STRATEGI PENINGKATAN KINERJA BMT HUDATAMA DENGAN PENDEKATAN BALANCED SCORECARD
SKRIPSI Diajukan Untuk Memenuhi Tugas dan Melengkapi Syarat Guna Memperoleh Gelar Sarjana Strata I Dalam Ilmu Syari'ah
Oleh : ALI SHODIQ 052411160
JURUSAN EKONOMI ISLAM FAKULTAS SYARI'AH INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI WALISONGO SEMARANG 2010
MOTTO Ÿ≅‹ø 9© #$ ‘â ‰ dÏ ) s ƒã ! ª #$ ρu 4 7 y èy Βt t % Ï !© #$ z ΒiÏ π× x ←Í $! Û s ρu …µç Ws =è Oè ρu …µç x Á ó ΡÏ ρu ≅ È ‹ø 9© #$ Ä \s =è Oè ΒÏ ’ 4 Τo Š÷ &r Πã θ) à ?s 7 y Ρ¯ &r Ο Þ =n è÷ ƒt 7 y /− ‘u β ¨ )Î * 4 Ì y ó ∆£ Ο3 ä ΖΒÏ β ã θ3 ä ‹u ™ y β&r Ν z =Î æ t 4β È #u ö ) à 9ø #$ z ΒÏ u £ œ Šu ?s $Βt #( ρâ t %ø $$ ùs ( /ö 3 ä ‹ø =n æ t > z $Gt ùs νç θÁ Ý tø B é 9© β&r Ο z =Î æ t 4 ‘u $κp ]¨ 9#$ ρu u£ œ Šu ?s $Βt #( ρâ t %ø $$ ùs ( ! « #$ ≅ È ‹6Î ™ y ’ûÎ β t θ=è GÏ ≈) s ƒã β t ρã z y #u ρu ! « #$ ≅ È Ò ô ùs ΒÏ β t θóä Gt 6ö ƒt Ú Ç ‘ö { F #$ ’ûÎ β t θ/ç Î Ø ô ƒt β t ρã z y #u ρu çνρ‰ ß gÅ B r 9 (ö z y ô ΒiÏ /3 ä ¡ Å à Ρ{ L #( θΒã ‰ dÏ ) s ?è $Βt ρu 4 $ΖY ¡ | m y $Ê · ö %s ! © #$ #( θÊ à Ì %ø &r ρu οn θ4 .x “¨ 9#$ #( θ?è #u ρu οn θ4 =n Á ¢ 9#$ #( θΚã Š%Ï &r ρu 4 µç Ζ÷ ΒÏ ∩⊄⊃∪ Λ7 m Ï ‘§ ‘Ö θ à î x ! © #$ β ¨ )Î ( ! © #$ #( ρã Ï óø Gt ™ ó #$ ρu 4 #\ _ ô &r Ν z à s ã ô &r ρu #Z (ö z y θu δ è ! « #$ ‰ y Ζã Ï Artinya: Sesungguhnya Tuhanmu mengetahui bahwasanya kamu berdiri (sembahyang) kurang dari dua pertiga malam, atau seperdua malam atau sepertiganya dan (demikian pula) segolongan dari orang-orang yang bersama kamu. Dan Allah menetapkan ukuran malam dan siang. Allah mengetahui bahwa kamu sekali-kali tidak dapat menentukan batas-batas waktu-waktu itu, maka Dia memberi keringanan kepadamu, karena itu bacalah apa yang mudah (bagimu) dari Al Qur'an. Dia mengetahui bahwa akan ada di antara kamu orang-orang yang sakit dan orang-orang yang berjalan di muka bumi mencari sebagian karunia Allah, dan orang-orang yang lain lagi yang berperang di jalan Allah, maka bacalah apa yang mudah (bagimu) dari Al Qur'an dan dirikanlah sembahyang, tunaikanlah zakat dan berikanlah pinjaman kepada Allah pinjaman yang baik. Dan kebaikan apa saja yang kamu perbuat untuk dirimu niscaya kamu memperoleh (balasan) nya di sisi Allah sebagai balasan yang paling baik dan yang paling besar pahalanya. Dan mohonlah ampunan kepada Allah, sesungguhnya Allah Maha Pengampun lagi Maha Penyayang.( Q.S.AL -Muzammil : 20)1
1
Al-Qur’an Al-Karim dan Terjemahnya, Semarang : PT Toha Putra, 1996 hlm. 459
PERSEMBAHAN
Allah SWT Yang tak pernah berhenti memberiku kenikmatan, perlindungan, anugrah, hidayah, orang-orang terbaik di sampingku. Nabi Muhammad SAW Skripsi ini aku persembahkan untuk : Almamaterku tercinta, Fakultas Syari’ah IAIN Walisongo Semarang Bapak sudiyo, ibu sariseh,mas To, kangJi, mbk Sri, masDuki, tak lupa ponakanku Dhaisak hadyal bar. Keluarga besar kayon, keluarga besar kalibata, Keluarga besar Arin Jaya Putra. Keluarga besar di LAMPUNG dan JAMBI dan mbah paisah atas do’a, restu dan semangat yang telah diberikan. Adek Nofi Handayani, semangatmu yang tiada habisnya, pengorbanamu memotivasi penulis dalam menjalani hidup. Teman-teman seperjuanganku: Fadil, Dyah, Umi, Johan, Tomy, Rouf, Maya, Hana, Rohman, Lutfi, Fariki, Umi kholisoh, Fadil Kendal, Kholisoh, Imam, Mansyur, Nurul,dll ( rewo-rewo 2005) Sahabat-sahabatku
“THANKS FOR ALL”
DEKLARASI
Dengan
penuh
kejujuran
dan
tanggung
jawab,
Penulis
menyatakan bahwa skripsi ini tidak berisi materi yang telah pernah ditulis oleh orang lain atau diterbitkan. Demikian juga skripsi ini tidak berisi satu pun pikiran-pikiran orang lain, kecuali informasi yang terdapat dalam referensi yang dijadikan bahan rujukan.
Semarang, 21 Juni 2010 Deklarator,
Ali Shodiq NIM. 052411160
ABSTRAK STRATEGI PENINGKATAN KINERJA BMT HUDATAMA DENGAN PENDEKATAN KONSEP BALANCED SCORECARD Pengukuran kinerja yang hanya didasarkan atas pengukuran finansial saja, dirasa sudah tidak lagi memadai. Kemampuan perusahaan untuk memenuhi tingkat kepuasan konsumennya, melakukan inovasi produk dan pengelolaan sumber daya manusia akan memberikan keuntungan kompetitif ( competitive advantage) yang kuat bagi perusahaan yang bersangkutan. Penciptaan nilai di masa- masa yang akan datang telah bergeser dari pengelolaan aktiva berwujud kepengelolaan berbagai strategi berbasis pengetahuan dengan menggali aktiva tidak berwujud perusahaan. Salah satu model pengukuran kinerja strategis adalah balanced scorecard. Perkembangan operasional BMT HUDATAMA , dengan anggota 590, tergolong sangat cepat dan berpotensi tinggi. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui implementasi balanced scorecard pada BMT HUDATAMA dari perspektif keuangan, anggota, bisnis internal, pertumbuhan dan pembelajaran, dan ketaatan terhadap syari’ah. Penelitian ini adalah penelitian terapan yaitu penelitian yang dilakukan dengan tujuan menerapkan dan mengevaluasi kemampuan suatu teori yang diterapkan dalam memecahkan suatu masalah-masalah praktis. Sumber data dalam penelitian ini adalah data primer yang berasal dari kuesioner dan wawancara dengan pihak BMT HUDATAMA, sedangkan data sekunder berasal dari dokumen BMT HUDATAMA berupa visi misi, tujuan, produk, dan dokumentasi dari buku-buku. Alat analisis yang digunakan adalah deskriptif kuantitatif uji instrumen penelitian dengan uji validitas dan reliabilitas. Sampel dalam penelitian ini adalah anggota dan karyawan BMT. Hasil penelitian menunjukkan bahwa implementasi balanced scorecard dari perspektif keuangan memiliki kriteria baik dengan ROA 3,15% dan ROE 40,1%, perspektif anggota tergolong kategori baik dengan 47% anggota dari BMT HUDATAMA merasa puas, dan 32% sangat puas, 21% tidak puas, perspektif bisnis internal termasuk kategori baik yaitu dengan 53% dari responden puas dengan produk dan layanan dari BMT HUDATAMA, sebanyak 23% sangat puas dan 24% tidak puas, perspektif pembelajaran pertumbuhan termasuk kategori baik yaitu dengan 51% dari responden puas dengan produk dan layanan dari BMT HUDATAMA, sebanyak 35% sangat puas dan 13% tidak puas, perspektif ketaatan terhadap syari’ah termasuk kategori sangat baik yaitu dengan 48% dari responden puas dengan produk dan layanan secara syari’ah dan sesuai kriteria dari peraturan mentri Koperasi dan UKM dalam perspektif syari’ah.
Keywords : Strategi, Kinerja, Balanced Scorecard
KATA PENGANTAR Bismillahirrahmanirrahim Segala puji bagi Allah SWT yang telah melimpahkan rahmat, taufiq dan hidayahNya, sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini yang berjudul : “STRATEGI PENINGKATAN KINERJA
BMT HUDATAMA DENGAN PENDEKATAN
KONSEP BALANCED SCORECARD” dengan baik tanpa banyak menuai kendala yang berarti. Sholawat serta salam semoga tetap dilimpahkan kepada Nabi Muhammad SAW, beserta keluarga, sahabat-sahabat dan pengikutnya. Skripsi ini diajukan guna memenuhi tugas dan syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Strata Satu (S.1) dalam Jurusan Ekonomi Islam Fakultas Syari’ah IAIN Walisongo Semarang. Ucapan terima kasih sedalam-dalamnya penulis sampaikan kepada semua yang telah memberikan pengarahan, bimbingan dengan moral dan bantuan apapun yang sangat besar bagi penulis. Ucapan terima kasih terutama penulis sampaikan kepada : 1. Prof. Dr. Abdul jamil, MA selaku Rektor IAIN Walisongo Semarang. 2. Drs. H. Muhyidin, M.Ag, selaku Dekan Fakultas Syari’ah IAIN Walisongo Semarang. 3. Bapak Muhammad saifullah M. Ag selaku Ketua Jurusan Ekonomi Islam. 4. Bapak Rustam D.K.A.H, M.Ag selaku wali studi, Bapak Rahman El Junusi SE, MM, dan Bapak Musahadi. atas pengarahanya. 5. Bapak Ali Murtado selaku Dosen Pembimbing I, serta Bapak H. Muhammad fauzi, M.M selaku Dosen Pembimbing II, yang telah bersedia meluangkan waktu, tenaga dan pikiran untuk memberikan pengarahan dan bimbingan dalam
menyusun skripsi ini. 6. Bapak Ratno Agriyanto, yang telah dengan sabar meluangkan waktu, membantu administrasi dalam proses proposal hingga menjadi skripsi ini. 7. Segenap Bapak dan Ibu Dosen Fakultas Syari’ah IAIN Walisongo Semarang yang telah membekali berbagai pengetahuan, sehingga penulis mampu menyelesaikan penulisan skripsi. 8. Bapak khairidin, yang telah dengan sabar meluangkan waktu, membantu penulis ditengah kesibukannya dan memberi ijin penelitian, terima kasih atas keterbukaannya sehingga penulis bisa menyelesaikan skripsi ini. 9. Seluruh karyawan dan anggota BMT HUDATAMA Semarang yang telah membantu memberikan fasilitas dan waktunya.dan keterlibatannya, semua itu sangat berharga bagi penulis 10. Seluruh Keluarga Besar Penulis: Bapak sudiyo, ibu sariseh,mas To, kangJi, mbk Sri, masDuki, tak lupa ponakanku Dhaisak hadyal bar. Keluarga besar kalibata, penulis menghaturkan terima kasih. Kalian semua adalah Semangat bagi penulis untuk selalu melangkah dengan optimis. 11. Seluruh keluarga besar adek nofi handayani atas do’a, restu dan semangat yang telah diberikan. 12. Untuk teman-teman penulis di paket EiB 2005, terima kasih kawan kalian adalah teman-teman yang paling baik dan jangan pernah terputus tali persahabatan kita. 13. Sahabat-sahabatku PMII TANGAN TERKEPAL DAN MAJU KEMUKA. 14. Untuk Teman-Teman dirumah adi, hasbullah, monte,Dll kalian adalah tementemen yang selalu ada dalam suka maupun duka.trimakasih kawan.
15. Teman-teman di cv putra jaya , pirman bang slamet, bang den pak darno dll terima kasih sudah menjadi sahabat sekaligus teman kerja dan keluarga. 16. Adek Novi Handayani, terima kasih kuucapkan telah mengisi hari-hari penulis menjadi lebih berarti, semangatmu yang tiada habisnya, pengorbanamu memotivasi penulis menjalani hidup. Semoga kebaikan dan ketulisan mereka semua menjadi amal ibadah di sisi Allah SWT. Penulis semaksimal mungkin , namun semuanya tak akan lepas dari kekurangan. Maka dari itu, kritik dan saran serta masukan yang konstruktif selalu penulis tunggu sehingga sempurnanya penulisan skripsi ini. Semarang, 21 Juni 2010 Penulis
Ali Shodiq NIM. 052411160
DAFTAR ISI HALAMAN JUDUL ............................................................................................. i HALAMAN PERSETUJUAN PEMBIMBING ................................................. ii HALAMAN PENGESAHAN...............................................................................iii HALAMAN ABSTRAK.......................................................................................iv HALAMAN DEKLARASI................................................................................... v HALAMAN MOTTO...........................................................................................vi HALAMAN PERSEMBAHAN..........................................................................vii HALAMAN KATA PENGANTAR..................................................................viii HALAMAN DAFTAR ISI....................................................................................x HALAMAN DAFTAR TABEL..........................................................................xii HALAMAN DAFTAR GAMBAR....................................................................xiv HALAMAN DAFTAR LAMPIRAN.................................................................xv BAB
I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah .............................................................
1
1.2 Rumusan Masalah .......................................................................
6
1.3 Tujuan dan Manfaat Penelitian ...................................................
6
1.4 Sistematika Penelitian .................................................................
7
BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Tinjauan Pustaka..........................................................................
9
2.2 Kerangka Teoritik ........................................................................
10
2.3 Variabel.......................... .............................................................
16
2.4 Kerangka Pemikiran..................................................................... 18 BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Jenis Dan Sumber Data ..............................................................
20
3.2 Populasi dan sampel ...................................................................
20
3.3 Metode Pengumpulan Data .........................................................
21
3.4 Operasional Variabel Penelitian .................................................
23
3.5 Metode Analisis Data ..................................................................
23
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 3.6 Deskripsi Obyek Penelitian......................................................... 26 4.1 Penbahasan dan analisis data....................................................... 34 4.2 Deskripsi variabel penelitian....................................................... 36 BAB V PENUTUP 5.1 Kesimpulan ................................................................................. 61 5.2 Saran ............................................................................................ 63 DAFTAR PUSTAKA DAFTAR LAMPIRAN DAFTAR RIWAYAT HIDUP
DAFTAR TABEL Tabel 3.1 : variabel penelitian.............................................................................21 Tabel 3.2 : Kriteria sampel penelitian................................................................33 Tabel 4.0 : Nisbah.................................................................................................34 Tabel 4.1 : Validitas dan Reabilitas....................................................................35 Tabel 4.5 : Kualitas produk yang ditawarkan...................................................36 Tabel 4.6 Fasilitas Yang Ditawarkan ................................................................36 Tabel 4.7 : Kualitas Petugas Pelayanan.............................................................37 Tabel 4.8 : Prosedur Pelayanan..........................................................................37 Tabel 4.9 : Citra BMT.........................................................................................38 Tabel 4.10 : Kenyamana lingkungan.................................................................38 Tabel 4.11 : Biaya Jasa........................................................................................39 Tabel 4.12 : Keamanan Pelayanan.....................................................................40 Tabel 4.13 : Pelayanan Sesuai Dengan Yang Ditawarkan...............................40 Tabel 4.14 Kepuasan Mengadakan Hubungan Dengan BMT........................41 Tabel 4.15 : Produk Yang Ditawarkan..............................................................42 Tabel 4.16 : Tingkat Kesalahan Layanan..........................................................42 Tabel 4.17 : Inovasi Produk Terbaru.................................................................43 Tabel 4.18 : Kecepatan Waktu Dalam Melayani..............................................43 Tabel 4.19 : Kesesuai Kebutuhan Dengan Produk...........................................44 Tabel 4.20: Perjanjian Pihak Ketiga..................................................................45 Tabel 4.21 : Standar Pengerjaan Produk/ Jasa.................................................45 Tabel 4.22 : Jumlah Anggota..............................................................................46 Tabel 4.23 Kesesuian Biaya Dengan Yang Didapat..........................................47 Tabel 4.24 Pendapatan karyawan......................................................................48 Tabel 4.25 : Jam kerja.........................................................................................48 Tabel 4.26 : Keleluasaan Kerja...........................................................................49 Tabel 4.27 : Insentif Prestasi..............................................................................50 Tabel 4.28: Fasislitas Karyawan........................................................................50 Tabel 4.29 : Akses Informasi..............................................................................51 Tabel 4.30 : Kerjasama antar karyawan..........................................................51
Tabel 4.31: Akhlakul Karimah,Kejujuran Dan Disiplin ................................52 Tabel 4.32 : Peningkatan Kompetensi...............................................................52 Tabel 4.33 : Keterlibatan Dalam Pengambilan Keputusan.............................53 Tabel 4.34 : Akad.................................................................................................54 Tabel 4.35 : Penempatan Dana...........................................................................54 Tabel 4.36 : DPS...................................................................................................55 Tabel 4.29 : Komposisi Modal Anggota.............................................................55 Tabel 4.29 : Pertemuan BMT..............................................................................56 Tabel 4.29 : Sertifikat pengelolaan.....................................................................56 Tabel 4.29 : Standar Pola Pembiayaan..............................................................57 Tabel 4.29 : Pendekatan Syari’ah Dalam Pembiayaan Syari’ah ..................58 Tabel 4.29 : Peningkatan ZIS.............................................................................58 Tabel 4.29 : Peningkatan Pemahaman Sistem Syari’ah...................................59
DAFTAR GAMBAR
Gambar 2.1 : Kerangka Pemikiran...................................................................18 Gambar 4.1 : Struktur Organisasi.....................................................................26
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran 1 :Surat pengantar penelitian. Lampiran 2 :Surat permohonan pengisian kuesioner. Lampiran 3 : Daftar pertanyaan kuesioner. Lampiran 4 : Rekap jawaban kuesioner. Lampiran 5 : Hasil uji Validitas dan Reliabilitas. Lampiran 6 : SK Mentri Koperasi dan Usaha Kecil dan Menengah Republik Indonesia Nomor 35.3 2007
BAB I PENDAHULUAN I.1. Latar Belakang Masalah Pada saat sekarang ini, dunia ekonomi sudah dirasakan semakin global. Persaingan yang terjadi bukan antar perusahaan dalam satu negara saja melainkan juga antar negara. Persaingan juga meningkat bukan hanya dari jumlahnya tetapi juga intensitas persaingannya. Persaingan itu semakin dipertajam dengan berubahnya karakter lingkungan perusahaan. Pergeseran dari suatu era ke era yang lain diikuti dengan adanya perubahan basis persaingan. Dalam era revolusi industri basis persaingannya adalah efisiensi dalam alokasi finansial dan physical/ visible/ tangible assets (cyclical) yang mudah dijabarkan dalam dimensi keuangan. Sementara itu, dalam era revolusi informasi, basis persaingannya adalah dalam hal mobilisasi dan eksploitasi invisible/intangible assets (fluid) yang tidak mudah dijabarkan dalam dimensi keuangan. Pergeseran basis persaingan itu ditandai dengan semakin menurunnya proporsi nilai buku dari nilai pasar tangible assets.2 Pergeseran paradigma ini tentunya juga akan mengubah alat ukur atau acuan yang dipakai oleh perusahaan untuk mengukur kinerjanya. Penilaian kinerja yang hanya didasarkan atas prestasi finansial saja, dirasa sudah tidak lagi memadai. Perusahaan juga diharuskan melakukan pengukuran kinerjanya tidak hanya melalui pengukuran finansial tetapi juga melalui non finansial, seperti tingkat kepuasan anggota, inovasi produk, pengembangan perusahaan dan pengembangan karyawannya melalui pelatihan atau
2
Sony Yuwono, et al. Petunjuk Praktis Penyusunan Balanced Scorecard Menuju Organisasi Yang Berfokus Pada Strategi, Jakarta: PT Gramedia Pustaka Utama, 2004, Cet. ke-4, hlm. 2.
insentif-insentif atas prestasi yang didapat. Kemampuan perusahaan untuk memenuhi tingkat kepuasan konsumennya, dengan melakukan inovasi produk dan pengelolaan sumber daya manusia tersebut akan memberikan keuntungan kompetitif ( competitive advantage) yang kuat bagi perusahaan yang bersangkutan. Kemungkinan bagi perusahaan untuk menciptakan nilai di masa-masa yang akan datang telah bergeser dari pengelolaan aktiva berwujud kepengelolaan berbagai strategi berbasis pengetahuan dengan menggali aktiva tidak berwujud perusahaan,3 sehingga terjadi keseimbangan pencapaian sesuai dengan dalil keseimbangan yang terdapat dalam Al-Qur’an surat alqashash:77
Å¡ômr&uρ ( $u‹÷Ρ‘‰9$# š∅ÏΒ y7t7ŠÅÁtΡ š[Ψs? Ÿωuρ ( nοtÅzFψ$# u‘#¤$!$# ª!$# š9t?#u !$yϑ‹Ïù Æ.tGö/$#uρ ∩∠∠∪ tωšøßϑø9$# .=Ïtä† Ÿω ©!$# ¨βÎ) ( ÇÚö‘F{$# ’Îû yŠ$|¡xø9$# Æ.ö7s? Ÿωuρ ( šø‹s9Î) ª!$# z|¡ômr& !$yϑŸ2 Dan carilah pada apa yang telah dianugerahkan Allah kepadamu (kebahagiaan) negeri akhirat, dan janganlah kamu melupakan bahagianmu dari (kenikmatan) duniawi dan berbuat baiklah (kepada orang lain) sebagaimana Allah telah berbuat baik kepadamu, dan janganlah kamu berbuat kerusakan di (muka) bumi. Sesungguhnya Allah tidak menyukai orang-orang yang berbuat kerusakan.4 Seiring dengan itu terjadi perubahan kondisi dan tuntutan terhadap perusahaan, maka pengukuran kinerja keberhasilan perusahaan juga ikut berubah. Pengukuran kinerja ini sangat penting bagi perusahaan untuk masa kini dan masa depan. Pengukuran kinerja ini merupakan usaha memetakan strategi kedalam tindakan pencapaian target tertentu.
3 4
Ibid, hlm. 1. Al-Qur’an Al-Karim dan Terjemahnya, Semarang : PT Toha Putra, 1996 hlm. 315.
Oleh karena itu diperlukan sistem pengukuran baru yang menghubungkan ukuran-ukuran finansial dan non finansial. Ukuran-ukuran baru itu diharapkan akan bermanfaat karena lebih berfokus pada tindakan. Model pengukuran yang baru itu juga penting bagi inisiatif strategis. Salah satu model pengukuran kinerja strategis adalah balanced scorecard. Ide tentang balanced scorecard pertama dipublikasikan dalam artikel Robert S. Kaplan dan David P. Norton di Harvard Business Review tahun 1992 dalam sebuah artikel yang berjudul “Balanced Scorecard Measures That Drive Performance” artikel tersebut merupakan laporan dari serangkaian riset dan eksperimen terhadap beberapa perusahaan di Amerika serta diskusi rutin dua bulanan dengan wakil dari berbagai bidang perusahaan sepanjang tahun itu untuk mengembangkan model pengukuran kinerja yang baru. Balanced Scorecard dikembangkan sebagai sitem pengukuran kinerja yang memungkinkan para eksekutif memandang perusahaan dari berbagai perspektif secara simultan.5 Dengan demikian, balanced scorecard merupakan suatu sistem manajemen, pengukuran, dan pengendalian yang secara cepat, tepat dan komprehensif dapat memberikan pemahaman kepada manajer tentang performance bisnis, aspek-aspek yang diukur dalam balanced scorecard ada 4 ( empat ) di tambah satu sesuai peraturan menteri negara koperasi dan usaha kecil dan menengah republik Indonesia nomor : 35.3/per/m.kukm/x/2007 tentang pedoman penilaian kesehatan koperasi jasa keuangan syari’ah dan unit jasa keuangan syari’ah koperasi yaitu perspektif keuangan, perspektif anggota, perspektif proses bisnis internal, perspektif pembelajaran pertumbuhan, dan perspektif ketaatan terhadap syari’ah. 5
Ibid hlm. 3.
Lembaga keuangan syari’ah di Indonesia telah menunjukkan perkembangan pesat selama dekade terakhir ini. Disamping adanya dukungan pemerintah dan sambutan positif umat Islam yang besar, lembaga keuangan syari’ah terbukti secara empiris tetap bertahan dalam kondisi krisis ekonomi yang telah memporakporandakan
sendi-sendi
ekonomi
dan
sosial
masyarakat.
Namun
dalam
perkembangannya, lembaga keuangan syari’ah hanya berpedoman pada aspek finansial saja dengan menggunakan rasio-rasio keuangan tanpa mempertimbangkan aspek kepuasan anggota, proses pelayanan dan kepuasan kerja.6 BMT HUDATAMA juga demikian dalam memberikan pelayanan jasa keuangan bagi masyarakat untuk memantapkan posisi memerlukan kiat-kiat khusus, sehingga dalam operasionalnya ketika melayani anggota dapat selalu berkembang dan bertahan dalam persaingan dengan lembaga keuangan lainnya. Hal ini diperlukan agar pasar yang terdiri dari anggota potensial akan selalu loyal juga tertarik kepada lembaga keuangan syari’ah BMT HUDATAMA, sebagai motivasi bagi internal untuk selalu mengembangkan dan meningkatkan kinerja operasional pada masa kini dan yang akan datang. Perkembangan operasional, dan anggota 590 BMT HUDATAMA tergolong sangat cepat dan berpotensi tinggi. Anggota disini adalah orang perorang atau lembaga yang menggunakan jasa dari BMT HUDATAMA dan telah memenuhi kriteria
sebagai
anggota.7
Perkembangan
pendapatan
BMT
HUDATAMA
menunjukkan tingkat kinerja BMT yang baik, citra baik yang dimiliki di anggota, dan
6
Rahman Eljunusi, “Implementasi Balanced Scorecard Pada Lembaga Keuangan Micro Syari’ah Baitulmal Wat Tamwil Kota Semarang”, Semarang: 2006, hlm. 2, t.d. 7 Hasil wawancara dengan bapak khoiridin, S. Pd manajer BMT
komitmen terhadap pelaksanaan syari’ah Ini berarti BMT HUDATAMA selaku lembaga keuangan syari’ah di Semarang menjadi semakin penting dimasa mendatang. BMT HUDATAMA salah satu yang menerapkan konsep balanced scorecard untuk mengukur kinerja sebagai penyempurna tolak ukur keuangan. Penggunaan tolak ukur keuangan memiliki banyak kelemahan karena, hanya menunjukkan pencapaian kinerja perusahaan historis saja. Walaupun kinerja baik saat ini, tetapi bagaimana dimasa akan datang dengan tingkat persaingan yang semakin tinggi maka diperlukan tolak ukur kinerja yang dapat menunjukkan pencapaian kinerja perusahaan atas tujuan-tujuan strategisnya, yaitu tolak ukur yang dapat menunjukkan kinerja perusahaan dimasa yang akan datang. Oleh karena itu, terdapat kondisi yang mendukung dilakukannya strategi peningkatan kinerja dengan pendekatan balanced scorecard sebagai suatu sistem manajemen strategis yang juga sekaligus digunakan sebagai instrument penilaian dari strategi peningkatan kinerja di BMT HUDATAMA. Pengukuran strategi peningkatan kinerja manajemen dengan konsep balanced scoreacrd yang menggunakan ukuran keuangan dan non keuangan tersebut dan pencapaian prestasi yang cepat dan tergolong tinggi dalam perkembangan operasi, citra, anggota dan jaringan BMT HUDATAMA kemudian menjadi daya tarik untuk ini
judul:
PENINGKATAN
penelitian
KINERJA
BMT HUDATAMA DENGAN PENDEKATAN
BALANCED SCORECARD.
dengan
STRATEGI
dilakukannya
KONSEP
I.2. Rumusan Masalah 1. Bagaimana implementasi strategi peningkatan kinerja dari perspektif keuangan pada BMT HUDATAMA? 2. Bagaimana implementasi strategi peningkatan kinerja dari perspektif anggota pada BMT HUDATAMA? 3. Bagaimana implementasi strategi peningkatan kinerja dari perspektif proses bisnis internal pada BMT HUDATAMA? 4. Bagaimana implementasi strategi peningkatan kinerja dari perspektif pembelajaran dan pertumbuhan pada BMT HUDATAMA? 5. Bagaimana implementasi strategi peningkatan kinerja dari perspektif ketaatan terhadap syari’ah pada BMT HUDATAMA? I.3.Tujuan Dan Manfaat Penelitian Tujuan Penelitian 1. Untuk menganalisis implementasi strategi peningkatan kinerja dari perspektif keuangan pada BMT HUDATAMA. 2. Untuk menganalisis implementasi strategi peningkatan kinerja dari perspektif anggota pada BMT HUDATAMA. 3. Untuk menganalisis implementasi strategi peningkatan kinerja dari perspektif proses bisnis internal pada BMT HUDATAMA. 4. Untuk menganalisis implementasi strategi peningkatan kinerja dari perspektif pembelajaran pertumbuhan pada BMT HUDATAMA. 5. Untuk menganalisis implementasi strategi peningkatan kinerja dari perspektif ketaatan terhadap syari’ah pada BMT HUDATAMA.
Manfaat Penelitian a. Manfaat secara teoritis Untuk memberikan tambahan informasi bagi pembaca dan bahan rujukan penelitian yang akan mengembangkan penelitian sejenis. b. Bagi kalangan praktisi khususnya BMT HUDATAMA atau pihak yang terkait didalamnya, penelitian diharapkan dapat memberikan informasi yang bernilai dalam strategi peningkatan kinerja BMT HUDATAMA dengan pendekatan balanced scorecard. 1.4 Sistematika Penulisan Untuk mempermudah pembahasan dan penulisan skripsi ini, terlebih dahulu penulis uraikan sistematika penulisan dalam penelitian yang terdiri atas lima bab dan beberapa sub-sub bab. Adapun sistematika penelitiannya adalah sebagai berikut: BAB I
PENDAHULUAN Dalam bab I ini, penulis akan kemukakan: latar belakang, rumusan masalah, tujuan dan manfaat penelitian serta sistematika penelitian.
BAB II LANDASAN TEORI Dalam bab II ini penulis akan mengungkapkan beberapa hal yaitu: penelitian terdahulu, dan kerangka pemikiran teoritis. BAB III METODE PENELITIAN Dalam bab III ini berisikan jenis dan sifat penelitian, populasi dan sampel penelitian, metode pengumpulan data, metode analisis data yang terdiri dari Uji validitas dan uji reabilitas dll.
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN Dalam bab IV ini penulis akan membahas mengenai deskripsi obyek penelitian yang terdiri dari gambaran umum BMT HUDATAMA, deskripsi variabel penelitian, hasil analisis data serta pembahasan dan keterbatasan penelitian. BAB V KESIMPULAN DAN SARAN Dalam bab V ini berisikan kesimpulan dan saran yang diberikan oleh peneliti.
BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Tinjauan Pustaka Pembahasan kinerja dengan konsep balanced scorecard telah banyak dibahas. Sebagaimana yang dikutip oleh Sony Yuwono dari penelitian Ovle, kata benda score merujuk pada makna penghargaan atas poin-poin yang dihasilkan (seperti dalam permainan). Dalam konteks sebagai kata kerja score berarti memberi angka. Dengan makna yang lebih bebas, scorecard juga berarti suatu kesadaran bersama dimana segala sesuatu perlu diukur. Pengukuran menjadi suatu hal yang vital sebelum dilakukan evaluasi atau pengendalian terhadap suatu obyek. Obyek disini bisa berarti suatu entitas bisnis ,organisasi, korporat, devisi, unit, tim, atau bahkan individual. Sedangkan kata balanced didepan kata score maksudnya adalah bahwa angka (grade) atau score tersebut harus mencerminkan keseimbangan antara sekian banyak elemen penting dalam kinerja. Pada dasarnya kata ”keseimbangan” tersebut meliputi makna yang tidak terbatas. Apapun predikat yang melekat pada fenomena kehidupan manusia pada umumnya, keseimbangan selalu menawarkan solusi yang paling tepat dari berbagai perspektif.8 Dengan demikian balanced scorecard merupakan suatu sistem manajemen, pengukuran dan pengendalian yang secara komprehensif dapat memberikan pemahaman manajer tentang kinerja bisnis. Penelitian yang dilakukan warjito, penelitian tersebut bertujuan untuk mengevaluasi kinerja manajemen dengan balanced scorecard. Penelitian tersebut dalam perspektif keuangannya ukuran yang dipakai adalah peningkatan pendapatan tiap tahun, efisiensi biaya, peningkatan laba dan ROI. Hasil dari perspetif keuangan 8
Sony , op.cit., hlm. 7
telah menunjukkan kinerja yang baik, dari perspektif bisnis internal diukur dengan peningkatan kualitas produksi, peningkatan layanan purna jual, dari perspektif anggota menampilkan ukuran kepercayaan dan kepuasan anggota, sedangka perspektif pertumbuhan dan pembelajaran diukur dengan produktifitas karyawan, efisiensi kerja dan retensi karyawan, menunjukkan kinerja yang baik.9 Kaitannya
dengan
penelitian
ini
adalah
bahwa
penelitian
tersebut
berhubungan dengan judul. Adapun perbedaan penelitian ini dengan penelitian tersebut adalah dalam penentuan tolak ukur kinerjanya yaitu dalam perspektif keuangan, perspektif internal bisnis serta perspektif ketaatan terhadap syari’ah sebagai tambahan. 2.2. Kerangka Teoritik Untuk memasuki dunia bisnis yang kompetitif, perusahaan melakukan tipe perencanaan strategi yang tidak sekedar untuk merespon perubahan yang diperkirakan akan terjadi dimasa depan. Namun lebih dari itu, perusahaan memerlukan perencanaan untuk menciptakan masa depan perusahaan melalui perubahan-perubahan yang dilaksanakan sejak sekarang. Oleh karena itu perusahaan memerlukan sistem manajemen yang mampu memotivasi personel dalam menempuh langkah-langkah yang strategis dalam usaha untuk melipat gandakan kinerja perusahaan. Sebagaimana yang dikutip oleh Rahman dari Helfert dalam penelitiannya Implementasi Balanced Scorecard Pada Lembaga Keuangan Mikro Syari’ah (Baitulmal Wat Tamwil Kota Semarang) kinerja adalah suatu tampilan keadaan secara utuh atas perusahaan selama periode tertentu, merupakan hasil atau prestasi yang
9
Warjito, “Evaluasi Kinerja Manajemen PT Supersonic Cemical Industry” Skripsi Yogyakarta: STIS Yogyakarta, hlm.67, t.d.
dipengaruhi oleh kegiatan operasional perusahaan dalam memanfaatkan sumbersumber daya yang dimiliki. Sedangkan kinerja menurut Mulyadi adalah penentuan secara periodik efektivitas operasional organisasi, bagian organisasi dan karyawannya berdasarkan sasaran, standar dan kriteria yang telah ditetapkan sebelumnya. Pada awalnya balanced scorecard ditujukan untuk memperbaiki sistem pengukuran kinerja perusahaan. Sebelum tahun 1990-an perusahaan hanya diukur kinerjanya dari aspek keuangan, akibatnya dari fokus perhatian dan usaha perusahaan lebih dicurahkan untuk mewujudkan kinerja keuangan dan kecendrungan mengabaikan kinerja non keuangan. Balanced scorecard merupakan suatu metode penilaian kinerja perusahaan dengan mempertimbangkan empat perspektif untuk mengukur kinerja perusahaan.10 Karena organisasi pada dasarnya dijalankan oleh manusia, maka penilaian kinerja
sesungguhnya
merupakan
penilaian
atas
perilaku
manusia
dalam
melaksanakan peran yang mereka mainkan dalam organisasi. Balanced scorecard menyediakan kerangka komprehensif untuk menilai kinerja organisasi. Untuk menilai apakah kinerja keuangan yang dicapai organisasi merupakan kinerja sesungguhnya (bukan hanya dari laba akuntansi yang diperoleh dengan melakukan tipuan akuntansi, seperti menunda pengeluaran dan biaya , menggeser pengakuan pendapatan penjualan), balanced scorecard menghubungkan kinerja keuangan dengan kinerja organisasi. Sasaran-sasaran strategi yang komprehensif dapat dirumuskan karena balanced scorecard menggunakan beberapa perspektif yaitu:
10
Rahman Eljunusi, , op.cit., hlm. 3.
1. Perspektif Keuangan Laporan keuangan merupakan ringkasan dari suatu proses pencatatan, merupakan ringkasan Dari transaksi-transaksi keuangan yang terjadi selama tahun buku yang bersangkutan.11 Secara tradisional, laporan keuangan merupakan indikator histories agregatif yang merefleksikan akibat dari implementasi dan eksekusi strategi dalam suatu periode. Pengukuran kinerja keuangan akan menunjukkan apakah perencanaan dan pelaksanaan strategi memberikan perbaikan yang mendasar bagi keuntungan perusahaan. Perbaikan-perbaikan ini tercermin dalam sasaran-sasaran yang secara khusus berhubungan dengan keuntungan yang terukur, pertumbuhan usaha, dan nilai pemegang saham.12 Dalam penerapan balanced scorecard untuk pengukuran kinerja dari perspektif keuangan, perusahaan perlu menentukan ukuran hasil untuk setiap sasaran strategi tersebut. Pertanyaan yang harus dijawab BMT di sini adalah bagaimana kita dilihat oleh pemegang saham baik pada jangka pendek maupun jangka panjang. BMT bisa rugi pada waktu tertentu, akan tetapi pemegang saham menyadari bahwa setelah itu BMT akan mendapat keuntungan, sehingga dividen akan diperoleh. Semakin baik BMT dimata pemegang saham, semakin aman BMT memperoleh sumber modal. 2. Perspektif Anggota Pelanggan adalah semua orang yang menuntut kita (perusahaan kita) untuk memenuhi suatu standar kualitas tertentu, dan karena itu akan memberikan
11 12
Zaki Badriwan, Intermediate Accounting, Edisi 7, Yogyakarta: BPFE, 1997, hlm. 17. Sony, , op.cit., hlm. 31.
pengaruh pada performa kita (perusahaan kita)
13
karena fokus dari kualitas
adalah pada kepuasan anggota, perlu dipahami komponen-komponen yang berkaitan dengan kepuasan anggota. Pada dasarnya kepuasan anggota dapat didefinisikan secara sederhana sebagai suatu keadaan dimana kebutuhan, keinginan, dan harapan anggota dapat terpenuhi melalui produk yang dikonsumsi. Jadi jika anggota tidak puas mereka akan mencari lembaga lain yang sesuai dengan kebutuhan mereka. Kinerja yang buruk dari perspektif ini akan mengurangi jumlah anggota dimasa depan meskipun saat ini kinerja keuangan sangat baik. Perspektif ini menunjukkan seperti apa perusahaan di mata
anggota.
Anggota mempunyai kemampuan teknis melihat korporasi dari berbagai sisi: waktu, kualitas, kinerja dan jasa, dan biaya yang dikeluarkan oleh anggota untuk memperoleh pelayanan. Dimensi kebutuhan anggota demikian pada akhirnya akan menentukan bagaimana perusahaan
dilihat oleh anggota. Semakin baik
persepsi anggota, semakin baik pula nilai BMT dimata anggota. 3. Perspektif Proses Bisnis Internal Proses bisnis internal merupakan rangkaian aktivitas yang digunakan oleh organisasi untuk menghasilkan produk dan jasa bagi costumer.14Berbagai ukuran kinerja dalam perspektif anggota harus diterjemahkan kedalam ukuran-ukuran tentang apa yang seharusnya dilakukan oleh perusahaan untuk memenuhi harapan anggotanya, kinerja perusahaan dari perspektif anggota diperoleh dari proses bisnis internal yang dilakukan oleh perusahaan. Manajer harus memfokuskan 13
Vincent Gasperz, Total Quality Managemen, Jakarta: Gramedia Pustaka Utama, 2002 hlm. 33. Mulyadi dan Jhony Setyawan, System Perencanaan & Pengendalian Manajemen, Edisis 2, Jakarta: Salemba Empat, hlm. 343. 14
perhatiannnya kepada proses bisnis internal yang menjadi penentu kepuasan anggota. Ukuran ini menunjukkan dalam proses produksi seperti apa BMT lebih baik. Orientasi kepada anggota memang mutlak, akan tetapi permasalahan bagi manajemen adalah bagaimana caranya menyiapkan kompetensi yang dapat memenuhi kebutuhan anggota. 4. Perspektif Pembelajaran dan Pertumbuhan Proses pembelajaran dan pertumbuhan ini bersumber dari faktor-faktor sumber daya manusia, sistem, dan prosedur organisasi, termasuk dalam perspektif ini adalah pelatihan dan budaya perusahaan yang berhubungan dengan perbaikan individu dan organisasi.15Untuk mengoperasikan proses bisnis internal dalam rangka menghasilkan produk dan jasa memiliki manfaat bagi anggota, organisasi memerlukan personel yang produktif dan berkomitmen. Produktivitas personel ditentukan oleh kompetensi personel dan ketersediaan prasarana yang diperlukan untuk menjalankan proses bisnis internal. Komitmen personel ditentukan oleh kualitas lingkungan kerja yang dibangun dalam organisasi. Oleh
karena
kebutuhan anggota senantiasa mengalami perubahan karena terjadinya persaingan yang semakin tajam, organisasi perlu melakukan improvement terhadap proses bisnis internal yang digunakan untuk menghasilkan manfaat bagi anggota. Untuk memungkinkan terlaksananya proses bisnis internal, organisasi menuntut seluruh personelnya
untuk
memiliki
kemampuan
belajar
secara
berkelanjutan.
Kemampuan organisasi untuk senantiasa melakukan inovasi produk dan jasa baru, serta 15
belajar,
menyebabkan
Sony , op.cit., hlm. 5.
organisasi
mampu
memasuki
pasar
baru,
meningkatkan pendapatan dan laba, atau secara singkat organisasi mampu bertambah dan oleh karena itu mampu meningkatkan nilai bagi pemegang saham. Perspektif ini menunjukkan bagaimana BMT dapat bertahan dan mampu berubah sesuai dengan tuntutan eksternal. 5. Perspektif ketaatan terhadap syari’ah Penilaian perspektif ketaatan terhadap prinsip syari’ah dimaksudkan untuk menilai sejauh mana prinsip syari’ah diterapkan dan dipatuhi oleh BMT HUDATAMA
dalam melaksanakan aktivitasnya sebagai lembaga keuangan
syari’ah. Penilaian terhadap perspektif ketaatan terhadap syari’ah dilakukan dengan perhitungan nilai kredit yang didasarkan pada hasil penilaian atas jawaban pertanyaan yaitu dengan memberikan sekor sesuai dengan keputusan menteri negara koperasi dan usaha kecil dan menengah tentang pedoman penilaian kesehatan koperasi jasa keuangan syari’ah dan unit jasa keuangan syari’ah koperasi nomor 35.3/M.KUKM/X/2007.16 2.3 Variabel 1. Variabel Penelitian Variabel adalah gejala yang bervariasi, yang menjadi obyek penelitian.17 Dengan pendekatan balanced scorecard, yang terukur kedalam lima perspektif: perspektif keuangan, perspektif anggota, perspektif proses bisnis internal, perspektif pembelajaran dan pertumbuhan, perspektif ketaatan terhadap syari’ah.
16
17
SK. Menteri Koperasi dan UKM Nomor 35.3/M.KUKM/X/2007.
Suharsimi Arikunto, Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktek, Jakarta: PT Rineka Cipta, 1993, hlm. 99.
2. Definisi Operasional Variabel Adapun operasional variabel dari Kinerja BMT HUDATAMA dengan pendekatan balanced scorecard adalah sebagai berikut: a. Balanced Scorecard : suatu sistem pengukuran kinerja berdasarkan aspek finansial dan non finansial antara lain aspek : finansial, anggota, proses bisnis internal, pembelajaran dan pertumbuhan dan ketaatan terhadap syari’ah. b. Perspektif keuangan : sistem pengukuran kinerja berdasarkan rasio-rasio keuangan baik Return of asset (ROA) dan Return on owners equity (ROE). c. Perspektif anggota : sistem pengukuran yang berorientasi pada kepuasan anggota. d. Perspektif proses bisnis internal : sistem pengukuran berdasarkan perbaikan mutu produk dan layanan. e. Perspektif pertumbuhan dan pembelajaran : sistem pengukuran berdasarkan pada karyawan, sistem dan keseimbangan perusahaan. Oleh karena itu sumber daya dituntut untuk lebih produktif dan terus belajar agar mempunyai kemampuan dalam berinovasi dan mengembangkan produk baru yang memiliki value bagi anggota. f. Perspektif Ketaatan Terhadap Syari’ah : Sebagai kaidah berfikir, ketaatan terhadap syari’ah difungsikan sebagai asas atau landasan pola pikir dalam aktivitas BMT. Sedangkan sebagai kaidah amal, syari’ah difungsikan sebagai tolok ukur kegiatan atau strategi. Perspektif ketaatan terhadap syari’ah digunakan untuk membedakan aktivitas yang halal atau haram dan dewan yang membawahi.
2.4.Kerangka Pemikiran Teoritis Model konseptual yang didasarkan pada tinjauan pustaka, maka kerangka pemikiran teoritis yang disajikan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut : Gambar 2.1 Kerangka Pemikiran Teoritis
Anggota dan Calon Anggota Syari’ah Balanced scorecard
Proses Bisnis Internal
Pertumbuh an dan Pembelajar an
Keuangan
Sumber: Dikembangkan dari rahman18 Balanced scorecard merupakan suatu sistem manajemen pengukuran, pengendalian yang secara scepat, tepat dan komprehensif dapat memberikan pemahaman tentang performace bisnis dan menawarkan sebuah gambaran menyeluruh tentang kinerja bisnis. Kerangka diatas menerangkan bahwa: Perspektif keuangan : mengukur hasil tertinggi yang dapat diberikan kepada pemegang saham.
18
Rahman Eljunusi, Membangun Balanced Scorecard Pada Lembaga Keuangan Syari’ah (Studi Pada Baitul Mal Wat Tamwil Kota Semarang), Semarang : Lembaga Penelitian IAIN Walisongo Semarang, 2006, hlm. 7
Perspektif bisnis internal :memfokuskan perhatiannya pada kinerja kunci proses internal yang mendorong bisnis perusahaan. Perspektif anggota ; fokus terhadap anggota, termasuk pangsa pasarnya. Perspektif pembelajaran dan pertumbuhan : memperhatikan langsung bisnis seluruh sukses mendatang orang-orang dalam organisasi. Perspektif ketaatan terhadap syari’ah : sejauh mana organisasi melaksanakan ketentuan-ketentuan sesuai syari’ah.
BAB III METODE PENELITIAN Dilihat dari tujuannya, penelitian ini adalah penelitian terapan. Penelitian terapan dilakukan dengan tujuan menerapkan, dan mengevaluasi kemampuan suatu teori yang diterapkan dalam memecahkan masalah-masalah praktis.19 3.1 Jenis dan Sumber Data Jenis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data primer dan data sekunder. 3.1.1 Data Primer Data primer merupakan sumber data penelitian yang diperoleh secara langsung dari sumber asli. 20 Sumber dari penelitian ini adalah berasal anggota, karyawan dan pimpinan dilingkungan BMT HUDATAMA. 3.1.2 Data Sekunder Data sekunder adalah data yang diperoleh dari buku-buku atau literatur yang berkaitan dengan penelitian. Seperti : buku sony yuwono, dll. 3.2 Populasi dan Sampel Populasi adalah wilayah generalisasi yang terdiri dari obyek/subyek yang mempunyai kualitas dan karakteristik tertentu yang ditetapkan oleh peneliti untuk populasi di BMT HUDATAMA adalah 590 yaitu total dari seluruh anggota. Untuk menentukan sampel yang diambil dari populasi mengambil pendapat Gay, menyatakan bahwa ukuran sempel yang dapat diterima berdasarkan metode deskriptif
19 20
Sugiyono, Metode Penelitian Bisnis, Bandung: Alfabeta, 2004, hlm. 8. Sugiyono, Metode Penelitian Administrasi Perkantoran, Bandung: Alfabeta, 2001, hlm. 39.
adalah 10 % dari populasi yaitu 59 anggota.21 Sampel juga diambil dari 13 karyawan BMT HUDATAMA karena jumlah keseluruhan dari populasi karyawan BMT adalah 13 orang22. Untuk mengukur kepuasan anggota yang terdapat dalam perspektif anggota yang menjadi populasi adalah anggota BMT HUDATAMA baik anggota penabung maupun anggota pembiayaan diambil secara random sehingga diperoleh sempel yang representative. Sedangkan sempel adalah bagian dari jumlah dan karakteristik yang dimiliki oleh populasi tersebut. Sempel yang diambil dari populasi harus betul-betul mewakili.23 Dengan karakteristik berdasarkan jenis kelamin, umur, pekerjaan, dan setatus dalam perkawinan. Sedangkan untuk mengukur kepuasan karyawan yang terdapat dalam perspektif pembelajaran dan pertumbuhan, yang menjadi populasi adalah karyawan BMT HUDATAMA. Dengan kriteria berdasarkan jenis kelamin, tingkat usia, serta lama bekerja. 3.3 Metode Pengumpulan Data Dalam penelitian ini metode pengumpulan data yang digunakan peneliti adalah : 3.3.1 Kuesioner Kuesioner merupakan teknik pengumpulan data yang dilakukan dengan cara memberi seperangkat pertanyaan atau pernyataan tertulis kepada responden untuk dijawabnya.24 Pertanyaan atau pernyataan dalam instrumen penelitian ini bersifat tertutup yaitu pertanyaan dan pernyataan yang jawabannya sudah ada 21
Husein Umar, Metode Penelitian Untuk Skripsi Dan Tesis Bisnis, Jakarta: PT Raja Grafindo Persada, 2005, hlm.79 22 Hasil wawancara dengan bapak khoiridin, S. Pd manajer BMT 23 Ibid, hlm 72 24 Sugiyono, op.cit., hlm. 135.
sehingga responden hanya tinggal memilih salah satu yang disediakan. Kuesioner ini diberikan kepada anggota BMT HUDATAMA dan karyawan untuk mengetahui tingkat kepuasan dari perspektif anggota, perspektif bisnis internal, perspektif pertumbuhan dan pembelajaran dan perspektif terhadap ketaatan terhadap syari’ah. 3.3.2. Wawancara Metode wawancara yaitu suatu cara untuk mengumpulkan data dengan mengajukan berbagai pertanyaan secara langsung kepada pimpinan BMT HUDATAMA.25 3.3.3 Dokumentasi Metode dokumentasi adalah metode untuk mencari data mengenai halhal atau variable yang berupa catatan-catatan, transkip, buku, surat kabar, majalah, prasasti, notulen rapat, agenda dan sebagainya.26 3.3.4. Observarsi. Observasi sebagai teknik pengumpulan data mempunyai cara yang spesifik bila dibanding dengan teknik yang lain. Karena tidak harus berkomunikasi dengan orang. Hal ini dilakukan untuk memperoleh data yang berkenaan dengan proses operasi di BMT HUDATAMA.
25 26
Suharsimi,Arikunto, , op.cit., hlm. 107. Ibid, hlm. 108.
3.4 Operasional Variabel Tabel 3.1 Variable dan pengukuran balanced scorecard No 1
Variabel
Tolak Ukur
Dari perspektif keuangan
Return of asset (ROA) Return on owners equity (ROE).
2
Dari perspektif anggota
Kualitas produk, fasilitas,
petugas
pelayanan, prosedur pelayanan, citra BMT, lingkungan, biaya, keamanan, akurat, kepuasan anggota 3
Dari perspektif proses bisnis Produk, layanan, inovasi, kecepatan, intenal
kesesuaian produk, perjanjian pihak ketiga, ketersediaan informasi, biaya.
4
Dari perspektif pertumbuhan Pendapatan, dan pembelajaran
Jam
kerja,
insentif,
fasilitas, informasi, lingkungan kerja, etos
kerja,
keterlibatan
pengambilan
dalam
keputusan,
pengembangan keahlian 5
Dari
perspektif
terhadap syari’ah
ketaatan Kepatuhan syari’ah,
terhadap produk
prinsip-prinsip
syari’ah,
dewan
pengawas, tingkat pengetahuan dan pelaksanaan prinsip syari’ah. Sumber data : dikembangkan untuk penelitian, 2010 3.5 Metode Analisis Data Teknik yang digunakan untuk menganalisis data dalam penelitian ini adalah: Deskriptif kuantitatif yaitu dengan menggambarkan dan menjelaskan secara mendalam tentang pelaksanaan balanced scorecard pada BMT HUDATAMA.
Peneliti tidak hanya menggambarkan akan tetapi juga menjelaskan keadaan atau tingkatan status fenomena.27 3.5.1.1.Uji Validitas Uji validitas adalah sejauh mana ketepatan dan kecermatan suatu alat ukur dalam melakukan fungsi ukurnya. Alat ukur mempunyai validitas yang tinggi apabila mampu menjalankan fungsi ukurnya atau memberikan hasil ukur yang sesuai dengan maksud dilakukannya ukur. Analisis uji validitas dalam penelitian ini dilakukan dengan menggunakan korelasi pearson. Teknik untuk menguji validitas tiap-tiap variabel dilakukan dengan cara mengkorelasikan tiap skor item instrumen tersebut. Indikatornya adalah jika nilai probabilitas korelasi tersebut signifikan, maka instrumen tersebut valid dan juga sebaliknya. 3.5.1.2.Uji Reliabilitas Uji reliabilitas adalah indeks yang menunjukkan sejauh mana alat pengukur dapat dipercaya atau dapat diandalkan dengan kata lain reliabiliti menunjukkan kosistensi suatu alat. Untuk mengetahui apakan item-item pertanyaan dalam variabel reliabel, maka indikatornya adalah apabila nilai α ≥ 0,06.dengan out put komputer langsung menunjukkan handal tidaknya variabel penelitian. 3.4.2. Analisis Kualitatif Analisis kualitatif yaitu analisis dengan cara melihat kecenderungan yang terjadi setahun terahir pada perspektif keuangan, anggota, proses bisnis internal,
27
Ibid, hlm. 245.
serta pada perspektif pertumbuhan dan pembelajaran dan perspektif ketaatan terhadap syari’ah BMT HUDATAMA. 3.4.3.Proyeksi Aplikasi Hasil Penelitian Pelaksanaan balanced scorecard yang tersusun dalam perspektif keuangan, anggota, bisnis interal, pertumbuhan dan pembelajaran, ketaatan terhadap syari’ah menggambarkan keseimbangan tujuan jangka pendek dan jangka panjang, antara ukuran finansial dan non finansial menjadi suatu sistem manajemen dalam suatu kerangka kerja manajerial perusahaan. Dengan berbagai kombinasi, eksperimen, pengalaman, penerapan serta pengembangan, balanced scorecard yang dikembangkan sejak 1996, oleh peneliti dimodifikasi dengan menggunakan ukuran indikator yang telah disesuaikan dengan kondisi koperasi jasa keuangan syari’ah BMT HUDATAMA dengan harapan, sistem ini akan berdampak positif terhadap BMT HUDATAMA. Perbaikan ini juga berdampak pada perbaikan kualitas pelayanan anggota, Proses pelayanan dan kepuasan pekerja yang pada akhirnya finansial BMT HUDATAMA mengalami pertumbuhan dan keberhasilan. Secara makro perkembangan lembaga mikro syari’ah diharapkan dapat menggerakkan roda perekonomian daerah khususnya dalam memberdayakan usaha kecil dan menengah, usaha-usaha produktif lainnya serta berperan aktif dalam proses pembangunan bangsa dalam rangka meningkatkan taraf hidup masyarakat.
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 4.1. Deskripsi Obyek Penelitian 4.1.1 Gambaran Umum BMT HUDATAMA BMT HUDATAMA adalah koperasi jasa keuangan syari’ah yang telah memberikan layanan jasa keuangan syari’ah sejak tahun 1998 tepatnya didirikan pada tanggal 2 oktober 1998 didirikan oleh para pemuda dan tokoh masyarakat yang peduli terhadap pemberdayaan ekonomi rakyat. Pendirian ini didasari pada semangat pemberian solusi kepada masyarakat terutama kepada usaha kecil dan menengah supaya dapat tumbuh dan berkembang dengan mengembangkan pola kemitraan sehingga usaha kecil dan menengah dapat menjadi penyangga ekonomi bangsa. Beralamat di jalan tumpang raya No. 104 Semarang dan kantor cabang pembantu mangkang Jl. Wonosari Raya No.1 Mangkang semarang, BMT HUDATAMA merupakan lembaga resmi dan legal dibuktikan dengan: 1. Badan Hukum No
:0233/BH/KWK.I I-30/III/1999.
2. NPWP
:1.99.283.5-503
3. SIUP
:1218/11.01/PK/X/2000
4. TDP
:11.01.2.52.00.547
5. Ijin Domisili
:500/151 Tanggal 25 OKTOBER 2000
4.1.2 Visi Misi BMT HUDATAMA Visi Menjadi lembaga keuangan syari’ah kebaggaan umat yang amanah, sehat dan profesional dengan mengembangkan pola kemitraan untuk pemberdayaan ekonomi rakyat. Misi BMT HUDATAMA mempunyai misi : 1. memberikan mutu layanan yang baik, amanah, profesional, resiko yang minimal. 2. meningkatkan peran pemberdayaan ekonomi masyarakat. 3. membantu daan memberikan solusi kepada usaha kecil dan menengah dalam memecahkan permasalahan-permasalahannya. 4.1.3 Struktur Organisasi BMT HUDATAMA
RAT
PENGURUS Ketua :Ir.H.Mohammad Saleh, M.Si Sekretaris :Ir.Hj.Lies Herawati Wakil Sekretaris :Alm.Drs.Sutanto,Apt Bendahara :Dra.Suhermini,M.Si Wakil Bendahara :H.Nursodik,S.Pd
PENGAWAS Ketua :Drs.H.Mahno Raharjo Anggota : Ir.H.Suharto MS Drs.H.Suroto HS MANAJER Khoiridin, S.Pd
MANAJER BAITUL TAMWIL Khoiridin, S.Pd
KABAG.PEMBIAYAAN DN.Agung N,SE
MARKETING Maryatun Akhmad mudzakir Dayanaji P,SE
ADM MARKETING Indah K,Amd.Kom
MANAJER BAITUL MAAL Nur malik saefudin,S.Ag
KABAG.OPERASIONAL Bancol Abdul Rahman,SE
TELLER P.Aprilia,S.S
ACOUNTING Herry AT,SE
KCP MANGKANG Bubun hoerudin,SE
PETUGAS LAIN Mulyono (satpam) Juweni(CS)
Marketing Robi aryanto Teller Hani’am M.A.md
4.1.4 Produk dan Layanan Untuk mendapatkan layana dari koperasi jasa keuangan syari’ah BMT HUDATAMA adalah dengan menjadi anggota dari BMT HUDATAMA.Adapun ketentuan dan syarat menjadi anggota koperasi jasa keuangan syari’ah BMT HUDATAMA adalah : 1. Mengisi formulir permohonan menjadi anggota koperasi jasa keuangan syari’ah BMT HUDATAMA. 2. Melampirkan foto copy identitas diri. 3. Membayar simpanan pokok (simpok) dan simpanan wajib (simwa). 4. Mengisi aplikasi pembukaan rekening koperasi jasa keuangan syari’ah BMT HUDATAMA. Produk-produk BMT HUDATAMA terbagi atas produk pengerahan dana, penyaluran dana dan produk pendamping anggota yang dirancang atas dasar syari’ah. 4.1.4.1 Pendanaan •
Simpanan keanggotaan (pokok dan wajib)
•
Simpana lancar SAHABAT SAHABAT adalah simpanan sukarela anggota dengan akad
mudharabah yang dirancang untuk pengaturan arus kas pribadi, usaha maupun investasi.
Keistimewaan SAHABAT adalah: 1. Bagi hasil menarik. 2. Dapat dengan leluasa dalam melakuakn transaksi. 3. Bebas biaya administrasi. 4. Dapat dijadikan sebagai jaminan pembiayaan. •
Simpana Berjangka SISUKA SISUKA adalah simpanan untuk anggota yang dirancang
sebagai sarana investasi jangka panjang yang aman. SISUKA adalah simpanan investasi dengan akad mudharabah berjangka dimana anggota dapat menentukan jangka waktu yang dikehendaki dan atas investasi ini angota berhak atas bagi hasil sesuai nisbah. Keistimewaan SISUKA adalah: 1. Bagi hasil kompetitif. 2. Bebas biaya. 3. Dapat dijadikan sebagai jaminan pembiayaan. 4. Mendapatkan sovenir cantik Tabel 4.0 Nisbah Jangka waktu SISUKA
NISBAH
3 Bulan
40% : 60%
6 Bulan
45% : 55%
1 Tahun
50% : 50%
Sumber : BMT HUDATAMA
•
Simpana Qurban SISUQUR SISUQUR adalah simpanan anggota dengan akad wadiah yad-dlomanah yang dirancang khusus untuk ibadah kurban. Keistimewaan SISUQUR adalah: 1. Sebagai bagian dari investasi akhirat. 2. Mendapat bagi hasil/bonus setiap bulannya. 3. Memudahkan rencana ibadah kurban. 4. Bebas biaya
•
SIMPADA SIMPADA merupakan penggabungan sistem simpanan dengan arisan yang didasarkan pada akad wadiah yad-dlomanah dengan jangka waktu tertentu. Oleh karenaya simpanan ini tidak diberi bagi hasil namun bonus yang diwujudkan dalam bentuk hadiah. Keistimewaan SIMPADA adalah: 1. Pembukaan arisan dilaksanakan setiap bulan. 2. Tersedia hadiah-hadiah menarik. 3. Dapat dijadikan simpanan jangka panjang. Pemilik rekening yang mendapatkan hadiah utama menarik dibebaskan dari kewajiban setor, karena kelebihan uang yang diterima merupakan hadiah dari koperasi jasa keuangan syari’ah BMT HUDATAMA.
•
Modal Penyertaan SIMSUS SIMSUS adalah simpanan khusus investasi anggota yang bertujuan untuk penguatan modal BMT dan berhak atas SHU sesuai dengan ketentuan yang berlaku. Keistimewaan SIMSUS adalah: 1. SHU menarik. 2. Invetasi jangka panjang. 3. Dapat dipindah tangankan. 4. Mendapatkan suvenir cantik (selama persediaan masih ada).
•
Investasi Mudharabah SIMBA
•
DANA AMANAH Koperasi jasa keuangan syri’ah BMT HUDATAMA juga menerima dana amanah yang berupa zakat, infaq, dan shodaqoh. Dana amanah tersebut akan disalurkan kepada yang berhak menerimanya dalam bentuk pembiayaan kebajikan (Qordul Hasan), pengembangan sumber daya manusia dan bantuanbantuan sosial lainnya.
4.1.4.2 Pembiayaan Dana simpanan yang ada di koperasi jasa keuangan syari’ah BMT HUDATAMA dikelola secara amanah dan
profesional dalam bentuk pembiayaan untuk pengembangan ekonomi umat. Dalam menyalurkan dananya koperasi jasa keuangan syari’ah BMT HUDATAMA memberikan pembiayaan dalam bentuk: •
PEMBIAYAAN MODAL KERJA. Pembiayaan yang digunakan untuk modal kerja usaha, pembiayaan ini meliputi beberapa hal seperti membeli barang dagangan, bahan baku, dan barang modal kerja yang lain.
•
PEMBIAYAAN INVESTASI. Pembiayaan yang digunakan untuk investasi usaha , pembiayaan investasi meliputi hal-hal sebagai berikut seperti untuk membeli mesin, alat-alat, sarana transportasi, sewa tempat usaha, dan lain-lainnya.
•
PEMBIAYAAN KONSUMTIF. Pembiayaan untuk investasi yang tidak ada keuntungan ekonomisnya, pembiayaan untuk konsumtif seperti membangun rumah, merehab rumah, melengkapi perabotan rumah tangga, dan lain-lain.
Akad Pembiayaan: 1. Mudharabah (Bagi Hasil). Adalah akad dimana antara dua pihak, yang satu sebagai mudharib (pengelola usaha) dan yang lain sebagai sohibul mal (pemilik
modal). Atas kerjasama ini berlaku bagi hasil dengan nisbah yang disepakati. 2. Murabahah (Jual Beli). Adalah menjual dengan harga asal ditambah marjin keuntungan yang telah disepakati dan dibayar pada saat jatuh tempo. 3. Al-Ijaroh (Sewa Menyewa) Persyaratan Pembiayaan: 1. Foto copy KTP suami dan istri. 2. Foto copy kartu keluarga. 3. Foto copy jaminan. 4. Rekening listrik/ telepon. 5. bersedia disurvei. 4.1.5 Manfaat Yang Dikehendaki
1. Manfaat Ekonomi •
Memberikan kemudahan bagi usaha kecil dan menengah untuk mengakses permodalan.
•
Menumbuh kembangkan usaha kecil dan menengah yang dapat memberikan nilai tambah, sehingga mampu meningkatkan kemampuan ekonomi masyarakat.
•
Meningkatkan kepemilikan aset ekonomi bagi masyarakat.
2. Manfaat Sosial
Terciptanya
•
solidaritas
dan
kerjasama
antara
anggota
BMT
HUDATAMA sehingga terbentuk komunitas ekonomi anggota yang lebih produktif dan berdaya saing. 4.2 Pembahasan Dan Analisis Data
Pada hakekatnya implementasi balanced scorecard pada lembaga keuangan mikro syari’ah (BMT) dapat dilakukan berdasarkan kajian-kajian dari berbagai aspek, oleh peneliti balanced scorecard dilakukan modifikasi yang semula empat perspektif menjadi lima perspektif sesuai karakteristik yang dimiliki BMT. 4.2.1 Validitas dan Reliabilitas Berdasarkan hasil perhitungan validitas dan reliabilitas dengan program SPSS 16.0, maka validitas dan reliabilitas perspektif anggota dapat dilihat pada tabel 4.1 Tabel 4.1 Reliabilitas dan validitas No
Perspektif
Reabilitas (Cronbach's Alpha)
Validitas
1
Anggota
0,922
Valid
2
Bisnis internal
0,936
Valid
3D
Pembelajaran pertumbuhan
0,929
Valid
Ketaatan terhadap syari’ah
0,961
Valid
a 4 r
i tabel 4.1 menggambarkan bahwa semua pertanyaan dari kuesioner perspektif anggota, perspektif bisnis internal, perspektif pembelajara pertumbuhan, perspektif ketaatan terhadap syari’ah adalah valid. Serta dapat dikatakan
reliabel karena Crombath Alpha > 0,60 artinya terjadi konsistensi hasil ukur apabila pengukuran dilakukan secara berulang pada kelompok individu yang berbeda.28 Pernyataan yang berhubungan dengan, perspektif anggota, perspektif bisnis internal, dan perspektif pertumbuhan dan pembelajaran, perspektif ketaatan terhadap syari’ah sebanyak 40 pernyataan. Masing-masingnya terdiri atas 10 pernyataan perspektif pelanggan, 10 pernyataan perspektif bisnis internal, 10 pernyataan perspektif pertumbuhan dan pembelajaran, 10 perspektif ketaatan terhadap syari’ah. Berdasarkan hasil pengujian validitas pernyataan, secara keseluruhan item pernyataan, perspektif anggota, perspektif bisnis internal, dan perspektif pertumbuhan dan pembelajaran, perspektif ketaatan terhadap syari’ah adalah valid. Hasil pengujian reliabilitas yang terdiri dari perspektif pelanggan, perspektif bisnis internal, dan perspektif pertumbuhan dan pembelajaran perspektif ketaatan terhadap syari’ah adalah reliable berarti instrumen penelitian layak digunakan untuk pengumpulan data dalam penelitian. 4.3 Deskripsi Variabel Penelitian 4.3.1 Perspektif keuangan Dalam penelitian ini rasio profitabilitas diukur dengan menggunakan Return On Assets (ROA) dan Return On Equity (ROE). a. ROA dihitung dari sisa hasil usaha (SHU) dibagi dengan total asset. Dari perspektif keuangan BMT HUDATAMA terlihat bahwa selama periode
28
Tony wijaya, Analisis Data Penelitian Menggunakan Spss (yogyakarta, universitas atmajaya, 2009) hal 109
2008 ROA dari BMT HUADATAMA sebesar 0,313. Hal ini menunjukkan bahwa ROA yang dihasilkan mencapai 3,15%, yang berarti bahwa setiap rupiah yang diinvestasikan pemilik akan menghasilkan ratarata ROA sebesar Rp 0,315. b. ROE dihitung dari sisa hasil usaha (SHU) dibagi dengan total modal sendiri. Selama penelitian ROE dari BMT HUDATAMA sebesar 0,4031. hal ini menunjukkan bahwa ROE yang dihasilkan mencapai 40,31 %, yang berarti
bahwa
setiap
rupiah
yang
diinvestasikan
pemilik
akan
menghasilkan rata-rata ROE sebesar Rp 0,4031. 4.3.2 Perspektif Anggota Berdasarkan hasil perhitungan dengan menggunakan program SPSS versi 16.00, penelitian yang dilakukan pada 59 responden, dapat dikemukakan pada table-tabel di bawah ini : Untuk mengetahui perspektif anggota tentang seluruh kualitas produk yang ditawarkan oleh BMT HUDATAMA , dapat dilihat pada tabel di bawah ini : Tabel 4.5 Kualitas Produk Yang Ditawarkan Oleh BMT Kriteria Frekuensi Persentase Sangat Puas 20 33.9% Puas 28 47.5% Tidak Puas 11 18.6% Sangat Tidak Puas 0 0% 59 Jumlah 100% Sumber Data : diolah dari penelitian, 2009 Tabel 4.5 menunjukkan 20 atau 33,9% responden menyatakan sangat puas terhadap kualitas produk BMT HUDATAMA, bahwa seluruh produk
yang ditawarkan BMT adalah produk yang berkualitas, 28 atau 47.5% responden menyatakan puas, 11 atau 18,6% responden menyatakan tidak puas dan tidak ada atau 0% responden menyatakan sangat tidak puas. Untuk mengetahui perspektif anggota tentang fasilitas yang ditawarkan oleh BMT HUDATAMA, dapat dilihat pada tabel di bawah ini : Tabel 4.6 Fasilitas Yang Ditawarkan Oleh BMT HUDATAMA Kriteria Frekuensi Persentase Sangat Puas 20 33.9 Puas 26 44.1 Tidak Puas 13 22.0 Sangat Tidak Puas 0 0 Jumlah 59 100% Sumber Data : diolah dari penelitian, 2009 Tabel 4.6 menunjukkan 20 atau 33,9% responden menyatakan sangat puas terhadap fasilitas yang ditawarkan oleh BMT HUDATAMA, 26 atau 44,1% responden menyatakan puas, 13 atau 22% responden menyatakan tidak puas dan tidak ada atau 1.4% responden menyatakan sangat tidak puas. Untuk mengetahui perspektif anggota tentang kualitas petugas pelayanan yang ada pada BMT HUDATAMA, dapat dilihat pada tabel di bawah ini : Tabel 4.7 Kualitas Petugas Pelayanan BMT HUDATAMA Kriteria Frekuensi Persentase Sangat Puas 17 28.8 Puas 34 57.6 Tidak Puas 8 13.6 Sangat Tidak Puas 0 0 Jumlah 59 100% Sumber Data : diolah dari penelitian, 2009
Tabel 4.7 menunjukkan 17 atau 28,8% responden menyatakan sangat puas terhadap kualitas petugas pelayanan yang ada pada BMT HUDATAMA, 34 atau 57.6% responden menyatakan puas, 8 atau 13,6% responden menyatakan tidak puas dan tidak ada atau 0% responden menyatakan sangat tidak puas. Untuk mengetahui perspektif anggota tentang prosedur pelayanan di BMT HUDATAMA, dapat dilihat pada tabel Tabel 4.8 Prosedur Pelayanan Di BMT HUDATAMA Kriteria Frekuensi Persentase Sangat Puas 22 Puas 25 Tidak Puas 10 Sangat Tidak Puas 2 Jumlah 59 Sumber Data : diolah dari penelitian, 2009
37.3 42.4 16.9 3.4
100%
Tabel 4.8 menunjukkan 22 atau 37,3% responden menyatakan sangat puas terhadap prosedur pelayanan di BMT HUDATAMA, 25 atau 42.4% responden menyatakan puas, 10 atau 16.9% responden menyatakan tidak puas dan 2 atau 3,4% responden menyatakan sangat tidak puas. Untuk
mengetahui
perspektif
anggota
HUDATAMA, dapat dilihat pada tabel di bawah ini :
tentang
citra
BMT
Tabel 4.9 Citra BMT HUDATAMA Frekuensi Persentase
Kriteria Sangat Puas 18 Puas 25 Tidak Puas 16 Sangat Tidak Puas 0 Jumlah 59 Sumber Data : diolah dari penelitian, 2009
30.5 42.4 27.1
0 100%
Tabel 4.9 menunjukkan 18 atau 30.5% responden menyatakan sangat puas terhadap citra BMT
HUDATAMA, 25 atau 42.4% responden
menyatakan puas, 16 atau 27,1% responden menyatakan tidak puas dan tidak ada atau 0% responden menyatakan sangat tidak puas. Tabel 4.10 Kenyamana lingkungan BMT HUDATAMA Kriteria Frekuensi Persentase Sangat Puas 12 Puas 32 Tidak Puas 15 Sangat Tidak Puas 0 Jumlah Sumber Data : diolah dari penelitian, 2009
20.3 54.2 25.4
0 100%
Tabel 4.10 menunjukkan 12 atau 20,3% responden menyatakan sangat puas terhadap kenyamanan lingkungan BMT HUDATAMA, 32 atau 54.2% responden menyatakan puas, 15 atau 25,4% responden menyatakan tidak puas dan tidak ada atau 0% responden menyatakan sangat tidak puas Perspektif anggota tentang biaya yang dikeluarkan dalam menggunakan jasa BMT HUDATAMA, dapat dilihat pada tabel di bawah ini :
Tabel 4.11 Biaya Yang Dikeluarkan Dalam Menggunakan Jasa BMT HUDATAMA Kriteria Frekuensi Persentase Sangat Puas 15 25.4 Puas 32 54.2 Tidak Puas 12 20.3 Sangat Tidak Puas Jumlah 100% Sumber Data : diolah dari penelitian, 2009 Tabel 4.11 menunjukkan 15 atau 25.4% responden menyatakan sangat puas terhadap biaya yang dikeluarkan dalam menggunakan jasa BMT HUDATAMA, 32 atau 54.2% responden menyatakan puas, 12 atau 20.3% responden menyatakan tidak puas dan tidak ada atau 0% responden menyatakan sangat tidak puas. Perspektif anggota tentang keamanan pelayanan di BMT HUDATAMA, dapat dilihat pada tabel di bawah ini : Tabel 4.12 Keamanan Pelayanan Di BMT HUDATAMA Kriteria Frekuensi Persentase Sangat Puas 16 27.1 Puas 32 54.2 Tidak Puas 11 18.6 Sangat Tidak Puas 0 0 Jumlah 59 100% Sumber Data : diolah dari penelitian, 2009 Tabel 4.12 menunjukkan 16 atau 27,1% responden menyatakan sangat puas terhadap keamanan pelayanan di BMT HUDATAMA, 32 atau 54.2% responden menyatakan puas, 11 atau 18,6% responden menyatakan tidak puas dan tidak ada atau 0% responden menyatakan sangat tidak puas.
Perspektif anggota tentang pelayanan sesuai dengan yang ditawarkan BMT HUDATAMA, dapat dilihat pada tabel di bawah ini : Tabel 4.13 Pelayanan Sesuai Dengan Yang Ditawarkan BMT HUDATAMA Kriteria Frekuensi Persentase Sangat Puas 24 40.7 Puas 24 40.7 Tidak Puas 11 18.6 Sangat Tidak Puas 0 0 Jumlah 59 100% Sumber Data : diolah dari penelitian, 2009 Tabel 4.13 menunjukkan 24 atau 40,7% responden menyatakan sangat puas terhadap pelayanan sesuai dengan yang ditawarkan BMT HUDATAMA, 24 atau 40,7% responden menyatakan puas, 11 atau 18,6% responden menyatakan tidak puas dan tidak ada atau 0% responden menyatakan sangat tidak puas Tabel 4.14 Kepuasan Mengadakan Hubungan Dengan BMT HUDATAMA Kriteria Frekuensi Persentase Sangat Puas 25 42.4 Puas 16 27.1 Tidak Puas 18 30.5 Sangat Tidak Puas 0 0 Jumlah 59 100% Sumber Data : diolah dari penelitian, 2009 Tabel 4.14 menunjukkan 25 atau 42,4% responden menyatakan sangat puas terhadap pelayanan di BMT HUDATAMA, 16 atau 27,1% responden menyatakan puas, 18 atau 30.5% responden menyatakan tidak puas dan tidak ada atau 0% responden menyatakan sangat tidak puas
Dari data diatas dapat disimpulkan bahwa dalam perspektif anggota BMT HUDATAMA tergolong dalam kategori baik dengan 47% anggota dari BMT HUDATAMA merasa puas,dan 32% sangat puas, 21% tidak puas. 4.3.3 Perspektif proses bisnis internal Untuk mengetahui perspektif proses bisnis internal tentang kepuasan seluruh produk yang ditawarkan oleh BMT HUDATAMA, dengan 13 responden dapat dilihat pada tabel di bawah ini : Tabel 4.15 Produk Yang Ditawarkan Oleh BMT HUDATAMA Kriteria Frekuensi Persentase Sangat Puas 3 23.1 Puas 7 53.8 Tidak Puas 3 23.1 Sangat Tidak Puas 0 0 Jumlah 13 100% Sumber Data : diolah dari penelitian, 2009 Tabel 4.14 menunjukkan 3 atau 23,1% responden menyatakan sangat puas terhadap produk BMT HUDATAMA, 7 atau 53,8% responden menyatakan puas, 3 atau 23.1% responden menyatakan tidak puas dan tidak ada atau 0% responden menyatakan sangat tidak puas. Untuk mengetahui perspektif proses bisnis internal tentang tingkat kesalahan layanan BMT HUDATAMA, dapat dilihat pada tabel di bawah ini Tabel 4.16 Tingkat Kesalahan Layanan BMT HUDATAMA Kriteria
Frekuensi Sangat Puas 4 Puas 6 Tidak Puas 3 Sangat Tidak Puas 0 Jumlah 13 Sumber Data : diolah dari penelitian, 2009
Persentase 30.8 46.2 23.1 0 100%
Tabel 4.16 menunjukkan 4 atau 30,8% responden menyatakan sangat puas terhadap tingkat kesalahan layanan BMT HUDATAMA, 6 atau 46.2% responden menyatakan puas, 3 atau 23.1% responden menyatakan tidak puas dan tidak ada atau 0% responden menyatakan sangat tidak puas. Tentang inovasi Produk terbaru BMT HUDATAMA , dapat dilihat pada tabel di bawah ini : Tabel 4.17 Inovasi Produk Terbaru BMT HUDATAMA Kriteria Frekuensi Persentase Sangat Puas 2 15.4 Puas 9 69.2 Tidak Puas 2 15.4 Sangat Tidak Puas 0 0 Jumlah 13 100% Sumber Data : diolah dari penelitian, 2009 Tabel 4.17 menunjukkan 2 atau 15,4% responden menyatakan sangat puas terhadap inovasi Produk terbaru BMT HUDATAMA, 9 atau 69,2% responden menyatakan puas, 2 atau 15,4% responden menyatakan tidak puas dan tidak ada atau 0% responden menyatakan sangat tidak puas Tentang kecepatan waktu dalam melayani anggota BMT HUDATAMA, dapat dilihat pada tabel di bawah ini : Tabel 4.18 Kecepatan Waktu Dalam Melayani Anggota BMT HUDATAMA Kriteria
Frekuensi Sangat Puas 4 Puas 8 Tidak Puas 1 Sangat Tidak Puas 0 Jumlah 13 Sumber Data : diolah dari penelitian, 2009
Persentase 30.8 61.5 7.7 0 100%
Tabel 4.18 menunjukkan 4 atau 30.8% responden menyatakan sangat puas terhadap kecepatan waktu dalam melayani anggota dan calon anggota BMT HUDATAMA, 8 atau 61.5% responden menyatakan puas, 1 atau 7.7% responden menyatakan tidak puas dan tidak ada atau 0% responden menyatakan sangat tidak puas Tentang kesesuai kebutuhan dengan produk, dapat dilihat pada tabel di bawah ini : Tabel 4.19 Kesesuai Kebutuhan Dengan Produk BMT Kriteria Frekuensi Persentase Sangat Puas 5 38.5 Puas 6 46.2 Tidak Puas 2 15.4 Sangat Tidak Puas 0 0 Jumlah 13 100% Sumber Data : diolah dari penelitian, 2009 Tabel 4.19 menunjukkan 5 atau 38.5% responden menyatakan sangat puas terhadap kesesuai kebutuhan dengan produk BMT, 6 atau 46.2% responden menyatakan puas, 2 atau 15.4% responden menyatakan tidak puas dan tidak ada atau 0% responden menyatakan sangat tidak puas. Untuk mengetahui perspektif proses bisnis internal tentang perjanjian pihak ketiga dengan BMT , dapat dilihat pada tabel di bawah ini : Tabel 4.20 Perjanjian Pihak Ketiga Dengan BMT Kriteria Frekuensi Persentase Sangat Puas 1 7.7 Puas 9 69.2 Tidak Puas 3 23.1 Sangat Tidak Puas 0 0 Jumlah 13 100% Sumber Data : diolah dari penelitian, 2009
Tabel 4.20 menunjukkan 1 atau 7,7% responden menyatakan sangat puas perjanjian pihak ketiga dengan BMT, 9 atau 69,2% responden menyatakan puas, 3 atau 23.1% responden menyatakan tidak puas dan tidak ada atau 0% responden menyatakan sangat tidak puas. Untuk mengetahui perspektif proses bisnis internal tentang Standar Pengerjaan Produk/ Jasa, dapat dilihat pada tabel di bawah ini: Tabel 4.21
Kriteria
Standar Pengerjaan Produk/ Jasa Frekuensi Persentase
Sangat Puas 2 Puas 3 Tidak Puas 8 Sangat Tidak Puas 0 Jumlah 13 Sumber Data : diolah dari penelitian, 2009
15.4 23.1 61.5 0
100%
Tabel 4.21 menunjukkan 2 atau 15,4% responden menyatakan sangat puas terhadap Standar Pengerjaan Produk/ Jasa BMT, 3 atau 23,1% responden menyatakan puas, 8 atau 61,5% responden menyatakan tidak puas dan tidak ada atau 0% responden menyatakan sangat tidak puas. Untuk mengetahui perspektif proses bisnis internal tentang jumlah anggota baru BMT, dapat dilihat pada tabel di bawah ini : Tabel 4.22 Jumlah Anggota Baru BMT Kriteria
Frekuensi Sangat Puas 2 Puas 9 Tidak Puas 2 Sangat Tidak Puas 0 Jumlah 13 Sumber Data : diolah dari penelitian, 2009
Persentase 15.4 69.2 15.4 0 100%
Tabel 4.22 menunjukkan 2 atau 15,4% responden menyatakan sangat puas terhadap jumlah anggota baru BMT, 9 atau 69,2% responden menyatakan puas, 2 atau 15,4% responden menyatakan tidak puas dan tidak ada atau 0% responden menyatakan sangat tidak puas. Untuk mengetahui perspektif proses bisnis internal tentang ketersediaan informasi, dapat dilihat pada tabel di bawah ini : Tabel 4.23 Ketersediaan Informasi BMT Kriteria Frekuensi Persentase Sangat Puas 2 15.4 Puas 10 76.9 Tidak Puas 1 7.7 Sangat Tidak Puas 0 0 Jumlah 100% Sumber Data : diolah dari penelitian, 2009 Tabel 4.23 menunjukkan 2 atau 15,4% responden menyatakan sangat puas terhadap ketersediaan informasi, 10 atau 76,9% responden menyatakan puas, 1 atau 7.7% responden menyatakan tidak puas dan tidak ada atau 0% responden menyatakan sangat tidak puas. Untuk mengetahui perspektif proses bisnis internal tentang kesesuian biaya yang dikeluarkan anggota dengan yang didapat, dapat dilihat pada tabel di bawah ini : Tabel 4.24 Kesesuian Biaya Yang Dikeluarkan Dengan Yang Didapat Kriteria
Frekuensi Sangat Puas 5 Puas 2 Tidak Puas 6 Sangat Tidak Puas 0 Jumlah 13 Sumber Data : diolah dari penelitian, 2009
Persentase 38.5 15.4 46.2 0 100%
Tabel 4.24 menunjukkan 5 atau 38.5% responden menyatakan sangat puas terhadap kesesuian biaya yang dikeluarkan anggota dengan yang didapat, 2 atau 15.4% responden menyatakan puas, 6 atau 46.2% responden menyatakan tidak puas dan tidak ada atau 0% responden menyatakan sangat tidak puas. Berdasarkan data tabel dalam perspektif bisnis internal diatas BMT HUDATAMA termasuk dalam kategori baik yaitu dengan 53% dari responden puas dengan produk dan layanan dari BMT HUDATAMA, sebanyak 23% sangat puas dan 24% tidak Puas,dari data tersebut dimungkinkan kepuasan dalam perspektif bisnis internal ini dari inovasi produk BMT (SIMPADA). 4.3.4 Perspektif pembelajaran dan pertumbuhan Untuk mengetahui Perspektif pembelajaran pertumbuhan tentang pendapatan karyawan BMT HUDATAMA, dengan 13 responden dapat dilihat pada tabel di bawah ini : Tabel 4.25 Pendapatan karyawan BMT HUDATAMA Kriteria
Frekuensi Sangat Puas 4 Puas 8 Tidak Puas 1 Sangat Tidak Puas 0 Jumlah 13 Sumber Data : diolah dari penelitian, 2009
Persentase 30.8 61.5 7.7 0 100%
Tabel 4.25 menunjukkan 4 atau 30,8% responden menyatakan sangat puas terhadap pendapatan karyawan BMT HUDATAMA, 8 atau 61,5%
responden menyatakan puas, 1 atau 7,7% responden menyatakan tidak puas dan tidak ada atau 0% responden menyatakan sangat tidak puas. Untuk mengetahui Perspektif pembelajaran pertumbuhan tentang jam kerja BMT HUDATAMA, dapat dilihat pada tabel di bawah ini : Tabel 4.26 Jam kerja BMT HUDATAMA Kriteria
Frekuensi Sangat Puas 7 Puas 5 Tidak Puas 1 Sangat Tidak Puas 0 Jumlah 13 Sumber Data : diolah dari penelitian, 2009
Persentase 53.8 38.5 7.7 0 100%
Tabel 4.26 menunjukkan 7 atau 53,8% responden menyatakan sangat puas terhadap jam kerja di BMT HUDATAMA, 5 atau 38,5% responden menyatakan puas, 1 atau 7.7% responden menyatakan tidak puas dan tidak ada atau 0% responden menyatakan sangat tidak puas. Untuk mengetahui Perspektif pembelajaran pertumbuhan tentang keleluasaan bekerja BMT HUDATAMA , dapat dilihat pada tabel di bawah ini : Tabel 4.27 Keleluasaan Kerja BMT HUDATAMA Kriteria
Frekuensi Sangat Puas 3 Puas 9 Tidak Puas 1 Sangat Tidak Puas 0 Jumlah 13 Sumber Data : diolah dari penelitian, 2009
Persentase 23.1 69.2 7.7 0 100%
Tabel 4.27 menunjukkan 3 atau 23,1% responden menyatakan sangat puas terhadap keleluasaan kerja BMT HUDATAMA, 9 atau 69,2% responden menyatakan puas, 1 atau 7,7% responden menyatakan tidak puas dan tidak ada atau 0% responden menyatakan sangat tidak puas Untuk mengetahui Perspektif pembelajaran pertumbuhan tentang insentif prestasi BMT HUDATAMA, dapat dilihat pada tabel di bawah ini : Tabel 4.27 Insentif Prestasi BMT HUDATAMA Kriteria
Frekuensi Sangat Puas 5 Puas 6 Tidak Puas 2 Sangat Tidak Puas 0 Jumlah 13 Sumber Data : diolah dari penelitian, 2009
Persentase 38.5 46.2 15.4 0 100%
Tabel 4.27 menunjukkan 5 atau 38.5% responden menyatakan sangat puas terhadap insentif pestasi di BMT HUDATAMA, 6 atau 46.2% responden menyatakan puas, 2 atau 15.4% responden menyatakan tidak puas dan tidak ada atau 0% responden menyatakan sangat tidak puas Untuk mengetahui Perspektif pembelajaran pertumbuhan tentang fasilitas karyawan, dapat dilihat pada tabel di bawah ini : Tabel 4.28 Fasislitas Karyawan Kriteria
Frekuensi Sangat Puas 5 Puas 6 Tidak Puas 2 Sangat Tidak Puas 0 Jumlah 13 Sumber Data : diolah dari penelitian, 2009
Persentase 38.5 46.2 15.4 0 100%
Tabel 4.28 menunjukkan 5 atau 38.5% responden menyatakan sangat puas terhadap fasilitas karyawan, 6 atau 46.2% responden menyatakan puas, 2 atau 15.4% responden menyatakan tidak puas dan tidak ada atau 0% responden menyatakan sangat tidak puas. Untuk mengetahui Perspektif pembelajaran pertumbuhan tentang akses informasi dengan BMT , dapat dilihat pada tabel di bawah ini : Tabel 4.29 Akses Informasi Kriteria Frekuensi Sangat Puas 4 Puas 7 Tidak Puas 2 Sangat Tidak Puas 0 Jumlah 13 Sumber Data : diolah dari penelitian, 2009
Persentase 30.8 53.8 15.4 0 100%
Tabel 4.29 menunjukkan 4 atau 30,8% responden menyatakan sangat puas atas akses informasi, 7 atau 53,8% responden menyatakan puas, 2 atau 15.4% responden menyatakan tidak puas dan tidak ada atau 0% responden menyatakan sangat tidak puas. Untuk mengetahui Perspektif pembelajaran pertumbuhan tentang kerjasama antar karyawan, dapat dilihat pada tabel di bawah ini: Tabel 4.30 Kerjasama antar karyawan Frekuensi Persentase 3 23.1 7 53.8 3 23.1
Kriteria Sangat Puas Puas Tidak Puas Sangat Tidak Puas 0 Jumlah 13 Sumber Data : diolah dari penelitian, 2009
0
100%
Tabel 4.30 menunjukkan 3 atau 23,1% responden menyatakan sangat puas terhadap kerjasama karyawan, 7 atau 53,8% responden menyatakan puas, 3 atau 23,1% responden menyatakan tidak puas dan tidak ada atau 0% responden menyatakan sangat tidak puas. Tentang akhlakul karimah,kejujuran dan disiplin, dapat dilihat pada tabel di bawah ini : Tabel 4.31 Akhlakul Karimah,Kejujuran Dan Disiplin Kriteria Frekuensi Persentase Sangat Puas 5 38.5 Puas 6 46.2 Tidak Puas 2 15.4 Sangat Tidak Puas 0 0 Jumlah 13 100% Sumber Data : diolah dari penelitian, 2009 Tabel 4.31 menunjukkan 5 atau 38,5% responden menyatakan sangat puas terhadap aKhlakul karimah,kejujuran dan disiplin, 6 atau 46,2% responden menyatakan puas, 2 atau 15,4% responden menyatakan tidak puas dan tidak ada atau 0% responden menyatakan sangat tidak puas. Untuk mengetahui Perspektif pembelajaran pertumbuhan tentang peningkatan kompetensi, dapat dilihat pada tabel di bawah ini : Tabel 4.32 Peningkatan Kompetensi Kriteria
Frekuensi Sangat Puas 4 Puas 8 Tidak Puas 1 Sangat Tidak Puas 0 Jumlah 13 Sumber Data : diolah dari penelitian, 2009
Persentase 30.8 61.5 7.7 0 100%
Tabel 4.32 menunjukkan 4 atau 30,8% responden menyatakan sangat puas terhadap peningkatan kompetensi, 8 atau 61,5% responden menyatakan puas, 1 atau 7.7% responden menyatakan tidak puas dan tidak ada atau 0% responden menyatakan sangat tidak puas. Untuk mengetahui Perspektif pembelajaran pertumbuhan tentang keterlibatan dalam pengambilan keputusan, dapat dilihat pada tabel di bawah ini : Tabel 4.33 Keterlibatan Dalam Pengambilan Keputusan Kriteria Frekuensi Persentase Sangat Puas 6 46.2 Puas 4 30.8 Tidak Puas 3 23.1 Sangat Tidak Puas 0 0 Jumlah 13 100% Sumber Data : diolah dari penelitian, 2009 Tabel 4.33 menunjukkan 6 atau 46,2% responden menyatakan sangat puas terhadap keterlibatan dalam mengambil keptusan, 4 atau 30.8% responden menyatakan puas, 3 atau 23.1% responden menyatakan tidak puas dan tidak ada atau 0% responden menyatakan sangat tidak puas. Dalam perspektif pembelajaran pertumbuha diatas BMT HUDATAMA termasuk dalam kategori baik yaitu dengan 51% dari responden puas dengan produk dan layanan dari BMT HUDATAMA, sebanyak 35% sangat puas dan 13% tidak Puas,dari data tersebut diatas dimungkinkan dalam perspektif pembelajaran dan pertumnuhan ini dari tingkat riliguitas peagawai dimana setiap akan memulai bekerja diadakan pengajian Al-Qur’an secara bersamasama semua karyawan.
4.3.5 Perspektif ketaatan terhadap syari’ah Untuk mengetahui perspektif ketaatan terhadap syari’ah tentang perspektif ketaatan terhadap syari’ah oleh BMT HUDATAMA, dengan 13 responden dapat dilihat pada tabel di bawah ini : Tabel 4.34 Akad Kriteria Frekuensi Persentase Sangat Puas 5 38.5 Puas 6 46.2 Tidak Puas 2 15.4 Sangat Tidak Puas 0 0 Jumlah 13 100% Sumber Data : diolah dari penelitian, 2009 Tabel 4.34 menunjukkan 5 atau 38.5% responden menyatakan sangat puas terhadap akad BMT HUDATAMA, 6 atau 46.2% responden menyatakan puas, 2 atau 15.4% responden menyatakan tidak puas dan tidak ada responden menyatakan sangat tidak puas. Untuk mengetahui perspektif ketaatan terhadap syari’ah tentang tingkat penempatan dana, dapat dilihat pada tabel di bawah ini : Tabel 4.35 Penempatan Dana Kriteria
Frekuensi Persentase Sangat Puas 7 53.8 Puas 3 23.1 Tidak Puas 3 23.1 Sangat Tidak Puas 0 0 Jumlah 13 100% Sumber Data : diolah dari penelitian, 2009 Tabel 4.35 menunjukkan 7 atau 53.8% responden menyatakan sangat puas terhadap penempatan dana BMT HUDATAMA, 3 atau 23.1% responden
menyatakan puas, 3 atau 23.1% responden menyatakan tidak puas dan tidak ada atau 0% responden menyatakan sangat tidak puas. Untuk mengetahui perspektif ketaatan terhadap syari’ah tentang inovasi DPS (Dewan Pengawas Syari’ah) BMT HUDATAMA , dapat dilihat pada tabel di bawah ini : Tabel 4.36 DPS BMT HUDATAMA Kriteria
Frekuensi Sangat Puas 5 Puas 5 Tidak Puas 3 Sangat Tidak Puas 0 Jumlah 13 Sumber Data : diolah dari penelitian, 2009
Persentase 38.5 38.5 23.1 0 100%
Tabel 4.36 menunjukkan 5 atau 38,5% responden menyatakan sangat puas terhadap adanya DPS BMT HUDATAMA, 5 atau 38,5% responden menyatakan puas, 3 atau 23,1% responden menyatakan tidak puas dan tidak ada responden menyatakan sangat tidak puas Untuk mengetahui perspektif proses ketaatan terhadap syari’ah tentang komposisi modal BMT HUDATAMA, dapat dilihat pada tabel di bawah ini : Tabel 4.37 Komposisi Modal Anggota BMT HUDATAMA Kriteria
Frekuensi Sangat Puas 8 Puas 1 Tidak Puas 4 Sangat Tidak Puas 0 Jumlah 13 Sumber Data : diolah dari penelitian, 2009
Persentase 61.5 7.7 30.8 0 100%
Tabel 4.37 menunjukkan 8 atau 61.5% responden menyatakan sangat puas terhadap komposisi modal BMT HUDATAMA, 1 atau 7,7% responden menyatakan puas, 4 atau 30.8% responden menyatakan tidak puas dan tidak ada atau 0% responden menyatakan sangat tidak puas Untuk mengetahui perspektif ketaatan terhadap syari’ah tentang pertemuan BMT, dapat dilihat pada tabel di bawah ini : Tabel 4.38 Pertemuan BMT Kriteria Frekuensi Persentase Sangat Puas 6 46.2 Puas 4 30.8 Tidak Puas 3 23.1 Sangat Tidak Puas 0 0 Jumlah 13 100% Sumber Data : diolah dari penelitian, 2009 Tabel 4.38 menunjukkan 5 atau 38.5% responden menyatakan sangat puas terhadap kesesuai kebutuhan dengan produk BMT, 6 atau 46.2% responden menyatakan puas, 2 atau 15.4% responden menyatakan tidak puas dan tidak ada atau 0% responden menyatakan sangat tidak puas. Tabel 4.39 Sertifikat pengelolaan BMT Kriteria Frekuensi Persentase Sangat Puas 7 53.8 Puas 3 23.1 Tidak Puas 3 23.1 Sangat Tidak Puas 0 0 Jumlah 13 100% Sumber Data : diolah dari penelitian, 2009 Tabel 4.39 menunjukkan 7 atau 53,8% responden menyatakan sangat puas sertifikat pengelolaan BMT, 3 atau 23,1% responden menyatakan puas, 3
atau 23.1% responden menyatakan tidak puas dan tidak ada atau 0% responden menyatakan sangat tidak puas. Tentang Standar pola pembiayaan, dapat dilihat pada tabel di bawah ini: Tabel 4.40
Kriteria
Standar Pola Pembiayaan Frekuensi Persentase 6 46.2 5 38.5 2 15.4
Sangat Puas Puas Tidak Puas Sangat Tidak Puas 0 Jumlah 13 Sumber Data : diolah dari penelitian, 2009
0
100%
Tabel 4.40 menunjukkan 6 atau 46,2% responden menyatakan sangat puas terhadap Standar pola pembiayaan, 5 atau 38,5% responden menyatakan puas, 2 atau 15,4% responden menyatakan tidak puas dan tidak ada atau 0% responden menyatakan sangat tidak puas. Untuk mengetahui perspektif ketaatan terhadap syari’ah tentang pendekatan syari’ah dalam pembiayaan syari’ah, dapat dilihat pada tabel di bawah ini : Tabel 4.41 Pendekatan Syari’ah Dalam Pembiayaan Syari’ah Kriteria
Frekuensi Sangat Puas 5 Puas 4 Tidak Puas 4 Sangat Tidak Puas 0 Jumlah 13 Sumber Data : diolah dari penelitian, 2009
Persentase 38.5 30.8 30.8 0 100%
Tabel 4.41 menunjukkan 5 atau 38,5% responden menyatakan sangat puas terhadap pendekatan syari’ah dalam pembiayaan syari’ah, 4 atau 30,8%
responden menyatakan puas, 4 atau 30,8% responden menyatakan tidak puas dan tidak ada atau 0% responden menyatakan sangat tidak puas. Untuk mengetahui perspektif ketaatan terhadap syari’ah tentang peningkatan ZIS, dapat dilihat pada tabel di bawah ini : Tabel 4.42 Peningkatan ZIS Frekuensi 7 3 3 0
Kriteria Sangat Puas Puas Tidak Puas Sangat Tidak Puas Jumlah Sumber Data : diolah dari penelitian, 2009
Persentase 53.8 23.1 23.1 0 100%
Tabel 4.42 menunjukkan 7 atau 53,8% responden menyatakan sangat puas terhadap peningkatan ZIS, 3 atau 23,1% responden menyatakan puas, 3 atau 23.1% responden menyatakan tidak puas dan tidak ada atau 0% responden menyatakan sangat tidak puas. Untuk mengetahui perspektif ketaatan terhadap syari’ah tentang peningkatan pemahaman sistem syari’ah, dapat dilihat pada tabel di bawah ini : Tabel 4.43 Peningkatan Pemahaman Sistem Syari’ah Kriteria Frekuensi Persentase Sangat Puas 7 53.8 Puas 5 38.5 Tidak Puas 1 7.7 Sangat Tidak Puas 0 0 Jumlah 13 100% Sumber Data : diolah dari penelitian, 2009 Tabel 4.43 menunjukkan 7atau 53.8% responden menyatakan sangat puas terhadap peningkatan pemahaman sistem syari’ah, 5 atau 38.5%
responden menyatakan puas, 1 atau 7.7% responden menyatakan tidak puas dan tidak ada atau 0% responden menyatakan sangat tidak puas. Dalam perspektif ketaatan terhadap syari’ah diatas BMT HUDATAMA termasuk dalam kategori sangat baik yaitu dengan 48% dari responden puas dengan produk dan layanan secara syari’ah dan sesuai kriteria dari peraturan mentri Koperasi dan UKM dalam perspektif syari’ah.
BAB V PENUTUP 5.1 Kesimpulan Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan yang telah dikemukakan pada Bab IV implementasi balanced scorecard pada lembaga keuangan mikro syari’ah (BMT) mengalami banyak kendala-kendala. dapat ditarik beberapa kesimpulan sebagai berikut : 1. Perspektif keuangan Dari perspektif keuangan BMT HUDATAMA terlihat bahwa selama periode 2008 ROA dari BMT HUADATAMA mencapai 3,15%, ROE dihitung dari sisa hasil usaha (SHU) dibagi dengan total modal sendiri. ROE yang dihasilkan mencapai 40,31 %, yang berarti implementasi strategi peningkatan kinerja dari perspektif keuangan BMT HUDATAMA cukup baik. 2. Perspektif anggota Kepuasan nasabah yang diukur hanya menunjukkan kepuasan anggota setahun
terakhir,
sehingga
hasil
pengukurannya
tidak
dapat
dilihat
kecenderungannya dari tabel diatas dapat ditarik kesimpulan bahwa implementasi strategi peningkatan kinerja dari perspektif anggota berkatagori baik dengan 47% anggota dari BMT HUDATAMA merasa puas,dan 32% sangat puas, 21% tidak puas. 3. Perspektif bisnis internal Proses operasi yag dihitung akanmenunjukkan semakin efektif jika mendekati 100%, dalam perspektif ini BMT selalu berinovasi dengan produk baru
sesuai dengan kebutuhan anggota, sehingga hasil pengukurannya tidak dapat dilihat kecenderungannya hanya akan menunjukkan kepuasan anggota setahun terakhir. Descriptive statistik diatas dapat ditarik kesimpulan bahwa implementasi strategi peningkatan kinerja dari perspektif bisnis internal berkatagori cukup baik yaitu dengan 53% dari responden puas dengan produk dan layanan dari BMT HUDATAMA, sebanyak 23% sangat puas dan 24% tidak Puas. 4. Persepektif pembelajaran dan Pertumbuhan •
Perspektif pembelajaran pertumbuhan yang diukur hanya menunjukkan kepuasan anggota setahun terakhir, sehingga hasil pengukurannya tidak dapat dilihat kecenderungannya dari pembahasan diatas dapat ditarik kesimpulan bahwa implementasi strategi peningkatan kinerja dari perspektif berkatagori baik dengan 51% dari responden puas dengan produk dan layanan dari BMT HUDATAMA, sebanyak 35% sangat puas dan 13% tidak Puas. 5. Persepektif ketaatan terhadap syari’ah Perspektif ketaatan terhadap syari’ah yang diukur hanya menunjukkan setahun
terakhir,
sehingga
hasil
pengukurannya
tidak
dapat
dilihat
kecenderungannya dari pembahasan diatas dapat ditarik kesimpulan bahwa implementasi strategi peningkatan kinerja dari perspektif ketaatan terhadap syri’ah berkatagori sangat baik dengan 48% dari responden puas dengan produk dan layanan secara syari’ah.
5.2 Saran Berdasarkan hasil kesimpulan diberikan saran sebagai berikut : 1. Bagi lembaga keuangan mikro syari’ah agar kedepannya secara konsisten memegang prinsip syari’ah dan ditingkatkan terus karena pengaruhnya besar terhadap peningkatan kinerja lembaga. 2. Bagi peneliti berikutnya diharapkan dapat dilanjutkan penelitian ini dengan objek dan sudut pandang berbeda sehingga dapat memperkaya kajian ekonomi Islam dalam peningkatan kinerja.
DAFTAR PUSTAKA
Al-Qur’an Al-Karim dan Terjemahnya, Semarang : PT Toha Putra, 1996.
Arikunto, Suharsimi, Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktek, Jakarta: PT. Rineka Cipta, 1993.
Baridwan, Zaki, Intermediate Accounting, Edisi 7, Yogyakarta: BPFE Yogyakarta, 1992.
Eljunusi, Rahman, Implementasi Balanced Scorecard Pada Lembaga Keuangan Micro Syari’ah Baitulmal Wat Tamwil Kota Semarang, Semarang: 2006.
, Membangun Balanced Scorecard Pada Lembaga Keuangan Syari’ah (Studi Pada Baitul Mal Wat Tamwil Kota Semarang), Semarang : Lembaga Penelitian IAIN Walisongo Semarang, 2006.
Gasperz, Vincent, Total Quality Managemen, Jakarta: Gramedia Pustaka Utama, 2002. Umar, Husein, Metode Penelitian Untuk Skripsi Dan Tesis Bisnis, Jakarta: PT Raja Grafindo Persada, 2005.
Jhony, Setyawan, Mulyadi, System Perencanaan & Pengendalian Manajemen, Edisis 2, Jakarta: Salemba Empat.
Sugiyono, Metode Penelitian Administrasi Perkantoran, Bandung: Alfabeta, 2001 , Metode Penelitian Bisnis, Bandung: Alfabeta, 2004
Surat Keputusan Menteri Koperasi Dan UKM Nomor 35.3/M.KUKM/X/2007.
Warjito, Evaluasi Kinerja Manajemen PT Supersonic Cemical Industry , Sekripsi STIS Yogyakarta. Tidak dipublikasikan.
Wijaya, Tony, Analisis Data Penelitian Menggunakan SPSS, Yogyakarta: Universitas Atmajaya, 2009. Yuwono, Sony, et.al., Petunjuk Praktis Penyusunan Balaced Scorecard Menuju Organisasi Yang Berfokus Pada Strategi, Jakarta: PT Gramedia Pustaka Utama. 2004.
KUESIONER PENELITIAN DAFTAR PERTANYAAN MENGENAI KINERJA BMT HUDATAMA DENGAN PENDEKATAN BALANCED SCORECARD.
Dalam rangka menyelesaikan tugas akhir pada program S-1 Fakultas Syari’ah IAIN Walisongo Semarang, maka saya: NAMA
:ALI SHODIQ
NIM
: 052411160
PRODI
: EKONOMI ISLAM
ALAMAT
: Ds. PLOSOREJO Kec. PUCAKWANGI Kab. PATI
Mengadakan penelitian yang berjudul : STRATEGI PENINGKATAN KINERJA BMT HUDATAMA DENGAN PENDEKATAN BALANCED SCORECARD. Sehubungan dengan hal tersebut, saya sangat mengharapkan kesediaan Bapak/ Ibu/ Saudara untuk mengisi kuesioner ini sesuai dengan kondisi dan pendapat Bapak/ Ibu/ Saudara yang sesungguhnya. Data-data ini saya kumpulkan semata-mata untuk tujuan akademis, dan sesuai kode etik penelitian, kerahasiaan data terjamin. Petunjuk pengisian kuesioner. 1. Isilah pertanyaan-pertanyaan dibawah ini dengan tanda (X) pada salah satu kolomnya yang sesuai 2. Jawaban yang tersedia berupa angka dengan sekala 1-4 yang berarti: 1 = sangat puas 2 = puas 3 = tidak puas 4 = sangat tidak puas
KUESIONER KINERJA BMT HUDATAMA DENGAN PENDEKATAN BALANCED SCORECARD PERTANYAAN DIISI ANGGOTA DAN CALON ANGGOTA Nama
:.......................................
Pendidikan
:........................................
Umur
:...........Th
Pekerjaan
:........................................
Jenis kelamin :L/P
Pendapatan
:........................................
Agama
:…………………............
Lama berhubungan dengan BMT
Status
:........................................
:........................................ Sangat
No
Puas
Keterangan 1.
Bagaimana pendapat saudara tentang seluruh kualitas produk yang ditawarkan oleh BMT ?
2.
Bagaimana pendapat saudara tentang keseluruhan fasilitas yang ditawarkan oleh BMT ?
3.
Bagimanakah kualitas petugas pelayanan yang ada pada BMT ?
4
Bagaimana pendapat saudara tentang kemudahan prosedur pelayanan di BMT ?
5
Bagaimana pendapat saudara tentang citra BMT ?
6
Bagaimana pendapat saudara tentang kenyamanan lingkungan pelayanan di BMT ?
7
Bagaimana pendapat saudara tentang biaya yang dikeluarkan dalam menggunakan jasa BMT ?
8
Bagaimana
pendapat
saudara
tentang
keamanan
pelayanan di BMT ? 9
Apakah pelayanan yang diberikan oleh BMT sesuai dengan yang ditawarkan kepada saudara ?
10.
Secara keseluruhan apakah saudara puas mengadakan hubungan dengan BMT ?
Puas
Tidak
sangat
Puas
Tidak Puas
KUESIONER KINERJA BMT HUDATAMA DENGAN PENDEKATAN BALANCED SCORECARD PERTANYAAN DIISI KARYAWAN Nama
:........................................
Umur
:...........Th
Jenis kelamin :L/P Agama
:…………………............
Status
:........................................
Pendidikan
:........................................
Lama kerja
:........................................
No
Keterangan
I
PERSEPEKTIF BISNIS INTERNAL
1
Bagaimanakah tanggapan anda mengenai Produk yang ditawarkan BMT ?
2
Bagaimana pendapat saudara tentang tingkat kesalahan layanan ?
3
Bagaimanakah tanggapan anda mengenai inovasi Produk terbaru yang ditawarkan BMT ?
4
Bagaimanakah tanggapan anda mengenai kecepatan waktu dalam melayani anggota dan calon anggota ?
5
Produk BMT sesuai kebutuhan anggota dan calon anggota.
6
Bagaimanakah pendapat saudara tentang perjanjian pihak ketiga dengan BMT
7
Bagaimanakah tanggapan anda mengenai Standar Pengerjaan Produk/ Jasa ?
8
Bagaimanakah tanggapan anda mengenai jumlah anggota dan calon anggota baru BMT ?
9
Bagaimanakah tanggapan anda mengenai ketersediaan informasi ?
10
Biaya yang dikeluarkan anggota sesuai yang didapat.
II
PERSEPEKTIF PEMBELAJARAN DAN PERTUMBUHAN
1.
Pendapatan yang saya terima memotivasi saya untuk bekerja lebih giat
2.
Jam kerja produktif BMT sudah ideal
3.
Manajemen BMT memberikan kekuasaan kepada karyawan dalam mengerjakan tugas.
4
BMT memberikan insentif sesuai prestasi dalam rangka memotivasi karyawan
5
Saya senang dengan fasilitas BMT yang diberikan kepada saya
6
Akses Terhadap Informasi terpenuhi
SP
P
TP
STP
7
Saya senang bekerjasama dengan teman sekerja
8
Kami mengutamakan akhlakul karimah kejujuran dan kedisiplinan
9
Kemampuan Pegawai selalu ditingkatkan dengan pelatihan
.10
Karyawan dilibatkan dalam mengambil keputusan
III
PERSEPEKTIF KETAATAN TERHADAP SYARIAH
1
Akad dilaksanakan sesuai tata cara syari’ah
2
Penempatan dana BMT pada bank syari’ah
3
Terdapat Dewan Pengawas Syari’ah
4
Komposisi modal penyertaan dan pembiayaan berasal dari lembaga keuangan syari’ah
5
Pertemuan kelompok yang dihadiri pengurus, pengawas, Dewan Pengawas Syari’ah, Pengelola, Karyawan pendiri dan anggota yang diselenggarakan secara berkala
6
Manajemen BMT memiliki sertifikat pendidikan pengelolaan lembaga keuangan syari’ah
7
Dewan Pengawas Syari’ah membicarakan pola pembiayaan yang dijalankan pengelola dalam 1 tahun
8
BMT dalam mengatasi pembiayaan bermasalah Menggunakan pendekatan syari’ah
9
Terjadi peningkatan titipan ZIS dari anggota
10
Terjadi peningkatan pemahaman anggota terhadap keunggulan sistem syariah dari waktu kewaktu
Lampiran Validitas Reabilitas Perspektif Anggota Case Processing Summary Item-Total Statistics N Cas Valid es
Exclu deda Total
%
Soal
59
100.0
0
Item 59
Deleted
100.0
Scale Varianc Corrected
Squared
ch's
Multiple
Alpha if
e if Item Item-Total Correlatio Deleted Correlation
Item Deleted
n
P1
27.8305
27.557
.623
.484
.919
P2
27.8644
26.257
.777
.666
.910
P3
27.8305
27.729
.685
.567
.916
Reliability Statistics
P4
27.8475
27.580
.522
.383
.925
Cronbach's Alpha
P5
27.9492
26.222
.758
.665
.911
Based on
P6
28.0339
26.723
.790
.687
.910
P7
27.9661
26.413
.693
.566
.915
P8
27.8983
27.231
.715
.621
.914
P9
27.7627
26.322
.768
.643
.911
P10
27.8644
25.464
.761
.639
.911
procedure.
Standardized Cronbach's Alpha
Items
.922
N of Items .924
10
Scale Statistics
30.9831
Scale Mean if
.0
a. Listwise deletion based on all variables in the
Mean
Cronba
Variance 32.741
Std. Deviation 5.72198
N of Items 10
Validitas Reabilitas Bisnis Internal Item-Total Statistics
Case Processing Summary N Cas Valid es
Soal
%
13
100.0
a
0
.0
Total
13
Exclu ded
Corrected Scale
Scale
Item-
Squared Cronbac
Mean if
Variance
Total
Multiple h's Alpha
Item
if Item
Deleted
Deleted
Correlatio Correlatio n
n
if Item Deleted
P1
26.9231
24.244
.718
.890
.930
a. Listwise deletion based on all variables in the
P2
26.8462
23.474
.773
.964
.928
procedure.
P3
26.9231
25.244
.718
.835
.931
Reliability Statistics
P4
26.6923
25.231
.690
.883
.932
Cronbach's Alpha
P5
26.6923
23.397
.830
.913
.925
Based on
P6
27.0769
25.077
.785
.926
.928
P7
27.3846
22.923
.837
.872
.924
P8
26.9231
25.577
.656
.972
.933
P9
26.8462
25.974
.701
.971
.932
P10
27.0000
21.500
.829
.910
.927
100.0
Standardized Cronbach's Alpha
Items
.936
N of Items .939
10
Scale Statistics
Mean 29.9231
Variance 29.744
Std. Deviation 5.45377
N of Items 10
Validitas Reabilitas Pembelajaran dan Pertumbuhan Item-Total Statistics
Case Processing Summary N Cas Valid es
Soal
%
13
100.0
a
0
.0
Total
13
Exclu ded
Corrected Scale
Scale
Item-
Squared Cronbac
Mean if
Variance
Total
Multiple h's Alpha
Item
if Item
Deleted
Deleted
Correlatio Correlatio n
n
if Item Deleted
P1
28.9231
23.577
.809
.979
.918
a. Listwise deletion based on all variables in the
P2
28.6923
23.564
.724
.976
.921
procedure.
P3
29.0000
24.667
.665
.924
.924
Reliability Statistics
P4
28.9231
23.077
.723
.930
.921
Cronbach's Alpha
P5
28.9231
23.244
.697
.894
.923
Based on
P6
29.0000
23.667
.672
.950
.924
P7
29.1538
23.641
.654
.773
.925
P8
28.9231
22.577
.804
.902
.917
P9
28.9231
23.577
.809
.970
.918
P10
28.9231
22.244
.727
.927
.922
100.0
Standardized Cronbach's Alpha
Items
.929
N of Items .931
10
Scale Statistics
Mean 32.1538
Variance 28.641
Std. Deviation 5.35173
N of Items 10
Validitas Reabilitas KETAATAN TERHADAP SYARI’AH Item-Total Statistics
Case Processing Summary N Cas Valid es
Soal
%
13
100.0
a
0
.0
Total
13
Exclu ded
Corrected
Cronbac
Scale
Scale
Item-
Squared
h's
Mean if
Variance
Total
Multiple
Alpha if
Item
if Item
Deleted
Deleted
Correlatio Correlatio n
Item Deleted
n
P1
29.4615
41.936
.739
.762
.960
a. Listwise deletion based on all variables in the
P2
29.3846
39.923
.809
.940
.957
procedure.
P3
29.5385
41.769
.675
.706
.962
Reliability Statistics
P4
29.3846
38.423
.858
.973
.955
Cronbach's Alpha
P5
29.4615
38.936
.941
.973
.952
Based on
P6
29.3846
38.590
.949
.989
.951
P7
29.3846
40.923
.823
.877
.957
P8
29.6154
40.090
.784
.931
.958
P9
29.3846
39.756
.827
.962
.956
P10
29.2308
41.526
.874
.960
.956
100.0
Standardized Cronbach's Alpha
Items
.961
N of Items .962
10
Scale Statistics
Mean 32.1538
Variance 28.641
Std. Deviation 5.35173
N of Items 10
LAMPIRAN REKAPAN JAWABAN KUESIONER Responden
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 26 27 28 29 30 31 32 33 34 35 36 37 38 39 40 41 42 43 44 45 46 47 48
1 3 3 2 2 4 4 3 4 3 3 4 3 2 2 3 4 3 3 4 4 3 3 4 4 2 3 3 4 4 3 3 4 4 2 3 4 4 2 3 2 3 4 3 3 3 3 3 3
2 4 2 3 2 3 3 3 3 3 3 4 3 2 3 3 4 4 4 4 3 2 2 4 4 2 4 3 2 4 4 4 4 4 2 3 4 3 2 3 2 3 4 4 3 4 3 4 2
3 3 3 3 2 3 4 3 4 3 3 4 4 3 2 4 3 3 3 4 4 3 2 3 4 2 4 3 2 4 3 3 3 4 2 3 4 3 3 3 2 3 3 3 3 4 3 3 3
4 4 3 3 3 3 3 2 3 4 3 4 4 2 2 4 4 4 4 4 4 2 2 4 3 2 4 3 2 3 4 1 4 4 3 3 4 3 3 3 3 3 1 2 4 4 3 4 3
Perspektif Anggota Pertanyaan 5 6 7 3 3 4 2 3 2 3 3 3 3 2 3 3 3 4 2 3 3 2 2 2 4 3 4 3 3 3 2 2 2 4 3 4 3 3 3 2 2 3 2 2 2 3 3 3 4 4 4 4 4 4 3 4 4 4 4 4 4 4 4 3 3 3 2 2 3 4 4 3 3 3 3 2 2 2 4 4 4 3 3 3 2 2 2 3 4 3 3 4 2 4 4 4 4 4 4 4 3 4 3 2 2 3 3 2 4 3 4 3 3 2 2 2 2 4 3 3 2 2 2 3 3 2 4 4 4 3 3 2 4 3 3 4 3 3 3 3 2 3 3 4 2 3 2
8 3 2 3 2 3 3 3 4 3 3 4 3 3 2 2 4 4 4 3 3 3 2 4 3 2 4 3 2 4 4 4 4 4 2 3 3 3 3 3 3 3 4 2 3 4 3 3 2
9 3 3 4 2 4 4 2 4 3 3 4 4 2 3 2 4 4 3 4 4 3 2 4 4 2 4 3 2 4 3 3 4 4 2 3 3 3 3 3 3 3 4 3 3 4 3 3 3
10 4 3 3 2 2 4 2 3 4 2 4 4 2 3 3 4 4 3 4 4 3 3 4 4 2 4 3 2 4 3 3 4 4 2 3 4 2 2 4 2 3 4 2 4 4 2 4 3
49 50 51 52 53 54 55 56 57 58 59
2 2 4 4 3 4 3 3 4 3 2
3 2 3 3 3 3 3 3 4 3 2
Responden 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13
Responden 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13
1 3 3 3 4 3 3 3 3 4 3 3 3 3
1 3 3 3 3 3 4 4 3 4 3 3 3 3
3 2 3 4 3 4 3 3 4 4 3
2 3 3 3 3 4 3 3 3 3 4 3 3 3
3 3 3 3 2 3 4 3 4 4 2
3 3 3 2 2 4 3 2 4 3 2
3 2 3 3 2 3 3 2 3 3 2
Perspektif bisnis internal Pertanyaan 3 4 5 6 3 3 4 3 3 3 3 3 2 4 4 3 3 3 3 3 3 3 2 2 3 3 4 3 3 3 2 3 3 3 3 3 3 3 4 3 3 3 3 3 3 3 4 3 3 3 4 3 3 3 3 3
3 3 4 3 2 4 3 2 4 3 3
7 3 2 3 2 2 3 2 2 3 2 3 3 2
Perspektif pembelajaran dan pertumbuhan Pertanyaan 2 3 4 5 6 7 3 3 3 3 3 3 2 2 2 2 2 2 4 3 3 3 4 3 4 3 4 3 4 2 4 3 4 3 4 4 3 3 4 4 3 3 3 3 4 4 3 3 3 3 2 3 3 3 3 3 3 4 3 3 4 3 3 3 3 2 3 3 3 4 3 3 3 4 4 3 3 3 3 3 3 3 2 3
3 2 3 3 3 4 3 3 4 3 3
4 2 4 4 2 4 3 3 4 4 2
3 2 2 4 2 3 4 2 4 4 2
8 3 3 3 3 3 3 3 3 3 2 3 3 3
9 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 4 3
10 3 3 4 2 2 4 2 3 4 2 4 4 2
8 3 2 4 4 4 3 3 3 3 2 3 3 3
9 3 2 4 3 3 4 4 3 3 3 3 4 3
10 3 2 4 3 3 4 4 3 4 2 4 4 2
Responden 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13
1 3 3 4 3 3 4 4 3 3 4 4 4 3
Perspektif ketaatan terhadap syari'ah Pertanyaan 2 3 4 5 6 7 3 3 2 3 3 3 3 4 4 3 3 3 3 3 4 4 3 3 4 3 4 3 4 2 4 3 4 3 4 4 3 3 4 4 3 3 3 3 4 4 3 3 3 3 2 3 3 3 3 4 4 3 3 3 3 3 4 4 3 3 3 4 3 3 3 3 3 3 4 4 3 3 3 3 3 3 3 3
8 3 3 3 4 4 3 3 3 3 3 3 3 3
9 3 2 4 3 3 4 4 3 2 4 4 3 3
10 3 3 4 3 3 4 4 3 3 4 4 4 3
PERATURAN MENTERI NEGARA KOPERASI DAN USAHA KECIL DAN MENENGAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR : 35.3/Per/M.KUKM/X/2007 TENTANG PEDOMAN PENILAIAN KESEHATAN KOPERASI JASA KEUANGAN SYARIAH DAN UNIT JASA KEUANGAN SYARIAH KOPERASI MENTERI NEGARA KOPERASI DAN USAHA KECIL DAN MENENGAH REPUBLIK INDONESIA Menimbang : a. bahwa Koperasi Jasa Keuangan Syariah (KJKS) dan Unit Jasa Keuangan Syariah Koperasi (UJKS Koperasi) merupakan lembaga koperasi yang melakukan kegiatan usaha pembiayaan, investasi, dan simpanan berdasarkan pola syariah yang perlu dikelola secara profesional sesuai dengan prinsip kehati-hatian dan kesehatan, sehingga dapat meningkatkan kepercayaan dan memberikan manfaat yang sebesar-besarnya kepada anggota dan masyarakat di sekitarnya; b. bahwa untuk mewujudkan KJKS dan UJKS Koperasi yang sesuai dengan prinsip kehati-hatian dan kesehatan sebagaimana dimaksud dalam huruf a, diperlukan adanya kepastian terhadap standar dan tatacara yang dapat digunakan sebagai instrumen yang dapat digunakan untuk melakukan penilaian kesehatan KJKS dan UJKS Koperasi; c. bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimana dimaksud dalam huruf b, perlu menetapkan Peraturan Menteri Tentang Pedoman Penilaian Kesehatan KJKS dan UJKS Koperasi. Mengingat : 1 Undang-undang Nomor 25 Tahun 1992 tentang Perkoperasian (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1992 Nomor 116; Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 3502); 2 2. Peraturan Pemerintah Nomor 4 Tahun 1994 tentang Persyaratan dan Tata Cara Pengesahan Akta Pendirian dan Perubahan Anggaran Dasar Koperasi (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1994 Nomor 8. Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 3540); 3. Peraturan Pemerintah Nomor 17 Tahun 1994 tentang Pembubaran Koperasi oleh Pemerintah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1994 Nomor 24. Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 3549); 4. Peraturan Pemerintah Nomor 9 Tahun l995 tentang Pelaksanaan Kegiatan Usaha Simpan Pinjam oleh Koperasi (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1995 Nomor 19. Tambahan Lembaran Negara Republik
Indonesia Nomor 3501); 5. Peraturan Pemerintah Nomor 33 Tahun 1998 Tentang Modal Penyertaan Koperasi (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1998 Nomor 47; Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 3744); 6. Peraturan Presiden Nomor 62 Tahun 2005 Tentang Perubahan Atas Peraturan Presiden Nomor 9 Tahun 2005 Tentang Kedudukan, Tugas, Fungsi, Susunan Organisasi, dan Tata Kerja Kementerian Negara Republik Indonesia; 7. Instruksi Presiden Nomor 18 Tahun 1998 Tentang Peningkatan Pembinaan dan Pengembangan Perkoperasian. 8. Keputusan Menteri Negara Urusan Koperasi dan Usaha Kecil dan Menengah Nomor: 91/Kep/M.KUKM/IX/2004 tentang Petunjuk Pelaksanaan Kegiatan Usaha Koperasi Jasa Keuangan Syariah. 9. Keputusan Menteri Negara Urusan Koperasi dan Usaha Kecil dan Menengah Nomor: 98/Kep/M.KUKM/X/2004 tentang Notaris Sebagai Pembuat Akta Koperasi; 10. Keputusan Menteri Negara Urusan Koperasi dan Usaha Kecil dan Menengah Nomor: 123/Kop/M.KUKM/X/2004 tentang Penyelenggaraan Tugas Pembantuan dalam rangka Pengesahan Akta Pendirian, Perubahan Anggaran Dasar dan Pembubaran Koperasi pada Provinsi dan Kabupaten/Kota; 11. Keputusan Menteri Negara Urusan Koperasi dan Usaha Kecil dan Menengah Nomor : 124/KEP/M.KUKM/X/2004 tentang Penugasan Pejabat yang berwenang untuk Memberikan Pengesahan Akta Pendirian, Perubahan Anggaran Dasar dan Pembubaran Koperas di Tingkat Nasional; 3 12. Peraturan Menteri Negara Koperasi dan Usaha Kecil dan Menengah nomor 1/Per/M.KUKM/I/2006 tentang Petunjuk Pelaksanaan Pembentukan, Pengesahan Akta Pendirian dan Perubahan Anggaran Dasar Koperasi. 13. Peraturan Menteri Negara Koperasi dan UKM Nomor 19.5/Per/M.KUKM/VIII/2006 tentang Pedoman Umum Akuntansi Koperasi Indonesia. 14. Peraturan Menteri Negara Koperasi dan Usaha Kecil dan Menengah Nomor: 33/Per/M.KUKM/VIII/2007 tentang Organisasi dan Tata Kerja Kementerian Negara Koperasi dan Usaha Kecil dan Menengah Republik Indonesia. MEMUTUSKAN: Menetapkan : PERATURAN MENTERI NEGARA KOPERASI DAN USAHA KECIL DAN MENENGAH TENTANG PEDOMAN
PENILAIAN KESEHATAN KOPERASI JASA KEUANGAN SYARIAH DAN UNIT JASA KEUANGAN SYARIAH KOPERASI BAB I KETENTUAN UMUM Pasal 1 Dalam peraturan ini yang dimaksud dengan: 1. Koperasi adalah badan usaha yang beranggotakan orang seorang atau badan hukum koperasi dengan melandaskan kegiatannya berdasarkan prinsip koperasi sekaligus sebagai gerakan ekonomi rakyat yang berdasar atas asas kekeluargaan. 2. Koperasi Jasa Keuangan Syariah, selanjutnya disebut KJKS, adalah Koperasi yang kegiatan usahanya bergerak di bidang pembiayaan, investasi, dan simpanan sesuai pola syariah. 3. Unit Jasa Keuangan Syariah Koperasi, selanjutnya disebut UJKS Koperasi, adalah unit usaha pada Koperasi yang kegiatan usahanya bergerak di bidang pembiayaan, investasi, dan simpanan dengan pola syariah, sebagai bagian dari kegiatan usaha Koperasi yang bersangkutan. 4. Kesehatan KJKS dan UJKS Koperasi adalah kondisi atau keadaan koperasi yang dinyatakan sehat, cukup sehat, kurang sehat, dan tidak sehat. 5. Modal sendiri (ekuitas) KJKS adalah jumlah simpanan pokok, simpanan wajib, dan simpanan lain yang memiliki ciri-ciri simpanan serta hibah, dan cadangan yang disisihkan dari Sisa Hasil Usaha tahun berjalan yang tidak dibagi dan dalam kaitannya untuk penilaian kesehatan dapat ditambah dengan 50% modal penyertaan. 4 6. Modal sendiri (ekuitas) UJKS Koperasi adalah modal tetap UJKS Koperasi yang terdiri dari modal yang disetor pada awal pendirian, modal tetap tambahan dari koperasi yang bersangkutan, cadangan yang disisihkan dari hasil usaha UJKS koperasi dan dalam kaitannya untuk penilaian kesehatan dapat ditambah dengan 50% modal penyertaan dari koperasinya. 7. Pembiayaan yang diberikan adalah dana yang disalurkan oleh koperasi kepada penerima pembiayaan (mudharib) untuk investasi atau kerjasama permodalan antara koperasi dengan anggota, calon anggota, koperasi lain dan para anggotanya yang berupa sisa pengembalian baik pokok maupun bagi hasil yang masih belum dikembalikan oleh penerima pembiayaan. 8. Pembiayaan berisiko adalah pembiayaan yang diberikan tanpa adanya jaminan yang cukup dan atau jaminan dari penjamin atau avalis yang dapat diandalkan, kecuali pembiayaan kepada anggota yang besarnya maksimal sampai dengan Rp 1.000.000,- (satu juta rupiah). 9. Penjamin atau avalis adalah lembaga penjamin dan atau anggota yang dapat diandalkan termasuk kelompok anggota yang bersedia menjamin pelunasan dengan tanggung renteng. 10. Tanggung renteng adalah tanggung jawab bersama di antara anggota atau di satu kelompok atas segala kewajiban mereka terhadap koperasi dengan berdasarkan keterbukaan dan saling percaya.
11. Jaminan adalah barang bergerak dan atau barang tidak bergerak yang nilainya lebih besar dari pembiayaan yang diberikan dan hak penguasaannya berada pada KJKS atau UJKS Koperasi. 12. Kewajiban KJKS atau UJKS koperasi adalah modal yang berasal dari simpanan wadiah, simpanan mudharabah, simpanan mudharabah berjangka, hutang salam, hutang Istishna, pembiayaan yang diterima dari lembaga keuangan syariah lain dan kewajiban lain-lain. 13. Aktiva produktif adalah kekayaan KJKS atau UJKS Koperasi yang mendatangkan penghasilan. 14. Risiko pembiayaan bermasalah adalah perkiraan risiko atas pembiayaan yang kemungkinan tidak tertagih. 15. Cadangan risiko adalah dana yang disisihkan dari Sisa Hasil Usaha KJKS atau Hasil Usaha UJKS Koperasi yang dicadangkan untuk menutup risiko apabila terjadi pembiayaan bermasalah. 16. Efisiensi adalah kemampuan KJKS atau UJKS Koperasi untuk menghemat biaya pelayanan terhadap pendapatan yang dihasilkan, dan atau terhadap jumlah mitra koperasi yang dapat dilayani. 17. Likuiditas adalah kemampuan KJKS atau UJKS koperasi untuk memenuhi kewajiban jangka pendek. 18. Partisipasi bruto adalah jumlah pendapatan yang diperoleh dari partisipasi anggota terhadap KJKS atau UJKS Koperasi dalam periode waktu tertentu, sebelum dikurangi beban pokok. 5 19. Partisipasi netto adalah partisipasi bruto sesudah dikurangi beban pokok. 20. Beban pokok adalah jumlah biaya atas dana yang dihimpun dari anggota. 21. Penilaian kuantitatif adalah penilaian terhadap posisi, perkembangan, dan proyeksi rasio-rasio keuangan KJKS atau UJKS Koperasi. 22. Penilaian kualitatif adalah penilaian terhadap faktor-faktor yang mendukung hasil penilaian kuantitatif seperti penilaian terhadap manajemen dan kepatuhan prinsip-prinsip syariah. 23. Promosi Ekonomi Anggota yang selanjutnya disebut PEA adalah peningkatan pelayanan koperasi kepada anggotanya dalam bentuk manfaat ekonomi yang diperoleh sebagai anggota koperasi. 24. Manfaat Ekonomi Partisipasi yang selanjutnya disebut MEP adalah manfaat yang diterima anggota pada saat berpartisipasi dimana harga pelayanan koperasi lebih rendah dari harga non koperasi. 25. SHU bagian anggota adalah SHU yang diperoleh anggota atas partisipasi simpanan pokok dan simpanan wajib dan transaksi pemanfaatan pelayanan KJKS atau UJKS Koperasi. 26. Beban operasional adalah biaya yang dikeluarkan untuk melakukan aktivitas usaha KJKS atau UJKS Koperasi. 27. Pendapatan usaha adalah pendapatan yang dihasilkan dari aktivitas usaha KJKS atau UJKS Koperasi.
28. Kemandirian operasional adalah kemampuan pendapatan operasional dalam menutupi biaya operasional. 29. Rentabilitas ekonomi adalah kemampuan aktiva yang digunakan dalam menghasilkan Sisa Hasil Usaha. 30. Rentabilitas ekuitas adalah kemampuan ekuitas dalam menghasilkan Sisa Hasil Usaha bagian anggota. 31. Pejabat Penilai kesehatan KJKS/UJKS Koperasi yang selanjutnya disebut Pejabat Penilai adalah pejabat yang ditetapkan oleh Menteri Negara Koperasi dan Usaha Kecil dan Menengah sebagai pejabat yang berwenang untuk memberikan penilaian kesehatan. 32. Pejabat yang berwenang adalah pejabat yang ditunjuk oleh Menteri Negara Koperasi dan Usaha Kecil dan Menengah sebagai pejabat yang berwenang untuk dan atas nama Menteri Negara Koperasi dan Usaha Kecil dan Menengah memberikan Pengesahan Akta Pendirian dan Perubahan Anggaran Dasar Koperasi. 33. Deputi adalah Deputi Menteri Negara Koperasi dan Usaha Kecil dan Menengah Bidang Pembiayaan 34. Menteri adalah Menteri yang menyelenggarakan urusan pemerintahan di bidang koperasi. 6 BAB II TUJUAN, SASARAN DAN LANDASAN KERJA Pasal 2 Pedoman Penilaian Kesehatan KJKS dan UJKS Koperasi bertujuan untuk memberikan pedoman kepada pejabat penilai, gerakan koperasi, dan masyarakat agar KJKS dan UJKS Koperasi dapat melakukan kegiatan usaha pembiayaan, investasi, dan simpanan berdasarkan jatidiri koperasi dan pola syariah secara profesional sesuai dengan prinsip kehati-hatian dan kesehatan, sehingga dapat meningkatkan kepercayaan dan memberikan manfaat yang sebesarbesarnya kepada anggota dan masyarakat di sekitarnya. Pasal 3 Sasaran Pedoman Penilaian Kesehatan KJKS dan UJKS Koperasi adalah : a. Terwujudnya pengelolaan KJKS dan UJKS Koperasi yang sehat dan mantap sesuai dengan jatidiri Koperasi dan prinsip syariah. b. Terwujudnya pengelolaan KJKS dan UJKS Koperasi yang efektif, efisien, dan profesional. c. Terciptanya pelayanan prima kepada anggota, calon anggota, koperasi lain dan atau anggotanya. Pasal 4
Landasan Kerja Penilaian Kesehatan KJKS dan UJKS Koperasi adalah sebagai berikut: a. KJKS dan UJKS Koperasi menyelenggarakan kegiatan usahanya berdasarkan nilai-nilai, norma dan prinsip Koperasi sehingga dapat dengan jelas menunjukkan perilaku koperasi. b. KJKS dan UJKS Koperasi menyelenggarakan kegiatan usahanya berdasarkan prinsip syariah dan fatwa Dewan Syariah Nasional. c. KJKS dan UJKS Koperasi adalah alat dari rumah tangga anggota untuk mandiri dalam mengatasi masalah kekurangan modal (bagi anggota pengusaha) atau kekurangan likuiditas (bagi anggota rumah tangga) sehingga berlaku asas menolong diri sendiri (self help). d. Maju mundurnya KJKS dan UJKS Koperasi menjadi tanggung jawab seluruh anggota sehingga berlaku asas tanggung jawab pribadi (self responsibility) e. Anggota pada KJKS dan UJKS Koperasi berada dalam satu kesatuan sistem kerja Koperasi, diatur menurut norma-norma yang terdapat di dalam AD dan ART KJKS atau Koperasi yang menyelenggarakan UJKS. f. KJKS dan UJKS Koperasi wajib dapat memberikan manfaat yang lebih besar kepada anggotanya jika dibandingkan dengan manfaat yang diberikan oleh lembaga keuangan lainnya. 7 g. KJKS dan UJKS Koperasi berfungsi sebagai lembaga intermediasi dalam hal ini KJKS dan UJKS Koperasi bertugas untuk melaksanakan penghimpunan dana dari anggota, calon anggota, koperasi lain dan atau anggotanya serta pembiayaan kepada pihak-pihak tersebut. BAB III RUANG LINGKUP PENILAIAN KESEHATAN Pasal 5 (1) Ruang lingkup Penilaian Kesehatan KJKS dan UJKS Koperasi meliputi penilaian terhadap beberapa aspek sebagai berikut : a. Permodalan; b. Kualitas Aktiva Produktif; c. Manajemen; d. Efisiensi; e. Likuiditas; f. Kemandirian dan Pertumbuhan; g. Jatidiri Koperasi; dan h. Prinsip Syariah. (2) Setiap aspek sebagaimana dimaksud pada ayat (1) diberikan bobot penilaian yang menjadi dasar perhitungan penilaian kesehatan KJKS dan UJKS Koperasi. (3) Penilaian terhadap setiap aspek sebagaimana dimaksud pada ayat (2)
dilakukan dengan menggunakan sistem nilai kredit atau reward system yang dinyatakan dengan nilai kredit 0 sampai dengan 100. (4) Perincian mengenai bobot setiap aspek yang dinilai serta persyaratan dan tatacara penilaian kesehatan KJKS dan UJKS Koperasi sebagaimana dimaksud pada ayat (1) menggunakan Pedoman sebagaimana terdapat pada Lampiran 1, 2 dan 3 Peraturan ini. BAB IV PENETAPAN KESEHATAN KJKS DAN UJKS KOPERASI Pasal 6 (1) Skor yang diperoleh berdasarkan hasil perhitungan penilaian terhadap 8 (delapan) aspek sebagaimana dimaksud dalam Pasal 5 dipergunakan untuk menetapkan predikat tingkat kesehatan KJKS dan UJKS Koperasi yang dibagi dalam 4 (empat) golongan yaitu: a. sehat; b. cukup sehat; c. kurang sehat; atau d. tidak sehat. (2) Penetapan predikat kesehatan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) berdasarkan skor sebagai berikut: a. Skor penilaian 81 sampai dengan 100, memperoleh predikat ”Sehat”; b. Skor penilaian 66 sampai dengan kurang dari 81, memperoleh predikat ”Cukup Sehat”; 8 c. Skor penilaian 51 sampai dengan kurang dari 66, memperoleh predikat ”Kurang Sehat”; d. Skor penilaian 0 sampai dengan kurang dari 51, memperoleh predikat ”Tidak Sehat”; (3) Predikat kesehatan KJKS dan UJKS Koperasi ditetapkan berdasarkan Keputusan Menteri atau pejabat yang berwenang. Pasal 7 (1) Pelaksanaan penilaian kesehatan KJKS dan UJKS Koperasi dilakukan oleh Pejabat penilai kesehatan KJKS dan UJKS Koperasi yang diangkat menteri. (2) Penetapan kesehatan KJKS dan UJKS Koperasi sebagaimana dimaksud dalam Pasal 6 ayat (3) dilakukan setiap tahun. BAB V KETENTUAN PERALIHAN Pasal 8 (1) Pengangkatan Pejabat penilai kesehatan sebagaimana dimaksud dalam pasal 7 ayat (1), dilaksanakan dalam jangka waktu paling lambat 2 (dua) tahun sejak tanggal berlakunya peraturan ini. (2) Selama pejabat penilai kesehatan KJKS dan UJKS Koperasi sebagai mana dimaksud dalam pasal 7 ayat (1) belum diangkat oleh Menteri, maka penilaian kesehatan terhadap KJKS dan UJKS Koperasi diselenggarakan oleh Deputi atau penilai yang ditugaskan oleh Deputi.
BAB VI PENUTUP Pasal 9 (1) Ketentuan yang bersifat teknis dalam pelaksanaan penilaian kesehatan KJKS dan UJKS Koperasi diatur lebih lanjut oleh Deputi . (2) Peraturan ini mulai berlaku pada tanggal ditetapkan. Ditetapkan di Jakarta pada tanggal 8 Oktober 2007 Menteri Negara TTD Suryadharma Ali 9 Lampiran 1 : Peraturan Menteri Negara Koperasi dan Usaha Kecil Dan Menengah Nomor : 35.3/Per/M.KUKM/X/2007 Tanggal : 8 Oktober 2007 Tentang : Pedoman Pelaksanaan Penilaian Kesehatan Koperasi Jasa Keuangan Syariah dan Unit Jasa Keuangan Syariah Koperasi PEDOMAN PENILAIAN KESEHATAN KJKS DAN UJKS KOPERASI I. BOBOT PENILAIAN TERHADAP ASPEK DAN KOMPONEN KESEHATAN Penilaian kesehatan KJKS/UJKS koperasi, meliputi penilaian terhadap aspek permodalan, kualitas aktiva produktif, manajemen, efisiensi, likuiditas, kemandirian dan pertumbuhan, jatidiri koperasi, dan prinsip syariah. Penilaian terhadap aspek-aspek tersebut diberikan bobot penilaian sesuai dengan besarnya yang berpengaruh terhadap kesehatan KJKS/UJKS koperasi tersebut. Penilaian dilakukan dengan menggunakan sistem nilai kredit atau reward system yang dinyatakan dengan nilai kredit 0 sampai dengan 100. Bobot penilaian terhadap aspek dan komponen kesehatan tersebut ditetapkan sebagai berikut : No Aspek yang Dinilai Komponen Bobot Penilaian (dalam %) Pendekatan Penilaian a. Rasio modal sendiri terhadap total modal Modal Sendiri Total Modal x 100 % 5 kuantitatif 1. Permodalan b. Rasio kecukupan modal (CAR)
Modal Tertimbang ATMR x 100 % 5 10 kuantitatif a. Rasio tingkat pembiayaan dan piutang bermasalah terhadap jumlah piutang dan pembiayaan
Jumlah Pembiayaan dan Piutang Bermasalah Jumlah Piutang dan Pembiayaan x 100 % 10 kuantitatif b. Rasio portofolio pembiayaan berisiko
Jumlah Portofolio Beresiko Jumlah Piutang dan Pembiayaan x 100 % 5 kuantitatif 2. Kualitas Aktiva Produktif c. Rasio penyisihan penghapusan aktiva produktif (PPAP)
PPAP PPAPWD x 100 % 5 20 kuantitatif a. Manajemen umum 3 kualitatif b. Kelembagaan 3 kualitatif c. Manajemen permodalan 3 Kuantitatif dan kualitatif d. Manajemen aktiva 3 kuantitatif dan kualitatif 3. Manajemen e. Manajemen likuiditas 3 15 kuantitatif dan kualitatif
10 No Aspek yang Dinilai Komponen Bobot Penilaian (dalam %) Pendekatan Penilaian a. Rasio biaya operasional pelayanan terhadap partisipasi bruto Biaya Operasional Pelayanan Partispasi Bruto X 100 % 4 kuantitatif b. Rasio aktiva tetap terhadap total aset Aktiva Tetap Total Aset x 100 % 4 kuantitatif 4. Efisiensi c. Rasio efisiensi staf Jumlah Mitra Pembiayaan Jumlah Staf x 100 % 2 10 kuantitatif a. Cash Rasio Kas + Bank Kewajiban Lancar x 100 % 10 Kuantitatif 5. Likuiditas b. Rasio pembiayaan terhadap dana yang diterima Total Pembiayaan Dana Yang Diterima x 100 % 5 15 Kuantitatif a. Rentabilitas aset SHU Sebelum Nisbah, Zakat dan Pajak Total aset x 100 %
3 Kuantitatif b. Rentabilitas Modal Sendiri SHU Bagian Anggota Total Modal Sendiri x 100 %
3 Kuantitatif 6. Kemandirian dan Pertumbuhan c. Kemandirian Operasional Pelayanan Pendapatan Usaha Biaya Operasional Pelayanan x 100 % 4 10 Kuantitatif 7. Jatidiri Koperasi a. Rasio partisipasi bruto Jumlah Partisipasi Bruto Jumlah Partisipasi Bruto + Transaksi Non Anggota X 100 %
5 kuantitatif b. Rasio partisipasi ekonomi anggota (PEA) MEP + SHU Bagian Anggota Total Simpanan Pokok + Simpanan Wajib x 100 %
MEP = Manfaat Ekonomi Partisipasi PEA = Partisipasi Ekonomi Anggota 5 10 kuantitatif 8. Kepatuhan Prinsip Syariah Pelaksanaan prinsip-prinsip syariah 10 10 kualitatif TOTAL 100
11 II. CARA PENILAIAN UNTUK MEMPEROLEH ANGKA SKOR 1. PERMODALAN Aspek pertama penilaian kesehatan KJKS/UJKS koperasi adalah permodalan. Penilaiannya dilakukan dengan menggunakan dua rasio permodalan yaitu perbandingan modal sendiri dengan total aset dan rasio kecukupan modal (CAR). Rasio modal sendiri terhadap total modal dimaksudkan untuk mengukur kemampuan KJKS/UJKS koperasi dalam menghimpun modal sendiri dibandingkan dengan modal yang dimiliki. Pada KJKS/UJKS koperasi rasio ini dianggap sehat apabila nilainya maksimal 20%. Artinya bahwa KJKS/UJKS koperasi telah mampu menumbuhkan kepercayaan anggotanya, untuk menyimpan dana pada KJKS/UJKS koperasi. Rasio kecukupan modal atau capital adequacy ratio (CAR) pada lembaga keuangan seperti KJKS/UJKS koperasi merupakan kewajiban penyediaan kecukupan modal (modal minimum) didasarkan pada risiko aktiva yang dimilikinya. Penggunaan rasio ini dimaksudkan agar para pengelola KJKS/UJKS koperasi melakukan pengembangan usaha yang sehat dan dapat menanggung risiko kerugian dalam batas-batas tertentu yang dapat diantisipasi oleh modal yang ada. Menurut surat Edaran Bank Indonesia yang berlaku saat ini sebuah lembaga keuangan dikatakan sehat apabila nilai CAR mencapai 8% atau lebih. Artinya Aktiva Tertimbang Menurut Risiko (ATMR) dijamin oleh modal sendiri (modal inti) dan modal lain yang memiliki karakteristik sama dengan modal sendiri (modal pelengkap) sebesar 8%. Untuk nilai CAR lebih tinggi dari 8%, menunjukkan indikasi bahwa KJKS/UJKS koperasi semakin sehat. 1.1. Untuk memperoleh rasio modal sendiri terhadap total modal
ditetapkan sebagai berikut: a. Untuk rasio permodalan lebih kecil atau sama dengan 0 diberikan nilai kredit 0. b. Untuk setiap kenaikan rasio permodalan 1% mulai dari 0% nilai kredit ditambah 5 dengan maksimum nilai 100. c. Nilai kredit dikalikan bobot sebesar 5% diperoleh skor permodalan. Rasio Permodalan (%) Nilai Kredit Bobot Skor (%) Skor Kriteria 0050 5 25 5 1,25 10 50 5 1,50 15 75 5 3,75 20 100 5 5,0 0 – 1,25 tidak sehat 1,26 – 2,50 kurang sehat 2,51 – 3,75 cukup sehat 3,76 – 5,0 sehat
12 1.2. Perhitungan rasio CAR ditetapkan dengan tahapan sebagai berikut: a. Menghitung nilai modal sendiri (modal inti) dan modal pelengkap yang karakteristiknya sama dengan modal sendiri dengan cara menjumlahkan hasil perkalian setiap komponen modal KJKS/UJKS koperasi yang ada dalam neraca dengan bobot pengakuannya. Modal inti dan modal pelengkap KJKS No Komponen Modal Nilai (Rp) Bobot Pengakuan (%) Modal Yang diakui (Rp) (1) (2) (3) (4) (3) x (4) MODAL INTI DAN MODAL PELENGKAP: 1. Modal anggota a. Simpanan pokok 100 b. Simpanan wajib 100 2. Modal penyetaraan 100 3. Modal penyertaan 50 4. Cadangan umum 100 5. Cadangan tujuan risiko 50 6. Modal sumbangan 100 7. SHU belum dibagi 50
JUMLAH
Modal inti dan modal pelengkap UJKS Koperasi No Komponen Modal Nilai (Rp) Bobot Pengakuan (%) Modal Yang diakui (Rp) (1) (2) (3) (4) (3) x (4) MODAL INTI DAN MODAL PELENGKAP 1. Modal disetor 100 2. Modal tetap tambahan 100 3. Cadangan umum 100 4. Cadangan tujuan risiko 50 5. Modal penyertaan dari koperasinya 50 6. Hasil usaha belum dibagi 50 JUMLAH
13 b. Menghitung nilai ATMR diperoleh dengan cara menjumlahkan hasil perkalian nilai nominal aktiva yang ada dalam neraca dengan bobot risiko masing-masing komponen aktiva. No Komponen Aktiva Nilai (Rp) Bobot Risiko (%) Modal tertimbang (Rp) (1) (2) (3) (4) (3) x (4) 1. Kas 0 2. Simpanan/rekening di bank syariah 20 3. Simpanan/rekening di KJKS lain 50 4. Pembiayaan 100 5. Penyertaan pada koperasi, anggota dan pihak lain 50 6. Aktiva tetap dan inventaris 70 7. Aktiva lain-lain 70 JUMLAH
c. Rasio CAR dihitung dengan cara membandingkan nilai modal yang diakui dengan nilai ATMR dikalikan dengan 100% maka diperoleh rasio CAR. d. Untuk rasio CAR lebih kecil dari 6% diberi nilai kredit 25, untuk
kenaikan rasio CAR 1% nilai kredit ditambah dengan 25 sampai dengan nilai CAR 8% nilai kredit maksimal 100. e. Nilai kredit dikalikan dengan bobot 5%, diperoleh skor CAR. Contoh perhitungan Rasio CAR (%) Nilai Kredit Bobot (%) Skor Kriteria < 6 25 5 1,25 tidak sehat 6 - <7 50 5 2,50 kurang sehat 7 - < 8 75 5 3,75 cukup sehat ≥ 8 100 5 5,00 sehat
2. KUALITAS AKTIVA PRODUKTIF Penilaian terhadap kualitas aktiva produktif didasarkan pada 3 (tiga) rasio, yaitu Rasio tingkat piutang dan pembiayaan bermasalah terhadap jumlah piutang dan pembiayaan, Rasio Portofolio terhadap piutang berisiko dan pembiayaan berisiko PAR (Portfolio Asset Risk), dan Rasio Penyisihan Penghapusan Aktiva Produktif (PPAP) terhadap Penyisihan Penghapusan Aktiva Produktif Yang Wajib Dibentuk (PPAPWD) Kolektibilitas pembiayaan terdiri dari: A. Pembiayaan Lancar 1. Akad Mudharabah dan Musyarakah Akad pembiayaan untuk akad mudharabah dan musyarakah dikatakan lancar jika pembayaran pokok atau pelunasan pokok tepat waktu dan atau pembayaran pendapatan (bagi hasil) dimana 14 Rencana Pendapatan (RP) sama atau lebih dari 80% Penerimaan Pendapatan (PP). 2. Akad murabahah, salam, istishna, qardh, ijarah, ijarah muntahiyah bit tamlik dan transaksi multijasa. Pembiayaan untuk akad tersebut dikatakan lancar jika masa angsuran bulanan (angsuran pokok dan atau margin/fee) terdapat tunggakan angsuran sampai dengan 3 (tiga) bulan dan pembiayaan belum jatuh tempo. B. Pembiayaan Kurang Lancar 1. Akad Mudharabah dan Musyarakah a. Akad dengan pembayaran bulanan Pembiayaan untuk akad mudharabah dan musyarakah dikatakan kurang lancar jika pengembalian pokok atau pelunasan terdapat tunggakan angsuran pokok atau pelunasan pokok sampai dengan 3 (tiga) bulan dan atau penerimaan pendapatan (bagi hasil) dimana RP di atas 30% PP sampai dengan 80% PP (30% PP < RP < 80% PP). b. Akad dengan pembayaran harian Pembiayaan untuk akad mudharabah dan musyarakah dikatakan kurang lancar jika pengembalian pokok atau pelunasan terdapat tunggakan angsuran pokok atau pelunasan
pokok sampai dengan 3 (tiga) hari dan atau penerimaan pendapatan (bagi hasil) dimana RP di atas 30% PP sampai dengan 80% PP (30% PP < RP < 80% PP). c. Akad dengan pembayaran mingguan Pembiayaan untuk akad mudharabah dan musyarakah dikatakan kurang lancar jika pengembalian pokok atau pelunasan terdapat tunggakan angsuran pokok atau pelunasan pokok sampai dengan 3 (tiga) minggu dan atau penerimaan pendapatan (bagi hasil) dimana RP di atas 30% PP sampai dengan 80% PP (30% PP < RP < 80% PP). 2. Akad murabahah, salam istishna, qardh, ijarah, ijarah mutahiyah bit tamlik dan transaksi multijasa. a. Akad dengan pembayaran bulanan Pembiayaan untuk akad tersebut dikatakan kurang lancar jika masa angsuran bulanan (angsuran pokok dan atau margin/fee) terdapat tunggakan angsuran yang telah melewati 3 (tiga) bulan sampai dengan 6 (enam) bulan dan atau pembiayaan telah jatuh tempo dari 1 bulan (angsuran pokok dan atau margin/fee) terdapat tunggakan 3 (tiga) bulan dan atau pembiayaan telah jatuh tempo sampai dengan 1 (satu) bulan. 15 b. Akad dengan pembayaran harian Pembiayaan untuk akad tersebut dikatakan kurang lancar jika masa angsuran bulanan (angsuran pokok dan atau margin/fee) terdapat tunggakan angsuran yang telah melewati 3 (tiga) hari sampai dengan 6 (enam) hari dan atau pembiayaan telah jatuh tempo dari 1 hari (angsuran pokok dan atau margin/fee) terdapat tunggakan 3 (tiga) hari dan atau pembiayaan telah jatuh tempo sampai dengan 1 (satu) hari. c. Akad dengan pembayaran mingguan Pembiayaan untuk akad tersebut dikatakan kurang lancar jika masa angsuran bulanan (angsuran pokok dan atau margin/fee) terdapat tunggakan angsuran yang telah melewati 3 (tiga) minggu sampai dengan 6 (enam) minggu dan atau pembiayaan telah jatuh tempo dari 1 minggu (angsuran pokok dan atau margin/fee) terdapat tunggakan 3 (tiga) minggu dan atau pembiayaan telah jatuh tempo sampai dengan 1 (satu) minggu. C. Pembiayaan Diragukan 1. Akad Mudharabah dan Musyarakah a. Akad dengan pembayaran bulanan Pembiayaan untuk akad mudharabah dan musyarakah dikatakan diragukan jika pengembalian pokok atau pelunasan terdapat tunggakan angsuran pokok atau pelunasan pokok yang telah melampaui 3 (tiga) bulan sampai dengan 24 (dua puluh empat) bulan dan atau pembayaran pendapatan (bagi hasil). b. Akad dengan pembayaran harian Pembiayaan untuk akad mudharabah dan musyarakah dikatakan diragukan jika pengembalian pokok atau pelunasan
terdapat tunggakan angsuran pokok atau pelunasan pokok yang telah melampaui 3 (tiga) hari sampai dengan 24 (dua puluh empat) hari dan atau pembayaran pendapatan (bagi hasil). c. Akad dengan pembayaran mingguan Pembiayaan untuk akad mudharabah dan musyarakah dikatakan diragukan jika pengembalian pokok atau pelunasan terdapat tunggakan angsuran pokok atau pelunasan pokok yang telah melampaui 3 (tiga) minggu sampai dengan 24 (dua puluh empat) minggu dan atau pembayaran pendapatan (bagi hasil). 2. Akad Murabahah, Salam, Istishna, Qardh, Ijarah, Ijarah Muntahiyah Bit Tamlik dan Transaksi Multijasa a. Akad dengan pembayaran bulanan Pembiayaan untuk akad tersebut dikatakan diragukan jika masa angsuran bulanan (angsuran pokok dan atau margin/fee) terdapat tunggakan angsuran yang telah melewati 6 (enam) bulan sampai dengan 12 (dua belas) bulan dan atau pembiayaan jatuh tempo telah melewati 1 (satu bulan) sampai dengan 2 (dua) bulan. Untuk masa angsuran kurang dari 1 bulan (angsuran pokok dan atau margin/fee) terdapat tunggakan 16 angsuran yang telah melewati 3 (tiga) bulan sampai dengan 6 (enam) bulan dan atau pembiayaan jatuh tempo telah melewati 1 (satu) bulan sampai dengan 2 (dua) bulan. b. Akad dengan pembayaran harian Pembiayaan untuk akad tersebut dikatakan diragukan jika masa angsuran bulanan (angsuran pokok dan atau margin/fee) terdapat tunggakan angsuran yang telah melewati 6 (enam) hari sampai dengan 12 (dua belas) hari dan atau pembiayaan jatuh tempo telah melewati 1 (satu hari) sampai dengan 2 (dua) hari. Untuk masa angsuran kurang dari 1 hari (angsuran pokok dan atau margin/fee) terdapat tunggakan angsuran yang telah melewati 3 (tiga) hari sampai dengan 6 (enam) hari dan atau pembiayaan jatuh tempo telah melewati 1 (satu) hari sampai dengan 2 (dua) hari. c. Akad dengan pembayaran mingguan Pembiayaan untuk akad tersebut dikatakan diragukan jika masa angsuran bulanan (angsuran pokok dan atau margin/fee) terdapat tunggakan angsuran yang telah melewati 6 (enam) minggu sampai dengan 12 (dua belas) minggu dan atau pembiayaan jatuh tempo telah melewati 1 (satu minggu) sampai dengan 2 (dua) minggu. Untuk masa angsuran kurang dari 1 minggu (angsuran pokok dan atau margin/fee) terdapat tunggakan angsuran yang telah melewati 3 (tiga) minggu sampai dengan 6 (enam) minggu dan atau pembiayaan jatuh tempo telah melewati 1 (satu) minggu sampai dengan 2 (dua) minggu. D. Pembiayaan Macet 1. Akad Mudharabah dan Musyarakah
a. Akad dengan pembayaran bulanan Pembiayaan untuk akad mudharabah dan musyarakah dikatakan macet jika pengembalian pokok atau pelunasan terdapat tunggakan angsuran pokok atau pelunasan yang telah melampaui 24 (dua puluh empat) bulan dan atau pembayaran pendapatan (bagi hasil) terdapat RP < 30% PP lebih dari 3 periode pembayaran. b. Akad dengan pembayaran harian Pembiayaan untuk akad mudharabah dan musyarakah dikatakan macet jika pengembalian pokok atau pelunasan terdapat tunggakan angsuran pokok atau pelunasan yang telah melampaui 24 (dua puluh empat) hari dan atau pembayaran pendapatan (bagi hasil) terdapat RP < 30% PP lebih dari 3 periode pembayaran. c. Akad dengan pembayaran mingguan Pembiayaan untuk akad mudharabah dan musyarakah dikatakan macet jika pengembalian pokok atau pelunasan terdapat tunggakan angsuran pokok atau pelunasan yang telah melampaui 24 (dua puluh empat) minggu dan atau pembayaran 17 pendapatan (bagi hasil) terdapat RP < 30% PP lebih dari 3 periode pembayaran. 2. Akad Murabahah, Salam, Istishna, Qardh, Ijarah, Ijarah Muntahiyah Bit Tamlik Dan Transaksi Multijasa a. Akad dengan pembayaran bulanan Pembiayaan untuk akad tersebut dikatakan macet jika masa angsuran bulanan (angsuran pokok dan atau margin/fee) terdapat tunggakan angsuran yang telah melewati 12 (dua belas) bulan dan atau pembiayaan jatuh tempo telah melewati 2 (dua) bulan atau telah diserahkan kepada Pengadilan Negeri (PN) atau BPUN atau telah diajukan penggantian ganti rugi kepada perusahaan asuransi kredit/pembiayaan. Untuk masa angsuran kurang dari 1 bulan (angsuran pokok dan atau margin/fee) terdapat tunggakan angsuran yang telah melewati 6 (enam) bulan dan atau pembiayaan jatuh tempo telah melewati 2 (dua) bulan. b. Akad dengan pembayaran harian Pembiayaan untuk akad tersebut dikatakan macet jika masa angsuran bulanan (angsuran pokok dan atau margin/fee) terdapat tunggakan angsuran yang telah melewati 12 (dua belas) hari dan atau pembiayaan jatuh tempo telah melewati 2 (dua) hari atau telah diserahkan kepada Pengadilan Negeri (PN) atau BPUN atau telah diajukan penggantian ganti rugi kepada perusahaan asuransi kredit/pembiayaan. Untuk masa angsuran kurang dari 1 hari (angsuran pokok dan atau margin/fee) terdapat tunggakan angsuran yang telah melewati 6 (enam) hari dan atau pembiayaan jatuh tempo telah melewati 2 (dua) hari. c. Akad dengan pembayaran mingguan
Pembiayaan untuk akad tersebut dikatakan macet jika masa angsuran bulanan (angsuran pokok dan atau margin/fee) terdapat tunggakan angsuran yang telah melewati 12 (dua belas) minggu dan atau pembiayaan jatuh tempo telah melewati 2 (dua) minggu atau telah diserahkan kepada Pengadilan Negeri (PN) atau BPUN atau telah diajukan penggantian ganti rugi kepada perusahaan asuransi kredit/pembiayaan. Untuk masa angsuran kurang dari 1 minggu (angsuran pokok dan atau margin/fee) terdapat tunggakan angsuran yang telah melewati 6 (enam) minggu dan atau pembiayaan jatuh tempo telah melewati 2 (dua) minggu. Kolektibilitas Piutang terdiri dari: A. Lancar 1. Akad murabahah dengan angsuran pokok/margin harian digolongkan lancar apabila: a. Pembayaran angsuran tepat waktu dan tidak ada tunggakan serta sesuai dengan persyaratan akad. 18 b. Informasi keuangan anggota selalu dapat diperoleh jika dibutuhkan dan kondisinya akurat. c. Dokumen perjanjian piutang lengkap dan pengikatan agunan kuat. 2. Akad murabahah dengan angsuran pokok/margin mingguan digolongkan lancar apabila: a. Pembayaran angsuran tepat waktu dan tidak ada tunggakan serta sesuai dengan persyaratan akad. b. Informasi keuangan anggota selalu dapat diperoleh jika dibutuhkan dan kondisinya akurat. c. Dokumen perjanjian piutang lengkap dan pengikatan agunan kuat. 3. Akad murabahah dengan angsuran pokok/margin bulanan digolongkan lancar apabila: a. Pembayaran angsuran tepat waktu dan tidak ada tunggakan serta sesuai dengan persyaratan akad. b. Informasi keuangan anggota selalu dapat diperoleh jika dibutuhkan dan kondisinya akurat. c. Dokumen perjanjian piutang lengkap dan pengikatan agunan kuat. B. Kurang Lancar 1. Akad murabahah dengan angsuran pokok/margin harian digolongkan kurang lancar apabila: a. Terdapat tunggakan pembayaran angsuran pokok dan atau margin yangtelah melewati 7 (tujuh) hari sampai dengan 14 (empat belas) hari. b. Informasi keuangan anggota jika dibutuhkan terlambat diperoleh dan datanya meragukan. c. Dokumen perjanjian piutang kurang lengkap dan pengikatan agunan kuat.
d. Telah terjadi pelanggaran-pelanggaran terhadap perjanjian piutang. e. Terdapat perpanjangan perjanjian piutang untuk menyembunyikan kesulitan keuangan. 2. Akad murabahah dengan angsuran pokok/margin mingguan digolongkan kurang lancar apabila: a. Terdapat tunggakan pembayaran angsuran pokok dan atau margin yangtelah melewati 14 (empat belas) hari sampai dengan 30 (tiga uluh) hari. b. Informasi keuangan anggota jika dibutuhkan terlambat diperoleh dan datanya meragukan. c. Dokumen perjanjian piutang kurang lengkap dan pengikatan agunan kuat. 19 d. Telah terjadi pelanggaran-pelanggaran terhadap perjanjian piutang. e. Terdapat perpanjangan perjanjian piutang untuk menyembunyikan kesulitan keuangan. 3. Akad murabahah dengan angsuran pokok/margin bulanan digolongkan kurang lancar apabila: a. Terdapat tunggakan pembayaran angsuran pokok dan atau margin yangtelah melewati 60 (enam puluh) hari sampai dengan 150 (seratus lima puluh) hari. b. Informasi keuangan anggota jika dibutuhkan terlambat diperoleh dan datanya meragukan. c. Dokumentasi perjanjian piutang kurang lengkap dan pengikatan agunan kuat. d. Telah terjadi pelanggaran-pelanggaran terhadap perjanjian piutang. e. Terdapat perpanjangan perjanjian piutang untuk menyembunyikan kesulitan keuangan. C. Diragukan 1. Akad murabahah dengan angsuran pokok/margin harian digolongkan diragukan apabila: a. Terdapat tunggakan pembayaran angsuran pokok dan atau margin yang telah melewati 14 (empat belas) hari sampai dengan 30 (tiga puluh) hari. b. Informasi keuangan anggota jika dibutuhkan sulit untuk diperoleh dan jika ada informasi datanya tidak dapat dipercaya. c. Dokumentasi perjanjian piutang tidak lengkap dan pengikatan agunan lemah. d. Telah terjadi pelanggaran-pelanggaran yang prinsip terhadap perjanjian piutang. 2. Akad murabahah dengan angsuran pokok/margin mingguan digolongkan diragukan apabila: a. Terdapat tunggakan pembayaran angsuran pokok dan atau margin yang telah melewati 30 (tiga puluh) hari sampai dengan 90 (sembilan puluh) hari.
b. Informasi keuangan anggota jika dibutuhkan sulit untuk diperoleh dan jika ada informasi datanya tidak dapat dipercaya. c. Dokumentasi perjanjian piutang tidak lengkap dan pengikatan agunan lemah. d. Telah terjadi pelanggaran-pelanggaran yang prinsip terhadap perjanjian piutang. 3. Akad murabahah dengan angsuran pokok/margin bulanan digolongkan diragukan apabila: a. Terdapat tunggakan pembayaran angsuran pokok dan atau margin yangtelah melewati 150 (setatus lima puluh) hari sampai dengan 210 (dua ratus sepuluh) hari. 20 b. Informasi keuangan anggota jika dibutuhkan sulit untuk diperoleh dan jika ada informasi datanya tidak dapat dipercaya. c. Dokumentasi perjanjian piutang tidak lengkap dan pengikatan agunan lemah. d. Telah terjadi pelanggaran-pelanggaran yang prinsip terhadap perjanjian piutang. D. Macet 1. Akad murabahah dengan angsuran pokok/margin harian digolongkan macet apabila: a. Terdapat tunggakan pembayaran angsuran pokok dan atau margin yang telah melewati 30 (tiga puluh) hari. b. Tdak ada dokumentasi perjanjian piutang dan pengikatan agunan. 2. Akad murabahah dengan angsuran pokok/margin mingguan digolongkan macet apabila : a. Terdapat tunggakan pembayaran angsuran pokok dan atau margin yangtelah melewati 90 (sembilan puluh) hari. b. Tidak ada dokumentasi perjanjian piutang tidak dan pengikatan agunan. 3. Akad murabahah dengan angsuran pokok/margin bulanan digolongkan macet apabila: a. Terdapat tunggakan pembayaran angsuran pokok dan atau margin yang telah melewati 210 (dua ratus sepuluh) hari. b. Tidak ada dokumentasi perjanjian piutang dan pengikatan agunan. 2.1. Untuk memperoleh rasio piutang dan pembiayaan bermasalah terhadap piutang dan pembiayaan yang disalurkan, ditetapkan sebagai berikut: a. Untuk rasio lebih besar dari 12% sampai dengan 100% diberi nilai skor 25. b. Untuk setiap penurunan rasio 3% nilai kredit ditambah dengan 5 sampai dengan maksimum 100. Nilai kredit dikalikan bobot 10% diperoleh skor penilaian. Contoh perhitungan sebagai berikut: Rasio Piutang Bermasalah dan Pembiayaan
Bermasalah terhadap Piutang dan Pembiayaan yang disalurkan (%) Nilai Kredit Bobot (%) Skor Kriteria > 12 25 10 2,50 9 – 12 50 10 5,00 5 – 8 75 10 7,50 < 5 100 10 10,00 0 – < 2,5 Tidak lancar 2,5 – < 5,00 Kurang Lancar 5,00 – < 7,50 Cukup Lancar 7,50 – 10,00 Lancar
21 2.2. Mengukur rasio portofolio piutang dan pembiayaan berisiko dilakukan dengan cara sebagai berikut: a. Mengklasifikasikan tingkat keterlambatan ke dalam kelompok 1) Lambat 1 – 30 hari (portofolio berisiko 1) 2) Lambat 31 – 60 hari (portofolio berisiko 2) 3) Lambat 61 – 90 hari (portofolio berisiko 3) 4) Lambat > 90 hari (portofolio berisiko 4) b. Membandingkan piutang dan pembiayaan bermasalah pada periode tersebut dengan total piutang dan pembiayaan dengan cara: 1) Keterlambatan 1 – 30 hari 100% Total Piutang dan Pembiayaan Jumlah piutang Bermasalah x dan pembiayaan 2) Keterlambatan 31 – 60 hari 100% Total Piutang dan Pembiayaan Jumlah piutang Bermasalah x dan pembiayaan 3) Keterlambatan 61 – 90 hari 100% Total Piutang dan Pembiayaan Jumlah piutang Bermasalah x dan pembiayaan 4) Keterlambatan lebih dari 90 hari 100% Total Piutang dan Pembiayaan Jumlah piutang Bermasalah
x dan pembiayaan c. Menghitung rasio total portofolio piutang dan pembiayaan berisiko dilakukan dengan cara sebagai berikut: Total PAR (Total Portofolio piutang dan pembiayaan berisiko) = ( 1) + (2) +(3) +( 4) = ……..% d. Cara menentukan skor 1) Untuk rasio lebih besar dari 30% sampai dengan 100% diberi nilai kredit 25, untuk setiap penurunan rasio 1% nilai kredit ditambah dengan 5 sampai dengan maksimum 100. 2) Nilai kredit dikalikan bobot 5% diperoleh skor penilaian. Contoh perhitungan sebagai berikut: Rasio PAR (%) Nilai Kredit Bobot (%) Skor Kriteria > 30 25 5 1,25 26 – 30 50 5 2,50 21 – <26 75 5 3,75 < 21 100 5 5,00 0 – < 1,25 Sangat Berisiko 1,25 – < 2,50 Kurang Berisiko 2,50 – < 3,75 Cukup Berisiko 3,75 – 5,0 T idak Berisiko
2.3. Rasio Penyisihan Penghapusan Aktiva Produktif (PPAP) terhadap penyisihan aktiva produktif yang wajib dibentuk (PPAPWD) 22 Rasio ini menunjukkan kemampuan manajemen KJKS/UJKS koperasi menyisihkan pendapatannya untuk menutupi risiko (penghapusan) aktiva produktif yang disalurkan dalam bentuk pembiayaan dan piutang. Pengukuran tingkat kesehatan rasio ini ditetapkan sebagai berikut: a. Mengklasifikasikan aktiva produktif berdasarkan kolektibilitasnya, yaitu: 1) lancar 2) kurang lancar 3) diragukan, dan 4) macet b. Menghitung nilai PPAP dari neraca pada komponen cadangan penghapusan pembiayaan. c. Menghitung PPAPWD dengan cara mengalikan komponen persentase pembentukan PPAPWD dengan kolektibilitas aktiva produktif. Perhitungan PPAPWD 1. 0,5% dari aktiva produktif lancar 2. 10% dari aktiva produktif kurang lancar dikurangi nilai agunannya. 3. 50% dari aktiva produktif diragukan dikurangi nilai
agunannya. 4. 100% dari aktiva produktif macet dikurangi nilai agunannya. Apabila nilai jaminan tidak dapat ditaksir/diketahui maka nilai agunan sebagai pengurang adalah sebesar 50% dari baki debet. d. Rasio Penyisihan Penghapusan Aktiva Produktif dapat diperoleh/dihitung dengan membandingkan nilai PPAP dengan PPAPWD dikalikan dengan 100%. e. Untuk rasio PPAP sebesar 0% nilai kredit sama dengan 0. Untuk setiap kenaikan rasio PPAP 1% nilai kredit ditambah 1 sampai dengan maksimum 100. f. Nilai kredit dikalikan dengan bobot 5%, diperoleh skor tingkat rasio PPAP. Contoh perhitungan sebagai berikut: Rasio PPAP(%) Nilai Kredit Bobot(%) Skor Kriteria 0050 10 10 5 0,5 20 20 5 1,0 30 30 5 1,5 40 40 5 2,0 50 50 5 2,5 60 60 5 3,0 70 70 5 3,5 80 80 5 4,0 90 90 5 4,5 100 100 5 5,0 0 - < 1,25 Macet 1,25 - < 2,5 Diragukan 2,5 - < 3,75 Kurang Lancar 3,75 - 5 Lanc ar
23 3. PENILAIAN MANAJEMEN 3.1. Penilaian aspek manajemen KJKS/UJKS koperasi meliputi beberapa komponen yaitu: a) Manajemen umum b) Kelembagaan c) Manajemen permodalan d) Manajemen aktiva e) Manajemen likuiditas 3.2. Perhitungan nilai kredit didasarkan kepada hasil penilaian atas jawaban pertanyaan aspek manajemen terhadap seluruh komponen dengan komposisi pertanyaan sebagai berikut (pertanyaan terlampir): a) Manajemen umum 12 pertanyaan (bobot 3 atau 0,25 nilai kredit untuk setiap jawaban pertanyaan positif). b) Kelembagaan 6 pertanyaan (bobot 3 atau 0,5 nilai kredit untuk setiap jawaban pertanyaan positif). c) Manajemen permodalan 5 pertanyaan (bobot 3 atau 0,6 nilai kredit untuk setiap jawaban pertanyaan positif).
d) Manajemen aktiva 10 pertanyaan (bobot 3 atau 0,3 nilai kredit untuk setiap jawaban pertanyaan positif). e) Manajemen likuiditas 5 pertanyaan (bobot 3 atau 0,6 nilai kredit untuk setiap jawaban pertanyaan positif). Contoh perhitungan adalah sebagai berikut: a. Manajemen umum Positif Nilai Kredit Bobot Kriteria 1 0,25 2 0,50 3 0,75 4 1,00 5 1,25 6 1,50 7 1,75 8 2,00 9 2,25 10 2,50 11 2,75 12 3,00 0 – 0,75 Tidak Baik 0,76 – 1,50 Kurang Baik 1,51 – 2,25 Cukup Baik 2,26 – 3,00 Bai k
b. Manajemen kelembagaan Positif Nilai Kredit Bobot Kriteria 1 0,50 2 1,00 3 1,50 4 2,00 5 2,50 6 3,00 0 – 0,75 Tidak Baik 0,76 – 1,50 Kurang Baik 1,51 – 2,25 Cukup Baik 2,26 – 3,00 Ba ik
24 c. Manajemen permodalan Positif Nilai Kredit Bobot Kriteria 1 0,60 2 1,20 3 1,80 4 2,40 5 3,00 0 – 0,75 Tidak Baik 0,76 – 1,50 Kurang Baik 1,51 – 2,25 Cukup Baik 2,26 – 3,00 Bai k
d. Manajemen aktiva Positif Nilai Kredit Bobot Kriteria
1 0,30 2 0,60 3 0,90 4 1,20 5 1,50 6 1,80 7 2,10 8 2,40 9 2,70 10 3,30 0 – 0,75 Tidak Baik 0,76 – 1,50 Kurang Baik 1,51 – 2,25 Cukup Baik 2,26 – 3,00 Bai k
e. Manajemen Likuiditas Positif Nilai Kredit Bobot Kriteria 1 0,60 2 1,20 3 1,80 4 2,40 5 3,00 0 – 0,75 Tidak Baik 0,76 – 1,50 Kurang Baik 1,51 – 2,25 Cukup Baik 2,26 – 3,00 Bai k
4. PENILAIAN EFISIENSI Penilaian efisiensi KJKS/UJKS koperasi didasarkan pada 3 (tiga) rasio yaitu : a) Rasio biaya operasional terhadap pelayanan b) Rasio aktiva tetap terhadap total asset c) Rasio efisiensi staf Rasio-rasio di atas menggambarkan sampai seberapa besar KJKS/UJKS koperasi mampu memberikan pelayanan yang efisien kepada anggotanya dari penggunaan asset yang dimilikinya, sebagai pengganti ukuran rentabilitas yang untuk badan usaha koperasi dinilai kurang tepat. Karena koperasi tujuan utamanya adalah memberikan pelayanan kepada anggota bukan mencari keuntungan. Meskipun rentabilitas sering digunakan sebagai ukuran efisiensi penggunaan modal. Rentabilitas koperasi hanya untuk mengukur keberhasilan perusahaan koperasi yang diperoleh dari penghematan biaya pelayanan. 25 4.1. Cara perhitungan rasio biaya operasional atas pelayanan ditetapkan sebagai berikut: a. Untuk rasio lebih besar dari 100 diperoleh nilai kredit 25 dan untuk setiap penurunan rasio 15% nilai kredit ditambahkan dengan 25 sampai dengan maksimum nilai kredit 100. b. Nilai kredit dikalikan dengan bobot sebesar 4% diperoleh skor penilaian. Contoh perhitungan sebagai berikut: Rasio Biaya Operasional
terhadap Pelayanan (%) Nilai Kredit Bobot (%) Skor Kriteria > 100 25 4 1 Tidak Efisien 85 – 100 50 4 2 Kurang Efisien 69 – 84 75 4 3 Cukup Efisien 0 – 68 100 4 4 Efisien
4.2. Rasio aktiva tetap terhadap total modal ditetapkan sebagai berikut: a. Untuk rasio lebih besar dari 76% diperoleh nilai kredit 25 dan untuk setiap penurunan rasio 25% nilai kredit ditambahkan dengan 25 sampai dengan maksimum nilai kredit 100. b. Nilai kredit dikalikan dengan bobot sebesar 4% diperoleh skor penilaian: Contoh perhitungan sebagai berikut: Rasio aktiva tetap terhadap Total Modal (%) Nilai Kredit Bobot (%) Skor Kriteria 76 – 100 25 4 1 Tidak Baik 51 – 75 50 4 2 Kurang Baik 26 – 50 75 4 3 Cukup Baik 0 – 25 100 4 4 Baik
4.3. Rasio efisiensi staf dihitung sebagai berikut: a. Untuk rasio kurang dari 50 orang diberi nilai kredit 25 dan untuk setiap kenaikan 25 orang nilai skor ditambah dengan 25 sampai dengan maksimum nilai kredit 100. b. Nilai kredit dikalikan dengan bobot sebesar 2% diperoleh skor penilaian: Contoh perhitungan sebagai berikut: Rasio Efisiensi Staf (Org) Nilai Kredit Bobot (%) Skor Kriteria < 50 25 2 0,5 Tidak Baik 50 – 74 50 2 1 Kurang Baik 75 – 99 75 2 1,5 Cukup Baik > 99 100 2 2 Baik
26 5. LIKUIDITAS Penilaian kuantitatif terhadap likuiditas KJKS/UJKS koperasi dilakukan terhadap 2 (dua) rasio, yaitu: a. Rasio kas b. Rasio pembiayaan Kas dan bank adalah alat likuid yang segera dapat digunakan, seperti uang tunai dan uang yang tersimpan lembaga keuangan syariah lain.
Kewajiban lancar: a. Simpanan wadiah b. Simpanan mudharabah c. Simpanan mudharabah berjangka Pembiayaan: a. Akad jual beli dan bagi hasil dengan angsuran. b. Akad jual beli tanpa angsuran. c. Pembiayaan dengan akad bagi hasil. d. Akad pembiayaan lainnya yang tidak bertentangan dengan prinsip syariah. Dana yang diterima: a. Simpanan wadiah b. Simpanan mudharabah c. Simpanan mudharabah berjangka d. Titipan dana ZIS 5.1. Pengukuran rasio kas terhadap dana yang diterima ditetapkan sebagai berikut: a. Untuk rasio kas lebih kecil dari 14% dan lebih besar dari 56% diberi nilai kredit 25, untuk rasio antara 14% sampai dengan 20% dan antara 46% sampai dengan 56% diberi nilai kredit 50, rasio antara 21% sampai dengan 25% dan 35% sampai dengan 45% diberi nilai kredit 75, dan untuk rasio 26% sampai dengan 34% diberi nilai kredit 100. b. Nilai kredit dikalikan dengan bobot 10% diperoleh skor penilaian Contoh perhitungan adalah sebagai berikut: Rasio Kas (%) Nilai Kredit Bobot (%) Skor Kriteria < 14 dan > 56 25 10 2,5 Tidak Likuid (14 – 20) dan (46 – 56) 50 10 5 Kurang Likuid (21 – 25) dan (35 – 45) 75 10 7,5 Cukup Likuid (26 – 34) 100 10 10 Likuid
27 5.2. Pengukuran rasio pembiayaan terhadap dana yang diterima ditetapkan sebagai berikut: a. Untuk rasio kas lebih kecil dari 50% diberi nilai kredit 25, untuk setiap kenaikan rasio 25% nilai kredit ditambah dengan 25 sampai dengan maksimum 100 b. Nilai kredit dikalikan dengan bobot 5% diperoleh skor penilaian Contoh perhitungan adalah sebagai berikut: Rasio Pembiayaan (%) Nilai Kredit Bobot
(%) Skor Kriteria < 50 25 5 1,25 Tidak Likuid 51 – 75 50 5 2,50 Kurang Likuid 76 - 100 75 5 3,75 Cukup Likuid > 100 100 5 5 Likuid 6. JATI DIRI KOPERASI Penilaian aspek jati diri koperasi dimaksudkan untuk mengukur keberhasilan koperasi dalam mencapai tujuannya yaitu mempromosikan ekonomi anggota. Aspek penilaian jati diri koperasi menggunakan 2 (dua) rasio, yaitu: a. Rasio Promosi Ekonomi Anggota (PEA) Rasio ini mengukur kemampuan koperasi memberikan manfaat efisiensi partisipasi dan manfaat efisiensi biaya koperasi dengan simpanan pokok dan simpanan wajib, semakin tinggi persentasenya semakin baik. b. Rasio Partisipasi Bruto Rasio partisipasi bruto adalah tingkat kemampuan koperasi dalam melayani anggota, semakin tinggi/besar persentasenya semakin baik. Partisipasi bruto adalah kontribusi anggota kepada koperasi sebagai imbalan penyerahan jasa pada anggota yang mencakup beban pokok dan partisipasi netto. 6.1. Pengukuran rasio Promosi Ekonomi Anggota ditetapkan sebagai berikut: a. Untuk rasio lebih kecil dari 5% diberi nilai kredit 25 dan untuk setiap kenaikan rasio 3% nilai kredit ditambah dengan 25 sampai dengan rasio lebih besar dari 12% nilai kredit maksimum 100. b. Nilai kredit dikalikan dengan bobot 5% diperoleh skor penilaian Contoh perhitungan sebagai berikut: Rasio PEA (%) Nilai Kredit Bobot (%) Skor Kriteria < 5 25 5 1,25 Tidak Bermanfaat 5 – 7,99 50 5 2,50, Kurang Bermanfaat 8 – 11,99 75 5 3,75 Cukup Bermanfaat > 12 100 5 5 Bermanfaat
28 6.2. Pengukuran rasio partisipasi bruto ditetapkan sebagai berikut: a. Untuk rasio lebih kecil dari 25% diberi nilai kredit 25 dan untuk setiap kenaikan rasio 25% nilai kredit ditambah dengan 25 sampai dengan rasio lebih besar dari 75% nilai kredit maksimum 100. b. Nilai kredit dikalikan dengan bobot 5% diperoleh skor penilaian Contoh perhitungan sebagai berikut: Rasio Partisipasi Bruto (%)
Nilai Kredit Bobot (%) Skor Kriteria < 25 25 5 1,25 Rendah 25 – 49 50 5 2,50, Kurang 50 – 75 75 5 3,75 Cukup > 75 100 5 5 Tinggi
7. KEMANDIRIAN DAN PERTUMBUHAN Penilaian terhadap kemandirian dan pertumbuhan didasarkan pada 3 (tiga) rasio, yaitu Rentabilitas Aset, Rentabilitas Ekuitas, dan kemandirian operasional. 7.1. Rasio rentabilitas aset yaitu SHU sebelum zakat dan pajak dibandingkan dengan total aset ditetapkan sebagai berikut: a. Untuk rasio rentabilitas aset lebih kecil dari 5% diberi nilai kredit 25, untuk setiap kenaikan rasio 2,5% nilai kredit ditambah 25 sampai dengan maksimum 100. b. Nilai kredit dikalikan dengan bobot 3% diperoleh skor penilaian Rasio Rentabilitas Aset (%) Nilai Kredit Bobot (%) Skor Kriteria < 5% 25 3 0,75 Rendah 5 – 7,4 50 3 1,50 Kurang 7,5 – 10 75 3 2,25 Cukup > 10 100 3 3,00 Tinggi 7.2. Rasio rentabilitas ekuitas yaitu SHU bagian anggota dibandingkan total ekuitas ditetapkan sebagai berikut: a. Untuk rasio rentabilitas ekuitas lebih kecil dari 5% diberi nilai kredit 25, untuk setiap kenaikan rasio 2,5% nilai kredit ditambah 25 sampai dengan maksimum 100. 29 b. Nilai kredit dikalikan dengan bobot 3% diperoleh skor penilaian. Rasio Rentabilitas Ekuitas (%) Nilai Kredit Bobot (%) Skor Kriteria < 5% 25 3 0,75 Rendah 5 – 7,4 50 3 1,50 Kurang 7,5 – 10 75 3 2,25 Cukup > 10 100 3 3,00 Tinggi
7.3. Rasio kemandirian operasional yaitu pendapatan usaha dibandingkan biaya operasional ditetapkan sebagai berikut: a. Untuk rasio kemandirian operasional lebih kecil dari 100% diberi nilai kredit 25. Untuk setiap kenaikan rasio 25% nilai kredit ditambah 25 sampai dengan maksimum 100. b. Nilai kredit dikalikan dengan bobot 4% diperoleh skor penilaian. Rasio Kemandirian Operasional (%) Nilai Kredit Bobot (%) Skor Kriteria < 100 25 4 1 Rendah 100 – 125 50 4 2 Kurang 126 – 150 75 4 3 Cukup > 150 100 4 4 Tinggi 8. KEPATUHAN PRINSIP SYARIAH Penilaian aspek kepatuhan prinsip syariah dimaksudkan untuk menilai sejauh mana prinsip syariah diterapkan/dipatuhi oleh KJKS/UJKS koperasi dalam melaksanakan aktivitasnya sebagai lembaga keuangan syariah. Penilaian kepatuhan prinsip syariah dilakukan dengan perhitungan nilai kredit yang didasarkan pada hasil kepada hasil penilaian atas jawaban pertanyaan sebanyak 10 (sepuluh) buah (pertanyaan terlampir) dengan bobot 10%, berarti untuk setiap jawaban positif 1 (satu) memperoleh nilai kredit bobot 1 (satu). Contoh perhitungan sebagai berikut Positif Nilai Kredit Bobot Kriteria 11 22 33 44 55 66 77 88 99 10 10 0 – 2,50 Tidak patuh 2,51 – 5,00 Kurang Patuh 5,01 – 7,50 Cukup Patuh 7,51 – 10,00 P atuh
30 III PENETAPAN KESEHATAN KJKS DAN UJKS KOPERASI Berdasarkan hasil perhitungan penilaian terhadap 8 (delapan) komponen sebagaimana dimaksud pada angka 1 – 8 diperoleh skor secara keseluruhan. Skor dimaksud dipergunakan untuk menetapkan predikat tingkat kesehatan
KJKS/UJKS koperasi yang dibagi dalam 4 (empat) golongan yaitu sehat, cukup sehat, kurang sehat, dan tidak sehat. Penetapan predikat kesehatan serupa secara parsial berdasarkan komponen juga dapat dilihat pada masingmasing penilaian komponen yang sudah dijelaskan di atas. Penetapan predikat tingkat kesehatan KJKS/UJKS koperasi tersebut adalah sebagai berikut: SKOR PREDIKAT 81 – 100 SEHAT 66 - < 81 CUKUP SEHAT 51 - < 66 KURANG SEHAT 0 - < 51 TIDAK SEHAT IV FAKTOR LAIN YANG MEMPENGARUHI PENILAIAN Meskipun kuantifikasi dari komponen-komponen penilaian tingkat kesehatan menghasilkan skor tertentu, masih perlu dianalisa dan diuji lebih lanjut dengan komponen lain yang tidak termasuk dalam komponen penilaian dan atau tidak dapat dikuantifikasikan. Apabila dalam analisa dan pengujian lebih lanjut terdapat inkonsistensi atau ada pengaruh secara materil terhadap tingkat kesehatan KJKS dan UJKS koperasi maka hasil dari penilaian yang telah dikuantifikasikan tersebut perlu dilakukan penyesuaian sehingga dapat mencerminkan tingkat kesehatan yang sebenarnya. PENYESUAIAN DIMAKSUD ADALAH SEBAGAI BERIKUT: 1. KOREKSI PENILAIAN Faktor-faktor yang dapat menurunkan satu tingkat kesehatan KJKS dan UJKS koperasi antara lain: a. Pelanggaran terhadap ketentuan-ketentuan intern maupun ekstern. b. Salah satu pembukuan tertunda pembukuan. c. Pemberian pembiayaan yang tidak sesuai dengan prosedur. d. Tidak menyampaikan laporan tahunan atau laporan berkala 3 kali berturut-turut. e. Mempunyai volume pembiayaan di atas Rp 1.000.000.000,00 (satu milyar rupiah) tetapi tidak diaudit oleh akuntan publik. f. Manajer UJKS belum diberikan wewenang penuh untuk mengelola usaha. 31 2. KESALAHAN FATAL Faktor-faktor yang dapat menurunkan tingkat kesehatan KJKS dan UJKS koperasi langsung menjadi tidak sehat antara lain: a. Adanya perselisihan intern yang diperkirakan akan menimbulkan kesulitan dalam koperasi yang bersangkutan. b. Adanya campur tangan pihak di luar koperasi atau kerjasama yang tidak wajar sehingga prinsip koperasi tidak dilaksanakan dengan baik. c. Rekayasa pembukuan atau window dressing dalam pembukuan sehingga mengakibatkan penilaian yang keliru terhadap koperasi. d. Melakukan kegiatan usaha koperasi tanpa membukukan dalam koperasinya.
V TATACARA PENYELENGGARAAN PENILAIAN KESEHATAN KJKS dan UJKS KOPERASI Tujuan penilaian kesehatan KJKS dan UJKS Koperasi adalah untuk menklasifikasikan tingkat kesehatan pengelolaan usaha jasa keuangan syariah dalam 4 (empat) predikat yaitu : SEHAT, CUKUP SEHAT, KURANG SEHAT, DAN TIDAK SEHAT. Tata cara penyelenggaraan penilaian kesehatan KJKS dan UJKS Koperasi diatur sebagai berikut : 1. Sasaran KJKS dan UJKS Koperasi yang dinilai kesehatannya adalah KJKS dan UJKS yang memenuhi syarat untuk dinilai, yaitu : a. KJKS dan UJKS Koperasi telah beroperional paling sedikit 1 (satu) tahun buku. b. Khusus UJKS Koperasi, telah dikelola secara terpisah dan membuat laporan keuangan yang terpisah dari unit usaha lainnya. 2. Pelaksanaan penilaian kesehatan KJKS dan UJKS Koperasi dilaksanakan pada posisi setiap akhir tahun buku dengan berpedoman pada Surat Keputusan Menteri Negara Koperasi dan Usaha Kecil dan Menengah tentang Pedoman Pelaksanaan Penilaian Kesehatan KJKS dan UJKS Koperasi. 3. Penilaian Kesehatan KJKS dan UJKS Koperasi dilakukan oleh Pejabat Penilai Kesehatan KJKS dan UJKS Koperasi dari Instansi yang membidangi Koperasi baik ditingkat Pusat maupun Daerah. 4. Setiap KJKS dan UJKS Koperasi yang telah dinilai diberikan sertifikat predikat tingkat kesehatan dengan pengaturan sebagai berikut : a. KJKS dan UJKS Koperasi tingkat nasional oleh Deputi atas nama Menteri. b. KJKS dan UJKS Koperasi tingkat Provinsi serta KJKS dan UJKS primer tingkat nasional oleh Gubernur atau pejabat yang berwenang. c. KJKS dan UJKS Koperasi tingkat Kabupaten atau Kotamadya oleh Bupati atau Walikota atau pejabat yang berwenang 32 5. Hasil penilaian kesehatan KJKS dan UJKS oleh pejabat yang berwenang pada tingkat Provinsi dan Kabupaten atau Kota dilaporkan kepada Deputi, dengan dilengkapi : a. Kertas kerja penilaian KJKS dan UJKS Koperasi yang bersangkutan b. Laporan keuangan KJKS dan UJKS Koperasi yang bersangkutan c. Salinan atau fotocopy sertifikat predikat kesehatan KJKS dan UJKS Koperasi VI PEJABAT PENILAI KESEHATAN KJKS dan UJKS KOPERASI 1 Untuk menjadi Pejabat Penilai Kesehatan KJKS dan UJKS Koperasi harus memenuhi persyaratan sebagai berikut: a. Berpendidikan serendah-rendahnya Sarjana Muda atau yang disetarakan dengan itu. b. Telah mengikuti pendidikan dan pelatihan tentang kegiatan jasa keuangan syariah oleh koperasi yang dibuktikan dengan sertifikat yang dikeluarkan oleh Kementerian Koperasi dan UKM. c. Telah mengikuti pendidikan penilaian kesehatan KJKS dan UJKS Koperasi, yang dibuktikan dengan sertifikat yang dikeluarkan oleh
Kementerian koperasi dan UKM baik di tingkat pusat maupun daerah. 2. Pejabat Penilai Kesehatan di tingkat Pusat, Provinsi dan Kabupaten atau Kota ditetapkan oleh Menteri. VII PENUTUP Pedoman Penilaian kesehatan KJKS dan UJKS Koperasi ini merupakan standar kerja dalam pelaksanaan penilaian kesehatan KJKS dan UJKS Koperasi oleh Instansi yang membidangi Koperasi pejabat penilai kesehatan KJKS dan UJKS Koperasi dalam melaksanakan tugasnya. Menteri Negara TTD Suryadharma Ali 33 Lampiran 2 : Peraturan Menteri Negara Koperasi dan Usaha Kecil Dan Menengah Nomor : 35.3/Per/M.KUKM/X/2007 Tanggal : 8 Oktober 2007 Tentang : Pedoman Pelaksanaan Penilaian Kesehatan Koperasi Jasa Keuangan Syariah dan Unit Jasa Keuangan Syariah Koperasi DATA MANAJEMEN DAFTAR PERTANYAAN ASPEK MANAJEMEN YANG DINILAI N0 Aspek Nomor Urut Pertanyaan Positif/ Negatif 1 MANAJEMEN UMUM
1.1 1.2 1.3 1.4 1.5 1.6 1.7 Apakah KJKS/UJKS Koperasi memiliki visi, misi dan tujuan yang jelas (dibuktikan dengan dokumen tertulis) Apakah KJKS/UJKS Koperasi telah memiliki rencana kerja jangka panjang minimal untuk 3 tahun ke depan dan dijadikan sebagai acuan KJKS/UJKS Koperasi dalam menjalankan usahanya (dibuktikan dengan dokumen tertulis) Apakah KJKS/UJKS Koperasi memiliki rencana kerja tahunan yang digunakan sebagai dasar acuan kegiatan usaha selama 1 tahun (dibuktikan dengan dokumen tertulis) Adakah kesesuaian antara rencana kerja jangka pendek dengan rencana jangka panjang
(dibuktikan dengan dokumen tertulis) Apakah visi, misi, tujuan dan rencana kerja diketahui dan dipahami oleh pengurus, pengawas, pengelola dan seluruh karyawa. ( dengan cara pengecekan silang) Pengambilan keputusan yang bersifat operasional dilakukan oleh pengelola secara independent (konfirmasi kepada pengurus atau pengawas). Pengurus dan atau pengelola KJKS/UJKS Koperasi memiliki komitmen untuk menangani permasalahan yang dihadapi serta melakukan tindakan perbaikan yang diperlukan. 1 2 3 4 5 6 7 34 N0 Aspek Nomor Urut Pertanyaan Positif/ Negatif
1.8 1.9 1.10 1.11 1.12 KJKS/UJKS koperasi memiliki tata tertib kerja SDM yang meliputi disiplin kerja serta didukung sarana kerja yang memadai dalam melaksanakan pekerjaan (dibuktikan dengan dokumen tertulis dan pengecekan fisik sarana kerja) Pengurus KJKS/UJKS koperasi yang mengangkat pengelola, tidak mencampuri kegiatan operasional sehari-hari yang cenderung menguntungkan kepentingan sendiri, keluarga atau kelompoknya sehingga dapat merugikan KJKS/UJKS Koperasi (dilakukan konfirmasi kepada pengelola dan atau pengawas). Anggota KJKS/UJKS Koperasi sebagai pemilik mempunyai kemampuan untuk meningkatkan permodalan KJKS/UJKS Koperasi sesuai dengan ketentuan yang berlaku (pengecekan silang dilakukan terhadap partisipasi modal anggota) Pengurus, Pengawas, dan Pengelola KJKS/UJKS Koperasi di dalam melaksanakan kegiatan
operasional tidak melakukan hal-hal yang cenderung menguntungkan diri sendiri, keluarga dan kelompoknya, atau berpotensi merugikan KJKS/UJKS Koperasi (konfirmasi dengan mitra kerja) Pengurus melaksanakan fungsi pengawasan terhadap pelaksanaan tugas pengelola sesuai dengan tugas dan wewenangnya secara efektif (pengecekan silang kepada pengelola dan atau pengawas). 8 9 10 11 12 2 KELEMBAGAAN
2.1 2.2 Bagan organisasi yang ada telah mencerminkan seluruh kegiatan KJKS/UJKS Koperasi dan tidak terdapat jabatan kosong atau perangkapan jabatan.(dibuktikan dengan dokumen tertulis mengenai struktur organisasi dan job description) KJKS/UJKS Koperasi memiliki rincian tugas yang jelas untuk masing-masing karyawannya. (yang dibuktikan dengan adanya dokumen tertulis tentang job specification) 13 14 35 N0 Aspek Nomor Urut Pertanyaan Positif/ Negatif
2.3 2.4 2.5 2.6 Di dalam struktur kelembagaan KJKS/UJKS Koperasi terdapat struktur yang melakukan fungsi sebagai dewan pengawas syariah. (yang dibuktikan dengan dokumen tertulis tentang struktur organisasi) KJKS/UJKS Koperasi terbukti mempunyai Standar Operasional dan Manajemen (SOM) dan Standar Operasional Prosedur (SOP ). (dibuktikan dengan dokumen tertulis tentang SOM dan SOP KJKS/UJKS Koperasi)
KJKS/UJKS Koperasi telah menjalankan kegiatannya sesuai SOM dan SOP KJKS/UJKS Koperasi. (pengecekan silang antara pelaksanaan kegiatan dengan SOM dan SOPnya) KJKS/UJKS Koperasi mempunyai system pengamanan yang baik terhadap semua dokumen penting. (dibuktikan dengan adanya system pengamanan dokumen penting berikut sarana penyimpanannya) 15 16 17 18 3 PERMODALAN 3.1 3.2 3.3 3.4 3.5 Tingkat pertumbuhan modal sendiri sama atau lebih besar dari tingkat pertumbuhan asset. (dihitung berdasarkan data yang ada di Neraca). Tingkat pertumbuhan modal sendiri yang berasal dari anggota sekurang kurangnya sebesar 10 % dibandingkan tahun sebelumnya. (dihitung berdasarkan data yang ada di Neraca) Penyisihan cadangan dari SHU sama atau lebih besar dari seperempat SHU tahun berjalan Simpanan wadi’ah simpanan mudharabah simpanan mudharabah berjangka koperasi meningkat minimal 10 % dari tahun sebelumnya Investasi harta tetap dari inventaris serta pendanaan ekspansi perkantoran dibiayai dengan modal sendiri (pengecekan silang dengan laporan sumber dan penggunaan dana) 19 20 21 22 23 36 N0 Aspek Nomor Urut Pertanyaan Positif/ Negatif
4 AKTIVA 4.1
4.2 4.3 4.4 4.5 4.6 4.7 4.8 Pembiayaan dengan kolektibilitas lancar minimal sebesar 90 % dari pembiayaan yang diberikan (dibuktikan dengan laporan pengembalian pembiayaan) Setiap pembiayaan yang diberikan didukung dengan agunan yang nilainya sama atau lebih besar dari pembiayaan yang diberikan kecuali pembiayaan bagi anggota sampai dengan 1 juta rupiah. (dibuktikan dengan laporan pembiayaan dan daftar agunannya) Dana cadangan penghapusan pembiayaan sama atau lebih besar dari jumlah pembiayaan macet tahunan. (dibuktikan dengan laporan kolektibilitas pembiayaan dan cadangan penghapusan pembiayaan) Pembiayaan macet tahun lalu dapat ditagih sekurang-kurangnya sepertiganya. (dibuktikan dengan laporan penagihan pembiayaan macet tahunan) KJKS/UJKS Koperasi menerapkan prosedur pembiayaan dilaksanakan dengan efektif.(pengecekan silang antara pelaksanaan prosedur pembiayaan dengan SOPnya) Memiliki kebijakan cadangan penghapusan pembiayaan dan piutang bermasalah (dibuktikan dengan kebijakan tertulis dan laporan keuangan). Dalam memberikan pembiayaan KJKS/UJKS Koperasi mengambil keputusan berdasarkan prinsip kehati-hatian.(dibuktikan dengan hasil analisis kelayakan pembiayaan) Keputusan pemberian pembiayaan dan atau penempatan dana dilakukan melalui komite. (dibuktikan dengan risalah rapat komite) 24 25 26 27 28 29 30 31
37 N0 Aspek Nomor Urut Pertanyaan Positif/ Negatif
4.9 4.10 Setelah pembiayaan diberikan KJKS/UJKS Koperasi melakukan pemantauan terhadap penggunaan pembiayaan serta kemampuan dan kepatuhan mudharib dalam memenuhi kewajibannya. (dibuktikan dengan laporan monitoring) KJKS/UJKS Koperasi melakukan peninjauan, penilaian dan pengikatan terhadap agunannya. (dibuktikan dengan dokumen pengikatan dan atau penyerahan agunan) 32 33 5 LIKUIDITAS 5.1 5.2 5.3 5.4 5.5 Memiliki kebijaksanaan tertulis mengenai pengendalian likuiditas (dibuktikan dengan dokumen tertulis mengenai perencanaan usaha) Memiliki fasilitas pembiayaan yang akan diterima dari lembaga syariah lain untuk menjaga likuiditasnya. (dibuktikan dengan dokumen tertulis mengenai kerjasama pendanaan dari lembaga keuangan syariah lain) Memiliki pedoman administrasi yang efektif untuk memantau kewajiban yang jatuh tempo. (dibuktikan dengan adanya dokumen tertulis mengenai skedul piutang dan pembiayaan) Memiliki kebijakan pembiayaan dan piutang sesui dengan kondisi keuangan KJKS/UJKS koperasi (dibuktikan dengan kebijakan tertulis) Memiliki system informasi manajemen yang memadai untuk pemantauan likuiditas (dibuktikan dengan dokumen tertulis berupa system pelaporan piutang dan pembiayaan) 34 35 36 37
38 Menteri Negara TTD Suryadharma Ali 38 Lampiran 3 : Peraturan Menteri Negara Koperasi dan Usaha Kecil Dan Menengah Nomor : 35.3/Per/M.KUKM/X/2007 Tanggal : 8 Oktober 2007 Tentang : Pedoman Pelaksanaan Penilaian Kesehatan Koperasi Jasa Keuangan Syariah dan Unit Jasa Keuangan Syariah Koperasi DAFTAR PERTANYAAN KEPATUHAN PRINSIP SYARIAH YANG DINILAI N0 Aspek Nomor Urut Pertanyaan Positif/ Negatif 1 2 3 4 5 6 7 Akad dilaksanakan sesuai tata cara syariah (dibuktikan dari catatan hasil penilaian dewan pengawas syariah) Penempatan dana pada bank syariah (dibuktikan dengan laporan penggunaan dana) Adanya Dewan Pengawas Syariah (dibuktikan dengan SK pengangkatan Dewan Pengawas Syariah) Komposisi modal penyertaan dan pembiayaan berasal dari lembaga keuangan syariah (dibuktikan dengan laporan sumber dana) Pertemuan kelompok yang dihadiri pengurus, pengawas, Dewan Pengawas Syariah, Pengelola, Karyawan pendiri dan anggota yang diselenggarakan secara berkala (dibuktikan dengan daftar hadir dan agenda acara pertemuan kelompok) Manajemen KJKS/UJKS Koperasi memiliki sertifikat pendidikan pengelolaan lembaga keuangan syariah yang dikeluarkan oleh pihak yang kompeten (dibuktikan dengan sertifikat). Frekuensi rapat Dewan Pengawas Syariah untuk
membicarakan ketepatan pola pembiayaan yang dijalankan pengelola dalam 1 tahun (dibuktikan dengan daftar hadir dan agenda rapat Dewan Pengawas Syariah) 1 2 3 4 5 6 7 39 N0 Aspek Nomor Urut Pertanyaan Positif/ Negatif 8 9 10 Dalam mengatasi pembiayaan bermasalah digunakan pendekatan syariah (konfirmasi dengan mudharib yang bermasalah) Meningkatnya titipan ZIS dari anggota (dibuktikan dengan laporan penerimaan titipan ZIS dari anggota). Meningkatnya pemahaman anggota terhadap keunggulan system syariah dari waktu ke waktu (dibuktikan dengan adanya laporan peningkatan partisipasi mudharib di KJKS/UJKS koperasi). 8 9 10 Menteri Negara TTD Suryadharma Ali
BIODATA MAHASISWA
Yang bertanda tangan dibawah ini : Nama Lengkap
: Ali Shodiq
Tempat Tanggal Lahir
: Pati, 20 Januari1986
Jenis Kelamin
: Laki-Laki
Agama
: Islam
Status
: Belum Menikah
Alamat
: Desa Plosorejo RT.002 RW.001. Kecamatan : Pucakwangi, Kabupaten : Pati Provinsi : Jawa Tengah
Nama Orang Tua Ayah
: Sudiyo
Ibu
: Sarisih
Alamat
: Desa Plosorejo RT.002 RW.001. Kecamatan : Pucakwangi, Kabupaten : Pati Provinsi : Jawa Tengah
Demikian biodata ini saya buat dengan sebenarnya untuk dapat dipergunakan sebagaimana mestinya.
Semarang, 21 Juni 2010 Penulis
Ali Shodiq NIM. 052411160
DAFTAR RIWAYAT HIDUP
Yang bertanda tangan dibawah ini : Nama Lengkap
: Ali Shodiq
Tempat Tanggal Lahir
: Pati, 20 Januari1986
Jenis Kelamin
: Laki-Laki
Agama
: Islam
Status
: Belum Menikah
Alamat
: Desa Plosorejo RT.002 RW.001. Kecamatan : Pucakwangi, Kabupaten : Pati Provinsi : Jawa Tengah
Jenjang Pendidikan 1. RA Tarbiyatul Banin
Lulus Tahun
1994 2. MI Tarbiyatul Banin
Lulus Tahun
1998 3. MTS Tarbiyatul Banin
Lulus Tahun
2001 4. MAN Lasem Rembang
Lulus Tahun
2004 5. Fakultas Syari'ah IAIN Walisongo Semarang
Demikian daftar riwayat hidup ini dibuat dengan sebenarnya untuk dapat dipergunakan sebagaimana mestinya.
Semarang, 21 Juni 2010 Penulis
Ali Shodiq NIM. 052411160