STRATEGI PENINGKATAN KINERJA GURU SMA SWASTA KOTA PEKANBARU
MURNIATI
SEKOLAH PASCASARJANA INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2013
PERNYATAAN MENGENAI TESIS DAN SUMBER INFORMASI SERTA PELIMPAHAN HAK CIPTA Dengan ini saya menyatakan bahwa tesis berjudul Strategi Peningkatan Kinerja Guru SMA Swasta Kota Pekanbaru adalah benar karya saya dengan arahan dari komisi pembimbing dan belum diajukan dalam bentuk apa pun kepada perguruan tinggi mana pun. Sumber informasi yang berasal atau dikutip dari karya yang diterbitkan maupun tidak diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam teks dan dicantumkan dalam Daftar Pustaka di bagian akhir tesis ini. Dengan ini saya melimpahkan hak cipta dari karya tulis saya kepada Institut Pertanian Bogor. Bogor, Juni 2013 Murniaiti NIM H251110241
RINGKASAN MURNIATI. Strategi Peningkatan Kinerja Guru SMA Swasta Kota Pekanbaru. Dibimbing oleh M. SYAMSUL MAARIF dan SUKISWO DIRDJOSUPARTO. Profesi guru merupakan salah satu profesi penting dalam pembangunan nasional khususnya dalam pembangunan pendidikan. Tuntutan perkembangan masyarakat dan era globalisasi menyebabkan guru menjadi sorotan utama dalam pembangunan pendidikan. Guru dituntut profesional dalam melaksanakan tugasnya agar dapat menghasilkan kinerja optimal. Guru profesional adalah guru yang menguasai empat kompetensi yang harus dimiliki guru. Kompetensi guru tersebut adalah kompetensi pedagogik, profesional, kepribadian dan sosial. Kinerja guru optimal dapat tercapai, apabila guru memiliki profesionalisme dan adanya strategi yang tepat yang ditetapkan untuk mencapai peningkatan kinerja guru optimal. Dalam rangka mencapai kinerja guru optimal pada SMA Swasta Kota Pekanbaru, masih ada sejumlah permasalahan yang dihadapi oleh SMA Swasta Kota Pekanbaru dan Dinas Pendidikan kota Pekanbaru terkait kinerja guru. Permasalahan tersebut antara lain adalah belum semua guru optimal dalam menguasai kompetensi guru terutama kompetensi profesional dan pedagogik, hal ini disebabkan masih ada guru yang belum begitu mampu mengembangkan kurikulum kedalam bentuk silabus dan rencana pelaksanaan pembelajaran. Belum semua sekolah memiliki sarana dan prasarana yang telah memadai, sarana dan prasarana sebagai penunjang keberhasilan terlaksananya proses pembelajaran berkualitas masih terbatas. Persoalan kesejahteraan guru, pengawasan/pemantauan kepala sekolah terutama dalam pelaksanaan supervisi perlu lebih ditingkatkan dan lebih diefektifkan. Demikian juga dengan pengembangan profesi guru, masih ada guru belum mampu mengembangkan profesinya melalui karya tulis ilmiah, mereview buku-buku mata pelajaran dan karya seni. Berdasarkan kondisi ini, maka SMA Swasta Kota Pekanbaru perlu meningkatkan kinerja gurunya agar tercapai sekolah yang berkualitas yang menghasilkan lulusan yang unggul dan berprestasi sesuai dengan yang diharapkan. Tujuan penelitian ini adalah mengkaji strategi peningkatan kinerja guru yang sesuai untuk diterapkan pada SMA Swasta Kota Pekanbaru dan merumuskan alternatif strategi peningkatan kinerja guru yang sesuai untuk diterapkan pada SMA Swasta Kota Pekanbaru. Penelitian ini dilaksanakan pada guru SMA Swasta Kota Pekanbaru. Analisis data pada penelitian ini menggunakan metode AHP (Analytical Hierarchy Proses) dengan menggunakan software Expert Choice 2000. Dari hasil analisis yang dilakukan dapat disimpulkan bahwa dalam rangka peningkatan kinerja guru SMA Swasta Kota Pekanbaru, alternatif strategi yang menjadi prioritas dan sesuai diterapkan bagi tercapainya peningkatan kinerja guru optimal pada SMA Swasta Kota Pekanbaru adalah: pengoptimalan fungsi kepemimpinan kepala sekolah dengan ketersediaan sarana prasarana pendukung yang memadai, memperhatikan faktor utama yang berpengaruh dan menjadi prioritas dalam rangka peningkatan kinerja guru SMA Swasta Kota Pekanbaru yaitu faktor kompetensi profesional dan pedagogik, dan aktor yang paling prioritas terlibat dan berpengaruh bagi peningkatan kinerja guru yaitu kepala sekolah dan guru, serta tujuan utama yang menjadi prioritas dari
peningkatan kinerja guru yaitu meningkatkan kualitas proses pembelajaran. Implikasi manajerial yang dapat dilaksanakan SMA Swasta ataupun Yayasan yang menaungi dan Dinas Pendidikan Kota Pekanbaru dalam rangka peningkatan kinerja guru SMA Swasta Kota Pekanbaru adalah sebagai berikut: (1) memilih dan mengangkat kepala sekolah dengan selektif yang memiliki kemampuan manajerial dan kepemimpinan terutama kemampuan yang berkaitan dengan supervisor, motivator dan manajer, hal ini dikarenakan berat dan kompleksnya beban tugas yang harus dilaksanakan kepala sekolah dalam menjalankan tugasnya di era globalisasi yang diikuti dengan pesatnya perkembangan teknologi informasi dan komunikasi, (2) meningkatkan kompetensi guru terutama kompetensi profesional dan pedagogik, (3) meningkatkan kualitas proses pembelajaran untuk mewujudkan lulusan yang bermutu, (4) menerapkan strategi utama dalam meningkatkan kinerja gurunya yakni pengoptimalan fungsi kepemimpinan kepala sekolah disertai penyediaan sarana dan prasarana yang memadai. Kata kunci: AHP, kinerja guru, strategi
SUMMARY MURNIATI. Strategy for Performance Improvement of Private Senior High School Teacher in Pekanbaru. Supervised by M. SYAMSUL MAARIF and SUKISWO DIRDJOSUPARTO. Teacher profession is one of important professions in national development especially in education development. The demand of society developing and changing era of globalization causes the teacher to be a mainly focus in development education. Teacher should be professional in doing his job in order to provide optimal performance. Professional teacher is teacher who masters the four competencies which he/she should have. Teacher’s competencies are include pedagogy, professional, personality and social competence. The optimal teacher performance can be achieved, if the teacher has professionalism and an appropriate strategy which is set out to achieve optimal teacher performance improvement. In order to achieve optimal teacher performance at the private high schools in Pekanbaru, there are still a number of problems faced by the private high schools and Depatrment of Education Office in Pekanbaru which are related to teacher performance. The problems are as follows: there are still teachers have not mastered yet the teacher’s competencies optimally, especially pedagogical and professional competence, it is because there are still teachers who are not so able yet to develop curriculum which is often changed into a syllabus and lesson plan form; it is not all schools have yet complete facilities and infrastructure to support the successful implementation of quailified learning process, they are still limited; the issue of teachers' welfare and supervision/monitoring of the school principal, especially in the implementation of supervision should be improved and carried out for all teachers. Teacher professional development is not implemented yet by all teachers, it can be done by scientific papers, reviewing books and art subjects. However, it is not all teachers have a capability to do it yet. Based on this situation, the private senior high schools in Pekanbaru should improve their teachers’ performance in order to achieve qualified shools which produces qualified and excellent graduates. The aims of this study are to analyze or review strategies for improving teacher performance which are appropriate to be implemented to private senior high schools in Pekanbaru and formulate alternative strategies for improving teacher performance which are appropriate to be implemented to private senior high schools in Pekanbaru. This research was carried out at private senior high schools teacher in Pekanbaru. This research method used AHP Model (Analytical Hierarchy Process) with software of Expert Choice 2000 as an approach to look at the structure and priority strategy alternative. The results showed that the priority strategies for improving teacher performance which are appropriate to be implemented to private senior high schools in Pekanbaru were to optimize the function of school principles leadership with supported by complete learning facility. The main factors affecting the improvement of teacher performance of private senior high schools in Pekanbaru were professional and pedagogic competence in which both of them were very important and related to learning process activity. The main actors who had important role for improving teacher performance were school principal and teacher himself. School principal focused
on leadership function while teacher focused on his qualified learning activity. The main priority goal which was wanted to be achieved was to improve the qualified learning process. The qualified learning process will be achieved if the teacher has optimal performance. The qualified learning process produces qualified learning. The managerial implications that can be implemented by private high schools or their foundations and Department of Education Office in Pekanbaru in order to improve the performance of private high school teachers in Pekanbaru are select and appoint the school principals whose capability in managerial and leadership skills, especially on skills which are related to supervisor, motivator and manager, this is because of the weight and complexity of the tasks which should be carried out by the school principals in the era of globalization followed by the rapid development of information and communication technology; improve teacher competencies, mainly professional and pedagogical competence; improve the quality of the learning process to achieve qualified graduates; and implement the priority strategies of improvement of teacher performance by optimizing the functions of principal leadership with providing the complete learning facilities. Keywords: AHP, teacher performance, strategy
© Hak Cipta Milik IPB, Tahun 2013 Hak Cipta Dilindungi Undang-Undang Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan atau menyebutkan sumbernya. Pengutipan hanya untuk kepentingan pendidikan, penelitian, penulisan karya ilmiah, penyusunan laporan, penulisan kritik, atau tinjauan suatu masalah; dan pengutipan tersebut tidak merugikan kepentingan IPB Dilarang mengumumkan dan memperbanyak sebagian atau seluruh karya tulis ini dalam bentuk apa pun tanpa izin IPB
STRATEGI PENINGKATAN KINERJA GURU SMA SWASTA KOTA PEKANBARU
MURNIATI
Tesis sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Magister Sains pada Program Studi Ilmu Manajemen
SEKOLAH PASCASARJANA INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2013
2
Penguji luar komisi pada ujian tesis : Dr. Ir. Anggraini Sukmawati, MM
Judul Tesis : Strategi Peningkatan Kinerja Guru SMA Swasta Kota Pekanbaru Nama : Mumiati NIM : H251110241
Disetujui oleh Komisi Pembimbing
,
Prof Dr Ir M. S
Dr Drs Sukiswo Dirdjosuparto Anggota
Ketua
Diketahui oleh
Ketua Program Studi Ilmu Manajemen
Dr Ir Abdul Kohar Irwanto, MSc
Tanggal Ujian: 17 Juni 2013
Tanggal Lulus:
2 9 JUl 2m3
3 Judul Tesis : Strategi Peningkatan Kinerja Guru SMA Swasta Kota Pekanbaru Nama : Murniati NIM : H251110241
Disetujui oleh Komisi Pembimbing
Prof Dr Ir M. Syamsul Ma’arif, M.Eng Dipl.Ing, DEA Ketua
Dr Drs Sukiswo Dirdjosuparto Anggota
Diketahui oleh
Ketua Program Studi Ilmu Manajemen
Dekan Sekolah Pascasarjana
Dr Ir Abdul Kohar Irwanto, MSc
Dr Ir Dahrul Syah, MScAgr
Tanggal Ujian: 17 Juni 2013
Tanggal Lulus:
4
PRAKATA Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Allah Subhanahu Wa Ta’ala atas segala karunia-Nya sehingga karya ilmiah ini berhasil diselesaikan. Tema yang dipilih dalam penelitian yang dilaksanakan sejak bulan November 2012 ini ialah Kinerja Guru, dengan judul Strategi Peningkatan Kinerja Guru SMA Swasta Kota Pekanbaru. Terima kasih sebesar-besarnya penulis ucapkan kepada Bapak Prof Dr Ir M. Syamsul Ma’arif, M Eng Dipl Ing DEA dan Bapak Dr Drs Sukiswo Didjosuparto selaku pembimbing, Dr Ir Anggraini Sukmawati, MM sebagai penguji luar komisi pada ujian tesis penulis pada tanggal 17 Juni 2013. Penghargaan penulis sampaikan kepada Bapak Kepala Dinas Pendidikan Provinsi Riau dan Kepala Dinas Pendidikan Kota Pekanbaru yang telah memberi izin penulis untuk dapat mengikuti tugas belajar sehingga penulis berkesempatan menambah pendidikan ke jenjang yang lebih tinggi. Disamping itu, penghargaan juga penulis sampaikan kepada seluruh Bapak/Ibu dosen beserta staf Program Studi Ilmu Manajemen IPB dan seluruh staf perpustakaan yang telah memberi ilmu dan pengalaman yang berguna serta kemudahan selama menempuh studi. Ucapan terima kasih sebesarbesarnya juga penulis sampaikan kepada Bapak Ketua PGRI Provinsi Riau, Bapak Koordinator Pengawas, Bapak Ibu para pengawas SMA, Bapak Kepala Bidang SMA Dinas Pendidikan Kota Pekanbaru beserta staf dan Ketua MKKS, Kepala sekolah, serta guru-guru SMA Swasta Kota Pekanbaru yang telah berpartisipasi sebagai narasumber, pakar dan memberi banyak saran, informasi serta data yang dibutuhkan dalam penelitian ini. Ucapan terima kasih juga disampaikan kepada seluruh teman-teman pada Program Studi Ilmu manajemen, dan para sahabat yang selalu mendukung dengan doanya. Ungkapan terimakasih juga penulis sampaikan kepada orangtua, seluruh keluarga, suami dan anak-anak yang penulis cintai dan sayangi yang dengan ikhlas selalu mendukung dengan doa dan kasih sayangnya. Semoga ini menjadi buah karya yang dapat menjadi motivator bagi kalian untuk terus bersemangat menuntut ilmu setinggi-tinginya. Semoga karya ilmiah ini bermanfaat bagi penulis, kemajuan SMA Swasta Kota Pekanbaru dan masyarakat luas.
Bogor, Juni 2013 Murniati
5
DAFTAR ISI DAFTAR TABEL DAFTAR GAMBAR DAFTAR LAMPIRAN 1
PENDAHULUAN Latar Belakang Perumusan Masalah Tujuan Penelitian Manfaat Penelitian Ruang Lingkup Penelitian Penelitian Terdahulu
1 2 3 3 3 3 3
2
METODE PENELITIAN Kerangka Pemikiran Proses Penyusunan Hirarki Lokasi dan Waktu Penelitian Jenis dan Sumber Data Metode Pemilihan Pakar Metode Pengumpulan Data Metode Analisis Data
4 4 6 7 7 7 7 7
3
HASIL DAN PEMBAHASAN Gambaran Umum SMA Swasta Kota Pekanbaru Perumusan Struktur Hirarki Strategi Peningkatan Kinerja Guru SMA Swasta Kota Pekanbaru Analisis Faktor-Faktor Penyusun Hirarki Peningkatan Kinerja Guru SMA Swasta Kota Pekanbaru Aktor-Aktor Yang Berpengaruh dan Berperan Dalam Peningkatan Kinerja Guru SMA Swasta Kota Pekanbaru Tujuan Strategi Peningkatan Kinerja Guru SMA Swasta Kota Pekanbaru Alternatif Strategi Peningkatan Kinerja Guru SMA Swasta Kota Pekanbaru Analisis Hasil Wawancara Tidak Terstruktur Analisis Hasil Pengolahan Proses Hirarki Pengolahan Vertikal Unsur Faktor Terhadap Fokus Utama Unsur Aktor Terhadap Fokus Utama Unsur Tujuan Terhadap Fokus Utama Unsur Alternatif Strategi Terhadap Fokus Utama Pengolahan Horizontal Unsur Aktor Terhadap Faktor Unsur Tujuan Terhadap Aktor Unsur Alternatif Strategi Terhadap Tujuan
10 10 10 12 13 15 15 17 18 18 19 21 22 22 26 26 28 29
6 DAFTAR ISI (lanjutan)
4
Implikasi Manajerial
30
SIMPULAN DAN SARAN
31
DAFTAR PUSTAKA
32
LAMPIRAN
36
RIWAYAT HIDUP PENULIS
58
7
DAFTAR TABEL 1 2 3 4 5 6 7
Bobot dan prioritas faktor terhadap fokus utama Bobot dan prioritas aktor terhadap fokus utama Bobot dan prioritas tujuan terhadap fokus utama Bobot dan prioritas alternatif strategi terhadap fokus utama Bobot pengolahan horizontal unsur aktor terhadap unsur faktor Bobot pengolahan horizontal unsur tujuan terhadap unsur actor Bobot pengolahan horizontal unsur alternatif terhadap tujuan
19 21 22 23 27 28
DAFTAR GAMBAR 1 2 3 4 5 6
Kerangka pemikiran penelitian Struktur hirarki AHP Langkah-langkah penggunaan AHP Struktur hirarki AHP strategi peningkatan kinerja guru Struktur hirarki AHP hasil pengolahan vertikal Hasil sintesis alternatif strategi terhadap fokus utama
5 6 9 11 19 26
DAFTAR LAMPIRAN 1
4 5 6
Tabel persentase kelayakan mengajar kepala sekolah dan guru menurut jenjang pendidikan Gambar perbandingan kompetensi gambar perbandingan kompetensi pedagogik dan profesional guru menurut madrasah dan sekolah Sepuluh besar provinsi yang memiliki nilai rata-rata UKA tertinggi dan dan lima provinsi yang nilai UKA terendah. Tabel Rekapitulasi nilai kinerja guru SMA Swasta Kota Pekanbaru Tabel data jumlah guru SMA Swasta Pekanbaru tahun 2011-2012 Kuisioner penelitian
39 41 42
7 8
Hasil kombinasi pengolahan vertikal AHP Riwayat hidup
56 58
2 3
36 37 38
1
1 PENDAHULUAN
Guru mempunyai fungsi dan peran strategis dalam pembangunan nasional dibidang pendidikan. Undang-Undang Guru dan Dosen (UUGD) Nomor 14 Tahun 2005 Bab 1 Pasal 1 menyatakan bahwa guru adalah pendidik profesional dengan tugas utama mendidik, mengajar, membimbing, mengarahkan, melatih, menilai dan mengevaluasi peserta didik pada pendidikan anak usia dini jalur pendidikan formal, pendidikan dasar, dan pendidikan menengah. Dalam melaksanakan tugas keprofesionalannya, guru berkewajiban: (1) membuat perencanaan pembelajaran, melaksanakan proses pembelajaran yang bermutu, menilai dan mengevaluasi hasil pembelajaran, (2) meningkatkan dan mengembangkan kualifikasi akademik dan kompetensi secara terus menerus dan sistematis sejalan dengan perkembangan ilmu pengetahuan, teknologi, dan seni (Kemendiknas 2005). Untuk mengevaluasi tingkat keberhasilan guru dalam melaksanakan tugas fungsionalnya berdasarkan standar kerja yang telah dicapai, maka dilakukan penilaian kinerja guru (Barnawi dan Arifin 2012). Menurut Hasibuan (2005) kinerja adalah suatu hasil kerja yang dicapai seseorang dalam melaksanakan tugas-tugas yang dibebankan kepadanya yang didasarkan atas kecakapan, pengalaman dan kesungguhan serta waktu. Berdasarkan pengertian kinerja ini, maka kinerja guru adalah hasil kerja yang dicapai oleh guru dalam melaksanakan tugas yang dibebankan kepadanya berdasarkan kecakapan, pengalaman yang dimiliki dan dalam waktu tertentu. Selanjutnya Barnawi dan Arifin menjelaskan bahwa kinerja guru dapat dilihat dan diukur berdasarkan spesipikasi kompetensi yang harus dimiliki oleh setiap guru. Kompetensi yang harus dimiliki oleh seorang guru adalah kompetensi pedagogik, profesional, kepribadian dan sosial (Kemendiknas 2005). Guru dituntut untuk melaksanakan tugasnya secara profesional. Guru profesional adalah guru yang menguasai keempat kompetensi yang harus dimiliki (Safitri et al. 2013). Dalam mencapai kinerja guru optimal masih ada permasalahan yang dihadapi yaitu masih ada 20,30% guru SMA Swasta yang tidak layak mengajar (Kemendiknas 2006). Belum semua guru menguasai kompetensi pedagogik dan profesional secara maksimal, sebagaimana laporan BSNP (2009) menyebutkan bahwa guru yang telah menguasai kompetensi pedagogik sebanyak 42%, kompetensi profesional sebanyak 39%, kompetensi kepribadian sebanyak 76%, dan kompetensi sosial sebanyak 75%. Jika dicermati, jumlah guru dalam penguasaan kompetensi pedagogik dan kompetensi profesional masih berada dibawah 50%. Hal ini dapat diartikan bahwa guru belum bekerja secara profesional sehingga kinerja guru belum maksimal. Demikian juga dengan penelitian Setiawan dan Ningsih (2010) yang menunjukkan bahwa pengaruh pemberian sertifikat pendidik terhadap kinerja guru lemah dan tidak begitu signifikan. Kinerja guru yang bersertifikat di MAN 1 Purwokerto masih belum menunjukkan kinerja yang optimal. Selanjutnya nilai uji kompetensi guru tahun 2012 secara nasional masih rendah, dengan nilai rata-rata yaitu 42,25. Nilai tertinggi 97,00 dan nilai terendah 1,00 (Akuntono 2012). Hasil rata-rata UKA (uji kompetensi awal) tersebut mencakup seluruh peserta (guru) dari jenjang TK sampai jenjang SMA.
2
Latar Belakang Permasalahan yang dihadapi Depdiknas seperti tersebut di atas, tidak jauh berbeda dengan permasalahan yang dihadapi Dinas Pendidikan Kota Pekanbaru khususnya terkait kinerja guru SMA Swasta Kota Pekanbaru. Berdasarkan survei pendahuluan yang dilakukan mengenai kinerja guru SMA Swasta Kota Pekanbaru dengan wawancara langsung dengan beberapa pengawas SMA Dinas Pendidikan Kota Pekanbaru, menyatakan bahwa permasalahan yang dihadapi dalam rangka peningkatan kinerja guru SMA Swasta Kota Pekanbaru adalah: (1) belum semua guru mampu membuat perangkat pembelajaran seperti silabus dan RPP (rencana pelaksanaan pembelajaran), artinya belum semua guru mampu mengembangkan kurikulum kedalam bentuk silabus dan RPP, masih ada guru belum mandiri dan mengkopi paste dari internet atau dari teman sejawat. Silabus dan RPP yang dibuat belum sesuai dengan ketentuan/indikator kinerja guru (2) dalam proses pembelajaran masih ada guru menggunakan metode pembelajaran konvensional, belum maksimal menggunakan metode pembelajaran yang bervariasi dan inovatif/kontekstual sebagaimana yang dituntut oleh kurikulum, (3) belum semua guru maksimal menggunakan alat peraga dan media pembelajaran seperti: komputer dan infokus dikarenakan keterbatasan kemampuan dan ketersediaan alat yang tersedia, (4) dalam pelaksanaan penilaian hasil belajar guru belum maksimal melakukan analisis hasil ulangan harian, pelaksanaan remedial dilakukan tanpa melalui proses standar kompetensi dan kompetensi dasar yang belum diserap siswa, (5) guru belum mengembangkan kemampuannya secara mandiri masih tergantung kepada Diklat, belum proaktif dalam kegiatan pengembangan diri/pengembangan profesi, (6) kepala sekolah belum maksimal melakukan pengawasan/pemantauan terhadap guru-guru, pelaksanaan supervisi kelas belum intensif dan merata, (7) sarana pembelajaran belum memadai, masih terbatas. Hal ini senada dengan hasil penelitian Dewi et al. (2012) yang menyatakan bahwa sebagian besar guru belum sepenuhnya bisa membuat perangkat pembelajaran yang mengintegrasikan nilai karakter bangsa, guru belum mengembangkan perangkat pembelajaran yang mencantumkan kegiatan eksplorasi, elaborasi dan komfirmasi serta nilai-nilai yang membangun karakter bangsa. Kenyataan yang diperoleh dilapangan menunjukkan bahwa perangkat pembelajaran yang digunakan oleh guru telah digunakan berkali-kali, ada yang hanya memfotokopi silabus, RPP dari MGMP dan sumber elektronik (Internet) tanpa adanya penyesuaian dengan kondisi siswa dan sekolahnya. Hal ini akan menyebabkan tujuan kurikulum tidak tercapai. Selanjutnya berdasarkan rekapitulasi nilai kinerja guru SMA Swasta Kota Pekanbaru tahun 2011-2012 (Lampiran) menunjukkan kinerja guru SMA Swasta Kota Pekanbaru belum semuanya berkinerja maksimal, masih perlu ditingkatkan (Pengawas SMA Dinas Pendidikan Kota Pekanbaru 2013). Berdasarkan kondisi ini, maka SMA Swasta Kota Pekanbaru perlu meningkatkan kinerja gurunya menjadi optimal agar tercapai sekolah berkualitas yang menghasilkan lulusan yang unggul dan berprestasi sesuai dengan yang diharapkan. Untuk mencapai kinerja guru optimal SMA Swasta Kota Pekanbaru perlu menetapkan strategi yang tepat dan memperhatikan faktor yang mempengaruhinya sebagaimana yang dinyatakan oleh Mangkuprawira (2009) untuk memperoleh kinerja optimal dari keberadaan karyawan dalam perusahaan,
3
maka perusahaan perlu menetapkan strategi yang tepat. Faktor-faktor yang dapat mempengaruhi tercapainya kinerja guru optimal yaitu: (1) faktor internal yang berasal dari dalam diri guru diantaranya: kemampuan, keterampilan, kepribadian, persepsi, motivasi menjadi guru, pengalaman lapangan, dan latar belakang keluarga. (2) faktor eksternal yang datang dari luar diri guru diantaranya: gaji, sarana dan prasarana, lingkungan kerja fisik dan kepemimpinan (Barnawi dan Arifin 2012). Mencermati landasan teoritis, empiris, dan yuridis tersebut di atas, maka SMA Swasta Kota Pekanbaru memerlukan strategi yang tepat untuk peningkatan kinerja gurunya. Perumusan Masalah Dalam rangka peningkatan kinerja guru SMA Swasta Kota Pekanbaru, maka SMA Swasta Kota Pekanbaru membutuhkan strategi yang tepat untuk mencapai hal tersebut. Berdasarkan latar belakang di atas, maka perumusan masalah dalam penelitian ini adalah: 1. Bagaimana strategi peningkatan kinerja guru yang sesuai untuk diterapkan pada SMA Swasta Kota Pekanbaru? 2. Bagaimana faktor, aktor, tujuan dan strategi yang berpengaruh terhadap peningkatan kinerja guru SMA Swasta Kota Pekanbaru? Tujuan Penelitian Berdasarkan rumusan masalah di atas, maka tujuan penelitian ini adalah sebagai berikut: 1. Menganalisis strategi peningkatan kinerja guru yang sesuai untuk diterapkan pada SMA Swasta Kota Pekanbaru. 2. Memformulasikan faktor, aktor, tujuan dan alternatif strategi yang paling memberikan pengaruh terhadap peningkatan kinerja guru SMA Swasta Kota Pekanbaru. Manfaat Penelitian 1. Sebagai masukan bagi SMA Swasta Kota Pekanbaru berkaitan dengan perbaikan proses belajar mengajar di sekolah. 2. Sebagai sumbangan pemikiran bagi pengambil kebijakan dan pelaksana pendidikan, dalam mengembangkan strategi peningkatan kinerja guru. Ruang Lingkup Penelitian Ruang lingkup pada penelitian ini dibatasi pada SMA Swasta Kota Pekanbaru dan guru yang mengajar di SMA Swasta Kota Pekanbaru, berdasarkan pendapat pakar. Penelitian Terdahulu Hasil penelusuran terhadap penelitian terdahulu, terdapat beberapa penelitian yang relevan dengan penelitian yang dilakukan, namun penelitian khusus mengenai strategi peningkatan kinerja guru SMA swasta belum ditemukan. Penelitian yang relevan tersebut diantaranya seperti berikut ini. Penelitian Hanafi (2005) mengenai analisis faktor-faktor yang mempengaruhi
4
kinerja guru Metematika dalam pelaksanaan Kurikulum Berbasis Kompetensi (KBK) pada Sekolah Menengah Atas di Kota Palembang. Hasil penelitian menunjukkan bahwa secara simultan faktor pengetahuan/kemampuan (X1), keterampilan (X2) dan motivasi (X3) mempunyai pengaruh yang sangat kuat terhadap kinerja guru matematika (Y) pada Sekolah Menengah Atas di Palembang yaitu sebesar R= 0,491 dan R2 = 0,241. Adapun faktor yang paling dominan mempengaruhi kinerja guru matematika adalah faktor motivasi. Penelitian Muftukin (2005) tentang pengaruh lingkungan kerja, sarana prasarana dan kemampuan kerja terhadap kepuasan kerja menunjukkan hasil bahwa lingkungan kerja, sarana prasarana dan kemampuan kerja secara bersama-sama berpengaruh positif terhadap kepuasan kerja guru. Selanjutnya penelitian Widodo (2011) mengenai pengaruh budaya organisasi dan motivasi kerja terhadap kinerja guru menunjukkan bahwa terdapat pengaruh budaya organisasi terhadap kinerja, terdapat pengaruh motivasi kerja terhadap kinerja, dan terdapat pengaruh secara simultan budaya organisasi dan motivasi kerja terhadap kinerja. Penelitian Alfa (2012) tentang kontribusi kompetensi dan motivasi kerja terhadap kinerja Guru SMA Negeri 1 Gunung Toar Kabupaten Kuantan Singingi menunjukkan bahwa: (1) kompetensi, motivasi kerja dan kinerja guru SMA Negeri 1 Gunung Toar Kabupaten Kuantan Singingi masih rendah. (2) terdapat kontribusi positif dan signifikan antara kompetensi pada kinerja guru melalui motivasi kerja SMA Negeri 1 Gunung Toar Kabupaten Kuantan Singingi. Berikutnya Suheri (2013) hasil penelitiannya menunjukkan bahwa supervisi akademik kepala sekolah berpengaruh positif dan signifikan terhadap kinerja mengajar guru, iklim organisasi berpengaruh positif dan signifikan terhadap kinerja mengajar guru, supervisi akademik kepala sekolah dan iklim organisasi berpengaruh positif dan signifikan terhadap kinerja mengajar guru. Rekomendasi berdasarkan hasil penelitian diantaranya pada pelaksanaan supervisi akademik, kepala sekolah harus lebih memperhatikan aspek tindak lanjut supervisi. Dalam iklim organisasi, kepala sekolah harus lebih melakukan pendekatan pribadi kepada guru, agar terjalin keakraban. Sedangkan dalam hal kinerja mengajar guru, guru harus lebih meningkatkan kinerjanya terutama dalam aspek penilaian dan tindak lanjut hasil penilaian peserta didik dan kepala sekolah harus dapat membantu memfasilitasi hal tersebut.
2 METODE PENELITIAN
Kerangka Pemikiran Penelitian Penilaian kinerja guru merupakan proses yang dilakukan setiap sekolah dalam mengevaluasi kinerja gurunya. Apabila evaluasi kinerja dilakukan dengan benar, maka akan memberikan kontribusi pada fokus strategik sekolah untuk mencapai visi misinya. Untuk meningkatkan kinerja guru perlu dilakukan langkah-langkah yang tepat, agar dapat mencapai sasaran yang sudah ditetapkan. Langkah-langkah peningkatan kinerja karyawan yang sesuai dapat dilihat dari apa yang dikatakan Maarif (2012) yaitu: (1) melaksanakan penilaian oleh
5
stakeholders, dalam hal ini di sekolah dilaksanakan oleh kepala sekolah dan pengawas, (2) memperbaiki job design, (3) melaksanakan hubungan sinergis antar karyawan dalam hal ini adalah antar sesama guru di sekolah, (4) melakukan penilaian kinerja secara konsisten, (5) merencanakan pertumbuhan dan pengembangan kinerja, (6) menghubungkan kompensasi dengan pertumbuhan dan pengembangan kinerja. Guru sebagai salah satu unsur tenaga kependidikan mememiliki peran sebagai berikut: (1) pengajar, (2) pendidik, (3) pembimbing dan (4) pelatih. Sehubungan dengan tugasnya tersebut guru harus mampu membuat/menyusun perangkat pembelajaran, melaksanakan proses pembelajaran, menilai dan mengevaluasi hasil pembelajaran yang sesuai dan mengacu kepada kurikulum tingkat satuan pendidikan (KTSP). Prestasi guru akan sangat mempengaruhi motivasi dan kinerja sekolah tempat guru mengemban tugasnya. Untuk memperoleh kinerja optimal guru, sekolah-sekolah perlu menetapkan strategi yang tepat, disamping memikirkan bagaimana mengelola guru bisa mencapai tujuan dan sasaran sekolah yang sudah ditetapkan, perlu pula memahami faktor-faktor yang paling mempengaruhi kinerja guru tersebut agar lebih memudahkan dalam pengelolaannya. Untuk mencapai strategi yang tepat yang memberikan pengaruh bagi peningkatan kinerja guru SMA Swasta Kota Pekanbaru maka dilakukan penelitian dengan kerangka model hirarki (AHP). Dengan menggunakan AHP, persoalan strategi peningkatan kinerja guru SMA Swasta Kota Pekanbaru akan diselesaikan dalam suatu kerangka pemikiran dan diekpresikan untuk mengambil keputusan atas peningkatan kinerja guru SMA Swasta Kota Pekanbaru. Dengan kata lain, AHP akan menemukan hal-hal yang memberikan pengaruh nyata pada hirarki peningkatan kinerja guru SMA Swasta Kota Pekanbaru. Adapun kerangka pemikirannya dapat dilihat pada Gambar 1. SMA Swasta Kota Visi Misi SMA Swasta Kota Pekanbaru Kinerja Guru SMA Swasta Kota Pekanbaru Saat ini Identifikasi Faktor, Aktor, Tujuan dan Alternatif Strategi Strategi Terpilih Peningkatan Kinerja Guru SMA Swasta Kota Pekanbaru Gambar 1 Kerangka pemikiran penelitian
AHP
6
Proses Penyusunan Hirarki Sebelum dilakukan proses penyusunan hirarki, terlebih dahulu dilakukan observasi dan diskusi atau wawancara tidak terstruktur mengenai gambaran kinerja guru SMA Swasta Kota Pekanbaru. Wawancara dilakukan terhadap beberapa orang yang mengetahui informasi yang dibutuhkan peneliti, dan memahami kinerja guru SMA Swasta Kota Pekanbaru, terdiri dari 2 orang pengawas SMA Dinas Pendidikan Kota Pekanbaru, 1 orang kepala sekolah dalam hal ini juga menjabat sebagai ketua MKKS SMA Swasta Kota Pekanbaru dan 2 orang guru senior SMA Swasta Kota Pekanbaru. Dari hasil wawancara tersebut dapat diketahui tentang permasalahan ataupun kendala-kendala yang dihadapi terkait kinerja guru SMA Swasta Kota Pekanbaru. Berdasarkan hasil informasi yang diperoleh dari wawancara tidak terstruktur tersebut kemudian peneliti menyusun struktur AHP, yang kemudian didiskusikan kembali dengan pihak pengawas SMA Dinas Pendidikan Kota Pekanbaru, kepala SMA Swasta (ketua MKKS SMA Swasta Kota Pekanbaru) dan 2 guru senior SMA swasta. Berdasarkan pengamatan, diskusi dan analisis peneliti di lokasi penelitian, maka disusun struktur hirarki seperti tersaji pada Gambar 2. Fokus
Strategi Peningkatan Kinerja Guru SMA Swasta Kota Pekanbaru
Profesio nal
Pedagogik
Guru
Sosial
Kepala Sekolah
Meningkatkan profesionalisme guru
Pengembangan guru
Kepriba dian
Peningktn motivasi guru
Motivator
Sarana
Pengawas
Meningkatkan kualitas proses pembelajaran
Pengoptimalan fungsi kepemimpinan kepsek
Hygiene
Pemberdayaan MGMP
Prasarana
Faktor
Dinas Pendidikan
Aktor
Meningkatkan citra sekolah
Penilaian kinerja guru secara konsisten
Gambar 2 Struktur hirarki AHP
Penyediaan sarana dan prasarana yang memadai
Tujuan
Strategi
7
Lokasi dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilaksanakan di SMA Swasta Kota Pekanbaru mulai bulan November 2012 sampai bulan Maret 2013. Jenis dan Sumber Data Data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data primer dan data sekunder. Data primer diperoleh melalui wawancara dengan instrument kuisioner kepada pakar, serta wawancara mendalam (indepth interview) dengan sejumlah informan terpilih. Data sekunder diperoleh dari studi literatur, jurnal, buku-buku dan data yang telah tersedia sebelumnya di Dinas Pendidikan Kota Pekanbaru dan di MKKS SMA Swasta Kota Pekanbaru berupa laporan tahunan, profil dan data pokok yang berhubungan dengan topik penelitian. Metode Pemilihan Pakar Kriteria pemilihan pakar dalam penelitian ini adalah berdasarkan pengalaman serta kemampuan yang dimiliki oleh setiap masing-masing pakar. Pakar dalam penelitian ini adalah orang yang memiliki kapabilitas, pengalaman danatau yang terlibat secara langsung dan atau berpengaruh dalam kebijakan terkait guru SMA Swasta Kota Pekanbaru. Pakar dipilh 8 orang secara sengaja dengan kriteria memiliki kapabilitas manajemen kinerja guru, pengalaman dibidang pendidikan dan pemahaman atas fungsi dan tugas guru SMA. Para pakar berasal dari kalangan pengawas SMA Dinas Pendidikan Kota Pekanbaru (1 orang), Kepala Bidang Sekolah Menengah Atas Dinas Pendidikan Kota Pekanbaru (1 orang), pengurus PGRI (1 orang) yaitu ketua PGRI Provinsi Riau, pengamat pendidikan/dewan pendidikan Kota Pekanbaru (1 orang), kepala sekolah SMA Swasta Kota Pekanbaru (2 orang) masing-masing juga menjabat sebagai ketua MKKS dan mantan bendahara MKKS SMA Swasta Kota Pekanbaru, dan guru senior SMA Swasta Kota Pekanbaru (2 orang). Setelah pemilihan pakar, tahap selanjutnya adalah pengisian kuisioner dengan ke 8 pakar diikuti dengan wawancara mendalam (indepth interview), dengan sejumlah informan terpilih. Metode Pengumpulan Data Pengumpulan data dalam penelitian ini adalah wawancara terstruktur dengan menggunakan instrument kuisioner, serta wawancara mendalam (indepth interview) dengan sejumlah informan terpilih. Metode Analisis Data Pengolahan dan analisis data pada penelitian ini menggunakan metode AHP (Analytical Hierarchy Proses), dengan menggunakan software Expert Choice 2000. Menurut Marimin dan Maghfiroh (2011) Expert Choice merupakan salah satu software AHP yang memiliki kelebihan yaitu mampu untuk mengintegrasikan pendapat pakar dan tidak membatasi level dari struktur hierarki. Menurut Saaty (Marimin dan Maghfiroh 2011) AHP adalah model untuk mengorganisir informasi dan pendapat ahli (judgement) dalam memilih alternatif yang paling disukai. Dengan menggunakan AHP, suatu persoalan akan
8
diselesaikan dalam suatu kerangka pemikiran yang terorganisir, sehingga dapat diekspresikan untuk mengambil keputusan yang efektif atas persoalan tersebut. Selanjutnya Permadi (1992) juga menyatakan bahwa AHP adalah salah satu bentuk model pengambil keputusan yang pada dasarnya berusaha menutupi semua kekurangan dari model-model sebelumnya. Peralatan utama dari model ini adalah sebuah hirarki fungsional dengan input utamanya persepsi manusia. Selain itu Maarif dan Tanjung (2003) juga menyatakan bahwa secara umum, keuntungan penggunaan metode AHP dapat diikhtisarkan sebagai berikut: a. Kesatuan: AHP memberi satu model tunggal yang mudah dimengerti dan luwes untuk aneka ragam persoalan tak terstruktur. b. Kompleksitas: AHP memadukan rancangan deduktif dan rancangan berdasarkan sistem dalam memecahkan persoalan. c. Saling ketergantungan: AHP dapat menangani saling ketergantungan elemen- elemen dalam suatu sistem dan tak memaksakan pemikiran linier. d. Penyusunan hirarki: AHP mencerminkan kecenderungan alami pikiran untuk memilah elemen-elemen suatu sistem dalam berbagai tingkat berlainan dan mengelompokan unsur yang serupa dalam setiap tingkat. e. Pengukuran: AHP memberi suatu skala untuk mengukur objek dalam wujud suatu metode untuk menetapkan prioritas. f. Konsistensi: AHP melacak konsistensi logis dari pertimbanganpertimbangan yang digunakan dalam menetapkan berbagai prioritas. g. Sintesis: AHP menuntun pada suatu taksiran yang menyeluruh tentang kebaikan setiap alternatif. h. Tawar–menawar: AHP mempertimbangkan prioritas-prioritas relatif dari berbagai faktor sistem dan memungkinkan orang memilih alternatif terbaik berdasarkan tujuan-tujuan mereka. i. Penilaian dan consensus: AHP tak memaksakan konsensus, tetapi mensintesis suatu hasil yang representatif dari berbagai penilaian yang berbeda-beda. j. Pengulangan proses: AHP memungkinkan orang memperhalus definisi merekapada suatu persoalan dan memperbaiki. Kerangka kerja AHP terdiri dari delapan langkah utama (Saaty 1991) yaitu: (1) Mendefinisikan persoalan dan merinci pemecahan persoalan yang diinginkan, (2) Membuat struktur hirarki dari sudut pandang manajemen secara menyuluruh, (3) Menyusun matriks berbanding berpasangan di mulai dari puncak hirarki, yang merupakan dasar untuk melakukan perbandingan berpasangan antar elemen yang terkait yang ada dibawahnya. Perbandingan berpasangan pertama dilakukan dalam elemen tingkat kedua terhadap fokus yang ada di puncak hirarki, (4) Mengumpulkan semua pertimbangan yang diperlukan dari hasil melakukan perbandingan berpasangan antar elemen pada langkah ke tiga, (5) Memasukkan nilai-nilai kebalikannya beserta bilangan 1 sepanjang diagonal utama dan di bawah diagonal utama diisi dengan nilai-nilai kebalikannya, (6) Melaksanakan langkah 3, 4 dan 5 untuk semua tingkat dan gugusan dalam hirarki, (7) Mensistensis prioritas untuk melakukan pembobotan vektor-vektor prioritas, dan (8) Mengevaluasi inkonsistensi untuk seluruh hirarki.
9
Pada pengisian judgement pada tahap Matriks Banding Berpasangan (MBP) terdapat kemungkinan terjadinya penyimpangan dalam membandingkan unsur yang satu dengan unsur yang lain, sehingga diperlukan suatu uji konsistensi. Dalam AHP, penyimpangan ditoleransi dengan rasio inkonsistensi dibawah 10%. Langkah ini dilakukan dengan mengalikan setiap indeks konsistensi dengan prioritas-prioritas kriteria yang bersangkutan dan menjumlahkan hasil kalinya. Hasil ini dibagi dengan pernyataan sejenis yang menggunakan indeks konsistensi acak, yang sesuai dengan dimensi masingmasing matriks. Untuk memperoleh hasil yang baik, rasio inkonsistensi harus bernilai kurang dari atau sama dengan 10%. Rasio inkonsistensi diperoleh setelah matriks diolah secara horizontal dengan software komputer Expert Choice 2000. Jika rasio inkonsistensi mempunyai nilai yang lebih besar daripada 10%, maka mutu informasi harus ditinjau kembali dan diperbaiki antara lain dengan memperbaiki cara penggunaan pertanyaan ketika melakukan pengisian ulang kuesioner dan dengan mengarahkan responden yang mengisi kuisioner. Adapun langkah-langkah penggunaan AHP menurut Maarif & Tanjung (2003) adalah seperti yang terlihat pada Gambar 3.
Mulai
Identifikasi sistem
Penyusunan Hirarki
Pengisian Matriks Pendapat Individu
Revisi Pendapat
Tidak
CR memenuhi Ya Menyusun Matriks Gabungan
Pengolahan Vertikal
Menghitung Vektor Prioritas
Selesai
Gambar 3 Langkah-langkah penggunaan AHP
10
Pendapat masing-masing pakar dapat diintegrasikan dengan menggunakan pilihan combined pada pilihan participant kemudian gunakan assestment/combined participant judgement/entire hirarcy. Hasil perbandingan dari masing-masing elemen akan berupa angka dari 1 sampai 9 yang menunjukkan perbandingan tingkat kepentingan suatu elemen. Apabila suatu elemen dalam matriks dibandingkan dengan dirinya sendiri maka hasil perbandingan diberi nilai 1. Skala 9 telah terbukti dapat diterima dan bisa membedakan intensitas antar elemen yang dibandingkan. Menurut Saaty (Marimin & Maghfiroh 2011) skala 1 sampai 9 adalah skala terbaik dalam mengekspresikan pendapat. Hasil perbandingan tersebut diisikan pada sel yang bersesuaian dengan elemen yang dibandingkan. Intensitas kepentingan: 1 = kedua elemen sama pentingnya, atau mempunyai pengaruh yang sama besar; 3 = elemen yang satu sedikit lebih penting daripada elemen yang lainnya, pengalaman dan penilaian sedikit menyokong satu elemen dibandingkan elemen yang lainnya; 5 = elemen yang satu jelas lebih penting daripada yang lainnya. Pengalaman dan penilaian sangat kuat menyokong satu elemen dibandingkan elemen lainnya; 7 = satu elemen sangat jelas lebih penting daripada elemen lainnya, satu elemen yang kuat disokong dan dominan terlihat dalam praktek; 9 = satu elemen mutlak lebih penting daripada elemen lainnya, bukti yang mendukung elemen yang satu terhadap elemen lain memiliki tingkat penegasan tertinggi yang mungkin menguatkan; 2, 4, 6, 8 = nilai-nilai antara dua nilai pertimbangan-pertimbangan yang berdekatan, nilai ini diberikan bila ada dua kompromi diantara 2 pilihan. Kebalikan = Jika untuk aktifitas i mendapat satu angka dibanding dengan aktivitas j, maka j mempunyai nilai kebalikannya dibanding dengan i.
3 HASIL DAN PEMBAHASAN
Gambaran Umum SMA Swasta Kota Pekanbaru SMA Swasta Kota Pekanbaru Berdasarkan data yang diperoleh pada Dinas Pendidikan Kota Pekanbaru jumlah SMA Swasta di Pekanbaru adalah sebanyak 31 sekolah dengan jumlah tenaga pendidik 863 guru (Lampiran Tabel). Semuanya terletak menyebar pada 12 kecamatan yang terdapat di Kota Pekanbaru yaitu kecamatan: Tampan, Bukitraya, Limapuluh, Sail, Pekanbaru Kota, Sukajadi, Senapelan, Rumbai, Tenayan Raya, Marpoyan Damai, Rumbai Pesisir, dan Kecamatan Payung Sekaki. SMA Swasta Kota Pekanbaru ini mempunyai suatu wadah yaitu MKKS SMA Swasta (Musyawarah Kerja Kepala Sekolah). Perumusan Struktur Hirarki Strategi Peningkatan Kinerja Guru SMA Swasta Kota Pekanbaru Proses penyusunan hirarki terdiri dari tiga (3) tahapan, yaitu (1) mengidentifikasikan tujuan keseluruhan pembuatan hirarki (goal/fokus), (2) menentukan kriteria-kriteria yang diperlukan atau yang sesuai dengan goal/fokus
11
keseluruhan tersebut, (3) mengidentifikasikan alternatif-alternatif yang akan dievaluasi di bawah sub kriteria (Permadi 1992). Struktur strategi peningkatan kinerja guru SMA Swasta Kota Pekanbaru disusun ke dalam lima (5) level hirarki dan penyusunan tersebut berdasarkan hal-hal yang saling terkait dan sangat penting dalam mencapai fokus. Level-level tersebut terdiri dari: (1) Level pertama ditetapkan sebagai goal/fokus yang menjadi sasaran, yaitu strategi peningkatan kinerja guru SMA Swasta Kota Pekanbaru, (2) Level kedua ditetapkan sebagai faktor yang terdiri dari 8 hal-hal yang penting bagi peningkatan kinerja guru, yaitu faktor kompetensi pedagogik, profesional, kepribadian dan sosial, motivator, hygiene, sarana dan prasarana, (3) Level ketiga ditetapkan sebagai aktor yang terdiri dari 4 aktor yang terlibat dalam upaya penigkatan kinerja guru, yaitu guru, kepala sekolah, dan pengawas, serta Dinas Pendidikan Kota Pekanbaru, (4) Level keempat ditetapkan sebagai tujuan dalam mencapai strategi peningkatan kinerja guru, yang terdiri dari tiga (3) tujuan, yaitu meningkatkan profesionalisme guru, meningkatkan kualitas proses pembelajaran dan meningkatkan citra sekolah, (5) Level kelima ditetapkan sebagai alternatif strategi yang dapat digunakan dalam mencapai goal/fokus, yang terdiri dari enam (6) alternatif strategi. Struktur hirarki strategi peningkatan kinerja guru SMA Swasta Kota Pekanbaru dapat dilihat pada Gambar 4. Fokus
Strategi Peningkatan Kinerja Guru SMA Swasta Kota Pekanbaru
Pedagogik
Profesio nal
Guru
Sosial
Kepala Sekolah
Meningkatkan profesionalisme guru
Pengembangan guru
Kepriba dian
Peningktn motivasi guru
Motivator
Sarana
Pengawas
Meningkatkan kualitas proses pembelajaran
Pengoptimalan fungsi kepemimpinan kepsek
Hygiene
Pemberdayaan MGMP
Prasarana
Faktor
Dinas Pendidikan
Meningkatkan citra sekolah
Penilaian kinerja guru secara konsisten
Aktor
Tujuan
Penyediaan sarana dan prasarana yang memadai
Strategi
Gambar 4 Struktur hirarki AHP strategi peningkatan kinerja guru SMA swasta Kota Pekanbaru
12
Analisis Faktor Penyusun Hirarki Peningkatan Kinerja Guru SMA Swasta Kota Pekanbaru Faktor-faktor yang mempengaruhi tercapainya strategi peningkatan kinerja guru SMA Swasta Kota Pekanbaru terdiri atas 8 faktor yang dibagi ke dalam 3 tema utama, yaitu kompetensi, motivasi dan fasilitas. 1. Kompetensi (Kemendiknas 2005), terdiri dari 4 faktor: a. Faktor Kompetensi Pedagogik Kompetensi pedagogik ini mempengaruhi kinerja guru karena dengan menguasai kompetensi ini guru dapat memahami peserta didik secara mendalam, menyusun rancangan dan melaksanakan pembelajaran yang sesuai, menyusun dan melaksanakan rancangan evaluasi penilaian pembelajaran yang tepat, merencanakan pelaksanaan pengayaan dan remedial yang efektif, serta mengembangkan peserta didik untuk mengaktualisasikan berbagai potensi yang dimilikinya. Apabila kompetensi ini dikuasai oleh guru dengan baik, maka tujuan pembelajaran yang berkualitasakan dapat tercapai dengan baik dan kinerja guru akan terwujud sesuai dengan yang diharapkan. b. Faktor Kompetensi Profesional Kompetensi ini berkaitan dengan penguasaan materi pembelajaran secara luas dan mendalam, yang mencakup penguasaan materi kurikulum mata pelajaran di sekolah dan substansi keilmuan yang menaungi materinya, serta penguasaan terhadap stuktur dan metodologi keilmuannya. Dengan penguasaan kompetensi ini menunjukkan keprofesionalismean guru dalam melaksanakan pembelajaran. Apabila guru mampu melaksanakan tugas dan berperan secara profesionalisme maka pembelajaran akan berlangsung efektif sehingga mengakibatkan kinerja guru meningkat. c. Kompetensi Kepribadian Guru merupakan orang tua, pembimbing, dan penuntun peserta didik di sekolah, oleh sebab itu kepribadian personal guru harus mencerminkan kepribadian yang mantap dan stabil, dewasa, arif, dan berwibawa, serta berakhlak mulia, sehingga dapat menjadi teladan bagi peserta didik. Kompetensi ini mempengaruhi meningkatnya kinerja guru karena dengan kepribadian yang baik, guru bertanggungjawab dalam melaksanakan tugas, fungsi dan perannya. d. Kompetensi Sosial Kompetensi sosial merupakan kemampuan guru untuk berkomunikasi dan bergaul secara efektif dengan peserta didik, sesama pendidik, tenaga kependidikan, orangtua/wali peserta didik, dan masyarakat sekitar. Dengan terjalinnya komunikasi yang baik kepada semua komponen yang ada di sekolah terutama kepada peserta didik dalam proses pembelajaran akan menciptakan proses belajar mengajar yang efektif dan menghasilkan kinerja yang berkualitas. 2. Motivasi, oleh Herzberg diacu Mangkuprawira (2011), terdiri dari 2 faktor: a. Faktor Motivator Faktor Motivator yang dapat mempengaruhi motivasi seseorang dalam bekerja, adalah: 1) Prestasi, 2) Pengakuan/penghargaan, 3) Bekerja penuh, 4)
13
Tanggungjawab, 5) Kemajuan, dan 6) Pengembangan/pertumbuhan. Oleh sebab itu apabila ada guru berprestasi dan menunjukkan tanggung jawab yang tinggi, perlu diberikan penghargaan atau reward, sebaliknya apabila ada melakukan kesalahan perlu diberikan punishment. Hal ini untuk menjadikan dorongan untuk lebih giat bekerja dan berhati-hati dalam melaksanakan tugas. b. Faktor Hygiene Faktor yang juga dapat mempengaruhi motivasi guru dalam bekerja adalah adanya: 1) Penyeliaan/supervisor oleh pengawas dan kepala sekolah, 2) Kebijakan dalam hal ini meliputi manajemen sekolah/yayasan dan Dinas Pendidikan, serta Pemerintah Daerah setempat 3) Kondisi kerja, 4) Gaji/upah, 5) Hubungan sejawat, dan 6) Keamanan kerja. Sehubungan dengan hal ini kepala sekolah/ yayasan, pengawas dan Dinas Pendidikan harus komunikatif, melaksanakan pengawasan/penilaian secara profesional, serta memperhatikan kesejahteraan guru secara adil dan berkelanjutan, demi tercapainya kinerja guru sesuai dengan yang diharapkan. 3. Fasilitas Kerja (Kemendiknas 2005), terdiri dari 2 faktor: a. Faktor Sarana Faktor sarana yang diperlukan adalah sarana yang dapat menunjang dan mempermudah kerja guru sehingga proses pembelajaran dapat terselenggara dengan baik dan lancar. b. Faktor Prasarana Faktor prasarana sangat berpengaruh bagi peningkatan kinerja guru. Untuk itu perlu melengkapi prasarana untuk menunjang tercapainya proses pembelajaran seperti ruang dan tempat terselenggaranya proses belajar mengajar. Hal ini didukung oleh penelitian Hermawati (2009) yang menyatakan adanya derajat kekuatan hubungan antara manajemen sarana prasarana dan motivasi kerja yang sangat kuat memengaruhi kinerja. Kebijakan mengenai manajemen sarana prasarana memberikan pengaruh yang positif terhadap kinerja. Hal ini sesuai dengan hasil penelitian Swastika (2003) bahwa fasilitas kerja memiliki hubungan yang nyata dengan organisasi dan kegiatan humas pada pada Humas RCTI. Semua penjelasan mengenai faktor-faktor yang mempengaruhi terwujudnya kinerja yang optimal yang disebutkan di atas sesuai dengan pendapat Barnawi dan Arifin (2012) yang menyebutkan bahwa kinerja tidak akan terwujud begitu saja, tetapi dipengaruhi oleh faktor- faktor tertentu baik internal maupun eksternal. Aktor yang Terlibat, Berpengaruh dan Berperan dalam Strategi Peningkatan Kinerja Guru SMA Swasta Kota Pekanbaru Aktor yang berpengaruh dalam peningkatan kinerja guru SMA Swasta Kota Pekanbaru adalah: a. Guru Guru adalah aktor utama yang bertugas menyelenggarakan proses pembelajaran. Sebagai aktor utama tugas guru adalah sebagai pendidik, pengajar, pelatih, pembimbing dan pendorong bagi peserta didik dalam proses belajar mengajar. Untuk menghasilkan kinerja yang baik, guru sebagai pendidik harus profesional dalam melaksanakan tugas pokoknya
14
dalam merencanakan pembelajaran, melaksanakan pembelajaran, merencanakan dan melaksanakan penilaian hasil pembelajaran, menganalisis soal serta melakukan pengayaan dan remedial sehingga menghasilkan siswa yang berprestasi. Menurut Tilaar (2002) tugas guru profesional meliputi tiga bidang utama: (1) dalam bidang profesi, guru berfungsi untuk mengajar, mendidik, melatih dan melaksanakan penelitian masalah-masalah kependidikan, (2) dalam bidang kemanusiaan, guru berfungsi sebagai pengganti orang tua khususnya di dalam bidang peningkatan kemampuan intelektual peserta didik. Guru menjadi fasilitator untuk membantu peserta didik mentransformasikan potensi yang dimiliki untuk mampu, trampil dan berkembang serta bermanfaat bagi kemanusiaan, (3) dalam bidang kemasyarakatan, guru berfungsi untuk mencerdaskan kehidupan bangsa Indonesia sebagaimana yang diamanatkan dalam pembukaan UUD 1945. b. Kepala Sekolah Kepala sekolah adalah guru yang diberi tugas tambahan untuk mengelola dan memimpin keseluruhan proses dan substansi manajemen pendidikan di sekolah. Sebagai pemimpin yang bertanggungjawab dalam pengelolaan seluruh manajemen sekolah, kepala sekolah harus memiliki jiwa kepemimpinan dan kemampuan manajerial yang memiliki visi yang utuh, bertanggungjawab, teladan, memberikan layanan terbaik, mengembangkan SDM, membina rasa persatuan dan kesatuan, fokus pada peserta didik, manajemen yang mengutamakan praktek, dan menyesuaikan gaya kepemimpinan dengan situasi, agar manajemen kinerja sekolah terutama knerja guru dapat memberikan hasil yang memuaskan dan sekolah efektif, produktif dan mandiri serta akuntabel dapat terwujud. Hal ini relevan dengan yang dikatakan Mulyasa (2012) bahwa 10 (sepuluh) kunci sukses kepemimpinan kepala sekolah efektif antara lain mencakup: visi yang utuh, tanggung jawab, keteladanan dan lain-lain. c. Pengawas Pengawas Sekolah adalah aktor yang bertugas melakukan penilaian dan pembinaan, dalam bentuk supervisi manajerial, serta melakukan pembimbingan dan pelatihan profesional guru. Menurut Masaong ( 2012) tugas pengawas adalah membimbing dan memfasilitasi meningkatkan pengetahuan dan pemahaman guru dalam beberapa hal antara lain: pengembangan kurikulum, pengorganisasian pengajaran dan penilaian pengajaran. Hal ini berarti bahwa pengawas melakukan supervisi untuk membina guru berkaitan kurikulum dan pengajaran. d. Dinas Pendidikan berperan sebagai pembuat dan yang mengeluarkan kebijakan. Kebijakan yang dikeluarkan hendaknya berpengaruh bagi peningkatan kinerja guru. Dinas Pendidikan diharapkan mampu membekali pengetahuan guru dengan pendidikan dan pelatihan baik mengenai kurikulum maupun kepemimpinan.
15
Tujuan Strategi Peningkatan Kinerja Guru SMA Swasta Kota Pekanbaru Tujuan peningkatan kinerja guru SMA Swasta Kota Pekanbaru terdiri atas 3 tujuan, yaitu: a. Meningkatkan Profesionalisme Guru Tujuan meningkatkan profesionalisme guru merupakan salah satu tujuan yang harus dicapai bagi peningkatan kinerja guru. Apabila kinerja guru meningkat, diharapkan profesionalisme guru dalam bertugas juga ikut meningkat, begitu juga sebaliknya, apabila guru sudah profesional maka kinerjanya dapat optimal. Menurut Daryanto (2012) upaya yang dapat dilakukan guru untuk meningkatkan profesionalismenya yaitu guru harus selalu berusaha untuk: (1) memahami tuntutan standar profesi yang ada, (2) mencapai kualifikasi dan kompetensi yang dipersyaratkan, (3) membagun hubugan kesejawatan yang baik dan luas termasuk lewat organisasi profesi, (4) mengembangkan etos kerja atau budaya kerja yang mengutamakan pelayanan mutu tinggi kepada konstituen, (5) mengadopsi inovasi atau mengembangkan kreativitas dalam pemanfaatan teknologi komunikasi dan informasi mutakhir agar senantiasa tidak ketinggalan dalam kemampuannya mengelola pembelajaran. Penulis berpendapat bahwa apabila semua upaya diatas dapat dilakukan dan terwujud, maka kinerja guru yang optimal akan tercapai, dengan tercapainya kinerja guru yang optimal, diharapkan profesionalisme guru meningkat sehingga profesi guru sebagai guru profesional dapat terwujud. b. Meningkatkan Kualitas Proses Pembelajaran Tujuan ini merupakan tujuan penting yang ingin dicapai dalam meningkatkan kinerja guru. Proses pembelajaran yang berkualitas dapat terwujud apabila kinerja guru sudah menunjukkan hasil yang memuaskan. Guru melaksanakan tugas dengan profesional, bertanggungjawab dan disiplin. Apabila guru sudah melaksanakan fungsi, tugas dan perannya secara profesional, maka tujuan mencapai kinerja guru maksimal akan terealisasi. Tercapainya kinerja guru yang maksimal diharapkan proses pembelajaran berkualitas dapat dicapai sehingga siswa dapat memperoleh hasil belajar yang tinggi. c. Meningkatkan Citra Sekolah Dengan adanya peningkatan profesionalisme guru yang dibarengi dengan kinerja optimal dalam pelaksanaan proses belajar mengajar, maka membantu siswa mudah menyerap, memahami, dan menguasai materi pelajaran yang diberikan sehingga siswa memiliki kemampuan dan pengetahuan dibidang pelajaran yang diajarkan secara maksimal. Dengan demikian sekolah akan menghasilkan lulusan yang bermutu. Hal ini menjadi penilaian yang baik dari masyarakat yang pada akhirnya memberikan dampak peningkatan citra sekolah secara keseluruhan. Alternatif Strategi Peningkatan Kinerja Guru SMA Swasta Kota Pekanbaru Alternatif strategi adalah pilihan strategi yang dianggap paling menunjang/memberikan kontribusi bagi keberhasilan tercapainya sasaran utama (fokus/goal) strategi peningkatan kinerja guru SMA Swasta Kota Pekanbaru.
16
Alternatif strategi tersebut terdiri dari 6 strategi peningkatan kinerja guru SMA yaitu: a. Pengembangan Guru Pengembangan guru merupakan salah satu alternatif strategi yang dapat dilakukan bagi peningkatan kinerja guru SMA Swasta Kota Pekanbaru. Pengembangan yang dilakukan bagi peningkatan kinerja guru SMA Swasta Kota Pekanbaru adalah usaha untuk meningkatkan kemampuan teoritis, konseptual; meningkatkan keterampilan dalam melaksanakan pekerjaan; meningkatkan moral/prilaku. Hal ini sejalan dengan undang-undang guru dan dosen tentang pembinaan dan pengembangan guru yang meliputi (1) pengembangan karir; melalui penugasan, promosi, dan kenaikan pangkat, (2) pengembangan profesi melalui peningkatan kompetensi guru yaitu peningkatan kompetensi pedagogik, profesional, kepribadian, dan sosial. Pengembangan profesi juga dapat dilakukan melalui penelitian tindakan kelas dengan membuat karya tulis ilmiah (KTI) untuk mengetahui lebih dalam tentang prilaku siswa, gaya belajar, dan segala sesuatu yang berkaitan dengan proses pembelajaran. b. Peningkatan Motivasi Guru adalah: Strategi ini dilakukan untuk memberi dorongan agar guru termotivasi untuk lebih giat lagi melakukan pekerjaan, tugas dan tanggungjawab bagi tercapainya kinerja yang maksimal. Dorongan/motivasi dapat berasal dari internal guru sendiri seperti adanya rasa tanggung jawab dan karena prestasi, namun dorongan eksternal timbul dari luar yang disebabkan oleh adanya kondisi kerja, keamanan kerja, pengakuan, supervisi/penyelia, gaji/upah, penghargaan, hubungan teman sejawat, kemajuan, pertumbuhan atau pengembangan dan kebijakan. Dengan demikian kepala sekolah/yayasan, pengawas dan Dinas Pendidikan diharapkan untuk selalu dan terus menerus memberikan motivasi/dorongan kepada guru-guru SMA Swasta Kota Pekanbaru karena tanpa adanya motivasi baik dari guru sendiri maupun dari stakeholder kebehasilan untuk mencapai kinerja optimal tidak akan tercapai. c. Pengoptimalan Fungsi Kepemimpinan Kepala Sekolah Kepemimpinan kepala sekolah merupakan hal yang sangat penting dalam membangun sekolah berkualitas. Berhasil tidaknya suatu sekolah dalam mencapai tujuan serta mewujudkan visi dan misinya terletak pada bagaimana kepemimpinan kepala sekolah menggerakkan dan memberdayakan berbagai komponen sekolah. Oleh sebab itu sebagai pemimpin, penanggungjawab dan penunjang peningkatan kinerja guru, serta pengelola seluruh proses dan substansi manajemen pendidikan di sekolah, kepala sekolah harus melaksanakan fungsi, peran dan tugasnya dengan optimal untuk memberdayakan seluruh sumberdaya yang ada di sekolah, demi terwujudnya sekolah berkualitas. d. Pemberdayaan MGMP MGMP (Musyawarah guru mata pelajaran) adalah suatu forum atau wadah kegiatan profesional guru mata pelajaran sejenis. MGMP merupakan wadah yang sangat efektif untuk peningkatan kualitas guru, mulai dari penguasaan model pembelajaran, strategi pembelajaran sampai pendalaman materi yang diampunya. Oleh sebab itu MGMP perlu terus digiatkan bagi peningkatan kompetensi pedagogik dan kompetensi profesionalisme guru. Dinas
17
pendidikan dan MKKS perlu terus meningkatkan koordinasi mendorong kegiatan-kegiatan yang mengarah pada peningkatan kompetensi dan kinerja guru melalui pembuatan kebijakan yang memudahkan penyelenggaraan MGMP dengan menyediakan fasilitas-fasilitas pendukung guru dalam melaksanakan pengembangan keprofesionalannya seperti menyediakan sarana prasarana, bantuan dana, tenaga instruktur serta melakukan evaluasi secara berkala. e. Penilaian Kinerja Guru Secara Konsisten Untuk melihat kemajuan dan keberhasilan tercapainya tujuan yang sudah ditetapkan dalam hal tercapainya pelaksanaan seluruh program/rencana pembelajaran yang sudah disusun, maka perlu dilakukan supervisi dan penilaian kinerja baik oleh kepala sekolah maupun oleh pengawas sekolah secara kontinyu/konsisten. Penilaian kinerja guru SMA Swasta Kota Pekanbaru perlu dilakukan secara konsisten agar guru, kepala sekolah dan pengawas saling mendapatkan masukan terhadap keputusan/kebjakan yang akan dilakukan selanjutnya demi perbaikan kinerja guru dan kinerja sekolah secara keseluruhan. Penilaian ini juga salah satunya dapat berguna untuk seleksi pemberian penghargaan atas prestasi yang diraih guru selain penilaian tugas tambahan lainnya yang dilakukan guru selama melaksanakan tugas dan tanggungjawabnya. f. Penyediaan Sarana Prasarana yang Memadai Sarana prasarana belajar yang memadai dapat menunjang tercapainya peningkatan kinerja guru. Oleh sebab itu melengkapi sumber belajar/buku, media dan peralatan pembelajaran, serta seluruh ruang dan tempat melakukan aktivitas pembelajaran baik indoor maupun outdoor perlu dilakukan dengan tujuan untuk mempermudah terlaksananya proses pembelajaran yang maksimal. Penyediaan sarana dan prasarana yang memadai merupakan salah satu usaha yang harus dilakukan bagi penunjang tercapainya proses pendidikan terutama menunjang keberhasilan tercapainya kinerja guru yang optimal. Analisis Hasil Wawancara Tidak Terstruktur (Indepth Interview) Dari hasil wawancara tidak terstruktur yang dilakukan dapat diketahui bahwa kinerja guru SMA Swasta Kota Pekanbaru perlu ditingkatkan. Hal ini dikarenakan masih adanya permasalahan yang dihadapi dalam mencapai kinerja guru SMA Swasta Kota Pekanbaru yang optimal, seperti hal: (1) penguasaan kompetensi guru, terjadinya perubahan/pembaharuan kurikulum dalam waktu yang singkat memberi dampak kepada penguasaan kurikulum menjadi kurang mendalam sehingga mempengaruhi kinerja guru, guru membutuhkan waktu untuk memahami perubahan/pembaharuan tersebut, sementara guru harus mengembangkan kurikulum tersebut ke dalam bentuk silabus dan rencana pelaksanaan pembelajaran (RPP) sesuai dengan perubahan kurikulum yang dimaksud. Kondisi ini membuat silabus dan RPP yang disusun kurang sesuai dengan tuntutan kurikulum yang berakibat kepada proses belajar mengajar menjadi kurang optimal; (2) pelaksanaan MGMP SMA Swasta belum dilakukan secara intensif dan efektif, sehingga guru kurang maksimal mendapatkan sosialisasi terkait perubahan/pembaharuan kurikulum. Instruktur kurikulum
18
untuk setiap bidang studi pada SMA Swasta juga sangat minim. Hal ini berpengaruh kepada penguasaan kompetensi terutama kompetensi pedagogik dan profesional menjadi belum maksimal. Dikarenakan belum optimal dan mandiri dalam mengembangkan kurikulum/membuat perangkat pembelajaran (Silabus dan RPP), maka masih ada guru yang mengkopi paste dari internet atau dari teman sejawat; (3) belum semua guru maksimal menggunakan metode pembelajaran yang kontekstual/inovatif, metode pembelajaran masih konvensional, belum beragam; (4) pengembangan profesi guru belum maksimal dilakukan, belum banyak guru melakukan karya tulis ilmiah/penelitian tindakan kelas, menulis jurnal dan mereview buku mata pelajaran; (5) sarana pembelajaran sebagai penunjang suksesnya pembelajaran seperti alat pembelajaran IPA di labor, jumlah komputer di labor komputer, alat pembelajaran bahasa Inggris di labor bahasa, peralatan olahraga, semuanya masih belum memadai, masih terbatas; (6) peran kepala sekolah sebagai pimpinan belum maksimal melaksanakan pengawasan/pemantauan kepada guru, supervisi yang dilakukan belum intensif dan merata kepada semua guru; (7) kesejahteraan sebagian guru terutama gaji ataupun honor belum memenuhi standar gaji dan belum mendapat sertifikasi. Semua kondisi ini membuat kinerja guru menjadi belum optimal dan menjadi faktor yang berpengaruh bagi peningkatan kinerja guru SMA Swasta Kota Pekanbaru. Sehubungan dengan ini, maka diperlukan strategi yang sesuai untuk meningkatkan kinerja guru SMA Swasta Kota Pekanbaru. Analisis Hasil Pengolahan Proses Hirarki Setelah struktur hirarki disusun, maka kemudian dilakukan pembobotan pada masing-masing unsur pada setiap tingkat oleh pakar. Pada penelitian ini pakar yang dilibatkan dalam penentuan prioritas strategi peningkatan kinerja guru SMA Swasta Kota Pekanbaru adalah sebanyak 8 orang. Mereka terdiri dari: 2 orang guru senior SMA Swasta Kota Pekanbaru, 2 orang kepala sekolah SMA Swasta Kota Pekanbaru masing-masing juga sebagai ketua MKKS dan mantan Bendahara MKKS, 1 orang Pengamat Pendidik dari Dewan Pendidikan Kota Pekanbaru, 1 orang pengawas SMA Dinas Pendidikan Kota Pekanbaru, 1 orang pengurus PGRI Provinsi Riau yang merupakan mantan guru SMA Swasta, mantan dekan FKIP UNRI, Dosen FKIP UNRI, ketua PGRI hingga sekarang, serta 1 orang Kepala Bidang Sekolah Menengah Atas Dinas Pendidikan Kota Pekanbaru. Para pakar diminta untuk memberikan penilaian (bobot) terhadap hirarki yang terdiri dari fokus, faktor, aktor, tujuan dan alternatif strategi. Pengolahan Vertikal Pengolahan Vertikal dilakukan bertujuan untuk melihat pengaruh setiap unsur pada tingkat/hirarki tertentu terhadap unsur fokus utama pada tingkat pertama. Struktur hirarki hasil dapat dilihat pada Gambar 5.
19
Fokus
Strategi Peningkatan Kinerja Guru SMA Swasta Kota Pekanbaru
Pedagogik (0,145)
Profesio nal (0,147)
Kepriba dian (0,133)
Guru (0,3403)
Meningkatkan profesionalisme guru (0,3862)
Pengembangan guru (0,159)
Peningktan motivasi Guru
(0,170)
Sosial (0,08)
Motivator (0,104)
Pengawas (0,1656)
Kepala Sekolah (0,3406)
Meningkatkan kualitas proses pembelajaran (0,3917)
Pengoptimalan fungsi kepemmpinn kepsek (0,186)
Hygiene (0,122)
Pemberdayaan MGMP (0,158)
Prasarana (0,133)
Sarana (0,137)
Dinas Pendidikan (0,1546)
Aktor
Meningkatkan citra sekolah (0,2230)
Penilaian kinerja guru secara konsisten (0,144)
Faktor
Tujuan
Penyediaan sarana dan prasarana yang memadai (0,183)
Stra tegi
Gambar 5 Struktur hirarki AHP hasil pengolahan vertikal Unsur Faktor Terhadap Fokus Utama Berdasarkan hasil analisis pengolahan data dengan menggunakan Software Expert Choice yang ditunjukkan pada Gambar 5 di atas, faktor yang menjadi prioritas utama dalam rangka peningkatan kinerja guru SMA Swasta Kota Pekanbaru adalah faktor kompetensi profesional (0,147), faktor kedua yang menjadi prioritas adalah faktor kompetensi pedagogik (0,145), faktor ketiga yakni faktor sarana (0,137), sedangkan faktor lainnya mendapat priroritas seperti terlihat pada Tabel 1. Tabel 1 Bobot dan prioritas unsur faktor terhadap fokus utama Faktor Profesional Pedagogik Sarana Prasarana Kepribadian Hygiene Motivator Sosial
Bobot 0,147 0,145 0,137 0,133 0,133 0,122 0,104 0,080
Prioritas 1 2 3 4 5 6 7 8
20
Hasil analisis data yang tersaji pada Tabel 1 di atas menunjukkan bahwa faktor yang menjadi prioritas utama dan paling berpengaruh dalam rangka peningkatan kinerja guru SMA Swasta Kota Pekanbaru adalah faktor kompetensi, terutama kompetensi profesional (0,147), tidak terlalu jauh selisihnya dengan prioritas kedua yaitu kompetensi pedagogik (0,145). Kedua faktor tersebut merupakan faktor yang sangat penting terhadap kinerja guru karena dengan menguasai kompetensi profesional dan pedagogik guru dapat melaksanakan pembelajaran dengan optimal, sebab kompetensi profesional terkait dengan kompetensi untuk menguasai materi pembelajaran secara luas dan mendalam, menggunakan metode pembelajaran yang sesuai dengan kebutuhan siswa, menguasai struktur dan materi kurikulum bidang studi, penguasaan dan memanfaatkan teknologi informasi dan komunikasi dalam pembelajaran. Sedangkan kompetensi pedagogik berkaitan dengan kemampuan guru memahami peserta didik secara mendalam, kemampuan membuat seluruh perangkat pembelajaran, melaksanakan pembelajaran yang bermutu, melakukan penilaian dan evaluasi hasil penilaian. Hal ini didukung oleh pendapat Suprihatiningrum (2013) yang menyatakan bahwa tanpa menguasai kompetensi profesional dan pedagogik dapat dipastikan guru akan menghadapi berbagai kesulitan dalam membentuk kompetensi siswa, bahkan akan gagal dalam melaksanakan pembelajaran. Hal ini juga sesuai dengan penelitian terdahulu yang menunjukkan bahwa kompetensi profesional dan pedagogik merupakan faktor penting dan sangat berpengaruh dalam pencapaian kinerja guru optimal. Penelitian tersebut antara lain adalah penelitian Simbolon (2012) menunjukkan bahwa hubungan kompetensi profesional dengan kinerja guru merupakan hubungan yang sangat kuat. Penelitian Yasin (2011) menyebutkan bahwa pengembangan kompetensi pedagogik guru telah berimplikasi positif terhadap peningkatan kualitas pembelajaran dan telah terjadi perbaikan kinerja guru dalam pembelajaran sehingga berimplikasi pada mutu/prestasi hasil belajar peserta didik, baik akademik maupun non-akademik. Hasil pelitian BSNP (2009) mengatakan bahwa jumlah guru yang menguasai kompetensi profesional dan pedagogik masih dibawah 50%. Hal ini berarti bahwa jumlah guru yang menguasai kompetensi tersebut masih rendah, dan perlu ditingkatkan untuk mencapai kinerja maksimal. Sehubungan dengan ini maka guru SMA Swasta Kota Pekanbaru harus meningkatkan kompetensinya terutama kompetensi profesional dan kompetensi pedagogik. Selain faktor kompetensi profesional dan pedagogik hal yang penting juga adalah sarana (0,137). Dengan adanya sarana yang memadai maka kinerja guru yang optimal dapat tercapai. Hal ini didukung oleh penelitian Hermawati (2009) yang menunjukkan bahwa derajat kekuatan hubungan antara manajemen sarana dan prasarana dan motivasi kerja sangat kuat mempengaruhi kinerja. Kebijakan mengenai manajemen sarana dan prasarana memberikan pengaruh positif terhadap kinerja. Meskipun faktor-faktor tersebut di atas menjadi prioritas utama, namun faktor lain seperti faktor kompetensi kepribadian, sosial dan faktor motivasi pada unsur motivator, dan hygiene tetaplah harus menjadi penting untuk diperhatikan dan dilaksanakan oleh guru dan kepala sekolah. Profesionalnya seorang guru juga didukung oleh motivasi baik internal maupun eksternal, kepribadian dan sosial yang berkaitan dengan kemampuan berkomunikasi dengan semua pihak.
21
Dari hasil yang ditunjukan pada Tabel 1 dapat disimpulkan bahwa faktor yang paling berpengaruh terhadap peningkatan kinerja guru SMA Swasta Kota Pekanbaru adalah faktor kompetensi dibandingkan dengan faktor lain. Hal ini karena penguasaan kompetensi terutama profesional dan pedagogik guru masih belum maksimal, hal ini juga sebagaimana dinyatakan dalam laporan BSNP 2009 dan hasil wawancara dengan pakar. Faktor motivasi mendapat prioritas relatif rendah mempengaruhi kinerja guru, namun faktor ini merupakan penunjang peningkatan kinerja guru sehingga perlu mendapat perhatian secara terus menerus agar motivasi guru untuk meningkatkan kinerja dapat terwujud dengan baik. Unsur Aktor Terhadap Fokus Utama Hasil pengolahan data terhadap empat aktor yang terlibat dan berpengaruh bagi peningkatan kinerja guru SMA Swasta Kota Pekanbaru, yaitu guru, kepala sekolah, pengawas dan Dinas Pendidikan Kota Pekanbaru. Aktor yang menjadi prioritas utama dan paling berpengaruh adalah kepala sekolah seperti terlihat pada Tabel 2 Tabel 2 Bobot dan prioritas aktor terhadap fokus utama Aktor Kepala Sekolah Guru
Bobot 0,3406 0,3403
Prioritas 1 2
Pengawas
0,1656
3
Dinas Pendidikan
0,1546
4
Hasil pengolahan data yang dihasilkan menunjukkan bahwa aktor yang menjadi prioritas utama adalah kepala sekolah (0,406), tidak terlalu signifikan selisihnya dengan prioritas kedua yaitu guru (0,403). Keduanya merupakan aktor yang sangat penting terhadap peningkatan kinerja guru karena kedua komponen ini yang memiliki peran utama dalam keberhasilan pendidikan di sekolah. Pembelajaran dan pendidikan di sekolah dapat terselenggara dengan baik apabila kepala sekolah dan guru melaksanakan fungsi dan tugasnya masing-masing dengan optimal. Kepala sekolah terkait dengan kepemimpinannya yang optimal sedangkan guru terkait dengan pengajarannya yang berkualitas, pelaksana dan pengembang utama kurikulum di sekolah. Dalam hal ini kepala sekolah harus mampu mengelola dan menggerakkan gurunya secara maksimal. Hal ini sesuai dengan pendapat Mulyasa (2012) yang mengatakan bahwa sukses tidaknya pendidikan dan pembelajaran di sekolah sangat dipengaruhi oleh kemampuan kepala sekolah dalam mengelola setiap komponen sekolah (who is behind the school). Kemajuan sekolah juga sangat tergantung pada sosok pemimpinnya, sebab sebagai pemimpin, kepala sekolah berada pada garda terdepan yang memiliki kewenangan untuk menggerakkan kegiatan dan menetapkan target sekolah (Asmani 2012). Menurut Mulyasa (2012) sepuluh kunci sukses kepemimpinan kepala sekolah efektif adalah: visi yang utuh, tanggung jawab, keteladanan, memberikan layanan terbaik, mengembangkan SDM, membina rasa persatuan dan kesatuan, fokus pada peserta didik, manajemen yang mengutamakan praktek,
22
dan menyesuaikan gaya kepemimpinan serta memanfaatkan kekuasaan keahlian. Ini berarti bahwa dengan menerapkan kepemimpinan kepala sekolah efektif, kepala sekolah dapat menjalankan fungsinya sebagai pemimpin di sekolah secara optimal terutama dalam menggerakkan seluruh komponen sekolah untuk bekerja lebih efektif. Selain guru aktor lain yang terlibat dalam peningkatan kinerja guru SMA Swasta Kota Pekanbaru adalah pengawas dan Dinas Pendidikan Kota Pekanbaru. Meskipun pengawas dan Dinas Pendikan tidak merupakan prioritas utama, namun secara sinergis diperlukan kerjasama yang baik dari semua aktor tersebut dalam rangka peningkatan kinerja guru dan mewujudkan sekolah efektif, produktif dan mandiri. Unsur Tujuan Terhadap Fokus Utama Berdasarkan pengolahan data yang dilakukan, bobot dan prioritas tujuan terhadap peningkatan kinerja guru adalah seperti tersaji pada Tabel 3. Tabel 3 Bobot dan prioritas tujuan terhadap fokus utama Tujuan
Bobot
Meningkatkan Kualitas Pross pembelajaran Meningkatkan Profesionalisme Guru Meningkatkan Citra Sekolah
0,3917 0,3862 0,2230
Prioritas 1 2 3
Berdasarkan hasil pengolahan data yang ditunjukkan pada Tabel 3 dapat diketahui bahwa tujuan untuk meningkatkan kualitas proses pembelajaran (0,3917) adalah merupakan prioritas yang paling utama. Tujuan meningkatkan profesionalisme guru (0,862) menjadi prioritas kedua, Sedangkan tujuan meningkatkan citra sekolah (0,230) merupakan prioritas ketiga. Meningkatkan kualitas proses pembelajaran menjadi tujuan prioritas utama dalam peningkatan kinerja guru SMA Swasta Kota Pekanbaru karena proses pembelajaran yang berkualitas dapat menghasilkan pembelajaran yang bermutu. Tercapainya proses pembelajaran yang bermutu salah satunya dipengaruhi oleh kinerja guru. Apabila guru telah memiliki kinerja optimal, maka pembelajaran bermutu dapat tercapai. Hal ini juga akan berpengaruh kepada peningkatan daya serap siswa terhadap materi yang diajarkan yang pada akhirnya menghasilkan siswa yang berprestasi dan memperoleh nilai yang maksimal. Unsur Alternatif Strategi Terhadap Fokus Utama Tiga tahapan utama yang perlu dilakukan untuk menetapkan strategi yang tepat dalam proses manajemen strategi, menurut Mangkuprawira (2009) yaitu perumusan strategi, implementasi strategi dan evaluasi serta pengendalian strategi. Penjelasan ini dapat berarti bahwa sebelum menetapkan strategi yang tepat bagi tercapainya peningkatan kinerja guru SMA Swasta Kota Pekanbaru, strategi harus di rumuskan terlebih dahulu, kemudian dilakukan tahapan berikutnya yaitu implementasi dan evaluasi. Berdasarkan hasil sintesis penilaian bobot alternatif strategi yang dilakukan dengan menggunakan software Expert Choice 2000, hasilnya menunjukkan bahwa alternatif strategi yang paling
23
penting dan menjadi prioritas utama dalam rangka peningkatan kinerja guru SMA Swasta Kota Pekanbaru adalah pengoptimalan fungsi kepemimpinan kepala sekolah dengan bobot 0,186, penyediaan sarana dan prasarana yang memadai dengan bobot 0,183 dan peningkatan motivasi guru dengan bobot 0,170, pengembangan guru dengan bobot 0,159, pemberdayaan MGMP dengan bobot 0,158, dan penilaian kinerja guru secara konsisten dengan bobot 0,144 seperti terlihat pada Tabel 4. Tabel 4 Bobot dan Prioritas alternatif strategi terhadap fokus utama Alternatif strategi Pengoptimalan Fungsi Kepemimpinan Kepala Sekolah Penyediaan Sarana Prasarana Yang Memadai Penigkatan Motivasi Guru Pengembangan Guru Pemberdayaan MGMP Penilaian Kinerja Guru Secara Konsisten
Bobot 0,186 0,183 0,170 0,159 0,158 0,144
Prioritas 1 2 3 4 5 6
Hasil analisis data yang ditunjukkan pada Tabel 4 menyatakan bahwa pengoptimalan fungsi kepemimpinan kepala sekolah menjadi alternatif strategi prioritas utama (0,186), tidak terlalu jauh selisihnya dengan prioritas kedua yaitu penyediaan sarana dan prasarana yang memadai (0,183) Kedua alternatif ini merupakan yang sangat penting karena kinerja guru dapat tercapai dengan optimal apabila didukung oleh pelaksanaan fungsi kepemimpinan kepala sekolah yang optimal dan ketersediaan sarana dan prasarana yang memadai. Kepemimpinan kepala sekolah terkait dengan kemampuan kepala sekolah menggerakan bawahan melalui peran-peran kepala sekolah untuk bekerjasama dalam mencapai visi dan tujuan bersama serta mengelola sarana dan prasarana dengan baik. Hal ini didukung oleh pendapat: (1) Asmani (2012) yang menyatakan bahwa sebagai pemimpin pendidikan tingkat sekolah, penanggungjawab dan penunjang peningkatan kinerja guru, serta pengelola seluruh proses dan substansi manajemen pendidikan di sekolah, kepala sekolah harus melaksanakan fungsi, peran dan tugasnya dengan optimal untuk memberdayakan seluruh sumberdaya yang ada di sekolah, demi terwujudnya sekolah efektif, produktif dan pembelajaran yang berkualitas; (2) Mulyasa (2012) mengatakan bahwa kepemimpinan pendidikan merupakan hal yang sangat penting dalam membangun sekolah efektif. Berhasil tidaknya suatu sekolah dalam mencapai tujuan serta mewujudkan visi dan misinya terletak pada bagaimana manajemen dan kepemimpinan kepala sekolah menggerakkan dan memberdayakan berbagai komponen sekolah. Heck et al. dalam Mulyasa (2012) menyatakan bahwa prestasi akademik dapat diprediksi berdasarkan pengetahuan terhadap prilaku kepemimpinan kepala sekolah. Hal tersebut dapat dipahami karena proses kepemimpinan kepala sekolah mempunyai pengaruh terhadap kinerja sekolah secara keseluruhan. Selanjutnya Mulyasa (2012) juga mengatakan bahwa sarana dan prasarana pendidikan dapat menunjang proses pendidikan khususnya proses belajar mengajar baik secara langsung maupun tidak langsung. Manajemen sarana dan prasarana pendidikan bertugas mengatur dan menjaga sarana dan prasarana pendidikan agar dapat memberikan kontribusi secara optimal dan berarti pada jalannya proses pendidikan.
24
Hasil penelitian yang juga mendukung pentingnya kepemimpinan dan sarana prasarana dalam peningkatan kinerja guru adalah: Budiningsih (2004) yang menyebutkan bahwa pengaruh kepemimpinan, motivasi, dan lingkungan kerja terhadap kinerja pegawai Dinas Kehewanan, Perikanan, dan Kelautan Kabupaten Klaten baik secara parsial maupun stimultan ada pengaruh signifikan. Sujoko (2003) hasil penelitiannya menunjukkan bahwa baik secara parsial maupun simultan kepemimpinan kepala sekolah dan lingkungan kerja berpengaruh terhadap kinerja guru SMU Negeri 3 Sukoharjo. Suseno (2002) penelitiannya mengenai pengaruh kepemimpinan, motivasi, komunikasi, partisipasi, dan kepuasan kerja Kabupaten Grobogan menunjukkan bahwa secara parsial kepemimpinan, motivasi, dan kepuasan, kerja berpengaruh secara signifikan terhadap kinerja pegawai pada Bappeda Kabupaten Grobogan. Akadun (2009) hasil penelitiannya menunjukkan bahwa peningkatan kinerja guru MI dapat dipengaruhi oleh kepemimpinan kepala sekolah, motivasi guru, dan peraturan pendidikan, kurikulum, sumber daya keuangan, sarana dan prasarana pendidikan, mutu tenaga kependidikan, dan input. Selain sarana dan prasarana, meningkatkan motivasi guru (0,170) juga menjadi alternatif strategi prioritas penting dalam peningkatan kinerja guru SMA Swasta Kota Pekanbaru. Strategi ini menjadi penting karena kinerja guru dapat meningkat apabila ada dorongan yang memotivasi guru untuk lebih giat bekerja. Hal ini sesuai dengan pendapat Asmani (2012) yang menyatakan bahwa sebagai motivator kepala sekolah harus mampu memberi dorongan sehingga seluruh komponen pendidikan dapat berkembang secara profesional. Selanjutnya Asmani juga menjelaskanbahwa jika target yang ditetapkan tidak terlasana, maka kepala sekolah harus cepat memberikan motivasi kepada bawahannya untuk bangkit dan lepas dari keterpurukan. Pendapat ini dapat diartikan bahwa dorongan/motivasi dari kepala sekolah memberi pengaruh kuat kepada kinerja guru, namun motivasi internal dari guru sendiri seperti adanya rasa tanggung jawab dan prestasi, juga harus dibangun demi tercapainya kinerja yang maksimal. Berikutnya Barnawi dan Arifin (2012) juga berpendapat bahwa strategi penting yang dapat dilakukan untuk meningkatkan kinerja guru salah satunya adalah motivasi kerja. Hal ini juga didukung oleh penelitian Rini (2010) dan Fauzar (2005) yang menyebutkan bahwa faktor motivasi berpengaruh positif dan signifikan terhadap kinerja pegawai ataupun karyawan. Penelitian Mulyanti (2010) dan Penelitian Firdaus (2012) menunjukkan bahwa variabel kompetensi guru dan motivasi berpengaruh positif terhadap kinerja guru. Enny (2004) menyebutkan bahwa ada pengaruh positif atau signifikan antara motivasi terhadap disiplin guru yang akhirnya membawa dampak positif bagi peningkatan kinerja guru. Alternatif pengembangan guru (0,159) merupakan alternatif strategi prioritas keempat dalam peningkatan kinerja guru SMA Swasta Kota Pekanbaru. Walau tidak merupakan prioritas paling utama, pengembangan guru SMA Swasta Kota Pekanbaru perlu dilakukan untuk mendayagunakan guru secara efektif dan efisien untuk mencapai hasil kinerja yang optimal. Pengembangan guru dapat dilakukan melalui pengembangan karir dan pengembangan profesi. Menurut Mulyasa (2012) pengembangan guru mencakup diantaranya promosi, mutasi, dan penilaian. Selanjutnya Mulyasa menjelaskan bahwa pengembangan guru perlu dilakukan pada setiap sekolah untuk memastikan bahwa guru tetap
25
dapat mempertahankan kualitas profesionalitasnya sesuai dengan kebutuhan sekolah dengan memberi penekanan pada pembentukan keterampilan profesional guna perbaikan layanan sekolah. Pengembangan profesi dilakukan diataranya melalui karya tulis, penelitian tindakan kelas, mereview buku dan membuat modul mata pelajaran. Alternatif pemberdayaan MGMP (Musyawarah guru mata pelajaran) merupakan prioritas kelima. MGMP adalah suatu forum atau wadah kegiatan profesional guru mata pelajaran sejenis. MGMP merupakan wadah yang sangat efektif untuk peningkatan kualitas guru, mulai dari pendalaman materi pembelajaran, metode pembelajaran sampai pelaksanaan penilaian dan evaluasi hasil penilaian. Walaupun pemberdayaan MGMP tidak menjadi prioritas utama dalam penelitian ini, tetapi MGMP SMA Swasta Kota Pekanbaru perlu terus diefektifkan karena melalui MGMP kompetensi guru terutama pedagogik dan kompetensi profesional dapat ditingkatkan. Hal ini didukung oleh hasil penelitian Lestari (2012) yang menyatakan bahwa kegiatan MGMP memberikan pengaruh positif terhadap kompetensi pedagogik, kompetensi profesional, serta kinerja guru. Begitu juga dengan hasil waancara penulis dengan responden/pakar dari pengawas sekolah menengah Dinas pendidikan Kota Pekanbaru mengatakan bahwa salah satu srategi peningkatan kinerja guru SMA Swasta Kota Pekanbaru adalah dengan mengikutsertakan guru pada diklat guru oleh lembaga resmi (MGMP, Dinas Pendidikan dan Yayasan Sekolah), bimbingan dan pelatihan yang diselenggarakan oleh kepala sekolah dan pengawas. Kepala sekolah dan pengawas harus mempunyai program bimbingan dan latihan untuk menindak lanjuti hasil supervisi kelas. Alternatif penilaian kinerja guru secara konsisten (0,144) dalam penelitian ini tidak merupakan prioritas utama, namun untuk melihat kemajuan dan keberhasilan tercapainya kinerja dan tujuan yang sudah ditetapkan dalam hal tercapainya pelaksanaan seluruh program/rencana pembelajaran yang sudah disusun, maka perlu dilakukan supervisi dan penilaian kinerja baik oleh kepala sekolah maupun oleh pengawas sekolah secara kontinyu/konsisten. Hal ini senada dengan Mulyasa yang menyatakan bahwa supervisi pada hakikatnya adalah melihat, meninjau, menilik dan menilai dari atas yang dilakukan oleh pihak atasan terhadap aktivitas, kreativitas dan kinerja bawahan. Hal ini senada dengan Daryanto (2013) yang menjelaskan bahwa penilaian kinerja guru juga untuk menunjukkan secara tepat tentang kegiatan guru di dalam kelas, dan membantu guru meningkatkan pengetahuan serta keterampilannya. Daryanto juga menyatakan bahwa pelaksanaan penilaian kinerja guru dilaksanakan untuk mewujudkan guru yang profesional, karena harkat dan martabat suatu profesi ditentukan oleh kualitas layanan profesi yang bermutu. Supervisi lebih ditekankan pada pembinaan dan peningkatan kemampuan dan kinerja guru dalam melaksanakan tugas di sekolah. Mulyasa (2012) juga berpendapat bahwa supervisi mengandung beberapa kegiatan pokok yaitu pembinaan yang kontinyu, pengembangan kemampuan profesional personel, perbaikan situasi belajar mengajar, dengan sasaran akhir pencapaian tujuan pendidikan dan pertumbuhan pribadi peserta didik. Hal ini juga senada dengan Maarif (2012) yang mengatakan bahwa salah satu langkah yang sesuai dilakukan untuk peningkatan kinerja organisasi adalah penilaian kinerja secara konsisten.
26
Hal ini juga sesuai dengan hasil penelitian Nursih (2010) yang menyatakan bahwa penilaian kinerja guru melalui supervisi yang dilakukan kepala sekolah sangat mempengaruhi kinerja guru. Suheri (2013) hasil penelitiannya menyebutkan supervisi akademik kepala sekolah berpengaruh positif dan signifikan terhadap kinerja mengajar muru. Berdasarkan beberapa pendapat ahli dan hasil penelitian terdahulu tersebut di atas dapat diartikan bahwa penilaian kinerja secara konsisten merupakan strategi penting bagi peningkatan kinerja guru, namun dari hasil penelitian ini menunjukkan bahwa penilaian kinerja guru secara konsisten bukan merupakan prioritas utama dan kurang mendapat perhatian. Namun walau demikian, penilaian kinerja guru SMA Swasta Kota Pekanbaru secara konsisten perlu menjadi prioritas penting dan tetap dilakukan secara berkala dan kontinyu. Hasil sintesis alternatif strategi terhadap fokus tersaji pada Gambar 6.
Gambar 6 Hasil sintesis alternatif strategi terhadap fokus utama Pengolahan Horizontal Pengolahan horizontal dibagi menjadi 3 (tiga) bagian tingkat unsur, yakni (1) pengolahan antar unsur aktor pada tingkat ketiga, untuk melihat pengaruh suatu unsur aktor terhadap unsur faktor di tingkat kedua, (2) pengolahan unsur tujuan pada tingkat keempat, untuk melihat pengaruh suatu unsur tujuan terhadap unsur aktor di tingkat ketiga dan (3) pengolahan unsur alternatif strategi pada tingkat kelima, untuk melihat pengaruh suatu unsur alternatif strategi terhadap unsur faktor tujuan di tingkat keempat. Unsur Aktor Terhadap Faktor Berdasarkan Tabel 5, tiga faktor dari delapan faktor lain yakni motivasi hygiene (F6), prasarana (F8), dan kepribadian (F3), memiliki prioritas penting bagi aktor kepala sekolah dalam rangka peningkatan kinerja guru SMA Swasta Kota Pekanbaru. Dari tiga faktor tersebut, F6 (0,429) adalah yang paling penting diperhatikan kepala sekolah dalam rangka peningkatan kinerja guru. Berdasarkan bobot prioritas faktor tersebut menunjukkan bahwa kepala SMA Swasta Kota Pekanbaru diharapkan lebih fokus perannya pada faktor-faktor
27
tersebut terutama faktor motivasi hygiene (F6) yang mendorong guru SMA Swasta Kota Pekanbaru termotivasi untuk lebih giat bekerja. Faktor hygiene tersebut meliputi: (1) supervisi/penilaian kinerja oleh kepala sekolah dan pengawas Dinas Pendidikan, (2) Kebijakan sekolah, (3) Kondisi sekolah tempat guru mengajar, (4) Gaji/upah, (5) Hubungan sesama guru, dan (6) Keamanan kerja. Hal ini sesuai dengan teori Herzberg dalam Mangkuprawira (2009) yang menyatakan bahwa hal-hal yang mempengaruhi karyawan termotivasi untuk bekerja adalah karena penyelia/supervisor, kebijakan perusahaan, kondisi kerja, gaji/upah, hubungan sejawat dan keamanan kerja. Meskipun demikian kepala sekolah diharapkan tetap memperhatikan semua faktor lainnya seperti terdapat pada Tabel 5. Hal ini dikarenakan bahwa semua faktor tersebut merupakan satu kesatuan unsur tugas yang saling mendukung atau sinergis dan penunjang kinerja guru yang tak dapat dipisahkan satu sama lain. Faktor lain yang penting diperhatikan bagi aktor selain kepala sekolah yaitu guru, pengawas dan Dinas Pendidikan. Guru mempunyai prioritas utama pada tiga faktor yaitu kompetensi profesional (F2), disusul motivasi motivator (F5), dan faktor kompetensi pedagogik (F1) dengan bobot 0,522, 0,439, dan 0,431; pengawas mempunyai prioritas tertinggi pada faktor kompetensi sosial (F4) dan kepribadian dengan bobot 0,265 dan 0,219, sedangkan dinas pendidikan mempunyai prioritas utama pada sarana (F7) dan prasarana (F8) dengan bobot 0,221 dan 0,207 seperti terlihat pada Tabel 5. Tabel 5 Bobot pengolahan horizontal unsur aktor terhadap unsur faktor Faktor Aktor FI F2 F3 F4 F5 F6 F7 F8 Guru 0,431 0,522 0,258 0,226 0,439 0,233 0,274 0,288 Kepala Sekolah 0,337 0,246 0,351 0,324 0,341 0,429 0,346 0,359 Pengawas 0,140 0,123 0,219 0,265 0,121 0,189 0,159 0,146 Dinas Pendidikan 0,092 0,109 0,172 0,185 0,100 0,159 0,221 0,207 Kepala sekolah menjadi aktor penting dan mendapat prioritas utama dalam mencapai kinerja optimal guru SMA Swasta Kota Pekanbaru khususnya pada unsur faktor motivasi hygiene (F6) disusul oleh unsur faktor fasilitas prasarana (F8), unsur faktor kompetensi kepribadian (F3), disusul oleh unsur faktor fasilitas sarana (F7) dan unsur faktor kompetensi motivator (F5). Sehubungan dengan pentingnya peran kepala sekolah bagi peningkatan kinerja guru SMA Swasta Kota Pekanbaru, kepala sekolah membutuhkan strategi terutama dalam hal pelaksanaan fungsi kepemimpinan kepala sekolah yang optimal, penyediaan sarana dan prasarana, dan peningkatan motivasi guru. Sehubungan dengan pentingnya peran seorang kepala sekolah, maka para pakar memberikan pendapat agar kepala sekolah SMA Swasta Kota Pekanbaru merupakan orang yang arif, bijaksana dan berwibawa, berpengalaman, profesional, punya wawasan dan pengetahuan yang dalam mengenai dunia pendidikan, menguasai kompetensi kepala sekolah, serta memiliki kemampuan yang baik terkait
28
pengetahuan dan pemahaman terhadap manajemen dan kepemimpinan serta tugas yang dibebankan kepada kepala sekolah. Kompetensi yang harus dikuasai kepala sekolah meliputi kompetensi manajerial, supervisi, sosial, kepribadian dan kewirausahaan (Kemendiknas 2007). Unsur Tujuan Terhadap Aktor Tabel 6 adalah Tabel yang menunjukkan aktor yang paling berpengaruh dalam tercapainya tujuan meningkatkan profesionalisme guru, meningkatkan kualitas proses pembelajaran dan meningkatkan citra sekolah. Tabel 6 Bobot pengolahan horizontal unsur tujuan terhadap unsur aktor Aktor Tujuan Guru Kepala sekolah Pengawas Disdik Kota Pekanbaru MPG 0,369 0,391 0,320 0,471 MKPP 0,369 0,315 0,419 0,438 MCS 0,170 0,213 0,261 0,263 Aktor yang paling berpengaruh bagi tercapainya tujuan meningkatkan profesionalisme guru (MPG) adalah pengawas (0,471). Hal ini adalah karena tercapainya peningkatan profesionalisme guru, tidak terlepas dari dukungan dan peran pengawas karena pengawas bertugas sebagai penilai dan pembina guru dalam bentuk supervisi manajerial/administrasi guru, serta melakukan pembinaan dan bimbingan untuk meningkatkan keprofesionalan guru. Dari hasil penilaian yang dilakukan oleh pengawas terhadap kinerja guru terkait seluruh kegiatan proses pembelajaran yang dilaksanakan guru, pengawas memberikan informasi berupa masukan dan saran kepada guru yang merupakan umpan balik bagi guru untuk mengetahui kelemahan ataupun kekurangan guru, bila ada kekurangan atau kelemahan guru, pengawas memberikan pembinaan sehubungan dengan kekurangan ataupun kelemahan tersebut sehingga memberi dampak terhadap meningkatnya kompetensi guru yang pada akhirnya meningkatkan keprofesionalan guru dalam melaksanakan pembelajaran. Aktor kepala sekolah memiliki peran penting dalam tercapainya tujuan meningkatkan kualitas proses pembelajaran (MKPP) dengan bobot 0,438. Proses pembelajaran yang berkualitas dapat dicapai apabila dalam kepemimpinannya kepala sekolah melaksanakan seluruh fungsi, tugas dan perannya secara optimal untuk mencapai terwujudnya sekolah efektif dan pembelajaran berkualitas. Hal ini sebagaimana yang dinyatakan Mulyasa (2012) bahwa salah satu kepemimpinan kepala sekolah yang efektif adalah mampu memberdayakan pendidik dan tenaga kependidikan serta seluruh warga sekolah lainnya untuk mewujudkan proses pembelajaran yang berkualitas, lancar, dan produktif. Agar terwujud proses pembelajaran yang berkualitas, kepala SMA Swasta Kota Pekanbaru harus melakukan pengawasan dan pemantauan terhadap proses pembelajaran yang dilaksanakan guru-guru secara maksimal, konsisten dan merata kepada seluruh guru-guru. Aktor yang berperan utama dalam tercapainya tujuan meningkatkan citra sekolah adalah guru dengan bobot 0,263. Menurut Daryanto (2013) citra guru
29
tercermin melalui keunggulan mengajar, memiliki hubungan yang harmonis dengan peserta didik, dengan sesama teman seprofesi, dan pihak lain dalam sikap maupun kemampuan profesional. Menurut Syah (Daryanto 2013) rendahnya tingkat kompetensi profesionalisme guru, penguasaan guru terhadap materi dan metode pengajaran yang masih berada di bawah standar, penyebab rendahnya mutu guru yang bermuara pada rendahnya citra guru. Selanjutnya Daryanto menyatakan profesionalisme salah satu garansi peningkatan citra guru. Berdasarkan penjelasan ini maka diharapkan guru SMA Swasta Kota Pekanbaru yang memiliki peranan penting dalam meningkatkan citra sekolah, harus meningkatkan keprofesionalannya dan menjaga citranya terus menerus sehingga apabila guru sudah profesional, citra guru menjadi baik maka citra SMA Swasta Kota Pekanbaru juga baik. Unsur Alternatif Strategi Terhadap Tujuan Tabel 7 Bobot pengolahan horizontal alternatif strategi terhadap unsur tujuan Alternatif strategi Pengembangan guru Peningkatan motivasi guru Pengoptimalan fungsi kepemimpinan kepala sekolah Pemberdayaan MGMP Penilain kinerja guru secara konsisten Penyediaan sarana prasarana yang memadai
Tujuan MPG 0,141 0,178
MKPP 0,185 0,172
MCS 0,140 0,156
0,209 0,133 0,166 0,193
0,159 0,181 0,125 0,179
0,198 0,191 0,143 0,173
Tabel 7 menunjukkan tingkat kepentingan tujuan terhadap alternatif strategi dan memberikan informasi terkait dengan pilihan strategi yang paling utama dalam mencapai tujuan yang ingin dicapai. Untuk mencapai tujuan meningkatkan profesionalisme guru (MPG), alternatif strategi yang memiliki prioritas tertinggi untuk dilaksanakan adalah pengoptimalan fungsi kepemimpinan kepala sekolah dengan bobot 0,209. Fungsi dan tugas kepala sekolah oleh Asrori yang diacu Asmani (2012) adalah sebagai educator, manajer, administrator, supervisor, leader, inovator, motivator dan entrepreneur. Sebagai supervisor kepala sekolah berperan dalam upaya membantu mengembangkan profesionalitas guru dan tenaga kependidikan. Sebagai motivator, kepala sekolah harus mampu memberikan dorongan, sehingga seluruh komponen pendidikan dapat berkembang secara profesional. Sebagai manajer kepala sekolah memfasilitasi dan memberikan kesempatan yang luas kepada para guru untuk dapat melaksanakan kegiatan pengembangan profesi melalui berbagai kegiatan pendidikan dan pelatihan. Penjelasan ini berarti pengoptimalan fungsi kepemimpinan kepala sekolah SMA Swasta Kota Pekanbaru untuk meningkatkan profesionalisme gurunya adalah sangat penting terutama pada peran sebagai supervisor, motivator dan manajer. Tujuan meningkatkan kualitas proses pembelajaran (MKPP), alternatif strategi yang memiliki prioritas tertinggi adalah dengan pengembangan guru (0,185). Pengembangan guru yang dapat dilakukan bagi guru SMA Swasta Kota
30
Pekanbaru adalah melalui kegiatan pengembangan karir (penugasan, promosi, dan naik pangkat), dan pengembangan profesionalisme seperti yang dinyatakan Suprihatiningrum (2013) yakni melaksanakan kegiatan karya tulis/karya ilmiah dibidang pendidikan; menemukan teknologi tepat guna dibidang pendidikan; membuat alat pelajaran/peraga atau alat bimbingan; menciptakan karya seni; dan mengikuti kegiatan pengembangan kurikulum. Untuk mengaplikasikan peningkatan kualitas proses pembelajaran (MKPP) melalui pengembangan guru, maka guru, sekolah, yayasan yang menaungi SMA Swasta Kota Pekanbaru dan dinas pendidikan serta instansi terkait, dapat bersinergi untuk melakukan pengembangan guru baik dengan melakukan promosi, mutasi, penugasan, dan naik pangkat, maupun dengan pengembangan profesi baik inisiatif guru sendiri maupun difasilitasi oleh stakeholders SMA Swasta Kota Pekanbaru untuk lebih aktif melakukan kegiatan karya tulis/ilmiah, membuat alat pelajaran/peraga, menciptakan karya seni dan sebagainya seperti yang sudah dijelaskan di atas. Tujuan meningkatkan citra sekolah (MCS), alternatif strategi yang memiliki prioritas tertinggi adalah pengoptimalan fungsi kepemimpinan kepala sekolah dengan bobot 0,198. Oleh karena kepala sekolah merupakan pimpinan yang bertugas dan bertanggungjawab atas terlaksananya seluruh manajemen sekolah terutama keberlangsungan proses belajar mengajar di kelas, maka kepala sekolah SMA Swasta Kota Pekanbaru harus mengoptimalkan fungsi, tugas dan perannya dalam membuat segala kebijakan sehingga dapat meningkatkan dan menciptakan suasana/proses belajar mengajar yang sesuai dengan budaya dan peraturan-peraturan yang ada, dan menciptakan terobosan-terobosan dalam mengelola manajemen sekolah yang dapat menimbulkan/melahirkan semangat mengajar dan belajar diantara guru dan siswa serta tenaga kependidikan lainnya yang bertugas di SMA Swasta Kota Pekanbaru sehingga tercapai tujuan pendidikan yang bermutu yaitu mencerdaskan kehidupan bangsa dan membentuk watak serta peradaban bangsa yang bermartabat sehingga berdampak luas terhadap masyarakat di sekitarnya yang akhirnya menimbulkan penilaian/citra yang baik terhadap sekolah tersebut. Implikasi Manajerial Dari hasil penelitian dapat diketahui bahwa strategi peningkatan kinerja guru SMA Swasta Kota Pekanbaru dapat dilakukan dengan: (1) mengoptimalkan fungsi kepemimpinan kepala sekolah dan meningkatkan ketersediaan sarana prasarana yang memadai. Pengoptimalan fungsi kepemimpinan kepala sekolah dilakukan melalui peningkatan pelaksanaan fungsi kepala sekolah sebagai planning (perencanaan), organizing (pengorganisasian) dan controlling (pengawasan) yang dapat dilaksanakan melalui tugasnya sebagai educator, manajer, administrator, supervisor, leader, innovator dan entrepreneur. Sebagai educator kepala sekolah bertugas mengajar/membimbing siswa, membimbing, membina dan mengembangkan guru, sebagai manajer menyusun program, organisasi sekolah, menggerakkan guru dan mengoptimalkan sarana pendidikan. Dari semua tugas kepala sekolah yang paling penting dioptimalkan adalah tugas kepala sekolah sebagai supervisor, motivator dan manajer. Sebagai supervisor menyusun program supervisi dan melaksanakannya, serta mengembangkan profesionalitas guru. Sebagai motivator memberi dorongan dengan mengatur
31
lingkungan kerja, suasana kerja dan memperhatikan kesejahteraan guru dan karyawan, sehingga seluruh komponen sekolah dapat berkembang secara profesional. Penyediaan sarana prasarana yang memadai adalah dengan memperhatikan prioritas sarana prasarana penunjang pembelajaran yang cukup dan up to date, sehingga dapat membantu kelancaran proses pembelajaran seperti ketersediaan buku-buku pelajaran/sumber belajar lainnya, laboratorium, tempat berolahraga, tempat beribadah, tempat berkreasi, dan ruang/tempat lainnya; (2) untuk memfasilitasi guru-guru SMA Swasta Kota Pekanbaru dalam meningkatkan kinerjanya terkait faktor kompetensi terutama kompetensi profesional dan kompetensi pedagogik dapat dilakukan dengan mengikut sertakan guru dalam diklat resmi baik MGMP, maupun yang diadakan Dinas Pendidikan dan yayasan/SMA Swasta sendiri serta bimbingan dan pelatihan dari kepala sekolah dan pengawas sekolah dari Dinas Pendidikan melalui program bimbingan dan latihan yang sudah direncanakan sekolah dan pengawas; (3) meningkatkan kualitas proses pembelajaran adalah menjadi tujuan utama yang harus diperhatikan dan dilaksanakan secara maksimal, hal ini dapat dilakukan antara lain dengan penggunaan metode pembelajaran yang beragam, sesuai kebutuhan siswa dan penggunaan alat peraga yang inovatif; (4) faktor motivasi sebagai pendorong untuk lebih giat bekerja dan meningkatkan kinerja guru perlu untuk diperhatikan melalui peningkatan pemantauan dan pengawasan terhadap guru dalam melaksanakan tugas, memberikan reward dan punishment sesuai kinerja yang dicapai dalam waktu yang sudah ditetapkan.
4 SIMPULAN DAN SARAN
Simpulan Berdasarkan hasil analisis yang telah dilakukan, dapat disimpulkan bahwa faktor utama yang paling mempengaruhi peningkatan kinerja guru SMA Swasta Kota Pekanbaru adalah kompetensi profesional dan pedagogik guru. Aktor yang memiliki prioritas utama atau yang paling berpengaruh dalam peningkatan kinerja guru SMA Swasta Kota Pekanbaru adalah kepala sekolah dan guru. Tujuan utama peningkatan kinerja guru SMA Swasta Kota Pekanbaru adalah meningkatkan kualitas proses pembelajaran. Alternatif strategi yang menjadi prioritas utama dalam rangka peningkatan kinerja guru SMA Swasta Kota Pekanbaru adalah pengoptimalan fungsi kepemimpinan kepala sekolah dengan ketersediaan sarana dan prasarana yang memadai. Ini berarti bahwa pengoptimalan fungsi kepemimpinan kepala sekolah dengan ketersediaan sarana dan prasarana yang memadai merupakan strategi yang paling sesuai untuk diterapkan pada SMA Swasta Kota Pekanbaru dalam rangka meningkatkan kinerja gurunya. Pada penelitian ini faktor motivasi mendapat prioritas relatif rendah dibandingkan dengan faktor lainnya, namun sebagai pendorong peningkatan kinerja guru, faktor motivasi perlu menjadi perhatian agar guru lebih termotivasi meningkatkan kinerjanya menjadi maksimal. Faktor motivasi yang perlu diperhatikan antara lain meningkatkan pengawasan dan pemantauan
32
kepada guru dalam melaksanakan pengajaran, memberikan penghargaan kepada guru yang memiliki kinerja terbaik dan memberikan sanksi kepada guru yang lalai dalam melaksanakan tugas. Saran Berdasarkan hasil penelitian dan simpulan diatas maka disarankan beberapa hal: 1. Kepada Dinas Pendidikan dan Yayasan yang memiliki sekolah SMA, dalam hal memilih, menetapkan, atau mengangkat kepala sekolah khususnya pada SMA Swasta Kota Pekanbaru, perlu memperhatikan kompetensi kepala sekolah terutama yang berkaitan dengan kemampuan manajerial dan kepemimpinan kepala sekolah yang efektif. Hal ini dikarenakan terjadinya perubahan/perkembangan yang begitu cepat dibidang teknologi informasi dan komunikasi serta berat dan kompleksnya beban tugas yang dihadapi kepala sekolah dalam melaksanakan tugas di era globalisasi ini. Dinas Pendidikan Kota Pekanbaru dan yayasan secara bersama-sama melakukan evaluasi kinerja secara periodik sehingga tindak lanjutnya dapat berguna untuk melihat kebutuhan pelatihan dan melakukan pelatihan terhadap kepala sekolah maupun guru berkaitan peningkatan kemampuan manajerial dan profesionalisme sesuai bidangnya masing-masing. 2. Faktor kompetensi terutama kompetensi profesional maupun kompetensi pedagogik harus menjadi perhatian utama bagi guru dan kepala sekolah dalam rangka peningkatan kinerja guru. Penguasaan kedua kompetensi tersebut perlu ditingkatkan secara terus menerus melalui pembinaan dan bimbingan dari kepala sekolah ataupun pengawas, atau melalui pelatihan yang diselenggarakan oleh sekolah/yayasan bersinergi dengan MGMP, pengawas dan Dinas Pendidikan Kota Pekanbaru. 3. Yayasan/sekolah SMA Swasta harus memperhatikan dan menyediakan sarana dan prasarana sekolah yang memadai yang dapat menunjang kelancaran terlaksananya proses belajar mengajar.
DAFTAR PUSTAKA
Akadun. 2009. Faktor Peningkatan Kinerja Guru Dalam Perspektif Kepemimpinan Kepala Sekolah. [Jurnal] Sumedang [ID]. [Internet] [diunduh 5 Desember 2012]. Tersedia pada http://jurnal.fip.um.ac.id/ ilmu pendidikan/faktor-peningkatan-kinerjaguru-dalam-perseptif kepemimpinan kepala-sekolah/ Akuntono I. 2012. Jakarta [ID] Kompas. [Jumat, 16 Maret 2012]. [Internet] [diunduh pada tanggal 16 Mei 2013]. Tersedia pada edukasi.kompas.com /read/2012/3/1/6/17455390/rata-rata.hasiluji.kompetensi.guru.masih rendah]
33
Alfa D. 2012. Kontribusi Kompetensi Dan Motivasi Kerja Terhadap Kinerja Guru Di SMA Negeri 1 Gunung Toar Kabupaten Kuantan Singingi. [Tesis]. Bandung [ID]. [Internet]. [Diunduh Tanggal 5 April 2013]. Tersedia pada http://repository.upi.edu/tesisview.php?no.tesis=2. Asmani J.M. 2012. Tips Menjadi Kepala Sekolah Profesional. Jogjakarta [ID]. Diva Press. Barnawi dan Arifin M. 2012. Kinerja Guru Profesional. Jogjakarta [ID] Ar-ruzz Media. Budiningsih. 2004. Pengaruh Kepemimpinan, Motivasi, dan Lingkungan Kerja terhadap Kinerja Pegawai Dinas Kehewanan, Perikanan, dan Kelautan Kabupaten Klaten. [BSNP] Badan Standar Nasional Pendidikan. 2009. Jakarta [ID]. Daryanto. 2013. Standar Kompetensi dan Penilaian Kinerja Guru Profesional. Gava Media.Yogyakarta. Dekawati I. 2011. Manajemen Pengembaangan Guru. Bandung [ID]. Jurnal Cakrawala Pendidikan No.2. Juni 2011, Th XXX. [Internet] [Diunduh Tanggal 8 April 2013]. Tersedia pada repository.upi.ic.id. Dewi R, Suryawati E, dan Fauziah Y. 2012. Persepsi Guru Biologi SMA Kota Pekanbaru Terhadap Integrasi Nilai-Nilai Karakter Dan Budaya Bangsa Pada Mata Pelajaran Biologi Tahun Ajaran 2011/2012 [Jurnal]. Pekanbaru [ID]. [Diunduh tanggal 4 April 2013]. Tersedia pada [http://repository.unri.ac.id/ bitstream/123456789/1543/1/JURNAL%20RATNA%20DEWI%20%280805 120746%29%20Pend.%20Biologi%20-%20Copy.pdf]. Enny F. 2004. Pengaruh Motivasi Kerja dan Evaluasi Kerja Terhadap Disiplin Kerja Guru SMA Negeri Kota Pekanbaru [Tesis]. Padang [ID]: Universitas Putra Indonesia. Fauzar. 2005. Upaya Peningkatan Kinerja Pegawai Pemerintah Kabupaten Indragiri Hilir (Kasus Sekretariat Daerah Kabupaten Indragiri Hilir, Riau). [Tesis]. Bogor [ID]. IPB. Firdaus Y. 2012. Pengaruh Gaya Kepemimipinan Kepala Sekolah dan Motivasi Kerja Guru Terhadap Kinerja Guru: Survei Tehadap Sekolah Menengah Atas Di Kota Bandung. Bandung [ID]. [Internet] [Diunduh April 2013]. Tersedia pada repository upi.ic.id. Hanafi A. 2005. Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Kinerja Guru Matematika Dalam Pelaksanaan Kurikulum Berbasis Kompetensi (KBK) Pada Sekolah Menengah Atas Kota Palembang. Palembang [ID]. [Diunduh Tanggal 14 April 2013]. Tersedia pada univpgri.palembang.ic.id. Hasibuan MSP. 2005. Manajemen Sumber daya Manusia. Jakarta [ID]: PT Bumi Aksara. Hermawati D. 2009. Pengaruh Manajemen Sarana Prasarana dan Motivasi Kerja Terhadap Kinerja Pegawai di Inspektorat Kota Cimahi [Tesis]. Bandung [ID]. Diunduh pada 6 April 2013. Tersedia pada repository upi.ic.id. [Kemendiknas] Kementerian Pendidikan Nasional Republik Indonesia. 2007. Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Nomor 13 Tahun 2007 tentang Standar Kepala Sekolah dan Madrasah. Jakarta [ID]: Kemendiknas Republik Indonesia. Kemendiknas.
34
[Kemendiknas] Kementerian Pendidikan Nasional Republik Indonesia. 2005. Undang-Undang Pendidikan Nomor 14 Tahun 2005 Tentang Guru dan Dosen. Jakarta [ID]: Kemendiknas. [Kemendiknas]. Kementerian Penddikan Nasional. Peraturan Pemerintah No. 19 Tahun 2005 tentang Standar Nasional Pendidikan Pasal 42. Jakarta [ID]: Kemendiknas. [Kemendiknas] Kementerian Pendidikan Nasional. 2006. Pusat Statistik Pendidikan tentang Ikhtisar Data Pendidikan Nasional Tahun 2005 sampai 2006. Jakarta [ID]: Kemendiknas. Lestari DT. 2012. Model PKB (Pengembangan Keprofesian Berkelanjutan) Melalui Kegiatan MGMP (Musyawarah Guru Mata Pelajaran) Dalam Upaya Meningkatkan Kompetensi Pedagogik Dan Profesional Serta Dampaknya Terhadap Kinerja Guru : Suatu Studi Terhadap Guru-Guru IPA SMP Di Kota Bandung [Tesis]. Bandung [ID] [Internet] Diunduh tanggal April 2013]. Tersedia pada http://repository.upi.edu/tesisview.php? notesis=2043. Maarif MS dan Tanjung H. 2003. Teknik-Teknik Kuantitatif Untuk Manajemen. Jakarta (ID): Gramedia Widiasarana Indonesia. Maarif MS dan Kartika L. 2012. Manajemen Kinerja Sumber Daya Manusia. Implementasi Menuju Organisasi Berkelanjutan. Bogor [ID]: IPB Press. Mangkuprawira S. 2011. Manajemen Sumberdaya Manusia Strategik. Bogor [ID] Galia Indonesia. Mangkuprawira S. 2009. Horison Bisnis Manajemen dan SDM. Bogor [ID]. IPB Press. Marimin dan Maghfiroh N. 2011. Aplikasi Pengambilan Keputusan dalam Rantai Pasok. Bogor [ID]. IPB Press. Masaong AK. 2012. Supervisi Pembelajaran dan Pengembangan Kapasitas Guru. Bandung [ID]: Penerbit Alfabeta. Muftukin A. 2005. Analisis Pengaruh Lingkungan Kerja, Sarana Prasarana, dan Kemampuan Kerja Terhadap Kepuasan Kerja. Mulyanti D. 2010. Pengaruh Kepemimpinan Kepala Sekolah Terhadap Kompetensi dan Motivasi Guru Serta Implikasinya Terhadap Kinerja Guru IPS SMP Se-Kota Cimahi. UPI Bandung. Mulyasa. 2012. Manajemen Kepemimpinan dan kepala Sekolah. Jakarta [ID]. PT Bumi Aksara. Nursih. 2010. Pengaruh Layanan Supervisi Kepala Sekolah dan Motivasi Berprestasi Terhadap Kinerja Guru Pendidikan Jasmani (Studi tentang Persepsi Guru pada Sekolah Dasar Negeri di Kabupaten Majalengka). Bandung [ID]: UPI. Permadi B. 1992. Buku Petunjuk Teori dan Aplikasi AHP. Jakarta [ID]: UI. Rini M. 2010. Analisis Pengaruh Faktor-Faktor Motivasi terhadapKinerja Kerja KaryawanPT Exsamap Asia [Tesis].Bogor [ID]: IPB. Saaty TL. 1991. Pengambilan Keputusan Bagi Para Pemimpin. Jakarta [ID]: PT. Dharma Aksara Perkasa. Safitri I, Ungsi, Jabar M. 2013. Perbedaan Penilaian Kepala Sekolah dan Penilaian Diri Sendiri Terhadap Kompetensi Pedagogik Guru Produktif SMK 1 Pariaman. CIVED.1 (1):60-65.ISSN 23302-3341.
35
Setiawan N dan Ningsih T. 2010. Penilaian Kinerja Guru Bersertifikat di Madrasah Aliyah Negeri (MAN) Purwokerto. Jurnal Penelitian dan Evaluasi Pendidikan. 2 (1): 1-31. Simbolon M. 2012. Pengaruh Kualifikasi Akademik Guru Dan Kompetensi Profesional Terhadap Kinerja Guru Atas Dasar Penilaian Kepala Sekolah (Sensus Pada Guru Mata Pelajaran Kesenian Tingkat Sekolah Menengah Atas di Kota Binjai Sumatera Utara). [Tesis]. Bandung [ID]. [Internet] [Diunduh tanggal 1 April 2013]. Tersedia pada http://repository.upi.edu/ tesisview.php?no_tesis=2043 Suheri HK. 2013. Pengaruh Supervisi Akademik Kepala Sekolah dan Iklim Organisasi Terhadap Kinerja Mengajar Guru SMA Negeri diKabupaten Subang. [Tesis]. Bandung (ID. [Internet]. [diunduh tanggal 6 April 2013]. Bisa didapat padafile:///C:/Users/Asus/ Downloads/ suheri% 20upi %20 absr %20kepm.htm. Sujoko. 2003. Pengaruh Kepemimpinan Kepala Sekolah dan Lingkungan Kerja Tehadap Kinerja Guru SMU Negeri 3 Sukoharjo. Sukoharjo [ID]. Sunaryo N. 2012. Pengaruh Fungsi Kepemimpinan Kepala Sekolah dan Iklim Sekolah Terhadap Kinerja Mengajar Guru-Guru SD Negeri Di Kecamatan Cikarang Utara Kabupaten Bekasi [Tesis]. Bandung [ID]. [Internet] [Diunduh April 2013]. Tersedia pada repository.upi.ic.id. Suprihatiningrum J. 2013. Guru Profesional: Pedoman Kinerja, Kualifikasi & Kompetensi Guru. Jakarta [ID]: Arr-ruzz Media. Suseno. 2002. Pengaruh Kepemimpinan, Motivasi, Komunikasi, Partisipasi, dan Kepuasan Kerja Kabupaten Grobogan. Swastika C. 2003. Persepsi Karyawan Terhadap Kinerja Humas RCTI. IPB. Bogor. Tilaar AR. 2002. Membenahi Pendidikan Nasional. Jakarta [ID]. PT Rineka Cipta. Widodo. 2011. Pengaruh Budaya Organisasi dan Motivasi Kerja Terhadap Kinerja Guru. Jurnal Pendidikan Penabur Nomor 16. Juni 2011. Yasin AF. 2011. Pengembangan Kompetensi Pedagogik Guru Pendidikan Agama Islam di Malang, Studi Kasus di MIN Malang I. Malang [ID].
36
LAM MPIRAN
Lamppiran 1 Taabel persenttase kelayaakan mengajar kepalaa sekolah dan guru meenurut jenjaang pendidikkan
Sumbber: Depdikknas (2006))
37
Lampirann 2 Gambbar perbandiingan komp petensi pedaagogik dan profesionall guru menurrut madrasaah dan sekollah
Suumber: BSN NP 2009
38
Lamppiran 3 Seppuluh besarr provinsi yang y memiliiki nilai rataa-rata UKA A tertinggi dann lima provvinsi yang niilai UKA teerendah.
uji kompeetensi guru.com/2012/03/pengumu muman uji Sumbber: Kompas (www.uj kompettensi-awal-uuka-guru.httml).
uji kompeetensi guru.com/2012/03/pengumu muman uji Sumbber: Kompas (www.uj kompettensi-awal-uuka-guru.httml).
A
B B B B B B B B B
E
F
G
I
J
B B B B B A B B B B B B B A A B B B
B B A B B A B B B B B A B B A B B B
B B B B B B B B B
B B A B B B B B B
B B A B B B B B B
B B A B B B B B B
C D D A B A B B B
B B
B B
B
B
B
B
B
B B
B B
B
B
B
B
B
B
B
B
B
B
A A
A A
A
A
B
B
B
A
A
A
A
A
B B
B B
B
B
B
B
B
B
B
B
B
B
B B
B B
B
B
B
B
B
B
B
B
A
B
B B
B B
B
B
B
B
B
B
B
B
B
B
B B
B B
B
B
B
B
B
B
B
B
B
B
A B
A A
A
A
B
A
A
B
B
B
A
A
B B
B B
B
B
B
B
B
B
B
B
A
B
A A
A A
A
A
B
A
B
B
B
A
A
A
B B
B B
B
B
B
A
B
B
B
B
B
B
A A
B A
B
A
B
B
B
A
B
A
A
A
B B
B B
B
B
B
B
B
B
B
B
B
A
Keterangan Rentang Nilai Kinerja: A=91-100,B=76-90, C=61-75, D=51-60, E=<50 A=Maksimal. B=Baik/Blm maksimal, C=Cukup, D=Kurang, E=Kurang sekali A=22.33%, B=74%, C=1.48%, D=0.49%
M N
K L
H
B
B A B A B A A C B
B
A
D
B A B A A A B C B
B B A A A A B B B
B
B
B B
B B
B
B
B
B
B
B
B
B
B
A
B B
A B
B
B
B
B
B
B
B
B
B
B
A B
B B
B
B
B
B
B
B
B
B
B
A
B B
B B
B
B
B
B
B
B
B
B
B
B
B A
B B
B
B
B
A
A
B
B
A
A
B
B B
B B
B
B
B
A
A
A
B
B
B
A
B B
B
B
B
B
B
B
B
B
B
B
B B A B A B
B B B B
B B
B B
B B
B B
B B
B C
B C
B B
B A
B A
3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 26 27 28 29 30 31
C
2
B A A A B A A C B
1
Rekapitulasi Nilai Kinerja Guru SMA Swasta Pekanbaru Tahun 2011/2012 Nama Sekolah
A
No
Mapel
Lampiran 4 Tabel rekapitulasi nilai kinerja guru SMA swasta kota Pekanbaru (setelah diolah)
39
40
Lanjutan Lampiran 4 Keterangan Tabel A. Bahasa Indo B. Agama C. PPKN D. Fisika E. Biologi F. Kimia G. Matematika H. Sejarah I. Ekonomi J. Muatanlokal K. Kesenian L. Olahraga M. Bahasa Arab Nama SMA Swasta Kota Pekanbaru 1. SMA Annur 2. ……. Kalam kudus 3. ….... Santa maria 4 …… PGRI 5. …… YLPI Marpoyan 6. ……. Muhamadiyah 7. ……. Taruna 8. …… Datuk batu hampar 9. …….. SEDAR 10…… SERA 11. …… Nurul Farah 12. ……. Babusalam 13. …… Tri Bakti 14. ……. Alhuda 15 …… Annas 16 …….. Budiluhur 17. ….. Cendana 18.. …… Plus Bina Bangsa 19. ……. Asshofa. 20 …... Wdya Graha 21. ….. Handayani 22. …… Witama Nasional plus 23. …… Djuwita 24…….. Insan Terpuji 25. …….. Dharma Loka 26 . ……. Kusuma 27. ……. Alittihad 28 . ….. Dharma Yuda 29 …… Bina Mitra Wahana 30 …….. Alazhar Syifa Budi 31 …… Olahraga Masmur
41
Lampiran 5 Tabel data jumlah guru SMA Swasta Kota Pekanbaru tahun 20112012 (Sumber Dinas Pendidikan Kota Pekanbaru). No
Alamat
SMA Alhuda SMA Djuwita SMA Babussalam SMA PGRI SMA YLPI SMA Widya Graha SMA Kalam Kudus SMAWitamaNas. Plus SMA Santa Maria SMA Handayani SMA Alazhar Syifa Budi SMA Annur SMAMuhamadiyah 01 SMA Plus BinaBangsa SMA Taruna
Jl. Hr Soebrantas No.57 Jl. Arengka Komplek Gardenia 13-22 Jl. Hr Soebrantas Km 9 No.62 Jl. Brigjen Katamso No.44 Jl. Kaharudin Nasution Km.11 Jl. Banda Aceh Gg. Nangka Jl. Lokomotif No.118 Jl. Tanjung Datuk No. 339 Jl. R.Warsito No. 26 Jl. Kapt. Fadilah No. 1 Jl. Letjen Katamso
Tampan
Jl. Sisingamangaraja Jl. KH.A. Dahlan No.90 Jl. Ketitiran No.24 Jl. Melur Gg.Lili II
Pku. Kota Sukajadi
17 65 22 16
Jl. Teratai No.29 Jl. Prof.M.Yamin SH. No.57 Jl. Mesjid Raya Mesjid Alittihad Kompleks Chefron Rumbai Jl. Bukit barisan Jl. Segar No.40 Jl. Hangtuah Gg. Soponyono
Senapelan
35 34 29 24
SMA Serirama SMA Setiadarma SMA Nurulfalah SMA Alittihad SMA Kusuma SMA Insan Terpuji SMA Datuk Batu Hampar SMA Annas SMA Cendana SMA Budi Luhur SMA Darma yudha SMA Islam Asshofa SMA Bina Mitra Wahana SMA Tribakti SMA Dharmaloka SMAOlahragaMasmur Jumlah
Jl. Sukarno Hatta Gg. Damai Komplek Cendana PT.CHEFRON Jl.Paus Limbungan Baru Jl. Arengka2 RingRoad No.180 Jl. Tuangku Tambusai Ujung
Kecamatan
Jml. Guru 15 16 29 56 29 18 26 22 38 37 26
Nama Sekolah
Bukitraya
Limapuluh Sail
Rumbai Tenayan Raya
24 14 15
Marpoyan Damai Rumbai Pesisir P. Sekaki
25
Jl. Kulim Ujung No. 88 B Jl.Tuangku Tambusai Jl. Permata Ujung Arengka Jl. Arengka 1
Sumber: data sekolah dan guru Dinas Pendidikan Kota Pekanbaru
54 22 33 30 13 48 20 11 863
42
Lampiran 6 Kuisioner penelitian
IDENTITAS PAKAR Tanggal Pengisian
:
..................................................................................
Nama Responden
:
..................................................................................
Pekerjaan :
.................................................................................. Tanda tangan
(
I.
II.
)
PETUNJUK PENGISIAN Umum 1. Isi kolom identitas yang terdapat pada halaman depan kuesioner 2. Berikan penilaian terhadap hirarki strategi peningkatan kinerja guru SMA Swasta Kota Pekanbaru dengan cara mengisi lembar pengisian 3. Penilaian dilakukan dengan membandingkan tingkat kepentingan/peran komponen dalam satu level hierarki yang berkaitan dengan komponen-komponen level sebelumnya menggunakan skalapenilaian sesuai petunjuk bagian II 4. Penilaian dilakukan dengan mengisi titik-titik pada kolom yang telah tersedia Skala Penilaian Definisi dari skala yang digunakan adalah sebagai berikut: Nilai Perbandingan Definisi (A dibandingkan B) 1 Elemen A sama penting dengan B 3 Elemen A sedikit lebih penting dari B 1/3 Elemen B sedikit lebih penting dari A 5 Elemen A jelas lebih penting dari B 1/5 Elemen B jelas lebih penting dari A 7 Elemen A sangat jelas lebih penting dari B 1/7 Elemen B sangat jelas lebih penting dari A 9 Elemen A mutlak lebih penting dari B 1/9 Elemen B mutlak lebih penting dari A 2,4,6,8, atau Diberikan apabila ada perbedaan (sedikit) (1/2,1/4,1/6,1/8) dengan standard yang diuraikan diatas
43
Lanjutan Lampiran 6 Contoh Pairwise Comparison (perbandingan berpasangan) : A B A
1
B
3
3
1
1
C Keterangan: - Faktor A sedikit lebih penting daripada faktor B - Faktor A sedikit lebih penting daripada faktor C - Faktor B sama penting dengan faktor C
C
1
44
Lanjutan Lampiran 6 Gambar Struktur Analisis Hirarki Proses
Fokus
Strategi Peningkatan Kinerja Guru SMA Swasta Kota Pekanbaru
Profesional
Pedagogik
Guru
Sosial
Kepala Sekolah
Meningkatkan profesionalisme guru
Pengembangan guru
Kepribadian
Peningktn motivasi guru
Motivator
Pemberdayaan MGMP
Sarana
Prasarana
Dinas Pendidikan
Pengawas
Meningkatkan kualitas proses pembelajaran
Pengoptimalan fungsi kepemimpinan kepsek
Hygiene
Meningkatkan citra sekolah
Penilaian kinerja guru secara konsisten
Penyediaan sarana dan prasarana yang memadai
Faktor
Aktor
Tujuan
Strategi
45
Lanjutan Lampiran 6 BAGIAN I Tabel 1. Membandingkan tingkat kepentingan unsur-unsur faktor di bawah ini berdasarkan FokusStrategi Peningkatan Kinerja Guru SMA Swasta Kota Pekanbaru UNSUR FAKTOR B UNSUR FAKTOR A
Pedagogik
Profesional
Kepribadian
Sosial
Motivator
Hygiene
Pedago gik
Profesi Onal
Kepriba dian
Motiva Tor
Sosial
Hygiene
Sarana
Prasarana
1
1
1
1
1
1 1
Sarana
Prasarana 1
Keterangan: Dalam pengisian kuisioner dalam tabel di atas Bapak/Ibu diminta untuk membandingkan mana yang lebih penting dari unsur faktor A dengan unsur faktor B, lalu memberikan bobot berdasarkan petunjuk. Keluaran dari kuisioner ini adalah memprioritaskan salah satu elemen berdasarkan pendapat responden.
46
Lanjutan Lampiran 6 BAGIAN 2 II. Perbandingan AKTOR terhadap FAKTOR (INDIKATOR) Tabel 2.1. Membandingkan tingkat kepentingan unsur-unsur AKTOR di bawah ini berdasarkan Faktor Pedagogik UNSUR FAKTOR A
UNSUR FAKTOR B Guru
Guru
1
Kepala Sekolah
Kepala Sekolah
Pengawas
…….
…….
1
…….
Pengawas
1
Dinas Pendidikan
Dinas Pendidikan ……. ……. ……. 1
Tabel 2.2. Membandingkan tingkat kepentingan unsur-unsur AKTOR di bawah ini berdasarkan Faktor Profesional UNSUR FAKTOR A
UNSUR FAKTOR B Guru
Guru
1
Kepala Sekolah
Kepala Sekolah
Pengawas
…….
…….
1
…….
Pengawas
1
Dinas Pendidikan
Dinas Pendidikan ……. ……. ……. 1
Tabel 2.3. Membandingkan tingkat kepentingan unsur-unsur AKTOR di bawah ini berdasarkan Faktor Kepribadian UNSUR FAKTOR A Guru Kepala Sekolah Pengawas Dinas Pendidikan
UNSUR FAKTOR B Guru 1
Kepala Sekolah
Pengawas
Dinas Pendidikan …….
…….
…….
1
…….
…….
1
……. 1
47
Lanjutan Lampiran 6 Tabel 2.4. Membandingkan tingkat kepentingan unsur-unsur AKTOR di bawah ini berdasarkan Faktor Sosial UNSUR FAKTOR A Guru
UNSUR FAKTOR B Guru 1
Kepala Sekolah
Kepala Sekolah
Pengawas
…….
…….
1
…….
Pengawas
1
Dinas Pendidikan
Dinas Pendidikan ……. ……. ……. 1
Tabel 2.5. Membandingkan tingkat kepentingan unsur-unsur AKTOR di bawah ini berdasarkan Faktor Motivator UNSUR FAKTOR A Guru
Guru 1
Kepala Sekolah
UNSUR FAKTOR B Kepala Pengawas Sekolah
Dinas Pendidikan …….
…….
…….
1
…….
…….
1
… ….
Pengawas Dinas Pendidikan
1
Tabel 2.6. Membandingkan tingkat kepentingan unsur-unsur AKTOR di bawah ini berdasarkan Faktor Hygiene UNSUR FAKTOR A Guru Kepala Sekolah Pengawas Dinas Pendidikan
Guru 1
UNSUR FAKTOR B Kepala Pengawas Sekolah
Dinas Pendidikan …….
…….
…….
1
…….
…….
1
… …. 1
48
Lanjutan Lampiran 6 Tabel 2.7. Membandingkan tingkat kepentingan unsur-unsur AKTOR di bawah ini berdasarkan Faktor Sarana UNSUR FAKTOR A
Guru
Guru
1
UNSUR FAKTOR B Kepala Pengawas Sekolah
Dinas Pendidikan …….
…….
…….
1
…….
…….
1
… ….
Kepala Sekolah Pengawas Dinas Pendidikan
1
Tabel 2.8. Membandingkan tingkat kepentingan unsur-unsur AKTOR di bawah ini berdasarkan Faktor Prasarana UNSUR FAKTOR A Guru Kepala Sekolah Pengawas Dinas Pendidikan
Guru 1
UNSUR FAKTOR B Kepala Pengawas Sekolah
Dinas Pendidikan … ….
…….
…….
1
…….
…….
1
… …. 1
49
Lanjutan Lampiran 6 III. Perbandingan TUJUAN terhadap AKTOR Tabel 3.1. Membandingkan tingkat kepentingan unsur-unsur TUJUAN di bawah ini berdasarkan Aktor Guru UNSUR FAKTOR B UNSUR FAKTOR A Meningkatkan Profesionalisme Guru
Meningkatkan Profesionalisme Guru 1
Meningkatkan Kualitas Proses Pembelajaran
Meningkatkan Kualitas Proses Pembelajaran
Meningkatkan Citra Sekolah
……..
…….
1
…….
Meningkatk an Citra Sekolah
1
Tabel 3.2. Membandingkan tingkat kepentingan unsur-unsur TUJUAN di bawah ini berdasarkan Aktor Kepala Sekolah UNSUR FAKTOR B UNSUR FAKTOR A Meningkatkan Profesionalisme Guru Meningkatkan Kualitas Proses Pembelajaran Meningkatkan Citra Sekolah
Meningkatkan Profesionalisme Guru 1
Meningkatkan Kualitas Proses Pembelajaran
Meningkatkan Citra Sekolah
……..
…….
1
…….
1
50
Lanjutan Lampiran 6 Tabel 3.3. Membandingkan tingkat kepentingan unsur-unsur TUJUAN di bawah ini berdasarkan Aktor Pengawas UNSUR FAKTOR B UNSUR FAKTOR A Meningkatkan Profesionalisme Guru
Meningkatkan Profesionalisme Guru 1
Meningkatkan Kualitas Proses Pembelajaran
Meningkatkan Kualitas Proses Pembelajaran
Meningkatkan Citra Sekolah
……..
…….
1
…….
Meningkatkan Citra Sekolah
1
Tabel 3.4. Membandingkan tingkat kepentingan unsur-unsur TUJUAN di bawah ini berdasarkan Aktor Dinas Pendidikan UNSUR FAKTOR B UNSUR FAKTOR A Meningkatkan Profesionalisme Guru Meningkatkan Kualitas Proses Pembelajaran Meningkatkan Citra Sekolah
Meningkatkan Profesionalisme Guru 1
Meningkatkan Kualitas Proses Pembelajaran
Meningkatkan Citra Sekolah
……..
…….
1
…….
1
51
Lanjutan Lampiran 6 IV. Perbandingan ALTERNATIF STRATEGI TERHADAP TUJUAN Tabel 4.1. Membandingkan tingkat kepentingan unsur-unsur ALTERNATIF di bawah ini berdasarkan TUJUAN Meningkatkan Profesionalisme Guru UNSUR FAKTOR B UNSUR FAKTOR A
Pengembangan Guru Peningkatan Motivasi Guru Pengoptimalan Fungsi Kepemimpinan Kepsek Pembrdayaan MGMP Penilaian Kinerja Guru Secara Konsisten Penyediaan Sarana Prasarana yang Memadai
Pengembangan Guru
Peningkatan Motivasi Guru
Pengoptimalan Fungsi Kepemimpinan kepsek
……
…….
……
……
…….
…….
……..
……..
……..
……..
……..
…….
……..
……..
1
Pemberdayaan MGMP
Penilaian Kinerja Guru Scr Konsisten
Penyediaan Sarana Prasarana Yg Memadai
. 1 .
1
1
1
…….
1
52
Lanjutan Lampiran 6 Tabel 4.2. Membandingkan tingkat kepentingan unsur-unsur ALTERNATIF di bawah ini berdasarkan TUJUAN Meningkatkan Kualitas Proses Pembelajaran UNSUR FAKTOR B UNSUR FAKTOR A
Pengembangan Guru Peningkatan Motivasi Guru Pengoptimalan Fungsi Kepemimpinan Kepsek Pembrdayaan MGMP Penilaian Kinerja Guru Scr Konsisten Penyediaan Sarana Prasarana yang Memadai
Pengem bangan Guru
1
Peningkatan Motivasi Guru
Pengopti malan Fungsi Kepemim pinan Kepsek
……
…….
Pemberdayaan MGMP
……
Penilaian Kinerja Guru scr Konsisten
Penyediaan Sarana Prasarana Yang Memadai
……
……. ……..
1
……..
1
……..
……..
……..
……..
…….
1
……..
……..
1
…….
1
53
Lanjutan Lampiran 6 Tabel 4.3. Membandingkan tingkat kepentingan unsur-unsur ALTERNATIF di bawah ini berdasarkan TUJUAN Meningkatkan Citra Sekolah UNSUR FAKTOR B UNSUR FAKTOR A
Pengembangan Guru Peningkatan Motivasi Guru Pengoptimalan Fungsi Kepemimpinan Kepala sekolah Pembrdayaan MGMP Penilaian Kinerja Guru Scr Konsisten Penyediaan Sarana Prasarana Yang Memadai
Pengembangan Guru
1
Peningkatan Motivasi Guru
Pengoptimalan Fungsi Kepemimpi nan Kepsek
Pemberdayaan MGMP
Penilaian Kinerja Guru secara Konsisten
Penyediaan Sarana Prasarana Yg Memadai
…….
…….
……
……
…….
……..
……..
……..
……..
……..
……..
…….
……..
……..
1
1
1
1
…….
1
54
Lanjutan Lampiran 6 KOMPETENSI PEDAGOGIK 1. Memahami peserta didik secara mendalam 2. Merancang pembelajaran 3. Melaksanakan pembelajaran 4. Merancang dan melaksanakan evaluasi pembelajaran. 5. Mengembangkan peserta didik untuk mengaktualisasikan berbagai potensinya. KOMPETENSI KEPRIBADIAN 1. Kepribadian yang mantap dan stabil. 2. Kepribadian yang dewasa. 3. Kepribadian yang arif. 4. Kepribadian yang berwibawa. 5. Akhlak mulia. KOMPETENSI PROFESIONAL 1. Menguasai substansi keilmuan yang terkait dengan bidang studi. 2. Menguasai struktur dan metode keilmuan (pengembangan ilmu). KOMPETENSI SOSIAL 1. Mampu berkomunikasi dan bergaul secara efektif dengan peserta didik. 2. Mampu berkomunikasi dan bergaul secara efektif dengan sesama pendidik dan tenaga kependidikan. 3. Mampu berkomunikasi dan bergaul secara efektif dengan orang tua/wali peserta didik dan masyarakat sekitar. Peraturan Pemerintah No 19 Tahun 2005 tentang SNP pasal 42: Sarana Pendidikan: Perabot, Peralatan pendidikan, Media pendidikan, Buku dan sumber belajar lainnya, Bahan habis pakai, serta perlengkapan lain. Prasarana Pendidikan: Lahan, ruang kelas, ruang pimpinan satuan pendidikan, ruang pendidik, ruang tata usaha, ruang perpustakaan, ruang laboratorium, ruang bengkel kerja, ruang unit produksi, ruang kantin, instalasi daya dan jasa,tempat berolahraga, tempat beribadah, tempat bermain, tempat berkreasi, dan ruang/tempat lainnya. TEORI FAKTOR MOTIVATOR DAN HYGIENE (HERZBERG) Menurut teori faktor Motivator yang mempengaruhi motivasi seseorang dalam bekerja adalah: 1) Prestasi, 2) Pengakuan/penghargaan, 3) Bekerja penuh,4) Tanggungjawab, 5) Kemajuan, dan 6) Pengembangan/pertumbuhan. Sedangkan
55
Lanjutan Lampiran 6 teori faktor hygiene menyebutkan bahwa yang mempengaruhi motivasi seseorang dalam bekerja adalah : 1) Penyeliaan/supervisor, 2) Kebijakan perusahaan, 3) Kondisi kerja, 4) Gaji/upah, 5) Hubungan sejawat, dan 6) Keamanan kerja.
56
Lampiran 7 Hasil kombinasi pengolahan vertikal a.
Bobot Faktor
FAKTOR PEDAGOGIK PROFESIONAL KEPRIBADIAN SOSIAL MOTIVATOR HYGIENE SARANA PRA SARANA
b.
BOBOT 0.145 0.147 0.133 0.080 0.104 0.122 0.137 0.133
PRIORITAS 2 1 4 8 7 6 3 5
Bobot Aktor Faktor Aktor
1 GURU 0.431 KEPALA SEKOLAH 0.337 PENGAWAS 0.140 DINAS PENDIDIKAN 0.092 Bobot 0.145
2 0.522 0.246 0.123 0.109 0.147
3 0.258 0.351 0.219 0.172 0.133
4 0.226 0.324 0.265 0.185 0.080
5 0.439 0.341 0.121 0.100 0.104
6 0.223 0.429 0.189 0.159 0.122
7 0.274 0.346 0.159 0.221 0.137
8 0.288 0.359 0.146 0.207 0.133
SKOR
PRIORITAS
0.3403 0.3406 0.1656 0.1546
2 1 3 4
c. Bobot Tujuan TUJUAN MENINGKATKAN PROFESIONALISME MENINGKATKAN PROSES PEMBELAJARAN MENINGKATKAN CITRA SEKOLAH Bobot
A1
AKTOR A2
A3
A4
0.369
0.391
0.471
0.369
0.438
0.263 0.340
SKOR
PRIORITAS
0.320
38.62%
2
0.315
0.419
39.17%
1
0.170
0.213
0.261
22.30%
3
0.341
0.166
0.155
57
Lanjutan Lampiran 7 d.
Bobot Alternatif Strategi
Alternatif Strategi
Bobot
Prioritas
PENGEMBANGAN GURU PENINGKATAN MOTIVASI GURU PENGOPTIMALAN FUNGSIKEPEMIMPINAN KEPALA SEKOLAH PEMBERDAYAAN MGMP PENILAIAN KINERJA GURU SECARA KONSISTEN PENYEDIAAN SARANA PRASARANA YANG MEMADAI
0.159 0.170 0.186 0.158 0.144 0.183
4 3 1 5 6 2
58
RIWAYAT HIDUP
Penulis dilahirkan di Pariaman Sumatera Barat pada tanggal 31 Desember 1965 sebagai anak keenam dari pasangan Abdul Muluk dan Mariani. Pendidikan sarjana ditempuh di Program Studi Bahasa Inggris, Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Riau, lulus pada tahun 1998 yang sebelumnya penulis dari Program Diploma 3 Bahasa Inggris FKIP UNRI lulus pada tahun 1989. Penulis memperoleh kesempatan untuk melanjutkan pendidikan ke Program Studi Ilmu Manajemen Fakultas Ekonomi dan Manajemen pada Program Pascasarjana IPB pada tahun 2011 dengan beasiswa pascasarjana yang diperoleh dari Dinas Pendidikan Provinsi Riau. Penulis bekerja sebagai Guru di SMP Negeri dan Swasta sejak tahun 1990, pada tahun 2000 pindah ke salah satu SMA Swasta di Kota Pekanbaru hingga sekarang.