LEmBRGR PEHELITmn S T R A T E G I P E L E S T A R I A N P L A S M A N U T F A H PROPINSI RIAU Defri Yoza dan Susy Edwina Jurusan Budidaya Pertanian Fakultas Pertanian Universitas Jl. Bina WIdya No. 30, Simpang Baru Panam,
Riau
Pekanbaru
ABSTRAK
Riau memiliki keanekaragaman hayati yang tinggi namun beium terdata dengan baik. Penelitian ini bertujuan untuk mengumpulkan data mengenai plasma nutfah, mengetahui kekuatan, kelemahan, peluang dan ancaman serta menyusun strategi pelestarian plasma nutfah Riau. Penelitian dilakukan di berbagai instansi di Kota Pekanbaru dengan menggunakan metode wawancara dan studi literatur. Data diolah menggunakan metode SWOT. Dari penelitian didapatkan bahwa plasma nutfah kehutanan tersebar di berbagai jenis hutan seperti hutan rawa, hutan rawa gambut, hutan dataran rendah dan hutan mangrove. Sedangkan bidang peternakan Riau memiliki plasma nutfah untukternakyang didomestikasi seperti lebah dan rusa. Pada bidang perikanan, Riau memiliki berbagai jenis ikan air tawar dan ikan air laut yang tersebar di sungai dan laut Propinsi Riau. Di bidang pertanian, Riau memiliki jenis-jenis padi dan buah khas Propinsi Riau karena telah berinteraksi dengan kondisi lingkungan Riau. Secara umum kekuatan terdapat pada potensinya yang besar namun belum dikelola dengan baik untuk menangkap peluang pasar bebas dan mengantisipasi masuknya komoditas plasma nutfah dari luar. Strategi pelestariannya haruslah komprehensif untuk menyusun sebuah masterplan pelestarian plasma nutfah Propinsi Riau. Kate Kunci: Strategi, Pelestarian, Plasma nutfah
PENDAHULUAN Plasma nutfah atau sumberdaya alam hayati Riau yang sering dimanfaatkan secara berlebihan terdiri atas sumberdaya alam hayati di bidang kehutanan dan perikanan. Dua sektor ini sering mendapatkan tekanan yang sangat tinggi terhadap keanekaragaman jenisnya sementara sektorsektor lain seperti peternakan dan pertanian malah tidak tergali atau mendapat perhatian yang sangat sedikit di bidang pemuliaan dan pengembangan plasma nutfah/keanekaragaman hayati. A d a dua sisi yang sangat kontras di bidang pengembangan plasma nutfah/sumberdaya alam hayati di satu sisi plasma nutfah mulai terancam dengan adanya pemanfaatan yang berlebihan terhadap sumberdaya hayati sedangkan di sisi lain masih sedikit yang digali untuk tujuan-tujuan pemuliaan jenis. Pemanfaatan berlebihan oleh kegiatan perkebunan dan pertanian terhadap keanekaragaman hayati mengakibatkan terjadinya fragmentasi habitat, desertifikasi (penggurunan), simplifikasi ekosistem dan gene pool serta ancaman invasi spesies luar. Penelitian dan pengumpulan data tentang keanekaragaman hayati dan plasma nutfah yang ada di Propinsi Riau masih bersifat sektoral dan belum menyeluruh. Setiap lembaga tentunya mengumpulkan data terkait dengan tugas pokok dan fungsinya dan belum melakukan analisis celah {gap analysis) untuk menentukan data apa lagi yang harus dikumpulkan. Kedepan harus ada semacam komisi plasma nutfah yang tentunya harus mulai memikirkan agenda tentang pelestarian dan pengembangan plasma nutfah. Tentunya sebuah penelitian yang komprehensif untuk mengkompilasi dan menyajikan data plasma nutfah sangat dibutuhkan begitu juga d e n g f n langkah-langkah yang harus diambil untuk^
132
UniUERSiTRS RiflU nengkonservasi plasma nutfah tersebut. Data plasma nutfah tersebut terkait dengan komposisi enis dan pemanfaatannya yang telah dilakukan oleh masyarakat Riau secara tumn temurun. Permasalahan yang terjadi saat ini mencyenai plasma nutfah terkait dengan tersebarnya dataiata tersebut di berbagai lembaga baik lembaga penelitian dan perpustakaan di universitas-universitas Tiaupun di lembaga-lembaga teknis seperti dinas-dinas dan badan pemerintah. Data tersebut harus jisajikan kembali untuk menghindarkan pekerjaan-pekerjaan berulang yang dilakukan untuk •nengumpulkannya. Sehingga apa yang sudah dan belum dikerjakan dapat menjadi sebuah sinergi ian efisiensi pemanfaatan dana penelitian dan pengembangan. Penelitian ini bertujuan untuk 1) mengumpulkan data mengena keanekaragaman plasma nutfah jari berbagai sumber dan instansi di tingkat Propinsi Riau, 2) mengidentifikasi segala kekuatan, kelemahan, peluang dan ancaman terhadap keanekaragaman plasma nutfah Propinsi Riau, 3) Tierumuskan strategi p e l e s t a r i a n p l a s m a nutfah R i a u d e m i m e n i n g k a t k a n m a n f a a t d a n <eberlanjutannya bagi pembangunan Propinsi Riau Penelitian ini diharapkan untuk mendapatkan koleksi data tentang keanekaragaman plasma lutfah Riau sehingga kedepan penelitian-penelitian dapat diarahkan pada topik-topik yang belum pemah jilakukan untuk pengumpulan data plasma nutfah dan koleksi data plasma nutfah tersebut dapat nenjadi pertimbangan bagi pemanfaatan, perlindungan dan pelestariannya. Penelitian ini juga untuk nerumuskan strategi pelestarian plasma nutfah Propinsi Riau demi mengantisipasi ancama-ancaman ;erhadap keberlangsungan plasma nutfah tersebut. METODE Penelitian ini dilakukan di Kota Pekanbaru sebagai ibukota Propinsi Riau dan direncanakan selama 6 bulan pada bulan April - September 2008. Bahan yang digunakan dalam penelitian ini adalah data keanekaragaman plasma nutfah yang tersebar di berbagai instansi dalam bentuk laporan kegiatan, presiding, hasil survei dan skripsi. Sedangkan alat yang digunakan terdiri dari daftar pertanyaan, komputer untuk mengolah dan mengentri data. Penelitian ini bersifat penelitian eksploratif dengan menggunakan hasil wawancara dan datadata sekunder dari para pihak yang terkait dengan pelestarian plasma nutfah Riau. A d a dua jenis data yang dikumpulkan (1) data primer yaitu data yang dikumpulkan berupa strategi pelestarian yang menggabungkan kelemahan, kekuatan, tantangan dan ancaman masing-masing instansi yang sifatnya merupakan data yang akan diolah; (2) data sekunder yaitu data sekunder yang dikumpulkan terdiri atas keanekaragaman jenis plasma nutfah, tugas pokok dan fungsi masing-masing instansi, rencana strategis dan pelestarian plasma nutfah kedepan. Pengumpulan data dilakukan dengan menggunakan dua metode yakni 1) wawancara terpilih yaitu Wawancara dengan menggunakan daftar pertanyaan yang telah disiapkan terhadap dinas dan instansi terkait, 2) studi literatur yaitu penelusuran literatur dilakukan dari internet dan perpustakaanperpustakaan berbagai instansi mengenai keanekaragaman jenis plasma nutfah yang ada. Kemudian dari data keanekaragaman plasma nutfah dan hasil wawancara yang ada akan ditentukan strategi pengembangannya dengan menggunakan analisa SWOT. Analisa S W O T adalah identifikasi berbagai faktor secara sistematis untuk merumuskan strategi sebuah instansi. Analisis ini didasarkan pada logika y a n g dapat m e m a k s i m a l k a n kekuatan (strengths) dan peluang (opportunities), namun secara bersamaan dapat meminimalkan kelemahan (weakneses) dan ancaman (treaths). Proses pengambilan keputusan strategis selalu berkaitan dengan pengembangan misi, tujuan, strategi, dan kebijakan instansi. Dengan demikian perencana strategis (strategicplanner)
133
LEmBPGR PERELITIRn harus menganalisis faktor-faktor strategis perusahaan (kekuatan, kelemahan, peluang dan ancaman) dalam kondisi yang ada saat ini (Rangkuti, 2000).
HASIL DAN PEMBAHASAN 1. Keanekaragaman Plasma Nutfah Kehutanan Berdasarkan tempat tumbuhnya, hutan-hutan primer dan sekunder tersebut dibagi menjadi hutan dataran rendah, hutan rawa air tawar, hutan rawa gambut, dan hutan mangrove. Masingmasing tipe hutan ini memiliki vegetasi jenis pohon dan satwa yang khas. Jenis-jenis pohon dan satwa tersebut sudah berasosiasi dan beradaptasi dengan kondisi biofisik hutan tersebut sehingga dapat dikatakan menjadi plasma nutfah jenis hutan bersangkutan. Untuk jelasnya mengenai jenisjenis pohon yang terdapat di berbagai tipe hutan dapat dilihat pada uraian berikut: 1.1
Hutan Dataran Rendah
Hutan dataran rendah memiliki karakteristik hutan hujan tropika basah yang terletak pada ketinggian di bawah 700 m di atas permukaan laut (Dephut, 1998). Beberapa jenis pohon dan satwa yang terdapat di hutan dataran rendah dapat dilihat pada Tabel 1 berikut ini Tabel 1. Komposisi Jenis Pohon di Hutan Dataran Rendah Bangkinang No 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 26 27 28 134
Famili Anacardiaceae Anacardiaceae Annonaceae Annonaceae Bombacaceae Caesalpinaceae Caesalpinaceae Caesalpinaceae Dipterocarpaceae Dipterocarpaceae Dipterocarpaceae Dipterocarpaceae Dipterocarpaceae Dipterocarpaceae Dipterocarpaceae Dipterocarpaceae Dipterocarpaceae Ebenaceae Euphorbiaceae Euphorbiaceae Euphorbiaceae Euphorbiaceae Euphorbiaceae Euphorbiaceae Euphorbiaceae Fabaceae Fagaceae Guttiferae
Nama Lokal Ambacang hutan Rengas Mempisang Jangkang Durian hutan Kempas Sindur Merbau Balau Cengal Kapur Keruing Meranti kunyit Meranti rambai Meranti semut Mersawa Resak Arang-arang Pelangas Kuras Sendok-sendok Rambai Mahang Tapen Tampui Saga Pening-pening Manggis-manggis
Nama llmiah Mangifera foetida Gluta renghas Polyalthia longifolia Xylopia malayana Durio carinatus Koompassia malaccensis Sindora leiocarpa Intsia bijuga Parashorea aptera Hopea sangal Dryobalanops oblongifolia Dipterocarpus cornutus Shorea parvifolia Shorea acuminata Shoraa sumatrana Anisoptera marginata Vatica rassak Diospyros piloshanthiera Aphorusa lucid! Ostodes paniculata Endospenvum diadenum Baccaurea dulcis Macaranga hypoleuca Mallotus sp. Baccaurea motleyana Adenanttiera malayana Littiocarpus sumatrana Garcinia mangostana
UniUERSITPS RIRO 29 Guttiferae 30 Guttiferae 31 Ixonanthaceae 32 Lauraceae 33 Lutraceae 34 Melyaceae 35 Mimosaceae 36 Moraceae 37 Moraceae 38 Myristlcaceae 39 Myrtaceae 40 Myrtaceae 41 Myrtaceae 42 Myrtaceae 43 Myrtaceae 44 Olacaceae 45 Olacaceae 46 Sapindaceae 47 Sapindaceae 48 Sapindaceae 49 Sapotaceae 50 Sapotaceae 51 Sinnaroubaceae 52 Sterculiaceae 53 Verbenaceae Sunnber: Afrinis (2006)
Bintangur Kandis Pagar-pagar Medang Bungur Langsat Al
Calophyllum inophyllum Garcinia parvifolia Ixonanthes icosandra Actinodapline sp. Lagerstroemia speciosa Lansium domesticum Acacia mangium Artocarpus elasticus Artocarpus rig id us Myristica iners Syzygium sp. Eugenia sp. Rhodamnia cinerea Trystania oborata Syzygium polianthum Scorodocarpus borneensis Ochanostachis amentacea Schleichera oleosa Nephelium mutabile Pometia tomentosa Palaquium gutta Payena acuminata Eurycoma longifolia Pterospemnum javanicum Vitex pubescens
Komposisi jenis pohon ini paling banyak ditemukan di berbagai hutan dataran rendah di Propinsi Riau dan dapat dianggap mewakili vegetasi jenis pohon yang terdapat di hutan dataran rendah. Hal ini sesuai dengan yang dikemukakan oleh Whitten et al (1984) yang menyatakan bahwa pohonpohon yang muncul di atas tajuk utama hutan di dataran rendah Sumatera, kadang-kadang mencapai 70 m tingginya, dan yang paling umum dijumpai adalah anggota suku Dipterocarpaceae dan suku Caesalpiniaceae. Komposisi jenis satwa yang umum terdapat di hutan dataran rendah dapat dilihat pada Tabel 2 berikut: Tabel 3. Komposisi Jenis Satwa yang Terdapat di Hutan Dataran Rendah Famili No Ursidae 1 2 Felidae Cervidae 3 4 Tragulidae Cercopithecidae 5 Phasianidae 6 7 Cuculidae Varanidae 8 9 Lacertidae Sumber: Afrinis (2006)
Nama Lokal Beruang madu Harimau Sumatera Rusa Kancil Monyet ekor panjang Ayam hutan Bubut besar Biawak Bunglon
Nama llmiah Helarctos malayanus Panthera tigris sumatrensis Cen/us timorensis Tragulus javanicus Macaca fascicularis Gallus gallus Centropus cinensis Varanus salvator Colates sp.
135
LEmBRGR PEHELITmn Jenis-jenis satwa pada Tabel 2 merupakan satwa yang umum ditemukan di hutan-hutan dataran rendah di Propinsi Riau. Satwa ini menjadi plasma nutfah kehutanan khususnya hutan dataran reraah. Jenis-jenis ini juga banyak ditemukan di tipe hutan lainnya. 1.2. Hutan Rawa Air Tawar Hutan rawa adalah hutan yang tumbuh pada daerah-daerah yang selalu tergenang air tawar dan tidak dipengaruhi iklim. P a d a umumnya terletak di belakang hutan payau dengan jenis tanah alluvial, Tegakan hutan selalu hijau dengan pohon-pohon yang tingginya bisa mencapai 40 m dan terdiri atas banyak lapisan tajuk (Direktorat Jenderal Kehutanan, 1976). Jenis-jenis pohon yang umum terdapat di hutan rawa air tawar dapat dilihat pada Tabel 3 berikut ini Tabel 3, Komposisi Jenis Pohon yang Terdapat di Hutan Rawa Air Tawar No. 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11
Famili Euphorbiaceae Dipterocarpaceae Lauraceae Lauraceae Dipterocarpaceae Ebenaceae Dipterocarpaceae Euphorbiaceae
Nama Lokal Mahang Meranti rambai Kelat Jambu-jambu Meranti rawa Arang-arang Meranti Sendok-sendok
Ulmaceae Moraceae Anacardiaceae Anacardiaceae
Siluk Cempedak Rengas Terentang
12 Dipterocarpaceae 13 Euphorbiaceae 14 Myrtaceae 15 Euphorbiaceae 16 S u m b e r : Yoza (2003)
Kapur Ludai Merpoyan Tampui
Nama ilmiah Macaranga triloba Shorea acuminata Litsea spp. Eugenia sp. Shorea uliginosa Diospyros sp. Shorea teismaniana Endospemnum malaccensis Geronniera subaecualis Artocarpus rigidus Melanorrhoea sp. Campnosperma auriculata Dryobalanops sp. Sapium baccatum Rhodamnia cinerea Baccaurea sp.
P a d a hutan rawa juga ditemukan jenis parak rawa yang merupakan tumbuhan yang sering terdapat pada lokasi berair. Tumbuhan ini telah berasosiasi dengan baik terhadap lingkungan dengan kadar oksigen yang rendah akibat tergenang oleh air. Komposisi jenis hewan yang ditemukan di hutan rawa air tawar lebih banyak didominasi oieh jenis-jenis yang sudah beradaptasi dengan kondisi berair Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada Tabel 4 berikut ini
136
UniUERSITPS Rinu Tabel 4. Komposisi Jenis Burung di Hutan Rawa Air Tawar No Famili Pycnonotidae 1. 2. Pycnonotidae Pycnonotidae 3. 4. Pycnonotidae Silviidae 5. Silviidae 6. 7. Stumidae Columbidae 8. Corvidae 9. Apodidae 10. 11. Apodidae 12. Columbidae Dicruridae 13. 14. Bucerotidae 15. Bucerotidae Alcedinidae 16. 17. Alcedinidae Rallidae 18. Ploceidae 19. Corvidae 20. 21. Ploceidae 22. Picidae Hirundinidae 23. 24. Psittacidae Muscicapidae 25. Cuculidae 26. 27. Turnicidae S u m b e r : Yoza (2003)
Nama Lokal Kuiilang Terocok Merbah Merbah Cincilak Prenjak Tiung emas Baiam Gagak Walet Walet Punai Srigunting Rangkong Enggang Cekakak Raja udang Kareo padi Pipit Murai Burung gereja Pelatuk Layang-layang Serindit Kipasan Bubut Puyuh
Nama llmiah Pycnonotus aurigaster Pycnonotus goaivier Pycnonotus eutilotus Pycnonotus simplex Orthotomus ruficeps Prinia familiaris Gracula religiosa Streptopelia chinensis Con/us enca Collocalia maxima Collocalia fuciphaga Treron cun/irostra Dicrurus paradiseus Buceros rhinoceros Anthracoceros malayanus Halcyon smirnensis Alcedo meninting Amaurornis phoenicurus Lonchura leucogastroides Copsycus saularis Passer montanus Dinopium javanense Hirundo tahitica Loriculus galculus Rhipidura perlata Centropus sinsensis Turnix suscitator
Berdasarkan Tabel 5 dapat dilihat bahwa komposisi jenis burung di hutan rawa air tawar tidak terlalu berbeda dengan hutan dataran rendah karena lokasi yang disurvei memiliki ciri hutan rawa musiman sehingga jenis-jenis burung air hanya ditemukan pada saat terjadi penggenangan air. Biasanya burung air yang bersarang dan singgah di hutan rawa dari jenis bangau dan pecuk. Kelimpahan tertinggi ditemukan pada jenis-jenis burung khususnya burung-burung pemakan serangga dari jenis Orthotomus ruficeps dan dari famili Pycnonotidae. Sedangkan untuk jenis-jenis mamalia dan reptil yang umum ditemukan di hutan rav/a air tawar dapat dilihat pada Tabel 5 dan Tabel 6 berikut ini:
'37
Tabel 5. Komposisi Jenis Mamalia di Hutan Rawa Air Tawar No Famili 1. Cercophitecidae 2. Cercophitecidae 3. Hylobatidae 4. Colobidae 5. Hylobatidae 6. Lorisidae 7. Tupaidae 8. Sciuridae 9. Pteropodidae 10. Pteropodidae 11. Suidae 12. Manidae Cervidae 13. 14. Tragulidae 15. Felidae 16. Ursidae S u m b e r : Y o z a (2003)
N a m a lokal Monyet Beruk Ungko Kokah Siamang Kukang Tupai Bajing Kalong Kelelawar Babi hutan Trenggiling Rusa Kancil Harimau Beruang madu
Nama ilmiah Macaca fascicularis Macaca nemestrina Hylobates agilis Presbytis femoralis Hylobates syndactyfus Nycticebus coucang Calisciurus riotalus Petaurus sp. Reropus edulis Cynopterus sp. Sus scrofa Manis javanicus Cervus sp. Tragulus javanicus Panthera tigris Helarctos malayanus
Dari Tabel 5 terlihat bahwa masih ditemukan jenis harimau namun berdasarkan informasi' masyarakat sudah jarang ditemukan namun untuk jenis babi hutan masih sering ditemukan. Sedangkan untuk jenis mamalia besar lain seperti beruang madu dan rusa sudah jarang terlihat. Jenis-jenis primata seperti monyet dan beruk masih banyak terdapat di lokasi studi. Komposisi jenis reptil yang ditemukan di hutan rawa air tawar sebagai berikut Tabel 6. Komposisi Jenis Reptil di Hutan Rawa Air Tawar No 1. Varanidae 2. Boidae 3. Colubridae 4. Geoemydidae 5. Trionychidae S u m b e r : Y o z a (2003)
N a m a Lokal Biawak Ularpiton Ulardaun Kura-kura Labi-labi
Nama llmiah Varanus Salvatore Chondropyton sp. Ahaetulla prasina prasina Cuora amboinensis Amyda cartilaginea
Dari Tabel 6 jenis reptila sukar ditemukan karena merupakan hewan nokturnal. Namun darr* informasi masyarakat masih terdapat jenis-jenis kura-kura air tawar. 1.3. Hutan Rawa Gambut Hutan rawa gambut adalah hutan yang tumbuh pada tanah organosol dengan lapisan gambot!* dengan ketebalan 50 cm atau lebih, umumnya terdapat pada daerah yang memiliki tipe ikiim AatauB?) menurut kiasifikasi tipe iklim Scmidt dan Ferguson (Depertemen Kehutanan, 1989). Komoosisi jerBS?/ pohon yang umum ditemukan di hutan rawa gambut dapat dilihat sebagai berikut:
138
|jniUER5ITR5 RinU Tabel 7. Komposisi Jenis Pohon di Hutan Rawa Gambut No 1 2 3 4 5 6 7
Famili Lauraceae Verbenaceae Ebenaceae Diptercarpaceae Annonaceae Myrtaceae Guttiferae
Nama Lokal Kelat Bengku Arang-arang Meranti Pisang-pisang Garam-garam Mentangur
8 9 10 11 12 13
Anacardiaceae Myristlcaceae Anacardiaceae Lauraceae Undet Anacardiaceae
Mempelam Penarahan Rengas Medang Ambung/ambang2 Terantang
14 Sapotaceae Bombacaceae 15 16 Ebenaceae Thymelaceae 17 Hypericaceae 18 19 Rubiaceae 20 Guttiferae 21 Guttiferae 22 Sterculiaceae Bombacaceae 23 24 Undet Theaceae 25 Papilionaceae 26 27 Undet 28 Guttiferae Dipterocarpaceae 29 30 Undet Undet 31 Sumber : P R H U N R I ( 2 0 0 3 r '
Suntai Durian burung Ribu-ribu Ramin Geronggang Mensio Kandis Manggis Pelumpang Durian hutan Kumodan Punak Sago Situnduk Manggis hutan Resak Katung Mempura
Nama llmiah Eugenia sp. Gauna motleyana Dyospyros malaccensis Shorea sp. Goniothalamus sp. Urandra caerukcens Calophyllum pulcherrimum Mangifera sp. Gymprocanthera sp. Gluta renghas Litsea angulata Melicope sp. Campnospemna macrophylla Palaquium burkii Durio graffitii Dyospiros sp. Ganystylus bancanus Cratoxylon sp. Gardenia tubifera Garcinia parvifolia Garcinia sp. Sterculia feotida Durio carinatus Undet Tetrameristra glabra Ormosia sp. Undet Garcinia sp. Vatica sp. Choriophyllum sp. Undet
Dari Tabel 7 dapat dilihat jenis pohon yang tumbuh dan menjadi indikator hutan rawa qambut adalah jenis ramin (Gonystylus bancanus). Jenis ini saat ini dimasukkan dalam CITES mengingat populasinya sudah langka. Komposisi jenis satwa yang terdapat di hutan rawa gambut khususnya jenis repttlia (hewan melata) pada salah satu hutan rawa gambut di Propinsi R i a u d a n dapat dilihat pada Tabef 8 di bawah
'-39
LEmBRGR PEHELiTIRn Tabel 8. Komposisi Jenis Reptilia pada Hutan Rawa Gambut Famili No 1 Varanidae 2 Lacertidae 3 Boidae 4 Crocoylidae Elapidae 5 Viperidae 6 7 Viperidae S u m b e r : P P L H UNRI (2003)
Nama Lokal Biawak Kadal Ular sawah Buaya Ular kobra Ular kadut Ular tiung
Nama llmiah Varanus salvator Mabouya sp. Phyton sp. Crocodylus sp. Naja sp. Acrohordus sp. Trimeresurus sp.
Jenis reptilia yang ditemukan di hutan rawa gambut mempunyai jumlah jenis yang sedikit. Hal ini dapat disebabkan karena perjumpaannya yang sangat jarang dan sulit. Jenis-jenis reptil umumnya termasuk pada hewan nokturnal. 1.4. Hutan Mangrove Hutan mangrove merupakan suatu tipe hutan yang tumbuh di daerah pasang surut, teajtama di pantai yang terlindung, laguna, dan muara sungai yang tergenang pada saat pasang dan bebas dari genangan pada saat surut yang komunitas tumbuhannya bertoleransi terhadap garam. Hutan yang berada di tepi pantai ini didominasi oleh pohon-pohon tropika atau belukar dari genus Rhizophora, Laguncularia, dan Avicennia (Helms, 1998). Komposisi jenis pohon di hutan mangrove dapat dilihat pada Tabel 9 sebagai berikut: Tabel 9. Komposisi Jenis Pohon di Hutan Mangrove No 1 2
Famili Rhizophoraceae Rhizophoraceae
3 4 5 6
Rhizophoraceae Rhizophoraceae Rhizophoraceae Sonneratiaceae
7 8
Avicenniaceae Rubiaceae
Combretaceae 9 Euphorbiaceae 10 Undet 11 S u m b e r : Sipahutar (2006)
Nama Lokal Bakau, Bakau putih Belukap, Bakau hitam Lenggadai, lenggade Tumu, tancang Tengar, Tengoh Perepat, Pedada, Kedabu Api-api Cingam, duduk rambat Sussup, teruntum Nyirih, niri Dungun
Nama llmiah Rhiizoptiora apiculata Rhizophora mucronata Bruguiera parviflora Bruguiera sexangula Ceriops tagal Sonneratia alba Avicennia alba Schyphyphora hidrophyllaces Lumnitzera racemosa Xylocarpus granatum Heritiera globosa
Saat ini, sumberdaya mangrove selain mencakup keempat hal yang diuraikan di atas, juga mencakup (1) daratan tertDuka / hamparan lumpur yang berada antara batas hutan sebenamya aengan laut, serta (2) masyarakat yang hidupnya bertempat tinggal dan tergantung pada mangrove. 2.
Keanekaragaman Plasma Nutfah Pertanian Plasma nutfah pertanian meliputi jenis-jenis tanaman pangan, tanaman hortikultura dan tanaman perkebunan yang masing-masing plasma nutfahnya dapat dilihat sebagai berikut:
140
.1. Jenis-Jenis Tanaman Pangan Jenis varietas padi yang merupakan padi asli Riau terdiri dari padi cekow dan korea. Padi ini 3lah ditanam secara turun temurun di beberapa sentra padi Propinsi Riau seperti Pelalawan tepatnya ii Kecamatan Kuala Kampar, Indragiri Hilir, Kampar dan Rokan Hilir. Khusus untuk varietas padi )ekow saat ini mendapatkan perhatian lebih dari peneliti dan petani padi karena sifatnya yang sesuai lengan kondisi alam dan tahan terhadap kondisi lingkungan yang sedikit ekstrim. Padi Cekow saat ini dijadikan padi unggul lokal dari Kuala Kampar Kabupaten Pelalawan Propinsi Uau spesifik lahan pasang surut, yang mampu beradaptasi baik pada lahan dengan kedalaman pirit langkal (+ 15 cm). Usaha tani padi cekow telah dilakukan petani secara turun temurun di Kuala vampar bersama-sama dengan kultivar lain seperti Korea, Pulau Kijang, Ketek Putih dan Jambai \a\us (BPTR 2007). !.2. Jenls-Jenis Tanaman Buah-Buahan dan Sayuran Riau memiliki berbagai jenis tumbuhan buah-buahan asli Riau dan di beberapa kabupaten hususnya Kabupaten Pelalawan telah dilakukan inventarisasi dan budidaya tanaman buah-buahan angka. Beberapa lokasi sentra buah-buahan telah mengalami kemunduran. Sebagai contoh jeruk ;uok telah lama terbatas penyebarannya bahkan hanya dapat ditemukan di beberapa tempat penjualan, :upun sangat susah ditemukan. Berdasarkan informasi dari petani jeruk, hal ini disebabkan )erawatannya yang sulit dan serangan hama penyakit yang belum ditemukan penanggulangannya Citrus Vein Phloem Degeneration). *.3. Jenis-Jenis Tanaman Perkebunan Budidaya tanaman perkebunan di Propinsi Riau lebih banyak dilakukan pada jenis-jenis introduksi ;eperti karet {Hevea brasiliensis), sawit {Elaeis guineensis) dan sagu {Metroxylon sagu). Jenissnis tanaman perkebunan belum mendapatkan perhatian dari petani yang disebabkan oleh pemasaran ian produknya yang belum mendapatkan perhatian dari masyarakat. Perhatian ini berpengaruh erhadap keengganan petani untuk membudidayakannya. Sedangkan untuk jenis-jenis sayuran asli Riau belum ada catatan yang mengungkapkan bahwa Riau memiliki sayuran asli dataran rendah iisamping sayuran pakis {Stenochlaena palustris) yang belum dibudidayakan oleh masyarakat. J.
Keanekaragaman Plasma Nutfah Peternakan Pendekatan pembangunan peternakan di Provinsi Riau mengacu kepada pengembangan )eternakan rakyat agar menjadi usaha pokok dengan skala usaha ekonomis serta pengembangan jerusahaan peternakan swasta yang mempunyai keberpihakan kepada peternakan rakyat menjadi nitra usaha dengan mensinergikan setiap sub sistem dalam satu manajemen agribisnis yang erintegrasi secara vertikal. Namun pembangunan peternakan yang dilaksanakan oleh masyarakat ian swasta selama ini belum menunjukkan kinerja yang optimal. Skala usaha peternakan yang iilakukan oleh peternakan rakyat belum mencapai skala ekonomi ditinjau dari skala kepemilikan ternak ian sistem pemeliharaan. 3.1 Jenis-Jenis Ternak Domestikasi di Propinsi Riau Propinsi Riau juga memiliki hewan ternak yang didomestikasi selain jenis umum. Komposisi enis ternak domestikasi yang baru dibudidayakan sebagai berikut
141
Tabel 10. Komposisi Jenis Temak Domestikasi Propinsi Riau No 1 2 3
Famili Apidae Apodidae Cervidae
Nama Lokal Lebah hutan Walet R u s a sambar
Nama llmiah Apis dorsata Collocalia fuchipaga Cervus unicolor
Jenis-jenis ini sebagian besar merupakan satwa yang didomestikasi untuk kepentingan manusia seperti diambil sarangnya dan madunya. Jenis-jenis ini baru diternakkan di tingkat masyarakat dan belum mendapatkan perhatian dari Dinas Peternakan. 4.
Keanekaragaman Plasma Nutfah Perikanan
4.1 Jenis-Jenis Ikan Air Tawar Asli Propinsi Riau Berdasarkan informasi penduduk yang didasarkan atas perolehan hasil tangkapan terhadap jenis-jenis ikan di lokasi Danau Pulau Besar, Danau Bawah dan Sungai R a s a u diperoleh hasil seperti tercantum pada tabel dibawah ini. Tabel 11. Komposisi Jenis Ikan Air Tawar Propinsi Riau No 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16
Famili Siluridae Bragiidae Channidae Osteoglosidae Belontiidae Belontiidae Claridae Cyprinidae Anabantidae Belontiidae Channidae Channidae Anabantidae Siluridae Notopteridae Helostomatidae
N a m a Lokal Tapah Baung Gabus Arowana, Kayangan Sepat mutiara Tempalo Leie Pantau, Pepuyu Betok Sepat S i a m Bujuk Toman Sepat Patung Selais Belida Tuakang
Nama llmiah Walliagosp. Macrones sp. Ophiocephalus striatus Sceloropages sp Trichogaster leeh Betta sp Claries batrachus Rasbora trilineata Anabas testudineus Trichogaster pectoralis Channa lusius Channa micropeltes Pristolepis grooti Cryptopterus sp Nothopterus sp Helostoma temminckii
Hasil w a w a n c a r a terhadap nelayan yang telah menangkap ikan semenjak tahun 1980 menunjukkan bahwa populasi ikan di Danau Pulau Besar, Danau Bawah dan Sungai Rasau, Sejuk menunjukkan kecenderungan terjadinya penurunan. Hal ini diduga disebabkan oleh adanya kegiatan eksptofasi dan eksploitasi minyak, penangkapan oleh nelayan dan perubahan kualitas habitat rawa yang mempengaruhl kualitas perairan danau dan sungai. Perubahan kondisi tersebut menyebabkan terjadinya perubahan habitat yang berfungsi sebagai pemijahan (reproduksi) dan pemeliharaan anak bagi populasi ikan tersebut. 4.2
Jenis-Jenis Ikan Laut Komposisi jenis ikan laut yang terdapat di perairan Propinsi Riau dapat dilihat pada tabei berikuts
ini
142
UniUERSITOS Rinu Tabel 12. Komposisi Jenis Ikan Air Laut Propinsi Riau No 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 26 27 28 29 30 31 32 33 34 35 36 37 38
Famili Undet Undet Undet Percomorphidae Siluoidae Undet Undet Undet Seranidae Siganidae Lethrinidae Centropomidae Undet Undet Undet Undet Undet Squalidae Undet Stromatoidae Stromatoidae Undet Undet Undet Undet Undet Undet Belonidae Mugilidae Polynemidae Hemirhampidae Clupeidae Undet Undet Undet Undet Undet Soomberidae
Nama Lokai^ Sebelah Lidah Nomei Peperek Mayung Biji Nangka Perot-perot Merah/bambangar>. Kerapu Beronang Lencam Kakap Kurisi Swanggi Biang Ekor Kuning Gulamah Hiu/cucut Pari Bawal Hitam Bawal putih Alu-alu Layang Selar Kuwe Tetengkek Talang/daun bambu Ikan terbang Belanak Kuro/senangin Julung-julung Teri Tembang Lemuru Golok/parang-parang Terubuk Kembung Tenggiri
Undet Layur 39 Cakalang 40 Soomberidae Undet Lomek 41 42 Undet Kurau Soomberidae Tongkol 43 S u m b e r : Dinas Perikanan dan Kelautan (2008)
Nama llmiah Undet Undet Undet Leiognathus insidiator Anus maculatus Undet Undet Undet Cromileptes sp Siganus sp. Lethrinus omatus Psammopoerca waigiensis Undet Undet Undet Undet Undet Squalus acanthias Raia clavata Pompus chiinensis Pompus sp. Spiraena obtusata Undet Selaroides sp Carangoides ciliarus Undet Undet Cypselurus sp Mugil dussumeiri Polynemus plebujus Hemiharmphus gaimardi Stolyphorus commersoni Undet Sardinella longiseps Undet Undet Rastrelliger kanagurta Scomberomorus commersonii Undet Katsuwonus pelamis Undet Eleutheronema sp Eythynus sp.
143
LEmBRGR PEHELITiRn
Berdasarkan Tabel 12 dapat dilihat bahwa jenis-jenis ikan tersebut di atas merupakan jenisjenis yang sering ditangkap oleh nelayan. Ikan-ikan tertentu seperti kerapu dan beronang s a a : sni telah mendapatkan perhatian untuk budidaya secara luas. B. Analisa SWOT Keanekaragaman Plasma Nutfah 1. Kehutanan 1.1 Analisis Faktor internal Faktor Internal yang diduga berpengaruh terhadap pelestarian plasma nutfah bidang kehutanan dalam melaftsanakan kebijakan dan program kegiatan pelestariannya adalah sebagai benkut: Tabe! 13. Strategi Pelestarian Plasma Nutfah Kehutanan STRENGHT (KEKUATAN) Penetapan kawasan sebagai kawasan konservasi perlindungan keanekaragaman hayati • Kondisi hutan yang potensial untuk pemanfaatan keberlanjutan dan mendukung kelestarian lingkungan • Potensi keanekaragaman hayati tinggi • Potensi Ekoturisme dan etnobotani • Wakil hutan dataran rendah tanah kering Sumatra • Potensi harimau dan gajah Sumatra •
OPPORTUNITY (PELUANG) Pasar ekoturisme dunia yang mulai berkembang Peluang pasar yang Kerjasama penelitian d\engan universitas lokal, nasional dan internasionaf dan Ism luar Potensi masyarakat "Fatang Mamak dan melayu di sekitar kawasan
144
STRATEGI SO Penguatan kebijakan dan kelembagaan untuk meningkatkan pangsa pasar barang dan jasa, serta menarik investasi swasta dalam pengembangan ekoturisme Penguatan kebijakan untuk mendorong kelembagaan masyarakat adat/lokal dalam peningkatan ekonomi pada pasar Pengembangan sistem kerja sama dengan pihak pengelola dan seluruh stake holders Penguatan kebijakan untuk mendorong peningkatan kebudayaan masyarakat lokal dalam pelestarian kehati
WEAKNESS (KELEMAHAN) • Tata ruang, tata batas dan zonasi yang belum jelas • SDM kurang memadai dari segi kualitas/jml • Sarana dan prasarana kawasan belum memadai • Koordinasi lintas sektor dan antar daerah otonomi rendah • Data/lnformasi keanekaragaman hayati lemah • Standar ukuran kinerja pemerintah masih lemah • Sumber dana yang terbatas • Pengelolaan kawasan yang sentralistik •
•
•
•
STRATEGI WO Peningkatan kualitas SDM pihak pengelola dan masyarakat dalam pengusaan ilmu pengetahuan dan tekhnologi bidang kehutanan dan kepariwisataan Perbaikan infrastruktur, sarana dan prasarana untuk nneningkatkan pangsa pasar dan menarik investasi ekoturisme Menciptakan hubungan kerjasama dengan lembaga penelitian dan universitas lokal, nasional dan internasional. Menciptakan kerjasama dengan lembaga donor internasional
I ANCAMAN (THREAT) • Kebijakan sektoral menyebabkan tumpang tindih peruntukan lahan untuk kepentingan Pemda • Tekanan ekonomi masyarakat yang berpenghasilan rendah yang didalangi pemilik modal "cukong" menyebabkan degradasi sumberdaya hayati, khususnya dalam pemenuhan jangka pendek • Pencurian dan pembajakan plasma nutfah • Konversi beberapa kawasan konservasi
•
•
•
•
•
STRATEGIST Meningkatkan koordinasi dan kegiatan bersama dengan Pemda , LSM, dan masyarakat dalam pemanfaatan keanekaragaman hayati Pemantapan kawasan dengan pendekatan alternative dispute resolution (ADR) Mengembangkan sistem insentif untuk rehabilitasi hutan untuk mengurangi laju kerusakan SDA dan lingkungan serta memberdayakan masyarakat Menekan tingkat degradasi habitat dengan menata ulang zonasi dan akses terhadap sumberdaya hayati guna menopang kesejahteraan rakyat Menekankan semangat Atur Diri Sendiri dan konsep bottom - up
•
•
•
•
•
STRATEGI WT Meningkatkan koordinasi antara sektor dan antar daerah otonom untuk mengatasi konflik, baik vertikal maupun horizontal Penguatan kebijakan guna menyediakan ruang kelola dan akses bagi masyarakat sekitar kawasan dalam keterlibatan pengelolaan kawasan konservasi Menggalang kontribusi swasta dan masyarakat Riau untuk mencegah dan menangguilangi degradasi SDA dan lingkungan Penguatan pangkalan data dan sistem informasi pengelolaan kawasan konservasi Menata ulang kelembagaan dan sistem pengelolaan kehati dengan penguatan sistem tenurial sda oleh masyarakat untuk pengelolaan sumberdaya hayati yang adil dan berkelanjutan yang didukung oleh kearifan lokal.
KESIMPULAN DAN SARAN Plasma nutfah bidang kehutanan tersebar di berbagai ekosistem hutan seperti hutan dataran rendah, hutan rawa air tawar, hutan rawa gambut, hutan mangrove. Masing-masing hutan memiliki karakteristik dan plasma nutfah yang spesifik. Plasma nutfah bidang pertanian terdiri dari plasma nutfah tanaman perkebunan, tanaman pangan dan buah-buahan. Plasma nutfah pertanian khususnya tanaman pangan mengenai padi cekow sebagai salah satu plasma nutfah unggul Riau Plasma nutfah bidang petemakan terdapat pada ternak-ternak yang mengalami domestikasi seperti walet, rusa, lebah madu karena ternak yang umum dibudidayakan di Propinsi Riau mempakan introduksi dari daerah luar Riau. Plasma nutfah bidang perikanan terdiri dari perikanan air tawar dan air laut. Perikanan air tawar ditemukan di sungai-sungai yang ada di Propinsi Riau seperti sungai Siak, Kampardan Indragiri sedangkan perikanan laut ditemukan di Pelalawan, Bengkalis, Rokan Hilir dan Indragiri Hilir. Secara umum kekuatan pelestarian plasma nutfah Riau terdapat pada potensi sumberdaya alam dan sumberdaya manusia yang tersebar di berbagai lokasi sedangkan kelemahan terdapat pada basis data yang kurang, kualitas sumberdaya manusia yang rendah dan belum adanya tata ruang yang mengakomodir seluruh bidang. Peluang terdapat pada pasar regional dan internasional yang cukup luas sedangkan ancaman terdapat pada invasi spesies luar dan hama penyakit. Secara umum strategi untuk keempat bidang didahului dengan 1) penguatan basis data plasma
146
nutfah, 2) penguatan kelembagaan pemerintah dan masyarakat, 3\ koordinasi dan kerja sama lintas sektoral, 4) peningkatan sumberdaya manusiamasing-masingiinstansi dan;masyarakat, 5) rencana pelestarianyangterpaduyang memuattataruangyangterpaduden berkelanjutan Dari penelitian strategi pelestarian plasma nutfah dapat disarankan sebagai berikut; 1) Pemegang kebijakan harus memiliki rencana pelestarian plasma-nutfah yang meniadi tugas pokok dan*fungsi masing-masing instansi yang mengawasi berbagai jerMS: plasma nutfah. 2) Masing-masing instansi memiliki basis data yang kuat tentang plasma nutfah yang menjadi lingkup kerjanya, 3) Perlu penelitian lanjutan mengenai potensi, sebaran, karakteristik dan status kelangkaan plasmanutfah untuk masingmasing bidang agar didapatkan data yang lebih komprehensif dan dari data int dapat digali sumbersumber genetik baru.
146