dikutip oleh Chatamallah (2007), rakyat membutuhkan informasi mengenai apa yang dilakukan pemerintah untuk mereka, dan pemerintah membutuhkan informasi mengenai apa yang rakyat inginkan dan harapkan dari pemerintah. Oleh karenanya, pemerintah membutuhkan kritik dan masukan dari rakyat sehingga opini publik yang terbentuk oleh masyarakat akan memengaruhi proses pembuatan sebuah kebijakan selanjutnya. Lebih jauh Hennesy (1970) dalam Chatamallah (2007) menjelaskan bahwa opini publik yang diperhitungkan dalam pembuatan kebijakan, adalah satu kompleksitas dari pandangan-pandangan, kelompok, dan individual yang semestinya dapat disebut sebagai opini publik, atau opini yang dianut oleh para anggota publik. Opini ini berperan dalam pembuatan keputusan dalam bentuk berbagai cara dan dalam kombinasi berbagai suara untuk memengaruhi kebijakan yang dinyatakan, yang
12
merupakan keseimbangan (ekuilibrium) yang tercapai pada perjuangan kelompok pada saat tertentu. Berdasarkan uraian tersebut, dapat dikatakan bahwa aktivitas-aktivitas Public Relations tidak terlepas dari pelibatannya terhadap publik. Publik (bisa juga disebut stakeholders) adalah sasaran kegiatan Public Relations. Publik berbeda-beda menurut jenis organisasi atau perusahaannya. Namun secara umum, publik dikelompokkan menjadi dua, yaitu publik internal dan publik eksternal. Publik internal adalah publik yang berada dalam organisasi tempat Public Relations bekerja, misalnya karyawan dan keluarganya maupun pihak manajemen (CEO, direksi, manajer, dan stockholders). Sedangkan publik eksternal antara lain konsumen atau pelanggan, komunitas, kelompok-kelompok masyarakat (kelompok penekan atau pressure group, lembaga swadaya masyarakat), pemerintah, bank, pemasok, media massa dan sebagainya. Kegiatan Public Relations yang sasarannya publik internal disebut internal relations sedangkan untuk publik eksternal disebut external relations (Kriyantono 2008). Soemirat dan Ardianto (2002) menjelaskan publik dalam Public Relations dapat diklasifikasikan dalam beberapa kategori yaitu: 1. Publik internal dan publik eksternal: Internal publik yaitu publik yang berada dalam organisasi/perusahaan seperti supervisor, karyawan pelaksana, manajer, pemegang saham dan direksi perusahaan. Eksternal publik secara organik tidak berkaitan langsung dengan perusahaan seperti pers, pemerintah, pendidik/dosen, pelanggan, komunitas, dan pemasok. 2. Publik primer, sekunder, dan marginal: Publik primer bisa sangat membantu atau merintangi upaya suatu perusahaan. Publik sekunder adalah publik yang kurang begitu penting. Contoh, anggota Federal Reserve Board of Governor (dewan gubernur cadangan federal) yang ikut mengatur masalah perbankan, menjadi publik primer untuk sebuah bank yang menunggu rotasi secara teratur, dimana anggota legislatif dan masyarakat menjadi publik sekundernya. 3. Publik tradisional dan publik masa depan: Karyawan dan pelanggan adalah publik tradisional, mahasiswa/pelajar, peneliti, konsumen potensial, dosen, dan pejabat pemrintah (madya) adalah publik masa depan. 4. Proponents, opponent, dan uncommitted: Di antara publik terdapat kelompok yang menentang perusahaan (opponents), yang memihak (proponents), dan ada yang tidak peduli (uncommitted). Perusahaan perlu mengenal publik yang berbeda-beda ini agar dapat dengan jernih melihat permasalahan (Seitel, 1992: 13-14) 5. Silent majority dan vocal minority: Dilihat dari aktivitas publik dalam mengajukan complaint (keluhan) atau mendukung perusahaan, dapat dibedakan antara yang vokal (aktif) dan yang silent (pasif). Publik penulis di surat kabar umumnya adalah the vocal minority, yaitu aktif menyuarakan pendapatya, namun jumlahnya tak banyak. sedangkan mayoritas pembaca adalah pasif seingga tidak tampak suara atau pendapatnya (Kasali, 1994: 11) Praktisi Humas berupaya mempengaruhi publik agar memberikan opini yang positif bagi organisasi atau perusahaan, namun pada sisi lain humas harus berupaya mengumpulkan informasi dari khalayak, menginterpretasikan informasi
13
itu dan melaporkanya kepada manajemen jika informasi itu memiliki pengaruh terhadap keputusan manajemen (Morissan 2008). Soemirat dan Ardianto (2002) menjelaskan untuk memahami dan mengevaluasi berbagai opini publik atau isu publik yang berkembang terhadap suatu organisasi/perusahaan, dalam kegiatannya Public Relations memberi masukan dan nasihat terhadap berbagai kebijakan manajemen yang berhubungan dengan opini atau isu publik yang tengah berkembang. Dalam pelaksanaannya PR menggunakan komunikasi untuk memberi tahu, mempengaruhi dan mengubah pengetahuan, sikap, dan perilaku publik sasarannya. Hasil yang ingin dicapai dalam kegiatan PR pada intinya adalah good image (citra baik), goodwill (itikad baik), mutual understanding (saling pengertian), mutual confidence (saling mempercayai), mutual appreciation (saling menghargai), dan tolerance (toleransi). Lebih jauh Soemirat dan Ardianto (2002) mendefinisikan opini publik sebagai kumpulan pendapat individu terhadap masalah tertentu yang memengaruhi suatu kelompok orang-orang (masyarakat). Pendapat lain menyebutkan bahwa opini publik mewakili suatu kesepakatan, dan kesepakatan dimulai dengan sikap orang-orang terhadap issue yang masih tanda tanya. Mencoba untuk mempengaruhi suatu sikap yang dimiliki individu –bagaimana tanggapan dia terhadap suatu pokok masalah yang dihadapinya- adalah suatu fokus utama dari kegiatan Public Relations. Noelle-Neumann (1984) seperti dikutip oleh Morissan (2008) mendefinisikan opini publik sebagai sikap atau tingkah laku yang ditunjukkan seseorang kepada khalayak jika ia tidak ingin dirinya terisolasi; dalam hal isu kontroversial, opini publik adalah sikap yang ditunjukkan seseorang kepada khalayak tanpa harus membahayakan dirinya sendiri yaitu berupa pengucilan. Lebih jauh Noelle-Neumann menjelaskan bahwa terdapat dua teori yang membentuk opini publik yakni Teori Spiral Keheningan; menyatakan bahwa pendapat pribadi sangat tergantung pada apa yang dipikirkan atau diharapkan oleh orang lain. Individu pada umumnya berusaha untuk menghindari terjadi pengucilan atau isolasi karena ia sendirian mempertahankan sikap atau keyakinan tertentu. Orang akan mengamati lingkungannya terlebih dahulu guna mempelajari pandangan-pandangan mana yang bertahan dan mendapatkan dukungan dan pandangan mana yang tidak dominan atau popular. Teori Agenda Setting; menyatakan kekuatan media massa dalam agenda setting ini tidak saja terletak pada kekuatan media dalam menentukan jumlah ruang atau waktu yang diberikan media pada berita-berita tertentu atau penempatannya pada siaran berita atau halaman media cetak tetapi juga kesamaan isu atau topik yang diangkat oleh berbagai media massa. Individu berkecenderungan untuk mencari dukungan atau pembenar atas opininya dan untuk mendapatkan solusi terhadap suatu isu. Situasi tersebut membuat individu terlibat melalui diskusi dalam kelompok maupun diskusi publik. Dalam diskusi publik ini, opini individu saling bertemu, menjadikan opini berkembang luas dan terakumulasi membentuk opini publik. Karena terdiri dari beragam orang dan kepentingan, maka diskusi publik dapat memunculkan setidaknya dua ragam opini publik, yaitu yang setuju (pro) dan yang tidak setuju atau kontra (Kriyantono 2014). Seitel dalam Soemirat dan Ardianto (2002) menyebutkan bahwa sikap didasarkan pada sejumlah karakteristik, yakni:
14
1. Personal, secara fisik, unsur emosional suatu individu termasuk kondisi, usia, dan status sosial. 2. Cultural, lingkungan dan gaya hidup dalam area geografis tertentu, seperti Jepang berbeda dengan orang Amerika atau orang desa di Amerika berbeda dengan orang kotanya. 3. Pendidikan, tingkat dan kualitas pendidikan seseorang. 4. Familial (people’s root), semacam akar rumput orang-orang. 5. Religi, suatu sistem kepercayaan tentang Tuhan atau supernatural. 6. Tingkatan sosial, posisi dalam masyarakat. Perubahan status sosial yang dimiliki orang-orang. 7. Ras, asal etnik/suku. Karakteristik-karakteristik di atas memberikan pengaruh terhadap bentuk sikap, juga faktor-faktor lainnya seperti pengalaman, tingkat ekonomi, sikap politik dan anggota suatu organisasi. Penelitian membuktikan bahwa sikap dan perilaku adalah situasional –dipengaruhi oleh issue-issue dalam situasi tertentu. Meskipun begitu, sewaktu yang lain dengan sikap yang sama mencapai suatu pendapat yang sama, maka suatu konsensus/kesepakatan atau opini publik itu muncul. Gagasan umum tentang opini publik adalah tetap sebagai agregasi pandangan individu belaka terhadap beberapa isu. Tetapi pendekatan “kesepakatan individu” dalam mendefinisikan opini publik kehilangan maksudnya bahwa sifatnya adalah publik. Kognisi individu bisa atau tidak bisa mewakili konsensus, atau “berpikir bersama,” yang lebih lengkap mewakili bermacammacam opini yang membentuk dan dibentuk oleh diskusi publik di antara mereka yang berbagi “rasa kesamaan”. Bagaimanapun, opini publik merupakan kekuatan besar dalam masyarakat modern. Segala jenis organisasi harus menghadapi opini publik yang nyata dan dilihat pada saat mereka membangun dan mempertahankan hubungan dengan banyak publik internal dan eksternal mereka. Tetapi organisasi merupakan aktor. Opini publik hanya merupakan “pembangkit energi” tindakan mereka (Cutlip, Center dan Broom 2000). Citra Salah satu tugas Public Relations adalah membangun citra. Menurut Kriyantono (2008) citra (image) merupakan gambaran yang ada dalam benak publik tentang perusahaan. Citra adalah persepsi publik tentang perusahaan menyangkut pelayanannya, kualitas produk, budaya perusahaan, perilaku perusahaan atau perilaku individu-individu dalam perusahaan dan lainnya. Pada akhirnya persepsi akan mempengaruhi sikap publik, apakah mendukung, netral atau memusuhi. Lebih jauh Kriyantono menjelaskan bahwa kegiatan Public Relations adalah bertujuan untuk merubah sikap Benci (Hostility) Prasangka buruk (Prejudice) Apatis (Apathy) Tidak tahu (Ignorance)
Simpati (Sympathy) Menerima (Acceptance) Menaruh perhatian (Interest) Berpengetahuan (Knowledge) Gambar 2 Tujuan PR adalah merubah sikap
15
Gambar 2 menjelaskan bahwa tujuan Public Relations adalah agar citra perusahaan positif di mata publiknya. Citra positif mengandung arti kredibilitas perusahaan di mata publik adalah baik (kredibel). Kredibilitas mencakup dua hal, yaitu: Kemampuan (expertise) Persepsi publik bahwa perusahaan dirasa mempunyai kemampuan dalam memenuhi kebutuhan, harapan maupun kepentingan publik. Misalnya produk-produk yang dihasilkan murah, berkualitas, dan ramah lingkungan. Kepercayaan (trustworthy) Persepsi publik bahwa perusahaan dapat dipercaya untuk tetap komitmen menjaga kepentingan bersama. Citra positif merupakan langkah penting menggapai reputasi perusahaan di mata khalayak. Ada empat lapis reputasi yang perlu dikelola Public Relations, yakni: reputasi personal para eksekutif dan karyawan (personal branding); reputasi produk dan jasa yang yang ditawarkan (product branding); reputasi korporat (corporate branding); dan reputasi industri (industrial branding). Citra adalah kesan yang diperoleh seseorang berdasarkan pengetahuan dan pengertiannya tentang fakta-fakta atau kenyataan. Untuk mengetahui citra seseorang terhadap suatu objek dapat diketahui dari sikapnya teradap objek tersebut. Lebih jauh Soemirat dan Ardianto (2002) menjelaskan proses pembentukan citra sebagai berikut: Pengalaman mengenai stimulus Kognisi Stimulus Rangsang
Persepsi
Sikap
Respon Perilaku
Motivasi Gambar 3 Model pembentukan citra
Model pembentukan citra tersebut menunjukkan bagaimana stimulus yang berasal dari luar diorganisasikan dan mempengaruhi respons. Stimulus (rangsang) yang diberikan pada individu dapat diterima atau ditolak. Jika rangsang ditolak proses selanjutnya tidak akan berjalan, hal ini menunjukkan bahwa rangsang tersebut tidak efektif dalam mempengaruhi individu karena tidak ada perhatian dari individu tersebut. Sebaliknya, jika rangsan itu diterima oleh individu, berarti terdapat komunikasi dan terdapat perhatian dari organisme, dengan demikian proses selanjutnya dapat berjalan.
16
Analisis SWOT Strategi Public Relations dapat disusun dengan menggunakan Analisis SWOT (Strength, Weakness, Opportunity, Threats). Analisis SWOT adalah satu pekerjaan yang cukup berat karena hanya dengan itu alternatif-alternatif strategis dapat disusun (Salusu 1996). Terdapat beberapa model yang dapat digunakan untuk melakukan Analisis SWOT, salah satunya adalah yang disebut dengan Matriks TOWS yang dikembangkan oleh David (1989), yang mendahulukan analisis Ancaman dan Peluang untuk kemudian melihat sejauh mana kapabilitas internal sesuai dan cocok dengan faktor-faktor eksternal tersebut. Terlihat pada Gambar 4, terdapat empat strategi yang tampil dari hasil analisis TOWS tersebut. STRENGTHS (Susun daftar kekuatan) 1. 2 3. 4. 5. 6. OPPORTUNITIES (Susun daftar peluang) 1. 2 3. 4. 5. 6.
1. 2 3. 4. 5. 6. STRATEGI SO (Pakai kekuatan untuk memanfaatkan peluang)
1. 2 3. 4. 5. 6. THREATS (Susun daftar ancaman)
1. 2 3. 4. 5. 6
WEAKNESSES (Susun daftar kelemahan)
STRATEGI WO (Tanggulangi kelemahan denagn memanfaatkan peluang) 1. 2 3. 4. 5. 6.
STRATEGI ST (Pakai kekuatan untuk menghindari ancaman) 1. 2 3. 4. 5. 6.
STRATEGI WT (Perkecil kelemahan dan hindari ancaman) 1. 2 3. 4. 5. 6.
Gambar 4 Matriks TOWS
-
Strategi SO digunakan untuk menarik keuntungan dari peluang yang tersedia dalam lingkungan eksternal. Strategi WO bertujuan untuk memperbaiki kelemahan internal dengan memanfaatkan peluang dari lingkungan luar. Strategi ST akan digunakan organisasi untuk menghindari, paling tidak memperkecil dampak dari ancaman yang datang dari luar. Strategi WT adalah taktik pertahanan yang diarahkan pada usaha memperkecil kelemahan internal dan menghindari ancaman eksternal
Karakteristik Pengunjung Karakteristik pengunjung dalam hal ini merupakan hal yang melekat pada diri seseorang atau disebut dengan karakteristik individu adalah suatu proses psikologis yang mempengaruhi individu dalam memperoleh, mengkonsumsi, serta
17
menerima barang dan jasa serta pengalaman. Menurut Hurriyati (2008) karakteristik individu merupakan faktor internal (interpersonal) yang menggerakan dan mempengaruhi perilaku. Adapun karakteristik pengunjung dibedakan menjadi beberapa bagian berdasarkan segmentasinya. Yakni demografi, geografis, geodemografis, serta psikografis. Segmentasi demografi merupakan khalayak yang dibedakan berdasarkan karakteristik demografi, seperti usia, gender, pendidikan, pekerjaan, dan sebagainya. Sementara itu segmentasi geografis merupakan khalayak yang dibedakan berdasarkan wilayah tempat tinggalnya, misalnya pulau, provinsi, kota, dan desa. Segmentasi geodemografis adalah khalayak yang tinggal disuatu wilayah geografis tertentu diyakini memiliki karakter demografi yang sejenis namun wilayah demografi harus sesempit mungkin, misalnya kawasan-kawasan pemukiman atau kelurahan. Sementara itu segmentasi psikografi merupakan khalayak yang dibagi berdasarkan gaya hidup dan kepribadiannya. Gaya hidup dapat memengaruhi perilaku seseorang dan mengklasifikasikannya berdasarkan aktivitas, ketertarikan, dan pendapat. Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh Rachmawaty, Pian, dan Daulay (2006) yang berjudul “Karakteristik Pengunjung Rekreasi dan Obyek Wisata di Taman Hutan Raya Dr. Mohammad Hatta” menjelaskan bahwa penilaian terhadap karakteristik pengunjung dapat dilihat berdasarkan jenis kelamin, usia, tingkat pndidikan, jenis pekerjaan, tingkat pendapatan, kondisi geografis, waktu kunjungan dan motivasi kunjungan. Kerangka Pemikiran Kecenderungan opini publik terhadap pemerintah adalah hal yang penting dan dibutuhkan guna menunjang kinerja dan pelayanan yang akan dilakukan oleh pemerintah. Semakin merebaknya isu negatif pemerintah justru akan membuat reputasi pemerintah menjadi buruk, itu berarti hal tersebut akan membentuk opini negatif terhadap lembaga pemerintahan. Praktisi Public Relations dalam hal ini dituntut untuk mampu mengembalikan dan membentuk kembali opini positif publik terhadap lembaga pemerintah. Seseorang untuk sampai ke tahap pembentukan opini terlebih dahulu harus mengetahui tentang sesuatu hal atau isu sebagai objek yang akan diperhatikan. Setelah mengetahui tentang objek tersebut, barulah proses menuju penentuan sikap berdasarkan kecenderungan yakni sikap negatif, netral, atau positif terjadi. Dengan demikian opini seseorang terhadap objek tersebut akan muncul, adalah berupa evaluasi tentang isu yang mejadi pusat perhatian. Penelitian ini melihat opini publik berdasarkan tingkat pengetahuan dan sikap seseorang terhadap suatu objek. Berbagai upaya perlu dilakukan untuk membentuk dan mengembalikan reputasi pemerintah di mata khalayak. Opini publik terbentuk melalui beberapa faktor. Diantaranya adalah faktor dari dalam diri individu yakni berupa karakteristik individu dalam hal ini adalah faktor internal serta faktor luar individu atau dalam hal ini adalah faktor eksternal yang diwujudkan dalam bentuk aktivitas Public Relations. Karakteristik individu merupakan hal-hal yang berhubungan dengan pembentukan opini publik, diukur dari jenis kelamin, usia, tingkat pendidikan, jenis pekerjaan, frekuensi kunjungan, serta aksesibilitas informasi yang diterima. Dengan demikian, karakteristik individu sebagai pengunjung memiliki hubungan dengan kecenderungan opini yang terbentuk mengenai Bogor Kota Sejuta Taman, dilihat berdasarkan tingkat pengetahuan dan sikap.
18
Faktor yang berhubungan dengan pembentukan opini diluar individu yang menjadi publik tersebut adalah aktivitas sebagai implementasi strategi Public Relations. Penggunaan Media Public Relatons adalah hal yang mutlak dilakukan. Adapun Public Relations Tools yang dimaksud menurut Kriyantono (2008) adalah: Publisitas dan media relations, special event, Corporate advertising, Newsletters, Speaker Bureau, Lobbying, Charitable contributions, Thank you notes and letters, Audio-visual instrumen, Sponsorships, Letters of denial. Dalam hal ini, pembentukan opini publik dilihat berdasarkan jumlah informasi yang diberikan, ragam media sebagai alat penyampaian informasi serta frekuensi aktivitas yang dilakukan, dan selanjutnya adalah seberapa kuat pesan yang dirancang berperan dalam membentuk opini Bogor Kota Sejuta Taman.
Karakteristik Pengunjung X1.1 Jenis Kelamin X1.2 Usia X1.3 Tingkat Pendidikan X1.4 Jenis Pekerjaan X1.5 Frekuensi Kunjungan X1.6 Aksesibilitas Informasi Ragam Opini Publik (Y) Y1 Tingkat Pengetahuan Y2 Sikap Aktivitas Public Relations X2.1 Ragam Media X2.2 Jumlah Informasi X2.3 Frekuensi Aktivitas X2.4 Kekuatan Pesan
Gambar 5 Kerangka pemikiran strategi public relations dalam pembentukan opini Bogor kota sejuta taman
Keterangan: : Berhubungan
19
Hipotesis Penelitian Berdasarkan kerangka pemikiran yang telah dijelaskan di atas, maka hipotesis penelitian yang didapatkan adalah sebagai berikut: 1. Terdapat hubungan nyata antara karakteristik pengunjung dengan opini Bogor Kota Sejuta Taman 2. Terdapat hubungan nyata antara aktivitas Public Relations dengan opini masyarakat tentang Kota Sejuta Taman
20
21
PENDEKATAN LAPANGAN Metode Penelitian Penelitian dilakukan dengan menggunakan pendekatan kuantitatif yang didukung dengan data kualitatif. Pendekatan kuantitatif diperlukan untuk pengambilan data berupa angka yang diperoleh melalui kuesioner. Unit analisis penelitian adalah individu. Penelitian juga bersifat eksplanatori karena menjelaskan hubungan antar variabel melalui pengujian hipotesa (Singarimbun 2006). Penelitian kualitatif digunakan untuk pengambilan data yang bersifat deskriptif yakni berupa gejala-gejala sosial yang dikategorikan ataupun dalam bentuk lainnya, seperti foto, dokumen kependudukan, dan literatur lain yang relevan dengan penelitian yang dilakukan. Pendekatan deskriptif digunakan untuk menjelaskan atau menggambarkan kondisi yang ada di lapang. Penelitian deskriptif digunakan untuk memperkuat hasil yang didapatkan dari penelitian eksplanatori. Selain itu, penelitian deskriptif berguna untuk membuat penjelasan secara sistematis, faktual, dan akurat mengenai fakta-fakta dan sifat-sifat populasi atau daerah tertentu. Lokasi dan Waktu Penelitian dilaksanakan di Taman-Taman Kota Bogor, Jawa Barat. Pemilihan lokasi dilakukan secara purposive. Hal tersebut dikarenakan Pemerintah Kota Bogor memiliki program Kota Sejuta Taman yang merupakan satu dari program prioritas Pemerintah Kota Bogor saat ini, serta program yang bersangkutan merupakan program yang berupaya untuk merubah opini masyarakat kearah yang lebih baik. Secara geografis Kota Bogor terletak di antara 106’ 48’ BT dan 6’ 26’ LS, kedudukan geografis Kota Bogor di tengah-tengah wilayah Kabupaten Bogor serta berlokasi sangat dekat dengan Ibukota Negara, hal tersebut merupakan potensi yang strategis bagi perkembangan dan pertumbuhan ekonomi dan jasa, pusat kegiatan nasional untuk perdagangan, transportasi, komunikasi, dan pariwisata. Adapun taman yang dijadikan sebagai lokasi pengambilan data adalah Taman Ekspresi dan Taman Kencana yang terletak di Kecamatan Bogor Tengah. Alasan pemilihan lokasi adalah taman-taman tersebut merupakan taman yang diperuntukkan untuk pengunjung, sehingga pengunjung dapat melakukan kegiatan dengan memanfaatkan fasilitas yang telah disediakan. Selain itu, Taman Ekspresi dan Taman Kencana merupakan taman yang berlokasi cukup dekat dengan pemukiman warga, dengan demikian jawaban-jawaban responden diharap mampu mewakili jawaban pengunjung sekaligus sebagai masyarakat secara umum. Pembangunan taman sudah berlangsung sejak 2014, DKP telah membangun dan menata kembali beberapa taman aktif, dan taman-taman kecil lainnya yang tersebar di sejumlah wilayah di Kota Bogor. Penelitian ini dilaksanakan dalam waktu empat bulan, dimulai sejak bulan Februari sampai dengan bulan Juni dengan kegiatan meliputi penyusunan proposal skripsi, uji kelayakan proposal skripsi, kolokium, pengambilan dan pengolahan data lapang, penulisan draft skripsi, uji kelayakan skripsi, sidang skripsi, dan perbaikan skripsi (lampiran 3).
22
Teknik Pemilihan Responden dan Informan Populasi sasaran dalam penelitian ini adalah semua individu yang berkunjung ke taman di Kota Bogor. Unit analisis dalam penelitian ini adalah individu. Sampel penelitian dipilih secara aksidental. Teknik accidental sampling merupakan teknik penentuan sampel berdasarkan kriteria atau pertimbangan tertentu. Dengan teknik ini, peneliti memilih sampel secara spontanitas atau siapa saja yang dianggap dapat mewakili populasi berdasarkan kriteria yang telah ditetapkan (Rianse dan Abdi 2009). Adapun peneliti dalam penelitian ini menetapkan kriteria responden yakni dewasa secara umur dan dapat mempertanggungjawabkan jawaban-jawaban yang diberikan. Selain itu, responden merupakan pengunjung taman yang bertempat tinggal di wilayah Bogor. Responden tersebut diwawancarai dengan menggunakan kuesioner mengenai opini tentang Kota Bogor karena jawabannya dianggap dapat mewakili opini di mata publik. Jumlah responden sebanyak 60 orang dipilih dengan menggunakan teknik accidental sampling. Teknik accidental sampling dipilih karena populasi tidak diketahui secara pasti. Responden sebanyak 60 orang diambil dari Taman Ekspresi dan Taman Kencana, Kecamatan Bogor Tengah. Jumlah minimal responden pada uji statistik adalah 35 responden, sehingga jumlah sampel dapat mewakili jawaban populasi. Sementara itu informan yang dipilih adalah Bagian Humas Pemerintah Kota Bogor serta Dinas Kebersihan dan Pertamanan (DKP) Kota Bogor. Bagian Humas merupakan divisi manajemen sebagai jembatan pertukaran informasi antara pemerintah dengan masyarakat, sementara itu Dinas Kebersihan dan Pertamanan Kota Bogor sebagai dinas pelaksana program Sejuta Taman. Teknik Pengumpulan Data Sumber data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data primer dan data sekunder. Sumber data primer diperoleh dari responden dan informan. Data primer adalah data yang diperoleh melalui wawancara terstruktur dengan menggunakan kuesioner kepada responden. Hal ini bertujuan untuk memperoleh informasi atau jawaban atas pertanyaan-pertanyaan yang relevan dengan tujuan penelitian. Kuesioner telah diujikan terlebih dahulu kepada 10 orang diluar responden yang diteliti, dengan hasil uji reliabilitas menunjukkan nilai Cronbach’s Alpha yakni 0,771. Pengujian tersebut dimaksudkan untuk menguji reliabilitas kuesioner yang digunakan sebagai instrumen pengumpulan data kuantitatif. Uji reliabilitas menunjukkan sejauh mana hasil pengukuran relatif konsisten apabila pengukuran diulangi dua kali atau lebih (Singarimbun 2006). Data primer juga diperoleh melalui wawancara dengan pihak Humas Pemerintah Kota Bogor serta Dinas Kebersihan dan Pertamanan (DKP) Kota Bogor, yang dalam hal ini dipilih sebagai informan. Data sekunder yang digunakan dalam penelitian ini diperoleh dari dokumen pemerintahan, hasil penelitian terdahulu yang sejenis, dan berbagai literatur yang relevan dengan penelitian ini, yakni buku, jurnal ilmiah, skripsi/ thesis/ disertasi, dan publikasi internet. Informasi kemudian dilengkapi dengan analisis SWOT (Strength, Weakness, Opportunities, and Threats). Output dari analisis SWOT yang digunakan adalah usulan strategi yang akan menjadi masukan bagi organisasi, terkait penerapan yang paling efektif dan bermanfaat bagi organisasi.
23
Tabel 1 Teknik pengumpulan data Teknik pengumpulan data Kuesioner
Wawancara mendalam
-
-
Observasi lapang
-
Analisis dokumen
-
Data yang akan dikumpulkan Karakteristik responden Aktivitas Public Relations Ragam Opini Publik Peran Bagian Humas Pemerintah Kota Bogor dalam program pemerintahan Latar belakang dan tujuan Program Sejuta Taman Peran pengunjung dalam taman kota Kondisi taman kota Aktivitas yang dilakukan pengunjung Visi dan misi Pemerintah Kota Bogor Susunan rogram prioritas pemerintah Kota Bogor
Definisi Operasional Karakerisik Pengunjung Karakteristik pengunjung merupakan faktor yang berasal dari dalam diri seseorang dan berhubungan dengan pembentukan sebuah opini. Adapun karakteristik yang dimaksud terdiri dari jenis kelamin, usia, tingkat pendidikan, jenis pekerjaan, frekuensi kunjungan, serta akses terhadap informasi. Karakteristik tersebut kemudian dikategorikan menjadi tiga kategori pengukuran, yaitu rendah, sedang, dan tinggi. Penentuan selang skor untuk masing-masing kategori dilakukan secara emik setelah mendapatkan data dari responden. Tabel 2 Variabel, definisi operasional, parameter, dan kategori pengukuran karakteristik pengunjung Variabel
Definisi Operasional
Parameter Pengukuran
Jenis kelamin
Apakah responden laki-laki atau perempuan.
Digolongkan menjadi dua golongan jenis kelamin.
Usia
Masa hidup Dihitung mulai dari yang dilalui tahun kelahiran dan responden. dibulatkan ke ulang tahun terdekat saat penelitian
Kategori Pengukuran
Tingkat Pengukuran
1. Perempuan 2. Laki-laki
Nominal
1. Desawa awal 2. Dewasa pertengahan 3. Dewasa Akhir
Rasio
24
dilaksanakan.
(Pengkategorian dalam penelitian ini dilakukan untuk kebutuhan akademik) 1. Rendah (SD) Ordinal 2. Sedang (SMPSMA) 3. Tinggi (Perguruan Tinggi)
Tingkat pendidikan
Jenjang pendidikan formal yang ditamatkan oleh responden.
Dilihat berdasarkan penamatan pendidikan formal yang pernah diikuti oleh responden
Jenis pekerjaan
Jenis pekerjaan adalah kegiatan utama yang dijalankan oleh responden untuk memperoleh pendapatan.
Digolongkan berdasarkan jenis bidang yang ditekuni
Frekuensi Kunjungan
Tingkat kunjunggan ke taman kota yang dilakukan responden
Dihitung 1. Rendah berdasarkan 2. Sedang frekuensi 3. Tinggi kunjungan responden ke taman kota
Rasio
Aksesibilitas informasi
Merupakan tingkat kemudahan responden dalam menemukan informasi
Dihitung berdasarkan jumlah pernyataan responden
Ordinal
1. 2. 3. 4.
Tidak Bekerja PNS Wiraswasta Pegawai Swasta 5. Lainnya
1. Rendah 2. Sedang 3. Tinggi
Nominal
Aktivitas Public Relations Aktivitas Public Relations tidak terlepas dari tugasnya sebagai penyampai informasi dan mendapatkan timbal balik dari publiknya. Kegiatan-kegiatan Public Relations jika dilihat berdasarkan jumlah informasi yang dikeluarkan, ragam media, frekuensi aktivitas serta kekuatan rancangan pesan yang digunakan memiliki hubungan dengan opini yang terbentuk.
25
Tabel 3 Variabel, definisi operasional, parameter, dan kategori pengukuran aktivitas public relations Variabel
Jumlah Informasi
Ragam Media
Frekuensi aktivitas
Kekuatan Pesan
Definisi Operasional
Banyaknya informasi yang diterima oleh responden
Parameter Pengukuran
Dihitung berdasarkan banyaknya informasi yang diterima oleh responden Media apa saja Digolongkan yang berdasarkan media digunakan oleh yang digunakan divisi responden untuk mempeoleh informasi Seberapa Dihitung sering berdasarkan responden intensitas media mempeoleh yang digunakan oleh informasi dari Public Relations PR yang melakukan aktivitasnya melalui media relations Kekuatan Kekuatan pesan pesan diukur berdasarkan merupakan lima dimensi, yaitu tingkat attention, need, kekuatan satisfaction, penyampaian vizualization, dan informasi action. kepada khalayak.
Kategori Pengukuran
Tingkat Pengukuran
1. Rendah 2. Sedang 3. Tinggi
Ordinal
1. Rendah 2. Sedang 3. Tinggi
Ordinal
1. Rendah 2. Sedang 3. Tinggi
Rasio
1. Rendah 2. Sedang 3. Tinggi
Ordinal
Pembentukan Opini Opini publik merupakan dampak yang timbul setelah suatu kegian dilakukan oleh praktisi Public Relations. Dalam poses pembentukannya, opini seseorang dicirikan dengan sikap yang ditunjukkan serta tingkat pengetahuan tentang pelaksanaan program pemerintah. Kategori tingkat pengetahuan dibedakan menjadi rendah, sedang, dan tinggi. Sementara itu, kategori sikap dibedakan menjadi negatif, netral, dan positif.
26
Tabel 4 Variabel, definisi operasional, parameter, dan kategori pengukuran pembentukan opini publik Definisi Parameter Kategori Tingkat Variabel Operasional Pengukuran Pengukuran Pengukuran Tingkat Tingkat pengetahuan pengetahuan tentang dimiliki responden terkait program Kota Sejuta Taman
Dihitung berdasarkan kemampuan responden dalam menjelaskan pengetahuan tentang taman
1. Rendah 2. Sedang 3. Tinggi
Ordinal
Sikap
Dihitung berdasarkan akumulasi pernyataan yang diberikan
1. Negatif 2. Netral 3. Positif
Ordinal
Kecenderungan sikap masyarakat terhadap kinerja pemerintah saat ini
Teknik Pengolahan dan Analisis Data Data primer dan sekunder yang telah diperoleh selanjutnya dilakukan pengolahan. Data kuantitatif diolah dengan menggunakan Microsoft Excel 2013 dan SPSS for Windows versi 21.0, dianalisis dengan metode yang sesuai dalam mengukur sikap dan tingkat pengetahuan masyarakat terhadap pemerintahan Kota Bogor. Pengolahan data karakteristik pengunjung dilakukan dengan menggunakan analisis Rank Spearman untuk data ordinal dan uji beda Chi-square untuk data nominal. Opini yang terbentuk dianalisis berdasarkan aspek yang dapat membentuk opini publik melalui sikap dan tingkat pengetahuan, meliputi aktivitas Public Relations, dan karakteristik pengunjung. Setelah opini masyarakat berhasil dianalisis, langkah selanjutnya adalah penggunaan analisis SWOT untuk merumuskan strategi Public Relations yang efektif sesuai dengan elemen peluang, ancaman, kelebihan, dan kekurangan untuk dapat digunakan oleh Bagian Humas Pemerintah Kota Bogor. Data primer yang diperoleh secara kuantitatif di lapangan telah melalui proses pengolahan data. Pengolahan data dilakukan untuk menguji hipotesis yang telah dirumuskan. Proses pengolahan data ini meliputi proses pembuatan kode, pemberian skor, dan kemudian dimasukkan ke dalam SPSS Statistic 21.0 dan Microsoft Excel 2013. Analisis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah: 1. Analisis deskriptif kualitatif, digunakan untuk menggambarkan kegiatan Public Relations Pemerintah Kota Bogor dalam pertukaran informasi kepada publik tentang program Sejuta Taman melalui wawancara. Data primer yang diperoleh secara kualitatif melalui penelusuran dokumen dan studi literatur yang relevan.
27
2.
3.
Analisis statistik deskriptif, digunakan untuk menggambarkan individu penduduk Kota Bogor yang meliputi: jenis kelamin, usia, tingkat pendidikan formal, jenis pekerjaan, tingkat pengetahuan, sumber informasi, aksesibilitas informasi, dan frekuensi keterlibatan; aktivitas Public Relations, yaitu: jumlah informasi, tingkat fasilitasi, jenis pelayanan, ragam media, intensitas media dan kekuatan pesan. Analisis statistik inferensial dengan uji korelasi Rank Spearman dan Chisquare untuk mengetahui hubungan antara variabel karakteristik pengunjung dengan sikap dan tingkat pengetahuan, serta hubungan antara aktivitas Public Relations dengan sikap dan tingkat pengetahuan. Sebelum dilakukan uji Rank Spearman, telah dilakukan penyusunan tabel frekuensi terlebih dahulu, kemudian dilakukan uji Rank Sperman untuk menguji seberapa besar hubungan antar variabel yang diuji. Hasil data ini diolah melalui uji korelasi Rank Spearman karena variabel tersebut menggunakan skala ordinal. Sedangkan uji analisis Chi-square dilakukan untuk mengetahui perbedan jenis kelamin dan jenis pekerjaan dari karakteristik pengunjung dengan kecenderungan opini yang terbentuk. Uji analisis Chisquare dilakukan karena variabel tersebut menggunakan skala nominal.
28
29
GAMBARAN MENGENAI PROGRAM SEJUTA TAMAN Program Sejuta Taman Masa kepemimpinan lima tahun pertama pada tahun 2014, Pemerintah Kota Bogor memiliki Enam program prioritas, yang terdiri dari dua program lanjutan dari pemerintahan sebelumnya dan empat program tambahan. Beberapa di antaranya adalah program yang berfokus pada penyelesaian masalah transportasi, penertiban pedagang kaki lima (PKL), solusi untuk masalah kebersihan, pengentasan kemiskinan, serta program yang memiliki fokus pada reformasi birokrasi dalam pemenuhan kebutuhan dasar pendidikan dan kesehatan. Pada tahun 2015 dalam upaya mengatasi masalah kebersihan dan keindahan kota, telah dibangun delapan taman kota. Upaya tersebut merupakan perwujudan dari pelaksanaan Program Sejuta Taman. Kemudian pada tahun 2016, Pemerintah Kota Bogor memiliki dua pokok fokus utama yakni mengatasi masalah transportasi dan masalah kebersihan. Upaya untuk mengatasi masalah kebersihan, pihak pemerintah dalam hal ini melakukan kerja sama dengan mengedepankan partisipasi masyarakat dalam menjaga kebersihan lingkungan. Dilakukan dengan melakukan sosialisasi tentang konsep 3R (Reuse, Reduce, Recycle), hingga mengadakan perlombaan kebersihan antar masyarakat guna memotivasi agar masyarakat mampu menjaga dan meningkatkan kebersihan lingkungannya. Program Sejuta Taman adalah program yang diusung oleh Walikota Bogor dalam masa kerjanya untuk merubah image Kota Bogor yang awalnya Kota Sejuta Angkot menjadi Kota Sejuta Taman. Program ini bertujuan untuk membuat perubahan pada kota sehingga menjadi lebih nyaman bagi masyarakat Kota Bogor dengan demikian diharapkan dapat menarik wisatawan asing maupun lokal datang ke Kota Bogor untuk menikmati Taman-tamannya. Dampak positif lainnya akan meningkatkan pendapatan daerah Kota Bogor. Manfaat dari adanya taman di tengah Kota adalah untuk memperbaiki iklim kota, kota yang tidak jauh dari polusi kendaraan bermotor maka dengan adanya taman akan mengurangi dampak negatif dari polusi tersebut. Adapun jumlah taman kota yang saat ini telah terbangun sebanyak 17 taman dengan masing-masing nama sebagai berikut: 1. Hutan Kota Ahmad Yani saat ini memiliki luas ± 13.000 m². Hutan kota termasuk dalam kegiatan pembangunan taman tahun anggaran 2014. Anggaran berasal dari dana Banprov (Batuan Provinsi). Hutan kota ahmad yani berada dekat dengan kawasan perkantoran seperti kantor imigrasi, kantor BPJS dan Jamsostek. 2. Taman Air Mancur, merupakan taman pulau yang berada di Kelurahan Tanah Sareal Kecamatan Tanah Sareal. Dibandingkan dengan taman pulau lainnya taman pulau ini memiliki area yang cukup luas, yaitu seluas ±3.036,75 m² apabila dibandingkan dengan taman pulau lainnya di Kota Bogor. Taman air mancur telah lama didirikan dan telah menjai Icon bagi warga Kota Bogor sendiri. Posisi dari taman ini segaris lurus dengan pintu Utama Istana Bogor. Taman air mancur mengalami beberapa kali renovasi seiring berjalannya waktu, dan ditahun 2015 taman air mancur kembali direnovasi yang menjadikan taman ini semakin ramai dikunjungi oleh warga.
30
3. Taman Peranginan merupakan salah satu taman yang ada di Kota Bogor yang cukup terkenal seperti Taman Kencana dan taman lainnya. Taman Peranginan memiliki luas area sebesar 1.699,44 m². Lokasi taman berada di Kelurahan Babakan, Kecamatan Bogor Tengah. Taman Peranginan merupakan taman kota yang bersifat aktif sehingga tedapat banyak aktifitas yang dapat dilakukan didalamnya. Taman Peranginan merupakan satu-satunya taman di Kota Bogor yang berbatasan langsung dengan tebing, sehingga memiliki pemandangan yang cukup bagus dengan view perumahan dan Sungai Ciliwung. Dengan desain yang telah disesuaikan membuat taman ini cukup aman untuk dikunjungi. 4. Taman Palupuh adalah taman ketiga yang dibangun oleh Kementerian Pekerjaan Umum melalui Program Pengembangan Kota Hijau (P2KH) setelah Taman Situ Anggalena dan Taman Cipaku. Taman yang berukuran ± 10.000 m² ini dibangun di atas tanah milik Pemerintah Provinsi Jawa Barat. Salah satu daya tarik Taman Palupuh adalah adanya Makam Keramat Ciung Wanara sehingga banyak yang berkunjung ke taman tersebut untuk keperluan tertentu. 5. Taman Cipaku merupaka taman kedua yang dibangun melalui program Pengembangan Kota Hijau dari Kementerian Pekerjaan Umum. Taman yang berukuran luas ± 5.300 m2 ini terletak di komplek perumahan Perumda Cipaku, kelurahan Cipaku Kecamatan Bogor Selatan. Taman ini dikelilingi oleh pemukiman penduduk, komplek pemakaman umum, dan fasilitas pendidikan, mulai dari pendidikan usia dini, sekolah dasar, sampai dengan sekolah menengah. 6. Taman Kencana, terletak di Jalan Taman Kencana depan kampus IPB Taman Kencana, saat ini adalah kantor publishing house IPB Press. Taman Kencana termasuk ke dalam kelompok taman lingkungan namun karena letaknya di tengah kota dan sangat strategis maka nilai strategis Taman Kencana naik menjadi taman kota. Nilai strategi Taman Kencana terletak pada namanya yang sangat terkenal di kalangan mahasiswa IPB khususnya yang berkuliah di kampus Baranangsiang, kampus Taman Kencana, Kampus Gunung Gede, dan kampus Cilibende. Selain itu, lokasi Taman Kencana berdekatan dengan hotel, restoran, dan pusat jajanan kuliner di Bogor sehingga Taman Kencana sangat diminati oleh pengunjung taman. 7. Taman Ekspresi Lereng Sempur, terletak di simpang Jl. Salak dan Jl. Jalak Harupat atau lebih tepatnya di sebelah lapangan Sempur. Taman Ekspresi terletak berdekatan dengan Taman Bhineka di Kebun Raya Bogor dan berbatasan langsung dengan Gedung Bundar milik Badan Pertanahan Nasional. Luas Taman Ekspresi adalah seluas 3611,3 m². 8. Taman Perlintasan BOGOR, taman pulau jalan yang dikenal dengan sebutan Taman Bogor ini merupakan taman yang berada di tengah persimpangan antara Jalan Raya Pajajaran dengan Jalan Pangarango dengan luas area ± 865,69 m². Berada persis di depan Pangrango Plaza yang saat ini beralih fungsi, dan dalam proses perbaikan dan berada persis disamping rumah dinas Walikota Bogor. Letak administratif di Kelurahan Babakan Kecamatan Bogor Tengah. Taman ini merupakan taman perlintasan dan biasa digunakan sebagai taman untuk bertukar angkutan
31
umum oleh para pengguna angkutan umum Kota Bogor. Taman Bogor saat ini tidak digunakan sebagai taman display dan taman perlintasan. 9. Taman Malabar adalah taman yang berada ditengah-tengah perumahan warga, yang tergolong kedalam taman kota dengan luas taman ±5.517,85 m². Taman ini memiliki lokasi administratif terletak pada Kelurahan Babakan Kecamatan Bogor Tengah. Taman ini merupakan taman aktif dimana taman ini dapat dimasuki oleh pengguna dan pengguna dapat melakukan aktifitas didalamnya. Lokasi strategis ditengah kota menjadikan taman ini taman yang cukup terkenal bagi warga lokal di Kota Bogor. 10. Taman Situ Anggalena merupakan taman pertama yang dibangun melalui bantuan hibah pembangunan taman Program Pengembangan Kota Hijau (P2KH) dari Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat pada tahun 2012. Taman yang memiliki luas total ± 5.600 M2 ini terletak di dalam kawasan Perumahan Villa Bogor Indah, Kelurahan Ciparigi Kecamatan Bogor Utara. Taman Situ Anggalena merupakan taman aktif yang di dalamnya terdapat situ yang saat ini menjadi salah satu tampungan air warga sekitar. 11. Taman Skatepark merupakan taman hasil kerjasama Dinas Kebersihan dan Pertamanan Bidang Pertamanan dengan pihak Telkomsel. Kerjasama dikenal dengan sebutan CSR (Coorporate Social Responsibility) dimana pihak tersebut membangun taman berdasarkan anggaran yang telah ditetapkan. Pada taman yang telah dibangun akan diberi simbol bahwa taman tersebut hasil kerjasama, seperti adanya lambang-lambang dari perusahaan yang mencirikannya. Taman yang telah dibangun tidak hanya dibiarkan begitu saja, melainkan terlibat masa pemeliharaan dengan jangka waktu tertentu, dan setelahnya akan diserahterimakan sepenuhnya kepada pihak dinas. 12. Taman Sudut Pangrango terletak di simpang Jalan Pangrango dan Jalan Pajajaran, taman ini ditujukan sebagai taman transit. Berada di Kelurahan Babakan Kecamatan Bogor Utara. Selain itu, taman tersebut merupakan taman untuk tempat beristirahat pejalan kaki yang hendak berganti angkutan kota atau hendak berganti moda transportasi. Taman yang dibangun pada tahun 2015 ini merupakan pasangan dari taman kembar pangrango. Luas taman kembar ini sebesar ± 20079.80 m², dengan luas bagian kiri ± 1820.26 m² dan sebelah kanan memiliki luas ± 1879.54 m². 13. Taman Corat Coret atau Taman Graffiti terletak di simpang jalan KH. Ahmad Sobana dan KH. Adnawijaya. Taman coret coret dibangun di atas lahan Prasarana dan Sarana Utilitas dari perumahan Indra Prasta. Taman tersebut dibangun untuk mengakomodir minat dan aspirasi pemuda dalam berkarya seni utamanya dalam seni graffiti dan seni lukis mural. Taman tersebut dibangun untuk tempat pemuda berkumpul dan menyalurkan bakat seni mereka sekaligus sebagai ajang berkumpul. Para pemuda di Kota Bogor dipersilahkan untuk menuangkan kreatifitas mereka di permukaan dinding-dinding media yang disediakan kapan saja dan dengan tema yang bebas kecuali pada event-event tertentu akan ditetapkan tema gambar yang harus dibuat. Pengaturan penggantian dinding mural dibantu oleh Komunitas Pecinta Graffiti yang ada di Kota Bogor.
32
14. Taman Heulang memiliki luas ± 28.000 m². Taman Heulang terletak di kawasan yang cukup kompleks karena dibatasi oleh empat RW berbeda dan empat ruas jalan yang juga berbeda. Sisi Utara taman dibatasi oleh Jalan Heulang, sisi Timur dibatasi oleh Jalan Kasintu, sisi Selatan dibatasi oleh Jalan Beo, sedangkan sisi Barat. Taman Heulang berada di lokasi yang sangat strategis karena letaknya berdekatan dengan beberapa sekolah antara lain SMK Negeri 1, SMAN 6, SD Julang, SMPN 12, dan SMPN 5 Kota Bogor. 15. Taman Pulau Macan Ciawi, sama seperti taman pulau pada umumnya hanya berfungsi sebagai taman display. Taman ini berada diperempatan ciawi yang merupakan perbatasan antara Kota dan Kabupaten Bogor. Kondisi taman saat ini cukup baik dengan tanaman semak yang memenuhi taman tersebut, dan tedapat patung tugu macan ditengahnya. Taman pulau ini dapat ditemukan dengan menelusuri Jalan Raya Pajajaran kemudian menelusuri Jalan Raya Tajur dan diujung Jalan Raya Tajur akan menemui perempatan dengan Taman Pulau Jalan Macan Ciawi ditengahnya. 16. Taman Pulau Jalan Yasmin terletak di persimpangan Jalan Sholeh Iskandar dan Jalan Raya yang menuju Parung. Terdapat fasilitas taman baik softscape mapun hardscape seperti tanaman mulai dari tanaman penutup tanah, semak, hingga pohon sedangkan untuk hardscape terdapat lampu taman dan patung kijang pada taman pulau tersebut. Taman pulau akan terlihat apabila pengunjung mengunjungi Lotte Mart yang berada dipojok persimpangan, kemudian taman terlihat apabila pengunjung akan menuju daerah Jakarta dengan melalui Jalan Raya Parung, selain itu taman akan dijumpai dari Jalan Salah Benda menuju ke Jalan Sholeh Iskandar. 17. Taman Pulau Jalan Warung Jambu ini merupakan taman hasil kerjasama pihak Dinas Kebersihan dan Pertamanan Kota Bogor Bidang Pertamanan dengan pihak Telkomsel. Kerjasama ini berdasarkan peraturan yang ada, taman boleh ditempatkan sebuah papan iklan atau sejenisnya apabila memenuhi persayaratan dan dengan menggunakan kontrak kerja yang jelas. Apabila persyaratan telah dipenuhi maka selama kontrak kerja pihak bersangkutan yang akan bertanggung jawab atas taman yang ditempatinya. Berdasarkan penuturan DV dari Dinas Pertamanan dan Kebersihan (DKP), nama taman yang dibangun dan diperuntukkan kepada pengunjung adalah Taman Ekspresi, Taman Heulang, Taman Graffiti (Corat-coret), dan Taman Kencana. Kegiatan yang dilakukan saat berkunjung ke taman yaitu duduk sembari berbincang bersama teman, melakukan foto selfie, dan sekedar jalan-jalan menikamati pemandangan. Peran masyarakat/pengunjung dalam pengelolaan taman-taman kota sangat penting, karena masyarakat/pengunjung merupakan pelaku utama yang diharapkan dapat menjaga taman-taman tersebut, selain petugas kebersihan dan pengeloaan taman DKP yang berperan, adanya kerjasama yang baik dari pengguna akan meningkatkan keberlangsungan keberadaan tamantaman kota.
33
Struktur Organisasi Pemerintah Kota Bogor Struktur organisasi merupakan perwujudan dari sebuah organisasi guna memberikan kemudahan dalam melaksanakan tugas dan fungsinya. Melalui pembagian tugas dan struktur yang jelas, visi dan misi sebuah organisasi akan mudah tercapai. Demikian dengan Pemerintah Kota Bogor yang memiliki struktur organisasi layaknya organisasi pemerintahan pada umumnya (Gambar 6). Sekretariat Daerah dipimpin oleh seorang Sekretaris yang mempunyai tugas dan kewajiban membantu Walikota dalam menyusun kebijakan dan mengkoordinasikan dengan Dinas Daerah dan Lembaga Teknis Daerah. Sekretariat Daerah mempunyai fungsi yakni: Penyusunan kebijakan pemerintahan daerah; Pengkoordinasian pelaksanaan tugas Dinas Daerah dan Lembaga Teknis Daerah; Pemantauan dan evaluasi pelaksanaan kebijakan pemerintah daerah; Pembinaan administrasi dan aparatur pemerintah daerah; Pelaksanaan tugas lain yang diberikan oleh Walikota sesuai dengan tugas fungsinya. Dalam melaksanakan tugas Sekretaris Daerah terdiri dari: Asisten Tata Praja; Asisten Administrasi Kemasyarakatan dan Pembangunan; Asisten Administrasi Umum. Adapun tugas dan fungsi dari asisten pemerintahan adalah sebagai berikut: 1. Asisten Tata Praja dipimpin oleh seorang Asisten yang mempunyai tugas pokok melaksanakan sebagian fungsi Sekretaris Daerah di bidang Pemerintahan, Hukum, dan Organisasi. Memiliki fungsi yakni: Pengkoordinasian perumusan kebijakan bidang Pemerintahan, Hukum dan Organisasi; Pengkoordinasian penyusunan rencana dan program kerja di bidang penyelenggaraan pemerintahan, hukum dan organisasi; Pembinaan dan pengkoordinasian kegiatan penyelenggaraan Pemerintahan, Hukum, dan Organisasi; Pengkoordinasian penyusunan peraturan perundang-undangan yang menyangkut penyelenggaraan pemerintahan; Pengevaluasian dan pelaporan kegiatan di bidang pemerintahan, hukum dan organisasi. Asisten Tata Praja, membawahkan dan mengkoordinasikan Bagian Tata Pemerintahan, Bagian Hukum, serta Bagian Organisasi. 2. Asisten Administrasi Kemasyarakatan dan Pembangunan dipimpin oleh seorang Asisten yang mempunyai tugas pokok melaksanakan sebagian fungsi Sekretaris Daerah di bidang kemasyarakatan, pengendalian program dan perekonomian. Adapun fungsi dari bagian ini adalah: Melakukan pengkoordinasian, perumus kebijakan bidang Kemasyarakatan, Pengendalian Program dan Perekonomian; Pengkoordinasi penyusunan rencana dan program kerja di bidang pengendalian program dan perekonomian; Pembinaan dan pengkoordinasian penyelenggaraan kegiatan lingkup asisten administrasi kemasyarakatan dan pembangunan; Pengkoordinasian penyusunan peraturan perundang-undangan yang menyangkut tugas pokok dan penyelenggaraan administrasi kemasyarakatan dan pembangunan; Pengevaluasian dan pelaporan kegiatan. Asisten Administrasi Kemasyarakatan dan Pembangunan, membawahkan dan mengkoordinasikan Bagian Kemasyarakatan, Bagian Pengendalian Program, serta Bagian Perekonomian. 3. Asisten Administrasi Umum dipimpin oleh seorang Asisten yang mempunyai tugas pokok melaksanakan sebagian fungsi Sekretaris
34
Gambar 6 Struktur organisasi pemerintah Kota Bogor
35
Daerah di bidang administrasi umum, keuangan sekretariat dan hubungan masyarakat. Fungsi dari bagian ini adalah: Melakukan perumusan kebijakan dan pelayanan administrasi di bidang Umum, Keuangan Sekretariat dan Hubungan Masyarakat (Humas); Melakukan pengkoordinasian penyusunan rencana dan program kerja di bidang pelayanan administrasi umum, keuangan sekretariat dan hubungan masyarakat; Melakukan pembinaan dan pengkoordinasian penyelenggaraan pelayanan lingkup administrasi umum; Pengkoordinasian penyusunan peraturan perundang-undangan yang menyangkut penyelenggaraan pelayanan administrasi umum; Pengevaluasian dan pelaporan kegiatan. Asisten Administrasi Umum, membawahkan dan mengkoordinasikan Bagian Umum, Bagian Keuangan Sekretariat, serta Bagian Hubungan Masyarakat.
36
37
STRATEGI KOMUNIKASI PUBLIC RELATIONS PEMERINTAH KOTA BOGOR Strategi Komunikasi Public Relations Pemerintah Kota Bogor Praktisi Public Relations dituntut untuk menerapkan strategi yang tepat guna dan tepat sasaran dalam melaksanakan tugas dan fungsi yang telah disusun dalam tatanan kinerja sebuah manajemen. Istilah strategi manajemen sering pula disebut rencana strategis perusahaan menetapkan garis-garis besar tindakan strategis yang akan diambil dalam kurun waktu tertentu ke depan (Soemirat dan Ardianto 2002). Pelaksanaan kinerja dan fungsinya sebagai sebuah divisi manajemen dalam sebuah organisasi, Bagian Humas Pemerintah Kota Bogor memiliki tugas pokok dan fungsi yakni menyebarluaskan informasi dan juga memotivasi. Dalam Hal ini motivasi yang dimaksud adalah motivasi tentang informasi pembangunan terutama untuk masyarakat luas. Bukan hanya penyebaran kegiatan Wali Kota, akan tetapi penyebaran informasi tentang kegiatan Dinas-Dinas Pemerintahan juga turut dilakukan. Dalam kegiatannya, Bagian Humas memiliki strategi tersendiri guna mencapai tujuan yang efektif. Strategi kinerja Bagian Humas dilakukan dengan melakukan pembagian terhadap bidang kinerja atau yang disebut sebagai Sub-Bagian Humas. Adapun Sub-Bagian Humas Pemerintah Kota Bogor terdiri dari: 1. Sub Bagian Publikasi dan Berita. Bagian ini merupakan bagian yang berhubungan langsung dengan masyarakat dan melalui kerja sama dengan media–media penyebaran informasi berupa media cetak, elektronik, dan Online. Baik di tingkat nasional, regional maupun lokal. Kerja sama yang dilakukan dapat bersifat permanen maupun insidental. 2. Sub Bagian Pelayanan Informasi. Bagian ini merupakan bagian yang berkepentingan melakukan penataan PPID (Pejabat Pengelola Informasi dan Dokumentasi). Dalam fungsinya, Humas sebagai pejabat, pengelola informasi dan dokumentasi di Pemerintahan Kota Bogor tidak memungkinkan jika melakukan kegiatan pengarsipan dokumen Pemerintahan secara keseluruhan. Untuk itu, setiap Dinas Pemerintahan secara otomatis dapat melakukan kegiatan pengarsipan tersebut. Baik melalui pengelolaan para Sekretaris Dinas maupun oleh Kepala Sub Bagian langsung. Hal tersebut dilakukan jika sewaktu-waktu terdapat permohonan-permohonan informasi dari masyarakat yang berkaitan langsung dengan Pemerintahan, Bagian Humas dapat mengarahkannya kepada PPID di masing-masing Dinas. 3. Sub Bagian Protokol dan Dokumentasi. Pada bagian ini, kegiatan yang dilakukan adalah kegiatan yang bersifat pelayanan internal. Unit protokol berfungsi untuk melayani penjadwalan kegiatan Pemerintahan baik serupa kegiatan seremonial maupun non-seremonial. Baik yang berlangsung di lingkungan kantor pemerintahan maupun kegiatan di luar kantor pemerintahan.
38
Adapun metode komunikasi yang diusung oleh Bagian Humas Pemerintah Kota Bogor dalam menjalankan tugas dan fungsinya adalah dengan mengedepankan koordinasi aktif dan proaktif. Hal tersebut dilakukan untuk menyikapi persoalan yang timbul di masyarakat, jika membutuhkan penyelesaian segera. Metode yang digunakan selanjutnya adalah pengutamaan media lokal yakni radio, televisi, maupun media Online untuk penyebaran informasi tentang pemerintahan. Lalu kemudian penggunaan media regional dan media nasional.
Aktivitas sebagai Implementasi dari Strategi Public Relations Public Relations dalam menjalankan tugasnya membutuhkan dukungan peralatan yang menunjang agar memudahlan dalam mencapai tujuan. Alat-alat kegiatan ini biasa disebut sebagai media Public Relations seperti dijelaskan Kriyantono (2008), antara lain terdiri dari Publisitas dan Media Relations, Special Event, Corporate Advertising, Newsletters, Speaker Bureau, Lobbying, Charitable Contributions, Thank You Notes and Letters, Audio-visual Istrument, Sponsorships, dan Letters of Denial. Merujuk pada teori tersebut, aktivitas Bagian Humas Pemerintah Kota Bogor dilakukan dengan menggunakan variasi sebagai berikut: 1. Publisitas Publisistas merupakan kegiatan memuat berita tentang Program Sejuta Taman di media massa. Selama dua tahun terakhir, media massa baik media cetak, elektronik, maupun media Online telah memuat berita tentang Program Sejuta Taman, baik ulasan secara khusus maupun hanya sebagai reportase. Tabel 5 Daftar media yang memuat program sejuta taman Tanggal No. Nama Media Judul Berita / Tayangan Dimuat 1 Abdi Masyarakat September Ikhtiar Kota Hujan Menuju Inside Djuanda 2015 Kota Sejuta Taman 2 NET10 8 Februari Taman Corat Coret Jadi 2016 Ruang Publik di Bogor 3 SPTV Bogor TV 4 Februari Outdoor Staff Meeting, Channel 2016 Taman Ekspresi Kota Bogor 4 Bogor Tegar 19 Januari Menengok Taman Grafiti Beriman TV 2016 Bogor 5 NET5 11 Januari Cegah Vandalisme, Kota 2016 Bogor Buat Taman Grafiti
2. Televisi Bagian Humas Pemerintah Kota Bogor bekerja sama dengan media televisi untuk mempublikasikan Program Sejuta Taman melalui tayangantayangan liputan, misalnya saja menjalin kerja sama dengan bagian Citizen Journalism dalam program berita yang ditayangkan oleh NET TV. Media televisi dianggap sebagai media yang mampu menjangkau seluruh
39
kalangan masyarakat. Apalagi NET TV menjadi stasiun televisi swasta yang paling diminati masyarakat saat ini. Terbukti beberapa responden yang peneliti wawancara pun mengetahui berita tentang Program Sejuta Taman melalui tayangan di televisi. Kerja sama juga dilakukan dengan media-media lokal yang ada di Bogor. 3. Audio-visual Instrument Bagian Humas Pemerintah Kota Bogor mengelola channel Youtube dengan nama akun Pemerintah Kota Bogor. Dalam akun tersebut telah diunggah video perkenalan Program Kota Sejuta Taman pada portal https://www.youtube.com/watch?v=k8z7FDLIex8 dengan judul Kota Bogor, Kota Sejuta Taman, Kota Sejuta Senyuman dan telah ditonton oleh sebanyak 746 viewer. Isi video tersebut menceritakan tentang manfaat adanya taman di tengah perkotaan, serta hal-hal yang bisa dilakukan ketika berada di taman kota. 4. Special Event Pemerintah Kota Bogor kerap kali mengadakan acara yang diselenggarakan di taman kota. Seperti misalnya Outdoor Staff Meeting yang merupakan kegiatan rapat pemerintahan yang diselenggarakan diruang terbuka. Hal tersebut dilakukan dengan tujuan bahwa taman kota memiliki fungsi yang sangat luas. Selain itu, pihak pemerintah juga bekerja sama dengan komunitas sinematografi dalam menyelenggarakan kegiatan nonton bareng. Dilakukan di salah satu taman kota dan dapat dinikmati oleh semua lapisan masyarakat secara gratis. 5. Pemberitaan di Internet Pemberitaan melalui internet juga dilakukan oleh Bagian Humas Pemerintah Kota Bogor dengan mengelola website resmi, yakni www.kotabogor.go.id. Website tersebut berisi tentang berbagai informasi tentang Pemerintahan Kota Bogor dan dapat diakses secara terbuka oleh khalayak luas. Selain itu, pengelolaan juga dilakukan untuk media sosial seperti twitter, instagram, dan facebook. Akun-akun tersebut selain digunakan untuk mempublikasikan tentang Program sejuta Taman juga digunakan untuk mempublikasikan program serta kegiatan pemerintah secara menyeluruh. Untuk itu, media sosial merupakan media utama yang digunakan oleh Pemerintah Kota Bogor dalam penyebaran informasi.
6. Sponsorships Demi menjaga hubungan baik dengan masyarakatnya, Pemerintah Bogor juga menerima kerja sama dalam bentuk kegiatan sponsorship. Beberapa komunitas menjalin kerja sama dengan pihak pemerintah dalam menyelenggarakan event yang akan digelar. Hal tersebut bertujuan agar masyarakat merasa memiliki ruang publik dalam berekspresi dan juga diakui keberadaannya oleh pemerintah setempat. Sehingga acara yang dilaksanakan bersifat legal karena telah bekerja sama dengan pihak pemerintah.
40
Bagian Humas Pemerintah Kota Bogor belum sepenuhnya menggunakan alat-alat Public Relations dalam melakukan penyebaran informasi tentang Program Sejuta Taman. Padahal itu merupakan sesuatu yang penting dilakukan agar informasi dapat dengan optimal tersebar. Seperti diungkapkan oleh Chatamallah (2008) dalam penelitiannya yakni media yang lazim digunakan dalam penyebaran informasi yang dimungkinkan dapat menjelaskan dan mempromosikan beragam keunggulan objek yang ditawarkan, baik kepada khalayak yang memiliki kesadaran rendah untuk berwisata maupun mereka yang membutuhkan informasi pariwisata, baik khalayak internal maupun khalayak eksternal adalah sebagai berikut: media massa, publikasi organisasional, berita berkala, pamflet, leaflet, booklet dan poster, surat, sisipan, pidato yang dicetak (the printed word). Setiap publikasi, atau setiap kata yang dicetak, merupakan bagian dari satu program komunikasi yang terkoordinasi, yang dirancang untuk mewujudkan tujuan-tujuan spesifik yang ditetapkan sebagai tanggapan terhadap situasi satu organisasi. Namun jika dilihat berdasarkan keenam aktivitas tersebut, kegiatan pemberitaan di internet yang meliputi kegiatan pemberitaan di media online merupakan aktivitas yang dilakukan cukup intens. Penggunaan media sosial oleh Bagian Humas Pemerintah Kota Bogor djadikan sebagai salah satu kekuatan guna menyebarkan informasi secara menyeluruh. Penyebaran informasi di media sosial adalah hal yang mutlak dilakukan saat ini, mengingat perkembangan media sosial yang cukup pesat sehingga hal tersebut dapat dijadikan sebagai media untuk menyebarluaskan kegiatan yang dilakukan oleh pemerintah, terutama pada kalangan ekonomi menengah ke atas dan kalangan usia muda yang sudah tentu menggunaka media sosial dalam kehidupan sehari-hari. Selain akun-akun media sosial yang dikelola oleh Bagian Humas, terdapat akun pribadi milik Wali Kota Bogor, seperti di Instagram yang diikuti oleh sekitar 23,4 ribu pengguna Instagram. Hal tersebut membuktikan bahwa peran seorang pemimpin memiliki peran yang sangat strategis dalam penyebaran informasi tentang perkembangan pembangunan kota dan apa saja yang dilakukan oleh Wali Kota Bogor dalam kesehariannya.
41
KARAKTERISTIK PENGUNJUNG TAMAN DI KOTA BOGOR Karakteristik pengunjung taman kota yang diukur dalam penelitian ini meliputi jenis kelamin, usia, tingkat pendidikan, jenis pekerjaan, frekuensi kunjungan, dan aksesibilitas informasi. Responden dalam penelitian ini adalah para pengunjung taman kota yang berdomisili di wilayah Bogor. Jenis Kelamin Jumlah responden dalam penelitian ini yaitu sebanyak 60 orang pengunjung taman kota. Terdiri dari 31 orang perempuan dan 29 orang laki-laki. Jumlah dan persentase pengunjung berdasarkan jenis kelamin disajikan dalam Tabel 6. Tabel 6 Jumlah dan persentase responden berdasarkan jenis kelamin Jenis Kelamin Jumlah (orang) Persentase (%) Perempuan 31 51,70 Laki-laki 29 48,30 Total 60 100,00 Berdasarkan hasil penelitian diperoleh bahwa persentase responden berjenis kelamin perempuan sebesar 51,70% dan laki-laki sebesar 48,30%. Hal tersebut menunjukkan bahwa taman kota memang diperuntukkan kepada siapa saja. Masyarakat secara luas baik laki-laki maupun perempuan. Bagian Humas Pemerintah Kota Bogor dapat memnfaatkan hal tersebut sebagai media promosi terutama tentang pelaksanaan program-program pemerintahan, yang mampu melibatkan peran serta masyarakat laki-laki maupun perempuan. Promosi tentang dukungan untuk Kota Bogor sebagai The Most Loveable City 2016 misalnya. Usia Usia adalah lamanya seseorang hidup, terhitung sejak dia dilahirkan hingga saat menjadi responden penelitian. Berdasarkan penentuan data emik yang didapat dalam penelitian ini, usia dibedakan menjadi 3 kategori, yaitu kategori muda untuk usia dibawah 22 tahun, kategori dewasa awal untuk usia 22 s/d 32 tahun, dan kategori dewasa akhir untuk usia diatas 32 tahun, dapat dilihat pada Tabel 7. Tabel 7 Jumlah dan persentase responden taman kota Bogor berdasarkan usia Usia Jumlah Persentase (%) Muda (<22 tahun) 20 33,30 Dewasa Awal (22-32 tahun) 25 41,70 Dewasa Akhir (>32 tahun) 15 25,00 Total 60 100,00
42
Tabel 7 menunjukkan bahwa mayoritas pengunjung taman kota tergolong dalam usia kategori 22-32 tahun, yakni berjumlah 25 orang atau sebesar 41,7%. Namun, jika dilihat secara keseluruhan jumlah responden pada ketiga kategori usia tersebut tidak berbeda jauh. Hal tersebut dikarenakan taman kota merupakan sarana yang diperuntukkan kepada masyarakat, sehingga siapapun boleh mengunjungi taman yang sudah dibangun tersebut. Pada umumnya, pengunjung taman adalah masyarakat yang berdomisili di wilayah Bogor, baik di wilayah kota maupun wilayah kabupaten. Kondisi tersebut sejalan dengan pernyataan Dinas Kebersihan dan Pertamanan (DKP) Kota Bogor bahwa taman merupakan wadah untuk masyarakat dalam menunjang kegiatan sehari-hari, meskipun sekedar untuk melepas penat. Rachmawaty, Pian, dan Daulay (2006) menjelaskan dalam penelitiannya bahwa semakin meningkatnya usia seseorang, maka akan semakin bertambah pula kendala yang akan dihadapi dalam melakukan kegiatan rekreasi. Sedangkan pada usia muda umumnya orang masih memiliki semangat dan motivasi besar, serta kondisi fisik prima untuk melakukan suatu perjalanan rekreasi. Tingkat Pendidikan Tingkat pendidikan adalah jenjang terakhir sekolah formal yang pernah diikuti oleh responden. Tingkat pendidikan rendah untuk responden yang tidak taman dan tamat Sekolah Dasar (SD). Pendidikan sedang untuk responden yang tamat Sekolah Menengah Pertama (SMP) dan tamat Sekolah Menengah Atas (SMA). Pendidikan tinggi untuk responden yang tamat Diploma dan Universitas. Karakteristik responden berdasarkan tingkat pendidikan dapat dilihat pada Tabel 8. Tabel 8 Jumlah dan persentase responden taman kota bogor berdasarkan kategori tingkat pendidikan Tingkat Pendidikan Jumlah Persentase (%) Rendah (Tidak tamat SD dan tamat SD) 1 1,70 Sedang (SMP dan SMA) 34 56,70 Tinggi (Diploma dan Universitas) 25 41,70 Total 60 100,00 Tabel 8 menunjukkan bahwa mayoritas pengunjung taman kota tergolong dalam kategori pendidikan sedang (tamat SMP dan SMA), yakni sebesar 56,7%. Hal tersebut menunjukkan bahwa tingkat pendidikan seseorang dapat mempengaruhi cara berpikir, cara pandang, bahkan persepsi terhadap suatu hal. Seseorang yang berpendidikan tinggi kemungkinan besar akan memilih obyek wisata yang memiliki nilai edukasi tinggi serta sesuai dengan tujuan dan passion yang dimilki. Mayoritas pengunjung merupakan pelajar dan mahasiswa, hal tersebut sesuai dengan tujuan pembangunan taman kota yang salah satunya yaitu diperuntukkan kepada kaum muda yang memiliki kreativitas dan daya imajinasi yang tinggi, taman tersebut diantaranya adalah Taman Ekspresi dan Taman Grafiti atau yang lebih dikenal sebagai Taman Corat-Coret oleh pengunjung kalangan remaja.
43
Jenis Pekerjaan Jenis pekerjaan adalah kegiatan utama yang dijalankan oleh responden untuk memperoleh pendapatan. Jenis pekerjaan responden dibedakan menjadi enam kategori, yaitu tidak bekerja, Guru (PNS), Wiraswasta, Pegawai Swasta, Pelajar/Mahasiswa, dan Lainnya. Karakteristik jenis pekerjaan responden taman kota di Bogor dapat dilihat pada Tabel 9. Tabel 9 Jumlah dan persentase responden taman kota berdasarkan kategori jenis pekerjaan Jenis Pekerjaan Jumlah Persentase (%) Tidak Bekerja 4 6,70 PNS 1 1,70 Wiraswasta 5 8,30 Pegawai Swasta 16 26,70 Pelajar/Mahasiswa 20 33,30 Lainnya 14 23,30 Total 60 100,00 Tabel 9 menunjukkan bahwa mayoritas pengunjung taman kota tergolong sebagai pelajar atau mahasiswa. Hal tersebut menunjukkan bahwa taman kota merupakan wadah untuk kalangan muda dalam menyalurkan kretivitasnya. Ditunjukkan dengan pembangunan taman yang memiliki nama seperti Taman Ekspresi, Taman Kencana, Taman Grafiti, dan Taman Skateboard. Taman-taman tersebut identik dengan kegiatan yang sering kali dilakukan masyarakat terutama oleh kalangan muda. Kiranya hal tersebut juga senada dengan pernyataan Wali Kota bahwa taman adalah ekspresi jiwa. Hasil penelitian juga menunjukkan bahwa terdapat responden yang bekerja sebagai Pegawai Swasta sejumlah 16 orang (26,70%), pengunjung dengan kategori pekerjaan lainnya meliputi Ibu Rumah Tangga, Guru non-PNS, Pekerja Harian Lepas (Freelancer) sejumlah 14 orang (23,30%), wiraswasta sejumlah lima orang (8,30%), responden yang tidak bekerja dengan jumlah empat orang (6,70%) dan PNS sejumlah satu orang (1,70%). Frekuensi Kunjungan Frekuensi kunjungan adalah jumlah kedatangan responden ke taman kota. Frekuensi kunjungan digolongkan menjadi tiga kategori, yaitu rendah untuk satu kali kunjungan dalam sebulan, sedang untuk dua sampai tiga kali dalam sebulan, dan tinggi untuk lebih dari tiga kali kunjungan dalam sebulan. Karakteristik responden berdasarkan frekuensi kedatangan dapat dilihat pada Tabel 10. Tabel 10 Jumlah dan persentase responden taman kota berdasarkan kategori frekuensi kedatangan Frekuensi Kunjungan Jumlah Persentase (%) Rendah (1 kali dalam sebulan) 22 36,70 Sedang (2-3 kali dalam sebulan) 21 35,00 Tinggi (Lebih dari 3 kali dalam sebulan) 17 28,30 Total 60 100,00
44
Tabel 10 menunjukkan bahwa frekuensi kunjungan dengan persentase terbesar adalah kategori rendah, yaitu sebesar 36,70% responden melakukan kunjungan ke taman kota sebanyak satu kali dalam periode satu bulan. Responden dengan kedatangan satu kali dalam sebulan biasanya mereka yang bertempat tinggal jauh dari taman kota, sehingga memiliki akses yang lebih sulit. Beberapa diantarnya mengaku bahwa melakukan kunjungan ke taman kota didasari oleh rasa penasaran dengan pembangunan taman oleh pemerintah. Frekuensi kunjungan dengan kategori sedang yakni berkunjung dua sampai tiga kali dalam sebulan dengan persentase sebesar 35,00%. Selain itu, frekuensi kunjungan tinggi berada pada kategori rendah yakni lebih dari tiga kali dalam sebulan berada pada persentase 28,30%. Responden dalam kategori tinggi merupakan responden yang berdomisili disekitar taman kota, sehingga memiliki akses yang lebih mudah. Aksesibilitas Informasi Aksesibilitas informasi merupakan tingkat akses responden dalam memperoleh informasi melalui media yang digunakan oleh praktisi Public Relations Pemerintah Kota Bogor. Akses informasi oleh responden meliputi akses dari media cetak, elektronik, sosial, dan lainnya. Digolongkan menjadi tiga kategori, yakni rendah, sedang dan tinggi. Aksesibilitas informasi oleh responden ditunjukkan oleh Tabel 11. Tabel 11 Jumlah dan persentase responden taman kota berdasarkan kategori aksesibilitas informasi Aksesibilitas Informasi Jumlah Persentase (%) Rendah 6 10,00 Sedang 51 85,00 Tinggi 3 5,00 Total 60 100,00 Responden memiliki akses terhadap informasi yang diberikan oleh pihak pemerintah baik melalui media cetak, elektronik, dan media sosial berada pada kategori sedang dengan persentase sebesar 85,00%. Sementara itu responden dengan aksesibilitas informasi rendah yakni 10,00% dan responden dengan aksesibilitas informasi tinggi yakni hanya 5,00%. Beberapa responden menjelaskan bahwa kegiatan pencarian informasi tentang program Pemerintah Kota Bogor dilakukan hanya jika memiliki kepentingan saja. Perkembangan teknologi yang begitu pesat dengan berbagai kemudahan yang ditawarkannya justru membuat kebanyakan orang menjadi lebih memilih untuk mencari informasi sesuai dengan kebutuhannya saja. Dengan kata lain, jika seseorang tidak membutuhkan informasi terkait pemerintahan, kegiatan akses informasi tersebut tidak akan dilakukan. Berbanding terbalik dengan akses terhadap kehidupan sosial, seseorang cenderung akan mengikuti apa yang sedang atau saat itu banyak diperbincangkan. Misalnya dengan mengikuti perkembangan media sosial terbaru, atau mengikuti apa yang sedang menjadi tren di kalangan pengguna Instagram, atau sebagainya. Dengan begitu, seseorang tidak akan dikatakan sebagai orang yang ketinggalan jaman. Disisi lain, pemerintah dapat memanfaatkan hal tersebut untuk kegiatan penyebaran informasi tentang pelaksanaan program.
45
AKTIVITAS PENYAMPAIAN INFORMASI OLEH PRAKTISI PUBLIC RELATIONS DAN OPINI PENGUNJUNG TAMAN KOTA Aktivitas Public Relations Pemerintah Kota Bogor yang diukur dalam penelitian ini meliputi ragam media, jumlah informasi, frekuensi aktivitas, dan kekuatan pesan dari media penyampaian pesan yang digunakan oleh responden. Responden dalam penelitian ini adalah para pengunjung taman kota yang berdomisili di wilayah Bogor. Informasi seputar Program Sejuta Taman sangat mutlak dibutuhkan oleh maupun masyarakat secara luas agar publik dapat menjadikan mengetahui serta menentukan sikap terhadap program yang sedang diselenggarakan oleh Pemerintah. Tingkat Pengetahuan Responden Mengenai Ragam Media, Jumlah Informasi dan Frekuensi Media Penyampaian Pesan oleh Praktisi Public Relations Pemerintah Kota Bogor Data hasil penelitian menunjukkan bahwa media sosial (Facebook, Twitter, Instagram, dan Youtube) menjadi media utama yang digunakan oleh responden sebagai salah satu sumber informasi mengenai program Pemerintah Kota Bogor, dengan persentase sebesar 45,00%. Kemudian, media elektronik (Televisi, Radio, Website) sebesar 36,70%. Sementara itu jenis media cetak (Koran, Majalah, Buletin) dan media lainnya dalam hal ini adalah sumber informasi yang berasal dari mulut ke mulut (word of mouth) memiliki persentase sebesar 10,00% dan 8,30% (Gambar 7).
36,70%
45,00%
Media Sosial Media Lainnya Media Cetak
Media Elektronik
10,00% 8,30%
Gambar 7 Persentase ragam penggunaan media pencarian informasi program pemerintah oleh responden
46
Beberapa responden mengaku bahwa pencarian informasi lebih mudah dilakukan dengan menggunakan media sosial. Selain karena dipengaruhi oleh perkembangan zaman, praktis dan mudah menjadi alasan penggunaan media tersebut. Media elektronik (Televisi, Radio, Website) menjadi ragam media kedua setelah media sosial. Responden mengetahui informasi dari tayangan televisi dan siaran radio, serta melakukan akses melalui website. Responden yang memperoleh informasi melalui media cetak cenderung lebih sedikit dari pada media sosial dan media elektronik. Beberapa responden menyarankan agar pihak Pemerintah Kota Bogor melakukan sosialisasi lebih menyeluruh dengan terjun langsung ke masyarakat luas seperti disampaikan oleh MP sebagai berikut: “...lebih baik program kota sejuta taman dimaksimalkan lagi. Kemudian perhatikan lalu lintas juga, angkot dan becak agar ditertibkan dan diarahkan, tapi tidak harus dimusnahkan. Pemerintah sebaiknya lebih sering blusukan, dan ngadain sosialisasi agar masyarakat familiar. Sebelum pak Bima yang terjun, Bagian Humasnya dulu...” (MP, pegawai swasta, 47 tahun). Sementara itu ragam media yang digunakan oleh responden dalam mengakses informasi tentang Program Sejuta Taman yakni media sosial dengan persentase sebesar 45,00%, media lainnya 28,30%, media elektronik 20,00%, dan media cetak sebesar 6,70%. Persentase penggunaan media oleh responden dalam memperoleh informasi tentang Program Sejuta Taman disajikan dalam gambar berikut
Gambar 8 Persentase ragam penggunaan media pencarian informasi program sejuta taman oleh responden Berbeda dengan program pemerintah secara keseluruhan, ragam media kedua yang digunakan oleh responden adalah media WoM. Responden mengaku
47
bahwa informasi tentang Program Sejuta Taman diperoleh dari kerabat, teman, keluarga, dan lainnya. Ini menunjukkan bahwa media WoM menjadi media kedua yang sangat kuat bagi para responden dalam mendapatkan informasi mengenai Program Sejuta Taman. Hal ini tentu saja menjadi sebuah peluang yang harus dimanfaatkan oleh pihak Pemerintah Kota Bogor. Media WoM ini juga dapat dipengaruhi oleh faktor kepuasan yang didapat oleh pengunjung sehingga memungkinkan pengunjung tersebut akan menyampaikan informasi tentang taman kota kembali kepada orang lain. Data hasil penelitian juga menunjukkan bahwa tingkat pengetahuan responden mengenai ragam media penyampaian pesan Program Sejuta Taman berada pada kategori sedang. Ini menunjukkan bahwa pihak pemerintah perlu meningkatkan penyebaran informasi melalui media yang ada, guna meningkatkan pengetahuan masyarakat tentang program yang sedang dilaksanakan oleh Pemerintah Kota Bogor. Persentase responden dapat dilihat pada Gambar 9. 90,0% 80,0% 70,0%
60,0% 50,0%
40,0% 30,0% 20,0%
10,0% 0,0% Rendah
Sedang
Tinggi
Gambar 9 Persentase tingkat pengetahuan responden tentang ragam media penyampaian pesan program sejuta taman Hasil penelitian yang disajikan Gambar 9 menunjukkan bahwa 80,00% responden memiliki tingkat pengetahuan mengenai ragam media penyampaian pesan tentang Program Sejuta Taman pada kategori sedang. Tingkat pengetahuan responden pada kategori rendah dan tinggi masing-masing memiliki presentase sebesar 13,30% dan 6,70%. Artinya, tidak banyak responden yang mengetahui ragam media yang digunakan dalam menyampaikan informasi mengenai Program Sejuta Taman selain melalui media sosial dan dari orang lain. Sejalan dengan ragam media penyampaian pesan yang diketahui responden, pengetahuan responden mengenai frekuensi penyampaian pesan melalui beberapa media tersebut masih rendah dengan persentase sebanyak 66,70%. Tingkat pengetahuan pada kategori sedang sebesar 31,70% dan 1,70% pada kategori tinggi. Artinya, masih banyak responden tidak mengetahui seberapa
48
sering media-media tersebut menyebarluaskan informasi tentang Program Sejuta Taman (Gambar 10). 80,0% 70,0%
60,0% 50,0%
40,0% 30,0%
20,0% 10,0% 0,0% Rendah
Sedang
Tinggi
Gambar 10 Persentase tingkat pengetahuan responden tentang frekuensi media penyampaian pesan program sejuta taman
Jika dilihat berdasarkan jumlah informasi yang disajikan oleh Bagian Humas Pemerintah Kota Bogor tentang Program Sejuta Taman, diperoleh persentase sebesar 63,30% pada kategori rendah, dan 36,70% pada kategori sedang. Hal itu menunjukkan bahwa jumlah informasi yang disajikan masih harus ditingkatkan, agar masyarakat lebih banyak mengetahui tentang Program Sejuta Taman yang sedang dilaksanakan dari berbagai macam media (Gambar 11). 70,0%
60,0% 50,0% 40,0% 30,0% 20,0%
10,0% 0,0% Rendah
Sedang
Tinggi
Gambar 11 Persentase tingkat pengetahuan responden tentang jumlah informasi program sejuta taman
49
Minimnya pengetahuan pengunjung tentang jumlah informasi yang disampaikan sejalan dengan pengakuan responden bahwa belum banyak yang mengetahui program yang sedang dijalankan oleh Pemerintah Kota Bogor. Hal tersebut salah satunya dipengaruhi oleh minat responden terhadap informasi yang disajikan. Seperti penuturan LIM berikut ini: “Pihak Pemerintah harusnya lebih gencar lagi dalam memberikan info, karena banyak orang yang tidak tahu tentang program di Kota Bogor, isi pesan harus lebih menarik lagi misal dengan memberikan manfaat yang diperoleh apabila mengunjungi taman, dan lain sebagainya. Menyampaikan informasi harus sesuai dengan sasaran...” (LIM, freelancer, 22 tahun) Pernyataan LIM juga didukung oleh pernyataan ANT yang menyarankan agar Pemerintah tidak hanya fokus pada salah satu media untuk penyebarluasan informasi “...ditempel spanduk di tempat umum biar banyak yang tahu, soalnya nggak setiap orang pake medsos, melakukan sosialisasi ke sekolah atau instansi terkait program Pemkot Bogor” (ANT, pelajar, 15 tahun) Jika melihat pernyataan tersebut, tidak dapat dipungkiri memang dewasa ini media konvensional seolah ditinggalkan. Namun jika ditarik lebih jauh, media konvensional seperti spanduk, poster, leaflet, booklet, serta media tercetak lainnya tetap memiliki peranan penting dalam menyebarkan informasi, terutama untuk beberapa golongan yang menutup diri dari keterdedahan kecanggihan media sosial. Tidak hanya melalui publikasi media tercetak, kegiatan sosialisasi tentang pelaksanaan program pun mutlak perlu dilakukan. Salah satunya yaitu dengan dilakukan di komunitas akar rumput, secara tidak langsung dengan dilakukannya kegiatan sosialisasi tersebut akan berdampak pada penyebaran informasi melalui mulut ke mulut atau dikenal dengan istilah Word of Mouth. Melalui media tersebut, penyebaran informasi akan berlangsung cepat dan menjangkau ke yang tidak dapat dijangkau oleh media sosial. Tingkat Penilaian Terhadap Kekuatan Pesan dari Media Penyampaian Pesan Mengenai Program Sejuta Taman Kekuatan pesan merupakan elemen penting dalam menyampaikan informasi kepada masyarakat luas. Kekuatan pesan diukur berdasarkan teori ANSVA menurut Monroe yang dikutip oleh Kusumastuti (2009). ANSVA mencakup dimensi attention (perhatian), need (kebutuhan), satisfactions (pemuasan), visualization (penggambaran), dan action (tindakan). Pada Gambar 12 disajikan gambaran detail dari penilaian responden terhadap kekuatan pesan dari media penyampai pesan. Penilaian kekuatan pesan
50
dari berbagai media, secara keseluruhan digolongkan menjadi tiga kategori, yaitu rendah, sedang, dan tinggi. 70,0% 60,0% 50,0%
40,0% 30,0% 20,0% 10,0% 0,0% Rendah
Sedang
Tinggi
Gambar 12 Penilaian responden terhadap kekuatan pesan media Penilaian responden terhadap kekuatan pesan dari keseluruhan media yang diketahui oleh responden berada pada kategori sedang, yaitu sebesar 58,30%. Kategori rendah dan tinggi memperoleh persentase sebesar 35,00% dan 6,70%. Mayoritas responden menyatakan bahwa pesan yang disampaikan melalui media sudah cukup menarik dan membuat responden tertarik untuk mengunjungi taman kota yang baru dibangun maupun yang sudah diperbaiki. Penilaian kekuatan pesan media penyampaian informasi Program Sejuta Taman mencakup tampilan atau cara penyampaian informasi, kelengkapan informasi (nama taman, fasilitas, letak geografis, atraksi yang bisa dilakukan), kegiatan pengunjung, kepuasan setelah melihat media penyampaian informasi, gambar atau informasi penunjang, dan nilai seberapa kuat keinginan untuk berkunjung. Penilaian pada kekuatan pesan pada media-media yang digunakan didukung oleh pernyataan FD berikut. “...informasi yang disampaikan sudah dengan tampilan menarik, hanya saja sebaiknya lebih sering di update” (FD, pelajar, 19 tahun) Beberapa responden juga mengapresiasi program yang dilakukan oleh Pemerintah Kota Bogor, sembari memberikan saran dalam penyampaian pesan seperti pernyataan FZL berikut. “Semoga programnya dijaga terus. Selalu melakukan pembenahan serta dilakukan pemeliharaan. Untuk menarik perhatian masyarakat, sebaiknya perbanyak konten kreatif,
51
jangan hanya tulisan saja. Lewat video misalnya” (FZL, Film Maker, 26 tahun) Kekuatan rancangan pesan akan menjadi lebih menarik jika dikelola secara kreatif. Untuk itu diperlukan SDM yang handal dan kompeten dalam bidang perpesanan kreatif. Bagian Humas Pemerintah Kota Bogor dapat memanfaatkan tenaga anak muda kreatif untuk menunjang kinerjanya, dengan demikian kreativitas anak muda mendapat tempat dan dukungan yang layak. Opini Pengunjung Terhadap Program Sejuta Taman Noelle-Neumann (1984) seperti dikutip oleh Morissan (2008) mendefinisikan opini publik sebagai sikap atau tingkah laku yang ditunjukkan seseorang kepada khalayak jika ia tidak ingin dirinya terisolasi; dalam hal isu kontroversial, opini publik adalah sikap yang ditunjukkan seseorang kepada khalayak tanpa harus membahayakan dirinya sendiri yaitu berupa pengucilan. Penelitian ini melihat opini pengunjung yang diukur dari tingkat pengetahuan dan sikap. Tingkat Pengetahuan Variabel tingkat pengetahuan merupakan akumulasi hasil pengetahuan responden tentang pelaksanaan Program Sejuta Taman. Responden diberikan pertanyaan mengenai manfaat taman di tengah kota, nama-nama dan jumlah taman yang sudah dibangun serta atraksi yang dilakukan ketika melakukan kunjungan ke taman kota. Persentase tingkat pengetahuan responden terhadap Program Sejuta Taman disajikan dalam Tabel 12.
Tabel 12 Tingkat pengetahuan responden tentang program sejuta taman Tingkat Pengetahuan Jumlah Persentase (%) Rendah 20 33,30 Sedang 33 55,00 Tinggi 7 11,70 Total 60 100,00 Data hasil penelitian menunjukkan bahwa responden memiliki pengetahuan pada kategori sedang dengan persentase sebesar 55,00%. Kategori rendah dan sedang masing-masing memiliki persentase sebesar 33,30% dan 11,70%. Ini berarti masih banyak masyarakat yang belum mengetahui tentang Program Sejuta Taman yang sedang dilaksanakan. Penyebaran informasi yang belum merata menjadi salah satu faktor yang mempengaruhi pengetahuan responden. Hal tersebut sejalan dengan pernyataan MFN “...lebih membuat warga Bogor mengetahui program yang sedang dijalankan pemerintah. Buat informasinya lebih menarik, sehingga warga Bogor tertarik sama informasi itu” (MFN, mahasiswa, 21 tahun)
52
Pernyataan tersebut didukung juga oleh pernyataan NV tentang penyebaran informasi mengenai Program Sejuta Taman “Lebih digembar-gemborin lagi tentang program sejuta taman. Sosialisasi harus merata dan gencar. Fast respons di media sosial. Lalu lintas juga lebih ditata lagi biar nggak macet. Toilet yang ditaman dibagusin lagi” (NV, Guru TK, 23 tahun) Sikap Sikap merupakan kecenderungan atau pilihan atas lintas situasi yang berkaitan dengan obyek. Sikap membuat individu cenderung memberi tanggapan dengan cara tertentu terhadap obyek dari satu situasi ke situasi yang lainnya, berdasarkan akumulasi dan evaluasi informasi dan pengalaman seumur hidup (Cutlip, Center, Broom 2000). Data hasil penelitian menunjukkan sikap pengunjung terhadap Pemerintah Kota Bogor sebagai berikut. Tabel 13 Sikap pengunjung taman kota terhadap pelaksanaan program sejuta taman Sikap Jumlah Persentase (%) Netral 27 45,00 Positif 33 55,00 Total 60 100,00 Kategori sikap dalam penelitian ini dibedakan menjadi sikap negatif, netral, dam positif. Persentase terbesar berada pada kategori positif yakni 55,00%. Hal tersebut menunjukkan bahwa masyarakat cenderung lebih bersikap mendukung terhadap program yang diselenggarakan oleh Pemerintahan Kota Bogor saat ini. Sementara itu sikap netral berada pada persentase 45,00%. Artinya responden cenderung tidak memperlihatkan sikap negatif maupun sikap positif terhadap Program Sejuta Taman yang dilakukan oleh pemerintah, karena data hasil penelitian tidak menunjukkan sikap negatif responden terhadap Pemerintah Kota Bogor. Beberapa responden mengaku bahwa program yang dilakukan oleh Pemerintah Kota Bogor sudah cenderung bagus dan mendapat dukungan. Seperti pernyataan SYD yang memberi saran tentang penambahan program “...sementara udah bagus sih programnya, jadi belum ada kritik untuk pemerintah. Paling ditambah terus aja program tentang penghijauan itu” (SYD, pegawai swasta, 19 tahun) Pernyataan saran juga disampaikan oleh FR dalam pelaksanaan program “Dalam memunculkan program harus mengambil resiko yang sangat besar, tapi manfaat juga harus besar. Cepat dan teliti dalam menanggapi masalah yang ada. Lebih menyeluruh informasinya, jangan cuma fokus sama satu kekuatan.” (FR, mahasiswa, 21 tahun).
53
ANALISIS HUBUNGAN KARAKTERISTIK PENGUNJUNG DENGAN OPINI PENGUNJUNG TERHADAP PROGRAM SEJUTA TAMAN Faktor-faktor yang berhubungan dengan opini pengunjung terhadap Program Sejuta Taman dapat dilihat pada Tabel 14 dan Tabel 15. Opini pengunjung dalam penelitian ini dilihat berdasarkan tingkat pengetahuan dan kecenderungan sikap pengunjung terhadap pelaksanaan Program Sejuta Taman. Pada bab ini membahas tentang analisis hubungan antara karakteristik pengunjung dengan opini terhadap Program Sejuta Taman. Karakteristik pengunjung meliputi jenis kelamin, usia, tingkat pendidikan, jenis pekerjaan, frekuensi kunjungan, dan aksesibilitas informasi. Opini pengunjung merupakan hasil akumulasi dari tingkat pengetahuan dan kecenderungan sikap pengunjung terhadap pelaksanaan Program Sejuta Taman. Hasil uji korelasi pada masing-masing variabel terdapat pada Tabel 14. Tabel 14 Nilai koefisien korelasi antara karakteristik pengunjung dengan kecenderungan opini terhadap program sejuta taman Opini Pengunjung Karakteristik Pengunjung
Tingkat Pengetahuan Nilai Korelasi
Nilai p
Sikap Nilai Korelasi
Nilai p
Jenis Kelamin
2,637
0,268
1,133
0,287
Usia
-0,107
0,415
-0,052
0,695
Tingkat Pendidikan
-0,054
0,684
-0,054
0,773
Jenis Pekerjaan
10,674
0,383
3,975
0,553
Frekuensi Kunjungan
-0,086
0,514
0,118
0,368
Aksesibilitas Informasi
-0,115
0,381
0,140
0,285
Berdasarkan hasil penelitian menggunakan SPSS 21.0 dengan uji korelasi Rank Spearman antara data ordinal dan uji beda Chi Square antara data ordinal dan data nominal, diperoleh bahwa kecenderungan opini pengunjung terhadap Program Sejuta Taman berada pada kategori netral. Pada variabel usia dan tingkat pendidikan terdapat nilai korelasi minus pada variabel tingkat pengetahuan dan sikap. Hal tersebut disebabkan karena semakin tinggi tingkat pendidikan seseorang, semakin mampu mengkritisi program yang dilaksanakan oleh Pemerintah. Kemudian, pada variabel frekuensi kunjungan dan tingkat aksesibilitas informasi oleh responden juga terdapat nilai korelasi minus pada variabel tingkat pengetahuan yang ditunjukkan oleh Tabel 13. Hal tersebut menunjukkan bahwa hubungan antara variabel berbanding terbalik. Beberapa responden mengaku jika mengunjungi taman bukan karena mengetahui adanya Program Sejuta Taman, tapi karena untuk memenuhi kebutuhan rekreasi. Jelas
54
saja bahwa mengunjungi taman kota merupakan salah satu kegiatan rekreasi yang tidak perlu membutuhkan biaya yang banyak, karena taman kota diperuntukkan untuk masyarakat dalam memnuhi kebutuhannya, baik secara fisik maupun secara psikologis. Sementara itu pada uji antara variabel frekuensi kunjungan dan tingkat aksesibilitas informasi oleh responden dengan variabel sikap masing-masing menunjukkan nilai korelasi 0,118 dan 0,140. Nilai tersebut menyatakan terdapat korelasi lemah karena berada di antara nilai 0,10-0,29. Sarwono (2009) menjelaskan bahwa jika hasil uji berada di antara nilai tersebut maka terdapat korelasi atau hubungan yang lemah. Selanjutnya pada variabel jenis kelamin dan jenis pekerjaan yang diuji melalui uji beda Chi-square, data hasil penelitian menunjukkan angka signifikansi lebih besar dari taraf nyata atau α sebesar 0,05, hal tersebut menunjukkan bahwa antara variabel uji tidak memiliki hubungan nyata dan signifikan. Dapat disimpulkan bahwa hipotesis uji antara variabel tidak dapat diterima, yakni karakteristik individu tidak berhubungan secara nyata dengan kecenderungan opini pengunjung terhadap pelaksanaan Program Sejuta Taman. Variabel uji tidak memiliki hubungan nyata satu sama lain kemungkinan disebabkan oleh responden yang cenderung tidak memperdulikan pemberitaan yang disampaikan oleh pemerintah. Misalnya saja dalam variabel aksesibilitas informasi, responden memiliki akses secara mudah ke laman website maupun media online lainnya. Namun hal tersebut tidak dilakukan jika responden tidak memiliki kepentingan dengan akun yang dikelola oleh pemerintah, sehingga pemberitaan oleh pemerintah tersebut tidak merubah tingkat pengetahuan dan sikap responden. Kemungkinan lainnya adalah ketika responden sudah menjadi pengikut akun media sosial pemerintah atau telah menyaksikan pemberitaan tentang pelaksanaan program di media massa, responden yang bersangkutan tidak begitu memiliki minat pada pemberitaan tersebut, dengan kata lain pemberitaan atau pesan yang disampaikan akan lewat begitu saja. Untuk itu pemberitaan yang dilakukan tidak memiliki dampak terhadap tingkat pengetahuan serta kecenderungan sikap seseorang terhadap program yang sedang dilaksanakan oleh pemerintah. Penelitian ini tidak mengukur motivasi responden dalam melakukan kunjungan ke taman kota serta tidak dilakukan penjelasan mengenai ragam tujuan kunjungan secara spesifik, untuk itu disarankan agar penelitian selanjutnya yang serupa dapat menambahkan variabel uji sesuai dengan penelitian Rachmawaty, Pian, dan Daulay tahun 2006.
55
ANALISIS HUBUNGAN AKTIVITAS PUBLIC RELATIONS DENGAN OPINI PENGUNJUNG TERHADAP PROGRAM SEJUTA TAMAN Pada bab ini membahas tentang analisis hubungan antara aktivitas Public Relations Pemerintah Kota Bogor dengan kecenderungan opini pengunjung terhadap Program Sejuta Taman. Aktivitas Public Relations meliputi ragam media Public Relations, jumlah informasi, frekuensi aktivitas Public Relations dan kekuatan pesan. Opini pengunjung merupakan akumulasi dari tingkat pengetahuan dan sikap responden terhadap pelaksanaan Program Sejuta Taman. Hasil uji korelasi pada masing-masing variabel terdapat pada Tabel 15. Tabel 15 Nilai koefisiensi korelasi antara aktivitas public relations dengan opini pengunjung terhadap program sejuta taman Opini Pengunjung Aktivitas Public Relations
Tingkat Pengetahuan Nilai Korelasi
Nilai p
Sikap Nilai Korelasi
Nilai p
Ragam Media
-0,102
0,436
0,011
0,933
Jumlah Informasi
0,099
0,454
-0,076
0,561
Frekuensi Aktivitas
0,148
0,258
0,126
0,336
Kekuatan Pesan
-0,099
0,452
0,255*
0,049
Keterangan: * signifikan korelasi pada taraf α 0,05 Data hasil penelitian menggunakan SPSS 21.0 dengan uji korelasi Rank Spearman diperoleh nilai korelasi dan signifikansi seperti tertera pada Tabel 15. Pada variabel ragam media dan kekuatan pesan dengan variabel tingkat pengetahuan serta antara variabel tingkat jumlah informasi dan variabel sikap menunjukkan nilai korelasi minus, artinya hubungan antara variabel uji berbanding terbalik. Sementara itu, pada variabel frekuensi aktivitas dengan variabel tingkat pengetahuan dan variabel sikap memiliki nilai korelasi masingmasing 0,148 dan 0,126. Nilai tersebut menyatakan terdapat korelasi lemah karena berada di antara nilai 0,10-0,29. Sarwono (2009) menjelaskan bahwa jika hasil uji berada di antara nilai tersebut maka terdapat korelasi atau hubungan yang lemah. Hasil penelitian menggunakan uji korelasi Rank Spearman antara kekuatan rancangan pesan dengan tingkat pengetahuan pada responden menunjukkan bahwa nilai koefisien korelasi sebesar 0,255*. Kemudian, nilai signifikansi adalah sebesar 0,049 nilai tersebut lebih kecil dari taraf nyata atau α sebesar 0,05. Hal ini menunjukkan bahwa kedua variabel tersebut signifikan. Oleh karena itu, dapat disimpulkan bahwa variabel kekuatan pesan dengan sikap pengunjung terhadap Program Sejuta Taman memiliki hubungan yang nyata, korelasi moderat, searah, dan signifikan.
56
Hasil uji statistik menyatakan bahwa hipotesis uji kedua variabel dapat diterima, yaitu semakin kuat pesan yang disampaikan kepada seseorang maka semakin mengarahkan pada kecenderungan sikap positif pengunjung terhadap Program Sejuta Taman. Kekuatan pesan dari media penyampaian pesan yang didapatkan oleh responden berhubungan dengan sikap pengunjung terhadap pelaksanaan program. Kekuatan media penyampaian pesan dinilai berdasarkan teori ANSVA. Hal tersebut sesuai dengan penelitian Lianita (2015) bahwa kekuatan pesan dalam sebuah media dipengaruhi unsur ketertarikan, kebutuhan, kepuasan, penggambaran dan aksi seseorang. Jika informasi dalam penyampaian pesan menarik, lengkap, memenuhi kebutuhan, kepuasan dan membuat orang tersebut ingin mengunjungi satu objek wisata maka seseorang dapat memiliki penilaian yang tinggi terhadap objek tersebut. Sehingga hal tersebut berhubungan dengan kecenderungan opini yang terbentuk oleh responden mengenai pelaksanaan Program Sejuta Taman. Pesan yang disampaikan oleh Bagian Humas Pemerintah Kota Bogor merupakan pesan yang disampaikan melalui media sosial. Media sosial menjadi andalan penyebaran informasi, selain tidak membutuhkan biaya banyak, informasi yang cepat menyebar menjadi alasan pemilihan media tersebut. Namun tetap ada hal yang harus diperhatikan dalam penggunaan media sosial tersebut. Menurut Yulianita dan Leksono (2011) seperti dikutip oleh Mayandra dan Sari terdapat Lima tahap strategi yang harus diikuti agar dapat berhasil dalam menggunakan media sosial. Kelima tahap tersebut mencakup: 1. Analisa media yang pernah digunakan dan sedang digunakan. Tahap ini mencakup langkah melihat ulang perencanaan pemasaran, strategi serta implementasi strategi komunikasi pemasaran dan korporasi yang pernah dan sedang dilakukan. 2. Trinitas media sosial. Tahap ini mengarah fokus pada tiga kategori media sosial yang terpenting dan mengabaikan kategori lainnya. Tiga kategori tersebut adalah blogging, microblogging dan social networks. 3. Strategi terintegrasi. Tahap dimana trinitas media sosial diintegritaskan dalam strategi dan perencanaan implementasi komunikasi pemasaran dan korporasi untuk memperoleh hasil yang maksimal. 4. Sumber-sumber. Tahap dimana semua sumber yang memungkinkan untuk implementasi strategi baru ini ditemukan dan disusun. 5. Implementasi dan pengukuran. Tahap terakhir adalah implementasi strategi yang telah disusun dan direncanakan, serta bagaimana pengukurannya. Pengukuran keberhasilan ini merupakan tahap yang paling sering ditinggalkan atau dilupakan, karenanya menjadi satu keharusan untuk mengikuti kelima tahap ini dengan menyeluruh agar di peroleh juga evaluasinya melalui pengukuran yang tepat. Hubungan nyata antar variabel uji dalam sebuah penelitian dapat dipengaruhi oleh beberapa faktor, diantaranya adalah berdasarkan pemilihan variabel uji dalam penelitian itu sendiri. Penelitian ini tidak mengukur opini publik berdasarkan persepsi dan tingkat kepercayaan masyarakat terhadap badan pemerintahan. Untuk itu disarankan agar penelitian selanjutnya dapat menambahkan variabel persepsi dan variabel tingkat kepercayaan selain variabel
57
tingkat pengetahuan dan sikap sebagai tolak ukur opini publik yang sedang berkembang di tengah masyarakat. Berikut merupakan rancangan pesan Pemerintah Kota Bogor dalam menyebarkan informasi tentang program yang sedang dijalankan.
Gambar 13 Rancangan pesan Pemerintah Kota Bogor di Media Sosial Instagram, Twitter, YouTube, dan Facebook
58
59
ANALISIS SWOT BAGIAN HUMAS PEMERINTAH KOTA BOGOR Bagian Humas Pemerintah Kota Bogor memiliki tugas dan fungsi yang telah dirumuskan guna mencapai visi dan misi dengan baik. Untuk itu diperlukan strategi yang efektif untuk menjalankannya. Salah satu cara untuk menyusun strategi adalah dengan melakukan analisis SWOT (Strength, Weakness, Opportunity, Threats). Berdasarkan hasil wawancara dengan informan (EMA), diperoleh informasi bahwa Bagian Humas Pemerintah Kota Bogor memiliki peluang, ancaman, kekuatan serta kelemahan dalam menjalankan tugas dan fungsinya. Adapun hal tersebut dinyatakan sebagai berikut: - Kekuatan: melalui pemanfaatan IPTEK yang pesat, Bagian Humas Pemerintah Kota Bogor telah mampu melaksanakan kegiatan yang sesuai dengan visi misi pimpinan. Di sisi lain, penggunaan media Online relatif lebih murah, sehingga tidak memerlukan biaya yang cukup banyak. Selain itu, dilakukan pula kerja sama dengan pihak-pihak terkait, dengan komunitas yang terbentuk di masyarakat misalnya. Adapun visi dan misi Pemerintah Kota Bogor adalah sebagai berikut: Visi Kota Bogor 2015 – 2019: “Menjadikan Bogor sebagai kota yang nyaman, beriman dan transparan” Misi Kota Bogor 2015 – 2019: 1. Menjadikan Bogor kota yang cerdas dan berwawasan teknologi informasi dan komunikasi. 2. Menjadikan Bogor kota yang sehat dan makmur. 3. Menjadikan Bogor kota yang berwawasan lingkungan. 4. Menjadikan Bogor sebagai kota jasa yang berorentasi pada kepariwisataan dan ekonomi kreatif. 5. Mewujudkan pemerintah yang bersih dan transparan. 6. Mengokohkan peran moral agama dan kemanusiaan untuk mewujudkan masyarakat madani. Berdasarkan uraian tersebut, maka dapat dirumuskan bahwa kekuatan yang dimiliki oleh Bagian Humas Pemerintah Kota Bogor diantaranya adalah: 1. Pelaksanaan program sesuai dengan visi dan misi Pemerintah Kota Bogor. Hal tersebut akan berdampak terhadap kepercayaan masyarakat bahwa Pemerintah Kota Bogor tidak hanya mengumbar janji, tetapi juga dibuktikan melalui pelaksanaan program yang relevan dengan visi dan misi yang telah diusung. 2. Penggunaan dan pemanfaatan IPTEK terutama dibidang media Online merupakan hal yang sudah diterapkan. Penyebaran informasi melalui media Online salah satunya adalah media sosial dirasa mampu menjangkau publik dengan cepat. Terutama dengan perkembangan teknologi yang pesat seperti saat ini, Bagian Humas Pemerintah Kota Bogor ikut andil dalam pemanfaatannya. Apalagi jika dilihat dilapangan, bahwa masyarakat dengan pengguna media sosial cenderung mengalami peningkatan. 3. Menjalin kerja sama dengan organisasi pemerintahan maupun nonpemerintahan, dengan begitu akan mempermudah pelaksanaan
60
-
program pemerintahan. Kerja sama yang terjalin akan mampu meningkatkan modal sosial pemerintah, dengan begitu pelaksanaan program akan dipermudah karena adanya kerja sama tersebut. 4. Mewadahi komunitas-komunitas masyarakat Bogor mulai dari tingkat remaja sampai dengan dewasa. Hal tersebut akan mampu untuk memperluas jaringan komunikasi dan bisa dimanfaatkan untuk penyebaran informasi. 5. Penyebaran informasi melalui media sosial, sehingga tidak memerlukan banyak biaya. Semakin banyaknya pengguna media sosial yang memanfaatkan teknologi internet, semakin banyak pula layanan provider yang menawarkan jasa penggunaan internet dengan biaya yang relatif murah namun dengan kualitas yang baik. 6. Pengaruh Wali Kota terhadap masyarakat yang cukup tinggi kini seolah menjadi trend bahwa pemimpin terjun langsung ke lapangan, dan mengetahui situasi yang sebenarnya terjadi. Wali Kota Bogor dalam berbagai kesempatan melibatkan langsung dengan kegiatankegiatan baik yang diselenggarakan oleh Pemerintah Kota Bogor maupun oleh komunitas atau instansi lainnya. Seperti hadir pada acara peringatan hari besar, event lembaga pendidikan, kegiatan komunitas, memantau langsung lalu lintas, dan lainnya. Kelemahan: dengan pembagian sub-bagian yang telah ditetapkan, dalam pelaksanaan kinerjanya, Bagian Humas membutuhkan SDM yang cukup banyak, sementara jika melihat tren, menurut Kabag Humas Pemerintah Kota Bogor, bahwa telah jarang orang yang berminat untuk bekerja di dunia kehumasan, terutama organisasi pemerintahan. Humas pemerintahan sangat luas, untuk itu diperlukan pengelolaan yang optimal karena dalam pelaksanaan tugasnya, mencakup semua segmen dan semua komponen. Sehingga setiap orang yang ada di dalamnya membutuhkan pelatihan dan wawasan yang cukup luas. Pemerintah Kota Bogor dalam melakukan penyebaran informasi hanya mengandalkan media sosial saja, dalam hal ini jarang dilakukan sosialisasi tentang program pemerintahan ke tingkat lapisan masyarakat bawah. Sehingga informasi yang disebarkan cenderung tidak merata. Berdasarkan uraian tersebut, maka dapat dirumuskan bahwa Bagian Humas Pemerintah Kota Bogor cenderung memiliki kelemahan sebagai berikut: 1. Kurangnya kuantitas tenaga yang melakukan pengelolaan terhadap semua komponen. Karena mencakup semua pelayanan informasi di tingkat pemerintahan, bukan hanya Bagian Humas saja. 2. Rendahnya pemanfaatan media televisi dan radio lokal untuk kegiatan penyebaran informasi. Terutama tentang Program Sejuta Taman, karena dalam pelaksanaannya hanya mengandalkan media sosial saja. Karena tidak semua masyarakat menggunakan media sosialterutama dalam kegiatan pencarian informasi. 3. Minimnya kegiatan sosialisasi tentang program pemerintahan ke tingkat masyarakat lapisan bawah. Sebagian besar responden yang berusia kategori dewasa akhir dari penelitian ini tidak mengetahui tentang pelaksanaan Program Sejuta Taman, hal itu membuktikan bahwa belum meratanya penyebaran informasi tentang program yang
61
-
dilakukan. Padahal jika banyak masyarakat yang tahu, besar kemungkinan dukungan yang diperoleh terkait program yang dilaksanakan. 4. Sumber daya manusia masih membutuhkan pelatihan kemampuan kehumasan dan pemanfaatan media massa. Demi keberhasilan tugas dan fungsi, diperlukan tenaga yang handal dibidang pelayanan maupun pertukaran informasi. Terutama di era ini, staf bidang kehumasan dituntut untuk menguasai kemampuan pengelolaan media massa. Sejalan dengan tulisan Rakhmadi (2015) yang menjelaskan bahwa SDM yang berkarakter kuat dengan motivasi yang tinggi dibutuhkan untuk mendongkrak kinerja Bagian Humas Pemerintah. Dibutuhkan juga jenjang karier yang jelas dan kompensasi yang memadai sehingga Humas mendapatkan SDM kelas 1. Pengembangan SDM Humas yang sistematis dan berkelanjutan diperlukan untuk terjaminnya kontinuitas dan standard kehumasan. Peluang: dalam pelaksanaan tugas dan fungsinya, Bagian Humas Pemerintah Kota Bogor mampu untuk menjadi institusi yang menyelesaikan persoalan yang tengah berkembang di masyarakat. Bagian Humas hadir menawarkan solusi untuk masyarakat terutama tentang pertukaran informasi antara pemerintah dengan publik. Selain itu, melalui program-program yang dilaksanakan oleh Pemerintah Kota Bogor, dirasa mampu untuk mewujudkan cita-cita organisasi. Sehingga hal tersebut berdampak positif bagi pemerintahan, dengan begitu reputasi pemerintah yang baik di mata publik akan diperoleh. Masyarakat yang memiliki pemikiran kritis cenderung mengalami peningkatan, hal tersebut salah satunya dipengaruhi oleh kemajuan IPTEK yang semakin pesat. Dengan kondisi tersebut, Bagian Humas Pemerintah Kota Bogor sadar bahwa dalam setiap pelaksanaan program tidak melulu hanya melibatkan publik internal saja, tetapi juga masyarakat luas sebagai publik eksternal. Berdasarkan uraian tersebut, dapat dirumuskan bahwa peluang yang bisa dimanfaatkan oleh Bagian Humas Pemerintah Kota Bogor yakni: 1. Terjalinnya kerja sama dengan komunitas masyarakat di Bogor. Hal tersebut dapat menjadi peluang dalam meningkatkan reputasi Pemerintah Kota Bogor di mata publik. 2. Tersedianya media televisi dan radio lokal untuk dimanfaatkan, terutama dalam penyebaran informasi. Dewasa ini media televisi dan radio seolah ditinggalkan, karena hadirnya media lain seperti media berbasis Online dan media sosial yang lebih mudah digunakan untuk kegiatan pencarian dan perolehan informasi. Namun jika melihat ke lapangan, masih banyak pula kalangan masyarakat yang memperoleh informasi dari radio dan televisi. Untuk itu, kedua media tersebut tidak bisa ditinggalkan dalam kegiatan penyebaran informasi. 3. Tersedia sumber daya manusia yang handal di bidang kehumasan. Bagian Humas Pemerintah Kota Bogor memiliki Sub Kepala Bagian yang kompeten dibidangnya. Hanya saja hal tersebut perlu di dukung dengan kualitas dan kuantitas staf yang memadai agar tercipta kinerja yang harmoni dan pencapaian kinerja yang baik.
62
-
4. Penggunaan media sosial oleh masyarakat cenderung mengalami peningkatan. Kondisi tersebut dapat dijadikan peluang untuk melakukan penyebaran dan pertukaran informasi oleh Bagian Humas Pemerintah Kota Bogor. Salah satu hal yang bisa dilakukan adalah dengan terus memperbaiki pengelolaan terhadap media sosial, serta diimbangi dengan penggunaan yang efektif dan efisien. 5. Masyarakat dengan pemikiran kritis cenderung meningkat. Hal tersebut bisa dimanfaatkan untuk menjalin kerja sama terutama dalam kaitannya dengan pelaksanaan program pemerintahan. Masyarakat dengan pemikiran kritis sebaiknya dapat ditampung untuk keberhasilan program, bukan dijadikan musuh atau sebagai penghalang pelaksanaan program. Ancaman: seiring berkembangnya kemajuan IPTEK, masyarakat ingin mendapat informasi yang cepat, terlebih melalui perkembangan media Online yang semakin meningkat. Pelaku media penyampaian informasi pun semakin bertambah bahkan dengan varian yang lebih menarik, tak heran jika masyarakat lebih memilih untuk mengakses informasi dari sumber yang lebih menarik dan kreatif. Padahal, masyarakat kerap kali menerima begitu saja informasi yang datang tanpa memperhatikan terlebih dahulu sumber informasi yang diperoleh. Dengan demikian, kesalahan persepsi sering terjadi di antara masyarakat. Untuk itu dibutuhkan penjelasan ulang terhadap informasi yang telah beredar demi keakuratan informasi yang beredar. Adanya kesalahan persepsi tersebut maka akan berpengaruh terhadap tingkat kepercayaan publik terhadap pemerintah, untuk itu pengelolaan dan manajemen yang baik diperlukan dalam hal ini. Di sisi lain, dengan adanya kemajuan teknologi pemerintah tidak bisa hanya berfokus pada media sosial saja, karena tidak semua masyarakat telah terdedah dengan media sosial. Berdasarkan hal tersebut, adapun ancaman yang harus diatasi oleh Bagian Pemerintah Kota Bogor adalah: 1. Persaingan akun media sosial pemerintah dengan akun media sosial yang cenderung fokus pada hiburan. Masyarakat terutama kalangan remaja lebih memilih mengikuti akun media sosial yang berfokus pada hiburan atau komersialisme. Tak heran jika sedikit dari mereka yang mengetahui perkembangan pembangunan kota dan program yang sedang dilaksanakan. Akun media sosial yang banyak diikuti oleh remaja misalnya akun instagram @Dagelan, dan akun perbelanjaan Online lainnya. 2. Kejahatan cyber crime. Kejahatan jenis ini harus diantisipasi dengan baik, terutama dalam pelaksanaannya Bagian Humas Pemerintah Kota Bogor sangat mengandalkan media berbasis internet. 3. Terdapat beberapa kelompok masyarakat yang hanya menyaring informasi dari sembarang sumber. Sehingga menimbulkan persepsi yang salah terhadap pemerintah, jika sudah begitu maka dampak negatif akan muncul terhadap pemerintah, isis kepercayaan misalnya. 4. Kepercayaan beberapa golongan masyarakat terhadap pemerintah cenderung rendah. Hal tersebut bisa mengancam jika sewaktu-waktu terdapat beberapa kelompok yang menentang penyelenggaraan
63
program. Untuk itu perlu dilakukan antisipasi yang nyata agar kelompok penentang tidak muncul ke permuukaan. 5. Tidak semua masyarakat menggunakan media sosial dalam pencarian informasi. Lapisan masyarakat yang tinggal dipemukiman dan memiliki akses sulit ke perkotaan cenderung lebih lama terdedah teknologi. Untuk itu masih belum banyak masyarakat yang menggunakan media sosial sebagai media pencarian informasi. Hal tersebut bisa menjadi ancaman bahwa informasi yang harusnya menjangkau seluruh lapisan masyarakat justru nyatanya tidak demikian. Berdasarkan uraian diatas, dalam penelitian ini akan dirumuskan matriks SWOT Bagian Humas Pemerintah Kota Bogor. Terdapat beberapa model yang dapat digunakan untuk melakukan Analisis SWOT, salah satunya adalah yang disebut dengan Matriks TOWS yang dikembangkan oleh David (1989), yang mendahulukan analisis Ancaman dan Peluang untuk kemudian melihat sejauh mana kapabilitas internal sesuai dan cocok dengan faktor-faktor eksternal tersebut. Terlihat pada Tabel 16, terdapat empat strategi yang tampil dari hasil analisis TOWS Bagian Humas Pemerintah Kota Bogor tersebut. Tabel 16 Matriks TOWS penentuan alternatif strategi public relations Pemerintah Kota Bogor Internal
Eksternal
Strengths-S: 1. Pelaksanaan program sesuai dengan visi dan misi Pemerintah Kota Bogor 2. Penggunaan dan pemanfaatan IPTEK terutama media Online 3. Menjalin kerja sama dengan organisasi pemerintahan maupun non-pemerintahan 4. Mewadahi komunitaskomunitas masyarakat Bogor 5. Penyebaran informasi melalui pemanfaatan media sosial, sehingga tidak memerlukan banyak biaya 6. Pengaruh Wali Kota terhadap masyarakat yang cukup tinggi
Weakness-W: 1. Kurangnya kuantitas tenaga yang melakukan pengelolaan terhadap semua komponen, karena mencakup semua pelayanan informasi di tingkat pemerintahan 2. Rendahnya pemanfaatan media televisi dan radio lokal untuk kegiatan penyebaran informasi. Terutama tentang Program Sejuta Taman, karena dalam pelaksanaannya hanya mengandalkan media sosial saja. 3. Minimnya kegiatan sosialisasi tentang program pemerintahan ke tingkat masyarakat lapisan bawah. 4. Sumber daya manusia masih membutuhkan pelatihan kemampuan kehumasan dan pemanfaatan media massa
64
Opportunities-O: 1. Terjalinnya kerja sama dengan komunitas masyarakat di Bogor. 2. Tersedianya media televisi dan radio lokal untuk dimanfaatkan, terutama dalam penyebaran informasi. 3. Tersedia sumber daya manusia yang handal di bidang kehumasan. 4. Penggunaan media sosial oleh masyarakat cenderung mengalami peningkatan. 5. Masyarakat dengan pemikiran kritis cenderung meningkat.
Strategi S-O: 1. Mengoptimalkan kualitas dan kuantitas SDM melalui pelaksanaan tugas dan fungsi dalam pencapaian visi dan misi pemerintah dengan penggunaan IPTEK yang efektif dan efisien (S1, 2, 5 – O1, 2, 3, 4) 2. Meningkatkan hubungan baik dengan organisasi maupun komunitas dan kaitannya dengan pelaksanaan program pemerintah (S3, 4 – O1, 5)
Threats-T: 1. Persaingan akun media sosial pemerintah dengan akun media sosial yang cenderung fokus pada hiburan 2. Kejahatan cyber crime 3. Terdapat beberapa kelompok masyarakat yang hanya menyaring informasi dari sembarang sumber. 4. Kepercayaan beberapa golongan masyarakat terhadap pemerintah cenderung rendah. 5. Tidak semua masyarakat menggunakan media sosial dalam pencarian informasi.
Strategi S-T: 1. Menjalin kerja sama dengan akun media sosial baik pemerintah maupun non-pemerintah dan meminimalisir tindak cyber crime (S1, 3, 4 – T1, 2) 2. Melakukan penyebaran informasi dengan efektif dan efisien serta memperhatikan kekuatan pesan guna meminimalisir kesalahan persepsi (S2, 5, 6– T3, 4, 5) 3. Merangkul semua kalangan masyarakat dengan melibatkan peran Wali Kota (S6 – O3, 4, 5)
Strategi W-O: 1. Memaksimalkan semua media untuk menyebarkan informasi sebagai perwujudan pemanfaatan IPTEK secara optimal serta dengan dilakukan pelatihan dan pembekalan terlebih dahulu kepada untuk SDM yang terlibat (W1, 2, 4 – O2, 4) 2. Mengoptimalkan pemanfaatan media televisi dan radio lokal untuk penyebaran informasi (W2-O2) 3. Melakukan sosialisasi sampai ketingkat akar rumput guna menjalin kerja sama dengan masyarakat dari berbagai golongan (W3 – O5) 4. Penyelenggaraan pelatihan oleh praktisi Humas (W4-O3) Strategi W-T: 1. Mengoptimalkan penyebaran informasi dan sosialisasi ke berbagai lapisan masyarakat tentang program pemerintah dengan meningkatkan kinerja sumber daya manusia yang ada (W1, 3, 4 – T3, 4, 5)
65
SIMPULAN DAN SARAN Simpulan Simpulan yang dapat ditarik dari penelitian ini adalah: 1. Strategi komunikasi Bagian Humas Pemerintah Kota Bogor merupakan strategi yang langsung diterapkan sebagai strategi kinerja, yakni dengan melakukan pembagian menjadi beberapa sub bagian. Di antaranya adalah Sub Bagian Publikasi dan Berita, Sub Bagian Protokol dan Dokumentasi, serta Sub Bagian Pelayanan Informasi. Hal tersebut dilakukan untuk memudahkan kinerja Bagian Humas karena mencakup semua komponen pemerintahan. 2. Karakteristik pengunjung taman kota sebagian besar berusia (22-32 tahun); pendidikan terakhir adalah SMP dan SMA; jenis pekerjaan adalah pelajar/mahasiswa. Mayoritas responden mengunjungi taman dalam sebulan sebanyak satu kali; serta memiliki tingkat aksesibilitas informasi yang tergolong sedang. Responden melakukan kegiatan pencarian informasi dengan menggunakan media sosial (facebook, instagram, twitter, youtube), baik informasi tentang Program Sejuta Taman maupun program pemerintah secara keseluruhan. Sementara itu, tingkat pengetahuan responden tentang ragam media penyampaian pesan Program Sejuta Taman masih tergolong sedang dan tingkat pengetahuan responden tentang frekuensi penyampaian pesan masih tergolong rendah; Jumlah informasi tentang Program Sejuta Taman masih tergolong rendah; Kekuatan rancangan pesan Program Sejuta Taman berada pada kategori sedang; Adapun tingkat pengetahuan responden tentang Program Sejuta Taman ada pada kategori sedang; Kemudian sikap yang ditunjukkan responden terhadap Program Sejuta Taman cenderung positif. Variabel karakteristik pengunjung tidak memiliki hubungan nyata dengan tingkat pengetahuan dan sikap masyarakat terhadap Program Sejuta Taman. Sementara itu pada variabel aktivitas Public Relations, yang memiliki hubungan nyata dengan opini pengunjung yakni hanya antara kekuatan rancangan pesan dengan sikap pengunjung. Sedangkan yang lainnya tidak memiliki hubungan nyata. 3. Berdasarkan hasil analisis SWOT Bagian Humas Pemerintah Kota Bogor memiliki kekuatan yang berasal dari lingkup internal dan peluang yang hadir ditengah masyarakat. Selain memiliki kekuatan dan peluang, bagian Humas Pemerintah Kota Bogor juga memiliki beberapa kelemahan yang berasal dari internalnya dan juga ancaman yang datang dari eksternal. Disinilah analisis SWOT berperan, yakni Bagian Humas dapat menggunakan kekuatan dan peluang untuk mengatasi kelemahan dan ancaman yang hadir.
66
Saran Adapun saran yang diajukan berdasarkan hasil penelitian ini adalah sebagai berikut: 1. Pemerintah sebaiknya melakukan sosialisasi ke tingkat masyarakat lapisan bawah, terutama tentang program prioritas yang sedang dilaksanakan. Sehingga seluruh lapisan masyarakat mengetahui apa yang sedang dilaksanakan oleh pemerintah, dengan begitu dapat diperoleh dukungan demi kesuksesan program yang sedang dijalankan. Selain itu perlu dilakukan pelayanan yang lebih responsif oleh pemerintah di berbagai media. Misalnya dengan membuat akun media sosial khusus untuk wadah aspirasi masyarakat Kota Bogor. Dalam hal ini salah satu strategi yang harus dikembangkan oleh Bagian Humas Pemerintah Kota Bogor adalah pemanfaatan IPTEK secara optimal dan dengan dukungan pengelolaan oleh SDM yang terlatih dan dengan kinerja yang baik. Selain itu, pemanfaatan kekuatan dan peluang mutlak dilakukan demi mengatasi ancaman dan kelemahan yang ada. Apalagi jika melihat dewasa ini masyarakat dengan pendidikan tinggi dan pemikiran kritis cenderung mengalami peningkatan, sehingga hal tersebut dapat dimanfaatkan sebagai media untuk dijalin kerja sama antara pihak pemerintah dan masyarakat luas. 2. Penyebaran informasi tidak hanya berfokus pada media sosial saja, mengingat tidak semua lapisan menggunakan media sosial. Untuk itu, Bagian Humas perlu melakukan peningkatan frekuensi penyampaian pesan di media cetak, televisi dan radio baik lokal maupun nasional dengan strategi terpadu dan kreatif. Melalui peran media yang signifikan, seharusnya pemerintah mempunyai strategi untuk memecah konsentrasi publik agar tidak terpaku pada kegaduhan politik tetapi juga pada kestabilan ekonomi dan peningkatan taraf hidup atau hal positif lainnya akibat pelaksanaan program-program pemerintah. Dengan demikian Bagian Humas perlu meningkatkan jalinan kerja sama dengan berbagai pihak terutama dengan media, guna meningkatkan jumlah informasi program pemerintah. Sehingga masyarakat lebih mengetahui apa yang sedang dilaksankan oleh pemerintah. Bentuk kerja sama dapat dilakukan dengan melakukan acara-acara bersama misalnya, atau hal lain yang dapat menguntungkan kedua belah pihak. 3. Dinas Kebersihan dan Pertamanan (DKP) perlu meningkatkan pemeliharaan taman yang mencakup semua komponen di taman tersebut. Serta melakukan peningkatan penyediaan fasilitas di taman kota seperti fasilitas kebersihan, tempat pembuangan sampah, toilet, fasilitas bermain anak, dan lainnya. DKP juga perlu melakukan kegiatan untuk meningkatkan kesadaran pentingnya menjaga kebersihan lingkungan kepada pengunjung, melalui program bersih-bersih taman, aplikasi konsep 3R (reuse, reduce, recycle), dan hal lainnya. 4. Penelitian selanjutnya dapat dilakukan menggunakan indikator serupa dengan jumlah sampel yang lebih banyak serta lokasi penelitian diseluruh taman kota agar lebih bervariasi guna mendapatkan hasil yang lebih valid.
67
DAFTAR PUSTAKA [Pemkot Bogor]. Pemerintah Kota Bogor. 2014. [internet]. [dikutip pada 5 Februari 2016]. Tersedia pada: www.kotabogor.go.id. Bogor [ID]: Pemkot Bogor [Sekretariat Daerah]. Sekretariat Daerah Pemerintah Kota Bogor. 2014. Struktur Pemerintahan Tugas dan Fungsi. [internet]. [dikutip pada 18 Mei 2016]. Tersedia pada: http://setda.kotabogor.go.id/index.php/multisite/page/68. Bogor [ID]: Pemkot Bogor [Sekretaris Negara]. Kementrian Sekretaris Negara Republik Indonesia. 2016. Pola Pemberantasan Korupsi Sistemik Melalui Pencegahan dan Penindakan. [internet]. [dikutip pada 1 Juni 2016]. Tersedia pada: http://www.setneg.go.id/index.php?option=com_content&task=view&id=2 259. Jakarta [ID]: Setneg RI Anggoro ML. 2005. Teori & Profesi Kehumasan Serta Aplikasinya di Indonesia. Jakarta: Bumi Aksara Chatamallah M. 2007. Opini Publik dan Kebijakan Pemerintah. Mediator. [Internet]. [diunduh tanggal 23 Desember 2015]. Dapat diunduh dari: http://download.portalgaruda.org/article.php?article=117276&val=5336 Chatamallah M. 2008. Strategi “Public Relations” dalam Promosi Pariwisata: Studi Kasus dengan Pendekatan “Marketing Public Relations” di Provinsi Banten. Mediator. 9(2): 393-402. [Internet]. [diunduh tanggal 8 Juni 2016]. Dapat diunduh dari: http://ejournal.unisba.ac.id/index.php/mediator/article/viewFile/1120/691 Cangara H. 2012. Pengantar Ilmu Komunikasi. Jakarta [ID]: Raja Grafindo Persada Cutlip SM, Center AH, Broom GM. 2000. Effective Public Relations: Merancang dan Melaksanakan Kegiatan Kehumasan dengan Sukses. Jakarta [ID]: Indeks Effendy OU. 1993. Ilmu, Teori dan Filsafat Komunikasi. Bandung [ID]: Citra Aditya Bakti Greener T. 1993. Kiat Sukses Public Relations dan Pembentukan Citranya. [terjemahan]. The Secret of Successfuls Public Relations. Jakarta [ID]: Bumi Aksara Hurriyati R. 2008. Bauran Pemasaran dan Loyalitas Konsumen. Bandung [ID]: CV. Alfabeta
68
Kriyantono R. 2008. Public Relations Writing: Teknik Produksi, Media Public Relations dan Publisitas Korporat. Jakarta [ID]: Kencana Kriyantono R. 2014. Teori Public Relations Perspektif Barat & Lokal: Aplikasi Penelitian dan Praktik. Jakarta [ID]: Kencana Kusumastuti YI. 2009. Komunikasi Bisnis. Bogor [ID]: IPB Press Lianita CA. 2015. Strategi Public Relations dalam Meningkatkan Citra Sentulfresh Education Farm. [Skripsi]. Bogor (ID): Institut Pertanian Bogor Mayandra dan Sari.______. Rekomendasi Strategi Penggunaan Media Sosial PT. PLN (Persero) Distribusi Jawa Barat dan Banten dalam Penyebaran Informasi. Jurnal eproc Prodi S1 Manajemen Bisnis Telekomunikasi dan Informatika, Fakultas Ekonomi dan Bisnis, Universitas Telkom [Internet]. [diunduh pada 31 Mei 2016]. Dapat diunduh dari: https://openlibrary.telkomuniversity.ac.id/pustaka/files/65225/jurnal_eproc/ rekomendasi-strategi-penggunaan-media-sosial-pt-pln-persero-ditribusijawa-barat-dan-banten-dalam-penyebaran-informasi.pdf Morissan. 2008. Manajemen Public Relations: Strategi Menjadi Humas Profesional. Jakarta [ID]: Kencana Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 1 Tahun 2007 Tentang Penataan Ruang Terbuka Hijau Kawasan Perkotaan. [Internet]. [diunduh pada 27 Januari 2016]. Dapat diunduh dari: www.pu.go.id/uploads/services/2011-12-01-1206-40.pdf Pramono J. 2009. Aktivitas Public Relations dalam Upaya Pencitraan Kafe Liquid Next Generation. [Skripsi]. Surakarta [ID]: Universitas Sebelas Maret. [Internet]. [di unduh tanggal 22 Januari 2016]. Dapat diunduh dari: https://digilib.uns.ac.id/dokumen/download/10200/MjMxODE=/Aktivitaspublic-relations-dalam-upaya-pencitraan-kafe-liquid-next-generation-studideskriptif-kualitatif-tentang-aktivitas-public-relations-dalam-upayapencitraan-kafe-liquid-next-generation-Yogyakarta-abstrak.pdf Rakhmadi H. 2015. Government Public Relations: Tantangan dan LangkahLangkah Strategis. Jurnal Public Relations Indonesia. 2(3):48-55. Jakarta [ID]. Bidang Riset dan Kompetensi Perhumas Indonesia Rachmawaty, Pian ZA, Daulay DNO. 2006. Karakteristik Pengunjung Rekreasi dan Obyek Wisata di Taman Hutan Raya Dr. Mohammad Hatta. [Karya Tulis]. Medan (ID): Universitas Sumatera Utara. [Internet]. [diunduh pada Juni 016]. Dapat diunduh dari: 21 http://library.usu.ac.id/download/fp/06008765.pdf
69
Reza TS, Prihandini D. 2013. Public Relations. Jakarta [ID]: Mandala Nasional Publishing Rianse U, Abdi. 2009. Metodologi Penelitian Sosial dan Ekonomi. Bandung [ID]: Alfabeta Salusu J. 1996. Pengambilan Keputusan Stratejik: Untuk Organisasi Publik dan Organisasi Nonprofit. Jakarta [ID]: Grasindo Singarimbun M, Effendi S. 2006. Metode Penelitian Survai. Jakarta [ID]: LP3ES Sarwono J. 2009. Statistik itu Mudah: Panduan Lengkap untuk Belajar Komputasi Statistik Menggunakan SPSS 16. Yogyakarta (ID): ANDI. Soemirat S, Ardianto E. 2002. Dasar-Dasar Public Relations. Bandung [ID]: Rosda Utomo P. 2005. Strategi Public Relation dalam Pelayanan Informasi. Jurnal Komunikologi. 2 (1): 32-40. [Internet]. diunduh tanggal 10 Oktober 2015. Dapat diunduh dari: http://digilib.esaunggul.ac.id/public/UEU-Journal4610-PudjiUtomo.pdf Widjaja HAW. 2002. Komunikasi: Komunikasi & Hubungan Masyarakat. Jakarta [ID]: Bumi Aksara Yusuf PM. 2010. Komunikasi Interaksional: Teori dan Praktik. Jakarta [ID]: Bumi Aksara
70
71
LAMPIRAN
72
Lampiran 1 Denah Kota Bogor
73
Lampiran 2 Daftar responden No 1
Nama Sri Juarni
2
Yusuf
4 5
Anis Alfiyatus Dini
6
Eka Yulianti
7 8
Asep Juanda Supriadi
9 10
Siti Anggraeni Hepi
11
Anton
12 13 14
Setra Siti Nurjanah Eli Yulianti
15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 26 27 28 29 30
Ema Etty Setiastuti Warjono Syamsudin Osman Oji Redi David Firman Soleh Aditya Dian Fahrudin Faizal Rafliansyah Adi
31 32
Suhartini Fadli
33 34
Faisal Azwar
Alamat Jl. Layung Sari No. 1 RT. 07 RW 07 Kelurahan Empang, Bogor Selatan Tanah Baru RT. 01 RW. 04 Kelurahan Tanah Baru Kecamatan Bogor Utara Babakan Tengah RT. 2 RW. 8 Dramaga Jl.lolongo No. 25 RT. 6 RW.15 Kelurahan Empang, Bogor Selatan Jl. Layung Sari No. 1 RT. 3 RW. 19 Kelurahan Empang, Bogor Selatan Jl. Layung Sari No. 55 RT. 5 RW. 9 Kelurahan Empang Kampung Sawah Pabuaran RT. 6 RW. 10 Kelurahan Tanah Baru Ranca Bungur RT. 4 RW. 3 Kelurahan Bantar Sari Bondongan RT. 4 RW17 Keluraha Bondongan, Bogor Selatan Gadog No. 34 RT. 4 RW. 5 Kelurahan Gadog, Megamendung Ciapus No. 68 RT. 1 RW. 8 Kelurahan Kota Batu Ciapus, Kelurahan Taman Sari Cikaret RT. 6 RW. 3 Kelurahan Cikaret, Kecamatan Bogor Selatan Semplak RT. 3 RW. 4 Jl. Menteng No. 106 RT. 5 RW. 3 Kelurahan Menteng Nanggewer RT. 4 RW. 7 Cibuluh No. 14 RT. 1 RW. 14 Kelurahan Cibuluh Ciremai Ujung Kelurahan Jambu Dua Ciapus No. 4 RT. 4 RW. 4 Villa Duta RT. 1 RW. 5 Karadenan RT. 5 RW. 18 Kelurahan Karadenan, Cibinong Kebun Raya Residence Kelurahan Pasir Kuda, Ciomas Ciapus Ciomas RT. 3 RW. 14 Kelurahan Padasuka, Ciomas Bantar jati, Bogor Utara Sempur Kaler No. 60 Kelurahan Sempur, Bogor Tengah Jl. Sempur Kaler No. 60 Kelurahan Sempur, Bogor Tengah Tanah Baru Kelurahan Cilur, Bogor Utara Ciampea Perum PGRI No. 3 RT. 3 RW. 6 Kelurahan Ciampea Jl. Ciomas Raya RT. 3 RW. 3 Kelurahan Ciomas Cikaret No. 3 RT. 2 RW. 7 Kelurahan Cikaret, Bogor Selatan Ciluan No. 6 RT. 1 RW. 3, Sukaraja Perumahan Taman Yasmin
74
35 36
Erbi Lia Sartika
37
Fiqi
38
Novi
39
Tari
40
Amalia
41 42
Mogi Nadia
43 44 45 46 47
Fadilah Anti Munawaroh Alma Yani
48 49 50
Ira Fajar Ramadhan M. Purnomo
51
Nurul Rahma
52
M. Fajar Nugra
53 54
55
Ramdansyah Bakriadi Muhammad Arifin Ari
56
Makrom
57 58
Nida Rinta
59 60
Siti Nurhasanah Haerani Aslesmana
Malabar Jl. Perintis No. 20A RT. 4 RW. 3 Kelurahan Kebon Kelapa, Bogor Tengah Kapling Al-Hasanah No. 1 RT. 4 RW. 5 Keluraha Tanah Baru Atang Senjaya No. 51 RT. 1 RW. 2 Kelurahan Semplak Barat, Kemang Jl. Pangkalan No. 1 RT. 3 RW. 3 Kelurahan Kedunghalang Talong, Bogor Utara Semplak Cijahe No. 21 RT. 1 RW. 1 Kelurahan Semplak, Bogor Barat Cipaku RT. 1 RW. 3 Kelurahan Kertamaya, Bogor Selatan Perumahan Bogor Asri RT. 2 RW. 9 Kelurahan Nanggewer, Cibinong Ciapus RT. 4 RW. 4 Cibinong RT. 7 RW. 5 Ciremai RT. 1 RW. 9 Kelurahan Bantar Jati Pomad RT. 9 RW. 2 Kelurahan Cimandala, Sukaraja Cimanggu Wates No. 30 RT. 2 RW. 9 Kelurahan Gedung Jaya, Tanah Sareal Dramaga RT. 2 RW. 9 Kelurahan Babakan Ciomas Permai No. 23 RT. 1 RW. 4 Ciomas Permai No. 10 RT. 2 RW. 4 Kelurahan Ciapus, Ciomas Jl. Raya Katanggan No. 19 RT. 3 RW. 1 Kelurahan Gunung Putri Kp. Nagreg RT. 1 RW. 2 Kelurahan Sukamandi, Megamendung Gunung Batu No. 195 RT. 4 RW. 4 Bogor Barat Jl. SBJ No. 40 RT. 2 RW. 1 Kelurahan Bubulak, Bogor Barat Jl. Abesin No. 4 RT. 1 RW. 4 Kelurahan Babaton, Bogor Tengah Muara No. 15 RT. 2 RW. 10 Kelurahan Pasir Jaya, Bogor Barat Ciomas No. 25 RT 1 RW. 3 Kelurahan Padasuka, Ciomas Bukit Cimanggu City No. 12 RT. 2 RW. 11 Kelurahan Cibadak, Tanah Sareal Kampung Gadung Jl. Bantar Jaya No. 153 RT. 3 RW. 3, Ranca Bungur
75
Lampiran 3 Jadwal pelaksanaan penelitian tahun 2016 Kegiatan Penyusunan proposal skripsi Kolokium Perbaikan proposal skripsi Pengambilan data lapang Pengolahan dan analisis data Penulisan draft skripsi Uji kelayakan skripsi Sidang skripsi Perbaikan skripsi
Feb Mar Apr Mei Juni 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4
Ket.
76
Lampiran 4 Hasil uji statistik dengan Rank Spearman dan uji beda Chi-square Hubungan jenis kelamin dengan tingkat pengetahuan Chi-Square Tests Value
df
Asymp. Sig. (2sided)
2,637a
2
,268
Likelihood Ratio
2,665
2
,264
Linear-by-Linear
,849
1
,357
Pearson Chi-Square
Association N of Valid Cases
60
a. 2 cells (33,3%) have expected count less than 5. The minimum expected count is 3,38.
Hubungan Jenis Kelamin dengan Sikap Chi-Square Tests Value
Pearson Chi-Square Continuity
df
Asymp. Sig. (2-
Exact Sig. (2-
Exact Sig. (1-
sided)
sided)
sided)
1,133a
1
,287
,648
1
,421
1,138
1
,286
Correctionb
Likelihood Ratio Fisher's Exact Test
,312
Linear-by-Linear
1,114
1
,211
,291
Association N of Valid Cases
60
a. 0 cells (0,0%) have expected count less than 5. The minimum expected count is 13,05. b. Computed only for a 2x2 table
Hubungan Usia dengan Tingkat Pengetahuan Correlations Tingkat Umur
Tingkat Pengetahuan
Correlation Coefficient Usia
Sig. (2-tailed) N
1,000
-,107
.
,415
60
60
-,107
1,000
,415
.
60
60
Spearman's rho Correlation Coefficient Tingkat Pengetahuan
Sig. (2-tailed) N
Hubungan Usia dengan Sikap
77
Correlations Tingkat Umur Correlation Coefficient Usia
1,000
-,052
.
,695
60
60
-,052
1,000
,695
.
60
60
Sig. (2-tailed) N
Sikap
Spearman's rho Correlation Coefficient Sikap
Sig. (2-tailed) N
Hubungan Tingkat Pendidikan dengan Tingkat Pengetahuan Correlations Tingkat
Tingkat
Pendidikan
Pengetahuan
Correlation Coefficient Tingkat Pendidikan
Sig. (2-tailed) N
1,000
-,054
.
,684
60
60
-,054
1,000
,684
.
60
60
Spearman's rho Correlation Coefficient Tingkat Pengetahuan
Sig. (2-tailed) N
Hubungan Tingkat Pendidikan dengan Sikap Correlations Sikap
Tingkat Pendidikan
Correlation Coefficient Sikap
1,000
,038
.
,773
60
60
Correlation Coefficient
,038
1,000
Sig. (2-tailed)
,773
.
60
60
Sig. (2-tailed) N
Spearman's rho Tingkat Pendidikan
N
78
Hubungan Jenis Pekerjaan dengan Tingkat Pengetahuan Chi-Square Tests Value
df
Asymp. Sig. (2sided)
10,674a
10
,383
Likelihood Ratio
14,005
10
,173
Linear-by-Linear
1,358
1
,244
Pearson Chi-Square
Association N of Valid Cases
60
a. 13 cells (72,2%) have expected count less than 5. The minimum expected count is ,12.
Hubungan Jenis Pekerjaan dengan Sikap Chi-Square Tests Value
df
Asymp. Sig. (2sided)
3,975a
5
,553
Likelihood Ratio
4,497
5
,480
Linear-by-Linear
,579
1
,447
Pearson Chi-Square
Association N of Valid Cases
60
a. 6 cells (50,0%) have expected count less than 5. The minimum expected count is ,45.
Hubungan Frekuensi Kunjungan dengan Tingkat Pengetahuan Correlations
Correlation Coefficient Tingkat Pengetahuan
Sig. (2-tailed) N
Tingkat
Tingkat
Pengetahuan
Kunjungan
1,000
-,086
.
,514
60
60
-,086
1,000
,514
.
60
60
Spearman's rho Correlation Coefficient Frekuensi Kunjungan
Sig. (2-tailed) N
79
Hubungan Frekuensi Kunjungan dengan Sikap Correlations Tingkat
Sikap
Kunjungan Correlation Coefficient Tingkat Kunjungan
1,000
,118
.
,368
60
60
Correlation Coefficient
,118
1,000
Sig. (2-tailed)
,368
.
60
60
Sig. (2-tailed) N
Spearman's rho Sikap
N
Hubungan Aksesibilitas Informasi dengan Tingkat Pengetahuan Correlations Tingkat
Tingkat
Aksesibilitas
Pengetahuan
Informasi 2 Correlation Coefficient Tingkat Aksesibilitas Informasi
Sig. (2-tailed) N
1,000
-,115
.
,381
60
60
-,115
1,000
,381
.
60
60
Spearman's rho Correlation Coefficient Tingkat Pengetahuan
Sig. (2-tailed) N
Hubungan Aksesibilitas Informasi dengan Sikap Correlations Sikap
Tingkat Aksesibilitas Informasi 2
Correlation Coefficient Sikap
1,000
,140
.
,285
60
60
Correlation Coefficient
,140
1,000
Sig. (2-tailed)
,285
.
60
60
Sig. (2-tailed) N
Spearman's rho Tingkat Aksesibilitas Informasi
N
80
Hubungan Ragam Media dengan Tingkat Pengetahuan Correlations Tingkat
Keragaman
Pengetahuan
Media
Correlation Coefficient Tingkat Pengetahuan
1,000
-,102
.
,436
60
60
-,102
1,000
,436
.
60
60
Sig. (2-tailed) N
Spearman's rho Correlation Coefficient Keragaman Media
Sig. (2-tailed) N
Hubungan Ragam Media dengan Sikap Correlations Keragaman
Sikap
Media Correlation Coefficient Keragaman Media
1,000
,011
.
,933
60
60
Correlation Coefficient
,011
1,000
Sig. (2-tailed)
,933
.
60
60
Sig. (2-tailed) N
Spearman's rho Sikap
N
Hubungan Jumlah Informasi dengan Tingkat Pengetahuan Correlations
Correlation Coefficient Jumlah Informasi
Tingkat Jumlah
Tingkat
Informasi
Pengetahuan
1,000
,099
.
,454
60
60
Correlation Coefficient
,099
1,000
Sig. (2-tailed)
,454
.
60
60
Sig. (2-tailed) N
Spearman's rho Tingkat Pengetahuan
N
81
Hubungan Jumlah Informasi dengan Sikap Correlations Sikap
Tingkat Jumlah Informasi
Correlation Coefficient Sikap
Sig. (2-tailed) N
1,000
-,076
.
,561
60
60
-,076
1,000
,561
.
60
60
Spearman's rho Correlation Coefficient Jumlah Informasi
Sig. (2-tailed) N
Hubungan Frekuensi Aktivitas Public Relations dengan Tingkat Pengetahuan Correlations Tingkat
Tingkat
Pengetahuan
Frekuensi Aktivitas
Correlation Coefficient Tingkat Pengetahuan
1,000
,148
.
,258
60
60
Correlation Coefficient
,148
1,000
Sig. (2-tailed)
,258
.
60
60
Sig. (2-tailed) N
Spearman's rho Frekuensi Aktivitas
N
Hubungan Frekuensi Aktivitas Public Relations dengan Sikap Correlations Tingkat
Sikap
Frekuensi Aktivitas Correlation Coefficient Frekuensi Aktivitas
1,000
,126
.
,336
60
60
Correlation Coefficient
,126
1,000
Sig. (2-tailed)
,336
.
60
60
Sig. (2-tailed) N
Spearman's rho Sikap
N
82
Hubungan Kekuatan Rancangan Pesan dengan Tingkat Pengetahuan Correlations Kekuatan
Tingkat
Rancangan
Pengetahuan
Pesan Correlation Coefficient
1,000
-,099
.
,452
60
60
-,099
1,000
,452
.
60
60
Kekuatan Rancangan Pesan Sig. (2-tailed) N Spearman's rho Correlation Coefficient Tingkat Pengetahuan
Sig. (2-tailed) N
Hubungan Kekuatan Rancangan Pesan dengan Sikap Correlations Sikap
Kekuatan Rancangan Pesan
Correlation Coefficient Sikap
Sig. (2-tailed) N
Spearman's rho Correlation Coefficient Kekuatan Rancangan Pesan Sig. (2-tailed) N *. Correlation is significant at the 0.05 level (2-tailed).
1,000
,255*
.
,049
60
60
,255*
1,000
,049
.
60
60
83
Lampiran 5 Dokumentasi penelitian
Tanda-tanda interpretasi di taman kota
Kondisi taman peruntukan pengunjung
84
Kegiatan komunitas pecinta seni peran
Kegiatan komunitas pecinta seni bela diri
85
RIWAYAT HIDUP Muhammad Syukur dilahirkan di Bogor pada tanggal 01 Mei 1994 adalah anak keempat dari lima bersaudara dari pasangan Uba dan Sarwanah. Pendidikan formal yang pernah dijalani adalah Darul Ibtidaiyah periode 2000-2006, SDN Cikopomayak 02 periode 2000-2006, SMP Negeri 2 Jasinga periode 2006-2009, SMA Negeri 1 Jasinga periode 2009-2012. Pada tahun 2012 penulis diterima sebagai salah satu mahasiswa di Departemen Sains Komunikasi Dan Pengembangan Masyarakat, Fakultas Ekologi Manusi, Institut Pertanian Bogor melalui jalur SNMPTN Undangan. Selain aktif dalam perkuliahan, penulis juga aktif mengikuti kegiatan di dalam dan di luar kampus. Penulis pernah menjadi asisten praktikum Mata Kuliah DasarDasar Komunikasi periode 2015. Penulis juga aktif sebagai anggota dan pengurus Unit Kegiatan Mahasiswa Lises Gentra Kaheman menjabat sebagai Ketua Departemen Sumberdaya Manusia pada masa kepengurusan 2014-2015, pengurus Majalah Komunitas Fema sebagai Kepala Divisi HRD 2015, serta sebagai Penyiar di Radio 107.7 Agri FM IPB sejak tahun 2015. Penulis juga berprofesi sebagai Reporter dan Penulis Naskah di Green TV IPB. Untuk kegiatan diluar kampus, penulis pernah mendirikan Komunitas Jasinga Muda Peduli yang bergerak di bidang sosial dan kemanusiaan.