STRATEGI PROGRAM “FUNTASTIC FEMALE” FEMALE RADIO DALAM MEMBERDAYAKAN PEREMPUAN
KARYA ILMIAH
oleh
Erinda Chairani 112106048
PROGRAM STUDI ILMU KOMUNIKASI FAKULTAS FALSAFAH DAN PERADABAN UNIVERSITAS PARAMADINA JAKARTA 2014
1
STRATEGI PROGRAM “FUNTASTIC FEMALE” FEMALE RADIO DALAM MEMBERDAYAKAN PEREMPUAN Erinda Chairani / 112106048 ABSTRAK Penelitian ini membahas secara rinci mengenai strategi produksi program dan proses produksi program siaran, dimana di dalamnya terdapat proses perencanaan program yang terdiri dari proses penyusunan atau pembuatan konsep dari sebuah program siaran radio, termasuk memperhitungkan hal-hal apa saja yang akan dikerjakan, siapa target yang menjadi sasaran dari program siaran tersebut, kapan dan bagaimana program siaran tersebut dibuat, serta siapa saja yang akan terlibat untuk mengerjakan hal tersebut. Objek penelitian ini adalah program “Funtastic Female” yang disiarkan oleh FeMale Radio. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui bagaimana strategi program yang digunakan oleh FeMale Radio untuk program “Funtastic Female” sebagai program pemberdayaan perempuan (woman empowerment program) dan penelitian ini juga bertujuan untuk menggambarkan bagaimana proses produksi program “Funtastic Female”. Untuk mendapatkan data yang Peneliti butuhkan, Peneliti melakukan observasi dan wawancara dengan tiga orang narasumber yang dilakukan di kantor FeMale Radio Jakarta. Hasil dari penelitian ini menunjukkan bahwa strategi program yang digunakan oleh FeMale Radio untuk program “Funtastic Female”, sebagai program pemberdayaan perempuan, sudah dapat dikatakan berhasil dan proses produksi program “Funtastic Female” dari mulai pra produksi, produksi, sampai dengan pasca produksi juga berlangsung dengan baik. Kata Kunci: Komunikasi massa, strategi program, proses produksi program.
ABSTRACTS This research discusses about the detail of the production strategies and broadcast program production process, which included a program planning process that consists of the preparation of the concept of a radio programming, including taking into account what are the things that will be done, who the target is of the program, when and how the broadcast program is produced, as well as who will be engaged to work on it. The research object is "Funtastic Female", which broadcasted by FeMale Radio. This research aims to determine what are the strategies which used by FeMale Radio for "Funtastic Female" as the woman empowerment program and this research also aims to illustrate the production process of "Funtastic Female". To obtain the data that researcher need, researcher did observations and interviews with three informants who work at FeMale Radio. The results of this research indicate that the strategies which used by FeMale Radio for "Funtastic Female", as a woman empowerment program, can be said to be successful and the program production process of "Funtastic Female" from the start of pre-production, production, post-production to take place also properly. Keywords: Mass communication, program strategy, program production process.
2
PENDAHULUAN Diskriminasi masih saja berakar di masyarakat. Jika membahas diskriminasi, ternyata terdapat banyak permasalahan yang melatarbelakangi hal tersebut dan salah satunya adalah gender. Kata “gender” di dalam konteks ini lebih mengarah kepada suatu konsep yang digunakan untuk mengidentifikasi perbedaan antara laki-laki dan perempuan yang dilihat dari segi pengaruh sosial budaya dikarenakan adanya rekayasa sosial masyarakat (social constructions). Kasus diskriminasi biasanya lebih sering menimpa kaum perempuan. Terkadang permasalahan ini muncul ke masyarakat melalui media massa seperti televisi, radio, koran, majalah, tabloid, dan media online, oleh karena tayangan atau siaran program yang ditayangkan, isi atau konten artikel bacaan yang diterbitkan, dan lelucon-lelucon yang biasanya sengaja dibuat dengan maksud untuk “menjatuhkan” kaum perempuan. Bagi perempuan, hal ini dapat memberikan stereotype yang negatif, terutama dalam hal pengeksploitasian tubuh, dan sebagai konsekuensinya hal tersebut dapat memicu berbagai bentuk tindak kekerasan terhadap perempuan. “Visi pembangunan pemberdayaan perempuan adalah tercapainya keadilan dan kesetaraan gender dalam keluarga, masyarakat, berbangsa dan bernegara, dan salah satu upaya yang ingin dicapai adalah meningkatkan kualitas hidup perempuan serta perlindungan kepada para perempuan dari segala bentuk tindak kekerasan.” (Swasono, 2008) Lembaga penyiaran berbasis gender seperti FeMale Radio Jakarta, salah satunya, yang nantinya diharapkan mampu menjalankan tugasnya sebagai motivator untuk mendorong kaum perempuan agar dapat lebih berprestasi lagi. Setiap harinya FeMale Radio menyajikan program-program lifestyle yang “fresh”, yang tentunya berkaitan erat dengan wanita, keluarga, fashion-beauty-art, kesehatan, karir, bisnis, kuliner, travel, social life, hobi, sampai ke program yang berkaitan dengan teknologi. Ini semua bertujuan untuk menyediakan informasi dan hiburan seputar gaya hidup pendengarnya, yaitu kaum perempuan yang berjiwa baik, perhatian, periang, dan penuh cinta. Program yang akan diangkat ke dalam penelitian ini adalah salah satu segmen unggulan dari program “FeMale Your Morning Coffee”, yaitu “Funtastic Female”. Pada dasarnya, segmen “Funtastic Female” ini sendiri adalah sebuah program feature personality, yang dikemas ke dalam bentuk chatshow berdurasi satu jam, yang mengajak seorang perempuan berprestasi sebagai “Funtastic Female” untuk berbagi cerita mengenai prestasi yang telah berhasil. Ia raih dan atau suatu hal yang dapat “menghasilkan” atau dapat memberikan pengaruh atau efek positif
3
kepada lingkungan sekitarnya. Program “Funtastic Female” ini lebih menitikberatkan kepada apresiasi hasil karya atau prestasi dan perjuangan dari para perempuan dalam melawan diskriminasi sekaligus memperlihatkan peran perempuan yang ternyata tidak kalah pentingnya dibandingkan pria dalam kehidupan bermasyarakat, dari berbagai macam bidang, dengan cara mereka masing-masing. Hal inilah yang membuat Peneliti tertarik untuk membahasnya ke dalam sebuah penelitian yang bertujuan untuk mengetahui bagaimana strategi program yang digunakan oleh FeMale Radio untuk program “Funtastic Female”, sebagai program pemberdayaan perempuan (woman empowerment program), dan menggambarkan bagaimana proses produksi program “Funtastic Female”. LANDASAN TEORI Komunikasi massa mempunyai berbagai macam definisi menurut para ahli. Menurut Gebner, “Komunikasi massa adalah teknologi dan kelembagaan berbasis produksi dan distribusi yang paling luas berbagi mengalir terus-menerus dari pesan dalam industri masyarakat.” (Mc.Quail, 2011:17) Berdasarkan definisi dari Gebner tersebut, sudah terlihat bahwa komunikasi massa itu nantinya dapat menghasilkan suatu produk berupa pesan-pesan komunikasi. Produkproduk tersebut nantinya akan disebarkan dan didistribusikan kepada khalayak luas secara terus menerus dalam jarak waktu yang tetap, misalnya harian, mingguan, dwimingguan, atau bulanan. Proses memproduksi pesan juga tidak dapat dilakukan oleh perorangan, melainkan harus dilakukan oleh lembaga atau institusi, dan membutuhkan suatu teknologi tertentu. Untuk menjelaskan lebih rinci mengenai proses produksi suatu program, model komunikasi milik Gerbner inilah yang cukup merepresentasikannya
4
Di dalam praktik nyatanya, FeMale Radio (M) melihat fenomena atau peristiwa yang sedang marak terjadi dan menimpa kaum perempuan. Peristiwa yang sering kali terjadi dan menimpa kaum perempuan tersebut adalah diskriminasi (E). Kemudian FeMale Radio berasumsi bahwa diskriminasi merupakan suatu peristiwa yang penting untuk diketahui dan disebarluaskan kepada masyarakat. Oleh karena itu, FeMale Radio menyebarluaskan pesan tersebut melalui konten program siarnya (SE) yang disiarkan melalui pemancar. Radio merupakan salah satu contoh media massa yang dapat memberikan respons yang cepat terhadap permintaan masyarakat akan informasi dan berita karena melalui konten-konten dalam program siar yang cukup menarik, informasi dan berita yang dibutuhkan oleh masyarakat tersebut dapat sampai dan diterima dengan baik. Seiring dengan berjalannya waktu dan berkembangnya teknologi, radio tidak lagi hanya dapat didengarkan melalui radio (di dalam bentuk fisik) melainkan dapat didengarkan melalui media online (website) yaitu streaming. Sebuah radio dapat dikenal oleh masyarakat karena program-program siarannya yang menarik. Namun, di dalam sebuah station radio harus mempunyai satu format utama yang tetap, yang khusus diperuntukkan untuk menarik kelompok-kelompok tertentu, misalnya dalam hal ini FeMale Radio ingin menarik perhatian dan minat para perempuan di Jakarta untuk menjadi pendengarnya, maka FeMale Radio harus memiliki format siaran yang sesuai atau sengaja disesuaikan dengan personality dari para pendengar dan para calon pendengarnya. Program perbincangan (program diskusi) adalah program yang menampilkan satu atau beberapa orang untuk membahas topik tertentu. Menurut karakteristik program siarannya, program “Funtastic Female” ini termasuk ke dalam siaran karya artistik, yaitu program chat show karena program “Funtastic Female” menyajikan konsep feature personality dengan durasi satu jam, dimana di dalam siarannya akan lebih menekankan kepada presentasi penyiar dan tamu siarannya di dalam menyampaikan pesan kepada para pendengar dengan cara yang santai dan tidak terkesan menggurui, namun tetap terdengar serius dan menyenangkan. Program chat show merupakan salah satu program diskusi yang digemari oleh audience radio, hanya saja bagi sebagian besar masyarakat program chat show lebih dikenal dengan sebutan program talk show soft news. (Morissan, 2011:222) Ciri-ciri program chat show adalah topiknya tidak berdasarkan peristiwa yang sudah, sedang, atau pernah terjadi, topiknya tidak harus berisi berita atau informasi yang faktual (tidak harus fakta), berita atau informasinya bersifat tidak segera (timeless), konten program lebih menekankan pada detail dan presentasi,
5
berita atau informasi yang disampaikan sangat menekankan kepada segi human interest, laporannya bersifat mendalam, teknik penulisan naskahnya berbentuk piramida terbalik, dan termasuk di dalam kategori siaran karya artistik. (Morissan, 2011:222-223) Meskipun topik siarannya merupakan fakta dan pernah bahkan masih terjadi sampai dengan sekarang, tetapi sifat informasinya timeless dan mengandung human interest. Selain itu, konten programnya juga lebih menekankan pada presentasi penyiar dengan melakukan bincang-bincang mendalam, namun tetap terkesan santai dan ringan, dengan menghadirkan bintang tamu yang inspiratif di setiap edisi siarannya, dan tentunya program ini merupakan program siaran karya artistik. Berdasarkan ciri-ciri tersebut, sudah cukup menjelaskan bahwa program ”Funtastic Female” merupakan sebuah program chat show. Dalam mengerjakan sebuah project, sebuah institusi termasuk station radio harus membuat perencanaan untuk melaksanakan dan mengatur, sekaligus melakukan pengontrolan terhadap project-nya tersebut. Di dalam konteks media massa seperti radio, project tersebut biasanya berupa pembuatan atau pemroduksian program-program siaran. Menurut Mabruri di dalam bukunya yang berjudul “Manajemen Produksi Program Acara”, pembuatan sebuah acara berhubungan dengan pembuatan keputusan atas rancangan program, pengawasan produksi sebuah program, termasuk seluruh aktivitas atau proses untuk mewujudkan suatu program yang sesuai dengan kesepakatan yang telah disetujui. (Mabruri, 2013:20) Secara umum, langkahlangkah manajemen produksi meliputi merancang atau mendesain suatu program, merancang proses produksi program, merancang material program, menjadwalkan proses produksi program, membagi-bagi pekerjaan kepada kru, menyerahkan pekerjaan-pekerjaan tersebut kepada kru, mengontrol setiap progress yang ada, dan merevisi program. Namun, sebelum membuat program siaran dan memutuskan strategi apa yang akan digunakan di dalam setiap program siaran, ada baiknya sebuah station radio membuat perencanaannya terlebih dahulu. Menurut Mary Robins, “Perencanaan adalah suatu proses yang melibatkan penentuan sasaran dan tujuan organisasi dalam menyusun strategi menyeluruh untuk mencapai sasaran yang telah ditetapkan dan mengembangkan hierarki rencana secara komprehensif untuk mengintegrasikan dan mengoordinasikan kegiatan.” (Munir, 2006) Di dalam pembuatan konsep program ini pihak station radio juga memperhitungkan faktor yang menjadi tujuan yang akan dicapai, misalnya di dalam pembuatan konsep program “Funtastic Female”, pihak FeMale Radio melihat situasi yang terjadi pada perempuan, dimana perempuan
6
masih sering menjadi target dan objek dari perlakuan-perlakuan yang tidak menyenangkan, seperti adanya tindak kekerasan, pelecehan seksual dan pemerkosaan, penculikan dan perdagangan perempuan, dan lain sebagainya. (Suyanto, 2010:2-11) Berangkat dari hal tersebut dan sesuai dengan apa yang dikatakan oleh Rick Goings, selaku Chairman dan CEO Tupperware Brand, “Hebatnya perempuan Indonesia adalah mereka sukses bukan hanya untuk diri sendiri. Ketika mereka sudah sukses, maka perempuan Indonesia pun akan mengajak orang di sekitarnya untuk sukses juga mengikuti jejak dirinya” (Wardayati, 2013), sebagai station radio berbasis gender (radio perempuan), FeMale Radio harus mencari cara untuk mencegah sekaligus untuk mencari solusi terkait hal tersebut. Salah satu caranya adalah dengan membuat program pemberdayaan perempuan seperti “Funtastic Female” ini, yang mana nantinya melalui program ini FeMale Radio diharapkan mampu untuk membuat semua perempuan yang menjadi pendengarnya menjadi lebih percaya diri dan selalu berpikir serta bertindak positif di dalam situasi apapun yang sedang dihadapinya, dan harapan-harapan inilah yang sebenarnya juga sekaligus menjadi tujuan dari program “Funtastic Female”. Langkah selanjutnya yang harus dilakukan setelah membuat perencanaan program siaran dan satu langkah sebelum membuat sebuah program siaran adalah menyusun strategi, khususnya strategi di dalam penyusunan peta siar. Setelah itu, barulah pihak station dapat menempuh proses produksi. Proses produksi sebuah siaran radio itu sendiri terdiri dari tiga tahapan inti, yaitu tahap pra produksi (tahap awal yang harus dilakukan sebelum memroduksi sebuah program siaran), tahap produksi (tahap dimana seluruh kegiatan yang berhubungan dengan proses penyiaran program dilakukan), dan tahap pasca produksi (tahap dimana sebuah program siaran akan dievaluasi berdasarkan feedback pendengar serta hasil dari rating program yang telah diperoleh). Untuk memulai aktivitas siaran di sebuah radio siaran, langkah pertama yang penting dan harus dilakukan terlebih dahulu adalah menentukan format dari station radio tersebut. Pada tahap ini, proses penentuan format radio dimulai dari penentuan visi dan misi yang ingin dicapai, penentuan siapa target pendengar yang ingin dituju, dan pemahaman mengenai karakteristik pendengar yang ingin dituju tersebut melalui riset ilmiah untuk mengetahui apa saja kebutuhan dan keinginan, serta bagaimana perilaku sosiologis-psikologis mereka. Selain itu, positioning juga tidak kalah pentingnya karena positioning inilah yang nantinya akan membantu station radio untuk “menemui” target audience-nya dan menjadi trademark di benak para audience-nya.
7
Kemudian, ketika semua persyaratan umum tersebut terpenuhi, maka langkah selanjutnya yang harus dilakukan pada tahap pra produksi program adalah menentukan ide atau gagasan terkait program, menulis naskah (script) siaran, membentuk kerabat kerja, menyiapkan biaya produksi, menyiapkan kebutuhan administrasi, riset topik yang akan diangkat ke dalam program, tentukan penyiar, menentukan dan melengkapi kerabat kerja, dan membuat desain produksi program. Pada umumnya station radio memproduksi sendiri sebagian besar programnya. Biasanya, di dalam tahap produksi program, orang-orang yang berada di bawah divisi program, seperti produser, scriptwriter, music director, operator siar, manajer produksi, penyiar, dan news director lebih mempunyai peran penting demi suksesnya sebuah program, dibandingkan dengan divisi-divisi lainnya yang hanya berperan sebagai divisi pendukung saja. Seperti yang telah kita ketahui bahwa terdapat dua cara untuk menyiarkan program, yaitu live dan tapping. Keduanya mempunyai kesamaan di dalam proses pasca produksinya. Dalam tahapan ini, biasanya program yang sudah disiarkan, diberikan evaluasi berdasarkan hasil rating yang diperoleh setiap edisinya. Namun, pada program yang menggunakan cara penyiaran tapping, biasanya akan melalui tahapan mixing dan editing terlebih dahulu, sebelum akhirnya masuk ke dalam proses pengevaluasian program. METODE PENELITIAN Metode penelitian yang Peneliti gunakan di dalam penelitian ini adalah metode penelitian studi kasus (case study). Metode studi kasus (case study) ini secara umum juga dapat diartikan sebagai “Metode atau strategi penelitian dan sekaligus hasil dari suatu penelitian pada kasus tertentu.” (Salim, 2006:118) Berdasarkan pemilihan kasus penelitian yang Peneliti lakukan, Peneliti menggunakan instrumental case study karena Peneliti bukan hanya ingin mengetahui hakikat kasus tersebut, melainkan kasus ini juga dijadikan “sarana” untuk memahami hal lain di luar kasus, seperti misalnya untuk membuktikan suatu teori yang sebelumnya sudah ada. Teknik pengumpulan data yang Peneliti lakukan adalah melalui wawancara mendalam dan observasi guna memperoleh data secara langsung yang diperoleh dari sumber penelitian. Selain itu, untuk memperoleh data penunjang secara teoritis, Peneliti mengumpulkan buku-buku karangan ilmiah dan artikel-artikel yang berhubungan dengan masalah penelitian.
8
HASIL PENELITIAN Deskripsi Informan Untuk memperoleh data dan melengkapi penelitian ini, Peneliti melakukan wawancara mendalam dengan key informan dan informan. Adapun key informan penelitian ini adalah executive producer yang merangkap sebagai penyiar dari program “Funtastic Female”, dan dua orang informan yang terdiri dari program director FeMale Radio dan produser program “FeMale Your Morning Coffee”. Alasan Peneliti memilih key informan dan informan seperti yang tertulis di atas karena pada dasarnya merekalah (executive producer, producer, program director, dan penyiar) yang bertanggung jawab dan terlibat langsung di dalam proses produksi, mulai dari proses pra produksi, produksi, sampai dengan pasca produksi program “Funtastic Female”, program yang menjadi objek penelitian ini. Strategi FeMale Radio Sebagai sebuah station radio, FeMale Radio diharuskan untuk menentukan positioning-nya. Pada awal mula kemunculannya, Ia meng-claim bahwa dirinya adalah radio untuk perempuan dewasa yang modern, mapan, sudah berkeluarga, dan sudah memiliki anak. Namun, keadaan psikografi dari sebagian besar pendengarnya pada saat itu hanyalah perempuan dewasa yang menghabiskan waktu di rumah saja untuk mengurus anak, mengurus rumah, sambil menunggu suami pulang kerja. Maka dari itu, pada tahun 2002 FeMale Radio melakukan repositioning terhadap image yang selama ini melekat di benak masyarakat (pendengarnya) terhadapnya. Setelah membuat positioning yang baru, tentunya pihak FeMale Radio juga harus menyesuaikan konten (termasuk lagu-lagu yang akan diputarkan) untuk program-program siaran yang sudah ada, agar menjadi lebih menarik dalam rangka bersaing dengan radio-radio kompetitornya, untuk mendapatkan jumlah pendengar yang banyak. Namun, berapapun jumlah program siaran yang dimiliki oleh FeMale Radio, ia harus tetap setia dengan satu format utama yang khusus diperuntukkan untuk menarik perhatian dan minat para perempuan di Jakarta, sebagai main target atau target utamanya. Menurut hasil survey yang pernah FeMale Radio lakukan, ternyatara para pendengarnya lebih suka mendengarkan musik atau lagu-lagu yang diputarkan daripada mendengarkan penyiar bersiaran. Namun, tentunya peran penyiar juga tidak kalah pentingnya karena tidak ada esensi yang didapatkan dari sebuah program siaran radio tanpa penyiar yang bersiaran di sana, dan di dalam bersiaran, penyiar juga harus mempunyai personality yang pas dengan station radionya.
9
Sebagai station radio perempuan, konten-konten siaran yang terdapat di FeMale Radio tidak “lepas” dari persoalan keluarga dan pekerjaan, namun tidak lupa juga untuk membahas sesuatu yang berhubungan dengan kehidupan sosialnya. Untuk membuat sebuah program siaran menjadi menarik dan banyak didengarkan oleh pendengar, konten siar yang bagus di setiap program siaran ternyata tidaklah cukup. Adanya inovasi dan kreativitas dari divisi programming sangat diperlukan di sini.. Mulai akhir tahun 2013 lalu hingga sekarang, FeMale Radio menjalin kerjasama dengan Bluebird Group untuk menghadirkan kuis yang berhadiah voucher untuk pendengar FeMale Radio yang beruntung, yang menggunakan jasa dari taksi Bluebird. Selain mengadakan kuis, FeMale Radio juga melakukan promosi untuk “memperkenalkan” dirinya sekaligus untuk “melebarkan sayap”-nya di masyarakat, di tengah persaingan dengan banyaknya station-station radio yang ada. Selain itu, promosi juga dilakukan untuk mencari dan mendapatkan advertiser atau pengiklan. Sebagai station radio perempuan yang berformat Adult Contemporary, FeMale Radio harus mempunyai public affairs program yang mana program ini bertujuan untuk meng-encourage para pendengarnya, yang mayoritas adalah perempuan dewasa berusia 25 sampai dengan 39 tahun, dengan hal-hal yang inspiratif. Maka dari itu, dirancanglah sebuah woman empowerment program yang berjudul “Funtastic Female”, yang menghadirkan perempuan-perempuan hebat dan berprestasi di bidangnya masing-masing, yang mana nantinya mereka-mereka ini diharapkan mampu menginspirasi para pendengar FeMale Radio melalui cerita-cerita yang mereka bagikan selama bersiaran di program “Funtastic Female” ini. Iklan merupakan suatu elemen penting di dalam sebuah station radio karena iklanlah yang sebenarnya “memberi kehidupan” bagi station radio. Namun, penentuan siapa saja klien dan pengiklan hingga sampai ke pemasangan iklan di station radio tersebut juga harus disesuaikan dengan target audience-nya. Pada dasarnya, jika kita mendengarkan keseluruhan program siaran yang ada di FeMale Radio, dengan sendirinya kita sudah dapat merasakan strategi perencanan program apa saja yang digunakan. Namun, salah satu strategi yang dapat terlihat dengan jelas adalah dengan adanya dayparting, dimana FeMale Radio membagi program-program siarannya ke dalam empat bagian waktu (pagi, siang, sore, dan malam) untuk weekdays program dan satu bagian waktu untuk weekends program. Selain dayparting, FeMale Radio juga menggunakan theming, stripping, bridging, dan hotswitching sebagai strategi perencanan program terkait jam siarnya. Strategi
10
perencanaan program lainnya yang digunakan oleh FeMale Radio, yang mungkin berbeda dengan station-station radio kompetitornya adalah dengan membuat konten siaran yang lebih personal dan lebih related dengan perempuan-perempuan dewasa yang menjadi target audience-nya. Memang benar jika strategi yang telah Peneliti uraikan di atas, berdasarkan pernyataan dari para narasumber, adalah strategi yang dapat dirasakan langsung, baik bagi pendengar maupun bagi pihak FeMale Radio sendiri. Namun sebenarnya ada satu strategi lagi yang tidak boleh di lupakan, yaitu tagline station radio. Ternyata, sebuah tagline yang ada pada setiap station radio inilah yang benar-benar dapat membedakan satu station radio dengan station radio lainnya. Ide dan Konsep Program “Funtastic Female” Berlatarbelakang masalah diskriminasi gender, yang meliputi: kekerasan terhadap perempuan, pelecehan seksual dan pemerkosaan terhadap perempuan, pelacuran yang sengaja dilakukan oleh perempuan oleh karena alasan tertentu, penculikan yang berujung kepada perdagangan manusia, khususnya perempuan (women trafficking), dan lain sebagainya yang menimpa kaum perempuan membuat FeMale Radio, sebagai radio perempuan, tidak tinggal diam menanggapi kasus ini. Salah satu elemen terpenting di dalam sebuah station radio berformat Adult Contemporary, seperti FeMale Radio adalah public affairs. Public affairs dibentuk dengan tujuan untuk memberikan impact yang nyata sebagai pengaruh yang dapat dirasakan langsung oleh para pendengarnya setelah mendengarkan program tersebut. Public affairs ini juga lebih sering dikenal sebagai program pemberdayaan, dan di FeMale Radio public affairs ini dinamakan “Funtastic Female”. Pemilihan nama program ternyata ikut menentukan bagaimana program ini dikemas dan bagaimana kemasan program ini secara keseluruhan, termasuk juga output yang dihasilkan dari program ini ketika sudah menjadi sebuah produk komunikasi yang “dikonsumsi” oleh masyarakat. Setelah kuat dengan konsep dan strategi pemilihan nama program, langkah selanjutnya yang harus dilakukan FeMale Radio adalah menentukan tema program yang akan diangkat menjadi topik siaran, yang sekaligus menjadi kekuatan dan tujuan dari program “Funtastic Female”.
11
Tahapan dan Strategi Produksi Program “Funtastic Female” Proses dan Strategi Pra Produksi Progam “Funtastic Female” Proses pertama yang menjadi proses awal dalam pra produksi oleh tim “Funtastic Female”, khususnya bagi seorang produser, adalah menentukan siapa tamu siaran yang akan menjadi “Funtastic Female”, mem-booking orang tersebut, mengatur schedule atau jadwal kapan si tamu siaran ini akan bersiaran di “Funtastic Female”, serta menentukan ide untuk topik atau bahasan apa yang akan ditanyakan dan dibahas nantinya pada program tersebut. Mengingat program “Funtastic Female” ini adalah program feature personality, ide yang dijadikan bahan pertanyaan tentunya berdasarkan riset yang dilakukan melalui media cetak, media elektronik, dan atau wawancara langsung dengan orang-orang terdekat dengan tamu siaran tersebut. Setelah semua detail informasi yang diperlukan dan yang terkait dengan tamu siaran telah terkumpul, produser akan menuangkannya ke dalam sebuah rundown dan naskah siaran (script), yang biasanya berisi pertanyaan-pertanyaan yang berhubungan dengan tamu siaran, yang nantinya akan digunakan oleh penyiar sebagai materi siaran ketika proses produksi berlangsung. Dengan segmentasi pendengar yang mayoritas adalah perempuan berusia 25 tahun sampai dengan 39 tahun dan mengingat bahwa program “Funtastic Female” ini adalah program pemberdayaan perempuan (woman empowerment program), maka produser “Funtastic Female” dituntut untuk membuat konten siaran yang menarik bagi pendengarnya, sesuai dengan siapa tamu siarannya. Tidak ada nama segmen khusus dalam “Funtastic Female”, namun setiap tamu siaran diharuskan untuk menceritakan tentang penghargaan (achievements) yang telah Ia raih, keluarga, karir, passion, harapan-harapan, dan secret of happiness mereka. Setelah itu, tahap selanjutnya yang dilakukan oleh produser adalah membuat sebuah naskah siaran. Naskah siaran dibuat dalam bentuk poin-poin penting yang harus disampaikan oleh penyiar. Selain itu, di dalam naskah siaran juga terdapat pertanyaan-pertanyaan yang harus ditanyakan penyiar kepada tamu siarannya. Melihat proses pra produksi yang dilakukan oleh tim program “Funtastic Female”, kekuatannya terletak pada pesan-pesan (messages) positif yang akan disampaikan oleh setiap tamu siaran yang diundang karena setiap cerita yang nantinya dibagikan oleh tamu siaran diharapkan mampu menjadi acuan dan inspirasi bagi perempuan-perempuan yang mendengarkan program “Funtastic Female” ini untuk mengubah pola pikir atau mindset mereka menjadi positif, serta diharapkan pula setelah mendengarkan program “Funtastic Female” ini para perempuan
12
dapat melakukan suatu hal yang positif, yang bermanfaat untuk lingkungan sekitarnya, termasuk untuk sesama. Namun, ada kelemahan yang terletak pada idealism penyiar di dalam mengeksekusi topik siaran yang telah ditentukan oleh tim. Terkadang, penyiar berpendapat bahwa topik bahasan yang telah dibuat oleh tim kurang sesuai, sehingga tim harus mengubah kembali naskah yang telah dibuat dalam waktu singkat. Akhirnya, topik yang nantinya akan dibahas dengan tamu siaran menjadi kurang mendalam. Proses dan Strategi Produksi Program “Funtastic Female” Di dalam proses produksi ini, tim program “Funtastic Female” bekerjasama untuk melakukan eksekusi atas apa yang telah direncanakan dan dilakukan pada proses sebelumnya, yaitu proses pra produksi. Terlepas dari apa yang sudah dilakukan pada proses pra produksi tersebut, pada dasarnya proses produksi ini dapat dilakukan dengan dua cara, yaitu live dan tapping. Dalam tahap produksi ini penyiar menggunakan naskah siaran (script) berisi pertanyaanpertanyaan yang harus ditanyakan kepada tamu siaran, yang telah dibuat oleh produser pada proses pra produksi tadi sebagai panduan siaran. Tentunya dalam proses ini, penyiar harus dapat bersiaran dengan gaya siaran yang sesuai dengan siapa tamu siarannya, harus sesuai juga dengan apa angle cerita menarik yang diambil sebagai inti cerita utama tamu siaran, dan juga gaya siaran tersebut haruslah disesuaikan dengan target audience FeMale Radio. Oleh karena di dalam pengerjaan proses produksi ini dibutuhkan kerjasama tim yang solid, maka ketika penyiar sudah mulai bersiaran dengan tamu siarannya, tim program “Funtastic Female”, khususnya produser dan program director, berkewajiban untuk menjaga kualitas keseluruhan program siaran “Funtastic Female” ini dengan bantuan operator siar dan scriptwriter agar output yang dihasilkan berkualitas baik, tidak terdapat noise atau gangguan teknis. Strategi yang dilakuan penyiar “Funtastic Female” dalam tahap produksi adalah dengan memiliki karakteristik yang sama atau minimal mirip dengan karakteristik yang dimiliki oleh target audience-nya. Hal ini perlu diperhatikan oleh penyiar agar pesan (message) yang nantinya disampaikan akan tersampaikan dengan baik kepada pendengar dan dapat menjadi daya tarik tersendiri bagi yang mendengarkannya. Dari pernyataan di atas dapat dikatakan bahwa karakteristik gaya siaran harus dimiliki oleh penyiar “Funtastic Female”. Gaya siaran itulah yang nantinya akan menjadi air personality dari penyiar tersebut karena dengan begitu, penyiar akan terdengar friendly di telinga para pendengar dan penyiar pun akan dikenal baik oleh para pendengarnya. Selain gaya bersiaran, Peneliti menemukan hal menarik terkait strategi proses
13
produksi khususnya strategi penulisan naskah siaran. Ternyata di dalam naskah siaran juga terdapat kejutan-kejutan yang sengaja dirancang oleh tim program “Funtastic Female” dan Peneliti juga menemukan bahwa alasan penentuan jam siar juga ikut menjadi salah satu strategi kesuksesan dari produksi program “Funtastic Female”. Jadi menurut Peneliti, kekuatan yang ada di dalam proses produksi program “Funtastic Female” terletak pada gaya bersiaran penyiar, kejutan yang tim program rancang, dan peletakan jam siar yang tepat. Sedangkan kelemahan yang ada pada proses produksi ini adalah ketika mengundang tamu siaran yang ternyata kurang bahkan tidak kooperatif pada saat melakukan siaran bersama penyiar “Funtastic Female”. Hal ini menyebabkan penyiar kurang maksimal dalam membawakan program sehingga output siaran menjadi kurang menarik. Proses dan Strategi Pasca Produksi Program “Funtastic Female” Jika program “Funtastic Female” bersiaran secara live, maka di dalam proses terakhir pada tahapan produksi ini adalah evaluasi program. Evaluasi program ini tidak saja dilakukan pada setiap akhir acara, namun pada setiap break siaran atau pada saat lagu-lagu dan iklan-iklan diputarkan. Di dalam pengevaluasian program ini tim membahas mengenai hasil siaran, dengan tujuan agar hal-hal yang tidak diinginkan pada hasil siaran tersebut tidak terulang kembali pada proses produksi selanjutnya. Lain halnya jika program “Funtastic Female” ini bersiaran secara tapping. Dalam tahap pasca produksi ini tim “Funtastic Female” melakukan proses editing terlebih dahulu oleh operator siar, dimana wawancara antara penyiar dan tamu siarannya yang sudah direkam tersebut dipercantik dengan adanya penambahan sound effect dan lagu-lagu, serta sudah ada “penghalusan” audio dari segi cutting suara dan movement dari bagian satu ke bagian lainnya. Selain evaluasi program dan proses editing, tim “Funtastic Female” juga melakukan rapat besar mingguan yang diadakan setiap hari Senin pukul 10.00 WIB, yang dihadiri oleh seluruh manajemen station, di ruang rapat. Di dalam rapat besar tersebut, program “Funtastic Female” akan dibahas satu per satu mulai dari pengevaluasian ulang program sampai pembahasan mengenai rating dan share yang diperoleh. Selain itu, biasanya tim “Funtastic Female” juga membahas mengenai inovasi-inovasi apa saja yang akan mereka buat, yang dapat menjadikan program “Funtastic Female” ini selalu terdengar fresh dan berbeda di setiap episodenya, dengan tujuan agar dapat menjaring lebih banyak lagi pendengar untuk FeMale Radio.
14
Pada tahap terakhir, strategi yang dilakukan oleh tim “Funtastic Female” adalah dengan menganalisis komponen S.W.O.T dan melakukan proses editing, ketika program tersebut diproduksi dengan cara tapping. Peneliti setuju dengan apa yang dilakukan tim program “Funtastic Female”, bahwa dengan cara menganalisis komponen S.W.O.T, saling bertukar pikiran, dan saling memberikan feedback antar sesama anggota tim melalui evaluasi program akan membuat program “Funtastic Female” menjadi lebih baik dari episode ke episode. Sedangkan kelemahan yang ada pada proses pasca produksi ini adalah terkadang ada anggota dari tim program “Funtastic Female” yang memiliki kesibukan lain pada saat dan atau setelah melakukan proses produksi. Hasilnya, pelaksanaan evaluasi program tidak dapat berjalan dengan maksimal. Hal inilah yang dapat menjadi sebuah ancaman untuk program “Funtastic Female” ketika nantinya ada anggota tim yang melakukan kesalahan yang sama pada proses produksi “Funtastic Female” di kemudian waktu karena ketidaktahuannya akan kesalahan yang sudah terjadi pada proses produksi sebelumnya. Strategi Eksistensi Program “Funtastic Female” Strategi penting yang harus dilakukan oleh tim program “Funtastic Female” untuk menjaga eksistensi program dan loyalitas pendengarnya adalah dengan menjaga kekonsistenan program. Selain menjaga kekonsistenan program, melakukan renewable dengan mencari inovasi-inovasi baru terhadap packaging dan konten program “Funtastic Female” juga penting. Hal ini dilakukan oleh FeMale Radio dengan tujuan untuk memperbaiki kualitas programnya. Selain itu, FeMale Radio juga melakukan kegiatan promosi yang dilakukan melalui berbagai media, baik media cetak ataupun social media, dan membuat program off-air dari “Funtastic Female”. KESIMPULAN DAN SARAN Kesimpulan Berdasarkan hasil penelitian yang Peneliti lakukan melaui observasi, wawancara, komunikasi via e-mail, dan website, dapat Peneliti simpulkan bahwa proses produksi program “Funtastic Female” berlangsung dengan baik dan strategi program yang digunakan oleh FeMale Radio untuk program “Funtastic Female” sebagai program pemberdayaan perempuan juga sudah dapat dikatakan berhasil. Selain itu, strategi untuk menjaga eksistensi program yang dilakukan oleh FeMale Radio dengan cara menjaga konsistensi program, melakukan renewable terhadap packaging dan konten program “Funtastic Female”, melakukan kegiatan promosi melalui
15
berbagai media, dan membuat program off-air dari “Funtastic Female” juga dapat Peneliti katakan berhasil. Saran Berdasarkan hasil penelitian yang Peneliti lakukan melalui observasi dan wawancara, terdapat beberapa saran yang dapat Peneliti berikan kepada pihak station radio terkait penelitian ini, yaitu tim program “Funtastic Female” diharapkan untuk tetap mempertahankan strategi-strategi produksi yang ada demi menjaga eksistensi program “Funtastic Female” di tengah maraknya persaingan dengan stationstation radio kompetitor, melakukan riset dan pendekatan dengan setiap tamu siaran “Funtastic Female” pada saat proses pra produksi dan produksi. Hal ini bertujuan untuk menghindari terjadinya situasi yang awkward atau situasi yang tidak nyaman, yang terjadi antara penyiar dan tamu siarannya, dan sebaiknya produser program dan tim program selalu melakukan riset terkait siapapun tamu siaran “Funtastic Female” dan terkait topik yang nantinya akan dibahas pada siaran program “Funtastic Female”, serta mendiskusikan topik atau bahasan tersebut dengan penyiar sebelum siaran dimulai. Selain itu, Peneliti juga ingin memberikan saran kepada peneliti selanjutnya yang akan meneliti permasalahan ini, yaitu peneliti selanjutnya diharapkan untuk dapat membandingkan dua atau lebih strategi dari program yang serupa, yang terdapat di dua atau lebih station radio. Hal ini bertujuan untuk membandingkan dan memperlihatkan dari sekian banyaknya program serupa dari radio yang berbeda, program dari station radio mana yang mempunyai strategi produksi yang paling baik dan yang paling berhasil membawa programnya ke puncak persaingan program dan mengurus segala sesuatu yang berhubungan dengan perizinan observasi dan wawancara, termasuk menghubungi key informan dan informan penelitian serta perizinan untuk mencari data, dari jauh-jauh hari untuk menghindari terjadinya pembagian waktu yang saling berbenturan antara key informan dan informan penelitian dengan Peneliti.
16
DAFTAR PUSTAKA Buku Mabruri, A. (2013). Manajemen Produksi Program Acara TV. Jakarta: Grasindo. Mc.Quail, D. (2011). Mc.Quail's Mass Communication Theory. Jakarta: Salemba Humanika Morissan. (2011). Manajemen Media Penyiaran: Strategi Mengelola Radio & Televisi. Jakarta: Kencana.
Munir, M. (2006). Manajemen Program. Jakarta: Prenada Media. Suyanto, B. (2010). Masalah Sosial Anak. Jakarta: Kencana. Websites Swasono, M. H. (2008, Mei 8). Potret Kebangkitan Perempuan Indonesia. Retrieved Maret 11, 2013, from Kementrian Sekretariat Negara Republik Indonesia: http://www.setneg.go.id/index.php?option=com_content&task=view&id=2260&Itemid=21 9 Wardayati, T. (2013, November 12). Status Finansial Meningkat, Naik Pula Kepercayaan Diri Wanita. Retrieved Desember 20, 2013, from National Geographic Indonesia: http://nationalgeographic.co.id/berita/2013/11/status-finansial-meningkat-naik-pulaconfidence-wanita