STRATEGI PENGEMBANGAN KOMPETENSI PEDAGOGI GURU PENDIDIKAN AGAMA ISLAM DI SMP ISLAM SUDIRMAN 1 BANCAK KAB.SEMARANG TAHUN 2015 SKRIPSI
Diajukan untuk Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan Islam
Oleh :
ISTIKHANA FAUZIYAH NIM : 111 10 108
JURUSAN PENDIDIKAN AGAMA ISLAM FAKULTAS TARBIYAH DAN ILMU KEGURUAN INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI (IAIN) SALATIGA 2015
MOTTO DAN PERSEMBAHAN
“ Saat Allah mengajarkan kebahagiaan bagiku ketenangan, saat Allah mengajarkan kesedihan bagiku adalah perjuangan untuk selalu istiqomah dijalan-Nya” PERSEMBAHAN Skripsi ini penulis persembahkan kepada pihak-pihak yang mempunyai peranan penting dalam hidupnya 1. Ayahanda Muhtarom dan Ibunda Sulastri (almarhum) tercinta yang selalu memberikan dukungan baik moril maupun spiritual yang senantiasa berkorban dan berdoa demi tercapainya cita-cita penulis, semoga ibunda khusnul khotimah disisi Allah.. amin. Harapannya semoga ayahanda, selalu diberikan kesehatan jasmani dan rohaninya, dikaruniai rahmat dan hidayah oleh Allah Swt, ditetapkan Iman Islamnya dan kemudahan dalam menjalankan Ibadah, Hablum Minalallah dan Hablum Minannas dalam menjalankan sisa umurnya 2. Ananda Tomi Tohiron yang tiada henti mengucurkan kesabaran, kesetian dan ketulusannya untuk menemaniku dalam suka dan duka membuat hidupku ini seindah pelangi dengan cintanya. 3. Kakakku Mas Andy, dan Mas Fakhul yang selalu memberikan dukungan baik material maupun moril ketika dalam kondisi tertekan dan terpuruk, bagiku inilah sebuah perjuangan seorang Mas yang peduli secara totalitas kepada adiknya, semoga Allah SWT membalas kebaikannya.
ABSTRAK Fauziyah, Istikhana. 2015. Strategi Pengembangan Kompetensi Pedagogi Guru Pendidikan Agama Islam (PAI) di SMP Islam Sudirman 1 Bancak Kab. Semarang Tahun 2015. Skripsi. Jurusan Tarbiyah. Program Studi Pendidikan Agama Islam. Institut Agama Islam Negeri Salatiga. Pembimbing: H. Maslikhah,S.Ag.,M.Si. Kata Kunci: Strategi pengembangan dan kompetensi pedagogi Penelitian ini merupakan strategi pengembangan untuk guru PAI dalam meningkatkan kompetensi pedagogi di SMP Islam Sudirman 1 Bancak Kab. Semarang. Pertanyaan utama yang ingin dijawab melalui penelitian ini adalah (1) Bagaimanakah strategi pengembangan kompetensi pedagogi guru PAI di SMP Islam Sudirman 1 Bancak., dan (2) Apa faktor pendukung bagi guru PAI dalam mengembangkan kompetensi pedagogi di SMP Islam Sudirman 1 Bancak., (3) Apa faktor penghambat guru PAI dalam mengembangkan kompetensi pedagogi bagi di SMP Islam Sudirman 1 Bancak.,(4) Bagaiman upaya guru PAI untuk mengatasi hambatan dalam mengembangkan kompetensi pedagogi di SMP Islam Sudirman 1 Bancak. Metode penelitian yang dilakukan peneliti yaitu melalui pendekatan penelitian deskriptif kualitatif dengan cara mendeskripsikan fenomena-fenomena yang ada di SMP Islam Sudirman 1 Bancak, kehadiran peneliti sebagai pengamat dan sebagai pengumpul data, dengan cara Wawancara serta Dokumentasi. Hasil penelitian strategi pengembangan kompetensi pedagogi. Disusun untuk mencapai tujuan tertentu yang telah diterapkan oleh guru. Pengembangan diri yang dilakukan guru dalam mengembangkan konpetensi pedagogi dengan membaca buku, melakukan penilaian terhadap diri sendiri, motivasi terhadap diri sendiri. Pengembangan kelembagaan guru akti mengikuti organisasi keguruan seperti MGMP, workshop, seminar,studi banding, dan lain-lain. Strategi pengembangan diharapkan dapat meningkatkan kinerja guru secara pedagogi. Faktor pendukungnya berdasarkan diri sendiri, siswa, serta cara-cara lain yang dikuasai oleh guru. Hambatannya sumber daya manusia dalam menjalankan strategi pengembangan kompetensi pedagogi, waktu yang minim, sarana dan prasarana yang terbatas. Mengatasi hambatan dari Sumber daya manusia dengan pembinaan yang dilakukan Kepala Sekolah, mengikuti workshop, seminar studi banding, waktu yang minim dapat dimaksimalkan dengan persiapan yang matang dan manajemen waktu yang tepat. Sarana dan prasarana terbatas guru dapat meningkatkan kreatifitas dalam mesinergikan metode dengan materi pelajaran yang akan diajarkan.
KATA PENGANTAR
Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah melimpahkan rahmat, hidayah dan taufiqnya, sehingga penulis dapat menyelesaikan penulisan skripsi ini. Sholawat serta salam kami haturkan kepada junjungan kita Nabi Agung Muhammad SAW yang telah menuntun umatnya ke jalan kebenaran dan keadilan. Skripsi ini penulis susun dalam rangka memenuhi tugas dan melengkapi syarat guna untuk memperoleh gelar sarjana pendidikan. Adapun judul skripsi ini adalah “STRATEGI PENGEMBANGAN KOMPETENSI PEDAGOGI GURU PENDIDIKAN AGAMA ISLAM DI SMP ISLAM SUDIRMAN 1 BANCAK KABUPATEN SEMARANG TAHUN 2015”. Penulisan skripsi ini tidak lepas dari berbagai pihak yang telah memberikan dukungan moril maupun meteriil. Dengan penuh kerendahan hati, penulis mengucapkan terima kasih kepada: 1. Rektor Institut Agama Islam Negeri (IAIN) ,bapak Dr. Rahmat Hariyadi, M.Pd. 2. Dekan Fakultas Tarbiyah dan Ilmu Keguruan IAIN Salatiga, bapak Suwardi, M.Pd 3. Kepala Jurusan Pendidikan Agama Islam (PAI) IAIN Salatiga, ibu Rukhayati, M.Pd. 4. Ibu Maslikhah, S.Ag., M.Si. selaku dosen pembimbing yang telah berkenan secara ikhlas dan sabar meluangakan waktu serta mencurahkan pikiran dan
tenaganya memberi bimbingan dan pengarahan yang sangat berguna sejak awal proses penyusunan dan penulisan hingga terselesaikannya skripsi ini. 5. Ibu Muna Erawati, M. Si selaku dosen pembimbing akademik yang selalu memberikan bimbingan dan pengarahan. 6. Segenap dosen dan karyawan IAIN Salatiga yang dengan sengaja maupun tidak sengaja turut memperlancar proses penyusunan skripsi ini. 7. Bapak Mustakim, S.Pd.I selaku kepala sekolah SMP Islam Sudirman 1 Bancak yang telah memberikan izin, masukan dan bantuan untuk melakukan penelitian. 8. Guru-guru di SMP Islam Sudirman 1 Bancak bapak Sunarto, ibu Ana Mustagfiroh, ibu Siti Zulaikhah, ibu Ely Himawati yang telah meluangkan waktu dan membantu pencarian data dalam penyusunan skripsi ini. 9. Anisa Alfi Nurjanah sahabat yang selalu menemani dalam suka maupun duka. 10. Guru-guru yang berjuang di TK Bina Insani, Ibu Umi dan Ibu Muslikhah yang selalu memberikan dukungan dalam penulisan skripsi. 11. Semua pihak yang tidak bisa penulis sebutkan satu per satu yang telah membantu dalam penulisan skripsi ini. Semoga amal mereka diterima sebagai amal ibadah oleh Allah SWT serta mendapatkan balasan myang berlipat ganda amien. Penulis sadar bahwa dalam penulisan ini masih banyak kekurangan dan jauh dari kesempurnan. Oleh karena itu, dengan kerendahan hati penulis mohon saran dan kritik yang sifatnya
membangun demi kesempurnaan penulisan skripsi ini. Semoga skripsi ini dapat bermanfaat bagi penulis pada khususnya maupun pembaca pada umumnya dan memberikan sumbangan bagi pengetahuan dunia pendidikan. Amin. . .amin ya robbal„alamin. Salatiga, 6 Januari 2015 Penulis,
Istikhana Fauziyah NIM. 111 10 108
DAFTAR ISI PERSETUJUAN PEMBIMBING………………………………………........
ii
LEMBAR PENGESAHAN KELULUSAN ………………………………..
iii
PERNYATAAN KEASLIAN TULISAN…………………………………....
iv
MOTTO PERSEMBAHAN…………………………………………………..
v
KATA PENGANTAR………………………………………………………...
vi
ABSTRAK…………………………………………………………………....
ix
DAFTAR ISI………………………………………………………………....
x
DAFTAR TABEL DAN GAMBAR………………………..………………..
xiii
BAB 1 PENDAHULUAN…………………………………………………...
1
A. Latar Belakang Masalah……………………………………………....
1
B. Fokus Penelitian……………………………………………………....
8
C. Tujuan Penelitian……………………………………………………...
8
D. Manfaat Penelitian……………………………………………….......
8
E. Definisi Operasional……………………………………………….....
9
F. Metode Penelitian………………………………………………….....
10
G. Sistematika Penulisan………………………………………………...
16
BAB II LANDASAN TEORI……………………………………………….
19
A. Strategi guru PAI...........................................................................
19
1. Strategi.................................................................................. ...
19
2. Strategi guru PAI......................................................................
21
3. Definisi Guru PAI........................................................................
26
B. Kompetensi Pedagogi........................................................................ 35 1. Pengertian kompetensi pedagogi...............................................
35
2. Indikator kompetensi pedagogi.................................................
37
3. Komponen kompetensi pedagogi.............................................
50
4. Urgensi kompetensi pedagogi....................................................
51
C. Strategi Pengembangan Kompetensi Pedagogi................................
52
BAB III PAPARAN DATA DAN TEMUAN PENELITIAN.......................
59
A. Paparan data...................................................................................
59
1. Letak Geografis SMP Islam Sudirman 1 Bancak.....................
59
2. Sejarah SMP Islam Sudirman 1 Bancak....................................
60
3. Visi dan Misi..............................................................................
61
4. Profil...................................................................................
62
5. Keadaan Sarana dan Prasarana................................................... 63 6. Struktur Organisasi ..................................................................
64
7. Pembagian Kerja Guru............................................................
65
8. Data Guru...............................................................................
71
9. Keadaan Siswa...........................................................................
72
B. Temuan Penelitian..................................................................
73
1. Profil Responden......................................................................
73
2. Temuan Penelitian...................................................................
75
BAB IV PEMBAHASAN............................................................................ A. Strategi pengembangan kompetensi pedagogi guru PAI di SMP 109 Islam Sudirman 1 Bancak.....................................................
B. Faktor pendukung dalam pengembangan kompetensi pedagogi 111 guru PAI di SMP Islam Sudirman 1 Bancak............................... C. Faktor penghambat dalam pengembangan kompetensi pedagogi 120 guru PAI di SMP Islam Sudirman 1 Bancak D. Upaya
guru
PAI
untuk
mengatasi
hambatan
dalam 122
pengembangan kompetensi pedagogi SMP Islam Sudirman 1 Bancak BAB V PENUTUP...........................................................................................
124
A. Kesimpulan .............................................................................
124
B. Saran...........................................................................................
127
DAFTAR PUSTAKA……………………………………………………….. LAMPIRAN-LAMPIRAN…………………………………………………..
128
DAFTAR TABEL DAN GAMBAR Tabel 3.1 Letak geografis SMP Islam Sudirman 1 Bancak.......................
59
Gambar bagan 3.1 Struktur organisasi SMP Islam Sudirman 1 Bancak...
65
Tabel 3.2 Profil SMP Islam Sudirman 1 Bancak.....................................
62
Table 3.3 Sarana prasarana SMP Islam Sudirman 1 Bancak ...................
63
Table 3.4 Sarana prasarana pelengkap SMP Islam Sudirman 1 Bancak...
64
Table 3.5 Daftar guru dan staff pembantu SMP Islam Sudirman 1 71 Bancak.......................................................................................................
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah
Era modern dewasa ini perkembangan pendidikan berlangsung begitu cepat yang mengakibatkan terjadi berbagai perubahan sesuai dengan tuntutan dan kebutuhan masyarakat secara lokal maupun global. Pendidikan yang bertujuan untuk mencerdaskan anak bangsa sehingga mampu bersaing dalam taraf pendidikan di era global ini. Masyarakat yang sadar akan pentingnya menghadapi tantangan masa yang akan datang, diharapkan berusaha untuk membekali diri dengan berbagai ilmu pengetahuan. Dalam hal ini guru merupakan pusat utama yang mempunyai tugas mulia yang diharapkan mampu mencetak Sumber Daya Manusia (SDM) yang berkualitas. Guru sebagai pengawal peradaban harus terus berada pada mainstream perubahan yang terjadi, bahkan menjadi lokomotif dan pelopor perubahan pendidikan. Guru mampu menjadi figur inspiratif dan memberikan motivasi bagi keberhasilan anak didik (Ma‟mur, 2009: 15).Dengan kata lain guru dituntut mampu berkompetisi menjawab tantangan perubahan zaman. Sekarang ini wacana profesionalisme guru menjadi perbincangan hangat di kalangan masyarakat, seiring dengan tuntutan pendidikan di Indonesia yang semakin meningkat. Hamalik (2003: 34) berpendapat masalah kompetensi profesional guru merupakan salah satu dari kompetensi yang harus dimiliki oleh setiap guru dalam jenjang pendidikan apapun. Keprofesionalan guru merupakan
komponen yang paling menentukan dalam pendidikan secara keseluruhan mau tidak mau guru dituntut mampu menguasai bahan ajar yang akan di ajarkan kepada anak didik, bahkan dalam penyampaian bahan ajar guru harus mampu menjadi sosok yang inspiratif. Peran-peran guru profesional yang paling penting diingat adalah bahwa guru yang secara langsung bertanggung jawab atas pengembangan pendidikan dari begitu banyak fikiran dan jiwa muda. Semua sadar akan adanya pengaruh sehari-hari guru pada muridnya dalam pembelajaran langsung, membuat murid tertawa atau menangis, mengajari murid belajar mandiri, menciptakan lingkungan yang peduli dan membantu, dan lebih banyak lagi. Tetapi saat guru menjadi pelayan, murid mempunyai karakteristik berbeda yang memungkinkan mereka bergerak keluar dari ruang kelas, untuk mempengaruhi cara pengaturan lingkungan pendidikan (Norlander, 2009: 151). Mulyasa (2008:26) berpendapat kompetensi guru merupakan peraduan antara kemampuan personal, keilmuan, teknologi, social, dan spiritual yang secara kaffah membentuk kompetensi standar profesi guru, yang mencakup penguasaan materi, pemahaman terhadap peserta didik, pembelajaran yang mendidik, pengembangan pribadi dan profesional. Bukan hanya itu tugas seorang guru tidak hanya menyampaikan ilmu yang diberikan, seorang guru juga di harapkan memberikan perhatian penuh dalam etika moral dan spiritual yang luhur serta dapat membakar semangat anak didik sehingga mereka dapat bersaing dengan sehat dan menjadi siswa yang terbaik.
Guru profesional semata-mata tidak hanya dituntut untuk mengusai bidang ilmu tertentu, bahan ajar, metode pembelajarannya akan tetapi memiliki keterampilan dan pengetahuan yang luas. Untuk menjadikan seorang guru yang mempunyai profesionalitas dalam mengajar di kelas salah satunya harus memenuhi kompetensi pedagogi. Menurut Mulyasa (2008: 75) dalam Standar Nasional Pendidikan, penjelasan pasal 28 ayat 3 butir a dikemukakan bahwa kompetensi pedagogi adalah kemampuan mengelola pembelajaran peserta didik, perancangan dan pelaksanaan pembelajaran, evalusi hasil belajar, pengembangan peserta didik untuk mengaktualisasikan berbagai potensi yang dimilikinya. Berdasarkan pengertian kompetensi pedagogi di atas, realitasnya permasalahan guru di Indonesia masih banyak guru yang tidak menjalankan profesiya secara keseluruhan maka dapat dikatakan kurang memahami kompetensi pedagogi itu sendiri. Guru hanya memandang yang penting sudah mengajar itu sudah dianggap menggugurkan kewajibannya. Selain itu, banyak ditemukan di lapangan pada proses pembelajaran di kelas, guru dalam penyampaian materi pembelajaran menggunakan metode yang monoton yang biasa dikenal “bercerita” sehingga anak didik diibaratkan seperti gelas yang diisi air sampai penuh oleh gurunya. Seharusnya, kemampuan pedagogi juga ditunjukkan dalam membantu, membimbing, dan memimpin peserta didik. Kunandar (2011: 76) berpendapat bahwa kompetensi pedagogi meliputi pemahaman terhadap peserta didik, perancangan dan pelaksanaan pembelajaran, evaluasi hasil belajar, dan pengembangan peserta didik untuk
mengaktualisasikan berbagai potensi yang dimilikinya. Kompetensi tersebut belum dapat dikuasai secara baik oleh guru. Beberapa indikator menunjukkan guru memiliki kinerja yang lemah. Mulyasa (2008: 9) menyebutkan antara lain: rendahnya pemahaman tentang strategi pembelajaran, kurangnya kemahiran dalam mengelola kelas, rendahnya kemampuan melakukan dan memanfaatkan penelitian tindakan kelas (classroom action research), rendahnya motivasi berprestasi, kurang disiplin, rendahnya komitmen profesi serta rendahnya kemampuan manajemen waktu. Menanggapi indikator tersebut, maka kompetensi pedagogi guru perlu ditingkatkan melalui berbagai upaya. Harapan yang diinginkan kualitas kinerja dan pencapaian target kualitas pembelajaran yang dihasilkan akan meningkat. Selain itu seorang guru hendaknya mempunyai rasa ikhlas dan mempunyai tanggung jawab moral dan intelektual. Sebagaimana,
Islam
sangat menghargai orang-orang yang berilmu pengetahuan yang bertugas sebagai pendidik dan Islam memuliakan mereka. Sehubungan dengan kompetensi pedagogi guru, maka tugas dan tanggung jawab guru di sekolah adalah sebagai pengajar, guru sebagai pembimbing dan sebagai administrator kelas (Sujana, 2012:15). Guru harus mempunyai kinerja profesional terutama dalam mendesain program pengajaran dan melaksanakan proses belajar mengajar agar dapat memberikan ”layanaan ahli” dalam bidang tugasnya sesuai dengan kemajuan ilmu pengetahuan dan tekhnologi serta perkembangan masyarakat. Dengan kata lain, pendidikan harus mampu menghasilkan lulusan yang mampu
berfikir global (thinking globally), dan mampu bertindak lokal (acting locally), serta dilandasi oleh akhlak yang mulia (akhlakul karimah). SMP Islam Sudirman 1 Bancak Kab. Semarang sebagai salah satu lembaga pendidikan Islam yang dipercaya oleh masyarakat mampu menghasilkan out-put yang berkualitas dan berakhlakul karimah, sehingga harus mampu mengembangkan SDM khususnya guru yang berkualitas dan mampu menjawab kebutuhan masyarakat yang semakin berkembang terhadap pendidikan. Menjadikan seorang guru yang mempunyai profesionalitas dalam kompetensi pedagogi di perlukan adanya pengembangan profesionalitas kompetensi pedagogi guru. Sebuah lembaga pendidikan harus memiliki strategi sebagai usaha awal yang menjadi tolok ukur yang kelak digunakan lembaga pendidikan untuk mencapai tujuan. Peningkatan dalam kompetensi pedagogi guru yang lebih luas diperlukan strategi, yaitu keputusan kebijakan dari pihak sekolah maupun luar sekolah dan tindakan kegiatan yang diwujudkan dalam lima ruang lingkup yang terdapat dalam kompetensi pedagogi meliputi bentuk pengelolaan, perencanaan dan pelaksanaan, evaluasi hasil serta perkembangannya yang disusun untuk mencapai tujuan. Hal ini penting karena tanpa perencanaan dan strategi yang tepat, tidak mustahil tujuan pendidikan akan sulit dicapai bahkan mutu lembaga pendidikan semakin menurun tertinggal dari lembaga pendidikan lainya.
Setelah mendapatkan data dari lapangan berdasarkan wawancara awal dengan kepala sekolah dan waka kurikulum serta guru PAI di SMP Islam Sudirman 1 Bancak usaha mengenai guru PAI dalam meningkatkan kompetensi pedagogi guru memiliki prosedur antara lain: guru ikut serta dalam organisasi guru PAI tingkat Sub Rayon (Kabupaten), mengikuti MGMP (Musyawarah Guru Mata Pelajaran), dari pihak kepala sekolah selalu memberikan pembinaan setiap minggu, pembinaan dari pengawas sekolah akan tetapi pembinaan dari pengawas sekolah waktunya tidak tentu. Upaya ini tidak memberikan hasil yang membanggakan. Kondisi ini ditandai dengan masih lemahnya kemampuan guru dalam mengelola pembelajaran peserta didik. Kemampuan guru dalam pengelolaan pembelajaran ini menyangkut tiga fungsi manajerial yaitu perencanaan penetapan tujuan, kompetensi serta memperkirakan cara penyampainnya, akan tetapi guru PAI di SMP Islam Sudirman 1 Bancak masih mengabaikan hal tersebut, karena guru lebih fokus dalam
perencanaan
berkaitan
erat
pembelajaran
dengan
padahal
perancangan
pengelolaan
pembelajaran.
pembelajaran Perancangan
pembelajaran peserta didik merupakan pokok yang paling utama dalam kompetensi pedagogi salah satunya guru harus mampu menyiapkan kurikulum, silabus dan RPP (Rencana Pelaksanaan Pembelajaran) akan tetapi guru PAI di SMP Islam Sudirman 1 Bancak memberikan alasan tentang kurikulum yang masih berubah-ubah lebih jelasnya untuk pembelajaran semester awal menggunakan kurikulum 2013 dan sekarang kembali lagi ke kurikulum yang lama hal itu membuat guru kebingungan. Selain itu, Format
RPP yang digunakan guru PAI di SMP Islam Sudirman 1 Bancak belum sesuai standar karena mengandalkan dari format internet, untuk pelaksanaan pembelajaran guru belum bisa menyesuaikan dengan apa yang direncanakan dalam RPP. Media yang dapat menunjang proses pembelajaran belum memadai serta masih lemahnya guru dalam mengoperasikan teknologi, selain itu buku yang dapat menunjang proses pembelajaran tidak semua peserta didik memiliki. Sedangkan untuk evalusi hasil belajar peserta didik guru terkadang
tidak
sesuai
dengan
yang
ditetapkan
di
kalender
pendidikan/kalender akademik, serta pengembangan bagi peserta didik dari gurunya sendiri belum menguasai. Oleh karena itu, perlu perbaikan sejak dini terhadap peningkatan kualitas seorang guru di dunia pendidikan. Guru sebagai seorang pendidik dalam pembelajaran maka perlu ditumbuhkan kesadaran bahwa kompetensi pedagogi sangat menentukan keberhasilan anak didik di dalam kelas. Maka diharapkan hendaklah seorang guru selalu berusaha untuk memulai dirinya sendiri dengan hal-hal yang baru yang dapat menambah penguasaan bidang studinya. Guru kurang memiliki kesadaran pentingnya strategi untuk mencapai tujuan, semangat/motivasi, guru memiliki hambatan personal dan profesional, guru memiliki kelebihan sebagai pendukung mencapai tujuan tetapi guru tidak mengetahui kelebihan yang dimiliki. Berdasarkan uraian tersebut, maka perlu dilakukan penelitian tentang “ STRATEGI PENGEMBANGAN KOMPETENSI PEDAGOGI GURU
PENDIDIKAN AGAMA ISLAM DI SMP ISLAM SUDIRMAN 1 BANCAK KAB. SEMARANG TAHUN 2015”. B. Fokus Penelitian
Dalam penulisan penelitian ini penulis membatasi ruang lingkup permasalahan agar mempermudah dalam penulisan penelitian sehingga terarah sesuai tujuan dan kegunaan dari penelitian tersebut. Ruang lingkup permasalahan ini yaitu Bagaimana strategi pengembangan kompetensi pedagogi guru PAI di SMP Islam Sudirman 1 Bancak Kab. Semarang tahun 2015? C. Tujuan Penelitian
Berdasarkan dari rumusan masalah di atas, maka dapat ditetapkan tujuan penelitian ini untuk mengetahui strategi pengembangan kompetensi pedagogi guru PAI di SMP Islam Sudirman 1 Bancak Kab. Semarang Tahun 2015. D. Manfaat Penelitian 1. Manfaat Teoretis
Menambah khasanah dunia pustaka tentang strategi peningkatan kompetensi pedagogi guru Pendidikan Agama Islam (PAI). 2. Manfaat Praktis a. Guru
Memberikan masukan pada dunia pendidikan khususnya bagi guru SMP Islam Sudirman 1 Bancak Kab. Semarang tentang kompetensi pedagogi guru Pendidikan Agama Islam (PAI) agar dapat
mencapai keberhasilan peserta didik secara maksimal di dalam kelas. Dengan demikian guru adalah faktor yang paling menentukan dalam proses pembelajaran di kelas. b. Sekolah
Bagi pihak lembaga khususnya SMP Islam Sudirman Bancak, adalah dengan penelitian ini dapat memberikan gambaran untuk meningkatkan dijadikan
kompetensi
sebagai
bahan
pedagogi, masukan
sehingga untuk
nantinya
menambah
dapat kualitas
kompetensi guru dan memberikan sumbangan pemikiran tentang pengembangan dalam meningkatkan kompetensi pedagogi guru. Serta sebagai bahan informasi terhadap SMP Islam Sudirman 1 Bancak dalam merencanakan strategi pengembangan kompetensi pedagogi guru untuk mencapai tujuan secara optimal dimasa sekarang dan masa yang akan datang. E. Definisi Operasioal Agar penelitian tidak menyimpang terlalu jauh dan dapat terarah dengan baik dari tujuan yang di harapkan maka perlu adanya definisi istilah sebagai berikut: 1. Strategi Strategi dalam Kamus Bahasa Indonesia (2007:1092) adalah rencana cermat mengenai kegiatan untuk mencapai sasaran khusus. Dalam penelitian ini strategi adalah suatu rencana yang disusun secara tepat agar mencapai tujuan yang diinginkan dalam proses pembalajaran. 2. Kompetensi Pedagogi
Kompetensi berarti suatu hal yang menggambarkan kualifikasi atau kemampuan seseorang, baik yang kulitatif maupun kuantitatif. (Mujtahid, 2009: 55). Mulyasa berpendapat (2008: 75 ) dalam Standar Nasional Pendidikan, penjelasan pasal 28 ayat 3 butir a dikemukakan bahwa kompetensi pedagogi adalah kemampuan mengelola pembelajaran peserta didik yang meliputi pemahaman
terhadap
peserta
didik,
perancangan
dan
pelaksanaan
pembelajaran, evaluasi hasil belajar, dan pengembangan peserta didik untuk mengaktualisasikan berbagai potensi yang dimilikinya. Jadi kompetensi pedagogi merupakan kemampuan yang harus dimiliki oleh seorang guru agar dapat melaksanakan pembelajaran secara efektif dan sesuai dengan tujuan pembelajaran. F. Metode Penelitian
1. Jenis dan Pendekatan Penelitian Penelitian ini merupakan field research dengan menggunakan pendekatan kualitatif. Milles dan Michael (1992: 2) mengemukakan bahwa penelitian kualitatif akan mendapatkan data kualitatif yang sangat menarik, memiliki sumber dari yang luas dan berlandasan kokoh, serta memuat penjelasan tentang proses-proses yang terjadi dalam lingkup setempat. Bog dan Taylor dalam Moleong (2008: 4) mendefinisikan metodologi kualitatif adalah sebagai prosedur penelitian yang menghasilkan data deskriptif berupa kata-kata tertulis atau lisan dari orang-orang dan perilaku yang dapat diamati. Pendekatan ini diarahkan pada latar dan individu tersebut secara utuh. Jadi, dalam hal ini tidak boleh mengisolasikan individu atau organisasi ke dalam variable atau hipotesis, tetapi perlu memandangnya sebagai bagian dari sesuatu keutuhan.
Dengan demikian peneliti dalam melakukan penelitian ini menggunakan pendekatan penelitian kualitatif deskriptif yaitu menggambarkan bagaimana strategi pengembangan kompetensi pedagogi guru Pendidikan Agama Islam (PAI) di SMP Islam Sudirman Bancak Kab. Semarang, faktor pendukung dan faktor penghambat bagi guru Pendidikan Agama Islam (PAI) dalam mengembangkan kompetensi pedagogi di SMP Islam Sudirman 1 Bancak Kab. Semarang untuk serta upaya guru Pendidikan Agama Islam (PAI) SMP Islam Sudirman
1
Bancak
Kab.
Semarang
mengatasi
hambatan
dalam
mengembangkan kompetensi pedagogi.
2. Subjek Penelitian Mulyana berpendapat (2004: 187 ) subjek Penelitian yang biasa digunakan dalam penelitian kualitatif adalah dengan nonprobability sampling yaitu tekhnik purposive sampling (sampel bertujuan). Berdasarkan pengertian di atas, maka peneliti menentukan subyek secara sampling purposive yang meliputi guru SMP Islam Sudirman 1 Bancak Kab. Semarang.
3. Lokasi Penelitian Sesuai judul penelitian, lokasi penelitian dilaksanakan di SMP Islam Sudirman 1 Bancak Kab. Semarang.
4. Sumber Data a. Data Primer Data primer yaitu data yang diperoleh langsung dari lapangan atau tempat penelitian. Kata-kata dan tindakan merupakan sumber data yang diperoleh dari lapangan dengan mengamati atau mewawancarai.
Peneliti menggunakan data ini untuk mendapatkan informasi secara langsung tentang strategi pengembangan kompetensi pedagogi guru PAI, faktor pendukung dan faktor penghambat dalam mengembangkan kompetensi pedagogi guru PAI serta upaya guru PAI mengatasi hambatan dalam mengembangkan kompetensi pedagogi di SMP Islam Sudirman 1 Bancak Kab. Semarang. Adapun sumber data langsung peneliti dapatkan dari hasil wawancara dengan kepala sekolah, wakil kepala (waka) kurikulum, dan guru Pendidikan Agama Islam. b. Data Sekunder Data sekunder yaitu data yang didapat dari sumber bacaan dan berbagai macam sumber lainnya yang terdiri dari surat-surat pribadi dan dokumen resmi dari instansi. Peneliti menggunakan data sekunder ini untuk memperkuat hasil temuan dan melengkapi informasi yang telah dikumpulkan melalui wawancara dan pengamatan. Arikunto (2010: 107) berpendapat bahwa sumber data dengan tiga (3) P, yaitu person, paper, place. Person terdiri dari kepala sekolah, wakil kepala (waka) kurikulum dan guru yang membidangi mata pelajaran Pendidikan Agama Islam (PAI). Paper dengan meneliti tentang administrasi kurikulum, dan place yaitu tempat di SMP Islam Sudirman 1 Bancak Kab. Semarang.
5. Teknik Pengumpulan Data Teknik pengumpulan data yang digunakan yaitu metode wawancara (interview). Metode wawancara adalah metode pengumpulan data dengan jalan
tanya jawab sepihak yang dikerjakan dengan sistematis dan berdasarkan kepada tujuan penyelidikan (Hadi, 1990: 193). Berdasarkan uraian tersebut, metode wawancara digunakan untuk mendapatkan data tentang strategi pengembangan kompetensi pedagogi, guru PAI, faktor pendukung dan faktor penghambat dalam mengembangkan kompetensi pedagogi guru PAI serta upaya guru PAI mengatasi hambatan dalam mengembangkan kompetensi pedagogi di SMP Islam Sudirman 1 Bancak Kab. Semarang. Strategi pengembangan kompetensi pedagogi meliputi komponen pada pengelolaan pembelajaran, perancangan dan pelaksanan pembelajaran, evaluasi hasil belajar dan pengembangan pesera didik. Peneliti melakukan wawancara yang mendalam untuk mendapatkan informasi yang akurat. Wawancara ini peneliti menggunakan pedoman wawancara semi structured karena bentuk wawancara ini tidak membuat kaku, melainkan lebih bebas dan luwes dalam melakukan wawancara (Yusuf, 2003:87).
Meskipun
demikian,
peneliti
tetap menggunakan
pedoman
wawancara yang berisi tentang strategi pengembangan kompetensi pedagogi guru PAI, faktor pendukung dan faktor penghambat guru PAI dalam mengembangkan kompetensi pedagogi serta upaya guru PAI mengatasi hambatan dalam mengembangkan kompetensi pedagogi di SMP Islam Sudirman 1 Bancak Kab. Semarang. Pedoman wawancara tersebut yang digunakan peneliti untuk mengajukan pertanyaan dengan informan. Untuk mendapatkan data yang penting, peneliti memanfaatkan handphone untuk merekam hasil wawancara dengan informan.
6. Teknik Analisis Data
Tahapan-tahapan penelitian ini ada tiga tahapan dan ditambah dengan tahap terakhir penelitian yaitu tahap penulisan laporan hasil penelitian. Tahaptahap penelitian tersebut adalah (1) tahap pralapangan, yang meliputi menyusun rancangan penelitian, memilih lapangan penelitian, mengurus perizinan, menjajaki dan menilai keadaan lapangan, memilih dan memanfaatkan informan, menyiapkan perlengkapan penelitian dan menyangkut persoalan etika penelitian; (2) tahap pekerjaan lapangan, yang meliputi memahami latar penelitian dan persiapan diri, memasuki lapangan dan berperan-serta sambil mengumpulkan data, (3) tahap analisis data, yang meliputi analisis selama dan setelah pengumpulan data; (4) tahap penulisan hasil laporan penelitian
7. Pengecekan Keabsahan Data Menurut Moleong (2000:173) pengecekan keabsahan data yang digunakan didasarkan pada empat kriteria yaitu derajat kepercayaan (credibility), keteralihan (transferability), kebergantungan (dependability), dan kepastian (confirmability). Uji derajat kepercayaan (credibility) dilakukan dengan cara melakukan pembandingan antara data hasil pengamatan dengan data hasil wawancara. Keteralihan (transferability) membandingkan pendapat yang dikatakan orang di depan umum dengan yang dikatakan orang secara individual. Kebergantungan (dependability) dilakukan untuk mengetahui situasi dalam penelitian dengan keadaan yang akan terjadi secara terus menerus. Kepastian (confirmability) dilakukan untuk membandingkan hasil wawancara reponden dengan isi suatu dokumen yang berkaitan dengan penelitian.
8. Sistematika Penulisan BAB I PENDAHULUAN
: memuat tentang latar belakang masalah rumusan masalah, tujuan penelitian, manfaat penelitian, definisi
operasional,
penelitian
dan
metode
sistematika
penulisan skripsi. BAB II LANDASAN TEORI
: memuat tentang strategi pembelajaran
yang
memuat
definisi, sejarah istilah strategi, macam strategi, definisi strategi, sejarah
strategi,
pengertian
definisi
guru,
tugas
guru,
guru,
Pendidikan Agama Islam, definisi kompetensi
pedagogi,
indikator
kompetensi pedagogi, komponen kompetensi
pedagogi,
urgensi
kompetensi pedagogi, serta strategi pengembangan
kompetensi
pedagogi bagi guru Pendidikan Agama Islam (PAI). BAB III HASIL PENELITIAN
: memuat tentang paparan data dan
temuan penelitian yang meliputi: gambaran Sudirman
umum Bancak
SMP
Islam
1
Kab.
Semarang (letak geografis, sejarah berdiri, profil, visi, misi dan tujuan, keadaan guru, karyawan dan
siswa
serta
sarana
dan
prasarana), strategi pengembangan kompetensi pedagogi guru PAI di SMP Islam Sudirman Bancak 1 Kab.
Semarang,
faktor-faktor
pendukung dan penghambat guru PAI
dalam
mengembangan
kompetensi pedagogi SMP Islam Sudirman
Bancak
1
Kab.
Semarang serta upaya guru PAI untuk mengatasi hambatan dalam mengembangkan
kompetensi
pedagogi di SMP Islam Sudirman Bancak 1 Kab. Semarang.
BAB IV ANALISIS PEMBAHASAN : memuat tentang analisis data
mengenai strategi pengembangan kompetensi pedagogi guru PAI dalam di SMP Islam Sudirman 1 Bancak faktor
Kab. Semarang, faktorpendukung
dan
faktor
penghambat bagi guru PAI dalam mengembangkan
kompetensi
pedagogi SMP Islam Sudirman Bancak 1 Kab. Semarang serta upaya guru PAI untuk mengatasi hambatan dalam mengembangkan kompetensi
pedagogi
di
SMP
Islam Sudirman Bancak 1 Kab. Semarang.
BAB V PENUTUP
: memuat tentang kesimpulan dan saran.
BAB II KAJIAN PUSTAKA G. Strategi Guru Pendidikan Agama Islam 1. Strategi a. Definisi Strategi 1) Strategi Menurut Bahasa Istilah strategi (strategy) berasal dari “kata benda” dan “kata kerja” dalam bahasa Yunani. Sebagai kata benda, strategos merupakan gabungan kata stratos (militer) dengan “ago” (memimpin). Sebagai kata kerja, stratego berarti merencanakan (to plan) (Majid, 2014a: 3). Selain itu strategi dari kata Yunani, juga dinamakan srategia yang berarti ilmu perang atau panglima perang. Strategi adalah suatu seni merancang operasi di dalam peperangan, seperti cara-cara mengatur posisi atau siasat berperang, angkatan darat atau laut. Strategia juga dapat diartikan sebagai suatu keterampilan mengatur kejadian atau peristiwa (Hardini, 2012:11). 2) Strategi menurut Istilah Strategi dalam Kamus Bahasa Indonesia (2007:1092) adalah rencana cermat mengenai kegiatan untuk mencapai sasaran khusus. Menurut kamus The American heritage Dictionary dalam Madjid (2014a: 3) mengemukakan bahwa strategy is the science or art of ‘military command as applied to averall planning and conduct of largescale combat operations.
Madjid (2014a:3) mendefinisikan strategi adalah suatu pola yang direncanakan dan ditetapkan secara sengaja untuk melakukan kegiatan atau tindakan. Strategi mencakup tujuan kegiatan, siapa yang terlibat dalam kegiatan, isi kegiatan, proses kegiatan, dan sarana yang menunjang kegiatan. Secara umum strategi mempunyai pengertian suatu garis-garis besar haluan untuk bertindak dalam usaha mencapai sasaran yang telah ditentukan. Berkaitan dengan belajar mengajar, strategi bisa diartikan sebagai pola-pola umum kegiatan guru dan anak didik dalam perwujudan kegiatan belajar mengajar untuk mencapai tujaun yang telah digariskan (Hardini dan Puspita, 2012:11). Strategi dalam penelitian ini adalah suatu rencana yang disusun secara tepat agar mencapai tujuan yang diinginkan dalam proses pembelajaran. b. Sejarah Istilah Strategi Istilah strategi pada awalnya digunakan dalam dunia militer yang diartikan sebagai cara penggunaan seluruh kekuatan militer untuk memenangkan suatu peperangan. Sekarang, istilah strategi banyak digunakan dalam berbagai bidang kegiatan yang bertujuan memperoleh kesuksesan atau keberhasilan dalam mencapai tujuan tercapai (Majid, 2014a:3). Sebuah
peperangan
atau
pertempuran,
terdapat
seseorang
(komandan) yang bertugas mengatur strategi untuk memenangkan peperangan. Semakin hebat strategi yang digunakan (selain kakuatan
pasukan perang), semakin besar kemungkinan untuk menang. Sebuah perang disusun dengan mempertimbangkan medan perang, kekuatan pasukan, perlengkapan perang dan sebagainya. Seiring berjalannya waktu, istilah “strategi” di dunia militer tersebut diadopsi ke dalam dunia pendidikan. Konteks pendidikan, strategi digunakan untuk mengatur siasat agar dapat mencapai tujuan dengan baik. Dengan kata lain, strategi dalam konteks pendidikan dapat dimaknai sebagai perencanaan yang berisi serangkaian kegiatan yang didesain untuk mencapai tujuan pendidikan (Suyadi, 2013: 13). 2. Strategi Guru Pendidikan Agama Islam (PAI) a. Strategi Kompetensi Pedagogi Upaya peningkatan kompetensi guru khususnya kompetensi pedagogi harus dilakukan oleh semua pihak, baik dari guru maupun kepala sekolah/lembaga
pendidikan.
Maka,
ada
dua
upaya
peningkatan
kompetensi pedagogi guru yang sangat mempengaruhi satu sama lain, yaitu upaya yang dilakukan guru dan upaya yang dilakukan oleh kepala sekolah/lembaga pendidikan yang bersangkutan. Upaya peningkatan kompetensi pedagogi guru di sekolah dalam proses belajar mengajar antara lain: 1)
Guru mengikuti organisasi-organisasi keguruan.
2)
Mengikuti kursus kependidikan Upaya
Lembaga
Pendidikan/
meningkatkan kompetensi pedagogi guru:
(a) Mengadakan Lokakarya (Workshop)
Kepala
Sekolah
dalam
(b) Mengadakan Penataran Guru. (c) Memotivasi Guru untuk Membuat Karya Tulis Ilmiah (d) Memberikan Penghargaan (rewards) (e) Mengadakan Supervisi (f) Mengadakan Rapat Sekolah (Anisa, Jurnal Administrasi Pendidikan: 2014) Menurut Hendyat dalam skripsi Afifah (2010:14-16) untuk mengembangkan profesi guru, ada dua jalan yang dapat ditempuh, yaitu melalui pengembangan diri guru itu sendiri dan melalui pengembangan secara lembaga. 1)
Pengembangan Diri Ada beberapa cara dan usaha yang dapat dilakukan oleh guru
dalam mengembangkan profesinya, antara lain: berusaha memahami tujuan pendidikan dan pengajaran secara jelas dan konkrit, berusaha memahami dan memilih bahan pengajaran sesuai tujuan. Agar profesi guru dapat dikembangkan maka harus berusaha memahami problem minat,
dan
kebutuhan
dalam
proses
belajar
subyek
didik,
mengorganisasi bahan dan pengalaman belajar, berusaha memahami, menyeleksi,
dan
menerapkan
metode
pembelajaran,
berusaha
memahami dan sanggup membuat, mendayagunakan berbagai alat pelajaran. Dimana guru harus berusaha membimbing dan mendorong kemajuan pertumbuhan dan perkembangan belajar subyek didik, mampu menilai program dan hasil pembelajaran yang telah tercapai.
Guru sebaiknya mengadakan penilaian diri sendiri (self evaluation) untuk melihat kekurangan dan keberhasilan pelaksanaan tugasnya, berusaha membaca-baca buku-buku yang relevan dengan tugas profesinya (professional reading), berusaha mengembangkan diri dengan menulis karya ilmiah di berbagai media (professional writing). Guru yang ingin menambah wawasannya maka guru mengadakan pertemuan antar sejawat dan dengan ahli lain dalam mengembangkan wawasan keilmuan dan wawasan proses dan strategi pembelajaran (individual conference), berusaha melakukan percobaan-percobaan atau inovasi yang ditemukan atau strategi pembelajaran baru. 2) Pengembangan Kelembagaan Pengembangan kelembagaan dalam hal ini dimana guru itu harus berusaha mengembangkan profesinya agar dapat bekerja secara profesional dengan cara yaitu penugasan guru-guru dalam bidang tugasnya dan dalam mengikuti pertemuan-pertemuan pertumbuhan jabatan (assigment of teacher), kegiatan dan pertemuan dalam organisasi profesional (professional organization). Apabila guru mengikuti pertemuan-pertemuan, guru akan bertambah pengalamannya dan bisa terlibat secara langsung dalam suatu lembaga atau intervisitation (perlibatan dalam kepanitiaan-kepanitiaan), mengajar yang didemonstrasikan (demonstration teaching), kunjungan kelembagaan atau instansi/ tempat yang dapat dijadikan medan studi bagi para guru dan pimpinan.
Adanya kunjungan tersebut menjadikan guru lebih paham untuk mengembangkan kemampuannya
potensi-potensi dengan
cara
yang
dimilikinya
mengembangkan
sesuai
curriculum
dengan laboratory
(laboratorium yang dirancang untuk mengembangkan pengetahuan dan kemampuan dalam rangka aplikasi kurikulum dalam proses pembelajaran) dan professional library (disediakan perpustakaan agar didayagunakan oleh guru untuk mengembangkan profesinya). Demikian juga dengan sharing of experiences (tukar menukar pengalaman antar guru yang penyelenggaraannya dirancang oleh lembaga atau
atas
inisiatif
guru-guru
sendiri),
workshop
(lokakarya
yang
diselenggarakan dengan maksud meningkatkan profesi guru), panel discussion (guru-guru mengikuti diskusi panel diberbagai kesempatan), symposium (guruguru mengikuti symposium diberbagai kesempatan). Salah satu lembaga yang biasa diikuti oleh guru PAI adalah Musyawarah Guru Mata Pelajaran (MGMP). MGMP adalah “wadah kegiatan professional untuk membina hubungan kerjasama secara koordinatif dan fungsional antara sesama guru yang bertugas di SMP, SMA, MTs maupun MA” sesuai dengan instansi pendidikan masing-masing. Pengertian yang lain MGMP adalah wadah tempat kegiatan para anggota MGMP untuk melaksanakan musyawarah dalam upaya peningkatan kemampuan dan keterampilan mengajar. Pada MGMP ini guru dapat berdiskusi untuk mencari solusi dalam memecahkan masalah-masalah yang dihadapi dalam pengelolaan kegiatan belajar. (MGMP PAI KOTA KEDIRI, http//:mgmpkediri.wordpress.com download tanggal 22 Januari 2014).
MGMP intinya adalah musyawarah sebagai proses interaksi edukatif. Prinsip musyawarah ini sangat ditekankan dalam islam sehingga harus senantiasa di tegakkan, karena dengan musyawarah itulah, manusia saling memberi kesempatan dan saling menerima pendapat, sekaligus sebagai pemenuhan hak-hak sesama manusia. Untuk itu, Allah berfirman dalam QS:3 (Ali imran);159 : Artinya:…, “dan bermusyawaratlah dengan mereka dalam urusan itu. Kemudian apabila kamu telah membulatkan tekad, maka bertawak kallah kepada Allah. Sesungguhnya Allah menyukai orang-orang yang bertawakkal kepada-Nya”.(Q.S. Ali Imran :159)
Ayat tersebut menekankan pentingnya musyawarah dalam segala urusan, termasuk MGMP sebagai suatu wadah bagi para guru untuk saling bertukar pikiran, pengalaman dan dapat digunakan untuk berdiskusi dalam rangka memecahkan berbagai persoalan yang berkaitan dengan tugas guru khususnya permasalahan didalam kelas, dan disinilah guru bisa dengan mudah dapat menemukan pengetahuan yang dapat membantu dalam pelaksanaan tugas secara lebih efektif. Berdasarkan beberapa pengertian di atas dapat disimpulkan bahwa MGMP adalah suatu lembaga yang anggotanya adalah semua guru mata pelajaran di suatu daerah berdasarkan instansi pendidikan yang diampunya, juga sebagai wadah untuk bersaling tukar pikiran dan memecahan masalah yang ada sehingga lebih mudah dapat menemukan solusinya yang dapat membantu dalam pelaksanaan tugas secara lebih efektif. Guru yang sudah mengikuti banyak kelembagaan maka bisa mengembangkan profesinya dengan membuat penerbitan buletin atau
majalah atau surat kabar, penyelenggaraan kursus-kursus, pemyelenggaraan penataran-penataran, konseling yang diberikan kepada guru baik secara individual maupun secara kelompok, pertemuan umpan balik bergelombang berdasarkan pada masalah dan tema yang telah diberikan sebelumnya, pengembangan progaram testing dan pola-pola baru secara bersama, penyenggaraan penelitian-penelitian yang diikuti oleh para guru. b. Definisi Guru
1) Pengertian Guru Guru merupakan komponen yang paling menentukan dalam system pendidikan secara keseluruhan, yang harus mendapat perhatian sentral, pertama dan utama. Guru mempunyai peranan penting di tengah-tengah kehidupan masyarakat. Masyarakat akan mengalami kemajuan dan pembaharuan dari masa ke masa, karena masyarakat akan bersaing untuk menggapai taraf kehidupan yang lebih baik. Sehingga guru sangat dibutuhkan dalam kehidupan masyarakat karena guru dapat memberikan pencerahan, kemajuan pola pikir masyarakat menjadi lebih maju. Bahri (2005:31) mengemukakan guru dalam pandangan masyarakat adalah orang yang melaksanakan pendidikan di tempattempat tertentu, tidak mesti di lembaga pendidikan formal, tetapi bisa di masjid, di surau/mushola, di rumah, dan lain sebagainya. Guru
menempati
kedudukan
terhormat
di
masyarakat.
Kewibawaanlah yang menyebabkan guru dihormati, sehingga masyarakat tidak meragukan figur guru.
Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (2001:330), guru adalah orang yang pekerjaan, mata pencaharian atau profesinya mengajar. Usman (1998:5) mengungkapkan guru adalah jabatan atau profesi yang memerlukan keahlian khusus sebagai guru. Pekerjaan ini bisa dilakukan oleh orang yang tidak memiliki keahlian untuk melakukan kegiatan atau pekerjaan sebagai guru. Untuk menjadi guru diperlukan syarat-syarat tertentu, apalagi sebagai guru yang professional harus menguasai betul seluk-beluk pendidikan dan pengajaran dengan berbagai ilmu pengetahuan lainnya yang perlu dibina dan dikembangkan melalui masa pendidikan tertentu atau pendidikan pra-jabatan.
Oleh karena itu, guru menempati
komponen paling utama dalam kegiatan profesi di sekolah formal maupun non formal. Guru (dalam bahasa jawa) adalah seseorang yang harus digugu dan harus ditiru oleh semua muridnya. Harus digugu artinya segala sesuatu yang disampaikan olehnya senantiasa dipercaya dan diyakini sebagai kebenaran oleh semua muridnya. Segala ilmu pengetahuan yang datangnya dari sang guru dijadikan sebagai sebuah kebenaran yang tidak perlu dibuktikan atau diteliti lagi. Seorang guru juga harus ditiru, artinya seorang guru menjadi suri tauladan bagi semua muridnya. Mulai dari cara berpikir, cara bicara, hingga cara berperilaku sehari-hari (Nurdin,2010:17).
Dalam proses pembelajaran di kelas guru adalah sentral yang menentukan, merancang, melaksanakan sera mengevaluasi kegiatan belajar mengajar sehingga dapat mencapai tujuan pembelajaran karena guru langsung berhadapan dengan pesera didik. 2) Tugas Guru Guru dalam Islam adalah orang yang bertanggung jawab terhadap perkembangan anak didik dengan mengupayakan seluruh potensinya, baik potensi afektif, potensi kognitif, maupun psikomotorik.
Guru
berarti
bertanggung
jawab
dalam
perkembangan jasmani dan ruhanianya agar mencapai tingkat kedewasaan, serta mampu berdiri sendiri dalam memenuhi tugasnya sebagai hamba Allah. Allah berfirman dalam Q.S, Ali Imran 3;164: Sesunguhnya Allah telah memberi karunia kepada orang yang beriman ketika Allah mengutus di antara mereka seorang Rasul dari golongan mereka sendiri yang membacakan kepada mereka ayat-ayat Allah, membersihkan jiwa mereka, dan mengajarkan mereka alkitab dan al-hikmah. Dan sesungguhnya sebelum kedatangan Nabi itu, mereka benar-benar dalam kesesatan yang nyata. Berdasarkan ayat di atas, dapat ditarik kesimpulan tugas utama menurut ayat tersebut antara lain: a)
Penyucian, yakni pengembangan, pembersihan dan pengangkatan jia kepada pencipta-Nya, menjauhkan diri dari kejahatan dan menjaga diri agar tetap berada pada fitrah.
b)
Pengajaran, yakni pengalihan berbagai pengetahuan dan akidah kepada akal dan hati kaum Muslim agar mereka merealisasikan dalam tingkah laku kehidupan (Nurdin,2010:128).
Berdasarkan uraian di atas, jelas bahwa tugas guru dalam Islam tidak hanya mengajar dalam kelas, tetapi juga sebagai norm dragger (pembawa norma) agama di tengah-tengah masyarakat. Guru mempunyai kekuasaan untuk membentuk dan membangun kepribadian anak didik menjadi seseorang yang berguna bagi agama, nusa, dan bangsa. Tugas guru tidak hanya sebagai suatu profesi akan tetapi juga mempunyai tugas dalam pengabdian antara lain (Bahri, 2005:37): a)
Tugas guru sebagai suatu profesi antara lain mendidik, mengajar, dan melatih anak didik. Mendidik berarti meneruskan dan mengembangkan nilai-nilai hidup kepada anak didik. Tugas guru sebagai pengajar berarti meneruskan dan mengembangkan ilmu pengetahuan dan teknologi kepada anak didik. Sedangkan tugas guru sebagai pelatih berarti mengembangkan ketrampilan dan menerapkannya dalam kehidupan demi masa depan anak didik.
b)
Tugas guru dalam kemanusiaan, guru harus terlibat dalam kehidupan di masyarakat dengan interaksi social. Guu harus menanamkan nilai-nilai kemanusiaan kepada anak didik. Dengan begitu anak didik dididik agar mempunyai sifat kesetiakawanan sosial.
c)
Tugas guru dalam kemasyarakatan, guru mempunyai tugas mendidik dan mengajar masyarakat untuk menjadi warga negara Indonesia yang bermoral Pancasila.
Oleh karena itu, tugas guru tidak hanya bertanggung jawab di lingkungan sekolah saja, tetapi guru juga mempunyai tugas dalam pengabdian kemanusiaan, kemasyarakatan.Sehingga guru sebagai konjungsi (penghubung) antara sekolah dan masyarakat. c. Pendidikan Agama Islam 1) Pengertian Pendikan Agama Islam Islam adalah ketetapan Allah yang diturunkan melalui nabi Muhammad SAW untuk disampaikan kepada umatnya di muka bumi agar mereka beribadah kepada-Nya. Penanaman kepada Tuhan hanya bisa dilakukan melalui proses pendidikan di rumah, di sekolah, maupun di lingkungan masyarakat. Oleh karena itu, Pendidikan Agama Islam berperan penting dalam mendukung kebutuhan manusia sehingga mampu melahirkan manusia yang menjadi khalifah di bumi ini. Menurut Baharuddin Pendidikan Agama Islam adalah usaha sadar dan terencana dalam menyiapkan peserta didik untuk mengenal, memahami, menghayati, hingga mengimani ajaran Islam, dibarengi dengan tuntunan untuk menghormati penganut agama lain dalam hubungannya dengan kerukunan antar-umat beragama hingga terwujud kesatuan dan persatuan bangsa (Baharuddin, 2010:192) Menurut Majid Pendidikan Agama Islam adalah upaya sadar dan terencana dalam menyiapkan pesert didik untuk mengenal, memahami,
menghayati, hingga mengimani, bertakwa, dan berakhlak mulia dalam mengamalkan ajaran agama Islam dari sumber utamanya kitab suci AlQur’an dan Al-Hadis, melalui kegiatan bimbingan, pengajaran, latihan, serta penggunaan pengalaman (Majid, 2014b:11). Daradjat mengemukakan dalam Madjid (2014b:12) Pendidikan Agama Islam adalah suatu usaha untuk membina dan mengasuh peserta didik agar senantiasa dapat memahami kandungan ajaran Islam secara menyeluruh, menghayati makna tujuan, yang pada akhirnya dapat mengamalkan serta menjadikan Islam sebagai pandangan hidup (way of life). Berdasarkan
pengertian diatas, dapat disimpulkan bahwa
Pendidikan Agama Islam adalah suatu usaha yang dilakukan untuk membentuk manusia sesuai kodratnya sebagaimana yang terkandung dalam Al-Qur’an yaitu sebagai khalifah di muka bumi sesuai dengan ajaran Agama Islam. 2) Tujuan dan Fungsi Pendidikan Agama Islam Tujuan pendidikan agama Islam pada hakikatnya sama dan sesuai dengan tujuan diturunkannya agama Islam yaitu untuk membentuk manusia yang muttaqin yang rentangnya berdimensi infinitium (tidak terbatas menurut jangkauan manusia), baik secara lincar maupun secara algoritmik (berurutan secara logis). Adapun tujuan pendidikan agama Islam antara lain: a) Membentuk manusia Muslim yang dapat melaksanakan ibadah mahdah
b) Membentuk manusia Muslim yang, disamping dapat melaksanakan ibadah mahdah, juga dapat melaksanakan ibadah muamalah dalam kedudukannya sebagai anggota masyarakat. c) Membentuk warga negara yang bertanggung jawab kepada Allah, penciptanya. d) Membentuk dan mengembangkan tenaga professional yang siap dan terampil atau setengah terampil untuk memungkinkan memasuki teknostruktur masyarakat. e) Mengembangkan tenaga ahli di bidang ilmu (agama dan ilmu-ilmu Islami lainnya (Bahruddin,2010: 192-193) Menurut kurikulum PAI fungsi Pendidikan Agama Islam di sekolah/madrasah keimanan
melalui
bertujuan pemberian
menumbuhkan dan
dan
meningkatkan
memupukkan
pengetahuan,
penghayatan, pengalaman peserta didik tentang Agama Islam sehingga menjadi manusia muslim yang terus berkembang dalam hal keimanan, ketakwaan, berbangsa dan bernegara, serta untuk dapat melanjutkan pada jenjang yang lebih tinggi (Majid,2014b:16). Pendidikan Agama Islam untuk sekolah/ madrasah berfungsi sebagai berikut: (a) Pengembangan, yaitu meningkatkan keimanan dan ketakwaan peserta didik kepada Allah Swt. Yang telah ditanamkan dalam lingkungan keluarga. Pada dasarnya dan pertama-tama kewajiban menanamkan keimanan dan ketakwaan dilakukan oleh setiap orang tua
dalam
keluarga.
Sekolah
berfungsi
untuk
menumbuh
kembangkan lebih lanjut dalam diri anak melalui bimbingan, pengajaran, dan pelatihan agar keimanan dan ketakwaan tersebut dapat berkembang secara optimal sesuai dengan berkembang secara optimal sesuai dengan tingkat perkembangan. (b) Penanaman niali, sebagai pedoman hidup mencari kebahagiaan hidup dunia dan akhirat. (c) Penyesuaian mental, yaitu untuk menyesuaikan diri dengan lingkungannya baik lingkungan fisik maupun lingkungan sosial dapat mengubah lingkungannya sesuai dengan ajaran agama Islam. (d) Perbaikan,
yaitu
untuk
memperbaiki
kesalahan-kesalahan,
kekurangan-kekurangan, dan kelemahan-kelemahan peserta didik dalam keyakinan, pemahaman, dan pengalaman ajaran dalam kehidupan sehari-hari. (e) Pencegahan,
yaitu
untuk
menangkal
hal-hal
negatif
dari
lingkungannya atau dari budaya lain yang dapat membahayakan dirinya dan
menghambat perkembangannya menuju manusia
Indonesia seutuhnya. (f) Pengajaran tentang ilmu pengetahuan kegamaan yang secara umum (alam nyata dan nirmyata), sistem dan fungsionalnya. (g) Penyaluran, yaitu untuk menyalurkan anak-anak yang memiliki bakat khusus di bidang Agama Islam agar bakat tersebut dapat berkembang secara optimal sehingga dapat dimanfaatkan untuk dirinya sendiri dan bagi orang lain.
Oleh karena itu, Pendidikan Agama Islam sangat penting keberadaannya karena Pendidikan Agama Islam merupakan suatu upaya atau proses, pencarian, pembentukan, dan pengembangan sikap dan perilaku
untuk
mencari,
mengembangkan,
memelihara,
serta
menggunakan ilmu dan perangkat teknologi atau keterampilan demi kepentingan manusia sesuai ajaran Islam. H. Kompetensi Pedagogi 1. Pengertian Kompetesi pedagogi
Kompetensi
dalam Kamus
Besar Bahasa
Indonesia
adalah
kewenangan (kekuasaan) untuk menentukan (memutuskan) sesuatu (KBHI, 1989: 453). Kompetensi utama yang harus dimiliki guru agar pembelajaran yang dilakukan efektif dan dinamis adalah kompetensi pedagogi. Guru harus belajar secara maksimal untuk menguasai kompetensi pedagogi secara teori dan praktik (Ma‟mur, 2009:59). Dalam Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 14 Tahun 2005 tentang Guru dan Dosen, pasal 10 dijelaskan bahwa: “ yang dimaksud kompetensi pedagogi adalah kemampuan mengelola pembelajaran peserta didik (Redaksi, 2006:44). Sedangkan Kompetensi pedagogi yang dijelaskan dalam standar nasional pendidikan pasal 28 ayat (3) butir a bahwa Kompetensi pedagogi adalah kemampuan mengelola pembelajaran peserta didik yang meliputi pemahaman terhadap peserta didik, perancangan dan pelaksanaan pembelajaran, evaluasi hasil belajar, dan pengembangan peserta didik untuk mengaktualisasikan berbagai potensi yang dimilikinya (Mulyasa, 2008:75).
Kompetensi pedagogi juga dapat diartikan tentang pemahaman guru terhadap anak didik, perencanaan, pelaksanaan pembelajaran, evaluasi hasil belajar, dan pengembangan anak didik untuk mengaktualisasikan sebagai potensi yang dimilikinya (Wibowo dan Hamrin, 2012:110). Menurut Permendiknas nomor 17 tahun 2007, kompetensi pedagogi guru mata pelajaran terdiri atas 37 buah kompetensi yang dirangkum dalam 10 kompetensi antara lain: a. Menguasai karakteristik peserta ddidik dari aspek fisik, moral, spiritual, sosial, kultural, emosional, dan intelektual; b. Menguasai teori balajar dan prinsip-prinsip pembelajaran yang mendidik c. Mengembangkan kurikulum yang terkait dengan mata pelajran yang diampu; d. Menyelenggarkan kurikulum pembelajaran yang mendidik; e. Memanfaatkan tekhnologi informasi dan komunikasi untuk kepentingan pembelajaran ; f.
Memfasilitasi
pengembangan
potensi
peserta
didik
untuk
mengaktualisasikan berbagai potensi yang dimiliki; g. Berkomunikasi secara efektif, empatik, dan santun dengan peserta didik; h. Menyelenggarakan penilaian dan evaluasi proses dan hasil belajar; i.
Memanfaatkan hasil penelitian
dan evaluasi untuk kepentingan
pembelajaran; j.
Melakukan
tindakan
reflektif
pembelajaran(Ma’mur, 2009:65-66).
untuk
peningkatan
kualitas
Kompetensi pedagogi berarti kemampuan guru dalam mengelola kelas agar sesuai dengan tujuan pendidikan dengan mengaktualisasikan semua kemampuan yang dimiliknya. Sehingga, guru harus mempunyai kualitas diatas rata-rata kerena guru secara langsung dituntut untuk berwawasan luas, mengelola kelas sebaik mungkin serta mengetahui kondisi psikologi siswa.
Kunci keberhasilan pendidikan tidak hanya
terletak pada guru saja akan tetapi menjadi tanggung jawab bersama-sama dengan peserta didik. 2. Indikator Kompetensi Pedagogi
Menurut Permendiknas Nomor 16 Tahun 2007 dalam Ma‟mur (2009:65), kompetensi pedagogi guru terdiri atas 37 buah kompetensi, yang dirangkum dalam 10 kompetensi inti, yaitu: a. Menguasai karakteristik peserta didik dari aspek fisik, moral, spiritual, sosial, kultural, emosional,dan intelektual b. Menguasai teori belajar dan prinsip-prinsip pembelajaran yang mendidik c. Mengembangkan kurikulum yang terkait dengan mata pelajaran yang diampu d. Menyelenggarakan pembelajaran yang mendidik e. Memanfaatkan teknologi informasi dan komunikasi untuk kepentingan pembelajaran f. Menfasilitasi
pengembangan
potensi
peserta
mengaktualisasikan berbagai potensi yang dimiliki
didik
untuk
g. Berkomunikasi secara efektif, empatik, dan santun dengan peserta didik h. Menyelenggarakan penilaian dan evaluasi proses dan hasil belajar i. Memanfaatkan hasil penilaian dan evaluasi untuk kepentingan pembelajaran j. Melakukan tindakan reflektif untuk peningkatan kualitas pembelajaran Komponen
pedagogi
sebagaimana
keterangan
diatas
adalah
kompetensi pertama yang harus dikuasai dan dipraktikkan guru dalam proses belajar mengajar. Lebih lanjut, dalam RPP tentang guru (Mulyasa, 2008:75) dikemukakan bahwa kompetensi pedagogi guru merupakan kemampuan guru dalam mengolah pembelajaran peserta didik yang sekurang-kurangnya meliputi : 1. Pemahaman Wawasan atau Landasan Kependidikan Pemahaman terhadap peserta didik merupakan salah satu
kompetensi pedagogik yang harus dimilki guru. Guru merupakan manajer dalam pembelajaran, yang bertanggung jawab terhadap perencanaan, pelaksanaan, dan penilaian perubahan atau perbaikan program
pembelajaran.
Guru
diharapkan
membimbing
dan
mengarahkan pengembangan kurikulum dan pembelajaran secara efektif, serta melakukan pengawasan dalam pelaksanaannya. 2. Pemahaman terhadap peserta didik Pemahaman terhadap peserta didik merupakan salah satu kompetensi pedagogik yang harus dimilki guru. Sedikitnya terdapat empat hal yang harus dipahami guru dari peserta didiknya, yaitu tingkat
kecerdasan, kreativitas, cacat fisik, dan perkembangan
kognitif
(Mulyasa, 2008:79). Selain itu guru juga harus mengetahui karakteristik setiap individu peserta didik sehingga dapat dengan mudah melakukan pendekatan
dengan
pembelajaran
secara
peserta efektif.
didik
agar
Hal
ini,
dapat
melaksanakan
pembelajaran
dapat
diverisifikasikan atau diperluas, diperdalam, dan disesuaikan dengan keberagamaan kondisi dan kebutuhan, baik yang menyangkut kemampuan peserta didik maupun potensi lingkungan. Pemahaman terhadap peserta didik merupakan salah satu kompetensi pedagogi yang harus dimiliki guru. Sedikitnya terdapat empat hal yang harus dipahami guru dari peserta didiknya, yaitu : a. Tingkat Kecerdasan Ada 3 tingkatan kecerdasan bagi peserta didik, antara lain: 1) Tingkat terendah adalah mereka yang memiliki IQ antara 0-50, mereka tergolong tak dapat dididik atau dilatih. 2) Tingkat menengah adalah mereka yang memiliki IQ antara 5070 dan dikenal dengan golongan moron, yaitu keterbatasan atau keterlambatan mental. 3) Tingkat atas adalah mereka yang memiliki IQ antara 90-110, mereka biasa belajar secara normal, cepat mengerti, dan superior. b. Kreativitas
Kreatifitas
dikembangkan
dengan
penciptaan
proses
pembelajaran yang memungkinkan peserta didik mengembangkan kreativitasnya. Secara umum guru diharapkan menciptakan kondisi yang baik, yang memungkinkan setiap peserta didik dapat mengembangkan kreativitasnya, antara lain dengan teknik kerja kelompok kecil, penugasan dan mensponsori pelaksanaan proyek. Kreativitas dapat dikembangkan dengan memberi kepercayaan, komunikasi yang bebas, pengarahan diri dan pengawasan yang tidak terlalu ketat. c.
Kondisi Fisik Kondisi fisik berkaitan dengan penglihatan, pendengaran, kemampuan berbicara, pincang (kaki), dan lumpuh karena karusakan otak. Terhadap peserta didik yang memiliki kelainan fisik diperlukan sikap dan layanan yang berbeda dalam rangka membantu perkembangan pribadi mereka.
3. Pengembangan kurikulum/silabus Guru memiliki kemampuan mengembangkan kurikulum pendidikan nasional yang disesuaikan dengan kondisi spesifik lingkungan sekolah. Pendidikan yang terjadi dalam lingkungan sekolah sering disebut pendidikan formal, sebab sudah memiliki rancangan pendidikan berupa kurikulum tertulis yang tersusun secara sistematis, jelas, dan rinci. Pelaksanaannya, dilakukan pengawasan dan penilaian untuk mengetahuitingkat pencapaian kurikulum
tersebut.
Peranan kurikulum dalampendidikan formal di sekolah
sangatlah
strategis
dan
menentukan
bagi
tercapainya
tujuan
pendidikan. Kurikulum juga memiliki kedudukan danposisi yang sangat sentral dalam keseluruhan proses pendidikan, bahkankurikulum merupakan syarat mutlak dan bagian yang tak terpisahkan dari pendidikan itu sendiri. Sebagai program pendidikan yang telah direncanakan secara sistematis, kurikulum mengemban peranan yang sangat penting bagi pendidikan
siswa.
Dalam
kegiatan
pengembangan
kurikulum
membutuhkan perencanaan dan sosialisasi, agar pihak-pihak terkait memiliki persepsi dan tindakan yang sama. Sedangkan dalam pendidikan itu sendiri identik interaksi antara guru dan peserta didik untuk mencapai tujuan-tujuan pendidikan. Pengembangan KTSP mengacu pada SI dan SKL dan berpedoman pada panduan penyusunan kurikulum yang disusun oleh BSNP, serta memperhatikan pertimbangan komite sekolah/madrasah. Penyusunan KTSP untuk pendidikan khusus dikoordinasi dan disupervisi oleh dinas pendidikan provinsi, dan berpedoman pada SI dan SKL serta panduan penyusunan kurikulum yang disusun oleh BSNP. Prinsip-prinsip yang harus ada dalam pengembangan KTSP berdasarkan
BSNP
adalah
perkembangan,kebutuhan,
dan
pertama,
berpusat
kepentingan
pada
peserta
potensi,
didik
dan
lingkungannya. Kurikulum dikembangkan berdasarkan prinsip bahwa peserta didik memiliki posisi sentral untuk mengembangkan kompetensinya agar menjadi manusia yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri dan menjadi warga negara yang demokratis serta bertanggung jawab. Untuk mendukung pencapaian tujuan tersebut pengembangan kompetensi peserta didik disesuaikan dengan potensi, perkembangan, kebutuhan, dan kepentingan peserta didik serta tuntutan lingkungan. Memiliki posisi sentral berarti kegiatan pembelajaran berpusat pada peserta didik. Kedua, beragam dan terpadu.
Kurikulum dikembangkan
dengan memperhatikan keragaman karakteristik peserta didik, kondisi daerah, jenjang dan jenis pendidikan, serta menghargai dan tidak diskriminatif terhadap perbedaan agama, suku, budaya, adat istiadat, status social ekonomi, dan gender.
Kurikulum meliputi substansi
komponen muatan wajib kurikulum, muatan lokal, dan pengembangan diri
secara
terpadu,
serta
disusun
dalam
keterkaitan
dan
kesinambungan yang bermakna dan tepat antar substansi. Ketiga, tanggap terhadap perkembangan ilmu pengetahuan, teknologi dan seni. Kurikulum dikembangkan atas dasar kesadaran bahwa ilmu pengetahuan, teknologi dan seni yang berkembang secara dinamis. Oleh karena itu, semangat dan isi kurikulum memberikan
pengalaman belajar peserta didik untuk mengikuti dan memanfaatkan perkembangan ilmu pengetahuan, teknologi, dan seni. Keempat, Pengembangan
relevan kurikulum
dengan dilakukan
kebutuhan
kehidupan.
dengan
melibatkan
stakeholdersuntuk menjamin relevansi pendidikan dengan kebutuhan kehidupan, termasuk di dalamnya kehidupan kemasyarakatan, dunia usaha dan dunia kerja. Oleh karena itu, pengembangan keterampilan pribadi, keterampilan berpikir, keterampilan sosial, keterampilan akademik, dan keterampilan vokasional merupakan keniscayaan. Kelima, menyeluruh dan berkesinambungan.
Substansi
kurikulum mencakup keseluruhan dimensi kompetensi, bidang kajian keilmuan dan mata pelajaran yang direncanakan dan disajikan secara berkesinambungan antar semua jenjang pendidikan. Keenam, belajar sepanjang hayat. Kurikulum diarahkan kepada proses pengembangan, pembudayaan, dan pemberdayaan peserta didik yang berlangsung sepanjang hayat. Kurikulum mencerminkan keterkaitan antar unsur-unsur pendidikan formal, nonformal, dan informal dengan memperhatikan kondisi dan tuntutan lingkungan yang selalu berkembang serta arah pengembangan manusia seutuhnya. Ketujuh, kepentingan
seimbang
daerah.
antara
kepentingan
Kurikulum
nasional
dikembangkan
dan
dengan
memperhatikan kepentingan nasional dan kepentingan daerah untuk membangun kehidupan bermasyarakat, berbangsa, dan bernegara.
Kepentingan nasional dan kepentingan daerah harus saling mengisi dan memberdayakan sejalan dengan motto Bhineka Tunggal Ika dalam kerangka Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI). Pengembangan silabus dapat dilakukan oleh para guru secara mandiri atau kelompok dalam sebuah sekolah atau beberapa sekolah, kelompok Musyawarah Guru Mata Pelajaran (MGMP), atau Pusat Kegiatan Guru (PKG), dan Dinas Pendidikan. Silabus disusun secara mandiri oleh guru apabila guru yang bersangkutan mampu mengenali karakteristik peserta didik, kondisi sekolah dan lingkungannya. Apabila guru mata pelajaran karena sesuatu hal belum dapat melaksanakan pengembangan silabus secara mandiri, maka pihak sekolah dapat mengusahakan untuk membentuk kelompok guru mata pelajaran untuk mengembangkan silabus yang akan digunakan oleh sekolah tersebut. Ada beberapa prinsip yang harus diperhatikan dalam menyusun silabus, antara lain: a. Ilmiah, yaitu keseluruhan materi dan kegiatan yang menjadi muatan dalam silabus harus benar dan dapat dipertanggung jawabkan secara keilmuan. b. Relevan, yaitu cakupan, kedalaman, tingkat kesukaran dan urutan penyajian
materi
dalam
silabus
sesuai
dengan
tingkat
perkembangan fisik, intelektual, sosial, emosional, dan spiritual peserta didik
c. Sistematis, yaitu komponen-komponen silabus saling berhubungan secara fungsional dalam rangka mencapai kompetensi. d. Konsisten, yaitu adanya hubungan yang konsisten antar kompetensi dasar, indikator, materi pokok, kegiatan belajar sumber belajar, dan sistem penilaian. e. Memadai, yaitu cakupan indikator, materi pokok, kegiatan belajar, sumber belajar, dan sistem penilaian cukup untukmenunjang pencapaian kompetensi dasar. f.
Aktual dan kontekstual, yaitu cakupan indikator, materi pokok kegiatan
belajar,
sumber
belajar,
dan
sistem
penilaian
memperhatikan perkembangan ilmu, teknologi, dan seni mutakhir dalam kehidupan nyata, dan peristiwa yang terjadi. g.
Fleksibel,
yaitu
keseluruhan
komponen
silabus
dapat
mengakomodasi keragaman peserta didik, pendidik, serta dinamika perubahan yang terjadi di sekolah dan tuntutan masyarakat. Pemilihan media, bahan ajar, dan kegiatan pembelajaran dapat mengakomodasi. h. Menyeluruh, yaitu komponen silabus mencakup keseluruhan ranah kompetensi (kognitif, afektif, dan psikomotor) (Ma‟mur, 2009:8384). 4. Perancangan pembelajaran Perancangan
pembelajaran
merupakan
salah
satu
kompetensi pedagogi yang harus dimiliki guru, yang akan bermuara
pada pelaksanaan pembelajaran. Dalam perencanaan pembelajaran sedikitnya mencakup tiga kegiatan, yaitu identifikasi kebutuhan, perumusan kompetensi dasar, dan penyusunan program pembelajaran (Mulyasa, 2008:100). Menurut Wibowo dan Hamrin (2012:111) guru yang mampu merancang pembelajaran dengan baik, memiliki karaterisik berupa menerapkan teori belajar dan pembelajaran yang mencakup: a) Membedakan teori belajar behavioristik, kognitif, konstruktivistik, sosial, atau yang lain, dan menerapakan teori belajar tersebut dalam pembelajaran fakta, konsep, prosedur, dan prinsip. b) Menentukan strategi pembelajaran berdasarkan keberadaan anak didik, kompetensi yang ingin dicapai, dan materi ajar yang mencakup deskripsi berbagai strategi pembelajaran dan memilih strategi pembelajaran yang berkaitan dengan karakteristik anak didik, kompetensi yang ingin dicapai, dan materi ajar. c) Menyusun rancangan pembelajaran berdasarkan strategi pembelajaran yang telah dipilih mencakup: (a) menyusun silabus dan rencana pembelajaran; (b) merancang kerangka pengalaman belajar (tatap muka, terstruktur, dan mandiri); (c) memilih dan mengorganisasikan materi dan bahan ajar; (d) memilih dan merancang media dan sumber belajar yang diperlukan, dan (e) membuat rancangan evaluasi proses dan penilaian hasil belajar.
5.
Pelaksanaan pembelajaran yang mendidik dan dialogis
Dalam Rencana Peraturan Pemerintah tentang Guru, bahwa guru harus memiliki kompetensi untuk melaksanakan pembelajaran yang mendidik dan dialogis. Pelaksanaan pembelajaran harus berangkat dari proses dialogis antar sesama subjek pembelajaran, sehingga melahirkan pemikiran kritis dan komunikasi. Tanpa komunikasi tidak akan ada pendidikan sejati. Pembelajaran yang mendidik dan dialogis merupakan respon terhadap praktek pendidikan anti realitas, diharapkan dapat merangsang masyarakat dalam menghadapi tema-tema realitas lingkungan.
Dalam pembelajaran, tugas utama guru adalah
mengkondisikan lingkungan agar menunjang terjadinya perubahan perilaku dan pembentukan kompetensi peserta didik. Rencana
pelaksanaan
pembelajaran
pada
hakikatnya
merupakan perencanaan jangka pendek untuk memperkirakan apa yang
akan
dilaksanakan
dalam
pembelajaran.
Perencanaan
pembelajaran merupakan upaya untuk memperkirakan tindakan yang harus
dilakukan
dalam
kegiatan
pembelajaran.
Rencana
pembelajaran dikembangkan dengan mengkoordinasikan komponenkomponen pembelajaran yang meliputi: kompetensi dasar, materi standar, indikator hasil belajar, dan penilaian. Unsur-unsur yang perlu diperhatikan dalam penyusunan rencana pelaksanaan pembelajaran adalah:
a) Mengacu pada kompetensi dan kemampuan dasar yang harus dikuasai siswa, serta materi dan submateri pembelajaran,pengalaman belajar yang telah dikembangkan di dalam silabus. b) Menggunakan berbagai pendekatan yang sesuai dengan materi yang memberikan kecakapan hidup sesuai dengan permasalahan dan lingkungan sehari-hari. c) Menggunakan metode dan media yang sesuai, yang mendekatkansiswa dengan pengalaman langsung. d) Penilaian dengan sistem pengujian menyeluruh dan berkelanjutan didasarkan pada sistem pengujian yang dikembangkan selaras dengan pengembangan silabus (Kunandar, 2011: 265).
6.
Pemanfaatan teknologi pembelajaran Penggunaan teknologi dalam pendidikan dan pembelajaran (e-learning) dimaksudkan untuk memudahkan atau mengefektifkan kegiatan pembelajaran. Teknologi sangat penting untuk memacu semangat anak didik, sehingga anak didik merasa tidak ketinggalan zaman, merasakan spirit modernisasi, dan berusaha untuk mampu menguasainya secara cepat dan dinamis. Dengan demikian, penguasaan guru terhadap pemanfaatan
teknologi pembelajaran
dapat dijadikan sebagai salah satu indikator standard dan sertifikasi kompetensi guru. 7.
Evaluasi hasil belajar (EHB) Untuk dapat menentukan tercapainya tidaknya tujuan pembelajaran,
perlu
dilakukan
usaha
atau
tindakan
penilaian/evaluasi. Evaluasi adalah kegiatan yang terencana untuk mengetahui keadaan suatu objek dengan menggunakan instrumen dan membandingkan hasilnya dengan tolok ukur untuk memperoleh kesimpulan (Pupuh dan Sutikno,2007:75). Guru
memiliki
kemampuan
untuk
mengevaluasi
pembelajaran yang dilakukan meliputi perencanaan, respon anak, hasil
belajar
anak,
metode
dan
pendekatan.
Untuk
dapat
mengevaluasi, guru harus dapat merencanakan penilaian yang tepat, melakukan pengukuran dengan benar, membuat kesimpulan dan solusi secara akurat. 8.
Pengembangan peserta didik Pengembangan
peserta
didik
merupakan
bagian
dari
kompetensi pedagogi yang bertujuan untuk mengaktualisasikan berbagai potensi yang dimiki oleh peserta didik. Kemampuan guru dalam pengembangan potensi anak didik memiliki karakteristik sebagai berikut: memfasilitasi anak didik untuk mengembangkan berbagai potensi akademik dengan membimbing anak didik mengembangkan karya kreatif dan inovatif, membimbing anak didik mengembangkan bakat dan minat, mendorong anak didik untuk melakukan
proses
belajar
lanjut, sedangkan
untuk
mengembangkan potensi anak didik pada non akademis dengan membimbing anak didik mengembangkan iman dan takwa dan keterampilan sosial (Wibowo dan Hamrin, 2012:113).
Pengembangan peserta didik dapat dilakukan oleh guru melalui berbagai cara, antara lain melalui kegiatan ekstrakulikuler, pengayaan, dan remedial serta bimbingan konseling (BK). 3. Komponen Kompetensi Pedagogi
Dalam lokakarya kurikulum pendidikan guru yang di selenggarakan oleh P3G, telah dirumuskan tentang unsur-unsur kompetensi pedagogi (Hamalik, 2002:44-45 ) di antaranya : a. Menguasai bahan ajar yakni menguasai bahan bidang studi dalam kurikulum sekolah, menguasai bahan pengayaan/penunjang studi. b. Mengelola program belajar mengajar yakni merumuskan tujuan instruksional, mengenal dan bisa pakai metode mengajar dan lain-lain yang dapat menunjang proses belajar mengajar. c. Mengelola kelas yakni mengatur tata ruang kelas dalam rangka CBSA dan menciptakan iklim belajar yang efektif. d. Menggunakan media yakni memilih dan mengggunakan media dengan membuat alat-alat bantu pelajaran sederhana. e. Menguasai landasan pendidikan. f. Merencenakan program pengajaran. g. Mengelola interaksi belajar mengajar. h. Memfasilitasi
pengembangan
potensi
peserta
didik
untuk
mengaktualisasikan berbagai potensi yang dimiliki. i. Menilai kemampuan prestasi siswa untuk kepentingan pembelajaran. j. Mengenal fungsi dan program bimbingan dan penyuluhan di sekolah.
k. Mengenal penyelengggaraan administrasi sekolah. l. Mampu memahami dan menafsirkan hasil–hasil penelitian pendidikan yang sederhana guna kemajuan pengajaran. 4. Urgensi Kompetensi Pedagogi
Masalah kompetensi guru merupakan urgen yang harus dimiliki oleh setiap guru dalam jenjang pendidikan apapun. Guru yang terampil mengajar tentu harus memiliki kemampuan mengelola pembelajaran yang baik. Guru yang baik dalam mengajar tentu harus pula memiliki karakter dan kepribadian yang baik. Sosok guru merupakan panutan bagi siswanya ketika di dalam sekolah dan panutan bagi msyarakat ketika di rumah. Kompetensi pedagogi guru sangat penting diterapkan dalam rangka penyelenggaraan unsur-unsur pendukung kompetensi pendidikan. Kompetensi pedagogi baik secara praktis maupun teoritis memiliki manfaat yang sangat penting, terutama dalam meningkatkan hasil belajar siswa melalui peningkatan kualitas guru (Mulyasa, 2008 : 191-194 ), di antaranya adalah : a. Kompetensi pedagogi sebagai alat untuk mengembangkan standar kompetensi guru. b. Kompetensi pedagogi sebagai alat seleksi penerimaan guru. c. Kompetensi pedagogi sebagai alat untuk pengelompokan guru. d. Kompetensi pedagogi sebagai bahan acuan dalam pengembangan kurikulum. e. Kompetensi pedagogi sebagai alat pembinaan guru.
f. Kompetensi pedagogik sebagai pendorong kegiatan dan hasil belajar Dari pendapat di atas jelas bahwa kompetensi pedagogi mempunyai peranan penting dalam peningkatan kualitas pembelajaran. Oleh karena itu, hendaknya setiap guru termasuk guru Pendidikan Agama Islam (PAI) mutlak menguasai kompetensi pedagogi. I.
Strategi Pengembangan Kompetensi Pedagogi Bagi Guru Pendidikan Agama Islam 1. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Upaya Pengembangan Kompetensi Pedagogi Guru
Dalam upaya untuk meningkatkan kompetensi guru, khususnya meningkatkan kompetensi pedagogi dalam proses belajar mengajar, maka faktor-faktor yang mempengaruhi sekaligus sebagai kendala yang dihadapi, antara lain sebagai berikut (Anisa,2014:72):
1. Latar Belakang Pendidikan Guru Guru yang memiliki latar belakang pendidikan keguruan telah mendapatkan bekal pengetahuan tentang pengelolaan kelas, proses belajar mengajar dan lain sebagainya, sedangkan guru yang belum mengambil pendidikan keguruan, dia akan merasa kesulitan untuk dapat meningkatkan kualitas keguruannya. 2. Pengalaman Guru Dalam Mengajar Bagi guru yang pengalaman mengajarnya baru beberapa tahun atau belum berpengalaman sama sekali, akan berbeda dengan guru yang berpengalaman mengajarnya telah bertahun-tahun.
3. Kesehatan Guru Guru yang sehat akan dapat mengerjakan tugas-tugas sebagai guru dengan baik, karena tugas-tugas itu menuntut energi yang cukup banyak. Terganggunya kesehatan guru akan mempengaruhi kegiatan proses belajar mengajar, terutama dalam meningkatkan kompetensinya. Jasmani yang sehat harus didukung rohani yang sehat pula, dengan mental dan jiwa yang sehat maka guru dapat menjaga keseimbangan kebutuhan jasmani dan rohani. 4. Penghasilan Guru Perbaikan kesejahteraan ekonomi akan menumbuhkan semangat kerja guru, sebaliknya ketika penghasilan atau gaji tidak mencukupi maka guru akan berupaya mencari tambahan penghasilan lain. 5. Sarana Prasarana Pendidikan Sarana pendidikan yang kurang memadai sehingga dapat menghambat pencapain tujuan pembelajaran. 6. Disiplin Dalam Bekerja Disiplin dalam lingkungan sekolah tidak hanya berlaku bagi siswa saja akan tetapi perlu diterapkan bagi kepala sekolah dan pegawai juga. Demikian juga disiplin kerja bagi guru sebagai salah satu pelaku pendidikan di sekolah. 7. Pengawasan Kepala Sekolah Pengawasan kepala sekolah bertujuan untuk pembinaan dan peningkatan kualitas pembelajaran yang dilakukan para guru dan
bersikap
fleksibel
dengan
memberi
kesempatan
kepada
guru
mengemukakan masalah yang dihadapinya serta diberi kesempatan kepada guru untuk mengemukakan ide demi perbaikan dan peningkatan hasil pendidikan. 2. Strategi Guru Pendidikan Agama Islam
Penggunaan strategi
dalam proses belajar mengajar sangat
diperlukan untuk mempermudah proses tersebut sehingga dapat mencapai hasil yang optimal. Tanpa strategi yang jelas, proses belajar mengajar tidak akan terarah sehingga tujuan pembelajaran yang telah ditetapkan sulit tercapai secara optimal. Bagi pengajar/guru, strategi dapat dijadikan pedoman dan acuan sistematis dalam pelaksanaan pembelajaran. Bagi peserta didik (pengguna strategi pembelajaran) dapat mempermudah proses belajar (Hardini dan Puspita, 2012:59) Strategi adalah sebuah konseptualisasi yang dinyatakan atau yang diimplikasi oleh pemimpin organisasi yang bersangkutan, berupa: 1. Sasaran-sasaran jangka panjang atau tujuan-tujuan organisasi tersebut. 2. Kendala-kendala luas dan kebijakan-kebijakan yang atau ditetapkan sendiri oleh sang pemimpin atau yang diterimanya dari pihak atasanya yang membatasi skop aktivitas-aktivitas organisasi yang bersangkutan. 3. Kelompok rencana-rencana dan tujuan-tujuan jangka pendek yang telah diterapkan dengan ekspetasi akan diberinya sumbangsih mereka dalam hal mencapai sasaran-sasaran organisasi tersebut.
Implikasi dari eksistensi strategi tersebut maka strategi dapat dikatakan sebagai sarana untuk mencapai tujuan akhir (sasaran) akan tetapi
strategi sendiri bukan sekedar suatu rencana. Strategi harus bersifat menyeluruh dan terpadu. Strategi dimulai dengan konsep penggunaan sumber daya organisasi secara paling efektif dalam lingkungan yang berubah-ubah. Strategi harus dilaksanakan secara efektif, sehingga rencana strategi dipadukan dengan masalah operasional. Dengan kata lain kemungkinan berhasil diperbesar oleh kombinasi perencanaan strategi yang baik pula. Berdasarkan pendekatannya Hill dan Jones meninjau strategi dari dua sisi yaitu:
a.
Pendekatan tradisional (the traditional approach)
Berdasarkan pendekatan ini strategi di pandang sebagai pola atau rencana yang mengintegrasikan tujuan utama orgaisasi, kebijakan-kebijakan tahapaan tindakan-tindakan yang mengarah pada keseluruhan yangbersifat kohesif atau saling terkait. b.
Pendekatan baru (the modern approach)
Pendekatan baru ini antara lain dikemukakan oleh mintazberg (1985) bahwa strategi merupakan pola di dalam arus keputusan atau tindakan. Lebih jauh Mintazberg menekankan bahwa strategi melibatkan lebih dari sekedar perencanaan seperangkat tindakan. Strategi juga ternyata melibatkan kesadaran bahwa strategi yang berhasil justru muncul dari dalam organisasi (Khomsatun, 2010:32).
Dalam praktiknya strategi pada kebanyakan organisasi merupakan kombinasi dari apa yang direncanakan dan apa yang terjadi. Berdasarkan tunjauan beberapa konsep strategi di atas, maka strategi organisasi dapat didefinisikan sebagai berikut: 1. Alat bagi organisasi untuk mencapai tujuan-tujuannya. 2. Seperangkat perencanaan yang dirumuskan oleh organisasi sebagai hasil pengkajian yang mendalam terhadap kondisi kekuatan, kelemahan internal serta peluang dan ancaman eksternal. 3. Pola arus dinamis yang diterapkan sejalan dengan keputusan dan tindakan yang dipilih oleh organisasi.
Terdapat empat model utama untuk meningkatkan mutu kompetensi guru di sekolah yaitu: Pertama, peningkatan melalui pendidikan dan pelatihan (off the job training). Guru dilatih secara individual maupun dalam kelompok untuk meningkatkan pengetahuan dan keterampilan terbaik dengan menghentikan kegiatan mengajarnya. Kegiatan pelatihan seperti ini memiliki keunggulan karena guru lebih terkonsentrasi dalam mencapai tujuan yang diharapkan. Namun demikian kegiatan seperti ini tidak dapat dilakukan dalam jangka waktu yang lama dan terlalu sering. Semakin sering pelatihan seperti ini dilakukan, semakin meningkat dampak kontra produktifnya terhadap efektivitas belajar siswa. Kedua, pelatihan dalam pelaksanaan tugas atau on the job training. Model ini dikenal dengan istilah magang bagi guru baru untuk mengikuti guru-guru yang sudah dinilai baik sehingga guru
baru dapat belajar dari seniornya. Pemagangan dapat dilakukan pada ruang lingkup satu sekolah atau pada sekolah lain yang memiliki mutu yang lebih baik. Ketiga, seperti yang dilakukan Jepang yang populer dengan istilah lesson studi. Kegiatan ini pada prinsipnya merupakan bentuk kolaborasi guru dalam memperbaiki kinerja mengajarnya dengan berkonsentrasi pada studi tentang dampak positif guru terhadap kinerja belajar siswa dalam kelas. Kelompok guru yang melakukan studi ini pada dasarnya merupakan proses kolaborasi dalam pembelajaran. Siswa dipacu untuk menunjukkan prestasinya, namun di sisi lain guru juga melaksanakan proses belajar untuk memperbaiki pelaksanaan tugasnya. Keempat, melakukan perbaikan melalui kegiatan penilitian tindakan kelas (PTK). Kegiatan ini dilakukan guru dalam kelas dalam proses pembelajaran. PTK dapat dilakukan sendiri dalam pelaksanan tugas, melakukan penilai proses maupun hasil untuk mendapatkan data mengenai prestasi maupun kendala yang siswa hadapi serta menentukan solusi perbaikan. Karena perlu ada
solusi perbaikan, maka PTK sebaiknya
dilakukan melalui beberapa putaran atau siklus sampai guru mencapai prestasi kinerja yang diharapkannya. Untuk mendukung sukses peningkatan kompetensi guru melalui berbagai empat model strategi di atas diperlukan: Tujuan pembelajaran harus jelas (guru perlu memahami benar-benar perilaku siswa yang guru harapkan sebagai indikator keberhasilan), indicator proses dan hasil pada
tiap tahap kegiatan terukur, melalui cara yang tertentu yang jelas siklusnya pentahapannya, jelas struktur pengorganisasian kegiatannya, memiliki pengukuran keberhasilan.
BAB III PAPARAN DATA DAN TEMUAN PENELITIAN A. Paparan Data SMP Islam Sudirman 1 Bancak Kabupaten Semarang Tahun 2015 1. Letak geografis SMP Islam Sudirman 1 Bancak
SMP Islam Sudirman Bancak berada di kelurahan Boto, Desa Boto Kecamatan Bancak Kabupaten Semarang. Lebih rincinya lokasi SMP Islam Sudirman 1 Bancak dapat ditampilkan pada tabel 3.1. Tabel 3.1 Sarana dan Prasarana SMP Islam Sudirman 1 Bancak No Arah Mata Angin Keterangan Sebelah Utara Berbatasan dengan Desa Nyemoh 1 Kecamatan Bringin Kab. Semarang Sebelah Timur Berbatasan dengan Desa Jlumpang 2 Kecamatan Bancak Kab. Semarang Sebelah Barat Berbatasan dengan Desa Wonokerto Kecamatan Bancak kab. 3 Semarang Sebelah Selatan Berbatasan dengan Desa Bancak 4 Kecamatan Bancak Kab. Semarang Sumber: Dokumentasi SMP Islam Sudirman 1 Bancak Berdasarkan data di atas bahwa SMP Islam Sudirman 1 Bancak sebelah utara berbatasan dengan Desa Nyemoh yang ditandai dengan adanya Tugu Desa Nyemoh. Sebelah timur berbatasan dengan Desa Jlumpang yang berbatasan dengan SDN Jlumpang, kemudian sebelah barat berbatasan dengan Desa Wonokerto yang berbatasan dengan balaidesa Wonokerto, serta sebelah selatan berbatasan dengan kantor Kecamatan Bancak. SMP Islam Sudirman 1 Bancak dengan luas tanah 3519 cm2, ditinjau dari letak geografis SMP Islam Sudirman 1 Bancak sangat strategis karena berada dijalur Kabupaten dan berada dipinggir jalan raya,
yang mudah di akses, dapat dilihat dan diketahui keberadaannya oleh masyarakat umum. Lokasi dan letak sangat mempengaruhi perkembangan dan perubahan kemajuan suatu sekolah. Bila lingkungan sekolah dan masyarakat
mendukung maka perkembangan dan peminat,
mempengaruhi
perubahan
jumlah
signifikan
siswanya
dan
akan akan
mengalami kemajuan pesat. 2. Sejarah SMP Islam Sudirman 1 Bancak
SMP Islam Sudirman 1 Bancak adalah salah satu sekolah swasta yang ada di Kabupaten Semarang dibawah naungan Dinas Pendidikan Kabupaten Semarang dan dipimpin oleh Yayasan Pusat Pendidikan Islam Sudirman (YAPPIS). SMP Islam Sudirman 1 Bancak berdiri dan beroperasi pada tahun 1980/1981 dengan nama SMP Islam Sudirman 2 Bringin dengan yayasan bernama Yayasan Islamic Centre Sudirman GUPPI. SMP Islam Sudirman 1 Bancak telah berganti nama beberapa kali, pada tahun 1994 SMP Islam Sudirman 1 Bancak berganti nama dari SMP Islam Sudirman 2 Bringin menjadi SLTP Islam Sudirman 2 Bringin. Seiring dengan perubahan kurikulum yang ada pada tahun 1999 dari SLTP Islam Sudirman 2 Bringin berganti nama menjadi SMP Islam Sudirman 2 Bringin kembali. Pada tahun 2001 dibangun gedung Kantor Kecamatan Bancak dan berdirilah Kecamatan Bancak pada tahun 2002. Kecamatan Bancak dan Desa Boto tempat SMP Islam Sudirman 2 Bringin berdiri adalah kawasan Kecamatan Bancak, maka pada tahun 2002
SMP Islam Sudirman 2 Bringin ini berganti nama menjadi SMP Islam Sudirman 1 Bancak sampai dengan sekarang dengan Yayasan Pusat Pendidikan Islam Sudirman (YAPPIS) sejak tahun 2008. 3. Visi dan Misi SMP Islam Sudirman 1 Bancak a. Visi SMP Islam Sudirman 1 Bancak
Visi SMP Islam Sudirman 1 Bancak yaitu: “Unggul dalam Prestasi Akademik dan Non Akaemik Berwawasan IPTEK dan Berdasarkan IMTAQ” b. Misi SMP Islam Sudirman 1 Bancak Misi SMP Islam Sudirman 1 Bancak yaitu: 1) Mewujudkan Pengembangan Kurikulum-kurikulum yang adaptif 2) Mewujudkan pengembangan tenaga pendidik dan kependidikan 3) Mengupayakan penyelenggaraan proses pembelajaran aktif, inovatif, kreatif, efektif dan menyenangkan 4) Mewujudkan peningkatan fasilitas pendidikan 5) Mewujudkan peningkatan kompetensi kelulusan 6) Mewujudkan manajemen berbasis sekolah yang tangguh 7) Memberdayakan peran serta masyarakatdalam peningkatan pembiayaan pendidikan yang memadai, wajar, dan adil 8) Meningkatkan pengembangan penilaian 9) Meningkatkan kualitas iman, taqwa serta akhlaqul karimah Sumber: Dokumentasi SMP Islam Sudirman 1 Bancak 4. Profil SMP Islam Sudirman 1 Bancak Tabel 3.2 Profil SMP Islam Sudirman 1 Bancak
a. Identitas Sekolah Nama Sekolah
SMP Islam Sudirman 1 Bancak
NPSN/NSS
20320212 / 204032217305
Jenjang Pendidikan
SMP
Status Sekolah
Swasta
b. Letak Sekolah Alamat
Jl. sultan Agung No. 172 Boto
RT/RW
1/1
Nama Dusun
Krasak
Desa/Kelurahan
Boto
Kode Pos
50772
Kecamatan
Bancak
c. Data Pelengkap Sekolah SK Pendirian Sekolah
9/ICS/PS/VII/80
Tanggal SK Pendirian
01-07-1980
Status Kepemilikan
Lainnya
SK Izin Operasional
9/ICS/PS/VII/80
Tanggal Izin Operasional
01-07-1980
Luas Tanah Milik
3519 m2
d. Kontak Sekolah Nomor Telepon
081325495222
Nomor Fax
0
E-mail
[email protected]
Sumber: SMP Islam Sudirman 1 Bancak
5. Keadaan Sarana dan Prasarana Sekolah Sarana dan prasarana di sekolah sangat diperlukan dalam menunjang kegiatan pada saat proses pembelajaran. Sarana dan prasarana diperlukan untuk membantu dan memperlancar jalannya proses pembelajaran sesuai dengan keadaan sekolah, sehingga diharapkan dapat meningkatkan mutu pendidikan sekolah. Sarana dan prasarana atau fasilitas yang dimiliki dalam konteks ini adalah segala sesuatu yang tersedia sebagai pelengkap aktivitas pendidikan di SMP Islam Sudirman 1 Bancak. Sarana dan prasarana dapat dilihat pada tabel 3.3.
No
Tabel 3.3 Sarana dan Prasarana SMP Islam Sudirman Bancak Sarana dan Prasarana Jumlah 1. Ruang Kepala Sekolah
1 Ruang
2. Ruang Guru
1 Ruang
3. Ruang Kelas
9 Ruang
4. Ruang Tata Usaha
1 Ruang
5. Ruang Bimbingan Konseling
1 Ruang
6. Ruang OSIS
1 Ruang
7. Perpustakaan
1 Ruang
8. Kamar Mandi (WC) Guru/Siswa
7 Ruang
9. Laboratorium Komputer
1Ruang Bersambung....
Sambungan.... 10. Laboratorium Multimedia
1 Ruang
11. Laboratorium IPA
1 Ruang
12. Masjid
1 Ruang
13. UKS Ruang
1 Ruang
14. Gudang
1 Ruang
15. Sekolah Kantin
2 Ruang
16. Koperasi Sekolah
1 Ruang
Sumber: Dokumentasi SMP Islam Sudirman 1 Bancak Sarana dan prasarana perlengkapan sekolah antara lain ditampilkan pada tabel 3.4 Tabel 3.4 Sarana dan prasarana perlengkapan sekolah SMP Islam Sudirman 1 Bancak No Jenis Barang Jumlah 1. Komputer
10 Unit
2. Almari
10 Unit
3. Guru Meja
10 Unit
4. Guru Kursi
10 Unit
5. Siswa Meja
195 Unit
6. Siswa Kursi
233 Unit
7. Tulis Papan
10 Unit
Rak8.Buku
10 Unit
Sumber: Dokumentasi SMP Islam Sudirman 1 Bancak 6. Struktur Organisasi Upaya pencapaian pendidikan yang sesuai dengan tujuan pendidikan yang optimal di dalamnya pasti didukung oleh organisasi yang baik. Organisasi adalah suatu badan yang dibentuk oleh lembaga yang bertugas mengatur segala urusan yang ada dalam lembaga, sehingga diperlukan kerjasama agar dapat mencapai tujuan yang diinginkan.
Adapun struktur organisasi SMP Islam Sudirman 1 Bancak adalah sebagai berikut:
Gambar 3.1 Bagan Struktur Organisasis SMP Islam Sudirman 1 Bancak Sumber: Dokumentasi SMP Islam Sudirman 1 Bancak 7. Pembagian Kerja a.
Kepala Sekolah
Kepala Sekolah berfungsi sebagai Edukator, Manager, Administrator,
Supervisor,
Leader,
Inovator
dan
Motivator
(EMASLIM). 1)
Kepala Sekolah selaku edukator bertugas melaksanakan proses pengajaran secara efektif dan efisien (lihat tugas guru).
2)
Kepala Sekolah selaku manajer mempunyai tugas antara lain: menyusun perencanaan, mengorganisasikan kegiatan, mengarahkan /
mengendalikan
kegiatan,
mengkoordinasikan
kegiatan,
melaksanakan
pengawasan,
menentukan
kebijaksanaan,
mengadakan rapat mengambil keputusan, mengatur proses belajar mengajar,
mengatur
administrasi,
katatausahaan,
kesiswaan,
ketenagaan, sarana prasarana, keuangan. 3)
Kepala sekolah administrasi
selaku administrator bertugas menyelenggarakan
mempunyai
tugas
perencanaan,pengorganisasian,
pengarahan dan pengendalian, pengkoordinasian, pengawasan, evaluasi, kurikulum, kesiswaan, ketatausahaan, ketenagaan, kantor, keuangan, perpustakaan, laboratorium, ruang keterampilan – kesenian,
bimbingan
konseling,
uks,
osis,
serbagun,
media
pembelajaran, gudang, 7k, sarana / prasarana dan perlengkapan lainnya. 4)
Kepala Sekolah selaku Supervisor bertugas menyelenggarakan supervisi mengenal: proses belajar mengajar, kegiatan bimbingan, kegiatan ekstrakulikuler, kegiatan kerja sama dengan masyarakat / instansi lain, kegiatan ketatausahaan, sarana dan prasarana, kegiatan osis, kegiatan 7k, perpustakaan, laboratorium, kantin / warung sekolah, koperasi sekolah, kehadiran guru, pegawai, dan siswa.
b. Wakil Kepala Sekolah
Menyusun perencanaan, membuat program kegiatan dan pelaksanaan program meliputi : pengorganisasian, pengarahan, ketenagaan, pengkoordinasian, pengawasan, penilaian, identifikasi dan pengumpulan data, penyusunan laporan c. Kurikulum
Kurikulum mempunyai tugas: menyusun dan menjabarkan kalender pendidikan, menyusun pembagian tugas guru dan jadwal pelajaran, mengatur penyusunan program pengajaran (program semester, program satuan pelajaran, dan persiapan mengajar, penjabaran dan penyesuaian kurikulum), mengatur pelaksanaan program penilaian kriteria kenaikan kelas, kriteria kelulusan dan laporan kemajuan belajar siswa serta pembagian raport dan sttb, mengatur pelaksanaan program perbaikan dan pengayaan, mengatur pemanfaatan lingkungan sebagai sumber belajar, mengatur pengembangan mgmp dan koordinator mata pelajaran, mengatur mutasi siswa, melaksanakan supervisi administrasi dan akademis, menyusun laporan. d. Kesiswaan Kesiswaan
mempunyai
tugas:
menyusun
program
pembinaan
kesiswaan/osis, membimbing, mengarahkan dan mengendalikan kegiatan siswa/osis dalam menegakkan disiplin dan tata tertib sekolah, mengatur pelaksanaan
bimbingan
konseling,
mengatur
dan
mengkoordinasikan
pelaksanaan 7K (keamanan, kebersihan, ketertiban, keindahan, kekeluargaan, kesehatan dan kerindangan), mengatur dan membina program kegiatan osis meliputi kepramukaan, palang merah remaja (PMR), kelompok ilmiah remaja (KIR), usaha kesehatan sekolah (UKS), patroli keamanan sekolah (PKS) paskibra, mengatur pelaksanaan kurikuler dan ekstra kurikuler, menyusun dan mengatur pelaksanaan pemilihan siswa teladan sekolah, menyelenggarakan cerdas cermat, olah raga prestasi serta menyeleksi calon untuk diusulkan mendapat beasiswa.
e. Hubungan dengan Masyarakat (Humas) Hubungan dengan masyarakat terhadap sekolah mempunyai peran sebagai berikut: 1) Mengatur dan mengembangkan hubungan dengan Komite Sekolah dan peran Komite Sekolah. 2) Menyelenggarakan pameran hasil pendidikan di sekolah (gebyar seni). 3) Mengatur hubungan sekolah dengan orang tua/wali siswa. 4) Membina hubungan antara sekolah dengan instansi lainnya. 5) Memberikan penjelasan tentang kebijaksanaan sekolah, situasi dan perkembangan sekolah kepada orang tua siswa dan atau masyarakat. 6) Mengkoordinir kegiatan silaturahmi, rekreasi dan acara kekeluargaan 7) Menyusun laporan. f. Guru Guru mempunyai tugas sebagai berikut: 1)
Membuat
Perangkat
program
pengajaran
(Silabus,
Program
tahunan/semester, Program Rencana Pengajaran,Program mingguan guru, LKS) 2)
Melaksanakan kegiatan pembelajaran
3)
Melaksanakan kegiatan Penilaian PRoses Belajar, Ulangan Harian, Ulangan Umum, Ujian Akhir.
4)
Melaksanakan analisis hasil ulangan harian.
5)
Menyusun dan melaksanakan program perbaikan dan pengayaan.
6)
Mengisi daftar nilai siswa.
7)
Melaksanakan kegiatan membimbing (pengimbasan pengetahuan) kepada guru lain dalam proses kegiatan belajar mengajar.
8)
Membuat alat pelajaran / alat peraga.
9)
Menumbuh kembangkan sikap menghargai karya seni.
10) Mengikuti kegiatan pengembangan dan pemasyarakatan kurikulum. 11) Melaksanakan tugas tertentu di sekolah. 12) Mengadakan pengembangan program pengajaran yang menjadi tanggung jawabnya. 13) Membuat catatan tentang kemajuan hasil belajar. 14) Mengisi dan meneliti daftar hadir siswa sebelum memulai pelajaran. 15) Mengatur keberhasilan ruang kelas dan pratikum. 16) Mengumpulkan
dan
menghitung
angka
kredit
untuk
kenaikan
perangkatnya. g. Wali Kelas 1) Pengelolaan kelas 2) Penyelenggaraan administrasi kelas meliputi : Denah tempat duduk siswa, Papan absensi siswa, Daftar pelajaran kelas, Daftar piket kelas,Buku absensi siswa, Buku kegiatan pembelajaran/buku kelas, Tata tertib siswaPenyusunan pembuatan statistik bulanan siswa 3) Pengisian daftar kumpulan nilai (legger) 4) Pembuatan catatan khusus tentang siswa 5) Pencatatan Mutasi siswa 6) Pengisian buku laporan penilaian hasil belajar. 7) Pembagian buku laporan hasil belajar.
h. Guru Bimbingan dan Konseling 1) Penyusunan program dan pelaksanaan bimbingan dan konseling 2) Koordinasi dengan wali kelas dalam rangka mengatasi masalah-masalah yang dihadapi oleh siswa tentang kesulitan belajar. 3) Memberikan layanan dan bimbingan kepada siswa agar lebih berprestasi dalam Kegiatan belajar. 4) Memberikan saran dan pertimbangan kepada siswa dalam memperoleh gambaran tentang lanjutan pendidikan dan lapangan pekerjaan yang sesuai. 5) Mengadakan penilaian pelaksanaan Bimbingan dan Penyuluhan. 6) Menyusun Satatistik hasil penilaian B.K 7) Melaksanakan kegiatan analisis hasil evaluasi belajar 8) Menyusun dan melaksanakan program tindak lanjut Bimbingan dan Konseling 9) Menyusun laporan pelaksanaan Bimbingan dan Konseling
8. Data Guru Jumlah Guru SMP Islam Sudirman 1 Bancak, berjumlah 16 Guru. 1 Staf keamanan, 1 Staf kebersihan, dan 1 Staf Tata Usaha. Gambaran secara detail dapat dilihat pada tabel 3.5 di bawah ini. Tabel 3.5 Guru dan Staf Pembantu SMP Islam Sudiraman 1
No 1. 2. 3.
Nama Drs. H. Mustakim Sunarto, S.Ag Kumaedi, S.Pd.Ing
Guru Mata Pelajaran
Tambahan
Pendidikan Agama Islam (PAI) Kepala Sekolah Pendidikan Agama Islam (PAI) Wakil Kepsek Bahasa Inggris Wali Kelas IX B
4. 5. 6. 7. 8. 9. 10. 11. 12. 13. 14. 15. 16. 17. 18. 19.
Elya Himawati, S.Ag Dra. Hj. Siti Zulaikah Ari Nur Farida, S.E Makali, A.Md
Pendidikan Agama Islam (PAI) Pendidikan Agama Islam (PAI) Ilmu Pengetahuan Sosial (IPS) Teknologi Informasi dan Komunikasi (TIK) Irmawati, S.Si Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) Eko Sulistanto, S.Pd Pendidikan Jasmani Olahraga dan Kesehatan Suratna, S.Pd Pendidikan Kewarganegaraan (PKn) Wiwik Maizunanik, Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) S.Ag Siti Kongidah, S.Pd Matematika Ana Mustaghfiroh, Matematika S.Pd Ariyanti Hidayati, Ilmu Pengetahuan Sosisal S.E (IPS) Paryati, S.PdI Bahasa Arab Zulfatu Nikmah, Bahasa Indonesia S.Pd Sunanik Staf Tata Usaha (TU) M. Dalali Staf Keamanan M. Rochim Staf Kebersihan
Wali Kelas VII C Wali Kelas IX A Wali Kelas VIII C Bendahara Wali Kelas VIII A Wali Kelas VIII D Kepala Tata Usaha
Wali Kelas VII B Wali Kelas VII A
Sumber: Sarana dan prasarana SMP Islam Sudirman 1 Bancak 9. Keadaan Siswa Jumlah siswa SMP Islam Sudirman 1 Bancak pada tahun 2014/2015 berjumlah 217 terdiri dari 112 laki-laki dan 105 perempuan. Secara umum, keadaan murid-murid SMP Sudirman 1 Bancak ini baik, latar belakang masingmasing murid memang berbeda-beda. Murid SMP Islam sudirman 1 Bancak terserap dari berbagai kalangan keluarga, ada yang dari keluarga petani, buruh dan sebagian kecil dari keluarga Pegawai Negeri Sipil (PNS). Murid-murid siswa SMP Islam Sudirman 1 Bancak mayoritas berasal dari sekolah SD/MI yang wilayahnya tidak jauh dari SMP Islam Sudirman 1 Bancak. Jadi, bisa dikatakan murid-murid SMP Islam Sudirman 1 Bancak masih dalam ruang lingkup 1 Kecamatan sehingga dapat dipantau oleh guru dan orang tua. Melalui kerjasama
guru dan orang tua yang baik maka akan menciptakan akhlak baik. Adapun secara keseluruhan siswa SMP Islam Sudirman 1 Bancak ini berjumlah 217. B. Temuan Penelitian 1. Profil Responden a. Mustakim (MS)
MS merupakan kepala sekolah SMP Islam Sudirman 1 Bancak sekaligus guru Pendidikan Agama Islam. Lahir di Kab. Semarang pada tanggal 6 Februari 1960 silam. Semasa kuliah beliau aktif mengikuti organisasi PMII dan PII pada masa itu. Beliau lulus dari IAIN Walisongo cabang Salatiga pada tahun 1989, Menjadi Kepala Sekolah menurut MS merupakan amanat yang sangat besar ditanggungnya saat ini. Baik yang berupa tanggung jawab yang sangat besar, kebijakan-kebijakan yang strategis ada ditangannya. Berkaitan dengan sistem yang ada di dalam maupun diluar sekolah. Kebijakan kepala sekolah yang menjadi acuan dalam menjalankan pendidikan yang berdasarkan agama. SMP Islam Sudirman merupakan sekolah yang di bawah naungan Dinas Pendidikan, sehingga kebijakan yang diprioritaskan MS yaitu menciptakan sekolah yang berprestasi, religius dan menyenangkan. Salah satu kebijakan MS dalam ruang lingkup religius yaitu MS menerapkan shalat dhuha berjamaah, shalat dhuhur berjamaah serta setiap hari jum‟at mengadakan yasinaan bersama. Menurut bapak
MS jika suatu saat siswa siswi sudah lulus akan mendapatkan bekal agama sebagai tiang hidup siswa. b.
Sunarto (SN)
SN merupakan aktor penting di SMP Islam Sudirman 1 Bancak ini. Kontribusi beliau sangat besar dalam menjalankan penerapan kurikulum di SMP Islam Sudirman 1 Bancak, karena SN merupakan wakil kepala sekolah sekaligus wakil kurikulum yang juga guru Pendidikan Agama Islam Sudirman 1 Bancak. Beliau lahir di Kab. Semarang tepatnya tanggal 2 Oktober 1975 silam. Beliau lulus dari IAIN Walisongo pada tahun 1999. SN juga menekankan pembiasaan yang telah di programkan oleh kepala sekolah.
c.
Elya Himawati (EH)
EH adalah seorang guru PAI yang sekaligus sebagai guru pendamping bimbingan konseling. EN berpendapat bimbingan konseling pada peserta didik harus didampingi dengan pendidikan agama, selain memberikan pengajarannya EH juga memantau tingkah laku anak agar sesuai dengan syariat agama Islam. d.
Siti Zulaikah (SZ)
SZ adalah seorang guru PAI yang mempunyai peran penting dalam
memfasilitasi anak
manambah
wawasannya
dengan
membaca. SZ kontribusinya dalam hal tersebut sangat berperan
penting karena SZ memegang amanat sebagai kepala perpustakan SMP Islam Sudirman 1 Bancak. Beliau lahir di Kab. Semarang tepatnya tanggal 2 Juni 1965 silam. Beliau berpandangan bahwa kata kunci murid sukses di sekolah adalah dengan rajin membaca buku, karena dengan membaca buku kita akan lebih dekat dengan dunia. 2. Hasil Wawancara Berdasarkan hasil pengamatan dan penelitian di SMP Islam Sudirman 1 Bancak oleh peneliti. Di temukan beberapa penerapan strategi pengembangan kompetensi pedagogi, faktor pendukung dan faktor penghambat dalam mengembangkan kompetensi pedagogi guru PAI serta upaya guru PAI untuk mengatasi hambatan dalam mengembangkan kompetensi pedagogi, beberapa di antaranya dikemukakan oleh responden, yaitu sebagai berikut: a.Bagaimana
strategi
pengembangan
kompetensi
pedagogi
guru
pendidikan agama Islam di SMP Sudirman 1 Bancak? Strategi pengembangan diri dan kelembagaan kompetensi pedagogi PAI menurut kepala sekolah (MS) merangkap guru mata pelajaran PAI mengemukakan strategi pengembangan kompetensi pedagogi PAI :
“strategi pengembangan kompetensi pedagogi menurut saya penting mbak.. saya dari jurusan keguruan saya memahami dulu tentang kompetensi pedagogi. Strategi pengembangan saya dalam pelajaran PAI, berusaha meluangkan waktu saya untuk membaca buku yang berkaitan dengan mata pelajaran PAI sehingga dapat mendukung dalam pembelajaran PAI.
Saya aktif mengikuti MGMP di Kab. Semarang, Provinsi dan membandingkan dengan yang ada di sekolah lain, tetapi untuk mengikuti seminar dan sejenisnya itu biasanya menunggu undangan,soalnya juga tidak tentu tetapi ya.. itu jarang terkadang 1 tahun sekali. Selain itu, jangka waktu tertentu saya sebagai kepala sekolah mengundang lembaga pendidikan, kemudian guru saya kumpulkan supaya mendapat arahan dan materi-materi, dengan begitu guru akan merasa di perhatikan (wawancara, MS. 28/2/2015)”. Sependapat dengan bapak kepala sekolah, SZ mengemukakan bahwa strategi pengembangan kompetensi pedagogi menurut SZ yang sebagai kepala perpustakaan SMP Islam Sudirman 1 Bancak berpendapat: “kalo selama ini untuk meningkatkan strategi niku wau nggeh cetho niku mbak... membaca buku, mengikuti kegiatan MGMP, work shop, seminar dan mengikuti penataran, pelatihan-pelatihan tingkat kabupaten, dan provinsi. Kalo studi banding itu pernah mbak teng smp lain waktu mau akreditasi dan ya bisa terpacu dengan kegiatan itu. Nggeh yang paling penting niku ngeten mbak dari diri sendiri itu harus terpacu secara pribadi untuk aktif bertanya kalian belajar dan melakukan penilaian diri sendiri (wawancara, SZ. 5/2/2015)” Pendapat lain juga di ungkapkan oleh bapak SN sebagai guru PAI sekaligus waka kurikulum mengungkapkan strategi pengembangan kompetensi pedagogi bahwa: “ Strategi apa ya mbak.... soalnya kalau PAI itu kurikulumnya masih ganti-ganti mbak, sebelumnya pake kurikulum 2013 trus berubah kembali lagi ke kurikulum KTSP sekarang ke kurikulum 2013 lagi. Kalo saya kalo ngajar ya ngajar aja mbk di sesuaikan RPP, di kaitkan faktual-faktual di lapangan dengan materi jadine ya.. terkadang anak saya jelasin sudah faham.. yang paling penting itu anak mau sholat, ngaji itu..saya sudah senang. (wawancara, SN. 4/2/2015)” Sependapat dengan bapak SN, ibu EH guru PAI sekaligus guru pendamping bimbingan konseling di SMP Islam Sudirman 1 Bancak mengungkapkan bahwa:
“Strategi pengembangan menurut saya begini mbak.. berhubung sekarang kurikulum sudah kembali ke kurikulum 2013 strategi saya... masih terkendala kurikulum mbk. Ya.. salah satunya mengikuti MGMP kalo biasanya yang rayon tingkat kabupaten Semarang. Tapi, kalo saya yang paling penting mengajarkan materi anak faham, mampu menerapkan salah satunya di sini menerapkan aturan shalat dhuha berjamaah, shalat dhuhur berjamaah itu sudah seneng bagi saya mbak berarti anak mempunyai kesadaran sendiri (wawancara. EH. 5/2/2015)”
Berdasarkan hasil wawancara di atas dapat disimpulkan bahwa strategi pengembangan dirin dan kelembagaan guru PAI SMP Islam Sudirman 1 Bancak dalam mengembangkan kompetensi pedagogi yaitu dengan membaca buku tentang teori belajar, memotivasi diri sendiri,melakukan penilaian terhadap diri sendiri, mengikuti MGMP,studi banding dan mengikuti pertemuan sejawat. b. Apa Faktor pendukung bagi Guru PAI
dalam mengembangkan
kompetensi pedagogi di SMP Islam Sudirman 1 Bancak ?
1) Apa faktor pendukung guru dalam mengembangkan wawasan atau landasan kependidikan? Faktor pendukung bagi guru dalam mengembangkan wawasan
atau
landasan
kependidikan,
bapak
MS
mengemukakan? “. . tetap aktif membaca buku faktor pendukungnya ya beli buku tentang teori belajar, aktif mengikuti MGMP menjelang ujian, melaporkan hasil MGMP dengan pertemuan sejawat, juga harus benar-benar dikosongkan waktunya untuk mengikuti panataran selain itu saya mendengarkan lewat media tentang hal-
hal yang berkaitan tentang teori belajar dan prinsipprinsip pembelajaran dan itu mbak kalo pembelajaran PAI dengan membaca kitab karena hadisnya juga ada carilah ilmu sampai akhir hayat karenakan kita diwajibkan menuntut ilmu di dalam kandungan kita juga sudah belajar. (wawancara. MS. 5/2/2015)” Sependapat dengan bapak MS, ibu SZ mengemukakan bahwa faktor pendukung dalam mengembangkan wawasan atau landasan pendidikan yaitu: “membaca buku karena saya kesehariaannya berada di perpus jadi saya apabila ada waktu luang tidak ngajar saya gunakan untuk membaca buku, selama ini yang terlibat mengikuti kegiatan MGMP,mengikuti penataran, pelatihan-pelatihan yang dilaksanakan tingkat kabupaten, provinsi, dan seminar yang ditawarkan dari luar selain itu faktor pendukungnya ya.. dari pihak sekolah memberikan semangat pada setiap guru untuk aktif mengikuti kegiatan keorganisasian (wawancara, SZ. 5/2/2015)” Pendapat bapak SN tentang faktor pendukung dalam mengembangkan wawasan atau landasan pendidikan di kemukakan di bawah ini: “Apa ya.. mbak. .. contohnya saya mengikuti keorganisasian melalui MGMP, membaca buku pendukungnya di sini perpus lengkap mbak. sehingga dapat menambah wawasan secara langsung mbak. selain itu juga mencari si internet tentang teori belajar dan prinsip-prinsip pembelajaran supaya tidak kalah dengan guru-guru muda (wawancara, SN. 4/3/2015)”. Pendapat dari EH bahwa faktor pendukung dalam mengembangkan wawasan atau landasan pendidikan yaitu: “ itu mbak. .dari pihak sekolah setiap 1 minggu sekali memberikan semacam wejangan bagaimana guru itu harus menguasai teori dan prinsip pembelajaran. Jadi,
saya lebih termotivasi untuk membaca buku dan mengikuti organisasi guru yang sering terlibat ya MGMP mbak (wawancara, EH. 5/2/2015)” 2) Apa faktor pendukung bagi guru dalam mengembangkan pemahaman terhadap peserta didik Bapak MS menangggapi faktor pendukung dalam mengembangkan pemahaman terhadap peserta didik bahwa: “ ya.. kalo tingkat kecerdasan anak, tingkat kreatifitas dan pertumbuhan dan perkembangan anak didik secara khusus saya kurang tau mbak.. kalo secara umum ya.. dari keseharian siswa selain itu berdasarkan nilai rapot mbk. Kalo faktor pendukungnya saya kaitkan dengan tingkat keseriusan siswa anak dalam mengikuti pelajaran, biasanya anak yang IQnya tinggi dia akan serius mengikuti pelajaran sedangkan sebaliknya anak yang IQnya kurang dalam mengikuti pelajaran fokusnya kurang. Saya kira semakin IQ anak itu tinggi tingkat keseriusannya juga akan tinggi. Sedangkan untuk perkembangan dan pertumbuhan kognitif anak saya melakukan kesepakatan untuk memantau anak itu dengan guru BK mbak Selain itu setiap hari di sini menerapkan shalat dhuha, dan shalat dhuhur berjamaah serta setiap hari jum‟at diadakan yasinan dengan begitu guru dapat memahami karakteristik peserta didik (wawancara, MS. 5/3/2015)” Pendapat bapak SN tentang faktor pendukung dalam mengembangkan
pemahaman
terhadap
peserta
didik
mengungkapkan: “kalau saya menyadarinya dengan daya tangkap anak berbeda-beda itu kunci saya untuk memahami kecerdasan, kretifitas anak mbak. Ya.. salah satunya disini didukung dengan adanya peraturan dari sekolah untuk mengikuti shalat dhuhur dan dhuha berjamaan dengan begitu guru dapat memahami peserta didik (wawancara, SN. 4/3/2015)”.
Pendapat lain dari ibu SZ menggungkapkan tentang faktor pendukung mengembangkan pemahaman terhadap peserta didik: “pendukungnya apa ya mbak.. kalo guru pasti tau tingkat kecerdasan, kreatifitas dan perkembangan kognitif anak karenai hampir setiap hari memperhatikan peserta didik di dalam kelas seperti keaktifan siswa mengerjakan tugas kemudian melihat dari nilai ulangan (wawancara, SZ.5/3/2015)”. Ibu EH mengungkapkan tentang faktor pendukung dalam mengembangkan pemahaman terhadap peserta didik bahwa: “gini.. kalo saya memahami peserta didik, guru harus mempunyai kemampuan lebih.. misalnya mengkondisikan anak lebih serius. Saya di sini juga merangkap menjadi guru pendamping bimbingan konseling jadi saya memahami anak dengan selalu diarahkan, apabila anak kurang memahami maka saya memberikan pengarahan terhadap anak didik. Dari itu saya dapat memahami peserta didik (wawancara, EH. 5/3/2015)” 3) Apa faktor pendukung bagi guru dalam mengembangkan kurikulum/silabus? Faktor pendukung bagi guru dalam mengembangkan kurikulum/silabus menurut bapak MS: “untuk sekarang pembelajaran PAI kembali ke K-13.. ya..mengembangkannya, sama seperti yang saya katakan tadi, . Lewat MGMP kabupaten dan provinsi kemudian membandingkan dengan sekolah yang lain. Kemudian guru harus berorientasi pada kebutuhan secara umum, pada kurikulum KTSP guru membuat rambu-rambu silabus, RPP kemudian untuk
menyetorkan MS.5/3/2015)”.
kepada
saya
(wawancara,
Sependapat dengan bapak MS, di kemukakan oleh ibu SZ bahwa: “Itu begini mbak,, itu masalah perangkat belajar. Biasanya lewat MGMP kan ada pertemuanpertemuan maka dari situ ada pengisisan antar guru jadi, ada ksepakatan bersama tentang kurikulum dan silabus (wawancara, EZ.5/3/2015)” Pendapat ibu SZ di perkuat dengan pendapat dari bapak SN bahwa: “dengan pergantian kurikulum yang sering berganti, dari sekolah sudah disediakan silabus. Kemudian membuat RPP yang kecenderungannya lebih rinci, rancangan pembelajarannya di sesuaikan dengan lapangan. Mengikuti seperti pertemuan kelompok tingkat subrayon itu bagian dari kabupaten mbak.. trus kelompok rayon itu di provinsi (wawancara, SN. 4/3/2015)“ Sependapat dengan yang diungkapkan guru yang lain faktor pendukung dalam pengembangan silabus yaitu: “pendukungnya bagi saya….ya.. apabila aktif di organisasi itu sangat membantu sekali dalam pengembangan silabus ini mbak (wawancara, EH. 5/3/2015)”. 4) Apa faktor pendukung bagi guru dalam mengembangkan perancangan pembelajaran? Faktor
pendukung
tentang
perancangan bapak MS mengungkapkan:
pengembangan
“ faktor pendukungnya saya mempersiapkan sendiri, ya saya buat sendiri, saya buat secara efektif..saya carikan/persiapkan rancangan dengan gambar-gambar yang sesuai dengan materi yang akan diajarkan. Karna anak itu lebih tenang dan fokus apabila ada gambargambar lebih banyak (wawancara, MS.5/3 2015)” Pendapat lain di kemukakan oleh bapak SN pada wawancara di ruang tamu sekolah bahwa: “ faktornya saya kira dari diri sendiri... memanfaatkan apa yang ada di sekolah mbak. Membuat RPP saya lakukan jauh-jauh hari mbak. Terus untuk perancangannya saat ini saya sesuaikan dengan 3 kriteria mbak yaitu sikap, keterampilan dan kecerdasan peserta didik (wawancara, SN.4/3/2015)” Sependapat
dengan
bapak
SN,
ibu
EH
juga
berpendapat: “faktor pendukung perancangan pembelajaran dengan mempersiapkan RPP dengan sebaik-baiknya, dengan melihat materi yang akan di ajarkan kemudian menentukan metodenya (wawancara. EH.5/3/2015)” Pendapat ibu SZ pada wawancara di perpustakaan SMP Islam Sudirman 1 Bancak tentang faktor pendukung pengembangan pembelajaran di bawah ini: “saya melihat di sekolah, saya dasarkan kalender akademik. Dari kaldik itu, saya membuat RPP yang disesuaikan dengan materi yang akan di ajarkan, misalnya kita punya berapa H kemudian di sesuaikan perancangannya dengan materinya (wawancara SZ. 5/3/2015)” 5) Apa faktor pendukung bagi guru dalam mengembangan pelaksanaan pembelajaran yang mendidik dan dialogis?
Bapak MS menanggapi faktor pendukung dalam pengembangan pelaksanaan pembelajaran bahwa: “ disesuaikan dengan RPP yang pada saat itu, anak di kelas tenang, anak mudah diperintah, anak sudah mau itu termasuk pendukung. Kadang pada materi tertentu saya menggunakan LCD supaya anak itu tertarik, akan tetapi disini sarana prasarananya belum memadai. Karena sekarang PAI kembali pada K-13 jadi sarana dan prasarana itu dibutuhkan untuk menambah pemahaman siswa lewat gambar. Selain itu, juga membuat alat peraga sendiri karena anak itu akan tertarik pada hal-hal baru. Selain itu kebetulan masjid desa terletak di sekolah ini jadi, dalam pembelajaran agama yang bersifat praktek seperti praktek wudhu, praktek shalat,membaca Qur‟an dapat dipergunakan secara maksimal. Misalnya ya.. apabila kebetulan materi tentang jenazah ada yang meninggal dekat sekolah dan dishalatkan di masjid anak saya suruh mengikuti dan saya ajak ke makam supaya mengetahui secara langsung prosesnya (wawancara, MS.5/3/2015)” Sedangkan ibu SZ berpendapat tentang faktor pendukung dalam pelaksanaan pembelajaran yang mendidik dan dialogis: “ ya,., saya kira faktor pendukungnya itu perangkat ok.. bukunya sudah klop dengan materi dan metode penyampaian guru itu menarik mbak (wawancara, SZ.5/3/2015)” Pendapat ibu SZ diperkuat pendapat bapak SN tentang faktor pendukung pelaksaan pembelajaran bahwa: “ di sesuaikan dengan RPP yang telah di buat, kemudian faktual-faktul di lapangan di kaitkan dengan materi pembelajaran. Menggunakan media yang relevan, beberapa materi yang dijelaskan lebih detail, dengan kemampuan anak yang berbeda-beda menggunakan metode ceramah, tanya jawab, diskusi,
kartu sehingga anak tidak akan bosan (wawancara, SN.4/5/2015)” Menurut
ibu
EH
berpendapat
tentang
faktor
pendukung dalam pelaksaan pembelajaran yang mendidik dan dialogis bahwa: “metode, materi yang sesuai kebutuhan anak, dan alat peraga yang dapat merangsang daya tangkap anak lebih cepat mbak (wawancara, EH. 5/4/2015)” 6) Apa faktor pendukung bagi guru dalam mengembangkan pemanfaatan teknologi dan informasi untuk kepentingan pembelajaran? Faktor
pendukung pemanfaatan
teknologi
dalam
kepentingan pembelajaran menurut bapak MS: “kalo saya kurang begitu menggunakan teknologi mbak, kalo saya lebih mengunakan alat peraga sendiri. Karna saya belum memberikan tapi ya hanya sebatas mengenalkan Kalo pembelajaran agama misalnya menulis arab, saya menulis sendiri pada karton kemudian pada saat pembelajaran saya tempel di papan tulis (wawancara, MS. 5/3/2015)”. Ibu SZ berpendapat faktor pendukung pemanfaatan teknologi dalam kepentingan pembelajaran: “kalo saya kurang untuk pemanfaatan teknologi mbak, soalnya saya tidak bisa, tetapi kadang saya juga mengikuti pelatihan atau pada saat workshop seperti itu saya mengajak teman yang bisa kemudian saya melihat caranya bagaimana mengoperasikan sehingga lamakelamaan rasa tertarik itu ada (wawancara.SZ.5/3/2015)” Sependapat dengan ibu SZ, ibu EH menggungkapkan:
“saya untuk memanfaatkan teknologi belum mbak, soalnya takut rusak saya belum bisa (wawancara, EH. 4/3/2015)” Sedangkan bapak SN berpendapat faktor pendukung pemanfaatan teknologi dalam kepentingan pembelajaran di bawah ini: “ kalo saya menggunakan media yang relevan, contohnya LCD atau saya memanfaatkan internet untuk menunjang pembelajaran (wawancara, SN.4/3/2015)” 7) Apa faktor pendukung bagi guru dalam mengembangkan penyelenggaraan penilaian dan evaluasi hasil belajar? Pendapat
bapak
MS
faktor
pendukung
dalam
mengembangkan penyelenggaraan penilaian dan evaluasi hasil belajar: “anak
mudah
diperintah
apabila
dalam
penyelenggaraan penilaian dan evaluasi hasil belajar dengan mempraktekkan. Misalnya praktek wudhu dan shalat kemudian melakukan ulangan harian dengan melihat proses pembelajaran sesuai dengan satuan kompetensi.ya minimal dilakukan 3X dalam setiap semester (wawancara,MS. 5/3/2015)” Pendapat lain dikemukakan oleh bapak SN faktor pendukung dalam penyelenggaraan penilaian dan evaluasi hasil belajar di bawah ini:
“untuk faktor pendukungnya itu.. saya sudah melihat hasil akhir anak dari kegiatan dikelas dan perilaku anak serta dari kegiatan pre tes, kegiatan saat pembelajaran
serta
post
tes
(wawaancara,
SN.4/3/2015)” Pendapat
lain
faktor
pendukung
dalam
mengembangkan penyelenggaraan penilaian dan evaluasi hasil belajar menurut ibu SZ bahwa: “apa ya mbak.. faktor pendukungnya itu.. dari sekolah sudah memberikan blangko penilaian mbak. Tinggal gurunya yang menentukan (wawancara, SZ.5/3/2015) “ Ibu EH juga sependapat dengan ibu SZ faktor pendukung
dalam
mengembangkan
penyelenggaraan
penilaian dan evaluasi hasil belajar bahwa: “dalam penyelenggara penilaian dan evaluasi hasil itu dari pihak sekolah sudah memberikan blangko untuk planingnya itu tergantung guru masing-masing (wawancara, EH. 4/3/2015)” 8) Apa faktor pendukung bagi guru dalam mengembangan pemanfaatan hasil penilaian dan evaluasi untuk kepentingan pembelajaran? Faktor
pendukung
dalam
mengembangkan
pemanfaatan hasil penilaian dan evaluasi bapak MS berpendapat:
“saya melakukan penilaian kelas, sikap, dan evaluasi hasil tersebut dengan tes tertulis dan praktek.. dengan begitu dpat di ketahui pencapaian kompetensi anak kemudian
saya
melakukan
diskusi
antar
guru
(wawancara, MS. 5/3/2015)” Sependapat dengan pendapat bapak MS, bapak SN mengemukakan: “saya memanfaatkan penilaian untuk mengetahui tingkat kompetensi siswa. Caranya dengan melihat hasil akhir penilaian siswa dari tes tertulis dan paraktek, perilaku anak di kelas,dan lingkungan anak (wawancara, SN.4.3.2015)” Ibu SZ juga berpendapat faktor pendukung dalam mengembangkan pemanfaatan hasil penilaian dan evaluasi di bawah ini: “saya
biasakan
dengan
materi
pembelajaran,
kemudian saya gali dengan kehidupan anak seharihari di sekolah supaya di praktekkan di sekolah mbak (wawancara,SZ.5/3/2015)”. Sama seperti yang lain ibu EH juga berpendapat di bawah ini, bahwa:
“guru sudah terbiasa melakukan tes tertulis dan praktek terhadap peserta didik, sehingga guru dapat mengetahui pencapaian kompetensi masing-masing peserta didik (wawancara, EH. 5/3/2015)” 9) Apa faktor pendukung bagi guru dalam mengembangkan kegiatan reflektif untuk peningkatan kualitas pembelajaran? Bapak MS berpendapat faktor pendukung bagi guru dalam mengembangkan kegiatan reflektif untuk peningkatan kualitas pembelajaran antara lain: “ yang saya lakukan dengan merujuk pada hasil akhir siswa mbak, sehingga saya tau mana yang perlu saya perbaiki dan yang harus saya tingkatkan lagi (wawancara,MS.5/3/2015)” Sependapat dengan bapak MS, ibu SZ berpendapat bahwa: “saya terpacu untuk meningkatkan kualitas pembelajaran, saya harus aktif, dan mau sadar ada perubahan untuk lebih baik dari yang sebelumnya, tidak malu untuk bertanya dengan guru lain, serta dari pihak sekolah sangat mendukung guru apabila mengikuti kegiatan pelatihan yang dapat meningkatkan kualitas guru terutama dalam proses pembelajaran (wawancara, SZ. 5/3/2015) Pendapat ibu SZ, juga dikemukakan oleh bapak SN bahwa:
“ya . .saya secara sadar harus melakukan penilaian diri sendiri, misalnya melakukan pertemuan sejawat tetapi dari pihak sekolah juga selalu melakukan penilaian terhadap guru dalam jangka waktu tertentu (wawancara, SZ.5/3/2015)” Ibu EH berpendapat bahwa: “Kalo menurut saya terletak pada gurunya sendiri mbak, kalo mau berubah dan berusaha lebih baik lagi pasti guru itu melakukan reflektif (wawancara, EH. 5/4/2015) 10) Apa faktor pendukung bagi guru dalam mengembangkan potensi peserta didik untuk mengaktualisasikan berbagai potensi yang dimiliki? Faktor pendukung bagi guru dalam mengembangkan potensi peserta didik untuk mengaktualisasikan berbagai potensi yang dimiliki bapak MS mengamukakan bahwa: “ salah satu potensi siswa dalam mata pelajaran PAI itu tartil, qira‟ itu mbak, di sini juga ada ektra drum band. Ya dari pihak sangat mendukung sekali dan kami memfasilitasi sarana prasarana dan mengundang pelatih (wawancara, MS. 5/3/2015)” Pendapat yang sama juga dikemukakan oleh bapak SN yang mana sebagai waka kurikulum: “potensi siswa yang dikembangkan sesuai dengan pendidikan agama Islam misalnya tartil, qiro‟. Untuk yang berminat maka dari pihak sekolah akan memfasilitasi dan mengundang guru dari luar yang menguasai bidang tersebut (wawancara, SN.5/3/2015)”
Ibu SZ dan EH juga berpendapat yang sama juga selaku guru pendamping bimbingan konseling bawah ini: “Dari pihak guru menggali potensi siswa, kemudian dilihat dari praktek keseharian di sekolah. Sebagai guru maka kami akan memberikan kebebasan siswa untuk belajar dengan guru yang mengajarinya, meskipun dari luar kami akan memfasilitasi (wawancara, SZ dan EH. 5/3/2015)” Berdasarkan hasil wawancara dengan bapak MS, bapak SN, ibu EH serta ibu SZ dapat disimpulkan bahwa faktor
pendukung
pedagogi
yaitu
dalam faktor
pengembangan pendukung
kompetensi
guru
dalam
mengembangkan wawasan/landasan kependidikan adalah buku yang berkaitan dengan teori belajar, guru selalu melaporkan hasil MGMP kepada teman sejawat seprofesi di sekolah, serta menambah wawasan dari internet. Faktor pendukung dalam pemahaman terhadap peserta didik adalah guru mengetahui tingkat kecerdasan, kreatifitas, serta pertumbuhan dan perkembangan peserta didik, selain itu dari pihak sekolah mewajibkan peserta didik untuk shalat dhuha, shalat dhuhur serta yasinan secara bersama-sama sehingga dari kegiatan tersebut terjalin kerjasama dengan peserta didik sehingga secara langsung guru akan mudah memahami peserta didik.
Faktor pendukung guru dalam mengembangkan kurikulum/silabus bahwa didukung dengan kegiatan MGMP sehingga guru tinggal mengembangkan, dan dari pihak sekolah selalu memantau dalam perkembangan silabus. Faktor pembelajaran menghimbau
pendukung yaitu pada
guru
jauh-jauh guru
untuk
dalam hari
perancangan
kepala
membuat
sekolah RPP
dan
menyerahkan kepada kepala sekolah untuk dikoreksi, menentukan perancangan pembelajaran dengan melihat kelender akademik dan disesuaikan dengan 3 kriteria siswa yaitu: sikap, keterampilan, serta kecerdasan anak didik. Faktor pembelajaran
pendukung yang
guru
mendidik
dalam dan
pelaksanaan
dialogis
adalah
melaksanakan pembelajaran yang disesuaikan dengan RPP, dalam pelaksanaan pembelajaran peserta didik mudah diperintah, buku sesuai dengan materi serta metode pembelajaran yang menarik. Faktor pendukung guru dalam pemanfaatan teknologi dan informasi adalah adanya LCD dan akses internet. Faktor pendukung guru dalam penyelenggaran penilaian dan evaluasi hasil belajar adalah sebelum pembelajaran guru sudah melakukan pre tes sebelum pembelajaran, dan sesudah
pembelajaran guru melakukan pos tes, kemudian dari pihak sekolah sudah menyediakan blanko penilaian sehingga guru tinggal mengembangkan. Faktor pendukung dalam pemanfaatan hasil penilaian dan evaluasi hasil belajar yaitu: guru selalu melakukan penilaian kelas, sikap, evaluasi hasil setiap pembelajaran, kemudian faktor pendukungnya dari perilaku siswa dikelas serta lingkungan anak. Faktor pendukung dalam kegiatan reflektif guru mempunyai kesadaran mau bertanya dengan teman sejawat, pihak sekolah dalam jangka waktu tertentu melakukan penilaian terhadap guru. Selain itu faktor pendukung dalam mengembangkan potensi peserta didik yaitu disediakannya fasilitas drum band. c. Apa Faktor penghambat bagi Guru PAI
dalam mengembangkan
kompetensi pedagogi di SMP Islam Sudirman 1 Bancak ? 1) Faktor penghambat dalam mengembangkan wawasan atau landasan kependidikan Faktor penghambat dalam mengembangkan wawasan atau landasan kependidikan menurut bapak MS bahwa: “faktor penghambatnya itu males mbak. Saya guru PAI merangkap kepala sekolah terkadang banyak kesibukan akhirnya untuk membaca, mengikuti kegiatan itu jadi males mbak (wawancara, MS.5/3/2015)”
Ibu SZ juga pendapat yang sama dengan pendapat bapak MS bahwa: “hambatannya itu kadang terbentur waktu mbak, mengikuti penataran dan sejenisnya seperti itu biasanya harus menginap. Apalagi saya sudah menanggung keluarga kalo ibu itu pasti fikir-fikir mbk, tempat untuk penataran juga jauh itu sudah hambatan sekali mbak (wawancara, SZ.5/3/2015)” Pendapat lain dikemukkan oleh bapak SN: “menurut saya.. tidak begitu ada masalah mbk dalam meningkatkan wawasan kependidikan (wawancara, SN. 4/3/2015)” Pendapat yang sama dengan bapak SN, dikemukakan oleh ibu EH: “menurut saya, saya tidak masalah dalam pemahaman wawasan kependidikan mbak, soalnya ini sudah tanggung jawab saya (wawasan,EH.5/3/2015)” 2) Faktor penghambat dalam mengembangkan pemahaman terhadap peserta didik Bapak MS berpendapat: “saya kira untuk pemahaman terhadap peserta didik tidak ada masalah mbak (wawancara, MS.5/3/2015)” Pendapat yang sama juga dikemukakan oleh bapak SN di bawah ini: “faktor penghambatnya apa ya mbak.. soalnya setiap 1 minggu sekali bertemu dengan peserta didik jadi tidak begitu kesulitan dalam pemahaman terhadap peserta didik (wawancara, SN.4/3/2015)” Ibu SZ juga mengemukakan hal yang sama: “untuk hambatan ini, saya tidak kesulitan mbak karena ini yang paling menentukan mau dibawa kemana pembelajaran (wawancara, SZ.5/3/2015)”
Pendapat serupa juga dikemukakan oleh ibu EH, yang mana merangkap menjadi guru pendamping bimbingan konseling:
3)
“memahami peserta didik dengan secara detail memang sulit, namun sebagai guru BK saya tidak masalah dalam pemahaman terhadap peserta didik. Tetapi saya lebih memberikan dukungan pada peserta didik (wawancara, EH. 5/3/2015)” Faktor penghambat dalam pengembangan kurikulum /silabus yang terkait dengan mata pelajaran yang diampu? Pendapat
ibu
SZ
tentang
faktor
penghambat
dalam
pengembangan kurikulum bahwa: “sebenarnya hambatannya banyak mbak, salah satunya ya.. itukan berhubungan dengan perangkat mengajar. Kadang saya itu males mbak untuk mempersiapkan (wawancara,SZ.5/3/2015)” Pendapat lain dikemukakan oleh bapak MS dibawah ini: “seperti yang saya katakan di awal tadi mbak.. dalam menjalankan tugas sebagai guru PAI dan kepala sekolah dalam pengembangan kurikulum saya tidak ada masalah mbak (wawancara,MS.5/3/2015)”
Bapak SN mengemukakan serupa dengan bapak MS bahwa: “untuk perangkat pembelajaran ini, denganb di berlakukannya K-13 itu menurut saya lebih rinci mbak jadi tidak ada masalah (wawancara, SN.4/3/2015)” 4) Faktor penghambat dalam perancangan pembelajaran Faktor penghambat bagi bapak MS dalam perancangan pembelajaran dikemukakan berikut ini: “karna saya kepala sekolah itu tadi mbak, apabila ada waktu saya manfatkan untuk membuat perancangan pembelajaran tiba-tiba, mendapat undangan rapat jadi hal-hal seperti itu yang kadang kala pada hari itu selesai tertunda di hari yang
lain )”
(wawancara,
MS.5/3/2015
Pendapat lain dikemukakan oleh bapak SN bahwa: “saya kira kalo perancangan pembelajaran, saya tidak ada masalah mbak karna saya jauh-jauh hari saya sudah mempersiapkan mbak (wawancara, SN.4/3/2015)” Pendapat bapak SN juga dikemukakan oleh ibu SZ faktor penghambat dalam perancangan pembelajaran di bawah ini: “menurut saya, tidak ada masalah mbak. Apabila guru dalam menyesuaikan perancangan pembelajaran dengan kaldik itu pas/sesuai mbak (wawancara, SZ.5/3/2015)”
Pendapat dari ibu EH tentang faktor penghambat dalam perancangan pembelajaran yaitu: “Kalo penghambatnya,, dalam perancangan pembelajaran itu hanya menggunakan media seadanya mbak, karena di sini bisa dikatakan media yang dpat mendukung dalam perancangan pembelajaran belum memadai (wawancara, EH.5/3/2015)”
5) Faktor
penghambat
dalam pelaksanaan pembelajaran yang
mendidik dan dialogis Pendapat bapak MS yang menjadi faktor penghambat dalam pelaksanaan pembelajaran yakni: “ penghambatnya itu misalnya ya mbak. . saat akan mengajar materi sudah saya persiapkan dan sya sesuaikan dengan yang ada di RPP. Nah.. tiba-tiba saya harus rapat akhirnya anak itu hanya saya kasih tugas, jadikan materi yang seharusnya saya sampaikan tidak dapat saya sampaikan secara penuh. Saya mengajar itu kebetulan waktunya juga siang terkadang anak itu mengantuk (wawancara, MS.5/3/2015)”
Hambatan tentang pelaksanaan pembelajaran menurut bapak SN bahwa: “kendala saya terkadang antara RPP dengan waktu untuk pelaksaannya dikelas tidak sama mbk, maksudnya itu antara waktu yang ada di RPP dengan pelaksanaanya itu melebihi mbak (wawancara,SN.4/3/2015)” Pendapat lain di kemukakan oleh ibu SZ yang merangkap menjadi kepala perpus bahwa: “penghambatnya pada buku pedomannya kurang lengkap mbak, anak itu menunggu diperintah untuk mencari buku. Kalo hanya mengandalkan pada LKS itu akan kesulitan (wawancara, SZ.5/3/2015)” Pendapat dari ibu EH tentang faktor penghambat pelaksanaan pembelajaran yang mendidik dan dialogis di bawah ini: “itu mbak.. pembelajaran dikelas dengan alat-alat modern sebenarnya anak akan lebih menangkap tapi saya dengan tayangan-tayangan seperti itu belum lancar takut rusak, untuk metode-metode mengajar saya juga kondisional (wawancara, EH.5/3/2015) 6) Faktor penghambat dalam pemanfaatan teknologi dan informasi untuk kepentingan pembelajaran Pemanfaatan teknologi dan informasi dalam pembelajaran akan memudahkan siswa untuk memahami pembelajaran. Faktor penghambat pemanfaatan teknologi menurut bapak MS bahwa: “ untuk pemanfaatan teknologi saya sudah bisa tapi belum lancar mbak, soalnya di sekolah ini fasilitasnya juga kurang memadahi dalam pemanfaatan teknologi dalam pembelajaran (wawancara, MS.5/3/2015)” Pendapat yang sama juga dikemukakan oleh ibu SZ bahwa:
“ ya seperti yang saya katakan tadi mbak.. saya kurang lancar dalam memanfaatkan teknologi takut kalau rusak (wawancara, SZ.5/3/2015)”
Ibu Eh juga mengungkapkan sepadan dengan apa yang dikatakan oleh ibu SZ dibawah ini” “saya belum menguasai mbak dalam pemanfaatan teknologi soalnya taku salah dan rusak (wawancara, EH.5/3/2015)” Menurut bapak SN mengemukakan bahwa: “bagi saya tidak ada masalah mbak, tapi kendalanya pada fasilitasnya mbak belum memadai (wawancara, SN. 4/3/2015) 7) Faktor penghambat dalam penyelenggaraan penilaian dan evaluasi hasil belajar Tentang faktor
penghambat
dalam
penyelenggaraan
penilaian dan evaluasi hasil belajar bapak MS berpendapat: “ penghambatnya dalam penilaian untuk praktek mbak, misalnya ketika praktek shalat siswi beralasan sedang dtag bulan, dan untuk yang siswa lupa membawa sarung, tetapi sekarang disini siswa laki-laki sudah menggunakan celana panjang. Kemudian ketika materi tentang berwudhu pada musim kemarau air untuk praktek berwudhu secara langsung tidak mencukupi (wawancara, MS.5/3/2015)” Faktor penghambat dalam penyelenggaraan penilaian dan evalusai hasil menurut ibu SZ berpendapat: “penghambatnya saat pengambilan nilai mbak.. kadang mengingat anak itu sudah benar-benar faham apa belum kalo belum itu bisa menjadi beban saya mbak, terkadang waktu unutk pengambilan nilai ada anak yang belum memperoleh nilai karna tidak masuk.. saya sudah memberi kesempatan anak untuk ulangan sendiri tapi anak itu masih saja merasa tidak butuh dan tidak menghubungi saya untuk meminta tugas (wawancara, SZ.5/3/2015)”
Ibu EH juga berpendapat sepadan dengan ibu SZ dan bapak MS bahwa: “ faktor penghambat saya ya pada siswa mbak.. anak itu ada aja alasaanya pada waktu penilian dan evalusai hasil belajar, pada waktu akan diadakan ulangan terkadang mengatakan belum siap.. bagi saya itu akan menghambat dalam pengambilan nilai anak (wawancara,EH./5/3/2015)” Sedangkan bapak SN berpendapat lain selaku guru PAI dan waka kurikulum: “kalo saya dalam hal ini tidak ada masalah mbak, untuk penilaian dan evaluasi saya sudah mulai dari kegiatan pembelajaran di kelas dari situkan sudah kelihatan mbak, anak yang aktif dan yang tidak. . . dan perilaku siswa lewat keseharian di sekolah kemudian saya gabungkan dengan hasil penilaian ulangan dan praktek (wawancara, SN.4/3/2015)”
8) Faktor
penghambat
dalam pemanfaatan hasil penilaian dan
evaluasi untuk kepentingan pembelajaran Bapak MS selaku kepala sekolah faktor penghambat tentang
pemanfaatan
hasil
penilaian
dan
evaluasi
untuk
kepentingan pembelajaran: “ menurut saya lancar-lancar saja mbak.. karena saya selalu mengumpulkan guru untuk membahas hal ini secara bersamaan agar tercipta rasa kekeluargaan antar guru (wawancara,MS.5/3/2015)” Pendapat bapak MS, juga dikemukakan oleh ibu SZ beliau berpendapat: “ menurut saya tidak ada maslah mbak, apabila guru itu sudah dari awal mengetahui dan dapat menyesuaikan dengan hasil penilaian dan evaluasi pembelajaran (wawancara, SZ.5/3/2015)”
Sedangkan
bapak
SN
berpendapat
lain
tentang
pemanfaatan hasil penilaian dan evaluasi untuk kepentingan pembelajaran : “ hambatannya membutuhkan waktu lama mbak, pamanfaatan hasil penilaian itu harus memenuhi beberapa indikator dan yang paling penting pencapaian kompetensi dasarnya mbk. Melihat dari tes tertulis,praktek, hasil karya dan sebagainya mbak (wawancara, SN.5/3/2015)” Ibu EH mengungkapkan hal yang sama dengan pendapat bapak SN: “kendalanya membutuhkan waktu yang lama,tetapi itu kewajiban tetap harus dilakukan, karena penilaiannya dilakukan secara terpadu (wawancara, EH.5/3/2015)”
9) Faktor penghambat dalam melakukan reflektif untuk peningkatan kualitas pembelajaran Pendapat bapak MS tentang hambatan dalam melakukan reflektif untuk peningkatan kualitas pembelajaran bahwa: “ini menyangkut pemahaman terhadap penguasaan bidang studi dan peserta didik ya.. mbak. Saya kira untuk melakukan reflektif tidak ada masalah mbak asal guru itu mempunyai kesadaran untuk melakukan penilaian terhadap diri sendiri (wawancara, MS.5/3/2015)”
Bapak SN juga mengungkapkan hal yang sama dengan bapak MS bahwa: “tindakan reflektif itu tergantung individu masing-masing mbak. Kalo bagi saya itu tidak ada problem yang serius, selagi guru itu mampu dan mau untuk berubah lebih baik lagi menjadi guru yang benar-benar kompeten sesuai bidangnya (wawancara, SN.4/3/2015)”
Sedangkan
ibu
SZ
berpendapat
tentang
hambatan
melakukan reflektif yaitu: “untuk melakukan reflektif terhadap materi yang dikuasai oleh guru, yaa. saya sudah menguasai mbak. Tapi, masalahnya mungkin pada metodologi pengajarannya mbak.. soalnya saya juga dibandingkan guru-guru yang lain sudah lebih tua,,, jadinya apabila mau mengajar dengan metodologi yang berbeda-beda sudah tidak bisa sepenuhnya (wawancara, SZ.5/3/2015)” Tentang faktor penghambat melakukan reflektif untuk peningkatan kualitas pembelajarannya ibu EH berpendapat: “kalo bagi saya kok, pada gurunya ya. ..mbak kebanyakan guru merasa dirinya sudah berkompeten jadi untuk melakukan reflektif itu gengsi (wawancara,EH.5/3/2015) 10) Faktor penghambat dalam memfasilitasi pengembangan potensi peserta didik untuk mengaktualisasikan berbagai potensi yang dimiliki Bapak MS sebagai guru PAI sekaligus kepala sekolah faktor penghambat dalam memfasilitasi pengembangan potensi peserta didik bahwa: “ penghambatnya membutuhkan dana banyak mbak. Apabila menarik dana dari orang tua resikonya di sini bisa kekurangan murid. Contohnya ektra dalam bidang agama tartil, atau qiro’ disini belum ada guru yang mumpuni jadi dari pihak sekolah harus mencari guru dari luar (wawancara, MS.5/3/2015)” Pendapat yang sama dikemukakan oleh bapak SN selaku guru PAI juga waka kurikulum bahwa: “faktor penghambatnya butuh waktu sekaligus harus mendatangkan guru dari luar mbak.. siapa yang berminat dari sekolah akan memberikan fasilitas tetapi ya kendalanya dalam pendanaan itu tadi (wawancara,SN.4/3/2015)”
Pendapat lain disampaikan oleh ibu SZ guru PAI sekaligus kepala perpustakaan: “begini.. dari guru itu sudah mengetahui potensi anak, tapi anak terkadang diarahkan tidak mau, tidak mau berubah untuk menggali potensinya lebih dalam (wawancara, SZ.5/3/2015)” Ibu EH juga berpendapat yang sama selaku guru PAI dan pendamping bimbingan konseling: “kalo faktor penghambatnya, saya sebagai guru pendamping BK salah satunya siswa ada rasa malu untuk mengembangkan apa potensi yang dimiliki. Untuk pihak sekolah saya kira dari sisi pendanaan mbak (wawancara, EH.5/3/2015)“ Berdasarkan hasil wawancara di atas dapat disimpulkan bahwa faktor penghambat dalam mengembangkan kompetensi pedagogi secara umum adalah terdapat pada diri guru sebagian kecil, kemudian pembagian waktu antara kewajiban mengajar dengan kesibukan yang lain, sarana prasarana sekolah yang belum memadai. d. Bagaimana upaya guru PAI dalam mengatasi hambatan dalam mengembangkan kompetensi pedagogi 1. Upaya guru PAI dalam mengatasi hambatan untuk mengembangkan wawasan dan landasan kependidikan Pendapat bapak MS upaya dalam mengatasi hambatan untuk mengembangkan wawasan atau landasan kependidikan bahwa: “ upaya saya untuk mengatasi ya.. harus legakke tenan mbak mengikuti kegiatan penataran, MGMP maupun work shop,
dan membaca buku di perpus misalnya atau mencari buku (wawancara, MS.5/3/2015)” Ibu SZ mengungkapkan upaya tentang mengatasi hambatan untuk mengembangkan wawasan atau landasan kependidikan di bawah ini: “ya.. terdorong secara pribadi, kalo saya harus berfikiran pada kemajuan diri sendiri untuk menambah wawasan ilmu pengetahuan(wawancara, SZ.5/3/2015)” 2. Upaya guru PAI mengatasi hambatan untuk mengembangkan pemahaman terhadap pserta didik Menurut
ibu
SZ
dalam
mengatsi
hambatan
mengembangkan pemahaman terhadap pserta didik berpendapat: “apa ya.. mbak, kalo menurut saya itu kok, harus ada interaksi terhadap anak didik. Guru harus bisa menjadi sahabat peserta didik dengan begitu guru akan jauh bisa memahami peserta didik (wawancara, SZ.5/3/2015)” 3. Upaya guru PAI mengatasi hambatan untuk pengembangan kurikulum/silabus Tentang upaya mengatasi hambatan untuk pengembangan kurikulum/silabus ibu SZ berpendapat: “kalo saya kok kembali ke masing-masing individu mbak, salah satunya peningkatan dari guru. Misalnya terpacu pada target kesuksesan anak harus ada pedoman yang memadahi dalam mengajar tidak asal-asalan (wawancara, SZ.5/3/2015)” Pendapat ibu SZ , diperkuat dengan pendapat dari bapak SN di bawah ini: “ upayanya ya.. saya aktif mengikuti pertemuan-pertemuan antar subrayon mbak atau bertanya dengan teman yeng berpengalaman lebih jauh (wawancara, SN.4/3/2015)”
4. Upaya
guru PAI
mengatasi
hambatan
dalam
perancangan
pembelajaran Tentang upaya guru PAI mengatasi hambatan dalam perancangan pembelajaran bapak MS berpendapat; “ ya...saya harus benar-benar bisa membagi waktu, sehingga saya juga tidak terbebani, mungkin dalam perencangan pembelajaran yang tertunda saya lanjutkan atau pada awal tahun seperti itu saya sudah mulai merancang (wawancara, MS.5/3/2015)” 5. Upaya guru PAI mengatasi hambatan dalam pelaksanaan pembelajaran yang mendidik dan dialogis Untuk
mengatasi
hambatan
dalam
pelaksanaan
pembelajaran bapak MS pendapat bahwa: “apabila ada materi yang belum tersampaikan, maka anak saya kasih tugas untuk membaca. Misalnya dari hal 10-15 pada pertemuan berikutnya saya tanyakan ke anak, biar anak tetap merasa mendapatkan haknya (wawancara, MS.5/3/2015) Pendapat lain dari bapak SN mengungkapkan di bawah ini: “ saya melakukan penilaian terhadap diri sendiri, apa yang kurang dan harus saya terpenuhi. Dari kepala sekolah juga selalu mengadakan pertemuan dan motivasi sehingga guru itu akan saling mengoreksi terhadap kekurangan masingmasing (wawancara, SN.4/3/2015)” 6. Upaya guru PAI mengatasi hambatan dalam pemanfaatan teknologi pembelajaran Bapak
SN
mengemukakan
upaya
dalam
mengatasi
hambatan dalam pemanfaatan teknologi pembelajaran bahwa: “guru itu harus kreatif mbak. .tidak bisa memanfaatkan teknologi karna disini terbatas, maka saya menyiasatinya dengan alat peraga yang saya buat sendiri dari karton, gambar-gambar yang menunjang materi (wawancara, SN.4/3/2015)”
Pendapat senada juga diungkapkan oleh bapak MS dibawah ini: “untuk mapel PAIkan tidak semuanya harus memanfaatkan teknologi, soalnya sarana juga terbatas. Guru itu harus berinovatif sendiri, alat peraga di buat sendiri, itu malah efektif, berinovatif sendiri (wawancara, MS.5/3/2015)” Ibu SZ berpendapat bahwa: “upayanya apa ya mbk.. soalnya sudah ada rasa takut untuk menggunakan takut salah itu td kok mbk. Yaa.. kalo saya meskipun begitu tetap berusaha untuk berlatih pada guru yang sudah bisa mbak (wawancara, SZ.5/3/2015)” Sependapat dengan ibu SZ, ibu EH juga berpendapat : “upayanya berusaha untuk meyakinkan bisa gitu mbak... bertanya dengan anak, atau guru yang lain.. soalnya kalo tidak ada niatan untuk berlatih akan ketinggalan mbak. Apalagi sekarang apa-apa mau tidak mau harus bersingggungan dengan teknologi (wawancara, EH.5/3/2015) 7. Upaya guru PAI mengatasi hambatan penyelenggaraan penilaian dan evaluasi hasil belajar Pendapat bapak MS tentang upaya mengatasi hambatan penyelenggaraan penilaian dan evaluasi hasil belajar bahwa: “tadikan pada penilaian praktek mbak hambatannya ya upayanya.. tetap suruh praktek di kemudian hari, atau gurunya itu harus istilahnya selalu mengingatkan siswa terhadap apa yang sebenarnya itu kewajiban yang harus dipenuhi (wawancara, MS.5/3/2015)” Pendapat lain dikemukakan oleh ibu SZ bahwa: “upayanya dari kepala sekolah itu rutin setiap 1 minggu sekali memberikan pencerahan terhadap guru yang mempunyai hambatan dalam penyelenggaraan penilaian atau evaluasi hasil belajar, kemudian biasanya kepsek mengundang pengawas untuk memberikan pengarahan (wawancara, SZ.5/3/2015)”
Ibu EH berpendapat lain tentang upaya tentang mengatasi hambatan penyenggaraan di bawah ini: “kalo saya tidak ada upaya yang begitu menekankan mbak yang penting itu siswa berperan aktif saya dorong lewat bimbingan konseling, harapanya kedepan anak itu bisa mandiri minimalnya mau melaksanakan shalat tanpa ada paksaan itu sudah bagus (wawancara, EH.5/3/2015)” 8. Upaya guru PAI mengatasi hambatan dalam pemanfaatan hasil penilaian dan evaluasi untuk kepentingan pembelajaran Bapak MS selaku kepala sekolah upaya untuk mengatasi penghambat tentang pemanfaatan hasil penilaian dan evaluasi untuk kepentingan pembelajaran: “bagi saya tidak ada upaya khusus mbak.. karena saya selalu mengumpulkan guru untuk membahas hal ini secara bersamaan agar tercipta rasa kekeluargaan antar guru (wawancara,MS.5/3/2015)” Pendapat bapak MS, juga dikemukakan oleh ibu SZ beliau berpendapat: “ menurut saya tidak ada upaya yang menekankan mbak, yang penting seperti yang saya katakan tadi, guru itu sudah dari awal mengetahui dan dapat menyesuaikan dengan hasil penilaian dan evaluasi pembelajaran (wawancara, SZ.5/3/2015)” Sedangkan
bapak
SN
berpendapat
lain
tentang
pemanfaatan hasil penilaian dan evaluasi untuk kepentingan pembelajaran : “ upayanya apa ya. Mbak..mungkin mengikuti penataran atau pelatihan-pelatihan tentang pemanfaatan hasil belajar sehingga guru akan mempunyai pandangan yang lebih luas tidak sesulit apa yang dibayangkan (wawancara, SN.5/3/2015)”
Ibu EH mengungkapkan hal yang sama dengan pendapat bapak SN: “kalo saya upayanya ya.. pkoknya guru itu harus bisa kretif mbak.. kewajiban tetap harus dilakukan, (wawancara, EH.5/3/2015)” 9. Upaya guru PAI mengatasi hambatan dalam melakukan reflektif untuk peningkatan kualitas pembelajaran Ibu
SZ
berpendapat
tentang
,mengatasi
hambatan
melakukan reflektif yaitu: “untuk melakukan reflektif terhadap materi dan metodologi pengajran yang dikuasai oleh guru, yaa. Upayanya guru harus terdorong secara pribadi mbak, tidak merasa puas dengan bidang studi yang diketahui mungkin dengan banyak mengikuti pelatihan, penataran, workshop seperti itu mbak (wawancara, SZ.5/3/2015)” Tentang upaya mengatasi hambatan melakukan reflektif untuk peningkatan kualitas pembelajarannya ibu EH berpendapat: “bagi saya kok, pada gurunya ya. .harus banyak-banyak mengikuti pelatihan ataupun seminar, ya lebih seringnya MGMP mbak jadikan guru mempunyai rasa untuk menambah wawasanya lagi dengan hal-hal baru (wawancara,EH.5/3/2015)
10. Upaya guru PAI mengatasi hambatan dalam memfasilitasi pengembangan potensi peserta didik untuk mengaktualisasikan berbagai potensi yang dimiliki Tentang upaya mengatasi hambatan dalam memfasilitasi pengembangan potensi peserta didik untuk mengaktualisasikan berbagai potensi yang dimiliki bapak MS berpendapat: “yang berkaitan dengan potensi anak yang sesuai dengan PAI upaya untuk mengatasi hambatannya. Dengan mengetahui
lewat keseharian anak, misalnya waktu pembelajaran AlQur’an anak membacanya bagus nah.. dari situ saya meminta anak untuk mencari guru disekitar dimana ia tinggal kemudian dari pihak sekolah yang akan menanggung pendanaan sedangkan untuk yang belum bisa baca Alqur’an saya suruh menemui saya di sepulang sekolah atau sebelum pelajaran saya ajari untuk membaca Al-Qur’an (wawancara, MS.5/3/2015)” Bapak SN juga berpendapat yang sama dengan bapak MS bahwa: “upayanya ya dari pihak lembaga sekolah dalam hal pendanaan ya, harus bertanggung jawab penuh kemudian untuk mendukung hal itu pihak sekolah juga ada komunikasi dengan orang tua siswa, agar orang tua juga mendukung potensi anaknya, dengan begitu orang tua siswa akan membantu sekolah dalam hal pendanaan ya ibaratnya anaknya mau dipinterkan orang tua juga harus berkorban seperti itu mbak (wawancara, SN.4/3/2015) Berdasarkan hasil wawancara dengan bapak MS, bapak SN, ibu EH serta ibu SZ secara umum upaya untuk mengatasi hambatan dalam mengembangkan kompetensi pedagogi adalah dengan melakukan penilaian diri sendiri serta dengan selalu memacu dirinya sendiri untuk lebih baik, guru harus benar-benar meluangkan waktu untuk membaca buku, mengikuti keorganisasian serta guru kretif dalam merancang pembelajaran tanpa menggunakan teknologi guru membuat alat peraga lain misalnya menggunakan karton, gambargambar.
BAB IV PEMBAHASAN A. Strategi Pengembangan Kompetensi Pedagogi Guru PAI Di SMP Islam Sudirman 1 Bancak Berdasarkan hasil pengamatan, wawancara dan proses penelitian secara keseluruhan di lapangan. Penulis dapat menyimpulkan tentang strategi pengembangan kompetensi pedagogi yang digunakan oleh guru pendidikan agama Islam di SMP Islam Sudirman 1 Bancak. Strategi adalah suatu pola yang direncanakan dan diterapkan secara sengaja untuk melakukan kegiatan atau tindakan. Strategi mencakup tujuan kegiatan, siapa yang terlibat dalam kegiatan, isi kegiatan, proses kegiatan, dan sarana penunjang kegiatan. Guru adalah orang yang bertanggung jawab terhadap perkembangan anak didik dengan mengupayakan seluruh potensinya, baik potensi afektif, potensi kognitif, maupun potensi psikomotorik. Kepala Sekolah SMP Islam Sudirman 1 Bancak sekaligus guru mata pelajaran PAI menyampaikan dalam wawancara bahwa strategi pengembangan itu penting, karena dengan mempersiapkan strategi akan mengetahui perkembangan belajar anak didik, dengan begitu guru pun akan mudah dalam menyampaikan tujuan mata pelajaran yang akan dicapai. Secara tidak langsung apa yang dikemukakan dalam wawancara merupakan acuan bagi guru-guru PAI dalam proses penerapan strategi pengembangan. Strategi
pengembangan yang diterapkan dalam peningkatan kompetensi pedagogi bagi Pendidikan Agama Islam. Apa yang diketahui guru tentang pengembangan diri dan pengembangan kelembagaan dalam meningkatkan kompetensi pedagogi setiap guru memiliki strategi yang di sesuaikan dengan kemampuannya. Memahami arti pengembangan diri sekaligus pengembangan kelembagaan bahwa dalam mengembangkan profesinya secara utuh khususnya dalam kompetensi pedagogi guru harus memahami tujuan pendidikan dan pengajaran secara jelas dan konkrit, berusaha memahami dan memilih pengajaran sesuai dengan tujuan yang telah ditentukan. Dimana guru harus berusaha membimbing dan mendorong kemajuan pertumbuhan dan perkembangan peserta didik, mampu menilai program yang akan dilaksanakan sekaligus menilai hasil pembelajaran yang telah dicapai. Salah satunya dengan melakukan penilaian terhadap diri sendiri (self evaluation) yang bertujuan melihat kekurangan dan kelebihan diri sendiri dalam melaksanakan tugasnya. Selanjutnya, untuk menambah wawasan guru membaca buku-buku yang sesuai dengan profesi yang dijalankan atau dengan mengadakan pertemuan antar sejawat dengan begitu guru dapat sharing secara pribadi dengan ahli lain secara tidak langsung akan dapat menambah wawasan yang dimiliki. Pelaksanaan kegiatan MGMP (musyawarah guru mata pelajaran) adalah salah satu bentuk kegiatan yang dapat dilakukan guru dalam rangka menyikapi kurangnya penguasaan terhadap kompetensi pedagogi. MGMP
tidak hanya sekedar lembaga musyawarah, tetapi dapat dijadikan forum ilmiah sesama guru atau narasumber serta dapat pula dijadikan lembaga supervisi teman sejawat (Asmani,2009:68) B. Faktor Pendukung Dalam Mengembangkan Kompetensi Pedagogi Bagi Guru PAI Di SMP Islam Sudirman 1 Bancak Kompetensi pedagogik guru merupakan kemampuan guru dalam mengelola pembelajaran peserta didik yang meliputi pemahaman terhadap peserta didik, perencanaan dan pelaksanaan pembelajaran, evaluasi hasil belajar, dan pengembangan peserta didik untuk mengaktualisasikan berbagai potensi yang dimilikinya. Faktor pendukung dalam pengembangan kompetensi pedagogik guru SMP Islam Sudirman 1 Bancak dapat kita analisis berdasarkan pada sepuluh aspek kompetensi pedagogik guru mata pelajaran. Sepuluh aspek kompetensi pedagogik guru mata pelajaran merupakan standar yang harus ada dan di penuhi oleh guru mata pelajaran. Sepuluh aspek kompetensi pedagogik guru mata pelajaran sebagai standar yang harus ada dan di penuhi oleh guru mata pelajaran itu adalah sebagai berikut : a. Pemahaman wawasan atau landasan kependidikan dalam menguasai teori belajar dan prinsip-prinsip pembelajaran yang mendidik Guru dituntut untuk memahami berbagai teori belajar dan prinsipprinsip pembelajaran yang mendidik. Dalam hal ini guru dapat menerapkan berbagai pendekatan, strategi, metode dan teknik pembelajaran yang mendidik secara kreatif. Oleh karena itu, sebelum
proses pembelajaran guru harus menguasai teori belajar dan prinsipprinsip pembelajaran yang akan di ajarkan. Persiapan yang harus dilakukan oleh guru adalah dengan membaca buku dan mengusai materi yang akan diajarkan. Dalam hal ini guru SMP Islam Sudirman 1 Bancak jauh-jauh hari dalam mengembangkan teori belajar dan prinsipprinsip pembelajaran dengan membaca buku dan mengikuti kegiatan keorganisasian guru. b. Pemahaman terhadap peserta didik, meliputi: tingkat kecerdasan, tingkat kreativitas, pertumbuhan dan perkembangan kognitif anak didik Memahami karakteristik peserta didik harus ada tahap pembinaan keakraban antar peserta didik dan antara guru dengan peserta didik. Suasana keakraban ini penting dikuasai oleh pendidik sebelum memulai kegiatan pembelajaran. Upaya ini berdasarkan atas asumsi bahwa peserta didik tidak dapat berpartisipasi secara optimal dalam kegiatan pembelajaran apabila ia tidak mengenal guru dan peserta didik lainya secara akrab. Teknik yang dipergunakan oleh guru SMP Islam Sudirman 1 Bancak dalam memahami peserta didik yang meliputi tingkat kecerdasan, tingkat kreativitas dan pertumbuhan serta perkembangan peserta didik dengan melihat keseharian siswa di kelas serta kegiatan yang telah diwajibkan diikuti dari sekolah. Dalam memahami peserta didik dapat dikatakan guru SMP Islam Sudirman 1 Bancak melaksanakan kegiatan ikatan hati
melalui pemantauan di kelas, serta kegiatan yang telah diprogramkan sekolah yaitu dengan shalat dhuha, shalat dhuhur berjamaah dan yasinan sehingga tercipta keakraban antara guru dan anak didik. Dari sini peneliti dapat mengatakan bahwa kegiatan ikatan hati untuk memahami karakteristik peserta didik telah berjalan baik karena kegiatan itu telah di wajibkan dari sekolah sehingga anak dan guru secara bersama-sama terlibat dalam kegiatan tersebut. Dapat disimpulkan 91% siswa telah mengikuti dan juga 52% guru telah mengikuti dan terlibat didalamnya. c. Pengembangan kurikulum /silabus yang terkait dengan mata pelajaran yang diampu, yang berisi prinsip pengembangan silabus Kurikulum adalah ruh sekolah. Dengan kurikulum, pembelajaran dilakukan. Seorang guru harus benar-benar memahami kurikulum yang diselenggarakan sehingga target pembelajaran tidak meleset atau sesuai rencana. Soemiarti Patmonodewo dalam Asmani (2009:81) kurikulum adalah suatu perencanaan pengalaman belajar secara tertulis. Seorang pendidik harus memiliki pedoman dalam meningkatkan kemajuan proses pembelajaran. Dalam pasal 12 ayat (1) UU tentang system pendidikan nasional, secara tegas dinyatakan bahwa peserta didik berhak mendapatkan pelayanan pendidikan sesuai dengan bakat, minat, dan kemampuannya. Salah satunya dengan mengembangkan kurikulum yang terkait dengan materi pembelajaran yang akan diajarkan. Setiap
guru harus berusaha untuk mengembangkan dirinya secara berkesinambungan agar program yang direncanakan terlaksana dengan baik secara terus menerus. Dalam hal ini, kepala sekolah SMP Islam Sudirman 1 Bancak membiasakan kepada semua guru SMP Islam Sudirman 1 Bancak untuk mengembangkan kurikulum lewat organisasi keguruan misalnya MGMP agar mempunyai kesamaan dengan sekolah lain. Adapun bentuknya seperti membuat Program Tahunan (Prota), Program Semesteran (Promes), Silabus dan Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP). Dalam pembuatan RPP kepala sekolah mewajibkan kepada semua guru untuk mengumpulkan RPP kemudian diserahkan kepada kepala sekolah untuk dievaluasi. Dalam pembuatan prota, promes, silabus dan RPP ternyata terdapat perbedaan secara teoritis dengan yang diterapkan oleh guru SMP Islam Sudirman 1 Bancak di lapangan. Guru secara keseluruhan belum semuanya sesuai dengan prinsip-prinsip pembelajaran yang mendidik, karena guru dalam pembuatan prota, promes, silabus dan RPP belum memperhatikan prinsip-prinsip sebagai berikut: Tujuan dan kompetensi yang hendak dicapai harus jelas dan makin tepat program-program yang dikembangkan untuk mencapainya. 1) Program itu harus beragam dan terpadu.
2) Program-program yang disusun dan dikembangkan harus berpusat pada potensi, perkembangan, kebutuhan, dan kepentingan peserta didik pada lingkungannya. 3) Program
yang
ditetapkan
harus
menyeluruh
dan
berkesinambungan. Dalam pembuatan prota, promes, silabus, dan RPP harus memahami prinsip-prinsip pengembangan kurikulum menentukan tujuan pembelajaran yang diampu, menata materi pembelajaran secara benar sesuai dengan pendekatan yang dipilih dan karakteristik peserta didik, mengembangkan indikator instrument penilaian. Jadi faktor pendukung bagi guru SMP Islam Sudirman 1 Bancak dalam mengembangkan kurikulum dari pihak sekolah mendukung dalam kemajuan pengembangan kurikulum. d. Perancangan pembelajaran Perancangan pembelajaran merupakan salah satu kompetensi pedagogi yang harus dimiliki guru, yang akan bermuara pada pelaksanaan pembelajaran. Perancangan pembelajaran sedikitnya mencakup 3 kegiatan yaitu identifikasi kebutuhan, perumusan kompetensi dasar, dan penyusunan program pembelajaran (Mulyasa, 2008: 100). Faktor pendukung dalam perancangan pembelajaran terdapat pada pengembangan guru sendiri. Seperti dalam pengembangan silabus guru sebelum melaksanakan pembelajaran selalu mempersiapkan RPP
sehingga guru akan merasa lebih siap dalam melaksanakan pembelajaran. Perancangan pembelajaran harus mencakup 3 kegiatan yang harus ada kesenjangan antara sesuatu yang harus dipenuhi, sesuatu yang harus dimiliki, dan harus memenuhi program kegiatan belajar. Dalam hal ini peneliti dapat menyatakan bahwa guru SMP Islam Sudirman 1 Bancak memiliki kesadaran untuk membuat RPP jauh-jauh hari yang disesuaikan dengan kebutuhan siswa. e. Pelaksanaan pembelajaran yang mendidik dan dialogis Pembelajaran yang mendidik dan dialogis merupakan respon terhadap praktek pendidikan anti realitas yang menurut Freire harus diarahkan pada proses terhadap masalah. Pembelajaran pada hakikatnya adalah proses interaksi antara peserta didik dengan lingkungan sehingga terjadi perubahan perilaku ke arah yang lebih baik (Mulayasa,2008:103) Faktor pendukung bagi guru SMP Islam Sudirman 1 Bancak dalam pelaksanaan pembelajaran yang mendidik dan dialogis yaitu terletak pada sumber daya manusia (SDM) yang terletak pada siswanya, kemudian didukung dengan sarana prasarana yang digunakan dalam pembelajaran yang bersifat praktek. Contoh yang diungkapkan oleh peneliti adalah pada saat proses pembelajaran anak mudah diperintah untuk melasanakan tugas, kemudian untuk pembelajaran yang bersifat praktek misanya praktek shalat, praktek wudhu terdapat masjid yang dapat digunakan praktek.
f. Pemanfaatan teknologi dan informasi untuk kepentingan pembelajaran Teknologi informasi dan komunikasi sangat penting untuk memacu semangat anak didik, mereka merasa tidak ketinggalan jaman, merasakan spirit modernisasi, dan berusaha untuk mampu menguasainya secara cepat dan dinamis (Mulyasa,2008:93). Teknologi sekarang semakin cepat berkembang seiring dengan perkembangan jaman, apabila dalam proses pembelajaran menggunakan teknologi anak didik akan merasa tidak jenuh karena akan timbul rasa penasaran dan keingintahuan yang tinggi. Di sisi lain guru juga akan merasa tertantang untuk dapat memanfaatkan teknologi yang dapat mendukung proses pembelajaran. Dalam hal ini dari 4 guru PAI di SMP Islam Sudirman 1 Bancak baru ada 2 guru yang dapat memanfaatkan teknologi dalam proses pembelajaran, kemudian ada 2 guru yang masih kurang memanfaatkan teknologi akan tetapi guru memiliki faktor pendukung lain dalam menyiasati hal tersebut. Salah satunya yang diungkapkan peneliti yaitu tetap mengikuti pelatihan-pelatihan dan mengajak teman yang dapat mengoperasikan computer atau laptop, membuat alat peraga sendiri dari karton ataupun yang lain sesuai dengan kreatifitas masing-masing guru. g. Penyelenggaraan penilaian dan evaluasi hasil belajar Menilai dan mengevaluasi proses dan hasil belalar adalah tugas penting untuk mengetahui efektivitas pembelajaran yang dilakukan. Dari nilai dan evaluasi akan lahir banyak ide untuk menemukan solusi
masalah, kiat untuk mengembangkan proses pembelajaran, dan mendapatkan suntikan semangat baru dalam melakukan modernisasi proses pendidikan yang sarat dengan nilai objektivitas, kompetisi, dan observasi(Mulyasa,2008:96). Kegiatan pembelajaran pada tahap ini ditandai dengan keterlibatan guru–guru dalam menentukan penilaian program kegiatan pembelajaran. Aspek-aspek yang dinilai adalah proses, hasil, dan pengaruh kegiatan pembelajaran. Penilaian ini mencakup perubahan tingkah laku seperti pengetahuan, ketrampilan, sikap, dan nilai yang telah diperoleh peserta didik melalui kegiatan pembelajaran. Dalam hal ini faktor pendukung guru SMP Islam Sudirman 1 Bancak yaitu terletak pada peserta didik dalam penilaian praktek anak mudah diperintah, kemudian setiap pembelajaran guru melakukan pre tes, dan post tes dan melihat hasil peserta didik pada saat proses pembelajaran. Selain itu, kepala sekolah juga menghimbau kepada guru untuk melakukan penilaian minimal 3X dalam 1 semester. h. Pemanfaatan
hasil
penilaian
dan
evaluasi
untuk
kepentingan
pembelajaran Keputusan Mendiknas nomor 012/U/2002 tanggal 28 Januari 2002 tentang jenis dan bentuk penilaian terutama Bab III pasal 3, dinyatakan bahwa: (1) jenis penilaian di sekolah terdiri atas penilaian kelas dan ujian; (2) Selain jenis penilaian sebagaimana yang dimaksud pada ayat 1 dapat dilakukan penilaian tes kemampuan dasar dan
penilaian mutu pendidikan; (3) Penilaian dilakukan melalui tes tertulis, tes lisan, tes perbuatan atau praktik, pemberian tugas, kumpulan hasil kerja peserta didik atau disebut portofolio; (4) Penilaian kelas dan ujian meliputi ranah kognitif, afektif, psikomotorik (Asmani, 2009:95). Semua hasil dari evaluasi dan penilaian akan menunjukkan tingkat kemampuan belajar setiap anak didik yang nantinya dapat digunakan sebagai bahan tindak lanjut proses pembalajaran yang telah dilaksanakan. Program ini juga sebagai pengukur dalam mengidentifikasi materi yang perlu diulang, peserta didik yang wajib mengikuti remedial dan yang mengikuti program pengayaan. Hasil evaluasi yang telah dilakukan di gunakan guru untuk mengetahui penguasaan materi peserta didik dengan materi yang telah diberikan guru yang akhirnya di gunakan guru sebagai acuan apa yang harus dilakukan guru dalam pembelajaran. Guru SMP Islam Sudirman 1 Bancak secara keseluruhan guru dalam pemanfaatan penilaian dan hasil evaluasi sudah menyiapkan sejak proses pembelajaran dengan melihat perkembangan siswa di kelas sekaligus ditinjau dari lingkungan peserta didik. i. Melakukan reflektif untuk peningkatan kualitas pembelajaran Seorang guru harus berusaha bagaimana maningkatkan kualitas pembelajaran yang kreatif, kompetitif serta berkualitas. Kriteria pedagogis menjadi starting point dalam menjalankan pembelajaran yang kreatif, inovatif dan rekreatif. Penguasaan materi yang mendalam
dan variasi metodologi pengajaran yang menyenangkan dan efektif menjadi dua kemampuan dasar dalam menjalankan pembelajaran. Untuk meningkatkan kualitas pembelajaran guru SMP Islam Sudirman 1 Bancak, beberapa faktor pendukung guru yaitu: 1) Kepala sekolah setiap 1 minggu sekali mengadakan pembinaan 2) Kepala sekolah dalam jangka waktu tertentu mengundang pengawas untuk memberikan 3) Guru mau dan sadar untuk melakukan penilaian diri sendiri j. Memfasilitasi
pengembangan
potensi
peserta
didik
untuk
mengaktualisasikan berbagai potensi yang dimiliki Guru yang hebat adalah fasilitator pengembangan potensi muridnya. SMP Islam Sudirman 1 Bancak memfasilitasi peserta didik dalam mengembangkan potensi yang dimiliki. Salah satunya sekolah memfasilitasi peserta didik dalam kegiatan yang diunggulkan sekolah yaitu drum band. C. Faktor Penghambat Dalam Mengembangkan Kompetensi Pedagogi Bagi Guru PAI Di SMP Islam Sudirman 1 Bancak Proses transformasi pendidikan, tujuan akhir agar terciptanya kemampuan anak secara kognitif, afektif dan psikomotorik dapat terwujud secara baik dan menyeluruh pada peserta didik. Siswa diharapkan mampu menginternalisasi nilai-nilai pendidikan yang sebenar-benarnya. Namun, proses transformasi itu tidaklah semudah membalikkan tangan, sebab realita sangat jauh panggang dari api atau
kadang-kadang jauh dari apa yang yang diharapkan. Hambatan dan berbagai kendala memang sering dijumpai, namun seiring berjalannya waktu, masalah dan kendala itu akan menjadi suplemen didalam perubahan serta batu loncatan pencapaian pendidikan yang diinginkan. Pendidikan Agama Islam adalah rumpun mata pelajaran yang bersifat keIllahian, artinya sangat erat hubungannya dengan ketuhanan. Kesempurnaan hanyalah milik Allah dan kekurangan hanyalah milik hamba-hamba-NYa. Dalam pengembangan proses pembelajaran setiap pendidik pasti memiliki kekurangan dan hambatan, karena dua hal tersebut pasti akan dialami oleh siapa saja. Hambatan yang kedua adalah berkaitan dengan sarana prasarana/ minimnya alat. Hakikatnya proses belajar mengajar adalah proses komunikasi. Kegiatan belajar mengajar merupakan hubungan komunikasi, bertukar fikiran untuk mengembangkan ide dan pengertian, komunikasi membutukan bahasa yang mudah dimengerti dan lugas agar tidak menciptakan kesalah fahaman dalam menangkap komunikasi, dibutuhkan keefektifan dan efesien. Waktu yang terbatas menjadikan alasan pokok bagi pendidik dalam menjalankan strategi tersebut, belum lagi sarana dan prasarana yang terbatas menghambat dalam menerapkan. Beban yang baru memacu guru PAI untuk lebih baik dalam menjalankan hambatanhambatan.
D. Upaya
Untuk
Mengatasi
Hambatan
Dalam
Mengembangkan
Kompetensi Pedagogi Bagi Guru PAI Di SMP Islam Sudirman 1 Bancak Hambatan yang pertama merupakan pembagian waktu pembelajaran, Agar tujuan pembelajaran dapat dicapai secara optimal, maka dalam menentukan strategi pembelajran perlu dirumuskan komponen kegiatan pembelajaran yang sesuai dengan standar proses pembelajaran. Teknik yang di terapkan dalam pemanfaatan waktu untuk mengatasi hambatan dalam meningkatkan kompetensi pedagogi oleh seorang guru (fasilitator) sebelum memulai pembelajaran diharapkan mampu memanfaatkan waktu sebaik-baiknya. Upaya untuk mengatasi hambatan dalam pemanfaatan sarana dan prasarana. Hakikatnya proses belajar mengajar adalah proses komunikasi. Kegiatan belajar mengajar merupakan hubungan komunikasi, bertukar fikiran untuk mengembangkan ide dan pengertian, komunikasi membutukan bahasa yang mudah dimengerti dan lugas agar tidak menciptakan kesalah fahaman dalam menangkap komunikasi, dibutuhkan keefektifan dan efesien. Cara untuk mengatasi keadaan demikian ialah dengan penggunaan media secara terintegrasi dalam proses belajar mengajar. Fungsinya sebagai stimulus informasi, sikap, mengserasikan dalam penerimaan informasi, dan memberi kemudahan
dalam mempraktekan metode pembelajaran serta memberikan umpan balik. Upaya lain di ungkapkan oleh bapak MS, Ibu EH dan Ibu S bahwa untuk menyiasati minimnya sarana dan prasarana serta belum bisa memanfaatkan sarana teknologi teknik yang dilakukan adalah guru berinovasi untuk kreatif, membuat alat peraga sendiri yang dibuat dari karton ataupun memanfaatkan kalender yang digunakan unutk menunjang proses pembelajaran.
BAB V PENUTUP A. Kesimpulan 1. Strategi Pengembangan Kompetensi Pedagogi Guru Pendidikan Agama Islam (PAI) di SMP Islam Sudirman 1 Bancak. Strategi pengembangan diri dan strategi kelembagaan yang dilakukan oleh guru SMP Islam Sudirman 1 Bancak yaitu guru aktif membaca buku, guru melakukan reflektif/memotivasi diri sendiri untuk berusaha lebih baik, guru juga aktif dalam organisasi keguruan misalnya workshop, lokakaraya dan seminar. Organisasi keguruan yang sering diikuti oleh guru SMP Islam Sudirman 1 Bancak yaitu MGMP, selain itu guru juga melakukan penilaian diri sendiri dalam meningkatkan kualitas dan mengikuti studi banding yang diadakan oleh sekolah. 2. Faktor Pendukung Guru Pendidikan Agama Islam (PAI) dalam mengembangan Kompetensi Pedagogi di SMP Islam Sudirman 1 Bancak. Faktor pendukung dalam pengembangan kompetensi pedagogi guru PAI di SMP Islam Sudirman 1 Bancak antara lain SDM dari guru mampu mengikuti kegiatan yang dapat meningkatkan kompetensi pedagogi, perancangan pembelajaran yang sudah di buat jauh-jauh hari, karena guru-guru SMP Islam Sudirman 1 Bancak telah menyipkan RPP setiap kali akan mengajar, RPP telah sesuai dengan
standar kurikulum yang telah ditetapkan, menggunakan strategi/pendekatan yang sesuai, pemanfaatan media, mengaktifkan siswa, menguasai materi, penilaian proses dan hasil, meskipun guru tidak mampu menggunakan teknologi secara maksimal tetapi guru mampu mengembangkan proses pembelajaran lewat berbagai media yang di rancangan sesuai kreatifitas peserta didik, adanya dukungan dari kepala sekolah. 3. Hambatan dalam Guru Pendidikan Agama Islam (PAI) dalam mengembangan Kompetensi Pedagogi di SMP Islam Sudirman 1 Bancak. Hambatan dalam meningkatkan strategi pengembangan kompetensi pedagogi antara lain: sumber daya manusia dalam menjalankan strategi pengembangan kompetensi pedagogi, guru cenderung kurang dapat membagi waktu antara tugas pokok dan tugas yang lain, sarana dan prasana yang terbatas kurang mendukung dalam penerapan strategi pengembangan kompetensi pedagogi 4. Upaya Guru Pendidikan Agama Islam (PAI) Mengatasi Hambatan Dalam Mengembangan Kompetensi Pedagogi di SMP Islam Sudirman 1 Bancak. Mengatasi hambatan dari Sumber daya manusia dengan pembinaan yang dilakukan Kepala Sekolah, mengikuti workshop, seminar studi banding, waktu yang minim dapat dimaksimalkan dengan persiapan yang matang dan manajemen waktu sarana dan
prasarana terbatas guru dapat meningkatkan kreatifitas dalam mesinergikan metode dengan materi pelajaran yang akan diajarkan. B. Saran 1.
Yayasan Sekolah dan Komite Sekolah Yayasan Sekolah dan komite diharapkan lebih berkerjasama terhadap perkembangan dan kebutuhan sekolah serta pemenuhan segala hal yang berkaitan dengan kegiatan pembelajaran termasuk sarana dan prasarana penunjang pembelajaran.
2.
Bagi Kepala Sekolah Kepala Sekolah dalam melaksakan tugas dan tanggung jawabnya diharapkan dapat meningkatkan fungsi pengawasan, pembinaan, koordinasi dan penataan terhadap seluruh jajaran sekolah dari atas hingga bagian terbawah dalam keorganisasian di sekolah, dari guru hingga staff kebersihan. Kepala sekolah juga menjadi figur keteladanan yang baik kepada seluruh sistem dan jaringan didalamnya termasuk guru dan murid-murid.
3.
Bagi guru PAI Guru PAI diharapkan mampu meningkatkan kualitas sumber daya, meningkatkan kreativitas dan profesionalitas pedagogis melalui cara pelatihan-pelatihan guru, lokakarya, seminar, studi banding, serta meningkatkan ilmu pengetahuan dari perkembangan teknologi dan informasi kekinian. Guru diharapan lebih kreatif, inovatif dalam menerapkan strategi pembelajaran pada pemanfaatan media, sumber
dan alat pembelajaran untuk menerapkan strategi pengembangan kompetensi pedagogi untuk mencapai tujuan pendidikan.
DAFTAR PUSTAKA Afifah, Roifatul. 2010. Upaya Pengembangan Kompetensi Guru Pendidikan Agama Islam di SMP Negeri dan Swasta Se Kecamatan Bandongan Kabupaten Magelang Tahun 2010. Skripsi tidak diterbitkan. Salatiga: Jurusan Tarbiyah STAIN Salatiga. Alfia, Alifa N. Menigkatkan Kompetensi Pedagogi guru pada http://jurnal nasional administrasi pendidikan. diakses pada tanggal 22 Januari 2015 pada pukul 13:01 Baharuddin. 2010. Pendidikan & Psikologi Perkembangan. Jogjakarta: Ar-Ruzz Media. Bahri, Syaiful. 2005. GURU DAN ANAK DIDIK Dalam Interaksi Edukatif suatu Pendekatan Teoritis Psikologi. Jakarta: PT. Rineka Cipta Dhariyanto. 1997.MGMP Kota Kediri pada http://Dhariyanto97.blogspot.com diakses pada tanggal 29 Januari 2015 pukul 01:16 Fathurrohman, Pupuh & Sobry Sutikno. 2007. Strategi Belajar Mengajar melalui Penanaman Konsep Umum & Konsep Islami. Bandung: Refika Aditama. Hamalik, Oemar. 2011. Kurikulum dan Pembelajaran. Jakarta: Bumi Aksara. Hamruni. 2012. Strategi Pembelajaran. Yogyakarta: Insan Madani. http://little-chiyoo.blogspot.com diakses pada tanggal 22 Desember 2014 pukul 11:20 Isnaini, Hardini & Puspitasari. 2012. Strategi Pembelajaran Terpadu (Teori, Konsep, & Implementasi). Yogyakarta: Familia (Group Relasi Inti Media). Khomsatun, Qun. 2010. Strategi Pengembangan Profesionalitas Guru pada Kompetensi Pedagogik di SMP Islam Hidayatullah Semarang. Skripsi. Program Strata I Jurusan Kependidikan Islam Fakultas Tarbiyah IAIN Walisongo Semarang. Kunandar. 2011. Guru Profesional Implementasi Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) dan Sukses dalam Sertifikasi Guru. Jakarta: Rajawali Pers. Ma’mur Jamal. 2009. Tujuh Kompetensi Guru Menyenangkan dan Profesional. Jogjakarta : Power Book (Ihdina). Majid, Abdul. 2014a. Strategi Pembelajaran. Bandung: PT. Remaja Rosdakarya. Majid, Abdul. 2014b. Belajar dan Pembelajaran Pendidikan Agama Islam, cet. Ke 2. Bandung: PT. Remaja Rosdakarya. Malik, Oemar. 2003. Pendidikan Guru Berdasarkan Pendekatan Kompetensi, cet II. Jakarta: PT. Bumi Aksara. Marzuki. 2001. Metodologi Riset. Yogyakarta: BPFE UII. Moleong, Lexy J. 2008. Metodologi Penelitian Kualitatif, cet.13. Bandung: Remaja Rosdakarya. Mujtahid. 2009. Pengembangan Profesi Guru. Malang: UIN-Malang Press. Mulyasa, E. 2008. Standar Kompetensi dan Sertifikasi Guru. Bandung: Rosdakarya. Norlander-Case, Kay A. 2009. Guru Profesional: Penyiapan dan Pembimbingan Prakisi Pemikir. Jakarta : Indeks. Nurdin, Muhammad. 2010. Kiat Menjadi Profesional. Jogjakarta: Ar-Ruzz Media. Penyusun Kamus Pusat Pembinaan dan Pengembangan Bahasa. 1999. Kamus Besar Bahasa Indonesia. Jakarta: Balai Pustaka. Redaksi, S. 2006. Undang-Undang Guru dan Dosen (UU. No. 14 Th.2005). Cet.1. Jakarta: Sinar Grafika
Rusmono. 2012. STRATEGI PEMBELAJARAN dengan PROBLEM BASED LEARNING itu Perlu untuk Meningkatkan Profesionalitas Guru. Bogor: Ghalia Indonesia. Singarimbun, Masri dan Sofian Effendi. Metode Penelitian Surve. Cet. 3. Jakarta: LP3ES Sugiyono. 2012. Metode Penelitian Kuantitatif dan Kualitatif dan RnD. Bandung : CV Alfabeta. Tilaar, H.A.R. . 2012. Perubahan Sosial dan Pendidikan Pengantar Pedagogik Transformatif untuk Indonesia. Jakarta: Rineka Cipta. Usman, Moh. Uzer. 2001. Menjadi Guru Profesional. Bandung: Remaja Rosdakarya. Wena, Made. 2014. Strategi Pembelajaran Inovatif Kontemporer Suatu Tinjauan Konseptual Operasional. Jakarta: Bumi Aksara. Wibowo, Agus dan Hamrin. 2012. Menjadi Guru Berkarakter (Strategi Membangun Kompetensi dan Karakter Guru). Yogyakarta: Pustaka Pelajar.
LAMPIRAN
DAFTAR RIWAYAT HIDUP
Dengan ini penulis cantumkan daftar riwayat hidup sebagai berikut: Nama
: Istikhana Fauziyah
NIM
: 111 10 108
Tempat/Tanggal Lahir
: Kab. Semarang
Jenis Kelamin
: Perempuan
Agama
: Islam
Alamat Bancak
: Santren RT 01/RW 02 Desa Wonokerto Kec.
Kab. Semarang Riwayat Pendidikan: 1. 2. 3. 4. 5.
Roudhotul Atfal Tarbiatul Banin, lulus tahun 1998 SD N Wonokerto, lulus tahun 2004 SMP N 1 Bringin, lulus tahun 2007 SMA N 1 Bringin, lulus tahun 2010 IAIN Salatiga, masuk tahun 2010
Riwayat Organisasi: 1. KOPMA FATAWA STAIN Salatiga Demikian riwayat hidup penulis, penulis buat dengan sebenar-benarnya. Bancak, 14 April 2015 Penulis,
Istikhana F. NIM. 111 10 108
Gb. 1 Wawancara dengan Bapak Sunarto (SN) selaku guru PAI sekaligus wakil kepala sekolah
Gb. 2 Wawancara dengan ibu Elya Himawati selaku guru PAI sekaligus pendamping BK
Gb. 3 Wawancara dengan bapak Mustakim guru PAI sekaligus Kepala Sekolah SMP Islam Sudirman 1 Bancak
Gb. 4 Wawancara dengan Ibu Siti Zulaikhah selaku guru Agama sekaligus kepala perpustakaan
Gb. 5 Papan nama sekolah sebagai identitas sekolah
Gb. 6 Masjid yang dipergunakan untuk shalat dhuha dan shalat dhuhur berjamaah sekaligus diprgunakan dalam pembelajaran agam yang bersifat praktek misalnya praktek shalat
PEDOMAN WAWANCARA 1.
Apa strategi pengembangan diri dan strategi pengembangan kelembagaan dalam mengembangkan kompetensi pedagogi guru PAI di SMP Islam Sudirman 1 Bancak? 2. Faktor pendukung bagi guru PAI dalam mengembangkan kompetensi pedagogi yang meliputi 10 komponen kompetensi pedagogi: a. Apa faktor pendukung Bapak/Ibu dalam pengembangan pemahaman wawasan atau landasan kependidikan dalam menguasai teori belajar dan prinsip-prinsip pembelajaran yang mendidik ? b. Apa faktor pendukung Bapak/Ibu dalam pemahaman terhadap peserta ? c. Apa faktor pendukung Bapak/Ibu dalam pengembangan kurikulum /silabus yang terkait dengan mata pelajaran yang diampu? d. Apa faktor pendukung Bapak/Ibu dalam perancangan pembelajaran? e. Apa faktor pendukung Bapak/Ibu dalam pelaksanaan pembelajaran yang mendidik dan dialogis? f. Apa faktor pendukung Bapak/Ibu dalam pemanfaatan teknologi dan informasi untuk kepentingan pembelajaran? g. Apa faktor pendukung Bapak/Ibu dalam penyelenggaraan penilaian dan evaluasi hasil belajar? h. Apa faktor pendukung Bapak/Ibu dalam pemanfaatan hasil penilaian dan evaluasi untuk kepentingan pembelajaran? i. Apa faktor pendukung Bapak/Ibu dalam melakukan reflektif untuk peningkatan kualitas pembelajaran? j. Apa faktor pendukung Bapak/Ibu dalam memfasilitasi pengembangan potensi peserta didik untuk mengaktualisasikan berbagai potensi yang dimiliki? 3. Faktor penghambat bagi guru PAI dalam mengembangkan kompetensi pedagogi yang meliputi 10 komponen kompetensi pedagogi: a. Apa faktor penghambat Bapak/Ibu dalam pengembangan pemahaman wawasan atau landasan kependidikan dalam menguasai teori belajar dan prinsip-prinsip pembelajaran yang mendidik ? b. Apa faktor penghambat Bapak/Ibu dalam pemahaman terhadap peserta ? c. Apa faktor penghambat Bapak/Ibu dalam pengembangan kurikulum /silabus yang terkait dengan mata pelajaran yang diampu? d. Apa faktor penghambat Bapak/Ibu dalam perancangan pembelajaran? e. Apa faktor penghambat Bapak/Ibu dalam pelaksanaan pembelajaran yang mendidik dan dialogis? f. Apa faktor penghambat Bapak/Ibu dalam pemanfaatan teknologi dan informasi untuk kepentingan pembelajaran? g. Apa faktor penghambat Bapak/Ibu dalam penyelenggaraan penilaian dan evaluasi hasil belajar? h. Apa faktor penghambat Bapak/Ibu dalam pemanfaatan hasil penilaian dan evaluasi untuk kepentingan pembelajaran? i. Apa faktor penghambat Bapak/Ibu dalam melakukan reflektif untuk peningkatan kualitas pembelajaran?
j. Apa faktor penghambat Bapak/Ibu dalam memfasilitasi pengembangan potensi peserta didik untuk mengaktualisasikan berbagai potensi yang dimiliki? 4. Upaya guru PAI mengatasi hambatan dalam mengembangkan kompetensi pedagogi meliputi 10 komponen kompetensi pedagogi: a. Bagaimana upaya Bapak/Ibu untuk mengatasi hambatan dalam pengembangan pemahaman wawasan atau landasan kependidikan dalam menguasai teori belajar dan prinsip-prinsip pembelajaran yang mendidik ? b. Bagaimana upaya Bapak/Ibu untuk mengatasi hambatan dalam pemahaman terhadap peserta ? c. Bagaimana upaya Bapak/Ibu untuk mengatasi hambatan dalam pengembangan kurikulum /silabus yang terkait dengan mata pelajaran yang diampu? d. Bagaimana upaya Bapak/Ibu untuk mengatasi hambatan dalam perancangan pembelajaran? e. Bagaimana upaya Bapak/Ibu untuk mengatasi hambatan dalam pelaksanaan pembelajaran yang mendidik dan dialogis? f. Bagaimana upaya Bapak/Ibu untuk mengatasi hambatan dalam pemanfaatan teknologi dan informasi untuk kepentingan pembelajaran? g. Bagaimana upaya Bapak/Ibu untuk mengatasi hambatan dalam Bapak/Ibu dalam penyelenggaraan penilaian dan evaluasi hasil belajar? h. Bagaimana upaya Bapak/Ibu untuk mengatasi hambatan dalam pemanfaatan hasil penilaian dan evaluasi untuk kepentingan pembelajaran? i. Bagaimana upaya Bapak/Ibu untuk mengatasi hambatan dalam melakukan reflektif untuk peningkatan kualitas pembelajaran? j. Bagaimana upaya Bapak/Ibu untuk mengatasi hambatan dalam memfasilitasi pengembangan potensi peserta didik untuk mengaktualisasikan berbagai potensi yang dimiliki?