Strategi Greenpeace dalam Membangun People Power sebagai Upaya untuk Menghentikan Rencana Scientific Whaling Korea Selatan (2012)
Oleh: Karina Kusuma 209000149 Kholida Widyawati 209000329
PROGRAM STUDI HUBUNGAN INTERNASIONAL FAKULTAS FALSAFAH DAN PERADABAN UNIVERSITAS PARAMADINA JAKARTA 2014
ABSTRAK
Hubungan Internasional Universitas Paramadina 2014
Nama/ID : Karina Kusuma/209000149 dan Kholida Widyawati/209000329 Judul : Strategi Greenpeace dalam Membangun People Power sebagai Upaya untuk Menghentikan Rencana Scientific Whaling Korea Selatan (2012) Total Page : 15 pages
Penelitian ini membahas mengenai usaha dari Non-Governmental Organization dalam membangun people power yang bertujuan mengubah rencana kebijakan suatu negara. Sebagai sebuah NGO, Greenpeace sejak beberapa tahun lalu telah fokus terhadap isu penangkapan paus. Ketika Korea Selatan memutuskan untuk mengajukan proposal untuk melakukan scientific whaling, NGO ini berupaya untuk menghentikan hal tersebut. Scientific whaling adalah sebuah kegiatan yang controversial karena dianggap dijadikan sebagai celah kebijakan oleh beberapa negara – berujung kepada commercial whaling.Jepang dan Islandia merupakan dua negara yang melakukan hal tersebut. Sebagai strategi, Greenpeace berupaya untuk membangun people power
dengan tujuan merubah rencana Korea Selatan tersebut.
Greenpeace membangun issue structure yang membuat publik mengetahui isu ini melalui media. Kampanye-kampanye Greenpeace berhasil mengajak publik untuk bergabung dengan mereka dalam menghentikan rencana Korea Selatan. Pada akhirnya, dengan adanya suara dari publik Korea Selatan sendiri, negara ini membatalkan rencana untuk melakukan scientific whaling.
Kata Kunci: Non-Governmental Organization, Korea Selatan, Greenpeace, Whaling, people power Daftar Pustaka: 2 buku, 5 jurnal, 7 situs internet, 1 thesis.
!
"!
ABSTRACT
Paramadina University International Relations Studies 2014
Name/ID : Karina Kusuma/209000149 dan Kholida Widyawati/209000329 Title : Greenpeace’s Strategy in Building People Power in Stopping South Korean’s Scientific Whaling Plan (2012) Total Page : 15 pages
This research specified on the Non-Governmental Organization’s effort in creating people power in influencing a decision of a country. As an NGO, Greenpeace has focused on whaling issue since years ago. When South Korea decided to give a proposal of scientific whaling Greenpeace try to stop it before happening. Scientific whaling is a controversial activity because it’s often used as a policy loophole by several countries – ended in commercial whaling. Japan and Iceland are two examples. This is the reason for Greenpeace to avoid South Korea in doing the same thing. As a strategy, Greenpeace tried to create people power in order to change the decision of South Korea. Greenpeace built issue structure and let the public knows about the issue through media. The campaigns successfully brought the public to join them in stopping South Korea. Considered to their own public, South Korea finally cancelled their plan to do a scientific whaling.
Keywords: Non-Governmental Organization, South Korea, Greenpeace, Whaling, People power Bibliography: 2 books, 5 journals, 7 websites, 1 document, 1 thesis. !
!
#!
Pendahuluan Pada dasarnya, Scientific Whaling Operations adalah kegiatan penangkapan paus yang memiliki tujuan riset atau penelitian. Ketentuan dari peneltian ini terdapat dalam International Convention for the Regulation of Whaling (ICRW) yang ditetapkan sejak tahun 1946.1 Dalam konvensi tersebut dinyatakan bahwa setiap negara yang akan melakukan penangkapan paus dengan tujuan penelitian harus mengajukan proposal yang kemudian akan ditinjau oleh International Whaling Commission (IWC). Tinjauan tersebut didasarkan pada tujuan penelitian yang akan dilakukan, metodologi yang akan digunakan dalam penelitian serta sampel yang akan diambil.2 Setelah melewati proses peninjauan, negara-negara anggota IWC akan menentukan hasil akhir dari proposal tersebut. Adapun negara-negara yang telah disetujui oleh komite IWC dan juga negara-negara anggota IWC untuk melakukan penelitian dan penangkapan paus adalah Jepang dan Islandia. Jepang tercatat telah melakukan penelitian dan penangkapan paus untuk program JARPA (berlangsung selama 16 tahun), JARPA II (berlangsung selama 2 tahun), JARPN (berlangsung selama 6 tahun) dan JARPN II (berlangsung selama 2 tahun). Sedangkan Islandia melakukan penelitian sejak tahun 2003 hingga tahun 2007.3 Penelitian yang dilakukan dengan metode pembunuhan terhadap paus ini mendapat kecaman dari berbagai pihak, baik negara maupun Non-Governmental Organizations (NGO) lingkungan. Selain memunculkan berbagai konflik dan juga mengurangi jumlah paus secara signifikan, penelitian ini banyak dianggap sebagai suatu cara untuk mengakali aturan yang ditetapkan IWC dan berujung pada commercial whaling.4 Selain itu, telah ada metode baru yakni non-lethal research, suatu metode penelitian terhadap paus tanpa harus membunuh paus yang ada melainkan hanya dengan sedikit sampel dari bagian subjek penelitian terkait – dalam hal ini paus – dan dianggap memiliki hasil yang lebih akurat daripada penelitian tradisional tersebut.5
!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!! 1
World Wild Fund, What is “Scientific Whaling”?, http://www.wwf.org.au/our_work/saving_the_natural_world/wildlife_and_habitats/australian_priority_species/w hales/threats_to_whales/whaling/what_is_scientific_whaling/, diakses pada 28 April 2014 pada pukul 19.08 WIB 2 International Whaling Commission, Scientific Permit Whaling, http://iwc.int/permits, diakses pada 28 April 2014 pada pukul 20.20 WIB 3 Ibid. 4 World Wild Fund, What is “Scientific Whaling”?. 5 Ibid.
!
$!
Pada 4 Juli 2012 di dalam pertemuan tahunan IWC yang ke-64, Korea Selatan mengajukan proposal untuk mengadakan penelitian dan penangkapan paus.6 Hal ini mengundang banyak kritik, baik dari negara lain dan juga NGO lingkungan, salahsatunya Greenpeace – NGO lingkungan yang telah lama melakukan kampanye untuk mengehentikan kegiatan scientific whaling Jepang. Pada kasus ini, Greenpeace mengandalkan people power untuk mencegah Korea Selatan melakukan scientific whaling. Melihat bahwa penolakan dari negara-negara seperti Australia, New Zealand, Amerika Serikat, Monaco dan juga Panama tidak menghentikan Korea Selatan untuk meneruskan niat penelitiannya.
Landasan Teori Menurut K.J. Holsti, secara umum NGO mempunyai empat peran di dalam mempengaruhi kebijkan pemerintah, antara lain:7 • Memperkenalkan isu yang diangkat secara luas • Berusaha mendapatkan perhatian publik mengenai isu terkait dengan melakukan publikasi. NGO menyebarluaskan informasi mengenai isu lingkungan dengan tujuan membentuk pendapat masyarakat agar isu lingkungan menjadi isu yang penting untuk diselesaikan dan mendapatkan perhatian pemerintah. NGO menjadi penghubung antara masyarakat dan pemerintah. Dengan demikian, NGO berusaha menjadikan isu perubahan iklim hidup sebagai salah satu masalah penting yang harus diatasi pemerintah. • Melakukan lobi terhadap pemerintah selaku pembuat kebijakan yakni dengan melakukan:8 1) “Mengatur” Agenda Pemerintah; 2) Mengawasi Pemerintah; 3) Membuat Rekomendasi terhadap Kebijakan. • Melakukan aksi langsung, yang terkadang terkesan memaksa dan mengandung pertentangan. NGO merupakan bagian dari civil society dan memiliki perspektif bahwa mereka memperjuangkan sebuah kepentingan global dan merepresentasikan kemanusiaan.9 Mereka !!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!! 6
Aljazeera, 5 Juli 2012: Defiant South Korea vows 'scientific' whaling, http://www.aljazeera.com/news/asiapacific/2012/07/20127511341235201.html, diakses pada 4 Februari 2014 pada pukul 14.00 WIB 7 K. J. Holsti, 1995, International Politics: A Framework for Analysis, (Prentice Hall International), hlm. 56-57 8 T. May Rudy, Administrasi dan Organisasi Internasional, hlm. 68 9 Steven Yearley, 2005, Social Movement Theory and the Character of Environmental Social Movements: Cultures of Environmentalism, (New York: Palgrave), hlm. 11.
!
%!
menantang status quo dan menekan pihak-pihak lain yang menjadi fokus dari kampanye yang mereka lakukan.10 Dalam hal ini mereka seringkali menggunakan people power untuk mengubah suatu keadaan yang digerakkan oleh power dari aktor-aktor lain, seperti pemerintah (negara) dan pelaku bisnis/perusahaan. Ini merupakan hal yang penting mengingat bahwa salah satu ukuran dari efektifitas sebuah NGO adalah penerimaan dari aktor-aktor tersebut, salah satunya dalam hal merubah kebijakan menjadi sejalan dengan konsep yang dituntut oleh NGO terkait.11 Untuk membangun people power, mereka membutuhkah keahlian untuk menciptakan issue structure yang baik yang diperlukan untuk membangun kepedulian publik terhadap isu yang hendak mereka angkat. Pembangunan issue structure bertujuan agar isu yang ingin dimunculkan pada akhirnya bersifat high visibility, artinya dapat dipahami dan memberikan pengetahuan bahwa efek yang dihasilkan dari isu lingkungan sifatnya konkret dan memerlukan aksi yang juga konkret dari publik.12 Dalam upaya membangun issue structure yang baik, setiap NGO mempunyai strategi yang berbeda satu sama lain. Sebagian besar NGO mengandalkan kekuatan media sebagai salah satu instrumen yang efektif.13 Melalui media, untuk menyebarkan penelitian ilmiah, yang berisikan informasi mengenai isu yang ingin diangkat, bahkan dilengkapi dengan dokumentasi yang persuasif bagi publik. Dalam menyebarkan penelitian ilmiah, salah satu elemen penting yang perlu dimiliki suatu NGO adaah sumber daya manusia, dimana berpengaruh terhadap keberhasilan NGO untuk mempengaruhi kepercayaan publik. Oleh karena itu, sebagian besar NGO memiliki staf professional yang ahli di dalam berbagai bidang. NGO mempengaruhi kualitas observasi yang dipublikasikan. NGO mempunyai partisipasi besar dalam melakukan policy research yang menyediakan informasi dan pengetahuan mengenai kebijakan terkait isu yang dipublikasikan. Hal ini dikarenakan NGO mempunyai staf professional dan menghasilkan laporan yang wellresearched. Sheila Jasanof mengungkapkan bahwa:14 “NGO has recognized that scientific knowledge is potentially one of their strongest allies – and sometimes an obdurate impediment – in the struggle to protect environment.” !!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!! 10
Julia B. Corbett, Island Press, 6 November 2006: Communicating Nature: How We Create and Understand Environmental Messages, hlm. 301. 11 Shamima Ahmed and David Potter, NGO in International Politics, hlm. 224. 12 Ibid. 13 Detlef Sprinz & Urs Luterbacher, PIK Report No. 21: International Relations and Global Climate Change, (Postdam: Potsdam Institute for Climate Impact Research), hlm. 62. 14 Shamima Ahmed and David Potter, NGO in International Politics, hlm, 215.
!
&!
Salah satu NGO yang mengandalkan people power dalam upaya mencapai tujuannya adalah Greenpeace. Greenpeace terbentuk pada tahun 1971 di Vancouver, Kanada, dan merupakan organisasi kampanye independen yang menggunakan konfrontasi non-kekerasan dan cara kreatif untuk mengekspos masalah-masalah lingkungan global dan menawarkan solusi bagi masa depan lingkungan yang hijau dan damai. Greenpeace pusat berkantor pusat di Amsterdam, Belanda, serta mengawasi 41 kantor nasional dan mempunyai 2,8 juta anggota yang tersebar di seluruh dunia. Sejak awal berdirinya, Greenpeace melakukan aksi protes yang menarik perhatian media. Pada saat tersebut, sekelompok aktivis mengemudikan kapalnya menuju sebuah pulau lepas pantai barat Alaska untuk memproses ujicoba nuklir bawah tanah AS. Protes ini kemudian mengundang perhatian publik yang besar, dan menghasilkan penghentian ujicoba di pulau tersebut.15 Dalam beberapa tahun ke depan, perubahan iklim akan memberikan efek yang signifikan dalam kehidupan manusia. Akan tetapi, kebijakan mengenai perubahan iklim belum menjadi prioritas bagi negara-negara di dunia dan beberapa bahkan menganggap bahwa isu ini belum memerlukan aksi yang berkelanjutan. Salah satu faktor penyebabnya adalah, dampak dari perubahan iklim masih bersifat abstrak, dan belum sepenuhnya dirasakan, sehingga sampai saat ini, hal tersebut masih dalam sebatas suatu perkiraan.16 Menurut Liberalis, NGO berperan dalam menyeimbangkan kepentingan negara dan perusahaan dan mencegah adanya power yang berlebihan dari kedua aktor tersebut. Layaknya sebagian besar orang, pembuat kebijakan – pemerintah maupun perusahaan – tidak akan menyukai kritik terhadap kebijakan yang mereka buat, kritik yang berisikan bahwa kebijakan mereka tidak sesuai. Menurut pengamat sosial, mereka seringkali menolak fakta bahwa kegiatan yang mereka lakukan membawa perubahan yang bersifat destruktif terhadap lingkungan.17 Inilah hal yang menjadi tantangan Greenpeace sebagai sebuah NGO lingkungan dalam upaya merubah kebijakan pemerintah maupun perusahaan, sesuai dengan ideology yang mereka miliki. Fokus NGO ini adalah untuk meyakinkan aktor-aktor kunci di dalam politik dan ekonomi sehingga berjalan seitring dengan ideologi mereka. Bernsdorff (1996) menjelaskan !!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!! 15 16
Pengantar Politik Global, hlm. 813. Ruth Greenspan Bell, What to do About Climate Change, (The Council of Foreign Relations, Mei/Juni 2006),
1. Karl W. Deutsh & Richard L. Merritt, Effects of Events on National and International Images in International Behaviour: A Social-Psycological Analysis, ed. Herbert C. Kelman, hlm, 132.
17
!
'!
bahwa proses lobi Greenpeace adalah melalui kegiatan yang menarik perhatian dan juga menekan aktor-aktor yang menjadi subjeknya.18 Kemudian, people power menjadi jawaban bagi Greenpeace atas strategi kampanye yang efektif. karena, seperti yang dikemukakan Hofmann (2008), strategi sukses dari kampanye Greenpeace adalah melakukan komunikasi kepada pemerintah atau perusahaan melalui konfrontasi, karena argumen yang dilakukan secara dua pihak tidak akan memberikan hasil yang sama atau memiliki kemungkinan untuk menjadikan situasi bertambah buruk.19 Akan tetapi komunikasi tetaplah menjadi tujuan akhir Greenpeace, pada akhirnya strategi yang tepat adalah dengan menarik perhatian publik, melalui media massa20 Sehingga, publikasi Greenpeace di media massa memainkan peran yang besar dalam upaya mereka melakukan komunikasi, karena publikasi-publikasi Greenpeace dianggap dapat menyajikan situasi yang sedang terjadi,ke hadapan publik. Hal ini juga dikarenakan publikasi yang berisi dokumentasi gambar, dapat memunculkan sisi emosional dari publik, sehingga melalui .ini mereka mendapatkan perhatian dari publik.21 “…bringing far distant events into the lives and living rooms of ordinary people… Images designed to inspire and motivate the viewer into action; an urgent wake-up call to save the world from big business and corporate selfinterest.” 22
Proposal Korea Selatan: Scientific Whaling Pada 4 Juli 2012 dalam pertemuan tahunan International Whaling Commission (IWC) yang ke-64 di Panama, Korea Selatan melalui delegasinya Joon-Suk Kang mengajukan proposal untuk mengadakan penangkapan paus untuk penelitian. Dalam sambutannya JoonSuk Kang menyatakan: “…In order to meet Korean fishermen’s request and make up for the weak point in a non-lethal sighting survey, the Korean government is currently considering conducting whaling for scientific research in accordance with Article VIII of the Convention. The proposed scientific research program is designed to analyze and accumulate biological and ecological data on the !!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!! 18
Charlotte Sievers, The Communication of Greenpeace: Campaign Strategies of Non-profit Organisations and their Effectiveness Regarding the Public Using the Example of Greenpeace, (Master of Communication Thesis, University of Gothenburg, 2009) 19 Charlotte Sievers, The Communication of Greenpeace 20 Ibid. 21 Ibid. 22 Steve Erwood, The Greenpeace Chronicles, hlm.182.
!
(!
minke whales migrating off the Korean peninsula.”23
Hal ini menimbulkan banyak protes dan kritik dari berbagai negara. Pada dasarnya, Scientific Whaling adalah kegiatan penangkapan paus yang bertujuan untuk tujuan penelitian. Namun sejak adanya moratorium – yang bertujuan melindungi paus dari kepunahan, commercial whaling atau penangkapan paus yang bertujuan komersil memiliki banyak keterbatasan, banyak negara yang menjadikan scientific whaling sebagai celah kebijakan. Menurut data dari Oceanic Preservation Society, sebanyak empat negara melakukan penangkapan paus untuk penelitian dan diperbolehkan untuk melakukan penangkapan paus melebihi kuota yang telah ditetapkan, tetapi faktanya keempat negara tersebut menjual daging paus hasil tangkapan yang tidak ada dalam kebijakan penangkapan paus untuk penelitian.24 Sejak tahun 2001, Korea Selatan telah melakukan non-lethal slighting survey yang bertujuan untuk melakukan perhitungan terhadap Sumber Daya Alam (SDA) yang ada di lautnya. Akan tetapi Joon-Suk Kang menyatakan bahwa survey yang telah lama dilakukan tersebut tidak cukup untuk memenuhi tujuan yang ada, sehingga penangkapan paus untuk penelitian dianggap perlu bagi Korea Selatan. Keputusan Korea Selatan untuk mengajukan Scientific Whaling mendapatkan penolakan dari beberapa negara. Mereka bahkan menyampaikan kritik melalui media internasional, beberapa diantaranya adalah: 1. Australia Australia melalui Perdana Menterinya Julia Gillard, mengemukakan kekecewaan terhadap keputusan Korea Selatan. Dengan tegas Australia mengemukakan, Whaling sepenuhnya adalah kegiatan yang tidak dibenarkan, bahkan dengan tujuan riset sekalipun. "I am very disappointed by this announcement by South Korea, we are completely opposed to whaling; there's no excuse for scientific whaling." 25 Dalam tahap selanjutnya, Australia bahkan merencanakan untuk mengirimkan Duta !!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!! 23
Opening Statement (IWC/64/OS Korea) By the Head of the Republic of Korea Delegation, Dr. Joon-Suk Kang, diunduh dari: http://iwc.int/cache/downloads/b0txvzuk52osk4gckswo0o4kc/64-OSc-Korea.pdf pada 28 Mei 2014 pada pukul 18.09 WIB 24 Oceanic Preservation Society, Issues: Whaling, http://www.opsociety.org/issues/whaling, diakses pada 20 April 2014 pada pukul 16.00 WIB 25 Paula Hancocks & Jethro Mullen, CNN, 6 Juli 2012: South Korea says it may resume whaling, prompting outcry, http://edition.cnn.com/2012/07/04/world/asia/south-korea-whaling/, diakses pada 5 Februari 2014 pada pukul 20.05 WIB
!
)!
Besarnya ke Korea Selatan, khusus untuk membahas masalah tersebut.26 2.
New Zealand Seiring dengan Australia, New Zealand juga menyatakan tidak setuju terhadap rencana
Scientific Whaling Korea Selatan. Menurut negara ini, melalui kegiatan tersebut, Korea Selatan berpotensi mengancam populasi dari paus. Dan alasan Scientific Whaling dianggap tidak memiliki kredibilitas, seperti yang dilakukan Jepang. "The portrayal of this initiative as a 'scientific' program will have no more credibility than the so-called scientific program conducted by Japan, which has long been recognized as commercial whaling in drag."27 3.
Amerika Serikat Amerika Serikat menolak dengan alasan, riset dapat dilakukan tanpa membunuh paus
dan Korea Selatan tidak seharusnya melakukan itu. Amerika Serikat menganggap ini isu penting yang harus dibicarakan dengan pemerintah Korea Selatan. Hal ini dikemukakan oleh secara resmi oleh National Oceanic and Atmospheric Administration AS. "We are extremely concerned about South Korea's push to kill whales in the name of research, legitimate research can be done without killing whales. We plan to discuss this with the South Korean government”28 4.
Monaco Monaco menyatakan penolakan dan hanya mendukung penelitian yang bersifat non-
lethal seperti yang dilakukan Korea Selatan selama ini. 5.
Panama "because it goes against the ban ... we don't support whale hunting under any circumstances". Panama yang menjadi tuan rumah dari pertemuan tahunan IWC pada Juli 2012, juga
menyatakan ketidaksetujuannya. Panama berpendapat bahwa segala bentuk perburuan paus tidak dibenarkan.
!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!! 26
Ron Popeski, Reuters, 5 Juli 2012: Asian Nations Want to Sink South Korea Whale hunt Plan, http://www.reuters.com/article/2012/07/05/us-whaling-korea-idUSBRE86403L20120705, diakses pada 5 Februari 2014 pada pukul 19.09 WIB 27 Ibid. 28 Ibid.
!
*!
Upaya Greenpeace dalam Mencegah Scientific Whaling Korea Selatan Di waktu yang bersamaan dengan kritik yang terus mengalir kepada Korea Selatan, salah satunya datang dari Greenpeace. NGO lingkungan ini melakukan berbagai upaya untuk mencegah Scientific Whaling Operations tersebut. Namun berbeda dengan aktor negara yang lebih memilih untuk berdialog langsung dengan pemerintah Korea Selatan, Greenpeace fokus dalam membangun issue structure mengenai whaling yang bertujuan membangun people power. Pengaruh Greenpeace sebagai sebuah NGO lingkungan sangat bergantung pada kepercayaan publik. Integritas dari Greenpeace adalah dasar dari kepercayaan publik yang diperoleh Greenpeace.29 “What we have to learn from the Brent Spar, mainly, is that the public have got an incredible amount of power, much more than they realize.”30 Pada 30 April 1995, Greenpeace memutuskan untuk mengambil tindakan sebagai bagian dari kampanye berjalan lama terhadap pembuangan limbah ke laut lepas. Aktifis kemudian menduduki Brent Spar. Pada saat itu Greenpeace melawan kekuatan gabungan dari pemerintah Inggris dan perusahaan minyak kemudian terbesar di dunia, Shell. Rekaman visual yang dramatis dimana aktifis diserang dengan meriam air dan tim bantuan yang diterbangkan dengan helikopter membawa perhatian publik yang sangat besar. Protes spontan untuk mendukung Greenpeace muncul di Eropa. Pada akhirnya, people power terbukti membawa kemenangan dramatis bagi Greenpeace, ditandai dengan dirubahnya kebijakan Shell.31 Media akan menjadi alat yang ampuh dalam kampanye lingkungan. Sebuah dokumentasi – jika dikemas dengan menarik – dapat
mengubah cara pandang publik.
Sehingga sejak awal, Greenpeace mengandalkan media massa sebagai instrumen pendukung ‘bearing witness’ merupakan elemen kampanye wajib mereka dalam mengekspos apa yang mereka sebut sebagai kejahatan lingkungan. Melalui media, mereka juga menyajikan !!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!! 29
John Mate, Making a Difference: A Non-Governmental Organization’s Campaign to Save the Ozone Layer (Case Study of the Greenpeace Ozone Campaign), (Greenpeace International), 4. 30 Steve Erwood, The Greenpeace Chronicles: 40 Years of Protecting the Planet, (Amsterdam, The Netherlands: Greenpeace International, 2011), 104. 31 13 September 2011: 1995 – Shell reverses decision to dump the Brent Spar, http://www.greenpeace.org/international/en/about/history/Victories-timeline/Brent-Spar/, diakses pada 10 Maret 2014 pukul 12:08 WIB
!
"+!
alternatif terhadap status quo dan untuk mengirim pesan bahwa solusi terhadap kerusakan lingkungan itu ada dan perubahan itu mungkin untuk dilakukan.32 “Social networks not only provide new channels for reaching out to people, new chances to change people’s minds – they also allow people to react and act. Social media is not a one-way flow of information, it’s an ongoing conversation where people can engage with us and actively support our work anywhere in the world they can get online. We have been able to provide outlets for taking action in defense of the environment to more people than ever before, and to date we’ve involved millions of people in our online campaigning. But our presence on social media platforms is about more than keeping up with media trends and looking cool.” 33 1. Menerbitkan Publikasi: Disappearing Whales: Korea’s Inconvenient Truth Publikasi ini berisikan diseminasi Greenpeace mengenai sejarah penangkapan paus di Korea Selatan dan dapat diunduh secara bebas oleh publik. Berisikan data-data dalam bentuk angka dan juga dokumentasi gambar, publikasi ini merupakan salah satu bagian dari pembangunan issue structure yang ditujukan kepada publik, dengan tujuan memperkenalkan isu whaling. Publikasi ini menyajikan gambar-gambar dan penjelasan isu secara singkat, padat, jelas sehingga poin utama tersampaikan.
2. Memberikan Kritik dan Rekomendasi
"This is the 21st century, and it has been proven time and time again that we don't need to kill whales to study them"34 Pemerintah Korea telah mengambil sejumlah langkah untuk penangkapan ikan paus ilegal dan perdagangan ilegal produk ikan paus dalam beberapa tahun terakhir, misalnya melakukan pengumpulan sampel DNA dari semua bycatch dilelang dan menerbitkan Cetacean Trade Certificate . Meskipun peraturan baru sejauh ini dinilai tidak efektif dalam pelaksanaan, hal ini dapat ditingkatkan jika pihak yang berwenang terus melakukan upaya berkelanjutan, melalui: •
Praktek memberikan paus mati harus dihentikan dan paus mati tidak boleh dibawa ke pantai.
•
Insentif keuangan harus diberikan dalam hal paus hidup bila memungkinkan.
!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!! 32
Steve Erwood, The Greenpeace Chronicles, 160. Ibid. 34 Ibid. 33
!
""!
•
Diadakannya sertifikasi untuk restoran yang menyediakan daging paus
•
Mengingat tingginya nilai daging ikan paus, hukuman bagi perburuan paus ilegal harus ditingkatkan untuk mencegah kejahatan semacam ini.
•
Semua spesies cetacean yang terdaftar dalam CITES Appendix I atau II harus secara resmi dilindungi oleh pemerintah.
3. Mengajak Publik Menandatangani Petisi: Stop Scientific Whaling!
Sumber: http://www.greenpeace.org/international/en/getinvolved/Stop-Scientific-Whaling/, diakses pada 28 Februari 2014
Dalam waktu kurang dari seminggu, sebanyak 50.000 orang dari seluruh dunia bergabung dengan cyber action Greenpeace dengan menandatangani petisi. Dalam waktu tiga minggu, sebanyak 105.000 orang dari 124 negara mengirimkan surat elektronik kepada Perdana Menteri Korea Selatan dan menyatakan penolakan terhadap Scientific Whaling
!
"#!
Operations.35 Greenpeace tidak menerima argumentasi dari Korea Selatan sebagai alasan Scientific Whaling. Menurut Greenpeace, itu bukanlah jalan keluar satu-satunya yang dapat digunakan Korea Selatan. Dan melalui pengumpulan pendapat publik ini, Greenpeace ingin menunjukkan kepada Korea Selatan bahwa publik, termasuk masyarakat Korea Selatan sendiri, tidak mendukung adanya whaling dalam bentuk apapun. “The world does not support commercial whaling, even when it is disguised as scientific research. The decision by South Korea to listen to its own people and the global community and abandon a whaling programme modelled on that of Japan is a huge win for the world's whales.”36 !"#$%&'()*+ Berdasarkan paparan sebelumnya, dalam sejarah kampanye Greenpeace, terbukti bahwa people power merupakan instrumen penting yang seringkali membawa keberhasilan dalam mencapai
tujuannya,
sehingga
Greenpeace
tetap
mempertahankan
strategi
untuk
mendapatkan people power dalam aksinya sampai beberapa tahun terakhir, termasuk dalam upaya mencegah Korea Selatan dalam melakukan Scientific Whaling. Penghentian whaling commercial atau penangkapan paus untuk digunakan dalam kegiatan komersil merupakan salah satu tujuan penting Greenpeace. Menurut Greenpeace, kegiatan penangkapan paus penting untuk dihentikan karena bukan hanya mengakibatkan kepunahan paus, akan tetapi terhadap alam dan juga manusia. Salah satu negara yang menjadi target utama Greenpeace dalam hal ini adalah Jepang, yang sampai saat ini terus melakukan penangkapan hiu dengan tujuan komersil. Serangkaian kegiatan yang dilakukan Greenpeace pada dasarnya bertujuan untuk menarik perhatian publik, mengajak publik untuk peduli dan kemudian terbentuklah people power dari serangkaian kegiatan tersebut. People power dalam kasus scientific whaling Korea Selatan sangatlah berperan besar, mengingat Korea Selatan sebelumnya masih bertekad untuk tetap melanjutkan proposalnya meskipun telah mendapatkan banyak protes dari berbagai pihak. Akan tetapi, setelah aksi Greenpeace mendapatkan perhatian dari publik, terutama !!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!! 35
Jeonghee Han, 4 Desember 2012: A day to celebrate – South Korea abandons 'scientific' whaling plan, http://www.greenpeace.org/international/en/news/Blogs/makingwaves/a-day-to-celebrate-south-korea-abandonsscien/blog/43253/, diakses pada 10 Februari 2014 pukul 12.22 WIB 36 The Australian, 5 Desember 2012: South Korea Dumps ‘Scientific’ Whaling, http://www.theaustralian.com.au/news/latest-news/south-korea-dumps-scientific-whaling/story-fn3dxix61226530524860, diakses pada 6 Februari 2014 pada pukul 12.45 WIB
!
"$!
publik Korea Selatan, pemerintah terkait kemudian membatalkan niat untuk melakukan scientific whaling. ! ! Daftar Pustaka Buku Ahmed, Shamima and David Potter. (2006). NGO in International Politics. USA: Kumarian Press. Erwood, Steve. The Greenpeace Chronicles: 40 Years of Protecting the Planet. 2011. Amsterdam, The Netherlands: Greenpeace International Yearly, Steven. 2005. Social Movement Theory and the Character of Environmental Social Movements: Cultures of Environmentalism. New York: Palgrave. Jurnal Bell, Ruth Greenspan. What to do About Climate Change. Mei/Juni 2006. The Council of Foreign Relations. Corbett, B. Julia. Island Press, 6 November 2006: Communicating Nature: How We Create and Understand Environmental Messages. Deutsh, Karl W. & Richard L. Merritt. Effects of Events on National and International Images in International Behaviour: A Social-Psycological Analysis, ed. Herbert C. Kelman. Mate, John. Making a Difference: A Non-Governmental Organization’s Campaign to Save the Ozone Layer (Case Study of the Greenpeace Ozone Campaign). Greenpeace International. Sprinz, Detlef & Urs Luterbacher. PIK Report No. 21: International Relations and Global Climate Change. Postdam: Potsdam Institute for Climate Impact Research) Website World Wild Fund, What is “Scientific Whaling”?, http://www.wwf.org.au/our_work/saving_the_natural_world/wildlife_and_habitats/aust ralian_priority_species/whales/threats_to_whales/whaling/what_is_scientific_whaling/, diakses pada 28 April 2014 pada pukul 19.08 WIB International Whaling Commission, Scientific Permit Whaling, http://iwc.int/permits, diakses pada 28 April 2014 pada pukul 20.20 WIB Aljazeera, 5 Juli 2012: Defiant South Korea vows 'scientific' whaling, http://www.aljazeera.com/news/asia-pacific/2012/07/20127511341235201.html, diakses pada 4 Februari 2014 pada pukul 14.00 WIB 13 September 2011: 1995 – Shell reverses decision to dump the Brent Spar, http://www.greenpeace.org/international/en/about/history/Victories-timeline/BrentSpar/, diakses pada 10 Maret 2014 pukul 12:08 WIB !
"%!
Jeonghee Han, 4 Desember 2012: A day to celebrate – South Korea abandons 'scientific' whaling plan, http://www.greenpeace.org/international/en/news/Blogs/makingwaves/aday-to-celebrate-south-korea-abandons-scien/blog/43253/, diakses pada 10 Februari 2014 pukul 12.22 WIB The
Australian, 5 Desember 2012: South Korea Dumps ‘Scientific’ Whaling, http://www.theaustralian.com.au/news/latest-news/south-korea-dumps-scientificwhaling/story-fn3dxix6-1226530524860, diakses pada 6 Februari 2014 pada pukul 12.45 WIB
Dokumen Opening Statement (IWC/64/OS Korea) By the Head of the Republic of Korea Delegation, Dr. Joon-Suk Kang, diunduh dari: http://iwc.int/cache/downloads/b0txvzuk52osk4gckswo0o4kc/64-OSc-Korea.pdf, pada 28 Mei 2014 pada pukul 18.09 WIB Thesis Sievers, Charlotte. The Communication of Greenpeace: Campaign Strategies of Non-profit Organisations and their Effectiveness Regarding the Public Using the Example of Greenpeace. 2009. Master of Communication Thesis: University of Gothenburg.
!
"&!