PEMANFAATAN MUSEUM DIPONEGORO SEBAGAI SUMBER BELAJAR SEJARAH PADA MATERI BENTUK-BENTUK PERLAWANAN RAKYAT INDONESIA DALAM MENENTANG KOLONIALISME BANGSA BARAT PERIODE SESUDAH TAHUN 1800 UNTUK MENINGKATKAN HASIL BELAJAR SISWA KELAS VIII SMP NEGERI 3 MAGELANG TAHUN PELAJARAN 2010/2011
SKRIPSI Untuk memperoleh gelar Sarjana Pendidikan Pada Universitas Negeri Semarang
Oleh Arif Widayanto NIM. 3101407001
JURUSAN SEJARAH FAKULTAS ILMU SOSIAL UNIVERSITAS NEGERI SEMARANG 2011
i
PERSETUJUAN PEMBIMBING
Skripsi ini telah disetujui oleh Dosen Pembimbing untuk diajukan ke sidang panitia Ujian Skripsi pada : Hari
:
Tanggal
:
Pembimbing I
Pembimbing II
Drs. Ba‟in, M.Hum NIP.19630706 199002 1 001
Dra. Santi Muji Utami, M.Hum NIP.19650524 199002 2 001
Mengetahui, Ketua Jurusan Sejarah
Arif Purnomo, SS., S.Pd., M.Pd NIP. 19730131 199903 1 002
ii
PENGESAHAN KELULUSAN Skripsi ini telah dipertahankan di hadapan sidang Panitia Ujian Skripsi Jurusan sejarah, Fakultas Ilmu Sosial, Universitas Negeri Semarang. Hari
:
Tanggal
:
Penguji Utama
Drs. Ibnu Sodiq, M.Hum NIP. 19631215 198901 1 001 Penguji I
Penguji II
Drs. Ba’in, M. Hum NIP.19630706 199002 1 001
Dra. Santi Muji Utami, M.Hum NIP.19650524 199002 2 001
Mengetahui, Dekan Fakultas Ilmu Sosial
Drs. Subagyo, M. Pd NIP. 19510808 198003 1 003
iii
PERNYATAAN Saya menyatakan bahwa yang tertulis di dalam Skripsi ini benar-benar hasil karya sendiri, bukan jiplakan dari karya tulis orang lain baik sebagian atau seluruhnya. Pendapat atau temuan yang lain terdapat dalam Skripsi ini dikutip atau dirujuk berdasarkan kode etik.
Semarang,
Juni 2011
Arif Widayanto NIP. 3101407001
iv
MOTTO DAN PERSEMBAHAN MOTTO Orang sukses adalah orang yang tidak pernah berpikir dirinya kalah,ketika ia terpukul jatuh (gagal) ia bangkit kembali,belajar dari kesalahannya dan bergerak maju menuju inovasi yg lebih baik. PERSEMBAHAN Skripsi ini kupersembahkan untuk : Ibu dan Bapak tercinta (Sofiah dan Muhammad Teguh, S.Pd), terima kasih atas kasih sayang dan do‟a yang selalu menyertaiku, semoga skripsi ini dapat menjadi salah satu tanda baktiku. Rainbow tersayang (Reni Handayani) yang selalu memberikan motivasi dan saran untuk selalu bersemangat serta ingat pada Allah SWT. Kakakku Puji, dan adikku Vita, Diah, Via dan Artha yang selalu mendo‟akanku. Keluarga Besar Kyai H. Sairozi dan H. Sulichan serta Hj. Rumiyatin yang selalu mendo‟akan dan memberi motivasi untuk menjadi lebih baik. Teman-teman pendidikan sejarah angkatan 2007 dan Tim JAC yang kompak. Semua
orang
yang
telah
mendidik
dan
mengajarkanku bagaimana berilmu dan berahlak mulia. Almamaterku
v
KATA PENGANTAR
Puji syukur kehadirat Allah SWT atas segala rahmat dan karuniaNya sehingga skripsi ini dapat terselesaikan dengan baik. Penulis menyadari bahwa tanpa bantuan dan bimbingan dari berbagai pihak baik secara langsung maupun tidak langsung skripsi ini tidak dapat terwujud. Penulis menyampaikan terima kasih kepada : 1. Prof. Dr. Sudijono Satroatmojo, M.Si, Rektor Universitas Negeri Semarang yang telah memberikan kesempatan kepada penulis untuk menimba ilmu di kampus tercinta ini 2. Drs. Subagyo, M.Pd, Dekan Fakultas Ilmu Sosial UNNES yang telah memberikan ijin penelitian 3. Arif Purnomo, S.Pd, S.S, M.Pd Ketua Jurusan Sejarah FIS UNNES yang telah memberikan ijin penelitian 4. Prof. Dr. Ph Dewanto, M.Pd (Alm.) mantan Dosen Pembimbing I yang telah memberikan bimbingan dan motivasi kepada penulis selama proses penyusunan skripsi 5. Drs. Ba‟in, M.Hum Dosen Pembimbing I yang telah memberikan bimbingan dan motivasi kepada penulis selama proses penyusunan skripsi
vi
6. Dra. Santi Muji Utami, M.Hum Dosen Pembimbing II yang telah memberikan bimbingan dan motivasi kepada penulis selama proses penyusunan skripsi 7. Sri Sudartono, S.Pd, M.Pd Kepala SMP Negeri 3 Magelang yang telah memberikan ijin penelitian 8. Sri Sundari, S.Pd Guru IPS Sejarah kelas VIII yang banyak memberikan bantuan kepada penulis selama penelitian 9. Djoko Suryo TNC selaku pengelola Museum Diponegoro Kota Magelang yang banyak memberikan bantuan kepada penulis selama penelitian di Museum Diponegoro 10. Para Siswa SMP Negeri 3 Magelang kelas VIII C dan VIII E yang bersedia menjadi sampel penelitian 11. Berbagai pihak yang tidak dapat disebutkan satu-persatu yang telah memberikan bantuan dan motivasi dalam penulisan skripsi ini. Dengan segala keterbatasan kemampuan dan pengetahuan penulis yakin bahwa skripsi ini jauh dari sempurna, oleh karena itu kritik dan saran sangat penulis harapkan demi kesempurnaan skripsi ini. Penulis berharap semoga skripsi ini bermanfaat bagi pembaca. Amin Semarang, Juni 2011 Peneliti Arif Widayanto NIM. 3101407001
vii
SARI Widayanto, Arif. 2011. “Pemanfaatan Museum Diponegoro Sebagai Sumber Belajar Sejarah Pada Materi Bentuk-bentuk Perlawanan Rakyat Indonesia Dalam Menentang Kolonialisme Bangsa Barat Periode Sesudah Tahun 1800 Untuk Meningkatkan Hasil Belajar Siswa Kelas VIII SMP Negeri 3 Magelang Tahun Pelajaran 2010/2011”. Skripsi. Jurusan Pendidikan Sejarah. Fakultas Ilmu Sosial. Universitas Negeri Semarang. Pembimbing I : Drs. Ba‟in, M.Hum. Pembimbing II : Dra. Santi Muji Utami, M.Hum. 93 halaman. Kata Kunci : Pemanfaatan Museum, Sumber Belajar Sejarah, Hasil Belajar Hasil belajar dapat berjalan dengan baik jika didukung oleh beberapa faktor diantaranya pemahaman materi. Untuk dapat mengetahui peningkatan hasil belajar siswa pada mata pelajaran sejarah kelas VIII SMP Negeri 3 Magelang Tahun Pelajaran 2010/2011 maka diperlukan penelitian kebih lanjut. Hasil observasi menunjukan bahwa proses pembelajaran sejarah masih konvensional dan kurang memanfatkan sumber belajar di lingkungan sekitar siswa sehingga hasil belajar masih rendah. Pemanfaatan sumber belajar sejarah dalam penelitian ini adalah dengan memanfaatkan Museum Diponegoro Kota Magelang. Rumusan masalah yang dikaji dalam penelitian ini adalah : (1) Bagaimana pemanfaatan Museum Diponegoro sebagai sumber belajar dalam pembelajaran sejarah siswa kelas VIII SMP Negeri 3 Magelang tahun pelajaran 2010/2011? (2) Apakah pembelajaran sejarah melalui pemanfaatan Museum Diponegoro sebagai sumber belajar pada kelas eksperimen VIII E lebih efektif dalam meningkatkan hasil belajar dibandingkan dengan pembelajaran sejarah tanpa pemanfaatan Museum Diponegoro pada kelas kontrol VIII C? Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui pengaruh pemanfaatan Museum Diponegoro terhadap peningkatkan hasil belajar siswa kelas VIII SMP Negeri 3 Magelang tahun pelajaran 2010/2011. Manfaat dari penelitian ini yaitu dapat memberikan informasi dan masukan tentang pentingnya pemanfaatan Museum untuk meningkatkan hasil belajar dalam pembelajaran sejarah. Penelitian ini merupakan penelitian kuantitatif dengan desain Eksperimen, yaitu ada perbedaan perlakuan antara kelas kontrol dan kelas eksperimen agar dapat dilihat perbedaannya. Populasi dalam penelitian ini adalah siswa SMP Negeri 3 Magelang. Pengambilan sampel dalam penelitian ini menggunakan teknik Simple Random Sampling dengan Randomized Control Group PretesPostest Design. Sampel penelitian ini adalah siswa kelas VIII C sebagai kelas kontrol dan siswa kelas VIII E adalah kelas Eksperimen. Peningkatan hasil belajar yang lebih baik ditunjukan pada kelas eksperimen, yaitu nilai rata-rata hasil post tes kelas eksperimen sebesar 7,423 sedangkan rata-rata kelas kontrol sebesar 5,76. Dari hasil uji-t didapatkan thitung = 6,49662 > ttabel = 2,00 yang berarti kedua kelas tersebut ada perbedaan signifikan, yaitu hasil belajar kelas eksperimen lebih baik dari pada hasil belajar kelas kontrol. Berdasarkan hasil penelitian disimpulkan bahwa melalui pemanfaatkan Museum Diponegoro sebagai sumber belajar sejarah dengan materi bentuk-bentuk
viii
perlawanan rakyat Indonesia dalam menentang kolonialisme bangsa barat periode sesudah tahun 1800 lebih efektif dibandingkan pembelajaran sejarah tanpa memanfaatkan museum sebagai sumber belajar. Pemanfaatan Museum Diponegoro sebagai sumber belajar mempermudah guru dalam mengajar dan memberikan pemahaman terhadap materi pelajaran dan menunjukan bukti-bukti nyata melalui lingkungan sekitar sehingga siswa memiliki minat untuk mengikuti pelajaran sejarah. Oleh karena itu, disarankan agar guru memanfaatan sumber belajar sejarah di lingkungan sekitar siswa khususnya museum lebih ditingkatkan sebagai alternatif dalam pembelajaran sejarah yang berdampak pada peningkatan hasil belajar sejarah.
ix
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL ........................................................................................
i
PERSETUJUAN PEMBIMBING ....................................................................
ii
PENGESAHAN KELULUSAN .......................................................................
iii
PERNYATAAN ..............................................................................................
iv
MOTTO DAN PERSEMBAHAN .....................................................................
v
KATA PENGANTAR .....................................................................................
vi
SARI ..... ........................................................................................................ viii DAFTAR ISI ..................................................................................................
x
DAFTAR TABEL ........................................................................................... xii DAFTAR LAMPIRAN ................................................................................... xiii
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah .......................................................................
1
B. Rumusan Masalah ................................................................................ 10 C. Tujuan Penelitian ................................................................................. 10 D. Manfaat Penelitian ............................................................................... 11
BAB II LANDASAN TEORI A. Landasan Teori ..................................................................................... 13 1. Pengertian Museum dan Pemanfaatannya .......................................... 13 2. Sumber Belajar Sejarah ..................................................................... 22 3. Pembelajaran Sejarah ........................................................................ 30 4. Materi Bentuk-bentuk Perlawanan rakyat Indonesia Dalam Menentang Kolonialisme Bangsa Barat Periode sesudah Tahun 1800 ................................................................................................. 39 5. Hasil Belajar ..................................................................................... 42
x
B. Kerangka Berpikir ................................................................................ 45 C. Hipotesis .............................................................................................. 46
BAB III METODE PENELITIAN A. Pendekatan Penelitian .......................................................................... 48 B. Variabel Penelitian .............................................................................. 51 C. Lokasi Penelitian ................................................................................. 52 D. Populasi dan Sampel Penelitian ............................................................ 53 E. Teknik Pengumpulan Data ................................................................... 54 F. Analisis Data ....................................................................................... 59
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Hasil Penelitian ...................................................................................... 67 1. Lokasi Penelitian .............................................................................. 2. Pemanfaatan Museum Diponegoro .................................................... 3. Efektifitas Pembelajaran Sejarah Melalui Kunjungan Ke Museum Diponegoro Sebagai Sumber Belajar ................................................. B. Pembahasan .........................................................................................
BAB V PENUTUP A. Kesimpulan ........................................................................................ 91 B. Saran ................................................................................................... 92
DAFTAR PUSTAKA ..................................................................................... 94 LAMPIRAN ................................................................................................... 97
xi
DAFTAR TABEL
Tabel 1. Kegiatan Guru dan Siswa .......................................................................... 44 2. Desain Openelitian Eksperimen ............................................................. 50 3. Kualifikasi Pendidikan, Status, Jenis Kelamin dan Jumlah Guru ............ 71 4. Jumlah Siswa SMP Negeri 3 Magelang Tahun Pelajaran 2010/2011 ....... 72
xii
DAFTAR LAMPIRAN Lampiran 1. Daftar Nama Siswa Kelas VIII E Kelompok Eksperimen ............................... 98 2. Daftar Nama Siswa Kelas VIII C Kelompok Kontrol ...................................... 99 3. RPP Kelas Eksperimen ............................................................................... 100 4. RPP Kelas kontrol ................................................................................... 107 5. Kisi-kisi Soal Uji Coba Test ........................................................................ 112 6. Soal Uji Coba Test ................................................................................... 113 7. Kunci Jawaban Soal Uji Coba Test .............................................................. 121 8. Jumlah Siswa SMP Negeri 3 Magelang Tahun Pelajaran 2010/2011 ........ 122 9. Perhitungan Validitas Butir Soal ............................................................. 126 10. Perhitungan Reliabilitas Instrumen ........................................................ 128 11. Kisi-kisi Soal Pre Test dan Post Test ..................................................... 129 12. SoalPre Test dan Post Test .................................................................... 130 13. Kunci Jawaban Soal Pre Test dan Post Test ........................................... 136 14. Data Hasil Pre Test antara Kelompok Eksperimen dan Kontrol .............. 137 15. Uji Normalitas Hasil Pre Test Kelompok Eksperimen ............................ 138 16. Uji Normalitas Hasil Pre Test Kelompok Kontrol .................................. 139 17. Uji Kesamaan Data Nilai Pre Test Antara kelompok Eksperimen dan Kontrol ........................................................................................... 140 18. Uji Perbedaan Rata-rata Data Hasil Pre Test Antara Kelompok Eksperimen dan Kelompok Kontrol ....................................................... 141 19. Data Nilai Hasil Post Test Antara Kelompok Eksperimen dan Kontrol ................................................................................................. 142 20. Uji Normalitas Hasil Post Test Kelompok Eksperimen .......................... 143 21. Uji Normalitas Hasil Post Test Kelompok Kontrol ................................. 144 22. Uji Kesamaaan Data Nilai Pre Test Antara Kelompok Eksperimen dan Kontrol ........................................................................................... 145
xiii
23. Uji Perbedaan Rata-rata Data Hasil Post test Antara kelompok Eksperimen dan Kontrol ........................................................................ 146 24. Surat Ijin Penelitian Kepada Kepala SMP Negeri 3 Magelang ................ 147 25. Surat Ijin Penelitian Kepada Kepala Museum Diponegoro ..................... 148 26. Surat Keterangan Penelitian dari SMP Negeri 3 Magelang .................... 149 27. Surat Rekomendasi dari Museum Diponegoro ........................................ 150 28. Dokumentasi Penelitian ......................................................................... 151 29. Dokumentasi Museum Diponegoro dan Koleksi-koleksinya ................... 155 30. CD Koleksi-koleksi Museum Diponegoro .............................................. 164
xiv
1
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah Museum merupakan suatu bangunan yang menyimpan koleksi hasil karya dan prestasi masyarakat di masa lampau. Museum dapat juga berbentuk suatu situs atau lingkungan fisik tertentu. Benda-benda koleksi di museum merupakan sumber informasi dan bukti konkrit bagi masyarakat mengenai kehidupan pada masa lampau. Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (2008: 766) museum berarti gedung yang digunakan sebagai pameran tetap benda-benda yang patut mendapat perhatian umum seperti peninggalan sejarah, seni dan ilmu; tempat menyimpan barang kuno. Menurut ICOM (International Council of Museums) museum adalah sebuah lembaga yang bersifat tetap, tidak mencari keuntungan, melayani masyarakat dan perkembangannya, terbuka untuk umum,
yang
mengumpulkan,
merawat,
mengkomunikasikan
dan
memamerkan bukti-bukti material manusia dan lingkungannya, untuk tujuantujuan studi, pendidikan dan kesenangan (Sutaarga, 1991: 3). Dalam sejarah museum dapat dilihat terjadinya perubahan-perubahan yang bersifat perluasan fungsi museum. Pada mulanya museum hanya berfungsi sebagai gudang barang, tempat dimana disimpan benda warisan 1
2
budaya yang bernilai luhur dan yang dirasakan patut disimpan. Kemudian fungsinya meluas ke fungsi pemeliharaan, pengawetan, penyajian atau pameran, dan akhirnya fungsi ini diperluas lagi sampai ke fungsi pendidikan secara umum dan untuk kepentingan umum atau masyarakat luas. Museum sebagai suatu institusi yang menyajikan berbagai hasil karya dan cipta serta karsa manusia pada masa lampau, merupakan tempat yang tepat sebagai sumber pembelajaran sejarah. Keberadaan museum akan menjadi lebih berarti jika dikaitkan dengan pendidikan sejarah, karena museum memberikan fasilitas belajar yang sangat menguntungkan dan merupakan bagian sumber belajar sejarah yang nyata. Melalui benda-benda koleksi yang dipamerkan di Museum, siswa dapat belajar tentang nilai dan perhatian serta kehidupan generasi pendahulu sebagai bekal di masa kini dan gambaran untuk kehidupan di masa mendatang. Benda-benda koleksi di museum dapat dijadikan sebagai media pembelajaran yang berfungsi sebagai sarana peningkatan pemahaman terhadap peristiwa sejarah bagi siswa. Di Kota Magelang terdapat beberapa museum yang menyimpan koleksi-koleksi peninggalan sejarah, antara lain 1) Museum Diponegoro yang terletak Karesidenan Magelang, di jalan Pangeran Diponegoro No. 1 Magelang; 2) Museum BPK RI berada satu kompleks dengan Museum Diponegoro; 3) Museum Sudirman, di Badaan jalan Ade Irma Suryani C.7 Magelang; 4) Museum AJB Bumi Putera 1912, di jalan A. Yani No. 21
3
Magelang; dan 5) Museum Taruna „Abdul Djalil‟, di jalan Gatot Subroto Magelang. Museum-museum yang terdapat di Kota Magelang tersebut berada dalam perlindungan dan pengawasan Dinas Pariwisata Provinsi Jawa Tengah. Salah satu museum yang terdapat di Kota Magelang adalah Museum Diponegoro. Museum Diponegoro terletak di Karesidenan Magelang, bagian barat laut kota Magelang. Museum Diponegoro dahulunya merupakan kamar rumah Residen Kedu di Magelang yang digunakan sebagai tempat perundingan antara Pangeran Diponegoro dengan Belanda yang diwakili oleh Jenderal De Kock. Tetapi dalam perundingan Pangeran Diponegoro dijebak dan akhirnya di tangkap Belanda pada 25 Maret 1830. Untuk mengenang perjuangan Pangeran Diponegoro, maka kamar tempat Pangeran Diponegoro dijebak dijadikan Museum Kamar Pengabadian Pangeran Diponegoro. Museum Diponegoro menyimpan bukti-bukti atau peninggalan sejarah dari Pangeran Diponegoro yang ditangkap secara licik dalam suatu perundingan dengan Belanda, antara lain : 1. Kamar, yaitu kamar di rumah Residen Kedu tempat perundingan antara Pangeran Diponegoro dengan Belanda, dan merupakan tempat Pangeran Diponegoro ditangkap. 2. Satu set meja dan kursi perundingan, dahulu dipakai untuk perundingan antara Pangeran Diponegoro dengan Jenderal De Kock, sedangkan yang diduduki oleh Pangeran Diponegoro terdapat guratan.
4
Menurut cerita guratan tersebut adalah bekas guratan kuku Pangeran Diponegoro karena menahan amarahnya terhadap kelicikan Belanda. 3. Jubah, adalah jubah Pangeran Diponegoro yang dipakai pada saat berunding dengan Belanda. Jubah berukuran tinggi 1.57 m, lebar 1.35 m terbuat dari kain shantung dari negeri Tiongkok. 4. Kitab Tahrib. 5. Gambar lukisan Pangeran Diponegoro, yang merupakan reproduksi dari lukisan aslinya yang disimpan
oleh P. Pudjokusumo di
Yogyakarta. Pelukisnya adalah seorang Belanda yang tidak dikenal namanya. 6. Bale-bale tempat sembahyang. Bale-bale yang dahulu dipakai untuk sholat Pangeran Diponegoro pada saat beliau berada di Brangkal (Gombong). Bale-bale tersebut terakhir disimpan oleh seorang guru agama Islam di Brangkal yang bernama Kyai Haji Syafii. 7. Teko atau poci, yaitu benda milik pribadi Pangeran Diponegoro yang dipakai beliau pada saat masih berada di Bantul. 8. 7 (Tujuh) buah cangkir, yaitu cangkir tempat 7 macam minuman kegemaran Pangeran Diponegoro, antara lain seperti air mentah, air dlingo bengle, wedang jahe, air putih matang, air dadap serep, teh dan kopi.
5
9. Lukisan karya Raden Saleh, yaitu lukisan reproduksi merupakan suasana penangkapan Pangeran Diponegoro di depan Gedung Karesidenan Kedu di Magelang. 10. Lukisan karya Dr. Daud Yusuf, yaitu lukisan reproduksi Pangeran Diponegoro dalam suasana perang. 11. Lukisan karya Hendrajasmoko, yaitu lukisan Pangeran Diponegoro mengendarai kuda Kyai Gentayu melintasi Sungai Progo. Benda-benda peninggalan sejarah yang terdapat di Museum Diponegoro merupakan sumber belajar dan informasi konkrit bagi siswa. Bangunan Museum Diponegoro tidak diubah banyak, bentuknya masih seperti bangunan kuno, sehingga kharisma Pangeran Diponegoro masih sangat terasa. Museum Diponegoro dengan koleksi-koleksi peninggalan sejarah tersebut dapat dimanfaatkan sebagai sumber belajar dalam pembelajaran sejarah. Widja (1989: 61) menjelaskan bahwa sekali peristiwa sejarah itu terjadi maka peristiwa itu akan lenyap, yang tertinggal hanyalah jejak-jejak (bekas-bekas) dari peristiwa yang kemudian dijadikan sumber dalam menyusun sejarah yang sering disebut peninggalan sejarah. Dalam pengajaran sejarah, untuk membantu murid lebih memahami suatu peristiwa dengan lebih baik dan lebih menarik, tentu saja peninggalan sejarah itu akan membantu guru sejarah dalam tugasnya yang mana hal ini bisa dimengerti
6
karena melalui jejak-jejak itu murid akan mudah memvisualisasikan peristiwanya. Di dalam Sejarah terkandung beberapa aspek yang perlu kita pelajari, yaitu aspek pengetahuan, aspek sikap, dan aspek keterampilan. Aspek-aspek ini perlu dipelajari dalam proses belajar mengajar di sekolah. Hal ini akan bermanfaat bagi peserta didik dalam upaya memecahkan permasalahan yang dihadapi di dalam masyarakat apada masa yang akan datang. Oleh karena itu belajar sejarah memberikan pengalaman yang berguna bagi kehidupan kita (Soewarso, (2000: 27). Pendidikan Sejarah memberikan pengertian kepada masyarakat tentang makna dari peristiwa masa lampau. Sehingga pendidikan sejarah yang dilaksanakan berdasarkan pemahaman dan kearifan maka dapat membantu mewujudkan generasi yang sadar sejarah dan bijaksana dalam menanggapi masa lampau agar dapat menata masa depan secara lebih baik. Oleh karena itu, pendidikan sejarah mempunyai peranan yang sangat penting dalam membentuk kepribadian bangsa, kualitas manusia dan masyarakat Indonesia. Berdasarkan Permendiknas nomor 22 tahun 2006, pendidikan sejarah bertujuan agar mampu untuk (1) membangun kesadaran peserta didik tentang pentingnya waktu dan tempat yang merupakan sebuah proses dari masa lampau, masa kini, dan masa depan; (2) melatih daya kritis peserta didik untuk memahami fakta sejarah secara benar dengan didasarkan pada pendekatan ilmiah dan metodologi keilmuan; (3) menumbuhkan apresiasi dan
7
penghargaan peserta didik terhadap peninggalan sejarah sebagai bukti peradaban bangsa Indonesia di masa lampau; (4) menumbuhkan pemahaman peserta didik terhadap proses tumbuhnya bangsa Indonesia melalui sejarah yang panjang; (5) menumbuhkan kesadaran dalam diri peserta didik sebagai bagian dari bangsa Indonesia yang memiliki rasa bangga dan cinta tanah air yang dapat di implementasikan dalam berbagai kehidupan baik nasional maupun internasional. Metode pengajaran merupakan salah satu aspek penting bagi keberhasilan pengajaran sejarah. Problem mendasar dalam pengajaran sejarah di sekolah-sekolah adalah metode pengajaran yang kurang menarik bagi siswa. Model pembelajaran yang bersifat satu arah dimana guru menjadi sumber pengetahuan utama dalam kegiatan pembelajaran menjadi sangat sulit untuk dirubah. Guru cenderung tetap memilih ceramah bervariasi, malas dalam berinovasi mengembangkan strategi pembelajaran sejarah dan kurang variatif dalam menggunakan metode-metode pembelajaran sejarah. Pembelajaran sejarah agar menarik dan menyenangkan dapat dilaksanakan dengan berbagai cara antara lain mengajak siswa pada peristiwa-peristiwa sejarah yang terjadi di sekitar mereka. Lingkungan di sekitar siswa terdapat berbagai peristiwa sejarah yang dapat membantu guru untuk mengembangkan pemahaman siswa tentang masa lalu. Umumnya siswa akan lebih tertarik terhadap pelajaran sejarah bila berhubungan dengan situasi nyata di sekitarnya, sehingga siswa dapat menggambarkan suatu peristiwa masa lalu seperti dalam pelajaran sejarah. Kondisi nyata di sekitar
8
siswa dapat digunakan guru sebagai cara untuk menggambarkan dan mengantarkan suatu peristiwa sejarah (Isjoni, 2007: 15). Bukti-bukti atau peninggalan-peninggalan terjadinya suatu peristiwa sejarah, misalnya yang terdapat di museum, monumen ataupun berupa situs sejarah merupakan sumber belajar yang dapat memudahkan siswa memahami materi pembelajaran sejarah yang telah disampaikan oleh guru pada proses belajar mengajar di kelas. Lingkungan di sekitar siswa yang terdapat bukti peristiwa sejarah yang dapat membantu guru untuk mengembangkan pemahaman siswa tentang masa lalu dan membuat siswa mengerti bahwa sesungguhnya sejarah bukan hanya cerita, akan tetapi adalah sebuah peristiwa yang memang benar-benar terjadi pada masanya. Tujuannya adalah agar dapat meningkatkan motivasi siswa dalam belajar sejarah yang didasarkan pada situasi dunia nyata, mendorong siswa agar mampu menghubungkan antara pengetahuan yang dimilikinya dengan penerapannya dalam kehidupan sehari-hari dan pada akhirnya hasil belajar meningkat. Pemanfaatan Museum Diponegoro sebagai sumber belajar sejarah merupakan kegiatan pembelajaran berkaitan pada materi bentuk-bentuk perlawanan rakyat Indonesia dalam menentang kolonialisme bangsa barat periode sesudah tahun 1800. Perlawanan Diponegoro pada tahun 1825 sampai 1830,
adalah perlawanan terbesar rakyat Jawa menentang kolonialisme
bangsa Belanda pada periode sesudah tahun1800, sehingga di sebut Perang Jawa, merupakan salah satu dari materi perlawanan yang akan disampaikan oleh guru sejarah dalam proses pembelajaran. Kegiatan pembelajaran melalui
9
pemanfaatan Museum Diponegoro ini berkaitan dengan materi pelajaran sejarah yang diajarkan di kelas VIII SMP dalam standar kompetensi “memahami proses kebangkitan nasional” dengan kompetensi dasar “menjelaskan proses perkembangan kolonialisme dan imperialisme barat, serta pengaruh yang ditimbulkannya di berbagai daerah”. Pemanfaatan Museum akan memberi banyak pengalaman terutama untuk membuktikan bahwa yang dibaca dalam buku adalah benar, yaitu melalui observasi di Museum Diponegoro Kota Magelang. Melalui pemanfaatan sumber-sumber belajar berupa museum inilah kemudian akan dibangun siswa yang bukan hanya mampu mengerti lewat buku, akan tetapi juga mengembangkan siswa yang memiliki ide-ide hasil dari pemanfaatan museum. Pemanfaatan Museum Diponegoro sebagai sumber belajar diharapkan mampu untuk mengatasi permasalahan kejenuhan dalam pembelajaran sejarah. Melalui pemanfaatan Museum Diponegoro sebagai sumber belajar, diharapkan proses pembelajaran akan menyenangkan, tidak membosankan dan nantinya akan mempengaruhi tingkat hasil belajar siswa. Kegiatan ini akan menumbuhkan keaktifan siswa dalam mempelajari dan mengamati peninggalan sejarah secara langsung yang berdampak pada pembelajaran sejarah yang lebih berkesan, siswa mudah memahami tentang peristiwa sejarah, dan siswa diperlihatkan bukti-bukti nyata mengenai materi pembelajaran sejarah yang telah di sampaikan guru di kelas.
10
Berdasarkan uraian diatas peneliti mengambil judul “Pemanfaatan Museum Diponegoro Sebagai Sumber Belajar Sejarah Pada Materi BentukBentuk Perlawanan Rakyat Indonesia Dalam Menentang Kolonialisme Bangsa Barat Periode Sesudah Tahun 1800 Untuk Meningkatkan Hasil Belajar Siswa Kelas VIII SMP Negeri 3 Magelang Tahun Pelajaran 2010/2011” B. Rumusan Masalah Berdasarkan latar belakang yang dipaparkan diatas, maka rumusan masalah yang diajukan dalam penelitian ini adalah : 1. Bagaimana pemanfaatan Museum Diponegoro sebagai sumber belajar dalam pembelajaran sejarah siswa kelas VIII SMP Negeri 3 Magelang tahun pelajaran 2010/2011? 2. Apakah pembelajaran sejarah melalui pemanfaatan Museum Diponegoro sebagai sumber belajar pada kelas eksperimen VIII E lebih efektif dalam meningkatkan hasil belajar dibandingkan dengan pembelajaran sejarah tanpa pemanfaatan Museum Diponegoro pada kelas kontrol VIII C?
C. Tujuan Penelitian Berdasarkan rumusan masalah yang telah diuraikan diatas, tujuan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut :
11
1. Mengetahui pemanfaatan Museum Diponegoro sebagai sumber belajar dalam pembelajaran sejarah siswa kelas VIII SMP Negeri 3 Magelang tahun pelajaran 2010/2011. 2. Mengetahui
pembelajaran
sejarah
melalui
pemanfaatan
Museum
Diponegoro sebagai sumber belajar pada kelas eksperimen VIII E lebih efektif dalam
meningkatkan hasil belajar dibandingkan dengan
pembelajaran sejarah tanpa pemanfaatan Museum Diponegoro pada kelas kontrol VIII C.
D. Manfaat Penelitian Manfaat yang diharapkan dari hasil penelitian ini adalah sebagai berikut: 1. Secara Teoritis a. Untuk menambah pengetahuan peneliti tentang pemanfaatan Museum Diponegoro sebagai sumber belajar siswa SMP Negeri 3 Magelang. b. Untuk memberi sumbangan pemikiran bagi dunia pendidikan dan memberi konstribusi terhadap ilmu pengetahuan khususnya sejarah. 2. Secara Praktis Secara praktis penelitian ini diharapkan bermanfaat untuk : a. Bagi Guru 1) Sebagai bahan masukan tetang model pembelajaran yang lebih memberikan keleluasaan bagi siswa dalam beraktivitas dan tidak bersifat class room oriented.
12
2) Memperoleh
pengalaman
untuk
meningkatkan
keterampilan
memilih media pembelajaran yang bermutu dan bermanfaat dalam proses pembelajaran b. Bagi Siswa 1) Siswa lebih termotivasi untuk belajar sejarah dan mudah penyerapan materi pelajaran sejarah 2) Siswa lebih mengenal Museum Diponegoro sebagai sumber belajar c. Bagi Dunia Pendidikan 1) Data hasil penelitian diharapkan dapat memberi sumbang dan saran dalam penerapan metode pemebelajaran yang sesuai dan efektif dalam memajukan dunia pendidikan. 2) Dapat digunakan sebagai referensi atau bahan kajian dalam menambah khasanah ilmu pengetahuan di bidang pendidikan. d. Bagi Museum 1) Dapat meningkatkan motivasi pengelola Museum Diponegoro Magelang untuk berperan aktif dalam dunia pendidikan. 2) Dapat memperkenalkan Museum Diponegoro Magelang sebagai sebuah sumber belajar sejarah.
13
BAB II LANDASAN TEORI
A. Landasan Teori 1. Pengertian Museum dan Pemanfaatannya. Museum berasal dari kata bahasa Yunani museion yaitu bangunan yang dipersembahkan oleh sembilan dewa kepada Muze putra Zeus sebagai pelindung dari sembilan dewa pengetahuan dan seni. Dalam museion terdapat benda-benda persembahan berupa barang-barang seni, bukti-bukti analisis temuan ilmu pengetahuan, dan benda-benda budaya lainnya. Museion ini kemudian berkembang menjadi rumah penyimpanan benda-benda warisan budaya yang selanjutnya berkembang menjadi museum ( Joharnoto dkk., 2005 : 1). Menurut ICOM (International Council of Museum) museum adalah suatu lembaga bersifat tetap, tidak mencari keuntungan dalam melayani masyarakat, dan dalam perkembangannya terbuka untuk umum, yang berfungsi mengawetkan, mengomunikasikan, dan memamerkan barangbarang pembuktian manusia dan lingkungan untuk tujuan pengkajian, pendidikan, dan kesenangan (Sutaarga, 1991: 3). Ada beberapa pembagian museum. Menurut koleksinya museum dibedakan menjadi dua yaitu museum umum adalah museum yang 13
14
koleksinya
terdiri
dari
kumpulan
bukti
material
manusia
dan
lingkungannya dengan dua atau lebih cabang seni, cabang ilmu atau cabang teknologi, dan museum khusus adalah museum yang koleksinya terdiri dari kumpulan material manusia dan lingkungan yang berkaitan dengan satu cabang seni, satu cabang ilmu atau satu cabang teknologi. Menurut lokasinya museum dibagi menjadi tiga, yaitu museum nasional, museum lokal, dan museum provinsi. Menurut penyelenggaranya, museum dapat dibagi menjadi Museum pemerintah dan Museum Swasta. Museum Pemerintah, yaitu museum yang diselenggarakan dan dikelola oleh pemerintah. Museum pemerinyah ini dibagi menjadi dua, yaitu museum yang dikelola pemerintah daerah dan yang dikelola pemerintah pusat. Museum Swasta adalah museum yang diselenggarakan dan dikelola oleh swasta (Depdikbud, 2000: 25-27). Dalam dunia pendidikan, museum memiliki peranan sebagai media pembelajaran. Peranan museum sebagai media pembelajaran disebabkan fungsi museum yang memberikan informasi konkret kepada masyarakat dalam hal ini siswa dan guru. Dalam pembelajaran sejarah, museum merupakan tempat ideal sebagai sumber informasi kesejarahan. Hal ini dikarenakan dalam museum terdapat banyak benda yang dapat dijadikan sebagai media pembelajaran yang berfungsi sebagai sarana peningkatan pemahaman terhadap peristiwa sejarah bagi siswa. Museum dapat digunakan sebagai alat penunjang pelajaran khususnya sejarah dan sebagai alat peraga budaya masa lampau. Dalam
15
hal ini siswa dapat melihat dan mengamati secara langsung koleksi dan peninggalan-peninggalan yang ada di Museum. Koleksi yang dimiliki museum merupakan sumber belajar konkret bagi peserta didik dan dapat mengurangi kejenuhan dalam belajar sejarah. Soewarso (2000: 17) menyatakan bahwa usahakan agar guru mengajar sejarah tidak hanya didalam kelas terus-menerus sehingga membosankan peserta didiknya, tetapi juga mengajar diluar kelas, seperti diajak ke tempat peristiwa sejarah di daerah sekitarnya, misalnya museum. Magelang sebagai sebuah Kotamadya yang banyak memiliki peninggalan-peninggalan dan bukti-bukti sejarah antara lain terdapat di beberapa museum. Museum-museum yang terdapat di Kota Magelang dilihat dari koleksinya termasuk museum khusus yaitu museum sejarah, dilihat dari kedudukannya merupakan museum lokal dan apabila dilihat penyelenggaranya adalah museum Pemerintah yang dikelola oleh pemerintah daerah,
antara lain adalah 1) Museum Diponegoro yang
terletak di Karesidenan Magelang, di jalan Pangeran Diponegoro No. 1 Magelang; 2) Museum BPK RI berada satu kompleks dengan Museum Diponegoro; 3) Museum Sudirman, di Badaan jalan Ade Irma Suryani C.7 Magelang; 4) Museum AJB Bumi Putera 1912, di jalan A. Yani No. 21 Magelang; dan 5) Museum Taruna „Abdul Djalil‟, di jalan Gatot Subroto Magelang. Salah satu museum yang mempunyai nilai sejarah dan arti penting di Kota Magelang adalah Museum Diponegoro. Museum Diponegoro
16
merupakan sebuah bangunan tempat penyimpanan benda-benda bersejarah peninggalan dari Pangeran Diponegoro semasa dia singgah di kota Magelang saat terjadi perang. Museum Diponegoro Kota Magelang merupakan suatu bangunan kamar rumah residen Kedu di Magelang yang digunakan sebagai tempat perundingan antara Pangeran Diponegoro dengan Belanda yang diwakili oleh Jenderal De Kock dan merupakan tempat tertangkapnya Pangeran Diponegoro pada tanggal 28 Maret 1830, dan menandakan berakhirnya perlawanan rakyat Jawa yang dipimpin oleh Pangeran Diponegoro. Koleksi yang ada di Museum dapat digunakan sebagai sumber belajar sejarah bagi siswa kelas VIII SMP Negeri 3 Magelang. Melalui pengamatan terhadap koleksi di Museum, siswa akan mendapatkan informasi mengenai peristiwa masa lampau dan memudahkan siswa memahami materi pembelajaran sejarah yang telah disampaikan oleh guru pada proses belajar mengajar di kelas. Lingkungan di sekitar siswa yang terdapat bukti peristiwa sejarah seperti Museum Diponegoro ini dapat membantu guru untuk mengembangkan pemahaman siswa tentang masa lalu dan membuat siswa mengerti bahwa sesungguhnya sejarah bukan hanya cerita, akan tetapi adalah sebuah peristiwa yang memang benarbenar terjadi pada masanya. Kegiatan pembelajaran melalui pemanfaatan museum Diponegoro ini berkaitan dengan materi yang diajarkan di kelas VIII SMP dalam standar kompetensi “memahami proses kebangkitan nasional” dengan
17
kompetensi dasar “menjelaskan proses perkembangan kolonialisme dan imperialisme barat, serta pengaruh yang ditimbulkannya di berbagai daerah”, pada materi bentuk-bentuk perlawanan rakyat Indonesia dalam menentang kolonialisme bangsa barat periode sesudah tahun 1800. Perlawanan Diponegoro pada tahun 1825 sampai 1830, merupakan salah satu dari materi perlawanan yang akan disampaikan oleh guru dalam proses pembelajaran. Pemanfaatan Museum Diponegoro sebagai sumber belajar sejarah dapat dilakukan dengan menerapkan salah satu model pembelajaran yaitu model Contextual Teaching And Learning. Pembelajaran Contextual Teaching
and
Learning
merupakan
konsep
pembelajaran
yang
menekankan pada keterkaitan antara materi pembelajaran dengan dunia nyata, sehingga mampu menghubungkan dan menerapkan kompetensi hasil
belajar
dalam
kehidupan
sehari-hari.
Dalam
pembelajaran
kontekstual, tugas guru adalah sebagai mediator dan memberikan kemudahan kepada siswa dengan menyediakan berbagai sarana dan sumber belajar yang memadai. Guru bukan hanya menyampaikan materi pembelajaran yang berupa hafalan, tetapi mengatur lingkungan dan strategi pembelajaran yang memungkinkan siswa untuk belajar (Trianto, 2007: 101). Seorang guru khususnya guru sejarah perlu menerapkan modelmodel pembelajaran yang tepat dan memberikan keefektivitasan kepada siswa. Dewanto (2009: 10) dalam makalah Abstrak Pengukuran dan
18
Evaluasi Pembelajaran, menyatakan bahwa pembelajaran kontekstual adalah metode atau pendekatan belajar mengajar yang berorientasi pada pencapaian pengalaman belajar yang bermakna bagi peserta didik melalui penerapan pendekatan tersebut. Pendekatan yang dimaksud adalah siswa akan belajar dengan baik apabila apa yang dipelajari berhubungan dengan apa yang diketahui dan proses belajar akan produktif jika siswa terlibat aktif dalam proses belajar mengajar. Situasi belajar dalam pembelajaran kontekstual cukup menarik, karena kegiatan pembelajaran sejarah dikaitkan dengan dunia nyata dan lingkungan sekitar siswa, sehingga siswa belajar dengan minat dan motivasi tinggi yang nantinya diharapkan memahami materi dan mempunyai kesadaran sejarah, serta memperoleh hasil belajar yang baik. Untuk mata pelajaran sejarah, model pembelajaran kontekstual sangat mendukung dengan pemanfaatan situs atau museum sebagai sumber belajar sejarah. Pembelajaran kontekstual dalam pembelajaran sejarah dapat dilaksanakan dengan widya wisata dengan obyek yang dapat dimanfaatkan sebagai sumber belajar yang berhubungan dengan materi pelajaran. Widya wisata (Field Study) ialah suatu perjalanan yang disusun oleh sekolah dan dikerjakan untuk tujuan pendidikan, dimana para peserta didik pergi ke tempat-tempat dimana bahan yang dikehendaki memungkinkan diselidiki dan dipelajari langsung ditempat atau lapangan. Metode widya wisata merupakan suatu penyajian bahan pelajaran dengan membawa peserta
19
didik langsung kepada subyek yang akan dipelajari diluar kelas. Widya Wisata membuat suasana belajar benar-benar bersifat informatif, rekreatif, dan bahkan tidak dirasakan secara langsung sebagai kegiatan belajar mengajar oleh peserta didik (Soewarso, 2000: 68). Fungsi hubungan sumber sangat penting. Widya wisata biasanya dibuat mengarah pada tujuan yang menarik pada beberapa tempat seperti museum, badan pemerintahan, tempat-tempat sejarah dan sebagainya. Metode widya wisata sangat baik untuk menyampaikan pengajaran sejarah yang materinya terdapat dilapangan (Soewarso, 2000: 68-69). Tujuan penggunaan widya wisata adalah sebagai berikut: a. Merangsang peserta didik untuk mencari dan menemukan sendiri aspek-aspek tertentu dari obyek sejarah, sesudah guru menjelaskan secara detail b. Melengkapi pengetahuan yang diperoleh di sekolah c. Melihat, mengamati, menghayati secara langsung dan nyata mengenai objek sejarah d. Menanamkan nilai moral pada peserta didik. Prosedur penggunaan metode widya wisata secara umum meliputi tiga tahap, yaitu tahap persiapan, tahap pelaksanaan dan tahap penyelesaian.
20
1. Tahap persiapan. Tahap persiapan ini meliputi : a) Menetapkan tujuan b) Menetapkan obyek widya wisata c) Menetapkan lamanya waktu widya wisata d) Menetapkan jumlah peserta didik yang ikut widya wisata e) Memperhtungkan, biaya , transportasi akomodasi keamanan dan sebagainya f) Mengadakan hubungan dengan sasaran atau survei g) Memilih cara-cara utnuk meperoleh data selama widya wisata, misalnya metode ceramah, interview dan selanjutnya menyusun laporan widya wisata. h) Pemantapan rencana (Soewarso, 2000: 70). 2. Tahap pelaksanaan dan langkah – langkah yang dilakukan dalam obyek wisata : a) Mengadakan pertemuan dengan pimpinan dimana obyek sejarah itu berada
21
b) Peserta didik secara teratur nelihat mengamati dan menanyakan tentang obyek yang sedang diteliti c) Selesai mengadakan pengamatan obyek, pesrta didik dikumpulkan dan kalau mungkin diadakan tanya jawab atau diskusi dengan pimpinan atau petugas obyek setempat (Soewarso, 2000: 70). 3. Tahap penyelesaian, meliputi: a) Peserta didik meyelesaiakan laporan dan menyerahkan kepada guru b) Guru memberikan keterangan terhdap obyek widya wisata yang dihubungkan dengan materi pelajaran (Soewarso, 2000: 70-71). Apabila Museum Diponegoro telah dipilih sebagai sumber pembelajaran yang dianggap cukup efektif, maka tahapan selanjutnya adalah merencanakan secara teknis. Sebelum merencanakan terlebih dahulu dijawab permasalahan seperti di mana akan dilakukan observasi, kapan pelaksanaan observasi, bagaimana mengatur keberangkatan dan pelaksanaan observasi, berapa anggaran yang dibutuhkan, masalah transportasi dan lain sebagainya. Perencanaan observasi terhadap museum Diponegoro ini meliputi beberapa tahapan yaitu (1) merumuskan tujuan instruksional secara jelas, (2) menghubungi pihak museum tentang pelaksanaan kegiatan, (3) mempersiapkan instrumen observasi bagi siswa, (4) membagi siswa menjadi beberapa kelompok, masing-masing dengan permasalahan
22
tersendiri,
(5)
memberikan
pembekalan
terhadap
siswa
sebelum
pelaksanaan observasi.
2. Sumber Belajar Sejarah Belajar mengajar sebagai suatu proses merupakan suatu sistem yang tidak lepas dari komponen-komponen lain yang saling berinteraksi di dalamnya. Salah satu komponen dalam proses belajar mengajar adalah sumber belajar. Sumber belajar adalah segala daya yang dapat dimanfaatkan guna memberi kemudahan kepada seseorang dalam belajar. Dalam pengembangan sumber belajar itu terdiri dari dua macam, yaitu: 1) sumber belajar yang dirancang atau secara sengaja dibuat atau dipergunakan untuk membantu belajar mengajar atau learning resources by design. Misalnya buku, brosur, ensiklopedi, film, video, tape, slide, film strips, OHP. Semua perangkat keras ini memang sengaja dirancang guna kepentingan kegiatan pengajaran; 2) sumber belajar yang dimanfaatkan guna memberi kemudahan kepada seseorang dalam belajar berupa segala macam sumber belajar yang ada di sekeliling kita. Sumber belajar ini disebut learning resources by utilization. Misalnya pasar, toko, monumen, museum, tokoh masyarakat dan sebagainya yang ada di lingkungan sekitar taman, gedung lembaga negara dan lain-lain (Sudjana dan Ahmad, 1989: 76-77).
23
Kegiatan belajar mengajar yang baik dan ideal adalah apabila dalam kegiatan belajar mengajar tersebut memanfaatkan sumber belajar. Dalam pembelajaran sejarah, sumber belajar memiliki peran yang amat penting. Sumber belajar memiliki cakupan yang amat luas dalam bentuk bendabenda, orang atau lingkungan. Dalam pembelajaran di sekolah, untuk memperoleh yang optimal dituntut tidak hanya mengandalkan terhadap apa yang ada di kelas, tetapi harus mampu dan mau menelusuri aneka ragam sumber belajar yang diperlukan. Guru dituntut tidak hanya mendayagunakan sumber-sumber belajar yang ada di sekolah, tetapi dituntut untuk mempelajari berbagai sumber belajar, seperti surat kabar, majalah, monumen, museum dan internet. Hal ini penting, agar apa yang dipelajari sesuai dengan kondisi dan perkembangan masyarakat, sehingga tidak terjadi kesenjangan dalam pola pikir peserta didik. Sumber belajar dapat dirumuskan sebagai segala sesuatu yang dapat memberikan kemudahan belajar, sehingga diperoleh sejumlah informasi, pengetahuan, pengalaman, dan keterampilan yang diperlukan (Mulyasa, 2009: 177). AECT (Association For Educational Communication Technologi) mendefinisikan sumber belajar adalah semua sumber baik yang berupa data, orang, dan wujud tertentu yang dapat digunakan oleh siswa dalam belajar baik secara terpisah maupun secara terkombinasi sehingga mempermudah siswa dalam mencapai tujuan belajar (Sudjarwo, 1989: 141-
24
142). Sumber belajar yang dapat digunakan sebagai media pembelajaran berdasarkan AECT dapat dikelompokan sebagai berikut: a. Pesan (message) adalah informasi yang ditransmisikan atau diteruskan oleh komponen lainndalam bentuk ide, ajaran, fakta, makna, nilai dan data. b. Orang (people), yaitu manusia
yang berperan sebagai pencari,
penyimpan, pengolah dan penyaji pesan. Contoh: guru, dosen, guru pembimbing, guru pembina, tutor, siswa, pemain, pembidara, instruktur dan penatar. c. Bahan (material), yaitu sesuatu tertentu yang mengandung pesan atau ajaran untuk disajikan dengan menggunakan alat atau bahan itu sendiri tanpa alat penunjang apapun. Bahan ini sering disebut sebagai media atau software, atau perangkat lunak. Contoh: buku, modul, majalah, film, film strip dan sebagainya. d. Alat adalah sesuatu perangkat yang digunakan untuk menyampaikan pesan yang tersimpan dalam bahan dan memainkan sumber-sumber lain. Misalnya proyektor film, proyektor slide, monitor komputer dan lain-lain. e. Teknik, yaitu sumber belajar yang merupakan kombinasi antara suatu teknik dengan sumber lain untuk memudahkan belajar contoh: belajar secara mandiri, simulasi, ceramah, diskusi, pemecahan masalah, tanya jawab dan sebagainya.
25
f. Lingkungan, yaitu situasi disekitar proses belajar mengajar terjadi. Latar ini dibedakan menjadi dua macam yaitu lingkungan berbentuk fisik dan non fisik, yaitu: 1) Lingkungan Fisik, misalnya gedung, sekolah, rumah, perpustakaan, laboratorium, ruang rapat, museum, taman dan sebagainya; 2) Lingkungan non fisik, misalnya tatanan ruang belajar, sistem ventilasi, tingkat kegaduhan lingkungan belajar, cuaca dan sebagainya (Sudjarwo, 1989: 141-142). Jadi yang dimaksud dengan sumber belajar adalah segala sesuatu yang berwujud benda, data, orang atau lingkungan, baik yang secara sengaja dirancang maupun sudah tersedia di sekitar lingkungan kita dengan maksud memberikan kemudahan kepada peserta didik dalam memperoleh sejumlah informasi, pengetahuan, pengalaman dan keterampilan dalam mencapai tujuan belajar. Sumber belajar dari segi tipe atau asal usulnya dapat dibedakan menjadi 2 kategori : 1) Sumber belajar yang dirancang (Learning resources by design), yaitu sumber belajar yang memang sengaja dibuat untuk tujuan instruksional. Sumber belajar jenis ini sering disebut sebagai bahan instruksional. Contoh dari sumber belajar yang dirancang ini adalah bahan pengajaran terprogram, modul, transparansi untuk sajian tertentu, slide untuk sajian tertentu, guru bidang studi, film topik ajaran tertentu, video topik khusus, komputer instruksional, dan sebagainya. Sumber belajar ini
26
meliputi : a). Media Visual Grafis adalah media pembelajaran yang berisikan ilmu pengetahuan melalui proyeksi seperti peta bagan, model, gambar diam (foto, lukisan, gambar) dan sebagainya, b). Media Visual Cetak adalah media pengajaran berupa buku-buku paket pelajaran sejarah, ensiklopedi, biografi, buletin, koran dan media cetak lainnya, c). Media papan yang menyangkut penggunaan papan tulis, papan panel, papan informasi seperti papan oameran dan sebagainya, d). Media Audio yang berisi pengajaran sejarah yang menyampaikan pesanya bersifat auditif atau dapat didengar seperti rekaman audio (tape recorder), radio dan sebagainya, e). Media Audio Visual adalah yang mampu menyampaikan informasi pengajaran sejarah dengan suara dari gambar seperti film proyektor, TV, video kaset dan sebagainya (Sudjarwo, 1989: 142-143). 2) Sumber belajar yang mudah tersedia di sekiling manusia (Learning resources by utilization), sehingga tinggal memanfaatkan, yaitu sumber belajar yang telah ada untuk maksud non instruksional, tetapi dapat dimanfaatkan sebagai sumber belajar yang kualitasnya setingkat dengan sumber belajar yang dirancang. Contohnya adalah taman nasional, museum bahari, museum wayang, museum satria mandala, kebun binatang, buku biografi Sukarno, biografi Suharto, dan sebagainya, sumber belajar ini meliputi: a). Monumen didirikan untuk menandai dan mengenang suatu peristiwa bersejarah pada suatu tempat, b). Perpustakaan adalah tempat penyimpanan koleksi bahan pustaka yang
27
diproses secara sistematis agar mudah dan cepat untuk melayani kebutuhan kebutuhan pemakai jasa perpustakaan, c). Sumber manusia adalah pelaku sejarah atau pejuang maupun sejarawan serta seorang guru sejarah merupakan bagian dari sumber belajar di sekolah, d). Situs Sejarah merupakan peninggalan sejarah seperti candi, masjid, kraton, makam tokoh sejarah merupakan sumber sejarah, e). Museum merupakan tempat menyimpan benda-benda peninggalan sejarah. Benda tersebut ada yang asli dan tiruan. Benda-benda sejarah misalnya miniatur suatu bangunan, fosil manusia, mata uang, dokumen, diorama, hasil budaya seperti kapak, alat angkutan, alat-alat rumah tangga dan sebagainya, f). Masyarakat sebagai sumber belajar sejarah tersimpan pesan-pesan sejarah yang berupa legenda, cerita rakyat, kisah-kisah kepahlawanan maupun pesan-pesan kebudayaan lainnya (Sudjarwo, 1989: 142-143). Kegiatan belajar mengajar dengan memanfaatkan sumber belajar sejarah dengan baik akan memudahkan siswa menangkap cerita sejarah secara benar dan bagi guru secara tidak langsung terbantu tugasnya dan akan menciptakan kegiatan belajar mengajar secara efektif. Manfaat penggunaan sumber belajar secara efektif bagi guru akan membiasakan untuk menguasai materi yang tersimpan dalam belajar dengan baik sehingga sebelum kegiatan belajar mengajar guru akan menyiapkan dengan sebaik-baiknya.
28
Adapun prinsip-prinsip mengenai pemanfaatan sumber belajar menurut Sudjarwo (1989: 159-161) adalah sebagai berikut: a. Mengacu pada tujuan instruksional Pemilihan dan pemanfaatan sumber belajar apapun harus berdasarkan tujuan instruksional. Dengan demikian guru tidak boleh begitu saja menggunakan sumber belajar yang ada tanpa memikirkan kesesuaian dengan tujuan instruksional. Kalau prinsip itu diabaikan maka sudah dapat diduga proses belajar mengajar pasti tidak akan mencapai yang ditargetkan dan peserta didik yang belajar akan menjadi kelinci percobaan. b. Berorientasi pada peserta didik Ciri pendidikan ayang efektif adalah pendidikan yag berorientasi pada peserta didik dan disajikan melalui sumber belajar dan teknik yang menantang, merangsang dan diselenggarakan dengan penuh kasih sayang. c. Proses pemanfaatannya berjenjang Biasanya dalam mendesain dan membuat sumber belajar sudah disesuaikan dengan jenjang belajar masing-masing bidang studi dan subsidi, serta dimulai dari yang mudah dan konkrit ke abstrak dan sulit. Sumber belajar harus terkombinasi dan menyatu dengan proses belajar mengajar.
29
d. Makin banyak sumber belajar yang dimanfaatkan makin lengkap dan makin sesuai dengan masing-masing komponen sistem instruksional, dan makin menyatu dengan komponen-komponen tersebut, maka hasil belajar yang diperoleh makin baik. Obyek berbagai peninggalan sejarah seperti mata uang kuno, alat sejarah, alat rumah tangga, museum, monumen, relief dan sebagainya, merupakan benda hasil kebudayaan masa lampau, akan sangat menarik jika guru menunjukan dalam pelajaran di kelas. Begitu juga dengan model peninggalan sejarah yang tidak dapat dibawa ke dalam kelas sehingga tugas guru adalah membawa siswa ke museum atau tempat-tempat sejarah. Sumber belajar dalam pembelajaran sejarah yang terpenting adalah: a) peninggalan sejarah seperti jejak tertulis (dokumen), jejak benda dan jejak tulisan. Jejak benda seperti candi, monumen, museum. Jejak lisan seperti pelaku sejarah, tokoh pejuang; b) model seperti model tiruan, diorama, miniatur; c) Bagan seperti silsilah; d) peta seperti atlas, peta dinding, peta lukisan, peta sketsa; e) Media modern seperti overhead proyektor, TV, Video, dan sebagainya. Museum dapat dimanfaatkan sebagai sumber belajar dalam pembelajaran sejarah. Dalam penelitian ini sumber belajar yang dimanfaatkan dalam pembelajaran sejarah adalah Museum Diponegoro di Kota Magelang. Museum Diponegoro terletak Karesidenan Magelang, di jalan Pangeran Diponegoro No. 1 Magelang.
30
3. Pembelajaran Sejarah a. Pengertian Belajar dan pembelajaran Belajar adalah kegiatan yang berproses dan merupakan unsur yang sangat fundamental dalam penyelenggaraan setiap jenis dan jenjang pendidikan. Berhasil atau gagalnya pencapaian tujuan pendidikan itu tergantung pada proses belajar yang dialami siswa baik ketika disekolah maupun di lingkungan rumah atau keluarganya sendiri (Syah, 2003: 63). Belajar merupakan suatu proses yang ditandai dengan adanya perubahan pada diri seseorang. Perubahan sebagai hasil dari belajar ditunjukan dalam berbagai bentuk seperti berubah pengetahuan, pemahaman, sikap dan tingkah laku, keterampilan, kecakapan, kebiasaan, serta aspek-aspek lain yang ada pada individu yang belajar. Belajar adalah suatu proses usaha yang dilakukan seseorang untuk memperoleh suatu perubahan tingkah laku yang baru secara keseluruhan, sebagai hasil pengalamanya sendiri dalam interkasi dengan lingkungannya (Slameto, 2010: 2). Belajar merupakan suatu proses yang ditandai dengan adanya perubahan pada diri seseorang. Perubahan sebagai hasil dari belajar ditunjukan dalam berbagai bentuk seperti berubah pengetahuan, pemahaman, sikap dan tingkah laku, keterampilan, kecakapan, kebiasaan, serta aspek-aspek lain yang ada pada individu yang belajar.
31
Belajar bukan menghafal dan bukan pula mengingat. Belajar adalah proses yang ditandai dengan adannya perubahan pada diri seseorang. Perubahan sebagai hasil proses belajar dapat ditunjukkan dalam
berbagai
pemahamannya,
bentuk sikap
dan
seperti
berubah
pengetahuannya,
tingkah
lakunya,
keterampilannya,
kecakapan dan kemampuannya, daya reaksinya, daya penerimaannya dan aspek lainnya yang ada pada individu (Sudjana, 2009: 28). Belajar tidak dapat dipisahkan dari perkembangan hidup manusia dan merupakan proses penting bagi perubahan manusia dan mencakup segala yang dipikirkan dan dikerjakan. Belajar memegang peranan penting di dalam perkembangan, kebiasaan, sikap, keyakinan, tujuan, kepribadian dan bahkan persepsi manusia. Oleh karena itu dengan menguasai prinsip-prinsip dasar tentang belajar, seseorang mampu memahami aktivitas belajar itu memegang peranan penting dalam proses psikologis (Anni, 2007:2). Menurut Shephert dan Ragan (dalam Anni, 2007: 4) pengertian belajar
adalah
perkembangan.
berbeda
dengan
Pertumbuhan
pengertian
(growth)
pertumbuhan
merupakan
dan
karakteristik
individu yang diperoleh dari kehidupan. Pada umumnya, istilah pertumbuhan digunakan untuk menunjukan pertambahan jumlah sesuatu, seperti berat, tinggi dan sejenisnya. Belajar (learning) mengacu pada perubahan perilaku yang terjadi sebagai akibat dari interaksi antara individu dengan lingkungannya. Apa yang dipelajari seseorang
32
dapat diuraikan dan disimpulkan dari pola-pola perubahan perilakunya. Perkembangan (development) mengacu pada perubahan yang dihasilkan dari kombinasi pengaruh pertumbuhan dan belajar. Belajar juga dapat diartikan sebagai proses perubahan tingkah laku dari tidak tahu dan belajar merupakan proses pengembangan pengetahuan. Sebagai upaya perubahan, kegiatan belajar itu sendiri harus dirancang sedemikian rupa sehingga seluruh siswa menjadi aktif, dapat merangsang daya cipta, rasa dan karsa. Berdasarkan dari definisi di atas dapat disimpulkan bahwa pengertian belajar merupakan suatu proses aktifitas yang dilakukan oleh manusia atau individu untuk memperoleh perubahan kearah yang lebih baik dan bermanfaat bagi dirinya maupun orang lain sebagai hasil dari pengalaman dan latihan individu itu sendiri. Kegiatan belajar diaplikasikan dalam proses pembelajaran, yaitu proses interaksi peserta didik dengan pendidik dan sumber belajar pada suatu lingkungan belajar. Menurut Isjoni (2007: 11-12) pembelajaran adalah suatu kombinasi yang tersusun meliputi unsur-unsur manusiawi, material,
fasilitas,
mempengaruhi
perlengkapan,
mencapai
tujuan
dan
prosedur
pembelajaran.
yang
saling
Pembelajaran
merupakan interaksi terus menerus yang dilakukan individu dengan lingkungan, dimana lingkungan tersebut mengalami perubahan. Dengan
33
adanya interaksi dengan lingkungan, maka fungsi intelektual semakin berkembang. Dari
uraian
di
atas
maka
dapat
disimpulkan
bahwa
pembelajaran adalah suatu kegiatan belajar dan mengajar yang dilakukan guru untuk membelajarkan siswa secara aktif yang menekankan pada penyediaan sumber belajar. Siswa ikut aktif dalam pembelajaran, sehingga proses belajar mengajar tidak terkesan membosankan. Pembelajaran merupakan bagian yang memiliki peran untuk mewujudkan kualitas baik proses maupun lulusan. Pendidikan sangat tergantung pada kemampuan guru dalam melaksanakan dan mengemas suatu proses pembelajaran. Pembelajaran harus diadakan sebaik mungkin dengan menggunakan model dan metode yang inovatif agar pembelajaran mendapatkan hasil yang maksimal. b. Faktor-faktor yang mempengaruhi belajar Faktor-faktor yang memberikan kontribusi terhadap proses dan hasil belajar adalah kondisi internal dan eksternal peserta didik. Kondisi internal mencakup kondisi fisik, seperti kesehatan organ tubuh; kondisi psikis, seperti kemampuan intelektual, emosional; dan kondisi sosial seperti kemampuan bersosialisasi dengan lingkungan. Sama kompleksnya pada kondisi internal adalah kondisi eksternal yang ada di lingkungan peserta didik. Faktor eksternal berupa variasi dan tingkat kesulitan materi belajar (stimulus) yang dipelajari (direspon), tempat
34
belajar, iklim, suasana lingkungan, dan budaya masyarakat akan mempengaruhi kesiapan, proses dan hasil belajar (Rifa‟i dan Catharina T Anni, 2009: 97). Secara global, faktor-faktor yang mempengaruhi belajar siswa dapat dibedakan menjadi tiga macam, yaitu: 1) faktor internal atau faktor dari dalam diri siswa, yaitu kondisi jasmani dan rohani siswa; 2) faktor Eksternal atau faktor dari luar siswa, yaitu kondisi lingkungan di sekitar siswa; 3) faktor pendekatan belajar (approach to learning), yaitu jenis upaya belajar siswa yang meliputi strategi dan metode yang digunakan siswa untuk melakukan kegiatan mempelajari materi-materi pelajaran (Syah, 2003: 144). Faktor internal meliputi dua aspek yaitu fisik (bersifat jasmaniah) dan aspek psikologis (bersifat rohaniah). Pada aspek fisik keadaan jasmani pada umumnya sangat mempengaruhi aktivitas belajar seseorang. Kondisi fisik yang sehat dan bugar akan memberi pengaruh positif terhadap kegiatan belajar siswa. Kondisi organ-organ siswa, seperti tingkat kesehatan indera pendengar dan penglihat juga sangat mempengaruhi kemampuan siswa dalam menyerap informasi dan pengetahuan. Aspek psikologis yang mempengaruhi belajar siswa antara lain adalah sebagai berikut: 1) tingkat kecerdasan atau intelegensi siswa. Menurut Reber seperti yang dikutip Syah (2003: 147), kecerdasan atau
35
intelegensi diartikan sebagai kemampuan psiko-fisik untuk mereaksi rangsangan atau menyesuaikan diri dengan lingkungan dengan cara yang tepat. Intelegensi mempunyai pengaruh yang besar terhadap kemajuan belajar. Semakin tinggi intelegensi seseoarang, maka semakin besar peluang individu tersebut untuk meraih sukses dalam belajar; 2) motivasi siswa, merupakan salah satu faktor yang mempengaruhi keefektifan kegiatan belajar siswa. Motivasi bisa timbul dari dalam diri siswa sendiri dan dari luar diri siswa; 3) minat siswa, menurut Reber adalah kecenderungan dan kegairahan yang tinggi atau keinginan yang besar terhadap sesuatu; 4) sikap siswa yaitu gejala internal yang berdimensi efektif berupa kecenderungan untuk mereaksi atau merespon dengan cara relatif tetap terhadap objek orang, barang, peristiwa dan sebagainya, baik secara positif maupun negatif; 5) bakat siswa, yaitu kemampuan potensial yang dimiliki seseorang untuk mencapai keberhasilan pada masa yang akan datang (Syah, 2003: 146151). Faktor eksternal siswa terdiri dari
dua macam yaitu faktor
lingkungan sosial dan faktor lingkungan non sosial (Syah, 2003: 152154). Faktor lingkungan sosial sekolah adalah semua orang atau manusia lain yang mempengaruhi terhadap proses belajar. Faktor lingkungan sosial sekolah seperti para guru, para staf administrasi, dan teman teman sekelas dapat mempengaruhi semangat belajar seorang siswa. Selanjutnya yang termasuk lingkungan sosial siswa adalah
36
masyarakat dan tetangga juga teman-teman sepermainan siswa disekitar tempat tinggal siswa tersebut. Faktor lingkungan non sosial ialah gedung sekolah dan letaknya, rumah tempat tinggal keluarga siswa dan letaknya, alat-alat belajar, keadaan cuaca, dan waktu belajar yang digunakan siswa. Faktor-faktor ini dipandang turut menentukan tingkat keberhasilan belajar siswa. c. Pembelajaran Sejarah Pelajaran sejarah penting artinya bagi kehidupan manusia terutama peserta didik yaitu sebagai tambahan pengalaman, upaya untuk menjaga peninggalan masa lampau agar manusia dapat bertindak lebih bijaksana (Soewarso, 2000: 27). Sebagai suatu mata pelajaran di sekolah, sejarah merupakan yang tertua dibandingkan dengan disiplin ilmu sosial yang lainnya. Sebagai suatu disiplin ilmu (science), sejarah mengandung berbagai pelajaran penting bagi generasi kini dan generasi selanjutnya (Isjoni, 2007: 21-24). Menurut Meulen (dalam Isjoni, 2007: 40) pembelajaran sejarah di sekolah bertujuan untuk membangun kepribadian dan sikap mental anak anak didik, membangkitkan keinsyafan akan suatu dimensi fundamental dalam eksistensi umat manusia (kontinuitas gerakan dan peralihan terus menerus dari yang lalu ke arah masa depan), mengantarkan manusia ke kejujuran dan kebijaksanaan pada anak didik , dan menanamkan cinta bangsa dan sikap kemanusiaan. Arti terpenting
37
pelajaran sejarah adalah dapat memecahkan masalah masa kini dengan menggunakan masa lampau. Pembelajaran sejarah berfungsi untuk menyadarkan siswa akan adanya proses perubahan dan perkembangan masyarakat dalam dimensi waktu dan untuk membangun perspektif serta kesadaran sejarah dalam menemukan, memahami, dan menjelaskan jati diri bangsa di masa lalu, masa kini, dan masa depan. Melalui pengajaran sejarah siswa mampu mengembangkan kompetensi untuk berpikir secara kronologis dan memiliki pengetahuan tentang masa lampau yang dapat digunakan untuk memahami dan menjelaskan proses perkembangan dan perubahan masyarakat serta keragaman sosial budaya dalam rangka menemukan dan menumbuhkan jati diri bangsa di tengah-tengah kehidupan masyarakat dunia. Pengajaran sejarah juga bertujuan agar siswa menyadari adanya keragaman pengalaman hidup pada masing-masing masyarakat dan adanya cara pandang yang berbeda terhadap masa lampau untuk memahami masa kini dan membangun pengetahuan serta pemahaman untuk menghadapi masa yang akan datang (Depdiknas (2003) dalam Isjoni, 2007: 72-73). Pembelajaran sejarah memiliki nilai praktis dan pragmatis, untuk itu pembelajaran sejarah juga menekankan keterkaitan dengan kehidupan sehari-hari siswa, pemahaman dan kesadaran akan
38
karakteristik cerita sejarah yang tak pernah final, dan perluasan tema sejarah politik dengan tema sejarah sosial, budaya, ekonomi dan teknologi. Dalam pembelajaran sejarah, siswa diajak memahami makna perkembangan suatu masyarakat, baik secara global maupun di lingkungan sekitarnya serta proses penjatidirian (Isjoni, 2007: 42). Pembelajaran sejarah adalah kegiatan belajar mengajar yang membawa informasi serangkaian perkembangan peristiwa yang mempengaruhi kehidupan manusia yang terjadi di masa lampau ke dalam kelas untuk di informasikan ke siswa. Agar pembelajaran sejarah dapat berhasil, maka harus dapat melibatkan peserta didik untuk aktif dengan mempunyai niat baca yang tinggi terhadap pelajaran sejarah. Keterlibatan peserta didik secara aktif dan timbulnya minat dalam membaca merupakan kecenderungan baru dalam proses belajar mengajar di sekolah. Apabila kecenderungan ini dapat dilaksanakan dalam proses belajar mengajar sejarah, maka peserta didik akan mampu memahami hakekat belajar sejarah. Sehingga diharapkan akan mampu menanamkan kesadaran sejarah pada diri pesrta didik dan muncul kesadaran untuk belajar sejarah. Tujuan pembelajaran di sekolah agar peserta didik memperoleh kemampuan berpikir historis dalam pemahaman sejarah. Melalui pembelajaran
sejarah
peserta
didik
mampu
mengembangkan
kompetensi untuk berpikir kronologis dan memiliki pengetahuan tentang masa lampau yang dapat digunakan untuk menjelaskan proses
39
perkembangan dan perubahan masyarakat serta keseragaman sosial budaya dalam rangka menemukan dan menumbuhkan jati diri bangsa ditengah-tengah kehidupan masyarakat. Tujuan proses pembelajaran adalah membantu para para peserta didik agar memperoleh berbagai pengalaman dan dengan pengalaman itu tingkah laku peserta didik dapat bertambah. Untuk itulah peran guru dalam
pembelajaran
sejarah
sangat
penting
terutama
dalam
menggunakan motode pembelajaran yang bervariasi, sehingga peserta didik dapat tertarik dan termotivasi dengan mata pelajaran sejarah dan hasil belajar peserta didik dapat dicapai secara maksimal. Selain itu, dengan mempelajari sejarah akan memperkaya pengetahuan masa lampau untuk dijadikan pengalaman masa sekarang.
4. Meteri
Bentuk-bentuk
Perlawanan
Rakyat
Indonesia
Dalam
Menentang Kolonialisme Bangsa Barat Periode Sesudah Tahun 1800 Pengaruh kebijakan kolonial secara politik tampak dari reaksi masyarakat Indonesia dalam bentuk perang-perang besar. Perang itu meletus di berbagai wilayah Indonesia. Perlawanan rakyat Indonesia menentang kolonialisme bangsa barat periode sesudah tahun 1800 merupakan materi pembelajaran sejarah SMP kelas VIII, pada standar kompetensi memahami proses kebangkitan nasional, kompetensi dasar menjelaskan proses perkembangan kolonialisme barat serta pengaruh yang
40
ditimbulkannya di berbagai daerah. Perlawanan rakyat Indonesia menentang kolonialisme bangsa Barat periode sesudah tahun 1800 merupakan perlawanan rakyat Indonesia melawan kolonialisme Belanda. Bentuk perlawanan rakyat Indonesia di berbagai daerah melawan kolonialisme Belanda pada periode sesudah tahun 1800 masih bersifat kedaerahan dan tradisional. Ricklefs (1991: 177-221) menjelaskan bahwa perlawanan-perlawanan besar oleh rakyat Indonesia terhadap Belanda pada periode sesudah tahun 1800 antara lain perlawanan Saparua di Maluku tahun 1817, Perang Paderi pada tahun 1821 sampai 1837 di daerah Minangkabau yaitu di pesisir barat Sumatera, Perang Jawa pada tahun 1825 sampai 1830, Perang Aceh pada tahun 1873 sampai 1904, Perang Banjarmasin pada tahun 1859 sampai 1863, dan Perang Jagaraga di pulau Bali pada tahun 1846 sampai 1906. Matroji (2006: 44-51), dalam buku sumber pelajaran sejarah SMP kelas VIII berdasarkan standar isi 2006 menjelaskan mengenai materi perlawanan rakyat Indonesia menentang kolonialisme bangsa Barat periode sesudah tahun 1800, yang tercantum dalam silabus mata pelajaran sejarah pada standar kompetensi “memahami proses kebangkitan nasional” dan kompetensi dasar
“menjelaskan proses perkembangan
kolonialisme dan imperialisme barat, serta pengaruh yang ditimbulkannya di berbagai daerah”. Pada periode sesudah tahun 1800 adalah perlawanan rakyat Indonesia di berbagai daerah dalam melawan kolonialisme bangsa Belanda.
41
Pembelajaran sejarah pada siswa kelas VIII SMP pada Materi bentuk-bentuk perlawanan rakyat Indonesia menentang kolonialisme bangsa Barat periode sesudah tahun 1800 salah satu perlawanan yang akan disampaikan
adalah
Perlawanan
Diponegoro
(1825-1830).
Materi
pelajaran akan lebih menarik dan efektif dengan menggunakan metode pembelajaran
Contextual
Teaching
and
Learning,
yaitu
dengan
pemanfaatan Museum Diponegoro sebagai sumber belajar sejarah. Koleksi dan peninggalan sejarah yang ada di Museum Diponegoro yang terdapat di jalan Pangeran Diponegoro No. 1 di Karesidenan Kota Magelang, merupakan sumber bukti nyata dalam materi perlawanan Pangeran Diponegoro dan rakyat Jawa dalam menentang kolonialisme Belanda pada tahun 1825 sampai 1830. Perang Diponegoro (1825-1830) disebut juga Perang Jawa karena perang tersebut melibatkan seluruh Jawa Tengah dan Jawa Timur yang terpusat di Yogyakarta (Ricklefs, 1991: 178). Pada tanggal 28 Maret 1830, Diponegoro bersedia berunding dengan Belanda di kediaman Residen Kedu, di Magelang. Setelah perundingan tidak menghasilkan kesepakatan, Diponegoro disergap dan dikepung oleh pasukan Belanda. Peristiwa penangkapan Pangeran Diponegoro menandai berakhirnya perlawanan terbesar rakyat Jawa yang menewaskan 7000 serdadu berkebangsan Eropa dan 8000 serdadu berkebangsaan Indonesia. Sedikitnya 200.000 orang Jawa telah tewas dalam perang yang dipimpin oleh Pangeran Diponegoro melawan kolonialisme Belanda. Pangeran Diponegoro kemudian ditahan
42
dan diasingkan ke Manado kemudian Makassar, dan di Kota Makassar Diponegoro Wafat (Ricklefs, 1991: 180).
5. Hasil Belajar Hasil belajar merupakan perubahan perilaku yang diperoleh pembelajar setelah mengalami aktivitas belajar (Anni, 2007:4). Perolehan aspek-aspek perubahan tingkah laku tersebut tergantung pada apa yang dipelajari oleh pembelajar. Apabila pembelajar mempelajari pengetahuan tentang suatu konsep maka perubahan yang diperoleh berupa penguasaan konsep tersebut. Hasil belajar tidak terlepas dari tujuan belajar, tujuan belajar yang ditetapkan dapat mengurangi masalah belajar, dan belajar akan lebih relevan jika siswa dapat memanfaatkan waktu sebaik mungkin dalam mempelajari isi pelajaran serta dapat mengetahui seberapa kemajuan hasil belajar yang telah dicapai. Hasil belajar diperoleh setelah seseorang melakukan aktivitas, misalnya aktivitas belajar, atau bisa juga berarti hasil yang dicapai siswa dalam menguasai materi pelajaran yang telah diberikan guru di sekolah yang ditujukan dengan perubahan pengetahuan, keteranpilan dan sikap. Penilaian hasil belajar yang dilakukan guru setelah pelajaran memberikan keterangan tentang hasil belajar siswa. Anni (2007: 5) menyatakan hasil belajar siswa ada tiga macam ranah yang merupakan penggolongan hasil belajar yang perlu diperhatikan
43
dalam setiap proses belajar, yaitu: 1) Ranah kognitif, mencakup hasil belajar yang berhubungan dengan ingatan, pengetahuan, dan kemampuan intelektual; 2) Ranah afektif, mencakup hasil belajar yang berhubungan dengan sikap, nilai-nilai, perasaan dan minat; 3) Ranah psikomotorik, mencakup hasil belajar yang berhubungan dengan keterampilan fisik atau gerak yang ditunjang oleh pengetahuan psikis. Pengertian hasil belajar berdasarkan kutipan di atas dapat disimpulkan bahwa hasil belajar siswa merupakan pencapaian tujuan belajar. Hasil belajar diperoleh melalui proses kegiatan belajar dan latihanlatihan yang disadari atau disengaja. Hasil belajar berfungsi positif bagi perkembangan siswa, hasil
belajar tersebut
juga berguna untuk
perkembangan tingkah laku yang lainnya. Penilaian hasil belajar bertujuan untuk mengetahui sejauh mana proses belajar dan pembelajaran telah berjalan efektif. Untuk mengetahui hasil belajar peserta didik secara menyeluruh, yang meliputi ranah kognitif, afektif dan psikomotorik maka perlu disesuaikan dengan tujuan pembelajaran yang diharapkan (Dewanto, 2009: 7). Penilaian hasil belajar dilakukan setiap kegiatan pembelajaran selesai dilaksanakan. Sebagai contoh, untuk mengetahui hasil belajar peserta didik dapat disajikan pada sebagai berikut:
44
Tabel 1: kegiatan Guru dan Siswa (Sumber : Dewanto, 2009: 9) No.
Guru
Siswa
1
Memberikan pre-tes
Mengerjakan soal pre-tes
2
Menjelaskan materi tentang
Mendengarkan penjelasan
konsep dasar evaluasi
dengan menyimak buku ajar
pembelajaran 3
Memberikan kesempatan peserta Menanyalan materi atau hal-hal didik untuk bertanya
4
5
yang terkait dengan materi
Membagikan lembar tugas untuk Mengerjakan
latihan
pada
latihan
lembar latihan
Membagikan soal pos-tes
Menjawab pertanyaan pos-tes
Dilihat dari segi guru, penilaian hasil belajar akan memberikan gambaran
mengenai
keefektifan
dari
pembelajaran
yang
telah
dilakukannya, apakah model dan pendekatan yang telah digunakan mampu membantu siswa dalam mencapai tujuan belajar yang telah ditetapkan. Tes hasil belajar yang dilakukan kepada siswa akan memberikan suatu informasi sampai dimana penguasaan yang telah dicapai oleh siswa setelah mengalami proses pembelajaran.
45
B. Kerangka Berpikir Pemanfaatan sumber belajar sejarah merupakan salah satu faktor yang mempengaruhi kegiatan belajar peserta didik. Sumber belajar adalah segala sesuatu yang dapat dipergunakan sebagai tempat dimana bahan pengajaran terdapat
untuk belajar seseorang. Sumber belajar yang dimanfaatkan ini
tentunya harus sesuai dengan materi pelajaran yang dipelajari oleh peserta didik sehingga tujuan pembelajaran dapat tercapai. Sumber belajar yang dapat dimanfaatkan peserta didik dalam pembelajaran meliputi: pesan, manusia, bahan pengajaran, alat dan perlengkapan, teknik dan aktivitas, lingkungan. Penggunaan museum sebagai sumber belajar, dalam penelitian ini adalah Museum Diponegoro, merupakan salah satu cara efektif dalam mewujudkan tujuan pembelajaran sejarah. Hal ini dikarenakan di dalam museum terdapat berbagai macam media yang memberikan informasi konkret kepada pelajar tentang peristiwa masa lampau. Museum dapat memberikan pengalaman yang lebih nyata dalam pembelajaran bagi siswa dari pada proses pembelajaran yang menggunakan buku teks. Dengan demikian museum sebagai media pembelajaran sejarah berfungsi untuk mewujudkan visualisasi, interpretasi dan generalisasi pelajar. Penggunaan
museum
dalam
pembejaran
sejarah
maka
akan
berpengaruh terhadap motivasi belajar siswa dan hasil belajar siswa. Pemanfaatan museum Diponegoro sebagai sumber belajar merupakan pemanfaatan sumber belajar yang berada di sekitar lingkungan siswa.
46
Pemanfaatan sumber belajar seperti Museum yang sesuai dengan materi pelajaran akan dapat mempengaruhi hasil belajar siswa dalam proses pembelajaran. Dari uraian diatas dapat digambarkan kerangka berpikir sebagai berikut:
Proses Belajar Mengajar
Guru Sejarah
Sumber Belajar
Siswa
Hasil Belajar Mengajar
Pemanfaatan Museum Diponegoro
Gambar 1. Kerangka Berpikir
C. Hipotesis Sesuai dengan penejelasan dalam landasan teori dan kerangka berpikir maka penulis menyimpulkan : Ha (Hipotesis Alternatif) Pembelajaran Sejarah dengan kunjungan ke Museum Diponegoro pada kelompok eksperimen lebih efektif dalam meningkatkan hasil belajar siswa dibandingkan pembelajaran sejarah tanpa kunjungan ke Museum Diponegoro pada kelompok kontrol siswa kelas VIII SMP Negeri 3 Magelang tahun pelajaran 2010/2011.
47
Ho (Hipotesis Nol) Pembelajaran Sejarah dengan kunjungan ke Museum Diponegoro pada kelompok eksperimen tidak lebih efektif dalam meningkatkan hasil belajar siswa dibandingkan pembelajaran Sejarah tanpa kunjungan ke Museum Diponegoro pada kelompok kontrol siswa kelas VIII SMP negeri 3 Magelang tahun pelajaran 2010/2011.
48
BAB III METODE PENELITIAN
A. Pendekatan Penelitian Pendekatan yang digunakan dalam penelitian ini adalah pendekatan kuantitatif jenis eksperimen. Sugiyono (2009:72) menyatakan bahwa penelitian eksperimen adalah metode penelitian yang digunakan untuk mencari pengaruh perlakuan tertentu terhadap yang lain dalam kondisi yang terkendalikan. Menurut Margono (2009: 110) penelitian eksperimen merupakan
suatu
percobaan
yang
dirancang
secara
khusus
guna
membangkitkan data yang diperlukan untuk menjawab pertanyaan penelitian. Penelitian
eksperimen
bertujuan
untuk
meneliti
kemungkinan
hubungan sebab-akibat dengan cara memberikan satu atau lebih kondisi perlakuan
kepada
satu
atau
lebih
kelompok
eksperimental,
dan
membandingkan hasilnya terhadap satu atau lebih kelompok kontrol yang tidak menerima perlakuan. Menurut Singarimbun (1985: 4) penelitian eksperimen sangat sesuai untuk pengujian hipotesa tertentu dan dimaksudkan untuk mengetahui apakah variabel eksperimen efektif atau tidak. Penelitian eksperimen sesuai untuk digunakan dalam penelitian ini karena untuk mengetahui pengaruh pemanfaatan museum sebagai sumber belajar terhadap peningkatan hasil belajar sejarah siswa.
48
49
Penelitian ini membagi kelompok menjadi dua, yakni kelompok eksperimen dan kelompok kontrol. Satu kelompok diberi perlakuan khusus tertentu dan satu kelompok lagi dikendalikan pada suatu keadaan yang pengaruhnya dijadikan sebagai pembanding (Margono, 2009: 110). Kelompok eksperimen merupakan kelompok yang mendapat perlakuan, yakni dengan pemanfaatan Museum Diponegoro dalam pembelajaran sejarah. Kelompok kontrol dalam penelitian ini adalah sebagai kelompok pembanding untuk kelompok eksperimen. Kelompok kontrol menggunakan model pembelajaran tanpa kunjungan ke museum atau konvensional dengan ceramah bervariasi. Perbandingan ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh pemanfaatan museum sebagai sumber belajar sejarah terhadap hasil belajar siswa. Penelitian eksperimen ini menggunakan desain Randomized Control Group Pretes-Postest Design, yaitu terdapat dua kelompok yang dipilih secara random, kemudian diberi pretest untuk mengetahui keadaan awal adakah perbedaan antara kelompok eksperimen dan kelompok kontrol (Sugiyono, 2009: 112). Tabel 2. Desain Penelitian Eksperimen Kelompok
Pre Tes
Treatment
Post Tes
Eksperimental
T1
X
T2
Kontrol
T1
_
T2
50
Keterangan : T1 : Pre Tes kedua Kelompok T2 : Post Tes Kedua kelompok X : Treatment atau perlakuan dengan kunjungan ke Museum Diponegoro sebagai sumber belajar sejarah. Dalam penelitian ini terdapat 2 kelompok yang akan diteliti, yaitu kelompok kontrol dan kelompok eksperimen. Prosedur penelitian ini meliputi langkah-langkah sebagai berikut: 1. Mengambil 3 kelas penelitian, yaitu 2 kelas inti sebagai kelas kontrol dan kelas eksperimen, sedangkan 1 kelas sebagai kelas uji coba instrumen. 2. Menyusun instrumen penelitian yang meliputi Perangkat Pembelajaran, lembar kerja siswa, lembar observasi, soal Pre-Test dan soal Post-Test. 3. Melakukan uji coba perangkat test, serta menghitung validitas dan reliabilitas. 4. Memberikan pre-test pada kelompok eksperimen dan kelompok kontrol. 5. Memberikan
perlakuan
sebanding,
pada
kelompok
eksperimen
pembelajaran dilakukan dengan kunjungan Museum Diponegoro. 6. Memberikan Post-tes pada kedua kelompok..
51
7. Hitung perbedaan antara hasil Pretest T1 dan Posttest T2 untuk masingmasing kelompok. 8. Perbandingan perbedaan-perbedaan tersebut, untuk menentukan apakah penerapan perlakuan X itu berkaitan dengan perubahan yang lebih besar pada kelompok eksperimental. 9. Kenakan Uji-t untuk menentukan apakah perbedaan dalam hasil tes itu signifikan.
B. Variabel Penelitian Variabel merupakan objek peneliti atau yang menjadi titik perhatian dalam suatu penelitian. Variabel adalah konsep yang mempunyai variasi nilai. Variabel juga dapat diartikan sebagai pengelompokan yang logis dari dua atribut atau lebih (Margono, 2005: 133). Dalam penelitian eksperimen, ada dua variabel yang menjadi perhatian utama, yaitu variabel bebas dan variabel terikat. Variabel dalam penelitian ini adalah : 1. Variabel Independent /Pengaruh/Bebas (X) adalah variabel yang mempengaruhi variabel lain. Variabel pengaruh atau bebas dalam penelitian ini adalah pemanfaatan Museum Diponegoro sebagai sumber belajar sejarah. Materi pembelajaran yang dijadikan sebagai acuan adalah
52
“bentuk-bentuk perlawanan Rakyat Indonesia menentang kolonialisme bangsa barat periode sesudah tahun 1800”. 2. Variabel Dependent /terpengaruh /Terikat (Y) adalah variabel yang dipengaruhi oleh variabel bebas. Variabel terikat atau terpengaruh dalam penelitian ini adalah hasil belajar siswa yang berupa tes mata pelajaran sejarah kelas VIII SMP Negeri 3 Magelang tahun pelajaran 2010/2011 yang diperoleh setelah proses pembelajaran.
C. Lokasi Penelitian Pada observasi awal, ditemukan bahwa aktifitas pembelajaran sejarah masih terpusat pada guru dengan metode konvensional yaitu ceramah. Pelaksanaan pembelajaran di kelas pada umumnya adalah proses transfer pengetahuan dari guru ke siswa. Siswa jarang mengemukakan pendapat dan melakukan penalaran terhadap bahan pelajaran, dengan melihat dokumen hasil belajar siswa dapat diketahui bahwa hasil belajar siswa belum maksimal. Sesuai dengan judul yang ditulis dalam rancangan ini maka lokasi penelitian ini adalah di SMP Negeri 3 Magelang yang terletak di jalan Elo Jetis No. 33 Kota Magelang. Sekolah ini dipilih berdasarkan observasi awal dengan guru dan siswa. Pemilihan SMP Negeri 3 Magelang karena letaknya yang relatif dekat dengan Museum Diponegoro di kota Magelang sebagai sumber belajar.
53
D. Populasi dan Sampel Penelitian a. Populasi Populasi adalah keseluruhan individu dalam wilayah penelitian yang menjadi subyek penelitian. Populasi dalam penelitian ini adalah semua siswa kelas VIII SMP Negeri 3 Magelang tahun pelajaran 2010/2011. b. Sampel Di dalam penelitian hampir tidak mungkin peneliti menjangkau seluruh populasi. Hal ini disebabkan kurangnya waktu, mahalnya biaya, dan mungkin sifat populasi, padahal biasanya suatu penelitian dibatasi oleh waktu (Dewanto dan Tasis, 1995: 53). Di dalam penelitian kuantitatif perlu digunakan sampel yang representatif untuk memperoleh efisiensi kerja. Sampel merupakan bagian dari jumlah dan karakteristik yang dimiliki oleh populasi. Teknik pengambilan sampel yang dipakai adalah teknik Simple Random Sampling yaitu dari suatu populasi yang terbatas atau dari subpopulasi secara langsung ditugaskan ke dalam kelompok eksperimen dan kelompok kontrol secara random. Populasi dari Simple Random Sampling ini adalah seluruh siswa kelas VIII SMP Negeri 3 Magelang tahun pelajaran 2010/2011. Unit-unit atau sub-sub populasi penelitian ini adalah kelas VIIIA, VIIIB, VIIIC, VIIID, VIIIE, VIIIF, dan VIIIG. Cara demikian dilakukan apabila populasi dianggap homogen.
54
Untuk menentukan sampel penelitian ini dari unit-unit dilakukan dengan cara mengundi 2 unit yang akan dijadikan sebagai sampel dari 7 unit yang ada. Undian tersebut dilaksanakan dalam satu tahap dengan dua kali pengambilan. Kelas yang keluar pertama sebagai kelompok eksperimen dan kelas yang keluar berikutnya sebagai kelompok kontrol. Setelah dilakukan pengambilan sampel random sampling, terpilih kelas VIII-E untuk kelas eksperimen dan kelas VIII-C untuk kelas kontrol.
E. Teknik Pengumpulan Data Untuk memperoleh data dalam penelitian diperlukan alat yang dapat dipergunakan untuk mengumpulkan data (Dewanto dan Tarsis, 1995: 5). Teknik pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut: 1. Tes Tes ialah seperangkat rangsangan (stimuli) yang diberikan kepada seseorang dengan maksud untuk mendapatkan jawaban yang dapat dijadikan dasar penetapan skor angka (Margono, 2009: 170). Tes berguna untuk memberikan petunjuk kegagalan dan keberhasilan, meramal dan menentukan kedudukan siswa dalam kelasnya (Dewanto, 1996: 14). Metode tes merupakan metode pengumpulan data yang bertujuan untuk mengetahui hasil dari perlakuan. Tes sebagai teknik pengumpulan data penelitian yang diberikan kepada siswa untuk
55
mendapatkan jawaban dari siswa dalam bentuk lisan (tes lisan), dalam bentuk tulisan (tes tertulis), atau dalam bentuk perbuatan (tes tindakan). Secara umum tes memiliki dua fungsi, yaitu sebagai alat pengukur prestasi peserta didik dan sebagai alat pengukur keberhasilan proses pengajaran. Metode tes ini dipilih karena dianggap sebagai metode yang paling tepat dalam rangka mencari pemecahan terhadap masalah yang terdapat dalam penelitian yang menjadi dasar penulisan dalam penelitian ini. Penyusunan tes dilakukan dengan terlebih dahulu memperhatikan standar kompetensi, kompetensi dasar, materi, dan indikator. Dalam penelitian ini tes yang digunakan adalah sebagai berikut: a. Pre Tes Pre tes merupakan tes awal yang dilaksanakan terhadap masing-masing kelompok sampel penelitian yaitu kelompok eksperimen dan kelompok kontrol sebelum diberi perlakuan (treatmen). Tujuan dilaksanakan pre tes adalah untuk mengetahui kemampuan awal kedua kelompok dan menyamakan kedudukan masing-masing kelompok sebelum dilakukan eksperimen.
56
b. Post Tes Post tes merupakan uji akhir eksperimen atau tes akhir, yaitu tes yang dilaksnakan setelah perlakuan atau treatmen. Tujuan post tes adalah untuk mendapatkan data tentang perbedaan hasil belajar siswa yang diberi perlakuan (treatmen) dengan siswa yang tidak diberi perlakuan khusus (kontrol). 2. Observasi Sutrisno Hadi (dalam Sugiyono, 2009: 203) mengemukakan bahwa, observasi merupakan suatu proses yang kompleks, suatu proses yang tersusun dari pelbagai proses biologis dan psikologis. Dua diantara yang terpenting dalam suatu observasi adalah proses-proses pengamatan dan ingatan. Melalui pengamatan dapat diketahui bagaiman sikap dan perilaku individu, kegiatan yang dilakukan, kemampuan, bahkan hasil yang diperoleh dari kegiatannya. Teknik pengumpulan data dengan observasi digunakan bila penelitian berkenaan dengan perilaku manusia, proses kerja, gejala-gejala alam dan apabila responden yang diamati tidak terlalu besar. Metode observasi dalam penelitian ini digunakan untuk mengambil data nilai afektif dan psikomotorik siswa yang dijadikan sampel penelitian yaitu kelas eksperimen dan kelas kontrol selama proses pembelajaran. Pengamatan juga dilakukan terhadap kenerja guru selama proses pembelajaran. Sebelum melakukan observasi,
57
peneliti terlebih dahulu menetapkan aspek-aspek tingkah laku yang akan diobservasi dan dibuat pedoman observasi. 3. Teknik Dokumenter Teknik pengumpulan data melalui studi dokumen merupakan suatu teknik pengumpulan dengan menghimpun dan menganalisis data melalui arsip-arsip, dokumen, dan termasuk juga buku-buku pendapat, teori atau hukum-hukum dan lain-lain yang berhubungan dengan masalah penelitian (Margono, 2009: 181). Dalam penelitian ini, teknik dokumenter berfungsi untuk menghimpun secara selektif bahan-bahan yang digunakan di dalam kerangka berpikir atau landasan teori, penyusunan hipotesis secara tajam. Studi dokumen dalam penelitian ini juga digunakan untuk mendapatkan daftar nama-nama siswa kelas VIII, keadaan umum siswa, silabus, dan RPP. Dengan melakukan pemeriksaan dokumen, maka peneliti akan mendapatkan gambaran awal tentang pelaksanaan pembelajaran sejarah di sekolah penelitian. Data ini digunakan untuk menetukan sampel penelitian dan menguji homogenitas populasi yang akan dijadikan sebagai subyek penelitian.
58
4. Wawancara Wawancara merupakan suatu proses interaksi dan komunikasi. Faktor-faktor yang mempengaruhi informasi dan arus informasi ialah pewawancara, responden, topik penelitian yang tertuang dalam daftar pertanyaan dan situasi wawancara ( Singarimbun dan Sofian, 1985: 145). Wawancara digunakan sebagai teknik pengumpulan data apabila peneliti ingin melakukan studi pendahuluan untuk menemukan permasalahan yang harus diteliti, dan juga apabila peneliti ingin mengetahui hal-hal dari responden yang lebih mendalam dan jumlah respondennya sedikit/kecil. Wawancara dapat dilakukan secara terstruktur maupun tidak terstruktur. Wawancara terstruktur digunakan sebagai teknik pengumpulan data, bila peneliti atau pengumpul data telah mengetahui dengan pasti tentang informasi apa yang akan diperoleh. Wawancara tidak terstruktur adalah wawancara yang bebas dimana peneliti tidak menggunakan pedoman wawancara yang telah tersusun secara sistematis dan lengkap untuk pengumpulan datanya. Pedoman yang dugunakan dalam wawancara tidak terstruktur berupa garis-garis besar permasalahan yang akan ditanyakan (Sugiyono, 2009: 194-197). Dalam penelitian ini, peneliti menggunakan
59
wawancara tidak terstruktur atau wawancara bebas dengan siswa dan guru mata pelajaran sejarah sebagai informan.
E. Analisis Data 1. Analisis Awal Analisis tahap awal digunakan untuk membuktikan bahwa kelompok kontrol dan kelompok eksperimen berawal dari titik tolak yang sama. Data yang digunakan dalam melakukan uji kesamaan pada siswa kelas VIII SMP Negeri 3 Magelang setelah penentuan sampel secara Simple Random Sampling dilakukan. a. Uji Homogenitas Uji ini adalah untuk mengetahui kesamaan atau perbedaan antara 2 kelompok, yaitu kelas Eksperimen dan kelas Kontrol sama atau homogen. Uji Homogenitas digunakan rumus :
F=
(Sudjana, 1996: 242)
Dengan kriteria pengujiannya: Jika Fhitung < F tabel, dengan α= 5 %, n1 – 1 dk pembilang, n2- 1 dk penyebut, maka dapat dikatakan kedua kelompok memiliki kesamaan varians atau kedua kelompok tersebut homogen.
60
b. Uji Eksperimen Analisis data dalam penelitian ini adalah dengan menggunakan Uji-t
(Student‟s
dibandingkan
Test).
dua
Dalam
pengamatan
penelitian
eksperimen
perkembangan
antara
sering sebelum
dilakukan treatmen dan sesudah dilakukan treatmen. Kegiatan ini disebut Uji-t untuk menilai perkembangan atau disebut juga uji pas-pas (uji purwa dan uji purna) atau pre dan post (Dewanto dan Tarsis, 1995: 82). Adapun rumus yang digunakan adalah sebagai berikut:
t=
(
√
)
(Dewanto dan Tarsis, 1995: 82)
Keterangan :
: rerata cuplikan :
n
: cacah kasus
n1 + n2 − 2 : derajat kebebasan (db) Jk
:
jumlah kuadrat : ∑X2 −
Perhitungan analisis hipotesis dilakukan untuk menyimpulkan apakah ada perbedaan antara kelompok eksperimen dengan kelompok kontrol baik sebelum dan sesudah dilakukan treatmen.
61
2. Analisis Instrumen Analisis soal tes uji coba dilakukan untuk mengetahui validitas, reliabilitas. a. Uji Validitas Untuk mengetahui soal mana yang valid atau tidak untuk digunakan sebagai pre tes dan post tes maka dilakukan uji validitas butir soal. Rumus yang digunakan untuk mengukur validitas soal, yaitu :
rpq
rtp st sp s 2 sp 2 2rtp st sp
(Guilford, 1987 : 331)
Keterangan : = Validitas butir instrumen penelitian bagian = total q
= t-p
St
= SD total
Sp
= SD bagian Dari hasil perhitungan tingkat validitas diketahui α = 5%
dengan n = 34 diperoleh rtabel = 0,339. Berdasarkan perhitungan
62
dengan rumus rpq, maka diperoleh soal yang valid adalah nomor : 2, 5, 6, 7, 8, 9, 10, 11, 12, 14, 15, 16, 17, 18,19, 21, 23, 25, 26,27,28, 30, 32, 33, 34, 35, 37, 38, 39, dan 40. Adapun yang tidak valid adalah nomor : 1, 3, 4, 13, 20, 22, 24, 29, 31, dan 36. Untuk perhitungan uji validitas selengkapnya terdapat pada lampiran. b. Reliabilitas Menurut J.P Gualford (dalam Dewanto, 1996: 143) reliabilita adalah proporsi dari varian yang sesungguhnya. Selanjutnya secara verbal reliabilita dapat menjadi tiga hal, yaitu; 1) konsistensi, yaitu keajegan hasil pengukuran internal; 2) stabilitas, yaitu keajegan hasil pengukuran untuk jangka waktu tertentu; 3) equivalensi, yaitu keajegan hasil pengukuran dari kelompok butir yang sama, dua bentuk tes diberikan pada sekelompok tes dalam waktu singkat. Rumus yang digunakan untuk mengukur reliabilitas adalah KR21, yaitu:
=[
] [1−
–
Keterangan : = reliabilitas instrumen k
= banyaknya butir soal
M
= skor rata-rata
]
(Dewanto, 1996: 140)
63
T2
= varian Dari hasil perhitungan tingkat reliabilitaas diketahui pada α =
5% dengan n = 34 diperoleh rtabel = 0,339 dan r11 = 0,866, karena r11 > rtabel, maka dapat disimpulkan bahwa instrumen tersebut reliabel dan dapat digunakan sebgai alat pengumpul data karena instrumen tersebut sudah baik. Untuk perhitungan selengkapnya dapat dilihat pada lampiran.
3. Analisis Hipotesis a. Uji Normalitas Sebelum data yang diperoleh di lapangan dianalisis lebih lanjut, terlebih dahulu harus diuji normalitasnya. Tujuannya adalah untuk mengetahui apakah data tes kelompok eksperimen dan kelompok kontrol berdistribusi normal atau tidak. Hipotesinya adalah tidak ada perbedaan yang signifikan antara distribusi sampel hasil observasi dengan distribusi sampel yang diharapkan. Rumus yang digunakan adalah rumus statistik uji Z, yaitu:
Z =
√
Keterangan : X = Rata-rata sampel
(Dewanto dan Tarsis, 1995:70)
64
µo = kriteria ketuntasan minimal δ = Simpangan baku rata-rata dari distribusi n = sampel b. Uji Homogenitas Uji ini adalah untuk mengetahui kesamaan atau perbedaan antara 2 kelompok, yaitu kelas Eksperimen dan kelas Kontrol sama atau homogen. Uji Homogenitas digunakan rumus :
F=
(Sudjana, 1996: 242) Dengan kriteria pengujiannya: Jika Fhitung < Ftabel, dengan α= 5
%, n1 – 1 dk pembilang, n2- 1 dk penyebut, maka dapat dikatakan kedua kelompok memiliki kesamaan varians atau kedua kelompok tersebut homogen (α= 5 %). c. Analasis Tahap Akhir/Uji Hipotesis Dalam eksperimen, sering dibandingkan dua pengamatan perkembangan antara sebelum dan sesudah dilakukan treatment. Sehingga hal ini dapat disebut uji-t untuk menilai perkembangan (Dewanto dan Tarsis, 1995: 82). Analisis tahap akhir dilakukan terhadap data pre tes dan post tes kelompok eksperimen dan kelompok kontrol. Analisis tahap akhir bertujuan untuk menguji hipotesis penelitian atau hasil penelitian,
65
yaitu apakah Ha diterima atau Ho diterima. Pengujian hipotesis menggunakan Uji-t dua pihak dengan taraf signifikansi 5%. Hipotesis statistik yang diajukan adalah:
≤
Ho : Ha :
Adapun rumus yang digunakan adalah sebagai berikut:
t=
(
√
)
(Dewanto dan Tarsis, 1995: 82)
Keterangan :
= rerata cuplikan :
n
: cacah kasus
n1 + n2 − 2 : derajat kebebasan (db) Jk
:
jumlah kuadrat : ∑X2 –
Perhitungan Uji-t dilakukan untuk menyimpulkan apakah ada perbedaan antara kelompok eksperimen dan kelompok kontrol baik sebelum dan sesudah dilakukan treatmen. Dalam menguji hipotesis penelitian, apabila terdapat perbedaan yang signifikan maka perbedaan
66
tersebut cukup besar untuk menolak hipotesis nol. Derajat kebebasan untuk tabel distribusi adalah (n1 + n2 – 2) dengan peluang (1-α), α = taraf signifikan. Dalam penelitian ini diambil taraf signifikan α = 5%. Dengan kriteria sebagai berikut: Apabila thitung < ttabel diterima. Apabila thitung ≥ ttabel maka Ha diterima
maka Ho
67
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
A. Hasil Penelitian 1. Lokasi Penelitian SMP Negeri 3 Magelang adalah salah satu sekolah Negeri yang berada di wilayah kota Magelang dan terletak di Jalan Elo Jetis No. 33 Magelang. Secara umum berdasarkan analisis lingkungan strategis yang mempengaruhi penyelenggaraan pendidikan di SMP Negeri 3 Magelang terdapat beberapa faktor eksternal yang diuraikan sebagai berikut : secara geografis letak SMP Negeri 3 Magelang berada di pinggiran Kota Magelang, tepatnya di jalan Elo Jetis No. 33 Magelang, cukup mudah dijangkau dengan alat transportasi, seperti angkot, motor , mobil dan sebagainya. Kondisi lingkungan begitu segar dan cukup teduh karena banyak pepohonan yang rindang melingkupinya, serta terdapat kebun tanaman anggrek yang sangat lestari. Lokasi SMP Negeri 3 Magelang tergolong strategis dalam mendukung terciptanya suasana kondusif untuk pendidikan dan pembelajaran karena jauh dari keramaian kota. Selain itu dari beberapa sekolah yang terdapat di kota Magelang, SMP Negeri 3 Magelang memiliki lahan yang paling luas sehingga memungkinkan sekolah untuk membangun infrastruktur pendukung yang memadai untuk penyelenggaraan pendidikan. 67
68
Saat ini kondisi pendidikan di SMP Negeri 3 Magelang cukup baik, meskipun belum menjadi sekolah terfavorit di Kota Magelang, namun telah menjadi sekolah yang cukup diperhitungkan. Ini terbukti dari tahun ke tahun jumlah pendaftar selalu melebihi daya tampung sehingga perlu diadakana seleksi untuk dapat menjadi peserta didik di SMP Negeri 3 Magelang. Tenaga pendidiknya secara kualitas maupun kuantitas sudah memadai, secara umum sarana dan prasarana sudah mencukupi, situasi sekolah juga kondusif untuk belajar. Mutu lulusan juga semakin meningkat kualitasnya sejak ditetapkan menjadi Sekolah Menengah Pertama Standar Nasional (SSN), melalui Surat Keputusan Direktur Pendidikan Lanjutan Pertama, direktorat Jenderal Pendidikan Dasar dan Menengah, Departemen Pendidikan Nasional, Nomor : 960/c3/Kp/2005, tanggal 19 Juli 2005. SMP Negeri 3 Magelang dapat dikatakan telah lengkap, dimana telah tersedia ruang kelas yang representatif untuk pembelajaran, kantor guru yang baru direnoasi, kantor TU, serta ruang multimedia, ruang komputer, laboratorium, perpustakaan, lapangan Olahraga, ruang BK, ruang OSIS, ruang UKS, ruang serbaguna yang baru direnovasi, ruang kesenian yang telah memadai. Beberapa fasilitas non-pendidikan yang terdapat di SMP Negeri 3 Magelang antara lain Mushola, kantin, tempat parkir yang telah tertata dengan baik dan dijaga kebersihannya. Sebagai salah satu tempat pendidikan untuk mempersiapkan generasi masa depan, SMP Negeri 3 Magelang memiliki visi dan misi
69
yang sangat jelas. Beberapa kali visi dan misi pendidikan yang diterapkan di SMP Negeri 3 Magelang mengalami perubahan. Perubahan tersebut dimaksdukan untuk memenuhi dan menyesuaikan tuntutan perkembangan dan kebutuhan dunia pendidikan. Adapun visi dan misi sekolah yang telah disepakati seluruh unsur civitas SMP Negeri 3 Magelang saat ini adalah sebagai berikut : a. Visi SMP Negeri 3 Magelang Indikator terwujudnya visi sekolah : 1) Terwujudkan pengembangan kurikulum yang inovatif dan adaptif 2) Terwujudnya proses pembelajaran yang inovatif 3) Terwujudnya lulusan yang cerdas dan kompetitif akademis dan non akademis 4) Terwujudnya pendidik dan tenaga kependidikan yang profesional 5) Terwujudnya sarana dan prasarana pendidikan yang relevan dan mutakhir 6) Terwujudnya manajemen sekolah yang tangguh 7) Terwujudnya penggalangan biaya pendidikan yang memadai 8) Terwujudnya sistem penilaian yang otentik 9) Terwujudnya penataan lingkungan sekolah yang sehat nyaman dan kondusif yang mampu mendukung kegiatan pembelajaran yang aktif, kreatif, inovatif dan meyenangkan. b. Misi SMP Negeri 3 Magelang 1) Mewujudkan pengembangan kurikulum yang inovatif dan kreatif
70
2) Mewujudkan pelaksanaan kurikulum yang didukung kepemimpinan yang demokratsi dan profesional 3) Mewujudkan proses pembelajaran inovatif 4) Mewujudkan peningkatan pencapaian NUN 5) Mewujudkan pencapaian standar kompetensi lulusan baik akademik maupun non akademik 6) Mewujudkan pendidik dan tenaga kependidikan yang profesional Dalam rangka mewujudkan visi dan misi sekolah, dilakukan berbagai upaya antara lain peningkatan dukungan administrasi dan manajemen sekolah yang handal, melengkapi media pembelajaran sesuai dengan perkembangan teknologi dan ilmu pengetahuan, pembinaan kesiswaan
dengan
memberikan
pelatihan
dan
pendidikan
untuk
pengembangan bakat, prestasi dan potensi siswa di bidang penelitian ilmiah, lomba mata pelajaran tertentu, seni dan olahraga, memfasilitasi pengembangan profesi guru dan mengoptimalkan penggunaan sarana dan prasarana untuk menunjang kegiatan belajar mengajar. Keseluruhan guru yang mengajar di SMP Negeri 3 Magelang berjumlah 48 guru. Hampir semua guru mengajar sesuai dengan bidang keahliannya, dan beberapa guru mengajar mata pelajaran muatan lokal untuk memenuhi beban mengajar bagi guru sertifikasi. Lebih jelasnya mengenai data guru dapat dilihat pada tabel berikut ini :
71
Tabel 3. Kualifikasi Pendidikan, Status, Jenis Kelamin, dan Jumlah Jumlah dan Status No.
Guru
Tingkat Pendidikan
Jumlah
L
P
1.
S3 / S2
1
-
1
2.
S1
15
25
40
3.
D IV
-
-
-
4.
D III / Sarmud
1
3
4
5.
D II
1
-
1
6.
DI
1
1
2
20
28
48
Jumlah
Guru SMP Negeri 3 Magelang yang mengampu mata pelajaran IPS Sejarah ada 2 orang guru, yaitu Sri Sundari, S.Pd dan Siti Munjayanah, S.Pd. Guru mitra dalam penelitian ini adalah Sri Sundari S. Pd selaku guru yang mengampu mata Pelajaran IPS Sejarah di Kelas VIII dan IX. Pada setiap tahun pelajaran baru , SMP Negeri 3 Magelang selalu diminati oleh calon siswa yang baru lulus SD di wilayah Kota Magelang yang mayoritas bertempat tinggal di Secang, Menowo, Mertoyudan, Sambung dan sekitarnya. Pada tahun pelajaran 2010/2011 siswa SMP Negeri 3 Magelang berjumlah 652 siswa. Pada kelas VII terdiri dari 6 kelas, dari kelas VII A sampai dengan kelas VII F yang berjumlah 206
72
siswa. Kelas VIII terdiri dari 7 kelas, dari kelas VIII A sampai dengan kelas VIII G yang berjumlah 229 siswa. Kelas IX terdiri dari 6 kelas, dari kelas IX A sampai kelas IX F yang berjumlah 217 siswa. Lebih jelasnya mengenai data siswa dapat dilihat pada tabel berikut ini : Tabel 4. Jumlah Siswa SMP Negeri 3 Magelang No.
Kelas
Keadaan siswa Tahun Pelajaran 2010/2011 Laki-laki
Perempuan
Jumlah
1
VII
106
100
206
2
VIII
112
117
229
3
IX
113
104
217
Total
331
321
652
2. Pemanfaatan Museum Diponegoro Sebagai Sumber Belajar Museum memiliki peranan penting di dalam dunia pendidikan, yaitu sebagai media pembelajaran. Peranan museum sebagai media pembelajaran disebabkan fungsi museum yang memberikan informasi konkret kepada masyarakat dalam hal ini siswa dan guru. Dalam pembelajaran sejarah, museum merupakan tempat ideal sebagai sumber informasi kesejarahan. Hal ini dikarenakan dalam museum terdapat banyak benda yang dapat dijadikan sebagai media pembelajaran yang
73
berfungsi sebagai sarana peningkatan pemahaman terhadap peristiwa sejarah bagi siswa. Museum dapat digunakan sebagai alat penunjang pelajaran khususnya sejarah dan sebagai peraga budaya masa lampau. Koleksi yang ada di museum merupakan sumber belajar yang konkret bagi peserta didik dalam pembelajaran sejarah. Penggunaan Museum sebagai sumber belajar merupakan salah satu cara efektif dalam mewujudkan tujuan pembelajaran sejarah. Hal ini dikarenakan di dalam museum terdapat berbagai macam media yang memberikan informasi konkret kepada pelajar tentang peristiwa masa lampau. Museum dapat memberikan pengalaman yang lebih nyata dalam pembelajaran sejarah bagi siswa dari pada proses pembelajaran yang menggunakan buku teks. Dengan demikian museum sebagai media pembelajaran sejarah berfungsi untuk mewujudkan visualisasi, interpretasi dan generalisasi pelajar. Melaui pemanfaatan peninggalan-peninggalan sejarah yang terdapat di Museum tersebut maka akan berpengaruh terhadap pencapaian hasil belajar siswa. Di Kota Magelang terdapat Museum yang dapat dimanfaatkan sebagai sumber belajar dalam pembelajaran sejarah bagi siswa. Sumber Belajar sejarah yang berupa Museum Diponegoro di Kota Magelang termasuk dalam Learning resources by utilization atau Sumber belajar yang terdapat di lingkungan sekitar manusia. Museum yang terdapat di Kota Magelang antara lain adalah 1) Museum Diponegoro yang terletak di Karesidenan Magelang, di jalan Pangeran Diponegoro No. 1 Magelang; 2)
74
Museum BPK RI berada satu kompleks dengan Museum Diponegoro; 3) Museum Sudirman, di Badaan jalan Ade Irma Suryani C.7 Magelang; 4) Museum AJB Bumi Putera 1912, di jalan A. Yani No. 21 Magelang; dan 5) Museum Taruna „Abdul Djalil‟, di jalan Gatot Subroto Magelang. Proses pemanfaatan Museum sebagai sumber belajar harus terkait dengan materi pembelajaran sejarah sesuai standar kompetensi dan kompetensi dasar. Salah satu museum yang dapat dimanfaatkan sebagai sumber belajar yang terkait dengan materi pembelajaran sejarah dan sesuai standar kompetensi dan kompetensi dasar adalah Museum Diponegoro. Museum Diponegoro menyimpan koleksi-koleksi peninggalan sejarah yang dapat dijadikan sebagai sumber belajar dan media pembelajaran yang konkret bagi siswa. Peninggalan-peninggalan sejarah yang terdapat di Museum Diponegoro adalah peninggalan sejarah Pangeran Diponegoro. Museum Diponegoro merupakan sebuah bangunan tempat penyimpanan bendabenda bersejarah peninggalan dari Pangeran Diponegoro semasa singgah di kota Magelang saat terjadi perang Jawa. Koleksi-koleksi yang terdapat di Museum Diponegoro antara lain jubah yang dipakai Pangeran diponegoro saat berunding dengan Belanda di rumah Residen Kedu di Magelang. Jubah yang dipakai saat Pangeran Diponegoro berunding dan ditangkap oleh Belanda tanggal 25 Maret 1830. Koleksi-koleksi lain di Museum Diponegoro misalnya adalah satu set meja dan kursi perundingan yang dipakai untuk perundingan antara Pangeran
75
Diponegoro dengan Jenderal De Kock. Kursi yang diduduki oleh Pangeran Diponegoro adalah yang terdapat bekas guratan kuku Pangeran Diponegoro karena menahan amarah terhadap kelicikin Belanda dalam perundingan. Ruang Museum Diponegoro itu sendiri merupakan ruang yang digunakan untuk perundingan. Melalui koleksi-koleksi yang terdapat di Museum Diponegoro, siswa diperlihatkan bukti nyata mengenai bukti-bukti sejarah terjadinya perang Diponegoro yang dikenal juga dengan Perang Jawa dan bukan hanya cerita dan materi yang terdapat di buku pelajaran. Oleh karena itu, Museum Diponegoro dan koleksi-koleksinya dapat dimanfaatkan sebagai sumber belajar sejarah, dan merupakan sumber belajar yang terdapat di lingkungan sekitar siswa SMP Negeri 3 Magelang. Berdasarkan observasi yang dilakukan peneliti, selama ini Museum Diponegoro belum dimanfaatkan secara maksimal oleh dunia pendidikan, khususnya oleh sekolah-sekolah yang berada disekitarnya. Oleh karena itu peneliti menggunakan metode kunjungan ke museum sebagai sumber belajar sejarah yang dikaitkan dengan materi pembelajaran bentuk-bentuk perlawanan rakyat Indonesia menentang kolonialisme bangsa berat periode sesudah tahun 1800 untuk siswa SMP Negeri 3 Magelang. Museum Diponegoro Kota Magelang merupakan suatu bangunan kamar rumah residen Kedu di Magelang yang digunakan sebagai tempat perundingan antara Pangeran Diponegoro dengan Belanda yang diwakili
76
oleh Jenderal De Kock dan merupakan tempat tertangkapnya Pangeran Diponegoro pada tanggal 28 Maret 1830, dan menandakan berakhirnya perlawanan rakyat Jawa yang dipimpin oleh Pangeran Diponegoro. Perlawanan Diponegoro merupakan salah satu materi perang yang akan disampaikan guru dalam materi pembelajaran sejarah kelas VIII SMP pada materi
bentuk-bentuk
perlawanan
rakyat
Indonesia
menentang
kolonialisme bangsa barat periode sesdudah tahun 1800, standar kompetensi memahami proses kebangkitan nasional, kompetensi dasar menjelaskan proses perkembangan kolonialisme barat serta pengaruh yang ditimbulkannya di berbagai daerah. Khususnya Perlawanan Diponegoro adalah perang terbesar di Jawa dalam menghadapi kolonialisme Bangsa Belanda, sehingga dalam perang Diponegoro disebut juga Perang Jawa. Lingkungan di sekitar siswa yang terdapat bukti peristiwa sejarah seperti
Museum
Diponegoro
ini
dapat
membantu
guru
untuk
mengembangkan pemahaman siswa tentang masa lalu dan membuat siswa mengerti bahwa sesungguhnya sejarah bukan hanya cerita, akan tetapi adalah sebuah peristiwa yang memang benar-benar terjadi pada masanya. Pembelajaran sejarah dengan pemanfaatan Museum Diponegoro sebagai sumber belajar merupakan proses pembelajaran dengan mengaitkan materi pembelajaran sejarah yang telah di sampaikan guru di kelas yang bersumber pada buku-buku materi pembelajaran sejarah. Pada penelitian mengenai pemanfaatan Museum Diponegoro sebagai sumber belajar ini, peneliti menempuh langkah-langkah sesuai
77
prosedur dalam melakukan penelitian, mulai dari persiapan penelitian sampai dengan pelaksanaan penelitian. Adapun prosedur penelitian yaitu sebagai berikut : a. Persiapan Pelaksanaan Persiapan pelaksanaan yang dilakukan oleh peneliti sebelum melaksanakan penelitian adalah menetukan lokasi penelitian, yaitu SMP Negeri 3 Magelang. Dalam rangka memperoleh data tentang indikator-indikator yang diteliti, maka dibutuhkan alat pengumpul data. Alat yang digunakan untuk mengumpulkan data adalah tes pilihan ganda, berupa pre test dan post test tentang materi pembelajaran
yang
berkaitan
dengan
Pemanfaatan
Museum
Diponegoro Kota Magelang sebagai sumber belajar. Instrumen penelitian Eksperimen pemanfaatan Museum Diponegoro sebagai sumber belajar sejarah sebagai upaya untuk meningkatkan hasil belajar sejarah kelas VIII SMP Negeri 3 Magelang terdiri dari 30 item soal tes untuk mengukur keberhasilan pembelajaran sejarah pada materi bentuk-bentuk perlawanan rakyat
Indonesia dalam menentang
kolonialisme bangsa barat periode sesudah tahun 1800. Untuk mengetahui perbandingan hasil belajar siswa kelas VIII SMP Negeri 3 Magelang dalam penelitian pemanfaatan Museum Diponegoro sebagai sumber belajar sejarah, maka pada sampel kelas VIII dibagi dua kelompok, yaitu kelompok eksperimen yang diwakili
78
oleh siswa kelas VIII E dengan jumlah 31 siswa dan kelompok kontrol yang diwakili oleh siswa kelas VIII C dengan jumlah 31 siswa. Kelas Eksperimen yang diwakili oleh siswa kelas VIII E pembelajaran sejarah diberikan treatment dengan melakukan kunjungan ke Museum Diponegoro, sedangkan pada kelompok kontrol yang diwakili siswa kelas VIII C pembelajaran sejarah dilakukan tanpa kunjungan ke Museum. b. Pelaksanaan Penelitian Setelah penentuan sampel penelitian dilakukan, langkah selanjutnya adalah memberikan pre test berupa soal berbentuk pilihan ganda kepada kedua kelompok, siswa kelas eksperimen VIII E berjumlah 31 siswa dan siswa kelas kontrol VIII C berjumlah 31 siswa. Soal tes dimaksudkan untuk mengetahui pengetahuan siswa tentang materi pembelajaran bentuk-bentuk perlawanan rakyat Indonesia dalam menentang kolonialisme bangsa barat periode sesudah tahun 1800. Tahap berikutnya adalah pemberian treatment pada kedua kelas, yaitu pada kelas eksperimen dengan metode kunjungan ke Museum Diponegoro dan kelas Kontrol tanpa kunjungan ke Museum Diponegoro atau dengan metode ceramah bervariasi. Kegiatan pembelajarannya adalah sebagai berikut:
79
1) Kelas Eksperimen Kelas eksperimen pada penelitian ini adalah kelas VIII E dengan jumlah murid sebanyak 31 anak dan semuanya masuk dalam responden. Kegiatan pemberian treatment dilakukan di dalam dan diluar kelas dengan RPP terlampir. Kegiatan pembelajaran di dalam kelas dilakukan sebanyak 3 kali pertemuan yang bervariasi, yaitu ceramah, pemaparan materi dengan menggunakan slide, pemberian tugas, dan diskusi. Kegiatan pembelajaran di Museum Diponegoro adalah observasi dan mengerjakan lembar kegiatan siswa dengan berkelompok. Segi positif dalam pembelajaran di kelas eksperimen ini adalah mampu mengajak siswa untuk aktif, berpikir kritis dan mengajak siswa untuk lebih mengenal daerah sendiri yang berkaitan dengan sumber-sumber belajar yang dapat dimanfaatkan untuk pembelajaran sejarah. Pada eksperimen pemanfaatan museum Diponegoro dalam pembelajaran sejarah, siswa tidak hanya mendapatkan materi yang bersumber dari buku-buku, tetapi dihadapkan langsung pada objek nyata sebagai sumber belajar sejarah. Pada akhir kegiatan, guru memberikan post test untuk mengetahui hasil belajar siswa dan membandingkan dengan kelompok kontrol yang tidak melakukan kunjungan ke museum.
80
2) Kelas Kontrol Kelas kontrol dalam penelitian ini adalah kelas VIII C dengan jumlah siswa sebanyak 31 anak dan semuanya masuk responden. Kegiatan pemberian treatment dilakukan di dalam kelas dengan RPP terlampir. Pada kelas Kontrol pembelajaran dilakukan di dalam kelas dengan metode ceramah bervariasi tanpa melakukan kunjungan ke Museum Diponegoro. Pada akhir pembelajaran guru memberikan post test untuk membandingkan hasil belajar sejarah siswa dengan hasil belajar siswa kelas eksperimen yang menggunakan metode kunjungan ke museum.
3. Efektifitas Pembelajaran Sejarah Melalui Kunjungan Ke Museum Diponegoro Sebagai Sumber Belajar Untuk mengetahui efektifitas pembelajaran sejarah melalui kunjungan Museum Diponegoro dapat dilihat dari hasil belajar yang dicapai siswa. Peneliti membagi kedua kelas tersebut menjadi dua kelompok yaitu kelompok eksperimen dan kelompok kontrol. Sebagai kelompok eksperimen yang diwakili kelas VIII E dengan jumlah 31 siswa dan untuk kelas kontrol diwakili oleh kelas VIII C dengan jumlah 31 siswa. Kelas VIII E sebagai kelompok eksperimen merupakan kelas yang dalam
pembelajaran
sejarah
melakukan
kunjungan
ke
Museum
Diponegoro sebagai sumber belajar sejarah. Kelas VIII C sebagai
81
kelompok kontrol merupakan kelas yang melakukan pembelajaran sejarah dengan ceramah bervariasi di kelas. Berdasarkan hasil penelitian dapat disimpulkan bahwa hasil belajar sejarah melalui kunjungan ke Museum Diponegoro sebagai sumber belajar sejarah lebih baik dari dibandingkan hasil belajar siswa tanpa kunjungan ke Museum Diponegoro. Ini dapat dilihat pada nilai rata-rata post test kelas yang melakukan kunjungan ke Museum Diponegoro lebih besar yaitu 7,423 sedangkan hasil belajar siswa kelas VIII yang tidak melakukan kunjungan ke Museum Diponegoro memperoleh nilai rata-rata sebesar 5,76 yang berarti dalam pembelajaran yang memanfaatkan Museum Diponegoro sebagai sumber belajar dalam pembelajaran sejarah lebih efektif pada kelas eksperimen. Berdasarkan hasil penelitian diperoleh fakta bahwa hasil belajar yang dicapai pada kelas eksperimen, hasil uji t post test menunjukkan pembelajaran sejarah dengan metode kunjungan ke museum memberi pengaruh yang lebih baik terhadap hasil belajar IPS Sejarah bila dibandingkan dengan pembelajaran di kelas kontrol yang tidak melakukan kunjungan ke Museum. Hal ini ditunjukan oleh harga thitung = 6,49662 > ttabel = 2, 00 yang berarti Ho ditolak dan Ha diterima. Berdasarkan statistik hipotesis penelitian yang berbunyi pemanfaatan Museum Diponegoro sebagai sumber belajar sejarah efektif dalam meningkatkan hasil belajar sejarah siswa diterima dan dapat diterapkan dalam proses pembelajaran sejarah.
82
Berikut ini adalah analisis hasil belajar siswa dalam pembelajaran sejarah dengan melakukan kunjungan ke Museum Diponegoro : a. Analisis Data Tes Awal (Pre Test) 1) Uji Homogenitas Hipotesis yang diajukan : Ho : Kedua kelompok memiliki varian yang sama Ha : Kedua kelompok memiliki varian yang berbeda Dengan taraf signifikansi α = 5 %, Ho diterima jika Fhitung < Ftabel. Berdasarkan perhitungan uji homogenitas data menggunakan uji F diperoleh hasil Fhitung = 1,0267 sedangkan Ftabel dengan dk=31-1=30 adalah 1,84. Fhitung < Ftabel berarti bahwa varians kedua kelompok sama atau tidak berbeda, sehingga Ho diterima dan dapat disimpulkan bahwa data tes kedua kelompok adalah homogen. 2) Uji t Uji t atau juga disebut t-test digunakan untuk mengetahui apakah diantara kelompok kontrol dan kelompok eksperimen memiliki kemampuan yang berbeda atau tidak. Untuk Uji-t digunakan rumus statistik sebagai berikut
tt==
√√
((
))
(Dewanto dan Tarsis, 1995: 82)
83
Hipotesis yang diajukan dalam uji-t ini adalah sebagai berikut: Ho : kedua kelompok memiliki nilai rata rata yang sama Ha : kedua kelompok memiliki nilai rata-rata yang berbeda Derajat kebebasan untuk tabel distribusi adalah (n1 + n2 – 2) dengan peluang (1-α), α = taraf signifikansi. Dalam penelitian ini diambil taraf signifikansi α = 5%. Bila thitung < ttabel maka Ho diterima. Berdasarkan perhitungan, dk =31+31-2 = 60 diperoleh thitung = -1,3997 < ttabel = 2,00 sehingga Ho diterima dan dapat disimpulkan bahwa kedua kelompok memiliki nilai rata-rata yang sama 3) Uji Normalitas Data Data hasil pre test kelompok eksperimen dan kelompok kontrol terlebih dahulu diadakan uji prasyarat data sebelum data dianalisis. Hal ini dimaksudkan untuk mengetahui apakah data yang terkumpul memenuhi syarat untuk dianalisis atau tidak. Uji prasyarat analisis yang digunakan adalah uji Z. a) Uji Normalitas Pre Test Kelompok Eksperimen Dalam uji normalitas ini data dimasukan dalam tabulasi, yang kemudian dikelompokan berdasarkan jawaban responden. Berdasarkan hasil uji normalitas dengan rumus uji Z kelompok eksperimen diperoleh hasil Zhitung = -11,007. Hasil tersebut dikonsultasikan dengan tabel dengan taraf signifikansi 5% dan dk = 2,7 diperoleh Ztabel sebesar 0,4970. Karena Zhitung < Ztabel atau -
84
11,007 < 0,4970 maka dapat disimpulkan bahwa data pre test kelompok eksperimen berdistribusi normal. b) Uji Normalitas Pre Test Kelompok Kontrol Dalam uji normalitas ini data dimasukan dalam tabulasi, yang kemudian dikelompokan berdasarkan jawaban responden. Berdasarkan hasil uji normalitas dengan rumus uji Z kelompok kontrol
diperoleh
hasil
Zhitung
=
-9,16.
Hasil
tersebut
dikonsultasikan dengan tabel dengan taraf signifikansi 5% dan dk = 2,7 diperoleh Ztabel sebesar 0,4970. Karena Zhitung < Ztabel atau 9,16
<
0,4970 maka dapat disimpulkan bahwa data pre test
kelompok kontrol berdistribusi normal. b. Analisis Data Tes Akhir (Post Test) Setelah proses pembelajaran selesai dengan diberikan perlakuan yang berbeda antara kelompok eksperimen dan kontrol. Kelompok Eksperimen diberikan pembelajaran dengan kunjungan ke Museum Diponegoro sebagai sumber belajar sejarah. Hasil analisis data tes akhir atau post test sebagai berikut : 1) Uji Homogenitas Hasil
perhitungan
dalam
hal
ini
digunakan
untuk
mengetahui apakah antara kelompok eksperimen dan keompok kontrol memiliki varians yang sama atau berbeda. Setelah
85
dilakukan analisis varians kemampuan akhir diperoleh Fhitung sebesar
1,0272 < Ftabel sebesar 1,84 hal ini menunjukan data
kemampuan kelompok eksperimen dan kelompok kontrol memiliki varian yang tidak berbeda atau sama, sehingga dapat disimpulkan bahwa data tes kedua kelompok adalah homogen. 2) Uji Normalitas Sebelum data kemampuan akhir dilakukan uji-t, maka data hasil penelitian terlebih dahulu diadakan uji prasyarat data sebelum data dianalisis. Hal ini dimaksudkan untuk mengetahui apakah data yang terkumpul memenuhi syarat untuk dianalisis atau tidak. Uji prasyarat analisis yang digunakan dalam penelitian ini adalah uji normalitas melalui uji Z. Rumus yang digunakan adalah sebagai berikut :
Z =
√
(Dewanto dan Tarsis, 1995:70)
a) Uji Normalitas Kelompok Eksperimen Berdasarkan uji normalitas dengan menggunakan rumus uji Z kelas eksperimen diperoleh Zhitung sebesar 2,317. Hasil tersebut dikonsultasikan dengan tabel dengan taraf signifikansi 5% dan dk = 2,7 diperoleh Ztabel sebesar 0,4970. Zhitung = 2,317 > Ztabel sebesar 0,4970 sehingga dapat disimpulkan bahwa data penelitian kelompok eksperimen berdistribusi normal.
86
b) Uji Normalitas Kelompok Kontrol Berdasarkan uji normalitas dengan menggunakan rumus uji Z kelas kontrol diperoleh Zhitung sebesar -6,902. Hasil tersebut dikonsultasikan dengan tabel dengan taraf signifikansi 5% dan dk = 2,7 diperoleh Ztabel sebesar 0,4970. Zhitung < Z tabel, yaitu Zhitung sebesar -6, 902 < Ztabel sebesar 0,4970 sehingga dapat disimpulkan bahwa data penelitian kelompok kontrol berdistribusi normal. 3) Uji t Uji-t atau juga disebut dengan t-tes/uji kemampuan rata-rata digunakan untuk mengetahui apakah diantara kelompok kontrol dan kelompok eksperimen memiliki kemampuan yang berbeda atau tidak. Berdasarkan hasil analisis varians bahwa kedua data hasil post tes kelompok eksperimen dan kelompok kontrol memiliki varians yang tidak berbeda, sehingga untuk menguji perbedaan rata-rata hasil belajar menggunakan uji-t. Untuk Uji-t digunakan rumus statistik sebagai berikut :
t=
√
(
)
(Dewanto dan Tarsis, 1995: 82)
Derajat kebebasan untuk tabel distribusi adalah (n1 + n2 – 2) dengan peluang (1-α), α = taraf signifikansi. Dalam penelitian ini diambil taraf signifikansi α = 5%. Berdasarkan hasil perhitungan uji-t, diperoleh thitung sebesar 6,49662 > ttabel sebesar
87
2,00 maka dapat diperoleh suatu kesimpulan antara kelompok eksperimen dan kelompok kontrol memiliki kemampuan yang berbeda. Dapat dikatakan bahwa kelompok eksperimen memiliki kemampuan yang lebih tinggi dibandingkan dengan kelompok kontrol. Hal ini memberikan kesimpulan bahwa pembelajaran sejarah dengan pemanfaatan Museum Diponegoro sebagai sumber belajar dalam pembelajaran sejarah kelas VIII SMP Negeri 3 Magelang pada materi bentuk-bentuk perlawanan rakyat Indonesia menentang kolonialisme bangsa Barat pada periode sesudah tahun 1800 memberikan hasil lebih efektif dibandingkan pemebelajaran sejarah tanpa memanfaatkan Museum Diponegoro sebagai sumber belajar. 4) Uji Hipotesis Berdasarkan hasil penelitian pada kelas eksperimen yang melakukan pembelajaran sejarah dengan kunjungan ke Museum Diponegoro, hasil uji-t menunjukan bahwa dengan memanfaatkan Museum sebagai sumber belajar sejarah memberikan pengaruh yang lebih baik hasil belajar sejarah dibandingkan dengan pembelajaran tanpa kunjungan ke Museum Diponegoro pada kelas kontrol. Hal ini ditunjukan oleh harga thitung = 6,49662 lebih besar dibandingkan dengan ttabel = 2,00 yang berarti berada didaerah
88
penolakan H0. Ditolaknya Ho sama artinya dengan diterimanya Ha, maka
secara
statistik
hipotesis
alternatif
yang
berbunyi
pemanfaatan Museum Diponegoro sebagai sumber belajar sejarah pada materi bentuk-bentuk perlawanan rakyat Indonesia dalam menentang kolonialisme bangsa barat pada periode sesudah tahun1800 efektif dalam meningkatkan hasil belajar sejarah siswa diterima dan dapat diterapkan dalam pembelajaran sejarah.
B. Pembahasan Berdasarkan kurikulum tahun 2006, yaitu Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP), untuk Sekolah Menengah Pertama (SMP) pengemasan pendidikan sejarah diatur sebagai mata pelajaran yang tergabung dalam rumpun IPS terpadu, yaitu Sejarah, Geografi dan Ekonomi, dan untuk jenjang SMP, 1 jam pelajaran adalah 40 menit. Mata pelajaran sejarah adalah salah satu mata pelajaran yang materinya membicarakan tentang peristiwa-peristiwa yang berkaitan dengan kehidupan masa lampau. Selama ini pembelajaran sejarah cenderung pada pembelajaran yang tematik dan teoritik sehingga terkesan hanya hafalan belaka dan membosankan. Sehingga banyak siswa yang mempunyai tanggapan bahwa mata pelajaran sejarah hanya dihafalkan saja dan hanya mempelajari masa lampau karena isinya berisi cerita-cerita masa lampau. Proses pembelajaran sejarah terkesan pasif, hanya duduk, mencatat, dan mendengarkan materi yang disampaikan oleh guru. Akibatnya
89
berdampak pada transfer informasi pada proses pembelajaran dari guru pada siswa yang menyebabkan prestasi belajar sejarah siswa yang rendah dan apabila tidak ditangani sedini mungkin akan menyebabkan permasalahan baru. Permasalahan utama yang muncul adalah tidak tahunya generasi muda terhadap sejarah bangsanya yang menyebabkan siswa kehilangan jati diri bangsanya, sehingga mudah dipengaruhi oleh berbagai kepentingan negatif. Selain itu kekhawatiran lainnya adalah bahwa tidak tumbuhnya sikap nasionalisme dan cinta tanah air. Pembenahan terhadap rendahnya prestasi belajar siswa dapat dilihat dari beberapa aspek, terutama aspek yang mempengaruhi proses belajar. Beberapa faktor yang mempengaruhi proses belajar antara lain faktor internal yang terdiri dari faktor fisiologis dan psikologis, serta faktor eksternal yang berupa lingkungan sosial dan lingkungan nonsosial. Faktor internal dari aspek psikologis antara lain kecerdasan, motivasi, minat, sikap dan bakat. Faktor ekstrenal berupa lingkungan sosial terdiri atas lingkungan sosial sekolah, lingkungan sosial masyaratkat, dan lingkungan keluarga. Sementara itu faktor nonsosial terdiri atas lingkungan alamiah, lingkungan instrumental, dan faktor materi pelajaran. Kondisi eksternal yang berupa pemanfaatan sumber belajar diluar kelas atau sekolah diharapkan memberikan pengaruh terhadap proses belajar yang akan berdampak pada prestasi dan hasil belajar siswa. Pemanfaatan sumber-sumber belajar sejarah diluar kelas atau sekolah apabila dimanfaatkan dengan baik maka proses belajar mengajar akan berlangsung optimal dan menyenangkan.
90
Kegiatan belajar mengajar yang baik dan ideal adalah apabila dalam kegiatan belajar mengajar tersebut memanfaatkan sumber belajar. Dalam pembelajaran sejarah, sumber belajar memiliki peran yang amat penting. Sumber belajar memiliki cakupan yang amat luas dalam bentuk benda-benda, orang atau lingkungan. Untuk mata pelajaran sejarah, jika disadari sumbersumber belajar di lingkungan sekitar siswa sangat beragam, seperti objekobjek sejarah, museum, perpustakaan daerah, badan arsip, bangunan bangunan bersejarah, dan lain-lain. Pemanfaatan sumber-sumber belajar sejarah yang berada disekitar lingkungan sekitar siswa tersebut memberikan manfaat dan makna dalam proses pembelajaran sejarah. Manfaat pembelajaran sejarah akan memberikan makna karena guru senantiasa mengaitkan antara materi pembelajaran yang diajarakan dengan bukti yang nyata dan situasi yang ada di lingkungan siswa, khususnya sumber belajar yang berupa peninggalan sejarah yang terdapat di Museum Diponegoro Kota Magelang. Berdasarkan hasil penelitian menunjukan bahwa ada pengaruh pemanfaatan benda-benda peninggalan sejarah yang terdapat di Museum Diponegoro sebagai sumber belajar sejarah terhadap hasil belajar sejarah siswa kelas VIII SMP Negeri 3 Magelang pada materi bentuk-bentuk perlawana rakyat Indonesia terhadap bangsa Barat periode sesudah tahun 1800. Hipotesis yang diajukan diterima secara signifikan dengan ditunjukan pembuktian hipotesis melalui analisis statistik uji t.
91
BAB V PENUTUP
A. Kesimpulan Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan dapat disimpulkan: 1. Pemanfaatan Museum Diponegoro dalam penelitian ini berkaitan dengan materi
pembelajaran
sejarah
kelas
VIII
tentang
bentuk-bentuk
perlawanan rakyat Indonesia menentang kolonialisme bangsa barat periode sesudah tahun 1800. Materi tersebut terdapat dalam standar kompetensi dan kompetensi dasar. Pemanfaatan museum lokal sebagai sumber belajar dalam pembelajaran sejarah memberikan pengaruh yang lebih efektif pada kelas eksperimen. Pada pre test hasil belajar didapatkan rata-rata kelas eksperimen adalah 4,761 dan kelas kontrol 5,16. Dari hasil uji t pre test pada α = 5%, dk = 31+31-2 = 60 didapatkan thitung = -1, 3997 < ttabel = 2,00 yang berarti kedua kelas tersebut dalam keadaan memiliki kemampuan yang sama. Setelah dilakukan treatment kepada kedua kelompok kemudian dilakukan post test, didapatkan rata-rata hasil belajar kelompok eksperimen meningkat sejauh 7,423 dan kelompok kontrol meningkat sejauh 5,76. Dari hasil uji t didapatkan thitung = 6,49662 > ttabel = 2,00 yang berarti kedua kelas tersebut ada perbedaan signifikan, yaitu kelas eksperimen lebih baik dari pada kelas kontrol. Dari hasil post test terlihat
hasi belajar sejarah siswa kelas eksperimen lebih tinggi 91
92
dibandingkan dengan kelas kontrol yang menggunakan metode ceramah tanpa kunjungan ke museum. 2. Berdasarkan perhitungan di atas tampak bahwa thitung = 6,49662 > ttabel = 2,00 maka dapat disimpulkan bahwa rata-rata post test kelompok eksperimen
lebih
baik
daripada
kelompok
kontrol.
Pengaruh
pemanfaatan koleksi-koleksi benda bersejarah di Museum Diponegoro terhadap peningkatan hasil belajar sejarah siswa kelas VIII SMP Negeri 3 Magelang
diperoleh
fakta
bahwa
dengan
keberadaan
Museum
Diponegoro tersebut menjadikan dorongan dan motivasi bagi siswa untuk mendapatkan informasi yang nyata dan pengetahuan yang diambil dari keberadaan Museum Diponegoro yang merupakan tempat penyimpanan koleksi-koleksi benda sejarah peninggalan pangeran Diponegoro pada saat perang melawan Belanda dan merupakan tempat penangkapan pangeran Diponegoro.
B. Saran Berdasarkan simpulan dari hasil penelitian dan pembahasan penelitian diatas, maka dapat disarankan beberapa hal, yaitu: 1. Bagi guru, khususnya guru sejarah hendaknya lebih meningkatkan kemampuan mengajarnya, serta cermat dalam memilih metode mengajar sesuai dengan situasi, kondisi dan materi pelajarannya. Dalam hal belajar mengajar terutama dalam hal penyampaian materi guru tidaklah harus
93
bersifat teksbook orienterd saja, tetapi juga guru harus mampu memanfaatkan lingkungan sekitar yang tentunya mempunyai nilai lebih bagi siswa dan dapat dimanfaatkan sebagai sumber belajar sejarah. 2. Pihak sekolah hendaknya lebih bijak dan lebih selektif dalam menentikan model pembelajaran yang cocok untuk diterapkan bagi sekolahnya agar dalam penyampaian hasil belajar dapat dicapai secara optimal. 3. Disamping peningkatan hasil belajar dalam aspek kognitif, peningkatan aspek afektif sangat penting dalam proses pembelajaran sejarah untuk membentuk mental peserta didik dan lebih menghargai hasil budaya bangsa Indonesia.
94
DAFTAR PUSTAKA
Anni, Catharina Tri, dkk. 2007. Psikologi Belajar. Semarang: UPT MKK UNNES. Depdikbud. 2000. Pedoman Pendirian Museum. Jakarta: Depdikbud Dewanto. 2009. “Abstrak Pengukuran dan Evaluasi Pembelajaran”. Makalah. Disajikan Untuk Mahasiswa Jurusan Sejarah Angkatan 2008/2009 Universitas Negeri Semarang. Dewanto. 1996. Pengukuran dan Evaluasi Pendidikan. Semarang: IKIP Semarang Press. Dewanto. 2005. Metodologi Penelitian. Semarang: UPT UNNES Press. Dewanto dan Tarsis Tarmudji. 1995. Metode Statistika. Yogyakarta: Liberty. Hamalik, Oemar. 1989. Media Pendidikan. Bandung: PT Citra Aditya Bhakti. Isjoni. 2007. Pembelajaran Sejarah Pada Satuan Pendidikan. Bandung: Alfabeta ................. 2008. Kamus Besar Bahasa Indonesia. Jakarta: Balai Pustaka. Margono. 2009. Metodologi Penelitian Pendidikan. Jakarta: Rineka Cipta. Mulyasa, Enco. 2009. Menjadi Guru Profesional. Bandung: PT Remaja Rosdakarya.
95
Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Nomor 22 Tahun 2006 tentang Standar Isi untuk Satuan Pendidikan Dasar dan Menengah. Rifa‟i, Achmad dan Catharina Tri Anni. 2009. Psikologi Pendidikan. Semarang: UNNES Press. Singarimbun, Masri dan Sofian Effendi. 1985. Metode Penelitian Survai. Jakarta: LP3ES. Slameto. 2009. Belajar dan Faktor-faktor Yang Mempengaruhinya. Jakarta: Rineka Cipta Soewarso.
2000.
Cara-cara
Penyampaian
Pendidikan
sejarah
untuk
Membangkitkan Minat Peserta Didik Mempelajari Sejarah Bangsanya. Jakarta: Departemen Pendidikan Nasional. Sudjana, Nana. 2009. Dasar-dasar Proses Belajar Mengajar. Bandung: Sinar Baru Algesindo Sudjana, Nana dan Ahmad Rivai. 1989. Teknologi Pengajaran. Bandung: Sinar Baru. Sudjarwo. 1989. Beberapa Aspek Pengembangan Sumber Belajar. Jakarta: Mediyatama Sarana Perkasa. Sugandi, Achmad. 2007. Teori Pembelajaran. Semarang: UPT MKK UNNES. Sugiyono. 2009. Metode Penelitian Kuantitatif, kualitatif, dan R & D. Bandung: Alfabeta.
96
Sutaarga, Amir. 1991. Studi Museologia. Jakarta: Depdikbud Syah, Muhibbin. 2003. Psikologi Belajar. Jakarta: RajaGrafindo Persada. Trianto. 2007. Model-model Pembelajaran Inovatif Berorientasi Konstruktifistik. Jakarta: Prestasi Pustaka. Wena, Made. 2009. Strategi Pembelajaran Inovatif Kontemporer. Jakarta: Bumi Aksara. Widja, I Gde. 1989. Dasar-dasar Pengembangan Strategi serta Metode pengajaran Sejarah. Jakarta: Departemen Pendidikan dan Kebudayaan.
97
98
Lampiran 1
DAFTAR NAMA SISWA KELAS VIII E KELOMPOK EKSPERIMEN No. 1. 2. 3. 4. 5. 6. 7. 8. 9. 10. 11. 12. 13. 14. 15. 16. 17. 18. 19. 20. 21. 22. 23. 24. 25. 26. 27. 28. 29. 30. 31.
NAMA ANASTASYA APRILIAN PRIYATNA AULIA SEKAR RIDZKIRANA AYU NOVITA SARI BAGUS AULIA RAHMAN DARISA DARDA HAMKA DEVITA RAHMA ARDINA DHANY KUSWINARKO DIAN AYU WARDANI EDWIN RISKI INDARTO EKI GUSTIA PRATIWI ERWIN RIYANTO GLADYSIA RAMADANI HAIDAR ZAQIK HAJAR KARIMAH HERNANDA YUSNIL AKSA INDAH KURNIASARI KEMAL KSATRIA AKBAR MAEMUN ARBI SETIAWAN MARYONO MUHAMMAD 'AZA MUSTA‟ANA MUHAMMAD GILANG PURNOMO MUHAMMAD ULINUHA NABILA PRILIA PRASWATI NOVITA GANIS AYUNINGRUM NUR LAILIA ULINNUHA PUTRI WAHYU ANDINI SUGIANTO RENO AZIZ RESTU RISTANTI SONIA ARWINDHI PUTRAWATI YUDHISTIRA INDRA PRATAMA YUSRINA LUTHFI HANIFAH
L/P P P P L P P L P L P L P L P L P L L L L L L P P P P L P P L P
99
Lampiran 2
DAFTAR NAMA SISWA KELAS VIII C KELOMPOK KONTROL
No. 1. 2. 3. 4. 5. 6. 7. 8. 9. 10. 11. 12. 13. 14. 15. 16. 17. 18. 19. 20. 21. 22. 23. 24. 25. 26. 27. 28. 29. 30. 31.
Nama Siswa ADITYA ARI DANISWARA AENI NURLAILIYAH ARIFATUL NOOR AINA BAGAS WIDYA SETYAWAN CHYNTHIA WULAN GUSTI DANANG TRI WIBOWO DANU BUDI PRABOWO DESTI PUTRI CAHYANI DHIAZ CHRISTOPHER HAUMAHU DWI ANTIKA SAFITRI ELMA RIZKY GIOVANNI GUSTI SURYO TENGGORO HANINDYA KIRANA MURTI IMADUDDIN HAFIZH JUNIARDANA JULIO TIDAR LISA ANITASARI MUCHAMMAD SAFRUDDIN H MUHAMMAD IMAM HIDAYAT MUHAMMAD BADRU ZAINAN NOVINDA INTANI PUTRI NOVIYANTI PUTRI OKTAVIANI RISMAWATI NUR FAIZAH SHANI ALVIAN SRI WAHYUNI TIARA NANDA SAPUTRA VALDIO MALIK AL AKBAR VIRGIETHA RIZKI ADISYAH PUTRI WAHYU SURYADI YOGA WIDAGDA PRIYAHITA ROSYID NUR SANTOSO
L/P L P P L P L L P L P P L P L L P L L L P P P P L P L L P L L L
100
Lampiran 3
Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (Kelas Eksperimen)
Sekolah
: SMP Negeri 3 Magelang
Mata Pelajaran
: Sejarah
Kelas/Smester
: VIII / semester 1
Standar Kompetensi
: 1. Memahami Proses Kebangkitan Nasional
Kompetensi Dasar
: 1.1 Menjelaskan Proses Perkembangan Kolonialisme dan Imperialisme Barat, serta Pengaruh yang Ditimbulkannya di Berbagai Daerah
Indikator
: 1. Mendeskripsikan bentuk-bentuk perlawanan rakyat Indonesia dalam menentang kolonialisme bangsa barat periode sesudah tahun 1800 2. Mengidentifikasi tokoh-tokoh perlawanan rakyat Indonesia dalam menentang kolonialisme bangsa barat periode sesudah tahun 1800 3. Menunjukkan lokasi perlawanan rakyat Indonesia di berbagai daerah
Alokasi Waktu
: 8 x 40 menit (4 x pertemuan)
101
A. Tujuan Pembelajaran Setelah proses pembelajaran diharapkan siswa dapat: 1. Mendeskripsikan bentuk-bentuk perlawanan rakyat Indonesia dalam menentang kolonialisme bangsa barat periode sesudah tahun 1800 2. Mengidentifikasi tokoh-tokoh perlawanan rakyat Indonesia dalam menentang kolonialisme bangsa barat periode sesudah tahun 1800 3. Menunjukkan lokasi perlawanan rakyat Indonesia di berbagai daerah B. Materi Pembelajaran 1. Bentuk-bentuk perlawanan rakyat Indonesia dalam menentang kolonialisme bangsa barat periode sesudah tahun 1800 2. Tokoh-tokoh perlawanan rakyat Indonesia dalam menentang kolonialisme bangsa barat periode sesudah tahun 1800 3. Lokasi perlawanan rakyat Indonesia di berbagai daerah. C. Metode Pembelajaran 1) Ceramah Bervariasi 2) Contekstual teaching and learning 3) Kunjungan Museum Diponegoro
D. Langkah-langkah Pembelajaran Kegiatan Pembelajaran
Kegiatan Guru
Pertemuan 1 Kegiatan Pembuka Guru Memberikan salam, dan menyampaikan tujuan pembelajaran yang akan di capai memberikan motivasi, setelah itu, guru mulai memberikan gamabaran tentang berbagai bentuk perlawanan rakyat Indonesia menentang kolonial isme
Kegiatan Siswa
Siswa menjawab salam dan memperhatikan apersepsi yang disampaikan oleh guru dengan seksama.
102
Bangsa Barat setelah periode 1800. Kegiatan Inti Eksplorasi
Pre-test tentang materi pembelajaran Bentuk-bentuk perlawanan Rakyat Indonesia Menentang Kolonialisme Bangsa barat Periode setelah tahun 1800.
Elaborasi Guru menjelaskan materi perlawanan rakyat Indonesia dalam perlawanan Saparua di Maluku (1817), perang Paderi (1821-1837).
Siswa Mengerjakan Pre-test yang diberikan oleh guru. Siswa mendengarkan materi yang disampaikan oleh guru. Siswa mengajukan pertanyaan tentang materi.
Konfirmasi
Kegiatan Penutup
Guru mempersilakan siswa melakukan tanya jawab. Guru mengecek daftar siswa yang tidak hadir sekaligus menutup kegiatan pembelajaran dengan ucapan salam. Kegiatan Guru
Pertemuan 2 Kegiatan Pembuka
Kegiatan Inti Eksplorasi
Kegiatan Siswa
Guru Memberikan salam, dan menyampaikan tujuan pembelajaran yang akan di capai memberikan motivasi, setelah itu guru memberikan gambaran tentang materi perlawanan selanjutnya yang akan disampaikan dalam pembelajaran.
Siswa menjawab salam dan mendengarkan apersepsi yang disampaikan guru.
Guru menjelaskan kompetensi yang harus dicapai serta manfaat dari proses pembelajaran dan pentingnya materi pelajaran yang akan dipelajari.
Siswa mendengarkan penjelasan dari guru.
Elaborasi Guru melanjutkan materi
Siswa mendengarkan materi pembelajaran
103
pembelajaran perang Diponegoro, perang Aceh, perang Bali dan perang Banjar. Guru memberikan pembekalan, membentuk 5-6 kelompok yang terdiri dari 5-6 siswa, dan pembagian tugas untuk pertemuan ke-3 pada kunjungan ke museum Diponegoro. Konfirmasi
Kegiatan Penutup
Kegiatan Pembelajaran Pertemuan 3 Kegiatan Pembuka
Kegiatan Inti Eksplorasi
Elaborasi
Guru mempersilahkan siswa bertanya seputar materi dan tugas kelompok kunjungan ke Museum Diponegoro. Guru mengecek daftar siswa yang tidak hadir sekaligus menutup kegiatan pembelajaran dengan ucapan salam.
yang disampaikan guru. Siswa berkomunikasi denga anggota kelompoknya dan mencatat tugas-tugas yang diberikan guru untuk kunjungan museum. Siswa bertanya seputar materi dan tugas kelompom kunjungan Museum.
Kegiatan Guru
Kegiatan Siswa
Apersepsi guru membuka pembelajaran dengan mengucapkan salam, Guru menyampaikan tujuan pembelajaran dan metode pembelajaran kunjungan museum. Guru mengkondisikan siswa untuk masuk ke kendaraan transprtasi menuju ke Museum Diponegoro.
Siswa mendengarkan apersepsi guru, dan penjelasan dari guru.
Guru mengingatkan kembali pada siswa tugas-tugas kelompok yang harus dikerjakan.
Siswa mendengarkan penjelasan dari guru tentang tugas kelomok Siswa bertanya
Siswa melakukan tanya jawab
104
dengan guru maupun pemandu Museum Diponegoro tentang sejarah Museum Diponegoro dan koleksi-koleksinya terkait dengan materi perlawanan Diponegoro.
Konfirmasi Guru dan pemandu memberi penjelasan terhadap sejarah Museum Diponegoro dan koleksi-koleksi musuem tentang kaitanya denga materi perlawanan Diponegoro.
Kegiatan Penutup
Kegiatan Pembelajaran
Guru dan siswa persiapan kembali ke Sekolah. Guru melakukan refleksi materi yang telah diamati oleh siswa di Museum Diponegoro. Menarik kesimpulan materi. Guru Memberi tugas untuk membuat laporan tertulis tiap kelompok tentang apa yang telah diamatinya di Museum Diponegoro. Guru membuat kesimpulan dari materi yang baru disampaikan dan menyampaikan apa yang akan dipelajari pertemuan berikutnya yaitu melakukan post test. Guru menutup pelajaran dengan mengucapkan salam.
Kegiatan Guru
pada guru dan pemandu museum yang terkait dengan materi perlawanan Diponegoro. Siswa mendengarkan penjelasan dan informasi dari guru dan pemandu museum tentang sejarah museum Diponegoro dan koleksinya terkait dengan perlawanan Diponegoro Siswa persiapan kembali ke sekolah dan mempersiapkan tugas untuk laporan tertulis kelompok tentang apa yang diamati di Museum Diponegoro, siswa mendengarkan kesimpulan dari guru tentang materi yang baru disampaikan.
Kegiatan Siswa
105
Pertemuan 4 Kegiatan Pembuka
Kegiatan Inti Eksplorasi
Elaborasi
Guru memberi salam guru melakukan presensi dan melihat kesiapan siswa untuk mengikuti pelajaran, serta dilanjutkan dengan pemberian motivasi.
Siswa mendengarkan apersepsi dari guru.
Guru mempersiapkan siswa untuk mengumpulkan tugas laporan kunjungan museum Diponegoro dan menunjuk salah satu kelompok untuk menyampaikan hasil tugas kelompok di depan kelas.
Siswa mempersiapkan tugas dan persiapan untuk meyampaiakan hasil tugas kelopok di depan kelas. Siswa Guru mempersilakan siswa untuk membacakan membacakan hasil laporan di hasil laporan di depan kelas dan tanya jawab depan kelas dan seputar hasil laporan kunjungan tanya jawab Museum. seputar hasil Guru memberikan post-test laporan tentang materi Bentuk-bentuk kunjungan perlawanan Rakyat Indonesia Museum. Siswa Menentang Kolonialisme Bangsa menegerjakan barat Periode setelah tahun 1800. post-test materi Bentuk-bentuk perlawanan Rakyat Indonesia Menentang Kolonialisme Bangsa barat Periode setelah tahun 1800
Konfirmasi Guru membahas hasil laporan dan membahas soal-soal posttest.
Kegiatan Penutup
Guru berterimakasih atas kerjasamanya. Kemudian menutup pelajaran
Siswa mendengarkan hasil laporan dan penjelasan dari guru. .
106
E. Sumber Belajar 1. Buku sumber Sejarah SMP kelas VIII 2. Buku-buku penunjang yang relevan 3. Museum Diponegoro dan koleksi-koleksinya. 4. Foto-foto koleksi Museum Diponegoro
F. Penilaian 1. Penilaian Tes a. Pre tes b. Pos tes 2. Penilaian laporan tugas kelompok
Magelang, 7 April 2011 Mengetahui, Guru Mata Pelajaran Sejarah
Sri Sundari, S.Pd NIP. 19610105 198803 2 005
Peneliti
Arif Widayanto NIM. 3101407001
Lampiran 4
Rencana Pelaksanaan Pembelajaran
107
(Kelas Kontrol)
Sekolah
: SMP Negeri 3 Magelang
Mata Pelajaran
: Sejarah
Kelas/Smester
: VIII / semester 1
Standar Kompetensi
: 1. Memahami Proses Kebangkitan Nasional
Kompetensi Dasar
: 1.1 Menjelaskan Proses Perkembangan Kolonialisme dan Imperialisme Barat, serta Pengaruh yang Ditimbulkannya di Berbagai Daerah
Indikator
: 4. Mendeskripsikan bentuk-bentuk perlawanan rakyat Indonesia dalam menentang kolonialisme bangsa barat periode sesudah tahun 1800 5. Mengidentifikasi tokoh-tokoh perlawanan rakyat Indonesia dalam menentang kolonialisme bangsa barat periode sesudah tahun 1800 6. Menunjukkan lokasi perlawanan rakyat Indonesia di berbagai daerah
Alokasi Waktu
A. Tujuan Pembelajaran
: 6 x 40 menit (3 x pertemuan)
108
Setelah proses pembelajaran diharapkan siswa dapat: 4. Mendeskripsikan bentuk-bentuk perlawanan rakyat Indonesia dalam menentang kolonialisme bangsa barat periode sesudah tahun 1800 5. Mengidentifikasi tokoh-tokoh perlawanan rakyat Indonesia dalam menentang kolonialisme bangsa barat periode sesudah tahun 1800 6. Menunjukkan lokasi perlawanan rakyat Indonesia di berbagai daerah. B. Materi Pembelajaran 4. Bentuk-bentuk perlawanan rakyat Indonesia dalam menentang kolonialisme bangsa barat periode sesudah tahun 1800 5. Tokoh-tokoh perlawanan rakyat Indonesia dalam menentang kolonialisme bangsa barat periode sesudah tahun 1800 6. Lokasi perlawanan rakyat Indonesia di berbagai daerah. C. Metode Pembelajaran Ceramah Bervariasi dan tanya jawab. G. Langkah-langkah Pembelajaran Kegiatan Pembelajaran
Kegiatan Guru
Pertemuan 1 Kegiatan Pembuka Guru Memberikan salam, dan menyampaikan tujuan pembelajaran yang akan di capai memberikan motivasi, setelah itu, guru mulai memberikan gamabaran tentang berbagai bentuk perlawanan rakyat Indonesia menentang kolonial isme Bangsa Barat setelah periode 1800. Kegiatan Inti Eksplorasi
Pre-test tentang materi pembelajaran Bentuk-bentuk perlawanan Rakyat Indonesia
Kegiatan Siswa
Siswa menjawab salam dan memperhatikan apersepsi yang disampaikan oleh guru dengan seksama.
Siswa Mengerjakan Pre-test yang diberikan oleh guru.
109
Menentang Kolonialisme Bangsa barat Periode setelah tahun 1800. Elaborasi Guru menjelaskan materi perlawanan rakyat Indonesia dalam perlawanan Saparua di Maluku (1817), perang Paderi (1821-1837).
Siswa mendengarkan materi yang disampaikan oleh guru.
Konfirmasi Guru mempersilakan siswa melakukan tanya jawab. Kegiatan Penutup
Guru mengecek daftar siswa yang tidak hadir sekaligus menutup kegiatan pembelajaran dengan ucapan salam.
Kegiatan Guru Pertemuan 2 Kegiatan Pembuka
Kegiatan Inti Eksplorasi
Siswa mengajukan pertanyaan tentang materi.
Kegiatan Siswa
Guru Memberikan salam, dan menyampaikan tujuan pembelajaran yang akan di capai memberikan motivasi, setelah itu guru memberikan gambaran tentang materi perlawanan selanjutnya yang akan disampaikan dalam pembelajaran.
Siswa menjawab salam dan mendengarkan apersepsi yang disampaikan guru.
Guru menjelaskan kompetensi yang harus dicapai serta manfaat dari proses pembelajaran dan pentingnya materi pelajaran yang akan dipelajari.
Siswa mendengarkan penjelasan dari guru.
Elaborasi Guru melanjutkan materi pembelajaran perang Diponegoro (1825-1830), perang Aceh (1873-1904),
Siswa mendengarkan materi pembelajaran yang disampaikan guru.
110
Konfirmasi
perang Bali (1846-1906) dan perang Banjar (1859-1863). Guru mempersilakan siswa melakukan tanya jawab seputar materi pembelajaran.
Kegiatan Penutup
Kegiatan Pembelajaran Pertemuan 3 Kegiatan Pembuka
Kegiatan Inti Eksplorasi
Siswa mengemukakan pertanyaan tentang materi yang belum dipahami.
Guru mengecek daftar siswa yang tidak hadir sekaligus menutup kegiatan pembelajaran dengan ucapan salam.
Kegiatan Guru
Kegiatan Siswa
Guru memberi salam guru melakukan presensi dan melihat kesiapan siswa untuk mengikuti pelajaran, serta dilanjutkan dengan pemberian motivasi.
Siswa mendengarkan apersepsi dari guru.
Guru mengulas materi pembelajaran pada pertemuan yang sebelumnya.
Siswa mendengarkan penjelasan dari guru.
Elaborasi Guru memberikan soal post-test tentang materi pembelajaran Bentuk-bentuk perlawanan Rakyat Indonesia Menentang Kolonialisme Bangsa barat Periode setelah tahun 1800.
Siswa mengerjakan soal post-test yang diberikan guru tentang materi pembelajaran Bentuk-bentuk perlawanan Rakyat Indonesia Menentang Kolonialisme Bangsa barat Periode setelah
111
Konfirmasi
tahun 1800. Guru membahas soal post-test dan menyimpulkan materi pembelajaran.
Kegiatan Penutup
Guru berterima kasih atas kerjasamanya. Kemudian menutup pelajaran
Siswa mendengarkan penjelasan dari guru .
H. Sumber Belajar 5. Buku sumber Sejarah SMP kelas VIII 6. Buku-buku penunjang yang relevan 7. LKS I. Penilaian Penilaian Tes : c. Pre tes d. Pos tes
Magelang,
April 2011
Mengetahui, Guru Mata Pelajaran Sejarah
Sri Sundari, S.Pd NIP. 19610105 198803 2 005
Peneliti
Arif Widayanto NIM. 3101407001
112
Lampiran 5
KISI-KISI SOAL UJI COBA TEST Satuan Pendidikan
: SMP Negeri 3 Magelang
Mata Pelajaran
: Sejarah
Kelas/Semester
: VIII/1
Materi Pembelajaran
: Bentuk-bentuk Perlawanan Rakyat Indonesia dalam Menentang Kolonialisme Bangsa Barat Periode setelah tahun 1800
Tahun Ajaran
: 2010/2011
Jumlah Butir
: 40 soal
No. Kompetensi Dasar Menjelaskan 1. Proses Perkembanga n Kolonialisme dan Imperialisme Barat, serta Pengaruh yang Ditimbulkann ya di Berbagai Daerah
Kelas/ semester VIII/1
Indikator
No. Soal
Mendeskripsikan bentuk-bentuk perlawanan rakyat Indonesia dalam menentang kolonialisme bangsa barat periode sesudah tahun 1800.
1, 2, 5, 6, 7, 8, 9, 11,13, 15, 16, 17, 18, 22, 23, 24, 26, 27, 30, 31, 32, 33 dan 34
Mengidentifikasi tokoh-tokoh perlawanan rakyat Indonesia dalam menentang kolonialisme bangsa barat periode sesudah tahun 1800.
4, 12, 14, 20, 21, 25, 28, 29, 35, 37, 38 dan 39
Menunjukan lokasilokasi perlawanan rakyat Indonesia diberbagai daerah.
3, 10, 19, 36 dan 40
113
Lampiran 6
SOAL UJI COBA TEST Berilah tanda silang (X) pada huruf a, b, c, atau d pada jawaban yang menurut anda paling tepat!
1. Perjuangan rakyat Indonesia melawan bangsa Barat periode sesudah tahun 1800 bersifat... a. Nasional dan modern b. Kedaerahan dan tradisional c. Nasional dan tradisional d. Kedaerahan dan modern 2. Faktor yang menyebabkan timbulnya perlawanan Patimura terhadap Belanda adalah didudukinya Benteng oleh Belanda, yaitu... a. Benteng New Victoria
c. Benteng Vredeberg
b. Benteng Holandia
d. Benteng Duurstede
3. Perlawanan rakyat Saparua terhadap Belanda lebih dikenal dengan perlawanan Pattimura. Perlawanan Pattimura terjadi di daerah... a. Manado
c. Maluku
b. Kendari
d. Makassar
4. Gambar berikut adalah tokoh pejuang wanita yang berasal dari Maluku yang bernama...
a. Christina Martha Tiahahu b. Thomas Matulesi c. Dewi Sartika
114
d. Cut Nyak Dien 5. Sebelum
memberontak,
Thomas
Matulesi
atau
Pattimura
masih
menghargai pemerintah kolonial Belanda, terbukti dari... a. Memberi kesempatan pada pemerintah memberlakukan penyerahan wajib dan wajib kerja b. Mendukung tindakan pemerintah merekrut pemuda maluku menjadi tentara belanda c. Turut mengkampanyekan penggunaan uang kertas sebagai pengganti uang logam d. Menyampaikan keluhan terlebih dahulu sebelum mengambil jalan kekerasan 6. Pada 16 Desember 1817, Pattimura dihukum gantung oleh pemerintah kolonial Belanda di depan rakyat Maluku, yaitu di benteng... a. Van der Wijk
c. Niew Victoria
b. Ford Van de Capellen
d. Duurstede
7. Gerakan memurnikan kembali ajaran agama islam yang dilakukan oleh kaum Paderi disebut... a. Gerakan Dakwah
c. Gerakan Sosial
b. Gerakan Budaya
d. Gerakan Wahabiah
8. Terjadinya Perang Paderi pada mulanya didorong oleh penentangan kaum adat terhadap kaum Paderi yang disebabkan oleh... a. Kaum Paderi tidak mau bekerjasama dengan kaum adat b. Usaha kaum Paderi menghilangkan kebiasaan masyarakat yang bertentangan dengan Islam c. Tidak adanya Hak bagi kaum adat untuk menduduki jabatan dalam pemerintahan d. Ketidaksetujuan kaum adat terhadap kerjasama antara kaum Paderi dan Belanda 9. Penggunaan pasukan Sentot Ali Basyah Prawirodirjo untuk menumpas kaum Paderi menunjukan fakta bahwa...
115
a. Berbagai wilayah di
Indonesia telah memiliki kesatuan dalam
perjuangan b. Perlawanan Indonesia terhadap kolonialisme Belanda sudah berskala nasional c. Belanda tetap berhasil menjalankan strategi devide et impera d. Perjuangan melawan kolonialisme sudah terorganisasi secara baik
10. Perhatikan peta dibawah ini !
Lokasi Perang Paderi ditunjukan pada nomor... a. 1
c. 3
b. 2
d. 4
11. Perjanjian damai yang dilakukan Belanda tahun 1825 dengan kaum Paderi betujuan untuk... a. Memusatkan perhatian Belanda dalam menghadapi Perang Diponegoro b. Mengakhiri perang antara Belanda dengan Kaum Paderi c. Menarik simpati masyarakat Minangkabau d. Menghindari banyaknya korban dikedua belah pihak 12. Cut Nyak Dien berjuang melawan penjajah di Aceh disertai juga dengan suaminya yang dikenal dengan nama... a. Teuku Imam Leungbata
116
b. Teuku Umar c. Teuku Cik Ditiro d. Teuku Ibrahim 13. Dalam menghadapi perang Aceh, pemerintah Belanda mengirimkan Dr. Snouck Hurgronje ke Aceh yang bertugas untuk... a. Memimpin serangan kewilayah Aceh b. Menyelidiki struktur dan kehidupan masyarakat Aceh c. Melakukan perundingan dengan para pemimpin perjuangan rakyat Aceh d. Menghentikan peperangan antara Aceh dan Belanda 14. Sorang Jenderal Belanda yang membentuk Korps Marechause untuk mengalahkan perlawanan rakyat Aceh adalah... a. Van der Capellen b. Van Swieten c. Van Heutz d. De Kock 15. Kekuatan Aceh dalam perang melawan Belanda terletak pada hal berikut, kecuali... a. Penghayatan rakyat Aceh terhadap kewajiban perang sebagai kewajiban agama b. Persatuan yang kuat antara rakyat, kaum ulama, dan uleebalang c. Kesadaran rakyat Aceh mendukung tanah airnya secara mati-matian d. Kemampuan militer pasukan Aceh membendung strategi benteng stelsel 16. Perang Aceh berakhir pada tahun 1904 setelah Raja (Sultan) menyerah pada Belanda dengan menandatangani... a. Traktat Sumatera
c. Traktat Pendek
b. Traktat London
d. Traktat Aceh
17. Hikmah kegagalan rakyat Aceh setelah selama 31 tahun berjuang adalah... a. Perlunya meningkatkan semangat tempur dan persenjataan
117
b. Waspada terhadap tawaran pihak asing yang menyebabkan perpecahan c. berperang adalah tugas semua warga negara d. berhati-hati terhadap segala unsur dari Belanda 18. Perang Banjar berlangsung pada tahun... a. 1821-1837 b. 1825-1830 c. 1846-1906 d. 1858-1866 19. Perang Banjar merupakan perlawanan rakyat Indonesia di daerah... a. Kalimantan Timur b. Kalimantan Barat c. Kalimantan Selatan d. Kalimantan Tengah
20. Gambar berikut adalah tokoh pemimpin perlawanan rakyat Banjar melawan Belanda adalah...
a. Pangeran Anom b. Pangeran Antasari c. Sultan Tamjidillah d. Kyai Demang Leman 21. Seorang tokoh dari kerajaan Banjar yang yang tidak disukai rakyat karena bersekutu dengan pemerintah kolonial Belanda adalah ... a. Pangeran Anom
118
b. Pangeran Antasari c. Pangeran Tamjidillah d. Pangeran Hidayat 22. Terjadinya perang Banjar melawan pemerintah kolonial Belanda antara lain disebabkan oleh... a. Belanda merebut tambang batu bara b. Belanda membangun pangkalan militer di Banjar c. Perebutan kekuasaan di Kerajaan Banjar d. Belanda turut ikut campur dalam urusan kerajaan Banjar 23. Perang Jagaraga merupakan perang yang dikobarkan oleh kerajaankerajaan di Bali untuk melawan kolonialisme Belanda pada tahun... a. 1817 b. 1821-1837 c. 1825-1830 d. 1846-1906
24. Salah satu penyebab Perang Jagaraga antara kerajaan-kerajaan di Bali dengan Belanda adalah adanya hak tawan karang, yaitu... a. Hak raja-raja Bali untuk merampas kapal dan muatannya yang terdampar di pantai Bali. b. Hak raja-raja untuk mengusir kapal-kapal Belanda. c. Hak kerajaan di Bali untuk menangkap ikan di perairan Bali. d. Hak kerajaan di Bali untuk bekerja sama dengan bangsa asing. 25. Berikut ini adalah tokoh perlawanan rakyat Bali, kecuali... a. Raja Buleleng b. I Gusti Ketut Jelantik c. Raja Karangasem d. Prabu Anom 26. Perang dengan semangat bertempur sampai titik darah penghabisan oleh rakyat Bali pada perang Jagaraga melawan Belanda adalah...
119
a. Perang Buleleng b. Perang Paregreg c. Perang Margarana d. Perang Puputan 27. Perang Diponegoro melawan kolonialisme Belanda terjadi pada tahun... a. 1821-1837 b. 1825-1830 c. 1859-1863 d. 1846-1906 28. Pangeran Diponegoro adalah seorang putra Sultan Hamengku Buwono III yang lahir dari R.A Mangkarawati yang berdarah Madura yang berasal dari Pacitan. Nama kecil Pangeran Diponegoro adalah... a. R. M Antawirya b. P. Mangkubumi c. Pangeran Purboyo d. Kyai Maja
29. Tokoh yang membantu perjuangan Pangeran Diponegoro yang akhirnya menyerah dan dikirim Belanda untuk menghadapi perang Paderi di Minangkabau adalah... a. Kyai Mojo b. Pangeran Purboyo c. Pangeran Mangkubumi d. Sentot Alibasyah Prawirodirjo 30. Pilihan Diponegoro berpihak pada rakyat tampak dari tindakan... a. Memusatkan diri pada hal-hal keagamaan b. Memprotes proyek pembangunan jalan di Tegalrejo c. Menjauhkan diri dari kecenderungan hidup mewah Keraton d. Menghimpun kaum ulama untuk melawan penjajah
120
31. Pernyataan berikut yang menjadi penyebab khusus terjadinya perang Diponegoro adalah... a. Penderitaan rakyat di Pulau Jawa akibat penjajahan Belanda b. Penangkapan pangeran Diponegoro oleh pasukan Belanda c. Masuknya kebudayaan Barat yang telah merusak kebudayaan Jawa d. Belanda memasang tonggak-tonggak untuk membuat jalan yang melintasi makam leluhur Pangeran Diponegoro 32. Salah satu penyebab umum terjadinya perang Diponegoro melawan pemerintah kolonial Belanda adalah adanya kebencian kaum bangsawan Mataram terhadap Belanda sebab... a. Belanda semakin mempersempit wilayah Mataram b. Pasukan Belanda telah menyerang kediaman Pangeran Diponegoro c. Belanda melanggar hasil putusan dalam perjanjian Salatiga d. Kebudayaan Eropa yang dibawa Belanda semakin meluas diwilayah Mataram 33. Usaha-usaha Belanda untuk mengalahkan perlawanan Diponegoro antara lain adalah, kecuali... a. Menggunakan siasat berunding b. Memberikan hadiah yang tinggi kepada orang yang menangkap Diponegoro c. Menggunakan siasat Benteng Stelsel d. Menggunakan siasat Konsentrasi Stelsel 34. Untuk mempersempit ruang gerak perlawanan Diponegoro, Belanda menggunakan strategi... a. Perang Gerilya
c. Devide et Impera
b. Benteng Stelsel
d. Konsentrasi Stelsel
35. Setelah perundingan-perundingan mengalami kegagalan dan tidak membawa hasil, pada tanggal 25 Maret 1830 Pangeran Diponegoro bersedia berunding kembali dengan Belanda di rumah pejabat Belanda, yaitu di rumah... a. Jenderal De Kock
c. Letjen Roest
121
b. Kolonel Cleerens
d. Residen Kedu
36. Perang Diponegoro berakhir dengan ditangkapnya Pangeran Diponegoro pada saat berunding dengan Belanda pada tanggal 25 Maret 1830 di... a. Yogyakarta
c. Semarang
b. Magelang
d. Temanggung
37. Perwakilan Belanda yang berunding dengan Pangeran Diponegoro dan akhirnya menghianati perundingan adalah... a. Jenderal De Kock
c. Jenderal Kohler
b. Jenderal Van Heutz
d.
Jenderal
Van
Swieten 38. Pada saat perundingan dengan Belanda, Pangeran Diponegoro di iringi oleh istrinya yaitu yang bernama... a. Ratu Ageng
c. R.A Mangkarawati
b. Ratu Ayu
d. R.A Ratnaningsih
39. Kuda yang selalu ditunggangi Pangeran Diponegoro pada perlawanan melawan Belanda bernama... a. Kyai Ageng b. Kyai Gentayu c. Kyai Badarrudin d. Kyai Mojo 40. Pangeran
Diponegoro
wafat
pada
8
pengasingannya selama 25 Tahun, yaitu di... a. Manado
c. Makassar
b. Ambon
d. Palu
Januari
1855
di
tempat
122
Lampiran 7
KUNCI JAWABAN SOAL UJI COBA TEST
1. B
11. A
21. C
31.D
2. D
12. B
22. D
32.A
3. C
13. B
23. D
33.D
4. A
14. C
24. A
34.B
5. D
15. B
25. D
35.D
6. C
16. C
26. D
36.B
7. D
17. D
27. B
37.A
8.B
18. D
28. A
38.D
9. C
19. C
29. D
39.B
10. C
20. B
30. C
40.C
Lampiran 8
123
124
125
Lampiran 9
126
127
Lampiran 10
128
129
Lampiran 11
KISI-KISI SOAL PRE TEST & POST TEST Satuan Pendidikan
: SMP Negeri 3 Magelang
Mata Pelajaran
: Sejarah
Kelas/Semester
: VIII/1
Materi Pembelajaran
: Bentuk-bentuk Perlawanan Rakyat Indonesia dalam Menentang Kolonialisme Bangsa Barat Periode setelah tahun 1800
Tahun Ajaran
: 2010/2011
Alokasi Waktu
: 40 menit
Jumlah Butir
: 30 soal
No. Kompetensi Dasar Menjelaskan 1. Proses Perkembanga n Kolonialisme dan Imperialisme Barat, serta Pengaruh yang Ditimbulkann ya di Berbagai Daerah
Kelas/ semester VIII/1
Indikator
No. Soal
Mendeskripsikan bentuk-bentuk perlawanan rakyat Indonesia dalam menentang kolonialisme bangsa barat periode sesudah tahun 1800.
1, 2, 3, 4, 5, 6, 8, 11, 12, 13, 14, 17, 19, 20, 22, 23, 24 dan 25
Mengidentifikasi tokoh-tokoh perlawanan rakyat Indonesia dalam menentang kolonialisme bangsa barat periode sesudah tahun 1800.
9, 10, 16, 18, 21, 26, 27, 28 dan 29
Menunjukan lokasilokasi perlawanan rakyat Indonesia diberbagai daerah.
7, 15, dan 30
130
Lampiran 12
SOAL PRE TEST DAN POST TEST Perhatikan soal dibawah ini. Jawablah soal di bawah ini dengan memberikan tanda ‘X’ pada lembar jawab yang sudah disediakan !
1. Faktor yang menyebabkan timbulnya perlawanan Patimura terhadap Belanda adalah didudukinya Benteng oleh Belanda, yaitu... c. Benteng New Victoria
c. Benteng Vredeberg
d. Benteng Holandia
d. Benteng Duurstede
2. Sebelum
memberontak,
Thomas
Matulesi
atau
Pattimura
masih
menghargai pemerintah kolonial Belanda, terbukti dari... e. Memberi kesempatan pada pemerintah memberlakukan penyerahan wajib dan wajib kerja f. Mendukung tindakan pemerintah merekrut pemuda maluku menjadi tentara belanda g. Turut mengkampanyekan penggunaan uang kertas sebagai pengganti uang logam h. Menyampaikan keluhan terlebih dahulu sebelum mengambil jalan kekerasan 3. Pada 16 Desember 1817, Pattimura dihukum gantung oleh pemerintah kolonial Belanda di depan rakyat Maluku, yaitu di benteng... c. Van der Wijk
c. Niew Victoria
d. Ford Van de Capellen
d. Duurstede
4. Gerakan memurnikan kembali ajaran agama islam yang dilakukan oleh kaum Paderi disebut... c. Gerakan Dakwah
c. Gerakan Sosial
d. Gerakan Budaya
d. Gerakan Wahabiah
5. Terjadinya Perang Paderi pada mulanya didorong oleh penentangan kaum adat terhadap kaum Paderi yang disebabkan oleh... e. Kaum Paderi tidak mau bekerjasama dengan kaum adat f. Usaha kaum Paderi menghilangkan kebiasaan masyarakat yang bertentangan dengan Islam
131
g. Tidak adanya Hak bagi kaum adat untuk menduduki jabatan dalam pemerintahan h. Ketidaksetujuan kaum adat terhadap kerjasama antara kaum Paderi dan Belanda 6. Penggunaan pasukan Sentot Ali Basyah Prawirodirjo untuk menumpas kaum Paderi menunjukan fakta bahwa... e. Berbagai wilayah di
Indonesia telah memiliki kesatuan dalam
perjuangan f. Perlawanan Indonesia terhadap kolonialisme Belanda sudah berskala nasional g. Belanda tetap berhasil menjalankan strategi devide et impera h. Perjuangan melawan kolonialisme sudah terorganisasi secara baik 7. Perhatikan peta dibawah ini !
Lokasi Perang Paderi ditunjukan pada nomor... a. 1 c. 3 b. 2 d. 4 8. Perjanjian damai yang dilakukan Belanda tahun 1825 dengan kaum Paderi betujuan untuk... e. Memusatkan perhatian Belanda dalam menghadapi Perang Diponegoro f. Mengakhiri perang antara Belanda dengan Kaum Paderi g. Menarik simpati masyarakat Minangkabau h. Menghindari banyaknya korban dikedua belah pihak 9. Cut Nyak Dien berjuang melawan penjajah di Aceh disertai juga dengan suaminya yang dikenal dengan nama...
132
e. Teuku Imam Leungbata f. Teuku Umar g. Teuku Cik Ditiro h. Teuku Ibrahim 10. Seorang Jenderal Belanda yang membentuk Korps Marechause untuk mengalahkan perlawanan rakyat Aceh adalah... e. Van der Capellen f. Van Swieten g. Van Heutz h. De Kock 11. Kekuatan Aceh dalam perang melawan Belanda terletak pada hal berikut, kecuali... e. Penghayatan rakyat Aceh terhadap kewajiban perang sebagai kewajiban agama f. Persatuan yang kuat antara rakyat, kaum ulama, dan uleebalang g. Kesadaran rakyat Aceh mendukung tanah airnya secara mati-matian h. Kemampuan militer pasukan Aceh membendung strategi benteng stelsel 12. Perang Aceh berakhir pada tahun 1904 setelah Raja (Sultan) menyerah pada Belanda dengan menandatangani... c. Traktat Sumatera
c. Traktat Pendek
d. Traktat London
d. Traktat Aceh
13. Hikmah kegagalan rakyat Aceh setelah selama 31 tahun berjuang adalah... a. Perlunya meningkatkan semangat tempur dan persenjataan b. Waspada terhadap tawaran pihak asing yang menyebabkan perpecahan c. berperang adalah tugas semua warga negara d. berhati-hati terhadap segala unsur dari Belanda 14. Perang Banjar berlangsung pada tahun... e. 1821-1837
133
f. 1825-1830 g. 1846-1906 h. 1858-1866 15. Perang Banjar merupakan perlawanan rakyat Indonesia di daerah... e. Kalimantan Timur f. Kalimantan Barat g. Kalimantan Selatan h. Kalimantan Tengah 16. Seorang tokoh dari kerajaan Banjar yang yang tidak disukai rakyat karena bersekutu dengan pemerintah kolonial Belanda adalah ... e. Pangeran Anom f. Pangeran Antasari g. Pangeran Tamjidillah h. Pangeran Hidayat 17. Perang Jagaraga merupakan perang yang dikobarkan oleh kerajaankerajaan di Bali untuk melawan kolonialisme Belanda pada tahun... e. 1817 f. 1821-1837 g. 1825-1830 h. 1846-1906 18. Berikut ini adalah tokoh perlawanan rakyat Bali, kecuali... e. Raja Buleleng f. I Gusti Ketut Jelantik g. Raja Karangasem h. Prabu Anom 19. Perang dengan semangat bertempur sampai titik darah penghabisan oleh rakyat Bali pada perang Jagaraga melawan Belanda adalah... e. Perang Buleleng f. Perang Paregreg g. Perang Margarana h. Perang Puputan
134
20. Perang Diponegoro melawan kolonialisme Belanda terjadi pada tahun... e. 1821-1837 f. 1825-1830 g. 1859-1863 h. 1846-1906 21. Pangeran Diponegoro adalah seorang putra Sultan Hamengku Buwono III yang lahir dari R.A Mangkarawati yang berdarah Madura yang berasal dari Pacitan. Nama kecil Pangeran Diponegoro adalah... e. R. M Antawirya f. P. Mangkubumi g. Pangeran Purboyo h. Kyai Maja 22. Pilihan Diponegoro berpihak pada rakyat tampak dari tindakan... e. Memusatkan diri pada hal-hal keagamaan f. Memprotes proyek pembangunan jalan di Tegalrejo g. Menjauhkan diri dari kecenderungan hidup mewah Keraton h. Menghimpun kaum ulama untuk melawan penjajah 23. Salah satu penyebab umum terjadinya perang Diponegoro melawan pemerintah kolonial Belanda adalah adanya kebencian kaum bangsawan Mataram terhadap Belanda sebab... e. Belanda semakin mempersempit wilayah Mataram f. Pasukan Belanda telah menyerang kediaman Pangeran Diponegoro g. Belanda melanggar hasil putusan dalam perjanjian Salatiga h. Kebudayaan Eropa yang dibawa Belanda semakin meluas diwilayah Mataram 24. Usaha-usaha Belanda untuk mengalahkan perlawanan Diponegoro antara lain adalah, kecuali... e. Menggunakan siasat berunding f. Memberikan hadiah yang tinggi kepada orang yang menangkap Diponegoro g. Menggunakan siasat Benteng Stelsel
135
h. Menggunakan siasat Konsentrasi Stelsel 25. Untuk mempersempit ruang gerak perlawanan Diponegoro, Belanda menggunakan strategi... c. Perang Gerilya
c. Devide et Impera
d. Benteng Stelsel
d. Konsentrasi Stelsel
26. Setelah perundingan-perundingan mengalami kegagalan dan tidak membawa hasil, pada tanggal 25 Maret 1830 Pangeran Diponegoro bersedia berunding kembali dengan Belanda di rumah pejabat Belanda, yaitu di rumah... c. Jenderal De Kock
c. Letjen Roest
d. Kolonel Cleerens
d. Residen Kedu
27. Perwakilan Belanda yang berunding dengan Pangeran Diponegoro dan akhirnya menghianati perundingan adalah... c. Jenderal De Kock
c. Jenderal Kohler
d. Jenderal Van Heutz
d.
Jenderal
Van
Swieten 28. Pada saat perundingan dengan Belanda, Pangeran Diponegoro di iringi oleh istrinya yaitu yang bernama... c. Ratu Ageng
c. R.A Mangkarawati
d. Ratu Ayu
d. R.A Ratnaningsih
29. Kuda yang selalu ditunggangi Pangeran Diponegoro pada perlawanan melawan Belanda bernama... e. Kyai Ageng f. Kyai Gentayu g. Kyai Badarrudin h. Kyai Mojo 30. Pangeran
Diponegoro
wafat
pada
8
pengasingannya selama 25 Tahun, yaitu di... c. Manado
c. Makassar
d. Ambon
d. Palu
Januari
1855
di
tempat
136
Lampiran 13
KUNCI JAWABAN SOAL PRES TEST DAN POST TEST
1. D
11. B
21. A
2. D
12. C
22. C
3.C
13. D
23. A
4. D
14. D
24.D
5. B
15. C
25. B
6. C
16. C
26. D
7. C
17. D
27. A
8.A
18. D
28. D
9. B
19. D
29. B
10. C
20. B
30. C
Lampiran 14
137
Lampiran 15
138
Lampiran 16
139
Lampiran 17
140
Lampiran 18
141
Lampiran 19
142
Lampiran 20
143
144 Lampiran 21
145 Lampiran 22
Lampiran 23
146
Lampiran 24
147
Lampiran 25
148
Lampiran 26
149
Lampiran 27
150
151
Lampiran 28
DOKUMENTASI PENELITIAN
Gambar 1. Lokasi Penelitian SMP Negeri 3 Magelang (Sumber: dokumentasi pribadi)
Gambar 2. Pembelajaran Sejarah dengan Ceramah Bervariasi di kelas Kontrol (Sumber: dokumentasi pribadi)
152
Gambar 3. Proses Pembelajaran Sejarah dengan ceramah bevariasi di kelas kontrol (Sumber: dokumentasi pribadi)
Gambar 4. Ruang Museum Diponegoro (Dahulunya adalah Ruang Kamar Residen Kedu yang Digunakan Sebagai Tempat Perundingan antara Pangeran Diponegoro dengan Belanda yang diwakili oleh Jenderal De Kock) (Sumber: dokumentasi pribadi)
153
Gambar 5. Pembelajaran Sejarah melalui Pemanfaatan Museum Diponegoro (Sumber: dokumentasi pribadi)
Gambar 6. Siswa – siswi mengamati benda-benda koleksi Museum Diponegoro dan melakukan tanya jawab dengan pengelola Museum Diponegoro (Sumber: dokumentasi pribadi)
154
Gambar 7. Proses Pembelajaran Sejarah melalui pemanfaatan museum Diponegoro (Sumber: dokumentasi pribadi)
Gambar 8. Pembelajaran Sejarah melalui pemanfaatan Museum Sebagai Sumber Belajar Sejarah (Sumber: dokumentasi pribadi)
155
Lampiran 29
DOKUMENTASI MUSEUM DIPONEGORO DAN KOLEKSI-KOLEKSI MUSEUM DIPONEGORO
Gambar 9. Papan Nama Museum Diponegoro Kota Magelang (Sumber: dokumentasi pribadi)
Gambar 10. Kompleks Museum Diponegoro (Sumber: dokumentasi pribadi)
156
Gambar 11. Gedung Museum Diponegoro tampak dari halaman museum (Sumber: dokumentasi pribadi)
Gambar 12. Museum Diponegoro tampak dari depan pintu ruang museum (Sumber: dokumentasi pribadi)
157
Gambar 13. Pintu ruang perundingan antara Pangeran Diponegoro dan Jenderal De Kock (Sumber: dokumentasi pribadi)
Gambar 14. Ruang perundingan tampak dari tangga masuk (Sumber: dokumentasi pribadi)
158
Gambar 15. Jubah Pangeran Diponegoro yang digunakan pada saat perundingan dengan Jenderal De Kock (Sumber: dokumentasi pribadi)
Gambar 16. 1 set meja dan kursi perundingan antara Pangeran Diponegoro dan Jenderal De Kock (Sumber: dokumentasi pribadi)
159
Gambar 17. Kursi perundingan yang diduduki oleh Pangeran Diponegoro pada saat perundingan dengan Jenderal De Kock (Sumber: dokumentasi pribadi)
Gambar 18. Guratan kuku Pangeran Diponegoro karena menahan amarah terhadap kelicikan Belanda (Sumber: dokumentasi pribadi)
160
Gambar 19. Kitab Tahrib (Sumber: dokumentasi pribadi)
Gambar 20. Teko atau poci dan 7 (Tujuh) buah cangkir, yaitu cangkir tempat 7 macam minuman kegemaran Pangeran Diponegoro, antara lain seperti air mentah, air dlingo bengle, wedang jahe, air putih matang, air dadap serep, teh dan kopi (Sumber: dokumentasi pribadi)
161
Gambar 21. Bale-bale tempat sembahyang. Bale-bale yang dahulu dipakai untuk sholat Pangeran Diponegoro pada saat beliau berada di Brangkal (Gombong). Bale-bale tersebut terakhir disimpan oleh seorang guru agama islam di Brangkal yang bernama Kyai Haji Syafii. (Sumber: dokumentasi pribadi)
Gambar 22. Lukisan pangeran Diponegoro Gambar ini merupakan reproduksi dari lukisan P. Diponegoro saat beliau berusia 35 tahun. Gambar aslinya disimpan oleh keluarga P. Pudjokusumo di Yogyakarta. Pelukisnya adalah seorang Belanda yang tidak dikenal namanya. (Sumber: dokumentasi pribadi)
162
Gambar 23. Lukisan Koleksi Museum Diponegoro (Lukisan Suasana Penangkapan Pangeran Diponegorodi depan gedung Karesidenan Kedu di Magelang) (Sumber: dokumentasi pribadi)
Gambar 24. Lukisan Pangeran Diponegoro dalam suasana peperangan (Sumber: dokumentasi pribadi)
163
Gambar 25. Lukisan Pangeran Diponegoro mengendarai kuda Kyai Gentayu melintasi Sungai Progo (Sumber: dokumentasi pribadi)
Gambar 26. Silsilah Pangeran Diponegoro (Sumber: dokumentasi pribadi)
Lampiran 30
DVD KOLEKSI-KOLEKSI MUSEUM DIPONEGORO
164