State Islamic University (UIN) Syarif Hidayatullah-Jakarta From the SelectedWorks of Zulkifli Rangkuti
December, 2011
Strategi Kebijakan Tekno Ekonomi Pengelolaan Gas Ikutan (associated Gas) Dr. Zulkifli Rangkuti
Available at: http://works.bepress.com/drzulkifli_rangkuti/5/
JPSL Vol.
(l)
2 : 146- 151 Desember 201
I
STRATEGI KEBIJAKAN TEKNO EKONOIVTI PENGELOLAAN GAS IKUTAN (ASSOCIATED GAS) o
Zulkifli Rangkuti
n
Ilmu Kesehatan, universitas Islam Syarif Jurusan Kesehatan Lingkungan, Fakultas Kedokteran dan Hidayatullah Abstruct
production of oit fuel (BBI0 in Indonesia' The amount of gas owned by Indonesia and the declining directed the use of fuel into the fuel gas (CNG) as prompted the government to change its policy which has research to Based ,on the -conducted an inexpensive alrc;n;tiv," "ner& oni "riironmentally friendty. poiiil of foitow-up of gas in West Monument Square' determine the strategic direction of the *-onogninn, huiarciy process (A'HP) io develop strategies for policy The study used data analysis methods onolitf"a Monument squar:e. The -results showed that followdirection in the managenent of forow-up of gas in rrest in the West Moiument Oil Fietd is the use of liquffied up alternative gas *inogn*nrt poticy to-Un i*"toped use of LPG is the mointenance of environmental petroleum gas (LpGl. flr" upio"d goal in developing the slhier" these obiectives, the most influential quarity in order to crean deveropment mechanism'GbM To of human resoltrces, natural resotffces (availability was government policy in addition to the available has
factor
fr|rort ucture- Therefore we need government policies and folow-up gas), capitil, tichnolog,,, ora management of follow-up of gas in West Monument increasing the quality of human resources in the management there has been no follow-up lapanagn. Cu*ent gounir*"nt policy, "rp""iotty relatedTo-the of energ't resources in was more^rn7",,:i"g to the-P-llicy on the-development
gas, so that the management skills to manage humai resources management of the general. Human rnorTr" @R) k qualffiei to haJe the the importance of protecting the environment' industry but have the lonwledge oid o*oruness of
ISM Key words: Policies, follow-up gas management' AHP' Pendahuluan
meningkatnya kebutuhar 1in1ak dan Ditengah --.tt tto*yu jumlah produksi minyak dalam semakin ,regeri membuat pemerintah mencari sumberdaya enEtgi lainnya untuk memenuhi kebututran yang r"rnif.i" meningkat. Salah satu sumberdaya energi ,r"ns memitiki peran besar dalam rangka memenuhi 'keb;,rh* dulu* negeri selain minyak dan "rr.rgi Jufu- tu"gka diersifikasi energi adalah pemanfaatan g"r ai*r"'" dalam pemanfaatannya harganya lebih
hal dan ra.nah lingkungan' Berkaitan dengan yang ieir"trrt, pemerintah mengubah kebijakannya minyak ;;l"n; iti lebih diarahkan pada pemanfaatan bahan sumber sebagai ;#;iminyak tanah dan solar
il;trh
gas' bakar beralih pada pemanfaatan
jumlah produksi Bersamaan dengan menunrnnya minyak pemanfaatan jumlah dan besamya
minyak
! I t i : i;
ini
dilakukan untuk digunakan sebagai
bentuk "^ri-t"f"-" iffi"il;, membuat pemanfaatan gas sebagai banvak lebih dimanfaatkan peilu ;;;;iflft"ti energi yang lebih dieunalan sebagai bahan bakar i^"i dimana ""t"t penting ;"u.rair;^ iJ*ur't lingkungan' Hal ini satu salah dapat dijadikan sebagai n.t""tt""* gas (clean betsth menuju p9A!TcY"." il;; untuk mechanism/CDNl) dalam pengelolaan ;"ultorn"n, rangka mendukung dalam ;t*;t il cas di Indonesia hasi l-hasil Berdasarkan #";; ;;- berkelanj utan' melaporkan . bahwa ffiffi;;*g t"rurt iiluk'k*'
rumah tangga'
'p"*""r"*""
gas baik dalam kegiatan sangat sedikit menimbulkan industri, dan transportasi berbahaya bagi lingkungan
t"t"*il*
tung'aupat
seperti gas rumah kaca (GRK) dibandingkan dengan p*ggntiu- minyak terutama minyak tanah dan solar' bi r-"i"ri lain, pemanfaatan gas dalam berbagai kegiatan
pembangunan, diharapkan ?k* .memberikan i".*t*iun yang besai baik dilihat dari manfaat ekologi (tng[ungan), ekonomi, dan sosial' Nimun-demikian keputusan pemerintab untuk yang lebih murah dan ramah memanfaatkan energi gas -p..tgg*uutt domestik telah bugi fi"gf'-*g""i"i jumtah -beban pemerintah melmpengaruhi beiamya untuk menyediakan gas dalam jumlah yang besar'
bahwa Berdasarkan data yang diperoleh menunjukkan unhrk cukup ketersediaan gas dalam negeri belum besar' cukup yang memenuhi kebutuhan gas domestik Pada tahun 2002, suplai gas oleh pertamina baru mencapai 800.000 ton per tahun sementara permintaan tahun 1.200.000
telah mencapai
per Dari data tersebut
(http://strategis.ic.gc). *""*t"tittk"" bahwa kebutuhan akan gas
dalam
tahun' negeri masih kekurangan sekitar 400'000 tonper te1ebut,11l1 Urit.t menutupi kekurangan akan gas
Pertaminameningkatkanimporgasdisamptngmencarl akan gas alternatif lain untuk memenuhi kebutuhan dapat yang alternatif V*g U"tut tersebut' Salah satu
pemanfaatan gas iituf.t*un adalah dengan melakukan
mentan' yang terkandung dalam minyak ikutan -- minyak dan industri dalam f"U"ruluan gas ilirtan
peran,^l:T'Tt Uutugas bumi sangat m;;egang -energi nasional khususnya
il""atl-"g
kiersediaan
fosil' sehingga proses vang ada di dalam
v"tg u"i"t-"r dari bahan-bahan ikutan ;;;ili;;;p"mut'faat-u" gas
t46
JPSL Vol.
(l)
2 : 146-
1
51
Desember 201 I
proses produksi minyak mentah sangat diperlukan. Saat ini proses produksi gas ikutan masih jarang dilakukan. Hal ini disebabkan selain masih kurangnya
Tabel
gas yang semakin berkurang yang menyebabkan gas ikutan dapat menjadi tidak ekonomis' p"ng"totu* -Berkaitan dengan hal tersebut, perlu disusun suatu strategi sebagai arahan kebijakan dalam rangka menguntungkan' pengelolaan -p.*titiutt gas ikutan yang bertujuan untuk menentukan strategi kebijakan pengelolaan gas ikutan yang menguntungkan secara ekonomi, ekologi dan sosial
II
0,2t2
4.
SDM SDA Modal Teknologi
5.
Sarana dan Prasarana
6.
Kebijakan Pemerintah
0,106 0,270
l.
Pemerintah
0,292
2. J.
Pengelola./Pertamina Perbankan
4.
Masyarakat
0,321 0,250 0,137
l. 2.
J.
l.
Menuju CDM
0,323
Perluasan Lapangan Kerj a Peningkatan Nilai Gtura Gas Ikutan Peningkatan Pendapatan Asli Daerah
0,194 0,310 0,173
J. 4.
Alternatif
Dalam rangka mengetahui strategi kebijakan pengelolaan gas ikutan digunakan analisis AHP ionitytt"ot hierarchy process\ berdasarkan hasil5 airmti dengan pakar dan penelitian di lapangan ada
level hirarki seperti yang terlihat pada Gambar 1' Hasil analisis AHP secara terperinci seperti pada Tabel 1'
0,382 0,204
LPG
didasarkan pada hasil pendapat pakar (expert judgment) tnhrk mengetahui kendala-kendala dan
Hasil dan Pembahasan
1
2"
elemen kunci untuk ditangani. Dalam analisis AHP
pengambilan keputusan model pemanfaatan gas ikutan ai perusatraan migas dalam rangka mendukung mekanisme pembangunan bersih dapat dilihat pada Tabel l.
0,13
Tujuan
digunakan untuk menentukan elemen-
yang dikeluarkan oleh Saaty (1993). Adapun hierarki
0,095
Terpeliharanya Kualitas Lingkungan
Anatyticat Hierarchy Process (AIIP)
kebutuhan utama serta menjaring berbagai informasi dari beberapa elemen-elemen yang berpenganrtr dalam strategi kebijakan pengelolaan gas ikutan' penyusunan -Skala penilaian oleh pakar didasarkan pada skala nilai
0,185
Stakeholder
m.
adalah analytical hierarchy process (AIIP)
AIIP ini
ikutan Faktor
I.
dalam sekaligus gas ikutan menganalisis strategi kebijakan menggali kendalah dan kebututran dalam pengelolaan
a.
PAKAR
Strategi kebijakan pengelolaan gas
Metode analisis yang digunakan ikut*
PENDAPA
ELEMENPENGELOLAAN GAS IKUTAN
Metode Penelitian
gu.
Hasil analisis AHP strategi kebijakan pemanfaatan gas ikutan
dukungan pemerintah dalam produksi gas ikutan tersebut, juga dalam proses produksi juga dibutuhkan
investasi yang besar. Di sisi lain cadangan minyak dan
1"
Kondensat Lean Gas (Power Generator)
0,317 097
co2
2.
Level Faktor Berdasarkan hasil survey pakar yang telah dilakukan memrnjukkan bahwa terdapat 6 (enam)
faktor yang berpengaruh dalam pengelolaan gas ikutan antara iain : (l) sumberdaya manusia, (2) sumberdaya
alam,
(3) modal, (4) teknologi, (5)
sarana dan
prasarana, dan (6) kebijakan pemerintah' Hasil-analisis pendapat pakar terhadap
6
(enam)
faktor tersebut diperoleh bahwa faktor yang sangat berpengaruh terhadap pengelolaan gas iku]T adalah o/o dan tceUi;atan pemerintah dengan skor tertinggi27,0 selanjutnya diikuti oleh factor lainnya yaitu factor skor 21,2 02, sumberdaya
sumberdaya manusia dengan
o/o,
sarana dan prasarana alam 18,5 %, teknologi l3,l pada 10,6 oh, dan modal 9,5 %. Adapun nilai scoring
gas seiiap factor yang berpengaruh dalam pe-ngelolaan 2' ikutan dapat dilihat seperti pada Gambar
1.
3.
pengelolaan gas ikutan merupakan salah satu alat yang ileriengaruh- rmtuk efisiensi pencapaian tujuan petatsinaan kebijakan baik oleh pemerintah maupun p"rurahaun yang berpeian selaea-i pengelola sehingga
Unhrk mencapai tujuan dari strategi kebijakan pengelolaan gas tikutan di laPangan Tugu Barat inar-u-uyo, stikeholder yang paling bgrqeran adalah nilai skor tertinggi f"ng"toiu yaifu Pertamina dengan dengan.nilai skor pemerintah ViiioZZ,t 7o, selanjutnya Yo' yo,'perbankan masyarakat dan % Zi,O ZS,Z .13'7 yang stakeholder setiappada skoring eiapun nilai ;;;t* dalam pengelolaan gas ikutan dapat dilihat
LevelFokus Peran masing-masing stakeholder dan strategi kebijakan pengelolaan gas ikutan difokuskan pada penlelolaan gas ikutan. karena besaran (size) dan Lompleksitas permasalahan dan ketergantungan masing-masing iektor dan pihak yang terkait dalam
iltematif vumi ainatilkan berdampak positif
-"ng**gi
r47
dan
resiko selama berlangsungrrya kegiatan'
Level Stakeholder
seperti pada Gambar 3.
JPSL Vol.
(l)2 : 146- 151 Desember
2011
Wrrrrrrr> ,212 ,185
095
w'
131
106
270
)q) 321
ffimL.
ffi
250 137
t23 1.94
il0 82
mi iTffi]
04
t7 97
Wrrrrrr> Gambar
1.
perusahaan migas dalam rangka mendukung Hierarki pengambilan keputusan model pemanfaatan gas ikutan di mekanisme Pembangunan bersih
(3) (4)
Peningkatan nilai guna gas ikutan Peningkatan pendapatan asli daerah
:s
Stakeholder yang BerPeran
c 4
Gambar
2. Prioritas faktor yang berpengaruh
32,10/o
dalam
pengelolaan gas ikutan di Lapangan Tugu Barat, IndramaYu
4. Level Tujuan yang
Diharapkan
dalam
Pengelolaan Gas Ikutan
Hasil diskusi dengan pakar dan pihak terkait dalam penelitian penyusunan kebijakan pengelolaan gas yang ikutan di lapangan, diperoleh 4 (empat) tujuan Keempat gas ikutan' pengelolaan dalam ingin dicapai tujuan tersebut meliPuti :
(ii
(2i
CDM ferpeliharanya kualitas lingkungan menuju Perluasan laPangan kerja
Gambar
stakeholder yang berperan dalam pengelolaan gas ikutan di Lapangan Tugu Barat, IndramaYu
3. Prioritas
Hasil analisis pendapat pakar terhadap 4 mgm tujuan tersebut diperoleh bahwa tujuan yang gas kebijakan dicapai dalam shategi .pengelolaan lingkungan kualitas terpeiiharanya itoiun adalah bersih ;;;;jt -"nuiu mekanisme pembangunanmemiliki (cteai devetopment mechanism/CDM) karena (empat)
148
! $ E
JPSL Vol.
I
(l)2: A6- 151 Desember 2011
oh, nilai skor paling tinggi yaitu 32,3
selanjutnya peningkatan nilai guna gas ikutan, perluasan-lapangan kerja dan peningkatan pendapatan asli daerah dengan oh, 19,4 o/o dan nilai skor masing-masing adalah 31,0 17,3
o/o.
Tingginya nilai skor tujuan terpeliharanya kualitas lingkungan-menuju CDM dibandingkan dengan tujuan laiinya-menunjukkan bahwa terpeliharanya kualitas
lingkungan menuju CDM menjadi perhatian utama pengeloia industri minyak dan gas, hal ini sangat p.*ing dimasukkan ke dalam perencanaan dan pelaksanaan kegiatan industri. Kmena terpeliharanya i
dan asset utama
perusahaan dalam menjamin
ketersediaan sumberdaya energi secara berkelanjutan
untuk memenuhi kebutuhan manusia akan energi' Adapun nilai skoring pada setiap tujuan yang diharapkan tercapai dalam pengelolaan gas ikutan dapat dilihat seperti pada Gambar 4. Tuiuan yang DihaEPkan
energi Indonesia pada tahun 2000-2001, implementasi
p.oyik-ptoy.k pingurangan gas ikutan berpotensi rn"ng*ungi emisi GRK sebesar 10,5 juta ton CO2 per
tatni.
s
( C
poGnsi proyek-proyek pengurangan gas ikutan
termasuk penangkapan dan penjualan/pemanfaatan gas ikutan, pemanfaatan gas ikutan dalam fasilitas produksi
mi"yuk, dan re-injeksi ke dalam reservoir' Sebirgai mekanisme baru, CDM memerlukan perangkat baru berupa prosedur teknik dan non-teknik serta peraturan
yang perlu diikuti oleh pihak-pihak manapun yang
iertarit dalam mengembangkan proyek-proyek CDM atau terlibat dalam Proses CDM.
(2005) pengurangan emisi dari merupakan plgyek yang gas ikutan pembakaran Bahkan adanya Indonesia' di COU untuk potensial Menurut
KLff
pemanfaatan gas ikutan merupakan salah satu upaya
utttut metatrt
karbon dioksida dari sumbemya (Saloh dan Clogh, 2002). Hasil perhitungan, menunjukkan bahwa Indonesia membakar sekitar 4.6 milyar m' gas ikutan per tahun, yang menghasilkan sekitar l1 juta ton emisi ^CO, p"t tahun- Pemerintah Indonesia yakin bahwa gas bakaran dapat dimasukkan ke dalam pembangkit tenaga listrik skala kecil dalam rangka memenuhi
pada tcebritunan energi yang semakin meningkat, dan saat yang sama menghasilkan pengurangan emisi GRK yang dibandingkan penggrmaan sumber energi lainnya berasal dari energi yang tidak terbarukan'
Gambar
4. Prioritas tujuan yang diharapkan
tercapai Lapangan di gas ikutan dalam pengelolaan Tugu Barat, IndramaYu
Mekanisme pembangunan bersih (CDM) atauclean development mechanism (CDM) merupakan salah satu
mekanisme Protokol Kyoto dalam kerangka konvensi PPB mengenai perubahan iklim (United Nations
Framano* Coivention on Climate
Change'
wFCCC).
Sumber utama emisi GRK di sektor energi adalah
pembakaran bahan bakar minyak dalam proses
produksi dan prosesing sumber energi primer terutama tni"yut dan gas, pembangkit ,t?naga,,,dan proses p.*Uut utun di industri-industri lainnya (Atrahamson' masih banyak iqgq). Umumnya sektor
ini
menlgunakan teknologi yang tidak menghasilkan lebih rendah. Berdasarkan catatan KLH ".irl"Cnf (2000) banyak teknologi rendaJr emisi GRK yang Ltt"di" di pasaran untuk sektor energi, namun
;;-ik;, t*e""
berbagai sebab sebagian besar masih
sulit diterapkan.
World Bank Q007) melaporkan bahwa sektor yang minyak dan gas Indonesia memiliki peluang kedit dari r*tUU* *tik *".peroleh- !rygqq kirbon dalam penerapan CDM' Hal ini dilihat dari dari potensi pengurangan gas ikutan fa1 qemanfaatan lapanglt
pada beberapa iut it "i* \assoiiated gas) cukup besar' Pada ii"atttiminyuk bumi indonesia gas ikutan dibakar' BSCF iutt* ZOOS, sekitar 110 Nasional Q'{ational Strategi e";Ju.-t* Kajian sektor disusun yang cov siiiiii sr"av, 'nrss) 'nruk
Terpeliharanya-tuititas lingkungan menuju CDM akan birpengaruh terhadap penurunan dampak atau resiko teihadip kegiatan eksplorasi maupun eksploitasi karena lingkungan menyediakan sistem pendukung
kehidupan untuk mempertahankan keberadaan manusia dan keberlanjutan suatu aktivitas ekonomi jangka panjang. Terpeliharanya kualitas lingkungan menuju ^Co"tU ta"ttti *"*punyui masa guna yang panjang'
dan dapat memanfaatkan gas ikutan melalui
proses
Ju* ut*g (recycle) menjadi bahan baku- oleh industri untuk meningkatkan efisiensi Jut# pt"ot"t p.odukti dan pemanfaatan sumberdaya tersedia sehingga kebuhrhan materi dan energi dapat ditekan sampai seminimum mungkin' Terpeliharanya kualitas lingkungan menuju CDM dalam kegiatan industri metipunlai implikasi yang luas dalam rangka memperpanjang darr guna (nse cycle) materi' sehingga
ili" yd i"ti"ju*
disamping mengurangi pencemaran, Juga mampu tn.ng*uttgi laju deplesi sumberdaya (Soemarwoto' zooil. o'ieh karena- itu perlu 4*{u kerjasama dan gas uU,ntg* simbiosis berbagai indus{ minyak dan kualitas dalam rangka mendukung terpeliharanya
t
lingkungan menuju
CDM
menjamin
semua
,,rib"rduyu yang tersedia maupun sisaproduksi untuk
dapat dimanfaatkan menjadi sumberdaya
memiliki nilai
yang
ekonomi sehingga secara tidak langsung
pengelola mampu menyediakan- sumberdaya cadangan iulim rangka pemenuhan kebutuhan energi untuk masyarakai seiara berkelanjutan'- Terpeliharanya t rutitut lingkungan menuju CDM diharapkan mampu mampu menghasilkin produk yanq kgmpetitif dan kualitas Uersiing dalarn- pasar gioUut'- Terpeliharanya
dalam il;G;; -"tt"3" 6ovt uertuluan bahwa limbah menghasilkan ;;'r"i"p ;;.", ptoa*ti tidak ;;;"' [mbah yuttg dihasilkan akan menjadi
&
!
I t u
r49
F
I
I
!
(l) 2 : U6-
JPSL Vol. asi nsi )er
sumberdaya yang terbarukan dan bermanfaat dalam keberlanjutan meningkatkan pertumbuhan ekonomi dan ekologi perusahaan.
dan
:an IAS
(si
iai ru an 1g
M rrl rg /a ra
li 1,
'a
n ;i S
it
i I
I , t I i
5. Level Alternatif Kebijakan dalam Pengelolaan Gas Ikutan Berbagai alternatif pengelolaan gas ikutan lapangan
Tugu Barat seperti pengelolaan dan pemanfaataan LPb, Kondentui,l"o, g Qtower generator) dan COz' Gas ikutan tersebut diperoleh dari proses pemisahan antara minyak mentah dan gas bumi. Gas ikutan diperoleh melalui proses tekanan hidrokarbon yang 30 %' mentah, biasanya
diLerikan dengan batas maksimum antara25 %
-
Dalam proses produksi minyak dilakukan tidak bersamaan dengan penyaringan gas ikutan (associated gasflaring gas) karena hal ini sangat berpengaruh terhadap kandungan minyak rn".rtuh dan gas yang dihasilkan serta biaya operasional yang diperlukan dalam proses pemisahaan juga besar' bi riri Lin keempat gas ikutan tersebut memiliki niali ekonomi dan dampak terhadap lingkungan yang berbeda-beda. Berdasarkan hal tersebut perlu dilakukan
analisis untuk menentukan altematif
dalam
pengembangannya sebagai salah satu kebijakan dalam pengelolaan gas ikutan. Alternatif-altematif kebijakan tersebut, dianalisis berdasarkan pendapat pakar. Hasil penelitian
menunjukkan bahwa alternatif pengelolaan dan pemanfaatan LPG menduduki prioritas pertama yang
ini
terlihat dari hasil penilaian para pakar dengan memberikan nilai sebesar ig,Zolo dan selanjutnya diikuti oleh lean gas dengan nilai skor 31,7 o/o,kondensat 20,4yo dan CO2 dengan
perlu dikembangkan. Hal
skor9,7
%o.
Adapun
nilai skoring pada setiap
alternatif
kebijakan dalam dalam pengelolaan gas ikutan dapat dilihat seperti Pada Gambar 5'
I5
I
Desember 201
meningkatkan efisiensi penggunaan energi-yang cukup
iarena nilai kalor efektif LPG lebih tinggi juga dibandingkan jenis bahan bakar lairurya" dan
besar
mempunlai kandungan gas buang yang lebih bersih dan ramah lingkungan. Pengembangan kebijakan pemanfaatan LPG ini juga sangat membantu meringankan beban pemerintah dalam mengatasi
permaialahan penyediaan energi di dalam. negeri, i.ho.utnyu bahan bakar minyak dengan subsidi yang
tinggi. Di sisi lain kebijakan pemanfaatan LPG ini akan mendukung kebijakan diversifikasi energi untuk mengurangi ketergantungan terhadap bahan bakar minyak khususnya minyak tanah dengan sangat
mengalihkan ke penggunaan LPG.
Potensi gas yang dimiliki Indonesia yang sangat besar dan dengan semakin meningkatnya kebutuhan gas domestik khususnya penggunaan LPG di indonesia, telah mendorong masyarakat untuk lebih memanfaatkan LPG sebagai altematif energi yang
murah dan ramah lingkungan. Produksi LPG Indonesia pada tahun 2006 mencapai 1.428 ton, sedangkan angka konsumsi hanya mencapai,l'100 ton sehingga masih mempunyai kuota untuk ekspor
sebesar 289 ton (Departemen ESDM, 2007). Apabila kebutuhan LPG domestik ini dipenuhi dapat terpenuhi
baik dan
mendukung terjadinya alih p"ngguttuun pemanfaatan bahan bakar minyak (BBM) i"pidu penggunaan gas sebagai energi, sehingga dapat
dengan
membantu mengurangi kelangkaan BBM' Kebijakan konversi minyak tanah bersubsidi ke LPG mempunyai
subsidi. Perhitungan pengurangan subsidi melalui progam konversi minyak
maksud untuk mengurangi ianatr beisubsdi
berdasarkan perhitungan
ke LPG
seperti Tabel 4.
Tabel 4. Perbandingan subsidi minyak PERBANDING
ke
Harga
Jual Masyarakat Pengalihan Volume
Minyak
1
0.57 Kg Rp.4.250/IQ
Liter
Rp. 2.500
/Ltr
10.000.000
Kiloliter
Tanah
Subsidi
Asumsi
6F
Keekonomian Harga
o o o
Besaran
Harga
Jual Subsidi Total Subsidi
e
tanah
dibandingkan dengan LPG Kesetaraan
s
1
selisih
RP. 5'665
5.746.095 MT/Tahun Prp.7.127
lLiter
Kg
RP. 2000 /Liter RP. 3.665 /Liter
Rp. 4.250 /Kg
Rp.36.65 Triliun/Tahun
Rp.16.53
Rp.2.877 /Kg Triliun/Tahun
RP.20.12 Triliun/Tahun
Dari Tabel 25 di atas terlihat bahwa Pemerintah 20 Indonesia dapat menghemat subsidi sebesar Rp minyak penggunaan pingalihan dari triliur/ tahun Gambar 5.
Prioritas altematif kebijakan dalam pengelolaan gas ikutan di Lapangan Tugu Barat, IndramaYu
Tingginya nilai skoring yang diberikan oleh pakar LPG terhada!- altematif kebijakan qgnggnibangan
a1U*Jiitgt"t dengan alternatif lainnya
."r"":tfu"t
adalah
bahwa penggunaan LPG selain
subsidi iunutt O"ng"n LPG. ierh-itungan penghe1atan minyak volume sebesar itu d"ngun asumsi seluruh Hal ini akan kg' 3 LPG ke tanah bersubsidi-
ai"i"t"tit"ti
;;;t-;ttltk"t,
kepada sektor
lain yang
lebih
seperti pendidikan dan kesehatan'
dapat
150
JPSL Vol.
(l)
2 : 146- 151 Desember 201 1 Gemer F, Svensson B dan Djumena S, Gas Flaring and regulatory Framework and Venting
Daftar Pustaka Amstrong, S.J.
& R.G. Botzier.1993.
Environmental
: A incentive for
Gas
utilization
Ethics, Divergence and Convergence. McGrawHill Inc. New York. 570P.
http://wvw.rvorldbank. org/publicpolicy4 oumaV summar.v.aspx?id:279 (dikunjungi 17 Agustus
Management Specification with guidance for use'
Indriani Gustya. 2005' Gas Flaring Reduction in the
ANSI. 1996. ISO 14001 Environmental
-
Systems Geneve, Switzerland. 16P.
Ardiputra, I.K. 2002. PROPER - Program Penilaian Peringkat Kineda Perusahaan Pertambangan, Energi dan Migas. Deputi Bidang Pengendalian
Oampat Lingkungan Sumber
Institusi,
Kementerian Lingkungan Hidup, Iakarta' 29 hal.
Arit I. dan P. Prodjosumarto. 2000.
Pengusahaan
dan Tanggung Jawab Sosial' Dalam Mencari Model Pemecahan Masalah Hubungan Industri Pertambangan Dengan Pertambangan
Masyaiakat Sekitar. P3PK Universitras Gadjah Mada,hal:43'57 '
J. 1997. Environmental Impact Assessment and Management: An UnderexPlored
Bailey,
Relationship' Environmental Management 21 (3): 31?- Bellamy, J.A.; D. H' Walker; G'T' McDonald and G.J. Syme' 2001' A systems approach to the evaluation of natural resource
management
initiatives. Joumal
of
Environmental Management 63 (4): 407-423'
D'B' Stonec' values for principals' 2003. Measuring an management: budget environmental
Blomquista, G.C.; M. A. Newsomeb and
exploratory study. Journal
of
Management 68 (3):83-93 -327
Environmental
.
Cleveland, C.J. 1991. Natural resource scarcity and
economic growth revisited: economic and
biophysical perspectives.
In
R'Contanza' Ed'
Ucological Economics: the science and management of sustainability, p'289-317' Columbia University Press' New York' 525p'
Cleveland, C.J.
lggl. Natural resource
scarcity and
economic growth revisited: economic and
biophysical perspectives.
In
R'Contanza' Ed'
ncotogicat Economics: the science and management of sustainability, p'289-317 ' Columbia University Press' New York' 525p'
r51
2007).
Indoneiian Oil and Gas Sector - Technical and
of
Economic Potential
Clean Development
Mechanism (CDM) Proj ects.
Mateu, J. lgg7. Methods of Assessing and Achieving
Normality Apptied
to
Environmental Data'
Environmental Management
2l
(5):767'777 '
Richards, D.J., and R. A. Frosch, 1997 ' The industrial green game: Overview and perspectives' In: The
taustriat green game. Implications desigrr and
environmental Richards, D. J., ed.,
for
management,
pp. l-34'
National
Academy of Engineering, Washington, D'C'
Sadiq,
R. and T.
Husain. 2005'
A
fuzzy-based
methodology for an aggregative environmental risk assessment: a case study of drilling waste' Environmental Modelling & Software 20.,33-46'
Schaltegger. S; R. Burritt and H. Petersen' 2003' An Corporate Environmental iitroduction Sustainability' Management, Striving
to
Greenleaf Publishing
for
Limited' Sheffreld UK'
384P.
Somantri,
R.A. 1998. Peranan nilai budaya
daerah
dalam upaya pelestarian lingkungan hidup'
Bagian Proyek P2NB Jawa Barat, Bandung'
Suma T.D. 2001. Pemikiran, Tantangan dan Permasalahan Lingkungan' Penerbit Studi Tekno Ekonomi, dePartemen Teknik Industrifakultas teknik Industri ITB Bandung'
S.
Westrnacott, systetns
2001. Developing decision support for integrated coastal management in
the tropics:
Is the ICM decision-making
environment too complex for the development of a useable and useful DSS? Journal of Environmental Management 62 (1):5 5'1 4'