STRATEGI KOMUNIKASI DALAM DISKUSI KELOMPOK: SEBUAH KAJIAN PADA MAHASISWA JURUSAN PENDIDIKAN BAHASA INGGRIS Rosmania Rima, M.Hum1) 1 Program Studi Pendidikan Bahasa Inggris, Universitas Sultan Ageng Tirtayasa Email :
[email protected]
Abstrak Penelitian ini mengkaji jenis dan alasan penggunaan strategi komunikasi dalam diskusi kelompok pada mahamahasiswa tingkat tiga Jurusan Pendidikan Bahasa Inggris FKIP Universitas Sultan Ageng Tirtayasa pada mata kuliah psikolinguistik. Penelitian ini merupakan deskriptif kualitatif, mengamati jenis dan alasan dari strategi komunikasi. Catatan lapangan, rekaman video, dan pedoman wawancara digunakan sebagai instrumen untuk mengumpulkan data. Temuan penelitian menunjukkan bahwa mahamahasiswa menggunakan dua belas Klasifikasi Strategi Komunikasi Dornyei (1995). Alasan untuk menggunakan strategi komunikasi yang digunakan adalah: menghindari berbicara tentang topik yang kurang familiar; menghindari perangkap di beberapa kesulitan linguistik; mengekspresikan ide dengan cepat dan lebih mudah; merespon spontan terhadap alur diskusi; memberi penekanan pada apa yang diungkapkan secara lisan; meminta item kosakata yang dimengerti dan mengkonfirmasi ide; mengungkapkan makna yang dimaksudkan; mengisi kesenjangan sementara waktu mereka berpikir tentang apa yang harus dikatakan berikutnya; dan membantu berbicara secara efektif ketika salah satu strategi tampaknya tidak bekerja dengan baik dalam mengatasi masalah komunikasi. Kata kunci: Strategi Komunikas;, Diskusi Kelompok; Klasifikasi Dornyei Abstract This study investigated the types and reasons for employing communication strategies in group discussion at the third year students of English Department of FKIP Sultan Ageng Tirtayasa University joining psycholinguistics subject. It was descriptive qualitative research, observing the types and reasons of communication strategies. Field notes, video recording, and interview guide were used as the instruments to collect the data. The findings of the study show that the students employed twelve Dornyei's Classification of Communication Strategy (1995). The reasons for employing communication strategies employed are: to avoid talking about topic the subjects are not familiar with; to avoid being trap in some linguistic difficulties; to express the idea quickly and more easily; to spontaneously response to the flow of discussion; to emphasis what is expressed orally; to ask for incomprehensible vocabulary items and to confirm idea as well; to express the intended meaning; to fill in the gap while the speaker gains time thinking about what to say next; and to support the speech effectively when one strategy seems not to work well in overcoming the communication problem. Key words: Communication Strategies, Group Discussion, Dornyei's Classification
Jurnal Makna, Volume 1, Nomor 1, Maret 2016 – Agustus 2016
64
1. PENDAHULUAN Alasan utama mengapa komunikasi telah menarik perhatian seluruh disiplin ilmu adalah bahwa komunikasi menembus hampir semua kegiatan interaksi manusia. Apa yang membuat manusia unik adalah bahwa komunikasi manusia melibatkan aspek kognitif, emosional, dan sosial yang kompleks. Untuk memudahkan komunikasi, mahasiswa perlu mahasiswa menemukan cara yang efisien untuk dapat menyampaikan ide-ide mereka. Strategi komunikasi sangat penting dalam membantu pembelajar bahasa kedua atau asing agar dapat berkomunikasi dengan baik ketika mereka dihadapkan dengan masalah produksi bahasa karena kurangnya pengetahuan linguistik (Rababah, 2003: 77). Ranah penelitian utama dalam akuisisi bahasa kedua adalah klarifikasi dan penjelasan dari strategi pembelajaran yang diterapkan oleh pembelajar bahasa dan hubungan strategi ini dengan variabel mahasiswa lainnya seperti motivasi, jenis kelamin, usia, tingkat kemampuan, dan sejenisnya (Chamot & El- Dinary 1999; El-Dib, 2004; Green & Oxford, 1995). Penelitian kontemporer juga mempelajari dampak dari pilihan dan penerapan strategi pembelajaran, seperti efek dari bahasa sasaran (Chamot & Keatley, 2004; Oxford, Cho, Leung & Kim, 2004). Strategi komunikasi merupakan teknik mengatasi kesulitan dalam berkomunikasi dalam bahasa kedua yang tidak dikuasai secara utuh (Stern, 1983: 411). Tiga karakteristik yang terkait dengan banyak strategi tersebut adalah berbasis masalah (digunakan ketika masalah komunikasi muncul), sadar dan disengaja. Tipologi Tarone (1977) untuk strategi komunikasi adalah salah satu yang berpengaruh dan awal, kemudian diikuti oleh Faerch dan Kasper (1983) dan Bialystok (1990). Kebanyakan penelitian telah perfokus pada strategi leksikal, dan berusaha untuk menghubungkan variabel strategi komunikasi dengan variabel
seperti kemampuan mahasiswa, jenis tugas dan kepribadian mahasiswa, sedangkan ada upaya (terutama di Bialystok, 1990) untuk menghubungkan secara paralel dengan penggunaan strategi pembelajaran bahasa pertama, terutama oleh anak-anak. Beberapa peneliti telah mengkaji peran strategi komunikasi dalam proses pembelajaran, tetapi kesimpulan yang jelas belum tersedia. Penelitian ini dilakukan berdasarkan pada keyakinan bahwa mahasiswa harus dibuat sadar akan penggunaan strategi komunikasi. Oleh karena itu, penelitian ini bertujuan untuk menjawab pertanyaan-pertanyaan berikut: 1. Apa jenis strategi komunikasi yang digunakan dalam diskusi kelompok oleh mahasiswa tingkat tiga Jurusan Pendidikan Bahasa Inggris FKIP Universitas Sultan Ageng Tirtayasa? 2. Apa alasan penggunaan strategi komunikasi dalam diskusi kelompok oleh mahasiswa tingkat tiga Jurusan Bahasa Inggris FKIP Universitas Sultan Ageng Tirtayasa?
2. KAJIAN LITERATUR Strategi Komunikasi Komunikasi secara sederhana didefinisikan sebagai proses di mana pesan dikirim dari pengirim ke penerima. Secara teknis, dikatakan bahwa pengirim mengkodekan pesan dan penerima mendekode (Thao, 2005). Istilah Strategi komunikasi ini diciptakan oleh Selinker (1972); yaitu mengacu pada pendekatan bahwa seorang mahasiswa menggunakan strategi untuk komunikasi dengan penutur asli. Menurut Surapa dan Channarong (2011), tipologi dan klasifikasi strategi komunikasi telah diklasifikasikan secara berbeda mengikuti prinsip-prinsip terminologi dan kategorisasi peneliti yang berbeda. Sampai saat ini, belum ada kesepakatan tentang klasifikasi ini.
Jurnal Makna, Volume 1, Nomor 1, Maret 2016 – Agustus 2016
65
Bialystok (1990) menganalisis secara komprehensif strategi komunikasi yang digunakan pada bahasa kedua dan Dornyei (1995) mengklasifikasikan berbagai jenis strategi komunikasi. Perspektif psikolinguistik Faerch dan Kasper (1983, 1984) dan pandangan interaksional dari Tarone (1980) telah banyak digunakan untuk mengkaji penerapan strategi komunikasi. Dalam rangka pemecahan masalah psikologis yang diusulkan oleh Faerch dan Kasper ini (1983; 1984), ketika penutur kekurangan pengetahuan linguistik, mereka menggunakan strategi komunikasi untuk memecahkan masalah komunikatif mereka. Dengan restrukturisasi ucapan, mereka berhasil mengimbangi kurangnya pengetahuan linguistik tertentu. Berdasarkan kerangka pemecahan masalah psikologis, strategi diklasifikasikan ke dalam reduction strategy dan achievement strategy. Reduction strategy seperti meaning replacement, message abandonment dan topic avoidance yang digunakan dengan tujuan memberikan sebuah fragmen dari tujuan komunikasi. Di sisi lain, strategi pencapaian seperti appeal, literal translation, code-switching, restructuring, word coinage, paraphrasing dan strategi nonlinguistik digunakan untuk mempertahankan tujuan asli dari pengguna bahasa. Penggunaan strategi pencapaian dapat membantu menjembatani kesenjangan komunikasi dengan lawan bicara. Dalam pandangan interaksional yang dikemukan oleh Tarone (1980; 1981), perhatian utama diarahkan untuk negosiasi bersama makna antara penutur. Ini berarti bahwa mitra sadar dapat membuat keputusan berdasarkan niat komunikatif mereka dan ketika mereka tidak memiliki sumber daya linguistik yang cukup dalam percakapan, mereka dapat menerapkan strategi komunikasi dengan meminta bantuan atau menawarkan bantuan untuk mengisi kesenjangan dalam komunikasi. Dalam klasifikasi Tarone ada strategi komunikatif
termasuk transfer (misalnya, languageswitch dan literal translation), paraphrase (misalnya, word coinage, approximation dan circumlocution), appeal for mime, assistance, avoidance (misalnya, message abandonement dan topic avoidance). Strategi ini menyerupai kerangka Kasper dan Faerch(1984), tetapi penekanannya adalah bahwa baik penyampai dan penerima pesan aktif memanfaatkan strategi komunikasi untuk membantu satu sama lain ketika mereka menghadapi masalah komunikasi. Kerangka Tarone mendukung kerangka yang disarankan oleh Paribakht (1985) dan Labarca dan Khanji (1986). Banyak peneitian (misalnya, Bialystok, 1983; Bialystok dan Frohlich, 1980; Haastrup dan Phillipson, 1983; Lafford PT, 2004; Kellerman, Ammerlaan, Bongaerts dan Poulisse, 1990; Poulisse dan Schils, 1989) telah mengacu pada kerangka psikolinguistik Faerch dan Kasper (1984). Untuk mendukung dua kerangka kerja ini, Clennell (1995) memperkenalkan perspektif wacana strategi komunikasi yang, pada kenyataannya, berdasarkan gagasan perencanaan strategi Faerch dan Kasper (1984). Meskipun dikenal karena adanya aspek psikologis dalam melihat pemecahan masalah strategi komunikasi, Faerch dan Kasper percaya bahwa mahasiswa tingkat lanjut dapat memprediksi masalah komunikasi sebelum terjadi dan menyiapkan strategi komunikasi terkait dengan kelancaran dan kefasihan komunikasi. Dornyei (1995) mengemukakan dua cabang dari strategi komunikasi yang jauh berbeda satu sama lain: avoidance dan compensation. Yang pertama mengacu pada kecenderungan mahasiswa untuk tidak menggunakan unsur-unsur linguistik tertentu karena kendala fonologi, sintaksis, atau leksikal. Hal ini juga dapat terkait dengan topik diskusi (Brown, 2000). menghindari topik mungkin cara yang paling sering digunakan mahasiswa. Misalnya, ketika ditanya pertanyaan
Jurnal Makna, Volume 1, Nomor 1, Maret 2016 – Agustus 2016
66
tertentu, mahasiswa yang tidak tahu jawabannya hanya akan diam tentang topik itu, maka, meskipun berguna untuk interaksi sehari-hari, strategi penghindaran bukanlah cara terbaik bagi mahasiswa EFL dalam proses pembelajaran asing bahasa. Cabang kedua dari strategi komunikasi adalah strategi compensation yang melibatkan kompensasi untuk pengetahuan yang hilang. Menurut klasifikasi Dornyei (1995) ini, ada sebelas strategi kompensasi dengan berbagai tingkat aplikasi, misalnya, circumlocution, word coinage, prefabricated patterns, appealing for help and stalling, timegaining strategies, dan lain-lain. Strategi komunikasi Tarone (1980) mengacu pada upaya antara dua lawan bicara untuk menyepakati makna dalam situasi di mana struktur makna yang diperlukan tampaknya tidak tercapai. Konsep sentralnya adalah negosiasi makna bersama. Taksonomi Strategi Komunikasi Dornyei Taksonomi ini merupakan salah satu taksonomi yang paling banyak dirujuk sebagai strategi komunikasi dalam penelitian yang terkait di bidang ini. Taksonomi Dornyei (1995) ini diuraikan berdasarkan strategi yang paling umum dan penting yang secara konsisten muncul dalam taksonomi sebelumnya. Gambar berikut mengilustrasikan taksonomi dan strategi tersebut.
Avoidance or Reduction Strategies 1. Message abandonment 2. Topic avoidance Achievement or Compensatory Strategies 3. Circumlocution 4. Approximation 5. Use of all-purpose words 6. Word-coinage 7. Use of non-linguistic means 8. Literal translation 9. Foreignizing 10. Code switching 11. Appeal for help Stalling Stalling or Time-gaining Strategies 12. Use of fillers/hesitation devices Tabel 1. Taksonomi Strategi Komunikasi Dornyei (1995) 3. METODE PENELITIAN Pendekatan penelitian ini adalah kualitatif. Data meliputi Strategi Komunikasi yang digunakan dalam diskusi kelompok pada mahasiswa tingkat tiga Jurusan Pendidikan Bahasa Inggris FKIP Universitas Sultan Ageng Tirtayasa. Subyek yang digunakan sebanyak dua puluh (20) mahasiswa dari kelas psikolinguistik. Dalam penelitian ini data yang dikumpulkan berasal dari hasil pengamatan, catatan lapangan, wawancara dengan mahasiswa, rekaman video dan foto. Data dari penelitian ini berasal dari transkripsi dari mahasiswa ketika melakukan diskusi kelompok dan wawancara untuk mengetahui alasan mahasiswa menggunakan beberapa strategi komunikasi dalam diskusi mereka. Peneliti mengembangkan informasi dengan menggunakan kredibilitas data menggunakan triangulasi. Untuk analisis data dalam penelitian kualitatif, peneliti menggunakan tiga teknik, yaitu data reduction, data display, dan conclusion drawing atau verification. Data reduction adalah proses pembuatan ringkasan dari poin utama, menyusun dan mengkategorikan data berdasarkan klasifikasinya (Moloeng, 2000: 190). Oleh karena itu, sangat penting bagi penulis untuk mereduksi data untuk mendapatkan
Jurnal Makna, Volume 1, Nomor 1, Maret 2016 – Agustus 2016
67
gambaran yang jelas dan untuk memudahkan dalam menganalisis data karena ada banyak data yang diambil dalam penelitian ini. Peneliti berfokus pada data yang terkait dengan penggunaan strategi komunikasi yang digunakan oleh mahasiswa berdasarkan klasifikasi taksonomi Dornyei dan Scott. Langkah kedua adalah, data display untuk mengklasifikasikan data berdasarkan taksonomi Dornyei dan Scott, termasuk jenis strategi komunikasi, jenis yang dominan, dan alasan mahasiswa menggunakan strategi komunikasi dalam diskusi kelompok. Langkah terakhir adalah menarik kesimpulan dimana peneliti menulis kesimpulan berdasarkan temuan. 4. HASIL DAN PEMBAHASAN Peneliti akan menganalisis hasil penelitian berdasarkan teori-teori yang telah diuraikan di bagian sebelumnya. Peneliti juga membahas hasil berdasarkan instrumen yang digunakan dalam penelitian ini. Dalam diskusi ini, peneliti memberikan gambaran strategi komunikasi yang digunakan oleh mahasiswa dalam kegiatan diskusi kelompok yang dikemukanan oleh Dornyei (1995). Berdasarkan wawancara dan observasi yang telah dilakukan oleh peneliti, dapat disimpulkan bahwa dalam diskusi kelompok, mahasiswa selalu menggunakan strategi komunikasi untuk membantu mereka untuk mengekspresikan
ide-ide mereka. Mereka menggunakan strategi ini karena kesulitan yang mereka sering dihadapi ketika mereka sedang mendiskusikan topik tertentu yang sulit atau asing bagi mereka. Berdasarkan hasil wawancara dan hasil observasi, ada dua belas strategi komunikasi yang digunakan oleh mahasiswa untuk mengekspresikan ide-ide mereka dalam berbicara; Message Abandonment, Topic Avoidance, Circumlocution, Approximation, Use of All-Purpose Words, Word Coinage, Use of Non-Linguistic Means, Literal Translation, Foreignizing, Code Switching, Appeal for Help dan Filler atau Hesitation. Peneliti telah menemukan dua ratus tujuh puluh sembilan (279) ungkapan dari dua puluh (20) mahasiswa yang bergabung dalam diskusi kelompok. Para mahasiswa menggunakan semua strategi dalam diskusi kelompok dan bahkan mahasiswa bisa menggunakan lebih dari satu strategi komunikasi. Peneliti telah menemukan tiga puluh tujuh (37) message abandonment, sepuluh (10) topic avoidance, lima (5) circumlocution, empat (4) approximation, tujuh (7) all purpose word, satu (1) word coinage, empat belas (14) non-linguistic means, satu (1) literal translation, dua belas (12) untuk foreignizing, enam (6) code-switching, tiga puluh sembilan (39) appeal for help, dan satu ratus empat puluh tiga (143) filler atau hesitation utterence yang mewakili appeal for assistance dari jenis strategi komunikasi.
Jurnal Makna, Volume 1, Nomor 1, Maret 2016 – Agustus 2016
68
NO 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12
Jenis Srategi Komunikasi Message Abandonment Topic Avoidance Circumlocution Approximation Use of All-Purpose Words Word Coinage Use of Non-Linguistic Means Literal Translation Foreignizing Code Switching Appeal for Help Filler or Hesitation Jumlah
Frekuensi 37 10 5 4 7 1 14 1 12 6 39 143 279
Persentase 13.26 % 3.58 % 1.79 % 1.43 % 2.51 % 0.36 % 5.02 % 0.36 % 4.30 % 2.15 % 13.98 % 51.25 % 100 %
Tabel 2. Persentase Strategi yang Digunakan oleh Mahasiswa Strategi approximation digunakan oleh mahasiswa untuk mengekspresikan ide-ide mereka dalam diskusi karena benar-benar bisa membantu mereka ketika mereka tidak tahu atau lupa tentang pola atau struktur yang sesuai dalam bahasa target, sehingga mereka bisa tetap berbicara menggunakan kata-kata serupa atau istilah terhadap ide-ide yang ingin mereka ungungkapkan. Strategi approximation digunakan ketika mahasiswa menggunakan kata yang tidak tepat, tetapi yang mengacu pada objek atau peristiwa yang sama (Tarone dalam Saville dan Troike, 2006: 169). Strategi ini sering digunakan oleh mahasiswa karena ketika berbicara hal utama, mereka tidak hanya harus memperhatikan aturan tata bahasa, tetapi juga konten yang mereka bicarakan. Oleh karena itu, dalam berbicara mahasiswa mencoba untuk memperhatikan tata bahasa mereka, tapi kadang-kadang diabaikan karena pembicara berfokus pada konten topik yang sedang didiskusikan. Strategi stalling atau time- gaining juga sering digunakan oleh mahasiswa dalam diskusi. Para mahasiswa menggunakan strategi ini dengan berhenti sejenak atau bergumam dan mencoba untuk berpikir tentang pernyataan yang akan mereka bicarakan. Mereka menggunakan strategi ini untuk membantu mereka ketika mereka lupa dan mencoba mengingat materi yang akan diungkapkan
dalam diskusi. Strategi ini menggunakan filler atau hesitation device untuk mengisi jeda dan mengulur waktu untuk berpikir, misalnya; baik, sekarang, eh, um (Dornyei dalam Nugroho, 2011: 20). Strategi message abandonment digunakan oleh mahasiswa ketika mereka menemukan beberapa topik yang asing atau sulit dalam diskusi. Hampir semua mahasiswa mengatakan bahwa ketika mereka sedang mendiskusikan tentang topik yang mereka tidak tahu, mereka akan memberikan argumen atau pendapat yang berbasis pada pengetahuan mereka meskipun itu tidak ada hubungannya dengan pernyataan sebelumnya. strategi ini digunakan karena mahasiswa menyerah pada topik yang didiskusikan karena terlalu sulit untuk dibicarakan (Tarone, 1977). Oleh karena itu, dengan menggunakan strategi ini, mahasiswa dapat mempertahankan atau melanjutkan berbicara mereka meskipun topik tersebut sulit bagi mereka. Literal translation, circumlocution, dan mime digunakan oleh mahasiswa untuk mengekspresikan ide-ide ketika mereka tidak bisa mengungkapkannya dengan menggunakan kata-kata atau istilah yang tepat dalam bahasa target. Sebagian besar mahasiswa mengatakan bahwa mereka mencoba untuk mengekspresikan ide-ide mereka menggunakan kata-kata atau istilah lain ketika mereka tidak tahu kata-kata, istilah,
Jurnal Makna, Volume 1, Nomor 1, Maret 2016 – Agustus 2016
69
atau peristiwa tertentu dalam bahasa target dan menghindari penggunaan bahasa sumber. Penggunaan strategi ini ialah dengan menggambarkan suatu objek atau peristiwa melalui kosakata lain dan menggunakan gesture untuk merujuk pada suatu objek atau peristiwa (Tarone, 1977). Strategi terakhir yang digunakan oleh mahasiswa berdasarkan wawancara adalah appeal for help. Hampir semua mahasiswa menggunakan strategi ini untuk membantu mereka untuk mengekspresikan ide dalam berdiskusi. Para mahasiswa mengatakan bahwa dalam diskusi, mereka mendiskusikan dengan teman-teman dan dosen mereka. Karena ketika mereka benar-benar tidak tahu bagaimana mengungkapkan objek atau peristiwa tertentu dalam bahasa target, mereka bisa langsung meminta teman-teman mereka atau dosen dengan mengatakan “what is it?” atau “how do you call it?". Penggunaan strategi ini bisa membuat interaksi antara interlocutor (pembicara dan pendengar) ketika ada kesenjangan dalam pengetahuan bahasa target seseorang ketika berbicara (Dornyei 1995). Approximation, literal translation, dan circumlocution yang digunakan oleh mahasiswa bisa membantu mereka untuk mengekspresikan ide-ide mereka dalam diskusi. Dengan menggunakan strategi ini, mereka bisa menyampaikan beberapa katakata sulit dalam bahasa target. Strategi ini adalah strategi berdasarkan bahasa target yang bisa membuat mahasiswa menghindari penggunaan bahasa sumber. Meskipun strategi message abandonment bisa membantu mahasiswa untuk tetap berbicara dalam diskusi tapi tidak memberikan manfaat bagi mereka karena dengan menggunakan strategi ini, mereka tidak bisa memberikan argumen yang lebih untuk mendukung pembicaraan. Sementara itu, strategi codeswitching membantu mahasiswa ketika mereka tidak bisa mengungkapkan beberapa istilah dalam bahasa target, namun jika mereka terlalu sering menggunakan strategi ini berarti
menunjukkan bahwa mereka memiliki kekurangan kosa kata. Strategi stalling benar-benar bisa membantu mahasiswa untuk mengekspresikan ide-ide dalam diskusi. Dengan menggunakan strategi ini mahasiswa bisa mengingat dan berpikir tentng argumen berikutnya yang akan mereka jelaskan. Namun, jika mahasiswa berhenti lama, itu akan membuat performa mereka menjadi lebih buruk karena mereka akan tampak bingung dan tidak mengetahui topik dengan baik. Strategi appeal for help jarang digunakan oleh mahasiswa karena mereka mencoba untuk mandiri dalam menyampaikan ide-ide mereka. Ini adalah strategi terakhir yang dipilih oleh mahasiswa ketika mereka menemukan beberapa hal sulit dalam bahasa target dan tidak tahu bagaimana mengekspresikan ide-ide mereka dalam diskusi, mereka akan langsung bertanya pada teman-teman atau dosen. Strategi terakhir yang digunakan adalah penggunaan all purpose word. Strategi ini jarang digunakan oleh mahasiswa karena kata yang mereka katakan tidak terkait dengan topik atau argumen dan itu semacam kata tidak penting seperti "ya". Oleh karena itu, strategi ini tidak memberikan dampak yang baik bagi mereka. 5.
KESIMPULAN Strategi komunikasi merupakan salah satu komponen penting dalam pembelajaran bahasa asing karena dapat membantu mahasiswa untuk mengekspresikan ide-ide dalam berbicara. Penelitian ini bertujuan untuk menggambarkan bagaimana mahasiswa menggunakan strategi komunikasi berdasarkan taksonomi Strategi Komunikasi Dornyei untuk mengekspresikan ide-ide mereka dalam diskusi kelompok. Berdasarkan hasil analisis, peneliti dapat menarik kesimpulan. Pertama, semua subjek penelitian menggunakan semua jenis strategi komunikasi sesuai dengan taksonomi yang dikemukakan oleh
Jurnal Makna, Volume 1, Nomor 1, Maret 2016 – Agustus 2016
70
Dornyei yaitu: message abandonment, topic avoidance, circumlocution, approximation, use of all purpose words, word coinage, use of non-linguistic means, literal translation, foreignizing, code switching, appeal for help, dan filler atau hesitation. Mereka menggunakan jenis strategi komunikasi berdasarkan kebutuhan dan situasi yang dihadapi. Filler atau hesitation merupakan jenis strategi komunikasi dominan yang digunakan sebanyak 143 ungkapan atau 51,25% sedangkan yang terendah adalah literal traslation sebanyak 1 ungkapan atau 0,36%. Kedua, alasan menggunakan strategi komunikasi dapat dijelaskan sebagai berikut. (1) Message abandonment (13,26%) digunakan untuk menghindari terperangkap dalam kesulitan linguistik karena subjek penguasaan bahasa tidak dapat mengatasi masalah komunikasi. (2) Topic avoidance (3,58%) digunakan untuk menghindari berbicara tentang topik yang tidak familiar. (3) Circumlocution (1,79%) digunakan untuk menyatakan makna yang dimaksud dengan kata atau frasa yang berbeda. (4) Approximation (1,43%) digunakan untuk mengekspresikan ide secara cepat dan dianggap dapat lebih mudah dipahami. (5) all purpose word (2,51%) digunakan untuk mengisi kesenjangan sementara waktu ketika si pembicara berpikir tentang apa yang harus dikatakan selanjutnya. (6) Word coinage (0,36%) digunakan untuk mengkomunikasiakan konsep yang diinginkan dengan membuat kata atau frasa baru(7) Non-Linguistic means (5,02%) digunakan sebagai penekanan apa yang diungkapkan secara lisan dan untuk membantu orang lain lebih memahami pernyataan lisan. (8) Literal translation (0.36%) digunakan untuk mengungkapkan makna yang dimaksudkan ketika istilah yang tepat tidak diketahui. (9) Foreignizing (4,30%) digunakan untuk memodifikasi bahasa sumber kedalam bahasa target (10) Kode-Switching (2,15%) digunakan untuk memberikan respon
spontan terhadap alur diskusi. (11) appeal for help (13,98%) digunakan untuk bertanya mengenai item kosakata yang tidak dimengerti dan mengkonfirmasi ide. (12) filler atau hesitation device (51,25%) digunakan untuk memberikan tanda bahwa pembicara masih memiliki niat untuk melanjutkan pernyataan meskipun mereka memerlukan jeda. Kombinasi dari beberapa strategi digunakan untuk mendukung berbicara secara efektif ketika salah satu strategi tampaknya tidak bekerja dengan baik dalam mengatasi masalah komunikasi. Hal ini mengarah pada saran bahwa guru atau dosen bahasa Inggris harus memberikan penjelasan mengenai strategi komunikasi dalam mengajar mereka karena selain mengatasi masalah komunikasi, hal tersebut juga dapat mengembangkan penguasaan bahasa Inggris mahasiswa. Mahasiswa disarankan untuk menggunakan strategi komunikasi yang dapat membantu mereka mengatasi hambatan komunikasi serta meningkatkan kemampuan bahasa Inggris mereka. Peneliti juga menyarankan peneliti selanjutnya melakukan penelitian lebih lanjut tentang strategi komunikasi dan dampaknya terhadap perkembangan bahasa mahasiswa..
6. REFERENSI Bialystok, E. & Frohlich, M. (1980). Oral communication strategies for lexical difficulties. Interlanguage Studies Bulletin, 5, 3-30. Bialystok, E. (1990). Communication strategies: A psychological analysis of second language use. London: Blackwell. Brown, H.D. (2000). Principles of language learning and teaching. (4th ed.). NY: Longman. Chamot, A. U., & El-Dinary, P. B. (1999). Children’s learning strategies in
Jurnal Makna, Volume 1, Nomor 1, Maret 2016 – Agustus 2016
71
immersion classrooms. The Modern Language Journal, 83(3), 319-341
interaction. Studies in Second Language Acquisition, 8, 68-79.
Clennell, C. (1995). Communication strategies of adult ESL learners: A discourse perspective. Prospect, 10(3), 4-20.
Lafford, B. A. 2004. The effect of the context of learning on the use of communication strategies by learners of Spanish as a second language. Studies in Second Language Acquisition, 26, 201-223.
El-Dib, M.A.B. (2004). Language learning strategies in Kuwait: Links to gender, language level, and culture in a hybrid context. Foreign Language Annals, 37, 85-95. Faerch, C. & Kasper, G. (1983). Plans and strategies in foreign language communication. In C. Faerch and G. Kasper (Eds.), Strategies in interlanguage communication (pp. 20-60). London: Longman. Faerch, C., & Kasper, G. (1984). Two ways of defining communication strategies. Language Learning, 34(1), 45-63. Green, J. M., & Oxford, R. L. 1995. A closer look at learning strategies, L2 proficiency, and gender. TESOL Quarterly, 29(2), 261-297. Haastrup, K., & Phillipson, R. 1983. Achievement strategies in learner/native speaker interaction. In C. Faérch & G. Kasper (Eds.), Strategies in interlanguage communication London: Longman, 140-158. Kellerman, E., Ammerlaan, T., Bongaerts, T. & Poulisse, N. 1990. System and hierarchy in L2 compensatory strategies. In R. C. Scarcella, E. S. Andersen, & S. D. Krashen (Eds.) Developing communicative competence in second language (pp. 163-178). New York Labarca, A., & Khanji, R. 1986. On communication strategies: Focus on
Nugroho, H. A. 2011. The Student’s Communication Strategies in Speaking Class at the English Department of State University of Surabaya. Universitas Negeri Malang Oxford, R., Cho, Y., Leung, S., & Kim, HJ. 2004. Effect of the presence and difficulty of task on strategy use: An exploratory study. International Review of Applied Linguistics, 42, 1-47. Paribakht, T. 1985. Strategic competence and language proficiency. Applied Linguistics, 6, 132-146. Rababah, G. 2005. Communication problems facing Arab learners of English. King Saud University, Riyadh, Saudi Arabia. Journals of language and learning, 3(1), 180-197 Savile, Troike. 2006. Introducing Second Language Acquisition. New York: Cambridge University Press. Selinker, L. 1972. Interlanguage. IRAL, 10(3), 209-231. Stern H. H. 1983. Fundamental concepts of language teaching. Oxford: Oxford University Press. Surapa, S. & Channarong, I. 2011. Strategies for coping with face-toface oral communication problems employed by Thai university students majoring in English. Gema
Jurnal Makna, Volume 1, Nomor 1, Maret 2016 – Agustus 2016
72
OnlineTM Journal of Studies, 11(3), 83-96
Language
Tarone, E. 1977. Conscious communication in interlanguage. A progress report. In H. D. Brown,C.A. Yorio & R.C. Crymes (Eds), On TESOL ’77. Washington DC: TESOL. Tarone, E. 1980. Communication strategies, foreigner talk and repair in interlanguage. Language Learning (30) , 417-431. Thao, L. 2005. Communicative strategies in interlanguage. Australian Association for Research in Education. Faculty of Education, University of Tasmania: Australia.
Jurnal Makna, Volume 1, Nomor 1, Maret 2016 – Agustus 2016
73