STRATEGI PENGEMBANGAN SISTEM KEMITRAAN ANTARA KUD MOJOSONGO DENGAN PT FRISIAN FLAG INDONESIA DI KABUPATEN BOYOLALI Tissa Juliana Ismira, Suprapti Supardi, Kunto Adi Program Studi Agribisnis Fakultas Pertanian Universitas Sebelas Maret Jalan Ir. Sutami No. 36 A Kentingan Surakarta 57126 Telp./ Fax.(0271) 637457 E-mail:
[email protected]. Telp. 085728654207 Abstract: This study aimed to identify the partnership system, to identify either internally or externally factors, to formulate an alternative strategy and to formulate an appropriate strategy to develop partnership between KUD Mojosongo and PT. Frisian Flag Indonesia. The fundamental method of research is analytical descriptive method. The location of research was conducted deliberately, KUD Mojosongo, Boyolali Regency, because it established partnership with PT. Frisian Flag Indonesia. The data was obtained from key informan using interview and observation technique. The analysis methods used are SWOT analysis and QSPM analysis. The result of research showed that the partnership pattern between KUD Mojosongo and PT. Frisian Flag Indonesia was medium (madya) level one. The result of SWOT analysis showed that Internal Factors consists of 5 Strenghts and 2 Weakness, then External Factors consists of 4 Opportunities and 5 Threats. The result of SWOT analysis also showed 8 alternatif strategies that will be choosen 1 using QSPM analysis. QSPM analysis resulted in the most appropriate strategy to be developed in partnership system between KUD Mojosongo and PT. Frisian Flag Indonesia, namely, the strategy of improving the quantity of KUD’s fresh milk through increasing the cow population of the members and providing business capital and improving the marketing network. Key words : Partnership, SWOT, QSPM, Development Strategy Abstrak: Penelitian ini bertujuan untuk mengidentifikasi sistem kemitraan, faktor Internal dan Eksternal, merumuskan alternatif strategi dan menentukan strategi yang tepat untuk mengembangkan kemitraan yang telah berjalan antara KUD Mojosongo dengan PT Frisian Flag Indonesia. Metode dasar penelitian adalah metode deskriptif analitik. Penentuan lokasi penelitian dilakukan secara puposive. Informan yang digunakan untuk menggali data dalam penelitian adalah informan kunci (key informan). Pengumpulan informasi dilakukan dengan teknik wawancara dan observasi. Metode analisis data menggunakan analisis SWOT dan QSPM. Hasil penelitian menunjukkan bahwa pola kemitraan antara KUD Mojosongo dengan PT Frisian Flag Indonesia adalah pola kemitraan tahap madya. Analisis SWOT menghasilkan Faktor Internal yang terdiri dari 5 kekuatan (Strenghts) dan 2 kelemahan (Weakness) dan Faktor Ekternal yang terdiri dari 4 peluang (Opportunities) dan 5 ancaman (Threats). Analisis SWOT menghasilkan 8 alternatif strategi yang akan dipilih satu strategi menggunakan analisis QSPM. Analisis QSPM menghasilkan strategi yang paling tepat dikembangkan dalam sistem kemitraan antara KUD Mojosongo dengan PT Frisian Flag Indonesia adalah meningkatkan kuantitas susu segar KUD melalui penambahan populasi sapi anggota dan pemberian modal usaha dan memperkuat jaringan pemasaran. Kata kunci : Kemitraan, SWOT, QSPM, Strategi Pengembangan
Saran untuk Pemerintah Pemerintah melalui dinas Koperasi dan UMKM dan Dinas Peternakan Kabupaten Boyolali hendakknya meningkatkan perannya dalam menciptakan iklim usaha yang kondusif bagi kemitraan persusuan melalui penyusunan kebijakan harga pembelian susu, pakan, usaha dan kebijakan lain yang terkait, disamping memperbaiki sistem pemberian bantuan indukan sapi, baik dalam kemudahan akses informasi maupun administrasi. DAFTAR PUSTAKA
Beverland, M. Dan Bretherthon, P. 2001. The Uncertain Search Opportunities : Determinants Of Strategic Alliances. Qualitative Market Research. Vol. 4(2):8899. MCB University Press. Cherian, M., Flores, M., dan Srinivasan, G. 2008. Critical Success Factors to Collaborate in Cross Border Alliances: Experiences of Indian Manufacturing Enterprises. SMF conf. 08: IIT Kanpur. Vol 08 :116. Chung, S., H. Singh dan K. Lee. 2000. Complementary, Status Similarity and Social Capital as Drives of Alliance Formation. Strategic Manajemen Journal. Vol 21 :1-22. Duysters, G., De Man A.P., dan Wildeman, L. 1999. A Network Approach to Alliance management. European Management Journal. Vol 17 (2):182-187. Elmuti, D. dan Kathawala, Y. 2001. An Overview of Strategic Alliances. Management Decision.
Vol 39 (3):205-217. MCB University Press. Hafsah, M. Jafar. 2003. Kemitraan Usaha Konsepsi Dan Strategi. Pustaka Sinar Harapan. Jakarta. Koentjaraningrat, 1983. MetodeMetode Penelitian Masyarakat. PT Gramedia. Jakarta Mukhtar, Ashry. 2006. Ilmu produksi Ternak Perah. Lembaga Pengembangan Pendidikan (LPP) UNS dan UPT Penerbitan dan Pencetakan UNS (UNS Press). Surakarta. Semangun, H., Sri Wododo, Mas Soedjono, Hardiman dan Djoko Muljanto. 1999. Kemitraan Usaha Perkebunan. Fakultas pertanian UGM. Jogjakarta.
kepada anggota dan penerapan SOP pada fasilitas MCC oleh KUD Mojosongo Faktor internal yang menjadi kelemahan meliputi : (1) pembayaran yang ditangguhkan setiap satu periode pengiriman (7 hari), dan (2) pembinaan di tingkat anggota masih lemah dan kurang aplikatif. Faktor eksternal yang menjadi peluang meliputi : (1) peluang peningkatan produksi susu, (2) jalan, akses transportasi, TPS dan kandang percontohan dalam kondisi baik dan mendukung, (3) permintaan susu meningkat, dan (4) pemberian pinjaman dana melalui program dana bantuan kementerian koperasi dan ukm. Faktor eksternal yang menjadi ancaman meliputi : (1) pasar bebas pada usaha persusuan membuat anggota bebas menjual susu ke pihak selain KUD Mojosongo, (2) munculnya broker susu /peloper susu yang menawarkan harga lebih tinggi, (3) serangan penyakit pada musim penghujan, (4) ketersediaan hijaun dan air pada musim kemarau tidak mencukupi dan (5) peternakan perah lesu beralih ke usaha sapi potong Prioritas strategi yang dapat diterapkan dalam upaya pengembangan sistem kemitraan antara KUD Mojosongo dengan PT Frisian Flag Indonesia di Kabupaten Boyolali adalah Meningkatkan kuantitas susu segar KUD melalui penambahan populasi sapi anggota dan pemberian modal usaha dan memperkuat jaringan pemasaran. Saran Saran untuk KUD Mojosongo Upaya peningkatan produksi dan mutu susu segar, hendaknya KUD Mojosongo dan PT FFI
meningkatkan koordinasi dalam pembinaan cara beternak sapi perah yang baik ditingkat anggota. Pelaksanaan pembinaan diharapkan lebih aplikatif, dengan penyampaian yang mudah diterima peternak anggota dan intensitas pembinaan yang lebih sering. Selain itu juga diharapkan Rumah Kesehatan Hewan diaktifkan kembali sebagai tempat konsultasi para peternak anggota. Upaya memperkuat jaringan pemasaran dan hubungan dengan PT FFI hendaknya dilakukan perekrutan peternak lain di wilayah kerja KUD Mojosongo, sehingga pasokan susu KUD Mojosongo semakin meningkat. Upaya peningkatan populasi sapi dan modal usaha peternak anggota, hendaknya KUD Mojosongo berkerjasama dengan pihak perbankan dalam memperbaiki sistem pemberian kredit pengadaan indukan sapi. Perbaikan ini terutama pada jumlah nominal kredit yang dinaikkan agar peternak dapat membeli indukan sapi bermutu genetik baik. PT Frisian Flag Indonesia Hendaknya memberikan program pembinaan mengenai peternakan sapi perah yang baik secara langsung kepada peternak. Pelaksanaan pembinaan tersebut dapat dilakukan pada waktu diluar jadwal pembayaran susu sehingga lebih efektif. Hendaknya meninjau ulang sistem pembayaran susu yang ditangguhkan selama satu periode (7 hari pengiriman). Mengingat kegiatan transaksi kini telah dilakukan secara online dan disamping itu pula KUD Mojosongo harus membayar setoran susu segar kepada anggota.
samping itu diperlukan pula peran pemerintah dalam menciptakan iklim usaha yang baik. Seperti membuat program-program bantuan baik yang berupa kredit usaha ataupun impor indukan sapi perah. Keberhasilan strategi ini bergantung kepada
koordinasi dan peran aktif dari pihak KUD Mojosongo, PT FFI sebagai mitra usaha dan pasar, dukungan lembaga keuangan, pemerintah sebagai pencipta iklim usaha persusuan yang kondusif dan peternak anggota sendiri.
Tabel 2. Matriks QSPM pada Pengembangan Sistem Kemitraan Antara KUD Mojosongo Dengan PT FFI Faktor-Faktor Strategis Faktor Kunci Internal Kekuatan 1. Komitmen yang kuat dari pihak-pihak yang bermitra 2. Kebijakan kerjasama kemitraan yang jelas 3. Kepastian pemasaran susu segar 4. Penyediaan peralatan dan mesin pelengkap MCC dan laboratorium oleh PT FFI 5. Permodalan KUD yang kuat sehingga dapat memberikan kredit dan subsidi kepada anggota 6. Penerapan SOP pada fasilitas MCC oleh KUD Mojosongo Kelemahan 1. Pembayaran yang ditangguhkan setiap satu periode pengiriman (7 hari) 2. Pembinaan di tingkat anggota masih lemah dan kurang aplikatif Faktor Kunci Eksternal Peluang 1. Peluang peningkatan produksi susu 2. Jalan, akses transportasi, TPS dan kandang percontohan dalam kondisi baik dan mendukung. 3. Permintaan susu meningkat 4. Pemberian pinjaman dana melalui program Dana Bantuan Kementerian Koperasi dan UKM Ancaman 1. Pasar bebas pada usaha persusuan membuat anggota bebas menjual susu ke pihak selain KUD Mojosongo 2. Munculnya broker susu /peloper susu yang menawarkan harga lebih tinggi 3. Serangan penyakit pada musim penghujan 4. Ketersediaan hijauan dan air pada musim kemarau tidak mencukupi 5. Peternakan perah lesu beralih ke usaha sapi potong TOTAL TAS
Bobot
Strategi 1 AS TAS
0,11579 0,10526 0,16842 0,16842
0,4632
2
0,2316
3,25
0,3763
4
0,6737
2,75
0,4632
4
0,6737
4
0,6737
1
0,1684
1,75 3,75
0,2579 0,2763
3,75
0,5526 -
-
-
-
-
-
4 -
0,5895 -
0,08421
4
0,3368
Bobot 0,04587
Strategi 3 AS TAS
4
0,14737 0,07368
0,13684
Strategi 2 AS TAS
4 0,5474 Strategi 1 AS TAS 4 0,1835
4 0,5474 Strategi 2 AS TAS 2,5 0,1147
3,5 0,4789 Strategi 3 AS TAS 1,25 0,0573
0,12844 0,14679
4 4
0,5138 0,5872
3,75 3,5
0,4817 0,5138
3,25
0,4771
0,12844
4
0,5138
3,75
0,4817
3
0,3853
0,09174
4
0,3670
3
0,2752
1,75
0,1605
0,14679 0,04587
4 2,75
0,5872 0,1261
1,25 3,75
0,1835 0,1720
4
0,5872 -
0,14679 0,11927
4 2,5
0,5872 0,2982 6,3743
3,5 -
0,5138 5,1862
Sumber : Analisis Data Primer, 2013 Kesimpulan Berdasarkan hasil penelitian faktor-faktor internal dan eksternal dalam sistem kemitraan antara KUD Mojosongo dengan PT Frisian Flag Indonesia di Kabupaten Boyolali adalah faktor internal yang menjadi kekuatan meliputi : (1) komitmen
yang kuat dari pihak-pihak yang bermitra, (2) kebijakan kerjasama kemitraan yang jelas, (3) kepastian pemasaran susu segar, (4) penyediaan peralatan dan mesin pelengkap MCC dan (5) laboratorium oleh PT FFI, permodalan KUD yang kuat sehingga dapat memberikan kredit dan subsidi
3,25
0,3876 4,3051
Mojosongo Dengan PT FFI, yakni pada tabel 1. Analisis Quantitative Strategic Planning Matrix (QSPM) Berdasarkan hasil analisis matriks SWOT dapat dirumuskan delapan alternatif strategi, yang kemudian dipilih 3 startegi yang akan dianalisis menggunakan Matriks QSP (Analisis Quantitative Strategic Planning Matrix-QSPM). Analisis matriks QSP digunakan sebagai tahap pengambilan keputusan yakni penentuan prioritas strategi. Pemilihan 3 alternatif strategi diserahkan kepada pihak pelaku kemitraan yaitu : Ketua KUD Mojosongo, sekretaris, Ketua Unit Susu dan Supervisor Dairy Development Departement sebagai perwakilan PT FFI. Alternatif strategi yang terpilih adalah sebagai berikut : Alternatif Strategi 1 : Meningkatkan kuantitas susu segar KUD melalui penambahan populasi sapi anggota dan pemberian modal usaha dan memperkuat jaringan pemasaran (S1, S3, S5, O1, O4) Alternatif Strategi 2 : Meningkatkan kualitas susu segar KUD melalui peningkatan intensitas pembinaan ditingkat anggota, penyediaan mesin dan peralatan laboratorium (S4, S6, O2, O4) Alternatif Strategi 3 : Mempertahankan loyalitas peternak anggota dan KUD dengan bantuan pengadaan indukan sapi berkualitas, bantuan permodalan dan insentif harga susu segar (S1, S3, S5,T1, T2, T5) Penentuan prioritas strategi dilakukan dengan mengalikan bobot tiap-tiap faktor Internal-Eksternal dengan nilai daya tarik (AS/Atractivnes score) strategi
tersebut terhadap tiap-tiap faktor Internal-Eksternalnya, sehingga diperoleh nilai daya tarik total (TAS/Total Attractiveness Score). Prioritas strategi yang diperoleh dapat didiketahui dengan melihat nilai daya tarik total (TAS/Total Attractiveness Score) yang terbesar. Prioritas strategi yang diperoleh dalam pengembangan sistem kemitraan antara KUD Mojosongo dengan PT Frisian Flag Indonesia di Kecamatan Mojosongo Kabupaten Boyolali adalah dengan meningkatkan kuantitas susu segar KUD melalui penambahan populasi sapi anggota dan pemberian modal usaha dan memperkuat jaringan pemasaran. Strategi prioritas ini terpilih dengan perolehan total Nilai Daya Tarik Total (TAS) terbesar yaitu 6,2189 yaitu pada alternatif strategi 1. Strategi ini merupakan perpaduan dari kekuatan (strenght) yaitu komitmen yang kuat dari pihak yang bermitra, kepastian pemasaran susu segar dan permodalan KUD yang kuat dengan peluang (opportunity) yaitu peningkatan kualitas susu segar dari anggota yang jumlahnya 8.238 orang dan bantuan modal dalam bentuk Program Dana Bantuan Kementerian Koperasi dan UKM. Strategi ini berusaha meningkatkan kembali produksi susu segar KUD Mojosongo dengan jalan memberikan kredit ringan kepada anggota untuk menambah jumlah ternak dan memperbaharui ternak yang mengalami penurunan mutu genetiknya. Selain itu juga memanfaatkan kelebihan PT FFI di bidang ilmu dan teknologi dengan memberikan penyuluhan kepada anggota secara lebih rutin dan dengan pendekatan yang aplikatif. Di
Serangan penyakit pada ternak perah. Penyakit yang sering menyerang ternak perah yaitu mastitis, Milk fever dan cacingan. Serangan penyakit ini dapat menurunkan kuantitas maupun kualitas susu segar. karena perubahan fisik susu, kandungan bibit penyakit
seperti larva cacing dan antibiotik akibat dari terlalu singkatnya jarak antara penyuntikan dengan pemerahan. Adanya serangan penyakit ini dapat meningkatkan resiko penolakan susu segar oleh PT FFI.
Tabel 1. Alternatif Strategi Matrik SWOT Pengembangan Sistem Kemitraan Antara KUD Mojosongo Dengan PT FFI Faktor Internal Faktor eksternal Faktor Internal Opportunities (O) Faktor 1. Peluang peningkatan produksi susu 2. Jalan, eksternal akses transportasi, TPS dan kandang percontohan dalam kondisi baik dan mendukung. 3. Permintaan susu meningkat 4. Pemberian pinjaman dana melalui program Dana Bantuan Kementerian Koperasi dan UKM
Threats (T) 1. Berlakunya pasar bebas membuat anggota bebas menjual susu ke pihak selain KUD Mojosongo 2. Munculnya broker susu /peloper susu yang menawarkan harga lebih tinggi 3. Serangan penyakit pada ternak perah 4. Ketersediaan hijauan dan air pada musim kemarau tidak mencukupi 5. Peternakan perah lesu beralih ke usaha sapi potong
Strenght (S) Weakness (W) 1. Komitmen yang kuat 1. Pembayaran yang ditangguhkan 2. Kebijakan kerjasama kemitraan setiap satu periode pengiriman (7 yang jelas hari) 3. Kepastian pemasaran susu segar 2. Pembinaan di tingkat anggota 4. Penyediaan peralatan dan mesin masih lemah dan kurang aplikatif pelengkap MCC dan laboratorium oleh PT FFI 5. Permodalan KUD yang kuat 6. Penerapan SOP pada fasilitas MCC KUD Mojosongo Strategi S-O Strategi W-O 1. Meningkatkan kuantitas susu segar 1. Meningkatkan skill sumber daya KUD melalui penambahan populasi manusia dan profesionalitas dalam sapi anggota dan pemberian modal bisnis melalui penyuluhan, usaha dan memperkuat jaringan bimbingan manajemen dan teknis pemasaran (S1, S3, S5, O1, O4) kepada KUD maupun peternak 2. Meningkatkan kualitas susu segar anggota secara kontinyu dengan KUD melalui peningkatan pendekatan yang aplikatif (W3, intensitas pembinaan ditingkat O1, O2) anggota, penyediaan mesin dan 2. Perbaikan sistem pembayaran dan peralatan laboratorium (S4, S6, O2, penentuan harga susu (W1, O4) O4) Strategi S-T Strategi W-T 1. Mempertahankan loyalitas peternak 1. Mengidentifikasi secara cepat dan anggota dan KUD dengan bantuan tepat kemungkinan munculnya pengadaan indukan sapi penyakit dan perubahan trend usaha berkualitas, bantuan permodalan melalui peran aktif staf PPL dan dan insentif harga susu segar (S1, pemanfaatan media IT (T1, T2, T3, S3, S5,T1, T2, T5) T4, T5) 2. Meningkatkan keterjaminan akan 2. Menerapkan kebijakan kerjasama pakan bernutrisi baik melalui yang demokratis dengan kerjasama pembangunan instalasi mengikutsertakan peran aktif panyedia pakan ternak (S2, S4, S5, anggota KUD (W1, W3, T1) T4, T5)
Sumber : Analisis Data Primer, 2013 Matrik SWOT Berbagai alternatif strategi dapat dirumuskan berdasarkan model analisis matrik SWOT. Keunggulan dari penggunaan matriks SWOT ini adalah kemudahan dalam memformulasikan strategi
berdasarkan gabungan faktor internal dan faktor eksternal. Strategi yang dapat disarankan terdiri dari 4 (empat) macam yaitu strategi SO, WO, ST dan WT. Matrik SWOT yang diperoleh dalam pengembangan Sistem Kemitraan Antara KUD
dari tahun-ketahun. Selisih antara konsumsi dan produksi susu dalam negeri tersebut mengindikasikan bahwa masih terdapat peluang bagi peningkatan produksi susu. Dengan adanya kemitraan diharapkan ketimpangan antar subsistem persusuan dapat diatasi, sehingga usaha persusuan dalam negeri dapat menopang kebutuhan susu segar baik konsumsi maupun industri susu. Pemberian pinjaman dana melalui Lembaga Perbankan dan Program Dana Bantuan Kementerian Koperasi dan UKM. Pemerintah turut berperan dalam memperkuat struktur permodalan koperasi dan UKM melalui program Dana Bantuan Kementrian Koperasi, yang bagi KUD Mojosongo digunakan sebagai dana kredit pengadaan sapi perah anggota. Hal ini akan membuat struktur permodalan KUD Mojosongo menjadi lebih kuat dalam menyediakan kredit pengadaan sapi perah bagi anggota dan pada akhirnya akan berdampak pada produksi susu segar yang meningkat. Faktor eksternal yang menjadi ancaman (Threath) adalah berlakunya pasar bebas pada usaha persusuan. Berlakunya pasar bebas persusuan membuat anggota bebas menjual susu segar ke pihak lain selain KUD. Bahkan bukan tidak mungkin apabila ada pihak yang lain memberikan tawaran pendapatan yang lebih tinggi maka hal ini akan menjadi ancaman dalam bermitra. Hal ini terjadi karena orentasi peternak pada besar pendapatan yang tinggi, bukan pada kenggotaan mereka dalam koperasi. Ketersediaan hijauan dan air pada musim kemarau tidak mencukupi. Ketersediaan air dan pakan hijauan tidak menemui kendala
pada musim penghujan, namun pada musim kemarau hijauan tidak dapat tumbuh. Asupan air dan nutrisi dalam pakan yang berkurang pada musim kemarau tentunya akan menurunkan baik jumlah maupun mutu susu segar. Munculnya broker susu /peloper susu yang menawarkan harga lebih tinggi. Terdapat peloper susu di wilayah kerja KUD Mojosongo yang menjadi pesaing dalam memperoleh pasokan susu segar termasuk faktor eksternal ancaman dalam sistem kemitraan. Peloper tersebut bekerjasama dengan IPS dan Koperasi di luar Boyolali. Peloper susu tersebut adalah peternak besar yang dapat menyetorkan 11.00012.000 liter susu segar setiap harinya. Susu segar tersebut diperoleh dari peternakannya sendiri dan dari 600 peternak baik yang menjadi anggota KUD Mojosongo, Cepogo dan Musuk. Untuk harga beli susu, peloper berani memberi harga lebih tinggi antara Rp3.500- Rp3.900/liter dibandingkan harga yang ditawarkan KUD Rp3.270-Rp3.300/liter Sistem pembayaran susu juga serupa dengan sistem pembayaran susu KUD Mojosongo, yaitu 10 hari sekali penyetoran secara tunai. Usaha peternakan perah lesu, beralih ke usaha penggemukan sapi potong. Menurut PPL Dinas Peternakan dan Perikanan Kabupaten Boyolali, tingginya biaya mengusahakan ternak perah yang tidak diimbangi perkembangan harga jual susu, mendorong peralihan usaha perah ke usaha penggemukan sapi potong. Selain itu juga usaha sapi potong dinilai lebih mudah dan lebih singkat menghasilkan keuntungan daripada sapi perah.
Mojosongo dapat menyeleksi susu dari anggota yang bagus mutunya, kemudian dapat mencegah penolakan susu oleh PT FFI. Permodalan KUD yang kuat sehingga dapat memberikan kredit dan subsidi kepada anggota. KUD Mojosongo berkerjasama dengan pihak perbankan dalam menyediakan kredit pengadaan sapi bagi anggota. KUD juga memberikan pelayanan dalam teknis budidaya sapi seperti suntikan masal, subsidi IB, pembangunan kandang percontohan dan subsidi pakan. Penerapan SOP pada fasilitas MCC oleh KUD Mojosongo. KUD Mojosongo menerapkan SOP pada fasilitas MCC dalam menjalankan proses penerimaan susu psegar dan pengiriman susu dingin ke PT FFI, dan proses pendinginan susu segar. SOP tersebut dilakukan untuk menjaga mutu susu segar agar dapat diterima IPS dan mendapat harga yang menguntungkan bagi peternak. Faktor Internal yang menjadi kelemahan (Weakness) adalah pembayaran yang ditangguhkan setiap satu periode pengiriman (7 hari). Pembayaran setoran susu tersebut ditangguhakan selama satu periode penyetoran yaitu tujuh hari. Satu periode penyetoran dimulai hari Sabtu hingga hari Jumat minggu berikutnya dan pembayaran dilakukan hari Kamis minggu berikutnya. Pembinaan di tingkat anggota masih lemah dan kurang aplikatif. Dalam hal pembinaan KUD Mojosongo telah bekerjasama dengan Dairy Development Departemen PT FFI. Pembinaan dilakukan 3 bulan sekali secara bergilir kepada 9 kelompok peternak di 9 desa. Pelaksanaan pembinaan tersebut
terlalu lama sehingga apabila terdapat permasalahan di tingkat peternak penyelesainnya pun tidak segera. Selain itu pembinaan dilakukan bersamaan dengan penyetoran susu, membuat transfer ilmu menjadi tidak efektif. Faktor eksternal yang menjadi peluang (Opportunity) adalah peluang peningkatan produksi susu. Unit susu merupakan bisnis utama yang dijalankan KUD Mojosongo, didukung oleh sumber daya anggota sebanyak 8.328 peternak sapi perah. Menurut petugas PPL KUD Mojosongo rata-rata kepemilikan ternak sapi perah anggota adalah 4-5 ekor dengan produksi susu sapi 5-7 liter/sapi/hari dan masih dapat meningkat sampai 1215liter/sapi/hari. Dengan banyaknya jumlah sumber daya anggota peternak dan kepemilikan ternak, peluang untuk meningkatkan produksi susu segar masih bisa diusahakan. Jalan, akses transportasi, TPS dan kandang percontohan dalam kondisi baik dan mendukung. Infrastruktur memiliki peran yang cukup penting di dalam kegiatan pengiriman susu. Infrastruktur dalam hal ini meliputi akses transportasi, jalan dan tempat penampungan susu (TPS). Kelancaran perhubungan antar desa tersebut berpengaruh pada kegiatan KUD Mojosongo dalam melayani anggotanya di seluruh wilayah kerjanya dan juga pada aktivitas pengambilan atau pengiriman susu segar. Permintaan susu meningkat. Bertambahnya pengetahuan masyarakat akan kesehatan dan pentingnya minum susu bagi kesehatan masyarakat membuat konsumsi susu Indonesia meningkat
Saling Menguatkan Prinsip kemitraan yang selanjutnya adalah saling menguatkan antara perusahaan mitra dan KUD. Prinsip saling menguat menurut Semangun, et al., (1999:8-10) adalah terciptanya usaha yang efektif, efisien dalam skala ekonomis. Dengan adanya kemitraan KUD Mojosongo dapat meningkatkan efektifitas dan efisiensi proses pendinginan susu segar di stasiun MCC miliknya, seperti daya tampung MCC yaitu bertambahnya 3 unit milk storage tank dengan daya kapasitas masingmasing 5000 liter susu, proses pendinginan susu segar akan lebih cepat karena terdapat 2 unit icebank yang bekerja, serta penambahan 2 unit genset untuk mengantisipasi kemungkinan penurunan daya listrik. Pada laboratorium terdapat penambahan dan penggantian alat yang rusak dengan yang baru atau lebih canggih, sehingga dapat lebih teliti dalam mengidentifikasi kandungan susu segar. Dengan adanya perbaikan pada stasiun MCC dan laboratorium KUD Mojosongo, maka proses pendinginan susu segar akan lebih efisien yang nantinya akan memperkecil resiko penurunan mutu selam proses pengiriman. Bagi PT FFI kemitraan ini membuat IPS dapat meningkatkan pasokan bahan baku yang diikuti dengan peningkatan produksi, serta kontinyuitas pasokan susu segar dapat mengefisienkan penggunaan mesin dan pabrik pasar Rebo tempat produksi susu dilakukan. Analisis SWOT (Strenght, Weakness, Opportunity and Threath) Faktor internal yang menjadi kekuatan (Strenght) adalah komitmen yang kuat dari pihak-pihak yang bermitra. Komitmen yang kuat dari
KUD Mojosongo dan PT FFI dalam kemitraan terlihat pada lamanya hubungan kemitraan yang sudah terjalin yakni 7 tahun. Keduanya masih akan terus bermitra dalam jangka waktu yang lama atas dasar kecocokan satu sama lain. PT FFI masih melihat adanya potensi pasokan susu segar dari KUD, sementara itu KUD masih membutuhkan kepastian pemasaran. Kebijakan kerjasama kemitraan yang jelas. Kebijakan kerjasama kemitraan tertuang secara jelas dalam surat perjanjian kerjasama dan surat perjanjian pengadaan susu yang diperbaharui dari tahun ketahun. Kepastian pemasaran susu segar. PT FFI membeli seluruh susu segar KUD Mojosongo sesuai mutu dan harga yang telah disepakati dalam kontrak kerjasama. Kesanggupan PT FFI untuk menyerap susu segar pada saat jumlah produksi rendah maupun tinggi menjadikan KUD Mojosongo nyaman bermitra, sehingga menjadi faktor internal kekuatan dalam sistem kemitraan. Penyediaan peralatan dan mesin pelengkap MCC dan laboratorium oleh PT FFI. Upaya meminimalisir penurunan mutu susu selama pengiriman PT FFI menjamin penyediaan peralatan dan mesin pelengkap instalasi MCC dan laboratorium KUD Mojosongo. Selain itu terdapat pula pembinaan dalam penggunaan dan perawatan peralatan tersebut. Susu segar dapat didinginkan dengan baik pada suhu rendah (4oC) sebelum pengiriman dalam MCC, sehingga mutunya akan terjaga sampai di pabrik pengolahan susu PT FFI di Pasar Rebo. Dengan adanya laboratorium yang peralatannya lengkap KUD
ciri dari kemitraan adalah kesejajaran kedudukan, tidak ada pihak yang dirugikan dan bertujuan untuk meningkatkan keuntungan bersama melalui kerjasama tanpa saling mengeksploitasi. Prinsip Saling Membutuhkan Prinsip saling membutuhkan dalam artian perusahaan mitra memerlukan pasokan bahan baku dari peternak untuk keperluan usahanya (Semangun, et al., 1999:8-10). Doz and Hamel 1998 dalam Cherian (2008:4-5) menambahkan, bahwa salah satu tujuan membentuk aliansi (kemitraan) adalah untuk mengamankan sumberdaya yang langka dan kemampuan lokal, serta mendapatkan teknologi dari mitra. KUD Mojosongo membutuhkan jaminan pemasaran susu segar produksi peternak anggota, dimana PT FFI sendiri tidak membatasi volume susu segar yang diserap asalkan sesuai standart. Selain pemasaran KUD Mojosongo juga membutuhkan teknologi berupa mesin pelengkap MCC dan peralatan laboratorium. Terjalinnya kemitraan membuat KUD Mojosongo dapat memperoleh teknologi tersebut dalam bentuk hibah dari PT FFI. PT FFI membutuhkan bahan baku berupa susu segar yang terjamin dari segi kualitas, kuantitas dan kontinyuitasnya. Kemitraan yang dijalin dengan peternak dan KUD salah satunya KUD Mojosongo adalah untuk mendapakan pasokan susu segar dari Kecamatan penghasil susu terbesar kedua di Kabupaten Boyolali tersebut. Hal ini dikarenakan PT FFI tidak memiliki peternakan sendiri sebagai penghasil susu segar. Saling Menguntungkan
Brucellaria dalam Elmuti dan Kathawala (2001:205-206) menyatakan Strategic alliance (persekutuan strategik-kemitraan) adalah kerjasama dua atau lebih badan atau usaha yang bekerjasama untuk mencapai tujuan objektif yang sama-sama menguntungkan. Banyak studi yang mengilustrasikan bahwa prinsip saling menguntungkan dapat dicapai dalam kemitraan melalui usaha saling melengkapi (complementary). Salah satunya Doz dalam Chung et all., (2000:1) yang dalam hal ini meneliti bahwa complementary pada aset dan kekuatan antara perusahaan dapat membawa mitra (partner) dalam kedudukan yang saling menguntungkan. Complementary yang terdapat pada hubungan kemitraan antara KUD Mojosongo dengan PT FFI di Kabupaten Boyoalai adalah pada aset berupa peternakan perah anggota dan kekuatan teknologi pasca perah pada stasiun Milk Cooling Center (MCC) dan peralatan laboratorium. Keuntungan yang didapat PT FFI pada kemitraan ini adalah terpenuhinya pasokan bahan baku berupa susu segar tanpa harus mengusahakan peternakan sapi perah sendiri. Peternakan sapi perah merupakan usaha yang membutuhka modal besar dan lahan yang luas. Dengan adanya kemitraan, PT FFI dapat memanfaatkan usaha peternakan sapi perah anggota KUD Mojosongo. Keuntungan yang diperoleh oleh KUD Mojosongo yang memiliki kelemahan pada teknologi pasca perah, melalui kemitraannya dengan PT FFI dapat memperoleh mesin pelengkap MCC dan peralatan laboratorium tanpa harus membeli.
Peran pemerintah ini diantaranya adalah dengan memberikan penyuluhan melalui petugas PPL Dinas Peternakan Kabupaten Boyolali, memberikan bimbingan manajemen usaha melalui petugas PPL Dinas Koperasi dan UMKM Kabupaten Boyolali, mengadakan pembangunan infrastruktur jalan agar akses antar desa berjalan lebih mudah dan menyusun kebijakan-kebijakan yang mendukung usaha persusuan. Kesepakatan Kemitraan Masing-masing pihak yang bermitra memiliki kewajiban yang pembagiannya diatur dalam surat perjanjian. Surat perjanjian tersebut terdiri dari Surat Perjanjian Kerjasama yang diperbaharui dalam jangka waktu lima tahun dan Surat Perjanjian Pengadaan Susu yang diperbaharui dalam jangka waktu satu tahun. Pembaharuan surat perjanjian kerjasama pada periode 2007-2008 dilakukan secara musyawarah dan masing-masing pihak mengutus delegasinya. Untuk pembaharuan surat perjanjian periode 2008 hingga 2013 dilakukan melalui media fax. Delegasi pihak KUD Mojosongo adalah para pengurus dan pengawas sedangkan dari pihak PT FFI adalah President Director dan HR & GA Director. Isi dari surat Perjanjian Kerjasama terdiri dari Kewajiban Pihak Pertama (PT FFI) antara lain (a) Memberikan alat sesuai spesifikasi, (b) Memeriksa dan memberikan masukan terhadap alat kepada anggota Pihak Kedua, (c) Memberikan pelatihan terkait dengan penggunaan dan perawatan alat dan (d) Memberikan perawatan rutin terhadap alat
Kewajiban Pihak Kedua (KUD Mojosongo) antara lain : (a) Menjaga dan merawat alat sesuai dengan petunjuk yang diberikan oleh pihak pertama, (b) Bertanggungjawab atas seluruh pengeluaran yang timbul dalam rangka pengoperasian seharihari alat tersebut, (c) Membebaskan pihak pertama atas segala kerugian yang timbul sebagai akibat dari kerusakan dan kehilangan alat yang disebabkan oleh kelalalian Pihak Kedua dalam penggunaan alat (d) Pihak Kedua bertanggungjawab untuk memperbaiki atau mengganti Alat yang rusak sebagai kelalaian pihak kedua, (e) Pihak kedua bertanggungjawab mengganti alat apabila terjadi kehilangan yang diakibatkan kelalaian oleh pihak kedua, (f) Menyediakan suplay susu segar sesuai perjanjian pengadaan susu Isi dari Perjanjian Pengadaan Susu yakni mengenai prosedur pengiriman dan penerimaan, pengambilan sampel, pengendalian mutu dan jaminan kualitas, tata cara pembinaan kepada peternak anggota, kriteria susu segar dan peraturan harga dan cara pembayarannya, perubahan dan penambahan isi surat perjanjian serta jangka waktu dan pengakhiran surat perjanjian. Praktik Prinsip-prinsip Kemitraan Menurut UU no 9 tahun 1995 pasal 1 ayat 8 salah satu unsur penting dalam kemitraan adalah prinsip saling memerlukan, saling memperkuat dan saling menguntungkan. Duysters (1999:183) menambahkan bahwa kemitraan harus saling menguntungkan, yakni antara mereka harus menghasilkan prinsip kesetaraan (win-win situation). Maka dari itu dapat pula disimpulkan bahwa
Metode analisis data yang digunakan dalam penelitian ini, yaitu : identifikasi kondisi sistem kemitraan meliputi, pola, praktek prinsip-prinsip kemitraan dan kesepakatan masingmasing pihak yang bermitra dikaji secara diskriptif; identifikasi faktor Internal (kekuatan dan kelemahan) dan Faktor Eksternal (peluang dan ancaman) dianalisis menggunakan SWOT; perumusan alternatif strategi yang mungkin dikembangkan dengan cara membandingkan faktor internal kekuatan dan kelemahan dengan faktor ekternal peluang dan ancaman menggunakan analisis SWOT; penentuan prioritas strategi menggunakan analisis QSPM (Quantitative Strategic Planning Matrix). HASIL DAN PEMBAHASAN Kondisi Sistem Kemitraan KUD Mojosongo dengan PT Frisian Flag Indonesia Sistem kemitraan yang dijalin antara KUD Mojosongo dengan PT FFI adalah Pola Kemitraan Usaha Tahap Madya. Pola Kemitraan Usaha Tahap Madya menurut Hafsah (2003:90-91) merupakan pengembangan pola kemitraan sederhana dimana peran usaha besar terhadap usaha kecil mitranya semakin berkurang. Bantuan pembinaan usaha besar yang masih sangat diperlukan terutama dalam bantuan teknologi, alat mesin yang dibutuhkan peningkatan produksi dan mutu produksi, industri pengolahan (agroindustri) serta jaminan pemasaran. Dalam aspek penyediaan permodalan pada pola ini pihak usaha besar tidak lagi memberikan modal usaha, tetapi permodalan, manajemen
usaha dan penyediaan sarana produksi disediakan oleh usaha kecil. Peran PT FFI dalam Kemitraan PT FFI sebagai perusahaan mitra berperan dalam menyediakan peralatan laboratorium dan mesin pelengkap fasilitas Milk Cooling Center (MCC) KUD, mengadakan pembinaan kepada staff PPL KUD dalam hal cara berternak sapi perah yang baik dan perawatan peralatan serta memberikan jaminan pemasaran susu segar. Dengan perannya tersebut PT FFI mendapat jaminan pasokan susu segar sesuai standart yang diterapkannya. Peran KUD dalam kemitraan Peran KUD dalam sistem kemitraan adalah sebagai perwakilan anggota yang memiliki badan hukum yaitu koperasi. Sebagai bentuk pelayanan terhadap anggota KUD Mojosongo telah menyalurkan kredit pengadaan sapi perah bagi anggota, mengadakan manajemen mutu pasca perah, memberikan subsidi pakan konsentrat, menyediakan pelayanan kesehatan hewan dan IB serta memberikan penyuluhan. Kemampuan KUD dalam menyediakan permodalan didukung oleh modal sendiri yang didapat dari simpanan wajib anggota sebesar Rp50.000,00/orang/tahun dan dari lembaga keuangan yaitu: Bank BRI, BCA, Mandiri dan Bukopin. Dengan perannya tersebut KUD mendapatkan harga susu antara Rp3.270-3.300/liter dan fee sebesar Rp10,-/liter susu segar yang disetorkan. Peran Pemerintah dalam Kemitraan Pemerintah daerah tidak turut andil dalam kemitraan, melainkan hanya melakukan hal-hal yang sifatnya mendukung kelancaran kemitraan secara tidak langsung.
PENDAHULUAN Usaha persusuan di Boyolali dimulai sejak masa kolonial Belanda, yang dimulai atas usulan Kontrolir Schippers dan drh. Penning yang melakukan introduksi tujuh sapi Fries Hollands (Friesian Holstein–FH) jantan sebagai pemacek (Mukhtar, 2006:23-25). Boyolali merupakan kabupaten dengan populasi sapi perah terbesar di Jawa Tengah yaitu 62.480 ekor pada tahun 2010 dan kian meningkat menjadi 87.793 ekor pada tahun 2011. Produksi susu Kabupaten Boyolali juga yang paling tinggi yaitu 42.522.500 liter tahun 2010 dan meningkat menjadi 46.260.000 liter tahun 2011 (Dinas Peternakan Provinsi Jawa Tengah, 2010-2011) Perkembangan persusuan Boyolali tidak lepas dari berbagai permasalahan yang muncul dari level peternak, koperasi, hingga pada Industri Pengolahan Susu (IPS). Kemitraan adalah satu alternatif pengembangan usaha persusuan yang dinilai dapat menjembatani ketimpangan antara usaha besar (IPS) dengan usaha menengah dan kecil (KUD dan peternak), sehingga kelemahan yang ada pada pihak yang satu dapat diminimalisir oleh pihak mitra. KUD Mojosongo menghadapi permasalahan dalam menjalankan kemitraan tersebut, yaitu pada lemahnya bergaining pisition. Harga susu di tingkat peternak anggota kurang dapat bersaing yaitu Rp 3.2703.300/liter, sedangkan terdapat peloper susu/broker susu yang menawarkan harga lebih tinggi yaitu Rp 3.500–3.700/liter. Masalah lain dalam sistem kemitraan ini adalah tidak kontinyu dan efisien pembinaan
kepada anggota KUD Mojosongo. Tidak terdapat jaminan berupa ganti rugi apabila terjadi penolakan atas susu segar yang disetor KUD Mojosongo. Berlakunya pasar bebas pada usaha persusuan, membuat rasa loyal dan rasa memiliki para peternak terhadap KUD Mojosongo menurun. Terkait dengan permasalahan yang muncul dalam hubungan kemitraan tersebut penelitian ini bertujuan untuk mengidentifikasi sistem kemitraan yang telah berjalan antara KUD Mojosongo dengan PT Frisian Flag Indonesia, mengidentifikasi berbagai faktor Internal dan Eksternal yang menjadi penentu keberlangsungan kegiatan di dalam sistem kemitraan antara KUD Mojosongo dengan PT Frisian Flag Indonesia, merumuskan alternatif strategi yang dapat diterapkan untuk mengembangkan sistem kemitraan dan merumuskan strategi yang tepat untuk mengembangkan kemitraan antara KUD Mojosongo dengan PT Frisian Flag Indonesia. METODE PENELITIAN Lokasi penelitian ini dipilih secara purposive yaitu KUD Mojosongo di Desa Kemiri, Kecamatan Mojosongo, Kabupaten Boyolali. Alasan pemilihan lokasi adalah karena KUD Mojosongo memiliki unit susu yang secara kontinyu beroperasi dan memasok susu segar kepada Industri Pengolah Susu PT Frisian Flag Indonesia. Metode dasar penelitian yang digunakan adalah metode deskriptif analitis (Surakhmad, 1994:139). Informan yang digunakan untuk menggali data dalam penelitian adalah informan kunci (key informan).