Strategi meningkatkan pengumpulan zakat; kasus di Kota Balikpapan Bambang Saputra STIE MADANI Balikpapan
[email protected]
Abstrak: Kajian ini bertujuan untuk merumuskan strategi meningkatkan pengumpulan zakat dengan menganalisa faktor-faktor yang mempengaruhi minat warga muslim Kota Balikpapan membayar zakat. Data penelitian ini diperoleh dengan penyebaran 100 kuisioner secara proporsional ke tiap-tiap kecamatan. Untuk melihat faktor-faktor yang mempengaruhi minat warga muslim Kota Balikpapan menggunakan analisis jalur dengan menggunakan software AMOS. Hasil penelitian ini menunjukkan pertama, faktor sikap, faktor norma subyektif, faktor kontrol perilaku persepsian berpengaruh signifikan dan positif terhadap minat membayar zakat, sedangkan pendapatan berpengaruh signifikan dan negatif terhadap minat membayar zakat. Kedua, faktor motivasi ibadah, etos kerja dan peran ulama tidak berpengaruh secara signifikan terhadap minat membayar zakat. Ketiga, minat berpengaruh secara signifikan terhadap perilaku membayar zakat. Implikasi dari penelitian ini adalah perlunya pendekatan budaya dalam strategi pengumpulan zakat di Kota Balikpapan. Pendekatan budaya dapat dilakukan dengan strategi optimalisasi fungsi masjid “Satu Masjid Satu UPZ”. Kata kunci: potensi, zakat, pendapatan, peran ulama, minat
--------------------------------Indonesian Journal of Islamic Economics and Business Vol. I, No. 1, 2016 p. 17-34
Strategi Meningkatkan Pengumpulan Zakat
Pengantar
18
Kebijakan Desentralisasi pembangunan dari Pemerintah Pusat kepada Pemerintah Daerah tidak dapat sepenuhnya menyelesaikan permasalahan. Permasalahan yang muncul adalah mengenai sejauhmana kemampuan daerah untuk meningkatkan Pendapatan Asli Daerah (PAD) untuk membiayai pembangunan di daerahnya. Permasalahan tersebut akan terus memacu Pemerintah Daerah untuk mengoptimalkan segenap potensi yang ada untuk sedapat mungkin membiayai pembangunan daerahnya. Diantaranya adalah dengan mengoptimalkan penggalian Pendapatan Asli Daerah (PAD) melalui pajak dan peningkatan usaha baik dibidang industri, perdagangan maupun jasa. Namun masih ada satu potensi sumber keuangan yang belum diberdayakan secara optimal yaitu dana Zakat, Infaq, dan Sadaqah (ZIS). Bercermin pada sejarah Islam khususnya pada saat kepemimpinan Khalifah Umar Bin Abdul Azis, yang hanya memerintah lebih kurang 22 bulan atau 2 tahun telah mampu mencukupi kebutuhan pembangunannya dengan memberdayakan zakat. Hal ini ditandai dengan tidak ada lagi masyarakat miskin yang menerima dana bantuan zakat yang disalurkan oleh Khalifah Umar pada waktu itu, karena masyarakat sudah berada pada posisi kemakmuran. Keberhasilan Umar bin Abdul Azis tersebut dapat menjadi pelajaran berharga bagi Pemerintah baik Pemerintah Pusat maupun Pemerintah Daerah di Indonesia yang mayoritas beragama Islam untuk memberdayakan zakat sebagai alternatif pembiayaan pembangunan baik di pusat maupun di daerah. Memang harus diakui bahwa keberhasilan Pemerintahan Umar bin Abdul Azis tersebut tidak terlepas dari dukungan dan kesadaran masyarakatnya untuk membayar kewajiban zakat hartanya, disamping itu pemerintah yang mengelola zakat pun adalah pemerintah yang amanah (Ash-Shidiqy, 1991). Berdasarkan pengalaman Khalifah Umar tersebut, Kota Balikpapan dengan penduduk mayoritas Islam (90%) bervisi Madinatul Iman (diformulasikan dari tatanan kehidupan masyarakat yang ideal, atau masyarakat yang berperadaban (civil society) yang menjunjung tinggi nilai-nilai keagamaan dan kemanusiaan) diharapkan mampu memanfaatkan potensi ZIS untuk mengatasi berbagai perasalahan pembangunan. Berdasarkkan kajian Masyarakat Ekonomi Syariah (MES) Kota Balikpapan, potensi zakat tahun 2012 yang dapat digali dari masyarakat sebesar Rp 264 miliar yang besarannya mendekati PAD Kota Balikpapan yang mencapai Rp 289 miliar (2011). Namun faktanya penerimaan ZIS (zakat, infaq dan shadaqah) tahun 2012 hanya 10,1% atau Rp 26.165.349.865,dari total besaran potensi yang sebenarnya dapat digali dan 9% dari PAD Kota Balikpapan 2012. Dengan kondisi seperti tersebut di atas, terjadi sebuah kesenjangan antara potensi zakat yang dapat digali dengan realisasi penerimaan zakat kota Balikpapan tahun 2012. Walaupun telah ada regulasi yang telah diberlakukan untuk ---------------------------------------------------------Indonesian Journal of Islamic Economics and Business Vol. I, No. 1, 2016 p. 17-34
mengelola zakat yaitu Undang-undang No. 23 Tahun 2011 tentang Pengelolaan Zakat yang seharusnya membuat realisasi zakat sesuai dengan besaran angka potensi yang masih harus digali dan dikelola secara optimal dan efektif. Sehingga menarik untuk meneliti penyebab kesenjangan ini. Salah satu kegiatan yang harus dilakukan untuk menunjang keberhasilan implementasi program pengelolaan zakat adalah yang perlu dilakukan adalah memperkirakan besarnya potensi dana zakat bisa dikumpulkan setiap tahunnya sebagai bahan penentuan target pendapatan dari zakat. Kegiatan kedua yang perlu dilakukan adalah mengetahui sejauh mana keinginan dan minat warga muslim Kota Balikpapan untuk membayar zakat melalui lembaga-lembaga pengelola zakat yang nantinya dibentuk atau ditunjuk oleh Pemda Kota Balikpapan. Untuk mengetahui minat seseorang untuk membayar zakat maka perlu diteliti dari sudut pandang internal orang tersebut dan juga dari sisi eksternalnya. Dari segi internal, minat seseorang dalam menetukan suatu keputusan sangat bergantung dengan keterkaitan minat dan perilaku dalam model dapat diterangkan dalam Theory of Planned Behaviour (TPB) yang dikembangkan oleh Ajzen (1987, 1988) Madden, Ellen dan Ajzen (1992) dan Dharmmesta (1998) dalam Muhammad (2002: 9). Minat dipengaruhi oleh beberapa variabel yaitu sikap, norma subyektif dan kontrol perilaku yang dirasakan. Sikap adalah bentuk evaluasi atau reaksi perasaan mendukung atau tidak mendukung terhadap obyek. Norma subyektif adalah komponen yang berisikan keputusan yang dibuat oleh individu setelah mempertimbangkan pandangan orang-orang yang berpengaruh tentang perilaku tertentu. Kontrol perilaku persepsian merupakan kondisi dimana orang percaya bahwa tindakan tersebut mudah atau sulit dilakukan berdasarkan suatu persepsi tertentu. Sedangkan dari sisi eksternal, dengan menggunakan pendekatan Teori Kelompok Referens yang dikembangkan oleh Robert K. Merton dan Teori Pertukaran (Exchange Theory) yang dikembangkan G. Homan (dalam Syafei, 2004: 5) minat untuk membayar zakat diduga dapat dipengaruhi oleh faktor pendapatan, motivasi ibadah, etos kerja serta peran para ulama/cendekiawan muslim. Variabel ini akan digunakan dalam menganalisis faktor-faktor yang mempengaruhi minat warga Muslim Kota Balikpapan untuk membayar zakat.
Tinjauan Teori Theory of Planned Behavior (TPB) TPB menerangkan bahwa perilaku yang ditampilkan oleh individu timbul karena adanya niat untuk berperilaku. Sedangkan munculnya niat berperilaku ditentukan oleh 3 faktor penentu yaitu: a. Behavioral beliefs, yaitu keyakinan individu akan hasil dari suatu perilaku dan evaluasi atas hasil tersebut (beliefs strength and outcome evaluation); ---------------------------------------------------------Indonesian Journal of Islamic Economics and Business Vol. I, No. 1, 2016 p. 17-34
Bambang Saputra
19
Strategi Meningkatkan Pengumpulan Zakat
20
b. Normative beliefs, yaitu keyakinan tentang harapan normatif orang lain dan motivasi untuk memenuhi harapan tersebut (normatif beliefs and motivation to comply); dan c. Control beliefs, yaitu keyakinan tentang keberadaan hal-hal yang mendukung atau menghambat perilaku yang akan ditampilkan (control beliefs) dan persepsinya tentang seberapa kuat hal-hal yang mendukung dan menghambat perilakunya tersebut (perceived power). Hambatan yang mungkin timbul pada saat perilaku ditampilkan dapat berasal dari dalam diri sendiri maupun dari lingkungan. Secara berurutan, behavioral beliefs menghasilkan sikap terhadap perilaku positif atau negatif, normative beliefs menghasilkan tekanan sosial yang dipersepsikan (perceived social pressure) atau norma subyektif (subjective norm), dan control beliefs menimbulkan perceived behavioral control atau kontrol keperilakuan yang dipersepsikan (Ajzen, 1991). Teori Kelompok Referens dan Teori Pertukaran (Exchange Theory) Pendekatan teori kelompok referens yang menyatakan bahwa sistem yang mengidentifikasi, membandingkan, merujuk, tidak harus menjadi anggota kelompok referens, maka anggota masyarakat kota Balikpapan dapat juga mengidentifikasi, membandingkan, merujuk pada apa-apa yang disampaikan oleh para ulama/ustadz. Pengidentifikasian diri, pembandingan, perujukan oleh para ulama/ustadz tersebut karena mereka mempunyai kecenderungan memahami dan memegang teguh nilai-nilai Islam yang dianutnya. Bagi mereka yang mengidentifikasi, membandingkan, merujuk, beranggapan bahwa hal itu dilakukan karena bersifat fungsional, sedangkan bagi mereka yang tidak berperilaku demikian karena mereka berasumsi bahwa hubungan dengan para ulama/ustadz bersifat disfungsional. Dari sudut pandang yang lain G. Homan mempelopori kemunculan teori pertukaran (exchange theory) untuk mengkritik teori fungsional. Homan membangun teori pertukarannya pada landasan konsep-konsep dan prinsipprinsip yang diambil dari psikologi perilaku dan ekonomi dasar. (Syafei, 2004) Dihubungkan dengan keterlibatan masyarakat Balikpapan pada waktu membayar zakat, maka jelas dengan adanya pendapatan yang diterima setelah bekerja merupakan wujud dari imbalan jerih payah yang telah dilakukan. Dan imbalan tersebut merupakan salah satu faktor pendorong untuk mengulangi dihari-hari berikutnya. Serta salah satu faktor yang menentukan tingginya etos kerja suatu kelompok atau individu.
---------------------------------------------------------Indonesian Journal of Islamic Economics and Business Vol. I, No. 1, 2016 p. 17-34
Penelitian Terdahulu Penelitian mengenai minat warga muslim kota Balikpapan membayar zakat belum ditemukan, sehingga peneliti menggunkan penelitian terdahulu dari berbagai kota selain kota Balikpapan dan penelitian dengan pendekatan teori-teori berkaitan dengan perumusan variabel-variabel yang mempengaruhi minat seseorang dalam pengambilan keputusan yang nantinya digunakan untuk merumuskan variabel penelitian. Beberapa hasil pengujian dari penelitian terdahulu dapat dilihat berikut ini: 1.
Firdaus dan Beik (2011), melakukan penelitian yang berjudul Potensi Zakat Rumah Tangga Nasional yang diterbitkan di Koran Republika pada 26 Mei 2011 menyatakan bahwa zakat rumah tangga nasional tahun 2011 memiliki potensi sebesar Rp 90 triliun dan dapat dimanfaatkan untuk pengentasan kemiskinan dan peningkatan kesejahteraan umat.
2.
Kanji, Habbe dan Medianty (2011) , melakukan penelitian yang berjudul Faktor Determinan Motivasi Membayar Zakat yang dilaksanakan pada Lembaga Amil Zakat Provinsi Sulawesi Selatan. Penelitian ini menggunakan alat analisis berupa analisis deskriptif, analisis kuantitatif, uji F (Fisher), uji T (Student) dan menyatakan bahwa faktor Ibadah, Pengetahuan Zakat, Harta Kekayaan atau Pendapatan, Peran Ulama, Kredibilitas Lembaga Amil Zakat secara parsial berpengaruh positif dan signifikan terhadap Motivasi Membayar Zakat sedangkan faktor peran pemerintah tidak berpengaruh positif dan signifikan terhadap motivasi membayar zakat.
3. Rusmana (2003), melakukan penelitian yang berjudul Sikap dan Niat Akuntan Terhadap Internalisasi Informasi Lingkungan dalam Sistem Akuntansi Perusahaan dengan menggunakan pendekatan Theory of Planned Behavior (TPB). Menggunakan alat penelitian berupa uji normalitas, uji homoskedastisitas, uji non-autokorelasi dan uji kolenieritas menyatakan bahwa Niat akuntan untuk mempertimbangkan informasi lingkungan ke dalam system akuntansi dipengaruhi secara signifikan oleh sikap, norma subjektif dan kontrol keprilakuan persepsian terhadap akuntansi lingkungan. 4. Syafei (2004), melakukan penelitian yang berjudul Faktor-faktor yang Mempengaruhi Pembayaran Zakat Masyarakat Prenggan-Kotagede Yogyakarta dengan menggunakan pendekatan Teori Kelompok Referens yang dikembangkan oleh Robert K. Merton dan Teori Pertukaran (Exchange Theory) yang dikembangkan G. Homan. Menggunakan alat penelitian berupa analisis regresi berganda, uji keterandalan ramalan dan uji realibilitas menyatakan bahwa ada hubungan yang signifikan antara faktor pendapatan, keagamaan, etos kerja dan zakat terhadap pembayaran zakat. Dan faktor pendapatan memiliki hubungan langsung dan paling berpengaruh terhadap pembayaran zakat. ---------------------------------------------------------Indonesian Journal of Islamic Economics and Business Vol. I, No. 1, 2016 p. 17-34
Bambang Saputra
21
Strategi Meningkatkan Pengumpulan Zakat
Hipotesis Penelitian
22
a. Pengaruh Pendapatan Terhadap Minat Membayar Zakat Dalam teori konsumsi (Boediono : 1993 dalam Kanji, Habbe dan Medianty, 2010: 7) yang menerangkan bahwa kenaikan jumlah pendapatan akan mempengaruhi pengeluaran seseorang, baik dalam bentuk komsumsi maupun tabungan, termasuk dalam bentuk zakat. Hasil penelitian ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh peneliti Zoel Dirga (2008) dalam Kanji, Habbe dan Medianty (2010 : 7) beliau berkesimpulan bahwa pendapatan seorang dapat mendorong secara signifikan keputusan muzakki untuk membayar zakat dan mendorong peningkatan besarnya nilai zakat. Tingkat pendapatan seseorang akan memberikan pengaruh positif atau berbanding lurus terhadap tingkat pengeluarannya hingga pada batasan tertentu. Hal ini dapat memotivasi seseorang muzakki untuk mengeluarkan zakat. Dengan demikian dapat dibentuk rumusan hipotesis sebagai berikut : H1 : Pendapatan berpengaruh secara signifikan terhadap minat membayar zakat. b. Pengaruh Sikap Terhadap Minat Warga Membayar Zakat Minat seseorang untuk melakukan suatu perilaku dapat diukur dengan merumuskan pernyataan yang menunjukkan sesuatu yang akan dilakukan atau suatu estimasi perilaku. Rusmana (2003 : 1278). Sikap (attitude) terhadap perilaku yang menunjukkan tingkatan di mana seseorang mempunyai evaluasi yang baik atau yang kurang baik tentang perilaku tersebut (Dharmmesta,1998 dalam Rusmana, 2003 : 1278). Bila individu memersepsikan pembayaran zakat sebagai aktivitas yang baik dan bermanfaat baginya serta individu tersebut memiliki sikap yang positif terhadap pembayaran zakat, maka kemungkinan besar minatnya untuk membayar zakat akan semakin tinggi dan dia akan ikhlas dan senang hati membayar zakat. Dengan demikian dapat dibentuk rumusan hipotesis sebagai berikut : H2 : Sikap berpengaruh secara signifikan terhadap minat untuk membayar zakat. c. Pengaruh Norma Subyektif Terhadap Minat Membayar Zakat Norma subjektif sebagai faktor sosial menunjukkan tekanan sosial yang dirasakan untuk melakukan atau tidak melakukan tindakan/perilaku (Dharmmesta, 1998 dalam Rusmana, 2003 : 1278) Bila individu memersepsikan orang-orang di sekitarnya (keluarga dan teman-teman) mendorongnya untuk melakukan pembayaran zakat, maka ia akan senang hati membayar zakat tersebut. Dengan demikian dapat dibentuk rumusan hipotesis sebagai berikut : H3 : Norma subyektif berpengaruh secara signifikan terhadap minat untuk zakat.
membayar
d. Pengaruh Kontrol Prilaku Persepsian Terhadap Minat Membayar Zakat ---------------------------------------------------------Indonesian Journal of Islamic Economics and Business Vol. I, No. 1, 2016 p. 17-34
Kontrol perilaku persepsian (perceived behavioural control), menunjukkan mudahnya atau sulitnya melakukan tindakan dan dianggap sebagai cerminan pengalaman masa lalu di samping halangan atau hambatan yang terantisipasi (Dharmmesta, 1998 dalam Rusmana, 2003 : 1279). Kontrol perilaku yang persepsian ditentukan oleh adanya control beliefs yaitu kepercayaan tentang keberadaan faktor-faktor yang akan memfasilitasi atau justru menghalangi perilaku (Jogiyanto, 2008 dalam Sulistiani,2012). Bila individu memiliki keyakinan control (control beliefs) yang kuat mengenai faktor yang dapat memfasilitasi suatu perilaku, maka individu tersebut akan memiliki persepsi yang tinggi untuk dapat mewujudkan perilaku. Jika individu merasa dirinya memiliki kewajiban untuk membayar zakat,maka kemungkinan minatnya untuk membayar zakat akan semakin tinggi dan pada akhirnya dia akan tulus untuk membayar zakat. Sebaliknya, bila individu merasa dirinya tidak memiliki kewajiban untuk membayar zakat, maka kemungkinan minatnya untuk membayar zakat akan semakin rendah dan akhirnya tidak akan melakukan pembayaran zakat. Dengan demikian dapat dibentuk rumusan hipotesis sebagai berikut : H4 : Kontrol prilaku persepsian berpengaruh secara signifikan terhadap minat untuk membayar zakat. e. Pengaruh Motivasi Ibadah Terhadap Minat Membayar Zakat Penelitian yang dilakukan oleh Bukhari (2009) dalam tesisnya berkesimpulan bahwa motivasi seseorang membayar zakat didasari karena panggilan keimanan dan ketaqwaan, tanpa kesadaran iman dan taqwa seseorang cenderung enggan untuk membayar zakat, karena dorongan nafsu kepemilikan terhadap harta kekayaan mereka, seringkali mendominasi dari manusia untuk memilikinya. (Kanji, Habbe dan Medianty, 2011: 6) Sehingga jika seseorang memiliki motivasi ibadah dalam setiap perilakunya, maka pembayaran zakat yang dilakukannya berdasarkan motivasi ibadah pula. Dengan demikian dapat dibentuk rumusan hipotesis sebagai berikut : H5 : Motivasi ibadah berpengaruh secara signifikan terhadap minat membayar zakat. f. Pengaruh Etos Kerja Terhadap Minat Membayar Zakat Etos kerja adalah sikap yang mendasar baik yang sebelum, proses dan hasil yang bisa mewarnai manfaat suatu pekerjaan. Etos kerja merupakan sikap terhadap kerja yang dimanifestasikan dalam kemauan untuk bekerja, disiplin waktu, tanggung jawab, berpandangan kedepan, tekun, kreatif, pola hidup hemat, dan tidak kikir mengeluarkan zakat. (Syafei, 2004 : 5). Apabila dikaitkan dengan situasi minat untuk membayar zakat, maka etos kerja yang tinggi akan dijadikan sebagai persyaratan yang mutlak, yang harus ditumbuhkan dalam keputusan untuk membayar zakat. Dengan demikian dapat dibentuk rumusan hipotesis sebagai berikut : H6 : Etos kerja berpengaruh secara signifikan terhadap minat membayar zakat. ---------------------------------------------------------Indonesian Journal of Islamic Economics and Business Vol. I, No. 1, 2016 p. 17-34
Bambang Saputra
23
Strategi Meningkatkan Pengumpulan Zakat
g. Pengaruh Peran Ulama Terhadap Minat Warga Muslim Kota Balikpapan Membayar Zakat
24
Hasil penelitian mengindikasikan bahwa motivasi peran ulama sangat diperlukan untuk mensosialisasikan zakat di tengah-tengah masyarakat. Selain itu peran ulama dalam mensosialisasikan ekonomi syariah ke masayarakat umum dapat berdampak sangat signifikan. Karena suara ulama masih memiliki posisi yang sangat penting. Ulama masih didengar oleh masyarakat. Petuahnya masih dijadikan sandaran dan pegangan oleh masyarakat, di samping itu para ulama memiliki jamaah tersendiri. Para ulama dapat menjelaskan kepada masyarakat bahwa ajaran muamalah maliyah (zakat) harus dihidupkan kembali sesuai dengan syariah Islam yang berdasarkan Al- Qur’an dan Sunnah (Kanji, Habbe dan Medianty, 2010 : 8). Sehingga sangat besar peran ulama untuk mensosialisasikan/dakwah mengenai pentingnya membayar zakat pada seseorang maupun pada masyarakat. Dengan demikian dapat dibentuk rumusan hipotesis sebagai berikut : H7 : Peran Ulama berpengaruh secara signifikan terhadap minat membayar zakat. h. Pengaruh Minat Membayar Zakat Terhadap Perilaku Membayar Zakat Perilaku membayar zakat merupakan hasil yang diharapkan dapat terwujud dari serangkaian aktivitas untuk mengukur minat warga muslim kota Balikpapan dalam membayar zakat. Sehingga dapat dibentuk rumusan hipotesis sebagai berikut: H8 : Minat membayar zakat berpengaruh secara signifikan terhadap perilaku membayar zakat
Metode Penelitian Data, Populasi, dan Sampel Penelitian Dalam penelitian ini, peneliti menggunakan jenis data penyebaran instrument kuesioner kepada responden dengan sekunder yang didapatkan dari BPS berupa data demografi pembangunan serta data ekonomi syariah yang yang diperoleh Balikpapan.
primer dengan tambahan data penduduk dan dari MES Kota
Menurut catatan BPS Kota Balikpapan, pada tahun 2011 penduduk usia produktif berjumlah 375.477 jiwa dari semua kelompok agama. Sedangkan dari total penduduk Kota Balikpapan, 90% diantaranya memeluk agama Islam, jadi ada 337.929 jiwa warga muslim yang masuk dalam kategori usia produktif. Dalam menentukan besarnya sampel, peneliti menggunakan rumus Slovin (Umar, 2008 : 65) , yaitu : ---------------------------------------------------------Indonesian Journal of Islamic Economics and Business Vol. I, No. 1, 2016 p. 17-34
𝒏=
𝐍 𝟏 + 𝐍𝐞²
Bambang Saputra
25
Keterangan : n = Ukuran sampel N = Ukuran populasi e = Persentase kelonggaran ketidaktelitian karena kesalahan Dengan mempertimbangkan waktu, biaya serta kemampuan fisik peneliti, maka nilai e yang digunakan sebesar 10% sehingga perhitungannya adalah sebagai berikut :
𝒏=
𝟑𝟑𝟕.𝟗𝟐𝟗 = 99,97 = 100 kuisioner 𝟏+𝟑𝟑𝟕.𝟗𝟐𝟗 (𝟎,𝟏)𝟐
Lokasi penelitian adalah wilayah kota Balikpapan yang terdiri dari 5 kecamatan. Berikut tabel proporsi responden warga muslim Kota Balikpapan menurut wilayah kecamatan sesuai data BPS Kota Balikpapan tahun 2011 dan data dari Kantor Catatan Sipil Kota Balikpapan. Tabel 1. Warga Muslim Kota Balikpapan Dalam Usia Produktif Menurut Kecamatan & Jumlah Responden/Sampel KECAMATAN
Jumlah Warga Muslim
Persentase
Sampel
Kec. Balikpapan Selatan Kec. Balikpapan Timur Kec. Balikpapan Tengah Kec. Balikpapan Utara Kec. Balikpapan Barat Jumlah
118.275 37.172 60.827 70.965 50.689 337.929
35% 11% 18% 21% 15% 100%
35 11 18 21 15 100
Sumber : BPS (2014), diolah Analisis Structural Equation Modeling (SEM) Analisis data dalam penelitian ini menggunakan Structural Equation Modeling (SEM) dari paket software statistik AMOS 16.0. Permodelan penelitian melalui SEM memungkinkan seorang peneliti dapat menjawab pertanyaan penelitian yang bersifat dimensional (yaitu mengukur apa indikator dari sebuah konsep) dan regresif (mengukur pengaruh atau derajat hubungan antara faktor yang telah diidentifikasikan dimensinya). SEM merupakan salah satu teknik analisis multivariat yang memungkinkan dilakukan serangkaian analisis dari beberapa variabel laten secara simultan sehingga memberikan efisiensi secara statistik. Model ini digunakan karena memungkinkan pengujian sekaligus dari analisis faktor (factor analysis), analisis jalur (path analysis) dan regresi (regression). ---------------------------------------------------------Indonesian Journal of Islamic Economics and Business Vol. I, No. 1, 2016 p. 17-34
Strategi Meningkatkan Pengumpulan Zakat
26
Hasil dan Pembahasan Uji Validitas dan Uji Reliabilitas Dari tampilan output SPSS pada lampiran terlihat bahwa korelasi antara masing-masing indikator menunjukkan hasil yang signifikan. Jadi dapat disimpulkan bahwa masing-masing indikator pertanyaan yang diajukan dalam kuesioner adalah valid. Dengan melihat nilai Cronbach’s alpha yaitu sebesar 0,621 dari hasil olah data pada lampiran, maka dapat disimpulkan bahwa tingkat reliabiltas dari indikator pertanyaan-pertanyaan dalam kuesioner dapat diterima karena penelitian ini masih bersifat eksploratori dan dapat digunakan sebagai alat pengumpulan data. Hasil Pengujian Koefisien Jalur dan Hipotesis Hasil pengujian koefisien jalur dan Hipotesis dengan program AMOS secara lengkap dapat dilihat pada tabel 4.2 berikut ini, Tabel 2 Hasil Pengujian Koefisien Jalur dan Hipotesis Variabel
Koefisien
C.R.
Prob.
Keterangan
Minat (Y1) Pendapatan (X1)
- 0,167
- 1,789
0,074
*H1 diterima
Minat (Y1) Sikap (X2)
0,353
2,964
0,003
***H2 diteriima
Minat (Y1) Norma (X3)
0,256
3,001
0,003
***H3 diterima
Minat (Y1) Perilaku (X4)
0,210
2,226
0,026
** H4 diterima
Minat (Y1) → Ibadah (X5)
-0,085
-0,737
0,461
H5 ditolak
Minat (Y1) → Ulama (X6)
0,083
0,681
0,496
H6 ditolak
Minat (Y1) → Etos (X7)
0,060
0,667
0,505
H7 ditolak
Bayar (Y2) Minat (Y1)
0,307
3,029
0,022
**H8 diterima
Signifikan : *α = 10%, **α = 5%, ***α = 10% Sumber : Data diolah, 2015
Pembahasan Hasil Penelitian a. Pengaruh Pendapatan Terhadap Minat Membayar Zakat Hasil pengujian hipotesis pertama (H1) diterima, menunjukkan bahwa pendapatan atau jumlah uang yang diterima oleh seseorang bentuk gaji, upah, sewa, dan lain sebagainya bersama-sama dengan tunjangan ataupun uang pensiun, dari hasil kegiatan usahanya, baik sebagai perajin, pegawai maupun majikan warga muslim kota Balikpapan akan mempengaruhi minat untuk membayar ---------------------------------------------------------Indonesian Journal of Islamic Economics and Business Vol. I, No. 1, 2016 p. 17-34
zakat. Namun, nilai koefisien minus (-0,167) menunjukkan bahwa semakin tinggi pendapatan seseorang maka minat membayar zakat semakin rendah. Hasil penelitian ini konsisten dengan dengan teori pertukaran dan teori komsumsi yang menerangkan bahwa kenaikan jumlah pendapatan akan mempengaruhi pengeluaran seseorang, baik dalam bentuk komsumsi maupun tabungan, termasuk dalam bentuk zakat. Hasil penelitian ini juga konsisten dengan penelitian terdahulu yang dilakukan oleh Kanji, Habbe dan Medianty (2011) dan Syafei (2004). b. Pengaruh Sikap Terhadap Minat Membayar Zakat
Dengan diterimanya hipotesis yang menyatakan bahwa sikap berpengaruh secara signifikan terhadap minat membayar zakat maka penelitian ini konsisten dengan penelitian terdahulu yang dilakukan Rusmana (2003) dan mendukung Theory of Planned Behavior (TPB) (Ajzen,1991) yang menyatakan sikap memiliki pengaruh signifikan terhadap niat/minat. Hasil koefisien positif (0,353) menunjukkan bahwa semakin baik sikap individu atau warga muslim akan menumbuhkan minat lebih untuk membayar zakat. c. Pengaruh Norma Subyektif Terhadap Minat Membayar Zakat Dengan diterimanya hipotesis yang menyatakan norma subyektif berpengaruh secara signifikan positif (0,256) terhadap minat membayar zakat, maka menunjukkan bahwa semakin besar norma subyektif yang belaku di tengahtengah para muzakki tentang aktivitas membayar zakat, maka semakin besar pula minatnya untuk membyar zakat. Hasil penelitian ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan Rusmana (2003). dan TPB yang dikemukakan oleh Ajzen (1991) d. Pengaruh Kontrol Perilaku Persepsian Terhadap Minat Membayar
Zakat
Dengan diterimanya hipotesis yang menjelaskan bahwa kontrol perilaku persepsian berpengaruh secara signifikan positif (0,210) terhadap minat membayar zakat pada penelitian ini menunjukkan bahwa semakin besar persepsi muzakki terhadap kepercayaannya pada kemudahan dan kesanggupan untuk melalukan pembayaran zakat akan mempengaruhi minatnya untuk membayar zakat. Hasil penelitian ini sejalan dengan TPB yang menyatakan bahwa kontrol perilaku persepsian dapat digunakan untuk meprediksi minat seseorang untuk melakukan sesuatu. e. Pengaruh Motivasi Ibadah Terhadap Minat Membayar Zakat Dengan ditolaknya hipotesis pada penelitian ini yang menyatakan bahwa motivasi ibadah tidak berpengaruh secara signifikan terhadap minat membayar zakat, maka motivasi ibadah bukanlah menjadi pendorong bagi seorang muzakki melakukan pembayaran zakat. Hasil pengujian hipotesis ini tidak sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Kanji, Habbe dan Medianty (2011) yang ---------------------------------------------------------Indonesian Journal of Islamic Economics and Business Vol. I, No. 1, 2016 p. 17-34
Bambang Saputra
27
Strategi Meningkatkan Pengumpulan Zakat
menyatakan bahwa motivasi ibadah merupakan salah satu faktor determinan motivasi muzakki membayar zakat.
28
f. Pengaruh Etos Kerja Terhadap Minat Membayar Zakat Dengan ditolaknya hipotesis penelitian ini yang menyatakan bahwa etos kerja tidak berpengaruh secara signifikan terhadap minat membayar zakat maka dapat disimpulkan bahwa etos kerja bukanlah faktor yang mempengaruhi minat membayar zakat. Hal itu tidak sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Syafei (2003) yang menyatakan bahwa adanya tuntutan untuk memenuhi kebutuhan hidup yang tidak terbatas pada kebutuhan yang sifatnya materi saja, namun juga kebutuhan yang sifatnya non materiil seperti pemenuhan terhadap tuntutan sosial keagamaannya, seperti untuk membayar zakat, infak dan sodaqoh. g. Pengaruh Peran Ulama Terhadap Minat Membayar Zakat Dengan ditolaknya hipotesis pada penelitian ini yang menyatakan bahwa peran ulama tidak berpengaruh secara signifikan terhadap minat membayar zakat maka ulama yang sejatinya ikut berperan untuk mencerdaskan para muzakki dalam hal membayar zakat belum bisa dibuktikan dalam penelitian ini. Hal itu tidak sejalan dengan dengan penelitian yang telah dilakukan oleh Kanji, Habbe dan Medianty (2011) yang menyatakan peran ulama berpengaruh positif dan signifikan terhadap motivasi membayar zakat. g. Pengaruh Minat Terhadap Perilaku Membayar Zakat Dalam penelitian ini hipotesis yang menyatakan minat berpengaruh secara signifikan terhadap perilaku membayar zakat diterima sehingga dapat disimpulkan bahwa muzakki yang memiliki minat yang tinggi dalam membayar zakat akan mempengaruhi perilakunya untuk membayar zakat. Hal tersebut sejalan dengan TPB (Ajzen:1991) yaitu minat/niat akan mempengaruhi perilaku seseorang. Mengkaji Ulang Strategi Pemberdayaan Potensi Zakat Berdasarkan analisa kuantitatif, hasil temuan penelitian ini menunjukkan bahwa motivasi ibadah, peran ulama, dan etos kerja tidak berpengaruh terhadap motivasi masyarakat Balikpapan membayar zakat. Hal ini menjawab berbagai pertanyaan-pertanyaan yang sering mengemuka, mengapa potensi zakat yang begitu besar namun belum terkelola dengan baik? Di sisi lain, tertolaknya tiga variabel hipotesis tersebut memunculkan pertanyaan, apakah zakat tidak menggerakkan masyarakat untuk beribadah, sedangkan di dalam al-Qur’an perintah zakat disandingkan dengan kewajiban melaksanakan shalat? Mengapa ulama tidak mempengaruhi motivasi masyarakat dalam menunaikan zakat? Apakah ini menjadi pertanda bahwa dakwah islamiyah sangat lemah, atau masyarakat menganggap urusan zakat bukanlah domain ulama? Dengan kata lain, terdapat rasa tidak percaya yang hidup di tengah masyarakat terhadap ulama? ---------------------------------------------------------Indonesian Journal of Islamic Economics and Business Vol. I, No. 1, 2016 p. 17-34
Selanjutnya, apakah hasil penelitin ini bisa dimaknai bahwa zakat tidak membentuk etos kerja seorang muslim? Sebaliknya, beberapa variabel yang diterima, seperti pendapatan, minat, norma subyektif, dan kontrol prilaku persepsi seakan menegaskan bahwa zakat dimaknai sebagai kewajiban yang tidak ada hubungannya dengan ibadah dan etos kerja. Karena variabel yang diterima ini tergolong sebagai variabrl budaya, maka “kewajiban” dalam hal ini dimaknai sebagai sesuatu yang telah membudaya, atau dengan kata lain, masyarakat membayar zakat disebabkan telah menjadi kebiasaan bagi dirinya bilamana memperoleh pendapatan lebih, maka dikeluarkan zakatnya. Dengan demikian, adalah wajar bila dakwah yang disampaikan ulama tidak berpengaruh terhadap motivasi membayar zakat. Hasil kajian empiris ini memperkuat analisis historis yang dilakukan oleh Arskal Salim dan Taufik Abdullah (1991). Pengelolaan zakat yang dilakukan oleh pemerintah, hanyalah melanjutkan cara-cara kolonial Belanda. Tujuannya adalah untuk memperkukuh kekuasaan. Dengan perspektif post colonial studies, Addiarrahman (2013) berkesimpulan bahwa memori kolektif tentang perlakuan penjajah Belanda terhadap pengumpulan zakat dari masyakat, membuat mereka tidak percaya dengan berbagai bentuk institusi amil zakat. Masyarkat lebih senang menyalurkan zakat secara langsung. Kebiasaan menyalurkan zakat secara langsung tersebut telah menjadi budaya, sehingga ini menjadi tantangan untuk pemberdayaan potensi zakat ke depannya. Ini bisa dilihat dalam catatan Snouck Hurgronje berikut: Adapun orang-orang yang dinamakan rohaniawan desa, sudah sejak dahulu biasa menyerahkan sebagian dari fitrah yang mereka terima kepada atasan mereka, yaitu para penghulu. Tetapi penyisihan sebagian untuk kas desa semacamnya, pastilah bagi kebanyakan daerah merupakan hal baru yang juga bertentangan, baik dengan syariah agama maupun dengan adat. (E. Gobee dan Adriaanse, 1992) Bentuk penyelewengan tersebut mendorong pemerintah Belanda mengeluarkan regulasi. Ini dilakukan untuk mengambil simpati masyarakat, karena belakangan juga terjadi penyelewangan yang dilakukan oleh De Wolff van Westerrode. Inilah yang menjadi memori kolektif mengapa masyarakat enggan menyalurkan zakat melalui pemerintah dan tidak dipengaruhi oleh keberadaan ulama. Berbagai bentuk penyelewengan membentuk budaya zakat langsung, yang tentunya selain tidak terkelola dengan baik, juga sangat terbuka kemungkinan banyak masyarakat yang enggan membayar zakat sama sekali. Pada periode Soeharto, analisis Arskal Salim berikut cukup menjelaskan bahwa: President Soeharto was aware that prohibiting the establishment of an official zakat agency would create the impression that his regime was opposing Islam as a religion, and thus generate resistence from muslim citizens. On other hand, Soeharto was in agreement with Snouck Hurgronje that forcing zakat payment could lead to political ---------------------------------------------------------Indonesian Journal of Islamic Economics and Business Vol. I, No. 1, 2016 p. 17-34
Bambang Saputra
29
Strategi Meningkatkan Pengumpulan Zakat
30
unrest. For this reason, instead of wholeheardly facilitating zakat payments, President Soeharto manipulated the administration of zakat by taking it over himself as a private citizen, thus making it casual and unofficial. In doing so, Soeharto sought to offer his moral support rather than actual structural assistance for the payment of zakat. Berdasarkan rekam sejarah tersebut adalah wajar bila pemberdayaan potensi zakat di Indonesia masih sangat rendah. Sekalipun sudah mulai tampak perubahan cara pandang mengenai penyaluran zakat melalui badan amil zakat, namun pola pendekatan formal yang diterapkan sudah semestinya dikoreksi. Masyarakat telah memiliki “budaya bayar zakat” sendiri sebagaimana berkembang di berbagai daerah, khususnya di Kota Balikpapan. Bagaimana memformulasi langkah strategis pemberdayaan potensi zakat dengan melakukan penetrasi ke dalam budaya masyarakat? Peneliti mengajukan skema Satu Masjid Satu Unit Pengelola Zakat (UPZ). Amil Zakat pada setiap masjid diambil dari komponen masyarakat, seperti: kepala suku, tokoh masyarakat, pengurus masjid, dan pemerintah sebagai pihak regulator. UPZ yang didirikan di setiap masjid berada di bawah kendali Badan Amil Zakat Nasional (BAZNAS). Strategi ini memiliki beberapa kelebihan utama, yaitu: 1. Merevitalisasi fungsi masjid, sehingga disamping bisa menyerap potensi zakat dari masyarakat juga menghidupkan fungsi masjid bagi kehidupan umat. Masjid tidak lagi direpresentasikan sebagai tempat ibadah ritual; 2. Membangun kepercayaan penuh dari masyarakat, sehingga budaya zakat tetap terlestarikan dan bisa diberdayakan secara optimal untuk kemaslahatan umat; 3. Strategi pemberdayaan masyarakat dengan pendekatan pemerataan sebaran kawazan zakat. 4. Pendistribusian zakat bisa tepat guna dan tepat sasaran. Karena setiap amil di masjid dituntut memiliki database mustahiq zakat. Di sisi lain, ini juga mendorong pengelolaan zakat yang professional dengan mekanisme zakat produktif; 5. Pengumpulan zakat bisa lebih terkontrol. Sebaran wilayah muzakki dapat dipetakan berdasarka wilayah masjid. Hal ini tentu memberikan kemudahan bagi BAZNAS untuk mengontrol pengumpulan zakat yang dilakukan oleh setiap UPZ yang ada di masjid-masjid. Sekema pemberdayaan potensi zakat dengan model “Satu Masjid Satu UPZ” ini dapat dilihat pada bagan berikut:
---------------------------------------------------------Indonesian Journal of Islamic Economics and Business Vol. I, No. 1, 2016 p. 17-34
Bambang Saputra
31
BAZNAS
Tokoh Masyarakat
Amil Baznas
UPZ MASJID
Ulama &/ Tokoh Adat
Pengurus Masjid
Keterangan: 1. BAZNAS membentuk UPZ Masjid dengan terlebih dahulu melakukan koordinasi kerjasama kepada masjid-masjid yang ada, untuk kemudian melibatkan komponen masyarakat yang ada. 2. Pengurus UPZ Masjid terdiri dari komponen masyarakat (dalam ilustrasi di atas: Tokoh Masyarakat, Ulama dan atau Tokoh Adat, Pengurus Masjid, dan Perwakilan dari Amil BAZNAS). 3. Setelah pembentukan pengurus UPZ Masjid, pengurus melakukan penyuluhan kepada masyarakat sekitar masjid perihal program BAZNAS, meliputi visi, misi, dan target serta sasaran yang hendak dicapai melalui program tersebut. 4. Amil BAZNAS yang menjadi wakil dalam kepengurusan UPZ Masjid berfungsi sebagai auditor sekaligus pengarah manajerial agar pelaksanaan program tetap sejalan dengan visi, misi, target dan sasaran yang hendak dicapai. Amil BAZNAS bertanggung jawab memberikan laporan perkembangan UPZ Masjid yang ada. 5. UPZ Masjid memberikan laporan berkala kepada BAZNAS dan pada saat yang sama, BAZNAS juga melakukan monitoring atas pelaksanaan program yang dicanangkan. 6. Laporan tersebut juga dan harus disampaikan secara berkala kepada masyarakat sekitar masjid selaku muzakki dan mustahiq, sehingga keberadaan UPZ Masjid benar-benar dipercayai sepenuhnya oleh masyarakat. 7. BAZNAS dan UPZ Masjid melakukan evaluasi secara berkala agar pemberdayaan potensi zakat bisa lebih optimal dan benar-benar membawa kemaslahatan bagi masyarakat. ---------------------------------------------------------Indonesian Journal of Islamic Economics and Business Vol. I, No. 1, 2016 p. 17-34
Strategi Meningkatkan Pengumpulan Zakat
8. Memberikan pelatihan, penyuluhan, dan pemberdayaan kepada masyarakat di sekitar masjid, terutama bagi mustahiq zakat.
32 Penutup Kesimpulan Pendapatan muzakki berpengaruh secara signifikan negatif terhadap minatnya untuk membayar zakat. Semakin tinggi pendapatannya maka semakin rendah pula minatnya untuk melakukan pembayaran zakat, namun jika pendapatannya kecil maka minat untuk membayar zakat akan tinggi. Sikap seorang muzakki berpengaruh secara signifikan positif terhadap minat untuk membayar zakat. Semakin baik sikap untuk mendukung terjadinya perilaku pembayaran zakat maka semakin besar pula minat muzakki dalam membayar zakat. Norma subyektif yang berlaku di tengah kehidupan muzakki berpengaruh secara signifikan positif terhadap minat untuk membayar zakat. Dengan adanya norma atau nilai baik atau buruk yang bisa berasal dari budaya atau culture masyarakat diharapkan warga muslim yang terposisikan sebagai muzakki semakin besar minatnya untuk membayar zakat. Kontrol perilaku persepsian berpengaruh secara signifikan positif terhadap minat membayar zakat, persepsi yang muncul dari dalam diri muzakki tentang kesanggupannya untuk membayar zakat akan berdampak pada minatnya yang besar untuk membayar zakat. Motivasi ibadah tidak berpengaruh secara signifikan terhadap minat membayar zakat. Dorongan untuk beribadah dalam membayar zakat tidak mempengaruhi minat muzakki untuk melakukan pembayaran zakat. Etos kerja tidak berpengaruh secara signifikan terhadap minat membayar zakat. Semangat kerja yang tinggi bukanlah hal yang mempengaruhi muzakki untuk melakukan pembayaran zakat. Peran ulama tidak berpengaruh secara signifikan terhadap minat untuk membayar zakat. Sosialisasi/dakwah yang dilakukan para ulama bukanlah cara yang dapat digunakan untuk mendorong muzakki membayar zakat. Minat berpengaruh secara signifikan terhadap perilaku membayar zakat. Semakin tinggi minat muzakki untuk membayar zakat maka dia pun akan langsung mewujudkan minatnya tersebut dalam bentuk perilaku membayar zakat. Implikasi dan Kerangka Kebijakan Mendorong pemberdayaan potensi zakat dengan pendekatan budaya karena pendekatan formal yang selama ini dikembangkan belum menyentuh titik persoalan yang telah lama tertanam dalam masyarakat. Yaitu rasa tidak percaya terhadap lembaga amil zakat yang dikelola oleh negara yang merupakan warisan psikologi kolonial. Untuk itu diperlukan kerangka kebijakan strategis yang meliputi: ---------------------------------------------------------Indonesian Journal of Islamic Economics and Business Vol. I, No. 1, 2016 p. 17-34
Memberdayakan potensi zakat dengan membentuk sebaran kawasan zakat berdasarkan keberadaan masjid Merevitalisasi fungsi masjid dengan mencanangkan program “Satu Masjid Satu UPZ” Melibatkan komponen masyarakat sebagai pengurus UPZ Masjid Melakukan perencanaan, pelaksanaan, pengendalian, dan evaluasi dari program “Satu Masjid Satu UPZ” secara berkala. Transparansi pengelolaan dana zakat Melakukan penyuluhan, pelatihan, pemberdayaan masyarakat di sekitar masjid, terutama bagi para mustahiq zakat.
Referensi Abdullah, Taufik. 1991. “Zakat Collection and Distribution in Indonesia,” dalam Muhammad Arif (Ed.). The Islamic Voluntary Sector in Southeast Asia. Singapore : Institute of Southeast Asian Studies Addiarrahman. 2013. Mengindonesiakan Ekonomi Islam; Formulasi Kearifan Lokal untuk Pengembangan Ekonomi Umat. Yogyakarta : Ombak Agustianto. 2012. Peran Ulama dalam Sosialisasi Perbankan Syari’ah. Artikel. (www.pesantrenVirtual.com), diakses 17 Desember 2012. Ajzen, I., 1991. The Theory of Planned Behavior. Organizational Behavior and Human Decision Processes, Vol. 50, pp. 179–211 Al-Qur’an dan Terjemahan. Ash-Shidiqy, Hasbi. 1991. Pedoman Zakat. Jakarta : Bulan Bintang BPS Kota Balikpapan. 2012. Balikpapan Dalam Angka 2012. Balikpapan: BPS. Ghozali, Imam. 2011. Aplikasi Multivariate dengan program IBM SPSS 19 (Edisi 5). Semarang : Badan Penerbit Universitas Diponegoro. Ghozali, Imam. 2008. Konsep dan Aplikasi Dengan Program AMOS 16.0. Semarang : Badan Penerbit Universitas Diponegoro. Hafidhuddin, Didin. 2011. Peran Strategis Organisasi Zakat dalam Menguatkan Zakat Dunia. Jurnal Ekonomi Islam (Al-Infaq), Vol.2 No.1 (http://ebookbrowse.com), diakses 12 Oktober 2012. Kanji, Habbe dan Medianty. 2011. Faktor Determinan Motivasi Membayar Zakat. (http://www.pasca.unhas.ac.id), diakses 15 Desember 2012. ---------------------------------------------------------Indonesian Journal of Islamic Economics and Business Vol. I, No. 1, 2016 p. 17-34
Bambang Saputra
33
Strategi Meningkatkan Pengumpulan Zakat
Kurniawan dan Yamin. 2009. Structural Equation Modeling. Jakarta : Salemba Infotek.
34
Makfiah. 2006. Pemahaman Pendidikan Agama dan Pengaruhnya terhadap Pelaksanaan Ibadah Siswa MTS Al-Falah Jakarta Selatan. Skripsi. (www.repository.uinjkt.ac.id), diakses 26 Desember 2012. Muhammad, Rifqi. 2005. Analisis Faktor-faktor yang Mempengaruhi Minat Warga Muslim Kota Magelang untuk Membayar Zakat (Dalam Rangka Pelaksaan UU Nomor 38 Tahun 1999 tentang Pengelolaan Zakat). Penelitian Dosen Muda. Jogjakarta : Universitas Islam Indonesia. Qardawi, Yusuf. 2011. Hukum Zakat. Terjemahan Harun, Hafidhuddin dan Hasanuddin. Jakarta: PT. Pustaka Litera Antarnusa. Rusmana, Oman. 2003. Sikap dan Niat Akuntan terhadap Internalisasi Informasi Lingkungan dalam Sistem Akuntansi Perusahaan. Simposium Nasional Akuntansi VI. Surabaya. Salim, Abu Malik Kamal bin As-Sayyid. 2006. Shahih Fikih Sunnah (Jilid II). Jakarta: Pustaka Azzam. Salim, Arskal. “The Influence Legacy of Dutch Islamic Policy on the Formation of Zakat (Alms) Law in Modern Indonesia.” Pasific Rim Law & Policy Journal, Vol. 15. No. 3 Sulistiani, Dewi. 2012. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Niat Mahasiswa Akuntansi Untuk Berkarir Sebagai Akuntan Publik: Aplikasi Theory of Planned Behavior. Skripsi. (http://eprints.undip.ac.id), diakses 12 Desember 2012. Syafei, Ermi Suhasti. 2004. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Pembayaran Zakat Masyarakat Prenggan-Kotagede Yogyakarta. Simposium Nasional Sistem Ekonomi Islam II. Malang. Umar, 2010. Desain Penelitian MSDM dan Perilaku Karyawan. Jakarta : PT. Rajagrafindo Persada. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 23 Tahun 2011 Tentang Pengelolaan Zakat. (www.hukumonline.com), diakses 17 Desember 2012.
---------------------------------------------------------Indonesian Journal of Islamic Economics and Business Vol. I, No. 1, 2016 p. 17-34