STRATEGI KOMUNIKASI MUJAHIDIN NUR DALAM MENYUSUN KISAH PENDAKWAH SYEKH SYARIFUDDIN KHALIFAH Skripsi Diajukan untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh Gelar Sarjana Komunikasi Islam (S.Kom.I)
Oleh: Fithriyani NIM: 109051000115
JURUSAN KOMUNIKASI DAN PENYIARAN ISLAM FAKULTAS ILMU DAKWAH DAN ILMU KOMUNIKASI UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA 1434 H / 2013 M
LEMBAR PERNYATAAN
Dengan ini saya menyatakan bahwa: 1. Skripsi ini merupakan hasil karya asli Saya yang diajukan untuk memenuhi salah satu persyaratan memperoleh gelar Strata 1 di UIN Syarif Hidayatullah Jakarta. 2. Semua sumber yang Saya gunakan dalam penulisan ini telah Saya cantumkan sesuai dengan ketentuan yang berlaku di UIN Syarif Hidayatullah Jakarta. 3. Jika di kemudian hari terbukti bahwa karya ini bukan hasil karya asli Saya atau merupakan hasil jiplakan dari karya orang lain, maka Saya bersedia menerima sanksi yang berlaku di UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.
Jakarta,
2013
Fithriyani
ABSTRAK Strategi Komunikasi Penulis dalam Menyusun Kisah Pendakwah Syekh Syarifuddin Khalifah Kisah Syarifuddin Khalifah adalah bukti nyata dari kebesaran Allah SWT untuk meyakinkan hamba-hamba-Nya akan kebenaran agama Islam. Kisahnya yang fenomenal ini membuat Mujahidin Nur tertarik untuk menjadikannya sebuah buku dengan judul Bocah Yang Mengislamkan Ribuan Orang. Buku tersebut mendapat apresiasi yang luar biasa dari masyarakat Indonesia. Hal ini terbukti dengan menjadi Active Selling Book versi Gramedia Indonesia, penjualan buku tercepat versi Ufuk Publishing House, dan dalam dua minggu buku itu sudah memasuki cetakan kedua. Dalam menyusun kisah tersebut, Mujahidin tentu membuat strategi komunikasi yang tepat agar pembaca dapat memahami dengan baik dan benar isi pesannya. Strategi komunikasi merupakan cara tertentu yang dilakukan seseorang untuk menyampaikan pesannya agar dapat diterima dengan baik dan memberikan efek sesuai harapan. Karena itu, strategi komunikasi perlu diterapkan agar tujuan yang diinginkan dapat tercapai. Adapun rumusan masalahnya adalah bagaimana strategi signing, framing, dan priming Mujahidin Nur dalam menyusun kisah pendakwah Syekh Syarifuddin Khalifah? Bagaimana Mujahidin Nur menghadapi faktor innocently, internality, dan externality? Penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif dengan metode analisis deskriptif. Konsep strategi yang digunakan adalah konsep Ibnu Hamad yang terdiri dari strategi signing, framing, dan priming. Strategi signing adalah strategi penggunaan tanda-tanda bahasa. Strategi framing adalah strategi pemilahan dan pemilihan fakta yang (tidak) akan dimasukkan kedalam wacana. Strategi priming adalah strategi mengatur tempat untuk pemublikasian dihadapan khalayak. Ketiga strategi tersebut dilakukan untuk memastikan bahwa apa yang disampaikannya dapat memberikan efek yang diharapkan. Untuk menyusun strategi itu, Mujahidin terlebih dahulu mempertimbangkan faktor internal dan eksternal, yakni faktor innocently, internality, dan externality. Karena faktor tersebut dapat memengaruhinya dalam menggunakan strategi. Dalam menyusun kisah Syarifuddin, Mujahidin menggunakan kata-kata (pesan verbal) yang mengandung makna positif (mengajak kebaikan). Ia juga menggunakan bahasa populis untuk memudahkan pembaca memahami maknanya. Beliau mengungkapkan fakta-fakta yang baik, menakjubkan, dan menginspirasi pembaca, serta meletakkan wacana utama di depan halaman, tempat yang mudah dilihat oleh pembaca. Untuk menghadapi faktor innocently, Mujahidin berusaha semaksimal mungkin untuk mencari informasi tentang Syarifuddin. Minat dan kepentingannya tidak untuk memihak siapa pun, tetapi lebih kepada ideologinya yang Islami, itu terbukti dari strategi signing dan framing-nya. Dalam menyusun kisah ini, tidak ada paksaan dan tekanan dari siapa pun. Karena itu, strategi signing, framing, dan priming penulis terlihat natural. Keterkaitan antara strategi signing, framing, dan priming sangat erat. Ketiganya mempunyai peran penting untuk memberikan efek tertentu. Strategi inilah yang menjadi salah satu pendukung suksesnya buku tersebut. Keywords: Syarifuddin Khalifah, Strategi Komunikasi (Signing-FramingPriming), Faktor Innocently, Internality, dan Externality.
KATA PENGANTAR بسم اهلل الر حمن الر حيم Al-hamdulillah, segala puji dan syukur peneliti panjatkan ke hadirat Allah SWT yang telah menganugerahkan nikmat yang tidak terhingga kepada segenap hamba-Nya. Shalawat serta salam senantiasa tercurahkan kepada junjungan Nabi Muhammad SAW beserta keluarganya, para sahabatnya, dan para pengikutnya hingga akhir zaman. Berkat rahmat dan hidayah dari Allah SWT, akhirnya peneliti dapat menyelesaikan penelitian ini dengan judul “Strategi Komunikasi Penulis dalam Menyusun Kisah Pendakwah Syekh Syarifuddin Khalifah”. Betapa pun hambatan dan kesulitan seakan terasa ringan berkat dukungan dan bantuan dari berbagai pihak. Untuk itu peneliti mengucapkan terima kasih kepada: 1. Dr. Arief Subhan, MA selaku Dekan Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu Komunikasi, sekaligus dosen pembimbing peneliti yang telah memberi arahan dan masukan dalam penulisan ini. 2. Drs. Jumroni, M.Si selaku Ketua Jurusan Komunikasi dan Penyiaran Islam beserta Umi Musyarofah, MA selaku Sekretaris Jurusan Komunikasi dan Penyiaran Islam. 3. Seluruh Dosen Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu Komunikasi yang telah memberikan ilmu pengetahuannya kepada peneliti. 4. Seluruh Karyawan Perpustakaan di lingkungan Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta.
5. Mujahidin Nur selaku penulis buku yang bersedia meluangkan waktunya untuk peneliti. 6. Kedua orang tuaku tercinta, H. Chairullah Azhari dan Hj. Munawaroh yang telah banyak berjasa dan berkorban untuk peneliti. 7. Saudara-saudaraku tersayang yang telah memberikan kebahagiaan. Semoga Allah selalu memberkahi kehidupan kalian. 8. Sahabat sejatiku, Neidat Khoir, yang selalu siap membantu peneliti kapan pun, di mana pun, bagaimana pun keadaannya. 9. Segenap sahabat yang telah menemani dan banyak memberikan motivasi kepada peneliti serta dapat menghibur dikala kesedihan datang: Tri Lestari, Devi Ratna Sari, Bintang Nurul Kawakib, Fajrin Dwi Ayu Novani, Tika Aprilia, Hidayati Nur Fajrina, Khoirunisyah, dan Agnitia Citra Resmi. 10. Seluruh teman KPI angkatan 2009, terutama kelas-D yang telah memberikan warna hidup semasa kuliah. Perjalanan indah bersama kalian tidak akan terlupakan. 11. Dan kepada seluruh pihak yang telah membantu jalannya penelitian ini, yang tidak dapat disebutkan satu persatu. Namun, tidak mengurangi sedikit pun rasa terima kasih peneliti kepada kalian. Semoga Allah SWT melipatgandakan pahala atas semua kebaikan kalian. Semoga penelitian ini dapat bermanfaat bagi pembaca dan penelitian selanjutnya, Aamiin.
Peneliti,
2013
DAFTAR ISI
ABSTRAK …………………………………………………………………….... i KATA PENGANTAR ……………………………………………………..…… ii DAFTAR ISI ……………………………………………………………….…... iv
BAB I
PENDAHULUAN …………………………………………….... 1 A. Latar Belakang Masalah …………………………………….. 1 B. Batasan dan Rumusan Masalah ……………………………... 5 C. Tujuan dan Manfaat Penelitian …………………………….... 5 D. Tinjauan Pustaka ……………………………………………. 6 E. Metodologi Penelitian ……………………………………..... 8 F. Sistematika Penulisan ……………………………………… 10
BAB II
KERANGKA TEORI ………………………………………… 11 A. Strategi Komunikasi 1. Pengertian Strategi …………………………………....... 11 2. Pengertian Komunikasi ………………………………… 16 3. Proses Komunikasi ……………………………………... 19 4. Pengertian Strategi Komunikasi ………………………... 21 5. Tujuan Sentral Strategi Komunikasi ………………........ 26 B. Strategi Signing, Framing, Priming, dan Faktor InternalEksternal 1. Pengertian Strategi Signing …………………………….. 27 2. Pengertian Strategi Framing …………………………… 29
3. Pengertian Strategi Priming ………………………......... 32 4. Faktor Internal dan Eksternal …………………………... 33 BAB III
GAMBARAN UMUM ………………………………………… 35 A. Profil Mujahidin Nur 1. Riwayat Hidup …………………………………………. 35 2. Latar Belakang Pendidikan …………………………….. 38 3. Karya-karya …………………………………………….. 40 B. Profil Buku Bocah yang Mengislamkan Ribuan Orang …… 42 C. Sinopsis Buku Bocah yang Mengislamkan Ribuan Orang … 44
BAB IV
ANALISIS HASIL PENELITIAN………………………….... 49 A. Strategi Signing, Framing, dan Priming ………………........ 49 B. Menghadapi Innocently, Internality, dan Externality …...…. 51
BAB V
PENUTUP …………………………………………………...... 55 A. Kesimpulan ………………………………………………… 55 B. Saran ……………………………………………………….. 55
DAFTAR PUSTAKA ………………………………………………………… 57 LAMPIRAN …………………………………………………………………... 59
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah Dunia Islam digemparkan oleh munculnya seorang anak laki-laki yang memiliki kemampuan sangat menakjubkan. Ia berasal dari keluarga nonmuslim. Kemampuan yang dimilikinya sungguh sulit untuk dipahami oleh akal sehat manusia. Kehadiran anak itu pun telah membawa banyak perubahan pada kehidupan kedua orang tuanya. Bayi yang terlahir dari sebuah benua bertemperatur hangat, Afrika, akan menjadi pembicaraan jutaan masyarakat di dunia.1 Syarifuddin Khalifah, itulah anak yang memiliki kemampuan luar biasa. Seorang anak dari keluarga nonmuslim dapat menghafal al-Qur’an dan bible, serta dapat mengerjakan sholat lima waktu saat berumur 1,5 tahun. Sedangkan saat berumur 4-5 tahun, ia sudah menguasai lima bahasa asing dan telah mengislamkan ribuan orang termasuk mengislamkan kedua orang tuanya.2 Bila dipikirkan dengan akal sehat, maka kisah tersebut seakan-akan mustahil terjadi. Akal manusia tidak akan mampu menjangkau berbagai keajaiban yang ada pada Syarifuddin. Hanya hatilah yang mampu menjangkau dan meyakini bahwa tidak ada sesuatu yang tidak mungkin bagi Allah SWT untuk menunjukkan kebesaran-Nya di muka bumi ini. Sebagaimana Firman-Nya dalam surat alBaqarah ayat 117:
1
Mujahidin Nur, Bocah yang Mengislamkan Ribuan Orang, (Jakarta: PT Ufuk Publishing House, 2012), cet. Ke-5, hlm. 33. 2 Ibid, hlm. 54.
Artinya: Allah Pencipta langit dan bumi, dan bila Dia berkehendak (untuk menciptakan) sesuatu, Maka (cukuplah) Dia hanya mengatakan kepadanya: "Jadilah!" lalu jadilah ia. Serta dalam surat Yaasiin ayat 82: Artinya: Sesungguhnya keadaan-Nya apabila Dia menghendaki sesuatu hanyalah berkata kepadanya: “Jadilah!” maka jadilah ia.
Di saat perkembangan teknologi semakin pesat dan berdampak pada minimnya keimanan masyarakat, Allah SWT menunjukkan tanda-tanda kebesaran dan kekuasaan-Nya dengan hadirnya seorang anak ajaib di Arusha, Tanzania. Kisah Syarifuddin ini banyak menginspirasi masyarakat dunia khususnya umat muslim untuk lebih yakin akan keagungan-Nya. Ia bagaikan perantara untuk orang-orang nonmuslim di sekitarnya agar menuju jalan yang lurus, yaitu jalan yang diridhai Allah SWT. Kisah fenomenal ini telah diangkat menjadi sebuah buku yang menginspirasi iman umat muslim. Buku dengan judul Bocah yang Mengislamkan Ribuan Orang telah meraih sukses besar dalam perbukuan Indonesia. Sejak tiga minggu diluncurkan ke pasar, buku ini banyak diminati dan diperbincangkan oleh masyarakat Indonesia. Buku tersebut mendapat apresiasi yang sangat baik. Itu terbukti dengan menjadi Active Selling Book versi Gramedia Indonesia, penjualan buku tercepat versi Ufuk Publishing House, dan dalam dua minggu buku itu sudah memasuki cetakan kedua, serta telah menjadi buku Best Seller di Gramedia.3
3
Wawancara Pribadi, pada 1 Februari 2013 dengan Mujahidin Nur, Penulis Buku Bocah yang Mengislamkan Ribuan Orang
Apresiasi yang diterima oleh buku ini tidak lepas dari kemampuan Mujahidin Nur selaku penulis buku dalam membuat strategi untuk mengolah bahasa yang akan digunakan (strategi signing), memilih fakta yang akan dikemukakan (strategi framing), dan mengatur tempat penyampaian (strategi priming). Strategi tersebut dapat dikatakan strategi komunikasi, karena ketiga strategi itu dilakukan untuk memastikan bahwa apa yang disampaikannya memberi efek yang diharapkan.4 Sebagaimana pengertian komunikasi menurut Lasswell, yaitu proses penyampaian pesan oleh komunikator kepada komunikan melalui media yang menimbulkan efek tertentu. J.L Thompson seperti dikutip Sandra Oliver menjelaskan strategi sebagai cara untuk mencapai sebuah hasil akhir.5 Strategi terdiri dari tindakan penting yang diperlukan untuk mewujudkan arah yang akan dicapai.6 Jadi, strategi komunikasi dapat diartikan sebagai cara tertentu yang dilakukan seseorang untuk menyampaikan pesannya agar dapat diterima dengan baik dan memberikan efek sesuai harapan. Strategi komunikasi sama pentingnya dengan komunikasi itu sendiri. Strategi komunikasi menentukan berhasil tidaknya kegiatan komunikasi itu. Sedangkan komunikasi merupakan bagian dari kehidupan manusia. Karena sebagian besar hidup ini diisi oleh komunikasi. Sejak bangun dari tidur hingga kembali tidur, manusia melakukan komunikasi.7 Ketika berkomunikasi, manusia memilih kata, gambar, angka, gerakan, atau tanda bahasa lainnya baik verbal
4
Ibnu Hamad, Komunikasi Sebagai Wacana, (Jakarta: La Tofi Enterprise, 2010), cet. Ke1, hlm. ix-x. 5 Sandra Oliver, Strategi Public Relations, (Jakarta: Erlangga, 2007), hlm. 2. 6 Alo Liliweri, Komunikasi Serba Ada Serba Makna, (Jakarta: Kencana, 2011), cet. Ke-1, hlm. 242. 7 Ibnu Hamad, Komunikasi Sebagai Wacana, hlm. vii.
maupun nonverbal untuk menyampaikan realitas (berupa gagasan, perasaan, peristiwa, orang, alam, dan sebagainya). Bila kata, angka, dan gambar itu dituliskan, maka jadilah pesan yang dilihat (visual message). Jika kata, angka, dan gambar itu dikatakan, maka jadilah pesan yang didengar (auditory message).8 Setiap konstruktor (penulis, wartawan, peneliti, dan lain-lain) bisa dipastikan telah dengan sengaja mengatur strategi signing, framing, dan priming. Ketiga strategi tersebut sengaja diatur untuk memperkuat kepentingannya. Untuk menyusun strategi itu, pengguna strategi terlebih dahulu mempertimbangkan faktor-faktor internal dan eksternal.9 Karena faktor tersebut merupakan faktor yang memengaruhi penggunanya dalam membuat strategi signing, framing, dan priming. Mujahidin Nur adalah seorang penulis buku inspiratif yang bernuansa dakwah. Menulis buku bernuansa dakwah tidak semudah menulis buku-buku lainnya. Efek yang akan timbul dan penggunaan bahasanya harus diperhatikan agar pembaca tidak merasa bosan. Ia sadar akan keindahan bahasa yang bila diatur dengan baik akan memberikan pesan yang bermakna. Karena itu, Mujahidin membuat strategi tertentu dalam mengolah bahasa yang akan digunakan dan memilih fakta yang akan dikemukakan, serta ia mengatur tempat penyampaian
dalam
menyusun
kisah
Syarifuddin
ini.
Kisahnya
yang
menakjubkan, aneh, unik, dan tidak masuk diakal, itulah yang perlu diperhatikan agar pembaca dapat mengerti makna dari pesan itu. Karena itu, peneliti tertarik untuk mengetahui lebih dalam mengenai strategi signing, framing, dan priming Mujahidin dalam menyusun kisah 8
9
Ibid, hlm. viii-x. Ibid, hlm. 45.
Syarifuddin. Peneliti pun mengambil judul penelitian yaitu,
“Strategi
Komunikasi Mujahidin Nur dalam Menyusun Kisah Pendakwah Syekh Syarifuddin Khalifah”.
B. Batasan dan Rumusan Masalah 1. Batasan Masalah Peneliti membatasi permasalahan, yaitu fokus pada penggunaan strategi signing, framing, dan priming. Penelitian ini hanya meneliti komunikator dan medianya yakni, buku Bocah yang Mengislamkan Ribuan Orang. Sebaliknya, tidak fokus meneliti tokoh Syarifuddin, pesan, fans Syarifuddin, dan efek terhadap pembaca buku tersebut. 2. Rumusan Masalah Berdasarkan pembatasan di atas, maka pokok permasalahannya dapat dirumuskan sebagai berikut: a) Bagaimana strategi signing, framing, dan priming Mujahidin Nur dalam menyusun kisah pendakwah Syekh Syarifuddin Khalifah? b) Bagaimana Mujahidin menghadapi faktor innocently, internality, dan externality?
C. Tujuan dan Manfa’at Penelitian 1. Tujuan penelitian: a. Untuk mengetahui strategi signing, framing, dan priming Mujahidin dalam menyusun kisah pendakwah Syekh Syarifuddin Khalifah.
b. Untuk mengetahui cara Mujahidin menghadapi faktor innocently, internality, dan externality. 2. Manfa’at penelitian adalah: a. Manfaat Akademik 1) Untuk memberikan kontribusi positif dalam bidang studi Ilmu Dakwah dan Ilmu Komunikasi mengenai strategi komunikasi, khususnya mengenai strategi signing, framing, dan priming. 2) Untuk memberikan informasi kepada mahasiswa Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu Komunikasi mengenai strategi signing, framing, dan priming Mujahidin dalam menyusun kisah pendakwah Syekh Syarifuddin Khalifah. b. Manfaat Praktis Menjadi acuan untuk mahasiswa yang akan meneliti strategi komunikasi, khususnya mengenai strategi signing, framing, dan priming. Peneliti pun berharap penelitian ini dapat memberi masukan kepada penulis buku Bocah yang Mengislamkan Ribuan Orang agar lebih baik dan menarik lagi.
D. Tinjauan Pustaka Ratna Dwi Guna dalam skripsinya menemukan bahwa strategi komunikasi dinas kebersihan DKI Jakarta dilakukan melalui berbagai kegiatan antara lain; mensosialisasikan kebersihan seperti penyuluhan GAKIN dua kali pada satu tahun, membuat iklan pada media cetak berupa iklan kebersihan dan himbauan kebersihan, serta adanya kegiatan talkshow dengan tema 3R (Reduce, Reuse, dan
Recycle) di empat stasiun radio. Persamaan dengan penelitian ini adalah metodologinya yang menggunakan penelitian kualitatif. Perbedaan dengan penelitian ini dari subjeknya yaitu dinas kebersihan DKI Jakarta dan objeknya adalah segala bentuk strategi komunikasi yang dilakukan bidang pengembang peranserta masyarakat dan usaha kebersihan.10 Putri Wulandari Tri Rizki Kusuma dalam skripsinya menemukan bahwa strategi komunikasi jurnalis VOA dalam pemberitaan warga muslim di Amerika dilakukan melalui tiga tahap yaitu; perumusan strategi, implementasi strategi, dan evaluasi strategi. Perbedaan dengan penelitian ini dari subjeknya yaitu jurnalis VOA dan objeknya ialah strategi komunikasi dalam pemberitaan warga muslim di Amerika.11 Dian Putra dalam skripsinya menemukan bahwa strategi komunikasi yang digunakan oleh rumah busana ranti adalah media dan komunikasi langsung berupa pelayanan, kesopanan, dan ramah tamah. Strategi komunikasinya pun sudah terealisasi cukup baik dan dapat dikatakan berhasil. Perbedaan dengan penelitian ini dari subjeknya yakni rumah busana dan objeknya yaitu strategi komunikasi dalam mensosialisasikan busana Islami.12 Oleh karena itu, peneliti mengambil judul Strategi Komunikasi Mujahidin Nur dalam Menyusun Kisah Pendakwah Syekh Syarifuddin Khalifah. Perbedaan skripsi ini dengan skripsi tersebut adalah strategi yang diteliti berupa; strategi
10
Ratna Dwi Guna, Strategi Komunikasi Dinas Kebersihan Provinsi Daerah Khusus Ibu Kota Jakarta dalam Mensosialisasikan Kesadaran Bersih Lingkungan, Skripsi, Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu Komunikasi, Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta 2009. 11 Putri Wulandari Tri Rizki Kusuma, Strategi Komunikasi Jurnalis Voice of America (VOA) dalam Pemberitaan Warga Muslim di Amerika, Skripsi, Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu Komunikasi, Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta 2010. 12 Dian Putra, Strategi Komunikasi Rumah Busana Ranti dalam Mensosialisasikan Busana Islami, Skripsi, Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu Komunikasi, Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta 2011.
signing, framing, dan priming yang digunakan penulis buku. Dengan demikian, skripsi ini berbeda dengan skripsi sebelumnya dan layak untuk diajukan sebagai penelitian ilmiah.
E. Metodologi Penelitian 1. Pendekatan Kualitatif Penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif. Pendekatan tersebut menghasilkan prosedur analisis yang tidak menggunakan prosedur analisis statistik atau cara kuantifikasi lainnya. Menurut Jane Richie, kualitatif sebagai upaya untuk menyajikan dunia sosial dan perspektifnya di dalam dunia, dari segi konsep, perilaku, persepsi, dan persoalan tentang manusia yang diteliti. Penelitian kualitatif bermaksud untuk memahami fenomena tentang apa yang dialami oleh subjek penelitian, misalnya perilaku, persepsi, motivasi, tindakan, dan lain-lain.13 2. Subjek dan Objek Penelitian Subjek pada penelitian ini adalah penulis buku Bocah yang Mengislamkan Ribuan Orang. Sedangkan objek dalam penelitian ini ialah strategi komunikasi penulis. 3. Waktu dan Tempat Penelitian Peneliti
melakukan
penelitian
pada
Februari-Mei
2013
dengan
mewawancarai Mujahidin Nur selaku penulis buku. Adapun tempat penelitian, peneliti mewawancarai penulis di Poins Square, Lebak Bulus.
13
Lexy J Moleong, Metodologi Penelitian Kualitatif, (Bandung: PT Remaja Rosdakarya, 2007) Cet. Ke-23, hlm. 6.
4. Tahapan Penelitian: a. Pengumpulan Data Data yang dikumpulkan oleh peneliti untuk mendapatkan hasil penelitian melalui tiga (3) tahap. Pertama, peneliti membaca buku Bocah yang Mengislamkan Ribuan Orang untuk menentukan strategi signing, framing, dan priming yang digunakan penulis. Kedua, peneliti mewawancarai penulis. Ketiga, peneliti mengumpulkan data dari buku-buku dan tulisan yang berkaitan dengan penelitian ini. b. Pengolahan Data Pengolahan data dalam penelitian ini melalui beberapa tahap; data dikelompokkan, disederhanakan, dan dikemas kedalam tabel. Adapun mengenai teknik penulisan ini, peneliti menggunakan buku Pedoman Penulisan Karya Ilmiah (Skripsi, Tesis, dan Disertasi), yang diterbitkan CeQDA (Center for Quality Development and Assurance) UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.14 c. Analisis Data Analisa data menurut Patton adalah proses mengatur uraian data, mengorganisasikannya kedalam suatu pola, kategori, dan satu uraian dasar.15 Data yang
terkumpul
melalui
wawancara
mendalam
dan
dokumen-dokumen
diklasifikasikan kedalam kategori tertentu.16 Peneliti menganalisis data dengan menggunakan metode deskriptif yang melaporkan 14
data
dengan
menerangkan,
memberikan
gambaran,
Hamid Nasuhi dkk, Pedoman Penulisan Karya Ilmiah (Skripsi, Tesis, dan Disertasi), (Jakarta: UIN Jakarta Press, Ceqda, 2007), Cet. Ke-1, hlm. 34. 15 Moleong, Metodologi Penelitian Kualitatif, hlm. 103. 16 Rachmat Kriyanto, Teknik Praktis Riset Komunikasi, (Jakarta: Kencana, 2007), hlm. 193.
mengklasifikasikan, dan menginterpretasikan data yang terkumpul, kemudian disimpulkan.
F. Sistematika Penulisan Untuk memberikan gambaran secara sederhana agar mempermudah penulisan skripsi ini, maka disusun sistematika penulisan yang terdiri dari lima bab dengan rincian sebagai berikut: BAB I
: Berisi Latar Belakang Masalah, Pembatasan dan Perumusan
Masalah, Tujuan dan Manfa’at Penelitian, Tinjauan Pustaka, Metodologi Penelitian, dan Sistematika Penelitian. BAB II
: Berisi Pengertian Strategi, Pengertian Komunikasi, Proses
Komunikasi,
Pengertian
Strategi
Komunikasi,
Tujuan
Sentral
Strategi
Komunikasi, Pengertian Strategi Signing, Framing, Priming, dan Faktor InternalEksternal. : Berisi Riwayat Hidup Mujahidin Nur, Latar Belakang
BAB III
Pendidikan, Karya-karya, Profil dan Sinopsis Buku Bocah yang Mengislamkan Ribuan Orang. BAB IV
: Berisi Strategi Signing, Framing, Priming Mujahidin dalam
Menyusun Kisah Pendakwah Syekh Syarifuddin Khalifah dan Cara Mujahidin Menghadapi Faktor Innocently, Internality, Externality. BAB V
: Berisi Kesimpulan dan Saran.
BAB II KERANGKA TEORI
A. Strategi Komunikasi 1. Pengertian Strategi Kata strategi berasal dari akar kata Bahasa Yunani “Strategos” yang secara harfiah berarti “Seni Umum”. Kata strategos bermakna sebagai: a) Keputusan untuk melakukan suatu tindakan dalam jangka panjang dengan segala akibatnya b) Penentuan tingkat kerentanan posisi seseorang dengan posisi para pesaing (ilmu perang dan bisnis) c) Pemanfaatan sumber daya dan penyebaran informasi yang relatif terbatas terhadap kemungkinan penyadapan informasi oleh para pesaing d) Penggunaan fasilitas komunikasi untuk penyebaran informasi yang menguntungkan berdasarkan analisis geografis dan topografis e) Penemuan titik-titik kesamaan dan perbedaan penggunaan sumber daya dalam pasar informasi.17 Hill dan Jones seperti dikutip Hendrawan Supratikno, dkk., mengemukakan terdapat dua pendekatan untuk mendefinisikan strategi, yang dikenal sebagai pendekatan tradisional dan pendekatan baru. Dalam pendekatan tradisional, strategi dipahami sebagai suatu rencana ke depan, bersifat antisipatif (forward looking). Sedangkan dalam pendekatan yang baru, strategi lebih dipahami sebagai suatu pola dan bersifat reflektif (backward looking). 17
Alo Liliweri, Komunikasi Serba Ada Serba Makna, (Jakarta: Kencana, 2011), cet. Ke1, hlm. 240.
Tabel 1: Hampiran dalam Mendefinisikan Strategi Hampiran Tradisional
Hampiran Baru
The determination of the basic longterm goals and objectives of an enterprise, and the adoption of course of action and the allocation of resources necessary for carrying out these goals (Alfred Chandler).
A pattern in a stream of decisions or actions (Henry Mintzberg).
The pattern or plan that integrates an organization’s major goals, policies, and action sequences into a cohesive whole (James Brian Quinn). A unified, comprehensive, and integrated plan designed to ensure that the basic objectives of the enterprises are achieved (William F. Glueck).
Sementara itu, Henry Mintzberg menginventaris lima (5) definisi tentang strategi, yaitu: 1) Rencana; suatu petunjuk, suatu tuntunan atau tindakan yang akan dilakukan, sesuatu yang memberi arah bagi tindakan-tindakan di masa depan. Strategi adalah sebuah rencana, “bagaimana”, suatu cara untuk mendapatkan sesuatu dari sini atau sana 2) Pola: perilaku yang konsisten antar waktu. Strategi adalah pola tindakan dari waktu ke waktu, misalnya: sebuah perusahaan yang secara teratur memasarkan produknya yang sangat mahal, sehingga harus menggunakan strategi high-end (dari awal-akhir tetap mahal demi menjamin nama produk)
3) Posisi: penentuan posisi dalam konteks persaingan. Strategi adalah suatu posisi yang mencerminkan keputusan untuk menawarkan produk atau jasa tertentu di pasar tertentu 4) Perspektif: bagaimana suatu organisasi menjalankan kegiatannya. Strategi adalah perspektif terhadap visi dan arah terhadap visi 5) Permainan: kumpulan manuver untuk “menjinakkan” pihak lawan atau suatu cara yang dilakukan untuk mengecoh pesaing. Meski demikian, mazab yang dominan adalah mazab yang melihat strategi sebagai suatu rencana. Kata “strategi” berkonotasi antisipasi, prediksi, dan hal-hal lain yang mengesankan sifat cerdas dalam menghadapi masa depan yang penuh dengan ketidakpastian. Strategi pun dipandang sebagai suatu yang dibuat untuk mengamankan masa depan.18 Menurut Kamus Terbaru Bahasa Indonesia, strategi adalah taktik, ilmu menggunakan sumber daya manusia untuk melaksanakan kebijaksanaan tertentu dalam berperang; rencana langkah-langkah yang dilakukan secara sistematis dalam perang.19 J.L Thompson, seperti dikutip Sandra Oliver menjelaskan strategi sebagai cara untuk mencapai sebuah hasil akhir; Hasil akhir menyangkut tujuan dan sasaran organisasi.20 Strategi adalah konsep yang mengacu pada suatu jaringan yang kompleks dari pemikiran, ide-ide, pengertian yang mendalam, pengalaman, sasaran, keahlian, memori, persepsi, dan harapan yang membimbing untuk menyusun
18
Hendrawan Supratikno, dkk., Advanced Strategic Management, (Jakarta: PT Gramedia Pustaka Utama, 2003), hlm. 1-4. 19 Tim Reality, Kamus Terbaru Bahasa Indonesia, (Surabaya: Reality Publisher, 2008), cet. Ke-1, hlm. 605. 20 Sandra Oliver, Strategi Public Relations, (Jakarta: Erlangga, 2007), hlm. 2.
suatu kerangka pemikiran umum, agar dapat memutuskan tindakan-tindakan yang spesifik bagi tercapainya tujuan. Strategi merupakan suatu keputusan yang tepat, jelas, komprehensif, valid atau apa pun namanya, sebagai dasar filosofis dan praksis untuk berpikir, berperilaku, beraktivitas, dan bertindak. George Steiner mendefinisikan tentang strategi meliputi: a. Strategi adalah apa yang dilakukan oleh manajemen puncak, karena hal itu sangat penting bagi organisasi b. Strategi mengacu pada dasar keputusn yang terarah, yaitu demi tercapainya tujuan dan misi c. Strategi terdiri dari tindakan penting yang diperlukan untuk mewujudkan arah yang akan dicapai d. Strategi menjawab pertanyaan: apa yang harus organisasi lakukan? e. Strategi menjawab pertanyaan: apa yang pada akhirnya harus dicari dan bagaimana mencapainya? Strategi adalah jembatan yang menghubungkan kebijakan dengan sasaran. Strategi dan taktik merupakan jembatan yang menghubungkan kesenjangan antara tujuan dan alat yang dipakai untuk mencapai tujuan.21 Istilah strategi juga mengandung arti sebagai memilih cara yang paling efektif untuk menggunakan sumber-sumber perusahaan atau lainnya guna mencapai tujuan yang telah ditetapkan. Strategi direncanakan untuk menyesuaikan diri dengan lingkungan dalam dan di luar perusahaan. Artinya,
21
Alo Liliweri, Komunikasi Serba Ada Serba Makna, hlm. 239-242.
strategi menunjukkan faktor-faktor mana yang harus mendapatkan perhatian utama untuk mencapai tujuan yang diinginkan.22 Onong Uchjana Effendy menjelaskan bahwa strategi pada hakikatnya adalah
perencanaan (planning) dan manajemen (management) untuk mencapai suatu tujuan. Akan tetapi, untuk mencapai tujuan tersebut, strategi tidak berfungsi sebagai peta jalan yang hanya menunjukkan arah saja, melainkan harus mampu menunjukkan bagaimana taktik operasionalnya.23 Keberadaan strategi tidak terlepas dari tujuan yang dicapai. Hal itu ditunjukkan oleh suatu jaringan kerja yang membimbing tindakan yang akan dilakukan, dan pada saat yang sama, strategi akan memengaruhi tindakan tersebut. Ini berarti bahwa prasyarat yang diperlukan untuk merumuskan strategi adalah meningkatkan pemahaman tentang tujuan, dalam artian setelah bersama-sama memahami hakikat dan makna suatu tujuan, ditentukanlah strategi untuk mencapai tujuan. Tanpa tujuan, tindakan yang dibuat sematamata sekadar suatu taktik yang dapat meningkat cepat namun, sebaliknya dapat merosot kedalam suatu masalah lain.24 Dari beberapa pengertian dapat disimpulkan bahwa strategi adalah cara tertentu yang dilakukan seseorang atau sekelompok orang untuk mencapai suatu tujuan. Penggunaan strategi yang tepat akan memberikan hasil sesuai harapan. Karena itu, strategi diperlukan dalam hal apa pun guna mendapatkan hasil yang maksimal.
22
Georgr R. Terry, Prinsip-Prinsip Manajemen, (Jakarta: PT Bumi Aksara, 2006), cet. Ke-8, hlm. 58. 23 Onong Uchjana Effendy, Ilmu Komunikasi Teori dan Praktek, (Bandung: PT Remaja Rosdakarya, 2006), cet. Ke-20, hlm. 32. 24 Alo Liliweri, Komunikasi Serba Ada Serba Makna, hlm. 239.
2. Pengertian Komunikasi Istilah “Komunikasi” merupakan terjemahan dari Bahasa Inggris, yakni “Communication”. Roudhonah dalam bukunya Ilmu Komunikasi menjelaskan bahwa komunikasi secara etimologi berasal dari kata Latin, yaitu: a. Communicare, yang berarti berpartisispasi atau memberitahukan. b. Communis, yang berarti milik bersama atau berlaku di mana-mana. c. Communis Opinion, yang berarti pendapat umum atau pendapat mayoritas. d. Communico, yang berarti membuat sama. e. Communication yang bersumber dari kata communis yang berarti sama. Sama di sini maksudnya sama arti atau pengertian. Arti komunikasi secara bahasa ini memberi pengertian bahwa komunikasi yang dilakukan hendaknya dengan lambang-lambang atau bahasa yang mempunyai kesamaan arti antara orang yang memberi pesan dengan orang yang menerima pesan. Sedangkan secara terminologi, pengertian komunikasi menurut beberapa pakar Ilmu Komunikasi adalah: 1) Carl I. Hovland, komunikasi adalah proses di mana seseorang (komunikator) menyampikan perangsang-perangsang (biasanya lambanglambang dalam bentuk kata-kata) untuk merubah tingkah laku orang lain (komunikan). 2) Berelson dan Steiner, 1964, komunikasi adalah proses penyampaian informasi, gagasan, emosi, keahlian, dan lain-lain. Melalui penggunaan simbol-simbol seperti kata-kata, gambar, angka-angka, dan lain-lain.
3) Harold D. Lasswell, komunikasi pada dasarnya merupakan suatu proses yang menjelaskan “siapa”, “mengatakan apa”, “dengan saluran apa”, “kepada siapa”, dan “dengan akibat atau hasil apa”. 4) Everett M. Rogers, komunikasi adalah proses di mana suatu ide dialihkan dari sumber kepada satu penerima atau lebih, dengan maksud untuk merubah tingkah laku mereka.25 Seseorang akan dapat merubah sikap, pendapat, atau perilaku orang lain apabila komunikasinya itu memang komunikatif. Untuk memahami pengertian komunikasi sehingga dapat dilancarkan secara efektif, para peminat komunikasi sering kali mengutip paradigma yang dikemukakan oleh Harold D. Lasswell dalam karyanya, The Structure and Function of Communication in Society. Lasswell mengetakan bahwa cara yang baik untuk menjelaskan komunikasi ialah menjawab pertanyaan “Who Says What In Which Channel To Whom With What Effect?” Paradigma Lasswell di atas menunjukkan bahwa komunikasi meliputi lima unsur, yakni: komunikator, pesan, media, komunikan, dan efek. Jadi, berdasarkan paradigma tersebut komunikasi adalah proses penyampaian pesan oleh komunikator kepada komunikan melalui media yang menimbulkan efek tertentu. Pada umumnya, komunikasi sering didefinisikan sebagai suatu proses penyampaian pesan atau informasi dari komunikator kepada komunikan dan kemudian direspon kembali. Komunikasi itu dilakukan secara sengaja dan
25
21.
Roudhonah, Ilmu Komunikasi, (Jakarta: UIN Jakarta Press, 2007), cet. Ke-1, hlm. 19-
mempunyai tujuan tertentu, untuk itu diperlukan partisipasi antara komunikator dan komunikan, sehingga sifatnya transaksional, dalam pengertian ada yang memberi dan ada yang menerima pesan atau informasi. Dalam kehidupan sehari-hari disadari atau tidak, komunikasi adalah bagian dari kehidupan manusia itu sendiri. Manusia sejak dilahirkan sudah berkomunikasi dengan lingkungannya. Gerak dan tangis yang pertama pada saat ia dilahirkan adalah suatu tanda komunikasi.26 Para ahli komunikasi mengungkapkan terdapat tiga (3) tahapan dalam berkomunikasi, yaitu: a. Persepsi, yaitu pengindraan suatu gejala di luar dirinya b. Ideasi, yaitu penataan hasil persepsinya itu ke dalam alam idenya (benaknya) c. Transmisi, yaitu melontarkannya kepada orang lain dalam bentuk pesan komunikasi. Jadi, seseorang dalam berkomunikasi pastilah dimulai dengan persepsi, kemudian disimpan dalam alam idenya, dan barulah dapat menyampaikannya sesuai dengan hal yang dibutuhkan.27 Dari pendapat di atas mengenai pengertian komunikasi, dapat diambil kesimpulan bahwa komunikasi adalah suatu proses di mana seseorang menyampaikan pesannya, baik dengan lambang bahasa maupun isyarat, gambar, gaya yang antara keduanya sudah terdapat kesamaan makna, sehingga keduanya dapat mengerti apa yang sedang dikomunikasikan.
26
H.A.W. Widjaja, Komunikasi: Komunikasi dan Hubungan Masyarakat, (Jakarta: PT Bumi Aksara, 2008), cet. Ke-5, hlm. 1. 27 Roudhonah, Ilmu Komunikasi, hlm. 10-11.
3. Proses Komunikasi Proses komunikasi pada hakikatnya adalah proses penyampaian pikiran atau perasaan oleh seseorang (komunikator) kepada orang lain (komunikan). Pikiran berupa gagasan, informasi, opini, dan lain-lain yang muncul dari benaknya.
Perasaan
berupa
keyakinan,
kepastian,
keragu-raguan,
kekhawatiran, kemarahan, keberanian, kegairahan, dan sebagainya yang timbul dari lubuk hati. Proses komunikasi terbagi menjadi dua tahap yakni, secara primer dan sekunder. a. Proses Komunikasi Secara Primer Proses komunikasi secara primer adalah proses penyampaian pikiran atau perasaan seseorang kepada orang lain dengan menggunakan lambang sebagai media. Lambang sebagai media primer dalam proses komunikasi adalah bahasa, gesture, isyarat, gambar, warna, dan sebagainya yang secara langsung mampu “menerjemahkan” pikiran atau perasaan komunikator kepada komunikan. Bahasa paling banyak dipergunakan dalam komunikasi, karena hanya bahasalah yang mampu “menerjemahkan” pikiran seseorang kepada orang lain; baik berbentuk idea, informasi atau opini; mengenai hal yang konkret maupun yang abstrak; bukan saja tentang hal atau peristiwa yang terjadi pada saat sekarang, melainkan pada waktu yang lalu dan masa yang akan datang. Gesture memang dapat “menerjemahkan” pikiran seseorang sehingga terekspresikan secara fisik. Akan tetapi, menggapaikan tangan atau memainkan jari-jemari atau mengedipkan mata atau menggerakkan anggota
tubuh lainnya hanya dapat mengkomunikasikan hal-hal tertentu saja (sangat terbatas). Demikian pula isyarat dengan menggunakan alat seperti tongtong, bedug, sirene, dan lain-lain serta warna yang mempunyai makna tertentu. Kedua lambang itu amat terbatas kemampuannya dalam mentransmisikan pikiran seseorang kepada orang lain. Gambar sebagai lambang yang banyak dipergunakan dalam komunikasi memang melebihi gesture, isyarat, dan warna dalam hal kemampuan “menerjemahkan” pikiran seseorang, tetapi tetap tidak melebihi bahasa. Bukubuku yang ditulis dengan bahasa sebagai lambang untuk “menerjemahkan” pemikiran tidak mungkin diganti oleh gambar, apalagi oleh lambag-lambang lainnya. Akan tetapi, demi efektifnya komunikasi, lambang-lambang tersebut sering dipadukan penggunaannya.28 b. Proses Komunikasi Secara Sekunder Proses komunikasi secara sekunder adalah proses penyampaian pesan oleh seseorang kepada orang lain dengan menggunakan alat atau sarana sebagai media kedua setelah memakai lambang sebagai media pertama. Seorang komunikator menggunakan media kedua dalam melancarkan komunikasinya karena komunikan sebagai sasarannya berada di tempat yang relatif jauh atau jumlahnya banyak. Surat, telefon, surat kabar, majalah, radio, televisi, film, dan banyak lagi adalah media kedua yang sering digunakan dalam komunikasi.
28
Onong Uchjana Effendy, Ilmu Komunikasi Teori dan Praktek, hlm. 11-12.
Pentingnya peranan media yakni media sekunder dalam proses komunikasi disebabkan oleh efisiensinya dalam mencapai komunikan. Surat kabar, radio, atau televisi merupakan media yang efisien dalam mencapai komunikan dalam jumlah yang amat banyak. Jelas efisien karena dengan menyiarkan sebuah pesan satu kali saja, sudah dapat tersebar luas kepada khalayak yang begitu banyak jumlahnya; bukan saja jutaan, melainkan puluhan juta, bahkan ratusan juta. Akan tetapi, oleh para ahli komunikasi diakui bahwa keefektifan dan efisiensi komunikasi bermedia hanya dalam menyebarkan pesan-pesan yang bersifat informatif. Menurut mereka, yang efektif dan efisien dalam menyampaikan pesan persuasif adalah komunikasi tatap muka karena kerangka acuan (frame of reference) komunikan dapat diketahui oleh komunikator, sedangkan dalam proses komunikasinya, umpan balik berlangsung seketika, dalam arti kata komunikator mengetahui tanggapan atau reaksi komunikan pada saat itu juga.29
4. Pengertian Strategi Komunikasi Strategi komunikasi merupakan paduan dari perencanaan komunikasi dan manajemen komunikasi untuk mencapai suatu tujuan. Untuk mencapai tujuan tersebut,
strategi
komunikasi
harus
dapat
menunjukkan
bagaimana
operasionalnya secara taktis harus dilakukan, dalam pengertian bahwa
29
Ibid, hlm. 16-17.
pendekatan bisa berbeda sewaktu-waktu, bergantung kepada situasi dan kondisi.30 Alo Liliweri mendefinisikan strategi komunikasi sebagai berikut: a) Strategi yang mengartikulasikan, menjelaskan, dan mempromosikan suatu visi komunikasi dan satuan tujuan komunikasi dalam suatu rumusan yang baik b) Strategi untuk menciptakan komunikasi yang konsisten, komunikasi yang dilakukan berdasarkan satu pilihan (keputusan) dari beberapa opsi komunikasi c) Strategi berbeda dengan taktik, strategi komunikasi menjelaskan tahapan konkret dalam rangkaian aktivitas yang berbasis pada satuan teknik bagi pengimplementasian tujuan komunikasi. Adapun taktik adalah satu pilihan tindakan komunikasi tertentu berdasarkan strategi yang telah ditetapkan sebelumnya d) Tujuan akhir komunikasi, strategi berperan memfasilitasi perubahan perilaku untuk mencapai tujuan komunikasi manajemen. Karena itu strategi komunikasi selalu dihubungkan dengan; siapa bicara, maksud apa bicara, pesan apa yang harus disampaikan kepada seseorang, cara bagaimana menyampaikan pesan kepada seseorang, dan bagaimana mengukur dampak pesan tersebut.31 Strategi komunikasi yang baik adalah strategi yang dapat menetapkan atau menempatkan posisi seseorang secara tepat dalam komunikasi dengan lawan
30
Onong Uchjana Effendy, Dinamika Komunikasi, (Bandung: PT Remaja Rosdakarya, 2004), cet. Ke-6, hlm. 29. 31 Alo Liliweri, Komunikasi Serba Ada Serba Makna, hlm. 240.
komunikasinya, sehingga dapat mencapai tujuan komunikasi yang telah ditetapkan.32 Dalam rangka menyusun strategi komunikasi diperlukan suatu pemikiran dengan
memperhitungkan
faktor-faktor
pendukung
dan
faktor-faktor
penghambat. Akan lebih baik apabila dalam strategi itu diperhatikan komponen-komponen
komunikasi
dan
fakor-faktor
pendukung
dan
penghambat pada setiap komponen tersebut. a. Mengenali Sasaran Komunikasi Sebelum melancarkan komunikasi, sebagai komunikator haruslah mempelajari siapa-siapa yang akan menjadi sasaran komunikasinya. Sudah tentu ini bergantung pada tujuan komunikasi, apakah agar komunikan hanya sekedar mengetahui atau agar komunikan melakukan tindakan tertentu. Apa pun tujuannya, metodenya, dan banyaknya sasaran, pada diri komunikan perlu diperhatikan faktor-faktor sebagai berikut: 1) Faktor Kerangka Referensi Pesan komunikasi yang akan disampaikan kepada komunikan harus disesuaikan dengan kerangka referensi (frame of reference)-nya. Kerangka referensi seseorang terbentuk dalam dirinya sebagai hasil dari paduan pengalaman, pendidikan, gaya hidup, norma hidup, status sosial, ideologi, cita-cita, dan sebagainya. 2) Faktor Situasi dan Kondisi Situasi di sini ialah situasi komunikasi pada saat komunikan akan menerima pesan yang kita sampaikan. Situasi yang bisa menghambat jalannya
32
Ibid, hlm. 239.
komunikasi dapat diduga sebelumnya, dapat juga datang tiba-tiba pada saat komunikasi dilancarkan. Kondisi di sini ialah state of personality komunikan, yaitu keadaan fisik dan psikis komunikan pada saat ia menerima pesan komunikasi. Komunikasi tidak akan efektif apabila komunikan sedang marah, sedih, bingung, sakit, atau lapar. Dalam menghadapi komunikan dengan kondisi seperti itu, kadang-kadang bisa menangguhkan komunikasi sampai datangnya suasana yang menyenangkan. b. Pemilihan Media Komunikasi Media komunikasi jumlahnya banyak, mulai dari media tradisional sampai yang modern. Untuk mencapai sasaran komunikasi, dapatlah memilih salah satu atau gabungan dari beberapa media, bergantung pada tujuan yang akan dicapai, pesan yang akan disampaikan, dan teknik yang akan dipergunakan. c. Pengkajian Tujuan Pesan Komunikasi Pesan komunikasi mempunyai tujuan tertentu. Ini menentukan teknik yang harus diambil, apakah itu teknik informasi, teknik persuasi, atau teknik instruksi. Apa pun tekniknya, pertama-tama komunikasi harus mengerti pesan komunikasi itu. Pesan komunikasi terdiri atas isi pesan dan lambang. Isi pesan komunikasi bisa satu, tetapi lambang yang dipergunakan bisa macam-macam. Lambang yang bisa dipergunakan untuk menyampaikan isi komunikasi ialah bahasa, gambar, warna gesture, dan sebagainya. Dalam kehidupan sehari-hari banyak isi pesan komunikasi yang disampaikan kepada komunikan dengan
menggunakan gabungan lambang, seperti pesan komunikasi melalui surat kabar, film, atau televisi. d. Peranan Komunikator dalam Komunikasi Ada faktor yang penting pada diri komunikator bila ia melancarkan komunikasi, yaitu daya tarik sumber (source attractiveness) dan kredibilitas sumber (source credibility). 1) Daya Tarik Sumber Seorang komunikator akan berhasil dalam komunikasi, akan mampu mengubah sikap, opini, dan perilaku komunikan melalui mekanisme daya tarik jika pihak komunikan merasa bahwa komunikator ikut serta dengannya. Dengan lain perkataan, komunikan merasa ada kesamaan antara komunikator dengannya sehingga komunikan bersedia taat pada isi pesan yang dilancarkan oleh komunikator. 2) Kredibilitas Sumber Faktor kedua yang bisa menyebabkan komunikasi berhasil ialah kepercayaan komunikan pada komunikator. Kepercayaan ini banyak bersangkutan
dengan
profesi
atau
keahlian
yang
dimiliki
seorang
komunikator. Berdasarkan
kedua
faktor
tersebut,
seorang
komunikator
dalam
menghadapi komunikan harus bersikap empatik, yaitu kemampuan seseorang untuk memproyeksikan dirinya kepada peranan orang lain. Dengan kata lain, dapat merasakan apa yang dirasakan oleh orang lain. Seorang komunikator
harus bersikap empatik ketika ia berkomunikasi dengan komunikan yang sedang sibuk, marah, bingung, sedih, sakit, kecewa, dan sebagainya.33
5. Tujuan Sentral Strategi Komunikasi R. Wayne Pace, Brent D. Peterson, dan M. Dallas Burnett dalam Techniques for Effective Communication, seperti yang dikutip Onong Uchjana Effendy mengemukakan, tujuan sentral kegiatan komunikasi terdiri atas tiga tujuan utama, yaitu: a. To secure understanding: memastikan bahwa komunikan mengerti pesan yang diterimanya. Tujuan sentral ini sangat terkait dengan pengertian komunikasi, di mana keduanya sudah terdapat kesamaan makna, sehingga keduanya dapat mengerti apa yang sedang dikomunikasikan. b. To establish acceptance: Andaikata ia sudah dapat mengerti dan menerima, maka penerimaannya itu harus dibina. Komunikator harus membina apa yang telah diterima dan dimengerti oleh komunikan. Di saat komunikan dan komunikator telah sepaham dan sepakat mengenai tanda bahsa yang digunakan, komunikator harus membangun saling pengertian di antara keduanya. c. To motivate action: Pada akhirnya kegiatan dimotivasikan.34 Komunikasi yang dilakukan seseorang atau sekelompok orang menghasilkan kegiatan untuk memberikan motivasi kepada komunikannya.
33 34
Onong Uchjana Effendy, Ilmu Komunikasi Teori dan Praktek, 35-39. Ibid, hlm 32.
Setelah komunikan mengerti apa yang disampaikan oleh komunikator, komunikator pun harus menjaga hubungan baiknya dengan komunikan, komunikator harus membina apa yang telah diterima oleh komunikan, dan akhirnya kegiatan itu pun menjadi kegiatan yang memotivasikan, sebagaimana komunikator
berkomunikasi
dengan
komunikan
dan
bertujuan
agar
komunikan mengikuti apa yang diinginkan oleh komunikator. Dalam buku Rosady Ruslan, tujuan sentral kegiatan komunikasi terdiri atas empat tujuan utama, yang keempat adalah The goals which the communicator sought to achieve: bagaimana mencapai tujuan yang hendak dicapai oleh pihak komunikator dari proses komunikasi tersebut.35 Tujuan ini lebih kepada langkah-langkah untuk mencapai tujuan yang diinginkan oleh komunikator. Setelah kegiatan komunikasi menjadi kegiatan yang memotivasikan, komunikator pun mencari cara agar tujuan dari motivasi tersebut dapat tercapai.
B. Strategi Signing, Framing, Priming, dan Faktor Internal-Eksternal 1. Pengertian Strategi Signing Ibnu Hamad dalam bukunya Komunikasi Sebagai Wacana menjelaskan Strategi Signing adalah strategi penggunaan tanda-tanda bahasa, baik bahasa verbal (dalam bentuk kata-kata) maupun nonverbal (dalam bentuk gambar, grafik, gerakan, dan sebagainya). Dalam pembuatan wacana, sistem tanda merupakan alat utama dalam proses konstruksi realitas. Proses konstruksi realitas dimulai ketika seorang konstruktor melakukan objektifikasi terhadap 35
Rosady Ruslan, Kiat dan Strategi Kampanye Public Relations, (Jakarta: RajaGrafindo Persada, 2005), hlm. 37.
suatu kenyataan yakni melakukan persepsi terhadap suatu obyek. Selanjutnya, hasil dari pemaknaan melalui proses persepsi itu diinternalisasikan kedalam diri seorang konstruktur. Dalam tahap inilah dilakukan konseptualisasi terhadap suatu obyek yang dipersepsi. Langkah terakhir adalah melakukan internalisasi atas hasil dari proses permenungan secara internal melalui pernyataan-pernyataan. Alat membuat pernyataan tersebut tiada lain adalah kata-kata atau bahasa. Tampak dalam proses ini bahasa menempati peranan yang sangat sentral. Begitu pentingnya bahasa, maka tidak ada berita, cerita, ataupun ilmu pengetahuan tanpa bahasa. Secara disadari atau tidak orang-orang menggunakan cara kerja tanda (sign) secara semiotis. Dilihat dari semiotika (ilmu yang mempelajari sistem tanda dan makna), setiap tanda itu mempunyai cara kerja selain memiliki makna masing-masing.36 Dalam semiotika, segala sesuatu yang dapat diamati atau dibuat dapat diteramati, mengacu pada hal yang dirujuknya, dan dapat diinterpretasikan, itu semua adalah tanda. Fungsi tanda pertama-tama adalah alat untuk membangkitkan makna. Itu karena tanda selalu dapat dipersepsi oleh perasaan dan pikiran. Dengan menggunakan akal sehatnya, seseorang biasanya menghubungkan sebuah tanda pada rujukannya (reference) untuk menemukan makna tanda itu. Tidak berlebihan jika disimpulkan bahwa penggunaan tanda itu tiada lain karena seseorang memiliki tujuan. Orang tersebut ingin menyampaikan dan atau mencapai sesuatu dalam menggunakan tanda.37
36
Ibnu Hamad, Komunikasi Sebagai Wacana, (Jakarta: La Tofi Enterprise, 2010), Cet. Ke-1, hlm. 53. 37 Ibid, hlm. 58-60.
Menurut Pierce, sebuah tanda ialah sesuatu yang dapat mewakili sesuatu yang lain dalam batas-batas tertentu. Tanda akan selalu mengacu ke sesuatu yang lain, oleh Pierce disebut objek. Mengacu berarti mewakili atau menggantikan. Tanda baru berfungsi bila diinterpretasikan dalam benak penerima tanda melalui interpretant. Jadi interpretant ialah pemahaman makna yang muncul dalam diri penerima tanda. Artinya tanda baru dapat berfungsi sebagai tanda bila dapat ditangkap dan pemahaman terjadi.38 Dengan demikian, sebuah tanda memiliki relasi triadik langsung dengan interpretan dan objeknya.39
2. Pengertian Strategi Framing Strategi Framing adalah strategi pemilahan dan pemilihan fakta yang (tidak) akan dimasukkan kedalam wacana. Penyebabnya, karena fakta yang terkait dengan realitas sering lebih banyak dibandingkan dengan tempat dan waktu yang tersedia. Karena itu fakta harus dipilah dan dipilih mana yang akan dimasukkan kedalam wacana dan mana yang dikeluarkan dari wacana. Pemilahan dan pemilihan itu dilakukan berdasarkan pertimbangan tertentu yang digunakan oleh si pembuat wacana, baik faktor internal maupun eksternal.40 Gagasan mengenai framing, pertama kali dilontarkan oleh Beterson tahun 1955. Mulanya, frame dimaknai sebagai struktur konseptual atau perangkat kepercayaan yang mengorganisir pandangan politik, kebijakan, wacana, serta
38
Sumbo Tinarbuko, Semiotika Komunikasi Visual, (Yogyakarta: Jalasutra, 2008), hlm.
39
Kris Budiman, Semiotika Visual, (Yogyakarta: Penerbit Buku Baik, 2004), hlm. 26. Ibnu Hamad, Komunikasi Sebagai Wacana, hlm. 62-63.
11. 40
yang menyediakan kategori-kategori standar untuk mengapresiasikan realitas. Konsep ini kemudian dikembangkan lebih jauh oleh Goffman pada 1974, yang mengandaikan frame sebagai kepingan-kepingan perilaku (strips of behavior) yang membimbing individu dalam membaca realitas. Framing merupakan pendekatan untuk mengetahui bagimana perspektif atau cara pandang yang digunakan oleh wartawan ketika menyeleksi isu dan menulis berita. Cara pandang atau perspektif itu pada akhirnya menentukan fakta apa yang diambil, bagian mana yang ditonjolkan dan dihilangkan, serta hendak dibawa ke mana berita tersebut.41 Salah satu aspek dalam framing adalah memilih fakta atau realitas. Proses memilih fakta ini didasarkan pada asumsi, wartawan tidak mungkin melihat peristiwa tanpa perspektif. Dalam memilih fakta ini selalu terkandung dua kemungkinan: apa yang dipilih (included) dan apa yang dibuang (exluded). Penekanan aspek tertentu itu dilakukan dengan memilih angel tertentu, memilih fakta tertentu, dan melupakan fakta yang lain, memberitakan aspek tertentu, dan melupakan aspek lainnya. Akibatnya, pemahaman dan konstruksi atas suatu peristiwa bisa jadi berbeda antara satu media dengan media lain. Dari aspek teknis, di dunia media massa, pemilahan dan pemilihan fakta dilandasi oleh pertimbangan waktu dan tempat. Media cetak memiliki keterbatasan-keterbatasan kolom dan halaman; sementara pada media elektronik terbatas dalam durasi dan jadwal siaran. Karena itu jarang ada
41
Alex Sobur, Analisis Teks Media (Suatu Pengantar Untuk Analisis wacana, Analisis semiotik, dan Analisis Framing), (Bandung: PT Remaja Rosdakarya, 2009), Cet. Ke-5, hlm. 161162.
media yang mewacanakan peristiwa secara utuh mulai dari detik pertama kejadian hingga ke detik paling akhir.42 Terdapat dua model realitas media (realitas yang dikonstruksi oleh media) yakni, model peta analog dan model refleksi realitas. Model peta analog yaitu model di mana realitas sosial dikonstruksi oleh media berdasarkan sebuah model analogi sebagaimana suatu realitas itu terjadi secara rasional. Realitas peta analog adalah suatu konstruksi realitas yang dibangun berdasarkan konstruksi sosial media massa, seperti sebuah analogi kejadian yang seharusnya terjadi, bersifat rasional, dan dramatis. Realitas terkonstruksi itu begitu dahsyat, karena pemberitaan itu Lebih Cepat diterima masyarakat luas, Lebih Luas jangkauan pemberitaannya, Sebaran Merata, karena media massa dapat ditangkap oleh masyarakat luas secara merata dan di mana-mana, Membentuk Opini Massa, karena merangsang masyarakat untuk beropini atas kejadian tersebut, Massa Cenderung Terkonstruksi, karena masyarakat mudah terkonstruksi dengan pemberitaan-pemberitaan yang sensitif, bahkan Opini Masyarakat Cenderung Apriori sehingga mudah menyelahkan berbagai pihak yang bertangggung jawab atas musibah tersebut, serta Opini Massa Cenderung Sinis, karena peritiwa bencana amat tragis dan sering terjadi di Indonesia. Sedangkan model refleksi realitas yaitu model yang merefleksikan suatu kehidupan yang terjadi di dalam masyarakat.43 Sebagaimana penelitian ini, strategi framing buku tersebut menggunakan model refleksi realitas. Kisah
42
43
Ibnu Hamad, Komunikasi Sebagai Wacana, hlm. 63.
Burhan Bungin, Konstruksi Sosial Media Massa, (Jakarta: Kencana, 2008), Cet. Ke-1, hlm. 201-203.
seorang anak yang mengislamkan ribuan orang merupakan realitas yang terjadi di Tanzania, Afrika Timur. Syarifuddin Khalifah, seorang anak yang menjadi perantara Allah untuk menunjukkan jalan yang diridhai-Nya kepada orang-orang di sekitar Syarifuddin. Kemampuannya yang tidak dapat dicerna oleh akal telah membuat orang-orang meyakini kebesaran Allah dan mempercayai hanya agama Islam yang benar, serta diridhai oleh Allah SWT.
3. Pengertian Strategi Priming Strategi Priming adalah strategi mengatur ruang atau waktu untuk pemublikasian wacana dihadapan khalayak. Dalam praktik media massa, praktik penonjolan isu ini terlebih dahulu dikenal dengan teori Agenda Setting. Asumsi teori tersebut adalah perhatian masyarakat terhadap suatu isu sangat bergantung pada kesediaan media massa memberi tempat pada isu itu. Semakin besar tempat yang diberikan oleh media massa, semakin besar pula perhatian yang diberikan oleh khalayak.44 Konsep priming pada dasarnya konsep yang dikembangkan oleh tradisi cognitive neoassociation. Tradisi dan perspektif psikologi sosial ini berada dalam lingkaran teori kognitif dalam konteks ilmu komunikasi. Priming adalah proses di mana media massa berfokus pada sebagian isu dan tidak pada isu lainnya, dengan demikian mengubah juga standar evaluasi yang digunakan khalayak untuk menilai realitas sosial yang dihadapinya.45
44
Ibnu Hamad, Komunikasi Sebagai Wacana, hlm. 70-72. AG. Eka Wenats Wuryanta, “Priming - Framing - Agenda Setting?”, http://ekawenats.blogspot.com/2006/12/priming-framing-agenda-setting.html, diakses pada 25 Februari 2013. 45
4. Faktor Internal dan Eksternal Terdapat tiga (3) faktor yang memengaruhi pengolahan bahasa, pengungkapan fakta, dan pengaturan pemublikasian. Pertama, faktor innocently yang mencakup kekurangmampuan dan kesalahpahaman. Faktor tersebut adalah faktor human error. Manusia itu memiliki keterbatasan dalam menguasai realitas. Seorang konstruktor baik wartawan dan peneliti, belum tentu bisa mendapatkan fakta mengenai sebuah realitas secara lengkap tanpa ada
yang
terlewatkan
sedikitpun.
Hal
ini
disebabkan
karena
kekurangmampuan konstruktor untuk mengendalikan realitas sepenuhnya. Selain itu, kerap kali karena kekurangan pengetahuan dan pengalaman membuat konstruktor salah memahami fakta-fakta tentang suatu realitas. Kedua, faktor internality terjadi karena ada minat dan kepentingan untuk memihak pada seseorang atau sekelompok orang. Minat dan kepentingan mungkin saja ada kaitannya dengan nilai dan norma sosial yang dianut sang konstruktor. Sebagai pribadi, seorang konstruktor tidak dapat dipungkiri jika memiliki minat dan kepentingan. Yang jelas, jika kedua aspek ini muncul dalam pembuatan wacana, maka bahasa, fakta, dan pemublikasian yang dipilih akan bersifat pembelaan kepada pihak yang mendapatkan simpati; bersifat memojokkan kepada pihak yang tidak disukai. Ketiga, faktor externality berupa tekanan dari luar. Dalam komunikasi antar individu, tekanan itu bisa datang dari lingkungan sekitarnya atau justru dari kawan atau lawan bicara. Dalam lingkungan yang nyaman, pilihan bahasa, fakta, dan penyampaian cenderung lebih natural dibandingkan jika di lingkungannya menekan. Begitu pula dalam menghadapi kawan atau lawan
bicara yang rasional dan argumentatif, pilihan bahasa, fakta, dan penyampaian akan berbeda kalau menghadapi teman atau lawan bicara yang emosional dan konfrontatif. Dalam praktik komunikasi melalui media massa (tepatnya dalam industri media), faktor eksternal itu berupa pemilik modal, sponsor, dan tuntutan pasar. Seorang wartawan sebuah media massa (surat kabar, majalah, radio, tv) misalnya tidak akan memilih bahasa, fakta, dan cara pemublikasian yang memojokkan si pemilik media tersebut. Ia juga tidak akan sembarang menyerang pihak yang mensponsori dan pemasang iklan di media tersebut. Setali tiga uang, ia tidak akan menjelek-jelekkan konsumen media tersebut karena khalayak juga menjadi elemen penting dalam industri media. Berkembang atau matinya sebuah media bergantung pada besar kecilnya sponsor, pengiklan, dan konsumen; disamping kuat lemahnya modal dari pemilik atau investor.46
46
Ibnu Hamad, Komunikasi Sebagai Wacana, hlm. 73-76.
BAB III GAMBARAN UMUM
A. Profil Mujahidin Nur 1. Riwayat Hidup Mujahidin Nur atau lebih dikenal dengan Iding adalah seorang penulis buku inspiratif yang berbakat. Ia lahir di Indramayu, 11 November 1978. Beliau adalah anak ke-11 dari 12 bersaudara pasangan Alm. H. Nuryadi dan Almh. Subaechah. Sang ayah pergi saat Iding duduk di bangku Sekolah Dasar (SD) menginjak MTsN. Sejak kepergiannya, ia pun selalu menuruti apa yang diinginkan oleh ibunya walaupun harus bertentangan dengan keinginannya. Ketika Iding menginjakkan kaki di MTsN yang berjarak cukup jauh dari rumahnya, ia berkeinginan untuk mempunyai sepeda seperti teman-teman sebayanya. Namun, Iding hanya bisa menumpang dengan teman-temannya atau menaiki kendaraan umum dikarenakan sang ibu tidak memiliki cukup uang untuk membelikannya sepeda. Iding pun berinisiatif agar ia mempunyai uang untuk membeli sepeda, sampai akhirnya beliau bekerja menjadi kuli kasar, buruh tani, mencabuti rumput di sawah, mengalirkan air ke kebun dan lahan-lahan pertanian. Iding termasuk orang yang beruntung. Walaupun ia tidak memiliki ayah, beliau masih bisa melanjutkan sekolahnya hingga menjadi seorang sarjana luar negeri. Sejak kuliah, Iding bertekat untuk membiayai diri sendiri dari hasil keringatnya. Ia pun berdagang tempe, tiket, sampai akhirnya beliau mendapat beasiswa dari Islamic Brotherhood.
Iding mempunyai pengalaman yang kurang baik dalam perjalanan kuliahnya. Karena ambisinya yang tidak dapat ditahan, ia pun harus merasakan kekecewaan yang sangat dalam. Dari kejadian yang menimpa dirinya, Iding pun pergi ke Tanah Suci untuk melakukan Ibadah Haji dan Umroh. Ia pergi ke sana dengan biaya yang terbatas, hingga akhirnya beliau menaik kapal laut selama tiga hari tiga malam. Di Tanah Suci, Iding banyak merenung akan kehidupan yang telah dijalaninya. Ia merasa bingung dengan pilihan hatinya. Apakah ia akan mempertahankan keinginannya dengan mengejar cita-citanya ataukah beliau harus mencintai apa yang telah dimilikinya. “Mencintai apa yang telah dimiliki, mencintai apa yang telah Allah berikan itu lebih baik daripada mengharapkan yang lebih dan merusak yang telah dijalani”.47 Berangan-angan yang lebih dapat pula menghancurkan kehidupan sendiri, karena lupa dengan rasa bersyukur atas takdir Allah. Beliau pun mengambil hikmah dari kejadian yang menimpanya dan bertekat untuk menjadi orang yang lebih bijak dalam mengambil keputusan. Setelah kekecewaan yang Iding rasakan mulai pudar sedikit demi sedikit, ia pun mendapat kenang-kenangan dari seorang pengusaha asal Meuretania. Kenang-kenangan yang beliau dapat bukanlah sebuah barang atau pun bendabenda yang dapat dilihat dengan mata, akan tetapi ia mendapatkan sebuah nama panggilan yang bermakna bagi pemberinya. Saat itu Iding telah melakukan ibadah Dhuha di Masjidil Haram. Ketika beliau sedang membaca al-Qur’an terjemahan Bahasa Perancis, datanglah seorang laki-laki. Ia 47
Wawancara Pribadi, pada 1 Februari 2013 dengan Mujahidin Nur, Penulis Buku Bocah yang Mengislamkan Ribuan Orang
mengajak Iding berbicara Bahasa Perancis dan memintanya untuk menjelaskan mengenai sejarah kenabian berkaitan dengan Makkah dan Madinah. Setelah panjang lebar mendiskusikan hal tersebut, pengusaha itu pun memangilnya dengan sebutan Nabiel. Sejak itu teman-teman kuliah Iding memanggilnya Nabiel. Saat ini Iding bertempat tinggal di Bandung bersama seorang istri dan kedua buah hatinya. Sang istri adalah seorang Embriologis di RS. Hasan Sadikin Bandung. Dari pernikahannya, ia dikarunia seorang anak perempuan dan laki-laki. Putri pertamanya diberi nama Hanna Aulia Melvana yang berumur 7 tahun. Sedangkan putra keduanya diberi nama Alfian Muhammad yang berumur 6 tahun. Mereka selalu mendukung kegiatan-kegiatan yang dilakukan Iding, hingga ia pun merasa ringan dan senang di setiap pekerjaannya. Iding memiliki aktivitas yang cukup padat. Disela-sela kegiatan menulis dan menjadi peneliti, ia pun aktif di International Conference of Islamic Scholars (ICIS) yakni sebuah organisasi yang fokus menyelesaikan konflikkonflik yang terjadi di berbagai negara dunia. Organisasi tersebut dimiliki oleh Pengurus Besar Nahdlatul Ulama (PBNU) yang bertempat di Matraman. Beliau telah aktif di ICIS selama 3 tahun. Selain itu, ia mengkader anak-anak SMA melalui dunia maya untuk menjadi penulis. Iding mengajarkan mereka pada levelnya masing-masing. Muridnya pun berasal dari berbagai kota, mulai dari Cirebon, Bandung, Jombang, Tangerang, dan lain-lain. Itulah yang menjadi alasannya untuk mengkader anak-anak SMA melalui dunia maya. Iding mengaku tidak dapat
mengkader anak-anak hanya pada satu titik tempat. Paling tidak beliau mengkader anak-anak di sekolahnya yang biasa disebut writing academy. Ia bersama anak-anak The London School For Public Relations (LSPR) Jakarta, mendirikan Melvana For Translating and Publishing Agency yang bertempat di Duren Sawit, Jakarta Timur. Iding dan kawan-kawan mendirikan Melvana untuk memayungi para penerjemah, akuisator naskah, dan penulis pemula. Mereka melakukan akuisasi naskah di Eropa, Amerika, Australia dan menawarkan naskah tersebut ke publishing-publishing di Jakarta, Kuala Lumpur, Bandung, tepatnya publishing semua negara. Di samping mengurus Melvana, beliau juga tercatat sebagai Chief Editor di Aura Pustaka, Jakarta.
2. Latar Belakang Pendidikan Iding menempuh pendidikan SD dan MTsN di Sliyeg Indramayu. Sedangkan pendidikan Aliyahnya di MAN Babakan sambil mengaji di Pondok Pesantren Miftahul Muta’alimin dan Pondok Pesantren Assanusi Ciwaringin Cirebon. Setelah tamat Aliyah, ia pun melanjutkan ke Perguruan Tinggi International Islamic University Islamabad (IIUI), Pakistan. Beliau masuk ke Fakultas Ekonomi, Jurusan Ekonomi Islam. Iding sendiri mempunyai
cita-cita
menjadi
Diploma
dengan
menekuni
Jurusan
Internasional Law. Namun, ia harus mengikuti kemauan sang ibu yang ketika itu menjadi ibu-ayah untuknya. Saat terjadi krisis-moneter di Pakistan, Iding pun pindah belajar ke alAzhar University, Kairo-Mesir. Di sana ia menekuni Jurusan Islamic Law yang merupakan keinginan sang ibu. Ibunda Iding berharap agar kelak ia
menjadi seorang Ustadz dan guru ngaji. Beliau pun kurang berminat dan tertarik untuk belajar di Universitas al-Azhar. Bukan karena keilmuan yang diajarkan di Universitas tersebut, melainkan karena cita-citanya yang ingin menjadi seorang Diploma. Saat di Kairo-Mesir, Iding pun banyak melakukan aktivitas di American University. Ia masih memimpikan belajar Hubungan Internasional. Di situ pula beliau mengenal dunia tulis-menulis secara real dalam arti mulai berinteraksi dengan media massa lokal dan media massa di Indonesia. Iding sempat meninggalkan al-Azhar dan tidak mengikuti satu semester. Obsesinya untuk masuk ke Jurusan Internasional Law sangat mantap, sehingga ia pun mengirim aplikasi ke Catan University di Afrika. Perjuangan Iding tidak sia-sia karena ia berhasil masuk di Universitas tersebut. Akan tetapi, Allah belum mengizinkan niatnya untuk belajar di Afrika karena kepergiannya terhalang oleh biaya. Setelah itu, beliau meninggalkan Afrika dan pergi ke Arab Saudi untuk melakukan Ibadah Haji dan Umroh sekaligus merenungkan kehidupan untuk ke depannya. Akhirnya, Iding memutuskan untuk kembali belajar di al-Azhar. Ia pun menerima segala kehendak Allah dengan hati yang ikhlas. “Manusia memang hanya bisa berencana dan memimpikan apa pun yang ia inginkan, tetapi Allahlah yang menentukan segalanya. Keputusan yang diambil tanpa dipikirkan dengan matang dapat menggagalkan sesuatu yang sudah dijalani”.48 Dari kejadian yang menimpanya, beliau berjanji akan menjadi orang yang lebih bijak dalam memutuskan segala sesuatu. Tahun ke-2 setelah Iding gagal kuliah di Afrika, ia pun sudah mulai melakukan penulisan-penulisan artikel 48
Wawancara Pribadi
dan opini di berbagai media di Indonesia. Sejak Aliyah, beliau sudah senang dengan kegiatan tulis-menulis. Iding pun tidak menyadari bahwa ia mempunyai talenta itu. Beliau sering membuat buletin sekolah dan mading. Iding sudah lama mencintai dunia sastra. Saat Aliyah, ia pun mengambil Jurusan Bahasa. Iding sangat terkesima bila mendengarkan seseorang membaca puisi dan menarasikan sesuatu dengan baik. Beliau menyadari bahwa keindahan bahasalah yang menggerakkan hatinya. “Segala sesuatu, baik itu masalah atau lain hal yang apabila dinarasikan dengan baik akan mempunyai kesan yang lebih dalam”.49 Ia pun sudah lama mengagumi karya-karya pujangga, seperti Hamka, A. Nafis, Simatupang, dan lain-lain. Ia sangat gemar membaca novel dan ingin menjadi novelis. Di setiap karyanya, ia selalu menulis seperti novel. Karya beliau selanjutnya pun kemungkinan besar adalah novel dan biografi.
3. Karya-karya Karya-karya Iding sudah banyak diterbitkan di Jakarta dan Kuala Lumpur. Berikut ini adalah karya-karya beliau:
20 Bidadari Surga diterbitkan oleh Gramedia
Jakarta Selingkuh Club diterbitkan oleh Violet Publishing
The Miracle Of ASI Medina diterbitkan oleh Media Utama
Pelukan Terakhir Ibunda Aminah diterbitkan oleh Ufuk Publishing
Husnudzan Agar Kesedihan Menjadi Kebahagiaan diterbitkan oleh Ufuk Publishing 49
Wawancara Pribadi
Tanda-tanda Orang Akan Masuk Neraka diterbitkan oleh aura pustaka
Berguru Kepada Setan diterbitkan oleh Ufuk Publishing
Pengalaman Ajaib Para Penyantun Anak Yatim oleh Ufuk Publishing
Bocah yang Mengislamkan Ribuan Orang oleh Ufuk Publishing Iding telah mendapat beberapa penghargaan di Indonesia, seperti Quraish
Sihab Award untuk karya tulis ilmiah bidang keagamaan dan Syafii Ma’arif Award untuk karya tulis bertema Hubungan Islam dan Barat. Karya beliau pun yang berjudul Jakarta Selingkuh Club telah mendapat apresiasi dari Monash University sebagai literatur sastra modern di Indonesia. Begitu pula dengan Buku Bocah yang Mengislamkan Ribuan Orang, mendapat penghargaan sebagai buku terfavorit dan paling laris di Indonesia pada tahun 2012, The Most Favorite Book (IBF).50 Saat ini Iding sedang menyelesaikan sebuah buku biografi tentang Agnes Monica. Beliau tertarik pada sosok artis multitalenta ini melalui lagunya yang berjudul Matahariku. Di sana ia melihat totalitas dan penghayatan yang sangat dalam. Beliau pun salut dengan anak muda ini, karena ia menyadari bahwa tidak mudah untuk menjalani suatu hal dengan totalitas sebagaimana yang dilakukan Agnes. Philosofinya yang bijak dalam memaknai kehidupan dan pribadinya yang smart, menjadi alasan Iding untuk mengagumi sosok Agnes. Dream, Believe, and Make It Happen, itulah philosofi yang menginspirasi banyak orang.
50
Wawancara Pribadi, pada 20 Maret 2013
B. Profil Buku Bocah yang Mengislamkan Ribuan Orang Buku Bocah yang Mengislamkan Ribuan Orang telah meraih sukses besar dalam perbukuan Indonesia. Sejak tiga minggu diluncurkan ke pasar, buku ini banyak diminati dan diperbincangkan oleh masyarakat Indonesia. Buku tersebut mendapat apresiasi yang sangat baik. Itu terbukti dengan menjadi Active Selling Book versi Gramedia Indonesia, penjualan buku tercepat versi Ufuk Publishing House, dan dalam dua minggu buku itu sudah memasuki cetakan kedua, serta telah menjadi buku Best Seller di Gramedia. Penulisan buku tersebut membutuhkan waktu satu setengah bulan. Dimulai dari awal bulan sebelum Ramadhan, hingga awal Ramadhan. Apresiasi masyarakat terhadap buku ini sangat luar biasa. Buku Bocah yang Mengislamkan Ribuan Orang mendapat predikat National Best Seller, bahkan selang beberapa bulan kemudian buku tersebut berpredikat menjadi Mega Best Seller. Inspirasi Iding bermula dari sebuah tayangan TV yakni On The Spot Trans|7. Ketika itu acara tersebut sedang menayangkan rekaman dari YouTube mengenai lahirnya anak ajaib di Arusha, Tanzania. Anak yang bernama lengkap Syarifuddin Khalifah, sebenarnya sudah lama menjadi trending topic hangat di dunia maya dan membuat jutaan mausia di berbagai penjuru dunia terheran-heran, bahkan nyaris tidak percaya. Kemampuan yang dimiliki Syarifuddin sangat aneh, bahkan tidak dapat diterima oleh akal manusia. Hal tersebut membuat banyak orang yang meragukan mengenai kebenaran berita tentang Syarifuddin Khalifah. Iding mengaku bahwa ketertarikannya pada bayi tersebut mengalahkan segalanya. Beliau sangat tertarik dengan kisah Syarifuddin, karena selama ini ia belum pernah mendengar tentang anak yang mengislamkan orang, bahkan ribuan
orang. Iding pun menyanggupkan diri saat diminta oleh pemimpin redaksi Ufuk Publishing House lini keagamaan, Syafawi, untuk menulis buku mengenai Syarifuddin Khalifah. Padahal, beliau pun sedang mempersiapkan dua buah naskah buku yang penulisannya sudah setengah tahunan. Besarnya apresiasi masyarakat terhadap Buku Bocah yang Mengislamkan Ribuan Orang terbukti ketika acara Talk and Book Signing buku tersebut diselenggarakan. Acara tersebut telah dilakukan di beberapa tempat, seperti di Gramedia Bintaro pada 6 Oktober 2012, di Gramedia Mall Lippo Karawaci pada 7 Oktober 2012, di Pesantren Miftahul Muta'alimat Babakan Ciwaringin Cirebon pada 25 Desember 2012, di Auditorium Universitas Pendidikan Indonesia, Purwakarta, pada 11 Januari 2013, dan di Gramedia Cirebon pada 16 Februari 2013. Pra Talk and Book Signing di Cirebon, Iding pun melakukan Road Show ke Tiga Radio FM di Cirebon dan wawancara dengan beberapa koran lokal. Salah satu Boarding School SMP, SMA, dan SMK Ihsanul Fikri, sekolah favorit dan terkemuka di Pabelan, Magelang, memberikan kehormatan kepada Iding untuk bertemu dan berdialog dengan siswa-siswinya dalam acara Talk and Book Signing, pada 10 Maret 2013. Masyarakat yang hadir pada acara tersebut sangat antusias. Acara Talk and Book Signing pun berjalan sesuai rencana dan harapan dari banyak pihak, terutama dari penulis. Saat acara diadakan di Auditorium Universitas Pendidikan Indonesia, 300 lembar tiket sesuai dengan kapasitas auditorium terjual habis. Iding sangat bersyukur karena antusias masyarakat tidak berhenti di beberapa kota saja.
Buku Bocah yang Mengislamkan Ribuan Orang ini memang pantas mendapatkan apresiasi yang sangat baik dan luar biasa dari masyarakat Indonesia. Buku tersebut pun akan diterbitkan dan didistribusikan oleh Humaira Book Store Enterprise, Taman Putra Kajang, Selangor Malaysia, dengan menggunakan Bahasa Melayu. Malaysia menjadi distributor dan publisher pertama di luar negeri yang akan menerbitkan dan mendistribusikan buku ini. Iding berharap buku tersebut dapat diterima di Singapura dan di negara lainnya.51
C. Sinopsis Buku Bocah yang Mengislamkan Ribuan Orang Afrika Timur tepatnya di Arusha, Tanzania merupakan kota yang menjadi saksi suatu peristiwa menakjubkan. Di kota tersebut telah lahir bayi laki-laki dari pasangan Domisia Kimaro dan Francis Fundinkira. Mereka adalah pasangan yang berasal dari keluarga Katolik. Mereka pun tergolong keluarga yang rajin beribadah. Kelahiran putra pertamanya telah memberikan mereka anugerah dan kemuliaan dalam hidup. Anak merekalah yang kelak mengantar mereka mengenal Islam, membukakan hati mereka akan kebenaran agama Islam, dan berkat anak ini akhirnya mereka berdua mendapatkan hidayah dari Allah SWT. Syarifuddin Khalifah, itulah nama anak Domisia dan Francis. Syarifuddin mempunyai kelebihan yang sangat menakjubkan. Ia dapat menghafal al-Qur’an dan sholat lima waktu dengan baik, tanpa belajar dan tanpa diajari saat berumur 1,5 tahun. Sedangkan saat berumur 5 tahun, Syarifuddin dapat berbicara dengan lima bahasa asing dan telah mengislamkan ribuan orang termasuk mengislamkan kedua orang tuanya. Kemampuan yang dimilikinya memang tidak dapat diterima
51
Wawancara Pribadi
oleh akal manusia begitu saja, tetapi ingatlah Allah Maha Kuasa, apa pun yang dikehendaki-Nya akan terjadi. Selang beberapa hari dari kelahiran Syarifuddin, kedua orang tuanya menginginkan anaknya dibaptis karena mereka memahami bahwa itu salah satu perkara penting yang harus secepatnya dilakukan sesudah anak mereka lahir. Orang-orang Kristiani
meyakini
bahwa
pembaptisan
merupakan
proses
melahirkan kembali anak-anak karena mereka terlahir dengan dinodai oleh dosadosa asal supaya dibebaskan dari kekuasaan kegelapan dan dimasukkan ke dalam kerajaan kebebasan anak-anak Allah. Sesudah langkah kaki Domisia dan Francis terayun jauh meninggalkan rumah dan hanya berjarak selangkah lagi, mereka seakan mendengar suara yang mengagetkan telinganya. Ternyata itu adalah suara bayi kecil mereka. Domisia dan Francis sama sekali tidak percaya dengan kemampuan anaknya yang mengatakan, Ibu tolong jangan baptis saya, saya adalah orang beriman kepada Allah SWT dan Rasul-Nya Muhammad SAW. Mereka pun gemetar dan saling memandang dalam kebingungan. Akhirnya, mereka kembali ke rumah dan tidak jadi membaptis anak mereka. Hal yang aneh lagi dirasakan oleh Domisia dan Francis. Ketika bayi-bayi seumuran Syarifuddin sedang senang-senangnya menyususi, bayi kecilnya malah melarang Domisia untuk menyusuinya. Umur dua bulan Syarifuddin menolak ASI yang diberikan oleh ibunya. Ia hanya menyusu dari susu formula. Hanya Allah yang lebih mengetahui makna hal tersebut. Tidak semua kejadian harus dimaknai dengan rasionalitas manusia. Akal manusia tidak sebanding dengan kekuasaan Allah. Manusia hanya dapat
mengambil hikmah dari setiap kejadian yang terjadi. Saat Syarifuddin berumur empat bulan, ia mengucapkan kalimat yang berasal dari al-Qur’an. Kalimat itu terdapat dalam surat al-Baqarah ayat 54, yaitu:
Mulut mungilnya melafalkan ayat al-Qur’an yang bermaksud mengajak orang yang mendengarnya, khususnya orang tua Syarifuddin untuk bertaubat kepada Allah. Awalnya, Domisia dan Francis merasa bingung akan kondisi Syarifuddin. Tetangga bahkan pastur pun mengira ia kerasukan setan dan tidak ada yang dapat mengerti apa yang diucapkan Syarifuddin. Apa yang dialami oleh anak Domisia dan Francis rupanya menjadi bahan pembicaraan di area sekitar rumah mereka. Sampai-sampai berita tersebut terdengar oleh Abou Ayub yang merupakan seorang muslim yang tinggal di wilayah tersebut. Ayub pun penasaran dan mencoba ingin membantu keluarga Syarifuddin. Setelah Ayub mendengar sendiri apa yang dikatakan Syarifuddin, ia pun terdiam seribu bahasa, bacaan Syarifuddin begitu fasih dan tartil, Ayub pun menjatuhkan dirinya untuk bersujud mensyukuri keagungan Allah SWT. Beberapa saat lamanya, Ayub mengatakan kepada Domisia dan Francis bahwa sebenarnya Syarifuddin tidak kerasukan setan, ia hanya mengajak kalian untuk bertaubat. Mereka pun kaget dan bingung apa yang harus mereka lakukan. Setelah keduanya memikirkan matang-matang, mereka pun mendapat hidayah dari Allah. Domisia dan Francis mendatangi Ayub dan mengatakan bahwa mereka
ingin memeluk agama Islam. Ayub pun merasa terharu yang meledak-ledak di dalam rongga dadanya. Ia memandang Francis dengan binar-binar kebahagiaan. Ayub mengajak mereka menuju masjid terdekat. Sesudah jama’ah dzuhur selesai, Imam Masjid, Ustadz Nur Ismaeel, menceritakan keinginan Domisia dan Francis untuk masuk Islam. Beliau pun memberikan tausiyah berkaitan dengan keutamaan orang-orang yang masuk Islam, serta keharusan umat Islam untuk membantu dan menjaga keimanannya lahir-batin. Setelah itu digelarlah prosesi pembacaan syahadat untuk keduanya. Syarifuddin Khalifah, sebuah nama indah yang akan senantiasa domisia dan francis kenang, bukan hanya ketika mereka menjalani kehidupan di dunia ini, namun juga sampai akhirat nanti. Begitulah kuasa Allah pada hamba-hamba-Nya. Dia Maha berkehendak dan Maha menjadikan segala kehendaknya. Apa yang terjadi dengan Syarifuddin Khalifah sungguh sangatlah berbeda, sebagian orang meyakini bahwa ilmu yang dimiliki oleh Syarifuddin adalah ilmu laduni. Hampir di setiap Syekh Syarifuddin berceramah, puluhan bahkan terkadang ratusan orang masuk Islam saat itu juga. Betapa sayangnya Allah dengan anak ini, sehingga kehidupannya mampu memberikan ribuan hidayah bagi orang lain di sekitarnya. Kemampuannya yang susah dicerna oleh akal inilah membuat Syekh Syarifuddin dihujani pertanyaan oleh orang-orang Kristen yang meyakini bahwa dia adalah Yesus. Syarifuddin dapat menghafal al-Qur’an, Injil, dan Hadits-hadits Rasulullah yang membuat ceramahnya sangat kuat sekali memengaruhi audiensnya. Ia pun sering dihujani pertanyaan seperti, Are you Jesus? No, I’m not Jesus, I’m created by God. The same God who created Jesus!
Hidayah adalah sesuatu yang nilainya melebihi segala yang ada di langit dan di bumi Allah SWT. Hidayah yang keindahannya mampu mewarnai kehidupan manusia di seluruh aspek kehidupannya. Beruntunglah bagi orangorang yang mendapat hidayah dari Allah. Bersyukur dan jagalah hidayah tersebut, karena hidayah adalah harta termahal dalam kehidupan manusia.52
52
Mujahidin Nur, Bocah yang Mengislamkan Ribuan Orang, hlm. 23-114.
BAB IV ANALISIS HASIL PENELITIAN
A. Strategi Signing, Framing, dan Priming Mujahidin Nur dalam Menyusun Kisah Pendakwah Syekh Syarifuddin Khalifah Strategi komunikasi memang diperlukan dalam proses komunikasi, karena berhasil tidaknya kegiatan komunikasi secara efektif banyak ditentukan oleh strategi komunikasi. Strategi signing, framing, dan priming merupakan strategi yang saling terkait. Karena tanda bahasa yang dipergunakan dipengaruhi oleh fakta yang akan diungkapkan, serta tempat pemublikasian dihadapan khalayak. Begitu pula dengan hal yang sebaliknya, fakta yang akan diungkap serta tempat pemuatan akan menentukan tanda bahasa yang dipergunakan. Lihat tabel di belakang. Dari tabel tersebut dapat diketahui bahwa strategi signing/ pesan verbal (kata-kata) yang digunakan Mujahidin mengandung makna positif (mengajak kebaikan). Rangkaian kata-katanya menjadi kalimat informatif dan sugestif untuk perubahan. Perubahan yang dimaksud adalah perubahan cara pandang yang hanya berpegang teguh pada rasionalitas semata. Karena tidak semua kejadian yang terjadi di dunia ini harus dipahami oleh rasionalitas manusia. Ada kekuasaan Allah yang tidak bisa dijangkau oleh logika manusia. Ia menggunakan ayat-ayat al-Qur’an untuk menguatkan narasinya dan memilih bahasa yang populer/ populis di semua kalangan agar apa yang disampaikannya dapat dipahami dengan baik dan benar. Dalam menyusun kisah ini, Mujahidin dapat dikatakan berhasil membawa imajinasi pembaca mengenai
keadaan di Tanzania beserta keajaibannya. Walaupun penulis masih kekurangan data, tetapi ia mampu menggambarkannya dengan baik. Dari kelebihan-kelebihan yang peneliti temukan dalam buku ini, ada sedikit bahasan yang belum peneliti pahami mengenai arti dari ayat al-Qur’an surat al-Baqarah: 54.
Artinya: Dan (ingatlah), ketika Musa berkata kepada kaumnya: "Hai kaumku, Sesungguhnya kamu telah Menganiaya dirimu sendiri karena kamu telah menjadikan anak lembu (sembahanmu), Maka bertaubatlah kepada Tuhan yang menjadikan kamu dan bunuhlah dirimu53. hal itu adalah lebih baik bagimu pada sisi Tuhan yang menjadikan kamu; Maka Allah akan menerima taubatmu. Sesungguhnya Dialah yang Maha Penerima taubat lagi Maha Penyayang. Sebagian dari ayat tersebut adalah ayat pertama yang dibacakan oleh Syarifuddin ketika berumur 4 bulan. Yang masih jadi pertanyaan adalah arti yang penulis tuliskan tidak lengap karena ada yang terpotong. Mungkin itu adalah cara agar pembaca mudah memahami maksud ayat tersebut, tetapi bila arti dari ayat alQur’an dipotong seperti itu apakah mananya tidak berbeda. Ayat al-Qur’an memang tidak diartikan secara sempit tetapi dalam mengartian ayat tersebut ada batasan-batasan tertentu yang harus diperhatikan. Untuk strategi framing, salah satu aspek dalam framing adalah memilih fakta atau realitas. Model realitas media terbagi menjadi dua. Salah satunya adalah model refleksi realitas. Model tersebut adalah model yang merefleksikan 53
Membunuh dirimu ada yang mengartikan: orang-orang yang tidak menyembah anak lembu itu membunuh orang yang menyembahnya. Adapula yang mengartikan: orang yang menyembah patung anak lembu itu saling bunuh-membunuh, dan apa pula yang mengartikan: mereka disuruh membunuh diri mereka masing-masing untuk bertaubat.
suatu kehidupan yang terjadi di dalam masyarakat. Seperti buku Bocah yang Mengislamkan Ribuan Orang. Buku tersebut merupakan kisah nyata yang terjadi di Arusha Tanzania, Afrika Timur. Mujahidin memilih fakta yang positif (baik) dan memberi inspirasi kepada pembaca.
Ia
mengungkapkan fakta-fakta
yang dapat
dikatakan
sangat
menakjubkan, hingga pembaca pun merasa tertarik untuk mengetahuinya lebih dalam. Berdasarkan fakta-fakta yang diungkap beliau, peneliti mengartikan bahwa ada tujuan dalam penulisan kisah ini, yaitu untuk menggerakkan hati masyarakat akan kebenaran agama Islam. Untuk strategi priming, Mujahidin meletakan wacana utama di depan halaman, tempat yang mudah dilihat oleh pembaca. Itu merupakan cara agar pembaca tidak jenuh dan bosan. Ahmad Syafawi juga membenarkan; “Itu namanya take line bab, kesimpulan dari babnya. Kalimat yang menariklah yang diambil. Kalau baca buku semuanya text kan bosan, ini salah satu cara agar pembaca tidak bosan. Cara ini juga untuk membuat buku lebih menarik”.54
B. Menghadapi Faktor Innocently, Internality, dan Externality Faktor innocently, internality, dan externality merupakan faktor yang memengaruhi seseorang dalam membuat strategi signing, framing, dan priming. Sebelum konstruktor mengatur ketiga strategi tersebut, ia mempertimbangkan dahulu faktor innocently, internality, dan externality guna menciptakan efek tertentu ditengah khalayaknya. Faktor innocently adalah faktor human error atau kekurangmampuan manusia untuk mengendalikan realitas sepenuhnya. Manusia itu memiliki 54
Wawancara Pribadi, pada 14 Mei 2013 dengan Ahmad Syafawi, Pemimpin Redaksi PT Ufuk Publishing House Lini Keagamaan
keterbatasan dalam menguasai realitas. Setiap konstruktor pun belum tentu bisa mendapatkan fakta mengenai sebuah realitas secara lengkap tanpa ada yang terlewatkan. Dalam menyusun kisah Syarifuddin ini, Mujahidin merasa kurang puas atas data yang telah diperolehnya. Faktor keterbatasan dalam menguasai realitas memang murni kekurangannya sebagai manusia, untuk kisah ini tentu sangat berbeda. Sumber data yang sedikit serta jauhnya jarak antara Indonesia dan Tanzania menambah keterbatasan Mujahidin untuk menguasai realitas. “Dari berbagai macam cara pencarian sumber berkaitan dengan bocah ini, sejujurnya saya masih menemukan banyak ketidakpuasan. Saya menganggap minimnya sumber berkaitan dengan bocah ini, sulitnya melakukan wawancara, dan lain-lain adalah tantangan yang harus saya lewati dengan baik”.55 Ketidakpuasan beliau dikarenakan sumber data yang berkaitan dengan kisah ini tidak banyak. Ia mendapatkan data dari menerjemahkan semua sumber Youtube berkaitan dengan kisah Syarifuddin dan melakukan wawancara dengan mahasiswa di Tanzania melalui dunia maya, ditambah sulitnya proses wawancara karena terkendala oleh beberapa sebab di antaranya; perbedaan bahasa, waktu, dan lain-lain. Untuk menghilangkan rasa kekurangpuasannya, Mujahidin berusaha agar dapat pergi ke Tanzania dan mewawancarai bocah itu secara langsung. Ia pun ingin menghadirkan Syarifuddin ke Indonesia, karena itu merupakan cara agar masyarakat Indonesia khususnya orang-orang yang belum/percaya dengan kisah ini dapat mempercayainya dan dapat memaknai secara mendalam atas kebesaran dan kekuasaan Allah SWT. Seperti ungkapan penulis dalam bukunya;
55
Mujahidin Nur, Bocah yang Mengislamkan Ribuan Orang, hlm. 19-20.
“Idealnya, saya mampu menghadirkan figur bocah ini dalam gambaran hidup yang detail dan utuh, sehingga pembaca yang budiman mampu untuk mencercap setiap fase kehidupan bocah ini dengan seksama dan mampu memaknainya secara mendalam dengan bersandarkan pada hati yang mensyukuri setiap keagungan dan tanda-tanda kebenaran agama Allah SWT”.56 Menghadapi faktor innocently yang merupakan faktor murni keterbatasan manusia, Mujahidin hanya bisa memaksimalkan waktu untuk memperoleh data tentang kisah ini. Ini membuktikan bahwa ia tidak putus semangat dan harapan untuk menyelesaikan penulisannya. Dalam penulisan buku tersebut, Mujahidin menemukan sebagian orang yang meragukan kisah Syarifuddin. Ia juga tidak menyalahkan mereka, karena kisah tersebut memang kisah yang sulit untuk dipahami oleh akal sehat manusia. Beliau mempunyai niat yang sangat besar untuk memperbaiki bukunya agar lebih baik, detail, dan lengkap. Walaupun buku ini terbilang cukup sukses, namun hasrat untuk meyakinkan masyarakat akan kebenaran agama Islam membuatnya tidak berhenti begitu saja. Faktor internality terjadi karena ada minat dan kepentingan untuk memihak pada seseorang atau sekelompok orang. Semua orang pasti mempunyai minat dan kepentingan pribadi. Minat dan kepentingan penulis tidak untuk memihak siapa pun. Tekad Mujahidin yang ingin memberikan informasi kepada masyarakat tentang keajaiban ini disertai harapan semoga Allah memberikan kekuatan pada buku sederhananya agar bisa menjadi hidayah bagi saudarasaudara di Indonesia akan kebenaran agama yang diridhai oleh Allah SWT. Kisah unik seperti ini merupakan kisah yang sangat disenangi oleh masyarakat khususnya umat muslim. Kemungkinan besar ada kepentingan untuk 56
Ibid, hlm. 20.
mendapatkan keuntungan yang besar dari hasil penjualan buku. Hal itu pun tidak dibantah oleh salah satu pihak penerbit yang menangani buku tersebut; “Memang pikiran seperti itu ada. Saya berpikir kisah seperti ini akan laris, tetapi tidak sampai selaris ini. Tidak ada di penerbit yang seperti ini”.57 Memang tidak ada yang bisa menduga mengenai larisnya penjualan buku. Mungkin ini cara Allah agar semua orang mengetahui kisah tersebut. Kisah ajaib ini membawa keajaiban pada bukunya. Allah sudah mengatur dan mempunyai rencana indah yang tidak dapat ditebak oleh manusia. Faktor externality berupa tekanan dari luar/ lingkungan sekitar. Lingkungan yang nyaman dapat memengaruhi pilihan bahasa, fakta, dan penyampaian seseorang yang cenderung lebih natural. Dalam menyusun kisah ini, tidak ada tekanan atau paksaan dari siapa pun. Lingkungan sekitar sangat mendukung Mujahidin untuk menyelesaikan tulisannya. “Pihak PT Ufuk Publishing sangat membantu saya dalam mencari informasi tentang Syarifuddin. Mereka membantu saya mencarikan link-nya. Mereka juga membantu saya untuk bertemu dengan Syarifuddin”.58 Mereka mendorong semangat beliau untuk menyelesaikan tulisan ini. Ia merasa sangat senang bisa menyusun kisah inspiratif iman ini, walaupun sempat merasa tidak mampu untuk meneruskannya. Dorongan dari orang-orang terdekatlah yang sangat membantunya hingga selesailah tulisan ini. Faktor ini memang dapat memengaruhi strategi untuk mengkonstruksikan suatu realitas. Mujahidin menyadari bahwa keberhasilan tulisan ini tidak terlepas dari orang-orang di luar dirinya. Rasa nyaman, aman, senang, dan mensyukuri dalam menulis kisah ini yang menyebabkan pula buku ini mendapat apresiasi yang baik dari masyarakat Indonesia. 57 58
Wawancara Pribadi dengan Ahmad Syafawi Wawancara Pribadi dengan Mujahidin Nur
BAB V PENUTUP
A. Kesimpulan Berdasarkan hasil dari penelitian strategi komunikasi Mujahidin Nur dalam menyusun kisah Syarifuddin Khalifah, peneliti menyimpulkan bahwa: Keterkaitan antara strategi signing, framing, dan priming sangat erat. Faktor internal dan eksternal terbukti dapat memengaruhi ketiganya. Faktor innocently memengaruhi penggunaan bahasa, pengungkapan fakta, dan tempat pemublikasian yang diulang-ulang oleh penulis. Faktor internality memengaruhi penggunaan bahasa yang Islami, populer, dan mudah untuk dipahami oleh semua orang. Penulis memilih fakta yang memberikan inspirasi kepada pembaca dengan meyakinkan mereka akan kebesaran dan kekuasaan Allah SWT. Faktor externality memengaruhi penggunaan bahasa, pengungkapan fakta, dan tempat pemublikasian yang cenderung natural.
B. Saran Dalam menulis kisah inspiratif diperlukan strategi komunikasi yang tepat dalam menyusun kisah tersebut, agar para pembaca tidak merasa jenuh, bosan, dan dapat memahami isi pesannya dengan benar. Pengemasan yang menarik dan potongan ayat-ayat al-Qur’an terbukti menjadi pendukung yang kuat dalam meyakinkan pembaca akan isi pesannya. Berdasarkan hasil dari penelitian ini, peneliti menyarankan:
1. Untuk Mujahidin Nur, agar lebih baik lagi dalam membuat strategi untuk mengajak kebaikan dan lebih teliti dalam menyederhanakan bahasa alQur’an. 2. Untuk mahasiswa, agar lebih memahami bahwa tidak semua kejadian yang terjadi di dunia ini harus dimaknai dengan rasionalitas kita sebagai manusia. Ada kekuasaan Allah yang tidak bisa dijangkau oleh kemampuan manusia. Dan adanya penelitian ini diharapkan penelitian selanjutnya menggunakan pendekatan yang berbeda agar dapat memperluas dan menambah keilmuan. 3. Untuk masyarakat umum, janganlah menjadi golongan orang-orang yang menuhankan teknologi semata. Yakinlah akan kebesaran dan kekuasaan Allah, karena tidak satu pun dari peristiwa yang terjadi di dunia ini tanpa tujuan.
DAFTAR PUSTAKA
Budiman, Kris. Semiotika Visual. Yogyakarta: Penerbit Buku Baik, 2004.
Bungin, Burhan. Konstruksi Sosial Media Massa. Jakarta: Kencana, 2008.
Effendy, Onong Uchjana. Ilmu Komunikasi Teori dan Praktek. Bandung: PT Remaja Rosdakarya, 2006.
-------------, Dinamika Komunikasi. Bandung: PT Remaja Rosdakarya, 2004.
Hamad, Ibnu. Komunikasi Sebagai Wacana. Jakarta: La Tofi Enterprise, 2010.
Kriyanto, Rachmat. Teknik Praktis Riset Komunikasi. Jakarta: Kencana, 2007.
Liliweri, Alo. Komunikasi Serba Ada Serba Makna. Jakarta: Kencana, 2011.
Moleong, Lexy J. Metodologi Penelitian Kualitatif. Bandung: PT Remaja Rosdakarya, 2007.
Nasuhi, Hamid, dkk. Pedoman Penulisan Karya Ilmiah (Skripsi, Tesis, dan Disertasi). Jakarta: UIN Jakarta Press, Ceqda, 2007.
Nur, Mujahidin. Bocah yang Mengislamkan Ribuan Orang. Jakarta: PT Ufuk Publishing House, 2012.
Oliver, Sandra. Strategi Public Relations. Jakarta: Erlangga, 2007.
Roudhonah. Ilmu Komunikasi. Jakarta: UIN Jakarta Press, 2007.
Ruslan, Rosady. Kiat dan Strategi Kampanye Public Relations. Jakarta: RajaGrafindo Persada, 2005.
Sobur, Alex. Analisis Teks Media (Suatu Pengantar Untuk Analisis wacana, Analisis semiotik, dan Analisis Framing). Bandung: PT Remaja Rosdakarya, 2009.
Supratikno, Hendrawan, dkk. Advanced Strategic Management. Jakarta: PT Gramedia Pustaka Utama, 2003.
Terry, George R. Prinsip-Prinsip Manajemen. Jakarta: PT Bumi Aksara, 2006.
Tim Reality. Kamus Terbaru Bahasa Indonesia. Surabaya: Reality Publisher, 2008.
Tinarbuko, Sumbo. Semiotika Komunikasi Visual. Yogyakarta: Jalasutra, 2008.
Widjaja, H.A.W. Komunikasi: Komunikasi dan Hubungan Masyarakat. Jakarta: PT Bumi Aksara, 2008.
Internet AG. Eka Wenats Wuryanta, “Priming - Framing - Agenda Setting?”, http://ekawenats.blogspot.com/2006/12/priming-framing-agendasetting.html, diakses pada 25 Februari 2013.
LAMPIRAN
Tabel 2: Hasil Analisis Strategi Signing, Framing, dan Priming No.
Hlm
Signing
Framing
1
4
Dialah arsitek Maha Agung. Ia mampu menjadikan apa pun sesuai dengan kehendak-Nya. Andai Ia menginginkan sesuatu terjadi, maka Ia cukup mengatakan terjadilah! Syarifuddin Khalifah adalah salah satu bukti kebesaran-Nya Maka bertaubatlah kepada Tuhan yang menjadikanmu, maka Allah akan menerima taubatmu. Sesungguhnya Dialah yang maha penerima taubat lagi maha penyayang
Syarifuddin Khalifah merupakan anak dari keluarga nonmuslim yang sudah mengerti dan mengerjakan ajaran Islam di usianya yang masih sangat kecil
Di bagian atas agak ke tengah (take line bab)
Kalimat yang diucapkan Syarifuddin Khalifah ketika berumur 4 bulan
Di bagian tengah setelah judul dan sebelum masuk pembahasan
2
Priming
3
23-27
Arusha, Tanzania, saksi sebuah keajaiban yang langka dan menakjubkan
Afrika Timur
Bab 1, paragrap 10, baris ke-7
4
28-33
Anak menakjubkan inilah yang kelak nantinya mengantarkan mereka mengenal Islam, membukakan hati mereka akan kebenaran agama Islam
Domisia Kimaro dan Francis Fundinkira anugerah dan kemuliaan mengenal Islam berkat anak mereka, hingga akhirnya mereka masuk Islam
Di bagian atas agak ke tengah dan di bab 2, paragrap 7, baris ke-6
5
Kelahiran dalam kehidupan adalah sebuah misteri besar
6
Kelahiran itu penuh keberkahan
7
8
34-40
Di tengah dominannya nuansa keagamaan penduduk Kristen Katolik di Arusha, Allah SWT menurunkan mukjizat atau tandatanda kebenaran agama Islam dengan lahirnya seorang bayi yang benarbenar ajaib dan mempunyai kemampuan yang tidak masuk akal Bayi itu terlahir dari sebuah keluarga Kristen Katolik yang taat
Misteri pada jenis kelamin bayi, pada keadaannya yang normal atau tidaknya, dan pada ibu yang melahirkannya apakah selamat atau tidak Kehidupan manusia bermula dari kelahiran. Dalam kehidupan (suka-duka) yang dirasakan, semua adalah berkah Syarifuddin bagaikan perantara untuk orang-orang di sekitarnya agar memeluk agama Islam
Bab 2, paragrap 1, baris ke-1
Domisia Kimaro dan Francis Fundinkira, dua penganut Kristen Katolik adalah orang tua kandung Syarifuddin Khalifah
Bab 3, paragrap 3, baris ke-6
Paragrap 4, baris ke-1
Di bagian atas agak ke tengah dan di bab 3, paragrap 3, baris ke-1
9
Kelahirannya menjadi pertanda akan kebesaran Allah SWT dan kebenaran agama Islam
Seorang anak kecil yang mempunyai kemampuan menakjubkan, banyak keajaibankeajaiban yang keluar dari mulut kecilnya
10
Mungkin ini adalah cara Allah untuk menunjukkan kebenaran agama Islam, Ia memberi peringatan melalui anak ajaib yang terlahir dari kalangan mereka sendiri agar mereka mengetahui, sadar, dan meyakini kebenaran agama Allah SWT
Anak ajaib yang Paragrap 9, baris ke-10 berasal dari keluarga nonmuslim mampu mengajak orang-orang nonmuslim di sekitarnya untuk memeluk agama Islam
11
Hanya hati nonmuslim yang terbuka dan mereka yang mempunyai keikhlasanlah yang bisa menerima kebenaran ini untuk kemudian mampu mengambil hikmahnya.
Tidak akan Paragrap 10, baris ke-1 mempunyai manfaat apa-apa bagi orangorang nonmusim andai mereka tetap sombong dengan kebenarankebenaran yang Allah tunjukkan
Pembaptisan (Kristiani): identitas berkaitan dengan kematian Kristus, penguburannya, dan kebangkitannya dari kematian
Pemahaman umat Kristiani mengenai pembaptisan yang harus dilakukan kepada seorang anak yang baru lahir
12
41-44
Paragrap 7, baris ke-8
Bab 4, paragrap 3, baris ke-4
13
Ibu tolong jangan baptis saya, saya adalah orang beriman kepada Allah SWT dan Rasul-Nya Muhammad SAW
Ucapan Paragrap 9, baris ke-2 Syarifuddin saat orang tuanya ingin mengajaknya ke gereja untuk dibaptiskan
14
45-47
Ketika bayi-bayi seumurannya sedang senang-senangnya menyususi, namun bayi kecilnya malah melarang dia untuk menyusuinya
Umur dua bulan Syarifuddin melarang ibunya untuk menyusuinya
Bab 5, paragrap 6, baris ke-2
15
48-55
Anak kecil dari Tanzania ini sudah mampu menghafal al-Qur’an dan Bible tanpa belajar dan diajari sama sekali
Kemampuan Syarifuddin itulah yang meyakinkan orang-orang Kristen untuk masuk Islam Syarifuddin merupakan bukti kebesaran Allah. Kemampuan yang dimiliki Syarifuddin memang sulit diterima oleh akal manusia
di bagian atas agak ke tengah dan di bab 6, paragrap 10, baris ke-6
16
Tidak semua yang terjadi harus dimaknai dengan rasionalitas manusia
Bab 6, 72aragraph 3, baris ke-1
17
Tak satu pun dari peristiwa yang terjadi dan tak satu pun dari hukum yang berlaku di dalam semesta ini yang sia-sia atau pun tanpa tujuan. Jadi, masuk akalkah orang yang menanyakan semua keajaiban Allah berdasarkan logika semata seakan-akan pada kebesaran dan kekuasaan-Nya itu terdapat kesiasiaan atau kemustahilan
Semua kejadian Paragrap 4, baris yang terjadi di ke-4 dunia ini pasti ada hikmahnya, karena Allah SWT yang lebih mengetahui tentang hambahamba-Nya
18
Akal manusia tidak akan mampu menjangkau berbagai keajaiban yang ada pada anak ini. Hanya hatilah yang mampu menjangkau dan meyakini bahwa tidak ada sesuatu yang tidak mungkin bagi Allah untuk menunjukkan kebesaran-Nya di muka bumi ini
Kemampuan yang Paragrap 9, baris dimiliki ke-7 Syarifuddin tidak akan bisa dipercaya bila hanya mengandalkan rasionalitas semata. Bukalah hati, Allah maha segalanya, Ia Maha Kuasa atas segalanya
19
20
Apabila kita melihatnya dalam sudut pandang keimanan, sungguh itu sesuatu yang sangat mungkin, sejatinya semakin mempertebal keyakinan dan keimanan kita kepada Allah SWT 56-61
21
Allah telah menunjukkan kuasa dan keagungan-Nya melalui Syarifuddin
Itulah yang diucapkan ibu kandung Syarifuddin ketika ia mendengar suara anaknya yang melafalkan ayat al-Qur’an Mulut anaknya Syarifuddin bergerak-gerak pelan melafalkan Surat dan tenang sambil al-Baqarah: 54, mengucapkan yang bermakna kalimat, menyuruh manusia untuk bertaubat kepada Allah
Papa, lihat apa yang terjadi dengan anak kita. Dia bisa bicara dan mengucapkan bahasa yang aneh!
22
62-70
Paragrap 10, baris ke-10
Pastur! Tolong anak saya kerasukan setan. Doakanlah anak saya pastur, tolonglah!
Saking takutnya, Domisia meminta bantuan pastur untuk menyembuhkan Syarifuddin
Bab 7, paragrap 10, baris ke-5
23
Mulut mungilnya masih melafalkan sesuatu yang aneh dan tidak bisa dipahami (ayat alQur’an)
Kedua orang tua dan tetangga Syarifuddin tidak dapat memahami Bahasa Arab
Bab 8, paragrap 3, baris ke-7
24
Anak kalian tidak kerasukan setan, ia mengajak kalian untuk bertaubat kepada Allah
Ketika Syarifuddin melafalkan ayat al-Qur’an yang tidak dipahami oleh kedua orang tua dan tetangganya
Paragrap 12, baris ke-1
Manusia adalah manusia terlepas dari keyakinan apa pun yang dia pegang sejak lahir, andai hidayah dari Allah telah datang, manusia tidak akan mampu untuk menolak karunia indah itu
Kedua orang tua Syarifuddin dengan tulus hati meninggalkan agama Katolik yang telah lama diyakininya. Mereka pun termasuk orang yang paling taat beribadah
Bab 9, paragrap 3, baris ke-1
Aku akan datang anakku. Aku akan memenuhi panggilan-Nya dan akan bersabar menghadapi apapun cobaan kehidupan ke depan karena-Nya Kebenaran pasti akan mendekatkan orang dengan kebahagiaan dan ketenangan
Perkataan Francis setelah mendapat hidayah dari Allah untuk memeluk agama Islam
Bab 9, paragrap 17, baris ke-8
25
71-79
26
27
80-83
Kebenaran akan Bab 10, paragrap selalu membuat hati 1, baris ke-9 siapa pun merasa tenang
28
29
84-88
30
31
89-92
Sekhe tunataka kuukumbatia uislam (Ustaz, kami ingin memeluk agama Islam)
Kedua orang tua Syarifuddin menemui ayub untuk mengutarakan niatnya
Paragrap 3, baris ke-1
Sebuah nama indah yang akan senantiasa ia kenang, bukan hanya ketika mereka menjalani kehidupan di dunia ini, namun juga sampai akhirat nanti Nama Syarifuddin Khalifah mewakili makna kemanusiaan dan ke-Tuhanan
Syarifuddin Khalifah
Di bagian atas agak ke tengah dan di bab 11, paragrap 7, baris ke-8
Syarifuddin mewakili makna sebagai pertanda kemuliaan dan kebenaran agama Allah. Khalifah, dengan harapan anak ini dapat membantu umat di dunia dalam menyelesaikan masalah keagamaan
Bab 11, paragrap 7, baris ke-7
Seorang anak yang masih berumur 1,5 tahun sudah mampu mengerjakan shalat lima waktu dengan baik, tanpa belajar dan tanpa diajari
Dalam ilmu Bab 12, paragrap pendidikan, anak- 7, baris ke-6 anak seumurannya adalah peniru yang baik. Kemampuan yang dimiliki Syarifuddin seharusnya didapat karena ia mencontoh atau diajari
32
33
34
35
93-99
Begitulah kuasa Allah pada hambahamba-Nya, Dia Maha berkehendak dan Maha menjadikan segala kehendaknya
Hamba-Nya pun yang terlahir dari keluarga non Muslim mampu menjalankan perintah Allah
Bab 12, paragrap 9, baris ke-1
Berbagai anugerah keajaiban yang dimilikinya juga menunjukkan tandatanda kebesaran Allah untuk umat Islam agar keimanan mereka makin teguh kepada Allah SWT Tanpa pernah belajar al-Qur’an atau dilatih menghafal al-Qur’an tepat ketika umurnya 1,5 tahun anak ini sudah mampu menghafal bahkan mampu menghafal Injil dengan baik
Semua kelebihan yang dimiliki Syarifuddin adalah tanda kebesaran Allah SWT
Bab 13, paragrap 1, baris ke-7
Apa yang terjadi dengan Syarifuddin Khalifah sungguh sangatlah berbeda, sebagian orang meyakini bahwa ilmu yang dimiliki oleh Syarifuddin Khalifah adalah ilmu laduni
Berbeda dengan Bab 13, paragrap kisah Muhammad 9, baris ke-7 Hussein Tabtaba’i yang telah hafal al-Qur’an dan memahami maknanya ketika berumur 5 tahun. Hussein berasal dari keluarga beragama Islam. Selama hamil ibunda Hussein senantiasa membaca alQur’an minimal satu juz dalam sehari
Kemampuan yang Bab 13, paragrap dimiliki 8, baris ke-6 Syarifuddin yang susah dicerna oleh akal manusia
36
100-106
37
38
39
40
107-114
Hari itu di Kenya, Syekh Syarifuddin datang dengan pengawalan sangat ketat layaknya pengawalan seorang presiden atau tokoh besar berkaliber dunia Hampir di setiap Syekh Syarifuddin berceramah, puluhan bahkan terkadang ratusan orang sekaligus masuk Islam saat itu juga
Ketika Syarifuddin datang ke Kenya untuk berceramah
Di bagian atas agak ke tengah
Stadion Ethiopia adalah salah satu saksi bagaimana ratusan orang melakukan syahadat secara berjamaah
Bab 14, paragrap 10, baris ke-10
Betapa sayang Allah sama anak ini, sehingga kehidupannya mampu memberikan ribuan hidayah bagi orang lain di sekitarnya
Kehadirannya bagaikan perantara untuk orang-orang non Muslim di sekitarnya agar menuju jalan yang lurus, yaitu jalan yang diridhai Allah SWT
Bab 14, paragrap 11, baris ke-5
Kemampuannya yang susah dicerna oleh akal inilah membuat Syekh Syarifuddin dihujani pertanyaan oleh orang-orang Kristen yang meyakini bahwa dia adalah Yesus yang telah bangkit kembali
Syarifuddin menghafal alQur’an, Injil, dan Hadits-hadits Rasulullah yang membuat ceramahnya sangat kuat sekali memengaruhi audiensnya
Bab 15, paragrap 5, baris ke-1
Are you Jesus? No, I’m not Jesus, I’m created by God. The same God who created Jesus!
Pertanyaan yang sering ditemui Syarifuddin sesudah menyampaikan ceramahnya
Bab 15, paragrap 5, baris ke-5
41
Hidayah yang keindahannya mampu mewarnai kehidupan manusia di seluruh aspek kehidupannya. Hidayah yang nilainya melebihi segala sesuatu yang ada di langit dan di bumi Allah SWT
Allah yang menghendaki kepada siapa hidayah itu diberikan. Jika hidayah telah datang pada diri seorang hamba, sungguh ia sangat beruntung
Bab 15, paragrap 11, baris ke-2
TRANSKIP WAWANCARA DENGAN PENULIS BUKU BOCAH YANG MENGISLAMKAN RIBUAN ORANG
1. Siapa nama lengkap bapak? Jawaban: Mujahidin Nur, saya lahir di Indramayu, 11 November 1978 2. Nama orang tua bapak? Jawaban: Orang tua saya bernama H. Nuryadi dan Subaechah, sekarang mereka sudah tidak ada 3. Siapa yang membiayai sekolah setelah ayah meninggal? Jawaban: Kalau SD ibu, pas kuliah biaya sendiri dengan berdagang tempe, tahun kedua berdagang tempe dan tiket, sampai akhirnya dapat beasiswa dari Islamic Brotherhood 4. Bapak anak ke berapa? Jawaban: Saya anak ke 11 dari 12 bersaudara 5. Siapa nama istri bapak? Jawaban: Istri saya namanya sintia, dia seorang Embriologis di RS. Hasan Sadikin Bandung 6. Bapak dikaruniai berapa anak? Jawaban: Alhamdulillah, dua...pertama perempuan berumur 7 tahun, kedua laki-laki berumur 6 tahun 7. Aktivitas bapak apa saja? Jawaban: Aktivitas saya selain kegiatan menulis, saya aktif di International Conference of Islamic Scholars (ICIS), sebuah organisasi yang fokus menyelesaikan konflik-konflik yang terjadi di berbagai negara dunia. Itu punyanya PBNU, tempatnya di Matraman. Di sana saya sebagai relawan. Selain itu, saya mengkader anak-anak SMA melalui dunia maya untuk menjadi penulis. Saya mengajarkan mereka pada levelnya masing-masing. Mereka berasal dari berbagai kota, mulai dari Cirebon, Bandung, Jombang, Tangerang, dan lainlain. Saya tidak dapat mengkader anak-anak hanya pada satu titik tempat. Paling tidak mengkader anak-anak di sekolahnya yang disebut writing academy
8. Kalo yang sama anak London pak? Jawaban: Ohh, itu untuk memayungi para penerjemah, akuisator naskah, dan penulis pemula. Mereka melakukan akuisasi naskah di Eropa, Amerika, Australia dan menawarkan naskah tersebut ke publishing-publishing di Jakarta, Kuala Lumpur, Bandung, tepatnya publishing semua negara. Kalo mereka tertarik, mereka membeli rightnya kepada kami. Tetapi, itu sudah kurang aktif karena orang-orangnya punya kesibukan masing-masing. Ya lebih karena kekurangan SDM-lah 9. Kalau pendidikan SD bapak di mana? Jawaban: SD-SMP di Indramayu, SMA di Cirebon 10. Kok bisa pindah-pindah gitu pak? Jawaban: Iyaa, saya sambil mondok di Pesantren Miftahul Muta’alimin dan Pondok Pesantren Assanusi Ciwaringin Cirebon. Sekolahnya tamat tetapi mondoknya tidak tamat. Setelah tamat Aliyah, saya melanjutkan ke Perguruan Tinggi International Islamic University Islamabad (IIUI), Pakistan. Saya masuk ke Fakultas Ekonomi. Saat terjadi krisismoneter, saya pindah belajar ke al-Azhar University, Kairo-Mesir. Di sana saya menekuni Jurusan Islamic Law. Sebenarnya saya bercita-cita menjadi Diploma, tetapi ibu saya ingin agar kelak saya menjadi seorang Ustadz dan guru ngaji. Saat di Mesir, saya banyak melakukan aktivitas di American University. Saya masih memimpikan belajar Hubungan Internasional. Di situ pula saya mengenal dunia tulis-menulis secara real, dalam artian mulai berinteraksi dengan media massa lokal dan media massa di Indonesia. Saya sempat meninggalkan al-Azhar dan tidak mengikuti satu semester, karena saya mengirim aplikasi ke Catan University di Afrika, tetapi Allah belum mengizinkan saya untuk belajar di Afrika. Udah masuk tapi biayanya gak ada 11. Terus bapak balik lagi belajar di al-Azahar? Jawaban: Iyaa, karena waktu itu saya hanya tidak ikut satu semester, saya tidak langsung pindah dari situ. Setelah itu saya meninggalkan Afrika dan pergi ke Arab Saudi untuk melakukan Haji dan Umroh. Di sana saya banyak merenung apa yang saya inginkan dalam hidup ini. Manusia memang hanya bisa berencana dan memimpikan apa pun yang ia inginkan, tetapi Allahlah yang menentukan segalanya. Keputusan yang diambil tanpa dipikirkan dengan matang dapat menggagalkan sesuatu yang sudah dijalani. Dari kejadian ini saya berjanji akan menjadi orang yang lebih bijak dalam memutuskan segala sesuatu
12. Pergi ke tanah suci dengan biaya sendiri? Jawaban: Iya, dengan biaya yang terbatas, menaik kapal laut selama tiga hari tiga malam. 13. Bapak mulai melakukan penulisan kapan? Jawaban: Tahun ke-2 setelah gagal kuliah di Afrika, saya sudah mulai melakukan penulisan-penulisan artikel dan opini di berbagai media di Indonesia. Sejak Aliyah, saya sudah senang dengan kegiatan tulis-menulis, tetapi saya tidak sadar kalau punya talenta itu. Dulu di sekolah saya suka membuat buletin dan mading. Saya sangat menyukai dunia sastra. Saat Aliyah saya mengambil jurusan bahasa. Saya sangat terkesima ketika mendengar seseorang membacakan puisi dan menarasikan sesuatu dengan baik. Keindahan bahasalah yang menggerakkan hati saya. Karena segala sesuatu, baik itu masalah atau lain hal yang apabila dinarasikan dengan baik akan mempunyai kesan yang lebih dalam. Saya sudah lama mengagumi karya-karya pujangga, seperti Hamka, A. Nafis, Simatupang, dan lain-lain. Dari dulu saya gemar membaca novel dan sebenarnya saya ingin menjadi novelis. Makanya di setiap buku yang saya tulis, saya selalu menulisnya seperti novel 14. Ide pembuatan buku bermula dari mana pak, kan banyak juga pak kisah-kisah anak ajaib, ada buku baru tuh pak, dia gabungin di satu buku itu 5 kisah anak ajaib? Jawaban: Kalau itu saya tidak mengapresiasi. 2 kisahnya juga sudah pernah ditulis. Saya tidak mengapresiasi karena ia tidak menyebutkan referensinya. Saya yakin tentang Syarifuddin itu banyak mengambil dari buku saya. Di buku saya tidak disebutkan referensinya karena di kata pengantar saya sudah mengatakan bahwa ini murni hasil wawancara dan terjemahan Youtube, selainnya pengembangan dialektika saya sendiri dengan objek yang saya telusuri. Jadi ide itu mulanya dari tayangan On The Spot 15. Dari banyak kisah anak ajaib, kisah ini yang menurut bapak menarik? Jawaban: Ya karena saya tidak pernah mendengar seorang anak yang mengislamkan orang apalagi ini ribuan. Itu kan suatu yang unik. Penulis apabila disuguhin tema yang unik itu sangat menyenangkan. Walaupun sulit tetapi tidak terbebani 16. Kira-kira butuh waktu berapa lama menulis buku itu? Jawaban: Saya membuat buku itu dari awal bulan sebelum Ramadhan, hingga awal Ramadhan
17. Siapa yang banyak mendukung tulisan ini? Orang yang mendukung banyak, para penerjemah bahasa Kiswahili pada mendukung, keluarga, dan penerbit. Mereka semua pada mndukung. Penerbit sangat membantu saya dalam mencarikan link bocah ini. Berkat dukungan mereka akhirnya penulisan buku itu selesai 18. Bagaimana apresiasi masyarakat terhadap buku itu? Jawaban: Buku Bocah yang Mengislamkan Ribuan Orang telah meraih sukses besar dalam perbukuan Indonesia sejak tiga minggu diluncurkan ke pasar. Buku itu menjadi Active Selling Book versi Gramedia Indonesia, penjualan buku tercepat versi Ufuk Publishing House, dalam dua minggu sudah memasuki cetakan kedua, dan menjadi buku Best Seller di Gramedia 19. Bapak merasa buku ini masih ada yang kurang? Iya, ini masih banyak kekurangannya karena sumber tentang anak ini sedikit 20. Strategi menutupi kekurangan ini menurut bapak apa? Ya dengan mendatangkan anak ini ke Indonesia. Sekarang saya lagi berusaha agar ia bisa datang ke Indonesia
TRANSKIP WAWANCARA VIA CHATTING
Neidat Khoir ass..pak, saya fithri..lngsung saja ya pak, saya mw nnya nma pnggilan akrab bpk dari kluarga atau teman cpa pak? Biru Laut Nabiel Neidat Khoir dari temen2 pak? kok bisa nabiel? ada sejarahnya gak pak? Biru Laut panggilan kecilku namanya Iding tp semasa kuliah dipanggil nabiel yang memberi nama itu seorang pengusaha dari meuretania Neidat Khoir oo, gtuu pak..bpk knal dr mna pngusaha itu? Biru Laut kenal begitu saja di masjid hotel hilton di Makkah waktu itu saya sedang menjalankan ibadah duha beliau juga sedang shalat saya waktu itu membaca al quran terjemahan bahasa prancis dia mengajak saya berbicara bahasa prancis dan memnta saya menjelaskan mengenai sejarah kenabian berkaitan dengan makah dan madinah begitulah akhirnya kami akrab dan dia memberikan aku nama Nabiel nama itu smp skrng dipakai dikalangan teman temannku Neidat Khoir oo, bgtuu..panggilanx bagus pak..saya ikutan mnggil juga ya pak, bpk nabiel..kalau cerita berkesan bpk sewktu kecil dengan keluarga apa? Biru Laut silahkan makash hehehe cerita berkesan adalah ketika aku minta dibeliin sepeda ke ibuku...waktu itu ayah sudah tidak ada lagi ayahku meninggal ketika kukecil ibu waktu itu tidak kuat membelikanku sepeda karena tidak punya uang....akhinrya aku menjadi kuli kasar menjadi buruh tani mencmbuti rumput di sawah
mengaliri air ke kebun dan lahan-lahan pertanian sampai aku punya uang untuk membeli sepeda hehehehe Neidat Khoir itu bpk lakukan demi mndpatkn sepeda? saat umur brp pak? apakah ibu tw bpk nglkuin hal itu? Biru Laut smp kelas satu kalau tidak salah beliau tau karena waktu itu teman-temnku sudah pada naik sepeda ke sekolah aku sendiri belum punya sepeda dan mash sering bonceng ke orang atau naik angkot Neidat Khoir oo, gtuu pak..ayah bpk meninggal krna knp? apkah skit? bpk sedang duduk di SD kelas brp tuh? Biru Laut ayah meninggal ketika ku mash SD kleas enaman mau masuk SMP beliau sakit magh.... Neidat Khoir sekarang saya mau nnya tentang jdul2 buku bpk neyh..ketiga belas buku yg sudah bpk tulis selain buku bocah yang mengislmkan ribuan orang dan pengalaman ajaib para penyantun anak yatim apa lg pak? Biru Laut kita bicara buku yang diterbitkan di JKT dl yah 20 Bidadari Surga diterbitkan oleh Gramedia Jakarta Selingkuh Club Violet Publishing The Miracle of ASI Medina Media Utama Neidat Khoir iya pak.. Biru Laut Pelukan Terakhir Ibunda Aminah UFUK Publishing Husnudzan Agar Kesedihan Menjadi Kebahagiaan UFUK Publishing Tanda-tanda orang akan masuk Neraka Aura Pustaka Berguru Kepada Setan UFUK Publishing Neidat Khoir wawww, dr jdul2nya saja bagus banget pak, aplgi isinya..inspirasi dari mana pak smpe bisa bkin buku dengan tema menarik?
Biru Laut kebanyakan inspirasinya dari kehidupan sosial dari masyarakat Neidat Khoir oo, gtuu..selain terbit djakarta dmn lg pak? Biru Laut di Kuala Lumpur Neidat Khoir bisa smpe sna bgaimna caranya pak? buku2 yang lainnya dengan jdul apa lgi? Biru Laut Tuhan yang mengatur semuanya saya menulis saja penerbit penerbit dari Kuala Lumpur dtang ke JKT mereka tertarik dengan nama saya melakukan negosiasi untuk membeli rightsnya sehingga sebagian besar naskah saya diterbtkan juga disana Neidat Khoir kerenn pak, smpe penerbitx tertariikk..owy pak, bgaimana tanggapan bpk jika dinilai sebagai penulis buku inspiratif yang berbakat? Biru Laut saya tidak bisa menilai diri saya sendiri mbak maaf biarkan orang lain saja yang memberikan pnilaian tidak pantas saya menilai diri sya sendiri Neidat Khoir dengan melihat buku2 yang bpk tulis kemungkinan saja pak penilaian itu diberikan k bpk..kalo tentg penghrgaan pak, dari buku2 yang telah bpk tulis, buku apa saja yang mndapat apresiasi penuh? Biru Laut Jakarta Selingkuh Club mendapat apresiasi dari Monash University sebagai literatur sastra modern di Indonesia buku Bocah Mendapat penghargaan buku terfavorit dan paling laris di Indonesia pada tahun 2012 the most favorite book (IBF) Neidat Khoir pnghargaan pada quraish sihab award buku apa pak? Biru Laut oh itu bukan buku karya tulis
Neidat Khoir lalu apa? Biru Laut karya tulis ilmiah syafii maarif award untuk karya tulis ilmiah Hubungan Islam dan Barat
TRANSKIP WAWANCARA DENGAN PEMIMPIN REDAKSI UFUK PUBLISHING HOUSE LINI KEAGAMAAN
1. Siapa nama lengkap bapak: Jawaban: Ahmad Syafawi 2. Bapak kan orang yang menelfon pak’mujahidin untuk menulis kisah ini, kenapa bapak tertarik dengan kisah ini? Jawaban: Tadinya ada temen yang ngusulin, dia lihat video di Youtube. Ya karena anak segitu bisa hafal al-Qur’an, bisa beberapa bahasa, sholat lima waktu, dan dia dari keluarga nonmuslim, ini kan aneh, unik gitu. Kebetulan saya di bidang agama Islam, salah satunya untuk tujuan dakwah agar kisah ini dapat menambah keyakinan kita kepada Allah SWT 3. Alasan bapak memilih pak’mujahidin untuk menulis kisah itu? Jawaban: Kebetulan saya sudah kenal lama sama dia, saya juga mencari penulis yang bisa mengakses sumber-sumber ini. Bisa bahasa Arab, bahasa Inggris, bahasa Kiswahili. Gak ada yang bisa bahasa Kiswahili karena itu bahasa orang-orang Tanzania. Tetapi pak’mujahidin meminta bantuan mahasiswa Tanzania untuk menerjemahkannya ke bahasa Inggris 4. Pak’mujahidin ada teman di sana? Jawaban: Iyaa beliau ada teman 5. Untuk cover, ini murni dari penerbit? Jawaban: Iya ini murni dari penerbit 6. Sinopsis juga pak? Jawaban: Iyaa ini semua dari penerbit 7. Kata pengantar dan pilihan orang-orangnya? Jawaban: Itu dari pak’mujahidin 8. Sebelum masuk ke bagian ada yang seperti ini, itu dari siapa? Jawaban: Itu namanya take line bab, kesimpulan dari babnya. Kalimat yang menariklah yang diambil.
9. Tujuannya apa pak? Jawaban: Kalau baca buku semuanya text kan bosan, ini salah satu cara agar pembaca gak bosan. Suka juga dikasih gambar biar gak bosan. Cara ini untuk membuat buku lebih menarik agar menarik minat orang 10. Menurut bapak tuturan bahasa beliau bagaimana? Jawaban: Bahasa beliau sudah bagus, beliau itu sudah pernah jadi wartawan 11. Oiya pak, di bagian akhir buku ini kan ada iklannya, ini dipilih penerbit? Iyaa dipilih penerbit Itu buku-buku pilihan? Iya, ya tema yang sejenis 12. Kalau kata-kata yang ada di cover ini ada artinya gak pak? Jawaban: Oohh, tidak ada itu hanya estetika saja 13. Segmen buku ini ditujukan kepada siapa pak? Khususnya muslim untuk memperkuat keimanannya. Kalau dari umur, dari anak kecil sampai orang tua bisa baca buku itu, untuk semua kalanganlah kan enak kalau banyak pembacanya 12. Buku ini sudah berapa copy? Jawaban: 70.000 eksemplar 13. Kan bapak nyuruh pak’mujahidin untuk menulis buku ini, buku ini dibeli penerbit atau tidak? Jawaban: Ini sistem royalty, pak’mujahidin sebagai penulis mendapat bagian dari penjualan buku 16. Awalnya apa bapak ngeduga kalau buku ini akan laris? Jawaban: Iya, ada pikiran buku itu akan laris, tetapi tidak selaris ini. Gak ngeduga sama sekali seperti ini. Gak ada di penerbit yang seperti ini. 17. Menurut bapak yang membuat laris buku itu apa? Jawaban: Tema dan judul, karena pertama kali melihat buku itu membuat orang ingin tahu ceritanya. 18. Judul ini dari penerbit? Jawaban: Iya, dari penerbit. Untuk bikin judul buku diperlukan waktu yang sangat lama.
Buku ini prosesnya dari bulan April, bulan ke 7-8 cetak, Agustus pertengahan terbit bukunya. 19. Ada yang mengatakan bahwa penerbit itu hanya menyediakan kertas, bagaimana tanggapan bapak tentang hal itu? Jawaban: Ya tidak hanya itu, kan di penerbit ada proses editing, tulisan dari penulis kan masih kasar makanya diedit dulu. Yang diedit itu kontennya dan bahasa yang sulit dipahami oleh pembaca. Terus ada proses dibaca terakhir sebelum cetak. Ya insya Allah penulis akan wawancara dengan bocah itu di Tanzania untuk merevisi buku ini. Buku ini kan masih tipis. Ada juga yang belum percaya tentang kisah ini, ya dengan datangnya bocah itu akan membuktikan kebenarannya 20. Awal menghubungi pihak sana bagaimana pak? Jawaban: Penulis menghubungi Dubes Tanzania di Malaysia dan Dubes luar negeri di Indonesia untuk mempertemukannya dengan bocah itu
Mujahidin Nur, saat melakukan Road Show ke salah satu Radio FM di Cirebon
Saat acara Talk and Book Signing di Gramedia