Strategi Pengelolaan untuk Mengurangi Serangan Phythopthora capsici pada Tanaman Lada
Lada merupakan salah satu komoditas ekspor tradisional andalan yang diperoleh dari buah lada “black pepper”. Meskipun tanaman ini bukan berasal dari Indonesia, namun keberadaannya sangat penting dalam menunjang perdagangan sangat penting dalam menunjang perdagangan luar negeri. Lada sangat dibutuhkan terutama sebagai produk rempah-rempah, maupun bahan baku industri produk lain. Namun demikian upaya pengembangan produksi lada dalam negeri
selalu
mengalami
masalah.
Sebagian besar dikarenakan kurangnya pemeliharaan
tanaman
akibatnya
tumbuh berbagai macam organisme pengganggu tumbuhan. OPT tersebut adalah
penyakit
busuk
batang
(Phythopthora capsici). Penyakit lama yang mematikan yaitu penyakit busuk batang yang disebabkan patogen jamur Phythopthora.
Gambar 1. Tanaman Lada http://ditjenbun.pertanian.go.id
Karakteristik P. capsici Penyakit busuk pangkal batang yang disebabkan oleh jamur Phytophthora capsici, merupakan penyakit yang paling berbahaya karena dapat menyebabkan kematian tanaman dalam waktu singkat. Sebenarnya jamur P. capsici dapat menyerang seluruh bagian tanaman lada, namun serangan yang paling membahayakan yaitu pada pangkal batang atau akar. Gejala serangan dini sulit diketahui,sedangkan gejala serangan lanjut berupa tanaman layu. Serangan P. capsici pada daun menyebabkan gejala bercak pada bagian tengah atau tepi daun. Tepi bercak berwarna hitam bergerigi seperti renda, yang tampak jelas bila gejala masih segar dan tidak tampak bila daun telah mengering atau pada gejala lebih lanjut. Infeksi pada batang biasanya terjadi pada pangkal batang, sampai
setinggi 30 cm dari permukaan tanah. Kulit pangkal batang dan jaringan dibaahna berubah warnanya. Jika dipotong tampak berwarna cokelat sampai hitam. Bila dalam kebun terdapat tanaman yang sakit, dalam 1-2 bulan kemudian penyakit akan menyebar ke tanaman sekitarnya. Pada tingkat serangan yang berat, seluruh bagian dari batang dan akar yang terserang akan mengalami pembusukan. Patogen ini akan merusak jaringan Xylem dan Phloem sehingga translokasi hara dan air ke daun dan translokasi hasil metabolis dari daun ke seluruh bagian tanaman menjadi terhambat. Akibatnya daun menjadi layu, kemudian daunnya gugur dan berakhir dengan kematian (Abidin, 2014). Jamur penyebab penyakit ini terutama dipencarkan oleh air, baik air hujan yang memercik maupun air yang mengalir dipermukaan tanah. Sebagai sumber penyakit adalah tanah dan air yang mengandung Phythopthora dan bagian tanaman yang sakit. Kelembapan udara dan tanah dapat juga membantu pemencaran jamur penyebab penyakit. Kebanyakan infeksi terjadi
pada
pertengahan kedua dari musim hujan (Semangun, 2008). Sebaran Penyakit P. capsici
Gambar 2. Sebaran P. capsici pada Tanaman Lada Sumber: Bidang Proteksi
.
Hasil pemetaan (Gambar 2) menunjukkan P. capsici tersebar di 7 propinsi di wilayah kerja BBPPTP Surabaya dengan luasan yang berbeda – beda. Luas
sedang terjadi di Prop. Yogyakarta dan NTT. Serangan aman terjadi pada propinsi Banten, Jawa Timur dan NTB. Sedangkan serangan rendah terjadi di propinsi Jawa Barat dan Jawa Tengah. Namun perlu dimonitoring perkembangan penyakit ini. Biasanya penyakit ini meningkat pada musim hujan. Mengingat parahnya dampak dari serangan penyakit busuk batang pada tanaman lada karena rentang serangan yang sangat panjang maka dirasa sangat perlu untuk melakukan pengelolaan
penyakit
busuk
batang
(P.
capsici)
secara
terpadu,
yaitu
menggabungkan semua komponen yang kompatibel secara sinergis dan berkesinambungan.
Tingkat Serangan P. capsici Tingkat serangan OPT merupakan perbandingan antara luas serangan OPT tersebut dengan luas areal dari komoditi. Nilai tingkat serangan suatu OPT akan menunjukkan berat atau ringan serangan OPT. Tabel 1. Tingkat Serangan P. capsici No Propinsi P. capsici 1 Banten 0,00 2 Jawa Barat 0,87 3 Jawa Tengah 0,15 4 DIY 2,16 5 Jawa Timur 0,00 6 Bali 0,00 7 NTB 0,00 8 NTT 3,56 Total 0,76
Tingkat serangan hama ini terjadi sebesar 0,76 % (Tabel 1). Meskipun tingkat serangan hanya pada angka 0,76 %, namun perlu adanya peningkatan tindakan pengendalian dengan memadupadankan pengendalian biologis, mekanis dan kultur teknis. Khususnya pada propinsi Jawa Barat yang serangannya lebih tinggi daripada luas pengendalian yang dilakukan (Gambar 3). Sedangkan untuk propinsi NTT dapat dilihat serangannya belum mengalami penurunan meski telah dilakukan pengendalian.
Pencegahan dilakukan sebaiknya sebelum memasuki musim hujan tiba. Karena kalau penyakit ini sudah menyebar akibatnya spora jamur P. capsici sudah menemukan inang yang cocok sebagai pertumbuhan dan perkembangan jamur ini. Pada saat itu keadaan suhu yang rendah dan kelembapan tinggi serta didukung oleh adanya nutrisi yang cukup untuk merangsang struktur jamur patogen untuk berkecambah. Selain itu, P. capsici dapat hidup baik pada kisaran pH 4-7 dimana pada kisaran itu merupakan syarat agar tanaman lada tumbuh dengan baik. Selain oleh angin, air maupun udara, ternyata penyebaran jamur P. capsici tersebut dapat juga dilakukan oleh media lain seperti sepatu, alat-alat pertanian, ternak, siput/keong, bahkan manusia (Abidin, 2014).
Gambar 3. Perbandingan Luas Serangan dan Luas pengendalian P. capsici Sumber: Bidang Proteksi
Teknologi Pengendalian P. capsici Paket teknologi pengendalian yang efektif menurut (Rismansyah, 2010) yang dapat dilakukan petani meliputi : Bibit
yang
digunakan
berasal
dari
sulur
panjat,
sebaiknya
menggunakan bibit dari varietas Natar I. Membuat rorak secara diagonal diantara 3-5 baris tanaman lada. Adanya rorak akan menghambat penyebaran spora P. capsici dalam rorak tersebut dimasukkan bekas pangkasan, tajar, dan pangkasan tanaman penutup tanah dan ditaburi dengan jamur Trichoderma
harzianum untuk mempercepat pelapukan sehingga nantinya dapat digunakan sebagai pupuk organik. Membuat parit drainase di sekeliling kebun agar tidak ada air yang tergenang di dalam kebun. Pemangkasan/pembuangan sulur liar (sulur cacing dan sulur gantung), kalau dibiarkan akan merugikan tanaman lada karena sulur
tersebut
tidak
akan
menghasilkan
buah
tetapi
ikut
memanfaatkan hara yang ada ditanah. Pemangkasan tajar dilakukan setiap seminggu sebelum pemupukan (pupuk buatan) Aplikasi agens hayati T. harzianum untuk semua tanaman lada diarea pertanaman. Pemupukan N,P,K,Mg dengan perbandingan unsur K lebih tinggi dari N. unsur K yang relative tinggi akan memperkuat jaringan tanaman sehingga lebih tahan terhadap infeksi patogen. Penanaman Arachis pintoi. Bunga-bunga yang diproduksi oleh tanaman penutup tanah ini merupakan sumber nutrisi bagi berbagai jenis musuh alami OPT Lada. Arachis sp juga dapat menahan penyebaran spora patogen BPB sekaligus dapat digunakan sebagai campuran pakan ternak (Kambing) Penyiangan
terbatas/bobokor.
Penyiangan
terbatas
dilakukan
dibawah kanopi tanaman lada dengan tujuan agar tanaman penutup tanah dengan tanaman lada tidak bersaing dalam mendapatkan nutrisi. Pemeliharaan ternak (kambing) dan penanaman rumput gajah di sekeliling kebun lada. Oleh : Vidiyastuti Ari Y, SP POPT Pertama BBPPTP Surabaya
DAFTAR PUSTAKA Abidin, 2014. Penanganan Penyakit Busuk Pangkal Batang Lada https://nawababidin.wordpress.com/2014/03/12/penanganan-penyakitbusuk-pangkal-batang-lada/ diakses tanggal 23 Februari 2016. Data Proteksi BBPPTP Sby, 2015. Laporan Tahunan, BBPPTP Surabaya Rismansyah E, 2010 Busuk Pangkal Batang, Penyakit Utama Pada TanamanLada. http://erlanardianarismansyah.blogspot.com/2010/11/busuk-pangkalbatang-penyakit-utama.html diakses tanggal 12 Februari 2016 Semangun, 2008. Penyakit-penyakit Tumbuhan. Gadjah Mada University Press.