STRATEGI PENGEMBANGAN USAHA KECIL APPLE PIE GROUP (Studi Kasus di Unit Usaha Pia Apple Pie, Bogor )
LIZA HERLINA
SEKOLAH PASCASARJANA INSTITUT PERTANIAN BOGOR 2008
SURAT PERNYATAAN
Saya menyatakan dengan sebenar-benarnya bahwa segala pernyataan dalam Tesis saya yang berjudul : ”Strategi Pengembangan Usaha Kecil Apple Pie Group (Studi Kasus di Unit Usaha Pia Apple Pie, Bogor)” merupakan gagasan atau hasil penelitian Tesis saya sendiri, dengan pembimbingan Komisi Pembimbing, kecuali yang dengan jelas ditunjukkan rujukannya. Tesis ini belum pernah diajukan untuk memperoleh gelar pada program sejenis di perguruan tinggi lain. Semua data dan informasi yang digunakan telah dinyatakan secara jelas dan dapat diperiksa kebenarannya.
Bogor, April 2008
Liza Herlina F052054135
ABSTRACT
LIZA HERLINA. The Development Strategy of Apple Pie Group as Small Scale Industry (A case study at Apple Pie Business, Bogor) Supervised by H. Musa Hubeis as Committee Chairman, and Ani Suryani as member. Apple (Malus Sylvestris Mill) is an annual subtropical plant rich in fiber. It was brought from America to Europe, and is now known all over the world, including Indonesia. Increasing the economical value of local apple can be made through product diversification, which is processing apple into high quality products. The high potential of apple as a commodity has motivated the growth of food manufacturing industry, both small and big scales to provide semi-processed raw material to its end product. One of this kind of industry is PIA Apple Pie in Bogor. The objectives of this study are 1) to study the form of development of the PIA Apple Pie business, 2) to analyze the influence of consumers’ preference in marketing the product, and 3) to analyze the prospect of the development of apple pie business made by PIA Apple Pie in Bogor through the arrangement of the development strategy. The descriptive method was used in collecting the data of raw material, market prospect and finance. The tools of analysis used were IFE (Internal Factor Evaluation), EFE (External Factor Evaluation), IPA (Importance Performance Analysis), and the SWOT (Strength, Weaknesses, Opportunities, and Threats). Based on IPA, there were four quadrants that show the criteria of each attribute. The attribute that needs to be focused on, and therefore should get priority in its improvement of performance are the price of product, the easiness to get the product, the employees’ hospitality, the parking area, and the store business hours. The result of the analysis of IE matrix showed an internal factor of 2.941 and an external factor of 2.892, which put the business in quadrant V, which are growth and stability. These factors showed that PIA Apple Pie seriously responded to opportunities and threats, and showed a strong internal condition. Based on the SWOT analysis, some alternative marketing strategies that are based on mixed marketing are 1) the product strategy, by making modification of new innovation in product development, to maintain different pie sizes, to maintain the company image and position, 2) the price strategy, by launching economic packages and giving extra pies for a certain amount of transaction, 3) the location strategy by opening new branches within easy access which has a large and comfortable parking area, and 4) the promotion strategy, by advertorial and sales force.
RINGKASAN
Liza Herlina. Strategi Pengembangan Usaha Kecil Apple Pie Group (Studi Kasus di Unit Usaha Pia Apple Pie, Bogor). Di bawah bimbingan H. Musa Hubeis sebagai Ketua dan Ani Suryani, sebagai Anggota. Apel (Malus sylvestris Mill) adalah tanaman tahunan yang berasal dari daerah subtropis. Apel adalah jenis buah yang kaya akan serat. Apel dibawa ke Amerika dari Eropa dan sekarang telah dikenal secara luas diseluruh dunia, diantaranya Indonesia. Pemanfaatan dan peningkatan nilai ekonomis terhadap apel lokal dapat dilakukan melalui diversifikasi produk, yaitu mengolah apel menjadi produk-produk bermutu tinggi. Melihat besarnya potensi komoditi apel telah mendorong munculnya industri pengolahan apel sebagai produk pangan, mulai dari usaha besar sampai dengan usaha kecil untuk menghasilkan bentuk bahan baku setengah jadi sampai bentuk produk akhir. Salah satu industri pangan adalah industri makanan jadi. Industri makanan jadi diantaranya adalah makanan kudapan (snack), makanan cepat saji (fast food), minuman dalam kemasan dan salah satu kudapan yang terkenal adalah apple pie/pai apel di Bogor. Saat ini, sebagian besar usaha bakery tidak hanya memproduksi, tetapi juga memasarkan produknya langsung kepada konsumen. Untuk mengembangkan usaha ini, produsen perlu mempelajari preferensi konsumen terhadap produknya.
Dengan
mempelajari
strategi
preferensi
konsumen,
maka
produsen
dapat
menentukan
pengembangan usaha yang tepat bagi perusahaannya. Tujuan dari penelitian ini adalah:
(1) mengkaji bentuk-bentuk pengembangan
usaha Apple Pie, (2) menganalisis pengaruh preferensi konsumen Apple Pie dalam pemasaran dan pengembangan usahanya, dan (3) menganalisis prospek ke depan pengembangan usaha kecil Apple Pie yang dilakukan oleh unit usaha Pia di Bogor, melalui penyusunan strategi pengembangan usaha. Metode pengumpulan data yang digunakan dalam penyelesaian tugas akhir di unit usaha Apple Pie adalah pengumpulan data primer melalui survey lapangan, wawancara dengan pemilik perusahaan, pengelola, karyawan, instansi bidang terkait (Disperindag) dan konsumen.
Penyebaran kuesioner dilakukan dengan menggunakan metode judgement
sampling sebanyak 100 responden.
Pengumpulan data sekunder melalui penelusuran
pustaka, dokumen dan laporan instansi terkait.
Metode analisis yang digunakan untuk menganalisa dan menginterpretasikan adalah metode deskriptif, yaitu pengumpulan data mengenai informasi potensi bahan baku, prospek pasar dan keuangan yang berkaitan dengan pasokan bahan baku yang telah dikeluarkan oleh perusahaan, permintaan pasar dan pesaing strategis secara makro di bidang pengolahan Pie Apel ini. Sedangkan alat analisis lainnya adalah matriks External Factor Evaluation (EFE), Internal Faktor Evaluation (IFE), Importance Perfomance Analysis (IPA) dan Strengths, Weaknesses, Opportunities, and Threats (SWOT). Berdasarkan hasil IPA, diperoleh empat kuadran yang menunjukkan kriteria masing-masing atribut. Atribut yang perlu mendapatkan perhatian dan harus diprioritaskan perbaikan kinerjanya adalah harga produk, kemudahan memperoleh produk, keramahan dan kesopanan karyawan, areal parkir dan waktu buka toko. Hasil analisis matriks IE menunjukkan nilai faktor internal 2,941 dan nilai matriks eksternal 2,892 memposisikan perusahaan pada kuadran V, yaitu growth dan stability. Matriks internal dan eksternal menunjukkan bahwa Pia merespon peluang dan ancaman secara serius dan berada pada kondisi internal yang kuat. Berdasarkan data penjualan, menunjukkan Pia berada pada fase pengembangan. Titik impas perusahaan adalah 38.737 unit produk per bulan atau Rp. 1.200.847.000 pada periode 2007, sedangkan penjualan aktual yang telah dicapai Pia adalah 60.386 unit produk atau Rp. 1.871.966.000.
Hal ini menunjukkan bahwa
perusahaan telah melewati batas penjualan impas dan penjualan telah memberikan laba pada perusahaan. Berdasarkan matriks SWOT dapat disusun beberapa alternatif strategi pemasaran berdasarkan bauran pemasaran, yaitu (1) strategi produk dengan melakukan modifikasi atau inovasi baru dalam pengembangan produk, mempertahankan kondisi variasi pie dalam berbagai ukuran, mempertahankan citra dan posisi perusahaan sebagai penghasil pie dengan mutu terjamin, mempertahankan ciri khas sebagai perusahaan yang menghasilkan pie yang dibuat secara alami dan mempertahankan kinerja personel penjualan, mempertahankan kinerja pelayanan yang ditawarkan, memaksimalkan fasilitas pesan antar dengan area antaran yang diperluas dan meningkatkan kinerja pelayanan sesudah transaksi (purna jual); (2) strategi penetapan harga dilakukan dengan meluncurkan paket-paket hemat, pemberian ekstra/tambahan pie untuk transaksi pembelian dalam jumlah tertentu, diskon/potongan harga, peluncuran paket khusus dalam rangka menyambut acara/momen
khusus dan adanya diversifikasi harga melalui ragam ukuran produk; (3) strategi tempat, yaitu membuka cabang di tempat lain yang aksesnya dekat dengan jalan utama, mudah dijangkau dari daerah perumahan, penataan area parkir yang lebih luas dan rapih, mempertahankan kondisi fisik dan atmosfer toko yang nyaman; dan (4) strategi promosi dilakukan dengan melakukan advertorial, dan sales force. Saran untuk perusahaan dalam rangka pengembangan bisnis perusahaan di masa mendatang adalah mengimplementasikan alternatif-alternatif strategi pemasaran yang telah dirumuskan, diantaranya strategi produk, strategi harga, strategi tempat dan strategi promosi. Hal tersebut perlu dikomunikasikan kepada seluruh karyawan agar mengerti ke arah mana perusahaan akan melangkah. Perusahaan diharapkan dapat menerapkan strategi yang dibuat berdasarkan respon konsumen dan di masa mendatang tetap melakukan survei kepuasan pelanggan. Hal lainnya, perusahaan hendaknya mendengarkan suara konsumen dengan menggunakan sistem keluhan dan saran melalui kotak saran, atau melalui telepon dan e-mail.
STRATEGI PENGEMBANGAN USAHA KECIL APPLE PIE GROUP (Studi Kasus di Unit Usaha Pia Apple Pie, Bogor )
LIZA HERLINA
Tesis sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Magister Profesional pada Program Studi Industri Kecil Menengah
SEKOLAH PASCASARJANA INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2008
Judul Tesis
: Strategi Pengembangan Usaha Kecil Apple Pie Group (Studi Kasus di Unit Usaha Pia Apple Pie, Bogor)
Nama Mahasiswa
: Liza Herlina
Nomor Pokok
: F052054135
Program Studi
: Industri Kecil Menengah
Disetujui
Komisi Pembimbing,
Prof.Dr.Ir. H. Musa Hubeis, MS, Dipl.Ing, DEA Ketua
Dr.Ir. Ani Suryani, DEA Anggota
Diketahui
Plh. Ketua Program Studi Industri Kecil Menengah,
Dekan Sekolah Pascasarjana
Dr.Ir. Nora H. Pandjaitan, DEA
Prof.Dr.Ir.H. Khairil Anwar Notodiputro, MSc
Tanggal Ujian : 11 Februari 2008
Tanggal Lulus :
RIWAYAT HIDUP
Penulis dilahirkan di Teluk Betung, Lampung pada tanggal 4 Agustus 1979 sebagai anak ke dua dari empat bersaudara dari ayah Thontowi Achyar (Alm) dan ibu Ony Chaerany. Pendidikan Sarjana ditempuh di Jurusan Agribisnis Fakultas Pertanian, Institut Pertanian Bogor, lulus pada tahun 2002. Pada tahun 2006 diterima di Program Studi Industri Kecil Menengah, Sekolah Pascasarjana, Institut Pertanian Bogor. Penulis diterima bekerja di PT Bank BNI Persero Tbk pada tahun 2003 dan sekarang bertugas di BNI Kantor Layanan Cibinong, Bogor.
PRAKATA Puji Syukur penulis panjatkan ke hadirat Allah SWT yang memberikan rahmat dan karunia-Nya, sehingga tesis yang merupakan salah satu syarat untuk memperoleh gelar Magister Profesional pada Program Studi Industri Kecil Menengah (PS MPI), Sekolah Pascasarjana (SPS), Institut Pertanian Bogor (IPB) dapat diselesaikan. Penulis menyadari bahwa tesis ini tidak akan tersusun tanpa bantuan berbagai pihak. Oleh karena itu, penulis menyampaikan ucapan terimakasih yang sebesar-besarnya kepada : 1. Bapak Prof. Dr. Ir. H. Musa Hubeis, MS, Dipl.Ing,DEA, selaku ketua Komisi Pembimbing atas pengarahan, bimbingan dan dorongan dalam penyusunan dan penyelesaian Tesis. 2. Ibu Dr. Ir. Ani Suryani, DEA, selaku anggota Komisi Pembimbing yang telah mengorbankan waktu dan pikirannya dalam melaksanakan bimbingan dan memberikan perhatian penuh dalam penyusunan Tesis ini. 3. Bapak Dr.Ir. Ma’mun Sarma, MS, MEc sebagai dosen penguji luar komisi untuk ujian Tesis atas masukannya. 4. Seluruh staf administrasi dan dosen pengajar PS MPI IPB yang telah membantu dan membuka cakrawala dan wawasan untuk menggali informasi lebih mendalam dalam proses penyampaian materi studi. 5. Ayahanda (alm) dan Ibunda dan seluruh keluarga tercinta yang selalu memberikan do’a restu, dukungan dan semangat. 6. Seluruh pihak yang telah membantu dalam proses penyusunan Tesis ini, baik secara langsung maupun tidak langsung, yang tidak dapat disebutkan satu persatu. Penulis berharap bahwa Tesis ini dapat memberikan kontribusi pemikiran bagi semua pihak yang berkepentingan. Oleh karena itu, saran dan kritik membangun akan diterima bagi perbaikan dan penyempurnaan di masa mendatang. Bogor, April 2008 Penulis
DAFTAR ISI
ABSTRACT ............................................................................................
Halaman i
RINGKASAN .........................................................................................
ii
RIWAYAT HIDUP ................................................................................
viii
PRAKATA ..............................................................................................
ix
DAFTAR TABEL.....................................................................................
xiii
DAFTAR GAMBAR................................................................................
xvi
DAFTAR LAMPIRAN.............................................................................
xvii
I.
PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah……………………………………........ B. Perumusan Masalah…….......………………………………….... C. Tujuan …………………….......………………………………....
1 5 5
II. LANDASAN TEORI A. Industri Kecil...............………………………………………....... B. Bauran Pemasaran Jasa......................…………………………..... C. Preferensi Konsumen...................................................................... D. Perilaku Konsumen……….......……………….....……………..... E. Pengembangan Usaha Kecil, Menengah dan Koperasi.................. F. Aplikasi Manajemen Strategi Unit Usaha Pia Apple Pie ............. G. Perkembangan Apel di Indonesia………………………………..
6 8 12 13 13 15 16
III. METODE KAJIAN A. Pengumpulan Data…………………………………..................... B. Pengolahan dan Analisis Data ….......………………………........ C. Aspek Kajian..................................................................................
18 18 27
IV. HASIL DAN PEMBAHASAN A. Keadaan Umum………………………………………...……....... 1. Sejarah dan Perkembangan Unit Usaha……………………... 2. Struktur Organisasi Unit Usaha …………………………….. 3. Karakteristik Responden yang Merupakan Konsumen Produk Pie ……................................................................................... B. Hal yang Dikaji….......………………………………................... 1. Respon Konsumen terhadap Dimensi Perfomance Unit Usaha Pia Apple Pie, Bogor................................................................. 2. Analisis Lingkungan Internal..................................................... a. Analisis lingkungan fungsional............................................
31 31 32 34 39 39 66 66
b. Bauran Pemasaran................................................................ c. Analisis Daur Hidup Produk…………............................... d. Analisis Titik Impas……………………………………… 3. Analisis Lingkungan Eksternal................................................. a. Analisis Lingkungan Makro……………………………… b. Analisis Lingkungan Mikro………………………………. c. Analisis Lingkungan Industri……………………………... 4. Identifikasi Faktor Kekuatan, Kelemahan, Peluang dan Ancaman…………………………………………………….. a. Kekuatan............................................................................ b. Kelemahan......................................................................... c. Peluang............................................................................... d. Ancaman............................................................................. 5. Perumusan dan Pemilihan Strategi............................................ a. Analisis Matriks IFE – EFE............................................... b. Analisis Mariks I-E............................................................ c. Analisis Matriks SWOT…………………………………. d. Implementasi Strategis........................................................
69 73 74 77 77 80 82 86 86 87 87 88 88 88 90 92 95
KESIMPULAN DAN SARAN 1. Kesimpulan ......................................................................................... 2. Saran....................................................................................................
100 100 101
DAFTAR PUSTAKA...............................................................................
102
LAMPIRAN.............................................................................................
104
DAFTAR TABEL No.
Halaman
1
Perkembangan produksi apel lokal pada tahun 2001 - 2005........
1
2
Perkembangan konsumsi apel lokal pada tahun 1990 - 2005.......
2
3
Daftar usaha Bakery di Kota Bogor pada tahun 2006……….......
4
4
Matriks SWOT ..............................................................................
21
5
Skor tingkat kepentingan ..............................................................
23
6
Skor tingkat pelaksanaan……………………………………….
24
7
Sebaran persentase responden berdasarkan kelompok usia….
35
8
Sebaran persentase responden berdasarkan jenis kelamin…….
35
9
Sebaran persentase responden berdasarkan domisili………….
36
10
Sebaran persentase responden berdasarkan pekerjaan…………
37
11
Sebaran persentase responden berdasarkan status pernikahan…
37
12
Sebaran persentase responden berdasarkan tingkat pendidikan
38
13
Sebaran persentase responden berdasarkan tingkat pengeluaran……………………………………………………… Sebaran persentase responden berdasarkan tingkat pendapatan…
38
15
Penilaian responden terhadap tingkat kepentingan dan kinerja citarasa kelezatan............................................................................
40
16
Penilaian responden terhadap tingkat kepentingan dan kinerja aroma..............................................................................................
41
17
Penilaian responden terhadap kepentingan dan kinerja atribut bentuk dan ukuran………………………………………………..
42
18
Penilaian responden terhadap kepentingan dan kinerja atribut keragaman dan variasi produk……………………………………
43
14
39
No.
Halaman
19
Penilaian responden terhadap kepentingan dan kinerja atribut harga produk..................................................................................
44
20
Penilaian responden terhadap kepentingan dan kinerja atribut kecepatan pelayanan……………………………………………...
45
21
Penilaian responden terhadap kepentingan dan kinerja atribut usaha promosi................................................................................
46
22
Penilaian responden terhadap kepentingan dan kinerja atribut manfaat yang dirasakan…………………………………………..
47
23
Penilaian responden terhadap kepentingan dan kinerja atribut keramahan dan kesopanan karyawan…………………………….
48
24
Penilaian responden terhadap kepentingan dan kinerja atribut kemudahan dalam proses pembayaran…………………………...
49
25
Penilaian responden terhadap kepentingan dan kinerja atribut kandungan gizi…………………………………………………...
50
26
Penilaian responden terhadap kepentingan dan kinerja atribut kemudahan untuk memperoleh produk………………………….
51
27
Penilaian responden terhadap kepentingan dan kinerja atribut kemudahan menghubungi perusahaan…………………………...
52
28
Penilaian responden terhadap kepentingan dan kinerja atribut daya tahan produk……………………………………………….
52
29
Penilaian responden terhadap kepentingan dan kinerja atribut lokasi toko………………………………………………………..
53
30
Penilaian responden terhadap kepentingan dan kinerja atribut areal parkir……………………………………………………….
55
31
Penilaian respon konsumen terhadap kenyamanan toko…………
56
32
Penilaian responden terhadap atribut waktu buka toko…………..
57
33
Penilaian responden terhadap kepentingan dan kinerja atribut kemasan bawa pulang…………………………………………….
58
No.
Halaman
34
Respon konsumen terhadap penilaian atribut Penyajian Produk...
59
35
Respon konsumen terhadap penilaian atribut Merek…………...
59
36
Respon konsumen terhadap penilaian atribut Halal…………….
60
37
Perhitungan rataan dari penilaian tingkat kepentingan dan kinerja atribut mutu Pie di unit usaha Pia Apple Pie…................
61
38
Perkembangan harga jual pie dari tahun 1999 – 2007…………..
71
39
Faktor penyusun harga jual produk pie pada tahun 2007………...
72
40
Perkembangan volume penjualan pie pada tahun 1999 - 2007….
74
41
Biaya tetap total pembuatan apel pie periode pada tahun 2007….
75
42
Biaya variabel total pembuatan apel pie pada tahun 2007……….
75
43
Perhitungan titik impas pada pembuatan pie……………………
76
44
Perbandingan penjualan aktual dan penjualan impas pada unit usaha Pia Apple Pie pada tahun 2007…...……………………….
76
45
Pesaing kuat unit usaha Pia Apple Pie...........................................
82
46
Hasil IFE…………………………………………………………
89
47
Hasil EFE……………………………………………………….
89
48
Perumusan strategi unit usaha Pia Apple Pie dengan Matriks SWOT
93
DAFTAR GAMBAR No.
.
Halaman
1
Matriks IE.....................................................................................
21
2
Diagram Kartesius.........................................................................
26
3
Struktur organisasi unit usaha Pia Apple Pie, Bogor....................
33
4
Diagram Kartesius kepuasan konsumen terhadap produk.............
62
5
Diagram Kartesius kepuasan konsumen terhadap jasa/pelayanan
64
6
Daur hidup produk……………………………………………….
74
7
Hasil Matriks IE...........................................................................
90
DAFTAR LAMPIRAN No.
Halaman
1
Kuesioner kajian............................................................................
105
2
Perhitungan matriks IFE-EFE……………………………………
115
3
Produk-produk pie pada Pia Apple Pie…………………………..
118
I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Apel (Malus sylvestris Mill) adalah tanaman tahunan yang berasal dari daerah subtropis. Apel adalah jenis buah yang kaya akan serat. Menurut Kusumo (1986), orang mulai pertama kali menumbuhkan apel di Asia Tengah, apel dibawa ke Amerika dari Eropa, dan sekarang telah dikenal secara luas diseluruh dunia. Di Indonesia beredar berbagai jenis apel, yaitu apel impor maupun apel lokal.
Apel lokal banyak dibudidayakan di daerah pegunungan beriklim
kering seperti di Malang dan Pasuruan.
Ada empat varietas apel yang
dikembangkan petani, yaitu manalagi, anna, rome beauty dan wangling. Perkembangan produksi Apel lokal tahun 2001 – 2005 dapat dilihat pada Tabel 1.
Tabel 1. Perkembangan produksi Apel lokal pada tahun 2001 - 2005 Tahun
Produksi (Ton)
2001
70.699
2002
89.291
2003
119.038
2004
158.193
2005
138.197
Sumber : BPS, 2005 Dari Tabel 1 dapat dilihat bahwa produksi apel dari tahun 2001 - 2004 mengalami peningkatan, tetapi pada tahun 2005 mengalami penurunan 12,64% dari tahun sebelumnya. Hal ini disebabkan oleh permasalahan yang dihadapi seperti pengelolaan yang masih tradisional, rendahnya penggunaan teknologi, penanganan pascapanen yang kurang baik, dukungan produksi dan pengolahan yang belum sepenuhnya modern dan permasalahan pemasaran (Sumeru, 1995). Sementara tingkat konsumsi buah apel dari tahun 1990 2005 dapat dilihat pada Tabel 2.
2
Tabel 2. Perkembangan konsumsi Apel lokal pada tahun 1990 - 2005 Tahun
Konsumsi (kg/kapita/tahun)
1990
0,42
1993
0,52
1996
2,13
1999
0,26
2002
0,31
2005
1,04
Sumber : BPS, 2005
Pada Tabel 2 dapat dilihat bahwa terjadinya peningkatan konsumsi apel sejak 1990 - 1996, sedangkan penurunan hingga tahun 2002 disebabkan daya beli masyarakat yang menurun. Tingkat konsumsi kembali meningkat sekitar tahun 2002 - 2005, karena terjadi kenaikan pendapatan per kapita masyarakat. Meningkatnya konsumsi masyarakat terhadap apel merupakan suatu peluang untuk memanfaatkan apel, baik sebagai buah segar atapun olahan. Pemanfaatkan dan peningkatan nilai ekonomis terhadap apel lokal dapat dilakukan melalui diversifikasi produk, yaitu mengolah apel menjadi produkproduk
bermutu tinggi.
Dalam industri pengolahan apel telah banyak
diproduksi berbagai macam produk olahan apel seperti jenang apel, wingko apel, sirup apel, keripik apel, selai apel, brem apel, sari apel dan juga pie. Dibandingkan dengan industri pengolahan buah-buahan, industri pengolahan apel masih tergolong sedikit, karena sebagian besar apel dikonsumsi sebagai buah segar. Melihat besarnya potensi komoditi apel telah mendorong munculnya industri pengolahan apel sebagai produk pangan, mulai dari usaha besar sampai dengan usaha kecil untuk menghasilkan bentuk bahan baku setengah jadi sampai bentuk produk akhir.
Agroindustri pangan adalah industri yang
mengolah hasil pertanian menjadi produk olahan seperti, produk makanan pokok, sayur, buah, makanan olahan segar, minyak goreng, tepung-tepungan, makanan dan sebagainya. Salah satu agroindustri pangan adalah agroindustri
3
makanan.
Agroindustri makanan, diantaranya makanan kudapan (snack),
makanan cepat saji (fast food) dan minuman kemasan. Pembangunan nasional yang diselenggarakan di Indonesia saat ini diprioritaskan pada sektor industri, baik industri besar, industri menengah, maupun industri kecil. Keberadaan industri kecil yang tersebar di masyarakat Indonesia telah memberikan andil yang besar dalam meningkatkan pendapatan masyarakat Indonesia, terutama setelah terjadinya krisis ekonomi yang terjadi di Indonesia.
Industri kecil di Indonesia merupakan bagian penting dari
sistem perekonomian nasional, karena berperan untuk mempercepat pemerataan pertumbuhan ekonomi melalui misi penyediaan lapangan usaha dan lapangan kerja, peningkatan pendapatan masyarakat dan ikut berperan dalam meningkatkan perolehan devisa, serta memperkokoh struktur industri nasional (Hubeis, 1997). Pie adalah sejenis bakery yang pada awalnya hanya populer di mancanegara, khususnya di Eropa dan Amerika. Pembuatan pie di luar negeri terkait dengan tradisi jenis pie tertentu untuk disajikan pada perayaan hari-hari besar tertentu (Purdy, 1984). Pada saat ini pie merupakan jenis makanan yang sudah cukup populer di Indonesia dan tingkat konsumsinya mengalami perkembangan. Berdasarkan hasil wawancara dengan pihak unit usaha Pia Apple Pie, Bogor, sebelum tahun 1999, pie masih belum populer di Bogor. Namun setelah berdirinya toko bakery yang khusus memproduksi pie, yaitu unit usaha Pia Apple Pie pada tahun 1999, maka makanan kudapan ini semakin digemari masyarakat dan semakin banyak dikonsumsi. Pia Apple Pie adalah salah satu unit usaha dari Apple Pie Group yang bergerak di bidang bakery, yaitu pie. Adapun jenis apel yang digunakan oleh unit usaha Pia Apple Pie adalah apel jenis Room Beauty, karena teksturnya mengandung banyak serat, sehingga tidak mudah hancur dan memberikan tampilan yang diinginkan sebagai isi pie tersebut. Setiap tahunnya, konsumsi bakery selalu mengalami peningkatan. Hal ini didukung dengan berkembangnya usaha-usaha bakery yang telah ada dan munculnya usaha baru yang ikut bergabung. Di kota Bogor, terdapat sejumlah usaha bakery yang telah lama berdiri maupun yang baru bermunculan. Dalam
4
kurun waktu tahun 1989 - 2006 telah berdiri sebanyak 16 unit usaha bakery. Di kota Bogor, rataan setiap tahun berdiri sebanyak satu unit usaha bakery (Dinas Perindustrian dan Perdagangan Kota Bogor, 2006).
Peningkatan
jumlah usaha bakery tersebut menunjukkan semakin berkembangnya usaha bakery.
Data perusahaan-perusahaan bakery yang terdapat di kota Bogor
tahun 2006 dapat dilihat pada Tabel 3. Tabel 3. Daftar Usaha Bakery di Kota Bogor pada tahun 2006 No Nama Perusahaan Tahun Berdiri Investasi (Juta Rupiah) 1. Yun Yen 1989 135 1989 2. Barkah 168 1989 3. Mahkota Bakery 160 4. Tan Ek Tjoan 1989 130 5. Singapore Bakery 1989 135 6. Modern Bakery 1990 150 7. Meredian Bakery 1993 165 8. Venus 1995 120 9. Bogor Permai 1996 450 10. Lautan Bakery 1997 345 11. Evie Boy 1998 200 12. Apple Pie 1999 100 13. Libra Cake 2000 225 14. The Paris 2001 165 15. Batutulis Cake 2002 140 16. Holland Bakery 2004 155 Sumber : Disperindag Kota Bogor, 2006 Saat ini sebagian besar usaha bakery tidak hanya memproduksi, tetapi juga
memasarkan
produknya
langsung
kepada
konsumen.
Untuk
mengembangkan usaha ini, produsen perlu mempelajari preferensi konsumen terhadap produknya. Diharapkan dengan mempelajari preferensi konsumen dan proses pengambilan keputusannya, maka produsen dapat menentukan strategi pengembangan usaha yang tepat bagi perusahaan.
5
B. Perumusan Masalah: 1. Bagaimana pengaruh preferensi konsumen Pie dalam pemasaran dan pengembangan unit usaha ? 2. Bentuk–bentuk upaya apa yang dapat dilakukan unit usaha Pia Apple Pie di Bogor dalam mengembangkan usahanya, terutama dari aspek bisnis ? 3. Bagaimana prospek ke depan dari pengembangan usaha kecil Apple Pie Group yang dilakukan oleh unit usaha Pia Apple Pie di Bogor ? C. Tujuan 1. Mengetahui pengaruh preferensi konsumen Pie dalam pemasaran dan pengembangan unit usaha. 2. Menghasilkan bentuk-bentuk pengembangan unit usaha Pia Apple Pie, dari aspek bisnis. 3. Mengetahui prospek ke depan pengembangan usaha kecil Apple Pie Group yang dilakukan oleh unit usaha Pia Apple Pie di Bogor, melalui penyusunan strategi pengembangan usaha.
6
II. LANDASAN TEORI
A. Industri Kecil Industri kecil menurut Biro Pusat Statistik (BPS, 1997) adalah sebuah perusahaan industri yang memiliki jumlah tenaga kerja 5-19 orang, termasuk pekerja yang dibayar, pekerja pemilik dan pekerja keluarga yang tidak dibayar. Perusahaan industri yang memiliki pekerja kurang dari lima orang diklasifikasikan sebagai industri rumah tangga atau kerajinan rakyat. Menurut Departemen Perindustrian dan Perdagangan (1994), industri kecil adalah industri dengan total aset secara keseluruhan tidak lebih dari Rp 100 juta, mempunyai investasi mesin dan peralatan di luar tanah dan gedung tidak lebih dari Rp 70 juta dengan investasi per tenaga kerja Rp 625.000 ke bawah dan hanya boleh diusahakan oleh warga negara Indonesia.
1. Karakteristik Industri Kecil Departemen Perindustrian dan Perdagangan (1994) menyebutkan bahwa industri kecil di Indonesia umumnya memiliki ciri-ciri berikut : a. Pemilik adalah golongan ekonomi lemah. b. Pemilik juga menjadi pemimpin perusahaan dan masih membutuhkan bimbingan
kewirausahaan.
c. Administrasi perusahaan masih bersifat sederhana dan kurang teratur, serta belum berbentuk badan hukum. d. Pengusaha tidak dapat memberikan jaminan guna mendapat kredit dari perbankan. e. Hubungan kerja antara pengusaha dan karyawan tidak formal dan bersifat kekeluargaan. f. Proses produksi masih sederhana dan sebagian besar masih bersifat tradisional. g. Mutu produk umumnya tidak tetap dan disain kurang mengikuti selera pasar. h. Pemasaran produk masih lemah.
7
Menurut Allun (1987), karakteristik dari usaha kecil adalah : a. Tipe pemilihan atau pengusaha yang cenderung kepada perseorangan artinya pemilik merangkap manajer. b. Jumlah tenaga kerja per unit usaha relatif tidak banyak tenaga kerja yang digunakan dan umumnya berasal dari anggota keluarga atau orang di lingkungan sekitar unit usaha tersebut. c. Penggunaan energi mengarah pada sumber daya tradisional, yaitu dari tenaga manusia, tenaga hewan atau dengan menggunakan peralatan/mesin dengan tipe sederhana. d. Teknologi yang digunakan biasanya sederhana dan bersifat tradisional, meskipun terbuka kemungkinan adanya penggunaan teknologi yang maju.
2. Penggolongan Industri Kecil Industri kecil di Indonesia berkembang corak dan ragamnya, maka Departemen Perindustrian dan Perdagangan
(1994) mengklasifikasikan
industri kecil di Indonesia atas dua macam, yaitu : a. Menurut sifat dan teknologinya. b. Menurut jenis industrinya.
Menurut Allun (1987), menurut sifat dan teknologi, industri dapat digolongkan ke dalam tiga kelompok, yaitu : 1. Kelompok Industri Kecil Tradisional Kelompok industri ini memiliki ciri-ciri seperti menerapkan teknologi sederhana, berlandaskan dukungan unit pelaksana teknis dan berkaitan dengan sektor ekonomi lain secara regional. 2. Kelompok Kerajinan Industri kecil yang termasuk di dalam kelompok kerajinan memiliki ciri-ciri seperti menerapkan teknologi tepat guna tingkat madya dan sederhana, mengemban misi pelestarian budaya bangsa dan merupakan perpaduan industri kecil yang menerapkan proses modern dengan keterampilan tradisional.
8
3. Kelompok Industri Kecil Modern Ciri-ciri kelompok industri kecil modern adalah menerapkan teknologi madya hingga modern dengan skala produksi terbatas, berdasarkan dukungan penelitian dan pengembangan, serta menggunakan mesin-mesin produksi khusus.
Dalam Allun (1987), menurut jenis industrinya, industri kecil dapat dikelompokkan sebagai berikut : 1. Industri Kecil Pengolahan pangan, antara lain meliputi industri pengolahan hasil tanaman pangan, industri pengolahan hasil peternakan, dan sebagainya. 2. Industri Kecil Sandang dan Kulit, antara lain meliputi industri pertenunan, industri batik, industri pakaian jadi, dan industri barang-barang dari kulit. 3. Industri Kecil Kimia dan Serat, antara lain meliputi industri pertenunan, industri batik, industri pakaian jadi, dan industri barang-barang dari kulit. 4. Industri Barang logam, Alat angkut dan jasa, meliputi industri komponen karet, industri vulkanisir ban, dan industri peti kemas kayu. 5. Industri kerajinan dan umum, meliputi industri anyam-anyaman, industri kerajinan ukiran, industri permata dan sebagainya.
B. Bauran Pemasaran Jasa Pemasaran adalah suatu konsep dasar dari proses kegiatan bisnis dan sosial yang dilakukan oleh individu atau organisasi untuk memperoleh produk atau jasa yang dibutuhkan dan diinginkan dengan cara menciptakan, menawarkan, serta mengubah nilai dari suatu produk.
Lovelock (2002)
mendefinisikan bauran pemasaran jasa sebagai kelompok kiat pemasaran yang digunakan perusahaan untuk mencapai sasaran pemasarannya dalam pasar sasaran. Bauran pemasaran jasa terdiri dari hal-hal yang dapat dilakukan perusahaan untuk mempengaruhi produknya.
Delapan komponen yang
menyusun bauran pemasaran pada perusahaan jasa menurut Lovelock (2002) adalah :
9
1.
Produk (Product) Produk merupakan keseluruhan konsep objek atau proses yang memberikan sejumlah nilai kepada konsumen yang perlu diperhatikan dalam produk adalah konsumen tidak hanya membeli fisik dari produk itu saja tetapi membeli manfaat dan nilai dari produk tersebut yang disebut “the offer” (Lovelock, 2002). Lima tingkat produk dimulai dari yang paling dasar menurut Kotler (2002) adalah sebagai berikut: a. Manfaat inti (core benefit), yaitu jasa atau manfaat dasar yang sesungguhnya dibeli oleh konsumen. b. Produk dasar (basic product), yaitu penerjemahan manfaat inti ke dalam bentuk produk. c. Produk yang diharapkan (expected produk), yaitu suatu sel atribut dan kondisi yang biasanya diharapkan dan disetujui pembeli ketika mereka membeli suatu produk. d. Produk yang ditingkatkan (augmented product), yaitu produk yang ditawarkan melebihi harapan pelanggan. e. Produk potensial (potential product), yaitu cakupan semua peningkatan dan transformasi yang kahirnya akan dialami suatu produk di masa mendatang.
2 Harga (Price) Harga
merupakan
komponen
dalam
bauran
pemasaran
jasa
yang
menghasilkan pendapatan bagi perusahaan. Harga merupakan jumlah uang yang harus dibayar konsumen untuk produk dan jasa yang ditawarkan oleh produsen.
Tujuan ditetapkan harga adalah untuk menetapkan upah dasar
pekerja, keuntungan yang ingin dicapai dan status keberadaan produsen (Kotler, 2002). Tujuan ditetapkan harga adalah untuk menetapkan upah dasar pekerja, keuntungan yang ingin dicapai dan status keberadaan produsen (Evans dan Berman, 1995) 3. Tempat (Place)
10
Lovelock (2002) Mendefinisikan tempat sebagai cara penyampaian jasa (delivery system) kepada konsumen dan dimana lokasi yang strategis. Ada tiga pihak sebagai kunci keberhasilan yang perlu dilibatkan dalam penyampaian jasa, yaitu penyedia jasa, perantara dan konsumen.
4. Promosi (Promotion) Promosi merupakan segala usaha produsen untuk membujuk konsumen agar membeli produk yang ditawarkannya (Lovelock, 2002).
Lima alat utama
dalam bauran promosi adalah : a. Iklan, merupakan semua bentuk penyajian non-personal, promosi ide-ide, promosi produk atau jasa yang dilakukan oleh sponsor tertentu yang dibayar. Tujuan periklanan untuk mempengaruhi perasaan, pemahaman, kepercayaan, sikap dan kesan konsumen terhadap produk atau jasa yang ditawarkan oleh produsen. b. Promosi penjualan merupakan intesif jangka panjang untuk merangsang pembelian atau penjualan suatu produk atau jasa dengan alat promosi seperti hadiah, kemasan khusus, atau contoh produk. Tujuan promosi penjualan untuk mendorong pembelian dalam jumlah lebih besar, membangun awareness bagi calon konsumen dan membangun loyalitas konsumen. c. Hubungan masyarakat dan publisitas merupakan suatu stimulasi non personal terhadap permintaan suatu produk atau jasa dengan menyediakan berita-berita komersial yang penting mengenai kebutuhan akan produk tertentu di suatu media yang disebarkan di radio, televisi atau panggung yang tidak dibayar oleh sponsor. d. Personal selling merupakan kegiatan yang melibatkan secara langsung interaksi personal antara tenaga penjual dengan konsumen potensial. Interaksi dalam komunikasi antara tenaga penjual dengan konsumen potensial akan memudahkan tenaga penjual untuk menyesuaikan presentasi penjualannya terhadap kebutuhan dan keinginan konsumen. e. Direct marketing merupakan kegiatan promosi yang menggunakan surat, telepon, faksimili dan alat penghubung non personal lainnya untuk
11
berkomunikasi secara langsung dengan pembeli, sehingga
dapat
memperoleh tanggapan langsung dari pembeli tersebut. 5. Orang (People) Orang berfungsi sebagai penyedia jasa yang sangat mempengaruhi mutu jasa yang diberikan. Hal ini berhubungan dengan seleksi, pelatihan, motivasi dan manajemen sumber daya manusia (SDM). Untuk mencapai mutu terbaik, maka pegawai harus dilatih untuk menyadari pentingnya pekerjaannya, yaitu memberikan konsumen kepuasan dalam memenuhi kebutuhannya.
SDM
memegang peranan penting dalam aktivitas komunikasi perusahaan. Untuk menunjang kemampuan SDM yang memadai, perlu dilakukan pelatihan tentang keterampilan berinteraksi dan menyelesaikanpermasalahan yang berhubungan dengan konsumen. 6. Proses (Process) Proses merupakan gabungan semua aktivitas, umumnya terdiri atas prosedur, jadwal pekerjaan, mekanisme, aktivitas dan hal-hal rutin, dimana jasa dihasilkan dan disampaikan kepada konsumen. Proses dapat dibedakan dalam dua cara, yaitu (1) kompleksitas, berhubungan dengan langkah-langkah dan tahapan proses dan (2) keragaman, berhubungan dengan adanya perubahan dalam langkah-langkah atau tahapan proses. Yang termasuk ke dalam proses, antara lain standar operasi prosedur (SOP) yang rinci, deskripsi pekerjaan, prosedur pelatihan, standar kinerja untuk fasilitas, proses, peralatan dan pekerjaan yang menciptakan pelayanan kepada konsumen (Isnaini, 2006). Semakin besar tuntutan konsumen terhadap pelayanan perusahaan yang cepat dan memuaskan, mengharuskan perusahaan lebih fokus pada fungsi operasi perusahaan dalam melayani konsumen. 7. Produktivitas (Productivity) Produktivitas adalah kemampuan memproduksi lebih banyak barang dan jasa dengan lebih sedikit tenaga dan masukan-masukan lain.
Peningkatan
produktivitas adalah pengembangan budaya masyarakat, khususnya budaya perusahaan, sehingga sikap mental dan cara kerja di atas tumbuh dan berkembang. Budaya perusahaan sebagai sistem nilai, kepercayaan dan
12
kebiasaan di dalam organisasi berinteraksi dengan struktur formal untuk menghasilkan norma-norma perilaku (Lovelock, 2002). 8.
Bukti Fisik (Physical Evidence) Bukti fisik merupakan lingkungan fisik tempat jasa diciptakan dan langsung berinteraksi dengan konsumen. Ada dua jenis bukti fisik, yaitu (1) bukti penting (essential evidence) yang merupakan keputusan-keputusan yang dibuat oleh pemberi jasa mengenai desain dan tata letak (lay out) dari gedung, ruang, dan lain-lain; (2) bukti pendukung (peripheral evidence) yang merupakan nilai tambah yang bila berdiri sendiri tidak akan berarti apa-apa, atau hanya berfungsi sebagai pelengkap, tetapi peranannya sangat penting dalam proses produksi jasa.
Bukti fisik membantu pemasar untuk
memposisikan perusahaannya di pasar dan memberikan dukungan nyata, apalagi yang berhubungan dengan lokasi.
C. Preferensi Konsumen Persepsi adalah suatu proses induvidu dalam memilih, merumuskan dan menafsirkan informasi dengan caranya sendiri untuk menciptakan gambaran tersendiri dalam benak pikirannya.
Persepsi yang sudah melekat dalam
seseorang akan menjadi suatu preferensi bagi dirinya.
Preferensi yang
terbentuk dari suatu produk dapat diartikan sebagai tingkat kesukaan konsumen terhadap suatu hal (Ndubisi, 2003). Preferensi terhadap kudapan pie dapat didefinisikan sebagai derajat kesukaan atau ketidaksukaan konsumen terhadap pie atau penilaian positif maupun negatif terhadap atribut-atribut yang ditampilkan pada pie tersebut dipengaruhi oleh faktor psikologi, perasaan dan sikap seseorang. Menurut Engel, dkk (1994), preferensi konsumen sangat dipengaruhi oleh faktor-faktor kebudayaan, sosial, pribadi dan psikologis.
Faktor
kebudayaan mengacu pada nilai, gagasan, artefak dan simbol-simbol lain yang bermakna yang membantu individu berkomunikasi, melakukan penafsiran dan melakukan evaluasi sebagai anggota masyarakat, yang meliputi budaya dan kelas sosial. Faktor sosial meliputi kelompok referensi, keluarga, peranan dan status, dimana faktor sosial merupakan faktor yang memberikan motivasi bagi
13
konsumen dalam mengkonsumsi suatu produk.
Keluarga merupakan unit
pengambilan keputusan utama dan anggota keluarga membentuk preferensi yang paling berpengaruh dalam membentuk perilaku pembeli. Faktor pribadi meliputi usia dan tahap daur hidup, pekerjaan, keadaan ekonomi, kepribadian, gaya hidup serta konsep diri. Kepribadian pada perilaku merupakan respon konsisten terhadap stimulasi lingkungan dan hal ini penting diketahui untuk membantu evaluasi tindakan pemasaran sebelum dilaksanakan di pasar, sehingga pihak pemasar dapat merencanakan target dan pangsa pasarnya. Faktor psikologis yang mempengaruhi persepsi konsumen meliputi motivasi, persepsi, proses pembelajaran, kepercayaan dan sikap. Pengukuran preferensi konsumen terhadap suatu produk menggunakan model pengukuran yang dapat menganalisa hubungan antara pengetahuan konsumen terhadap produk yang dimilikinya dengan sikap atas produk tersebut sesuai dengan ciri maupun atribut yang ditampilkannya. Salah satu metode yang digunakan adalah survei terhadap konsumen. Dalam metode ini diasumsikan bahwa sikap berhubungan dengan perilaku dan persepsi konsumen dapat membentuk suatu perilaku konsumen. Kepercayaan yang dimiliki konsumen mengenai obyek sikap merupakan fokus utama dalam pendekatan metode ini, sehingga untuk selanjutnya dapat dilakukan peramalan pasar berdasarkan perilaku konsumen sasarannya.
D. Perilaku Konsumen Menurut UU Nomor 8 tahun 1999 tentang perlindungan konsumen, konsumen adalah setiap orang pemakai barang dan atau jasa yang tersedia dalam masyarakat baik bagi kepentingan sendiri, keluarga, orang lain maupun makhluk hidup dan tidak untuk diperdagangkan. Para produsen berkewajiban untuk memahami konsumen, mengetahui yang dibutuhkannya, seleranya dan caranya mengambil keputusan, sehingga produsen dapat memproduksi barang dan jasa yang sesuai dengan kebutuhan konsumen (Sihombing, 2002). Pemahaman mendalam tentang konsumen akan memungkinkan produsen dapat mempengaruhi keputusan konsumen, sehingga mau membeli produk atau jasa yang ditawarkan oleh produsen.
14
Persepsi merupakan suatu proses individu dalam memilih, merumuskan dan menafsirkan informasi dengan caranya sendiri untuk menciptakan gambaran tersendiri dalam benak pikirannya. Persepsi yang sudah melekat dalam seseorang akan menjadi suatu preferensi bagi dirinya. Preferensi yang terbentuk dari suatu produk dapat diartikan sebagai tingkatan kesukaan konsumen terhadap suatu hal, Rifai (2002).
E. Pengembangan Usaha Kecil, Menengah, dan Koperasi Syaukat (2002) mengatakan bahwa pengembangan usaha kecil, menengah dan koperasi tergantung pada beberapa faktor, antara lain : 1. Kemampuan usaha kecil, menengah dan koperasi dijadikan kekuatan utama pengembangan ekonomi berbasis lokal yang mengandalkan endogenous resources di Kota/Kabupaten. 2. Kemampuan usaha kecil, menengah dan koperasi dalam peningkatan produktivitas, efisiensi dan daya saing. 3. Menghasilkan produk yang bermutu dan berorientasi pasar (domestik maupun ekspor). 4. Berbasis bahan baku domestik. 5. Substitusi impor.
Syaukat (2002) mengatakan bahwa langkah-langkah operasional pengembangan usaha kecil, menengah dan koperasi adalah : 1. Tahap pertama : a. Penumbuhan iklim usaha kondusif. b. Kebijakan persaingan sehat dan pengurangan distorsi pasar. c. Kebijakan ekonomi yang memberikan peluang bagi usaha kecil, menengah, dan koperasi untuk mengurangi beban biaya yang tidak berhubungan dengan proses produksi. d. Kebijakan penumbuhan kemitraan dengan prinsip saling memerlukan, memperkuat dan saling menguntungkan.
2. Tahap kedua :
15
1. Dukungan penguatan. 2. Peningkatan mutu SDM usaha kecil, menengah dan koperasi. 3. Peningkatan penguasaan teknologi. 4. Peningkatan penguasaan informasi. 5. Peningkatan penguasaan modal. 6. Peningkatan penguasaan pasar. 7. Perbaikan organisasi dan manajemen. 8. Pencadangan tempat usaha. 9. Pencadangan bidang-bidang usaha. Faktor-faktor yang menjadi penyebab tingginya kemampuan untuk bertahan bagi industi kecil dalam menghadapi krisis (Haryadi, 1998) adalah : 1. Jenis
produksi
yang
dihasilkan
memang
benar-benar
kebutuhan
masyarakat. 2. Bahan baku yang mendukung aktivitas industri didatangkan dari luar atau daerah desa sekitar industri beroperasi. 3. Industri kecil merupakan usaha yang padat karya dan bukan padat modal. 4. Tidak menggunakan material impor, baik sebagai bahan baku maupun sebagai bahan pendukung bagi industri kecil tersebut.
Menurut Haryadi (1998), ada lima aspek yang berkaitan erat dengan perkembangan usaha kecil, yaitu aspek pemasaran, produksi, ketenagakerjaan, kewirausahaan dan akses kepada pelayanan. Dalam hal ini pemasaran, tujuan dan orientasi pasar penting bagi perkembangan suatu usaha.
Tujuan dan
orientasi pasar akan menentukan pilihan-pilihan strategi adaptasi yang akan diambil dalam mengatasi kendala-kendala yang akan dihadapi khususnya yang berkaitan dengan struktur pasar bahan baku produk.
Pengembangan usaha kecil (Haryadi, 1998) meliputi : 1. Menciptakan iklim yang kondusif bagi tumbuh dan berkembangnya usaha kecil. 2. Mewujudkan usaha kecil menjadi usaha yang efisien, sehat dan memiliki tingkat pertumbuhan yang tinggi, sehingga mampu menjadi kekuatan
16
ekonomi rakyat dan dapat memberikan sumbangan yang besar bagi pembangunan ekonomi nasional. 3. Mendorong usaha kecil agar dapat berperan maksimal dalam penyerapan tenaga kerja dan sumber pendapatan. 4. Menciptakan bentuk-bentuk kerjasama yang dapat memperkuat kedudukan usaha kecil dalam kompetisi di tingkat nasional maupun internasional.
F. Aplikasi Manajemen Strategi Unit Usaha Pia Apple Pie Manajemen strategi merupakan seni pengetahuan untuk merumuskan, mengimplementasikan, dan mengevaluasi keputusan lintas fungsional yang membuat organisasi mampu mencapai obyektifnya (David, 1997). Rumusan perencanaan tersebut menurut harus menyeluruh dan terpadu, agar perusahaan atau organisasi dapat menjawab misi dan tujuan yang telah ditetapkan. Penggunaan konsep dan teknik manajemen strategi dalam lingkungan industri yang dijalankan oleh perusahaan dapat dilaksanakan dengan pendekatan proaktif, memperhatikan kekuatan dan kelemahan perusahaan dalam menghadapi setiap ancaman dan peluang yang ada.
Pengalaman
membuktikan bahwa perusahaan yang melakukan perencanaan strategi berpeluang besar mencapai kesuksesan, jika dibandingkan dengan yang tidak melakukannya. Penerapan manajemen strategik dalam usaha kecil, khususnya unit usaha Pia Apple Pie bertujuan untuk melakukan pengembangan usaha, sehingga dapat melakukan efisiensi dan efektifitas yang dapat meningkatkan keuntungan (profit), serta selain itu penerapan manajemen strategik akan memberikan dampak bagi terbukanya peluang pasar baru dan kontinuitas produk pada unit usaha Pia Apple Pie. Menurut David (1997), teknis perumusan strategi yang digunakan untuk membantu menganalisa, mengevaluasi dan memilih strategi terdiri dari tiga tahap, yaitu : (1) tahap mengumpulkan data yang meringkas informasi input dasar yang diperlukan untuk merumuskan strategi, (2) tahap pencocokan, berfokus pada strategi alternatif yang layak dengan memadukan faktor-faktor eksternal dan internal, (3) tahap keputusan, merupakan tahap untuk memilih
17
strategi yang spesifik dan terbaik dari berbagai strategi alternatif yang ada untuk diimplementasikan.
G. Perkembangan Apel di Indonesia. Apel dalam ilmu botani disebut Mallus sylvestris Mill berasal dari family rosaceae. Tanaman apel yang berkembang di Indonesia diduga berasal dari Belanda.
Menurut Soelarso (1997), agroekosistem yang cocok untuk
budidaya apel adalah : 1. Tanaman apel dapat menghasilkan buah yang baik pada tempat-tempat yang mempunyai ketinggian 700 – 1.200 m di atas permukaan laut (dpl). 2. Kondisi lingkungan yang memberi pengaruh baik adalah dataran tinggi kering. 3. Curah hujan 1.600 – 2.600 mm/th, dengan hari hujan 110 – 150 hari/tahun, 6-7 bulan basah dan 3-4 bulan kering dalam satu tahun. 4. Memerlukan cukup sinar matahari (50 – 75% tiap-tiap harinya) untuk pembuangan dan mendapatkan mutu buah yang baik. 5. Suhu yang sesuai adalah 16o - 25o C. 6. Kelembaban udara berkisar 75 % – 85 %. 7. Tumbuh baik pada tanah bersolum dalam, mempunyai lapisan organik tinggi, struktur tanahnya remah dan gembur. Jenis tanah yang dinilai cocok adalah latosol dan andosol dengan pH tanah yang dikehendaki adalah 6,5.
Di Indonesia, tanaman apel dapat berbuah dua kali dalam setahun, pengelolaan tanaman yang baik pada satu periode panen akan berpengaruh baik pula pada periode panen berikutnya. Tiap-tiap varitas apel mempunyai warna khas yang tampilan kulitnya merupakan salah satu persyaratan untuk menentukan mutu buah apel. Pemasaran apel akan tetap baik, bila produksi selalu disesuaikan dengan kualitas yang dikehendaki pasar, yang biasanya berpedoman pada ukuran, berat, tingkat ketuaan, warna dan rasa buah. Pemasaran apel di daerah sentra pertanaman apel (Malang: Batu, Tumpang dan Poncokusumo, Pasuruan:
18
Nongkojajar) tidak ada masalah, karena semua dapat terjual dengan harga yang memadai. Harga cenderung menurun apabila panen bersamaan dengan panen raya buah-buahan lain.
19
III. METODE KAJIAN
Kajian ini dilakukan di unit usaha Pia Apple Pie, Bogor dengan waktu selama 3 bulan, yaitu dari bulan Agustus hingga bulan November 2007. A. Pengumpulan Data Metode pengumpulan data yang digunakan adalah : 1. Pengumpulan data primer melalui survei lapangan, wawancara dengan pemilik perusahaan, pengelola, karyawan, instansi bidang terkait, dan konsumen. Kuesioner untuk wawancara dapat dilihat pada Lampiran 1. Penyebaran
kuesioner
dilakukan
dengan
menggunakan
metode
judgement sampling, yaitu memilih konsumen yang paling tepat untuk memberikan informasi yang dibutuhkan. Jumlah contoh yang diteliti sebanyak pada kajian ini 100 responden. 2. Pengumpulan data sekunder melalui penelusuran pustaka, dokumen dan laporan instansi terkait.
B. Pengolahan dan Analisis Data Metode
analisis
yang
digunakan
untuk
menganalisa
dan
menginterpretasikan data adalah : a. Metode Deskriptif, yaitu pengumpulan data mengenai informasi potensi bahan baku, prospek pasar dan keuangan yang berkaitan dengan pasokan bahan baku yang telah dikeluarkan oleh perusahaan. Data lain yang dibutuhkan adalah permintaan pasar dan pesaing strategis secara makro di bidang pengolahan unit usaha Pia Apple Pie ini. b. Metode analisis berupa Matriks External Factor Evaluation (EFE) – Internal Factor Evaluation (IFE), Importance Performance Analysis (IPA), serta analisis Strengths, Weaknesses, Opportunities dan Threats (SWOT). 1) Matriks EFE dan IFE. Matriks EFE membantu pengambil keputusan untuk meringkas dan mengevaluasi informasi lingkungan eksternal, yaitu ekonomi, sosial, budaya, demografi, lingkungan, politik, pemerintah, teknologi,
20
dan sebagainya. Sedangkan matriks IFE digunakan untuk meringkas dan mengevaluasi kekuatan dan kelemahan utama yang dihadapi perusahaan. David (1997) menyebutkan 5 langkah yang diperlukan untuk menyusun matriks EFE dan IFE, yaitu : 1. Daftar faktor-faktor eksternal dan internal, termasuk peluang, ancaman, kelemahan, dan kekuatan, yang berpengaruh terhadap perusahaan dan industrinya.
Daftar yang disusun harus
diusahakan seteliti mungkin. 2. Berikan pembobotan untuk setiap faktor yang menunjukkan kepentingan relatif setiap faktor. Pembobotan berkisar antara 0,0 (tidak penting) hingga 1,0 (sangat penting). 3. Tentukan rating setiap faktor untuk menunjukkan keefektifan strategi perusahaan dalam merespon faktor-faktor tersebut. Rating tersebut adalah 1 (lemah), 2 (rataan), 3 (di atas rataan) dan 4 (superior). 4. Setiap rating digandakan dengan masing-masing bobot untuk setiap peubahnya. 5. Skor yang diperoleh dijumlahkan, sehingga diperoleh total skor organisasi. 6. Total skor berkisar antara 1,0 – 4,0 dengan rataan 2,5. Total skor 4,0 menunjukkan organisasi merespon peluang maupun ancaman yang dihadapinya dengan sangat baik. total
skor
1,0
menunjukkan
organisasi
Sedangkan tidak
memanfaatkan peluang dan mengatasi ancaman yang ada.
dapat
21
2) Matriks Internal dan Eksternal (IE). Matriks IFE dan EFE digunakan untuk mengumpulkan infromasi yang akan digunakan pada tahap pemaduan. Matriks IE didasarkan pada dua dimensi, yaitu total skor IFE pada sumbu total skor IFE dibagi tiga kategori, yaitu 1,0 – 1,99 menunjukkan posisi eksternal lemah, 2,0-2,99 menunjukkan kondisi eksternal rataan dan 3,0-4,0 menunjukkan kondisi eksternal yang kuat. Matriks IE dapat dilihat pada Gambar 1. Matriks IE dibagi menjadi tiga daerah utama yang mempunyai implikasi strategi berbeda. Tiga daerah utama tersebut adalah : 1. Daerah 1 meliputi sel I, II, atau IV termasuk dalam daerah grow and build.
Strategi yang sesuai dengan daerah ini adalah
strategi intensif, misalnya penetrasi pasar, pengembangan pasar, atau pengembangan produk dan strategi integratif, misalnya integrasi horizontal dan integrasi vertikal. 2. Daerah II meliputi sel III, V, atau VII. Strategi yang paling sesuai adalah strategi-strategi hold and maintain.
Yang
termasuk dalam strategi ini adalah penetrasi pasar dan pengembangan produk. 3. Daerah III, meliputi sel VI, VIII, atau IX adalah daerah harvest dan divest.
3) Matriks SWOT Alat yang dipakai untuk menyusun faktor-faktor strategi perusahaan
adalah
matriks
SWOT.
Matriks
ini
dapat
menggambarkan secara jelas bagaimana peluang dan ancaman eksternal yang dihadapi perusahaan dapat disesuaikan dengan kekuatan dan kelemahan yang dimilikinya.
Matriks ini dapat
menghasilkan empat kemungkinan alternatif strategi.
22
IFE
Kuat 4,0
Rataan 3,0
Lemah 2,0
1,0
Tinggi I THE
II
III
V
VI
VIII
IX
3,0
EXTERNAL FACTOR
Sedang
IV
EVALUATION 2,0
Rendah
VII 1,0
Gambar 1. Matriks IE (Kotler, 2002)
Tabel 4. Matriks SWOT
Eksternal
Internal Strength (S) Tentukan 5-10 faktor Kekuatan internal
Weaknesses (W) Tentukan 5-10 faktor Kelemahan internal
Opportunities (O) Tentukan 5-10 faktor Peluang eksternal
Strategi (S-O) Ciptakan strategi Menggunakan kekuatan untuk memanfaatkan peluang
Strategi (W-O) Ciptakan strategi Meminimalkan kelemahan untuk memanfaatkan peluang
Threats (T) Tentukan 5-10 faktor Ancaman eksternal
Strategi (S-T) Ciptakan strategi Menggunakan kekuatan untuk mengatasi ancaman
Strategi (W-T) Ciptakan strategi Meminimalkan kelemahan dan menghindari ancaman
Sumber : Rangkuti, 1998
23
1. Strategi SO, dibuat berdasarkan jalan pikiran perusahaan, yaitu dengan memanfaatkan seluruh kekuatan untuk merebut dan memanfaatkan peluang sebesar-besarnya. 2. Strategi ST, dibuat berdasarkan kekuatan perusahaan untuk mengatasi ancaman. 3. Strategi WO, diterapkan berdasarkan pemanfaatan peluang yang ada dengan cara meminimalkan kelemahan yang ada. 4. Strategi WT, dibuat berdasarkan pada kegiatan yang bersifat defensif dan berusaha meminimalkan kelemahan yang ada, serta menghindari ancaman.
Setelah memperoleh gambaran yang jelas mengenai kekuatan, kelemahan, peluang dan ancaman yang dihadapi perusahaan, maka selanjutnya dipilih alternatif strategi yang akan diterapkan perusahaan dalam mengembangkan usahanya.
Dengan pilihan strategi yang
tepat, perusahaan diharapkan dapat memanfaatkan kekuatan dan peluangnya untuk mengurangi kelemahan dan menghadapi ancaman yang ada. Melalui matriks SWOT didapatkan alternatif strategi untuk menentukan keputusan kritis, agar perusahaan dapat menerapkan strategi yang tepat.
4)
Analisis Titik Impas dan Profit Margin. Satuan yang digunakan dalam perhitungan titik impas atau Break Even Point (BEP) dinyatakan dalam satuan rupiah penjualan, dengan rumus berikut : Biaya Tetap BEP = Harga Satuan – Biaya Variabel Analisis
imbangan
penerimaan
dan
biaya
dinamakan
Revenue/Cost (R/C) rasio, yang secara matematik dapat dituliskan sebagai berikut :
24
Total Penerimaan R/C ratio = Total pengeluaran Total biaya yang diperhitungkan dalam perhitungkan R/C rasio, meliputi biaya tunai dan biaya yang diperhitungkan (nilai input keluarga yang dipakai dalam usaha pengolahan pie).
Rasio R/C
menunjukkan besarnya penerimaan untuk setiap rupiah biaya yang dilakukan dalam unit usaha Pia Apple Pie, yaitu semakin tinggi nilai R/C, maka semakin menguntungkan usaha tersebut. 5) Analisis IPA. Metode yang digunakan untuk menganalisis respon konsumen terhadap produk Apple Pie adalah teknik deskriptif kuantitatif (Umar, 2003). Respon konsumen dapat dilihat dari penilaian yang diberikan konsumen terhadap karakteristik produk. Menurut Umar (2003), untuk mengukur sejauhmana tingkat kepentingan dan tingkat kinerja terhadap perusahaan menurut pendapat konsumen, digunakan (IPA). Tingkat kepentingan dari produk adalah seberapa penting suatu dimensi produk bagi konsumen atau seberapa besar harapan konsumen terhadap kinerja suatu karakteristik. Untuk mengetahui tingkat kepentingan secara nyata dari kinerja produk oleh konsumen digunakan skala interval (Umar, 2003). Data skala interval diberi skor secara kuantitatif untuk dipakai dalam perhitungan (Tabel 5). Tabel 5. Skor tingkat kepentingan. Kriteria Jawaban Tidak penting Kurang penting Cukup penting Penting Sangat penting Sumber : Umar, 2003.
Skor (Nilai) 1 2 3 4 5
25
Untuk tingkat pelaksanaan/kinerja adalah kinerja aktual dari kinerja yang telah diberikan oleh produk Apple Pie, Bogor yang dirasakan oleh pelanggannya. Untuk tingkat pelaksanaan setiap kriteria jawaban memiliki skor tertentu berdasarkan skala interval (Tabel 6). Tabel 6. Skor tingkat pelaksanaan. Kriteria jawaban
Skor (Nilai)
Tidak baik
1
Kurang baik
2
Cukup baik
3
Baik
4
Sangat baik
5
Sumber : Umar, 2003.
Setelah diperoleh hasil penilaian tingkat kepentingan dan tingkat pelaksanaan,
maka
dilakukan
perhitungan
mengenai
tingkat
kepentingan dan tingkat kinerja dari produk. Skor rataan kepentingan dikurangi dengan skor rataan pelaksanaan akan diperoleh total skor gap (kesenjangan).
Untuk menghitung tingkat kesesuaian konsumen
dilakukan dengan cara menghitung perbandingan rataan skor kinerja dan rataan skor kepentingan yang menunjukkan tingkat kepuasan konsumen terhadap pelaksanaan (kinerja) produk yang dihasilkan. Tingkat kesesuaian ini akan mementukan urutan prioritas peningkatan faktor-faktor yang mempengaruhi kepuasan pelanggan. Rumus yang (Supranto, 1997) digunakan adalah : Xi Tki =
x 100% Yi
Keterangan: Tki = Tingkat kesesuaian responden Xi = Rataan skor penilaian kinerja perusahaan. Yi = Rataan skor penilaian kepentingan konsumen
26
Jika bobot tingkat kinerja lebih besar atau sama dengan bobot tingkat kepentingan, berarti kinerja unit usaha telah memenuhi harapan konsumen. Jika bobot kinerja lebih kecil dari bobot tingkat harapan, berarti kinerja masih di bawah harapan. Hal ini menunjukkan bahwa kepuasan konsumen belum tercapai. Bobot penilaian kinerja
perusahaan dan bobot penilaian
kepentingan konsumen didasarkan pada nilai rataan dan disusun ke dalam diagram Kartesius. Masing-masing dimensi diposisikan dalam sebuah diagram, dimana skor rataan penilaian terhadap tingkat pelaksanaan (kinerja) (X) menunjukkan posisi suatu dimensi pada sumbu X, sementara posisi dimensi pada sumbu Y ditunjukkan oleh skor rataan tingkat kepentingan (harapan) konsumen terhadap atribut (Y). ∑Xi
∑Yi
X=
Y= n
n
Keterangan: X
= Bobot rataan tingkat penilaian kinerja perusahaan
Y
= Bobot rataan penilaian tingkat kepentingan konsumen
n
= jumlah responden
Diagram Kartesius yang dimaksud adalah diagram yang terdiri atas empat kuadran yang dibatasi oleh dua buah garis berpotongan tegak lurus pada titik (X,Y). ∑Xi X=
∑Yi Y=
K
K
Keterangan: X = Rataan dari rataan bobot tingkat kinerja perusahaan. Y = Rataan dari rataan bobot tingkat kepentingan perusahaan. K = Banyaknya atribut yang dapat mempengaruhi kepuasan konsumen.
27
Hasil dari perhitungan nilai X dan Y digunakan sebagai pasangan koordinat titik-titik dimensi yang memposisikan suatu dimensi pada diagram Kartesius (Gambar 1)
Y (Tingkat kepentingan)
A. Prioritas utama
B. Pertahankan posisi
Y
C. Prioritas rendah
D. Berlebihan
X (Tingkat kinerja) X
Gambar 2. Diagram Kartesius (Umar 2003)
Setiap hasil akan menempati salah satu kuadran dalam diagram Kartesius yang terdiri atas : 1. Kuadran A (Prioritas Utama) Kinerja suatu dimensi adalah lebih rendah dari keinginan konsumen, sehingga unit usaha Pia Apple Pie Bogor harus meningkatkan kinerjanya agar optimal.
28
2. Kuadran B (Pertahankan Prestasi) Kinerja dan keinginan konsumen pada suatu dimensi berada pada tingkat tinggi dan sesuai, sehingga unit usaha Pia Apple Pie cukup mempertahankan kinerja dimensi tersebut. 3. Kuadran C (Prioritas Rendah) Kinerja dan keinginan konsumen pada suatu dimensi berada pada tingkat rendah, sehingga unit usaha Pia Apple Pie belum perlu melakukan perbaikan. 4. Kuadran D (Berlebihan) Kinerja perusahaan berada pada tingkat tinggi tetapi keinginan konsumen akan kinerja dari dimensi tersebut rendah, sehingga unit usaha Pia Apple Pie tidak perlu lagi meningkatkan kinerja karakteristik ini, sehingga sumber daya perusahaan dapat dialokasikan untuk melaksanakan prioritas utama.
C. Aspek Kajian Menurut Kadariah, dkk (1999), secara umum aspek yang dikaji dalam studi kelayakan usaha meliputi aspek seperti teknis produksi, keuangan dan pemasaran. 1. Aspek teknis meliputi gambaran komoditi, persyaratan teknis produksi, proses pengolahan dan pengemasannya. a. Fasilitas Produksi dan Peralatan Hal ini dimaksudkan untuk mengetahui berbagai peralatan yang digunakan untuk menunjang kelancaran aktivitas produksi seperti alat pengupas, alat penghancur, alat pemanggang dan mesin pengemas. b. Cara Pengadaan dan Mutu Bahan Untuk mengetahui ketersediaan bahan baku dan penolong yang dibutuhkan, yaitu apel segar.
Hal ini penting mengingat dasar
filosofis pemilihan bahan untuk membuat produk makanan adalah Garbage In Garbage Out (GIGO), dimana jika bahan dasarnya buruk, maka produk yang dihasilkan juga buruk.
29
c. Proses Pengolahan Hal ini memberikan gambaran tentang proses pengolahan produk sampai dengan pemasaran. d. Sanitasi, Kapasitas Produksi dan Mutu Produk. Untuk mengetahui sanitasi, kapasitas produksi dan mutu produk, maka perlu diamati kebersihan dan higienisnya, apakah sesuai standar pedoman good manufacturing practice (GMP) pada usaha pengolahan Pie, serta sejauhmana kapasitas produksi sudah dapat memenuhi permintaan pasar dan bagaimana menentukan kriteria mutu produksi. e. Tenaga Kerja Hal ini untuk mengetahui jumlah dan jenis tenaga kerja yang dibutuhkan, tingkat pendidikan yang diperlukan dan bagaimana cara memenuhi kebutuhan tenaga kerja yang dimaksud.
2. Aspek Pemasaran meliputi kondisi permintaan, penawaran, harga, persaingan dan peluang pasar, serta proyeksi permintaan pasar. a. Permintaan Hal ini memberikan gambaran tentang permintaan Pie untuk memenuhi kebutuhan pasar. b. Penawaran Hal ini memberikan gambaran tentang penghasil Pie dan faktor keseimbangan antara permintaan dan penawaran. c. Harga Hal ini memberikan gambaran tentang mekanisme penetapan harga jual produk Pie dalam hal ini adalah hubungan antara harga jual dengan permintaan dan penawaran oleh pihak pembeli, serta faktor yang mempengaruhi harga jual produk Pie. d. Persaingan dan Peluang Pasar Hal ini memberikan gambaran tentang pasar yang dituju. e. Pemasaran Produk
30
Hal ini memberikan gambaran tentang sistem pemasaran di unit usaha Pia Apple Pie.
3. Aspek Keuangan untuk mengetahui kelayakan usaha dari segi keuangan, yaitu : a.
Komponen dan struktur biaya. Komponen biaya mencakup pengadaan sarana dan prasarana, biaya operasi dan biaya lain-lain. Biaya pengadaan prasarana adalah meliputi biaya investasi, yaitu biaya perijinan, bangunan dan pembelian peralatan untuk proses produksi. Biaya operasi meliputi biaya pembelian apel segar, biaya bahan pembantu, biaya pengemasan, upah pekerja, pembelian bahan pembantu produksi, biaya peralatan, kendaraan dan biaya overhead.
b.
Pendapatan Pendapatan adalah total hasil penjualan unit usaha Pia Apple Pie kepada para pelanggan, yang didasarkan pada proyeksi selama berdirinya unit usaha ini (7 tahun).
c.
Kebutuhan Modal dan Kredit Dalam menunjang pengembangan perusahaan diperlukan modal kerja dan modal.
d.
BEP BEP atau titik impas adalah suatu keadaan dimana besarnya pendapatan sama dengan besarnya biaya/pengeluaran yang dilakukan oleh proyek.
4. Pola Pembelian dan Perilaku Konsumen Aspek dalam kajian ini adalah pola konsumsi produk pie di wilayah Kota Bogor. Dalam hal ini, ada dua faktor yang mempengaruhi sikap konsumen dan pola pembelian produk pie. Kedua faktor tersebut adalah faktor internal berupa karakteristik konsumen dan faktor eksternal yang berasal dari lingkungan luar. Dalam kajian ini, faktor internal yang dikaji adalah tingkat pendapatan, tingkat pendidikan, jenis pekerjaan,
31
ukuran keluarga, jumlah konsumsi, golongan etnis dan simbol status. Faktor eksternal terdiri dari karakteristik produk pie, yaitu rasa, harga, mutu, kemasan dan faktor lingkungan luar seperti lokasi penjualan, kelompok acuan dan sumber informasi (Engel dkk, 1994). Untuk menganalisis secara deskriptif profil konsumen, maka pada kajian ini akan dilihat dari jenis pekerjaan, tingkat pendidikan, ukuran keluarga, pengeluaran pangan rumah tangga per bulan, lamanya mengkonsumsi produk pie dan sumber informasi. Untuk menganalisis secara kuantitatif pola konsumsi produk pie, dilihat jumlah dan frekuensi konsumen mengkonsumsi beserta pola pembeliannya. Pola konsumsi ini menggambarkan bagaimana perilaku dan tanggapan konsumen terhadap produk pie yang dapat mempengaruhi prospek pengembangan pasarnya dengan analisis SWOT kualitatif. Sedangkan untuk menganalisis strategi bauran pemasaran secara kualitatif akan dilihat dari perilaku pembelian yang didasarkan pada strategi produk, harga, promosi dan distribusi (Umar, 2003)
32
IV. HASIL DAN PEMBAHASAN
A. Keadaan Umum 1. Sejarah dan Perkembangan Unit Usaha Pia Apple Pie merupakan unit usaha dari Apple Pie Group yang memproduksi pie dan sekaligus menjual produknya secara langsung dalam bentuk toko bakery. Selain itu, unit usaha Pia Apple Pie juga menggunakan jasa saluran pemasaran berupa agen yang terletak di Jakarta. Pada saat ini pengunjung unit usaha Pia Apple Pie tidak hanya dapat membeli pie untuk dibawa pulang, namun juga dapat menikmatinya ditempat. Unit usaha Pia Apple Pie ini dimulai pada tahun 1998 sebagai usaha bersama tiga orang sahabat, yaitu Ibu Susi Gunadi, Ibu Baby Ahnan dan Ibu Tintin Kuraesin. Pada awalnya usaha ini hanyalah usaha kecil-kecilan yang menjual produk pai apel dengan sistem antar ke rumah (delivery) dan masih berlokasi di Ciapus, Bogor.
Dengan modal sebesar Rp. 100 juta milik
sendiri, dibeli perangkat dapur, menyewa tempat dan merekrut empat orang karyawan. Mengingat semakin meningkatnya pesanan, maka mulai diluncurkan produk Apple Pie secara resmi pada tahun 1999. Dalam kurun waktu enam bulan, produk Apple Pie mendapat respon yang sangat baik dari masyarakat. Saat itu sedikitnya 50 loyang produk Apple Pie habis terjual setiap harinya dengan harga per loyang sebesar Rp. 8.000, walaupun pemasarannya masih terbatas dari mulut ke mulut. Pada mulanya unit usaha Pia Apple Pie ini mengambil lokasi di jalan Cikuray, Bogor dan sistem yang diterapkan masih berupa sistem take away (pesan bawa). Pada bulan Juli 2000, unit usaha Pia Apple Pie secara resmi berlokasi di jalan Pangrango no 10 Bogor. Alasan kepindahan karena lokasi tersebut dinilai lebih strategis dan memiliki tempat yang lebih luas dibanding lokasi sebelumnya. Bahkan pada saat ini pengunjung tidak hanya dapat membawa pulang produk Apple Pie, tetapi juga dapat menikmatinya ditempat. Perkembangan tersebut juga diikuti oleh bertambahnya karyawan menjadi 24 orang.
33
Perkembangan perusahaan juga ditandai dengan meluasnya pasar produk Pia Apple Pie ke Jakarta melalui agen. Pada saat ini perusahaan memiliki agen-agen di Jakarta dengan alamat berikut : 1. Jalan Merpati Raya Blok H1/27 Bintaro Jaya, Sektor I, Jakarta Selatan 2. Komplek Bukit Pamulang Indah (BPI) Blok A2 No 12 Jakarta Selatan Selain Apple Pie, juga dibuat jenis pie lain yaitu Chicken Pie untuk mengimbangi rasa manis Apple Pie. Kemudian pada tanggal 9 Juni 2002, diluncurkan produk-produk baru, diantaranya nasi goreng apel, pisang bakar, salad apel, cream soup, dan poffertjes. Saat ini juga tersedia aneka pie lain, yaitu chocolate pie, strawberry pie, dan pie crust dalam berbagai ukuran. SIUPP unit usaha Pia Apple Pie nomor 282/188/1005/PK/VIII/2000 adalah perusahaan perorangan dengan jenis usaha makanan dan minuman ringan. Sekarang Pia Apple Pie merupakan salah satu dari 5 unit usaha yang dimiliki oleh Apple Pie Group, unit usaha yang lain adalah Macaroni Panggang (MP), MP steak, Death By Chocolate (DBC), dan Lasagna Gulung. Kelima unit usaha tersebut berada di Bogor dan bergerak di bidang makanan.
2. Struktur Organisasi Unit Usaha Struktur organisasi di unit usaha Pia Apple Pie masih bersifat sederhana. Pemilik, manager, dan pelaksana usaha masih dominan berada dalam satu tangan, yaitu pimpinan/owner unit usaha Pia Apple Pie. Berdasarkan struktur organisasi (Swastha, dkk, 1994), struktur organisasi perusahaan Apple Pie termasuk pada bentuk organisasi lini (line organization), dimana kekuasaan mengalir secara langsung dari pimpinan ke kepala seksi dan kemudian diteruskan kepada pegawai-pegawai di bawahnya. Bagan struktur organisasi unit usaha Pia Apple Pie dapat dilihat pada Gambar 3.
34
Pemilik
Bagian Promosi
Koordinator
Supervisor
Wakil Koordinator
Wakil Supervisor
Bagian Administrasi dan Keuangan
Bagian Pemasaran
Bagian Produksi
Gambar 3. Struktur organisasi unit usaha Pia Apple Pie, Bogor
Unit usaha Pia Apple Pie ini dipimpin oleh pemilik perusahaan. Tugas dan wewenang yang dimiliki oleh pimpinan, antara lain menetapkan kebijaksanaan seluruh aktivitas usaha, menetapkan harga jual produk, dan menentukan jumlah pegawai yang dibutuhkan.
Pimpinan juga turut
melakukan pengawasan bagi mutu produk. Pimpinan usaha dibantu oleh koordinator dan supervisor dalam melakukan kegiatan pengawasan.
Perbedaan antara koordinator dan
supervisor terletak dalam hal pengawasannya.
Koordinator merupakan
karyawan yang ditunjuk oleh pimpinan perusahaan yang bertugas mengawasi lingkungan internal perusahaan dan berkonsentrasi pada hubungan perusahaan dengan lingkungan eksternal. Supervisor merupakan karyawan yang ditunjuk oleh pimpinan untuk bertanggung jawab mengawasi kegiatan produksi. Supervisor bertugas melakukan supervisi/pengawasan pada saat proses pembuatan pie.
Pengawasan yang dilakukan supervisor mencakup
banyaknya bahan baku yang digunakan dalam proses produksi.
Dalam
pengambilan keputusan perusahaan, selain dilakukan oleh pimpinan perusahaan, terlebih dahulu didiskusikan dengan tim inti yang terdiri atas
35
koordinator, wakil koordinator, supervisor, wakil supervisor dan beberapa orang yang ditunjuk. Terdapat beberapa bagian dalam perusahaan, yaitu bagian promosi, bagian administrasi dan keuangan, bagaian pemasaran dan bagian produksi, yang seluruhnya mendapat pengawasan dari koordinator dan supervisor. Penerapan struktur organisasi pada unit usaha Pia Apple Pie ini belum optimal, karena masih belum jelasnya pembagian kerja masing-masing bagian. Selain itu, pengaruh pimpinan masih mendominasi, terutama dalam pengambilan keputusan yang berkaitan dengan kegiatan usaha.
3. Karakteristik Responden yang merupakan konsumen produk Pie Karakteristik umum responden yang digunakan dalam penelitian ini adalah karakteristik demografi yang mencakup usia, jenis kelamin, alamat, pekerjaan status pernikahan, pendidikan terakhir dan tingkat pengeluaran per bulan. Kuesioner untuk responden dapat dilihat pada Lampiran 1. a. Karakteristik Responden Berdasarkan Kelompok Usia. Usia merupakan salah satu faktor yang mempengaruhi preferensi dan persepsi konsumen dalam proses keputusan untuk menerima sesuatu yang baru, baik produk maupun jasa.
Perbedaan usia akan
mengakibatkan perbedaan terhadap selera dan kesukaan terhadap produk. Seseorang yang berusia relatif muda, lebih cepat menerima sesuatu yang baru.
36
Tabel 7. Sebaran persentase responden berdasarkan kelompok usia Kelompok Usia
Frekuensi
Persentase (%)
≤ 15 – 17
13
13
18 – 24
23
23
25 – 34
47
47
35 – 45
17
17
≥ 46
0
0
Jumlah
100
100
(Tahun)
Berdasarkan hasil penelitian, usia sebagian besar responden berada pada usia antara 25 – 35 tahun dengan persentase 47% (Tabel 7), maka sebagian besar responden unit usaha Pia Apple Pie tergolong responden relatif muda yang selalu mempertimbangkan rasa, kepraktisan, selalu ingin mencoba hal-hal yang baru dan menyukai makanan selingan (jajanan).
b. Karakteristik Responden Berdasarkan Jenis Kelamin. Pada penelitian ini jenis kelamin dibedakan menjadi jenis kelamin lakilaki dan perempuan (Tabel 8). Tabel 8. Sebaran persentase responden berdasarkan jenis kelamin Jenis Kelamin
Frekuensi
Persentase (%)
Laki – laki
37
37
Perempuan
63
63
100
100
Jumlah
Hasil penelitian menyatakan bahwa sebagian besar responden adalah perempuan 63% dan 37% adalah laki-laki. Hal ini disebabkan oleh kecenderungan perempuan lebih dominan dalam melakukan
37
kegiatan belanja makanan dibandingkan laki-laki, selain itu perempuan cenderung memiliki peran dalam pengambilan keputusan pembelian untuk kebutuhan rumah tangga. c. Karakteristik Responden Berdasarkan Alamat/Domisili Salah satu faktor demografi yang digunakan untuk menganalisis karakteristik konsumen adalah peubah alamat tempat tinggal atau domisili, yang merupakan wilayah dimana responden menetap saat ini. Responden berasal dari berbagai daerah, namun sebagian besar responden berdomisili di Bogor (57%), Jakarta (17%), dan sisanya tersebar di daerah Tangerang, Bekasi, dan Depok (Tabel 9). Responden yang berasal dari daerah Bogor mengaku membeli produk pie sebagai makanan selingan, sementara responden yang berasal dari luar wilayah Bogor mengaku membeli produk pie untuk oleh-oleh atau sekedar mencoba. Tabel 9. Sebaran persentase responden berdasarkan domisili Domisili
Frekuensi
Persentase (%)
Bogor
57
57
Jakarta
17
17
Tangerang
10
10
Bekasi
6
6
Depok
10
10
Jumlah
100
100
d. Karakteristik Responden Berdasarkan Pekerjaan Pada penelitian ini pekerjaan responden didominasi oleh pegawai swasta dan wiraswasta 27% (Tabel 10). Hal ini menunjukkan bahwa selain faktor ekonomi, alasan kemudahan atau kepraktisan untuk mengkonsumsi suatu produk menjadi hal yang sangat dipertimbangkan oleh yang memiliki tingkat kesibukan tinggi.
38
Tabel 10. Sebaran persentase responden berdasarkan pekerjaan Pekerjaan
Frekuensi
Persentase (%)
Mahasiswa/Pelajar
6
6
Wiraswasta
27
27
Pegawai Swasta
27
27
Pegawai Negeri
20
20
Ibu rumah tangga
14
14
Tidak/belum bekerja
6
6
Jumlah
100
100
e. Karakteristik Responden Berdasarkan Status Pernikahan. Status pernikahan dibedakan menjadi menikah dan belum menikah. Dalam penelitian ini, sebagian besar responden berstatus menikah sebesar 60% (Tabel 11) dan kebanyakan dari responden membeli pie untuk keluarganya.
Tabel 11. Sebaran persentase responden berdasarkan status pernikahan Status Pernikahan
Frekuensi
Persentase (%)
Menikah
60
60
Belum Menikah
40
40
Jumlah
100
100
f. Karakteristik Responden Berdasarkan Tingkat Pendidikan Latar Belakang pendidikan terakhir responden pada penelitian ini didominasi oleh tingkat sarjana sebesar 40% (Tabel 12).
Hal ini
menunjukkan bahwa tingkat pendidikan yang cukup tinggi tersebut mempengaruhi
pengetahuan
responden
terhadap
produk
yang
dikonsumsinya. Sebagian besar responden menyatakan bahwa produk pie cukup bermutu, baik dari segi rasa maupun kandungan gizinya.
39
Tabel 12. Sebaran persentase responden berdasarkan tingkat pendidikan Pendidikan
Frekuensi
Persentase (%)
SD
0
0
SLTP
0
0
SLTA
27
27
Akademi
27
27
Sarjana
40
40
Pascasarjana
6
6
Jumlah
100
100
g. Karakteristik Responden Berdasarkan Tingkat Pengeluaran. Hasil penelitian menunjukkan bahwa dari 100 responden, 63% responden mempunyai pengeluaran individu per bulan di atas Rp. 2.000.000 (Tabel 13). Dengan demikian, konsumen produk pie merupakan konsumen yang tergolong kelas menengah ke atas dengan pola konsumsi tinggi.
Tabel
13.
Sebaran persentase pengeluaran
Tingkat Pengeluaran (Rp)
responden
Frekuensi
berdasarkan
tingkat
Persentase (%)
≤ 250.000
0
0
250.000 - 500.000
0
0
500.000 - 1.000.000
4
4
1.000.000 - 1.500.000
13
13
1.500.000 - 2.000.000
20
20
≥ 2.000.000
63
63
Jumlah
100
100
40
h. Karakteristik Responden Berdasarkan Tingkat pendapatan. Hasil penelitian menunjukkan bahwa 34% responden mempunyai pendapatan per bulan Rp. 2.000.000 – Rp. 4.000.000 (Tabel 14). Dengan demikian, konsumen unit usaha Pia Apple Pie merupakan konsumen berpendapatan menengah ke atas.
Tabel 14. Sebaran persentase responden berdasarkan tingkat pendapatan Tingkat Pengeluaran (Rp)
Frekuensi
Persentase (%)
≤ 500.000
3
3
5 00.000 - 2.000.000
23
23
2.000.000 - 4.000.000
34
34
4.000.000 - 6.000.000
26
26
≥ 6.000.000
14
14
Jumlah
100
100
B. Hal yang dikaji 1. Respon Konsumen terhadap Dimensi Perfomance Unit Usaha Pia Apple Pie, Bogor a. Tingkat Kepentingan dan Kinerja Terhadap Atribut produk Pie Atribut yang dianalisis meliputi komponen atribut mutu produk, yaitu barang dan jasa yang berjumlah 22 atribut dan dinilai oleh 100 responden. Atribut-atribut tersebut adalah : 1) Citarasa Kelezatan Citarasa kelezatan produk berkaitan dengan mutu bahan baku yang digunakan, rasa pie dan metode pengolahan, sehingga dapat menghasilkan produk roti yang lezat dan enak. Mutu makanan dan minuman yang baik merupakan faktor utama yang harus diperhatikan oleh suatu toko yang menjual makanan dan minuman dalam menciptakan citra yang baik. Konsumen dapat menjadi loyal pada
41
suatu toko makanan, karena mutu makanan dan minuman yang ditawarkan tidak mengecewakan. Berdasarkan hasil penelitian pada Tabel 15, responden menyatakan bahwa citarasa kelezatan produk pie adalah sangat penting. Selain beralasan bahwa mutu makanan adalah hal utama yang diperhatikan, responden juga beralasan makanan yang bersih penting untuk menjaga kesehatan dan menjamin gizi yang terkandung didalamnya.
Total skor kepentingan terhadap atribut
citarasa kelezatan sebesar 402 Pelaksanaan kinerja unit usaha Pia Apple Pie terhadap atribut ini sudah dinilai baik oleh 51% responden, dengan kata lain citarasa pie sudah lezat di mata sebagian besar responden, yaitu sudah memiliki takaran adonan yang pas dan bahan baku bermutu. Kesegaran dan kebersihan pada pie yang tersedia di toko menjadi alasan utama bagi responden untuk berbelanja di toko ini. Menurut sebagian responden makanan yang tersedia di unit usaha Pia Apple Pie selalu segar, hangat dan tanpa bahan pengawet. Tidak ada responden yang menyatakan bahwa mutu makanan dan minuman di unit usaha Pia Apple Pie tidak baik ataupun kurang baik. Total skor kinerja adalah 362. Tabel 15. Penilaian responden terhadap tingkat kepentingan dan kinerja citarasa kelezatan Tingkat Kepentingan Tingkat Kinerja Penilaian SP P CP KP TP Total SB B CB KB TB (5) (4) (3) (2) (1) Skor (5) (4) (3) (2) (1) Jumlah (%) responden yang menilai
28
46
26
0
0
402*
7
51
39
3
0
Total Skor 362**
Keterangan : SP = Sangat Penting, P = Penting, CP = Cukup Penting, KP = Kurang Penting TP = Tidak Penting; SB = Sangat Baik, B = Baik, CB = Cukup Baik, KB = Kurang Baik, TB = Tidak Baik. * 402 = 28x5 + 46x4 + 26x3 + 0x2 + 0x1; ** 362 = 7x5 + 51x4 + 39x3 + 3x2 + 0x1 2) Aroma Mutu produk pie ditentukan oleh aromanya, yaitu wangi atau keharuman khas yang tercium dari kue tersebut. Berdasarkan hasil
42
penelitian, diketahui sebagian besar responden 43% mengatakan bahwa atribut dari aroma pie yang dihidangkan adalah penting. Aroma yang harum akan menarik perhatian konsumen dan menimbulkan keinginan konsumen untuk mencobanya.
Total nilai kepentingan
adalah 393. Aroma pie dinilai cukup baik oleh sebagian besar responden yaitu sebesar 59% dari keseluruhan responden seperti yang terlihat pada Tabel 16, dengan skor kinerja 336 Sebagian besar responden bahkan menyatakan bahwa aroma pie dapat tercium dalam ruangan toko, karena ruang produksi bersebelahan dengan ruang penjualan. Tabel 16. Penilaian responden terhadap tingkat kepentingan dan kinerja aroma Tingkat Kepentingan Tingkat Kinerja Penilaian SP P CP KP TP Total SB B CB KB TB Total (5) (4) (3) (2) (1) Skor (5) (4) (3) (2) (1) Skor Jumlah (%) responden yang menilai
25
43
32
0
0
393
4
33
59
3
1
336
Keterangan : SP s/d TB serupa dengan Tabel 15
3) Bentuk dan Ukuran Ukuran pie yang bervariasi dapat menimbulkan kesan tersendiri di mata konsumen. Beragamnya ukuran pie yang ditawarkan dapat membuat konsumen memiliki banyak pilihan dan pembelian dapat disesuaikan dengan kebutuhan dan kondisi keuangan. Berdasarkan hasil penelitian, 55% responden menganggap bahwa atribut bentuk dan ukuran pie penting karena dengan bervariasinya pie dengan berbagai ukuran membuat konsumen lebih variatif dalam memilih pie sesuai dengan kebutuhan dan kondisi keuangan, dan 34% menganggap cukup penting. Skor total kepentingan adalah 368. Sebesar 49% responden menyatakan bahwa bentuk dan ukuran pie sudah cukup baik kinerjanya sehingga mampu memenuhi selera konsumen dan dapat membantu konsumen dalam memilih pie yang sesuai dengan jumlah keuangan. Pie yang dijual di unit usaha Pia Apple Pie tersedia dalam tiga bentuk, yaitu oval shape, hati dan slice.
43
Untuk bentuk oval shape tersedia dalam ukuran small, medium dan large. Untuk bentuk love tersedia dalam ukuran small dan medium, sedangkan bentuk slice berukuran ¼ dari ukuran medium. Selain itu juga tersedia pie dalam ukuran yang sangat besar (super large). Sebagian responden juga nenyatakan bahwa pie yang berbentuk hati dapat dijadikan bingkisan untuk orang istimewa. Namun 5% responden menyatakan kinerja atribut ini kurang baik, karena variasi ukuran yang kurang. Konsumen menyarankan agar unit usaha Pia Apple Pie membuat pie dalam bentuk lain dari cetakan yang banyak tersedia. Hal ini dapat dilihat pada Tabel 17, dengan skor kinerja 352.
Tabel 17. Penilaian responden terhadap kepentingan dan kinerja atribut bentuk dan ukuran Tingkat Kepentingan Tingkat Kinerja Penilaian SP P CP KP TP Total SB B CB KB TB Total (5) (4) (3) (2) (1) Skor (5) (4) (3) (2) (1) Skor Jumlah (%) responden yang menilai
8
55
34
3
0
368
11
35
49
5
0
352
Keterangan : SP s/d TB serupa dengan Tabel 15.
4) Keragaman dan Variasi Produk Konsumen akan merasa puas, jika barang apa yang dibutuhkan dapat terpenuhi di satu tempat. Dengan demikian, tidak perlu bersusah payah menuju ke beberapa tempat untuk memenuhi kebutuhannya. Keragaman barang suatu toko yang menjual pie dikatakan baik, jika seluruh variasi dari jenis pie tersedia sesuai dengan yang diinginkan konsumen.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa 49% responden
berpendapat bahwa variasi dari jenis pie yang tersedia pada suatu toko bakery adalah penting, karena bervariasinya jenis pie yang tersedia dalam suatu toko bakery membuat konsumen lebih variatif untuk memilih pie sesuai dengan kebutuhan dan keinginannya, baik untuk dinikmati sendiri, sebagai buah tangan, ataupun konsumsi dalam acaraacara tertentu. Skor kepentingan total terhadap atribut ini 372.
44
Berdasarkan penilaian terhadap tingkat kinerja, 48% responden mengatakan bahwa keragaman dan variasi produk sudah cukup baik, dengan alasan pie yang tersedia bervariasi. Sebagian besar responden menyatakan cukup puas dengan pelayanan unit usaha Pia Apple Pie yang menyediakan beragam jenis pie seperti Apple Pie, Chocolate Pie dan Strawberry Pie yang memiliki rasa manis, dan Chicken Pie dan Pie Crust yang memiliki rasa gurih dan 12% menyatakan bahwa variasi produk kurang beragam dan menyarankan agar pihak unit usaha Pia Apple Pie terus menciptakan rasa baru, misalnya yang berisi daging sapi atau daging asap, dan variasi rasa manis lainnya. Tetapi tidak ada yang menyatakan tidak baik terhadap atribut variasi produk. Skor total kinerja keseluruhan adalah 332. Hasil penilaian responden terhadap keragaman dan variasi produk dapat dilihat pada Tabel 18.
Tabel 18. Penilaian responden terhadap kepentingan dan kinerja atribut keragaman dan variasi produk Tingkat Kepentingan Tingkat Kinerja Penilaian SP P CP KP TP Total SB B CB KB TB Total (5) (4) (3) (2) (1) Skor (5) (4) (3) (2) (1) Skor Jumlah (%) responden yang menilai
14
49
33
3
1
372
4
36
48
12
0
332
Keterangan : SP s/d TB serupa dengan Tabel 15
5) Harga Produk Pentingnya harga sebagai determinan untuk berlangganan di toko bervariasi menurut jenis produk. Pada suatu waktu, harga dapat menjadi determinan yang tidak penting dalam pemilihan suatu tempat berbelanja dan mutu yang dikembangkan oleh suatu toko menjadi suatu hal yang lebih penting. Pentingnya harga bergantung pada sifat pembeli. Beberapa pelanggan lebih menyukai faktor-faktor lain seperti kemudahan dan kenyamanan, meskipun harga yang ditawarkan relatif mahal.
Harga merupakan salah satu faktor penting yang menjadi
perhatian konsumen. Penetapan harga produk yang ditetapkan oleh
45
pihak perusahaan harus tepat, sebab strategi harga produk memiliki pengaruh langsung terhadap volume penjualan.
Harga yang
ditawarkan unit usaha Pia Apple Pie relatif lebih tinggi, jika dibandingkan dengan beberapa unit usaha bakery lain. Namun harga yang relatif tinggi ini diikuti oleh mutu yang tinggi pula, sehingga memberikan dampak kepuasan bagi konsumen. Berdasarkan hasil penelitian, 48% responden menyatakan bahwa atribut harga produk penting. Hal tersebut didasarkan atas pertimbangan bahwa harga suatu barang mencerminkan mutu dari barang tersebut dan konsumen biasanya lebih mengutamakan harga yang bersaing.
Dalam hal ini harga adalah faktor yang menjadi
pertimbangan utama dalam membeli suatu produk. Sedangkan untuk tingkat kinerja dari atribut ini dianggap cukup baik oleh 52% responden dengan alasan harga pie cukup terjangkau, tetapi 2% responden menyatakan kurang baik, karena harganya relatif mahal apabila dibandingkan dengan tempat lain yang juga menjual pie. Responden juga menyarankan agar unit usaha Pia Apple Pie memberikan potongan harga untuk pembelian tertentu.
Skor total
kepentingan 372 dan skor total kinerja 349. Tabel 19. Penilaian responden terhadap kepentingan dan kinerja atribut harga produk Tingkat Kepentingan Tingkat Kinerja Penilaian SP P CP KP TP Total SB B CB KB TB Total (5) (4) (3) (2) (1) Skor (5) (4) (3) (2) (1) Skor Jumlah (%) responden yang menilai
17
48
28
4
3
372
8
37
52
2
1
349
Keterangan : SP s/d TB serupa dengan Tabel 15.
6) Kecepatan Pelayanan Salah satu indikasi pelayanan yang baik adalah kecepatan pelayanan, yaitu seberapa cepat waktu yang dibutuhkan untuk melayani konsumen hingga produk sampai ditangan konsumen. Berdasarkan hasil penelitian, 43% responden menyatakan penting bagi
46
perusahaan untuk senantiasa menyediakan pelayanan yang cepat, sehingga responden tidak perlu menunggu terlalu lama untuk dilayani. Sebagian besar responden membeli pie untuk dibawa pulang, tidak untuk dinikmati di tempat, sehingga faktor kecepatan pelayanan merupakan hal yang penting. Atribut kecepatan pelayanan dinyatakan cukup baik oleh 57% responden. Skor total kinerja dari atribut ini 331. Penilaian responden terhadap kecepatan pelayanan ini dapat dilihat pada Tabel 20.
Tabel 20. Penilaian responden terhadap kepentingan dan kinerja atribut kecepatan pelayanan Tingkat Kepentingan Tingkat Kinerja Penilaian SP P CP KP TP Total SB B CB KB TB Total (5) (4) (3) (2) (1) Skor (5) (4) (3) (2) (1) Skor Jumlah
(%)
responden
23
43
33
0
1
387
3
33
57
6
1
331
yang menilai
Keterangan : SP s/d TB serupa dengan Tabel 15.
7) Usaha Promosi Promosi merupakan salah satu peubah strategi pemasaran yang digunakan untuk memperkenalkan atau menginformasikan keberadaan produk maupun jasa kepada para konsumennya. Penggunaan iklan dapat membantu pengelola toko untuk menginformasikan dan mengingatkan masyarakat akan keberadaan tokonya. Promosi melalui iklan yang dilakukan untuk memberitahukan jenis produk yang dijual dan adanya penawaran khusus di toko tersebut kepada masyarakat, sehingga melalui iklan diharapkan akan mendorong masyarakat untuk datang ke toko tersebut. Berdasarkan hasil penelitian, 45% responden menyatakan bahwa atribut promosi adalah penting untuk diperhatikan maupun dilaksanakan oleh pihak perusahaan. Sebesar 12% responden menyatakan atribut ini sangat penting, dengan alasan promosi dapat memberikan informasi mengenai produk apa saja yang dijual di toko
47
tersebut. Penggunaan iklan dikatakan kurang penting oleh 2% responden, dengan alasan manfaat yang dihasilkan lebih kecil daripada biaya yang dikeluarkan untuk membuat iklan. Selain itu, sebagian orang datang ke suatu toko bukan karena iklan, namun karena adanya keinginan untuk melihat. Berdasarkan tingkat kinerja dari atribut promosi, 48% responden menilai usaha promosi perusahaan baik dan 18% responden menyatakan usaha promosi yang dilakukan perusahaan kurang baik. Hampir sebagian besar responden mengatakan tidak pernah melihat iklan yang mempromosikan unit usaha Pia Apple Pie, yaitu hanya mengetahui keberadaan unit usaha melalui informasi dari mulut ke mulut, untuk itu disarankan agar unit usaha Pia Apple Pie mengadakan promosi melalui radio atau surat kabar, menyebarkan pamflet atau brosur di pusat-pusat perbelanjaan. Penilaian responden terhadap atribut usaha promosi dapat dilihat pada Tabel 21.
Tabel 21. Penilaian responden terhadap kepentingan dan kinerja atribut usaha promosi Tingkat Kepentingan Tingkat Kinerja Penilaian SP P CP KP TP Total SB B CB KB TB Total (5) (4) (3) (2) (1) Skor (5) (4) (3) (2) (1) Skor Jumlah
(%)
responden
12
45
40
2
1
365
5
48
29
18
0
340
yang menilai
Keterangan : SP s/d TB serupa dengan Tabel 15.
8) Manfaat Yang Dirasakan Konsumen dalam melakukan pembelian terhadap suatu barang ataupun jasa berharap bahwa barang atau jasa tersebut dapat memberikan manfaat sesuai dengan yang diharapkannya. Berdasarkan hasil penelitian, 41% responden menganggap manfaat yang dirasakan dari mengkonsumsi pie itu penting dan 18% responden menyatakan sangat penting.
48
Penilaian terhadap kinerja menunjukkan 62% responden menyatakan manfaat yang diperoleh dari membeli dan mengkonsumsi pie sudah cukup baik, tetapi juga menyarankan agar unit usaha Pia Apple Pie menambah pelayanan lain, sehingga selain pembelian langsung dan makan di tempat, disediakan juga fasilitas paket, misalnya paket pesanan ulang tahun, rapat, souvenir pernikahan, dan sebagainya. Perolehan skor kepentingan dan kinerja adalah 376 dan 334. penilaian responden pada atribut ini dapat dilihat pada Tabel 22.
Tabel 22. Penilaian responden terhadap kepentingan dan kinerja atribut manfaat yang dirasakan Tingkat Kepentingan Tingkat Kinerja Penilaian SP P CP KP TP Total SB B CB KB TB Total (5) (4) (3) (2) (1) Skor (5) (4) (3) (2) (1) Skor Jumlah (%) responden yang menilai
18
41
40
1
0
376
2
33
62
3
0
334
Keterangan : SP s/d TB serupa dengan Tabel 15.
9) Keramahan dan Kesopanan Karyawan Perhatian terhadap konsumen merupakan hal yang harus diperhatikan dan dilaksanakan dengan baik oleh unit usaha. Dengan adanya perhatian, maka konsumen akan merasa lebih dihargai, sehingga tercipta kepuasan dan dapat membangun loyalitas terhadap produk unit usaha. Salah satu wujud perhatian terhadap konsumen adalah memberikan pelayanan yang baik, yaitu menyediakan karyawan yang mampu melayani konsumen dengan baik, ramah dan sopan. Berdasarkan hasil penelitian, 47% responden menyatakan penting bagi pihak unit usaha untuk menjaga kesopanan dan keramahan para karyawannya.
Hal tersebut didasarkan sikap
pramuniaga yang baik akan memberikan citra positif bagi toko tersebut, memberikan kenyamanan bagi konsumen dalam berbelanja dan pramuniaga yang tidak sopan dan tidak ramah menjadikan konsumen malas untuk berbelanja, walaupun harga produk tersebut
49
murah.
Selain itu, sebagian responden juga menyatakan agar
pramuniaga berpenampilan rapi dan menarik, agar konsumen merasa nyaman selama berbelanja. Tidak ada responden yang menyatakan tidak penting mengenai sikap pramuniaga di toko. Dalam pelaksanaannya, sebagian besar responden (53%) menyatakan bahwa kinerja perusahaan dalam hal penyediaan karyawan yang ramah dan sopan, dianggap sudah cukup baik dan 41% menilai baik, karena sikap pramuniaga sopan dan ramah kepada setiap konsumen yang datang berbelanja.
Pramuniaga juga dinilai oleh
responden berusaha untuk menjalin hubungan akrab dengan konsumen dan melakukan pendekatan komunikatif. Namun ada sebanyak 2% responden yang menyatakan sikap pramuniaga di unit usaha Pia Apple Pie kurang baik, dengan alasan terkadang pramuniaga kurang memberikan senyuman kepada pembeli. Penilaian responden terhadap atribut ini dapat dilihat pada Tabel 23.
Tabel 23. Penilaian responden terhadap kepentingan dan kinerja atribut keramahan dan kesopanan karyawan Tingkat Kepentingan Tingkat Kinerja Penilaian SP P CP KP TP Total SB B CB KB TB Total (5) (4) (3) (2) (1) Skor (5) (4) (3) (2) (1) Skor Jumlah (%) responden yang menilai
5
47
47
1
0
356
4
41
53
2
0
347
Keterangan : SP s/d TB serupa dengan Tabel 15.
10) Kemudahan dalam Proses Pembayaran Setiap transaksi pembelian barang dan jasa pada akhirnya akan melalui proses pembayaran. Perusahaan ini memiliki satu kasir untuk melayani transaksi pembayaran para konsumen.
Berdasarkan hasil
penelitan, 41% responden menyatakan bahwa tingkat kepentingan terhadap atribut kemudahan dalam proses pembayaran adalah penting. Skor total tingkat kepentingan dari atribut ini 390.
50
Responden menilai bahwa kinerja perusahaan dalam melayani proses pembayaran adalah cukup baik (62%). Sebagian besar dari responden mengatakan bahwa untuk mendapatkan kemudahan dalam proses pembayaran, tidak perlu mengantri terlalu lama dan selalu tersedia uang kembalian. Demikian halnya pada hari libur, responden mendapatkan pelayanan cukup cepat dalam proses pembayaran, sehingga walaupun ramai pengunjung, tidak perlu mengantri terlalu lama. Sebanyak 34% responden menyatakan kinerja atribut ini sudah baik. Sementara 2% mengatakan bahwa kinerja atribut ini kurang baik, karena hanya menawarkan pembayaran tunai, sementara untuk pembelian dalam jumlah besar biasanya konsumen lebih nyaman jika menggunakan kartu baik debit ataupun kredit.
Skor total tingkat
kinerja dari atribut ini 336.
Tabel 24. Penilaian responden terhadap kepentingan dan kinerja atribut kemudahan dalam proses pembayaran Tingkat Kepentingan Tingkat Kinerja Penilaian SP P CP KP TP Total SB B CB KB TB Total (5) (4) (3) (2) (1) Skor (5) (4) (3) (2) (1) Skor Jumlah (%) responden yang menilai
26
41
31
1
1
390
2
34
62
2
0
336
Keterangan : SP s/d TB serupa dengan Tabel 15.
11) Kandungan Gizi Kandungan gizi dalam suatu produk merupakan salah satu faktor yang perlu diperhatikan oleh produsen maupun konsumennya. Konsumen tidak hanya membeli produk berdasarkan kuantitasnya, melainkan memperhatikan mutu produk tersebut, seperti kelengkapan zat gizi berupa karbohidrat, protein, lemak, vitamin, mineral dan sebagainya. Berdasarkan hasil penelitian, 44% responden menyatakan bahwa kandungan gizi yang terdapat dalam produk pie maupun makanan adalah penting dan 30% responden menyatakan sangat penting. Untuk
51
kinerja atribut ini dinilai sudah cukup baik oleh responden, yaitu 51% dan hanya 1% yang menyatakan tidak baik.
Adapun penilaian
responden terhadap atribut kandungan gizi ini dapat dilihat pada Tabel 25.
Tabel 25. Penilaian responden terhadap kepentingan dan kinerja atribut kandungan gizi Tingkat Kepentingan Tingkat Kinerja Penilaian SP P CP KP TP Total SB B CB KB TB Total (5) (4) (3) (2) (1) Skor (5) (4) (3) (2) (1) Skor Jumlah (%) responden yang menilai
30
44
25
1
0
403
5
42
51
1
1
349
Keterangan : SP s/d TB serupa dengan Tabel 15. 12) Kemudahan untuk memperoleh produk Salah satu faktor yang mempengaruhi kesetiaan seseorang terhadap suatu produk adalah kemudahan dalam memperoleh produk. Seseorang yang loyal terhadap suatu produk tertentu akan melakukan pembelian ulang terhadap produk yang bersangkutan, namun ketika usaha untuk memperoleh produk tersebut tidak sebanding dengan manfaat yang dirasakan, maka kesetiaan tersebut dapat memudar dan beralih ke produk yang lebih mudah diperoleh bagi konsumen. Pada Tabel 26 dapat dilihat bahwa 50% responden menyatakan bahwa kemudahan dalam memperoleh produk adalah penting. Penilaian responden terhadap kinerja kemudahan memperoleh produk sudah dinilai cukup baik oleh 53% responden,
selain itu dengan
adanya layanan antar daerah yang relatif dekat dengan unit usaha Pia Apple Pie memudahkan konsumen untuk memperoleh produk, namun perlu diperluas jangkauan layanan antar tersebut. Untuk layanan antar ini juga perlu dikomunikasikan lebih lanjut kepada konsumen, karena masih ada sebagian besar konsumen yang tidak mengetahuinya. Terdapat sekitar 3% dari total responden menyatakan kinerja atribut ini kurang baik. Hal ini salah satunya disebabkan unit usaha Pia Apple Pie tidak membuka cabang usaha.
Sebagian responden yang
52
berdomisili di luar Bogor mengaku kesulitan dalam mendapatkan produk ini.
Tabel 26. Penilaian responden terhadap kepentingan dan kinerja atribut kemudahan untuk memperoleh produk Tingkat Kepentingan Tingkat Kinerja Penilaian SP P CP KP TP Total SB B CB KB TB Total (5) (4) (3) (2) (1) Skor (5) (4) (3) (2) (1) Skor Jumlah (%) responden yang menilai
18
50
31
1
0
385
3
41
53
3
0
344
Keterangan : SP s/d TB serupa dengan Tabel 15.
13) Kemudahan Menghubungi Perusahaan Perusahaan yang baik adalah perusahaan yang dekat dengan pelanggan atau konsumennya, selalu menerima keluhan, masukan dan saran untuk perbaikan perusahaan di masa mendatang. Unit usaha Pia Apple Pie menyadari akan hal ini dan menyediakan sarana telepon untuk melayani konsumennya sewaktu-waktu. Berdasarkan Tabel 27 dapat dilihat bahwa 43% responden menyatakan faktor kemudahan dalam menghubungi perusahaan adalah penting, sehingga keluhan atau saran-saran terhadap unit usaha dapat disampaikan oleh konsumen kapan saja. Selain itu kemudahan menghubungi unit usaha ditujukan bagi konsumen yang ingin melakukan pemesanan produk dalam jumlah tertentu dan tidak mengharuskan konsumen untuk datang langsung ke lokasi unit usaha. Penilaian terhadap tingkat kinerja diketahui bahwa 61% responden mengaku mudah dalam menghubungi perusahaan, karena nomor telepon perusahaan tertera dengan jelas pada kemasannya, dengan kata lain kinerja dari atribut ini sudah cukup baik. Hal ini dapat dilihat pada Tabel 27.
53
Tabel 27. Penilaian responden terhadap kepentingan dan kinerja atribut kemudahan menghubungi perusahaan
Penilaian
Tingkat Kepentingan SP P CP KP TP Total (5) (4) (3) (2) (1) Skor
Jumlah (%) responden yang menilai
17
43
31
8
1
367
Tingkat Kinerja SB B CB KB TB Total (5) (4) (3) (2) (1) Skor 4
28
61
6
1
328
Keterangan : SP s/d TB serupa dengan Tabel 15.
14) Daya Tahan Produk Daya tahan produk merupakan suatu indikasi awet atau tidaknya suatu produk. Pie dibuat tanpa bahan pengawet buatan, sehingga daya tahan produk bertahan sekitar tiga hari sampai satu minggu, jika disimpan di dalam lemari es. Hasil penelitian menunjukkan bahwa 34% responden menganggap daya tahan produk cukup penting, 26% responden menganggap daya tahan produk bakery sangat penting. Perolehan total skor kepentingan responden terhadap atribut ini 363. Penilaian responden terhadap tingkat kinerja daya tahan produk pie dikatakan sudah cukup baik. Sebanyak 59% responden mengatakan bahwa daya tahan pie memang sudah sesuai dengan semestinya, dan sebaiknya
sebuah
kue/pie
tidak
boleh
mengindikasikan adanya bahan pengawet.
terlalu
awet,
karena
Penilaian responden ini
dapat dilihat pada Tabel 28.
Tabel 28. Penilaian responden terhadap kepentingan dan kinerja atribut daya tahan produk
Penilaian
Tingkat Kepentingan SP P CP KP TP Total (5) (4) (3) (2) (1) Skor
Jumlah (%) responden yang menilai
26
26
34
13
1
363
Tingkat Kinerja SB B CB KB TB Total (5) (4) (3) (2) (1) Skor 4
Keterangan : SP s/d TB serupa dengan Tabel 15.
35
59
2
0
341
54
15) Lokasi Unit Usaha Lokasi unit usaha atau tempat penjualan yang strategis dan mudah dijangkau menjadi salah satu faktor yang sangat menentukan keberhasilan suatu usaha. Lokasi yang strategis dan mudah dijangkau oleh sarana transportasi, baik umum maupun pribadi tersebut akan memudahkan konsumen dalam proses pencarian tempat pembelian, sehingga dapat secara langsung mempengaruhi pembelian ulang terhadap produk yang bersangkutan. Lokasi unit usaha yang dekat dengan konsumen dan mudah dijangkau oleh sarana transportasi, baik umum maupun pribadi merupakan faktor penting dalam menentukan lokasi penjualan. Berdasarkan penilaian tingkat kepentingan, 46% responden menyatakan bahwa penting bagi perusahaan untuk memiliki lokasi penjualan strategis, mudah dijangkau dan mudah diakses oleh kendaraan pribadi maupun kendaraan umum.
Adapun penilaian
responden (60%) terhadap lokasi unit usaha berada pada tingkat cukup baik. Sebagian besar responden mengetahui keberadaan unit usaha di jalan Pangrango no 10. Sementara ada 2% yang menyatakan kurang baik, karena tidak ada kendaraan umum yang melintasi jalan tersebut, selain bemo. Untuk itu disarankan agar unit usaha Pia Apple Pie membuka cabang di tempat lain yang dilewati angkutan umum secara langsung.
Adapun penilaian responden terhadap atribut ini dapat
dilihat pada Tabel 29.
Tabel 29. Penilaian responden terhadap kepentingan dan kinerja atribut lokasi unit usaha
Penilaian Jumlah (%) responden yang menilai
Tingkat Kepentingan SP P CP KP TP Total (5) (4) (3) (2) (1) Skor 17
46
35
2
0
378
Tingkat Kinerja SB B CB KB TB Total (5) (4) (3) (2) (1) Skor 2
Keterangan : SP s/d TB serupa dengan Tabel 15.
35
60
2
1
335
55
16) Areal Parkir Ketersediaan areal parkir merupakan salah satu faktor yang harus diperhatikan oleh toko, restoran, kafe, maupun tempat perbelanjaan yang lain. Konsumen menyukai lahan parkir yang luas dan khusus disediakan oleh toko tersebut bagi konsumennya, sedangkan hal-hal yang harus diperhatikan perusahaan dalam penyediaan areal parkir adalah luasan parkir dan keamanan tempat parkir. Berdasarkan hasil penelitian, 31% responden menyatakan ketersediaan areal parkir yang luas dan aman adalah sangat penting dan 28% menyatakan penting. Hal itu didasarkan atas pendapat responden yang menyatakan bahwa kemudahan sarana parkir dapat memberikan keamanan dan kenyamanan bagi konsumen yang membawa kendaraan pribadi untuk berbelanja dan bila suatu toko memiliki sarana parkir yang memadai, maka para pengunjung merasa tenang dan tidak merasa kerepotan. Sebagian responden menyatakan apabila tempat parkir tidak tersedia, maka konsumen menjadi malas untuk berbelanja di toko tersebut. Selain itu, ada responden yang menyatakan bahwa kemudahan parkir suatu toko sangat membantu untuk menghindari kemacetan yang diakibatkan adanya tumpukan kendaraan yang parkir di bahu jalan. Penilaian terhadap kinerja perusahaan dalam pelaksanaannya, 46% menyatakan cukup baik dengan alasan kendaraan dapat diparkir di depan toko karena situasi di sekitar toko adakalanya tidak terlalu ramai, akan tetapi 5% menyatakan kurang baik dan 3% menyatakan tidak baik. Hal tersebut dikarenakan lahan parkir di unit usaha Pia Apple Pie sangat sempit dan tidak teratur.
Area parkir hanya
memungkinkan untuk memarkir satu kendaraan dan sisanya diparkir di bahu jalan.
Kondisi tempat parkir yang terbatas menyulitkan
konsumen untuk mencari tempat parkir yang dekat dengan unit usaha, terutama
pada
saat
ramai
berbelanja.
Beberapa
responden
menyarankan agar unit usaha Pia Apple Pie pindah ke lokasi yang lebih luas tempat parkirnya atau membuat lahan parkir khusus untuk
56
pengunjung toko. Adapun penilaian responden terhadap atribut ini dapat dilihat pada Tabel 30.
Tabel 30. Penilaian responden terhadap kepentingan dan kinerja atribut areal parkir Tingkat Kepentingan SP P CP KP TP Total (5) (4) (3) (2) (1) Skor
Penilaian Jumlah (%) responden yang menilai
31
28
32
7
2
379
Tingkat Kinerja SB B CB KB TB Total (5) (4) (3) (2) (1) Skor 1
45
46
5
3
336
Keterangan : SP s/d TB serupa dengan Tabel 15.
17) Kenyamanan Toko. Kenyamanan toko merupakan salah satu faktor yang harus diperhatikan oleh pihak perusahaan disamping faktor-faktor lainnya. Peubah indikator yang dapat digunakan untuk menilai kenyamanan toko adalah atribut fisik dan atmosfer toko. Atribut fisik diantaranya adalah tata ruang dan dekorasi toko, kebersihan dan kerapian toko, dan ketersediaan tempat duduk dan fasilitas pendukung seperti toilet dan musholla.
Sementara fasilitas pendukung adalah atmosfer toko
(pemilihan warna ruangan, pencahayaan ruangan, musik, kebersihan ruangan, aroma dan kesejukan). Keadaan toko yang tidak nyaman akan menimbulkan keengganan bagi konsumen dalam melakukan pembelian ulang di toko yang bersangkutan. Pada penelitian ini, 51% responden menyatakan bahwa kenyamanan toko penting untuk diperhatikan oleh pihak perusahaan, karena kondisi toko yang nyaman, berkaitan erat dengan citra sebuah toko dan membuat pengunjung betah berada disana. Penilaian terhadap tingkat kinerja atribut kenyaman toko ini, dapat diketahui bahwa 50% responden mengatakan bahwa keadaan dan kenyamanan toko cukup baik. Sebagian besar dari pengunjung unit usaha Pia Apple Pie mengatakan bahwa unit usaha ini memiliki konsep menyerupai kafe yang nyaman, tata ruang dan dekorasi toko dibuat
57
unik dan penuh nuansa keakraban. Disain toko yang unik terlihat dari adanya sumur batu berwarna oranye, dan dari tata letak meja dan kursi yang apik. Displai pie yang baik pada lemari kaca terlihat sangat menarik perhatian, sementara fasilitas pendukung juga tersedia fasilitas toilet dan washtafel, walaupun sekitar 3% responden menyatakan kurang baik, karena menyatakan belum tersedia musholla bagi pengunjung, juga tempat bermain anak, mengingat cukup banyak orang tua yang turut membawa dan anaknya berbelanja di tempat tersebut. Dari atmosfir toko, sebagian besar responden menyatakan penggunaan warna oranye terkesan hangat, dan akrab. Demikian juga, pencahayaan, kebersihan, aroma dan musik sudah dinilai baik. Beberapa (3%) responden menyatakan kesejukan kurang baik, karena tidak terdapat AC, namun sebagian besar pengunjung yang lain menyatakan sudah cukup puas dengan kesejukan alami yang ada di toko, karena suasana kota yang terbilang sejuk dan daerah sekitar toko yang dikelilingi pohon rindang. Total skor tingkat kinerja adalah 349, dan dapat dilihat pada Tabel 31.
Tabel 31. Penilaian respon konsumen terhadap kenyamanan toko
Penilaian Jumlah (%) responden yang menilai
Tingkat Kepentingan SP P CP KP TP Total (5) (4) (3) (2) (1) Skor 20
51
27
1
1
388
Tingkat Kinerja SB B CB KB TB Total (5) (4) (3) (2) (1) Skor 5
42
50
3
0
349
Keterangan : SP s/d TB serupa dengan Tabel 15.
18) Waktu Buka Toko Tingkat kesibukan yang semakin tinggi merupakan salah satu perimbangan untuk menentukan waktu layanannya. Unit usaha Pia Apple Pie beroperasi mulai pukul 07.00-22.00 WIB. Berdasarkan hasil penelitian, 41% responden menyatakan bahwa waktu buka toko penting untuk diperhatikan oleh perusahaan, karena tingkat kesibukan
58
konsumen beragam terbagi menjadi waktu kerja dan istirahat, waktu santai, hari kerja maupun hari libur. Penilaian tingkat kinerja perusahaan dalam hal waktu buka toko, dinilai cukup baik oleh 40% responden dan 33% diantaranya menilai baik.
Total skor untuk
tingakt kinerja atribut ini adalah 308. Adapun penilaian responden terhadap atribut waktu buka toko ini dapat dilihat pada Tabel 32.
Tabel 32. Penilaian responden terhadap atribut waktu buka toko
Penilaian Jumlah (%) responden yang menilai
Tingkat Kepentingan SP P CP KP TP Total (5) (4) (3) (2) (1) Skor 26
41
31
2
0
391
Tingkat Kinerja SB B CB KB TB Total (5) (4) (3) (2) (1) Skor 1
33
40
25
1
308
Keterangan : SP s/d TB serupa dengan Tabel 15.
19) Kemasan Bawa Pulang. Kemasan bawa pulang merupakan salah satu faktor penting, konsumen menyukai kemasan yang praktis dan menarik, karena sebagai nilai tambah (kepuasan atau prestise) dan mendapatkan kemudahan dalam membawanya. Berdasarkan hasil penelitian, 55% responden menyatakan bahwa kemasan bawa pulang penting untuk diperhatikan oleh perusahaan, sedangkan penilaian terhadap kinerja perusahaan dalam hal penyediaan kemasan bawa pulang dianggap sudah cukup baik oleh responden (51%), karena kemasan terbilang cukup sederhana dan menarik, berupa karton putih yang dilapisi dengan almunium foil, terbilang unik, karena dalam setiap kemasan disisipi pamflet kecil bertuliskan mana produk dan sejarah produk pie di berbagai negara. Hal itu menjadi ciri tersendiri serta pengemasan akhir berupa kantung plastik yang bertuliskan logo unit usaha Pia Apple Pie, alamat, nomor telepon dan e-mail produsen. Sekitar 10% responden menyatakan kemasan kurang baik, karena harus ada informasi tambahan mengenai bahan pembuat dan kandungan gizi produk juga mengenai batas
59
kadaluarsa produk, sehingga kemasan tidak hanya menjadi alat promosi, tetapi juga menginformasikan mengenai produk itu sendiri. Penilaian responden terhadap atribut ini dapat dilihat pada Tabel 33. Tabel 33. Penilaian responden terhadap kepentingan dan kinerja atribut kemasan bawa pulang
Penilaian Jumlah (%) responden yang menilai
Tingkat Kepentingan SP P CP KP TP Total (5) (4) (3) (2) (1) Skor 14
55
31
0
0
383
Tingkat Kinerja SB B CB KB TB Total (5) (4) (3) (2) (1) Skor 4
38
51
7
0
339
Keterangan : SP s/d TB serupa dengan Tabel 15.
20) Penyajian Produk Penyajian produk dalam penelitian ini merupakan penataan atau displai produk yang diletakkan pada rak penyajian yang bertujuan agar setiap konsumen yang datang dapat dengan mudah melihat produk yang ada dan memilihnya. Displai yang digunakan oleh suatu toko modern dalam menampilkan produk yang dijualnya harus terlihat baik.
Hal tersebut dimaksudkan agar menarik konsumen
untuk berbelanja di tempat tersebut. Pengelola toko perlu memperhatikan jenis displai yang dipakai menurut jenis barang yang dijualnya.
Biasanya eceran modern
menggunakan rak untuk menampilkan produk yang dijualnya. Berdasarkan hasil penelitian, 51% responden menyatakan penting bagi pihak perusahaan memberikan penyajian yang baik dan menarik, karena hal tersebut akan menarik perhatian konsumen untuk berbelanja dan terciptanya suasana yang menyenangkan dalam berbelanja. Selain itu, konsumen bisa melihat-lihat terlebih dahulu produk yang dijual, dan selanjutnya memilih produk yang akan dibeli. Penilaian responden terhadap kinerja unit usaha masih dinilai cukup baik oleh sebagian besar responden (52%) dan dinilai baik oleh 37% responden. Responden menilai bahwa penyajian produk pada
60
toko sudah cukup baik, rapi, bersih dan menarik. Penilaian responden pada atribut ini dapat dilihat pada Tabel 34.
Tabel 34. Respon konsumen terhadap penilaian atribut Penyajian Produk
Penilaian
Tingkat Kepentingan SP P CP KP TP Total (5) (4) (3) (2) (1) Skor
Jumlah (%) responden yang menilai
21
51
27
1
0
392
Tingkat Kinerja SB B CB KB TB Total (5) (4) (3) (2) (1) Skor 5
37
52
5
1
340
Keterangan : SP s/d TB serupa dengan Tabel 15.
21) Merek Merek merupakan nama atau istilah yang dimaksudkan untuk mengidentifikasikan barang atau jasa dari seorang atau sekelompok penjual dan untuk membedakannya dari produk pesaing. Merek ‘Pia Apple Pie’ adalah nama yang digunakan oleh perusahaan untuk produk pie yang dihasilkannya. Berdasarkan hasil penelitian, 60% responden menganggap penting atribut merek, dengan total skor kepentingan 394. Penilaian tingkat kinerja dari atribut merek telah dinilai cukup baik oleh 58% responden, karena mutu dari pie dinilai baik dan memiliki predikat cukup baik. Penilaian responden terhadap tingkat kepentingan dan kinerja dari atribut merek dapat dilihat pada Tabel 35. Tabel 35. Respon konsumen terhadap penialaian atribut Merek
Penilaian Jumlah (%) responden yang menilai
Tingkat Kepentingan SP P CP KP TP Total (5) (4) (3) (2) (1) Skor 18
60
21
0
1
394
Tingkat Kinerja SB B CB KB TB Total (5) (4) (3) (2) (1) Skor 2
Keterangan : SP s/d TB serupa dengan Tabel 15.
31
58
8
1
325
61
22) Halal Kehalalan suatu produk mengisyaratkan bahwa produk tersebut aman untuk dikonsumsi oleh konsumen, khususnya bagi kaum muslim.
Apabila suatu produk memang benar-benar halal, maka
sebaiknya pada setiap kemasan produk dicantumkan label halal, sehingga tidak menimbulkan keragu-raguan dalam benak konsumen. Berdasarkan hasil penelitian, 63% responden menyatakan sangat penting bagi perusahaan untuk menjamin produknya halal atau tidak. Penilaian responden terhadap tingkat kinerja menunjukkan bahwa 41% responden menyatakan bahwa pie cukup halal. Dalam proses penilaiannya terdapat sebagian responden yang ragu-ragu menjawab 7%, karena tidak mengetahui secara pasti kehalalalan produk.
Tabel 36. Respon konsumen terhadap penilaian atribut Halal
Penilaian Jumlah (%) responden yang menilai
Tingkat Kepentingan SP P CP KP TP Total (5) (4) (3) (2) (1) Skor 63
30
7
0
0
456
Tingkat Kinerja SB B CB KB TB (5) (4) (3) (2) (1)
Total Skor
10
352
41
41
7
1
Keterangan : SP s/d TB serupa dengan Tabel 15. Setelah diperoleh hasil penilaian tingkat kepentingan dan kinerja terhadap 22 atribut pie, maka langkah selanjutnya mencari nilai rataan tingkat kepentingan dan kinerja dari masing-masing atribut dengan membagi skor yang diperoleh dengan jumlah responden sebanyak 100 orang. Rataan dari tingkat kepentingan dan kinerja ini digunakan sebagai dasar untuk membentuk diagram Kartesius, yaitu diagram yang terdiri dari empat kuadran yang digunakan untuk melihat prioritas perbaikan kinerja berdasarkan kepentingannya. Secara keseluruhan, skor rataan tingkat kepentingan dan kinerja dapat dilihat pada Tabel 37.
62
Tabel 37.
Kode
Produk 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12
Perhitungan rataan dari penilaian tingkat kepentingan dan kinerja atribut mutu produk Pie di unit usaha Pia Apple Pie Atribut
Citarasa Kelezatan Kemudahan Memperoleh Produk Bentuk dan Ukuran Keragaman dan Variasi Bentuk Aroma Kandungan Gizi Daya Tahan Produk Manfaat yang dirasakan Merek Kemasan Bawa Pulang Harga Produk Halal Jumlah Rataan
Jasa 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22
Keramahan dan kesopanan karyawan Kemudahan dalam proses pembayaran Kemudahan dalam menghubungi perusahaan Areal parkir Kenyamanan toko Usaha Promosi Lokasi Toko Kecepatan Pelayanan Waktu Buka Toko Penyajian Produk Jumlah Rataan
Rataan Kepentingan (Y)
Rataan Kinerja (X)
4,02 3,85 3,68 3,72 3,93 4,03 3,63 3,76 3,94 3,83 3,72 4,56 46,67 3,89
3,62 3,44 3,34 3,32 3,36 3,49 3,41 3,34 3,25 3,39 3,49 3,52 40,97 3,41
3,56 3,90 3,67
3,47 3,36 3,28
3,79 3,88 3,65 3,78 3,87 3,91 3,92 37,92 3,79
3,36 3,49 3,40 3,35 3,31 3,08 3,40 33,51 3,35
Setelah mengetahui nilai rataan tingkat kepentingan dan kinerja dari masing-masing atribut, maka setiap atribut mutu produk yang dapat mempengaruhi kepuasan konsumen perlu diperbaiki, seiring dengan berjalannya waktu. Meskipun demikian, perbaikan dan kinerja tersebut perlu mempertimbangkan sumber daya yang terbatas, sehingga perusahaan harus dapat mengalokasikan sumber daya terhadap perbaikan kinerja atribut yang mampu memberikan manfaat lebih besar untu kepuasan konsumen. Hal-hal yang perlu dipertimbangkan oleh pihak perusahaan adalah memprioritaskan atribut yang dianggap memiliki tingkat kepentingan tinggi oleh konsumen
63
namun memiliki tingkat kinerja rendah. Salah satu cara untuk menentukan prioritas perbaikan terhadap kinerja atribut produk maupun jasa adalah dengan menggunakan analisis kuadran Kartesius seperti terlihat pada Gambar 4.
1
3,6
12 11
3,5
6
Kepentingan
2 7
3,4
10 5 3
3,3
8 4
9
3,2
3,1 3,00
3,13
3,26
3,39
3,52
3,65
3,78
3,91
4,04
4,17
4,30
4,43
Kinerja
Gambar 4. Diagram Kartesius kepuasan konsumen terhadap produk Keterangan: 1. citarasa kelezatan, 2. kemudahan memperoleh produk, 3. bentuk dan ukuran, 4. keragaman dan variasi produk, 5. aroma, 6. kandungan gizi, 7. daya tahan produk, 8. manfaat yang dirasakan, 9. merek, 10. kemasan bawa pulang, 11. harga produk dan 12. halal. Masing-masing kuadran menggambarkan keadaan yang berbeda, huruf pada setiap plot menunjukkan huruf atribut. Pemetaan berdasarkan tingkat kepentingan dan kinerja ini memungkinkan pihak unit usaha Pia Apple Pie untuk segera melakukan perbaikan pada atribut yang dianggap penting oleh konsumen, dengan rincian (Gambar 5) sebagai berikut :
4,56
64
1. Prioritas Utama (Kuadran 1) Berdasarkan diagram Kartesius, terdapat dua atribut produk yang menjadi prioritas utama unit usaha dan penanganannya perlu diprioritaskan oleh unit usaha, karena keberadaan atribut tersebut dinilai sangat penting bagi konsumen, sedangkan tingkat pelaksanaannya belum memuaskan. Kedua atribut ini adalah harga produk (no 11) dan kemudahan memperoleh produk (no 2). Harga produk perlu diperhatikan kembali oleh pihak unit usaha, karena terdapat sebagian responden yang menyatakan bahwa pie cukup mahal, demikian halnya dengan kemudahan dalam memperoleh produk dinilai penting oleh sebagian besar responden, karena responden mengaku kesulitan mendapatkan pie, khususnya responden luar Bogor. Apabila unit usaha tidak memperbaiki kinerjanya, maka dikhawatirkan di masa mendatang konsumen dapat beralih ke produk pesaing yang mampu memberikan pelayanan lebih baik. 2. Pertahankan Prestasi (Kuadran II) Kuadran II menunjukkan kinerja atribut yang sudah sesuai dengan yang diharapkan konsumen, sehingga pihak unit usaha hendaknya tetap mempertahankan prestasi kinerjanya. Atribut-atribut yang termasuk ke dalam kuadran ini adalah atribut citarasa kelezatan (no 1), kandungan gizi ( no 6) dan atribut halal (no 12). Atribut-atribut tersebut dinilai oleh responden memiliki tingkat kepentingan yang tinggi dan telah dilaksanakan dengan baik oleh perusahaan dan berharap agar perusahaan terus mempertahankannya. 3. Prioritas Rendah (Kuadran III) Atribut yang berada pada kuadran III dianggap memiliki tingkat kepentingan yang rendah oleh responden, sehingga perbaikannya menjadi prioritas rendah dan pada kenyataannya kinerja unit usaha juga biasa atau cukup. Atribut tersebut meliputi atribut bentuk dan ukuran, keragaman dan variasi produk (no 4), manfaat yang dirasakan (no 8), kemasan bawa pulang (no 10) dan daya tahan produk (no 7).
65
Kelima atribut ini tidak terlalu masalah apabila tidak diperbaiki oleh unit usaha dalam waktu dekat, karena tidak terlalu mempengaruhi kepuasan konsumen, sehingga memiliki prioritas kepentingan yang rendah.
Akan tetapi unit usaha perlu meningkatkan kinerja atribut-
atribut ini di masa mendatang, sehingga unit usaha
Pia Apple Pie
mampu bertahan dan menjadi lebih baik dibandingkan produk-produk pesaing. 4. Berlebihan (Kuadran IV) Atribut-atribut yang berada pada kuadran ini mempunyai tingkat kepentingan yang rendah, namun pelaksanaannya dilakukan dengan baik sekali oleh pihak unit usaha. Atribut tersebut, yaitu atribut aroma (no 5) dan merek (no 9). Pada saat ini, pihak unit usaha tidak perlu meningkatkan kinerja dari ketiga atribut ini, karena peningkatan terhadap atribut ini akan dianggap berlebihan oleh konsumen.
3,53
17 13 3,45
18
22 16 14
3,37 Kepentingan
19
20
15
3,29
3,21
3,13
21
3,05 3,500
3,550
3,600
3,650
3,700
3,750
3,800
3,850
3,900
3,950
4,000
4,050
Kinerja
Gambar 5. Diagram Kartesius kepuasan konsumen terhadap jasa/pelayanan Keterangan: 13. keramahan dan kesopanan karyawan, 14. kemudahan dalam proses pembayaran, 15. kemudahan dalam menghubungi perusahaan, 16. areal
66
parkir, 17. kenyamanan toko, 18. usaha promosi, 19. lokasi toko, 20. kecepatan pelayanan, 21. waktu buka toko, 22. penyajian produk. Gambar 5 menunjukkan diagram Kartesius kepuasan konsumen terhadap pelayanan unit usaha Pia Apple Pie. Setiap kuadran tersebut dapat dijelaskan dengan interpretasi berikut : 1. Prioritas Utama (Kuadran 1) Berdasarkan diagram Kartesius, terdapat tiga atribut pelayanan yang menjadi prioritas utama unit usaha Pia Apple Pie, yaitu atribut keramahan dan kesopanan karyawan (no 13), areal parkir (no 16) dan usaha promosi (no 18). Atribut keramahan dan kesopanan karyawan, perlu diprioritaskan upaya perbaikannya, misalnya dengan menciptakan motto membuat karyawan tetap ramah dan bersemangat walaupun lelah. Unit usaha juga perlu memperhatikan atribut parkir yang dinilai tidak nyaman oleh konsumen untuk segera dilakukan tindak perbaikan. Waktu buka toko menjadi prioritas utama, karena unit usaha harus memperhatikan jam kerja konsumen. Selama ini toko buka pukul 07.0021.00, pada saat hari libur atau weekend toko dapat memperpanjang jam buka sampai pukul 23.00. Hal ini sangat penting bagi pelanggan luar kota yang menghabiskan liburannya di Bogor dan ingin membeli oleholeh di malam hari untuk keluarganya. 2. Pertahankan Prestasi (Kuadran II) Atribut-atribut yang termasuk ke dalam kuadran ini adalah kemudahan dalam proses pembayaran (no 14), kenyamanan toko (no 17) dan penyajian produk (no 22).
Atribut-atribut tersebut dinilai oleh
responden memiliki tingkat kepentingan yang tinggi dan telah dilaksanakan dengan baik oleh perusahaan dan berharap agar unit usaha terus mempertahankannya. 3. Prioritas Rendah (Kuadran III) Atribut yang berada pada kuadran III adalah atribut kemudahan menghubungi perusahaan (no 15) dan lokasi toko (no 19). Atribut ini tidak terlalu masalah, apabila tidak diperbaiki oleh unit usaha dalam
67
waktu dekat, karena tidak terlalu mempengaruhi kepuasan konsumen, sehingga memiliki prioritas kepentingan rendah. 4. Berlebihan (Kuadran IV) Atribut-atribut yang berada pada kuadran ini adalah atribut kecepatan pelayanan (no 20) dan waktu buka toko (no 21). Pada saat ini, pihak unit usaha tidak perlu meningkatkan kinerja dari kedua atribut ini, karena peningkatan terhadap atribut ini akan dianggap berlebihan oleh konsumen.
2. Analisis Lingkungan Internal a. Analisis Lingkungan Fungsional Analisis fungsional dilakukan terhadap sumber daya yang dimiliki perusahaan yang terdiri atas sumber daya produksi, pemasaran, personalia dan keuangan. 1) Sumber daya Produksi Peubah ini menerangkan upaya unit usaha dalam menghasilkan produk dan jasa seoptimal mungkin, penggunaan dan pemeliharaan alat dan aset fisik lainnya yang dimiliki unit usaha. Sumber daya produksi berkaitan dengan pengadaan bahan baku, sistem produksi, proses dan fasilitas produksi serta kapasitas produksi. a) Pengadaan Bahan Baku Bahan baku yang digunakan dalam pembuatan Pie ini adalah apel, jenis room beauty, tepung terigu, mentega, gula pasir dan kismis. Apel yang dibutuhkan perusahaan sepanjang tahun 2001 dalam satu minggunya bisa mencapai 396 kg, atau 1.584 kg per bulan. Unit usaha Pia Apple Pie telah memiliki pemasok tetap untuk komoditi ayam, sayur dan telur, penyediaan bahan baku dilakukan setiap hari oleh pemasok tersebut. Bahan baku apel diperoleh dari pemasok dari Malang dengan standarisasi tertentu. Untuk bahan baku lainnya, kebutuhan tepung terigu 1.500 kg per bulan, mentega 2.400 kg per bulan, gula putih 1.260 kg
68
per bulan, dan kismis 93 kg per bulan, diperoleh di Bogor melalui agen atau dapat dibeli dari toko-toko yang banyak terdapat di Bogor. b) Proses Produksi Kegiatan produksi seluruhnya dilakukan di Bogor, karena produk pie yang dihasilkan adalah produk home made, sehingga untuk menjamin mutu dan keaslian rasa produk, pembuatannya masih terkonsentrasi di Bogor. Kegiatan produksi meliputi beberapa tahap, yaitu bagian isi, bagian kulit pie, bagian peloyangan dan bagian pembakaran. Bagian
isi,
kegiatannya
terdiri
dari
pengupasan
pembuangan biji, pengolahan dan pendinginan.
apel,
Bagian kulit
terdiri dari pemrosesan kulit pie dan pembentukannya di bagian peloyangan, serta tahap terakhir pembakaran pie di oven. Mengenai
pengawasan
mutu,
perusahaan
menunjuk
supervisor untuk bertanggungjawab mengenai hal-hal yang berkaitan dengan kegiatan produksi. Tetapi untuk pengawasan rasa dan mutu produk, keterlibatan pemilik unit usaha bisa dibilang cukup tinggi. Volume penjualan pada hari-hari biasa 150-200 potong, sedangkan pada akhir minggu, volume penjualan meningkat hingga dua kali lipat. 2) Sumber Daya Manusia Peubah ini berkaitan dengan keragaan SDM perusahaan, kompensasi, pelatihan dan pengembangan, dan pemotivasian karyawan. Jumlah karyawan unit usaha Pia Apple Pie saat ini 24 orang. Mutu pendidikan tenaga kerja pada bagian produksi dan distribusi relatif rendah.
Sebagian besar tenaga kerja tersebut
belum mencapai tingkat pendidikan tinggi, namun demikian tingkat pendidikan ini tidak mengganggu jalannya usaha, karena pekerjaan yang dilakukan relatif tetap dari waktu ke waktu. Sebagian besar pengangkatan pegawai menggunakan sistem kekeluargaan dan pendekatan secara personal (personal approach),
69
merupakan salah satu faktor yang menjamin loyalitas pegawai. Selain itu adanya insentif, tunjangan dan tunjangan hari raya, juga suasana kekeluargaan yang tercipta pada saat bekerja turut menyebabkan tingginya loyalitas para pegawai, dan merupakan salah satu sumber kekuatan unit usaha. Kelemahan unit usaha adalah dalam hal mutu para tenaga manajemen dalam masing-masing seksi yang masih kurang. Hal ini sedikit banyak dapat menghambat kemajuan unit usaha, mengingat persaingan yang semakin ketat dalam usaha industri makanan ini. Salah satu tindakan unit usaha dalam hal peningkatan mutu SDM adalah pemberian beasiswa pendidikan kepada para pegawai dan mengadakan program training. 3) Sumber daya Keuangan. Peubah keuangan berkenaan dengan bagaimana unit usaha mendapatkan
modal
usaha,
menginvestasikan
dalam
usaha,
menggunakannya untuk tujuan-tujuan unit usaha, termasuk tujuan keuntungan tertentu dan permasalahan perimbangan biaya dan keuntungan yang ingin diraihnya. Pencatatan keuangan pada unit usaha Pia Apple Pie sebagian besar mengenai penerimaan dan pengeluaran, sehingga belum menerapkan sistem akuntansi. Hal ini merupakan kelemahan dari unit usaha, karena dengan adanya sistem akuntansi untuk waktu mendatang, maka penilaian kinerja keuangan unit usaha dapat dilakukan secara lebih tepat.
Dengan adanya
informasi akuntansi, laporan keuangan juga dapat berguna bagi perusahaan, bila unit usaha ingin mengajukan kredit kepada lembaga keuangan. Permodalan unit usaha berasal dari 3 orang, yaitu pemilik unit usaha. Dengan tidak adanya bantuan modal dari pihak lain, hal ini dapat menjadi kelemahan unit usaha, namun juga dapat merupakan kekuatan unit usaha. Kelemahannya karena mengandalkan modal sendiri, otomatis sumber perolehan modal menjadi terbatas, sehingga unit usaha dapat mengalami keterbatasan juga dalam hal peningkatan
70
kapasitas produksi. Di sisi lain, unit usaha masih dapat terus bertahan hidup tanpa adanya kewajiban melunasi pinjaman kepada pihak lain dan terkena permasalahan dalam perbankan.
b. Bauran Pemasaran. Pemasaran merupakan bagian penting unit usaha dalam pencapaian hasil dan tujuan yang diharapkan. Pemasaran terkait dengan persoalan penetapan harga, penentuan penampilan (kinerja produk), penempatan produk, hingga masalah promosi.
Analisis pemasaran berhubungan
dengan analisis bauran pemasaran, yang meliputi analisis produk, harga, distribusi, mutu, merek dan kemasan. Harga meliputi penetapan harga jual dan posisi harga di pasaran, distribusi meliputi saluran distribusi, jumlah distributor, promosi berhubungan dengan media promosi dan iklan. 1) Produk. Produk pie termasuk jenis barang konsumsi yang dapat dikonsumsi sepanjang tahun dan memiliki daur pembelian yang singkat (short purchase cycle). Selain produk apple pie, unit usaha ini juga menyediakan jenis pie yang lain, yaitu strawberry pie, chocolate pie, juga pie crust, selain itu ada juga chicken pie dan beberapa pilihan menu lain, yaitu nasi goreng apel, salad apel, bandrek apel, cream soup dan poffertjes (Lampiran 2). Kekuatan utama unit usaha Pia Apple Pie terletak pada produknya yang khas dan keterjaminan mutu, nilai tambah lain adalah jenis produk yang alami tanpa bahan pengawet tetapi mempunyai daya tahan yang cukup lama, yaitu 2-3 hari, bahkan satu minggu jika disimpan dalam lemari es. Kemasan merupakan salah satu alat pemasaran yang penting. Kemasan mempunyai arti penting, karena kemasan tidak hanya digunakan sebagai pelindung produk, tetapi juga digunakan untuk menarik perhatian konsumen.
Pengemasan produk pie termasuk
sederhana, berbentuk kotak karton putih yang di dalamnya dilapisi
71
oleh almunium foil, tetapi didalam setiap kemasan diberi pamflet kecil bertuliskan sejarah apple pie menjadi ciri tersendiri yang menjadikan produk-produk
pada unit usaha Pia Apple Pie mempunyai nilai
khusus. Selain kemasan, nama merek (brand name) juga berperan penting dalam membedakan produk hasil produksi suatu perusahaan dengan perusahaan lainnya. Produk pie diberi merek Pia Apple Pie. Sampai saat ini, belum ada penelitan yang menunjukkan sampai tahap mana tingkat kesadaran merek. Kesadaran merek adalah kesanggupan calon pembeli untuk mengenali atau mengingat kembali bahwa suatu merek merupakan bagian dari kategori produk tertentu. Terdapat tiga tingkat
kesadaran
merek
berbeda,
yaitu
pengenalan
merek,
pengingatan kembali merek (brand recall) dan terakhir puncak pikiran (top of mind). Produk-produk dari unit usaha Pia Apple Pie dapat dilihat pada Lampiran 3. 2) Lokasi Pemilihan tempat di jalan Pangrango yang strategis, yaitu terletak di pusat kota dan 2 hotel di Bogor, suasana lingkungan yang nyaman, penataan dan disain tempat yang baik merupakan kekuatan unit usaha Pia Apple Pie dari segi tempat usaha. Kelemahannya terletak pada lokasi yang tidak begitu luas, sehingga jumlah meja yang ada tidak begitu banyak dan ukuran meja kurang memberikan kenyamanan. Tampilan toko dan displai dapat dilihat pada Lampiran 4.
3) Harga Unit usaha menetapkan harga produk per kotak yang terdiri dari beberapa ukuran, yaitu small (oval shape 5 x 19 cm), medium (oval shape 10 x 28 cm), large (oval shape 12 x 38 cm), dan slice (1/4 ukuran medium). Harga jual produk pie didasarkan pada harga bahan baku dan biaya produksi. Perkembangan harga jual pie selama 3 tahun terakhir dapat dilihat pada Tabel 38.
72
Tabel 38. Perkembangan harga jual produk pie tahun 1999–2007
1999
Small (Rp) -
Medium (Rp) 12.000
Large (Rp) 23.000
2000
5000
14.000
28.000
2001
6000
18.000
36.000
2002
6000
18.000
36.000
2003
8000
22.000
44.000
2004
9000
25.000
50.000
2005
10.000
27.00
55.000
2006
11.000
29.000
60.000
2007
12.000
31.000
72.000
Tahun
Sumber: Pia Apple Pie, 2007 Harga jual pie mengalami peningkatan setiap tahunnya. Hal ini didasarkan pada harga bahan baku dan biaya produksi yang semakin meningkat. Harga jual di lokasi unit usaha Pia Apple Pie dengan harga jual agen berbeda kurang lebih 10%, sehingga di Jakarta sedikit lebih mahal daripada harga Bogor. Hal ini disebabkan oleh adanya ongkos pengangkutan dari Bogor ke Jakarta oleh agen tersebut. Harga produk pie termasuk mahal, sehingga mengakibatkan pie sejauh ini lebih banyak dikonsumsi oleh golongan menengah ke atas. Harga jual produk ditentukan oleh pemilik yang bertindak sebagai direktur perusahaan. Besarnya harga jual tersebut ditentukan dengan berdasarkan pada perhitungan seluruh biaya yang dikeluarkan unit usaha.
73
Tabel 39. Faktor penyusun harga jual produk pie pada tahun 2007 Faktor Penyusun
Kontribusi Rataan (dalam %)
Biaya Bahan Langsung
24
Biaya Upah Langsung
25
Biaya Bahan Penolong
6
Biaya Overhead
15
Target Keuntungan
30
Harga Jual Produk
100
Faktor-faktor yang dijadikan patokan oleh unit usaha dalam menetapkan harga jual adalah biaya bahan baku utama, biaya upah langsung, biaya bahan penolong dan biaya overhead (Tabel 39). Biaya bahan baku utama diperoleh dari total pemakaian seluruh bahan baku. Biaya upah langsung diperoleh dari total upah tenaga kerja. Biaya overhead terdiri atas biaya angkutan dan perijinan, gaji pimpinan, dan biaya-biaya tak terduga. Sedangkan biaya penolong diperoleh dari biaya kerugian akibat pie yang rusak.
4) Promosi Dari empat bauran promosi (promotion mix) yaitu periklanan, promosi penjualan, penjualan perorangan, hubungan masyarakat dan publisitas. Sejauh ini, unit usaha Pia Apple Pie belum melakukan kegiatan promosi dan periklanan khusus. Kegiatan promosi yang telah dilakukan adalah pemasangan papan promosi dan penunjuk jalan lainnya menuju unit usaha Pia Apple Pie. Kegiatan
penjualan
pribadi
atau
perseorangan
untuk
memperkenalkan produk pie dalam rangka menjaring pembeli telah dilakukan unit usaha Pia Apple Pie dengan mengikuti kegiatankegiatan pameran, diantaranya Pekan Raya Jakarta.
Selain itu,
promosi penjualan masih dilakukan melalui informasi dari mulut ke mulut antar pelanggan. Kegiatan promosi penjualan lainnya adalah
74
pemberian diskon bagi pembelian produk baru unit usaha pada masa promosi produk. Sebagai bagian dari publisitas, unit usaha ini telah mendapat perhatian dari sejumlah surat kabar, diantaranya Kompas, Radar Bogor dan Suara Pembaharuan, yang secara tidak langsung telah menjadi ajang promosi bagi produk ini.
Kegiatan humas dan publisitas
dilakukan dengan membina hubungan baik dengan relasi unit usaha, serta turut berpartisipasi dalam kegiatan sosial, seperti penjualan nasi murah bagi anak-anak jalanan yang berada di sekitar unit usaha Pia Apple Pie.
c. Analisis Daur Hidup Produk. Salah satu konsep penting untuk membantu unit usaha menilai perubahan yang terjadi baik pada lingkungan internal maupun eksternal adalah konsep daur hidup produk. Konsep ini membantu pengusaha untuk memahami setiap peluang dan kendala yang dihadapi dan memahami situasi persaingan yang terjadi. Daur hidup produk memiliki dua peubah, yaitu perkembangan volume penjualan dan waktu. Gambar daur hidup produk dapat dilihat pada Gambar 6. Pada unit usaha, volume penjualan memiliki nilai yang terus meningkat sejak mulai berdirinya usaha di tahun 1999, hingga akhir tahun 2007. Sampai dengan akhir tahun 2007, unit usaha berada pada tahap pertumbuhan. Trend penjualan produk pie berdasarkan volume penjualan dapat dilihat pada Tabel 40, dengan ukuran produk yang digunakan adalah konversi produk ke dalam ukuran medium.
75
Tabel 40. Perkembangan volume penjualan pie dari tahun 1999 - 2007 Tahun
Volume Produksi (Unit)
1999
18.700
2000
46.401
2001
53.161
2002
55.204
2003
57.586
2004
57.857
2005
60.158
2006
60.159
2007
60.386
Sumber: Pia Apple Pie, 2007 daur hidup produk
vo lu m e p ro d u ksi
80 60 40
Series1
20 0 1
2
3
4
5
6
7
8
9
tahun
Gambar 6. Daur hidup produk
d. Analisis Titik Impas Biaya yang terjadi pada proses pembuatan produk pie digolongkan ke dalam dua kelompok, yaitu biaya tetap dan biaya tidak tetap (variabel). Penggolongan biaya ini didasarkan pada perubahan volume kegiatan. Biaya tetap adalah biaya yang jumlah totalnya tidak berubah dalam volume kegiatan. Biaya tetap pada pembuatan pie selama periode analisis terdiri dari (a) Biaya administrasi dan umum, yang meliputi pembayaran pajak dan promosi, (b) Biaya penyusutan yang meliputi biaya penyusutan bangunan dan alat, (c) Biaya pemeliharaan, yang
76
meliputi biaya pemeliharaan bangunan dan alat. Besarnya biaya tetap total produk pie dapat dilihat pada Tabel 41.
Tabel 41. Biaya tetap total pembuatan pie periode 2007 Jenis Biaya Tetap
Nilai (Rp)
1.Administrasi dan Umum
70.000.000
2.Penyusutan Bangunan dan Alat
66.400.000
3.Pemeliharaan
44.000.000
Jumlah
180.400.000
Biaya tidak tetap adalah biaya yang jumlah totalnya berubah sebanding dengan perubahan volume produksi. Biaya tidak tetap pada proses pembuatan pie terdiri dari tenaga kerja langsung, bahan baku, kemasan, bahan bakar, listrik dan air. Rincian biaya tidak tetap secara total pada pembuatan pie dapat dilihat pada Tabel 42.
Tabel 42. Biaya tidak tetap total pembuatan pie periode 2007 Jenis Biaya Variabel
Nilai (Rp)
1. Tenaga Kerja
541.208.000
2. Bahan Baku (Kilogram)
951.261.764
3. Kemasan (S/M/L)
67.920.000
4. Listrik
10.800.000
5. Air
5.600.000
6. Bahan Bakar
14.000.000
Jumlah
1.590.789.764
Perhitungan titik impas pada pembuatan produk pie selama periode analisis dapat dilihat pada Tabel 43.
77
Tabel 43. Perhitungan titik impas pada pembuatan produk pie Peubah
Nilai
1. Biaya Tetap Total (Rp)
180.400.000
2. Biaya Peubah Total (Rp) 3. Unit Produksi
1.590.789.764 60,386
4. Biaya Peubah Per Unit (Rp) (Jumlah 2 : 3)
26.343
5. Harga Jual Per Satuan Produk bbb(Rp)
31.000
6. Impas (Unit) (Jumlah 1: [5-4])
38.737
Mengacu pada Tabel 43, dapat diketahui bahwa nilai impas dalam penjualan produk pie selama periode analisis 27.042 unit.
untuk
menentukan jumlah satuan produk yang harus dijual pada titik impas diperoleh dengan membagi biaya tetap total dengan harga jual per satuan dikurangi biaya variabel per unit. Untuk mengetahui apakah penjualan aktual telah melebihi tingkat penjualan impas, maka perlu dibandingkan antara penjalan aktual dengan penjualan impas. Perbandingan penjualan aktual dengan penjualan impas dapat dilihat pada Tabel 44. Tabel 44. Perbandingan penjualan aktual dan penjualan impas pada unit usaha Pia Apple Pie Periode 2007 Satuan Unit Rupiah
Penjualan titik Impas
Penjualan Aktual
38.737
60.386
1.200.847.000
1.871.966.000
Berdasarkan Tabel 44 terlihat bahwa selama periode analisis penjualan produk pie telah melebihi titik impas. Batas penjualan impas adalah Rp.1.200.847.000 atau 38.737 unit, sedangkan penjualan aktual telah mencapai Rp. 1.871.966.000 atau 60.386 unit.
Kondisi ini
78
menunjukkan bahwa unit usaha Pia Apple Pie ini telah memberikan laba pada pengusaha.
3. Analisis Lingkungan Eksternal a. Analisis Lingkungan Makro Analisis lingkungan makro pada unit usaha Pia Apple Pie terdiri dari 4 faktor penting, yaitu faktor ekonomi, faktor sosial budaya, faktor politik dan faktor teknologi. 1)
Faktor Ekonomi Menteri negara Koperasi dan UKM Suryadharma Ali pada
tahun 2007 menyatakan bahwa UKM menyumbang 53,3% atau Rp 1.778,7 triliun Produk Domestik Bruto (PDB) tahun 2006 yang mencapai Rp 3.338,2 triliun. Nilai PDB dari UKM atas dasar harga berlaku meningkat Rp 287,69 triliun dibandingkan 2005 PDB UKM Rp 1941,06 triliun. PDB nasional tahun 2006 tumbuh 5,5%, PDM UKM 5,4% dan usaha besar tumbuh 5,6%. Geliat industri ekonomi kreatif yang sebagian besar adalah UKM diprediksi memiliki prospek, sehingga dapat menaikkan pasokan terhadap PDB dari 5% menjadi 10%. Hambatan dari UKM dalam hal kesulitan pemenuhan order besar dalam waktu yang singkat dan konsistensi mutu, misalnya pengemasan pengiriman yang sesuai standar dan mutu. Oleh karena itu, harus dibuat road map jelas untuk mengarahkan industri kreatif ini menyumbang 10% PDB dengan pembahasan melibatkan berbagai departemen dan pelaku UKM itu sendiri. Hal tersebut di atas menunjukkan bahwa UKM seperti unit usaha Pia Apple Pie mampu berperanserta dalam mendukung perekonomian
masyarakat.
Meskipun
demikian,
dalam
pengembangannya diperlukan dukungan dari pihak-pihak terkait. 2) Faktor Sosial Budaya Faktor sosial budaya yang perlu mendapat perhatian adalah terjadinya perubahan pola konsumsi masyarakat modern dan
79
pengetahuan gizi masyarakat yang umumnya telah sadar akan kesehatan dan lebih senang untuk mengkonsumsi produk yang sifatnya alami, sehingga ciri khas pie yang alami akan menjadi salah satu alasan penentuan pemilihan. Perkembangan penduduk Indonesia mengalami peningkatan dari tahun ke tahun. Meningkatnya populasi penduduk ini berakibat terhadap meningkatnya permintaan masyarakat terhadap konsumsi makanan. Laju perkembangan penduduk ditandai dengan makin berkembangnya daerah perkotaan dan meningkatnya kesibukan dan pendapatan penduduk, memerlukan makanan yang praktis, mudah, cepat cara penghidangannya dan bernilai gizi baik. Adanya peningkatan jumlah wanita bekerja merupakan salah satu faktor sosial yang tidak kalah penting.
Kondisi seperti ini
merupakan peluang bagi industri makanan kecil, para wanita yang bekerja umumnya tidak memiliki banyak waktu untuk membuat sendiri makanan kecil untuk keluarga atau untuk acara-acara tertentu, sehingga lebih memilih untuk membeli produk tersebut. 3)
Faktor Politik Berdasarkan UU RI No. 9 Tahun 1995 tentang usaha kecil menyatakan bahwa Pemerintah, dunia usaha dan masyarakat melakukan pembinaan dan pengembangan Usaha Kecil dalam bidang produksi dan pengolahan, pemasaran, SDM dan teknologi, dengan cara meningkatkan kemampuan manajemen dan teknik produksi dan pengolahan, meningkatkan kemampuan rancang bangun
dan
perekayasaan,
memberikan
kemudahan
dalam
pengadaan sarana dan prasarana produksi dan pengolahan, bahan baku, bahan penolong dan kemasan. Hal ini merupakan jaminan dari pemerintah,
sehingga
industri
kecil
lebih
terpacu
untuk
mengembangkan diri. Kesadaran konsumen akan mutu dan keamanan pangan dan kesadaran akan kesehatan juga masalah kehalalan telah merubah selera dan preferensi konsumen. Karena itu, industri pangan harus
80
memperhatikan standar-standar mutu, bahan baku dan bahan tambahan/pengawet, proses dan manajemen proses.
Untuk
menjamin keamanan pangan internasional ini, dibentuk suatu komite gabungan
World
Health
Organization/Food
Agriculture
Organization (WHO/FAO), yaitu Codex Alimentarius Commision (CAC) yang menetapkan batas-batas kemanan ataupun produkproduk pangan dan yang terkait. kegiatan
ekonomi
rakyat,
Dalam rangka menggerakkan
upaya-upaya
pemerintah
untuk
meningkatkan daya saing usaha adalah melakukan kegiatan-kegiatan pemasyarakatan dan pelatihan seperti : 1. Penerapan GMP, khususnya industri makanan dan minuman. 2. Penerapan Hazard Analysis Critical Control Point (HACCP). 3. Penerapan ISO (SNI 9-9000) dan ISO 14.000 4. Penerapan berbagai teknologi proses dan teknologi pengemasan 5. Penerapan teknologi produksi bersih (Cleaner Production) dan program “Responsible Care” Selain tersebut diatas standar yang perlu diperhatikan adalah labeling, persyaratan halal dan periklanan. Penanganan masalah ini harus sesuai dengan persyaratan yang baik dan memperhatikan titiktitik kritis (HACCP), mulai dari pengadaan bahan baku, proses pengolahan, pewadahan, pelabelan, penyimpanan, distribusi dan transportasi sampai ke tangan konsumen. 4)
Faktor Teknologi. Teknologi merupakan salah satu sumber utama perubahan, yaitu
adanya
penemuan-penemuan
penemuan lama.
baru
yang menggantikan
Peubah ini dapat mempengaruhi bahan baku,
operasi dan produk perusahaan, karena pada dasarnya perubahan teknologi dapat memberikan peluang besar untuk peningkatan hasil, tujuan, atau bahkan mengancam kedudukan perusahaan. Teknologi yang terus berkembang memberikan kontribusi yang besar bagi keberadaan perusahaan. Faktor teknologi turut membantu perusahaan dalam menjalankan kegiatan operasional sehari-hari
81
seperti telepon, mesin faksimili, komputer dan internet, serta mesinmesin yang dapat membantu percepatan dan mutu produksi. Selanjutnya kemajuan di bidang transportasi juga memperlancar kegiatan perusahaan dalam memasarkan produknya ke wilayahwilayah yang lebih jauh lagi. Perkembangan teknologi informasi merupakan peluang yang harus ditangkap oleh perusahaan karena akan memudahkan konsumen untuk mengakses perusahaan, dengan adanya teknologi informasi, seperti internet dan e-commerce, konsumen akan mendapatkan informasi yang lebih baik mengenai kebutuhannya, sehingga dapat mengambil keputusan yang tepat mengenai produk yang akan dibelinya. Peluang pembaharuan yang tidak terbatas dan perubahan teknologi menjadi tantangan bagi perusahaan untuk mampu menghasilkan produk yang lebih baik dan sesuai dengan keinginan konsumen tanpa mengesampingkan perhatian pada lingkungan hidup, kesehatan dan keselamatan konsumen. Dengan demikian dukungan dan loyalitas konsumen terhadap produk perusahaan akan dapat ditingkatkan, meskipun membutuhkan waktu yang relatif lama akibat berlangsung dalam jangka panjang.
b. Analisis Lingkungan Mikro Analisis Lingkungan Mikro berkaitan erat dengan situsi persaingan yang harus dihadapi oleh perusahaan. Analisis lingkungan mikro dalam penelitian ini meliputi profil konsumen yang dituju, saluran distribusi, posisi pesaing dan posisi pemasok. 1) Profil Konsumen Pemahaman profil konsumen berperan besar dalam perencanaan strategis terhadap perusahaan dalam industri kecil, dengan berdasarkan pada tiga peubah, yaitu geografi, demografi dan perilaku pembelian maka akan tercermin profil konsumen yang dihadapi oleh perusahaan.
82
Berdasarkan pertimbangan geografis, kegiatan pemasaran unit usaha Pia Apple Pie sampai saat ini diarahkan pada pasar dalam wilayah Bogor dan Jakarta.
Secara demografi, konsumen sasaran
perusahaan ditujukan pada kelas sosial menengah ke atas, dengan golongan usia anak-anak, remaja dan dewasa. Sedangkan berdasarkan perilaku pembeliannya, produk pie sebagian besar dikonsumsi oleh konsumen yang memiliki tingkat loyalitas cukup besar terhadap pie yang dihasilkan oleh perusahaan. 2) Saluran Disribusi Pemasaran produk pie dilakukan dengan menjalin hubungan baik antara perusahaan dengan agen dan konsumen secara langsung. Dalam hal ini, harga jual untuk agen ditentukan oleh perusahaan sendiri, begitu juga harga jual kepada konsumen akhir. Sampai saat ini, tidak terdapat perusahaan lain yang terlibat secara khusus dalam strategi pemasaran unit usaha Pia Apple Pie. Kebijakan yang diambil oleh perusahaan untuk memasarkan langsung produk yang dihasilkannya merupakan bentuk kebijaksanaan yang umum dilakukan dalam unit usaha Pia Apple Pie. Hal ini disebabkan pemasaran secara langsung dianggap sebagai alternatif distribusi yang efektif dan efisien untuk dilakukan. 3) Posisi Pemasok Bahan baku yang digunakan oleh unit usaha Pia Apple Pie diperoleh dari Jakarta dan Bogor melalui pedagang perantara. Bahan baku utama, yaitu apel diperoleh di pasar induk Jakarta melalui pembelian langsung 2 kali dalam satu minggu, sedangkan pemasok bahan baku lainnya diperoleh dari toko yang banyak terdapat di Bogor. Sistem pembelian bahan baku dilakukan pada saat bahan baku diterima, dengan tujuan agar unit usaha tidak memiliki kewajiban pada pedagang yang dapat memberatkan unit usaha di kemudian hari, sedangkan untuk harga bahan baku, besarnya diperoleh berdasarkan hasil negosiasi antara perusahaan dan pemasok.
83
4) Posisi Pesaing Dilihat dari penggolongan usahanya ke dalam kelompok usaha bakery, sampai tahun 2007 terdapat 8 pengusaha yang dapat menjadi pesaing kuat unit usaha Pia Apple Pie. Kategori tersebut dapat dilihat dari nilai investasinya yang mencapai Rp. 100.000.000,00 Empat dari delapan usaha tersebut sudah dapat dikatakan cukup lama berdiri dari tahun 1989, kemudian 2 usaha berdiri pada tahun 1995, satu usaha berdiri di tahun 1997 dan 1998.
Tabel 45. Pesaing kuat unit usaha Pia Apple Pie Nama Perusahaan
Tahun Berdiri
Investasi (Rp/Juta)
Yun Yen
1989
135
Barkah
1989
268
Mahkota Bakery
1989
160
Tan Ek Tjoan
1989
130
Venus
1995
120
Bogor Permai
1995
450
Lautan
1997
345
Evi Boy
1998
200
Sumber: Disperindag Kota Bogor, 2006.
c. Analisis Lingkungan Industri Unit usaha Pia Apple Pie digolongkan ke dalam industri pengolahan makanan roti dan kue (bakery). Lingkungan industri adalah tingkatan dari lingkungan eksternal perusahaan yang menghasilkan komponen-komponen yang secara normal memiliki implikasi relatif spesifik dan langsung terhadap operasionalisasi perusahaan. Dengan menggunakan analisis strategi 5P Michael Porter, yaitu persaingan antar anggota industri, pendatang baru, pemasok, pembeli dan produk pengganti, akan diperlihatkan analisis dan situasi perusahaan saat ini dan
84
langkah-langkah strategis yang perlu diambil guna meningkatkan daya saing perusahaan dan memperoleh pangsa pasar yang lebih luas. 1) Ancaman Masuknya Pendatang Baru Ancaman masuknya pendatang baru ke dalam industri sangat tergantung pada hambatan yang mungkin ada untuk memasuki industri. Beberapa kriteria sumber utama hambatan untuk memasuki suatu industri adalah skala ekonomi, diferensiasi produk, kebutuhan modal, keunggulan biaya, akses ke saluran distribusi dan peraturan pemerintah. Hambatan untuk memasuki industri ini bila dilihat dari skala ekonomi dan permodalan relatif rendah, karena usaha ini tidak memerlukan pengoperasian pada skala ekonomi yang besar dan kebutuhan modal awal usaha yang relatif kecil. Secara legal formal, masalah regulasi tidak berpengaruh kepada pendatang baru yang ingin memasuki bisnis ini, karena pemerintah tidak membatasi atau menghambat kemungkinan masuknya perusahaan ke dalam industri dengan peraturan-peraturan tertentu. Untuk faktor akses ke saluran distribusi, umumnya perusahaan yang telah ada dalam industri mempunyai saluran distribusi sendiri, sehingga akan menghambat pendatang baru yang akan masuk ke dalam industri ini. Hal ini disebabkan unit usaha Pia Apple Pie berinteraksi dengan pelanggan berdasarkan kepercayaan, sehingga sulit untuk membuat pelanggan-pelanggan tersebut beralih. Tingkat diferensiasi produk termasuk tinggi, karena unit usaha Pia Apple Pie saat ini adalah satu-satunya produsen pie di Bogor dengan cara pembuatan alami (home made) dan mempunyai kekhususan pada pelayanan kepada pelanggan, artinya tidak saja menjual produk, akan tetapi juga menjalin hubungan dengan pelanggan. Dari segi keunggulan biaya, adanya perusahaan lain yang muncul dengan keunggulan biaya lebih rendah dapat menjadi ancaman bagi perusahaan.
85
Berdasarkan uraian di atas, maka dapat disimpulkan bahwa hambatan untuk masuk ke dalam industri tergolong rendah, sehingga ancaman masuknya pendatang baru ke dalam industri relatif besar. 2) Daya Tawar Menawar Pembeli Faktor-faktor yang mempengaruhi penilaian daya tawar-menawar pembeli terhadap industri, diantaranya berupa faktor konsentrasi pembeli dan volume pembelian, kepentingan produk bagi pembeli, sifat produk industri yang dijual kepada pembeli merupakan produk standar atau terdiferensiasi. Pembeli relatif terkonsentrasi, yaitu wilayah Bogor dan Jakarta, dengan volume pembelian relatif besar, yaitu 150-200 potong pada hari biasa dan 300-400 potong pada hari minggu/libur. Bagi pembeli, produk yang dibeli merupakan bagian dari biaya atau pembelian yang cukup kecil, tetapi cukup penting dalam hal mutu, karena tuntutan konsumen terhadap mutu produk semakin tinggi. Kekuatan tawar menawar pembeli dapat dikatakan kuat, karena penawaran terhadap pie masih lebih besar dibandingkan dengan permintaan terhadap produk tersebut. Pembeli dapat dengan mudah beralih ke produk lain yang sejenis, sehingga biaya pengalihan bagi pembeli kecil. 3) Daya Tawar Menawar Pemasok Pemasok adalah pihak yang memberikan input bagi perusahaan, baik secara berkesinambungan maupun tidak.
Faktor-faktor yang
mempengaruhi daya tawar-menawar pemasok, yaitu konsentrasi dan dominasi pemasok, serta sifat produk yang dijual kepada industri merupakan produk yang standar atau terdiferensiasi. Unit usaha Pia Apple Pie telah memiliki pemasok tetap bagi komoditi ayam, sayur dan telur, penyediaan bahan baku dilakukan setiap hari oleh pemasok tersebut. Bahan baku apel diperoleh dari pemasok di Malang dengan standarisasi tertentu, yaitu apel room beauty, dengan ukuran 11-15 cm. Cara pembayaran bagi pembelian bahan baku ini adalah tunai, setelah pasokan bahan baku diterima.
86
Jumlah pemasok masih lebih banyak daripada industri, sehingga kondisi ini cukup menguntungkan bagi industri, karena industri akan mempunyai lebih banyak pilihan guna memenuhi kebutuhannya dalam hal kuantitas, mutu maupun harga. Namun demikian tidak mudah bagi industri untuk memperoleh pemasok yang dapat memenuhi kebutuhan pasar, yaitu dalam hal mutu yang baik. Ketergantungan pemasok kepada industri cukup besar, dalam arti industri merupakan pelanggan penting bagi pemasok.
Hal ini
disebabkan industri membeli produk kepada pemasok dalam jumlah relatif besar (permintaan harian tinggi).
Berdasarkan penjelasan
tersebut, kekuatan tawar menawar pemasok dapat dikatakan sedang, karena untuk mewujudkan bisnis yang saling menguntungkan antar produsen dengan pemasok dapat diterapkan sistem kerjasama yang baik.
Sistem kerjasama dengan pemasok tersebut dapat berbentuk
kontrak kerja atau bebas.
Ancaman pemasok melakukan integrasi
maju dapat dikatakan kecil kemungkinannya. 4) Tingkat Persaingan Antar Industri Hambatan bagi pendatang baru untuk memasuki industri seperti yang telah dijelaskan relatif rendah, sehingga memungkinkan bagi industri untuk dimasuki oleh banyak perusahaan sejenis, terutama perusahaan kecil.
Selain itu pesaing mempunyai karakter yang
berbeda, seperti berbeda dalam strategi. Produk yang dijual industri merupakan produk yang mudah rusak, maka dapat memicu berkembangnya strategi menurunkan harga, dengan kata lain persaingan diantara perusahaan-perusahaan dalam industri relatif tinggi. 5) Ancaman Produk Pengganti Sampai saat ini, pie home made baru diproduksi oleh unit usaha Pia Apple Pie di Bogor, berbeda dengan produk pie yang diproduksi oleh perusahaan bakery yang menggunakan bahan pengawet dan tidak alami, sehingga pemilihan produk ditentukan oleh selera konsumen. Walaupun pie memiliki segmen pasar tersendiri, namun tidak menutup
87
kemungkinan bagi konsumen potensial untuk beralih ke produk lain yang mempunyai fungsi yang sejenis, yaitu makanan kecil seperti roti dan kue. Oleh karena itu, tersedianya beberapa produk makanan kecil lain yang ada di pasaran membuat konsumen dihadapkan pada berbagai pilihan yang dapat memuaskan keinginannya.
Dengan kata lain,
konsumen dapat bebas memilih produk sesuai dengan selera masingmasing. Hal ini juga berarti bahwa ancaman produk pengganti untuk menggeser produk pie relatif besar.
d. Indentifikasi Faktor Kekuatan, Kelemahan, peluang dan Ancaman Berdasarkan hasil analisis lingkungan internal perusahaan berupa kekuatan (strengths) dan kelemahan (weaknesses) dan kondisi eksternal perusahaan yang meliputi peluang (opportunities) dan ancaman (threats) yang berpengaruh terhadap pengembangan bisnis produk pie dan analisa respon pelanggan terhadap harapan dan kinerja produk dan unit usaha Pia Apple Pie, maka selanjutnya diidentifikasi faktor-faktor kekuatan, kelemahan, peluang dan ancamannya. Hasil analisis tersebut digunakan untuk menetapkan posisi perusahaan dengan menggunakan Matriks IE yang akan dipetakan posisi suatu perusahaan, selanjutnya hasil analisis tersebut digunakan untuk merumuskan alternatif strategi bisnisnya ke dalam analisis matriks SWOT. Berikut ini dianalisis tentang kekuatan, kelemahan, peluang, dan ancaman pada unit usaha Pia Apple Pie. a. Kekuatan 1) Memiliki produk yang khas baik dalam mutu maupun kemasan. Produk bermutu dengan mutu terjamin dan tanpa bahan pengawet, sehingga hal tersebut dapat menjadi pertimbangan konsumen dalam memilih produk. 2) Pelayanan kepada konsumen, sesuai dengan orientasi filosofi perusahaan, yaitu orientasi pelanggan. Dalam hal ini pemasaran
88
produk yang diutamakan adalah memenuhi keinginan dan kepuasan konsumen dengan menghasilkan barang bermutu tinggi. 3) Lingkungan kerja perusahaan yang mengutamakan kerja keras dan rasa kekeluargaan yang erat, sehingga menjamin tingginya loyalitas karyawan. 4) Lokasi yang strategis berada ditengah kota, sehingga mudah dijangkau baik dengan kendaraan pribadi atau umum. 5) Harga yang ditawarkan terjangkau, karena ukurannya bervariasi disesuaikan dengan kebutuhan dan keuangan konsumen.
b. Kelemahan 1) Pencatatan keuangan masih sederhana, hanya mencatat penerimaan dan pengeluaran dan belum menerapkan sistem akuntansi, sehingga tidak dapat dilakukan penilaian kinerja keuangan perusahaan yang tepat. 2) Kurangnya promosi. 3) Kurangnya
lahan
parkir dan
sempitnya
tempat,
sehingga
mengurangi kenyamanan pengunjung. 4) Mutu manajemen kurang
c. Peluang 1) Prospek pemasaran di wilayah Bogor dan Jakarta masih cukup baik 2) Perkembangan
teknologi
informasi
yang
semakin
maju,
pengelolaan pangan terkait langsung dengan arus globalisasi perdagangan dunia. Kemajuan teknologi telah berpengaruh bagi perkembangan bisnis. Kemajuan teknologi di bidang komunikasi, informasi, dan transportasi merupakan suatu peluang yang dapat digunakan untuk lebih memperlancar usaha perusahaan. 3) Pola konsumsi masyarakat berubah. Dengan bertambahnya jumlah penduduk yang bekerja di kota, yang umumnya menuntut makanan praktis dan bernilai gizi baik. Disamping itu bertambahnya tenaga kerja wanita, telah menyebabkan waktu berbelanja dan memasak
89
lebih sempit, sehingga pola konsumsi masyarakat secara bertahap mengalami perubahan.
Hal ini didorong pula dengan perilaku
hidup modern. 4) Kebijakan pemerintah yang mendukung pengembangan usaha kecil. 5) Ketersediaan bahan baku cukup, sehingga tidak mengganggu proses produksi.
d. Ancaman 1) Adanya kenaikan biaya produksi akibat kenaikan tarif listrik dan telepon, terutama BBM. 2) Adanya kemungkinan ancaman pendatang baru dalam industri sejenis. 3) Ancaman produk substitusi berupa makanan kecil lain, seperti kue dan sejenisnya.
e. Perumusan dan Pemilihan Strategi a. Analisis Matriks IFE-EFE 1) Hasil Analisis Matriks IFE Faktor yang dianalisis dengan matriks ini adalah faktor-faktor strategis internal perusahaan. Faktor-faktor strategis ini merupakan faktor-faktor yang menjadi kekuatan dan kelemahan unit usaha. Hasil identifikasi kekuatan dan kelemahan dimasukkan sebagai faktor-faktor strategis internal, kemudian diberi bobot dan rating, sehingga diperoleh hasil identifikasi seperti pada Tabel 46. Pembobotan dan pemberian rating dapat dilihat pada Lampiran 5. 2) Hasil Analisis Matriks EFE Hasil identifikasi peluang dan ancaman dimasukkan sebagai faktorfaktor strategis eksternal, kemudian diberi bobot dan rating, sehingga diperoleh hasil identifikasi seperti pada Tabel 47. Pembobotan dan pemberian rating dapat dilihat pada Lampiran 5.
90
Tabel 46. Hasil matriks IFE Bobot (a)
Rating (b)
Nilai (a x b)
Produk yang baik dalam mutu dan kemasan
0,156
4
0,624
Pelayanan mengutamakan kepuasan konsumen
0,148
4
0,592
Loyalitas tinggi karyawan terhadap perusahaan
0,113
3
0,339
Lokasi strategis di tengah kota
0,106
3
0,318
Citra Produk
0,120
3
0,360
Faktor Strategik Internal A. Kekuatan
2,233 B. Kelemahan Pencatatan keuangan masih sederhana
0,078
2
0,156
Kurangnya promosi
0,099
2
0,198
Kurangnya lahan parkir dan sempitnya tempat
0,078
2
0,156
Mutu manajemen perusahaan kurang
0,099
2
0,198 0,078
Total (A + B)
2,941
Tabel 47. Hasil Matriks EFE Faktor Strategik Eksternal
Bobot (a)
Rating (b)
Nilai (a x b)
C. Peluang Prospek pemasaran di Bogor dan Jakarta masih terbuka
0,145
3
0,435
Perkembangan teknologi informasi
0,131
3
0,393
Perubahan pola konsumsi masyarakat
0,125
4
0,500
Dukungan dari pemerintah terhadap UKM
0,138
2
0,276
Ketersediaan bahan baku yang cukup
0,097
3
0,291 1,895
D. Ancaman Kenaikan biaya produksi
0,083
2
0,166
Adanya pendatang baru produk sejenis
0,083
3
0,249
Adanya produk substitusi
0,083
3
0,249
Kondisi politik dan keamanan
0,111
3
0,333 0,997
Total (C + D)
2,892
91
b. Analisis Matriks I-E Matriks IE disusun untuk mengetahui strategi apa yang sebaiknya digunakan. Untuk menentukan strategi tersebut, didapatkan matriks EFE dan IFE, dengan nilai rataan IFE 2,941 dan nilai EFE 2,892.
Skor Tertimbang Faktor Internal Kuat
Rataan
Lemah
(2.00-2.99)
(1.00-1.99)
(3.00-4.00)
Skor Tertimbang Faktor Eksternal
4.0
I
II
III
Growth
Growth
IV
V Growth dan
Retrenchment Turnaround (berbenah diri) dgn reduksi biaya/reduksi aset VI Retrenchment Atau Divestasi (menjual suatu unit utk mendapatkan tambahan sumber daya IX
Tinggi 3.0
Stability
Stability
Sedang VII
VIII
Growth Diversifikasi Konsentrik (kesamaan pasar, produk, teknologi)
Growth Diversifikasi Konglomerat (risiko finansial)
2.0 Rendah
Likuidasi (menutup suatu usaha)
Gambar 7. Hasil matriks IE Dari hasil matrik IE tersebut, terlihat perusahaan berada pada kotak kuadran V, yaitu tumbuh dan stabil. Strategi yang disarankan pada kondisi tersebut adalah strategi penetrasi pasar, pengembangan produk dan pengembangan pasar, artinya unit usaha Pia Apple Pie tetap terus melakukan strategi pemasaran yang telah dilakukan dan tetap menjaga mutu produk yang dihasilkan. Rumusan alternatif strateginya adalah melakukan penetrasi pasar, pengembangan produk dan pengembangan pasar. Rinciannya sebagai berikut :
92
1) Strategi Penetrasi Pasar (Meningkatkan penggunaan produk lama di pasar lama) Strategi ini mengarahkan sumber daya untuk mencapai pertumbuhan hanya pada satu produk, di satu pasar dan dengan satu teknologi dominan. Tindakan-tindakan yang dapat dilakukan, antara lain : a. Memberi insentif harga untuk penggunaan yang lebih banyak. b. Memikat pelanggan dari pesaing, dengan cara menurunkan harga dan meningkatkan usaha promosi. 2) Pengembangan produk (Mengembangkan produk baru untuk pasar lama) Dalam hal ini perlu dilakukan modifikasi cukup besar atas produk lama atau penciptaan produk baru yang masih berkaitan yang dapat dipasarkan kepada pelanggan lama, melalui saluran yang
sudah
ada.
Strategi
ini
sering
digunakan
untuk
memperpanjang daur hidup produk yang sudah ada ataupun untuk memanfaatkan reputasi atau merek favorit. Strategi pengembangan produk didasarkan pada pasar
lama
dengan
melakukan
modifikasi
penetrasi
produk
atau
mengembangkan produk baru yang kaitannya jelas dengan lini produk yang sudah ada. Dalam hal ini, mutu produk secara bertahap dapat ditingkatkan melalui proses penggunaan bahan baku, proses produksinya, penggunaan peralatan yang bermutu tinggi dan pemakaian mutu tenaga kerja (SDM) yang lebih baik. 3) Pengembangan pasar (Menjual produk lama di pasar baru) Pengembangan
pasar
yang
dimaksud
adalah
dengan
penguasaaan pasar dalam kota dan meningkatkan informasi pasar. Selain itu dapat dilakukan dengan memodifikasi produk kepada pelanggan di wilayah-wilayah pasar yang terkait dengan menambah saluran distribusi atau dengan mengubah isi iklan/promosi. Beberapa tindakan yang dapat dilakukan, antara lain :
93
a. Membuka pasar pada daerah geografis baru b. Memikat segmen pasar lain dengan mengembangkan versi produk untuk memikat segmen lain, dengan cara menggunakan saluran distribusi lain. c. Mengusahakan cara pemasaran alternatif untuk pengembangan pasar selain agen, misalnya dengan waralaba.
c. Analisis Matrik SWOT Berdasarkan analisis matriks IFE dan EFE sebelumnya, maka dapat disusun analisis SWOT untuk mengidentifikasi berbagai faktor secara sistematis dalam merumuskan strategis perusahaan. Perumusan strategi unit usaha Pia Apple Pie dengan matriks SWOT dapat dilihat pada Tabel 48.
94
Tabel 48. Perumusan strategi unit usaha Pia Apple Pie dengan Matriks SWOT Kualitatif
Faktor Internal
Faktor Eksternal
Opportunities/Peluang (O) 1. Prospek pemasaran Bogor dan Jakarta masih terbuka. 2. Perkembangan teknologi informasi. 3. Perubahan pola konsumsi 4. Dukungan pemerintah terhadap UKM 5. Ketersediaan bahan baku yang cukup
Strengths/Kekuatan (S) 1. Produk yang baik dalam mutu dan kemasan 2. Pelayanan yang mengutamakan kepuasan konsumen 3. Loyalitas karyawan 4. Letak strategis 5. Citra produk
Strategi SO a. Mempertahankan dan meningkatkan mutu dan citra produk untuk mempertahankan konsumen yang ada saat ini (S1,O1, O4). b. Meningkatkan kemampuan produksi dengan memanfaatkan peluang kemajuan teknologi untuk standar keamanan pangan (S3, O2, O5) c. Mempertahankan lingkungan kerja perusahaan agar dapat lebih meningkatkan produktivitas (S2, O3)
Weaknesses/Kelemahan (W) 1. Pencatatan keuangan masih sederhana 2. Kurangnya promosi 3. Kurangnya lahan parkir 4. Mutu manajemen perusahaan kurang
a.
b.
c.
Threats /Ancaman (T) 1. Kenaikan biaya produksi 2. Adanya pendatang baru produk sejenis 3. Adanya produk substitusi 4. Kondisi politik keamanan.
Strategi ST a. Meningkatkan diversifikasi produk melalui berbagai kebijakan produk dan pelayanan untuk menghadapi pendatang baru yang mapan (S1, S4, T1, T4). b. Menanamkan loyalitas konsumen terhadap perusahaan (S5, T2,T3).
a.
b.
Strategi WO Memperluas jangkauan disribusi dan pemasaran dengan membuka outlet di supermarket, menambah agen, atau membuka peluang waralaba, serta memanfaatkan fasilitas teknologi informasi untuk pemasaran dan promosi (W2, W3, O1, O2, O5) Menerapkan sistem akuntansi secara bertahap dalam keuangan perusahaan (W1, O2, O4) Memperbaiki mutu manajer dan sistem manajemen pemasaran (W4, O2, O4) Strategi WT Meningkatkan mutu SDM untuk menghadapi persaingan yang semakin ketat (W4, T1, T4) Melakukan promosi dengan tujuan menjaring konsumen potensial dalam mengantisipasi masuknya pesaing baru, meningkatkan citra produk dan menghadapi produk substitusi (W2, T2, T3)
Keterangan : - (Si;Oi) atau (Si;Ti) atau (Wi;Oi) atau (Wi;Ti) menunjukkan kombinasi lingkungan eksternal dengan internal dalam menghasilkan pilihan strategi. - i = 1, 2, ................. n
95
Berdasarkan Tabel 48, terdapat 4 (empat) jenis alternatif strategi yang dapat dilakukan, yaitu : 1. Strategi S - O (Strengths – Opportunities) a. Mempertahankan dan meningkatkan mutu dan citra produk untuk mempertahankan konsumen yang ada saat ini. b. Meningkatkan kemampuan produksi dengan memanfaatkan peluang kemajuan teknologi untuk standar keamanan pangan. c. Mempertahankan lingkungan kerja perusahaan agar dapat lebih meningkatkan produktivitas. 2. Strategi W - O (Weaknesess – Opportunities) a. Memperluas jangkauan distribusi dan pemasaran dengan membuka outlet di supermarket menambah agen dan membuka peluang waralaba, serta memanfaatkan fasilitas teknologi informasi untuk pemasaran dan promosi. b. Menerapkan sistem akuntasi secara bertahap dalam keuangan perusahaan. c. Memperbaiki
mutu
manajer
dan
sistem
manajemen
pemasaran. 3. Strategi S-T (Strengths – Threats) a. Meningkatkan kebijakan
diversifikasi
produk
melalui
berbagai
produk dan pelayanan untuk menghadapi
pendatang baru yang mapan. b. Menanamkan loyalitas konsumen terhadap perusahaan. 4. Strategi W- T (Weaknesses – Threats) a. Meningkatkan mutu SDM untuk menghadapi persaingan yang semakin ketat. b. Melakukan promosi dengan tujuan menjaring konsumen potensial dalam mengantisipasi masuknya pesaing baru, meningkatkan substitusi.
citra
produk
dan
menghadapi
produk
96
d. Implementasi Strategis Strategi yang telah dirumuskan pada analisis SWOT tersebut perlu diimplementasikan pada kebijakan perusahaan. Langkah-langkah tersebut diimplementasi pada aspek produk, harga, tempat dan promosi. Uraian implementasi strategi yang dimaksud adalah : 1) Produk Dimensi sifat dan mutu keragaman adalah dimensi yang dinilai baik kinerjanya oleh pelanggan dan merupakan salah satu kekuatan utama dari aspek internal perusahaan, alternatif strategi yang dapat dilakukan perusahaan adalah mempertahankan sifat dan mutu keragaman produk yang meliputi variasi dari jenis pie yang tersedia, mutu makanan dan minuman yang baik, selalu tersedia pie yang unik dan khas, dan variasi dari ukuran pie yang ditawarkan. Unit usaha dapat terus melakukan inovasi baru dan modifikasi sehingga pelanggan potensial memiliki keinginan untuk mencoba dan membeli produk tersebut.
Alternatif strategi
pemasaran yang dapat dilakukan untuk indikator keragaman dan variasi bentuk adalah mempertahankan atau menciptakan variasi pie dalam berbagai ukuran, misalnya meluncurkan produk pie berukuran sangat kecil (minies pie) dengan harga murah untuk menarik pelanggan baru, perusahaan dapat meningkatkan posisi produk dan mencegah produk mengalami fase penurunan (decline) dalam daur hidupnya. Selain
keunggulan
produk,
unit
usaha
harus
dapat
meningkatkan pelayanan dalam penjualannya, karena dapat menjadi salah satu nilai pembeda dengan pesaing.
Unit usaha
harus mempertahankan dan meningkatkan mutu pelayanan yang telah ada. Untuk meningkatkan kenyamanan pelanggan, terutama dari sisi kemudahan membayar, ada baiknya unit usaha menggunakan jasa pembayaran melalui debit/credit card, sehingga
97
ada beberapa pilihan bagi konsumen dalam melakukan pembayaran selain tunai. b) Harga Harga merupakan aspek penting dalam pemasaran produk. Penentuan harga merupakan proses unik, karena melibatkan tawar menawar yang dapat diprediksikan dari aspek cost, value dan competitor. Aspek yang sulit untuk ditawar adalah value dan competitor, karena hal ini spesifik dan unik pada tiap kasus yang dihadapi perusahaan. Harga pie yang ditawarkan oleh unit usaha Pia Apple Pie dinilai relatif lebih mahal apabila dibandingkan dengan tempat lain yang juga menjual pie oleh sebagian pelanggannya. Alternatif strategi yang dapat dilakukan adalah unit usaha Pia Apple Pie dapat menetapkan harga yang lebih bersaing dengan meluncurkan paketpaket tertentu, agar dapat diperoleh harga yang lebih ekonomis. Alternatif lain adalah tetap memberikan ekstra atau tambahan pie untuk transaksi pembelian dalam jumlah tertentu. Pihak unit usaha Pia Apple Pie juga dapat memberlakukan diversifikasi harga, agar dapat menjaring konsumen dari berbagai kalangan, tidak hanya konsumen yang berasal dari kalangan ekonomi menengah ke atas, misalnya meluncurkan produk pie berukuran kecil (minies pie) dengan harga murah untuk menarik pelanggan baru. Selain itu, indikator-indikator lain seperti potongan harga dan bonus pembelian harus lebih diperhatikan oleh pihak unit usaha, maka alternatif strategi yang dapat dilakukan adalah melaksanakan potongan harga secara teratur dan potongan harga hendaknya dilaksanakan pada momen yang tepat dan spesial, misalnya pada saat peluncuran produk baru pie, atau pada bulan-bulan yang penting seperti Ramadhan, Idul Fitri, Natal, dan Valentine. Pemberian potongan harga tersebut diharapkan dapat memberikan kesan khusus bagi konsumen dan menjadi sesuatu hal yang ditunggu-tunggu, namun hendaknya perusahaan memperhitungkan
98
dengan teliti agar pemberian potongan harga tersebut tidak berpotensi terhadap penurunan laba perusahaan.
c) Tempat Dimensi lokasi sejauh ini dinilai baik oleh konsumen, karena berada di pusat kota, akan tetapi beberapa kekurangan yang harus segera diantisipasi oleh pihak unit usaha Pia Apple Pie adalah kesulitan akses transportasi umum dan lokasi parkir yang kurang nyaman bagi pengunjung. Alternatif strategi yang dapat dilakukan adalah membuka cabang atau outlet baru di tempat lain yang dilewati oleh angkutan umum. Pelaksanaan strategi untuk membuka cabang di tempat lain hendaknya diiringi oleh upaya membuat studi kelayakan untuk melihat apakah strategi tersebut tepat untuk dilakukan. Selain memerlukan investasi dalam jumlah besar, unit usaha juga harus melihat
apakah
terdapat
konsumen
yang
menjadi
pasar
sasarannya. Untuk lahan parkir, sebaiknya unit usaha Pia Apple Pie membuat lahan parkir khusus pengunjung, atau memilih lokasi lain yang memungkinkan tersedianya lahan parkir yang lebih luas dan teratur. d) Promosi Strategi yang dapat dijalankan untuk kegiatan promosi adalah : 1) Advertorial Advertorial dapat dijalankan dengan memasang halaman advertorial di surat kabar lokal, ataupun brosur berisi paparan logis dan menarik tentang alasan yang menguatkan mengapa produk pie layak untuk dipertimbangkan dan dikonsumsi. Kemasan dan isi/materi dibuat semenarik mungkin, agar para pembaca dapat terpengaruh tanpa merasa ditipu oleh pembuat advertorial.
99
2) Testimoni Testimoni dapat dilakukan di unit usaha Pia Apple Pie untuk memperoleh ”pengakuan” dari konsumen yang datang, untuk menyakinkan tentang uraian dari pihak perusahaan untuk menyakinkan mutu dari produk pie. 3) Sales Force Sales force, diperlukan karena tidak semua orang pernah datang ke unit usaha Pia Apple Pie, sehingga kehadiran sales force di ruang publik, misalnya, mal, pusat pertokoan, tempat wisata dan lainnya menjadi strategis untuk memasarkan produk secara agresif pada konsumen.
e) Strategi Jangka Pendek dan Jangka Panjang Dalam jangka pendek (1-2 tahun), perusahaan dapat melakukan strategi yang relatif tidak terlalu menuntut banyak biaya atau riset, yaitu strategi harga, strategi promosi dan strategi tempat.
Strategi
harga untuk jangka pendek adalah meluncurkan paket-paket dengan harga ekonomis, tetap memberikan ekstra atau tambahan pie untuk transaksi pembelian dalam jumlah tertentu dan melaksanakan potongan harga dengan teratur dalam jumlah tertentu. Strategi promosi dilakukan dengan mengadakan promosi melalui penyebaran pamflet di pusat-pusat perbelanjaan atau di kawasan perumahan, memasang papan reklame di tempat strategis di kota Bogor, melalui media lain seperti radio dan surat kabar dan melaksanakan promosi melalui hubungan masyarakat dengan menjadi sponsor perusahaan atau dengan melakukan corporate social responsibility (CSR) seperti yang sudah berjalan, yaitu pembagian nasi bungkus murah bagi anak jalanan di kota Bogor. Sedangkan strategi jangka pendek adalah dengan menata area parkir bagi pengunjung. Strategi tempat dengan membuka cabang di tempat lain dapat ditargetkan untuk jangka panjang, karena strategi ini memerlukan biaya, perijinan dan koordinasi khusus dalam penerapannya. Selain itu
100
strategi produk dengan terus melakukan inovasi baru dalam pengembangan produk juga ditujukan untuk jangka panjang, karena memerlukan biaya dan riset khusus pula. Pada saat ini, unit usaha Pia Apple Pie disarankan untuk lebih memprioritaskan upaya memperluas atau mengembangkan pasar mengingat pelanggan potensial belum terjangkau sepenuhnya. Saat ini konsumen sebagian besar merupakan pelanggan loyal (pelanggan tetap). Dalam hal ini strategi pengembangan pasar ditujukan untuk meningkatkan volume penjualan dan membidik konsumen potensial. Unit usaha Pie Apple Pie dapat membuka gerai di mall yang ada di kota Bogor, misalnya dengan membeli satu unit counter/outlet. Konsep yang ditawarkan hendaknya sama dengan konsep toko induk, menambah agen penjualan di daerah Bogor, yang berlokasi di supermarket atau di jalan-jalan strategis di kota Bogor.
101
KESIMPULAN DAN SARAN
A. Kesimpulan 1. Berdasarkan hasil IPA didapatkan bahwa konsumen mempunyai preferensi dan harapan terhadap kinerja perusahaan Hal tersebut menghasilkan empat kuadran yang menunjukkan kriteria masing-masing atribut, sehingga pengembangan usaha dapat dilakukan dengan mengembangkan atribut yang harus diprioritaskan seperti harga produk, kemudahan memperoleh produk (kuadran 1, aspek produk), keramahan dan kesopanan karyawan, areal parkir dan waktu buka toko (kuadran 1, aspek jasa). 2. Aspek bisnis secara praktis dapat dilihat dari titik impas perusahaan dengan 38.737 unit produk per bulan pada periode 2007 dan penjualan aktual 60.386 unit produk. Hal ini menunjukkan bahwa perusahaan telah melewati batas penjualan impas dan memberikan laba pada pengusaha. Di sisi lain, perusahaan harus merespon preferensi konsumen dengan baik, di samping memperhatikan lingkungan internal maupun eksternal, guna melakukan tindakan perbaikan dan pengembangan usahanya.
Bentuk-
bentuk pengembangan usaha dapat dilakukan dengan menerapkan alternatif strategi baik dalam jangka pendek ataupun jangka panjang sesuai dengan tujuan perusahaan. 3. Dari matriks IE didapatkan posisi unit usaha Pia Apple Pie pada kuadran V, yaitu growth and stability, dengan daur hidup produk berada pada fase pertumbuhan dan pengembangan.
Hal tersebut menunjukkan bahwa
terdapat prospek yang baik bagi perkembangan usaha kecil Apple Pie Group yang dilakukan oleh unit usaha Pia Apple Pie di Bogor, diantaranya dengan melakukan alternatif strategi produk, harga, tempat, dan promosi, baik dalam jangka pendek maupun jangka panjang.
102
B. Saran 1. Untuk mengembangkan bisnis perusahaan di masa mendatang, unit usaha Pia Apple Pie diharapkan dapat mengimplementasikan alternatif-alternatif strategi pemasaran yang telah diformulasikan, diantaranya strategi produk, strategi harga, strategi tempat dan strategi promosi.
Maka perlu
dikomunikasikan kepada seluruh karyawan agar mengerti ke arah mana perusahaan akan melangkah. 2. Perusahaan diharapkan menerapkan rencana strategik yang disesuaikan dengan respon konsumen dan di masa mendatang untuk terus melakukan survei kepuasan pelanggan. Perusahaan juga dapat mendengarkan suara konsumen dengan menggunakan sistem keluhan dan saran melalui kotak saran atau melalui telepon dan e-mail.
103
DAFTAR PUSTAKA
Allun, N. 1987. Tahap Perkembangan Usaha Kecil, Dinamika dan Peta Potensi Pertumbuhan. Yayasan Akatiga, Bandung. BPS. 1997. Statistik Industri Besar dan Kecil. Badan Pusat Statistik, Jakarta. ____. 2005. Statistik Pertanian. BPS, Jakarta. David, F.R. 1997. Strategic Management. Prentice Hall International, Inc. New Jersey. Departemen Perindustrian dan Perdagangan. 1994. Kapasitas Industri Kecil dan Menengah, Jakarta.
Perkembangan dan
Disperindag Kota Bogor. 2006. Industri di Kota Bogor, Bogor. Direktorat Jenderal Bina Produksi Hortikultura. Volume Impor Beberapa Buah Indonesia Tahun 2001-2005. Ditjen BPPHP. 2005. Engel, F.J, R.D. Blackwell. dan P.W. Miniard. 1994. Perilaku Konsumen. Binarupa Aksara, Jakarta. Evans, J and B. Berman. 1995. Principle or Marketing. Prentice Hall, New Jersey. Haryadi, 1998. Prinsip Manajemen Kontemporer Untuk Mengarungi Lingkungan Bisnis. Global Aditya Media, Yogyakarta. Hubeis, M. 1997. Menuju Industri Kecil Profesional di Era Globalisasi Melalui Pemberdayaan Manajemen Industri. Percetakan IPB, Bogor. Isnaini, A. 2006. Integrated Marketing Strategy. NTP Press. Mataram. Kadariah, L. Karlina dan C. Gray. 1999. Pengantar Evaluasi Proyek. Lembaga penerbit Fakultas Ekonomi Universitas Indonesia, Jakarta. Kertajaya, H. 2003. Hermawan Kertajaya On Marketing. PT Gramedia Pustaka Utama, Jakarta. Kotler, P. 2002. Manajemen Pemasaran (Terjemahan). Prenhallindo, Jakarta. Kusumo, S. 1986. Apel. CV Yasaguna, Jakarta Lovelock, C. 2002. Services Marketing and Management, Prentice Hall. New Jersey.
104
Ndubisi, N.O. 2003. Service Quality: Understanding Customer Perception and Reaction, and Its Impact on Business. Gajah Mada Journal of Business. May 2003, 5(2) : 207-219 Purdy, S. 1984. As Easy As Pie. Ballantine Books, Chicago. Rangkuti, F. 1998. Analisis SWOT Teknik Membedah Kasus Bisnis. Gramedia Pustaka Utama, Jakarta.
PT.
Rifai, H.A. 2002. Toward A New Paradigm of Marketing: Understanding Customer. Gajah Mada Journal of Business. September 2002, 4(3) : 397410. Sihombing, S.O. 2002. Paradigms in Consumer Behaviour. Gajah Mada Journal of Business. May 2002, 4(2) : 149-175 Soelarso. 1997. Budidaya Apel. Penerbit Kanisius, Yogyakarta. Sumeru. 1995. Hortikultura dan Aspek Budidaya. Indonesia. Jakarta
Penerbit Universitas
Supranto, J. 1997. Pengukuran Tingkat Kepuasan Pelanggan. Rineka Cipta. Jakarta. Swastha, Gito dan Indriyo, 1994. Yogyakarta
Manajemen Pemasaran.
Andy Offset,
Syaukat, Y. 2002. Pengembangan Ekonomi Berbasis Lokal. Jurusan Ilmu-Ilmu Sosial Ekonomi Fakultas Pertanian IPB dan Program Pascasarjana IPB, Bogor Umar, H. 2003. Riset Pemasaran dan Perilaku Konsumen. Gramedia Pustaka Utama, Jakarta. UU RI no 9 tahun 1995, tentang Usaha Kecil, Jakarta.
105
LAMPIRAN
106
Lampiran 1. Kuesioner Penelitian
KUESIONER PENELITIAN PROSPEK PENGEMBANGAN USAHA KECIL APPLE PIE (Studi Kasus Unit Usaha Apple Pie di Bogor)
Bagian 1 Identitas Responden Apple Pie 1. Nama : ....................... 2. Umur dan Jenis kelamin : ....................... 3. Alamat/Domisili : ....................... 4. Pekerjaan : a. Mahasiswa/Pelajar b. Wiraswasta c. Pegawai Swasta d. Pegawai Negeri e. Ibu rumah tangga f. Lain-lain, sebutkan........... 5. Status : a. Menikah b. Belum Menikah 6. Pendidikan terakhir : a. SD d. Akademi b. SLTP e. Sarjana c. SLTA f. Pascasarjana 7. Rata-rata pengeluaran per bulan : a. ≤ Rp. 250.000 b. Rp. 250.001 – Rp. 500.000 c. Rp. 500.001 - Rp. 1.000.000 d. Rp. 1.000.001 – Rp. 1.500.000 e. Rp. 1.500.001 – Rp. 2.000.000 f. Lainnya, sebutkan.....................
107
Lanjutan Lampiran 1. Bagian II. Tingkat Kepentingan. Petunjuk: di bawah ini terdapat pertanyaan atribut yang berkaitan dengan tingkat kepentingan yang diharapkan Anda sebagai konsumen. Berilah tanda checklist (√) pada tabel di bawah ini sesuai pilihan Anda. Atribut Citarasa kelezatan Bentuk dan ukuran Keragaman dan variasi bentuk Harga produk Kandungan gizi Daya tahan produk Manfaat yang dirasakan Kemudahan untuk memperoleh produk Kemasan bawa pulang Merek Halal Keramahan dan kesopanan karyawan. Kemudahan dalam proses pembayaran Kemudahan menghubungi perusahaan. Areal parkir Kenyamanan toko Waktu buka toko Lokasi toko Kecepatan pelayanan Usaha promosi Penyajian produk
Tidak Penting
Kurang Penting
Cukup Penting
Penting
Sangat Penting
108
Lanjutan Lampiran 1.Bagian IV. Tingkat kinerja. Petunjuk: Di bawah ini terdapat pernyataan atribut yang berkaitan dengan perasaan atau pengalaman Anda terhadap toko ini, seberapa jauh kinerja atribut tersebut memenuhi kepuasan Anda. Berilah tanda checklist (√) pada tabel di bawah ini sesuai pilihan Anda. Atribut Citarasa Kelezatan
Aroma
Bentuk dan Ukuran
Keragaman dan Variasi bentuk
Harga Produk
Kandungan Gizi
Daya Tahan Produk
Tingkat Kinerja ( ) Sangat Lezat ( ) Lezat ( ) Cukup Lezat ( ) Kurang Lezat ( ) Tidak Lezat ( ) Sangat harum ( ) Harum ( ) Cukup Harum ( ) Kurang Harum ( ) Tidak Harum ( ) Sangat Menarik ( ) Menarik ( ) Cukup Menarik ( ) Kurang Menarik ( ) Tidak Menarik ( ) Sangat Beragam ( ) Beragam ( ) Cukup Beragam ( ) Kurang Beragam ( ) Tidak Beragam ( ) Sangat Mahal ( ) Mahal ( ) Cukup Murah ( ) Murah ( ) Sangat Murah ( ) Sangat tinggi ( ) Tinggi ( ) Cukup Tinggi ( ) Rendah ( ) Sangat Rendah ( ) Sangat Baik ( ) Baik ( ) Cukup Baik ( ) Kurang Baik ( ) Tidak Baik
109
Lanjutan Lampiran 1. Manfaat yang dirasakan
( ( ( ( ( Kemudahan untuk memperoleh ( produk ( ( ( ( Kemasan bawa pulang ( ( ( ( ( Merek ( ( ( ( ( Halal ( ( ( ( ( Keramahan dan kesopanan karyawan ( ( ( ( ( Kemudahan dalam proses pembayaran ( ( ( ( ( Kemudahan menghubungi perusahaan ( ( ( ( (
) Sangat Banyak ) Banyak ) Cukup Banyak ) Kurang Banyak ) Tidak Banyak ) Sangat Mudah ) Mudah ) Cukup Mudah ) Kurang Mudah ) Tidak Mudah ) Sangat praktis/Menarik ) Praktis/Menarik ) Cukup Praktis/Menarik ) Kurang Praktis/Menarik ) Tidak Praktis/Menarik ) Sangat bermutu ) Bermutu ) Cukup Bermutu ) Kurang Bermutu ) Tidak Bermutu ) Pasti Halal ) Halal ) Cukup Halal ) Belum Pasti Halal ) Tidak halal ) Sangat ramah/Sopan ) Ramah/Sopan ) Cukup Ramah/Sopan ) Kurang Ramah/Sopan ) Tidak ramah/Sopan ) Sangat Cepat ) Cepat ) Cukup Cepat ) Kurang Cepat ) Tidak Cepat ) Sangat Mudah ) Mudah ) Cukup Mudah ) Kurang Mudah ) Tidak Mudah
110
Lanjutan Lampiran 1. Areal Parkir
Kenyamanan Toko
Waktu Buka Toko
Lokasi Toko
Kecepatan pelayanan
Usaha Promosi
Penyajian Produk
( ( ( ( ( ( ( ( ( (
) ) ) ) ) ) ) ) ) )
Sangat Luas Luas Cukup Luas Kurang Luas Tidak Luas Sangat Nyaman Nyaman Cukup Nyaman Kurang Nyaman Tidak Nyaman
( ( ( ( ( ( ( ( ( ( ( ( ( ( ( ( ( ( ( ( ( ( ( ( (
) ) ) ) ) ) ) ) ) ) ) ) ) ) ) ) ) ) ) ) ) ) ) ) )
Sangat Baik Baik Cukup Baik Kurang Baik Tidak Baik Sangat Strategis Strategis Cukup Strategis Kurang Strategis Tidak Strategis Sangat Cepat Cepat Cukup Cepat Kurang Cepat Tidak cepat Sangat Baik Baik Cukup Baik Kurang Baik Tidak Baik Sangat Menarik Menarik Cukup Kurang Menarik Tidak Menarik
111
Lanjutan Lampiran 1.
KUESIONER PROSPEK PENGEMBANGAN USAHA KECIL APPLE PIE Studi Kasus Unit Usaha Pia Apple Pie di Bogor
Kuesioner A Nama Responden Jabatan
:........................................... : Manager Umum/ Owner
1. Bergerak di bidang apakah usaha yang Bapak/Ibu pimpin ? 2. Bagaimana sejarah berdirinya Apple Pie dan perkembangannya hingga saat ini ? 3. Apakah visi dan misi perusahaan ? 4. Sejauh apakah perusahaan pada saat ini dapat merealisasikan visi dan misi tersebut ? 5. Bagaimana penerapan proses manajemen di perusahaan, pengorganisasian, pergerakan dan pengawasan ? 6. Bagaimana kondisi usaha persaingan produk pie ini ? dan bagaimana posisi perusahaan ? 7. Seperti apakah rencana pengembangan perusahaan pada masa yang akan datang ? 8. Hambatan apa sajakah yang Bapak/Ibu temui dan menjadi kendala bagi kemajuan perusahaan ? 9. menurut Bapak/Ibu, apakah yang menjadi kekuatan dan kelemahan perusahaan saat ini khususnya dalam aspek-aspek berikut ini.
1. 2. 3. 4. 5. 6.
Aspek Internal Manajemen Keuangan Produksi Pemasaran Litbang Sistem Informasi
Kekuatan
Kelemahan
112
Lanjutan Lampiran 1. 10. Hal-hal apa sajakah yang menjadi peluang dan ancaman bagi perusahaan khususnya dalam hal aspek eksternal berikut ini.
1. 2. 3. 4. 5.
Analisis Kompetisi Persaingan Dalam Industri Ancaman Pendatang Baru Daya Tawar Pemasok Daya Tawar Pembeli Ancaman Produk Substitusi
Analisis PEST 1. Fenomena Politik 2. Fenomena Ekonomi 3. Fenomena Sosial, Budaya. 4. Fenomena Teknologi
Peluang
Peluang
Ancaman
Ancaman
Manajemen dan SDM 1. Apakah perusahaan menggunakan konsep manajemen strategik ? 2. Apakah sasaran dan tujuan perusahaan telah ditentukan dan dikomunikasikan dengan baik ? 3. Apakah para manajer dipilih secara obyektif ? 4. Apakah para manajer mendelegasikan wewenang dengan baik ? 5. Apakah struktur organisasi yang ada telah sesuai dengan kebutuhan perusahaan ? 6. Apakah uraian pekerjaan dan spesifikasi pekerjaan bagi para pekerja jelas ? 7. Apakah para karyawan memiliki modal yang baik untuk bekerja ? 8. Apakah pelaksanaan reward dan mekanisme pengawasannya efektif ?
113
Lanjutan Lampiran 1.
KUESIONER PROSPEK PENGEMBANGAN USAHA KECIL APPLE PIE Studi Kasus Unit Usaha Pia Apple Pie di Bogor
KUESIONER B Nama Responden Jabatan
: .................................... : Manajer Produksi
1. Apakah yang menjadi ruang lingkup tugas dan wewenang Bapak/Ibu ? 2. Lingkungan alam apa saja yang mempengaruhi kegiatan produksi perusahaan (ketersediaan bahan baku, polusi yang dihasilkan perusahaan atau faktor lainnya) ? 3. Bagaimana usaha perusahaan dalam menangani limbah dari hasil produksi ? 4. Berapa jumlah pegawai yang dimiliki Bagian Produksi ? dan bagaimana tugasnya ? 5. Proses produksi seperti apakah yang diterapkan oleh perusahaan ? 6. Berapa jumlah produksi yang dihasilkan ? 7. Bagaimana mutu produk olahan yang dihasilkan ? 8. Mesin–mesin
apa
sajakah
yang
digunakan
?
bagaimana
sistem
pemeliharaannya ? 9. Apakah telah dilakukan inovasi produksi ? jika ya, inovasi apa sajakan yang dilakukan untuk meningkatkan mutu produk yang dihasilkan selama ini ? 10. Bagaimana standarisasi produk dilakukan ? 11. Bagaimana pengaturan kebutuhan bahan baku dan pergudangan ? 12. Hambatan apakah yang ditemui di bagian ini ?
114
Lanjutan Lampiran 1. KUESIONER B
1. Menurut Bapak/Ibu, apakah yang menjadi kekuatan dan kelemahan perusahaan saat ini, khususnya dalam hal aspek-aspek berikut ini ?
Aspek Internal
Kekuatan
Kelemahan
1. Manajemen 2. Keuangan 3. Produksi 4. Litbang 5. Pemasaran 6. Sistem Informasi
2. Hal-hal apa sajakah yang menjadi peluang dan ancaman bagi perusahaan khususnya dalam hal aspek eksternal berikut ini ?
Analisis Kompetisi
Peluang
Ancaman
1. Persaingan dalam industri 2. Ancaman Pendatang Baru 3. Daya Tawar Pemasok 4. Daya Tawar Pembeli 5. Ancaman Produk Subtitusi
Analisis PEST 1. Fenomena Politik 2. Fenomena Ekonomi 3. Fenomena sosial, Budaya. 4. Fenomena Teknologi
Peluang
Ancaman
115
Lanjutan Lampiran 1. Produksi 1. Apakah para pemasok dapat diandalkan ? 2. Apakah fasilitas, peralatan, mesin-mesin dan dalam kondisi baik ? 3. Apakah kebijakan pengawasan dan prosedur persediaan sudah efektif ? 4. Apakah kebijakan dan prosedur pengendalian mutunya sudah efektif ? 5. Apakah fasilitas, sumber daya dan letak pasarnya strategis ? 6. Apakah perusahaan mempunyai kemampuan dalam teknologi ?
116
Lampiran 2. Perhitungan matriks IFE-EFE Faktor penentu Produk yang khas dalam mutu dan kemasan A Pelayanan mengutamakan kepuasan konsumen B Loyalitas tinggi karyawan terhadap perusahaan C Lokasi strategis di tengah kota D Image Produk E Pencatatan keuangan masih sederhana F Kurangnya Promosi G Kurangnya lahan parkir dan sempitnya tempat H Mutu manajemen perusahaan kurang I Total
A x 2 1 1 2 1 1 1 1
B 2 x 2 1 2 1 1 1 1
C 3 2 x 2 2 1 1 1 1
D 3 3 2 x 2 1 2 2 2
E 2 2 2 2 x 1 2 2 2
F 3 3 3 3 3 x 2 2 2
G 3 3 3 2 2 2 x 1 2
H 3 3 3 2 2 2 3 x 3
I 3 3 3 2 2 2 2 1 x
Total 22 21 16 15 17 11 14 11 14 141
Bobot* 0,156 0,148 0,113 0,106 0,120 0,078 0,099 0,078 0,099 0,997
Keterangan: Bobot = 22/141, 21/141, 16/141, dst… Faktor Penentu A B C D E F G H Prospek pemasaran X 3 3 2 3 3 2 3 (A) Perkembangan TI 1 X 2 2 3 3 3 3 (B) Perubahan pola konsumsi X 1 3 3 3 3 1 2 (C) Dukungan dari pemerintah 2 2 3 X 3 3 3 2 (D) Ketersediaan bahan baku 1 1 1 1 X 2 3 3 (E) Kenaikan biaya produksi X 2 2 1 1 1 1 2 (F) Adanya pendatang baru 2 1 1 1 1 2 X 2 (G) Adanya produk substitusi 1 1 1 2 1 2 2 X (H) Kondisi politik keamanan 2 2 2 2 2 2 2 2 yang tidak mendukung ( I) Total Keterangan: 1. Nilai 1: Baris Horizontal tidak lebih penting dibandingkan baris vertikal 2. Nilai 2: Baris Horizontal sama penting dibandingkan baris vertikal. 3. Nilai 3: Baris Horizontal lebih penting dibandingkan dengan baris vertikal.
I 2
total bbt 21 0,145
2
19
0,131
2
18
0,125
2
20
0,138
2
14
0,097
2
12
0,083
2
12
0,083
2
12
0,083
X
16
0,111
144
0,996
117
Lanjutan Lampiran 2.
Faktor Penentu 1. Produk yang khas dalam mutu dan kemasan 2. Pelayanan yang mengutamakan kepuasan konsumen 3. Loyalitas tinggi karyawan terhadap perusahaan 4. Lokasi strategis di tengah kota 5. Citra Produk 6. Pencatatan keuangan masih sederhana 7. Kurangnya Promosi 8. Kurangnya lahan parkir dan sempitnya tempat 9. Mutu Manajemen kurang
Rating 4 4 3 3 3 2 2 2 2
Faktor Penentu 1. Prospek Pemasaran 2. Perkembangan Teknologi Informasi 3. Perubahan Pola Konsumsi 4. Dukungan dari Pemerintah 5. Ketersediaan bahan baku 6. Kenaikan biaya produksi 7. Adanya pendatang baru 8. Adanya produk substitusi 9. Kondisi politik dan kemananan tidak stabil
Rating 3 3 4 2 3 2 3 3 3
Keterangan: Nilai 4: Respons perusahaan superior Nilai 3: Respons perusahaan diatas rata-rata Nilai 2: Respons perusahaan rata-rata Nilai 1: Respons perusahaan jelek
118
Lanjutan Lampiran 2. Faktor strategik internal A. Kekuatan: 1. Produk yang khas 2. Pelayanan yang mengutamakan kepuasan konsumen. 3. Loyalitas karyawan 4. Letak strategis di tengah kota 5. Citra Produk B. 1. 2. 3. 4.
Kelemahan: Pencatatan Keuangan masih sederhana Kurangnya promosi Kurangnya lahan parkir dan sempit Mutu manajemen kurang
Bobot (a)
Rating (b)
Skor (a x b)
0,156 0,148 0,113 0,106 0,120
4 4 3 3 3
0,624 0,592 0,339 0,318 0,360 2,233
0,078 0,099 0,078 0,099
2 2 2 2
0,156 0,198 0,156 0,198 0,708 2,941
Bobot (a)
Rating Skor (b) (a x b)
Jumlah (A + B) Faktor strategis eksternal C. 1. 2. 3. 4. 5.
Peluang: Prospek Pemasaran Perkembangan teknologi informasi Perubahan pola konsumsi Dukungan dari pemerintah terhadap UKM Ketersediaan bahan baku yang cukup
0,145 0,131 0,125 0,138 0,097
3 3 4 2 3
0,435 0,393 0,500 0,276 0,291 1,895
D. 1. 2. 3. 4.
Ancaman: Kenaikan biaya produksi Adanya pendatang baru produk sejenis Adanya produk substitusi Kondisi politik dan keamanan
0,083 0,083 0,083 0,111
2 3 3 3
0,166 0,249 0,249 0,333 0,997 2,892
Jumlah (C + D)
119
Lampiran 3. Produk-produk pie pada Pia Apple Pie
Apple Pie
Chicken Pie
Lanjutan Lampiran 3
Strawberry Pie
Chocolate Pie
120
Pie Crust
Pie kacang mede
121
Lampiran 4. Tampilan toko unit usaha Pia Apple Pie
Bangunan toko pada unit usaha Pia Apple Pie
122
Ruang Displai produk