Vol. 6 No. 1., Mei 2015
ISSN : 2087-1899
Jurnal
Sosio-Humaniora LEMBAGA PENELITIAN DAN PENGABDIAN KEPADA MASYARAKAT (LPPM) UNIVERSITAS MERCU BUANA YOGYAKARTA
Terbit 2 kali setiap tahun
Jurnal Sosio-Humaniora Vol. 6 No. 1 Mei 2015
ISSN : 2087-1899
Jurnal
Sosio-Humaniora PENANGGUNG JAWAB Kepala LPPM Universitas Mercu Buana Yogyakarta Ketua Umum : Dr. Ir. Ch. Wariyah, M.P. Sekretaris : Awan Santosa, S.E., M.Sc. Dewan Redaksi : Dr. Kamsih Astuti, M.A. Dr. Hermayawati, M.Pd. Penyunting Pelaksana : Tutut Dwi Astuti, S.E., M.Si. Dra. Indra Ratna KW, M.Si. Restu Arini, S.Pd., M.Pd. Sumiyarsih, S.E., M.Si. Pelaksana Administrasi : Zulki Adzani Sidiq Fathoni Hartini
Alamat Redaksi/Sirkulasi : LPPM Universitas Mercu Buana Yogyakarta Jl. Wates Km 10 Yogyakarta Tlpn (0274) 6498212 Pesawat 133 Fax (0274) 6498213 E-Mail :
[email protected] Web : lppm.mercubuana-yogya.ac.id Jurnal yang memuat ringkasan hasil laporan penelitian ini diterbitkan oleh Lembaga Penelitian dan Pengabdian kepada Masyarakat (LPPM) Universitas Mercu Buana Yogyakarta, terbit dua kali setiap tahun. Redaksi menerima naskah hasil penelitian, yang belum pernah dipublikasikan baik yang berbahasa Indonesia maupun Inggris. Naskah harus ditulis sesuai dengan format di Jurnal Sosio-Humaniora dan harus diterima oleh redaksi paling lambat dua bulan sebelum terbit.
ii
Jurnal Sosio-Humaniora Vol. 6 No. 1 Mei 2015
ISSN : 2087-1899
KATA PENGANTAR
Puji syukur ke hadirat Allah SWT, atas rahmat dan hidayahNya, sehingga Jurnal Sosio-Humaniora Volume 6, No. 1, Mei 2015 dapat kami terbitkan. Redaksi mengucapkan terima kasih dan apresiasi yang sebesar-besarnya kepada para penulis yang telah berkenan mempublikasikan hasil penelitiannya dalam jurnal ini, Pada jurnal Sosio-Humaniora edisi Mei 2015 ini, disajikan beberapa hasil penelitian di bidang pendidikan bahasa Inggris, bidang akuntansi dan bidang psikologi. Pada bidang pendidikan bahasa Inggris disajikan artikel tentang prinsip kesopanan Margaret Thatcher dalam rapat politik pada film The Iron Lady dan hubungan antara harga diri dengan kinerja pada perawat rumah sakit di Yogyakarta. Pada bidang akuntansi disajikan artikel tentang pengaruh proses penyusunan anggaran pendapatan dan belanja daerah (APBD) terhadap pengalokasian belanja daerah di pemerintahan kota. Pada bidang psikologi memuat artikel tentang studi kasus pola relasi sosial anak berkebutuhan khusus (ABK) tuna daksa yang berada di SD umum (inklusi), hubungan antara harga diri dengan kinerja pada perawat rumah sakit serta penyusunan penilaian kinerja model BARS untuk meningkatkan persepsi karyawan terhadap objektivitas penilaian kinerja. Redaksi menyadari bahwa masih terdapat kekurangan dalam penyajian artikel dalam jurnal yang kami terbitkan. Kritik dan saran yang membangun sangat kami harapkan, agar penerbitan mendatang semakin baik. Atas perhatian dan partisipasi semua pihak, redaksi mengucapkan terima kasih.
Yogyakarta, Mei 2015 Redaksi
iii
Jurnal Sosio-Humaniora Vol. 6 No. 1 Mei 2015
ISSN : 2087-1899
Jurnal Sosio-Humaniora Vol. 6 No. 1 ini telah direview oleh Mitra Bestari : 1. Dr. Dra. Hermayawati, S.Pd., M.Pd. bidang studi Teori Linguistik 2. Awan Santosa, S.E., M.Sc. bidang studi Teori Ekonomi 3. Kamsih Astuti, S.Psi., M.Si. bidang studi Psikologi Sosial
iv
Jurnal Sosio-Humaniora Vol. 6 No. 1 Mei 2015
ISSN : 2087-1899
DAFTAR ISI Hal Kata Pengantar ............................................................................................ Daftar Mitra Bestari ..................................................................................... Daftar Isi.......................................................................................................
iii iv v
PRINSIP-PRINSIP KESOPANAN PADA RAPAT POLITIK MARGARET THATCHER DALAM FILM THE IRON LADY ............................................... Agustinus Hary Setyawan
1-22
STUDI KASUS POLA RELASI SOSIAL ANAK BERKEBUTUHAN KHUSUS (ABK) TUNA DAKSA YANG BERADA DI SD UMUM (INKLUSI) DI KOTA METRO ......................................................................................... Satrio Budi Wibowo dan Tri Anjar
23-33
HUBUNGAN ANTARA HARGA DIRI DENGAN KINERJA PADA PERAWAT RUMAH SAKIT PKU MUHAMMADIYAH YOGYAKARTA ......... Nur Fachmi Budi Setyawan
34-54
HUBUNGAN ANTARA HARGA DIRI DENGAN KINERJA PADA PERAWAT RUMAH SAKIT PKU MUHAMMADIYAH YOGYAKARTA ......... Listiyani Natalia dan Tutut Dewi Astuti
55-72
PENGARUH PROSES PENYUSUNAN ANGGARAN PENDAPATAN DAN BELANJA DAERAH (APBD) TERHADAP PENGALOKASIAN BELANJA DAERAH DI PEMERINTAHAN KABUPATEN MAGELANG TAHUN 2013 .. Endang Sri Utami
73-89
PENYUSUNAN PENILAIAN KINERJA MODEL BARS UNTUK MENINGKATKAN PERSEPSI KARYAWAN TERHADAP OBJEKTIVITAS PENILAIAN KINERJA .................................................................................. 90-115 Herman Suradiraja PEDOMAN PENULISAN NASKAH ..............................................................
v
116
Jurnal Sosio-Humaniora Vol. 6 No. 1 Mei 2015
ISSN : 2087-1899
HUBUNGAN ANTARA HARGA DIRI DENGAN KINERJA PADA PERAWAT RUMAH SAKIT PKU MUHAMMADIYAH YOGYAKARTA Nur Fachmi Budi Setyawan Program Studi Psikologi, Fakultas Psikologi Universitas Mercu Buana Yogyakarta, Jl. Wates Km 10 Yogyakarta 55753 E-mail :
[email protected] ABSTRAK Penelitian ini bertujuan untuk mencari hubungan antara harga diri dengan kinerja pada perawat Rumah Sakit PKU Muhammadiyah Yogyakarta. Hipotesis yang diajukan adalah ada hubungan positif antara harga diri dengan kinerja pada perawat Rumah Sakit PKU Muhammadiyah Yogyakarta. Semakin tinggi harga diri seorang perawat, maka semakin tinggi pula kinerjanya. Subjek pada penelitian ini adalah para perawat di Rumah Sakit PKU Muhammadiyah Yogyakarta yang telah memenuhi persyaratan penelitian yaitu telah bekerja minimal selama 1 tahun, berusia maksimal 50 tahun, dan telah menempuh sekolah pendidikan keperawatan dengan minimal D3. Metode pengumpulan data menggunakan skala harga diri dan skala kinerja. Hasil analisis product moment menunjukkan ada hubungan positif antara harga diri dengan kinerja, yaitu rxy= 0,545 (p<0,05), yang berarti hipotesis diterima. Sumbangan harga diri terhadap peningkatan kinerja sebesar 29,7 %, sedangkan sumbangan efektif sebesar 70.3 % disumbang oleh faktor lain dalam kinerja yang tidak dilibatkan dalam penelitian ini. Kata Kunci: Harga diri, Kinerja CORRELATION BETWEEN SELF ESTEEM AND JOB PERFORMANCE IN NURSES OF PKU MUHAMMADIYAH HOSPITAL YOGYAKARTA ABSTRACT This research aimed to find out the correlation between self esteem and job performance in nurses of PKU Muhammadiyah Hospital Yogyakarta. The hypothesis posed is there are positive correlation between self esteem and job performance in nurses of PKU Muhammadiyah Hospital Yogyakarta. This study subjected 47 nurse with minimum a year of working period and maximum 50 years old. The data collectedby self esteem scale and job perfromance scale, and analyzed by product moment correlation technique from Karl Pearson. The data analysis resulted the coefficient correlation (r) 0,545 (p < 0,05). It showed the are positive correlation between self esteem and job performance in nurses of PKU Muhammadiyah Hospital Yogyakarta. Keywords: Self Esteem, Job Performance
34
Jurnal Sosio-Humaniora Vol. 6 No. 1 Mei 2015
PENDAHULUAN
ISSN : 2087-1899
manusia yang mempunyai peranan cukup
penting
adalah
perawat.
Rumah sakit mempunyai peran
Namun yang terjadi saat ini, di dalam
yang khusus dalam pembangunan
upayanya mencapai tujuan tersebut,
kesehatan
pihak rumah sakit hanya terfokus
di
sebuah
negara.
Pemerintah telah melakukan banyak
pada
kebijakan.
penambahan
Salah
mengadakan semua
satunya
klasifikasi
rumah
dengan terhadap
sakit
untuk
persediaan
dana
sarana
dan
infrastruktur,
padahal dalam mencapai tujuan ini juga
dibutuhkan
mendapatkan akreditasi yang baik
menyangkut
berdasarkan kemampuan pelayanan
manusianya (McMahon, 1999).
medis
menyangkut
tenaga
sarana.
Kebijakan
ini
sebagai
suatu
sistem
dan
berfungsi untuk
Rumah
sumber
sakit
daya
dengan
pelayanan medis yang baik, akan lebih
mudah
meningkatkan pelayanan medis. Pada
masyarakat
perkembangannya
jasanya.
akan
tenaga
peningkatan
menarik
yang Bagi
minat
memanfaatkan rumah
sakit,
meningkatkan mutu pelayanan medis,
memperoleh atau mempertahankan
mengendalikan
mengawasi
sebuah akreditasi adalah suatu kerja
mungkin.
keras yang memerlukan komitmen
Dengan program itu akan semakin
dari pihak yayasan, karyawan, dokter,
mendekatkan pelayanan kesehatan
perawat,
kepada masyarakat secara merata. Di
komitmen ini dapat berjalan dengan
dalam upayanya
semestinya,
secepat
dan
dan setanggap
mencapai tujuan
dan
masyarakat.
salah
satu
Agar
caranya
tersebut dibutuhkan peningkatan baik
dengan meningkatkan kinerja para
menyangkut
perawatnya (Aditama, 2004). Kinerja
sarana
ataupun
tenaganya. Salah satu sumber daya
perawat
menjadi
tolok
ukur
35
Jurnal Sosio-Humaniora Vol. 6 No. 1 Mei 2015
keberhasilan
pelayanan
kesehatan
dalam rumah sakit (Kuntjoro, 2005). Pengertian kinerja adalah hasil
ISSN : 2087-1899
pelayanan ksehatan pada masyarakat (Aditama,
2004).
perawat
dilihat
Kinerja dari
seorang
hasil
yang
atau tingkat keberhasilan seseorang
diharapkan dari setiap perilakunya.
secara keseluruhan selama periode
Perilaku yang berhubungan dengan
tertentu dalam melaksanakan tugas
kinerjanya
dibandingkan
berbagai
berkaitan langsung dengan tugas-
kemungkinan, seperti standar hasil
tugas pekerjaan yang bertujuan untuk
kerja, target atau sasaran atau kriteria
mencapai sasaran dari rumah sakit
yang telah ditentukan terlebih dahulu
(Gibson, dalam Hasnita & Sanusi,
dan
bersama
2005).
Seorang
tersebut berhubungan erat dengan
perawat akan memperoleh kinerja
tugas-tugas perawat yang dituntut
yang
untuk
telah
dengan
disepakati
(Mangkunegara,
2001).
diharapkan,
apabila
bekerjanya kedisipllinan, mempunyai
dalam
menunjukkan mempunyai inisiatif
dan
menghadapi
motivasi, mampu tantangan
(Mangkuprawira, 2007). Kinerja menjadi
seseorang
penting
karena
adalah
Bentuk-bentuk
memberikan
perawatan, pasien, perawat
perilaku
dan
serta
perilaku
pertolongan,
bantuan perawat.
juga
yang
kepada Seorang
dituntut
untuk
bekerjasama dengan teman sekerja ataupun pasien dalam memberikan
perawat
keperawatan
pada
pasien.
Hal
sebagai
tersebut
merupakan
tuntutan
dari
penghubung dari instansi rumah sakit
rumah sakit, karena kelangsungan
kepada
operasional rumah sakit tergantung
masyarakat
yang
membutuhkan jasa pelayanan medis,
pada
dan kinerja perawat menjadi posisi
(Salbiah,
terdepan dalam keseluruhan usaha
mengherankan bila perawat berusaha
36
pelayanan 2003).
keperawatan Tidaklah
Jurnal Sosio-Humaniora Vol. 6 No. 1 Mei 2015
dengan
giat
untuk
meningkatkan
ISSN : 2087-1899
memperoleh kinerja yang diharapkan,
pelayanan keperawatannya. Dengan
apabila
senantiasa
menunjukkan
memahami
menerapkan
pengertian
dan tersebut
dalam
menghadapi
akan berdampak positif bagi sebuah
1994).
rumah sakit.
pernyataan
dikatakan
sebagai
keberhasilan tugas
dalam
serta
tingkat
melaksanakan
punya
tantangan
Berpijak di
dari
atas,
(Handoko, beberapa
maka
dapat
disimpulkan bahwa kinerja perawat adalah tingkat keberhasilan dalam melaksanakan
tugas
serta
untuk
kemampuan untuk mencapai tujuan
telah
yang telah ditetapkan instansi rumah
ditetapkan oleh instansi rumah sakit
sakit. Kinerja seorang perawat rumah
(Adhitama, 2004). Kinerja seorang
sakit merujuk pada cara penyelesaian
perawat rumah sakit merujuk pada
tugas pekerjaan yang diberikan oleh
penyelesaian tugas pekerjaan yang
instansi rumah sakit baik dengan
diberikan oleh instansi rumah sakit
melakukan tugas utamanya maupun
baik
dengan mendukung kegiatan-kegiatan
mencapai
kemampuan
kedisiplinan,
motivasi, punya inisiatif dan mampu
dalam pekerjaannya, pada akhirnya
Kinerja seorang perawat dapat
bekerjanya
tujuan
dengan
utamanya
yang
melakukan maupun
tugas dengan
yang
diselenggarakan
instansi.
mendukung kegiatan-kegiatan yang
Kinerja seorang perawat yang baik
diselenggarakan
ini
tentunya akan menguntungkan bagi
pernyataan
instansi rumah sakit dan membantu
dipertegas Handoko
instansi.
dengan (1994),
bahwa
Hal
kinerja
rumah
sakit
dalam
dinyatakan baik dan sukses jika tujuan
keputusan-keputusan
yang
pada
diinginkan
dapat
tercapai
dengan baik. Seorang individu akan
akhirnya
mengambil
penting
akan
yang
tercapainya
tujuan instansi tersebut.
37
Jurnal Sosio-Humaniora Vol. 6 No. 1 Mei 2015
Seorang perawat mempunyai
ISSN : 2087-1899
memahami
peran
dan
peranan cukup penting bagi sebuah
dalam
rumah sakit. Di dalam mencapai atau
melakukan praktik perawatan mandiri
meningkatkan
kepada
kesehatan
upaya
umum
pelayanan
pelayanan
sampai
medis
upaya
spesialis,
pelayanan
fungsinya
profesional
kelompok
masyarakat Kinerja
individu
(Hariningsih,
perawat
yang
atau 2007).
baik
pada
dibutuhkan seorang perawat yang
akhirnya akan
gigih, ulet, tekun, mau berusaha,
positif bagi peningkatan akreditasi
bertanggung jawab dan beradaptasi
sebuah rumah sakit.
terhadap situasi dan kondisi yang ada (Azwar,
1996).
Seorang
perawat
meningkatkan perilaku
jawab yang diberikan rumah sakit
dibentuk
kepadanya.
pengalaman
ini
dikarenakan
dampak
Perilaku kerja yang baik dapat
diharuskan mampu memikul tanggung
Hal
membawa
dan
kinerja
dan
yang ditimbulkan oleh
semua individu
kepribadian (Robbins,
Anoraga
kepentingan sendiri, tetapi juga bagi
buruknya kinerja dapat diketahui dari
kepentingan
sikap mereka dalam bekerja dan
memberikan
manfaat pihak lain.
Suyati
1995).
dalam
perawat bekerja tidak hanya untuk
yang
&
dan
Baik
terhadap pekerjaan itu sendiri. Kinerja
Di samping itu para perawat
yang baik dari karyawannya akan
juga harus menyadari sepenuhnya
menyebabkan tercapainya tujuan dari
bahwa
mereka
penting
dalam
sakit,
bagian
suatu
operasional
rumah
Mangkunegara,
mereka
perusahaan.
Sikula
(dalam 2001)
diberikan
mengungkapkan aspek-aspek yang
tanggung jawab yang besar dalam
digunakan dalam mengamati kinerja
melakukan pelayan kesehatan pada
karyawan.
masyarakat. Perawat harus mampu
tersebut antara lain:
38
dimana
menjadi
Adapun
aspek-aspek
Jurnal Sosio-Humaniora Vol. 6 No. 1 Mei 2015
a. Kualitas Kerja
padaaturan
Kualitas utama
merupakan
dalam
ISSN : 2087-1899
setiap
tujuan
perusahaan.
kerja
para
karyawannya.
disini
meliputi
ketelitian,
berlaku,
dapat
dipercaya dan kerajinan. d. Sikap
Kualitas kerja ditentukan oleh sikap kerja
yang
Sikap kerja dibutuhkan individu
Kualitas
dalam menata pola ritme kehidupan
ketepatan,
pribadinya. Sikap juga sebagai dasar
keterampilan,
diri
seseorang
dalam
kebersihan.
membangun
kompetensi
dirinya,
b. Kuantitas Kerja
membangun kehidupan sosial, serta
Kuantitas
kerja
dan
harga
berkaitan
memberikan identitas atau status bagi
dengan keefektifan kinerja seorang
dirinya. Wendelt dan Stewart (dalam
karyawan. Kuantitas kerja meliputi
Setyawan,
seberapa
aspek
cepat
menyelesaikan seberapa
individu pekerjaannya,
efektif
waktu
yang
digunakan, dan kesalahan-kesalahan
2005)
yang
mengemukakan
digunakan
dalam
pengukuran kinerja karyawan. Adapun aspek-aspek tersebut yaitu: a) Psikososial
yang dilakukan.
Aspek ini dapat dijelaskan berupa
c. Dapat tidaknya diandalkan
tindakan-tindakan yang ditujukan
Aspek seberapa
ini
dijelaskan
pemenuhan
kebutuhan konsumen.
karyawan untuk mengerjakan tugas
b) Psikososial kelompok
suatu
tidaknya diandalkan
kapasitas
untuk
seorang
dalam
jauh
dapat
pekerjaan.
seorang juga
meliputi
kebutuhan-
Dapat
Aspek inidapat dijelaskan berupa
karyawan
tindakan-tindakan yang ditujukan
inisiatif
individu, inovasi yang dilakukan, patuh
untuk
pemenuhan
psikososial
konsumen
kebutuhan selama
39
Jurnal Sosio-Humaniora Vol. 6 No. 1 Mei 2015
menjadi
anggota
dari
sebuah
kelompok.
ISSN : 2087-1899
berpendapat
bahwa
dipengaruhi
c) Fisik
oleh
kinerja
hal-hal
sebagai
berikut:
Aspek ini dapat dijelaskan berupa
a. Faktor kemampuan
tindakan-tindakan yang ditujukan
Secara
umum
dibagi
menjadi
dua
yaitu
potensi
(IQ)
dan
untuk pemenuhan kebutuhan fisik
disini
konsumen.
kemampuan
kemampuan
kemampuan reality (knowledge and
d) General Aspek ini dapat dijelaskan berupa
skill).
tindakan-tindakan yang ditujukan
Kemampuan potensi atau IQ
untuk pemenuhan kebutuhan fisik
didasarkan pada pendidikan
konsumen.
memadai bagi seorang pegawai untuk
e) Komunikasi Komunikasi dalam
seorang
karyawan
berhubungan
dengan
konsumen.
pekerjaan
atau
jabatannya.
Kemampuan
realitY
menyangkut
keterampilan dan pengetahuan yang dimiliki
f) Professional Implication
yang
seorang
pegawai
dalam
mengerjakan pekerjaannya. Artinya
Aspek ini dapat dijelaskan berupa
seorang pegawai yang memiliki IQ di
tindakan-tindakan yang ditujukan
atas rata-rata (IQ 110-120) dengan
untuk pemenuhan tanggung jawab
pendidikan
yang
memadai
untuk
sebagai karyawan dalam segala
jabatannya
dan
terampil
dalam
segi maupun situasi.
mengerjakan pekerjaan sehari-hari,
Pada
dasarnya
kinerja
maka pegawai tersebut akan lebih
dipengaruhi oleh dua hal, yaitu faktor
mudah
kemampuan
diharapkan. Oleh karena itu, seorang
dan
motivasi.
Steers
(dalam Hernama & Kristyanty, 2007)
40
pegawai
mencapai
perlu
kinerja
ditempatkan
yang
pada
Jurnal Sosio-Humaniora Vol. 6 No. 1 Mei 2015
pekerjaan
yang
sesuai
dengan
ISSN : 2087-1899
paling penting dalam keterkaitannya
keahliannya.
dengan kinerja seorang karyawan
b. Faktor Motivasi
(Sutjipto, 2000).
Motivasi terbentuk dari sikap
Adanya kinerja yang baik pada
karyawan dalam menghadapi situasi
perawat
kerjanya.
Motivasi
dapat
juga
membawa
dikatakan
sebagai
energi
untuk
peningkatan akreditasi rumah sakit.
membangkitkan dorongan dalam diri.
Perawat harus mampu memahami
Motivasi yang ada pada individu akan
peran dan fungsinya dalam pelayanan
mewujudkan
profesional dan melakukan praktik
diarahkan
suatu
pada
perilaku
tujuan
yang
mencapai
pada
akhirnya
dampak
keperawatan
akan
positif
mandiri
bagi
kepada
sasaran.
kelompok individu atau masyarakat
c. Faktor Kepribadian
(Hariningsih, 2007).
Kemampuan setiap karyawan
Namun pada kenyataannya,
dalam menghadapi pekerjaan tidaklah
sampai saat ini masih ditemukan
sama, tergantung pada banyak hal
perawat yang tidak bekerja dengan
dan salah satu yang membedakan
maksimal dalam melayani pasien,
adalah karakteristik kepribadiannya.
bahkan
ada
perawat
yang
Beberapa
memperlakukan
pasiennya
dengan
yang
karakteristik
dinyatakan
kepribadian
terkait
dengan
semena-mena.
Hasil
penelitian
kinerja diantaranya adalah locus of
Trisnantoro
(2005)
control, harga diri, konsep diri, dan
responden
pasien
kecerdasan emosi. Salah satu faktor
pasien di sebuah Rumah Sakit di
yang mempengaruhi kinerja adalah
Jakarta, menunjukkan 87,7 % pasien
harga diri. Harga diri merupakan salah
atau
satu karakteristik kepribadian yang
terhadap pelayanan rumah sakit. Hal
keluarga
terhadap atau
pasien
232
keluarga
tidak puas
41
Jurnal Sosio-Humaniora Vol. 6 No. 1 Mei 2015
ini
dikarenakan
prosedur
berbelit-belit, memberikan
informasi
yang
masih sering lalai dalam memberikan
kelambanan
obat dan makanan, melupakan hal-hal
dan
yang sepele dan rutinitas pekerjaan
waktu
observasi yang teralu lama.
yang
Berdasarkan hasil wawancara dengan
10
orang
ISSN : 2087-1899
perawat
dijalani.
Selain
itu
banyak
perawat seringkali merasa bersalah
yang
ketika tidak mampu atau mengalami
bekerja di RSUD Purworejo, RS PKU
kesulitan dalam melayani pasiennya,
Muhammadiyah Kotagede dan RS
akibatnya banyak dari mereka sering
PKU
Pusat
mendapat celaan dan ejekan dari
kenyataannya
keluarga pasien, sehingga mereka
Muhammadiyah
Yogyakarta,
pada
bahwa kebanyakan perawat tersebut
tidak
tidak
menyelesaikan pekerjaannya.
mencapai
diharapkan.
kinerja
Hasil
yang
wawancara
mempunyai
motivasi
untuk
Menyimak gejala-gejala pada
menunjukkan ada 8 orang perawat
kinerja
yang belum mencapai hasil yang
Mangkuprawira (2007) bahwa kinerja
diinginkan pihak rumah sakit maupun
yang tinggi dari seorang karyawan
dari
akan
dirinya
sendiri
dalam
yang
menunjukkan
melaksanakan tugas, dan ada 2 orang
mempunyai
yang mampu melaksanakan tugas
inisiatif,
sesuai
tantangan,
dengan
yang
diinginkan.
diungkapkan
dan
kedisiplinan,
motivasi,
mempunyai
mampu
menghadapi
perawat-perawat
yang
Berbagai alasan diungkapkan perawat
demikian dapat dikatakan memiliki
yang belum mencapai hasil yang
kinerja yang rendah. Kinerja yang
diinginkan
rendah akan menghambat perawat
tugas,
dalam
melaksanakan
diantaranya
banyaknya
dalam
upayanya
prosedur tetap yang harus dijalani
pelayanan
oleh
masyarakat.
42
perawat,
perawat
mengaku
kesehatan
melakukan kepada
Jurnal Sosio-Humaniora Vol. 6 No. 1 Mei 2015
ISSN : 2087-1899
Salah satu faktor yang diduga
baik oleh
lingkungan,
dan
dapat
mempengaruhi kinerja yaitu harga diri.
menerima
kondisi
fisik
dan
Harga diri yaitu evaluasi diri yang
psikologisnya dengan baik.
dibuat oleh individu yang dinyatakan dalam
sikap
positif
atau
negatif
Lebih
lanjut
harga
diri
merupakan kunci terpenting dalam
terhadap dirinya sendiri (Baron &
pembentukan
Byrne,
&
karyawan, karena akan berpengaruh
Menurut
pada proses berpikir, tingkat emosi,
dalam
Wahyurini,
Ma‟shum,
Y
2004)
Sandlelands,
brockner,
&
Glynn
perilaku
keputusan-keputusan
seorang
yang
diambil
(1988) individu dengan harga diri yang
bahkan berpengaruh pada nilai-nilai
tinggi
dan
mampu
menggunakan
informasi-informasi
yang
berkaitan
tujuan
memungkinkan
hidupnya seorang
karyawan
dengan suatu tugas hingga mereka
untuk
lebih mampu mempertahankan tingkat
pekerjaannya
ketekunan dan usaha dan mampu
dalam Susilo & tanaja, 1996).
memotivasi
diri
kegagalan
dalam
tugas
tersebut.
ketika
mengalami
menyelesaikan
Seorang harga
diri
menikmati
(Clemes dan
individu yang
positif
Bean,
dengan akan
rendahnya
membangkitkan rasa percaya diri,
harga diri dapat diketahui dari sikap
penghargaan diri, rasa yakin akan
seseorang menghadapi kondisi dan
kemampuan diri, rasa berguna serta
situasi yang ada. Coopersmith (dalam
rasa bahwa kehadirannya diperlukan
Buss,
mengungkapkan
di dunia ini. Seorang karyawan yang
seseorang dengan harga diri yang
memiliki harga diri yang cukup positif,
tinggi
memiliki
maka dia akan yakin dapat mencapai
penerimaan diri yang baik, menilai diri
kinerja yang dia dan perusahaan
sendiri dengan baik, penerimaan yang
harapkan. Pada gilirannya, keyakinan
1995)
Tinggi
mampu
serta
diantaranya
43
Jurnal Sosio-Humaniora Vol. 6 No. 1 Mei 2015
itu
akan
tersebut
memotivasi untuk
mencapai
apa
karyawan
dinyatakan dalam sikap positif atau
sungguh-sungguh
negatif terhadap dirinya sendiri (Baron
yang
&
diinginkan
(Tambunan, 2001). Seorang
ISSN : 2087-1899
Byrne,
dalam
Ma‟shum,
Y
&
Wahyurini, 2004). Nathaniel (dalam karyawan
yang
Koentjoro,
diri
akan
lebih
bahwa harga diri tumbuh dan dimiliki
mandiri,
lebih
individu yang berasal dari penilaian
sanggup
pribadi seseorang yang kemudian
menerima tantangan, lebih percaya
menghasilkan suatu akibat terutama
diri, tidak mudah menyerah dan putus
pada proses pemikiran, perasaan-
asa, mudah memikul tanggung jawab,
perasaan,
mampu
keinginan dan tujuan-tujuan.
memiliki
harga
bersemangat, mampu
lebih
dan
berdaya,
menghadapi
kehidupan
orang
nilai-nilai,
keinginan-
Perasaan-
mengatakan bahwa harga diri adalah
akan
suatu fungsi, artinya bukan suatu
mempengaruhi bagaimana seseorang
yang dibawa sejak lahir, melainkan
bertingkah
bagaimana seseorang menggunakan
perasaan
lain.
mengemukakan
Ma‟shum & Wahyurini (2004)
dengan lebih baik dan merasa sejajar dengan
1989)
tersebut
laku dalam bekerjanya
(Tjahyono, 2005). Lebih lanjut harga
kesadarannya.
diri seorang karyawan akan terbentuk
diambil yang mempunyai keterkaitan
melalui
dengan kesadaran, sikap kejujuran
proses
keinginan, akhirnya cermin
berpikir,
tujuannya nantinya
dan
akan
menjadi
seseorang terhadap kenyataan dan tingkat
integritas
pribadi.
Hidup
dengan penuh kesadaran secara tidak
(Branden, dalam Hasnita & Sanusi
langsung berarti menyadari fakta-fakta
2006). Harga diri yaitu evaluasi diri
realistis, fakta-fakta batiniah dan juga
yang
fakta-fakta dunia luar. Harga diri yang
dibuat
kinerja
pada
yang
seseorang
44
dari
nilai-nilai,
Pilihan-pilihan
oleh
individu
yang
Jurnal Sosio-Humaniora Vol. 6 No. 1 Mei 2015
sejati
tidak
diungkapkan
ISSN : 2087-1899
melalui
yang tinggi. Pada akhirnya motivasi
pemujaan diri dengan mengorbankan
kerja yang tinggi dari perawat akan
orang
terwujud pada kinerjanya yang baik
lain
atau
dengan
mengagungkan seseorang jauh lebih unggul
dari
orang
lain
(Salbiah, 2003). Gea,
atau
et
al.
menyengsarakan orang lain untuk
mengemukakan
membahagiakan seseorang. Arogansi
merupakan perkembangan dari rasa
dan
ketergolongan,
terlalu
mengagungkan
kemampuan menggambarkan harga
diri
betapa
kita
dan
bahwa
(2002) harga
kemampuan, Rasa
diri
dan
hanyalah
keberartian.
rapuhnya
bararti bahwa individu merasa dirinya
bukannya
merupakan
bagian
ketergolongan
dari
kelompok
mencerminkan kokohnya harga diri
dimana individu merasa dihargai dan
seseorang (Ma‟shum dan Wahyurini,
diterima
2004).
kemampuan Seorang dengan harga diri
oleh
kelompoknya. berkaitan
Rasa dengan
keberhasilan individu dalam mencapai
yang tinggi akan lebih berorientasi
keberhasilan.
pada keberhasilan, menaruh harapan
merupakan pandangan individu atas
yang besar di masa depan dan lebih
dirinya berdasarkan pandangan atas
efekif (Tjahyono, 2005). Lebih lanjut
penilaian orang lain terhadap dirinya.
menurut
Muhaimin
dalam
Nurvia akan
yang
bertingkah
dimotivasi oleh
keberartian
Harga diri yang dimiliki individu
(2006) seseorang dengan harga diri tinggi akan
Rasa
mempengaruhi laku
dalam
bagaimana kehidupan
keterikatan dalam tingkah laku bekerja
sehari-hari (Tjahyono, 2005). Tinggi
yang baik. Dalam konteks ini, tingkah
rendahnya harga diri dapat diketahui
laku
dari sikap seseorang menghadapi
seorang
perawat
dapat
ditunjukkan dengan motivasi kerja
kondisi
dan
situasi
yang
ada.
45
Jurnal Sosio-Humaniora Vol. 6 No. 1 Mei 2015
Coopersmith
(dalam
mengungkapkan harga
diri
yaitu
1995)
karyawan yang memiliki harga diri
aspek-aspek
dari
yang cukup positif, maka dia akan
penerimaan
diri,
yakin dapat mencapai kinerja yang dia
penilaian
terhadap
perlakuan
lingkungan
Buss,
ISSN : 2087-1899
diri
sendiri,
dan
perusahaan
harapkan.
sosial
dan
gilirannya,
fisik
dan
memotivasi karyawan tersebut untuk
psikologis. Menurut Tjahyono (2005)
sungguh-sungguh mencapai apa yang
ada beberapa hal yang termasuk
diinginkan (Tambunan, 2001).
keluarga,
aspek
dan
harga
kondisi
diri.
Aspek-aspek
Dalam
tersebut yaitu: diterima, berharga, dan
seorang
kompeten.
melalui
Berdasarkan
beberapa
proses
keinginan,
penelitian ini menggunakan aspek dari
akhirnya
Coopersmith Aspek
ini
lebih
hal
perawat
pendapat mengenai aspek harga diri,
(dalam
keyakinan
itu
Pada
ini
nilai-nilai
dan
akan
kinerja
1995).
cermin
lengkap
dalam
(Branden dalam Nurvia 2003). Menurut
pada menjadi
Buss,
mengungkap harga diri dan mudah
diri
terbentuk
berpikir,
nantinya dari
harga
akan
tujuannya
akan
seseorang
Sandlelands,
dipahami, di samping itu juga aspek
Brockner, & Glynn (dalam Nurvia,
ini sesuai dengan kondisi penelitian
2003) individu dengan harga diri yang
yang akan dilakukan oleh peneliti.
tinggi
Seorang harga
yang
berkaitan
membangkitkan rasa percaya diri,
lebih mampu mempertahankan tingkat
penghargaan diri, rasa yakin akan
ketekunan dan usaha dan mampu
kemampuan diri, rasa berguna serta
memotivasi
diri
rasa bahwa kehadirannya diperlukan
kegagalan
dakam
di
tugas tersebut
ini.
positif
informasi-informasi
dengan suatu tugas sehingga mereka
dunia
yang
dengan
menggunakan
akan
46
diri
individu
mampu
Misalnya,
seorang
ketika
mengalami
menyelesaikan
Jurnal Sosio-Humaniora Vol. 6 No. 1 Mei 2015
MATERI DAN METODE
ISSN : 2087-1899
kinerja berkisar antara 0,335 sampai 0,856.
Subjek penelitian ini adalah
Hasil
pengujian
perawat rumah sakit sejumlah 47
reliabilitas
orang, dengan kriteria masa kerja
menunjukkan
minimal 1 tahun, usia maksimal 50
yang diperoleh setelah proses seleksi
tahun dan pendidikan keperawatan
item adalah α = 0,960. Hal tersebut
minimal D3. Metode dalam penelitian
dapat
ini
mempunyai
adalah
skala.
Skala
yang
skala
terhadap
harga
koefisien
diartikan
skala
diri
reliabilitas
harga
diri
kepercayaan,
digunakan adalah skala kinerja dan
keterandalan, dan konsistensi sebesar
skala harga diri.
0,960. Menurut teori Azwar (1999),
Hasil
pengujian
terhadap
dapat berarti juga perbedaan yang
reliabilitas skala kinerja menunjukkan
tampak pada skor skala tersebut
koefisien reliabilitas yang diperoleh
mampu mencerminkan 92,8 % dari
setelah proses seleksi item adalah α =
perbedaan yang terjadi pada skor
0,995. Hal tersebut dapat diartikan
murni
skala
bersangkutan.
kinerja
kepercayaan,
mempunyai
keterandalan,
dan
kelompok
subjek
Adapun
yang
koefisien
validitas item dan skor total dari skala
konsistensi sebesar 0,955. Menurut
harga
diri
berkisar
antara
0,308
teori Azwar (1999), dapat berarti juga
sampai 0,789. Pengujian hipotesis
perbedaan yang tampak pada skor
dalam penelitian ini menggunakan
skala tersebut mampu mencerminkan
analisis data dari korelasi product
94,53 % dari perbedaan yang terjadi
moment dari Pearson, yang menguji
pada skor murni kelompok subjek
hubungan harga diri sebagai variabel
yang bersangkutan. Adapun koefisien
bebas, dan penampilan kerja sebagai
validitas item dan skor total dari skala
variabel terikat.
47
Jurnal Sosio-Humaniora Vol. 6 No. 1 Mei 2015
HASIL DAN PEMBAHASAN
ISSN : 2087-1899
tergantung
yang
diukur
memiliki
sebaran normal atau tidak. Dalam uji Berdasarkan hasil kategorisasi
normalitas ini, teknik yang digunakan
kinerja dapat disimpulkan sebanyak
yaitu
85,1 % (40 subjek) berada dalam
Kolmogorov Smirnov Goodness of Fit
kategori tinggi. Sedangkan sebanyak
Test.
14,9 % (7 subjek) berada dalam
digunakan dalam uji normalitas adalah
kategori sedang. Hal ini menunjukkan
p > 0,05. Sehingga dapat dikatakan
subjek
sebaran
memiliki
kecenderungan
menggunakan
Adapun
data
teknik
pedoman
dikatakan
yang
normal
kinerja yang tinggi. Berdasarkan hasil
apabila p > 0.05, dan sebaliknya
kategorisasi
sebaran data dikatakan tidak normal
harga
diri,
dapat
disimpulkan sebanyak 76,6 % (36 subjek) berada dalam kategori tinggi.
jika p < 0,05 (Hadi, 1995). Dari
hasil
uji
normalitas
Sedangkan sebanyak 23,4 % (11
sebaran data, dapat dijelaskan bahwa
subjek)
kategori
hasil uji normalitas sebaran data dari
sedang. Hal ini menunjukkan subjek
variabel kinerja menunjukkan KS-Z =
memiliki kecenderungan harga diri
0,121 dan p > 0,05. Berdasarkan skor
yang tinggi
yang diperoleh, dapat disimpulkan
berada
Sebelum
dalam
menguji
hipotesis
bahwa sebaran data variabel kinerja
penelitian, terlebih dahulu dilakukan
terdistribusi secara normal. Hasil uji
uji asumsi yaitu uji normalitas dengan
normalitas sebaran data dari variabel
menggunakan Kolmogorov Smirnov
harga diri menunjukkan KS-Z = 0,124
dan uji linearitas menggunakan uji F.
dan p > 0,05. Berdasarkan skor yang
a. Uji Normalitas
diperoleh, dapat disimpulkan bahwa
Uji normalitas dilakukan untuk mengetahui
48
apakah
variabel
sebaran
data
variabel
terdistribusi secara normal.
harga
diri
Jurnal Sosio-Humaniora Vol. 6 No. 1 Mei 2015
b. Uji Linieritas Uji linieritas dilakukan untuk menguji kedua
apakah variabel
hubungan linier
atau
antara tidak.
ISSN : 2087-1899
diterima.
Sedangkan
koefisien
determinan
(r2) antara harga
diri
dengan kinerja sebesar 0,297. Hasil tersebut
menunjukkan
harga
Pedoman yang digunakan adalah p <
memberikan
0,05. Hubungan antara variabel bebas
sebesar 29,7 % terhadap kinerja,
dan variabel tergantung dikatakan
sedangkan
linier jika p < 0,05 (Hadi, 1995). Hasil
sebesar 70,3 % disumbang oleh faktor
uji linieritas kedua variabel tersebut
lain
mempunyai nilai koefisien linieritas (F)
dilibatkan dalam penelitian ini.
sebesar 47,987 dan p < 0,05. Hal
sumbangan
diri
sumbangan
dalam
Hasil
kinerja
analisis
tidak
korelasional
pada
variabel
bahwa ada hubungan positif antara
mempunyai
hubungan yang linier.
ini
efektif
tersebut menunjukkan bahwa kedua tersebut
penelitian
yang
efektif
menunjukkan
harga diri dengan kinerja dengan
Uji hipotesis dilakukan untuk
koefisien
korelasi
sebesar
0,545.
mengetahui korelasi antara variabel
Semakin tinggi harga diri seseorang,
harga diri dan variabel kinerja. Uji
maka semakin tinggi pula kinerjanya.
hipotesis
dengan
Sebaliknya semakin rendah harga diri
menggunakan teknik korelasi Product
seseorang, maka semakin rendah
Moment
pula kinerjanya. Hal ini berarti bahwa
dilakukan
dari
Pearson.
Hasil
uji
korelasi product momentmenunjukkan
hipotesis
hubungan positif sangat signifikan
hubungan positif antara harga diri
antara
dengan kinerja dapat diterima.
harga
diri
dengan
kinerja
yang
mengatakan
ada
dengan koefisien korelasi sebesar
Perawat yang memiliki harga
0,545 (p < 0,05) Hal ini berarti
diri tinggi akan menunjukkan kinerja
hipotesis
yang tinggi. Sebaliknya perawat yang
yang
diajukan
dapat
49
Jurnal Sosio-Humaniora Vol. 6 No. 1 Mei 2015
ISSN : 2087-1899
memiliki harga diri yang rendah akan
orang
menunjukkan kinerja yang rendah
tersebut
pula.
bagaimana seseorang bertingkah laku
Wawancara
yang
dilakukan
lain. akan
peneliti menunjukkan bahwa perawat
dalam
tersebut
(Tjahyono,
memiliki
penerimaan
diri
Perasaan-perasaan mempengaruhi
kehidupan 2005).
sehari-hari Hal-hal
yang
yang baik, para perawat mampu
menunjukkan harga diri yang tinggi
menilai diri sendiri secara
positif
pada perawat dalam penelitian ini
sehingga perawat tersebut mampu
adalah sebagai seorang perawat yang
mengekspresikan
dalam
memiliki penerimaan diri yang baik,
pekerjaan dan mampu memotivasi diri
penilaian diri yang positif, perlakuan
ketika mengalami kegagalan dalam
yang baik dari lingkungan sosial, dan
pekerjaannya.
kondisi fisik dan psikologis yang baik.
Harga
diri
dirinya
diartikan
Seorang dengan harga diri
evaluasi diri yang dibuat oleh individu
yang tinggi akan lebih berkonsentrasi
yang dinyatakan dalam sikap positif
pada keberhasilan, menaruh harapan
atau negatif terhadap dirinya sendiri
yang besar di masa depan dan lebih
(Baron & Byrne, dalam Ma‟shum Y &
efektif (Tjahyono, 2005). Lebih lanjut
Wahyurini,
menurut
2004).
dapat
Orang
yang
Muhaimin
dalam
Nurvia
mempunyai harga diri tinggi akan
(2006) seseorang dengan harga diri
lebih
yang
bersemangat,
lebih
mandiri,
tinggi akan
dimotivasi oleh
lebih mampu dan berdaya, sanggup
keterikatan dalam tingkah laku bekerja
menerima tantangan, lebih percaya
yang baik. Dalam konteks ini tingkah
diri, tidak mudah menyerah dan putus
laku
asa, mudah memikul tanggung jawab,
ditunjukkan dengan motivasi kerja
mampu menghadapi kehidupan yang
yang tinggi. Pada akhirnya motivasi
lebih baik, dan merasa sejajar dengan
kerja yang tinggi dari perawat akan
50
seorang
perawat
dapat
Jurnal Sosio-Humaniora Vol. 6 No. 1 Mei 2015
ISSN : 2087-1899
terwujud pada kinerjanya yang lebih
segala
baik (Salbiah, 2003).
keterbatasannya.
Berdasarkan wawancara yang
kelebihan
seakan-akan
Perawat
dan tersebut
membuktikan
bahwa
dilakukan oleh peneliti, menunjukkan
dengan kelemahan yang ada pada
subjek dapat beradaptasi terhadap
dirinya
situasi dan kondisi pekerjaan dengan
kelebihan. Hal ini juga yang menjadi
baik.
penyebab
Perawat
menyadari
memiliki
dapat
menjadikan
sebagai
meningkatnya
keberartian bagi semua orang karena
seorang
mempunyai tugas yang cukup berat
lingkungan keluarga dan lingkungan
dan
sosial
dibutuhkan
banyak
pihak.
perawat.
kinerja
tidak
Perlakuan
bisa
dihindari
oleh
bagi
Berdasarkan hal tersebut perawat
seorang perawat. Di dalam suasana
memiliki penilaian diri dan orang lain
bekerja dengan teknologi tinggi dan
secara positif. Hal inilah yang menjadi
dipengaruhi
penyebab
masalah
meningkatnya
kinerja
oleh
perlakuan
budaya
global,
bagi
tenaga
perawat. Menurut As‟ad (1991) bahwa
kesehatan di rumah sakit menjadi isu
seorang
yang
karyawan
dengan
penting
dalam
strategi
penerimaan diri yang baik dapat
pengembangan rumah sakit di masa
memanfaatkan
yang
menjadi
kelemahannya
kelebihannya,
mendatang
(McMahon,dkk
sehingga
1999). Para perawat mendapatkan
mampu
perlakuan yang cukup baik, baik
mengalami
menyangkut rasa puas dari pihak
kegagalan dalam pekerjaannya dan
atasan dan penghargaan berbentuk
mampu
pemberian insentif, baik dari pihak
seorang
karyawan
memotivasi
yang
diri
ketika
menyelesaikan dihadapi
pekerjaan
dengan
baik.
rumah sakit maupun keluarga pasien.
Kenyataan di lapangan perawat dapat
Harga diri termasuk kebutuhan
menerima keadaan dirinya dengan
psikologis yang juga dapat ditentukan
51
Jurnal Sosio-Humaniora Vol. 6 No. 1 Mei 2015
ISSN : 2087-1899
oleh kondisi fisik dan psikologisnya.
kinerja yang tinggi dan mempunyai
Seorang perawat yang tidak terpenuhi
harga diri yang tinggi, maka dampak
harga
yang
dirinya,
maka
akan
ditimbulkan
dapat
menimbulkan suatu gangguan yang
termanifestasikan
menggejala pada berbagai bentuk
dikemukakan di atas. Penelitian ini
gangguan fisik dan psikologisnya.
menunjukkan
Apabila
yang
mempunyai harga diri yang cukup
memiliki kekurangan kondisi fisik dan
tinggi dan tingkat kinerja yang tinggi,
psikologisnya dihadapkan pada situasi
sehingga perawat yang mempunyai
pekerjaannya
kedisiplinan,
mempunyai
menimbulkan masalah bagi kinerjanya
mempunyai
inisiatif
(McMahon, 1999). Pada kenyataan di
menghadapi tantangan dapat tercipta.
lapangan, para perawat seringkali
Hal ini menunjukkan harga diri yang
merasa jengkel dan kesal apabila
tinggi pada perawat yaitu perawat
menghadapi
dengan
seorang
perawat
maka
akan
pekerjaannya.
perasaannya
Namun
tersebut
dibawanya
saat
tidak melakukan
yang
bahwa
lebih
dan
perawat
motivasi,
dan
kepercayaan
bersemangat, mampu
seperti
mampu
diri
tinggi,
mandiri,
lebih
berdaya,
sanggup
pekerjaannya. Para perawat seringkali
menerima tantangan, tidak mudah
dilecehkan oleh pasien atau keluarga
menyerah dan putus asa dan dapat
pasien, hanya para perawat tetap
memikul tanggung jawab, sehingga
menikmati
perawat
akan
pekerjaannya,
seakan-
membuktikan
pekerjaannya
tidak
seburuk
bahwa
pelayanan
medis
yang
memenuhi
sasaran
dikira.
meningkatkan dan yan
mampu telah
ditetapkan oleh instansi. Hal
di
atas
dikemukakan
apabila perawat yang memiliki tingkat
52
mampu
Berdasarkan
kategorisasi
kinerja menunjukkan sebanyak 85,1
Jurnal Sosio-Humaniora Vol. 6 No. 1 Mei 2015
ISSN : 2087-1899
% (40 subjek) berada dalam kategori
pada
tinggi. Sedangkan sebanyak 14,9 %
Muhammadiyah
(7 subjek) berada dalam kategori
siginifikan dengan koefisien korelasi
sedang. Hal ini menunjukkan subjek
0,545 (p < 0,05).
memiliki kecenderungan kinerja yang
perawat
RS yang
PKU sangat
Hal ini menunjukkan bahwa
tinggi. Hasil kategorisasi harga diri
semakin
menunjukkan sebanyak 76,6 % (36
kinerjanya cenderung semakin tinggi.
subjek) berada dalam kategori tinggi.
Perawat dengan harga diri yang tinggi
Sedangkan sebanyak 23,4 % (11
akan
subjek)
kategori
keberhasilan dan lebih lanjut perawat
sedang. Hal ini menunjukkan subjek
dengan harga diri yang tinggi akan
memiliki kecenderungan harga diri
dimotivasi
yang tinggi.
tingkah
berada
Hasil
dalam
koefisien
determinasi
tinggi
harga
lebih
Variabel
berorientasi
oleh
laku
diri
keterikatan
bekerja
harga
diri
yang
maka
pada
dalam baik.
memberikan
menunjukkan, harga diri memberikan
sumbangan terhadap variabel kinerja
sumbangsih sebesar 29,7 % terhadap
sebesar 29,7 % terhadap peningkatan
kinerja, sedangkan sumbangan 70,3
kinerja, sedangkan sumbangan efektif
% disumbang oleh faktor lain dalam
sebesar 70,3 % disumbang oleh faktor
kinerja yang tidak dilibatkan dalam
lain
penelitian ini.
dilibatkan dalam penelitian ini.
KESIMPULAN
Dari
hasil
penelitian
dalam
kinerja
yang
tidak
DAFTAR PUSTAKA
dapat
ditarik kesimpulan bahwa hubungan positif antara harga diri dengan kinerja
Aditama, TY. 2004. Manajemen Administratif Rumah Sakit. Jakarta: UI Press As‟ad, M. 1991. Psikologi Industri Edisi Keempat. Jogjakarta: Liberty
53
Jurnal Sosio-Humaniora Vol. 6 No. 1 Mei 2015
Azwar, S. 2003. Sikap Manusia, Teori dan Pengukurannya. Yogyakarta: Pustaka Jaya Azwar, S. 2003. Penyusunan Skala Psikologi. Yogyakarta: Pustaka Jaya Azwar, S. 2000. Sikap Manusia, Teori dan Pengukurannya. Yogyakarta: Pustaka Jaya
ISSN : 2087-1899
Manusia Perusahaan. Yogyakarta: Raja Grafindo. McMahon, dkk. 1999. Manajemen Pelayanan Kesehatan Primer. Jakarta: EGC Munandar, A.S. 2006. Psikologi Industri dan Organisasi. Jakarta : UI Press.
Gea, dkk. 2002. Relasi dengan Diri Sendiri. Jakarta: Gramedia
Pareek, U. 1984. Perilaku Organisasi. Jakarta: Pustka Binaman Pressindo
Gomes, F.C. 1997. Manajemen Sumber Daya Manusia. Yogyakarta: Andi
Papu, J. 2008. Teamwork (Sebuah Pengenalan Singkat). Jakarta: Artikel e-psikologi
Hadi, S. 1995. Metodologi Research. Yogyakarta: Andi
Robbins, S.P. Organisasi Gramedia.
Handoko, TH. 1994. Manajemen Personalia dan Sumber Daya Manusia. Yogyakarta: BPFE. Hariningsih, W. 2007. Implementasi Kinerja Perawat di Rumah Sakit, Pendidikan dan Komunitas. Artikel. Bandung: STIK Immanuel Bandung. Jati, I.N. 2007. Strategi Peningkatan Kinerja Karyawan melalui Pelatihan dan Pengembangan di Perum Bulog Divre Jateng. Skripsi (tidak diterbitkan). Fakultas Ekonomi Universitas Negeri Semarang. Kuntjoro, T. 2005. Pengembangan Manajemen Kinerja perawat dan Bidan sebagai Strategi dalam Peningkatan Mutu Klinis. Gombong: Jurnal Penelitian balai Pelatihan Teknis Profesi Kesehatan terbitan September 2005. Mangkunegara, Manajemen
54
A.P. Sumber
2001. Daya
2003. Jilid I.
Perilaku Jakarta:
Suastha, N.T. 2002. Evaluasi Kinerja Suatu Perangkat Manajemen: Suatu Buku Text dan Pedoman. Jakarta: Universitas Bhayangkara Press. Tjahyono, S. 2005. Meningkatkan Harga Diri. Jakarta: Artikel harian Kompas terbitan 23 September 2005 Yunianto, A & Purwatiningtyas. 2004. Membangun dan Menilai Team Work dalam Organisasi. Yogyakarta: Amara Books
LEMBAGA PENELITIAN DAN PENGABDIAN KEPADA MASYARAKAT (LPPM) UNIVERSITAS MERCU BUANA YOGYAKARTA Jl. Wates Km 10 Yogyakarta Tlp (0274) 6498212 Pesawat 133 Fax. (0274) 6498213 www.mercubuana-yogya.ac.id email :
[email protected]
ISSN : 2087-1899