STRATEGI KOMUNIKASI INTERNAL DALAM MEMPERBAIKI ETIKA KOMUNIKASI INTERPERSONAL (STUDI KASUS PADA KOMUNIKASI INTERNAL DI M&C! COMICS)
Panita Nabilah Binus University Jalan Sapta 44, Menteng Dalam, Tebet Jakarta Selatan 082110604403 Ferane Aristrivani Sofian S.I.Kom., M.I.Kom.
ABSTRAK Penggunaan etika saat ini, khususnya etika komunikasi memang sangat diperlukan. Di dalam lingkungan m&c! comics etika belum merupakan suatu hal yang dinomorsatukan, karena masih tidak adanya peraturan tertulis serta hukuman bagi pelanggaaran etika. Tujuan penelitian ini untuk mengetahui bagaimana pentingnya etika dalam suatu perusahaan dan bagaimana perusahaan memperbaiki kesalahan etika yang ada di perusahaannya. Analisis dalam penelitian ini menggunakan teknik analisis reduksi. Metode penelitian yang digunakan adalah metode penelitian kualitatif dengan jenis penelitian studi kasus. Wawancara dilakukan terhadap beberapa orang yang memegang peranan penting di dalam perusahaan, terkait bagaimana proses komunikasi dan tanggapan mereka tentang etika, serta juga mempertimbangkan hasil observasi yang dilihat selama melakukan penelitian. Hasilnya, dapat terlihat bahwa etika bukanlah suatu kewajiban pada divisi ini, dan tidak ada peraturan yang mengatur etika. Simpulan dari penelitian ini bahwa strategi komunikasi internal dalam memperbaiki etika interpersonal, perusahaan mengantisipasinya melalui wawancara kerja pertama. (PN)
Kata kunci : Etika, Komunikasi, Citra, Perusahaan
ABSTRACT The used of ethics these days, particularly the ethics of communication are necessary. In m&c! comics, ethics is a matter that had not preferred, because is it still lack of written rules and penalties for ethics violations. The purpose of this study was to determine how the importance of ethics in a company and how the company fix the ethics’ errors that existed in it. Analysis was done by using the technique of reduction analysis. Methodology of this research was Qualitative Method and Case Study as the type of the research. Interviews were conducted to several people who hold an important role in the company, related to how the process of communication and their responses about ethics, and also considering the observations that seen during the study. As a result, it can be seen that ethics is not an obligation on this division, and no regulations were regarding to ethics. The conclusion of this research internal communication strategy in order to fix interpeersonal communication ethics, the division anticipated it since the first work interview.(PN)
Keywords : Ethics, Communication, Image, Company
PENDAHULUAN Saat ini, komunikasi merupakan suatu hal yang penting bagi terlaksananya hubungan sosial yang baik khususnya di lingkungan pekerjaan. Tanpa adanya kemampuan komunikasi yang baik, kita akan sulit berhubungan dengan orang-orang baru maupun mempertahankan hubungan kita dengan orang lama. Komunikasi di dalam perusahaan terdiri atas dua bentuk komunikasi, yakni komunikasi internal (Internal Communications) dan komunikasi eksternal (External Communications). Dalam komunikasi internal, komunikasi harus berjalan dengan benar, baik secara vertikal, horisontal atau diagonal, jika proses komunikasi tidak berjalan dengan baik, maka akan terjadi miss communication dalam lingkungan internal perusahaan. Komunikasi interpersonal juga merupakan unsur penting dalam komunikasi internal, komunikasi interpersonal dalam berbagai bentuknya lebih bersifat alamiah. Oleh karena itu, keberadaan dari komunikasi interpersonal tidak dapat digantikan oleh bentuk-bentuk komunikasi secanggih apapun. Pada dasarnya orang akan lebih menyukai jika dapat berkomunikasi secara langsung. Komunikasi internal adalah suatu proses komunikasi yang terjadi di dalam suatu organisasi atau perusahaan. Komunikasi internal merupakan komunikasi yang terjadi antara pihak tertinggi dengan pihak terendah dalam perusahaan yang kemudian akan menghasilkan suatu umpan balik. Komunikasi internal terbagi menjadi dua bentuk yakni komunikasi vertikal dan komunikasi horisontal. Komunikasi vertikal terdiri atas downward (komunikasi dari atasan kepada bawahan) dan upward (komunikasi dari bawahan kepada atasan) secara timbal balik. Komunikasi ini biasanya dilakukan secara formal dengan etika yang baik dan sopan. Komunikasi horisontal adalah komunikasi yang sifatnya sejajar atau dengan kata lain adalah komunikasi yang dilakukan antara pihak-pihak yang memiliki rentang jabatan sama. Berbeda dengan komunikasi vertikal, komunikasi horisontal bersifat lebih kurang formal atau bahkan tidak formal. Seorang Humas atau Public Relations memiliki fungsi untuk menjaga kelancaran suatu komunikasi internal di dalam perusahaan, tidak hanya itu seorang humas juga memiliki peran ganda dalam perusahaan. Humas mempunyai fungsi ganda, yakni tidak hanya ditujukan kepada masyarakat umum di luar akan tetapi juga masyarakat atau publik di dalam perusahaan atau organisasi itu sendiri. Ia dapat dikatakan berfungsi baik ke luar dan ke dalam. Usaha Public Relations ke dalam sering pula disebut employee relations atau internal communications. Perusahaan penerbit m&c! comics menjunjung tinggi asas kekeluargaan dimana semua karyawan dapat bertindak dan berperilaku nyaman satu sama lain, tidak ada batasan, dimana semua karyawan bebas mengekspresikan pendapatnya tanpa perlu khawatir akan
respon yang didapat dari lawan bicaranya. Namun, terkadang tidak tersadarkan, bahwa tidak hanya saat menggunakan komunikasi verbal, saat menggunakan komunikasi nonverbal pun dapat menyampaikan pesan dan maksud tersendiri bagi orang lain. Orang lain dapat mengintrepretasikan suatu pesan yang mereka terima dengan berbagai macam arti, walau sebenarnya hanya si komunikator lah yang mengetahui arti sebenarnya dari komunikasi nonverbal yang dilakukan. Hal inilah yang kemudian menjadi suatu miss communication dalam lingkungan kerja. Sebenarnya, suatu miss communication dapat dihindari, kita dapat melakukan suatu komunikasi nonverbal tanpa memberikan pesan negatif kepada orang lain, yakni dengan menggunakan etika. Di dalam lingkungan internal unit m&c! comics, dapat terlihat bahwa etika belum merupakan suatu hal yang dinomorsatukan di lingkungannya. Masih ada karyawan yang tidak menggunakan etikanya dengan baik. Diketahui pula bahwa etika di sini belum memiliki peraturan tertulis maupun hukuman bagi para pelanggar etika. Ketika seseorang menggunakan etika dalam komunikasinya sehari-hari, orang tersebut tidak perlu merasa khawatir akan terjadinya kesalahan komunikasi. Dengan beretika baik, orang akan memandang sang komunikator tidak memiliki pesan negatif dari komunikasi yang sedang dilakukan. Inilah mengapa etika sangat diperlukan dalam pelaksanaan komunikasi, khususnya komunikasi verbal dan nonverbal. Dengan beretika baik, seseorang juga akan dipandang, tidak hanya namanya namun perusahaan tempat dimana dia bekerja, dengan memiliki karyawan yang menjunjung tinggi etika, perusahaan unit m&c! comics tentu akan mendapatkan dampak baik darinya, citra perusahaan Kompas Gramedia pun akan semakin baik dipandang oleh masyarakat. Membangun etika yang baik akan menumbuhkan citra yang baik pula di mata masyarakat, khususnya karena semua tau bahwa masyarakat lah yang selalu menilai.
Berikut merupakan rumusan masalah yang akan dibahas dalam penelitian, yakni: 1) Bagaimana strategi komunikasi internal di perusahaan redaksi m&c! comics? 2) Bagaimana komunikasi interpersonal pada perusahaan redaksi m&c! comics? 3) Bagaimana pentingnya etika di dalam perusahaan redaksi m&c! comics? Dan berikut merupakan tujuan penelitian yang ingin dicapai penuli, yakni: 1) Untuk mengetahui strategi komunikasi internal di perusahaan redaksi m&c! comics. 2) Untuk mengetahui komunikasi interpersonal pada perusahaan redaksi m&c! comics. 3) Untuk mengetahui pentingnya etika di dalam perusahaan redaksi m&c! comics.
METODE PENELITIAN Berdasarkan latar belakang yang telah dibuat, penelitian ini menggunakan pendekatan interpretif. Pendekatan interpretif (interpretive) melihat kebenaran sebagai sesuatu yang subjektif dan diciptakan oleh partisipan. Dan peneliti sendirilah yang bertindak sebagai salah satu partisipan. Pada pendekatan ini terdapat lebih sedikit penekanan pada objektivitas karena sifat objektif yang mutlak sangat tidak mungkin. Akan tetapi hal ini tidak berarti bahwa penelitian pada tradisi ini harus bergantung pada apa yang dikatakan oleh partisipan tanpa ada penelitian di luar peneliti. Untuk peneliti pada tradisi ini, teori direduksi dari berbagai pengamatan dan pengalaman peneliti dengan respondennya. Jenis penelitian yang digunakan adalah penelitian studi kasus. Penelitian studi kasus adalah penelitian terhadap suatu objek yang disebut sebagai kasus. Penelitian ini merupakan penelitian yang dilakukan terhadap objek atau sesuatu yang harus diteliti secara menyeluruh, utuh dan mendalam. Dengan kata lain, kasus yang diteliti harus dipandang sebagai objek yang berbeda dengan objek yang berbeda dengan objek penelitian pada umumnya. Penulis memilih metode penelitian kualitatif. Penulis memilih metode penelitian kualitatif karena penulis ingin menjelaskan lebih mendalam mengenai fokus penelitian yang dilakukan di dalam lingkungan internal m&c! comics. Pada penelitian ini juga dilakukan beberapa wawancara yang dipilih dengan menggunakan teknik purposive sampling, dia memilih narasumber berdasarkan pertimbangan tertentu. Narasumber-narasumber ini dilipih berdasarkan tingkat kepentingan yang mereka miliki di dalam perusahaan dan sejauh mana mereka mengenal perusahaan.
Dalam hal ini dilakukan komunikasi dengan responden melalui wawancara. Metode ini berusaha mengetahui bagaimana responden memandang dunia dari segi perspektif, pikiran dan perasaannya. Teknik pengambilan sample yang digunakan dalam menentukan narasumber adalah Purposive Sample, yaitu memilih orang-orang tertentu karena dianggap – berdasarkan penilaian tertentu – mewakili statistik, tingkat signifikansi, dan prosedur pengujian hipotesis, tidak berlaku bagi rancangan sampling nonprobabilitas. (dalam Rakhmat, 2009, hal.81). Untuk mendukung dan melengkapi penelitian yang teah dilakukan, peneliti juga menggunakan teknik dokumentasi, yang berupa : 1) Foto dengan beberapa narasumber. 2) Hasil wawancara dengan beberapa narasumber dalam bentuk transkrip pertanyaan disertai dengan jawaban dari setiap narasumber. Metode analisis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah mereduksi data. Data yang diperoleh dalam lapangan ditulis dalam bentuk uraian atau laporan yang perinci. Laporan ini akan terus menerus bertambah. Jika tidak segera dianalisis sejak awal, akan menambah kesulitan. Laporan-laporan itu perlu direduksi, dirangkum, dipilih hal-hal yang pokok, difokuskan pada hal-hal yang penting, dicari tema atau polanya. Jadi, laporan lapangan sebagai bahan mentah disingkatkan, direduksi, disusun lebih sistematis, ditonjolkan pokok-pokok yang penting, diberi susunan yang lebih sistematis sehingga lebih mudah dikendalikan. Data yang direduksi memberi gambaran yang lebih tajam tentang hasil pengamatan, juga mempermudah untuk mencari data kembali jika diperlukan. Teknik yang digunakan dalam penelitian ini adalah uji validitas, kemudian dilakukan triangulasi data, yaitu mengecek kebenaran data tertentu dengan membandingkannya dengan data yang diperoleh dari sumber lain. Triangulasi dapat dilakukan juga dengan membandingkan antara hasil dari dua penelitian atau lebih, serta dengan menggunakan teknik yang berbeda, misalnya observasi, wawancara dan dokumen.Triangulasi data tidak hanya menilai kebenaran data, tetapi juga menyelidiki validitas data tersebut.
HASIL DAN BAHASAN A. Strategi komunikasi internal di perusahaan redaksi m&c! comics. Pace dan Faules (dalam Rohim, 2009, hal.110) mengemukakan definisi komunikasi organisasi dari dua perspektif yang berbeda. Pertama, perspektif tradisional (fungsional dan objektif), mendefinisikan komunikasi organisasi sebagai pertunjukan dan penafsiran pesan di antara unit-unit komunikasi yang merupakan bagian dari suatu organisasi tertentu. Kedua, perspektif interpretif (subjektif) memaknai komunikasi organisasi sebagai proses penciptaan makna atas interaksi yang merupakan organisasi. Atau dengan kata lain bahwa komunikasi organisasi menurut perspektif ini adalah “perilaku pengorganisasian” yang terjadi dan bagaimana mereka yang terlibat dalam proses itu berinteraksi dan memberi makna atas apa yang sedang terjadi. Berdasarkan teori di atas, bisa disimpulkan bahwa di setiap perusahaan atau organisasi pasti memiliki yang namanya komunikasi organisasi, yakni bagaimana perilaku seluruh masyarakat pada suatu perusahaan atau divisi tertentu dalam menjalankan kehidupan sehari-hari mereka di dalam lingkungan kerja. Dan juga bagaimana proses interaksi yang terjadi satu sama lain yang tentunya saling memberikan makna tersendiri dalam komunikasinya. Di dalam lingkungan internal m&c! comics, strategi komunikasi internal sangat diperlukan terutama untuk menstabilkan kegiatan produksi di dalam lingkungan itu sendiri. Namun, kegiatan produksi juga ikut didukung oleh bagaimana masyarakat eksternal melihat seperti apa lingkungan internal dari m&c! comics itu sendiri. Dan dalam membangun citra atau persepsi yang baik dari lingkungan eksternal tentu m&c! comics perlu melakukan beberapa strategi-strategi bagaimana berkomunikasi satu sama lain di dalam lingkungan internal perusahaan. Menurut Kasali (dalam Soemirat dan Ardianto, 2012, hal.90) bahwa suatu strategi merupakan rencana yang biasanya memiliki jangka panjang, yang dilakukan praktisi Public Relations pada suatu perusahaan dalam menyusun berbagai rencana teknis, dan langkah komunikasi yang akan diambil sehari-hari. Strategi adalah cara dimana ketika suatu
organisasi atau lembaga akan mencapai tujuannya, tetapi dengan melihat peluang-peluang dan ancaman-ancaman lingkungan eksternal yang dihadapi, juga bagaimana sumber daya dan kemampuan internal. Strategi komunikasi internal yang dimaksud di dalam m&c! comics adalah, bagaimana sistem berkomunikasi yang mereka lakukan setiap hari. Sebagaimana seharusnya sebuah perusahaan, terutama perusahaan yang memiliki nama besar yang tentunya sudah dikenal masyarakat selalu melakukan profesionalitas dalam bekerja, termasuk dalam hal berkomunikasi. Di dalam lingkungan internal tentu dikenal tiga arus komunikasi, yaitu upward, downward dan horizontal communication. Ketiga arus komunikasi ini tentu berbeda-beda komunikator dan komunikan nya. Dan komunikator dari masing-masing arus komunikasi juga mempunyai cara yang berbeda-beda dalam menyampaikan pesannya, atau bisa dikatakan perbedaan posisi atau jabatan seseorang di dalam suatu perusahaan tentu berpengaruh dengan bagaimana orang tersebut menggunakan arus komunikasi internal. Ronald Adler dan George Rodman (dalam Rohim, 2009, hal.109) mencoba menguraikan fungsi dari kedua arus komunikasi internal. Pertama adalah downward communication, komunikasi ini berlangsung ketika orang-orang yang berada pada tataran manajemen mengirimkan pesan kepada bawahannya. Sedangkan upward communication terjadi ketika bawahan mengirim pesan kepada atasannya. Fungsi arus komunikasi dari bawah ke atas ini adalah penyampaian informasi tentang pekerjaan ataupun tugas yang telah dilaksanakan, penyampaian informasi tentang persoalan-persoalan pekerjaan ataupun tugas yang tidak dapat diselesaikan oleh bawahan, penyampaian saran-saran perbaikan dari bawahan, hingga penyampaian keluhan dari bawahan tentang dirinya sendiri maupun pekerjaannya. Arus komunikasi berikutnya adalah horizontal communication, tindak komunikasi ini berlangsung di antara para karyawan ataupun bagian yang memiliki kedudukan yang setara. Berdasarkan teori-teori di atas, dapat dilihat bahwa di dalam lingkungan perusahaan penerbit m&c! comics memang terjadi arus komunikasi internal berupa komunikasi upward, downward, dan horizontal, untuk strategi, mereka memiliki strategi sendiri dalam mengartikan apa itu komunikasi internal dan bagaimana komunikasi ini terjadi di dalam lingkungan m&c! comics, bisa dilihat dari hasil wawancara berikut : a) Wawancara yang dilakukan terhadap Ardiatma Mardhika, selaku Manager dari divisi m&c! comics, bahwa strategi komunikasi internal yang terjadi di dalam lingkungan kerja, dalam prosesnya melihat situasi dan kondisi. Komunikasi internal yang formal akan terlihat hanya pada saat-saat tertentu saja, misalnya saat rapat bulanan, namun komunikasi informal akan jauh lebih ditunjukan dalam kehidupan sehari-hari di kantor. b) Wawancara terhadap Driartha Vera selaku Editor Superintendent dari m&c! comics, menghasilkan bahwa sifat komunikasi internal didapat dari bagaimana karyawan memandang posisi dan jabatan mereka di dalam lingkungan kerja. Karena ketika karyawan memiliki suatu posisi atau jabatan dalam lingkungan kantor, komunikasi internal akan terjadi sesuai dengan kewajibannya masing-masing, atau dapat dikatakan bahwa munculnya strategi komunikasi internal karyawan itu dalam berkomunikasi melalui kesadarannya sendiri akan posisi atau jabatannya. c) Wawancara yang dilakukan terhadap Ikmal Aldwinsyah yang merupakan Design Graphic dari m&c! comics, memberikan hasil bahwa suasana kerja yang terbilang santai, menyebabkan komunikasi internal yang terjadi tidak bersifat formal, atau dengan kata lain informal. Pembawaan berbicara antara satu karyawan dengan karyawan lainnya pun tidak kaku. Berdasarkan hasil observasi yang berkaitan dengan teori di atas adalah arus komunikasi upward, downward, dan horizontal memang terjadi, tetapi karena suasana yang terbilang santai, tidak begitu jelas terlihat perbedaan yang sangat jauh antara ketiga arus komunikasi internal tersebut. Tetapi tentu masih bisa dibedakan yang mana yang jabatannya lebih tinggi dan mana yang lebih rendah, biasanya terlihatnya perbedaan jabatan berdasarkan umur mereka. Juga ditemukan beberapa kasus berupa ketika seseorang yang memiliki jabatan lebih tinggi namun ragu-ragu untuk memberikan perintah sebagaimana mestinya seorang atasan terhadap bawahannya, dan ketika dilakukan observasi lebih lanjut, ditemukan alasan bahwa yang membuat orang tersebut memiliki keraguan karena perbedaan umur yang mereka punya. Dapat dilihat bahwa bawahannya adalah seseorang yang memiliki perbedaan
umur jauh lebih tua daripada atasannya, dengan perbedaan umur tersebut, sang atasan ragu untuk memberikan perintah ataupun bertindak bagaimana semestinnya seorang atasan.
B. Komunikasi interpersonal pada perusahaan m&c! comics Theodorson (dalam Rohim, 2009, hal. 69) mengemukakan bahwa komunikasi adalah proses pengalihan informasi dari satu orang atau sekelompok orang dengan menggunakan simbol-simbol tertentu kepada satu orang atau sekelompok lain. Proses pengalihan informasi tersebut selalu mengandung pengaruh tertentu. Komunikasi yang efektif ditandai dengan hubungan interpersonal yang baik. Kegagalan komunikasi sekunder terjadi, bila isi pesan kita pahami tetapi hubungan di antara komunikasi menjadi rusak. Setiap kali kita melakukan komunikasi, kita tidak saja sekadar menyampaikan isi pesan tetapi kita juga menentukan kadar hubungan interpersonal, bukan saja menentukan “centent” tetapi juga “relationship”. Komunikasi verbal tidak semudah yang kita bayangkan. Simbol atau pesan verbal adalah semua jenis simbol yang menggunakan satu kata atau lebih. Hampir semua rangsangan bicara yang kita sadari termasuk ke dalam kategori pesan verbal disengaja, yaitu usaha-usaha yang dilakukan secara sadar untuk berhubungan dengan orang lain secara lisan. Secara sederhana, pesan nonverbal adalah semua isyarat yang bukan kata-kata. Menurut Larry A. Samovar dan Richard E. Porter, komunikasi nonverbal mencangkup semua rangsangan (kecuali rangsangan verbal) dalam suatu setting komunikasi, yang dihasilkan oleh individu dan penggunaan lingkungan oleh individu, yang memiliki nilai potensial bagi pengirim atau penerima, jadi definisi ini mencangkup perilaku yang disengaja juga tidak disengaja sebagai bagian dari peristiwa komunikasi secara keseluruhan. Kita mengirim banyak pesan nonverbal tanpa menyadari bahwa pesan-pesan tersebut bermakna bagi orang lain. (dalam Mulyana, 2012, hal. 343) Seperti yang dijelaskan pada teori di atas, bahwa komunikasi interpersonal yang efektif adalah komunikasi yang mampu menciptakan hubungan interpersonal yang baik. Dan seorang komunikator harus mampu menyampaikan pesannya agar dapat diterima dengan baik tidak akan ada terjadinya miss communication. Bentuk komunikasi interpersonal yang sering ditemukan adalah komunikasi verbal dan non verbal. Komunikasi verbal yang banyak dilakukan khususnya di lingkungan internal m&c! comics, yang paling sederhana adalah saat bertemu dengan salah satu teman, mereka akan saling mengucapkan “selamat pagi” “sampai jumpa besok” dan lain sebagainya. Komunikasi verbal juga dilakukan setiap saat ketika berbincang-bincang saat makan siang maupun hanya sekadar bertanya tentang pekerjaan. Menurut Suranto dan Lukas (2011, hal.30) beberapa faktor yang mempengaruhi kadar hubungan interpersonal yakni toleransi, kesempatan-kesempatan yang seimbang, sikap menghargai orang lain, sikap mendukung bukan sikap bertahan, sikap terbuka, pemilik bersama atas suatu informasi, kepercayaan, keakraban, kesejajaran, kontrol atau pengawasan, respon, dan suasana emosional. Dari ke dua belas faktor tersebut, masing-masing dapat memberikan pengaruh terhadap kadar hubungan interpersonal secara positif, artinya semakin baik kualitas faktor tersebut maka semakin baik pula kadar hubungan interpersonal. Komunikasi nonverbal yang terjadi di dalam lingkungan m&c! comics, adalah ketika situasi yang tidak memungkinkan untuk melakukan komunikasi verbal, yakni saat pemberitahuan mengenai rapat bulanan, informasi semacam ini hanya akan dilakukan secara nonverbal, atau dengan kata lain melalui media. Atau ketika ada urusan yang penting dan saat yang bersangkutan sedang tidak ada di kantor, melalui media lah jalan yang akan diambil, berbicara melalui media ini pun juga dapat dikatakan sebagai komunikasi nonverbal. Berdasarkan teori di atas, di dalam lingkungan m&c comics, komunikasi verbal dan nonverbal terjadi secara seimbang. Proses terjadinya komunikasi verbal dan nonverbal ini pun melihat situasi dan kondisi yang sedang dihadapi, berikut merupakan hasil wawancara terkait komunikasi interpersonal di m&c comics : a) Wawancara yang dilakukan terhadap Ardiatma Mardhika selaku Manager dari m&c comics yakni ketika pesan bersifat umum, akan lebih digunakan proses komunikasi nonverbal, dimana digunakan media sebagai alatnya. Dan ketika pesan bersifat khusus, akan digunakan cara komunikasi secara langsung, atau komunikasi verbal. b) Dari hasil wawancara terhadap Driartha Vera yang menjabat sebagai Editor Superintendent, didapat bahwa penggunaan komunikasi verbal nonverbal melihat situasi dan kondisi. Ketika situasi memungkinkan untuk berkomunikasi secara
c)
langsung, maka akan dipertimbangkan untuk melakukan komunikasi verbal, daripada harus menggunakan media, atau dengan kata lain komunikasi nonverbal. Hasil wawancara yang didapat dari Ikmal Aldwinsyah yakni Design Graphic dari m&c! comics, bahwa proses komunikasi interpersonal cenderung lebih mengarah kepada komunikasi nonverbal, dimana para karyawan biasa saling berbicara dan berbagi tugas melalui media seperti messenger. Tetapi, dalam pembagian tugas terkadang akan diberikan dengan menggunakan komunikasi verbal.
Berdasarkan hasil observasi yang berhubungan dengan teori di atas adalah proses komunikasi interpersonal yang terjadi adalah komunikasi verbal dan nonverbal. Komunikasi verbal memang sangat terlihat ketika suasana kantor sedang santai, dimana para karyawan akan berbicara satu sama lain, khususnya ketika jam makan siang. Komunikasi nonverbal pun juga terlihat, dan lebih terlihat ketika suasana kantor sedang sepi, para karyawan biasanya akan saling bertukar tugas atau sekedar berbicara dengan komunikasi nonverbal.namun komunikasi nonverbal disini lebih mengarah kepada penggunaan media seperti messenger, atau salah satu media sosial yang sangat dikenal saat ini yakni Whatsapp.
Gambar 1. Bentuk Komunikasi Nonverbal Menggunakan Media Whatsapp (Sumber: peneliti, 2014) Dapat dilihat bahwa gambar tersebut merupakan salah satu bentuk komunikasi nonverbal yang terjadi di dalam lingkungan m&c! comics, ketika tidak memungkinkan untuk berkomunikasi secara langsung, maka komunikasi akan tetap dapat dilakukan dengan menggunakan media. Data yang didapat dari hasil observasi menunjukkan bahwa karyawan m&c! comics masih beranggapan bahwa berkomunikasi langsung adalah cara yang paling efektif dalam menyampaikan suatu pesan, beberapa juga menganggap bahwa menggunakan media terkadang masih sulit dan dalam hal menjelaskan suatu pekerjaan akan terasa lebih rumit.
C. Pentingnya etika di dalam perusahaan redaksi m&c! comics Pendapat Kenneth E. Endersen, yang disitir Effendy (dalam Soemirat dan Ardianto, 2012, hal. 170) mendefinisikan etika sebagai suatu studi tentang nilai-nilai dan landasan bagi penerapannya. Ia bersangkutan dengan pertanyaan-pertanyaan mengenai apa itu kebaikan dan keburukan dan bagaimana seharusnya. Disebutkan pula istilah-istilah etika, etis,
moralitas, dan moral acapkali dipergunakan secara tertukar sehingga membingungkan. Tetapi etika hanya berkaitan dengan tingkah laku atau perbuatan, suatu tindakan yang dilakukan secara sengaja dalam keadaan sadar, sehingga patut dihukum. Bagaimana jenis hukuman dan berat tidaknya hukuman yang dikenakan bergantung pada tindakan yang dilakukan. Dari teori di atas dapat dikatakan bahwa etika sangat penting karena berhubungan dengan bagaimana kita berperilaku sehari-hari, khususnya di lingkungan kerja. Teori tersebut menjelaskan bahwa etika adalah suatu perbuatan atau tindak yang dilakukan secara sadar, sehingga pelanggaran etika yang terjadi perlu ada hukuman. Jika dilihat di dalam lingkungan internal m&c! comics, tidak ada peraturan tertulis, hitam di atas putih bahwa etika ada sesuatu yang memiliki hukum di dalam divisi ini, etika yang berlaku disini juga bukan mengenai bagaimana etika komunikasi interpersonal, melainkan etika karyawan dimana karyawan harus selalu menjaga nama baik perusahaan dan selalu tepat waktu dalam menyelesaikan tugas. Pemakaian etika dalam konteks komunikasi antar pribadi memiliki paradoks tersendiri. Di lain pihak, hal ini dapat menjadi hal yang positif namun terkadang sesuatu yang negatif dan cenderung merusak dan memperburuk keadaan juga dapat terjadi. Berbagai hal dinilai bertanggung jawab atas hal ini. Dimulai dari cara kita berkomunikasi antar sesama hingga pada saat kita menggunakan etika dalam berinteraksi. Persoalan etika yang potensial selalu melekat dalam setiap bentuk komunikasi antar pribadi sehingga komunikasi dapat dinilai dalam dimensi benar-salah, melibatkan pengaruh yang berarti terhadap manusia lain, sehingga komunikator secara sadar memilih tujuan-tujuan tertentu yang ingin dicapai dan cara-cara komunikasi guna mencapai tujuan tersebut. Melihat teori di atas, etika memang sesuatu yang harus jelas maksud dan tujuannya, walaupun disebutkan bahwa etika terkadang dapat menjadi sesuatu yang negatif dan merusak, tetapi kembali kita melihat ke profesionalitas perusahaan dalam membentuk citra perusahaanya, divisi m&c! comics merupakan divisi yang tergabung dalam grup penerbit Kompas Gramedia, sebuah grup penerbit yang sudah memiliki nama besar, banyak masyarakat yang mengenal perusahaan ini. Dengan banyaknya masyarakat yang telah mengenal perusahaan ini, tentu akan memberikan kesan tersendiri apabila ada salah satu karyawannya yang menyalahgunakan dan tidak melaksanakan etika dengan sebagaimana mestinya. Berdasarkan teori di atas, di lingkungan m&c! comics etika memiliki eksistensi namun tidak sangat terlihat, berikut merupakan hasil wawancara : a) Wawancara dengan Ardiatma Mahardhika yang merupakan Manager dari m&c! comics, beliau mengatakan, berbasis pada motto perusahaan yang selalu mengedepankan moral tidak hanya dalam memberikan produk tetapi juga dalam memperlakukan sesama, menurut beliau, inilah yang merupakan sebuah etika di lingkungan m&c! comics. b) Wawancara dengan Driartha Vera yang merupakan Editor Superintendent m&c! comics, bahwa peraturan hitam di atas putih khusus bagi etika memang tidak ada, namun sebagai seorang karyawan, beliau berpendapat bahwa etika adalah sesuatu yang seharusnya sudah ada di dalam diri masing-masing karyawan. c) Wawancara yang dilakukan terhadap Ikmal Aldwinsyah yang merupakan Design Graphic dari m&c! comics, bahwa etika khususnya etika komunikasi interpersonal tidak ada dalam bentuk tertulis, menurut beliau bahwa etika yang ada di dalam lingkungan m&c! comics hanyalah etika ketepatan waktu bagi karyawannya dalam menyelesaikan tugas. Berdasarkan hasil observasi yang berkaitan dengan teori di atas adalah bahwa etika, khususnya etika komunikasi interpersonal bukanlah suatu hal yang ditegakkan di dalam lingkungan m&c! comics. Bahkan bukan sesuatu yang penting sekali yang harus dilakukan kehidupan sehari-hari karyawan, hal ini terlihat dari tidak ada nya peraturan tertulis terkait etika, tidak ada hukum atau sanksi yang mengatasi masalah etika, cara mereka dalam mengatasi masalah etika yakni dengan melakukan teguran. Lebih ditekankan juga bahwa etika adalah hal yang berasal dari diri masing-masing. Berdasarkan hasil studi lapangan, didapatkan bagaimana m&c! mengatasi dan mencegah ketimpangan etika yang mungkin berpotensi pada calon-calon karyawannya dengan mengantisipasinya mulai dari karyawan tersebut melakukan wawancara kerja.
Gambar 2. Proses Penerimaan Karyawan Baru (sumber : m&c! comics, 2014) Dari gambar tersebut dapat dilihat proses penerimaan karyawan baru pada divisi m&c! comics, dan pada tahap interview lanjutan dengan calon karyawan baru, pada tahap inilah mereka akan berusaha mengenal bagaimana karakter dari orang tersebut, dan pada tahap ini lah perusahaan memilah milih mana karyawan yang dapat dikatakan memiliki etika yang baik dan pantas untuk menjadi karyawan di divisi m&c! comics. Ketika perusahaan menggunakan strategi komunikasi internal, penggunaan komunikasi interpersonal dan bagaimana berkomunikasi interpersonal menggunakan etika dengan baik, perusahaan akan lebih mudah untuk mengetahui bagaimana calon karyawan yang pantas untuk bekerja di dalam perusahaan. Pengetahuan akan etika komunikasi interpersonal yang baik juga dapat diuji coba kan kepada calon-calon karyawan saat wawancara kerja berlangsung, dengan mengerti bagaimana strategi yang tepat dalam hal komunikasi internal, perusahaan akan dengan mudah mendapatkan calon karyawan dengan etika yang baik. Sebagai mana menurut Kasali (dalam Soemirat dan Ardianto, 2012, hal.90) bahwa suatu strategi merupakan rencana yang biasanya memiliki jangka panjang, yang dilakukan praktisi Public Relations pada suatu perusahaan dalam menyusun berbagai rencana teknis, dan langkah komunikasi yang akan diambil sehari-hari.
SIMPULAN DAN SARAN A. Simpulan Simpulan yang dapat diambil dari penelitian ini terkait pertanyaan penelitian yang dibuat adalah: a)
Bahwa strategi komunikasi internal yang terlaksana di dalam lingkungan m&c! comics adalah bersifat formal dan informal, dengan memperhatikan situasi dan kondisi yang sedang dihadapi. Ada kalanya saat situasi yang mengharuskan mereka berkomunikasi secara informal yakni pada saat melakukan rapat bulanan. Namun, lebih terlihat lebih banyak situasi dimana komunikasi informal lebih digunakan, bahkan dalam keadaan sehari-hari di lingkungan kantor pun mereka akan menggunakan komunikasi informal. b) Komunikasi interpersonal di dalam lingkungan divisi m&c! comics menggunakan arus komunikasi verbal dan nonverbal. Komunikasi verbal disini digunakan ketika situasi yang memang memungkinkan untuk berbicara secara langsung, atau ketika menyampaikan hal-hal yang bersifat khusus dan penting. Sedangkan komunikasi nonverbal disini lebih mengarah kepada penggunaan media dalam berkomunikasi, ketika pada saat mengobrol, bertanya tentang pekerjaan, memberikan pekerjaan, atau saat menyebarkan berita yang bersifat umum, yang ditujukan untuk banyak karyawan, misalnya undangan rapat, akan lebih mudah menggunakan komunikasi nonverbal.
c)
Dalam mengetahui pentingnya etika komunikasi interpersonal di dalam lingkungan m&c! comics, bisa dilihat dari bagaimana penalaran etika bagi para karyawan. Perusahaan menyadari bahwa etika penting, namun tidak ada peraturan tertulis serta hukum yang jelas dalam mengatasi masalah etika juga lingkungan yang berazaskan kekeluargaan, membuat divi m&c! comics tidak menomorsatukan etika sebagai suatu aset penting yang perlu dikembangkan di lingkungan internal. Divi menganggap bahwa etika adalah hal yang berasal dari diri masing-masing, mereka akan melihat baik buruknya etika seseorang saat melakukan interview kerja.
B. Saran Saran yang dapat diberikan peneliti terkait penelitian ini adalah : 1) Saran Akademis Saran akademis yang dapat diberikan yakni peneliti ingin mengajak untuk senantiasa berkomunikasi dengan menggunakan etika, karena penggunaan etika itu sendiri berhubungan dengan diri sendiri dan bagaimana orang lain menilai pribadi seseorang melalui etika yang dimiliki. Oleh karena itu, etika penting guna membangun pencitraan diri agar dapat diterima dengan baik di masyarakat. 2) Saran Praktis Sedikit saran yang dapat diberikan oleh peneliti kepada perusahaan unit m&c! comics yakni bahwa seharusnya sebuah perusahaan, terutama sebuah perusahaan yang sudah banyak dikenal dalam masyarakat, profesional dalam bekerja sangat diperlukan, khususnya mengenai hal etika. Walaupun etika memang merupakan suatu hal yang berasal dari diri masing-masing orang, namun hendaklahk ita menanamkan etika dengan membuat peraturan tentangnya, dengan membuat peraturan tentang etika, menandakan bahwa perusahaan tersebut mendukung adanya perbaikan etika yang tentunya sangat berguna juga bagi citra perusahaan divisi, dan yang pada akhirnya akan memberikan dampak baik pula bagi perusahaan pusat. Diharapkan perusahaan unit m&c! comics dapat membuat peraturan atau ketentuan atau yang biasa dikenal dengan SOP (Standard Operating Procedure) terkait etika berkomunikasi sebagai bentuk dukungan perusahaan atas perbaikan etika di perusahaannya. 3) Saran Umum Saran yang dapat diberikan kepada masyarakat adalah untuk senantiasa mengerti bagaimana pentingnya etika dalam hal berkomunikasi sehari-hari. Dengan komunikasi masyarakat akan terhindar dari miss communication yang merupakan faktor utama buruknya kualitas hubungan di antara masyarakat itu sendiri.
REFERENSI Ardianto, E. (2011). Metode Penelitian untuk Public Relations. Cetakan Kedua. Bandung : Simbiosa Rekatama Media. Aw, S. (2011). Komunikasi Interpersonal. Cetakan Pertama. Yogyakarta : Graha Ilmu. Berchers, T. (2012). Persuasion in The Media Age. (3rd Edition). United States : Waveland Press. Effendy. (2009). Human Relation & Public Relation. Cetakan Kesembilan. Bandung : Mandar Maju. Gunawan, I. (2013). Metode Penelitian Kualitatif, Teori & Praktik. Cetakan Pertama. Jakarta : Bumi Aksara. Mufid, M. (2012). Etika dan Filsafat Komunikasi. Cetakan Ketiga. Jakarta : Kencana.
Mulyana, D. (2012). Ilmu Komunikasi. Cetakan Keenambelas. Bandung : Rosda. Pace, W.,& Don F. (2010). Komunikasi Organisasi. Deddy Mulyana (Ed.). Cetakan Kesepuluh. Bandung : Rosda. Rakhmat, J. (2009). Metode Penelitian Komunikasi. Cetakan Keempatbelas. Bandung : Rosda. Rohim, S. (2009). Teori Komunikasi: Perspektif, Ragam dan Aplikasi. Cetakan Pertama. Jakarta : Rineka Cipta. Soemirat, S.,& Elvinaro A. (2012). Dasar-Dasar Public Relations. Cetakan Kedelapan. Bandung : Rosda. Suharsono.,& Lukas D. (2013). Komunikasi Bisnis. Cetakan Pertama. Yogyakarta : CAPS. West, R.,& Lynn H. (2008). Pengantar Teori Komunikasi. Maria Natalia (Ed.). Cetakan Ketiga. Jakarta : Penerbit Salemba Humanika.
RIWAYAT PENULIS Panita Nabilah lahir di kota Jakarta pada 19 Oktober 1992. Penulis menamatkan pendidikan S1 di Universitas Bina Nusantara dalam bidang Komunikasi Pemasaran pada tahun 2014.