Warta
Nomor 19 Tahun 2007
ISSN 1410-2021
Plasma Nutfah Indonesia Media Komunikasi Komisi Nasional Sumber Daya Genetik
Warta Plasma Nutfah Indonesia merupakan media komunikasi dan pemasyarakatan plasma nutfah, terbit secara berkala dua kali setahun. Redaksi menerima sumbangan naskah berupa artikel maupun berita (news) tentang keplasmanutfahan. Isi warta Plasma Nutfah Indonesia dapat dikutip tanpa izin Redaksi maupun penulis tetapi perlu menyebut sumbernya.
Isi Nomor Ini Berita Utama Padi dan Jagung Hibrida Unggul Baru Artikel Penyediaan Bibit Unggul Tanaman Perkebunan melalui Produksi Embrio Somatik dengan Sistem Bioreaktor
1
Padi Unggul di Kota Bunga
3 4
Anggrek Lokal “Unik” Kalimantan Tengah
6
Pengelolaan Plasma Nutfah Kalimantan Tengah
8
Berita Telah Terbentuk Komisi Nasional Sumber Daya Genetik Berita Duka
13 14
Aktivitas Komnas Rapat Paripurna Pertama Komnas SDG
15
Aplikasi dan Sosialisasi Sistem Informasi Plasma Nutfah Pertanian (SIPNP)
17
Monitoring Aplikasi Program SIPNP Publikasi Baru
Padi dan Jagung Hibrida Unggul Baru Badan Litbang Pertanian baru-baru ini melepas dua varietas padi hibrida dan dua varietas jagung hibrida, yang diharapkan dapat memperkuat ketahanan pangan nasional
P
adi dan jagung perlu diupayakan peningkatan produksinya mengingat kebutuhan terus meningkat. Di Cina, upaya peningkatan produksi diupayakan melalui perakitan dan pengembangan padi hibrida yang luas areal tanamnya saat ini telah mencapai 15 juta ha dengan rata-rata hasil 6,9 t/ha. Kontribusi padi hibrida terhadap produksi padi di negara itu telah mencapai 56%. Pengembangan padi hibrida di Cina didukung oleh ketersediaan sekitar 250 varietas unggul hibrida dengan produktivitas 20-30% lebih tinggi dari varietas inbrida dan kemampuan memproduksi benih F1 hibrida juga lebih tinggi. Di negara dengan jumlah penduduk lebih satu miliar ini, produktivitas padi hibrida di tingkat penelitian dapat mencapai 15,2 t/ha dan di tingkat petani berkisar antara 8,5-10,5 t/ha.
Sama dengan padi, produksi jagung nasional juga dapat ditingkatkan melalui perakitan dan pengembangan jagung hibrida. Dibandingkan dengan jagung bersari bebas, jagung hibrida berpotensi hasil lebih tinggi karena memiliki gen-gen dominan yang mampu memberi hasil tinggi. Hibrida dikembangkan berdasarkan gejala hybrid vigor atau heterosis dengan menggunakan populasi generasi F1 sebagai tanaman produksi. Oleh karena itu, varietas hibrida selalu dibuat atau diperbaharui untuk mendapatkan generasi F1. Keragaan padi hibrida varietas Hipa 6 Jete di Sukamandi Jawa Barat dan jagung hibrida varietas Bima-2 Bantimurung di Maros Sulawesi Selatan
18 20
Warta Plasma Nutfah Indonesia Nomor 19 Tahun 2007
1
Dalam upaya peningkatan produksi padi dan jagung yang merupakan pangan penting di Indonesia, Badan Litbang Pertanian pada tahun 2007 telah menghasilkan dua varietas padi hibrida dan dua varietas jagung hibrida. Pengembangan hibrida-hibrida unggul ini diharapkan dapat memperkuat ketahanan pangan nasional. Padi Hibrida
Kedua padi hibrida yang dilepas masing-masing diberi nama Hipa 5 Ceva dan Hipa 6 Jete. Pengujian daya hasil dan adaptasi Hipa 5 Ceva dan Hipa 6 Jete dilakukan di beberapa lokasi di Jawa Barat, Jawa Tengah, dan Jawa Timur, dari MH 2003/04 hingga MH 2004/05. Dalam pengujian multilokasi tersebut, Hipa 5 Ceva menghasilkan gabah dan mempunyai standar heterosis yang cukup tinggi dengan rata-rata hasil 7,29 t/ha, sedangkan hasil Hipa 6 Jete rata-rata 7,41 t/ha atau 18% lebih tinggi dibandingkan dengan IR64. Di Banyudono (115 m dpl) pada MH 2004/05, hasil Hipa 5 Ceva mencapai 10 t/ha. Hipa 6 Jete
Warta Plasma Nutfah Indonesia Penanggung Jawab Ketua Komisi Nasional Sumber Daya Genetik Sutrisno Redaksi Sugiono Moeljopawiro Husni Kasim Hermanto Ida N. Orbani Agus Nurhadi Alamat Redaksi Sekretariat Komisi Nasional Sumber Daya Genetik Jl. Tentara Pelajar 3A, Bogor Tel./Faks. (0251) 327031
2
memberikan hasil tertinggi di Gamer (4 m dpl) sebesar 11,2 t/ha. Data ini mengindikasikan bahwa Hipa 5 Ceva lebih sesuai dikembangkan di dataran sedang, sementara Hipa 6 Jete lebih sesuai di dataran rendah. Secara keseluruhan, kedua hibrida mampu memberikan hasil yang tinggi di hampir semua lokasi pengujian. Hipa 5 Ceva nyata memberikan hasil lebih tinggi di 13 lokasi dari 20 lokasi pengujian, sedangkan Hipa 6 Jete memberikan hasil lebih tinggi di 11 lokasi. Hal ini berarti bahwa Hipa 5 Ceva dan Hipa 6 Jete berpeluang dikembangkan untuk mendukung upaya peningkatan produksi padi nasional. Hasil pengujian menunjukkan pula bahwa Hipa 5 Ceva tahan terhadap hama wereng coklat (WBC) biotipe 2 dan agak tahan virus tungro, sementara Hipa 6 Jete bereaksi peka terhadap WBC biotipe 2 dan virus tungro. Terhadap HDB, kedua hibrida bereaksi agak peka. Dengan pengelolaan yang baik, Hipa 5 Ceva dan Hipa 6 Jete cukup aman dikembangkan pada lokasi yang tidak endemis hama dan penyakit padi tersebut. Rendemen beras giling dan beras kepala Hipa 5 Ceva dan Hipa 6 Jete lebih rendah dari IR64 yang populer karena mutu berasnya memang tinggi. Mutu beras kedua hibrida tersebut tergolong baik karena rendemen beras kepalanya masing-masing 63% dan 69%. Varietas padi dengan rendemen beras kepala kurang dari 50% dikeluhkan oleh umumnya konsumen. Hipa 5 Ceva berkadar amilosa 23,5% dengan tekstur nasi pulen, rasa nasi enak, dan aromatik, sementara Hipa 6 Jete berkadar amilosa 21,7% dengan tekstur nasi pulen.
Jagung Hibrida Kedua jagung hibrida yang baru dilepas itu masing-masing bernama Bima-2 Bantimurung dan Bima-3 Bantimurung. Bima-2 Bantimurung merupakan hasil silang tunggal antara galur B11-209 dengan Mr-14. Sementara Bima-3 Bantimurung hasil silang tunggal antara galur Nei9008 dengan Mr-14. Galur B11-209 merupakan ekstrak dari galur S6 (bulk selfing S9) introduksi dari TAMNET (Tropical Asean Maize Network). Nei9008 adalah galur S6 (bulk selfing S9) introduksi dari Departemen Pertanian Thailand (kebun percobaan TAKFA), sedangkan Mr-14 adalah galur SW3-3 yang dikembangkan dari populasi Suwan 3. Ketiga galur tersebut dikembangkan oleh Balai Penelitian Tanaman Serealia. Galur B11-209 dan Nei9008 diperoleh melalui seleksi pedigree sampai generasi ke-6, selanjutnya dengan bulk selfing tiga generasi, sedangkan Mr-14 melalui seleksi pedigree sampai generasi ke-9 dan selanjutnya dengan bulk selfing. Sebelum dilepas, Bima-2 Bantimurung dan Bima-3 Bantimurung diuji daya hasil dan stabilitas hasilnya pada MK 2004 di Bajeng (Sulawesi Selatan), Malang (Jawa Timur), dan beberapa lokasi di Jawa Tengah, sedangkan pada MH 2004/05 di Lanrang (Sulawesi Selatan), Nusa Tenggara Barat, dan Gorontalo. Pada MK 2005 pengujian dilakukan di Bajeng dan Bone (Sulawesi Selatan), Muneng dan Malang (Jawa Timur), Blora (Jawa Tengah), Lampung, dan Nusa Tenggara Barat, sedangkan pada MH 2005/06 di Nusa Tenggara Timur dan Kalimantan Selatan. Pengujian stabilitas hasil kedua jagung hibrida baru tersebut dilakukan di 16 lokasi pada MK
Warta Plasma Nutfah Indonesia Nomor 19 Tahun 2007
2004 dan MH 2005. Selama pengujian, Bima-2 Bantimurung mampu berproduksi 11 t/ha dengan rata-rata 8,5 t/ha. Varietas unggul ini agak tahan terhadap penyakit bulai (Perenosclerospora maydis), dan pada saat panen daunnya masih hijau (stay green) sehingga dapat digunakan untuk pakan ternak. Bima-3 Bantimurung tergolong tahan penyakit bulai dan ha-
silnya dapat mencapai 10 t/ha dengan rata-rata hasil 8,3 t/ha. Kedua varietas ini dapat beradaptasi pada lahan optimal dan suboptimal. Biji Bima-3 Bantimurung lebih kecil dibandingkan dengan Bima-2 Bantimurung, namun lebih disukai penangkar karena warnanya yang terang (jingga).
Di KP Muara, Bogor, pada MK 2007, produktivitas Bima-2 Bantimurung dan Bima-3 Bantimurung masing-masing berkisar antara 10-11 t/ha, tidak kalah dengan jagung hibrida yang dihasilkan dan dikembangkan oleh swasta. Puslitbangtan, Bogor
ARTIKEL
Penyediaan Bibit Unggul Tanaman Perkebunan melalui Produksi Embrio Somatik dengan Sistem Bioreaktor
D
alam rangka meningkatkan daya saingnya, pembudidayaan tanaman perkebunan secara efisien perlu segera dilakukan. Tujuan tersebut bisa dicapai melalui penggunaan bibit unggul dengan program perluasan areal maupun peremajaan tanaman yang sudah atau tidak produktif lagi. Upaya penyediaan bibit tanaman unggul secara massal dalam waktu yang relatif singkat sangat mendesak untuk dilaksanakan. Penundaan upaya tersebut selain akan menurunkan daya saing juga dapat menimbulkan kerugian bagi usaha perkebunan di Indonesia. Perkembangan bioteknologi yang pesat, khususnya teknologi in vitro, membuka peluang bagi upaya untuk mengatasi masalah tersebut. Teknologi in vitro, khususnya teknik biak sel dan jaringan tanaman, terbukti mampu menciptakan kemajuan di bidang perkebunan, termasuk upaya perakitan, penyediaan, dan perbanyakan bibit unggul. Perbanyakan bibit tanaman perkebunan pada media padat telah berhasil dilakukan, namun daya regenerasi embrio, tingkat keseragaman, dan jumlah planlet atau bibit yang dihasilkan masih perlu ditingkatkan. Metode kultur cair, khususnya sistem bioreaktor, membuka peluang untuk mendapatkan bibit unggul secara massal dengan tingkat keseragaman yang lebih tinggi. Induksi embrio somatik tanaman kelapa sawit dengan sistem bioreaktor telah berhasil dikembangkan di Laboratorium Biak Sel Tanaman, Balai Penelitian Bioteknologi Perkebunan. Keberhasilan terseWarta Plasma Nutfah Indonesia Nomor 19 Tahun 2007
but membuka peluang untuk menginduksi embrio somatik tanaman perkebunan lainnya. Masalah lain yang mungkin timbul dan diteliti lebih lanjut adalah sumber dan jenis eksplan, macam media, jenis, dan konsentrasi hormon. Selain itu, faktor pengendali kultur dengan bejana bioreaktor seperti pH media, kadar oksigen terlarut, dan kecepatan agitasi juga perlu dioptimalkan. Pemilihan eksplan untuk kultur suspensi dengan sistem bioreaktor dapat berupa suspensi sel, agregat sel atau kalus embriogenik dengan ukuran tertentu. Biasanya ukuran agregat sel yang dipakai berkisar antara 50-1.000 µm. Tingkat kepadatan agregat sel juga berpengaruh terhadap keberhasilan kultur suspensi dalam bioreaktor. Beberapa perlakuan untuk menentukan sumber atau jenis inokulum, ukuran dan tingkat kepadatan inokulum perlu dilakukan untuk memperoleh hasil yang optimal. Media dalam bioreaktor yang sesuai dengan kebutuhan tanaman perkebunan sangat menentukan baik tidaknya pertumbuhan dan perkembangan eksplan yang dikulturkan. Jenis konsentrasi hormon dan zat-zat lain yang terkandung dalam media juga mempengaruhi keberhasilan pertumbuhan dan perkembangan sel atau agregat sel. Aspek tersebut penting untuk diteliti karena sangat menentukan keberhasilan induksi embrio somatik dalam kultur sel dengan sistem bioreaktor. Media dasar yang biasa dipakai untuk tanaman perkebunan antara lain adalah B5 (Gamborg), MS
3
(Murashige-Skoog), DF (De Fossard), WP (Woody Plant), dan Y3 (Eeuweens). Konsentrasi dan komposisi media tersebut bisa dimodifikasi dan disesuaikan dengan kebutuhan tanaman yang dikulturkan. Jenis dan konsentrasi hormon yang diberikan sangat berpengaruh terhadap arah pertumbuhan eksplan yang dikulturkan. Terjadinya induksi, proliferasi atau maturasi, bergantung pada jenis dan konsentrasi hormon yang diberikan. Untuk tujuan induksi biasanya diberikan hormon dari kelompok sitokinin yang konsentrasinya relatif lebih rendah. Untuk tujuan proliferasi, konsentrasi hormon auksin perlu dikurangi secara bertahap. Hormon dari kelompok auksin antara lain adalah 2,4-D, IAA, IBA atau NAA, dan dari kelompok sitokinin adalah kinetin atau BAP. Penggunaan hormon sejenis juga dapat dilakukan. Untuk mempercepat proliferasi embrio somatik bisa ditambahkan asam amino lain di samping yang telah terkandung dalam komposisi media dasar, seperti asparagin, glutamin, dan asam amino sejenis.
Pada tahap ini, asam amino yang telah ditambahkan selain dalam komposisi media dasar juga dapat dikurangi atau dihilangkan. Selain ditentukan oleh faktor-faktor tersebut, keberhasilan kultur dalam bioreaktor juga dipengaruhi oleh beberapa faktor pengendali, seperti pH media, kadar oksigen terlarut, dan kecepatan agitasi selama pengkulturan. Kultur sel kelapa sawit dalam bioreaktor yang telah berhasil dikembangkan oleh Laboratorium Biak Sel Tanaman, Balai Penelitian Bioteknologi Perkebunan, diperoleh melalui proses: pH media 5,1-5,8, kadar oksigen terlarut 50-100%, dan kecepatan agitasi 50-90 rpm. Penentuan nilai berbagai faktor pengendali tersebut bergantung pada jenis dan kondisi eksplan yang dikulturkan. Penguasaan berbagai faktor yang mempengaruhi pertumbuhan dan perkembangan kultur sel tanaman dalam bioreaktor memberi peluang bagi produksi embrio yang berkualitas dengan sistem bioreaktor.
Pada tahap selanjutnya, yaitu tahap maturasi, hormon kelompok auksin dapat diganti dengan ABA atau gibberelin, tetapi tetap mempertahankan hormon sitokinin semula yang konsentrasinya sudah cocok.
Imron Riyadi
BPBPI, Bogor
Padi Unggul di Kota Bunga Di balik warna warni bunga yang menghiasi Cipanas, Jawa Barat, terdapat padi lokal yang diusahakan petani setempat meskipun hasilnya rendah. Pengujian menunjukkan beberapa varietas unggul baru padi cocok dikembangkan di kawasan wisata ini
D
ikenal sebagai kota bunga, Cipanas merupakan salah satu daerah wisata yang banyak dikunjungi wisatawan. Udaranya yang dingin dan sejuk menandakan Cipanas terletak di dataran tinggi. Di sepanjang jalan di kawasan Cipanas memang banyak pengusaha tanaman hias yang menjajakan berbagai macam jenis bunga.
4
Meskipun dikenal sebagai kota bunga, tetapi di Cipanas terdapat persawahan yang cukup luas dan masih ditanami dengan padi lokal, antara lain varietas Hawara Batu, Pandan Wangi, Cisereh, Rantai Emas, Ketan Hideung, Bangkok, dan Morneng. Selain itu terdapat pula varietas unggul Ciherang yang tidak hanya dikembangkan di Cipanas, tetapi juga
Warta Plasma Nutfah Indonesia Nomor 19 Tahun 2007
telah mendominasi areal pertanaman padi di Jawa Barat. Varietas Hawara Batu, Pandan Wangi, Cisereh, Rantai Emas, dan Ketan Hideung memiliki rasa nasi yang enak dan beberapa di antaranya bersifat aromatik, tetapi umurnya lebih dari 5 bulan dan hasilnya rendah. Varietas lokal Bangkok dan Morneng memiliki penampilan seperti varietas unggul. Varietas unggul baru Ciherang disukai petani Cipanas karena bentuk gabahnya ramping dan rasa nasinya enak. Di antara beberapa padi lokal yang masih berkembang di Cipanas, Morneng lebih dominan. Dari 269 ha lahan sawah yang terdapat di kota bunga ini, 30% di antaranya ditanami dengan varietas Morneng. Varietas lokal ini memiliki rasa nasi yang enak, sama dengan varietas Pandan Wangi dan Hawara Batu. Di Cipanas, menurut petani setempat, varietas Morneng mampu memberi hasil hingga 6,0 t/ha. Kalau demikian berarti hasil padi lokal ini setara dengan varietas unggul pada umumnya. Penampilan tanaman varietas lokal Morneng di lapang memang mirip dengan varietas unggul baru. Kendala utama produksi padi di dataran tinggi antara lain adalah suhu udara dan radiasi matahari yang rendah. Sama dengan di dataran tinggi lainnya, Cipanas memang sering diselimuti oleh kabut. Bila kondisi ini terjadi pada saat tanaman padi sedang berbunga, maka penyerbukan tidak sempurna, sehingga banyak gabah yang hampa. Oleh karena itu, tanaman padi di dataran tinggi sebaiknya diusahakan pada musim kemarau, di mana radiasi matahari cukup tinggi.
nasi kurang enak. Pada tahun 1980-an telah dilepas pula tiga varietas padi dataran tinggi, yaitu Batang Agam, Batang Ombilin, dan Batang Sumani, umur 140-150 hari, hasil 5-8 t/ha, dan rasa nasi juga kurang enak. Pada tahun 2003 Badan Litbang Pertanian telah menghasilkan beberapa varietas padi yang mampu beradaptasi dengan baik di dataran tinggi, yaitu Luk Ulo, Cibogo, Batang Piaman, dan Batang Lembang, dengan umur lebih genjah dan rasa nasi enak. Varietas Sarinah yang dilepas pada tahun 2006 juga dapat dikembangkan di dataran tinggi, umur 100-120 hari, hasil 5-8 t/ha, dan rasa nasi enak. Varietas-varietas unggul baru padi dataran tinggi ini belum dikenal oleh umumnya petani di dataran tinggi, termasuk di Cipanas. Skrining Varietas Untuk mengetahui keragaan tanaman dan potensi hasil beberapa varietas/galur yang dapat dikembangkan di dataran tinggi telah dilakukan pengujian di Cipanas pada MK 2006. Dari pengujian ini diketahui bahwa hasil padi lokal Morneng lebih rendah dari varietas unggul Sarinah dan Cibogo (padi sawah), tetapi lebih tinggi dari varietas Silugonggo (padi gogo) (Lihat Tabel). Hasil yang lebih tinggi diberikan oleh galur BP2886-3D-KN-26-1, BP 30023D-KN-8-2, dan BP 1778-2F-1-1. Umur varietas Morneng lebih panjang 14-18 hari dibandingkan dengan varietas Sarinah, Cibogo, galur BP2886-3DKN-26-1, dan 22 hari lebih panjang dari varietas Silugonggo (padi gogo dataran rendah beriklim kering).
Varietas Unggul Dataran Tinggi Departemen Pertanian telah melepas varietas unggul padi dataran tinggi yang relatif mampu beradaptasi dalam kondisi suhu udara rendah, di antaranya varietas Adil, Gemar, dan Makmur. Dilepas pada tahun 1970-an, ketiga varietas unggul dataran tinggi ini berumur 130-140 hari, hasil 5-8 t/ha, dan rasa
Pengujian tersebut menunjukkan bahwa varietas Sarinah, Cibogo, dan galur BP2886-3D-KN-26-1 dapat dikembangkan di dataran tinggi, menggantikan varietas lokal seperti Morneng di Cipanas. Selain berdaya hasil tinggi, varietas/galur tersebut berumur genjah dan rasa nasinya juga enak. Untuk menambah pilihan bagi petani perlu pula diteliti varietas/galur
Sifat penting beberapa varietas/galur padi. KP Cibadak, Cipanas, Jawa Barat, MK 2006. Sifat penting Tinggi tanaman (cm) Jumlah anakan Umur tanaman (hari)1) Bobot 1.000 gabah (g) Gabah isi (%) Hasil gabah (g/rumpun) 1)
Sarinah
Cibogo
89,2 24,6 115 29,7 72,2 64,2
60,0 25,0 119 25,9 90,6 57,2
BP2886-3D-KN-26-1 74,9 26,4 115 28,9 91,5 67,8
Silugonggo 53,9 30,6 111 26,4 83,3 37,0
Morneng 87,0 18,2 133 22,2 90,7 48,6
umur sejak mulai tanam bibit.
Warta Plasma Nutfah Indonesia Nomor 19 Tahun 2007
5
lain yang sesuai dikembangkan di dataran tinggi, dengan mempertimbangkan permintaan pasar agar petani memperoleh pendapatan yang layak dari usahatani padi di dataran tinggi.
sebut tentu perlu dilestarikan sebagai plasma nutfah yang diperlukan dalam perakitan varietas unggul baru berdaya hasil tinggi dengan rasa nasi enak. 1Didi
Suardi dan 2Trinny S. Kadir
Kalau kedudukannya akan digantikan oleh varietas unggul baru, padi-padi lokal di kota bunga ter-
1BB-Biogen,
2BB
Bogor Padi, Sukamandi
Anggrek Lokal “Unik” Kalimantan Tengah
K
eberadaan anggrek hitam di Kalimantan Tengah (Kalteng) terancam punah akibat adanya aktivitas penebangan hutan secara liar (illegal logging), pembukaan lahan perkebunan, pemukiman penduduk, kebakaran hutan, dan yang sangat gencar adalah eksploitasi besar-besaran ke luar pulau. Bahkan kebakaran hutan yang terjadi setiap tahun menyebabkan musnahnya keragaman genetik (genetic diversity) yang bernilai miliaran rupiah. Berdasarkan kejadian tersebut, penyelamatan anggrek hitam merupakan hal yang sangat mendesak. Kegiatan penyelamatan dapat berupa eksplorasi, karakterisasi dan koleksi, serta konservasi secara ex situ sebagai bahan untuk perbaikan sifat tanaman anggrek untuk menghasilkan varietas anggrek hitam baru. Anggrek hitam merupakan tanaman epifet yang hidupnya menumpang pada pohon-pohon besar di hutan primer. Anggrek jenis Coelogyne merupakan jenis anggrek simpodial (pertumbuhan batang terbatas). Anggrek hitam (Coelogyne pandurata Lindl) telah mendapatkan hadiah pertama dari Ibu Negara RI pada Pameran Anggrek Nasional di Jakarta pada tahun 1976. Anggrek ini memiliki bentuk, warna, dan aroma yang sangat menarik. Kelebihan lainnya adalah rajin berbunga, namun memerlukan kondisi yang relatif lembab.
Anggrek hitam (Coelogyne pandurata)
Anggrek mutiara (Coelogyne asperata)
Ekologi dan Syarat Tumbuh Penyebaran marga tanaman ini adalah di Sumatera dan Kalimantan, yang habitat hidupnya ditemukan pada pohon-pohon tua dekat sungai di hutan basah (hutan primer), baik di dataran rendah maupun daerah pegunungan (dipertocarpt) sampai ketinggian 1.000-1.500 dpl dengan kelembaban relatif tinggi. Perbanyakan Tanaman Tanaman anggrek Coelogyne dapat diperbanyak secara vegetatif, yaitu dengan cara memisahkan anakan yang ditanam pada media sabut kelapa, pakis, serbuk gergaji yang sudah terlebih dahulu direndam dengan larutan fungisida dan sudah steril. Serbuk gergaji merupakan media yang paling sesuai untuk pengembangan anggrek lokal ini, dibandingkan dengan media lainnya. Perbanyakan secara generatif belum banyak dikembangkan dan lebih berhasil jika dikembangkan secara laboratories. Beberapa anggrek genus Coelogyne hasil eksplorasi, karakterisasi, dan inventarisasi di hampir semua daerah di Kalteng adalah anggrek hitam, anggrek meteor, anggrek coklat, dan anggrek mutiara. Hasil karakterisasi beberapa anggrek genus Coelogyne Kalteng disajikan pada Tabel 1.
Anggrek coklat (Coelogyne verrucosa)
Anggrek meteor (Coelogyne foestermanii)
Gambar 1. Keragaan beberapa anggrek “unik” Kalteng
6
Warta Plasma Nutfah Indonesia Nomor 19 Tahun 2007
Tabel 1. Hasil karakterisasi beberapa anggrek genus Coelogyne di Kalteng. Nama daerah: Anggrek hitam Pertelaan Sifat kualitatif/kuantitatif 1. Tipe pertumbuhan
Simpodial
2. Karakter daun
Warna daun hijau muda, berbentuk lanset/mata lembing, bentuk ujung daun meruncing dengan sisi-sisi yang tajam, penampang melintang daun zigomor/tipe simetri ditekan, susunan daun rangkap, pertulangan daun sangat tebal di bagian bawah daun, bentuk tepi daun berjumbai, tekstur permukaan daun gundul, ujung daun simetri.
3. Akar
Tipe perakaran: akar tanah, serabut, warna akar coklat tua.
4. Pseudobulb
Bentuk pseudobulb lonjong, tiap pseudobulb terdapat satu pasang daun, penampang melintang jorong, bujur telur, dan oval, warna hijau muda kekuningan, tinggi tanaman 59,2 cm, panjang 9,6 cm, lebar 5,6 cm, ketebalan 1,6 cm.
5. Pembungaan
Posisi pembungaan: pucuk, tipe pembungaan tandan, resupinat terpuntir, ada spur. Perhiasan bunga: terdiri atas 3 sepal, 2 petal dan satu bibir (labellum). Bunga berbentuk lanset/mata lembing, sepal berbentuk lanset/mata lembing, bentuk petal lonjong, susunan petal terbuka. Bentuk ujung sepal dan petal meruncing dengan sisi-sisi yang tajam, penampang melintang sepal dan petal cekung. Labellum (bibir): terdiri atas keping sisi, keping tengah, dan kalus. Bentuk bibir segi tiga, letak lekuk bibir diujung, penampang melintang membalik agak dalam, tipe kalus sederhana.
6. Karakter-karakter lain
Tangkai bunga: panjang 10,5, panjang rangkaian bunga, 27,1 cm, diameter 0,5 cm. Daun:pPanjang daun 49,6 cm, lebar 7,6 cm, ketebalan 0,1 cm. Bunga: panjang 5,4 cm, lebar 10,6 cm, panjang x lebar lateral 1,72 cm, panjang x lebar petal 6,89 cm. Jumlah kuntum dalam satu tangkai bunga 6. Warna bunga hijau muda.
Ekologi
Menyukai tempat lembab di hutan-hutan primer di sekitar pinggiran sungai.
Musim berbunga
Berbunga sepanjang tahun, masa pembungaan 7 hari.
Keterangan khusus
Tanaman berasal dari hutan primer koleksi berasal dari TNTP Kobar. Anggrek ini mendapat hadiah pertama ”Piala Ibu Tien Suharto” pada Pameran Anggrek Nasional di Jakarta pada April 1976.
Nama daerah: Anggrek meteor Pertelaan Sifat kualitatif/kuantitatif 1. Tipe pertumbuhan
Simpodial
2. Karakter daun
Warna daun hijau tua, berbentuk jarum, bentuk ujung daun meruncing dengan sisi-sisi yang tajam, penampang melintang daun zigomor/tipe simetri ditekan, susunan daun rangkap, pertulangan daun sangat tebal dan mirip seperti daun kelapa, bentuk tepi daun berjumbai, tekstur permukaan daun gundul, tetapi jika dipegang akan terasa pertulangan daun yang sangat tebal sehingga menyebabkan permukaan daun tidak rata, ujung daun simetri.
3. Akar
Tipe perakaran: akar tanah, serabut, warna akar coklat kehijau-hijauan.
4. Pseudobulb
Bentuk pseudobulb lanset/mata lembing, penampang melintang jorong, bujur telur dan oval, warna hijau tua, pseudobulb mempunyai bagian-bagian sehingga menyebabkan permukaan tidak rata. Panjang 18,5 cm, lebar 7,2 cm, ketebalan 1,2 cm.
Ekologi
Menyukai tempat lembab di hutan-hutan primer di sekitar pinggiran sungai.
Musim berbunga
Berbunga sepanjang tahun.
Nama daerah : Anggrek coklat Nama latin : Coelogyne verrucosa Pertelaan Sifat kualitatif/kuantitatif 1. Tipe pertumbuhan
Simpodial
2. Karakter daun
Warna daun hijau muda, berbentuk lanset/mata lembing, bentuk ujung daun meruncing dengan sisi-sisi yang tajam, penampang melintang daun zigomor/tipe simetri ditekan, susunan daun rangkap, pertulangan daun sangat tebal dibagian bawah daun, bentuk tepi daun berjumbai, tekstur permukaan daun gundul, ujung daun simetri.
3. Akar
Tipe perakaran: akar tanah, serabut, warna akar coklat tua.
4. Pseudobulb
Bentuk pseudobulb bundar telur, berisi empat, tersusun rapat, panjang 6 cm, diameter 2cm.
5. Pembungaan
Posisi pembungaan: pucuk, tipe pembungaan tandan, resupinat terpuntir, ada spur. Perhiasan bunga: Daun kelopak berbentuk jorong, panjang 4,5 cm, lebar 1,5 cm berwarna hijau muda. Daun mahkota berbentuk jorong sempit panjang 4,5 cm, lebar 0,5 cm berwarna hijau muda. Labellum (bibir): terdiri atas keping sisi, keping tengah dan kalus, panjang 4,5 cm, lebar 2 cm berwarna kuning muda; taju ujungnya keriting, berwarna putih dengan alur coklat, tipe kalus sederhana.
6. Buah
Bentuk jorong, besar, panjang 6 cm.
7. Karakter-karakter lain
Tangkai bunga: panjang 29-45 cm, jumlah kuntum 2-3 tiap tandan. Diameter 10 cm. Daun: panjang daun 32 cm, lebar 7 cm, tiap umbi berdaun tunggal.
Ekologi
Menyukai tempat lembab di hutan-hutan primer di sekitar pinggiran sungai dengan ketinggian 1000-1500 m dpl.
Musim berbunga
Berbunga sepanjang tahun, masa pembungaan 7-10 hari.
Keterangan khusus
Tanaman berasal dari hutan primer, koleksi berasal dari Murutuwu, Barito Timur.
Warta Plasma Nutfah Indonesia Nomor 19 Tahun 2007
7
Tabel 1. Lanjutan. Nama daerah : Anggrek mutiara Nama latin : Coelogyne asperata Pertelaan Sifat kualitatif/kuantitatif 1. Tipe pertumbuhan
Simpodial
2. Karakter daun
Warna daun hijau tua, berbentuk jorong, bentuk ujung daun melebar pada ujungnya, penampang melintang daun zigomor/tipe simetri ditekan, susunan daun rangkap, pertulangan daun sangat tebal di bagian bawah daun, bentuk tepi daun berjumbai, tekstur permukaan daun gundul, ujung daun simetri.
3. Akar
Tipe perakaran: akar tanah, serabut, warna akar coklat tua.
4. Pseudobulb
Bentuk pseudobulb bulat telur, agak pipih, mengkerut, panjang 15 cm. Warna pseudobulb hijau muda.
5. Pembungaan
Posisi pembungaan: pucuk, tipe pembungaan tandan menjurai, resupinat terpuntir, ada spur. Perhiasan bunga: terdiri atas 3 sepal, 2 petal dan satu bibir (labellum). Daun kelopak berbentuk lanset, panjang 7 cm, daun mahkota lebih ramping dari daun kelopaknya, panjang 3-4 cm lebar 1 cm. Daun kelopak dan daun mahkota berwarna kuning susu dengan pinggiran keputihan. Labellum (bibir): berwarna coklat tua, ditengah beralur kasar dengan garis-garis putih, tipe kalus sederhana.
6. Buah
Bentuk jorong, panjang 6 cm.
7. Karakter-karakter lain
Tangkai bunga: panjang 50 cm, jumlah bunga tiap tandan 7-30 kuntum, diameter bunga 7-9 cm. Daun: panjang daun 45-100 cm, lebar 7-17 cm.
Ekologi
Menyukai tempat lembab di hutan-hutan primer di sekitar pinggiran sungai, dengan ketinggian 1000 m dpl.
Musim berbunga
Berbunga bulan Maret-Mei, masa pembungaan 7 hari.
Keterangan khusus
Tanaman berasal dari hutan primer, koleksi berasal dari Murutuwu, Barito Timur.
Ronny Yuniar Galingging
BPTP Kalimantan Tengah
Pengelolaan Plasma Nutfah Kalimantan Tengah
I
ndonesia merupakan salah satu daerah tropis yang memiliki keanekaragaman ekosistem yang dihuni oleh flora, fauna, spesies, dan genetika lain, yang tergolong besar dibandingkan dengan negara-negara lain di dunia. Sebanyak 14-29 tipe ekosistem alami lebih dari 5 juta spesies atau 16,7% dari jumlah yang ada di dunia terdapat di Indonesia, sehingga Indonesia dikenal sebagai a mega biodiversity country (Wardana 2002). Salah satu pulau di Indonesia yang banyak menyimpan keanekaragaman hayati adalah Kalimantan. Selain memiliki kekayaan flora dan fauna, Kalimantan juga diketahui memiliki 2.500-5.000 spesies anggrek dan merupakan jumlah terbesar di dunia (Chain et al. 2000). Kalimantan Tengah dengan luas wilayah 15.380.000 ha atau 7,93% dan luas wilayah Indonesia memiliki berbagai spesies tanaman buah, tanaman obat, tanaman hias, tanaman kehutanan, tanaman perkebunan, tanaman pangan lokal, dan sebagian telah dimanfaatkan oleh masyarakat (Krismawati et al. 2003).
8
Kelestarian keanekaragaman hayati perlu digali, dikelola, dan dijaga agar tidak punah. Sekitar 3550% dari semua jenis keanekaragaman hayati yang ada di bumi secara berangsur-angsur dapat punah karena berbagai faktor, antara lain pembukaan hutan untuk lahan pertanian, industri kayu, perkebunan, perladangan, pemukiman, dan kebakaran hutan serta bencana alam, yang tanpa disadari menghilangkan sumber daya genetik yang sebagian besar belum teridentifikasi dan masih berada di kawasan hutan. Kerusakan hutan tropis basah dan ekosistemnya menunjukkan hubungan yang nyata dengan hilangnya beberapa jenis flora (Mac Kinnon 1996). Plasma nutfah adalah sumber sifat keturunan yang terdapat dalam setiap kelompok organisme dan mempunyai nilai ekonomi tinggi. Manfaat penting dari plasma nutfah adalah sebagai sumber genetik dalam perakitan varietas unggul, penyedia agen hayati, bahan baku obat, minyak atsiri, kosmetika, pangan, dan sebagainya. Pemanfaatan plasma nutfah tidak hanya terbatas pada kalangan peneliti, pemulia ataupun ahli taksonomi, namun lebih dimanfaatkan
Warta Plasma Nutfah Indonesia Nomor 19 Tahun 2007
langsung oleh masyarakat hingga industri (Dwiyanto 2001). Plasma nutfah merupakan aset nasional yang perlu dilestarikan, berbagai upaya telah dilakukan di Kalteng, antara lain melakukan inventarisasi dan karakterisasi plasma nutfah, meningkatkan kesadaran dalam pengelolaan plasma nutfah dan menumbuhkan rasa kepemilikan dan tanggung jawab dalam pelestariannya melalui pembentukan Komisi Daerah (Komda) Plasma Nutfah.
d. Menganalisis teknologi yang tersedia dan yang dibutuhkan serta dapat diterapkan dalam penge1o1aan plasma nutfah. e. Memasyarakatkan keberadaan dan pentingnya plasma nutfah. f. Menghimpun pendapat dan kepentingan stakeholder atau pihak-pihak yang berkepentingan terhadap (plasma nutfah yang berkaitan dengan pelestarian dan pemanfaatannya). Program kerja
Komda Plasma Nutfah Kalteng Tugas pokok Komda plasma nutfah Kalteng dibentuk berdasarkan Surat Keputusan Gubemur Kalimantan Tengah Nomor 126 Tahun 2004, yang ditetapkan pada tanggal 17 Maret 2004 di Palangka Raya. Tugas utama Komda Plasma Nutfah adalah: a. Menentukan kebijakan pengelolaan plasma nutfah. b. Mengidentifikasi masalah dan menginventarisasi kekayaan dan kelangkaan plasma nutfah. c. Merumuskan sistem pelestarian plasma nutfah dan pemanfaatan secara berkelanjutan.
Dalam melaksanakan tugas pokoknya, Komda Plasma Nutfah Kalteng menyusun program kerja yang tertuang dalam program jangka pendek (4 tahun) dan program jangka panjang (7 tahun). Program kerja jangka pendek dan jangka panjang Komda Plasma Nutfah Kalteng disajikan dalam Tabel 1. Hasil pencapaian program Pencapaian hasil dari pelaksanaan program kerja Komda Plasma Nutfah Kalteng masih bersifat sederhana dan belum optimal. Dalam menghimpun data dan informasi tentang pengelolaan plasma nutfah masih mendapat kendala, karena sebagian besar lembaga/instansi yang telah melakukan pengelolaan plasma nutfah (baik karena Tupoksi lembaga-
Tabel 1. Program Kerja Komda Plasma Nutfah Kalteng. Program kerja
Tahun
Kegiatan
Jangka pendek
2004
Menghimpun data dan informasi dasar tentang keberadaan plasma nutfah yang ada di Kalteng, baik yang sudah dikelola maupun yang belum (karakterisasi potensi plasma nutfah) Mengidentifikasi kegiatan pengelolaan, plasma nutfah yang dilaksanakan instansi/lembaga terkait
2005
Menginventarisasi data koleksi pengelolaan plasma nutfah yang telah dilakukan instansi/ lembaga terkait Melakukan sosialisasi keberadaan Komda Plasma Nutfah Kalteng kepada stakeholder dan komponen masyarakat serta kabupaten
2006
Menyusun database kekayaan plasma nutfah Mengidentifikasi kawasan-kawasan alam sebagai kawasan lindung dalam pelestarian plasma nutfah Melakukan sosialisasi keberadaan Komda Plasma Nutfah ke kabupaten dan menghimbau untuk membentuk Koncab
2007
Menyusun sistem informasi database kekayaan plasma nutfah Kalteng Menciptakan kawasan lindung sebagai tempat koleksi secara ex situ dan in situ
Jangka panjang
04-12
Kawasan khusus yang berfungsi sebagai kebun koleksi plasma nutfah khas Kalteng/arboretum/ agrowisata, dan lain-lain, yang dapat berfungsi sebagai pusat studi, kajian ilmiah, biofarmaka, dan lain-lain Menggali sumber pendapatan asli daerah dan pengelolaan plasma nutfah
Warta Plasma Nutfah Indonesia Nomor 19 Tahun 2007
9
nya maupun tidak) kurang menginventarisir apa saja yang telah dilakukan. Beberapa hasil yang diperoleh adalah:
c. Koleksi pengelolaan plasma nutfah yang telah dilakukan instansi/lembaga terkait. No.
a. Data dan informasi dasar tentang keberadaan plasma nutfah yang sudah dikelola. No.
Jenis plasma nutfah yang dikelola
Penge1ola
1.
Plasma nutfah tanaman kehutanan berbentuk pohon
Dishut, BLSDA, WWF
2.
Plasma nutfah tanaman kehutanan berbentuk perdu
Dishut, BLSDA, WWF
3.
Plasma nutfah tanaman perkebunan
Disbun
4.
Plasma nutfah tanaman hias
BPTP, Disperta
5.
Plasma nutfah tanaman obat-obatan
BPTP
6.
Plasma nutfah tanaman buah-buahan
BPTP
7.
Plasma nutfah tanaman padi lokal
UNPAR, BPTP
8.
Plasma nutfah satwa
Dishut, BLSDA, WWF
9.
Plasma nutfah ikan lokal
DKP
b. Kegiatan penge1olaan plasma nutfah dilaksanakan instansi/lembaga terkait. No.
Pelaksana
1.
Identifikasi flora dan fauna di area konservasi Bukit Tengkiling
Dishut, BKSDA
2.
Identifikasi flora dan fauna di area konservasi Pararawen
Dishut, BKSDA
3.
Identifikasi flora dan fauna di area konservasi Bukit Sapat Hawang
Dishut, BKSDA
4.
Identifikasi flora dan fauna di area konservasi Sungai Lamandau
Dishut, BKSDA
5.
Identifikasi flora dan fauna di area konservasi Tanjung Keluarga
Dishut, BKSDA
6.
Identifikasi flora dan fauna di area konservasi Nyaru Menteng
Dishut, BKSDA
7.
Eksplorasi dan karakterisasi tanaman obat-obatan spesifik Kalteng
BPTP
8.
Eksplorasi dan karakterisasi tanaman anggrek spesifik Kalteng
BPTP, Distan
9.
Eksplorasi dan karakterisasi tanaman buahbuahan spesifik Kalteng
BPTP, CIMMTROP
10.
Eksplorasi dan karakterisasi tanaman padi lokal
UNPAR, CIMTROP
11.
Identifikasi dan karakterisasi flora dan fauna di area konservasi hutan Sebangau
WWF
12.
Pengelolaan usahatani ramah lingkungan
Care Intr
13.
Penyelamatan dan pengembalian orang hutan Kalimantan
WWF, BOS
Dokumen (database)
Jumlah koleksi
Tanaman kehutanan
Ex situ dan in situ
Microsof excell, CD
15 famili, 151 spesies
2.
Tanaman perkebunan Padi lokal
Ex situ dan budi daya Ex situ dan in situ Ex situ dan in situ Ex situ dan in situ Ex situ dan in situ Ex situ dan in situ
Microsof excell, CD Microsof excell, CD Microsof excell, CD, program Microsof excell, CD, program Microsof excell, CD, program Microsof excell, CD, VCD, Film dokumenter
76 spesies
3. 4. 5.
7.
Kegiatan
Bentuk konservasi
1.
6.
yang
Jenis koleksi
Tanaman anggrek/hias Tanaman obat-obatan Tanaman buah-buahan Fauna/satwa
24 jenis 34 spesies 37 spesies 38 spesies 14 spesies
d. Sosialisasi keberadaan Komda Plasma Nutfah Kalteng (tidak dilakukan secara khusus, tetapi dilakukan pada saat pelaksanaan kegiatan-kegiatan tertentu yang terkait. Sasaran sosialisasi kebijakan, peneliti, penyuluh, LSM, pemerhati lingkungan, petani, dan stakeholder lainnya. e. Menyusun database kekayaan plasma nutfah Kalteng. BPTP Kalteng telah melakukan penyusunan database kekayaan plasma nutfah dengan menggunakan program Sistem Informasi Pengelolaan Plasma Nutfah yang dikeluarkan Komisi Nasional Sumber Daya Genetik. Mengingat informasi yang disajikan program ini tidak spesifik dengan kekayaan plasma nutfah yang dimiliki Kalteng, maka Programmer BPTP Kalteng telah membuat program pengelolaan database plasma nutfah yang lebih sederhana dan lengkap (semua sektor). Pemasyarakatan Pentingnya Plasma Nutfah Dalam rangka pemasyarakatan dan pentingnya pengelolaan plasma nutfah, maka instansi/lembaga/ institusi yang terkait langsung dan menjadi bagian dari keanggotaan Komda Plasma Nutfah Kalteng telah melakukan beberapa kegiatan, seperti: a. Melaksanakan pameran dan mengenalkan lebih luas tanaman obat, tanaman hias, dan tanaman buah spesifik Kalteng, dalam bentuk poster dan bentuk tanaman. b. Menyebarkan brosur, leaflet tentang pelestarian lingkungan dan orang hutan Kalimantan.
10
Warta Plasma Nutfah Indonesia Nomor 19 Tahun 2007
c. Menyebarkan film dokumenter setiap pekan di aboretum Nyaru Menteng. d. Membuat dan menyebarkan leaflet dan brosur tentang tanaman obat Kalteng dan khasiatnya. e. Kerja sama antara TVRI Kalteng dengan Dinas Kehutanan untuk program penyelamatan hutan dan alam sekitar.
f. Kerja sama antara TVRI Kalteng dengan Bimas Ketahanan Pangan untuk program pemanfaatan pakan lokal yang bergizi tinggi. g. Melakukan kegiatan wisata ke kawasan habitat anggrek hitam Kalteng di Desa Marutuwu Kab. Bartim, pada saat PEDA VIII tahun 2006.
Tabulasi sederhana sebagian koleksi plasma nutfah Kalteng. Banyaknya yang telah di … Komoditas
Keterangan Eksplorasi
Koleksi
Konservasi
Dokumentasi (database)
Eksplorasi Eksplorasi Eksplorasi Eksplorasi Eksplorasi Eksplorasi Eksplorasi Eksplorasi Eksplorasi Eksplorasi Eksplorasi Eksplorasi Eksplorasi Eksplorasi Eksplorasi
Koleksi Koleksi Koleksi Koleksi Koleksi Koleksi Koleksi Koleksi Koleksi Koleksi Koleksi Koleksi Koleksi Koleksi Koleksi
Ex situ Ex situ Ex situ Ex situ Ex situ Ex situ Ex situ Ex situ Ex situ Ex situ Ex situ Ex situ Ex situ Ex situ Ex situ
Microsoft excell Microsoft excell Microsoft excell Microsoft excell Microsoft excell Microsoft excell Microsoft excell Microsoft excell Microsoft excell Microsoft excell Microsoft excell Microsoft excell Microsoft excell Microsoft excell Microsoft excell
Satu aksesi Dua aksesi Satu aksesi Satu aksesi Satu aksesi Dua aksesi Satu aksesi Dua aksesi Satu aksesi Dua aksesi Dua aksesi Dua aksesi Satu aksesi Satu aksesi Satu aksesi
Eksplorasi
Koleksi
Ex situ
Microsoft excell
Temu Putih
Eksplorasi
Koleksi
Ex situ
Microsoft excell
Jariangau
Eksplorasi
Koleksi
Ex situ
Microsoft excell
Simpur
Eksplorasi
Koleksi
Ex situ
Microsoft excell
Penawar Seribu
Eksplorasi
Koleksi
Ex situ
Microsoft excell
Penawar Sampai
Eksplorasi
Koleksi
Ex situ
Microsoft excell
Pasak Bumi
Eksplorasi
Koleksi
Ex situ
Microsoft excell
Bawang Hantu
Eksplorasi
Koleksi
Ex situ
Microsoft excell
Taya Sambung Urat
Eksplorasi Eksplorasi
Koleksi Koleksi
Ex situ Ex situ
Microsoft excell Microsoft excell
Tawas Ut
Eksplorasi
Koleksi
In situ
Microsoft excell
Daun Sawang
Eksplorasi
Koleksi
Ex situ
Microsoft excell
Mayama Dewa
Eksplorasi
Koleksi
Ex situ
Microsoft excell
Karamunting Kodok
Eksplorasi
Koleksi
Ex situ
Microsoft excell
Karamunting Padang
Eksplorasi
Koleksi
Ex situ
Microsoft excell
Sembung
Eksplorasi
Koleksi
Ex situ
Microsoft excell
Daun Surap
Eksplorasi
Koleksi
In situ
Microsoft excell
Karereng
Eksplorasi
Koleksi
Ex situ
Microsoft excell
Suli Tekak
Eksplorasi
Koleksi
In situ
Microsoft excell
Bagian yang bermanfaat: daun Khasiat: ramuan jamu (satu aksesi) Bagian yang bermanfaat: daun, batang, dan akar Khasiat: penawar bisa (satu aksesi) Bagian yang bermanfaat: daun (satu aksesi) Khasiat: obat sakit kepala (satu aksesi) Bagian yang bermanfaat: daun Khasiat: obat penawar gigitan binatang (satu aksesi) Bagian yang bermanfaat: daun Khasiat: obat sakit malaria (satu aksesi) Bagian yang bermanfaat: daun dan batang Khasiat: obat penawar bisa (gigitan) binatang (satu aksesi) Bagian yang bermanfaat: batang dan akar Khasiat: obat kuat (satu aksesi) Bagian yang bermanfaat: umbi Khasiat: obat pusing (satu aksesi) Bagian yang bermanfaat: daun (satu aksesi) Bagian yang bermanfaat: daun dan batang Khasiat: obat patah tulang, keseleo (satu aksesi) Bagian yang bermanfaat: daun Khasiat: obat penawar racun Bagian yang bermanfaat: daun Khasiat: obat sakit kepala/pusing (satu aksesi) Bagian yang bermanfaat: daun Khasiat: penawar bisa dan obat gosok (satu aksesi) Bagian yang bermanfaat: daun dan akar Khasiat: obat penyakit gula (satu aksesi) Bagian yang bermanfaat: daun Khasiat: obat luka (satu aksesi) Bagian yang bermanfaat: daun dan akar Khasiat: obat sakit kepala (satu aksesi) Bagian yang bermanfaat: daun Khasiat : obal sakit gigi Bagian yang bermanfaat: daun Khasiat: obat kanker payudara, bisul bernanah, badan bengkak (satu aksesi) Bagian yang bermanfaat: daun dan batang Khasiat: obat pegal linu
Tanaman buah Ramunia/Gandana Maritam/Tanggaring Binjai Madu Leko Layung Taitungen Papaken Asam Hambawang Rambai Cempedak nangka Kasturi Asam tungku Untit Kalangkala Bijai Masam Tanaman Obat: Ujung Atap
Warta Plasma Nutfah Indonesia Nomor 19 Tahun 2007
11
Lampiran : Lanjutan Banyaknya yang telah Komoditas
Keterangan Eksplorasi
Koleksi
Konservasi
Kaka Tuak
Eksplorasi
Koleksi
In situ
Microsoft excell
Tranraket Kowong
Eksplorasi
Koleksi
In situ
Microsoft excell
Tapukus
Eksplorasi
Koleksi
In situ
Microsoft excell
Koko Dompey
Eksplorasi
Koleksi
In situ
Microsoft excell
Sawang Kariau
Eksplorasi
Koleksi
In situ
Microsoft excell
Kupang Bagading
Eksplorasi
Koleksi
In situ
Microsoft excell
Uru Dagang
Eksplorasi
Koleksi
In situ
Microsoft excell
Tebu Jarung
Eksplorasi
Koleksi
In situ
Microsoft excell
Kaja Mihing
Eksplorasi
Koleksi
In situ
Microsoft excell
Suli Nyaru
Eksplorasi
Koleksi
In situ
Microsoft excell
Barumut
Eksplorasi
Koleksi
In situ
Microsoft excell
Siwa Uwa
Eksplorasi
Koleksi
In situ
Microsoft excell
Paku Patai
Eksplorasi
Koleksi
In situ
Microsoft excell
Karehou
Eksplorasi
Koleksi
In situ
Microsoft excell
Sungkai Papan
Eksplorasi
Koleksi
In situ
Microsoft excell
Rahiya
Eksplorasi
Koleksi
In situ
Microsoft excell
Rumput Telang
Eksplorasi
Koleksi
In situ
Microsoft excell
Poro Panahan
Eksplorasi
Koleksi
In situ
Microsoft excell
Pamulan Bahang
Eksplorasi
Koleksi
In situ
Microsoft excell
Penutup Sumber plasma nutfah yang dimiliki Indonesia merupakan plasma nutfah alami yang terdapat dalam berbaga jenis flora dan fauna yang hidup di hutan. Demikian pula plasma nutfah potensial yang terdapat dalam ekosistem pertanian dan pemukiman. Beberapa plasma nutfah menjadi rawan, langka bahkan sampai punah karena terjadinya perubahan-perubahan besar dalam penggunaan sumber daya hayati dan penggunaan lahan tempat mereka hidup serta perubahan-perubahan habitatnya yang disebabkan oleh terjadinya pemanfaatan yang tidak terkendali. Dalam rangka mewujudkan pembangunan, maka kekayaan plasma nutfah yang beraneka ragam dan tersebar di Kalteng merupakan suatu potensi pasar yang menguntungkan, karena memiliki nilai jual dan cukup digemari oleh masyarakat. Beberapa tanaman buah-buahan, tanaman hias, tanaman obat, satwa langka, dan lain-lain yang terdapat di Kalteng adalah varietas lokal, dan terdapat yang spesifik Kalteng.
12
Dokumentasi (database) Bagian yang bermanfaat: batang Khasiat: obat kencing manis Bagian yang bermanfaat: daun dan batang Khasiat: obat batuk Bagian yang bermanfaat: daun dan batang Khasiat: obat sakit pinggang Bagian yang bermanfaat: daun Khasiat: obat lumpuh Bagian yang bermanfaat: batang Khasiat: obat penawar setelah melahirkan Bagian yang bermanfaat: batang dan akar Khasiat: obat sakit perut/disentri Bagian yang bermanfaat: daun Khasiat: obat luka Bagian yang bermanfaat: batang Khasiat: obat sakit pinggang Bagian yang bermanfaat: batang dan akar Khasiat: obat bengkak Bagian yang bermanfaat: batang dan akar Khasiat: obat bengkak Bagian yang bermanfaat: batang dan daun Khasiat: obat kutu kaki Bagian yang bermanfaat: akar Khasiat: obat panas Bagian yang bermanfaat: akar Khasiat: obat tekanan darah tinggi Bagian yang bermanfaat: batang dan daun Khasiat: obat keputihan Bagian yang bermanfaat: akar Khasiat :obat muntah darah Bagian yang bermanfaat: daun dan batang Khasiat: obat TBC Bagian yang bermanfaat: daun Khasiat: obat batuk, TBC Bagian yang bermanfaat: batang Khasiat: obat kuat Bagian yang bermanfaat: batang Khasiat: penawar racun
Keberadaan Komda Plasma Nutfah, sangat besar manfaatnya dan berperan aktif dalam memberikan masukan kepada penentu kebijakan di daerah terutama dalam hal penentuan kebijakan pengelolaan plasma nutfah, merumuskan sistem pelestarian berkelanjutan, dan lain-lain. Sehingga keberadaan Komda Plasma Nutfah perlu didukung dalam berbagai hal oleh semua pihak. Daftar Pustaka Krismawati, A. dan M. Sabran. 2004. Eksplorasi dan karakterisasi tanaman obat dan buah-buahan di Kalimantan Tengah. Warta Plasma Nutfah Indonesia 16:11-16. Diwyanto, K. 2001. Pengelolaan plasma nutfah. Warta Plasma Nutfah Indonesia 11:7-8. Mac Kinnon, K. 1996. The ecology of Kalimantan. The Ecology of Indonesia Series Vol. III. Periplus Edition (HK) Ltd., Rep. Of Singapore.
Susilawati dan Amik Krismawati BPTP Kalimantan Tengah
Warta Plasma Nutfah Indonesia Nomor 19 Tahun 2007
BERITA
Telah Terbentuk, Komisi Nasional Sumber Daya Genetik
B
erdasarkan SK Menteri Pertanian No. 734/Kpts/ OT.140/12/2006, tanggal 29 Desember 2006, tentang pembentukan Komisi Nasional Sumber Daya Genetik (Komnas SDG), maka penggunaan nama Komisi Nasional Plasma Nutfah yang selama 30 tahun digunakan terhitung mulai tanggal tersebut berganti nama menjadi Komisi Nasional Sumber Daya Genetik. SK Menteri Pertanian No. 734/ Kpts/OT.140/12/2006 tersebut se-
kaligus mencabut SK Menteri Pertanian No. 341/Kpts/KP.150/ 6/2001.
Besar Penelitian dan Pengembangan Bioteknologi dan Sumberdaya Genetik Pertanian.
Dalam kepengurusan Komnas SDG, selain tampak wajahwajah baru sebagai Pelaksana Harian, juga terjadi perubahan format kepengurusan, yaitu Wakil Ketua dan Sekretaris II ditiadakan. Sedangkan Sekretaris Pengarah merangkap menjadi Ketua Pelaksana Harian dan dijabat secara ex-officio oleh Kepala Balai
Anggota Pelaksana Harian, selain pakar-pakar sumber daya genetik dari Badan Litbang Pertanian, juga berasal dari Institut Pertanian Bogor, Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia, Kementerian Lingkungan Hidup, Departemen Kelautan dan Perikanan, serta Departemen Kehutanan. Secara lengkap susunan pengurus Komnas SDG disajikan berikut.
Susunan Kepengurusan Komnas SDG berdasarkan SK Mentan No. 734/Kpts/OT.140/12/2006. Pengarah Komisi Nasional Sumber Daya Genetik Ketua
:
Kepala Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian, Departemen Pertanian
Wakil Ketua
:
Sekretaris Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian, Departemen Pertanian
Sekretaris
:
Kepala Balai Besar Penelitian dan Pengembangan Bioteknologi dan Sumberdaya Genetik Pertanian, Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian;
Anggota
:
1. 2. 3. 4. 5. 6. 7. 8. 9. 10. 11. 12. 13. 14. 15. 16. 17. 18. 19. 20. 21.
Kepala Biro Kerjasama Luar Negeri, Departemen Pertanian; Kepala Biro Hukum dan Humas, Departemen Pertanian; Kepala Pusat Perizinan dan Investasi, Departemen Pertanian Kepala Pusat Perlindungan Varietas Tanaman, Departemen Pertanian; Kepala Pusat Penelitian dan Pengembangan Tanaman Pangan, Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian; Kepala Pusat Penelitian dan Pengembangan Hortikultura, Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian; Kepala Pusat Penelitian dan Pengembangan Perkebunan, Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian; Kepala Pusat Penelitian dan Pengembangan Peternakan, Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian; Direktur Eksekutif Lembaga Riset Perkebunan Indonesia; Direktur Perbenihan, Direktorat Jenderal Bina Produksi Tanaman Pangan; Direktur Perbenihan, Direktorat Jenderal Bina Produksi Tanaman Hortikultura; Direktur Perbenihan, Direktorat Jenderal Bina Produksi Tanaman Perkebunan; Direktur Perbibitan, Direktorat Jenderal Bina Produksi Peternakan; Kepala Pusat Penelitian dan Pengembangan Hutan dan Konservasi Alam, Badan Penelitian dan Pengembangan Kehutanan, Departemen Kehutanan; Direktur Konservasi Keanekaragaman Hayati; Direktorat Jenderal Perlindungan Hutan dan Konservasi Alam, Departemen Kehutanan; Kepala Pusat Konservasi Tumbuhan Kebun Raya Bogor, Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia; Kepala Pusat Penelitian Biologi, Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia ; Asisten Deputi Urusan Keanekaragaman Hayati, Kementerian Lingkungan Hidup; Kepala Pusat Riset Perikanan Budidaya, Badan Riset Kelautan dan Perikanan, Departemen Kelautan dan Perikanan; Dr. Anida Haryatmo, Direktur Program Hibah Yayasan KEHATI; Dr. Soenartono Adisoemarto, Yayasan Naturindo
Warta Plasma Nutfah Indonesia Nomor 19 Tahun 2007
13
Pelaksana Harian Komisi Nasional Sumber Daya Genetik Ketua
:
Kepala Balai Besar Penelitian dan Pengembangan Bioteknologi dan Sumberdaya Genetik Pertanian, Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian;
Sekretaris
:
Dr. Muhamad Herman, Ahli Peneliti Madya pada Balai Besar Penelitian dan Pengembangan Bioteknologi dan Sumberdaya Genetik Pertanian;
Anggota
:
1. Dr. Sugiono Moeljopawiro, Ahli Peneliti Madya pada Balai Besar Penelitian dan Pengembangan Bioteknologi dan Sumberdaya Genetik Pertanian, Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian; 2. Dr. Ida Hanarida, Ahli Peneliti Utama pada Balai Besar Penelitian dan Pengembangan Bioteknologi dan Sumberdaya Genetik Pertanian; 3. Ir. Bambang Setiadi, MS, Ahli Peneliti Utama pada Balai Penelitian Ternak, Pusat Penelitian dan Pengembangan Peternakan; 4. Dr. Machmud Thohari, Fakultas Kehutanan, Institut Pertanian Bogor; 5. Dr. Firdaus Kasim, Ahli Peneliti Utama pada Pusat Penelitian dan Pengembangan Tanaman Pangan; 6. Dr. Hardiyanto, Peneliti Utama pada Pusat Penelitian dan Pengembangan Hortikultura; 7. Prof. Dr. Subandriyo, Balai Penelitian Ternak, Pusat Penelitian dan Pengembangan Peternakan; 8. Prof. Dr. Maharani Hasanah, Balai Penelitian Tanaman Obat dan Aromatik, Pusat Penelitian dan Pengembangan Perkebunan; 9. Dr. Sri Sulandari, Peneliti pada Pusat Penelitian dan Pengembangan Biologi, Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia; 10. Dr. Sriani Sujiprihati, Fakultas Pertanian, Institut Pertanian Bogor; 11. Endah Tri Kurniawaty, S.Hut.M.E, Kasubid Konservasi Sumber Daya Genetik, Kementerian Lingkungan Hidup; 12. Dr. Rudhy Gustiano, Departemen Kelautan dan Perikanan 13. Ir. Endro Subiandono,MSc, Peneliti pada Pusat Penelitian dan Pengembangan Hutan dan Konservasi Alam, Departemen Kehutanan 14. Drs. Herry Djoko Susilo, MSc, Kasubdit Konservasi Jenis dan Genetik, Direktorat Konservasi Keanekaragaman Hayati, Direktorat Jenderal Perlindungan Hutan dan Konservasi Alam, Departemen Kehutanan
Komnas SDG
Berita Duka
D
r. Soenartono Adisoemarto, yang akrab disapa Pak Toni, dilahirkan di Kudus pada 28 September 1935. Semasa hidupnya, beliau adalah peneliti di Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia, pensiun pada tahun 2001. Pak Toni adalah pengabdi dan tokoh pejuang pelestarian sumber daya genetik (plasma nutfah) Indonesia, sejak dibentuknya Komisi Nasional Sumber Daya Genetik (dahulu Komisi Pelestarian Plasma Nutfah Nasional tahun 1976) sampai tahun 2007. Terakhir pak Toni diangkat sebagai anggota Pengarah
14
Komisi Nasional Sumber Daya Genetik sesuai dengan Surat Keputusan Menteri Pertanian Nomor 734/Kpts/OT.140/12/2006 tertanggal 29 Desember 2006. tentang Pembentukan Komisi Nasional Sumber Daya Genetik. Banyak buku dan karya ilmiah yang telah dihasilkan beliau, baik yang diterbitkan di dalam maupun luar negeri. Aktivitas pak Toni sampai menjelang sakit cukup padat, baik kegiatan ilmiah maupun kerokhanian. Beliau aktif di Yayasan Naturindo yang didirikan bersama Dr. Didien Sastra-
pradja, Dr. Mien Rivai, dan Dr. Setijati D. Sastrapradja. Pak Toni banyak membantu meletakkan dasar-dasar hukum pengelolaan sumber daya genetik di Negara Kesatuan Republik Indonesia. Pak Toni merupakan orang penting yang memotori penyusunan dan disahkannya dua buah UndangUndang Republik Indonesia oleh DPR-RI dan Pemerintah RI, yaitu UU RI Nomor 5 tahun 1994 tentang Pengesahan United Nations Convention on Biological Diversity (Konvensi Perserikatan Bangsa-Bangsa mengenai Keanekaragaman Hayati) dan UU RI Nomor
Warta Plasma Nutfah Indonesia Nomor 19 Tahun 2007
4 Tahun 2006 tentang Pengesahan International Treay on Plant Genetic Resources for Food and Agriculture (Perjanjian mengenai Sumber Daya Genetik Tanaman untuk Pangan dan Pertanian). Sejak Desember 2006, pak Toni batuk-batuk, tetapi meskipun sudah diingatkan oleh teman-teman dekat dan keluarga, beliau tidak mau berobat. Gejala batuknya bertambah parah pada Januari 2007. Pada Februari 2007, beliau sempat minta tolong dibelikan sebuah kamera digital yang modelnya compact sehingga dapat dikantongi dan dibawa kemanamana untuk membuat foto serangga sebagai pelengkap buku taksonomi serangga yang sedang disusunnya. Pada pertengahan Maret 2007 permintaan beliau untuk dibelikan kamera digital Nikon model Coolpix S-10 berikut dengan SD memory card 1GB dan sebuah tripod baru dapat terwujud.
Pada 20 Maret 2007, karena desakan Bu Toni, beliau mau berobat ke dokter dan atas anjuran dokter untuk observasi penyakit, beliau harus rawat inap. Semula beliau ingin dirawat di RS di Bogor, sayangnya setelah mencari ke berbagai RS di Bogor tidak ada tempat tidur yang kosong, sehingga beliau harus dirawat di RS Mitra Keluarga Jatinegara. Beliau sempat dirawat selama tiga minggu di RS Mitra Keluarga Jatinegara. Pada awalnya diagnosa dokter adalah pneumonia dan paru basah. Dokter sempat mengeluarkan cairan dari rongga dadanya sebanyak 1,5 liter, tetapi keadaan beliau bahkan semakin sulit bernafas. Beberapa hari kemudian setelah melalui pemeriksaan yang lebih lengkap, baru didiagnosa bahwa pak Toni menderita kanker paru dan sudah stadium lanjut. Rupanya beliau memang sudah tidak dapat bertahan lebih lama, pada hari Rabu, 11 April 2007 jam 09.00 WIB, Dr. Soenartono
Adisoemarto meninggalkan kita semua dalam usia 71 tahun di RS Mitra Keluarga Jatinegara. Pak Toni dimakamkan disebelah makam putranya yang telah mendahuluinya beberapa tahun yang lalu karena menderita lupus erythematosus di halaman rumah beliau di Badakputih, Kotabatu, Bogor Gelak tawa dan canda yang selalu dilontarkan beliau akan tetap mengingatkan kehadiran beliau pada setiap pertemuan. Selamat jalan Pak Toni, terima kasih atas semua usaha dan perjuangannya untuk melestarikan sumber daya genetik Indonesia. Semoga semangat juang pak Toni tetap menyertai teman-teman yang masih ada dalam melanjutkan perjuangan melestarikan sumber daya genetik Indonesia untuk kesejahteraan umat manusia, khususnya bangsa Indonesia. Amin. Agus Nurhadi
Komnas SDG
AKTIVITAS KOMNAS
Rapat Paripurna Pertama Komnas SDG
P
ertemuan paripurna Komisi Nasional Sumber Daya Genetik (Komnas SDG) yang pertama dilaksanakan pada tanggal 14 Maret 2007 dan dipimpin langsung oleh Kepala Badan Litbang Pertanian sebagai Ketua Pengarah Komnas SDG. Dalam sambutannya, Ketua Komnas SDG menyampaikan terima kasih kepada mantan ketua dan anggota Komisi Nasional Plasma Nutfah yang selama ini telah bekerja keras dan penuh dedikasi untuk pe-
lestarian sumber daya genetik Indonesia. Ketua Pengarah juga menyampaikan harapan kepada Pelaksana Harian tentang hal-hal yang dihadapi Komnas SDG, antara lain: Komnas SDG diharapkan tetap pro-aktif dalam mendorong pembahasan di tingkat DPR-RI tentang RUU Pelestarian dan Pemanfaatan Sumber Daya Genetik, menjadi Undang-Undang. RUU tersebut saat ini
Warta Plasma Nutfah Indonesia Nomor 19 Tahun 2007
berada di Kementerian Lingkungan Hidup (KLH), meskipun belum menjadi prioritas Program Legislasi Nasional (Prolegnas) DPR-RI dan juga belum diprioritaskan oleh KLH untuk diselesaikan pada tahun 2007. Pelaksana Harian Komnas SDG harus mempersiapkan aturan-aturan dalam mengimplementasikan Peraturan Menteri Pertanian Nomor 67 Tahun
15
2006 tentang Pelestarian dan Pemanfaatan Sumber Daya Genetik. Karena di dalam Permentan tersebut, Menteri Pertanian mengamanatkan kepada Komnas SDG dan melibatkan peran sertanya dalam memberikan masukan kepada Ketua Pengarah terhadap pengeluaran berbagai izin eksplorasi, pengeluaran, pemasukan, dan pendirian kebun koleksi SDG. Dalam melaksanakan UU RI Nomor 4 Tahun 2006, Komnas SDG harus membantu implementasinya, dan mengingat banyak rencana kerja sama penelitian dalam SDG yang akan dirintis melalui maka Komnas SDG harus betul-betul siap dalam memberikan masukan dan pertimbangan. Komnas SDG juga dihimbau untuk terus melakukan program sosialisasi tentang perlunya pelestarian dan pemanfaatan SDG yang berkelanjutan ke daerah-daerah yang memang perlu segera ditangani dan yang mempunyai minat besar untuk melestarikan SDGnya. Dalam hal kerja sama dengan pemerintah daerah/departemen/instansi yang telah dirintis dan yang telah berjalan dengan baik, diharapkan dapat lebih ditingkatkan lagi. Ketua Pengarah juga menyampaikan bahwa saat ini Badan Litbang Pertanian sedang membangun Bank Gen yang berlokasi di Balai Besar Penelitian dan Pengembangan Bioteknologi dan Sumberdaya Genetik Pertanian (BB-Biogen) yang diharapkan akan selesai pada tahun 2008.
16
Untuk itu, diharapkan para pemangku kepentingan di luar Badan Litbang Pertanian juga memanfaatkan Bank Gen tersebut sebagai tempat menyimpan SDG hasil eksplorasi dari instansi atau individu. Pada saat ini ada tiga perusahaan swasta yang minta evaluasi terhadap SDG transgenik yang akan dimasukkan ke Indonesia. Permintaan tersebut ditujukan kepada Komisi Keamanan Pangan dan Keamanan Hayati yang berada di Badan Litbang Pertanian (BB-Biogen). Pada pertemuan tersebut, Prof. Dr. Kusuma Diwyanto, mantan Ketua Komnas Plasma Nutfah tahun 2001-2006, menyampaikan laporan hasil kegiatan Komnas Plasma Nutfah. Secara ringkas disampaikan hasilhasil yang dicapai dalam waktu 6 tahun. Hal-hal yang menonjol yang disampaikan antara lain: Sosialisasi UU RI Nomor 29 tahun 2000 tentang Perlindungan Varietas Tanaman Disusunnya Naskah Akademik dan RPP tentang Keamanan Hayati dan Keamanan Pangan yang disampaikan kepada KLH Menggoalkan RUU tentang Aksesi Perjanjian mengenai Sumber Daya Genetik Tanaman untuk Pangan dan Pertanian menjadi Undang Undang RI Nomor 4 Tahun 2006 Penyusunan Naskah Akademik dan RUU Pelestarian dan Pemanfaatan Sumber Daya Genetik ke KLH
Launching Database SDG Pertanian dan Situs Komisi Nasional Plasma Nutfah pada tahun 2005 Sosialisasi Pengelolaan Plasma Nutfah ke berbagai instansi, stakeholders, guru-guru, dan mahasiswa pertanian Mendorong pembentukan Komisi Daerah Plasma (Komda) Nutfah (saat ini sudah terbentuk 14 Komda di Indonesia). Dalam diskusi yang dibuka oleh Ketua Pengarah Komnas SDG, mantan Ketua Komnas Plasma Nutfah (Prof. Dr. Kusuma Diwyanto) menyampaikan saran tentang perlunya membentuk tim kecil untuk menangani berbagai masalah SDG internasional. Seyogyanya ditunjuk dan dipilih mereka yang paham betul dalam masalah yang akan ditangani, dan seyogyanya mereka menjadi wakil Pemerintah RI dalam forumforum internasional tersebut. Kusuma Diwyanto juga menyarankan bahwa sudah waktunya Komnas SDG berkiprah untuk menangani kasus flu burung dengan cara melakukan seminar nasional atau lokakarya penanganan flu burung di Indonesia. Dalam pertemuan tersebut, Sekretaris Komnas SDG menyampaikan tentang konsep tata kerja serta rencana kerja dan kegiatan Komnas SDG pada tahun 2007 dan 2008. Dalam konsep tata kerja dibahas mengenai tugas dan tanggung jawab pengarah serta pelaksana harian, demikian pula dibahas tentang kesekretariatan Komnas.
Warta Plasma Nutfah Indonesia Nomor 19 Tahun 20076
Dalam acara diskusi, beberapa saran/masukan dari pengurus harian, yaitu: Ir. Utami Andayani, MSc, Asisten Deputi Bidang Konservasi Keanekaragaman Hayati dan Kerusakan Lingkungan KLH, mempertanyakan tentang cakupan dan ruang lingkup Permentan Nomor 67 tahun 2006, apakah hanya mencakup tentang eksplorasi SDG tanaman saja atau juga mencakup SDG hewan, ikan dan hutan? Selain itu diharapkan dukungan Komnas SDG untuk menggoalkan RUU PPSDG menjadi Undang-Undang. Perlu diketahui bahwa KLH pada tahun 2007 hanya memprioritaskan revisi Undang-Undang Lingkungan yang mencakup RUU Sampah dan RUU Sumber Daya Alam menjadi Undang-Undang.
Dr. Sriani Sujiprihati, Fakultas Pertanian IPB, menghimbau Komnas SDG melakukan sosialisasi tentang pelestarian dan pemanfaatan sumber daya genetik ke berbagai perguruan tinggi di Indonesia secara road show. Dr. Anida Haryatmo, Yayasan KEHATI, meminta bahan-bahan yang dipresentasikan oleh Sekretaris Komnas untuk dikirimkan lewat e-mail kepada hadirin, baik Pengarah dan Pelaksana Harian. Dr. Anida juga mempertanyakan, apakah dalam sosialisasi pengelolaan plasma nutfah, Komnas SDG juga menjangkau sampai kepada masyarakat langsung? Ketua pelaksana harian meminta kepada hadirin untuk memberikan alamat e-mail masing-masing kepada sekretariat Komnas SDG, atau langsung mengirimkannya ke e-mail address sekretariat Komnas SDG:
[email protected].
Endah Tri Kurniawaty, S.Hut., M.E., menanyakan tentang pengembangan database SDG pertanian, agar bisa dimanfaatkan oleh para pengambil kebijakan (decision maker) perlu dibuat standarnya. Selanjutnya diberikan masukan kepada Sekretaris Pelaksana Harian Komnas SDG, bahwa untuk pengambilan keputusan dalam rapat paripurna, seyogyanya kehadiran tidak dapat diwakilkan. Wakil Ketua Pengarah Komnas SDG, Dr. Haryono menyampaikan bahwa untuk mengawali sosialisasi telah dikirimkan kepada Gubernur, Bupati, Walikota, dan Dinas-Dinas Pertanian di seluruh Indonesia, UU RI Nomor 4 Tahun 2006. Diharapkan Komnas SDG perlu menindaklanjuti dengan sosialisasi secara tatap muka dengan para pemangku kepentingan. Agus Nurhadi
Komnas SDG
Aplikasi dan Sosialisasi Sistem Informasi Plasma Nutfah Pertanian (SIPNP)
A
plikasi dan Sosialisasi Sistem Informasi Plasma Nutfah Pertanian (SIPNP) versi 1.5 telah dilakukan pada 12-15 Juni 2007 di Pusat Pemberdayaan Pelatih dan Tenaga Keterampilan Pertanian (VEDCA) Jl. Jangari KM 14, Sukajadi, Karang Tengah, Cianjur. Apresiasi dihadiri oleh 26 peserta yang berasal dari BPTP, Komda Plasma Nutfah, Puslit Kelapa Sawit Medan, Puslit Kopi dan Kakao Jember, Balit Jeruk dan
Buah Subtropika Tlekung, Balit Tanaman Industri dan Rempah, Balit Tanaman Obat dan Atsiri, serta BB-Biogen. Pada sosialisasi ini, selain penyampaian materi juga dilakukan aplikasi program. Ada empat materi sosialisasi yang disampaikan oleh pakar plasma nutfah, yaitu:
an semusim (Ir. T. Sudiaty Silitonga, MS). 2. Karakterisasi dan status plasma nutfah tanaman perkebunan rakyat (Prof. Dr. Maharani Hasanah). 3. Karakterisasi fenotip dan genetik ternak untuk aplikasi database plasma nutfah (Dr. Tike Sartika).
1. Koleksi, karakterisasi, dan evaluasi plasma nutfah tanam-
Warta Plasma Nutfah Indonesia Nomor 19 Tahun 2007
17
4. Manajemen aksesi plasma nutfah di Bank Gen (Dr. Sutoro). 5. Pengenalan Microsoft Access (Hakim Kurniawan, SP, MP). Pada acara pengenalan Microsoft Access, sosialisasi dilanjutkan dengan instalasi program SIPNP versi 1,5 yang dilanjutkan dengan Teknis Dokumentasi dan Pengelolaan Data Plasma Nutfah Tingkat Lanjut menggunakan Microsoft Access. Para peserta diperkenalkan mulai dari pembuatan Tabel, Form, Query, Macro, Module dan Page, sampai kepada bagaimana membuat Report. Dari aplikasi dan sosialisasi SIPNP ini, disampaikan beberapa kesimpulan, yaitu: 1. Penggunaan database sebagai sistem informasi plasma nutfah pertanian dirasakan perlu sebagai media untuk mendokumentasikan informasi penting plasma nutfah yang disimpan sebagai koleksi;
2. Untuk mengoperasionalkan program aplikasi SIPNP versi 1.5 diperlukan perangkat lunak sistem operasi Microsoft Windows dan Microsoft Access versi 2002 atau yang lebih baru yang lengkap, artinya diperlukan perangkat lunak yang teregistrasi dan asli. Komnas SDG perlu merekomendasikan kepada pihak yang terkait dan kompeten agar mengusahakan penyediaan piranti lunak yang teregistrasi; 3. Peserta merasakan perlu pelatihan lebih lanjut untuk lebih menguasai penggunaan program aplikasi SIPNP; 4. Mengingat penggunaan program aplikasi SIPNP untuk pengelolaan plasma nutfah secara terus menerus dan teratur memerlukan perangkat keras komputer dan piranti lunak yang teregistrasi, disarankan kepada instansi atau unit pelaksana teknis agar menyediakan perangkat keras dan lunak sesuai kebutuhan, serta SDM
yang menguasai cara mengoperasionalkannya; 5. Untuk lebih mengakomodasi jenis sumber daya genetik yang akan didokumentasikan dengan program aplikasi SIPNP maka program ini perlu dikembangkan lebih lanjut dan ditambah dengan jenis-jenis sumber daya genetik yang belum diliput oleh program SIPNP versi 1,5. Untuk lebih menyempurnakan program aplikasi SIPNP sesuai dengan keperluan penggunaannya maka deskriptor dan lainlain informasi yang belum ada perlu ditambahkan sesuai dengan standar CGRFA maupun UPOV. Agus Nurhadi
Komnas SDG
Monitoring Aplikasi Program SIPNP
K
egiatan monitoring dilakukan dalam rangka mengevaluasi hasil kegiatan Aplikasi Program dan Sosialisasi Sistem Informasi Plasma Nutfah Pertanian (SIPNP) yang diselenggarakan pada 12-15 Juni 2007. Dari hasil diskusi dengan para kontak person dan pengelola database plasma nutfah pertanian di masing-masing institusi yang
18
dikunjungi, diperoleh informasi sebagai berikut: 1. Balai Pengkajian Teknologi Pertanian (BPTP) Jawa TimurKarangploso. BPTP Jawa Timur telah ikut dalam kegiatan pelatihan/sosialisasi penggunaan program aplikasi SIPNP v1.5 sejak tahun 2006. Program aplikasi hasil pelatihan/sosialisasi pada
tahun 2006 telah diinstall, namun demikian kegiatan pengelolaan data belum dapat berjalan dengan optimal karena belum tersedianya perangkat komputer khusus. Tenaga khusus untuk dokumentasi data juga belum ada. Staf pengelola dokumentasi data saat ini (Ir. Amik Krismawati, MP.) juga sekaligus pemulia tanaman banyak terlibat dalam kegiatan yang lain.
Warta Plasma Nutfah Indonesia Nomor 19 Tahun 2007
Pembekalan materi dalam kegiatan sosialisasi yang diselenggarakan pada 12-15 Juni 2007 dirasakan masih sangat kurang, sehingga disarankan untuk menambah waktu pada kegiatan sosialisasi yang akan datang. BPTP Jawa Timur mengusulkan agar pada penyelenggaraan kegiatan sosialisasi yang akan datang dibagi menurut wilayah. Untuk wilayah Jawa diusulkan diselenggarakan di Jawa Timur. 2. Balai Penelitian Jeruk dan Tanaman Buah SubtropisTlekung. Program aplikasi SIPNP v1.5 belum diimplementasikan di Balai Penelitian Jeruk dan Tanaman Buah Subtropis, Tlekung. Institusi ini untuk pertama kalinya ikut dalam kegiatan sosialisasi penggunaan program aplikasi SINPN v1.5 pada 12-15 Juni 2007, di mana program aplikasi yang dibagikan merupakan format SIPNP untuk Komda Plasma Nutfah. Oleh karena itu, khusus untuk Balai Penelitian Jeruk dan Tanaman Buah Subtropis, Tlekung nantinya akan disiapkan program aplikasinya. Macam komoditas prioritas yang ditangani oleh Balai Penelitian Jeruk dan Tanaman Buah Subtropis, Tlekung telah berhasil diidentifikasi pada saat pertemuan monitoring, yaitu jeruk, anggur, apel, lengkeng, dan mangga. Demikian pula dengan daftar deskriptor dari masing-masing komoditas. Informasi yang diperoleh tersebut akan digunakan sebagai dasar dalam penyiapan program aplikasi SIPNP v1.5 untuk Balai
Penelitian Jeruk dan Tanaman Buah Subtropis, Tlekung.
4. Komisi Daerah (Komda) Plasma Nutfah Jawa Timur.
3. Pusat Penelitian Kopi dan Kakao, Jember.
Program aplikasi SIPNP v1.5 hasil kegiatan pelatihan/sosialisasi telah diinstall. Meskipun demikian kegiatan entri data belum berlangsung karena masih minimnya ketersediaan data. Data yang ada masih sedikit, itupun belum berpedoman pada format baku untuk komoditas tertentu karena kegiatan inventarisasi data dalam banyak hal masih bersifat spontanitas dan sangat tergantung pada ketersediaan data yang diperoleh saat koleksi di lapang. Meskipun baru tersedia sedikit data, namun akan diusahakan untuk segera masuk ke dalam database. Penyempurnaan kelengkapan data akan dilakukan nantinya bersamaan dengan penambahan data baru yang lainnya.
Kegiatan dokumentasi data telah dimulai pada komoditas kakao. Lebih dari 100 record data telah masuk dalam program aplikasi SIPNP v1.5. Namun demikian, ada beberapa penyempurnaan yang diperlukan dalam kaitannya dengan macam karakternya. Sementara itu untuk kopi data belum masuk. Hal ini disebabkan sedang dilakukan pembenahan mengenai daftar karakter standar yang akan digunakan sebagai dasar dalam kegiatan karakterisasi. Daftar karakter hasil pembenahan inilah yang akan dimasukkan dalam format tampilan data karakterisasi pada program aplikasi SIPNP v1.5. Pergantian staf pengelola dokumentasi dirasakan menjadi salah satu masalah dalam kontinuitas kegiatan dokumentasi data plasma nutfah kopi dan kakao. Beberapa masalah teknis yang dijumpai di antaranya transformasi data dari SIPNP versi sebelumnya ke SIPNP v1.5, pengelolaan data foto serta perubahan/penambahan beberapa karakter baru pada tampilan data karakterisasi. Pada saat monitoring, sekaligus dilakukan pula pembimbingan teknis khususnya dalam pengembangan program aplikasi SIPNP v1.5 yang digunakan di Pusat Penelitian Kopi dan Kakao, Jember.
Komda Plasma Nutfah Jawa Timur juga mengusulkan agar pada penyelenggaraan kegiatan sosialisasi yang akan datang dibagi menurut wilayah. Mereka sangat berharap penyelenggaraannya di Jawa Timur. Meskipun belum semua institusi peserta kegiatan pelatihan/ sosialisasi SIPNP v1.5 dimonitoring, namun informasi yang diperoleh dari kegiatan monitoring pada empat institusi tersebut akan sangat bermanfaat bagi perencanaan pengembangan dan penyempurnaan SIPNP v1.5 khususnya, maupun perencanaan kegiatan koordinasi database sumber daya genetik untuk tahun mendatang. Agus Nurhadi
Komnas SDG
Warta Plasma Nutfah Indonesia Nomor 19 Tahun 2007
19
PUBLIKASI BARU
Buletin Plasma Nutfah Volume 13 Nomor 1 Tahun 2007
J
tifikasi di lapang menemukan enam individu kakao agung merupakan bahan pangan dan pakan yang yang tahan terhadap hama PBK. Klon-klon unggul penting di Indonesia. Hingga saat ini produksi jambu mete dan kakao tersebut layak digunakan senasional jagung belum mampu memenuhi kebubagai bahan tanaman di daerah pengembangan baru tuhan sendiri karena budidayanya dihadapkan kepaatau sebagai komponen peremajaan tanaman yang da berbagai kedala, baik biotik maupun abiotik. Di sudah tua. antara komponen teknologi yang dihasilkan melalui Menggunakan metode UPOV, Kusmana dan Eri penelitian, varietas unggul sudah terbukti kemampuSofiari dari Balitsa, Lembang, telah mengkarakteriannya mengatasi sebagian dari kendala tersebut. sasi kentang Granola, Atlantic, dan Balsa. Informasi Untuk keperluan perakitan varietas unggul, pelengkap tentang 50 sifat penting ketiga varietas kenngelolaan plasma nutfah jagung memegang peranan penting. Di BB-Biogen terdapat 886 aksesi jagung tang tersebut disajikan dalam buletin nomor ini. yang disimpan di Bank Gen, 581 aksesi di antaranya Kali ini N.M. Heriyanto berupa varietas lokal, 165 variedkk. menginformasikan hasil petas introduksi, 107 galur varietas nelitian tentang ekologi perBuletin Plasma Nutfah inbrida, dan 33 varietas unggul mudaan saninten (Castanopsis Volume 13 Nomor 2 Tahun 2007 lama dan baru. Sebagian dari argentea) di Taman Nasional Karakteristik Umbi Plasma Nutfah plasma nutfah jagung tersebut Gunung Gede Pangrango, Jawa Tanaman Talas (Colocasia esculenta) berumur genjah, toleran kekeBarat. Hasil penelitian menunSeleksi Galur Kentang dari Progeni Hasil ringan dan lahan masam, tahan Persilangan jukkan, jenis tanaman yang menpenyakit bulai dan hama lalat Karakter Morfologis dan Beberapa dominasi komunitas tumbuhan bibit. Selain informasi tentang Keunggulan Mangga Podang Urang tingkat semai adalah kileho koleksi plasma nutfah jagung di (Mangifera indica L.) (Saurauia pendula Bl) pada keBB-Biogen, Sri Gajatri Budiarti Variasi Morfologi dan Virulensi tinggian tempat 1.300-1.600 m Phytophthora capsici Asal Lada dalam Buletin Plasma Nutfah dpl, huru (Litsea sp.) pada kenomor ini juga menjelaskan staStudi Ekologi dan Potensi Geronggang (Cratoxylon arborescens Bl.) di Kelompok tus pengelolaan plasma nutfah tinggian tempat 1.400-1.700 m Hutan Sungai Berpasir-Sungai Siduung, jagung. Data dan informasi dari dpl, dan nangsi pada ketinggian Kabupaten Tanjung Redeb, Kalimantan pengelolaan itu didokumentasitempat 1.500 m dpl. Timur kan dalam bentuk database. Penanaman tanaman kaDaya Cerna Jagung dan Rumput sebagai Di Sulawesi Tenggara, Pakan Rusa (Cervus Timorensis) cang-kacangan penutup tanah jambu mete dan kakao merupamerupakan standar dalam pekan komoditas unggulan. Masanyiapan lahan untuk tanaman lah yang dihadapi dalam usahatani jambu mete adaperkebunan, termasuk kelapa sawit dan karet. Untuk lah produktivitas yang rendah dan berfluktuasi karemempercepat pertumbuhan tanaman kacang-kacangna tingginya curah hujan. Berbeda dengan jambu an tersebut, Happy Widiastuti dan Suharyono dari mete, usahatani kakao dihadapkan kepada serangan Pusat Penelitian Bioteknologi Tanaman Perkebunan hama penggerek buah kakao (PBK) yang sampai saat meneliti kemampuan sinergistik Bradyrhizobium ini belum ditemukan cara pengendalian yang efektif (bakteri penambat N2), Aeromonas punctata (bakteri dan efisien. Karena itu penggunaan klon/varietas tapelarut fosfat), dan Acaulospora tuberculata (cendahan dan toleran menjadi pilihan. Dalam buletin ini wan mikoriza abuskular). Hasil penelitian mereka Ahmad Sulle dari BPTP Sulawesi Tenggara menginformasikan 95 nomor jambu mete yang berdaya juga dapat disimak dalam Buletin Plasma Nutfah hasil tinggi, 28 nomor di antaranya toleran terhadap nomor ini. curah hujan yang fluktuatif. Enam klon yang diungHermanto gulkan kini ditanam di kebun entres komersial. Iden-
20
Warta Plasma Nutfah Indonesia Nomor 19 Tahun 2007