POLRI DAERAH NUSA TENGGARA BARAT DIREKTORAT INTELKAM
STANDART OPERASIONAL PROSEDURE ( SOP ) PEMBENTUKAN DAN PEMBINAAN JARINGAN INTELIJEN I. PENDAHULUAN. 1. Umum. a.
Pembentukan dan Pembinaan jaringan merupakan sub sistem dari penyelidikan yang berperan untuk mengumpulkan bahan keterangan secara tertutup, dibentuk dengan sasaran tertentu berdasarkan skala prioritas dari satuan tingkat Polsek sebagai basis deteksi, sampai dengan tingkat Mabes Polri sebagai perumus.
b.
Upaya
pembentukan
dan
pembinaan
jaringan
dalam
rangka
pengumpulan bahan keterangan secara tertutup yang dilakukan selama ini, belum memenuhi harapan sesuai dengan kualitas dan kuantitas suatu produk yang disajikan untuk kebutuhan pimpinan. c.
Tuntutan tugas Intelijen keamanan dalam pengumpulan bahan keterangan secara tertutup memerlukan jaringan yang kuat, terbentuk dan di bina pada setiap wilayah, Strata dan sektor sesuai dengan skala prioritas sehingga diperlukan suatu pedoman yaitu langkah-langkah pembentukan dan pembinaan jaringan Intelijen yang tepat dan terarah untuk mencapai sasaran.
2. Dasar. a. Undang-Undang Nomor 2 Tahun 2002 tentang Kepolisian Negara Republik Indonesia. b. Surat Keputusan Kapolri No.Pol : Skep/8/I/2008 tanggal 23 Januari 2008 tentang pedoman pelaksanaan pembentukan dan pembinaan jaringan Intelijen.
3. Maksud dan Tujuan. a. Maksud. Pembuatan Standart Operasional Prosedure (SOP) untuk memberikan gambaran tentang Pembentukan dan pembinaan jaringan Intelijen, sebagai pedoman atau langkah - langkah dalam pembentukan dan pembinaan jaringan Intelijen yang tepat dan terarah untuk mencapai sasaran. b. Tujuan. Sebagai pedoman dan langkah-langkah bagi setiap personel Intelijen Polri dalam rangka membentuk dan membina jaringan Intelijen. 4. Ruang Lingkup. Ruang lingkup Standart Operasional Prosedure (SOP) Pembentukan dan pembinaan jaringan Intelijen meliputi proses perekrutan sampai dengan pemutusan hubungan jaringan. 5. Tata Urut. I. PENDAHULUAN. II. PEMBENTUKAN DAN PEMBINAAN JARINGAN. III. PENGGUNAAN/PEMANFAATAN JARINGAN. IV. PENGAKHIRAN JARINGAN. V. PENUTUP. II. PEMBENTUKAN DAN PEMBINAAN JARINGAN. A. PEMBENTUKAN JARINGAN. a. Sasaran. Sasaran Pembentukan dan pembinaan jaringan Intelijen dapat dilihat dari : 1) Stratifikasi Sosialnya a) Masyarakat golongan atas; b) Masyarakat golongan menengah;
c) Masyarakat golongan bawah. 2) Berdasarkan Sifatnya a) Teritorial/Zona (Propinsi,Kab/Kotamadya,Kecamatan,Kelurahan) b) Sektoral (1) Golongan ( Bangsa/warga negara,agama/aliran kepercayaan); (2) Kelompok ( Orpol,Ormas dan perkumpulan sosial); (3) Profesi(Ulama/tokoh,pengusaha,Cendekiawan,pemuda/mahasiswa, TNI-Polri-PNS,Buruh,petani,nelayan,Residivist) b. Persyaratan. 1) Akses. Seorang calon jaringan dapat mempunyai akses langsung ke bahan keterangan atau dapat membantu untuk memperoleh bahan keterangan. 2) Intelektualitas. Adalah batas pendidikan dan pengetahuan profesional calon di bidang lapangan tugas. 3) Kualitas karakter. Terdapat batas kemampuan manusia yang dapat membatasi keefektivan calon atau menjadikan calon tidak cocok untuk diberitugas sebagai jaringan. c. Taktik 1) Desepsi. Taktik untuk dapat melakukan pendekatan terhadap sasaran yang sudah ditetapkan dengan cara mengalihkan perhatian. 2) Samaran. a) Penggunaan nama samaran (cover name) oleh seorang anggota Intelijen yang akan melakukan perekrutan.
b) Menggunakan Pekerjaan samaran (cover job) sesuai dengan lingkungan sasaran. c) Menggunakan cerita samaran (cover story) sementara sebelum dilakukan perekrutan terhadap calon jaringan. d. Langkah-langkah pembentukan jaringan. 1) Persiapan. Mengadakan pengamatan,analisis serta menentukan sasaran pembentukan jaringan,yang kemudian akan dapat menentukan kuantitas dan kualitas sasaran pembentukan dan pembinaan jaringan. 2) Pemilihan (Spotting). Melakukan penelitian secara umum terhadap akses, Intelektualitas, kwalitas karakter, latar belakang dan motif-motif calon jaringan disesuaikan dengan jenis dan kebutuhan bahan keterangan. Dalam pencarian dan penelitian perlu diperhatikan dan dicatat tentang biodata terutama mengenai : a) Nama lengkap; b) Alamat lengkap; c) Titik kekuatan/keahliannya; d) Titik-titik kelemahan/perbuatan yang tercela; e) Hubungan kekeluargaan sifat pribadinya/karakter (hobbi, temperamen / watak); f) Pandangan hidupnya, keadaan ekonomi status sosialnya; g) Kontak-kontak personel (kerabat kerja/handai taulan); h) Pekerjaan dan alamat serta untuk kepentingan apa yang bersangkutan dapat dimanfaatkan; i) Pendidikan/pengetahuan;
j) Latar belakang kehidupanya yang dapat membahayakan tugas - tugas rahasia; k) Kehidupan dimasa lampau, kedudukan dimana calon bekerja (track record) l) Motif – motif calon jaringan. 3) Investigasi. Melakukan pengusutan dan penyelidikan pendalaman terhadap hasil pencarian (spoting) dari beberapa sumber. 4) Penilaian Melakukan penilaian terhadap semua data yang ada untuk menentukan apakah calon tersebut dapat dijadikan jaringan atau tidak, apakah calon jaringan memiliki kemampuan dan persyaratan serta motif - motif seperti yang ditunjukan pada saat spotting. 5) Perekrutan. Merupakan proses puncak dalam pembentukan jaringan, yang dilaksanakan dengan memperhitungkan resiko yang mungkin dapat terjadi karena kurangnya ketajaman analisa dan penilaian pada tahap sebelumnya. 6) Pelatihan. Pelatihan agen meliputi tehnik mencari dan mendapatkan bahan keterangan, taktik - taktik yang harus digunakan, sistem komunikasi, sistem pangamanan baket, resiko - resiko yang dihadapi dan cara - cara menghindari resiko dan alternatif dalam menghadapi permasalahan. 7) Uji coba. Kegiatan uji coba calon jaringan untuk mengetahui kemampuan calon jaringan dan menyusupkannya (penetrasi) ke sasaran, uji coba dilakukan beberapa kali untuk menentukan calon jaringan dapat melanjutkan kerjasama atau tidak. 8) Tindakan.
Penggunaan jaringan untuk mendapatkan bahan keterangan yang dibutuhkan sebagai pembuatan produk dan kemudian diserahkan kepada pimpinan. Kegiatan ini tidak terlepas dari pengawasan dan pengendalian anggota Intelijen yakni Principal Agent (PA). e. Hal - hal yang perlu diperhatikan. 1) Setiap personil yang membentuk jaringan harus mekukan persiapan persiapan,menguasai teknik dan taktik; 2) Hal yang sangat prinsip adalah antara jaringan yang satu dengan yang lainya tidak saling mengenal (sistem cut out); 3) Surat jaringan tidak dapat diketahui kecuali oleh agen Intelijen; 4) Mengetahui benar apa motif - motif calon jaringan mau bekerja sama; 5) Penggunaan atau pemanfaatan jaringan harus tepat waktu, tepat sasaran sesuai kemampuan jaringan. B. PEMBINAAN JARINGAN. a. Sasaran. 1) Aspek fisik yang diberikan kepada jaringan, adalah : a) Menyiapkan bantuan sarana (transport); b) Bantuan alat tulis sesuai kebutuhan; c) Memberikan nomor - nomor telepon guna kelancaran pengiriman informasi; d) Imbalan yang wajar (materiil/kesejahteraan) 2) Aspek non fisik. a) Menanamkan kesadaran dan tanggung jawab; b) Memberikan petunjuk - petunjuk taktis/teknis terbatas tentang cara melaksanakan tugas. b. Pembinaan. Pembinaan terhadap jaringan :
1) Mengharuskan jaringan Intelijen membuat laporan lisan maupun tulisan setiap kegiatan; 2) Mengadakan pertemuan - pertemuan yang diprogramkan maupun insidentil; 3) Melakukan pengawasan tingkah laku dilingkungan tempat tinggal, lingkungan perkerjaan dan pergaulan di masyarakat. c. Pengawasan 1) Melalui sumber lain; 2) Membandingkan dengan sumber lain; 3) Melalui debriefing; 4) Pemeriksaan sekuritas; 5) Penjejakan fisik. d. Hal - hal yang perlu diperhatikan. 1) Data identitas jaringan hanya dipegang oleh agen; 2) Dalam memberikan materiil/kesejahteraan tidak diketahui siapapun; 3) Hindari pemberian/peminjaman pakaian, barang inventaris/fasilitas dinas; 4) Pengarahan secara lisan hindari melalui telephon; 5) Janji harus dipenuhi oleh kedua belah pihak. III. PENGGUNAAN/PEMANFAATAN JARINGAN. Jaringan
yang
sudah
dibentuk
dan
dibina
dapat
digunakan
untuk
pengumpulan bahan keterangan yang berkaitan dengan bidang Ideologi, Politik, Ekonomi, Sosial - Budaya dan bidang Keamanan. IV. PENGAKHIRAN JARINGAN. 1. Syarat - syarat pengakhiran : a. Jaringan membelot kepada pihak lain (lawan), tidak setia dan sangat membahayakan;
b. Jaringan bermuka dua (doble faces) yakni bekerja pada pihak sendiri dan pihak lain (lawan); c. Apabila jaringan menolak/menarik diri dan tidak mau bekerja sama lagi; d. Sasaran sudah tidak ada lagi atau bahan keterangan berkurang. 2. Cara melaksanakan pengakhiran : a. Terhadap jaringan yang membelot ke pihak lain (lawan) yang bermuka dua : 1) Mengidentifikasi kesalahan - kesalahan/penyimpangan yang dilakukan oleh jaringan; 2) Dilakukan Interograsi; 3) Membuat berita acara Interograsi sebagai bahan penindakan; 4) Perbuatan jaringan dengan kasus berat dan mengancam keselamatan negara harus dilakukan tindakan pengamanan sesuai petunjuk pimpinan. b. Terhadap jaringan yang menolak/menarik diri, cara pemisahannya : 1) Memanggil jaringan kemudian diberikan penjelasan; 2) Memberikan penghargaan materiil maupun ucapan terimakasih; 3) Menghimbau untuk bersedia menjadi jaringan bila diperlukan. c. Hal-hal yang perlu diperhatikan : 1)
Saat berhadapan dengan jaringan yang membelot atau bermuka dua, mengamati secara terus
menerus perilaku di lapangan/masyarakat
kemungkinan sakit hati/balas dendam; 2)
Penghargaan
tidak
dengan
surat
penghargaan,
dimungkinkan
disalahgunakan; 3) Persiapkan pengakhiran dengan baik untuk menghindari jaringan bekerjasama dengan pihak lawan dan pelihara hubungan persahabatan. V. PENUTUP.
Demikian Standart Operasional Prosedure (SOP) Pembentukan dan pembinaan jaringan Intelijen meliputi proses perekrutan sampai dengan pemutusan hubungan jaringan, dibuat sebagai pertanggung jawaban pelaksanaan tugas. Mataram,
Desember 2016
KASUBDIT IV
M YUNUS JUNAIDI, S.Sos AKBP NRP 72090608