Strategi Pengelolaan Risiko By : Netti Tinaprilla Departemen Agribisnis FEM - IPB
Strategi pengelolaan risiko yaitu siasat untuk melindungi aset dan kemampuan perusahaan dalam memberikan hasil dengan mengurangi ancaman kerugian akibat dari peristiwa yang tidak dapat dikendalikan
Petani memiliki banyak pilihan dalam mengelola risiko usaha : 1.diversifikasi usaha (enterprise diversification) 2.integrasi vertikal (vertical integration) 3.kontrak produksi (production contract) 4.kontrak pemasaran (marketing contract) 5.perlindungan nilai (hedging) 6.asuransi (insurance) Risiko produksi dan risiko harga beserta sikap petani terhadap risiko memiliki pengaruh yang kuat terhadap pilihan strategi pengelolaan risiko.
1. Diversification • Diversification is a frequently used risk management strategy that involves participating in more than one activity.
• Motivasi untuk diversifikasi didasarkan pada ide bahwa hasil dari bermacam-macam usaha tidak meningkat atau turun pada satu saat (bersamaan), sehingga apabila satu usaha memiliki hasil yang rendah maka usaha-usaha yang lain mungkin akan memiliki hasil yang lebih tinggi.
Bentuk diversifikasi : a. usaha beberapa jenis tanaman b. usaha tanaman dan ternak c. usaha tanaman dan ikan d. usaha ternak dan ikan Lokasi usaha : a. pada satu hamparan lahan b. pada bidang lahan yang terpencar
Bedakan • • • • • •
Pola tanam Diversifikasi Rotasi tanaman Tumpang sari Tumpang gilir Integrasi (horisontal, vertikal) : dengan ternak ? Ikan?
Pola tanam IP300 (lahan 1 ha) ha
1 ha
Padi
1sep
Persi apan laha n
1jan
Padi
15jan
jagung
15mei
Persi apan laha n
15agt
1sep
1 tahun
Diversifikasi (lahan 1 ha dibagi menjadi @0.25 ha) ha
1 ha
Padi
kede lai
Padi
kede lai
Padi
kede lai
k.Ijo
K.tn h
k.Ijo
k.tnh
k.Ijo
k.tnh
1sep
1jan
1mei
1sep
1 tahun
Rotasi tanaman (lahan 1 ha) ha
1 ha
Padi
kede lai
k.ijo
Padi
k,.ijo k.tnh
k.tnh
kede lai
1sep
1jan
1mei
K,tn h kede lai
k.,ijo Padi
1sep
1 tahun
ha
Tumpang sari (lahan 1 ha) 1agt
1 ha
singkong Kac.ijo
1sep
Kac ijo
1jan
Kac..ijo
1mei
1sep
ha
Tumpang gilir (lahan 1 ha) 1agt
1 ha
singkong Kac.ijo
1sep
kedelai
1jan
Kac.tnh
1mei
1sep
• Kelebihan dari diversifikasi : a. mengurangi risiko b. efektifitas tenaga kerja c. efektifitas peralatan d. efisiensi biaya • Keterbatasan dari diversifikasi : a. membutuhkan perlengkapan dan input khusus b. membutuhkan keahlian manajerial yang lebih luas c. teknologi menjadi lebih rumit
Hasil penelitian Farianti (2008) : risiko produksi portofolio, yaitu risiko yang dihadapi rumah tangga petani sayuran di Kecamatan Pangalengan Kabupaten Bandung dengan melakukan diversifikasi usahatani kentang dan kubis, lebih rendah dibandingkan dengan risiko produksi tunggal yaitu risiko produksi kentang atau risiko produksi kubis. Schoney, Taylor and Hayward : - menguji usahatani campuran pada petani-petani di Saskatchewan pengurangan risiko diperoleh melalui diversifikasi dua atau tiga komoditi.
2. Vertical (backward-forward) and horizontal Integration • Integrasi vertikal merupakan salah satu strategi dalam payung koordinasi vertikal. Vertical coordination includes all of the ways that output from one stage of production and distribution is transferred to another stage.
- Sebuah perusahaan melakukan integrasi vertikal apabila memiliki kontrol kepemilikan suatu komoditi pada dua atau lebih tingkat kegiatan.
• Contoh : 1. Usaha ternak sapi dari ukuran kecil –sedang-besar 2. Usaha pendederan ikan patin dari pemijahan – pembenihan – pendederan Integrasi vertikal juga dapat mengubah bentuk produk yang diusahakan. • Contoh : 1. Usahatani jagung (untuk pakan) – usaha ternak 2. Usaha pembesaran ikan konsumsi – rumah makan
Integrasi vertikal pada kegiatan pemasaran. -Contoh : Usahatani kentang – menyortir – mengumpulkan – mengemas kentang untuk dijual eceran
Integrasi vertikal pada aspek fungsi kerjasama. -Contoh : Petani-petani jeruk di California membentuk suatu organisasi yang memasarkan buah jeruk segar dan jus jeruk
3. Production Contracts • Production contracts typically give the contractor (the buyer of the commodity) considerable control over the production process (Perry, 1997). • Kontrak produksi biasanya menetapkan dengan rinci pasokan input produksi oleh kontraktor (pembeli), kualitas dan kuantitas komoditi tertentu yang akan diproduksi, dan kompensasi yang akan dibayarkan kepada petani.
• Contoh : - umumnya pengusaha ayam pedaging memiliki kontrol atas usaha produksi anak ayam, seperti halnya input- input produksi tertentu dan pelaksanaan manajemen produksi. • Contractor (pembeli) memiliki kontrol atas : - proses produksi - input produksi tertentu - pelaksanaan manajemen khusus
- Contractee (peternak) : - menerima fee sebagai kompensasi melakukan proses produksi - Perusahaan Besar umumnya menggunakan kontrak produksi dengan peternak untuk menjamin batas waktu dan kualitas komoditi, dan untuk mengontrol cara-cara proses produksi.
Ada dua tipe dasar kontrak produksi : 1. Kontrak manajemen produksi (production management contract) 2. Kontrak penyediaan sumberdaya (resource providing contract)
Ad 1. Kontrak manajemen produksi (tanpa penyediaan sbdy) : - umumnya digunakan untuk pengolahan sayuran (sweet corn, green peas) - pembeli mengontrol keputusan yang akan dibuat petani, meliputi jadual penanaman dan varietas benih. Pembeli meningkatkan kemungkinan penerimaan komoditi yang sesuai dengan karakteristik tertentu yang diharapkan. - petani menanam sesuai kesepakatan demi memperoleh jaminan pasar dan jaminan harga (yg sesuai dengan kualitas)
- Sebagian risiko harga ditanggung oleh petani (mengacu pada pertimbangan kualitas atau tergantung grade) - Petani menanggung risiko produksi
• Ad 2. Kontrak penyediaan sumberdaya : – Digunakan ketika input-input dan manajemen khusus diperlukan untuk menjamin sifat-sifat produk akhir – Umumnya terdapat pada industri ayam pedaging – Produsen (peternak) ayam pedaging menyediakan lahan, fasilitas produksi, perlengkapan, tenaga kerja, dan biaya produksi (persiapan, pemeliharaan dan pemupukan) – Pembeli (perusahaan besar) menyediakan anak ayam, pakan, pelayanan kesehatan, manajemen dan transportasi.
Pada kontrak dalam industri ayam pedaging : pembayaran didasarkan pada efisiensi keragaan peternak dibandingkan terhadap seluruh peternak dalam kelompoknya (“round”) yang meliputi dua komponen, yaitu : 1. Pembayaran pokok (base payment) yaitu sejumlah tertentu per pon berat bersih ayam yang dihasilkan 2. Pembayaran insentif (incentive payment) yang tergantung pada efisiensi peternak dalam konversi pakan, tingkat mortalitas ayam, dan berat ayam dibandingkan dengan seluruh peternak dalam kelompoknya.
biaya-biaya tersebut diperhitungkan yang akan menentukan “settlement cost” peternak. Apabila “settlement cost” untuk seluruh produksi sekelompok peternak pada suatu periode tertentu lebih besar daripada biaya individual si peternak A, maka peternak tersebut akan mendapat insentif. Sebaliknya penalti dikenakan apabila “settlement cost” si peternak A lebih besar daripada seluruh peternak dalam kelompoknya. Ex utk peternak yg KONTRAK BERKELOMPOK : Pak Amin : ayamnya dibeli per ekor = 1.4 kg x Rp 22.000 = Rp 30800/kg. Penghematan rata-rata kelompok = Rp 1000/kg penghematan Pak Amin = Rp 1500/kg maka Pak Amin mendapat insentif
Knoeber dan Thurman ( diacu dalam Harwood et al 1999) studi tentang industri ayam pedaging yang menguji pengalihan risiko pada tipe “relatif-performance contract” (“contract with round”) dibandingkan dengan “contract without round” dan “independent grower”. Didefinisikan : - pembayaran pada kasus kontrak tanpa kelompok sebagai sejumlah pembayaran tertentu ditambah suatu jumlah yang merupakan keragaan konversi pakan yang bervariasi dari suatu standar yang tidak berubah sepanjang waktu. Ex utk peternak KONTRAK TDK BERKELOMPOK : Pak Iman : ayamnya dibeli per ekor = 1.4 kg x Rp 22.000 = Rp 30800/kg. Penghematan Pak Iman = Rp 1500/kg maka Pak Iman mendapat insentif tetapi berbeda dg yg berkelompok (bisa juga tidak)
- pada kasus peternak bebas diasumsikan bahwa peternak membeli input dan menjual ayamnya pada harga pasar dan tidak memiliki kontrak dengan seorang “integrator” Ex utk peternak TDK KONTRAK (BEBAS MANDIRI) : Pak Aman : ayamnya dibeli per ekor = 1.4 kg x Rp 20.000 = Rp 28000/kg. (harga pasar dan tidak ada insentif) Kesimpulan : - 89 persen peternak pada kasus kontrak dengan kelompok menghasilkan penurunan risiko yang lebih besar dibandingkan dengan kontrak tanpa kelompok. - Kontrak dengan dan tanpa kelompok mengurangi risiko masing-masing sebesar 97 dan 94 persen dibandingkan dengan peternak bebas.
Rhodes and Grimes : Alasan utama petani melakukan kontrak produksi yaitu kombinasi dari risiko pasar yang lebih rendah dan fluktuasi pendapatan yang kecil Perry : Petani memperoleh manfaat dan bimbingan teknis, keahlian manajerial, dan mendapat akses kemajuan teknologi (stok DOC yang berkualitas tinggi) yang tidak mungkin diperoleh tanpa melakukan kontrak produksi.
Kritikan terhadap kontrak produksi : Hamilton; Charlier; Harris : - membatasi kapasitas kewirausahaan petani Jenner : - petani berada dalam suatu sistem yang kurang menguntungkan, yang mana pengusaha tidak memiliki insentif untuk menjaga keakuratan pembiayaan dan alokasi input diantara petani, dan standar mutlak mungkin lebih adil dan transparan.
4. Marketing Contract Kontrak pemasaran adalah perjanjian baik secara tertulis maupun lisan antara pedagang dan produsen tentang penetapan harga dan penjualan untuk suatu komoditi sebelum panen atau sebelum komoditi siap dipasarkan (Perry, 1997). Kepemilikan komoditi saat diproduksi adalah milik petani, termasuk keputusan manajemen (seperti menentukan varietas benih, penggunaan input dan kapan waktunya).
Beberapa jenis kontrak pemasaran : (1) Flat (fixed) price contract : suatu perjanjian di muka yang menetapkan harga tertentu di awal yang harus dibayar oleh pembeli kepada penjual. Ex : petani mangga dg tengkulak, tengkulak membeli bulan Januari untuk panen bulan April. April diduga harga Rp 4000/kg. Tengkulak menetapkan Rp 3000kg (per Januari). Jika ternyata April Rp 2500, tengkulak rugi.
(2) Basis contract : Suatu perjanjian di muka yang menghendaki agar harga ditetapkan dengan menerapkan suatu perbedaan tertentu (the basis) pada harga mendatang yang diamati pada waktu mendatang, sebagaimana dipilih oleh salah satu pihak yang melakukan perjanjian. Harga ditentukan berbeda Rp 1000/kg dengan harga bulan April (Jika terjadi April= 4000, maka petani menerima harga 3000, jika harga april 3000, petani menerima harga 2000, jika april harganya 6000, maka petani menerima harga 5000.
(3) Deferred price contract : (a) perjanjian di muka yang mana harga ditentukan kemudian. Perjanjian Bulan Januari, transaksi kesepakatan untuk panen April, harga ditentukan nanti (April), namun petani masih harus merawat dan memelihara buah mangga tsb smp april. (b) suatu perjanjian di muka yang mentransfer kepemilikan sebelum harga ditentukan. Perjanjian Januari untuk panen April. Harga ditentukan April, namun petani sejak Januari melepas kepemilikan shg perawatan tg jawab tengkulak.
(4) Minimum price contract : Suatu perjanjian untuk melindungi petani terhadap penurunan harga di bawah batas minimum sampai batas waktu perjanjian. Harga ditentukan April. Saat ini Januari harganya 4000, februari 3000, maret 2000. maka untuk mencegah harga turun terus (sampai 1000), harga ditentukan tidak boleh kurang dari 2000. jika harga april 1000, petani masih aman dengan 2000.
(5) Hedge-to-arrive (HTA) contract : Persetujuan antara seorang petani dan pembeli yang menghendaki agar petani mengirimkan dan pembeli membayar untuk suatu komoditi pada masa yang akan datang pada harga mendatang ditambah sejumlah tertentu yang ditentukan pada saat pengiriman. Kesepakatan Januari, namun harga ditentukan April sesuai dengan harga pasar + 20%, shg walaupun harga jatuh, petani masih mendapat kenaikan harga 20%
Tabel 6. Perbandingan Karakter Kontrak Pemasaran dan Kontrak Produksi
Kontrak Pemasaran
Kontrak Produksi
Contractor :
Contractor :
-Hanya membeli komoditas dgn kualitas dan kuantitas tertentu dgn harga negosiasi -Tidak menjadi pemilik komoditas sampai komoditas tsb dikirim -Hanya memiliki sedikit pengaruh dalam keputusan produksi
-Mengatur untuk mendapatkan kualitas dan kuantitas tertentu dari komoditas yang akan diproduksi -Umumnya jadi pemilik komoditas sejak komoditas diproduksi -Memiliki sebagian besar keputusan produksi
Contractee (Operator) :
-Contractee (Operator) :
-Ada pembeli dan harga (kesepakatan aturan harga sebelum panen) -Menyediakan sendiri input dan biaya produksi -memiliki komoditas saat produksi masih berjalan -Memiliki semua atau sebagian besar keputusan produksi -Menanggung semua risiko produksi, tapi dapat mengurangi risiko perubahan harga -Menerima bagian terbesar dari nilai produksi total
-Menyediakan jasa dan input tetap (lahan, bangunan, dsb) -Menyediakan sebagian kecil input produksi -Umumnya bukan pemilik komoditas -Hanya sedikit memiliki keputusan produksi -Tidak terlalu terkait risiko harga dan pasar, terbatas dalam risiko produksi -Hanya menerima fee atas jasa proses produksi, tidak mencerminkan nilai pasar komoditas yang diproduks
5. Hedging Future market : - suatu sistem pasar yang menyediakan fasilitas untuk menanggapi perdagangan secara cepat dalam unit produk terstandarisasi dalam mutu dan jumlah yang akan dikirim pada masa yang akan datang.
- Tidak terkait dengan komoditas secara fisik karena yang diperdagangkan hanya janji-janji berupa kontrak pengiriman komoditas pada tanggal tertentu pada masa yang akan datang. - Keputusan-keputusan dan tindakan-tindakan para pedagang dapat dianggap sebagai keputusan dan tindakan spekulasi yang menawarkan peluang keuntungan dan kerugian atas keputusan yang diambil atau tindakan yang dilakukan.
Contoh : • Bulan Maret 2010 Rahmat menjual kontrak kedelai bulan Agustus 2010 sebanyak 1.500 kg dengan harga kontrak Rp 15.000,00/kg kepada Arif. • Awal bulan Juni 2010, berdasarkan hasil pengamatannya, Rahmat membeli kembali kontrak yang telah dijualnya dengan harga kontrak Rp 16.000,00/kg. • Beberapa hari kemudian, Rahmat melihat gejala yang sangat mungkin menurunnya harga kedelai pada bulan Agustus 2010, sehingga ia segera menjual kembali kontrak kedelai bulan Agustus 2010 tersebut dengan harga Rp 15.500,00/kg kepada Kurnia. • Kurnia menahan sementara untuk tidak menawarkan kontrak tersebut kepada pihak lain sampai ada penawaran harga yang baik. Menjelang akhir bulan Juli 2010 harga penawaran mencapai Rp 17.500,00/kg, maka Kurnia segera menjual kembali kontrak tersebut.
Dalam periode bulan Maret s/d Agustus 2010, Rahmat, Arif dan Kurnia menerima kenyataan yang berbeda dari keputusan dan tindakan spekulasinya. Ada yang untung dan ada yang rugi. Pedagang yang lihai melihat peluang dan tepat memperkirakan kemungkinan perubahan harga akan dapat memperoleh keberuntungan. Future market bukan hanya sekedar spekulasi atau mengadu untung, tetapi besar manfaatnya jika digabungkan dengan pasar tunai (cash market) yang mana secara fisik komoditas yang diperdagangkan benar-benar ada di tangan. Penggabungan future market dan cash market ada yang dikenal dengan usaha perlindungan (hedging).
Hedging : - mengambil posisi di suatu pasar berjangka untuk mengurangi risiko kehilangan finansial dari perubahan harga. - melibatkan pengalihan risiko dari suatu usaha yang menginginkan pengurangan risiko (the hedger) kepada pihak yang mau menerima risiko dalam pertukaran profit yang diharapkan (the speculator).
• Ada dua tipe hedging, yaitu : 1. The Selling Hedge : - suatu tipe hedge yang digunakan oleh orang atau lembaga yang memiliki atau menyimpan sejumlah komoditas untuk mengalihkan risiko kemungkinan turunnya harga dengan menjual future contract (FC) melalui future market. - dilakukan oleh petani, pedagang perantara, dan industri pengolahan 2. The Buying Hedge : - suatu tipe hedge yang digunakan oleh orang atau lembaga yang ingin membeli komoditas tertentu untuk penggunaan pada masa yang akan datang dengan cara membeli future contract melalui future market untuk memproteksi posisinya dalam cash market dalam menghadapi kemungkinan meningkatnya harga komoditas tersebut. - dilakukan oleh pedagang perantara dan industri pengolahan.
• Hedge dapat digunakan sebagai the storage hedge dan the preharvest hedge. • The storage hedge : - Tujuannya : untuk melindungi perusahaan menghadapi pergerakan cash price yang merugikan dan membantu perusahaan dalam menutupi carrying charges, seperti biaya penyimpanan, beban bunga, dan premi asuransi, yang timbul akibat penanganan dan penyimpanan persediaan dalam waktu yang relatif lama. - Didasarkan pada harapan bahwa basis komoditas yang disimpan akan mengecil sejalan dengan semakin dekatnya kontrak jatuh tempo.
Contoh : Perusahaan Dagang (PD) Jaya Makmur, suatu usaha perdagangan komoditas pertanian, ingin membeli sejumlah kopi pada bulan November 2009 dengan harga tunai Rp 14.000,00/kg untuk disimpan kemudian dipasarkan pada saat harga tunai menguntungkan. Pemilik PD Jaya Makmur memperkirakan harga tunai pada bulan Juni 2010 Rp 15.000,00/kg dan biaya penyimpanan selama periode Nov 2009 – Juni 2010 sebesar Rp 1.200,00/kg. Keuntungan dari pasar tunai diperkirakan Rp 1.000,00/kg (15000-14000) PD Jaya Makmur memperkirakan akan rugi sebesar Rp 200,00/kg. (14000+1200)-15000 Untuk menghindari kerugian tersebut, maka disusun tabel Hedge, dengan harga-harga sesuai dengan perkiraannya (Tabel 1).
Tabel 1. Ilustrasi Bagaimana Hedge Digunakan dalam Perlindungan Penyimpanan
Tanggal
Cash Market
Future Market
1 November 2009
Membeli kopi Rp 14.000,00/kg
Menjual Juli-Future Contract Kopi @ Rp 15.500,00
Rp 1.500,00
1 Juni 2010
Menjual kopi @ Rp 15.000,00
Membeli Juli-Future Contract Kopi @ Rp 15.200,00
-Rp 200,00
Gain/loss
Rp 1.000,00
Rp 300,00
Harga jual tunai 1 Juni 2010 +Gain dari FC Total penerimaan -Harga beli tunai 1 November 2009 Return to storage Storage cost
Basis
Rp 1.300,00 = Rp 15.000,00 = Rp 300,00 = Rp 15.300,00 = Rp 14.000,00 = Rp 1.300,00 = Rp 1.200.00
Keberadaan future market membantu PD Jaya Makmur dalam menutupi biaya penyimpanan yang harus dikeluarkan selama periode penyimpanan tersebut dan masih tetap memperoleh keuntungan. - The Preharvest Hedge : - memerlukan pengetahuan dan pengalaman bagi petani mengenai kecenderungan local harvest basis, yaitu perbedaan antara harga tunai lokal dan harga kemudian (future price). - untuk menstabilkan pendapatan petani akibat perkiraan jatuhnya harga tunai komoditas pada saat panen nanti di bawah harga tunai yang diestimasi, maka petani menyusun the preharvest hedge (Tabel 2).
• 1 Maret 2009 menanam cabai keriting • estimasi harga tunai bulan November 2009 sebesar Rp 20.000,00/kg. • Namun perkiraan tersebut tidak selalu pasti, bahkan dapat jauh lebih rendah. Petani dapat menggunakan hedge dengan mengambil posisi menjual Desember-FC cabai keriting seharga Rp 22.000,00/kg dan membeli kembali seharga Rp 21.000,00/kg pada tanggal 1 November 2009, sebelum masa kontraknya habis. • Dengan demikian petani memperoleh future gain sebesar Rp 1.000,00/kg. • Walaupun harga tunai yang diterima petani pada tanggal 1 November 2009 sebesar Rp 19.000,00/kg, dengan selisih Rp 1.000,00/kg dibawah perkiraan semula, tetapi dengan keputusan yang tepat oleh petani untuk menggunakan hedge, maka selisih harga tersebut tetap akan diterima oleh petani sehingga sesuai dengan total penerimaan yang telah diestimasi sebelumnya. Kelihaian petani untuk menggunakan hedge pada saat yang tepat memungkinkan untuk mentransfer risiko dan memupuk keuntungan.
Tabel 2. Ilustrasi Bagaimana Hedge Digunakan dalam Perlindungan Preharvest Tanggal 1 Maret 2009
Cash Market
Future Market
Menanam cabai keriting dan Menjual Des-FC Estimasi harga tunai Cabai keriting November 2009 Rp20.000,00/kg Rp 22.000,00/kg
1 November 2009 Panen cabai keriting dan menjualnya dengan harga tunai Rp19.000,00/kg
Membeli Nov-FC Cabai keriting Rp 21.000,00
Gain/loss
Rp 1.000,00
(Rp 1.000,00)
Basis Rp 2.000,00
(Rp 2.000,00)
Harga jual tunai 1 November 2009
= Rp 19.000,00
+Gain dari FC
= Rp 1.000,00
Total penerimaan
= Rp 20.000,00
- Estimasi harga tunai 1 Maret 2009
= Rp 20.000,00 impas
Penerimaan bersih petani pada situasi penjualan saat panen : Ru = [(F2 + B2) * Y2] – C Ru = [21000 + (-2000) * Y2] -C Dimana : F2 = harvest futures price B2 = harvest basis Y2 = actual production C = production costs
• Penerimaan bersih yang diharapkan pada saat panen : Rh = [(F2 + B2) * Y2] + [(F1 – F2) * (h * Y1)] – C Dimana : (F1 – F2) = profit or loss associated with the farmer’s future market position h * Y1 = quantity hedged h = hedge ratio Y1 = expected production Asumsi : output diketahui dengan pasti dan produksi aktual sama dengan quantity hedge (Y2 = h * Y1) Maka : Rh = [(F2 + B2) * Y2] + [(F1 – F2) * Y2] – C Atau : Rh = [Y2 * (F1 + B2)] - C
SISTEM RESI GUDANG (Warehouse Receipt System)
1. Definisi Sistem Resi Gudang adalah Kegiatan yang berkaitan dengan Penerbitan, Pengalihan, Penjaminan dan Penyelesaian Transaksi Resi Gudang. Resi Gudang adalah Dokumen Bukti Kepemilikan atas barang yang disimpan di gudang yang diterbitkan oleh pengelola gudang (dimiliki debitur dan dpt dijual/digadaikan ke kreditur sbg jaminan) Barang adalah Setiap benda bergerak yang dapat disimpan dalam jangka waktu tertentu dan diperdagangkan secara umum.
Pemegang Resi Gudang adalah Pemilik barang atau pihak yang menerima pengalihan dari pemilik barang atau pihak lain yang menerima pengalihan lebih lanjut. Pengelola Gudang adalah Pihak yang melakukan usaha pergudangan, baik gudang milik sendiri maupun milik orang lain, yang melakukan penyimpanan, pemeliharaan dan pengawasan barang yang disimpan oleh pemilik barang serta berhak menerbitkan Resi Gudang.
Resi Gudang adalah (BAPPEBTI 2005) - surat berharga berupa dokumen sebagai bukti kepemilikan atas barang yang disimpan di gudang yang diterbitkan oleh pengelola gudang. - salah satu instrumen penting, efektif dan negotiable (dapat diperdagangkan) serta swapped (dipertukarkan) dalam sistem pembiayaan perdagangan suatu negara - sebagai jaminan (collateral) atau sebagai bukti penyerahan barang dalam rangka pemenuhan kontrak derivatif yang jatuh tempo.
Sistem Resi Gudang (SRG) adalah kegiatan yang berkaitan dengan penerbitan, pengalihan, penjaminan, dan penyelesaian transaksi Resi Gudang. SRG diatur dalam Undang-Undang No. 9 Tahun 2006 tentang Resi Gudang Tujuan diberlakukannya Undang-Undang Resi Gudang adalah : - memberikan dan meningkatkan akses masyarakat terhadap kepastian hukum - melindungi masyarakat - memperluas akses masyarakat untuk memanfaatkan fasilitas pembiayaan
Manfaat Resi Gudang : - Keterkendalian dan kestabilan harga komoditi. - Keterjaminan modal produksi. - Keleluasaan penyaluran kredit bagi perbankan. - Keterkendalian sediaan (stok) nasional. - Keterpantauan lalu lintas produk/komoditi. - Keterjaminan bahan baku industri. - Efisiensi logistik dan distribusi. - Kontribusi fiskal.
2. Pengertian Hak Jaminan Atas Resi Gudang Hak Jaminan atas Resi Gudang adalah Hak Jaminan yang dibebankan pada Resi Gudang untuk pelunasan utang yang memberikan kedudukan untuk diutamakan bagi penerima hak jaminan terhadap kreditur yang lain (Pasal 1 angka (9) UU SRG). Hak Jaminan dalam undang-undang ini meliputi klaim asuransi dalam hal barang sebagaimana tersebut dalam Resi Gudang diasuransikan (Penjelasan Pasal 12 ayat (1) UU SRG)
3. Para Pihak Dalam Jaminan Resi Gudang 1. Kreditur yang menerima jaminan dan akan menyimpan Resi Gudang sebagai jaminan dari Debitur 2. Debitur yang menyerahkan Resi Gudang sebagai dokumen bukti kepemilikan atas barang yang disimpan di dalam gudang. 3. Pengelola Gudang yang mengelola barang-barang debitur yang ditaruh di dalam gudang.
4. Asas-Asas Hak Jaminan atas Resi Gudang 1). Asas-asas Hak Kebendaan a. Asas Absolut b. Asas Droit de Suite c. Asas Droit de Preference Pasal 12 ayat (2) UU SRG : “Setiap Resi Gudang yang diterbitkan hanya dapat dibebani satu jaminan utang”.
Pasal 16 ayat (2) PP. 36 Tahun 2007 Tentang Pelaksana UU No.9 Tahun 2006 Tentang Sistem Resi Gudang: “Hak Jaminan atas Resi Gudang memberikan kedudukan untuk diutamakan bagi kreditur Penerima Hak Jaminan terhadap kreditur lain.
2). Bersifat Accesoir Perjanjian Hak Jaminan merupakan perjanjian ikutan dari suatu perjanjian utang piutang yang menjadi perjanjian pokok. (Pasal 12 (1) UU SRG). 3). Asas Publiciteit Penerima Hak Jaminan harus memberitahukan perjanjian pengikatan Resi Gudang sebagai Hak Jaminan kepada Pusat Registrasi dan Pengelola Gudang (Pasal 13 UUSRG)
4). Asas Specialiteit Akta perjanjian Hak Jaminan harus memuat a. Identitas pihak pemberi dan penerima Hak Jaminan b. Data perjanjian pokok yang dijamin dengan Hak Jaminan c. Spesifikasi Resi Gudang yang diagunkan d. Nilai Jaminan Utang; dan e. Nilai barang berdasarkan harga pasar saat barang di masukkan ke dalam gudang.
5). Obyek Jaminan dalam Hak Jaminan atas Resi Gudang Barang bergerak yang disimpan dalam jangka waktu tertentu dan diperdagangkan secara umum (Pasal 1 angka (5) UU SRG). Peraturan Menteri Perdagangan RI No.26/MDAG/Per/6/2007. Pasal 3 : ‘Barang’ dalam sistem Resi Gudang memiliki daya simpan paling sedikit 3 (tiga) bulan, memiliki standar mutu tertentu, jumlah minimum barang disimpan.
Pasal 4 (1) : Gabah, beras, jagung, kopi, kakao, lada, karet, rumput laut, dengan catatan bahwa penetapan tentang Barang ini dapat berkembang dengan rekomendasi Pemerintah Daerah, instansi terkait, asosiasi komoditas, dengan tetap memperhatikan persyaratan pada Pasal 3 (vide Pasal 4 ayat (2), Permendag No.26/MDAG/Per/6/2007.
6. Tahapan Terjadinya Hak Jaminan atas Resi Gudang
Akta Perjanjian Hak Jaminan (Pasal 14 ayat 1 dan 2 UU SRG)
Kreditur memberitahukan perjanjian pengikatan Resi Gudang Sebagai Hak Jaminan Kepada Pusat Registrasi dan Pengelola Gudang (Pasal 13 UU SRG)
Pemberitahuan disampaikan secara tertulis dengan Formulir dari Badan Pengawas dan dilengkapi dengan foto copy Perjanjian Hak Jaminan dan foto copy Resi Gudang (Pasal 17 (3) UU SRG)
Dicatat dalam buku Daftar Pembebanan Hak Jaminan oleh Pusat Registrasi Penerbitan konfirmasi pemberitahuan pembebanan Hak Jaminan secara tertulis atau elektronik kepada penerima hak jaminan, Pemberi Hak Jaminan dan Pengelola Gudang (Pasal 18 (1) dan (2) PP No.36/2007)
7). Hapusnya Hak Jaminan atas Resi Gudang a. Hapusnya utang pokok yang dijamin dengan hak jaminan dan; b. Pelepasan Hak Jaminan oleh Penerima Hak Jaminan (Pasal 15 UU SRG) 8). Eksekusi dalam Hak Jaminan atas Resi Gudang Pasal 16 UU SRG (1) Apabila pemberi hak jaminan cidera janji, penerima hak jaminan mempunyai hak untuk menjual obyek jaminan atas kekuasaan sendiri melalui lelang umum atau penjualan langsun (2). Penerima hak jaminan memiliki
Resi Gudang: Pembiayaan & Perlindungan Harga Percontohan: Lampung (lada, kopi); Jawa Barat (gabah); Jawa Tengah (gabah dan jagung); Jawa timur (gabah); dan Sulawesi Selatan (gabah, kakao, jagung), dan lain-lain PENILAIAN KUALITAS
DOKUMEN RG
ORIENTASI EKSPOR TANAM SAMPAI PANEN
KOMODITAS MENTAH/ASALAN
PRA-PANEN
DEP. PERTANIAN; KEM. KOPERASI & UKM
Pengurangan ketergantungan petani/UKM kepada tengkulak (melalui skema pendanaan), penyediaan sarana dan faktor produksi: pupuk, pestisida, dsb
PENGERINGAN - KOMODITAS SIAP SIMPAN SORTASIMASA-PANEN
BPPT, PEMDA, SWASTA
PENGELOLA GUDANG
PASCA-PANEN
DEPDAG – BAPPEBTI, BI
Alat panen, pengering, sortasi
• Mutu lebih baik; • Masa simpan lebih panjang; • Harga terjamin/terlindung
SKEMA SISTEM RESI GUDANG
KONSUMSI DLM NEGERI / KETAHANAN PANGAN
Contoh Dokumen Resi Gudang
6. Asuransi UU No. 2 Tahun 1992 tentang Usaha Perasuransian Asuransi adalah perjanjian antara dua pihak atau lebih, dengan mana pihak penanggung mengikatkan diri kepada tertanggung, dengan menerima premi asuransi, untuk memberikan penggantian kepada tertanggung karena kerugian, kerusakan atau kehilangan keuntungan yang diharapkan atau tanggung jawab hukum pihak ketiga yang mungkin akan diderita tertanggung, yang timbul dari suatu peristiwa yang tidak pasti, atau memberikan suatu pembayaran yang didasarkan atas meninggal atau hidupnya seseorang yang dipertanggungkan.
• Asuransi sering digunakan oleh petani untuk tujuan menanggulangi risiko atas hasil (juga penerimaan) pertanian, dan sudah sangat banyak digunakan di luar pertanian seperti properti, kesehatan dan kendaraan. • Bagi kepentingan individu asuransi bagai pertukaran sesuatu yang pasti dari sedikit uang premi untuk sebuah perlindungan dari yang tidak pasti namun berpotensi besar dapat menimbulkan kerugian (loss). • Pembayaran ganti rugi diberikan dengan besaran sesuai pilihan petani atas jaminan asuransi yang diset oleh perusahaan asuransi.
• Seseorang harus memperhitungkan berapa besar pertanggungan asuransi dapat mengganti kehilangan/kerugian yang terjadi.
• Satu kunci karakter pasar asuransi adalah konsep risk pooling yaitu gabungan peluang risiko yang terjadi pada banyak orang yang berkontribusi melalui pembayaran premi sebagai dana bersama, yang mana dana tersebut digunakan untuk membayar kerugian setiap orang yang berada pada pool (kumpulan orang) tersebut (Ray). • Dalam hal market failure pemerintahlah yang melakukan program multi-peril crop insurance (MPCI = asuransi tanaman multi-ancaman bencana).
• Idenya adalah karena produksi tanaman memiliki multiancaman bencana alam, seperti kekeringan, banjir, penyakit dan sebagainya pada cakupan wilayah yang sangat luas. • Hal ini sangat sulit bagi perusahaan swasta, karena banyaknya ancaman kegagalan (Miranda and Glauber; Ray). • Alasan lain MPCI oleh swasta gagal karena petani telah merespon sendiri risiko dengan cara diversifikasi produksi dan meredam konsumsi melalui tabungan dan pinjaman yang mengurangi efek asuransi dan mengakibatkan asuransi tidak menarik bagi petani.
• Faktor lain yang juga merupakan masalah yang signifikan dalam MPCI adalah moral hazartd (buruk moral) dan adverse selection (pilihan merugikan). • Moral hazard misalnya upaya secara sengaja petani membiarkan dan mempercepat tanaman kena bencana setelah mereka membeli polis asuransi. •
Adverse selection dilakukan petani yang sengaja membeli polis asuransi karena sudah mengetahui informasi bencana yang akan melanda daerahnya.
•
Kompensasi yang diterima oleh produsen (petani) akibat kerusakan yang dialami usahanya : Indemnity = Max [(Guaranteed Yield – Actual Yield),0] * Price Guarantee Perusahaan asuransi menentukan harga pada produknya untuk menutup biaya overhead, biaya produksi, dan pendapatan yang diinginkan. Besar premi yang ditentukan sesuai dengan persamaan berikut : Premium = (Actuarially Fair Premium + Administrative Cost) > Expected Indemnity
• Contoh : Diasumsikan seorang petani kedelai memiliki suatu APH (Actual Production History) 12 ton per ha dan memilih hasil produksi yang dicover asuransi adalah 75 persen. Jadi hasil produksi yang dijamin asuransi adalah 8 ton per ha (75% x 12 ton). Jika produksi aktual adalah 5 ton per ha, maka indemnity akan dibayarkan untuk produksi 3 ton (8 – 5 ton). Jika petani memilih harga kedelai Rp 5.000,00/kg, maka indemnity yang diterima petani adalah sebesar Rp 15.000.000,00 ( 3 ton x Rp 5.000,00/kg).
• Federasi MPCI menyediakan empat jenis subsidi, yaitu : (1) Premium subsidy (2) Delivery expense reimbursement (3) Reinsurance (4) Excess losses
Premi yang dibebankan kepada petani dengan adanya subsidi adalah : Premium = (Actuarially Fair Premium – Premium Subsidy) < Expected Indemnity
Perusahaan yang telah melaksanakan program asuransi di Indonesia, antara lain : (1) Koperasi Persusuan Bandung Selatan (KPBS) a. Santunan kematian ternak b. Santunan kematian anggota atau suami atau istri anggota c. Santunan asuransi untuk karyawan dan pengurus (2) PT Asuransi Jasa Indonesia (PT Jasindo) a. Subsistem pengadaan sarana produksi : pabrik pupuk, alat-alat pertanian b. Subsistem pengolahan : pabrik gula, pabrik tekstil c. Subsistem budidaya pertanian : perkebunan besar pada komoditi tertentu seperti teh, kopi, karet, kelapa sawit
Asuransi Pertanian
Terima Kasih