TESIS
STRATEGI PROMOSI PARIWISATA PROVINSI GYEONGGI DI KOREA SELATAN UNTUK MENARIK WISATAWAN INDONESIA
KANG HYEONSEOCK
PROGRAM PASCASARJANA UNIVERSITAS UDAYANA DENPASAR 2016
i
STRATEGI PROMOSI PARIWISATA PROVINSI GYEONGGI DI KOREA SELATAN UNTUK MENARIK WISATAWAN INDONESIA
KANG HYEONSEOCK NIM 1491062001
PROGRAM MAGISTER PROGRAM STUDI KAJIAN PARIWISATA PROGRAM PASCASARJANA UNIVERSITAS UDAYANA DENPASAR 2016
ii
TESIS
STRATEGI PROMOSI PARIWISATA PROVINSI GYEONGGI DI KOREA SELATAN UNTUK MENARIK WISATAWAN INDONESIA
Tesis untuk Memperoleh Gelar Magister pada Program Magister Program Studi Kajian Pariwisata, Program Pascasarjana Universitas Udayana
KANG HYEONSEOCK NIM 1491062001
PROGRAM MAGISTER PROGRAM STUDI KAJIAN PARIWISATA PROGRAM PASCASARJANA UNIVERSITAS UDAYANA DENPASAR 2016
iii
Lembar Pengesahan
TESIS INI TELAH DISETUJUI TANGGAL 28 NOVEMBER 2016
Pembimbing I,
Pembimbing II,
Prof. Dr. I Nyoman Darma Putra, M. Litt NIP 196112051986031004
Dr. Ir Syamsul Alam Paturusi,MSP NIP 195705061984031001
Mengetahui,
Ketua Program Studi Magister Kajian Pariwisata Program Pascasarjana Universitas Udayana,
Direktur Program Pascasarjana Universitas Udayana,
Prof. Dr. I Nyoman Darma Putra, M. Litt NIP 196112051986031004
Prof. Dr. dr. A A Raka Sudewi, Sp.S(K) NIP 195902151985102001
iv
Tesis Ini Telah Diuji pada Tanggal 25 November 2016
Panitia Penguji Tesis Berdasarkan SK Rektor Universitas Udayana, Nomor 5845/UN14.4/HK/2016, Tanggal 16 November 2016
Ketua
: Prof. Dr. I Nyoman Darma Putra, M. Litt.
Sekretaris
: Dr. Ir Syamsul Alam Paturusi,MSP.
Anggota
: 1. Prof. Made Sudiana Mahendra, Mapp.Sc.Ph.D. 2. Prof. Dr. Ir. Made Antara, MS. 3. Dr. Ir. Widiastuti., MT.
v
vi
UCAPAN TERIMA KASIH Sebelum berangkat ke Indonesia, khususnya Bali saya mencari informasi tentang Indonesia melalui internet dan mulai mengetahui sedikit demi sedikit tentang berbagai potensi alam, budaya, dan ekonomi Indonesia. Secara khusus, saya mencari tahu lebih dalam mengenai kepariwisataan Indonesia yang kemudian mengarahkan saya ke Pulau Dewata. Akhirnya, Bali menjadi tujuan utama saya untuk belajar tentang sumber daya pariwisata dan karakterisitik pariwisata Indonesia. Teman-teman mahasiswa di Universitas Udayana (Unud) maupun teman seangkatan sering bertanya “Mengapa Pak Kang datang ke Bali untuk studi?” Saya tersenyum dan menyampaikan bahwa saya sedang mempunyai misi yang baik untuk Korea dan Indonesia. Tak lupa saya mengucapkan terima kasih ketika menjawab pertanyaan-pertanyaan mereka. Kajian Pariwisata merupakan program studi yang menjadi studi saya selama dua tahun terakhir di Universitas Udayana. Suatu keberuntungan bagi saya pribadi karena melanjutkan studi di kampus yang secara inklusif sebagai „Wonderful Indonesia‟. Teman-teman mahasiswa dari berbagai daerah di Indonesia berkumpul dan belajar bersama dengan gembira. Saling bertukar informasi mengenai daya tarik wisata di daerah asalnya, sebaliknya saya memberikan informasi tentang segala sesuatu yang berhubungan dengan Korea dan pariwisata Provinsi Gyeonggi. Biasanya ketika melakukan studi di luar negeri stres seringkali dialami karena adanya perbedaan budaya dan cara hidup masyarakat. Saya justru merasa nyaman karena masyarakat Indonesia ramah, unik, dan terbuka. Kesulitan yang sempat terpikirkan saat di Korea ternyata hanya pola pikir (mindset) yang keliru sebab kehidupan sehari-hari selama di Indonesia membawa kesenangan bagi saya. Oleh karena itu, saya ucapkan terima kasih kepada Negara Kesatuan Republik Indonesia. Selain itu, selama hampir 50 tahun, saya tidak pernah belajar atau bekerja di bidang kepariwisataan. Bali memberikan pengetahuan kepariwisataan tentang karakteristik kehidupan seseorang sambil menikmati keindahan alam dan budaya Indonesia, khususnya Bali. Ketika tubuh dan hati lelah, saya mengelilingi pantai
vi
dan menikmati gemuruh ombak sambil menikmati sunrise, sunset dan panorama landscape pegunungan dengan teman-teman Indonesia. Saya juga mengunjungi kebun kopi, sekolah atau desa yang terletak di kampung yang jauh dari keramaian. Terkadang berpartisipasi dalam upacara pernikahan, pemakaman, dan potong gigi. Saya dapat merasakan budaya tradisional masyarakat Bali. Pikiran terbuka (open mind) mereka menambah wawasan pengetahuan dan memberikan pandangan atau misi yang baru bagi saya yang sebelumnya hanya tinggal di Korea. Saya ucapkan terima kasih kepada Pulau Dewata Bali. Perhatian dan kesempatan sebagai mahasiswa dan keluarga besar Universitas Udayana begitu bermakna bagi saya pribadi. Berkat dorongan besar dari Prof. Dr. dr. Ketut Suastika, Sp.PD-KEMD selaku Rektor Universitas Udayana dan Prof. Dr. dr. A.A. Raka Sudewi, Sp.S(K) selaku Direktur Program Pascasarjana Universitas Udayana, saya dapat menyelesaikan pendidikan Program Magister Pariwisata Universitas Udayana. Penulis ucapkan terima kasih untuk kampus yang memiliki visi sebagai institusi pendidikan yang unggul, mandiri, dan berbudaya yaitu almamater tercinta Universitas Udayana. Sebagai PNS yang sudah lama tidak belajar setelah lulus S2 Ilmu Hukum di Dongguk University pada tahun 1993, melanjutkan gelar master di luar negeri adalah tantangan besar. Dengan berbagai tantangan dalam penelitian maupun penulisan, berkat bimbingan Prof. Darma Putra sebagai pembimbing I, Dr. Syamsul Alam Paturusi sebagai pembimbing II dan Prof. Dr. Made Antara, MS., Prof. Made Sudiana Mahendra, Ph.D., Dr. Ir. Widiastuti, MT. sebagai Penguji, akhirnya karya ilmiah (tesis) ini dapat terselesaikan. Proses
bimbingan
yang
dimulai
sejak
saat
menetapkan
judul,
konseptualisasi penelitian, metodologi, hingga penyajian hasil analisis merupakan proses pembelajaran bagi saya karena saran dari kedua dosen pembimbing dan ketiga dosen penguji sangat berarti untuk menyempurnakan penelitian ini. Saya juga terkadang melakukan diskusi dan sharing dengan teman-teman untuk memberikan masukan dan dukungan moral. Tak ada kata yang lebih indah untuk saya ucapkan selain terima kasih kepada dosen pembimbing, staff dan temanteman di Program Studi Magister Kajian Pariwisata.
vii
Selanjutnya, Prof. Darma Putra merekomendasikan agar saya mengajar teman-teman sekelas tentang budaya Korea dan Bahasa Korea, maka pengalaman tersebut di UNUD selama dua semester menjadi kenangan (memory) yang berharga setelah kembali Korea. Menariknya, Prof. Darma berpesan dengan slogan “memang ada jawaban di lapangan daripada di meja tulis”. Pesan ini terbukti karena saya menemukan fakta-fakta yang menarik seperti karakteristik wisatawan, hubungan transaksional agen perjalanan wisata, dan fakta-fakta unik lainnya. Memang di masa kepemimpinannya, Prof. Darma Putra mementingkan studi lapangan sehingga mahasiswa dapat mengetahui korelasi antara teori dan praktek di lapangan. Mahasiswa seringkali diajak untuk melakukan studi lapangan seperti mengunjungi situs warisan budaya subak Jatiluwih dengan daya tarik Rice Terracenya, Taman Ayun, dan daya tarik wisata lainnya. Mahasiswa juga dipertemukan dengan stakeholder yang memiliki peranan penting dalam pembangunan kepariwsataan Indonesia yaitu ITDC di Nusa Dua. Fakta menarik lainnya adalah Provinsi Gyeonggi dan Indonesia memiliki kesamaan dalam fenomena kunjungan wisatawan. Sumber daya pariwisata di Provinsi Gyeonggi begitu potensial karena jenis daya tarik wisatanya yang beragam. Namun, dibandingkan dengan Ibu Kota Seoul atau Pulau Jeju, jumlah kunjungan wisatawan asing di Provinsi Gyeonggi belum begitu signifikan. Demikian halnya di Indonesia, daya tarik wisata yang dimilikinya sangatlah potensial, namun wisatawan mancanegara yang berkunjung relatif lebih sedikit dibandingkan dengan negara-negara tetangga. Jumlah wisatawan mancanegara ke Indonesia mencapai sekitar 9 juta orang pada tahun 2015, yang jumlah ini masih berada bawah Singapura, Malaysia, dan Thailand. Berdasarkan data dan fakta tersebut maka saya berharap hasil penelitian tesis ini memberikan sesuatu solusi bagi kedua Negara untuk pembangunan kepariwisataan di masa depan. Denpasar, November 2016 Penulis
viii
ABSTRAK STRATEGI PROMOSI PARIWISATA PROVINSI GYEONGGI DI KOREA SELATAN UNTUK MENARIK WISATAWAN INDONESIA Penelitian ini bertujuan untuk mengidentifikasi strategi promosi pariwisata yang efektif kepada wisatawan Indonesia yang berkeinginan untuk mengunjungi Korea. Berdasarkan daya tarik wisata yang dikunjungi, sebagian besar wisatawan Indonesia menjadwalkan perjalanan ke tempat populer seperti Ibu Kota Seoul, pulau Jeju, sedangkan di Provinsi Gyeonggi singgah beberapa jam atau merupakan jalur yang dilewati saja. Provinsi Gyeonggi memiliki daya tarik wisata yang variatif dan menarik seperti Everland, DMZ(DeMiliterized Zone), warisan budaya dunia. Namun, kebanyakan wisatawan Indonesia belum sempat mengunjungi daya tarik wisata ini. Metode penelitian yang digunakan secara keseluruhan merupakan penelitian deskriptif kualitatif. Lokasi penelitian ditetapkan di dua negara yaitu Korea (Provinsi Gyeonggi) dan Indonesia (Bali, Jakarta). Data kualitatif berasal dari informan penelitian yaitu ahli pemangku kepentingan pariwisata. Selain itu dibutuhkan juga data kuantitatif sebagai data pendukung. Data kuantitatif dikumpulkan dengan metode survei melalui penyebaran kuesioner kepada responden yang berjumlah 80 orang. Teknik pengambilan sampel yang digunakan adalah purposive sampling. Hasil penelitian menunjukkan bahwa untuk saat ini, kebanyakan wisatawan Indonesia menggunakan paket wisata, sedangkan 52,5% responden ingin mengunjungi Korea dengan cara wisata pribadi di masa yang akan datang. Daya tarik wisata yang menarik bagi wisatawan Indonesia antara lain: DMZ (38,2%), English Village (31,6%), Everland (30,3%) dan jenis pariwisata yang lain seperti wisata edukasi (33,8%), meditasi (20%), medis (15%) juga menarik minat orang Indonesia. Promosi pariwisata Gyeonggi diharapkan diselenggarakan melalui tiga pendekatan, diantaranya; Pertama, kerjasama langsung antara agen perjalanan wisata melalui bantuan BtoB dan Fam Tour. Kedua, pemasaran website dan Social media yang sering diakses oleh orang Indonesia. Ketiga peningkatan kerjasama antara Pemerintah Provinsi Gyeonggi dengan Pemerintah Daerah di Indonesia, serta kemitraan dengan perusahaan dan lembaga pendidikan di Indonesia. Kata Kunci: Promosi Pariwisata, Pariwisata Provinsi Gyeonggi, Wisatwan Indonesia.
ix
ABSTRACT PROMOTION STRATEGY ON TOURISM GYEONGGI PROVINCE FOR ATTRACTING INDONESIAN TOURISTS This study aims to identify the effective promotion strategies on tourism of Gyeonggi Province toward Indonesian tourists who wish to visit Korea. Based on the tourist attractions that are visited, mostly Indonesian tourists plan their trip to the popular attractions such as the capital city of Seoul, Jeju island, whereas in Gyeonggi Province, they only stop for a few hours or is only a bypassed path. Gyeonggi Province has a tourist attraction that is varied and interesting as Everland, DMZ (DeMiliterized Zone), a world cultural heritage. However, most Indonesian tourists have not had enough time to visit this tourist attractions. The method used basically is a qualitative descriptive study. The research location was set in the two countries, namely Korea (Gyeonggi Province) and Indonesia (Bali and Jakarta). Qualitative data was derived from research informants who are experts and tourism stakeholders. It also requires quantitative data as a supporting data. Quantitative data was collected by distributing questionnaires to the respondents amounted to 80 people. The sampling technique used was purposive sampling. The results shows that nowadays, most Indonesian tourists are using travel packages, while 52.5% of respondents wanted to visit Korea by way of personal travel in the future. Interesting tourist attractions for Indonesian tourists, among others: DMZ (38.2%), English Village (31.6%), Everland (30.3%) and other types of tourism such as travel education (33.8%), meditation (20%), medical (15%) also attracts people of Indonesia. Promotion strategies on tourism of Gyeonggi Province is expected to be held through three approaches, including; First, direct cooperation between travel agents through the help of „B to B‟ and „Fam Tour‟. Second marketing through a website and social media frequently accessed by the people of Indonesia. Third cooperation between Gyeonggi Provincial Government and Local Government in Indonesia, as well as partnerships with companies and educational institutions in Indonesia. Keywords: Tourism Promotion, Tourism of Gyeonggi Province, Indonesian Tourists
x
RINGKASAN Hubungan dan pertukaran warga antara Korea Selatan dan Indonesia semakin meningkat dalam berbagai bidang sejak terjalinnya hubungan diplomatik secara resmi pada tahun 1966. Kerjasama Korea Selatan-Indonesia diprioritaskan pada bidang ekonomi, dan sosial budaya. Secara ekonomi nilai realisasi investasi Korea di Indonesia pada tahun 2013, sebesar US$2,2 milyar, maka Korea merupakan penanam modal (investor) terbesar ke-4 yang menanamkan modalnya (capital allocation) di Indonesia selama tahun 2013-2014. Dalam aspek sosial budaya, fenomena „Hallyu‟ sebagai Korean Pop Culture di Indonesia juga menjadi salah satu aspek yang menunjang hubungan masyarakat antara Indonesia dan Korea, baik secara langsung maupun tidak langsung. „Hallyu‟ memainkan peranan yang penting dalam perubahan citra Korea di mata dunia internasional. Fenomena ini terlihat di Indonesia, masyarakat Indonesia tertarik dengan „Hallyu‟ bahkan mereka mempelajari kebudayaan yang dimiliki oleh negara Ginseng. Dapat dikatakan bahwa „Hallyu‟ menjadi faktor pendorong utama evolusi sektor pariwisata Korea Selatan. Peningkatan jumlah wisatawan mancanegara melalui inbound tour ke Korea meningkat secara statistik. Pada tahun 2014, jumlah kunjungan wisatawan mancanegara mencapai 14,2 juta wisatwan. Indonesia menyumbang sebanyak 208 ribu wisaatwan. Hal ini menunjukan keadaan peningkatan angka kunjungan sebanyak 10,1% apabila dibandingkan dengan tahun 2013 yang berjumlah 189 ribu wisatawan. Berdasarkan daya tarik wisata yang dikunjungi, sebagian besar wisatawan Indonesia menjadwalkan perjalanan ke tempat populer seperti Ibu Kota Seoul, pulau Jeju, dan gunung Seorak, sedangkan di Provinsi Gyeonggi singgah beberapa
xi
jam atau jalur yang dilewati saja. Provinsi Gyeonggi memiliki daya tarik wisata yang variatif dan menarik seperti Everland, DMZ, warisan budaya dunia. Namun, kebanyakan wisatawan Indonesia belum sempat mengunjungi daya tarik wisata di Provinsi Gyeonggi. Dengan kata lain, tingkat preferensi terhadap daya tarik wisata tersebut masih sangat rendah karena calon wisatawan tidak mempunyai kesempatan untuk memilih produk wisata yang terkait dengan alasan kesulitan dalam menemukan produk wisata Provinsi Gyeonggi di Indonesia. Berdasarkan latar belakang yang telah diuraikan di atas, maka dapat dirumuskan permasalahan sebagai berikut: Pertama, bagaimana persepsi wisatawan Indonesia terhadap wisata Korea dan Provinsi Gyeonggi? Kedua, bagaimana klasifikasi preferensi wisatawan Indonesia terhadap daya tarik wisata Provinsi Gyeonggi? Ketiga, Bagaimana efektivitas promosi pariwisata Provinsi Gyeonggi bagi wisatawan Indonesia? Untuk mengetahui alasan atau kecenderungan wisatawan Indonesia di atas, identifikasi tentang persepsi dan tingkat minat wisatawan Indonesia terhadap pariwisata Korea dan Provinsi Gyeonggi dilakukan melalui survei kepada agenagen perjalanan wisata di Indonesia. Selanjutnya, identifkasi mengenai kesesuaian eksistensi daya tarik wisata Gyeonggi menurut preferensi atau kebutuhan wisatawan Indonesia. Analisis teori SWOT digunakan untuk mengetahui efektifitas program pemasaran dan promosi pariwisata Provinsi Gyeonggi. Teori strategi pemasaran digunakan sebagai formulasi pemasaran pariwisata Gyeonggi melalui tiga indikatornya yaitu segmentasi pasar (segmenting), penetapan target atau sasaran pasar (targeting), penetapan posisi pasar (positioning). Teori strategi promosi digunakan untuk melakukan promosi pariwista Gyeonggi yang bertujuan
xii
memberikan informasi dan memengaruhi calon wisatawan Indonesia untuk mengambil keputusan dalam memilih produk-produk pariwisata di Provinsi Gyeonggi. Metode penelitian yang digunakan secara keseluruhan merupakan penelitian deskriptif kualitatif. Lokasi penelitian ditetapkan di dua negara yaitu Korea (Provinsi Gyeonggi) dan Indonesia (Bali, Jakarta). Metode pengumpulan data dilakukan melalui wawancara mendalam (depth interview) pada dinas pariwisata, agen-agen perjalanan wisata, dan lembaga pariwisata di Jakarta dan Bali (Indonesia) serta di Provinsi Gyeonggi (Korea). Data kuantitatif digunakan untuk mendukung penelitian melalui penyebaran kuesioner kepada responden yang berjumlah 80 orang. Teknik pengambilan sampel yang digunakan adalah purposive sampling. Berdasarkan hasil penelitian ini, kebanyakan wisatawan Indonesia memilih menggunakan paket wisata, sedangkan 52,5% responden ingin mengunjungi Korea dengan cara wisata pribadi di masa yang akan datang. Adapun persepsi wisatawan Indonesia mengenai atraksi wisata sebelum dilakukan promosi wisata, sebanyak 78.8% telah mengetahui produk wisata Korea dan 30% responden pernah mendengar terhadap Gyeonggi. Setelah dilakukan promosi ternyata terjadi perubahan signifikan terkait minat wisatawan Indonesia ke Provinsi Gyeonggi, sebesar 96,8% berminat untuk mengunjungi destiasi wisata di Gyeonggi. Oleh karena itu dapat dikatakan bahwa sebab utama rendahnya persepsi terhadap Geyonggi dikarenakan kurangnya strategi pemasaran dan promosi pariwisata Gyeonggi. Daya tarik wisata yang menarik bagi wisatawan Indonesia antara lain: DMZ dan Imjingak (38,2%), English Village (31,6%), Everland (30,3%), Benteng Hwaseong (23,7%) dan dari sisi jenis pariwisata dianraranya wisata edukasi
xiii
(33,8%), meditasi (20%), medis (15%) menarik minat orang Indonesia. Hasil data di atas menunjukan bahwa permintaan wisatawan Indonesia telah bergeser, wisatawan lebih memilih budaya, ilmu pengetahuan dan kecanggihan teknologi serta wisata berbasis edukasi daripada sekedar mengunjungi pantai dan bermain pasir. Dilihat dari sisi segmentasi dan penetapkan target pasar, pertama, daya tarik wisata tempat syuting di Provinsi Gyeonggi yang dicantumkan dalam paket produk wisata Korea dapat dipromosikan kepada wisatawan umum di Jawa atau Bali. Kedua, produk wisata meditasi di Provinsi Gyeonggi berpontensi untuk dikembangkan dan dipromosikan pada target pasar umat Hindu. Ketiga, produk wisata industri di Provinsi Gyeonggi dipromosikan pada target pasar remaja seperti siswa atau mahasiswa. Keempat produk wisata pendidikan ditujukan pada sekolah internasional atau sekolah swasta. Kelima, produk wisata medis perlu dipromosikan pada golongan wanita muda atau setengah baya yang berasal dari kelas ekonomi tingkat atas, atau wisatawan bisnis yang masa kunjungannya agak panjang. Keenam wisata pertahanan seperti DMZ, layak direkomendasikan sebagai wisata minat khusus. Ketujuh konfigurasi produk wisata yang digabungkan pada dua atau tiga negara dipromosikan pada target pasar Indonesia, yaitu kepada calon wisatawan kelas ekonomi menengah ke atas. Kemudian dari sisi Positioning Gyeonggi, membentuk citra Gyeonggi dengan produk alternatif yang beraneka ragam, harga produk wisata normal dan wajar, serta kualitas dan pelayanan pariwisata Gyeonggi tetap bertaraf tinggi. Dari sisi strategi promosi pariwisata Gyeonggi dapat diatur dalam tiga aspek sebagai berikut. Pertama, agen perjalanan wisata Provinsi Gyeonggi melakukan pemasaran kepada agen-agen perjalanan wisata di Indonesia secara aktif dan langsung. Oleh karena itu, dibangun hubungan kepercayaan (mutual
xiv
trust) antara agen perjalanan wisata di kedua negara, maka BtoB, Fam Tour yang diselenggarakan di Indonesia dan Provinsi Gyeonggi dapat menjadi jembatan bagi agen perjalanan wisata antara kedua negara. Kedua, strategi pemasaran melalui Online adalah cara promosi yang paling umum dan mudah karena pengguna smartphone semakin berkembang jumlahnya, termasuk di Indonesia. Terdapat tiga cara dalam strategi pemasaran melalui online antara lain, membangun website sendiri agar memungkinkan akses oleh lebih banyak orang terlepas dari lokasinya, menampilkan iklan dalam website dan Social media, dan mengoperasikan sekelompok wartawan/jurnalis dan pelajar/mahasiswa yang meliput 'Pariwisata Gyeonggi'. Ketiga, peningkatan citra dan persepsi terhadap Gyeonggi diharapkan mampu
ditingkatkan
dengan
membangun
hubungan
kerjasama
dengan
Kota/Kabupaten di Indonesia. Ada tiga pendekatan yang dilaksanakan untuk menjalin kerjasama dalam menunjang keberhasilan sektor pariwisata di Provinsi Gyeonggi antara lain, sinergi kerjasama pemerintah daerah antara kedua negara, kerjasama dengan lembaga pendidikan seperti antara Universitas, serta kerjasama dengan pihak swasta seperti tempat syuting yang lengkap ditawarkan pada perusahaan atau industri perfilman di Indonesia. Berdasarkan penelitian yang dilakukan, maka dapat diajukan saran yaitu: Pemerintah Pusat Korea diharapkan melakukan formulasi kebijakan yang memungkinkan wisatawan Indonesia dapat berkunjung ke Korea dengan cara pengambilan Visa Perjalanan yang lebih sederhana dalam jangka waktu pendek. Kemudian sebagai saran kepada dinas pariwisata Provinsi Gyeonggi, membantu secara pro-aktif untuk menyelenggarakan BtoB, Fam Tour di Korea dan Indonesia dengan berguna untuk membangun hubungan kepercayaan antara agen perjalanan wisata di kedua negara. Dinas pariwisata ini membentuk lembaga sendiri untuk
xv
mempromosikan pariwisata Gyeonggi di Indonesia yang mengurus dukungan pertukaran internasional, pembangunan database, promosi pariwisata, dan lainlain. Selain itu, Dinas Pariwisata ini menyediakan pusat data (database) kepariwisataan agar tersedia data statistik yang dapat dianalisis kemudian disesuaikan dengan karakteristik dan perilaku para wisatawan Indonesia. Dinas Pariwisata Provinsi Gyeonggi semestinya memperbanyak jumlah ahli bahasa Indonesia yang profesional dan resmi untuk memberikan kenyamanan wisatawan Indonesia. Apalagi, perlu usaha untuk memperluas pertukaran dan kerjasama antara Pemerintah Provinsi Gyeonggi dan Pemerintah Kabupaten atau Kota di Provinsi Gyeonggi dan Pemerintah Daerah di Indonesia. Sebagai saran kepada agen perjalanan wisata di Korea, mengembangkan produk pariwisata „musim‟ dan produk wisata budaya Korea yang familiar dan dikenal. Kemudian, disiapkan produk wisata alternatif yang disesuaikan dengan preferensi atau kebutuhan wisatawan Indonesia seperti wisata industri, wisata medis, wisata meditasi, wisata pendidikan. Lalu, disiapkan pula produk perjalanan insentif bagi pengutusan SDM ke Korea oleh perusahaan-perusahaan Korea di Indonesia. Selanjutnya ditawarkan produk yang memiliki kualitas yang baik dan menarik dengan harga yang wajar agar wisatawan mempunyai minat untuk mengunjungi kembali produk destinasi wisata di Provinsi Gyeonggi.
xvi
DAFTAR ISI Halaman HALAMAN SAMPUL ...................................................................................
ii
HALAMAN PRASYARAT GELAR MAGISTER .....................................
iii
HALAMAN PERSETUJUAN PEMBIMBING ..........................................
iv
HALAMAN PENETAPAN PANITIA PENGUJI .......................................
v
UCAPAN TRIMAKASIH .............................................................................
vi
ABSTRAK ......................................................................................................
ix
ABSTRACT ....................................................................................................
x
RINGKASAN .................................................................................................
xi
DAFTAR ISI ...................................................................................................
xvii
DAFTAR TABEL ..........................................................................................
xx
DAFTAR GAMBAR ......................................................................................
xxii
DAFTAR LAMPIRAN ..................................................................................
xxiii
BAB I
PENDAHULUAN ............................................................................
1
1.1 Latar Belakang ...............................................................................
1
1.2 Rumusan Masalah..........................................................................
8
1.3 Tujuan Penelitian ...........................................................................
8
1.3.1 Tujuan Umum .........................................................................
8
1.3.2 Tujuan Khusus ........................................................................
8
1.4 Manfaat Penelitian .........................................................................
9
1.4.1 Manfaat Akademik..................................................................
9
1.4.2 Manfaat Praktis .......................................................................
9
BAB II TINJAUAN PUSTAKA, KONSEP, LANDASAN TEORI, DAN MODEL PENELITIAN ........................................................
11
2.1 Tinjauan Pustaka............................................................................
11
2.1.1 Strategi untuk menarik wisatawan mancanegara ....................
11
2.1.2 Daya tarik wisata Provinsi Gyeonggi .....................................
12
2.1.3 Strategi untuk menarik wisatawan Asia Tenggara..................
13
2.2 Kajian Konsep ...............................................................................
14
xvii
2.2.1 Pariwisata Massal....................................................................
14
2.2.2 Pemasaran Alternatif ...............................................................
16
2.2.3 Pemasaran Pariwisata..............................................................
19
2.2.4 Promosi Pariwisata..................................................................
20
2.3 Landasan Teori ..............................................................................
22
2.3.1 Teori SWOT............................................................................
22
2.3.2 Teori Strategi Pemasaran ........................................................
23
2.3.3 Teori Bauran Promosi .............................................................
29
2.4 Model Penelitian ............................................................................
33
BAB III METODE PENELITIAN ..............................................................
36
3.1 Rancangan Penelitian ....................................................................
36
3.2 Lokasi Penelitian ...........................................................................
36
3.3 Jenis dan Sumber Data ..................................................................
39
3.3.1 Jenis Data ................................................................................
39
3.3.2 Sumber Data............................................................................
39
3.4 Teknik Pengumpulan Data ............................................................
40
3.4.1 Wawancara dan Informan .......................................................
41
3.4.2 Survei dan Responden.............................................................
42
3.4.3 Studi Kepustakaan dan Dokumentasi .....................................
42
3.5 Instrumen Penelitian ......................................................................
43
3.6 Teknik Analisis Data .....................................................................
44
BAB IV GAMBARAN UMUM PROVINSI GYEONGGI .......................
45
4.1 Gambaran Umum tentang Provinsi Gyeonggi ...............................
45
4.2 Sejarah Provinsi Gyeonggi ............................................................
49
4.3 Kondisi Kepariwisataan Provinsi Gyeonggi..................................
50
4.3.1 Warisan Budaya Dunia ...........................................................
51
4.3.2 City of Crafts and Folk Art .....................................................
52
4.3.3 Taman Hiburan .......................................................................
53
4.3.4 Pariwisata Pertahanan ............................................................
54
4.3.5 Tempat Syuting .......................................................................
55
4.3.6 English Village ........................................................................
56
4.3.7 Temple Stay .............................................................................
57
4.4 Kunjungan Wisatawan Mancanegara ............................................
59
xviii
4.5 Analisis Produk Wisata Korea dan Provinsi Gyeonggi .................
63
4.6 Karakteristik Responden................................................................
67
4.6.1 Jenis Kelamin ..........................................................................
67
4.6.2 Tempat Penyebaran Kusioner .................................................
67
4.6.3 Agama .....................................................................................
68
4.6.4 Usia .........................................................................................
69
4.6.5 Pekerjaan .................................................................................
69
4.6.6 Pendidikan...............................................................................
70
BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN ........................................................
71
5.1 Persepsi Wisatawan Indonesia terhadap Wisata Provinsi Gyeonggi ........................................................................................
72
5.1.1 Persepsi Wisatawan Indonesia tentang Wisata Korea ............
72
5.1.2 Persepsi Wisatawan Indonesia tentang Wisata Provinsi Gyeonggi .................................................................................
87
5.2 Strategi Pemasaran Pariwisata melalui Analisis SWOT ...............
94
5.2.1 Analisis SWOT Produk Wisata Provinsi Gyeonggi ...............
94
5.2.2 Strategi Pengembangan Produk Wisata Provinsi Gyeonggi ...
100
5.2.3 Segementasi Pasar Pariwisata .................................................
108
5.2.4 Penetapan Target Pasar Pariwisata .........................................
112
5.2.5 Positioning Pariwisata Gyeonggi ............................................
122
5.3 Strategi Promosi Pariwisata ...........................................................
125
5.3.1 Strategi Pemasaran di Indonesia .............................................
126
5.3.2 Strategi Pemasaran Online ......................................................
127
5.3.3 Peningkatan Kerjasama antara Pemerintah Daerah ................
128
BAB VI SIMPULAN DAN SARAN ............................................................
130
6.1 Simpulan ........................................................................................
130
6.2 Saran ..............................................................................................
132
DAFTAR PUSTAKA .....................................................................................
134
LAMPIRAN ....................................................................................................
138
xix
DAFTAR TABEL Halaman 4.1 English Village di Provinsi Gyeonggi .......................................................
57
4.2 Kuil di Gyeonggi yang mengurus Temple Stay..........................................
59
4.3 Jumlah wisatawan Korea ke Asia Tenggara ..............................................
60
4.4 Jumlah wisatawan mancanegara ke Korea .................................................
61
4.5 Jumlah wisatawan mancanegara ke Provinsi Gyeonggi ............................
63
4.6 Produk wisata ke Korea di Indonesia .........................................................
64
4.7 Angka produk per masa .............................................................................
65
4.8 Harga paket wisata .....................................................................................
66
4.9 Jenis Kelamin responden............................................................................
67
4.10 Daerah responden .....................................................................................
68
4.11 Agama responden .....................................................................................
68
4.12 Usia responden .........................................................................................
69
4.13 Pekerjaan responden.................................................................................
69
4.14 Pendidikan responden ..............................................................................
70
5.1 Kesempatan berkunjung ke Korea selama 10 tahun terakhir .....................
72
5.2 Destinasi di Korea yang pernah dikunjungi ...............................................
73
5.3 Kesempatan mendengar/melihat produk wisata Korea ..............................
73
5.4 Cara memperoleh informasi tentang Korea ...............................................
74
5.5 Daya tarik wisata Korea bagi wisatawan Indonesia ...................................
75
5.6 Hambatan untuk mengunjungi Korea ........................................................
78
5.7 Musim yang diminati bagi wisatawan Indonesia .......................................
80
xx
5.8 Rencana ke Korea ......................................................................................
82
5.9 Jenis pariwisata yang diminati ...................................................................
84
5.10 Minat wisatawan Indonesia terhadap jenis wisata Korea .......................
86
5.11 Kesempatan memiliki Informasi terkait Provinsi Gyeonggi ...................
87
5.12 Minat wisatawan Indonesia terhadap pilihan daya tarik wisata di Gyeonggi .................................................................................................
88
5.13 Keinginan mengunjungi tempat wisata di Gyeonggi ..............................
88
5.14 Daya tarik wisata di Gyeonggi yang ingin dikunjungi ...........................
89
5.15 Jenis pariwisata yang paling sesuai bagi wisatawan Indonesia ..............
91
5.16 Daya tarik wisata yang paling sesuai bagi wisatawan individu ..............
93
5.17 Matriks SWOT pariwisata Provinsi Gyeonggi .......................................
107
5.18 Komposisi agama di Indonesia ..............................................................
110
5.19 Penduduk Indonesia menurut jenis kelamin dan kelompok usia ...........
111
xxi
DAFTAR GAMBER Halaman 2.1 Model penelitian........................................................................................
35
3.1 Gyeonggi Fam Tour dan BtoB yang dilakukan di Kota Suwon dan Kota Goyang .....................................................................................................
37
3.2 Acara promosi pariwisata Gyeonggi dan Konsultasi BtoB yang dilakukan di DKI Jakarta ...............................................................................................
38
3.3 Acara promosi pariwisata Gyeonggi dan Konsultasi BtoB yang dilakukan di Bali ...........................................................................................................
38
4.1 Peta Korea Selatan dan Provinsi Gyeonggi ..............................................
45
4.2 Benteng Hwaseong dan Makam Penguasa Dinasti Joseon .......................
51
4.3 Gama yang di Kota Icheon ........................................................................
52
4.4 Everland ....................................................................................................
53
4.5 DMZ ..........................................................................................................
54
4.6 Tempat Syuting .........................................................................................
55
4.7 English Village ..........................................................................................
56
4.8 Temple Stay ...............................................................................................
58
5.1 Mengalami Budaya Korea.........................................................................
114
5.2 Samsung Museum Inovasi di Kota Suwon ...............................................
117
5.3 Positioning pariwisata Gyeonggi ..............................................................
123
xxii
DARTAR LAMPIRAN
Halaman
1. Pedoman wawancara dan Dartar pertanyaan untuk wawancara (bagi orang Korea) ..........................
137
2. Pedoman wawancara ..................................................................................
141
3. Dartar pertanyaan untuk wawancara (bagi orang Indonesia) .....................
142
4. Kuesioner untuk peserta acara promosi wisata Gyeonggi .........................
143
xxiii
BAB I PENDAHULUAN
1.1
Latar Belakang Hubungan dan pertukaran warga antara Korea dan Indonesia semakin
meningkat dalam berbagai bidang sejak terjalinnya hubungan diplomatik secara resmi pada tahun 1966. Pemerintah Indonesia (Republik Indonesia) dan Pemerintah Korea (Republic of Korea) telah sepakat menandatangani The Joint Declaration between the Republic of Indonesia and the Republic of Korea on Strategic Partnership to Promote Friendship and Cooperation in the 21st Century pada tanggal 4 Desember 2006 di Jakarta. Kesepakatan kedua negara tersebut ditandatangani oleh Presiden Indonesia Susilo Bambang Yudhoyono dan Presiden Korea Roh Moo-hyun (Kedutaan Besar Indonesia di Seoul, 2015). Setidaknya terdapat tiga pilar kerjasama pada Joint declaration itu yaitu: kerjasama politik, keamanan dan kerjasama ekonomi, perdagangan,investasi, serta kerjasama sosial budaya. Dengan demikian, melalui Joint declaration tersebut, semakin diperkuat hubungan yang harmonis dan dikembangkan di antara kedua negara. Artinya, ketiga pilar sebagaimana yang dimaksud di atas, sebagai upaya untuk mendorong kedua negara mempererat persahabatan dan menciptakan kerjasama yang lebih kongkrit. Penandatanganan Joint Declaration telah membuat kecenderungan investasi dan perdagangan Korea terhadap Indonesia mengalami peningkatan dari tahun ke tahun. Signifikansi investasi Korea terhadap Indonesia dapat ditinjau dari
1
nilai investasi Korea pada tahun 2013. Berdasarkan data Korea Trade–Investment Promotion Agency (2015), nilai realisasi investasi Korea di Indonesia pada tahun tersebut, sebesar USD 2,2 milyar, meningkat sebesar 11,4% dibandingkan tahun 2012 dengan nilai investasi sebesar USD 1,95 milyar. Korea merupakan penanam modal (investor) terbesar keempat yang menanamkan modalnya (capital allocation) di Indonesia selama tahun 2013-2014. Hal ini menunjukan bahwa Korea berupaya memberikan kontribusi yang signifikan bagi perkembangan perekonomian Indonesia (Kedutaan Besar Indonesia di Seoul, 2015). Sementara itu, jika ditinjau dari aspek ketenagakerjaan, sampai dengan bulan Januari 2015 terdapat sekitar 35 ribu tenaga kerja asal Indonesia yang bekerja di Korea. Sebaliknya, terdapat sekitar 50 ribu warga negara Korea di Indonesia dengan sekitar 2.500 perusahaan yang bergerak di berbagai bidang industri yang telah menciptakan lapangan pekerjaan bagi masyarakat Indonesia (Korea Trade–Investment Promotion Agency, 2015). Lebih lanjut, fenomena „Hallyu‟ sebagai Korean Pop Culture di Indonesia juga menjadi salah satu faktor yang menunjang hubungan people-to-people contact baik secara langsung maupun tidak langsung antara Indonesia dan Korea. „Hallyu‟ merupakan strategi pemasaran Korea untuk memengaruhi negara lain, seperti Cina, Jepang, Rusia, Perancis, Brazil, dan termasuk Indonesia (Ha Kyunghee, 2008: 110). Masyarakat Indonesia pun menikmati keindahaan kebudayaan Korea melalui acara-acara TV, musik, dan drama Korea. Di Indonesia fenomena „Hallyu‟ dapat dilihat dalam berbagai hal, misalnya kalangan remaja yang menjadi
fans fanatik grup band asal Korea seperti Big Bang, Girls Generation, Exo, Super Junior, dan lain sebagainya. Di kalangan dewasa atau orang tua, tayangan drama Jewel in the Palace (Dae Jang Geum) yang ditampilkan pada salah satu TV swasta nasional telah memikat perhatian para ibu-ibu di Indonesia dengan cerita yang menarik (Korea Creative Content Agency, 2014:137). Sejarah fenomena „Hallyu‟ yang muncul sejak awal 2000-an telah menjadikan Korea sebagai negara pengekspor kebudayaan yang sebelumnya hanya merupakan negara pengimpor kebudayaan, bahkan kebanyakan orang sepakat bahwa „Hallyu‟ memainkan peranan yang penting dalam perubahan citra Korea di mata dunia internasional ke arah yang lebih baik sebagai suatu jenis diplomasi yang bersifat multidimensi (Suray 2009:6, Riska 2012:5). Perubahan citra Korea tersebut, dianggap sebagai faktor pendorong utama evolusi sektor pariwisata Korea yang memungkinkan pertumbuhan wisatawan mancanegara dua kali lipat selama 12 tahun terakhir. Meskipun terdapat keadaan yang berbeda dalam pertumbuhan pada negara masing-masing, tidaklah berlebihan kalau dikatakan bahwa sikap dan pengetahuan terhadap „Hallyu‟ memengaruhi motivasi wisatawan secara menyeluruh (Ha Kyunghee, 2008: 114). Ditinjau dari bidang akademis, banyak mahasiswa asal Indonesia yang belajar di Institut Bahasa Korea di Seoul. Sebaliknya, mahasiswa asal Korea juga belajar di Indonesia, misalnya, di bidang Pariwisata, Bahasa Indonesia, Sastra Indonesia, dan lain-lain. Peningkatan kerjasama di bidang sosial dan kebudayaan dalam bingkai pendidikan pun semakin membaik. Beberapa universitas terkemuka di Indonesia seperti, Universitas Indonesia, Universitas Gajah Mada, Universitas
Brawijaya, dan Universitas Hasanuddin telah membuka Program Studi Bahasa dan Kebudayaan Korea. Hal ini menunjukan bahwa kalangan akademisi dan pemerhati pendidikan di Indonesia melihat kebudayaan Korea sangat penting untuk dipelajari bagi generasi muda bangsa Indonesia. Dalam artian, hubungan antara kedua negara tidak hanya pada tataran elit pemerintahan melainkan harus juga pada peningkatan hubungan antara masyarakat Indonesia dan Korea. Implikasinya, setelah pembukaan program tersebut, kalangan remaja yang baru menamatkan Sekolah Menengah Atas (SMA) di Indonesia dan tertarik untuk mempelajari bahasa dan kebudayaan Korea, pada akhirnya melanjutkan studi pada jurusan bahasa maupun sastra Korea. Selain itu, pada tahun 2011 kursus bahasa Korea di Jakarta telah melebihi 100 tempat kursus (Newsis Korea, 22. Dec. 2013). Pada sektor pariwisata, jumlah wisatawan mancanegara melalui inbound tour ke Korea juga terus-menerus mengalami peningkatan. Melihat dari sudut pandang inbound tour, pada tahun 2014, jumlah kunjungan wisatawan mancanegara yang mengunjungi Korea mencapai 14.201 ribu orang, jumlah tersebut mengalami peningkatan 16,6% dibandingkan dengan tahun 2013 (12.175 ribu orang). Wisatawan asal Cina dan Hongkong merupakan penyumbang terbesar jumlah wisatawan asing di Korea (Korea Tourism Organization, 2015). Jika dilihat dari data historis mengenai jumlah kunjungan wisatawan mancanegara mengunjungi Korea, pada tahun 1978 jumlah wisatawan mancanegara ke Korea sebanyak 1 juta orang, sedangkan di awal abad 21 atau tepatnya pada tahun 2000 tercatat 5 juta orang mengunjungi Korea. Apabila
dianalis dari tahun 1978 sampai 2000 tidak ada peningkatan jumlah wisatawan mancanegara ke Korea secara signifikan, penulis berargumentasi hal ini terjadi karena krisis keuangan di Korea terkait IMF (International Monetary Fund). Namun demikian, tahun 2005 menjadi titik awal peningkatan jumlah wisatawan mancanegara bepergian ke Korea dan peningkatan jumlah wisatawan mancanegara satu juta orang per tahun pun tercapai pada tahun 2008. Data dari Korea Tourism Organization mencatat bahwa pada tahun 2012 angka kunjungan wisatawan mancanegara telah mencapai lebih dari 10 juta orang dan lebih dari 14 juta orang pada tahun 2014. Penyebab tercapainya pertumbuhan yang tinggi secara kuantitatif dalam jangka waktu singkat seperti yang disebutkan di atas, karena adanya kenaikan wisatawan mancanegara dari Cina dan Asia Tenggara, kebijakan pembukaan Cina dan pertumbuhan perekonomian negara dalam Asia Tenggara yang memiliki kedekatan secara budaya (Korea Tourism Organization, 2015). Indonesia sebagai salah satu negara di Asia Tenggara yang saat ini, mengalami pertumbuhan perekonomian juga memberikan dampak pada jumlah wisatawannya yang berkunjung ke Korea. Di tahun 2014, jumlah wisatawan asal Indonesia yang mengunjungi Korea adalah 208 ribu orang. Hal ini menunjukan keadaan peningkatan angka kunjungan sebanyak 10,1% apabila dibandingkan dengan tahun 2013 yang berjumlah 189 ribu orang. Kebanyakan orang Indonesia mempunyai sudut pandang tentang Korea bahwa daya tarik wisata Korea sangat populer dan menarik. Menurut data Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif Indonesia, pada tahun 2014 jumlah
wisatawan Indonesia ke luar negeri sebanyak 7.899 ribu orang yang mengalami sedikit penurunan dibandingkan dengan tahun 2013. Apalagi jumlah wisatawan Indonesia ke Cina, yang berdekatan dengan Korea secara geografis mengalami penurunan 6,4%, apabila dibandingkan dengan tahun 2013. Dengan demikian, dapat dikatakan bahwa saat ini wisatawan Indonesia lebih memilih berwisata ke negeri ginseng (Korea) dari pada ke negeri tirai bambu (Cina). Berdasarkan data wisatawan mancanegara yang mengunjungi Provinsi Gyeonggi pada tahun 2014 sebanyak 1.846 ribu orang. Data ini menunjukan bahwa pada tahun 2014 rasio pengunjung di Provinsi Gyeonggi adalah 13% dari jumlah 14.202 ribu wisatawan mancanegara yang mengunjungi Korea (Buku Tahunan Statistik Gyeonggi 2015, lihat Tabel 4.5) . Namun demikian, berdasarkan program pariwisata Korea kepada wisatawan Indonesia baru-baru ini, sebagian besar jadwal tersebut terdiri dari beberapa daya tarik wisata seperti Ibu Kota Seoul, pulau Jeju, dan gunung Seorak. Oleh karena itu, dapat dikatakan bahwa dari sekian banyak pilihan yang ada, hanya beberapa daerah saja yang baru dikunjungi. Dengan kata lain, kebanyakan wisatawan Indonesia yang mengunjungi Korea hanya pada daya tarik wisata yang populer menurut persepsi mereka. Padahal di dalam Provinsi Gyeonggi terdapat banyak daya tarik wisata yang menarik seperti yang akan disebutkan pada bab empat. Artinya, kebanyakan wisatawan Indonesia belum sempat mengunjungi Provinsi Gyeonggi. Dengan permasalahan tersebut di atas, maka diperlukan suatu strategi pemasaran dan promosi terhadap daya tarik wisata di Provinsi Gyeonggi yang dikemas secara menarik, efektif, dan efisien bagi wisatawan asal Indonesia. Hal
ini dikarenakan ciri khas dari kebanyakan wisatawan Indonesia yang mengunjungi Korea untuk pertama kali, maka biasanya mereka hanya mengadakan perjalanan di daya tarik wisata yang populer saja, bahkan agen perjalanan wisata di Indonesia juga hanya merekomendasikan daya tarik wisata populer di Korea. Dengan demikian, melalui pemasaran dan promosi pariwisata tersebut terhadap wisatawan asal Indonesia diharapkan akan memilih berwisata di Provinsi Gyeonggi dan tinggal lebih lama seperti wisatawan asal Jepang dan Cina. Lebih lanjut, melalui penelitian mengenai pemasaran dan promosi pariwisata maka dapat diidentifikasi produk wisata alternatif atau tematik yang lebih sesuai (attractive) dengan minat atau preferensi wisatawan Indonesia. Dengan demikian, fokus penelitian ini tertuju pada strategi pemasaran dan promosi wisata Provinsi Gyeonggi yang potensial dan menarik bagi wisatawan Indonesia. Berdasarkan hal tersebut, perlu ada pemahaman secara tepat (ilmiah) berkaitan dengan persepsi terhadap daya tarik wisata dan preferensi wisatawan Indonesia yang berwisata ke Korea. Termasuk dalam hal ini adalah aspek kepuasan wisatawan di Provinsi Gyeonggi dan menemukan penyebab mengapa waktu tinggal atau berwisata wisatawan asal Indonesia di Provinsi Gyeonggi terlalu pendek. Hal ini penting sebagai rekomendasi kepada pihak Pemerintah Provinsi sehingga ada upaya formulasi kebijakan-kebijakan promosi pariwisata agar tercipta efektivitas dan efisiensi untuk menarik wisatawan asal Indonesia. Oleh karena itu, penelitian ini berfokus untuk membahas mengenai daya tarik wisata alternatif atau produk wisata tematik yang menarik minat wisatawan Indonesia untuk mengajak mengunjungi Provinsi Gyoenggi. Dengan kata lain, fokus utamanya adalah bagaimana menginformasikan atau melakukan promosi
daya tarik wisata alternatif atau produk wisata tematik di Provinsi Gyeonggi sendiri yang menarik kepada calon wisatawan Indonesia. 1.2
Rumusan Masalah Berdasarkan latar belakang yang telah diuraikan di atas, maka dapat
dirumuskan permasalahan sebagai berikut: a. Bagaimana persepsi wisatawan Indonesia terhadap wisata Korea dan Provinsi Gyeonggi? b. Bagaimana preferensi wisatawan Indonesia terhadap daya tarik wisata Provinsi Gyeonggi? c. Bagaimana efektivitas promosi pariwisata Provinsi Gyeonggi bagi wisatawan Indonesia? 1.3
Tujuan Penelitian Berdasarkan masalah-masalah yang telah dirumuskan di atas, maka
penelitian ini memiliki dua tujuan yaitu tujuan umum dan tujuan khusus. 1.3.1
Tujuan Umum Tujuan umum adalah untuk menginformasikan daya tarik wisata di
Provinsi Gyeonggi yang disesuaikan dengan minat atau preferensi calon wisatawan Indonesisa. 1.3.2
Tujuan Khusus Secara khusus penelitian ini bertujuan untuk menjelaskan hasil identifikasi
terkait dengan wisatawan Indonesia yang hanya tinggal beberapa jam di Provinsi
Gyeonggi dan untuk mengetahui apa yang lebih menarik dan dipilih sebagai daya tarik wisata bagi wisatawan Indonesia. Pemaparan poin-poin khusus penelitian dijelaskan sebagai berikut: a. Untuk mengetahui persepsi wisatawan Indonesia terhadap daya tarik wisata yang ditawarkan oleh Provinsi Gyeonggi. b. Untuk mengidentifikasi strategi segmentasi pasar, penetapan target, penetapan posisi menurut klasifikasi preferensi wisatawan Indonesia. c. Untuk mengusulkan strategi promosi pariwisata Gyeonggi yang lebih efektif dan disesuaikan dengan karakter wisatawan Indonesia. 1.4
Manfaat Penelitian Adapun manfaat peneltian ini terdiri dari dua macam manfaat yaitu manfaat
akademik dan manfaat praktis. 1.4.1
Manfaat Akademik Secara akademis, hasil penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat dalam
pengembangan dan pembangunan keilmuan khususnya dalam informasi kepariwisataan mengenai cara kerjasama melalui evaluasi komperatif terhadap lintas wisatawan antara Indonesia dan Korea. 1.4.2
Manfaat Praktis Secara praktis, hasil penelitian ini dapat bermanfaat untuk mendukung dan
mencanangkan daya tarik wisata Provinsi Gyeonggi, dan dapat dijadikan tolak ukur formulasi kebijakan khususnya bagi Dinas Pariwisata Provinsi Gyeonggi dan umumnya, bagi Kementerian Pariwisata dan Kebudayaan Korea serta Indonesia.
Selain itu, juga dapat bermanfaat bagi stakeholder lainnya, seperti agen perjalanan wisata, perusahaan pariwisata di Provinsi Gyeonggi, dan lain-lain. Dengan demikian, penelitian ini dapat menjadi contoh katalisator pengembangan pariwisata dan diharapkan dapat mewujudkan pariwisata yang berkelanjutan untuk menarik wisatawan Indonesia.
BAB II TINJAUAN PUSTAKA, KAJIAN KONSEP, LANDASAN TEORI, DAN MODEL PENELITIAN
2.1
Tinjauan Pustaka Penelitian ini menggunakan beberapa studi atau hasil penelitian yang telah
dilakukan sebelumnya mengenai upaya untuk menarik wisatawan mancanegara ke Korea. Ditinjau dari aspek kuantitas, studi tentang upaya untuk menarik minat wisatawan mancanegara yang menjelajahi Korea telah dibahas dalam beberapa kajian oleh beberapa peneliti. Namun demikian, masih terdapat keterbatasan dalam hal fokus penelitian. Dari hasil tinjauan kepustakaan yang penulis lakukan, diketahui bahwa belum cukup hasil studi yang dilakukan untuk membahas mengenai penarikan wisatawan dari negara-negara di Asia Tenggara, termasuk Indonesia. 2.1.1
Strategi untuk menarik wisatawan mancanegara Berdasarkan dari pengumpulan penelitian-penelitian terdahulu, studi-studi
yang berhubungan dengan penarikan wisatawan ke Korea, khususnya Cina cukup banyak ditemukan. Misalnya, studi yang dilakukan oleh Kim Heungsik (2009) berjudul „Marketing Strategies Attracting Chinese Tourists to Gyeonggi-Do‟, Ha Kyunghee (2008) yang fokus untuk meneliti Hallyu, Korean Wave dengan judul „Inducing Strategy of Chinese Tourists; Focusing on the Hallyu-Korean Wave‟, dan Kim Gicheol (2015) mengenai strategi kota kembar antara Cina dan Kota-
11
Kota atau Kabupaten di Provinsi Gyeonggi yang berjudul „A Study on the Strategy for Attracting Tourists of Sister City in China to Gyeonggi-Do‟. Penelitian-penelitian di atas dan penelitian ini yang dibahas memiliki kesamaan pada strategi penarikan wisatawan asing. Strategi tersebut merujuk pada pengaruh Hallyu sebagai motivasi pariwisata Korea. Namun demikian, penelitian ini berfokus pada pemasaran dan promosi pariwisata bagi wisatawan Indonesia yang mengunjungi Provinsi Gyeonggi di masa mendatang. 2.1.2
Daya tarik wisata Provinsi Gyeonggi Beberapa penelitian atau studi terdahulu tentang pariwisata alternatif atau
wisata tematik di provinsi Gyeonggi antara lain sebagai berikut. Kim Heugsik (2013) mengenai pariwisata MICE yang berjudul „A Strategy for the Development of MICE Industry as New Engine of Growth in Gyeonggi-Do‟, Lee Sujin (2014) dengan kajiannya tentang Medical Tourism dalam „Reseach on Developing Strategic Policies for Medical Tourism in Gyeonggi-Do‟, Sin Gidong (2014) mengenai pariwisata kecantikan yang berjudul „A Study on the Curent Conditions of Beauty Industry in Gyeonggi-Do‟, dan Lee Sangun dkk (2011) yang fokus penelitiannya mengenai perubahan tren pariwisata di Provinsi Gyeonggi yang berjudul „A Study on IncheonㆍGyeonggi-do Tourism Revitalization for Improvement: Focus on the changes of tourism trends‟. Penelitian-penelitian di atas berfokus pada tentang pariwisata alternatif atau pariwisata tematik seperti MICE Industry, Medical Tourism, Beauty Industry, sedangkan pada penelitian ini penulis memfokuskan pada daya tarik wisata
alternatif atau produk wisata tematik di Provinsi Gyoenggi yang disesuaikan dengan klasifikasi preferensi wisatawan Indonesia. 2.1.3
Strategi untuk menarik wisatawan Asia Tenggara Sementara itu, beberapa penelitian terdahulu yang terkait dengan
kepariwisataan antara Asia Tenggara dan Korea telah dilakukan, namun penelitian tersebut masih umum dan belum spesifik merujuk pada lokasi penelitian yakni Provinsi Gyeonggi. Berikut ini adalah penelitian-penelitian yang dimaksud Han Huijoo (2009) mengenai „An Exploratory Study on the Malaysian Muslim Tourism Market to Korea‟, dan Kim Jaewon (2012) dengan penelitianya yang berujudul „Tourists Characteristics of South-East Asian inbound market in Korea - Comparison with Japanese and Chinese inbound markets‟. Seperti yang dikemukakan penulis di atas, meskipun sudah banyak penelitian mengenai cara-cara menarik wisatawan Cina ke Korea, akan tetapi riset yang mengkaji mengenai hubungan pariwisata antara Asia Tenggara dan Korea di kalangan akademisi Korea masih kurang, bahkan riset pariwisata antara Indonesia dan Korea (Provinsi Gyeonggi) belum dilakukan sampai saat ini. Sehingga dalam pandangan ini, penelitian-penelitian tersebut belum komprehensif, spesifik, dan bersifat multi-dimensional bagi pemasaran pariwisata Korea di Asia Tenggara termasuk Indonesia. Hal ini dikarenakan belum merujuk pada penelitianpenelitian terhadap negara lainya, misalnya saja Indonesia dan Korea yang menjadi kajian penelitian penulis saat ini.
Dengan demikian, penelitian ini berupaya membantu secara akademis para akademisi, mahasiswa, dan pelajar yang ingin mencari hasil riset atau artikel tentang kepariwisataan antara Indonesia dan Korea, khususnya Provinsi Gyeonggi. 2.2
Kajian Konsep
2.2.1
Pariwisata massal Menurut Failker (1997:14), pariwisata massal memiliki karakteristik yakni:
(1) jumlah wisatawan yang mengikuti perjalanan dalam jumlah besar (group); (2) pembelian paket wisata dan perjalanan sangat diseragamkan (tidak ada pilihan); (3) perjalanan diatur segalanya oleh agen perjalanan wisata; (4) wisatawan yang mengikuti perjalanan ini relatif tidak berpengalaman; (5) wisatawan yang mengikuti perjalanan ini tidak canggih; (6) mengunjungi daerah tujuan wisata, hanya untuk bersantai, menikmati pemandangan dan melihat sinar matahari, pasir putih dan pantai putih, (7) wisatawan di daerah tujuan wisata banyak mengunjungi dan menyaksikan daya tarik wisata; (8) jadwal perjalanannya sangat padat. Poon (1997: 15) dalam buku Tourism Technology and Competitive Strategies, mengatakan pariwisata massal (pariwisata konvensional) berorientasi pada paket wisata atau kelompok, produk wisata yang dibakukan menurut pasar massal dan perjalanan ke banyak tujuan dan waktunya lebih lama. Kodhyat (1997: 75) menyebutkan pariwisata massal sebagai pariwisata modern atau konvensional, dimana jenis pariwisata ini memiliki ciri-ciri yakni kegiatan wisata berjumlah besar (Mass Tourism), sebagian besar dikemas dalam satuan paket wisata, pembangunan sarana dan fasilitas kepariwisataan berskala besar dan mewah
memerlukan tempat-tempat yang dianggap strategis serta memerlukan tanah yang cukup luas. Menurut Poon (1997: 15), sebenarnya pariwisata massal telah membuka jalan untuk karakteristik pariwisata baru, yaitu: (1) wisatawan yang lebih canggih dan berpengalaman; (2) lebih suka merencanakan perjalanan wisata mereka sendiri; (3) bepergian secara mandiri; (4) bersifat lebih spontan dan luwes dalam mengatur susunan perjalanannya dan (5) mereka terdorong untuk mencari daya tarik wisata dengan minat khusus seperti wisata budaya, ekowisata, wisata petualangan, agro wisata dan lain sebagainya. Fandeli (2002) juga menyatakan bahwa pergeseran minat wisata telah melahirkan perkembangan pariwisata kearah pola wisata minat khusus (Special Interest Tourism). Wisatawan minat khusus tidak hanya menginginkan kesenangan sebagai tujuan wisata, tetapi juga menghendaki wisata yang berkualitas serta mendapatkan pengalaman dan pengetahuan yang baru dan unik (Monica 2013, 30). Oleh karena itu, penelitian ini berupaya merumuskan pariwisata yang sesuai dengan minat wisatawan. Artinya, formulasi pariwisata yang berpotensi pada wisatawan Indonesia. Daya tarik wisata yang dapat meningkatkan tingkat kepuasan wisatawan Indonesia. Dengan demikian, diperlukan serangkaian penelitian untuk mengetahui apakah daya tarik wisata Gyeonggi sudah sesuai dengan minat wisatawan massal Indonesia, atau kalau tidak cocok apakah ada pilihan yang lain, misalnya saja, pariwisata alternatif, wisata minat khusus, wisata tematik, atau pariwisata baru sebagai penggantian pariwisata massal.
2.2.2
Pariwisata Alternatif Pariwisata alternatif secara lebih luas didefinisikan sebagai bentuk
kepariwisataan yang konsisten terhadap nilai alam, social, dan masyarakat yang memungkinkan masyarakat lokal dan wisatawan menikmati interaksi positif dan berharga
serta
berbagai
pengalaman.
Lebih
jauh,
ada
kecenderungan
wisatawan untuk mencari sesuatu yang baru di daya tarik wisata yang pernah dikunjungi sebagai alternatif dari yang telah ada. Selain itu, dari segi penawaran disadari pula bahwa perlu sesuatu yang baru di daya tarik sebagai pilihan terutama bagi wisatawan yang berkunjung ulang (Eadington dan Smith, 1994: 3-4). Hasslacher (1984) sebagaimana dikutip oleh Pearce (1994: 22-23), membuat sintesis variable yang digunakan untuk membedakan mass (hard) tourism dengan alternative (soft) tourism. Variabel yang disusun diambil dari berbagai penulis buku dan rangkuman menjadi satu tabel klasifikasi. Secara umum, dikatakan bahwa perbedaan di antara kedua jenis pariwisata tersebut dapat dilihat sebagai berikut: a. Karakteristik kontekstual, fisik, sosial, budaya, lingkungan, atau ekonomi. Hal ini akan berkaitan dengan dampak yang akan ditimbulkan. b. Fasilitas, baik jenis maupun skala. Bila pariwisata masal membangun fasilitas akomodasi dengan skala besar, kualitas standar, dan harga standar, maka pariwisata alternatif membangun fasilitas akomodasi dengan skala terbatas namun bervariasi dalam hal atraksi wisata serta fasilitas
lainnya.
Umumnya,
pariwisata
alternatif
cenderung
mempunyai harga yang lebih mahal dengan kualitas pelayanan premium. c. Lokasi, yaitu tempat di mana fasilitas tersebut dibangun. Bila pariwisata masal cenderung dibangun secara ekstensif, maka pariwisata alternatif cenderung dibangun terlokalisasi. d. Pengembangan/kepemilikan.
Pariwisata
alternatif
cenderung
dikembangkan dan dimiliki oleh orang lokal yang termotivasi untuk memanfaatkan kehadiran wisatawan demi keuntungan bagi orang lokal. Sementara fasilitas pariwisata masal cenderung dimiliki oleh orang asing dengan usaha yang terjalin dalam jaringan internasional. e. Proses
pembangunan.
Dalam
pembangunan
pariwisata
masal,
cenderung memerlukan sumber daya yang sangat besar (listrik, air, tenaga kerja, modal, dan sebagainya) serta memerlukan waktu yang lama. Namun dalam proses pembangunan pariwisata alternatif, cenderung menggunakan sumber daya yang terbatas. f. Pasar dan pemasaran. Pariwisata masal biasanya untuk berbagai segmen besar yang berasal dari berbagai negara dengan karakteristik berbeda serta dibuat dalam paket dan promosi yang beragam. Namun, pariwisata alternatif cenderung untuk membidik segmen pasar tertentu dengan jalur promosi dan paket yang terbatas namun mengedepankan kualitas. g. Dampak. Bila pariwisata masal telah banyak dikeluhkan memiliki dampak negatif yang luas terhadap destinasi, sedangkan pada pariwisata alternatif belum banyak penelitian yang dilakukan karena
perkembangannya
relatif
baru.
Namun
demikian,
secara
hipotesis karena pariwisata alternatif muncul sebagai reaksi dari pariwisata masal, maka peluang meminimalkan dampak negatif dan memaksimalkan dampak positif akan lebih besar. Beberapa penulis menyatakan bahwa pariwisata alternatif bersinonim dengan pariwisata minat khusus. Pariwisata minat khusus muncul sebagai respon pada perubahan minat/motivasi, pola konsumsi, maupun faktor demografi lainnya dari calon wisatawan di negara asal wisatawan yang menyebabkan perubahan pada permintaan perjalanan dan liburan. Sebagaimana dijelaskan oleh Hall dan Weiler (1992: 1) bahwa peningkatan pendapatan per kapita, waktu liburan yang lebih panjang, dan komposisi demografi memberikan peluang bagi calon wisatawan untuk tidak sekedar berkunjung ke destinasi yang murah namun lebih ditentukan oleh nilai kepuasan (tourist satisfaction) yang akan didapatkan yang bermuara pada pengambilan keputusan (travel decision) untuk memilih destinasi yang akan dituju. Perubahan-perubahan pada sisi permintaan di atas menimbulkan keinginan wisatawan untuk berwisata sesuai dengan minat, motivasi, dan kemampuan keuangan yang dimiliki sehingga kepuasan wisatawan akan lebih terpenuhi. Hal ini pula yang memicu wisatawan untuk datang ke destinasi sesuai dengan minat sehingga muncul istilah pariwisata minat khusus. Read (1980) sebagaimana dikutip oleh Hall dan Weiler (1992: 5), menyatakan bahwa wisata khusus adalah wisata yang dilakukan oleh orang yang pergi ke suatu tempat karena mereka memiliki kepentingan minat tertentu yang akan dilakukan di daerah atau destinasi
tertentu. Oleh karena itu, dapat dikatakan bahwa pariwisata minta khusus dimulai dari motivasi wisatawan pada minat tertentu, kemudian diikuti oleh pemilihan destinasi untuk memenuhi minat khususnya tersebut. 2.2.3
Pemasaran Pariwisata Menurut Kotler (2003: 10), pemasaran (marketing) adalah suatu proses
sosial yang di dalamnya individu dan kelompok mendapatkan apa yang mereka butuhkan dan inginkan dengan menciptakan, menawarkan, dan secara bebas mempertukarkan produk yang bernilai dengan pihak lain. Supranto (2004) menyebutkan bahwa pemasaran berarti sebagai pengarahan kegiatan-kegiatan yang melibatkan kreasi dan distribusi dari produk untuk segmen pasar yang sudah dikenali. Mengarahkan kegiatan-kegiatan, dimaksudkan untuk menentukan kegiatan apa saja yang terkait dengan pengadaan barang atau jasa bagi pelanggan. Kegiatan harus terkontrol dalam pelaksanaannya agar tercapai tujuan yang sudah ditentukan yaitu menghasilkan produk yang bisa memuaskan para pelanggan. Hal-hal yang terkait dalam kegiatan pemasaran adalah proses perencanaan, pelaksanaan, pengontrolan dalam melaksanakan dan evaluasi dari hasilnya. Meskipun barang atau jasa sebetulnya dihasilkan oleh unit produksi, tenaga pemasaran tidak hanya berkenaan dengan kreasi barang atau jasa secara fisik akan tetapi juga dari perspektif kebutuhan dan keinginan pelanggan. Jadi pemasaran berkenaan dengan kegiatan yang diarahkan untuk memenuhi kebutuhan dan keinginan pelanggan secara memuaskan. Menurut Morison (2002: 205), strategi pemasaran adalah pemilihan terhadap suatu tindakan dari beberapa pilihan yang ada yang melibatkan
kelompok pelanggan tertentu, metode komunikasi, jaringan distribusi, dan struktur penentuan harga. Seperti yang diungkapkan oleh sebagian besar ahli, strategi pemasaran adalah kombinasi dari target pasar dan bauran pemasaran. Dengan persaingan yang semakin ketat, maka diperlukan suatu strategi pemenuhan akan metode bisinis pariwisata yang semakin responsif. Perlu pemahaman konsep-konsep pemasaran pariwisata dengan mempraktikkan dan menerapkan konsep-konsep pemasaran yang lebih modern. Tidak bisa dibantah semua usaha atau bisnis selalu menggunakan istilah pemasaran. Tetapi jarang ada teori pemasaran yang dikeluarkan oleh para ahli dapat diterapkan dengan sempurna (Pitana dan Diarta, 2009: 123) 2.2.4
Promosi Pariwisata Promosi merupakan bagian dari pemasaran. Promosi termasuk salah satu
aspek dalam bauran pemasaran (marketing mix). Promosi kepariwisataan merupakan kegiatan komunikasi yang dilakukan oleh organisasi penyelenggara pariwisata untuk memengaruhi pengambilan keputusan dalam membeli suatu produk atau jasa pariwisata yang ditawarkan oleh suatu daya tarik wisata (Sunaryo, 2013: 177). Promosi adalah sarana untuk menjual yang bertujuan untuk memperoleh keuntungan melalui volume penjualan (Pitana dan Diarta, 2009: 154). Promosi juga merupakan variabel kunci rencana strategi pemasaran. Dengan kata lain, promosi dinyatakan sebagai variabel kunci karena mendisitribusikan informasi atas produk yang ditawarkan ke konsumen.
Promosi pariwisata berperan sebagai penghubung yang digunakan untuk mempercepat proses keputusan pembelian oleh wisatawan. Kegiatan promosi bertujuan agar produk yang ditawarkan lebih cepat dikenal oleh pelanggan potensial. Promosi merupakan sebuah sarana dalam upaya peningkatan penjualan dengan menginformasikan barang atau jasa yang ditawarkan pihak perusahaan kepada konsumen potensial (Sri Astuti 2015: 35). Menurut Hasan (2013: 603) inti kegiatan promosi adalah bentuk kegiatan komunikasi
pemasaran
yang
berusaha
untuk
menyebarkan
informasi,
memengaruhi, mengingatkan pasar agar bersedia menerima, membeli, dan loyal pada produk yang ditawarkan oleh perusahaan. Promosi pariwisata merupakan komunikasi pemasaran untuk memberikan informasi atas layanan pariwisata yang disediakan oleh perusahaan pariwisata. Promosi pariwisata bertujuan agar layanan pariwisata lebih dikenal oleh wisatawan, sehingga dapat memengaruhi dalam pembelian layanan pariwisata. Promosi merupakan bagian komunikasi dalam pemasaran yang menyediakan informasi dan pengetahuan dengan cara yang informatif dan persuasif bagi wisatawan (Sri Astuti 2015: 37). Promosi pariwisata merupakan fungsi pemasaran yang fokus dalam mengkomunikasikan produk layanan jasa wisata. Komunikasi dilakukan secara persuasif yang ditujukan kepada calon wisatawan untuk memberikan infromasi mengenai layanan jasa wisata. Tujuan promosi pariwisata adalah untuk mendorong terciptanya keputusan pembelian oleh wisatawan.
2.3
Landasan Teori
2.3.1
Teori SWOT Berkembangnya
penemuan-penemuan
baru
di
bidang
teknologi
berdampak terhadap berkembangnya organisasi dan kegiatan bisnis di tahun 1990-an sehingga terjadi perubahan konsep persaingan dalam bisnis. Pada periode sebelumnya, persaingan merupakan kegiatan pembuatan produk sebanyakbanyaknya atau lebih dikenal dengan periode produksi massal dan produsen dapat memaksakan kehendaknya kepada konsumen. Namun selanjutnya adalah kebalikannya, yaitu pada abad ke 21 dimana masing-masing negara di muka bumi ini sudah tidak memiliki batas ruang dan waktu. Pada era sebelumnya produsen dapat memaksakan kehendaknya kepada konsumen namun yang terjadi sekarang adalah kebalikannya yaitu konsumenlah yang justru memaksakan kehendaknya kepada produsen. Produsen dipaksa untuk membuat produk yang sesuai dengan nilai dan keinginan konsumen. Oleh sebab itu, reorientasi perencanaan strategis sangat diperlukan. Rangkuti (2013: 18) menyebutkan SWOT adalah singkatan dari lingkungan internal Strengths dan Weaknesses serta lingkungan eksternal Opportunities dan Threats yang dihadapi dunia bisnis. Analisis SWOT membandingkan antara faktor eksternal peluang (opportunities) dan ancaman (threats) dengan faktor internal kekuatan (strengths) dan kelemahan (weaknesses). Analisis ini didasarkan pada logika yang dapat memaksimalkan kekuatan dan peluang, namun secara bersamaan dapat meminimalkan kelemahan dan ancaman.
Teori SWOT digunakan pada penelitian ini untuk mempertajam analisis dengan membantu melakukan pemasaran, yaitu mengidentifikasi kekuatan, kelemahan, peluang, dan ancaman daya tarik wisata di Gyeonggi. Termasuk menjelaskan efek promosi daya tarik wisata Provinsi Gyeonggi yang belakangan ini dipromosikan di Indonesia. Dengan mengetahui kekuatan dan peluang daya tarik wisata di Gyeonggi, maka penulis dapat memaksimalkan daya tarik wisata alternatif atau produk wisata tematik yang menjadi ketertarikan utama bagi calon wisatawan Indonesia. Sementara itu, pada analisis kelemahan dan ancaman penulis akan mengetahui dan selanjutnya mencari cara alternatif untuk meminimalkan kelemahan dan ancaman tersebut. 2.3.2
Teori Strategi Pemasaran Kotler (2009: 58) menyatakan bahwa strategi pemasaran dapat dilihat dari
tiga strategi yang biasa dikenal dengan istilah strategi STP (Segmentation, Targeting, Positioning). Bahwa dalam melakukan suatu pemasaran produk, selalu memerhatikan pentingnya daya saing (segmentation) yang dapat memenuhi target penjualan produk (targeting) tanpa mengabaikan tata letak dari suatu kegiatan pemasaran (positioning). Ketiga strategi pemasaran ini menentukan berhasil tidaknya suatu kegiatan pemasaran. 2.3.2.1 Segmentasi Pasar (Market Segmention) Secara sederhana segmentasi pasar adalah membagi-bagi pasar sesuai dengan sifat dan karakteristiknya. Menurut Kotler (2002: 252), dalam industri pariwisata segmentasi pasar adalah membagi pasar pariwisata ke dalam
kelompok-kelompok wisatawan secara tegas, dan tiap kelompok itu dipilih atau ditetapkan sebagai target pasar yang akan dipengaruhi dengan menggunakan strategi bauran pemasaran (marketing mix). Berikut ini beberapa variabel utama yang dapat digunakan dalam melakukan segmentasi (Kotler, 2008: 226-237). a.
Segmentasi Geografis: yang membagi pasar ke dalam unit-unit geografis, misalnya daerah atau negara asal wisatawan yang berkunjung ke suatu daerah tujuan wisata. Unit-unit geografis ini dapat berupa negara, provinsi, kota, kabupaten, kota dan kecamatan.
b.
Segmentasi Demografis: yang membagi pasar ke dalam kelompokkelompok berdasar pada variabel demografis seperti usia, jenis kelamin, pendapatan, pekerjaan, pendidikan, agama dan kebangsaan.
c.
Segmentasi Psikografis: yang membagi pasar ke dalam kelompokkelompok berdasar kelas sosial, gaya hidup dan karakteristik pribadi atau individu.
d.
Segmentasi berdasarkan perilaku: yang membagi pasar ke dalam kelompok-kelompok
berdasar
pengetahuan
mereka,
sikap,
penggunaan atau tanggapan terhadap suatu produk. 2.3.2.2 Penetapan Target Pasar (Targeting) Menentukan target pasar menjadi bagian pokok dalam strategi pemasaran bisnis. Ada beberapa perusahaan yang ingin menjangkau konsumen dari semua kalangan, namun ada pula beberapa perusahaan yang sengaja memisahkan konsumen sesuai dengan target pasar produknya. Dengan target pasar yang jelas,
akan mempermudah perusahaan untuk menentukan produk yang sesuai kebutuhan dan keinginan konsumen. Dapat diartikan pula bahwa target pasar merupakan pasar yang memiliki konsumen dengan daya beli yang cukup potensial (Kotler, 2008: 237). Dalam dunia pemasaran terdapat tiga strategi penetapan target pasar yang sering dilakukan para pelaku bisnis, strategi tersebut antara lain sebagai berikut : a. Strategi pemasaran tanpa pembeda (undifferentiated marketing) Ada beberapa perusahaan yang melihat pasar secara keseluruhan tanpa
membedakan
target
pasar
tertentu.
Perusahaan
yang
menggunakan strategi pemasaran ini, hanya menawarkan satu macam produk dan mencakup seluruh pasar. Tanpa membedakan target pasar, perusahaan bertujuan untuk menanamkan image kuat produknya kepada para konsumen. Pemasaran tanpa membedakan target pasar dipilih para pelaku bisnis, karena strategi ini biayanya lebih kecil dibandingkan pemasaran dengan membedakan target pasar. Pemasaran tanpa membedakan target pasar
lebih
mengandalkan
produksi,
distribusi
dan strategi
promosi secara massal, sehingga bisa menghemat biaya. Namun disamping kelebihannya, strategi pemasaran tersebut juga memiliki
kekurangan.
Kebanyakan
pelaku
bisnis
yang
tidak
membedakan konsumen, maka akan memilih target pasar yang paling luas untuk menawarkan produknya. Jika banyak pelaku bisnis yang memilih cara tersebut, maka persaingan bisnis pun semakin ketat.
b.
Strategi pemasaran dengan pembeda (differentiated marketing) Pemasaran yang kedua dengan membedakan target pasar sesuai kebutuhan konsumen. Berbagai variasi kebutuhan yang dibutuhkan para konsumen, menjadi faktor pendorong pelaku bisnis membedakan target pasar mereka. Jika pemasaran tanpa pembeda hanya memproduksi satu macam produk, pemasaran dengan pembeda memproduksi berbagai macam produk yang disesuaikan dengan kebutuhan dan minat para konsumen. Pembedaan produk bisa dilihat berdasarkan letak geografis konsumen, style atau gaya hidup, usia, jenis kelamin, tingkat pendapatan,
bahkan
bisa
juga
dibedakan
berdasarkan
tingkat
pendidikan para konsumen. Upaya pembedaan target pasar ini bertujuan agar loyalitas konsumen terhadap suatu produk lebih kuat, karena perusahaan menawarkan produk yang sesuai dengan keinginan konsumen. Jika dibandingkan dengan pemasaran tanpa pembeda, strategi pemasaran dengan pembeda membutuhkan biaya yang lebih besar. Karena dibutuhkan biaya untuk riset produk baru, proses produksinya yang lebih besar, serta peningkatan biaya untuk riset pasar. Meskipun demikian, pemasaran dengan pembeda lebih disenangi para pelaku usaha. Sebab dengan pemasaran pembeda, produk mereka memiliki daya tarik yang lebih kuat dibandingkan produk yang dipasarkan para pesaing.
c. Strategi pemasaran terkonsentrasi (concentrated marketing) Berbeda dengan strategi pemasaran yang membedakan konsumen sesuai dengan kebutuhan, pemasaran terkonsentrasi hanya fokus memasarkan produknya kepada satu atau beberapa kelompok pembeli saja. Sehingga pemasaran produk hanya ditujukan kepada kelompok pembeli yang paling berpotensi. Seperti produk Tropicana Slim, gula rendah kalori dan bebas gula ini lebih fokus kepada para konsumen yang ingin menjaga kesehatannya terutama bagi para penderita diabetes. Dengan
fokus
pada
kelompok
tertentu,
perusahaan
yang
menggunakan strategi pemasaran ini berusaha menawarkan produk yang terbaik bagi target pasar mereka. Sehingga spesifikasi image produk yang ditawarkan dapat tertanam pada konsumen yang menjadi sasaran pasarnya. Selain itu pemasaran terkonsentrasi juga lebih menghemat biaya, baik biaya produksi, biaya distribusi maupun biaya promosi. Sebab semuanya hanya fokus pada satu atau dua kelompok konsumen saja. Tetapi ada juga kelemahan dari pemasaran konsentrasi, bahkan resikonya lebih besar dari pemasaran tanpa pembeda maupun pemasaran dengan pembeda. Bila target pasar yang menjadi fokus pemasaran tiba-tiba beralih ke perusahaan pesaing dengan fokus yang sama, maka ada kecenderungan suatu perusahaan akan kehilangan konsumen yang dimilih. Besarnya resiko yang ada, membuat pemilik perusahaan lebih mepilih memasarkan produknya ke beberapa target pasar.
Dengan demikian, apabila ingin mencoba peluang usaha baru, sebaiknya tentukan terlebih dahulu target pasar yang ingin dijangkau. Semakin jelas target pasar, semakin mudah pula menentukan strategi pengembangan usaha tersebut. 2.3.2.3 Positioning Setelah mengadakan segmentasi pasar dan penentuan sasaran pasar, perlu dilakukan penentuan posisi penawarannya. Untuk mendapatkan keunggulan kompetitif, perlu dikembangkan strategi penentuan posisi produk ke pasar sasaran yang dituju. Milton (2006: 88) menyatakan bahwa positioning adalah bagaimana sebuah produk di mata konsumen yang dibedakannya dengan produk pesaing. Dalam hal ini termasuk brand image, manfaat yang dijanjikan serta competitive advantage. Inilah alasan kenapa konsumen memilih produk suatu perusahaan bukan produk pesaing. Menurut Fanggidae (2006: 49), positioning adalah suatu strategi dalam kegiatan pemasaran yang bertujuan untuk menciptakan perbedaan (different), keuntungan (advantages), manfaat (benefit) yang membuat konsumen selalu ingat dengan suatu produk. Dengan kata lain, positioning adalah usaha menempatkan sesuatu dalam pikiran orang dengan terlebih dahulu memberikan informasi tentang segala sesuatu seperti fasilitas, program yang diberikan. Strategi penentuan posisi pasar dipengaruhi oleh beberapa faktor. Pasar sasaran menunjukkan sifat dasar program pemasaran yang diperlukan untuk memperoleh tanggapan menguntungkan dari pasar sasaran. Tahap daur hidup produk memengaruhi peran dan pentingnya komponen program pemasaran yang
berbeda. Prioritas manajemen dalam hal ini untuk memperluas daya saing, mempertahankan posisi yang ada dan menghasilkan profit, mengurangi komitmen perusahaan atau meninggalkan pasar produk. Pada sub-bab sebelumnya mengenai analisis SWOT telah dijelaskan bahwa analisis tersebut untuk mengetahui kekuatan dan kelemahan dari daya tarik wisata di Provinsi Gyeonggi. Dengan demikian, pada kajian mengenai teori pemasaran, maka teori ini digunakan untuk mengidentifikasi segmentasi pasar dari kalangan calon wisatawan Indonesia yang berminat dan ingin mengunjungi daya tarik wisata di Gyeonggi terkait dengan rumusan masalah kedua. Setelah melakukan segmentasi pasar, maka selanjutnya penulis akan melakukan analisis terhadap target pasar dan posisi pasar dari calon wisatawan Indonesia yang berminat pada daya tarik wisata yang berada di Provinsi Gyenonggi. 2.3.3 Teori Bauran Promosi Promosi (promotion) merupakan bagian dari proses pemasaran yang termasuk salah satu aspek dalam bauran pemasaran (marketing mix). Bauran pemasaran pada dasarnya merupakan koordinasi interaksi dari empat komponen, yang sering disebut dengan 4P, yaitu produk (product), harga (price), tempat (place), dan promosi (promotion). Menurut Kotler (2002) yang dikutip Payangan, terdapat lima langkah dalam
mengembangkan
efektivitas
komunikasi
pemasaran,
yaitu:
a)
mengindentifikasi target audiens; b) menentukan tujuan komunikasi; c) mendesain pesan; d) memilih saluran komunikasi; dan e) menetapkan total anggaran
pemasaran. Fungsi promosi di dalam strategi pemasaran pariwisata pada umumnya ialah untuk merangsang transaksi (Payangan, 2014: 63). Meskipun secara umum bentuk-bentuk promosi memiliki fungsi yang sama, tetapi bentuk-bentuk tersebut dapat dibedakan berdasarkan tugas-tugas khususnya. Beberapa tugas khusus itu atau sering disebut bauran promosi adalah: a. Personal Selling Personal selling adalah komunikasi langsung atau tatap muka (face to face) antara penjual dan calon pelanggan untuk memperkenalkan suatu produk kepada calon pelanggan dan membentuk pemahaman pelanggan terhadap produk sehingga mereka kemudian akan mencoba dan membelinya. Ada beberapa bentuk personal selling diantaranya adalah program insentif, pasar malam, dan pameran. b. Mass Selling (Promosi Penjualan) Mass Selling merupakan pendekatan yang menggunakan media komunikasi untuk menyampaikan informasi kepada khalayak ramai (general public) dalam waktu yang sama. Metode ini merupakan alternatif yang lebih murah untuk menyampaikan informasi kepada khalayak atau sasaran pasar yang jumlahnya sangat banyak dan tersebar luas. Ada dua bentuk utama mass selling, yaitu periklanan dan publisitas. c. Advertising (Periklanan) Advertising merupakan salah satu bentuk promosi yang paling banyak digunakan perusahaan dalam mempromosikan produknya.
Bentuk-bentuk iklan berupa film, brosur, buklet, billboard, simbol dan logo, iklan cetak dan iklan siaran. d. Public Relations Public Relations merupakan upaya komunikasi menyeluruh dari suatu perusahaan untuk memengaruhi persepsi, keyakinan, dan sikap berbagai kelompok terhadap instansi tersebut. Pelaksanaanya public relations dapat dilakukan oleh individu kunci dari suatu perusahaan dan dapat pula dilakukan oleh suatu lembaga formal dalam bentuk biro, departemen, maupun seksi public relations dan struktur organisasi. e. Direct Marketing Bila personal selling berupaya mendekati pembeli, advertising berupaya memberitahu dan memengaruhi pelanggan, mass selling berupaya mendorong pembelian, dan public relations membangun citra instansi, maka direct marketing memadatkan semua kegiatan tersebut dalam penjualan langsung tanpa perantara. Dalam direct marketing, komunikasi promosi ditujukan langsung kepada konsumen yang bersangkutan, baik melalui telepon, pos atau dengan datang langsung ke tempat pemasar. Kegiatan promosi yang akan dilakukan Dinas Pariwisata khususnya bidang promosi dan pemasaran tentu saja memiliki tujuan yang bermanfaat. Menurut Setiadi
(2003: 266), tujuan promosi adalah sebagai berikut: a. Untuk Menginformasikan (To Inform) Kegiatan Menginformasikan ini ditujukan kepada publik mengenai potensi Pariwisata yang ada dalam rangka memperkenalkan tentang
keberadaan potensi Pariwisata serta menjelaskan aspek-aspek yang berkaitan dengan potensi Pariwisata yang ada. b. Untuk Memengaruhi (To Persuade) Kegiatan
Memengaruhi
ini
dilakukan
guna
mendorong
terbentuknya minat atau keinginan Publik. Seorang pegawai bidang promosi dan pemasaran yang baik harus memperhatikan kegiatan persuasif, kegiatan ini tidak cukup hanya dengan membujuk memengaruhi khalayak ramai agar timbul minat untuk mengenal lebih dekat potensi Pariwisata yang ada, tetapi juga harus mendorong khalayak untuk bisa mengunjungi langsung serta mampu juga mendorong pihak ketiga yaitu investor untuk lebih mempromosikan produk atau jasa mereka. Teori promosi pariwisata digunakan dalam penelitian ini untuk mengetahui strategi promosi yang semestinya dilakukan oleh Dinas Pariwsata Gyeonggi dan agen perjalanan wisata di Provinsi Gyeonggi. Strategi promosi tersebut dilakukan untuk mencapai dua tujuan utama. Pertama, memberikan informasi spesifik mengenai daya tarik wisata di Provinsi Gyeonggi. Kedua, memengaruhi atau menarik calon wisatawan Indonesia untuk mengambil keputusan dalam memilih produk-produk pariwisata atau daya tarik wisata yang ada di Provinsi Gyeonggi. Dengan demikian, teori promosi tersebut akan menjawab rumusan masalah nomor tiga melalui Kegiatan Menginformasikan dan Memengaruhi kepada calon wisatawan Indonesia. Kegiatan-kegiatan tersebut antara lain, personnal selling, mass selling, advertising, public relations, dan direct marketing.
2.4
Model Penelitian Untuk menjawab dan memecahkan permasalahan penelitian yang telah
dijabarkan pada rumusan masalah, diperlukan kerangka konsep atau model yang merupakan abstraksi dari penelitian. Pertama, peneliti melakukan identifikasi fenomena bahwa Provinsi Gyeonggi memiliki daya tarik wisata yang variatif dan menarik seperti Everland, DMZ, Temple stay, warisan budaya dunia dan lainnya, sedangkan kebanyakan wisatawan Indonesia belum sempat mengunjungi daya tarik wisata ini. Kedua, untuk mengetahui alasan atau kecenderungan wisatawan Indonesia di atas, peneliti mengidentifikasi persepsi wisatawan Indonesia terhadap pariwisata Korea dan Provinsi Gyeonggi melalui survei kepada agen-agen perjalanan wisata di Indonesia, selanjutnya melakukan pemeriksaan mengenai kesesuaian eksistensi daya tarik Provinsi Gyeonggi menurut preferensi wisatawan Indonesia melalui analisis SWOT dalam rangka mengetahui efektifitas program pemasaran dan promosi pariwisata Provinsi Gyeonggi. Oleh karena itu, peneliti akan melakukan wawancara mendalam (depth interview) pada dinas pariwisata, agen-agen perjalanan wisata, dan lembaga pariwisata di Jakarta dan Bali (Indonesia) serta di Provinsi Gyeonggi (Korea). Ketiga atau yang terakhir, untuk mengetahui strategi pemasaran dan promosi seperti apa yang semestinya diformulasikan Dinas Pariwisata Provinsi Gyeonggi dan agen-agen perjalanan wisata, maka peneliti menggunakan kajian strategi pemasaran dengan indikatornya yaitu 1) Segmentasi pasar; 2) Penetapan target atau sasaran pasar (targeting); 3) Penetapan posisi pasar (positioning).
Sementara itu, untuk melakukan promosi pariwisata yang bertujuan memberikan informasi mengenai daya tarik wisata di Provinsi Gyeonggi dan upaya memengaruhi calon wisatawan Indonesia untuk mengambil keputusan dalam memilih produk-produk pariwisata yang ada di Provinsi Gyeonggi, kemudian mengadakan studi strategi promosi dengan indikator peneltiannya.
Provinsi Gyeonggi
Identifikasi Fenomena
Kebanyakan wisatawan Indonesia belum sepat mengunjungi Gyeonggi naik
Daya tarik wisata Gyeonggi yang variatif dan menarik
Pemeriksaan Situasi & Masalah
Persepsi atau tingkat minat wisatawan Indonesia terhadap wisata Gyeonggi
Preferensi atau kebutuhan wisatawan Indonesia terhadap daya tarik wisata Gyeonggi
Ektifitas program pemasaran dan promosi pariwisata Provinsi Gyeonggi
Adaptasi Teori
SWOT tentang Kepariwisataan Provinsi Gyeongnggi
Strategi Pemasaran 1. Segmentasi 2. Pasar Sasaran/Target 3. Posisi Pasar
Hasil Penelitian
Sasaran dan Rekomendasi Gambar 2.1 : Model Penelitian
Strategi Promosi 1. Personal Selling 2. Mass Selling 3. Advetising 4. Public Relations 5. Direct Marketing
BAB III METODE PENELITIAN 3.1
Pendekatan Penelitian Penelitian ini secara keseluruhan merupakan penelitian deskriptif kualitatif
yang bertujuan untuk menggali fakta-fakta tentang strategi pemasaran dan promosi wisata oleh Dinas Pariwisata Gyeonggi, agen perjalanan wisata, dan kelembagaan pariwisata di Provinsi Gyeonggi. Data atau informasi diperoleh dari hasil wawancara dengan informan. Selain itu dibutuhkan juga data berbentuk angka-angka yang merupakan pendekatan kuantitatif sebagai data pendukung. Kemudian, hasil penelitian dijabarkan secara deskriptif untuk mendapatkan jawaban dari rumusan masalah. 3.2
Lokasi Penelitian Penelitian ini berlokasi di dua negara, yaitu (1) Provinsi Gyeonggi di
Korea, (2) DKI Jakarta dan Provinsi Bali di Indonesia. Pertama, penelitian ini dengan analisis SWOT tentang daya tarik wisata dan diferensiasi produk wisata Provinsi Gyeonggi, berfokus pada daya tarik wisata alternatif atau wisata tematik yang dapat memikat perhatian wisatawan Indonesia. Dengan demikian peneliti mewawancarai para pemangku kepentingan pariwisata yang mengikuti acara Gyeonggi Fam Tour (Familiarisation Tour) dan BtoB (Business to Business) yang dilakukan di Kota Suwon dan Kota Goyang, Provinsi Gyeonggi pada tanggal 12-15 Januari 2016.
36
Kedua, untuk mengidentifikasi persepsi wisatawan Indonesia terhadap pariwisata Gyeonggi dan mengetahui produk wisata yang ditawarkan oleh agenagen perjalanan wisata di Indonesia dalam memasarkan produk-produk wisata yang berkaitan dengan pariwisata Provinsi Gyeonggi. Dengan demikian, peneliti menyurvei dan mewawancarai agen-agen perjalanan wisata yang menghadiri acara promosi pariwisata Gyeonggi dan konsultasi BtoB yang dilakukan di DKI Jakarta pada tanggal 13-15 Agustus 2015 dan di Bali pada tanggal 29-30 Juni 2016. DKI Jakarta dan Bali dipilih dengan alasan karena hanya di dua lokasi ini dapat ditemukan penerbangan langsung menuju Korea. Lokasi penelitian dapat dilihat pada Gambar 3.1, 3.2, dan 3.3.
Gambar 3.1 Gyeonggi Fam Tour dan BtoB yang dilakukan di Kota Suwon dan Kota Goyang, Provinsi Gyeonggi pada tanggal 12-15 Januari 2016 (Sumber: Dokumentasi Peneliti, 2016)
Gambar 3.2 Gambar ① adalah acara promosi pariwisata Gyeonggi, Gambar ② adalah konsultasi BtoB yang dilakukan di Hotel Mulia di DKI Jakarta, Indonesia pada tanggal 13-15 Agustus 2015 (Sumber: Dokumentasi Peneliti, 2015)
Gambar 3.3
Gambar ① adalah konsultasi BtoB, Gambar ② adalah acara promosi pariwisata Gyeonggi yang dilakukan di Hotel Sofitel Nusadua pada tanggal 29-30 Juni 2016 (Sumber: Dokumentasi Peneliti, 2016) 3.3
Jenis dan Sumber Data
3.3.1 Jenis Data Dalam penelitian ini terdapat dua jenis data, yaitu: Pertama, data Kualitatif. Data Kualitatif itu adalah data yang berupa keterangan-keterangan yang diperoleh dari hasil penelitian atau data yang berupa keterangan-keterangan dan bukan berupa data numerik atau nilainya (Sugiyono 2014: 9). Data kualitatif dalam penelitian ini berupa data pemasaran dan promosi pariwisata Provinsi Gyeonggi dan data lainnya yang diperoleh langsung atau tidak langsung dari lapangan. Kedua, data Kuantitatif. Data Kuantitatif itu adalah data yang berbentuk numerik atau angka sebagai hasil dari pengukuran dan perhitungan (Sugiyono 2014: 10). Untuk memahami persepsi atau tingkat preferensi terhadap pariwisata Gyeonggi, data kuantitatif dalam penelitian ini berupa diperoleh dari hasil kuesioner dengan responden, yaitu agen-agen perjalanan wisata Indonesisa yang pernah menghadiri acara promosi pariwisata Provinsi Gyeonggi. 3.3.2
Sumber Data Sumber data dalam penelitian ini terdiri dari dua yaitu data primer dan
data sekunder. 3.3.2.1
Data Primer
Sugiyono (2014: 225) menyatakan sumber primer adalah sumber data yang langsung memberikan data kepada pengumpul data. Sumber primer penelitian ini diperoleh dari hasil kuesioner dengan responden untuk mengidentifikasi persepsi atau tingkat minat wisatawan Indonesia. Selanjutnya penelitian ini diperoleh dari hasil wawancara dengan informan untuk memahami tingkat kepuasan dan preferensi tentang daya tarik wisata yang berpotensi di Provinsi Gyeonggi. Informan tersebut antara lain, agen perjalanan wisata dan pegawainya di dua negara, yaitu Korea (Provinsi Gyeonggi) dan Indonesia (DKI Jakarta, Provinsi Bali), dan pegawai lembaga, pegawai negeri sipil di Dinas Pariwisata Provinsi Gyeonggi. Analisis fakta informan di dua negara tersebut menjadi acuan dalam perumusan strategi pemasaran dan promosi daya tarik wisata Provinsi Gyeonggi. 3.3.2.2 Data Sekunder Sugiyono (2014: 225) menyatakan sumber sekunder adalah sumber data yang tidak langsung memberikan data kepada pengumpul data. Dalam penelitian ini sumber sekunder diperoleh melalui dokumen seperti buku-buku, jurnal, makalah dan laporan penelitian yang relevan dengan penelitian ini, khususnya data dari dinas pariwisata Provinsi Gyeonggi dan kelembagaan pariwisata Gyeonggi. 3.4
Teknik Pengumpulan Data Teknik pengumpulan data merupakan langkah yang paling strategis dalam
penelitian, karena tujuan utama dari penelitian adalah mendapatkan data-data yang dibutuhkan pada penelitian ini. Dalam penelitian ini, beberapa teknik
pengumpulan data digunakan, antara lain wawancara, kuesioner, studi kepustakaan, dan studi dokumentasi. Untuk lebih jelasnya akan dipaparkan sebagai berikut: 3.4.1
Wawancara dan Informan Wawancara adalah suatu usaha untuk melakukan komunikasi antara peneliti
dengan informan yang telah ditetapkan. Adapun metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah wawancara secara mendalam. Informan kunci yang ditetapkan secara purposive adalah para pelaku agen perjalanan wisata, pegawai Dinas
Pariwisata
Provinsi
Gyeonggi,
pegawai
di
Gyeonggi
Tourism
Organization, dan pegawai di Gyeonggi Tourism Assosiation. Informan adalah orang yang diwawancarai secara mendalam yang ditentukan dengan menggunakan purposive sampling. Purposive sampling adalah cara untuk menentukan sampel berdasarkan suatu pertimbangan dimana yang diwawancarai adalah orang yang ahli dalam bidang yang diteliti oleh peneliti (Sugiono, 2010:67). Dalam hal ini, ditentukan sendiri dengan pertimbangan bahwa para informan tersebut memiliki kemampuan yang andal dalam memberikan informasi/data terkait dengan seterategi pemasaran dan promosi pariwisata Provinsi Gyeonggi, maka informan yang dipilih adalah delapan orang informan yang diwawancarai, yakni satu orang dari pegawai Dinas Pariwisata Provinsi Gyeonggi, satu pegawai di Gyeonggi Tourism Organization, dua pegawai di Gyeonggi Tourism Assosiation, dan empat agen perjalanan wisata yang pernah
menghadiri acara promosi yang dilakukan di Indonesia. (Lihat Lampiran I Pedoman wawancara) Selanjutnya peneliti melakukan wawancara dengan peserta Gyeonggi Fam Tour yang dilakukan di provinsi Gyeonggi pada tanggal 12-15 Januari 2016, maka enam orang informan yang diwawancarai yakni satu orang wartawan dari Jawa Pos, lima agen perjalanan wisata di Bali atau Lombok. (Lihat Lampiran II Pedoman wawancara) 3.4.2
Survei dan Responden Survei adalah teknik pengumpulan data yang dilakukan dengan
penyebaran kuesioner atau daftar pertanyaan yang telah disiapkan. Rancangan survei dalam penelitian ini adalah untuk mengetahui daya tarik wisata alternatif atau wisata tematik apa yang lebih menarik bagi wisatawan Indonesia yang akan mengunjungi Korea, khususnya Provinsi Gyeonggi, serta mengetahui apa saja strategi pemasaran atau promosi lebih efektif bagi orang Indonesia dalam memilih dan mengambil keputusan tentang suatu daya tarik wisata yang dikunjungi. Pada pertemuan acara konsultasi Business to Business yang dilakukan oleh Gyeonggi Tourism Assosiation di DKI Jakarta pada tanggal 13-15 Agustus 2015 dan di Bali pada tanggal 29-30 Juni 2016, para peserta agen perjalanan wisata dimintai mengisi kuesioner sebagai responden pelaku pariwisata. Penelitian ini mengambil 80 kuesioner yang terdiri dari 49 agen perjalanan wisata di Bali dan 31 agen perjalanan wisata di Jakarta. (Lihat Lampiran III - Kuesioner) 3.4.3
Studi Kepustakaan dan Dokumentasi
Dalam melengkapi hasil penelitian, dilakukan studi kepustakaan dengan menggunakan buku atau literatur yang terkait dan relevan dengan masalah yang diteliti seperti hasil penelitian sebelumnya. Selanjutnya dokumentasi atau pengumpulan dokumen juga merupakan bagian yang penting dalam suatu penelitian. Dokumen yang diperoleh dalam bentuk grafik, bahan tertulis, arsip-arsip dan brosur untuk mendukung data-data yang telah dimiliki. Dokumentasi ini diperoleh di kantor Dinas Pariwisata Provinsi Gyeonggi dan Korea, Badan Pusat Statistik Korea, dan kantor Koperasi Perindustrian dan Perdagangan Korea. Adapun data yang diperoleh di antaranya informasi mengenai gambaran umum dan sejarah Provinsi Gyeonggi, bentukbentuk promosi yang dilakukan untuk memperkenalkan pariwisata Provinsi Gyeonggi di Jakarta (tahun 2015) dan Bali (tahun 2015). 3.5
Instrumen Penelitian Instrumen penelitian adalah alat atau fasilitas yang digunakan oleh peneliti
dalam mengumpulkan data agar pekerjaannya lebih mudah dan hasilnya lebih baik, dalam arti lebih cermat, lengkap, dan sistematis sehingga lebih mudah diperolah (Arikunto, 2002: 136). Dalam penelitian kualitatif, yang menjadi instrumen penelitian adalah peneliti itu sendiri. Peneliti dalam penelitian kualitatif berfungsi menetapkan fokus penelitian, memilih informan sebagai sumber data, melakukan pengumpulan data, menilai kualitas data, analisis data, menafsirkan data dan membuat simpulan atas temuannya (Sugiyono, 2014: 222). Instrumen lain yang diperlukan untuk dapat mencapai tujuan penelitian ini adalah pedoman wawancara yang akan dijadikan sebagai acuan selama proses wawancara
berlangsung, kamera, dan perekam untuk merekam semua pembicaraan atau percakapan. 3.6
Teknik Analisis Data Analisis deskriptif kualitatif yaitu dengan memberikan ulasan atau
interpretasi terhadap data yang diperoleh sehingga menjadi lebih jelas dan bermakna dibandingkan dengan sekedar angka-angka. Langkah-lankahnya adalah reduksi data, penyajian data dengan bagan dan teks, kemudian penarikan simpulan. Temuan tentang tingkat preferensi dan kebutuhan (needs) wisatawan Indonesia dalam memilih sesuatu daya tarik wisata di Provinsi Gyeonggi, kemudian diformulasikan dan dirumuskan sebuah strategi pemasaran dan promosi tentang kesesuaian eksistensi daya tarik wisata di Provinsi Gyeonggi. Adapun langkah-langkah yang dilakukan adalah sesuai dengan analisis deskriptif kualitatif (Sugiyono, 2014: 243): a.
Reduksi data, yaitu merangkum, memilih dan memfokuskan hal-hal yang penting kemudian dicari tema dan polanya. Sehingga data yang sudah direduksi akan memberikan gambaran yang jelas dan mempermudah peneliti untuk melakukan pengumpulan data.
b.
Penyajian data, dilakukan dengan membangun kembali data yang telah direduksi dan disajikan dalam bentuk teks naratif.
c.
Penarikan simpulan, dilakukan setelah melakukan penyajian data dan merupakan temuan baru berupa deskripsi atau gambaran suatu objek yang masih belum jelas.
BAB IV GAMBARAN UMUM PROVINSI GYEONGGI 4.1
Gambaran Umum tentang Provinsi Gyeonggi Pada bab ini akan diuraikan gambaran umum dan sejarah tentang Provinsi
Gyeonggi yang dikutip dan dirumuskan dari Laporan Kebijakan Provinsi Gyeonggi 2016 sebagai berikut.
Gambar 4.1 Peta Korea dan Provinsi Gyeonggi (Sumber: Gyeonggi Tourism Organization 2015) Provinsi Gyeonggi yang terletak di antara 36 °dan 38 ° garis lintang Utara, 127 ° dan 126 ° bujur Timur merupakan daerah pusat bagian Barat semenanjung Korea yang membentang di Asia Timur. Provinsi Gyeonggi memiliki luas sekitar 10.182 ㎢, yaitu sekitar 17 kali lipat luas Seoul, Ibu Kota Korea, dan sebesar 10,2% atau 100.326 km persegi dari keseluruhan luas wilayah negara Korea. Provinsi Gyeonggi merupakan provinsi yang menempati peringkat ke-5 yang memiliki
45
wilayah geografis terbesar di Korea Selatan. Pada Gambar 4.1 dapat dilihat perbandingan Peta Korea dan Provinsi Gyeonggi. Provinsi Gyeonggi memiliki jumlah daerah otonom yang kecil sebanyak 31, yaitu 28 kota dan 3 kabupaten. Salah satu daerah otonom di Provinsi Gyeonggi adalah Kabupaten Yangpyeong yang terluas dengan total wilayah 878 km persegi, yang kedua adalah Kota Pocheon dengan wilayahnya sebesar 827 km persegi. Menariknya, Provinsi Gyeonggi memiliki kota kecil yaitu Kota Guri yang wilayahnya hanya sebesar 33 km persegi. Dari segi populasi penduduknya, terjadi peningkatan jumlah penduduk di Provinsi Gyeonggi. Pada tahun 1994 jumlah penduduk Provinsi Gyeonggi adalah 7,4 juta orang, sedangkan penduduk Ibu Kota Seoul berjumlah 10 juta. Jumlah penduduk di Provinsi Gyeonggi mulai meningkat pada tahun 2003 dengan jumlah peningkatan sebesar 10.020 ribu orang. Angka ini melampaui jumlah penduduk Ibu Kota Seoul pada tahun tersebut yaitu 10.017 ribu orang. Dengan demikian, peningkatan jumlah penduduk dari tahun 1994 yang mencapai 16.3% dari jumlah penduduk Korea Selatan ini membuat Provinsi Gyeonggi menjadi pemerintah otonomi daerah besar yang memiliki jumlah penduduk terbanyak di Korea. Jumlah penduduk Provinsi Gyeonggi adalah 12.825 ribu orang dengan 24.4% dari total penduduk Korea Selatan berjumlah 52.588 ribu orang pada tahun 2015. Terdapat 9 kota di Provinsi Gyeonggi dengan jumlah penduduk lebih dari 500 ribu orang, yaitu Kota Suwon, Kota Goyang, Kota Seongnam, Kota Yongin, Kota Bucheon, Kota Ansan, Kota Namyangju, Kota Anyang, Kota Hwaseong. Di
antara kota- kota tersebut, dua kota memiliki populasi penduduk lebih dari 1 juta yaitu Kota Suwon berjumlah 1.178 ribu orang dan Kota Goyang sebanyak 1.019 ribu orang. Penduduk asing yang tinggal di Provinsi Gyeonggi totalnya 364.333 orang. Penduduk ini terkosentrasi di empat kota yaitu, Kota Ansan 55.633 orang, Kota Suwon 36.659 orang, Kota Hwaseong 32.529 orang dan Kota Siheung 31.473 orang. Selain itu, Gyeonggi juga merupakan wilayah yang menjadi pusat pertukaran kerjasama antara pemerintah daerah (Provinsi, Kab/Kota) di Asia Timur dan semenanjung Korea. Dari segi ekonomi, persentase bidang industri yang bergerak di sektor ekonomi dan manufaktur adalah bidang bisnis sebesar 20% dan industri manufaktur sebesar 35% dari jumlah pabrik yang ada di seluruh Korea Selatan. Belakangan ini, kebijakan Provinsi Gyeonggi terfokus pada pengembangan industri baru seperti IT (Teknologi Informatika), BT(Bioteknologi), dan NT (Teknologi Nano). Provinsi Gyeonggi bahkan berusaha untuk mengembangkan industri penerbangan dan perkapalan dengan teknologi mesin baru yang menyasar pasar di bidang industri bahari dan penerbangan. Pertumbuhan ekonomi Provinsi Gyeonggi mendorong keseimbangan anggaran belanja negara Korea. Hal ini dikarenakan Provinsi Gyeonggi menjadi penyumbang terbesar 20% produk domestik regional bruto (PDRB), sekitar 251 triliun won pada tahun 2012. Data dari OECD (Organization for Economic Cooperation dan Development) menunjukan bahwa apabila dibandingan dengan 34 negara OECD
pada tahun 2011, PDRB Provinsi Gyeonggi berada pada posisi ke-27. Posisi ini setara dengan negara seperti Selendia Baru dan Hongaria (2.010 miliar USD), Selandia Baru (ke-28), Hongaria (ke-29). Hal ini mengindikasikan Provinsi Gyeonggi mempunyai peran vital sebagai pusat sosio-ekonomi Korea. Berkaitan dengan keunikan dan ciri khas pariwisata Gyeonggi, berikut ini adalah penjelasan secara singkat yang memuat daya tarik, aksesibilitas, dan sejarah dari Provinsi Gyeonggi: Pertama, zona demiliterisasi atau DMZ (DeMilitarized Zone). Provinsi Gyeonggi merupakan wilayah yang masih menyisakan bukti jejak dari kisah kelam perang Korea. Selama 70 tahun, tidak ada yang menyentuh atau menginjakkan kaki di zona ini. Akan tetapi, dengan adanya DMZ yang merupakan bukti otentik sejarah yang sekaligus melambangkan perdamaian (peace) dapat dinikmati dan menjadi salah satu daya tarik bagi para wisatawan. DMZ dapat memberikan nuansa edukatif dan pengalaman hidup yang mengesankan tentang hubungan antar negara, wilayah perbatasan dan keamanan nasional. Kedua, secara geografis, di sebelah utara, Provinsi Gyeonggi berbatasan langsung dengan Korea Utara, sedangkan di sebelah barat Provinsi Gyeonggi berbatasan dengan Pantai Barat Korea dengan garis pantai sepanjang 413 km yang menyuguhkan keindahan alam bawah laut serta beragam ekosistem biota laut. Provinsi ini juga memiliki peran penting terhadap lintas pasar perdagangan besar Cina yang berpusat di Pelabuhan Pyeongtaek.
Ketiga, jaringan lalu-lintas di dalam dan ke luar Provinsi Gyeonggi sudah berkembang dan dilengkapi dengan baik karena terletak di kawasan metropolis. Provinsi Gyeonggi memiliki beraneka ragam industri teknologi baru seperti sumber daya manusia yang berkompetensi tinggi, dilengkapi dengan fasilitas standar pada kawasan industri dan merupakan daerah otonomi yang memiliki pasar ekonomi terbesar di Korea setelah Ibu Kota Seoul. Keempat, kekuatan budaya dinasti Joseon dan Goryo. Selama 1000 tahun ketika Dinasti Joseon dan Goryo berkuasa, Provinsi Gyeonggi adalah wilayah ibu kota serta kawasan pusat budaya, dan ekonomi. Oleh karena itu, wilayah ini kaya dengan bukti benda-benda peninggalan bersejarah dan warisan budaya dunia. 4.2
Sejarah Provinsi Gyeonggi Setelah Dinasti Goryeo (tahun 918 s.d. tahun 1392) bersatu dari tiga
dinasti, wilayah Gyeonggi telah menjadi pusat ekonomi dan budaya, kemudian didirikan dengan sistem 8 provinsi setelah berdirinya Dinasti Joseon (tahun 1392 s.d. tahun 1897). Provinsi Gyeonggi ditetapkan sebagai pemerintahan daerah sejak kepemimpinan Raja Taejong (Raja ke-3) pada Dinasti Joseon tahun 1414, sehingga nama „Gyeonggi‟ sudah mulai digunakan sejak 602 tahun yang lalu. Menurut sistem pemerintahan daerah Dinasti Joseon yang setiap provinsi dipimpin oleh gubernur dan apabila menurut tradisi atau aturan daerah tersebut, gubernur Provinsi Gyeonggi sekarang merupakan gubernur yang ke-689 dengan periode menjabat dari tanggal 1 Juli 2014 sampai dengan tanggal 30 Juni 2018. Wilayah Gyeonggi merupakan bagian penting semenanjung Korea yang termasuk
lembah sungai Han, dan banyak masyarakat ingin tinggal di sini karena kenyamanan lalu lintas yang dimiliki. Pada zaman tiga negara, kira-kira tahun 100 Sebelum Masehi sampai tahun 660 terjadi persaingan ketat untuk memenangkan wilayah itu, persaingan dalam merebutkan wilayah tersebut dikarenakan lokasinya yang mengelilingi daerah Ibu Kota Seoul dan daerah pusat distribusi dalam bidang kemiliterian atau ekonomi. Gyeonggi merupakan wilayah dengan banyak hasil bumi dan sumber daya manusia yang berpotensi tinggi dan memiliki ciri khas, yaitu adanya percampuran budaya, adat istiadat dan bahasa yang selaras di setiap daerah. Provinsi Gyeonggi juga merupakan daerah pusat di filsafat dan ilmu pengetahuan. Pada Dinasti Joseon, Neo-Konfusianisme dan filsafat, serta penyusunan kembali ilmu filsafat yang termasuk ilmu Silhak dikembangkan secara aktif. Setelah merdeka, dibangunnya Republic of Korea (tahun 1945), Provinsi Gyeonggi bersama dengan Kota Seoul berperan khusus dan penting dalam pengembangan ekonomi. Banyak usaha yang dikerahkan dalam rangka penyambutan era otonomi daerah tersebut, antara lain membuat suatu lokasi pemukiman baru dan mengembalikan identitas daerah serta mengumpulkan kepercayaan penduduk. 4.3
Kondisi Kepariwisataan Provinsi Gyeonggi Provinsi Gyeonggi secara geografis mengelilingi Seoul yang merupakan
ibu kota Korea dan sebagai daerah sentral ekonomi negara. Berkat keindahan alamnya, Provinsi Gyeonggi kerap menjadi lokasi syuting dari berbagai drama TV dan Film terkenal Korea seperti drama 'Dae Jang Geum' (Jewelry in Palace) yang
telah menjadi sensasi baik di AS, Eropa, maupun seluruh Asia termasuk Indonesia, sehingga menjadi tujuan wisata yang populer. Selain itu, terdapat banyak daya tarik wisata yang menarik untuk dikunjungi di Provinsi Gyeonggi di antaranya sebagai berikut. 4.3.1
Warisan Budaya Dunia Dua tempat yang telah mendapat pengakuan sebagai Warisan Budaya
Dunia UNESCO yakni, Benteng Hwaseong di Suwon (UNESCO; 1997) dan 40 buah Makam Penguasa Dinasti Joseon (UNESCO; 2007). Dua Warisan Budaya Dunia UNESCO yang ada di Provinsi Gyeonggi dapat dilihat pada Gambar 4.2.
Gambar 4.2 Gambar besar (①) adalah Benteng Hwaseong, Gambar kecil (②) adalah Makam Penguasa Dinasti Joseon yang dikunjungi oleh Tim Fam Tour asal Indonesia (Sumber: Dokumentasi Peneliti, 2016)
Dari dua warisan budaya tersebut, yang lebih banyak dikunjungi wisatawan mancanegara adalah Benteng Hwaseong. Benteng Hwaseong adalah salah satu tembok panjang yang dibangun pada masa pemerintahan Dinasti Joseon. Tembok ini memiliki panjang sekitar 5,5 km dan menjadi tembok kebanggaan warga Provinsi Gyeonggi. Selain dapat menikmati nuansa kerajaan Korea pada masa lalu, wisatawan juga dapat mencoba memanah dengan gaya tradisional Korea dan mengelilingi Benteng Hwaseong dengan kereta api khusus yang disediakan oleh pihak pengelola wisata. 4.3.2
City of Crafts and Folk Art Kota Icheon ini telah dinyatakan sebagai City of Crafts and Folk Art oleh
UNESCO pada tanggal 20 Juli 2010. Keramik Village, Kota Icheon memiliki sekitar 300 perusahaan dan 40 Gama tempat kayu-kayu dibakar dua kali, derajatnya 700 dan 1400 masing-masing dengan cara tradisional seperti Gambar 4.3 ①. Mereka menggunakan keterampilan tradisional dan menghasilkan keramik khas Korea.
Gambar 4.3 Gama (①) dan pengalaman membuat keramik (②) (Sumber: Dokumentasi Kota Icheon, http://www.ceramic.or.kr/korean/ 2016)
Hal menarik yang dapat dilakukan adalah pengalaman dimana wisatawan dapat mencoba membuat keramik khas Korea yang unik, sekaligus belajar tentang teknik-teknik pembuatannya di museum keramik. Hal ini akan menjadi pengalaman yang bersifat edukatif bagi wisatawan seperti Gambar 4.3 ②.
4.3.3
Taman Hiburan Everland adalah salah satu di antara 4 theme park yang terbesar di seluruh
dunia. Everland terkenal dengan taman bunga serta bangunan-bangunannya yang indah seperti negeri dongeng. Everland memiliki theme park, kebun binatang, arena balap mobil, serta aneka wahana dan petualangan outdoor yang menjadi Zoo-Topia, European Adventure, Magic Land, American Adventure, dan Roller Coasters. Theme Park ini begitu populer di kalangan generasi muda dan sangat ramai di malam hari karena merupakan puncak atraksi Everland Theme park. Everland saat ini, adalah daya tarik wisata di Provinsi Gyeonggi yang paling populer bagi wisatawan mancanegara. Salah satu pemandangan Everland dapat dilihat pada Gambar 4.4.
Gambar 4.4 Tim Fam Tour yang sedang berwisata di Everland (Sumber: Dokumentasi Peneliti, 2016)
4.3.4
Pariwisata Pertahanan Bagi wisatawan yang berminat terhadap simbol perdamaian dan bukti
otentik sejarah dari kisah kelam perang Korea dapat diperkenalkan DMZ. DMZ adalah singkatan dari DeMiliterized Zone atau zona demiliterisasi (kawasan bebas senjata) yang merupakan sebuah garis panjang membelah semenanjung menjadi dua bagian, yaitu Korea Selatan dan Korea Utaran, panjangnya 250km dengan lebar 4km. Dikatakan bahwa zona ini merupakan One and only place in the whole world. Aktivitas yang dapat dilakukan wisatawan yang mengunjungi DMZ, antara lain: menyusuri pagar perbatasan yang dipenuhi kawat berduri (lihat Gambar 4.5 ①), melihat Terowongan Rahasia Ketiga yang digali Korea Utara pada tahun 1978 untuk menyusupkan sesuatu dari dan ke Korea Utara sewaktu perang saudara dulu (lihat Gambar 4.5 ②, ③), serta melihat ruangan militer di Panmunjom yang biasa digunakan oleh para petinggi Korea Selatan dan Korea Utara saat mengadakan perundingan (lihat Gambar 4.5 ④).
Gambar 4.5 Beberapa daya tarik wisata yang dapat dikunjungi di DMZ
(Sumber: Dokumentasi Provinsi Gyeonggi, https://dmz.gg.go.kr/, 2016) 4.3.5
Tempat Syuting Wisatawan yang menyukai drama Korea juga dapat mengunjungi lokasi
pembuatan film dan syuting, seperti Petite Franc, Park Dae Jang Geum, Swiss Village dan lain-lain. Salah satu tempat yang layak dikunjungi adalah Petite Franc. Petite Franc merupakan lokasi syuting dari Beethoven. Di ruangan ini, semua hal tentang musik, dari meja berbentuk gitar, piano, buku musik hingga lembaran catatan yang dipakai dalam film itu dapat ditemukan.
Gambar 4.6 Tim Fam Tour yang sedang berwisata di tempat syuting seperti Petite Franc. (Sumber: Dokumentasi Peneliti, 2016) Lokasi pembuatan film dan syuting ini merupakan suatu daya tarik yang sangat mengagumkan khususnya bagi wisatawan yang belum pernah berkunjung ke Prancis karena desain gedung dan ornamennya menciptakan atmosfer negara yang dikenal sebagai negara romantik itu. Penjelasan tersebut berarti, dengan berkunjung ke Petite France wisatawan akan merasa seperti berada di Prancis. Selain itu, daya tarik ini menyuguhkan keindahan yang sangat disukai dan
dinikmati baik anak-anak maupun orang dewasa dengan berbagai bangunan dan air mancur yang mengagumkan dalam konsep Little Prince (Pangeran Kecil). Tempat pembuatan film dan syuting seperti Petite Franc dapat dilihat pada Gambar 4.6 . 4.3.6
English Village Bagi wisatawan yang ingin berkunjung ke Korea, khususnya Provinsi
Gyeonggi tetapi tujuanya tidak hanya berwisata melainkan juga belajar atau yang bersifat edukatif, salah satu yang dapat menjadi pilihan adalah Gyeonggi English Village. Gyeonggi English Village memiliki luas sekitar 28 hektar, terdapat 49 gedung bernuansa barat (western style) dan disana wisatawan dapat belajar bahasa Inggris serta kebudayaan Korea. Sampai akhir tahun 2015, tercatat sejumlah 4.417 wisatawan asing telah mengikuti English program di Gyeonggi English Village sambil menikmati budaya Korea. Wisatawan asing tersebut berasal dari berbagai negara seperti Jepang, Russia, Cina, Thailand, dan lainnya. Salah satu aktivitas tim Fam Tour pada bulan Januari tahun 2016 tampak pada Gambar 4.7.
Gambar 4.7 Tim Fam Tour yang sedang berkunjung di English Village (Sumber: Dokumentasi Peneliti, 2016) Lima English Village dilengkapgi fasilitas khusus gaya barat dalam mengajar bahasa Inggris di Provinsi Gyeonggi seperti pada Tabel 4.1: Tabel 4.1 English Village di Provinsi Gyeonggi No.
Nama
Tgl buka
Yang Milik
1
Gyeonggi English Village Paju Camp
‘06. 4. 3
Provinsi Gyeonggi
278,252
Gyeonggi English Village
2
Gyeonggi English Village Yangpyeong Camp
‘08. 4.14
Provinsi Gyeonggi
99,936
SDA
3
Suwon Global Village
‘11. 9. 1
Kota Suwon
20,650
EJ TOP
4
Ansan Hwajeong English Village
‘06. 9.27
Kotan Ansan
5,818
Ansan University
5
Icheon Global Peace Village
‘08.11.14
Kota Icheon
68,425
Korean National Commission for UNESCO
Luas(㎡)
Yang Mengurus
Sumber: Pemerintah Provinsi Gyeonggi, 2016 4.3.7
Temple Stay Temple stay diperkenalkan pertama kali saat World Cup tahun 2002 yang
diselenggarakan di Korea dan Jepang. Pada saat itu, pemerintah Korea mencari penginapan yang memadai bagi warga negara asing yang datang ke Korea untuk mendukung tim sepak bola negaranya. Beberapa kepala biksu dari berbagai kuil (Temple) di Korea merasa perlu untuk turun tangan membantu agar acara (event) World Cup tidak mengalami kendala sekaligus membantu Pemerintah Korea.
Para biksu memperkenalkan konsep Temple Stay yaitu sebuah konten wisata budaya bagi para tamu World Cup untuk menawarkan bukan hanya tempat makan dan tidur saja kepada orang asing, namun juga tempat dimana mereka dapat belajar budaya Korea. Temple Stay mendapatkan respon positif dari pemerintah Korea apalagi wisatawan asing. Respon positif ini kemudian menjadikan kuil-kuil memiliki peran multi fungsi dimana selain sebagai tempat ibadah, wisatawan juga dapat tinggal dan menginap di kuil-kuil tersebut serta merasakan langsung pengalaman hidup dengan budaya tradisional Korea.
Gambar 4.8 Aktivitas di Temple Stay sebagai daya tarik wisata religi (Sumber: www.bongnyeongsa.org, 2016) Tujuan dari program ini adalah untuk menawarkan tempat tinggal bagi orang asing dan juga mencerahkan jiwa dan pikiran mereka dengan ritual tradisional yang hanya dapat mereka mempelajari dengan cara menghabiskan waktu di kuil-kuil tersembunyi di pegunungan. Setelah acara 4 tahunan World Cup di Korea berakhir, program ini tetap berjalan dan tumbuh menjadi program budaya dimana pengunjung dapat menghabiskan beberapa hari di sebuah kuil,
mengikuti rutinitas sehari-hari bersama biksu yang tinggal di sana dan berpartisipasi dalam kuliah dan kegiatan khusus seperti Gambar 4.8. Program “Temple Stay” ini dikelola di 20 kuil yang terletak di Provinsi Gyeonggi seperti pada Tabel 4.2. Tabel 4.2 Kuil di Gyeonggi yang mengurus Temple Stay No.
Kota Tempat
Nama
Tel
Website
1
Suwon
Bongnyeongsa
031-256-4127
www.bongnyeongsa.org
2
Seongnam
Daegwangsa
031-715-3000
www.daegwangsa.org
Beomnyunsa
031-332-5703
www.beomnyunsa.or.kr
Hwaunsa
031-337-2576
www.hwaunsa.kr
Geumgangjeongsa
02-898-8200
www.sejon.org
Yongjoosa
031-234-0040
www.yongjoosa.or.kr
Shinheungsa
031-357-2695
www.shinheungsa.or.kr
3 4 5
Yongin Gwangmyeong
6 7
Hwaseong
8
Yeoju
Silleuksa
031-885-2505
www.silleuksa.or.kr
9
Yangpyeong
Yongmunsa
031-773-3797
www.yongmunsa.biz
10
Gyacheon
Yeonjuam
02-502-3234
www.yeonjuam.or.kr
11
Goyang
Heungguksa
02-381-7970
www.heungguksa.or.kr
Baekryunsa
031-585-3853
www.baekryunsa.org
Deawonsa
031-582-0477
www.deawonsa.com
Bongsunsa
031-527-9969
www.bongsunsa.net
Bonginsa
031-574-5585
www.bonginsa.net
Myojeoksa
031-577-1761
www.myojeoksa.org
Sujinsa
031-591-7710
www.sujinsa.com
12 13
Gapyeong
14 15 16
Namyangju
17 18
Yangju
Yukjijangsa
031-871-0101
www.yukjijangsa.org
19
Goyang
Joongheungsa
02-355-4488
jhs.or.kr/
20
Yangju
Hoeamsa
031-866-0355
www.hoeamsa.com
Sumber: Pemerintah Provinsi Gyeonggi, 2016 4.4
Kunjungan Wisatawan Mancanegara Jumlah wisatawan Korea ke luar negeri mengalami fluktuasi kunjungan,
namun progresnya semakin positif. Hal ini dapat dilihat dari outbound tour yang
terus-menerus mengalami peningkatan jumlah kunjungan. Berdasarkan data yang dihimpun dari Organisasi Pariwisata Korea (Korean Tourism Organization), sebanyak 5,5 juta orang pergi ke luar negeri pada tahun 2000 dan 6,1 juta orang pada tahun 2001 menjadi 14,8 juta orang pada tahun 2013 dan 16 juta orang pada tahun 2014. Pada tahun 2009, jumlah wisatawan Korea ke luar negeri mengalami penurunan karena dampak krisis ekonomi dunia. Namun setelah krisis ekonomi dunia selesai, wisatawan Korea yang pergi ke luar negeri meningkat kembali. Jumlah wisatawan Korea pada tahun 2012 ke luar negeri hampir sama dengan jumlah wisatawan Korea pada tahun 2007. Adapun jumlah wisatawan Korea ke Asia Tenggara per tahun disajikan dalam Tabel 4.3. Tabel 4.3 Jumlah wisatawan Korea ke Asia Tenggara Tahun Indonesia
Thailand
Vietnam Philippines Singapore Malaysia
Southeast Asia Total
Total
2000
-
448.207
-
-
-
-
448.207
5.508.242
2001
-
553.441
-
-
-
-
553.441
6.084.476
2002
218.155
717.361
-
-
-
-
935.516
7.123.407
2003
190.630
695.034
-
-
-
-
885.664
7.086.133
2004
246.545
910.891
-
- 360.870
91.270 1.609.576
8.825.585
2005
263.356
816.407 317.213
- 364.192 158.177 1.919.345
10.080.143
2006
298.228 1.092.783 421.804
581.981 454.661 189.464 3.038.921
11.609.879
2007
337.246 1.083.652 486.374
653.310 463.610 224.867 3.249.059
13.324.977
2008
337.146
888.344 449.239
611.629 423.011 267.460 2.976.829
11.996.094
2009
255.548
618.227 362.115
497.936 271.982 227.312 2.233.120
9.494.111
2010
293.336
805.445 495.902
740.622 360.615 264.052 2.959.972
12.488.364
2011
303.802 1.014.292 535.700
925.204 414.864 263.428 3.457.290
12.693.733
2012
303.256 1.169.131 703.401 1.031.155 345.223 283.977 3.836.143
13.736.976
2013
324.560 1.295.342 748.727 1.165.789 471.767 274.622 4.280.807
14.846.485
2014
328.122 1.096.456 832.969 1.135.248 536.544 385.769 4.315.108
16.080.684
Sumber: Organisasi Pariwisata Korea (http://korean.visitkorea.or.kr 2015/4.5) Keterangan: Tanda „-‟ menunjukkan bahwa data kunjungan tidak tersedia.
Dalam Tabel 4.3 di atas, dapat ditunjukkan bahwa proporsi wisatawan Korea yang berkunjung ke Asia Tenggara masing-masing adalah 24,8% (2008), 23,5% (2009), 23,7% (2010), 27,2% (2011), 27,9% (2012), 28,8% (2013), 26,8% (2014). Dengan demikian, jumlah wisatawan Korea ke Asia Tenggara cenderung mengalami kenaikan. Dari sisi Inbound tour, pada tahun 2014, yaitu jumlah kunjungan orang asing ke Korea mencapai 14,2 juta orang, jumlah tersebut mengalami peningkatan 16,6% dibandingkan dengan tahun 2013. Inbound tourists dari Indonesia, pada tahun 2014 jumlahnya 208.329 orang, jumlah ini mengindikasikan bahwa terdapat kenaikan dengan rata-rata 18,9% per tahun selama empat tahun terakhir. Jumlah wisatawan ke Korea selama empat tahun terakhir mengalami perkembangan yang cukup signifikan. Secara umum, jumlah kunjungan wisatawan selalu meningkat dari tahun ke tahun selama kurun waktu empat tahun terakhir. Meskipun demikian, terdapat beberapa negara yang kunjungan wisatawannya ke Korea mengalami fluktuasi. Hal ini dapat dilihat pada Tabel 4.4. Tabel 4.4 Jumlah wisatawan mancanegara ke Korea Tahun 2011
Tahun 2013
Tahun 2014
1
Cina
2.220.196
11.140.028 13,7% 2.836.892
2
Jepang
3.289.051
3.518.792
2.747.750
2.280.434
3
Amerika Serikat
661.503
697.866
722.315
770.305
4
Taiwan
428.208
548.233
544.662
643.683
5
Hong Kong
280.849
360.027
400.435
558.380
6
Thailand
309.143
387.441
372.878
466.783
7
Philippines
337.268
331.346
400.686
434.951
8
Malaysia
9
Indonesia
156.281 124.474
10
Singapore
178.082 149.247 19,9% 154.073
207.727 189.189 26,8% 174.567
244.520 208.329 10,1% 201.105
Jumlah wisatawan
9.794.796
Tahun 2012
124.565
12.175.550 9,3% 4.326.869
14.201.516 16,6% 6.126.865
11
India
92.047
91.700
123.235
147.736
12
Vietnam
105.531
106.507
117.070
141.504
Sumber: Organisasi Pariwisata Korea (http://korean.visitkorea.or.kr 2015/4.5) Pada Tabel 4.4 dapat dilihat bahwa jumlah wisatawan asing yang mengunjungi Korea dari berbagai negara telah mengalami peningkatan 4,4 juta orang (CAGR 13,2%) selama empat tahun terakhir. Sejak tahun 2011 Provinsi Jeju mengalami peningkatan dari rata-rata 519 ribu orang per tahun menjadi 2,6 juta orang pada tahun 2014, dengan rata-rata peningkatan kunjungan per tahun 37,2%. Ibu Kota Seoul juga mengalami peningkatan rata-rata 13,6% (1,2 juta orang) sehingga pada tahun 2014 terdapat 11.4 juta wisatawan mancanegara yang mengunjungi Seoul. Indeks-indeks di dalam Tabel 4.5 menunjukan bahwa hasil peningkatan wisatawan mancanegara saat ini terpusat di Kota Seoul dan Provinsi (pulau sendiri) Jeju. Kontradiktif dengan kecenderungan peningkatan wisatawan asing ke desitinasi tersebut, sebagian besar provinsi lainnya tidak mengalami pertumbuhan wisatawan mancanegara, apalagi Provinsi Gyeonggi yang justru mengalami penurunan 484 ribu orang selama empat tahun dengan rata-rata tahunan turun 7,2 persen. Dengan demikian, peningkatan jumlah kunjungan wisatawan yang cukup signifikan hanya terjadi di dua destinasi yaitu Ibu Kora Seoul dan pulau Jeju, sebaliknya Provinsi Gyeonggi mengalami defisit (penurunan) jumlah kunjungan wisatawan mancanegara. Untuk lebih rinci, data Buku Tahunan Statistik Gyeonggi tentang jumlah kunjungan wisatawan mancanegara dapat dilihat pada Tabel 4.5.
Tabel 4.5 Jumlah wisatawan mancanegara ke Provinsi Gyeonggi Tahun 2011 Total Seoul Busan
Tahun 2012
Tahun 2013
Tahun 2014
9.794.796
11.140.028 13,7%
12.175.550 9,3%
14.201.516 16,6%
7.806.452
9.190.523
9.850.020
11.418.018
17,7%
7,2%
15,9%
1.359.083
1.424.539
1.136.121 170.418
1.381.066
Daegu
342.818
345.341
353.090
Incheon
881.532
857.782
949.693
710.075
Gwangju
156.717
133.680
158.282
56.806
Daejeon
303.639
245.081
255.686
156.216
Ulsan
235.075
200.521
219.159
198.821
2.372.826 1,8%
1.846.197 -15,3% 1.008.307
1.087.222
1.080.583
2.179.423 -8,2% 1.120.150
Choongbuk
97.948
100.260
73.053
71.007
Choongnam
146.922
167.100
206.984
127.813
Jeonbuk
195.896
178.240
182.633
170.418
Jeonnam
146.922
245.081
255.686
227.224
Gyeongnam
548.509
467.881
487.022
340.836
Gyeongbuk
333.023
267.361
206.984
511.254
999.069
1.336.803 33,8%
2.033.317 52,1%
2.556.272 25,7% 14.201
Gyeonggi Gangwon
Jeju
2.331.161
Sejong
Sumber: Buku Tahunan Statistik Gyeonggi 2015 4.5 Analisis Produk Wisata Korea dan Provinsi Gyeonggi Produk perjalanan wisata ke Korea merupakan konfigurasi yang sangat sederhana dengan difokuskan pada destinasi di Ibu Kota Seoul dan pulau Jeju. Selain itu, terlihat juga baberapa paket wisata yang berisi tempat wisata di Provinsi Gyeonggi yang meliputi Everland, Petite France, Edelweiss dan tempattempat bermain Sky Ice saat musim dingin (winter). Paket wisata yang mencantumkan daya tarik wisata Gyeonggi seperti DMZ, Imjingak dan Paju Premium Outlet, hanya dipromosikan dalam satu produk dari 29 produk yang peneliti memeriksa melalui website agen perjalanan wisata yang besar di Indonesia. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada Tabel 4.6.
Tabel 4.6 Produk wisata ke Korea di Indonesia
A
G
P
D
Durasi tinggal
Harga (Rp)
Korea
Gyeonggi
1
10.980.000
6/5
0/0
Jeju Island, Nami Island, Mt.Sorak, Seoul
2
9.880.000
6/5
0/0
Jeju Island, Nami Island, Mt.Sorak, Seoul
3
10.880.000
6/5
0/0
Jeju Island, Pyeongchang, Nami Island, Seoul
4
8.380.000
5/4
0/0
Pyeongchang, Ski, Nami island, Seoul
5
8.980.000
6/5
0/0
Jeju Island, Nami island, Mt.Sorak, Seoul
6
19.590.000
6/5
1/1
Jeju Island, Nami island, Ski, Everland, Seoul
7
18.290.000
6/5
1/1
8
19.990.000
6/5
0.5/0
9
5.880.000
4/3
0.5/0
Jeju Island, Nami island, Ski, Everland, Seoul Jeju Island, Nami island, Mr.Sorak, Ski, Seoul Nami Island, Mt.Sorak, Everland, Seoul
10
5.780.000
4/3
0.5/0
Nami Island, Mt.Sorak, Everland, Seoul
1
4.388.000
4/3
0.5/0
Edelweiss, Nami Island, Mt.Sorak, Seoul
2
5.688.000
4/3
1/0
Nami Island, Petite France, Mt.Sorak, Everland, Seoul
3
5.888.000
4/3
1/0
Edelweiss, Nami Island, Mt.Sorak, Everland, Seoul
4
6.088.000
4/3
0/0
5
6.388.000
5/4
1/1
6
6.888.000
4/3
0/0
Incheon, Pyeongchang, Nami island, Seoul Nami Island, Petite France, Ski, Mt.Sorak, Everland, Seoul Nami Island, Mt.Sorak, Seoul
7
6.988.000
4/3
1/0
8
9.588.000
6/5
1.5/1
9
9.788.000
6/5
1.5/1
10
10.188.000
6/5
1.5/1
11
10.918.000
4/3
0.5/0
1 2
7.290.000 4.290.000
4/3 5/4
1/0 0/0
1
11.999.000
7/6
0/0
2
29.499.000
6/5
0/0
3
9.999.000
6/5
1/1
4
6.899.000
5/4
1/1
5
6.899.000
4/3
0.5/0
Gumi, Daegu, Busan, Seoul Jeju Island, Nami Island, Petite France, Mt.Sorak, Everland, Seoul Jeju Island, Edelweiss, Nami Island, Mt.Sorak, Everland, Seoul Paju, DMZ, Imjingak, Mt.Sorak, Seoul
6
6.599.000
4/3
0.5/0
Taebaek, Jeongseon, Paju Premium oulet, Seoul
Produk
Tempat Kunjungi
Nami Island, Petite France, Mt.Sorak, Everland, Seoul Jeju Island, Nami Island, Petite France, Mt.Sorak, Ski, Everland, Seoul Jeju Island, Nami Island, Petite France, Mt.Sorak, Ski, Everland, Seoul Jeju Island, Nami Island, Petite France, Mt.Sorak, Ski, Everland, Seoul Nami Island, Petite France, Mt.Sorak, Seoul Nami Island, Petite France, Mt.Sorak, Everland, Seoul Seoul Daejon, Mt.Daedun, Jeonju, Busan, Gyeongju, Daegu, Uiseong, Seoul
Sumber: Hasil Penelitian tahun 2016 (Tanggal 10 – 15. September) Keterangan: 1) Daya tarik wisata yang digarisbawahi merupakan daya tarik wisata yang terletak di Provinsi Gyeonggi. 2) A, G, P, D adalah inisial agen perjalanan wisata.
Berdasarkan Tabel 4.7, dari jumlah 29 produk yang ditunjukkan di atas, dapat diterangkan bahwa, produk ⓐ (4hari 3malam) dan produk ⓒ (6hari 5malam) masing-masing merupakan 12 buah produk (41,4%), produk ⓑ (5hari 4malam) dengan 4 buah produk (13,8%), produk ⓓ (7hari 6malam) dilihat dengan satu buah produk (3,4%) dalam website di agen perjalanan wisata. Dilihat dari lama tinggalnya yang ditawarkan operator perjalanan wisata (tour operator), dalam produk ⓐ (4hari 3malam), selama sejumlah 48 hari wisatawan Indonesia berwisata di Korea, sedangkan selama 10 hari (20,8%), wisatawan Indonesia menikmati atraksi di Provinsi Gyeonggi. Namun, dilihat dari sisi waktu menginapnya, dalam produk ⓐ, wisatawan Indonesia menginap di Korea selama sejumlah 36 malam, sedangkan menginap di Provinsi Gyenggi hanya satu malam dengan jumlah 2,8 persentase seperti pada Tabel 4.7. Tabel 4.7 Angka produk per masa Jumlah Jumlah Produk(%)
Jumlah Hari di Korea Jumlah Hari di Gyeonggi(%)
29 (100%)
ⓐ (4hari
ⓑ (5hari
ⓒ (6hari
ⓓ (7hari
3malam)
4malam)
5malam)
6malam)
12 (41,4%)
4 (13,8%)
12 (41,4%)
1 (3,4%)
ⓐ (4hari
ⓑ (5hari
ⓒ (6hari
ⓓ (7hari
3malam) hari malam
4malam) hari malam
5malam) hari malam
6malam) hari malam
48
36
20
16
72
60
7
6 -
10
1
4
4
16
9
1
(20,8%)
(2,8%)
(20%)
(25%)
(22,2%)
(15%)
(14,3%)
Sumber: Hasil Penelitian tahun 2016 Keterangan: ⓐⓑⓒⓓ adalah golongan produk wisata dengan durasi yang sama. Berdasarkan Tabel 4.8, dari rasio harga, dapat dengan mudah dikenali fakta bahwa praktek persaingan diantara operator perjalanan wisata adalah
penyebab utama yang menurunkan harga paket wisata ke Korea dengan tidak normal. Hal ini terlihat bahwa harga rata-rata di dalam jumlah biaya tentang produk A dan B hampir sama dengan hanya biaya tiket pesawat, malah jumlah harga dalam beberapa produk lebih murah daripada biaya penerbangan. Bahkan di luar musim puncak (peak season), biasanya harga tiket pesawat langsung antara Korea (Incheon) dan Indonesia (Jakarta atau Bali) mencapai 6 – 7 juta, namun jumlah harga produk wisata Korea yang termasuk biaya tiket pesawat, dipromosikan dengan harga Rp 4.388.000, Rp 4.290.000. Akhirnya kekurangan keuntungan agen perjalanan wisata Korea dilengkapi dengan belanja dipaksa dan uang tambah (wajib bayar) seperti tip sopir atau guide. Tabel 4.8 Harga Paket Wisata (Rp) A (4hari 3malam)
B (5hari 4malam)
C (6hari 5malam)
D (7hari 6malam)
rata-rata
6.607.833
6.489.250
13.971.000
11.999.000
terendah
4.388.000
4.290.000
8.980.000
11.999.000
tertinggi
10.918.000
8.380.000
29.499.000
11.999.000
Sumber: Hasil Penelitian tahun 2016 Hasil wawancara dengan Lee Hanok, pegawai LNT Tour Travel Agency di Provinsi Gyeonggi yang berpartisipasi dalam acara konsultasi BtoB (Business to Business) pada tanggal 29-30 Juni 2016 di Bali, menunjukkan fakta sehubungan praktek dumping oleh agen-agen perjalanan wisata di Kota Seoul sebagai berikut: “Kami menawarkan harga paket wisata murah kepada agen perjalanan wisata di Indonesia bahkan sampai Rp. 0 (noll), karena persaingan diantara agen travel Korea. Misalnya, agen perjalanan wisata A di Korea menawarkan harga paket 2 juta, agen B yang bersedia menawarkan harga 1 Juta, bahkan C menawarkan hingga harga 0 (noll) dengan syarat wisatawan yang mengikuti paket perjalanan harus belanja, termasuk memberikan tip untuk guide dan sopir” (Wawancara pada 7 Juli 2016)
Dari hasil wawancara di atas, peneliti berasumsi bahwa hal ini merupakan permasalahan yang bersifat struktural karena praktek persaingan yang dilakukan agen perjalanan wisata mengakibatkan kualitas perjalanan wisatawan yang mengunjungi Korea menurun sehingga besar kemungkinan tamu tidak mau lagi berkunjung karena pelayanan (service) yang diberikan. 4.6
Karakteristik Responden Dalam penelitian ini digunakan 80 responden yang mengikuti acara
promosi Pariwisata Gyeonggi sebagai agen perjalanan wisata Indonesia, dimana acara ini dilakukan dua kali, yaitu di DKI Jakarta pada tanggal 13-15 Agustus 2015 dan di Bali pada tanggal 29-30 Juni 2016 (Lihat Lampiran III - Kuesioner). 4.6.1
Jenis Kelamin Menurut hasil penelitian pada Tabel 4.9 di bawah ini, dari 80 jumlah
responden diperoleh data bahwa laki-laki berjumlah 45 orang (56,3%), sedangkan perempuan berjumlah 35 orang (43,8%). Tabel 4.9 Jenis Kelamin Responden Jumlah (%)
Laki-laki
Perempuan
80 (100%)
45 (56,3%)
35 (43,8%)
Sumber: Hasil Penelitian tahun 2016 4.6.2
Tempat Penyebaran Kusioner Berdasarkan hasil penelitian ini, dari 80 jumlah responden diperoleh data
bahwa 49 responden (61,2%) adalah agen perjalanan wisata yang mengikuti acara promosi dilakukan di Bali dan 31 responden (38,8%) adalah peserta acara yang diadakan di Jakarta.
Tabel 4.10 Daerah Responden Jumlah
Jakarta
Bali
80 (100%)
31 (38,8%)
49 (61,2%)
Sumber: Hasil Penelitian tahun 2016 4.6.3
Agama Pemerintah Indonesia mengakui enam agama resmi: Islam, Kristen Katolik,
Kristen Protestan, Hindu, Buddha, dan Khonghucu. Menurut sensus penduduk tahun 2010, 87,2% dari 237 juta penduduk Indonesia pemeluk Islam, 6,9% Protestant, 2,9% Katolik, 1,7% Hindu, 0,7% Buddha dan 0,05% Khonghucu. Sedangkan, berdasarkan hasil penelitian ini, dalam rasio agama responden, 45% (36 orang) beragama Hindu, 38,8% (31 responden) beragama Islam, 7,5% (6 orang) beragama Protestan, 6,3% (5 orang) beragama Katolik, 2,5% (2 orang) beragama Buddha seperti pada Tabel 4.11. Rasio agama dalam survei ini tidak menunjukkan gambaran sesungguhnya dari agama Indonesia secara keseluruhan karena lokasi survei hanya dilakukan pada dua tempat yaitu Jakarta dan Bali, dalam hal ini kebanyakan orang Bali menganut agama Hindu dengan mayoritas 84,5%. (Lihat Tabel 6.1) Tabel 4.11 Agama Responden Jumlah
Islam
Protestan
Katolik
Hindu
Buddha
Kong Hu Cu
80
31
6
5
36
2
-
(100%)
(38,8%)
(7,5%)
(6,3%)
(45,0%)
(2,5%)
(0,0%)
Sumber: Hasil Penelitian tahun 2016
4.6.4
Usia Usia responden diklasifikasikan menjadi 4 golongan: 24 orang (30%) di
bawah 30 tahun, 29 orang (36,3%) berusia antara 31 tahun sampai dengan 40 tahun, 21 orang (26,3%) berusia antara 41 tahun sampai dengan 50 tahun, dan 6 orang (7,5%) berusia 51 tahun atau lebih seperti pada Tabel 4.12. Tabel 4.12 Usia Responden Jumlah
-30
31 - 40
41 - 50
51 -
80 (100%)
24 (30,0%)
29 (36,3%)
21 (26,3%)
6 (7,5%)
Sumber: Hasil Penelitian tahun 2016 4.6.5
Pekerjaan Peneliti melakukan pengelompokan responden dari segi pekerjaan,
menjadi empat kelompok yaitu pelajar, wiraswasta, pegawai dan pekerjaan lainlain. Dari data yang diperoleh, maka dapat dilihat bahwa sebagian besar pekerjaannya adalah wiraswasta (26,3%) dan pegawai (67,5%) karena mereka merupakan peserta acara promosi pariwisata Gyeonggi sebagai agen perjalanan wisata seperti pada Tabel 4.13. Tabel 4.13 Pekerjaan Responden Jumlah
Pelajar
Wiraswasta
Pegawai
Lainnya
80 (100%)
4 (5,0%)
21 (26,3%)
54 (67,5%)
1 (1,3%)
Sumber: Hasil Penelitian tahun 2016
4.6.6
Pendidikan Dari sisi pendidikan, responden dibagi menjadi empat kelompok, yaitu
SMP, SMA/SMK, S1/ST, dan S2/S3. Dari data yang diperoleh, maka dapat dilihat bahwa sebagian besar responden merupakan tamatan SMA/SMK (57,5%). Selanjutnya jumlah tamatan S1/ST sebanyak 24 orang (30%), jumlah tamat S2/S3 sebanyak 10 orang (12,5%) seperti pada Tabel 4.14. Tabel 4.14 Pendidikan Responden Jumlah
SMP
SMA/SMK
S1/ST
S2/S3
80 (100%)
(0,0%)
46 (57,5%)
24 (30,0%)
10 (12,5%)
Sumber: Hasil Penelitian tahun 2016
BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN
Penyajian hasil dan pembahasan pada bab ini merupakan upaya untuk menjawab rumusan masalah dan tujuan penelitian melalui kajian teori serta metodologi dalam melakukan identifikasi dan analisis data. Penyajian hasil dan pembahasan terdiri dari tiga sub-bab. Pertama, persepsi wisatawan Indonesia. Persepsi ini diukur dengan mengidentifikasi persepsi wisatawan Indonesia tentang wisata Korea secara umum, setelah itu persepsi wisatawan Indonesia terhadap daya tarik wisata Provinsi Gyenonggi. Kedua, strategi pemasaran melalui analisis SWOT. Analisis SWOT digunakan untuk mengetahui karakteristik daya tarik wisata di Provinsi Gyeonggi yang dapat memenuhi kebutuhan dan keinginan wisatawan Indonesia, dan
strategi SWOT digunakan sebagai alat untuk merumuskan strategi
segmentasi pasar, penetapan target, penetapan posisi, dan promosi pariwisata Provinsi Gyeonggi. Terakhir, promosi pariwisata. Promosi pariwisata dilakukan setelah diketahui kekuatan, kelemahan, peluang, ancaman di pasar pariwisata Provinsi Gyeonggi dan dilakukan segmentasi pasar serta ditetapkan target pasar. Strategi promosi adalah komponen penting untuk meningkatkan jumlah kunjungan wisatawan Indonesia ke Provinsi Gyeonggi, Korea.
71
5.1
Persepsi Wisatawan Indonesia terhadap Wisata Gyeonggi Persepsi
wisatawan
Indonesia
diukur
dengan
dianalisis
persepsi
wisatawan ke Korea secara umum, setelah itu dilakukan identifikasi persepsi wisatawan Indonesia tentang atraksi wisata di Provinsi Gyenonggi. Adapun hasil dan pembahasan terkait persepsi wisatawan Indonesia adalah sebagai berikut. 5.1.1
Persepsi Wisatawan Indonesia tentang Wisata Korea Berdasarkan pengalaman berwisata ke Korea yang dilakukan oleh
responden, dari 80 jumlah responden terlihat bahwa 13 orang (16.3%) pernah berwisata di Korea selama 10 tahun terakhir. Dari 13 orang tersebut, 4 orang dari Jakarta, 9 orang dari Bali. Apabila dilihat dari sisi jenis kelamin, 8 laki-laki pernah ke Korea dan 5 perempuan juga memiliki pengalaman berwisata ke Korea. Berikut daftar kunjungan ke Korea selama 10 tahun terakhir pada Tabel 5.1. Tabel 5.1 Kesempatan berkunjung ke Korea selama 10 tahun terakhir No
Pernah Ke Korea
1 2
Daerah
Kelamin
Total
Jakarta
Bali
Laki-laki
Wanita
Pernah
4 (12,9%)
9 (18,4%)
8 (19,0%)
5 (13,2%)
13 (16,3%)
Belum
27 (87,1%)
40 (81,6%)
34 (81,0%)
33 (86,8%)
67 (83,7%)
31 (100%)
49 (100%)
42 (100%)
38 (100%)
80 (100%)
Total
Sumber: Hasil Penelitian tahun 2016 Berdasarkan hasil survei, ditunjukkan bahwa destinasi wisata yang dikunjungi oleh 13 responden terbatas beberapa daya tarik wisata selama berada di Korea. Dengan kata lain, hasil survei menunjukkan bahwa terdapat empat daya tarik wisata utama yang dikunjungi wisatawan Indonesia selama kunjungannya di
Korea. Semua wisatawan yang berwisata di Korea pernah mengunjungi Ibu Kota Seoul, sebesar 61,5% melakukan aktivitas naik Gunung Seorak di Provinsi Gangwon, dan 46,2% responden menyatakan pernah mengunjungi tempat wisata di pulau Jeju atau Provinsi Gyeonggi sebagai pada Tabel 5.2. Tabel 5.2 Destinasi di Korea yang pernah dikunjungi No
Destinasi
1
Seoul
2
Mt. Seorak
3
Pulau Jeju
4
Gyeonggi Total
Jakarta
Bali
Total
4 (100%) 2 (50,0%) 2 (50,0%) 2 (50,0%) 4 (100%)
9 (100%) 6 (66,7%) 4 (44,4%) 4 (44,4%) 9 (100%)
13 (100%) 8 (61,5%) 6 (46,2%) 6 (46,2%) 13 (100%)
Sumber: Hasil Penelitian tahun 2016 Berdasarkan Tabel 5.3, dari 80 responden yang telah diteliti, sebanyak 63 orang (78,8%) pernah mendengar atau melihat tentang produk wisata Korea. Responden mendengar dari berbagai macam atribut sumber informasi. Ini berarti produk wisata Korea telah semakin dikenal oleh calon wisatawan Indonesia. Tabel 5.3 Kesempatan Mendengar/Melihat Produk Wisata Korea No
Pernah dengar/lihat
1
Pernah
2
Belum Total
Jakarta
Bali
Total
24 (77,4%) 7 (22,6%) 31 (100%)
39 (79,6%) 10 (20,4%) 49 (100%)
63 (78,8%) 17 (21,3%) 80 (100%)
Sumber: Hasil Penelitian tahun 2016 Berdasarkan Tabel 5.4, 36 orang (57.1%) dari jumlah 63 responden yang pernah mendengar atau melihat produk wisata Korea menyatakan bahwa informasi mengenai Korea diperoleh melalui brosur atau buku; 29 orang (46.0%),
melalui internet; 17 orang (27.0%), melalui media seperti TV, koran; dan 11 orang (17.5%), melalui kenalan (Word to Word). Kebanyakan laki-laki bisasanya memperoleh informasi lewat brosur (66.7%) berbeda dengan perempuan lebih sering mendapat informasi dari media internet (56.7%). Berdasarkan karakteristik usia, wisatawan yang berusia di bawah 30 tahun hampir semuanya menerima informasi melalui internet (83.3%), sedangkan wisatawan yang berusia lebih dari 41 tahun menggunakan media brosur (72%). Data tersebut mengindikasikan bahwa kecendrungan calon wisatawan di masa depan akan lebih menggunakan media internet sebagai media informasi wisatawan sebelum melakukan perjalanan ke destinasi pariwisata termasuk ke Korea. Tabel 5.4 Cara Memperoleh Informasi tentang Korea No 1
Sumber Informasi Word to Word
Kelamin Laki-laki Wanita
- 30
Usia 31 - 40
41 -
Total
2 (6,1%)
9 (30,0%)
1 (5,6%)
6 (30%)
4 (16%)
11 (17,5%)
2
Internet
12 (36,4%)
17 (56,7%)
15 (83,3%)
4 (20%)
10 (40%)
29 (46,0%)
3
Media
11 (33,3%)
6 (20,0%)
2 (11,1%)
8 (40%)
7 (28%)
17 (27,0%)
4
Brosur
22 (66,7%)
14 (46,7%)
33 (100%)
30 (100%)
10 (55,6%) 18 (100%)
8 (40%) 20 (100%)
18 (72%) 25 (100%)
36 (57,1%) 63 (100%)
Total
Sumber: Hasil Penelitian tahun 2016 Berdasarkan hasil survei penelitian ini pada Tabel 5.5, sebesar 63 orang responden yang pernah mendengar atau melihat produk wisata Korea menyatakan bahwa mereka tertarik pada daya tarik wisata yang popular sebagai wisata buatan (61,9%), wisata budaya Korea (47,6%), wisata kemajuan atau kecanggihan eknologi (46%), wisata keindahan alam seperti salju pada musim dingin, daundaun yang berwarna-warni saat musim gugur (30,2%), wisata belanja (17,5%).
Namun bila diamati dari lokasi penyebaran survey ini, terlihat beberapa perbedaan, yaitu responden asal Jakarta yang berjumlah 62,5% lebih tertarik dengan daya tarik wisata kemajuan negara Korea dalam bidang ilmu pengetahuan dan kecanggihan teknologi. Berbeda dengan responden dari Bali yang berjumlah 64,1% terlihat lebih tertarik pada wisata buatan. Preferensi terhadap wisata buatan tersebut juga disampaikan oleh I Made Sukayana, pegawai Bali Fun Holiday Travel Agency yang mengikuti Gyeonggi Fam Tour (Familiarisation Tour) pada Januari 2016 sebagai berikut: “Everland, Petite Franc, Park Dae Jang Geum, Swiss Village, One mount dan Gyeonggi English Village ini merupakan wisata buatan di Korea yang sangat menarik, kita bisa bermain, berwisata sepuasnya, dan tentunya di dalam One mount bisa merasakan salju selalu terlepas dari musim panas atau dingin.” (Wawancara 27 Januari 2016) Dilihat dari pernyataan di atas, wisatawan asal Indonesia mendapatkan pengalaman yang sangat berkesan ketika menikmati salju di One mount yang tidak dapat dirasakan di daerah asalnya. Sebagaimana diketahui Indonesia berada di garis khatulistiwa yang memiliki iklim tropis sehingga hanya memiliki dua musim yaitu musim kemarau dan musim hujan. Apabila dilihat dari agama, 69% responden yang beragama Hindu tertarik dengan wisata buatan, sedangkan 63,6% responden yang berasal dari Jakarta dan umumnya beragama Islam lebih tertarik pada kemajuan dari wisata Korea. Hasil survey ini juga menarik bila dilihat dari usia responden yaitu 72,2% responden yang berusia kurang dari 30 tahun lebih tertarik pada wisata budaya Korea. Merujuk pada hasil survey di atas, produk wisata budaya Korea di masa mendatang perlu dikemas secara lebih kreatif dengan memadukan unsur budaya
Korea dan kecanggihan teknologi. Sinergi unsur budaya dan kecanggihan dalam wisata buatan juga perlu dipadukan, mengingat kelompok usia di bawah 30 tahun menyukai keunikan budaya yang dimiliki Korea. Perpaduan unsur-unsur ini dibutuhkan agar selalu menjadi daya tarik untuk dikunjungi dan diminati bagi wisatawan Indonesia. Selanjutnya, berdasarkan Tabel 5.6. tentang hambatan untuk mengunjungi Korea, diketahui terdapat beberapa hal yang menjadi hambatan wisatawan Indonesia yang ingin berkunjung ke Korea. Sebanyak 52,4% responden menyatakan anggaran menjadi faktor penghambat utama untuk berkunjung ke Korea. Ini berarti masalah biaya dalam melakukan perjalanan wisata sangat berpengaruh terhadap tingkat kunjungan ke daya tarik wisata di Korea. Selain itu, perbedaan nilai mata uang antara Indonesia dan Korea menjadi salah penyebabnya. Namun, di lain pihak bagi mayoritas responden yang berjenis kelamin wanita (56,7%), hambatan berkunjung ke Korea bukanlah anggaran, melainkan akses untuk mendapatkan Visa Perjalanan Korea. Secara keseluruhan, tidak ada (0%) responden yang menyatakan Korea memiliki pilihan daya tarik wisata yang kurang menarik untuk dikunjungi. Ini berarti, Korea telah memiliki aneka ragam daya tarik wisata mulai dari alam, budaya dan buatan yang begitu menarik. Oleh karena itu, yang perlu menjadi perhatian bagi pemerintah Korea adalah mempromosikan sesuai dengan permintaan pasar wisatawan Indonesia.
Ditinjau dari musim yang diminati wisatawan, Indonesia dan Korea terletak pada geografis yang cukup jauh sehingga memiliki musim yang berbeda. Karena perbedaan musim inilah, banyak wisatawan Indonesia ingin berkunjung ke Korea untuk merasakan pengalaman musim yang berbeda. Berdasarkan survey ini, sebagian besar wisatawan Indonesia yang berkunjung ke Korea yaitu sebanyak 48,8% mengunjungi Korea dengan alasan Korea memiliki musim dingin. Oleh karena itu, wisatawan tersebut ingin merasakan suasana musim bersalju yang tidak dapat ditemui di Indonesia. Kemudian disusul oleh musim semi sebanyak 43,8% dan musim gugur sebanyak 33,8%. Hanya 1,3% responden yang menyatakan ingin berkunjung ke Korea pada saat musim panas. Meskipun demikian, terdapat perbedaan bila dilihat berdasarkan jenis kelamin responden. Responden laki-laki mayoritas (54,8%) memilih musim dingin untuk merasakan salju. Berbeda dengan responden perempuan yang mayoritas sebesar 47,4% memilih berkunjung ke Korea pada musim semi. Kecenderungan responden perempuan yang lebih memilih musim semi ini dapat dijadikan acuan apabila nantinya terdapat target pasar bagi wisatawan perempuan Indonesia. Beberapa hal yang menjadi dasar argumentasi dikarenakan perempuan memiliki sifat yang lebih sensitif dan biasanya memang lebih senang terhadap suasana romantis dengan banyaknya bunga-bunga yang mekar seperti pada musim semi di Korea. Berikut Tabel 5.7 mengenai musim yang diminati bagi wisatawan Indonesia.
Dari minat wisatawan Indonesia ke Korea, pada Tabel 5.8 ini terlihat calon wisatawan Indonesia memiliki keinginan yang tinggi untuk dapat berkunjung. Sebanyak 53,8% responden menyatakan memiliki rencana untuk berkunjung ke Korea pada tahun 2017. Bila dilihat pada lokasi penyebarannya, jenis kelamin, agama dan usia mayoritas juga memiliki rencana berkunjung pada tahun 2017. Hal ini berarti produk wisata Korea sangat diminati bagi wisatawan Indonesia. Adapun kecenderungan persepsi wisatawan Indonesia terhadap wisata Korea dijelaskan oleh I Gede Gian Saputra selaku pegawai Komodo Naga Travel Agency yang mengikuti Gyeonggi Fam Tour (Familiarisation Tour) pada Januari 2016 sebagai berikut: “Saat ini masyarakat Indonesia sudah mulai berpikir untuk merencanakan liburan wisatanya. Korea menjadi salah satu negara favorit bagi masyarakat Indonesia karena pengenalan budaya Korea melalui film dan musik K-POP yang memberikan rasa penasaran untuk ingin langsung melihat dan mengalami produk wisata di Korea.” (Wawancara 29 Januari 2016) Berdasarkan pernyataan tersebut terlihat pengenalan budaya melalui media yang dikemas dalam film dan musik cukup berpengaruh bagi promosi pariwisata Korea. Hallyu menjadi tren bagi masyarakat Indonesia sehingga disamping meningkatkan prestige Korea di lingkungan sosial, hal ini juga berpengaruh secara psikologis terhadap rencana kunjungan ke Korea yang semakin diminati. Berikut ini pada Tabel 5.8 dapat dilihat rencana kunjungan calon wisatawan Indonesia ke Korea.
Berdasarkan tipologi wisatawan Indonesia melakukan perjalanan ke Korea, terdapat dua cara yang digunakan antara lain, pertama adalah melalui paket wisata yang telah dibuat oleh agen perjalanan wisata, cara kedua adalah wisata pribadi atau perjalanan individual yang jadwalnya dibuat sendiri. Dari jumlah total 80 responden, 38 orang (47,5%) menyukai perjalanan dengan menggunakan paket wisata, sedangkan 42 orang (52,5%) akan memilih cara wisata pribadi. Melihat dari aspek daerah, orang Jawa lebih suka wisata pribadi (18 orang, 58,1%), sedangkan orang Bali ingin ke Korea dengan paket wisata (15 orang, 51%). Dilihat dari sisi atribut jenis kelamin, laki-laki lebih suka cara paket wisata (23 orang dari 42 orang, 54,8%), sedangkan wanita memilih wisata pribadi (23 orang dari 38 orang, 60.5%). Selanjutnya berdasarkan agama, umat Hindu suka cara paket wisata (22 orang, 61,1%), sedangkan umat Islam menyukai wisata pribadi (19 orang, 69.2%). Dilihat dari sisi usia, responden yang usianya 30 tahun ke bawah lebih tertarik dengan cara berwisata melaui agen perjalanan wisata atau menggunakan paket wisata (18 orang, 75%), sedangkan golongan usia 31 tahun sampai dengan 40 tahun dan golongan yang 40 tahun ke atas lebih suka wisata pribadi. Adapun jenisi wisata yang diminati wisatawan Indonesia dapat dilihat pada Tabel 5.9 di atas.
Secara umum berdasarkan survei mengenai minat wisatawan Indonesia terhadap jenis wisata di Korea, sebanyak 33,3% wisatawan berminat terhadap wisata budaya Korea kemudian disusul oleh wisata edukasi sebanyak 24,8%. Dilihat dari usia, responden di bawah umur 30 tahun, yaitu sebanyak 75%, lebih banyak memilih wisata budaya. Budaya sangat besar pengaruhnya terhadap minat wisatawan Indonesia yang ingin berkunjung ke Korea. Apabila diamati, promosi yang dilakukan pemerintah Korea yang berupa pengenalan budaya seni, seperti musik dan perfilman, memiliki pengaruh yang sangat signifikan terhadaap ketertarikan orang Indonesia tentang Korea. Menariknya, walaupun masyarakat Indonesia tidak begitu paham bahasa Korea, namun mereka menyukai dan menikmati budaya yang dimiliki Korea. Selain itu, hal-hal yang turut memengaruhi ketertarikan masyarakat Indonesia terhadap daya tarik wisata di Korea yaitu wisata budaya, edukasi dan wisata medis. Terlihat sebesar 10,6% responden memiliki minat terhadap wisata medis di Korea. Bahkan isu ini sempat menjadi bahasan menarik bagi masyarakat Indonesia karena di Korea orang-orang dapat melakukan operasi plastik untuk menambah kecantikan dan organ-organ tubuh lainnya. Hal ini cukup menarik perhatian, karena banyak masyarakat yang melihat secara langsung melaui media film dan musik. Adapun ragam minat wisatawan Indonesia dapat dilihat pada Tabel 5.10 berikut ini.
5.1.2
Persepsi Wisatawan Indonesia tentang Wisata Gyeonggi Provinsi Gyeonggi memiliki beragam daya tarik wisata bagi wisatawan.
Namun, belum banyak wisatawan Indonesia yang menyadari keberadaan dari daya tarik wisata di Provinsi Gyeonggi. Dari hasil survey ini, 70% responden belum memiliki informasi terkait Provinsi Gyeonggi. Dilihat dari jenis kelamin responden, laki-laki lebih banyak yang pernah memiliki informasi terkait Provinsi Gyeonggi, yaitu sebesar 33,3% persen. Ini berarti pariwisata Provinsi Gyeonggi perlu diperkenalkan lebih banyak bagi calon wisatawan Indonesia untuk meningkatkan minat dan kunjungan ke Provinsi Gyeonggi. Adapun data tentang kesempatan yang memiliki informasi terkait Provinsi Gyeonggi dapat dilihat pada Tabel 5.11 berikut ini. Tabel 5.11 Kesempatan memiliki informasi terkait Provinsi Gyeonggi Daerah Jakarta Bali
Kelamin Laki-laki Wanita
No
Pengalaman
1
Pernah
9 (29,0%)
15 (30,6%)
14 (33,3%)
10 (26,3%)
24 (30,0%)
2
Belum
22 (71,0%)
34 (69,4%)
28 (66,7%)
28 (73,7%)
56 (70,0%)
31 (100%)
49 (100%)
42 (100%)
38 (100%)
80 (100%)
Total
Total
Sumber: Hasil Penelitian tahun 2016 Dilihat dari pilihan daya tarik wisata di Provinsi Gyeonggi, responden menyatakan Everland merupakan daya tarik wisata terfavorit. Sebesar 79,2% responden memilih Everland sebagai daya tarik wisata utama ketika berkunjung ke Provinsi Gyeonggi. Setelah itu disusul oleh Pulau Jara (Gapyeong) yang berlokasi dekat dengan pulau Nami sebanyak 62,5% sebagai Tabel 5.12.
Tabel 5.12 Minat wisatawan Indonesia terhadap pilihan daya tarik wisata di Gyeonggi No
Daya tarik wisata yang pernah dengar
1
Warisan Budaya Dunia
2
Everland
3
Kintex, Onemount
4
DMZ, Imjingak
5
English Village
6
Petite Franc, Swiss Village
7
City of Crafts and Folk Art
8
Pulau Jara / Gapyeong
9
Lain-lain Total
Daerah Jakarta
Bali
2 (22,2%) 8 (88,9%) 3 (33,3%) 7 (77,8%) 2 (22,2%) 1 (11,1%) 3 (33,3%) 5 (55,6%) (0,0%) 9 (100%)
4 (26,7%) 11 (73,3%) 6 (40,0%) 7 (46,7%) 3 (20,0%) 2 (13,3%) 4 (26,7%) 10 (66,7%) (0,0%) 15 (100%)
Total 6 (25,0%) 19 (79,2%) 9 (37,5%) 14 (58,3%) 5 (20,8%) 3 (12,5%) 7 (29,2%) 15 (62,5%) (0,0%) 24 (100%)
Sumber: Hasil Penelitian tahun 2016 Tabel 5.13 menunjukan bahwa 77 orang (96,3%) menyatakan mereka mau mengunjungi tempat wisata atau menyukai daya tarik wisata di Provinsi Gyeonggi setelah mengikuti acara promosi pariwisata Provinsi Gyeonggi. Tabel 5.13 Keinginan mengunjungi tempat wisata di Gyeonggi No
Keinginan mengunjungi
1
Mau
30 (96,8%)
47 (95,9%)
41 (97,6%)
36 (94,7%)
77 (96,3%)
2
Tidak
1 (3,2%)
2 (4,1%)
1 (2,4%)
2 (5,3%)
3 (3,8%)
31 (100%)
49 (100%)
42 (100%)
38 (100%)
80 (100%)
Total
Daerah Jakarta Bali
Kelamin Laki-laki Wanita
Total
Sumber: Hasil Penelitian tahun 2016 Tabel 5.14 menunjukan bahwa pengalaman sendiri maupun pengetahuan yang didapatkan dari hasil promosi pariwisata Provinsi Gyeonggi di Bali dan Jakarta menyebabkan munculnya suatu keinginan untuk mengunjungi daya tarik wisata di Provinsi Gyeonggi. Setiap calon wisatawan memiliki pendapat yang berbeda-beda tentang Provinsi Gyeonggi.
Berdasarkan survei mengenai pendapat calon wisatawan tentang daya tarik wisata di Provinsi Gyeonggi yang ingin dikunjungi, 29 peserta (38,2%) berkeinginan untuk mengunjungi DMZ, Imjingak, Panmunjom di Kota Paju; 24 peserta (31,6%) ingin mengunjungi English Village; 23 peserta (30,3%) mau mengunjungi Everland di Kota Yongin; 18 peserta (23,7%) mau mengunjungi Benteng Hwaseong di Kota Suwon. Melihat dari jenis kelamin, paling banyak laki-laki memilih DMZ, Imjingak, Panmunjom (17 orang, 41,5%), sedangkan paling banyak wanita mau mengunjungi Everland sebagai tempat wisata (13 orang, 36,1%). Selanjutnya melihat dari sisi usia, orang yang dibawah usia 30 tahun lebih menyukai pulau Jara di Kabupaten Gapyeong (11 orang, 45,8%), orang yang usianya di antara dari usia 31 tahun sampai usia 40 tahun paling menyukai Everland (12 orang, 42,9%), dan orang yang usianya di atas 41 tahun lebih menyukai situs Warisan Budaya Dunia seperti Benteng Hwaseong (11 orang, 44%) daripada tempat yang lain. Dari beberapa daya tarik wisata yang dimiliki oleh Korea, DMZ, Imjingak merupakan daya tarik wisata terfavorit bagi wisatawan Indonesia. Berdasarkan survey, sebanyak 38,2% responden menyatakan ingin berkunjung ke DMZ. Daya tarik wisata ini menjadi lebih menarik karena lokasinya terletak di antara perbatasan Korea Utara dan Korea Selatan, yang kadang-kadang ditutup ketika kondisi hubungan kedua Negara sedang memburuk. Selain DMZ, English village juga memiliki daya tarik bagi wisatawan Indonesia dengan sebesar 31,6% responden. Ini berarti aktifitas pendidikan mampu memberikan pengalaman yang bersifat edukatif kepada wisatawan Indonesia tentang gambaran daya tarik wisata English villlage di Gyeonggi. Berikut ini Tabel 5.14 mengenai daya tarik wisata di Gyeonggi yang ingin dikunjungi.
Tabel 5.15 mengenai jenis pariwisata yang sesuai bagi wisatawan Indonesia menunjukkan bahwa 52,5% responden berpendapat menyukai wisata ke Korea karena keunikan budayanya. Wisatawan Indonesia ingin melihat langsung budaya tradisional maupun budaya modern Korea, khususnya di Provinsi Gyeonggi. Jenis wisata Industri dan wisata Edukasi berada pada urutan selanjutnya yang diminati oleh wisatawan Indonesia dengan nilai persentase yang sama sebesar 33,8%. Data di atas menunjukan bahwa permintaan wisatawan Indonesia yang telah bergeser, mereka lebih memilih budaya, ilmu pengetahuan dan kecanggihan teknologi serta wisata yang bersifat edukasi daripada sekedar mengunjungi pantai dan bermain pasir. Analisis ini dilengkapi dengan jenis wisata Medis (medical tourism), sebesar 15% responden tertarik untuk melihat langsung sehingga memiliki potensi yang baik untuk pengembangan ke depan dalam mencari pasar wisatawan Indonesia. Berdasarkan survey tentang daya tarik wisata yang paling sesuai bagi wisatawan individu asal Indonesia, hasilnya cukup mencengangkan. Sejumlah 48 responden dengan persentase 60% menyatakan sesuai dengan wisata budaya Korea. Namun hal yang terlihat berbeda adalah bila membandingkan dengan minat responden di Jakarta dan Bali yang sebagian besar responden di Jakarta memilih wisata budaya. Berbeda dengan responden yang ada di Bali walaupun wisatawan budaya masih tertinggi, namun antara wisata budaya dan wisata edukasi memiliki selisih yang tidak terlalu besar yaitu 53,1% memilih wisata budaya dan 42,9% memilih edukasi. Berkaiatan dengan kelompok usia, responden yang relatif lebih muda, yaitu di bawah 30 tahun, menyatakan memilih wisata budaya dengan persentase sebesar 70% sebagai pada Tabel 5.16.
5.2
Strategi Pemasaran Pariwisata melalui Analisis SWOT Analisis SWOT digunakan untuk merumuskan strategi segmentasi pasar,
penetapan target, penetapan posisi, dan promosi pariwisata Provinsi Gyeonggi. Dalam sub bab ini analisis SWOT merupakan poin yang dibahas terlebih dahulu yaitu mengenai hasil identifikasi terkait dengan daya tarik wisata Gyeonggi dan wisatawan Indonesia, serta menarik strategi pengembangan produk wisata Provinsi Gyeonggi. Poin kedua membahas mengenai strategi pemasaran pariwisata Provinsi Gyeonggi dengan mengidentifikasi strategi Segmentasi, Target Pasar, dan Positioning.
5.2.1
Analisis SWOT Produk Wisata Provinsi Gyeonggi Berdasarkan survei dan wawancara yang dilakukan kepada para pemangku
kepentingan (stakeholders) di Provinsi Gyeonggi dan Indonesia (Jakarta dan Bali), ditunjukkan hasil identifikasi yang menarik terkait dengan faktor eksternal maupun internal. Hal ini ditinjau dari informan di Provinsi Gyeonggi seperti agen perjalanan wisata, pegawai lembaga pariwisata, dan PNS dinas pariwisata, sedangkan di Indonesia meliputi agen perjalanan wisata di Jakarta dan Bali yang mengikuti Gyeonggi Fam Tour. (Lihat Lampiran I-Pedoman wawancara) Mengenai hasil analisis faktor kekuatan, kelemahan, peluang dan ancaman yang terkait dengan kebijakan peningkatan wisatawan Indonesia ke Korea termasuk Provinsi Gyeonggi dapat diuraikan sebagai berikut. 5.2.1.1 Analisis Internal Analisis yang berkaitan dengan faktor-faktor internal dalam upaya peningkatan wisatawan Indonesia ke Provinsi Gyeonggi, Korea terdiri dari dua
faktor yaitu faktor kekuatan (strengths) dan faktor kelemahan (weakness). Berikut ini akan diuraikan mengenai kedua faktor tersebut. A.
Kekuatan (Strengths)
Kekuatan adalah segala sesusatu yang dapat dikembangkan sebagai andalan pengembangan dan peningkatan kunjungan wisatawan ke Provinsi Gyeonggi meliputi potensi pariwisata tematik (Theme Tourism), sumber daya pariwisata buatan, wisata budaya dan minat wisata mengenai kondisi kehidupan sosial-ekonomi, sehingga nantinya bisa bersaing dengan daya tarik wisata lain. Melihat faktor kekuatan pariwisata Korea, pertama dapat diartikan bahwa adanya tempat penyuntingan film yang sangat populer dipengaruhi Hallyu seperti K-pop, drama Korea. Kedua, Korea, bersama Cina dan Jepang, memiliki musim semi, musim gugur dan musim dingin yang berbeda dengan musim di Indonesia. Jika produk wisata yang dijual di Indonesia mencantumkan konfigurasi daya tarik Cina dan Jepang, maka produk akan memiliki nilai respon yang tinggi oleh wisatawan. Sebagai contoh, konfigurasi produk tiga negara Cina, Korea, dan Jepang, ataupun sebaliknya Jepang, Korea, dan Cina. Konfigurasi di atas berdampak pada faktor kekuatan pariwisata Provinsi Gyeonggi. Pertama, Provinsi Gyeonggi berdekatan dengan Bandara Internasional Incheon yang berstandar kelas dunia dalam sisi pelayanan, dan terletak di pusat Korea. Kedua, terdapat beberapa premium outlet maupun bebas pajak untuk wisata belanja sebagai salah satu tujuan utama wisatawan Indonesia. Ketiga, pemandangan dan aksesibilitas yang cukup baik di Korea yang dikarenakan ditetapkannya sebagai lokasi penyuntingan film internasional maupun domestik.
Keempat, sebagai satu-satunya wilayah yang memiliki zona demiliterisasi, baik di negara Korea maupun seluruh dunia, keberadaan DMZ, Terowongan rahasia ketiga, Panmunjom dan ekosistemnya khusus hanya dapat ditemukan di Provinsi Gyeonggi. DMZ tidak hanya sejarah bagi Korea atas perang dingin (cold war) di masa lalu, namun telah menjadi sejarah bagi seluruh dunia. Kelima, terdapat berbagai fasilitas yang baik dan canggih untuk dapat digunakan sebagai pariwisata medis, pariwisata kecantikan, pariwisata industri dan pariwisata pendidikan mendapatkan respon yang baik dari wisatawan asing. Keenam, untuk memperbaiki indeks kebahagiaan manusia dari stress mental saat ini wisata yang religius cenderung dijadikan pilihan untuk menenangkan hati dan jiwa maka Temple stay merupakan tempat yang tepat mengatasi hal tersebut. B.
Kelemahan (Weaknesses)
Kelemahan merupakan suatu keadaan pada objek yang kurang menguntungkan dalam pengembangan pariwisata Provinsi Gyeonggi melalui sesuatu atraksi yang berbasis masyarakat. Kelemahan ini perlu diatasi sehingga layak dikembangkan dan tidak memberikan dampak negatif terhadap faktor dari luar yang memengaruhi faktor eksternal tersebut. Dari sudut pandang pariwisata Korea, kelemahan pertama adalah harga produk wisata yang sedang dijual terlalu rendah dengan tidak memperhatikan mutunya, bahkan kecenderungan ini menjadikan citra Korea buruk. Kelemahan kedua adalah adanya keputusan pemerintah tentang Visa dan Ijin Berkunjung untuk kunjungan ke Korea menjadi penghalang utama bagi calon wisatawan Indonesia. Misalnya hanya untuk mendapatkan Visa Perjalanan perlu puluhan
dokumen seperti Tabungan/Rekening Bukti Keuangan Pribadi (atau Perusahaan), Surat bekerja dan SIUP, Surat Undangan/Surat Sponsor dari Korea. Kelemahan yang ketiga adalah perbelanjaan wajib. Ketika wisatawan tidak ingin berbelanja selama berwisata, wisatawan tersebut harus membayar beberapa biaya lagi. Hal tersebut bisa menjadi kendala bagi wisatawan Indonesia yang akan ke Korea.
Kelemahan keempat adalah harga pesawat yang relatif mahal
dibandingkan dengan Singapura, Malaysia, Cina, dan sebagainya. Kelemahan kelima adalah bahwa tidak ada banyak tempat yang menyediakan aktivitas tertentu pada malam hari dibandingkan dengan Seoul. Sementara itu, terdapat tiga kelemahan dalam pariwisata Provinsi Gyeonggi. Kelemahan pertama adalah kekurangan upaya promosi tentang wisata Kecantikan, MICE, Medis (kosmetik), Belanja, dan Belajar yang menarik dan bernilai tinggi, meskipun Provinsi Gyeonggi memiliki banyak item yang baik selain paket wisata massal. Kelemahan kedua adalah rendahnya tingkat persepsi tentang Provinsi Gyeonggi dibandingkan dengan Ibu Kota Seoul, pulau Jeju yang namanya lebih dikenal oleh wisatawan asing. Ketiga, produk-produk wisata Korea yang saat ini dipromosikan di Indonesia, seperti yang disebutkan sebelumnya hanya terbatas pada wilayah di Seoul, Jeju, dan Gunung Seorak. Dengan kata lain, Indonesia memiliki bermacam-macam pasar, apalagi tingkat pembangunan ekonomi atau karakteristik budaya juga berbeda satu dengan lainnya. Oleh karena itu, diperlukan perencanaan produk pariwisata dengan mempertimbangkan karakteristik segmen pasar yang sedang diminati atau telah terjual.
5.2.1.2
Analisis Eksternal Faktor eksternal meliputi dua hal yaitu peluang (opportunities) dan
ancaman (threat). Berkaitan dengan analisis faktor peluang dan ancaman bagi pariwisata Korea dan Provinsi Gyeonggi akan diuraikan sebagai berikut. A.
Peluang (Opportunities)
Peluang merupakan segala sesuatu yang memberikan kesempatan untuk meningkatkan pengembangan pariwisata Provinsi Gyeonggi. Adapun peluang yang dimaksud yaitu kemajuan teknologi dan transportasi, keberadaan pariwisata warisan dunia, dan segmen pasar yang jelas oleh Provinsi Gyeonggi. Melihat faktor peluang dari sisi pariwisata Korea, pertama, masa kini warga Indonesia yang ingin mengunjungi Korea biasanya ragu-ragu karena alasan biaya perjalanan termasuk tiket pesawat yang relatif mahal dibandingkan dengan negara tetangga. Namun, secara perlahan pertumbuhan ekonomi Indonesia mengalami peningkatan yang positif. Pertumbuhan ini mendorong peningkatan taraf kelas ekonomi menengah ke atas, sehingga keinginan untuk berwisata ke luar negeri semakin meningkat. Dengan demikian, hal ini dapat menjadi peluang yang sangat potensial untuk menarik pasar wisatawan Indonesia ke Provinsi Gyeonggi. Kedua, lebih dari 2.500 perusahaan yang diurus orang Korea aktif di Indonesia, mereka melakukan pertukaran pegawai secara berkelanjutan dan terkadang mengutus pegawai Indonesia untuk perjalanan insentif ke Korea. Ketiga,
kemungkinan kunjungan masyarakat dan pertukaran material antara kedua negara semakin banyak dan dipercepat karena adanya Hallyu (Korean Wave). Melihat beberapa faktor peluang dari sisi pariwisata Gyeonggi, beberapa hal dapat diidentifikasi, diantaranya; Pertama, wisatawan Indonesia yang mengunjungi Korea dalam beberapa tahun terakhir telah mengalami peningkatan stabil yaitu lebih dari 10% per tahun, sehingga hal ini berdampak positif bagi Provinsi Gyeonggi untuk menarik pasar wisatawan Indonesia. Kedua, Provinsi Gyeonggi memiliki kelebihan yaitu Provinsi Gyeonggi menawarkan berbagai bentuk wisata berupa wisata tematik seperti wisata pendidikan, keamanan, medis, dan industri yang dapat dipilih dan dinikmati baik oleh wisatawan domestik maupun mancanegara. Ketiga, pada tahun 2015, Gubernur Gyeonggi mengunjungi Indonesia, selanjutnya beberapa kota dan kabupaten dalam Provinsi Gyeonggi berharap bahwa kerjasama dengan pemerintah daerah di Indonesia dapat terjalin sehingga pertukaran antara kedua negara dapat menjadi lebih optimal. B. Ancaman (Threats) Ancaman merupakan dampak negatif yang ditimbulkan dari faktor eksternal sehingga harus diantisipasi agar tidak menimbulkan kerugian terhadap pengembangan pariwisata di Provinsi Gyeonggi. Yang termasuk ancaman tersebut di antaranya persaingan produk wisata/destinasi lain, rusaknya lingkungan, pengaruh budaya luar, ketergantungan yang berlebihan pada pariwisata, naiknya harga tanah/lahan, dan isu keamanan nasional.
Melihat faktor ancaman dari sisi pariwisata Korea, beberapa hal dapat diidentifikasi, diantaranya sebagai berikut; Pertama, negara-negara seperti Singapura, Malaysia, Hong Kong dan Australia yang berdekatan dengan Indonesia lebih menarik bagi wisatawan Indonesia dari segi biaya. Apalagi di negara-negara seperti Cina, Taiwan dan Jepang yang berdekatan dengan Korea juga melakukan upaya aktif untuk menarik wisatawan Indonesia. Kedua, Jepang yang bersaing dengan Korea melaksanakan kebijakan pemasaran pariwisata sangat agresif untuk memungkinkan mengunjungi Jepang dengan bebas Visa oleh pemerintah dengan menargetkan wisatawan Indonesia pada tahun 2014. Ketiga, mayoritas wisatawan yang menggunakan program paket wisata yang harganya terlalu rendah dan kualitasnya tidak bagus berdampak pada kesan yang tidak baik terhadap pariwisata Korea dan akhirnya tidak ingin mengunjungi kembali Korea sebagai destinasi pariwisatanya. Sementara itu, faktor ancaman dari sisi pariwisata Gyeonggi, antara lain: pertama, pulau Jeju melakukan sebuah kebijakan promosi pariwisata yang agresif, seperti pemasaran promosi pariwisata di Indonesia setiap tahun. Kedua, lokasi geografis yang dekat dengan Ibu kota Seoul justru cenderung membuat terbatas terhadap aktivitas wisata seperti belanja yang terfokus di wilayah Seoul. Ini jelas menjadi ancaman bagi pariwisata Gyeonggi, karena seharusnya pariwisata yang baik dapat memberikan keuntungan bagi masyarakat dimana pariwisata itu dikembangkan. 5.2.2
Strategi Pengembangan Produk Wisata Provinsi Gyeonggi Berdasarkan analisis pada faktor internal dan eksternal dengan
menggunakan matrik SWOT dapat dirumuskan beberapa strategi seperti Strategi
SO (Strengths Opportunities), Strategi WO (Weaknesess Opportunities), Strategi ST (Strenghts Threats), Strategi WT (Weaknesses Threats) yang merupakan kombinasi fakta-fakta dari internal dan eksternal. Dalam hal ini, strategi–strategi di atas digunakan untuk mengetahui daya tarik wisata Provinsi Gyeonggi yang memenuhi kebutuhan dan keinginan wisatawan asing termasuk wisatawan Indonesia. Dengan mengetahui tingkat preferensi daya tarik wisata di Gyeonggi, maka penelitian ini dapat membantu untuk merumuskan cara dalam memaksimalkan efek pemasaran dan promosi tentang daya tarik wisata alternatif atau produk wisata tematik yang menjadi daya tarik utama bagi calon wisatawan Indonesia. Berikut ini diuraikan setiap strategi yang akan digunakan dalam pengembangan produk wisata di Provinsi Gyeonggi. 5.2.2.1
Sterategi SO (Strengths Opportunities) Strategi SO merupakan strategi yang menggunakan kekuatan untuk
memanfaatkan peluang. Strategi SO yang dirumuskan dalam penelitian ini adalah: Pertama, secara umum, wisatawan Indonesia cenderung lebih suka mengunjungi Seoul, pulau Jeju, dan gunung Seorak, maka dicamtumkan beberapa tempat yang populer di Provinsi Geonggi seperti Everland, DMZ, Onemount, Kintex (Korea International Exhibition Center), Tempat bermain Sky Ice, Tempat pengalaman budaya Korea dalam satu paket wisata tersebut. Hal ini merupakan cara termudah dalam jangka waktu pendek untuk mendorong kunjungan wisatawan Indonesia ke Provinsi Gyeonggi.
Kedua, kemungkinan lingkungan alam di Korea tidak begitu menarik bagi wisatawan Indonesia karena Indonesia memiliki lingkungan alam yang indah, eksotis dan sudah terkenal di dunia seperti Bali, Raja Ampat, Komodo, Danau Toba, Gunung berapi Bromo, Gunung Kelimutu dan lain-lain. Maka dari itu, wisatawan pada umumnya ragu-ragu untuk memilih Korea sebagai tempat wisata untuk melihat keindahan alam. Di sisi lain, alam empat musim Korea yang tidak terdapat di Indonesia seperti musim dingin dan musim semi, serta musim gugur sangat menarik karena hal tersebut akan menambah pengalaman baru bagi wisatawan Indonesia. Ketiga, relatif sedikit terdapat orang Indonesia yang sudah mengenal atau mengingat nama Gyeonggi, serta tidak mudah menemukan agen perjalanan wisata yang merekomendasikan Gyeonggi sebagai tujuan wisata. Hal tersebut dikarenakan pengetahuan wisatawan yang sangat kurang akan produk pariwisata Gyeonggi. Padahal bila diperhatikan, reaksi agen perjalanan wisata asal Indonesia yang pernah mengikuti Fam tour oleh Provinsi Gyeonggi menunjukkan minat yang sangat tinggi khususnya wisata Kintex yang berkaitan dengan MICE dan wisata industri seperti Museum Inovasi Samsung, wisata kesehatan (medis), wisata pendidikan seperti Gyeonggi English Village. Oleh karena itu, dapat dikatakan bahwa perlu disiapkan promosi pariwisata alternatif yang berpotensi di Provinsi Gyeonggi melalui segmentasi pasar dan menentukan target pasar yang diperlukan. Keempat, perusahaan Korea yang beroperasi di Indonesia semakin banyak sehingga pertukaran untuk peningkatan kualitas sumber daya manusia (SDM)
terus dilakukan secara aktif. Pertukaran ini dilaksanakan melalui peningkatan pengutusan SDM ke Korea oleh perusahaan-perusahaan Korea di Indonesia. Oleh karena itu, perlu dipertimbangkan aspek ini dengan melakukan kebijakan yang dapat memberikan dukungan terhadap program perjalanan insentif. 5.2.2.2
Sterategi ST (Strengths Threats) Srategi ST merupakan strategi yang menggunakan kekuatan untuk
mengatasi ancaman antara lain perencanaan pengembangan, menyusun regulasi yang mengatur dan membatasi pembangunan yang dapat merusak potensi ekologis, di antaranya: Pertama, promosi merupakan hal yang terpenting untuk mengembangkan pariwisata Provinsi Gyeonggi. Kesenjangan pengembangan pariwisata terjadi saat ini sebabnya perbedaan promosi. Namun belum dapat menjangkau perhatian banyak orang sehingga banyak wisatawan yang berkunjung ke Korea tetapi tidak mengetahui produk wisata yang mencakup daya tarik wisata di Provinsi Gyeonggi.
Oleh sebab itu,
strategi
promosi
yang menunjukkan citra
pengembangan Korea sebagai tujuan wisata secara agresif dapat dipertimbangkan. Kedua, penentuan target pasar utama sangat penting. Misalnya, Gyeonggi English Village dapat dipertimbangkan sebagai program perjalanan sekolah terutama International School atau sekolah swasta yang ada di Indonesia. Demikian halnya, dengan Samsung Museum of Innovation dapat dimanfaatkan sebagai perjalanan teknik utama untuk menargetkan mahasiswa di lingkup keilmuan teknologi informasi dan komunikasi. Selanjutnya, promosi program Temple Stay dapat dilakukan dengan target umat yang beragama Hindu, promosi
tentang tempat wisata belanja seperti kosmetik dapat ditargetkan pada golongan wanita usia setengah baya, selain itu, ginseng juga dapat diperkenalkan sebagai oleh-oleh khas dari Korea. Informasi tambahan yang terkait STP akan dibahas dalam bab berikutnya. Ketiga, Dinas Provinsi Gyeonggi juga dapat mempromosikan pengalaman pariwisata spesial karena Provinsi Gyeonggi memiliki tempat-tempat menarik yang keberadaanya tidak bisa ditemukan di belahan dunia lain, seperti DMZ, Panmunjom yang berkaitan dengan produk keamanan nasional di Korea. Daya tarik wisata ini berlokasi dekat dengan Ibu Kota Seoul dan dapat dimanfaatkan sebagai produk pariwisata yang special karena di Seoul tidak terdapat daya tarik wisata seperti ini. 5.2.2.3
Sterategi WO (Weaknesses Opportunities) Strategi WO merupakan strategi yang meminimalkan kelemahan untuk
memanfaatkan peluang, antara lain meningkatkan kualitas sumber daya manusia melalui pengadaan pelatihan pariwisata terhadap pemangku kepentingan (Stakeholders) seperti pemandu wisata (guide). Pertama, dapat dipertimbangkan dengan memperluas pertukaran dan kerjasama antara Provinsi Gyeonggi (pemerintah daerah besar), kota atau kabupaten (pemerintah daerah kecil) di Provinsi Gyeonggi dan Pemerintah Daerah di Indonesia. Pertukaran dan kunjungan satu sama lain atau studi banding dapat membantu meningkatkan tingkat kesadaran tentang Provinsi Gyeonggi. Kedua, masalah tentang produk yang terlalu murah. Hal ini berkaitan dengan produk paket wisata murah yang ditawarkan kepada wisatawan, namun
tidak berkualitas dan menurunkan mutu produk sehingga perlu dipertimbangakan untuk melakukan usaha promosi yang stabil mengenai produk pariwisata yang memiliki kualitas yang baik dan menarik. Dalam rangka menarik wisatawan dengan harga yang wajar, diperlukan langkah-langkah untuk mempromosikan dan mendorong kunjungan berulang dengan menawarkan berbagai insentif. Ketiga, diperlukan ahli bahasa Indonesia yang profesional untuk memberikan kenyamanan wisatawan Indonesia ketika berkunjung ke Korea. Korea berencana memberi bantuan untuk kenyamanan perjalanan bagi wisatawan asing, seperti memunculkan sub judul dan jasa penyiaran bahasa lain dalam bahasa Inggris dan Cina di kereta bawah tanah. Namun, sebagian besar wisatawan Indonesia hanya dapat berbahasa Indonesia dan tidak dapat memakai bahasa Inggris. Oleh karena itu, walaupun tingkat kepuasan sangat tinggi setelah belanja secara umum, diketahui bahwa ketidaknyamanan yang terbesar ketika berbelanja di Korea adalah hambatan komunikasi bahasa karena kekurangan ahli bahasa Indonesia. Selain itu, wisatawan yang menggunakan paket wisata seharusnya dipandu oleh pemandu wisata resmi yang dapat berbahasa Indonesia. Karena kurangnya pemandu wisata dibandingkan dengan permintaan saat ini, muncullah pemandu wisata tanpa lisensi yang kemudian mengakibatkan turunnya kualitas wisata. Ini terjadi karena pemandu wisata yang tidak mempunyai lisensi resmi dalam bahasa Indonesia, memungkinkan tidak memiliki pengetahuan dan kompetensi tepat tentang tempat wisata dan budaya Korea.
Pada akhirnnya, komunikasi tersebut dapat mengganggu pemahaman wisatawan terhadap pariwisata dan budaya Korea, bahkan memaksa wisatawan untuk berbelanja berlebihan. Hal ini sebenarnya telah diketahui pemerintah, namun bila dibiarkan begitu saja dapat menjadi faktor yang dikeluhkan (tourist complain) wisatawan itu sendiri. 5.2.2.4
Sterategi WT (Weaknesses Threats) Strategi WT merupakan strategi yang digunakan untuk meminimalkan
kelemahan guna menghindari ancaman. Dari WT dapat diformulasikan beberapa strategi antara lain membentuk lembaga promosi pariwisata untuk menarik kerjasama yang saling menguntungkan (mutual benefits). Seperti disebutkan sebelumnya, dalam rangka untuk menarik wisatawan Indonesia ke Provinsi Gyeonggi, perlu dilakukan kebijakan yang sesuai dengan ciri khas pariwisata Gyeonggi dengan mempertimbangkan karakteristik masingmasing segmen pasar wisatawan asal Indonesia. Namun, sebagian besar agen perjalanan wisata di Indonesia memanfaatkan produk pariwisata yang tempat kunjungannya hampir sama. Produk yang ditawarkan oleh beberapa agen perjalanan wisata besar di Seoul tersebut dapat dengan mudah ditemukan pada agen perjalanan wisata di Indonesia, termasuk event pameran wisata di berbagai kota besar Indonesia seperti Jakarta, Bali, dan Surabaya. Oleh karena itu, konversi kebijakan pariwisata diperlukan untuk mengatasi masalah ini di masa depan. Sebagai contoh, kebijakan konversi tersebut melalui penyediaan pusat data (database) kepariwisataan. Pusat data perlu dibangun agar tersedia data statistik
yang dapat dianalisis kemudian disesuaikan dengan karakteristik dan perilaku para wisatawan Indonesia. Selanjutnya, untuk memecahkan masalah terkait rendahnya tingkat kesadaran tentang Provinsi Gyeonggi dapat dipertimbangkan dengan membentuk lembaga sendiri untuk mempromosikan pariwisata Gyeonggi di Indonesia yang mengurus dukungan pertukaran internasional, pembangunan pusat data, promosi pariwisata, dan lain-lain. Meskipun Jepang baru-baru ini melakukan bebas Visa pada wisatawan asing, Korea tetap mempertahankan kebijakan Visa yang menuntut lebih dari 10 dokumen. Oleh karena itu, pemerintah pusat Korea diharapkan membuat kebijakan untuk mengatasi masalah ini secepat mungkin, yaitu antara lain; Pertama, pemerintah Korea memungkinkan masuk Korea tanpa Visa Perjalanan bagi wisatawan atau setidaknya menyederhanakan dokumen yang diperlukan untuk pengambilan Visa Perjalanan. Kedua, pemerintah Korea diharapkan membangun kantor dinas yang bertanggung jawab untuk pembuatan Visa bagi wisatawan Indonesia yang tinggal di luar pulau Jawa seperti Sumatra, Kalimantan, Sulawesi, Papua, dan Bali. Selain itu, perlu disediakan sarana atau tempat beribadah karena perbedaan agama dan budaya serta menu makanan yang sesuai dengan aturan agama Islam dan Hindu. Mengingat biaya pesawat yang relatif mahal, dapat diperhatikan dengan menjalin sinergi program wisata besar yang menghubungkan konfigurasi Cina, Jepang, atau produk-produk berkualitas tinggi. Hasil penelitian SWOT terhadap pariwisata Gyeonggi di atas dapat dirumuskan seperti Tabel 5.17.
Tabel 5.17 Matriks SWOT Pariwisata Provinsi Gyeonggi STRENGTHS (S) Faktor-faktor Internal
Faktor-Faktor Eksternal
OPPORTUNITIES (O)
O1 Perkembangan Ekonomi Indonesia O2 Trend pariwisata O3 Investasi pKorea di Indonesia O4 pertukaran budaya, O6 Peningkatan jumlah kunjungan di Korea O7 kerjasama pemerintah daerah antara dua negara
THREATS (T) T1 Kebijakan pariwisata negaranegara tetangga T2 Kebijakan Bebas Tourist Visa Jepang T3 Kunjungan ulang rendah T4 Kebijakan promosi pemerintah daerah lain T5 Wisata berbelanja terpusat di ibu Kota Seoul
S1 Citra Korea S2 Keadaan empat musim S3 Lokasi Gyeonggi dekat bandara Incheon. S4 Tempat berbelanja yang besar dan digemari oleh orang asing S5 Lokasi syuting yang popluer S6 Daya tarik DMZ S7 Daya tarik ilmu pengetahuan dan kecanggiihan teknologi S8 Daya tarik temple stay
STRATEGI SO 1) Mengembangkan pariwisata musim dingin, semi, dan gugur 2) Mengemas produk wisata budaya Korea lebih atraktif 3) Menciptakan produk wisata kelompok insentif perusahaan 4) Mempromosikan pariwisata alternatif melalui segmentasi dan menentukan target pasar
WEAKNESSES (W) W1 Harga murah dengan kualitas rendah yang tidak baik W2 Kesulitan Tourist Visa W3 Perbelanjaan wajib W4 Harga Pesawat relatif mahal W5 Kurangnya promosi W6 Persepsi wisatawan tentang Gyeonggi W7 Kurangnya tempat wisata di malam hari
STRATEGI WO 1) Meningkatkan kerjasama pemerintah daerah antara kedua negara 2) Mempromosikan pariwisata alternatif yang berkualitas 3) Menawarkan produk wisata dengan harganya normal dan wajar 4) Mendorong niat kunjungan berulang 5) Meningkatkan jumlah pemandu wisata berbahasa Indonesia
STRATEGI ST
STRATEGI WT
1) Mempromosikan pariwisata industri berteknologi canggih 2) Memfokuskan wanita usia setengah baya untuk wisata medis 3) Mempromosikan pariwisata pertahanan DMZ 4) Menciptakan produk wisata yang berbeda dengan wisata Seoul
1) Memformulasikan Kebijakan Bebas Tourist Visa 2) Tersedianya sarana dan prasarana sesuai persepsi wisatawan 3) Membangun database pariwisata 4) Membangun lembaga promosi pariwisata 5) Menciptakan Konfigurasi produk wisata 6) Komersialisasi wisata malam di Kota Suwon, Goyang, Ansan, dll
Sumber: Hasil Penelitian tahun 2016 5.2.3
Segementasi Pasar Pariwisata Dalam rangka memperkenalkan daya tarik wisata dan produk wisata di
Provinsi Gyeonggi, penentuan atau pengaturan target pasar merupakan proses yang sangat penting. Selain itu, dalam rangka menentukan target pasar untuk mengembangkan produk kepariwisataan yang sesuai dengan karakteristik atau
preferensi warga negara Indonesia, proses segmentasi pasar tersebut perlu diadakan terlebih dahulu. Dalam melakukan segmentasi, beberapa variabel utama dapat digunakan antara lain adalah segmentasi geografis, segmentasi demografis, segmentasi psikografis, dan segmentasi berdasarkan perilaku. Dengan demikian, maka penelitian ini akan memakai sudut pandang seperti geografis, umat, kelamin, umur sebagai berikut. Secara segmentasi geografisnya, yaitu dari sisi daerah, dapat dikatakan bahwa daya tarik wisata utama di Korea menarik pasar yang ada di seluruh wilayah Indonesia. Sedangkan secara keseluruhan produk paket wisata di Provinsi Gyeonggi tidak begitu menarik. Produk paket wisata Korea termasuk Provinsi Gyeonggi dapat dilihat di Jakarta dan Bali, tetapi produk paket wisata yang hanya terdiri dari daya tarik wisata di Provinsi Gyeonggi tidak dapat dilihat di manapun. Meskipun begitu, produk paket wisata Korea yang mencantumkan daya tarik wisata Gyeonggi sedang dijual di seluruh Indonesia, hanya wilayah Jawa dan Bali, sedangkan untuk wilayah lainnya, seperti, Sumatra, Nusa Tenggara, Kalimantan, Sulawesi, dan Papua masih belum optimal. Pada akhirnya, karena wisatawan yang berasal dari wilayah lain terpaksa memakai pesawat yang tidak langsung dan lebih mahal untuk mengunjungi Korea. Muhamad Ismoyo, direktur Lingkar Lombok Travel Agency yang menghadiri Gyeonggi Fam Tour (Familiarisation Tour) pada Januari 2016, memberikan keterangan tentang kesulitan dalam memilih berwisata ke Korea untuk tujuan wisata sebagai berikut:
“Biasanya, biaya perjalanan mengakibatkan tekanan besar bagi calon wisatawan Indonesia di luar Bali atau Jakarta yang ingin melakukan perjalanan ke Korea, dan ragu-ragu membeli produk wisata karena misalnya masyarakat wilayah Lombok, Kupang harus mengganti pesawat di Bali atau Jakarta. Apalagi, perlu menitip dokumen Tourist Visa di Kedutaan Besar Korea melalui agen perjalanan wisata di Jakarta atau mengunjungi Jakarta sendiri. Maka produk paket wisata Korea yang populer di wilayah Jakarta dan Bali mengalami kesulitan untuk dijual di luar pulau Jawa dan pulau Bali.” (Wawancara 22 Januari 2016) Indonesia berdasarkan sensus penduduk tahun 2010 memiliki jumlah penduduk sebesar 237.641.326 jiwa, Indonesia adalah negara berpenduduk terpadat nomor empat di dunia. Penduduk laki-laki di Indonesia sebanyak 119.630.913 jiwa dan perempuan sebanyak 118.010.413 jiwa. Rasio jenis kelamin adalah 101, berarti terdapat 101 laki-laki untuk setiap 100 perempuan. Rasio jenis kelamin menurut provinsi, yang terendah adalah 94 di Provinsi NTB dan tertinggi adalah 113 di Provinsi Papua. Rasio jenis kelamin nasional pada kelompok usia 04 sebesar 106, usia 5-9 sebesar 106, kelompok usia lima tahunan dari 10 sampai 64 berkisar antara 93 sampai dengan 109, dan usia lebih 65 sebesar 81. Melihat ciri khas yang berdasarkan data Tabel 5.9, misalnya dari sejumlah 80 responden, responden dengan jenis kelamin laki-laki lebih menyukai perjalanan menggunakan paket wisata (23 orang dari 42 orang, 54.8%), sedangkan responden wanita memilih wisata pribadi (23 orang dari 38 orang, 60.5%), maka wanita lebih menyukai wisata pribadi daripada laki-laki. Tabel 5.18 mengenai komposisi agama di Indonesia menunjukkan mayoritas penduduk Indonesia menganut agama Islam. Sekitar 87,2 persen dari jumlah penduduk Indonesia atau 207,2 juta orang adalah orang Muslim. Namun, Indonesia bukan negara Islam, negaranya merupakan Negara dengan sistem
demokrasi yang sekuler. Mesikpun demikian, prinsip-prinsip yang berdasarkan doktrin Islam memainkan peran penting dalam bidang politik, ekonomi dan masyarakat Indonesia (Sensus penduduk tahun 2010). Terdapat sekitar 16,5 juta orang Protestan (6,9 persen dari jumlah penduduk Indonesia), 6,9 juta umat Katolik (2,9 persen), dan 4 juta Hindu (1,7 persen) yang tinggal di Indonesia. Terakhir, terdapat minoritas kecil dari umat Buddha (0,7 persen), serta orang yang menganut Konfusianisme (0,05persen), sebagian besar adalah masyarakat etnis Tionghoa. Tabel 5.18 Komposisi Agama di Indonesia Persentase (dari populasi total)
Angka Absolut (juta jiwa)
Muslim
87,2
207.2
Kristen
6,9
16.5
Katolik
2,9
6.9
Hindu
1,7
4.0
Buddha
0,7
1.7
Konghucu
0,05
0.1
Sumber: Badan Pusat Statistik Indonesia, Sensus Penduduk 2010 Dalam kehidupan sosial masyarakat Indonesia, agama masih tetap memainkan peran penting dalam kehidupan sehari-hari, bahkan agama adalah bagian besar dari identitas sehingga seringkali bertentangan dengan dunia Barat. Secara segmentasi sisi usia masyarakat, salah satu kekuatan penting dalam komposisi demografi Indonesia yang memiliki hubungan dengan perekenomian adalah penduduk usia muda yang ada di Indonesia. Rata-rata usia penduduk Indonesia adalah 28,6 tahun (perkiraan tahun 2016). Ini adalah median age yang berarti separuh dari populasi Indonesia. Mengenai jenis kelamin, rata-rata median
age wanita Indonesia adalah 29,1 tahun, sementara median age pria lebih muda setahun (28,1 tahun). Untuk Korea sendiri, rata-rata usia penduduk Korea adalah 41,2 tahun dengan median age wanita Korea 42,8 tahun, pria 39,7 tahun (CIA World Factbook, perkiraan tahun 2016) Di bawah ini adalah persentase penduduk Indonesia yang dikategorikan dalam tiga kelompok usia dan jenis kelamin. Tabel 5.19 Penduduk Indonesia Menurut Jenis Kelamin dan Kelompok Usia `
Persentase Gabungan (Total Populasi)
Pria (absolut)
Wanita (absolut)
0-14 tahun
27,3
34.165.213
32.978.841
15-64 tahun
66,5
82.104.636
81.263.055
65 tahun ke atas
6,1
6.654.695
8.446.603
Sumber: CIA World Factbook Pada tahun 2010, sekitar 27,3% penduduk Indonesia adalah anak yang usianya di bawah 15 tahun, sekitar 66,5% berusia antara 15 tahun sampai dengan 64 tahun, dan 6.1% penduduk berusia 65 tahun ke atas seperti ditunjukkan oleh Tabel 6.2. Angka-angka ini menunjukkan dari perspektif demografis bahwa Indonesia memiliki potensi besar dalam hal produktifitas. 5.2.4
Penetapan Target Pasar Pariwisata Setelah wawancara agen perjalanan wisata di Korea, ciri khas atau
karakter wisatawan Indonesia dapat diidentifikasi sebagai berikut: a. Sebagian besar wisatawan relatif sensitif terhadap harga, ini mengindikasikan bahwa wisatawan Indonesia cenderung lebih
menyukai produk wisata yang harganya rendah daripada yang kualitasnya tinggi. b. Pilihan menu makanan perlu disesuaikan untuk umat Muslim atau Hindu yang menjadi mayoritas wisatawan. Perlu diperhatikan agar dalam menu makanan, yang dilarang tidak dimasukkan. c. Secara umum, Islam berdoa pada waktu tertentu, maka perlu diperhatikan untuk menyiapkan tempat ibadah sehingga dapat memberikan kenyamanan dalam perjalanan wisatawan tersebut. d. Paket wisata adalah program yang populer saat ini karena kebanyakan wisatawan yang berwisata bersama keluarga. e. Kesulitan dalam komunikasi terjadi karena biasanya komunikasi dilakukan dengan bahasa Inggris dalam memandu wisatawan Indonesia. Hal ini kurang efektif dan efisien. Oleh karena itu, perlu disiapkan pemandu wisata yang memiliki kemampuan berbahasa Indonesia yang memadai. f. Mengingat bahwa Indonesia merupakan daerah beriklim tropis, konfigurasi produk dengan program unggulan yang berkaitan dengan musim favorit perlu dimasukkan karena wisatawan Indonesia lebih suka bepergian pada musim gugur, musim dingin dan musim semi daripada saat musim panas. g. Di antara produk-produk wisata Korea yang populer, lebih efektif untuk mempersiapkan produk pengalaman yang menekankan sektor atau faktor seni.
h. Warga Indonesia berminat tinggi pada produk-produk wisata yang terkait pendidikan, maka warga Indonesia tertarik pada wisata belajar, wisata industri, wisata pengalaman budaya Korea. i. Tidak begitu menyukai berjalan kaki, tetapi menggemari mengambil gambar secara kelompok atau sendiri, dan orang-orang Indonesia yang kaya biasanya tinggal bersama pembantu sehingga perlu diperhatikan. j. Sangat tertarik pada Hallyu, yaitu wave budaya Korea, yang ditayangkan dalam real-time seperti tempat wisata yang mereka telah lihat dalam film, youtube, dan musik. Melihat karakter wisatawan Indonesia dan hasil segmentasi pasar yang dibahas di atas, target pasar Provinsi Gyeonggi dapat diuraikan sebagai berikut. 5.2.4.1 Produk Paket wisata termasuk Hallyu Saat ini cukup banyak wisatawan Indonesia mengunjungi Korea dan sebagian besar menggunakan paket perjalanan, dalam konteks ini dapat disebut sebagai langkah awal dalam langkah perkembangan pariwisata. Oleh karena itu, dalam paket wisata gaya keluarga yang sedang dijual dapat dicantumkan daya tarik wisata Provinsi Gyeonggi. Cara tersebut relatif mudah untuk menarik minat wisatawan dan dapat berhasil dalam waktu singkat walaupun keuntungannya tidak begitu besar. Aktivitas pengalaman budaya Korea oleh peserta Gyeonggi Fam Tour dapat dilihat pada Gambar 5.1.
Gambar 5.1 Tim Fam Tour yang sedang mengalami budaya Korea. (Sumber: Dokumentasi Peneliti, 2016) Salah satu tempat syuting drama Korea yang terkenal adalah pulau Nami di mana drama 'Winter Sonata' direkam. Setiap tahunnya terdapat 1 juta wisatawan mancanegara untuk menikmati keindahannya. Selanjutnya, serial TV drama, Dae Jang Geum Theme Park terletak di Kota Yangju juga dikunjungi oleh 1.290 ribu orang setelah pembukaan yang diselenggarakan pada bulan Desember tahun 2004 sampai ditutup. Selain itu, Petite France di kabupaten Gapyeong di mana terkenal sebagai lokasi drama Korea seperti "My Love from the Star", Korea Folk Village di kota Yongin,
Pangyo Baekhyeon-dong café street, Ilsan Lake Park dikunjungi sebagai tempat syuting drama Korea. Hal yang terkait Hallyu juga ditegaskan dalam wawancara dengan Shin Minju, pegawai Santa Tour Travel Agency yang merupakan salah satu partisipan dalam acara konsultasi BtoB (Business to Business) pada Juni 2016 di Bali sebagai berikut: “Wisatawan Indonesia juga menyukai budaya Korea, maka baru-baru ini pertanyaan calon wisatawan Indonesia untuk kunjungan Korea mengalami kenaikan berkat drama Korea "Descendant of Sun", sehingga hal ini berkontribusi pada peningkatan wisatawan Indonesia ke Korea” (Wawancara 12 Juli 2016) Semakin tingginya minat terhadap Hallyu, yaitu terutama mengenai tempat syuting drama Korea, diharapkan Provinsi Gyeonggi menjadi bagian dari salah satu daya tarik wisata di Korea. Dengan kata lain, daya tarik wisata tempat syuting di Provinsi Gyeonggi yang dicantumkan dalam paket wisata Korea dapat dipromosikan pada target pasar Indonesia, yaitu kepada calon wisatawan umum di Jawa dan Bali, dan dapat menuai efek yang praktis. 5.2.4.2
Produk Wisata Meditasi Ritual keagamaan masyarakat Indonesia memberikan ciri khas tersendiri
pada ketertarikan pariwisata spiritual ataupun meditasi di Temple Stay, Korea. Terutama dalam kalangan agama Hindu di Indonesia dapat dilihat bahwa ritual penyajian ataupun upacara pemujaan memiliki kesamaan yang cukup jelas dengan kebudayaan agama Buddha di Korea. Sebuah Temple (kuil Buddha) tetap menjadi pengalaman baru bagi wisatawan dan belajar secara langsung tentang budaya
Buddhis Korea. Hampir semua Temple terletak di gunung yang jauh dari kotakota, sehingga semua pengunjung dapat menikmati suasana tenang. Secara praktis, melihat ciri khas yang berdasarkan data Tabel 5.10, dari sisi wisata meditasi, rasio rata-rata preferensi dalam jumlah 80 responden adalah 7,1%, namun umat Hindu (11,5%) lebih gemar dibandingkan umat Islam (1,8%). Sukayana, pegawai Bali Fun Holiday Travel Agency yang menghadiri Gyeonggi Fam Tour (Familiarisation Tour) pada Januari 2016, menjelaskan alasan preferensi umat Hindu terhadap wisata meditasi dengan memberikan pernyataan sebagai berikut: “Dengan mengalami pelatihan spiritual seperti meditasi dan upacara Buddha, kebanyakan umat Hindu dapat merasakan ketenangan pikiran yang diperlukan dalam kehidupan bermasyarakat. Kunjungan spiritual dapat mengenali kembali tubuh dan jiwa yang diisi dengan semangat yang baik, apalagi wisata meditasi memang populer juga pada orang asing yang mau mengalami budaya tradisional Korea.” (Wawancara 27 Januari 2016) Dengan demikian, dapat dikatakan bahwa produk wisata meditasi di Provinsi Gyeonggi berpontensi untuk dikembangkan dan dipromosikan pada target pasar umat Hindu yang nantinya dapat menuai efek yang bersifat praktis. 5.2.4.3
Produk Wisata Industri Wisata Industri yang bakal menjadi daya tarik wisata saat ini di Provinsi
Gyeonggi adalah 19 perusahaan, delapan di antaranya adalah perusahaan makanan, 3 industri perfilman, 3 industri mobil, 2 perusahaan elektrik, 1 perusahaan kosmetik, dan lain-lain. Misalnya, Kota Gwangmyeong mempromosikan Pabrik Mobil Kia di Sohari sebagai destinasi pariwisata industri. Wisatawan langsung dapat melihat
seluruh proses perakitan mobil di Pabrik Kia Sohari yang begitu luas sambil mendengarkan keterangan proses manufaktur dari pihak Pabrik Mobil KIA. Selanjutnya, wisatawan dibimbing secara langsung untuk mengikuti berbagai program seni dan budaya yang diadakan di Goa Gwangmyeong. Goa ini merupakan tempat pertambangan tertutup. Kemudian wisatawan juga dapat melihat fasilitas pembakaran sampah dan pemakaian pemanasan.
Gambar 5.2 Peserta Gyeonggi Fam Tour sedang mengalami teknik elektronik di Samsung Museum Inovasi di Kota Suwon (Sumber: Dokumentasi Peneliti, 2016) Sandijaya, wartawan Jawa Pos Radar Bali yang mengikuti Gyeonggi Fam Tour pada Januari 2016, memberikan keterangan tentang wisata industri sebagai berikut: “Saya mengunjungi daya tarik wisata Provinsi Gyeonggi antara lain tempat yang paling menarik bagi mahasiswa atau remaja merupakan Samsung
Museum Inovasi di Kota Suwon. Pengunjung dapat merasakan dan melihat sejarah, mempesona, dan inovasi industri elektronik termasuk Samsung Electronics terbesar di Korea. Museum itu tidak hanya menunjukkan riwayat Samsung Electronics, tetapi juga gambaran tentang sejarah industri elektronik secara general yang mendapatkan respon yang baik dari para wisatawan. Itu pengalaman luar biasa.” (lihat Gambar 5.2, Wawancara 29 Januari 2016) Berdasarkan pernyataan tersebut, berarti bahwa produk wisata industri di Provinsi Gyeonggi dipromosikan pada target pasar remaja seperti siswa atau mahasiswa dapat memberikan pengaruh dan menuai efek yang positif. 5.2.4.4
Produk Wisata Edukasi Wisata Edukasi adalah suatu perjalanan wisata yang memiliki nilai tambah
edukasi, tidak hanya sekedar berwisata akan tetapi juga memiliki tujuan untuk menambah nilai-nilai edukasi atau pendidikan bagi seluruh peserta. Pada umumnya, wisata edukasi dilakukan oleh institusi pendidikan, seperti sekolahsekolah maupun institusi pendidikan lainnnya. Adapun perkembangan wisata edukasi diproyeksikan dalam hasil wawancara dengan Song Geumhee, direktur e-Korea Tour Travel Agency di Gyeonggi yang berpartisipasi dalam acara konsultasi BtoB (Business to Business) pada Agustus 2015 di Jakarta dan Juni 2016 di Bali sebagai berikut: “Mempertimbangkan bahwa Indonesia adalah salah satu negara yang antusiasme pendidikannya sangat tinggi dan angka mahasiswa meningkat drastis, semakin banyak mahasiswa berharap belajar di luar negeri baik studi jangka pendek maupun studi jangka panjang, maka produk wisata pendidikan sangat menarik pada siswa” (Wawancara 5 Juli 2016) Sebagai produk wisata pendidikan, target ditujukan pada International School atau sekolah swasta di Indonesia yang kebanyakan siswa adalah kelas menengah dan atas. Artinya, sekolah swasta yang ada di Indonesia diharapkan
melakukan kerjasama dengan Gyeonggi English Village untuk mendapatkan pengetahuan budaya Korea dan budaya Western. Dengan kata lain, wisata edukasi ditargetkan pada golongan siswa atau remasa secara sepesifik. 5.2.4.5
Produk Wisata Kesehatan Dikembangkan secara sengaja atau tidak, fasilitas untuk medical telah
menjadi komponen vital dan sangat dibutuhkan dalam keberlangsungan kegiatan pariwisata di suatu daerah tujuan. Sehingga adanya fasilitas kesehatan yang canggih akan menjadi salah satu syarat penting yang harus terpenuhi oleh sebuah destinasi agar menjadi daerah tujuan wisata yang ideal. Apalagi pada tahun 2013, sekitar 600.000 orang Indonesia pergi berobat ke luar negeri. Jumlah ini mengindikasikan bahwa terdapat banyak orang Indonesia yang bepergian ke luar negeri untuk mendapat perawatan medis sekaligus liburan. Wisata Kesehatan dari benua Asia yang menjadi favorit adalah Cina, India, Malaysia, Singapura, Korea Selatan, Filipina, Taiwan dan Turki (http://traveltourismindonesia.com/medical-tourists-dari-indonesia.html). Menurut data statistik (Korea Health Industry Development Institute, 2013), pada tahun 2012, jumlah pasien asing di Korea mencapai 155.625, jumlah tersebut mengalami peningkatan 27,2% dibandingkan dengan tahun 2011, terjadi peningkatan 31.823 orang per tahun selama tiga tahun terkahir (CAGR 37,3%). Sedangkan pasien dari Indonesia mengalami peningkatan dari rata-rata 53,9% per tahun selama tiga tahun menjadi 667 orang pada tahun 2012. Oleh karena itu, dapat dinyatakan bahwa wisata medis perlu dipromosikan pada golongan wanita muda atau setengah baya yang berasal dari kelas ekonomi
tingkat atas, atau wisatawan bisnis yang masa kunjungannya agak panjang untuk mendapat efek yang lebih baik. 5.2.4.6
Produk Wisata Khusus Wisata minat khusus adalah suatu bentuk perjalanan wisata, di mana
wisatawan melakukan perjalanan atau mengunjungi suatu tempat karena memiliki suatu minat atau preferensi khusus mengenai suatu jenis objek atau kegiatan yang dapat ditemui atau dilakukan di sebuah lokasi wisata. Wisata minat khusus bertemu pada motivasi pada pencarian terhadap bentuk-bentuk objek dan daya tarik wisata yang mampu memberikan nilai manfaat yang berarti bagi wisatawan, nilai pengkayaan atau pengembangan diri (enriching), nilai tantangan atau petualangan, serta nilai pengetahuan atau wawasan baru. Kekuatan atau pendorong utama dalam pengembangan destinasi wisata Provinsi Gyeonggi antara lain adalah produk wisata pertahanan seperti DMZ yang satu-satunya hanya ada (the only one) di Korea dan di seluruh dunia. Lee Hanok, pegawai LNT Tour Travel Agency di Gyeonggi yang berpartisipasi dalam acara konsultasi BtoB (Business to Business) pada Juni 2016 di Bali, memberikan pernyataannya terhadap DMZ sebagai berikut: “Tempat ini hanya bisa dijangkau melalui perjalanan khusus yang sebelumnya telah disetujui oleh dinas pengelola di sini. Wisata pertahanan ini sangat menarik bagi wisatawan minat khusus karena uniknya bentuk perbatasan antara Korea Selatan dan Korea Utara yang terbentuk sejak berakhirnya Perang Korea pada tahun 1953 dan merupakan perbatasan negara yang paling termiliterisasi di dunia, membentang sepanjang 250km dengan lebar 4km. Apalagi sebelumnya siapa pun tidak boleh masuk selama sekitar 70 tahun” (Wawancara 7 Juli 2016)
Oleh karena itu, dapat dikatakan bahwa wisata pertahanan (DMZ, Imjingak, Terowongan rahasia, Panmunjom) yang hanya dapat ditemukan di Provinsi Gyeonggi layak direkomendasikan sebagai wisata minat khusus kepada calon wisatawan Indonesia. 5.2.4.7 Konfigurasi Produk Wisata Kekuatan utama di pariwisata Provinsi Gyeonggi dianggap sebagai daya tarik wisata alternatif yang beraneka ragam seperti DMZ, Temple Stay dan tempattempat wisata edukatif yang menyajikan kecanggihan teknologi Samsung Smartphone. Kekuatan lainnya adalah lokasi Gyeonggi dekat dengan bandara Incheon yang berstandar kelas dunia dalam sisi pelayanan dan aksesbilitas yang baik di Korea karena ditetapkan sebagai lokasi penyuntingan film internasional maupun domestik, dan terdapat beberapa premium outlet maupun bebas pajak untuk wisata belanja. Lebih lanjut, Korea bersama Cina dan Jepang, memiliki musim semi, musim gugur dan musim dingin yang berbeda dengan musim di Indonesia beriklim
tropis.
Jika produk
wisata
yang dipromosikan
di
Indonesia
mencantumkan konfigurasi daya tarik wisata yang ada di negara tetangga yaitu, Cina dan Jepang, maka produk akan memiliki nilai respon yang tinggi oleh wisatawan Indonesia. Sebagai contoh, konfigurasi produk dua negara Korea dan Cina atau Korea dan Jepang, ataupun Korea, Jepang, dan Cina. Adapun kepentingan konfigurasi produk ditegaskan oleh wawancara dengan Shin Minju, pegawai Santa Tour Travel Agency yang berpartisipasi dalam
acara konsultasi BtoB (Business to Business) pada Juni 2016 di Bali sebagai berikut: “Jika berwisata ke dua negara dengan memakai dua produk wisata maka dibutuhkan biaya sebesar 15 juta rupiah untuk masing-masing produk, sedangkan jika berwisata ke dua negara dengan pakai satu produk wisata, jumlah biayanya 20 juta rupiah untuk satu produk wisata yang digabungkan dari dua negara. Artinya, wisatawan menikmati daya tarik wisata yang ada di dua negara dengan menghemat biaya karena dikurangi dari biaya pesawat. Belakangan ini, produk yang digabungkan dua negara itu disukai wisatawan Korea. Hubungan kepercayaan antara tiga negara sangat penting untuk berhasil” (Wawancara 12 Juli 2016) Belakangan ini pertumbuhan ekonomi Indonesia telah mendorong peningkatan taraf kelas ekonomi menengah ke atas, sehingga semakin banyak wisatawan Indonesia yang ingin berwisata ke luar negeri dengan produk wisata yang berkualitasi tinggi. Oleh karena itu, produk wisata yang digabungkan dua negara dalam satu produk wisata dapat dipromosikan pada target pasar Indonesia, yaitu kepada calon wisatawan kelas ekonomi menengah ke atas. 5.2.5
Positioning Pariwisata Gyeonggi Peneliti telah melakukan wawancara dengan pejabat Dinas Provinsi
Gyeonggi, pegawai Asosiasi Pariwisata Gyeonggi, dan pegawai Organisasi Pariwisata Gyeonggi. Wawancara ini dilakukan untuk menganalisis faktor-faktor kekuatan, kelemahan, ancaman, dan peluang tentang pariwisata Provinsi Gyeonggi serta tren kepariwisataan maupun karakteristik, preferensi perilaku wisatawan Indonesia. Selain itu peneliti juga telah mengadakan penyelidikan survei pada agen-agen perjalanan wisata untuk melakukan segmentasi pasar dan menentukan target pasar di Indonesia yaitu Bali dan Jakarta.
Berdasarkan hasil penelitian, positioning pariwisata Gyeonggi ditinjau ke dalam dua masa yaitu citra Gyeonggi pada masa kini/sebelum positioning dan citra Gyeonggi pada masa depan/setelah positioning. Positioning pariwisata Gyeonggi masa kini terfokus pada pariwisata massal atau mass tourism untuk meningkatkan jumlah kunjungan wisatawan asal Indonesia ke Gyeonggi melalui paket wisata. Permasalahannya, posisi pariwisata Gyeonggi saat ini menghadapi tantangan pada praktek dumping, yaitu harga tidak normal yang dijalankan oleh agen perjalanan wisata sebagai akibat dari persaingan usaha. Praktek ini bersifat umum karena ditemukan produk yang sama dimanapun, baik di Bali maupun Jakarta. Calon wisatawan Indonesia ditawarkan harga paket wisata yang tidak normal sebagai dumping, maka dari itu memiliki kualitas yang rendah. Positioning pariwisata Gyeonggi dapat dilihat pada Gambar 5.1:
Gambar 5.3 Positioning pariwisata Gyeonggi Sumber: Hasil Penelitian tahun 2016
Mengantisipasi kondisi yang demikian, pariwisata Gyeonggi di masa depan diharapkan memposisikan wisata alternatif yang menawarkan produk wisata yang beraneka ragam untuk dua tipologi wisatawan yaitu paket wisata dan wisata pribadi. Perubahan citira Gyeonggi tersebut diharapkan memengaruhi pengambilan keputusan calon wisatawan Indonesia dalam memilih berwisata ke Gyeonggi seperti berkut: Pertama, wisatawan Indonesia dapat menggunakan wisata alternatif aneka ragam di Gyeonggi yang telah disediakan oleh agen-agern perjalanan wisata. Kedua, wisatwawan individual Indonesia merencanakan perjalanannya sendiri ke Provinsi Gyeonggi atau wisata pribadi. Dengan menerapkan positioning terhadap Gyeonggi sebagai destinasi wisata yang menawarkan aneka ragam produk berkualitas tinggi, praktik dumping saat ini, yang berupa ketidaknormalan harga, dapat diatasi. Dengan kata lain, permasalahan struktural berupa paket wisata sejenis yang ditawarkan di Indonesia dapat diperbaiki dengan cara membentuk citra produk wisata Gyeonggi yang berkualitas dan menyuguhkan pengalaman serta pengetahuan yang baru dan unik. Dengan demikian memaksimalkan manfaat dari produk-produk pariwisata alternarif atau wisata tematik di Gyeonggi sebagai pengganti “biayanya tidak normal dan kualitasnya juga rendah” sehingga memberikan kesan yang baik di benak wisatawan Indonesia untuk mengambil keputusan dalam memilih produk pariwisata atau daya tarik wisata yang ada di Gyeonggi. 5.3
Strategi Promosi Pariwisata Seperti yang telah diuraikan pada Tabel 5.11 dan 5.13, sebelum mengikuti
acara promosi pariwisata Provinsi Gyeonggi yang diadakan di Indoensia, hanya
30 persen responden agen perjalanan wisata pernah mendengar terhadap produk pariwisata Provinsi Gyeonggi, sedangkan setelah acara promosi, 96,3 persen peserta menjawab bahwa ingin mengunjungi daya tarik wisata di Gyeonggi atau akan rekomendasikan produk pariwisata Gyeonggi pada tamunya. Dengan demikian, dalam sub-bab ini, strategi promosi pariwisata Gyeonggi dapat diatur sebagai berikut. 5.3.1
Strategi Pemasaran di Indonesia Agen perjalanan wisata Provinsi Gyeonggi secara aktif melakukan
pemasaran di Indonesia, terutama di kota-kota besar seperti Jakarta dan Bali. Aktivitas pemasaran diharapkan sesuai dengan produk dan target pasar yang berbeda-beda di Indonesia. Sebagai contoh, melalui Familiarisation Tour yang menargetkan pemangku kepentingan pariwisata yang terlibat dan berpengaruh di dalamnya terhadap perencanaan perjalanan dan pemimpin opini publik di Indonesia, mendorong atau merangsang permintaan wisatawan potensial dari semua lapisan masyarakat. Jang Yujong, pegawai MM International Travel Agency di Gyeonggi yang berpartisipasi dalam acara konsultasi BtoB (Business to Business) pada Agustus 2015 di Jakarta dan Juni 2016 di Bali, memberikan keterangan terhadap efektifitas promosi pariwisata sebagai berkut: “Cara promosi paling efektif yang dapat kami lakukan adalah membangun hubungan baru dengan agen perjalanan wisata di Indonesia. Oleh karena itu perlu dibangun hubungan kepercayaan antara kedua negara, maka BtoB, Fam Tour yang diselenggarakan di Bali, Jakarta (Indonesia) dan Provinsi Gyeonggi (Korea) dapat menjadi jembatan bagi agen perjalanan wisata dari kedua negara. Cara ini efeknya jauh lebih tinggi daripada website atau media.” (Wawancara 10 Juli 2016)
Selanjutnya, agen perjalanan wisata di kedua negara bersama-sama menciptakan produk wisata yang disesuaikan dengan preferensi wisatawan Indonesia, akhirnya bersama-sama mempromosikan produk pariwisata yang mencerminkan kebutuhan atau keinginan wisatawan Indonesia guna ekspansi kualitas kepuasan wisatawan Indonesia. 5.3.2
Strategi Pemasaran Online Strategi Pemasaran melalui On-line adalah cara promosi paling umum dan
mudah yang dilakukan saat ini. Dengan kata lain, strategi ini merupakan cara yang sangat praktis untuk mempromosikan produk pariwisata melalui sebuah website yang dibuat untuk memungkinkan akses oleh semua orang di dunia, termasuk warga negara Indonesia. Menampilkan iklan dalam website dan Social media yang sering dikunjungi orang Indonesia juga dapat dipertimbangkan sebagai salah satu cara pemasaran promisi. Selain itu, menghimpun sekelompok wartawan yang meliput 'Pariwisata Gyeonggi'. Wartawan yang dimaksud tidak hanya terbatas pada wartawan professional namun jurnalis-jurnalis yang berasal dari sekolah-sekolah di Indonesia juga patut dipertimbangkan. Jurnalis–jurnalis sekolah ini membantu menyediakan layanan yang dapat berfungsi untuk menyebarkan artikel yang tepat terkait dengan Pariwisata Gyeonggi memakai Situs Jaringan Sosial (SNS, Social Networking Site) dan mendorong komunikasi dua arah antara pihak Provinssi Gyeonggi dan pihak wisatawan.
5.3.3
Peningkatan Kerjasama antara Pemerintah Daerah Cara promosi dengan peningkatan citra dan persepsi terhadap Gyeonggi
seperti ditampilkan melaui media penyiaran dan surat kabar lokal sangat berpengaruh terhadap promosi pariwisata Gyeonggi. Sebagai salah satu contoh, peningkatan persepsi terhadap Gyeonggi diharapkan mampu ditingkatkan dengan meningkatkan hubungan kerjasama dengan Kota/Kabupaten di Indonesia. Pengembangan kerjasama kota kembar/saudara (sister city) di Indonesia dibentuk sebagai wujud hubungan persaudaraan dengan tujuan (goals) untuk meningkatkan tingkat kesadaran umumnya mengenai Provinsi Gyeonggi, khususnya berkaitan dengan pariwisata di Provinsi Gyeonggi, Korea. Ada tiga pendekatan yang dilaksanakan untuk menjalin kerjasama dengan Pemerintah Daerah dalam menunjang keberhasilan sektor pariwisata di Provinsi Gyeonggi. Pertama, sinergi kerjasama antara Pemerintah Daerah. Kerjasama pemerintah daerah diperlukan pertimbangan dan perhatian dari lembaga ataupun dinas yang terkait bahwa kota dan kabupaten di Provinsi Gyeonggi mengadakan suatu kemitraan dengan pemerintah daerah di Indonesia. Kemitraan ini dibangun untuk memperluas pertukaran antara kedua negara, dan pameran pariwisata yang diselenggarakan oleh pemerintah daerah di Gyeonggi, di mana penyelengaraannya dilangsungkan di Indonesia. Selain itu, partisipasi pada pameran festival atau acara resmi untuk menawarkan informasi tentang Provinsi Gyeonggi juga dapat dilakukan. Kedua, kerjasama dengan lembaga pendidikan. Pemerintah Provinsi Gyeonggi diperlukan melakukan kerjasama dan membantu lembaga atau institusi
pendidikan untuk saling bekerja sama antara Universitas di Gyeonggi dan di Indonesia. Hal ini dikarenakan institusi pendidikan memegang peranan penting sehingga universitas termasuk sekolah-sekolah swasta di antara kedua negara diharapkan saling menjalin hubungan di bidang pendidikan dan penelitian lalu mendorong pertukaran mahasiswa atau pelajar. Dengan demikian, diperlukan strategi yang efektif untuk mendorong perjalanan studi bagi siswa antara masingmasing pihak yang sudah disepakati bersama. Ketiga, kerjasama dengan pihak swasta. Pengembangan hubungan kerjasama lainnya dapat disebutkan dengan pihak swasta atau perusahaan. Sebagaimana diketahui Provinsi Gyeonggi memiliki tempat yang lengkap untuk film atau drama yang ditawarkan pada perusahaan atau industri perfilman di Indonesia untuk menampilkan daya tarik wisata seperti kuliner dan budaya Korea.
BAB VI SIMPULAN DAN SARAN
6.1
Simpulan Berdasarkan hasil analisis pada penelitian ini, dapat ditarik suatu simpulan
sebagai berkut. Berdasarkan persepsi wisatawan Indonesia sebelum dilakukan promosi, terdapat 78.8% responden yang telah mengetahui produk wisata Korea dan 30% agen wisata perjalanan telah memiliki informasi terkait Gyeonggi. Sedangkan setelah mengikuti acara promosi Gyeonggi terjadi perubahan yang signifikan terkait minat agen wisata perjalanan ke Provinsi Gyeonggi. Sebesar 96,8% responden berminat untuk mengunjungi destiasi wisata di Gyeonggi. Oleh karena itu dapat dikatakan bahwa sebab utama rendahnya persepsi terhadap Geyonggi dikarenakan kurangnya strategi pemasaran dan promosi pariwisata Gyeonggi. Dari sisi strategi segmentasi dan pasar target, pertama, daya tarik wisata tempat syuting di Provinsi Gyeonggi yang dicantumkan dalam paket produk wisata Korea dapat dipromosikan kepada wisatawan umum di Jawa dan Bali. Kedua, produk wisata meditasi di Provinsi Gyeonggi berpontensi untuk dikembangkan dan dipromosikan pada target pasar umat Hindu. Ketiga, produk wisata industri di Provinsi Gyeonggi dipromosikan pada target pasar remaja seperti siswa atau mahasiswa. Keempat produk wisata pendidikan ditujukan pada International School atau sekolah swasta. Kelima produk wisata medis dipromosikan pada golongan wanita muda atau setengah baya yang berasal dari kelas ekonomi tingkat atas, atau wisatawan bisnis yang masa kunjungannya agak panjang. Keenam wisata pertahanan seperti DMZ, layak direkomendasikan
130
sebagai wisata minat khusus. Ketujuh konfigurasi produk wisata yang digabungkan pada dua atau tiga negara dipromosikan pada target pasar Indonesia, yaitu kepada calon wisatawan kelas ekonomi menengah ke atas. Kemudian dari sisi Positioning Gyeonggi, membentuk citranya dengan produk alternatif yang beraneka ragam, harga produk wisata normal dan wajar, serta kualitas dan pelayanan pariwisata Gyeonggi tetap bertaraf tinggi. Dalam aspek strategi promosi pariwisata Gyeonggi, pertama, agen perjalanan wisata Provinsi Gyeonggi melakukan pemasaran kepada agen-agen perjalanan wisata di Indonesia secara aktif dan langsung. Oleh karena itu, dibangun hubungan kepercayaan antara agen perjalanan wisata di kedua negara, maka BtoB, Fam Tour yang diselenggarakan Indonesia dan provinsi Gyeonggi dapat menjadi jembatan bagi agen perjalanan wisata antara kedua negara. Kedua, strategi pemasaran melalui Online adalah cara promosi yang paling umum dan mudah karena pengguna smartphone semakin berkembang jumlahnya, termasuk di Indonesia antara lain, membangun website sendiri, menampilkan iklan dalam website dan Social media, dan mengoperasikan sekelompok wartawan/jurnalis dan pelajar/mahasiswa yang meliput 'Pariwisata Gyeonggi'. Ketiga, peningkatan persepsi
terhadap
Gyeonggi
diharapkan
mampu
ditingkatkan
dengan
meningkatkan hubungan kerjasama dengan Kota/Kabupaten di Indonesia. Ada tiga pendekatan yang dilaksanakan untuk menjalin kerjasama dengan Pemerintah Daerah dalam menunjang keberhasilan sektor pariwisata di Provinsi Gyeonggi antara lain adalah sinergi kerjasama antara Pemerintah Daerah, kemudian kerjasama dengan lembaga pendidikan, dan kerjasama dengan pihak swasta.
6.2
Saran Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan di lapangan, ada beberapa
saran yang perlu dipertimbangkan pihak terkait yaitu: Pemerintah Pusat Korea diharapkan melakukan formulasi kebijakan yang memungkinkan wisatawan Indonesia dapat berkunjung ke Korea dengan cara pengambilan Visa Perjalanan yang lebih sederhana dalam jangka waktu pendek. Dinas pariwisata Provinsi Gyeonggi membantu secara pro-aktif untuk menyelenggarakan BtoB, Fam Tour di Korea dan Indonesia. Hal ini berguna untuk membangun hubungan kepercayaan antara agen perjalanan wisata di kedua negara. Dinas pariwisata Provinsi Gyeonggi perlu membentuk lembaga sendiri untuk mempromosikan pariwisata Gyeonggi di Indonesia yang mengurus dukungan pertukaran internasional, promosi pariwisata, dan lain-lain. Dinas pariwisata Provinsi Gyeonggi menyediakan pusat data (database) kepariwisataan agar tersedia data statistik yang dapat dianalisis kemudian disesuaikan dengan karakteristik dan perilaku para wisatawan Indonesia. Dinas pariwisata Provinsi Gyeonggi semestinya memperbanyak jumlah pemandu bahasa Indonesia yang profesional dan resmi untuk memberikan kenyamanan wisatawan Indonesia. Apalagi, perlu usaha untuk memperluas pertukaran dan kerjasama antara Pemerintah Provinsi Gyeonggi dan Pemerintah Daerah di Indonesia. Agen perjalanan wisata di Korea mengembangkan produk pariwisata „musim‟ dan produk wisata budaya Korea yang familiar dan dikenal melalui media TV. Tersedianya produk wisata alternatif disesuaikan dengan kebutuhan wisatawan Indonesia seperti wisata industri, wisata medis, wisata meditasi, dan
wisata pendidikan. Pemberian insentif diperlukan bagi pengutusan SDM ke Korea oleh perusahaan-perusahaan Korea di Indonesia. Sebagai penutup, menawarkan produk yang memiliki kualitas yang baik dan menarik dengan harga yang wajar dan normal agar wisatawan mempunyai minat untuk mengunjungi kembali produk destinasi wisata di Provinsi Gyeonggi.
DAFTAR PUSTAKA Cahya Purnomo. 2009. Strategi Pemasaran Produk Wisata Minat Khusus Goa Cerme, Imogiri, Bantul. Karisma, Vol.3(2): 99-112, Akademi Maritim Yogyakarta. CIA
World Factbook. 2016. [diakses 20. http://www.ciaworldfactbook.us/asia/indonesia.html
Agustus
2016]
Eadington, William R dan Valene L. Smith, 1994. Tourism Alternatives: Potentials and Problems in the Development of Tourism. Chicester: John Wiley & Sons Ltd. Hal. 1-30 Faulkner, Bill. 1997. Perkembangan pariwisata Indonesia: perspektif “Gambaran Besar” (Perencanaan Pariwisata Berkelanjutan) ITB, Bandung. Fandeli C. 2002. Perencanaan Kepariwisataan Alam. Fakultas Kehutanan, Universitas Gadjah Mada.Yogyakarta. Fanggidae, Apriana H.J., 2006, Strategi Pemasaran Pariwisata : Segmentation, Target Market, Positioning, dan Marketing Mix, Manajemen Usahawan Indonesia No. 01 TH XXXV Januari 2006. Ha Kyunghee. 2008. Inducing Strategy of Chinese Tourists(Focusing on the Hallyu-Korean Wave). Tourism Research. 26: Hal. 109-128 Hall, C. Michael dan Betty Weiler. 1992. Introduction: Whats Special Interest Tourism? . Special Interest Tourism. Belhaven Pres. London: Hal. 1-14 Han Huijoo and Lee Jaeseob. 2009. Exploratory Study on Muslim Malaysians visiting Korea and their tourism market. Tourism Management Research. Vol.13(1): Hal. 121-133. Jeon Hyejin, Lee Heeseung. 2009. Market Segmentation in Special Interest Tourism Product Case study of Wine Train Tourism program . Tourism Reseach Vol. 24-2. Hal. 239-258. Korea Tourism Institue. Kedutaan besar Republik Indonesia di Seoul. 2015. [diakses 20. Juni 2016]. http://kbriseoul.kr/kbriseoul/ index.php/id/indokor Kim Gicheol. 2015. A Study on the Strategy for Attracting Tourists of Sister Sities in China to Gyeonggi-Do. Studi dasar 2015-30. Gyeonggi Reseach Institute. Kim Heungsik. 2009. Marketing Strategies Attracting Chinese Tourists to Gyeonggi-Do. Studi dasar 2009-2. Gyeonggi Reseach Institute.
Kim Heungsik. 2013. A Strategy for the Development of Mice Industry as New Engine of Growth in Gyeonggi-Do. Studi dasar 2013-40. Gyeonggi Reseach Institute. Kim Jaewon. 2012. Tourists Characteristics of South-East Asian inbound market in Korea. Penelitian pariwisata 20. Institute Tourism Korea. Kodhyat, H. 1997. Sejarah Pariwisata dan Perkembangannya di Indonesia. Gramedia Widiasarana Indonesia. Jakarta. Korea Creative Content Agency. 2014. Indonesia Cultural code for overseas market expansion of the Korea Creative Contents. Korea Creative Content Agency. Korea Health Industry Development Institute. 2013. Statisik pasien asing tahun 2012. Korea Health Industry Development Institute. Korea Tourism Organization. 2015. [diakses 18. Januari 2016]. http:// www.visitkorea.or.kr Korea Trade–Investment Promotion Agency. 2015. [diakses 15. Januari 2016] http://www.kotra.or.kr/kh/main/ KHMIUI010M.html Kotler Philip. 2003. Manajemen Pemasaran (Marketing Management). Edisi Kesebelas Jilid I. Jakarta: PT. INDEKS Kelopok Gramedia. Kotler dan Keller. 2009. Manajemen Pemasaran (Marketing Management), Edisi Ketiga Belas Jilid I. Jakarta : Erlangga. Kotler Philip dan Amstrong Gary. 2008. Prinsip prinsip Pemasaran (Principles of Marketing), Edisi Kedua Belas Jilid I. Jakarta : Erlangga. Lee Gyeongmo. 2005. Special Interist Tourism masa depan. Daewangsa. Seoul. Lee
Sangun,
Kwon
Inteak,
Yeo
Jeongtea.
2011.
A
Study
on
Incheon ㆍ Gyeonggi-do Tourism Revitalization for Improvement: Focus on the changes of tourism trends. Gyeonggi Tourism Reseach Vol.18. Tourism Reseach Institute. Lee Sujin. 2014. Reseach on Developing Strategic Policies for Medical Tourism in Gyeonggi-Do. Studi dasar 2014-04. Gyeonggi Reseach Institute. Monica, Dyah Rahmaningsih. 2013. Penyusunan Desain Wisata Minat Khusus Berdasarkan Pola Pergerakan Badak Jawa di Taman Nasional Ujung Kulon. (tesis). Bogor: Institut Pertanian Bogor. Morrison. Alastair M. 2002. Hospitality and Travel Marketing. Third Edition. Australia: Delmar Thompson Learning.
Newsis. 2015. [diakses 14. Juni 2016] http://www. newsis.com/ar_detail/ view. html?ar_id=NISX20131220_0012 608674&cID=10201&pID=10200 Ni Luh, Christine Prawitha Sari Suyasa. 2014. Strategi Pemasaran Program Educational Tourism di Universitas Dhyana Pura Bali. (tesis). Denpasar: Universitas Udayana. Novelli, Marina. 2005. Niche Tourism : Contemporary Issues, Trends, and Cases. Elsevier Butterworth-Heinemann. MA. Oh Yongsu. 2014. Local Tourism Policy. Baeksanchulpansa. Seoul. Park Deukhee, Lee Gyehee, Kim Hyesun. 2015. A Social Network Analysis Approach to Tourism Destination Choices Between Group Tourists and Independent Tourists among Chinese Inboud Tourists to Korea. International Journal of Tourism and Hospitality Research. Vol.29(7): Hal.133-143 Payangan, Otto. 2014. Pemasaran Jasa Pariwisata. Kampus IPB Taman Kencana. PT Penerbit IPB Press. Pearce, Douglas G. 1994. Alternatif Tourism: Concepts, Classifications, and Questions. Dalam : Valene L. Smith dan William R. Eaddington, editors. Tourism Alternatifs : Potentials and Problems in the Development of Tourism. Chicester: John Willey & Sons Ltd. P. 15-30 Pitana I Gde dan Diarta I ketut Surya. 2009. Pengantar Ilmu Pariwisata. Yogyakarta: Penerbit Andi. Poon, Auliana. 1993. Tourism, Technology and Competitive Strategies, Wallingfort, Oxford: CAB International. Provinsi Gyeonggi. 2015. Buku Tahunan StatisticGyeonggi 2015. Gyeonggi-do. Provinsi Gyeonggi. 2016. Laporan Kebijakan Provinsi Gyeonggi. Gyeonggi-do. Rangkuti, Freddy. 2013. Analisis SWOT, Teknik Membedah Kasus Bisnis. Jakarta : PT Gramedia Pustaka Utama. Riska, Ayu Wahyudiya. 2012. Pengaruh Soft Diplomacy dalam Membangun Citra Korea Selatan di Indonesia. (tesis). Universitas Hasanuddin. Setiadi, Nugroho J. 2003. Perilaku Konsumen. Kencana. Jakarta. Sin Gidong. 2014. A Study on the Curent Conditions of Beauty Industry in Gyeonggi-Do. Studi dasar 2014-33. Gyeonggi Reseach Institute.
Sri Astuti, Luh. 2015. Persepsi Pengelola Vila Di Kecamatan Kuta Utara Terhadap Penggunaan Online Travel Agents Sebagai Media Promosi dan Penjualan. (tesis). Denpasar: Universitas Udayana. Sunaryo, Bambang. 2013. Kebijakan Pembangunan Destinasi Pariwisata Konsep dan Aplikasinya di Indonesia. Yogyakarta: Gava Media. Sugiyono. 2014. Metode Penelitian Kuantitatif, Kualiratif dan R&D. Bandung: Alfabeta. Suray Agung Nugroho. 2004. “Hallyu „Gelombang Korea‟ di Asia dan Indonesia: Trend Merebaknya Budaya Pop Korea”, Makalah dipresentasikan dalam workshop untuk Guru-guru Sekolah di Jawa Tengah, Multimedia Room, Universitas Gajah Mada, April, 2004. Supranto, J. 2004. Statistik Pasar Modal Keuangan dan Perbangkan. Jakarta: Rieka Cipta.
Lampiran I
면접설문안내문(Pedoman Wawancara) PROGRAM STUDI MAGISTER (S2) KAJIAN PARIWISATA PROGRAM PASCASARJANA UNIVERSITAS UDAYANA
본 면접조사서는 인도네시아 Udayana대학교 관광대학원에서 「 인도네시아 관광객을 대상으로 하는 경기도 관광 홍보전략」에 관한 석사 논문 작성을 위하여 전문가 의견을 반영하고자 실시하는 것입니다. 작성하여 주신 내용은 본 연구에 매우 중요한 자료로 활용될 것입니다. 아울러 귀하께서 작성하신 내용들은 대한민국 통계법 규정에 의거 철저히 비밀을 보장드리며, 오로지 연구를 위한 자료로만 활용할 것이오니, 평소 느끼시는 대로 응답해 주시면 고맙겠습니다. 바쁘신 와중에도 본 연구에 많은 도움을 주셔서 대단히 감사합니다. 연구자 강현석 Yang terhormat, Dalam menyelesaikan penelitian akhir (Tesis) sebagai mahasiswa S2 Kajian Pariwisata Universitas Udayana, saya mohon kiranya dapat meluangkan waktu untuk mengisi Formulir Email Wawancara ini. Berikut adalah penelitian mengenai “STRATEGI PROMOSI PARIWISATA PROVINSI GYEONGGI DI KOREA PADA WISATAWAN INDONESIA”. Penelitian ini ditujukan untuk mengkaji produk terbaik bagi wisatawan Indonesia. Saya ucapkan terima kasih atas waktu dan perhatian yang sudah Anda luangkan. Hasil dari Formulir Email Wawancara ini akan dijaga kerahasiannya menurut undang-undang Korea. Terima kasih, Peneliti.
Lampiran I. Lanjutan
응답자 정보 (IDENTITAS INFORMAN) • 성명(Nama)
:
• 나이(Usia)
:
• 성별(Jenis Kelamin)
:
• 직위(Pekerjaan/Jabatan)
:
• 근무처(Tempat Bekerja)
:
면접내용(DAFTAR PERTANYAAN) 1. 경기도를 방문하는 중국, 일본 등 아시아 관광객은 경기도의 어느 관광지를 선호한다고 생각하시는지요? 가장 선호되는 곳과 그 이유는 무엇이라고 생각하시는지 평소 느끼시는대로 기재하여 주십시오. ① ② ③ 2. 경기도를 방문하는 중국, 일본 등 아시아 관광객은 경기도의 어떤 테마 관광을 선호한다고 생각하시는지요? 가장 선호되는 테마관광과 그 이유는
무엇이라고
생각하시는지
평소
느끼시는대로
기재하여
주십시오. ① ② ③ 3. 다음은 2015년 8월 또는 2016년 1월 및 7월, 인도네시아(자카르타, 발리)와 한국(수원)에서 실시된 양국의 여행사간 BtoB 상담과 관련된 질문입니다. 3.1 인도네시아 여행사 또는 관광객들에게 인기 있다고 생각되는 경기 도 소재 관광지 중에서 인기가 많았던 순으로 3곳을 기재하여 주십 시오. (예: ① DMZ,임진각 ② 수원화성 ③ 에버랜드 ④ 킨텍스 ⑤ 삼성박물관 ⑥ 영어 마을 ⑦ 스키장,고양원마운트 ⑧ 꽃박람회, 도자기축 제, ⑨ 쁘띠프랑스,자라섬 등)
① ② ③ 3.2 인도네시아 여행사 또는 관광객들에게 인기 있다고 생각되는 경기 도의 테마관광 상품중에서 인기가 많았던 순으로 3가지를 기재하 여 주십시오.(예시: ① 안보관광상품 ② MICE관광상품 ③ 의료관 광상품 ④ 산업관광상품 ⑤ 교육관광상품 ⑥ 한류체험관광, ⑦ 역 사문화관광, ⑧ 쇼핑관광 등) ① ② ③ 3.3 경기도, 경기관광공사, 경기관광협회가 관광상품의 개발하거나 지 원한다면 어떤 상품이 유망하다고 판단되는지 순서대로 3가지를 기재하여 주십시오.(예시: ① 안보관광상품 ② MICE관광상품 ③ 의료관광상품 ④ 산업관광상품 ⑤ 교육관광상품 ⑥ 한류체험관광 ⑦ 역사문화관광, ⑧ 쇼핑관광 등) ② ③ 3.4 상담후 일본, 중국 등 다른 아시아 국가와 비교하여 인도네시아 관 광객의 특징은 무엇이라 생각하시는지 기재하여 주십시오 3.5 상담후 중국, 일본 등과 비교하여 인도네시아 관광객에게 한국 관 광지가 갖고 있는 강점, 약점, 기회, 위험 요인 등은 무엇이라고 생 각하시는지 자유롭게 기재하여 주십시오. ① 강점요인
② 약점요인
③ 기회요인 ④ 위협요인 3.6 상담후 서울 및 다른 지방자치단체와 비교하여 인도네시아 관광객에게 경기도 관광지가 갖고 있는 강점, 약점, 기회, 위험 요인 등을 무엇이라고 생각하시는지 자유롭게 기재하여 주십시오. 1) 강점요인 2) 약점요인 3) 기회요인 4) 위협요인 4. 인도네시아 관광객을 대상으로 마케팅을 하시거나 하실 계획이 있다면 어떤 방법이 가장 효과가 있다고 생각하시는지 기재하여 주십시오.
5. 인도네시아 여행사 또는 관광객을 대상으로 관광업을 할 때 어려운 점을 기재하여 주십시오.
6. 인도네시아 관광객 유치를 위해 경기도청, 경기관광공사, 경기관광협회 등에 바라는 것이 있다면 구체적으로 말씀하여 주십시오.
끝까지 설문에 응해 주신 선생님께 진심으로 감사드립니다(Terima Kasih)
Lampiran II
PROGRAM STUDI MAGISTER (S2) KAJIAN PARIWISATA PROGRAM PASCASARJANA UNIVERSITAS UDAYANA PEDOMAN WAWANCARA “STRATEGI PROMOSI PARIWISATA PROVINSI GYEONGGI DI KOREA PADA WISATAWAN INDONESIA” Bapak/Ibu/ yang terhormat, Saya yang bertanda tangan di bawah ini adalah Karyasiswa (Mahasiswa) Pascasarjana (S2) Universitas Udayana Bali, Program Studi Magister Kajian Pariwisata. Dalam rangka pelaksanaan penelitian untuk penyusunan Tesis dengan judul “STRATEGI PROMOSI PARIWISATA PROVINSI GYEONGGI DI KOREA PADA WISATAWAN INDONESIA” Dalam proses pengumpulan data di atas, saya ingin menyertakan pendapat Bapak/Ibu tentang STRATEGI PROMOSI PARIWISATA PROVINSI GYEONGGI ke depannya. Atas dukungan, partisipasi serta kerjasama yang baik Bapak/Ibu, saya ucapkan terimakasih. 12 Januari 2016 Peneliti, Kang Hyeonseock
Lampiran III.
IDENTITAS INFORMAN • Nama • Usia : • Jenis Kelamin • Pekerjaan/Jabatan • Tempat Bekerja
: : : : DAFTAR PERTANYAAN
1. Bagaimana wisatawan Indonesia mengetahuhi atau mencari program perjalanan Korea Selatan? 2. Setelah menghadiri acara Gyeonggi Fam Tour ini, bagaimana kesan Anda tentang Daya tarik wisata provinsi Gyeonggi? Jelaskan perbedaan antara sebelum mengikuti dan setelah? 3. Setelah menghadiri acara Gyeonggi Fam Tour ini, wisata Provinsi Gyeonggi manakah paling menarik bagi Anda dan alasannya apa? 4. Setelah menghadiri acara Gyeonggi Fam Tour ini, antara desitinasi wisata di provinsi Geonggi, wisata tematik atau wisata alternatif manakah paling menarik bagi wisatawan Indonesia pada masa depan? 5. Apabila Anda merencanakan perjalanan ke Korea Selatan sendiri, hal apa yang menarik perhatian? 6. Apa manfaat setelah menghadiri program consulting wisata Gyeonggi secara business to business? 7. Menurut pendapat Anda, cara promosi pariwisata Gyeonggi manakah yang paling menarik bagi wisatawan Indonesia?
Lampiran IV Kuisioner Untuk Peserta Acara BtoB
PROGRAM PASCA SARJANA PROGRAM STUDI MAGISTER KAJIAN PARIWISATA UNIVERSITAS UDAYANA Responden yang terhormat, Dalam menyelesaikan penelitian akhir (Tesis) sebagai mahasiswa S2 Kajian Pariwisata Universitas Udayana, saya memohon kiranya dapat meluangkan waktu untuk mengisi kuesioner ini. Berikut adalah penelitian mengenai “STRATEGI PROMOSI PARIWISATA PROVINSI GYEONGGI DI KOREA PADA WISATAWAN INDONESIA”. Penelitian ini ditujukan untuk mengkaji produk terbaik bagi wisatawan Indonesia. Saya ucapkan terima kasih atas waktu dan perhatian yang sudah anda luangkan. Hasil dari kuesioner ini akan dijaga kerahasiannya. Silahkan beri tanda silang (√ ) atau checklist pada jawaban yang sesuai dengan pendapat anda. Terima kasih, Peneliti. Bagian 1. Karakteristik Responden 1. Jenis kelamin Anda: Laki-laki
○ Perempuan
2. Usia Anda: < 20 tahun 31 – 40tahun 51 – 60 tahun
○ 21 – 30 tahun ○ 41 – 50 tahun ○ > 61 tahun
3. Pekerjaan Anda: Pelajar / Mahasiswa Pegawai Negeri/ Karyawan Swasta
○ Wiraswasta ○ Lainnya
4. Pendidikan ○ ≤ SMP S1 / Sekolah Tinggi
○ SMA / SMK ○ S2 / S3
5. Agama Islam Katolik Buddha lainnya
○ Protestan ○ Hindu ○ Kong Hu Cu
Bagian 2. Tentang bepergian ke luar negeri 1. Apakah Anda pernah bepergian ke luar negeri selama 5 tahun terakhir ini? Ya
○ Tidak
1-1 Kalau Anda pernah ke luar negeri, Negara di benua apa yang menjadi pilihan anda? Asia ○ Eropa Amerika Serikat ○ Austalia Lain-lain ................................... 1-2 Kalau Anda pernah ke luar negeri, sudah berapa kali Anda mengunjungi luar negeri? 1 kali
○ 2 kali
○ 3 kali
lebih dari 3 kali
1-3 Kalau Anda pernah ke luar negeri, apa tujuan Anda mengunjungi Negara tersebut? Tur ○ ○ Bekerja Lain-lain (sebutkan).......................................... 2. Apakah Anda pernah mengunjungi Korea Selatan selama 10 tahun terakhir ini? Ya
○ Tidak
2-1Kalau Anda pernah ke Korea Selatan, tempat wisata mana yang dikunjungi antara lain? (Cek semua tempat yang dikunjungi) Seoul ○ Gunung Seorak Pulau Jeju ○ Provinsi Gyeonggi (Everland, Suwon, DMZ, dll) Lain-lain (sebutkan).......................................... 2-2 Setelah Anda pernah berkunjung, apakah Anda mau mengunjungi Korea Selatan lagi? Ya
○ Tidak
3. Apakah Anda pernah melihat atau mendengar tentang paket tur (produk wisata) ke Korea Selatan? Ya (lanjut ke pertanyaan 3-1)
○ Tidak (lanjut ke pertanyaan 4)
3-1 Apabila pernah, dari mana informasi tentang paket tur ke Korea Selatan Anda dapatkan? Rekomendasi teman/saudara ○ Internet Media (tv, radio, koran, dsb) ○ Brosur paket perjalanan wisata Lain-lain (sebutkan).......................................... 3-2 Menurut Anda, hal apa yang paling menarik dalam kunjungan tersebut? Salju, Daun-daun berwarna-warni ○ Budaya Kemajuan ○ Shopping (belanja) Wisata buatan ○ Tidak ada Lain-lain (sebutkan).......................................... 3-3 Menurut pendapat Anda, adakah kesulitan bila ingin mengunjungi Korea Selatan? Anggaran (ongkos tur) Mengambil Visa Tidak ada
○ Perbedaan budaya ○ Tidak banyak produk wisata ke Korea ○ Lain-lain (sebutkan)..........................................
4. Apakah Anda berminat bepergian di Korea Selatan? Ya
Tidak
4-1 Kalau Anda berminat tur ke Korea, pada musim apa Anda ingin berkunjung? ○
○ musim gugur
○ musim dingin
4-2 Kalau Anda berminat tur ke Korea, kapan rencana Anda akan berkunjung? dalam tahun ini
○
○ tahun 2018
○ setelah tahun 2018
5. Menurut pendapat Anda, sebaiknya jenis paket tur apa yang perlu dikembangkan oleh Korea Selatan? (Cek semua tempat yang dikunjungi) Program Paket Tur (pariwisata masal)
○ Free tour (tidak pakai Program Paket Tur)
6. Menurut pendapat Anda, sebaiknya program paket tur apa yang perlu dikembangkan oleh Korea Selatan? Program Tur Budaya ○ Eduwisata (belajar) Wisata industri ○ Medical tour Ekowisata ○ Tur Olahraga (sports tour seperti sky) Meditasi(temple stay) ○ Lain-lain (sebutkan).......................................... Bagian 3. Tentang bepergian ke Provinsi Gyeonggi 1. Sebelum menghadiri acara hari ini, apakah Anda pernah mendengar atau mengunjungi tempat wisata di Provinsi Gyeonggi? Ya ○ Tidak 1-1 Apabila Anda pernah, silahkan beri tanda (√ ) pada semua tempat (DTW) yang masih diingat? Benteng Hwaseong (Warisan Budaya Dunia UNESCO) / kota Suwon Everland (theme park) / kota Yongin Kintex, Onemount / kota Goyang DMZ (kawasan bebas senjata) / kota Paju Gyeonggi English Village / kota Paju Petite Franc, Park Dae Jang Geum, Swiss Village City of Crafts and Folk Art oleh UNESCO / Kota Icheon Pulau Nami, Jara / Gapyeong, Lain-lain (sebutkan).......................................... 2. Setelah menghadiri acara hari ini, apakah Anda ingin mengunjungi tempat wisata yang berada di Provinsi Gyeonggi? Ya (pilih daya tarik wisata yang ingin anda kunjungi) Tidak Benteng Hwaseong (Warisan Budaya Dunia UNESCO) / kota Suwon Everland (theme park) / kota Yongin Kintex, Onemount / kota Goyang DMZ (kawasan bebas senjata) / kota Paju Gyeonggi English Village / kota Paju Petite France, Park Dae Jang Geum, Swiss Village City of Crafts and Folk Art oleh UNESCO / Kota Icheon Pulau Nami, Jara / Gapyeong Lain-lain (sebutkan)..........................................
3. Setelah menghadiri acara hari ini, menurut Anda, paket wisata manakah paling menarik bagi wisatawan Indonesia? Pariwisata Budaya Korea (folk vIcheon Cerapia, Korean folk village, dll) Pariwisata Sejarah (Suwon Hwaseung, Seoul Gyeongbokgung, dll) Pariwisata berhijau: Green Tour(winery, Horseback riding, Boat fishing, dll) Pariwisata Industri: Business Tour (Samsung Electronics, LG, Tekno Vally, dll) Pariwisata Kesehatan: Medical Tour(Medical check, Operasi, dll) Healing Tour (Meditasi, templestay, dll) Sports Tour ( Bermain Ski, Kuda, kapal layar atau menonton sepak bola, dll) MICE Tour (Bermacam-macam events) Festival Tour (International Horticulture Goyang Korea, dll) Special Interest Tour (DMZ Tour, dll) Educatonal Tour (Paju English Village, dll) Lain-lain (sebutkan).......................................... 4. Setelah menghadiri acara hari ini, menurut Anda manakah wisata Provinsi Gyeonggi yang paling menarik bagi Anda? Paket Tur Budaya ○ Eduwisata Wisata industri ○ Medical tour Ekowisata ○ Tur Olahraga (sports tour seperti sky) Lain-lain (sebutkan).......................................... 5. Apabila Anda merencanakan paket tur ke Korea Selatan sendiri, menurut Anda, hal apa yang menarik perhatian? .................................................................................................. ............................................................................................................................. ...................... ............................................................................................................................. ...................... ...................................................................................................................................................
Sekian Terima Kasih