HUBUNGAN FAKTOR SOSIAL EKONOMI PETERNAK SAPI PERAH DENGAN TINGKAT PARTISIPASI DALAM KEGIATAN SIMPAN PINJAM KUD MOJOSONGO KABUPATEN BOYOLALI Sulvana Nurma Farida, Sutarto, Agung Wibowo Program Studi Agribisnis Fakultas Pertanian Universitas Sebelas Maret Surakarta Jl. Ir. Sutami No. 36 A, Kentingan, Surakarta 57126, Telepon +62 271 637457 Email:
[email protected] Telp. 085725001200 Abstract: The aims of this research is to determine the socio-economic factors associated with participation, analyzing the level of participation of cattle breeder and analyze correlation of economic social factor of cattle breeder with participation in saving and loan at KUD Mojosongo Boyolali Regency. Location of the research in KUD Mojosongo as an area with a number of farmers who joined the largest savings and loan activities. The method of data analysis is descriptive analysis, interval wide and rank spearman correlation test (rs) with a 95% confidence level. The result of research showed that age ranged from 31-41 years, income from IDR 2,000,000 – IDR < 6,000,000, the number of family members from 3-4 people, the respondents’ formal education was graduated from Elementary School, in-formal education belonged to very low category, the ability to pay installment in the highest category, personal experience to high category, and cattle number of 3-4 cows. The level of participation in saving and loan activities at planning stage in the low category, stage of implementation included in the medium category, stage of utilization in the height category and total participation in the low category. The social-economic factors having positive and significant correlation with participation level were family member number, in-formal education, the ability to pay installment, and cattle number. Meanwhile those having positive insignificant correlation were income, formal education, and personal experience. The one having negative insignificant correlation was age Keywords: Social-Economic Factor, Cattle Breeder, Participation, Saving and Loan. Abstrak: Penelitian ini bertujuan untuk mendiskripsikan faktor sosial ekonomi peternak sapi perah yang berhubungan dengan partisipasi terhadap kegiatan simpan pinjam, menganalisis partisipasi peternak sapi perah dalam kegiatan simpan pinjam dan menganalisis hubungan antara faktor sosial ekonomi peternak sapi perah dengan partisipasi dalam kegiatan simpan pinjam KUD Mojosongo Kabupaten Boyolali. Lokasi penelitian yaitu di Koperasi Unit Desa Mojosongo karena memiliki jumlah peternak dan anggota simpan pinjam terbesar di Kabupaten Boyolali. Analisis data yang digunakan adalah deskriptif, lebar interval dan koefisien korelasi rank spearman (rs). Hasil penelitian menunjukkan bahwa faktor umur responden terbanyak berada antara 31-41 tahun, pendapatan pada Rp 2.000.000 – Rp < 6.000.000, jumlah anggota keluarga berkisar antara 3 hingga 4 orang, pendidikan formal responden terbanyak pada tingkatan tamat SD, pendidikan non formal pada kategori sangat rendah, kemampuan membayar angsuran pada kategori sangat tinggi, pengalaman pribadi pada kategori tinggi dan jumlah ternak antara 3 – 4 ekor. Tingkat patisipasi peternak terhadap kegiatan simpan pinjam di tahap perencanaan tergolong pada kategori sangat rendah, partisipasi di tahap pelaksanaan kategori sedang, partisipasi di tahap pemanfaatan hasil kategori tinggi dan partisipasi total responden pada kategori rendah. Faktor sosial ekonomi yang berkorelasi positif dan signifikan dengan tingkat partisipasi yaitu jumlah anggota keluarga, pendidikan non formal, kemampuan membayar angsuran, dan jumlah ternak. Sedangkan faktor sosial ekonomi yang memiliki korelasi positif namun tidak signifikan yaitu pendapatan, pendidikan formal dan pengalaman pribadi. Faktor sosial ekonomi yang memiliki korelasi negatif dan tidak signifikan adalah umur. Kata Kunci : Faktor Sosial Ekonomi, Peternak, Partisipasi, Simpan Pinjam
PENDAHULUAN Pembangunan merupakan suatu upaya dalam rangka mengentaskan masyarakat dari kemiskinan dan keterbelakangan yang dihadapinya. Pembangunan masih ditumpukan pada sektor pertanian, karena sektor pertanian merupakan sektor utama dan menjadi tulang punggung dalam pembangunan perekonomian. Sektor pertanian pada dasarnya didukung oleh lima sub sektor sebagai penopang perekonomiannya, sub sektor tersebut yaitu tanaman bahan makanan, perikanan, perkebunan, kehutanan dan peternakan. Sub sektor peternakan menurut data PDRB Jawa Tengah memberikan kontribusi sebesar 5 trilliun atau 13,2 persen PDRB Tahun 2012. Salah satu wilayah di Jawa Tengah yang memberikan kontribusi besar di sub sektor peternakan yaitu Kabupaten Boyolali. Dengan komoditas peternakan yang potensial adalah susu sapi perah, yang memiliki nilai produksi tinggi. Namun terjadi penurunan kualitas sapi perah yang menyebabkan jumlah produksi susu sapi perah menurun khususnya di Kecamatan Mojosongo. Padahal di Kecamatan Mojosongo terdapat KUD yang memiliki unit usaha simpan pinjam sebagai penyedia modal pinjaman bagi anggotanya untuk mengembangkan usahaternak.
Namun diduga tingkat partisipasi peternak sapi perah terhadap KUD Mojosongo dalam kegiatan simpan pinjam masih rendah, sehingga usahaternak di daerah tersebut tidak mampu berkembang pesat. Tingkat partisipasi anggota tentunya tidak akan lepas dari faktor sosial ekonomi yang melekat dalam diri individu Faktor sosial ekonomi menjadi faktor yang menentukan tingkat partisipasi peternak dalam kegiatan simpan pinjam. Berkaitan dengan hal tersebut maka penelitian ini bertujuan untuk mengetahui karakteristik faktor sosial ekonomi, besarnya tingkat partisipasi peternak dan hubungan antara faktor sosial ekonomi dengan partisipasi peternak dalam kegiatan simpan pinjam KUD. METODE PENELITIAN Metode penelitian ini adalah metode deskriptif analitik dengan teknik survei. Penentuan lokasi penelitian dilakukan dengan pertimbangan bahwa KUD Mojosongo menjadi daerah sentral produksi susu sapi perah dan memiliki jumlah peternak yang bergabung dalam kegiatan simpan pinjam terbanyak di Kabupaten Boyolali. Pada penelitian ini jumlah responden yang digunakan adalah 40 orang dari setiap pos armada yang dimiliki KUD yang diambil secara proportional random sampling.
Tabel 1. Jumlah Responden KUD Mojosongo No Armada Penampungan Singosari 1 Kebonmoyo 2 Madu 3 Kemiri 4 Singosaren 5 Dungus 6 Total
Peternak 190 178 134 264 130 167 1063
Anggota Simpan Pinjam 151 77 79 65 90 102 564
Jumlah Responden 11 5 6 5 6 7 40
Sumber : LPJ KUD Mojosongo dan Unit Simpan Pinjam Metode analisis data yang digunakan untuk mengkaji faktor sosial ekonomi dalam penelitian ini adalah deskriptik. Analisis data untuk menghitung tingkat partisipasi menggunakan rumus lebar interval dengan lima kriteria yaitu: sangat rendah, rendah, sedang, tinggi dan sangat tinggi. Rumus lebar interval: or ert n
Lebar Interval =
– or erenda elas
…(1)
Hubungan antara faktor sosial ekonomi peternak dengan tingkat partisipasi dalam kegiatan simpan pinjam dianalisis dengan uji korelasi Rank Spearman (rs) dengan rumus (Siegel, 1997): rs = 1 –
–
…..……….. (2)
dimana: rs = koefisien korelasi Rank Spearman N = jumlah petani di = Selisih antara rangking dari variabel Kriteria pengambilan keputusan - J a t tun < t tabel (α = 0,05) maka Ho diterima, berarti tidak ada hubungan (korelasi) yang signifikan antara faktor sosial
ekonomi peternak dengan tingkat partisipasi peternak dalam kegiatan koperasi simpan pinjam. - J a t tun ≥ t tabel (α = 0,05) maka Ho ditolak, berarti bahwa ada hubungan (korelasi) yang signifikan antara faktor sosial ekonomi peternak dengan tingkat partisipasi peternak dalam kegiatan koperasi simpan pinjam. HASIL DAN PEMBAHASAN Faktor Sosial Ekonomi Peternak Sapi Perah Faktor sosial ekonomi merupakaan faktor yang melekat dalam diri individu. Faktor sosial ekonomi peternak terdiri dari umur, pendapatan, jumlah anggota keluarga, pendidikan formal, pendidikan non formal, kemampuan membayar angsuran, pengalaman pribadi dan jumlah ternak. Berikut ini distribusi frekuensi faktor sosial ekonomi peternak:
Tabel 2. Median Skor dan Distribusi Responden Berdasarkan Skor Faktor Sosial Ekonomi Peternak Sapi Perah No
1.
Karakteristik Sosial Ekonomi Umur
2.
Pendapatan
3.
Jumlah anggota keluarga
4.
Pendidikan Formal
5.
Pendidikan non formal
6.
1 1
Kelompok Skor 2 3 4 14
11
12
Median 5 Skor 2
Keterangan
3
Skor 1= ≤ 30 tahun, Skor 2= 31-41 tahun, Skor 3= 42-52 tahun, Skor 4= 53-63 tahun, Skor 5= ≥ 64 tahun
5
25
4
5
1
2
Skor 1=
11
16
8
3
2
2
Skor 1=< 3 orang, Skor 2= 3 orang, Skor 3= 4 orang, Skor 4= 5 orang, Skor 5= > 5 orang
3
Skor 1= tidak sekolah dan tidak tamat SD, Skor 2= tamat SD, Skor 3= Tamat SMP, Skor 4= Tamat SMA, Skor 5= Perguruan tinggi (D1/D2/D3/S1/S2)
4
14
8
13
1
26
9
5
0
0
1
Skor 1= tidak pernak, Skor 2= 1x penyuluhan dan pelatihan, Skor 3= 2x penyuluhan dan pelatihan, Skor 4= 3x penyuluhan dan pelatihan, Skor 5= ≥ 4x penyuluhan dan pelatihan
Kemampuan membayar angsuran
0
0
0
6
34
5
Skor 1= sangat rendah, Skor 2= rendah, Skor 3= sedang, Skor 4= tinggi, Skor 5= sangat tinggi
7.
Pengalaman Pribadi
3
6
10
20
1
4
Skor 1= sangat rendah, Skor 2= rendah, Skor 3= sedang, Skor 4= tinggi, Skor 5= sangat tinggi
8.
Jumlah ternak
7
19
6
5
3
2
Skor 1= ≤ 2 e or, Skor 2= 3-4 ekor, Skor 3= 5-6 ekor, Skor 4= 7-8 ekor, Skor 5= ≥ 9 e or
Sumber : Analisis Data Primer, 2014 Berdasarkan Tabel 2 umur responden menunjukkan median skor 2 (42-52 tahun) berada pada usia produktif, sehingga memungkinkan kemampuan fisiknya untuk mengembangkan usahaternak. Sedangkan usia responden yang tidak produktif (≥ 64 tahun) meskipun pengalaman yang dimiliki banyak namun karena fisik yang kurang memungkinkan menyebabkan kurang berminat dalam mengembangkan ternak. Pendapatan responden berada pada kategori rendah (median skor 2). Rendahnya pendapatan responden disebabkan karena beberapa alasan diantaranya: (1) jumlah ternak yang
dimiliki responden sedikit, (2) beberapa ternak responden mati karena penyakit, (3) ternak dijual untuk memenuhi kebutuhan, serta (4) tidak memiliki lahan pertanian sehingga tidak ada penghasilan dari usaha non ternak serta tidak ada mata pencaharian lainnya karena kebanyakan masyarakat hanya bergantung dari usahaternaknya. Jumlah anggota keluarga berada pada kategori rendah median skor 2, jumlah tanggungan keluarga akan menjadi beban kewajiban responden dalam pemenuhan kebutuhan. Asumsinya semakin banyak jumlah tanggungan keluarga maka kebutuhan dalam keluarga
tersebut semakin banyak, dengan demikian curahan jam kerja diharapkan semakin tinggi, sehingga pendapatan keluraga dapat meningkat dan dapat memenuhi kebutuhan keluarga. Pendidikan formal berada pada kategori sedang median skor 3 dimana pendidikan responden yang sedang disebabkan karena keadaan ekonomi di masa lalu yang tidak memungkinkan responden untuk melanjutkan sekolah di jenjang yang lebih tinggi. Tingkat pendidikan akan sangat berhubungan terhadap tingkat penyerapan informasi, pengetahuan, teknologi dan cara berpikir dari peternak. Pendidikan non formal responden termasuk dalam kategori sangat rendah median skor 1 dimana rendahnya pendidikan non formal disebabkan karena tidak semua responden memperoleh kesempatan dalam mengikuti kegiatan penyuluhan dan pelatihan karena adanya keterbatasan kuota, sehingga pengetahuan dan informasi yang dimilikinya rendah yang akan mempengaruhi kemampuannya dalam beternak. Kemampuan membayar angsuran berada pada kategori sangat tinggi median skor 5 dimana responden merasa bahwa tidak terbebani dengan angsuran yang dibebankan padanya setiap 10 hari, karena angsuran langsung dipotongkan oleh setoran susu. Selain itu dalam pemenuhan terhadap persyaratan simpan pinjam juga sangat mudah karena hanya menunjukkan kartu stor susu dan fotocopy KTP. Pengalaman pribadi tergolong pada kategori tinggi median skor 4.
Pengalaman pribadi diukur berdasarkan lamanya mengusahakan ternak, lamanya bergabung menjadi anggota KUD dan frekuensi dalam mengikuti kegiatan simpan pinjam. Responden umumnya mengusahakan ternak sapi perah sejak mereka masih kecil dan merupakan usaha turun temurun (warisan). Responden bergabung menjadi anggota KUD sejak mereka mengusahakan ternak sapi perah, karena agar bisa menyetorkan susu sapi perah ke KUD responden harus menjadi anggota KUD terlebih dahulu. Frekuensi responden dalam melakukan simpan pinjam di lembaga keuangan non KUD sangat rendah, karena responden menganggap beban bunga di lembaga tersebut lebih tinggi dari KUD selain itu potongan angsuran tidak langsung dipotongkan dari setoran susu serta dari segi persyaratan dalam kegiatan simpan pinjam, di lembaga keuangan non KUD mengharuskan adanya agunan dengan pencairan dana yang lebih lambat. Jumlah ternak responden berada pada kategori rendah dengan median 2. Rendahnya jumlah ternak yang dimiliki responden disebabkan karena keterbatasan modal yang dimiliki. Dalam usahaternak tentunya dibutuhkan modal yang besar baik untuk membeli ternak maupun pada kegiatan pemeliharaan ternak khususnya biaya pakan dan kesehatan. Partisipasi Peternak Sapi Perah dalam Kegiatan Simpan Pinjam Partisipasi merupakan keikutsertaan seseorang dalam suatu kegiatan dalam rangka pencapaian
tujuan bersama. Menurut Mardikanto (1994) tumbuhnya partisipasi ditentukan oleh kesadaran masyarakat yang bersangkutan serta didukung oleh tiga persyaratan yaitu:
kemauan, kemampuan dan kesempatan untuk berpartisipasi. Berikut ini distribusi frekuensi partisipasi peternak dalam kegiatan simpan pinjam KUD Mojosongo:
Tabel 3. Median Skor dan Distribusi Responden Berdasarkan Partisipasi Peternak dalam Kegiatan Simpan Pinjam Kelompok Skor 2 3 4
Median Skor
No
Partisipasi
1.
Perencanaan
18
16
3
3
0
2
Skor 1= 4,0 - 7,2; Skor 2= 7,2 - 10,5; Skor 3= 10,6 - 13,8; Skor 4= 13,9 - 17,1; Skor 5= 17,2 - 20,4
2.
Pelaksanaan
0
13
27
10
0
3
Skor 1= 4,0 - 7,2; SKor 2= 7,2 - 10,5; Skor 3= 10,6 - 13,8; Skor 4= 13,9 - 17,1; Skor 5= 17,2 - 20,4
3.
Pemanfaatan Hasil
0
0
5
31
4
4
Skor 1= 4,0 - 7,2; Skor 2= 7,2 - 10,5; Skor 3= 10,6 - 13,8; Skor 4= 13,9 - 17,1; Skor 5= 17,2- 20,4
4.
Total Partisipasi
3
33
4
0
0
1
5
2
Keterangan
Skor 1= 16 – 28,8; Skor 2= 28,9 – 41,7; Skor 3= 41,8 – 54,6; Skor 4= 54,5 – 67,3; Skor 5= 67,4 – 80,2
Sumber : Analisis Data Primer, 2014 Partisipasi responden pada tahap perencanaan dihitung berdasarkan frekuensi mengikuti pertemuan rutin, frekuensi mengajukan ide dan gagasan, keterlibatan dalam pembuatan aturan dan keterlibatan dalam pengambilan keputusan. Partisipasi responden pada tahap perencanaan termasuk pada median skor 2 dengan kategori rendah. Hal tersebut dikarenakan sebagian besar responden tidak mengikuti rapat rutin yang diadakan oleh KUD baik RAT maupun rapat triwulan. Responden tidak mengikuti rapat karena keterbatasan kuota, dimana hanya perwakilan saja yang ditunjuk untuk masing-masing kelompok ternak dan biasanya yang menghadiri rapat mendapatkan undangan langsung dari pihak KUD. Sehingga intensitas untuk mengajukan ide atau gagasan dan terlibat dalam pembuatan aturan dan
pengambilan keputusan secara langsung rendah. Partisipasi responden pada tahap pelaksanaan termasuk dalam kategori sedang pada median skor 3, diukur melalui keaktifannya dalam membayar simpanan, intensitas melakukan pinjaman, intensitas kemampuan dan kemauan membayar pinjam serta ketepatan dalam pengangsuran pinjaman. Frekuensi peminjaman yang dilakukan responden tergolong tinggi karena umumnya setelah angsuran selesai responden akan meminjam kembali untuk pemenuhan kebutuhan, khususnya pakan ternak dimana dalam satu kali pinjaman responden akan selesai dalam 3 bulan 10 hari. Untuk kemampuan dan ketepatan membayar angsuran hampir semua responden mampu membayar dengan alasan sudah potong setoran susu.
Partisipasi respoden pada tahap Skor Partisipasi total pemanfaatan hasil termasuk dalam responden termasuk dalam kategori kategori tinggi dengan median skor rendah pada median skor 2. Hal ini 4. Diukur berdasarkan kemudahan disebabkan karena rendahnya akses modal, manfaat pinjaman keikutsertaan responden dalam untuk pemenuhan kebutuhan dan kegiatan perencanaan yang peningkatan skala usaha serta umumnya lebih didominasi oleh frekuensi kemanfaatan SHU. penggurus KUD khususnya dalam Menurut sebagian besar responden pembuatan aturan dan pengambilan akses dalam simpan pinjam mudah keputusan. dan pencairannya cepat, hanya 1-2 hari setelah pengajuan. Sebagian Hubungan Antara Faktor Sosial besar responden mengatakan bahwa Ekonomi Peternak dengan Tingkat pinjaman dimanfaatan untuk Partisipasi dalam Kegiatan pemenuhan kebutuhan dan sebagai Simpan Pinjam modal pengembangan usaha ternak Berikut ini Tabel 4 khususnya untuk tambahan modal memperlihatkan hubungan antara membeli ternak. Responden juga faktor sosial ekonomi peternak sapi memperoleh SHU sesuai dengan perah dengan tingkat partisipasi besarnya simpanan yang dilakukan, dalam kegiatan simpan pinjam, hasil selain pembagian SHU diberikan analisis korelasi Rank Spearman (rs) pula gula pasir sebagai bentuk dengan program SPSS 16 for penghargaan bagi peternak atas window. kesetiaannya menyetorkan susu ke KUD. Tabel 4. Hubungan Antara Faktor Sosial Ekonomi Peternak Sapi Perah dengan Partisipasi dalam Kegiatan Simpan Pinjam KUD. Faktor Sosial Ekonomi X1 X2 X3 X4 X5 X6 X7 X8
Y1 rs -0,133 0,195 0,177 0,148 0,483** 0,416** 0,173 0,376*
thitung -0,827 1,226 1,109 0,923 3,400 2,820 1,274 2,501
Tingkat Partisipasi Peternak Sapi Perah Y2 Y3 Ytotal rs thitung rs thitung rs thitung -0,014 -0,086 -0,258 -1,646 -0,188 -1,441 0,028 0,173 0,324* 2,111 0,258 1,646 0,160 0,999 0,478** 3,355 0,326* 2,126 -0,003 -0,019 0,175 1,096 0,188 1,180 0,021 0,130 0,175 1,096 0,475** 2,894 0,280 1,798 0,428** 2,919 0,527** 3,823 -0,025 -0,154 -0,072 -0,445 0,109 0,716 0.206 1,302 0,441** 3,029 0,466** 3,247
Sumber : Analisis Data Primer, 2014 **Correlation is significant at the 0.01 level(2-tailed) *Correlation is significant at the 0.05 level (2-tailed)
Df : 38 ; α : 0,05; ttabel : 2,024
Berdasarkan Tabel 4 dapat diketahui korelasi antara umur dengan partisipasi menunjukkan thitung
Hal tersebut disebabkan karena umur tidak memberikan dampak perubahan pada diri responden, responden pada tingkatan umur berapapun tidak menentukan partisipasinya dalam kegiatan simpan
pinjam. Umur erat kaitannya dengan pengalaman seseorang, tapi tidak menjamin partisipasinya. Karena responden melakukan pinjaman sesuai dengan kebutuhannya, sehingga semakin tidak produktif umur seseorang belum tentu partisipasinya rendah begitu pula dengan responden yang masih produktif belum tentu partisipasinya tinggi. Hubungan antara pendapatan dengan partisipasi menunjukkan thitung < ttabel (1,646<2,024) sehingga tidak ada korelasi yang signifikan. Hal tersebut dikarenakan setiap responden yang berpendapatan tinggi maupun rendah sama-sama berpartisipasi dalam kegiatan simpan pinjam namun bentuk partisipasinya yang berbeda, karena sebagian besar responden membutuhkan modal dari luar dalam rangka pemenuhan kebutuhannya. Responden dengan pendapatan yang lebih tinggi biasanya akan berpartisipasi dalam bentuk materi, sedangkan bagi responden dengan pendapatan rendah akan berpartisipasi dalam bentuk tenaga, waktu dan pikiran untuk memajukan KUD. Hubungan antara jumlah anggota keluarga dengan partisipasi menunjukkan nilai antara thitung>ttabel (2,126>2,024) terdapat korelasi positif (+) dan signifikan antara jumlah anggota keluarga dengan tingkat partisipasi. Hal tersebut disebabkan karena semakin besar jumlah anggota keluarga maka partisipasi akan semakin menurun dan semakin kecil jumlah anggota keluarga maka partisipasi akan lebih besar. Responden dengan jumlah tanggungan keluarga yang lebih besar sebelum mengajukan modal
pinjaman, akan meminta bantuan terlebih dahulu pada anggota keluarga yang lain (misal: anak, menantu, orang tua bahkan saudara) sebelum memutuskan untuk meminjam di KUD. Selain itu bagi responden dengan tanggungan keluarganya lebih banyak akan cenderung memilih memfokuskan sebagian pikiran, tenaga maupun materi untuk pemenuhan kebutuhan rumah tangganya dibandingkan berpartisipasi dalam kegiatankegiatan yang diselenggarakan oleh KUD, misalnya rapat dan pertemuan rutin. Pendidikan formal tidak menunjukkan korelasi yang signifikan dengan tingkat partisipasi, dimana thitung
ttabel (2,894>2,024). Semakin tinggi frekuensi pendidikan non formal responden maka partisipasinya akan semakin tinggi. Hal tersebut
dikarenakan setiap responden yang mengikuti kegiatan penyuluhan dan pelatihan dengan frekuensi lebih sering akan memperoleh informasi lebih banyak, sehingga kemampuan berpikir, bertindak serta ketrampilan yang dimiliki untuk menggembangkan usahaternak lebih tinggi maka akan lebih membutuhkan modal pinjaman untuk meningkatkan skala usahanya. Pendidikan non formal itulah yang menumbuhkan kesadaran dalam diri responden agar usahaternaknya lebih berkembang dan maju, dengan demikian diperlukannya partisipasi dalam kegiatan simpan pinjam sebagai salah satu sumber modal pengembangan usahaternaknya. Kemampuan membayar angsuran memiliki korelasi positif dan signifikan, ditunjukkan dengan nilai thitung>ttabel (3,823>2,024). Responden dengan kemampuan membayar angsuran yang tinggi akan lebih aktif dalam mengajukan kebijakan dan gagasan (seperti halnya penetapan besarnya bunga dan proses pembayaran angsuran) dalam kegiatan simpan pinjam dibandingkan responden yang kemampuannya lebih rendah, karena responden tersebut umumnya memiliki sifat sungkan untuk mengungkapkan pendapatnya. Responden dengan kemampuan membayar angsuran yang tinggi biasanya juga akan ditawari untuk melakukan pinjaman lagi sebagai modal pengembangan usahaternak meskipun masih memiliki tanggungan hutang, karena karyawan simpan pinjam yakin jika mereka sanggup melunasi modal pinjaman yang diberikan.
Pengalaman pribadi tidak menunjukkan hubungan signifikan, dimana thitungttabel (3,247>2,024). Responden dengan jumlah ternak yang lebih banyak akan memiliki tingkat partisipasi yang lebih tinggi dibandingkan dengan responden dengan jumlah ternak sedikit. Hal tersebut disebabkan karena responden dengan jumlah ternak yang lebih banyak memperoleh kesempatan meminjam dalam nominal yang lebih banyak untuk lebih meningkatkan skala usahanya. Manfaat positif keaktifan responden dengan jumlah ternak yang lebih banyak juga dapat dilihat dari segi pembagian gula pasir yang akan lebih banyak pula karena
dihitung dari hasil setoran susu perah yang diproduksi dari usahaternaknya. Sedangkan responden dengan jumlah ternak sedikit akan lebih pasif dalam berpartisipasi dikegiatan simpan pinjam, karena merasa bahwa keberadaan simpan pinjam kurang memberikan manfaat yang maksimal dalam meningkatkan pendapatan dan skala usahanya.
dan jumlah ternak (nilai rs= 0,466). Sedangkan faktor sosial ekonomi yang memiliki korelasi positif namun tidak signifikan yaitu pendapatan (nilai rs= 0,258), pendidikan formal (nilai rs= 0,188) dan pengalaman pribadi (nilai rs= 0,109). Faktor sosial ekonomi yang memiliki korelasi negatif dan tidak signifikan adalah umur (nilai rs= -0,188).
KESIMPULAN DAN SARAN
Saran Berdasarkan hasil pembahasan, maka saran yang dapat diajukan antara lain: bagi peternak diharapkan meningkatkan partisipasi dalam kegiatan penyuluhan dan pelatihan serta pertemuan rutin, sehingga pengetahuan dan ketrampilan makin berkembang untuk perbaikan usahaternak. Selain itu diharapkan bagi peternak dalam mencari modal pinjaman lebih mengutamakan untuk berpartisipasi melakukan kegiatan simpan pinjam ke KUD dibandingkan dengan ikut ke lembaga keuangan lainnya dalam pemenuhan kebutuhan maupun dalam rangka pengembangan usahaternak. Bagi KUD diharapkan memberikan frekuensi yang lebih banyak untuk kegiatan penyuluhan dan pelatihan melalui kerjasama dengan lembaga pemerintahan agar pengetahuan dan ketrampilan peternak dalam mengembangkan usahaternak dapat lebih luas, selain itu KUD diharapkan memberikan perhatian dan pelayanan yang lebih pada peternak khususnya yang berlokasi jauh melalui kebijakan kenaikkan harga susu dan subsidi pakan ternak. KUD juga perlu memberikan pemahaman kepada peternak bahwa untuk memajukan
Kesimpulan Berdasarkan hasil pembahasan maka dapat disimpulkan bahwa faktor umur responden termasuk dalam median sedang, pendapatan pada Rp 2.000.000 – Rp < 6.000.000, jumlah anggota keluarga berkisar antara 3 hingga 4 orang, pendidikan formal responden berada pada kategori sedang, pendidikan non formal pada kategori sangat rendah, kemampuan membayar angsuran pada kategori sangat tinggi, pengalaman pribadi pada kategori tinggi dan jumlah ternak pada kategori rendah yaitu antara 3 – 4 ekor. Tingkat patisipasi peternak terhadap kegiatan simpan pinjam di tahap perencanaan tergolong pada kategori sangat rendah, partisipasi di tahap pelaksanaan berada pada kategori sedang, partisipasi di tahap pemanfaatan hasil berada pada kategori tinggi dan partisipasi total responden berada pada kategori rendah. Faktor sosial ekonomi yang memiliki korelasi positif dan signifikan dengan tingkat partisipasi yaitu jumlah anggota keluarga (nilai rs= 0,326), pendidikan non formal (nilai rs= 0,475), kemampuan membayar angsuran (nilai rs= 0,527)
usahanya mereka dapat melakukan simpanan sebagai salah satu sumber modal dalam kegiatan simpan pinjam, karena maju mundurnya KUD juga dipengaruhi oleh keaktifan peternak.
DAFTAR PUSTAKA Mardikanto, T. 1994. Bunga Rampai Pembangunan Pertanian. UNS Press: Surakarta. Siegel, S. 1997. Statistik Non Parametrik untuk Ilmu-Ilmu Sosial. Jakarta: Gramedia. Walgito, B. 1999. Psikologi Sosial (Suatu Pengantar). Yogyakarta: Andi Offset.