STRATEGI PUBLIC RELATIONS MA’HAD AL-ZAYTUN DALAM MEMPERTAHANKAN CITRA POSITIF DI MASYARAKAT SKRIPSI Diajukan Untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh Gelar Sarjana Strata Satu (S.Kom.i)
Disusun Oleh: FATHI MULKI ROBBANI 1111051000029
JURUSAN KOMUNIKASI PENYIARAN ISLAM FAKULTAS ILMU DAKWAH DAN ILMU KOMUNIKASI UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAHJAKARTA 1437 H / 2016 M
ABSTRAK Nama : Fathi Mulki Robbani NIM : 1111051000029 Judul : Strategi Public Relations Mahad Al-Zaytun Dalam Mempertahankan Citra Positif di Masyarakat Banyak pesantren yang tersebar di Indonesia, mulai dari pesantren yang masih tradisional hingga sekarang banyak bermunculan pesantren modern. Salah satuya adalah Mahad Al-Zaytun. Dalam perjalanannya banyak kendala yang dihadapi seperti pemberitaan mengenai keterlibatan Al-Zaytun dengan NII dan juga aliran sesat. Hal tersebut menjadi salah satu alas an untuk diteliti lebih dalam. Hubungan Masyarakat Al-Zaytun merupakan salah satu factor penting dalam mempertahankan citra positif di masyarakat. Makadari itu, terdapat dua point penting permasalahan yang akan dibahas dalam penelitian ini. Pertama, bagaimana strategi Hubungan Masyarakat Al-Zaytun dalam mempertahankan citra positif di masyarakat? Kedua, apakah bentuk strategi yang digunakan Humas dalam upaya mempertahankan citra positif di masyarakat? Teori dalam penelitian ini adalah teori Impression Management. Teori ini menjelaskan tentang proses interaksi, individu tidak bias lepas dari upaya membangun hubungan, mengidentifikasi katakter lawan bicara, dan membangun citra atau kesan positif orang lain terhadap dirinya. (Rachmat Kriyantono:2004). Dalam mempertahakan citra humas menggunakan strategi yang relevan dengan strategi milik Pearce dan Robinson yang mempunyai Sembilan langkah strategi menejemen (Prof. DR. Soleh Soemirat, M.S, dan Drs. Elvinaro Ardianto.M.Si: 2008).
Strategihumas Al-Zaytun dalam mempertahankan citra positif dimasyarakat yaitu dengan terus berbuat baik dan tetap menjaga silaturahmi. Strategi humas lebih condong ke dalam interaksi social dengan masyarakat. Pemaparan masalah ini memakai bentuk penelitian kualitatif dimana masalah ini lebih menekankan kepada pengembangan teori yang ada dengan penelitian dilapangan dan menghasilkan data-data yang bersifatdeskriptif. Bentuk strategi yang digunakan dalam mempertahankan citra positif dimasyarakat yaitu berbuat baik dan menjaga silaturahmi dalam bentuk kegiatan bakti sosial, mengundang aparat pemerintah, ulama, tokoh masyarakat, dan lainnya. Adapun Sembilan langkah strategi milik Pearce dan Robinson peneliti rangkum menjadi tiga aspek berdasarkan strategi yang dilakukan oleh humas Al-Zaytun yaitu perencanaan strategi, pelaksanaan strategi dan evaluasi strategi. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa humas Al-Zaytun memiliki strategi yang tepat dalam mempertahankan citra positif dimasyarakat. Hal ini dibuktikan dengan masih banyak wali santri yang mempercayakan anak-anaknya untuk bersekolah di Al-Zaytun. Kata kunci: Al-Zaytun, Humas, Strategi, Citra.
Kata Pengantar Assalamu’alaikum wr.wb. Puji syukur Alhamdulillah penulis panjatkan atas kehadirat Allah SWT yang telah melimpahkan rahmat dan karunia-Nya, sehingga peneliti dapat menyelesaikan penelitian ini dengan baik. Shalawat serta salam semoga selalu tercurahkan kepada junjungan besar Nabi Muhammad SAW, beserta keluarga dan para sahabatnya. Dalam penyusunan skripsi ini, peneliti menyadari bahwa terselesaikannya skripsi ini tidak terlepas dari bantuan berbagai pihak. Oleh karena itu, perkenankanlah penulis mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada: 1. Bapak Drs. Masran, MA. Selaku Ketua Prodi Komunikasi dan Penyiaran Islam yang turut serta memberikan masukan dan motivasi kepada peneliti ditengah kesibukannya. Ibu Fita Fathurokmah, M.Si. Selaku Sekretaris Prodi Komunikasi dan Penyiaran Islam yang banyak memberikan masukan pada awal penulisan proposal skripsi ini. Ibu Artiarini Puspita Arwan, M.Psi. Selaku Dosen Pembimbing Akademik yang juga memberikan bimbingan serta saran di awal penulisan proposal skripsi ini. 2. Ibu Hj. Nunung Khairiyah, MA. Selaku Dosen Pembimbing Skripsi. Peneliti ucapkan terimakasih yang sebesar-besarnya atas kesabaran, ketelitian, serta bimbingan Ibu Nunung yang tidak pernah berhenti untuk memberikan motivasi. 3. Orang tua dan kakak dan adik-adik peneliti, terima kasih banyak atas segala doa yang tiada henti terucap, dukungan, kasih sayang, semangat, nasihat dan dukungan baik moril maupun materil kepada peneliti 4. Para bapak dan ibu dosen Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu Komunikasi yang saya tidak bias sebutkan satu per satu yang selama 4 tahun ini tiada henti memberikan ilmu,
pengalaman, dan motivasinya. Staf dan Karyawan Fakultas Ilmu Dakwah dan Komunikasi baik dalam bidang Tata Usaha, Akademik, maupun Kepustakaan yang turut membantu dalam hal surat-menyurat serta peminjaman buku perpustakaan yang diperlukan peneliti. 5. Pihak Ma’had Al-Zaytun. Terima kasih untuk, Dewan Guru beserta jajarannya atas waktu dan kesempatan yang diberikan peneliti. Kesekretariatan yang telah memberikan datadata yang diperlukan untuk kelengkapan bagi penelitian ini. Terimakasih kepada ibu Tini S.pd dan ibu Umy Sumiati selaku nara sumber yang mewakili wali santri, yang telah memberikan waktu dan kesempatannya untuk penelitian skripsi ini. 6. Teman-teman KPI A 2011. Semoga impian dan cita-cita dapat terlaksana. Amin. 7. Teman-Teman Lailatul Qadr yang selalu memberikan motivasi, masukan, dan membantu peneliti dalam mengerjakan skripsi ini kapanpun dan dimanapun. Syifa, Dewi, Fauziah, Fitri, Putri, Listia, Rizki, Angki, dan Ardiyansyah. 8. Sahabat-sahabat yang selalu setia menemani dan mendampingi peneliti selama 10 tahun bersahabat. Fitri, Sarah, Lestari, Ryrien, Nurul, Miku, Nurhasanah, Imanina, Ines, Eka, serta seluruh teman-teman lainnya yang saya tidak bisa sebutkan satu persatu. Serta segala pihak yang tidak bias disebutkan satu persatu. Terima kasih untuk segala bentuk bantuan dan dukungan baik moril maupun materi yang diberikan untuk peneliti.
Jakarta, 12 Juni 2016
Fathi Mulki Robbani
STRATEGI PUBLIC RELATIONS MA’HAD AL-ZAYTUN DALAM MEMPERTAHANKAN CITRA POSITIF DI MASYARAKAT SKRIPSI Diajukan Untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh Gelar Sarjana Strata Satu (S.Kom.i)
Disusun Oleh: FATHI MULKI ROBBANI 1111051000029
JURUSAN KOMUNIKASI PENYIARAN ISLAM FAKULTAS ILMU DAKWAH DAN ILMU KOMUNIKASI UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA 1437 H / 2016 M
i
ii
ABSTRAK Nama : Fathi Mulki Robbani NIM : 1111051000029 Judul : Strategi Public Relations Mahad Al-Zaytun Dalam Mempertahankan Citra Positif di Masyarakat Banyak pesantren yang tersebar di Indonesia, mulai dari pesantren yang masih tradisional hingga sekarang banyak bermunculan pesantren modern. Salah satuya adalah Mahad Al-Zaytun. Dalam perjalanannya banyak kendala yang dihadapi seperti pemberitaan mengenai keterlibatan Al-Zaytun dengan NII dan juga aliran sesat. Hal tersebut menjadi salah satu alasan untuk diteliti lebih dalam. Hubungan Masyarakat Al-Zaytun merupakan salah satu faktor penting dalam mempertahankan citra positif di masyarakat. Maka dari itu, terdapat dua pointpenting permasalahan yang akan dibahas dalam penelitian ini. Pertama, bagaimana strategi Hubungan Masyarakat AlZaytun dalam mempertahankan citra positif di masyarakat? Kedua, apakah bentuk strategi yang digunakan Humas dalam upaya mempertahankan citra positif di masyarakat? Teori dalam penelitian ini adalah teori Impression Management. Teori ini menjelaskan tentang proses interaksi, individu tidak bisa lepas dari upaya membangun hubungan, mengidentifikasi katakter lawan bicara, dan membangun citra atau kesan positif orang lain terhadap dirinya.(Rachmat Kriyantono:2004). Dalam mempertahakan citra humas menggunakan strategi yang relevan dengan strategi milik Pearce dan Robinson yang mempunyai Sembilan langkah strategi menejemen (Prof. DR. Soleh Soemirat, M.S, dan Drs. Elvinaro Ardianto. M.Si: 2008). Strategi humas Al-Zaytun dalam mempertahankan citra positif dimasyarakat yaitu dengan terus berbuat baik dan tetap menjaga silaturahmi. Strategi humas lebih condong ke dalam interaksi sosial dengan masyarakat. Pemaparan masalah ini memakai bentuk penelitian kualitatif dimana masalah ini lebih menekankan kepada pengembangan teori yang ada dengan penelitian dilapangan dan menghasilkan data-data yang bersifat deskriptif. Bentuk strategi yang digunakan dalam mempertahankan citra positif dimasyarakat yaitu berbuat baik dan menjaga silaturahmi dalam bentuk kegiatan bakti sosial, mengundang aparat pemerintah, ulama, tokoh masyarakat, dan lainnya. Adapun Sembilan langkah strategi milik Pearce dan Robinson peneliti rangkum menjadi tiga aspek berdasarkan strategi yang dilakukan oleh humas AlZaytun yaitu perencanaan strategi, pelaksanaan strategi dan evaluasi strategi. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa humas Al-Zaytun memiliki strategi yang tepat dalam memperatahankan citra positif dimasyarakat. Hal ini dibuktikan dengan masih banyak wali santri yang mempercayakan anak-anaknya untuk bersekolah di Al-Zaytun. Kata kunci: Al-Zaytun, Humas, Strategi, Citra.
iii
Kata Pengantar Assalamu’alaikum wr.wb. Puji syukur Alhamdulillah penulis panjatkan atas kehadirat Allah SWT yang telah melimpahkan rahmat dan karunia-Nya, sehingga peneliti dapat menyelesaikan penelitian ini dengan baik. Shalawat serta salam semoga selalu tercurahkan kepada junjungan besar Nabi Muhammad SAW, beserta keluarga dan para sahabatnya. Dalam penyusunan skripsi ini, peneliti menyadari bahwa terselesaikannya skripsi ini tidak terlepas dari bantuan berbagai pihak. Oleh karena itu, perkenankanlah penulis mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada: 1. Bapak Drs. Masran, MA. Selaku Ketua Prodi Komunikasi dan Penyiaran Islam yang turut serta memberikan masukan dan motivasi kepada peneliti ditengah kesibukannya. Ibu Fita Fathurokmah, M.Si. Selaku Sekretaris Prodi Komunikasi dan Penyiaran Islam yang banyak memberikan masukan pada awal penulisan proposal skripsi ini. Ibu Artiarini Puspita Arwan, M.Psi. Selaku Dosen Pembimbing Akademik yang juga memberikan bimbingan serta saran di awal penulisan proposal skripsi ini. 2. Ibu Hj. Nunung Khairiyah, MA. Selaku Dosen Pembimbing Skripsi. Peneliti ucapkan terimakasih yang sebesar-besarnya atas kesabaran, ketelitian, serta bimbingan Ibu Nunung yang tidak pernah berhenti untuk memberikan motivasi.
iv
3. Orang tua dan kakak dan adik-adik peneliti, terima kasih banyak atas segala doa yang tiada henti terucap, dukungan, kasih sayang, semangat, nasihat dan dukungan baik moril maupun materil kepada peneliti 4. Para bapak dan ibu dosen Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu Komunikasi yang saya tidak bias sebutkan satu per satu yang selama 4 tahun ini tiada henti memberikan ilmu, pengalaman, dan motivasinya. Staf dan Karyawan Fakultas Ilmu Dakwah dan Komunikasi baik dalam bidang Tata Usaha, Akademik, maupun Kepustakaan yang turut membantu dalam hal suratmenyurat serta peminjaman buku perpustakaan yang diperlukan peneliti. 5. Pihak Ma’had Al-Zaytun. Terima kasih untuk, Dewan Guru beserta jajarannya atas waktu dan kesempatan yang diberikan peneliti. Kesekretariatan yang telah memberikan data-data yang diperlukan untuk kelengkapan bagi penelitian ini.Terimakasih kepada ibu Tini S.pd dan ibu Umy Sumiati selaku nara sumber yang mewakili wali santri, yang telah memberikan waktu dan kesempatannya untuk penelitian skripsi ini. 6. Teman-teman KPI A 2011. Semoga impian dan cita-cita dapat terlaksana. Amin. 7. Teman-Teman Lailatul Qadr yang selalu memberikan motivasi, masukan, dan membantu peneliti dalam mengerjakan skripsi ini kapanpun dan dimanapun. Syifa, Dewi, Fauziah, Fitri, Putri, Listia, Rizki, Angki, dan Ardiyansyah. 8. Sahabat-sahabat yang selalu setia menemani dan mendampingi peneliti selama 10 tahun bersahabat. Fitri, Sarah, Lestari, Ryrien, Nurul, Miku,
v
Nurhasanah, Imanina, Ines, Eka, serta seluruh teman-teman lainnya yang saya tidak bisa sebutkan satu persatu. Serta segala pihak yang tidak bias disebutkan satu persatu. Terima kasih untuk segala bentuk bantuan dan dukungan baik moril maupun materi yang diberikan untuk peneliti.
Jakarta, 12 Juni 2016
Fathi Mulki Robbani
vi
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL .................................................................................. HALAMAN PERSETUJUAN .................................................................. ABSTRAK .............................................,.................................................... KATA PENGANTAR ............................................................................... DAFTAR ISI............................................................................................... DAFTAR TABEL ...................................................................................... DAFTAR GAMBAR ................................................................................. BAB 1
BAB 2
i ii iii iv vi ix x
PENDAHULUAN A. Latar Belakang..................................................................... B. Pembatasan dan Perumusan Masalah................................... C. Tujuan Penelitian.................................................................. D. Signifikansi Penelitian .......................................................... E. Metodologi Penelitian ........................................................... F. Tinjauan Pustaka ................................................................... G. Sistematika Penulisan ...........................................................
1 4 4 4 5 9 9
TINJAUAN TEORITIS A. Public Relations/Hubungan Masyarakat ......................................
B. Fungsi dan Tujuan Public Relations...................................... C. Khalayak: Objek dan Subjek Humas.................................... D. Peranan, Ruang Lingkup Tugas, dan Sasaran Kegiatan Humas........................................................................................ E. Ruang Lingkup Tugas Public Relations................................ F.Public Relations Dalam Pembentukan Citra ......................... G. Citra ...................................................................................... H. Proses Pembentukan Citra .................................................... I. Teori Impression Management .............................................. J. Strategi Public Relations ....................................................... BAB 3
BAB 4
11 12 14 15 17 18 19 26 27 33
PROFIL PESANTREN MA’HAD AL-ZAYTUN A. Mengenal Ma’had Al-Zaytun ............................................... B. Struktur Organisasi Ma’had Al-Zaytun ................................ C. Peserta Didik ........................................................................ D. Sistem Pendidikan Ma’had Al-Zaytun ................................. E. Infrastruktur .......................................................................... F. Hubungan Masyarakat ..........................................................
41 43 54 55 61 64
ANALISIS A. Strategi Humas (Public Relations) Al-Zaytun dalam Mempertahankan Citra Positif di Masyarakat ...........................
65
vii
B. Peran dan Fungsi Humas Al-Zaytun dalam Mempertahankan Citra ..............................................................
79
PENUTUP A.Kesimpulan ........................................................................... B.Saran......................................................................................
84 86
DAFTAR PUSTAKA.................................................................................
87
BAB 5
viii
DAFTAR TABEL
Tabel 3.1
Tabel 4.1
Jadwal Kegiatan Santri ....................................................... Jumlah Santri Ma’had Al-Zaytun Tahun 2005-2015 .........
ix
54 74
DAFTAR GAMBAR
Gambar 3.1 Gambar 3.2 Gambar 3.3 Gambar 3.4 Gambar 3.5 Gambar 3.6 Gambar 4.1 Gambar 4.2 Gambar 4.3 Gambar 4.4 Gambar 4.5
Gedung Pembelajaran Usman bin Affan ............................ Kegiatan Pembelajaran Agict ............................................. Stadion Palagan Agung ...................................................... Gedung Asrama Al-Fajr ..................................................... Fasilitas Laundry ................................................................ Fasilitas Umum (Koperasi) ................................................ Kehadiran Jend.Besar Purn.H.M Soeharto ........................ Kunjungan Drs. H. Suryadharma Ali, Msi ke Al-Zaytun .. Juara 1 Kompetisi Sains Madrasah (KSM) ……………… Tim Sepak Bola MA Al-Zaytun ......................................... Tim Hockey Al-Zaytun ......................................................
x
56 57 61 62 63 63 73 77 82 83 83
BAB I PENDAHULUAN A. Latar belakang Pesantren merupakan suatu sarana pendidikan formal yang ada di Indonesia. Pesantren tidaklah berbeda dengan sekolah pada umumnya, hanya saja pesantren ini tidak hanya belajar mengenaipelajaran agama seperti fiqih, aqidah akhlak, Quran Hadist, bahasa Arab, menghafal Al-Quran, dan lainnya yang bersifat agamis tetapi juga belajar mengenai pelajaran eksak, sosial, dan pelajaran umum lainnya. Banyak pesantren yang tersebar di Indonesia, mulai dari pesantren yang masih tradisional hingga sekarang banyak bermunculan pesantren modern.Salah satuya adalah Ma‟had Al-Zaytun.Ma‟had Al-Zaytun adalah sebuah pesantren yang terletak di daerah Indramayu Jawa Barat, pesantren ini salah satu pesantren modern yang berdiri pada tahun 1999 hingga sekarang, walupun Al-Zaytun adalah pesantren modern tetapi seluruh aktifitas di dalam pesantren ini tetap berpijak pada nilai-nilai islam yang terdapat dalam Al-Quran dan Hadist. Di awal perjalanannya, pesantren ini banyak menuai decak kagum masyarakat, mulai dari penerimaan santri baru yang unik yaitu dengan cara menyumbang satu ekor sapi, bangunnnya yang megah, sistem pendidikan yang modern dan tetap pada pijakannya sebagai pesantren, juga jumlah santri yang banyak. Namun, sejalan dengan kesuksesan Al-Zaytun muncul beberapa berita mengenai ajaran sesat dan juga keterlibatan Al-Zaytun dengan NII (Negara Islam 1
Indonesia) yang mengagetkan masyarakat.1Berita mengenai ajaran sesat dan NII yang menerpa Al-Zaytun banyak menuai komentar dari masyarakat.Banyak yang bertanya-tanya apakah berita yang beredar di masyarakat ini benar atau tidak? Negara Islam Indonesia atau biasa disingkat NII merupakan sebuah gerakan islam yang dimulai pada 7 Agustus 1942 oleh sekelompok milisi muslim, yang dikoordinasikan oleh seorang politisi muslim radikal karismatik, Sekarmajdi Maridjan Kartosuwiryo di Tasikmalaya, Jawa Barat. Gerakan ini bertujuan untuk menjadikan Republik Indonesia yang saat itu baru saja diproklamasikan kemerdekaannya dan pada masa perang belanda sebagai negara terokrasi dengan agama islam sebagai dasar Negara. Proklamasi Negara Islam Indonesia dengan tegas menyatakan kewajiban Negara untuk membuat undang-undang yang berlandasakan syariat islam, dan penolakan keras terhadap ideologi selain AlQuran dan Hadist Shahih. Tetapi NII ini sudah dibubarkan sejak tahun 1965 dan sudah tidak pernah terdengar lagi sejak dibubarkan oleh pemerintah. Berita mengenai keterkaitan NII dengan Ma‟had Al-Zaytun tentu membuat citra pesantren ini menjadi buruk. Tetapi walaupun diterpa dengan berita yang sangat mengejutkan ini, Ma‟had Al-Zaytun tetap berdiri kokoh seperti tak terpengaruh dengan berita tersebut bahkan hingga saat ini pun Ma‟had Al-Zaytun
1
mui.or.id/homepage/berita/berita-singkat/mui-lihat-kaitan-pemimpin-alzaytun-a-nii-kw-9-jangan-asal-datang.html
2
masih terus berdiri dan berkembang baik bukan hanya dalam bidang pendidikan, tetapi juga peternakan, perkebunan dan lain-lain. Tentunya Ma‟had Al-Zaytun bisa tetap berdiri dan berkembang walaupun diterpa berita seperti ini tak luput dari strategi public relations yang dilakukan oleh pihak Ma‟had Al-Zaytun. Sesuai dengan pengertian dari public relations atau biasa dikenal dengan humas, humas adalah fungsi manajemen yang mengevaluasi sikap publik, mengidentifikasi kebijakan- kebijakan dan prosedurprosedur seorang individu atau sebuah organisasi berdasarkan kepentingan publik, dan menjalankan suatu program untuk mendapatkan pengertian dan penerimaan publik.2 Juga dengan banyaknya berita yang beredar di masyarakat mengenai keterkaitan NII dengan pesantren Ma‟had Al-Zaytun ini, maka penulis ingin meneliti mengenai bagaimana strategi public relations dari Ma‟had AlZaytun dalam mempertahankan citra positif di masyarakat. Dari latar belakang yang penulis paparkan di atas, penulis merasa penting untuk meneliti mengenai strategi komunikasi public relations yang dilakukan oleh pihak Ma‟had Al-Zaytun untuk mempertahankan citra positif di masyarakat. Oleh karena itu penulis mengajukan penelitian dengan judul “STRATEGI PUBLIC
RELATIONS
MA‟HAD
AL-ZAYTUN
DALAM
MEMPERTAHANKAN CITRA POSITIF DI MASYARAKAT”
2
H. Frazier Moore, Ph.d. Humas membangun citra dengan komunikasi.(Bandung: PT Remaja Rosdakarya Offset), h. 6
3
B. Pembatasan dan Perumusan Masalah 1. Pembatasan Masalah Pembatasan masalah ini dilakukan untuk dapat mempermudah penulis dalam memusatkan perhatian pada masalah yang akan dikaji dalam penelitian ini. Adapun pembatasan masalah yang dilakukan peneliti adalah pada strategi komunikasi public relations Ma‟had Al-Zaytun dalam mempertahankan citra positif di masyarakat. 2. Perumusan Masalah Berdasarkan batasan masalah di atas, maka masalah yang dirumuskan dalam penelitian ini adalah: 1. Bagaimana
strategi
public
relations
Ma‟had
Al-Zaytun
dalam
mempertahankan citra positif di masyarakat? C. Tujuan Penelitian Berdasarkan batasan dan rumusan masalah di atas, maka penulis bertujuan untuk: 1. Mengetahui bagaimana strategi dan langkah-langkah yang dilakukan public relations Ma‟had Al-Zaytun dalam mempertahankan citra positif di masyarakat. 2. Peran dan Fungsi Humas Al-Zaytun dalam Mempertahankan Citra. D. Signifikansi Penelitian 1. Manfaat Akademis
4
Penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat sebagai sumber informasi dan refrensi karya ilmiah di bidang komunikasi dan tentunya diharapkan dapat memberikan kontribusi positif pada kajian selanjutnya serta menambah referensi keilmuan yang fokus pada strategi komunikasi public relations. 2. Manfaat Praktis Penelitian ini diharapkan menjadi masukan positif yang juga dapat menambah wawasan teoritis maupun praktis dalam bidang public relations, khususnya mahasiswa Komunikasi dan Penyiaran Islam. E. Metodologi Penelitian 1. Paradigma Penelitian Paradigma yang digunakan dalam penelitian ini adalah paradigma konstruktivisme.Realitas diangggap sebagai hasil konstruksi berpikir dari kemampuan seseorang. Pengamatan merupakan hasil dari pengamatan indra peneliti terhadap apa yang diteliti.3Perlu tercipta interaksi antara peneliti dan yang diteliti, agar mampu merekonstruksi realitas yang diteliti melalui metode kualitatif.4 Sehingga penulis akan meneliti strategi komunikasi public relations Ma‟had Al-Zaytun dalam mempertahankan citra positif di masyarakat.
3
Imam Gunawan, Metode Penelitian Kualitatif: Teori dan Praktik, (Jakarta: PT Bumi Aksara, 2013) h. 49-50 4 Burhan Bungin, Sosiologi Komunikasi (Teori, Paradigma, dan Discourse Teknologi Komunikasi di Masyarakat), (Jakarta: Kencana Prenada Media Group, 2008), h.238
5
2. Pendekatan Penelitian Penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif, yakni prosedur penelitian yang menghasilkan data deskriptif yang berupa kata-kata tertulis atau lisan dari orang-orang yang diamati dan perilaku yang diamati.Kemudian penulis terjun ke lapangan dengan tekhnik pengumpulan data menggunakan metode observasi, wawancara, dan dokumentasi. 3. Metode Penelitian Metode penelitian yang digunakan adalah metode studi kasus.Studi kasus adalah suatu metode penelitian yang menjelaskan serta mengeksplorasi suatu fenomena
dengan
mengaitkannya
menggunakan
dengan
teori
data
tertentu
dari dengan
berbagai
sumber
menggunakan
dan
analisis
mendalam, yang dilakukan secara lengkap dan teliti terhadap seorang individu, keluarga, kelompok, lembaga, atau unit sosial lainnya. 4. Subjek dan Objek Penelitian Dalam penelitian ini, subjek penelitian adalahtimpublic relations dari Ma‟had Al-Zaytun. Sedangkan yang menjadiobjek dalam penelitian ini adalah strategi public relationsMa‟had Al-Zaytun dalam mempertahankan citra positif di masyarakat. 5. Teknik Pengumpulan Data
6
Teknik pengumpulan data adalah langkah-langkah untuk mendapatkan data dalam sebuah penelitian. Teknik pengumpulan data yang dilakukan dalam penelitian ini adalah: a. Observasi Observasi atau pengamatan adalah kegiatan keseharian manusia dengan menggunakan panca indra mata sebagai alat bantu utamanya selain panca indra lainnya seperti telinga, mata, hidung idah, dan kulit. Yang dimaksud metode observasi adalah metode pengumpulan data yang digunakan untuk menghimpun data penelitian, data-data penelitian ini dapat diamati oleh penulis. Dalam arti bahwa data tersebut dihimpun melalui pengamatan penulis melalui penggunaan panca indra.5 Tindakan lebih lanjut dilakukan dengan mengadakan kunjungan ke Ma‟had Al-Zaytun pada tanggal 27 sampai dengan 29 Januari 2016 untuk mencatat apa yang penulis perlukan, terutama untuk mendapatkan informasi seputar strategi public relations Ma‟had Al-Zaytun untuk mempertahankan citra positif di masyarakat. b. Wawancara Wawancara adalah percakapan dengan maksud tertentu, percakapan itu dilakukan oleh dua pihak, yaitu pewawancara (interviewer) yang
5
Burhan Bungin, Analisis Data Penelitian Kualitatif, (Jakarta: PT Raja Graffindo, 2006) h. 134.
7
mengajukan pertanyaan dan yang diwawancarai (interview) yang memberikan jawaban atas pertanyaan itu.6 Dalam penelitian ini saya akan mewawancarai Humas dari Ma‟had AlZaytun untuk mengetahui strategi apa saja yang dilakukan oleh Humas Ma‟had
Al-Zaytun
dalam
mempertahankan
citra
positif
di
masyarakat.Wawancara dilakukan peneliti saat peneliti mengadakan observasi ke Ma‟had Al-Zaytun pada tanggal 27 sampai 29 Januari 2016. Selain Humas Al-Zaytun, peneliti juga mewawancarai orang tua dari santri Ma‟had Al-Zaytun untuk melengkapi data penelitian ini pada tanggal 9 dan 21 Februari 2016 dikediaman masing-masing orang tua santri. c. Dokumentasi Dokumentasi merupakan pencarian data yang berupa catatan-catatan resmi, surat kabar, majalah, transkip, notulen rapat, agenda, serta foto-foto dari Ma‟had Al-Zaytun yang merupakan sumber data potensial yang menyangkut strategi komunikasi public relationsMa‟had Al-Zaytun dalam mempertahankan citra positif di masyarakat. Dalam penelitian ini dokumentasi berupa foto, transkip, data resmi dari Ma‟had Al-Zaytun dan juga nara sumber yang sudah peneliti wawacara sebelumnya. 6. Teknik Analisis Data 6
Lexy J. Moloeng, Metodelogi Penelitian Kualitatif, (Bandung: Rosdakarya. 2001) h. 103
8
Langkah terakhir dalam pengolahan data yaitu analisis data.Analisis data adalah tahap diaman semua data yang sudah diperoleh dari observasi, wawancara, dan dokumentasi kemudian digabungkan dan dianalisis sehingga mendapatkan kesimpulan deskriptif dan ditinjau atau disinambungkan dengan teori yang relevan sehingga menjadi buah hasil penelitian.
F. Tinjauan Pustaka Dalam penyusunan skripsi ini, langkah awal yang dilakukan penulis adalah mengkaji terlebih dahulu penelitian-penelitian terdahulu yang memiliki kemiripan dengan penelitian yang ada di perpustakaan Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu Komunikasi di Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta. Adapun skripsi yang ditemukan yaitu: 1. Skripsi dari Fitri Silviah Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu Komunikasi UIN Syarif Hidayatullah Jakarta dengan judul “Strategi Humas Front Pembela Islam (FPI) Dalam Memperbaiki Citra Publik Melalui Media Massa” tahun 2014. 2. Skripsi dari Ruhiyanah Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu Komunikasi UIN Syarif Hidayatullah Jakarta dengan judul “Strategi Komunikasi Public Relations PT. Asuransi Takaful Keluarga Dalam Membangun Citra Perusahaan” tahun 2013. G. Sistematika Penulisan 9
Dalam penulisan penelitian ini terdapat sistematika penulisan yang tertata dan terpola agar penulisan dapat terorganisir dengan baik. Berikut adalah sistematika penulisan penelitin ini: BAB I:
Berisi tentang pendahuluan yang mengungkapkan tentang fenomena yang melatarbelakangi penelitian ini dimana di dalamnya terdapat: latar belakang masalah, batasan dan rumusan masalah, tujuan penelitian, metodologi penelitian, tinjauan pusataka dan sistematika penulisan.
BAB II:
Berisi
tentang
landasan
teori
yang
di
dalamnya
mencakup
konseptualisasi dan teori pembuatan penelitian. Konseptualisasinya menjelaskan tentang strategi komunikasi public relations dalam mempertahankan citra positif di masyarakat dan teorinya adalah teori citra. BAB III: Bab ini fokus membahas tentang profil Ma‟had Al-Zaytun. Tentang sejarah berdirinya, visi dan misi, serta pendidikan di dalam lingkungan Ma‟had AL-Zaytun. BAB IV: Merupakan inti atau hasil dari penelitian yang di dalamnya berisi tentang penyajian data penelitian yang berkaitan dengan objek penelitian yaitu deskripsi mengenai strategi komunikasi public relations Ma‟had Al-Zaytun dalam mempertahankan citra positif di masyarakat.
10
BAB V:
Bab ini berisi tentang kesimpulan dari penelitian, saran-saran, daftar pustaka juga lampiran yang nanti akan dicantumkan.
BAB II TINJAUAN TEORITIS A. Public Relations/ Hubungan Masyarakat Public Relations atau sering disingkat PR, dan dalam bahasa Indonesia lebih dikenal sebagai Hubungan Masyarakat atau HUMAS sudah sering kita dengar di masyarakat. Ada beberapa definisi PR menurut para ahli, seperti definisi PR menurut (British) Institute ofPublic Relations (IPR). “PR adalah keseluruhan upaya yang dilakukan secara terencana dan berkesinambungan dalam rangka menciptakan dan memelihara niat baik (good will) dan saling pengertian antara suatu organisasi dengan segenap khalayaknya”.7
Definisi menurut Frank Jefkins. “PR adalah semua bentuk komunikasi yang terencara, baik itu ke dalam maupun ke luar, antara suatu organisasi dengan semua khalayaknya dalam rangka mencapai tujuan-tujuan spesifik yang berlandaskan pada saling pengertian‟.8
7 8
Frank Jefkins – Daniel Yadin, Public Relations edisi Kelima (Jakarta: Erlangga, 2002), h. 9 Frank Jefkins – Daniel Yadin, Public Relations edisi Kelim (Jakarta: Erlangga, 2002) h.10
11
Definisi dari Pernyataan Mexiko (The Mexican Statement), pada pertemuan asosiasi PR seluruh dunia pada Agustus 1978, menghasilkan pernyataan mengenai definisi PR sebagai berikut. ”Praktik PR adalah sebuah seni sekaligus ilmu sosial yang menganalisis berbagai kecenderungan, memperkirakan setiap kemungkinan konsekuensinya, memberi masukan dan saran-saran kepada pemimpin organisasi, serta menerapkan program-program tindakan yang terencana untuk melayani kebutuhan organisasi dan kepentingan khlayaknya”.9
9
Frank Jefkins – Daniel Yadin, Public Relations edisi Kelima. h. 10-11
12
13
Dari definisi para ahli di atas dapat disimpulkan bahwa PR merupakan sebuah kegiatan yang terorganisasi dengan matang untuk dapat mencapai tujuan utama yang sama yaitu menciptakan dan memelihara saling pengertian yang cakupannya ke pihak yang berada di dalam organisasi atau lembaga maupun ke luar, juga aspek-aspek ilmu sosial dari PR yaitu tanggung jawab organisasi atas kepentingan publik dan juga masyarakat. Sebuah organisasi dapat dinilai dari kinerja PR dalam menjalin hubungan yang baik kepada pegawai dan juga pihak-pihak yang mendukung organisasi tersebut seperti pemegang saham, penyuplai kebutuhan organisasi, masyarakat sekitar, konsumen, pers, dan lain-lain. B. Fungsi dan tujuan Public Relations Menurut prof. Drs. Onong Uchjana effendi, M.A dalam bukunya Hubungan Masyarakat Suatu Studi Komunikologis ialah: 1. Menunjang kegiatan manajemen dalam mencapai tujuan organisasi. 2. Membina hubungan harmonis antara organisasi dengan publik internal dan eksternal. 3. Menciptakan komunikasi dua arah dengan menyebarkan informasi dari organisasi kepada publiknya dan menyalurkan opini publik kepada organisasi. 4. Melayani publik dan menasihati pimpinan organisasi demi kepentingan umum. 5. Operasionalisasi dan organisasi PR adalah sebagaimana membina hubungan harmonis antara organisasi dengan publiknya, untuk mencegah terjadinya
14
rintangan psikologis, hal baik yang ditimbulkan dari pihak organisasi maupun dari pihak luarnya. Menurut Edward L. Bernay, dalam bukunya Public Relations (1952, University of Oklahoma Press), terdapat 3 fungsi utama Humas, yaitu: 1. Memberikan penerangan kepada masyarakat. 2. Melakukan persuasi untuk mengubah sikap dan perbuatan masyarakat secara langsung. 3. Berupaya untuk mengintegrasi sikap dan perbuatan suatu badan/lembaga sesuai dengan sikap dan perbuatan masyarakat atau sebaliknya.10 Dari banyaknya pengertian dan fungsi yang dikemukakan oleh banyak pakar Public Relations dapat di tarik suatu kesimpulan bahwa ciri khas dari proses dan fungsi Manajemen Humas (Public Relations Management), adalah sebagai berikut: -
Menunjukkan kegiatan tertentu (action)
-
Kegiatan yang jelas (activities)
-
Adanya perbedaan khas dengan kegiatan lain (different)
-
Terdapat suatu kepentingan tertentu (important)
-
Adanya kepentingan bersama (common interest)
-
Terdapat komunikasi dua arah timbal balik (reciprocal two ways traffic communication)11
10
Rosadi Ruslan, SH, MM, Manajemen Public Relations & Media Komunikasi, PT Rajagrafindo persada, Jakarta, 2014, hal 18 11 Rosadi Ruslan, SH, MM, Manajemen Public Relations & Media Komunikasi, h. 18-19.
15
C. Khalayak: Objek dan Subjek Humas Menurut M. Linggar Anggoro dalam bukunya Teori dan Profesi Kehumasan Serta Aplikasinya di Indonesia menyebutkan adanya Sembilan khalayak utama yang paling sering menjadi subjek khalayak dari berbagai macam organisasi secara umum. Kesembilan khalayak utama tersebut adalah: 1. Masyarakat umum, 2. Calon pegawai/anggota, 3. Pegawai/anggota, 4. Mitra usaha pemasok jasa atau berbagai macam barang yang merupakan kebutuhan rutin dari organisasi atau perusahaan yang bersangkutan, 5. Para investor (pasar uang), kalangan perbankan, dan pemegang saham, 6. Para distributor, 7. Konsumen dan pemakai produk organisasi, 8. Para pemimpin pendapat umum, serta 9. Pemerintah. Seperti yang telah dikemukakan di atas, jenis khalayak bagi setiap organisasi pelaku humas itu bervariasi tergantung pada tujuan dan kepentingannya.Setiap PR jelas diharuskan untuk mengenali siapa saja khalayaknya. Ada beberapa alas an utama mengapa suatu organisasi atau perusahaan harus mengenali dan menetapkan unsur masyarakat luas yang menjadi khalayanya, antara lain: a. Untuk mengidentifikasi segmen khalayak atau kelompok yang paling tepat untuk dijadikan sasaran dari suatu program kehumasan;
16
b. Untuk menciptakan skala prioritas sehubungan dengan terbatasnya anggaran dan sumber daya lainnya; c. Untuk memilih media dan teknis humas yang sekiranya paling sesuai; d. Untuk mempersiapkan pesan-pesan sedemikian rupa agar cepat dan mudah diterima. D. Peranan, Ruang Lingkup Tugas, dan Sasaran Kegiatan Humas Peranan Public Relations dalam suatu organisasi dapat dibagi menjadi empat kategori (Dozier & Broom, 1995);12 1. Penasehat ahli Seorang praktisi Public Relations yang sudah memiliki pengalaman dan kemampuan yang tinggi dapat membantu dalam mencarikan solusi untuk menyelesaikan masalah yang terjadi dalam suatu organisasi atau perusahaan.Hubungan praktisi PR dengan manajemen suatu organisasi atau perusahaan seperti hubungan layaknya dokter dan pasien. Maksudnya adalah pihak menejemen bertindak pasif untuk menerima atau mempercayai apa solusi juga atau usulan dari pihak praktisi PR tersebut dalam menyelesaikan masalah Public Relations yang sedang di hadapi oleh organisasi atau perusahaan yang bersangkutan. 2. Fasilitator Komunikasi Dalam hal ini, praktisi PR bertindak sebagai komunikator atau mediator untuk menjembatani pihak menejemen dalam mendengarkan apa 12
Rosadi Ruslan, SH, MM, Manajemen Public Relations & Media Komunikasi, h. 20-21
17
yang diinginkan, diharapkan ataupun dikeluhkan
oleh publiknya. Di
pihak lain, praktisi PR juga dituntut untuk mampu menjelaskan kembali keinginan, kebijakan, dan harapan dari pihak menejemen organisasi atau perusahaan kepada publiknya. Sehingga dengan komunikasi timbal balik tersebut tercipta rasa saling pengertian, mempercayai, menghargai, mendukung, dan toleransi yang baik dari kedua belah pihak. 3. Fasilitator Proses Pemecahan Masalah Peranan praktisi PR dalam proses pemecahan masalah Public Relations disini merupakan bagian dari tim menejemen. Hal seperti ini dimaksudkan untuk membantu pimpinan organisasi atau perusahaan sebagai penasihat hingga mengambil tindakan dalam mengatasi masalah atau krisis yang sedang dihadapi oleh organisasi atau perusahaan. Biasanya dalam menghadapi suatu keadaan krisis akan dibentuk sebuah tim yang berisikan praktisi ahli PR dengan melibatkan berbagai departemen dan keahlian dalam satu tim khusus untuk membatu organisasi atau perusahaan yang sedang menghadapi atau mengatasi persoalan krisis tertentu. 4. Teknisi Komunikasi Peranan teknisi komunikasi ini menjadikan praktisi PR sebagai journalist in resident yang hanya menyediakan layanan teknis komunikasi atau dikenal dengan method of communication. Sistem komunikasi dalam suatu organisasi atau perusahaan tergantung dari masing-masing bagian
18
atau tingkatan, yaitu secara teknis komunikasi, baik arus maupun media komunikasi yang dipergunakan dari tingkat pimpinan dan bawahan akan berbeda dari bawahan ke tingkat atasan. Hal yang sama juga berlaku pada arus dan media komunikasi antara satu level, misalnya komunikasi antar karyawan satu departemen dengan lainnya.13 E. Ruang Lingkup Tugas Public Relations Adapun ruang lingkup tugas PR dalam sebuah organisasi atau perusahaan antara lain meliputi aktivitas:14 1. Membina hubungan kedalam (public internal) Public internal adalan publik yang menjadi bagian dari sebuah organisasi atau perusahaan itu sendiri.Seorang PR harus mampu mengenali hal-hal yang menimbulkan kesan negatif di masyarakat, sebelum suatu kebijakan dijalankan oleh sebuah organisasi atau perusahaan. 2. Membina hubungan keluar (public eksternal) Public eksternal adalah publik umum (masyarakat).Seorang PR harus mampu mengusahakan tumbuhnya sikap dan kesan positif di tengah masyarakat terhadap suatu organisasi atau perusahaan.15 Dalam penelitian ini penulis akan membahas mengenai hubungan keluar, yakni hubungan yang langsung kepada masyarakat, publik umum yang memberikan
13 14
15
Rosadi Ruslan, SH, MM, Manajemen Public Relations & Media Komunikasi, h. 20-21 Rosadi Ruslan, SH, MM, Manajemen Public Relations & Media Komunikasi, h. 23 Rosadi Ruslan, SH, MM, Manajemen Public Relations & Media Komunikasi, h. 23
19
kesan mengenai sebuah organisasi atau perusahaan. Karena kesan positif atau negatif sangat berpengaruh terhadap kelangsungan hidup dari organisasi atau perusahaan. Menurut H. Fayol ada beberapa kegiatan dan juga sasaran PR, yaitu: 1. Membangun identitas dan citra perusahaan (Building corporate indentity and image) -
Menciptakan identitas dan citra perusahaan yang positif.
-
Mendukung kegiatan komunikasi timbal balik dua arah dari berbagai pihak.
2. Menghadapi krisis (facing of crisis) -
Menangani keluhan (complaint) dan menghadapi krisis yang terjadi dengan membentuk menejemen krisis dan membangun kembali image yang telah tercemar karena krisis tersebut.
3. Mempromosikan aspek kemasyarakatan (promotion public causes) -
Mempromosikan yang menyangkut kepentingan public
-
Mendukung kegiatan kampanye sosial, seperti penghijauan, menghindari obat-obatan terlarang dan sebagainya.16
F. Publik relations dalam pembentukan citra Citra yang positif sangat penting bagi suatu organisasi atau perusahaan apapun bentuk dan orientasinya.Begitu juga dengan organisasi atau perusahaan yang bergerak di bidang pendidikan, sebagian besar keberadaan serta kegiatan dalam sebuah organisasi atau perusahaan yang bergerak di bidang pendidikan ialah dengan adanya calon siswa yang mendaftar dan menjadi siswa di organisasi atau perusahaan 16
Rosadi Ruslan, SH, MM, Manajemen Public Relations & Media Komunikasi, h. 23
20
tersebut.Banyaknya calon siswa yang mendaftar dan mejadi siswa di organisasi atau perusahaan tersebut diperoleh dari citra yang baik sebuah organisasi atau perusahaan pendidikan tersebut. Citra baik ini akan berpengaruh pada sikap publik khususnya khalayak eksternal dari organisasi tersebut terutama dalam menentukan program atau strategi apa yang akan digunakan terhadap organisasi atau perusahaan pendidikan yang bersangkutan. G. Citra Citra adalah tujuan utama, dan sekaligus merupakan reputasi dan prestasi yang
hendak
dicapai
bagi
dunia
hubungan
masyarakat
atau
Public
Relations.Pengertian citra itu sendiri abstrak dan tidak dapat diukur secara matematis, tetapi wujudnya bisa dirasakan dari hasil baik atau buruk.Seperti tanggapan positif atau negatif yang datang dari khalayak umum (masyarakat). Penilaian atau tanggapan masyarakat tersebut berkaitan dengan respon dan kesan positif maupun negatif yang dapat menguntungkan maupun merugikan citra suatu organisasi atau perusahaan yang diwakili oleh pihak PR. Biasanya landasan citra ini berasal dari nilai-nilai kepercayaan yang diberikan secara individual, dan merupakan pandangan atau persepsi. Proses akumulasi yang diberikan oleh individu-individu tersebut akan mengalami suatu proses yang cepat atau lambat membentuk suatu opini publik yang lebih luas, yaitu sering dinamakan citra (image).17 Menurut Bill Canton dalam Sukatendel (1990) mengatakan bahwa citra adalah “image: the impression, the feeling, the conception, which the public has of a 17
Rosadi Ruslan, SH, MM, Manajemen Public Relations & Media Komunikasi, h. 75-76
21
company; a concioussly created created impression of an object, person or organization” ( Citra adalah kesan, perasaan, gambaran diri public terhadap perusahaan; kesan yang dengan sengaja diciptakan dari suatu obyek, orang atau organisasi).18 Frank Jeffkins dalam bukunya PR Technique, menyimpulkan bahwa secara umum citra diartikan sebagai kesan seseorang/individu tentang suatu yang muncul sebagai hasil dari pengetahuan dan pengalamannya.19 Bagi sebuah organisasi atau lembaga, citra yang baik merupakan modal yang bagus untuk membangun dan memelihara kerjasama yang baik. Ada beberapa jenis citra (image) yaitu: citra bayangan (mirrorimage), citra yang berlaku (currentimage), citra yang diharapkan (wishimage), citra perusahaan (corporateimage) serta citra majemuk (multiple image).20 1. Citra bayangan (mirrorimage) Citra bayangan merupakan citra yang melekat pada orang-orang di dalam sebuah organisasi, yang biasanya adalah citra positif. Mereka beranggapan bahwa pandangan pihak luar organisasi sama dengan pandangan terhadap organisasi mereka. Karena citra ini merupakan sebuah asumsi bahwa orangorang di luar berpandangan sama seperti apa yang orang di dalam organisasi
18
Prof. Dr. Soleh Soemirat, M.S., Drs. Elvinaro Ardianto, M.Si. Dasar-dasar Public Relations.(Bandung: PT Remaja Rosdakarya 2008) h. 111-112 19 Firsa Nova, Crisis Public Relations Strategi Menghadapi Krisis, Mengelola Isu, Membangun Citra, dan Reputasi Perusahaan, (Jakarta: PT Raja Grafindo Persada 2011) h. 298 20 Frank Jefkins – Daniel Yadin, Public Relations edisi Kelima, h. 20-23
22
ini pikirkan, maka seringkali citra ini tidaklah tepat karena kurangnya informasi orang dalam mengenai pandangan dari pihak luar organisasi. Dengan penelitian yang lebih, akan terlihat bahwa citra bayangan tidak selalu tepat, atau tidak sesuai dengan kenyataannya.21 2. Citra yang berlaku Citra ini yang berlaku ini merupakan kebalikan dari citra bayangan, citra ini adalah suatu citra yang dibentuk dari pandangan pihak luar terhadap sebuah organisasi.Sama dengan citra bayangan, citra yang berlaku ini juga tidak selamanya sesuai dengan kenyataan karena terbentuk oleh pengalaman atau pengetahuan pihak luar tentang sebuah organisasi yang biasanya tidak memadai.Citra ini juga cenderung negatif, dan cenderung merugikan pihak organisasi. 3. Citra yang diharapkan Citra harapan (wishimage) adalah citra yang diinginkan oleh sebuah organisasi atau perusahaan. Biasanya citra ini adalah citra yang diharapkan lebih baik dan lebih menyenangkan dari pada citra yang ada, juga bernilai positif, dan berkonotasi lebih baik. Citra yang diharapkan juga biasanya diterapkan untuk sesuatu yang baru, ketika khalayak belum mempunyai informasi mengenainya. 4. Citra perusahaan. 21
M. Linggar Anggoro, Teori dan Profesi Kehumasan Serta Aplikasinya di Indonesia (Jakarta: PT. Bumi Aksara 2000), h. 59
23
Citra perusahaan atau citra lembaga adalah citra dari sebuah organisasi, lembaga, atau perusahaan secara keseluruhan, bukan sekedar citra dari produk, pelayanan atau sesuatu yang dihasilkan oleh organisasi atau perusahaan tersebut.Citra perusahaan ini terbentuk dari banyak hal, seperti sejarah
atau
riwayat
hidup
organisasi
atau
perusahaan
yang
gemilang.Keberhasilan dan stabilitas dibidang keuangan, kualitas produk, hubungan baik dengan semua relasi, dan lain-lain. 5. Citra majemuk Banyaknya jumlah karyawan, cabang, atau perwakilan dari sebuah organisasi atau perusahaan dapat memunculkan citra yang belum tentu sama dengan citra organisasi atau perusahaan tersebut secara keseluruhan. Jumlah citra yang dimiliki sebuah organisasi atau perusahaan bisa dikatakan sama banyaknya dengan jumlah karyawan yang dimilikinya. Untuk menghindari hal yang tidak diinginkan, banyaknya variasi citra harus ditekan seminimal mungkin dan citra perusahaan secara keseluruhan harus ditegakkan. Salah satu cara untuk mengatasinya adalah dengan pemakaian atribut yang sama untuk sebuah organisasi atau perusahaan, seperti seragam, logo, dan symbol lainnya yang terkait dengan organisasi atau perusahaan tersebut. 6. Citra yang baik dan yang buruk Citra PR yang ideal merupakan sebuah kesan yang benar, yaitu sepenuhnya berdasarkan pengalaman, pengetahuan, serta pemahaman atas kenyataan yang sesungguhnya.Citra yang baik sebenarnya dapat dimunculkan
24
kapan saja, sekalipun dalam keadaan yang buruk seperti sedang tertimpa musibah atau sesuatu yang buruk. Caranya tentu saja dengan menjelaskan secara jujur apa yang menjadi penyebabnya, baik itu informasi yang salah maupun prilaku yang keliru. Usaha untuk menutupi kesalahan untuk memoles citra merupakan penyalahgunaan PR. Usaha apapun untuk memoles citra dari suatu kesalahan organisasi atau perusahaan demi sebuah kredibilitas tentu saja tidak dapat dibenarkan. Karena seringkali usaha untuk memoles citra justru akan memberi dampak negatif. Jadi, kita tidak bisa membenarkan praktik yang sering dilakukan oleh agen periklanan, yang sering kali dilandaskan pada pemikiran keliru bahwa usaha memoles citra perusahaan „demi kepentingan klien‟ adalah wajar. Praktisi PR sejati tidak akan memiliki pemikiran tersebut.22 Soemirat dan Ardianto (2004) menjelaskan bahwa efek kognitif dari komunikasi sangat mempengaruhi proses pembentukan citra. Citra terbentuk dari pengetahuan dan informasi yang diterima dan dimiliki seseorang. Komunikasi tidak secara langsung menimbulkan prilaku tertentu tetapi lebih kepada mempengaruhi cara berpikir kita mengenai citra seseorang.23 Citra itu perlu diciptakan agar bernilai positif karena citra merupakan aset terpenting bagi sebuah organisasi atau perusahaan.Tugas dari Public Relations disini 22
Prof. Dr. Soleh Soemirat, M.S., Drs. Elvinaro Ardianto, M.Si. Dasar-dasar Public Relations.(Bandung: PT Remaja Rosdakarya 2008) h. 111-112 23 Kadar Nurjaman, SE.,M.M. Khaerul Umam, S.IP, M.Ag., M.Si. Komunikasi dan Public Relations Panduan Untuk Mahasiswa, Birokrat, dan Praktisi Bisnis. (Bandung:CV Pustaka Setia 2012) h. 126
25
ialah untuk menjaga citra suatu organisasi atau perusahaan sehingga tidak terjadi suatu kesalahpahaman yang dapat menimbulkan isu-isu yang dapat merugikan organisasi atau perusahaan.Citra yang baik dan positif menimbulkan kepercayaan masyarakat selama masih dapat dipertahankan. Namun, citra dapat berubah menjadi buruk dan negatif, kerugian terbesar sebuah organisasi atau perusahaan jika hal ini terjadi adalah hilangnya kepercayaan masyarakat terhadap organisasi atau perusahaan ini dan juga akan berdampak yang lebih luas lagi. Citra perusahaan di mata publik dapat terlihat dari pendapat atau pola pikir komunal pada saat mempersepsikan realitas yang terjadi.Satu hal yang perlu dipahami sehubungan dengan terbentuknya sebuah citra perusahaan adalah adanya persepsi yang berkembang di benak publik terhadap realitas. Realitas dalam Public Relations adalah apa yang tertulis di media.24 Terbentuknya sebuah citra adalah karena adanya persepsi, persepsi secara sederhana adalah pandangan seseorang dalam menafsirkan suatu peristiwa berdasarkan informasi yang diterimanya.25 Secara logika, jika suatu organisasi atau perusahaan sedang dalam keadaan krisis kepercayaan dari publik atau masyarakat umum, maka akan berdampak negatif terhadap citra organisasi atau perusahaan itu sendiri, bahkan akan terjadi penurunan citra sampai pada titik paling rendah (lost of image). Khususnya jika terjadi pada
24
Firsa Nova, Crisis Public Relations Strategi Menghadapi Krisis, Mengelola Isu, Membangun Citra, dan Reputasi Perusahaan, h. 279 25 Firsa Nova, Crisis Public Relations Strategi Menghadapi Krisis, Mengelola Isu, Membangun Citra, dan Reputasi Perusahaan, h. 297
26
organisasi atau perusahaan yang bergerak dibidang jasa akan sangat sensitive dengan masalah kepercayaan, kualitas pelayanan, dan citra.26 Untuk mendapatkan citra yang diinginkan, perusahaan atau organisasi harus memahami persis proses apa yang terjadi ketika publik menerima informasi mengenai kenyataan yang terjadi. Citra yang baik dimaksudkan agar organisasi atau perusahaan dapat tetap berjalan dengan baik, dapat berkembang serta memberikan manfaat kepada orang lain. Representasi kolektif dari masyarakat dan juga pihak-pihak terkait mengenai citra dari sebuah institusi, perusahaan, lembaga, atau seseorang yang dihasilkan dari banyak pendapat, informasi, dan pengetahuan tentang institusi, perusahaan, lembaga, atau seseorang tersebut disebut dengan reputasi. Untuk membangun dan menjaga reputasi yang baik perlu adanya hubungan dengan sejumlah relasi yang bisa jadi semua dari relasi itu memiliki pendapat atau pandangan yang berbeda mengenai perusahaan, tetapi secara bersamaan memberikan kontribusi pada keseluruhan reputasi perusahaan.27
26
Rosadi Ruslan, SH, MM, Manajemen Public Relations & Media Komunikasi, h. 76 Keith Butterick, Pengantar Public Relations Teori dan Praktek, (Jakarta: PT Raja Grafindo Persada, 2012) h. 58. 27
27
H. Proses Pembentukan Citra Citra adalah kesan yang diperoleh seseorang berdasarkan pengetahuan dan pengertiannya tentang fakta-fakta atau kenyataan.Untuk mengetahui citra seseorang terhadap suatu obyek dapat diketahui dari sikapnya terhadap obyek tersebut.28 Proses pembentukan citra dalam struktur kognitif yang sesuai dengan pengertian sistem komunikasi dijelaskan oleh John S, Nimpoeno dalam laporan penelitian tentang tingkah laku konsumen, seperti yang dikutip Danasaputra sebagai berikut.29
Bagan 2.1 Proses pemebentukan citra PR
digambarkan
sebagai
input-
output.
Proses
dalam
model
ini
adalahpembentukan citra sedangkan input adalah stimulus yang diberikan dan output
28
h. 114.
29
Prof. dr. Soleh Soemirat, M.S., Drs. Elvinaro Ardianto, M.Si. Dasar-dasar Public Relations.
Firsa Nova, Crisis Public Relations Strategi Menghadapi Krisis, Mengelola Isu, Membangun Citra, dan Reputasi Perusahaan, h. 304.
28
adalahtanggapan atau perilaku tertentu. Citra itu sendiri digambarkan melalui persepsi- kognisi – motivasi – sikap.30 I. Teori Impression Management a. Public Relations: Presentasi Diri Organisasi Public Relations memiliki fungsi sebagai jembatan antara organisasi dengan khalayaknya.Baik itu internal maupun eksternal.Agar fungsi ini berjalan dengan baik setiap praktisi PR haruslah memiliki skill komunikasi yang baik.Karena, PR sebagai komunikator harus bisa menyampaikan pesan organisasi dengan baik agar dapat diterima oleh khalayak sebagai komunikan. Pesan yang disampaikan oleh PR harus mampu menciptakan kesan yang positif. Kesan atau citra ini diartikan sebagai bagaimana orang lain memandang dan mempersepsikan sesuatu mengenai organisasi sesuai dengan pengetahuan dan juga pengalaman. Seperti komunikasi interpersonal, PR menggunakan symbol verbal dan juga non verbal untuk mempresentasikan organisasinya Pemikiran mengenai presentasi diri, salah satunya dikembangkan oleh sosiolog Ervin Goffman untuk menjelaskan interaksi sosial individu, dalam karya besarnya The Presentation of Self in Everyday Life (1959).31Menurut Goffman dalam buku ini, kehidupan manusia layaknya panggung sandiwara. Dimana interaksi sosial menjadi fokusnya, karena setiap individu berkeinginan untuk menampilkan atau 30
Firsa Crisis Public Relations Strategi Menghadapi Krisis, Mengelola Isu, Membangun Citra, dan Reputasi Perusahaan, h. 304-305. 31 Rachmat Kriyantono, Ph.D. Teori Public Relations Persepektif Barat dan Lokal; Aplikasi Penelitian dan Praktik (Jakarta: Kencana Prenadamedia Group 2004), hal 217
29
mempresentasikan dirinya di depan orang lain. Pemikiran Goffman ini dipengaruhi oleh teori-teori sosial lainnya, seperti interaksi simbolis. Ketika berinteraksi, setiap individu mengelola kesan tertentu saat mempresentasikan diri di depan khalayaknya. Makna yang dari kesan yang dipresentasikan terbentuk dari interaksi sosial yang bersifat dinamis dan situasional.32 Goffman menjelaskan proses presentasi diri yang dikenal dengan teori Impression Management.Teori ini dapat diterapkan dalam konteks Public Relations karena membahas tiga konsep penting yang juga ada dalam praktik Public Relations, yaitu relasi, identifikasi, dan citra.33 Dalam proses interaksi, individu tidak bisa lepas dari upaya membangun hubungan, mengidentifikasi katakter lawan bicara, dan membangun citra atau kesan positif orang lain terhadap dirinya. b. Teori Impression Management Teori manajemen impresi (impression management) mengatakan bahwa dalam interaksi sosial setiap individu berupaya menampilkan gambaran dirinya atau konsep dirinya di depan orang lain. Upaya ini disebut menejemen impresi, yaitu individu secara sengaja menggunakan komunikasi untuk menciptakan impresi yang diinginkan orang lain terhadapnya (Johansson, 2007).34
32
Rachmat Kriyantono, Ph.D. Teori Public Relations Persepektif Barat dan Lokal; Aplikasi Penelitian dan Praktik (Jakarta: Kencana Prenadamedia Group 2004), hal 217 33 Rachmat Kriyantono, Ph.D. Teori Public Relations Persepektif Barat dan Lokal; Aplikasi Penelitian dan Praktik (Jakarta: Kencana Prenadamedia Group 2004), hal 218 34 Rachmat Kriyantono, Ph.D. Teori Public Relations Persepektif Barat dan Lokal; Aplikasi Penelitian dan Praktik (Jakarta: Kencana Prenadamedia Group 2004), hal 218
30
Menurut Goffman terdapat komunikasi yang digunakan dalam teori ini dibagi menjadi dua bagian.Bagian yang lebih mudah bagi individu untuk mengelola presentasinya, yaitu komunikasi verbal.Bagian yang relatif lebih sulit yang sering terjadi di luar kesadaran atau tidak sengaja sehingga sulit dikontrol, yaitu komunikasi non verbal. Orang lain (komunikan) biasanya dapat menangkap dan membandingkan komunikasi verbal dan non verbal yang dilakukan dalam proses komunikasi oleh individu. Akibatnya, muncul situasi asimetris dalam proses komunikasi. Individu dalam hal ini berlaku sebagai komunikator biasanya hanya menangkap komunikasi verbalnya saja, tetapi khalayak (komunikan) dapat menangkap pesan verbal dan non verbal.35 Dalam interaksi, komunikasi verbal dan nonverbal menghasilkan dua jenis pesan, yaitu: pesan yang sengaja disampaikan (expression given on), dan pesan yang tidak disampaikan(expression given off). Melalui pesan yang disampaikan individu secara aktif menggunakan simbol verbal dan nonverbal untuk mengelola kesan yang ingin diterima dan dilihat oleh orang lain. Karena simbol verbal yang mudah dikelola, maka pesan yang sengaja disampaikan ini lebih banyak merujuk pada simbol verbal. Kehidupan sosial dalam “expression given on” ini oleh Goffman disebut “wilayah depan” (front region/front stage). Wilayah ini berisi upaya individu untuk bergaya
35
Rachmat Kriyantono, Ph.D. Teori Public Relations Persepektif Barat dan Lokal; Aplikasi Penelitian dan Praktik (Jakarta: Kencana Prenadamedia Group 2004), hal 218
31
atau menampilkan peran tertentu di hadapan khalayak. Biasanya prilaku di panggung depan ini disesuaikan dengan aturan atau norma yang berlaku.36 Kemudian, expression given off mengacu kepada pesan yang tersembunyi atau sengaja disembunyikan dari penilaian orang lain. Tetapi orang lain dapat membaca pesan tersebut, hal ini karena sulitnya mengontrol simbol nonverbal. Misalnya, seorang individu ingin terlihat sedang gembira padahal suasana hatinya sedang bersedih, tetapi bahasa tubuhnya masih bisa menghasilkan kesan tertentu oleh orang lain. Kehidupan sosial expression given off ini dikenal sebagai “wilayah belakang”.37 Interaksi sosial memungkinkan proses komunikasi bersifat resiprokal atau saling berbalasan. Agar dapat berbalasan dan berlanjut, kesan pertama sangatlah penting karena dapat menghasilkan primary-effect atau efek pertama yang menentukan bagaimana proses komunikasi dibangun dan dimodifikasi lebih lanjut oleh para komunikator atau individu. Pemodifikasian inilah yang mencakup upaya menejemen impresi yang akan mendorong terjadinya “workingconcensus” atau level kesetujuan (level of agreement), yang menurut Goffman “bersifat berbbeda tergantung setting interaksi.”38 Dalam setting interaksi tersebut, didalamnya terdapat beberapa tindakan yang dilakukan
36
individu
dan
disebut
sebagai
peforma
(performance).
Individu
Rachmat Kriyantono, Ph.D. Teori Public Relations Persepektif Barat dan Lokal; Aplikasi Penelitian dan Praktik (Jakarta: Kencana Prenadamedia Group 2004), hal 218 37 Rachmat Kriyantono, Ph.D. Teori Public Relations Persepektif Barat dan Lokal; Aplikasi Penelitian dan Praktik (Jakarta: Kencana Prenadamedia Group 2004), hal 218 38 Rachmat Kriyantono, Ph.D. Teori Public Relations Persepektif Barat dan Lokal; Aplikasi Penelitian dan Praktik (Jakarta: Kencana Prenadamedia Group 2004), hal 218
32
menampilkan karakter tertentu kepada orang lain, sama halnya seperti di atas panggung drama. Aktor menampilkan peran dan orang lain akan menilai bagaimana peran yang dimainkan oleh aktor tersebut. Menurut Goffman, untuk menentukan peran ini, individu harus memahami situasi dan setting interaksinya. Karena dalam hal ini individu tidak hanya menyampaikan informasi mengenai dirinya tetapi juga mendapat infomasi mengenai orang lain. Proses pertukaran informasi ini membuat individu mengetahui apa yang diinginkan oleh orang lain.39 c. Teori Impression Management Dalam Organisasi Menurut Rahmat Kriyanto dalam bukunya Teori Public Relations Perspektid Barat dan Lokal, Aplikasi Penelitian dan Praktik (2004) berpendapat bahwa lima kategori atau tipologi strategi presentasi diri yang telah dibuat oleh Edward Jones mengenai aplikasi konsep presentasi diri untuk menjelaskan hubungan antara perilaku individu di depan public dan motif dibalik perilaku tersebut berlaku pula untuk menjelaskan
perilaku
organisasi
dalam
mempresentasikan
dirinya
untuk
mempengaruhi impresi khalayaknya. Kelima tipologi presentasi diri dari Edward Jones antara lain:40
39
Rachmat Kriyantono, Ph.D. Teori Public Relations Persepektif Barat dan Lokal; Aplikasi Penelitian dan Praktik (Jakarta: Kencana Prenadamedia Group 2004), hal 218-219 40 Rachmat Kriyantono, Ph.D. Teori Public Relations Persepektif Barat dan Lokal; Aplikasi Penelitian dan Praktik (Jakarta: Kencana Prenadamedia Group 2004), hal 220
33
1. Strategi Ingratiation (Menyenangkan orang lain) Biasanya digunakan oleh organisasi yang ingin dipandang sebagai pihak yang menyenangkan dan ramah.Strategi ini diwujudkan dengan menampilkan emosi-emosi yang positif selama interaksi dengan khalayaknya, seperti organisasi yang suka membantu masyarakat dan menghargai kepentingan khlayaknya. 2. Strategi Self-promotion (Promosi diri) Biasanya digunakan oleh organisasi yang ingin dipandang sebagai organisasi yang kompeten.Strategi ini biasanya diaplikasikan dengan menampilkan sederet prestasi yang telah dicapai oleh organisasi, hal-hal baik yang telah dilakukan organisasi, dan menampilkan berbagai penghargaan yang diperoleh atas prestasinya. 3. Strategi Exemplification (Sebagai contoh) Biasanya digunakan oleh organisasi yang ingin dipandang sebagai organisasi yang layak dijadikan contoh atau model oleh organisasi lainnya.Strategi ini dapat terwujus dengan beberapa tindakan seperti, demonstrasi kemampuan, kelebihan, integritas, dan nilai-nilai organisasi. 4. Strategi Supplication (self-handicapping) Biasanya digunakan oleh organisasi yang ingin dipandang sebagai organisasi yang memiliki keterbatasan dalam membantu publik.Organisasi diimpresikan sebagai pihak yan lemah sekaligus menjadi korban dari krisis yang terjadi.
34
5. Strategi Intimidation Biasanya digunakan oleh organisasi yang ingin dipandang sebagai organisasi yang kuat dan mampu mengontrol situasi. Diwujudkan dengan menampilkan atribut yang mempresentasikan kemarahan atau keinginan untuk menghukum pihak lain yang menyebabkan kerugian. Menurut Johansson (2007), teori impression management ini sering dikaitkan dengan situasi krisis. Krisis sendiri memiliki dua peluang untuk organisasi.Pertama untuk meningkatkan citra, kedua kehilangan citra.Organsasi harus dapat melakukan menejemen krisis yang baik, sehingga akhirnya dapat meningkatkan citra. Citra sendiri merupakan imaji dan impresi publik mengenai organiasi, apakan organisasi memiliki sifat kredibel dan legitimate atau tidak. Teori ini juga menarik dapat digunakan untuk memahami bagaimana peran membangun identitas organisasi, dan menyampaikan pesan identitas organisasi ini kepada khalayak.41 J. Strategi Public Relations 1. Pengertian Strategi Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia “strategi adalah rencana yang cermat mengenai kegiatan untuk mencapai sasaran khusus”. Strategi menjadi bagian terpadu dari suatu rencana dan rencana merupakan produk dari suatu perencanaan. Perencanaan yang cermat dan matang merupakan strategi yang digunakan 41
untuk
mencapai
tujuan
suatu
organisasi
atau
program
Rachmat Kriyantono, Ph.D. Teori Public Relations Persepektif Barat dan Lokal; Aplikasi Penelitian dan Praktik (Jakarta: Kencana Prenadamedia Group 2004), hal 222
35
kegiatan.Kegiatan yang dilakukan tidak akan tercapai dengan baik tanpa adanya strategi dan perencanaan yang digunakan. Strategi apa dan bagaimana yang digunakan untuk mencapai tujuan atau sasaran yang diinginkan.42 Ahmad S. Adnanputra, M.A., M.S., pakar Humas dalam naskah workshop berjudul PR Strategi (1990), mengatakan bahwa arti strategi adalah bagian terpadu dari suatu rencana (plan), sedangkan rencana merupakan produk dari suatu perencanaan (planning), yang pada akhirnya perencanaan adalah salah satu fungsi dasar dari proses manajemen. Strategi Public Relations atau sering di sebut dengan rencana strategi atau rencana jangka panjang perusahaan. Suatu rencana srtategi yang menetapkan garis-garis besar tindakan yang akan diambil dalam kurun waktu tertentu untuk kedepannya. Strategi Public Relations awalnya dirancang untuk kurun waktu yang panjang sekitar 25 tahun, tetapi dewasa ini sebagian besar perusahaan membuat hanya untuk kurun waktu 5-10 tahun.hal ini disebabkan banyak perubahan terjadi dan sangat sulit untuk ditebak.43 Kasali menyebutkan rencana jangka panjang inilah yang menjadi acuan
42
para
PR
untuk
menyusun
rencana
dan
membuat
langkah
Kamus Besar Bahasa Indonesia edisi ketiga, (Jakarta: Balai Pustaka, 2007), cet ke 4 Prof. DR. Soleh Soemirat, M.S, dan Drs. Elvinaro Ardianto. M.Si. Dasar- Dasar Public Relations. h. 90 43
36
komunikasisehari-hari, untuk dapat bertindak secara strategis kegiatan ini haruslah menyatu dengan visi dan misi perusahaan/organisasi.44 Setiap organisasi satu dengan organisasi lainnya memiliki perbedaan dalam pemikirian maupun stategi yang diterapkan.Pembuatan strategi umumnya menggunakan tiga tingkat, yaitu tingkat korporasi, unit bisnis, dan tingkat operasional.Strategi antara berbagai tingkat dalam suatu organisasi harus konsisten agar terciptanya keseimbangan.Oleh karena itu, peran humas adalah untuk memastikan bahwa konsistensi diterapkan secara menyeluruh, yang oleh politisi Inggris Peter Mandelson disebut sebagai on massage.45 Peneliti dapat mengambil kesimpulan bahwa strategi merupakan salah satu faktor penting dalam suatu program yang akan dijalankan oleh pihak humas. Agar fokus dalam menjalankan suatu misi secara terstruktur.Strategi juga merupakan suatu prinsip yang menggerakan dari tahap yang berada saat ini ke tahap yang diinginkan. Apabila strategi yang diterapkan sesuai dengan tujuan dan dijalankan dengan baik, maka segala sesuatunya akan berjalan dengan lancar dan sesuai dengan yang diharapkan. Untuk memberi kontribusi kepada rencana kerja jangka panjang itu, PR dapat melakukan langkah-langkah: 1. Menyampaikan fakta dan opini, yang beredar di dalam maupun di luar perusahaan. Fakta dan opini yang disampaikan haruslah fakta dan opini yang 44
Prof. DR. Soleh Soemirat, M.S, dan Drs. Elvinaro Ardianto. M.Si. Dasar- Dasar Public Relations. h. 91 45 Sandra Oliver,Public Relaion Strategy, (Jakarta:Erlangga, 2007), h.3.
37
jujur sesuai dengan apa yang terjadi. Karena jika menyampaikan fakta dan opini yang tidak sebenarnya akan berakibat buruk terhadap citra oraganisasi atau perusahaan. 2. Menelusuri dokumen resmi perusahaan dan mempelajari perubahan yang terjadi secara historis. Dalam penelusuran dokumen resmi perusahaan harusnya menelusuri dengan teliti dan cermat, sehingga tidak terjadi kekeliruan dalam berbagai hal. 3. Melakukan analisis SWOT (Strenghts/ kekuatan, Weakness/ kelemahan, Opportunities/ peluang, dan Threats/ ancaman). Dalam melakukan analisis ini, praktisi PR harus teliti dan cermat untuk mengetahui kekuatan, kelemahan, peluang dan juga ancaman yang dimiliki oleh organisasi atau perusahaan. Karena semua itu dapat membantu organisasi atau perusahaan untuk maju dan lebih baik. Selain
konotasi
“jangka
panjang”
strategi
manajemen
juga
menyandang konotasi “strategi”.Kata strategi sendiri mempunyai pengertian yang terkait dengan hal-hal seperti kemenangan, kehidupan, atau daya juang.Artinya menyangkut dengan hal-hal yang berkaitan dengan mampu atau tidaknya perusahaan atau organisasi menghadapi tekanan yang muncul dari dalam atau dari luar oraganisasi atau perusahaan.
38
2. Tahapan Strategi Ada tiga tahapan dalam mencapai tujuan strategi yang diinginkan, yaitu perumusan strategi, implementasi strategi, dan evaluasi strategi. Penjelasnnya sebagai berikut : a. Perumusan Strategi Dalam perumusan strategi, konseptor harus memepertimbangkan mengenai peluang dan ancaman eksternal, menetapkan kekuatan dan kelemahan secara internal, menetapkan suatu objektifitas, menghasilkan strategi alternative dan memilih strategi yang dilaksanakan. Perumusan strategi berusaha menemukan masalah-masalah yang terjadi dari peristiwa yang ditafsirkan berdasarkan konteks kekuatan, kemudian mengadakan suatu analisis
mengenai
kemungkinan-kemungkinan
serta
memperhitungkan
pilihan-pilihan dan langkah langkah yang dapat diambil dalam rangka gerak menuju kepada tujuan tersebut46 b. Implementasi Strategi Setelah merumuskan dan memilih strategi yang ditetapkan tersebut, dalam tahap pelaksanaan strategi yang telah dipilih sangat membutuhkan komitmen dan kerja sama dari seluruh unit, tingkat dan anggota organisasinya. Tanpa adanya komitmen dan kerja sama dalam pelaksanaan strategi, maka proses formulasi dan analisis strategi hanya akan menjadi
46
Ali Mutopo, Strategi Kebudayaan, (Jakarta: Center for strategic and Internationalstudies-CSIS, 1978). h.23.
39
impian yang jauh dari kenyataan. Implementasi startegi bertumpu pada alokasi dan pengorganisasian sumber daya yang ditampilkan melalui penetapan struktur organisasi dan mekanisme kepemimpinan yang dijalankan bersama budaya perusahaan dan organisasi.47 c. Evaluasi Strategi Tahap akhir dari strategi adalah evaluasi implementasi strategi. Evaluasi menjadi tolak ukur untuk strategi yang akan dilaksanakan kembali oleh suatu organisasi dan untuk memastikan sasaran yang telah dicapai untuk menetapkan tujuan berikutnya. Ada tiga macam hal mendasar untuk mengevaluasi strategi, yakni : 1) Meninjau faktor-faktor eksternal dan internal yang menjadi dasar strategi. Adanya perubahan yang ada akan menjadi satu hambatan dalam pencapaian tujuan, begitu pula dengan factor internal yang diantaranya strategi tidak efektif atau hasil implementasi buruk dapat berakibat buruk pula bagi hasil yang dicapai. 2) Mengukur persentasi (membandingkan hasil yang akan diharapkan dengan kenyataan). Prosesnya dapat dilakukan dengan menyelidiki penyimpangan dari rencana, mengevaluasi prestasi individual dan menyimak kemajuan yang dibuat kearah pencapaian sasaran yang dinyatakan. Kriteria untuk mengevaluasi strategi harus dapat 47
Ali Mutopo, Strategi Kebudayaan, (Jakarta: Center for strategic and Internationalstudies-CSIS, 1978). h.24.
40
diukur dan mudah dibuktikan, kriteria yang mengungkapkan apa yang terjadi. 3) Mengambil tindakan korektif untuk memastikan bahwa prestasi sesuai rencana. Dalam hal ini tidak harus berarti bahwa strategi yang ada ditinggalkan atau merumuskan strategi yang baru. Tindakan korektif diperuntukan bila tindakan atau hasil sesuai dengan yang dibayangkan semula pencapaian yang diharapkan.48 Pearce dan Robinson, mengembangkan langkah-langkah strategi management sebagai berikut:49 1. Menentukan mission perusahaan. Termasuk di dalamnya adalah pernyataan yang umum mengenai maksud pendirian (purpose), filosofi, dan sasaran (goals). 2. Mengembangkan company profile yang mencerminkan kondisi intern perusahaan dan kemampuan yang dimilikinya. 3. Penilaian terhadap lingkungan ekstern perusahaan, baik dari segi semangat kompetitif maupun secara umum. 4. Analisis terhadap peluang yang tersedia dari lingkungan (yang melahirkan pilihan-pilihan).
48
Ali Mutopo, Strategi Kebudayaan, (Jakarta: Center for strategic and International-studiesCSIS, 1978). h.24. 49 Prof. DR. Soleh Soemirat, M.S, dan Drs. Elvinaro Ardianto. M.Si. Dasar- Dasar Public Relations. h. 92
41
5. Identifikasi atas pilihan yang dikehendaki yang tidak dapat digenapi untuk memenuhi tuntuntan misi perusahaan. 6. Pemilihan strategi atas objective jangka panjang dan garis besar strategi yang dibutuhkan untuk mencapai objective tersebut. 7. Mengembangkan objective tahunan dan rencana jangka pendek yang selaras dengan objective jangka panjang dan garis besar strategi. 8. Implementasi atas hasil hal-hal di atas dengan menggunakan sumber yang tercantum dalam budget (anggaran) dan mengawinkan rencana tersebut dengan sumber daya manusia, struktur, teknologi, dan sistem balas jasa yang memungkinkan. 9. Review dan evaluasi atas hal-hal yang telah dicapai dalam setiap periode jangka pendek sebagai suatu proses untuk melakukan kontrol dan sebagai input bagi pengambilan keputusan di masa depan. (Kasali, 1994:43)
42
BAB III PROFIL PESANTREN MA’HAD AL-ZAYTUN A. MENGENAL MA’HAD AL-ZAYTUN 1. Berdirinya Ma’had Al-Zaytun Pondok pesantren Ma‟had Al-Zaytun yang kini dikenal dengan pondok pesantren Al-Zaytun merupakan salah satu institusi pendidikan di Indonesia yang mengusung pendidikan one pipe education.Dimana bentuk pendidikan one pipe education ini merupakan bentuk pendidikan yang dimulai dari sekolah dasar hingga perguruan tinggi.Al-Zaytun merupakan sebuah institusi pendidikan milik ummat, timbul dari ummat bangsa Indonesia dan untuk ummat, sehingga Al-Zaytun ada dimana-mana dalam kalangan ummat dan bangsa seluruhnya.Pendirian Al-Zaytun dilatarbelakangi oleh perjalanan panjang sejarang ummat manusia secara luas dan panjang. “Pembangunan Ma‟had Al-Zaytun ini diawali oleh mimpi dari pendiri Al-Zaytun yang berawal dari khayal (bermimpi/membuat ide), shuwar (membuat rancangan tertulis) dan amal (action). Pesantren yang berlokasi di Desa Mekarjaya, Kecamatan Gantar, Kabupaten Indramayu, Jawa Barat ini diresmikan pada Jum‟at tarikh 27 Agustus 1999 M. Bertepatan 18 Jumada al-ula 1420 H, oleh presiden republik Indonesia ke 3 Prof. Ing. BJ Habibie.”50 2. Visi dan Misi Ma’had Al-Zaytun Al-Zaytun memiliki visi serta misi yang masuk kedalam perbaikan kualitas pendidikan ummat tersimpul di dalam motto: “Al-Zaytun Pusat Pendidikan 50
Abdussalam Rasyidi Panji Gumilang, Al-Zaytun Pusat Pengembangan Budaya Toleransi dan Perdamaian (Indramayu: Percetakan Al-Zaytun, 2014), h.16.
43
Pengembangan Budaya Toleransi dan Perdamaian”. Visi ini ditetapkan karena diyakini bahwa ilmu Allah dengan segala renik detailnya hanya akan didapat dengan cara didikan dan ajaran yang selalu dijiwai oleh toleransi dan damai.51 3. Arah dan Tujuan Al-Zaytun Mempersiapkan peserta didik untuk beraqidah yang kokoh kuat terhadap Allah dan Syari‟at-Nya, menyatu di dalam tauhid, berakhlaq karimah, berilmu pengetahuan luas, berketarmpilan tinggi yang tersimpul dalam basthotan fil „ilmi wal jismi sehingga sanggup, siap, dan mampu untuk hidup secara dinamis di lingkungan negara bangsanya dan masyarakat dengan penuh kesejahteraan dan kebahagiaan duniawi dan ukhrawi.52 4. Landasan “Pesantren Spirit But Modern System” Ma‟had Al-Zaytun dalam menjalankan programnya dijiwai oleh spirit pesantren,
yaitu
kebersamaan,
keterbukaan,
kebebasan,
tolong
menolong,
(ta‟awuniyah), saling hormat menghormati, selalu haus akan ilmu pengetahuan, dan berjiwa mandiri. Dalam kehidupan pesantren terdapat budaya saling mencontoh.Para pelajar mencontoh kehidupan para pembimbing dan guru dengan contoh yang baik secara terus menerus.Sedangkan untuk mencapai kurikulum yang kompeherensif dan
51
Abdussalam Rasyidi Panji Gumilang, Al-Zaytun Pusat Pengembangan Budaya Toleransi dan Perdamaian, h.18. 52 Abdussalam Rasyidi Panji Gumilang, Al-Zaytun Pusat Pengembangan Budaya Toleransi dan Perdamaian, h.19.
44
up to date harus ditempuh dengan sistem modern, yang bermakna bahwa pesantren harus melangkah dengan persiapan, program yang jelas dan kontrol yang pasti.53 B. Struktur Organisasi Ma’had Al-Zaytun Ma‟had Al-Zaytun sebagai sebuah pesantren yang mengusung sistem boarding school (asrama). Karenanya seluruh unsur yang terlibat dalam pendidikan, terpadu dan terkait satu sama lain. Ada tiga unsur pokok dalam struktur organisasi Ma‟had Al-Zaytun yang menjadi penentu terlaksananya proses pendidikan, yaitu: 1) Yayasan Pesantren Indonesia, 2) Syeikh Al-Zaytun dengan komite dan lembaga-lembaga dibawahnya, 3) Badan Usaha Yayasan Pesantren Indonesia.54 1. Yayasan Pesantren Indonesia (YPI) Yayasan Pesantren Indonesia terdiri dari Dewan Pembina, Pengurus, dan Pengawas.Secara kewenangan dan manajerial, membawahi Syeikh Al-Zaytun dan Badan-badan Usaha Yayasan. Yayasan melakukan pengawasan dan pengendalian terhadap terjaminnya kelancaran proses penyelenggaraan pendidikan, dengan melakukan dukungan penyiapan akomodasi, fasilitas kesehatan siswa serta fasilitasfasilitas pendukung proses belajar mengajar (sarana perpustakaan, laboratorium, ruang praktek, olahraga, dan lain-lain). Untuk mendukung hajat pembiayaan proses pendidikan, Yayasan melakukan usaha-usaha dibidang perekonomian yaitu 53
Abdussalam Rasyidi Panji Gumilang, Al-Zaytun Pusat Pengembangan Budaya Toleransi dan Perdamaian, h.20-21. 54 Ali Aminullah, “Model Pendidikan Toleransi Beragama Bagi Pelajar Menengah” (Studi Pelaksanaan Pendidikan HAM di Ma’had Al-Zaytun). (Yogyakarta: Program Pasca Sarjana Magister Studi Islam Universitas Muhammadyah Yogyakarta, 2011), h 74.
45
perdagangan, jasa dan argo industry. Hasil usaha dan keuntungan digunakan semaksimal mungkin untuk mendukung kelancaran pendidikan.Seluruh pengadaan sarana, prasarana, dan pemeliharaan/perawatan (maintenance), unsur ketenagakerjaan (sumberdaya manusia) dari mulai perencanaan keperluan pegawai, rekriutment, sistem pengajian (upah), pengembangan karir.Demikian juga untuk sistem keuangan dan financial, dibawah tanggung jawab pengurus YPI.55 Yayasan melakukan fungsi penelitian dan pengembangan proses belajar mengajar, mempersiapkan seluruh fasilitas yang telah menjadi plan action Al-Zaytun. Termasuk didalamnya melakukan pembangunan Ma‟had di luar kampus pusat, dan pengembangan usaha-usaha perekonomian.Yayasan melakukan hubungan dan kerjasama
yang
saling
menguntungkan
dengan
lembaga/instansi,
pemerintah/swasta/perseorangan, lingkup regional maupun Internasional. Demi kelancaran proses dan peningkatan mutu pendidikan.56 2. Syeikh Al-Zaytun Syeikh Al-Zaytun berfungsi sebagai pimpinan dan pengayom didalam proses pendidikan di Al-Zaytun. Pusat perhatian dan aktivitasnya terkonsentrasi kepada kelancaran proses dan keberhasilan pencapaian indikator-indikator kemajuan pendidikan. Dalam pelaksanaan tugasnya, Syeikh Al-Zaytun bertanggungjawab kepada Yayasan Pesantren Indonesia. Syeikh Al-Zaytun selaku pimpinan mempunyai
55
Ali Aminullah, “Model Pendidikan Toleransi Beragama Bagi Pelajar Menengah” (Studi Pelaksanaan Pendidikan HAM di Ma’had Al-Zaytun), h 74-75. 56 Ali Aminullah, “Model Pendidikan Toleransi Beragama Bagi Pelajar Menengah” (Studi Pelaksanaan Pendidikan HAM di Ma’had Al-Zaytun), h 75.
46
tugas menyusun perencanaan pendidikan, mengarahkan, mengkoordinasikan, melakukan evaluasi, melaksanakan pengawasan, menentukan kebijaksanaan, mengadakan rapat, mengambil keputusan, mengatur proses belajar mengajar, mengatur administrasi pendidikan, membina pengelolaan kesiswaaan, serta mengatur komite-komite.57 Syeikh administrasi:
Al-Zaytun perencanaan,
selaku
administrator
pengorganisasian,
bertugas
menyelenggarakan
pengarahan,
pengkoordinasian,
pengawasan terhadap: kurikulum, kesiswaan, kantor, kepegawaian, perlengkapan, keuangan, perpustakaan, laboratorium dan ruang keterampilan/ kesenian. Syeikh AlZaytun selaku supervisor bertugas menyelenggarakan pengawasan mengenai kegiatan: belajar mengajar, bimbingan dan penyuluhan, ekstra kurikuler, dan ketatausahaan. Untuk melaksanakan tugas-tugas di atas, Syeikh Al-Zaytun dibantu oleh pihak-pihak sebagai berikut58 a. Dewan Guru Yaitu lembaga penanggung jawab operasional pendidikan tingkat dasar dan menengah.Tugasnya mengkoordinasikan manajemenmanajemen pada tingkat satuan pendidikan, sekretariat pendidikan dan lajnah-lajnah. Uraian dari lembaga-lembaga yang berada di bawah Dewan Guru adalah sebagai berikut:
57
Ali Aminullah, “Model Pendidikan Toleransi Beragama Bagi Pelajar Menengah” (Studi Pelaksanaan Pendidikan HAM di Ma’had Al-Zaytun). h 76. 58 Ali Aminullah, “Model Pendidikan Toleransi Beragama Bagi Pelajar Menengah” (Studi Pelaksanaan Pendidikan HAM di Ma’had Al-Zaytun).h 77
47
1) Manajemen Pendidikan Madrasah Ibtidaiyah yaitu lembaga yang bertugas untuk mengelola kegiatan Pendidikan Anak Usai Dini (PAUD) dan Madrasah Ibtidaiyah dari kelas I-VI. 2) Manajemen
Pendidikan
Tsanawiyah
yaitu
lembaga
yang
bertanggung jawab mengelola kegiatan pendidikan dari kelas VIIIX (MTs). 3) Manajemen Pendidikan Aliyah yaitu lembaga yang bertugas untuk bertanggungjawab mengelola kegiatan pendidikan kelas X sampai dengan kelas XII (MA). 4) Manajemen pendidikan kelas dewasa, yaitu lembaga yang bertanggungjawab untuk menyelenggarakan kegiatan Kelompok Belajar (Kejar) Paket A (setingkat SD), Paket B (Setingkat SLTP), Paket C (setingkat SLTA) bagi karyawan dan penduduk sekitar. 5) Sekretariat pendidikan, yaitu lembaga yang mengelola kegiatan administrasi pendidikan dan administrasi personalia guru dari mulai tingkat PAUD sampai Madrasah Aliyah (Dikdasmen). 6) Lajna
Lughah,
yaitu
lembaga
yang
bertanggungjawab
menyelenggarakan kegiatan kebahasaan di kampus Al-Zaytun. 7) Lajnah Tilawah wa Tahfidh Al-Qur‟an (LTTA), yaitu lembaga yang tertanggungjawab terhadap pembinaan bacaan dan hafal AlQur‟an pelajar Al-Zaytun.
48
8) Lajnah PPUK (Pandu Pembela Ummat dan Kemanusiaan), yaitu institusi
yang
bertugas
untuk
menyelengarakan
kegiatan
kepanduan atau kepramukaan di kampus Al-Zaytun. 9) Lajnah
AGICT
(Al-Zaytun
Globab
Information
and
Communication Technology), adalah lembaga penyelenggara kursus bidang Information Technology (IT) dan penanggungjawab penanganan IT di kampus Al-Zaytun.59 b. Mudabbir Asrama Bertanggung jawab dalam pengelolaan kegiatan-kegiatan keasramaan, penanganan kasus-kasus pelajar di asrama, perizinan pelajar keluar kampus, mengatue penempatan penghuni asrama dan pemeliharaan gedung asrama.Dalam menjalankan tugasnya, Mudabbir Asrama dibimbing oleh Mursyid yang ditetapkan oleh Syeikh AlZaytun serta dibantu oleh petugas piket pekanan.Petugas piket pekanan berasal dari unsur guru dan unsur lainnya (kesehatan, perpustakaan, keuangan, dll). Disetiap asrama terdapat 6 kelompok piket pekanan, setiap kelompok terdiri dari 7 orang.Masing-masing kelompok bertugas selama satu pekan dan berganti sesuai nomor urutan kelompok.Dalam penanganan pembimbingan belajar di tiap-tiap kamar, Mudabbir
59
Ali Aminullah, “Model Pendidikan Toleransi Beragama Bagi Pelajar Menengah” (Studi Pelaksanaan Pendidikan HAM di Ma’had Al-Zaytun). h 77-78
49
Asrama mengangkat wali kamar yang berasal dari unsur guru dan pelajar kelas tertinggi.Untuk kedisiplinan pelajar dibentuk MPPA (Majelis Permusyawaratan Pelajar Asrama).Atas segala tugas dan tanggung jawabnya, Mudabbir Asrama bertanggung jawab kepada Syeikh Al-Zaytun.60 c. Komite Olahraga dan Seni Al-Zaytun (KOSMAZ) Yaitu lembaga yang menangani kegiatan olahraga- olahraga dan seni di Al-Zaytun.Lembaga ini bertanggung jawab dalam perencanaan, pelatihan, seleksi atlit, penyelenggaraan event-event, kompetisi olahraga dan seni, baik internal kampus maupun dengan pihak eksternal.Selain itu KOSMAZ juga bertanggung jawab dalam pengadaan
dan
pemeliharaan
sarana
prasarana
olahraga
dan
kesenian.Berkenaan dengan tugas dan tanggung jawabnya KOSMAZ bertanggung jawab langsung kepada Syeikh Al-Zaytun.61 d. Organisasi Pelajar Al-Zaytun (OPAZ) Yaitu organisasi siswa yang menampung aspirasi siswa dan mengelola
kegiatan-kegiatan
kesiswaan
baik
dalam
bidang
pengembangan keilmuan (ekstra kurikuler), jurnalistik (majalah santri), peribadatan, event-event pelajar bidang seni dan olahraga,
60
Ali Aminullah, “Model Pendidikan Toleransi Beragama Bagi Pelajar Menengah” (Studi Pelaksanaan Pendidikan HAM di Ma’had Al-Zaytun). h 78-79 61 Ali Aminullah, “Model Pendidikan Toleransi Beragama Bagi Pelajar Menengah” (Studi Pelaksanaan Pendidikan HAM di Ma’had Al-Zaytun)., h 79
50
kebahasaan, kedisiplinan pelajar, dan lain-lain.Dalam menjalankan tugasnya, OPAZ dibimbing oleh Dewan Guru dan Manajemen Pendidikan.Adapun pertanggung jawaban organisatoris kepada Syeikh Al-Zaytun.62 e. Komite-Komite Yaitu unit pelaksanaan teknis yang dibentuk Syeikh Al-Zaytun sebagai pembantu Syeikh Al-Zaytun dalam mendukung sepenuhnya kelancaran proses pendidikan di Al-Zaytun. Seluruh keperluan yang menyangkut proses pembelajaran ditampung oleh Syeikh Al-Zaytun dan diusulkan kepada Yayasan, dan kemudia pihak Yayasan menyerahkan kepada Syeikh Al-Zaytun untuk merealisasikan seluruh keperluan tersebut bersama komite-komite yang ada dengan fungsi dan tugas sebagai berikut: 1) Komite Pengendalian Kurikulum dan Pencapaian Kemajuan Edukasi Komite ini mempunyai tugas mengkoordinasikan dan membina penelitian
pendidikan,
pengembangan
kurikulum,
sarana
pendidikan, pengembangan informatika, pengelolaan pendidikan,
62
Ali Aminullah, “Model Pendidikan Toleransi Beragama Bagi Pelajar Menengah” (Studi Pelaksanaan Pendidikan HAM di Ma’had Al-Zaytun). h 80
51
pengembangan
inovasi
pendidikan
serta
penelitian
dan
pengembangan sistem pengajaran.63 2) Komite Karir Edukasi dan Pendukungnya Fungsi dan tugasnya menyusun informasi/hajat tenaga, baik tenaga edukatif (guru) maupun administratif yang dihajatkan oleh Ma‟had Al-Zaytun, yang direncanakan secara matang berdasarkan jumlah kelas, siswa, dan standar rasio antara jumlah kelas/siswa dengan guru/pembimbing menurut hajat yang ada, dan program/ mata pelajaran yang ada pada Ma‟had Al-Zaytun dengan kurikulum dan hasil analisis jabatan yang dilakukan pada tahun ajaran berjalan.64 3) Komite Konservasi Aset dan Lingkungan Kampus Komite ini bertugas melaksanakan program yang berkaitan dengan pengelolaan lahan yang ada pada areal kampus maupun diluar kampus, untuk dikelola secara professional, sehingga dari seluruh aset yang ada dapet dimanfaatkan sebagai sumber peningkatan produksi sesuai dengan hajat hidup hunian kampus
63
Ali Aminullah, “Model Pendidikan Toleransi Beragama Bagi Pelajar Menengah” (Studi Pelaksanaan Pendidikan HAM di Ma’had Al-Zaytun). h 80-81 64 Ali Aminullah, “Model Pendidikan Toleransi Beragama Bagi Pelajar Menengah” (Studi Pelaksanaan Pendidikan HAM di Ma’had Al-Zaytun). h 81
52
guna menunjang kelancaran proses belajar mengajar. Diantaranya berupa pertanian, peternakan, perikanan, dan lain-lain.65 4) Komite Kesihatan Kampus Komite ini mempunyai tugas melaksanakan pelayanan dan penyuluhan kesihatan kepada seluruh penghuni kampus, baik berupa pelayanan medis melalui pemeriksaan atau perawatan kesihatan secara rutin dengan disediakan sarana poliklinik kampus (Perkhidmatan Kesihatan), maupun barupa penyuluhan tentang cara hidup sehat dan kesehatan lingkungan.66 5) Komite Penegak Disiplin Belajar Mengajar dan Kampus Tugas komite ini melaksanakan pengawasan disiplin terhadap seluruh penghuni kampus, diantaranya: a) Disiplin hunian asrama b) Disiplin belajar mengajar di kelas c) Disiplin pegawai dalam pelaksanaan tugas d) Disiplin penggunaan fasilitas kampus e) Disiplin dalam berlalu lintas dan menggunakan kendaraan f) Disiplin tamu/ pengunjung Ma‟had
65
Ali Aminullah, “Model Pendidikan Toleransi Beragama Bagi Pelajar Menengah” (Studi Pelaksanaan Pendidikan HAM di Ma’had Al-Zaytun). h 81-82 66 Ali Aminullah, “Model Pendidikan Toleransi Beragama Bagi Pelajar Menengah” (Studi Pelaksanaan Pendidikan HAM di Ma’had Al-Zaytun). h 82
53
Dengan langkah hidup disiplin dalam Ma‟had Al-Zaytun dapat menciptakan keamanan dan ketertiban kampus.67 6) Komite Hubungan Masyarakat Tugas komite ini menciptakan hubungan yang harmonis antara Ma‟had Al-Zaytun dengan orang tua murid dan masyarakat, sampai kepada tingkat kerjasama (partnership). Fungsi hubungan ini untuk lebih meningkatkan keserasian kehidupan di sekolah dengan kehidupan di masyarakat, sehingga anak didik yang terpaksa keluar dari kehidupan keluarganya dapat segera memasuki kehidupan dunia kampus melalui ketrampilan dan pengetahuan yang diperoleh dari sekolah asal, supaya tidak membuat canggung bagi siswa untuk secara cepat beradaptasi, sehingga secara bertahap siswa akan bertambah akrab dan terasa betah hidup di lingkungan kampus dan siap untuk hidup mandiri.68 7) Komite Kependudukan atau Hal Ihwal Urusan Internal Kampus (HIUIK) Tugasnya adalah menangani administrasi civitas akademika kampus. Setiap penghuni wajib memiliki identitas penghuni sekaligus sebagai buku perizinan keluar masuk yang di sebut
67
Ali Aminullah, “Model Pendidikan Toleransi Beragama Bagi Pelajar Menengah” (Studi Pelaksanaan Pendidikan HAM di Ma’had Al-Zaytun). h 82 68 Ali Aminullah, “Model Pendidikan Toleransi Beragama Bagi Pelajar Menengah” (Studi Pelaksanaan Pendidikan HAM di Ma’had Al-Zaytun). h 83
54
Buku Izin Tinggal (BIT). Bagian administrasi HIUIK bertugas membuat BIT dan pengesahannnya oleh YPI. Adapun bagian gate HIUIK memeriksa dan menginput keluar masuk civitas akademika Al-Zaytun, setelah pemegang BIT mendapatkan izin dari masing masing instansi pemberi izin.69 8) Komite Penelitian dan Pengembangan Komite ini bertugas meneliti dan mengembangkan metode sistem pembelajaran melalui kurikulum yang ada bagi kemajuan peserta didik dan pamong didik dalam usaha mencapai Tujuan, Filosofis, dan Motto Pendidikan Al-Zaytun.70 9) Komite Hubungan Luar Negeri Tugas komite ini adalah untuk menciptakan hubungan yang harmonis antara Al-Zaytun dengan masyarakat antar bangsa baik wali murid maupun tokoh dan pimpinan masyarakat luas antar bangsa.Dalam pelaksanaan tugas, komite bertanggung jawab kepada Syeikh Al-Zaytun sedangkan secara fungsional komite bekerjasama dengan seluruh komponen Ma‟had terhadap hajat kemajuan dan perkembangan pendidikan.71
69
Ali Aminullah, “Model Pendidikan Toleransi Beragama Bagi Pelajar Menengah” (Studi Pelaksanaan Pendidikan HAM di Ma’had Al-Zaytun). h 83-84 70 Ali Aminullah, “Model Pendidikan Toleransi Beragama Bagi Pelajar Menengah” (Studi Pelaksanaan Pendidikan HAM di Ma’had Al-Zaytun). h 84 71 Ali Aminullah, “Model Pendidikan Toleransi Beragama Bagi Pelajar Menengah” (Studi Pelaksanaan Pendidikan HAM di Ma’had Al-Zaytun). h 84
55
C. PESERTA DIDIK Sebelum menjadi peserta didik di Al-Zaytun, setiap calon peserta didik haruslah memenuhi serangkaian persyaratan administrasi dan juga tes.Adapun tesnya meliputi tes kesehatan, lisan dan juga tes tertulis. Setiap calon peserta yang sudah lulus haruslah mengikuti serangkaian masa orientasi sebelum memulai tahun ajaran. Setiap hari, para santri memiliki jadwal harian, adapun jadwal harian santri adalah sebagai berikut: NO . 1
WAKTU
JENIS KEGIATAN
04.00 – 04.30
Bangun Pagi
2 3 4 5
04.30 – 05.00 05.00 – 06.00 06.00 – 06.30 06.45 – 07.15
6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19
07.15 – 07.50 07.50 – 0825 08.25 – 09.00 09.00 – 09.15 09.15 – 09.50 09.50 – 10.25 10.25 – 10.40 10.40 – 11.15 11.15 – 11.50 11.50 – 12.30 12.30 – 13.30 13.30 – 14.00 14.00 – 15.30 15.30 – 16.00
Shalat Subuh Persiapan Ke Sekolah Sarapan Pagi Tadarrus Al-Qur‟an dan Bahasa Pelajaran ke-1 Pelajaran ke-2 Pelajaran ke-3 Istirahat Pertama Pelajaran ke-4 Pelajaran ke-5 Istirahat kedua Pelajaran ke-6 Pelajaran ke-7 Shalat Dzuhur Makan Siang Kegiatan Bahasa Istirahat Siang Shalat Ashar
PENANGUNG JAWAB Peng. Asrama MPPA Pengasuh Guru Guru Guru Guru Guru Guru Guru Guru Guru Guru Guru Guru Guru Guru Pengasuh MPPA
56
20
16.00 – 17.00
21
17.00 – 17.45
22
17.45 – 18.15
Olah raga sore/ Pramuka Persiapan Shalat Magrib Shalat Magrib
23
18.15 – 19.00
Tahfidh
24
19.00 – 19.15
Shalat Isya‟
25 26 27
19.15 – 20.00 20.00 – 21.00 21.00 – 04.00
Makan Malam Belajar Malam Tidur Malam Tabel 3.1 Jadwal Kegiatan Santri
Guru Pengasuh Guru dan MPPA Guru dan MPPA Guru dan MPPA Guru Guru Pengasuh
D. SISTEM PENDIDIKAN MA’HAD AL-ZAYTUN Penyelenggaraan pendidikan di Al-Zaytun menganut sistempendidikan satu pipa ( one pipe education system), dari pendidikan pra sekolah (pendidikan usia dini), sampai perguruan tinggi, dimana setiap satuan pendidikan merupakan satu kesatuan yang tidak terpisahkan dengan satuan pendidikan lainnya. Pada tahun 1999, Al-Zaytun memulakan penyelenggaraan pendidikan dengan membuka sekolah menengah tingkat pertama (tsanawiyah) satu paket dengan sekolah menengah atas (Aliyah) selama 6 tahun. Selanjutnya pada thun 2005, setelah meluluskan angkatan pertamanya untuk tingkat atas (Aliyah), dibuka pendidikan dasar (Madrasah Ibtidaiyah) dan pada ahun 2007 duibuka pendidikan pra sekolah
57
(PAUD), selanjutnya tahun 2012 dibuka pendidikan tinggi yaitu Institut Agama Islam Al-Zaytun Indonesia (IAI ALAZIS).72 Di Al-Zaytun sendiri tidak hanya ada pendidikan formal saja tetapi juga ada pendidikan non formal dan berbagai macam kegiatan ektrakulikuler untuk para santri.
Gambar 3.1 Gedung pembelajan Usman bin Affan.
1. Pendidikan Non Formal Al-Zaytun juga melaksanakan pendidikan non formal bekerja sama dengan institusi dari luar negeri seperti ICDL (International Computer Driving License) dalam bidang sertifikasi penggunaan computer tingkat dasar dan NCC Education 72
Abdussalam Rasyidi Panji Gumilang, Al-Zaytun Pusat Pengembangan Budaya Toleransi dan Perdamaian, h. 35
58
United Kingdom dalam bidang studi computer melalui program ICCS (International Certificate in Computer Studies). Al-Zaytun juga menyelenggarakan pendidikan formal bagi usia dewasa (sekolah dewasa) baik untuk tingkat dasar (SD) dan menengah (SMP-SMA).73
Gambar 3.2 Kegiatan Pembelajaran Agict (ICDL). 2. Ekstra Kurikuler Beberapa wadah ekstra kurikuler yang dibentuk Al-Zaytun selain olah raga dan seni, antara lain ada OPAZ (Organisasi Pelajar Al-Zaytun), ada juga kelompok73
Abdussalam Rasyidi Panji Gumilang, Al-Zaytun Pusat Pengembangan Budaya Toleransi dan Perdamaian, h.35
59
kelompok ilmiah dan juga lajnah-lajnah lainnya. Adapan ekstra kurikuler yang terdapat di Al-Zaytun yaitu: a. Lajnah AGICT AGICT (Al-Zaytun Global Information and Communication Technology). Lajnah inilah yang menyelenggarakan pendidikan computer di Al-Zaytun seperti ICDL dan juga NCC. b. KPTH (Kegiatan Tim Pemuliaan Tanaman Hias) KPTH adalah wadah kegiatan bagi santri yang menyenangi dunia tanaman.Aktivitas Zaytun.Kegiatannya
dipusatkan meliputi
di
area
Laboratorium
pelatihan-pelatihan
dalam
Kultur
Jaringan
bidang
Al-
perbayakan
pembibitan, penanaman, pemeliharaan, dan pemanfaatan tanaman hias.Karya-karya santri diekspose dalam kegiatan pameran-pameran.74 c. Kelompok Ilmiah Pelajar (KIP) KIP merupakan wadah bagi santri untuk menyalurkan minat-minat tertentu dalam kegiatan ilmiah. Beberapa organisasi kegiatan ilmiah yang sudah terbentuk antara lain: Kelompok Ilmiah Fisika (KIF), Biologi Orang Muda Al-Zaytun (BOMZ),
74
Abdussalam Rasyidi Panji Gumilang, Al-Zaytun Pusat Pengembangan Budaya Toleransi dan Perdamaian, h. 66
60
Forum Studi Jurnalistik (FSJ), Language Community (LC), Jam‟iyyatu al-Qurro wa al-Huffadz dan lain-lain.75 d. OPAZ (Organisasi Pelajar Al-Zaytun) OPAZ adalah organisasi yang bertanggung jawab terhadap berbagai kegiatan yang diselenggarakan oleh siswa.Organisasi ini dipimpin oleh seorang presiden dan wakil presiden serta dibantu beberapa cabinet pelajar.Pengurus OPAZ dipilih secara demokratis oleh seluruh pelajar tingkat menengah. Untuk menjadi kandidat haruslah melalui beberapa seleksi dari 100 besar yang dipilih dari perwakilan konsulat lalu di seleksi lagi menjadi 10 besar dan siswa yang terpilih menjadi 10 besar akan dites mengenai kemampuan membaca Al-Qur‟an dan kemampuan berbahasa (Inggris dan Arab). Lalu para kandidat dipersilakan untuk berkampanyedan memberikan orasi di depan seluruh siswa, guru, dewan guru, dan syaikh Al-Zaytun. Barulah diadakan pemilihan raya oleh selurah siswa tingkat menengah secara demokratis.76 e. Pandu Pembela Umat dan Kemanusiaan (PPUK) dan Kepramukaan Kegiatan
yang
diselenggarakan
menitikberatkan
pada
pembinaan
kedisiplinan dan kepemimpinan.Seluruh santri wajib mengikuti kegiatan tanpa terkecuali dan menjadi persyaratan untuk menduduki organisasi pelajar.Pada
75
Abdussalam Rasyidi Panji Gumilang, Al-Zaytun Pusat Pengembangan Budaya Toleransi dan Perdamaian, h. 68 76 Abdussalam Rasyidi Panji Gumilang, Al-Zaytun Pusat Pengembangan Budaya Toleransi dan Perdamaian, h. 69
61
perkembangan berikutnya, Al-Zaytun pun menyelenggarakan kegiatan kepramukaan yang bersinergi dengan oraganisasi kepramukaan di Indonesia.77 f. PASKIBRA (Pasukan Pengibar Bendera) Pelajar yang tergabung dalam pskibra dibina secara intensif mengenai keterampilan
baris-berbaris,
pengetahuan
tentang
upacara,
dan
sikap-sikap
nasionalisme.Mereka senatiasa dilibatkan dalam setiap event yang diselenggarakan oleh Al-Zaytun.78 g. Olah Raga dan Seni KOSMAZ (Komite Olah Raga dan Seni Ma‟had Al-Zaytun) bertanggung jawab atas kegiatan olah raga dan seni di Al-Zaytun, baik dalam hal latihan rutin maupun penyelenggaraan event kejuaraan. Cabang-cabang olah raga yang diselenggarakan antara lain: sepak bola, bola basket, bola voley, hockey, tenis lapangan, tenis meja, bulu tangkis, atletik, senam, bela diri (karate, taekwondo, pencak silat), dan bersepeda. Sedangkan dalam bidang kesenian meliputi: seni tari (tari merak, tari topeng, tari ngeremo, tari saman, tari modern), seni musik (band, ensamble, qasidah,
77
Abdussalam Rasyidi Panji Gumilang, Al-Zaytun Pusat Pengembangan Budaya Toleransi dan Perdamaian, h. 72 78 Abdussalam Rasyidi Panji Gumilang, Al-Zaytun Pusat Pengembangan Budaya Toleransi dan Perdamaian, h. 75
62
terbangan, keroncong, karawitan), seni vocal (vocal group, nasyid, solo), seni rupa (melukis dan kaligrafi).79
Gambar 3.3 Stadion Palagan Agung, fasilitas untuk kegiatan ekstakurikuler santri. E. INFRASTRUKTUR Sebagai sebuah pusat pembelajaran Al-Zaytun memiliki infrastruktur dan juga fasilitas untuk menunjang segala aktifitas seluruh civitas yang berada di Al-Zaytun. Beberapa fasilitas yang ada di Al-Zaytun antara lain: 1. Fasilitas Ibadah: Masjid Al-Hayat, dan Masjid Rahmatan lil Alamin. 79
Abdussalam Rasyidi Panji Gumilang, Al-Zaytun Pusat Pengembangan Budaya Toleransi dan Perdamaian, h. 132
63
2. Fasilitas Pembelajaran: Gedung Abu Bakar Al-Shiddiq, Umar Ibnu AlKhaththab, Utsman Ibnu „Affan, Ali Ibnu Abi Thalib, Tan Sri Dato‟ Ismail Hussein, Jendral Besar HM. Soeharto, Perpustakaan Al-Zaytun. 3. Fasilitas Asrama Santri: Asrama Al-Musthafa, Al-Fajr, Al-Nur, AlMadani, Persahabatan 4. Fasilitas penunjang lainnya: Gedung Serbaguna Al-Akbar, Wisma Tamu Al-Islah, Mini Zeteso, Perkhidmatan Kesehaan, Pabrik Air Minum Hammayim, Garment, Kantin Umum, Kantin Santri, Kitchen dan Laundry, Toko Al-Zaytun, Barbershop, Warung Pos dan Wartel, Percetakan, Fotocopy, Gardu Listrik, Pabrikasi, Meubelr, Saik/Armada, Stadion Palagan Agung dan lainnya.
Gambar 3.4 Gedung Asrama Al-Fajr.
64
Gambar 3.5 Fasilitas laundry.
Gambar 3.6 Fasilitas umum (Koperasi).
65
F. HUBUNGAN MASYARAKAT Ma‟had Al-Zaytun sebagai pusat pendidikan, pengembangan budaya toleransi dan perdamaian senantiasa mengadakan hubungan baik dengan seluruh elemen masyarakat, baik tingkat lokal, nasional, regional, maupun internasional.Implementasinya dalam berbagai bentuk kegiatan seperti kegiatan sosial, budaya, pendidikan, ekonomi, politik, dan lain-lain.
66
BAB IV ANALISIS A. Strategi Humas (Public relations) Al-Zaytun Dalam Mempertahankan Citra Positif di Masyarakat Setiap organisasi atau perusahaan pasti memiliki program kerja untuk mencapai tujuan, baik itu untuk jangka panjang dan juga jangka pendek.Agar tercapainya semua program kerja dan juga tujuan itu dengan baik, haruslah ada strategi yang baik pula.Onong Udjana Effendi dalam bukunya Dinamika Komunikasi,
2004
mengemukakan
strategi
pada
hakikatnya
adalah
perencanaan (Planning), dan manajemen (management) untuk mencapai suatu tujuan.80Setiap organisasi atau perusahaan harus memiliki perencanaan, dan strategi yang matang.Dalam melakukan strategipun harus dengan menejemen yang baik pula untuk hasil tujuan bersama yang memuaskan. 1. Perumusan Strategi Dalam perumusan strategi, humas berusaha menemukan masalah-masalah yang terjadi dari peristiwa yang ditafsirkan berdasarkan konteks kekuatan, kemudian mengadakan suatu analisis mengenai kemungkinan-kemungkinan serta memperhitungkan pilihanpilihan dan langkah-langkah yang dapat diambil dalam gerak menuju kepada tujuan organisasi. 80
Onong Udjana Effendy, Dinamika Komunikasi, (Bandung: PT Rosdakarya,2004), Cet ke 4.
H. 29.
67
Dalam hal perumusan masalah untuk menentukan strategi apa yang akan digunakan oleh Al-Zaytun dapat dilihat dalam profile yang sudah peneliti paparkan dalam bab sebelumnya yang tertuang dalam motto Al-Zaytun yaitu “Pusat Pendidikan dan Pengembangan Budaya Toleransi Serta BudayaPerdamaian.” Peristiwa yang dihadapi Al-Zaytun adalah saat diberitakan mengenai keterlibatan Al-Zaytun dengan aliran sesat dan NII.Tetapi AL-Zaytun tidak memiliki yang strategi khusus untuk digunakan oleh pihak
Al-Zaytun
dalam
mempertahakan
citra
positifnya
di
masyarakat.Jadi kalau masalah citra seperti ini mereka menyerahkan semuanya kepada masyarakat itu sendiri.Karena yang pihak Al-Zaytun lakukan sendiri adalah dengan tetap menjalin silaturahmi dan juga tetap berbuat baik kepada siapa saja.Mengenai isu-isu yang beredar di masyarakat mengenai aliran sesat dan juga keterlibatannya dengan NII juga ditanggapi dengan terus berbuat baik dan mejaga tali silaturahim. Al-Zaytun tidak pernah memberikan statement apapun kepada media, karena mengutip dari hasil wawancara dengan Ketua Dewan Guru AlZaytun, “kalau seseorang berkata menjelek-jelekan Al-Zaytun dilawan dengan kata lagi hasilnya apa? Ya kata lagi, yang ada saling bantahmembantah, panas, rame, ribut.Tapi jika dibalas dengan kebaikan?Berbuat baik, berbuat baik.Melakukan program, melakukan inovasi, melakukan ekspansi, itu yang dilakukan.Nah maka yang sebelumnya memusuhi akan menjadi teman.”
68
Al-Zaytun sebagai pusat pendidikan berbasis agama Islam, meneladani kisah para Nabi dan Rasulullah, yang membalas semua kritikan bahkan ejekan para kaum quraisy dengan perbuatan baik. Maka sebagai balasannya orang lain juga akan berbuat baik pada kita.seperti kutipan hasil wawancara peneliti dengan ketua dewan guru Al-Zaytun, ”Kata allah dalam Al-Qur‟an idfa‟ billati hiya ahsan faidzallazi bainaka wa bainaku „ala wudu kaanahu waliyun hamid wama yulaqoha ilalldzina shobaru wama yulaqoha iladzuhatin adzim itu konsep illahi jadi konsep illahi itu jika ada seseorang yang melakukan atau yang menuduhkan, atau yang memberikan komentar, memberikan perkataan-perkataan dan tindakan yang tidak baik maka kata Allah idfa‟billati tolaklah semua kejelekan-kejelekan yang dilakukan orangorang itu bi ahsan dengan kebaikan, jadi engkau harus menolak kejelekan itu adalah harus dengan kebaikan. Jangan yang jelek dilawan dengan kejelekan lagi yaudah kehancuranyang akan terjadi.”
Menjaga tali silaturahmi juga menjadi salah satu strategi AlZaytun untuk terus berhubungan baik dengan para relasi, pemerintah, kawan, wali santri, civitas Al-Zaytun dan juga masyarakat. Menurut peneliti, strategi yang dipakai Al-Zaytun merupakan strategi yang relevan dengan salah satu teori yang sudah peneliti paparkan. Teori impression manajemen, teori ini menyebutkan bahwa setiap individu maupun organisasi dalam proses interaksi sosialnya tidak dapat lepas dari upaya membangun hubungan, mengidentifikasi lawan bicara, dan membangun citra. Al-Zaytun melaksakan strategi
69
tersebut sesuai dengan ajaran agama dan mencontoh dari sifat Nabi dan Rasulullah. Mengenai citra Al-Zaytun, “yang jelas tentu kita kembali kepada visi misi, visi itu kan satu pandangan jauh ke depan, jadi Al-Zaytun tidak hanya membangun citra tapi yang terpenting berbuat, nah berbuat itu kemudian terjadilah orang memberikan citra, tetapi kita tidak melakukan pencitraan, kalau pencitraan itukan berbuat munafik hanya ingin di casingnya baik tapi di dalamnya tidak. Kalau Al-Zaytun berbuat saja lalu orang membuat persepsi atau pandangan terhadap kita, maka kita konsisten dengan visi dan misi alzaytun sebagai pusat pendidikan pengembangan budaya toleransi dan budaya perdamaian, Itu yang dikembangkan. Pertama menempatkan diri sebagai pusat pendidikan, bagaimana Al-Zaytun disini sebagai sebuah kompleks pendidikan itu betul-betul berwujud menjadi pusat pendidikan yang dimana pusat pendidikan selalu berpikir ilmiah, berdasar ilmu, bukan berdasarkan isu, berdasarkan opini, bukan berdasarkan persepsi, tetapi selalu segala sesuatunya berdasar ilmu.”81
Dari kutipan wawancara diatas, Al-Zaytun mengatakan bahwa mereka melakukan strategi berbuat baik dan menjaga silaturahmi untuk tetap mejaga hubungan baik dengan khalayaknya.Mereka mempertahankan visi misi yang sudah dibangun sejak awal berdirinya Al-Zaytun. Dalam teori impression management ini, individu atau pun organisasi
dalam
interaksi
sosialnya
selalu
berupaya
untuk
menampilkan gambaran mengenai dirinya dan juga konsep dirinya di depan 81
khalayaknya.
Wawancara dengan Ali Aminullah,
Dalam
hal
ini
Al-Zaytun
menggunakan
70
silaturahmi dan juga berbuat baik dalam upaya menampilkan gambaran dan konsep diri Al-Zaytun kepada khalayaknya juga untuk mempengaruhi impresi khalayaknya. Kesan yang diberikan bahwa Al-Zaytun menganut aliran sesat dan NII tidak terlepas dari pengaruh pemberitaan dari media massa. Pemberitaan dari berbagai media yang mengarah ke arah yang negatif menggiring masyarakat untuk berpandangan yang negatif pula.Tetapi Al-Zaytun mengambil sisi positif dari pemberitaan tersebut, dengan adanya berita seperti itu banyak masyarakat yang penasaran dan akhirnya mencari tahu mengenai Al-Zaytun.Secara tidak langsung melalui pemberitaan tersebut menjadi media promosi bagi Al-Zaytun. Dalam
hal
ini,Al-Zaytun
mengambil
peluang
untuk
meningkatkan citra, karena menurut Johansson, teori impressiom management ini sering dikaitkan dengan situasi krisis.Krisis sendiri memiliki dua peluang untuk organisasi, pertama untuk meningkatkan citra, dan kedua kehilangan citra.Al-Zaytun mengambil peluang untuk meningkatkan citra, dengan memanfaatkan pemberitaan mengenai aliran sesat dan NII tersebut sebagai media promosi bagi Al-Zaytun. Dikutip dari wawancara peneliti dengan humas Al-Zaytun: “Apa masyarakat mau begitu saja mendegar informasi yang mengatakan bahwa Al-Zaytun sesat, kemudian dia menutup mata, telinga, untuk tidak klarifikasi, masyarakat yang cerdas pasti akan mengklarifikasi data ,trus mengecek kebenarannya sejauh mana, oh ternyata Departemen Agama sudah mengutus beberapa peneliti
71
berbulan-bulan untuk mengadakan survey disini. Tidak ditemukan satupun yang sesat, tidak ada.Departemen Agama sendiri sudah menemukan.Jadi kalau ada bahasa bagaimana, itu bagi kami di ambil sisi positifnya promosi gratis.” Setelah mengetahui strategi apa yang digunakan oleh AlZaytun yaitu dengan berbuat baik dan juga menjaga tali silaturahim, selanjutnya humas meperhitungkan dan juga menetapkan langkahlangkah yang akan diambil untuk mewujudkan tujuan humas, yaitu mempertahankan citra positif dimasyarakat. 2. Pelaksanaan Strategi Dalam pelaksanaan strategi sangat dibutuhkan komitmen dan kerja sama dari seluruh unit, tingkat dan anggota organisasi. Dalam hal ini Al-Zaytun seringkali melibatkan banyak elemen, mulai dari civitas Al-Zaytun, santri, sampai warga sekitar Al-Zaytun. Strategi Al-Zaytun yang pertama adalah berbuat baik, yang dimaksud dengan berbuat baik itu sendiri ialah melakukan hal-hal baik yang dapat membantu pihak lain dan memberikan feedback baik juga kepada Al-Zaytun. Beberapa bentuk pelaksanaan perbuatanbaik yang dijadikan strategi ini adalah sebagai berikut: 1. Dalam segi pendidikan Al-Zaytun sebagai pusat pendidikan selalu memberikan pendidikan, tidak hanya memberikan pelajaran
formal
di
dalam
kelas
saja
tetapi
72
jugamenambahkan pendidikanakhlak kepada para santri agar dapat terus menjadi pribadi yang lebih baik lagi. Al-Zaytun
juga
terus
berupaya
untuk
meningkatkatn kualitas pendidikan untuk
terus
memenuhi
standarInternational Organization For Standardization (ISO) seperti, mengikuti strandar pendidikan terbaru yang diterapkan dibidang
oleh
pemerintah,
akademik
maupun
meningkatkan non
akademik,
prestasi serta
memelihara lingkungan asrama, gedung pembelajaran, dan fasilitas pendukung lainnya yang bersih dan sehat. 2. Bakti sosial. Meskipun setelah munculnya isu negatif di masyarakat tentang Al-Zaytun, hal tersebut tidak membuat pihak Al-Zaytun berhenti untuk melakukan kegiatan bakti social yang sudah menjadi rutinitasnya. Bakti sosial inidiadakansaat Idul Adha, menjelang Idul Fitri dan juga saat 1 Muharram (Tahun Baru Islam). Dalam pelaksanaannya, Al-Zaytun bekerja sama dengan pejabat pemerintahan sekitar tingkat kelurahan, RT dan RW setempat demi tercapainya bakti sosial yang tepat sasaran. Dalam melaksanakan program ini Al-Zaytun juga melibatkan santri dan guru-guru agar memiliki kontak dan membangun hubungan sosial dengan masyarakat sekitar
73
lingkungan Al-Zaytun yang merupakan sasaran dari bakti sosial ini. 3. Undangan doa bersama menyambut tahun baru Islam.Saat menjelang 1 Muharram Al-Zaytun mengundang warga sekitar untuk datang ke Al-Zaytun dan berkumpul di Masjis Al-Hayat untuk mendengarkan tausyiah dan melakukan doa bersama dalam rangka menyambut tahun baru Islam. 4. Al-Zaytun juga mengadakan hiburan untuk para santri, tamu, warga sekitar, dan juga seluruh civitas Al-Zaytun. Hiburan ini biasanya diisi dengan malam apresiasi seni yang diadakan oleh santri-santri yang menampilkan beberapa pementasan seni seperti bernyanyi, band, nasyid, tarian tradisional, dan mengundang pekerja seni ibu kota untuk datang dan menghibur seluruh civitas Al-Zaytun. 5. Dalam perayaan muharram juga Al-Zaytun seringkali mengundang pejabat, pemuka agama, tokoh masyarakat dan tamu besar lainnya seperti Presiden ke 2 Indonesia Bapak H.M Soeharto, Presiden ke 3 B.J Habibie, Wakil Presiden ke 5 Jusuf Kalla, Menteri Agama, dan tamu lainnya untuk bersilaturahim bersama dengan seluruh civitas Al-Zaytun. Kegiatan ini juga merupakan salah satu strategi Al-Zaytun
dalam mempertahankan citra di
74
masyarakat yaitu dengan menjalin silaturahmi yang baik dengan seluruh element masyarakat.
Gambar 4.1 Kehadiran Jend.Besar Purn.H.M Soeharto (Presiden RI ke-2) dalam peringatan tahun baru islam 1 Muharram 1427 H/ 31 Januari 2006. 6. Al-Zaytun juga bekerja sama dengan warga sekitar lingkungan Al-Zaytun dalam Paguyuban Petani Penjaga Ketahanan Pangan Indonesia (P3KPI). Paguyuban petani ini adalah petani yang ada di sekeliling Al-Zaytun. Lahan Al-Zaytun di garap oleh para petani dengan cara bekerja sama. Disamping itu mereka juga menjadi pengamat ketahanan pangan. Dengan adanya program ini Al-Zaytun berharap dapat meningkatkan kualitas kehidupan petani
75
sekitar
lingkungan
Al-Zaytun
dan
berkontribusi
mensejahterakan kehidupan petani Indonesia. Untuk menjalankan strateginya ini Al-Zaytun juga bekerja sama dengan departemen lainnya yang ada di Al-Zaytun. Tetapi, setiap strategi pasti ada tantangannya tersendiri. “seperti sumber daya manusia (SDM), kita memiliki keterbatasan itu. Tuntutan yang semakin besar, tuntutan pekerjaan yang semakin besar, sementara kan yang punya kemampuan tidak semua orang” Dikutip dari wawancara dengan humas Al-Zaytun bahwa AlZaytun memiliki hambatan di sumber daya manusianya.Menurut data santri yang masuk ke Al-Zaytun yang peneliti dapatkan dari pihak AlZaytun memang terjadi kemerosotan yang cukup signifikan. TH. AJARAN Angkata Thn n 7 2005
Mendaftar
Diterima R
N
Jumlah
278
Jumla h 630
323
253
576
R
N
352
8
2006
284
253
537
260
240
500
9
2007
234
187
421
196
160
356
10
2008
248
200
448
218
180
398
11
2009
222
156
378
198
145
343
12
2010
164
166
330
153
163
316
13
2011
155
153
308
149
151
300
14
2012
179
148
327
171
148
319
15
2013
252
216
468
244
216
460
16
2014
285
214
499
274
209
483
17
2015
273
282
555
273
280
553
Grand Total
2.648
2.253
4.901
Tabel 4.1
2.459
2.145
4.604
76
Jumlah Santri Ma’had Al-Zaytun Tahun 2005-2015 Sumber: Database Kesekretariatan Al-Zaytun
Dapat dilihat bahwa titik terendah adalah saat tahun 2011, yang diketahui bahwa ketika itu Al-Zaytun sedang diberitakan menganut aliran sesat dan juga keterkaitannya dengan NII.Jelas sekali bahwa pemberitaan saat itu sangat mempengaruhi masyarakat sehingga jumlah santri yang masuk pada tahun 2011 sangat sedikit dibandingkan tahun-tahun sebelumnya. “Nah dari 2011 itu titik terendah.Kalau kita lihat grafik kemajuan pelajar itu dari ada penurunan dan titik yang paling rendah itu 2011.Memang betul itu hanya 300 orang.” Dari kutipan wawancara peneliti dengan ketua dewan guru AlZaytun menyatakan bahwa Al-Zaytun mengakui bahwasannya tahun 2011 itu memang titik yang paling rendah selama Al-Zaytun berdiri. Menurut data yang peneliti peroleh dari pihak Al-Zaytun yang telah peneliti bahas sebelumnya terjadi kenaikan jumlah santri yang masuk setiap tahunnya terhitung mulai dari tahun 2012. Kenaikan jumlah
santri
tersebut
merupakan
sebuah
kemajuan
setelah
sebelumnya sempat berada dititik terendah yaitu pada tahun 2011.Maka, dapat dikatakan bahwa Al-Zaytun masih dipercaya oleh masyarakat
untuk
menyekolahkan
anak-anaknya
di
Al-
Zaytun.Kepercayaan masyarakat timbul dari citra yang terbentuk oleh masyarakat, yang secara umum citra diartikan sebagai kesan seseorang
77
tentang
suatu
yang
muncul
dari
hasil
pengetahuan
dan
pengalamannya. Seperti salah satu jenis citra menurut Frank Jeffkins yaitu citra baik dan buruk.Citra yang baik sebenarnya dapat dimunculkan kapan saja sekalipun dalam keaadan yang buruk seperti sedang tertimpa musibah atau sesuatu yang buruk. Caranya tentu saja dengan menjelaskan secara jujur apa yang menjadi penyebab, baik itu informasi yang salah maupun prilaku yang keliru. Dalam hal ini AlZaytun mengaku tidak mengklarifikasi apapun kepada media, justru karena pemberitaan ini Departemen Agama menurunkan beberapa peneliti untuk meneliti Al-Zaytun dan mencari jawaban dari berita tersebut, dan tidak ditemukan hal-hal seperti yang ada di dalam pemberitaan di media massa.82 Maka, Departemen Agama yang menyatakan bahwa Al-Zaytun tidak ada kaitannya dengan Aliran Sesat dan juga NII. Seperti kutipan wawancara peneliti dengan Ketua Dewan Guru Al-Zaytun berikut ini, “Allah pasti kan melindungi orang-orang mukmin yang berbuat baik.yang jelas Al-Zaytun tidak pernah berhenti bersilaturahmi pada siapa pun. Nah, buah dari silaturahmi ini ternyata Menteri Agama saat itu datang, beliau ini lah yang memberikan statement yang menjadi salah satu sahabat yang memberikan kesaksian terhadap apa yang dilakukan. Menteri Agama memberikan pernyataan itu bukan asal-asalan.Beliau sebelumnya menurunkan peneliti, melakukan 82
http://www.antaranews.com/berita/258692/silakan-buktikan-al-zaytunterkait-nii
78
investigasi, melakukan pengamatan secara langsung.Dari penelitian, investigasi, pengamatan, diambilah sebuah kesimpulan.Ini adalah lembaga pendidikan maka beliau datang kesini dan beliau memberikan satu pembelaan terhadap Al-Zaytun bahwa Al-Zaytun adalah aset umat yang memiliki satu cita-cita yang membangun jauh generasi kedepan.”
Gambar 4.2 Kunjungan Drs. H. Suryadharma Ali, M.Si ke Al-Zaytun. Dalam proses pembentukan citra menurut John S. Nimpoeno dimana citra sendiri digambarkan melalui sebuah proses persepsikognisi- motivasi- sikap.Prosestersebut merupakan tahap pembentukan citra, sedangkan inputnya adalah stimulus yang diberikan dan outputnya adalah tanggapan atau prilaku tertentu. Jika dikaitkan dengan penelitian ini, proses pembentukan citra diawali dengan adanya stimulus berupa usaha pihak Al-Zaytun dalam membuka diri dan membangun hubungan sosial yang baik dengan
79
masyarakat. Munculnya stimulus tersebut pun kemudian memicu terbentuknya persepsi yang baik tentang Al-Zaytun dimata masyarakat hingga memperngaruhi kognisi dan pola pikir mereka terkait dengan isu negatif yang beredar tentang Al-Zaytun. Kemudian terbentuklah motivasi yang diperoleh dari proses kognisi tersebut yang mendorong mereka hingga menghasilkanoutput berupa sikap dan perilaku positif yang berimbas pada terbentuknya citra positif Al-Zaytun di mata masyarakat. 3. Evaluasi Strategi ”Intinya kami dalam manajemen apapun, ada planning, organizing, actuating, controling, evaluating, merupakan system yang harus di taati dan dilaksanakan.”83
Setelah
melaksanakan
strategi,
perlu
diadakan
evaluasi.Evaluasi ini dilakukan untuk mengetahui apakah tujuan dari strategi organisasi sudah dicapai atau belum. Juga supaya mengetahui apa saja hambatan dan tantangan yang dihadapi dalam mencapai tujuan strategi. Agar kedepannya dapat diperbaiki dan diantisipasi semua hambatan dan tantangan tersebut. Evaluasi di Al-Zaytun dilakukan secara berkala yaitu mingguan dan harian.Dalam evaluasi mingguan Al-Zaytun diadakan setiap hari Jumat setelah Shalat Jumat.Evaluasi ini meliputi hal-hal 83
Wawancara denga humas Al-Zaytun
80
yang berkaitan dengan kegiatan dalam sepekan atau program yang sudah terlaksana.Untuk evaluasi kegiatan perharinya diadakan setiap pagi sebelum masuk kelas di sekolah.Evaluasi sekaligus briefing pagi ini berisikan evaluasi hari kemarin dan informasi untuk santri.
B. Peran dan Fungsi Humas Al-Zaytun dalam Mempertahankan Citra Peran dan fungsi humas saat ini semakin berkembang seiring dengan semakin tumbuhnya kesadaran pentingnya peran dan fungsi humas dalam masyarakat dan berbagai lembaga maupun organisasi yang membutuhkan peran humas dalam mengatasi berbagai persoalan. Sifat humas yang fleksibel juga menjadi bagian penting dalam membatasi definisi dari para praktisi humas. Salah satu definisi humas menurut Frank Jeffkins, Humas atau Public Relation (PR) adalah semua bentuk komunikasi yang terencana, baik itu ke dalam, maupun ke luar, antara suatu organisasi dengan semua khalayaknya dalam rangka mencapai tujuantujuan spesifik yang berlandaskan pada saling pengertian. Pentingnya menjalin komunikasi yang baik dengan pihak internal maupun eksternal organisasi agar tercapainya rasa saling pengertian antara organisasi dengan masyarakat. Dalam hal ini peran humas Al-Zaytun menjadi bagian yang penting, karena humas sendiri yang menjadi perantara antara pihak dalam dan juga pihak luar organisasi.Citra organisasi sendiri sangat penting dalam
81
kelangsungan program-program dan pendidikan di Al-Zaytun. Al-Zaytun sebagai pusat pendidikan tidak akan bisa berjalan jika tidak ada murid dan juga pendidik. Menjalin komunikasi yang baik dengan wali santri dan meningkatkan kualitas dari segi pendidikan, akhlak, juga aspek lainnya. Berdasarkan hasil wawancara dengan wali santri Tini pada tanggal 9 Februari 2016 dikediamannya, yang mengatakan bahwa ia merasa puas dengan keputusanya menyekolahkan anaknya di Al-Zaytun. Karena, ia merasa setelah anaknya lulus dari sana anaknya menjadi lebih mandiri, dan terlihat sosok kepemimpinannya. Dengan adanya kepuasan yang diterima oleh wali santri atas kualitas pendidikan yang diterima oleh anaknya menjadi salah satu alasan wali santri untuk percaya menyekolahkan anak-anak mereka di AlZaytun. Begitu juga dengan hasil wawancara dengan wali santri Umy pada tanggal 21 Februari 2016 dikediamannya, yang mengatakan bahwa ia mempercayai Al-Zaytun sebagai sekolah untuk ke empat anaknya. Pada saat ia menyekolahkan anaknya yang pertama Alif pada tahun 2005 ia merasakan kepuasan atas berkembangnya bakat yang dimiliki oleh anaknya, dan meningkatnya kedisplinan anaknya, serta baiknya kondisi jasmani dan rohaninya. Atas dasar kepuasan yang ia terima pada anaknya yang pertama, maka ia juga menyekolahkan ketiga anaknya pada tahun 2007, 2009, dan 2013 di Al-Zaytun.
82
Seperti yang telah dipaparkan sebelumnya, bahwa Al-Zaytun sempat diterpa berita negatif mengenai aliran sesat dan juga keterkaitan Al-Zaytun dengan NII.Namun dapat dilihat dalam hasil wawancara dengan wali santri bahwa mereka tetap percaya untuk tetap menyekolahkan anak-anak mereka disana, karena yang mereka dapat melihat sendiri bahwa anak-anak mereka tidak mendapatkan ajaran sesat saat bersekolah disana.Berdasarkan hal tersebut, dapat ditarik kesimpulan bahwa citra Al-Zaytun tetap baik meskipun banyak diterpa berita negatif. Cara lainnya yang dilakukan pihak Al-Zaytun dalam mempertahankan citra positifnya adalah dengan terus menciptakan prestasi baik di dalam lingkungan Al-Zaytun maupun masyarakat. Beberapa prestasi akademik dan non akademik telah diraih oleh Al-Zaytun antara lain: A. Prestasi akademik 1. Juara I, Kompetisi Sains Madrasah (KSM) tingkat Nasional mata pelajaran Fisika (2014). 2. Juara III, KSM tingkat Nasional mata palajaran Biologi (2015). 3. Juara Umum KSM 2016 untuk mata pelajaran Matematika, Kimia, Fisika, Biologi, Geografi dan Ekonomi (semuanya Juara I) tingkat Kabupaten. 4.
Global High Achiever untuk (Richard Kurniawan) tingkat Asia.
5.
Juara I Dunia dan Asia (Ainal Akmal) L3DC (Level 3 Diploma in Computing).
B. Prestasi non akademik
83
1. Juara I Lomba Pidato Tingkat Nasional (Bahasa Arab, Bahasa Inggris, dan Bahasa Indonesia) di POSPENAS I (2001). 2. Juara I Qosidah tingkat Nasional di POSPENAS I (2001). 3. Juara I Silat tingkat Nasional di POSPENAS I (2001). 4. Juara I Hockey tingkat Nasional dan mewakili Indonesia dikejuaraan tingkat Internasional. 5. Juara I (4 kali berturut-turut) Sepak Bola LPI tingat kabupaten Indramayu.
Gambar 4.3 Juara 1 dalam kompetisi sains madrasah (KSM)
84
Gambar 4.4 Tim MA Al-Zaytun Juara 1 LPI Tingkat SMA/MA/SMK Piala Bupati Indramayu 2015.
Gambar 4.5 Tim Hoki Al-Zaytun
85
BAB V PENUTUP A. Kesimpulan Setelah menjelaskan dan menganalisis dari penelitian yang dipaparkan pada bab-bab sebelumnya, dan diperkuat dengan wawancara langsung dan tidak langsung, maka dapat disimpulkan bahwa strategi public relations Ma‟had Al-Zaytun dalam mempertahankan citra positif dimasyarakat adalah sebagai berikut: 1. Humas Ma‟had Al-Zaytun dalam peranannya untuk menjaga, dan mempertahankan citra positif di masyarakat memiliki strategi yang didasari dengan mencontoh sikap nabi dan rasulullah Muhammad SAW. Strateginya yaitu dengan tetap berbuat baik dan juga menjaga silaturahmi. Untuk menjalankan strateginya tersebut Al-Zaytun bekerja sama dengan seluruh civitas di Al-Zaytun dan mewujudkannya dengan programprogram yang ada, seperti bakti sosial ke daerah-daerah sekitar lingkungan Al-Zaytun, mengundang relasi organisasi, dan juga warga sekitar untuk bersilaturahmi. Program-program ini diadakan untuk menjalin hubungan yang baik dengan masyarakat dan juga relasi organisasi.
86
2. Dalam perjalanannya, Al-Zaytun mengalami krisis dimana AlZaytun diterpa pemberitaan negatif yang menyebutkan bahwa Al-Zaytun memiliki keterkaitan dengan NII dan juga aliran sesat. Dengan munculnya berita tersebut membuat masyarakat mendesak pemerintah untuk mengusut kebenaran berita tersebut. Hingga akhirnya menteri agama mengutus beberapa peneliti untuk meneliti dan mempelajari Al-Zaytun yang menghasilkan informasi bahwa Al-Zaytun tidak ada kaitannya dengan NII dan juga tidak ditemukan ajaran sesat. Informasi ini diumumkan langsung oleh Suryadharma Ali selaku menteri agama saat itu. 3. Al-Zaytun mengaku tidak pernah melakukan klarifikasi apapun, mereka hanya terus berbuat baik dan tetap menjalin silaturahmi, karena Al-Zaytun sadar bahwa citra itu dibangun dan
dibentuk
berdasarkan
dari
pengalaman
dan
juga
pengetahuan dari masyarakat itu sendiri. 4. Jelas terlihat bahwa strategi yang dipakai oleh Al-Zaytun, membuat mereka dapat bertahan dan mepertahankan citra positif di masyarakat, yang ditunjukan dari masih banyak wali santri yang percaya menyekolahkan anaknya di Al-Zaytun yang berimbas pada data yang mengatakan bahwa terjadi
87
peningkatan jumlah peserta didik dari tahun ke tahun. Walaupun sempat mengalami penurunan jumlah peserta didik. B. Saran 1. Peneliti menyarankan Al-Zaytun untuk lebih terbuka kepada masyarakat agar tidak memicu rasa penasaran hingga kadang dapat menimbulkan kesalahpahaman terhadap Al-Zaytun. 2. Memiliki sarana informasi yang resmi dan akurat yang berisi informasi seputar Al-Zaytun beserta kegiatan-kegiatannya, karena peneliti melihat website yang dimiliki Al-Zaytun saat ini kurang dikelola dengan baik. 3. Humas Al-Zaytun terus membangun jaringan alumni yang resmi dan terkoordinir agar Al-Zaytun dapat membuat kegiatan-kegiatan positif lainnya yang melibatkan alumnialumni yang tersebar di kota-kota di Indonesia.
88
DAFTAR PUSTAKA Sumber buku Anggoro, M. Linggar. Teori dan Profesi Kehumasan Serta Aplikasinya di Indonesia.Jakarta:PT. Bumi Aksara, 2000. Burhan Bungin, Analisis Data Penelitian Kualitatif, Jakarta: PT Raja Graffindo, 2006. Burhan Bungin, Sosiologi Komunikasi (Teori, Paradigma, dan Discourse Teknologi Komunikasi di Masyarakat), Jakarta: Kencana Prenada Media Group, 2008. Butterick, Keith. Pengantar Public Relations Teori dan Praktek.Jakarta: PT Raja GrafindoPersada 2012. Effendy, Onong Uchjana. Hubungan Masyarakat Suatu Studi Komunikologis, Bandung:PT Remaja Rosdakarya, 2006. Gumilang Abdussalam Rasyidi Panji, Al-Zaytun Pusat Pedidikan Pengembangan BudayaToleransi dan Perdamaian, Indramayu: Percetakan Al-Zaytun,2013. Moore, Frazier.Humas membangun citra dengan komunikasi.Bandung:PT RemajaRosdakarya Offset, 2009. Imam Gunawan, Metode Penelitian Kualitatif: Teori dan Praktik, Jakarta: PT Bumi Aksara ,2013. Jefkins, Frank dan Yadin, Daniel.Public Relations edisi kelima Jakarta: Erlangga, 2003. Kamus Besar Bahasa Indonesia edisi ketiga, Jakarta: Balai Pustaka, , cet ke 4. 2007. Lexy J. Moloeng, Metodelogi Penelitian Kualitatif, Bandung: Rosdakarya, 2001. Mutopo, Ali. Strategi Kebudayaan. Jakarta: Center for strategic and Internationalstudies-CSIS, 1978.
89
Kriyanto, Rachmat. Teori Public Relations Perspektif Barat dan Lokal Aplikasi Penelitiandan Praktek.Jakarta: Kencana Prenada Media Group, 2004. Nurjaman, Kadar, dan Umam, Khaerul. Komunikasi dan Public Relations Panduan UntukMahasiswa, Birokrat, dan Praktisi Bisnis. Bandung: CV Pustaka Setia, 2012. Nova, Firsan.Crisis Public Relations Strategi PR Menghadapi Krisis, Mengelola Isu,Membangun Citra, dan Reputasi Perusahaan. Jakarta: PT Raja Grafindo Persada,2011. Oliver, Sandra. Public Relaion Strategy. Jakarta:Erlangga. 2007. Ruslan, Rosadi. Manajemen Public Relations & Media Komunikasi. Jakarta: PT Rajagrafindo persada, 2014. Soemirat, Soleh, dan Ardianto, Elvinaro. Dasar – Dasar Public Relations. Bandung: PT Remaja Rosdakaya, 2008. Data media online http://www.al-zaytun.sch.id/, diakses tanggal 20 Mei 2016. http://news.okezone.com/read/2011/05/12/340/456177/inilah-komentar-santri warga-tentang-al-zaytun diakses tanggal 28 Juni 2016 http://www.bbc.com/indonesia/berita_indonesia/2011/05/110511_depag_nii_zaytun. htmldiakses tanggal 28 Juni 2016
http://www.antaranews.com/berita/258692/silakan-buktikan-al-zaytun-terkait-nii diakses tanggal 28 Juni 2016 http://news.detik.com/berita/1637494/mui-temukan-kaitan-al-zaytun-nii-kw-9 minta-panji-gumilang-diklarifikasi?n990102mainnewsdiakses tanggal 28 Juni
2016 mui.or.id/homepage/berita/berita-singkat/mui-lihat-kaitan-pemimpin-al-zaytun-a nii-kw-9-jangan-asal-datang.html diakses tanggal 28 Juni 2016
Data wawancara Wawancara dengan Ust.Ali Aminullah, Ketua Dewan Guru Ma‟had Al-Zaytun, Rabu 27Januari 2016 di Ma‟had Al-Zaytun. Wawancara dengan Ust.Anang Sundayana, Penanggung Jawab Humas Ma‟had Al-Zaytun,Kamis 28 Januari di Ma‟had Al-Zaytun.
90
Wawacara dengan Tini S.Pd, Wali Santri Ma‟had Al-Zaytun, Jumat 19 Februari 2016dikediamannya, Pamulang. Wawancara dengan Umy Sumiati, Wali Santri Ma‟had Al-Zaytun, 21 Februari 2016dikediamannya, Pondok Indah. Skripsi Ali Aminullah, 2011, “Model Pendidikan Toleransi Beragama Bagi Pelajar SekolahMenengah” (Studi Pelaksanaan Pendidikan HAM di Ma‟had Al Zaytun).Yogyakarta: Program Pasca Sarjana Magister Studi Islam UniversitasMuhammadyah Yogyakarta. Fitri Silviah, 2014, “Strategi Humas Front Pembela Islam (FPI) Dalam Memperbaiki CitraPublik Melalui Media Massa”, Jakarta: Program Sarjana UIN Syarif HidayatullahJakarta. Ruhiyanah Fakultas, 2013, “Strategi Komunikasi Public Relations PT. Asuransi TakafulKeluarga Dalam Membangun Citra Perusahaan”, Jakarta: Program Sarjana UINSyarif Hidayatullah Jakarta.
TRANSKIP WAWANCARA Nara Sumber
: Ali Aminullah, S.Ag, M.Pd.I
Jabatan
: Ketua Dewan Guru Mahad Al-Zaytun
Tanggal Wawancara : 27 Januari 2016
T: Asalamuaikum, abi namanya lengkapnya siapa? J: AliAminullah T: Oke bi saya mulai saja ya wawancaranya? J: Ya, silahkan. T: Al-Zaytun ini kan di kenal sebagai sebuah pesantren yang besar yang memiliki fasilitas yang lengkap, bagaimana cara Al-Zaytun merintis semua yang telah di bangun ini? J: Yang jelas Al-Zaytun ini di bangun oleh yayasan pesantren indonesia (YPI) secara kelembagaan di dirikan tahun 1995 oleh syaikh Al-Zaytun beserta dengan sahabat-sahabatnya yang memiliki satu cita cita bagaimana memberikan kontribusi terhadap bangsa indonesia ini untuk memberi perbaikan khususnya di bidang pendidikan, karena sebuah negara itu baik buruknya itu akan di tentukan oleh sumberdaya manusianya, dan sumberdaya manusianya ini tentu di tentukan oleh bagaimana pendidikannya. Jadi siapapun dia yang ingin berkontrinbusi terhadap pembangunan negara ya satu diantara yaitu dengan sumberdaya manusianya sebab man behind the gun bahwa segala sesuatu itu tergantung kepada manusianya. Sekaya apapun indonesia ini sumberdaya alamnya sebanyak apapun kalau SDMnya itu tidak amanah,tidak berkualitas, tidak memiliki jiwa membangun maka kekayaan ini tidak akan bermakna banyak. Nah, oleh sebab itu syaikh Al-Zaytun dan sahabat-sahabatnya berkomitmen untuk memberikan kontribusi dengan cara mendirikan sebuah lembaga pendidikan. Itulah yang menaungi namanya yayasan pesantren indonesia YPI. Dan baru tahun 1996 itu mulai merintis pembangunan fisik, infrastruktur, dan yang lainnya. Lalu tahun 1999 sudah dimulai proses pelaksanaan pendidikan dari tingkat menengah, jadi menggunakan jalan memintas, menengah dulu, yaitu SMP kelas 7. Nah itulah awalnya setelah itu terus berjalan. Setelah 6 tahun proses pendidikan ini telah menghasilkan lulusan maka barulah Al-Zaytun mendirikan yang dibawah yaitu SD dengan harapan bahwa lulusan Al-Zaytun itu ikut berkontribusi untuk membantu melakukan kegiatan pendidikan yang disebut dengan guru sandaran. Maka dari lulusan AlZaytun inilah kemudian membantu, lalu ke atasnya di bangun perguruan tinggi dan sampai sekarang semuanya sudah berjalan. Nah seperti itulah gambaran garis besarnya. Kalau ingin lengkapnya lihat saja di company profilenya. T: Selama ini Al-Zaytun sering dikaitkan dengan isu aliran sesat dan juga keterkaitan dengan NII bagaimana tanggapan abi sendiri mengenai isu tersebut?
J: Kata allah dalam Al-Qur‟an idfa’ billati hiya ahsan faidzallazi bainaka wa bainaku ‘ala wudu kaanahu waliyun hamid wama yulaqoha ilalldzina shobaru wama yulaqoha iladzuhatin adzim itu konsep illahi jadi konsep illahi itu jika ada seseorang yang melakukan atau yang menuduhkan, atau yang memberikan komentar, memberikan perkataan-perkataan dan tindakan yang tidak baik maka kata laah idfa‟billati tolaklah semua kejelekan-kejelekan yang dilakukan orang-orang itu bi ahsan dengan kebaikan, jadi engkau harus menolak kejelekan itu adalah harus dengan kebaikan. Jangan yang jelek dilawan dengan kejelekan lagi yaudah kehancuranyang akan terjadi. Tetapi prinsipnya yang dilakukan oleh syaikh Al-Zaytun tolaklah segala macam kejelekan itu seperti kejelekan inikan perkataan, fitnah, profokasi, da berbagai hal itu di tolak, di tahan dengan kebaikan. Maka faidzallazi baikana wa bainaku ‘ala wudu maka hasilnya, yang awalnya mereka itu adalah “miring” yang awalnya mereka itu adalah minor kaanahu waliyun hamin mereka akan menjadi teman dekat wama yulaqola ilalladzina shobaru itu tidak akan bisa terjadi kecuali oleh orang-orang yang sabar wama yulaqoha illaldzuhatin adzim dan itu tidak bisa dilakukan kecuali oleh orang yang memiliki tekad yang besar. Nabi Muhammad dulu kalau kita lihat sejarah beliau di cemooh atau di puji? Di cemooh, dilempar, di usir. Nabi Musa? Sama. Para nabi coba, Nabi Ibrahim? Coba kita lihat sejarah para Nabi yang membawa risalah kebaikan selalu ada tantangan. Syaikh menyadari ketika seseorang punya idealisme ketika kita ingin satu kebaikan maka akan ada tantangan. Maka konsepnya menghadapinya tadi idfa’ billati hiya ahsan maka cara menghadapinya, syaikh dengan berbuat, berbuatlah maka Allah, Rasul, dan orang mukmin akan melihat hasilnya.jadi kalau seseorang berkata menjelek-jelekan Al-Zaytun di lawan dengan kata lagi hasilnya apa? Ya kata lagi, yang ada saling bantah membantah, panas, rame, ribut. Tapi jika dibalas dengan kebaikan? Berbuat baik, berbuat baik. Melakukan program,melakukan inovasi, melakukan ekspansi, itu yang dilakukan. Nah maka yang sebelumnya memusuhi akan menjadi teman. Banyak dulu jaman rasulullah, umar bin khatab yang dulunya musuh kemudian menjadi sahabat. Dan banyak lagi yang lainnya. Itu konsep ajaran illahi. Itulah sunnah rasul. Nah maka kita sebagai umat islam harus mengikut pada sunnah rasul dan mengikuti padapetunjuk allah. Begitulah caranya. T: Beberapa tahun lalu pada 2011 itu kan banyak di media tentang Al-Zaytun dan NII, strategi dari humasnya Al-Zaytun sendiri untuk mengatasinya itu bagaimana? J: Kita tentunya, Allah pasti kan melindungi orang-orang mukmin yang berbuat baik.yang jelas Al-Zaytun tidak pernah berhenti bersilaturahmi pada siapa pun. Nah, buah dari silaturahmi ini ternyata menteri agama saat itu datang, beliau ini lah yang memberikan statement. Yang menjadi salah satu sahabat yang memberikan kesaksian terhadap apa yang dilakukan. Meteri agama memberikan pernyataan itu bukan asal-asalan. Beliau sebelumnya menurunkan peneliti, melakukan investigasi, melakukan pengamatan secara langsung. Dari penelitian, investigasi, pengamatan, diambilah sebuah kesimpulan. Ini adalah lembaga pendidikan maka beliau datang kesini dan beliau memberika satu pembelaan terhadap alzaytunbahwa Al-Zaytun adalah aset umat yang memiliki satu cita-cita yang membangun jauh kedepan generasi . itulah dengan silaturahim. Jadi strateginya adalah dengan melakukan silaturahim, terus melakukan kebaikan. Nah dari 2011 itu titik terendah. Kalau kita lihat grafik kemajuan pelajar itu dari ada penurunan dan titik yang paling rendah itu 2011.
Memang betul itu hanya 300 orang Mts. Tapi dari sanalah kemudian naik lagi sekarang sudah 500 orang per angkatan. Sekali lagi strateginya adalah terus melakukan kebaikan. T: Lalu media yang dipakai Al-Zaytun untuk menyampaikan pesan, visi, dan juga misi AlZaytun kepada masyarakat apa saja? J: Banyak, jadi momentum-momentum seperti halnya, kita kan punya website, punya majalah, ada juga beberapa media televisi yang datang kesini. Indosiar waktu itu pernah meliput dalam khazanah pesantren. Itu kira kira yang membantu masuk dari para walisantri. Dan yang paling banyak membantu adalah para wali santri, termasuk juga alumni, coba anda lihat di facebook tentang yang menhujat-hujat Al-Zaytun? Siapa yang melawan? Ya alumni. Kenapa? Karena mereka tau disini. Kalau yang menghujat itu kan yang tidak pernah datang kesini. Yang memberikan jawaban itukan alumni. Al-Zaytun tidak menjawab para alumnilah yang menjawab karena mereka tau, sehari-hari disini apa yang di omongkan itu tidak benar. Disamping itu juga media yang pakai itu terus silaturahim,saat momen pesta demokrasi di indonesia, disitu kita bisa lebih dekat denganmasyarakat, paling tidak masyarakat jabar 8 indramayu, cirebon, berbondong-bondong kesini di undang diberikan penjelasan, dan mereka banyak yang salah paham tentang Al-Zaytun, dan baru tau tentang Al-Zaytun, itu momentum, jadi tidak semata-mata kegiatan partai politik tapi yang jauh lebih penting itu bagaimana memberikan informasi yang benar tentang al-zaytun. Momentum itu juga bisa di jadikan salah satu media. Dan sekarang kita ada suatu perkumpulan masyarakat ormas jamaah tabaqo mereka itu adalah tokoh masyarakat dari indramayu, cirebon, yang merajut silaturahmi, pengajian ibu ibu juga, termasuk didalam dunia pertanian hari ini Al-Zaytun bekerjasama dengan masyarakat dalam paguyuban petani penjaga ketahanan pangan indonesia P3KPI mereka itu adalah petani yang ada di sekeliling Al-Zaytun. Lahan AlZaytun yang 1000ha di garap oleh para petani dengan cara bekerja sama. Nah, mereka itulah yang menjadi penopang pengadaan pangan disamping juga menjadi pengamat seluruh asetaset yang ada disini merekalah juga yang memberikan jawaban terhadap masyarakat dilingkungan yang masih salah paham, itu juga menjadi salah satu media yang memberikan informasi yang benar. T: Lalu apa saja faktor penghambat dan pendukung dalam melaksanakan program-program Al-Zaytun? J: Yang jelas faktor pendukung ini ada banyak hal, pertama situasi dan kondisi, situasi dan kondisi hari ini yang banyak problematika sosial yang terjadi di masyarakat khususnya di kalangan pelajar yang sudah tidak lagi merasa aman dari mulai tawuran, narkoba, kekerasan, penculikan, itu adalah problem, tapi menjadi peluang karena Al-Zaytun memberikan pengamanan terhadap pelajar dari persoalan-persoalan itu. Kita bisa saksikan di tv bagaimana para pedagang yang ada di lingkungan pendidikan begitu memprihatinkan dari aspek kesehatan sampai kepada aspek yang krusial ada narkoba dalam bentuk permen dijajakan kepada anak anak, ada mainan tidak mendidik, nah disini kan bisa di jaga dari hal-hal semacam itu. Jadi persoalan sosial itu menjadi peluang bagi Al-Zaytun bahwa kita memberikan satu solusi. Kemudian, peluang- peluang yang lain tentu katakanlah hari ini AlZaytun lebih mengembangkan gerak kegiatan ekonomi berbasis kerakyatan, bekerjasama
dengan masyarakat ini juga menjadi peluang bagi Al-Zaytun, semakin banyak orang mengenal Al-Zaytun sekarang. Itu menjadi peluang. Semakin banyak berkomunikasi dengan orang dan semakin banyak silaturahim dengan orang. Dengan semakin banyak yang datang kepada kita maka mereka juga menjadi PR-PR Al-Zaytun secara tidak langsung. Bahwa masyarakat mendapatkan informasi yang benar tentang Al-Zaytun. Tidak seperti halnya yang diterima oleh mereka sebelumnya. Nah, peluang-peluang yang lain juga karena adanya MEA (mayarakat ekonomi asean) dimana Indonesia dianggap kurang siap menhadapi tantangan itu karena kurang siapnya sumberdaya manusianya itu juga menjadi peluang bagi Al-Zaytun karena kita sudah mempersiapkan dari mulai infrastruktur, sumberdaya manusia termasuk hubungan-hubungan keluar negeri karena kita banyak sahabat-sahabat luar negeri dari wali santri, pengurus yayasan yang di luar negeri dan lainnya ini menjadi peluang yang cukup besarternyata tatkala disatu pihak itu menjadi sebuah tantangan tetapi di lain pihak kita bisa mengambil hikmah dan peluang. Jadi setiap musibah yang terjadi pada suatu kaum ada sebuah peluang. Nah situasi kondisi ekonomi, sosial, politik, budaya dan lainnya yang ada di indonesia adalah menjadi peluang untuk kita bisa berkiprah lebih banyak lagi, lebih luas lagi, dan lebih berkualitas lagi. Yang namanya tantangan tentu dimanapun yang namanya kita bergerak hidup adalah tantangan pasti ada. dari mulai tantangan sumberdaya manusia yang tentu seiring dengan gerak langkah yang di lakukan oleh Al-Zaytun tentu perlu ada kesamaan pemikiran, kesamaan mindset, kesamaan persepsi, dan lainnya. Menyamakan gerak langkah itu bukan hal yang mudah pada sejumlah orang yang banyak, ini juga merupakan tantangan tersendiri, tetapi secara pelan namun pasti karena kita bergerak dibidang pendidikan itu semua di treatment dengan pendidikan, dengan kegiatan ilmiah, apalagi sekarang al-zaytun sudah memiliki IAI (Institut Agama Islam) ini menjadi sebuah media, dimana media pengkajian ilmu, pembinaan SDM , media untuk persiapan generasi kedepan lebih luas lagi , mewujudkan visi dan misi kita. T: Lalu Al-Zaytun sendiri menjalin kerjasama atau hubungan baik dengan organisasi atau lembaga lainnya? Kalau boleh tau organisasi dan lembaga apa aja? J: Banyak kerjasama yang kita lakukan itu, dengan departemen pertanian dan peternakan, untuk pengembangan ternak sapi yang pernah kita lakukan. Termasuk dengan Australia. Kemudian kerjasama-kerjasama kelembagaan dengan UIN Syarif Hidayatullah Jakarta juga termasuk menjadi dosen-dosen dan juga rektor yang mengizinkan dosen-dosennya untuk mengajar disini dengan sepengetahuan pemimpin disana. Kemudian kerjasama dengan masyarakat seperti yang saya sampaikan di awal yaitu dalam rangka membangun ekonomi berbasis pertanian,karena masyarakat punya skill, kita punya lahan dan kita memiliki modal maka kita bekerjasama, termasuk juga memberdayakan mereka. Kerjasama kelembagaan juga pernah kita lakukan dengan Universitas Terbuka dimana civitas akademika Al-Zaytun sebagai pusat pendidikan tentu orang-orang didalamnya harus terdidik, mereka-mereka yang walisantri dan lainnya yang belum sempat dulu mengenyam pendidikan kemudian sampai sekarang banyak yang sudah sampai tingkat strata satu. Dan sekarang kita kerjasama dalam penyiaran bahkan melakukan akuisisi untuk radio prima fm, sebagai media dakwah yang nantinya pemikiran-pemikiran Al-Zaytun tentang pendidikan, tentang dakwah, tentang
lingkungan, tentang budaya, tentang kemanusiaan, dan berbagai hal lainnya bisa melalui media itu. Kita juga sedang mengembangkan fasilitas IT. T: Setiap organisasi itu pasti ingin memiliki citra yang baik atau positif di masyarakat, untuk lebih spesifiknya nih citra yang seperti apa yang ingin dibangun oleh Al-Zaytun? J: Yang jelas tentu kita kembali kepada visi misi, visi itu kan satu pandangan jauh ke depan, jadi Al-Zaytun tidak hanya membangun citra tapi yang terpenting berbuat, nah berbuat itu kemudian terjadilah orang memberikan citra, tetapi kita tidak melakukan pencitraan, kalau pencitraan itukan berbuat munafik hanya ingin dicasingnya baik tapi di dalamnya tidak. Kalau Al-Zaytun berbuat saja lalu orang membuat persepsi atau pandangan terhadap kita, maka kita konsisten dengan visi dan misi Al-Zaytun sebagai pusat pendidikan pengembangan budaya toleransi dan budaya perdamaian, itu yang dikembangkan. Pertama menempatkan diri sebagai pusat pendidikan, bagaimana Al-Zaytun disini sebagai sebuah kompleks pendidikan itu betu-betul berwujud menjadi pusat pendidikan yang dimana pusat pendidikan selalu berpikir ilmiah, berdasar ilmu, bukan berdasarkan isu, berdasarkan opini, bukan berdasarkan persepsi, tetapi selalu segala sesuatunya berdasar ilmu. Maka syaikh Al-Zaytun dalam berbagai hal, pertanian, kesehatan, dalam olah raga, dalam hal makanan, dalam hal pendidikan selalu merujuk kepada keilmuan, selalu merujuk kepada hasil-hasil penelitian para ahli, disamping melakukan penelitian tersendiri, tetapi juga merujuk menjadikan peneliti para ahli sebagai salah satu wujud bahwa kita ini adalah suatu pusat pendidikan. Nah kemudian apa yang kita lakukan, apa yang kita kerjakan selalu orientasinya adalah pendidikan tidak lain tidak bukan. Pendidikan, pendidikan, pendidikan. Di masjid kita bicara pendidikan, di lapangan pendidikan, di pertanian. Nah, kemudian budaya toleransi dan perdamaian itu tidak hanya sekedar simbol tetapi itu menjadi suatu prinsip yang kita jalankan. Maka kata syaikh toleransi itu aqidah, harus menjadi aqidah bukan hanya slogan. Apa toleransi itu? Membiarkan orang memiliki keyakinan, berdasarkan apa yang diyakini. Masalah agama itu urusan mereka, masalah budaya itu urusan mereka, tidak bisa didiskusikan. Karena itu menjadi sebuah keyakinan. Maka Al-Zaytun terbuka dan memberikan ruang kepada mereka-mereka yang berbeda keyakinannya berbeda agama itu bisa hidup bersama banyak dari kelompok-kelompok nasrani, baik katolik, protestan, bahkan dari ortodoks, kemudian gereja rahmani yang merupakan perkumpulan gideon adven, itu semua sudah pernah kesini. Bahkan grupnya koinoyan itu yang protestan koinoyan itu pernah melakukan misa disini paskah. Dipersilahkan oleh syaikh. Bahkan untuk toleransi ini sampai kita mempelajari bahasa Ibrani. Karena bahasa Ibrani itu adalah bahasanya orang yahudi di taurat, kita pelajari dan kita datangkan gurunya dan gurunya itu adalah pendeta, dan kita bisa menyanyikan lagu-lagu yang ada di taurat itu dan kita perkenalkan, sebab dalam surat AlBaqoroh dikatakan bahwa lanufariqu baina ahadim mirrusulihi wa qolu sami’na wa ato’na robbana wailaikal masyir wa ma undzila alaika mirrusulihi kita beriman kepada apa yang telah diturunkan oleh allah dari kitab-kitabnya dan kita tidak boleh membeda-bedakan satu sama lain dari kitab-kitab dan para rasulnya. Kita mengimani ada para rasul, mengimaini adanya kitab-kitab kita tidak boleh memilah milah, taurat itu adalah sebuah kitab, injil itu adalah kitab, pada zamannya. Kita menghargai dan kita berikan tempat kepada mereka. Pada waktu muharram kemarin bahkan biksu datang kesini dan mereka memberikan sambutan,
pendeta datang kesini dan mereka memberikan sambutan pada acara muharram. Nah, itulah salah satu bentuk toleransi dan perdamaian. Kita bisa hidup bersama bukan sekedar kata-kata tapi di dalam kenyataan. Kita kirim kartu natal, sebagai satu bentuk perdamaian. Maka dari itu kita concern dalam rangka membuat citra itu kita tidak pernah melakukan pencitraan tetapi berbuat sesuatu, berbuat sesuatu, kemudian orang mepersepsikan itulah citra. T: Sampai saat ini bagaimana strategi Al-Zaytun sendiri untuk mempertahankan citra tersebut di masyarakat? J: Yang jelas sebagaimana saya katakan di awal, yang jelas kita berkomunikasi dan bersilaturahim sebab adanya kesalahpahaman seseorang itu, itu karena kurangnya silaturahim. Seseorang bisa menyangka si A seperti itu karena boleh jadi dia tidak mengenal, maka semakin dekat semakin kenal maka mereka semakin tau apa yang dilakukan. Semakin tau apa yang kita lakukan maka mereka membuat citra pada kita berdasarkan apa yang mereka paham. Selama ini mungkin mereka membuat citra kepada kita berdasarkan informasi yang mereka dengar dari isu-isu nah ketika mereka datang kesini mereka memahami, mereka memberikan citra kepada Al-Zaytun berdasarkan apa yang mereka pahami dan ketahui secara detail. Maka sekarang kamu lihat hari ahad banyak penduduk disini yang pakai odong-odong datang kesini dulu ga pernah ada yang seperti itu. Dulu menganggap masuk Al-Zaytun gimana gitu, karena belum tau. Sekarang tidak, kenapa? Karena sekarang petaninya tiap hari datang bertemu syaikh, begitu terbuka. Bergaul dengan syaikh, ngobrol dengan syaikh. Nah, jadi sekali lagi kita tidak pernah melakukan pencitraan tetapi berbuat saja lalu, bersilaturahim maka orang akan mengetahui sendiri. Bahkan syaikh jika ada tetangga yang meninggal kita datangi, dulu saya punya kawan di haurgeulis orang kristen kemudian orangnya meninggal, bapaknya meninggal, lalu saya bilang kawan saya ada yang meninggal, oh ya segera datangi, lalu saya datangi mengkremasi menyaksikan, dan mereka sangat senang dengan kehadiran kita, karena mereka tau saya dari pesantren tapi datang ke tempat pemakaman dia padahal orang kristen. Dari sana mereka punya umat ngomong ke temannya, kebetulan dia tokoh pemuda, ngomong ke yang lain. Nah, maka disanalah tidak melakukan pencitraan tetapi melakukan perbuatan baik, adaorang ngomong sudah tidak usah di dengarkan kita berbuat saja nanti juga capek. T: Alhamdulillah sudah selesai bi untuk wawancaranya, intinya semua adalah silaturahmi dan berbuat baik ya bi? J: Ya bersilaturahim, berbuat baik, berkarya, melakukan inovasi, melakukan sesuatu untuk mesayrakat, itu saja yang dilakukan, kan kata rasul juga sebaik-bainya manusia adalah yang bermanfaat bagi manusia yang lainnya, bagaimana Al-Zaytun ini bisa bermanfaat bagi masyarakat. Itulah bukan pencitraan, adapun hasilnya itulah yang merupakan citra. Citra itu ga usah di buat. Citra itu adalah sebagai akibat. Kalau orang berbuat jelek maka kan hasilnya akan ketauan. Tidak kemudia pura-pura menjadi baik kemudian orang juga akan tau pada akhirnya. Berbuat baik saja terus, sekalipun orang berkata apa berbuat baik saja terus, pada akhirnya orang tau, kan. Sebagaimana nabi muhammad lakukan saja perbuatan baik, sampai kepada orang yang tiap hari meludahi beliau sampai melempar kotoran kepada rasul tapi begitu orang yang suka meludahi dan melempra kotoran itu sakit rasulullah paling pertama
menjenguk. Tapi dengan begitu dia menjadi baik. Itulah contoh. Laqod kana lakum fi rasulihi uswatun hasanah, itu rasulullah punya uswah, kenapa kita sebagai ummatnya tidak memiliki itu. Ketika orang itu melempari rasul dengan kotoran, sam pai malaikat marah, sampai mau mengangkat gunung tur, kata rasulullah malaikat, jangan justru mendoakan ya allah berikan petunjuk pada malaikat karena mereka itu kaum yang tidak tau. Al-Zaytun juga begitu, ya allah berikanlah petunjuk mungkin mereka tidak tau. Lingkungan yang kata orang dulu begini, begitu. Sekarang justru mereka menjadi alhamdulillah. Sekarang kita punya cadangan beras 1500 ton hasil dari mereka. Mereka sejahtera, sekarang kehidupan keluarganya meningkat, jaminan kehidupannya meningkat, karena mereka masuk koperasi, butuh beras tinggal ambil, butuh modal tinggal menyampaikan ke yayasan. Nah itu, mereka sekarang merasakan, oh iya ya Al-Zaytun begini, begini, kan Al-Zaytun tidak ngomong, berbuat saja. Kalau ngomong belum tentu ada buktinya. Kalau berbuat maka omongan itu sudah terbukti. Tanpa di omongin pun nanti sudah di omongin sama orang. Kan gitu. Tapi memang tidak mudah. Wama yulakoha ilalladzina sobaru, itu tidak mudah kata allah kecuali orang yang sabar. Apa yang sabar itu? Wama wahanu, wa mastakanu, wama ta‟anu . Tidak lemah, tidak lesu, tidak menyerah. Tidak lemah keinginannya, tidak lesu fisiknya, tidak menyerah semangatnya. Itulah yang disebut sabar. Wama yulaqoha ila dzuhatn „adzim tidak akan bisa di lakukan kecuali orang yang memiliki tekad yang kuat. Syaikh itulah yang memiliki tekad yang kuat. Sehingga berefek kepada semuanya. Nah begitu. T: Baik bi, terimakasih banyak atas waktunya bi, sudah mau diganggu padahal sedang ada acara. J: Iya tidak apa-apa, sama-sama.
Transkip wawancara Nara Sumber
: Anang Soendayana
Jabatan
: Humas Al-Zaytun
Tanggal Wawancara : 28 Januari 2016
T: Assalamualaikum abi, saya mulai saja wawancaranya ya bi, dengan abi AS kan bi? J: Iya, betul. Silahkan. T: Al-Zaytun ini kan di kenal sebagai sebuah pesantren yang besar yang memiliki fasilitas yang lengkap, bagaimana cara Al-Zaytun merintis semua yang telah di bangun ini? J: Mulai dari tahun 1995 dengan YPI, notaris. 1996 sudah mulai di bangun gedungnya, mulai dari gedung abu bakar, peletakan batu asasnya tahun 1996, 1999 sudah mulai masuk angkatan pertama. Intinya menjadi besar karena tentu saja ada team work, kerjasama semua elemen Al-Zaytun baik yang ada di internal sini termasukyang di luar. Ada kerjasama dengan koordinator yang tersebardi seluruh provinsi termasuk timor leste. Mereka bekerja, dan menjadi besar itu kan karena masyarakat memahami dengan adanya eksistensi Al-Zaytun, berdirinya Al-Zaytun, kemudian adanya gerakan dari para koordinator yang bertugas di seluruh provinsi akhirnya menjadi besar. T: Kalau untuk sumber dananya sendiri bi? Awalnya dari mana? J: Sumber dana, kalau mendengar cerita dan sejaranya kan abi ini tidak dari awal, artinya kan tahun 1999 masuk para guru-guru, tidak seperti perjuangan syaikh dan kawan-kawan. Jadi kalau menurut cerita beliau bahwa awalnya itu untuk membebaskan lahan ini untuk gedung abu bakar ini, beberapa sahabat syaikh dan kawan-kawan melepas aset pribadinya, dari waqaf pribadi untuk membebaskan lahan disini. Setelah tau harga tanah di jakarta, maka pindah kesini karena dulu harganya masih murah, sehingga dapatlah beberapa ratus meter, dan beberapa hektar, kemudian setelah melihat dan 1999 itu terekspose, guru-guru datang, booming, akhirnya datanglah civitas lain yang menyumbang dan mendonasikan dananya untuk wakaf di Al-Zaytun. Jadi darimana dana awalnya itu dari wakaf pribadi. Dari beberapa pendahulu syaikh dan kawan-kawan yang kemudian di ikuti oleh yang lainnya. Seperti rasulullah, rasulullah itu tidak sendiri tetapi ada sahabat-sahabat disekelilingnya. Awalnya begitu. T: Tujuan Al-Zaytun kan sudah ada di dalam visi dan misi Al-Zaytun, lalu tujuan dari humas Al-Zaytun sendiri bagaimana ni? J: Humas sebetulnyakan dimanapun itu insyaallah sama intinya, yaitu menciptakan silah wal muasholah yaitu informasi dan komunikasi, tugas utamanya itu informasi dan komunikasi. Humas inilah sebagai sumber informasi apasaja berita tentang mahad, yang mengekpose salah satunya dari humas. Kemudian mengkomunikasikan semua unsur elemen yang ada
seperti dewan guru, tanmiya, siapa yang mengkoordinasikan mengkomunikasikan itu secara intern, secara ekstern hubungan dengan luar, dengan depag, kita kan punya hubungan baik dengan depag atau dengan yayasan pesantren yang lain, itu salah satunya. Mengkomunikasikan sehingga terjalinlah komunikasi yang baik,yang pada akhirnya kita berharap bisa berjalan bersama-sama dalam mengembangkan pendidikan indonesia ini di negara kita. T: Lalu program kerja dari PR Al-Zaytun sendiri apa saja bi? J: programnya diantaranya tadi kan sudah ya, yang utama itu komunikasi dan informasi. Yang kedua yang tugas informasi antara lain kita punya web, nanti bisa di lihat walaupun masih proses www.Al-Zaytun.sch.id nanti bisa dilihat disana kami sedang mulai merintis. Di bawan humas ini ada humas MP (Majelis Pendidikan) Aliyah, Mts, Mi, dan humas inilahyang nantinya membuat tulisan menginformasikan segala perkembangan yang ada dari per unitunit yang ada termasuk kosmaz (komite olahraga dan seni mahad Al-Zaytun), asrama, itu yang intern. Sehingga bisa dilihat oleh siapa saja di web nanti. Informasi tentang perkembangan terkini, termasuk hari ini kita sedang melaksankan irsyad, bagaimana, sudah masuk belum ke web? Gitu, nanti ada kontributornya yang menulis dan nanti masuk ke dewan guru kami ke humas, humas dengan tim yang mengedit yang menguji verivikasi kelayakan berita itu layak di ekspose atau tidak. Karena kan ada tulisan yang pantas dan yang tidak. Itu dari sisi informasi web. Disamping informasi surat menyurat keluar tentang kegiatan, itu sudah biasa ya. Perijinan untuk rihlah dan segala macam itu diantaranya tugastugas humas. Kemudian tugas yang lainnya memfasilitasi terbentuknya ikatan alumni. Contohnya insyaallah besok angkatan kedua akan kumpul, angkatan dua dulu ni, karena angkatan dua ini yang nantinya akan menjadi titik awal untuk mengajak semuanya nanti kalau tidak salah bulan-bulan agustus nanti, kami yang memfasilitasi. Kami juga memfasilitasi terbentuknya komisi sekolah, di tiap level kan harus ada komisi sekolah. MI sudah ada komisi sekolah, Mts, dan MA, itu sudah menjadi bagian struktur yang di strukturkan oleh diknas, setiap sekolah harus ada komisi sekolah. Kami yang membantu membentuk. Pokoknya yang hubungan-hubungan antara pihak luar dam dalam itu kami. Juga tugas-tugas kecilnya seperti pengawalan tamu, menjadwalkan guru-guru yang bertugas mengawal tamu, itu juga sebagian tugas kami. T: Selama ini kan Al-Zaytun sering di kaitkan dengan aliran sesat dan keterkaitannya dengan NII, tanggapan abi sendiri bagaimana sebagai humas Al-Zaytun? J: Dari sisi komunikasi jurnalistik itu sangat menguntungkan. Kamu hitung sekarang mau memberitakan Al-Zaytun secara resmi dengan televisi berapa milyar uang keluar kalau mau ya? Coba di broadcast itu, satu menit sudah berapa milyar? Ya kita dapat gratis kan? Kita tidak meminta, nah itu positifnya. Dengan ditulis yang “Negatif” maka kita mendapat banyak keuntungan, promosi gratis, dan justru itulah masyarakat kan semakin meningkat kepandaiannya. Apa masyarakat mau begitu saja mendegar informasi bla bla bla bla sesat, kemudian dia menutup mata, telinga, untuk tidak klarifikasi, masyarakat yang cerdas pasti akan mengklarifikasi data ,trus mengecek kebenarannya sejauh mana, oh ternyata depag sudah mengutus beberapa peneliti berbulan-bulan untuk mengadakan survey disini. Tidak
ditemukan satupun yang sesat, tidak ada. depag sendiri sudah menemukan. Jadi kalau ada bahasa bagaimana, itu bagi kami di ambil sisi positifnya promosi gratis. Bahkan, beliau sering mengajarkan biarkan mereka banyak bicara kita banyak berbuat mana yang lebih maju nanti kita buktikan. Orang yang Cuma cuap-cuap nuduh tidak berbukti atau kita yang bekerja terus bekerja terus? Mana yang lebih maju? Yang kedua, ini fenomena yang terjadi hari ini kita bicara islam ya, islam yang bekelompok-kelompok itu terkadang kebersamaan yang disebut tauhid sesama islam sesama muslim itu belum terlaksana dengan baik. Bahkan tadi saat ada satu yang mencul, Al-Zaytun kan ibarat roket, seett meluncur 16 tahun sudah seperti apa? Boleh dong kalau ada yang lain, yang kurang suka atau apalah gitu ya, sehingga itu dijadikan alat, di kaitkan dengan NII, tidak wudhu. Santri kok langsung sholat tidak wudhu, kalau santri 3000 wudhu di tempat yang sama dan di waktu yang bersamaan berapa lama antrinya? Makanya kita siapkan kamar mandi di kelas itu banyak, wudhu lah di kelas. Menjaga wudhu, kalau di masjid semua ya banjir lah masjidnya. Itukan beliau menjelaskan begitu. Jadi yang namanya isu itu bagaimanapun itu bagi Al-Zaytun tidak masalah, tidak di jadikan sebuah problem, kita manage saja sehingga nanti menghasilkan sesuatu yang positif. Kalau kita larut dengan tuduhan-tuduhan orang yang tidak suka kita dan kita diam tidak berbuat ya habislah kita. Maka kita jawabnya dengan kerja. T: Lalu, beberapa tahun yang lalu tahun 2011 sedang gencar-gencarnya isu tersebut, strategi humas Al-Zaytun sendiri dalam mengatasi pemberitaan isu tersebut bagaimana? J: Jadi kalau disini untuk mejawab itu, sebetulnya itu tadi dengan perbuatan. Tidak pernah menjawab berita. Dibiarkan saja. Kami menjawab dengan berbuat kebaikan. Kami tidak penah mengklarifikasi atau pun berbicara di media, kami kanya berbuat baik saja terus. Seperti saat di beritakan di tv one syaikh Al-Zaytun menjawab berita yang sebegitu kerasnya NII KW 9 hanya dengan begitu saja, tidak meng-iya kan tidak men-tidak kan, itulah jawaban diplomasi, sehingga kita menjawabnya dengan diplomatis. Satu dengan perbuatan. Yang kedua, kami yang sehari-hari disini semakin yakin, santri yang sehari-hari disini, kami yang merasakan semakin yakin kalau yang di tuduhkan itu tidak benar. Jawabannya nanti paling duta-duta itulah yang menjawab, duta-duta nya itulah santri nanti ketika mereka liburan atau belajar di masyarakat, alumni, tidak usah syaikh, tidak usah guru. Yang menjawab pertanyaan itu, iya ga? Maka jadikanlah murid sebagai duta saat sedang berlibur di masyarakat. Itulah, seperti apa Al-Zaytun? Jawablah dengan yang positif, apa adanya. T: Tadi kan abi bilang perbuatan yang baik, nah perbuatannya itu seperti apa bi spesifiknya? J: Ya, seperti kami guru, guru ya mendidik dengan penuh semangat, kobarkan semangat, bekerja kami ya mendidik. Mendidik dalam artian luas, tidak sekedar mengajar seperti yang orang-orang lakukan, mentransfer ilmu itu mudah,tetapi bagaimana bisa merubah sikap seseorang dari seseorang yang belum baik menjadi lebih baik. Itulah mendidik, jadi perubahan sikap dan tingkah laku. Kami berupaya, sedang merancang sekarang bagaimana semua sesuai iso, asrama sesuai iso supaya menjadi lebih baik. Supaya masyrakat tau bahwa Al-Zaytun itu sudah memenuhi iso. Iso 2009. Itu merupakan perbuatan baik. Lalu kita mengikuti apa yang diinginkan oleh diknas. Kita tidak pernah bertolak belakang dengan pemerintah. Pnbk kami lakukan, Al-Zaytun ditunjuk sebagai penyelenggara ujian nasional
berbasis komputer, kan baru sekolah-sekolah tertentu. Kita buat. Besok nih Al-Zaytun menjadi satu-satunya Madrasah Aliyah swasta yang bisa melaksanannya. Perbuatan baik kan? Jika ada yang ingin memakai juga, silahkan. Ada sekolah lain yang numpang disini silahkan. Semua kegiatan yang di lakukan pemerintah kita ikuti. Sebagai warga negara yang baik. Kami juga rutin mengadakan bakti sosial kepada masyarakat sekitar lingkungan AlZaytun, saat bulan puasa, idul adha dan dalam kegiatan lainnya. Setiap memperingati tahun baru islam 1 Muharram Al-Zaytun juga rutin mengadakan acara yang melibatkan seluruh elemen Al-Zaytun dari mulai santri, karyawan, hingga masyarakat sekitar, saat muharram itu ramai loh, banyak acara yang kami buat dari mulai apresiasi seni santri, doa bersama masyarakat sekitar, dan juga acara di masjid Rahmatan Lil Alamin yang biasanya kami mengundang pejabat Negara, pejabat daerah, tokoh masyarakat, dan tamu lainnya. T: Media apa bi yang di pakai Al-Zaytun untuk menyampaikan pesan, visi dan juga misi kepada masyarakat? J: Banyak, diantaranya kan sudah pasti majalah. Walaupun awalnya bulanan sekarang menjadi tahunan ya, itu media tulisnya. Kemudian ada buku company profile, jika ada tamu bisa membaca bagaimana sejarah berdirinya, gedung-gedung juga fasilitasnya. Lalu ada penulis yang tiba-tiba mau berbuat baik yang ingin menulis tentang Al-Zaytun, “Al-Zaytun sumber inspirasi” itu yang menulis adalah seorang pendeta. Dia adalah seorang kristiani yang ingin mengekspose Al-Zaytun dengan bukunya itu. Coba nanti di lihat bukunya, bisa di baca supaya skripsinya bagus. Adapun saat launching IAI (Institut Agama Islam) kita bersosialisasi ke masyarakat. Ke sekolah-sekolah mengenai IAI. Mungkin itu lingkupnya kecil ya. Tapi kalau ke media tv khusus untuk mempromosikan Al-Zaytun kita belum pernah. Kita masih mengandalkan juru bicara-juru bicara humas-humas yang bertebaran di seluruh indonesia, santri, alumni, wali santri. Y: Lalu, humas Al-Zaytun apakah selalu mengadakan evaluasi di setiap kegiatan yang dilakukan? J: Intinya kami dalam manajemen apapun, ada planning, organizing, actuating, controling, evaluating, merupakan sistem yang harus di taati dan dilaksanakan. Contohnya dewan guru ada evaluasi setiap sepekan sekali ba’da jumat, ada pertemuan oleh seluruh guru, itu evaluasi. Para dewan guru bagaimana menyampaikan perjalanan sepekan pendidikan kita, terus yang hariannya bagaimana? Lewat briefing pagi guru-guru, briefing pagi itu selain menyampaikan informasi, misalnya ada pengumuman apa, misal santri kelas 12 ada kegiatan begini begitu, itu informasi. Juga evaluasi bagi MP. Pasti yang namanya evaluasi itu wajib adanya. T: Faktor penghambat dan pendukung dari kelancaran Al-Zaytun sendiri apa saja nih bi dalam mencapai tujuan organisasi? T: Insyaallah,sebetulnya tidak ada masalah. Kalaupun ada hanya masalah kecil saja. Contohnya seperti SDM, kita memiliki keterbatasan itu. Tuntutan yang semakin besar, tuntutan pekerjaan yang semakin besar, sementara kan yang punya kemampuan tidak semua orang, contoh ketika kita ada rencana untuk mengurusi tambak udang, rencananya beberapa hektar, nah sumberdayanya yang mumpuni di bidang itu kan harus ada, termasuk juga di
AGICT kan ga semua orang bisa jadi instruktur AGICT, kan the right man in the right place. Harus begitu kan. Menempatkan orang harus di bidangnya supaya tidak salah. Kalau untuk faktor pendukungnya seperti sarana dan prasarana ini sebetulnya sebagai faktor pendukung. Seperti bicara web dan internet, seperti kita mau mengakses internet sekarang guru-guru sudah bisa mengakses internet, tapi kalau santri belum ya. Itu bagian dari pendukung, sarana dan prasarana yang disiapkan, internet. Ada beberapa gedung yang sudah di pasang wifi. Dan beberapa gedung terhubung dengan jaringan. Termasuk motivasi dari pimpinan juga termasuk faktor pendukung. Motivasi dan dorongan agar bekerja lebih giat lagi. T: Lalu apakah Al-Zaytun ini menjalin kerjasama tidak bi dengan organisasi atau lembaga lainnya? Kalau boleh tau oleh oraganisasi dan lembaga apa saja? J: Ini berbicara mengenai humas eksternalnya, sebenarnya kita bekerjasama dengan banyak organisasi. Karena kita di bawah kemenag ya pasti kita menjalin hubungan baik,contohnya disamping evaluasi yang dilakukan oleh intern sini ada juga penilik sekolah yang di tunjuk oleh syaikh itu untuk alat evaluasi, tiap gedung peniliknya. Seperti di gedung usman peniliknya ada abi Jafar Su’bani. Tapi nanti dari kemenagpun punya pengawas, itu orang luar. Kita berkomunikasi dengan mereka. Tentunya komunikasi apa dan juga pekembangan apa, termasuk guru-guru yang kita kirim untuk pelatihan kilat dengan kemenag, kita kirim. Lalu ada pelatihan dengan pudek, kita kirim. Termasuk teman-teman guru yang ingin melanjutkan studi S2 dan S3, dengan ITB. Dan berjalannya IAI juga karena kerjasama dengan UIN Jakarta. Itu contoh hubungan dengan pihak luar. Organisasi apa saja kita berhubungan baik. Sekolah-sekolah, kita punya hubungan yang baik. T: Lalu, setiap organisasi atau perusahaan kan selalu ingin memiliki citra yang baik dan positif di masyarakat. Untuk lebih spesifiknya citra yang seperti apa yang ingin di bangun oleh Al-Zaytun? J: Citra yang ingin dibangun itu, yasudah jelas dalam motto nya yaitu sebagai pusat pendidikan dan pengembangan budaya toleransi serta perdamaian. Itu yang ingin dibangun. Baik atau tidak itu? Coba bayangkan, sebagai pusat pendidikan, oh berarti semua elemen yang ada di tempat itu sebagai lingkungan pendidikan. Semua sebagai peserta didik, semua sebagai pelaku didik, semua sebagai pendidik. Guru-guru juga termasuk peserta didik, harihari mengajar, mendidik tapi dia juga sebagai peserta didik. Iya kan? Sewaktu-waktu di tegur, ada teguran. Karena tuntutannya adalah memberikan uswah, sehari-hari kita dituntut memberikan uswah terhadap lingkungan, terhadap anak-anak. Itu berati guru-guru juga sebgai peserta didik. Kemudian budaya toleransi dan perdamaian. Sekarang peace and democrat itu icon yang sedang di elu-elu kan oleh dunia , padahal kita sudah dari dulu menggaungkan itu, bahwa Al-Zaytun sebagai pusat pendidikan budaya toleransi. Kita mengecam para teroris walaupun tidak “teriak-teriak”. Kita bergaul dengan siapa saja, bahkah syaikh sampai belajar bahasa ibrani yang di luar sana kan benci dengan israel, kita toleran dengan siapa saja. Pendeta ada kemarin 2 tahun yang lalu ingin merayakan natal disini, silahkan. Itu bentuk toleransi. Coba kalau negara-negara di dunia sudah menjunjung toleransi, tidak ada lagi yang namanyan peperangan, semuanya damai, asik kan? Itulah yang
ingin kita bangun. Al-Zaytun sebagai pusat pendidikan dan pengembangan budaya toleransi dan perdamaian. T: Lalu apa saja yang dilakukan oleh Al-Zaytun untuk memperoleh citra tersebut? J: Mungkin ini kebijakan ya, kalau upayanya sih ya tadi apa yang kita ucapkan yang menjadi perbuatan itu saja, jadi untuk membangun citra positif supaya Al-Zaytun menjadi citra yang besar ya kita awali dari dalam kita dulu mengenai semuanya, nanti akan menjadi besar. Kalau cita-kita kan sudah lama kita bahwa ini adalah sebagai kampus central disini. Dulu kita pernah ada di setiap kabupaten punya satu MI, 324 pendidikan Ibtidaiyah di setiap kabupaten ada. contohnya itu. Itukan upaya supaya Al-Zaytun booming, besar. Kemudian yang kedua bagaimana menghasilkan output yang berkualitas, kalau saya mengistilahkan seperti manusia yang bulat, basthotan fi ilmi wal jismi yang tertuang dalam tujuanya beraqidah kokoh terhadap Allah dan syariatnya. Ingin kita itu. Coba kalau hari ini output yang kita hasilkan yang jumlahnya ribuan itu sudah mampu mengaplikasikan nilai-nilai tadi saat terjun di masyarakat dengan sendirinya masyarakat akan menilai, wah ini alumni Al-Zaytun. Harapannya kan seperti itu nanti, wah ketua muhammadyah alumni Al-Zaytun, ketua PBNU itu alumni Al-Zaytun, ketua DPR nya alumni Al-Zaytun, kan seperti itu inginnya. Coba kalau sudah begitu bagaimana? Kalau perlu nanti mentrinya alumni Al-Zaytun, begitu. Jadi yang kedua kita terus meningkatkan kualitas output. Sumberdaya manusia. Karena human resources ini bagaimana pun yang akan mengangkat kualitas dan kuantitas pendidikan. Dari kita nanti akan memperbaiki pelan-pelan Indonesia ini. Kalau perlu nanti diknas melihat seperti ini loh boarding house , asrama, coba sekolah yang di luar belajar nanti jam 13.00 pulang kembali ke orang tua, nonton tv lagi, merokok, berkelahi, sekarang baru terpikir oh berarti harus di asramakan. Sudah mulai tuh sekolah-sekolah berasrama. Dunia mulai melihat bahwa sekolah asrama, pesantren itu sudah layak dan tepat sebagai tempat untuk meningkatkan kualitas sumberdaya manusia melalui pendidikan. Wujudnya adalah itu. T: Lalu sampai dengan saat ini bagaimana strategi komunikasi dari PR Al-Zaytun sendiri untuk mempertahankan citra positif tersebut di masyarakat? J: Ya, yang jelas kami tidak pernah berkoar-koar bahwa kami yang terbaik. Tidak pernah. AlZaytun sih seperti tadi saya katakan yaitu berbuat baik, bekerja terus, biarkan anjing mengonggong, kita biarkan saja mereka mau apa. Nah dengan sendirinya di harapkan apa yang kita kerjakan secara maksimal tadi akan membuahkan output yang maksimal juga. Dari sumberdaya yang berkualitas tadi. Ya semua sekolah tidak jauh dari itu tadi harapannya adalah outputnya. Alumni yang kita hasilkan itu betul-betul tadi hapal Al-Quran nya bagus, paham, melaksanakannya. Menguasai bahasa antar bangsa, asik kan kalau empat hal itu terjadi? Nah seperti itu kira-kira. Bagaimana sudah semua ya terjawab. T: Hmmm, ya bi terimakasih atas waktunya. Jika nanti ada kekurangan bisa saya hubungi lagi ya bi untuk bertanya kembali? J: Ya silahkan saja, nanti hubungi abi jika ada kekurangan. Semoga lancar ya skripsinya. T: Terimakasih banyak ya bi. J: Ya sama-sama nak.
TRANSKIP WAWANCARA Nara sumber
: Tini S.Pd
Jabatan
: Wali Santri
Tanggal Wawancara : 9 Februari 2016
T: Assalamualaikum ibu, perkenalkan saya Fathi Mulki Robbani. Saya mahasiswa UIN Jakarta, sedang melakukan penelitian untuk skripsi saya, dan skripsi saya mengenai Al-Zaytun. Saya dengar ibu menyekolahkan anak ibu disana, boleh saya wawancarai bu mengenai Al-Zaytun? J: Iya, saya menyekolahkan anak saya disana. Kalau boleh tau memang tentang apa skripsinya? T: Jadi, skripsi saya ini membahas tentang public relations, tentang citra Al-Zaytun. Karena pada tahun 2011 sempat ada isu di media yang kurang enak mengenai Al-Zaytun. Jadi saya meneliti citra Al-Zaytun, yang saya tau ibu masih memiliki anak yang sekolah disana kan ya? J: Iya iya T: Anak ibu setelah isu tahun 2011 itu masih ada disitu kan sampai sekarang? J: Tapi, anak saya yang satu sudah lulus, lulusnya setelah isu waktu itu. T: Iya bu, lalu ibu masukin anak ibu lagi ga setelah itu? J: Iya, anak saya masih ada satu lagi disana, tapi yang pertama sudah lulus, jadi tinggal satu lagi yang disana. T: Iya ibu, jadi disini saya ingin meneliti setelah isu yang sangat besar itu kenapa ibu masih percaya dengan Al-Zaytun, dan tetap menyekolahkan anak ibu disana. Seperti itu bu. J: Oh seperti itu, padahal sudah seperti itu beritanya ya. Ya ya ya T: Jadi begitu bu, kalau boleh tau ibu namanya siapa bu? J: Ibu T, mau dipakein title apa ngga ni? T: Oh, boleh bu boleh J: T S.Pd T: Ibu Tini anaknya yang sekolah di Al-Zaytun ada berapa orang? J: Ada 2, yang satu sudah selesai, yang satu masih sekolah disana
T: 2 orang, namanya siapa bu? J: Oh pakai nama? Yang pertama namanya F.A.S angkatan 2006 T: Kalau yang kedua? J: Yang kedua sekarang kelas 3 SMA, berarti tahun berapa tuh? 2010 apa 2009? 2009 kayaknya ya? T: Iya bu 2009, namanya siapa bu? J: K.T angkatan 2009 T: Oke, yang pertama kali memperkenalkan Al-Zaytun ke Ibu siapa bu? J: Waktu itu sih ada bos suami di kantor, anaknya sudah sekolah disana, terus dia ngasih tau ke suami saya “nanti anaknya mau dimasukin pesantren ga gitu?” “ya, anak saya mau saya masukin ke pesantren” “yaudah kalau mau masukin ke pesantren anak saya saja, kalau mau coba observasi kesana aja langsung” yaudah, terus juga emang anak bos suami saya itu ada tiga orang yang sekolah disana angkatan 1,2,3 langsung itu. Akhirnya pas anak saya naik kelas 6 sd kan udah persiapan tuh tahun depan mau di masukin pesantren mana kan, akhirnya diajaklah anak saya kesana, Cuma berdua aja tuh sama ayahnya, saya ga ikut. Terus, pas sampai sana anak saya ga mau pulang. Katanya “yaudah deh F mah mau sekolah disini aja, ayah mah pulang aja” gitu, hahaha. Pas udah gitu, kata suami saya “ya ga bisa gitu, F kan masih kelas 6, nanti aja kalau udah lulus sd baru masuk Tsanawiyah nya disini” gitu. Akhirnya ga jadi kan, pulang. Pas udah pulang di SD ada masalah dia. Masalahnya dia dari kelas 1 sampai kelas 5 itu memang rangking 1 terus, pas kelas 6 dapat guru baru dan waktu itu bukunya belum dikasih nama, memang gurunya terkenal galak saat itu, terus fikri dikatain bego saat itu sama gurunya. “Bego amat ni buku masa ga dinamain” padahal waktu itu masih hari pertama belajar dikelas 6. Nah itu, pulang dia nangis histeris. Dia ga terima kalau di katain anak bego, gitu. “orang fikri juara 1 terus kok dikatain bego?! Itu mah gurunya aja yang bego, udah ah fikri mah mau sekolah di tempat yg waktu itu aja (Al-Zaytun)” sampai di rapatin sama guru-gurunya kan, gurunya minta maaf. Waktu itu ada olimpiade matematika dan anak saya yang menang sekecamatan, dia dengan bangganya dia bawa piala “mama aku juara kesatu” sekecamatan kan bikin dia bangga. Sedangka pada saat itu gurunya yang belum tau fikri itu siapa malah ngatain bego. Jadi dia merasa sakit hati. Yaudah akhirnya ga bisa di tunda lagi. Masuklah dia kesana. Jadi dari kelas 6 SD dia disana ga dari Tsanawiyah. Seiring perjalanan waktu ya pertama-tama sih mungkin waktu itu dia masih emosi ya, dan jauh dari orang tua, ada rasa ga betah. Waktu SD sih ngga ada masalah, masih enjoy dia. Mungkin karena dia masih ada rasa emosi dan kecewa dengan guru SD nya. Pas udah Tsanawiyah tuh dia mulai merasa jauh dari orang tua atau bagaimana gitu. Tapi, akhirnya kita orang tua yang menguatkan gitu. Jadi kami itu setiap akhir pekan yang kesana, piket sama suami, ya kalau bukan saya, suami yang kesana setiap jumat sore, jumat, sabtu, minggu, nanti malam senin kita balik. Jadi begitu kita menguatkan dia. Ya Alhamdulillah
walaupun sempat ga betah. Berkat jiwa kepemimpinan dia waktu itu dia di tunjuk menjadi ketua santri yang dari Jakarta barat. Dari situ dia sadar bahwa dia mempunyai tanggung jawab. Sampai dia juga aktif di osis juga dan jadi orang yang dipercaya dan menjadi bendahara osis, eh opaz ya kalau disana. Ya jadi nyaman aja dianya. Ya walaupun saya nanya waktu berita di 2011 itu kan. Kita kan liat diberita “gimana kak sebetulnya disana?” ”orang ga ada apa-apa” sampai waktu itu tentara turun juga kita sama-sama kerja bakti, sama-sama tentara. Ya mungkin orang yang ngomong ga bener itu karena dia tidak tau langsung ya. Cuma dari mulut ke mulut. Kalau kita kan anak disana bilang ngga apa-apa, Alhamdulillah juga yaa nyaman-nyaman aja. Anak-anak belajar seperti biasa. T: Kan yang mengenalkan pertamakali itu bos suami ibu, apa yang membuat ibu percaya kepada Al-Zaytun dan mau menyekolahkan anak ibu kesana? J: Pertama kan memang sudah pilihan anak ya, kedua saya percaya bahwa disana itu aman, jauh dari hiruk pikuk keramaian kota, pengaruh negatif, ya rasa aman gitu ya. Ketiga, saya percaya pendidikan disana itu bisa menjadi modal untuk kedepannya untuk anak saya. T: Terus, nah setelah anak ibu sekolah disana tanggapan ibu sama bapak gimana mengenai AlZaytun? J: Kita kan memang sebulan sekali kesana, ketemu anak. Kita tanya gimana, dan saya melihat anak saya setelah sekolah disana menjadi keluar jiwa kepemimpinannya. Dari segi belajar juga memang dia bukannya saya sombong, tapi dia dari SD sudah bagus belajarnya dan di tambah dengan fasilitas disana jadi mendukung belajarnya anak saya. T: Mengenai Al-Zaytun yang di kaitkan dengan aliran sesat juga NII, bagaimana tanggapan ibu sebagai wali santri? J: Kembali lagi ke pribadi masing-masing ya. Menurut pandangan orang begini, tapi kan itu hanya pandangan dia tidak merasakan dirinya disana. Tapi kalau kita pernah merasakan diri kita ada di lingkungan situ anak kita disitu ngga ada apa-apa, biasa-biasa saja. Agama yang kita jalankan disini dan disana juga sama saja. Ga ada beda. Dari awal saya lihat beritanya saya sudah ga percaya. Karena kalau memang benar seperti itu pasti sudah ada pada diri anak saya. Gambarannya kan ibarat anak saya kan udah ada nyemplung disitu, kalau benerkan pasti ada bekasnya. Ternyata, di anak saya ngga ada tuh seperti yang di beritakan saat itu. T: Setelah pemberitaan tentang Aliran sesat dan NII itu, alasan ibu dan bapak tetap menyekolahkan anak ibu disitu apa bu? J: Ya kembali kepada fitrah masing-masing. Kita semua kan orang islam, kalau kita curiga satu sama lain saperti itu kapan kita majunya? Yang ada kita tidak saling percaya, nanti ngga menjadi satu kesatuan, malah menjadi perpecahan. Saya pikir begitu. Jadi umat islam kan harus maju. Disana itu seperti gambaran kecil suatu perkembangan umat islam. Tapi, jangankan non muslim,
orang islam sendiri banyak yang tidak menyadari sedang apa kita sekarang? Kalau kita sebagai umat islam ga mau maju? Ya kembali lagi kepada individunya, kepada aqidah masing-masing. T: Menurut ibu sebagai wali santri Al-Zaytun itu seperti apa sih? Sebagai wali santri yang menyekolahkan anaknya disana? J: Semua manusia, lembaga pendidikan ga ada yang sempurna, yang sempurna itu hanya Allah. Jadi memang masih ada yang perlu dibenahi, terus memang sekarang udah bagus tapi masih ada juga memang harus diperbaiki, gitu. Ya mudah-mudahan kedepannya Al-Zaytun akan semakin bagus lagi dan apa yang harapkan oleh wali santri T: Memang yang di harapkan itu apa bu? J: Ya itu misalnya masalah administrasi, keuangan, kadang-kadang masih ada missed dimana kita sudah melunasi tapi ternyata masih ada beberapa yang belum lunas. Lalu juga penanaman kedisplinan kepada para santri juga masih agak kurang. Memang peraturan disana sudah bagus tapi kembali lagi ke individunya. Mungkin itu karena kurangnya pantauan orang tua juga jadi anaknya merasa bebas. Ada yang sudah dikirim uang untuk membayar ini itu eh pas mau pulang malah belum di bayarkan, jadi itu kembali ke individunya masing-masing. Ketaatan kepada guru, orang tua, memang kita menitipkan anak kita disana tapi bukan berarti 100% kita tidak mengawasi, kita juga harus control juga. T: Kalau yang ibu lihat, citra dari Al-Zaytun sendiri gimana sih menurut ibu? Citra keseluruhan hingga ibu percaya menyekolahkan anak ibu disana J: Citra nya sih bagus ya, baik semuanya. Planningnya bagus. Cuma tinggal yang menjalankannya ini aja yang belum sesuai dengan planning yang sudah dibuat. Kembali kepada pribadi masing-masing lagi. Kepada pekerjanya, gurunya, memang semuanya bagus tapi pelaksanaannya ini masih harus punya kesadaran dan tanggung jawab masing-masing. Kembali kepada pribadi masing-masing, dimana kita semua mengerjakan tanggung jawabnya ke Allah. T: Baik bu, sudah selesai wawancaranya nih. Jika nanti ada yang kurang bisa saya hubungi lagi ya bu? Terimakasih banyak atas waktunya. J: Iya nanti kabarin aja kalau masih ada yang kurang, sama sama.
TRANSKIP WAWANCARA Nara Sumber
: Umy Sumiati
Jabatan
: Wali Santri
Tanggal Wawancara : 21 Februari 2016
T: Tante, aku bani yang mau wawancara. J: Oh iya, dari mana bani? T: Dari UIN tante J: Oh UIN, iya iya T: Saya rekam ya tante, nama tante siapa? J: U.S T: Tante, kalau boleh tau anak tante yang sekolah disana berapa orang? J: Yang pertama Alif Starfath angkatan 2005, yang kedua Rafi Kurniawan angkatan 2007, yang ketiga Anisa Beauty angkatan 2009, yang keempat Azizah Salsabila angkatan 2013. T: Yang pertama kali mengenalkan Al-Zaytun ke tante itu siapa? J: Koordinator, pak yusuf. T: itu bertemunya gimana tante? J: Waktu itu kan tante bisnis di Bali, jadi itu dari temen diajak ke rumah, dikenalin. Terus tadinya kan berteman, lalu koordinator ini menawarkan tentang Al-Zaytun bawa katalog kesitu. T: Lalu pendapat tante sewaktu itu bagaimana? J: Wow, pertamakali. Karena kita di Bali belum pernah lihat pesantren seperti itu. Diterangin sama pak yusuf waktu itu tentang visi misi Al-Zaytun, gitu kan. Setelah itu, kita dikasih CDnya. Ya dari situ kami tertarik walaupun belum pernah kesana. Dari pertamakali beliau memperkenalkan Al-Zaytun, menerangkan visi misinya, kami tertarik. T: Lalu apa yang membuat tante percaya dan ingin menyekolahkan anak tante kesana? J: Visi misinya satu. Visi misinya tentang program-program disana, bahwa anak-anak disana tidak seperti pesantren pada umumnya mereka hanya belajar ngaji, Al-Qur’an, Sholat, gitu ya. Tapi, disitu mereka menanamkan budaya sosialisasi antar negara, antar provinsi yang mana itu
tidak mudah kita dapatkan dalam satu tempat. Kalau anak saya sekolah di Bali kan pergaulannya Cuma disitu-situ saja kan, tapi kalau di Al-Zaytun satu itu kelebihannya dia belajar sosialisasi antar daerah, antar pulau, antar negara bahkan. Itu satu. Yang kedua kalau masalah ngaji, kalau di pesantren yasudah segitulah yah, sudah aman. Tapi, plus plus plus nya yang lain itu yang membuat tante tertarik untuk menyekolahkan anak tante disitu. T: Lalu setelah anak tante diterima dan bersekolah disana, tanggapan tante bagaimana? J: Untuk yang pertama tante bangga. Anak saya yang pertama, melihat Al-Zaytun itu wow banget pokoknya, seneng banget merasa beruntung bisa menyekolahkan anak disana. Itu yang pertama. Karena kan tante disana keliling. Mulai dari melihat perkebunan, pertaniannya, perikanan, peternakan, semuanya. Saya lihat semuanya, kebetulan saya bergerak dibidang furniture dan saya melihat Al-Zaytun itu kemandiriannya yang sangat luar biasa. Semua bisa ditangani sendiri dan semuanya tersistem yang mana pada saat itu kalau kita berbicara tentang jalan, dan penerangan lampu jalan itu belum sebagus di Al-Zaytun, tapi di Al-Zaytun sudah diterapkan. Itu satu. Yang kedua saya melihat anak-anak itu tumbuh kelihatan bergizi terus terawat, mereka terlihat sehat luar dalam gitu. T: Selanjutnya, kan sempat tersiar kabar mengenai keterkaitan Al-Zaytun dengan Aliran Sesat juga NII, bagaimana tanggapan tante mengenai berita tersebut sebagai seorang wali santri dan juga masyarakat? J: Sejauh ini, karena anak tante bukan hanya Alif saja ya. Saya pelajari kesemua anak saya, sampai anak saya yang keempat pun saya mau tarik, seiring dengan perjalanan Al-Zaytun sekarang yang saya tau. Karena kan saya tidak mengerti detail tentang hal itu, tapi dari pengamatan dan rasa selama ini anak-anak saya membuat saya kurang untuk melanjutkan sekolah anak saya disitu. Jadi mulai dari Alif saya puas, mulai dari Rafi terus Ica itu mulai menurun, mulai menurun. Disiplin mereka kurang terus pendidikan yang mereka dapetin juga kurang. Entah itu dari anak saya sendiri atau dari keseluruhan. Tapi, yang saya rasakan tidak seperti saat saya pertama kali memasukkan anak saya kesitu. Nah, seiring dengan berita tentang NII itu sebetulnya saya tidak begitu secara kasarnya tidak begitu peduli. Karena apa? Karena saya tidak merasakan anak-anak saya mendapakan pendidikan seperti itu. Kalau misalnya di luar anak-anak, di luar santri itu ada system NII itu kan di luar, saya ga ngerti. Tapi yang jelas tidak mempengaruhi anak-anak yang sekolah disitu. Itu yang saya rasakan, tapi kalau anak yang lain saya tidak tahu. Jadi, kan setiap tahun selalu ada pembicaraan tentang NII, kalau menurut saya di Indonesia sendiri islam itu kurang menyatu. Masing-masing kelompok membenarkan dirinya sendiri, kan gitu. Tidak saling support. Itu kalau masalah organisasi kan sudah jauh larinya. Yang saya tahu, saya disitu pertama karena saya tertarik dengan Al-Zaytun, saya menyekolahkan anak-anak saya disitu sampai empat. Ada berita begini begitu dan saya tidak membuktikan itu dan anak saya juga tidak terpengaruh makanya saya sampai empat memasukkan anak disitu. Tapi, diluar itu kalau misalnya ada kaitannya Al-Zaytun dengan NII saya tidak tahu. Yang jelas
sampai saat ini anak-anak Alhamdulillah akhlaknya bagus, terus sopan santunnya juga bagus. Ya yang saya tahu seperti itu. T: Lalu, menurut tante bagaimana citra Al-Zaytun saat ini? J: Kalau menurut pandangan saya yang saya lihat dan saya rasakan ya. Ini kita bicara keseluruhan atau saya pribadi? Kan penilaian orang masing-mansing. T: Menurut tante saja. J: Menurut saya ya, orang kalau saya bicara tentang anak saya ya tentang sekolah di Al-Zaytun pasti mereka bilang begini “oh, anaknya sekolah yang di NII itu?” itu bukan satu dua orang, itu ratusan orang sudah bicara seperti itu. Tapi, saat itu dengan lingkungan di Bali yang notabene banyak perkawinan orang luar dengan lokal, mereka itu sangat tertarik untuk anaknya sekolah di Al-Zaytun, bahkan kemarin 3 bulan yang lalu itu, ini ibunya belanda, ini perkawinan dengan orang lokal ya. Cuma saya tidak bisa mereferensikan seperti saat pertama kali anak saya sekolah disitu, gitu ya. Jadi antusiasme saya tidak seperti dulu. Karena beda jauh yang saya rasakan sekarang. Seiring dengan pemberitaan itu memang citra Al-Zaytun jadi tidak bagus, itu sayang sekali. Pendidikan sebesar itu, fasilitas selengkap itu yang saya rasakan tidak terawat seperti dulu. Itu kalau bicara tempat, saya kan sering datang kesitu. Karena saya merasakan itu seperti rumah saya pribadi. Jadi merasakan saat tahun 2005 sekarang sudah 2016 itu Al-Zaytun bukannya semakin bagus, harusnya kan semakin lama, semakin dewasa dia semakin bagus. Satu, mulai bangunan sudah mulai tidak terawat, terus orang-orang disana juga bukannya kurang welcome, mereka welcome tapi harusnya lebih bagus lah. Terus, masalah kedisiplinan juga kurang. Jadi kalau misalnya orang bilang citra Al-Zaytun sekarang itu memang tidak bagus menurut mereka. Tapi kalau menurut saya pribadi sampai hari ini dalam konteks belajar saja yang saya tahu menurun. Bukan tidak bagus ya, tapi menurun. Mungkin fasilitas untuk anakanak juga kurang, mereka jadi tidak nyaman, akhirnya terjadi efek-efek yang selama ini kita mau proteksi benar. Yang ga boleh ini, ga boleh itu, justru yang seperti itu malah terjadi. Gitu kan. T: Itu contohnya seperti apa tante? J: Yah contohnya seperti sekarang, pesantren atau pendidikan, terutama pesantren ya. Anak rijal dan nisa kan dipisah. Disitu kan ada peraturan-peraturan kan yang akhirnya terjadi suatu penyimpangan-penyimpangan, sampai terjadi seperti mereka pacaran yang bahkan lebih dari pacaran dan akhirnya mereka dikeluarkan dari sekolah. Nah, sayangnya disini Al-Zaytun itu pada saat mereka punya masalah bukannya Al-Zaytun menyelesaikan malahan mereka menyuruh pergi. Anak sekolah disitu itu bukannya mereka baik-baik, kalau mereka itu tidak baik seharusnya Al-Zaytun itu care, peduli supaya mereka baik, bukan saat mereka punya masalah mereka dikeluarin. Yang terjadi kan seperti itu. Nah, sekarang sebagai seorang pendidik, sebuah pesantren, dimana letak pedulinya terhadap santri? Kalau santrinya berbuat kesalahan terus dikeluarin kan jadi aib diluar, kenapa dia tidak bina. Dan itu banyak santri yang seperti itu. Orang tuanya kecewa lah. Karena kita sebagai wali santri tidak boleh namanya komite wali
santri. Tidak ada. Harusnya kan ada komite wali santri untuk mensinergikan bagaimana anak saya, perkembangan anak saya seperti apa, sedangkan Al-Zaytun kan dia maunya sendiri mendidik. Tapi saat anak ada masalah Al-Zaytun tidak peduli. Oke mungkin dia kasih sp 1, sp 2 tapi namanya anak-anak kan bagaimana dia bikin suatu kesalahan lalu menjadi lebih baik seperti saat pertama orang tuanya menitipkan anaknya disana. Seperti kan ada akadnya. Kalau saya mendidik anak saya, anak saya bikin kesalahan, otomatis saya akan memperbaiki pelan-pelan sampai dia menjadi lebih baik. Harusnya Al-Zaytun seperti itu. Bukan saat dia santri membuat kesalahan bukannya diingetin malah disuruh keluar. Ngga seperti itu, harusnya dia mendidik, dia membina, supaya anak itu bisa menceritakan mungkin anak itu punya masalah dengan orang tua, mungkin dia punya masalah dengan teman, kan ngga semua dengan guru dia bisa cerita. Ada namanya guru psikologis, dia bisa cerita disitu sehingga anak itu pada saat dia punya masalah dia bisa curhat, dia bisa tenang, dia bisa belajar lagi dengan baik, dia bisa lulus disitu. Puas. AlZaytun baik, santrinya baik. Tapi sekarang santri punya masalah dikeluarin ya apa yang terjadi? Otomatis kan tidak baik juga, Yang dia bilang mau jadi duta Al-Zaytun, duta yang mana? Kalau Al-Zaytun tidak mengajarkan, dia hanya mengajarkan Sholat, Ngaji, Sekolah, Ekstrakurikuler, apa lagi? Mereka tidak di didik untuk mandiri, tidak. Yang saya rasakan anak-anak tidak di didik dengan mandiri. Jadi, memang semua fasilitas itu diberikan. Jadi gitu, itu versinya tante. T: Okey, tante sudah semua terjawab pertanyaannya. J: Oh iya iya T: Makasih ya tante, nanti kalau ada hal-hal yang kurang saya bisa hubungi tante lagi boleh ya? J: Iya silahkan.
Wawancara bersama ketua dewan guru Mahad Al-Zaytun
Wawancara bersama Humas Mahad Al-Zaytun
Wawancara dengan ibu Umy Sumiati
Wawancara dengan ibu Tini S.Pd
REKAPITULASI PENERIMAAN SISWA SEKOLAH MENENGAH AL-ZAYTUN AL-ZAYTUN 2005 2015 TH. AJARAN
Mendaftar
Prosentase siswa yang diterima Jumlah R N Jumlah
Diterima
Angkatan
Tahun
R
N
Jumlah
R
N
7
2005
352
278
630
323
253
576
91,76
8
2006
284
253
537
260
240
500
91,55
9
2007
234
187
421
196
160
356
83,76
10
2008
248
200
448
218
180
398
87,90
11
2009
222
156
378
198
145
343
89,19
12
2010
164
166
330
153
163
316
93,29
13
2011
155
153
308
149
151
300
96,13
14
2012
179
148
327
171
148
319
95,53
15
2013
252
216
468
244
216
460
96,83
16
2014
285
214
499
274
209
483
96,14
17
2015
273
282
555
273
280
553
100,00
Grand Total
2.648 2.253
4.901
2.459 2.145
4.604
1.022
91,01 94,86 85,56 90,00 92,95 98,19 98,69 100 100 98 99 1.048
91,43 93,11 84,56 88,84 90,74 95,76 97,40 97,55 98,29 96,79 99,64 1.034
INDRAMAYU- Keberadaan Pondok Pesantren Al Zaytun yang berlokasi di Desa Mekarjaya, Kecamatan Gantar, Kabupaten Indramayu, Jawa Barat, dalam beberapa pekan terakhir menjadi pembicaraan publik. Hal itu semakin gencar diberitakan di sejumlah media massa menyusul adanya tuduhan keterikatan Ponpes Al Zaytun serta petingginya dengan gerakan Negara Islam Indonesia (NII). Seberapa jauh dampak yang ditimbulkan atas isu publik yang cukup hangat tersebut oleh santrisantri Ponpes Al Zaytun. Sejumlah santri ponpes yang ditemui mengaku tidak terpengaruh dengan pemberitaan deras menyudutkan ponpes pimpinan Panji Gumilang yang dikaitkan dengan NII. Taufik Hardiyanto, salah seorang santri Madrasah Aliyah (MA) kelas 10 mengaku mengetahui informasi tentang Al Zaytun dan NII dari internet maupun televisi. Namun, secara pribadi dia tidak terpengaruh terhadap perkembangan yang terjadi di luar. Taufik mengaku tetap fokus dan berkonsentrasi mengikuti kegiatan belajar mengajar. Terlebih saat ini tengah memasuki ujian akhir sekolah (UAS). “Sepertinya tidak berpengaruh banyak dan santri juga tetap fokus belajar,” ujar remaja 16 tahun ini, Kamis (12/5/2011). http://news.okezone.com/read/2011/05/12/340/456177/inilah-komentar-santri-warga-tentang-alzaytun
Kemenag: al Zaytun bersih dari NII Terbaru 11 Mei 2011 - 20:27 WIB
Gedung utama pesantren Mahal al Zaytun Kementerian Agama Indonesia menyatakan, tidak ditemukan indikasi yang mengkaitkan pesantren Mahat Al-Zaytun dengan jaringan Negara Islam Indonesia (NII), seperti yang dituduhkan oleh berbagai pihak belakangan ini. Pernyataan ini keluar dari seorang pejabat Kementerian Agama saat dihubungi BBC menyangkut kunjungan Menteri Agama Suryadarma Ali ke pondok pesantren yang terletak di Kuningan, Jawa Barat. Dirjen Bimbingan Masyarakat Islam Kementerian Agama Nazaruddin Umar mengatakan kunjungan menteri agama ke Pondon Pesantren Al-Zaytun adalah untuk melakukan dialog sehubungan dengan beredarnya tuduhan keterkaitan dengan NII tersebut. http://www.bbc.com/indonesia/berita_indonesia/2011/05/110511_depag_nii_zaytun.shtml
Silakan Buktikan Al Zaytun Terkait NII Minggu, 15 Mei 2011 19:28 WIB | 3.800 Views
Suryadharma Ali. (ANTARA/Asep Fathulrahman) Bandung (ANTARA News) - Menteri Agama (Menag), Suryadharma Ali, mempersilakan kepada siapa pun yang bisa membuktikan bahwa adanya keterkaitan antara Pesantren Al Zaytun di Indramayu, Jawa Barat, yang didirikan oleh Panji Gumilang dengan Negara Islam Indonesia (NII). "Siapa yang mengatakan Al Zaytun terkait NII silakan bukitkan, jangan cuma dikatakan. Kalau kita menuduh tanpa pembuktian, khawatir menjadi fitnah," kata Suryadharma Ali, di Bandung, Minggu petang. Ia menegaskan, jika memang terbukti ada keterkaitan antara Pesantren Al Zaytun dengan NII mengapa pihak keamanan polisi sampai sekarang tidak memprosesnya secara hukum. "Kalau memang terbukti mengapa pihak kemanan tidak memproses. Itu kalau memang terbukti," ujarnya. Terkait kedatangannya ke Pondok Pesantren Al Zaytun, ia menyatakan bahwa kunjungan dirinya ke tempat tersebut merupakan sebuah langkah yang diambil untuk melihat langsung apa yang dikerjakan di sana. "Saya datang ke sana melihat apa yang dikerjakan, bukan hanya sekedar menyimpulkan apa yang dikerjakan. Jadi, saya melihat apa yang dikerjakan di sana. Saya tidak melihat, sistem pengaitan lembaga Al Zaytun dengan NII," katanya.
Menurut dia, susah untuk mengaitkan Pesantren Al Zaytun dengan NII karena dari segi pengelolaan gedung, pendidikan, biaya pendidikan dan manajemen sudah menggunakan sistem yang modern. "Di sana, dari segi gedung sangat modern, pengelolaan pendidikan modern, pembiayaan pendidikan dengan cara yg modern, manajemen modern dan apresiasi terhadap seni musik jauh lebih besar. Atas dasar itu, saya melihat sesuatu yang berbeda kalau pondok pesantren tidak memiliki pandangan yang radikal itu tidak terlihat tanda-tanda itu," katanya. Menag mengatakan, saat dirinya berkunjungan ke Pesantren Al Zaytun, ia sempat melakukan dialog dengan pendirinya, yakni Panji Gumilang. "Saat saya datang ke sana. Saya membuka dialog dan disaksikan 50 sampai 70 wartawan. Saya tanyakan kepada Syekh Panji. Wartawan banyak tanya ke saya tentang Al Zatyun ada kaitannya dengan NII. Saya tidak bisa menjawab karena saya tidak tahu." katanya. Menag menimpali, "Oleh karenanya, saya mencari informasi langsung dari sumber pertamanya. Syekh ini, menurut pandangan orang, memiliki keterkaitan dengan NII karena tiga unsur, diantaranya historis dan pendanaan. Apa benar? Itu saya tanyakan semua kepada beliau, dan beliau membatahnya," kata Suryadharma Ali. Oleh karena itu, ia mengemukakan, atas dasar hal tersebut pihaknya menyatakan bahwa sulit untuk menyatakan bahwa ada keterlibatan antara NII dengan Pondok Pesantren Al Zaytun di Indramayu. Ia menyatakan, pandangannya tentang Pesantren Al Zaytun juga merupakan sebuah konfirmasi terhadap hasil penelitian yang dilakukan oleh Penelitian dan Pengembangan (Litbang) Kementerian Agama tahun 2002 tentang keterlibatan Pesantren Al Zaytun dengan NII. "Penelitian Badan Litbang Kementerian Agama pada tahun 2002 yang digali dari lulusan, murid, kurikulum, buku-bukunya, metode pendidikan, pendidikan ekstra kulikuler, sama dengan saya, hasilnya sulit mengaitkan lembaga Al Zaytun dengan NII," katanya. Pihaknya juga meminta tidak mau gegabah dalam memberikan penilian bahwa Al Zaytun ada kaitannya dengan NII karena masalah alumni atau lulusannya. "Sudah ada puluhan ribu lulusan Al Zaytun. Kalau puluhan ribu lulusan Al Zaytun mencari kerja, lalu di cap sebagai kader Islam garis keras gimana? Padahal, tidak terbukti. Saya minta
semua pihak bisa arif dan bijaksana dalam menyikapi hal ini," katanya. (U.KR-ASJ/Y003) Editor: Priyambodo RH COPYRIGHT © ANTARA 2011 http://www.antaranews.com/berita/258692/silakan-buktikan-al-zaytun-terkait-nii MUI: Lihat Kaitan Pemimpin Al Zaytun & NII KW 9, Jangan Asal Datang May 13, 2011 by admin Jakarta – Majelis Ulama Indonesia (MUI) masih berpegang pada penelitiannya pada 2002, bahwa ada keterkaitan pemimpin Al Zaytun dengan NII KW 9. Menurut MUI, untuk membuktikan keterkaitan itu tidak bisa dilakukan hanya dengan asal datang ke Ma’had Al Zaytun. “Dari penelitian kami pada 2002, ada keterkaitan kepemimpinan dan finansial. Untuk klarifikasi itu tidak hanya asal datang. Perlu auditing pada keuangannya dari dulu dan sekarang. Sumbernya itu bagaimana,” ujar Ketua MUI, Amidhan, saat dihubungi detikcom, Jumat (13/5/2011). Yang dimaksud “asal datang” adalah kunjungan Menteri Agama Suryadharma Ali pada Rabu 11 Mei ke Al Zaytun. Kedatangan Surya yang sudah direncanakan jauh hari itu disambut meriah. Hasil kunjungan itu adalah tidak ada yang aneh di Al Zaytun. Amidhan menegaskan, dari segi pendidikan, Al Zaytun tidak ada masalah. Karenanya pesantren tersebut harus diselamatkan dari kemungkinan cengkeraman NII KW 9. Soal auditing dana Al Zaytun dan mendalami dugaan keterkaitan dengan NII KW 9, menurut Amidhan, bukan domain MUI, melainkan pemerintah. “Itu urusan negara. Begitu juga soal penyimpangan NII KW 9 yang menabrak pilar kenegaraan itu, juga soal kriminalitas adalah urusan negara juga. MUI tidak punya domain. MUI hanya ingin meluruskan pemahaman,” bebernya. Terkait penggantian ketua Yayasan Pesantren Indonesia (YPI) sebagai pengelola Al Zaytun, imbuhnya, tentu bukan persoalan mudah. Sebab yayasan memiliki badan hukum. Amidhan mendorong kepolisian untuk bertindak lebih cekatan, mengingat sudah ada berbagai laporan kepada polisi. “Ini kepolisian dong (bertindak). Kan sudah ada yang melapor, laporan banyak. Kalau Menag melihat tidak ada keterkaitan, itu urusan Menag,” kata pria berkacamata ini. Amidhan menuturkan, penelitian MUI pada 2002 terkait Al Zaytun dan NII KW 9 telah disampaikan ke Kementerian Agama, Mabes Polri dan Kejagung. “Waktu itu yang menerima kita Kombes Dada Rosada, masih ada catatannya di kita. Penelitian saat itu tidak kita buka ke publik karena situasinya yang membuat tidak mudah untuk dibuka,” terangnya.
Kendati penelitian dilakukan MUI 9 tahun lalu, namun masih cukup relevan dengan kondisi sekarang ini. “Dilihat relevan atau tidak dengan kondisi sekarang, saya kira masih cukup relevan. Tidak ada yang beda dengan yang belakangan ini kita dengar,” ucap Amidhan. Menurut peneliti MUI terdapat 3 hubungan antara Al Zaytun dengan NII KW 9. Pertama, hubungan historis di mana kelahiran Ma’had Al Zaytun memiliki hubungan historis dengan organisasi NII KW 9. Kedua, hubungan finansial di mana ada aliran dana dari anggota dan aparat teritorial NII KW 9 yang menjadi sumber dana signifikan bagi kelahiran dan perkembangan Ma’had Al Zaytun. Ketiga, hubungan kepemimpinan di mana kepemimpinan di Ma’had Al Zaytun terkait dengan kepemimpinan di organisasi NII KW 9 terutama pada figur Panji Gumilang dan sebagai pengurus YPI. Saat dikunjungi Menag Suryadharma Ali pada Rabu (11/5) lalu, Panji menegaskan dirinya tidak pernah terkait dengan NII. Menag pun menyatakan tidak melihat adanya keterkaitan Al Zaytun dengan NII KW 9.(detik.com) mui.or.id/homepage/berita/berita-singkat/mui-lihat-kaitan-pemimpin-al-zaytun-a-nii-kw-9jangan-asal-datang.html
Jakarta - Majelis Ulama Indonesia (MUI) pernah melakukan penelitian terhadap Pondok Pesantren Al Zaytun yang dipimpin Panji Gumilang pada tahun 2002. Dari penelitian itu, MUI menemukan adanya penyimpangan. \\\"Kita lakukan penelitian tahun 2002 terhadap Ma\\\'had Al-Zaytun. Tim terdiri dari 11 orang dan saya ketua timnya,\\\" kata Ketua MUI Ma\\\'ruf Amin dalam jumpa pers di kantor MUI, Jl Proklamasi, Jakarta Pusat, Rabu (11\/5\/2011). Penelitian itu diambil dari saksi sejumlah orang seperti mantan anggota atau petinggi NII KW 9, orangtua atau keluarga korban serta mantan guru yang pernah mengajar di ponpes tersebut. MUI kemudian menelusuri informasi dari saksi-saksi tersebut. http://news.detik.com/berita/1637494/mui-temukan-kaitan-al-zaytun-nii-kw-9-minta-panjigumilang-diklarifikasi?n990102mainnews=