STRATEGI PENGEMBANGAN USAHA BISNIS FRANCHISE DALAM BIDANG FAST FOOD (STUDI KASUS SEBUAH BISNIS FRANCHISE FAST FOOD DI KOTA BOGOR)
ALI ABU NEGARA P054110115
SEKOLAH PASCASARJANA INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2013
SURAT PERNYATAAN
Dengan ini saya menyatakan bahwa tesis berjudul Strategi Pengembangan Usaha Bisnis Franchise Dalam Bidang Fast Food (Studi Kasus Sebuah Bisnis Franchise Fast Food di Kota Bogor) adalah benar karya saya dengan arahan dari komisi pembimbing dan belum diajukan dalam bentuk apa pun kepada perguruan tinggi mana pun. Sumber informasi yang berasal atau dikutip dari karya yang diterbitkan maupun tidak diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam teks dan dicantumkan dalam Daftar Pustaka di bagian akhir tesis ini. Dengan ini saya melimpahkan hak cipta dari karya tulis saya kepada Institut Pertanian Bogor. Bogor, September 2013 Ali Abu Negara NIM P054110115
ABSTRACT
Ali Abu Negara. P054110115. Business Development Strategy Business Franchise in the field of fastfood (Case study of a fast food franchise business in the city of Bogor) Supervised by Nurmala Pandjaitan as chairman and Wini Trilaksani as member. Business franchising is a business activity in the retail sale of goods with various types, which is very popular and growing rapidly. The system of this kind of business have been designed and easy to be duplicated. However, in practice is not that easy as expected. The objectives of this research are describe consumer perception, describe the development efforts and arrange a bisnis strategic for RFC restaurant. Analysis for consumers perception conducted by important Performance Analysis (IPA), resulting the average value of interest rate 2.39 and the average value of the performance level 2.60. To determine the strengths, weaknesses, opportunities and threats using Internal Factor Evaluation (IFE) method and External Factor Evaluation (EFE) method. The result of internal factors analysis obtained by weighting score was 2,445 meanwhile the score of external factors analysis was 2.506. Internal External (IE) RFC restaurant occupies a position in the cell V, which means that the company is in a position hold and maintain. For overall strategic analysis was operating by matrix SWOT and the findings then was used in designing strategies and programs of works. QSPM was used to determine the best strategic for company development, which recomends to increase promotional activities through social media, distributing flyers and increase sponsorship. Keyword : Franchise, Matrix Analysis, Strategy Development
RINGKASAN
Ali Abu Negara. P054110115. Strategi Pengembangan Usaha Bisnis Franchise dalam bidang fastfood (Studi kasus sebuah bisnis franchise fastfood di Kota Bogor). Dibawah Bimbingan Nurmala Pandjaitan sebagai ketua dan Wini Trilaksani sebagai anggota. Bisnis waralaba merupakan kegiatan usaha penjualan barang secara retail kepada masyarakat luas, begitu populernya kegiatan usaha ini, sehingga cepat sekali berkembang dan meliputi berbagai macam bidang usaha. Perkembangan bisnis franchise sangat pesat di Indonesia, ditunjang oleh kecenderungan masyarakat yang suka mengamati, meniru dan memodifikasi, sehingga jika ada sesuatu yang sedang berkembang dalam waktu singkat banyak yang mengikuti. Bisnis franchise merupakan bisnis yang sistemnya sudah dirancang agar pembelinya meraih keuntungan lebih mudah dengan hanya menduplikasi sistem. Namun, pada praktik nyatanya tidak semua berjalan semudah itu. Kadang sistem manajemen yang diberikan penjual franchise tidak berjalan di lingkungan tertentu. Dalam konteks demikian, pihak pembeli franchise harus berani berkreasi dan memiliki strategi sendiri agar usahanya terus berkembang. Pola konsumsi masyarakat yang berubah, serta prospek industri restoran fast food yang bagus, membuat banyak sekali perusahan-perusahaan yang muncul dalam industri fast food. Salah satu industri yang bergerak di bidang pengelola restoran siap saji adalah PT. Bandung Era Sentra Talenta (BEST) dengan merek dagang Rocket Fried Chicken (RFC) yang belum banyak dipelajari manajemen usahanya. Tujuan dari penelitian ini adalah : (1) Mendeskripsikan persepsi konsumen terhadap perusahaan dan produk makanan siap saji yang dihasilkan restoran RFC Cimanggu, (2) Mendeskripsikan upaya-upaya pengembangan unit usaha yang telah dilakukan RFC, dan (3) Menyusun strategi bisnis yang dapat digunakan perusahaan untuk mengembangkan usaha bisnis franchise. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah matriks Importance Performance Analysis (IPA) untuk mengetahui tentang aspek-aspek apa saja yang sebaiknya dipertahankan, diperbaiki, dikurangi dan dikeluarkan dari produk RFC. Metode ini akan menghasilkan suatu peringkat pada masing-masing indikator, dengan mengidentifikasikan menurut prioritas dalam memberikan tindakan yang diperlukan. Matriks IFE tujuannya adalah untuk melihat kekuatan dan kelemahan kondisi internal suatu perusahaan. Sedangkan Matriks EFE adalah alat yang baik untuk memvisualisasikan dan memprioritaskan peluang dan ancaman yang dihadapi bisnis. Tujuannya adalah untuk penilaian kondisi bisnis saat ini. Internal External (IE) memposisikan perusahaan dalam tampilan Sembilan sel dan
Strengths, Weaknesses, Opportunities, and Threats (SWOT) untuk merancang strategi dan program kerja serta Matriks Quantitative Strategic Planning (QSPM) untuk memutuskan prioritas strategi terbaik. Metode pengambilan responden yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode purposive sampling yaitu memilih responden yang paling tepat untuk memberikan informasi yang dibutuhkan berdasarkan kriteria yang sudah ditetapkan. Metode pengumpulan data yang digunakan adalah melalui pengumpulan data primer yang dilakukan melalui survey lapangan, wawancara dengan pengelola restoran, karyawan dan konsumen. Hasil penilaian matriks IPA, nilai rata-rata tingkat kepentingan adalah 2,39 dan nilai rata-rata tingkat kinerja adalah 2,60. Kedua nilai ini akan menjadi garis tengah pada diagram Kartesius Importance Performance Analysis (IPA), sehingga diagram Kartesius akan terbagi menjadi empat kuadran. Pemetaan pada diagram matriks IPA yang berdasarkan tingkat kepentingan dan kinerja memungkinkan perusahaan mengetahui kekuatan dan kelemahan sehingga dapat melakukan perbaikan-perbaikan pada atribut yang dianggap penting bagi konsumen. Berdasarkan hasil analisis matriks IFE menunjukkan bahwa faktor yang menjadi kekuatan utama usaha franchise RFC adalah fasilitas wifi/hotspot dengan nilai skor sebesar 0,480. Kelemahan utama adalah pegawai yang terlatih dan berpengalaman dengan nilai tertimbang terkecil sebesar 0,354. Analisis matriks EFE usaha bisnis franchise fastfood RFC menunjukkan bahwa faktor yang menjadi peluang utama adalah perkembangan teknologi informasi dan komunikasi sebesar 0,498. Sedangkan ancaman terbesar usaha franchise fastfood adalah kenaikan harga bahan baku dan biaya produksi dengan skor 0,252. Berdasarkan hasil analisis faktor internal dengan menggunakan matriks IFE, diperoleh bobot 2,445 dan hasil analisis faktor eksternal menggunakan matriks EFE diperoleh bobot skor 2,506. Berdasarkan hasil tersebut restoran RFC menempati posisi pada sel V, yang artinya perusahaan berada pada posisi hold and maintain (pertahankan dan pelihara). Tahap terakhir untuk menentukan prioritas strategi terbaik yang akan dijalankan perusahaan dari alternatif strategi, digunakan alat analisis QSPM. Pada penelitian ini, strategi-strategi hasil analisis matriks SWOT dimasukkan ke dalam matriks QSPM yang diestimasi dengan bobot dan Attractive Score (AS). Berdasarkan peringkat, hasil analisis QSPM dengan perhitungan total skor 5,548 yang harus dilakukan adalah meningkatkan kegiatan promosi melalui media sosial, penyebaran flyer dan meningkatkan sponsorship. Kata kunci : Analisis Matriks, Franchise, Purposive Sampling, Strategi Pengembangan
©Hak Cipta Milik Institut Pertanian Bogor, tahun 2013 Hak Cipta dilindungi Undang - undang Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan atau menyebutkan sumbernya. Pengutipan hanya untuk kepentingan pendidikan, penelitian, penulisan karya ilmiah, penyusunan laporan, penulisan kritik, atau tinjauan suatu masalah: dan pengutipan tersebut tidak merugikan kepentingan yang wajar. Dilarang mengumumkan dan memperbanyak sebagian atau seluruh Karya tulis dalam bentuk apapun tanpa izin IPB.
STRATEGI PENGEMBANGAN USAHA BISNIS FRANCHISE DALAM BIDANG FAST FOOD (STUDI KASUS SEBUAH BISNIS FRANCHISE FAST FOOD DI KOTA BOGOR)
ALI ABU NEGARA P054110115
Tugas Akhir Sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Magister Profesional Pada Program Studi Industri Kecil Menengah
SEKOLAH PASCASARJANA INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2013
Penguji Luar Komisi pada Ujian Tugas Akhir : Prof.Dr.Ir.H. Musa Hubies, MS, Dipl.Ing, DEA
Judul Tugas Akhir
Nama Mahasiswa NomorPokok Program Studi
: Strategi Pengembangan Usaha Bisnis Franchise dalam bidangfast food (Studi kasus sebuah bisnis franchise fast food di Kota Bogor) : Ali Abu Negara : P05411Dl15 : Industri Keeil Menengah
Menyetujui,
September 2013
Komisi Pembimbing
..
(\tI ~, . n (;J-. '~~..-1l ~ "I
Dr. Nurmala Pandiaitan, MS, DEA Ketua
Dr.Ir. Willi Trilaksani M.Se Anggota
Mengetahui, Ketua Program Studi Industri Kecil Menengah
Prof.Dr.Ir.R. Musa Rubies, MS, Dipl.Ing, DEA
Tanggal Ujian: 19 Juli 2013
Tanggallulus:
3 0 SEP 2013
Judul Tugas Akhir
Nama Mahasiswa Nomor Pokok Program Studi
: Strategi Pengembangan Usaha Bisnis Franchise dalam bidang fast food (Studi kasus sebuah bisnis franchise fast food di Kota Bogor) : Ali Abu Negara : P054110115 : Industri Kecil Menengah
Menyetujui,
September 2013
Komisi Pembimbing
Dr. Nurmala Pandjaitan, MS, DEA Ketua
Dr.Ir. Wini Trilaksani M.Sc Anggota
Mengetahui, Ketua Program Studi Industri Kecil Menengah
Dekan Sekolah Pascasarjana
Prof.Dr.Ir.H. Musa Hubies, MS, Dipl.Ing, DEA
Dr.Ir. Dahrul Syah, M.Sc.Agr
Tanggal Ujian : 19 Juli 2013
Tanggal lulus :
PRAKATA
Bismillahhirohmannirrohim Syukur Alhamdulillah saya panjatkan kehadirat Allah SWT, yang telah memberikan
inspirasi,
kekuatan
dan
kesabaran,
sehingga
saya
dapat
menyelesaikan penulisan tugas akhir ini sampai dengan selesai. Sesungguhnya kekuatan terbesar adalah Milik-Nya dan atas kuasa dan kehendak-Nya pula Allah SWT memberikan pertolongan bagi para hamba-Nya. Secara khusus karya ini dipersembahkan sebagai bakti kepada ibunda yang melalui rahimnya kami terlahir dan tak putus-putusnya mendoakan kami.Disadari bahwa tanpa bantuan dan ulur tangan serta bimbingan yang tidak ternilai harganya dari semua pihak, tugas ini tidak mungkin dapat diselesaikan. Pada kesempatan ini pula disampaikan penghargaan dan terima kasih pada berbagai pihak, diantaranya kepada : 1. Dr. Nurmala Pandjaitan, MS, DEA selaku ketua pembimbing yang secara maksimal telah memberikan bimbingan dan arahan mulai dari penyusunan proposal penelitian hingga penyelesaian tugas akhir ini. 2. Dr.Ir. Wini Trilaksani M.Sc selaku pembimbing kedua yang telah membantu dalam penyelesaian tugas akhir ini. 3. Prof.Dr.Ir.H. Musa Hubies, MS, Dipl.Ing, DEA selaku Ketua Program Studi Industri Kecil Menengah dan penguji luar. 4. Seluruh staf administrasi dan dosen pengajar PS MPI IPB yang telah membantu dan membuka cakrawala serta wawasan untuk menggali informasi lebih mendalam. 5. Ibunda Sri Farihat Lisnaeni yang terkasih, yang atas kekuatan doa dan ikhtiarnya selama ini segala kesulitan menjadi mudah dan segala kelemahan menjadi kuat. Semoga Allah Ridho-kan surga pada Ibu. 6. Keluarga Tercinta Bapak Rusmin Nuryadin, Saudara-saudaraku Jifi Abu Ammar, Humaira, Fatih Abu Negara, Thia Carolinda dan Alby Abu Muzzaki
atas bantuan moril dan materiel selama penulis studi di Institut Pertanian Bogor hingga selesai. 7. Teman-teman Indobarca Chapter Bogor, terima kasih atas segala dukungan, semangat, pengorbanan dan pengertiannya selama ini. Tanpa kalian saya tidak akan berhasil. 8. Teman-teman angkatan 15 Program Studi MPI dan teman-teman lainnya yang sudah mendukung terselesaikannya studi ini. 9. Teman-teman korwil, supervisor, surveyor tim pendataan Kartu Pegawai Elektronik (KPE) tahun 2012 dan 2013 yang telah berbagi pengalaman dan pelajaran berharga selama menjalani project pendataan ini. 10. Berbagai pihak yang tidak dapat disebutkan satu persatu atas segala dukungan moril dan materil selama ini. Tugas akhir ini diharapkan dapat memberikan kontribusi pemikiran bagi semua pihak yang berkepentingan. Oleh karena itu, saran dan kritik membangun akan diterima bagi perbaikan dan penyempurnaan di masa mendatang.
Bogor,
September 2013
Ali Abu Negara
RIWAYAT HIDUP
Penulis dilahirkan di Kota Bogor pada tanggal 29 Juni 1985, dari Bapak Sang Dewi Rusmin Nuryadin dan Ibu Sri Farihat Lisnaeni. Penulis adalah putra kedua dari empat bersaudara. Pendidikan Sekolah Dasar (SD) diselesaikan pada tahun 1997 di SD Bina Insani Bogor, pendidikan Sekolah Menengah Pertama (SMP) diselesaikan pada tahun 2000 di SMP Negeri 5 Bogor, pendidikan Sekolah Menengah Atas (SMA) diselesaikan pada tahun 2003 di SMA Negeri 6 Bogor dan pendidikan Sarjana ditempuh di Universitas Islam Bandung Fakultas Ekonomi Jurusan Ilmu Ekonomi dan lulus pada tahun 2008. Pada tahun 2011 penulis diterima di Program Studi Industri Kecil Menengah, Sekolah Pascasarjana Institut Pertanian Bogor. Pada tahun 2009 penulis pernah bekerja di Bank HSBC Jakarta sampai dengan tahun 2010, kemudian bekerja membantu perusahaan milik keluarga yang bergerak di bidang furniture, yaitu CV Duta Furniture di Kota Bogor. Pada Tahun 2012 sampai sekarang penulis bekerja sebagai staf tenaga ahli Fraksi Amanat Reformasi di DPRD Kabupaten Ogan Komering Ilir, Sumatera Selatan.
DAFTAR ISI
Halaman DAFTAR TABEL …………………………………………………………………………….. x DAFTAR GAMBAR …………………………………………………………………………. xi DAFTAR LAMPIRAN ………………………………………………………………………. xii BAB I.
PENDAHULUAN ………………………………………………………………….. 1 A. Latar Belakang ………………………………………………………………….. 1 B. Perumusan Masalah …………………………………………………………….. 6 C. Tujuan Penelitian ……………………………………………………………….. 6
BAB. II.
LANDASAN TEORI …..………………………………………………………....... 7 A. Franchise ……………………………………………………………………….. 7 B. Kriteria Bisnis Franchise ….…..………………………………………………... 9 C. Jenis Franchise ………………………………………………………………… 10 D. Sistem Franchise ..…………………………………………………………….. 11 E. Usaha Mikro Kecil Menengah ………………………………………………… 14 F. Manajemen Strategik ………………………………………………………….. 17 G. Persepsi Konsumen ……………………………………………………………. 20
BAB III. METODE PENELITIAN …...……………………………………………………... 22 A. Kerangka Pemikiran Penelitian ………………………………………………... 22 B. Lokasi dan Waktu Penelitian …………….……………………………………. 23 C. Pengumpulan Data ……….……………………………………………………. 23 D. Pengolahan dan Analisis Data ………………………………………………… 1. IPA ……………………………………..………………………………….. 2. Matriks IFE dan EFE ……………………………………………………… 3. Matriks IE …………………….…………………………………………… 4. Analisis SWOT ……………………………………………………………. 5. QSPM …………………………………………….………………………..
24 24 25 27 27 29
BAB IV. HASIL DAN PEMBAHASAN ..…………………………………………………... 32 A. Gambaran umum perusahaan ………………………………………………….. 32 1. Struktur Organisasi ……………………………………………………….. 33 2. Visi dan Misi perusahaan ………………………………………………….. 34 B. Karakteristik Konsumen ………………………………………………………. 35
C. Persepsi Konsumen Terhadap Penilaian Tingkat Kepentingan dan Tingkat Kinerja …………………………………………………………………………. 39 D. Upaya-upaya Pengelola Mengatasi Masalah ………………………………….. 1. Permodalan ……...………………………………………………………… 2. Sumber daya manusia …………………………………………………….. 3. Promosi ……………………………………………………………………. 4. Bahan Baku ……………………………………………………………….. 5. Persaingan bisnis …………………………………………………………..
49 49 51 52 53 54
E. Identifikasi faktor strategik Internal dan Eksternal Perusahaan ……………… 55 F. Perumusan Strategik pengembangan usaha ………………………………….. 59 1. Hasil Analisis Matriks IFE ……………………………………………….... 59 2. Hasil Analisis Matriks EFE ……………………………………………….. 60 3. Hasil Analisis Matriks IE ………………………………………………….. 61 4. Hasil Analisis Matriks SWOT ……………………………………………... 63 5. Hasil Analisis Matriks QSPM ……………………………………………… 64 A. KESIMPULAN …………………………….………………………………….. 67 B. SARAN ………………………………………………………………………… 68 DAFTAR PUSTAKA ….……………………………………………………………………… 69 LAMPIRAN ….………………………………………………………………………………... 71
DAFTAR TABEL
Halaman No 1. Daftar perusahaan Franchise fastfood di Indonesia ….……………………………… 4 No 2. Matriks SWOT ………………………………………………………………………. 29 No 3. Karakteristik Umum Responden Rocket Fried Chicken ……………………………. 36 No 4. Penilaian konsumen terhadap tingkat kepentingan dan tingkat kinerja atribut Restoran Rocket Fried Chicken Cabang Bogor ….…………………………….......... 46 No 5. Hasil analisis matriks IFE Restoran Rocket Fried Chicken ………………………… 60 No 6. Hasil analisis matriks EFE Restoran Rocket Fried Chicken ………………………... 61
DAFTAR GAMBAR
Halaman No 1. Skema Proses Manajemen Strategik ………………………………………………… 19 No 2. Kerangka Pemikiran ………………………………………………………………… 22 No 3. Struktur Organisasi Restoran Rocket Fried Chicken ………………………………... 34 No 4. Diagram Matriks IPA RFC ………………………………………………………….. 48 No 5. Matriks IE Restoran Rocket Fried Chicken …………………………………………. 62 No 6. Matriks SWOT Restoran Rocket Fried Chicken …………………………………….. 64
DAFTAR LAMPIRAN
Halaman No 1. Kuesioner Penelitian Internal ……...…………………………………………............ 72 No 2. Kuesioner Kepuasan Konsumen ……...……………………………………………... 77 No 3. Daftar Menu ……...………………………………………………………………….. 81 No 4. Pemberian peringkat/rating terhadap faktor internal perusahaan ……..…………….. 82 No 5. Penilaian pembobotan faktor strategik internal dan eksternal ……..……………….. 84 No 6. Rataan bobot dan peringkat ……...………………………………………………….. 89 No 7. Hasil QSPM ……..………………………………………………………………….. 90
I.
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Bisnis waralaba merupakan kegiatan usaha penjualan barang secara retail kepada masyarakat luas, begitu populernya kegiatan usaha ini, sehingga cepat sekali berkembang dan meliputi berbagai jenis bidang usaha. Perkembangan bisnis franchise sangat pesat di Indonesia, ditunjang oleh kecenderungan masyarakat yang suka mengamati, meniru dan memodifikasi. Sehingga jika ada sesuatu yang sedang berkembang, dalam waktu singkat banyak orang mengikutinya. Sistem bisnis penjualan secara waralaba sangat diminati oleh pebisnis waralaba asing dimana mereka memberikan izin kepada pengusaha lokal untuk mengelola waralaba asing tersebut dan tentunya akan berakibat menimbulkan saingan yang berat bagi pengusaha kecil lokal yang bergerak di bidang usaha sejenis. Sampai tahun 1990 di Indonesia hanya ada franchise luar negeri seperti KFC dan Mc Donald’s. Restoran KFC pertama di Indonesia dibuka pada bulan Oktober tahun 1979 di Jalan Melawai Jakarta, kemudian tahun 1990 Mc Donald’s mulai masuk di Indonesia. Setelah itu barulah muncul beberapa franchise lokal diantaranya Kebab Turki Baba Rafi, Es Teler 77, Pecel Lele Lela, Tela-tela, Edam Burger, Coffee Toffee, Ayam Bakar Mas Mono, Klenger Burger, MartaBucks dan lain-lain diikuti dengan gerai retail supermarket Alfamart dan Indomaret. Begitu menarik dan menguntungkan bisnis waralaba ini, maka pemerintah berkepentingan pula mengembangkan bisnis di Indonesia guna terciptanya iklim kemitraan usaha melalui pemanfaatan lisensi sistem bisnis waralaba. Dengan bantuan International Labour Organization (ILO) dan Departemen Perindustrian dan Perdagangan RI, kemudian didirikan Asosiasi Franchise Indonesia pada tahun 1991. Pada tahun 1995 berdiri pula Asosiasi Restoran Waralaba Indonesia (ARWI) yang mengkhususkan diri di bidang usaha restoran. Asosiasi ini bertujuan untuk mengembangkan informasi dan
inovasi teknologi di bidang usaha restoran terutama mengenai teknologi makanan, peralatan masak, kemasan, kesehatan dan gizi, pengawetan dan manajemen pelayanan. Pada tahun 2013 ini, Kementerian Perdagangan Republik Indonesia mendorong para usaha waralaba untuk terus berkembang di Indonesia. Salah satunya menyediakan fasilitator guna melayani perkembangan para pengusaha waralaba di Indonesia. Menjamurnya franchise lokal di Indonesia merupakan fenomena yang bagus, artinya, masyarakat Indonesia yang sebelumnya mayoritas bermental karyawan, mulai memahami pentingnya mencari penghasilan lewat bisnis ini dan berani mengambil risiko sedikit demi sedikit. Fenomena demikian diharapkan akan mengangkat derajat perekonomian di Indonesia. Namun, fenomena menjamurnya franchise bukan berarti tidak ada dampak sampingnya. Kebanyakan pebisnis Indonesia menjadi ikut-ikutan dalam mengemas paket bisnisnya sebagai franchise. Padahal, seharusnya bisnis franchise ini merupakan bisnis khusus, jenis bisnis yang spesial dan terbukti sukses, sehingga layak diwaralabakan karena bisnis franchise bukan hanya sekedar bisnis seumur jagung yang belum jelas tingkat return dan operasionalnya. Pelaku bisnis franchise atau UKM (Usaha Kecil Menengah) yang sebetulnya masih BO (Business Opportunity) juga banyak yang mencoba untuk meniru bisnis usaha baru. Saat bisnis jagung rebus (sweet corn) sedang berkembang, bermunculan banyak bisnis franchise atau Business Opportunity jagung dengan berbagai merek dan bentuk yang ditawarkan. Begitu pula yang terjadi pada musim pisang goreng Pontianak. Namun, seiring berjalannya waktu, hanya sedikit yang mampu bertahan. Bisnis franchise merupakan bisnis yang sistemnya sudah dirancang agar pembelinya bisa meraih keuntungan lebih mudah hanya dengan menduplikasi sistem. Namun, pada praktik nyatanya semua tidak berjalan semudah itu. Kadang sistem manajemen yang diberikan penjual franchise tidak berjalan di lingkungan tertentu. Dalam konteks demikian, pihak pembeli
franchise harus berani berkreasi dan memiliki strategi sendiri agar usahanya tidak gulung tikar. Franchise merupakan sebuah tawaran bisnis. Apabila suatu pihak membeli satu paket bisnis seharga X, sebagai gantinya pihak penjual paket bisnis akan memberikan lisensi untuk menggunakan mereknya, lisensi untuk menggunakan resep rahasia atau lisensi untuk menggunakan sistem manajemen, peralatan, serta bahan baku untuk usaha awal. Pendek kata, franchise adalah membeli paket bisnis orang lain, di mana kita akan mendapat outlet untuk berjualan peralatan usaha lengkap, bahan baku bulan pertama, tata cara manajemen dalam buku panduan, hak berkonsultasi kepada pihak penjual franchise, serta lisensi penggunaan merek dagang bisnis tersebut. (Pranoto, 2010) Pola konsumsi masyarakat yang berubah serta prospek industri restoran fast food yang bagus membuat banyak sekali perusahaan-perusahaan yang muncul dalam industri fast food. Daftar-daftar perusahaan fast food yang sudah di franchisekan yang ada di Indonesia dapat dilihat pada Tabel 1. Salah satu franchise yang sedang berkembang di Indonesia saat ini adalah Rocket Fried Chicken (RFC). Makanan yang popular sejak disajikan beberapa restoran cepat saji ini kian merakyat di Indonesia. Mulai dari anak kecil hingga dewasa pasti menyukai menu tersebut. Fried Chicken atau yang lebih dikenal sebagai ayam goreng sudah menjadi menu primadona masyarakat Indonesia, khususnya di Kota Bogor. Penggemarnya dari golongan ekonomi menengah bawah sampai menengah atas. Tak heran, gerai-gerai ayam goreng cepat saji, baik yang mengusung merek internasional maupun global, tumbuh subur di Indonesia. Kehadiran restoran yang berasal dari Kota Bandung ini kian didambakan mitranya bukan hanya di tanah air, tetapi juga hingga mancanegara, diantaranya Brunei Darusalam dan Malaysia. Bahkan, di dalam negeri saja sudah memiliki 75 gerai di beberapa propinsi diantaranya di DKI Jakarta, Jawa Barat, Jawa Tengah, Jawa Timur, Banten, Batam dan Kalimantan.
Tabel 1. Daftar perusahaan Franchise Fastfood di Indonesia No 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10
Nama Restoran California Fried Chicken A&W Papa Rons Pizza Hanamasa Dunkin Donuts Kentucky Fried Chicken Mc Donald’s Pizza Hut Texas Chicken Rocket Fried Chicken
Nama Perusahaan PT Pioneerindo Gounment Sejati PT Biru Fastfood Nusantara PT Setia Mandiri Miratama PT Adiboga Cipta PT Dunkindo Lestari PT Fast Food Indonesia PT Ramaka Gerbang Mas PT Sari Melati Kencana PT Cipta Selera Murni PT Bandung Era Sentra Talenta
Beberapa restoran sejenis (lokal) yang muncul dan memungkinkan dapat menjadi pesaing RFC di wilayah Bogor khususnya di daerah Cimanggu sangat banyak, diantaranya adalah Ayam Lepas dan Ayam Seuhah. Selain itu juga terdapat produk sejenis yaitu pedagang kaki lima yang hanya menjual produk
fried
chicken
yang harganya
jauh
lebih murah,
sehingga
menjadikannya sebagai kompetitor utama dan ancaman bagi RFC. Perubahan gaya hidup telah membawa pergeseran dalam kehidupan sosial ekonomi masyarakat. Semakin banyaknya aktifitas yang dilakukan manusia di luar rumah, menyebabkan kesempatan masyarakat untuk melakukan konsumsi makanan pada umumnya bersifat cepat, praktis dan nyaman. Hal ini menyebabkan perubahan dalam pola konsumsi masyarakat yang menimbulkan kebiasaan baru yaitu makan diluar rumah karena dianggap lebih praktis. Gaya hidup pula yang telah membawa masyarakat untuk mengkonsumsi makanan yang ditawarkan di tempat dan suasana berbeda, yang jarang ditemukan bila makanan ini dinikmati di rumah. Wisata kuliner di Kota Bogor sendiri telah menjadi salah satu daya tarik, karena dinilai mampu memberikan keunggulan bagi pariwisata Kota Bogor. Hal inilah yang menjadikan kehadiran RFC di Kota Bogor kian banyak digemari. RFC menyediakan makanan cepat saji (fast food), seperti ayam goreng serta olahannya, mulai dari fried chicken (crispy and hot), burger dan hotdog yang disajikan dengan pendamping nasi atau kentang.
Keunggulan konsep yang unik, baik dari aspek produk, merek dan dukungan manajemen merupakan kelebihan dari pembelian franchise RFC. Apabila ingin membeli franchise RFC, ada beberapa syarat yang harus dimiliki, diantaranya adalah pembeli tentu saja harus menyukai bisnis makanan, memiliki performa financial dan modal yang baik atau cukup, lalu memiliki jiwa wirausaha, tekun, mau belajar serta memahami sistem bisnis dengan detail, kemudian memiliki jiwa kepemimpinan yang baik dan berkomitmen tinggi untuk mengembangkan bisnis RFC serta yang paling penting adalah memahami manajemen profit dan resiko bergabung dengan bisnis RFC. RFC merupakan salah satu bisnis fast food kalangan menengah atas yang memposisikan diri sebagai tempat untuk memenuhi gaya hidup (life style) dengan penyediaan tempat sebagai function (meeting point), nuansa relax, wifi/hotspot, TV cable dan layanan untuk gathering, birthday dan meeting disediakan bagi kebutuhan pengunjung. Investasi brand atau tampilan restoran yang unik dan berbeda, memiliki ciri khas dengan tampilan dinding dan interior ruangan perpaduan antara warna merah dan kuning dengan bentuk garis lurus dan bulat melingkar pada seluruh ruangan RFC membuat cepat melekat di masyarakat. Dalam upaya meningkatkan volume penjualan produk yang dihasilkan oleh RFC dapat ditemukan beberapa faktor yang dapat membantu meningkatkan volume penjualan, yaitu aspek produk (produk yang berkualitas) dan dukungan manajemen. Dari segi produk yang dihasilkan RFC berbeda dengan franchise luar negeri, seperti contohnya KFC yang membagi satu ekor ayam menjadi delapan bagian, sedangkan RFC membagi potongan ayam menjadi sembilan bagian yang membuat bentuk dan ukuran ayam menjadi lebih kecil. Strategi dan pengembangan yang tepat sudah seharusnya dimiliki RFC dalam menghadapi persaingan usaha. Dalam pemasaran dikenal banyak strategi yang dapat digunakan untuk memasarkan produk yang dihasilkan
sebuah
perusahaan.
Perhatian
pengelola
franchise
dalam
menggunakan strategi yang tepat akan membawa pengaruh terhadap volume penjualan yang dimiliki oleh RFC. Pemasaran yang telah tersebar di beberapa wilayah Indonesia, sistem manajemen keuangan dengan teknologi online dan transparan, manajemen handal dan profesional, pengelolaan evaluasi secara berkala, kontrol akan kualitas pelayanan yang baik, sistem yang mudah diaplikasikan dan pangsa pasar yang terus berkembang, serta supply bahan baku yang murah merupakan suatu keuntungan bagi pembeli franchise RFC. Pengelola franchise dapat lebih memfokuskan apa strategi terbaik yang dapat digunakan untuk mengembangkan usahanya untuk bisa bersaing dengan produk usaha sejenis dalam bidang fast food di Kota Bogor B. Perumusan Masalah Berdasarkan uraian yang dikemukakan di latar belakang tersebut, maka perumusan masalah penelitian ini adalah : 1. Bagaimana persepsi konsumen terhadap restoran RFC Cimanggu (produk, fasilitas dan pelayanan) dan makanan siap saji yang dihasilkan ? 2. Upaya-upaya apa yang telah dilakukan unit usaha RFC Cimanggu dalam mengembangkan usahanya ? 3. Bagaimana strategi yang dapat digunakan oleh perusahaan untuk mengembangkan usaha bisnisnya ? C. Tujuan Penelitian Tujuan dari penelitian ini adalah : 1. Mendeskripsikan persepsi konsumen terhadap perusahaan dan produk makanan siap saji yang dihasilkan restoran RFC Cimanggu. 2. Mendeskripsikan upaya-upaya pengembangan unit usaha yang telah dilakukan RFC Cimanggu. 3. Menyusun strategi bisnis yang dapat digunakan perusahaan untuk mengembangkan usaha bisnis franchise.
II.
LANDASAN TEORI
A. Franchise Pengertian
franchise
(waralaba)
lebih
menekankan
semangat
kebebasan dan kemandirian, “free from servitude” atau “bebas dari ikatan”. Berbeda dari masyarakat yang mengartikan franchise sebagai waralaba, yaitu “wara” yang berarti lebih, sedangkan “laba” yang berarti untung. Jadi, waralaba berarti “lebih menguntungkan”. Semangat yang dikedepankan adalah semangat untung, profit oriented. Sedangkan bagi orang luar, yang penting bisa mandiri dulu dan keuntungan menyusul kemudian. Franchise adalah membeli paket bisnis orang lain, di mana kita akan mendapat outlet untuk berjualan, paket peralatan usaha lengkap, bahan baku bulan pertama, tata cara manajemen dalam buku panduan, hak berkonsultasi kepada pihak penjual franchise, serta lisensi penggunaan merek dagang bisnis tersebut. Menurut Suryana (2001), franchise adalah suatu persetujuan lisensi menurut hukum antara suatu perusahaan penyelenggara dengan penyalur atau perusahaan lain untuk melaksanakan usaha. Sedangkan franchising sendiri adalah kerjasama manajemen untuk menjalankan perusahaan cabang atau penyalur. Inti dari franchising adalah memberi hak monopoli untuk menyelenggarakan usaha dari perusahaan induk. Perusahaan pemberi lisensi disebut franchisor dan yang diberi lisensi disebut franchisee. Franchising adalah suatu sistem pemasaran berkisar tentang perjanjian dua belah pihak, dimana terwaralaba menjalankan bisnis sesuai dengan syaratsyarat yang ditentukan oleh pewaralaba. Franchising dapat pula berarti sistem pemasaran yang melibatkan dua belah pihak yang terikat perjanjian, sehingga usaha waralaba harus dijadikan sesuai dengan aturan-aturan dari pewaralaba. Dalam
mempelajari
franchise,
ada
baiknya
dimulai
dengan
mempelajari seluk beluknya terlebih dahulu. Ada beberapa kosakata atau istilah yang berkaitan dengan usaha waralaba (Rasyarahmi, 2012), yaitu :
1. Franchise Contract adalah perjanjian hukum antara pewaralaba dengan terwaralaba. 2. Franchise adalah hak-hak istimewa yang diatur dalam perjanjian waralaba. 3. Franchisee (terwaralaba) adalah pihak yang mendapatkan hak untuk menjalankan usaha waralaba yang kekuasaannya dibatasi berdasarkan perjanjian dengan pewaralaba. 4. Franchisor (pewaralaba) adalah pihak yang memiliki bisnis dan penjual hak waralaba kepada terwaralaba. Pewaralaba adalah pihak didalam kontrak waralaba yang menentukan sistem untuk diikuti dan syarat-syarat yang disepakati oleh pihak lain yang terlibat. Dalam mengelola bisnis franchise, langkah yang mudah yaitu melakukan perbandingan dengan pesaing. Apabila ingin membuat standar kualitas produk yang baik, mengubah standar pelayanan dan menaikkan harga, harus dipastikan melakukan survey terlebih dahulu atas pesaing, karena mengelola bisnis tanpa melakukan perbandingan terhadap pesaing ibarat sayur tanpa garam, kemudian dipastikan standar franchise selalu di atas rata-rata. Menurut Pranoto (2010), dalam pengelolaan bisnis franchise ada dua bagian penting yaitu : 1. Pengelolaan usaha : Meliputi tata cara mengelola usaha sehari-hari. Inventaris yang dibawa, bahan baku, jenis produk, operasional produksi. Semua ini disebut rutinitas usaha. 2. Pengembangan usaha : Meliputi tata cara mengoptimalkan usaha. Produk yang harus ditambah, cara menangani feedback pelanggan, cara menangani kritik, evaluasi produk, evaluasi pelayanan, cara menekan beban biaya, cara meningkatkan margin, cara memperluas pasar, cara meningkatkan omset dan sebagainya. Semua itu disebut pengembangan (memperbesar) usaha. Perlu berpikir sebagai franchisee bagi yang menginginkan usaha berjalan sukses. Sebagian akan mencari jalan, cara dan metode yang dijalankan dapat membuat usaha bisnis ini menjadi sukses secepat mungkin.
Franchisee harus mengetahui seluk beluk usaha yang dijalankan. Hal ini yang menyebabkan franchisee perlu untuk terus berinovasi memikirkan cara mengembangkan usahanya di masa mendatang. B. Kriteria Bisnis Franchise Fast Food semakin popular dan diminati oleh masyarakat dari berbagai kalangan. Besarnya pangsa pasar fast food memberikan kesempatan untuk berbagai merek fast food dari luar untuk membuka restoran fast food di Indonesia dengan sistem franchise. Sistem franchise dipilih karena sistem ini merupakan output yang seragam dan konsisten bagi konsumen dimana pun produk dibeli. Sebuah restoran dapat digolongkan sebagai restoran fast food dan dapat dijalankan dengan sistem franchise jika memenuhi kriteria sebagai berikut (Karamoy, 2011) : 1. Makanan yang ditawarkan unik dan relatif sulit ditiru, produk yang tidak unik harus memiliki nama yang telah terkenal 2. Relatif menguntungkan dan telah sukses minimal selama dua tahun 3. Memiliki pasar potensial yang besar 4. Memiliki sistem operasional yang telah dibakukan. Sebagian besar restoran fast food yang ada di Indonesia merupakan restoran franchise (waralaba) yang berasal dari luar negeri seperti Kentucky Fried Chicken (pelopor fast food dan franchise), Mc Donald’s, A&W Restorant, Texas Fried Chicken, California Fried Chicken, Popeye’s Chicken dan lain-lain. Sedangkan sebagian kecil franchise lokal di dalam negeri seperti es teller 77, rumah makan padang sederhana, RFC, JFC dan lain-lain. Agar waralaba dapat berkembang dengan pesat, maka persyaratan utama yang harus dimiliki adalah kepastian hukum yang mengikat baik bagi franchisor maupun franchisee. Karenanya, dapat dilihat bahwa di Negara yang memiliki kepastian hukum yang jelas, waralaba lebih berkembang pesat, misalnya di Amerika Serikat dan Jepang. Tonggak kepastian hukum akan format waralaba di Indonesia dimulai pada tanggal 18 Juni 1997, yaitu dengan dikeluarkannya Peraturan Pemerintah (PP) RI No.16 Tahun 1997 tentang
waralaba. PP No.16 tahun 1997 tentang waralaba ini telah dicabut dan diganti dengan PP No.42 tahun 2007. Tidak semua bisnis layak disebut bisnis franchise. Mengacu berdasarkan peraturan pemerintah Republik Indonesia No.42 tahun 2007 pasal 3, bisnis yang layak disebut franchise haruslah memenuhi kriteria sebagai berikut, yaitu : 1. Memiliki ciri khas usaha 2. Terbukti sudah memberikan keuntungan 3. Memiliki standar atas pelayanan barang dan jasa yang ditawarkan yang dibuat secara tertulis 4. Mudah diajarkan dan diaplikasikan 5. Adanya dukungan yang berkesinambungan 6. Hak Kekayaan Intelektual yang telah terdaftar. Apabila telah memenuhi kriteria-kriteria tersebut, maka suatu bisnis layak disebut franchise. Jika tidak, maka bisnis tersebut hanya akan disebut sebagai bussiness opportunity. Apabila suatu perusahaan tetap menyebut diri sebagai franchise, maka sebenarnya perusahaan tersebut sudah tergolong “franchise siluman” atau “franchise jadi-jadian”, yakni suatu business opportunity yang tidak jelas kualitasnya, tetapi disamarkan dengan label nama franchise. C. Jenis Franchise Pada dasarnya franchise terbentuk ketika franchisor menjalin hubungan hukum untuk melakukan kontak kerjasama secara terpadu terhadap merek, desain tata letak dan lain sebagainya yang berkenaan dengan kekayaan intelektual serta metode bisnis secara berkelanjutan dalam suatu periode tertentu dengan franchisee. Menurut Santoso (2009) ada 4 jenis franchise, diantaranya yaitu : 1. Master franchise. Dalam kontak ini, franchisee juga berhak menjual hak franchise yang dimilikinya pada peminat lain yang berada dalam wilayah tertentu.
2. Area
development
Program.
Di
sini
franchisee
memiliki
hak
mengembangkan bisnis franchise yang bersangkutan dalam suatu wilayah tertentu, tanpa memiliki hak menjual ulang hak yang dimilikinya. Jadi bedanya dengan master franchise hanya ada tidaknya hak untuk menjual ulang franchise yang dibelinya. 3. Joint Venture Franchise Program. Kontrak ini terjadi jika franchisor ikut menginvestasikan dana selain memberikan dukungan manajemen dan teknis. Franchisee tetap bertugas mengembangkan dan mengoperasikan tempat usaha yang bersangkutan. Biaya-biaya yang timbul dan keuntungan yang diperoleh akan dibagi oleh franchisor dan franchisee sesuai dengan perjanjian. 4. Mixed Franchise. Tipe ini terjadi jika franchisor menawarkan paket franchise yang memungkinkan franchisee yang modalnya terbatas untuk mengelola sebagian fungsi usaha saja. Misalnya produksi dilakukan franchisor dan franchisee hanya mengelola proses penjualannya saja. Selain paket seperti itu, franchisor tersebut biasanya juga menawarkan paket utuh kepada franchisee yang memiliki modal cukup. Bagi pemilik usaha, pengembangan melalui franchise mempunyai tujuan utama untuk memperoleh laba dalam waktu yang lebih singkat dan ekspansi lebih cepat dengan resiko modal yang kecil. Waralaba atau franchise sebagai salah satu alternatif dalam pengembangan usaha, tentu saja mempunyai keuntungan dan kerugian (Mendelsohn, 1997) D. Sistem Franchise Kotler (1997), membedakan waralaba (franchise) berdasarkan tiga karakteristik : 1. Pemberi waralaba memiliki merek dagang atau merek jasa dalam melisensikannya kepada pewaralaba (franchisee) dan imbalannya adalah pemberi royalti. 2. Pewaralaba diharuskan untuk membayar hak-hak untuk menjadi bagian dari sistem tersebut. Akan tetapi iuran awal (initial fee) ini hanyalah
bagian kecil dari jumlah total yang pewaralaba investasikan ketika ia menandatangani suatu kontrak waralaba. 3. Pemberi waralaba menyediakan suatu sistem pemasaran dan operasi untuk menjalankan bisnisnya. Dalam format bisnis seperti ini, perusahaan yang diberi hak monopoli menyelenggarakan perusahaan seolah-olah merupakan bagian dari perusahaan pemberi lisensi yang dilengkapi dengan nama produk, merek produk (logo), dan prosedur penyelenggara secara standar. Pada umumnya dukungan yang diberikan meliputi dukungan awal seperti pemilihan lokasi, rencana bangunan, pembelian peralatan, pola arus kerja, pemilihan karyawan, periklanan, grafik dan bantuan pada acara opening. Dukungan lain yang berlanjut seperti pencatatan dan akuntansi, konsultasi, pemeriksaan, standar promosi, pengendalian kualitas, nasihat hukum, riset dan material lainnya (Suryana, 2001). Tambunan (2008) menjelaskan berbagai macam keunggulan dan kelemahan dari sistem franchise, yaitu : Keunggulan bagi franchisor : a. Perluasan pasar : Franchise adalah suatu metode yang ampuh untuk melakukan perluasan pasar (market expansion) dan penetrasi pasar secara efektif dan cepat. b. Modal rendah : Dalam membiayai perluasan pasar seperti dimaksud di atas, pewaralaba menggunakan modal dari pihak lain (franchisee), bukan dari modalnya sendiri. Oleh sebab itu, ada ungkapan yang menyatakan bahwa franchise adalah “metode perluasan pasar dengan modal rendah”. c. Bermitra dengan wirausaha : Dalam melakukan pemasaran dan penjualan produk, franchisor memanfaatkan wirausaha bukan pegawai, dalam mengoperasikan bisnis sehari-hari. Wirausaha di sini adalah franchisor yang ikut melakukan investasi (menanamkan modal). Jika franchisor tidak berupaya keras memasarkan produknya (dalam rangka memperoleh revenue), maka investasinya akan gagal dan mengalami kerugian.
Peningkatan penjualan terwaralaba, berarti peningkatan pendapatan pewaralaba dari royalti. d. Masukan dari franchisee : Franchisee memiliki potensi besar untuk memberikan masukan yang berharga bagi perbaikan sistem usaha (termasuk sistem pelayanan dan pemasaran). Sebagai pelaksana sistem usaha dan ujung tombak yang berhadapan langsung dengan konsumen, franchisee biasanya mengetahui kekurangan atau kelemahan sistem yang dibuat franchisee. Franchisor dapat memanfaatkan masukan franchisee untuk memperbaiki sistem bisnisnya. e. Lebih dari itu, franchisee secara berkala menerima bantuan manajerial dalam hal pemilihan lokasi bisnis, desain fasilitas, prosedur operasi, pembelian, dan pemasaran (Rachmadi, 2007) Kelemahan bagi Franchisor : a. Relatif tidak bebas : Franchisor tidak bebas untuk melakukan perubahan atas sistem bisnisnya karena setiap perubahan akan mengimplikasi pada sistem bisnis yang tengah dipraktikan franchisee, apalagi jika jumlah franchisor cukup banyak. Perubahan akan membuat franchisee harus mengeluarkan biaya, sehingga biasanya akan ditentang. b. Franchisor yang rugi : Walaupun secara empiris tingkat keberhasilan franchise cukup tinggi, namun franchisor yang merugi biasanya akan membuat franchisee repot. Franchisor cenderung mencari-cari alasan dan menganggap penyebab kerugiannya itu adalah “kesalahan” franchisee. “Ulah” satu franchisor yang rugi itu akan menyibukan dan menyita waktu franchisee untuk melayani keluhan dan kritik. c. Masalah hukum : Potensi terjadinya persengketaan (dispute) hukum dengan franchisor selalu terbuka. Potensi ini lebih besar dalam bisnis franchise daripada dalam bisnis independen. Betapapun baiknya perjanjian franchise dibuat, betapapun posisi franchisee “lebih kuat” secara hukum, persengketaan hukum pasti akan menyita waktu dan pikiran serta menggangu konsentrasi bekerja.
d. Masih adanya ketidaknyamanan dalam suatu franchise, karena franchisor dapat memutuskan atau tidak memperbaharui perjanjian. (Rachmadi, 2007) Perusahaan tidak sedang membuang uang percuma, melainkan dibelikan buku panduan yang berisi SOP (standar operating Procedure), yaitu pengalaman dan pengetahuan bisnis. Kemudian, uang jutaan tersebut digunakan pula untuk membeli hak berkonsultasi dengan pihak franchisee serta biaya evaluasi secara berkala oleh pihak franchisor. E. Usaha Mikro Kecil Menengah Sesuai dengan Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2008 tentang Usaha Mikro, Kecil dan Menengah (UMKM), pengertian usaha kecil adalah usaha ekonomi produktif yang berdiri sendiri, yang dilakukan oleh orang perorangan atau badan usaha yang bukan merupakan anak perusahaan atau bukan cabang perusahaan yang dimiliki, dikuasai, atau menjadi bagian baik langsung maupun tidak langsung dari usaha menengah atau usaha besar yang memenuhi kriteria Usaha Kecil sebagaimana dimaksud dalam Undang-Undang ini. Kriteria Usaha Kecil menurut Undang-Undang Republik Indonesia adalah sebagai berikut : 1. Memiliki kekayaan bersih lebih dari Rp.50.000.000 (lima puluh juta rupiah) sampai dengan paling banyak Rp.500.000.000 (lima ratus juta rupiah) tidak termasuk tanah dan bangunan tempat usaha, dan 2. Memiliki hasil penjualan tahunan lebih dari Rp.300.000.000 (tiga ratus juta rupiah) sampai dengan paling banyak Rp.2.500.000.000 (dua milyar lima ratus juta rupiah). Ciri-ciri perusahaan kecil dan menengah di Indonesia, secara umum adalah : 1. Manajemen berdiri sendiri, dengan kata lain tidak ada pemisahan yang tegas antara pemilik dengan pengelola perusahaan. Pemilik adalah sekaligus pengelola dalam UKM. 2. Modal disediakan oleh seorang pemilik atau sekelompok kecil pemilik modal.
3. Daerah operasinya umumnya lokal, walaupun terdapat juga UKM yang memiliki orientasi luar negeri, berupa ekspor ke negara-negara mitra perdagangan. 4. Ukuran perusahaan, baik dari segi total aset, jumlah karyawan, dan sarana prasarana yang kecil. Menurut Taufiq (2010), Kekuatan dan Kelemahan Usaha Kecil Menengah memiliki ciri-ciri skala usaha kecil, padat karya, berbasis sumberdaya lokal dan sumberdaya alam, pelaku banyak, dan menyebar, sehingga dari ciri-ciri tersebut dapat diuraikan beberapa kekuatan dan kelemahan UKM sebagai berikut : 1. Skala Usaha kecil Salah satu karakter penting dari UKM adalah skala usahanya yang relatif kecil. Meskipun batas atas kategori usaha kecil adalah dengan omset maksimal 1 miliar, namun dalam kenyataannya sebagian besar usaha kecil justru memiliki omset dibawah 500 juta. Mengacu pada argumentasi bahwa salah satu sumber keunggulan adalah melalui economies of scale, maka akan sulit bagi usaha berskala kecil secara individual untuk bersaing dengan usaha berskala besar dalam suatu aktivitas bisnis yang sama. 2. Padat karya Produk usaha berskala kecil pada umumnya sangat padat karya. Kegiatan produksi yang melibatkan banyak tenaga kerja sebagai konsekuensi dari aktivitas yang menghasilkan produk yang berciri hand made. Produk UKM yang bersandar pada keahlian dan keterampilan tangan ini membawa konsekuensi pada kurangnya aspek presisi dan kesulitan untuk distandarisasi. Disamping memiliki kelemahan, aktivitas bisnis yang mengandalkan keterampilan individu tentu juga memiliki keunikan, sehingga mendapat pasar yang tersendiri. Keunikan produk UKM dapat dikembangkan sebagai sumber keunggulan menghadapi produk-produk yang berbasis pabrikasi (produk cetak).
3. Berbasis sumberdaya lokal dan sumberdaya alam. Salah satu ciri dari orientasi berusaha di kalangan UKM pada umumnya adalah lebih kepada upaya melakukan aktivitas apa yang bisa dilakukan dengan sumberdaya yang ada, ketimbang memproduksi sesuatu yang diminta oleh pasar. Dengan kata lain aktivitas usaha UKM lebih kepada production oriented, memproduksi sebaik mungkin apa yang bisa dilakukan dengan bertumpu pada ketersediaan sumberdaya yang ada. Karakter aktivitas bisnis UKM seperti ini menghasilkan produk-produk unggulan
yang
komparatif
pada
masing-masing
wilayah.
Kebersinambungan usaha yang berbasis sumberdaya alam tentu sangat rentan, manakala UKM
terlibat
dalam aktivitas
produksi
yang
mengeksploitasi sumberdaya alam yang tidak terbaharui. 4. Pelaku banyak Karena hampir tidak ada barrier to entry pada aktivitas bisnis UKM, baik dari aspek teknologi, investasi, manajemen, perlindungan hak intelektual, maka sangat mudah bagi masyarakat untuk masuk ke dalam industri yang digeluti oleh UKM. Sebagai konsekuensinya relatif sangat banyak pelaku bisnis UKM dalam sektor dan kegiatan bisnis tertentu. Di satu sisi struktur usaha seperti ini sangat baik untuk mendorong kompetisi, tetapi di lain pihak UKM sering dihadapkan pada kondisi dimana banyak UKM sebagai produsen menghadapi kekuatan monopsonis. 5. Menyebar Aktivitas bisnis UKM dapat dijumpai hampir diseluruh pelosok tanah air serta diberbagai sektor. Dengan demikian, bila UKM dapat mengembangkan jaringan yang efektif, maka konsep global production dapat dipenuhi, karena UKM mampu menghasilkan produk di mana saja dan memasarkannya ke mana saja serta kapan saja. Dengan kata lain produk UKM yang sejenis sangat mudah diperoleh masyarakat dimana saja dan kapan saja.
F. Manajemen Strategik Beberapa pakar dalam ilmu manajemen mendefinisikan manajemen strategis dengan cara yang berbeda-beda. Ketchen (2009) mendefinisikan manajemen strategis sebagai analisis, keputusan dan aksi yang dilakukan perusahaan untuk menciptakan dan mempertahankan keunggulan kompetitif. Definisi ini menggambarkan dua elemen utama manajemen strategis. Pertama, manajemen strategis dalam sebuah perusahaan berkaitan dengan proses yang berjalan (ongoing processes) yaitu analisis, keputusan dan tindakan. Kedua, manajemen strategis adalah studi tentang mengapa sebuah perusahaan mampu mengalahkan perusahaan lainnya. Manajer perlu menentukan bagaimana perusahaan bisa menciptakan keunggulan kompetitif yang tidak hanya unik dan berharga, tetapi juga sulit ditiru atau dicari substitusinya sehingga mampu bertahan lama. Tugas pertama dalam manajemen strategis pada umumnya adalah kompilasi dan penyebarluasan pernyataan misi. Aktifitas ini mendokumentasi kan kerangka dasar organisasi dan mendefinisikan lingkup aktifitas yang hendak dijalankan oleh organisasi. Pada tiga tingkatan strategi dibuat dalam organisasi yang lebih besar, yakni meliputi strategi perusahaan, bisnis, dan fungsional (atau operasional). Sementara strategi perusahaan akan menentukan bisnis apakah yang perusahaan akan benar-benar beroperasi disana, strategi bisnis akan menentukan bagaimana perusahaan akan bersaing di masing-masing bisnis yang telah dipilih. Sehubungan dengan itu Wheelen dan Hunger (1995) mengartikan manajemen strategis (strategic management) “is the set of managerial decisions and actions that determines the long-run performance of a corporation”, artinya bahwa manajemen strategis merupakan suatu himpunan keputusan dan tindakan manajerial yang menentukan kinerja jangka panjang suatu perusahaan. Untuk memahami konsep ini, berikut diuraikan komponen utama dan tahap manajemen strategis, yaitu :
1. Analisis lingkungan (environmental scanning) bisnis untuk mendeteksi peluang (opportunities) dan ancaman (threats) serta analisis profil perusahaan yang mengidentifikasikan kekuatan (strengths) dan kelemahan (weaknesses). 2. Perumusan strategi (strategic formulation) termasuk mengembangkan visi dan misi, mengidentifikasikan peluang dan ancaman eksternal perusahaan, menentukan kekuatan dan kelemahan internal, menetapkan tujuan jangka panjang, merumuskan alternatif strategi dan memilih strategi tertentu yang akan dilaksanakan. Pada tahap ini penekanan lebih diberikan kepada aktivitas-aktivitas utama antara lain menyiapkan strategi alternatif, pemilihan strategi dan menetapkan strategi yang digunakan. 3. Implementasi
strategi
(strategic
implementation)
mensyaratkan
perusahaan untuk menentukan tujuan tahunan, menetapkan kebijakan, memotivasi karyawan, mengalokasikan sumber daya sehingga strategi yang telah di formulasikan dapat dijalankan, mengembangkan budaya yang mendukung strategi, menciptakan struktur organisasi yang efektif, menyiapkan anggaran, mengembangkan dan memberdayakan sistem informasi, dan menghubungkan kinerja karyawan dengan kinerja organisasi. 4. Evaluasi dan pengawasan (evaluation and control) kinerja nyata suatu perusahaan. Evaluasi strategi adalah tahap final dalam manajemen strategis. Ada tiga aktivitas dasar evaluasi strategi yaitu meninjau ulang faktor internal dan eksternal saat ini, mengukur kinerja dan mengambil tindakan korektif. Lebih jelasnya mengenai ke empat komponen dan tahap strategis yang dimaksud dapat dilihat dalam desain gambar sebagai berikut :
Fase 1 Analisis Lingkungan
Fase IV
Fase II
Evaluasi dan kontrol
Perumusan Strategi
Fase III Implementasi Strategi
Gambar 1. Skema proses manajemen strategik (Hubeis dan Najib, 2008) Berdasarkan Gambar 1 dan dikaitkan dengan fungsi manajemen, maka komponen manajemen strategik di atas sebenarnya ditujukan untuk memastikan apakah tindakan-tindakan strategik yang dilakukan perusahaan sudah sesuai dengan perumusan strategi yang sudah dibuat atau ditetapkan. Dalam proses ini, ada beberapa hal yang harus dilakukan perusahaan, yaitu: a. Meninjau kembali permasalahan eksternal dan internal yang terjadi saat ini, apakah terjadi perubahan-perubahan pada saat strategi dirumuskan b. Adanya pengukuran kemampuan atau kinerja perusahaan dengan memastikan kembali, apakah sesuai dengan standar yang telah ditetapkan c. Melakukan perbaikan-perbaikan untuk perkembangan perusahaan dan d. Membantu untuk mengembangkan model di masa mendatang. Hubeis dan Najib (2008) menjelaskan bahwa pada tahap perumusan strategi, perusahaan dapat menggunakan manajemen strategik yang terdiri atas enam langkah, yaitu : a. Melakukan analisis lingkungan internal b. Melakukan analisis lingkungan eksternal c. Mengembangkan visi dan misi yang jelas d. Menyusun sasaran dan tujuan perusahaan e. Merumuskan pilihan-pilihan strategik dan memilih strategi yang tepat
f. Menentukan pengendalian. Tahapan implementasi
penting strategi.
setelah
perumusan
Implementasi
adalah
strategi
selesai
proses
ketika
adalah rencana
direalisasikan. Dalam implementasi strategi, ada beberapa hal penting yang harus dilakukan perusahaan, yaitu : a. Penetapan tujuan tahunan b. Perumusan kebijakan c. Memotivasi pekerja d. Alokasi sumber daya. G. Persepsi Konsumen Persepsi konsumen adalah proses dimana seseorang dan mengartikan kesan dari panca indera dalam tujuan untuk memberi arti dalam lingkungan mereka (Robbins, 1998). Persepsi konsumen ini sangat penting dipelajari karena perilaku konsumen didasarkan oleh persepsi mereka tentang apa itu kenyataan dan bukan kenyataan itu sendiri. Menurut Shiffman dan Kanuk (1997) persepsi akan sesuatu berasal dari interaksi antara dua jenis faktor : 1. Faktor stimulus, yaitu karakteristik secara fisik seperti ukuran, berat, warna atau bentuk. Tampilan suatu produk baik kemasan maupun karakteristik akan mampu menciptakan suatu rangsangan pada indera manusia, sehingga mampu menciptakan suatu persepsi mengenai produk yang dilihatnya. 2. Faktor individu, yang termasuk proses didalamnya bukan hanya pada panca indera akan tetapi juga pada proses pengalaman yang serupa dan dorongan utama serta harapan dari individu itu sendiri. Proses keputusan konsumen dalam membeli dan mengkonsumsi produk atau jasa akan dipengaruhi oleh kegiatan oleh pemasar dan lembaga lainnya serta penilaian dan persepsi konsumen itu sendiri. Proses keputusan pembelian akan terdiri dari pengenalan masalah, pencarian informasi, evaluasi alternatif, pembelian, kepuasan konsumen. Pemahaman tentang faktor-faktor yang mempengaruhi keputusan konsumen akan memberikan pengetahuan kepada pemasar bagaimana menyusun strategi dan komunikasi pemasaran yang lebih baik. Persepsi konsumen akan mempunyai keputusan pembelian dikarenakan
orang mempunyai kesukaan dan kebiasaan yang berbeda-beda sesuai dengan kondisi konsumen terutama didukung oleh kemampuan seseorang untuk memdapatkan suatu barang atau jasa. Menurut Kotler (2007) “keputusan pembelian seseorang dipengaruhi oleh faktor psikologis utama, antara lain persepsi serta keyakinan dan pendirian”. Berdasarkan uraian tersebut maka proses keputusan pembelian konsumen sangat ditentukan oleh faktor psikologis mereka sendiri antara lain persepsi serta keyakinan dan pendirian mereka, kemudian mengidentifikasikan masukan-masukan informasi yang mereka peroleh mengenai barang atau produk kemudian mengevaluasi untuk kemudian melakukan keputusan pembelian.
III.
METODE PENELITIAN
A. Kerangka Pemikiran Penelitian Penelitian ini dilaksanakan berdasarkan data-data yang tersedia mengenai visi dan misi perusahaan, serta kondisi perusahaan saat ini dilihat dari aspek produk, fasilitas, pelayanan, permodalan, promosi, bahan baku, saingan bisnis dan sumber daya manusia. Data mengenai persepsi pelanggan diukur dengan menggunakan analisis IPA untuk mendasari identifikasi kekuatan, kelemahan serta peluang dan ancaman yang dihadapi oleh perusahaan. Data tersebut dinilai kemudian dipadukan dengan faktor internal dan eksternal perusahaan yang di analisis menggunakan matriks IFE (Internal Factor Evaluation) dan EFE (Eksternal Factor Evaluation). Hasil dari matriks IFE dan EFE diolah dengan menggunakan analisis matriks IE (Internal Eksternal) sehingga diperoleh data secara menyeluruh oleh matriks SWOT dan kemudian ditetapkan beberapa strategi pengembangan dari matriks QSPM. Bagan kerangka pemikiran dalam penelitian ini dijelaskan pada Gambar 2. Persepsi Konsumen
-
Upaya Pengelola Mengatasi Masalah
Pelayanan Produk Fasilitas
-
Bahan Baku Promosi Persaingan Bisnis
- Permodalan - SDM
INPUT
IPA PROCESS
EFE
IFE IE
Analisis SWOT
QSPM Prioritas Strategi Terbaik
Gambar 2. Kerangka Pemikiran
OUTPUT
B. Lokasi dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilakukan di unit usaha franchise produk makanan cepat saji di Rocket Fried Chicken yang beralamat di Jl. Tentara Pelajar Ruko No.5 sebelah SPBU Cimanggu Balitro, Kota Bogor, Jawa Barat selama 6 bulan, yaitu dari bulan Oktober 2012 hingga April 2013. Penyebaran kuesioner dilakukan di restoran RFC kepada para konsumen yang datang ke lokasi. Data yang digunakan dalam kajian ini adalah data primer yang bersifat kualitatif dan kuantitatif. Data primer didapatkan dari hasil kuesioner, wawancara dan observasi (pengamatan). Kuesioner dalam penelitian ini dibedakan menjadi (2) jenis. Kuesioner pertama merupakan kuesioner internal yang diberikan kepada pihak Rocket Fried Chicken (pemilik restoran dan karyawan restoran), sedangkan kuesioner kedua merupakan kuesioner eksternal yang diberikan kepada konsumen Rocket Fried Chicken. C. Pengumpulan Data Pengumpulan data yang digunakan adalah melalui pengumpulan data primer yang dilakukan melalui survei lapangan, wawancara dengan pengelola restoran, karyawan dan konsumen. Instrumen utama yang digunakan dalam penelitian ini adalah kuesioner. Waktu penyebaran kuesioner dilakukan setiap hari, baik pada hari kerja ataupun hari libur. Metode pengambilan data responden yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode purposive sampling yaitu memilih responden yang paling tepat untuk memberikan informasi yang dibutuhkan berdasarkan kriteria yang sudah ditetapkan (Lampiran 1). Kuesioner diberikan kepada 50 responden, kriteria konsumen yang dijadikan responden dalam penelitian ini adalah konsumen yang pernah melakukan kunjungan pada restoran Rocket Fried Chicken lebih dari satu kali, sehingga dapat dipastikan bahwa konsumen tersebut telah mengenal dan pernah mengkonsumsi makanan di Rocket Fried Chicken, sehingga konsumen mempunyai pertimbangan untuk evaluasi dan saran untuk kemajuan restoran Rocket Fried Chicken serta berusia di atas 17 tahun.
D. Pengolahan dan Analisis Data Metode analisis yang digunakan dalam penelitian ini adalah Importance Performance Analysis (IPA), Matriks External Factor Evaluation (EFE), Internal Factor Evaluation (IFE), Internal and External (IE), Strengths, Weakness, Opportunities and Threats (SWOT) dan matriks QSPM (Quantitative Strategic Planning Matrix). 1. Importance Performance Analysis (IPA) Pada metode ini dilakukan penilaian secara menyeluruh oleh konsumen terhadap kualitas produk. Selain itu juga dapat diketahui tentang aspek-aspek apa saja yang dianggap baik oleh konsumen serta bagaimana kinerja produk dalam aspek-aspek yang dianggap baik tersebut, dan selanjutnya dapat diketahui aspek apakah yang sebaiknya dipertahankan, diperbaiki, dikurangi dan dikeluarkan dari produk RFC saat ini. Metode ini akan menghasilkan suatu peringkat pada masingmasing indikator, dengan mengidentifikasikan menurut prioritas dalam memberikan tindakan yang diperlukan. Dalam analisa matriks IPA, setiap faktor atau kategori yang ditanyakan pada responden dapat dipetakan berdasarkan aspek-aspek yang menjadi harapan pembeli franchise. Matriks IPA terdiri dari empat kuadran pertama yang terletak di gambar sebelah kiri atas, kuadran II yang terletak di sebelah kanan atas, kuadran III terletak di kiri bawah, dan kuadran IV yang terletak di kanan bawah. 1. Kuadran I (Prioritas utama) Kuadran I memuat atribut yang dinilai penting oleh konsumen namun pelaksanaan atau kinerja atribut masih rendah. Pada kuadran ini tingkat kepuasan konsumen masih rendah, sehingga perusahaan perlu meningkatkan kinerja dari atribut produk. 2. Kuadran II (Pertahankan Prestasi) Kuadran II memuat atribut yang dinilai penting dan kinerja atribut sesuai dengan yang dirasakan oleh konsumen. Pada kuadran ini tingkat
kepuasan konsumen dinilai relatif tinggi, sehingga perusahaan perlu mempertahankan kinerja atribut yang ada pada kuadran II. 3. Kuadran III (Prioritas Rendah) Kuadran III memuat atribut yang kurang penting pengaruhnya bagi konsumen, dengan pelaksanaan yang tidak terlalu baik. Pada kuadran ini,
peningkatan
variabel
perlu
diperhatikan
kembali
karena
pengaruhnya yang kecil terhadap kepuasan konsumen. 4. Kuadran IV (Berlebihan) Kuadran IV memuat atribut yang dianggap kurang penting oleh konsumen dan kinerjanya dinilai berlebihan. Perusahaan dapat mengurangi atribut yang terdapat pada kuadran IV ini untuk menghemat biaya. 2. Matriks IFE dan EFE Matriks IFE adalah alat manajemen strategis untuk audit dan mengevaluasi kekuatan dan kelemahan dalam berbagai bidang fungsional dari suatu usaha. Tujuannya adalah untuk melihat kekuatan atau kelemahan kondisi internal suatu perusahaan. Sedangkan Matriks EFE adalah alat yang baik untuk memvisualisasikan dan memprioritaskan peluang dan ancaman yang dihadapi bisnis. Tujuannya adalah untuk penilaian kondisi bisnis saat ini. Perbedaan utama antara matriks IFE dan matriks EFE adalah jenis faktor-faktor yang termasuk dalam model matriksnya. Matriks IFE berkaitan dengan faktor internal untuk meringkas dan mengevaluasi kekuatan dan kelemahan utama yang dihadapi perusahaan, sedangkan faktor EFE yang bersangkutan dengan faktor eksternal. Misalnya membantu mengambil keputusan untuk meringkas dan mengevaluasi informasi eksternal, seperti kompetitor atau pesaing usaha, ekonomi, teknologi dan sebagainya. Langkah-langkah yang dilakukan dalam menyusun matriks IFE maupun EFE adalah sebagai berikut (David, 2004) :
1. Membuat daftar faktor-faktor internal dan eksternal, termasuk kekuatan, kelemahan, peluang dan ancaman yang mempengaruhi perusahaan dan industrinya. Daftar tersebut disusun seteliti dan sespesifik mungkin. Dalam penelitian ini, faktor-faktor internal dan eksternal strategik didapatkan melalui wawancara dengan pemilik dan karyawan perusahaan, baik secara langsung maupun kuesioner. 2. Memberi bobot tiap faktor strategik dengan kisaran 0,0 (tidak penting) sampai 1,0 (sangat penting). Bobot menunjukan kepentingan relatif dari faktor tersebut, penentuan bobot dilakukan dengan menggunakan metode paired comparison atau perbandingan berpasangan pada setiap faktor strategik internal dan eksternal. Metode ini digunakan untuk memberikan penilaian terhadap bobot setiap faktor penentu dengan membandingkan setiap peubah pada baris dengan peubah pada kolom. Untuk menentukan bobot setiap peubah digunakan skala 1, 2 dan 3 yang memiliki arti nilai berikut : Nilai 1 : jika indikator horizontal baik daripada indikator vertikal. Nilai 2 : jika indikator horizontal cukup daripada indikator vertikal. Nilai 3 : jika indikator horizontal kurang daripada indikator vertikal. Bobot setiap faktor diperoleh dengan menentukan nilai setiap faktor terhadap jumlah nilai keseluruhan faktor. Faktor-faktor yang dianggap mempunyai pengaruh terbesar pada perusahaan diberi bobot tertinggi. 3. Menentukan peringkat (rating) dari setiap faktor untuk menunjukkan keefektifan strategi perusahaan dalam merespon faktor tersebut. Rating tersebut memiliki nilai 1 (lemah), 2 (rata-rata), 3 (diatas rata-rata) dan 4 (superior). Pada matriks IFE nilai 1 menunjukan kekuatan utama, nilai 2 menunjukan kekuatan kecil, nilai 3 menunjukan kelemahan kecil dan nilai 4 menunjukan kelemahan utama. 4. Mengalikan setiap bobot faktor dengan peringkat untuk menentukan rata-rata tertimbang untuk masing-masing variabel. 5. Menjumlahkan rata-rata tertimbang untuk setiap variabel untuk menentukan rata-rata tertimbang untuk organisasi. Total skor berkisar
1,0 sampai 4,0 dengan rataan 2,5. Jumlah nilai yang dibobot sama dengan 4,0 menunjukan bahwa suatu organisasi memberi respon yang sangat bagus terhadap peluang dan ancaman. Sedangkan nilai 1,0 menunjukan bahwa perusahaan tidak dapat memanfaatkan peluang yang ada atau menghindari ancaman eksternal. 3. Matriks Internal-Eksternal (IE) Menurut David (2011), matriks Internal Eksternal memposisikan perusahaan dalam tampilan (9) sel. Matriks IE didasarkan pada total IFE pada sumbu X dan total EFE pada sumbu Y. Total IFE pada sumbu X dan total EFE pada sumbu Y memiliki nilai 1,00 - 1,99 yang dianggap rendah, nilai 2,00 - 2,99 dianggap menengah dan nilai 3,00 - 4,00 yang dianggap tinggi. Matriks IE dibagi menjadi tiga daerah utama yang mempunyai implikasi strategi berbeda. (3) daerah utama tersebut adalah: 1. Strategi tumbuh dan bina (growth and build) yang berada pada sel I, II, dan IV. Strategi yang tepat untuk diterapkan adalah strategi intensif (penetrasi pasar, pengembangan pasar dan pengembangan produk), atau strategi integratif (integrasi ke depan, ke belakang dan horizontal). 2. Strategi mempertahankan dan memelihara (hold and maintain) yang berada pada sel III, V, VII. Strategi yang umum digunakan adalah strategi penetrasi pasar dan pengembangan produk. 3. Strategi panen atau divestasi (harvest or divest), yang berada pada sel VI, VII dan IX. Strategi yang umum digunakan adalah strategi divestasi dan likuidasi. 4. Analisis SWOT Analisis SWOT adalah analisis kondisi internal maupun eksternal suatu organisasi yang selanjutnya akan digunakan sebagai dasar untuk merancang strategi dan program kerja. Analisis internal meliputi penilaian terhadap
faktor
kekuatan
(strength)
dan
kelemahan
(weakness).
Sementara, analisis eksternal mencakup faktor peluang (opportunity) dan ancaman (threats). Menurut David (2010), menyatakan bahwa matriks ini merupakan sebuah alat pencocokan yang penting yang membantu para manajer dalam mengembangkan (4) jenis strategi. (4) strategi yang dimaksud, antara lain: 1. Strategi SO (Kekuatan-Peluang) Strategi ini memanfaatkan kekuatan internal perusahaan untuk menarik keuntungan dari peluang eksternal. 2. Strategi WO (Kelemahan-Peluang) Strategi yang digunakan untuk memperbaiki kelemahan internal dengan cara mengambil keuntungan dari peluang eksternal. 3. Strategi ST (Kekuatan-Ancaman) Strategi yang digunakan untuk menghindari atau mengurangi dampak dari ancaman-ancaman eksternal. 4. Strategi WT (Kelemahan-Ancaman) Strategi ini merupakan teknik defensif yang diarahkan untuk mengurangi kelemahan internal serta menghindari ancaman eksternal. Berikut ini adalah tahapan-tahapan penentuan strategi menggunakan matriks SWOT yang dikemukakan oleh David (2010) : 1. Buat daftar peluang-peluang eksternal utama perusahaan. 2. Buat daftar ancaman-ancaman eksternal utama perusahaan. 3. Buat daftar kekuatan-kekuatan internal utama perusahaan. 4. Buat daftar kelemahan-kelemahan internal utama perusahaan. 5. Cocokkan kekuatan internal dan peluang eksternal dan catat hasilnya dalam sel strategi SO. 6. Cocokkan kelemahan internal dan peluang eksternal dan catat hasilnya dalam sel strategi WO. 7. Cocokkan kekuatan internal dan ancaman eksternal dan catat hasilnya dalam sel strategi ST. 8. Cocokkan kelemahan internal dan ancaman eksternal dan catat hasilnya dalam sel strategi WT.
Tabel 2. Matriks SWOT Strengths - S Internal Faktor-faktor kekuatan Eksternal
Weakness - W Faktor-faktor kelemahan
Opportunities - O
SO Strategies
WO Strategies
Faktor-faktor peluang
Gunakan kekuatan untuk memanfaatkan peluang
Threats - T
ST Strategies
Mengatasi kelemahan dengan memanfaatkan peluang WT Strategies
Faktor-faktor ancaman
Gunakan kekuatan untuk meminimalisasi efek ancaman Sumber : David (2010)
Mengatasi kelemahan dan menghindari ancaman
5. Quantitative Strategic Planning Matriks (QSPM) Matriks QSPM merupakan alat analisis yang digunakan dalam tahap keputusan. QSPM menggunakan masukan dari matriks IFE dan EFE pada tahap input, serta matriks IE dan SWOT pada tahap pencocokan untuk memutuskan strategi mana yang terbaik. Strategi yang dihasilkan diharapkan menjadi pertimbangan bagi pihak manajemen perusahaan dalam penetapan kebijakan strategi untuk mengembangkan usaha. Setelah berhasil mengembangkan sejumlah strategi alternatif perusahaan harus mampu mengevaluasi dan kemudian memilih strategi terbaik yang paling cocok dengan kondisi internal dan eksternal perusahaan dengan menggunakan QSPM. Menurut David (2011) dijelaskan
mengenai
langkah-langkah
yang
diperlukan
untuk
mengembangkan QSPM, yaitu: 1. Membuat daftar berbagai peluang/ancaman eksternal dan kekuatan/ kelemahan internal utama di kolom kiri QSPM. Informasi ini harus diambil langsung dari Matriks EFE dan Matriks IFE. Maksimal (8) faktor keberhasilan utama internal dan (8) faktor keberhasilan utama eksternal yang dimasukkan dalam QSPM.
2. Memberi bobot pada bobot setiap faktor internal dan eksternal utama tersebut. Bobot ini sama dengan bobot yang ada dalam Matriks EFE dan Matriks IFE. Bobot ditampilkan dalam kolom kecil tepat di kanan faktor-faktor keberhasilan penting eksternal dan internal. 3. Mencermati
matriks-matriks
mengidentifikasi
berbagai
tahap
2
strategi
(pencocokkan)
alternatif
yang
dan harus
dipertimbangkan untuk diterapkan oleh organisasi. Mencatat strategistrategi ini di baris teratas QSPM. Kelompokkan berbagai strategi tersebut dalam satu rangkaian eksklusif sebisa mungkin. 4. Menentukan Skor Daya Tarik (AS) didefinisikan sebagai nilai numerik yang mengindifikasikan daya tarik relatif dari setiap strategi di rangkaian alternatif tertentu. Skor daya tarik (Attractiveness Score-AS) ditentukan dengan cara mengamati faktor internal atau eksternal utama, pada waktu tertentu, dengan mengajukan pertanyaan “apakah faktor ini memengaruhi strategi yang dibuat?” Jika jawaban atas penyataan ini adalah ya, strategi kemudian perlu dibandingkan relatif terhadap faktor utama tersebut. Secara khusus, skor daya tarik harus diberikan pada setiap strategi yang menunjukkan daya tarik relatif satu strategi atas strategi yang lain dengan mempertimbangkan faktor tertentu. Kisaran skor daya tarik adalah 1=tidak menarik, 2=agak menarik, 3=menarik dan 4=sangat menarik. Kerjakanlah baris demi baris mengembangkan QSPM. Jika jawaban atas penyataan di atas adalah tidak yang mengindikasikan bahwa faktor utama yang bersangkutan tidak memiliki pengaruh terhadap pilihan spesifik yang dibuat, jangan memberikan skor daya tarik pada strategi dalam rangkaian tersebut. Menggunakan tanda hubung untuk menunjukkan bahwa suatu faktor utama tidak memengaruhi faktor yang dibuat. Apabila anda memberikan AS pada satu strategi, berikanlah pada AS pada strategi yang lain. Dengan kata lain, jika anda memberi tanda hubung pada
suatu strategi, maka semua strategi yang lain harus memperoleh tanda yang sama di baris tertentu. 5. Menghitung Skor Daya Tarik Lokal (TAS). Skor daya tarik total (Total Attractiveness Score-TAS) didefinisikan sebagai hasil kali antara bobot (langkah 2) dengan skor daya tarik (langkah 4) di setiap baris. TAS mengindikasikan daya tarik relatif dari setiap strategi alternatif,
dengan
hanya
mempertimbangkan
dampak
faktor
keberhasilan faktor internal atau eksternal yang berdekatan. Semakin tinggi skor daya tarik total, semakin menarik pula strategi tersebut (hanya dengan mempertimbangkan faktor keberhasilan penting berdekatan). 6. Menghitung jumlah keseluruhan Daya Tarik Total (STAS). Jumlahkan TAS di setiap kolom strategi dari QSPM, jumlah keseluruhan daya tarik total (Sum Total Attractiveness Score-STAS) menunjukkan strategi yang paling menarik di setiap rangkaian alternatif. Skor yang lebih tinggi mengindikasikan strategi yang lebih menarik, mengingat semua faktor internal dan eksternal relevan yang dapat mempengaruhi keputusan strategis. Besarnya selisih antara jumlah keseluruhan daya tarik total di rangkaian alternatif strategi tertentu menunjukkan ketertarikan relatif satu strategi terhadap strategi yang lain.
IV. HASIL DAN PEMBAHASAN
A. Gambaran Umum Perusahaan RFC Indonesia merupakan franchise resto 100% asli Indonesia, dengan filosofi bisnis “bukan ayam biasa” ditandai icon “ayam” dengan mengusung konsep “life style” dan “buying power” menawarkan sistem kemitraan makanan cepat saji (fast food) variasi barat dan timur dengan paradigma tingkat konsumsi masyarakat terhadap café/resto yang cukup tinggi dengan nilai yang dapat terjangkau bagi semua lapisan masyarakat. Bernaung di bawah PT. Bandung Era Sentra Talenta, Rocket Fried Chicken cabang Bogor berdiri pada tahun 2011 yang bergerak di bidang business dan product development yang melayani kebutuhan industri makanan di Indonesia, merupakan wujud semangat bisnis Bapak Febrian Agung Budi Prastyo (President Director PT.BEST), yaitu GFW (Go Fight Win) dengan menyebarkan semangat
wirausaha pantang menyerah dalam meraih
kesuksesan. Franchise RFC merupakan peluang bisnis franchise fastfood chicken resto di Indonesia yang menyediakan makanan cepat saji ayam goreng serta olahannya mulai dari fried chicken (crispy dan hot), burger dan hotdog yang disajikan dengan pendamping nasi, kentang, milkshake, juices dan lain-lain. RFC di Bogor terletak di Jl. Tentara Pejuang Ruko No.5 sebelah SPBU Cimanggu Balitro, dari total 7 ruko di lokasi tersebut yang antara lain diisi oleh Apotek Cimanggu, Mie ayam baso dan Martabak AA, Kliniq-Q medical and dental clinic, Intens Learning center, Konveksi 7 Dian usaha dan Resto Imah Nini. Restoran RFC Cimanggu ini dimiliki oleh Rangga Dzulfikar dan dijalankan bersama istrinya sejak bulan desember tahun 2011. Ruko RFC ini menempati tanah seluas 15 x 45 m2 dan memiliki 2 tingkat. Harga sewa ruko RFC ini sebesar 75 juta selama 2 tahun dan pembelian franchise RFC sebesar 95 juta, yang pada tahun ini harga pembelian franchise tipe ruko naik menjadi 105 juta. Tampilan ruko RFC terdiri dari ruang makan yang luas,
kasir, dapur dan kamar mandi di bagian atas. Sedangkan untuk ruang bagian atas/lantai 2 ruko sendiri masih kosong, yang biasanya digunakan untuk tempat istirahat karyawan, tempat pelatihan, mushola, tempat acara dan lainlain. Di Bogor sendiri usaha franchise RFC sudah dibuka di tiga tempat, antara lain berlokasi di Kedung Halang dan Cibinong yang keduanya masih type 24 Kios (Indoor 24 m2 Investasi Rp.65 Juta), masih lebih kecil dibandingkan dengan RFC Cimanggu ini yang sudah type 40 Ruko (Indoor 40 m2 Investasi Rp. 105 Juta). Type Investasi RFC yang lain adalah type 80 mini café (Indoor 80m2 Investasi Rp. 165 Juta) dan type 120 resto (Indoor 120 m2 Investasi Rp. 225 Juta). Bisnis franchise RFC ini merupakan bisnis yang mengandalkan jasa, sehingga sangat penting untuk pengelola berorientasi pada kepuasan pelanggan. Karena mendapatkan pelanggan yang loyal merupakan suatu keberhasilan bagi usaha bisnis ini. RFC ini tergolong franchise jenis Area Development Program, dimana pembeli franchise memiliki hak dan kebebasan untuk mengembangkan bisnis usahanya dalam suatu wilayah tertentu, dengan pemberitahuan terlebih dahulu kepada pusat. Berbeda dengan franchise internasional seperti Mc Donald dan KFC yang seluruh ketentuan sudah ditetapkan oleh pemilik franchise pusat (Master franchise). 1. Struktur Organisasi Restoran Rocket Fried Chicken cabang Bogor ini memiliki struktur perusahaan yang masih bersifat sangat sederhana, yang hanya terdiri dari seorang pengelola franchise yaitu pemilik restoran itu sendiri, karyawan bagian dapur (cooking), kasir dan waitress. Tugas dari Cooking sendiri adalah merangkap sebagai pengawas dapur dan pengawas pelayanan disini diserahkan kepada bagian kasir dan waitress. Waitress bertanggung jawab untuk menjaga kebersihan restoran terutama peralatan makan dan dapur. Untuk pengelola franchise, selain memimpin restoran ini juga bertugas untuk mengawasi serta bertanggung jawab penuh untuk semua kegiatan yang
berhubungan dengan konsumen serta pelayanan di restoran. Pengelola franchise mengawasi langsung para karyawan yang terbagi dalam tiga bagian tersebut yaitu cooking, kasir dan waitress. Kasir bertugas melayani proses pembayaran konsumen dan membuat laporan keuangan untuk dipertanggung jawabkan kepada pengelola. Selain itu, kasir bertugas untuk mengecek persediaan bahan digudang. Waitress menyajikan pesanan di meja konsumen serta merapihkan dan membersihkan meja setelah pengunjung selesai menyantap hidangan. Bagian delivery bertugas untuk mengantarkan pesanan ke tempat pemesan (misalnya rumah, kantor, sekolah dan lain-lain) yang bagian ini sementara masih belum banyak diminati oleh para pembeli. Sedangkan pembersih ayam hanya melakukan tugas membersihkan ayam ketika pengelola membeli bahan baku ayam, yang biasanya dibeli sebanyak 10 sampai 20 ekor ayam setiap 4 hari sekali. Struktur Organisasi Restoran RFC Cimanggu dapat dilihat pada Gambar 3. Pengelola Franchise
Cooking
Kasir
Crew
Pembersih Ayam
Gambar 3. Struktur Organisasi Restoran Rocket Fried Chicken 2. Visi dan Misi Perusahaan Menurut Company Profile RFC, visi dan misi Restoran Rocket Fried Chicken yang merupakan perusahaan chicken resto asli Indonesia adalah sebagai berikut : Visi RFC adalah “Menjadi restoran cepat saji yang berpengalaman, paling cepat melayani dan terbaik di Indonesia”. Misi RFC diantaranya adalah : 1. Company : menguntungkan investor. 2. Employee : Peningkatan kemampuan serta jenjang karir untuk para karyawan.
3. Community : Memberi wahana berkumpul dan kegiatan yang nyaman. 4. Development : Mengembangkan RFC Indonesia sebagai franchise yang maju. 5. Brand Awareness : Menambah outlet dan meningkatkan image nya. 6. Service : Menjadi yang terbaik dalam pelayanan jasa bidang ayam dan restoran. B. Karakteristik Konsumen Responden yang menjadi objek penelitian terdiri dari 50 orang responden
yang merupakan konsumen
atau
pembeli
produk
RFC.
Karakteristik umum responden dapat ditunjukkan dari jenis kelamin, usia, pendidikan terakhir, status pernikahan, rata-rata penghasilan per bulan, pekerjaan, biaya yang dikeluarkan setiap kali mengunjungi RFC, jenis makanan yang sering dipesan dan media yang paling mempengaruhi. Berdasarkan Tabel 3, dapat dilihat bahwa responden konsumen ayam goreng RFC didominasi oleh konsumen berjenis kelamin laki-laki berstatus belum menikah, berusia rata-rata 17 sampai 26 tahun dan sebagian besar bekerja sebagai pegawai negeri/swasta. Penghasilan rata-rata sebagian besar responden konsumen ayam goreng RFC sudah mencapai lebih dari 2,5 sampai 5 juta rupiah per bulan, lebih tinggi dari pada Upah Minimum Regional (UMR) Kota Bogor yaitu sebesar 1,5 juta rupiah. Pendidikan responden sebagian besar adalah lulusan diploma dan sarjana perguruan tinggi. Usia responden yang sebagian besar antara usia 17-26 tahun didominasi oleh kelompok yang secara emosional sudah cukup dewasa. Biaya yang dikeluarkan konsumen setiap mengunjungi RFC yaitu kurang dari Rp. 25.000 dan makanan yang paling sering dipesan adalah paket ayam nasi. Kemudian, media yang paling sangat mempengaruhi konsumen dalam pembelian makanan di RFC adalah media informasi melalui kawan/saudara. Sebaran responden berdasarkan jenis kelamin yang lebih dominan adalah laki-laki dengan persentase 70 persen, sedangkan jumlah responden perempuan 30 persen. Data sebaran responden dapat dilihat pada Tabel 3.
Tabel 3. Karakteristik umum responden RFC No
Karakteristik Responden
1
Jenis kelamin Laki-laki Perempuan Usia 17 - 26 tahun 27 - 36 tahun Daerah asal / domisili Sekitar Cimanggu Kota Bogor Luar Kota Bogor Pendidikan Terakhir SLTA Diploma Sarjana Magister Status Pernikahan Belum Menikah Sudah Menikah Rata-rata penghasilan perbulan Rp. 500.000 - Rp. 1.000.000 Rp. 1.000.000 - Rp. 2.500.000 Rp. 2.500.000 - Rp. 5.000.000 > Rp. 5.000.000 Pekerjaan Tidak / belum bekerja Wiraswasta / pengusaha Pegawai Negeri / swasta Pelajar / mahasiswa Lainnya Biaya yang dikeluarkan setiap mengunjungi RFC < Rp. 25.000 Rp. 25.000 - Rp. 50.000 Rp. 50.000 - Rp. 100.000 Jenis makanan yang sering dipesan Fried Chicken Paket Ayam nasi Burger Hotdog Kentang Goreng Media yang paling mempengaruhi Kawan / Saudara Internet (media sosial)
2
3
4
5
6
7
8
9
10
Jumlah (orang)
Persentase (%)
35 15
70 30
31 19
62 38
8 42 -
16 84 -
10 19 20 1
20 38 40 2
33 17
66 34
8 19 20 3
16 38 40 6
5 6 23 3 12
10 12 46 6 24
39 10 1
78 20 2
5 34 2 1 8
10 68 4 2 16
32 18
64 36
kali
Berdasarkan hasil sebaran kuesioner, usia responden konsumen pengunjung RFC didominasi usia muda, kisaran yang paling tinggi persentasenya adalah usia 17 sampai 26 tahun yaitu 62 persen dan usia 27 sampai 36 tahun 38 persen. Responden yang paling banyak melakukan pembelian pada RFC ini yang berasal dari sekitar daerah Cimanggu sendiri yaitu 16 persen, sedangkan yang berlokasi jauh dari sekitar Cimanggu (Kota Bogor) terdapat 84 persen. Hal ini disebabkan karena restoran RFC tidak berlokasi di pusat atau tengah Kota Bogor yang mudah dijangkau oleh pelanggan lokal atau luar kota. Dari hasil wawancara dengan responden yang berasal dari Kota Bogor sendiri menyatakan bahwa mereka sengaja datang berkunjung ke Restoran RFC pada saat ada event/acara dan weekend. Hasil kuesioner juga menunjukkan bahwa tingkat pendidikan responden restoran RFC cukup bervariasi, mulai dari SLTA sampai dengan pascasarjana. Latar belakang pendidikan responden didominasi oleh sarjana yaitu 40 persen, lalu diploma/akademi 38 persen, selain itu SLTA 20 persen dan terakhir pascasarjana hanya 2 persen dengan kata lain responden restoran RFC tersebut cukup berpendidikan. Dilihat dari status pernikahan, responden Restoran Rocket Fried Chicken didominasi oleh responden yang belum menikah yaitu 66 persen, sedangkan sisanya adalah yang sudah menikah 34 persen. Hal ini disebabkan karena responden RFC memang berada dalam rentang usia muda yaitu berumur 20 sampai 30 tahun. Besarnya penghasilan responden perbulannya dapat memberikan gambaran status sosial ekonomi dari responden tersebut. Berdasarkan data penghasilan per bulan, maka dapat dilihat kelompok responden terbesar yaitu kelompok menengah dengan tingkat penghasilan per bulan Rp 2.500.000 - Rp 5.000.000 (diluar tabungan dan cicilan) sebanyak 40 persen. Selanjutnya responden dengan penghasilan per bulan Rp 1.000.000 - Rp 2.500.000 merupakan kelompok terbesar kedua yaitu 38 persen, kemudian responden dengan penghasilan Rp 500.000 - Rp 1.000.000 merupakan kelompok terbesar
ketiga yaitu 16 persen, dan terakhir responden yang memiliki penghasilan lebih dari Rp 5.000.000 yaitu 6 persen, hal ini disebabkan mayoritas responden berstatus pegawai negeri atau pegawai swasta dengan level menengah serta belum menikah, sehingga penghasilan per bulannya masih terbilang cukup besar dibandingkan dengan upah minimum regional Kota Bogor. Mayoritas responden Restoran Rocket Fried Chicken berstatus sebagai pegawai negeri/swasta, yaitu 46 persen. Hal ini disebabkan oleh letak restoran RFC yang mudah dijangkau, tidak terlalu jauh dari pusat Kota Bogor serta banyaknya perusahaan swasta yang dilalui melewati area Restoran RFC seperti di area jalan baru dan yasmin. Responden terbanyak kedua adalah lainnya/variatif antara lain freelance, wartawan, chef, atlet dll 24 persen. Sedangkan responden terbanyak ketiga yaitu wiraswasta/pengusaha 12 persen dan 10 persen responden tidak/belum bekerja. Di posisi paling sedikit tingkat responden yaitu dari pelajar atau mahasiswa yaitu 6 persen. Sedikitnya konsumen yang berasal dari pelajar/mahasiswa karena Restoran RFC ini terletak jauh dari sekitar kampus dan sekolah. Adapun biaya yang dikeluarkan responden setiap kali berkunjung ke Restoran Rocket Fried Chicken adalah sekitar 78 persen yaitu pembelian kurang dari Rp 25.000. Hal tersebut dinilai karena konsumen hanya berkunjung untuk lebih memanfaatkan fasilitas wifi/hotspot, sehingga tidak banyak untuk memesan makanan atau minuman. Kemudian 20 persen responden pengunjung RFC mengeluarkan biaya rata-rata Rp.25.000 Rp.50.000 dan hanya 2 persen pengunjung yang mengeluarkan biaya diatas Rp. 50.000. Jenis makanan yang paling sering dipesan oleh setiap konsumen yang mengunjungi restoran RFC adalah 68 persen yaitu memesan paket ayam nasi plus minuman karena dinilai lebih praktis dan lebih murah. Kemudian terbanyak kedua yaitu 16 persen pengunjung lebih memilih kentang goreng, 10 persen pengunjung hanya membeli ayam goreng saja. Dan untuk menu
lain, 4 persen responden lebih memilih burger dan 2 persen lebih memilih hotdog. Media yang paling mempengaruhi para konsumen untuk mengunjungi RFC adalah 64 persen diketahui dari kawan atau saudara dan media yang paling mempengaruhi terbanyak kedua sebesar 36 persen adalah dari media internet dan media sosial. C. Persepsi Konsumen Terhadap Penilaian Tingkat Kepentingan dan Tingkat Kinerja Penilaian kinerja pada beberapa atribut restoran bertujuan untuk mengetahui tingkat kepuasan konsumen. Kepuasan konsumen tercapai apabila kinerja perusahaan sesuai dengan harapan konsumen. Atribut yang dinilai penting serta kinerjanya memuaskan, dapat dijadikan sebagai kekuatan bagi perusahaan yang harus dipertahankan, begitu pula sebaliknya atribut yang tingkat kepentingannya tinggi tetapi kinerjanya rendah dapat dijadikan sebagai kelemahan yang harus diperbaiki. Atribut yang dianalisis dalam penelitian ini berjumlah 18 atribut dan dinilai oleh 50 responden. Adapun atribut-atribut tersebut adalah : a. Keragaman/variasi makanan Keragaman/variasi
produk
membuat
konsumen
lebih
leluasa
menentukan pilihan menu yang diinginkannya. Banyaknya pilihan menu utama (diversifikasi produk) ataupun menu pelengkap membuat pelanggan tidak perlu bersusah payah mencari tempat lain untuk memenuhi seleranya, dengan kata lain konsumen akan merasa puas jika barang yang diinginkannya dapat terpenuhi di satu tempat. Sebanyak 48 persen menilai penting atribut keragaman/variasi makanan, 40 persen responden menilai penting dan 12 persen menilai tidak penting. Sementara dari tingkat kinerja 76 persen responden menilai baik faktor keragaman/variasi produk pada Restoran RFC dan 24 persen responden menilai cukup. Hal ini membuktikan bahwa keragaman menu yang ditawarkan Restoran RFC sudah cukup variatif dan dapat memenuhi keinginan konsumen.
b. Citarasa Kelezatan Citarasa makanan merupakan salah satu faktor utama yang harus diperhatikan dalam bisnis kuliner, karena merupakan daya tarik dari restoran. Citarasa berkaitan dengan bahan baku yang digunakan. Citarasa makanan yang tidak mengecewakan akan membuat konsumen tertarik dan melakukan pembelian ulang. Tingkat kepentingan atribut ini dinilai sangat tinggi oleh 20 persen responden, 70 persen menilai penting dan sisanya sebesar 10 persen menilai tidak penting. Sementara dari tingkat kinerja pada faktor citarasa kelezatan ini dinilai sangat tinggi oleh 70 persen responden yang menilai faktor ini baik dan sisanya sebesar 30 persen responden menilai faktor ini cukup. Hal ini disebabkan karena citarasa kelezatan pada Restoran RFC disukai serta mempunyai ciri khas. c. Bentuk dan Ukuran Bentuk dan ukuran pada produk ayam goreng yang disajikan pada Restoran RFC memang berbeda dibandingkan dengan merek franchise fastfood taraf internasional karena terlihat sedikit lebih kecil. 44 persen menilai atribut ini sangat penting, 30 persen menilai penting dan 26 persen menilai tidak penting. Sementara pada tingkat kinerja, pada faktor ini penilaian responden yaitu sebesar 56 persen responden menilai cukup dan 44 persen responden menilai baik yang dapat diartikan bahwa konsumen tidak terlalu berpengaruh besar terhadap faktor bentuk dan ukuran. d. Harga Harga produk merupakan nilai jual yang ditetapkan Restoran RFC. Strategi harga yang dilakukan oleh perusahaan harus tepat, sebab harga memiliki pengaruh langsung terhadap volume penjualan. Harga yang ditawarkan Restoran RFC sangat terjangkau serta memiliki rasa yang berbeda. Pada tingkat kepentingan 72 persen responden menilai sangat penting, 20 persen menilai penting dan 8 persen menilai atribut ini tidak penting. Pada tingkat kinerja, penilaian responden terhadap faktor harga produk adalah baik sebesar 96 persen responden dan hanya 4 persen responden menilai faktor harga cukup.
e. Kemasan bawa pulang Pada tingkat kepentingan 24 persen responden menilai atribut ini sangat penting, 28 persen penting dan 48 persen tidak penting. Kemasan bawa pulang atau packaging yang dimiliki oleh Restoran RFC dinilai cukup, berdasarkan tingkat kinerja penilaian responden terhadap faktor ini adalah sebanyak 96 persen dan hanya 4 persen responden menilai faktor ini baik. Dari penilaian pada faktor ini disarankan untuk pengelola merubah atau mengganti kemasan bawa pulang dengan bentuk yang lebih unik dan menarik. f. Display makanan Berdasarkan tingkat kepentingan 20 persen responden menilai faktor ini sangat penting, 30 persen penting dan 50 persen tidak penting. Pada display produk yang ada di dalam Restoran RFC berdasarkan tingkat kinerja menurut responden hanya 12 persen menilai bahwa display dapat dikatakan baik, kemudian 80 persen penilaian responden terhadap faktor ini menilai display cukup dan terdapat juga 8 persen responden menilai kurang. Untuk itu, pengelola lebih baik merubah bentuk atau lebih kreatif dalam mendisplay produk makanannya agar dapat menarik konsumen untuk melihat dan membeli produk. g. Fasilitas ulang tahun dan meeting Fasilitas ulang tahun dan meeting yang terdapat di Restoran RFC kurang tersedia. Pada tingkat kepentingan, 30 persen responden menilai faktor ini sangat penting, 50 persen menilai penting dan 20 persen menilai tidak penting. Dari penilaian terhadap tingkat kinerja hanya 2 persen responden menilai baik dan 86 persen menilai faktor tersebut cukup, mungkin dapat dikatakan cukup karena di lantai dua restoran tersebut terdapat tempat yang cukup besar untuk merayakan pesta ulang tahun dan bisa juga digunakan untuk meeting dan pelatihan. Penilaian responden lain terhadap faktor ini 12 persen menilai kurang, dimungkinkan karena di restoran ini tidak terdapat area bermain untuk anak-anak.
h. Nonton bareng Nonton bareng atau biasa disingkat nobar, berdasarkan tingkat kinerja penilaian responden terhadap faktor ini adalah 84 persen responden menilai faktor tersebut baik dan sisanya hanya 16 persen menilai cukup. Faktor tersebut merupakan strategi pengelola restoran RFC sendiri, karena hanya dengan event inilah restoran bisa didatangi oleh orang banyak untuk nonton pertandingan sepak bola bareng dan kemudian tentu saja membeli produk yang ada di RFC, yang dapat menjadi suatu keuntungan bagi restoran. Sedangkan pada tingkat kepentingan sebanyak 60 persen responden menilai faktor ini sangat penting dan masing-masing sebesar 20 persen faktor ini penting dan tidak penting. i. Areal parkir Sarana parkir merupakan lahan yang digunakan untuk memarkirkan kendaraan yang digunakan konsumen ketika mengunjungi RFC. Ketersediaan areal parkir merupakan salah satu faktor yang harus diperhatikan oleh perusahaan. Hal yang harus diperhatikan dalam penyediaan areal parkir adalah keluasan dan keamanan areal. Pada tingkat kepentingan 70 persen responden menilai faktor ini sangat penting, 20 persen penting dan 10 persen menilai tidak penting. Sedangkan pada tingkat kinerja, faktor ini dinilai baik oleh 60 persen responden dan dinilai cukup oleh 40 persen responden. Hal ini disebabkan karena ketersediaan areal parkir membuat konsumen yang mengendarai kendaraan pribadi merasa tenang dan tidak repot ketika akan mengunjungi restoran. Selain itu beberapa responden menyatakan bahwa ketersediaan areal parkir akan membantu menghindari kemacetan yang diakibatkan oleh banyaknya kendaraan yang parkir dibahu jalan, tetapi untuk di areal parkir disini terpaksa harus berbaur dengan ruko yang lain karena lahan parkir yang seadanya. j. Wifi / hotspot Untuk fasilitas wifi/hotspot sangat penting dan diutamakan, semua cabang RFC di seluruh Indonesia dipastikan memakai fasilitas ini.
Wifi/hotspot sudah menjadi suatu kebutuhan bagi setiap pelanggan, dan ini menjadi kelebihan karena rata-rata café dan restoran di Kota Bogor sudah banyak yang menggunakan fasilitas ini. Pada tingkat kepentingan sebanyak 80 persen responden menilai faktor ini sangat penting, 16 persen menilai penting dan 4 persen menilai faktor ini tidak penting. Restoran RFC sendiri membutuhkan fasilitas ini, karena fasilitas ini sangat berhubungan dengan kegiatan promosi yang dilakukan oleh pemilik RFC melalu media sosial. Pada tingkat kinerja sebanyak 94 persen para pengunjung tentu saja menilai baik, 6 persen menilai cukup dan tidak ada kekurangan. k. Kenyamanan tempat Kenyamanan tempat merupakan salah satu faktor yang harus diperhatikan oleh perusahaan. Salah satu indikator kenyamanan tempat adalah atribut fisik dan atmosfernya serta fasilitas pendukung. Atribut fisik perusahaan antara lain adalah tata ruang dan dekorasi, kerapihan tempat, ketersediaan kursi dan meja serta fasilitas pendukung seperti mushola dan toilet. Sementara atmosfer tempat meliputi pencahayaan, pemilihan warna, pemutaran musik, kebersihan dan kesejukan ruangan. Pada tingkat kepentingan sebanyak 40 persen responden menilai sangat penting, 40 persen menilai penting dan 20 persen menilai tidak penting. Sedangkan pada tingkat kinerja, faktor ini dinilai baik oleh 90 persen responden dan dinilai cukup oleh 10 persen responden, yang artinya Restoran RFC ini terjamin kenyamanan untuk para pelanggannya. l. Kebersihan toilet Pada tingkat kepentingan 64 persen responden menilai faktor ini sangat penting, 30 persen menilai penting dan hanya 6 persen menilai atribut ini tidak penting. Kebersihan tempat dapat dilihat pada kebersihan fasilitas fisik seperti meja, kursi dan lantai. Sedangkan pada tingkat kinerja, berdasarkan penilaian sebesar 34 persen responden menilai faktor ini baik, dan sisanya sebesar 66 persen menilai faktor ini cukup.
m. Keramahan karyawan Keramahan karyawan merupakan salah satu faktor yang dapat menunjukkan kualitas pelayanan suatu restoran. Salah satu bentuk perhatian kepada konsumen adalah dengan memberikan layanan yang penuh keramahan. Keramahan akan terukur ketika karyawan berinteraksi dengan pelanggan. Dari hasil penilaian konsumen, 74 persen responden menilai faktor keramahan karyawan ini sangat penting, 22 persen menilai penting dan 4 persen menilai tidak penting. Sedangkan dari tingkat kinerja sebanyak 96 persen menilai baik dan hanya 4 persen menilai cukup. n. Kesopanan karyawan Kesopanan karyawan juga merupakan salah satu faktor penting yang dapat menunjukkan kualitas pelayanan suatu restoran. Salah satu bentuk perhatian kepada konsumen yaitu dengan memberikan layanan yang penuh kesopanan. Pada tingkat kepentingan sebanyak 82 persen responden menilai faktor ini sangat penting, 16 persen menilai penting dan hanya 2 persen menilai tidak penting. Sedangkan berdasarkan tingkat kinerja, hasil penilaian responden 96 persen menilai faktor kesopanan karyawan ini baik dan 4 persen menilai cukup. o. Kemudahan proses pembayaran Kemudahan proses pembayaran sangat diperlukan untuk memberikan kenyamanan kepada konsumen. Pada tingkat kepentingan, dinilai responden 78 persen menilai faktor ini sangat penting, 14 persen menilai penting dan 8 persen menilai tidak penting. Sedangkan dari tingkat kinerja, faktor ini dinilai baik oleh 100 persen responden yang artinya para pelanggan tidak kecewa sama sekali dengan kemudahan proses pembayaran yang ada di Restoran RFC. p. Kecepatan penyajian Kecepatan penyajian merupakan ukuran waktu yang dibutuhkan oleh karyawan Restoran RFC dalam memenuhi pesanan yang diinginkan konsumen. Pada tingkat kepentingan, sebanyak 92 persen responden menilai faktor ini sangat penting, 4 persen penting dan 4 persen tidak
penting. Tenggang waktu yang menjadi ukuran kecepatan penyajian produk ini adalah sejak konsumen memesan menu sampai dengan makanan dan minuman yang dipesan tersedia di hadapan konsumen. Kecepatan penyajian menjadi sangat penting bagi konsumen karena kondisi pelanggan yang sedang lapar dan keinginan untuk memenuhi kebutuhannya dengan makan. Sedangkan pada tingkat kinerja, 78 persen responden menilai baik dan sisanya 22 persen responden menilai cukup. q. Penyajian produk Penyajian produk yang disajikan oleh Restoran RFC terbilang cukup dengan penilaian responden 60 persen, responden menilai baik dengan persentasi 36 persen dan sisanya yaitu sebesar 4 persen responden menilai faktor penyajian produk ini terbilang kurang. Sedangkan berdasarkan tingkat kepentingan 46 persen responden menilai faktor ini sangat penting, 44 persen penting dan 10 persen tidak penting. r. Layanan antar Untuk layanan antar, pada tingkat kinerja dari penilaian terhadap responden menilai yaitu 66 persen menilai faktor tersebut cukup, yang tentunya konsumen sebenarnya membutuhkan pelayanan dari faktor tersebut agar menjadi baik, hanya 4 persen responden menilai faktor ini baik dan sisanya menilai 30 persen faktor ini bisa dikatakan kurang. Pada tingkat kepentingan 40 persen responden menilai faktor ini sangat penting, 42 persen penting dan 18 persen tidak penting. Setelah hasil penilaian tingkat kepentingan dan tingkat kinerja diperoleh, maka langkah selanjutnya adalah mencari rataan dari tingkat kepentingan dan tingkat kinerja dengan cara membagi total tingkat kepentingan dan tingkat kinerja dengan jumlah responden sebanyak 50. Rataan dari nilai tingkat kepentingan dan tingkat kinerja akan digunakan sebagai dasar untuk membentuk diagram kartesius, yaitu diagram yang terdiri dari empat kuadran yang digunakan untuk melihat prioritas perbaikan kinerja. Skor rataan tingkat kepentingan dan tingkat kinerja atribut Restoran Rocket Fried Chicken dapat dilihat pada Tabel 4.
Tabel 4. Penilaian konsumen terhadap tingkat kepentingan dan tingkat kinerja atribut Restoran Rocket Fried Chicken Cabang Bogor. No 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18
Atribut Keragaman / variasi makanan Citarasa kelezatan Bentuk dan ukuran Harga Kemasan bawa pulang Display makanan Fasilitas ulang tahun dan meeting Nonton bareng Area parkir Wifi / hotspot Kenyamanan tempat Kebersihan toilet Keramahan karyawan Kesopanan karyawan Kemudahan proses pembayaran Kecepatan penyajian Penyajian produk Layanan antar Jumlah Rataan
Rataan Kepentingan (Y) 2,36 2,10 2,18 2,64 1,76 1,70 2,10 2,40 2,60 2,76 2,20 2,58 2,70 2,80 2,70 2,88 2,36 2,22 43,14 2,39
Rataan Kinerja (X) 2,76 2,70 2,76 2,96 2,04 2,04 1,92 2,84 2,60 2,94 2,90 2,34 2,96 2,98 3,00 2,78 2,56 1,74 46,82 2,60
Tabel 4 menunjukkan bahwa berdasarkan persepsi konsumen didapatkan bahwa atribut perusahaan yang memiliki tingkat kepentingan di atas rata-rata adalah kecepatan penyajian (skor 2,88), kesopanan karyawan (skor 2,80) dan wifi/hotspot (skor 2,76). Sedangkan atribut yang tingkat kepentingannya dibawah rata-rata adalah display makanan (skor 1,70), kemasan bawa pulang (skor 1,76) dan citarasa kelezatan dan fasilitas ulang tahun dan meeting (skor 2,10). Pada tingkat kinerja, mayoritas atribut memiliki tingkat kinerja diatas rata-rata yaitu keragaman/variasi makanan, citarasa kelezatan, bentuk dan ukuran, harga, nonton bareng, area parkir, wifi/hotspot, kenyamanan tempat, keramahan karyawan, kesopanan karyawan, kemudahan proses pembayaran dan kecepatan penyajian. Kinerja atribut yang paling memuaskan adalah kemudahan proses pembayaran (skor 3,00), kesopanan karyawan (skor 2,98), keramahan karyawan dan harga (skor 2,96). Sedangkan kinerja atribut yang paling tidak memuaskan adalah
layanan antar (skor 1,74), fasilitas ulang tahun dan meeting (skor 1,92), kemasan bawa pulang dan display makanan (skor 2,04). Perbedaan mencolok yang lebih baik dari penilaian tingkat kepentingan terhadap tingkat kinerja adalah kenyamanan tempat (skor 2,20-2,90), citarasa kelezatan (skor 2,10-2,70) dan bentuk dan ukuran (skor 2,18-2,76). Perbedaan mencolok yang dianggap lebih buruk dari penilaian tingkat kepentingan terhadap tingkat kinerja adalah layanan antar (skor 2,22-1,74), kebersihan toilet (skor 2,582,34) dan fasilitas ulang tahun dan meeting (skor 2,10-1,92). Sedangkan penilaian yang telah sesuai dari penilaian tingkat kepentingan terhadap tingkat kinerja adalah area parkir (skor 2,60-2,60). Nilai rata-rata tingkat kepentingan adalah 2,39 dan nilai rata-rata tingkat kinerja adalah 2,60 (Tabel 4). Kedua nilai ini akan menjadi garis tengah pada diagram Kartesius Importance Performance Analysis (IPA), sehingga diagram Kartesius akan terbagi menjadi empat kuadran. Masing-masing kuadran ini menggambarkan keadaan yang berbeda dan dapat dilihat pada gambar 4. Pemetaan pada diagram matriks IPA yang berdasarkan tingkat kepentingan dan tingkat kinerja memungkinkan perusahaan mengetahui kekuatan dan kelemahan sehingga dapat melekukan perbaikan-perbaikan pada atribut yang dianggap penting bagi konsumen namun kinerjanya masih rendah. Interpretasi yang dapat dilakukan pada setiap kuadran adalah : a). Kuadran I (Prioritas Utama) Atribut-atribut yang terletak dalam kuadran ini dianggap sebagai atribut yang penting dan diharapkan oleh konsumen, tetapi kondisi persepsi dan kinerja yang ada pada saat ini belum memuaskan sehingga pihak pengelola berkewajiban mengalokasikan sumber daya yang memadai untuk meningkatkan kinerja faktor tersebut. Atribut yang terletak pada kuadran ini adalah Areal Parkir (9) dan kebersihan toilet (12).
Kepentingan
3.00 II I 2.90 16 2.80 14 10 2.70 13 15 4 2.60 9 12 2.50 2.40 8 17 1 2.30 18 III IV 2.20 11 3 2.10 7 2 2.00 1.90 1.80 5 1.70 6 1.60 Kinerja 1.50 1.500 1.630 1.760 1.890 2.020 2.150 2.280 2.410 2.540 2.670 2.800 2.930
Gambar 4. Diagram Matriks IPA RFC
b). Kuadran II (Pertahankan Prestasi) Kuadran II memuat atribut-atribut yang dianggap penting oleh konsumen dan kinerjanya sudah sesuai dengan yang diharapkan. Atribut yang berada pada kuadran II ini harus dipertahankan karena menjadi suatu keunggulan di mata konsumen. Atribut yang terdapat pada kuadran II ini adalah Harga (4), Nonton Bareng (8), Wifi/hotspot (10), Keramahan karyawan (13), Kesopanan karyawan (14), Kemudahan proses pembayaran (15) dan kecepatan penyajian (16). Atribut yang terletak pada kuadran ini diharapkan sebagai atribut penunjang bagi kepuasan konsumen, sehingga pihak manajemen berkewajiban memastikan bahwa kinerja yang dikelolanya dapat terus mempertahankan prestasi yang telah dicapai. c). Kuadran III (Prioritas Rendah) Kuadran III adalah wilayah yang memuat atribut-atribut yang dianggap kurang penting oleh konsumen dan tingkat kinerjanya kurang baik. Peningkatan atribut-atribut yang termasuk dalam kuadran ini dapat dipertimbangkan kembali pengaruhnya terhadap manfaat yang dirasakan konsumen sangat kecil. Atributatribut yang berada dalam kuadran ini adalah kemasan bawa pulang (5), display
makanan (6), fasilitas ulang tahun dan meeting (7), penyajian produk (17) dan layanan antar (18). Atribut yang terletak pada kuadran ini mempunyai tingkat kinerja yang rendah sekaligus dianggap tidak terlalu penting dan terlalu diharapkan oleh konsumen sehingga manajemen tidak perlu memprioritaskan atau terlalu memberikan perhatian pada faktor-faktor tersebut. d). Kuadran IV (Berlebihan) Kuadran IV adalah wilayah yang memuat atribut yang dianggap kurang penting bagi konsumen, tetapi pelaksanaannya dilakukan dengan baik sekali oleh pengelola, sehingga dirasakan terlalu berlebihan. Adapun atribut-atribut yang terdapat pada kuadran IV adalah keragaman/variasi produk (1), citarasa kelezatan (2), bentuk dan ukuran (3), dan kenyamanan tempat (11). Atribut-atribut yang terletak pada kuadran ini dianggap tidak terlalu diharapkan, sehingga pihak manajemen dapat mengalokasikan sumber daya yang terkait dengan atributatribut lain yang mempunyai prioritas penanganan lebih tinggi yang masih membutuhkan peningkatan. D. Upaya-upaya pengelola mengatasi masalah usaha Berbagai upaya pengelola restoran dalam mengatasi beberapa atribut yang dianggap dapat menjadi sebuah permasalahan dalam mengembangkan usaha bisnis franchise dalam bidang fast food. Atribut yang dianalisis dalam penelitian ini berjumlah 5, yang dinilai langsung dari hasil wawancara berdasarkan kuesioner yang ditanyakan kepada pemilik restoran. Adapun atribut-atribut tersebut adalah : 1. Permodalan Modal sangat diperlukan dalam mendirikan sebuah usaha. Besar kecilnya modal yang dibutuhkan tergantung dari besar kecilnya usaha yang didirikan. Banyak orang bilang bahwa modal tidak hanya uang, modal juga bisa berupa keahlian, kemauan dan niat yang kuat. RFC cabang Bogor ini memiliki faktor kekuatan dari segi permodalan dari pemilik franchise, yaitu dengan memiliki modal sendiri untuk membeli, membangun dan mengembangkan usahanya. Pembelian franchise Rocket Fried Chicken ini dinilai oleh pemilik RFC cabang Bogor terbilang lebih murah dibandingkan apabila membeli franchise
merek lain, modal awal yang dikeluarkan untuk membeli paket franchise RFC tipe ruko ini dibeli seharga Rp.95.000.000 untuk periode selama 2 tahun. Seiring dengan berjalannya usaha ini, pemilik franchise sudah ditawari oleh beberapa Bank untuk membuka Restoran Rocket Fried Chicken cabang Bogor di tempat lain dengan bantuan modal yang diberikan oleh bank tersebut, berupa kredit dengan bunga rendah. Tetapi pengelola franchise masih harus melihat kredibilitas pemberi pinjaman, baik bank atau lembaga keuangan lainnya. Pembeli franchise Rocket Fried Chicken tersebut akan mendapatkan paket antara lain : 1. Legalisasi MOU Notaris, 2. Proteksi lokasi Franchisee, 3. Standart Operating Procedure (SOP) Book, 4. Sertifikasi Franchisee, 5. Franchisee name card, Owner ID card. Hal tersebut diberikan apabila pembeli franchise sudah membayar down payment sebesar 30 persen. Kemudian apabila pembeli franchise sudah membayar sisa down payment sebesar 70 persen pembeli franchise akan mendapatkan antara lain : 1. Promosi Outdoor dan Indoor : Fasade, Neonbox, Pool, Menu, Spanduk, Brosur, Poster, wall paper, frame sticker. 2. Perlengkapan : Frame Acrylic dan Partisi, Meja Cashier, Meja Hotcase, Meja Kerja, Meja Sauce, lampu gantung, pengecatan, wasftafel dan cermin. 3. Peralatan : Peralatan Resto, Peralatan Kemasan, Peralatan Memasak dan Peralatan Makan dan Minum. 4. Bahan baku awal : Main powder, Marinade Hot, Marinade Regular, Burger dan Hotdog bun, Fiesta Variety Chicken. 5. Seragam crew : Crew Shirt, Polo dan Apron. 6. Training system : Recruitment dan Training Crew RFC.
7. Pendampingan : Kartu undangan/Voucher/RFC Card/Test Panel/ Bunga Papan. Apabila pemilik franchise ingin memperpanjang masa kontrak dengan RFC, maka harga yang diberikan untuk memperpanjang kontrak tersebut akan disesuaikan lebih murah dari harga awal. Karena diawal pembeli franchise sudah mendapatkan paket promosi, perlengkapan, peralatan, bahan baku awal, seragam, training sistem, dan pendampingan pada awal pembukaan franchise. Sedangkan untuk penyewaan ruko di Jl.Tentara Pelajar ini juga terhitung sangat murah dibandingkan dengan penyewaan ruko-ruko di tempat lain, seperti di Jl.R.E Martadinata dan di Jl. Jend.Sudirman (Air Mancur) masih terhitung sangat mahal. Di Ruko Cimanggu ini, harga sewa ruko adalah sebesar Rp. 75.000.000 selama 2 tahun penyewaan. Pada restoran RFC sumber keuangan yang digunakan untuk menjalankan dan mengembangkan usaha sepenuhnya berasal dari pemilik. Sampai saat ini Restoran RFC belum pernah melakukan pinjaman kepada pihak lain, sehingga perusahaan tidak memiliki beban hutang kepada pihak lain. Hal ini menjadi kekuatan yang dimiliki perusahaan dalam mengembangkan usahanya. 2. Sumber Daya Manusia Dalam mencapai tujuannya, suatu perusahaan memerlukan sumber daya manusia sebagai pengelola sistem. Agar sistem berjalan, pengelolaannya harus memperhatikan beberapa aspek penting seperti pelatihan, pengembangan, motivasi dan aspek lainnya. Hal ini akan menjadikan aspek sumber daya manusia sebagai salah satu indikator penting pencapaian tujuan perusahaan secara efektif dan efisien untuk mengembangkan usaha bisnis franchise RFC. Dalam aspek sumber daya manusia perlu banyak pengembangan dan pelatihan, setiap karyawan dilakukan pelatihan di kantor pusat yaitu di Kota Bandung kurang lebih selama dua minggu atau bisa juga dilakukan training pelatihan langsung di kantor cabang dimana karyawan akan bekerja. Karena pada SOP, sumber daya manusia sangat memberikan kontribusi sangat besar terhadap tingkat kepuasan konsumen. Pada kenyataannya konsumen sangat
mempermasalahkan faktor keramahan, kesopanan, kecepatan dan penyajian produk apabila terdapat kekurangan atau kelemahan. Karyawan yang bekerja di Rocket Fried Chicken cabang Cimanggu ini berjumlah tiga orang ditambah satu orang bertugas sebagai pencabut bulu ayam yang bekerja setiap kali pembelian bahan baku ayam. Awal dari penerimaan karyawan yaitu melalui hasil training atau latihan yang dilakukan dalam waktu dua minggu di tempat karyawan baru akan bekerja. Kualifikasi pekerja tentu saja yang memiliki keahlian khusus di bidangnya masingmasing. Setiap hari para karyawan masuk seperti biasanya, mulai dari jam 10 pagi sampai dengan jam 6 sore, dan di setiap malam minggu apabila ada event nonton bareng sepak bola atau event lainnya, seluruh karyawan dijadwalkan masuk, karena untuk usaha restoran setiap akhir minggu adalah saat-saat tersibuk (peak season). Pembagian kerja disini disesuaikan dengan keahliannya masing-masing, diantaranya sebagai kasir, cheff atau koki restaurant dan crew restaurant. Keluar masuknya karyawan dalam bekerja masih sering terjadi di RFC cabang Cimanggu, karena disini pendapatan atau gaji dari hasil bekerja masih terbilang kurang dari cukup. Aspek sumber daya manusia penting bagi pengelola atau pemilik restoran karena agar tidak terjadi : 1. Mempekerjakan orang tidak cocok dengan pekerjaan, 2. Mengalami perputaran karyawan yang tinggi, 3. Menemukan orang-orang tidak melakukan yang terbaik, 4. Perusahaan berurusan dengan pengadilan, 5. Perusahaan berada di bawah undang-undang keselamatan kerja, 6. Memiliki karyawan yang berfikir bahwa gaji yang diperoleh tidak adil, 7. Membiarkan kekurangan pelatihan, dan 8. Praktik tenaga kerja yang tidak adil. 3. Promosi Promosi adalah suatu usaha dari pemasar dalam menginformasikan dan mempengaruhi orang atau pihak lain sehingga tertarik untuk melakukan
transaksi atau pertukaran produk barang/jasa yang dipasarkan. Promosi yang dilakukan di RFC Cimanggu menggunakan media sosial yang terbukti cukup membuat banyak informasi kepada masyarakat mengenai produk Rocket Fried Chicken di cabang Bogor ini. Promosi memberikan kontribusi sangat besar terhadap tingkat kepuasan konsumen. Nilai ini tidak terlalu besar dibandingkan dengan promosi lain, namun tetap memberikan pengaruh besar terhadap kepuasan konsumen. Ini menunjukkan bahwa franchise RFC menjadi terkenal karena pengaruh dari konsumen yang merasa puas dan mempromosikan produk tersebut secara tidak langsung kepada sanak keluarga, teman maupun rekan kerja. Restoran RFC selalu berusaha untuk mendekatkan diri dengan pelanggan serta memenuhi permintaan para pelanggannya, salah satunya dengan menyediakan fasilitas delivery order (layanan antar) demi memuaskan pelanggan. Promosi Rocket Fried Chicken cabang cimanggu dilakukan melalui internet dengan menggunakan media sosial, RFC memiliki website yang bernama rfcindonesia.com dan account media sosial di twitter yaitu @RFCcimanggu serta account media sosial di facebook yaitu “RFC Best Lezat Melezat”, konsumen dapat mengetahui menu-menu yang tersedia. Di internet pemilik restoran bisa mem-publish atau mempromosikan semua kegiatan yang ada di RFC dan promo produk lainnya secara gratis, dan yang paling sering dilakukan adalah promo event acara nonton bola bareng yang bisa mendatangkan banyak pengunjung ke restoran RFC. 4. Bahan Baku Bahan baku yang dibutuhkan yaitu yang tersedianya bahan baku sesuai dengan keperluan. Saat ini harga menu produk makanan RFC ditetapkan oleh pusat yang disesuaikan dengan pertimbangan bahan baku dan estimasi keuntungan yang diinginkan. Agar kegiatan produksi dapat berjalan dengan baik, maka dibutuhkan sistem pengendalian bahan baku sebagai bagian yang sangat vital dalam perusahaan. Pada akhirnya sistem pengendalian bahan baku ini harus diselaraskan dengan semua unsur perusahaan tanpa terkecuali.
Pentingnya pengendalian bahan baku dikarenakan dalam pelaksanaan kegiatan produksi barang harus ada bahan baku. Oleh karena itu di dalam dunia usaha masalah bahan baku merupakan masalah yang sangat penting. Agar jangan sampai terjadi keterlambatan bahan baku, maka harus diadakan penentuan persediaan bahan baku secara baik. Keperluan bahan baku Restoran Rocket Fried Chicken cabang Cimanggu dapat dilihat pada Tabel 5 berikut : Tabel 5. Kebutuhan Bahan Baku Restoran RFC Bahan yang Diperlukan Sosis Bumbu Tepung Ayam Minyak Kentang Ham (daging sapi) Saos Saos (take away) Roti burger Roti hotdog
Pasokan Asal Supplier Pusat Supplier Ma seng Supplier Supplier Supplier Supplier Supplier Supplier Supplier
Jumlah sekali order (kg/pesanan) 4 pack (isi 12) 20 kg 1 bal 10-20 ekor /4-7 hari 24 liter / 3-4 hari 8-15 kg / 3-4 hari 6 pack (isi 12) / 4 hari 10 box (12 kg) / bulan 15 karton (isi 24) 8-10 roti / 4 hari 8-10 roti / 4 hari
Sistem pembayaran Kas Kas Kas Kas Kas Kas Kas Kas Kas Kas Kas
5. Persaingan Bisnis Salah satu tantangan dalam berbisnis adalah bermunculannya pesaing dalam bisnis serupa. Dalam persaingan bisnis, harga bukanlah satu-satunya hal penting. Perusahaan yang mampu mengelola pelayanan prima selalu memperoleh keberhasilan jangka panjang. Perusahaan yang berhasil meraih kepuasan pelanggan adalah perusahaan yang fokus pada kebutuhan dan keinginan pelanggan. Pada saat ini, pengusaha waralaba di Indonesia harus terus meningkatkan daya saing. Ini diperlukan, karena di tahun 2015 mendatang akan berlaku pasar tunggal ASEAN yang kian membuka peluang masuknya barang dan jasa dari sesama negara di Asia Tenggara. Pesaing usaha RFC sendiri untuk produk kuliner yang berbeda terdapat di jajaran ruko, yaitu martabak dan mie baso dan setiap malam di seberang RFC
dan sepanjang Jl.Tentara Pelajar banyak berjualan pecel lele, ayam goreng, ayam bakar, seafood, roti bakar dan lain-lain. Sedangkan kompetitor atau pesaing usaha produk sejenis yang merupakan ancaman bagi RFC adalah para pedagang kaki lima yang berjualan produk sejenis yaitu ayam goreng yang diantaranya adalah Havana, Kansas, cimanggu fried chicken yang berjualan berjarak kurang dari 1 km dari lokasi RFC cabang Cimanggu. Dalam kondisi persaingan yang ketat seperti ini, Rocket Fried Chicken Indonesia terus berusaha menciptakan differensiasi yang mampu membedakan Rocket Fried Chicken Indonesia dengan kompetitor lainnya. Selain menyediakan beragam menu, keunggulan Rocket Fried Chicken terletak pada harga jual makanannya yang cukup terjangkau. Sebagai contoh, harga paket nasi, paha bawah dan air mineral hanya berharga Rp. 9.000 seporsi. Sedangkan harga ayam goreng di pedagang kaki lima rata-rata seharga Rp.4.500 sampai Rp.5.000 per potong. E. Identifikasi faktor strategik Internal dan Eksternal perusahaan Berdasarkan analisis internal perusahaan berupa kekuatan dan kelemahan serta respon pelanggan terhadap harapan dan kinerja perusahaan, dan analisis eksternal yang meliputi peluang dan ancaman yang memiliki pengaruh terhadap pengembangan bisnis, maka selanjutnya diidentifikasi faktor-faktor yang menjadi kekuatan, kelemahan, peluang serta ancaman. Kekuatan merupakan faktor strategis internal yang harus dimanfaatkan dengan sebaik-baiknya untuk mencapai tujuan dalam rangka pengembangan usaha Restoran RFC. Adapun faktor-faktor strategis Eksternal yang menjadi peluang dan ancaman perusahaan adalah sebagai berikut: a. Kekuatan (1) Fasilitas wifi/hotspot Fasilitas hotspot/wifi merupakan fasilitas utama di Restoran Rocket Fried Chicken di seluruh cabang di Indonesia, karena fasilitas ini merupakan kebutuhan tersendiri bagi setiap konsumen yang datang dan membuat pelanggan merasa nyaman untuk berlama-lama menggunakan fasilitas tersebut di dalam restoran.
(2) Modal pribadi Modal adalah hal mutlak yang harus dimiliki oleh pengusaha untuk memulai suatu usaha. Salah satu kekuatan dari usaha ini memiliki modal usaha yang cukup sehingga sangat memudahkan untuk pengembangan usaha. Pada usaha franchise fastfood ini, pengelola masih memiliki modal yang cukup untuk penambahan outlet-outlet baru sebagai bahan pertimbangan. (3) Pegawai yang terlatih dan berpengalaman Perekrutan karyawan baru dilakukan oleh bagian SDM pada kantor pusat. Informasi perekrutan karyawan baru dipublikasikan secara langsung kepada masyarakat melalui media sosial. Tingkat pendidikan bukan syarat utama dalam perekrutan karyawan, melainkan karyawan yang sudah berpengalaman pada bidangnya. (4) Pelayanan yang baik kepada pelanggan. Hal ini didasarkan dari penilaian konsumen terhadap keramahan dan kesopanan karyawan, kecepatan penyajian dan kemudahan proses pembayaran. b. Kelemahan (1) Kurangnya fasilitas ulang tahun dan meeting Fasilitas ulang tahun dan meeting kurang tersedia di lokasi RFC Cimanggu. Untuk menyediakan fasilitas ini, masih terhitung jauh dibandingkan dengan franchise internasional seperti KFC dan McDonalds. (2) Tidak memiliki areal parkir yang lebih luas Bagi konsumen yang mengendarai kendaraan pribadi, areal parkir yang memadai sangat dibutuhkan dalam menentukan pemilihan restoran yang dituju. Dengan adanya areal parkir yang memadai, maka konsumen akan merasa tenang untuk mengunjungi restoran karena merasa aman. Restoran RFC masih memiliki areal parkir yang kecil dan yang menyatu dengan ruko lain, oleh sebab itu hal ini menjadi salah satu kelemahan bagi RFC.
(3) Kurangnya aktivitas layanan pesan antar Pada fasilitas layanan antar (delivery service), RFC Cimanggu kurang mempromosikan untuk fasilitas ini, berbeda dengan restoran RFC lain. Biasanya konsumen/pelanggan menghubungi melalui pengelola dan media sosial untuk memesannya, kemudian pesanan tersebut diantarkan dengan kendaraan milik pengelola RFC sendiri. (4) Belum memiliki pelanggan tetap/member RFC Cimanggu belum memiliki member atau pelanggan tetap yang rutin atau bahkan setiap hari membeli produk ayam goreng di RFC. Kelemahan ini akan terus dikembangkan dan diperbaiki agar dapat meningkatkan penjualan dan meningkatkan keuntungan kedepannya. c. Peluang (1) Variasi produk/menu yang beragam Variasi produk/menu yang beragam yang ada di restoran RFC akan dikembangkan lagi yaitu dengan penambahan produk baru seperti ice cream. Dengan banyaknya menu yang beragam maka akan memudahkan pelanggan/konsumen untuk memilih produk apa saja yang disukainya tanpa harus mencari ke restoran atau tempat makan yang lain. (2) Kesadaran konsumen terhadap kualitas produk Kesadaran
konsumen
terhadap
kualitas
produk
memunculkan
pemikiran bahwa produk ayam goreng RFC yang bermutu adalah produk yang sudah terkenal luas di masyarakat, memiliki tempat yang luas dan bersih seperti KFC atau CFC. Sedangkan konsumen masih meragukan kualitas produk ayam goreng yang diusahakan pada outlet-outlet kecil atau pedagang kaki lima. Mengingat usaha fried chicken (ayam goreng) sudah banyak dilakukan oleh usaha kecil dan menengah saat ini. Tingkat persaingan usaha semakin ketat, sehingga masing-masing berlomba untuk menarik konsumen dengan caranya sendiri.
(3) Perkembangan teknologi informasi dan komunikasi Memanfaatkan sarana internet dan teknologi yang sudah ada untuk media promosi dan mendapatkan informasi tentang usaha yang sedang dijalankan. (4) Pemanfaatan lantai dua untuk fasilitas lain Pada lantai 2 di ruko RFC dapat dimanfaatkan menjadi sarana meeting, event dan ulang tahun, atau dibuat tempat bermain untuk anakanak atau juga dapat disewakan sebagai kantor yang dapat menarik keuntungan untuk pengelola RFC. d. Ancaman (1) Adanya produk sejenis/kompetitor Adanya produk sejenis / kompetitor, tingginya daya saing dan citra produk dari usaha sejenis memberikan ancaman terhadap keberlangsungan usaha ayam goreng franchise fastfood ini. Hal ini membutuhkan kreatifitas dari usaha ayam goreng untuk memunculkan keseriusan dari produk ayam goreng yang diusahakan. (2) Proyeksi BEP yang tidak sesuai perhitungan Proyeksi keuntungan atau balik modal dalam menjalankan usaha bisnis franchise ini sangat ditentukan bagaimana strategi dalam mengembangkan usaha. Perhitungan balik modal bisa menjadi tidak sesuai dengan apa yang sudah diperhitungkan sebelumnya, tergantung pada strategi apa yang akan RFC Cimanggu lakukan. (3) Tingginya tingkat persaingan bisnis kuliner di kota Bogor Banyaknya pendatang baru dalam bisnis kuliner di Kota Bogor menyebabkan tingginya tingkat persaingan usaha, hal ini merupakan suatu ancaman serius karena semakin banyak pesaing yang bergerak dibidang yang sama akan semakin sulit untuk mendapatkan keuntungan. (4) Kenaikan harga bahan baku dan biaya produksi yang terjadi, seperti tarif listrik, gas dan bahan bakar minyak.
F. Perumusan Strategi Pengembangan Usaha Berdasarkan hasil analisis baik internal maupun eksternal usaha bisnis franchise fastfood berupa faktor kekuatan (strengths) dan kelemahan (weaknesses), serta faktor peluang (opportunities) dan ancaman (threats) yang berpengaruh terhadap pengembangan usaha bisnis franchise. Alat analisis yang digunakan adalah matriks IE dan SWOT. Matriks IE berasal dari total skor pada matriks IFE dan EFE. Dengan matriks IE dapat diketahui posisi Restoran RFC, sehingga dapat memudahkan dalam menentukan strategi yang digunakan. Matriks SWOT digunakan untuk memetakan strategi yang digunakan berdasarkan kekuatan, kelemahan, peluang serta ancaman yang dimiliki Restoran RFC. Pada tahap terakhir yaitu penentuan keputusan, digunakan alat analisis berupa matriks QSPM. Dengan menggunakan matriks QSPM dapat diketahui prioritas utama dari alternatif strategi yang telah didapatkan pada tahap sebelumnya. 1. Hasil analisis Matriks IFE Matriks IFE digunakan untuk mengetahui seberapa besar peranan dari faktor-faktor internal yang terdapat pada usaha franchise fastfood. Matriks IFE menggambarkan kondisi internal usaha yang terdiri dari kekuatan dan kelemahan yang dihitung berdasarkan rating dan bobot melalui kuesioner yang diambil dari pemilik dan karyawan usaha ayam goreng waralaba. Tabel 5 menunjukkan matriks IFE yang menganalisis 8 faktor yang terdiri dari 4 kekuatan dan 4 kelemahan. Berdasarkan hasil analisis matriks IFE pada Tabel 5 menunjukkan bahwa faktor yang menjadi kekuatan utama usaha waralaba adalah fasilitas wifi/hotspot dengan nilai skor sebesar 0,480. Kelemahan utama adalah pegawai yang terlatih dan berpengalaman dengan nilai tertimbang terkecil sebesar 0,354. Untuk promosi RFC, dikembangkan melalui sistem jaringan dari internet, tanpa seorang pun menyadari bahwa suatu pengembangan usaha melalui promosi atas inovasi produk akan menentukan perkembangan usaha. Promosi sangat diperlukan untuk pengenalan produk dan pengembangan usaha baik melalui orang per orang
ataupun media sosial (internet). Dari hasil perhitungan bobot pada Tabel 5, maka dapat diperoleh skor total bobot IFE Restoran Rocket Fried Chicken sebesar 2,445. Hal ini menunjukkan bahwa Restoran Rocket Fried Chicken memiliki posisi internal yang cukup kuat karena mampu menggunakan kekuatan untuk mengatasi kelemahan. Tabel 5. Hasil analisis matriks IFE Restoran Rocket Fried Chicken Bobot (a)
Faktor Internal
Kekuatan 0.120 a. Fasilitas Wifi/Hotspot 0.139 b. Modal Pribadi 0.111 c. Pegawai yang terlatih dan berpengalaman 0.110 d. Pelayanan yang baik terhadap pelanggan Kelemahan e. Kurangnya fasilitas ulang tahun dan meeting 0.112 0.127 f. Tidak memiliki areal parkir yang lebih luas 0,115 g. Kurangnya fasilitas layanan pesan antar 0.150 h. Belum memiliki pelanggan tetap/member 1.000 TOTAL
Rating (b)
Skor (a x b)
4.000 3.400 3.200 3.400
0.480 0.470 0.354 0.375
1.000 2.000
0.112 0.255
1,600 1.400
0,188 0.211
2.445
2. Hasil analisis Matriks EFE Matriks EFE digunakan untuk mengetahui seberapa besar pengaruh dari faktor-faktor eksternal usaha bisnis franchise fastfood. Matriks EFE menggambarkan kondisi eksternal usaha yang terdiri dari peluang dan ancaman yang dihitung berdasarkan bobot dan rating yang diambil dari kuesioner pemilik dan karyawan usaha bisnis franchise fastfood RFC. Tabel menunjukkan matriks EFE yang menganalisis 8 faktor yang terdiri dari 4 peluang dan 4 ancaman. Analisis
matriks EFE
usaha bisnis
franchise fastfood
RFC
menunjukkan bahwa faktor yang menjadi peluang utama usaha adalah perkembangan teknologi informasi dan komunikasi sebesar 0,498. Hal ini menjadi penting karena pengelola restoran dapat memanfaatkan teknologi untuk memberikan informasi kepada pelanggan dan promosi berbagai variasi produk/menu sesuai dengan selera selain menu yang sudah ada di RFC. Sedangkan ancaman terbesar usaha ayam goreng waralaba adalah
kenaikan harga bahan baku dan biaya produksi dengan skor 0,252. Hal ini dapat terjadi karena harga bahan baku dipasaran naik sehingga harga produk yang ditetapkan perusahaan juga kemungkinan akan naik. Berdasarkan dari hasil perhitungan bobot pada Tabel 6, maka dapat diperoleh skor total bobot EFE Restoran Rocket Fried Chicken sebesar 2,506. Hal ini menunjukkan bahwa Restoran Rocket Fried Chicken memiliki posisi eksternal yang kuat karena mampu memanfaatkan peluang untuk mengatasi ancaman. Tabel 6. Hasil analisis matriks EFE Restoran Rocket Fried Chicken Faktor Eksternal Peluang i. Variasi produk/menu yang beragam j. Kesadaran konsumen terhadap kualitas produk k. Perkembangan teknologi informasi dan komunikasi l. Pemanfaatan lantai dua untuk fasilitas lain Ancaman m. Adanya produk sejenis/kompetitor n. Proyeksi BEP yang tidak sesuai perhitungan o. Tingginya tingkat persaingan bisnis kuliner di Kota Bogor p. Kenaikan harga bahan baku dan biaya produksi TOTAL
Bobot (a)
Rating (b)
Skor (a x b)
0.141 0.121
3.400 3.800
0.479 0.462
0.146
3.400
0.498
0,119
3.000
0,357
0.110 0.096
1.200 1.600
0.133 0.156
0.119
1.400
0.169
0.143
1.800
0.252
1.000
2.506
3. Hasil analisis Matriks IE Tahap selanjutnya dari hasil evaluasi dan analisis yang telah dilakukan sebelumnya akan dipertajam dengan analisis internal eksternal yang menghasilkan matriks Internal Eksternal (IE) sehingga dapat diketahui posisi perusahaan. Matriks IE merupakan perpaduan dari skor terbobot matriks IFE dan skor terbobot matriks EFE yang dipetakan. Berdasarkan hasil analisis faktor internal dengan menggunakan matriks IFE, diperoleh bobot skor sebesar 2,445 dan hasil analisis faktor eksternal menggunakan matriks EFE diperoleh bobot skor sebesar 2,506. Hasil pemetaan pada
matriks IE dapat dilihat pada Gambar 5. Berdasarkan gambar tersebut Restoran Rocket Fried Chicken menempati posisi pada sel V, yang artinya perusahaan berada pada posisi Hold and Maintain (pertahankan dan pelihara). Strategi yang tepat digunakan dalam kuadran ini (sel V), adalah strategi penetrasi pasar dan pengembangan produk. Penetrasi pasar adalah mencari pangsa pasar yang lebih besar untuk produk atau jasa yang sudah ada sekarang melalui usaha pemasaran yang lebih kreatif. Promosi tidak hanya dilakukan dari mulut ke mulut saja, tetapi juga meningkatkan promosi melalui pemasangan iklan di media massa lokal, lewat brosur, flyer, media sosial (twitter, facebook), internet, broadcast messages blackberry atau pemasangan papan nama di tempat-tempat strategis. Strategi pengembangan produk merupakan strategi yang bertujuan untuk
meningkatkan
penjualan
dengan
cara
meningkatkan
atau
menginovasi produk yang ada saat ini. Strategi yang dapat digunakan adalah meningkatkan kualitas produk, menjaga agar rasa makanan dan minuman selalu sama setiap harinya, menciptakan produk baru, menambah variasi produk/menu yang beragam agar konsumen tidak merasa bosan. Gambar 5 dibawah ini menggambarkan matriks IE Restoran RFC. Kuat 3.00 – 4.00 4.00
Rata-rata 2.00 – 2.99 3.00
Lemah 1.00 – 1.99 2.00
1.00
I II III Growth and Growth and Hold and Build Build Maintain IV V VI Sedang Growth and Hold and Harvest or 2.00 – 2.99 build Maintain Divest VII VIII IX Rendah Hold and Harvest or Harvest or 1.00 – 1.99 Maintain Dives Divest Gambar 5. Matriks IE Restoran Rocket Fried Chicken Tinggi 3.00 – 4.00
4. Hasil analisis Matriks SWOT Berdasarkan kekuatan, kelemahan, peluang dan ancaman yang diperoleh melalui identifikasi faktor internal eksternal dapat di formulasikan strategi yang diambil. Formulasi strategi ini dilakukan dengan menggunakan analisis SWOT yang dapat dilihat pada Gambar 6, alternatif strategi yang diperoleh adalah sebagai berikut: A. Strategi S-O (strengths - opportunities) Strategi S-O merupakan strategi yang menggunakan kekuatan internal perusahaan untuk memanfaatkan peluang eksternal. Alternatif strategi yang dapat dilakukan yaitu:
1. Penambahan fasilitas untuk area bermain anak dengan memberikan kenyamanan dan pelayanan yang terbaik. 2. Memperketat proses quality control produk. B. Strategi W-O (Weakness - Opportunities) Strategi W-O adalah strategi yang menggunakan peluang yang ada untuk mengatasi/memperkecil kelemahan-kelemahan yang dimiliki perusahaan. Alternatif strategi yang dapat dilakukan yaitu:
1. Menambah variasi produk/menu dengan melakukan inovasi produk. 2. Meningkatkan kegiatan promosi melalui media sosial, penyebaran flyer dan meningkatkan sponsorship. C. Strategi S-T (Strengths - Threats) Strategi ini bertujuan untuk menghindari atau mengurangi dampak dari ancaman-ancaman eksternal dengan menggunakan kekuatan-kekuatan internal yang ada. Alternatif strategi yang dapat dilakukan yaitu: 1. Mencari supplier bahan baku yang lebih murah untuk kebutuhan produksi. 2. Melakukan kemitraan dengan supplier/pemasok. Seluruh hasil dari analisis SWOT dapat dilihat dan digambarkan pada Gambar 6.
Faktor Internal
Kekuatan (S)
Kelemahan (W)
1. 2. 3.
Kurangnya fasilitas ulang tahun dan anak-anak Tidak memiliki areal parkir yang lebih luas Kurangnya fasilitas layanan pesan antar Belum memiliki pelanggan tetap/member Strategi W-O
4. Faktor Eksternal Peluang (O)
Fasilitas Wifi/Hotspot 1. Modal pribadi Pegawai yang terlatih dan 2. berpengalaman Pelayanan yang baik terhadap 3. pelanggan 4.
Strategi S-O
1. 2.
Variasi produk/menu yang beragam 1. Penambahan fasilitas untuk area 1. Menambah variasi produk/menu Kesadaran konsumen terhadap bermain anak dengan memberikan dengan melakukan inovasi produk. kualitas produk kenyamanan dan pelayanan yang (W1, W3, W4, O1, O3) 3. Perkembangan teknologi informasi terbaik. (S2, S4, O3, O4) 2. Meningkatkan kegiatan promosi dan komunikasi 2. Memperketat proses quality control melalui media sosial, penyebaran 4. Pemanfaatan lantai dua untuk produk. (S3, S4, O2, O3) flyer dan meningkatkan sponsorship. fasilitas lain (W1, W3, W4, O3) Ancaman (T) Strategi S-T Strategi W-T 1. 2. 3. 4.
Adanya produk sejenis/kompetitor 1. Proyeksi BEP yang tidak sesuai perhitungan Tingginya tingkat persaingan bisnis 2. kuliner di Kota Bogor Kenaikan harga bahan baku dan biaya produksi.
Mencari supplier bahan baku yang lebih murah untuk kebutuhan produksi. (S2, T4) Melakukan kemitraan dengan supplier/pemasok. (S2, T4)
1.
2.
Mengadakan acara/event yang dapat mendatangkan pelanggan. (W1, W4, T3) Meningkatkan layanan pesan antar, untuk lebih memudahkan akses kepada para pelanggan Rocket Fried Chicken. (W3, W4, T3)
Gambar 6. Matriks SWOT Restoran Rocket Fried Chicken D. Strategi W-T (Weakness - Threats) Strategi ini merupakan taktik untuk bertahan dengan cara mengurangi kelemahan internal serta menghindari ancaman eksternal. Alternatif strategi yang dapat dilakukan yaitu: 1. Mengadakan acara/event yang dapat mendatangkan pelanggan. 2. Meningkatkan layanan pesan antar, untuk lebih memudahkan akses kepada para pelanggan Rocket Fried Chicken. 5. Hasil analisis matriks QSPM Tahap keputusan merupakan tahap yang terakhir untuk menentukan prioritas strategi yang terbaik yang akan dijalankan perusahaan dari alternatif-alternatif strategi yang diperoleh dari hasil analisis SWOT. Untuk menentukan prioritas strategi tersebut, digunakan alat analisis Quantitative Strategy Planning Matriks (QSPM). Pada penelitian ini, nilai AS (attractive Score) diisi oleh pengelola. Hal ini dikarenakan pengelola
merupakan orang yang paling mengetahui keadaan Restoran Rocket Fried Chicken. Hasil analisis matriks SWOT menghasilkan empat alternatif, yaitu strategi S-O, strategi S-T. strategi W-O, Strategi W-T. Strategi-strategi tersebut dimasukkan kedalam matriks QSPM yang diestimasi dengan bobot dan Attractive Score (AS). Penjabaran dari strategi-strategi berikut berdasarkan hasil analisis QSPM adalah sebagai berikut : 1. Meningkatkan kegiatan promosi melalui media sosial, penyebaran flyer dan meningkatkan sponsorship. (skor 5,548) 2. Penambahan fasilitas untuk area bermain anak dengan memberikan kenyamanan dan pelayanan yang terbaik. (skor 5,543) 3. Mengadakan acara/event yang dapat mendatangkan pelanggan. (skor 5,400) 4. Melakukan kemitraan dengan supplier/pemasok. (skor 5,101) 5. Mencari supplier bahan baku yang lebih murah untuk kebutuhan produksi. (skor 4,815) 6. Memperketat proses quality control produk. (skor ,4,488) 7. Menambah variasi produk/menu dengan melakukan inovasi produk. (skor 4,350) 8. Meningkatkan layanan pesan antar, untuk lebih memudahkan akses kepada para pelanggan Rocket Fried Chicken. (skor 4,260)
Strategi jangka pendek yang dapat dilakukan pengelola adalah bagaimana setiap pelanggan dapat kembali lagi untuk datang berkunjung ke RFC. Mengembangkan pangsa pasar, dengan melakukan berbagai publikasi yang mendukung usaha yang dilakukan pengelola dengan melakukan inovasi kejutan sehingga akan menyenangkan pelanggan, misalnya memberikan penawaran khusus pada hari jumat dengan memberikan es teh gratis, apapun makanannya. Dengan strategi tersebut akan lebih menarik konsumen untuk membeli sehingga pelanggan puas dan tetap menjadi konsumen setia.
Strategi yang dirancang akan lebih mempermudah jalan bisnis yaitu akan dikembangkan seperti apa dan akan berhubungan dengan calon konsumen yang bagaimana. Strategi akan membuat pengelola lebih yakin dalam menjalankan bisnisnya. Pada akhirnya, dalam menjalankan sebuah strategi untuk meningkatkan bisnis tidak bisa jika hanya menjalankan strategi bisnis itu-itu saja. Ada kalanya perlu melakukan pengecekan kira-kira masihkan relevan strategi yang dijalankan untuk usaha bisnis franchise RFC. Jika hanya melakukan strategi yang sama secara terus menerus maka dikhawatirkan untuk bisa meningkatkan usaha. Namun bisa jadi usaha akan menurun produktivitasnya karena strategi bisnis yang dimiliki sudah tidak relevan dengan kondisi yang tengah berlangsung sehingga pengelola harus selalu memperbaharuinya secara berkala. Dilihat dari potensi jangka panjang, merintis bisnis makanan, misalnya restoran atau tempat makan dengan merk dagang baru adalah sebuah tantangan yang sangat sulit, terutama untuk orang yang belum memiliki pengalaman berbisnis
makanan
sebelumnya.
Potensi
bisnis
franchise
RFC
sangat
menguntungkan untuk jangka waktu yang lama, namun perlu diperhatikan bahwa tidak semua jenis usaha waralaba cocok untuk semua orang. Bagi pengusaha yang memiliki modal besar membeli franchise yang harganya mahal bukanlah sebuah masalah. Namun tidak demikian pada calon pengusaha yang memiliki modal terbatas, mereka biasanya akan berpikir berkali-kali sebelum memutuskan menjalankan usaha franchise. Besar biaya untuk menjalankan franchise sangat beragam, murah atau mahal dapat dilihat dari potensi bisnisnya untuk jangka panjang.
KESIMPULAN DAN SARAN
A. Kesimpulan 1. Berdasarkan persepsi konsumen didapatkan bahwa atribut perusahaan yang memiliki tingkat kepentingan di atas rata-rata adalah kecepatan penyajian, kesopanan karyawan dan fasilitas wifi/hotspot. Sedangkan atribut yang tingkat kepentingannya dibawah rata-rata adalah display makanan, kemasan bawa pulang dan citarasa kelezatan serta fasilitas ulang tahun dan meeting. Sedangkan berdasarkan tingkat kinerja, atribut yang paling memuaskan adalah kemudahan proses pembayaran, kesopanan karyawan, keramahan karyawan dan harga. Sedangkan kinerja atribut yang paling tidak memuaskan adalah layanan antar, fasilitas ulang tahun dan meeting, kemasan bawa pulang dan display makanan. Sedangkan untuk persepsi konsumen yang sesuai berdasarkan penilaian adalah areal parkir. 2. Upaya dari aspek permodalan, pengelola memiliki modal sendiri untuk membeli, membangun dan mengembangkan usahanya. Dalam aspek sumber daya manusia perlu banyak pengembangan dan pelatihan, karena pada dasarnya sumber daya manusia (karyawan) sangat memberikan kontribusi sangat besar terhadap tingkat kepuasan konsumen. Dalam aspek promosi, RFC menggunakan media sosial dengan memiliki website yang bernama rfcindonesia.com dan account media sosial di twitter yaitu @RFCcimanggu serta account media sosial di facebook yaitu “RFC Best Lezat Melezat”. Sedangkan dalam kondisi persaingan yang ketat seperti ini, RFC Indonesia terus berusaha menciptakan differensiasi yang mampu membedakan RFC Indonesia dengan kompetitor lainnya. 3. Hasil analisis berdasarkan penjabaran matriks QSPM menunjukkan bahwa strategi terbaik yang harus dilakukan oleh Restoran RFC saat ini adalah meningkatkan kegiatan promosi melalui media sosial, penyebaran flyer dan meningkatkan sponsorship.
B. Saran Saran yang dapat dipertimbangkan oleh Restoran Rocket Fried Chicken Cimanggu yaitu sebagai berikut : 1. Berdasarkan penilaian persepsi konsumen dari tingkat kepentingan terhadap
tingkat
kinerja,
pengelola
franchise
diharapkan
dapat
memperbaiki penilaian konsumen yang dinilai buruk terhadap tingkat kepentingan dan tingkat kinerja diantaranya adalah layanan pesan antar, kebersihan toilet dan fasilitas ulang tahun dan meeting. 2. Upaya yang menjadi prioritas utama untuk diperbaiki oleh pihak manajemen adalah untuk melakukan pelatihan, pengembangan dan membimbing para karyawan agar dapat memberikan pelayanan yang prima dan mampu memenuhi keinginan pelanggan. Sedangkan dalam aspek persaingan bisnis yang ketat, RFC Cimanggu diharapkan dapat terus berusaha untuk menciptakan differensiasi yang mampu membedakan RFC dengan kompetitor produk sejenis ayam goreng lainnya. Serta mampu memanfaatkan fasilitas teknologi wifi/hotspot untuk strategi pemasaran di media sosial melalui media internet. 3. Pengelola diharapkan menerapkan rencana strategis yang terbaik yang akan dijalankan perusahaan dari alternatif strategi yang telah diperoleh dari hasil analisis meningkatkan kegiatan promosi melalui media sosial, penyebaran flyer dan meningkatkan sponsorship.
DAFTAR PUSTAKA
Castrogiovanni, G & Justis, R. 1998. "Franchising configurations and transitions", Journal of Consumer Marketing. Dharma, E. 2010. Jurus jitu anti rugi bisnis franchise. CV Andi Offset. Yogyakarta. Fred, D. 2004. Manajemen Strategis: Konsep-konsep. Edisi Sembilan. Gramedia. Jakarta. Fred, D. 2010. Concept Strategic Management. Prentice Hall. USA. Fred, D. 2011. Management Strategic. Prentice Hall. USA. Hendry, E. 2009. Franchise Untuk Orang Awam. PT Gramedia Pustaka Utama. Jakarta. Hubeis, M & Najib, M. 2008. Manajemen Strategik dalam Pengembangan Daya Saing Organisasi. PT Elex Media Komputindo. Jakarta. Http://rasyarahmi.blogspot.com/2012/03/pengertian-franchise-keunggulannya.html Karamoy, A. 2011. Waralaba, jalur bebas hambatan menjadi pengusaha sukses. PT. Gramedia Pustaka Utama. Jakarta. Ketchen, D.J 2009. Research Methodologi In Strategy and management. Emerald Group Publishing Limited. UK. Kotler, P. 1997. Marketing Management Analysis, Planing, Implementation and Control. New Jersey. Prentice Hall International. USA. Kotler, P dan K.L. Keller. 2007. Manajemen Pemasaran (Terjemahan). PT Indeks. Jakarta. Kurnia, A. 2009. Bisnis Franchise. Laskar Aksara. Jakarta. Marimin, M. 2004. Teknik dan Aplikasi Pengambilan Keputusan Kriteria Majemuk. PT Grasindo. Jakarta. Martila, J. 1977. Importance-Performance Analysis” (Journal of Marketing, January) Mendelsohn, M. 1997. Franchising: Petunjuk Praktis Bagi Franchisor dan Franchisee. PT. Pustaka Binaman Pressindo. Jakarta.
Peraturan Pemerintah Republik Indonesia No 42 tahun 2007, tentang waralaba. Jakarta. Rachmadi, 2007. Jurnal Manajemen, Bahan Kuliah Manajemen. http://jurnalsdm.blogspot.com/2009/09/perusahaan-waralaba-franchise-definisi.html Santoso, I. Materi Perkuliahan Manajemen, Entrepreneur, Marketing. http://imansantoso1974.blogspot.com/2009/12/jenis-waralaba keuntungankerugian.html Suryana, 2001. Kewirausahaan ; Manajemen Usaha Kecil 1 Edisi 11. Salemba Empat. Jakarta. Tambunan, R.M. 2008. Pedoman Penyusunan Standard Operating Procedures (SOP). Maiestas Publishing. Jakarta. Taufik, M. 2010. http://id.shvoong.com/social-sciences/economics/2037090-ukmciri-ciri-kelemahan-dan/ Undang-undang Nomor 20 Tahun 2008 tentang Usaha Mikro, Kecil dan Menengah (UMKM)
LAMPIRAN
Lampiran 1. Kuesioner Penelitian Internal
KUESIONER PENELITIAN
STRATEGI PENGEMBANGAN USAHA BISNIS FRANCHISE DALAM BIDANG FAST FOOD (STUDI KASUS SEBUAH BISNIS FRANCHISE FAST FOOD DI KOTA BOGOR)
Peneliti Ali Abu Negara P054110115
Pembimbing : Dr. Nurmala Pandjaitan, MS, DEA Dr.Ir. Wini Trilaksani M.Sc
SEKOLAH PASCASARJANA INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2013
Identitas Responden Nama responden
: ______________________________________________
Jabatan
: ______________________________________________
Dengan hormat, Perkenalkan saya Ali Abu Negara, Mahasiswa Sekolah Pascasarjana Program Studi Magister Profesional Industri Kecil Menengah, Institut Pertanian Bogor yang sedang melaksanakan penelitian tentang strategi pengembangan usaha franchise dalam bidang fast food (studi kasus sebuah bisnis franchise fast food di Kota Bogor.
Kiranya Bapak/Ibu berkenan untuk membantu untuk mengisi kuesioner ini. Tujuan: Mendapatkan penilaian responden mengenai faktor strategi internal dan eksternal perusahaan dengan memberikan jawaban-jawaban terhadap seberapa besar kekuatan, kelemahan, peluang dan ancaman yang mempengaruhi serta menentukan keberhasilan analisa perumusan strategi pengembangan usaha bisnis franchise.
Petunjuk Umum : 1. Pengisian kuesioner dilakukan secara langsung dan tertulis oleh responden. 2. Jawaban merupakan pendapat pribadi dari masing-masing responden. 3. Dalam pengisian kuesioner, responden diharapkan melakukan secara sekaligus (tidak menunda/sebagian) untuk menghindari inkonsistensi jawaban.
1. Jenis produk apa yang paling sering dibeli oleh konsumen RFC ? A. Fried Chicken E. Hotdog B. Paket Ayam Nasi F. Kentang goreng C. Burger G. Softdrink D. French Fries H. Lainnya, sebutkan …… 2. Berapa rata-rata biaya yang dikeluarkan oleh konsumen setiap kali mengunjungi RFC ? A. < Rp. 25.000,D. > Rp.100.000,B. Rp. 25.000 – Rp. 50.000 E. Lainnya, sebutkan …… C. Rp. 50.000 – Rp. 100.000 3. Apa kritik yang pernah konsumen sampaikan kepada pihak RFC ? A. Aspek produk / variasi menu RFC B. Aspek Fasilitas di RFC C. Aspek pelayanan di RFC D. Layanan pesan antar E. Lainnya, sebutkan …… 4. Mengapa anda lebih memilih untuk membeli franchise Rocket Fried Chicken dibandingkan dengan bisnis usaha franchise lain? Jelaskan! ……………………………………………………………………………… 5. Mengapa anda lebih memilih lokasi di tempat ini ? ……………………………………………………………………………… 6. Apa saja strategi promosi yang sudah anda lakukan ? Berhasilkah ? ……………………………………………………………………………… 7. Bagaimana strategi anda untuk meningkatkan penjualan produk RFC ? ……………………………………………………………………………… 8. Apakah anda memiliki pesaing bisnis di lokasi RFC sekarang ? ……………………………………………………………………………… 9. Bagaimanakah anda mengelola SDM yang ada dan apa permasalahannya ? ……………………………………………………………………………… 10. Apa saja keluhan dari konsumen mengenai produk RFC? ……………………………………………………………………………… 11. Apa pujian yang pernah didapat dari konsumen tentang RFC? ……………………………………………………………………………… 12. Apakah ada permasalahan dalam permodalan ? ………………………………………………………………………………
13. Bagaimana menurut anda tentang harga jual menu produk RFC yang ditetapkan ? …………………………………………………………………………….... 14. Apakah ada permasalahan dengan pelayanan di dalam RFC ? ……………………………………………………………………………… 15. Apakah ada permasalahan dengan fasilitas di dalam RFC ? ……………………………………………………………………………… Produksi Ayam goreng 16. Apakah ada permasalahan dalam produksi pembuatan ayam goreng ? ……………………………………………………………………………… 17. Kebutuhan bahan baku yang diperlukan ? Bahan yang diperlukan
Asal
Pasokan Jumlah sekali order (kg/pesanan)
Sistem pembayaran
18. Jenis produk yang dibuat ? Jenis Produk
Volume Produksi (kg/bln)
Produk utama - ………… - ………… Praduk samping - ………… - …………
Harga pokok Penjualan (Rp) ………… / kg ………… / kg ………… / kg ………… / kg
19. Peralatan / sarana prasarana produksi yang tersedia ? No 1 2 3 4 5
Alat proses
Tipe/kapasitas
Jumlah (Unit)
20. Berapa rata-rata volume penjualan produk yang dihasilkan ? ………………………... kg/hari atau ……………………… kg/bulan 21. Berapa besar biaya operasional dalam setiap kali produksi ? a. Bahan baku : Rp ……………….. /bulan b. Tenaga kerja : Rp ……………….. /bulan c. Pemasaran : Rp ……………….. /bulan d. Lainnya : Rp ……………….. /bulan 22. Apa harapan anda dengan usaha franchise ini ? ……………………………………………………………………………… 23. Langkah apa saja yang akan anda lakukan ke depan (1-2 tahun) ? ……………………………………………………………………………… 24. Apa saran-saran anda dalam mengembangkan usaha franchise Rocket Fried Chicken ? ……………………………………………………………………………… 25. Bagaimana dengan permasalahan keamanan dan lalu lintas di lokasi RFC ? ………………………………………………………………………………
= terima kasih atas perhatian dan kerjasama anda =
Lampiran 2. Kuesioner kepuasan konsumen
KUESIONER PENELITIAN Tanggal pengisian : Saya Ali Abu Negara, mahasiswa Program Magister Profesional Industri Kecil Menengah, Institut Pertanian Bogor yang sedang melakukan penelitian mengenai “Strategi Pengembangan usaha bisnis franchise dalam bidang fast food (studi kasus sebuah bisnis franchise fast food di Kota Bogor)” Kuesioner ini merupakan bagian penelitian tesis yang saya selesaikan sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Magister Profesional pada Program Magister Profesional Industri Kecil Menengah, Institut Pertanian Bogor. Saya mohon kesediaan Bapak/Ibu/Saudara/i untuk berpartisipasi dalam mengisi kuesioner ini secara lengkap dan benar agar informasi ilmiah yang disajikan dapat dipertanggungjawabkan dan tercapai hasil yang diinginkan. Informasi yang diterima dari kuesioner ini bersifat rahasia dan hanya digunakan untuk kepentingan akademis dan tidak ada jawaban yang salah dalam pengisian kuesioner ini. Petunjuk pengisian : Isilah pertanyaan-pertanyaan di bawah ini sesuai dengan pengetahuan dan penilaian anda. Untuk pertanyaan yang bersifat pilihan, silahkan isi dengan membubuhkan tanda silang (X). No. Responden Nama
: :
1. Jenis Kelamin A. Laki-laki
:
2. Usia
: ………. Tahun
3. Alamat
: ……………………………………. …………………………………….
B. Perempuan
4. Pendidikan Terakhir A. SD B. SLTP C. SLTA
: D. Diploma / Akademi E. Sarjana F. Lainnya, sebutkan ……
5. Status Pernikahan : A. Belum menikah
B. Sudah menikah
6. Rata-rata penghasilan perbulan : A. < Rp 500.000,B. Rp 500.000 – Rp 1.000.000 C. Rp 1.000.000 – Rp 2.500.000 D. Rp 2.500.000 – Rp 5.000.000 7. Pekerjaan : A. Tidak / Belum Bekerja B. Wiraswasta/Pengusaha C. Pegawai Negeri / swasta D. Pelajar / Mahasiswa E. TNI / POLRI
C. Pernah Menikah
E. > Rp 5.000.000
F. Pensiunan G. Pegawai Negeri di Perguruan Tinggi H. Pegawai Negeri di Departemen I. Manager Bank J. Lainnya, sebutkan ……
8. Berapa biaya yang anda keluarkan setiap kali mengunjungi RFC ? A. < Rp. 25.000 C. Rp. 50.000 - Rp. 100.000 B. Rp. 25.000 - Rp. 50.000 D. > Rp. 100.000,9. Jenis makanan apa yang sering anda pesan ? A. Fried Chicken D. Hotdog B. Paket ayam Nasi E. Kentang Goreng C. Burger F. Spaghetti 10. Mengapa anda memilih jenis makanan tersebut ? A. Enak D. Lebih sehat B. Harga yang terjangkau E. Cepat penyajiannya C. Tampilan yang menarik F. Lainnya, sebutkan …… 11. Mengapa anda memilih makan di RFC, dibanding fastfood lainnya ? A. Harga yang terjangkau D. Fasilitas yang memadai B. Lokasi dekat dengan rumah E. Kenyamanan C. Pelayanan yang cepat F. Lainnya, sebutkan …… 12. Media apa yang paling mempengaruhi anda dalam pembelian makanan di Rocket Fried Chicken ? A. Surat kabar / majalah D. Kawan / saudara B. TV E. Internet (media sosial) C. Radio F. Lainnya, sebutkan ……
13. Apa yang paling menarik dari produk makanan di RFC ? A. Citarasa D. Bahan kemasan B. Tampilan produk E. Harga produk C. Menu yang bervariasi F. Lainnya, sebutkan …… 14. Dilihat dari tingkat kinerja, bagaimana evaluasi anda mengenai aspek-aspek dibawah ini? No Aspek Produk Baik Cukup Kurang 1 Keragaman/variasi makanan 2 Citarasa kelezatan 3 Bentuk dan ukuran 4 Harga 5 Kemasan bawa pulang 6 Display makanan No Aspek Fasilitas 1 Fasilitas ulang tahun meeting 2 Nonton Bareng 3 Area parkir 4 Wifi/Hotspot 5 Kenyamanan tempat 6 Kebersihan toilet No 1 2 3 4 5 6
Baik
Cukup
Kurang
Baik
Cukup
Kurang
dan
Aspek Pelayanan Keramahan karyawan Kesopanan karyawan Kemudahan proses pembayaran Kecepatan penyajian Penyajian produk Layanan antar
15. Saran anda untuk kemajuan Restoran fastfood Rocket Fried Chicken ? A. Peningkatan dari aspek produk D. Pemasaran & promosi RFC ditingkatkan B. Peningkatan dari aspek fasilitas E. Variasi produk yang diperbanyak C. Peningkatan dari aspek pelayanan F. Lainnya, sebutkan ……
16. Dilihat dari tingkat kepentingan, bagaimana evaluasi anda mengenai atribut dibawah ini? Tidak No Atribut Ragu-ragu Penting penting 1 Keragaman/variasi makanan 2 Citarasa kelezatan 3 Bentuk dan ukuran 4 Harga 5 Kemasan bawa pulang 6 Display makanan 7 Fasilitas ulang tahun dan meeting 8 Nonton Bareng 9 Area parkir 10 Wifi/Hotspot 11 Kenyamanan tempat 12 Kebersihan toilet 13 Keramahan karyawan 14 Kesopanan karyawan 15 Kemudahan proses pembayaran 16 Kecepatan penyajian 17 Penyajian produk 18 Layanan antar = Terima kasih atas perhatian dan kerjasama anda =
Lampiran 3. Daftar Menu No 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 No 1 2 3 4 5 6 7 8
Menu Aneka Makanan Paha Atas Paha Bawah Dada Sayap Nasi Nugget Burger (with cheese) Burger French Fries Hotdog Spagetti Menu Harga Paket Paket A (Nasi+ Dada + Teh Botol) Paket B (Burger + Kentang + Teh Botol) Paket C (Nasi + Paha Bawah + Milo) Hemat 1 ( Nasi + Nugget + Teh Botol) Hemat 2 (Nasi + Paha Bawah + Teh Botol) Paket Promo (Nasi + Paha Bawah + Aqua Gelas) Paket Nongkrong 1 (Hotdog + Milkshake) Paket Nongkrong 2 (Hotdog + Milkshake + French Fries)
No 1 2 3 4 5 6 7 8 9
Menu Aneka Minuman Teh Botol Fruit Tea Aqua Gelas Tebs Milo Cappucinno Mocacino Milkshake Red Squash
Harga (Rp) 8.000 7.000 8.000 7.000 3.000 5.000 11.000 9.000 6.000 9.000 5.000 Harga (Rp) 13.000 16.000 14.000 10.000 11.000 9.000 12.999 17.999
Harga (Rp) 3.000 3.000 500 3.000 6.000 6.000 6.000 6.000 7.000
Lampiran 4. Pemberian peringkat/rating terhadap faktor internal perusahaan Petunjuk Pengisian: a. Tentukan nilai rating terhadap faktor-faktor kekuatan dan kelemahan usaha dibandingkan dengan pesaing (usaha sejenis) berikut ini dengan cara memberikan check list () pada pilihan Bapak/Ibu. b. Pemberian peringkat / rating didasarkan pada keterangan dibawah ini: Skala 4: Jika faktor strategi tersebut berpengaruh sangat besar/kekuatan utama perusahaan. Skala 3: Jika faktor strategi tersebut berpengaruh besar/kekuatan kecil bagi perusahaan. Faktor Internal Kekuatan (Strenghts) A. Fasilitas wifi/hotspot B. Modal Pribadi C. Pegawai yang terlatih dan berpengalaman D. Pelayanan yang baik terhadap pelanggan
4
3
Petunjuk Pengisian : a. Tentukan nilai rating terhadap faktor-faktor kekuatan dan kelemahan usaha dibandingkan dengan pesaing (usaha sejenis) berikut ini dengan cara memberikan check list () pada pilihan Bapak/Ibu. b. Pemberian peringkat / rating didasarkan pada keterangan dibawah ini: Skala 2: Jika faktor strategi tersebut kurang berpengaruh/kelemahan kecil bagi perusahaan. Skala 1: Jika faktor strategi tersebut sangat kurang berpengaruh/kelemahan besar bagi perusahaan. Faktor Internal Kelemahan (Weaknesses) E. Kurangnya fasilitas ulang tahun dan anak-anak F. Tidak memiliki areal parkir yang lebih luas G. Kurangnya fasilitas layanan pesan antar H. Belum memiliki pelanggan tetap/member
2
1
Pemberian peringkat/rating terhadap faktor eksternal perusahaan Petunjuk Pengisian: a. Tentukan nilai rating terhadap faktor-faktor peluang usaha dibandingkan dengan pesaing (usaha sejenis) berikut ini dengan cara memberikan tanda check list () pada pilihan Bapak/Ibu. b. Pemberian peringkat / rating didasarkan pada keterangan dibawah ini: Skala 4: Jika faktor strategi tersebut berpengaruh sangat baik / respon sangat baik. Skala 3: Jika faktor strategi tersebut berpengaruh baik / respon baik. Faktor Eksternal Peluang (Opportunities) I. Variasi produk/menu yang beragam J. Kesadaran konsumen terhadap kualitas produk K. Perkembangan teknologi informasi dan komunikasi L. Pemanfaatan lantai dua untuk fasilitas lain
4
3
Petunjuk pengisian: a. Tentukan nilai rating terhadap faktor-faktor ancaman usaha dibandingkan dengan pesaing (usaha sejenis) berikut ini dengan cara memberikan tanda check list () pada pilihan Bapak/Ibu. b. Pemberian nilai peringkat/rating didasarkan pada kemampuan perusahaan organisasi dalam menghindari ancaman. Pemberian nilai peringkat didasarkan pada keterangan berikut: Skala 2: Jika faktor tersebut baik / respon umum. Skala 1: Jika faktor tersebut kurang berpengaruh / respon buruk. Faktor Eksternal Ancaman (Threats) M. Adanya produk sejenis/kompetitor N. Proyeksi BEP yang tidak sesuai perhitungan O. Tingginya tingkat persaingan bisnis kuliner di Kota Bogor P. Kenaikan harga bahan baku dan biaya produksi
2
1
Lampiran 5. Penilaian pembobotan faktor strategik internal dan eksternal Responden 1. Pengelola Restoran
A B C D
E F G H
Faktor Internal Kekuatan Fasilitas Wifi/Hotspot Modal Pribadi Pegawai yang terlatih dan berpengalaman Pelayanan yang baik terhadap pelanggan Kelemahan Kurangnya fasilitas ulang tahun dan anak-anak Tidak memiliki areal parkir yang lebih luas Kurangnya fasilitas layanan pesan antar Belum memiliki pelanggan tetap/member TOTAL
A B C
D
E
F
G
H
Total
Bobot
2
2 3 2
3 3 2
2 2 1
2 3 2
1 2 2
15 19 11
0,131 0,166 0,096
2
2
1
2
12
0,105
2
2
1
13
0,114
2
1
13
0,114
2
13
0,114
18
0,157
114
1,000
3 3
3 1
1
2
1
2
2
1
2
3
2
2
2
2
2
1
1
2
2
3
2
3
2
3
3
2
2
3
Responden 1. Pengelola Restoran Faktor Eksternal Peluang I Variasi produk/menu yang beragam J Kesadaran konsumen terhadap kualitas produk K Perkembangan teknologi informasi dan komunikasi L Pemanfaatan lantai dua untuk fasilitas lain Ancaman M Adanya produk sejenis/kompetitor N Proyeksi BEP yang tidak sesuai perhitungan O Tingginya tingkat persaingan bisnis kuliner di Kota Bogor P Kenaikan harga bahan baku dan biaya produksi TOTAL
K L M
N
Q
R
S
T
Total
Bobot
2
3 3
3 2
2 1
2 2
2 1
17 12
0,151 0,107
3
2
2
3
2
17
0,151
1
2
2
2
13
0,116
1
3 2
2 1
13 11
0,116 0,098
2
16
0,142
13
0,116
112
1,000
2
3 1
3
2
2
2
2
2 2
2 1
2 1
1 2
2
3
2
2
2
3
2
2
2
3
2
1
1
2
Responden 2. Pengawas Dapur (Cooking)
A B C D
E F G H
Faktor Internal Kekuatan Fasilitas Wifi/Hotspot Modal Pribadi Pegawai yang terlatih dan berpengalaman Pelayanan yang baik terhadap pelanggan Kelemahan Kurangnya fasilitas ulang tahun dan anak-anak Tidak memiliki areal parkir yang lebih luas Kurangnya fasilitas layanan pesan antar Belum memiliki pelanggan tetap/member TOTAL
A B C
D
F
G
H
I
Total
Bobot
2
2 3 2
2 3 1
2 3 2
2 2 3
2 1 1
14 16 14
0,121 0,139 0,121
2
2
2
2
13
0,113
1
2
2
13
0,113
1
3
16
0,139
2
13
0,113
16
0,139
115
1,000
2 1
3 2
3
1
2
2
2
3
2
1
2
3
3
2
2
2
2
1
2
2
2
3
2
2
3
2
1
3
Responden 2. Pengawas Dapur (Cooking) Faktor Eksternal Peluang I Variasi produk/menu yang beragam J Kesadaran konsumen terhadap kualitas produk K Perkembangan teknologi informasi dan komunikasi L Pemanfaatan lantai dua untuk fasilitas lain Ancaman M Adanya produk sejenis/kompetitor N Proyeksi BEP yang tidak sesuai perhitungan O Tingginya tingkat persaingan bisnis kuliner di Kota Bogor P Kenaikan harga bahan baku dan biaya produksi TOTAL
K L M
N
Q
R
S
T
Total
Bobot
3
2 2
3 3
3 2
1 2
3 2
16 14
0,140 0,122
3
2
2
2
2
16
0,140
2
3
1
2
13
0,114
2
2 1
1 2
12 12
0,105 0,105
2
14
0,112
17
0,149
114
1,000
2
1 1
3
2
2
1
2
3 2
2 1
1 3
1 2
1
2
2
3
2
2
1
3
2
3
2
2
2
3
Responden 3. Bagian Keuangan (Kasir)
A B C D
E F G H
Faktor Internal Kekuatan Fasilitas Wifi/Hotspot Modal Pribadi Pegawai yang terlatih dan berpengalaman Pelayanan yang baik terhadap pelanggan Kelemahan Kurangnya fasilitas ulang tahun dan anak-anak Tidak memiliki areal parkir yang lebih luas Kurangnya fasilitas layanan pesan antar Belum memiliki pelanggan tetap/member TOTAL
A B C
D
F
G
H
I
Total
Bobot
2
3 3 2
2 3 2
3 3 3
2 2 3
2 2 1
15 16 14
0,132 0,141 0,123
2
2
1
2
13
0,115
2
1
2
12
0,106
1
2
14
0,123
1
12
0,106
17
0,150
113
1,000
2 1
3 2
1
2
2
2
3
2
1
1
3
2
2
2
2
2
2
1
2
2
2
2
3
3
2
2
3
2
Responden 3. Bagian Keuangan (Kasir) Faktor Eksternal Peluang I Variasi produk/menu yang beragam J Kesadaran konsumen terhadap kualitas produk K Perkembangan teknologi informasi dan komunikasi L Pemanfaatan lantai dua untuk fasilitas lain Ancaman M Adanya produk sejenis/kompetitor N Proyeksi BEP yang tidak sesuai perhitungan O Tingginya tingkat persaingan bisnis kuliner di Kota Bogor P Kenaikan harga bahan baku dan biaya produksi TOTAL
K L M
N
Q
R
S
T
Total
Bobot
3
2 2
3 1
3 2
3 3
2 3
17 16
0,132 0,125
3
3
3
2
3
19
0,103
2
2
3
3
17
0,132
3
2 1
2 2
17 10
0,132 0,078
2
14
0,109
18
0,140
128
1,000
2
1 3
3
2
2
2
3
2 2
2 1
2 1
2 1
2
2
2
1
3
2
2
3
2
2
3
3
2
3
Responden 4. Pelayan (Crew)
A B C D
E F G H
Faktor Internal Kekuatan Fasilitas Wifi/Hotspot Modal Pribadi Pegawai yang terlatih dan berpengalaman Pelayanan yang baik terhadap pelanggan Kelemahan Kurangnya fasilitas ulang tahun dan anak-anak Tidak memiliki areal parkir yang lebih luas Kurangnya fasilitas layanan pesan antar Belum memiliki pelanggan tetap/member TOTAL
A B C
D
F
G
H
I
Total
Bobot
1
1 1 2
1 2 1
2 1 2
2 2 1
1 3 2
10 14 12
0,090 0,127 0,109
2
1
2
2
14
0,127
1
2
2
13
0,118
2
2
15
0,136
2
15
0,136
17
0,154
110
1,000
2 3
2 2
2
3
2
2
2
3
2
1
2
2
3
2
2
2
2
3
2
2
2
2
3
3
2
3
2
2
Responden 4. Pelayan (Crew) Faktor Eksternal Peluang I Variasi produk/menu yang beragam J Kesadaran konsumen terhadap kualitas produk K Perkembangan teknologi informasi dan komunikasi L Pemanfaatan lantai dua untuk fasilitas lain Ancaman M Adanya produk sejenis/kompetitor N Proyeksi BEP yang tidak sesuai perhitungan O Tingginya tingkat persaingan bisnis kuliner di Kota Bogor P Kenaikan harga bahan baku dan biaya produksi TOTAL
K L M
N
Q
R
S
T
Total
Bobot
3
3 2
3 2
3 2
2 3
2 1
19 15
0,158 0,125
2
3
2
2
3
17
0,141
3
2
1
1
13
0,108
1
2 2
3 2
14 12
0,116 0,100
2
13
0,108
17
0,141
120
1,000
2
3 3
3
2
1
2
3
1 1
2 1
3 2
2 2
2
1
2
2
3
2
1
3
2
2
3
3
3
1
Responden 5. Pembersih Ayam Faktor Internal Kekuatan A Fasilitas Wifi/Hotspot B Modal Pribadi C Pegawai yang terlatih dan berpengalaman D Pelayanan yang baik terhadap pelanggan Kelemahan E Kurangnya fasilitas ulang tahun dan anak-anak F Tidak memiliki areal parkir yang lebih luas G Kurangnya fasilitas layanan pesan antar H Belum memiliki pelanggan tetap/member TOTAL
A B C
D
F
G
H
I
Total
Bobot
2
2 3 2
3 3 3
2 3 2
2 3 1
2 3 2
15 21 13
0,126 0,176 0,109
2
1
2
1
11
0,092
2
2
2
13
0,109
1
3
15
0,126
1
13
0,109
18
0,151
119
1,000
2 3
3 2
1
2
2
1
2
2
1
2
2
2
3
2
2
3
2
1
2
2
2
3
2
3
3
2
2
3
Responden 5. Pembersih Ayam Faktor Eksternal Peluang I Variasi produk/menu yang beragam J Kesadaran konsumen terhadap kualitas produk K Perkembangan teknologi informasi dan komunikasi L Pemanfaatan lantai dua untuk fasilitas lain Ancaman M Adanya produk sejenis/kompetitor N Proyeksi BEP yang tidak sesuai perhitungan O Tingginya tingkat persaingan bisnis kuliner di Kota Bogor P Kenaikan harga bahan baku dan biaya produksi TOTAL
K L M
N
Q
R
S
T
Total
Bobot
3
1 2
2 3
2 2
3 2
2 2
14 14
0,126 0,126
3
2
2
3
2
17
0,153
2
1
1
2
14
0,126
1
1 2
1 1
9 11
0,081 0,099
2
13
0,117
19
0,171
111
1,000
1
1 2
2
3
3
2
3
2 2
1 1
1 1
2 2
2
2
2
2
1
2
2
3
3
3
3
2
2
3
Lampiran 6. Rataan Bobot dan Peringkat R1 (Pengelola) Bobot Rating Nilai (a) (b) (axb)
R2 (Pengawas Dapur) Bobot Rating Nilai (a) (b) (axb)
A B C D
0,131 0,116 0,096 0,105
4 4 4 4
0,524 0,464 0,384 0,420
0,121 0,139 0,121 0,113
4 4 3 3
0,484 0,556 0,363 0,339
R3 (Bag Keuangan) R4 (Pelayan) Bobot Rating Nilai Bobot Rating Nilai (a) (b) (axb) (a) (b) (axb) KEKUATAN 0,132 4 0,528 0,090 4 0,360 0,141 3 0,423 0,127 3 0,381 0,123 3 0,369 0,109 3 0,327 0,115 4 0,460 0,127 3 0,381
E F G H TOTAL
0,114 0,114 0,114 0,157 1,000
1 2 2 2
0,114 0,228 0,228 0,314 2,676
0,113 0,139 0,113 0,139 1,000
1 2 2 1
0,113 0,278 0,226 0,139 2,498
0,106 0,123 0,106 0,150 1,000
Faktor Internal
R1 (Pengelola) Faktor Bobot Rating Nilai Eksternal (a) (b) (axb)
R2 (Pengawas Dapur) Bobot Rating Nilai (a) (b) (axb)
1 2 1 1
KELEMAHAN 0,106 0,118 0,246 0,136 0,106 0,136 0,150 0,154 2,388 1,000
1 2 2 1
0,118 0,272 0,272 0,154 2,265
I J K L
0,151 0,107 0,151 0,116
4 3 4 3
0,604 0,321 0,604 0,348
0,140 0,122 0,140 0,114
3 4 4 3
0,420 0,488 0,560 0,342
R3 (Bag Keuangan) R4 (Pelayan) Bobot Rating Nilai Bobot Rating Nilai (a) (b) (axb) (a) (b) (axb) PELUANG 0,132 3 0,396 0,158 3 0,474 0,125 4 0,500 0,125 4 0,500 0,148 3 0,444 0,141 3 0,423 0,132 3 0,396 0,108 3 0,324
M N O P TOTAL
0,116 0,098 0,142 0,116 1,000
2 1 2 2
0,232 0,098 0,284 0,232 2,723
0,105 0,105 0,122 0,149 1,000
1 2 1 2
0,105 0,210 0,122 0,298 2,545
0,132 0,078 0,109 0,140 1,000
1 1 2 2
ANCAMAN 0,132 0,116 0,078 0,100 0,218 0,108 0,280 0,141 2,444 1,000
1 2 1 2
0,116 0,200 0,108 0,282 2,427
R5 (Pembersih) Bobot Rating Nilai (a) (b) (axb)
Rataan Rataan Bobot Rating
Rataan Nilai
0,126 0,176 0,109 0,092
4 3 3 3
0,504 0,528 0,327 0,276
0,120 0,139 0,111 0,110 0,480
4 3,4 3,2 3,4
0,480 0,470 0,354 0,375 1,679
0,109 0,126 0,109 0,151 1,000
1 2 1 2
0,109 0,252 0,109 0,302 2,407
0,112 0,127 0,115 0,150 0,504
1 2 1,6 1,4
0,112 0,255 0,188 0,211 0,736
R5 (Pembersih) Bobot Rating Nilai (a) (b) (axb)
Rataan Rataan Bobot Rating
Rataan Nilai
0,126 0,126 0,153 0,126
4 4 3 3
0,504 0,504 0,459 0,378
0,141 0,121 0,146 0,119 0,527
3,4 3,8 3,4 3
0,479 0,462 0,498 0,357 1,796
0,081 0,099 0,117 0,171 1,000
1 2 1 1
0,081 0,198 0,117 0,171 2,412
0,110 0,096 0,119 0,143 0,373
1,2 1,6 1,4 1,8
0,133 0,156 0,169 0,252 0,710
Lampiran 7. Hasil Analisis QSPM
Faktor Sukses Bobot Kritis 0,120 A 0,139 B 0,111 C 0,110 D 0,112 E 0,127 F 0,115 G 0,150 H 0,141 I 0,121 J 0,146 K 0,119 L 0,110 M 0,096 N 0,119 O 0,143 P TOTAL
Strategi 1
Strategi 2
Strategi 3
Strategi 4
Strategi 5
Strategi 6
Strategi 7
Strategi 8
AS
TAS
AS
TAS
AS
TAS
AS
TAS
AS
TAS
AS
TAS
AS
TAS
AS
TAS
4 4 4 2 3 2 2 2 2 2 3 3 3 3 3 3
0,480 0,556 0,444 0,220 0,336 0,254 0,230 0,300 0,282 0,242 0,438 0,357 0,330 0,288 0,357 0,429 5,543
3 3 3 3 2 3 3 2 2 3 3 4 2 3 3 2
0,360 0,417 0,333 0,330 0,224 0,381 0,345 0,300 0,282 0,363 0,438 0,476 0,220 0,288 0,357 0,286 5,400
3 3 2 3 2 3 2 2 4 2 3 2 3 3 3 3
0,360 0,417 0,222 0,330 0,224 0,381 0,230 0,300 0,564 0,242 0,438 0,238 0,330 0,288 0,357 0,429 4,350
4 4 4 2 2 2 3 2 2 3 3 3 3 3 2 3
0,480 0,556 0,444 0,220 0,224 0,254 0,345 0,300 0,282 0,363 0,438 0,357 0,330 0,288 0,238 0,429 5,548
2 3 3 1 2 3 2 2 2 2 3 3 3 3 3 2
0,240 0,417 0,333 0,110 0,224 0,381 0,230 0,300 0,282 0,242 0,438 0,357 0,330 0,288 0,357 0,286 4,815
3 4 4 2 2 1 3 2 2 3 3 2 2 2 3 3
0,360 0,556 0,444 0,220 0,224 0,127 0,345 0,300 0,288 0,363 0,438 0,238 0,220 0,192 0,357 0,429 5,101
3 3 2 2 2 2 2 2 2 2 3 3 2 2 2 2
0,360 0,417 0,222 0,220 0,224 0,254 0,230 0,300 0,288 0,242 0,438 0,357 0,220 0,192 0,238 0,286 4,488
2 3 1 1 1 1 2 2 3 3 3 3 2 3 2 2
0,240 0,417 0,111 0,110 0,112 0,127 0,230 0,300 0,423 0,363 0,438 0,357 0,220 0,288 0,238 0,286 4,260
Keterangan : Strategi 1
: Penambahan fasilitas untuk area bermain anak dengan memberikan kenyamanan dan pelayanan yang terbaik.
Strategi 2
: Mengadakan acara/event yang dapat mendatangkan pelanggan.
Strategi 3
: Menambah variasi produk/menu dengan melakukan inovasi produk.
Strategi 4
: Meningkatkan kegiatan promosi melalui media sosial, penyebaran flyer dan meningkatkan sponsorship.
Strategi 5
: Mencari supplier bahan baku yang lebih murah untuk kebutuhan produksi.
Strategi 6
: Melakukan kemitraan dengan supplier/pemasok.
Strategi 7
: Memperketat proses quality control produk.
Strategi 8
: Meningkatkan layanan pesan antar, untuk lebih memudahkan akses kepada para pelanggan Rocket Fried Chicken.