STATUS PENCEMARAN DI PERAIRAN CILINCING, PESISIR DKI JAKARTA Anna Rejeki Simbolon Prodi Pendidikan Biologi, FKIP Universitas Kristen Indonesia
[email protected] Abstract Cilincing Waters is one of the coastal area of Jakarta with environmental pressures continue to increase. Put waste originating from anthropogenic activities increasingly concerned about the condition of waters in the region. This study aims to determine the status of pollution in the waters of Cilincing, Coastal Jakarta. Measurement of physical-chemical parameters of the water were analyzed descriptively based on quality standards used are based on the Decree of the Minister of Environment No. 51 of 2004 on marine water quality standard for marine purposes. Analysis of the pollution status can be approximated by using STORET contained in Appendix II Decree of the Minister of Environment No. 115 of 2003 regarding guidelines for the determination of water quality status. The results obtained from this study indicate that the levels of COD in the Waters Cilincing ranged between 119,86 mg / l to 398,01mg / l. While the DO levels ranged from 3,67 mg / l to 4,53 mg / l and BOD levels ranged from 32,1 mg / l to 35,47 mg / l. These indicate that the status of pollution in waters classified as contaminated Cilincing were grading DO, COD and BOD has exceeded quality standards based on Decree of the Minister of Environment No. 51 of 2004 on marine water quality standard for marine purposes. Keywords: status of pollution, water Cilincing, storet
PENDAHULUAN Wilayah DKI Jakarta, sebagai
Pesisir DKI Jakarta merupakan
ibukota negara Indonesia merupakan
daerah
daerah dengan tingkat perkembangan
langsung dengan Laut Jawa dan
ekonomi yang terus meningkat tiap
merupakan muara dari tiga belas
tahunnya. Dengan luas wilayah sekitar
sungai
664,01 Km
2
pesisir
yang
yang
berbatasan
mengairi
sepanjang
dan jumlah penduduk
wilayah Bogor, Depok, Tangerang
sebesar 10.075.300 jiwa, DKI Jakarta
hingga DKI Jakarta. Tiga belas sungai
menjadi kota dengan kepadatan yang
tersebut
tinggi (BPS Provinsi DKI Jakarta,
Angke, Grogol, Pesanggrahan, Krukut,
2015). Setiap aktivitas industri dan
Kalibaru Barat, Ciliwung, Kalibaru
penduduk di sepanjang wilayah DKI
Timur,
Jakarta secara langsung dan tidak
Jatikramat,
langsung akan masuk ke sungai dan
2014).
antara
Cipinang,
lain
Mookervaart,
Sunter,
Buaran,
dan
Cakung
(PTPIN,
Aliran
Sungai
Cakung
bermuara ke Pesisir DKI Jakarta. 167
Jurnal Pro-Life Volume 3 Nomor 3, November 2016
bermuara
langsung
ke
Muara
Cilincing, Pesisir DKI Jakarta.
terdapat
di
Kawasan
Cilincing.
Aktivitas industri yang tinggi di daerah
Perairan Cilincing masuk ke kawasan Teluk Jakarta bagian Utara. Sebagai salah satu daerah muara
ini memungkinkan tingginya limbah yang dihasilkan dari wilayah tersebut. Seperti
daerah
muara
pada
sungai, Perairan Cilincing berperan
umumnya, sepanjang pinggir Perairan
penting dalam sisi ekologis. Muara
Cilincing juga terdapat permukiman
Cilincing merupakan lokasi bagi ikan
warga
dan biota air lainnya untuk melakukan
bergantung
hidupnya
pemijahan. Selain itu, daerah muara
tersebut.
Sayangnya
juga merupakan daerah hilir yang
kesejahteraan masyarakat yang tinggal
berbatasan dengan laut yang menjadi
di daerah ini masih di bawah garis
pertemuan antara air tawar dan air laut
kemiskinan.
sehingga daerah muara memiliki ciri
menyebutkan pemukiman di sekitar
khas dengan keanekaragaman jenis
Cilincing
biota yang tinggi.
nelayan dengan tingkat kemiskinan
yang sejak lama tinggal dan di
tingkat
PTPIN terkategori
lokasi
(2014) pemukiman
Dari segi ekonomi, Perairan
paling tinggi di Jakarta. Pemukiman
Cilincing tidak lepas dari aktivitas
penduduk di sungai ini umumnya
perikanan. Terdapat tempat pelelangan
bekerja sebagai nelayan, pengupas
ikan Cilincing (TPI Cilincing) yang
kerang dan budidaya kerang hijau
merupakan
tempat
(Perena viridis). Banyaknya aktivitas
pelabuhan kapal ikan di Teluk Jakarta
manusia, baik kegiatan pemukiman,
dan
industri hingga aktivitas perikanan di
salah
satu
letaknya tepat di tepi Perairan
Cilincing. Selain sebagai daerah muara
Kawasan
Cilincing
semakin
sungai,
memberikan
pengaruh
lingkungan
Perairan
Cilincing
juga
dijadikan lokasi bersandarnya kapal-
khususnya
kapal besar di daerah Kawasan Berikat
dimana
Nusantara. Kawasan Berikat Nusantara
menghasilkan limbah yang secara
Marunda
langsung maupun tidak langsung akan
merupakan
salah
satu
kegiatan industri skala besar yang
masuk
lingkungan hasil
ke
kegiatan
Perairan
perairan, tersebut
Cilincing.
168
Anna Rejeki Simbolon: Status Pencemaran di Perairan Cilincing, Pesisir DKI Jakarta
Masuknya
limbah
masih di bawah baku mutu dan masih
anorganik
dapat digunakan untuk budidaya biota
menyebabkan lingkungan sungai tidak
air, namun Makmur et al (2012)
mampu melakukan
menyebutkan
organik
berbagai
maupun
purification).
pulih diri (self
Self
Muara
Cilincing
purification
mengindikasikan terjadinya blooming
merupakan kemampuan sungai untuk
dengan kandungan bahan organik yang
membersihkan diri dari zat-zat atau
diatas baku mutu. Dari data tersebut
bahan
sehingga
terlihat trend penurunan kualitas air di
kondisi sungai tersebut dapat kembali
Muara Cilincing, namun penelitian
seperti kondisi sebelumnya (Simbolon
tersebut
et al., 2012). Dalam kondisi normal
pencemaran di Perairan Cilincing.
perairan
self
Sehingga perlu dilakukan penelitian
purification, namun apabila masukan
untuk mengetahui bagaimana tingkat
bahan
pencemaran di Perairan Cilincing,
yang
merugikan
mampu
melakukan
organik
dan
anorganik
melampaui
kemampuannya
pulih
kondisi
diri,
menyebabkan
tersebut
menurunnya
belum
mengukur
tingkat
untuk
Pesisir DKI Jakarta saat ini. Tujuan
akan
penelitian ini adalah mengetahui status
atau
pencemaran di Perairan
Cilincing,
terganggunya fungsi ekologis perairan.
Pesisir DKI Jakarta. Penelitian ini
Kondisi
diharapkan
inilah
yang
disebut
pencemaran perairan. Penelitian
memberikan
informasi
kepada masyarakat dan pemerintah
secara
berkala
mengenai
status
pencemaran
di
terhadap status Perairan Cilincing,
Perairan Cilincing, Pesisir DKI Jakarta
Pesisir DKI Jakarta perlu dilakukan
dan sebagai bahan masukan bagi
untuk mengetahui kualitas air sungai
semua pihak yang berkepentingan di
tersebut, sehingga masyarakat sekitar
daerah tersebut agar selalu melakukan
dapat
pemantauan,
menggunakan
dan
menjaga
Perairan Cilincing dengan lebih baik Penelitian Lestari dan Edward
pemeliharaan,
serta
pemanfaatan wilayah pesisir dengan lebih baik.
(2004) menyebutkan kandungan logam berat di Sungai Cakung, Cilincing
169
Jurnal Pro-Life Volume 3 Nomor 3, November 2016
Tabel 1. Metode pengukuran sampel
METODOLOGI Penelitian ini dilakukan pada
disajikan pada Tabel 2. Analisis
April-Juni 2016 di Perairan Cilincing,
laboratorium
Pesisir
Laboratorium UIN Jakarta dan Unilab
DKI
pengambilan dengan
Jakarta, sampel
Metode ditentukan
purposive
dilakukan
di
Persada Jakarta.
sampling.
Pengukuran
parameter
fisika-
Pengambilan sampel dilakukan pada 2
kimia air dianalisis secara deskriptif
lokasi pengambilan sampel. Lokasi
berdasarkan pada standar baku mutu
pertama
pada
pada
pada
hilir
Sungai
Keputusan
Menteri
Negara
Cakung atau Muara Cilincing, lokasi
Lingkungan Hidup No. 51 Tahun 2004
kedua pada pinggir muara perairan di
tentang
Kawasan Berikat Nusantara.
keperluan biota laut. Analisis status
Pengambilan
sampel
diulang
baku mutu air laut untuk
pencemaran
didekati
dengan
sebanyak tiga kali dengan interval
menggunakan
metode
STORET
waktu pengambilan sampel selama
tentang pedoman penentuan status
satu minggu.
mutu air.
Lokasi pengambilan
sampel disajikan pada Gambar 1 dan
KBN
MC
Ket: MC : Muara Cilincing KBN : Kawasan Berikat Nusantara
Gambar 1. Lokasi pengambilan sampel
170
Anna Rejeki Simbolon: Status Pencemaran di Perairan Cilincing, Pesisir DKI Jakarta
Tabel 1. Lokasi pengambilan sampel Perairan Cilincing Pesisir DKI Jakarta No 1 2
Stasiun Muara Cilincing Kawasan Berikat Nusantara
Kordinat 6º06ʹ02.7ʹʹS 106º56ʹ25.4ʹʹE 6º05ʹ59.8ʹʹS 106º57ʹ19.8ʹʹE
Tabel 2. Alat dan bahan pengambilan sampel dan uji parameter No 1 2 3 4 5 6 7 8
Parameter DO BOD5 COD TSS Salinitas Kecerahan pH Suhu
Satuan mg/l mg/l mg/l mg/l o /oo m
Alat/Metode DO meter APHA, ed. 22, 2012, 5220-B Spektrofotometrik APHA, ed. 22, 2012, 2540-D Refraktometer Secci disk pH meter Thermometer
o
C
Pengukuran In situ Ex situ Ex situ Ex situ In situ In situ Insitu Insitu
HASIL DAN PEMBAHASAN Parameter
fisika-kimia
air
di
mengacu pada Keputusan Menteri
Perairan Cilincing, DKI Jakarta Perairan
Cilincing
baku mutu yang digunakan yaitu
meliputi
Negara Lingkungan Hidup No. 51
perairan yang terdapat di sepanjang
Tahun 2004 tentang
kawasan
laut untuk keperluan biota laut. Hasil
Aktivitas
Cilincing, perikanan,
DKI
Jakarta.
pemukiman,
pengukuran
kualitas
baku mutu air air
selama
pabrik hingga kegiatan industri di
penelitian di sajikan pada Tabel 3 dan
Kawasan
Tabel 4.
Berikat
Nusantara
dikhawatirkan semakin menurunkan
Suhu perairan merupakan salah
kualitas perairan di Perairan Cilincing.
satu parameter fisika air yang berperan
Pengukuran parameter fisika-kimia air
penting bagi kehidupan biota air dan
dilakukan untuk mengetahui tingkat
ekosistem didalamnya. Kelangsungan
pencemaran di daerah tersebut.
hidup dan pertumbuhan yang optimal
Pengukuran
kualitas
air
di
setiap biota mempunyai batas toleransi
analisis baik secara in situ maupun ex
yang berbeda-beda. Berdasarkan hasil
situ dan dianalisa secara deskriptif
pengukuran, suhu di Perairan Cilincing
berdasarkan berdasarkan pada standar
berkisar antara 33-35oC. Berdasarkan
171
Jurnal Pro-Life Volume 3 Nomor 3, November 2016
KepMen LH no 51 tahun 2004, kisaran suhu yang di perbolehkan untuk biota o
Parameter
lain
yang
dapat
digunakan untuk mengukur tingkat
air berkisar 28-32 C. Hal tersebut
pencemaran
perairan
menunjukkan kisaran suhu di Perairan
suspended
solid
Cilincing telah melewati baku mutu
merupakan nilai total padatan yang
yang ditetapkan. Secara umum, suhu
tersuspensi dalam air. TSS dapat
berpengaruh
terutama
terdiri atas lumpur dan pasir halus
terhadap biota perairan berupa reaksi
yang disebabkan oleh kikisan tanah
enzimatik pada organisme. Daerah
atau erosi yang terbawa ke dalam
tropis
badan air (Effendi, 2003). Tingginya
langsung
termasuk
Indonesia,
suhu
dapat
Total
(TSS).
TSS
permukaan laut berkisar antara 28°C–
nilai
31°C
kekeruhan air. Hal ini menyebabkan
dan pada daerah subtropis
TSS
ialah
menimbulkan
berkisar antara 15°C–20°C (Nontji,
menurunnya
1984). Suhu air dipengaruhi oleh
fitoplankton yang merupakan makanan
beberapa faktor seperti musim, kondisi
bagi biota dasar (benthos). Hasil
lingkungan dan temperature udara.
pengukuran TSS selama penelitian
Suhu
pengambilan
berkisar
antara
sampel yaitu 35°C dan dilakukan pada
Dimana
kandungan
musim kemarau sehingga intensitas
terdapat pada stasiun Kawasan Berikat
matahari cukup tinggi. Tingginya suhu
Nusantara. Rata-rata kandungan TSS
air di wilayah ini diduga disebabkan
pada
karna intensitas matahari yang tinggi.
sebesar 54±11,11 mg/l sementara itu di
Suhu
lapisan
Muara Cilincing sebesar 51,45± 8,11
permukaan ditentukan oleh pemanasan
mg/l. Berdasarkan Kepmen-LH No. 51
matahari yang intesitasnya berubah
Tahun 2004 tentang baku mutu air laut
terhadap waktu, oleh karena itu suhu
untuk biota laut baku mutu TSS untuk
air
dengan
ekosistem koral dan lamun sebesar 20
penyinaran
mg/l dan untuk ekosistem mangrove
udara
air
laut
perubahan
selama
terutama
akan
di
seirama
intensitas
matahari (Simbolon, 2014).
Kawasan
laju
fotosintesis
42,89-65,11 TSS
Berikat
mg/l.
tertinggi
Nusantara
sebesar 80 mg/l. Sehingga kandungan TSS di Perairan Cilincing sudah
172
Anna Rejeki Simbolon: Status Pencemaran di Perairan Cilincing, Pesisir DKI Jakarta
melampaui baku mutu untuk ekosistem
Tahun 2004 tentang baku mutu air laut
lamun dan koral, namun masih dapat
untuk biota laut yang ditetapkan yakni
ditolerir untuk ekosistem mangrove.
nilai DO sebesar > 5 mg/l. DO atau
Nilai TSS yang tinggi di perairan ini
oksigen
disebabkan
menguraikan
oleh
adanya
aktivitas
terlarut
diperlukan
bahan
organik
perairan.
sedimen dari aliran sungai. Aktivitas
kandungan bahan organik semakin
pendaratan kapal-kapal nelayan dan
berkurang kandungan oksigen dalam
kapal dagang di kawasan berikat
air. Menurut Sunu (2001), oksigen
nusantara
terlarut minimum sebesar 5 mg/l
meningkatkan
tinggi
di
tempat perlabuhan kapal dan tanspor
berpotensi
Semakin
untuk
nilai TSS di air karena pelemparan
dibutuhkan
jangkar
mempertahankan kehidupan di air.
ke
dasar
meningkatkan
perairan
turbulensi
akan pada
untuk
tingkat
dapat
Chemical oxygen demand (COD)
perairan, sehingga sedimen-sedimen
merupakan
jumlah
oksigen
yang
yang awalnya mengendap di dasar
diperlukan untuk mengurai seluruh
perairan terangkat ke permukaan.
bahan organik baik yang mudah diurai
Berdasarkan hasil pengukuran
maupun yang sulit terurai di perairan,
nilai Dissolved Oxygen (DO) yang
sehingga nilai COD menggambarkan
dilakukan di Perairan Cilincing selama
jumlah total bahan organik di perairan
penelitian, menunjukkan bahwa kadar
(APHA, 1989). Rata-rata COD di
oksigen terlarut berada pada kisaran
Muara
rata-rata
mg/l.
302,45 mg/l– 493,58 mg/l dengan rata-
Kandungan DO terendah terdapat pada
rata 398,01 ± 95,56 mg/l, sedangkan
Muara
rata-rata
kandungan COD di Kawasan Berikat
3,67±3,63mg/l, sedangkan di Kawasan
Nusantara berkisar antara 73,79 mg/l –
Berikat Nusantara sebesar 4,53±2,48
119,86 mg/l dengan rata-rata 119,86 ±
mg/l. Hal tersebut menunjukan bahwa
46,07 mg/l. Nilai tersebut telah berada
konsentrasi
tiap
diatas batas minimum untuk perairan
stasiun tidak sesuai dengan baku mutu
perikanan yaitu 40 mg/l (Yenni Y dan
yang ditetapkan kepmen-LH No. 51
Jovita TM, 2005). Perairan yang
0,13 Cilincing
mg/l–7,4 dengan
oksigen
terlarut
Cilincing
berkisar
antara
173
Jurnal Pro-Life Volume 3 Nomor 3, November 2016
memiliki nilai COD kurang dari 20
yang terdapat di wilayah Cakung
mg/L
tentunya berkontribusi besar dalam
termasuk
perairan
tidak
tercemar, sedangkan untuk perairan
peningkatan
yang tercemar mempunyai nilai COD
Muara Cilincing. Tingginya COD
lebih dari 200 mg/L dan pada limbah
diduga
industri dapat mencapai 60.000 mg/L
kandungan bahan organik yang berasal
(Effendi, 2003). Bahan organik akan
dari buangan limbah domestik dan
mempengaruhi
industri yang masuk ke Perairan
proses
adsorpsi,
konsentrasi
disebabkan
Industri
COD
oleh
di
besarnya
absorpsi dan desorpsi logam berat.
Cilincing.
Konsentrasi COD di perairan Cilincing
logam, kertas, galangan kapal, cat
diduga berasal dari buangan limbah
yang terdapat di sepanjang Kawasan
perikanan, domestik dan industri yang
Cilincing akan bermuara ke Muara
masuk ke perairan Cilincing. Aktivitas
Cilincing
industri seperti pabrik manufaktur,
konsentrasi COD di wilayah tersebut.
dan
batik,
tekstil,
meningkatkan
pabrik plastik hingga plastik kertas 54
34.5 34
34.67
34
33.5
TSS (mg/l)
Suhu (°C)
35
52 51.45 50
Muara Cilincing Kawasan Berikat Nusantara
Muara Cilincing Kawasan Berikat Nusantara 400
4 3.67
4.53
0 Muara Cilincing Kawasan Berikat Nusantara
COD (mg/l)
DO (mg/l)
6
2
54
300 200
398.01
100 0
119.86 Muara Cilincing Kawasan Berikat Nusantara
Gambar 2. Hasil rata-rata pengukuran suhu, TSS, COD dan DO di Muara Cilincing dan Kawasan Berikat Nusantara selama penelitian 174
Anna Rejeki Simbolon: Status Pencemaran di Perairan Cilincing, Pesisir DKI Jakarta
Tabel 1. Hasil pengukuran kualitas air di Muara Cilincing selama penelitian No 1 2 3 4 5 6 7 8 9
Parameter COD DO BOD PH TSS Suhu Salinitas Pb Kecerahan
Satuan mg/l mg/l mg/l mg/l o C o /oo mg/l m
U1 493.58 7.4 35.8 7.2 59.56 33 33 0.004 1
U2 302.45 0.13 34.9 8 43.33 35 34 0.004 1.5
U3 398.01 3.5 35.7 7.5 51.45 34 33 0.004 2
Mean 398.01 3.67 35.47 7.57 51.45 34 33.33 0.004 1.5
SD 95.56 3.64 0.49 0.40 8.11 1 0.57 0 0.5
BM >5 20 7-8.5 80 28-32 34 0.008 >3
Tabel 2. Hasil pengukuran kualitas air di Kawasan Berikat Nusantara selama penelitian No 1 2 3 4 5 6 7 8 9
Parameter COD DO BOD PH TSS Suhu Salinitas Pb Kecerahan
Satuan mg/l mg/l mg/l mg/l o C o /oo mg/l m
U1 73,79 7,3 15,3 8 65,11 34 33 0,004 1
Nilai pH perairan merupakan
U2 165,93 3,8 16,4 8,1 42,89 35 33 0,004 1,2
U3 119,86 2,5 13,4 7,9 54 35 34 0,004 0,9
perubahan
Mean SD BM 119,86 46,07 4,53 2,48 >5 15,03 1,51 20 8 0,1 7-8,5 54 11,11 80 34,67 0,57 28-32 33,33 0,57 34 0,004 0 0,008 1,03 0,17 >3 pH
(Effendi,
2003).
sampel
selama
salah satu parameter yang penting
Pengukuran
dalam pemantauan status perairan.
penelitian menunjukkan rata-rata nilai
Kondisi perairan yang bersifat asam
pH
maupun
Berdasarkan
sangat
basa
akan
yang
air berkisar
antara
Kepmen-LH
7,5–8. No.
51
membahayakan kelangsungan hidup
Tahun 2004 tentang baku mutu air laut
organime
baku mutu pH untuk biota laut berkisar
benthos,
menyebabkan
karena
terjadinya
akan
gangguan
7-8,5.
Hal
tersebut
menunjukkan
metabolisme dan respirasi (Barus,
bahwa kisaran pH selama pemantauan
2002).
mempengaruhi
masih sesuai dengan baku mutu yang
toksisitas senyawa kimia, sebagian
ditetapkan. Menurut Pescod (1973) pH
besar biota akuatik sensitif terhadap
suatu
Nilai
pH
perairan
dipengaruhi
oleh 175
Jurnal Pro-Life Volume 3 Nomor 3, November 2016
beberapa faktor antara lain oleh suhu,
mg/l- 33,5 mg/l dengan rata-rata 3,21
salinitas,
fotosintensis,
± 1,57 mg/l. hal tersebut menunjukkan
respirasi serta proses bio-degradasi
pengukuran BOD5 pada semua lokasi
bahan organik.
pengamatan telah melewati baku mutu
aktivitas
Biological
oxigen
demand
berdasarkan Kepmen LH No.51 tahun
(BOD) merupakan gambaran kadar
2004 yaitu sebesar 20 mg/l. Tingginya
bahan organik, yaitu jumlah oksigen
kandungan
yang dibutuhkan oleh mikroba aerob
disebabkan oleh tingginya aktivitas
untuk mengoksidasi bahan organik
perkapalan, serta adanya pengolahan
menjadi karbondioksida dan air (Davis
kerang
dan Cornwell, 1991). Rata-rata BOD5
membuang sisa olahan kulit kerang
hasil pengukuran di Muara Cilincing
langsung ke perairan. Kadar BOD5
berkisar antara 34,9 mg/l – 35,8 mg/l
suatu perairan dipengaruhi oleh suhu,
dengan rata-rata 35,46 ± 0,49 mg/l,
kelimpahan
sedangkan rata-rata BOD5 di Kawasan
mikroba, serta jenis dan kandungan
Berikat Nusantara berkisar antara 30,4
bahan organik dalam perairan tersebut.
BOD
hijau
di
perairan
dimana
plankton,
ini
penduduk
keberadaan
8
7.8 7.7 8
7.6 7.5 7.4
7.57
7.3
36 35 34 33 32 31 30
BOD (mg/l)
pH
7.9
35.47 32.1 Muara Cilincing
Muara Cilincing Kawasan Berikat Nusantara
Kawasan Berikat Nusantara
Gambar 3. Hasil pengukuran rata-rata BOD dan pH di Muara Cilincing dan Kawasan Berikat Nusantara selama penelitian
176
Anna Rejeki Simbolon: Status Pencemaran di Perairan Cilincing, Pesisir DKI Jakarta
Salinitas didefinisikan sebagai jumlah berat semua garam
yang
Sebaran dipengaruhi
salinitas oleh
di
berbagai
laut faktor
terlarut dalam satu liter air, biasanya
seperti sirkulasi air, penguapan, curah
dinyatakan dalam satuan gram per
hujan dan aliran sungai. Pola gradien
liter. Kisaran salinitas yang diperoleh
salinitas bervariasi bergantung pada
di Perairan Cilincing berkisar antara
musim, topografi muara, pasang surut
33 o/oo- 34 o/oo dengan rata-rata 33,33 ±
dan jumlah dan air tawar (Nybakken,1
o
0,57 /oo. Nilai tersebut masih sesuai
988). Ekosistem yang terdapat di
dengan
berdasarkan
Perairan Cilincing umumnya terdiri
Kepmen-LH No. 51 Tahun 2004
dari ekosistem mangrove, sehingga
tentang baku mutu air laut untuk biota
kisaran salinitas yang diperoleh selama
laut
yang
penelitian
salinitas
ekosistem
baku
dimana
ditetapkan
mutu
baku
dimana
mutu nilai
masih alami
sesuai
dengan
mangrove.
berdasarkan keadaan alaminya.
100%
Salinitas (‰)
80% 60% 33.33
33.33
40% 20% 0% Muara Cilincing Kawasan Berikat Nusantara
Gambar 4. Rata-Rata hasil pengukuran salinitas di Muara Cilincing dan Kawasan Berikat Nusantara selama penelitian
177
Jurnal Pro-Life Volume 3 Nomor 3, November 2016
Status
Pencemaran
di
Perairan
sedang dan menunjukkan tingginya
Cilincing, Pesisir DKI Jakarta Status pencemaran di Perairan Cilincing,
Pesisir
DKI
dilakukan
dengan
Perairan Cilincing tergolong tercemar aktivitas pembuangan limbah didaerah
Jakarta
tersebut. Tercemarnya perairan ini
menggunakan
diduga berasal dari aktivitas penduduk,
Metode STORET, seperti tercantum
baik yang berasal maupun dari laut.
dalam Lampiran II Keputusan Menteri
Tingginya
aktivitas
Negara Lingkungan Hidup No. 115
sepanjang
Sungai
Tahun 2003. Pengukuran kualitas air
melintasi Kota Jakarta Utara dan
dilakukan pada
Mei 2016 denga
bermuara langsung ke Muara Cilincing
interval waktu 1 minggu. Rekapitulasi
semakin memperburuk kualitas air di
hasil pengukuran kualitas air pada
Muara
masing-masing stasiun di sajikan pada
pemukiman padat penduduk yang
Tabel 5.
berada di sepanjang muara sungai juga
Berdasarkan analisis
storet
pengukuran Cilincing
dari
5,
hasil
semakin
Cakung
Selain
memperparah
di yang
itu,
kondisi
2
stasiun
lingkungan perairan di wilayah ini.
pada
Muara
Banyaknya sampah penduduk, baik
Kawasan
Berikat
sisa pengupasan kulit kerang maupun
tergolong
sampah penduduk lainnya menumpuk
yaitu dan
Nusantara,
Tabel
Cilincing.
perkotaan
keduanya
tercemar sedang dengan skor masing-
di bibir pantai Muara Cilincing.
masing -28. Nilai skor untuk tiap
Kawasan
Berikat
Nusantara
parameter kualitas air pada masing-
merupakan kawasan terpadu tempat
masing
pada
berlabuhnya kapal dagang industri
Lampiran 1. Hal tersebut menunjukkan
yang berasal dari luar negeri ataupun
stasiun
disajikan
Tabel 5. Rekapitulasi skor indeks STORET dan status pencemaran di Perairan Cilincing, Pesisir DKI Jakarta Lokasi
Skor
Status Pencemaran
Muara Cilincing
-28
Tercemar Sedang
Kawasan Berikat Nusantara
-28
Tercemar Sedang
178
Anna Rejeki Simbolon: Status Pencemaran di Perairan Cilincing, Pesisir DKI Jakarta
dalam negeri. Kawasan perairan ini
perairan
juga
tercemar di kemudian harinya.
tergolong
tercemar
sedang.
Cilincing
tidak
semakin
Aktivitas perlabuhan kapal besar yang berlabuh
di
perairan
ini
diduga
KESIMPULAN
berperan besar dalam pencemaran di
Kesimpulan yang didapat dari
wilayah ini. Score BOD menunjukkan
penelitian ini adalah status pencemaran
nilai scor yang paling tinggi, dimana
di
kadar
pengukuran
tercemar sedang dengan kadar DO,
dibawah baku mutu. Bahan organic
COD dan BOD telah melampaui baku
yang tinggi diduga yang berasal dari
mutu berdasarkan pada Keputusan
sisa pembuangan bahan bakar dan
Menteri Negara Lingkungan Hidup
aktivitas kapal. Perlunya manajemen
No. 51 Tahun 2004 tentang baku mutu
pengelolaan lingkungan perairan agar
air laut untuk keperluan biota laut.
BOD
selama
Perairan
Cilincing
tergolong
DAFTAR PUSTAKA [APHA] American Publich Health Assosiation. 2012. Standard Methods For The Examination Of Water and Waste Water. 22th eds. Washington DC. American Water Works Assosiation and Water Pollution Control Federation. [BPS] Badan Pusat Statistik DKI Jakarta. 2015. http://bappedajakarta.go.id/?page_i d=1131. Diakses pada 9 Februari 2016. Banfalvi G. 2011. Cellullar effects of heavy metals. London. Springer. 348hal. Chester R. 1993. Marine geochemistry. London. Unwim Hyman. Darmono. 2001. Lingkungan hidup dan pencemaran. Jakarta. UI Press. [KLH] Kementerian Lingkungan Hidup. 2003. Keputusan Menteri
Negara Lingkungan Hidup Nomor 115 Tahun 2003 Tentang Pedoman Penentuan Status Mutu Air. [KLH] Kementerian Lingkungan Hidup. 2004. Keputusan Menteri Negara Lingkungan Hidup Nomor 51 Tahun 2004 Tentang Baku Mutu Air Laut. Loague K dan Corwin DL. 2005. Point and nonpoint source pollution. Encyclopedia Of Hydrological Sciences. 94: 1427-1439. Lestari dan Edward. 2004. Dampak pencemaran logam berat terhadap kualitas air laut dan sumberdaya perikanan (studi kasus kematian massal ikan-ikan di Teluk Jakarta). Makara Sains, 8(2): 52-58. Makmur M, Haryoto K, Setyo SM dan Djarot SW. 2012. Pengaruh limbah organik dan rasio n/p terhadap kelimpahan fitoplankton di kawasan
179
Jurnal Pro-Life Volume 3 Nomor 3, November 2016
budidaya kerang hijau Cilincing. Jurnal Teknologi Pengelolaan Limbah, 15 (2): 51-64. Maslukah L. 2006. Konsentrasi Logam Berat Pb, Cd, Cu, Zn dan Pola Sebarannya di Muara Banjir Kanal Barat, Semarang. [Tesis]. Bogor. Institut Pertanian Bogor. Palar H. 2004. Pencemaran dan toksikologi logam berat. Jakarta. Rineka Cipta. [PTPIN] Pengembangan Terpadu Pesisir Ibukota Negara. 2014. Jakarta. Kementerian Koordinator Bidang Perekonomian. Ramlal PS. 1987. Mercury methylation dimethylation studies at Southern India Lake. Kanada. Minister of Supply and Services. Simbolon AR, Carmudi dan Kusbiyanto. 2012. Peranan Kajian Komunitas Zoomakrobenthos sebagai penentu status Sungai Sungai Pelus Kabupaten Banyumas. Di dalam: Saryono, Retno S, Edy B, Ali R, Saparso, Teguh C, Acep T, editor. Prosiding Seminar Nasional dan Teknologi 2012. Peran
Corporate Social Responcibility (CSR) dan Teknologi Berkelanjutan dalam Pemberdayaan menuju Masyarakat Madani; 2012 Mei 15; Purwokerto, Indonesia, Purwokerto. UPT Percetakan dan Penerbitan Universitas Jendral Soedirman. Hlm 72-79. Sikaily AE. 2003. Health risk assessment in relation to heavy metals pollution of Western Mediterranean Sea, Egypt. J. Aquat BioL & Fish. 7(4): 47 – 66. [SNI] Standar Nasional Indonesia . 2004. Air dan air limbah – Bagian 8: Cara uji timbal (Pb) dengan Spektrofotometri Serapan Atom (SSA)-nyala. SNI 06-6989.8-2004 [SNI] Standar Nasional Indonesia . 2004. Cara uji timbal (Pb) secara destruksi asam dengan spektrofotometer serapan atom (SSA) Sedimen - Bagian 3. SNI 066992.3-2004. Suwari. 2010. Model Pengendalian Pencemaran Air Pada Wilayah Kali Surabaya [Disertasi]. Bogor. Institut Pertanian Bogor.
180