STRATEGI PENGEMBANGAN INDUSTRI OLAHAN MAKANAN RUMPUT LAUT (Studi Kasus: Industri Rumah Tangga Narasa di Palu Utara) M. Jauhar Musthofa
[email protected] (Mahasiswa Program Studi Magister Agribisnis Pascasarjana Universitas Tadulako)
Abstract The objective of this research was to identify the internal factors (the strength and weakness), the external one (opportunity and threat) and to state the alternative of development strategy for Narasa Home Industry. It was carried out in Narasa home industry of North Palu. The sampling was done purposively. Environment analysis, SWOT, and QSPM is used to analyze the development strategy decision. The analysis referred to the EFE matrix and IFE producing the biggest power, namely the good quality of material, the biggest weakness is uninteresting product package; the biggest opportunity is the support of Palu Government while the biggest threat is the increasing of raw materials and additional material prices. The result of industrial position determination and the SWOT analysis were S-O strategy to increase the quality, defend the products price, promote and penetrate market with target of middle class of society. QSPM analysis resulting the most interesting strategy for the development of this industry is increasing the quality and defending the price. Keywords: development strategy, industry, SWOT, QSPM Indonesia merupakan produsen rumput laut jenis Eucheuma sp terbesar di dunia. Seperti diketahui bahwa jenis ini merupakan penghasil karaginan sebagai bahan baku industri makanan. Akan tetapi, dari jenis ini yang diolah di dalam negeri baru menjadi 20 jenis produk, sisanya diekspor mentah-mentah sehingga pemilik brand product adalah bukan keseluruhan dari Indonesia. Jenis Gracilaria sp sebagai bahan baku agar-agar sudah ada pabrik terbesar di dunia yang dibangun, tetapi hampir seluruhnya diserap di dalam negeri karena hanya mampu memenuhi kebutuhan dalam negeri saja. Cina merupakan negara pengimpor rumput laut terbesar di dunia dengan nilai impor mencapai 100.001,6 ton. Jumlah nilai impor terbesar lainnya disusul oleh Jepang 57.441,2 ton; Amerika Serikat 28.421,8 ton dan negara-negara lainnya. Pangsa pasar komoditi rumput laut masih sangat besar jika mengacu pada rasio impor 7 negara utama terhadap impor dunia.
Pemasok rumput laut terbesar berada di kawasan Indonesia bagian timur jika melihat potensi dalam negeri dalam 5 tahun terakhir (2005 – 2009). Sulawesi Selatan, Sulawesi Tengah dan Nusa Tenggara Timur adalah provinsi penghasil rumput laut terbesar dalam beberapa tahun. Provinsi Sulawesi Selatan merupakan penghasil rumput laut terbesar di Indonesia dengan produksi mencapai 744.826 ton basah. Sulawesi Tengah berada dibawahnya dengan produksi mencapai 713.962 ton basah dan Nusa Tenggara Timur menempati urutan ke tiga dengan produksi sebesar 498.422 ton basah. Data terbaru sementara Dinas Kelautan dan Perikanan Sulawesi Tengah Tahun 2011, menunjukkan produksi rumput laut mencapai 790 ribu ton basah atau 100 ribu ton. Produksi tersebut telah memberikan kontribusi sekitar 25,6 % dari produksi nasional sebesar 3,082 juta ton. Produksi rumput laut Sulawesi Tengah Tahun 2010, telah memanfaatkan areal seluas 9 ribu ha dari potensi 106 ribu ha. Produksi tersebut tersebar di tiga klaster (cluster) kawasan produksi rumput
42
43 Jurnal Sains dan Teknologi Tadulako, Volume 3 Nomor 1, Januari 2014 hlm 42-52
laut sulawesi tengah. Klaster III meliputi Teluk Tolo (Morowali, Banggai Kepulauan dan Banggai) berkontribusi sebesar 70 %. Klaster II di Teluk Tomini (Parigi Moutong, Poso, Tojo Una-Una dan Banggai) sebesar 23 % dan sisanya berasal dari klaster I Selat Makassar dan laut sulawesi (Buol, Tolitoli, Donggala dan Kota Palu). Pengembangan rumput laut disinergikan dengan pengembangan Kawasan Ekonomi Khusus (KEK) Kota Palu yang terfokus pada 3 komoditas yaitu rumput laut, rotan dan kakao. Industri olahan makanan rumput laut di Kota Palu yaitu industri rumah tangga “Narasa”. Industri ini merupakan usaha kelompok masyarakat yang didirikan pada tahun 2005 menggunakan modal sendiri dan memiliki 6 orang tenaga kerja. Industri ini diklasifikasikan dalam Usaha Mikro, Kecil dan Menengah (UMKM). Kebutuhan bahan baku berasal dari Kabupaten Parigi, Luwuk dan Morowali melalui pesanan dan diantar langsung ke tempat industri. Hal ini disebabkan produksi rumput laut di Kota Palu tidak lagi mencukupi kebutuhan bahan baku industri ini. Meskipun usaha tersebut hanya bersifat sampingan, namun pengembangan industri rumah tangga “Narasa” berperan penting untuk peningkatan pendapatan masyarakat sekitar. Kemampuan penguasaan strategi-strategi pemasaran akan terkait dengan kemampuan mengenal lingkungan internal dan eksternal industri dalam bentuk analisis faktor lingkungan, untuk memilih strategi yang sesuai untuk dijalankan berdasarkan kondisi permodalan, peralatan dan sumberdaya industri. Pengembangan industri diperlukan untuk menciptakan daya saing dan manfaat ekonomi, meningkatkan efisiensi dan produktivitas, meningkatkan kemampuan inovasi, dan meningkatkan peran perguruan tinggi dalam kegiatan penelitian dan pengabdian kepada masyarakat. Berdasarkan hal-hal tersebut di atas, maka penelitian ini ditujukan untuk menentukan strategi-strategi dalam pengem-
bangan industri olahan makanan rumput laut di Kota Palu. Tujuan penelitian ini adalah mengidentifikasi faktor-faktor internal yang menjadi kekuatan dan kelemahan dalam pengembangan industri rumah tangga “Narasa”, mengidentifikasi faktor-faktor eksternal yang menjadi peluang dan ancaman dalam pengembangan industri rumah tangga “Narasa”. Penelitian ini juga bertujuan untuk menetapkan alternatif strategi pengembangan yang sesuai bagi industri rumah tangga “Narasa”. Penelitian ini bermanfaat bagi pihakpihak terkait. Manfaat penelitian ini sebagai bahan informasi dalam menentukan kebijakan Pemerintah Kota Palu bagi pengembangan industri olahan makanan rumput laut, referensi Pemerintah Kota Palu maupun akademisi dalam kajian lebih lanjut mengenai strategi pengembangan industri olahan makanan rumput laut dan sebagai sumbangan pemikiran bagi pelaku usaha industri olahan makanan rumput laut khususnya di Kota Palu untuk mengembangkan usaha dan meningkatkan pendapatannya. METODE Analisis Lingkungan Perusahaan Analisis Deskriptif Menurut Simamora (2004), analisis deskriptif merupakan upaya penelusuran dan pengungkapan informasi yang relevan yang terkandung dalam data dan penyajian hasilnya dalam bentuk yang lebih ringkas dan sederhana. Pada akhirnya mengarah pada keperluan adanya penjelasan dan penafsiran. Analisis Lingkungan Internal Menurut Umar (2003), analisis terhadap lingkungan internal dapat dilakukan dengan menggunakan alat analisis berupa matriks IFE (Internal Factor Evaluation). Matriks IFE digunakan untuk mengetahui faktor-faktor internal perusahaan berkaitan dengan kekuatan dan kelemahan yang dianggap penting, misalnya dari aspek manajemen, keuangan,
M. Jauhar Musthofa, Strategi Pengembangan Industri Olahan Makanan Rumput Laut (Studi
SDM, pemasaran, sistem informasi dan produksi/operasi. Analisis Lingkungan Eksternal Menurut Umar (2003), analisis terhadap lingkungan eksternal perusahaan dapat dilakukan dengan menggunakan analisis matriks EFE (External Factor Evaluation). Data eksternal dikumpulkan untuk menganalisis hal-hal menyangkut persoalan ekonomi, sosial, budaya, demografi, lingkungan, politik, pemerintahan, hukum, teknologi, persaingan di pasar industri dimana berada, serta data eksternal relevan lainnya. Hal ini penting karena faktor eksternal berpengaruh secara langsung maupun tidak langsung terhadap perusahaan. Uji Indeks Konsistensi (CI) Uji Indeks Konsistensi perlu dilakukan sebelum analisis SWOT. Menurut Marimin (2004: 87), perhitungan indeks konsistensi (CI) dimaksudkan untuk mengetahui konsistensi jawaban yang akan berpengaruh kepada kesahihan hasil. Rumusnya sebagai berikut:
Untuk mengetahui apakah CI dengan besaran tertentu cukup baik atau tidak, perlu diketahui rasio yang dianggap baik, yaitu apabila CR ≤ 0,1. Rumus CR adalah:
IFE EFE Opportunities (O) Faktor peluang Eksternal
Treaths (T) Faktor ancaman eksternal
Sumber: Rangkuti, 2009.
..................... 44
Nilai RI merupakan nilai random indeks yang dikeluarkan oleh Oarkridge Laboratory. Matriks SWOT Faktor-faktor strategis dalam pengembangan industri rumah tangga “Narasa” disusun dalam suatu matriks yang dapat menggambarkan secara jelas bagaimana peluang dan ancaman eksternal yang dihadapi dapat disesuaikan dengan kekuatan dan kelemahan yang dimiliki. Matriks ini dapat menghasilkan 4 (empat) set kemungkinan alternatif strategi sebagai berikut: a. Strategi SO (Strength-Opportunity). Strategi ini menggunakan kekuatan-kekuatan internal perusahaan untuk meraih peluangpeluang yang ada di luar industri. b. Strategi WO (Weakness-Opportunity). Strategi ini bertujuan untuk memperkecil kelemahan-kelemahan internal perusahaan dengan memanfaatkan peluang-peluang eksternal. c. Strategi ST (Strength-Threat). Strategi menuntut industri berusaha untuk menghindari atau mengurangi dampak dari ancaman-ancaman eksternal. d. Strategi WT (Weakness-Threat). Strategi ini didasarkan pada usaha meminimalkan kelemahan yang ada serta menghindari ancaman.
Tabel 1. Matriks SWOT Strenghts (S) Faktor kekuatan Internal Strategi SO Menciptakan strategi yang menggunakan kekuatan untuk memanfaatkan peluang Strategi ST Menciptakan stategi yang menggunakan kekuatan untuk mengatasi ancaman
Weaknes (W) Faktor kelemahan internal Strategi WO Menciptakan strategi yang meminimalkan kelemahan untuk memanfaatkan peluang Strategi WT Menciptakan strategi yang meminimalkan kelemahan dan menghindari ancaman
45 Jurnal Sains dan Teknologi Tadulako, Volume 3 Nomor 1, Januari 2014 hlm 42-52
Keterangan: a. IFE (Internal Factor Evaluation) yaitu faktor-faktor strategi internal berupa kekuatan dan kelemahan yang dihadapi perusahaan/organisasi. b. EFE (Eksternal Factor Evaluation) yaitu faktor-faktor strategi eksternal berupa peluang dan ancaman yang dihadapi perusahaan/organisasi.
Analisis Quantitative Strategic Planning Matrix (QSPM) Teknik ini menunjukan strategi alternatif mana yang paling baik untuk dipilih. Menurut Umar (2003), QSPM adalah alat
yang direkomendasikan bagi para ahli strategi untuk melakukan evaluasi pilihan strategi alternatif secara obyektif, berdasarkan key success factors internal-eksternal yang telah diidentifikasikan sebelumnya.
Tabel 2. Penjabaran Matriks QSP Alternatif Strategi Faktor-Faktor Sukses Kritis
Bobot
Strategi I AS
TAS
Strategi II AS
TAS
Strategi III AS
TAS
Kekuatan Kelemahan Peluang Ancaman Jumlah Total Nilai Daya Tarik Sumber: David, F. R. 2002. Manajemen Strategis (Edisi Bahasa Indonesia). PT. Prenhallindo, Jakarta. Keterangan: AS = Attractiveness Score TAS = Total Attractiveness Score (AS x Bobot) Dari matriks tersebut dapat ditentukan strategi alternatif terbaik yang dilihat dari nilai total TAS yang tertinggi. Penentuan Nilai Kemenarikan (Attractiveness Score/AS). Nilai Kemenarikan (Attractiveness Score/AS): nilai 1 = tidak menarik, nilai 2 = agak menarik, nilai 3 = secara logis menarik, nilai 4 = sangat menarik.
HASIL DAN PEMBAHASAN Internal Factor Evaluation (IFE) Berdasarkan analisis yang telah dilakukan maka diperoleh beberapa kekuatan dan kelemahan yang dimiliki industri rumah tangga “Narasa”. Kekuatan yang dimiliki antara lain: (1) dukungan dari karyawan (tenaga kerja), (2) harga produk yang bersaing, (3) merek produk sudah dikenal, (4) bahan baku berkualitas baik. Kelemahan yang dimiliki antara lain: (1) tidak adanya manajemen terpadu, (2) peralatan manual dan tradisional, (3) kurangnya intensitas promosi produk, (4) kemasan produk tidak menarik.
External Factor Evaluation (EFE) Berdasarkan analisis yang telah dilakukan maka diperoleh beberapa peluang dan ancaman yang dimiliki industri rumah tangga “Narasa”. Peluang yang dimiliki antara lain: (1) peningkatan tingkat pendidikan masyarakat, (2) dukungan dari Pemerintah Kota Palu, (3) meningkatnya mobilitas penduduk, (4) tersedianya media promosi berbasis internet. Ancaman yang dimiliki antara lain: (1) Menurunnya produksi rumput laut sebagai bahan baku di Kota Palu, (2) UMKM dengan usaha sejenis yang lebih baik, (3) tuntutan izin BPOM RI dan label halal, (4) kenaikan harga rumput laut kering.
M. Jauhar Musthofa, Strategi Pengembangan Industri Olahan Makanan Rumput Laut (Studi
Analisis Matriks IFE (Internal Factor Evaluation) Skor terbobot sebesar 3,21 menunjukkan bahwa industri pada posisi kuat. Artinya, industri ini relatif lebih kuat dalam memanfaatkan kekuatan yang dimiliki dan mampu mengatasi kelemahannya. Kekuatan utama yang dimiliki industri ini adalah bahan baku
a. b. c. d.
e. f. g. h.
..................... 46
berkualitas baik dengan skor 0,80. Pada posisi kedua ditempati oleh dukungan dari karyawan (tenaga kerja) dengan skor 0,76. Posisi ketiga dan keempat ditempati oleh harga produk yang bersaing dan merek produk sudah dikenal dengan skor 0,54 dan 0,28. Lebih lengkapnya dapat dilihat pada Tabel 3.
Tabel 3. Hasil Analisis Internal Factor Evaluation (IFE), 2013 Faktor Internal Skor Bobot Rating Terbobot Kekuatan (Strengths) Dukungan dari karyawan (tenaga kerja). 0,19 4 0,76 Harga produk yang bersaing. 0,18 3 0,54 Merek produk sudah dikenal. 0,14 2 0,28 Bahan baku berkualitas baik. 0,20 4 0,80 Total Skor Terbobot 2,38 Kelemahan (Weaknesses) Tidak adanya manajemen terpadu. 0,08 3 0,24 Peralatan manual dan tradisional. 0,04 3 0,12 Kurangnya intensitas promosi produk. 0,04 2 0,08 Kemasan produk tidak menarik. 0,13 3 0,39 Total Skor Terbobot 0,83 Total 1,00 3,21
Sumber: Data Primer Setelah Diolah, 2013.
Industri ini memiliki kondisi lingkungan internal berupa kekuatan dan kelemahan. Kelemahan utama yang dimiliki industri rumah tangga “Narasa” adalah kemasan produk tidak menarik dengan skor 0,39. Pada posisi kedua ditempati oleh tidak adanya manajemen terpadu dengan skor 0,24. Posisi ketiga dan keempat ditempati oleh peralatan manual dan tradisional dan kurangnya intensitas promosi produk dengan skor 0,12 dan 0,08. Analisis Matriks EFE (External Factor Evaluation) Berdasarkan matriks EFE didapatkan total skor terbobot sebesar 3,02. Artinya,
industri rumah tangga “Narasa” mampu merespon faktor eksternal dengan memanfaatkan peluang yang ada untuk mengatasi ancaman. Peluang utama yang dimiliki industri ini adalah dukungan dari pemerintah Kota Palu dengan skor 0,88. Pada posisi kedua ditempati oleh meningkatnya mobilitas penduduk dengan skor 0,51. Posisi ketiga dan keempat ditempati oleh tersedianya media promosi berbasis internet dan peningkatan tingkat pendidikan masyarakat dengan skor 0,45 dan 0,16. Lebih lengkapnya dapat dilihat pada Tabel 4.
47 Jurnal Sains dan Teknologi Tadulako, Volume 3 Nomor 1, Januari 2014 hlm 42-52
Tabel 4. Hasil Analisis External Factor Evaluation (EFE), 2013 Faktor Eksternal Skor Bobot Rating Terbobot Peluang (Opportunities) a. Peningkatan tingkat pendidikan
0.08
2
0,16
b. Dukungan dari pemerintah Kota Palu.
0.22
4
0,88
c. Meningkatnya mobilitas penduduk.
0.17
3
0,51
d. Tersedianya media promosi berbasis
0.15
3
0,45
masyarakat.
internet. Total Skor Terbobot
2,00
Ancaman (Threats) a. Menurunnya produksi rumput laut sebagai bahan baku di Kota Palu. b. UMKM dengan usaha sejenis yang lebih
0.08
baik. c. Tuntutan izin BPOM RI dan Label Halal. d. Kenaikan harga bahan baku dan bahan pelengkap.
0.07
0.05 0.18
Total Skor Terbobot Total
2
0,14
3
0,24
2
0,10
3
0,54
1,02 1,00
3,02
Sumber : Data Primer Setelah Diolah, 2013.
Industri ini memiliki kondisi lingkungan eksternal berupa peluang dan ancaman. Ancaman utama yang dimiliki industri rumah tangga “Narasa” adalah Kenaikan harga bahan baku dan bahan pelengkap dengan skor 0,54. Pada posisi kedua ditempati oleh UMKM dengan usaha sejenis yang lebih baik dengan skor 0,24. Posisi ketiga dan keempat ditempati oleh Menurunnya produksi rumput laut sebagai bahan baku di Kota Palu dan tuntutan izin BPOM RI dan label halal dengan skor 0,14 dan 0,10. Uji Indeks Konsistensi (CI) Berdasarkan perhitungan penentuan bobot dari nilai kepentingan faktor internal diperoleh: (N = 8); (RI = 1,41); (λ maks =
9,47); (CI = 0,15) dan (CR = 0,10). Artinya bahwa peneliti sudah konsisten dalam melakukan penilaian. Sedangkan untuk penentuan bobot dari nilai kepentingan faktor eksternal diperoleh (N = 8); (RI = 1,41); (λ maks = 9,31); (CI = 0,13) dan (CR = 0,09). Artinya bahwa peneliti sudah konsisten dalam melakukan penilaian. Untuk kasus ini dirasa cukup dan tidak perlu dilakukan revisi penilaian. Matriks SWOT Matriks SWOT disusun berdasarkan hasil identifikasi faktor internal dan eksternal industri yang menggambarkan kekuatan dan kelemahan serta peluang dan ancaman yang dihadapi oleh industri tersebut. Penerapan dalam menggunakan matrik SWOT yaitu
M. Jauhar Musthofa, Strategi Pengembangan Industri Olahan Makanan Rumput Laut (Studi
dengan menggunakan strategi SO, dimana menggunakan kekuatan untuk memanfaatkan peluang yang ada dengan cara mengatasi
..................... 48
kelemahan-kelemahan yang dimiliki. Lebih lengkapnya dapat dilihat pada Tabel 5.
Tabel 5. Matriks SWOT Strategi Pengembangan Industri Rumah Tangga “Narasa” di Kota Palu, 2013 IFE
Kekuatan (Strengths) = S 1. Dukungan dari karyawan. 2. Bahan baku berkualitas baik. 3. Merek produk sudah dikenal. 4. Harga produk yang bersaing.
EFE Peluang (Opportunities) = O 1. Peningkatan tingkat pendidikan masyarakat. 2. Dukungan dari Pemerintah Kota Palu. 3. Meningkatnya mobilitas penduduk. 4. Tersedianya media promosi berbasis internet.
Strategi S – O 1. Meningkatkan kualitas dan mempertahankan harga produk (S1, S2, S3, S4 dan O1, O2, O4). 2. Melakukan promosi dan penetrasi pasar dengan sasaran masyarakat menengah ke atas (S1, S2, S4 dan O1, O2, O3, O4). Ancaman (Threats) = T Strategi S – T 1. Menurunnya produksi 1. Membangun kemitraan rumput laut sebagai bahan untuk meningkatkan baku di Kota Palu. kualitas produk 2. UMKM dengan usaha sehingga tercipta sejenis yang lebih baik. costumer value (S1, S2, 3. Tuntutan izin BPOM RI S3, S4 dan T1, T3, T4). dan Label Halal. 2. Melakukan koordinasi 4. Kenaikan harga bahan dengan pihak terkait baku dan bahan pelengkap. untuk memperoleh izin BPOM RI dan label halal (S1, S2 dan T2). Sumbe : Data Primer Setelah Diolah, 2013.
Analisis QSPM (Quantitative Strategic Planning Matrix) Matriks QSPM dibuat berdasarkan faktor-faktor internal dan eksternal pada matriks EFE, IFE, serta matriks SWOT. Pada matriks QSPM terdapat nilai AS (Attractiveness Score) dan TAS. Nilai AS menunjukkan
Kelemahan (Weaknesses) = W 1. Tidak adanya manajemen terpadu. 2. Peralatan manual dan tradisional. 3. Kurangnya intensitas promosi produk. 4. Kemasan produk tidak menarik. Strategi W – O 1. Peningkatan kapasitas sumberdaya manusia dan teknologi pengemasan serta memanfaatkan promosi berbasis internet (W1, W2, W3, W4 dan O1, O2, O3, O4).
Strategi W – T 1. Melakukan kerjasama kemitraan pasar dan peran instansi terkait dalam pembinaan industri (W1, W2, W3, W4 dan O1, O2, O3, O4).
daya tarik masing-masing strategi terhadap faktor kunci yang dimiliki. Nilai AS diperoleh melalui kuisioner yang ditujukan kepada para responden saat melakukan Focus Group Discussion (FGD) secara independen. Nilai TAS merupakan hasil perkalian antara bobot rata-rata dengan nilai AS dari setiap faktor
49 Jurnal Sains dan Teknologi Tadulako, Volume 3 Nomor 1, Januari 2014 hlm 42-52
kunci strategis. Perhitungan Total Attractive-
ness Score (TAS) dapat dilihat pada Tabel 6.
Tabel 6. Perhitungan Total Attractiveness Score (TAS) pada Analisis QSPM (Quantitative Strategic Planning Matrix), 2013 Faktor Strategi TAS1 TAS2 TAS3 TAS4 TAS5 TAS6 Kekuatan (Strengths) a. Dukungan dari karyawan (tenaga 0,697 0,665 0,697 0,570 0,633 0,633 kerja). b. Harga produk yang bersaing. 0,600 0,540 0,600 0,480 0,570 0,570 c. Merek produk sudah dikenal. 0,443 0,420 0,397 0,397 0,397 0,327 d. Bahan baku berkualitas baik. 0,633 0,700 0,733 0,600 0,533 0,600 Kelemahan (Weaknesses) a. Tidak adanya manajemen terpadu. 0,253 0,253 0,253 0,280 0,213 0,240 b. Peralatan manual dan tradisional. 0,113 0,113 0,140 0,087 0,107 0,107 c. Kurangnya intensitas promosi 0,113 0,120 0,100 0,107 0,113 0,093 produk. d. Kemasan produk tidak menarik 0,412 0,390 0,282 0,412 0,325 0,368 Peluang (Opportunities) a. Peningkatan tingkat pendidikan 0,253 0,267 0,227 0,293 0,253 0,187 masyarakat. b. Dukungan dari pemerintah Kota 0,770 0,733 0,770 0,733 0,733 0,697 Palu. c. Meningkatnya mobilitas penduduk. 0,538 0,567 0,567 0,623 0,538 0,453 d. Tersedianya media promosi 0,425 0,450 0,525 0,375 0,450 0,425 berbasis internet. Ancaman (Threats) a. Menurunnya produksi rumput laut 0,198 0,187 0,175 0,175 0,187 0,152 sebagai bahan baku di Kota Palu. b. UMKM dengan usaha sejenis yang 0,253 0,227 0,227 0,200 0,213 0,227 lebih baik. c. Tuntutan izin BPOM RI dan Label 0,167 0,150 0,100 0,142 0,133 0,100 Halal. d. Kenaikan harga bahan baku dan 0,540 0,540 0,420 0,570 0,510 0,450 bahan pelengkap. Total 6,410 6,322 6,212 6,043 5,910 5,628 Sumber : Data Primer Setelah Diolah, 2013.
Berdasarkan hasil penilaian dari matriks QSPM, maka diperoleh urutan strategi dari yang nilai TAS-nya paling tinggi hingga paling rendah sebagai strategi yang paling menarik untuk dilaksanakan untuk pengem-
bangan industri rumah tangga “Narasa”. Adapun urutan strategi tersebut adalah sebagai berikut: Strategi 1 : Meningkatkan kualitas dan mempertahankan harga produk,
M. Jauhar Musthofa, Strategi Pengembangan Industri Olahan Makanan Rumput Laut (Studi
(TAS = 6,410). Strategi 2 : Melakukan promosi dan penetrasi pasar dengan sasaran masyarakat menengah ke atas, (TAS = 6,322). Strategi 3 : Membangun kemitraan untuk meningkatkan kualitas produk sehingga tercipta costumer value, (TAS = 6,212). Strategi 4 : Melakukan koordinasi dengan pihak terkait untuk memperoleh izin BPOM RI/label halal, (TAS = 6,043). Strategi 5 : Meningkatkan kapasitas sumberdaya manusia dan teknologi pengemasan serta memanfaatkan promosi berbasis internet, (TAS = 5,910). Strategi 6 : Melakukan kerjasama kemitraan pasar dan peran instansi terkait dalam pembinaan industri, (TAS = 5,628). Berdasarkan jumlah TAS diketahui bahwa nilai TAS tertinggi bertepatan berada di Kuadran I. Kegiatan pengembangan yang dilakukan pada wilayah ini mendukung strategi agresif. Pada wilayah ini, industri berada pada kondisi yang sangat menguntungkan, sebab kekuatan dan peluang lebih besar dari kelemahan dan ancaman yang ada pada industri. Keputusan Pemilihan Alternatif Strategi Pengembangan dan Implementasi Kegiatan Yang Dilakukan Berdasarkan hasil penentuan posisi industri rumah tangga “Narasa” yang dila-
..................... 50
kukan dengan analisis SWOT diperoleh angka tertinggi pada Kuadran I sebesar 4,38. Maka strategi S-O (Strengths – Opportunities) yaitu (1) meningkatkan kualitas dan mempertahankan harga produk, dan (2) melakukan promosi dan penetrasi pasar dengan sasaran masyarakat menengah ke atas; menjadi pilihan utama. David (2007) membuat beberapa langkah untuk mengembangkan QSPM yaitu : membuat daftar internal dan eksternal dari matriks IFE dan EFE; memberi bobot pada afktor internal dan eksternal; memeriksa matriks-matriks pencocokan dan mengenali strategi-strategi alternatif yang dipertimbangkan organisasi untuk ditetapkan; menentukan Total Attractiveness Score (TAS) yang didefinisikan sebagai angka yang menunjukkan daya tarik relatif di setiap strategi pada suatu rangkaian alternatif tertentu dengan mempertimbangkan faktor tertentu. Selanjutnya, berdasarkan hasil perhitungan analisis QSPM (Quantitative Strategic Planning Matrix) diperoleh Total Attractiveness Score (TAS) tertinggi sebesar 6,410. Artinya bahwa strategi meningkatkan kualitas dan mempertahankan harga produk saat ini dianggap sebagai strategi yang paling menarik untuk diterapkan bagi pengembangan industri rumah tangga “Narasa” di Kota Palu dibandingkan alternatif strategi lainnya. Adapun program dan implementasi kegiatan yang dilakukan oleh industri rumah tangga “Narasa”. Berdasarkan hasil penentuan prioritas strategi dengan QSPM maka didapatkan alternatif strategi yang dapat dilihat pada Tabel 7.
51 Jurnal Sains dan Teknologi Tadulako, Volume 3 Nomor 1, Januari 2014 hlm 42-52
Tabel 7. Matriks Pemilihan Alternatif Strategi Pengembangan dan Implementasi Kegiatan Yang Dilakukan Industri Rumah Tangga “Narasa”, 2013 No. 1.
Strategi
Program
Kegiatan
Meningkatkan kualitas dan mempertahankan harga produk
1) Mengupayakan diadakannya sistem pengendalian kualitas (quality control) terhadap semua aktivitas industri, sehingga penggunaan bahan, tenaga, dan waktu yang berlebihan tidak terulang lagi.
a. Meningkatkan kualitas dan kuantitas produk melalui pendekatan Total Quality Management (TQM). b. Melakukan kegiatan penelitian dan pengembangan produk untuk mengembangkan berbagai macam varian produk. c. Memperbaiki kemasan produk “Narasa” untuk menciptakan brand produk yang lebih menarik. a. Pelatihan manajemen usaha meliputi manajemen persediaan bahan baku, manajemen keuangan (sistem akuntansi), manajemen sumberdaya manusia, manajemen pemasaran. b. Pembinaan, pendampingan dan evaluasi secara bertahap terhadap aplikasi manajemen terpadu dalam usahanya.
2) Membangun kerjasama dengan pemerintah dan perguruan tinggi melalui lembaga pengabdian kepada masyarakat untuk mendapatkan kegiatan pendampingan agar penerapan manajemen terpadu bisa diterapkan. 3) Mengembangka n teknologi tepat guna untuk melakukan strategi harga dengan lebih efektif dan efisien.
Sumber : Data Primer Setelah Diolah, 2013.
a. Pelatihan dan pengadaan alat pemotong otomatis untuk mendapatkan ukuran produk yang simetris. b. Pelatihan menjadi operator website dan pengadaan komputer dan modem sebagai langkah industri untuk melakukan promosi di internet.
Pelaksana dan Penanggung Jawab a. Industri Terkait
a. Industri Terkait, b. Pemerintah Kota Palu, c. Perguruan Tinggi
a. Industri Terkait, b. Pemerintah Kota Palu, c. Perguruan Tinggi
52 Jurnal Sains dan Teknologi Tadulako, Volume 3 Nomor 1, Januari 2014 hlm 42-52
SIMPULAN Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan pada industri rumah tangga “Narasa”, maka diperoleh beberapa kesimpulan sebagai berikut: 1. Faktor-faktor internal dalam pengembangan industri rumah tangga “Narasa” sebagai kekuatan adalah dukungan dari karyawan (tenaga kerja), harga produk yang bersaing, merek produk sudah dikenal dan bahan baku berkualitas baik. Sedangkan kelemahan adalah tidak adanya manajemen terpadu, peralatan manual dan tradisional, kurangnya intensitas promosi produk, kemasan produk tidak menarik. 2. Faktor-faktor eksternal dalam pengembangan industri rumah tangga “Narasa” sebagai peluang adalah peningkatan tingkat pendidikan masyarakat, dukungan dari Pemerintah Kota Palu, meningkatnya mobilitas penduduk dan tersedianya media promosi berbasis internet. Sedangkan ancaman adalah Menurunnya produksi rumput laut sebagai bahan baku di Kota Palu, UMKM dengan usaha sejenis yang lebih baik, tuntutan izin BPOM RI dan label halal, serta kenaikan harga rumput laut kering.
3. Strategi meningkatkan kualitas dan mempertahankan harga produk saat ini dianggap sebagai strategi yang paling menarik untuk diterapkan bagi pengembangan industri rumah tangga. DAFTAR RUJUKAN David, M. E., David, F. R., and David, F. R. 2007. Manajemen Strategis (Edisi Kesembilan Terjemahan). Jakarta: PT. Indeks Kelompok Gramedia. Marimin. 2004. Teknik dan Aplikasi Pengambilan Keputusan Kriteria Majemuk. Jakarta: PT. Gramedia Widiasarana Indonesia. Rangkuti, F. 2009. Analisis SWOT Teknik Membedah Kasus Bisnis (Reorientasi Konsep Perencanaan Strategis untuk Menghadapi Abad 21). Jakarta: Gramedia Pustaka Utama. Simamora, B. 2004. Analisis Multivarian Pemasaran. Jakarta: PT. Gramedia Pustaka Utama. Umar, H. 2003. Strategic Manajemen in Action. Jakarta: PT. Gramedia Pustaka Utama.