POTRET PENDIDIKAN DI KABUPATEN BANYUMAS DALAM PENCAPAIAN TUJUAN MILLENNIUM DEVELOPMENT GOALS (MDGS) TAHUN 2015 Sofa Marwah1, Oktafiani Catur Pratiwi2, Triana Ahdiati3
Abstract : This study aims at discussing the problems of education in Banyumas within the achievement of the 2015 Millenium Development Goals (MDGs). The result of this study reveals that the educational sector in Banyumas based on the last two-years data has not reached the educational indicators of the 2015 MDGs such as the pure rate of participation for elementary levels SD/MI/Package A), the proportion of the first-grade students who have successfully completed the elementary levels, and the literacy rate of the 15-24 years old population of both women and men. In 2011, for example, the pure rate of participation is 91.46 for the male elementary students and 88.16 for the female elementary students. In this case, the minimum education in Banyumas related to the state of poverty in the region as in the village of Karangrau. In addition to the minimum facilities of education, there are still many school-age population who work as beggars on the highway of Banyumas instead of going to school. So, it is clear that the big efforts are needed from the relevant actors such as the government, the local people and the other relevant institutions to reach the indicators of the 2015 MDGs. Keywords: Education, Poverty, Mdgs Abstrak : Studi ini bertujuan untuk mengkaji permasalahan pendidikan di Kabupaten Banyumas dalam rangka pencapaian tujuan MDGs tahun 2015. Hasil studi ini menunjukkan bahwa sektor pendidikan di Kabupaten Banyumas dari data dua tahun terakhir, kondisi pendidikan di Kabupaten Banyumas belum mencapai indikator MDGs 2015 dalam bidang pendidikan, yaitu Angka Partisipasi Murni (APM) SD/MI/Paket A, proporsi murid kelas 1 yang berhasil menamatkan SD/MI/Paket A, dan angka melek huruf penduduk usia 15-24 tahun baik perempuan maupun laki-laki. Dalam hal APM SD/MI misalnya, pada tahun 2011 APM SD/MI laki-laki adalah 91,46 dan perempuan 88,16. Sedangkan pada tahun 2012, APM SD/MI laki-laki adalah 89,9 dan perempuan 86,53. Potret pendidikan yang memprihatinkan salah satunya terlihat di Desa Karangrau Banyumas, di mana kemiskinan penduduk beriringan dengan masih rendahnya pendidikan warga. Selain fasilitas pendidikan yang masih minimal, banyak penduduk usia sekolah yang tidak bersekolah ataupun putus sekolah kemudian bekerja sebagai pengemis di jalan raya Banyumas. Gambaran demikian mempertegas analisis bahwa untuk dapat mencapai indikator dalam tujuan MDGs tahun 2015 bidang pendidikan di Kabupaten Banyumas, masih diperlukan usaha keras lagi dari pemerintah, masyarakat, serta lembaga-lembaga yang terkait. Kata Kunci : Pendidikan, Kemiskinan, Mdgs
1
Staf Pengajar Jurusan Ilmu Politik FISIP Unsoed Purwokerto. Email :
[email protected] Staf Pengajar Jurusan Ilmu Politik FISIP Unsoed Purwokerto. Email :
[email protected] 3 Staf Pengajar Jurusan Ilmu Politik FISIP Unsoed Purwokerto. Email :
[email protected]. 2
C-1
Pendahuluan: Sebagai wujud komitmen pemerintah terhadap pembangunan pendidikan secara nasional, sejak tahun 1994 pemerintah nasional telah mencanangkan program wajib belajar pendidikan dasar 9 tahun untuk menjamin bahwa semua anak-anak usia 7-15 tahun mendapatkan pendidikan dasar hingga jenjang SMP/MTs. Dalam hal ini, keikutsertaan Indonesia dalam MDGs terutama bidang pendidikan, mendorong pemerintah melakukan upaya mewujudkan pendidikan yang merata dan berkeadilan. Sebagaimana diketahui bahwa bidang pendidikan juga menjadi salah satu ukuran dalam Indeks Pembangunan Manusia (IPM) atau Human Development Index (HDI) yang dikenalkan UNDP pada tahun 1990. Dengan demikian, pendidikan dasar adalah hak dasar yang harus dapat dinikmati oleh semua anak di seluruh Indonesia. Namun kenyataannya, hasil pembangunan di sektor pendidikan belum dapat dinikmati secara merata bagi semua anak di seluruh pelosok negeri ini. Akses terhadap dunia pendidikan yang didukung dengan sarana dan prasarana yang memadai, hanya bisa dinikmati oleh masyarakat perkotaan dengan tingkat kehidupan yang layak, serta sebagian masyarakat perdesaan yang masih terjangkau oleh pembangunan di sektor pendidikan. Sementara sebagian kalangan lainnya, terutama di perdesaan, sebagian anak-anak usia sekolah belum dapat menikmati pendidikan dengan sarana dan prasarana yang memadai. Salah satu potret belum meratanya akses terhadap hasil pembangunan di sektor pendidikan salah satunya ditemukan di Desa Karangrau Kabupaten Banyumas. Ketika tujuan pembangunan milenium MDGs tahun 2015 menargetkan pendidikan dasar dapat dinikmati oleh seluruh masyarakat, namun kenyataannya anak-anak usia sekolah di desa tersebut belum dapat menikmati pendidikan secara layak. Sebagian dari anak-anak usia sekolah justru terjebak dalam kehidupan sebagai pengemis di jalan raya di Kawasan Krumput menjelang masuk kota Banyumas. Perkebunan Krumput merupakan daerah perkebunan karet milik PTPN IX Banyumas, yang ditanami pohon-pohon karet produktif dengan tinggi sekitar 7-10 meter, dengan jalan berkelok-kelok disertai tikungan-tikungan jalan yang membahayakan. Sepanjang hari dari pagi hingga malam, terdapat sekitar 30 orang perempuan sambil membawa anak-anak yang duduk di kanan kiri jalan mengharapkan pemberian uang dari para pengendara kendaraan yang melintas di Kawasan Krumput Banyumas. Upaya Pemerintah Kabupaten Banyumas dalam melakukan perlindungan anak di Kabupaten Banyumas, pada dasarnya sudah memiliki komitmen untuk menjamin hak-hak anak melalui Dinsosnakertrans, khususnya Bidang Pembinaan dan Pengembangan Potensi Sosial (BPPPS). Dalam hal ini BPPPS, bekerja menangani masalah kesejahteraan anak (Penyandang Masalah Kesejahteraan Sosial/PMKS), yang meliputi anak balita terlantar, anak terlantar, anak korban tindak kekerasan, anak nakal, anak jalanan. Khusus untuk anak-anak pengemis di jalan raya Krumput Banyumas, Dinsosnakertrans Kabupaten Banyumas pernah bekerja sama dengan Sanggar Kegiatan Belajar (SKB) Kalibagor untuk menangani anak-anak pengemis tersebut dengan melatih kemampuan baca-tulis, namun hasilnya belum maksimal. Program pemberdayaan terhadap kaum perempuan dan anak-anak pengemis sangat sulit dilakukan karena mereka lebih memilih menjadi pengemis di Kawasan Krumput yang sudah menjadi tradisi secara turun menurun. Perlindungan anak sudah dijamin oleh UU No. 23 tahun 2002 tentang Perlindungan Anak khususnya Pasal 9 yang telah mengamanatkan terpenuhinya hak dasar di bidang pendidikan, yaitu bahwa setiap anak berhak memperoleh pendidikan dan pengajaran dalam rangka pengembangan pribadinya dan tingkat kecerdasannya sesuai dengan minat dan bakatnya. Berkaitan dengan kerangka pemenuhan tujuan MDGs tahun 2015 di bidang pendidikan, serta C-2
upaya pemenuhan hak dasar anak sebagaimana diamanatkan oleh UU Perlindungan Anak, maka kajian ini bertujuan untuk menganalisis MDGs bidang pendidikan di Kabupaten Banyumas dalam kerangka pencapaian target MDGs tahun 2015 serta mendeskripsikan kegiatan pemberdayaan yang dilakukan sebagai upaya memenuhi hak dasar pendidikan untuk anak-anak berbasis Kegiatan Pengabdian kepada Masyakat (IbM, 2014). Materi dan Metode: Studi ini menggunakan dua metode kajian. Metode pertama berupa studi kepustakaan. Studi pustaka dilakukan dengan cara menelusuri melalui karya tulis baik yang tertuang dalam buku, jurnal, majalah, maupun data-data terkait (Anton Bakker dan Charis Zubair, 1990: 63). Pengumpulan data dengan melakukan riset terhadap data yang bersumber dari dokumen, buku-buku, jurnal maupun sumber data lain yang terkait dengan tema kajian ini. Analisis data menggunakan analisis data koding terbuka, melalui proses menguraikan, memeriksa, membandingkan, mengkonsepkan, serta mengkategorikan data (Strauss dan Corbin, 2003). Sedangkan metode kedua dilakukan melalui Kegiatan Pengabdian kepada Masyarakat (IbM Dikti, 2014). Kegiatan IbM dilaksanakan bermitra dengan Pemdes Karangrau dan SKB Kalibagor. Kegiatan mengedepankan metode pendekatan yang persuasif untuk membangun kesadaran bersama mengenai pentingnya pendidikan terutama bagi anak-anak pengemis di Krumput Banyumas. Prosedur kerja kegiatan ini dilakukan melalui tahap-tahap : a) melakukan kesepakatan tentang mekanisme pelaksanaan dengan pihak terkait yaitu SKB Kalibagor dan Pemerintah Desa Karangrau; b) melakukan pendataan dan pendekatan terhadap anak-anak pengemis; c) menyusun rencana kerja kegiatan meliputi jadwal kegiatan pelatihan, jumlah kegiatan, tempat kegiatan, tenaga pengajar, serta materi kegiatan; d) pelaksanaan kegiatan pelatihan. Hasil dan Pembahasan: Gambaran Umum Kabupaten Banyumas dan Desa Karangrau : Kabupaten Banyumas terletak di Provinsi Jawa Tengah bagian barat daya, terbagi ke dalam 27 kecamatan dan 331 desa/kelurahan. Kabupaten Banyumas memiliki wilayah seluas 132.759 ha atau 4,08 persen dari luas wilayah Provinsi Jawa Tengah (3.254 juta ha). Jumlah penduduk Kabupaten Banyumas berdasarkan data tahun 2011, sebanyak 1.631.277 jiwa terdiri dari 825.107 jiwa penduduk laki-laki (50,58 persen) dan 808.170 jiwa penduduk perempuan (49,42 persen). Kecamatan Cilongok memiliki jumlah penduduk terbanyak dengan 110.509 jiwa, sedangkan kecamatan dengan penduduk paling sedikit adalah Kecamatan Purwojati yaitu 31.271 jiwa. Salah satu indikator keberhasilan pembangunan adalah menurunnya angka kemiskinan. Jumlah keluarga yang tergolong keluarga prasejahtera dan keluarga sejahtera I di Kabupaten Banyumas masih cukup banyak. Tahun 2010 ada 204.469 keluarga atau 43,98 persen yang masuk kategori keluarga miskin. Tahun 2011 kondisinya sedikit lebih baik, jumlah maupun proporsinya menurun menjadi 203.596 keluarga miskin atau sebesar 40,93 persen (Kabupaten Banyumas Dalam Angka, 2011).
C-3
Tabel 1: Komposisi penduduk desa karangrau berdasarkan kelompok umur tahun 2013 Usia (Tahun)
Laki-laki
0-4 5-9 10-14 15-19 20-24 25-29 30-34 35-39 40-44 45-49 50-54 55-59 60+ Jumlah
241 216 268 210 172 244 244 228 208 163 170 171 289 2824
Perempuan 209 233 242 214 203 243 289 224 211 164 212 147 287 2878
Jumlah 450 449 510 424 375 487 533 452 419 327 382 318 576 5702
Sumber: Data Monografi Desa Karangrau 2013, Banyumas: Karangrau, 2013. Desa Karangrau secara administratif termasuk dalam wilayah Kecamatan Banyumas. Desa ini terletak 4 km dari Kantor Kecamatan Banyumas. Desa Karangrau terbagi menjadi 4 dusun, yang terdiri dari 7 RW dan 28 RT. Desa Karangrau mempunyai luas 704, 75 ha. Jumlah penduduk Desa Karangrau pada akhir Tahun 2013 yaitu 5.702 jiwa, yang terdiri dari 2.824 laki-laki dan 2.878 perempuan. Selengkapnya komposisi penduduk desa Karangrau berdasarkan kelompok umur dapat dilihat dalam Tabel 1 di atas. Tabel 2: Komposisi penduduk desa karangrau berdasarkan mata pencaharian tahun 2013 Mata Pencaharian Petani Buruh tani Buruh swasta PNS Dagang
Laki-laki 954 968 744 20 33
Perempuan 18 52 743 42 65
Jumlah 972 1020 1487 62 98
Sumber: Data Monografi Desa Karangrau 2013, Banyumas: Karangrau, 2013. Tabel 2 menggambarkan bahwa sebagian besar kehidupan masyarakat Desa Karangrau menggantungkan penghasilannya pada pihak lain. Hal ini dapat dilihat dari paling banyak mata pencaharian penduduk Desa Karangrau yang bekerja sebagai buruh swasta dan buruh tani. Selain itu, penduduk Desa Karangrau juga memiliki mata pencaharian sebagai petani, buruh swasta, dagang, dan pegawai negeri. Analisis Kondisi Pendidikan di Kabupaten Banyumas dalam Kerangka Pencapaian Target MDGs : Sesuai dengan tujuan ke-2 MDGs, mencapai pendidikan dasar untuk semua adalah upaya yang dilakukan pemerintah agar penduduk usia sekolah dasar seluruhnya dapat menikmati pendidikan SD/MI/Paket A pada tahun 2015. Terdapat tiga indikator yang digunakan untuk mencapai tujuan ke-2 MDGs adalah Angka Partisipasi Murni (APM) SD/MI/Paket A, proporsi murid kelas 1 yang berhasil menamatkan SD/MI/Paket A, dan angka melek huruf penduduk usia 15-24 tahun baik perempuan maupun laki-laki. Tabel 3 dibawah ini menggambarkan pendidikan di Kabupaten Banyumas dalam kerangka pencapaian target MDGs 2015. C-4
Tabel 3: Tujuan 2 MDGs mencapai pendidikan dasar untuk semua. Target Acuan Kondisi MDGs Indikator Dasar saat ini 2015 Status Sumber Target 2A: Menjamin pada 2015 semua anak-anak, laki-laki maupun perempuan di mana pun dapat menyelesaikan pendidikan dasar Diknas 89,8% 87,3% 2.1 APM SD/ MI/ Kabupaten 100% (2011) (2012) Paket A Banyumas Proporsi murid kelas 1 yang Diknas berhasil 2.2 Kabupaten n.a n.a 100% menamatkan Banyumas SD/ MI/ Paket A Angka melek huruf Diknas penduduk usia 94,06 % 94,2% 2.3 Kabupaten 100% 15-24 tahun, (2011) (2012) Banyumas perempuan dan laki-laki Keterangan Sudah tercapai
Akan tercapai
Perlu perhatian
Dari berbagai sumber, diolah
Pendidikan menjadi bagian terpenting untuk meningkatkan kualitas sumber daya manusia, sehingga pendidikan menjadi salah satu prioritas utama pembangunan. Di Kabupaten Banyumas, pencapaian APM SD/MI/Paket A belum menunjukkan perkembangan yang menggembirakan. APM SD/MI/Paket A justru menurun dari 89,8% pada tahun 2011 menjadi 87,3% pada tahun 2012. Pencapaian indikator ini menunjukkan status “perlu perhatian” untuk mencapai target pembangunan milenium bidang pendidikan pada tahun 2015, yaitu APM SD/MI/Paket A 100% sesuai tujuan MDGs. Salah satu gambaran bahwa pencapaian pendidikan masih menjadi permasalahan penting di Kabupaten Banyumas adalah masih kurangnya akses pendidikan dasar bagi masyarakat Desa Karangrau. Saat ini desa tersebut hanya memiliki (1) satu buah SMP swasta (SMP Al Fattah) dan (5) lima SD Negeri. Sarana dan prasarana pendidikan yang ada masih kurang memadai dan terbatas. Berdasarkan tingkat pendidikan, penduduk Desa Karangrau paling banyak mengenyam pendidikan pada tingkat yang rendah yaitu SD dan SMP. Jumlah penduduk Karangrau yang tamat pendidikan SD sebanyak 2133 terdiri dari 1088 laki-laki dan 1045 perempuan. Sedangkan penduduk yang tamat pendidikan SMP sebanyak 2298 terdiri dari 1101 laki-laki dan 1197 perempuan. Kondisi tersebut menunjukkan bahwa hasil pembangunan dalam dunia pendidikan belum memberikan manfaat yang sama bagi seluruh lapisan masyarakat, baik laki-laki maupun perempuan. Apalagi penduduk Desa Karangrau yang tidak tamat pendidikan SD jumlahnya juga cukup banyak yaitu sebanyak 370 jiwa terdiri dari 174 laki-laki dan 196 perempuan.
Tabel 4: Komposisi penduduk desa karangrau berdasarkan tingkat pendidikan tahun 2013 C-5
Tingkat Pendidikan Laki-laki Perempuan Jumlah D III/Sarjana Muda 15 24 39 D I/D II 32 34 66 SMK/SMU 218 213 431 SMP 1101 1197 2298 SD 1088 1045 2133 Tidak/belum tamat SD 174 196 370 Tidak/belum sekolah 196 169 365 Jumlah 2824 2878 5702 Sumber: Data Monografi Desa Karangrau 2013, Banyumas: Karangrau, 2013.
Kegiatan Peningkatan Pengetahuan Bagi Anak-anak Pengemis di Kawasan Krumput Banyumas : Desa Karangrau merupakan salah satu representasi desa yang cukup miskin di Kabupaten Banyumas. Desa ini tidak mempunyai infrastruktur yang memadai. Jalan-jalan yang menghubungkan antar dusun, antar RW-RT, rumah tangga dan bagian-bagian lainnya, masih banyak yang berupa jalur makadam(jalan tanah dengan timbunan batu), beton maupun tanah biasa. Selain banyaknya penduduk yang menjadi buruh tani maupun buruh swasta, angka pengangguran penduduk juga cukup tinggi. Data yang ada menunjukkan bahwa jumlah angkatan kerja penduduk mencapai 65%. Namun demikian, lapangan kerja yang tersedia jumlahnya terbatas. Angkatan kerja usia produktif justru lebih banyak berkutat sebagai buruh dan pengangguran. Secara fisik, lahan-lahan yang ada di desa tersebut memiliki topografi berupa perbukitan, sehingga sulit untuk dikembangkan sebagai lahan produktif. Kondisi ini melengkapi potret kehidupan warga Karangrau yang cukup memprihatinkan. Salah satu ekses dari kemiskinan warga Karangrau adalah terseretnya sebagian masyarakat untuk mengandalkan pendapatan dengan cara mengemis di jalan raya yang membelah perkebunan milik negara melewati desa tersebut. Hal yang lebih memprihatinkan dari kondisi yang demikian adalah keberadaan anak-anak dan warga Desa Karangrau usia produktif yang ikut mengandalkan pemberian orang lain dengan cara mengemis di jalan raya Krumput. Berkaitan dengan semua kondisi yang disampaikan di atas, maka kegiatan Pengabdian kepada Masyarakat dalam skim IbM ini dilaksanakan dengan memberikan tambahan pengetahuan maupun ketrampilan bagi anak-anak maupun usia produktif di Desa Karangrau, baik yang masih bersekolah maupun yang sudah putus sekolah. Untuk anak-anak yang masih bersekolah, kegiatan IbM berupa tambahan materi pelajaran, yaitu Bahasa Inggris. Sedangkan bagi anak-anak yang sudah putus sekolah (usia produktif), kegiatan IbM yang dilaksanakan berupa pelatihan potong rambut, sebagai alternatif kegiatan untuk meningkatkan ketrampilan. Harapannya, kemampuan tersebut bisa dilanjutkan sebagai sumber untuk memperoleh penghasilan. Selengkapnya dapat dilihat dalam tabel berikut :
C-6
Tabel 5: Program kerja kegiatan tambahan pelajaran bahasa inggris di smp al fattah desa karangrau Jenis Kegiatan tambahan materi pelajaran Bahasa Inggris
Sasaran Kegiatan Siswa SMP Al Fattah (Kelas I)
Pihak yang Terlibat a. Kepala sekolah dan guru SMP Al Fattah b. Tenaga pengajar dari SKB Kalibagor. c. Pemerintah Desa Karangrau sebagai fasilitator untuk menghubungkan dengan pihak SMP 1 Al Fattah.
Tempat Kegiatan SMP Al Fattah
Jumlah Kegiatan 8 kali
Sumber : sofa marwah, dkk, Laporan kegiatan pengabdian kepada masyarakat pemberdayaan anak-anak pengemis di kawasan perkebunan krumput banyumas melalui peningkatan kemampuan baca tulis, unsoed : ibm, 2014. Tabel 6: Program kerja kegiatan pelatihan potong rambut untuk usia produktif putus sekolah di desa karangrau Jenis Kursus ketrampilan potong rambut
Sasaran Kegiatan Usia produktif putus sekolah Desa Karangrau
Pihak yang Terlibat a. Tenaga pengajar dari SKB Kalibagor. b. Pemerintah Desa Karangrau sebagai penyedia tempat dan penggerak peserta.
Tempat Kegiatan Balai Desa Karangrau
Jumlah Kegiatan 8 kali
Sumr : Sofa Marwah, dkk, LapKegiatasyarakat Pemberdayaan Anak-Anak Pengemis
Simpulan atau Implikasi: Berkaitan dengan keikutsertaan Indonesia dalam MDGs dalam bidang pendidikan, diperlukan komitmen dan kerja keras dari berbagi pihak untuk mewujudkan pendidikan yang merata dan berkeadilan. Dalam hal ini tujuan pembangunan millenium MDGs tahun 2015 telah menetapkan tercapainya angka APM SD/MI 100% dan angka melek huruf 100%. Sementara kondisi pendidikan di Kabupaten Banyumas belum mencapai angka di atas 90% terkait dengan APM SD/MI dan angka melek huruf tersebut. Berkaitan dengan kondisi tersebut, kegiatan Pengabdian kepada Masyarakat IbM yang dilaksanakan bertujuan untuk meningkatkan pemenuhan hak dasar pendidikan untuk seluruh anak-anak usia sekolah, khususnya di wilayah miskin seperti Karangrau di kawasan Krumput Banyumas. Daftar Pustaka: Bakker, Anton dan Charis Zubair, Ahmad, 1990, “Metodologi Penelitian Filsafat”, Yogyakarta: Penerbit Kanisius. Data Monografi Desa Karangrau 2013, Banyumas: Karangrau, 2013. C-7
Kabupaten Banyumas Dalam Angka Tahun 2011, Purwokerto : Bappeda, 2011. Marwah, Sofa, CP Oktafiani, Ahdiati, Triana, “Laporan Kegiatan Pengabdian kepada Masyarakat Pemberdayaan Anak-Anak Pengemis di Kawasan Perkebunan Krumput Banyumas Melalui Peningkatan Kemampuan Baca Tulis”, Unsoed : IbM, 2014. Strauss, Anselm dan Corbin, Juliet, 2003, “Dasar- Dasar Penelitian Kualitatif: Tata Langkah dan Teknik-Teknik Teorisasi Data (terjemahan)”. Yogakarta: Pustaka Pelajar. UU No. 23 Tahun 2002 tentang Perlindungan Anak, Jakarta : Pemerintah RI, 2002.
C-8