STRATEGI PENGEMBANGAN INDUSTRI RUMAH TANGGA PANGAN OLAHAN BERBASIS WALUH DENGAN MENGGUNAKAN PENDEKATAN RANTAI NILAI (Studi Pada Pengusaha Pangan Olahan Berbasis Waluh di Kecamatan Getasan)
Oleh: Ayu Purnama Kusumaningrum NIM : 212010055
KERTAS KERJA Diajukan Kepada Fakultas Ekonomika Dan Bisnis Guna Memenuhi Sebagian dari Persyaratan-persyaratan untuk Mencapai Gelar Sarjana Ekonomi FAKULTAS
: EKONOMIKA DAN BISNIS
PROGRAM STUDI
: MANAJEMEN
FAKULTAS EKONOMIKA DAN BISNIS UNIVERSITAS KRISTEN SATYA WACANA SALATIGA 2014
FAKULTAS EKONOMIKA DAN BISNIS UNIVERSITAS KRISTEN SATYA WACANA Jalan Diponegoro 52 -60 :(0298) 321212, 311881 Telex 322364 ukswsa ia Salatiga 50711 - Indonesia Fax. (0298) -3 21433
PERNYATAAN KEASLIAN KARYA TULIS KERTAS KERJA
Yang bertanda tangan dibawah ini : Nama
: Ayu Purnama Kusumaningrum
NIM
: 212010055
Program Studi : Manajemen-Kewirausahaan Fakultas Ekonomika Dan Bisnis Universitas Kristen Satya Wacana Salatiga. Menyatakan dengan sesungguhnya bahwa kertas kerja, Judul :Strategi Pengembangan Industri Rumah Tangga Pangan Olahan Berbasis Waluh Dengan Menggunakan Pendekatan Rantai Nilai (Studi Pada Pengusaha Pangan Olahan Berbasis Waluh di Kecamatan Getasan)
Pembimbing
: Lieli Suharti, Ir.,MM.,PhD
Tanggal di uji
: 23 Mei 2014
Adalah benar-benar hasil karya saya. Didalam kertas kerja ini tidak terdapat keseluruhan atau sebagaian tulisan atau gagasan orang lain yang saya ambil dengan cara menyalin atau meniru dalam bentuk rangkaian
i
kalimat atau simbol yang saya aku seolah-olah sebagai tulisan saya sendiri tanpa memberikan pengakuan pada penulis aslinya. Apabila kemudian terbukti bahwa saya ternyata melakukan tindakan menyalin atau meniru tulisan orang lain seolah-olah hasil pemikiran saya sendiri, saya bersedia menerima sanksi sesuai peraturan yang berlaku di Fakultas Ekonomika Dan Bisnis Universitas Kristen Satya Wacana Salatiga, termasuk pencabutan gelar kesarjanaan yang telah saya peroleh.
Salatiga,
April 2014
Yang memberi pernyataan,
Ayu Purnama Kusumaningrum
STRATEGI PENGEMBANGAN INDUSTRI RUMAH TANGGA PANGAN OLAHAN BERBASIS WALUH DENGAN MENGGUNAKAN PENDEKATAN RANTAI NILAI (Studi Pada Pengusaha Pangan Olahan Berbasis Waluh di Kecamatan Getasan)
Oleh: Ayu Purnama Kusumaningrum NIM : 212010055
ii
MOTTO
“Sesungguhnya sesudah kesulitan akan datang kemudahan, maka kerjakanlah urusanmu dengan sungguh-sungguh dan hanya kepada Allah kamu berharap”. (QS. Alam Nasrah:5-8)
“Jadikanlah sabar dan sholat sebagai penolongmu. Dan sesungguhnya yang demikian itu sungguh berat, kecuali orang-orang yag khusus”. (QS. Al Baqoroh:45)
Kertas kerja ini kupersembahkan untuk: 1. Kedua orangtua tercinta Bapak Kapten Esti Purwanto dan Ibu Kusdiyati, SE yang telah memberikan pengorbanan, doa dan kasih sayangnya. 2. Kakakku tersayang Nindya Kurniawan, SH. 3. Briptu Khoirul Anam, SH yang selalu memberikan dukungan, doa dan kasih sayangnya. 4. Teman-teman FEB angkatan 2010 atas doa serta dukungan yang selalu diberikan.
iii
ABSTRACT
This research is a descriptive qualitative research which aims to establish the value of a company becoming more advanced company by using a value chain analysis approach. The use of value chain analysis approach can explain all activities performed to produce a product that starts from the receipt of raw materials to the consumers with the support of secondary activities within the company. The study uses a case study on a household food industry-pumpkin based processing industry in sub district of Getasan which starts from pumpkin farmers, domestic industry of pumpkin-based processed food industry in sub district of Getasan then to retailers. The result showed that the domestic industry of pumpkin-based food is at most disadvantage side. This is because the domestic industry that based on processed food pumpkin has a role as a manufacturer of processed pumpkin. While farmers in the lowest benefit of the actors involved in the value chain because the pumpkin corp at a low time harvest. Therefore the need to improve the value chain of household industry-based on pumpkin processed food in sub-district of Getasan through the analysis of SWOT. The result of analysis shows that the owner needs to expand the business by making SOP (Standard Operating System) and increasing the applied technology used to produce the maximum output so as to improve the purchasing power of the farmers.
Keywords: Value Chain, Household Industry, The Analysis of SWOT
iv
Saripati
Penelitian ini bersifat deskriptif kualitatif yang bertujuan untuk membangun nilai suatu perusahaan menjadi lebih maju dengan menggunakan pendekatan analisis rantai nilai. Penggunaan pendekatan analisis rantai nilai dapat menjelaskan seluruh aktivitas yang dilakukan untuk menghasilkan suatu produk dimulai dari penerimaan bahan baku sampai ke tangan konsumen dengan didukung aktivitas sekunder dalam suatu perusahaan. Penelitian ini menggunakan studi kasus pada industri rumah tangga pangan olahan berbasis waluh di Kecamatan Getasan yang dimulai dari petani waluh, usaha industri rumah tangga pangan olahan berbasis waluh di Kecamatan Getasan kemudian ke pengecer. Hasil penelitian menunjukkan bahwa usaha industri rumah tangga pangan olahan berbasis waluh yang paling diuntungkan. Hal ini karena usaha industri rumah tangga pangan olahan berbasis waluh memiliki peran sebagai produsen olahan waluh. Sedangkan petani dalam hal ini mendapatkan keuntungan yang terendah dari aktor rantai nilai yang terlibat karena hasil panen waluh pada saat musim panen murah.Oleh karena itu perlu memperbaiki rantai nilai dari industri rumah tangga pangan olahan berbasis waluh di Kecamatan Getasan, yaitu melalui analisis SWOT. Hasil analisis menunjukkan bahwa pemilik perlu mengembangkan usahanya dengan cara membuat SOP (Standard Operating System) dan meningkatkan teknologi terapan yang digunakan agar dapat menghasilkan produksi yang maksimal sehingga dapat memperbaiki daya beli terhadap petani.
Kata kunci: Rantai Nilai, Industri Rumah Tangga, Analisis SWOT
v
KATA PENGANTAR
Bismillahirrahmanirrahim Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT atas segala rahmat, hidayah
dan
karunianya
skripsi
sehingga
dengan
judul
”STRATEGI
PENGEMBANGAN INDUSTRI RUMAH TANGGA PANGAN OLAHAN BERBASIS WALUH DENGAN MENGGUNAKAN PENDEKATAN RANTAI NILAI (Studi Pada Pengusaha Pangan Olahan Berbasis Waluh di Kecamatan Getasan)”, telah berhasil penulis susun. Maksud dan tujuan penyususnan skripsi ini merupakan tugas akhir yang harus diselesaikan guna memperoleh gelar Sarjana Ekonomi Jurusan Manajemen Fakultas Ekonomika dan Bisnis Universitas Kristen Satya Wacana. Sejak munculnya ide sampai dengan tahap penyelesaian skripsi ini, penulis menyadari tanpa bantuan dari semua pihak tidak mungkin skripsi ini terselesaikan dengan baik. Untuk itu atas segala bantuan, bimbingan dan dorongan serta doa yang telah diberikan tidak lupa penulis ucapkan terima kasih kepada: 1. Allah SWT atas segala karunia, berkah, petunjuk dan rahmat-Nya kepada penulis sehingga penulis dapat menyelesaikan penulisan skripsi ini dan Nabi Muhammad SAW yang selalu menjadi tauladan bagi umatnya. 2. Keluargaku tercinta, bapak, ibu, kakak atas doa, kasih sayang, perhatian, pengorbanan, sarana dan dorongan semangat, serta dukungan yang diberikan kepada penulis. Kakek R.H.M. Soetrisno (Alm) dan nenek H. Siti Aini (Almh) atas perhatian dan petuahnya semoga menjadi pelajaran bagi penulis. Briptu Khoirul Anam, SH atas dukungan, doa dan kasih sayangnya dalam menyeleseaikan penelitian skripsi ini.
vi
3. Ibu Roos Kities Andadari, SE.,MBA.,PhD selaku Kaprogdi Program Studi Manajemen Fakultas Ekonomika dan Bisnis, Universitas Kristen Satya Wacana. 4. Ibu Lieli Suharti, Ir.,M.M.,PhD selaku selaku Dosen Pembimbing yang telah memberikan inspirasi dan motivasi, berusaha dengan sabar dan cermat dalam membimbing dan mengarahkan penulis untuk menyelesaikan penelitian skripsi ini. 5. Ibu Yenny Purwati, SE.,MBA selaku Wali Studi yang telah memberikan dorongan dan masukan, serta memberikan pengetahuan kepada penulis. 6. Seluruh Dosen Fakultas Ekonomika dan Bisnis Universitas Kristen Satya Wacana yang telah memberikan bekal ilmu pengetahuan yang tidak ternilai. 7. Staf dan Tata Usaha Fakultas Ekonomika dan Bisnis Universitas Kristen Satya Wacana yang telah memberi bantuan administrasi dan teknis kepada penulis selama kuliah. 8. Teman-teman FEB angkatan 2010 atas doa dan dukungan yang selalu diberikan. 9. Semua pihak yang tidak dapat penulis sebutkan, yang telah memberikan banyak bantuan dan dorongan kepada penulis sehingga tersusunnya skripsi ini, Penulis menyadari sepenuhnya bahwa masih terdapat banyak kekurangan dan masih jauh dari sempurna dalam penulisan skripsi ini. Oleh karena itu, penulis mengharapkan saran, kritik, dan koreksi yang membangun. Akhir kata penulis berharap semoga karya ilmiah yang sederhana ini dapat bermanfaat bagi semua pihak yang berkepentingan. Salatiga,
Maret 2014
(Penulis)
vii
DAFTAR ISI
Halaman Judul Surat Pernyataan Keaslian Kertas Kerja ............................................................... i Halaman Persetujuan/Pengesahan ........................................................................ ii Motto ..................................................................................................................... iii Abstract ................................................................................................................ iv Saripati ................................................................................................................. v Kata Pengantar ..................................................................................................... vi Daftar Isi ............................................................................................................. viii Daftar Tabel .......................................................................................................... x Daftar Gambar ....................................................................................................... xi Daftar Lampiran ................................................................................................... xii Bab I
Bab II
Pendahuluan 1.1
Latar Belakang Penelitian ......................................................... 1
1.2
Masalah dan Persoalan Penelitian ............................................. 4
1.3
Tujuan dan Manfaat Penelitian ................................................. 4
Tinjauan Pustaka 2.1
Analisis Rantai Nilai ................................................................. 5
2.2
Analisis SWOT ......................................................................... 7
2.3
Strategi SWOT .......................................................................... 7
2.4
Penelitian Terdahulu ................................................................. 9
viii
Bab III
Bab IV
Metode Penelitian 3.1
Satuan Analisis dan Satuan Pengamatan ................................... 10
3.2
Teknik Pengumpulan Data ........................................................ 10
3.3
Teknik Analisis ......................................................................... 10
Hasil Temuan dan Pembahasan 4.1
Gambaran Usaha IRT Pangan Olahan Berbasis Waluh di Kecamatan Getasan .................................................................... 11
4.2
Gambaran Rantai Nilai Usaha IRT Pangan Olahan Berbasis Waluh di Kecamatan Getasan ................................................... 14
4.3
Kekuatan dan Kelemahan dari Analisis Rantai Nilai pada Usaha IRT Pangan Olahan Berbasis Waluh di Kecamatan Getasan .... 25
4.4
Analisis Nilai Tambah ............................................................... 26
4.5
Strategi Pengembangan Berdasarkan Analisis SWOT Operator Rantai Nilai ............................................................................... 26
4.6
Bab V
Pembahasan ............................................................................... 29
Penutup 5.1
Kesimpulan ................................................................................ 30
5.2
Implikasi, Keterbatasan dan Saran ............................................. 31
DAFTAR PUSTAKA .......................................................................................... 33 DAFTAR RIWAYAT HIDUP ............................................................................. 34 LAMPIRAN ........................................................................................................ 37 ix
DAFTAR TABEL
Tabel 1.1 Jumlah Produksi Waluh, Luas Lahan, Produktivitas dan Rata-Rata Hasil Waluh di Kecamatan Getasan, Kabupaten Semarang Tahun 2006-2013 (Slamet, 2014) Tabel 1.2 Matriks SWOT (Rangkuti, 2002) Tabel 1.3 Ringkasan Penelitian Terdahulu (Sumber Data Primer, 2014) Tabel 1.4 Rata-Rata Kapasitas Produksi Per Bulan pada Usaha IRT Pangan Olahan Berbasis Waluh di Kecamatan Getasan (Sumber Data Primer, 2014) Tabel 1.5 Produk yang Dihasilkan dan Bahan-Bahan yang Dibutuhkan dalam Memproduksi Olahan Waluh pada Usaha IRT Pangan Olahan Berbasis Waluh di Kecamatan Getasan (Sumber Data Primer, 2014) Tabel 1.6 Kekuatan dan Kelemahan dari Analisis Rantai Nilai pada Usaha IRT Pangan Olahan Berbasis Waluh di Kecamatan Getasan (Sumber Data Primer, 2014) Tabel 1.7 Matrik Analisis SWOT Usaha IRT Pangan Olahan Berbasis Waluh di Kecamatan Getasan (Sumber Data Primer, 2014)
x
DAFTAR GAMBAR
Gambar 1.1
Aktivitas Rantai Nilai (Porter, 1995:37)
Gambar 1.2
Kegiatan Rantai Nilai Olahan Waluh pada IRT Pangan Olahan Berbasis Waluh di Kecamatan Getasan (Sumber Data Primer, 2014)
Gambar 1.3
Penjualan Produk Pangan Olahan Berbasis Waluh di Kecamatan Getasan (Sumber Data Primer, 2014)
xi
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran 1 : Analisis Rata-Rata Pendapatan dan Prosentase Nilai Tambah dari Aktor yang Terlibat pada Tahun 2013 Lampiran 2 : Rata-Rata kapasitas Produksi dan Prosentase Proporsi Penjualan Produk Per Bulan pada Usaha IRT Pangan Olahan Berbasis Waluh di Kecamatan Getasan
xii
PENDAHULUAN Latar Belakang Indonesia dikenal sebagai negara yang kaya akan keanekaragaman sumber daya alamnya, termasuk hasil buah-buahan, sayuran dan bunga (hortikultura) serta produk pertanian tropis lainnya. Globalisasi ekonomi saat ini mendorong perekonomian Indonesia menjadi semakin komplek dan kompetitif. Orientasi pembangunan pertanian dari orientasi produksi akan diubah ke arah orientasi peningkatan pendapatan petani.Untuk mendukung perubahan ini pendekatan pertanian tidak lagi melalui pendekatan usaha tani tetapi melalui pendekatan agribisnis. Menurut Firdaus (2008) agribisnis mencakup semua kegiatan mulai dari pengadaan sarana produksi (farm supplies) sampai dengan tata niaga produk pertanian yang dihasilkan usaha tani atau hasil olahannya. Kecamatan Getasan merupakan salah satu sentra produksi waluh di Kabupaten Semarang. Produksi waluh di Kabupaten Semarang 80% lebih dihasilkan dari Kecamatan Getasan. Produksi waluh yang ada di Kecamatan Getasan tinggi, terutama saat musim panen yaitu pada bulan Juli sampai Agustus. Tabel 1.1Jumlah Produksi Waluh, Luas Lahan, Produktivitas dan Rata-Rata Hasil Waluh di Kecamatan Getasan, Kabupaten Semarang Tahun 2006-2013 Tahun
Jumlah Produksi (ton)
Luas Lahan (Ha)
Konsumsi
Harga
(Ton)
(Rp / Kg)
2006
400
29
10
400
2007
500
35
15
500
2008
600
40
15
500
2009
750
50
25
600
2010
750
50
25
700
2011
800
60
25
700
2012
900
65
25
900
2013
900
65
30
900
Sumber : Slamet (2014) Rata-rata produksi waluh di Kecamatan Getasan dari tahun 2006 sampai tahun 2013 yaitu 700 ton. Tiap tahun produksi waluh meningkat antara 50 ton sampai 100 ton. Luas panen meningkat antara 5 ha sampai 10 ha. Harga waluh dari tahun 2006 sampai tahun 2013mengalami peningkatan. Rata-rata harga waluh
1
Rp 650 per kg. Harga terendah pada tahun 2006 yaitu Rp 400 per kg dan harga tertinggi yaitu pada tahun 2013 sebesar Rp 900 per kg. Melihat melimpahnya produksi waluh di Kecamatan Getasan, maka diversifikasi makanan dapat diciptakan di daerah tersebut. Waluh bisa diubah bentuk menjadi suatu makanan yang mempunyai nilai gizi yang tinggi, misalnya geplak waluh, pia waluh, egg roll waluh, wingko waluh, sirup waluh, emping waluh, stik waluh, gelek waluh, kripik waluh, dll. Harga jual waluh dalam keadaan masih segar berkisar antara Rp 400 sampai Rp 900 per kg tetapi jika diolah, harga jual yang ditawarkan menjadi lebih tinggi. Buah waluh merupakan bahan pangan yang selama ini bukan merupakan bahan pangan pilihan tetapi sebagai bahan pangan singkiran. Di Indonesia, produksi waluh sangat tinggi dan waluh tersebut hanya digunakan untuk menggunakan campuran kolak atau sup buah. Padahal waluh mempunyai nilai gizi yang tinggi, dengan diversifikasi diharapkan waluh dapat menjadi makanan pilihan bagi masyarakat. Diversifikasi berarti tampil dalam berbagai jenis bentuk. Pada umumnya diversifikasi berhubungan dengan jenis-jenis produk atau jasa yang berbeda-beda dalam suatu penawaran bisnis (Said, 2004). Diversifikasi pertanian vertikal adalah usaha untuk memajukan industri pengolahan hasil pertanian (Kamus Besar Bahasa Indonesia, 1996). Kasryno et al. (1993) memandang diversifikasi pangan sebagai upaya yang sangat erat kaitannya dengan peningkatan kualitas sumber daya manusia, pembangunan pertanian dibidang pangan dan perbaikan gizi masyarakat, yang mencakup aspek produksi, konsumsi, pemasaran dan distribusi. Upaya diversifikasi produk pertanian sudah ada di Kecamatan Getasan, salah satunya industrirumah tangga pangan olahan berbasis waluh (IRT Rizky dan Karuna) yang berupa geplak waluh, pia waluh, egg roll waluh, wingko waluh, sirup waluh, emping waluh, stik waluh, gelek waluh, dan kripik waluh. Industri ini menjadikan waluh sebagai diversifikasi pengolahan hasil pertanian. Selain itu industri rumah tangga ini memiliki peran sebagai perusahaan yang ikut dalam persaingan bisnis. Persaingan bisnis yang semakin ketat telah menggeser paradigma
bisnis
dari
comparative
2
advantage
menjadi
competitive
advantage,(Porter, 1994)yang memaksa kegiatan bisnis/perusahaan memilih strategi yang tepat. Strategi yang dimaksud adalah dimana perusahaan berada dalam posisi strategis dan bisa beradaptasi dengan lingkungan yang terus berubah. Hal ini berlaku prinsip going concern yang secara umum merupakan tujuan didirikanya suatu entitas bisnis. Selanjutnya Porter (1994) menyimpulkan bahwa strategi apapun yang dipilih, analisis rantai nilai (value chain)dapat membantu perusahaan untuk fokus pada rencana strategi yang dipilih dan berusaha untuk meraih competitive advantage. Namun, dalam pengembangan industri rumah tangga pangan olahan produk pertanian di Kecamatan Getasan belum begitu berkembang.Untuk mengetahui apakah olahan berbasis waluh bisa dikembangkan atau mempunyai potensi, maka penulis akan menelitinya dengan menggunakan pendekatan rantai nilai. Penelitian Rahayu (2009) rantai nilai menggambarkan urutan kegiatan dari fungsi produksi dan fungsi pemasaran. Dimulai dari pemasok bahan baku ke fungsi produksi untuk melakukan pengolahan bahan baku menjadi barang jadi, kemudian dikelompokkan sesuai dengan yang diinginkan. Selanjutnya dilakukan pemprosesan dan pengemasan barang jadi. Barang jadi yang siap dikonsumsi kemudian dipasarkan dengan transportasi untuk didistribusikan dan diperjual belikan untuk konsumen akhir. Mardian dkk (2012) dan Agni Kusumawati (2013)menyatakan bahwa analisis value chain menunjukkan apa yang akan dilakukan oleh pihak perusahaan yaitu dengan mengadakan diferensiasi dalam rantai nilai untuk mendapatkan keunggulan kompetitif dari para pesaing. Sehingga bisa mengetahui seberapa besar potensi sebuah perusahaan untuk dikembangkan. Industri rumah tangga yang diwawancara pada penelitian ini adalah IRT Rizky dan Karuna. IRT Rizky lebih dulu berdiri yaitu tahun 1997, kemudian disusul IRT Karuna yang berdiri tahun 2002. Kedua industri rumah tangga pangan olahan berbasis waluh ini didirikan dengan didasari melimpahnya buah waluh di Kecamatan
Getasan.
Pada
saat
itu
3
pemanfaatan
buah
waluh
masih
dikonsumsisecara langsung dalam bentuk kolak atau waluh kukus sebagai makanan kecil. Hal tersebut yang mendorong mereka untuk membuat makanan olahan berbasis waluh agar mendapatkan nilai jual yang lebih tinggi daripada dijual berupa waluh utuh. Industri rumah tangga pangan olahan berbasis waluh di Kecamatan Getasan dalam menjalankan usahanya tidak sendiri, tetapi melibatkan aktor lain dalam rantai nilai olahan waluh seperi pemasok bahan baku, aktor pendukung (tenaga kerja, instansi pemerintah), jasa pendukung (jasa distribusi dan perbankan). Berdasarkan latar belakng diatas, masalah yang akan diteliti adalah “Strategi Pengembangan Industri Rumah Tangga Pangan Olahan Berbasis Waluh di Kecamatan Getasan dengan menggunakan Pendekatan Rantai Nilai”.
Masalah dan Persoalan Penelitian Dari uraian diatas dapat dikemukakan rumusan masalah yang akan diteliti adalah “Strategi Pengembangan Industri Rumah Tangga Pangan Olahan Berbasis Waluh di Kecamatan Getasan dengan menggunakan Pendekatan Rantai Nilai”. Untuk memperjelas masalah penelitian di atas, peneliti mengemukakan rumusan persoalan penelitian sebagai berikut: Bagaimana strategi pengembangan dari gambaran usaha pada industri rumah tangga pangan olahan berbasis waluh berdasarkananalisis SWOTdengan pendekatan rantai nilai?
Tujuan dan Manfaat Penelitian Tujuan penelitian ini antara lain: (1) Mengetahui gambaran usaha industri rumah tangga pangan olahan berbasis waluh di Kecamatan Getasan dengan menggunakan pendekatan rantai nilai. (2) Mengetahui kekuatan, kelemahan, hambatan, dan tantangan (analisis SWOT) dalam satu rantai nilai produk olahan berbasis waluh untuk menentukan strategi pengembangan dalam penciptaan daya saing.
4
Adapun manfaat penelitian yang ingin dicapai sebagai berikut: (1) Manfaat secara teoritisdigunakan sebagai sumber informasi tentang bagaimana cara meningkatkan produksi pangan olahan waluh di Kecamatan Getasan; (2) Manfaat praktis sebagai salah satu cara dalam memperluas hasil pangan olahan waluh baik dalam lingkup petani, pengusaha, dan pemerintah daerah setempat.
TINJAUAN PUSTAKA Analisis Rantai Nilai Porter
(1995)
mendefinisikan
rantai
nilai
sebagai
alat
untuk
mengidentifikasi cara-cara menciptakan lebih banyak nilai pelanggan, yaitu nilai yang berawal dari bahan mentah sampai dengan penanganan produk setelah dijual kepada konsumen.Rantai nilai mengidentifikasi sembilan kegiatan strategis dan relevan yang menciptakan nilai dan biaya dalam bisnis tertentu. Unsur-unsur yang dipadukan oleh nilai dijelaskan gambar berikut.
INFRASTRUKTUR PERUSAHAAN
RJ MA IN
MANAJEMEN SUMBER DAYA MANUSIA AKTIVITAS PENDUKUNG PENGEMBANGAN TEKNOLOGI
PEMBELIAN
OPERASI
PEMASARAN & PENJUALAN
PELAYANAN
N
RJI
LOGISTIK KE LUAR
MA
LOGISTIK KE DALAM
AKTIVITAS PRIMER
Gambar 1.1 Aktivitas Rantai Nilai dalam Perusahaan (Porter, 1995:37)
5
Primary activities terdiri dari:
Inbound logistic. Aktivitas yang berhubungan dengan penerimaan, penyimpanan,
penyebaran
input
pada
produk
(seperti:
material
handling,inventory control, venchicle scheduling dan kembali pada supplier)
Operations.
Aktivitas
yang
berhubungan
transfer
input
menjadi
produkakhir.
Outbound logistic. Mengumpulkan dan mendistribusikan produk pada pembeli (penyimpanan barang jadi, order process)
Marketing and sales. Aktivitas yang dimaksudkan agar customer melakukan pembelian terhadap suatu produk.
Service. Aktivitas yang berhubungan dengan tersedianya pelayanan untuk meningkatkan atau mempertahankan nilai dari produk.
Support activities:
Procurement. Aktivitas yang mendukung pengadaan yang berhubungan dengan fungsi pembelian untuk input yang digunakan dalam value chain perusahaan.
Tehnology Development. Setiap value activity melibatkan teknologi, knowhow
atau
menambahkan
teknologi
dalam
proses,
mengkombinasikansubteknologi yang berbeda yang melibatkan berbagai disiplin ilmu.
Human Resources Management. Terdiri dari aktivitas-aktivitas yang terlihat dalam perekrutan, pelatihan, pengembangan, dan kompensasi untuk semua personil.
Firm Infrastructure. Terdiri dari sejumlah aktivitas yang termasuk general management, planning, finance, accounting, legal. Government affair, dan quality management. Aktivitas rantai nilai perusahaan besar dan kecil memiliki perbedaan,
perusahaan kecil hanya memiliki beberapa aktivitas pendukung, tidak secara lengkap dan terstruktur seperti perusahaan besar, perusahaan kecil hanya memiliki 6
sumber daya manusia yang sedikit dan kurangnya manajemen sumberdaya manusia serta perkembangan teknologi. Penelitian ini fokus pada aktivitas rantai nilai untuk industri kecil yang diungkapkan oleh Porter (1985), di dalam rantai nilai terdapat hubungan antara supplier bahan baku sampai dengan konsumen akhir yang menjadi sebuah sistem yang mampu memberikan nilai tambah bagi perusahaan ketika melakukan proses produksi. Sedangkan Stock and Lambert (2001) mendefinisikan rantai nilai sebagai sebuah kesatuan proses bisnis yang dilakukan oleh perusahaan dari produksi sampai mendistribusikan barang ke konsumen. Sehingga dalam rantai nilai terdapat interaksi antara supplier, perusahaan pembuat barang jadi, distributor, dan konsumen untuk memberikan nilai tambah. Dengan demikian, pendekatan rantai nilai dapat mendorong perusahaan supaya lebih berdaya saing lagi karena mereka sudah mempunyai potensi untuk dikembangkan.
Analisis SWOT Analisis SWOT adalah kondisi internal maupun eksternal suatu organisasi yang selanjutnya akan digunakan sebagai dasar untuk merancang strategi dan program kerja. Analisis internal perusahaan didapat dari penilaian terhadap faktor kekuatan (Strength) dan kelemahan (Weakness) misalnya kemampuan produksi, sumber daya yang dimiliki. Sementara analisis eksternal mencakup faktor peluang (Opportunity) dan tantangan (Threats) seperti kondisi pasar dan pesaing..
Strategi SWOT Strategi perusahaan dirumuskan untuk mengidentifikasi hubungan antara kesempatan dan ancaman yang dihadapi dengan kekuatan dan kelemahan yang dimiliki. Hal ini terjadi karena kekuatan yang dimiliki oleh perusahaan diharapkan mampu digunakan dalam menghadapi ancaman dan memanfaatkan peluang yang ada. Alat yang dipakai untuk menyusun faktor-faktor strategis salah satunya
7
adalah Matrik SWOT. Matrik ini dapat menggambarkan secara jelas bagaimana kekuatan yang dimiliki oleh perusahaan diharapkan mampu digunakan dalam menghadapi ancaman dan memanfaatkan peluang yang ada. Menurut Rangkuti (2002) terdapat empat alternatif strategi dalam matriks SWOT, yaitu: a. Strategi SO Strategi ini dibuat dengan memanfaatkan seluruh kekuatan untuk merebut dan memanfaatkan peluang yang sebesar-besarnya. b. Strategi ST Strategi dalam menggunakan kekuatan yang dimiliki perusahaan untuk mengatasi ancaman. c. Strategi WO Strategi ini diterapkan berdasarkan pemanfaatan peluang yang ada dengan cara meminimallkan kelemahan yang ada. d. Strategi WT Strategi ini didasarkan pada kegiatan yang bersifat defensive dan berusaha meminimalkan kelemahan yang ada serta menghindari ancaman. Tabel 1.2 Matriks SWOT (Rangkuti, 2002) Faktor Strategi Internal Faktor Strategi Eksternal
OPPORTUNITIES (O) Tentukan faktor peluang eksternal
THREATS (T) Tentukan faktor ancaman eksternal
Dengan
STRENGTHS (S) Tentukan faktor kekuatan internal
WEAKNESSES (W) Tentukan faktor kelemahan internal
STRATEGI SO
STRATEGI WO
Ciptakan strategi yang menggunakan kekuatan untuk memanfaatkan peluang
Ciptakan strategi yang meminimalkan kelemahan untuk memanfaatkan peluang
STRATEGI ST
STRATEGI WT
Ciptakan strategi yang menggunakan kekuatan untuk mengatasi ancaman
Ciptakan strategi yang meminimalkan kelemahan untuk menghindari ancaman
menggunakan
analisis
SWOT
sebuah
perusahaan
dapat
mengidentifikasi keunggulan kompetitif secara berkelanjutan dengan cara
8
memelihara dan meningkatkan kapabilitas internal yang ada saat ini untuk mempertahankan posisi mereka di pasar ketika berhadapan dengan pesaing.
Penelitian Terdahulu Penelitian mengenai Value Chain sudah banyak dilakukan oleh beberapa peneliti. Berikut merupakan tabel 1.3 data penelitian terdahulu. Tabel 1.3Ringkasan Penelitian Terdahulu No 1.
Peneliti Rahayu (2009)
Judul Analisis Rantai Nilai Susu Segar Dalam Kemasan Siap Minum
2.
Mardian dkk (2012)
Analisis Rantai Nilai (Value Chain) pada Komoditas Lada di Desa Trigadu Kecamatan Galing Kabupaten Sambas
3.
Agni Kusumawati (2013)
Rantai Nilai (Value Chain) Agribisnis Labu di Kecamatan Getasan Kabupaten Semarang
Hasil Penelitian Ada kesenjangan distribusi daya tawar dan nilai tambah setiap operator rantai nilai. Daya tawar dan nilai tambah tertinggi dinikmati oleh perusahaan pengolahan dan perusahaan distribusi. Sedangkan penyedia masukan (peternak sapi perah), pedagang pengumpul dan Koperasi Unit Desa (KUD) sebagai penampung memiliki daya tawar dan nilai tambah kecil. Sejalan dengan itu, perusahaan pengolahan dan perusahaan distribusi menimati keuntungan yang besar pula. Peternak sapi perah, pedagang pengumpil dan Koperasi Unit Desa (KUD) mengalami tekanan ekonomi, sehingga kondisinya miskin. Pelaku yang terlibat dalam rantai nilai komoditas lada yakni penyedia input produksi, petani, pedagang, konsumen, perbankan, koperasi unit desa, balai penyuluh pertanian dan dinas perkebunan. Pendapatan bersih yang diperoleh oleh petani lada sebesar Rp 23.937.613 per 0,8 hektar per tahun. Pada aliran produk untuk pasar domestik marjin pemasaran terbesar didapatkan oleh pedagang pengecer (retail) sebesar Rp. 9.000,- per kilogram, sedangkan aliran produk untuk pasar ekspor marjin pemasaran terbesar didapatkan oleh pedagang kabupaten yakni sebesar Rp. 8.000,- per kilogram. Potensi utama komoditas lada yakni harga jual dan pangsa pasar, sedangkan hambatan utama yaitu kurangnya pengetahuan petani tentang teknik budidaya yang baik dan belum ada teknologi pengolahan. Pengecer yang paling diuntungkan dalam rantai nilai labu. Petani kurang memiliki manfaat dari agribisnis labu. Hal ini karena petani bertindak sebagai price taker. Oleh karena itu perlu memperbaiki rantai agribisnis dalam pertanian labu.
Sumber : Data Primer. 2014 Dari beberapa penelitian dengan menggunakan analisis rantai nilai di atas, maka penulis dapat mengerti masalah-masalah, kelemahan, kekuatan, dan juga strategi pengembangan ke depan supaya lebih berdaya saing lagi.
9
METODE PENELITIAN Satuan Analisis dan Satuan Pengamatan Dalam penelitian ini yang menjadi satuan analisis adalah industri rumah tangga pangan olahan berbasis waluh yang berlokasi di Kecamatan Getasan, Kabupaten Semarang, Jawa Tengah. Sedangkan satuan pengamatan dalam penelitian ini yaitu pelaku rantai nilai, yang terdiri dari petani waluh, pengusaha pangan olahan berbasis waluh, dan distributor produk. Sumber untuk key person dalam indepth interview yaitu : a. Pihak petani : Ibu Poniyem, Bapak Seno b. Pihak bisnis/pengusaha : Ibu Nurdjanah (pemilik usaha IRT Rizky) dan Ibu Nanik Daryanti (pemilik usaha IRT Karuna)
Teknik Pengumpulan Data Data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data primer dan data sekunder. Data primer diperoleh melalui wawancara mendalam(indepth interview) dengan operator rantai nilai yaitu para petani waluh danpengusaha pangan olahan berbasis waluh, dengan panduan pertanyaan terstruktur dan observasi kegiatan rantai nilai usaha IRT pangan olahan berbasis waluh di Kecamatan Getasan untuk mengetahui perilaku operator-operator rantai nilai, yang dimulai dari bahan baku, proses produksi, dan distribusi ke konsumen. Sedangkan data sekunder dalam penelitian ini berasal dari brosur tentang profil dari para pengusaha pangan olahan berbasis waluh, arsip bagian pembelian bahan baku, bagian produksi dan distribusi. Selain itu data sekunder juga diperoleh dari buku, jurnal serta publikasi terkait.
Teknik Analisis Teknik analisis yang digunakan penulis untuk menjawab persoalan penelitian ini adalah teknik analisis kualitatif dengan tipe pendekatan studi kasus, dimana sebuah penelitian yang menghasilkan data deskriptif mengenai suatu
10
objek tertentu dengan melakukan penyelidikan untuk memperoleh fakta-fakta sehingga dapat membuktikan objek yang sedang diamati (Nazir, 2003). Dalam penelitan ini yang ingin dijelaskan dan dikupas lebih lanjut oleh peneliti adalah mengenai rantai nilai IRT pangan olahan berbasis waluh di Kecamatan Getasan, serta strategipengembangan supaya lebih berdaya saing lagi. Berikut tahapan-tahapan dari penelitian : 1) Menggambarkan atau memetakan rantai nilai yang dilalui oleh industri rumah tangga pangan olahan berbasis waluh di Kecamatan Getasan mulai dari asal bahan baku, produksi, dan pemasaran. 2) Menggambarkan fungsi-fungsi dari aktor-aktor yang terlibat dalam nilai tambah. 3) Menganalisa kekuatan, kelemahan, hambatan, dan tantangan (analisis SWOT) dalam satu rantai nilai produk pangan olahan berbasis waluh.
HASIL TEMUAN DAN PEMBAHASAN Gambaran Usaha IRT Pangan Olahan Berbasis Waluh di Kecamatan Getasan Berdasarkan survey pada usaha IRT pangan olahanberbasis waluh di Desa Wates dan Getasan Kecamatan Getasan, maka didapatkan dua usaha pangan olahan berbasis waluh berskala rumah tangga yaitu usaha milik Ibu Nurdjanah dan Ibu Nanik Daryanti yang dijelaskan sebagai berikut : a.
Sejarah Berdirinya Usaha IRT Pangan Olahan Berbasis Waluh di Kecamatan Getasan Desa Getasan, Kecamatan Getasan merupakan penghasil buah waluh
terbanyak di Kabupaten Semarang karena sebagian besar masyarakatnya bermata pencaharian di sektor pertanian dalam arti luas (peternakan, perkebunan, taman pangan dan sayuran termasuk labu kuning/waluh). Waktu tanam waluh sekitar bulan Maret-April dan panen pada bulan Agustus-September. Pada saat panen tiba
11
harga waluh murah yaitu rata-rata Rp 650 per kg. Pada saat itu pemanfaatan buah waluh masih dikonsumsi secara langsung dalam bentuk kolak atau waluh dikukus sebagai makanan kecil. Hal tersebut yang mendorong para pengusaha pangan untuk lebih meningkatkan nilai komoditi dari waluh, sehingga tergerak untuk membuat makanan olahan berbasis waluh. Sejak tahun 1997 Ibu Nurdjanah sudah mulai merintis usaha untuk membuat bermacam-macam produk pangan olahan berbasis waluh diantaranya geplak waluh, stik waluh, emping waluh, gelek waluh, sirup waluh, wingko waluh, pia waluh, kripik waluh, dan egg roll waluh. Namun karena keterbatasan SDM sehingga usaha beliau sepertinya hidup enggan mati tak mau dan hanya mengandalkan pengalaman kemampuan yang selama ini tanpa disadari dengan teknologi yang semakin maju, sedangkan usaha Ibu Nanik Daryanti dimulai sejak tahun 2002 yang diawali dengan mengolah waluh menjadi geplak waluh, maka geplak waluh merupakan inovasi produk pangan olahan pertama yang beliau buat. Pada tahun berikutnya beliau berinovasi mengolah waluh menjadi stik waluh, emping waluh, gelek waluh, sirup waluh, wingko waluh, pia waluh, kripik waluh, dan egg roll waluh. Produk pangan olahan berbasis waluh merupakan inovasi baru yang perlu diperkenalkan kepada pasar/konsumen, berbagai cara beliau tempuh untuk mengenalkan produknya (pembuatan brosur, kartu nama, mengikuti pameran-pameran, membagikan sampel pada event pameran). Perkembangan usaha Ibu Nanik Daryanti sampai sekarang sudah banyak yang ikut membantu mempromosikan olahan waluh dari media tulis/cetak maupun media elektronik. Disamping bersifat bisnis, kedua usaha pangan berbasis waluh ini juga bersifat sosial yaitu dengan menerima tamu-tamu dari luar daerah yang ingin melihat proses pembuatan geplak waluh maupun olahan waluh lainya. Selain itu juga menerima anak didik/mahasiswa yang akan PKL, KKN/KKU dari lembaga pendidikan. Visi usaha IRTpangan olahan berbasis waluh di Kecamatan Getasan, yaitu meningkatkan nilai tambah ekonomi buah waluh melalui pengolahan hasil dengan teknologi sederhana dan tepat guna untuk kesejahteraan. Sedangkan misi usaha IRT pangan olahan berbasis waluh di Kecamatan Getasan, antara lain :
12
Meningkatkan kesejahteraan petani waluh.
Menumbuhkan, mendorong, dan meningkatkan pendapatan UKM dari produk pangan olahan hasil pertanian waluh serta menjadikan wisata kuliner.
b.
Mengangkat produk pangan olahan berbasis waluh sebagai makanan khas.
Sebagai obyek oleh-oleh wisata Kopeng. Sumber Daya Manusia Rata-rata usaha IRT pangan olahan waluh di Kecamatan Getasan
memperkerjakan 1 orang tenaga kerja laki-laki dan 2 orang tenaga kerja perempuan yang memiliki rata-rata pendidikan minimal SMP (Sekolah Menengah Pertama). Tenaga laki-laki dipekerjakan untuk membuat adonan karena memerlukan kekuatan fisik, sedangkan tenaga kerja perempuan dipekerjakan sebagai tenaga memotong adonan, mencetak, sampai mengemas. Tenaga kerja tersebut mendapatkan upah setiap bulannya. Tenaga kerja laki-laki mendapatkan upah sebesar Rp 800.000, sedangkan tenaga kerja perempuan mendapatkan upah sebesar Rp 600.000 per bulan. c.
Jenis Produk dan Kapasitas Produksi Tabel 1.4 Rata-Rata Kapasitas Produksi Per Bulan pada Usaha IRT Pangan Olahan Berbasis Waluh di Kecamatan Getasan No.
Jenis Produk
Kapasitas Produk Perbulan
1.
Geplak Waluh
80 kg/160 bungkus
2.
Stik Waluh
25 kg/100 bungkus
3.
Emping Waluh
25 kg/100 bungkus
4.
Pia Waluh
5.
Gelek Waluh
20 kg/80 bungkus
6.
Kripik Waluh
16 kg/80bungkus
7.
Sirup Waluh
20 botol
8.
Egg roll Waluh
3 kg/24bungkus
9.
Wingko Waluh
200 butir/20bungkus
1600 butir/80 bungkus
Sumber : Data Primer, 2014 Para pengusaha pangan olahan berbasis waluh dapat menghasilkan produk pangan olahan berbasis waluh rata-rata sebanyak 80 kg geplak waluh, 25 kg stik waluh, 25 kg emping waluh, 1600 butir pia waluh, 20 kg gelek waluh, 16 kg 13
kripik waluh, 20 botol sirup waluh, 3 kg egg roll waluh, dan 200 butir wingko waluh setiap bulannya.Omset penjualan rata-rata per bulan dalam memproduksi hasil pangan olahan berbasis waluh diatassebesar Rp 10.200.000 dengan proporsi pembelian terbesarpada produk geplak waluh dengan total pembelian sebesar Rp 2.800.000, yang memiliki prosentase 27.45%, pia waluh sebesar Rp 1.600.000 dengan prosentase 15.69%, stik dan emping waluh sebesar Rp 1.250.000 dengan prosentase 12.25%, gelek dan kripik waluh sebesar Rp 1.200.000 dengan prosentase 11.76%, dan terakhir sirup, egg roll dan wingko waluh memiliki total pembelian hanya Rp 300.000 dengan prosentase Rp 2.94%. Data tersebut menunjukkan bahwa produk geplak waluh mendominasi pembelian produk pangan olahan berbasis waluh terbesar pada tahun 2013.
Gambaran Rantai Nilai Usaha IRT Pangan Olahan Berbasis Waluh di Kecamatan Getasan Pemetaan rantai nilai pelaku usaha di industri rumah tangga pangan olahan berbasis waluh Kecamatan Getasan dapat dijelaskan pada gambar berikut ini:
14
Pengadaan Bahan Baku
Petani Waluh
Produksi
Distribusi
Pengecer produkpangan olahanberbasis waluh : Komplek Wisata Kopeng Tempat Penginapan di Kopeng Balai Diklat Ambarawa Kecamatan Getasan
Usaha IRT Pangan Olahan Berbasis Waluh di Kecamatan Getasan
Konsumsi
Konsumen
Limbah waluh diambil oleh peternak sapi
Dinas Perindustrian, Kesehatan, Koperasi & UMKM
Perbankan
Gambar 1.2Kegiatan Rantai Nilai OlahanBerbasis Waluh pada IRT PanganOlahan Berbasis Waluh di Kecamatan Getasan (Sumber Data Primer, 2014)
Gambar 1.2 menjelaskan bahwa kegiatan rantai nilai usahaIRT pangan olahan berbasis waluh diawali dengan pengadaan bahan baku, produksi, distribusi sampai ke konsumen. Aktor rantai nilai yang terkait dengan usaha IRT pangan olahan berbasis waluh di Kecamatan Getasan yang pertama adalah petani waluh sebagai penyedia bahan baku utama yaitu buah waluh. Pada tahun 2013 jumlah produksi/panen waluh rata-rata mencapai 900 ton. Namun konsumsi masyarakat sekitar, termasuk didalamnya para pengusaha pangan olahan berbasis waluh hanya 30 ton. Jadi hasil panen waluh tidak digunakan secara maksimal dan hanya dipakai untuk pakan ternak saja/dibuang dengan sia-sia. Oleh karena itu para petani waluh di Kecamatan Getasan mempunyai peluang untuk menjalin kerjasama dengan pihak pengusaha dan pengepul diluar daerah. Kedua, usaha IRT pangan olahan berbasis waluh di Kecamatan Getasan yang menggunakan buah waluh sebagai bahan baku utama dalam memproduksi. Bahan baku berupa buah
15
waluh diperoleh langsung dari petani waluh di Kecamatan Getasan. Rata-rata pembelian waluh dilakukan saat panen tiba, yaitu setahun sekali yang mencapai 4 ton sehingga harga yang diperoleh juga lebih murah. Ketiga, pengecerdari produk hasil olahan berbasis waluh yang meliputi komplek wisata dan penginapan Kopeng, serta Balai diklat Ambarawa. Selain itu usaha IRT pangan olahan berbasis waluh juga menjual hasil produk-produknya langsung ke konsumen.
Analisis Rantai Nilai 1. Aktivitas Primer a. Logistik Kedalam Aktivitas yang berhubungan dengan penerimaan, penyimpanan, penyebaran input pada produk (seperti: penanganan bahan baku, gudang dan kontrol persediaan).UsahaIRT pangan olahan berbasiswaluh di Kecamatan Getasan bekerjasama dengan petani didaerah Getasan dan sekitarnya dalam memperoleh bahan baku berupa buah waluh karena sebagian besar mata pencahariannya di sektor pertanian, salah satunya menanam waluh yang dilakukan secara tumpangsari dengan tanaman tembakau. Penanaman waluh dilakukan setiap satu tahun sekali, jadi setiap panen petani di daerah Getasan dapat menghasilkan rata-rata 900 ton. Lama hubungan petani waluh (pemasok) dengan para pengusaha pangan olahan berbasis waluh sudah berjalan lama, rata-rata sekitar 14 tahun. Sedangkan sistem pembayaran untuk pembelian bahan baku juga dilakukan dengan menggunakan sistem cash. Dengan kata lain terima barang, uang juga langsung diberikan. Hal ini akan berdampak pada pemasok yang loyal kepada para pengusaha pangan olahan berbasis waluh dan mendapatkan bahan baku yang berkualitas. Harga bahan baku waluh pada saat panenmurah yaitu rata-rata Rp 650 per kg. Persediaan waluh digudang tidak pernah kosong karena pada saat panen waluh, para pengusaha pangan olahan berbasiswaluh membelinyadalam jumlah yang sangat besar yaitu rata-rata mencapai 4 ton.Dalam aktivitas
16
pengadaan bahan baku, pemilik berperan dalam pencatatan dan pembayaran pengadaan bahan baku karena dinilai mampu mengerjakan kegiatan tersebut dengan teliti. Bahan baku yang telah sampai di gudang penyimpanan akan dipilah lagi oleh pemilik untuk mengetahui kualitas buah waluh yang baik dan buruk sebelum diolah menjadi produk jadi. Buah waluh yang mempunyai kualitas buruk, maka akan dikirim ke bagian operasi untuk diproses terlebih dahulu. Sedangkan buah waluh yang mempunyai kualitas baik, maka akan diolah pada hari selanjutnya karena masa simpannya lebih tahan lama daripada waluh yang mempunyai kualitas buruk. Jika akan diproses maka bahan baku akan dikirim kebagian operasi secara manual oleh tenaga kerja.Selain itu dalam IRT ini, pemilik belum melakukan pengelompokkan bahan
baku
yang
ideal
untuk
menghasilkan
produk
akhir
yang
berkualitassehingga dapat menjadi pembedadengan produk pesaing. Berdasarkan analisis diatas para pelaku bisnis dalam rantai nilai memiliki nilai tambah bagi usahaIRT pangan olahan berbasiswaluh di Kecamatan
Getasan,
sehingga
pemilik
diharapkan
mampu
untuk
mempertahankan hubungan antar pelaku bisnis yang ada termasuk dengan pemasok, sehingga pemasok dan pemilik usaha pangan olahan berbasiswaluh saling menguntungkan. Selain itu hasil panen waluh tidak digunakan secara maksimal dan hanya dipakai untuk pakan ternak saja/dibuang dengan sia-sia. Oleh karena itu para petani waluh di Kecamatan Getasan mempunyai peluang untuk menjalin kerjasama dengan pihak pengusaha dan pengepul diluar daerah. b. Operasi Aktivitas produksi berhubungan dengan pengolahan bahan baku menjadi produk akhir.Waluh yang dibeli oleh para pengusaha olahan berbasiswaluh diproses lebih lanjut dan digunakan untuk bisnis. Dalam melakukan proses produksi, dibutuhkan beberapa bahan baku tambahan selain bahan baku utama. Bahan tambahan yang digunakan berbeda-beda dalam
17
memproduksi produk pangan olahan berbasiswaluh tergantung pada jenis produk yang dibuat, dapat dijelaskan dalam tabel sebagai berikut: Tabel 1.5 Produk yang Dihasilkan dan Bahan-Bahan yang Dibutuhkan dalam Memproduksi Produk Pangan Olahan BerbasisWaluh pada UsahaIRT Pangan Olahan Berbasis Waluh di Kecamatan Getasan Produk yang dihasilkan
Bahan-bahan
Geplak Waluh
Waluh, kelapa, gula pasir
Stik Waluh
Waluh. Terigu, telur, margarine, bawang, garam
Emping Waluh
Waluh, terigu, telur, margarine, bawang, garam
Pia Waluh
Waluh, kelapa, gula pasir, terigu, telur
Gelek Waluh
Waluh, terigu mentega, gula pasir, wijen
Kripik Waluh
Waluh
Sirup Waluh
Ekstrak air waluh, gula pasir, rempah-rempah (cengkih, kayu manis, sereh, pandan)
Egg Roll Waluh
Waluh, telur, gula pasir, susu cream
Wingko Waluh
Waluh, kelapa, gula pasir, tepung ketan, telur
Sumber : Data Primer, 2014 Untuk melakukan proses produksi diatas, para pengusaha pangan olahan berbasis waluh tidak memiliki hambatan terkait dengan bahan baku karena melimpahnya bahan baku terutama buah waluh di Kecamatan Getasan. Namun pada saat memproduksi produk pangan olahan berbasis waluh tidak diterapkan SOP (Standar Operating System) yang jelas sehingga mutu produk yang kurang terjamin. Dalam proses produksi pada usaha IRT pangan olahan berbasiswaluh di Kecamatan Getasan rata-rata memperkerjakan 3 tenaga kerja yang diambil dari penduduk sekitar, terdiri dari 1 tenaga kerja laki-laki dan 2 tenaga kerja perempuan. Aktivitas pembuatan adonan dan pemasakan dalam kompor gas dikerjakan oleh laki-laki, karena memerlukan aktivitas fisik yang lebih banyak. Sedangkan tenaga kerja perempuan berperan dalam mempersiapkan bahan-bahan dan bumbu-bumbu yang akan diproses menjadi produk akhir, karena
dianggap
memiliki
kemampuan
memasak
yang
lebih
baik
dibandingkan laki-laki. Aktivitas memotong adonan, mencetak, sampai
18
mengemas dikerjakan oleh perempuan, karena memerlukan pengerjaan yang rapi dan teliti. Dalam melakukan proses produksi, terdapat limbah yang berupa kulit dan ampas waluh, yang diambil oleh peternak sapi secara cuma-cuma. Sehingga para pengusaha pangan olahan berbasiswaluh tidak membuang limbah yang menyebabkan pencemaran lingkungan sekitar. Adapun hambatan yang dialami oleh usaha IRT pangan olahan berbasis waluh yaitu dalam pembuatan geplak waluh karena alat yang digunakan masih sederhanasehingga dalam memproduksi olahan waluh kurang maksimal dan kehigienisan produk kurang terjamin. c. Logistik Keluar Aktivitas
logistik
pendistribusianproduk.Setelah
keluar proses
produksi
berhubungan selesai,
hasilnya
dengan tidak
disimpanterlebih dahulu terutama untuk geplak waluh dan pia waluh karena umur simpannya hanya bertahan 6 hari. Sedangkan untuk produk-produk kering, misal stik. emping gelek, kripik, egg roll waluh umur simpannya bertaha hingga 65 hari. Jadi stok penyimpanannya cukup banyak. IRT pangan olahan berbasis waluh dalam menjalankan usahanya hanya menggunakan sistem pendistribusian produk pagan hasil olahan waluh dengan saluran distribusi yaitu mendistribusikan produknya ke komplek wisata dan tempat penginapan yang berada di Kopeng serta Balai Diklat Ambarawa. Selain itu mereka juga menjual hasil produksinya di rumah produksi. Dalam menyalurkan produkpangan hasil olahan berbasis waluh ke pemesan, usaha IRT pangan olahan berbasis waluh memiliki alat transportasi sendiri berupa mobil pribadi dan sepeda motor. Usaha IRT pangan olahan berbasis waluh dalam menjalankan distribusinya kepada pemesan mempertimbangkan hal-hal seperti pengiriman barang dalam kota, dikirim menggunakan transportasi sendiri atau pengecer dapat mengambil sendiri ke rumah produksi usahaIRT pangan olahan berbasis
19
waluh. Sedangkan pendistribusian produk pangan hasil olahan berbasis waluh keluar kota atau daerah sarana transportasi menggunakan jasa distribusi dan ongkos kirim ditanggung oleh pembeli. Jalur distribusi yang digunakan oleh usaha IRT pangan olahan berbasis waluh di Kecamatan Getasan adalah saluran distribusi dua tingkat (Basuswasta, 1986). Dimulai dari produsen yaitu Ibu Nurdjanahdan Ibu Nanik Daryanti kemudian kepihak pengecer seperti komplek wisata dan tempat penginapan yang berada di Kopeng, Balai Diklat Ambarawa serta di daerah Kecamatan Getasan sendiri kemudian ke konsumen. Produk-produk yang dihasilkan oleh usaha IRT pangan olahan berbasiswaluh di Kecamatan Getasan antara lain geplak waluh, pia waluh, egg roll waluh, wingko waluh, sirup waluh, emping waluh, stik waluh, gelek waluh, dan kripik waluh. Banyak produk yang dihasilkan oleh usaha IRT pangan olahan berbasiswaluh di Kecamatan Getasan merupakan salah satu strategi untuk memenuhi keinginan konsumen. Penjualan produk pangan hasil olahan berbasis waluh padaIRT pangan olahan berbasis waluh di Kecamatan Getasan dapat digambarkan sebagai berikut : Komplek Wisata Kopeng Tempat-Tempat Penginapan di Kopeng
34%
35%
Balai Diklat Ambarawa 14%
Kecamatan Getasan
17%
Gambar 1.3Penjualan Produk Pangan Olahan Berbasis Waluh pada IRT Pangan Olahan Berbasis Waluh di Kecamatan Getasan (Sumber Data Primer, 2014) Gambar
diatas
menjelaskan
bahwa
penjualan
produk
hasil
olahanberbasis waluh di Kecamatan Getasan dan komplek wisata Kopeng
20
memiliki prosentase terbesar karena meningkatnya wisata di daerah KopengSalatiga yaitu sebesar 35% dan 34%. Perusahaan yang melakukan pembelian hasil olahan berbasis waluh terendah yaitu tempat penginapan yang berada di Kopeng dan Balai Diklat Ambarawa (17% dan 14%). Usaha IRT pangan olahan berbasiswaluh hanya bersedia menjual produknya secara tunai melalui transfer melalui bank atau langsung, karena mereka tidak ingin berspekulasi dengan resiko piutang tidak tertagih. d. Pemasaran dan Penjualan Usaha IRT pangan olahan berbasiswaluh di Kecamatan Getasan dalam melakukan usaha pemasaran dan penjualan produk pangan hasil olahan berbasiswaluh menggunakan media promosi, yaitu : a) Mengikuti pameran b) Mengikuti lomba c) Menerima kunjungan tamu d) Menerima KKN, KKU, PKL e) Media cetak (koran, tabloid) f) Media elektronik (radio, tv lokal, tv nasional) g) Internet (blog, email, facebook) Pemasaran, penjualan, dan penerimaan pesanan pada usaha IRT pangan olahan berbasiswaluh di Kecamatan Getasan dilakukan oleh pemilik. Dalam tugasnya pemilik memiliki tanggung jawab memenuhi permintaan dari para pelanggan dan selalu berkoordinasi dengan bagian produksi yaitu tenaga kerja untuk dapat memenuhi kebutuhan permintaan. Jadi, tenaga kerja dipekerjakan hanya untuk melakukan produksi. Setiap kemasan dari produk-produk yang dihasilkan oleh usaha IRT pangan olahan berbasis waluh sesuai dengan standard yaitu produk yang mempunyai kemasan baik, volume pas, dan memiliki tanggal kadaluwarsa.
21
Agar konsumen mudah mengenali dan mendapatkan produk yang bersangkutan, para pengusaha pangan olahan berbasis waluh menggunakan merek dagang sebagai berikut: a) IRT Rizky : “RIZKY” b) IRT Karuna : “BU NANIK” Penggunaan merek dagang ini agar produk dapat dibedakan dengan produk sejenis. Selain itu produk dengan merek dagang akan lebih nyaman digunakan oleh konsumen, karena telah teruji kualitasnya. Selain itu banyak produk pesaing yang menggunakan bahan baku sama. Produk-produk yang dihasilkan oleh usaha IRT pangan olahan berbasis waluh sudah berbadan hukum. Hal ini ditunjukkan dengan sudah didapatkan sertifikat halal dari majelis ulama Indonesia (MUI), sertifikasi produksi pangan industri rumah tangga (SPP-IRT), dan telah mendapatkan surat ijin usaha perdagangan (SIUP) dari dinas perindustrian, perdagangan, dan penanaman modal. Usaha IRT pangan olahan berbasis waluh berupaya memperluas segmen pasar ke pasar modern dan luar daerah karena variasi produk sudah dilakukan. Namun para pemilik usaha IRT pangan olahan berbasis waluh mempunyai pekerjaan tetap dan tidak bisa ditinggalkan, maka usaha tersebut tidak bisa berkembang untuk masuk kedalam pasar modern. Selain itu usaha IRT pangan olahan berbasiswaluh memberikan potongan harga sesuai dengan kuantitas yang dibeli agar pelanggan (pengecer) atau pembeli membeli dalam jumlah yang besar. e. Pelayanan Pelayanan
yang
dilakukan
oleh
usaha
IRT
pangan
olahan
berbasiswaluh untuk memberikan kepuasan tersendiri bagi para pelanggan atau pengecer dengan memberikan pelayanan yang sebaik-baiknya kepada pembeli dalam bentuk ramah tamah seperti makan bersama dalam komunikasi yang terjalin dengan baik. Dampak yang timbul dari pelayanan tersebut sampai saat ini hubungan antara usaha IRT pangan olahan berbasiswaluh di
22
Kecamatan Getasan dan pelanggan (pengecer) atau pembeli masih terjalin dengan baik.
2. Aktivitas Pendukung a. Pengembangan Teknologi Teknologi yang digunakan oleh usaha IRT pangan olahan berbasis waluh di Kecamatan Getasan masih manual/sederhana, terutama dalam pembuatan geplak waluhsehingga membutuhkan fisik yang lebih kuat yaitu tenaga
kerja
laki-lakiuntuk
mengaduk
adonan
hingga
matang.Jika
mengandalkan tenaga kerja laki-laki, belum tentu mereka akan bekerja di IRT ini selamanya. Oleh karena itu dibutuhkan alat modern yang tidak membutuhkan tenaga kerja laki-laki untuk melakukan proses tersebut. b. Manajemen Sumber Daya Manusia Usaha IRT pangan olahan berbasiswaluh di Kecamatan Getasan ratarata memperkerjakan 3 tenaga kerja yang diambil dari penduduk sekitar, terdiri dari 1 tenaga kerja laki-laki dan 2 tenaga kerja perempuan yang memiliki rata-rata pendidikan minimal SMP (Sekolah Menengah Pertama) sehingga kemampuan tenaga kerja yang kurang terampil. Tenaga laki-laki dipekerjakan untuk membuat adonan karena memerlukan kekuatan fisik, sedangkan tenaga kerja perempuan dipekerjakan sebagai tenaga memotong adonan, mencetak, sampai mengemas karena dianggap memiliki kemampuan memasak yang lebih baik dibandingkan lakilaki. Tenaga kerja tersebut mendapat upah yang dibayarkan setiap awal bulan di minggu pertama. Tenaga kerja laki-laki mendapatkan upah sebesar Rp 800.000, sedangkan tenaga kerja perempuan mendapatkan upah sebesar Rp 600.000 per bulan. c. Infrastruktur Perusahaan Usaha IRT pangan olahan berbasis waluh di Kecamatan Getasan belum mempunyai lokasi khusus untuk memproduksi hasil produk pangan
23
olahan berbasis waluh. Lokasi yang digunakan untuk memproduksi hasil produk pangan olahan berbasis waluh masih bercampur dengan rumah tangga (dapur pribadi). Hal ini berakibat pada berkurangnya mutu dan kehigienisan dari produk yang dihasilkan. Dalam pembelian bahan baku sampai dengan penjualan produk dilakukan sendiri oleh pemilik usaha IRT pangan olahan berbasis waluh karena dianggap masih bisa dilakukan sendiri. Adapun, dalam hal manajemen keuangan belum tertata dengan baik karena antara uang perusahaan dengan uang pribadi masih bercampur. Aliran dukungan dan pengawasan diperoleh dari instansi pemerintah. Instansi pemerintah terkait seperti dinas kesehatan, dinas koperasi dan UKM dan dinas perindustrian serta perbankan. Aliran dukungan dan pengawasan dinas kesehatan memberikan penyuluhan keamanan pangan dalam rangka sertifikasi produksi pangan industri rumah tangga (SPP-IRT), sudah mendapatkan sertifikat halal dari majelis ulama Indonesia (MUI), dan telah mendapatkan surat ijin usaha perdagangan (SIUP) dari dinas perindustrian, perdagangan, dan penanaman modal. Sentra usaha ini juga telah tercatat di Departemen Perindustiran R.I sebagai penghasil produk pangan olahan berbasiswaluh dengan memberikan semua produk untuk diuji laboratorium dan melaporkan hasil sampel produk kepada badan pengawasan obat dan makanan Republik Indonesia oleh perusahaan setiap satu tahun sekali. Selain itu bantuan pemerintah melalui dinas koperasi dan UKM serta dinas perindustrian sudah pernah diterima oleh IRT pangan olahan berbasiswaluh di Kecamatan Getasan. Bantuan tersebut berupa pameran, alat oven, dan pemotong. Kemudian adanya kerjasama dari perbankan, yaitu dengan Bank Mandiri dan Bank Rakyat Indonesia cabang Salatiga dalam hal proses transfer, pameran, dan pinjaman modal. Namun sayangnya dinas pariwisata di daerah Kopeng-Getasan belum menyalurkan bantuannya secara maksimal untuk meningkatkan usaha IRT pangan olahan berbasiswaluh agar
24
usaha tersebut semakin berkembang, misal dengan dibukanya agro wisata olahan berbasis waluh, sehingga pendapatan penduduk sekitar meningkat.
Kekuatan dan Kelemahan dari Analisis Rantai Nilai Usaha IRT Pangan Olahan Berbasis Waluh di Kecamatan Getasan Berikut ini adalah gambaran kekuatan dan kelemahan dari analisis rantai nilai pada usaha IRT pangan olahan berbasis waluh (tabel 1.6). Tabel 1.6 Kekuatan dan Kelemahan dari Analisis Rantai Nilai pada Usaha IRT Pangan Olahan Berbasis Waluh di Kecamatan Getasan No. 1
Aktivitas Primer
a.
Logistik Kedalam
Kekuatan Semua kegiatan dalam logistik kedalam dapat diawasi sepenuhnya oleh pemilik
b.
Operasi
c.
Logistik Keluar
2
Sekunder
Pembagian kerja dalam proses produksi sudah sesuai dengan kekuatan fisik masing-masing antara pekerja laki-laki dan perempuan Tidak ada limbah yang terbuang Produk sudah memiliki merek dagang dan berbadan hukum Sudah memiliki tujuan pasti dalam hal pendistribusian produk hasil olahan waluh (langganan pasti) Banyaknya varian hasil olahan waluh
Kelemahan Tidak adannya struktur organisasi yang jelas Belum melakukan pengelompokkan bahan baku yang berkualitas Tidak ada SOP (Standard Operating System) Peralatan yang digunakan masih sederhana
Pendistribusian tidak dilakukan sepenuhnya oleh pemilik
Produk yang dihasilkan belum masuk ke pasar modern Timbulnya pengeluaran yang berlebih/pemborosan
d.
Pemasaran dan Penjualan
e.
Pelayanan
Adanya hubungan yang baik antara pemilik dengan konsumen
a.
Pengembangan Teknologi
Belum mengadopsi teknologi produksi
b.
Manajemen Sumber Daya Manusia
c.
Infrastruktur
Menghasilkan kualitas rasa yang lebih baik daripada dengan menggunakan teknologi modern Sudah menerapkan job description kepada pekerja sesuai dengan kemampuan fisik mereka Sudah lengkapnya prasyarat
Rata-rata kemampuan tenaga kerja yang kurang terampil Lokasi produksi
25
Perusahaan
dalam memproduksi hasil olahan waluh
masih campur dengan dapur rumah tangga Sistem manajemen yang rendah
Sumber : Data Primer, 2014
Analisis Nilai Tambah Berdasarkan hasil analisis data, nilai tambah terbesar diperoleh usaha IRT pangan olahan berbasiswaluh sebesar 55.91%, sedangkan pengecer memperoleh nilai sebesar 42.10%. Nilai tambah terkecil dalam aktor rantai nilai ada pada petani waluh dengan nilai hanya 1.99%. Hal ini menunjukkan bahwa distribusi pendapatan antar pelaku rantai nilai tidak merata. Usaha IRT pangan olahan berbasiswaluh bisa memperoleh nilai tambah paling besar karena perannya sebagai produsen olahan waluh.
Strategi Pengembangan Berdasarkan Analisis SWOTOperator Rantai Nilai Berdasarkan identifikasi aspek-aspek kekuatan, kelemahan, tantangan dan peluang pada operator rantai pengusaha pangan olahan berbasiswaluh sebagai pelaku utama serta adanya aktor pendukung dalam rantai nilai, dapat disimpulkan rangkuman tabel dibawah.
26
Tabel 1.7 Matrik Analisis SWOT UsahaIRT Pangan Olahan Berbasis Waluh di Kecamatan Getasan (Sumber Data Primer, 2014) Eksternal
Oportunity (O)
Threats (T)
Internal
Bahan baku waluh mudah diperoleh Masih dapat melebarkan pemasaran keluar daerah Akses kepasar modern Meningkatnya wisata di daerah Kopeng-Salatiga Ada pihak bank yang memberi pinjaman
Persaingan diantara perusahaan sejenis dari luar Perkembangan teknologi produksi Variasi produk pesaing
Strength (S)
Strategi (SO)
Strategi (ST)
Hubungan dengan pemasok bahan baku sudah terjalin lama Tidak ada limbah yang terbuang Sudah memiliki merek dagang dan berbadan hukum Ketersediaan modal
Akses ke pasar modern dapat difasilitasi dengan sudah adanya merek dagang, berbadan hukum Mengoptimalkan pinjaman dari UMKM yang telah disediakan pemerintah
Meningkatkan standar kualitas produksi, sehingga dapat bersaing dengan pesaing dari luar daerah Melakukan studi banding ke tempat produksi olahan pangan yang lebih maju untuk mendapatkan pengetahuan teknologi yang digunakan Menambah variasi olahan waluh
Weakness (W)
Strategi (WO)
Strategi (WT)
Tidak ada SOP (Standard Operating System) Belum melakukan pengelompokkan bahan baku yang berkualitas Belum memiliki banyak distributor dan konsumen sebagai pelanggan Melakukan proses produksi secara tradisional, seperti pengadukan pembuatan geplak masih manual Rata-rata kemampuan tenaga kerja yang kurang terampil Lokasi produksi masih campur dengan dapur rumah tangga Sistem manajemen rendah
Menjalin kerjasama dengan pihakpihak travel dan dinas pariwisata Inovasi penggunaan mesin pengaduk Melakukan pelatihan kepada tenaga kerja agar mempunyai keterampilan dan pengetahuan lebih luas
Memperbaiki sistem manajemen Membuat produk melalui standarisasi agar memberikan ciri khas diantara produk-produk pesaing lainnya
Tabel 1.7 di atas menggambarkan bagaimana peluang dan ancaman eksternal yang dihadapi oleh usaha IRT pangan olahan berbasiswaluh di Kecamatan Getasan dapat disesuaikan dengan kekuatan dan kelemahan yang dimilikinnya. Berikut penjelasan dari masing-masing strategi SO, WO, ST, dan WT.
27
a.
Strategi SO Kekuatan yang dimiliki usaha IRT pangan olahan berbasiswaluh di
Kecamatan Getasan berupa hubungan dengan pemasok bahan baku sudah lama, sehingga terjalin hubungan yang sangat baik antar kedua belah pihak. Adanya merek dagang dan sudah berbadan hukum, maka dapat dimanfaatkan untuk mengambil kesempatan akses ke pasar modern yang membutuhkan kualitas yang terkontrol dengan mengoptimalkan pinjaman dari UMKM yang telah disediakan pemerintah. Jika hal ini bisa dilakukan secara berkelanjutan, maka dapat meningkatkan daya saing untuk usaha IRT pangan olahan berbasiswaluh. b.
Strategi ST Ancaman adanya persaingan diantara perusahaan sejenis dari luar dapat
diantisipasi dengan peningkatan standar kualitas produksi, sehingga dapat bersaing dengan pesaing sejenis dari luar. Adapun ancaman berupa perkembangan teknologi produksi dan variasi produk dari pesaing dapat diantisipasi dengan melakukan studi banding ke tempat produksi olahan pangan yang lebih maju untuk mendapatkan pengetahuan teknologi yang digunakan dan menambah variasi pilihan bagi konsumen. c. Strategi WO Kelemahan belum memiliki banyak distributor dan konsumen sebagai pelanggan, maka dapat diantisipasi dengan menangkap peluang yang ada yaitu meningkatnya wisata di daerah Kopeng-Salatiga. Strategi yag diterapkan yaitu denganmenjalin kerjasama dengan pihak-pihak travel dan dinas pariwisata. Adapun proses produksi yang masih tradisional dapat diantisipasi dengan melakukan inovasi penggunaan mesin pengaduksehingga hasilnya bisa lebih optimal. Rata-rata kemampuan tenaga kerja yang kurang terampil dikarenakan latar belakang pendidikan hanya setara menengah pertama sehingga dapat difasilitasi denganmelakukan pelatihan kepada tenaga kerja agar mempunyai keterampilan dan pengetahuan yang lebih luas.
28
d.
Strategi WT Kelemahan dari sistem manajemen yang kurang baik seperti sulit
mengontrol kinerja dari setiap karyawan, kepercayaan yang kurang antara pemilik kepada tenaga kerja, sistem keuangan yang masih bercampur dengan uang pribadi dan
hasil
output
dapat
diantisipasi
dengan
memperbaiki
manajemen
kualitasperusahaan yaitu dengan cara memberikan pelatihan khusus bagi karyawan mengenai proses produksi pangan olahan waluh dengan standard dan kualitas yang baik, melakukan pembukuan secara tertulis mengenai keuangan perusahaan dan harus ada job discriptionyang jelas antara pemilik dan tenaga kerja sehingga mampu menciptakan produk yang berkualitas dan sistem manajemen perusahaan yang tertata dengan rapi. Adapun kelemahan belum adanya SOP (Standard Operating System), pengelompokkan bahan baku yang berkualitas belum dilakukan, danlokasi produksi yang masih bercampur dengan rumah tinggal (dapur pribadi) dapat diantisipasi dengan membuat produk melalui standarisasi agar memberikan ciri khas diantara produk-produk pesaing lainnya.
Pembahasan Berdasarkan survey pada usaha IRT pangan olahanberbasiswaluh di Desa Wates dan Getasan Kecamatan Getasan, maka didapatkan dua usaha pangan olahan berbasis waluh yaitu usaha milik Ibu Nurdjanah dan Ibu Nanik Daryanti. Usaha pangan olahan berbasis waluh milik Ibu Nurdjanah berdiri sejak tahun 1997, sedangkan usaha milik Ibu Nanik Daryanti berdiri sejak tahun 2002. Kedua usaha ini membuat bermacam-macam produk pangan olahan berbasiswaluh diantaranya geplak waluh, stik waluh, emping waluh, gelek waluh, sirup waluh, wingko waluh, pia waluh, kripik waluh, dan egg roll waluh. Rata-rata usaha pangan olahan berbasiswaluh di Kecamatan Getasan memperkerjakan 2 orang tenaga kerja laki-laki dan 3 orang tenaga kerja perempuan yang memiliki rata-rata pendidikan minimal SMP (Sekolah Menengah Pertama). Tenaga laki-laki dipekerjakan untuk membuat adonan karena memerlukan kekuatan fisik, sedangkan tenaga kerja perempuan dipekerjakan sebagai tenaga memotong adonan, mencetak, sampai mengemas.
29
Aktor rantai nilai yang terkait dengan usaha IRT pangan olahan berbasis waluh di Kecamatan Getasan adalah petani waluh sebagai penyedia bahan baku utama yaitu buah waluh, distributor produk hasil olahan waluh yang meliputi komplek wisata dan tempat penginapan yang berada di Kopeng, Balai diklat Ambarawa,. Selain itu usaha IRT pangan olahan berbasis waluh juga menjual hasil produk-produknya langsung ke konsumen. Dari strategi analisis lingkungan diatas menunjukkan bahwa ada strategii pengembangan
dalam
penciptaan
daya
saing
pada
IRTpangan
olahan
berbasiswaluh di Kecamatan Getasan, yaitu (1)mengakses produk ke pasar modern yang telah difasilitasi merek dagang dan sudah berbadan hukum,(2) mengoptimalkan
pinjaman
dari
UMKM
yang
telah
disediakan
pemerintah,(3)meningkatkan standar kualitas produksi, sehingga dapat bersaing dengan pesaing dari luar daerah, (4) melakukan studi banding ke tempat produksi olahan pangan yang lebih maju untuk mendapatkan pengetahuan teknologi yang digunakan,(5) menambah variasi olahan waluh,(6)menjalin kerjasama dengan pihak-pihak travel dan dinas pariwisata, (7) inovasi penggunaan mesin pengaduk, (9) melakukan pelatihan kepada tenaga kerja agar mempunyai ketrampilan dan pengetahuan lebih luas, (10) memperbaiki sistem manajemen organisasi, tenaga kerja dan keuangan,(11)membuat produk melalui standarisasi agar memberikan ciri khas diantara produk-produk pesaing lainnya.
PENUTUP Kesimpulan Aktor rantai nilai yang terkait dengan usaha IRT pangan olahan berbasis waluh di Kecamatan Getasan adalah petani waluh sebagai penyedia bahan baku waluh dan pengecerwaluh olahan (Komplek Wisata Kopeng, tempat penginapan di Kopeng, dan Balai Diklat Ambarawa. Usaha IRT pangan olahan berbasis waluh di Kecamatan Getasan mempunyai distribusi nilai tambah tertinggi (55.91%) dibandingkan dengan operator rantai nilai yang lain seperti pengecer (komplek wisata dan tempat penginapan di Kopeng, Balai Diklat Ambarawa) rata-rata
30
hanya memiliki nilai tambah sebesar (42.10%), sedangkan nilai tambah terendah ada pada petani waluh dengan nilai hanya 1.99%. Strategi pengembangan usaha IRT pangan olahan berbasis waluh di Kecamatan Getasan dapat dilakukan dengan cara sebagai berikut: 1. Mengakses produk ke pasar modern yang telah difasilitasi merek dagang dan sudah berbadan hukum, serta mengoptimalkan pinjaman dari UMKM yang telah disediakan pemerintah. 2. Meningkatkan standar kualitas produksi, sehingga dapat bersaing dengan pesaing dari luar daerah, melakukan studi banding ke tempat produksi olahan pangan yang lebih maju untuk mendapatkan pengetahuan teknologi yang digunakan, dan menambah variasi pilihan bagi konsumen. 3. Menjalin kerjasama dengan pihak-pihak travel dan dinas pariwisata, sehingga banyak pengujung yang datang dan membeli produk olahan waluh sebagai oleh-oleh, inovasi penggunaan mesin pengaduk, serta melakukan pelatihan kepada tenaga kerja agar mempunyai ketrampilan dan pengetahuan lebih luas. 4. Memperbaiki sistem manajemen organisasi dengan membuat SOP (Standard Operating System) secara tertulis, memisahkan antara keuangan pribadi dan perusahaan, serta membuat produk melalui standarisasi agar memberikan ciri khas diantara produk-produk pesaing lainnya. Implikasi, Keterbatasan dan Saran Strategi yang ditempuh petani untuk menjadikan waluh sebagai komponen diversifikasi pangan dengan menaikan citra pangan waluh menjadi olahan pangan yang bernilai tinggi dengan menggunakan kualitas unggulan. Maka dari itu, petani waluh memperoleh insentif dari harga jual secara berkelanjutan, harga jual yang baik ditingkat petani dapat menjamin ketersediaan waluh di pasaran. Pengusaha dituntut untuk mampu bersaing meningkatkan citra pangan dalam dunia bisnis, sehingga tanaman waluh menjadi komoditas utama yang dapat meningkatkan permintaan maupun produksi di pasaran dan perlu menentukan kriteria bahan baku yang ideal untuk masing-masing produk untuk menghasilkan produk akhir yang berkualitas. Pemerintah harus berpartisipatif dalam memberikan hak cipta
31
atas produk pangan olahan berbasiswaluh yang sudah terbentuk. Selain itu pemerintah bisa mengemban industri rumah tangga pangan olahan berbasis waluh agar lebih memiliki nilai tambah. Adapun keterbatasan dalam melakukan penelitian ini adalah: (1) Penelitian ini masih dilakukan pada satu kecamatan sehingga tidak dapat membandingkan rantai nilai pada komoditi lainnya, (2)Pada penelitian analisis SWOT untuk mengetahui strategi daya saing tidak dilengkapi dengan analisis bobot dan skor. Penelitian ini memiliki beberapa keterbatasan sehingga diharapkan pada penelitian selanjutnya dapat menjadi lebih baik. Adapun saran untuk perbaikan di masa yang akan datang yaitu : (1) Pada penelitian selanjutnya diharapkan menggunakan industri rumah tangga pangan olahan berbasis waluh di daerah lain, sehingga dapat memberikan perbandingan rantai nilai pada komoditi yang sama. (2) Pada penelitian analisis SWOT perlu dilengkapi analisis bobot dan skor untuk masing-masing operator rantai nilai.
32
DAFTAR PUSTAKA
Departemen Pendidikan dan Kebudayaan. 1996. Kamus Besar Bahasa Indonesia. Edisi kedua. Jakarta: Balai Pustaka Firdaus, Muhammad, (2008), Manajemen agribisnis, Bumi Aksara, Jakarta http://eprints.undip.ac.id/40146/1/KUSUMAWATI.pdf Ihalauw, John J. O. I (2004). Bangunan Teori, Satya Wacana Christian University Press, Salatiga. Jurnal.untan.ac.id/index.php/jspp/article/view/2430 Kasryono, F., M. Gunawan, dan C. A. Rasahan 1993. Strategi Diversifikasi Produksi Pangan. Prisma, No. 5. Tahun XXII. LP3ES, Jakarta Lambert, Cooper dan Pagd, 2001 Issues in Supply Chain Management. IndustrialMarketing Management 29, pp. 65-83 Nazir, Mohammad, 2003, “Metode penelitan”, Ghalia Indonesia. Jakarta. Porter, 1994. Keunggulan Bersaing. Bina Rupa Aksara. Jakarta Rahayu. 2009. Analissi Rantai Nilai Susu Segar Dalam Kemasan Gelas Siap Minum Rangkuti, Fredy, (2002), Analisis SWOT: Teknik Membedah Kasus Bisnis, Gramedia Pustaka Utama, Jakarta Slamet. 2014. Profile Geplak Waluh Nyukupi Butuh. Semarang Said, Gumbira dan A.H. Intan, 2004. Manajemen Agribisnis. Jakarta: PT Ghalia Indonesia
33
DAFTAR RIWAYAT HIDUP
Nama Lengkap
:
Ayu Purnama Kusumaningrum
NIM
:
212010055
Tempat/Tanggal Lahir :
Kabupaten Semarang, 14 Desember 1992
Alamat
Dsn. Gumuk Rt.02 Rw.01 Ds. Regunung, Kec.
:
Tengaran Kab. Semarang Jenis Kelamin
:
Perempuan
Status
:
Belum Menikah
Agama
:
Islam
Judul Skripsi
:
Strategi Pengembangan Industri Rumah Tangga Pangan
Olahan
Berbasis
Waluh
Dengan
Menggunakan Pendekatan Rantai Nilai (Studi Pada Pengusaha Pangan Olahan Berbasis Waluh di Kecamatan Getasan)
A. Keluarga Nama Ayah
:
Esti Purwanto
Pekerjaan
:
TNI-AD
Asal Ayah
:
Dsn. Gumuk Rt.02 Rw.01 Ds. Regunung, Kec. Tengaran Kab. Semarang
Nama Ibu
:
Status dalam keluarga :
Kusdiyati, SE Anak kedua dari dua bersaudara
34
B. Riwayat Pendidikan TK
:
TK Marsudi Utami Klero
(1996-1998)
SD
:
SD N 01 Klero
(1998-2004)
SMP
:
SMP N 01 Tengaran
(2004-2007)
SMA
:
SMA N 01 Tengaran
(2007-2010)
PT
:
FEB-Manajemen UKSW Salatiga
(2010-sekarang)
C. Riwayat Panitia 1. Salatiga, 5 Oktober 2011, “Kuliah Umum BRI”. 2. Salatiga, 7 Maret 2012, “Inspire, Instruct, Improve : Other Side Of Business”. 3. Salatiga, 21 April 2012, “Innovation Day Challenges 2012” 4. Salatiga, 8 Oktober 2012, “Kuliah Umum Tantangan Kebutuhan Tenaga Kerja di Perusahaan Otomotif”. 5. Kopeng, 19-20 Januari 2013, “Management On Solidarity”.
D. Riwayat Seminar 1. Salatiga, 26 Januari 2011, “How To Build Our Bargaining Power On International Joint Venture Context”. 2. Salatiga, 30 Maret 2011, Seminar Nasional Kewirausahaan, “Great Man Have Great Minds”. 3.
Salatiga, 11 Mei 2011, International Seminar, “Conceptual Model Building”.
4. Salatiga, 12 Oktober 2011, “Seminar Prospek Perdagangan Berjangka Komoditi”. 5. Salatiga, 6 Februari 2012, Kuliah Tamu, “Dilema Kebijakan BBM”. 6. Salatiga, 8 Oktober 2012, Kuliah Umum, “Tantangan Kebutuhan Tenaga Kerja di Perusahaan Otomotif”. 7. Salatiga, 13 Maret 2013, Seminar Nasional, “Lead Yourself And Get Your Future”
35
8. Salatiga, 22 Januari 2014, “Seminar Strategi Dan langkah-Langkah Sektor Keuangan Menyambut ASEAN”.
E. Pengalaman Berorganisasi 1. 2011-2012, Fungsionaris KSM (Kelompok Studi Manajemen) sebagai HRD(Human Resources Development)
Salatiga, 29 April 2014
Ayu Purnama Kusumaningrum
36
LAMPIRAN 1
A. Analisa Rata-Rata Pendapatan Aktor yang Terlibat pada Tahun 2013 1. Penghasilan Petani Waluh Penjualan buah waluh
4 ton/tahun x Rp 900
Modal petani untuk menghasilkan 4 ton waluh
= Rp 3.600.000 = Rp 2.000.000
Total laba
Rp 1.600.000
2. Pendapatan Usaha IRT Pangan Olahan Berbasis Waluh Penjualan Produksi geplak waluh
160 bungkus/bln x Rp 17.500
= Rp 2.800.000
Produksi stik waluh
100 bungkus/bln x Rp 12.500
= Rp 1.250.000
Produksi emping waluh
100 bungkus/bln x Rp 50.000
= Rp 1.250.000
Produksi pia waluh
80 bungkus/bln x Rp 20.000
= Rp 1.600.000
Produksi gelek waluh
80 bungkus/bln x Rp 15.000
= Rp 1.200.000
Produksi kripik waluh
80 bungkus/bln x Rp 15.000
= Rp 1.200.000
Produksi sirup waluh
20 botol/bln x Rp 15.000
= Rp
300.000
Produksi egg roll waluh 24 bungkus/bln x Rp 12.500
= Rp
300.000
Produksi wingko waluh
= Rp
300.000
20bungkus/bln x Rp 15.000
Total Penjualan/bulan
Rp 10.200.000
Rata – Rata Pengeluaran/bulan Biaya Bahan Baku dan Bahan Penolong
Rp 3.000.000 37
Biaya Tenaga Kerja
Rp 2.000.000
Biaya Pemasaran
Rp
350.000
Biaya Tak Terduga
Rp
100.000
Pajak (PBB)
Rp
5.000
Retribusi Lain
Rp
25.000
Penyusutan Alat (1,5% x Rp 65.040.000)
Rp
975.600
Total Pengeluaran
Rp 6.455.600
Laba / bulan
Rp 3.744.400
Total LabaTahun 2013*
Rp 44.932.800
Catatan: * Total laba tahun 2013 diperoleh dari pendapatan perbulan x 12 bulan (JanuariDesember)
3. Pendapatan Pengecer Penjualan produk/bulan Produk geplak waluh
160 bungkus/bln x Rp 22.500
= Rp
Produk stik waluh
100 bungkus/bln x Rp 17.500
= Rp 1..750.000
Produk emping waluh
100 bungkus /bln x Rp 17.500
= Rp 1..750.000
Produk pia waluh
80 bungkus/bln x Rp 25.000
= Rp
Produk gelek waluh
80 bungkus/bln x Rp 20.000
= Rp 1.600.000
Produk kripik waluh
80 bungkus/bln x Rp 20.000
= Rp 1.600.000
38
3.600.000
2.000.000
Produk sirup waluh
20 botol/bln x Rp 20.000
= Rp
400.000
Produk egg roll waluh
24 bungkus/bln x Rp 17.500
= Rp
420.000
Produk wingko waluh
20bungkus/bln x Rp 20.000
= Rp
400.000
Total Penjualan/bulan
Rp 13.520.000
Rata – Rata Pengeluaran/bulan Biaya Pembelian Produk
Rp 10.200.000
Biaya Transportasi
Rp
Total Pengeluaran
500.000 Rp 10.700.000
Laba / bulan
Rp 2.820.000
Total LabaTahun 2013*
Rp 33.840.000
Catatan: * Total laba tahun 2013 diperoleh dari pendapatan perbulan x 12 bulan (JanuariDesember)
B. Prosentase Nilai Tambah dari Aktor yang Terlibat dalam Rantai Nilai 1. Petani waluh = 2. Produsen (usaha pangan olahan waluh) = 3. Pengecer =
39
LAMPIRAN 2
A. Rata-Rata Kapasitas Produksi dan Prosentase Proporsi PenjualanProduk Per Bulan pada Usaha IRT Pangan Olahan Berbasis Waluh di Kecamatan Getasan No.
Jenis Produk
Kapasitas Produk
Harga Produk
Jumlah
Perbulan
Prosentase Proporsi Pembelian
1.
Geplak Waluh
80 kg/160 bungkus
Rp 35.000/kg
Rp 2.800.000
27.45%
2.
Stik Waluh
25 kg/100 bungkus
Rp 50.000/kg
Rp 1.250.000
12.25%
3.
Emping Waluh
25 kg/100 bungkus
Rp 50.000/kg
Rp 1.250.000
12.25%
4.
Pia Waluh
1600 butir/80 bungkus
Rp 1.000/butir
Rp 1.600.000
15.69%
5.
Gelek Waluh
20 kg/80 bungkus
Rp 60.000/kg
Rp 1.200.000
11.76%
6.
Kripik Waluh
16 kg/80 bungkus
Rp 75.000/kg
Rp 1.200.000
11.76%
7.
Sirup Waluh
20 botol
Rp 15.000/botol
Rp 300.000
2.94%
8.
Egg roll Waluh
3 kg/24 bungkus
Rp 100.000/kg
Rp 300.000
2.94%
9.
Wingko Waluh
200 butir/20 bungkus
Rp 1.500/butir
Rp 300.000
2.94%
Rp 10.200.000
Total
40