STRATEGI HIZBULLAH DALAM MERESPON SERANGAN ISRAEL KE LIBANON SELATAN TAHUN 2006 Skripsi Diajukan untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh Gelar Sarjana Sosial (S.sos)
Oleh: Dyah Swantantri 106083002803
PROGRAM STUDI HUBUNGAN INTERNASIONAL FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA 2013
PENGESAHAN PANITIA UJIAN SKRIPSI SKRIPSI STRATEGI HIZBULLAH DALAM MERESPON SERANGAN ISRAEL KE LIBANON SELATAN TAHUN 2006 Oleh Dyah Swantantri 106083002803
Telah dipertahankan dalam sidang ujian skripsi di Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta pada tanggal tanggal 20 Desember 2013. Skripsi ini telah diterima sebagai salah satu syarat memperoleh gelar Sarjana Sosial (S.Sos) pada Program Studi Hubungan Internasional. Ketua
Sekretaris
Agus Nilmada Azmi M.si NIP: 197808042009121002
Agus Nilmada Azmi, M.Si NIP: 197808042009121002
Penguji I
Penguji II
Drs. Aiyub Mochsin, M.A NIP: 020021540
Ahmad Alfajri, M.A NIP:
Diterima dan dinyatakan memenuhi syarat kelulusan pada tanggal 20 Desember 2013. Ketua Program Studi Hubungan Internasional FISIP UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
Kiky Rizky, M.Si NIP: 197303212008011002
PERNYATAAN BEBAS PLAGIARISME
Skripsi yang berjudul
:
STRATEGI HIZBULLAH DALAM MERESPON SERANGAN ISRAEL KE
LIBANON SELATAN TAHUN 2006
L Merupakan karya hasil saya yang diajukan untuk memenuhi salah satu persyaratan memperoleh gelar strata I di Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta. Semua sumber yang saya gunakan dalam penulisan ini telah saya cantumkan sesuai dengan ketentuan yang berlaku di Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta. J. Jika di kemudian hari terbukti bahwa karya saya ini bukan hasil asli karya saya atau merupakan hasil jipalakan dari karya orang lain, maka saya bersedia menerima sanksi yang berlaku di Universitas Islam Negeri (UIN) Syari f Hidayatullah Jakarta.
2.
Jakarta, 06 Desember 2013
Dyah Swantantri
ABSTRAK Skripsi ini membahas mengenai strategi Hizbullah dalam merespon serangan Israel ke Libanon Selatan tahun 2006. Tujuan penelitian ini adalah memahami strategi yang digunakan oleh Hizbullah dalam menghadapi serangan Israel ke Libanon selatan tahun 2006. Penelitian ini dilakukan dengan studi pustaka. Kerangka pemikiran yang digunakan adalah konsep strategi, perang asimetris, dan ideology. Penulis menyimpulkan, bahwa perang yang terjadi antara Israel dengan Hizbullah tahun 2006 telah memakan banyak korban jiwa, kehancuran infrastruktur, dan kerusakan Lingkungan baik dipihak Israel maupun Libanon. Dalam perang tahun 2006 kali ini, tidak ada satu pun orang di dunia yang dapat mengira bahwa Hizbullah akan memenangkan pertempuran ini. Ini dikarenakan yang dihadapi oleh Hizbullah adalah Israel. Sebagaimana diketahui oleh banyak orang, Israel memiliki kekuatan militer dengan reputasi tempur yang sudah terkenal di dunia. Dari segi persenjataan yang dimiliki oleh Israel, tidak seimbang dengan yang dimiliki oleh Hizbullah. Israel memiliki persenjataan yang berteknologi mutakhir serta berkapasitas tidak terduga. Dari roket, rudal, tank, pesawat tempur, helikopter, kapal perang, artileri senapan, hingga bom dimiliki oleh Israel. Sedangkan Hizbullah, hanyalah salah satu partai yang berkuasa di Libanon yang memiliki pasukan tidak lebih dari 6000 jiwa. Persenjataan yang dimiliki Hizbullah hanya sebatas roket, rudal, senjata anti tank, senjata anti kapal, dan kekuatan dari media massa. Dengan demikian, perang tahun 2006 kala itu dikatakan sebagai perang asimetris. Namun, fakta yang terjadi di lapangan dan logika pemikiran tidak dapat disatukan. Hasilnya, dengan kecerdasan dan strategi perang yang direncanakan secara matang, serta dukungan dari penduduk Libanon, Hizbullah dapat mencapai kemenangan. Hizbullah telah mengukir kemenangan dengan menghancurkan tank-tank dan pesawat tempur yang menjadi andalan Negara Israel. Ini menuai simpati dari masyarakat internasional dan memberikan inspirasi kepada Negara-Negara Arab lainnya. Kata kunci: Perang Israel-Hizbullah tahun 2006, Hizbullah, Israel, Persenjataan Israel, Persenjataan Hizbullah
v
KATA PENGANTAR Alhamdulillahi Robill’aalamiin, segala puji dan syukur atas kehadirat Allah SWT serta junjungan kita nabi Muhammad SAW yang telah memberikan rahmat, hidayah serta kekuatan sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini dengan judul “STRATEGI HIZBULLAH DALAM MERESPON SERANGAN ISRAEL KE LIBANON SELATAN TAHUN 2006”. Sebelum mengucapkan terimakasih kepada pihak-pihak yang berjasa selama dalam proses penyelesaian skripsi ini. Penulis terlebih dahulu mengatakan bahwa semua ini tidak akan terwujud tanpa adanya kerja keras, do’a dan cita-cita di masa depan yang menjadi motivasi utama dalam penyelesaian belajar di UIN Syarif Hidayatullah Jakarta. Penulis sangat menyadari bahwa terwujudnya skripsi ini tidak lepas dari bantuan berbagai pihak yang telah mendorong dan membimbing penulis, baik dalam bentuk waktu, tenaga, ide dan pemikiran. Oleh karena itu, dalam kesempatan ini penulis ingin mengucapkan terimakasih yang sebesarbesarnya kepada: 1. Kedua orang tua tercinta, Ibu Etty Suhaetty dan Bapak Achmad Mikdad (alm). Terima kasih atas seluruh cinta dan kasih sayang yang telah diberikan kepada penulis. Terima kasih tak terhingga atas berbagai bentuk dukungan tulus baik moril maupun materi. Serta, dengan penuh pengertian dan kesabarannya memberikan kepercayaan, memotivasi dan mendoakan penulis agar tetap sehat dan selalu semangat berjuang untuk menuju pintu keberhasilan.
vi
2. Bapak Prof. Dr. Bachtiar Effendy selaku Dekan Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik, Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah, Jakarta. 3. Bapak Kiky Rizky, M. Si selaku Ketua Jurusan Hubungan Internasional, Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik, Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah, Jakarta. 4. Bapak Agus Nilmada Azmi, M.Si. selaku Sekretaris Jurusan Hubungan Internasional, Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik, Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah, Jakarta. Serta sebagai dosen pembimbing skripsi penulis yang telah meluangkan waktu, tenaga, dan pikiran untuk memberikan bimbingan, masukan serta motivasi yang sangat berharga hingga selesainya penulisan skripsi ini. 5. Bapak Drs. Armein Daulay M.Si, selaku Dosen di Jurusan Hubungan Internasional. Serta dosen yang selalu memberikan semangat, ilmu, waktu, tenaga, buku-buku, dan motivasi yang sangat berharga kepada penulis, hingga penulisan skripsi ini selesai. Terima kasih untuk semua yang bapak berikan kepada penulis. 6. Ibu Mutiara Pertiwi MA, selaku Dosen di Jurusan Hubungan Internasional. Serta dosen yang selalu memberikan semangat, ilmu, waktu, tenaga, dan motivasi yang sangat berharga kepada penulis, hingga penulisan skripsi ini selesai. Terima kasih untuk semua yang ibu berikan kepada penulis. 7. Pak Jajang dan Pak Amali yang sudah sangat banyak membantu dalam proses administrasi penulis. vii
8. Seluruh Bapak / Ibu Dosen Jurusan Hubungan Internasional (HI), Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik, UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, yang telah mengajarkan berbagai ilmu dan telah membantu penulis dalam menyelesaikan tugas sebagai mahasiswi HI. 9. Keluarga besar penulis yang selalu memberikan semangat kepada penulis. Terima kasih kepada kakak (a’Subhan, a’Ade, a’Derry, Indah), tante, dan semua sanak saudara yang tidak dapat penulis sebutkan satu persatu. Terima kasih atas dukungan semangat dan do’a kalian selama ini kepada penulis. Spesial untuk Mas Dennis yang selalu memberikan dukungan, baik materil, semangat, cinta, dan kasih sayang kepada penulis, Jazakallah khairan katsiran. 10. Sahabat-sahabat terbaik penulis. Tini, wati, nita, Qory, Desty, Diah, Astryd, Christa, Dian, Atik, Kismayeni, Desy, Nanda, Hendrawan, Irvan, Yeni dan sahabat- sahabat Hubungan Internasional angkatan 2006 lainnya yang telah banyak membantu penulis dalam penyelesaian skripsi dengan segala bantuan baik dalam bentuk tukar pikiran. Terimakasih, semoga Allah membalas kebaikan kalian semua dengan pahala. 11. Teruntuk sahabat penulis yang telah tiada (Alm.) Izzun Nahdliyah. Terimakasih telah menjadi pendengar yang baik, yang dengan sabar mendengarkan semua curhatan penulis. Terimakasih atas dukungan semangat, motivasi, do’a, serta pengertian dan perhatianmu menemani hari-hari penulis dengan canda tawa. Penulis tidak akan pernah melupakanmu. Kamu salah satu sahabat terbaik penulis. viii
12. Semua pihak yang telah turut membantu dalam penyelesaian skripsi ini namun tidak dapat disebutkan satu persatu, terima kasih. Penulis menyadari bahwa skripsi ini masih jauh dari kesempurnaan. Oleh karena itu, kritik dan saran yang membangun dari berbagai pihak sangat penulis harapkan demi perbaikan kedepannya. Jakarta, 06 Desember 2013
Dyah Swantantri
ix
DAFTAR ISI LEMBAR JUDUL LEMBAR PERNYATAAN BEBAS PLAGIARISME LEMBAR PERSETUJUAN PEMBIMBING LEMBAR PENGESAHAN SKRIPSI ABSTRAK .....................................................................................................................................v KATA PENGANTAR ................................................................................................................. vi DAFTAR ISI ..................................................................................................................................x DAFTAR TABEL ..................................................................................................................... xiii DAFTAR GAMBAR ................................................................................................................. xiv DAFTAR ARTI SINGKATAN ..................................................................................................xv DAFTAR LAMPIRAN ............................................................................................................. xvi
BAB I PENDAHULUAN ..............................................................................................................1 A. Pernyataan Masalah ............................................................................................................1 B. Pertanyaan Penelitian ..........................................................................................................6 C. Tujuan dan Manfaat ............................................................................................................6 D. Tinjauan Pustaka .................................................................................................................6 E. Kerangka Pemikiran ............................................................................................................8
x
E.1. Strategi ........................................................................................................................8 E.2. PerangAsimetris .......................................................................................................11 E.3. Ideologi ......................................................................................................................14 F. Metode Penelitian ...............................................................................................................17 G. Sistematika Penulisan ........................................................................................................19 BAB II Konflik Libanon Selatan ................................................................................................21 A. Libanon Selatan Dalam Konflik Libanon dan Israel ......................................................21 B. Sejarah Berdirinya Hizbullah ...........................................................................................29 B.1. Sejarah Konflik Israel-Hizbullah ...........................................................................32 BAB III Serangan Israel ke Libanon Selatan Tahun 2006 ......................................................34 A. Latar Belakang Serangan ..................................................................................................34 B. Perang Asimetris Hizbullah dengan Israel ......................................................................35 C. Peran Hizbullah di Libanon ..............................................................................................40 D. Kerusakan dan Korban .....................................................................................................43 D.III.1. Di Pihak Israel ....................................................................................................43 D.III.2. Di Pihak Libanon ...............................................................................................44 E. Gencatan Senjata ................................................................................................................46 BAB IV Analisa Strategi Hizbullah Dalam Menghadapi Serangan Israel ke Libanon Selatan (periode 12 Juli- 15 Agustus 2006) ................................................................................51 A. Idelogi Sebagai Fondasi Dasar Perjuangan Hizbullah ...................................................51
xi
A.1. Kepercayaan Pada Islam .........................................................................................51 A.2. Kepercayaan Pada Ulama yang Berada dalam Konsep Wali Al-Faqih .............52 A.3. Jihad ..........................................................................................................................55 B. Strategi Hizbullah dalam Menghadapi Serangan Israel ................................................57 B.1. Operasi Roket Jarak Dekat-Jauh Kumulatif Hizbullah Vs Serangan Udara Israel ..................................................................................................................................58 B.2. Strategi Squental Hizbullah Vs Serangan Darat Gabungan Israel ...................62 BAB V PENUTUP ......................................................................................................................66 KESIMPULAN ...........................................................................................................................66 DAFTAR PUSTAKA ..................................................................................................................68 LAMPIRAN-LAMPIRAN
xii
DAFTAR TABEL Tabel III. B. 1 Personel Israel vs Hizbullah ................................................... 36 Tabel IV. B. 1 Kronologi Serangan Roket Hizbullah ..................................... 60
xiii
DAFTAR GAMBAR Gambar II.1. Peta Negara Libanon............................................................... 21 Gambar II.2. Peta Negara Israel.................................................................... 24
xiv
DAFTAR ARTI SINGKATAN AMAL ATGM CIA DK PBB GBU IDF INSS LAF MK MRLS PLO PBB RPG Sekjen UNIFIL UN UNSC
Afwaj al-Muqawwamah al-Lubnaniyah Anti Tank Guide Missile Central Intelligence Agency DewanKeamanan PBB Guided Bomb Unit Israel Defence Force Institute for National Security Studies Lebanese Armed Force Merkava Multiple Launch Rocket System Palestine Liberation Organization PerserikatanBangsa-bangsa Rocket Propelled Grenade SekertarisJenderal United Nations Interim Force in Lebanon United Nations United Nations Security Council
xv
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran I : Struktur Komando Hizbullah Lampiran II : Gambar Roket dan Rudal Hizbullah Lampiran III : Zona Peluncur Roket Hizbullah Lampiran IV : Dampak kerusakan lingkungan di Libanon Lampiran V : Persenjataan Israel Lampiran VI : Resolusi DK PBB 1701
xvi
BAB I PENDAHULUAN A. Pernyataan Masalah Libanon merupakan salah satu Negara1 yang kerap menjadi target serangan Israel sejak tahun 1978. Konflik diantara Israel dan Libanon bermula pada tahun 1978, ketika Palestine Liberation Organization (PLO) terusir dari Negara Yordania dan menjadikan Libanon Selatan sebagai tempat pengungsian (Tur 2006:110). PLO kerap melakukan serangan roket ke wilayah Israel yang dilakukan dari wilayah Libanon Selatan. Ini dilakukan sebagai balasan atas pengambilan wilayah Palestina oleh Negara Israel. Setelah itu, Israel melakukan invasi ke Lebanon Selatan pada 14 Maret 1978 (Angkasa 2006:38). Konflik keduanya adalah agenda ekspansi teritorial Israel di daerah Arab, termasuk Libanon dan sekitarnya. Perlawanan Libanon terhadap Israel diwarnai pula oleh kehadiran organisasi Hizbullah. Organisasi tersebut memberikan bantuan yang sangat berarti kepada rakyat di Libanon guna mengusir pasukan Israel dari Negara Libanon. Skripsi ini membahas mengenai strategi yang diterapkan Hizbullah, khususnya dalam menghadapi serangan Israel ke Libanon Selatan pada tahun 2006. Dalam peristiwa tersebut, Israel pada akhirnya mundur setelah menerima perlawanan senjata dari Hizbullah sebagai aktor non negara di Libanon (Rif’at Sayyid Ahmad 2007:V).
1
Negara lainnya adalah Palestina, Arab Saudi, Mesir, Yordania, dan Suriah
1
Hizbullah adalah organisasi bersenjata yang pendiriannya didasari oleh keprihatinan sejumlah ulama2 Libanon terhadap invasi Israel ke Libanon Selatan pada tahun 1982 (Naim 2006:15-25). Para ulama tersebut kemudian mengorganisir kelompok politik bersenjata untuk melawan Israel. Ini dimulai sejak bulan November 1983. Pada tahun 1983 Hizbullah melakukan sejumlah aksi yaitu, pejuang Hizbullah meledakkan diri di dalam kendaraan dekat markas tentara Israel yang menewaskan 60 orang tentara Israel di kota Tyre (Ari Yulianto 2010:67). Dua tahun kemudian, pada tangal 16 Pebruari 1985, pendirian Hizbullah baru dideklarasikan secara resmi (Abdar Rahman Koya 2006:76). Sejak saat itu, Hizbullah dikenal sebagai salah satu aktor keamanan yang dikategorikan sebagai teroris oleh Israel. Hingga tahun 2006, tercatat setidaknya dua periode kali konflik antara Israel dengan Hizbullah: yaitu konflik pertama yang dimulai saat invasi Israel ke Libanon tahun 1982-2000 selama 18 tahun; dan konflik kedua dimulai saat Israel menyerang Libanon Selatan pada tahun 2006. Selama konflik berlangsung dari tahun 1982 sampai tahun 2006, tercatat ±7000 kali Hizbullah diserang oleh Israel dan ±3970 kali Hizbullah menyerang Israel (Angkasa 2006:29). Adapun konflik Israel-Hizbullah pada tahun 2006 berawal ketika pasukan Hizbullah menyerang pasukan Israel yang menyusup ke daerah Aita al Chaab, Libanon Selatan pada tanggal 12 Juli 2006 (David Makovsky dan Jeffrey White 2006:6). Dalam aksi penyerangan tersebut, Hizbullah berhasil menawan dua 2
Musa al-sadr, Ayatullah Muhammad Mahdi Syamsuddin, dan Ayatullah al-sayyed Muhammad Hussein Fadhlullah
2
tentara Israel (Andrew Exum 2006:1). Bagi Hizbullah, perlawanan tersebut sebenarnya dimaksudkan sebagai alat diplomasi untuk melakukan pertukaran tawanan guna membebaskan warga Libanon yang ditahan Israel dalam insiden yang terjadi sebelumnya.3 Namun, Israel ternyata meresponnya secara militer. Pada tanggal 13-14 Juli 2006, pesawat tempur Israel dan pasukan artileri darat Israel bersama-sama melakukan penyerangan ke Libanon Selatan (Helena 2006). Serangan tersebut menghancurkan infrastruktur, serta 50 jiwa penduduk Libanon meninggal (Farid 2006:14-15). Peristiwa tersebut tidak direspon secara militer oleh Libanon. Libanon hanya meminta bantuan kepada Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) dan memberikan pernyataan kecaman terhadap serangan yang dilakukan oleh Israel (Ari Yulianto 2010:219-221). Pemerintah Libanon tidak segera menurunkan pasukannya untuk membantu mengamankan negaranya. Hal ini dikarenakan keterbatasan yang dimiliki oleh militer Libanon yang tidak seimbang dengan jumlah pasukan militer Israel. Perlawanan senjata yang sengit justru dilakukan oleh Hizbullah sebagai aktor non negara. Salah satu bentuk perlawanan ini dilakukan dengan meluncurkan roket Katyusa menargetkan kota Haifa-Israel pada 16 Juli 2006 (William M. Arkin 2007:118). Serangan ini menyebabkan 8 warga Israel tewas. Roket Katyusa juga kembali mengenai target ketika berhasil menembak jatuh pesawat helikopter Israel pada tanggal 27 Juli 2006. Tercatat setidaknya 100 roket yang ditembakkan Hizbullah ke wilayah Israel dalam periode konflik ini hingga 3
Pada tahun 2004, empat tokoh Libanon yang diantaranya: Samir Kuntar, Nasim Nisr, Yahya Skaf, dan Ali Farran ditawan oleh pasukan Israel.
3
dilakukan gencatan senjata atas desakan PBB pada minggu kedua bulan Agustus 2006 (Sergio 2006:2). Konflik Israel-Hizbullah ini merupakan perang asimetris karena setidaknya dua hal. Pertama, perang ini asimetris karena adanya perbedaan kekuatan antara aktor Negara dan non Negara. Kedua, Angkatan bersenjata Israel memiliki keunggulan personel militer yang jauh lebih banyak yaitu 621.500, dibandingkan Hizbullah yang memiliki jumlah personil hanya 5.800 (Yiftah 2006:11). Bahkan, perang ini tetap asimetris ketika kekuatan Hizbullah dibantu oleh personil militer Libanon yang hanya berjumlah 15.000 orang (Angkasa 2006:23). Ketiga, dalam hal teknologi persenjataan Israel lebih canggih, yaitu Hizbullah memiliki beberapa jenis roket rakitan jarak pendek, menengah dan rudal jarak jauh4 (Andrew Exum 2006:6). Sedangkan, Israel dalam hal teknologi persenjataan memiliki variasi yang beragam diantaranya; roket artileri tandan, berbagai kendaraan anti peluru, pesawat tempur, dan armada kapal perang (Global Security 2013). Akibat besarnya jumlah korban dalam perang Israel-Hizbullah tahun 2006 ini, Perdana Menteri Libanon Fouad Siniora meminta perhatian dunia internasional. Seruan Perdana Menteri Libanon mendapatkan respon dari Sekjen PBB Kofi Annan (Ari Yulianto 2010:251). Annan segera membentuk sebuah komisi internasional untuk menangani perang ini. Pasukan PBB pun datang ke Libanon. Atas desakan dari masyarakat internasional, pada tanggal 11 Agustus 2006 Dewan Keamanan PBB mengeluarkan Resolusi 1701 untuk menghentikan konflik. Resolusi tersebut disetujui oleh pemerintah Libanon, Hizbullah dan 4
Maksudnya roket jarak pendek yaitu radius jangkauan mencapai 6-20 km. Sedangkan roket jarak menengah adalah radius jangkauan 35-70 km. Sedangkan untuk rudal jarak jauh yaitu radius jangkauan 100-210 km.
4
Israel. Gencatan senjata resmi diberlakukan pada hari senin tanggal 14 Agustus 2006 pukul 05:00 AM (William M. Arkin 2007:121). Israel pun menarik mundur pasukannya dari Libanon Selatan. Banyak para pemerhati masalah ini berpendapat bahwa, dalam perang asimetris ini, sesungguhnya Hizbullah telah memenangkan pertempurannya dengan Israel. Menurut pendapat Charles Krauthammer Washington post, Hizbullah telah menghindarkan Libanon kehilangan wilayah Libanon Selatan (Charles 2006). Selain itu, Rahul Mahajan dalam political affairs berpendapat bahwa 87% masyarakat Libanon menyatakan bahwa Hizbullah adalah pemenangnya dalam perang Libanon 2006 (Rahul 2010). Rahul menuliskan 87% responden menyatakan mendukung Hizbullah untuk melakukan perlawanan kepada Israel yang telah menyebabkan korban jiwa, kehancuran di bidang infrastruktur, serta kemiskinan akibat serangan yang dilancarkan oleh pasukan Israel. Sedangkan, Shahram Akbarzadeh yang merupakan Profesor Politik Asia (Timur Tengah & Asia Tengah) di Universitas Melbourne mengatakan bahwa, Hizbullah adalah simbol dari kemenangan Libanon tahun 2006 melawan pasukan Israel (Shahram 2007). Keberhasilan Hizbullah mempertahankan wilayah Libanon Selatan dari gempuran Israel di tahun 2006 ini mengundang ketertarikan penulis untuk menelitinya. Sebagai aktor non negara, organisasi ini telah berhasil melakukan strategi yang efektif dalam perang asimetrisnya dengan Israel. Faktor strategi utama yang mensukseskan strategi tersebut akan dianalisis dalam skripsi ini. Topik ini dimungkinkan karena pihak Hizbullah sendiri telah mempublikasikan
5
data mengenai strategi mereka dalam konflik tersebut, diantaranya melalui media massa online dan buku5.
B. Pertanyaan Penelitian Bagaimana strategi Hizbullah dalam merespon serangan Israel ke Libanon Selatan tahun 2006?
C. Tujuan dan Manfaat Tujuan dan manfaat dari penelitian tentang Strategi Hizbullah dalam Merespon Serangan Israel ke Libanon Selatan Tahun 2006 adalah sebagai berikut: 1. Memahami strategi yang digunakan oleh Hizbullah dalam Menghadapi Serangan Israel ke Libanon Selatan (periode 12 Juli 2006-15 Agustus 2006). 2. Manfaat dari penelitian ini adalah memberikan kontribusi terhadap kajian Ilmu Hubungan Internasional, khususnya analisis strategi dalam perang asimetris ini
D. Tinjauan Pustaka Beberapa penelitian sudah dilakukan mengenai masalah konflik IsraelHizbullah tahun 2006. Salah satunya adalahpenelitian yang dilakukan oleh Amal Saad-Ghorayeb pada tahun 2009 dengan judul “The Hizbollah project: Last war, next war” (Amal 2011). Ghorayeb menjelaskan bahwa Hizbullah menggunakan 5
Media massa online yaitu melalui website www.moqawama.org, http://almashriq.hiof, Televisi Al-Manar, radio Al-Nour, dan majalah bulanan Kabdat Alla.
6
kombinasi strategi perang gerilya dan perang konvensional. Ini difasilitasi perlengkapan perang modern buatan Rusia. Selain Ghorayeb, terdapat buku yang membahas mengenai Hizbullah berjudul ”Blue Print Hizbullah” yang ditulis oleh Wakil Sekjen Hizbullah, Naim Qassem (Naim 2008:25). Tokoh tersebut dilahirkan di Libanon pada tahun 1953. Beliau adalah anggota pendiri partai Hizbullah pada tahun 1982, dan menjabat sebagai Sekjen Hizbullah sejak tahun 1991 sampai sekarang. Buku ini menjelaskan visi dan tujuan Hizbullah sebagai sebuah partai Islam yang menjadikan landasan dasar pergerakannya kepada tiga pilar yaitu: kepercayaan kepada Islam, Jihad, dan Yuridiksi Wali al-Faqih. Selanjutnya, Naim Qassem juga menjelaskan mengenai perlawanan yang telah dilakukan oleh Hizbullah untuk membantu masyarakat Libanon maupun membantu masyarakat Palestina. Selain itu, terdapat pula penjelasan mengenai hubungan regional dan internasional Hizbullah serta masa depan Hizbullah sebagai sebuah partai yang terus berjuang melawan pendudukan Israel di wilayah-wilayah Arab lain setelah Palestina. Buku ini sangat membantu penulis dalam menyediakan informasi awal mengenai Hizbullah dan perjuangan pergerakannya. Buku kedua ditulis oleh tiga wartawan Indonesia: Farid Gaban, Surya Kusuma, dan Alfian Hamzah, yang meliput langsung perang antara IsraelHizbullah tahun 2006 di Libanon (Farid 2006:13-40). Buku ini menceritakan kronologi perang Hizbullah-Israel, dampak dari perang, serta kerusakan yang ditimbulkannya.
7
Penulis memfokuskan penulisan skripsi ini kepada strategi yang dipakai oleh Hizbullah. Skripsi ini menambah kajian Hubungan Internasional dengan fokus pada permasalahan strategi Hizbullah dalam merespon serangan Israel ke Libanon Selatan tahun 2006. Dalam penelitian ini penulis tidak hanya menjelaskan tentang konflik Israel-Hizbullah tahun 2006, akan tetapi juga memaparkan tentang perang asimetris antara Hizbullah dengan Israel guna melengkapi penelitian-penelitian sebelumnya.
E. Kerangka Pemikiran Dalam penyusunan skripsi ini, penulis akan menggunakan tiga kerangka pemikiran yang berkaitan dengan strategi Hizbullah dalam konflik HizbullahIsrael tahun 2006, yaitu konsep strategi, konsep perang asimetris, dan konsep ideologi.
E.1. Strategi Menurut kamus Besar Bahasa Indonesia, ”Strategi adalah ilmu dan seni menggunakan semua sumber daya bangsa untuk melaksanakan kebijaksanaan tertentu dalam perang dan damai.”
Clausewitz di dalam bukunya On War menjelaskan tentang definisi strategi adalah penggunaan pertempuran sebagai cara memperoleh tujuan-tujuan perang (Carl 2013). Selain itu, strategi merupakan sepandai-pandainya kita menyusun cara-cara bertempur yang paling baik dan paling memungkinkan untuk dapat memenangkan pertarungan itu sendiri. Tujuannya tidak lain ialah untuk mencapai
8
kepentingan-kepentingan yang mungkin dihasilkan dari perang tersebut (Carl 2013). Strategi adalah kunci pelaksanaan perang. Taktik adalah penggunaan kekuatan bersenjata untuk menjalankan pertempuran. Menurut T. May Rudi, strategi adalah ”Seluruh keputusan kondisional yang menetapkan tindakan-tindakan yang akan dan harus dijelaskan guna menghadapi setiap keadaan yang mungkin terjadi di masa depan” (hal.1). Dalam menentukan suatu strategi, seorang Jenderal Amerika JL. Wylle dalam bukunya Navy Reel Admirel mengemukakan pendapat bahwa ”untuk memenuhi peperangan, suatu pasukan harus mengenali kekuatan sendiri dan musuh yang akan dihadapi (Rudi 2002:1). Penjelasan diatas ada dua hal utama dalam menerapkan konsep strategi di medan perang. Strategi tersebut adalah Menghimpun seluruh potensi untuk melawan musuh serta, mengidentifikasi sejauh mana kekuatan musuh yang akan dihadapi. Menurut J.L.Wylle, pola strategi terbagi menjadi dua bagian yaitu, Sequental (berurutan) adalah dalam penerapan strateginya satu langkah dengan langkah berikutnya tidak dapat dipisahkan; Kumulatif (penjumlahan) adalah hasil yang diperoleh dari penerapan strategi tidak diperoleh secara berurutan melainkan berdasarkan penjumlahan hasil keseluruhan perang (Rudi 2002:10). Dari kedua pola strategi diatas, penulis akan memakai kedua pola tersebut untuk menganalisa dua pola strategi yang dipakai oleh Hizbullah selama berperang dengan Israel pada tahun 2006. Pada minggu pertama berperang, Hizbullah menerapkan strategi roket secara kumulatif menghadapi serangan udara Israel. Sedangkan di pertengahan bulan Juli tepatnya tanggal 20an hingga sebelum
9
diterapkannya genjatan senjata 11 Agustus 2006 oleh DK PBB, Hizbullah memakai pola strategi sequental menghadapi serangan udara gabungan pasukan Israel (yang terdiri dari angkatan darat, infanteri, pasukan terjun payung, dan artileri). Penjelasan mengenai kedua pola strategi diatas, akan di paparkan lebih dalam pada bab empat di dalam skripsi ini. Strategi perang ada dua, yaitu: 1. Secara defensif (bertahan) a. Secara langsung 2. Secara tidak langsung Secara ofensif (menyerang) a. Secara langsung b. Secara tidak langsung Secara langsung adalah seseorang atau kelompok yang sedang berperang menggunakan kekuatan langsung untuk melibatkan atau menyerang musuh. Secara tidak langsung adalah seseorang menggunakan kekuatan tidak langsung untuk mencapai kemenangan perang, dengan jalan menghancurkan strateginya dan digunakan jalur diplomatik (Rudi 2002:10). Prinsip perang menurut Sun Tzu (Rudi 2002:11): 1. Harus memiliki karsa atau tujuan, yaitu untuk apa perang dilakukan. 2. Strategi yang digunakan atau perencanaan strategi. 3. Bagaimana penyerbuannya. 4. Taktiknya bagaimana. 5. Tenaganya bagaimana. 6. Titik lemah atau kekuatan musuh
10
7. Bagaimana menggerakan pasukan. 8. Macam daerah kekuatan musuh itu di daerah mana. 9. Menyerbu dengan api untuk mengacaukan konsentrasi musuh. 10. Tipu muslihat, salah satu aksi dari taktik. Prinsip-prinsip perang menurut Dephankam RI, adalah (Rudi 2002:11): 1. Harus memiliki tujuan. 2. Adanya prakarsa atau inisiatif. 3. Tenaga atau konsentrasi. 4. Fleksibilitas artinya tidak kaku. 5. Manuver, perubahan formasi. 6. Kemanunggalan atau kesatuan. 7. Harus ekonomis. 8. Ada unsur pendadakan. 9. Perang itu harus sederhana. 10. Perang itu harus ada unsur keamanan. 11. Moril, semangat dari pasukan. 12. Eksploitasi memberdayakan kekuatan yang ada. E.2. Perang Asimetris Menurut Sergyi Way, Perang asimetris awalnya disebut perang antara dua aktor atau lebih atau kelompok militer yang kekuasaannya relatif berbeda secara signifikan. Pemikir militer kontemporer cenderung untuk memperluas pengertian ini untuk mencakup asimetris strategi atau taktik. Perang asimetris dapat menggambarkan suatu konflik di mana sumber daya dari dua pihak yang
11
berperang berbeda dalam esensi dan perjuangan, berinteraksi dan berusaha untuk mengeksploitasi kelemahan karakteristik masing-masing aktor. Perjuangan dari kedua aktor tersebut sering melibatkan strategi dan taktik perang konvensional, aktor yang lebih lemah mencoba menggunakan strategi untuk mengimbangi kekurangan dalam kuantitas atau kualitas (Sergyi 2008). Konsep perang asimetris menurut David Kilcullen dikelompokkan ke dalam beberapa aspek yakni a. Perang asimetris dalam teknologi persenjataan adalah cara berpikir dua aktor yang saling berperang dalam memberikan penilaian tentang efektivitas teknologi persenjataan. b. Perang asimetris dalam metode taktik operasional adalah aktor yang lebih kuat mengutamakan atau cenderung memakai seluruh elemen kekuatan militer yang di gabungkan dengan teknologi persenjataan. Sedangkan untuk aktor yang lebih lemah mengutamakan pemakaian kekuatan non militer (media massa) sebagai propaganda untuk menyerang aktor kuat. c. Perang asimetris dalam kebudayaan adalah cara berpikir masyarakat barat dengan masyarakat timur dalam melihat kematian yang berpengaruh kepada penggunaan strategi dan taktik dalam berperang. Masyarakat barat menilai kematian para personel militer dalam perang adalag sebuah hal yang fatal karena hidup seseorang sangat bernilai tinggi. Sedangkan bagi masyarakat timur, kematian adalah sebagain dari
12
jihad mereka. Ini dilihat dari pandangan agama dan nilai-nilai kebudayaan yang mereka yakini. d. Perang asimetris dalam tujuan adalah cara pandang kedua aktor dalam hal menilai kemenangan dan kekalahan. Bagi aktor kuat, kemenangan adalah dapat menghancurkan sumber kekuatan yang dimiliki oleh aktor lemah. Sedangkan bagi aktor lemah kemenangan adalah dapat bertahan dari serangan-serangan aktor kuat dengan tetap mempertahankan semangat perjuangan tanpa harus memenangkan di setiap pertempuran dan tanpa harus menghancurkan semua sumber kekuatan aktor kuat (David L Buffaloe 2006:15). Dari penjelasan berbagai macam definisi perang asimetris dan konsep perang asimetris diatas, penulis akan memakai konsep Perang asimetris dalam teknologi persenjataan. Bagi aktor kuat seperti Israel, keunggulan yang dimilikinya berupa kuantitas dan kualitas persenjataan hal tersebut mejadi ketergantungan. Sedangkan bagi aktor lemah seperti Hizbullah kualitas dari teknologi persenjataan bukanlah hal yang penting, melainkan hanya sebagai faktor pendukung saja. Yang menjadi sumber kekuatan utamanya adalah dukungan masyarakat Libanon, dan tim yang kompak untuk berjuang melawan penjajahan di Negara Libanon. Pemaparan tentang konsep diatas, penulis akan menjelaskan lebih dalam pada bab tiga. Berbagai literatur memberikan definisi berbeda mengenai perang asimetris. Sayidiman Suryohadiprojo menjelaskan tentang definisi perang asimetris adalah sebagai berikut:
13
”Perang asimetris adalah Perang antara belligerent atau pihak-pihak berperang yang kekuatan militernya sangat berbeda. Akibat adanya perbedaan besar dalam kekuatan militer itu, lalu digunakan strategi dan taktik yang juga berbeda. Pihak yang relatif lemah kekuatan militernya, apabila ada pimpinan yang cerdas, tidak melakukan perlawanan konvensional karena pasti amat sulit dan berat menghadapi keunggulan lawannya. Maka, perlawanan nonkonvensional (unconventional warfare) yang dapat mengompensasi kelemahannya.” (Kompas 2011)
Menurut Dewan Riset Nasional Komisi Teknis Pertahanan dan Keamanan, “Perang asimetris adalah perang antara dua pihak dengan kekuatan yang tidak seimbang dengan pola yang tidak beraturan dan bersifat tidak konvensional. Masing-masing pihak berusaha untuk mengembangkan taktik dan strategi untuk mengeksploitasi kelemahan lawannya dalam mencapai kemenangan” (Tekno Kompas 2008). Perang asimetris adalah suatu model peperangan yang dikembangkan dari cara-cara berfikir yang tidak lazim, dan diluar aturan-aturan peperangan yang berlaku, dengan spektrum perang yang sangat luas, terbuka dan mencakup seluruh aspek-aspek kehidupan.
E.3. Ideologi ”Ideologi berasal dari kata idea artinya gagasan dan pengertian. Sedangkan menurut bahasa latin terdiri dari dua kata yaitu ideo artinya cita-cita, pemikiran; logos artinya logika,rasio, ilmu, pengetahuan, paham” (Minto 2007:47). Jadi, ideologi adalah cita-cita ajaran suatu lapisan masyarakat atau kelompok manusia yang berbeda-beda. Menurut Horal H Titus, ”ideologi adalah suatu istilah yang dipergunakan untuk sekelompok cita-cita mengenai berbagai macam masalah politik dan ekonomi, filsafat sosial yang sering dilaksanakan bagi suatu rencana
14
yang sistematis tentang cita-cita yang dijalankan oleh kelompok masyarakat” (h.47). Sedangkan menurut Ali Syariati, ideologi adalah ilmu mengenai keyakinan dan cita-cita (Ali 1982:192). Ali menjelaskan, ideologi merupakan sebuah kata ajaib yang dapat menciptakan pemikiran dan semangat hidup diantara manusia terutama kaum muda, khususnya diantara cendikiawan atau intelekual dalam suatu masyarakat. Ideologi dapat memberikan inspirasi, mengarahkan dan mengorganisir perlawanan, protes, dan penggugatan yang menakjubkan. Ideologi memiliki semangat tanggung jawab, keyakinan dan keterlibatan serta komitmen (Ali 1982:196). Ideologi mempunyai ciri yaitu cita-cita yang dalam dan luas, bersifat jangka panjang, diyakini bersifat universal. Ideologi dirasakan milik dari suatu kelompok manusia yang dapat mengidentifikasikan dirinya dengan isi ajaran tersebut. Ini juga dapat mengikat kelompok, sering pula membenarkan dan mempertahankan sikap perbuatan kelompok (Deliar 1983:31). Hizbullah terlahir sebagai reaksi tindakan kekejaman yang dilakukan oleh Israel di Libanon setelah invasi tahun 1982. Ideologi dijadikan oleh Hizbullah sebagai nilai dasar atau keyakinan dalam mendukung setiap aksi-aksi mereka. Ideologi dijadikan Hizbullah sebagai motifasi perjuangan mereka untuk menegakkan kebenaran. Ideologi yang dikembangkan oleh Imam Khomeini yaitu seorang tokoh di Iran, dijadikan sebagai rujukan bagi Hizbullah untuk menanamkan nilai-nilai dasar perjuangan mereka. Dalam pandangan Imam
15
Khomeini, Islam merupakan suatu ideologi yang melandasi perjuangannya yaitu Al-Quran dan Al-Hadits. Menurut Naim Qassem, Hizbullah mempunyai tiga pilar yang menjadi ideologi dasar perjuangannya yaitu: ”Kepercayaan pada Islam, Kepercayaan pada ulama yang berada dalam konsep Wali Al-Faqih, dan Jihad” (Naim 2008:23-24). Dari tiga pilar yang menjadi ideologi Hizbullah, penulis menggunakan tiga pilar yakni kepercayaan pada Islam dan kepercayaan pada ulama dalam konsep Wali Al-Faqih. Hizbullah meyakini Islam merupakan program yang lengkap meliputi semua aspek kehidupan sebagai landasan intelektual, agama, ideologi, yang mampu menjawab semua tantangan dan menyediakan solusi terbaik dalam kehidupan manusia (Naim 2008:23). Hizbullah tidak ragu menjadikan Islam sebagai kepercayaan, ibadah, dan ajaran-ajaran kehidupan juga sebagai prinsip dan inspirasi gerakannya. Salah satunya merupakan kepercayaan kepada Wali AlFaqih yang akan dijelaskan berikut ini. Rancangan Wali Al-Faqih yang dikemukakan oleh Imam Khomeini menjadi sistem politik yang diterapkan di Iran setelah Revolusi Islam Iran tahun 1979. Inti rancangan ini adalah ulama sebagai seorang yang Faqih atau mengetahui dan memahami berbagai macam ilmu, terutama Syariat Islam merupakan orang yang pantas berkuasa di suatu negara dan menjadi pemimpin. Hizbullah menjaga kepatuhannya kepada Wali Al-Faqih sebagai tempat konsultasi, agar bentukbentuk dari gerakan perlawanan, dan aksi sosial yang dijalankannya tetap sesuai dengan Syariat Islam.
16
Jihad menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia adalah usaha dengan segala daya dan upaya untuk mencapai kebaikan; usaha sungguh-sungguh membela Agama Islam dengan mengorbankan harta benda, jiwa, dan raga. Jihad menunjukkan usaha sungguh-sungguh atau melakukan berbagai upaya untuk melawan musuh. Dalam konteks Islam, kata jihad memiliki makna luas daripada perang bersenjata. Maknanya meliputi perjuangan melawan musuh yang berada dalam diri seseorang sebagai bujukan untuk melakukan perbuatan buruk atau disebut juga dengan jihad mengendalikan hawa nafsu (Naim 2008:46). Jihad mengendalikan hawa nafsu adalah jihad yang jauh lebih besar tantangannya, karena dilakukan setiap hari dan terus-menerus. Sedangkan jihad melawan musuh merupakan jihad yang lebih ringan, karena dilakukan saat terjadi peristiwa khusus sebagai bagian dari tugas untuk memenangkan aqidah, nilai-nilai moral, kebenaran, dan kemenangan suatu bangsa (Naim 2008:50). Jihad ini dilakukan oleh pasukan Hizbullah untuk mempertahankan negaranya dari serangan negara lain atau aktor lain yang ingin menghancurkan negara tersebut. Ketiga pilar diatas, penulis akan jelaskan lebih dalam pada bab empat di dalam skripsi ini.
F. Metode Penelitian Metode penelitian pada skripsi ini menggunakan analisa data kualitatif. Penelitian ini pun menggunakan pendekatan deskripsi analitis mengenai strategi Hizbullah dalam menghadapi serangan Israel tahun 2006. Adapun deskripsi analitis bertujuan untuk menjabarkan dan mendeskripsikan apa yang ada atau apa
17
yang sudah ada atau menggambarkan fenomena tertentu untuk menentukan adanya keterlibatan antar satu gejala dengan gejala lainnya yang relevan dengan masalah penelitian. Hakikat penelitian bersifat deskriptif-analitis memberikan pemaparan mengenai situasi yang diteliti dalam bentuk uraian naratif dengan menjawab pertanyaan apa, mengapa, dan bagaimana suatu fenomena itu terjadi dalam konteks lingkungannya. Objektifitas pun harus dijaga sedemikian rupa agar subjektifitas dalam interpretasi dapat dihindari. Hal ini pun berarti interpretasi terhadap isi dibuat dan disusun secara sistematik atau menyeluruh dengan sistematis (Nurul 2007:92&94). Penulisan skripsi ini tidak hanya terbatas pada pengumpulan data, melainkan pula dengan melakukan sebuah analisa serta interpretasi tentang arti kata yang digunakan. Oleh karena penelitian kualitatif merupakan proses penelitian yang berkesinambungan sehingga tahap pengumpulan data, pengolahan data dan analisis data dilakukan secara bersamaan selama proses penelitian (Emy 2007:172). Teknik pengumpulan data penelitian yang digunakan dalam peyusunan skripsi ini yakni melalui studi pustaka dengan melihat data-data sekunder yang relevan dengan tema yang diangkat dalam penelitian ini. Adapun sumbernya didapat melalui buku-buku,
jurnal, laporan, surat kabar, website, dan lain
sebagainya.
18
G. Sistematika Penulisan Bab I. Pendahuluan A. Pernyataan Masalah B. Pertanyaan Penelitian C. Tujuan dan Manfaat D. Tinjauan Pustaka E. Kerangka Pemikiran E.1. Strategi E.2. Perang Asimetris E.3. Ideologi F.
Metode Penelitian
G. Sistematika Penulisan Bab II. Konflik Libanon Selatan A. Libanon Selatan Dalam Konflik Libanon dan Israel B. Sejarah Berdirinya Hizbullah B.1. Sejarah Konflik Israel-Hizbullah Bab III. Serangan Israel ke Libanon Selatan Tahun 2006 A. Latar Belakang Serangan B. Perang Asimetris Hizbullah dengan Israel C. Peran Hizbullah di Libanon D. Kerusakan dan Korban D.III.1. Di Pihak Israel D.III.2. Di Pihak Libanon
19
E. Gencatan Senjata Bab IV. Analisa Strategi Hizbullah Dalam Menghadapi Serangan Israel ke Libanon Selatan (periode 12 Juli-13 Agustus 2006) A. Idelogi Sebagai Fondasi Dasar Perjuangan Hizbullah A.1. Kepercayaan Pada Islam A.2. Kepercayaan Pada Ulama yang Berada dalam Konsep Wali Al-Faqih A.3. Jihad B. Strategi Hizbullah dalam Menghadapi Serangan Israel B.1. Operasi Roket Jarak Dekat-Jauh Kumulatif Hizbullah Vs Serangan Udara Israel B.2. Strategi Squental Hizbullah Vs Serangan Darat Gabungan Israel Bab V. Penutup A. Kesimpulan Daftar Pustaka Lampiran-lampiran
20
BAB II KONFLIK LIBANON SELATAN Bab ini membahas mengenai hubungan Negara Libanon dengan Negara Israel yang bertetangga namun selalu berkonflik. Kelahiran Hizbullah dan keterlibatannya di dalam pemerintahan Libanon membuat konflik Israel-Libanon ini semakin kompleks. Sebelum ke pembahasan inti tersebut, bab ini terlebih dahulu membahas posisi geografis Israel dan Libanon. Ini dipaparkan pada sub bab di bawah ini. A. Libanon Selatan Dalam Konflik Libanon dan Israel Gambar II.1 Peta Negara Libanon
Sumber: http://www.worldatlas.com/webimage/countrys/asia/lgcolor/lbcolor.gif
21
Negara Libanon dan Israel terletak di kawasan Timur Tengah. Negara Libanon sebagian besar wilayahnya merupakan pegunungan. Libanon terletak di sepanjang pantai Timur Laut Mediterania dengan pesisir pantainya yang sempit di bagian barat. Libanon berbatasan dengan Negara Israel di bagian Selatan, sedangkan di bagian Utara dan Timur, berbatasan dengan Negara Suriah (Lebanon Embassy US 2013). Libanon memiliki luas wilayah 10.400 km2 , yang diantaranya 217 km dari Utara ke Selatan Libanon dan 80 km dari Timur ke Barat Libanon (IBCR 2011:13). Jumlah penduduk Libanon tercatat 4.131.583 jiwa (CIA 2013). Mayoritas penduduk Libanon bertempat tinggal di Beirut (ibu kota) dan Mount Libanon, sementara sisanya tersebar di empat propinsi lainnya yaitu 20,5% di Libanon utara, 12,5% di Bekaa, 10,7% di Libanon selatan, dan 5,9% di Nabatieh. Wilayah Libanon dibagi menjadi enam propinsi yaitu Beqaa, Beirut, Libanon Utara, Mount Liban, Libanon Selatan, dan Nabatiye (State Gov 2013:1). Konstitusi Libanon mengikuti konstitusi yang dibuat tahun 1926 dan kemudian disesuaikan dengan Kesepakatan Nasional tahun 1943 dan Perjanjian Thaif tahun 1982. Kesepakatan Nasional tahun 1943 direvisi berdasarkan isi perjanjian Taif tersebut dan hasilnya menjadi Undang-Undang Dasar Libanon. Kekuasaan Eksekutif berada di tangan Presiden, Perdana Menteri, dan Kabinet (Lebanese Constitution 1995). Sementara kekuasaan Legislatif berada di tangan Parlemen atau Majelis Al-Nuwab yang memiliki 128 anggota. Penduduk Libanon terdiri dari beragam etnis dan agama yang diantaranya adalah etnis Arab dan Armenia; agama Islam (Syiah, Sunni, Druze) dan Kristen.
22
Bahasa yang digunakan adalah bahasa Arab, Prancis, Inggris, dan Armenia. Penduduk Libanon terbagi atas tiga faksi besar, yakni kelompok Muslim Sunni, kelompok Muslim Syia’ah, dan kelompok Kristen Maronite6, serta banyak faksifaksi kecil dalam masyarakat berdasarkan suku, agama, maupun ketokohan orang per orang (Lebanon Ethnic Group 2013). Oleh karena itu dibentuk sistem politik konfessional yang dianggap dapat mengakomodir kepentingan-kepentingan faksifaksi yang ada dengan membagi kekuasan politik pada tiga kelompok besar dan kelompok kecil masyarakat tersebut. Kekuasaan Presiden berada di tangan kelompok Kristen Maronite, kelompok Muslim Sunni menjadi Perdana Menteri, sedangkan kelompok Muslim Syi’ah hanya menjadi juru bicara parlemen (Angkasa 2006:35). Negara Libanon merdeka pada tanggal 22 November 1943 dari mandat Liga Bangsa-Bangsa di bawah administrasi Perancis (LGIC 2013). Libanon merupakan Negara Republik. Kekuasaan Eksekutif berada di tangan Presiden, Perdana Menteri, dan kabinet. Konstitusi yang didasarkan pada pemisahan kekuasaan eksekutif, legislatif dan yudikatif, dengan presiden dipilih untuk jangka waktu enam tahun. 128 anggota parlemen dipilih oleh hak pilih universal dewasa untuk masa jabatan empat tahun (CIA 2013).
6
Lihat Lampiran IV
23
Gambar II.2 Peta Negara Israel
Sumber: http://www.worldatlas.com/webimage/countrys/asia/lgcolor/lbcolor.gif
Sedangkan Negara Israel berbatasan dengan Negara Lebanon di sebelah Utara, di sebelah Timur laut dengan Negara Suriah, di sebelah Timur dengan Negara Yordan, di sebelah Barat daya dengan Negara Mesir dan Laut Mediterania (MFA 2013). Negara Israel memiliki luas wilayah 8.630 km2. Teritorialnya seluas 8,367 km adalah berupa daratan dengan panjang 470 km2, dan lebar 85 km2. Israel
24
dibagi menjadi tiga wilayah utama yang memanjang yaitu, dataran pantai, wilayah pegunungan, dan celah lembah Yordan (Go Israel 2011). Jumlah penduduk Israel tercatat 8.018.000 jiwa (CBS 2013). Mayoritas penduduk Israel bertempat tinggal di Jerussalem (ibu kota) 730.000, sementara sisanya tersebar di beberapa daerah lainnya yaitu Haifa ( 268.250), Hadera (75.300), Netanya (169.400), Herzliya (83.000), Ra’anana (70.500), Kfar sava (79.800), Bnei brak (142.300), Metulla (1.500), Tel aviv (371.400), Kiryat Gat (47.800), Tiberias (39.900), Nazareth (63.800) (State Gov 2010). Penduduk Israel terdiri dari beragam etnis dan agama yang diantaranya adalah etnis Yahudi dan arab; agama Yahudi, Kristen, dan Islam. Bahasa yang digunakan adalah bahasa Ibrani dan arab (Nation online 2013). Negara Israel merdeka pada 14 Mei 1948 dari Britania Raya (PBS 2013). Israel merupakan Negara Republik demokrasi dengan sistem parlementer. Sistem kekuasaannya terbagi menjadi tiga, yang terdiri dari legislatif, eksekutif, dan yudikatif (ConsuladodeIsrael 2013). Presiden dipilih oleh Knesset sebagai kepala Negara untuk jangka waktu 7 tahun, namun tugas-ugasnya hanya sebatas seremonial dan formal (Jewish virtual library 2013). Tugas lain dari Presiden adalah membuka sesi pertama dari Knesset baru, mengarahkan anggota Knesset untuk membentuk pemerintah baru, menerima mandat dari utusan asing, menandatangani traktat dan undang-undang yang diadopsi oleh Knesset, perwakilan diplomatik di luar negeri, hakim, dan Gubernur Bank of Israel (MFA 2010).
25
Knesset adalah badan legislatif Negara Israel. Masa jabatan Knesset adalah 4 tahun, tetapi dapat berubah tergantung dari keputusan Perdana Menteri. Perdana Menteri dipilih dan didukung oleh anggota parlemen secara mayoritas. Perdana Menteri merupakan kepala pemerintahan dan juga menjabat sebagai ketua kabinet (Roger darlington 2013). Israel diperintah oleh 120 anggota parlemennya, yang dikenal sebagai Knesset. Anggota-anggota Knesset berasal dari berbagai partai yang dipilih dalam pemilihan parlemen. Di dalam pemerintahan tersebut, yang terbentuk adalah pemerintahan dengan sistem koalisi. Pemilihan parlemen diadakan setiap empat tahun sekali, namun koalisi pemerintahan yang tidak stabil ataupun adanya mosi tidak percaya oleh Knesset dapat membubarkan pemerintahan yang ada lebih awal (Knesset 2013). Kewenangan eksekutif negara adalah pemerintah (kabinet para menteri). Kabinet membentuk sebuah pemerintahan, daftar menteri untuk di setujui oleh Knesset. Menteri harus dari warga negara Israel, dan berhak menjadi seorang Knesset. Setelah pelantikan, para menteri bertanggung jawab kepada Knesset atas tugas yang telah diberikan. Seperti halnya Knesset, masa jabatan menteri adalah 4 tahun. Apabila dalam pelaksanaan tugasnya mengalami permasalahan yang diantaranya: meninggal, mengalami kecacatan, impeachment, dan pengunduran diri, maka jabatan menteri akan dikurangi (MFA 2010). Konflik diantara Israel dan Libanon bermula pada tahun 1978, ketika Palestine Liberation Organization (PLO) terusir dari Negara Yordania dan menjadikan Libanon Selatan sebagai tempat pengungsian (Tur 2006). PLO kerap melakukan serangan roket ke wilayah Israel yang dilakukan dari wilayah Libanon
26
Selatan. Ini dilakukan sebagai balasan atas pengambilan wilayah Palestina oleh Negara Israel. Setelah itu, Israel melakukan invasi ke Lebanon Selatan pada 14 Maret 1978. Konflik dua negara ini mulai membahayakan Libanon Selatan sejak tahun 1978. Ini dikarenakan para pejuang PLO masih melakukan aksi serangan kepada pasukan Israel dari daerah perbatasan Libanon Selatan ke wilayah Israel Utara. Pada 19 Maret 1978, atas permintaan pemerintah Libanon yaitu Alias Syarkis, melalui Dewan Keamanan PBB mengeluarkan Resolusi 425 yang bertujuan untuk mendesak pasukan Israel agar segera keluar dari wilayah Libanon. Kemudian, PBB membentuk badan yang mengawasi pelaksanaan resolusi tersebut, yaitu United Nations Interim Force in Lebanon (UNIFIL). UNIFIL bekerja untuk mengawasi penarikan pasukan Israel secara keseluruhan dan mendorong perdamaian di wilayah Libanon (UN 2013). Sementara itu, Israel membentuk sebuah milisi Kristen Libanon dibawah pimpinan Mayor Sa’ad Haddad untuk mengimbangi kekuatan PLO di Libanon. Tindakan tersebut mendapatkan perlawanan dari pemerintah Libanon. Haddad dianggap sebagai penghianat Negara dan ia dipecat dari angkatan bersenjata Libanon (Ari Yulianto 2010:61). PLO meresponnya dengan memperbanyak pasokan senjata modern yaitu seperti roket Katyusa, serta artileri jarak jauh (Country Studies US 2012). Senjata tersebut dipakai untuk menembaki wilayah Israel. Pada bulan Juli tahun 1981, PLO melakukan serangan roket dan artileri ke kota Israel bagian utara yaitu Galilea. Israel membalas dengan menghancurkan markas PLO di Beirut dengan bom. Kemudian, atas prakarsa utusan dari Amerika yaitu Philip Habib dan
27
mediasi dari Arab Saudi, tercapailah genjatan senjata antara Israel dengan PLO (ISR 2006). Namun, genjatan senjata itu tidak berlangsung lama. Konflik masih terus berlangsung pada 6 Juni tahun 1982. Israel pun kembali melakukan operasi yaitu Operations Peace of Galilee. Tujuannya adalah untuk menghancurkan kekuatan PLO di Libanon sekaligus mempertahankan rancangan tentang Konsep Galilee yaitu memperluas wilayah kekuasaan 40 km ke sebelah utara perbatasan Libanon (Israel National News 2012). Dalam operasi ini, Israel dibantu oleh milisi Kristen Maronite di bawah pimpinan Bashir al-Jumayyil. Namun, upaya untuk melakukan operasi tersebut terhalang oleh resolusi yang dikeluarkan oleh PBB yaitu resolusi Dewan keamanan PBB 509 yang menyatakan bahwa Israel harus segera menarik seluruh pasukannya dari Libanon (UN 1982). Namun, Israel tetap tidak memperdulikan resolusi tersebut dan tetap melaksanakan operasi tersebut hingga 13 Juni 1982. Dalam melakukan operasi tersebut, Israel menggunakan cluster bomb, rudal dengan campuran zat kimia berbahaya, dan bom napalm untuk menyerang wilayah Beirut bagian barat yaitu Sidon dan Tyre (New York Times 2006). Wilayah tersebut hancur, sehingga perekonomian Libanon menjadi lumpuh tidak beroperasi. Ini membuat pemerintah Libanon tidak berani tegas terhadap Negara Israel. Hingga tahun 1999, konflik ini masih terus berlangsung dan menimbulkan kerusakan serta korban jiwa yang cukup banyak, baik di pihak Libanon maupun di pihak Israel. Sekitar 50.000 warga Palestina dan Libanon meninggal, 30.130
28
orang luka-luka, 330 orang pasukan Israel meninggal, dan 1000 orang terluka (John 1982). Ini disebabkan oleh tentara Libanon tidak mampu mengimbangi kekuatan militer Israel. Pasukan Israel menggunakan senjata-senjata yang lebih modern daripada tentara Libanon. Israel lebih banyak melancarkan serangan lewat udara dengan pesawat tempur andalannya yang dilengkapi oleh rudal-rudal berteknologi mutakhir. Ini lebih menguntungkan Israel untuk meminimalisir kerugian di pihaknya. Terdapat setidaknya delapan kelompok para militer aktif di Libanon yang anti kepada Israel. Kelompok ini yaitu Fatah, Hamas, Osbat al-Ansar, Amal, Jund al-Sham, PF3-GC, PLO, Fatah al-Islam, dan Hizbullah (Ari Yulianto 2010:53). Di antara yang anti Israel, Hizbullah yang mendapat posisi tersendiri di dalam negeri. Sedangkan, di mata internasional karena memerangi Israel dengan seranga ke area sipil, Hizbullah di kategorikan sebagai teroris.
B. Sejarah Berdirinya Hizbullah Pendirian Hizbullah didasari oleh keprihatinan sejumlah ulama terhadap invasi Israel ke Libanon selatan pada tahun 1982. Para ulama tersebut adalah Ayatullah Muhammad Mahdi Syamsuddin, Ayatullah al-Sayyed Muhammad Hussein Fadhlullah, dan Imam Musa al-Sadr. Mereka menjalani pendidikan di sekolah-sekolah teologi di Najaf Irak. Salah satu ulama tersebut adalah Ayatullah al-Sayyed Muhammad Hussein Fadhlullah (Riza:37). Fadhlullah dilahirkan dan belajar di Najaf, dimana ayahnya adalah seorang cendikiawan dari Libanon selatan. Pada tahun 1966, Fadhlullah pulang ke Libanon dan membuat sebuah
29
perubahan pada Husayniyyah (lembaga pendidikan Syiah) di Beirut menjadi sebuah pusat pergerakan Islam Libanon. Pada masa itu, gerakan Syiah di Libanon di pimpin oleh Sayyed Musa al-Sadr, dan Fadhlullah sebagai pengikutnya. Musa al-Sadr mendirikan Afwaj al-Muqawwamah al-Lubnaniyah atau yang dikenal dengan AMAL pada saat perang saudara Libanon berlangsung tahun 1975 (Naim 2008:17). AMAL mempunyai beberapa anggota yang diantaranya adalah Ayatullah al-Sayyed Muhammad Hussein Fadhlullah, Sheik Sayyed Hassan Nasrallah, Sheik Abbas al-Musawi, Ali Ammar, Hussein al-Khalil, dan Nabih Berri (Abdarrahman Koya 2006:16). Tujuan didirikannya AMAL adalah untuk membantu tentara Libanon melawan pasukan Israel dalam perang saudara Libanon yang sedang berlangsung di tahun 1975. Namun, beliau tidak dapat meneruskan tujuannya tersebut, karena pada tahun 1978 beliau diculik ketika sedang menghadiri perayaan nasional yang diadakan oleh Presiden Muammar alQaddafi di Libya (Naim 2008:18). Sampai saat ini keberadaan beliau belum diketahui. Pada tahun 1982, Presiden Libanon di masa itu Ilyas Sarkis mendirikan Komite Penyelamatan Nasional dengan tujuan untuk menangani dampak invasi Israel di Libanon selatan. Kemudian, Ilyas Sarkis mengadakan rapat Komite Penyelamatan Nasional dengan mengundang anggota AMAL (Abdarrahman Koya 2006:15). Dalam pertemuan tersebut terjadi perdebatan argumen yang disebabkan oleh salah satu anggota yaitu Nabih Berri datang bersama dengan panglima militer Phalangis Bashir Jumayyil yang mendukung Israel berada di Libanon (Diplomasi 2010:8). Para anggota AMAL melakukan protes kepada Berri atas tindakannya
30
tersebut dengan mengundurkan diri dari organisasi AMAL. Anggota yang mengundurkan diri dari AMAL diantaranya, Ayatullah al-Sayyed Muhammad Hussein Fadhlullah, Sheik Sayyed Hassan Nasrallah, Sheik Abbas al-Musawi, Ali Ammar dan Hussein al-Khalil. Beberapa orang anggota AMAL mencurigai bahwa Berri telah melakukan kerjasama dengan Israel melalui tangan Bashir. Kemudian dari beberapa orang yang keluar dari AMAL masing-masing membentuk kelompok sendiri yang diantaranya; Sheik Abbas al-Musawi mendirikan kelompok dengan nama Gerakan Amal Islam dan Ayatullah al-Sayyed Muhammad Hussein Fadhlullah mendirikan Perhimpunan Persaudaraan serta Perhimpunan Organisasi Filantropik (Naim 2008:20). Pada tahun 1982 terjadi dua peristiwa besar yaitu perang saudara dan pembantaian di Sabra dan Shatila Libanon selatan. Peristiwa tersebut membuat sejumlah kelompok ulama marah dan prihatin karena 100.000 penduduk Libanon terbunuh (Global Research 2013). Kemudian, sejumlah ulama yang terdiri dari sembilan perwakilan diantaranya; tiga orang mewakili ulama dari Bekaa (Libanon timur), tiga orang mewakili komite Islam, dan tiga orang lagi mewakili Gerakan amal Islam (Naim 2008:24). Mereka berkumpul bersama untuk menyatukan visi misi dengan membubarkan organisasi mereka demi mendukung sebuah organisasi Islam baru, yang kemudian dikenal sebagai ”Hizbullah”. Tujuan didirikannya Hizbullah adalah untuk mengusir pasukan Israel dari Libanon. Hizbullah baru diperkenalkan oleh Sheik Ibrahim al-Amin secara luas pada 16 Pebruari 1985 ketika memperingati satu tahun wafatnya Sheik Ragheb Harb yang merupakan pemimpin perlawanan kelompok Syiah (Robert G. Rabil 2012).
31
Sheik Ibrahim al-Amin menegaskan bahwa Hizbullah akan mengusung semangat Revolusi Islam Iran dalam pemerintahan di Libanon. Sebagian besar kegiatan Hizbullah diarahkan ke berbagai kegiatan sosial, politik, dan kenegaraan. B.1. Sejarah Konflik Israel-Hizbullah Sejarah konfik Israel-Hizbullah dimulai pada tahun 1982 setelah kelahiran Hizbullah yang bertepatan dengan Perang saudara.7 Hizbullah merasa prihatin terhadap kondisi yang sedang dialami oleh masyarakat Libanon saat itu dan Hizbullah tidak bisa tinggal diam atas serangan pasukan Israel ke wilayah Libanon. Hizbullah kemudian bersama-sama dengan kaun Syiah lainnya dan Suriah berperang melawan pasukan Israel di Libanon. Kemudian, tahun 1983 dengan adanya tekanan dari masyarakat internasional melalui protes yang dilakukan di seluruh dunia, Israel mundur ke sungai Awali di Libanon (James Kelly 1983). Pada bulan November 1983, terjadi bom bunuh diri yang dilakukan oleh pejuang Syiah di dekat markas pasukan Israel di kota Tyre Israel. Peristiwa ini menewaskan 60 orang yang termasuk di dalamnya pasukan Israel. Setelah kejadian tersebut, tahun 1985 pemerintah Israel yang dipimpin oleh Perdana Menteri Shimon Peres memutuskan untuk menarik mundur pasukan Israel ke wilayah Libanon selatan (The US Army 2006). Beberapa tahun kemudian terjadi serangan lagi yang dilancarkan oleh pasukan Israel pada tahun 1988 di Maydun basis Hizbullah (New York Times 1988). Pasukan Israel menyerang wilayah Libanon selama 3 hari. Namun,
7
100.000 orang terbunuh oleh pasukan Israel
32
penyerangan yang dilakukan pasukan Israel justru menambah peningkatan serangan Hizbullah ke wilayah Israel. Setelah itu, berkat mediasi negara Arab saudi, perang saudara yang telah berlangsung selama 15 tahun berakhir. Berakhirnya perang saudara di Libanon, tidak menghentikan perang antara Israel dengan Hizbullah. Pasukan Israel melancarkan serangan ke wilayah Libanon selatan yang menjadi basis Hizbullah. Tujuannya untuk menghancurkan kekuatan Hizbullah agar dapat menarik simpati rakyat Libanon, karena dengan keberadaan Hizbullah nasib rakyat Libanon terancam. Namun, serangan yang dilakukan Israel menimbulkan kebencian rakyat Libanon terhadap Israel. Perlawanan Hizbullah menjadi semakin meningkat dengan membalas serangan ke wilayah Israel utara. Pada bulan Juli 1993 Israel kembali melancarkan serangan akuntabilitas dengan tujuan agar penduduk Libanon selatan mengungsi dan pindah ke utara kota Beirut (Global Security 2013). Hingga tahun 1996 pasukan Israel masih melancarkan serangan ke wilayah Libanon. Pada tahun 1999 menjelang penarikan mundur Israel tahun 2000, pejuang Hizbullah intens mengadakan operasi perlawanan untuk menyerang pasukan Israel. Pada tahun 2000, ketika Perdana Menteri Ehud Barak terpilih dalam pemilu, ia memutuskan untuk menarik pasukan Israel dari wilayah Libanon sebagai realisasi janjinya kepada rakyat Israel saat Pemilu. Penarikan mundur tentara Israel ini merupakan kemenangan terbesar bagi Hizbullah (Naim 2008:187-188).
33
BAB III SERANGAN ISRAEL KE LIBANON SELATAN TAHUN 2006 Dalam Bab ini penulis memaparkan tentang serangan Israel ke Libanon Selatan tahun 2006. Bab ini terdiri dari lima bagian. Di bagian pertama penulis menjelaskan tentang latar belakang serangan Israel ke Libanon Selatan tahun 2006. Di bagian kedua mengenai perang asimetris Hizbullah dengan Israel. Di bagian ketiga menjelaskan tentang Peran Hizbullah di Libanon. Bagian ke empat tentang kerusakan dan korban jiwa akibat dari konflik tersebut. Di bagian akhir, menjelaskan tentang proses gencatan senjata antara Hizbullah dengan Israel yang diakhiri dengan Resolusi 1701 yang dikeluarkan oleh Dewan Keamanan PBB.
A. Latar Belakang Serangan Konflik Israel-Hizbullah tahun 2006 dilatar belakangi oleh insiden penangkapan empat tokoh Libanon yaitu Samir Kuntar, Nasim Nisr, Yahya Skaf, dan Ali Farran oleh pasukan Israel pada tahun 2004 (Angkasa 2006:16-17). Kemudian, pada Juli 2006 pasukan Hizbullah meluncurkan roket Katyusa ke kota Shlomi, Zar’it Israel (Farid 2006:13). Aksi tersebut dilakukan sebagai balasan terhadap penangkapan warga Libanon. Dalam serangan tersebut, pasukan Hizbullah berhasil menangkap dua prajurit Israel Ehud Goldwasser dan Eldad Regev di kota Aita al Chab Libanon Selatan (Andrew Exum 2006:1). Hizbullah menuntut diadakannya pertukaran tawanan. Namun, pihak Israel menyatakan bahwa penangkapan prajurit Israel sebagai tindakan perang. Kemudian, tanggal 12 Juli 2006 Israel melakukan serangan dengan mengerahkan pesawat tempur F16i Sufa ke wilayah Libanon Selatan. Pada minggu pertama serangan, Israel
34
melakukan blokade laut, udara, dan darat. Israel melakukan serangan yang mengakibatkan kehancuran infrastruktur, rumah-rumah penduduk, jalan raya, sarana ibadah, dan bandar udara internasional Beirut Libanon (Barbara 2006). Pada minggu kedua, Israel memperluas serangan ke wilayah Libanon Utara, Beirut, Baalbek, dan Tripoli (Ari Yulianto 2010:225). Akibat dari aksi tersebut, 15 orang warga Libanon tewas. Perdana Menteri Ehud Olmert menyatakan bahwa, serangan akan terus dilakukan sampai pasukan Hizbullah membebaskan tawanan yaitu prajurit Israel. Hizbullah melancarkan serangan ke kota Haifa Israel Utara sebagai aksi balasan yang mengakibatkan 15 orang warga Libanon lukaluka (HRW 2006). Konflik antara pasukan Israel dan pasukan Hizbullah tidak dapat dihindari. Ribuan warga Libanon, Israel, dan pasukan Hizbullah menjadi korban dalam perang yang berlangsung selama 34 hari tersebut.
B. Perang Asimetris Hizbullah dengan Israel Perang asimetris awalnya disebut perang antara dua aktor atau lebih atau kelompok militer yang kekuasaannya relatif berbeda secara signifikan. Perjuangan dari kedua aktor tersebut sering melibatkan strategi dan taktik perang konvensional, aktor yang lebih lemah mencoba menggunakan strategi untuk mengimbangi kekurangan dalam kuantitas atau kualitas (Sergyi 2008). Clausewitz menjelaskan bahwa faktor kekuatan moral yang dimiliki aktor lemah yaitu Hizbullah dapat mengimbangi dan mengatasi keunggulan material power yang dimiliki oleh aktor kuat dalam peperangan. Kekuatan moral yang bersumber dari gabungan solidaritas yang berdasarkan semangat nasionalisme
35
meningkatkan motifasi untuk berperang dan mengatasi keunggulan dari kuantitas persenjataan yang dimiliki oleh aktor kuat dalam hal ini Israel (Clausewitz 1976). Israel dengan Hizbullah masing-masing memiliki kemampuan berperang yang berbeda-beda baik dalam hal personel, persenjataan, maupun kendaraan tempurnya. Ini dapat dilihat dari jumlah personelnya yang dijelaskan oleh Yiftah shapir dalam The Middle East Military Balance 2006, sebagai berikut: Tabel III. 1 Personel Israel vs Hizbullah Personel Regular Cadangan Total
Israel defense force (IDF) 176.500 445.000 621.500
Hizbullah 800 5000 5.800
Sumber: Yiftah shaper, The Middle East Military Balance 2006, Jaffee Center for Strategic Studies, yang diakses dari http://www.tau.ac.il/jcss/balance/Libanon pada tanggal 02-02-2012 Israel Defence Force (IDF) adalah Angkatan Bersenjata Negara Israel yang terdiri dari komponen pasukan Angkatan Darat (Israel Ground Force), pasukan Angkatan Udara (Israel Air Force), dan pasukan Angkatan Laut (Israel Navy) (INSS 2010:12). Personel Reguler IDF total berjumlah 176.500 yang terdiri dari Angkatan Darat Israel 133.000 personel, Angkatan Udara Israel 34.000 personel, dan Angkatan Laut Israel 9.500 personel. Sedangkan untuk total personel cadangan IDF adalah 445.000 yang terdiri dari Angkatan Darat 380.000 personel, Angkatan Udara 55.000 personel, dan Angkatan Laut 10.000 personel (INSS 2010). Selama berperang melawan Hizbullah tahun 2006, Israel menggunakan berbagai macam jenis persenjataan dan kendaraan. Angkatan Darat Israel
36
menggunakan Tank Merkava Mk-4, Merkava Mk-3, M60 A3, M60/ Magach-7, M-48 A5, Centurion, Achzarit, Namer, M113, Nagmachon, Nakpadon, M2/M3 halftrack, Akrep, M1114, Ze'ev, Sufa-2, (David Makovsky dan Jeffrey White 2006), Guardium UGV (Military Factor 2013). Persenjataan Artileri Israel adalah 203mm M110, 175mm M107, 155mm M109, 155mm M-50, 130mm M-46, dan 122mm D-30 (Israeli Weapon 2013). Senjata Mortir Israel adalah 160mm SP dan 120mm Keshet/ Cardom SP (Ari Yuliato 2010:156). Senjata MRLS Israel adalah 240mm, 140mm, 122mm BM-21, 227mm MLRS, dan 290mm MAR 290 (Army Recognition 2013). Rudal Israel adalah Keres anti-radar missile dan Kachlilit antiradar missile. Rudal Antitank Israel adalah Spike missiles (NT-S, NT-G, NT-D), BGM-71A/C TOW, Israeli improved BGM-71C TOW, Mapats SP, Nimrod, M47 Dragon, dan Matador (Army Technology 2013). Angkatan Udara Israel menggunakan persenjataan yang menjadi andalannya yaitu pesawat tempur F-16 I (Soufa), F-16 C/D (Barak), F-16 A/B (Netz), F-15 I (Ra'am), F-15, F-4E Phantom, A-4 Skyhawk, dan Kfir C-2. Helikopter Israel yang digunakan Israel yaitu AH-64A Apache (Peten), AH-64D Apache (Saraf), AH-1G/S Cobra (Effeh), 500MD Defender, CH-53-2000 (Yasoor), Bell 212 (Anafa), S-70A Blackhawk (Yanshouf), Heron-2 (Shoval), Seascan (1124N) (IAF 2013). Angkatan Udara Israel juga dilengkapi dengan rudal udara dan darat yaitu AIM-9L/M Sidewinder, AIM-7 Sparrow, Python 3, Python 4, Derby, dan AMRAAM AIM-120B (INSS 2010:19). Rudal darat yaitu AGM78D Standard ARM, AGM-65 Maverick, AGM-62A Walleye, AGM-45A/B Shrike, AGM-114 Hellfire, AGM-142 Popeye, Nimrod ATGM, dan Spike (LR,
37
ER.NLOSf) ATGM. Angkatan Udara Israel juga dilengkapi dengan senjata berupa bom yaitu CBU (including Tal-1, ATA-1000, ATA-500), Delilah ALCM , GBU-39 guided bombs (1,000), runway-penetration bombs, Griffin, Guillotine, JDAMs (Barad Kaved) (228), Opher, PB-500 , dan Pyramid, Spice (Barad Plada) (INSS 2010:19). Angkatan Laut Israel memiliki senjata andalannya yaitu Korvet Sa’ar 5, kapal rudal Sa’ar 4,5, kapal selam Gal, Kapal patroli Shaldag-2, Super Dvora, Dabur, Stingray (Nahshol), Mulit (RHIB), dan Morena (Ari Yulianto 2010:158). Personel Hizbullah terdiri dari personel reguler dan cadangan. Hizbullah memiliki personel reguler yang berjumlah 800 orang. Jumlah ini diluar resimen regulernya. Sedangkan untuk personel cadangan berjumlah 5000. Mereka dikelompokkan
ke
dalam
brigade-brigade
yang
masing-masing
dapat
melaksanakan operasi di bawah satu komando sentral. Dalam hal merekrut personelnya, Hizbullah mengambil calon anggota Hizbullah di setiap desa yang merupakan penganut Syi’ah. Kemudian, Hizbullah membuat sebuah Komisi Keamanan yang memiliki peran sebagai Komando Lokal untuk menyekolahkan para calon anggota Hizbullah ke sejumlah sekolah milik Iran Officer School. Para calon anggota ini menempuh pendidikan selama 6 bulan. Mereka dibekali sejumlah materi tentang intelijen, roket, dan teknik komando (Angkasa 2006:62). Setelah lulus dari pendidikan, para pejuang Hizbullah tidak langsung kembali ke Negara Libanon, tetapi bergabung dengan Garda Revolusi Iran untuk mengaplikasikan ilmu yang mereka dapat selama sekolah. Mereka melaksanakan
38
tugas sebagai operator roket antitank, mortir, alat komunikasi, personel sabotase, dan petugas kesehatan. Komisi Keamanan mempunyai dua lembaga (Angkasa 2006:63). Pertama adalah lembaga rekrutmen yang disebut Taabiya. Kedua adalah lembaga paramiliter yang disebut Muftarin. Anggota Taabiya diambil dari para pasukan cadangan Hizbullah. Sehingga, dalam keadaan tertentu mereka dapat difungsikan untuk berperang. Sementara anggota Muftarin berperang sebagai orang sipil yang menyuplai berbagai kebutuhan para pasukan Hizbullah baik fisik maupun non fisik. Di bidang kekuatan artileri, Hizbullah memiliki tiga Brigade Roket. Brigade pertama disebut Brigade Nassar. Brigade ini dipersenjatai roket Katyusha kaliber 107 mm dan 220 mm buatan Iran dan Suriah. Brigade kedua adalah Brigade Khaibar-1. Brigade ini dipersenjatai rudal jarak medium Naziyat buatan Iran, Katyusha kaliber 302 mm buatan Suriah dengan jarak jelajah mencapai 110 km, Fajr-5 jarak jelajah 110 km dengan berat 90 kg, dan Zelzal-1 jarak jelajah 120 km (Andrew Exum 2006). Brigade ketiga dipersenjatai dengan rudal jarak jauh Zelzal-2 dengan jarak jangkau 250 km. Hizbullah juga memiliki senjata antitank yang digunakan dalam perang melawan Israel tahun 2006. Senjata Antitank tersebut adalah Kornet At-14 jarak tempuh mencapai 3,5 mi, penetrasi 1.100-1.200 mm, memiliki teknologi laser; Konkurs At-5 jarak tempuh mencapai 75 mi, penetrasi 800 mm, memiliki teknologi laser; Metis M At-13 jarak tempuh mencapai 80 m-1,5 km, penetrasi 460-850 mm, memiliki teknologi laser; Sagger At-3 jarak tempuh mencapai 3 km,
39
penetrasi 200 mm, memiliki teknologi laser; Fagot At-4 jarak tempuh 70 m- 2 km, penetrasi 400 mm, memiliki teknologi laser; Milan jarak tempuh 400-2000 m, penetrasi 352 mm, memiliki teknologi laser; Tow jarak tempuh 600-3.700 m, penetrasi 800 mm, memiliki teknologi laser; RPG-29 jarak tempuh 460 m, penetrasi 750 mm, memiliki teknologi laser; dan RPG-7 jarak tempuh 500 m, penetrasi 330 mm, memiliki teknologi laser (David Makovsky dan Jeffrey White 2006:40). Hizbullah juga memiliki Ruda anti kapal yaitu C-802 Noor dengan jarak 120 km, panjangnya mencapai 6,39 m, rentang sayap 1,22 m, dan bobot luncurnya 715 kg (FAS 2013); C-701 dengan jarak 15 km, beratnya mencapai 100 kg, diameter 0,18 m, dan panjangnya 2,507 m (Missile Threat 2013). C. Peran Hizbullah di Libanon Hizbullah memainkan 4 peran sekaligus. Pertama, menggunakan kekuasaan militer. Salah satunya yang menjadi kelebihan Hizbullah merupakan satu-satunya partai politik yang mempunyai pasukan militer. Dalam sebuah fórum parlemen Libanon di Istana L’Etoile Beirut pada awal juni 2006, pemimpin Hizbullah Hasan Nasrallah mengatakan bahwa ada 3 poin yang membuat Libanon harus memberikan kelonggaran kepada Hizbullah untuk menyimpan senjata, yaitu: 1.
Persenjataan Hizbullah untuk melindungi libanon secara keseluruhan, jika
terjadi lagi peperangan dengan Israel. 2.
Dengan persenjataan modern, Hizbullah telah menciptakan ketakutan
sendiri bagi militer Israel.
40
Angkatan Bersenjata libanon tidak akan mampu melindungi perbatasan
3.
negara yang kedaulatannya secara rutin dilanggar oleh Israel (Farid 2006:57). Kedua, kekuatan politik. Program-program politik Hizbullah dituangkan dalam sebuah risalah terbuka, yang disebarkan kepada masyarakat8. Hal ini dimaksudkan agar masyarakat mengetahui Hizbullah beserta identitasnya serta mengetahui sandaran dan komitmennya terhadap doktrin-doktrin ketuhanan Islam. Selain itu masyarakat pun diharapkan mengetahui bagaimana sikap Hizbullah terhadap Israel dan Amerika. Ketiga, kekuatan media. Hizbullah memiliki jaringan televisi satelit yang dikelola sendiri yaitu Al-Manar. Al-Manar menyiarkan berita dalam bahasa Arab, Inggris, Prancis, dan Ibrani. Al-Manar dapat disaksikan dari Libanon dan negaranegara Arab lainnya. Stasiun Tv ini dimaksudkan untuk menyiarkan segala bentuk aktivitas Hizbullah, baik sebagai media dakwah, kepada Israel dan masyarakat internasional. Al-Manar juga mensiarkan segala bentuk perlawanan yang dilakukan oleh Hizbullah untuk mengambil simpati masyarakat internasional. Media ini digunakan oleh Hizbullah untuk menayangkan dan mengabarkan sebagai alat penangkal dan penghancur propaganda Israel. Keempat, kekuatan sosial kemasyarakatan. Hizbullah menyediakan berbagai pelayanan sosial di Libanon. Menurut media CNN, ”Hizbullah melakukan segala sesuatu yang seharusnya dilakukan oleh pemerintah, mulai dari pengumpulan sampah sampai menjalankan Rumah sakit dan memperbaiki sekolah” (CNN 2006). Hizbullah menjalankan 4 Rumah Sakit, 12 Klinik, 12 sekolah, 2 pusat 8
Berupa riflet dan spanduk kecil yang ditempelkan di sudut-sudut tembok di seluruh
Libanon
41
pertanian, dan pelatihan (Angkasa 2006:58). Hizbullah juga mempunyai departemen lingkungan hidup dan program bantuan sosial yang luas. Pelayanan yang disediakan Hizbullah juga lebih murah dibandingkan Rumah Sakit swasta milik Negara Libanon. Selama berlangsungnya perang bulan Juli 2006, Hizbullah menyuplai kebutuhan air bersih untuk seluruh kota di Libanon. Pemerintah Libanon telah menerima Hizbullah sebagai organisasi perlawanan legal. Perdana Menteri Libanon Fuad Siniora berpendapat bahwa, kehadiran Hizbullah sangat membantu menghindari Libanon dari kehilangan wilayah. Hubungan Pemerintah Libanon dengan Hizbullah sangat baik. Ini dapat terlihat dari Pemilu awal yang Hizbullah ikuti pada tahun 1992. Hizbullah memperoleh 12 kursi dari 128 kursi (Angkasa 2006:56). Tahun 1996, Hizbullah memperoleh 10 kursi. Tahun 2000, memperoleh 8 kursi. Tahun 2005, Hizbullah memperoleh 14 kursi. Hizbullah menempatkan 3 perwakilannya yaitu menjabat sebagai Menteri, yang salah satunya adalah Mohammed Fneish sebagai Menteri energi dan air. Hubungan Hizbullah dengan penduduk Libanon sangat harmonis. Ini dapat dilihat dari dukungan yang diberikan oleh penduduk Libanon pada perang tahun 2006 kemarin. Penduduk Libanon berperan sebagai aktor intelijen Hizbullah, yang menginformasikan hal-hal yang berkaitan dengan pasukan militer Israel. Penduduk Libanon juga membantu Hizbullah untuk memperlancar jalur masuk persenjataan yang di kirim dari Iran dan Suriah melalui daerah perbatasan. Dukungan Iran terhadap Hizbullah tampak dari segi moril dan material, demikian juga halnya dengan Suriah (Angkasa 2006:67). Dari segi moril, kedua
42
Negara tersebut sama-sama siap terjun ke medan perang membantu Hizbullah. Sedangkan dari segi material tampak pada bantuan persenjataan dan finansial. Persenjataan yang dimiliki Hizbullah merupakan pasokan dari Iran dan Suriah. Tetapi, asal-usul persenjataan tersebut merupakan buatan Rusia, baru kemudian dibeli Iran dan Suriah serta selanjutnya didistribusikan kepada Hizbullah. Persenjataan tersebut tidak hanya sekedar dibeli saja, tetapi dimodifikasi sehingga daya tempurnya semakin tinggi dan canggih. Hizbullah menerima 200 juta dollar AS per tahun dari pemerintah Iran (Angkasa 2006:69). Uang tersebut digunakan Hizbullah untuk melaksanakan program kesehatan, pendidikan, dan membantu kaum du’afa dan anak yatim-piatu akibat perang di Libanon. D. Kerusakan dan korban Konflik antara Negara Israel dengan Hizbullah telah menimbulkan dampak buruk bagi kedua Negara Israel dan Libanon yaitu hancurnya infrastruktur, pencemaran lingkungan, menimbulkan korban jiwa (luka-luka dan meninggal dunia), pengungsian, dan kerugian finansial. D.3.1 Di pihak Israel Dalam memperhitungkan jumlah korban perang, Negara Isrel sangat berhati-hati. Ini karena jumlah korban personelnya akan menunjukkan kredibilitas kemampuan selama berperang dengan Hizbullah. Israel ingin mempertahankan gelarnya sebagai negara yang memiliki kemampuan perang tak terkalahkan. Korban jiwa dari pihak Israel yang didapat dari berbagai sumber adalah sebagai berikut:
43
Korban jiwa: 43 warga sipil dan 117 tentara IDF meninggal dunia, 1000 orang luka-luka. 300.000 warga Israel yang terlantar dan lebih dari satu juta mengungsi (Andri Shevtsov 2007). Menurut data dari BBC, 119 tentara IDF meninggal dunia dan 40 warga sipil meninggal dunia (BBC 2007). Data lain dari Jpost menyebutkan 52 orang penduduk sipil meninggal dunia (Jpost 2006). 1.350 orang luka-luka (Ynet News 2006). 300.000 orang mengungsi (Ny Times 2006). Korban dari pihak tentara IDF mencapai 115, 402 orang luka-luka, dan 2 orang ditawan (Jpost 2006). Kerusakan infrastruktur: lebih dari 300 gedung rusak, termasuk rumah, jalan raya, sekolah, pabrik, sarana umum, rumah sakit, dan apartemen (Farid 2006:13-38). Ini mengakibatkan Negara Israel sempat lumpuh, tidak dapat beroperasi akibat serangan yang dilakukan oleh pasukan Hizbullah. Kerugian finansial: kerugian 1,5 milyar untuk rekonstruksi infrastruktur (Jeffrey Stinson 2006), US$ 4,8 miliar sebagai total biaya perang yang dikeluarkan oleh negara Israel (Libanon 2006). Kerugian tersebut mengakibatkan 70% bisnis di Negara Israel Utara terpaksa berhenti beroperasi. Sektor pariwisata Israel juga terpaksa berhenti utnuk sementara. Kerugian yang dialami oleh Negara Israel menjadi cambuk di masa depannya untuk memperhitungkan kembali biaya yang akan di keluarkan jika akan berperang melawan Hizbullah. D.3.2 Di pihak Libanon Selama perang berlangsung, bukan hanya infrastruktur saja yang hancur menjadi korban serangan pasukan Israel, namun juga korban jiwa berjatuhan. Berbagai sumber telah di dapatkan berikut ini penjelasannya:
44
Korban jiwa: lebih dari 1.100 warga Libanon meninggal dunia, 4.000 orang luka-luka, 65 orang pasukan Hizbullah meninggal dunia (Kathy Gannon 2006), dan lebih dari satu juta warga Libanon mengungsi selama perang (Andriy Shevtsov 2007). Menurut data dari BBC, 1.125 orang warga Libanon meninggal dunia (BBC 2007). Selama perang berlangsung, terjadi pula pembunuhan massal yang diakibatkan oleh bom dari pesawat tempur Israel yang telah menewaskan 1.123 orang dalam pembunuhan di Qana. Jumlah itu terdiri dari 37 orang tentara Libanon dan Polisi, 894 orang warga sipil yang identitasnya jelas dan 192 tanpa identitas. Sedangkan untuk data korban luka-luka berjumlah 4.409 orang. Kerusakan infrastruktur: Kerugian diterima oleh Negara Libanon membuat kondisi negara ini lumpuh total. Bantuan dari negara-negara tetangga tidak dapat masuk, sehingga penduduk Libanon mengalami kelaparan, kedinginan, dan penderitaan yang cukup lama. 80 jembatan, 900 pabrik, bandara, sekolah, rumah sakit, sarana umum, rumah ibadah, stasiun televisi, pelabuhan laut, dan lebih dari 15.000 rumah hancur. Kerusakan lingkungan: Sebuah tumpahan minyak besar dari pemboman tangki bahan bakar yang berada di dekat pembangkit listrik Jiyyeh mengakibatkan pantai di Libanon dan beberapa negara tetangga tercemar. Pemboman yang dilakukan Israel menyebabkan pencemaran hidrokarbon, pencemaran air tanah. Bahaya lain yang ditimbulkan dari pemboman tersebut adalah polusi udara. Karena, asap yang membakar bahan bakar minyak tersebut terus berlangsung selama 27 hari. Sehingga menyebabkan sejumlah polutan ke atmosfer, termasuk karbon monoksida dan metana yang dapat mengakibatkan gangguan pernapasan.
45
Pencemaran tanah juga terjadi akibat pemboman pabrik deterjen Ghabris di Tyre (Andriy Shevtsov 2007). Bahan kimia dari deterjen tumpah dan meresap kedalam tanah sehingga menyebapkan tanah tidak dapat ditumbuhi oleh tanaman dan kerusakan ekosistem disekitar pabrik tersebut. Selain itu, satu juta bom curah yang belum meledak tersebar di seluruh Libanon (Andriy Shevtsov 2007). Serangan roket Hizbullah mengakibatkan kebakaran 3000 hektar hutan di Israel utara. E. Gencatan Senjata Gencatan senjata adalah penghentian perang atau konflik bersenjata apapun untuk sementara di mana kedua belah pihak yang terlibat setuju untuk menghentikan tindakan agresif masing-masing. Konflik antara Israel dengan Hizbullah pada tahun 2006 berlangsung selama 34 hari. Pada tanggal 11 Agustus 2006 Dewan Keamanan PBB menyetujui resolusi 1701 yang menyerukan penghentian serangan antara Israel dengan Hizbullah. Penjelasan Resolusi ini adalah pemerintah Libanon bertugas memberikan jaminan keamanan di perbatasan dan menjaga lebih intensif pos-pos yang berada di perlintasan seluruh wilayah Libanon. Resolusi ini bertujuan untuk menghentikan permusuhan secara menyeluruh diantara Israel dengan Hizbullah dan 15.000 tentara penjaga perdamaian akan menggantikan posisi Israel di Libanon Selatan (Farid 2006:36). Resolusi PBB juga memerintahkan Israel agar mengakhiri seluruh aksinya di wilayah Libanon dan memerintahkan pasukan Hizbullah mengakhiri seranganya. Resolusi tersebut juga menyerukan embargo pengiriman senjata sah, dan memerintahkan pasukan Libanon untuk dikerahkan ke wilayah Libanon selatan guna memperkuat pasukan perdamaian PBB.
46
Setelah perjanjian genjatan senjata, diberlakukan Status Quo. Status Quo adalah kembali kekeadaan semula. Dalam perjanjian genjatan senjata, disepakati antara pihak yang berperang bahwa, daerah perbatasan harus dikembalikan ke status quo yaitu kekeadaan sebagaimana adanya sebelum perang. Ini berarti, kedua pihak yang berperang harus menarik kembali pasukan masing-masing sasuai dengan peta perbatasan yang semula berlaku sah sebelum perang.. Setelah adanya status quo, PBB menjalankan peacekeeping. Menurut PBB, Penjaga perdamaian atau peacekeeping adalah sebuah instrument yang unik dan dinamis yang dikembangkan oleh organisasi sebagai cara untuk membantu negara-negara yang hancur oleh konflik, dan menciptakan kondisi untuk perdamaian abadi. Sementara itu, definisi lain menyebutkan bahwa penjaga perdamaian adalah segala sesuatu yang memberikan kontribusi untuk memajukan proses perdamaian. Penjaga perdamaian itu tidak mutlak adalah tentara, karena pasukan ini tidak berkewajiban untuk terlibat dalam pertempuran sebab pasukan ini tidak diproyeksikan untuk meberikan perlawanan. Pasukan ini ditempatkan pada daerah yang berstatus gencatan senjata yang telah mendapatkan persetujuan dari kedua belah pihak yang sedang bertikai. Pada saat inilah ruang untuk mengatasi konflik lewat upaya diplomatik dapat dijalankan. Pasukan penjaga perdamaian memantau dan mengamati proses perdamaian di daerah pasca konflik dan membantu mantan kombatan dalam melaksanakan kesepakatan damai. Bantuan tersebut datang dalam berbagai bentuk, termasuk langkah-langkah membangun rasa percaya diri, pengaturan pembagian kekuasaan, dukungan pemilu, penguatan supremasi hukum, dan pembangunan ekonomi sosial.
47
Peacekeeping operations adalah operasi PBB di lapangan dimana personil internasional, warga sipil maupun pemerintah diberikan izin berkelompok di bawah komando PBB untuk membantu mengendalikan dan memecahkan konflik internasional yang nyata terjadi maupun konflik internal yang terjadi serta mempunyai kebebasan internasional (Murphy 2007:2). Operasi penjagaan perdamaian secara sah dilakukan dengan adanya Dewan Keamanan PBB serta persetujuan dari pemerintah dan pihak-pihak yang terlibat. (UN 2004:72). Sejumlah negara yang tergabung dalam pasukan penjaga perdamaian PBB yang dikenal dengan sebutan United Nations Interim Force in Libanon (UNIFIL) mengirimkan wakil dari negaranya ke Libanon. Kehadiran pasukan PBB ke negara Libanon sebenarnya bukan hal yang asing lagi. Sebab, sejak tahun 1978 ketika perang saudara di Libanon, untuk meredakan konflik tersebut, pasukan PBB telah diterjunkan. Sebanyak 50 personel pasukan militer Prancis sudah berada di markas UNIFIL di Naqoura, Libanon Selatan. Negara Perancis merupakan pasukan kelompok pertama yang datang. Mereka adalah sebagian dari 200 personel yang akan dikerahkan untuk menjaga wilayah tersebut. Negara lainnya seperti Finlandia mengirimkan 250 personel, Spanyol 1000 personel, Polandia 500 personel, dan Belgia 400 personel (Angkasa 2006:89). Sedangkan untuk negara Jerman dan Belanda akan membantu dalam pengamanan laut Libanon. Sedangkan untuk negara Amerika, tidak akan mengirimkan pasukannya. Karena, mengalami kerugian besar pada perang-perang sebelumnya di Beirut, sehingga Amerika akan membantu dalam hal logistik untuk pasukan UNIFIL.
48
Sedangkan untuk negara-negara Asia seperti Indonesia telah menyiapkan 4.276 personel, Malaysia menyiapkan satu Batalion Zeni, Bangladesh menyiapkan dua Batalion Zeni dan, Nepal menyiapkan 1000 personel (Angkasa 2006). Qatar mengirimkan 200-300 pasukannya. Implementasi Resolusi Dewan Keamanan PBB 1701 dibagi menjadi 7 tahap pelaksanaan, yaitu: 1.
Memonitor kesepakatan penghentian permusuhan di antara pihak-pihak
yang bertikai 2.
Mendampingi dan membantu pemerintah Libanon selama proses
penggelaran pasukan Libanon (LAF) di Libanon Selatan. Hal itu dilaksanakan bersamaan dengan proses pengunduran pasukan Israel (IDF). Pemerintah Libanon dan Israel akan mengoordinasikan proses pengunduran pasukan di Libanon Selatan. 3.
Membantu pelaksanaan dan koordinasi dalam proses pengunduran
pasukan Israel, baik dengan pemerintah Libanon maupun Israel. 4.
Memberikan bantuan kemanusiaan kepada masyarakat sipil setempat serta,
membantu mengamankan proses kembalinya masyarakat, baik yang telah mengungsi maupun yang telah terpisah dari keluarganya selama berlangsungnya perang sepanjang Juli sampai Agustus 2006. 5.
Membantu pasukan LAF dalam proses mewujudkan zona wilayah bebas
dari personel atau kelompok bersenjata beserta aset militer lainnya antara Blue Line dan Sungai Litani, kecuali aset militer dan senjata milik pemerintah Libanon dan personel UNIFIL.
49
6.
Menyakinkan bahwa wilayah tanggung jawab yang telah diberikan tidak
digunakan untuk berbagai bentuk kegiatan yang dapat memicu terjadinya kembali konflik di antara pihak-pihak yang bertikai. 7.
Membantu pemerintah Libanon mengamankan garis batas antara Libanon
dan Israel serta sejumlah daerah yang dapat dijadikan titik infiltrasi. Rancangan tersebut diterima oleh Pemerintah Libanon dan disetujui oleh Hizbullah 12 Agustus 2006. Menanggapi Resolusi Dewan Keamanan PBB, sehari kemudian Israel mengadakan sidang kabinet mendadak. Kabinet Israel akhirnya menyetujui dan mengesahkan gencatan senjata dengan perolehan suara 24 mendukung dan satu abstain. Dengan demikian, secara resmi penghentian gencatan senjata berlaku secara efektif pada tanggal 14 Agustus 2006. Indonesia mengirimkan pasukan KONGA XXIII dan bergabung dengan UNIFIL melaksanakan misi pemeliharaan perdamaian di Libanon Selatan. Pasukan KONGA terdiri dari TNI AD 576 orang, TNI AL 221 orang, TNI AU 37 orang, staf operasi Mabes TNI 2 orang, Puspen TNI 3 orang, Perwira TNI 1 orang, Satkomlek TNI 5 orang. Kendaraan tempur yang digunakan oleh pasukan KONGA terdiri dari alat berat, kendaraan tempur Kavaleri TNI AD, dan kendaraan bermotor. Kendaraan tempur Kavaleri terdiri dari V150 commando 5 unit, V150 AP 5 unit, V150 Intai 15 unit, VAB 14 unit, Panhard 16 unit, Recovery 1 unit. Kendaraan bermotor terdiri dari D Max Isuzu 10 unit, Tangki air 4 unit, Tangki BBM 2 unit, Truck Harpal 2 unit, TNI AL Ranpur Marinir BTR 80A 12 unit, dan Truck Liaz. Alat berat yang terdiri dari Back loader 1 unit, Fork lift 1 unit, dan Taft GT 2 unit.
50
BAB IV ANALISA STRATEGI HIZBULLAH DALAM MENGHADAPI SERANGAN ISRAEL KE LIBANON SELATAN (Periode 12 Juli-13 Agustus 2006)
A. Ideologi Sebagai Fondasi Dasar Perjuangan Hizbullah A.1. Kepercayaan Pada Islam Keyakinan kepada ajaran Islam merupakan fondasi utama bagi gerakan Hizbullah, hal ini didasari karena ajaran Islam itu bersifat komprehensif dan sekaligus ajaran samawi terakhir yang diturunkan Allah sebagai penyempurnaan terhadap umat manusia (Naim 2008:26). Karena itu, Hizbullah sangat menitik beratkan pada Islam yang menyeluruh, sebab ajarannya merupakan bahtera keselamatan umat Islam di kehidupan dunia maupun di akhirat kelak. Keikhlasan dalam menjalankannya merupakan suatu kaharusan bagi semua orang yang telah yakin untuk masuk ke dalam Hizbullah ini. Bagi Hizbullah, kehidupan yang telah digariskan oleh Allah kepada semua manusia tidaklah sia-sia (Naim 2008:27). Prinsip-prinsip ajaran pokok Islam hakikatnya memberikan pemahaman kepada kita bahwa segala perbuatan yang kita lakukan di jalan Allah niscaya Allah akan membalasnya. Hal ini tertanam kuat di jiwa setiap Muslim dan juga berlaku untuk umat yang berada dalam gerakan Hizbullah yang menyakini adanya hari kebangkitan, dimana pada hari kebangkitan tersebut seluruh makhluk akan dikumpulkan oleh Allah dan akan dimintai pertanggung jawabannya, hal-hal apa saja yang sudah dilakukan selama di dunia dan bagaimana sikap kita dalam
51
mempersiapkannya (Naim 2008:27). Ajaran Islam telah menjelaskan seluruh aspek kehidupan dan kebutuhan manusia, baik yang bersifat individual maupun sosial, berupa petunjuk secara garis besar dan rinci. Karena itu, Hizbullah merasa bertanggung jawab kepada Allah mengenai segala macam bentuk dan tindakan yang dilakukannya. Bagi Hizbullah, memahami ajaran Islam yang berisikan sekumpulan aturan dan kebijakan permanen Islam, baik yang umum maupun spesifik adalah hal penting. Begitu pula mengakui bahwa kedua hal itu dapat diterapkan bagi individu serta berbagai kepentingannya, terlepas dari persoalan waktu dan tempat. Banyak penafsiran yang terbuka mengenai Syari’ah, kodifikasi hukum Islam yang mengatur seluruh persoalan sosial, telah mendiskusikan seluruh persyaratan modernitas dan jawaban terhadap berbagai peristiwa kekinian, serta pertanyaan yang muncul kemudian. Hal ini tentunya dengan mempertimbangkan berbagai penafsiran sebelumnya, serta mempertimbangkan kondisi dan lingkungan yang baru ada. Hal ini menciptakan ruang yang dibutuhkan untuk berkembang dan menyesuaikan diri dengan perubahan (Naim 2008:37).
A.2. Kepercayaan Pada Ulama yang Berada dalam Konsep Wali AlFaqih Ajaran Syi’ah yang dianut oleh mayoritas gerakan Hizbullah sejalan dengan paham yang dianut oleh Republik Islam Iran di bawah pmpinan Imam Khomeini. Setelah Revolusi Islam Iran tahun 1979, muncul tokoh pembaharu Syi’ah seperti Khomeini dan para pengikut setianya. Meskipun sama-sama menganut Syi’ah, yang dibawa Imam Khomeini adalah sesuatu yang baru dalam
52
menerapkan nilai-nilai Islam Syi’ah di dunia nyata. Contohnya: memandang wajib berjihad melawan segala bentuk ke zaliman. Keberadaan seorang pemimpin Wali Faqih atau imam adalah suatu keharusan bagi mereka. Seorang ulama terkemuka di Iraq Sayyid Muhammad Baqir Al-Shadr mengatakan: ”Rasulullah SAW dan para imam ditunjuk dan diangkat oleh Allah SWT, sementara otoritas spiritual ditunjuk secara kualitatif. Karenanya, Islam menetapkan Syarat ketentuan Imam bagi seorang penengah agama, dengan memberikan tugas berupa meneguhkan syarat ketentuan bagi bangsanya sendiri. Mengikuti seorang penengah agama adalah keputusan Ilahi. Sementara pilihan penengah agama merupakan manifestasi fisikal dari keputusan semacam ini, keputusan yang dilaksanakan oleh bangsanya” (Naim 2008:73-74). Keterikatan religius seseorang dengan Rasulullah SAW dan upaya menempuh ajaran-Nya, saat menerima semua keputusan Allah SWT, menjadikan orang tersebut beriman kepada Rasulullah SAW. Dengan cara yang sama, hubungan yang serupa dengan Imam, menjadikan seseorang mempercayai Imam, sementara hubungan seseorang dengan otoritas spiritual menjadikannya sebagai pengikut otoritas tersebut (Naim 2008:74). Implementasinya dapat mengambil salah satu dari dua bentuk. Pertama, masalah individual dan terkait dengan masalah ibadah, perilaku terhadap orang lain, dan segala hal yang terkait dengan kehidupan personal keseharian. Kedua, masalah yang bersifat umum, berhubungan dengan umat dan bangsa secara keseluruhan berbagai kepentingannya, perang, perdamaian, dan seluruh arah kebijakannya. Pada tahap implementasi pertama individu yang diberi tanggung jawab, benar-benar membutuhkan seorang arbitrator agama agar dapat menyelesaikan masalah yang dihadapi sesuai dengan kaidah agama. Sementara untuk masalah yang kedua, perlunya seorang pemimpin sebagaimana diwujudkan
53
oleh Wali Al-Faqih, yang menetapkan kebijakan baik politik, ekonomi, keamanan dan semua bidang yang menjadi tanggung jawabnya. Dalam pemikirannya, Imam Khomeini menghendaki suatu bentuk negara Islam, dimana kekuasaan sepenuhnya berada di tangan Fuqaha (alim ulama), yaitu mereka yang memiliki pemahaman tentang ajaran dan peraturan Islam, serta memiliki keutamaan dalam Iman dan Akhlak. Gagasan Imam Khomeini yang berkenaan dengan Wilayat Al-Faqih, antara lain: A. Para alim ulama berhak menjadi penguasa dalam sebuah negara Islam, yaitu laki-laki yang memiliki kecerdasan dan kepandaian yang luas sehingga mampu mengerahkan potensi masyarakat. B. Seorang Fuqaha berfungsi sebagai pewaris Nabi, oleh karenanya mempunyai tugas dan kewajiban untk mempergunakan angkatan bersenjata dan aparat politik, demi pelaksanaan hukum-hukum Allah, serta membentuk suatu sistem pemerintahan demi kemakmuran bangsa. C. Membentuk pemerintahan atau negara Islam, hukumnya wajib bagi setiap umat Islam, khususnya para alim ulama dimanapun berada, karena hal itu merupakan bagian utama dari akidah Imamiyah. D. Negara atau pemerintahan Islam diperlukan demi tegaknya hukumhukum Islam, karena hukum apapun tidak dapat dilaksanakan tanpa adanya suatu kekuasaan eksekutif. E. Di dalam negara Islam, para wakil rakyat tidak berhak membuat Undang-Undang. Karena Undang-Undang atau dasar hukum (Islam) diperoleh langsung dari Allah, yaitu Al-quran dan Hadits (Naim 2008:62).
54
Adanya Wali Al-Faqih merupakan mutlak untuk memelihara dan mengimplementasikan Islam. Melalui pengawasan Wali Al-Faqih, agar dicapai sebuah tujuan sebagaimana yang dikatakan oleh Imam Khomeini berikut ini: ”Tujuan penjagaan yang absolut dari Wali Al-Faqih adalah bahwa Islam adalah agama yang benar, agama samawi yang terakhir dan agama yang akan tetap ada hingga Hari Kebangkitan. Dengan demikian, masyarakat Islam membutuhkan seorang penjaga, seorang faqih, dan pemimpin yang akan menjaga umat Muslim melawan musuh, melindungi bangunan umat, dan menjamin keadilan di antara konstituennya. Serta menjaga dan mencegah agar yang kuat tidak menindas yang lemah” (Naim 2008:76).
A.3. Jihad Hizbullah menilai bahwa jihad tidak hanya identik dengan aksi bunuh diri. Seperti dengan ajaran Islam umumnya bahwa, mencurahkan segala kemampuan untuk menyebarkan ajaran Islam adalah jihad (Naim 2008:60). Karena itu, jihad merupakan bagian yang integral dari iman seseorang. Jihad membutuhkan kesiapan dan keseriusan dalam melakukannya bukan setengah hati. Hizbullah menilai tuntunan jihad sangat erat kaitannya dengan visi Islam tentang kehidupan, karena dunia adalah tempat manusia tinggal sementara sedangkan akhirat yang kekal. Karena itu, dalam pandangan mereka, jihad adalah kewajiban setiap muslim. Jihad juga bisa berarti pengorbanan jiwa sebagaimana yang telah dirasakan oleh para imam suci yang rela mengorbankan jiwa dan raganya untuk Islam. Jihad juga dapat dalam bentuk pengorbanan harta yang dimiliki untuk membantu sesama muslim yang menderita dan tertindas (Naim 2008:44). Hizbullah mengobarkan semangat jihad kepada semua anggota pasukannya di Libanon, melalui media televisi dan radio yang dimilikinya. Hizbullah menilai, kesyahidan yang disiarkan di media dapat menyemangati
55
seluruh rakyat Libanon. Mati syahid sebagai anugerah dari Allah SWT yang diberikan kepada umatnya. Bagi Hizbullah, mati syahid di jalan Allah akan masuk surga dan mendapatkan pahala. Selain itu, Hizbullah melakukan jihad9 dengan menyisihkan sebagian harta mereka untuk memperbaiki nasib rakyat Libanon pasca perang tahun 2006 (Angkasa 2006:56). Jihad yang diusung oleh Hizbullah dalam bentuk membantu sesama Muslim telah menjadi suatu hal yang suci. Para pemuda Libanon khususnya dan pemuda muslim di dunia telah menjadikan Hizbullah sebagai teladan mereka. Hizbullah mengajarkan keteguhan dan konsistensi dalam berjuang melawan musuh serta menghadapi berbagai situasi dan isu politik (Rif’at 2007:1-30). Hizbullah membentuk Jihad Al-Bina sebagai bentuk pelayanan sosial kepada rakyat Libanon pasca perang tahun 2006. Jihad Al-Bina dibagi menjadi tujuh komite, yang salah satu diantaranya adalah Komite Kesehatan Islam Hizbullah, Komite Perlindungan Keungan Hizbullah, Komite Rekonstruksi, Komite Lingkungan Hidup, Komite Pertanian, Komite Administrasi dan Teknis (Nando 2009:160). Komite Kesehatan Islam Hizbullah membangun 2 rumah sakit, beberapa balai pengobatan dan farmasi di daerah Beqaa, Beirut, dan Libnaon Selatan. Rumah Sakit Dar Al-Hawra untuk wanita dan anak-anak, selama setahun merawat dan memeriksa 59.255 wanita dan 10.490 anak-anak. Sedangkan Komite Perlindungan Keuangan Hizbullah didanai oleh Iran untuk kebutuhan keluarga yang meninggal dunia maupun luka-luka. Komite rekonstruksi memelihara dan memperbaiki lebih dari 1000 daya listrik dan air di
9
Jihad Al-Bina
56
Beqaa hingga Libanon Selatan. Komite Lingkungan Hidup memelihara daerah yang terkena dampak dari polusi yang diakibatkan oleh penggunaan senjata berupa bom. Sementara Komite Pertanian mendirikan Koperasi Agrikultur yang menjual benih tumbuhan, pupuk, dan alat-alat pertanian lainnya. Komite Administrasi dan Teknis bertugas melakukan pendataan ke daerah-daerah yang terkena dampak dari perang tahun 2006.
B. Strategi Hizbullah dalam Menghadapi Serangan Israel Aksi yang dilakukan Israel pada perang melawan Hizbullah tahun 2006 merupakan suatu aksi yang tergolong besar, karena melibatkan begitu banyak personil baik dari Angkatan Darat, Angkatan Laut, dan Angkatan Udara. Pengerahan tentara dalam jumlah besar juga diimbangi oleh persenjataan militer Israel yang didukung oleh teknologi tinggi, sehingga membuat mereka sangat tangguh. Namun, itu semua tidak membuat Hizbullah gentar dalam menghadapi setiap serangan yang dilancarkan oleh pasukan Israel. Ideologi yang diterima oleh para anggota Hizbullah merupakan pemicu semangat mereka dalam berjuang menghadapi tentara Israel. Para pejuang Hizbullah hanya menggunakan roket dan rudal dalam menghadapi tank-tank Merkava milik Angkatan Darat Israel dan pesawat-pesawat tempur F16i yang membantu mereka untuk membombardir basis-basis Hizbullah di Libanon Selatan. Sejak berdirinya Hizbullah tahun 1985, tercatat sudah beberapa kali Hizbullah menghadapi pertempuran dengan Israel. Baik itu pertempuran yang bersifat fisik yang mengandung aksi militer dalam skala kecil maupun propaganda
57
melalui media-media yang berskala besar. Dalam menghadapi semua itu, diperlukan strategi yang tepat untuk mengimbangi kekuatan Israel tersebut. Untuk menganalisa hal tersebut, penulis mengungkapkan 2 strategi yang digunakan Hizbullah dalam perang asimetris tahun 2006 yakni:
B.1. Operasi Kumulatif Roket Jarak Dekat-Jauh Hizbullah Vs Serangan Udara Israel Untuk menghadapi strategi serangan udara pasukan Israel pada tanggal 13 Juli 2006 sampai 13 Agustus 2006, Hizbullah menggunakan strategi operasi kumulatif Roket jarak dekat-jauh ke wilayah-wilayah Israel terutama di Israel Utara yang berbatasan dengan Libanon Selatan. Jika di tarik ke belakang, peristiwa perang Israel-Hizbullah tahun 2006 dipicu oleh serangkaian insiden yaitu: A. Pada tahun 2004 empat tokoh penting Libanon yang diantaranya adalag Samir Kuntar, Nasim Nisr, Yahya Skaf, dan Ali Farran ditawan oleh pasukan Israel. B. Pada 25 Juni 2006, terjadi penyerangan dan penculikan kepada Kopral Gilat Shalit di jalur Gaza. Peristiwa tersebut dilakukan oleh militan Palestina yaitu Hamas. Ini dilakukan oleh Hamas sebagai alat diplomasi untuk melakukan penukaran tawanan antara kopral Gilat Shalit dengan empat tokoh Libanon yang pada tahun sebelumnya di tawan. Namun, Israel tidak menanggapi hal tersebut dan memilih untuk tetap berperang.
58
C. Pada 28 Juni 2006, dua orang tentara Israel yaitu Ehud Goldwasser dan Eldad Regev di culik oleh pasukan Hizbulah di Israel Utara yang berbatasan dengan Libanon Selatan (Ari Yulianto 2010: 209). Dari ketiga insiden tersebut, perang antara Israel dengan pasukan Hizbullah masih terus berlangsung. Pada 12 Juli 2006 Hizbullah menjalankan strategi kumulatif operasi roket jarak dekat-jauh ke wilayah Shelomi dan Zar’it Israel Utara (Andrew Chadwick 2012). Serangan tersebut memicu dimulainya operasi change of direction pada 13 Juli 2006. Israel melakukan blockade laut, serta udara terhadap infrastruktur Libanon dan wilayah-wilayah yang menjadi tempat tinggal pasukan Hizbullah. Ini dimaksudkan sebagai serangan balasan terhadap penculikan dan penyerangan yang dilakukan oleh Hizbullah dan militant Palestina pada insiden sebelumnya. Pada operasi roket jarak dekat ini, Hizbullah menggunakan roket jenis Katyusha yang jangkauannya tidak lebih dari 20 km. meskipun begitu, apabila serangan roket ini dilakukan dalam jumlah banyak10, maka dapat menimbulkan dampak yang sangat besar yaitu menghancurkan kotakota utama di wilayah Israel Utara yang berbatasan langsung dengan Libanon Selatan. Pada operasi ini, Hizbllah menempatkan roket-roketnya di dalam rumahrumah, gua, atau bunker-bunker yang telah disiapkan untuk menghadapi serangan udara Israel. Operasi ini dilakukan oleh struktur komando unit roket Hizbullah yang terdesentralisasi. Didalam struktur tersebut, masing-masing sel roket Hizbullah diberikan otonomi khusus atau kekuasaan tersendiri untuk menjalankan
10
100-500 serangan dalam satu hari
59
aksi roketnya. Didalam bunker-bunker, rumah, atau gua, sel-sel ini meluncurkan roket dengan leluasa. Serangan ini tidak diketahui oleh pasukan udara Israel. Sehingga tingkat keberhasilan strategi roket jarak dekat Hizbullah dapat maksimal. Tabel IV. 1 Kronologi Serangan Roket Hizbullah Tanggal 12 Juli 2006 13 Juli 2006 14 Juli 2006 16 Juli 2006
17 Juli 2006 22 Juli 2006 23 Juli 2006 24 juli 2006 27 Juli 2006
28 Juli 2006 1 Agustus 2006
4 Agustus 2006
Peristiwa Hizbullah melakukan serangan ke wilayah Shelomi dan Zar’it Israel Utara Hizbullah menyerang kota Haifa Israel Utara, melukai 14 orang dan 1 orang tewas. Hizbullah menyerang kapal laut Sa’ar-5 INS Hanit dengan rudal anti kapal C-802. Hizbullah menyerang kota Haifa, Acre, dan Nahariya dengan roket Fajr-3 dan Ra’ad-1. 8 orang tewas akibat serangan tersebut. Roket Hizbullah juga menghantam kota Shetula, Zar’it, Ghazar, Kibbutz Ma’ayan Baruch, Meron dan Safed. Sasaran roket Hizbullah adalah pos-pos pasukan Israel yang ada di perbatasan Libanon. Roket Hizbullah mengenai kota Haifa dan Atlit yang melukai 2 orang warga sipil Israel. Hizbullah menyerang Israel Utara dan melukai 16 orang tentara Israel. Serangan Hizbullah masih ditujukan ke kota Haifa yang mengakibatkan 2 orang tewas dan 70 orang luka-luka. Pasukan Hizbullah menyergap pasukan Israel di wilayah Bint Jibeil yang menewaskan 2 orang tentara dan melukai 20 orang tentara. Hizbullah masih melancarkan serangan 100 roket Katyusha ke wilayah Israel Utara dari Galilee sampai Hula Valley dan melukai 13 orang. Hizbullah melakukan serangan 100 roket Khaibar-1ke kota Aufa. Terjadi pertempuran antara pasukan Israel dengan pasukan Hizbullah di Ayta-Al-chaab. Insiden tersebut menewaskan 3 orang tentara Israel dan menghancurkan 1 tank Merkava. Hizbullah juga meluncurkan 5 roket ke kota Rosh Hanikra dan Ma’alot. Roket Hizbullah menghantam kota Hadera Israel Utara. Sumber: diolah dari Ari Yulianto 2010
Roket yang digunakan oleh Hizbullah selama perang harus menyesuaikan dengan
medan
pertempuran.
Roket
ini
60
dikelompokkan
berdasarkan
lingkungannya, yaitu perkotaan seperti Beirut dan kota-kota besar lainnya di Libanon Selatan yang memiliki medan sempit; pedesaan atau pegunungan yang memiliki medan luas. Di daerah perkotaan, pasukan Hizbullah akan memakai roket dengan jenis yang lebih ringan, kecil dan dapat dibawa oleh orang-per orang. Sehingga memudahkan gerak tempur pasukan Hizbullah. Selain jenis roket yang lebih ringan, jarak tempuh juga relatif lebih dekat hanya mencapai 20 km. Sedangkan untuk medan berupa pedesaan atau pegunungan, Hizbullah menggunakan roket dengan jenis yang lebih besar berupa platform truk atau mobil dan memiliki jarak tempur serangan mencapai 210 km. Roket jenis ini digunakan pada strategi kumulatif operasi jarak menengah-jauh yang akan dipaparkan lebih dalam berikut ini: Selama perang berlangsung, seperti penjelasan kronologi diatas, pasukan Hizbullah juga menjalankan pertempuran dengan strategi operasi roket jarak menengah dan jauh. Operasi tersebut menggunakan roket Fajr, Zelzal, dan Khaibar yang dipasok dari Iran dan Suriah. Roket-roket tersebut dapat menjangkau hingga 210 km. Dampak yang ingin didapatkan dari operasi tersebut adalah Hizbullah ingin menunjukkan kepada Israel bahwa Hizbullah juga memiliki kemampuan untuk menyerang penduduk sipil di kota-kota besar di wilayah Israel. Namun, Hizbullah harus menyesuaikan teknologi roket dengan kondisi wilayah yang ingin dituju. Seperti roket Zelzal dan Fajr yang memiliki Platform mobil berupa truk besar sebagai tenaga pendorongnya untuk meluncurkan roket tersebut11.
11
Dapat di lihat di lampiran II
61
Selain kelebihan dari jarak jangkau yang dimilikinya, roket-roket tersebut juga memiliki kelemahan. Roket-roket tersebut tidak dapat dibawa ke daerah atau medan yang sempit. Ini dikarenakan postur roket-roket tersebut sangatlah besar, sehingga harus di letakkan di tempat yang luas, sehingga membatasi ruang gerak pasukan Hizbullah untuk melakukan serangan. Keberadaan roket-roket tersebut dapat terlihat oleh pasukan Israel, dan mengancam keberadaannya. Zona peluncuran roket Hizbullah di bagi menjadi tiga daerah, yaitu: 1. Kota Tyre tujuannya adalah penduduk Israel yang tinggal di kawasan Utara dan kota-kota utama Israel seperti Haifa 2. Lembah beqaa tujuannya adalah pasukan Israel disekitar dataran Golan 3. Di Utara Sungai Litani tujuannya adalah Selatan Israel.
B.2. Strategi Squental Hizbullah Vs Serangan Darat Gabungan Israel Kemudian, tanggal 17 Juli Sampai 10 Agustus 2006, dalam menghadapi serangan dari berbagai pasukan elemen Angkatan Darat Israel yang tergabung dalam satu divisi yaitu Korps Lapis baja, Infantri, dan Artileri, Hizbullah menjalankan strategi serangan sequental12 yang terdiri dari unit-unit kecil yang memiliki
sistem
komando
yang
terdesentralisasi
berdasarkan
wilayah
serangannya. Unit-unit kecil ini membutuhkan sistem komunikasi serta pengendalian agar setiap unit-unit ini dapat melakukan serangan pada saat yang bersamaan.
Dengan
kemajuan
perkembangan
teknologi,
memungkinkan
meningkatnya efektifitas serangan pada unit-unit ini. 12
Penerapan strateginya satu langkah dengan langkah strategi berikutnya tidak dapat dipisahkan
62
Di dalam unit-unit kecil tersebut, harus dilakukan serangan secara kontinuitas agar keberhasilan serangan kepada musuh yang memiliki jumlah kuantitas dan kualitas kekuatan yang lebih besar dalam hal ini Israel dapat terlaksana dengan baik. Pada unit-unit kecil ini terdiri dari 3-5 orang dan menggunakan senjata Antitank. Unit-unit ini mempertahankan proses kontinuitas dengan memaksimalkan kekuatan dari personel Hizbullah beserta dukungan dari masyarakat Libanon untuk memperlambat adanya penetrasi dari serangan ganda Angkatan Darat Israel. Hasil dari serangan yang dilakukan oleh pasukan ganda Angkatan Darat Israel kepada unit-unit kecil Hizbullah dimenangkan oleh Hizbullah. Ini disebabkan oleh faktor kemampuan organisasi pada sistem komando Hizbullah dalam menggabungkan strateginya dengan kondisi lingkungan di Libanon yang dapat menyeimbangkan keunggulan asimetris dari kualitas dan kuantitas yang dimiliki oleh pasukan Israel. Masyarakat internasional tidak ada yang dapat mengira bahwa Hizbullah akan memenangkan pertempuran ini. Ini dikarenakan yang dihadapi oleh Hizbullah adalah Israel. Sebagaimana diketahui oleh banyak orang, Israel memiliki kekuatan militer dengan reputasi tempur yang sudah terkenal di dunia. Dari segi persenjataan yang dimiliki oleh Israel, tidak seimbang dengan yang dimiliki oleh Hizbullah. Israel memiliki persenjataan yang berteknologi mutakhir serta berkapasitas tidak terduga. Dari roket, rudal, tank, pesawat tempur, helikopter, kapal perang, artileri senapan, hingga bom dimiliki oleh Israel. Sedangkan Hizbullah, hanyalah salah satu partai yang berkuasa di Libanon yang
63
memiliki pasukan tidak lebih dari 6000 jiwa. Persenjataan yang dimiliki Hizbullah hanya sebatas roket, rudal, senjata anti tank, senjata anti kapal, dan kekuatan dari media massa. Dengan demikian, perang tahun 2006 kala itu dikatakan sebagai perang asimetris. Namun, fakta yang terjadi di lapangan dan logika pemikiran tidak dapat disatukan. Hasilnya, dengan kecerdasan dan strategi perang yang direncanakan secara matang, serta dukungan dari penduduk Libanon, Hizbullah dapat mencapai kemenangan. Hizbullah telah mengukir kemenangan dengan menghancurkan tank-tank dan pesawat tempur yang menjadi andalan Negara Israel. Ini menuai simpati dari masyarakat internasional dan memberikan inspirasi kepada NegaraNegara Arab lainnya. Asumsi kemenangan Hizbullah ini dapat dilihat dari beberapa indikator yaitu: 1. Beberapa jenis kendaraan yang menjadi andalan Israel hancur dan rusak terkena roket dan rudal milik Hizbullah. Kendaraan tersebut adalah tank Merkava, pesawat tempur F16i, helikopter AH-64, kapal laut Sa’ar 4, beberapa kendaraan pengangkut personel Israel, dan beberapa artileri. 2. Israel pada tanggal 29 Juli 2006 muai menarik mundur pasukannya. Ini menjadi pertanda bahwa, Israel tidak mampu menghadapi serangan dari pasukan Hizbullah. Pasukan Israel mengalami kesulitan untuk memaksa pasukan Hizbullah keluar dari wilayah-wilayah perbatasan seperti Bint Jbeil Libnon Selatan. Di wilayah Bint Jbeil, pasukan Israel mengalami banyak kekalahan dalam hal personel dan kendaraan tempurnya. 30 tank
64
Merkava rusak dan hancur oleh roket dan senjata anti tank milik Hizbullah.
Hingga tanggal 6 Agustus 2006, Israel masih mengalami
kehilangan jumlah personelnya. 12 tentara Israel tewas akibat serangan roket Katyusha di Kfar Giladi, Israel. Meskipun Resolusi telah diberlakukan, tetapi, selama pelanggaran di masing-masing pihak masih ada, konflik antara Israel-Hizbullah kemungkinan akan terus berlangsung. Pasca diberlakukannya genjatan senjata oleh PBB, konflik kembali pecah. Empat buah mortir ditembakkan dari wilayah Libanon ke wilayah Israel. Kemudian, pada tanggal 15 Agustus 2006, terjadi pertempuran antara pejuang Hizbullah dengan tentara Israel yang berada di perbatasan Libanon Selatan dengan Israel. Pada tanggal 18 Agustus 2006, pesawat tempur Israel menjatuhkan bom di wilayah Baalbeek. Kemudian Hizbullah membalas serangan tersebut dengan menembakkan roketnya ke wilayah Israel Utara. Tanggal 19 Agustus, pasukan Israel menyerang ke wilayah Beka Valey. Pada tanggal 8 Januari 2008, Hizbullah menyerang kota Shilomi dengan menggunakan roket Katyusha (Ari Yulianto 2010:273). Meskipun sejumlah konflik antara pihak Israel-Hizbullah masih terus terjadi pasca genjatan senjata tahun 2006, namun, tidak menimbulkan konflik besar seperti tahun 2006 lalu.
65
BAB V PENUTUP Kesimpulan Berdasarkan pembahasan pada bab-bab sebelumnya, perang antara Israel dengan Hizbullah terjadi dari tanggal 12 Juli sampai 13 Agustus 2006. Perang ini berakhir setelah diberlakukannya Genjatan Senjata oleh PBB pada 13 Agustus 2006. Perang ini menimbulkan dampak yang negatif baik berupa korban jiwa, kehancuran infrastruktur maupun kerusakan lingkungan di Negara Israel dan Libanon. Berbagai peristiwa telah menjadikan Negara Libanon miskin, hancur, tertutup untuk dunia luar. Tidak ada turis asing yang mau berdatangan lagi pasca invasi Israel tahun 1982-2000. Namun, Libanon kembali bangkit dengan bantuan yang diberikan oleh gerakan perlawanan Hizbullah. Belum beberapa lama Libanon membangun kembali negaranya yang hancur. Insiden penyerangan dan penculikan yang dilakukan oleh Israel telah mengundang keprihatinan sejumlah ulama untuk membentuk sebuah gerakan perlawanan. Tujuannya adalah mengakhiri kesengsaraan di tanah air tercintanya Libanon. Lahirlah sebuah organisasi, kelompok, gerakan perlawanan yang di berinama Hizbullah. Dengan melihat sejumlah insiden yang terjadi di Libanon, Hizbullah melakukan sejumlah aksi protes dengan melakukan penyerangan kepada Negara Israel. Aksi tersebut berlanjut dengan perang yang berlangsung selama 34 hari. Dalam perang Israel-Hizbullah tahun 2006 ini, tidak ada satu pun orang di dunia yang dapat mengira bahwa Hizbullah akan memenangkan pertempuran ini.
66
Ini dikarenakan yang dihadapi oleh Hizbullah adalah Israel. Sebagaimana diketahui oleh banyak orang, Israel memiliki kekuatan militer dengan reputasi tempur yang sudah terkenal di dunia. Dari segi persenjataan yang dimiliki oleh Israel, tidak seimbang dengan yang dimiliki oleh Hizbullah. Israel memiliki persenjataan yang berteknologi mutakhir serta berkapasitas tidak terduga. Dari roket, rudal, tank, pesawat tempur, helikopter, kapal perang, artileri senapan, hingga bom dimiliki oleh Israel. Sedangkan Hizbullah, hanyalah salah satu partai yang berkuasa di Libanon yang memiliki pasukan tidak lebih dari 6000 jiwa. Persenjataan yang dimiliki Hizbullah hanya sebatas roket, rudal, senjata anti tank, senjata anti kapal, dan kekuatan dari media massa. Dengan demikian, perang tahun 2006 kala itu dikatakan sebagai perang asimetris. Namun, fakta yang terjadi di lapangan dan logika pemikiran tidak dapat disatukan. Hasilnya, dengan kecerdasan dan strategi perang yang direncanakan secara matang, serta dukungan dari penduduk Libanon, Hizbullah dapat mencapai kemenangan. Kemenangan Hizbullah juga karena faktor kepercayaannya kepada jihad yaitu ideologi dasar Hizbullah yang dijadikan sebagai motifasi untuk berjuang melawan penindasan dari Negara Israel. Bagi Hizbullah, mati syahid atau mati di jalan Allah SWT akan mendapatkan pahala dan surga adalah balasan untuk orang-orang yang berjihad. Hizbullah telah mengukir kemenangan dengan menghancurkan tank-tank dan pesawat tempur yang menjadi andalan Negara Israel. Ini menuai simpati dari masyarakat internasional dan memberikan inspirasi kepada Negara-Negara Arab lainnya.
67
Daftar Pustaka
Buku: Ahmad, Rif’at Sayyid. 2007. Hizbullah Denyut Perlawanan dan Rahasia Kekuatan. Jakarta: Pustaka IIman Baskara, Nando. 2009. Gerilyawan-Gerilyawan Militan Islam. Yogyakarta: Narasi Koya, Abdarrahman. 2006. Hizbullah Menangtang Zionisme. Jakarta: Hikmah Noer, Deliar. 1983. Ideologi Politik dan Pembangunan. Jakarta: Yayasan Perkhidmatan Qassem, Naim. 2008. Blue Print Hizbullah: Rahasia Manajemen Ormas Islam Tersukses di Dunia. Jakarta: PT. Cahaya Insan Suci Rahayu, Minto. 2007. Pendidikan Kewarganegaraan: Perjuangan Menghidupi Jati Diri Bangsa, Jakarta: Grasindo Syam, Firdaus. 2007. Politik Pemikiran Barat: Sejarah, Filsafat, Ideologi dan Pengaruhnya Terhadap Dunia ke 3. Jakarta: Bumi Aksara Syariati, Ali. 1982. Tugas Cendikiawan Muslim. Yogyakarta: Salahudin Press Rudi, T. May. 2002. Studi Strategis dalam Transformasi Sistem Internasional Pasca Perang Dingin. Bandung: Refika Yulianto, Mayor Ari. 2010. Lebanon: Pra dan Pasca Perang 34 Hari Israel vs Hizbullah. Jakarta: Gramedia, Nurul zuriah. 2007. Metodelogi Peneltian Sosial dan Pendidikan: Teori Aplikasi. Jakarta: PT Bumi Aksara
68
Emy susanty hendarso. 2007. Penelitian Kualitatif: Sebuah Pengantar, dalam Bagong Suyanto dan Sutinah (ed). Metodelogi Penelitian Sosial; Berbagai Alternative Pendekatan. Jakarta: Kencana Prenada Media Group
Majalah: Angkasa. Edisi koleksi Angkasa XXXVI. Jakarta: PT. Gramedia Diplomasi no.33 tahun III, tgl 15 Juli-14 Agustus 2010
Website: Akbarzadeh,
Shahram.
Hezbollah's
risky
act
of
terror.
Dalam
http://www.abc.net.au/unleashed/4506592.html. Diakses pada tanggal 1 Mei 2013 Arkin, William M. Divine Victory for Whom? Airpower in the 2006 IsraelHezbollah
War.
Dalam
http://www.au.af.mil/Strategic
Studies
Quarterly/2007. Diakses pada tanggal 2 Mei 2013 Buffaloe L David. 2006. Defining Asymmetric Warfare. Land Warfare Paper No.58. The Institute of Land Warfare Association of tha United States Army.Dalam http://www.ausa.org/SiteCollectionDocuments/ILW%20WebExclusivePubs/Land%20Warfare%20Papers/LWP_58.pdf.
Diakses pada
tanggal 20 Pebruari 2013 Chadwick, Andrew. 2012. The 2006 Lebanon War : A Short History. Dalam http://smallwarsjournal.com/jrnl/art/the-2006-lebanon-war-a-short-history. Diakses pada tanggal 15 Pebruari 2013
69
Catignani, Dr. Sergio. PhD. The Israel-Hezbollah Rocket War: A Preliminary Assessment, the Journal of strategic studies, terrorism& political violence, parameters London. Dalam http://www.globalstrategyforum.org. Diakses pada tanggal 18 April 2013 CBS.
The
Central
Bureau
of
Statistics,
2013,
Dalam
http://www1.cbs.gov.il/www/publications09/about/aboutcbs_e.htm. Diakses pada tanggal 27 Agustus 2013 CIA.
Lebanon,
13
Agustus
2013.
https://www.cia.gov/library/publications/the-world-
Dalam
factbook/geos/le.html.
Diakses pada tanggal 29 Agustus 2013 Clausewitz, Carl Von. On War, trans. James John Graham. http://www.clausewitz.com/readings/OnWar1873/BK3ch01.html.
Dalam Diakses
pada tanggal 04-02-2013 CNN.
2006.
Hezbollah’s
secret
weapon,
CNN.
Dalam
http://www.cnn.com/2006/world/meast/07/24/schuster.hezbollah/index.html . Diakses pada tanggal 25 Juli 2013 Cobban, Helena. The 33-Day War; Hizbullah’s victory, Israel’s choice, Desember 2006, Mafhoum. http://www.mafhoum.com/press10/291P10.htm. Diakses pada tanggal 03 Desember 2012 Country
Studies.
Invasi
Israel
ke
Libanon.
Dalam
http://countrystudies.us/lebanon/104.htm. Diakses pada tanggal 02 Pebruari 2013
70
Consulado
de
Israel.
Political
Structure.
Dalam
http://www.consuladodeisrael.com/government/political-structure.aspx. Diakses pada tanggal 25 Nopember 2013 Exum, Andrew. Hizbullah at War; A Military Assessment, Policy Focus 63, Desember 2006, The Washington Institute for Near East Policy. Dalam http://www.Washingtoninstitute.org. Diakses pada tanggal 18 April 2013 Factor,
Military.
2013.
Israeli
Tank.
http://www.militaryfactory.com/armor/israeli-tanks.asp.
Dalam
Diakses
pada
tanggal 12 Pebruari 2013 FAS.
2013.
Missile
C-802.
Dalam
http://www.fas.org/man/dod-
101/sys/missile/row/c-802.htm. Diakses pada tanggal 14 Juli 2013 Ganon, Kathy. Tyre hospital treats Hezbollah fighters. 2006. Dalam http://seattlepi.nwsource.com/national/1107AP_mideast_fighting_treating_h ezbollah.html. Diakses pada tanggal 13 Agustus 2013 Ghorayeb,
Amal
Saad-.
Hizbollah
Project
Last
War
Next
War.
http://www.opendemocracy.net/article/the-hizbollah-project-last-war-nextwar. Diakses pada tanggal 10 Pebruari 2013 Go
Israel.
Geography
&
Nature
in
Israel,
2011.
Dalam
http://www.goisrael.com/Tourism_Eng/Tourist%20Information/Discover% 20Israel/Pages/Geography%20and%20Nature.aspx. Diakses pada tanggal 27 Juni 2013 Gov, State. Lebanon Profile. Dalam http://www.state.gov/p/nea/ci/c2414.htm. Diakses pada tanggal 22 Agustus 2013
71
Global Research. Remembering in Sabra and Satila Massacre. Dalam http://www.globalresearch.ca/remembering-the-sabra-and-shatilamassacre/5350020. Diakses pada tanggal 24 Nopember 2013 Global
Security.
Operation
Accountability.
Dalam
http://www.globalsecurity.org/military/world/war/lebanonaccountability.htm. Diakses pada tanggal 22 Nopember 2013 HRW. 2006. Lebanon:Hezbollah Rocket Attacks on Haifa Designed to Kill Civilians. Dalam http://www.hrw.org/news/2006/07/17/lebanon-hezbollahrocket-attacks-haifa-designed-kill-civilians.
Diakses
pada
tanggal
23
Nopember 2013 IAF. 2013. Helicopter. Dalam http://www.iaf.org.il/211-en/IAF.aspx. Diakses pada tanggal 12 Juli 2013 IBCR. Country profile of Lebanon: A Review of the Implementation of the UN Convention
on
the Rights
of
the
Child,
August
2011.
Dalam
http://www.ibcr.org/editor/assets/Country%20profile%20Lebanon.pdf. Diakses pada tanggal 26 Juni 2013 INSS. Israel. 2010. The Institute for National Security Studies. Dalam Http://cdn.www.inss.org.il.reblazecdn.net/upload/%28FILE%29128498615 1.pdf. Diakses pada tanggal 02 Pebruari 2013 ISR.
The
1982
invasion
of
Lebanon.
http://www.isreview.org/issues/50/Lebanon1982.shtml. tanggal 25 Nopember 2013
72
Diakses
Dalam pada
Israel National News. 30 Year Anniversary of Operation Peace for Galilee. Dalam http://www.israelnationalnews.com/News/News.aspx/156645#.UpWFGicR BfA. Diakses pada tanggal 25 Nopember 2013 Jewish
Virtual
library.
The
Israel
Government.
Dalam
http://www.jewishvirtuallibrary.org/jsource/Politics/how_govt_works.html. Diakses pada tanggal 25 Nopember 2013 Knesset.
Knesset.
Dalam
http://www.knesset.gov.il/description/eng/eng_work_org.htm. Diakses pada tanggal 25 Nopember 2013 Kompas. Perang Asimetri di Libya, dipublikasikan pada 24 Maret 2011, dalam http://internasional.kompas.com/read/2011/03/24/04140395/. Diakses pada tanggal 10-09-2012 Krauthammer,
Charles.
Hezbollah
victory,
1
September
2006.
http://www.washingtonpost.com/wpdyn/content/article/2006/08/31/AR2006 0831014444.html. Diakses pada tanggal 1 Mei 2013 Lebanon.
Country
Libanon,
2009.
Dalam
Http://www.lebanonembassyus.org/country_lebanon/overview.html. Diakses pada tanggal 26 Juni 2013 Lebanese
Constitution.
Dalam
Http://www.conseilconstitutionnelliban.com/pdf/Lebanese%20constitution. pdf. Diakses pada tanggal 25 Nopember 2013
73
Lebanon Ethnic Group. Dalam http://www.lebanonmonitor.com/cms/index.php. Diakses pada tanggal 25 Nopember 2013 Kelly, James. 1983. A House Divided: Hope grows dimmer for unifying Lebanon. Dalamhttp://content.time.com/time/magazine/article/0,9171,9551731,00.html. Diakses pada tanggal 23 Nopember 2013 LGIC.
History
of
Lebanon.
Dalam
http://www.lgic.org/en/history_lebanon1516.php. Diakses pada tanggal 25 Nopember 2013 Mahajan, Rahul. Hizbullah's Victory. http://www.politicalaffairs.net/hizbullah-svictory/. Diakses pada tanggal 1 Mei 2013 MFA.
About
Israel:
THE
LAND:
Geography
and
Climate.
Dalam
http://www.mfa.gov.il/mfa/aboutisrael/land/pages/the%20land%20geograph y%20and%0climate.aspx. Diakses pada tanggal 26 Juni 2013 Makovsky, David and Jeffrey White. Oktober 2006. Lessons and Implications of the
Israel-Hizballah
War:
A
Preliminary
Assessment.
Dalam
http://www.washingtoninstitute.org/uploads/Documents/pubs/PolicyFocus6 0.pdf. Diakses pada tanggal 20 Pebruari 2013 Missile
Threat.
China-Iran:
A
Limited
Partnership.
Dalam
http://missilethreat.wpengine.netdna-cdn.com/wpcontent/uploads/2012/12/USCC_China-Iran-Report-Nov-28.pdf. pada tanggal 20 Nopember 2013
74
Diakses
Morrison,
David.
Lebanon:
Hezbollah
Wins,
November
2006.
http://www.david-morrison.org.uk/lebanon/hezbollah-wins.pdf.
Dalam Diakses
pada tanggal 20 Pebruari 2013 Nations
Online.
State
of
Israel,
2013.
Dalam
http://www.nationsonline.org/oneworld/israel.htm. Diakses pada tanggal 27 Agustus 2013 New York Times. 2006. Inquiry Opened Into Israeli Use of U.S. Bombs. Dalam http://www.nytimes.com/2006/08/25/world/middleeast/25cluster.html?_r=0. Diakses pada tanggal 25 Nopember 2013 ____.
1988.
Israeli
Aircraft
Attack
South
Lebanon
Towns.
Dalam
http://www.nytimes.com/1988/01/03/world/israeli-aircraft-attack-southlebanon-towns.html. Diakses pada tanggal 22 Nopember 2013 Declaration
PBS.
of
Israel’s
Independence
1948.
Dalam
http://www.pbs.org/wgbh/americanexperience/features/primaryresources/truman-israel/. Diakses pada tanggal 25 Nopember 2013 Rabil.
G
Robert.
HEZBOLLAH,
THE
ISLAMIC
ASSOCIATION
AND
LEBANON'S CONFESSIONAL SYSTEM Al-Infitah and Lebanonization. DalamHttp://ejournals.bc.edu/ojs/index.php/levantine/article/download/215 1/1794. Diakses pada tanggal 23 Nopember 2013 Recognition,
Army.
Israeli
MLRS.
Dalam
http://www.armyrecognition.com/march_2012_new_army_military_defence _industry/israeli_army_will_buy_new_longrange_mlrs_multiple_launch_ro cket_system_1503124.html. Diakses pada tanggal 12 Pebruari 2013
75
Roger
Darlington.
Israel
Poitical
System.
Dalam
http://www.rogerdarlington.me.uk/Israelipoliticalsystem.html. Diakses pada tanggal 25 Nopember 2013 Sihbudi, Riza. Dinamika Islam Politik Kontemporer: Studi Kasus Gerakan Revivalisme Islam di Palestina, Lebanon, Turki, dan Aljazair. Dalam http://www.pustaka2.ristek.go.id/264.Pdf. Diakses pada tanggal 10 Maret 2013 Shapir, Yiftah. The Middle East Military Balance 2006, Jaffee Center for Strategic Studies. http://www.tau.ac.il/jcss/balance/israel.pdf. Diakses pada tanggal 18 April 2013 Starr, Barbara. 14 Juli 2006. Israeli Warplanes Hit Beirut Suburb. CNN. Dalam Http://edition.cnn.com/2006/WORLD/meast/07/13/mideast/. Diakses pada tanggal 02 Pebruari 2013 Stinson,
Jeffrey.
Lebanese
Infrastructure
Damage.
2006.
Dalam
http://usatoday30.usatoday.com/news/world/2006-08-07-lebanondamage_x.htm. Diakses pada tanggal 03 Pebruari 2013 Shevtsov, Andriy. Environtmental implications of the 2006 Israel-Lebanon conflict. 2007. Dalam http://www1.american.edu/ted/ice/Lebanon-war.htm. Diakses pada tanggal 02 Pebruari 2013 Technology,
Army.
Anti
tank
Israeli.
Dalam
http://www.army-
technology.com/projects/gill/. Diakses pada tanggal 13 Maret 2013
76
Tekno Kompas, 2008, dipublikasikan pada tanggal 7 Oktober 2008. Dalam http://tekno.kompas.com/read/2008/07/10/21091857/perang.asimetris.bentu k.perang.baru. Diakses pada tanggal 25-09-2013 The US Army. 2006. Hezbollah's Employment of Suicide Bombing During the 1980s: The Theological, Political, and Operational Development of a New Tactic.Dalamhttp://www.army.mil/professionalWriting/volumes/volume4/n ovember_2006/11_06_1.html. Diakses pada tanggal 22 Nopember 2013 Tur, Ozlem. The Lebanese War of 2006: Reasons and Consequences, 2012. Dalam
http://sam.gov.tr/wp-content/uploads/2012/02/OzlemTur.pdf.
Diakses pada tanggal 27 Oktober 2013 UN.
UNIFIL
Background.
Dalam
http://www.un.org/en/peacekeeping/missions/unifil/background.shtml. Diakses pada tanggal 25 Nopember 2013 Way, Sergyi. Asymmetric Warfare, dipublikasikan pada tanggal 31.07.2008. Dalam http://www.army-guide.com/eng/article/article_1110.html. Diakses pada tanggal 24 april 2012 Weapon,
Israeli.
2013.
Israel
Artillery.
Dalam
weapons.com/israeli_weapons_vehicles_artillery.html.
http://www.israeliDiakses
pada
tanggal 13 Pebruari 2013 World
Atlas.
Dalam
http://www.worldatlas.com/webimage/countrys/asia/lgcolor/lbcolor.gif. Diakses pada tanggal 27 Oktober 2013
77
Yemma, John. 1982, Lebanon suffers heavy casualties from seven years of civil war
and
Israel's
invasion,
dalam
http://www.csmonitor.com/1982/1118/111839.html, diakses pada tanggal 1 November 2013
78
LAMPIRAN-LAMPIRAN
Lampiran I Bagan III.1 Struktur Komando Hizbullah
Komando Pusat (Hasan Nasrallah)
Komando Timur
Komando Barat Anggota Senior Hizbullah
Sel Pasukan Khusus
Sel Milisi Lokal
Sel Roket Jarak Dekat
Anggota Senior Hizbullah
Sel Pasukan Khusus
Komando Rudal Jarak Jauh Anggota Senior Hizbullah
Sel Milisi Lokal
Sel Roket Jarak Dekat
Sel Roket Zelzal
Sel Roket Nazeat
Sumber: David Makovsky and Jeffrey White, Lessons and Implications of the Israel-Hizballah War : A Preliminary Assessment, Policy Focus 60, The Washington Institute for Near East Policy, October 2006.hal 39
Lampiran II Gambar Roket dan Rudal Hizbullah
Sumber: http://www.aerospaceweb.org/question/weapons/q0279.shtml
Katyusha
Sumber: http://www.mefacts.com/cached.asp?x_id=11723
Naziyat
Sumber: http://defence.pk/threads/history-of-iranian-missiles-and-rockets.227673/
Zelzal
Sumber: http://defence.pk/threads/history-of-iranian-missiles-and-rockets.227673/
Fateh
Sumber: defence.pk/threads/history-of-iranian-missiles-and-rockets.227673/
Senjata anti tank kornet at-14
Sumber: http://www.army-technology.com/projects/kornet/
Senjata anti tank Konkurs at-5
Sumber: http://www.armyrecognition.com/russia_russian_army_light_heavy_weapons_uk/ at-5_spandrel_9k113_konkurs_konkurs-m_antitank_missile_technical_data_sheet_specifications_pictures.html
Senjata anti tank Metis M at-13
Sumber: http://www.army-guide.com/eng/product1997.html
Sagger at-3
Sumber: http://www.armyrecognition.com/russia_russian_missile_system_vehicle_uk/at3_sagger_9k11_malyutka_antitank_missile_technical_data_sheet_specifications_information_uk.html
Anti tank Fagot at-4
Sumber: http://www.fas.org/man/dod-101/sys/land/row/at4spigot.htm
Anti tank TOW
Sumber: http://www.army-technology.com/projects/tow/
Anti tank RPG-7
Sumber: http://www.army-guide.com/eng/product3273.html
Rudal anti kapal C-802 dan C-701
Sumber: http://indomiliter.com/2011/06/27/c-802-rudal-penebar-maut-dari-cina/
Sunber: http://www.ausairpower.net/APA-PLA-Cruise-Missiles.html
Lampiran III Zona Peluncur Roket Hizbullah
Sumber: Uzi Rubin. The rocket campaign against Israel during the 2006 Lebanon war. The Begin Sadat Center for Strategic Studies. Bar-llan University. Midle East security and Policy Studies. No. 71. Dalam http://biu.ac.il/soc/besa/MSPS71.pdf
Lampiran IV Dampak kerusakan lingkungan di Libanon
Sumber: http://www1.american.edu/ted/ice/lebanon-war.htm
http://www.haaretz.com/print-edition/opinion/why-i-opposed-israel-s-withdrawalfrom-lebanon-1.291383
Lampiran V Persenjataan Israel Tank Merkava dan M60 A3
http://www.army-technology.com/projects/merkava4/M60a3 Magach -7
Sumber: http://www.israeliweapons.com/weapons/vehicles/tanks/magach/magach_7.htm
M-48 A5
Sumber: http://www.militaryfactory.com/armor/detail.asp?armor_id=29 Achzarit
Sumber: http://www.israeliweapons.com/weapons/vehicles/armored_personnel_carriers/achzarit/Achzarit.ht ml
Lampiran VI RESOLUSI DK PBB 1701 11 August 2006 Security Council SC/8808
Security Council 5511th Meeting (Night) SECURITY COUNCIL CALLS FOR END TO HOSTILITIES BETWEEN HIZBOLLAH, ISRAEL, UNANIMOUSLY ADOPTING RESOLUTION 1701 (2006) Permanent Ceasefire to Be Based on Creation Of Buffer Zone Free of Armed Personnel Other than UN, Lebanese Forces Resolution The full text of Security Council resolution 1701 (2006) reads as follows: “The Security Council, “Recalling all its previous resolutions on Lebanon, in particular resolutions 425 (1978), 426 (1978), 520 (1982), 1559 (2004), 1655 (2006) 1680 (2006) and 1697 (2006), as well as the statements of its President on the situation in Lebanon, in particular the statements of 18 June 2000 (S/PRST/2000/21), of 19 October 2004 (S/PRST/2004/36), of 4 May 2005 (S/PRST/2005/17), of 23 January 2006 (S/PRST/2006/3) and of 30 July 2006 (S/PRST/2006/35), “Expressing its utmost concern at the continuing escalation of hostilities in Lebanon and in Israel since Hizbollah’s attack on Israel on 12 July 2006, which has already caused hundreds of deaths and injuries on both sides, extensive damage to civilian infrastructure and hundreds of thousands of internally displaced persons, “Emphasizing the need for an end of violence, but at the same time emphasizing the need to address urgently the causes that have given rise to the current crisis, including by the unconditional release of the abducted Israeli soldiers,
“Mindful of the sensitivity of the issue of prisoners and encouraging the efforts aimed at urgently settling the issue of the Lebanese prisoners detained in Israel, “Welcoming the efforts of the Lebanese Prime Minister and the commitment of the Government of Lebanon, in its seven-point plan, to extend its authority over its territory, through its own legitimate armed forces, such that there will be no weapons without the consent of the Government of Lebanon and no authority other than that of the Government of Lebanon, welcoming also its commitment to a United Nations force that is supplemented and enhanced in numbers, equipment, mandate and scope of operation, and bearing in mind its request in this plan for an immediate withdrawal of the Israeli forces from southern Lebanon, “Determined to act for this withdrawal to happen at the earliest, “Taking due note of the proposals made in the seven-point plan regarding the Shebaa farms area, “Welcoming the unanimous decision by the Government of Lebanon on 7 August 2006 to deploy a Lebanese armed force of 15,000 troops in South Lebanon as the Israeli army withdraws behind the Blue Line and to request the assistance of additional forces from UNIFIL as needed, to facilitate the entry of the Lebanese armed forces into the region and to restate its intention to strengthen the Lebanese armed forces with material as needed to enable it to perform its duties, “Aware of its responsibilities to help secure a permanent ceasefire and a long-term solution to the conflict, “Determining that the situation in Lebanon constitutes a threat to international peace and security, “1. Calls for a full cessation of hostilities based upon, in particular, the immediate cessation by Hizbollah of all attacks and the immediate cessation by Israel of all offensive military operations; “2. Upon full cessation of hostilities, calls upon the Government of Lebanon and UNIFIL as authorized by paragraph 11 to deploy their forces together throughout the South and calls upon the Government of Israel, as that deployment begins, to withdraw all of its forces from southern Lebanon in parallel; “3. Emphasizes the importance of the extension of the control of the Government of Lebanon over all Lebanese territory in accordance with the provisions of resolution 1559 (2004) and resolution 1680 (2006), and of the
relevant provisions of the Taif Accords, for it to exercise its full sovereignty, so that there will be no weapons without the consent of the Government of Lebanon and no authority other than that of the Government of Lebanon; “4. Reiterates its strong support for full respect for the Blue Line; “5. Also reiterates its strong support, as recalled in all its previous relevant resolutions, for the territorial integrity, sovereignty and political independence of Lebanon within its internationally recognized borders, as contemplated by the Israeli-Lebanese General Armistice Agreement of 23 March 1949; “6. Calls on the international community to take immediate steps to extend its financial and humanitarian assistance to the Lebanese people, including through facilitating the safe return of displaced persons and, under the authority of the Government of Lebanon, reopening airports and harbours, consistent with paragraphs 14 and 15, and calls on it also to consider further assistance in the future to contribute to the reconstruction and development of Lebanon; “7. Affirms that all parties are responsible for ensuring that no action is taken contrary to paragraph 1 that might adversely affect the search for a longterm solution, humanitarian access to civilian populations, including safe passage for humanitarian convoys, or the voluntary and safe return of displaced persons, and calls on all parties to comply with this responsibility and to cooperate with the Security Council; “8. Calls for Israel and Lebanon to support a permanent ceasefire and a long-term solution based on the following principles and elements: -- full respect for the Blue Line by both parties; -- security arrangements to prevent the resumption of hostilities, including the establishment between the Blue Line and the Litani river of an area free of any armed personnel, assets and weapons other than those of the Government of Lebanon and of UNIFIL as authorized in paragraph 11, deployed in this area; -- full implementation of the relevant provisions of the Taif Accords, and of resolutions 1559 (2004) and 1680 (2006), that require the disarmament of all armed groups in Lebanon, so that, pursuant to the Lebanese cabinet decision of 27 July 2006, there will be no weapons or authority in Lebanon other than that of the Lebanese State; -- no foreign forces in Lebanon without the consent of its Government; -- no sales or supply of arms and related materiel to Lebanon except as authorized by its Government;
-- provision to the United Nations of all remaining maps of land mines in Lebanon in Israel’s possession; “9. Invites the Secretary-General to support efforts to secure as soon as possible agreements in principle from the Government of Lebanon and the Government of Israel to the principles and elements for a long-term solution as set forth in paragraph 8, and expresses its intention to be actively involved; “10. Requests the Secretary-General to develop, in liaison with relevant international actors and the concerned parties, proposals to implement the relevant provisions of the Taif Accords, and resolutions 1559 (2004) and 1680 (2006), including disarmament, and for delineation of the international borders of Lebanon, especially in those areas where the border is disputed or uncertain, including by dealing with the Shebaa farms area, and to present to the Security Council those proposals within thirty days; “11. Decides, in order to supplement and enhance the force in numbers, equipment, mandate and scope of operations, to authorize an increase in the force strength of UNIFIL to a maximum of 15,000 troops, and that the force shall, in addition to carrying out its mandate under resolutions 425 and 426 (1978): (a) Monitor the cessation of hostilities; (b) Accompany and support the Lebanese armed forces as they deploy throughout the South, including along the Blue Line, as Israel withdraws its armed forces from Lebanon as provided in paragraph 2; (c) Coordinate its activities related to paragraph 11 (b) with the Government of Lebanon and the Government of Israel; (d) Extend its assistance to help ensure humanitarian access to civilian populations and the voluntary and safe return of displaced persons; (e) Assist the Lebanese armed forces in taking steps towards the establishment of the area as referred to in paragraph 8; (f) Assist the Government of Lebanon, at its request, to implement paragraph 14; “12. Acting in support of a request from the Government of Lebanon to deploy an international force to assist it to exercise its authority throughout the territory, authorizes UNIFIL to take all necessary action in areas of deployment of its forces and as it deems within its capabilities, to ensure that its area of operations is not utilized for hostile activities of any kind, to resist attempts by forceful means to prevent it from discharging its duties under the mandate of the
Security Council, and to protect United Nations personnel, facilities, installations and equipment, ensure the security and freedom of movement of United Nations personnel, humanitarian workers and, without prejudice to the responsibility of the Government of Lebanon, to protect civilians under imminent threat of physical violence; “13. Requests the Secretary-General urgently to put in place measures to ensure UNIFIL is able to carry out the functions envisaged in this resolution, urges Member States to consider making appropriate contributions to UNIFIL and to respond positively to requests for assistance from the Force, and expresses its strong appreciation to those who have contributed to UNIFIL in the past; “14. Calls upon the Government of Lebanon to secure its borders and other entry points to prevent the entry in Lebanon without its consent of arms or related materiel and requests UNIFIL as authorized in paragraph 11 to assist the Government of Lebanon at its request; “15. Decides further that all States shall take the necessary measures to prevent, by their nationals or from their territories or using their flag vessels or aircraft: “(a) The sale or supply to any entity or individual in Lebanon of arms and related materiel of all types, including weapons and ammunition, military vehicles and equipment, paramilitary equipment, and spare parts for the aforementioned, whether or not originating in their territories; and “(b) The provision to any entity or individual in Lebanon of any technical training or assistance related to the provision, manufacture, maintenance or use of the items listed in subparagraph (a) above; except that these prohibitions shall not apply to arms, related material, training or assistance authorized by the Government of Lebanon or by UNIFIL as authorized in paragraph 11; “16. Decides to extend the mandate of UNIFIL until 31 August 2007, and expresses its intention to consider in a later resolution further enhancements to the mandate and other steps to contribute to the implementation of a permanent ceasefire and a long-term solution; “17. Requests the Secretary-General to report to the Council within one week on the implementation of this resolution and subsequently on a regular basis; “18. Stresses the importance of, and the need to achieve, a comprehensive, just and lasting peace in the Middle East, based on all its relevant resolutions including its resolutions 242 (1967) of 22 November 1967, 338 (1973) of 22 October 1973 and 1515 (2003) of 18 November 2003; “19. Decides to remain actively seized of the matter.”