STRATEGI PENGEMBANGAN KOMPETENSI GURU DI SMK PGRI 16 DKI JAKARTA Skripsi Diajukan kepada Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan (S.Pd)
Disusun oleh: DAMAYANTI NIM: 105018200712
PROGRAM STUDI MANAJEMEN PENDIDIKAN JURUSAN KEPENDIDIKAN ISLAM FAKULTAS ILMU TARBIYAH DAN KEGURUAN UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA 2011 M/1432 H
STRATEGI PENGEMBANGAN KOMPETENSI GURU DI SMK PGRI 16 DKI JAKARTA
Skripsi Diajukan kepada Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan (S.Pd)
Disusun oleh: DAMAYANTI
Dibawah Bimbingan:
Nurlena Rifai, M.A, Ph.D
PROGRAM STUDI MANAJEMEN PENDIDIKAN JURUSAN KEPENDIDIKAN ISLAM FAKULTAS ILMU TARBIYAH DAN KEGURUAN UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA 2011 M/1432 H
ii
LEMBAR PENGESAHAN Skripsi yang berjudul “Strategi Pengembangan Kompetensi Guru di SMK PGRI 16 DKI Jakarta” yang disusun oleh Damayanti dengan Nomor Induk Mahasiswa 105018200712 telah diujikan pada tanggal 11 Maret 2011 dan telah diterima dan disyahkan oleh Dewan Penguji Skripsi Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan UIN Syarif Hidayatullah Jakarta. Skripsi ini telah diterima sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Strata Satu (S1) pada Jurusan/Prodi KI-Manajemen Pendididkan. Jakarta, 11 Maret 2011 Panitia Ujian Munaqosah Tanggal
Tanda Tangan
Ketua Panitia Drs. Rusydy Zakaria, M.Ed., M.Phil. NIP: 19560530 198503 1 002
………
…………….
Sekretaris Drs. Mu’arif SAM, M.Pd. NIP: 19650717 199403 1 005
………
…………….
Penguji I Drs. Mudjahid Ak, M.Sc. NIP: 19470714 196510 1 001
………
…………….
Penguji II Dra. Djunaidatul Munawaroh, M.Ag. NIP: 19580918 198701 2 001
………
Mengetahui Dekan FITK
Prof. Dr. Dede Rosyada, MA. NIP. 19571005 198703 1 003
iii
…………….
DEPARTEMEN AGAMA UIN JAKARTA FITK
No. Dokumen Tgl. Terbit No. Revisi: Hal
FORM (FR)
Jl. Ir. H. Juanda No 95 Ciputat 15412 Indonesia
: : : :
FITK-FR-AKD-089 5 Januari 2009 00 1/1
SURAT PERNYATAAN KARYA SENDIRI
Saya yang bertanda tangan di bawah ini, Nama
: Damayanti
Tempat/Tgl.Lahir : Ngawi, 3 Februari 1985 NIM
: 105018200712
Jurusan / Prodi
: KI-Manajemen Pendidikan
Judul Skripsi
: Strategi Pengembangan Kompetensi Guru di SMK PGRI 16 DKI Jakarta
Dosen Pembimbing
: Nurlena Rifai, M.A., Ph.D.
dengan ini menyatakan bahwa skripsi yang saya buat benar-benar hasil karya sendiri dan saya bertanggung jawab secara akademis atas apa yang saya tulis. Pernyataan ini dibuat sebagai salah satu syarat menempuh Ujian Munaqasah.
Jakarta, 8 Maret 2011 Mahasiswa Ybs.
Damayanti NIM: 105018200712
iv
ABSTRAK Damayanti, NIM: 105018200712, “Strategi Pengembangan Kompetensi Guru di SMK PGRI 16 DKI Jakarta, Skripsi Program Strata 1 (S1) Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan UIN Syarif Hidayatullah Jakarta. Kata Kunci : Strategi Pengembangan Kompetensi Guru Kompetensi guru merupakan kemampuan yang dimiliki oleh seorang guru untuk menjalankan tugas dan tanggung jawabnya sebagai pendidik. Kompetensi guru merupakan hal yang sangat menentukan hasil belajar siswa karena guru merupakan orang yang paling berperan dalam pelaksanaan Kegiatan Belajar Mengajar (KBM). Untuk itu, kompetensi guru harus selalu ditingkatkan. Masalah penelitian difokuskan pada strategi pengembangan kompetensi guru di SMK PGRI 16 DKI Jakarta. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui kompetensi pedagogik dan kompetensi profesional guru SMK PGRI 16 DKI Jakarta beserta upaya-upaya yang dilakukan untuk mengembangkan kompetensi tersebut. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode penelitian deskriptif. Teknik yang digunakan dalam mengumpulkan data adalah observasi, wawancara dan angket. Populasi penelitian ini adalah guru SMK PGRI 16 DKI Jakarta yang berjumlah 30 orang. Berhubung populasi kurang dari 100, maka sampelnya adalah sampel populasi, yakni 30 orang. Hasil penelitian menunjukkan bahwa strategi yang dilakukan SMK PGRI 16 DKI Jakarta dalam mengembangkan kompetensi guru adalah melakukan rekrutmen guru baru, menyeleksi calon guru baru dengan benar, menyelenggarakan seminar/pelatihan dengan mendatangkan narasumber, mengikutsertakan guru dalam Pendidikan dan Pelatihan (Diklat), serta memberikan motivasi dan penghargaan bagi guru yang berprestasi. Perhitungan angket menunjukkan bahwa strategi tersebut berkategori cukup. Sementara itu, kompetensi guru di SMK PGRI 16 DKI Jakarta menunjukkan kategori cukup.
v
KATA PENGANTAR Bismillaahirrahmaanirrahiim
Dengan nama Allah yang Maha Pengasih dan Maha Penyayang. Puji serta syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT, yang telah memberikan kemudahan, kekuatan dan kesabaran kepada penulis dalam menyelesaikan skripsi ini. Shalawat dan salam semoga senantiasa dilimpahkan kepada Baginda Rasulullah Muhammad saw yang teramat besar cintanya kepada umatnya dan membimbingnya menuju jalan yang diridhoi Allah. Semoga kemuliaan pun tercurah kepada keluarga, sahabat dan umatnya yang senantiasa istiqomah menetapi sunnahnya sampai akhir zaman. Dalam penyusunan skripsi ini, penulis menyadari sepenuhnya akan bantuan dari berbagai pihak. Oleh karena itu, ucapan terimakasih penulis sampaikan kepada: 1. Prof. Dr. Dede Rosyada, M.A., Dekan Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan yang telah memberikan kesempatan kepada penulis untuk menempuh pendidikan di UIN Syarif Hidayatulah Jakarta. 2. Drs. Rusydy Zakaria, M.Ed., M.Phil., Ketua Jurusan Kependidikan Islam yang telah memberikan bimbingan dalam penyusunan skripsi ini. 3. Drs. Mu’arif SAM, M.Pd., Ketua Program Studi Manajemen Pendidikan yang telah memberikan bimbingan dalam penyusunan skripsi ini. 4. Nurlena Rifai, M.A., Ph.D., Dosen Pembimbing, atas kesediaan, waktu dan kesabarannya dalam memberikan bimbingan kepada penulis. 5. Kepala sekolah beserta dewan guru SMK PGRI 16 Jakarta yang telah meluangkan waktunya untuk membantu penulis dalam melakukan penelitian. 6. Keluargaku tercinta, terutama kepada kedua orang tuaku (Mulyadi-Giyarti), adik-adikku (Dewi Yulianti & David Aprilianto), atas do’a, motivasi dan dukungannya yang tiada henti kepada penulis. Tak lupa, kepada Bude (Welas Asih), atas dukungan dan pengorbanannya menyelesaikan studi.
vi
sehingga penulis dapat
7. “Raifa” yang senantiasa hadir ketika penulis butuhkan dan selalu menguatkan hati, memberikan semangat dan dukungannya. Thanks you so much. 8. Sahabat-sahabatku, Isnaini, Lilik, Hamroh, Afifah dan teman-teman Manajemen Pendidikan angkatan 2005 atas do’a dan dukungannya. Semoga Allah menguatkan silaturrahim kita, serta semua pihak yang tidak mungkin penulis sebutkan satu per satu. Barakallaahulakum. Akhir kata, penulis mohon maaf apabila dalam penulisan skripsi ini terdapat kesalahan yang kurang berkenan. Semoga skripsi ini dapat bermanfaat, khususnya bagi penulis dan umumnya bagi pembaca sekalian. Semoga menjadi amal kebaikan yang dibalas oleh Allah dengan kebaikan yang berlipat ganda.. Amin.
Jakarta, 8 Maret 2011
Penulis
vii
DAFTAR ISI Lembar Pengesahan Dosen Pembimbing .............................................................. ii Lembar Pengesahan Panitia Ujian Munaqosah ...................................................... iii Surat Pernyataan Karya Sendiri ............................................................................ iv Abstrak ................................................................................................................. v Kata Pengantar ..................................................................................................... vi Daftar Isi .............................................................................................................. viii Daftar Tabel .......................................................................................................... x BAB I Pendahuluan ............................................................................................. 1 A. Latar Belakang Masalah ........................................................................... 1 B. Identifikasi Masalah .................................................................................. 5 C. Pembatasan Maslah .................................................................................. 5 D. Perumusan Masalah ................................................................................ 5 E. Manfaat Penelitian ................................................................................... 6 BAB II Kajian Teori .............................................................................................. 7 A. Strategi ...................................................................................................... 7 1. Pengertian Strategi .............................................................................. 7 2. Dimensi-dimensi Strategi ................................................................... 9 3. Tingkat-tingkat Strategi ...................................................................... 11 4. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Strategi ........................................ 13 5. Tahapan Strategi .................................................................................. 16 B. Kompetensi Guru ...................................................................................... 19 1. Pengertian Kompetensi Guru ............................................................... 19 2. Unsur-unsur Kompetensi Guru ........................................................... 21 3. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Kompetensi Guru ....................... 25 C. Strategi Pengembangan Kompetensi Guru ............................................... 28 1. Pengembangan Sumber Daya Manusia ................................................ 28 2. Pengembangan Kompetensi Guru ........................................................ 33
viii
BAB III Metodologi Penelitian ............................................................................. 42 A. Tujuan Penelitian ...................................................................................... 42 B. Waktu dan Tempat Penelitian ................................................................... 42 C. Metode Penelitian ...................................................................................... 43 D. Populasi dan Sampel ................................................................................. 43 E. Teknik Pengumpulan Data ........................................................................ 43 F. Instrumen Pengumpulan Data ................................................................... 44 G. Teknik Pengolahan Data ........................................................................... 45 H. Teknik Analisis dan Interpretasi Data ....................................................... 46 BAB IV Hasil Penelitian ....................................................................................... 48 A. Gambaran Umum Objek Penelitian .......................................................... 48 1. Profil Sekolah ...................................................................................... 48 2. Profil Guru .......................................................................................... 50 B. Deskripsi Data ........................................................................................... 51 BAB V Penutup .................................................................................................... 65 A. Kesimpulan ............................................................................................... 65 B. Saran .......................................................................................................... 66 Daftar Pustaka ....................................................................................................... 67 Lampiran ............................................................................................................... 70
ix
DAFTAR TABEL Tabel
Halaman
1
Waktu dan Kegiatan Penelitian ................................................................. 42
2
Kisi-kisi Angket ........................................................................................ 44
3
Kisi-Kisi Wawancara ................................................................................ 45
4
Data Guru SMK PGRI 16 DKI Jakarta ..................................................... 51
5
Pelatihan Membuat RPP ............................................................................ 53
6
Pelatihan Membuat Silabus ....................................................................... 53
7
Pengiriman Peserta Pelatihan, Penataran, Lokakarya dan Seminar .......... 54
8
Penyelenggaraan Sosialisasi Hasil Pelatihan ............................................. 54
9
Mengikutsertakan Guru dalam Kegiatan Sosial ........................................ 55
10
Pemberian Beasiswa Bagi Guru untuk Melanjutkan Pendidikan .............. 55
11
Pemberitahuan Hasil Setiap Kegiatan ....................................................... 56
12
Pemberian Sanksi Bagi Guru yang Melanggar Kode Etik ......................... 56
13
Pemberian Hadiah Finansial ...................................................................... 57
14
Pemberian Piagam Penghargaan .............................................................. 57
15
Penyusunan Silabus Pembelajaran ............................................................. 58
16
Penentuan Strategi Pembelajaran yang Tepat ........................................... 58
17
Pembuatan RPP ......................................................................................... 59
18
Penggunaan Metode Pembelajaran yang Sesuai dengan Materi ............... 59
19
Penggunaan Media Pembelajaran yang Sesuai dengan Materi ................. 59
20
Penyusunan Alat Evaluasi ......................................................................... 60
21
Pelaksanaan Post Tes ................................................................................ 61
22
Menindaklanjuti Hasil Evaluasi dengan Remedial ................................... 61
23
Penguasaan Materi .................................................................................... 62
24
Pengkajian/Penelitian untuk Memperdalam Pengetahuan ........................ 62
25
Deskripsi Data Hasil Penelitian ................................................................. 63
26
Nilai Rata-rata Skor Penelitian ................................................................. 64
x
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah Sekolah
merupakan
lembaga
pendidikan
formal
yang
bertugas
memberikan pelayanan jasa pendidikan kepada masyarakat. Sekolah bertugas membantu orang tua dalam mengoptimalkan perkembangan pengetahuan, keterampilan, nilai dan sikap anak sebagai bekal hidup di masyarakat atau melanjutkan ke jenjang pendidikan yang lebih tinggi. Sebagai lembaga pendidikan formal, penyelenggaraan dan pengelolaan sekolah harus diarahkan pada pencapaian tujuan pendidikan nasional. Adapun fungsi dan tujuan pendidikan nasional menurut Undang-undang RI Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional adalah sebagai berikut: Pendidikan nasional berfungsi mengembangkan kemampuan dan membentuk watak serta peradaban bangsa yang bermartabat dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa, bertujuan untuk berkembangnya potensi peserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri, dan menjadi warga negara yang demokratis serta bertanggung jawab.1 Untuk mencapai tujuan pendidikan nasional yang dijabarkan dalam visi, misi, dan tujuan sekolah perlu dilakukan pengembangan terhadap semua aspek dan komponen yang ada di sekolah. Aspek dan komponen yang harus 1
Undang-undang RI No. 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional, Pasal 3.
1
2
dikembangkan meliputi tenaga kependidikan, kurikulum, sumber belajar, sarana dan prasarana, manajemen keuangan dan sebagainya. Guru sebagai salah satu komponen pendidikan memiliki peran penting dalam mencapai tujuan pendidikan. Hal ini karena guru adalah pendidik yang berhubungan langsung dengan peserta didik dalam proses belajar mengajar. Dalam Undang-undang No. 20 tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional disebutkan: “Pendidik merupakan tenaga profesional yang bertugas merencanakan dan melaksanakan proses pembelajaran, menilai hasil pembelajaran, melakukan pembimbingan dan pelatihan serta melakukan penelitian dan pengabdian kepada masyarakat, terutama bagi pendidik pada perguruan tinggi.”2 Selanjutnya, dalam Undang-undang RI Nomor 14 tahun 2005 tentang Guru dan Dosen disebutkan bahwa: “guru adalah pendidik profesional dengan tugas utama mendidik, mengajar, membimbing, mengarahkan, melatih, menilai, mengevaluasi peserta didik pada pendidikan anak usia dini, jalur pendidikan formal, pendidikan dasar dan pendidikan menengah.”3 Pengertian pendidik/guru yang terdapat dalam kedua undang-undang tersebut, menunjukkan bahwa guru memiliki tanggung jawab terhadap kegiatan belajar mengajar di sekolah. Dalam kegiatan ini, guru tidak hanya memberikan sejumlah ilmu pengetahuan, tetapi juga menanamkan nilai-nilai dan sikap kepada anak didik supaya anak didik memiliki kepribadian yang paripurna. Agar dapat menjalankan tugasnya sebagai pendidik, guru wajib memiliki keahlian yang memadai. “Guru wajib memiliki kualifikasi akademik, kompetensi, sertifikat pendidikan, sehat jasmani dan rohani, serta memiliki kemampuan untuk mewujudkan tujuan nasional”.4 Kompetensi yang dimaksud
meliputi
kompetensi
kepribadian,
kompetensi
pedagogik,
2
Undang-undang RI No. 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional, Pasal 39, Ayat
3
Undang-undang RI No. 14 Tahun 2005 tentang Guru dan Dosen. Pasal 1. Undang-undang RI No. 14 Tahun 2005 tentang Guru dan Dosen, Pasal 8.
2. 4
3
kompetensi sosial dan kompetensi profesional yang diperoleh melalui pendidikan profesi. Selain kualifikasi, kompetensi, dan sertifikasi, ada beberapa karakteristik yang harus dimiliki seorang guru, yaitu: 1. Kematangan diri yang stabil; memahami diri sendiri, mencintai diri secara wajar dan memiliki nilai-nilai kemanusiaan serta bertindak sesuai dengan nilai-nilai itu sehingga ia bertanggung jawab sendiri atas hidupnya, tidak menggantungkan diri atau menjadi beban orang lain. 2. Kematangan sosial yang stabil; dalam hal ini seorang pendidik dituntut mempunyai pengetahuan yang cukup tentang masyarakatnya, dan memiliki kecakapan membina kerjasama dengan orang lain. 3. Kematangan profesional (kamampuan mendidik); yakni menaruh perhatian dan sikap cinta terhadap anak didik serta mempunyai pengetahuan yang cukup tentang latar belakang anak didik dan perkembangannya, memiliki kecakapan dalam menggunakan cara-cara mendidik.5 Kedudukan seorang guru sebagai agen pembelajaran sangat penting dalam mewujudkan tujuan pendidikan nasional. Untuk itu, kemampuan seorang guru harus dikembangkan terus menerus seiring dengan perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi. Pengembangan ini dapat dilakukan melalui upayaupaya strategis, baik oleh pemerintah, sekolah, maupun oleh guru yang bersangkutan. Strategi merupakan rencana yang digunakan untuk mencapai tujuan jangka panjang. Strategi dapat diartikan sebagai “suatu proses penentuan rencana para pemimpin puncak yang berfokus pada tujuan jangka panjang organisasi, disertai penyusunan suatu cara atau upaya bagaimana agar tujuan tersebut dapat tercapai.”6 Sehubungan dengan pengertian strategi tersebut, berbagai upaya pengembangan kompetensi guru telah dilakukan oleh pemerintah, yaitu dengan mengesahkan Undang-undang No. 14 tahun 2005 tentang Guru dan Dosen yang diikuti dengan terbitnya Peraturan Menteri Pendidikan Nasional
5
Hasbullah, Dasar-dasar Ilmu Pendidikan, (Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada, 2006), Cet. 5, h. 19. 6 Husein Umar, Strategic Management in Action, (Jakarta: PT. Gramedia Pustaka Utama, 2008), Cet. 5, h. 31.
4
tahun 2007 yang antara lain tentang Standar Kualifikasi Akademik dan Kompetensi Guru (Nomor 16), dan Sertifikasi Bagi Guru dalam Jabatan (Nomor 18). Berbagai upaya untuk mengembangkan kompetensi guru memang telah dilakukan, namun hal itu tampaknya belum memberikan hasil yang signifikan dengan yang diharapkan. Masih terdapat beberapa indikator kelemahan guru dalam menjalankan tugasnya sebagai pendidik. Hal ini seperti yang diungkapkan E. Mulyasa, sebagai berikut: Terdapat tujuh indikator yang menunjukkan rendahnya kinerja guru dalam melaksanakan tugas utamanya mengajar, yaitu: (a) rendahnya pemahaman tentang strategi pembelajaran, (b) kurangnya kemahiran dalam mengelola kelas, (c) rendahnya kemampuan melakukan dan memanfaatkan penelitian tindakan kelas (classroom action research), (d) rendahnya motifasi berprestasi, (e) kurang disiplin, (f) rendahnya komitmen profesi, (g) serta rendahnya kemampuan manajemen waktu.7 SMK PGRI 16 DKI Jakarta sebagai salah satu lembaga yang menyelenggarakan aktifitas secara formal bertanggung jawab dalam peningkatan sumber daya manusia Indonesia. Oleh karena itu, manajemen sumber daya manusia (guru) sebagai pendukung keberhasilan merupakan faktor yang tidak boleh luput dari perhatian. Sebagai sekolah kejuruan, SMK PGRI 16 dalam kuantitas sudah cukup baik, namun masih ada kelemahan yang perlu diperbaiki. Beberapa persoalan yang harus segera dibenahi oleh SMK PGRI 16, antara lain: Pertama, masih ada guru yang pendidikannya tidak sesuai dengan bidang studi yang diajarkan. Kedua, guru-guru masih banyak yang belum mampu mengelola kelas dengan baik sehingga saat KBM berlangsung banyak siswa yang tidak memperhatikan pelajaran. Ketiga, penguasaan guru tentang metode pembelajaran masih sangat minim sehingga mayoritas guru menggunakan metode ceramah.8 Beberapa masalah tersebut di atas menunjukkan bahwa ada permasalahan yang berhubungan dengan kompetensi guru yang perlu diatasi. Untuk itu, 7
E. Mulyasa, Standar Kompetensi dan Sertifikasi Guru, (Bandung: PT Remaja Rosda Karya, 2008), Cet. 3, h. 9. 8 Hasil wawancara dengan wakil kepala sekolah, 26 Februari 2010.
5
kepala sekolah sebagai pemimpin bertanggung jawab dalam mengembangkan kompetensi guru. Dalam hal ini, beberapa strategi pengembangan guru bisa dilakukan oleh kepala sekolah baik dalam lingkup internal maupun eksternal. Berdasarkan latar belakang masalah yang telah diuraikan, maka penulis ingin meneliti tentang “Strategi Pengembangan Kompetensi Guru di SMK PGRI 16 DKI Jakarta”
B. Identifikasi Masalah Berdasarkan uraian yang dikemukakan pada latar belakang masalah, maka dapat diidentifikasi masalah-masalah sebagai berikut: 1. Bagaimana kompetensi guru di SMK PGRI 16 DKI Jakarta? 2. Upaya-upaya apa saja yang dilakukan sekolah untuk mengembangkan kompetensi guru! 3. Bagaimana strategi pengembangan kompetensi guru di SMK PGRI 16 DKI Jakarta? 4. Bagaimana efektifitas strategi pengembangan kompetensi guru di SMK PGRI 16 DKI Jakarta? 5. Apa hambatan yang dihadapi kepala sekolah dalam mengembangkan kompetensi guru di SMK PGRI 16 DKI Jakarta!
C. Pembatasan Masalah Berdasarkan identifikasi masalah yang dikemukakan di atas, maka untuk memfokuskan penelitian, penulis membatasi permasalahan pada kompetensi guru dan upaya-upaya pengembangan yang dilakukan SMK PGRI 16 DKI Jakarta.
Kompetensi
dimaksud
meliputi
kompetensi
pedagogik
dan
kompetensi profesional.
D. Perumusan Masalah Berdasarkan pembatasan masalah yang telah dikemukakan, maka masalah penelitian dapat dirumuskan sebagai berikut:
6
1. Bagaimana kompetensi guru di SMK PGRI 16 DKI Jakarta? 2. Upaya-upaya apa yang dilakukan SMK PGRI 16 DKI Jakarta dalam mengembangkan kompetensi guru?
E. Manfaat Penelitian Manfaat yang bisa diambil dari penelitian mengenai strategi peningkatan kompetensi guru adalah sebagai berikut: 1. Bagi penulis, penelitian ini dapat menambah wawasan mengenai strategi pengembangan kompetensi guru. 2. Bagi kepala sekolah, penelitian ini dapat dijadikan sebagai bahan masukan untuk lebih mengembangkan kompetensi guru. 3. Bagi guru, penelitian ini dapat dijadikan sebagai bahan masukan agar mereka lebih mengembangkan kompetensinya sebagai pendidik.
BAB II KAJIAN TEORI
A. Strategi 1. Pengertian Strategi Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia strategi adalah ilmu dan seni menggunakan semua sumber daya bangsa(-bangsa) untuk melaksanakan kebijaksanaan tertentu dalam perang dan damai. Strategi adalah rencana yang cermat mengenai kegiatan untuk mencapai tujuan khusus.1 “Strategi (strategy) adalah alat untuk mencapai tujuan jangka panjang.”2 “Strategi (strategy) bagi para manajer adalah rencana berskala besar, dengan orientasi masa depan, guna berinteraksi dengan kondisi persaingan untuk mencapai tujuan perusahaan.”3 Menurut Hamel dan Prahalat, sebagaimana dikutip oleh Husein Umar, strategi didefinisikan sebagai berikut: Strategi merupakan tindakan yang bersifat inkremental (senantiasa meningkat) dan terus menerus dan dilakukan berdasarkan sudut pandang tentang apa yang diharapkan oleh para pelanggan di masa 1
Tim Penyusun Kamus Pusat Bahasa, Kamus Besar Bahasa Indonesia, (Jakarta: Balai Pustaka, 2002), Edisi III, Cet. 2, h. 1092. 2 Fred R. David, Manajemen Strategis: Konsep, Terj. dari Strategic Management: Concept and Cases oleh Setiyo Budi, (Jakarta: Salemba Empat, 2006), h. 16. 3 John A. Pearce II dan Richard B. Robinson, Manajemen Strategis: Formulasi, Implementasi, dan Pengendalian, Terj. dari Strategic Management: Formulation, Implementation, and Control oleh Yanivi Bachtiar dan Christine, (Jakarta: Salemba Empat, 2008), h. 6.
7
8
depan. Dengan demikian perencanaan strategi hampir selalu dimulai dari “apa yang dapat terjadi”, bukan dimulai dari “apa yang terjadi”. Terjadinya kecepatan inovasi pasar dan perubahan pola konsumen memerlukan kompetensi inti (core competencies). Perusahaan perlu mencari kompetensi inti dari bisnis yang dilakukan.4 Sementara itu, menurut Steiner dan Miner, sebagaimana dikutip oleh Freddy Rangkuti, “strategi merupakan respon –secara terus menerus maupun adaptif- terhadap peluang dan ancaman eksternal serta kekuatan dan kelemahan internal yang dapat mempengaruhi organisasi.”5 Selanjutnya, menurut Glueck dan Jauch, “strategi adalah rencana yang disatukan, luas, dan berintegrasi, yang menghubungkan keunggulan strategis perusahaan dengan tantangan lingkungan, yang dirancang untuk memastikan bahwa tujuan utama dari perusahaan dapat dicapai melalui pelaksanaan yang tepat oleh organisasi.”6 Dari pengertian di atas dapat disimpulkan bahwa strategi merupakan suatu tindakan yang bersifat inkremental para pemimpin puncak untuk mencapai tujuan jangka panjang organisasi. Strategi dibuat dengan mempertimbangkan harapan para pelanggan di masa depan. Selain itu, strategi yang dibuat harus mempertimbangkan kemampuan yang dimiliki organisasi. Strategi adalah tindakan potensial yang membutuhkan keputusan manajemen tingkat atas dan sumber daya perusahaan dalam jumlah besar. Selain itu, strategi mempengaruhi kemakmuran perusahaan dalam jangka panjang, khususnya untuk lima tahun, dan berorientasi ke masa depan. Strategi memiliki konsekuensi yang multifungsi dan multidimensi serta perlu mempertimbangkan faktor-faktor eksternal dan internal yang dihadapi perusahaan.
4
Husein Umar, Strategic Management in Action, (Jakarta: PT. Gramedia Pustaka Utama, 2008), Cet. 5, h. 31. 5 Freddy Rangkuti, Analisis SWOT: Teknik Membedah Kasus Bisnis-Reorientasi Konsep Perencanaan Strategis untuk Abad 21, (Jakarta: Gramedia Pustaka Utama, 2005), Cet. 12, h. 4. 6 Kumpul Blogger, Konsep Strategi: Definisi, Perumusan, Tingkatan dan Jenis Strategi, http://jurnal-sdm.blogspot.com/2009/08/konsep-strategi-definisi-perumusan-tingkatan-jenis.html., 2 Agustus 2010.
9
2. Dimensi-dimensi Strategi Berdasarkan pengertian strategi di atas, dapat dijelaskan bahwa strategi memiliki beberapa dimensi yang perlu diperhitungkan dan diketahui untuk mengurangi dampak elemen ketidakpastian dalam merumuskan dan mengimplementasikan strategi tersebut. Dmensi-dimensi itu, yaitu: dimensi keterlibatan manajemen puncak, dimensi alokasi dana, sarana dan prasarana, dimensi waktu keputusan stratejik, dimensi orientasi masa depan, konsekuansi isu stratejik yang multifaset dan dimensi lingkungan eksternal.7 Penjelasan masing-masing dimensi tersebut adalah sebagai berikut: a. Dimensi keterlibatan manajemen puncak Salah satu sifat keputusan stratejik adalah bahwa keputusan tersebut menyangkut seluruh segi organisasi. Karena hal demikian, keterlibatan manajemen puncak bukan hanya tidak dapat dielakkan, akan tetapi merupakan suatu keharusan. Dikatakan demikian karena hanya pada manajemen puncaklah akan tampak segala bentuk implikasi dan ramifikasi berbagai tantangan dan tuntutan internal dan eksternal yang sangat mungkin tidak terlihat oleh para manajer pada tingkat yang lebih rendah. b. Dimensi alokasi dana, sarana dan prasarana Di dalam organisasi terdapat satuan-satuan kerja. Satuan-satuan kerja ini memiliki peran yang berubah-ubah dari waktu ke waktu. Keputusan manajemen puncak tentang satuan kerja yang ditugaskan memainkan peran stratejik pada suatu momen tertentu menentukan sifat alokasi dana, sarana, prasarana dan tenaga yang mungkin melebihi apa yang dialokasikan pada satuan-satuan kerja yang lain. Situasi ini tidak pernah konstan. Bahkan apabila sumber dana, sarana dan prasarana yang tersedia secara internal tidak mencukupi, hanya manajemen puncaklah yang memiliki kewenangan untuk mencari 7
20.
Sondang P. Siagian, Manajemen Statejik, (Jakarta: PT. Bumi Aksara, 2004), Cet. 5, h. 17-
10
sumber-sumber eksternal, bukan manajemen tingkat menengah, apalagi tingkat rendah. c. Dimensi waktu keputusan stratejik Salah satu ciri keputusan stratejik adalah jangkauan waktunya yang relatif jauh ke depan. Oleh sebab itu, penting untuk diperhatikan bahwa sekali manajemen puncak membuat keputusan stratejik, atas dasar itulah citra organisasi diciptakan dan dipelihara. Mengubah keputusan stratejik di tengah jalan akan mempunyai dampak terhadap citra organisasi. Untuk menjamin citra itulah mutlak diperlukan kehatihatian dalam membuat keputusan stratejik. d. Dimensi orientasi masa depan Dalam suatu organisasi, manajer diharapkan dapat bersifat antisipatif dan proaktif terhadap perkembangan yang terjadi. Hal ini diharapkan agar pengambilan keputusan stratejik didasarkan pada antisipasi dan perkiraan yang mereka lakukan dan bukan didasarkan pada hal-hal yang sudah diketahui. Hal demikian penting dilakukan agar manajemen siap menghadapi tantangan perubahan yang akan terjadi di masa mendatang. e. Dimensi konsekuensi isu stratejik yang multifaset Keputusan stratejik biasanya menjangkau semua komponen atau unsur organisasi, baik dalam arti dana, sarana, prasarana, tenaga kerja maupun dalam arti satuan-satuan kerja seperti departemen, divisi, biro, bagian, seksi dan sebagainya. Oleh karena itu, diperlukan kehati-hatian dalam membuat keputusan stratejik. Hal ini dilakukan karena perubahan pada satu satuan kerja, secara tidak langsung akan mempengaruhi satuan kerja yang lain. f. Dimensi lingkungan eksternal Organisasi merupakan suatu sistem yang berinteraksi dengan lingkungannya.
Keberadaan
organisasi
biasanya
mempengaruhi
lingkungannya dan pasti dipengaruhi oleh kondisi eksternal yang faktor-faktornya pada umumnya berada di luar organisasi yang
11
bersangkutan. Oleh karena itu, agar organisasi berhasil meraih keberhasilan yang didambakan di masa depan, faktor-faktor eksternal tersebut harus diperhitungkan secara matang.
3. Tingkat-tingkat Strategi Berbagai organisasi dapat dikategorikan pada dua kategori utama, yaitu organisasi yang terlibat pada satu bidang usaha dan organisasi yang terlibat dalam berbagai bidang usaha.8 Kategori ini memberikan pengertian bahwa tingkatan strategi pada masing-masing organisasi berbeda satu sama lain. Organisasi yang terlibat dalam satu bidang usaha, strateginya hanya dua tingkat, yaitu strategi pada tingkat korporasi dan strategi yang bersifat fungsional. Sedangkan untuk organisasi yang terlibat dalam berbagai bidang usaha, terdapat tiga tingkat strategi, yaitu strategi tingkat korporasi, strategi tingkat bidang satuan bisnis dan stategi tingkat fungsional. Penjelasan masing-masing strategi tersebut adalah sebagai berikut: a. Strategi tingkat korporasi (corporate strategy) Menurut Andrews, sebagaimana dikutip oleh Freddy Rangkuti, “strategi korporasi adalah strategi yang disusun dalam satuan bisnis, di mana perusahaan akan bersaing dengan cara mengubah distinctive competence menjadi competitive advantage.”9 Strategi ini dibuat dengan tujuan agar organisasi mampu bersaing. Strategi pada tingkat korporasi dirumuskan dan ditetapkan oleh kelompok orang yang menduduki jabatan manajemen puncak. Strategi yang dirumuskan mencakup semua kegiatan organisasi, termasuk beraneka bidang bersifat bisnis yang ditangani dan semua kegiatan yang bersifat fungsional. Bahkan termasuk strategi interaksi dengan lingkungan eksternal.
8
Sondang P. Siagian, Manajemen Statejik, h. 21. Freddy Rangkuti, Analisis SWOT: Teknik Membedah Kasus Bisnis-Reorientasi Konsep Perencanaan Strategis untuk Menghadapi Abad 21, h. 10. 9
12
Dalam menyusun strategi korporasi perlu diketahui terlebih dahulu keunggulan bersaing yang dimiliki atau yang akan diciptakan dan menempatkannya pada unit bisnis. Penciptaan keunggulan bersaing tersebut mengacu pada pemain baru yang masuk, kekuatan daya beli konsumen, kekuatan pemasok, serta produk substitusi sejenis lainnya yang dapat dianggap sebagai pesaing. Strategi
korporasi
merupakan landasan atau acuan untuk
penyusunan strategi pada tingkat yang lebih rendah. Dengan demikian, strategi yang telah disusun dalam tingkatan-tingkatan strategi merupakan satu kesatuan strategi yang saling mendukung dan terkait untuk menciptakan sinergi bagi performansi organisasi. b. Strategi tingkat bidang satuan bisnis (strategic business units) Strategi tingkat satuan bisnis terdapat pada organisasi yang memiliki berbagai bidang usaha. Ini berarti bahwa organisasi memiliki berbagai unit bisnis yang harus dikelola dan dirumuskan strateginya. Menurut Abell dan Hammond, sebagaimana dikutip oleh Freddy Rangkuti, pada prinsipnya strategi ini memiliki beberapa karakteristik sebagai berikut: 1. Memiliki misi dan strategi 2. Menghasilkan produk atau jasa yang berkaitan dengan misi dan strategi 3. Menghasilkan produk atau jasa secara spesifik 4. Bersaing dengan pesaing yang telah diketahui dengan jelas.10 Strategi pada tingkat bidang satuan bisnis dirumuskan dan ditetapkan oleh para manajer yang diserahi tugas dan tanggung jawab oleh manajemen puncak untuk mengelola bisnisnya. Salah satu prinsip mendasar yang harus dipegang oleh para manajer bidang bisnis ialah bahwa strategi yang mereka rumuskan dan tetapkan harus digali dan diangkat dari strategi korporasi yang dirumuskan dan ditetapkan oleh
10
Freddy Rangkuti, Analisis SWOT: Teknik Membedah Kasus Bisnis-Reorientasi Konsep Perencanaan Strategis untuk Menghadapi Abad 21, h. 12.
13
manajemen puncak. Cakupan strategi pada tingkat satuan bisnis hanya menyangkut bisnis yang bersangkutan, tetapi dengan segala aspeknya. c. Strategi tingkat fungsional (functional strategy) Strategi pada tingkat fungsional bersifat inkremental karena para penanggung jawab hanya bertanggung jawab untuk merumuskan dan menetapkan strategi yang menyangkut bidang fungsional tertentu dari satu bidang bisnis. Akan tetapi meskipun demikian, prinsip yang digunakan oleh manajer tingkat bisnis, harus digunakan pula oleh para manajer fungsional, yaitu bahwa strategi fungsional merupakan penjabaran lebih lanjut dari strategi bidang bisnis. Menurut Pearce dan Robinson, sebagaimana dikutip oleh M. Ismail Yusanto dan M.K. Widjajakusuma, pada batas tertentu, strategi fungsional menerjemahkan pemikiran strategi di tingkat korporasi untuk mencapai sasaran tahunan yang spesifik. Strategi fungsional merinci strategi bisnis korporasi, memberikan pedoman spesifik jangka pendek (tahunan) bagi para manajer operasional.11 Strategi fungsional lebih bersifat operasional karena akan langsung diimplementasikan oleh fungsi-funsi manajemen yang ada dibawah tanggung jawabnya, seperti fungsi manajemen produksi, fungsi manajemen pemasaran, fungsi manajemen keuangan, dan fungsi manajemen sumber daya manusia.
4. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Strategi Ada beberapa faktor yang harus diperhitungkan dalam merumuskan strategi, agar suatu organisasi tetap eksis, tangguh menghadapi perubahan, dan mampu meningkatkan efektifitas dan produktifitasnya. Faktor-faktor tersebut antara lain: “tipe dan struktur organisasi, gaya manajerial, kompleksitas lingkungan eksternal, kompleksitas proses produksi dan hakikat berbagai masalah yang dihadapi.”12
11
M. Ismail Yusanto dan M.K. Widjajakusuma, Manajemen Strategis Perspektif Syariah, (Jakarta: Khairul Bayan, 2003), h. 73. 12 Sondang P. Siagian, Manajemen Stratejik, h. 23.
14
a. Tipe dan struktur organisasi Struktur organisasi didefinisikan sebagai mekanisme-mekanisme formal organisasi diolah. “Struktur organisasi terdiri atas unsur spesialisasi
kerja,
standarisasi,
koordinasi,
sentralisasi
atau
desentralisasi dalam pembuatan keputusan dan ukuran satuan kerja.”13 Setiap organisasi memiliki kepribadian yang khas. Tipe dan struktur organisasi yang dipilih oleh manajemen puncak harus disesuaikan dengan kepribadian organisasi yang bersangkutan. Ini karena struktur organisasi tidak hanya sekadar wadah dimana kegiatan berlangsung, akan tetapi sebagai wahana yang efektif bagi para anggotanya untuk berinteraksi dan berhubungan. b. Gaya manajerial Sebagaimana kita ketahui dewasa ini dapat diidentifikasi lima tipe utama kepemimpinan, yaitu: tipe otokratis atau dikatorial, tipe militeristik, tipe paternalistik, tipe laissez faire dan tipe demokratis atau partisipatif.14 Dari kelima tipe tersebut tidak ada satupun yang sesuai dan dapat digunakan secara konsisten pada semua jenis dan kondisi organisasi. Untuk itu, gaya manajerial sebagai faktor yang harus
diperhitungkan
dalam
menerapkan
strategi
memerlukan
kecermatan dalam membaca situasi. c. Kompleksitas lingkungan eksternal Lingkungan eksternal terdiri atas unsur-unsur yang berada di luar organisasi, misalnya: perubahan ekonomi, peraturan pemerintah, perilaku konsumen atau masyarakat, perkembangan teknologi, politik dan sebagainya.15 Unsur-unsur tersebut tidak dapat dikendalikan dan diketahui terlebih dahulu oleh manajer. Untuk itu, lingkungan
13
Mohammad Abdul Mukhyi dan Iman Hadi Saputra, Pengantar Manajemen Umum (untuk STIE), (Jakarta: Gunadarma, 1995), Cet. 2, h. 85. 14 Sondang P. Siagian, Teori dan Praktik Pengambilan Keputusan, (Jakarta: PT. Toko Gunung Agung, 1997), Cet. 10, h. 18. 15 Mohammad Abdul Mukhyi dan Iman Hadi Saputra, Pengantar Manajemen Umum (untuk STIE), h. 40.
15
eksternal menjadi faktor yang harus diperhitungkan dan dimanfaatkan demi mencapai tujuan dan sasaran organisasi. d. Kompleksitas proses produksi Semua jenis organisasi niaga dapat digolongkan pada dua kategori, yaitu organisasi yang menghasilkan barang dan yang menghasilkan jasa. Kedua jenis organisasi tersebut sama-sama harus memenuhi persyaratan, seperti: “persyaratan mutu, harga, manfaat, usia produk, pelayanan yang cepat dan akurat, kontinuitas suplai dan jaminan pelayanan purna jual.”16 Selain persyaratan tersebut, kompleksitas proses produksi yang turut berpengaruh terhadap strategi adalah pendekatan yang dipakai, teknologi yang digunakan, perilaku konsumen, keunggulan yang dimiliki perusahaan dan sebagainya. Kesemuanya itu mempunyai dampak terhadap proses penentuan strategi dan implementasinya. e. Hakikat berbagai masalah yang dihadapi Setiap organisasi tidak terlepas dari masalah, baik yang sederhana maupun yang rumit. Masing-masing masalah memiliki pemecahan yang berbeda-beda. Untuk itu manajemen puncak harus memiliki keahlian dalam mengambil keputusan dalam rangka memecahkan masalah yang dihadapi. Langkah-langkah pengambilan keputusan tersebut adalah sebagai berikut: 1. 2. 3. 4. 5. 6.
Menentukan dan membatasi masalah Menganalisis dan menilai masalah Menyusun kriteria penilaian Mengidentifikasi alternatif Memilih alternatif terbaik Melaksanakan keputusan.17
Proses yang dilalui dalam pengambilan keputusan berlaku sama untuk masalah yang sederhana maupun yang rumit. Namun demikian,
16
Sondang P. Siagian, Manajemen Stratejik, h. 25. Soekarto Indrafachrudi, Bagaimana Memimpin Sekolah Yang Efektif, (Jakarta: Ghalia Indonesia, 2006), Edisi II, h. 104. 17
16
masalah yang rumit memerlukan strategi pemecahan yang lain dari pemecahan masalah yang relatif sederhana.
5. Tahapan Strategi Penerapan strategi suatu organisasi merupakan suatu proses yang dinamis agar terjadi kelangsungan dalam organisasi. Tahapan tersebut secara garis besar adalah sebagai berikut: a. Analisis lingkungan Langkah pertama dalam membuat strategi adalah melakukan analisis terhadap lingkungan, baik internal maupun eksternal. Analisis yang biasa digunakan adalah analisis SWOT. “Analisis SWOT yaitu identifikasi berbagai faktor secara sistematis untuk merumuskan strategi perusahaan.”18 Analisis ini didasarkan pada logika yang dapat memaksimalkan kekuatan (Strengths) dan peluang (Opportunities), namun
secara
bersamaan
dapat
meminimalkan
kelemahan
(Weaknesses) dan ancaman (Threats). Faktor kekuatan (strength) yang dimiliki organisasi adalah kompetensi khusus yang terdapat dalam organisasi yang berakibat pada pemilikan keunggulan komparatif oleh unit usaha di pasaran. Di katakan demikian karena satuan bisnis memiliki sumber, keterampilan, produk andalan dan sebagainya yang membuatnya lebih kuat dari pesaing dalam memuaskan kebutuhan pasar yang sudah direncanakan akan dilayani oleh satuan usaha yang bersangkutan. Faktor kelemahan (weakness) dalam suatu satuan bisnis adalah keterbatasan atau kekurangan dalam hal sumber, keterampilan dan kemampuan yang menjadi penghalang serius bagi penampilan kerja organisasi yang memuaskan. Dalam praktek, keterbatasan atau kekurangan kemampuan ini dapat terlihat pada sarana dan prasarana yang dimiliki atau tidak dimiliki, kemampuan manajerial yang rendah, 18
Freddy Rangkuti, Analisis SWOT: Teknik Membedah Kasus Bisnis-Reorientasi Konsep Perencanaan Strategis untuk Menghadapi Abad 21, h. 18.
17
produk/jasa yang kurang diminati pengguna atau calon pengguna, dan tingkat keuntungan yang kurang memadai. Faktor peluang merupakan “berbagai situasi lingkungan yang menguntungkan bagi satu satuan bisnis.”19 Berbagai situasi tersebut misalnya perubahan perundang-undangan yang membuka kesempatan baru dalam berusaha, hubungan dengan pelanggan yang harmonis, perubahan dalam kondisi persaingan dan sebagainya. Faktor ancaman merupakan faktor lingkungan yang kurang menguntungkan bagi organisasi. Jika tidak diatasi, ancaman akan menjadi penghambat bagi kemajuan organisasi baik di masa sekarang maupun di masa mendatang. Ancaman bagi organisasi tersebut misalnya: masuknya pesaing baru di pasar yang sudah dilayani, meningkatnya
posisi
tawar pembeli
produk
yang dihasilkan,
perkembangan atau prubahan teknologi dan sebagainya. b. Penetapan misi dan tujuan Setelah melakukan analisis, langkah selanjutnya dalam penyusunan strategi adalah menetapkan misi dan tujuan. “Misi adalah pernyataan umum dan abadi tentang maksud organisasi.”20 Misi merupakan perwujudan dasar filsafat para pembuat keputusan strategi perusahaan, mencerminkan konsep diri perusahaan, serta menunjukkan bidangbidang produk atau jasa pokok dan kebutuhan-kebutuhan langganan utama yang akan dipuaskan perusahaan. Menurut Etzioni, sebagaimana dikutip oleh T. Hani Handoko tujuan adalah “suatu pernyataan tentang keadaan yang diinginkan di mana organisasi bermaksud untuk merealisasikan” dan sebagai “pernyataan tentang keadaan di waktu yang akan datang di mana organisasi sebagai kolektifitas mencoba untuk menimbulkannya.”21 Tujuan ini merupakan pernyataan tentang keadaan atau situasi yang 19 20
Sondang P. Siagian, Manajemen Stratejik, h. 173. T. Hani Handoko, Manajemen, (Yogyakarta: BPFE-Yogyakarta, 1995), Edisi II, Cet. 9, h.
108. 21
T. Hani Handoko, Manajemen, h. 109.
18
tidak terdapat sekarang tetapi dimaksudkan untuk dicapai di waktu yang akan datang melalui kegiatan-kegiatan organisasi. c. Perumusan strategi Setelah keputusan tentang tujuan diambil, langkah selanjutnya adalah membuat rumusan strategi. Perumusan strategi merupakan langkah-langkah ke depan yang dimaksudkan untuk membangun visi dan misi organisasi, menetapkan tujuan strategis dan keuangan perusahaan, serta merancang strategi untuk mencapai tujuan tersebut dalam rangka menyediakan costumer value terbaik. Beberapa langkah yang perlu dilakukan perusahaan dalam merumuskan strategi, yaitu: 1) Mengidentifikasi lingkungan yang akan dimasuki oleh perusahaan di masa depan dan menentukan misi perusahaan untuk mencapai visi yang dicita-citakan dalam lingkungan tersebut. 2) Melakukan analisis lingkungan internal dan eksternal untuk mengukur kekuatan dan kelemahan serta peluang dan ancaman yang akan dihadapi oleh perusahaan dalam menjalankan misinya. 3) Merumuskan faktor-faktor ukuran keberhasilan (key succsess factors) dari strategi-strategi yang dirancang berdasarkan analisis sebelumnya. 4) Menentukan tujuan dan target terukur, mengevaluasi berbagai alternatif strategi dengan mempertimbangkan sumber daya yang dimiliki dan kondisi eksternal yang dihadapi. 5) Memilih strategi yang paling sesuai untuk mencapai tujuan jangka pendek dan jangka panjang.22 d. Implementasi strategi “Implementasi
strategi
sering
kali
disebut
dengan
tahap
pelaksanaan dalam manajemen strategi.”23 Melaksanakan strategi berarti memobilisasi karyawan dan manajer untuk menempatkan strategi yang telah diformulasikan menjadi tindakan. Implementasi strategi membutuhkan disiplin pribadi, komitmen, dan pengorbanan. 22
Kumpul Blogger, Konsep Strategi: Definisi, Perumusan, Tingkatan dan Jenis Strategi, http://jurnal-sdm.blogspot.com/2009/08/konsep-strategi-definisi-perumusan-tingkatan-jenis.html., 2 Agustus 2010. 23 Fred R. David, Manajemen Strategis: Konsep, (Jakarta: Salemba Empat, 2006), h. 7.
19
Suksesnya implementasi strategi terletak pada kemampuan manajer dalam memotivasi karyawan, yang lebih tepat disebut seni daripada ilmu. e. Pengawasan Agar implementasi strategi dapat berjalan dengan baik, diperlukan pengawasan yang efektif dengan berbagai teknik dan metodenya. “Bentuk, jenis, sifat dan intensitas pengawasan itu tergantung pada banyak faktor. Salah satu faktor yang mempengaruhinya adalah persepsi para anggota organisasi tentang perlu tidaknya pengawasan membudaya dalam organisasi.”24 f. Evaluasi strategi Evaluasi strategi adalah tahap final dalam manajemen strategi. Ini digunakan untuk mengetahui kapan strategi tidak berjalan dengan baik. Semua strategi dapat dimodifikasi di masa datang karena faktor internal dan eksternal secara konstan berubah. “Tiga aktifitas dasar evaluasi strategi adalah (1) meninjau ulang faktor eksternal dan internal yang menjadi dasar strategi saat ini, (2) mengukur kinerja, dan (3) mengambil tindakan korektif.”25
B. Kompetensi Guru 1. Pengertian Kompetensi Guru Dalam
Kamus
Umum
Bahasa
Indonesia,
kompetensi
berarti
(kewenangan) kekuasaan untuk menentukan (memutuskan sesuatu).26 Pengertian dasar kompetensi yakni kemampuan atau kecakapan. Dalam Undang-undang RI No. 14 Tahun 2005 tentang Guru dan Dosen dijelaskan bahwa: “kompetensi adalah seperangkat pengetahuan,
24 25 26
Sondang P. Siagian, Teori dan Praktik Pengambilan Keputusan, h. 12. Fred R. David, Manajemen Strategis: Konsep, h. 8. Tim Penyusun Kamus Pusat Bahasa, Kamus Besar Bahasa Indonesia, h.584.
20
keterampilan, dan perilaku yang harus dimiliki, dihayati dan dikuasai oleh guru atau dosen dalam melaksanakan tugas keprofesionalan.”27 Kompetensi menurut Abdul Majid (2005), sebagaimana dikutip oleh Pupuh Faturrohman adalah “seperangkat tindakan inteligen penuh tanggung jawab yang harus dimiliki seseorang sebagai syarat untuk dianggap mampu melaksanakan tugas-tugas dalam bidang pekerjaan tertentu.”28 Charles (1994), sebagaimana dikutip oleh Moh. Uzer Usman, mengemukakan bahwa: “competency as rational perfomance which satisfactorily meets the objective for a desired condition (kompetensi merupakan perilaku yang rasional untuk mencapai tujuan yang dipersyaratkan sesuai dengan kondisi yang diharapkan).”29 Dari uraian diatas, nampak bahwa kompetensi mengacu pada kemampuan melaksanakan sesuatu yang diperoleh melalui pendidikan; kompetensi guru menunjuk pada perfomance dan perbuatan yang rasional untuk memenuhi spesifikasi tertentu di dalam pelaksanaan tugas-tugas pendidikan. Dikatakan rasional karena mempunyai arah dan tujuan, sedangkan perfomance merupakan perilaku nyata dalam arti tidak hanya dapat diamati, tetapi mencakup sesuatu yang tidak kasat mata. Kompetensi merupakan komponen utama dari standar profesi disamping kode etik sebagai regulasi perilaku profesi yang ditetapkan dalam prosedur dan sistem pengawasan tertentu. Kompetensi diartikan dan dimaknai sebagai perangkat perilaku efektif yang terkait dengan eksplorasi dan investigasi, menganalisis dan memikirkan, serta memberikan perhatian, dan mempersepsi yang mengarahkan seseorang menemukan cara-cara untuk mencapai tujuan tertentu secara efektif dan efisien.
27
Undang-undang RI No. 14 Tahun 2005 tentang Guru dan Dosen, Pasal 1. Pupuh Faturrohman dan Sobry Sutikno, Strategi Belajar Mengajar-Strategi Mewujudkan Pembelajaran Bermakna Melalui Penanaman Konsep Umum dan Konsep Islami, (Bandung: PT. Refika Aditama, 2007), Cet. 1, h. 44. 29 Moh. Uzer Usman, Menjadi Guru Profesional, (Bandung: PT. Remaja Rosdakarya, 2005), Cet. 17, h. 14. 28
21
Kompetensi guru merupakan perpaduan antara kemampuan personal, keilmuan, teknologi, sosial dan spiritual yang secara kaffah membentuk kompetensi standar profesi guru, yang mencakup penguasaan materi, pemahaman peserta didik, pembelajaran yang mendidik, pengembangan pribadi dan profesionalisme.
2. Unsur-unsur Kompetensi Guru Kompetensi yang harus dimiliki oleh guru menurut Nurhalda dan Radito, sebagaimana dikutip oleh Yunus Abu Bakar, yaitu: “(a) memiliki pengetahuan tentang belajar dan tingkah laku manusia; (b) mempunyai sifat yang tepat tentang diri sendiri, sekolah, rekan sejawat, dan bidang studi yang dibinanya; (c) menguasai bidang studi yang diajarkan; (d) mempunyai keterampilan mengajar.”30 Sementara itu, menurut Soedijarto, sebagaimana dikutip oleh Yunus Abu Bakar, kompetensi guru profesional meliputi: “(a) merancang dan merencanakan program pembelajaran, (b) mengembangkan program pembelajaran, (c) mengelola pelaksanaan program pembelajaran, (d) menilai proses dan hasil pembelajaran, (e) mendiagnosis faktor yang mempengaruhi keberhasilan proses pembelajaran.”31 Selanjutnya, menurut Muhibbin Syah, sebagaimana dikutip oleh Pupuh Faturrohman dan M. Sobry Sutikno, ada sepuluh kompetensi dasar yang harus dimiliki guru dalam upaya peningkatan keberhasilan belajar mengajar, yaitu: a. b. c. d. e. f. g. 30
Menguasai bahan Mengelola program belajar mengajar Mengelola kelas Menggunakan media atau sumber belajar Menguasai landasan pendidikan Mengelola interaksi belajar mengajar Menilai prestasi siswa untuk pendidikan dan pengajaran
Yunus Abu Bakar, dkk., Profesi Keguruan, Learning Assistance Program for Islamic Schools: Pendidikan Guru Madrasah Ibtidaiyah, 2009), h. 10. 31 Yunus Abu Bakar, dkk., Profesi Keguruan, Learning Assistance Program for Islamic Schools: Pendidikan Guru Madrasah Ibtidaiyah, 2009), h. 10.
22
h. Mengenal fungsi dan program pelayanan bimbingan dan penyuluhan i. Mengenal dan menyelenggarakan administrasi sekolah j. Memahami prinsip-prinsip dan menafsirkan hasil-hasil pendidikan guna keperluan pengajaran.32 Dari beberapa uraian tersebut dapat disimpulkan bahwa unsur-unsur kompetensi
guru
terdiri
dari
kompetensi
pedagogik,
kompetensi
kepribadian, kompetensi profesional dan kompetensi sosial. Adapun penjelasan masing-masing kompetensi itu adalah sebagai berikut: a. Kompetensi pedagogik Kompetensi pedagogik adalah kemampuan yang dimiliki oleh guru dalam mengelola pembelajaran peserta didik. Kompetensi pedagogik meliputi hal-hal sebagai berikut: 1. Pemahaman terhadap peserta didik
Memahami peserta didik dengan memanfaatkan prinsip-prinsip perkembangan kognitif
Memahami peserta didik dengan memanfaatkan prinsip-prinsip perkembangan kepribadian
Mengidentifikasi bekal ajar awal peserta didik
2. Perencanaan pembelajaran
Memahami landasan pendidikan
Menerapkan teori belajar dan pembelajaran
Menentukan strategi pembelajaran berdasarkan karakteristik peserta didik, kompetensi yang akan dicapai dan materi ajar
Menyusun rancangan pembelajaran berdasarkan strategi yang dipilih
3. Pelaksanaan pembelajaran
32
Menata latar (setting) pembelajaran
Melaksanakan pembelajaran yang kondusif
Pupuh Faturrohman dan Sobry Sutikno, Strategi Belajar Mengajar-Strategi Mewujudkan Pembelajaran Bermakna Melalui Penanaman Konsep Umum dan Konsep Islami, h. 45-46.
23
4. Mengevaluasi hasil belajar
Merancang dan melaksanakan evaluasi proses dan hasil belajar secara berkesinambungan
Menganalisis hasil evaluasi proses belajar dan hasil belajar untuk menentukan tingkat ketuntasan belajar
Memanfaatkan hasil penilaian pembelajaran untuk perbaikan kualitas program pembelajaran secara umum
5. Pengembangan peserta didik untuk mengaktualisasikan potensi yang dimiliki
Memfasilitasi peserta didik untuk mengembangkan berbagai potensi akademik
Memfasilitasi peserta didik untuk mengembangkan berbagai potensi nonakademik
b. Kompetensi kepribadian Kompetensi kepribadian adalah kemampuan personal yang mencerminkan kepribadian yang mantap dan stabil, berakhlak mulia, dewasa, arif, berwibawa serta menjadi teladan bagi peserta didik. 1. Kepribadian yang mantap dan stabil
Bertindak sesuai dengan norma hukum
Bertindak sesuai dengan norma sosial
Bangga sebagai guru
Memiliki konsistensi dalam bertindak sesuai dengan norma
2. Berakhlak mulia dan menjadi teladan
Bertindak sesuai dengan norma relijius (iman, taqwa, jujur, ikhlas dan suka menolong)
Memiliki perilaku yang diteladani peserta didik
3. Kepribadian yang dewasa
Menampilkan kemandirian dalam bertindak sebagai pendidik
Memiliki etos kerja sebagai guru
24
4. Kepribadian yang arif
Menampilkan tindakan yang didasarkan pada kemanfaatan peserta didik, sekolah dan masyarakat
Menunjukkan keterbukaan dalam berfikir dan bertindak
5. Kepribadian yang dewasa
Memiliki perilaku yang berpengaruh terhadap peserta didik
Memiliki perilaku yang disegani
c. Kompetensi profesional Kompetensi profesional adalah kemampuan penguasaan materi pembelajaran secara mendalam, yang mencakup penguasaan materi, kurikulum mata pelajaran di sekolah dan substansi keilmuan yang menaungi materinya, serta penguasaan terhadap struktur dan metodologi keilmuannya. Kompetensi ini meliputi hal-hal sebagai berikut: 1. Menguasai substansi keilmuan yang terkait dengan bidang studi
Memahami materi ajar yang ada dalam kurikulum sekolah
Memahami hubungan konsep antara mata pelajaran terkait
Menerapkan konsep keilmuan dalam kehidupan sehari-hari
2. Menguasai struktur dan metode keilmuan
Menguasai langkah-langkah penelitian dan kajian kritis untuk memperdalam pengetahuan atau materi bidang studi
Memahami struktur, konsep dan metode keilmuan yang menaungi atau koheren dengan materi ajar
d. Kompetensi sosial Kompetensi sosial adalah kemampuan guru untuk berkomunikasi dan berinteraksi dengan lingkungannya. Kompetensi ini meliputi halhal sebagai berikut: 1. Mampu berkomunikasi dan berinteraksi secara efektif dan efisien dengan peserta didik 2. Mampu berkomunikasi dan berinteraksi secara efektif dan efisien dengan pendidik dan tenaga kependidikan
25
3. Mampu berkomunikasi dan berinteraksi secara efektif dan efisien dengan orang tua atau wali peserta didik dan masyarakat sekitar.
3. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Kompetensi Guru Menurut E. Mulyasa ada beberapa faktor yang menyebabkan rendahnya profesionalisme guru, yaitu: a. masih banyak guru yang tidak menekuni profesinya secara utuh b. belum adanya standar profesionalisme guru sebagaimana tuntutan di negara-negara maju c. kemungkinan disebabkan oleh adanya perguruan tinggi swasta yang mencetak guru asal jadi, atau setengah jadi, tanpa memperhitungkan outputnya kelak di lapangan, sehingga menyebabkan banyak guru yang tidak patuh terhadap etika profesi d. kurangnya motivasi guru dalam meningkatkan kualitas diri karena guru tidak dituntut untuk meneliti sebagaimana yang diberlakukan pada dosen di perguruan tinggi.33 Balai Pengembangan Produktivitas Daerah, mengemukakan enam faktor yang menentukan produktivitas tenaga kerja, yakni: a. Sikap kerja, seperti kesediaan untuk bekerja secara bergiliran (shift work), dapat menerima tambahan tugas, dan bekerja dalam satu tim. b. Tingkat keterampilan, yang ditentukan oleh pendidikan, latihan dalam manajemen dan supervisi serta keterampilan dalam teknik industri. c. Hubungan antara tenaga kerja dan pimpinan organisasi yang tercermin dalam usaha bersama antara pimpinan organisasi dengan tenaga kerja untuk meningkatkan produktivitas melalui lingkaran pengawasan mutu (quality control circles). d. Manajemen produktivitas, yaitu manajemen yang efisien mengenai sumber dan sistem kerja untuk mencapai peningkatan produktivitas. e. Efisiensi tenaga kerja, seperti perencanaan tenaga kerja dan tambahan tugas. f. Kewiraswastaan, yang tercermin dalam pengambilan resiko kreativitas dalam berusaha, dan berada pada jalur yang benar dalam berusaha.34
33
E. Mulyasa, Standar Kompetensi dan Sertifikasi Guru, (Bandung: PT. Remaja Rosdakarya, 2008), Cet. 3, h. 10. 34 E. Mulyasa, Menjadi Kepala Sekolah Profesional, (Bandung: PT. Remaja Rosdakarya, 2006), Cet. 8, h. 121-122.
26
Disamping hal tersebut, terdapat pula berbagai faktor yang mempengaruhi produktivitas kerja, yaitu: Sikap mental, pendidikan, keterampilan, manajemen, hubungan industrial, tingkat penghasilan, gizi dan kesehatan, jaminan sosial, lingkungan dan suasana kerja, kualitas sarana pembelajaran, teknologi yang digunakan, serta adanya kesempatan berprestasi.35 Dari uraian tersebut, dapat diidentifikasi faktor-faktor yang dapat mempengaruhi kompetensi guru. Faktor tersebut secara garis besar dibedakan menjadi dua, yaitu faktor internal yang berasal dari dalam diri guru itu sendiri dan faktor eksternal yang berasal dari lingkungan. a. Faktor internal Faktor internal adalah faktor yang berasal dari dalam diri guru yang bersangkutan. Faktor ini sangat berpengaruh besar terhadap peningkatan kompetensi guru dan yang mampu menentukan adalah guru itu sendiri. Hal ini karena dialah yang dapat mengetahui kelebihan dan kekurangannya. Faktor ini meliputi: 1. Kecerdasan, keterampilan dan kecakapan Kecerdasan, keterampilan dan kecakapan memegang peranan penting dalam keberhasilan pelaksanaan tugas guru karena berkaitan langsung dengan proses pembelajaran. Kecerdasan, keterampilan dan kecakapan pada setiap guru berbeda-beda sesuai dengan berbagai pengalaman dan latihan yang mereka dapatkan, namun hendaknya guru tersebut tidak saja puas dengan apa yang dimilikinya, melainkan terus meningkatkannya seiring dengan berkembangnya ilmu pengetahuan dan teknologi. 2. Kemampuan, minat dan bakat Kemampuan, minat dan bakat juga merupakan salah satu faktor yang berpengaruh pada kompetensi guru. Ini karena syarat untuk mendapatkan kerja bagi seorang guru adalah jika ada penyesuaian antara tugas dan jabatan yang diembannya dengan kemampuan, 35
E. Mulyasa, Menjadi Kepala Sekolah Profesional, h. 122-123.
27
minat dan bakatnya, sehingga menjadikannya semangat kerja, produktif, dan mampu menghayati makna pekerjaan yang dilakukan. 3. Motif Motif merupakan alasan seseorang untuk melakukan atau mengerjakan kegiatan tertentu. Motif seorang guru tentunya akan berbeda antara satu dengan yang lainya. Ada yang benar-benar ingin mengabdikan diri untuk mencerdaskan kehidupan bangsa, ada pula yang sekedar ingin mencari materi. Ini akan sangat berpengaruh terhadap keinginan guru untuk meningkatkan kompetensi yang dimilikinya. 4. Kesehatan Kesehatan memiliki peran penting dalam kegiatan belajar mengajar. Apabila guru kurang sehat maka proses belajar mengajar akan berjalan kurang kondusif. Untuk itu, seorang guru harus selalu menjaga kesehatannya, baik kesehatan jasmani maupun rohani. 5. Kepribadian Kepribadian adalah kumpulan pembawaan biologis berupa dorongan, kecenderungan, selera, instink yang dicampuri dengan sifat dan kecenderungan yang didapat melalui pengalaman yang terdapat pada diri seseorang. Menjadi seorang guru harus memiliki kepribadian yang baik karena tugas guru adalah mendidik siswa agar menjadi pribadi-pribadi yang dewasa. b. Faktor eksternal Faktor eksternal yang mempengaruhi kompetensi guru, yaitu: 1. Lingkungan keluarga Lingkungan keluarga memiliki pengaruh dalam meningkatkan kompetensi guru. Guru yang mendapat dukungan penuh dari keluarga, baik secara moril maupun materiil, akan memiliki kesempatan
yang
lebih
besar
untuk
dapat
meningkatkan
28
kompetensinya dibandingkan dengan guru yang tidak mendapatkan dukungan dari keluarganya. 2. Lingkungan kerja Lingkungan kerja meliputi lingkungan fisik dan lingkungan psikis. Lingkungan fisik meliputi sarana dan prsarana yang ada di sekolah sedangkan lingkungan psikis meliputi lingkungan kerja, rasa aman dalam bekerja, gaji yang memadai, kesempatan untuk mengembangkan karir, dan komunikasi yang baik dengan rekan kerja maupun kepala sekolah. Kedua lingkungan ini memiliki pengaruh
dalam
meningkatkan
kinerja
guru
dan
tenaga
kependidikan.
C. Strategi Pengembangan Kompetensi Guru 1. Pengembangan Sumber Daya Manusia Organisasi memandang pentingnya diadakan pengembangan sumber daya manusia sebab pada saat ini karyawan merupakan aset yang sangat penting dalam mencapai tujuan organisasi yang telah ditetapkan. Di samping itu dalam kegiatan pengembangan sumber daya manusia, perlu adanya koordinasi yang cukup baik antara setiap unit kerja yang ada di dalam organisasi dengan bagian kepegawaian. Hal ini penting mengingat bahwa setiap unit kerja lebih mengetahui kebutuhan pengembangan yang bersifat pengetahuan dan ketrampilan teknis dari pegawai yang berada di bawahnya. Dalam tahap pengembangan sumber daya manusia ini terdapat dua aspek kegiatan penting yang tidak dapat dipisahkan satu sama lain, yakni kegiatan pelatihan dan kegiatan pengembangan sumber daya manusia itu sendiri yang dimaksudkan agar potensi yang dimiliki pegawai dapat digunakan secara efektif. Andrew
E.
Sikula,
sebagaimana
dikutip
oleh
Sedarmayanti,
menyatakan bahwa pengembangan sumber daya manusia merupakan suatu proses pendidikan jangka panjang yang memanfaatkan prosedur sistematis
29
dan terorganisir, dimana personil manajerial mempelajari pengetahuan konseptual dan teoritis untuk tujuan umum.36 CIDA (Canadian International Development Agency) seperti dikutip oleh Effendi (1993) mengemukakan bahwa pengembangan sumber daya manusia menekankan manusia baik sebagai alat (means) maupun sebagai tujuan akhir pembangunan. Dalam jangka pendek, dapat diartikan sebagai pengembangan pendidikan dan pelatihan untuk memenuhi segera tenaga ahli tehnik, kepemimpinan, tenaga administrasi.37 Pengertian di atas meletakan manusia sebagai pelaku dan penerima pembangunan. Tindakan yang perlu dilakukan dalam jangka pendek adalah memberikan pendidikan dan latihan untuk memenuhi kebutuhan tenaga kerja terampil. Dalam hal ini, meskipun unsur kesehatan dan gizi, kesempatan kerja, lingkungan hidup yang sehat, pengembangan karir ditempat kerja, dan kehidupan politik yang bebas termasuk pendukung dalam pengembangan sumber daya manusia, pendidikan dan pelatihan merupakan unsur terpenting dalam pengembangannya. Selain itu, setiap organisasi apapun bentuknya senantiasa akan berupaya dapat tercapainya tujuan organisasi yang bersangkutan dengan efektif dan efisien. Efisiensi maupun efektivitas organisasi sangat tergantung pada baik dan buruknya pengembangan sumber daya manusia/anggota organisasi itu sendiri. Ini berarti bahwa sumber daya manusia yang ada dalam organisasi tersebut secara proporsional harus diberikan pendidikan dan latihan yang sebaik-baiknya, bahkan harus sesempurna mungkin. Dari beberapa pendapat yang telah dikemukan dapat disimpulkan bahwa pengembangan sumber daya manusia meliputi : unsur kesehatan dan gizi, kesempatan kerja, lingkungan hidup sehat, pengembangan karir ditempat kerja, kehidupan politik yang bebas, serta pendidikan dan pelatihan. 36
Sedarmayanti, Manajemen Sumber Daya Manusia, Reformasi dan Manajemen Pegawai Negeri Sipil, (Bandung: PT. Refika Aditama, 2007), Cet. 1, h. 164. 37 Elqorni, Pengembangan SDM, http://elqorni.wordpress.com/2009/04/03/pengembangansumber-daya-manusia/, 15 Maret 2011.
30
Pengembangan sumber daya manusia dilakukan untuk meningkatkan keterampilan melalui latihan (training), yang diperlukan untuk dapat menjalankan tugas dengan baik. Kegiatan ini makin menjadi penting karena berkembangnya teknologi dan makin kompleksnya tugas-tugas pimpinan. Dalam hal ini, ada beberapa faktor yang perlu dipertimbangkan dan berperan dalam pelatihan dan pengembangan, yaitu: a. b. c. d. e. f.
Cost-efectiveness (efektifitas biaya) Materi program yang dibutuhkan Prinsip-prinsip pembelajaran Ketepatan dan kesesuaian fasilitas Kemampuan dan preferensi peserta pelatihan Kemampuan dan preferensi instruktur pelatihan.38
Adapun tujuan pengembangan sumber daya manusia menurut Anwar Prabu Mangkunegara, antara lain: a. b. c. d. e. f.
Meningkatkan penghayatan jiwa dan ideologi Meningkatkan produktifitas kerja Meningkatkan kualitas kerja Meningkatkan ketetapan perencanaan SDM Meningkatkan sikap moral dan semangat kerja Meningkatkan rangsangan agar pegawai mampu berprestasi secara maksimal g. Meningkatkan kesehatan dan keselamatan kerja h. Menghindari keusangan (obselescence) i. Meningkatkan perkembangan pribadi pegawai.39 Sedangkan manfaat dan tujuan dari kegiatan pengembangan sumber daya manusia menurut Schuler (1992), yaitu :40 a. Mengurangi dan menghilangkan kinerja yang buruk. Dalam hal ini kegiatan pengembangan akan meningkatkan kinerja pegawai saat ini, yang dirasakan kurang dapat bekerja secara efektif dan ditujukan untuk dapat mencapai efektivitas kerja sebagaimana yang diharapkan oleh organisasi. 38
Veithzal Rivai dan Ella Jauvani Sagala, Manajemen Sumber Daya Manusia untuk Perusahaan, (Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada, 2009), h. 226. 39 Anwar Prabu Mangkunegara, Perencanaan dan Pengembangan Sumber Daya Manusia, (Bandung: PT. Refika Aditama, 2006), Cet. 2, h. 52. 40 Elqorni, Pengembangan SDM, http://elqorni.wordpress.com/2009/04/03/pengembangansumber-daya-manusia/, 15 Maret 2011.
31
b. Meningkatkan produktivitas. Dengan mengikuti kegiatan pengembangan berarti pegawai juga memperoleh tambahan ketrampilan dan pengetahuan baru yang bermanfaat bagi pelaksanaan pekerjaan mereka. Dengan semikian diharapkan
juga
secara
tidak
langsung
akan
meningkatkan
produktivitas kerjanya. c. Meningkatkan fleksibilitas dari angkatan kerja. Dengan semakin banyaknya ketrampilan yang dimiliki pegawai, maka akan lebih fleksibel dan mudah untuk menyesuaikan diri dengan kemungkinan adanya perubahan yang terjadi dilingkungan organisasi. Misalnya bila organisasi memerlukan pegawai dengan kualifikasi tertentu, maka organisasi tidak perlu lagi menambah pegawai yang baru, oleh karena pegawai yang dimiliki sudah cukup memenuhi syarat untuk pekerjaan tersebut. d. Meningkatkan komitmen karyawan. Dengan melalui kegiatan pengembangan, pegawai diharapkan akan memiliki persepsi yang baik tentang organisasi yang secara tidak langsung akan meningkatkan komitmen kerja pegawai serta dapat memotivasi mereka untuk menampilkan kinerja yang baik. e. Mengurangi turn over dan absensi. Bahwa dengan semakin besarnya komitmen pegawai terhadap organisasi akan memberikan dampak terhadap adanya pengurangan tingkat turn over absensi. Dengan demikian juga berarti meningkatkan produktivitas organisasi. Jika disimak dari pendapat para ahli, maka dapat disimpulkan bahwa tujuan pengembangan pegawai, pada umumnya adalah sebagai berikut: a. Agar pegawai dapat melakukan pekerjaan lebih efisien b. Agar pengawasan lebih sedikit terhadap pegawai c. Agar pegawai lebih cepat berkembang d. Menstabilisasi pegawai
32
Sedangkan manfaat dari pengembangan pegawai dapat dilihat dalam dua sisi yaitu : a. Dari sisi individu, pengembangan pegawai dapat memberi manfaat sebagai berikut : 1) Menambah pengetahuan terutama penemuan terakhir dalam bidang ilmu pengetahuan yang bersangkutan, misalnya prinsip-prinsip dan filsafat manajemen yang terbaik dan terakhir 2) Menambah dan memperbaiki keahlian dalam bidang tertentu sekaligus memperbaiki cara-cara pelaksanaan yang lama 3) Merubah sikap 4) Memperbaiki atau menambah imbalan/balas jasa yang diperoleh dari organisasi tempat bekerja b. Dari sisi organisasi, pengembangan pegawai dapat memberi manfaat sebagai berikut : 1) Menaikkan produktivitas pegawai 2) Menurunkan biaya 3) Mengurangi turn over pegawai 4) Kemungkinan memperoleh keuntungan yang lebih besar, karena direalisirnya ketiga manfaat tersebut terlebih dahulu Manullang (1980), mengatakan bahwa dalam suatu organisasi, sesungguhnya ada tiga golongan yang bertanggungjawab terhadap pengembangan pegawai, yaitu : a. Pegawai yang bersangkutan b. Atasan atau pimpinan pegawai yang bersangkutan c. Staf pelaksana pada semua bagian.41 Setiap pegawai mempunyai tanggung jawab untuk mengembangkan dirinya sendiri. Selama masih ada kemungkinan, setiap pegawai ingin untuk menambah pengetahuan, keterampilan atau merubah sikap sesuai
41
Elqorni, Pengembangan SDM, http://elqorni.wordpress.com/2009/04/03/pengembangansumber-daya-manusia/, 15 Maret 2011.
33
dengan perkembangan zaman dan kebutuhan. Tanpa keinginan itu, pegawai tersebut bersifat statis. Atasan atau pimpinan bertanggungjawab untuk mengembangkan bawahannya. Sebab bawahan yang ada mempunyai berbagai karakter yang berbeda, maka sesungguhnya tanggungjawab terbesar berada ditangan pemimpin
yang
bersangkutan.
Dengan
disadarinya
arti
penting
pengembangan sumber daya manusia oleh pimpinan, maka akan lebih memudahkan dalam merealisasikan tujuan yang telah ditetapkan oleh organisasi yang dipimpinnya
2. Pengembangan Kompetensi Guru Dalam lembaga pendidikan, guru merupakan sumber daya manusia yang perlu dikembangkan potensinya, sebagaimana pegawai dalam sebuah organisasi/perusahaan. Oleh karena itu, pembahasan mengenai strategi pengembangan kompetensi guru dapat dilakukan dengan pendekatan strategi pengembangan sumber daya manusia. “Pengembangan sumber daya manusia (human development) secara makro, adalah suatu proses peningkatan kualitas atau kemampuan manusia dalam rangka mencapai suatu tujuan pembangunan bangsa. Proses peningkatan ini mencakup perencanaan, pengembangan, dan pengelolaan sumber daya manusia.”42 Sementara itu, secara mikro, yakni di lingkungan suatu unit kerja (departemen atau lembaga-lembaga lain), sumber daya yang dimaksudkan adalah tenaga kerja, pegawai, atau karyawan. Ini berarti pengembangan yang dilakukan juga merupakan pengembangan sumber daya manusia secara mikro. “Pengembangan sumber daya manusia secara mikro adalah suatu proses perencanaan, pendidikan dan pelatihan, dan pengelolaan tenaga atau karyawan untuk mencapai suatu hasil yang optimal.”43
42
Soekidjo Notoatmodjo, Pengembangan Sumber Daya Manusia, (Jakarta: PT. Rineka Cipta, 2003), Cet. 3, h. 3. 43 Soekidjo Notoatmodjo, Pengembangan Sumber Daya Manusia, h. 4.
34
Pengembangan sumber daya manusia merupakan bagian dari strategi di tingkat fungsional, yakni strategi fungsional sumber daya manusia. Strategi fungsional sumber daya manusia terdiri atas rangkaian proses “(1) perencanaan sumber daya manusia, (2) rekrutmen, (3) seleksi, (4) orientasi, (5) pelatihan dan pengembangan, (6) penilaian kerja, (7) kompensasi, (8) keputusan-keputusan berkaitan dengan hubungan kerja.”44 Di dalam lembaga pendidikan, yang dimaksud sumber daya manusia adalah tenaga pendidikan. Hal ini mengisyaratkan bahwa pengembangan sumber daya yang dilakukan harus mampu meningkatkan kemampuan tenaga pendidikan dalam menyelesaikan tugasnya. Secara operasional, pengembangan tenaga kependidikan menurut konsep Castetter, sebagaimana dikutip
oleh E. Mulyasa,
diidentifikasi ke dalam strategi umum dan strategi khusus.
dapat
45
1. Strategi umum Pertama, pengembangan tenaga kependidikan harus dilakukan berdasarkan rencana kebutuhan yang jelas (educational planning based on manpower recruitment). Dengan demikian, tidak akan terjadi ketimpangan antara kebutuhan akan tenaga kependidikan dengan tenaga kependidikan yang tersedia. Kedua, dalam dunia pendidikan perlu senantiasa sikap dan kemampuan profesional. Seorang tenaga kependidikan harus mampu untuk tidak bergantung pada pekerjaan yang diberikan oleh orang lain. Untuk kepentingan tersebut, perlu dikembangkan bukan saja pengetahuan dan kewirausahaan, akan tetapi juga sikap, inisiatif dan kepercayaan atas kemampuan sendiri. Ketiga, kerjasama dunia pendidikan dengan perusahaan perlu terus menerus dikembangkan, terutama dalam memanfaatkan perusahaan untuk laboratorium praktek dan objek studi.
44
M. Ismail Yusanto dan M.K. Widjajakusuma, Manajemen Strategis Perspektif Syariah, h.
45
E. Mulyasa, Menjadi Kepala Sekolah Profesional, h. 128.
84.
35
2. Strategi khusus Strategi khusus adalah strategi yang langsung berkaitan dengan pengembangan dan peningkatan pengelolaan tenaga kependidikan yang lebih efektif. Strategi tersebut berkaitan dengan kesejahteraan tenaga
kependidikan,
pendidikan
prajabatan
calon
tenaga
kependidikan, rekruitmen dan penempatan, pembinaan kualitas tenaga kependidikan dan pengembangan karir. Selain itu, Dinas Pendidikan kota Parepare menyebutkan beberapa upaya yang dapat digunakan untuk meningkatkan mutu tenaga kependidikan, antara lain: 1. Peningkatan gaji dan kesejahteraan guru 2. Alih tugas profesi dan rekrutmen guru untuk menggantikan guru atau pendidik yang dialihtugaskan ke profesi lain 3. Membangun sistem sertifikasi pendidik dan tenaga kependidikan serta sistem penjaminan mutu pendidikan 4. Membangun satu standar pembinaan karir (Career Development Path) 5. Peningkatan kompetensi yang berkelanjutan46 Selanjutnya, menurut Dhanang Respati Puguh, peningktan kompetensi dan profesionalisme guru dapat dilakukan dengan beberapa cara, antara lain: 1. 2. 3. 4. 5.
Studi lanjut Program Strata 2 Kursus dan pelatihan Pemanfaatan jurnal Seminar Kerjasama antara lembaga profesi47
Disamping upaya-upaya pemberdayaan tenaga kependidikan di atas, ada beberapa upaya yang dapat dilakukan untuk meningkatkan kinerja
46
Dinas Pendidikan Kota Parepare, Upaya dan Strategi Peningkatan Mutu Pendidik dan Tenaga Kependidikan, http://www.dinaspendidikan-parepare.info/indecx.php?option=com_, 26 maret 2010. 47 Dhanang Respati Puguh, Peningkatan Kompetensi dan Profesionalisme Guru (Sejarah) di Era Sertifikasi, http://staff.undip.ac.id/sastra/dhanang/2009/07/23/peningkatan-kompetensiprofesionalisme-guru.html., 23 Juli 2009.
36
sekolah. Upaya-upaya itu antara lain melalui pembinaan disiplin tenaga kependidikan, pemberian motivasi, penghargaan (reward), dan persepsi.48 Dari uraian yang telah dikemukakan di atas, maka upaya-upaya yang dapat dilakukan sekolah untuk mengembangkan kompetensi guru dapat disederhanakan menjadi: rekrutmen dan seleksi; pendidikan dan pembinaan; serta motivasi dan penghargaan bagi guru. Penyederhanaan ini karena lima aspek tersebut telah mewakili upaya-upaya yang lainnya. Penjelasan dari upaya-upaya tersebut adalah sebagai berikut: 1. Rekrutmen dan seleksi guru “Rekrutmen (recruitment) adalah serangkaian aktifitas mencari dan memikat (attract) pelamar kerja dengan motivasi, kemampuan, keahlian dan pengetahuan yang diperlukan untuk menutupi kekurangan yang diidentifikasi dalam perencanaan kepegawaian.”49 Proses rekrutmen di mulai ketika calon-calon pelamar dicari dan berakhir ketika pelamar mengajukan surat lamaran. Implementasi rekrutmen guru yang dilaksanakan oleh sekolah bertujuan untuk mencari guru yang memiliki potensi dan kemampuan serta berkualitas sehingga dapat meningkatkan mutu pendidikan di sekolah. Pola atau metode yang dipakai untuk pelaksanaan rekrutmen guru baru selalu sama dan pelaksanaanya disesuaikan dengan kebutuhan di sekolah tersebut. Proses rekrutmen guru bisa dilakukan melalui empat kegiatan. Pertama,
melakukan
persiapan
rekrutmen
guru
baru
dengan
membentuk panitia rekrutmen guru baru, menetapkan persyaratanpersyaratan bagi calon pelamar, dan menetapkan prosedur pendaftaran guru baru. Setelah kegiatan itu selesai, langkah selanjutnya adalah penyebaran pengumuman penerimaan guru baru melalui media yang ada, seperti brosur, surat kabar, dan sebagainya.
48 49
h. 37.
E. Mulyasa, Menjadi Kepala Sekolah Profesional, h. 143. Ali Nurdin, dkk., Manajemen Sumber Daya Manusia, (Jakarta: Faza Media, 2006), Cet. 1,
37
Setelah kegiatan dalam rekrutmen selesai, langkah selanjutnya adalah melakukan seleksi bagi calon guru. “Seleksi merupakan serangkaian kegiatan yang dilaksanakan untuk memutuskan ditolak atau diterimanya pelamar kerja.”50 Proses seleksi meliputi hal-hal sebagai berikut: a. Penerimaan surat lamaran b. Pemeriksaan dan pemilihan surat lamaran c. Penyelenggaraan ujian saringan, meliputi: tes psikologi (intelegence test, personality test, attitude test, interest test, achivement test), tes pengetahuan dan tes pelaksanaan pekerjaan. d. Wawancara seleksi e. Perencanaan referensi f. Wawancara oleh manajer yang akan menjadi atasan langsungnya g. Keputusan atas pelamaran h. Orientasi pekerjaan.51 Untuk memperoleh seorang guru yang kompeten, proses seleksi harus dilakukan dengan ketat dan harus mengikuti prosedur yang telah ditetapkan. Hal ini karena posisi seorang guru sangat signifikan terhadap tercapainya tujuan pendidikan yang telah ditetapkan. 2. Pendidikan dan pembinaan guru “Pendidikan dan pembinaan tenaga guru dapat ditempuh melalui tiga cara, yaitu pendidikan prajabatan, pendidikan dalam jabatan dan pendidikan akta mengajar.”52 Pembinaan calon guru melalui pendidikan prajabatan memerlukan pertimbangan sebagai berikut: a. Peningkatan mutu pelayanan akademik pada LPTK yang meliputi sarana prasarana dan SDM-nya; b. Seleksi calon yang ketat dalam hal intelegensi, latar belakang, sifat, dan sikap pribadi; c. Pendidikan guru yang dapat menjamin mutu penguasaan ilmuilmu pendidikan, keguruan, psikologi, dan ilmu bidang khusus
50
Ali Nurdin, dkk., Manajemen Sumber Daya Manusia, h. 43. Ali Nurdin, dkk., Manajemen Sumber Daya Manusia, h. 44-45. 52 E. Mulyasa, Standar Kompetensi dan Sertifikasi Guru, h. 37. 51
38
yang menjadi spesialisasinya, serta penguasaan praktek mengajar; d. Calon guru harus pula menguasai ilmu dan keterampilan meneliti, menulis, membaca, sosial, budaya, dan bahasa Indonesia yang baik dan benar; e. Untuk mampu mengikuti perkembangan maka calon guru harus terampil menggunakan komputer, mengelola perpustakaan, olah raga dan kesenian; f. Calon guru minimal satu tahun mengalami hidup dalam asrama untuk membina pemahaman kerja sama, sikap hidup bersama, dan terutama mampu menyelami dan menghargai sifat dan watak yang berbeda-beda.53 Pembinaan melalui program dalam jabatan biasanya diberikan oleh lembaga-lembaga pelatihan yang dilaksanakan oleh diknas, pemerintah daerah, organisasi profesi (PGRI), kelompok masyarakat, juga oleh pihak luar negeri. Dalam hal ini, pihak sekolah dapat mengikutsertakan para
guru
untuk
mengikuti
pelatihan-pelatihan
yang
dapat
meningkatkan kompetensi mereka. Selain itu, pelatihan ini juga bisa dilakukan oleh kepala sekolah, baik secara individu maupun kelompok. Pembinaan ini meliputi kompetensi pedagogik, kompetensi kepribadian, kompetensi profesional, dan kompetensi sosial. Pembinaan tenaga guru melalui akta mengajar bagi lulusan diploma dan sarjana nonkeguruan. Dalam hal ini perlu dilakukan seleksi sebelum mereka mengikuti akta mengajar, sehingga profesi guru bukan tempat pelarian untuk mencari kerja. 3. Motivasi dan penghargaan Setiap tenaga kependidikan memiliki karakteristik khusus yang berbeda antara yang satu dengan yang lainnya. Hal tersebut memerlukan perhatian dan pelayanan khusus dari pemimpinnya agar mereka dapat memanfaatkan waktu untuk meningkatkan kinerjanya. Perbedaan tenaga kependidikan tidak hanya dalam bentuk fisiknya, tetapi juga psikisnya, misalnya motivasi. Oleh karena itu, untuk
53
E. Mulyasa, Standar Kompetensi dan Sertifikasi Guru, h. 37-38.
39
meningkatkan produktifitas kerja, perlu diperhatikan motivasi para tenaga kependidikan dan faktor-faktor lain yang mempengaruhinya. Kepala sekolah sebagai pemimpin mempunyai tanggung jawab untuk
memotivasi para tenaga pendidikan. Beberapa prinsip yang
dapat diterapkan untuk memotivasi tenaga kependidikan, diantaranya: a. Tenaga kependidikan akan bekerja lebih giat apabila kegiatan yang dilakukannya menarik dan menyenangkan. b. Tujuan kegiatan harus disusun dengan jelas dan diinformasikan kepada tenaga kependidikan sehingga mereka mengetahui tujuan dia bekerja. Tenaga kependidikan juga dapat dilibatkan dalam penyusunan tujuan tersebut. c. Para tenaga kependidikan harus selalu diberitahu tentang hasil dari setiap pekerjaannya. d. Pemberian hadiah lebih baik daripada hukuman, namun sewaktu-waktu hukuman juga diperlukan. e. Manfaatkan sikap-sikap, cita-cita, dan rasa ingin tahu tenaga pendidikan. f. Usahakan untuk memperhatikan perbedaan individual tenaga kependidikan, misalnya perbedaan kemampuan, latar belakang dan sikap mereka terhadap pekerjaan. g. Usahakan untuk memenuhi kebutuhan tenaga kependidikan dengan jalan memperhatikan kondisi fisiknya, memberikan rasa aman, menunjukkan bahwa pemimpin memperhatikan mereka, mengatur pengalaman sedemikian rupa sehingga setiap tenaga kependidikan pernah memperoleh kepuasan dan penghargaan.54 Selain motivasi, penghargaan sangat penting untuk meningkatkan produktivitas kerja dan untuk mengurangi kegiatan yang kurang produktif. Melalui penghargaan ini tenaga kependidikan dirangsang untuk meningkatkan kompetensinya. Penghargaan ini akan sangat bermakna apabila dikaitkan dengan prestasi tenaga kependidikan secara terbuka, sehingga setiap tenaga kependidikan memiliki peluang untuk meraihnya. Penggunaan penghargaan ini perlu dilakukan secara tepat, efektif, dan efisien agar tidak menimbulkan dampak negatif.
54
E. Mulyasa, Menjadi Kepala Sekolah Profesional, h. 150-151.
40
Dari uraian di atas, maka dapat ditentukan indikator tentang strategi pengembangan kompetensi guru. Indikator tersebut yaitu melakukan rekrutmen guru baru, melakukan seleksi bagi calon guru baru, melakukan pembinaan bagi guru, memberikan motivasi kepada guru dan memberikan penghargaan kepada guru.
D. Kerangka Berfikir Strategi merupakan suatu tindakan yang bersifat inkremental (terus meningkat) para pemimpin puncak untuk mencapai tujuan jangka panjang organisasi. Strategi dibuat dengan memperhitungkan faktor-faktor yang berada di dalam maupun di luar organisasi. Strategi yang dibuat juga harus mengikuti prosedur/tahapan yang ditetapkan agar hasil dapat diperoleh secara maksimal. Sementara itu, kompetensi guru merupakan kemampuan yang dimiliki oleh seorang guru untuk melaksanakan tugasnya sebagai pendidik. Kompetensi guru meliputi kompetensi pedagogik, kompetensi kepribadian, kompetensi profesional dan kompetensi sosial. Kompetensi ini dipengaruhi oleh faktor internal maupun faktor eksternal guru tersebut. Seiring dengan tugas guru yang semakin berat, kompetensi guru harus terus ditingkatkan. Untuk itu, upaya-upaya strategis mungkin bisa dilakukan untuk mengembangkan kompetensi guru. Kajian mengenai upaya-upaya strategis tersebut akan difokuskan pada rekrutmen guru baru, seleksi bagi calon guru baru, pembinaan bagi guru, pemberian motivasi dan penghargaan bagi guru. Dalam penelitian ini, jika upaya pengembangan dilakukan dengan baik, maka kompetensi guru juga akan baik. Sebaliknya, jika pengembangan tidak dilakukan dengan baik, maka kompetensi guru juga tidak baik. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat dalam bagan sebagai berikut: Kompetensi guru baik
Baik
Strategi pengembangan
Tidak Baik
Bagan 1: Kerangka Berfikir
Kompetensi guru tidak baik
41
E. Studi Terdahulu Strategi peningkatan kompetensi guru sebelumnya telah diteliti oleh beberapa mahasiswa, misalnya oleh Eli Awaliyah dengan skripsi yang berjudul “Strategi Pemberdayaan Guru dalam Peningkatan Kompetensi (Penelitian di Unit Pelaksana Teknis Dinas Pendidikan Kecamatan Rajadesa Kabupaten Ciamis)”. Hasil penelitiannya menyebutkan upaya yang dilakukan untuk meningkatkan kompetensi guru adalah melalui pelatihan yang meliputi: Kelompok Kerja Guru (KKG) SD, pelatihan KBK, Kelompok Kerja Kepala Sekolah (KKSK) untuk kepala sekolah, dan sertifikasi guru DII bagi guru SD, serta lomba guru berprestasi melalui Lembaga Penjaminan Mutu Pendidikan (LPMP). Selain itu, penelitian juga dilakukan oleh Durati Weasani dengan judul skripsi “Pembinaan Kompetensi Profesional Guru di SMP Negeri 2 Ciputat”. Hasil penelitian ini mengemukakan pembinaan kompetensi guru dilakukan dengan mengirimkan perwakilan dari sekolah sesuai bidangnya untuk mengikuti dan mensosialisasikan kegiatan yang dilakukan oleh pemerintah, kemudian guru yang mengikuti kegiatan tersebut melakukan koordinasi dengan guru yang tidak mengikuti kegiatan tersebut. Berbeda dengan penelitian sebelumnya, penulis ingin meneliti tentang strategi pengembangan kompetensi guru yang dilakukan oleh sekolah. Pengembangan profesional.
ini
meliputi
kompetensi
pedagogik
dan
kompetensi
BAB III METODOLOGI PENELITIAN A. Tujuan Penelitian Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui kompetensi guru dan strategi pengembangan kompetensi guru di SMK PGRI 16 DKI Jakarta. Kompetensi tersebut meliputi kompetensi pedagogik dan kompetensi profesional.
B. Waktu dan Tempat Penelitian Penelitian tentang strategi peningkatan kompetensi guru dilaksanakan di SMK PGRI 16 DKI Jakarta yang beralamat di Jalan Raya Cipayung RT. 005/RW. 02 No. 23 Kelurahan Cipayung, Kecamatan Cipayung, Jakarta Timur. Adapun waktu penelitian dapat diuraikan sebagai berikut: Tabel 1 Waktu dan Kegiatan Penelitian No 1
Waktu 25-26 Februari 2010
2 3
7 Februari 2011 10 Februari 2011
4 5
12 Februari 2011 14-19 Februari 2011
Kegiatan Observasi mengenai permasalahan yang ada di SMK PGRI 16 DKI Jakarta Permohonan izin penelitian Observasi berkaitan dengan profil sekolah, profil guru, struktur organisasi serta sarana dan prasarana sekolah. Wawancara dengan wakil kepala sekolah Penyebaran angket penelitian 42
43
C. Metode Penelitian Penelitian ini menggunakan metode penelitian deskriptif. “Penelitian deskriptif yaitu penelitian yang dimaksudkan untuk mengumpulkan informasi mengenai status suatu gejala yang ada, yaitu keadaan gejala menurut apa adanya pada saat penelitian dilakukan.”1
D. Populasi dan Sampel “Populasi adalah keseluruhan subyek penelitian.”2 Populasi dalam penelitian ini adalah guru SMK PGRI 16 DKI Jakarta yang berjumlah 30 orang. “Sampel adalah sebagian atau wakil populasi yang diteliti.”3 Menurut Suharsimi Arikunto, apabila subyek penelitian kurang dari 100, lebih baik diambil semua sehingga penelitiannya merupakan penelitian populasi. Untuk itu, sampel dari penelitian ini berjumlah 30 orang.
E. Teknik Pengumpulan Data Dalam mengumpulkan data-data yang dibutuhkan dalam penelitian ini, penulis menggunakan beberapa teknik pengumpulan data, yaitu: 1. Observasi Observasi ini dilakukan secara langsung oleh peneliti untuk memperoleh data mengenai sekolah, diantaranya: profil sekolah, profil guru, struktur organisasi sekolah dan sarana prasarana yang ada di sekolah. 2. Wawancara Dalam hal ini, wawancara dilakukan secara langsung oleh peneliti dengan kepala sekolah. Tujuan wawancara ini adalah untuk 1
Suharsimi Arikunto, Manajemen Penelitian, (Jakarta: PT. Rineka Cipta, 1995), Cet. 3, h.
309. 2
Suharsimi Arikunto, Prosedur Penelitian: Suatu Pendekatan Praktik, (Jakarta: PT. Rineka Cipta, 2006), Cet. 13, h. 130. 3 Suharsimi Arikunto, Prosedur Penelitian: Suatu Pendekatan Praktik, h. 131.
44
memperoleh data tentang strategi yang dilakukan sekolah untuk mengembangkan kompetensi guru serta data lain yang bersangkutan dengan penelitian ini. 3. Angket Angket disusun untuk mengajukan daftar pertanyaan kepada responden untuk mengetahui kompetensi guru dan memperoleh data pendukung tentang strategi pengembangan kompetensi guru. Angket yang digunakan adalah angket yang bersifat tertutup dengan memberikan empat pilihan jawaban bagi responden, yaitu: selalu, sering, kadangkadang dan tidak pernah.
F. Instrumen Pengumpulan Data Agar pengumpulan data lebih terarah pada tujuan yang hendak dicapai, maka penulis membuat kisi-kisi instrumen sebagai berikut: Tabel 2 Kisi-kisi Angket Variabel Strategi peningkatan kompetensi guru
Dimensi Peningkatan kompetensi
1. 2. 3.
Kompetensi pedagogik
4. 5. 6.
Kompetensi profesional
No. Butir Soal Melakukan pembinaan 1,2,3,4,5 & bagi guru 6 Memberikan motivasi 7 & 8 kepada guru Memberikan 9 & 10 penghargaan kepada guru Merencanakan 11,12 & 13 pembelajaran Melaksanakan 14 & 15 pembelajaran Mengevaluasi hasil 16,17 & 18 belajar peserta didik Menguasai substansi 19 keilmuan yang terkait dengan bidang studi Melaksanakan 20 Penelitian Indikator
7.
8.
Jumlah soal 6 2 2
3 2 3 1
1
45
Tabel 3 Kisi-kisi Wawancara No. Butir Soal Strategi Pengembangan Melakukan rekrutmen 1,2 & 3 peningkatan kompetensi guru baru kompetensi guru Melakukan seleksi 4 guru bagi calon guru baru Melakukan 5 pembinaan bagi guru Memberikan motivasi 7 kepada guru Memberikan 6 penghargaan kepada guru Variabel
Dimensi
Indikator
Jumlah soal 3 1 1 1 1
G. Teknik Pengolahan Data Pengolahan
data
merupakan
suatu
cara
yang
digunakan
untuk
menguraikan data agar dapat dipahami bukan hanya oleh orang yang meneliti, tetapi juga oleh orang lain yang ingin mengetahui hasil penelitian. Untuk mengolah data pada penelitian ini, penulis melakukan langkah-langkah sebagai berikut: 1. Editing Pada tahap ini dilakukan pengecekan terhadap pengisian kuesioner. Setiap kuesioner diteliti satu per satu mengenai kelengkapan, kejelasan dan kebenaran pengisian angket tersebut agar terhindar dari kesalahan dalam mendapatkan informasi sehingga dapat diperoleh data yang akurat. 2. Koding Koding yaitu usaha mengklasifikasikan jawaban-jawaban pada responden menurut macam-macamnya, yakni: selalu, sering, kadang-kadang dan tidak pernah. 3. Skoring Skoring yaitu pemberian skor terhadap butir-butir soal dalam angket yang dibagikan kepada seluruh responden mengenai strategi peningkatan kompetensi guru. Dalam angket tersebut terdapat empat alternatif jawaban
46
yang harus dipilih responden. Untuk menentukan skoring hasil penelitian, maka masing-masing jawaban diberi skor sebagai berikut: Untuk jawaban A = 4 Untuk Jawaban B = 3 Untuk jawaban C = 2 Untuk jawaban D = 1
H. Teknik Analisis dan Interpretasi Data Langkah selanjutnya setelah pengolahan data adalah menganalisis data tersebut. Dalam penelitian ini, data-data yang diperoleh melalui hasil observasi dan wawancara dideskripsikan apa adanya sesuai dengan kondisi sebenarnya. Sementara itu, data-data yang diperoleh melalui angket dianalisis dengan menggunakan analisis deskriptif kuantitatif, yakni mencari jumlah frekuensi dan mencari prosentasenya,4 kemudian dideskripsikan dengan memberikan kategori penilaian sesuai dengan hasil yang ditemukan. Untuk menghitung prosentase penulis menggunakan rumus sebagai berikut: F P =
x 100% N
Ket: P F N 100
= = = =
Angka prosentase Frekuensi yang sedang dicari prosentasenya Number of Case (responden) Bilangan tetap (rumus prosentase)5
Adapun untuk memberikan kategori penilaian dari hasil penelitian, penulis menggunakan pedoman menurut Anas Sujiono sebagai berikut: 81-100 : hampir seluruhnya sampai seluruhnya 61-80 : sebagian besar sampai hampir seluruhnya 41-60 : hampir setengahnya, setengahnya sampai lebih dari setengahnya 4 5
h. 43.
Suharsimi Arikunto, Manajemen Penelitian, h. 386. Anas Sudijono, Pengantar Statistik Pendidikan, (Jakarta: PT Raja Grafindo Persada, 2006),
47
21-40 : sebagian kecil sampai hampir setengahnya 1-20
: sedikit sekali sampai sebagian kecil
Setelah data diolah dengan mencari prosentase dan memberi kategori penilaian, maka langkah selanjutnya adalah melakukan interpretasi data. Dalam memberikan interpretasi atas nilai rata-rata yang diperoleh tersebut, digunakan pedoman sebagai berikut: 1. Baik, jika nilai yang diperoleh berada pada interval 76% - 100% 2. Cukup baik, jika nilai yang diperoleh berada pada interval 56%-75% 3. Kurang baik, jika nilai yang diperoleh berada pada interval 40%-55% 4. Tidak baik, jika nilai yang diperoleh kurang dari 40% Untuk menentukan prosentase, digunakan perhitungan sederhana dengan langkah-langkah sebagai berikut: 1. Menentukan nilai harapan (NH). Nilai ini dapat diketahui dengan mengalikan jumlah item pertanyaan dengan skor tertinggi. 2. Menghitung nilai skor (NS). Nilai ini merupakan nilai rata-rata sebenarnya yang diperoleh dari hasil penelitian. 3. Menentukan nilai kategorinya, yaitu dengan menggunakan rumus sebagai berikut: NS P=
x 100% NH
BAB IV HASIL PENELITIAN
A. Gambaran Umum Objek Penelitian 1. Profil Sekolah SMK PGRI 16 merupakan lembaga pendidikan di bawah naungan PPLP-PGRI DKI Jakarta yang kehadirannya ikut mencerdaskan kehidupan bangsa. Sekolah ini didirikan pada tanggal 12 Maret 1984 dengan akte notaris Mohammad Ali No. 13. Pada tahun 1990, sekolah ini mengalami perubahan nama menjadi SMEA PGRI 9. Selanjutnya, pada tahun 1999, sekolah mengalami perubahan kembali sehubungan penerbitan dan perubahan sistem pendidikan menjadi SMK PGRI 16 Cipayung, Jakarta Timur. Dalam rentang waktu berdirinya, yaitu tahun 1984 sampai tahun 2011, SMK PGRI 16 mengalami tiga kali perubahan kepemimpinan. Tahun 1984 sampai tahun 1985 sekolah dipimpin oleh Suparmin. Setelah itu, pada tahun 1985 sampai tahun 1988 sekolah dipimpin oleh Drs. Daliman. Selanjutnya, tahun 1988 sampai sekarang, sekolah dipimpin oleh Drs. Katmana Djuarsa, M.M. Sebagai lembaga pendidikan formal, SMK PGRI 16 memiliki visi dan misi yang harus diwujudkan. Visi itu adalah terwujudnya SMK PGRI 16 DKI Jakarta yang berwawasan dan berwatak kebangsaan serta 48
49
berfungsi sebagai pusat kebudayaan yang mampu menghasilkan tamatan terdidik dan terlatih, taqwa, cerdas, terampil, mandiri dan atau sebagai tenaga tingkat menengah sesuai bidang keahliannya untuk turut mengisi tenaga kerja pembangunan serta mendukung pasar kerja global. Adapun misinya adalah sebagai berikut: a. Meningkatkan mutu pendidikan dan pembelajaran b. Menciptakan masyarakat belajar (belajar keras dan bekerja keras) c. Mengembangkan watak anak didik (cekatan, inisiatif, ulet dan militan) d. Meningkatkan mutu manajemen sekolah. e. Meningkatkan kuantitas, kualitas, sarana dan prasarana pendidikan f. Meningkatkan kompetensi profesional dan kesejahteraan tenaga kependidikan g. Meningkatkan ketahanan sekolah (7K) sebagai wujud penegakan wawasan wiyata mandala h. Meningkatkan disiplin anak didik dan tenaga pendidik. Untuk mendukung terwujudnya visi dan misi sekolah, SMK PGRI 16 menyediakan sarana dan prasarana yang cukup memadai. Sarana dan prasarana yang dimiliki SMK PGRI 16, yaitu: ruang kepala sekolah 1 lokal, ruang guru 1 lokal, ruang tata usaha 2 lokal, ruang tamu 2 lokal, ruang BP/BK 1 lokal, ruang UKS 1 lokal, perpustakaan 1 lokal, lab komputer 1 lokal, ruang kelas 10 lokal, koperasi 1 lokal, kantin 2 lokal, ruang ibadah 1 lokal, WC siswa 2 ruang, dan WC guru 2 ruang. Selanjutnya, untuk menggenapi kekuatan dalam menetapkan KBM, SMK PGRI 16 memiliki tenaga kependidikan yang cukup. Tenaga kependidikan tersebut terdiri dari 1 orang kepala sekolah, 30 orang guru, 4 orang tenaga administratif, dan 2 orang satpam. SMK PGRI 16 sebagai suatu organisasi juga memiliki struktur organisasi yang jelas. Struktur organisasi itu tampak dalam bagan sebagai berikut:
50
Komite Sekolah
Kepala Sekolah Wakil Kepala Sekolah
Unit Perpustakaan Waka Kurikulum
Tata Usaha Prasarana
Waka Kesiswaan
Humas
Jabatan
Wali Kls
Wali Kls
Wali Kls
Wali Kls
Wali Kls
Wali Kls
Guru Siswa Masyarakat Ket: Garis Komando Garis Koordinasi Bagan 2 : Struktur Organisasi SMK PGRI 16 DKI Jakarta
Sebagai sekolah kejuruan, SMK PGRI 16 memiliki tiga program keahlian yang dikembangkan, yaitu: penjualan, administrasi perkantoran, dan akuntansi. Untuk mengembangkan pembelajaran kerja bagi masingmasing program keahlian, sekolah mengadakan magang dan menjalin kerjasama dengan beberapa instansi pemerintah maupun swasta. Selain program keahlian sebagai kegiatan intra kurikuler, SMK PGRI 16 juga mengadakan kegiatan ekstrakurikuler bagi siswa. Kegiatan ekstra kurikuler tersebut, yaitu: Paskibra, Rohis, Rokris, Pramuka, Teater, Voley Ball, Kewirausahaan, Pencak Silat, dan Karya Ilmiah Siswa (KIS).
2. Profil Guru Untuk melaksanakan kegiatan belajar mengajar (KBM), SMK PGRI 16 memiliki tenaga edukatif (guru) berjumlah 30 orang dengan komposisi seperti yang tampak dalam tabel berikut:
51
Tabel 4 Data Guru SMK PGRI 16 DKI Jakarta No.
Jenis Kelamin
Tingkat
Status
Pendidikan
Kepegawaian
Masa Kerja
Jumlah
DIII
S1
PNS
GTY
0-10
10-20
>20
1
Laki-laki
1
9
1
9
15
3
1
2
Perempuan
0
20
2
18
6
4
1
1
29
3
17
11
7
2
Jumlah
Berdasarkan tabel di atas, dapat diketahui bahwa pendidikan terakhir guru SMK PGRI 16 mayoritas adalah Sarjana Strata 1 (S-1) dan hanya satu orang guru yang berpendidikan D-III. Status kepegawaian guru mayoritas adalah guru tetap dan baru tiga orang guru yang berstatus sebagai PNS. Sementara, masa kerja guru berkisar antara 1-20 tahun, bahkan ada yang lebih dari 20 tahun.
B. Deskripsi Data Seperti yang telah dijelaskan pada bab sebelumnya, data-data mengenai “Strategi Peningkatan Kompetensi Guru di SMK PGRI 16 DKI Jakarta” dikumpulkan dengan menggunakan metode wawancara dan angket. Untuk itu, berikut ini akan disajikan deskripsi data mengenai hasil penelitian tersebut. Dalam kajian teori, kompetensi guru dapat ditingkatkan melalui beberapa strategi. Strategi itu, antara lain: rekrutmen, seleksi, pembinaan guru, motivasi dan penghargaan bagi guru. Dari hasil wawancara dengan wakil kepala sekolah, strategi yang dilakukan SMK PGRI 16 DKI Jakarta dapat dideskripsikan sebagai berikut: 1. Rekrutmen Untuk merekrut guru baru, kepala sekolah tidak membuat panitia secara khusus, namun tugas ini dilimpahkan kepada wakil kepala sekolah bidang kurikulum dan ketua program. Sebelum merekrut guru
52
baru, wakil kepala sekolah membuat persyaratan- persyaratan yang harus dipenuhi oleh pelamar. Setelah itu, sekolah menyebarkan pengumuman tentang penerimaan guru baru. Pengumuman ini disebarkan melalui web site, facebook, dan pamflet yang ditempel di beberapa Perguruan Tinggi, misalnya: IKIP, UHAMKA, dan sebagainya. 2. Seleksi Langkah pertama yang dilakukan SMK PGRI 16 Jakarta dalam menyeleksi calon guru adalah memeriksa berkas lamaran. Apabila berkas lamaran dianggap telah memenuhi persyaratan yang ditetapkan, sekolah akan memanggil pelamar untuk mengikuti wawancara. Dalam wawancara ini, sekaligus dilakukan tes pengetahuan mengenai bidang keilmuan dan kompetensi tambahan yang dimiliki. Setelah itu, calon guru akan diminta untuk praktik mengajar di dalam kelas. 3. Pembinaan Pembinaan yang dilakukan SMK PGRI 16 dalam meningkatkan kompetensi guru adalah dengan mengirimkan guru untuk mengikuti Pendidikan dan Pelatihan (Diklat) yang diselenggarakan oleh Kota Administratif maupun Propinsi. Dalam pelatihan ini guru yang dikirimkan sejumlah kuota yang ditentukan. Meskipun demikian, sosialisasi tetap dilakukan kepada guru yang tidak mengikuti pelatihan. Sosialisasi ini biasanya diselenggarakan dalam bentuk rapat dewan guru. Selain mengirimkan guru untuk mengikuti Pendidikan dan Pelatihan (Diklat), sekolah juga melakukan pembinaan secara internal, yaitu seminar/pelatihan. Kegiatan ini biasa dilakukan dengan mendatangkan nara sumber dari luar, misalnya dari Lembaga Penjaminan Mutu Pendidikan (LPMP), tutor dari Dunia Usaha dan Dunia Industri (DUDI) serta sekolah leader atau sekolah yang lebih maju, seperti SMK N 10 dan SMK N 51.
53
4. Motivasi dan Penghargaan Dalam memacu guru agar senantiasa meningkatkan kompetensinya, SMK PGRI 16 memberikan reward kepada guru yang berprestasi. Reward yang diberikan biasanya berupa hadiah finansial dan piagam penghargaan. Selain reward, hukuman juga diterapkan di sekolah ini. Hukuman ini berupa Surat Peringatan (SP). Untuk mendukung hasil wawancara tersebut, berikut disajikan deskripsi data yang diperoleh melalui angket yang disebarkan kepada 30 responden. 1. Melakukan pembinaan bagi guru Tabel 5 Pelatihan Membuat RPP No. 1 2 3 4
Jawaban Selalu Sering Kadang-kadang Tidak Pernah
Frekuensi 12 13 4 1 30
Jumlah
Prosentase (%) 40 43,33 13,34 3,33 100
Tabel di atas, menunjukkan hampir setengah guru menyatakan bahwa kepala sekolah selalu dan sering mengadakan pelatihan membuat RPP bagi guru. Sementara hanya sedikit sekali guru yang menyatakan bahwa kepala sekolah tidak pernah mengadakan pelatihan membuat RPP. Ini dapat diketahui dari 40% guru yang menjawab selalu, 43,33% guru yang menjawab sering, 13,34% guru yang menjawab kadangkadang dan 3,33% guru yang menjawab tidak pernah. Tabel 6 Pelatihan Membuat Silabus No. 1 2 3 4
Jawaban Selalu Sering Kadang-kadang Tidak Pernah
Jumlah
Frekuensi 12 13 4 1 30
Prosentase (%) 40 43,33 13,34 3,33 100
54
Tabel di atas, menunjukkan hampir setengah guru menyatakan bahwa kepala sekolah selalu dan sering mengadakan pelatihan membuat silabus bagi guru. Sementara hanya sedikit sekali guru yang menyatakan bahwa kepala sekolah tidak pernah mengadakan pelatihan membuat silabus. Ini dapat diketahui dari 40% guru yang menjawab selalu, 43,33% guru yang menjawab sering, 13,34% guru yang menjawab kadang-kadang dan 3,33% guru yang menjawab tidak pernah. Tabel 7 Pengiriman Peserta Pelatihan, Penataran, Lokakarya, Workshop dan Seminar No. 1 2 3 4
Jawaban Selalu Sering Kadang-kadang Tidak Pernah
Frekuensi 8 17 5 0 30
Jumlah
Prosentase (%) 26,67 56,67 16,66 0 100
Tabel di atas, menguraikan bahwa 26,67% guru menjawab selalu, 56,67% guru menjawab sering, 16,66% guru menjawab kadang-kadang dan 0% guru menjawab tidak pernah. Ini menunjukkan bahwa lebih dari setengah guru menyatakan kepala sekolah sering mengirim guru untuk mengikuti pelatihan, penataran, lokakarya, workshop serta seminar dan tidak ada guru yang menyatakan tidak pernah. Tabel 8 Penyelenggaraan Sosialisasi Hasil Pelatihan dan Berbagai Kebijakan Pemerintah No. 1 2 3 4
Jawaban Selalu Sering Kadang-kadang Tidak Pernah
Jumlah
Frekuensi 6 11 12 1 30
Prosentase (%) 20 36,67 40 3,33 100
55
Berdasarkan tabel di atas, dapat diketahui bahwa 20% guru menjawab selalu, 36,67% guru menjawab sering, 40% guru menjawab kadang-kadang dan 3,33% guru menjawab tidak pernah. Jadi, hampir setengah guru menyatakan kepala sekolah kadang-kadang mengadakan sosialisasi hasil pelatihan dan berbagai kebijakan pemerintah dengan mendatangkan narasumber dan sedikit sekali guru yang menyatakan tidak pernah. Tabel 9 Mengikutsertakan Guru dalam Kegiatan Sosial No. 1 2 3 4
Jawaban Selalu Sering Kadang-kadang Tidak Pernah
Frekuensi 12 9 7 2 30
Jumlah
Prosentase (%) 40 30 23,33 6,67 100
Berdasarkan tabel di atas, dapat diketahui bahwa 40% guru menjawab selalu, 30% guru menjawab sering, 23,33% guru menjawab kadang-kadang
dan
6,67%
guru
menjawab
tidak
pernah.
Ini
menunjukkan hampir setengah guru menyatakan kepala sekolah kadangkadang mengikutsertakan guru dalam kegiatan sosial dan hanya sedikit sekali
guru
yang
menyatakan
kepala
sekolah
tidak
pernah
mengikutsertakan guru dalam kegiatan sosial.
Tabel 10 Pemberian Beasiswa Bagi Guru untuk Melanjutkan Pendidikan No. 1 2 3 4
Jawaban Selalu Sering Kadang-kadang Tidak Pernah
Jumlah
Frekuensi 1 12 15 2 30
Prosentase (%) 3,33 40 50 6,67 100
Sesuai tabel di atas, dapat diuraikan bahwa 3,33% guru menjawab selalu, 40% guru menjawab sering, 50% guru menjawab kadang-kadang
56
dan 6,67% guru menjawab tidak pernah. Hal ini menunjukkan setengah dari
jumlah
guru
menyatakan
kepala
sekolah
kadang-kadang
memberikan beasiswa kepada guru untuk melanjutkan pendidikan ke jenjang yang lebih tinggi dan hampir setengah guru menyatakan kepala sekolah sering memberikan beasiswa kepada guru
2. Memberikan motivasi kepada guru Tabel 11 Pemberitahuan Hasil Setiap Kegiatan No. 1 2 3 4
Jawaban
Frekuensi 8 3 14 5 30
Selalu Sering Kadang-kadang Tidak Pernah
Jumlah
Prosentase (%) 26,67 10 46,67 16,66 100
Dari tabel di atas, dapat diketahui bahwa 26,67% guru menjawab selalu, 10% guru menjawab sering, 46,67% guru menjawab kadangkadang dan 16,66% guru menjawab tidak pernah. Jadi, hampir setengah guru menyatakan kepala sekolah kadang-kadang memberitahukan hasil setiap kegiatan kepada guru dan sebagian kecil yang lain menyatakan selalu, sering dan tidak pernah.
Tabel 12 Pemberian Sanksi Bagi Guru yang Melanggar Kode Etik No. 1 2 3 4
Jawaban Selalu Sering Kadang-kadang Tidak Pernah
Jumlah
Frekuensi 7 15 4 4 30
Prosentase (%) 23,34 50 13,33 13,33 100
Tabel di atas, menguraikan bahwa 23,34% guru menjawab selalu, 50% guru menjawab sering, 13,33% guru menjawab kadang-kadang dan 13,33% guru menjawab tidak pernah. Ini menunjukkan bahwa setengah
57
guru menyatakan kepala sekolah sering memberikan sanksi kepada guru yang melanggar kode etik dan sebagian kecil yang lain ada yang menyatakan selalu, kadang-kadang dan tidak pernah.
3. Memberikan penghargaan kepada guru Tabel 13 Pemberian Hadiah Finansial No. 1 2 3 4
Jawaban Selalu Sering Kadang-kadang Tidak Pernah
Frekuensi 3 8 18 1 30
Jumlah
Prosentase (%) 10 26,67 60 3,33 100
Tabel di atas, menunjukkan sebagian besar guru menyatakan kepala sekolah kadang-kadang memberikan hadiah finansial kepada guru yang berprestasi dan hanya sedikit sekali guru yang menyatakan tidak pernah. Ini dapat diketahui dari 10% guru yang menjawab selalu, 26,67% guru yang menjawab sering, 60% guru yang menjawab kadang-kadang dan 3,33% guru yang menjawab tidak pernah.
Tabel 14 Pemberian Piagam Penghargaan No. 1 2 3 4
Jawaban Selalu Sering Kadang-kadang Tidak Pernah
Jumlah
Frekuensi 9 8 11 2 30
Prosentase (%) 30 26,67 36,67 6,66 100
Berdasarkan tabel di atas, dapat diketahui bahwa 30% guru menjawab selalu, 26,67% guru menjawab sering, 36,67% guru menjawab kadang-kadang dan 6,66% guru menjawab tidak pernah. Ini menunjukkan sedikit sekali guru yang menyatakan kepala sekolah tidak
58
pernah memberikan piagam penghargaan kepada guru yang berprestasi dan sebagian kecil guru menyatakan selalu, sering dan kadang-kadang.
4. Merencanakan pembelajaran
Tabel 15 Penyusunan Silabus Pembelajaran No. 1 2 3 4
Jawaban Selalu Sering Kadang-kadang Tidak Pernah
Frekuensi 24 6 0 0 30
Jumlah
Prosentase (%) 80 20 0 0 100
Dari tabel di atas, dapat diketahui bahwa 80% guru menjawab selalu, 20% guru menjawab sering, 0% guru menjawab kadang-kadang dan 0% guru menjawab tidak pernah. Jadi, sebagian besar guru menyatakan bahwa mereka menyusun silabus mata pelajaran yang mereka ampu dan tidak ada guru yang menyatakan tidak membuat silabus pembelajaran.
Tabel 16 Penentuan Strategi Pembelajaran yang Tepat No. 1 2 3 4
Jawaban Selalu Sering Kadang-kadang Tidak Pernah
Jumlah
Frekuensi 3 3 20 4 30
Prosentase (%) 10 10 66,67 13,33 100
Berdasarkan tabel di atas, dapat diuraikan bahwa 10% guru menjawab selalu, 10% guru menjawab sering, 66,67% guru menjawab kadang-kadang dan 13,33% guru menjawab tidak pernah. Ini berarti bahwa sebagian besar guru menyatakan kadang-kadang menentukan strategi pembelajaran yang sesuai dengan materi.
59
Tabel 17 Pembuatan RPP No. 1 2 3 4
Jawaban
Frekuensi 21 9 0 0 30
Selalu Sering Kadang-kadang Tidak Pernah
Jumlah
Prosentase (%) 70 30 0 0 100
Sesuai tabel di atas, dapat diketahui bahwa 70% guru menjawab selalu, 30% guru menjawab sering, 0% guru menjawab kadang-kadang dan 0% guru menjawab tidak pernah. Jadi sebagian besar guru menyususn RPP setiap akan memberikan pelajaran kepada peserta didik dan tidak ada guru yang tidak membuat/menyusun RPP setiap akan memberikan pelajaran kepada peserta didik.
5. Melaksanakan pembelajaran Tabel 18 Penggunaan Metode Pembelajaran yang Sesuai dengan Materi No. 1 2 3 4
Jawaban Selalu Sering Kadang-kadang Tidak Pernah
Jumlah
Frekuensi 4 5 18 3 30
Prosentase (%) 13,33 16,67 60 10 100
Tabel di atas, menggambarkan bahwa sebagian besar guru kadangkadang menggunakan metode yang tepat saat pembelajaran berlangsung. Hal ini terlihat dari 13,33% guru yang menjawab selalu, 16,67% guru yang menjawab sering, 60% guru yang menjawab kadang-kadang dan 10% guru yang menjawab tidak pernah. Ini berarti bahwa penguasaan guru terhadap metode pembelajaran masih rendah.
60
Tabel 19 Penggunaan Media Pembelajaran yang Sesuai dengan Materi No. 1 2 3 4
Jawaban
Frekuensi 2 4 7 17 30
Selalu Sering Kadang-kadang Tidak Pernah
Jumlah
Prosentase (%) 6,66 13,33 23,34 56,67 100
Dari tabel di atas, dapat diketahui bahwa 6,66% guru menjawab selalu, 13,33% guru menjawab sering, 23,34% guru menjawab kadangkadang dan 56,67% guru menjawab tidak pernah. Jadi, lebih dari setengah
guru
menyatakan
tidak
pernah
menggunakan
media
pembelajaran yang tepat saat pembelajaran di dalam kelas. Hal ini karena media tersebut memang belum tersedia di sekolah.
6. Mengevaluasi hasil belajar Tabel 20 Penyusunan Alat Evaluasi No. 1 2 3 4
Jawaban Selalu Sering Kadang-kadang Tidak Pernah
Jumlah
Frekuensi 14 16 0 0 30
Prosentase (%) 46,67 53,33 0 0 100
Dari tabel di atas, dapat diketahui bahwa 46,67% guru menjawab selalu, 53,33% guru menjawab sering, 0% guru menjawab kadangkadang dan 0% guru menjawab tidak pernah. Jadi, sebagian besar guru selalu dan sering menyusun alat evaluasi yang sesuai dengan materi yang diajarkan dan tidak ada guru yang tidak membuat alat evaluasi untuk mengukur hasil belajar peserta didik.
61
Tabel 21 Pelaksanaan Post Tes No. 1 2 3 4
Jawaban
Frekuensi 7 6 16 1 30
Selalu Sering Kadang-kadang Tidak Pernah
Jumlah
Prosentase (%) 23,34 20 53,33 3,33 100
Berdasarkan tabel di atas, dapat diuraikan bahwa 23,33% guru menjawab selalu, 20% guru menjawab sering, 53,33% guru menjawab kadang-kadang dan 3,33% guru menjawab tidak pernah. Ini berarti bahwa lebih dari setengah guru menyatakan kadang-kadang melakukan post tes setelah materi pembelajaran selesai dipelajari oleh peserta didik. Tabel 22 Menindaklanjuti Hasil Evaluasi dengan Remedial No. 1 2 3 4
Jawaban Selalu Sering Kadang-kadang Tidak Pernah
Jumlah
Frekuensi 13 12 5 0 30
Prosentase (%) 43,33 40 16,67 0 100
Sesuai tabel di atas, dapat diketahui bahwa 43,33% guru menjawab selalu, 40% guru menjawab sering, 16,67% guru menjawab kadangkadang dan 0% guru menjawab tidak pernah. Jadi hampir setengah guru selalu dan sering menindaklanjuti hasil evaluasi dengan mengadakan remedial atau tes ulang untuk memperbaiki hasi yang diperoleh dari tes yang sebelumnya.
62
7. Menguasai substansi keilmuan yang terkait dengan bidang studi Tabel 23 Penguasaan Materi No. 1 2 3 4
Jawaban
Frekuensi 16 14 0 0 30
Selalu Sering Kadang-kadang Tidak Pernah
Jumlah
Prosentase (%) 53,33 46,67 0 0 100
Dari tabel di atas, dapat diketahui bahwa 53,33% guru menjawab selalu, 46,67% guru menjawab sering, 0% guru menjawab kadangkadang dan 0% guru menjawab tidak pernah. Jadi, lebih dari setengah guru telah menguasai materi yang ada dalam kurikulum sekolah sesuai dengan bidang studi masing-masing dan tidak ada guru yang tidak menguasai materi.
8. Melakukan penelitian Tabel 24 Pengkajian/Penelitian untuk Memperdalam Pengetahuan No. 1 2 3 4
Jawaban Selalu Sering Kadang-kadang Tidak Pernah
Jumlah
Frekuensi 5 3 20 2 30
Prosentase (%) 16,67 10 66,67 6,66 100
Dari tabel di atas, dapat diketahui bahwa 16,67% guru menjawab selalu, 10% guru menjawab sering, 66,67% guru menjawab kadangkadang dan 6,66% guru menjawab tidak pernah. Jadi, sebagian besar guru jarang melakukan penelitian atau melakukan kajian untuk memperdalam pengetahuan/materi bidang studi. Ini berarti bahwa materi yang diajarkan kepada peserta didik masih terbatas dalam kurikulum yang telah ditetapkan.
63
Dari uraian tabel di atas, dapat diketahui data tentang kompetensi guru dan pengembangan kompetensi guru yang diperoleh dari penyebaran kuesioner terhadap 30 responden. Kompetensi guru terdiri atas kompetensi pedagogik dan kompetensi profesional dengan aspek-aspek, yaitu: aspek perencanaan pembelajaran terdiri dari 3 item soal dengan skor 290; aspek pelaksanaan pembelajaran terdiri dari 2 item soal dengan skor 121; aspek evaluasi hasil belajar terdiri dari
3 item soal dengan skor 281; aspek
penguasaan substansi keilmuan terdiri dari 1 soal dengan skor 106 dan aspek penguasaan struktur dan metode keilmuan terdiri dari 1 soal dengan skor 71. Adapun data mengenai strategi pengembangan kompetensi guru meliputi tiga aspek, yaitu: aspek pembinaan bagi guru terdiri atas 6 item soal dengan skor 530; aspek memberikan motivasi kepada guru terdiri atas 2 item soal dengan skor 159; dan aspek memberikan penghargaan kepada guru terdiri atas 2 item soal dengan skor 157. Selanjutnya, data tersebut dapat dilihat lebih jelas pada tabel berikut: Tabel 25 Deskripsi Data Strategi Pengembangan Kompetensi Guru di SMK PGRI 16 DKI Jakarta Jumlah Responden
30
Aspek Penelitian
Jumlah Item Soal
Skor
Melakukan pembinaan bagi guru
6
530
Memberikan motivasi kepada guru
2
159
Memberikan penghargaan kepada guru
2
157
Merencanakan pembelajaran
3
290
Melaksanakan pembelajaran
2
121
Mengevaluasi hasil belajar
3
281
Menguasai substansi keilmuan
1
106
Melakukan penelitian
1
71
20 item
1715
8 Aspek
64
Selanjutnya untuk mengetahui keadaan atau gambaran tiap-tiap aspek digunakan perhitungan seperti dalam tabel dibawah ini. Tabel 25 Nilai Rata-rata Skor Penelitian Aspek Melakukan pembinaan bagi guru Memberikan motivasi kepada guru Memberi penghargaan kepada guru Merencanakan pembelajaran Melaksanakan pembelajaran Mengevaluasi hasil belajar Menguasai substansi keilmuan Melakukan penelitian Rata-Rata
Skor
NH
NS
NS/NH x 100%
Kategori Penilaian
530
6x4=24
17,67
73,63%
Cukup
159
2x4=8
5,3
66,25%
Cukup
157
2x4=8
5,23
65,42%
Cukup
290
3x4=12
9,67
80,58%
Baik
121
2x4=8
4,03
50,38%
Kurang
281
3x4=12
9,37
78,08%
Baik
106
1x4=4
3,53
88,25%
Baik
71
1x4=4
2,37
59,25%
Cukup
1715
20x4=80
57,17
71,46%
Cukup
Dari tabel di atas, dapat diketahui bahwa aspek pembinaan bagi guru berkategori cukup; aspek memberikan motivasi kepada guru berkategori cukup; aspek memberikan penghargaan kepada guru berkategori cukup; aspek perencanaan pembelajaran berkategori baik; aspek pelaksanaan pembelajaran berkategori kurang; aspek evaluasi hasil belajar berkategori baik; aspek penguasaan substansi keilmuan berkategori baik dan aspek penguasaan struktur dan metode keilmuan berkategori cukup. Ini berarti bahwa strategi pengembangan kompetensi guru di SMK PGRI 16 Jakarta dikategorikan cukup dan kompetensi guru berkategori cukup.
BAB V PENUTUP
A. Kesimpulan Dalam pembahasan skripsi ini dapat dikemukakan beberapa temuan, yaitu sebagai berikut: 1. Strategi yang dilakukan SMK PGRI 16 dalam mengembangkan kompetensi guru, yaitu: melakukan rekrutmen guru baru yang kompeten, menyeleksi
calon
guru
baru
dengan
benar,
menyelenggarakan
seminar/pelatihan dengan mendatangkan narasumber, mengikutsertakan guru dalam Pendidikan dan Pelatihan (Diklat), serta memberikan motivasi dan penghargaan bagi guru yang berprestasi. 2. Data penelitian mengenai pengembangan kompetensi guru menjukkan hasil, yaitu: aspek pembinaan bagi guru berkategori cukup, aspek memberikan motivasi kepada guru berkategori cukup, aspek memberikan penghargaan kepada guru berkategori cukup 3. Data penelitian mengenai kompetensi guru menunjukkan hasil, yaitu: aspek perencanaan pembelajaran berkategori baik, aspek pelaksanaan pembelajaran berkategori kurang, aspek evaluasi hasil belajar berkategori baik, aspek penguasaan substansi keilmuan berkategori baik dan aspek penguasaan struktur dan metode keilmuan berkategori cukup. Atas dasar temuan-temuan tersebut, penulis menyimpulkan bahwa strategi pengembangan kompetensi guru di SMK PGRI 16 DKI Jakarta dinilai cukup. 65
Hal ini ditunjukkan dengan adanya kompetensi guru yang berkategori cukup pula.
B. Saran Berdasarkan kesimpulan di atas, dapat dikemukakan beberapa saran sebagai berikut: 1. Pihak sekolah hendaknya mengadakan pelatihan mengenai metode pembelajaran agar guru dapat menggunakan metode pembelajaran yang lebih variatif. 2. Pihak sekolah hendaknya menyediakan media pembelajaran yang lengkap agar guru dapat menggunakannya dalam pembelajaran. 3. Rekrutmen guru secara terbuka, kompetitif dan syarat-syarat yang transparan.
67
DAFTAR PUSTAKA Arikunto, Suharsimi, Manajemen Penelitian, Jakarta: PT. Rineka Cipta, 1995, Cet. 3. _______, Prosedur Penelitian: Suatu Pendekatan Praktik, Jakarta: PT. Rineka Cipta, 2006, Cet. 13. Bakar, Yunus Abu, dkk., Profesi Keguruan, dalam Learning Assistance Program For Islamic Schools: Pendidikan Guru Madrasah Ibtidaiyah, 2009. David, Fred R., Manajemen Strategis: Konsep, Terj. dari Strategic Management: Concept and cases oleh Setiyo Budi, Jakarta: Salemba empat, 2006. Dinas Pendidikan Kota Parepare, Upaya dan Strategi Peningkatan Mutu Pendidik dan Tenaga Kependidikan, dari http://www.dinaspendidikanparepare.info.indecx.php?option.com., 26 Maret 2010 Elqorni, Pengembangan Sumber Daya Manusia (SDM), dari http://elqorni.wordpress.com/2009/04/03/pengembangan-sumber-dayamanusia/, 15 Maret 2011. Faturrohman, Pupuh dan Sobry Sutikno, Strategi Belajar Mengajar-Strategi Mewujudkan Pembelajaran Bermakna Melalui Penanaman Konsep Umum dan Kosep Islami, Bandung: PT. Refika Aditama, 2007, Cet. 1. Handoko, T. Hani, Manajemen, Yogyakarta: BPFE-Yogyakarta, 1995, Edisi II, Cet. 9. Hasbullah, Dasar-dasar Ilmu Pendidikan, Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada, 2006, Cet. 5. Indrafachrudi, Soekarto, Bagaimana Memimpin Sekolah Yang Efektif, Jakarta: Ghalia Indonesia, 2006, Edisi II. Kumpul Blogger, Konsep Strategi: Definisi, Perumusan, Tingkatan dan Jenis http://jurnal-sdm.blogspot.com/2009/8/konsep-strategiStrategi, dari definisi-perumusan-tingkatan-jenis.html., 2 Agustus 2010. Mangkunegara, Anwar Prabu, Perencanaan dan Pengembangan Sumber Daya Manusia, (Bandung: PT. Refika Aditama, 2006), Cet. 2 Mukhyi, Muhammad Abdul dan Iman Hadi Saputra, Pengantar Manajemen Umum (untuk STIE), Jakarta: Gunadarma, 1995, Cet. 2.
68
Mulyasa, E., Menjadi Kepala Sekolah Profesional, Bandung: PT. Remaja Rosdakarya, 2006, Cet. 8. _______, Standar Kompetensi dan Sertifikasi Guru, Bandung: PT. Remaja Rosdakarya, 2008, Cet. 3. Notoadmodjo, Soekidjo, Pengembangan Sumber Daya Manusia, Jakarta: PT. Rineka Cipta, 2003, Cet. 3. Nurdin, Ali, dkk., Manajemen Sumber Daya Manusia, Jakarta: Faza Media, 2006, Cet. 1. Pearce, John A. dan Richard B. Robinson, Manajemen Strategis: Formulasi, Implementasi dan Pengendalian, Terj. dari Strategic Management: Formulation, Implementation and Control oleh Yanivi Bachtiar dan Christine, Jakarta: Salemba Empat, 2008. Puguh, Dhanang Respati, Peningkatan Kompetensi dan Profesionalisme Guru (Sejarah) di Era Sertifikasi, dari http://staff.undip.ac.id/sastra/dhanang/2009/07/23/peningkatan-kompetensiprofesionalisme-guru.html., 23 Juli 2009. Rangkuti, Freddy, Analisis SWOT: Teknik Membedah Kasus Bisnis-Reorientasi Konsep Perencanaan Strategis untuk Abad 21, Jakarta: Gramedia Pustaka Utama, 2005, Cet. 12. Rivai, Veithzal dan Ella Jauvani Sagala, Manajemen Sumber Daya Manusia untuk Perusahaan, Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada, 2009 Sedarmayanti, Manajemen Sumber Daya Manusia, Reformasi dan Manajemen Pegawai Negeri Sipil, Bandung: PT. Refika Aditama, 2007. Cet. 1. Siagian, Sondang P., Manajemen Stratejik, Jakarta: PT. Bumi Aksara, 2004. _______, Teori dan Praktik Pengambilan Keputusan, Jakarta: PT. Gunung Agung, 1997, Cet. 10. Sudijono, Anas, Pengantar Statistik Pendidikan, Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada, 2006. Tim Penyusun Kamus Pusat Bahasa, Kamus Besar Bahasa Indonesia, Jakarta: Balai Pustaka, 2002, Edisi III, Cet. 2. Umar, Husein, Strategic Manajemen in Action, Jakarta: PT. Gramedia Pustaka Utama, 2008, Cet. 5.
69
Undang-undang RI No. 14 Tahun 2005 tentang Guru dan Dosen Undang-undang RI No. 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional Usman, Moh. Uzer, Menjadi Guru Profesional, Bandung: PT. Remaja Rosdakarya, 2005, Cet. 17. Yusanto, M. Ismail dan M.K. Widjajakusuma, Manajemen Strategis Perspektif Syariah, Jakarta: Khairul Bayan, 2003.
ANGKET PENELITIAN STRATEGI PENINGKATAN KOMPETENSI GURU
Kepada Yth. Bpk/Ibu Guru SMK PGRI 16 DKI Jakarta Di Tempat Assalamu’alaikum Wr. Wb. Dengan segala kerendahan hati, kami sampaikan angket ini disertai dengan permohonan maaf kami karena kehadiran angket ini akan mengganggu aktifitas Bpk/Ibu. Adapun angket ini kami sampaikan dengan maksud untuk mengumpulkan data yang kami perlukan dalam penyusunan skripsi yang berjudul: “Strategi Peningkatan Kompetensi Guru.” Melalui angket ini kami memohon Bpk/Ibu untuk menjawab pernyataan yang ada sesuai dengan keadaan yang sebenarnya. Jawaban Bpk/Ibu berikan merupakan sumbangan yang sangat berharga bagi kami dan akan terjamin kerahasiaannya. Atas bantuan dan partisipasi Bpk/Ibu kami ucapkan terimakasih. Semoga Allah swt. membalas Bpk/Ibu dengan pahala yang berlipat ganda. Amin Wassalamu’alaikum Wr. Wb.
A. Petunjuk Pengisian Angket 1. Mulailah pekerjaan Anda dengan membaca Basmallah dan akhiri dengan membaca Hamdallah. 2. Bacalah setiap pernyataan yang ada dengan teliti 3. Jawablah pernyataan tersebut dengan memberi tanda silang (x) pada salah satu jawaban yang Bpk/Ibu anggap paling sesuai dengan keadaan yang sebenarnya.
B. Pernyataan 1. Kepala sekolah mengadakan pelatihan bagi guru dalam membuat RPP. a. Selalu
b. Sering
c. Kadang-kadang
d. Tidak pernah
2. Kepala sekolah mengadakan pelatihan bagi guru dalam membuat silabus. a. Selalu
b. Sering
c. Kadang-kadang
d. Tidak pernah
3. Pihak sekolah mengirim guru untuk mengikuti pelatihan, penataran, lokakarya, workshop dan seminar yang berhubungan dengan kompetensi guru. a. Selalu
b. Sering
c. Kadang-kadang
d. Tidak pernah
4. Kepala mengadakan sosialisasi hasil pelatihan dan berbagai kebijakan pemerintah dengan mendatangkan nara sumber. a. Selalu
b. Sering
c. Kadang-kadang
d. Tidak pernah
5. Kepala sekolah mengikutsertakan guru dalam berbagai kegiatan sosial, misalnya kerja bakti, peringatan hari-hari besar dan sebagainya. a. Selalu
b. Sering
c. Kadang-kadang
d. Tidak pernah
6. Kepala sekolah memberikan beasiswa kepada guru untuk melanjutkan studi ke jenjang pendidikan yang lebih tinggi. a. Selalu
b. Sering
c. Kadang-kadang
d. Tidak pernah
7. Kepala sekolah memberitahukan hasil setiap pekerjaan kepada guru. a. Selalu
b. Sering
c. Kadang-kadang
d. Tidak pernah
8. Kepala sekolah memberikan sanksi kepada guru yang melanggar kode etik. a. Selalu
b. Sering
c. Kadang-kadang
d. Tidak pernah
9. Kepala sekolah memberikan hadiah finansial kepada guru yang berprestasi. a. Selalu
b. Sering
c. Kadang-kadang
d. Tidak pernah
10. Kepala sekolah memberikan piagam penghargaan kepada guru yang berprestasi. a. Selalu
b. Sering
c. Kadang-kadang
d. Tidak pernah
11. Saya menyusun silabus mata pelajaran yang saya ampu. a. Selalu
b. Sering
c. Kadang-kadang
d. Tidak pernah
12. Saya menentukan strategi pembelajaran yang sesuai dengan materi ajar. a. Selalu
b. Sering
c. Kadang-kadang
d. Tidak pernah
13. Saya membuat RPP setiap akan memberikan pelajaran. a. Selalu
b. Sering
c. Kadang-kadang
d. Tidak pernah
14. Saya menggunakan metode pembelajaran yang sesuai dengan materi. a. Selalu
b. Sering
c. Kadang-kadang
d. Tidak pernah
15. Saya menggunakan media yang tepat saat pembelajaran di dalam kelas. a. Selalu
b. Sering
c. Kadang-kadang
d. Tidak pernah
16. Saya melakukan/membuat alat evaluasi yang sesuai dengan materi. a. Selalu
b. Sering
c. Kadang-kadang
d. Tidak pernah
17. Saya melakukan post test setelah materi pembelajaran selesai dipelajari. a. Selalu
b. Sering
c. Kadang-kadang
d. Tidak pernah
18. Saya menindaklanjuti hasil evaluasi dengan mengadakan remedial. a. Selalu
b. Sering
c. Kadang-kadang
d. Tidak pernah
19. Saya menguasai materi ajar yang ada dalam kurikulum sekolah. a. Selalu
b. Sering
c. Kadang-kadang
d. Tidak pernah
20. Saya melakukan berbagai penelitian dan kajian untuk memperdalam pengetahuan/materi bidang studi. a. Selalu
b. Sering
c. Kadang-kadang
d. Tidak pernah
BERITA WAWANCARA 1.
Apakah setiap perekrutan guru baru pihak sekolah membuat panitia rekrutmen guru baru? Jawab: Tidak. Tugas merekrut guru baru ini dilimpahkan kepada wakil kepala sekolah bidang kurikulum dan ketua program.
2.
Apakah bapak menentukan persyaratan terlebih dahulu sebelum merekrut guru baru? Jawab: Ya. Sebelum merekrut guru baru sekolah menentukan persyaratan, seperti pendidikan, pengalaman mengajar dan lain-lain.
3.
Bagaimana bapak memberitahukan kepada masyarakat ketika sekolah sedang membutuhkan guru baru? Jawab: Setiap ingin merekrut guru baru, sekolah menyebarkan pengumuman melalui facebook dan website. Selain itu sekolah juga menempelkan pengumuman berupa pamflet di perguruan tinggi terdekat, misalnya: IKIP dan UHAMKA.
4.
Apakah sekolah menyelenggarakan tes terhadap calon guru baru? Apa saja tes yang diberikan tersebut? Jawab: Ya. Tes yang diselenggarakan untuk calon guru baru di sekolah ini yaitu wawancara dan praktik mengajar. Dalam wawancara, pelamar akan ditanya mengenai pengetahuannya dan juga kompetensi tamabahan yang dimiliki.
5.
Apakah sekolah melakukan pembinaan kepada guru? Pembinaan apa saja yang diselenggarakan tersebut? Jawab: Ya, misalnya dengan mengirimkan guru untuk mengikuti Diklat yang diselenggarakan oleh kota administratif. Selain itu, sekolah juga mngadakan kegiatan seminar/pelatihan dengan mendatangkan nara sumber dari luar, misalnya dari LPMP dan dari DUDI.
6.
Apakah sekolah memberikan reward kepada guru yang berprestasi? Jawab: Ya, misalnya dengan memberikan hadiah finansial dan piagam penghargaan.
7.
Apakah sekolah memberikan sanksi kepada guru yang melanggar kode etik? Jawab: Ya. Dalam hal ini sekolah memberikan Surat Peringatan (SP).
8.
Hambatan apa yang ditemui sekolah untuk meningkatkan kompetensi guru? Jawab: Hambatanya adalah masalah biaya, karena sekolah ini adalah sekolah swasta, jadi sekolah kesulitan memperoleh biaya untuk mengadakan kegiatan yang dapat meningkatkan kompetensi guru
Jakarta, 12 Februari 2011 Interviuwer
Interviuwe
Tata Purwata, S.Pd
Damayanti
UJI REFERENSI Seluruh referensi yang digunakan dalam skripsi yang berjudul “Strategi Pengembangan Kompetensi Guru di SMK PGRI 16 DKI Jakarta” yang disusun oleh Damayanti, NIM: 105018200712, Program Studi Manajemen Pendidikan Jurusan Kependidikan Islam Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, telah diuji kebenarannya oleh Dosen skripsi pada tanggal 4 Maret 2011.
Jakarta, 4 Maret 2011 Dosen Pembimbing Skripsi
Nurlena Rifa’i, MA, Ph.D NIP: 19591020 198603 2 001
LEMBAR UJI REFERENSI Nama
: Damayanti
NIM
: 105018200712
Jurusan/Prodi : KI-Manajemen Pendidikan Judul Skripsi : “Strategi Peningkatan Kompetensi Guru di SMK PGRI 16 DKI Jakarta”
No. 1 2 3 4 5 6 7
Referensi BAB I Undang-undang RI No. 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional, Pasal 3. Undang-undang RI No. 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional, Pasal 39 Ayat 2. Undang-undang RI No. 14 Tahun 2005 tentang Guru dan Dosen. Pasal 1. Undang-undang RI No. 14 Tahun 2005 tentang Guru dan Dosen. Pasal 8. Hasbullah, Dasar-dasar Ilmu Pendidikan, (Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada, 2006), Cet. 5. Husein Umar, Strategic Management in Action, (Jakarta: PT. Gramedia Pustaka Utama, 2008), Cet. 5. E. Mulyasa, Standar Kompetensi dan Sertifikasi Guru, (Bandung: PT Remaja Rosda Karya, 2008), Cet. 3.
No. Footnote
Halaman Skripsi
Halaman Referensi
1
1
-
2
2
-
3
2
-
4
2
-
5
3
19
6
3
31
7
4
9
Paraf Pembimbing
BAB II 8 9
10
11 12
13
14 15
16 17
Tim Penyusun Kamus Pusat Bahasa, Kamus Besar Bahasa Indonesia, (Jakarta: Balai Pustaka, 2002), Edisi III, Cet. 2. Fred R. David, Manajemen Strategis: Konsep, Terj. dari Strategic Management: Concept and Cases oleh Setiyo Budi, (Jakarta: Salemba Empat, 2006). John A. Pearce II dan Richard B. Robinson, Manajemen Strategis: Formulasi, Implementasi, dan Pengendalian, Terj. dari Strategic Management: Formulation, Implementation, and Control oleh Yanivi Bachtiar dan Christine, (Jakarta: Salemba Empat, 2008). Husein Umar, Strategic Management in Action, (Jakarta: PT. Gramedia Pustaka Utama, 2008), Cet. 5. Freddy Rangkuti, Analisis SWOT: Teknik Membedah Kasus BisnisReorientasi Konsep Perencanaan Strategis untuk Abad 21, (Jakarta: Gramedia Pustaka Utama, 2005), Cet. 12. Site Feed, Konsep Strategi: Definisi, Perumusan, Tingkatan dan Jenis Strategi, http://jurnal-sdm.blogspot.com/2009/08/konsepstrategi-definisi-perumusan-tingkatan-jenis.html., 2 Agustus 2010. Sondang P. Siagian, Manajemen Statejik, (Jakarta: PT. Bumi Aksara, 2004), Cet. 5. Site Feed, Konsep Strategi: Definisi, Perumusan, Tingkatan dan Jenis Strategi, http://jurnal-sdm.blogspot.com/2009/08/konsepstrategi-definisi-perumusan-tingkatan-jenis.html., 2 Agustus 2010. M. Ismail Yusanto dan M.K. Widjajakusuma, Manajemen Strategis Perspektif Syariah, (Jakarta: Khairul Bayan, 2003). Husein Umar, Strategic Management in Action, (Jakarta: PT. Gramedia Pustaka Utama, 2008), Cet. 5.
1
7
1092
2
7
16
3
7
6
4
8
31
5
8
4
6
8
-
7
9
17-20
8
11
-
9
11
69
10
13
34
18 19
20
21 22 23
24 25
26 27 28
Sondang P. Siagian, Manajemen Statejik, (Jakarta: PT. Bumi Aksara, 2004), Cet. 5. Freddy Rangkuti, Analisis SWOT: Teknik Membedah Kasus BisnisReorientasi Konsep Perencanaan Strategis untuk Abad 21, (Jakarta: Gramedia Pustaka Utama, 2005), Cet. 12. Freddy Rangkuti, Analisis SWOT: Teknik Membedah Kasus BisnisReorientasi Konsep Perencanaan Strategis untuk Abad 21, (Jakarta: Gramedia Pustaka Utama, 2005), Cet. 12. M. Ismail Yusanto dan M.K. Widjajakusuma, Manajemen Strategis Perspektif Syariah, (Jakarta: Khairul Bayan, 2003). Sondang P. Siagian, Manajemen Statejik, (Jakarta: PT. Bumi Aksara, 2004), Cet. 5. Mohammad Abdul Mukhyi dan Iman Hadi Saputra, Pengantar Manajemen Umum (untuk STIE), (Jakarta: Gunadarma, 1995), Cet. 2. Sondang P. Siagian, Teori dan Praktik Pengambilan Keputusan, (Jakarta: PT. Toko Gunung Agung, 1997), Cet. 10. Mohammad Abdul Mukhyi dan Iman Hadi Saputra, Pengantar Manajemen Umum (untuk STIE), (Jakarta: Gunadarma, 1995), Cet. 2. Sondang P. Siagian, Manajemen Statejik, (Jakarta: PT. Bumi Aksara, 2004), Cet. 5. Soekarto Indrafachrudi, Bagaimana Memimpin Sekolah Yang Efektif, (Jakarta: Ghalia Indonesia, 2006), Edisi II. Freddy Rangkuti, Analisis SWOT: Teknik Membedah Kasus BisnisReorientasi Konsep Perencanaan Strategis untuk Abad 21, (Jakarta: Gramedia Pustaka Utama, 2005), Cet. 12.
11
13
21
12
14
10
13
15
12
14
15
73
15
16
23
16
16
85
17
17
18
18
17
40
19
17
25
20
18
104
21
18
18
29 30 31 32
33
34 35
36 37 38
39
Sondang P. Siagian, Manajemen Statejik, (Jakarta: PT. Bumi Aksara, 2004), Cet. 5. T. Hani Handoko, Manajemen, (Yogyakarta: BPFE-Yogyakarta, 1995), Edisi II, Cet. 9. T. Hani Handoko, Manajemen, (Yogyakarta: BPFE-Yogyakarta, 1995), Edisi II, Cet. 9. Site Feed, Konsep Strategi: Definisi, Perumusan, Tingkatan dan Jenis Strategi, http://jurnal-sdm.blogspot.com/2009/08/konsepstrategi-definisi-perumusan-tingkatan-jenis.html., 2 Agustus 2010. Fred R. David, Manajemen Strategis: Konsep, Terj. dari Strategic Management: Concept and Cases oleh Setiyo Budi, (Jakarta: Salemba Empat, 2006). Sondang P. Siagian, Teori dan Praktik Pengambilan Keputusan, (Jakarta: PT. Toko Gunung Agung, 1997), Cet. 10. Fred R. David, Manajemen Strategis: Konsep, Terj. dari Strategic Management: Concept and Cases oleh Setiyo Budi, (Jakarta: Salemba Empat, 2006). Tim Penyusun Kamus Pusat Bahasa, Kamus Besar Bahasa Indonesia, (Jakarta: Balai Pustaka, 2002), Edisi III, Cet. 2. Undang-undang RI No. 14 Tahun 2005 tentang Guru dan Dosen. Pasal 1. Pupuh Faturrohman dan Sobry Sutikno, Strategi Belajar MengajarStrategi Mewujudkan Pembelajaran Bermakna Melalui Penanaman Konsep Umum dan Konsep Islami, (Bandung: PT. Refika Aditama, 2007), Cet. 1. Moh. Uzer Usman, Menjadi Guru Profesional, (Bandung: PT. Remaja Rosdakarya, 2005), Cet. 17.
22
19
173
23
20
108
24
20
109
25
21
-
26
21
7
27
21
12
28
22
8
29
22
584
30
22
-
31
22
44
32
22
14
40
41
42
43 44 45 46 47 48 49 50
Yunus Abu Bakar, dkk., Profesi Keguruan, Learning Assistance Program for Islamic Schools: Pendidikan Guru Madrasah Ibtidaiyah, 2009). Yunus Abu Bakar, dkk., Profesi Keguruan, Learning Assistance Program for Islamic Schools: Pendidikan Guru Madrasah Ibtidaiyah, 2009). Pupuh Faturrohman dan Sobry Sutikno, Strategi Belajar MengajarStrategi Mewujudkan Pembelajaran Bermakna Melalui Penanaman Konsep Umum dan Konsep Islami, (Bandung: PT. Refika Aditama, 2007), Cet. 1. E. Mulyasa, Standar Kompetensi dan Sertifikasi Guru, (Bandung: PT. Remaja Rosdakarya, 2008), Cet. 3. E. Mulyasa, Menjadi Kepala Sekolah Profesional, (Bandung: PT. Remaja Rosdakarya, 2006), Cet. 8. E. Mulyasa, Menjadi Kepala Sekolah Profesional, (Bandung: PT. Remaja Rosdakarya, 2006), Cet. 8. Soekidjo Notoatmodjo, Pengembangan Sumber Daya Manusia, (Jakarta: PT. Rineka Cipta, 2003), Cet. 3, h. 3. Soekidjo Notoatmodjo, Pengembangan Sumber Daya Manusia, (Jakarta: PT. Rineka Cipta, 2003), Cet. 3, h. 3. M. Ismail Yusanto dan M.K. Widjajakusuma, Manajemen Strategis Perspektif Syariah, (Jakarta: Khairul Bayan, 2003). E. Mulyasa, Menjadi Kepala Sekolah Profesional, (Bandung: PT. Remaja Rosdakarya, 2006), Cet. 8. Dinas Pendidikan Kota Parepare, Upaya dan Strategi Peningkatan Mutu Pendidik dan Tenaga Kependidikan, http://www.dinaspendidikanparepare.info/indecx.php?option=com_, 26 maret 2010.
33
23
10
34
24
10
35
24
45-46
36
27
10
37
28
121-122
38
28
122-123
39
31
3
40
31
4
41
31
84
42
31
128
43
33
-
51
52 53 54 55 56 57 58
59 60 61 62
Dhanang Respati Puguh, Peningkatan Kompetensi dan Profesionalisme Guru (Sejarah) di Era Sertifikasi, http://staff.undip.ac.id/sastra/dhanang/2009/07/23/peningkatankompetensi-profesionalisme-guru.html., 23 Juli 2009. E. Mulyasa, Menjadi Kepala Sekolah Profesional, (Bandung: PT. Remaja Rosdakarya, 2006), Cet. 8. Ali Nurdin, dkk., Manajemen Sumber Daya Manusia, (Jakarta: Faza Media, 2006), Cet. 1. Ali Nurdin, dkk., Manajemen Sumber Daya Manusia, (Jakarta: Faza Media, 2006), Cet. 1. Ali Nurdin, dkk., Manajemen Sumber Daya Manusia, (Jakarta: Faza Media, 2006), Cet. 1. E. Mulyasa, Standar Kompetensi dan Sertifikasi Guru, (Bandung: PT. Remaja Rosdakarya, 2008), Cet. 3. E. Mulyasa, Standar Kompetensi dan Sertifikasi Guru, (Bandung: PT. Remaja Rosdakarya, 2008), Cet. 3. E. Mulyasa, Menjadi Kepala Sekolah Profesional, (Bandung: PT. Remaja Rosdakarya, 2006), Cet. 8. BAB III Suharsimi Arikunto, Manajemen Penelitian, (Jakarta: Cipta, 1995), Cet. 3. Suharsimi Arikunto, Prosedur Penelitian: Suatu Praktik, (Jakarta: PT. Rineka Cipta, 2006), Cet. 13. Suharsimi Arikunto, Prosedur Penelitian: Suatu Praktik, (Jakarta: PT. Rineka Cipta, 2006), Cet. 13. Suharsimi Arikunto, Manajemen Penelitian, (Jakarta: Cipta, 1995), Cet. 3.
PT. Rineka Pendekatan Pendekatan PT. Rineka
44
33
-
45
33
143
46
33
37
47
34
43
48
34
44-45
49
35
37
50
35
37-38
51
36
150-151
1
39
309
2
40
130
3
40
131
4
42
386
63
Anas Sudijono, Pengantar Statistik Pendidikan, (Jakarta: PT Raja Grafindo Persada, 2006).
5
42
43
Jakarta, 4 Maret 2011 Dosen Pembimbing Skripsi
Nurlena Rifa’i, MA, Ph.D NIP: 19591020 198603 2 001