Prosiding Seminar Nasional Kimia, ISBN : 978-602-0951-00-3 Jurusan Kimia FMIPA Universitas Negeri Surabaya, 20 September 2014
Keterampilan Komunikasi Mahasiswa Pendidikan Kimia Unggulan 2013 dalam Bahasa Inggris Pada Materi Kimia Dalam Pembelajaran Kooperatif Bertha Yonata Jurusan Kimia FMIPA Univeristas Negeri Surabaya
Abstrak : Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui aktivitas komunikasi dalam Bahasa Inggris pada materi kimia melalui pembelajaran kooperatif. Penelitian ini dilaksankan pada mata kuliah English for Chemistry II. Penelitian ini merupakan penelitian tindakan kelas yang bertujuan mengupayakan agar komunikasi mahasiswa menjadi aktif dan diharapkan menambah pengetahuan mahasiswa mengenai konsep kimia serta istilah kimia dalam Bahasa Inggris. Penelitian dilaksanakan di Jurusan Kimia Unesa semester genap 2013-2014 di kelas Pendidikan Kimia Unggulan 2013 dengan mengimplementasikan model pembelajaran kooperatif tipe TPS termodifikasi dengan metode diskusi. Penelitian dilakukan di ruang kuliah di Jurusan Kimia FMIPA Unesa. Pengambilan data aktivitas mahasiswa dalam berkomunikasi dilakukan oleh pengamat dan dinilai oleh mahasiswa pasangan diskusi. Selain aktivitas mahasiswa, pengamat juga mengamati keterlaksanaan pembelajaran. Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan, dapat ditarik kesimpulan bahwa model pembelajaran kooperatif tipe TPS termodifikasi dengan metode diskusi efektif untuk mengaktifkan komunikasi dalam Bahasa Inggris mahasiswa Pendidikan Kimia Unggulan 2013 pada materi kimia. Keefektifan ini dilihat dalam tiga kali pertemuan atau tiga siklus aktivitas mahasiswa dalam berkomunikasi dalam Bahasa Inggris menggunakan ≥ 75% dari waktu yang disediakan untuk fase 4 (Membimbing kelompok bekerja dan belajar). Di akhir siklus ketiga mahasiswa dinilai kemampuan komunikasi melalui presentasi mengenai beberapa topik antara lian polusi, industri tekstil, industri rumah tangga, dan bahan makanan yang dilakukan secara individu. Proses perkuliahan English For Chemistry II dengan menerapakan model pembelajaran kooperatif metode diskusi direspon positif oleh mahasiswa. Kata kunci: keterlaksanaan pembelajaran, aktivitas komunikasi, respon mahasiswa
C - 172
Prosiding Seminar Nasional Kimia, ISBN : 978-602-0951-00-3 Jurusan Kimia FMIPA Universitas Negeri Surabaya, 20 September 2014 PENDAHULUAN
bertanya dalam Bahasa Inggris. Mahasiswa yang aktif berkomunikasi verbal dalam kegiatan pembelajaran di kelas akan nampak sangat dominan dibandingkan mahasiswa yang lain. Hal ini justru akan menurunkan motivasi mahasiswa pasif untuk ikut serta dalam kegiatan di kelas terutama pada saat diskusi. Hal ini juga didukung penelitian dari Applegate (1969) dalam Gall (2001) yang menemukan bahwa meskipun dalam diskusi di kelas yang seharusnya bersifat terbuka ada sebagian siswa yang sangat mendominasi kegiatan diskusi sedangkan sebagian yang lain duduk pasif (diam) tanpa memberikan kontribusi selama diskusi berlangsung.
Bahasa Inggris merupakan medium komunikasi internasional. Hampir semua buku teks terkait materi kimia ditulis dalam Bahasa Inggris. Sehingga Bahasa Inggris haruslah menjadi keterampilan berkomunikasi bagi akademisi, tidak terkecuali bagi mahasiswa. Di Jurusan Kimia FMIPA Unesa terdapat mata kuliah English for chemistry I dan II yang mendukung keterampilan dalam berbahasa Inggris dari segi speaking, writing, mendengar listening, dan reading. Mata kuliah ini bertujuan agar mahasiswa dapat menentukan strategi yang tepat pada saat listening, Structure, reading yang digunakan pada diskusi dan presentasi mengenai topik yang berkaitan dengan kimia. Hal ini dapat juga dimaknai agar mahasiswa dapat menuliskan kembali pengalaman sehari-hari serta topik-topik bacaan yang diberikan serta mempresentasikan hasil tulisannya dalam Bahasa Inggris di depan kelas, melatih kemampuan listening dengan menyimak serta menuliskan kembali isi materi yang diperdengarkan. Selain itu mahasiswa diharapkan dapat memahami dan menggunakan teknikteknik “conversation” untuk berdiskusi serta melakukan presentasi topik-topik kimia yang dipilih sendiri dalam Bahasa Inggris Berdasarkan data dan fakta yang terkumpul pada semester gasal 2013/2014 mengenai kemampuan mahasiswa kelas pendidikan kimia unggulan 2013 yang telah menempuh mata kuliah English for Chemistry Student I dan Basic Chemistry terlihat kesulitan mahasiswa dalam mengungkapkan pendapat atau jawaban dalam Bahasa Inggris. Fakta lain adalah ketika mahasiswa kelas pendidikan kimia ungulan 2013 diminta untuk mengajukan pertanyaan kepada seorang guru tamu dari Slovakia mengenai segala hal yang berkaitan dengan pendidikan di Slovakia, ternyata dari lima kelompok mahasiswa hanya satu kelompok yang berani
Alasan yang diberikan mahasiswa adalah mereka masih takut dalam berkomunikasi dalam Bahasa Inggris karena masih ragu dengan pemilihan kata (diksi) dan tata bahasa terutama mengenai materi kimia. Latar belakang mahasiswa yang juga tidak berasal dari sekolah yang mengharuskan berbahasa Inggris dalam kegiatan pembelajaran juga menjadi salah satu penyebabnya. Padahal
keterampilan berkomunkasi ini sangat penting karena berhubungan dengan life skill. Menurut Muchlas Samani dalam Suyono (2011) menyatakan bahwa soft skill ini ekuivalen dengan kecakapan personal dan kecakapan sosial atau kecakapan generik (generic life skill, GLS). Soft skill diklasifikasikan atas dua atribut pokok yaitu atribut personal dan antarpersonal. Komunikasi merupakan salah satu keterampilan sosial yang termasuk ke dalam soft skill. Berbagai metode dan media pernah diaplikasikan pada mata kuliah English For Chemistry I dan II antara lain pemanfaatan media audio visual pada mata kuliah English For Chemistry II untuk mahasiswa kelas pendidikan internasional 2010 untuk menuntaskan hasil belajar yang dilakukan Yonata (2011). Usaha ini cukup berhasil namun masih ada kendala terutama masalah percakapan dengan logat selain American dan British. Sedangkan untuk mahasiswa C - 173
Prosiding Seminar Nasional Kimia, ISBN : 978-602-0951-00-3 Jurusan Kimia FMIPA Universitas Negeri Surabaya, 20 September 2014
angkatan 2013 ini perlu diberi pengalaman lebih mengingat latar beakang pendidikan menengah mereka yang merupakan faktor kesulitan memahami istilah kimia dalam Bahasa Inggris, penggunaan grammar yang kurang tepat, rendahnya keinginan mahasiswa dalam menggunakan Bahasa Inggris dalam perkuliahan English for Chemistry I dan Basic Chemistry yang menyebabkan mereka pasif dalam kegitan tanya jawab. Padahal literatur atau textbook untuk mata kuliah-mata kuliah di jurusan kimia semuanya dalam Bahasa Inggris dengan istilah kimia yang banyak berbeda dengan istilah pada umumnya. Padahal menurut teori Elaborasi oleh Wittock (1987) dalam Slavin (2005) diungkapkan jika suatu informasi ingin dipertahankan dalam memori, dan berhubungan dengan informasi yang sudah ada dalam memori, maka mahasiswa yang belajar harus terlibat dalam semacam pengaturan kembali kognitif atau elaborasi dari materi. Elaborasi juga berhubungan dengan cara menyimpan informasi ke dalam memori jangka panjang (long term memory). Salah satu cara elaborasi yang paling efektif adalah dengan menjelaskan materi pada orang lain. Perangkat pembelajaran yangmengikuti model pembelajaran tertentu dibantu denganmedia pembelajaran yang berbasis IT dapat diaplikasikan dalam pembelajaran agar tujuan mata kuliah English for chemistry sesuai dengan visi kelembagaan yaitu mewujudkan lembaga yang mampu menghasilkan tenaga profesional yang kompetitif dan komparatif di bidang kependidikan kimia perlu adanya perbaikan dalam kegiatan pembelajaran. Salah satu model yang dapat digunakan untuk mengatasi kepasifan mahasiswa dalam berkomunikasi dalam Bahasa Inggris adalah model pembelajaran kooperatif tipe TPS (Think –Pair- Share) dengan metode diskusi mengenai materi kimia. Hasil penelitian ini diharapkan
dapat mengatasi kesulitan mahasiswa dalam berkomunikasi materi kimia dalam Bahasa Inggris dengan mengoptimalkan media belajar yang sudah dikembangkan. Berdasarkan latar belakang penelitian maka rumusan masalah yang akan diteliti adalah ”Bagaimana keefektifan upaya mengaktifkan komunikasi dalam Bahasa Inggris mahasiswa Pendidikan Kimia Unggulan 2013 pada materi kimia melalui diskusi dalam pembelajaran kooperatif?” yang meliputi: (1) Bagaimana aktivitas mahasiswa dalam berkomunikasi menggunakan Bahasa Inggris selama perkuliahan English For Chemistry II? dan (2) hasil belajar mahasiswa setelah perkuliahan English For Chemistry II dalam pembelajaran kooperatif tipe TPS dengan metode diskusi? METODE PENELITIAN Rancangan Penelitian Penelitian ini merupakan penelitian tindakan (action reseach) yang bertujuan untuk memecahkan masalah pembelajaran di kelas. Analisis hasil penelitian adalah berupa gambaran (deskripsi) mengenai efektif atau tidaknya penelitian yang sudah dilakukan yang meliputi aktivitas mahasiswa, ketarmpilan berkomunikasi, dan hasil belajar mahasiswa. Pada penelitian tindakan ini peneliti bertindak sebagai dosen yang mengampu mata kuliah English For Chemistry II dan diamati oleh empat pengamat. Tujuan utama dari penelitian tindakan ini adalah mengatasi kepasifan mahasiswa dalam berkomunikasi meliputi berpendapat, bertanya, dan menjawab pertanyaan mengenai materi kimia dalam Bahasa Inggris. Sesuai dengan jenis penelitian yang dipilih, yaitu penelitian tindakan, maka penelitian ini menggunakan model siklus penelitian tindakan dari Madrid (2000). Setiap siklus meliputi develop a plan action (mengembangkan rencana kegiatan), act (tindakan), observe effect (pengamatan hasil kegiatan), dan reflect C - 174
Prosiding Seminar Nasional Kimia, ISBN : 978-602-0951-00-3 Jurusan Kimia FMIPA Universitas Negeri Surabaya, 20 September 2014
(refleksi). Langkah pada siklus berikutnya adalah perencanaan yang sudah direvisi, tindakan, pengamatan, dan refleksi. Sebelum masuk pada siklus I dilakukan tindakan pandahuluan yang berupa identifikasi permasalahan. Ilustrasi putaran dalam penelitian tindakan kelas dapat dilihat pada Gambar 1.
Siklus I, Pertemuan 1 1. Dosen membagi mahasiswa ke dalam beberapa kelompok diskusi. 2. Dosen menyajikan media audio berupa lagu Bahasa Inggris dan bacaan, mahasiswa diminta mengungkapkan ide pokok dari suatu lagu dalam Bahasa Inggris dan bacaan melalui worksheet. 3. Dosen meminta mahasiswa menjawab worksheet dan meminta satu anggota kelompok mengungkapkan kembali informasi yang diterima ke teman satu kelompok dan seterusnya. 4. Dosen meminta salah satu kelompok menyajikan hasil diskusi kelompoknya dan meminta kelompok lain untuk menanggapi. 5. Dosen dan mahasiswa meluruskan hasil diskusi. 6. Pengamat melakukan pengamatan selama proses pembelajaran berlangsung Fase Refleksi Refleksi pelaksanaan tindakan kelas melibatkan penulis sebagai subyek penelitian, pengamat, dan mahasiswa menjadi sasaran penelitian. Data kualitatif dari hasil observasi (aktivitas dan keterampilan berkomunikasi mahasiswa) selama perkuliahan berlangsung akan dianalisis sebagai bahan refleksi untuk perbaikan berikutnya.
Prosedur Tindakan Penelitian ini menggunakan metode penelitian tindakan kelas dengan minimal 3 siklus. Pelaksanaan tiap-tiap siklus tersebut mengikuti alur sebagai berikut: Siklus I Fase Perencanaan Kegiatan rencana awal ini merupakan analisis situasi, analisis mahasiswa dan analisis kurikulum mata kuliah English for Chemistry II. Dari hasil analisis awal ini diperoleh kesulitan yang dihadapi mahasiswa dan tuntutan kurikulum yang digunakan. Cara mengatasi kesulitan ini adalah dengan menerapkan model pembelajaran kooperatif dengan metode diskusi dan mengoptimalkan media audio visual. Selanjutnya peneliti menyusun perangkat pembelajaran dan instrumen yang diperlukan untuk penelitian, antara lain: RPP, lembar observasi keterampilan berkomunikasi mahasiswa pada saat diskusi, serta lembar respon mahasiswa. Fase Tindakan dan Observasi
Gambar 1. Siklus Action Research yang dikembangkan Madrid (2000) Sumber: http://www.scielo.org.co/pdf/prf/n10/n10a12.pdf
C - 175
Prosiding Seminar Nasional Kimia, ISBN : 978-602-0951-00-3 Jurusan Kimia FMIPA Universitas Negeri Surabaya, 20 September 2014
untuk memperbaiki kekurangan yang diperoleh selama proses pembelajaran. Selanjutnya, hasil refleksi tersebut dimanfaatkan untuk bahan merencanakan tindakan pada siklus selanjutnya. Siklus III Fase Perencanaan Rencana Dari hasil refleksi siklus II dianalisis kekurangan dan hambatan atau kendala yang dihadapi Fase Tindakan dan Observasi 1. Dosen menyajikan isu lingkungan melalui media audio visual berupa video dan animasi, sedangkan mahasiswa dengan dipandu worksheet memperhatikan tayangan. 2. Dosen meminta mahasiswa menjawab worksheet dan meminta satu anggota kelompok mengungkapkan kembali informasi yang diterima ke teman satu kelompok dan seterusnya. 3. Dosen meminta salah satu kelompok menyajikan hasil diskusi kelompoknya dan meminta kelompok lain untuk menanggapi. Kemudian meminta mahasiswa memberikan tanggapan (solusi) mengenai isu lingkungan 4. Dosen dan mahasiswa meluruskan hasil diskusi. 5. Dosen meminta tiap kelompok untuk membahas beberapa jurnal mengenai isu lingkungan sebagai tugas untuk pertemuan selanjutnya. 6. Pengamat melakukan pengamatan selama proses pembelajaran berlangsung Fase Refleksi Refleksi pelaksanaan tindakan kelas melibatkan penulis sebagai subyek penelitian, pengamat, dan mahasiswa menjadi sasaran penelitian. Data kualitatif dari hasil observasi (aktivitas dan keterampilan berkomunikasi mahasiswa) selama perkuliahan berlangsung akan dianalisis sebagai bahan refleksi untuk perbaikan berikutnya. Hasil Refleksi atau Revisi
Hasil Refleksi atau Revisi Berdasarkan Hasil refleksi, kemudian peneliti membuat revisi rancangan baru untuk memperbaiki kekurangan yang diperoleh selama proses pembelajaran. Selanjutnya, hasil refleksi tersebut dimanfaatkan untuk bahan merencanakan tindakan pada siklus selanjutnya. Siklus II Fase Perencanaan Rencana Dari hasil refleksi siklus I dianalisis kekurangan dan hambatan atau kendala yang dihadapi Fase Tindakan dan Observasi 1. Dosen membagi mahasiswa ke dalam beberapa kelompok diskusi Dosen menyajikan media audio visual mengenai materi kimia, mahasiswa diminta mengungkapkan ide pokok mengenai materi kimia melalui worksheet. 2. Dosen meminta mahasiswa menjawab worksheet dan meminta satu anggota kelompok mengungkapkan kembali informasi yang diterima ke teman satu kelompok dan seterusnya. 3. Dosen meminta salah satu kelompok menyajikan hasil diskusi kelompoknya dan meminta kelompok lain untuk menanggapi. 4. Dosen dan mahasiswa meluruskan hasil diskusi. 5. Pengamat melakukan pengamatan selama proses pembelajaran berlangsung Fase Refleksi Refleksi pelaksanaan tindakan kelas melibatkan penulis sebagai subyek penelitian, pengamat, dan mahasiswa menjadi sasaran penelitian. Data kualitatif dari hasil observasi (aktivitas dan keterampilan berkomunikasi mahasiswa) selama perkuliahan berlangsung akan dianalisis sebagai bahan refleksi untuk perbaikan berikutnya. Hasil Refleksi atau Revisi Berdasarkan Hasil refleksi, kemudian peneliti membuat revisi rancangan baru C - 176
Prosiding Seminar Nasional Kimia, ISBN : 978-602-0951-00-3 Jurusan Kimia FMIPA Universitas Negeri Surabaya, 20 September 2014
Berdasarkan Hasil refleksi, kemudian peneliti membuat revisi rancangan baru untuk memperbaiki kekurangan yang diperoleh selama proses pembelajaran. Selanjutnya, hasil refleksi tersebut dimanfaatkan untuk bahan merencanakan tindakan pada siklus selanjutnya. Teknik Pengumpulan Data 1. Observasi Aktivitas Mahasiswa Metode pengamatan digunakan untuk mengumpulkan data selama pelaksanaan proses belajar mengajar yaitu mengamati aktivitas mahasiswa. Pengisian lembar pengamatan dilakukan oleh pengamat dalam tiap putaran dan dilaksanakan pada saat kegiatan belajar mengajar berlangsung. 2. Observasi Ketarmpilan Berkomunikasi Mahasiswa Metode pengamatan digunakan untuk mengumpulkan data selama pelaksanaan proses belajar mengajar yaitu mengamati keterampilan berkomunikasi mahasiswa meliputi berpendapat, bertanya, dan menjawab. Pengisian lembar pengamatan dilakukan oleh pengamat dalam tiap putaran dan dilaksanakan pada saat kegiatan belajar mengajar berlangsung. 3. Pemberian Tes Hasil Belajar Mahasiswa diminta menyusun makalah mengenai beberapa topik kimia secara individu kemudian menyampaikan makalahnya di kelas dan mendapat pertanyaan dari mahasiswa lain. Penilaian dilaksanakan pada saat mahasiswa mempresentasikan makalah dana kemampuan berkomunikasi dalam Bahasa Inggris. Teknik Analisis Data 1. Analisis aktivitas siswa. Lembar pengamatan aktivitas siswa dianalisis dengan menggunakan persentase (%), yaitu:
% =
100%
Sebagai data pendukung, keterlaksanaan RPP dianalisis dengan menghitung rata-rata penilaian tiap aspek dalam satu fase pembelajaran kooperatif. Kemudian nilai tersebut diinterpretasikan sesuai pada Tabel 3.1. Tabel 1. Interpretasi Penilaian Kualitas Keterlaksanaan RPP Rentang Kriteria penilaian 0,00-1,00 Sangat buruk 1,01-2,00 Buruk 2,01-3,00 Baik 3,01-4,00 Sangat baik 2. Analisis keterampilan berkomunikasi Penilaian keterampilan berkomunikasi diperoleh dari kemampuan mahasiswa dalam melakukan kegiatan mengungkapkan pendapat, bertanya, dan menjawab. Penilaian keterampilan sosial ini dilakukan melalui penilaian dan kemudian hasil penilaian tersebut dideskripsikan keterampilan komunikasinya: %
=
x 100% Skor: 0, 1, 2, 3, 4 (0= tidak ada aktivitas, 1 = sangat buruk, 2 = buruk, 3 = baik, 4 = sangat baik). Penilaian = (bobot x skor):4 Dari total penilaian diperoleh nilai kriteria seperti pada Tabel 3.2
C - 177
Prosiding Seminar Nasional Kimia, ISBN : 978-602-0951-00-3 Jurusan Kimia FMIPA Universitas Negeri Surabaya, 20 September 2014
audio visual. Selanjutnya peneliti menyusun perangkat pembelajaran dan instrumen yang diperlukan untuk penelitian, antara lain: RPP, lembar pengamatan aktivitas mahasiswa, lembar observasi keterampilan berkomunikasi mahasiswa pada saat diskusi, serta lembar respon mahasiswa. 2. Fase Tindakan dan Observasi Siklus I, Pertemuan 1 Dosen membagi mahasiswa ke dalam beberapa kelompok diskusi dengan anggota 2 mahasiswa. Pada kelas PKU 2013 terdapat 22 mahasiswa sehingga terdapat 11 kelompok TPS. Maksud dari pembagian ini adalah untuk memberikan kesempatan bagi setiap mahasiswa untuk dapat berkomunikasi dua arah dengan temannya. Pertimbangan ini didasarkan pada fakta sebelumnya bahwa ketika dosen memberikan pertanyaan kepada kelas, mahasiswa cenderung menjawab bersama-sama atau bahkan tidak ada yang menjawab. Diharapkan dengan pembagian diskusi kecil yang hanya terdiri dari dua mahasiswa kesempatan tiap mahasiswa untuk dapat berkomunikasi dan berdiskusi akan semakin besar. Pada siklus ini ada empat pengamat. Dua pengamat mengamati empat kelompok, di mana satu pengamat mengamati dua kelompok. Pengamat ketiga mengamati satu kelompok Selanjutnya dosen memutar media audio berupa lagu dalam Bahasa Inggris dan meminta mahasiswa untuk berdiskusi dengan teman pasangannya dalam mengungkapkan ide pokok dari suatu lagu tersebut. Pada saat berdiskusi, mahasiswa juga diminta untuk menilai kemampuan teman pasangannya dalam berkomunikasi dalam Bahasa Inggris. Penilaian ini mencakup sering tidaknya teman berdiskusi dalam menggunakan kalimat yang mudah dipahami, pemilihan kata (diksi) yang tepat, kefasihan berbahasa, penggunaan kata kunci, penggunaan istilah kimia, dan kesesuaian isi percakapan dengan topik diskusi. Pada penilaian ini mahasiswa diminta untuk
Tabel 2. Interpretasi Penilaian Komunikasi Mahasiswa Rentang penilaian Kriteria 0,00-25,00 Sangat buruk 25,01-50,00 Buruk 50,01-75,00 Baik 75,01-100,00 Sangat baik 3. Analisis tes hasil belajar Mahasiswa diminta menyusun makalah mengenai beberapa topik kimia secara individu kemudian menyampaikan makalahnya di kelas dan mendapat pertanyaan dari mahasiswa lain. Penilaian diberikan untuk keterampilan mempresentasikan makalah, memberikan pertanyaan, dan menjawab pertanyaan dalam Bahasa Inggris.
HASIL DAN PEMBAHASAN Hasil penelitian ini terdiri dari data aktivitas mahasiswa, penilaian komunikasi mahasiswa, dan hasil belajar mahasiswa. Siklus I 1. Fase Perencanaan Kegiatan rencana awal ini meliputi analisis kemampuan mahasiswa dalam berkomunikasi dalam Bahasa Inggris berdasarkan data dan pengamatan di semester gasal 2013-2014 pada mahasiswa pendidikan kimia kelas unggulan angkatan 2013 (PKU 2013) saat memprogram mata kuliah English for Chemistry Student I dan Basic Chemistry I. Dari hasil analisis awal ini diperoleh kesulitan yang dihadapi mahasiswa yaitu rendahnya komunikasi dua arah terutama dari mahasiswa. Ketika mahasiswa diminta untuk memberikan pendapat atau menjawab pertanyaan mereka masih enggan untuk memberikan pendapat atau menjawab pertanyaan. Fakta ini tidak sesuai dengan tuntutan kurikulum yang berlaku. Salah satu cara yang diharapkan dapat mengatasi kesulitan ini adalah dengan menerapkan model pembelajaran kooperatif dan mengoptimalkan media C - 178
Prosiding Seminar Nasional Kimia, ISBN : 978-602-0951-00-3 Jurusan Kimia FMIPA Universitas Negeri Surabaya, 20 September 2014
memberikan tanda cek pada kolom yang sesuai kriteria selalu, sering, jarang, dan tidak pernah. Selanjutnya dosen meminta mahasiswa mendengarkan suatu bacaan dalam Bahasa Inggris yng dibaca oleh dosen dan meminta mahasiswa untuk berdiskusi dengan teman pasangannya dalam mengungkapkan ide pokok dari bacaan tersebut. Tema bacaan ini mengenai sejarah elektrokimia. Pada saat diskusi kedua ini, mahasiswa juga diminta melakukan penilaian teman pasangan mengenai kemampuan berbahasanya. Data persentase penilaian teman untuk 22
mahasiswa pada siklus I disajikan pada Tabel 3. Pada saat diskusi, pengamat melakukan penilaian kemampuan berbahasa Inggris dai tiap mahasiswa. Pada saat penilaian, pengamat merasa kesulitan dalam menila karena mahasiswa berdiskusi dengan suara yang lirih. Hal ini menjadi kendala yang harus diperbaiki pada siklus II. Data hasil penilaian pengamat terhadap kemampuan berbahasa Inggris mahasiswa pada siklus I disajikan pada Tabel 4.
Tabel 3. Data Penilaian Teman terhadap Kemampuan Komunikasi Mahasiswa pada Siklus I No. Aspect Percentage Always Often Rare Never 1. Using understandable sentences 45.45 40.91 13.64 0.00 2. Using correct diction 9.09 68.18 22.73 0.00 3. Speaking in English fluently 13.64 68.18 18.18 0.00 4. Using 5 keyword 22.73 63.64 13.64 0.00 5. Using correct term in chemistry 4.55 72.73 22.73 0.00 6. The content of conversation is 68.18 31.82 0.00 0.00 appropriate to the topic of disscussion Tabel 4. Data Hasil Pengamatan dan pada Siklus I Mahasiswa Penilaian M.1.1 80,00 M.1.2 83,75 M.2.1 80,00 M.2.2 80,00 M.3.1 92,50 M.3.2 88,75 M.4.1 80,00 M.4.2 75,00 M.5.1 91,25 M.5.2 76,25 M.6.1 78,75 M.6.2 70,00 M.7.1 62,50 M.7.2 66,25 M.8.1 70,00 M.8.2 71,25 M.9.1 62,50
Penilaian Keterampilan Berkomunikasi
C - 179
Kriteria Sangat baik Sangat baik Sangat baik Sangat baik Sangat baik Sangat baik Sangat baik Baik Sangat baik Sangat baik Sangat baik Baik Baik Baik Baik Baik Baik
Prosiding Seminar Nasional Kimia, ISBN : 978-602-0951-00-3 Jurusan Kimia FMIPA Universitas Negeri Surabaya, 20 September 2014
M.9.2 M.10.1 M.10.2 M.11.1 M.11.2
66,25 80,00 67,50 62,50 66,25
Baik Sangat baik Baik Baik Baik
Salah satu tujuan metode diskusi Tabel 6. Dari data Tabel 6 didapatkan menurut Gall (2001) adalah agar bahwa aktivitas paling dominan adalah mahasiswa dapat menguasai materi memberikan pendapat dan mendengarkan (subject matter mastery). Menurut Hill pendapat teman. Aktivitas ini muncul dalam Gall (2001) diskusi penguasaaan pada fase 4 model pembelajaran materi ajar dicirikan dengan diajukannya kooperatif. Aktivitas mendengarkan pertanyaan oleh dosen pada tingkatan penjelasan dosen terjadi pada fase 1, fase komprehensi sampai evaluasi (menurut 2, fase 3, fase 5, dan fase 6. Aktivitas taksonomi Bloom). menjawab pertanyaan dosen dan Selama proses pembelajaran satu menanyakan kepada dosen terjadi pada pengamat mengamati dan menilai fase 1, fase 2, fase 3, fase 4, dan fase 5. keterlaksanaan RPP. Pada siklus I, semua Pada fase 4 mahasiswa masih belum jelas aspek pada RPP terlaksana dengan dengan cara mengisi lembar penilaian penilaian antara 3 sampai 4. Data hasil teman. Pada fase 4 disediakan waktu pengamatan dan penilaian pengamat sekitar 45 menit. Sedangkan pada fase 4 disajikan pada Tabel 5. Aktivitas waktu yang digunakan untuk berdiskusi mahasiswa selama perkuliahan dengan teman pasangan adalah ≥ 75 %, berlangsung diamati oleh satu pengamat. karena hanya satu kali mahasiswa Tiap dua menit dari 100 menit waktu tatap bertanya tentang cara pengisian lembar muka pada siklus III pengamat penilaian teman dan selebihnya digunakan memberikan tanda toli pada aktivitas yang utnuk berdiskusi (berkomunikasi) dengan dominan. Data pengamatan disajikan pada teman pasangan. Tabel 5 Data Hasil Pengamatan dan Penilaian Pengamat Terhadap Keterlaksanaan RPP pada Siklus I Sintaks Skor Kategori Fase 1: Menyampaikan tujuan dan memotivasi mahasiswa 4,00 Sangat baik Fase 2: Menyajikan informasi 3,50 Sangat baik Fase 3: Mengorganisasikan mahasiswa ke dalam kelompok4,00 Sangat baik kelompok belajar Fase 4: Membimbing kelompok bekerja dan belajar 3,67 Sangat baik Fase 5: Evaluasi 3,33 Sangat baik Fase 6: Memberikan penghargan 4,00 Sangat baik Tabel 6. Data Aktivitas Mahasiswa selama Pembelajaran Siklus I Aktivitas Frekuensi Persentase aktivitas 1. Mendengarkan penjelasan dosen 9 18 2. Memberikan pendapat 16 32 3. Menjawab pertanyaan dosen 6 12 4. Menanyakan kepada dosen 6 12 5. Mendengarkan penjelasan teman 13 26 6. Aktivitas tidak relevan 0 0 50 100 Total C - 180
Prosiding Seminar Nasional Kimia, ISBN : 978-602-0951-00-3 Jurusan Kimia FMIPA Universitas Negeri Surabaya, 20 September 2014
pasangan mahasiswa mendiskusikan hasil pengamatannya mengenai nama alat, fungsi, dan cara penggunaanya. Selanjutnya dosen meminta tiap pasangan mahasiswa untuk memberikan pendapat mengenai nama alat, fungsi, dan cara penggunaannya. Kemudian dosen memutar media audio visual suatu perkuliahan di suatu universitas di Amerika Serikat mengenai materi kesetimbangan kimia. Kegiatan berikutnya adalah tiap pasangan mahasiswa diminta untuk mendiskusikan ide pokok dari tayangan video tersebut. Penggunaan media audio visual ini bertujuan untuk melatih keterampilan Listening mahasiswa. menurut Eric Ashby dalam Deni (2007: 1), sumber belajar produk teknologi komunikasi yang dikenal dengan istilah audio visual aids yaitu sumber belajar dari bahan audio (suara), visual (gambar), atau kombinasi dari keduanya dalam sebuah proses pembelajaran. Contoh sumber belajar dalam tahap ini yakni berupa video dan animasi. Pada saat berdiskusi, mahasiswa juga diminta untuk menilai kemampuan teman pasangannya dalam berkomunikasi dalam Bahasa Inggris. Penilaian ini mencakup sering tidaknya teman berdiskusi dalam menggunakan kalimat yang mudah dipahami, pemilihan kata (diksi) yang tepat, kefasihan berbahasa, penggunaan kata kunci, penggunaan istilah kimia, dan kesesuaian isi percakapan dengan topik diskusi. Pada penilaian ini mahasiswa diminta untuk memberikan tanda cek pada kolom yang sesuai kriteria selalu, sering, jarang, dan tidak pernah. Data persentase penilaian teman untuk 21 mahasiswa pada siklus II disajikan pada Tabel 7.
3. Fase Refleksi Setelah pembelajaran pada siklus pertama dilaksanakan, ada beberapa hal yang perlu diperbaiki pada siklus kedua. Pada pertemuan pertama ini pengamat merasa kesulitan ketika mengamati dan menilai kemampuan berbahasa Inggris mahasiswa karena pengamat berada di belakang kelompok mahasiswa. Berdasarkan data pengamatan keterampilan berbahasa Inggris, ternyata sebagian besar mahasiswa sudah berani berkomunikasi dengan kategori baik dan sangat baik. 4. Hasil Refleksi atau Revisi Berdasarkan hasil refleksi, didapatkan solusi untuk memperbaiki kesulitan pengamat dalam mengamati dan menilai keterampilan berbahasa Inggris mahasiswa. Solusinya adalah dengan mengatur tempat duduk mahasiswa yang sebelumnya berjajar horisontal menjadi berbentuk U sedangkan pengamat berada di depan kelompok. Dengan demikian diharapkan pengamat tidak merasa kesulitan dalam mengamati dan menilai mahasiswa. Siklus II 1. Fase Perencanaan Kegiatan rencana pada siklus II ini meliputi memperbaiki atau mengubah posisi tempat duduk mahasiswa dan posisi pengamat. 2. Fase Tindakan dan Observasi Siklus II, Pertemuan 2 Pembagian kelompok pada siklus II ini sama dengan pembagian kelompok pada siklus I. Kegiatan diskusi diawali dengan mahasiswa mengamati gambar beberapa alat gelas yang sering digunakan dalam mengukur larutan di buku English for Chemistry halaman 7. Kemudian tiap
C - 181
Prosiding Seminar Nasional Kimia, ISBN : 978-602-0951-00-3 Jurusan Kimia FMIPA Universitas Negeri Surabaya, 20 September 2014
Tabel 7. Data Penilaian Teman terhadap Kemampuan Komunikasi Mahasiswa pada Siklus II No. Aspect Percentage Always Often Rare Never 1. Using understandable sentences 66,67 33,33 0,00 0,00 2. Using correct diction 33,33 57,14 9,53 0,00 3. Speaking in English fluently 33,33 57,14 9,53 0,00 4. Using 5 keyword 85,72 9,52 4,76 0,00 5. Using correct term in chemistry 52,38 42,86 4,76 0,00 6. The content of conversation is 71,43 28,57 0,00 0,00 appropriate to the topic of disscussion Ketika mahasiswa berdiskusi, pengamat mengamati dan menilai kemampuan berbahasa Inggris tiap mahasiswa. data pengamatan dan penilaian pengamat mengenai kemampuan berbahasa Inggris mahasiswa disajikan pada Tabel 8. Berdasarkan teori elaborasi, salah satu cara yang dapat digunakan dosen adalah dengan memberikan pengalaman belajar berupa aktivitas diskusi tentang materi yang sedang dipelajari. Pengertian diskusi dalam kamus besar Bahasa Indonesia adalah cara belajar atau mengajar yang melakukan tukar pikiran antara pebelajar (dalam hal ini
mahasiswa) dengan pengajar (dalam hal ini dosen), dan antar peserta diskusi. Diskusi bukan merupakan model pembelajaran yang sebenarnya, tetapi diskusi merupakan prosedur atau strategi mengajar yang bermanfaat dan banyak dipakai sebagai bagian sintaks dari banyak model pembelajaran yang lain (Arends, 1997:200). Menurut Arends (1997: 201), tujuan diskusi adalah meningkatkan cara berpikir mahasiswa dan membantu mereka membangun sendiri pemahaman isi pelajaran, menumbuhkan keterlibatan dan keikutsertaan mahasiswa, membantu mahasiswa keterampilan berkomunikasi dan proses berfikir penting.
Tabel 8. Data Hasil Pengamatan dan Penilaian Keterampilan Berkomunikasi pada Siklus II Mahasiswa Penilaian Kriteria M.1.1 92,50 Sangat baik M.1.2 100,00 Sangat baik M.2.1 96,25 Sangat baik M.2.2 87,50 Sangat baik M.3.1 96,25 Sangat baik M.3.2 91,25 Sangat baik M.4.1 100,00 Sangat baik M.4.2 100,00 Sangat baik M.5.1 100,00 Sangat baik M.5.2 91,25 Sangat baik M.6.1 86,25 Sangat baik M.6.2 79,38 Sangat baik M.7.1 78,13 Sangat baik C - 182
Prosiding Seminar Nasional Kimia, ISBN : 978-602-0951-00-3 Jurusan Kimia FMIPA Universitas Negeri Surabaya, 20 September 2014
Mahasiswa M.7.2 M.8.1 M.8.2 M.9.1 M.9.2 M.10.1 M.10.2 M.11.1 M.11.2
Penilaian 81,88 81,88 84,38 81,88 84,38 80,25 80,25 78,75 80,25
Kriteria Sangat baik Sangat baik Sangat baik Sangat baik Sangat baik Sangat baik Sangat baik Sangat baik Sangat baik
Tabel 9. Data Hasil Pengamatan dan Penilaian Pengamat Terhadap Keterlaksanaan RPP pada Siklus II Sintaks Skor Kategori Fase 1: Menyampaikan tujuan dan memotivasi 4,00 Sangat baik mahasiswa Fase 2: Menyajikan informasi 3,50 Sangat baik Fase 3: Mengorganisasikan mahasiswa ke dalam 4,00 Sangat baik kelompok-kelompok belajar Fase 4: Membimbing kelompok bekerja dan belajar 3,67 Sangat baik Fase 5: Evaluasi 4,00 Sangat baik Fase 6: Memberikan penghargan 4,00 Sangat baik Selama proses pembelajaran satu pengamat mengamati dan menilai keterlaksanaan RPP. Pada siklus II, semua aspek pada RPP terlaksana dengan penilaian antara 3 sampai 4. Data hasil pengamatan dan penilaian pengamat disajikan pada Tabel 9. Aktivitas mahasiswa selama perkuliahan berlangsung diamati oleh satu pengamat. Tiap dua menit dari 100 menit waktu tatap muka pada siklus III pengamat memberikan tanda toli pada aktivitas yang dominan. Data pengamatan disajikan pada Tabel 10. Dari data Tabel 10 didapatkan bahwa aktivitas paling dominan adalah memberikan pendapat dan mendengarkan pendapat teman. Aktivitas ini muncul pada fase 4 model pembelajaran kooperatif. Aktivitas mendengarkan
penjelasan dosen terjadi pada fase 1, fase 2, fase 3, fase 5, dan fase 6. Aktivitas menjawab pertanyaan dosen dan menanyakan kepada dosen terjadi pada fase 1, fase 2, fase 3, fase 4, dan fase 5. Pada fase 4 mahasiswa sudah jelas dengan cara mengisi lembar penilaian teman sehingga mereka tidak menanyakan lagi pada pertemuan II. Pada fase 4 disediakan waktu sekitar 50 menit. Sedangkan pada fase 4 waktu yang digunakan untuk berdiskusi dengan teman pasangan adalah ≥ 75 %. Sebagai tugas terstruktur, mahasiswa diminta untuk mengamati berita, lagu, atau film dalam Bahasa Inggris kemudian mencatat hal-hal penting. Tugas ini bertujuan agar mahasiswa tetap dapat mempraktekkan kemampuan listening, writing, dan speaking.
C - 183
Prosiding Seminar Nasional Kimia, ISBN : 978-602-0951-00-3 Jurusan Kimia FMIPA Universitas Negeri Surabaya, 20 September 2014
Tabel 10. Data Aktivitas Mahasiswa selama Pembelajaran Siklus II Aktivitas Frekuensi Persentase aktivitas 20 1. Mendengarkan penjelasan dosen 10 28 2. Memberikan pendapat 14 14 3. Menjawab pertanyaan dosen 7 6 4. Menanyakan kepada dosen 3 32 5. Mendengarkan penjelasan teman 16 0 6. Aktivitas tidak relevan 0 Total 50 100 mahasiswa dan posisi pengamat. Kegiatan pembelajaran diawali dengan presentasi perwakilan 4 mahasiswa mengenai tugas terstruktur pertemuan sebelumnya mengenai topik berita, lagu, atau film berbahasa Inggris. Mahasiswa yang lain diminta untuk memperhatikan dan memberikan komentar atau pertanyaan tentang isi dari presentasi. Selanjutnya mahasiswa diminta untuk memilih salah satu topik dari tiga topik antar lain classifying matter, atomic structure, colloids. Tiap pasangan mahasiswa diminta untuk menyusun ranword network untuk topik yang dipilihnya. Hasil diskusi penyusunan word network kemudian dipresentasikan di depan kelas, ditanggapi oleh mahasiswa lain, dan diluruskan kembali penysusunan word network tersebut agar tidak menjadi salah konsep. Pada saat berdiskusi, mahasiswa juga diminta untuk menilai kemampuan teman pasangannya dalam berkomunikasi dalam Bahasa Inggris. Penilaian ini mencakup sering tidaknya teman berdiskusi dalam menggunakan kalimat yang mudah dipahami, pemilihan kata (diksi) yang tepat, kefasihan berbahasa, penggunaan kata kunci, penggunaan istilah kimia, dan kesesuaian isi percakapan dengan topik diskusi. Pada penilaian ini mahasiswa diminta untuk memberikan tanda cek pada kolom yang sesuai kriteria selalu, sering, jarang, dan tidak pernah. Data persentase penilaian teman untuk 22 mahasiswa pada siklus III disajikan pada Tabel 11.
3. Fase Refleksi Setelah pembelajaran pada siklus kedua dilaksanakan, tidak ditemukan hambatan yang berarti. Pengamat lebih mudah mengamati dan menilai kemampuan berbahasa Inggris mahasiswa karena tempat duduk mahasiswa dan lokasi pengamat lebih memudahkan pengamatan dan penilaian. Penilain berbahasa Inggris mahasiswa juga didukung dari hasil rekamn audio kegiatan diskusi pasangan mahasiswa. Perekaman ini dilakukan mahasiswa sendiri. 4. Hasil Refleksi atau Revisi Berdasarkan hasil refleksi, perlu dipertahankan kegiatan mahasiswa dalam berdiskusi. Pada siklus selanjutnya diharapkan kegiatan diskusi ini dapat dilanjutkan dan ditingkatkan. Tempat duduk dan posisi pengamat ternyata dapat mempermudah kegiatan mahasiswa dalam berdiskusi dan kegiatan pengamat dalam mengamati dan menilai kemampuan berbahasa Inggris mahasiswa. Siklus III 1. Fase Perencanaan Kegiatan rencana pada siklus III ini meliputi mempertahankan posisi temapat duduk mahasiswa dan posisi pengamat seperti pada siklus II. 2. Fase Tindakan dan Observasi Siklus III, Pertemuan 3 Pembagian kelompok pada siklus III ini masih sama dengan pembagian kelompok pada siklus I dan siklus II, demikian juga dengan tempat duduk C - 184
Prosiding Seminar Nasional Kimia, ISBN : 978-602-0951-00-3 Jurusan Kimia FMIPA Universitas Negeri Surabaya, 20 September 2014
Tabel 11. Data Penilaian Teman terhadap Kemampuan Komunikasi Mahasiswa pada Siklus III No. Aspect Percentage Always Often Rare Never 1.
Using understandable sentences
40,91
59,09
0,00
0,00
2.
Using correct diction
31,82
54,54
13,64
0,00
3.
Speaking in English fluently
22,72
63,64
13,64
0,00
4.
Using 5 keyword
77,27
22,73
0,00
0,00
5.
Using correct term in chemistry
63,64
18,18
18,18
0,00
6.
The content of conversation is appropriate to the topic of disscussion
72,73
18,18
9,09
0,00
Ketika mahasiswa berdiskusi, pengamat mengamati dan menilai kemampuan berbahasa Inggris tiap mahasiswa. Menurut Arends (1997: 201), tujuan diskusi adalah meningkatkan cara berpikir mahasiswa dan membantu mereka membangun sendiri pemahaman isi pelajaran, menumbuhkan keterlibatan dan keikutsertaan mahasiswa, membantu mahasiswa keterampilan berkomunikasi dan proses berfikir penting. Data pengamatan dan penilaian pengamat
mengenai kemampuan berbahasa mahasiswa disajikan pada Tabel 12.
Inggris
Selama proses pembelajaran satu pengamat mengamati dan menilai keterlaksanaan RPP. Pada siklus III, semua aspek pada RPP terlaksana dengan penilaian antara 3 sampai 4. Data hasil pengamatan dan penilaian pengamat disajikan pada Tabel 13.
Tabel 12. Data Hasil Pengamatan dan pada Siklus III Mahasiswa Penilaian M.1.1 96,25 M.1.2 100,00 M.2.1 100,00 M.2.2 96,25 M.3.1 100,00 M.3.2 100,00 M.4.1 100,00 M.4.2 100,00 M.5.1 100,00 M.5.2 96,25 M.6.1 100,00 M.6.2 96,25 M.7.1 75,00 M.7.2 91,25 M.8.1 92,50 M.8.2 96,25 M.9.1 92,50 M.9.2 96,25 M.10.1 96,25 M.10.2 80,25 M.11.1 87,50 C - 185
Penilaian Keterampilan Berkomunikasi Kriteria Sangat Baik Sangat Baik Sangat Baik Sangat Baik Sangat Baik Sangat Baik Sangat Baik Sangat Baik Sangat Baik Sangat Baik Sangat Baik Sangat Baik Sangat Baik Sangat Baik Sangat Baik Sangat Baik Sangat Baik Sangat Baik Sangat Baik Sangat Baik Sangat Baik
Prosiding Seminar Nasional Kimia, ISBN : 978-602-0951-00-3 Jurusan Kimia FMIPA Universitas Negeri Surabaya, 20 September 2014
Mahasiswa M.10.2
Penilaian 96,25
Kriteria Sangat Baik
Tabel 13. Data Hasil Pengamatan dan Penilaian Pengamat Terhadap Keterlaksanaan RPP pada Siklus III Sintaks Skor Kategori Fase 1: Menyampaikan tujuan dan memotivasi mahasiswa 4,00 Sangat baik Fase 2: Menyajikan informasi 4,00 Sangat baik Fase 3: Mengorganisasikan mahasiswa ke dalam kelompok4,00 Sangat baik kelompok belajar Fase 4: Membimbing kelompok bekerja dan belajar 4,00 Sangat baik Fase 5: Evaluasi 3,50 Sangat baik Fase 6: Memberikan penghargan 4,00 Sangat baik Tabel 14. Data Aktivitas Mahasiswa selama Pembelajaran Siklus III Aktivitas Frekuensi Persentase aktivitas 1. Mendengarkan penjelasan dosen 10 5 2. Memberikan pendapat 32 16 3. Menjawab pertanyaan dosen 16 8 4. Menanyakan kepada dosen 8 4 5. Mendengarkan penjelasan teman 34 17 6. Aktivitas tidak relevan 0 0 50 100 Total Aktivitas mahasiswa selama perkuliahan berlangsung diamati oleh satu pengamat. Tiap dua menit dari 100 menit waktu tatap muka pada siklus III pengamat memberikan tanda toli pada aktivitas yang dominan. Data pengamatan disajikan pada Tabel 14. Dari data Tabel 14 didapatkan bahwa aktivitas paling dominan adalah memberikan pendapat dan mendengarkan pendapat teman. Aktivitas ini muncul pada fase 4 model pembelajaran kooperatif. Aktivitas mendengarkan penjelasan dosen terjadi pada fase 1, fase 2, fase 3, fase 5, dan fase 6. Aktivitas menjawab pertanyaan dosen dan menanyakan kepada dosen terjadi pada fase 1, fase 2, fase 3, fase 4, dan fase 5. Pada fase 4 disediakan waktu sekitar 60 menit. Sedangkan pada fase 4 waktu yang digunakan untuk berdiskusi dengan teman pasangan adalah ≥ 75 %. Menurut teori Elaborasi oleh Wittock (1987) dalam Slavin (2005) diungkapkan jika suatu informasi ingin dipertahankan dalam
memori, dan berhubungan dengan informasi yang sudah ada dalam memori, maka mahasiswa yang belajar harus terlibat dalam semacam pengaturan kembali kognitif atau elaborasi dari materi. Elaborasi juga berhubungan dengan cara menyimpan informasi ke dalam memori jangka panjang (long term memory). Salah satu cara elaborasi yang paling efektif adalah dengan menjelaskan materi pada orang lain. 3. Fase Refleksi Setelah pembelajaran pada siklus ketiga dilaksanakan, tidak ditemukan hambatan yang berarti. Pengamat telah mudah mengamati dan menilai kemampuan berbahasa Inggris mahasiswa karena tempat duduk mahasiswa dan pengamat mengambil posisi yang tepat sehingga lebih memudahkan pengamatan dan penilaian. Pada siklus ini mahasiswa juga merekam hasil diskusi mereka dengan mengguankan telepon genggam atau alat rekam lainnya. C - 186
Prosiding Seminar Nasional Kimia, ISBN : 978-602-0951-00-3 Jurusan Kimia FMIPA Universitas Negeri Surabaya, 20 September 2014 dan memfasilitasi mahasiswa untuk dapat berkomunikasi dalam Bahsa Inggris. Menurut pengamatan Gage dan Berliner (1975) dalam Gall (2001), diskusi dapat membantu mahasiswa dalam meningkatkan kemampuan curah pendapat. Hal ini dikarenakan pada kegiatan diskusi, peserta diskusi (mahasiswa) diasah kemampuan mendengarkan pendapat orang lain, mengevaluasi argumen yang muncul, merumuskan pandangan orang lain, dan mempertahankan pendapatnya. Selain itu, peserta diskusi juga dilatih untuk dapat menahan emosi apabila suka atau tidak suka dengan peserta diskusi yang lain. Nilai positif yang dapat muncul dari diskusi berdasarkan keuntungan-keuntungan tersebut adalah mahasiswa akan memiliki hubungan antar personal yang positi yang akhirnya membantu mahasiswa untuk memperoleh soft skill yang dibutuhkan dalam kehidupan sehari-hari. Dengan diskusi, mahasiswa juga termotivasi untuk berbagi pengetahuan dengan rekan sejawat sehingga dapat meningkatkan rasa ingin tahu yang lebih dan memacu untuk menggali informasi dari sumber belajar yang lain
4. Hasil Refleksi atau Revisi Berdasarkan hasil refleksi, akan dilanjutkan metode yang dapat meningkatkan aktifitas berkomunikasi mahasiswa dalam Bahasa Inggris. Pada pertemuan-pertemuan selanjutnya, mahasiswa diminta untuk menyusun laporan ringkas dengan menelaah jurnal yang berkaitan dengan kimia dalam kehidupan sehari-hari. Untuk rencana ini, mahasiswa diberi tugas secara individu mulai dari menelaah jurnal, menyusun laporan ringkas telaah jurnal, dan peresentasi hasil telaah jurnal di depan kelas. Setelah siklus ketiga selesai, mahasiswa diminta untuk mengisi angket respon mengenai proses pembelajaran di kelas yang menggunakan model pembelajaran kooperatif dengan metode diskusi. Data pada Tabel 15 menunjukkan perhitungan respon mahasiswa. Dari hasil angket ini menunjukkan bahwa model pembelajaran kooperatif dan metode diskusi yang digunakan dianggap dapat membantu
Tabel 15. Data Angket Respon Mahasiswa No. Aspek 1. Dorongan dosen kepada mahasiswa untuk bertanya atau berdiskusi (berkomunikasi)
Rata-rata
Kategori
3,32
Sangat baik
2.
Keberhasilan dosen memotivasi mahasiswa untuk berkomunikasi dalam Bahasa Inggris
3,14
Baik
3.
Kejelasan menerangkan materi perkuliahan
3,05
Baik
4.
Penggunaan media audio visual berbahasa Inggris dalam memandu materi diskusi Penggunaan media audio visual berbahasa Inggris untuk melatih kemampuan Listening Keleluasaan berkomunikasi dalam Bahasa Inggris
3,09
Baik
2,86
Baik
3,09
Baik
Penggunaan media audio visual untuk melatih kemampuan Listening dan memahami isi/makna yang terkandung dalam media Penggunaan bahasa pengantar dalam bahasa Inggris
2,73
Baik
3,09
Baik
Kesesuaian model, metode, dan strategi dosen dalam penbelajaran untuk mengaktifkan mahasiswa dalam berkomunikasi
3,14
Baik
5. 6. 7.
8. 9.
C - 187
Prosiding Seminar Nasional Kimia, ISBN : 978-602-0951-00-3 Jurusan Kimia FMIPA Universitas Negeri Surabaya, 20 September 2014
Tabel 15. Hasil belajar (keterampilan komunikasi) mahasiswa Nomer 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11
NIM xxx002 xxx004 xxx012 xxx021 xxx028 xxx029 xxx046 xxx049 xxx051 xxx052 xxx053
nilai 85 85 85 86 85 80 85 86 83 81 88
Hasil Belajar Mahasiswa diminta menyusun makalah mengenai beberapa topik kimia antara lain kimia rumah tangga, bahan kimia di industri tekstil, bahan kimia dalam makanan, kimia lingkungan (meliputi polusi udara, polusi tanah, dan polusi air). Secara individu mahasiswa menyampaikan makalahnya di kelas dan mendapat pertanyaan dari mahasiswa lain. Mahasiswa dinilai dari kedalaman pemahaman tentang materi kimia yang terkait dengan topik yang dibahas, kamampuan mengkomunikasikan makalah, mengajukan pertanyaan, dan menjawab pertanyaan. Tabel 15 menampilkan perhitungan total hasil belajar mahasiswa untuk keterampilan mempresentasikan makalah, memberikan pertanyaan, dan menjawab pertanyaan dalam Bahasa Inggris. PENUTUP A. Kesimpulan Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan, dapat ditarik kesimpulan bahwa model pembelajaran kooperatif efektif untuk mengaktifkan komunikasi dalam Bahasa Inggris mahasiswa Pendidikan Kimia Unggulan 2013 pada materi kimia. Keefektifan ini dilihat dari:
Nomer 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22
NIM xxx054 xxx057 xxx058 xxx061 xxx062 xxx070 xxx074 xxx076 xxx078 xxx083 xxx089
nilai 88 85 85 85 85 83 83 80 85 86 85
1. Untuk siklus I, siklus II, dan siklus III aktivitas mahasiswa dalam berkomunikasi dalam Bahasa Inggris mencapai ≥ 75% dari waktu yang disediakan untuk fase 4 (Membimbing kelompok bekerja dan belajar). Sedangkan penilaian pengamat mengenai kemampuan berbahasa Inggris mahasiswa pada siklus I sebanyak 50% mahasiswa dikategorikan baik dan 50% mahasiswa dikategorikan sangat baik. Untuk siklus II dan siklus III semua mahasiswa dalam kategori sangat baik. 2. Hasil belajar mahasiswa menunjukkan 100% mhasiswa mendapatkan nilai > 80 untuk keterampilan memperensentasikan makalah, mengajukan pertanyaan, dan menjawab pertanyaan. B. Saran 1. Keterampilan berkomunikasi tidak dapat hanya dilatihkan dalam beberapa tatap muka perkuliahan terutama berkomunikasi dalam Bahasa Inggris. Diharapkan pada pertemuan-pertemuan selanjutnya peneliti dapat melatihkan keberanian berkomunikasi mahasiswa sekaligus dengan tata bahasa yang benar.
C - 188
Prosiding Seminar Nasional Kimia, ISBN : 978-602-0951-00-3 Jurusan Kimia FMIPA Universitas Negeri Surabaya, 20 September 2014
2. Pada strata S1, mahasiswa juga memiliki kesempatan untuk dapat bersaing dalam English Debate yang diadakan mulai dari tingkat jurusan sampai tingkat nasional. Diharapkan dengan dilatihkannya keterampilan berkomunikasi sebagai upaya mengaktifkan komunikasi dalam Bahasa Inggris akan diperoleh kandidat-kandidat dari Jurusan Kimia FMIPA Unesa untuk dapat bersaing dalam English Debate.
sionmethod.pdf. Pebruari 2013
tanggal
10
Madrid. 2000. Siklus Action Research yang dikembangkan Madrid (2000). Sumber: http://www.scielo.org.co/pdf/prf/ n10/n10a12.pdf. Diunduh tanggal 15 Desember 2013. Slavin, Robert E. 1997. Educational Psychology Theory and Practice. Fifth Edition. Boston: Allyn and Bacon
Daftar Pustaka Suyono dan Hariyanto. 2011. Belajar dan Pembelajaran. Bandung : PT Remaja Rosdakarya
Arends, RI. 1997. Classroom Instruction and Management. New York: McGraw
Yonata, Bertha, dkk. 2011. Menuntaskan Hasil Belajar Mahasiswa Kelas Pendidikan Kimia Internasional 2010 Jurusan Kimia Fmipa Unesa dengan Memanfaatkan Media Audio Visual pada Mata Kuliah English II. Laporan penelitian DIPA Unesa 2011
Arends, RI. 2001. Learning to Teach. Fifth edition. New York: McGraw Hill. Gall,
Meredith Demian. 2001. The Discussion Method. Diunduh dari http://johnnyturtle.com/thediscus
.
C - 189