Pengembangan Program PUAP di DKI Jakarta: Peluang dan Tantangan Wylla Sylvia Maharani dan Chery Soraya Ammatillah Balai Pengkajian Teknologi Pertanian Jakarta Jl. Raya Ragunan No.30, Pasar Minggu, Jakarta Selatan -12540 Telp.(021) 78839949 Fax.(021) 7815020 Email:
[email protected]
ABSTRAK Program PUAP (Pendampingan Pengembangan Usaha Agribisnis Perdesaan) diluncurkan Kementerian Pertanian untuk menjawab permasalahan mendasar yang dihadapi petani yaitu kurangnya akses kepada sumber permodalan, pasar dan teknologi, serta organisasi tani yang masih lemah. Keberhasilan pengembangan usaha agribisnis gapoktan PUAP di DKI Jakarta dihadapkan pada berbagai kendala baik berasal dari internal maupun eksternal petani yang tergabung dalam Gapoktan serta kinerja pendampingan oleh pihak terkait baik di pusat maupun daerah. Kajian ini bertujuan membahas keragaan, peluang dan kendala pengembangan usaha agribisnis gapoktan PUAP di DKI Jakarta. Pengkajian ini menggunakan metode analisis deskriptif kualitatif untuk mendeskripsikan keragaan pemanfaatan bantuan modal BLM-PUAP di tingkat Gapoktan dan permasalahan yang menghambat pengembangan usaha agribisnis gapoktan PUAP DKI Jakarta. Focus groups discussion (FGD) dilakukan untuk menggali permasalahan yang dihadapi gapoktan PUAP DKI Jakarta. Analisis statistik deskriptif digunakan untuk mempertajam bahasan. Mulai tahun 2008 sampai dengan Juni 2015 terdapat 84 gapoktan penerima BLM PUAP di wilayah DKI Jakarta dimana mayoritas sebaran gapoktan terdapat di Jakarta Selatan yaitu sebanyak 26 gapoktan (30.95%); 54 gapoktan PUAP di DKI Jakarta (64%) memanfaatkan dana PUAP untuk mengembangkan usahatani dibidang off-farm agribusiness (pengolahan hasil pertanian); dan 47 gapoktan (55.95%) memiliki kondisi keuangan berkembang baik. Kendala pengembangan program PUAP DKI Jakarta terletak pada pada aspek organisasi,
Buletin Pertanian Perkotaan Volume 5 Nomor 2, 2015
aspek pengelolaan dana PUAP, tingginya tingkat pembiayaan yang bermasalah (kredit macet), terbatasnya sarana dan prasarana penunjang yang dimiliki gapoktan serta belum optimalnya peran PMT dan penyuluh pendamping gapoktan. Strategi pengembangan usaha agribisnis Gapoktan PUAP yang dapat ditempuh antara laian, Strategi peningkatan kinerja organisasi gapoktan PUAP, strategi pengelolaan manajemen keuangan gapoktan PUAP, strategi peningkatan pertumbuhan usaha gapoktan dan LKMA, strategi penguatan peran pemerintah daerah dan strategi pengembangan SDM gapoktan PUAP melalui peningkatan pendampingan inovasi pertanian. Kata Kunci : PUAP, Inovasi, Peluang, Tantangan
ABSTRACT PUAP Program (Rural Agribusiness Development Assistance) launched the Ministry of Agriculture to address the fundamental problems faced by farmers is the lack of access to sources of capital, markets and technology, as well as peasant organizations are still weak. The successful development of agribusiness gapoktan PUAP in Jakarta are faced with various obstacles both internal and external comes from farmers who are members of Gapoktan as well as the performance of assistance by the relevant parties in both the central and local levels. This study aims to discuss the performance, opportunities and constraints of the development of agribusiness gapoktan PUAP in Jakarta. This assessment using qualitative descriptive analysis method to describe the
7
aid at the level of BLM-PUAP Gapoktan and problems that hinder the development of agribusiness gapoktan PUAP Jakarta. Focus groups discussions (FGD) was conducted to explore the problems faced gapoktan PUAP Jakarta. Descriptive statistical analysis is used to sharpen the discussion. Beginning in 2008 up to June 2015 there were 84 recipients gapoktan BLM PUAP in Jakarta area where the majority of the distribution gapoktan located in South Jakarta as many as 26 gapoktan (30.95%); 54 gapoktan PUAP in Jakarta (64%) use the funds to develop processing); and 47 gapoktan (55.95%) have program development constraints of Jakarta lies in the organizational aspects, aspects of fund management PUAP, the high level of facilities and infrastructure owned gapoktan and yet optimal role of PMT and companion extension gapoktan. Strategy development of agribusiness Gapoktan PUAP that can be reached between assessments, strategies increase organizational performance gapoktan management gapoktan PUAP, the strategy of increasing business growth gapoktan and LKMA, the strategy of strengthening the role of local government and human resource development strategy gapoktan PUAP through increased assistance agricultural innovation , Key words: PUAP, Innovation, Opportunity, Advantages
PENDAHULUAN Permasalahan mendasar yang dihadapi petani adalah kurangnya akses kepada sumber permodalan, pasar dan teknologi, serta organisasi tani yang masih lemah. Salah satu cara yang ditempuh untuk mengatasi permasalahan tersebut adalah dengan mengembangkan usaha agrbisnis dan memperkuat kelembagaan pertanian di perdesaan melalui Program PUAP (Pendampingan Pengembangan Usaha
8
Agribisnis Perdesaan). Melalui Program PUAP diharapkan dapat mengurangi kemiskinan dan pengangguran melalui penumbuhan dan pengembangan kegiatan usaha agribisnis di perdesaan sesuai dengan potensi wilayah; Meningkatkan kemampuan dan pengetahuan pelaku usaha agribisnis dan gapoktan; Serta memberdayakan kelembagaan petani dan meningkatkan fungsi kelembagaan ekonomi petani. Kementerian Pertanian mulai tahun 2008 melalui program PUAP, memberikan bantuan modal usaha berupa Bantuan Langsung Mandiri (BLM) sebesar Rp.100 juta per Gabungan Kelompok Tani (Gapoktan). Program ini merupakan bentuk fasilitasi bantuan modal usaha bagi petani, baik petani pemilik, penggarap, buruh tani maupun rumah tangga tani yang dikoordinasikan dan disalurkan melalui Gapoktan. Pada tahun pertama, Gapoktan melalui unit usahanya (pengelolaan kredit) dana bantuan dikelola melaui Unit Usaha Simpan Pinjam (USP) selanjutnya diharapkan dapat menjadi kelembagaan ekonomi yang dimiliki dan dikelola petani dalam wadah Lembaga Keuangan Mikro Agribisnis (LKMA) (Supriyatna, 2012). Keberhasilan program ini secara bertahap diukur melalui tiga indikator keberhasilan program PUAP yaitu indikator keberhasilan output, indikator keberhasilan Indikator keberhasilan output antara lain: 1. tersalurkannya dana Bantuan Langsung Masyarakat (BLM) PUAP kepada petani, buruh tani dan rumah tangga tani miskin anggota Gapoktan sebagai modal untuk melakukan usaha produktif pertanian; dan 2. terlaksananya fasilitasi penguatan kapasitas dan kemampuan sumber daya manusia pengelola Gapoktan, Penyuluh dan PMT. Indikator keberhasilan outcome antara lain: 1. meningkatnya kemampuan Gapoktan dalam memfasilitasi dan mengelola bantuan modal usaha untuk petani anggota baik petani pemilik penggarap, petani penggarap, buruh tani maupun rumah tangga tani; 2.
Buletin Pertanian Perkotaan Volume 5 Nomor 2, 2015
meningkatnya jumlah petani, buruh tani dan rumah tangga tani yang mendapatkan bantuan modal usaha; dan 3. meningkatnya aktivitas kegiatan usaha agribisnis (hulu, budidaya dan hilir) di perdesaan. Impact antara lain: 1. berkembangnya usaha agribisnis di perdesaan; 2. berfungsinya Gapoktan sebagai lembaga ekonomi petani di perdesaan yang dimiliki dan dikelola oleh petani; dan 3. berkurangnya jumlah petani miskin dan pengangguran di perdesaan (Permentan No 06/Permentan/ OT.140/2/2015). Keberhasilan pengembangan usaha agribisnis gapoktan PUAP di DKI Jakarta tidaklah mudah. Pengembangan usaha agribisnis gapoktan PUAP di DKI Jakarta dihadapkan pada berbagai kendala baik berasal dari internal maupun eksternal petani yang tergabung dalam Gapoktan serta kinerja pendampingan oleh pihak terkait baik di pusat maupun daerah. Kajian ini bertujuan membahas keragaan, peluang dan kendala pengembangan usaha agribisnis gapoktan PUAP di DKI Jakarta. Informasi ini penting dalam upaya pengembangan program PUAP, tidak saja di DKI Jakarta tetapi juga di daerah lain yang mempunyai permasalahan sama. METODE PENELITIAN Secara rinci tujuan pengkajian adalah mengetahui keragaan pemanfaatan bantuan modal BLM-PUAP di tingkat Gapoktan, melakukan evaluasi potensi dan kendala nyata pengembangan usaha agribisnis gapoktan PUAP DKI Jakarta. Evaluasi ini menyangkut permasalahan hambatan sekaligus mengkaji prospek dan peluang pengembangan usaha agribisnis gapoktan PUAP DKI Jakarta. Pengkajian ini menggunakan metode analisis deskriptif kualitatif. Metode kualitatif digunakan untuk mendeskripsikan keragaan pemanfaatan bantuan modal BLM-PUAP di tingkat Gapoktan dan permasalahan yang menghambat pengembangan usaha agribisnis
Buletin Pertanian Perkotaan Volume 5 Nomor 2, 2015
gapoktan PUAP DKI Jakarta. Sarana diskusi dalam bentuk focus groups discussion (FGD) juga dilakukan untuk menggali permasalahan yang dihadapi gapoktan PUAP DKI Jakarta (Krueger and Casey, 2015). FGD diselenggarakan pada bulan Juli 2105 oleh BPTP Jakarta selaku sekretariat PUAP Propinsi DKI Jakarta dan dihadiri oleh Dinas Kelautan Pertanian dan Ketahanan Pangan Propinsi DKI Jakarta, penyuluh pendamping gapoktan PUAP, Penyelia Mitra Tani (PMT) dan pengurus gapoktan PUAP. Penganalisaan data dilakukan menggunakan analisis statistik deskriptif untuk mempertajam bahasan (Martono, 2015). HASIL DAN PEMBAHASAN Keragaan Gapoktan PUAP DKI Jakarta BPTP Jakarta mulai tahun 2008 telah melakukan kegiatan pendampingan Program Pengembangan Usaha Agribisnis Perdesaan (PUAP) dan sampai dengan Juni 2015 telah disalurkan dana BLM PUAP kepada 84 gapoktan di wilayah DKI Jakarta. Rincian Gapoktan penerima BLM-PUAP pertahun dan perwilayah kota/kabupaten di DKI Jakarta tersaji pada Tabel 1. Jika dilihat dari Tabel 1 mayoritas sebaran gapoktan penerima BLM PUAP 2008Juni 2015 di DKI Jakarta terdapat di Jakarta Selatan yaitu sebanyak 26 gapoktan (30.95%), diikuti dengan Jakarta Barat dan Jakarta Timur masing-masing 17 gapoktan (20.24%,) Jakarta Pusat dengan 11 gapoktan (13.10%), Jakarta Utara dengan 8 gapoktan (9.52%) dan yang terkecil Kabupaten Kepulauan Seribu dengan 5 gapoktan (5.95%). Program PUAP di DKI Jakarta, sampai dengan Juni 2015 telah disalurkan dana Rp. 8,4 Miliyar kepada 84 gapoktan untuk melakukan usaha ekonomi produktif. Keragaan usahatani gapoktan PUAP 2008-2014 di DKI Jakarta dapat dilihat pada Tabel 2.
9
Tabel 1. Jumlah Gapoktan Penerima BLM PUAP 2008-Juni 2015 di DKI Jakarta No 1 2 3 4 5 6
Kabupaten/ Kota Jakarta Barat Jakarta Utara Jakarta Pusat Jakarta Timur Jakarta Selatan Kep. Seribu JUMLAH
Jumlah Gapoktan penerima BLM PUAP 2008
2009
2010
2011
2012
2013
2014
2015
Jumlah
%
3 3 0 3 4 2 15
11 2 5 9 8 3 38
2 3 3 3 4 0 15
1 0 3 2 4 0 10
0 0 0 0 6 0 6
0 0 0 0 0 0 0
0 0 0 0 0 0 0
0 0 0 0 0 0 0
17 8 11 17 26 5 84
20.24 9.52 13.10 20.24 30.95 5.95 100
Sumber: Data primer diolah (2015) Tabel 2 menunjukkan bahwa 54 gapoktan PUAP di DKI Jakarta (64%) memanfaatkan dana PUAP untuk mengembangkan usahatani dibidang off-farm agribusiness (pengolahan hasil pertanian). Produk yang dihasilkan oleh gapoktan diantaranya aneka olahan herbal, aneka olahan keripik, aneka sari buah dan aneka kue khas Betawi. Pasca panen produk pertanian di DKI Jakarta merupakan salah satu cabang usaha pertanian yang mempunyai prospek yang sangat baik untuk dikembangkan. Agroindustri olahan hasil pertanian selain dapat meningkatkan pendapatan para petani pengolah pasca panen, memperluas kesempatan berusaha bagi warga DKI Jakarta, meningkatkan nilai tambah dan daya saing produk pertanian juga dapat menyerap kelebihan produk pertanian segar untuk dijadikan aneka produk olahan (Sukartawi, 2000; da Silva et al, 2009). Di DKI Jakarta pemanfaatan dana PUAP untuk mengembangkan usahatani dibidang
budidaya hortikultura menempati posisi kedua yaitu sebanyak 21 gapoktan (25%). Budidaya hortikultura yang dikembangkan meliputi budidaya sayuran dataran rendah dan tanaman hias. Komoditas utama sayuran dataran rendah yang diusahakan oleh sebagian besar petani di DKI Jakarta meliputi kangkung, bayam, kemangi, selada dan sawi. Luasan pertanaman yang dikelola memiliki kisaran 2.000-5.000 m2 per petani. Sayuran dataran rendah ini banyak dibudidayakan di lahan kosong/lahan tidur dan bantaran kali. Sedangkan jenis tanaman hias yang diusahakan oleh gapoktan PUAP DKI Jakarta, yakni tanaman hias berdaun indah, berbunga indah dan tanaman pelengkap taman. Anggrek, Anthurium dan Aglaonema merupakan jenis tanaman yang paling populer diusahakan. Sayuran dan tanaman hias merupakan komoditas yang paling cocok untuk dikembangkan pada pertanian perkotaan. Hal ini didukung dengan sifat sayuran dan
Tabel 2. Persentase Usaha Produktif yang dibiayai BLM PUAP dari Tahun 2008 –Juni 2015 Keragaan Usaha Tanaman Hortikultura Perkebunan Peternakan Off-Farm No Wilayah Pangan (gapoktan) (gapoktan) (gapoktan) (gapoktan) (gapoktan) 1 Jakarta Barat 3 9 0 1 4 2 Jakarta Utara 2 1 0 0 5 3 Jakarta Pusat 0 0 0 0 11 4 Jakarta Timur 0 6 0 2 9 5 Jakarta Selatan 0 5 0 1 20 6 Kep. Seribu 0 0 0 0 5 JUMLAH 5 21 0 4 54 % 6 25 0 5 64 Sumber: Data primer diolah (2015)
10
Buletin Pertanian Perkotaan Volume 5 Nomor 2, 2015
tanaman hias yang tidak tergantung musim, sehingga sayuran dapat dibudidayakan kapan saja asalkan syarat tumbuhnya terpenuhi; dapat diusahakan dengan mudah hanya menggunakan teknologi sederhana; serta perputaran modalnya cepat (Rahardi, 2000). Selain itu, waktu produksinya yang lebih singkat dan adanya permintaan pasar yang tidak pernah berhenti menjadikan sayuran dan tanaman hias sangat potensial untuk dikembangkan sebagai komoditas pertanian perkotaan. Posisi ke-tiga dan ke-empat pemanfaatan dana PUAP di DKI Jakarta di tempati oleh usahatani dibidang tanaman pangan dan peternakan yaitu sebesar 5 gapoktan tanaman pangan (6%) dan 4 gapoktan peternakan (5%). Pengembangan usahatani padi dilakukan oleh gapoktan di wilayah Jakarta Barat, Jakarta Timur dan Jakarta Utara. Walaupun luasan dan hasil produksi padi DKI Jakarta tidak masuk dalam hitungan jika dibandingkan dengan luasan dan produksi padi skala nasional, namun keberadaan usahatani padi di Jakarta sangat berperan dalam menopang ketahanan pangan masyarakat khususnya di daerah pinggiran Jakarta. Usaha peternakan sapi dan kambing dikembangkan oleh gapoktan PUAP di wilayah Jakarta Timur, Jakarta Selatan dan Jakarta Barat. Jenis kambing yang dibudidayakan oleh gapoktan peternak kambing di DKI Jakarta adalah kambing kacang dan kambing etawa. Kambing kacang dibudidayakan sebagai
kambing pedaging. Kambing kacang milik peternak banyak digunakan sebagai kambing aqiqah, kambing kurban maupun kambing konsumsi untuk dijual ke pasar dan rumah makan. Kambing kacang menjadi pilihan utama peternak sebab mudah beradaptasi dengan lingkungan setempat dan angka reproduksinya cukup baik, disamping itu harga kambing kacang relatif lebih murah dari jenis kambing yang lain. Sedangkan kambing etawa dibudidayakan untuk diambil manfaat susunya. Budidaya sapi perah dikembangkan oleh gapoktan untuk diambil susu sapi segarnya. Susu segar hasil produksi gapoktan sebagian langsung dikirim ke pelangganpelanggan rumahan dan sebagian lagi di jual ke koperasi terdekat. Perkembangan dana BLM-PUAP yang telah disalurkan dan dimanfaatkan oleh anggota Gapoktan menunjukkan hasil yang bervariasi. Beberapa Gapoktan menunjukkan kinerja yang baik dan berhasil dalam mengembangkan dana tersebut, namun ada sebagian Gapoktan yang belum berkembang karena mengalami kemacetan dalam pengembalian dana dari anggota sehingga perputaran dana BLMPUAP menjadi terhambat. Rekapitulasi Laporan Kondisi Keuangan Gapoktan PUAP Tahun 2008-Juni 2015 (Tabel 3) menunjukkan bahwa 47 gapoktan (55.95%) memiliki kondisi keuangan berkembang baik. Kriteria gapoktan dengan kondisi keuangan berkembang baik adalah: 1) Melaksanakan pertemuan rutin bulanan, 2) Pengurus sangat peduli dengan kegiatan gapoktan, 3)
Tabel 3. Rekapitulasi Laporan Kondisi Keuangan Gapoktan PUAP Tahun 2008-Juni 2015 No 1 2 3 4 5
Tahun 2008 2009 2010 2011 2012 Total %
Gapoktan (Unit) 15 38 15 10 6
Kondisi Keuangan Berkembang Baik Dana Macet (Unit) (Unit) 5 10 23 12 11 0 7 3 1 5 47 30 55.95 35.71
Bermasalah (Unit) 0 3 4 0 0 7 8.33
Sumber: Data primer diolah (2015)
Buletin Pertanian Perkotaan Volume 5 Nomor 2, 2015
11
Usahatani anggota gapoktan berkembang/ berjalan lancar, 4) Kegiatan penguatan modal usaha berupa simpan pinjam berjalan lancar sesuai pedoman, 5) Dana PUAP telah bergulir dengan asset gapoktan telah diatas 100 juta, dan 6) Rutin membuat laporan keuangan bulanan (neraca dan laporan laba rugi). Hasil Rekapitulasi Laporan Kondisi Keuangan Gapoktan PUAP Tahun 2008-Juni 2015 (Tabel 3) menunjukkan bahwa terdapat 7 gapoktan PUAP (8.33%) bermasalah dan 30 gapoktan PUAP (35.71%) macet. Gapoktan yang masuk dalam kategori gapoktan bermasalah adalah gapoktan dengan kriteria: 1) Gapoktan tidak rutin melaksanakan pertemuan bulanan, 2) Pengurus masih menangani kegiatan gapoktan, 3) Usahatani anggota gapoktan kurang berkembang/ berjalan lancar, 4) Kegiatan penguatan modal usaha berupa simpan pinjam berjalan kurang lancar, 5) Dana PUAP telah bergulir dengan asset gapoktan telah diatas 100 juta, dan 6) Tidak rutin membuat laporan keuangan bulanan (neraca dan laporan laba rugi). Sedangkan gapoktan macet memiliki kriteria: 1) Tidak ada pertemuan bulanan, 2) Pengurus selalu tidak ditempat dan tidak peduli pada kegiatan gapoktan, 3) Sebagian besar anggota tidak mengembalikan pinjaman, 4) Usahatani anggota tidak berkembang, 5) Dana PUAP di rekening BRI Gapoktan Nihil, dan 6) Tidak membuat laporan keuangan bulanan (neraca dan laporan laba rugi). Kriteria gapoktan berkembang baik, bermasalah dan gapoktan macet ditetapkan bersama dalam FGD yang diselenggarakan oleh BPTP Jakarta selaku sekretariat PUAP Propinsi DKI Jakarta dan dihadiri oleh Dinas Kelautan Pertanian dan Ketahanan Pangan Propinsi DKI Jakarta, penyuluh pendamping gapoktan PUAP dan Penyelia Mitra Tani (PMT). Tujuan akhir dari program PUAP adalah terbentuknya LKMA. Sampai dengan Juni 2015 terdapat 13 LKMA di DKI Jakarta dengan rincian terdapat 6 (enam) LKMA Jakarta Selatan dan 7 LKMA di Jakarta Timur. Penetapan 13 LKMA tersebut didasarkan pada Surat Keputusan Kepala Suku Dinas
12
Pertanian dan Kehutanan Kota Administrasi Jakarta Selatan dan Surat Keputusan Kepala Suku Dinas Pertanian dan Kehutanan Kota Administrasi Jakarta Timur (Tabel 4). Kendala Pengembangan Program PUAP DKI Jakarta Gapoktan sebagai kelembagaan perdesaan yang mengelola dan menyalurkan dana PUAP berperan dalam mengatur dana PUAP agar dana tersebut dapat bermanfaat bagi anggotanya. Pada aspek organisasi, pengurus gapoktan diwajibkan untuk memiliki struktur organisasi, AD-ART dan rencana kerja mengacu pada Pedoman Umum, Juklak dan Juknis PUAP. Pengurus gapoktan juga diwajibkan untuk menyelenggarakan rapat pertemuan anggota secara berkala. Hasil FGD menunjukkan bahwa aspek organisasi tersebut belum dikembangkan secara optimal. Sebagian besar gapoktan PUAP DKI Jakarta tidak lagi memiliki struktur organisasi yang lengkap, misal salah satu pengurus sudah meninggal dunia dan belum ada penggantinya, ada pula pengurus gapoktan yang sesuai AD-ART seharusnya masa kepengurusannya sudah berakhir sehingga perlu adanya reorganisasi kepengurusan gapoktan sesuai dengan AD-ART gapoktan (terutama gapoktan 2008), namun karena keterbatasan sumberdaya gapoktan reorganisasi belum dilakukan. Gapoktan juga tidak lagi aktif menyelenggarakan pertemuan anggota. Adanya fenomena rangkap jabatan antar kelembagaan yang ada di tingkat desa dan juga banyaknya kesibukan pengurus gapoktan untuk memenuhi kebutuhan hidup keluarganya menyebabkan pengurus gapoktan tidak fokus didalam pengembangan gapoktan dan LKMA. Pada aspek pengelolaan dana PUAP, analisa kelayakan usaha, pelaporan yang dibuat pengurus gapoktan, pembinaan usaha anggota dan pengawasan dalam hal pembiayaan dinilai belum optimal. Hal ini dikarenakan kurangnya kemampuan pengurus gapoktan dalam memfasilitasi dan mengelola modal usaha anggota. Tidak adanya mekanisme
Buletin Pertanian Perkotaan Volume 5 Nomor 2, 2015
Tabel 4. Daftar LKMA di DKI Jakarta per Juni 2015 NO LKMA ALAMAT 1 LKMA Kel. Ragunan, Kec. Pasar Primatara Minggu, Jakarta Selatan
DASAR PENETAPAN - Akta Notaris Anasya A. Pattinama, SH
No.18 Tanggal 7 April 2008 - Badan Hukum Koperasi No.688/BH/
2
LKMA Mindy
Kel. Kebayoran Lama Selatan, Kec. Kebayoran Lama, Jakarta Selatan
3
LKMA Jati Mandiri
Kel. Rawajati, Kec. Pancoran, Jarkarta Selatan
4
LKMA Sansivera
Kel. Cipete Utara, Kec. Kebayoran Baru, Jarkarta Selatan
5
LKMA Mampang Indah
Kel. Pela Mampang Indah, Kec. Mampang Prapatan, Jarkarta Selatan
6
LKMA Aloevera
Kel. Kuningan Barat, Kec. Mampang Prapatan, Jarkarta Selatan
7
LKMA Bina Usaha Makmur
Kel. Cijantung, Kec. Pasar Rebo, Jarkarta Timur
8
LKMA Pulogadung Indah
Kel. Kayu Putih, Kec. Pulogadung, Jarkarta Timur
9
LKMA Aneka Jaya
Kel. Pekayon, Kec. Pasar Rebo, Jarkarta Timur
10
LKMA Ciracas Plus
Kel. Ciracas, Kec. Ciracas, Jarkarta Timur
11
LKMA Mandiri
Kel. Kebon Pala, Kec. Makasar, Jarkarta Timur
12
LKMA Bintang Timur Indah
Kel. Halim Perdana Kusuma, Kec. Kramat Jati, Jarkarta Timur
13
LKMA Bina Usaha Mandiri
Kel. Utan Kayu Selatan, Kec. Matraman, Jarkarta Timur
Buletin Pertanian Perkotaan Volume 5 Nomor 2, 2015
XII.4/1.829.31/X/2008 Tanggal 23 Oktober 2008 Keputusan Kepala Suku Dinas Pertanian dan Kehutanan Kota Administrasi Jakarta Selatan No. 4.3 Tahun 2014 Keputusan Kepala Suku Dinas Pertanian dan Kehutanan Kota Administrasi Jakarta Selatan No. 4.1 Tahun 2014 Keputusan Kepala Suku Dinas Pertanian dan Kehutanan Kota Administrasi Jakarta Selatan No. 4 Tahun 2014 Keputusan Kepala Suku Dinas Pertanian dan Kehutanan Kota Administrasi Jakarta Selatan No. 4.2 Tahun 2014 Keputusan Kepala Suku Dinas Pertanian dan Kehutanan Kota Administrasi Jakarta Selatan No. 4.7 Tahun 2014 Keputusan Kepala Suku Dinas Pertanian dan Kehutanan Kota Administrasi Jakarta Timur No. 697/1.823.133 Tahun 2014 Keputusan Kepala Suku Dinas Pertanian dan Kehutanan Kota Administrasi Jakarta Timur No. 697/1.823.133 Tahun 2014 Keputusan Kepala Suku Dinas Pertanian dan Kehutanan Kota Administrasi Jakarta Timur No. 697/1.823.133 Tahun 2014 Keputusan Kepala Suku Dinas Pertanian dan Kehutanan Kota Administrasi Jakarta Timur No. 697/1.823.133 Tahun 2014 Keputusan Kepala Suku Dinas Pertanian dan Kehutanan Kota Administrasi Jakarta Timur No. 697/1.823.133 Tahun 2014 Keputusan Kepala Suku Dinas Pertanian dan Kehutanan Kota Administrasi Jakarta Timur No. 697/1.823.133 Tahun 2014 Keputusan Kepala Suku Dinas Pertanian dan Kehutanan Kota Administrasi Jakarta Timur No. 697/1.823.133 Tahun 2014
13
pengawasan khusus dari gapoktan kepada petani dalam hal penggunaan pinjaman BLM PUAP, sehingga terdapat penyimpangan penggunaan pembiayaan dana PUAP oleh petani. Dana pinjaman tidak digunakan sesuai dengan Rencana Usaha Anggota, melainkan untuk kebutuhan lain misal untuk memenuhi kebutuhan konsumsi. Penyaluran pinjaman untuk putaran kedua dan selanjutnya tanpa dilengkapi atau berdasarkan RUK dan RUA. Terdapat dana PUAP yang sudah dicairkan namun belum disalurkan kepada anggota. Keterbatasan sumber daya manusia pengurus gapoktan dalam penguasaan teknologi terutama dalam pengelolaan manajemen keuangan menyebabkan pencatatan dan pembukuan masih dilakukan secara manual sehingga terhambat dalam hal pelaporan keuangan. Tingginya tingkat pembiayaan yang bermasalah (kredit macet) pada gapoktan PUAP DKI Jakarta, berdasarkan hasil wawancara dengan para pengurus gapoktan terutama disebabkan oleh, lahan usaha yang tergusur, terjadinya gagal panen, rendahnya hasil usaha/pendapatan usahatani karena kurangnya pengetahuan teknologi budidaya tanaman maupun olahan pascapanen sehingga produktivitas usahatani anggota tidak efektif anggota bahwa pinjaman dana PUAP tidak perlu dikembalikan karena merupakan dana hibah/ Bantuan Langsung Tunai (BLT). Selain itu tidak adanya penerapan sanksi atas keterlambatan dalam pengembalian pembiayaan, kurangnya perangsang pengembalian, dan rendahnya efektivitas penagihan oleh petugas pembiayaan juga menjadi penyebab lemahnya pengembalian pembiayaan oleh petani. Salah satu tujuan PUAP adalah terbentuknya Lembaga Keuangan Mikro Agibisnis (LKMA) yang tangguh, namun terbatasnya sarana dan prasarana penunjang yang dimiliki gapoktan menghambat proses terbentuknya Lembaga Keuangan Mikro Agibisnis (LKMA). Kantor sekretariat gapoktan masih berstatus menumpang di
14
rumah ketua gapoktan atau menumpang di sekretariat RW, demikian juga halnya toko/ kios sarana produksi. Mayoritas gapoktan belum memiliki komputer sendiri dan sarana penunjang lainnya, seperti LCD, printer, dll. Sarana dan prasarana penunjang ini sangat penting, bukan saja bagi kelancaran usaha gapoktan dan LKMA, namun juga dapat dijadikan alat kohesi sosial bagi anggotanya. Aspek kerjasama dengan lembaga keuangan, lembaga pemasaran dan lembaga agribisnis lain oleh sebagian besar gapoktan dianggap tidak penting. Ini menunjukkan bahwa masih rendahnya kesadaran petani akan pentingnya pengembangan modal usaha gapoktan bagi keberlanjutan peran gapoktan sebagi lembaga ekonomi pedesaan. Belum optimalnya peran PMT dan penyuluh pendamping gapoktan juga merupakan salah satu kendala pengembangan program PUAP DKI Jakarta. Dari hasil wawancara dengan pengurus gapoktan, sebagian berpendapat penyuluh baru datang kelapangan ketika ada kegiatan/tamu dari dinas pertanian terkait. Kendala lain adalah SDM Dinas Pertanian yang kurang cocok, tidak tersedianya dana pendukung pendampingan PUAP dari APBD serta kurangnya koordinasi/ tidak ada pertemuan berkala antara penyuluh dengan PMT. PMT hanya berperan untuk membantu membuatkan laporan keuangan, sedangkan pengawasan dilapang yang menuju peningkatan usaha agribisnis maupun untuk mencarikan peluang pemasaran dari hasil produksi hampir tidak ada. Strategi Pengembangan Usaha Agribisnis Gapoktan PUAP Terkait dengan Program PUAP, beberapa strategi pengembangan usaha agribisnis Gapoktan PUAP yang dapat ditempuh untuk mendukung keberhasilan program ini dan berdampak pada peningkatan kesejahteraan petani diantaranya adalah: Strategi peningkatan kinerja organisasi gapoktan PUAP, strategi pengelolaan manajemen keuangan gapoktan PUAP, strategi peningkatan pertumbuhan usaha
Buletin Pertanian Perkotaan Volume 5 Nomor 2, 2015
gapoktan dan LKMA, strategi penguatan peran pemerintah daerah dan strategi pengembangan SDM gapoktan PUAP melalui peningkatan pendampingan inovasi pertanian 1. Strategi Peningkatan Kinerja Organisasi Gapoktan PUAP. Peningkatan kinerja organisasi gapoktan PUAP dapat dilakukan dengan mereorganisasi kepengurusan gapoktan sesuai dengan AD-ART gapoktan, memilih anggota yang kompeten sebagai pengurus gapoktan, serta melakukan pemisahan pengurus gapoktan dan pengelola LKMA. Gapoktan didorong untuk mengaktifkan kembali pertemuan rutin gapoktan dan melaksanakan RAT tepat waktu sehingga memberikan kepuasan bagi seluruh anggotanya. Menurut Saptana et all (2013) dalam percepatan transformasi kelembagaan gapoktan dan LKM-A, faktor-faktor yang perlu ditransformasikan mencakup: 1) status badan hukum, 2) struktur organisasi, 3) tujuan atau orientasi organisasi, 4) pembagian tugas atau peran, 5) sistem koordinasi dan komunikasi, 6) jenis kegiatan usaha, 7) manajemen usaha, 8) sumber ilmu pengetahuan dan teknologi, 9) 11) produk akhir yang dihasilkan. 2. Strategi Pengelolaan Keuangan Gapoktan PUAP
Manajemen
Peningkatan profesionalisme pengurus gapoktan dalam mengelola dana PUAP dapat dilakukan dengan mendorong pengurus untuk selalu memberikan pelayanan yang memuaskan kepada anggota, pengurus gapoktan dituntut untuk membuktikan bahwa simpanan anggota dikelola secara professional, aman dan amanah. Penelitian Pardosi (1998) menunjukkan bahwa keberhasilan dalam efektivitas penyaluran menurut penerima kredit diukur dengan melihat tanggapan kreditur terhadap persyaratan awal (mudah, sedang, berat), prosedur peminjaman (mudah, sedang, sulit), realisasi kredit (cepat, sedang, lambat), biaya administrasi (ringan, sedang, berat), tingkat bunga (ringan, sedang, berat), pelayanan dan jarak atau lokasi kreditur (dekat. sedang, jauh).
Buletin Pertanian Perkotaan Volume 5 Nomor 2, 2015
Dalam melakukan penyaluran dana PUAP pengurus gapoktan diminta untuk lebih selektif dalam memilih penerima bantuan dana PUAP dan lebih aktif mengontrol anggotanya dalam memanfaatkan dana PUAP, sehingga pemanfaatan dana tersebut betul-betul disalurkan sesuai dengan aturan dan digunakan sesuai peruntukannya. Bagi anggota yang lancar melakukan pembayaran, maka gapoktan memberikan penghargaan berupa peningkatan jumlah pinjaman dan atau hadiah. Bagi anggota yang mendapatkan musibah dan kesulitan untuk melakukan pelunasan, pengurus gapoktan dapat mengatur kembali besaran tingkat suku bunga yang akan diterapkan, besaran cicilan, metode pembayaran dan jangka waktu pelunasan pinjaman serta pemberian perpanjangan waktu/ kelonggaran waktu pelunasan pinjaman. Dengan demikian diharapkan peminjam mendapat keringanan dan tetap bertanggungjawab serta dapat memperkecil potensi jumlah kredit macet. 3. Strategi Peningkatan Pertumbuhan Usaha Gapoktan dan LKMA Pengurus gapoktan dapat meningkatan pertumbuhan usaha gapoktan dan LKMA dengan proaktif membuka diri menjalin kemitraan usaha dan kerja sama pembiayaan dengan lembaga keuangan, perusahaan swasta, pemerintah atau investor lainnya, sehingga memungkinkan mendapat dana-dana dan produktivitas di seluruh lini sub sistem agribisnis dan menciptakan nilai tambah ekonomi yang merupakan kunci peningkatan daya saing usaha agribisnis. Integrasi kegiatan antar lokasi PUAP merupakan satu upaya Peningkatan pertumbuhan usaha gapoktan dan LKMA. Pembentukan ikatan-ikatan horizontal antar gapoktan disuatu kecamatan melalui perencanaan produksi bersama berdasarkan dinamika permintaan pasar memberikan keuntungan diantaranya: 1) produk yang di hasilkan mampu memenuhi kebutuhan pasar,
15
2) mempermudah pemenuhan kebutuhan saprodi, 3) mempermudah pemasaran, 4) posisi tawar petani tinggi, 5) saling melengkapi (saprodi, alsintan), 6) saling belajar, dan 7) pemecahan masalah secara bersama (Saptana et all, 2013; Saleh dan Syahbuddin, 2012). 4. Strategi Penguatan Peran Pemerintah Daerah dan PMT Perlu diaktifkannya peran PMT dan penyuluh pendamping gapoktan, karena pengurus dan anggota gapoktan masih memerlukan arahan dalam mengembangkan usahanya, termasuk dalam hal administrasi maupun dalam hal bimbingan teknis pengembangan usahatani kepada anggota PUAP secara intensif dan berkelanjutan (Anggriani, 2012). Penyelia Mitra Tani (PMT) dapat menjadi tenaga ahli yang bekerja dan digaji oleh Gapoktan. Selain itu sebelum kontrak kerjanya selesai diharapkan PMT telah mengkondisikan langkah strategi operasional agar usaha Gapoktan tetap berkelanjutan. Pemerintah daerah baik propinsi maupun kabupaten/kota diharapkan dapat memfasilitasi keberlanjutan kegiatan pengembangan PUAP dengan membantu mengalokasikan dana berdampingan untuk operasional penyuluh pendamping PUAP, diseminasi dan promosi Gapoktan PUAP/ LKM-A yang telah maju sangat menentukan penyebarluasan dan replikasinya di berbagai kabupaten/kota. Jika melalui LKM-A usaha petani makin maju maka model LKM-A tersebut akan dicontoh dan dikembangkan di tempat lain (Bustaman, 2010). 5. Strategi pengembangan SDM gapoktan PUAP melalui peningkatan pendampingan inovasi pertanian. Peningkatan kapasitas SDM Gapoktan dalam pengelolaan usahatani diperlukan untuk mendukung keberhasilan Program PUAP dalam pelaksanaan kegiatan agribisnis pertanian on farm maupun off farm. Dalam pelaksanaan program PUAP diperlukan sumberdaya manusia (SDM) yang mampu mengelola dan melaksanakan kegiatan agribisnis dengan baik. Peningkatan SDM
16
gapoktan PUAP diantaranya dapat ditempuh melalui: 1) Kegiatan temu aplikasi teknologi lokasi, 2) pelatihan teknis budidaya dan pasca panen, 3) Pelatihan Pembukuan dan Manajemen Keuangan Gapoktan PUAP, 4) studi banding, 5) demplot inovasi teknologi diseminasi
inovasi
teknologi
pertanian
KESIMPULAN Pelaksanaan program PUAP di DKI Jakarta telah berjalan baik. Mulai tahun 2008 sampai dengan Juni 2015 terdapat 84 gapoktan penerima BLM PUAP di wilayah DKI Jakarta dimana mayoritas sebaran gapoktan terdapat di Jakarta Selatan yaitu sebanyak 26 gapoktan (30.95%); 54 gapoktan PUAP di DKI Jakarta (64%) memanfaatkan dana PUAP untuk mengembangkan usahatani dibidang off-farm agribusiness (pengolahan hasil pertanian); dan 47 gapoktan (55.95%) memiliki kondisi keuangan berkembang baik. Kendala pengembangan program PUAP DKI Jakarta terletak pada pada aspek organisasi, aspek pengelolaan dana PUAP, tingginya tingkat pembiayaan yang bermasalah (kredit macet), terbatasnya sarana dan prasarana penunjang yang dimiliki gapoktan sehingga menghambat proses terbentuknya Lembaga Keuangan Mikro Agibisnis (LKMA) serta belum optimalnya peran PMT dan penyuluh pendamping gapoktan Strategi pengembangan usaha agribisnis Gapoktan PUAP yang dapat ditempuh untuk mendukung keberhasilan program ini adalah: Strategi peningkatan kinerja organisasi gapoktan PUAP, strategi pengelolaan manajemen keuangan gapoktan PUAP, strategi peningkatan pertumbuhan usaha gapoktan dan LKMA, strategi penguatan peran pemerintah daerah dan strategi pengembangan SDM gapoktan PUAP melalui peningkatan pendampingan inovasi pertanian.
Buletin Pertanian Perkotaan Volume 5 Nomor 2, 2015
DAFTAR PUSTAKA Anggriani, Triane Widya. 2012. Analisis Dampak Pelaksanaan Program Pengembangan Usaha Agribisnis Perdesaan (PUAP) Studi Kasus Gapoktan Rukun Tani, Desa Citapen, Kecamatan Ciawi, Kabupaten Bogor. TESIS. Jakarta: Fakultas Ekonomi Program Magister Perencanaan dan Kebijakan Publik. Universitas Indonesia. Bustaman, Sjahrul. 2010. Pengkajian Pola dan Metode Rating Gapoktan PUAP (Grade A,B, C) Dalam Upaya Meningkatkan Hasil Komoditas Unggulan (Padi, Sapi Potong, Kakao) > 20% Melalui Percepatan Adopsi Teknologi Pertanian. Laporan Akhir Program Insentif Riset Terapan. Balai Besar Pengkajian dan Pengembangan Teknologi Pertanian Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian Kementerian Pertanian da Silva, Carlos A. et al. 2009. Agro-Industries for Development. Published jointly by CAB International and FAO. 278 pages. Krueger Richard A. and Mary Anne Casey. 2015. Focus Groups. A Practical Guide for Applied Research (5th Edition). Thousand Oaks, CA: Sage Publications. 280 pages. Martono, Nanang. 2015. Metode Penelitian Sosial: Konsep-konsep Kunci. Edisi 1. Pardosi, Riris P. 1998. Efektivitas Penyaluran Kredit Pembinaan Peningkatan Pendapatan Petani dan Nelayan Kecil (P4K) dan Analisis Pendapatan Petani Pengguna Kredit (Studi Kasus di Wilayah Kerja BRI Cabang Sukabumi). Skripsi. Bogor: Jurusan Ilmu-Ilmu Sosial EkonomiPertanian. Institut
Buletin Pertanian Perkotaan Volume 5 Nomor 2, 2015
Pertanian Bogor. Permentan No 06/Permentan/OT.140/2/2015 tentang Pedoman Pengembangan Usaha Agribisnis Perdesaan Tahun Anggaran 2015. Rahardi, F. Rony Palungkun dan Asiani Budiarti. 2000. Agribisnis Tanaman Sayur. Penebar Swadaya. Jakarta. Saleh, Yopi dan Haris Syahbuddin. 2012. Strategi Pengembangan Usaha Agribisnis Gapoktan PUAP di Provinsi Maluku Utara. Balai Pengkajian Teknologi Pertanian Maluku Utara. Saptana, Sri Wahyuni, Sahat M. Pasaribu. 2013. Strategi Percepatan Transformasi Kelembagaan Gapoktan dan Lembaga Keuangan Mikro Agribisnis Dalam Memperkuat Ekonomi di Perdesaan. Jurnal Manajemen & Agribisnis, Vol. 10 No. 1, Maret 2013 Soekartawi. 2000. Pengantar Agroindustri. Supriatna, Ade. 2012. Perkembangan Lembaga Keuangan Mikro Agribisnis (LKM A) dan Adopsi Teknologi Kentang Pada Pengembangan Usaha Agribisnis Pedesaan (PUAP): Studi Kasus di Kabupaten Solok, Sumatera Barat. Agrin Vol. 16, No. 2, Oktober 2012. p.101 Pembiayaan Sistem Syariah Terhadap Petani Agribisnis Sayuran Pada Program UPK Ikhtiar Yayasan Peramu Bogor. Skripsi. Bogor : Fakultas Ekonomi dan Manajemen. Institut Pertanian Bogor.
17