SKRIPSI
PENGARUH PERSEPSI ORANG TUA TENTANG BANTUAN OPERASIONAL SEKOLAH (BOS) DAN TINGKAT EKONOMI MEREKA TERHADAP KOMITMEN MEMBIAYAI PENDIDIKAN ANAK (Siswa Kelas VIII MTs N Salatiga Tahun 2010)
Disusun Guna Memenuhi Sebagian Persyaratan Mencapai Gelar Sarjana S-1 Pendidikan Agama Islam
Disusun Oleh : HIJRI ADI RIDWAN 11106066
JURUSAN TARBIYAH PROGRAM STUDI PENDIDIKAN AGAMA ISLAM SEKOLAH TINGGI AGAMA ISLAM NEGERI (STAIN) SALATIGA 2010
SKRIPSI
PENGARUH PERSEPSI ORANG TUA TENTANG BANTUAN OPERASIONAL SEKOLAH (BOS) DAN TINGKAT EKONOMI MEREKA TERHADAP KOMITMEN MEMBIAYAI PENDIDIKAN ANAK (Siswa Kelas VIII MTs N Salatiga Tahun 2010)
Disusun Guna Memenuhi Sebagian Persyaratan Mencapai Gelar Sarjana S-1 Pendidikan Agama Islam
Disusun Oleh : HIJRI ADI RIDWAN 11106066
JURUSAN TARBIYAH PROGRAM STUDI PENDIDIKAN AGAMA ISLAM SEKOLAH TINGGI AGAMA ISLAM NEGERI (STAIN) SALATIGA 2010
KEMENTERIAN AGAMA SEKOLAH TINGGI AGAMA ISLAM NEGERI (STAIN) SALATIGA Jl. Tentara Pelajar 02 Telp. (0298) 323706, 323433 Fax 323433 Salatiga 50721 Website: www.stainsalatiga.ac.id Email:
[email protected]
DEKLARASI Bismilahirrahmanirrahim Dengan penuh kejujuran dan tanggung jawab, peneliti menyatakan bahwa skripsi ini tidak berisi materi yang pernah ditulis oleh orang lain atau pernah diterbitkan. Demikiran juga skripsi ini tidak berisi satupun pikiran-pikiran orang lain, kecuali informasi yang terdapat dalam referensi yang dijadikan bahan rujukan. Apabila di kemudian hari ternyata terdapat materi atau pikiran-pikiran orang lain di luar referensi yang peneliti cantumkan, maka peneliti sanggup mempertanggungjawabkan keaslian skripsi ini di hadapan sidang munaqasah skripsi. Demikian deklarasi ini dibuat oleh peneliti untuk dapat dimaklumi.
Salatiga, 03 September 2010 Penulis
Hijri Adi Ridwan NIM. 11106066
MOTTO
Bertambah dewasa ternyata tidak cukup haya dengan bertambahnya umur, ilmu ataupun pangkat dan kedudukan. Kita bertambah dewasa justru ketika mampu mengenali hati dan mengedalikannya dengan baik. Inilah sesungguhnya kunci dari terkuaknya ketenangan batin. Janganlah membuat kebiasaan menjadi kebenaran, namun jadikanlah kebenaran menjadi sebuah kebiasaan. Hidup adalah tantangan, namun kedewasaan adalah pilihan. Orang berani mati lebih banyak dari pada orang berani hidup, dan orang yang berani gagal lebih banyak daripada orang yang berani sukses. Tak ada masalah dengan masalah karena yang menjadi masalah itu ternyata adalah cara kita yang salah dalam menyikapi masalah. Kesulitan dan persoalan hidup itu pada hakikatnya berpangkal pada kotornya hati.
PERSEMBAHAN
Skripsi ini penulis persembahkan kepada : 1. Bapak dan Ibu yang sangat saya sayangi dan hormati 2. Saudara-saudaraku tercinta 3. Some ONE, thanks for d'love, care, spirit, support dan everything
KATA PENGANTAR
Alhamdulillahi robbil alamin. Rasa syukur yang berada dalam jiwa tergambarkan dengan bunga-bunga pujian kehadirat Ilahi yang memenuhi jagat kalbu insani, membangkitkan rasa syukur menjalar di seluruh raga ini diiringi pula rasa berhutang budi besar kepada Rosul pembawa iman, penuntun jiwa, penyejuk hati kepadanya terhaturkan selalu sholawat dan salam yang abadi. Penulis skripsi sadar, mungkin skripsi dengan judul “Persepsi Orang Tua Tentang Bantuan Operasional dan Tingkat Ekonomi Mereka Terhadap komitmen Membiayai Pendidikan Anak (Studi Kasus Siswa MTs N Salatiga Tahun 2009/2010)” tidak dapat terselesaikan dengan baik tanpa ada bantuan, dorongan serta bimbingan dari pihak-pihak tertentu yang terkait. Namun, kebahagiaan tentu tidak dapat di sembunyikan dari terselesaikannya penulisan skripsi ini yang disusun untuk memenuhi kewajiban dan melengkapi syarat akhir guna memperoleh gelar sarjana dalam ilmu-ilmu Tarbiyah di Sekolah Tinggi Agama Islam Negeri Salatiga. Memang tidak dapat penulis ingkari bahwa dalam penyusunan skripsi ini banyak menghadapi kesulitan-kesulitan. Namun berkat pertolongan Allah SWT dan bimbingan, saran, bantuan serta dorongan dari berbagai pihak, penulis dapat menyelesaikan skripsi ini. Maka dari itu, perkenankanlah penulis menghaturkan terima kasih yang tak terhingga dalam kesempatan ini, kepada: 1. Bapak dan Ibu yang terhormat, atas kasih sayang dan doanya serta yang selama ini telah memberikan banyak pelajaran tentang arti kehidupan
(menangis, tertawa, sedih, bahagia) serta menemani setiap langkah dalam sedih maupun bahagia dan selalu memberikan support & spirit. 2. Bapak Dr. Imam Sutomo, M.Ag, selaku Ketua STAIN Salatiga 3. Bapak Suwardi, M. Pd, selaku Dosen Pembimbing, atas segala bimbingan dan petunjuk yang telah diberikan selama penelitian dan penyusunan skripsi ini. 4. Bapak Ghufron M.Ag, selaku Pembimbing Akademik 5. Penguji I Dra. Siti Asdiqoh, M.Si & penguji II Peni Susapti, M.Si 6. Para siswa MTs N Salatiga yang telah memberikan banyak keterangan dalam proses penelitian, sehingga dapat membantu kelancaran selama penelitian berlangsung. 7. Teman-teman seperjuangan angkatan 2006. 8. SSC salatiga yang telah memberikan banyak pelajaran tentang berorganisasi dan persahabatan yang indah. 9. Masa indah KKN, dengan banyak pengalaman yang lahir buat kehidupan masa depan dari hikmah kegiatan tersebut 10. banyak ucapan terimakasih pula kepada seluruh pihak UPT Komputer STAIN Salatiga yang telah memberikan kontribusi banyak dalam penulisan skripsi ini. 11. Seluruh pihak yang tidak dapat disebutkan satu persatu yang telah memberikan dukungan moral dan material hingga selesainya proses belajar. Penulis menyadari bahwa dalam penulisan skripsi ini masih banyak kesalahan dan kekurangannya, oleh karena itu penulis sangat mengharapkan kritik dan saran dari semua pihak.
Akhirnya penulis harapkan semoga skripsi ini dapat menambah wawasan dan cakrawala baru bagi pengembangan ilmu pendidikan.
Salatiga, 03 September 2010 Penulis
Hijri Adi Ridwan NIM 11106066
ABSTRAK Ridwan, Hijri, Adi. 2010. Pengaruh Persepsi Orang Tua Tentang Bantuan Operasional Sekolah (Bos) Dan Tingkat Ekonomi Mereka Terhadap Komitmen Membiayai Pendidikan Anak. Skripsi, Jurusan Tarbiyah, Program Studi Pendidikan Agama Islam, Sekolah Tinggi Agama Islam Negeri Salatiga. Pembimbing: Suwardi, M.Pd. Kata Kunci: komitmen orang tua membiayai pendidikan anak Penelitian ini merupakan sebuah implementasi dari penulis yang tidak jarang mendapatkan wacana dari masyarakat pada umumnya tentang komitmen orang tua membiayai pendidikan anak dengan segala lika-liku pendorong lengkap dengan hambatannya. Pertanyaan umum yang ingin dijawab dalam penelitian ini adalah (1) bagaimana persepsi orang tua MTs N Salatiga tentang BOS?, (2) bagaimana tingkat ekonomi orang tua MTs N Salatiga?, (3) bagaimana komitmen orang tua MTs N Salatiga terhadap membiayai pendidikan anak, (4) bagaimana persepsi orang tua siswa MTs Negeri Salatiga tentang BOS, pengaruhnya terhadap komitmen membiayai pendidikan anak?, (5) bagaimana tingkat ekonomi orang tua siswa Mts Negeri Salatiga, pengaruhnya terhadap komitmen membiayai pendidikan anak?, (6) bagaimana persepsi orang tua siswa MTs Negeri Salatiga tentang BOS dan tingkat ekonomi mereka pengaruhnya terhadap komitmen membiayai pendidikan anak?. Untuk menjawab pertanyaan-pertanyaan tersebut maka penelitian ini menggunakan pendekatan kuantitatif. Hasil dari penelitian ini menunjukkan bahwa adanya pengaruh persepsi orang tua siswa MTs N Salatiga tentang BOS dan tingkat ekonomi mereka mempengaruhi komitmen membiayai pendidikan anak yang terhitung dalam kategori sedang, sehingga perlu adanya perhatian khusus dari pihak-pihak terkait untuk upaya peningkatan dari sebelumnya.
DAFTAR ISI
DAFTAR TABEL
TABEL I
Variabel Penelitian dan Alat Pengumpulan Data
17
TABEL II
Penyusunan Angket
19
TABEL III
Daftar Guru Dan Karyawan
55
TABEL IV
Keadaan Siswa MTs N Salatiga Tahun 2009/2010
57
TABEL V
Keadaan Ruang dan Gedung
58
TABEL VI
Data Responden
59
TABEL VII
Jawaban responden dari Angket Angket Persepsi Orang Tua Tentang BOS
TABEL VIII
TABEL IX
60
Jawaban Responden dari Angket Tingkat Ekonomi Orang Tua
62
Jawaban Responden dari Angket Komitmen Membiayai
63
Anak TABEL X
Nilai Jawaban Angket Persepsi Orang Tua Tentang Bos
TABEL XI
Nilai Interval Persepsi Orang Tua Tentang Bantuan Operasional Sekolah
TABEL XII
66
68
Nilai Prosentase Persepsi Orang Tua Tentang Bantuan Operasional Sekolah
69
TABEL XIII
Nilai Data Tingkat Ekonomi Orang Tua
70
TABEL XIV
Nilai Interval Tingkat Ekonomi Orang Tua
72
TABEL XV
Nilai Prosentase Tingkat Ekonomi Orang Tua
73
TABEL XVI
Nilai Data Komitmen Membiayai Pendidikan Anak
74
TABEL XVII Nilai Interval Tingkat Ekonomi Orang Tua
76
TABELXVIII
Nilai Prosentase Komitmen Membiayai Pendidikan Anak
77
TABELXIX
Persiapan Untuk Mencari Korelasi Persepsi Orang Tua Tentang Bos Dan Tingkat Ekonomi Mereka Terhadap Komitmen Membiayai Anak 78
DAFTAR LAMPIRAN DAFTAR ANGKET DAFTAR RIWAYAT HIDUP
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah Dalam era modern saat ini, perkembangan kemajuan sudah tersebar kesegala arah melalui berbagai media-media yang menjadi penghubung informasi perkembangan kemajuan tersebut. Hasil daripada itu semua berimbas pada masyarakat dunia saat ini, yang menimbulkan persaingan dari segala bidang sangat ketat antar bangsa. Untuk terus maju melangkah menuju perkembangan dalam era maju ini, dibutuhkan tidak hanya sedikit perubahanperubahan aspek kemajuan bangsa, salah satu dari itu semua adalah sumber daya manusia yang berkualitas tinggi bisa dijadikan kunci sebagai sarana mewujudkan masyarakat yang maju, mandiri, dan sejahtera. Seperti halnya negara-negara berkembang saat ini, dukungan dari kualitas sumber daya manusia yang tinggi sangat mempengaruhi kemajuan pembangunan dan teknologi yang berkembang bagai air yang mengalir terus tampa hambatan. Dengan jalan tersebut, setiap negara bisa mulai berani untuk merangkak menuju singgasana kemajuan global dunia. Dari sumber daya manusia yang berkualitas, terdapat watak yag baik dan beriman, serta bertaqwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, sehingga dari itu semua tujuan pendidikan dapat terlaksana dengan baik. Seperti diterangkan dalam tujuan pendidikan nasional menurut UU No. 20 th 2003 tentang sistem pendidikan nasional menyatakan:
Pendidikan nasional berfungsi mengembangkan kemampuan dan membentuk watak serta peradaban bangsa yang bermartabat dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa. Bertujuan untuk berkembangnya potensi anak didik agar menjadi manusia yang beriman dan bertaqwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat berilmu cakap, kreatif, mandiri dan menjadi warga negara yang demokratis serta bertanggung jawab. (Pemprop Jatim, 2003:6) Sebuah Implementasi dari Undang-undang tersebut, pemerintah mulai mengasah kreativitas mereka guna menemukan kebijakan-kebijakan untuk membantu menuju pendidikan masyarakat yang lebih maju. Salah satunya sekarang ini yang sudah menyebar dalam masyarakat adalah Bantuan Operasional Sekolah (BOS). Hal ini diperkuat dalam penjelasan dari Buku Panduan BOS 2009, yang berbunyi sebagai berikut : Program Bantuan Operasional Sekolah (BOS) yang dimulai sejak bulan Juli 2005, telah berperan dalam percepatan pencapaian program Wajib Belajar 9 tahun. Oleh karena itu, mulai tahun 2009, pemerintah melakukan perubahan tujuan, pendekatan dan orientasi BOS. Program BOS ke depan bukan hanya berperan untuk mempertahankan APK (Angka Partisipasi Kasar), namun harus juga berkontribusi penting untuk peningkatan mutu pendidikan dasar. Selain itu, dengan biaya satuan BOS yang telah dinaikkan secara signifikan, program ini akan menjadi pilar utama untuk mewujudkan pendidikan gratis di pendidikan dasar. (Depdiknas, 2009:iii) BOS datang bagai angin segar yang menyejukkan sebagian beban dan kekawatiran orangtua siswa. Umumnya orangtua siswa memahami dengan adanya BOS, mereka tidak perlu lagi merogoh saku guna mengeluarkan biaya apapun untuk pendidikan anak mereka. Namun kenyataannya tidak demikian, meski BOS telah bergulir, bahkan tahun 2009 nominalnya lebih besar sampai sekarang, tapi kenyataan yang berlangsung di lapangan tidak demikian. Orangtua siswa masih harus mengeluarkan beberapa lembar uang untuk biaya
membeli buku non paket, seragam olahraga, serta kegiatan lain seperti ekstra kulikuler sekolah dan les tambahan bagi siswa kelas III misalnya. Masih banyak sekali peristiwa di lapangan yang menimbulkan berbagai persepsi orang tua tentang pemberian BOS, dari tingkat persepsi positif dan negatif mereka tentang BOS. Semua hal itu timbul karena pengetahuan mereka tentang pergolakan BOS, bisa dari pihak sekolahan yang masih menarik iuran atau dana seperti yang dijelaskan di atas. Hal seperti itulah yang banyak menimbulkan keanekaragaman persepsi yang timbul dari orang tua siswa. Di lihat dari tujuan pemerintah mengeluarkan dana BOS yaitu salah satunya guna membantu meringankan beban orang tua siswa yang kurang mampu membiayai anaknya, supaya anak mereka tetap bisa mengenyam bangku pendidikan dan mengejar cita-cita dalam angan-angan anak mereka. Dari pihak orang tua pun kini harus mulai untuk berkomitmen lebih dalam memikirkan kemajuan pendidikan anak mereka. Tidak hanya cukup dengan memberi uang saku, orang tua siswa juga perlu menuntun jalannya arah kemajuan siswa. Karena pada umumnya anak yang berasal dari keluarga menengah keatas lebih banyak mendapatkan pengarahan dan bimbingan yang baik dari orang tua mereka. Bahkan orang tua dengan keadaan seperti itu, tidak pusing-pusing untuk mengeluarkan isi dompetnya guna mendukung anak mereka supaya jadi generasi yang mereka inginkan. Namun berbeda dengan anak-anak yang mempunyai orang tua dengan latar belakang ekonomi rendah, keadan mereka kurang dapat mendapat bimbingan dan pengarahan yang cukup
dari orang tua mereka, karena orang tua lebih memusatkan perhatiannya pada bagaimana untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari. Dan pendidikan pun bertujuan yang sangat mulia, dimana kegiatan belajar sebagai proses yang beraktivitas dalam rangka usaha sadar yang tentunya mempunyai tujuan yang hendak dicapai, dengan kita memperhatikan pendidikan anak-anak penerus atau calon pemimpin bangsa, maka Tuhan pun akan memperhatikan bangsa ini. Sesuai dalam firman Allah (Qs, An Nur: 35) sebagai berikut:
Artinya: “Allah (Pemberi) cahaya (kepada) langit dan bumi. perumpamaan cahaya Allah, adalah seperti sebuah lubang yang tak tembus, yang di dalamnya ada pelita besar. Pelita itu di dalam kaca (dan) kaca itu seakan-akan bintang (yang bercahaya) seperti mutiara, yang dinyalakan dengan minyak dari pohon yang berkahnya, (yaitu) pohon zaitun yang tumbuh tidak di sebelah timur (sesuatu) dan tidak pula di sebelah baratnya, yang minyaknya (saja) Hampir-hampir menerangi, walaupun tidak disentuh api. Cahaya di atas cahaya (berlapislapis), Allah membimbing kepada cahaya-Nya siapa yang Dia kehendaki, dan Allah memperbuat perumpamaan-perumpamaan bagi manusia, dan Allah Maha mengetahui segala sesuatu.”
Namun semua itu tidak selicin yang diinginkan, tingkat ekonomi orang tua menjadi sebuah persoalan yang tidak gampang, karena dari situ
siswa dapat terlihat dimana mereka lebih memiliki alat penunjang bagi orang tua yang mampu, sedang bagi siswa dengan keadaan orang tua yang kurang mampu terlihat sekali dalam ketersediaan alat penunjang masih sedikit bahkan tak jarang ditemukan mereka tidak mempunyai alt penunjang apapun. Situasi tersebut juga berhembus di MTs N Salatiga, dimana bermacam-macam kondisi ekonomi orang tua yang berbeda. Kemudian dengan adanya subsidi pemerintah untuk pendidikan yang dinamakan dengan BOS, menimbulkan keragaman persepsi orang tua yang dikarenakan realitas yang ada dilapangan. Keadaan tersebut bisa mempengaruhi tingkat tinggirendahnya komitmen orang tua dalam membiayai pendidikan anak. Berkaitan dengan ulasan yang telah dikemukakan di atas, peneliti mengambil judul skripsi: “PENGARUH PERSEPSI ORANG TUA TENTANG BANTUAN OPERASIONAL SEKOLAH (BOS) DAN TINGKAT
EKONOMI
MEREKA
TERHADAP
KOMITMEN
MEMBIAYAI PENDIDIKAN ANAK (Siswa Kelas VIII MTs N Salatiga Tahun 2010)”.
B. Rumusan Masalah Adapun perumusan masalah dalam penelitian ini adalah sebagai berikut: 1. Bagaimana persepsi orang tua siswa MTs Negeri Salatiga tentang BOS? 2. Bagaimana tingkat ekonomi orang tua siswa Mts Negeri Salatiga? 3. Bagaimana komitmen orang tua siswa Mts Negeri Salatiga dalam membiayai pendidikan anak? 4. Bagaimana persepsi orang tua siswa MTs Negeri Salatiga tentang BOS, pengaruhnya terhadap komitmen membiayai pendidikan anak? 5. Bagaimana tingkat ekonomi orang tua siswa Mts Negeri Salatiga, pengaruhnya terhadap komitmen membiayai pendidikan anak? 6. Bagaimana persepsi orang tua siswa MTs Negeri Salatiga tentang BOS dan tingkat ekonomi mereka pengaruhnya terhadap komitmen membiayai pendidikan anak? C. Tujuan Penelitian Penelitian bertujuan untuk mencapai: 1. Untuk mengetahui persepsi orang tua siswa MTs Negeri Salatiga tentang BOS. 2. Untuk mengetahui tingkat ekonomi orang tua siswa MTs Negeri Salatiga. 3. Untuk mengetahui komitmen orang tua siswa MTs Negeri Salatiga dalam membiayai pendidikan anak. 4. Untuk mengetahui persepsi orang tua siswa MTs Negeri Salatiga tentang BOS, pengaruhnya terhadap komitmen membiayai anak.
5. Untuk mengetahui tingkat ekonomi orang tua siswa MTs Negeri Salatiga pengaruhnya terhadap komitmen membiayai pendidikan anak. 6. Untuk mengetahui ada tidaknya pengaruh persepsi orang tua tentang BOS dan tingkat ekonomi mereka pengaruhnya terhadap komitmen membiayai pendidikan anak. D. Hipotesis Penelitian Berdasarkan pengertian di atas, maka yang menjadi Hipotesis dalam penelitian ini adalah: 1. Persepsi mengenai BOS berpengaruh positif terhadap komitmen orang tua siswa MTs Negeri Salatiga dalam membiayai pendidikan anak. 2. Tingkat ekonomi berpengaruh positif terhadap komitmen orang tua siswa MTs Negeri Salatiga dalam membiayai pendidikan anak. 3. Persepsi tentang BOS, tingkat ekonomi berpengaruh positif terhadap komitmen orang tua siswa MTs Negeri Salatiga dalam membiayai pendidikan anak. E. Manfaat Penelitian Penelitian ini diharapkan memberi manfaat kepada beberapa pihak antara lain: 1. Manfaat Teoritis Melalui penelitian ini, Peneliti kemudian dapat mengetahui berbagai bentuk persepi dari orang tua siswa tentang kebijakan adanya BOS dan mengetahui hubungan persepsi tersebut dengan kondisi ekonomi
mereka terhadap seberapa besar komitmen membiayai pendidikan anakanaknya. 2. Manfaat Praktis a. Manfaat Bagi Peneliti Penelitian ini bermanfaat sekali bagi penulis, sehingga penulis mulai mengerti begitu tanggapnya atau responnya masyarakat khususnya mereka yang anak-anaknya berada di bangku pendidikan, terhadap berbagai kebijakan apapun yang dikeluarkan oleh pemerintah bagi rakyat. Kemudian penulis memperoleh tidak sedikit pengalaman yang berharga dari penelitian ini, salah satunya dengan sedikit mengelus dada, penulis mulai mengetahui dari pintu ke pintu dimana mereka sebagai orang tua dengan kondisi ekonomi termasuk kedalam golongan menengah kebawah, mereka masih tetap berjuang dengan gigih untuk selalu menanamkan dalam dada mereka agar tetap berkomitmen besar dalam mencerdaskan anak mereka. b. Manfaat Bagi Sekolah Dengan hasil penelitian ini, isi dari permasalahan penelitian dapat digunakan sebagai data dasar untuk menentukan pengembangan sekolah dimasa mendatang. Menyadarkan semua pihak sekolah (langsung/tidak langsung) bahwa masih banyak wali murid dengan tingkat sosial-ekonomi menengah kebawah yang masih penuh harapan untuk mendukung pendidikan anak mereka. Sehingga lebih bisa
menemukan jalan penyelesaian (solusi) yang terbaik. Dan lebih bisa mengalokasikan bantuan pemerintah sebagaimana layaknya. c. Manfaat Bagi Masyarakat Hasil tulisan ini dapat
dijadikan sebuah harapan bagi
masyarakat untuk lebih bisa dipandang oleh pihak sekolahan dan pemerintah. Dan juga masyarakat yang menjadi orang tua bagi anakanak mereka, semoga lebih bisa semangat berkomitmen tinggi dalam membiayai dan mencerdaskan anak mereka. F. Definisi Operasional Supaya tidak terjadi sebuah kekeliruan dalam pengertian dan penafsiran terhadap judul skripsi penelitian ini, dibawah penulis cantumkan penjelasan dari beberapa istilah judul tersebut, yaitu: 1. Persepsi Orang Tua Tentang Bantuan Operasional Sekolah (BOS) Menurut
Jalaludin Rakhmat
(2001:51),
berpendapat
bahwa
“persepsi merupakan pengalaman tentang objek, peristiwa, pengalaman atau hubungan yang diperoleh dengan menyimpan informasi dan manafsirkan pesan”. Davidoff (1998:233) mengatakan bahwa dengan persepsi individu dapat menyadari, mengerti tentang keadaan lingkungan di sekitarnya dan juga tentang keadaan diri individu yang bersangkutan. Persepsi merupakan pandangan atau tanggapan seseorang terhadap benda, kejadian, tingkah laku manusia atau hal-hal yang diterimanya sehari-hari.
Persepsi merupakan suatu proses yang dimulai dari penglihatan hingga terbentuk tanggapan yang terjadi dalam diri individu sehingga individu sadar akan segala sesuatu dalam lingkungannya melalui inderaindera yang dimilikinya. Persepsi orang tua sama halnya dengan pandangan atau tanggapan yang timbul dalam pikiran orang tua yang didasari karena keadaan lingkungan sekitar yang berkembang. Respon memberikan hasil atau mempunyai bagian positif dan negatif dalam obyek yang direspon. Sehingga persepsi orang tua tentang BOS adalah pandangan atau tanggapan orang tua terhadap BOS. Dari pengertian Kamus Umum Bahasa Indonesia bahwa “bantuan adalah dana (persediaan uang) untuk membantu usaha” (Poerwodarminto, 1982:90). Dalam konteks ini yang berkaitan dengan operasional sekolah yaitu usaha uluran tangan dari pemerintah yang telah diberikan pada setiap sekolahan guna mengembangkan sekolah sebagai tempat untuk menuntut ilmu bagi semua kalangan masyarakat yang membutuhkan kemajuan pendidikan, baik dari kalangan tidak mampu sekalipun. Hasil dari BOS adalah program sekolah gratis, namun program tersebut masih global yang akhirnya di kalangan masyarakat menuai persepsi yang bervariasi. Sebagian masyarakat masih menilai bila penerapan program sekolah gratis mengartikan bebas dari segala Jenis pembayaran yang diterapkan pihak sekolah dan sebagian lagi bebas SPP saja.
Jadi dari macam-macam pendapat yang memberikan pengertian terhadap persepsi, dapat diketahui bahwa persepsi adalah sebuah anggapan, penilaian, atau pandangan yang datang dari suatu keadaan yang menarik perhatian orang untuk memberikan partisipasi argumen baik secara langsung atau tidak langsung. Sehingga persepsi orang tua tentang BOS menurut peneliti adalah pengetahuan dan tanggapan orang tua dari informasi yang mereka ketahui terhadap BOS dan ditafsirkan dalam pesan positif yang baik atau tidak baik. Dari penjelasan diatas, ditemukan pula indikator dari variable persepsi orang tua, yaitu: a. Pengetahuan orang tua siswa MTs N Salatiga tentang BOS. b. Tanggapan orang tua siswa MTs N Salatiga tentang BOS. 2. Tingkat Ekonomi “Tingkat (= Tingkatan) adalah tinggi rendah martabat (kedudukan, jabatan, kemajuan, peradaban dsb); pangkat; derajat; taraf; kelas” (Poerwadarminta, 2006:1280). Sosial adalah (segala sesuatu) mengenai masyarakat, kemasyarakatan” (Poerwadarminta, 2006:1141). Diambil dari penjelasan Kamus Bahasa Indonesia, ekonomi mempunyai arti : Ekonomi adalah pengetahuan dan penyelidikan mengenai asas-asas penghasilan (produksi), pembagian (distribusi), pemakaian barangbarang serta kekayaan (seperti hal keuangan, perindustrian, perdagangan); urusan keuangan rumah tangga. (Poerwadarminta, 2006:312).
Jadi dari pengertian setiap kata di atas, Tingkat ekonomi orang tua dapat diartikan oleh penulis dengan tinggi rendahnya keadaan atau latar belakang dan ekonomi dari orang tua atau keluarga dalam lingkungannya yang berkaitan dengan pendidikan, pekerjaan dan pendapatan keluarga. Dalam era modern saat ini tingkat ekonomi dijadikan sebagai tolak ukur kemakmuran seseorang. Kemudian indikator tingkat ekonomi orang tua adalah: a. Tinggi rendahnya penghasilan orang tua b. Tingkat pemakaian barang c. Kekayaan yang dimiliki keluarga 3. Komitmen Membiayai Pendidikan Anak “Komitmen
adalah
perjanjian
untuk
melakukan
sesuatu,
kesanggupan” (Poerwadarminta, 2006:608). “Membiayai adalah membelanjai, mengeluarkan uang untuk biaya” (Poerwadarminta, 2006:153-154). “Sekolah adalah bangunan atau lembaga untuk belajar dan memberi pelajaran (menurut tingkatnya)”. (Poerwadarminta, 2006:1054). “Anak adalah turunan yang kedua; manusia yang masih kecil (baru berumur 6 tahun); orang yang berasal dari atau dilahirkan di (suatu negeri, daerah dan sebagainya)” (Poerwadarminta, 2006:35). Dalam penulisan ini yang dimaksud peneliti dengan komitmen membiayai pendidikan anak adalah semangat untuk terus menerus mendukung anak mereka guna mencapai kecerdasan dan mengejar cita-
cita yang tinggi, dan juga selalu membina dan memikirkan pergolakan pendidikan anak mereka. Kemudian indicator dalam variable ini adalah: a. Memberikan biaya pendidikan anak b. Pemberian sarana untuk mendukung pendidikan anak G. Metode Penelitian 1. Penentuan Populasi Populasi adalah “ seluruh penduduk yang dimaksudkan untuk diselidiki” (Sutrisno Hadi, 1997:220). Dalam penelitian ini populasi adalah seluruh objek atau penduduk atau apa saja yang dijadikan sumber data dalam sebuah penelitian. Populasi ini mencakup seluruh orang tua siswa kelas VIII Mts N Salatiga sejumlah 267 siswa. 2. Sampel Dalam penelitian ini , peneliti tidak mengambil seluruh populasi untuk dijadikan sampel akan tetapi mengambil sebagian dari populasi untuk dijadikan sampel. Menurut Arikunto (1989:67) sampel adalah sebagian atau wakil populasi yang diteliti. Dan dalam pengambilan jumlah sampel penelitian, peneliti merujuk kembali pendapat Arikunto (1989:120-121) sebagai berikut: “Untuk sekedar ancer-ancer maka apabila subyeknya kurang dari 100 lebih baik diambil semua, sehingga penelitiannya merupakan penelitian populasi. Selanjutnya jika jumlah subyeknya besar dapat diambil antara 10–15 % atau 20–25 % atau lebih tergantung setidak-tidaknya dari kemampuan peneliti dilihat dari waktu, tenaga, dan dana, sempit luasnya wilayah pengamatan dari setiap subyek, karena hal ini menyangkut banyak sedikitnya data, besar kecilnya resiko yang ditanggung oleh peneliti. Untuk penelitian
yang resikonya besar, tentu saja jika sampel besar, hasilnya akan lebih baik”. Karena kelas VIII di MTs N Salatiga ada 7 kelas, dapat diambil sample dengan perincian sebagai berikut: a. Kelas A berjumlah 42 x 15 % = 7 siswa sebagai sampel b. Kelas B berjumlah 40 x 15 % = 6 siswa sebagai sampel c. Kelas C berjumlah 39 x 15 % = 6 siswa sebagai sampel d. Kelas D berjumlah 40 x 15 % = 6 siswa sebagai sampel e. Kelas E berjumlah 36 x 15 % = 5 siswa sebagai sampel f. Kelas F berjumlah 40 x 15 % = 6 siswa sebagai sampel g. Kelas G berjumlah 40 x 15 % = 6 siswa sebagai sampel Dari perincian di atas, ditemukan bahwa sample yang diambil oleh peneliti adalah 42 siswa. Sampel penelitian yang telah ditentukan digunakan dalam menentukan subjek penelitian. Maka dalam penelitian ini Peneliti menggunakan Penelitian Sampel yaitu “penelitian yang dilakukan hanya terdapat sebagian saja atau wakil dari populasi, akan tetapi hasil penelitiannya berlaku bagi semua subjek yang populasi tergabung sebagai populasi” (Arikunto, 1990:209). 3. Lokasi dan Waktu Penelitian a. Lokasi Penelitian Untuk mendapatkan data-data yang bisa dijadikan pendukung penelitian ini, peneliti menyebarkan angket kuisioner kepada sample
dari seleksi semua siswa kelas VIII supaya diserahkan kepada orang tua mereka masing-masing dan diisi. Kemudian peneliti mencari tambahan data yang diperoleh dari pencatatan profil atau dokumen sekolah dan wawancara Wakil Kepala Sekolah dan Guru-guru MTs N salatiga. b. Waktu Penelitian Waktu penelitian ini mulai pada tanggal 19 Mei 2010. Kemudian penelitian ini berjalan ketika layaknya siswa aktif dalam kegiatan belajar mengajar rutin yang dilakukan dalam sekolah. Untuk penyebaran angket dan penjelasannya, ketika awal masuk kelas setelah istirahat, sebelum guru memulai proses mengajarnya. 4. Metode Pengumpulan Data Metode pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini adalah: a. Metode Angket Menurut Suharsini Arikunto (1991:124), yang dimaksud angket adalah: “Tehnik pengumpulan data yang diadakan dengan jalan mengajukan sejumlah pertanyaan tertulis yang digunakan untuk memperoleh informasi dari responden dalam arti laporan tentang pribadinya atau hal-hal yang ia ketahui”. Dalam penelitian metode ini digunakan untuk memperoleh data yang berhubungan dengan variabel persepsi orang tua tentang BOS dan tingkat sosial-ekonomi mereka dengan variabel komitmen
membiayai pendidikan anak. Metode angket yang digunakan adalah angket tertutup, dengan arti responden hanya tinggal memilih jawaban yang ada. b. Metode Dokumentasi “Dokumentasi adalah laporan tertulis dari suatu peristiwa dan ditulis dengan sengaja untuk menyimpan atau merekam keterangan mengenai peristiwa” (Surachmad, 1992:89). Metode ini digunakan dalam penelitian untuk mengumpulkan data atau mencatat dokumen yang sudah tersedia di objek penelitian tentang situasi umum. c. Metode interview (wawancara) Interview dikenal pula dengan istilah wawancara adalah suatu proses tanya jawab lesan dalam mana 2 orang atau lebih berhadapan secara fisik, yang satu dapat melihat muka yang lain dan mendengar dengan telinga sendiri dari suaranya (Sukandarrumidi, 2004:8). Metode ini digunakan peneliti sebagai metode bantu dalam mencari data, sehingga peneliti dapat secara langsung mengetahui keadaan persepsi orang tua yang masih kurang perhatiannya terhadap siswa dalam segi biaya pendidikan melalui guru-guru dan siswa sendiri yang dapat dipercaya oleh peneliti. Dari data ini, peneliti mendapat
tambahan data guna
mengetahui bagaimana keadaan masing-masing tingkat kemampuan keluarga, seperti dengan mengetahui salah satu dari siswa yang masih
belum bisa seperti teman-teman yang lain dalam hal kelengkapan, sarana, khas yang sulit bayar, dan lain-lain. 5. Instrumen Pengumpulan Data a. Angket Untuk mendapatkan data yang terkait dengan variabel penelitian, peneliti menggunakan angket yang disusun berdasarkan definisi operasional dan indikatornya.
TABEL I Variabel penelitian dan alat pengumpulan data
Variabel
Definisi operasional
Indikator
Alat pengumpul
1. Pengetahuan orang tua
Persepsi
Angket
Pengetahuan dan tentang BOS
orang tua tanggapan orang tentang tua tentang BOS BOS
2. Tanggapan orang tua tentang BOS
Angket
1. Tinggi Tinggi rendahnya rendahnya kedudukan orang kedudukan tua mengenai orang tua
Angket
besarnya mengenai penghasilan, Tingkat
besarnya tingkat
ekonomi
penghasilan pemakaian
orang tua barang dan
2. Tingkat Angket
kekayaan yang
pemakaian
dimilikinya.
barang 3.Kekayaan
Angket
yang dimiliki 1. Kesanggupan Kesanggupan memberikan
Angket
orang tua Komitmen membiayai pendidikan anak
biaya memberikan pendidikan biaya dan sarana untuk
2. Memberikan
mendukung
sarana untuk
pendidikan anak
pendidikan anak
Angket
b. Penyusunan angket TABEL II Penyusunan Angket Jumlah Variabel
Butir
Indikator Butir 1. Pengetahuan orang tua
soal
4
1-4
4
5-8
3
9-11
2
12-13
6
14-19
Persepsi orang tentang BOS tua tentang BOS
2. Tanggapan orang tua tentang BOS 1. Tinggi rendahnya kedudukan orang tua mengenai besarnya
Tingkat ekonomi orang tua
penghasilan 2. Tingkat pemakaian barang 3. Kekayaan yang dimiliki
1.Kesanggupan memberikan biaya Komitmen
4
20-23
3
24-26
pendidikan
membiayai pendidikan
2.Kesanggupan memberikan sarana
anak
untuk mendukung pendidikan anak
6. Metode Analisis data 1. Analisis Pendahuluan Analisis ini untuk menghitung skor masing-masing variabel secara terpisah sehingga diketahui ciri-ciri masing-masing variabel penelitian, analisis ini menggunakan rumus prosentasi P=
F N
x 100 %
Keterangan P
= Prosentase perolehan
F
= Frekuensi mentah
N
= Jumlah total responden
2. Analisis Uji Hipotesis Analisis ini untuk mengetahui hipotesis rumusan masalah 1 dan 2. Untuk tujuan ini digunakan rumus Korelasi Parsial.
=
=
=
=
=
Keterangan : r
= Korelasi Parsial = Frekuensi variabel = Frekuensi variabel
y
= Frekuensi variabel y
N
= Jumlah responden
Kemudian untuk analisis hipotesis 3, menggunakan rumus “analisis regresi”, sebagai berikut :
= Keterangan : = Korelasi Regresi H. Sistematika Penulisan Skripsi Sistematika yang dipakai dalam penulisan skripsi ini adalah dimulai dari bab muka skripsi yang meliputi : halaman judul, nota pembimbing, halaman pengesahan, kata pengantar, motto, dan daftar isi. Selanjutnya bab isi atau batang tubuh skripsi meliputi : BAB I
: Pendahuluan Berisi latar belakang masalah, rumusan masalah, tujuan penelitian,
hipotesis
penelitian,
manfaat
penelitian,
definisi
operasional, metode penelitian, dan sistematika penulisan skripsi. BAB II : Landasan Teori Berisi pengertian tentang: A. Persepsi Orang Tua Tentang Bantuan Operasional Sekolah (BOS) 1.
Pengertian Persepsi
2.
Faktor-faktor yang Mempengaruhi Persepsi
3.
Pengertian Bantuan Operasional Sekolah (BOS)
4. Tujuan dan Sarana Pemberian Bantuan Operasional Sekolah (BOS) 5. (BOS)
Mekanisme Penyaluran Bantuan Operasional Sekolah
6.
Mekanisme Pemanfaatan Bantuan Operasional Sekolah
(BOS) 7. Persepsi OrangTua Tentang Bantuan Operasional Sekolah (BOS) B. Tingkat Ekonomi 1.
Pengertian Tingkat Ekonomi
2.
Pendapatan atau Penghasilan Orang Tua
3.
Kebutuhan atau Tingkat Pemakaian Barang Keluarga
4.
Pemilikan Kekayaan Atau Fasilitas
C. Komitmen Membiayai Pendidikan Anak BAB III : Laporan Hasil Penelitian Berisi tentang pembahasan kajian pustaka setiap variable, dan korelasi dari setiap variable tersebut. BAB IV : Analisis Data Dalam analisis data meliputi : a. Analisis Pendahuluan b. Analisis Uji Hipotesis c. Analisis Lanjutan BAB V : Kesimpulan, Saran dan Penutup Dalam bab ini meliputi : a. Kesimpulan b. Saran–saran c. Penutup
BAB II LANDASAN TEORI
A. Persepsi Orang Tua Tentang Bantuan Operasional Sekolah (BOS) 1. Pengertian Persepsi Menurut
Walgito
(2002:46),
“persepsi
merupakan
proses
pengorganisasian, penginterprestasian, terhadap stimulus yang diterima sehingga merupakan aktivitas integrated dalam diri individu”. Nina dan Fauzi(1999:71)
mengartikan
“persepsi
adalah
cara
kita
menginterpretasikan atau mengerti pesan yang telah diproses oleh sistem indrawi kita atau dengan kata lain persepsi adalah proses pemberian makna pada sensasi dengan melakukan persepsi manusia memperoleh pengetahuan baru”. Sedangkan menurut Rakhmat (2001:51) berpendapat bahwa “persepsi merupakan pengalaman tentang objek, peristiwa, pengalaman atau hubungan yang diperoleh dengan menyimpan informasi dan manafsirkan pesan”. Selanjutnya menurut Irwanto (1996:71), “persepsi adalah proses diterimanya rangsangan (objek, kualitas, hubungan antara gejala maupun peristiwa) sampai rangsangan itu disadari dan dimengerti”. Makna bahasa, “persepsi secara etimologi atau harfiah mempunyai arti tanggapan (penerimaan langsung dari sesuatu) dengan kata lain proses seseorang mengetahui beberapa hal melalui panca inderanya (Depdikbud, 1991:759). Sedang keterangan dalam kamus lengkap psikologi (1989:358)
"perception" (persepsi) diartikan sebagai proses mengetahui atau mengenali objek dan kejadian objektif dengan bantuan indera”. Persepsi merupakan proses yang didahului oleh penginderaan yaitu merupakan proses yang berwujud diterimanya stimulus oleh individu melalu alat reseptornya atau merupakan suatu proses penafsiran seseorang terhadap sesuatu yang dilihatnya dengan mengiterpretasikan kesan-kesan sensorinya
dalam
usahanya
memberikan
makna
tertentu
kepada
lingkungannya. Dan persepsi juga merupakan proses pengenalan terhadap sesuatu yang ada dan terjadi disekitarnya. Persepsi itu selalu dipengaruhi oleh kemampuan dan kematangan serta pengalaman seseorang. Jadi setiap persepsi orang tua akan berbeda terhadap objek yang sama. Perbedaan persepsi ini di pengaruhi oleh faktor pribadi. Seseorang memiliki pribadi masing-masing yang berbeda dari pribadi yang lain, sebagai bukti salah satu bentuk keunikan manusia, sehingga faktor pribadi ini mengakibatkan perbedaan persepsi terhadap rangsangan yang sama. Misalnya tidak bisa membedakan benda-benda yang berdekatan atau serupa dengan baik, dan kemampuan untuk membedakan-bedakan, mengelompokan, memfokuskan dan sebagainya, disebut sebagai persepsi. Sehingga secara definisi persepsi adalah mengenal sesuatu melalui alat indra, sehingga orang tua akan memperoleh pengertian dan pemahaman tentang dunia dan sekitarnya dengan jelas.
Menurut
pandangan Shalaluddin (1986:22), “mengemukakan
bahwa ada dua hal yang perlu diperhatikan yang berhubungan dengan persepsi, yaitu: “a. Bahwa persepsi terdiri dari berbagai penginderaan yang berlangsung bersamaan dan tidak terpisah satu dengan yang lain. b. Bahwa orang hanya mengadakan reaksi atau tanggapan atas dasar masalah tertentu. Anak hanya memilih sesuatu yang ingin diketahui dari sesuatu yang menarik perhatiannya”. Agar individu dapat menyadari, dapat mengadakan persepsi, ada beberapa syarat yang perlu dipenuhi yaitu: a. Adanya obyek yang dipersepsi Obyek yang menimbulkan stumulus yang mengenai alat indera b. Alat indera atau reseptor Adalah alat untuk menerima stimulus c. Untuk menyadari atau mengadakan persepsi diperlukan adanya perhatian, yang merupakan langkah utama persiapan dalam mengadakan persepsi (Walgito, 1977:54). Dari
beberapa
pengertian
dan
pembahasan
penulis
dapat
menyimpulkan, bahwa persespsi merupakan pengalaman seseorang melalui penglihatan untuk menilai objek dan memberikan makna stimulus indrawi.
2. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Persepsi Persepsi seseorang terhadap suatu objek tidak berdiri sendiri akan tetapi dipengaruhi oleh beberapa faktor baik berasal dari dalam ataupun dari luar dirinya. Setiap orang mempunyai persepsi yang berbeda terhadap objek yang sama dan faktor-faktor yang mempengaruhi persepsi, Menurut Sadli (1997:74) faktor-faktor tersebut diantaranya adalah : a. Faktor ciri-ciri khas dari obyek stimulus Yang terdiri antara lain dari nilai, arti, familiaritas dan intensitas. b. Faktor-faktor pribadi Termasuk didalamnya ciri khas individu seperti; taraf kecerdasan, minat, emosionalias dan sebagainya. c. Faktor pengaruh kelompok Yaitu respon orang lain dapat memberi arah ke suatu tingkah laku conform. d. Faktor perbedaan latar belakang kultur Ada tiga variabel sosial yang sangat berpengaruh terhadap persepsi seseorang. 1) Funcional Salience; artinya obyek yang fungsional adalah berbedabeda bagi setiap lingkungan, sesuai dengan banyak dan ragamnya fungsi. 2) Familiaritas; orang dalam suatu lingkungan budaya mempunyai pengalaman dengan hasil-hasil budayanya yang mungkin sekali tindak dikenal didalam kebuyaan lain.
3) Sistem komunikasi; dihubungkan dengan kekayaan perbendaharaan kata yang sebaliknya dianggap mempengaruhi persepsi seseorang. Berdasarkan pemaparan faktor-faktor yang mempengaruhi di atas dapat dikatakan bahwa persepsi itu banyak dipengaruhi oleh beberapa hal yang telah disebutkan di atas. Sebab diyakini bahwa persepsi seseorang sangat berpengaruh pada perilakunya. Dan perilaku tersebut akan berpengaruh pada motivasinya. 3. Pengertian Bantuan Operasional Sekolah (BOS) Dalam buku Departemen Pendidikan Nasional dan Departemen Agama (2005:1), “Bantuan operasional sekolah merupakan program pemerintah di bidang pendidikan dalam rangka meningkatkan perluasan dan pemerataan pendidikan terutama dalam penuntasan wajib belajar Pendidikan Dasar 9 tahun”. Program ini oleh pemerintah diakui sebagai subsidi pendidikan dari sebuah kondisi yang tak bisa dihindari, yakni naiknya harga BBM. Hal ini disebabkan proses belajar mengajar di lembaga-lembaga pendidikan memang membutuhkan biaya yang besar. Terkadang biaya operasional yang dibutuhkan jauh melebihi pendapatan yang ada. Dan untuk menyeimbangkan hal tersebut maka satu-satunya jalan adalah membebani orang tua murid, sebab pihak ini dinilai yang paling berkompeten untuk bisa mensukseskan proses belajar mengajar dalam segi pendanaan. Hal ini menjadi wajar, sebab sistem pendidikan yang berjalan saat ini sudah mengarah pada komersialisasi. Lembaga sekolah sebagai
penyedia jasa dan orang tua murid sebagai konsumen. Bila ingin mendapatkan pelajaran pendidikan bagus, maka menjadi wajar bila biaya yang harus dikeluarkan menjadi mahal. Sementara itu, lembaga-lembaga sekolah yang masih dalam tanggung jawab pemerintah saja terkadang juga lemah kondisinya. Jangankan untuk mengembangkan layanan pendidikan, untuk sekedar bertahan saja mereka kesulitan. Lembaga-lembaga pendidikan yang mengalami nasib tragis ini sering terjadi di pelosokpelosok desa yang jauh dari akses informasi, akses kebijakan yang notabene berpusat di Ibu kota, baik Kabupaten/Kota, Propinsi dan ibukota negara (Media Sipil, 2005:11). Sehubungan dengan masalah-masalah tersebut, maka pemerintah memprogramkan
pemberian
bantuan
operasional
sekolah
bagi
SD/MI/SDLB/SMP/MTs/SMPLB Negeri/Swasta dan Pesantren Salafiyah serta sekolah keagamaan non Islam setara SD dan SMP yang menyelenggarakan program wajib belajar 9 tahun. Melalui Bantuan Operasional Sekolah tersebut, peserta didik tingkat pendidikan dasar akan dibebaskan dari beban biaya proses pembelajaran di sekolah. Bantuan Operasional Sekolah yang langsung dikelola oleh sekolah meliputi biaya untuk pendaftaran, iuran bulanan sekolah, biaya ujian, bahan dan biaya praktek (Depdiknas dan Depag, 2005:3). Dari kebijakan itulah, pemerintah berusaha dan berharap akan kemakmuran atau kemajuan pendidikan di Negara Indonesia ini. Karena pendidikan adalah tiang pengangkat sosok-sosok penerus bangsa untuk
mengharumkan nama negara ini. Dan dari pendidikan itu pulalah, diharapkan akan mencetak kader-kader bangsa yang maju sebagai stimulus buatan guna mengangkat derajat bangsa ini di mata bangsa-bangsa lainnya. 4. Tujuan dan Sasaran Pemberian Bantuan Operasional Sekolah Dalam buku Petunjuk Pelaksanaan Bantuan Operasional Sekolah dijelaskan bahwa: “program Bantuan Operasional Sekolah (BOS) bertujuan untuk memberikan bantuan kepada sekolah dalam rangka membebaskan iuran siswa, tetapi sekolah tetap dapat mempertahankan mutu pelayanan pendidikan kepada masyarakat” (Depdiknas, 2005:3-4). Dari penjelasan di atas jelaslah bahwa melalui Program Bantuan Operasional Sekolah yang dikucurkan oleh pemerintah, peserta didik tingkat pendidikan dasar (SD/MI dan MTs/SMP serta satuan pendidikan yang sederajat) akan dibebaskan dari biaya operasional sekolah. Bantuan Operasional Sekolah yang langsung dikelola oleh sekolah meliputi biaya untuk pendaftaran, iuran bulanan sekolah, biaya ujian, bahan dan biaya praktek biaya tersebut di atas tidak termasuk biaya investasi seperti penyediaan sarana dan prasarana sekolah, gaji dan tenaga kependidikan lainnya. Akan tetapi himbauan pemerintah kepada pihak sekolah untuk tidak memungut biaya atau sumbangan kepada siswa ternyata sama sekali tidak manjur. Hampir tidak ada sekolah yang mematuhi himbauan ini secara penuh. Memang pada sekolah-sekolah tertentu tidak membebani
siswa dengan menarik uang sumbangan atau pungutan. Itupun tidak berarti mereka membebaskan semua biaya pendidikan bagi siswanya (Media Sipil, 2005:6). Dan pula sudah tak asing lagi uang Bantuan Operasional Sekolah (BOS) masuk kedalam masing-masing saku dari pihak-pihak yang menginginkan atau pihak yang tidak bertanggung jawab. Dilihat dari pengocoran dana BOS, Anggaran negara tidak sedikit terkuras guna menjalankan program BOS tersebut, agar seluruh elemen pendidikan dapat terbenahi dengan bagus Kualitasnya. Sasaran program BOS adalah semua sekolah setingkat SD dan SMP, baik negeri maupun swasta di seluruh propinsi di Indonesia. Program Kejar Paket A, Paket B, dan SMP Terbuka tidak termasuk sasaran dari PKPS-BBM Bidang Pendidikan, karena hampir semua komponen dari ketiga program tersebut telah dibiayai pemerintah. Selain daripada itu, Madrasah Diniyah juga tidak termasuk berhak memperoleh BOS, karena siswanya telah terdaftar di sekolah regular yang telah menerima BOS. 5. Mekanisme Penyaluran Bantuan Operasional Sekolah (BOS) a. Mekanisme Pengalokasian Departemen Pendidikan Nasional dan Departemen Agama, (2005) memberikan keterangan pengalokasian, alur, penyaluran, dan syarat yang bersangkutan dengan BOS. pengalokasian jumlah sekolah penerima BOS dilaksanakan sebagai berikut:
1) Tim (Program Kompensensasi Pengurangan Subsidi-Bahan Bakar Minyak) PKPS–BBM pusat mengumpulkan data jumlah siswa per sekolah melalui Tim PKPS–BBM propinsi dan Kabupaten/Kota, kemudian menetapkan alokasi BOS pada tiap propinsi. 2) Setelah itu Tim PKPS–BBM pusat membuat draff alokasi dana BOS tiap kabupaten/kota dan mengirimkannya kepada tim PKPS propinsi dan tim kabupaten/kota untuk diverikasi dengan melampirkan data jumlah siswa tiap sekolah di kabupaten/kota tersebut sebagai bahan dalam menetapkan alokasi di tiap sekolah 3) Tim PKPS–BBM kabupaten/kota menetapkan sekolah yang bersedia menerima BOS melalui Surat Keputusan (SK) yang ditandatangani oleh Kepala Dinas Pendidikan Kabupaten/Kota, Kepala Kandepag kabupaten/Kota, dan Dewan Pendidikan dengan dilampiri daftar nama sekolah dan besar dana bantuan yang diterima. Sekolah yang bersedia menerima BOS menandatangani Surat Perjanjian Pemberian Bantuan (SPPB). 4) Tim PKPS–BBM Kabupaten/Kota mengirimkan SK alokasi BOS ke tim PKPS–BBM propinsi, tembusan kepada tim PKPS–BBM pusat, dengan melampirkan daftar sekolah-sekolah yang berhak menerima BOS. b. Mekanisme Penyaluran Dana BOS 1) Dana BOS disalurkan oleh pemerintah sekaligus dalam satu tahap.
2) Penyaluran dana dilaksanakan oleh Tim PKPS-BBM Tingkat propinsi melalui PT. Pos/Bank Pemerintah, dengan tahap-tahap sebagai berikut: a) Tim PKPS-BBM Propinsi mengajukan Surat Permohonan Pembayaran Langsung (SPP-LS) dana BOS kepada Dinas Pendidikan Propinsi. b) Kemudian Dinas Pendidikan Propinsi setelah melakukan verifikasi atas SPP-LS dimaksud guna menerbitkan Surat Perintah Membayar Langsung (SPM-LS). c) Dinas Pendidikan Propinsi selanjutnya mengirimkan SPM-LS ditujukan kepada KPPN Propinsi d) KPPN Propinsi melakukan verifikasi terhadap SPM-LS selanjutnya menerbitkan SP2D yang membebani rekening Kas Negara. e) Selanjutnya BOS disalurkan ke sekolah yang sudah ditentukan melalui Kantor Pos/Bank Pemerintah yang ditunjuk sesuai dengan Perjanjian Kerjasama antara Dinas Pendidikan Propinsi dengan Lembaga Penyalur (Pos/Bank).
Gambar 1 Mekanisme Penyaluran Dana Dana BOS menerbitkan SPM
DINAS PENDIDIKAN PROPINSI Mengajukan SPP
KPPN BANK PROPINS KPPN I Penyaluran dana
SATKER PKPSBBM PROPINSI
REKENING SATKER PROPINSI DI LEMBAGA PENYALUR REKENIN (Depdiknas dan Depag, 2005:13) G SEKOLAH Apabila BOS yang telah dikirim belum diambil oleh sekolah sampai dengan batas waktu yang ditetapkan, maka Kantor Pos/Bank bersangkutan akan Mengembalikan dana tersebut ke Kas Negara. c. Syarat penyaluran dana BOS Dana BOS dikeluarkan kepada pihak sekolahan bersangkutan yang telah ditentukan dengan beberapa syarat: 1) Bagi sekolah yang belum mempunyai rekening rutin sekolah harus membuka nomor rekening baru atas nama lembaga. 2) Sekolah mengirimkan nomor rekening yang dimiliki tersebut kepada Tim PKPS–BBM Kabupaten/Kota. 3) Tim PKPS–BBM Kabupaten/Kota melakukan verifikasi dan mengkompilasi nomor rekening sekolah yang bisa digunakan untuk menerima pengiriman dana BOS, selanjutnya dikirim kepada Tim PKPS–BBM propinsi. (Depdiknas dan Depag, 2005:12). d. Pengambilan Dana BOS Syarat pengambilan dana BOS adalah:
1) Tim PKPS–BBM propinsi menyerahkan data rekening sekolah penerima BOS dan besar dana yang harus disalurkan kepada kantor Pos/Bank pemerintah yang ditunjuk sebagai penyalur dana BOS. 2) Selanjutnya
kantor
POS/Bank
pemerintah
yang
ditunjuk
mentransfer dana BOS ke setiap rekening sekolah dan masuk dalam pos penerimaan di dalam RAPBS. 3) Pengambilan dana BOS dilakukan oleh Kepala Sekolah dengan diketahui oleh ketua Komite Sekolah dan dapat dilakukan sewaktuwaktu sesuai kebutuhan dengan syarat menyisakan saldo minimum sesuai peraturan berlaku. Saldo minimum yang harus disisakan bukan termasuk pemotongan. (Depdiknas dan Depag, 2005:14) 6. Mekanisme Pemanfaatan Bantuan Operasional Sekolah (BOS) Penggunaan dana BOS di sekolah dan madrasah harus didasarkan pada kesepakatan dan keputusan bersama antara Kepala Sekolah/Dewan Guru dengan Komite Sekolah/Madrasah yang harus didaftar sebagai salah satu sumber penerimaan dalam RAPBS, di samping dana yang diperlukan dari Pemda atau sumber lain. Khusus untuk pesantren salafiyah penggunaan BOS didasarkan pada kesepakatan dan keputusan bersama antara penanggung jawab program dengan pengasuh pondok pesantren. Sadar akan dana BOS yang dikeluarkan oleh pemerintah sangat besar sekali, maka dari itu pihak-pihak penerima dana BOS harus menggunakannya sesuai dengan fungsi. Dalam hal ini, Depdiknas dan Depag (2005:14-15) menerangkan bahwa fungsi BOS adalah:
a. Uang formulir pendaftaran b. Buku pelajaran pokok dan buku-buku penunjang perpustakaan sekolah c. Biaya peningkatan mutu guru (MGMP, MKS, pelatihan, dll ) d. Ujian sekolah, ulangan harian, dan ulangan lainnya e. Membeli bahan-bahan habis pakai, misalnya bahan praktikum f. Membayar biaya perawatan ringan sarana prasarana sekolah g. Membayar daya dan jasa guna perawatan sekolah h. Membayar honorarium guru dan tenaga kependidikan honorer i. Membiayai kegiatan kesiswaan (remidial, pengayaan, ekstrakurikuler) j. Memberi bantuan siswa miskin untuk biaya transportasi k. Khusus untuk salafiyah dan sekolah keagamaan non Islam, dana BOS diperkenankan untuk biaya pembangunan gedung asrama / pondokan dan membeli peralatan ibadah (Depdiknas dan Depag, 2005:14-15). 7. Persepsi Orang Tua Tentang Bantuan Operasional Sekolah (BOS). Dalam kehidupan pendidikan sehari-hari peran orang tua sangat besar dalam kemajuan pendidikan keseluruhan. Dalam hal ini terdapat pertanyaan siapakah yang paling berhak mendukung berlangsungnya pendidikan anak?. Dan siapakah yang paling berhak menerima BOS dari anggaran negara?. Pertanyaan itu semua menimbulkan beberapa persepsi
dari masing-masing orang tua yang berbeda opini mereka. Misalnya pandangan orang tua yang berpendidikan mungkin akan berbeda dengan mereka yang tidak berpendidikan, seseorang yang memiliki kekayaan yang melimpah mungkin akan berbeda dengan mereka yang memiliki kekayaan dibawah standar kesejahteraan umum. Menyadari akan adanya hal tersebut kiranya analisa persepsi orang tua terhadap penyelenggaraan Bantuan Operasional Sekolah (BOS) tersebut adalah perlu dilihat. Apalagi dalam masa sekarang ini, biaya pendidikan sekolah anak dalam proses belajar mengajar sanagtlah tinggi. Kepedulian orang tua sangat dibutuhkan dalam merumuskan program pendidikan. Maka dari itu penulis mencoba mengumpulkan data perserpsi orang tua tentang BOS sebagai pengacu, pendukung,
pemantauan
kemajuan pendidikan. Sesuai dengan penjabaran setiap pengertian di atas, dapat dijelaskan bahwa persepsi orang tua tentang BOS adalah Pengetahuan dan tanggapan orang tua tentang Bantuan Operasional Sekolah (BOS). Baik positif atau negatif persepsi tersebut. B. Tingkat Ekonomi 1. Pengertian Tingkat Ekonomi Ekonomi berarti setiap
sistem hubungan-hubungan yang
menentukan alokasi sumber-sumber daya yang terbatas atau yang langka (Soekanto, 1983).
Menurut Mardan dkk (1994:1), “ilmu ekonomi adalah ilmu yang mempelajari bagaimana usaha-usaha yang dilakukan oleh manusia untuk dapat memenuhi berbagai macam kebutuhan hidup yang tidak terbatas dihadapkan pada alat pemuas kebutuhan yang terbatas guna mencapai kemakmuran”. Sedangkan tingkat ekonomi setiap orang itu berbeda-beda dan bertingkat, ada yang keadaan sosial ekonominya tinggi, sedang, dan rendah. Dalam penelitian ini yang dimaksud dengan tingkat ekonomi adalah tinggi rendahnya kedudukan orang tua mengenai besarnya penghasilan, tingkat pemakaian barang, dan kekayaan yang dimiliki. Di bawah ini adalah dalil yang berkaitan dengan masalah perekonomian. Dalam Al-Qurían Surat Al-Baqarah Ayat 275 berbunyi:
Artinya: “Orang-orang yang Makan (mengambil) riba tidak dapat berdiri melainkan seperti berdirinya orang yang kemasukan syaitan lantaran (tekanan) penyakit gila. Keadaan mereka yang demikian itu, adalah disebabkan mereka berkata (berpendapat), Sesungguhnya jual beli itu sama dengan riba, Padahal Allah telah menghalalkan jual beli dan mengharamkan riba. orang-orang yang telah sampai kepadanya larangan dari Tuhannya, lalu terus berhenti (dari mengambil riba), Maka baginya apa yang telah diambilnya dahulu[176] (sebelum datang larangan); dan urusannya (terserah) kepada Allah. orang yang kembali (mengambil riba),
Maka orang itu adalah penghuni-penghuni neraka; mereka kekal di dalamnya”. Dalam kehidupan manusia, banyak dari masyarakat melihat tingkat ekonomi dan penghasilan tinggilah yang dapat memberi kebahagiaan bagi
anggota keluarga. Seperti pernyataan dari Pidarta
(1997:233) di bawah ini: Menurut Pidarta bahwa, pada umumnya orang mengatakan kehidupan seseorang meningkat atau menurun selalu dikaitkan dengan perekonomian orang tersebut. Meningkat atau menurunnya kehidupan dimulai dari rumah yang dimiliki, jenis kendaraan yang dipakai, perhiasan atau macam pakaian yang biasa dipakai, menu makanan sehari-hari, dan gaya hidup. Jarang sekali orang mengkaitkan naik turunya kehidupan dengan tingkat kedamaian hati. Kebahagiaan keluarga, kejujuran, atau kesucian hidup seseorang, padahal kondisi batin manusia yang merupakan suatu kehidupan. Jadi dapat disimpulkan bahwa, kehidupan manusia itu meningkat atau menurun selalu dikaitkan dengan perekonomian. Di mana hanya dilihat dari segi harta kekayaan yang dipunya bukan dilihat dari kedamaian hati. Menurut penulis kehidupan seseorang menurun atau
meningkat
tidak hanya dilihat dari harta kekayaan yang dimiliki. Akan tetapi faktor utamanya dari kedamaian atau ketentraman dalam kehidupan keluarga khususnya dan kehidupan masyarakat pada umumnya. Oleh karena itu terdapat beberapa faktor yang mempengaruhi tingkat kesejahteraan hidup. 2. Pendapatan Atau Penghasilan Orangtua Pendapatan adalah semua penerimaan baik tunai maupun bukan tunai yang merupakan hasil dari penjualan barang atau jasa dalam jangka waktu tertentu (Tim Penyusun Kamus Perbankan Indonesia, 1980:99).
Menurut
Sumardi
(1982:323),
“pendapatan
adalah
jumlah
penghasilan riil seluruh anggota keluarga yang disumbangkan untuk memenuhi kebutuhan bersama maupun perseorangan dalam keluarga”. Sedangkan menurut Mulyanto dan Hans-Dieter Evers (1986:9293) dinyatakan bahwa pendapatan dibagi menjadi dua, yaitu: a. Pendapatan berupa uang adalah segala penghasilan dari pada uang yang sifatnya reguler dan yang diterima biasanya sebagai balas jasa atau kontra prestasi sumber-sumber yang utama adalah gaji dan upah serta lain-lain balas jasa serupa dari majikan; pendapatan bersih dari usaha sendiri dan pekerjaan bebas, pendapatan dari penjualan barang yang dipelihara di halaman rumah, hasil investasi seperti bunga modal, tanah, uang pensiunan, jaminan sosial serta keuntungan sosial. b. Sedangkan
pendapatan
berupa
barang
adalah
segala
penghasilan yang sifatnya reguler dan biasa, akan tetapi tidak selalu berbentuk balas jasa dan diterimakan dalam bentuk barang atau jasa. Misalnya penjualan barang-barang yang dipakai, pinjaman uang, hasil undian, warisan, penagihan piutang, kiriman uang, menang judi. Oleh karena itu pendapatan seseorang dapat dibagi menjadi dua yaitu, Pendapatan berupa gaji atau upah yang diperoleh dari usaha seseorang, serta pendapatan yang diperoleh dari penjualan barang atau
jasa, seperti perolehan dari warisan, utang piutang, menang undian dan sebagainya. Dari beberapa pengertian di atas dapat disimpulkan bahwa pendapatan adalah semua penghasilan yang diperoleh dari pihak lain sebagai balas jasa yang diberikannya dimana penghasilannya tersebut digunakan untuk memenuhi kebutuhan keluarga atau perseorangan. Pendapatan adalah dasar dari penghidupan. Besarnya pendapatan akan memenuhi jumlah kebutuhan yang hendak dipuaskan. Sejumlah kebutuhan yang dipuaskan merupakan pola konsumsi yang telah berhasil dicapai akan menentukan tingkat hidup. Penghasilan orang tua diperoleh dari berbagai jenis lapangan pekerjaan dan pencarian pekerjaan yang selalu dilakukan dalam rangka pemenuhan kebutuhan keluarganya. Sebagaimana firman Allah SWT dalam Al-Qur'an surat Al-Maaidah ayat 88 sebagai berikut:
Artinya: “Dan makanlah makanan yang halal lagi baik dari apa yang Allah telah rezekikan kepadamu, dan bertakwalah kepada Allah yang kamu beriman kepada-Nya”. Menurut Aristoteles dalam Ahmadi (1997: 204) golongan ekonomi keluarga dan masyarakat suatu negara dibedakan menjadi 3 (tiga), yaitu: a. Mereka yang kaya sekali (golongan sosial ekonomi tinggi)
b. Mereka yang berada di tengah (Golongan sosial ekonomi menengah) c. Mereka yang melarat atau miskin (Golongan sosial ekonomi rendah). Berdasarkan golongan tersebut dapat diketahui bahwa sejak dahulu sampai sekarang sudah diakui adanya tingkatan-tingkatan golongan ekonomi masyarakat
yang berdasarkan pada tingkat pendapatan,
kepemilikan sesuatu yang perlu dihargai baik yang berupa uang, bendabenda
yang
bernilai ekonomis,
tanah,
kekuasaan ataupun ilmu
pengetahuan (tingkat pendidikan). Antara tingkat pendapatan seseorang dengan tingkat pendidikan mempunyai keterkaitan yang erat, tingkat pendidikan yang tinggi memerlukan dana yang memadai. Meskipun demikian tidak menutup kemugkinan adanya seorang yang berhasil dalam pendidikannya berlatar belakang ekonomi yang rendah. Dalam penelitian ini yang dimaksudkan dengan pendapatan orang tua adalah penghasilan berupa uang yang diterima sebagai balas jasa dari kegiatan baik dari gaji atau upah dan penjualan barang atau jasa selama satu bulan dalam satuan rupiah. Besar kecilnya pendapatan yang diterima oleh setiap penduduk akan berbeda antara yang satu dengan yang lain, karena dipengaruhi keadaan penduduk sendiri dalam melakukan berbagai kegiatan sehari-hari.
Dalam penelitian ini pendapatan yang diterima penduduk dapat digolongkan berdasarkan 4 golongan yaitu: a. Golongan penduduk berpendapatan rendah, yaitu penduduk yang berpendapatan
berpendapatan
rata-rata
antara
Rp.
500.000,00-
Rp.750.000,00 perbulan. c. Golongan penduduk berpendapat tinggi, yaitu penduduk yang berpendapatan rata-rata antara Rp.750.000,00-Rp.1.000.000,00 perbulan. d. Golongan penduduk penduduk
berpendapatan sangat
tinggi yaitu
dengan pendapatan rata-rata >Rp.1.000.000,00
perbulan. 3. Kebutuhan Atau Tingkat Pemakaian Barang Keluarga Seacara
alamiah
manusia
tidak
dapat
dipisahkan
dari
kebutuhannya. Kebutuhan manusia tidak terbatas baik jumlah maupun jenisnya, tingkat pemakaian barang. Semakin tinggi taraf hidup (kemampuan ekonomi) seseorang semakin tinggi pula kemampuan yang digunakan untuk memenuhi kebutuhannya. Segala hal yang diuraikan diatas juga berlaku bagi orangtua atau kelurga. Orangtua atau keluarga dikatakan sejahtera apabila di dalam keluarga tersebut terpenuhi semua kebutuhannya, keselamatannya, ketenteramannya, dan kemakmurannya
baik lahir maupun batin. Kesejahteraan batin pencapaiannya harus dengan memenuhi kebutuhan-kebutuhan yang bersifat rohaniah (spiritual) antara lain kebutuhan akan pendidikan. Sehingga semakin tinggi tingkat ekonomi orangtua atau keluarga akan semakin tinggi pula tingkat pendidikan yang ingin diraih. Kalau kondisi ini dapat dirasakan oleh anak dan anak mendapatkan bimbingan yang benar maka akan dapat menimbulkan motivasi bersekolah pada anak sampai jenjang yang tertinggi. Menurut Maslow, kebutuhan hidup manusia dikelompokan menjadi: a. Kebutuhan jasmaniah, seperti: makan, minum, istirahat, seksual b. Kebutuhan keamanan (rasa aman), seperti: ingin sehat, ingin terhindar dari bahaya, ingin menghilangkan kecemasan dan lain-lain. c. Kebutuhan untuk memiliki dan dicintai, seperti ingin berteman, angin berkeluarga, ingin masuk dalam suatu kelompok dan lain-lain. d. Kebutuhan akan penghargaan diri (harga diri), seperti: ingin dihargai, dipercaya, dihormati oleh orang lain dan lain-lain. e. Kebutuhan untuk aktualisasi diri, yaitu keinginan untuk mengembangkan potensi diri, bakat keterampilan f. Kebutuhan untuk tahu dan mengerti, seperti: mencari ilmu yang lebih tinggi yang didorong oleh rasa ingin tahu.
g. Kebutuhan estetis, yaitu kebutuhan untuk mengungkapkan rasa seni dan keindahan (Darsono, 2000:101-102). Dari beberapa pengertian diatas dapat diambil kesimpulan bahwa tingkat ekonomi orangtua adalah suatu keadaan tinggi rendahnya ekonomi yang menyangkut tentang kedudukan dan prestise seseorang atau keluarga dalam masyarakat serta usaha untuk menciptakan barang dan jasa, demi terpenuhinya kebutuhan baik jasmani maupun rohani. 4. Pemilikan Kekayaan Atau Fasilitas. Pemilikan kekayaan atau fasilitas adalah kekayaan dalam bentuk barang-barang dimana masih bermanfaat dalam menunjang kehidupan ekonominya. Fasilitas atau kekayaan itu antara lain: a. Barang-barang berharga Menurut Abdulsyani (1994), bahwa pemilikan kekayaan yang bernilai ekonomis dalam berbagai bentuk dan
ukuran seperti
perhiasan, televisi, kulkas dan lain-lain dapat menunjukkan adanya pelapisan dalam masyarakat. Dalam penelitian ini barang-barang dapat menunjukkan keadaan ekonomi seseorang. Barang-barang yang berharga tersebut antara lain tanah, sawah, rumah dan lain-lain. Barang-barang tersebut bisa digunakan untuk membiayai pendidikan anak. Semakin banyak kepemilikan harta yang bernilai ekonomi dimiliki orang tua maka akan semakin luas kesempatan orang tua untuk dapat menyekolahkan anak-
anaknya, dan orang tua dapat mencukupi semua fasilitas belajar anak, sehingga dapat memotivasi anak untuk berprestasi.
b. Jenis-jenis kendaraan pribadi. Kendaraan pribadi dapat digunakan sebagai alat ukur tinggi rendahnya tingkat ekonomi orang tua. Misalnya: orang yang mempunyai mobil akan merasa lebih tinggi tingkat ekonominya dari pada orang yang mempunyai sepeda motor. c. Jenis tempat tinggal. Menurut Kaare Svalastoga dalam Aryana untuk mengukur tingkat sosial ekonomi seseorang dari rumahnya, dapat dilihat dari: 1) Status rumah yang ditempati, bisa rumah sendiri, rumah dinas, menyewa, menumpang pada saudara atau orang lain. 2) Kondisi fisik bangunan, dapat berupa rumah permanen, kayu
dan
bambu.
Keluarga
yang
keadaan
sosial
ekonominya tinggi, pada umumnya menempati rumah permanent, sedangkan keluarga yang keadaan sosial ekonominya
menengah kebawah menggunakan semi
permanen atau tidak permanen. 3) Besarnya rumah yang ditempati, semakin luas rumah yang ditempati pada umunya semakin tinggi tingkat sosial ekonominya. Rumah dapat mewujudkan suatu tingkat sosial ekonomi bagi keluarga yang menempati. Apabila rumah tersebut berbeda dalam hal ukuran dan kualitas rumah. Rumah yang dengan ukuran besar, permanen
dan milik pribadi dapat menunjukkan bahwa kondisi sosial ekonominya tinggi berbeda dengan rumah yang keil, semi permanen dan menyewa menunjukkan bahwa kondisi sosial ekonominya rendah. C. Komitmen Membiayai Pendidikan Anak Setiap manusia bagaimanapun latar belakang kehidupannya, pasti akan merasa khawatir meninggalkan keturunan yang lemah. Kelompok masyarakat yang menyebut dirinya modern, merasa bahwa mereka dapat mempersiapkan generasi yang baik dan produktif hanya dengan memenuhi kebutuhan sandang, pangan dan papan dilengkapi dengan mainan, pemeliharaan kesehatan dan pendidikan yang mereka katakan modern. Akan tetapi kenyataannya banyak anak-anak yang butuh akan kehadiran kasih sayang perhatian oleh orang tua mereka. Sesuai dalam firman Allah SWT surat AnNisaa’ Ayat 9: Artinya: “Dan hendaklah takut kepada Allah orang-orang yang seandainya meninggalkan dibelakang mereka anak-anak yang lemah, yang mereka khawatir terhadap (kesejahteraan) mereka. oleh sebab itu hendaklah mereka bertakwa kepada Allah dan hendaklah mereka mengucapkan perkataan yang benar”. Tidak jauh dari perkembangan dunia pendidikan saat ini, semua itu didukung atas komitmen orang tua dalam memperhatikan kemajuan
pendidikan anak-anak mereka. Dari segi kesejahteraan, kesiapan, kelengkapan sarana dan prasarana menjadi suatu hal yang sangat mempengaruhi kemajuan pendidikan anak-anak. 1. Pengertian Banyak sekali terdapak makna dari komitmen, commitmen mempunyai arti janji, tanggung jawab (poerwadarminta, 2003:608). Dari tulisan Blog oleh jenny: “Komitmen adalah sesuatu yang membuat seseorang membulatkan hati dan tekad demi mencapai sebuah tujuan, sekalipun ia belum dapat mengetahui hasil akhir dari tujuan tersebut. Berjerih payah dan berkorban demi menyelesaikan tujuannya, sekalipun semua orang meninggalkannya. Komitmen adalah sesuatu yang membuat seseorang memikul resiko dan konsekuensi dari keputusannya tanpa mengeluh, dan menjalaninya dengan penuh rasa syukur sebagai bagian dari kehidupan yang terus berproses”. Komitmen membiayai pendidikan anak berarti mempunyai rasa tanggung jawab dan semangat terhadap anaknya yang berkaitan dengan kepentingan/kebutuhan sekolah anak. Anak didik yang ada di bangku pendidikan adalah anak didik yang telah melewati masa kanak-kanak dan telah masuk kemasa remaja dengan ciri dan masalahnya (Darajat, 1994:87). Komitmen yang tertanam dalam jiwa masing-masing orang tua dalam membiayai pendidikan anak termasuk sebuah tanggung jawab yang secara sadar atau tidak, terbgangun otomatis dan mengikat serta membebankan mereka. Karena pendidikan adalah modal pertama untuk anak meyongsong masa depan yang gemilang.
Dalam komitmen membiayai pendidikan anak, tidak bisa jauh dari tingkat ekonomi orang tua. Orang tua yang tergolong dalam tingkat ekonomi rendah,
mereka dalam mendukung dan memperhatikan
pendidikan anak seakan habis terkuras oleh waktunya guna mencari pelengkap kebutuhan keluarga. Namun dalam jiwa mereka, terdapat semangat yang menggelora untuk bisa terus membiayai pendidikan anak mereka, dengan menaruh besar harapan kepada anak mereka kelak dapat mengangkat kondisi ekonomi keluarga. Orang tua yang tergolong dalam tingkat ekonomi sedang, kebanyakan dari mereka lebih mempunyai komitmen membiayai dan memperhatikan pendidikan anak. Dari waktu mereka yang relatif masih memiliki waktu senggang untuk membimbing, mengarahkan serta memberikan sarana cukup buat mendukung keberhasilan pendidikan anak. Berbeda dari orang tua dengan kondisi ekonomi yang masuk dalam tingkat tinggi atau melimpah. Orang tua yang masuk dalam kondisi ini, mempunyai waktu yang umumnya terbuang pula dalam pekerjaan. Namun untuk komitmen mereka dalam pendidikan anak masih tergolong tinggi. Karena bisa memberikan sarana prasarana pandukung pendidikan anak. Semisal dengan memasukkan anak dalam sekolah yang favorit, memberikan les mata pelajaran diluar jam sekolah, dan buku serta alat yang mendukung kemajuan pendidikan anak. Namun hubungan fundamental seperti dalam memperoleh nafkah hidupnya yang memadai, orangtua mencurahkan perhatian yang lebih
mendalam kepada pendidikan anaknya, apabila mereka tidak disulitkan perkara memenuhi kebutuhan primer kehidupan manusia. Tentulah status sosial ekonomi tidak merupakan faktor mutlak dalam pendidikan, sebab ini juga tergantung kepada sikap orangtua dalam upaya mendidik anak. Sebagian besar anak tidak melanjutkan sekolah karena kondisi ekonomi orangtua tidak mampu dan kemudian disusul persepsi orangtua tentang pendidikan dan kaitannya dengan pekerjaan. Banyak orangtua menganggap bahwa pendidikan tidak bermakna jika anaknya tidak mendapat pekerjaan pegawai negeri dan swasta. Tidak semua orangtua mengambil keputusan dan sikap menganggap bahwa pendidikan tidak penting, sudah cukup banyak orang yang kehidupannya biasa saja bahkan pekerjaannya sebagai pedagang, buruh anaknya berpendidikan tinggi. Komitmen orangtua dalam membiayai pendidikan anaknya tentu tidak hanya diberikan sebatas pendidikan saja atau diberikan uang yang cukup, tapi juga dengan pengasuhan dari orangtua, dengan memberi perhatian kasih sayang, kepedulian dan dukungan dari anggota keluarga. Ada beberapa orangtua seperti yang telah dijelaskan di atas, yang hanya memberikan anak berupa materi saja, mungkin karena kesibukan mereka bekerja untuk mencari nafkah. Hal ini tergantung dari masingmasing komitmen orangtua dalam mendidik anak, semua akan berjalan dengan baik apabila orangtua mampu membagi waktu, dalam mendidik serta memberi pendidikan dan perhatian yang cukup bagi anak.
Maka dari itu, kesadaran anugrah tanggungjawab yang lahir secara alami yaitu komitmen membiayai dan memperhatikan anak haruslah dibangunkan setinggi-tingginya guna menyongsong masa depan anak dan lingkungannya yang lebih baik.
BAB III LAPORAN HASIL PENELITIAN
A. Keadaan Umum MTs Negeri Salatiga 1. Identitas Madrasah Nama Madrasah
: MTs Negeri Salatiga
No. Statistik Madrasah
: 21.1.33.73.01.001
Alamat
: Jl. Tegalrejo 1 Salatiga Telp. (0298) 323950
Tahun Berdiri
: 1978
Tahun Penegerian
: 1978
Nama Kepala Madrasah
: Drs. H. ASRONI,M.Ag Tmt (sejak) 1 Mei 2005
2. Sejarah Singkat Madrasah Dengan adanya Keputusan Menteri Agama RI tanggal 16 Maret 1978 nomor: 16 th. 1978 tentang Susunan Organisasi dan Tata Kerja Madrasah Tsanawiyah Negeri, maka sejak Tahun Pelajaran 1978/1979 tepatnya tanggal 1 Januari 1978 PGAN 6 Th Salatiga diubah menjadi: a. MTs N Salatiga, dengan siswa kelas I, II, III PGAN 6 Th. b. PGAN Salatiga dengan siswa kelas IV, V, VI PGAN 6 Th. Pada saat awal perubahan tersebut hingga tanggal 1 Januari 1980, Kepala MTs N Salatiga dan PGAN Salatiga masih dirangkap oleh Bapak Sofwan Achmadi, BA. Sebagai tindak lanjut, maka berdasarkan SK
Kepala Kantor Wilayah Departemen Agama Prop. Jateng tanggal 1 Januari 1980 Bapak Endro Parwono diangkat sebagai kepala MTs N Salatiga. Meskipun MTs N dan PGAN Salatiga secara resmi telah terpisah statusnya, dan masing-masing telah memiliki Kepala Sekolah yang berbeda, namun kedua sekolah ini masih dalam satu atap sejak tahun 1980 s/d 1986 dengan alamat Jl. KH. Wahid Hasyim No. 12 Salatiga. Setelah MTs N Salatiga memiliki gedung sendiri, maka sejak Th. Pelajaran 1986/ 1987 MTs N Salatiga menempati gedung baru dengan alamat Jl. Tegalrejo I Salatiga hingga sekarang. 3. Letak Geografis MTs N Salatiga berlokasi di Jl. Tegalrejo 1 Salatiga. Adapun batas-batasnya adalah sebagai berikut : a. Sebeleh Utara
: Jalan Raya Solo-Semarang
b. Sebelah Selatan
: Perumahan Tegalrejo
c. Sebelah Barat
: Jalan perumahan Tegalrejo
d. Sebelah Timur
: Rumah penduduk
Berdasarkan batas-batas wilayah di atas, maka dapat kita lihat bahwa tempat ini sangat strategis untuk proses belajar mengajar, karena lokasinya yang mudah dijangkau oleh umum dan alat transportasi. 4. Struktur Organisasi Dalam melaksanakan tugas agar bisa berjalan dengan baik, maka diperlukan beberapa komponen yang saling mendukung dan bekerja sama.
Dalam pelaksanaan tugas sehari-hari tersusun dalam bentuk struktur organisasi sebagai berikut: TABEL III DAFTAR GURU DAN KARYAWAN MTs Negeri Salatiga NO NAMA 1 Drs. Asroni, M.Ag 2 3 4 5 6 7 8 9
NIP JABATAN 150263971 Kepala Madrasah Wakil Kepala Bidang Sarana 150189421 Prasarana 150216820 Wakil Kepala Bidang Kurikulum 150222102 Koordinator Ketertiban 150221835 Pembina Perpustakaan 150225784 Wali Kelas VII F 150261406 Wakil Kepala Bidang Humas 150272514 Pembina OSIS/Wali Kelas IX D 150272090 Wakil Kepala Bidang Kesiswaaan
10 11 12 13
Siti Maimunah, BA Syafe'i, S.Pd Alizar, JS Nur Hidayati, S.Ag Aini Dharyati. BA Supangat Drs. Widodo Mulyo Drs. Faisal Bahar S Indri Astuti DS, S.Pd Eko Firatno, A.Md Suyanto, S.Pd Dra. Nur Laila
14
Abdul Latif Muslich
150256831
15
Munjayanah, S.Pd
150275526
16 17
Sri Hidayati Dra. Arini Dra. Nunuk Samiasih Umar Faruq. BA Miftah Syarifudin, S.Si Dra. Dihlis Zuna'im Muti'ah Setyowati, S.Ag Triyanto, S.Pd Heni Haswarini, S.Pd
150267351 150294928
18 19 20 21 22 23 24
132140067 132142695 132140408 150275615
Guru Pembantu Sarpas/Wali Kelas IX E Pembina Koperasi/Wali Kelas IX F Pembina UKS/Wali Kelas VIII D Pembina Laboraturium IPA/Wali Kelas IX A Pembina Ketrampilan/Wali Kelas VII E Pembina Olah Raga/Wali Kelas VIII E Wali Kelas VIII B
150294625 Pembantu Kurikulum/Guru BK 150253110 Pembina Pramuka/Wali Kelas IX C 150329953 Wali Kelas IX B/Guru BK 150329945 Wali Kelas VII C 150329940 Guru/Piket 500119732 Pembina Kesenian 150360537 Guru
25 26
Rita Budiarti, S.Pd Tulusmono, S.Pd Muhammad Taufiq, 27 S.Pd 28 Nida Usholha, S.Pd Muhammad 29 Shabirun, S.Pd 30 Siti Riayah, S.Pd Ida Widminingsih, 31 S.Ag NO NAMA Nova Zaeni. N, 32 S.Pdi 33 Munawar, S.Ag 34 Sri Haryati 35 36 37 38 39
46 47 48
drs. Syarifu Hadi Dra. Mulyani Feviana, S Lis Arifah, S.Ag Budi Latiful T. SE Atik Prasetyowati, S.Pd Nuning Widyani, S.Pd Zahara Lulu'ah, S.Pd Ismiyati, S.Pdi Zuly Kurniawati, S.Pdi Dra. Ernawati Susanti Henry Johan Sutanti, SH Shofiyah Sulimah
49
Erniyati
50
M. Arif Rahman
51
Yuliastuti P. SE
52
Siti Sufrotun
40 41 42 43 44 45
150374359 Guru BK 150359653 Wali Kelas VII F 150360542 Wali Kelas VIII C/Guru BK 150359644 Pembina Pramuka/Guru BK 150359653 Pembina Pramuka 150359642 Wali Kelas VIII A 150359645 Guru/Piket NIP JABATAN 150383701 Guru 131116890 Wali Kelas VII A 150289142 Wali Kelas VIII E Peng. Lab. Komputer/Wali Kelas VII 150359643 D 150289142 Wali Kelas VII B/Guru BK 150359643 Guru Bk Guru Bantu Depag/Piket Guru Bantu Depag/Piket Pengelola Lab. Bahasa 500137876 Wali Kelas VII E Guru Bantu Depag/Piket Guru Bantu Depag/Piket Guru Bantu Depag Guru Bantu Depag/Piket 150272238 Kepal Urs. Tata Usaha 150203547 Bendahara Pengeluaran 150206906 Petugas Koperasi Siswa Pembantu Urs Kepegawaian dan 150241969 Administrasi Umum (ATK) Urs. Kepegawaian. Inventaris 150357792 Barang. Pmbt Dftr Gaji Pemb. Bend Komite/BOS. Pemb Dftr Gaji Petugas Admn. Umum, Kearsipan, Pengajaran
53
Wahyu Nuseno
54
56
Zahroni Syarifuddin Sena A. S Hi Ari Suryani
57
Khundori
58 59
Sugeng Purnomo Suparno
55
Pemb. Bend. Peng. SPM. SAKPA. UAKPB. Pem Kesiswaan Ptgs Prpstk, Keamanan dan Kebersihan Pemb. Bend Komite/BOS Pemb Adms Umum Petugas Koperasi Siswa Pemb Umum, Kbrshn dan Pnjg malam, Keamanan Ptgs Prpstk, Keamanan dan Kebersihan Satpam Lampiran: Surat Keputusan Kepala MTs N Salatiga
B. Data Sarana dan Prasarana 1. Data Tanah dan Bangunan a. Jumlah tanah yang dimiliki 5810
.
b. Jumlah tanah yang telah bersertifikat 5810 c. Luas bangunan seluruhnya 2598
.
.
2. Ruang dan Gedung a. Keadaan Siswa Siswa MTs N Salatiga pada tahun ajaran 2010/2011 secara keseluruhan berjumlah 782 siswa, yang terdiri dari 391 siswa laki-laki dan 391 siswa perempuan. Dengan penjelasan sebagai berikut: TABEL IV Keadaan Siswa MTs N Salatiga Tahun 2009/2010 KELAS
JENIS KELAMIN JUMLAH JUMLAH KELAS SISWA LAKI-LAKI PEREMPUAN
VII
7
255
127
128
VIII
7
267
142
125
IX
7
260
122
138
JUMLAH
21
782
391
391
b. Keadaan Ruang dan Gedung Demi menunjang lancarnya proses pendidikan, dibutuhkan sarana prasarana yang baik dan sesuai, salah satunya adalah gedung sebagai tempat proses belajar mengajar serta kegiatan lain dalam sekolahan berlangsung. Keadaan ruang dan gedung sekolah MTs N Salatiga yang memiliki 32 gedung, dengan perincian sebagai berikut: TABEL V Keadaan Ruang dan Gedung
No
Jenis
Lokal
2 3 4
1 1 1 1
100
X
6 7 8
Ruang Kantor Ruang Kepala Ruang Guru Ruang Perpustakaan Ruang Lab. komputer Ruang Lab. IPA Ruang Lab. Bahasa
Kondisi Kekurangan Baik Rusak 1900 x Kondisi m2 Kekurangan Baik Rusak 72 x 54 x 96 X Kurang luas
1
72
X
1 1
100 10
X X
9 10 11 12 13 14 15 16 17
Ruang Ketrampilan Ruang Aula Ruang Mushola Ruang UKS Halaman/Upacara Ruang Musik Ruang Koperasi Ruang Kantin Ruang Satpam
1
100
x
1 1 1 x 1 1 2 1
144 56 4 3212
x
No 1
5
Jenis Ruang Kelas
Lokal 21
m2
Kurang luas Kurang luas Kurang luas
X X X X X X
x
Jadi satu R. OSIS Kurang luas Kurang luas Kurang luas
JUMLAH
37
5838
14
3
3. Keadaan Responden a. Data Responden Data nama responden pada penelitian ini adalah nama-nama dari orang tua/wali siswa Kelas VIII A MTs N Salatiga sebagai berikut: TABEL VI DATA RESPONDEN
NO
Nama Responden
1 2
RIFAI SUMADI
NO
Nama Responden
3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19
WASIATUN M. ABDUL KOLIK MANSUR. S ASMAWI CAHYANI SUNARTO MUH MAWAZIN MUH DAHLAN TASLI M. KHANAN ANWARI SITI SULASIYAH DAIMUN MAS KURUN ASYHURI MARI'AH MUH ASHARI MUNAWIR
Jenis Kelamin L P L L Jenis Kelamin L P P L L L L L L L L L P L L L P L L
20 21 22 23 24 25 26 27 28 29 30 31 32 33 34 35 36 37 38
NAJIBAH MUNAWAR ADHI SUMARNO TRIJONO NUR ZAINUDIN JOKO WAHYUDI MUSLIH ENI TRI SUSILO HARMIN SUTARJA UMAR FARUQ MISMUDI SUMALI YAZID HARINI ZAMZURI DAWAMI M. KHOERUDIN PRAMONO SUMADI SUCIPTO
NO
Nama Responden
39 40 41 42
JARWO RESTU FAIZAL ANWAR
L L L L L L P L L L L L L L L L L L L Jenis Kelamin L P L L L L
b. Jawaban Angket Persepsi Orang Tua Tentang Bantuan Operasional Sekolah (BOS). Adapun hasil penyebaran angket persepsi orang tua tentang Bantuan Operasional Sekolah (BOS) dapat dilihat dari tabel berikut: TABEL VII Jawaban Responden dari Angket Persepsi Orang Tua Tentang Bantuan Operasional Sekolah (BOS)
NO 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 NO 18 19 20 21 22 23 24 25 26 27 28 29 30 31 32 33 34 35
1 A A A A A B A A A B A B A A A A A 1 A B A A A A A B A C A B A A A A A A
JAWABAN RESPONDEN 2 3 4 5 6 7 C C C B B B B A C A A A B C C C B A A A A A A A A A A A A A A A C A B A A A C B B A A A C A A A B C C C B B B A C A A A A A B A A A B C B A B A A A C A B A A C C B A A A C C A B A A A C A B A A C C B B B JAWABAN RESPONDEN 2 3 4 5 6 7 A A A A A A B C C A B A A A B A B B A A C A B A A A C A B A B C C B C B B A C A A A B C C B B B B A B A B A A B A A B A A A C A B A B C C B B B A A C A B A A A B A A A A A B A B A A A A A A A A A C A B A B A C B B A
8 A A A A A A A A A A A A A A A A A 8 A A A A A B A A A A A C A A A A A A
JUMLAH A B C 2 3 3 6 1 1 3 2 3 8 0 0 8 0 0 5 2 1 5 2 1 7 0 1 2 3 3 5 2 1 7 1 0 3 4 1 6 1 1 5 1 2 5 1 2 6 1 1 3 3 2 JUMLAH A B C 8 0 0 3 3 2 5 3 0 6 1 1 6 1 1 1 4 3 6 1 1 1 5 2 5 3 0 5 2 1 6 1 1 5 0 3 6 1 1 7 1 0 6 2 0 8 0 0 6 1 1 4 3 1
36 37 38 39 40 41 42
A A A B A B B
A A A B A C A
A C A C C A C C A C C C A C TOTAL
A A A A A C A
B B B B B B B
A A A A A B B
A A A A A A A
6 6 6 3 6 1 4 212
1 1 1 3 1 3 3 72
1 1 1 2 1 4 1 52
c. Jawaban Angket Tingkat Ekonomi Orang Tua Adapun hasil penyebaran angket tingkat ekonomi orang tua juga disebarkan melalui siswa-siswi Kelas VIII A MTs N Salatiga supaya diberikan kepada Orang Tua/Wali mereka untuk diisi dengan sebenar-benarnya. Hasil jawaban pertanyaan tersebut dapat dilihat dari tabel berikut: TABEL VIII Jawaban Responden dari Angket Tingkat Ekonomi Orang Tua NO 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14
9 B C B A B B C A C C C C C A
10 B C B A C C B A C C C B B A
JAWABAN HALAMAN 11 12 13 14 15 16 C B C A C C B B C A C C B B C A A C A A C A B B B C C B A C B C C A B C B A C A B C C A C B A C B B C A C C B B C B B C C B C A B C B A C A B C B A B A C C B A C A C C
17 18 A A C C C C B B C C C C C C C C C C C C C C C B C C B B
19 B B B B B B B B B B B B B B
JUMLAH A B C 3 4 4 1 3 7 2 5 4 5 5 1 1 6 4 1 6 4 2 4 5 4 2 5 1 3 7 0 5 6 1 3 7 2 5 4 2 4 5 4 4 3
15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 26 27 28 29 30 31 32 33 34 NO 35 36 37 38 39 40 41 42
B C B C C B A A A C B C B A C C B B C C
C C C C C A A A A C B C B B C C C B C C
9 C C C A C C C A
10 B C C A C C C A
C B A B B B A C B B B C A B A B C C B B
A C A A C A C A C C C C A A C B C A C C C C A C C A C C A B A C A A C A B A A B A C A A C B C A B C C C A A C B C A B C B C A B C A C A C C B C A C C C C B C C B C A C C B C A A C B C A C C C C A C C JAWABAN HALAMAN 11 12 13 14 15 16 B B C B C C B C C C C C B B C A C C B A C A A C B C C A C C B C C A C C B B C A C C C A C A B C Total
C C C C C C C C C C C C C B C C C C C C
C C C C C B B B B B B B B B C C C C C C
B B B B B A B B A B B B B B B B B B B B
17 18 C C C B C C C C C C C C C C C B
19 B B B B B B B B
3 2 6 2 2 7 3 2 6 1 3 7 1 2 8 4 4 3 6 2 3 5 4 2 6 2 3 1 5 5 2 5 4 1 4 6 2 6 3 3 5 3 2 2 7 0 3 8 1 3 7 2 4 5 1 3 7 1 2 8 JUMLAH A B C 0 5 6 0 3 8 1 3 7 5 2 4 1 2 8 1 2 8 1 3 7 4 3 4 89 147 226
d. Jawaban Komitmen Membiayai Pendidikan Anak Adapun hasil penyebaran angket Komitmen Membiayai Pendidikan Anak dapat dilihat dari tabel berikut: TABEL IX
Jawaban Responden dari Angket Komitmen Membiayai Anak JAWABAN HALAMAN NO 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 NO 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 26 27 28 29 30 31 32 33
20 21 22 A B A A C C C A A C C A C A A 20 A A C C A A A C B C B A A C A C A C
23
24
25
A B B B B A B A C B A A A C B A A A B A A A A C B A A A C B A A A B A A A A C A A A A C B A A B C B A A A C A A A B B A C A A C B A B A B A A A A C A JAWABAN HALAMAN 21 22 23 24 25 A A B C B A B A C A A A A C A A A A C A A B A A B A A A C A A C A C A A A B C B A B B C B A A A C B A A B C A A A A A B A A A C B A A B C A A A B C B A A B C B A B A B B A A B C B
JUMLAH 26
A
B B C A C C C C B B C A A A B
2 5 0 2 4 1 4 1 2 6 1 0 3 1 3 3 1 3 4 1 2 5 0 2 4 2 1 2 3 2 4 0 3 5 2 0 3 1 3 5 2 0 5 1 1 JUMLAH A B C 3 2 2 4 2 1 4 1 2 5 0 2 4 3 0 5 0 2 4 0 3 2 3 2 1 5 1 3 2 2 3 3 1 5 2 0 4 2 1 3 2 2 3 3 1 2 3 2 3 4 0 3 2 2
26 C B B A B C C B B B B B B B B B B A
B
C
34 35 36 37 38 39 40 41 42
C C A C A C C C A
A A A A A A A A A
A A A A A B A C A A A A A A A A A A TOTAL
C C C C C C C C A
B B B C A A B B A
B A B B C A B B C
3 4 3 2 5 5 3 3 6 152
2 1 3 1 0 0 2 2 0 75
2 2 1 4 2 2 2 2 1 67
BAB IV ANALISIS DATA
Setelah data terkumpul, maka langkah yang penulis tempuh selanjutnya adalah menganalisa data. Hal ini dimaksudkan untuk memperoleh jawabanjawaban dari pokok permasalahan yang ditanyakan dan upaya mencapai tujuan penelitian yang telah di tetapkan sebagaimana termuat dalam bab I. Untuk memudahkan penganalisisan maka ditempuh tahapan-tahapan analisis sesuai dengan jenis data, yaitu sebagai berikut: A. Analisis Pendahuluan Dalam analisis pendahuluan ini, penulis akan menyajikan analisis data dalam rangka untuk mengetahui persepsi orang tua tentang Bantuan Operasional Sekolah (BOS) dan tingkat ekonomi mereka terhadap komitmen membiayai pendidikan anak (MTs N Salatiga Tahun ajaran 2010/2011). 1. Analisis persepsi orang tua tentang Bantuan Operasional Sekolah (BOS). Analisis data mengenai persepsi orang tua tentang Bantuan Operasional Sekolah (BOS). Diperoleh dari penyebaran angket yang terdiri dari 8 pertanyaan, masing-masing pertanyaan disediakan tiga alternatif jawaban dengan bobot sebagai berikut: 1. Alternatif jawaban A dengan nilai 3 2. Alternatif jawaban B dengan nilai 2 3. Alternatif jawaban C dengan nilai 1
TABEL X NILAI JAWABAN ANGKET PERSEPSI ORANG TUA TENTANG BANTUAN OPERASIONAL SEKOLAH (BOS)
NO. RESP. 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 26 27 28 29 30 31 32 33 34
1 3 3 3 3 3 2 3 3 3 2 3 2 3 3 3 3 3 3 2 3 3 3 3 3 2 3 1 3 2 3 3 3 3 3
2 1 2 2 3 3 3 3 3 2 2 3 2 3 3 3 3 3 3 2 3 3 3 2 2 2 2 3 3 2 3 3 3 3 3
SKOR JAWABAN ANGKET 3 4 5 6 1 1 2 2 3 1 3 3 1 1 1 2 3 3 3 3 3 3 3 3 3 1 3 2 3 1 2 2 3 1 3 3 1 1 1 2 3 1 3 3 3 2 3 3 1 2 3 2 3 1 3 2 1 1 2 3 1 1 3 2 3 1 3 2 1 1 2 2 3 3 3 3 1 1 3 2 3 2 3 2 3 1 3 2 3 1 3 2 1 1 2 1 3 1 3 3 1 1 2 2 3 2 3 2 2 3 3 2 3 1 3 2 1 1 2 2 3 1 3 2 3 2 3 3 3 2 3 2 3 3 3 3 3 1 3 2
7 2 3 3 3 3 3 3 3 2 3 3 3 3 3 3 3 2 3 3 2 3 3 2 3 2 3 3 3 2 3 3 3 3 3
8 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 2 3 3 3 3 3 1 3 3 3 3 3
JUMLAH 15 21 16 24 24 20 20 22 15 20 23 18 21 19 19 21 17 24 17 21 21 21 14 21 15 21 20 21 13 21 23 22 24 21
NO. RESP. 35 36 37 38 39 40 41 42
1 3 3 3 3 2 3 3 3
SKOR JAWABAN ANGKET 3 4 5 6 3 1 2 2 3 1 3 2 3 1 3 2 1 3 3 2 1 1 3 2 3 1 3 2 3 1 3 2 3 1 3 2
2 2 3 3 3 2 3 3 3
7 3 3 3 3 3 3 3 3
8 3 3 3 3 3 3 3 3
JUMLAH 19 21 21 21 17 21 21 21
Setelah data terkumpul, langkah penulis selanjutnya adalah: a. Mencari Interval Persepsi Orang Tua tentang Bantuan Operasional Sekolah (BOS) Dari tabel di atas dapat diketahui bahwa nilai terendah adalah 8 dan nilai tertinggi adalah 24. Kemudian diintervalkan dengan rumus:
Keterangan: i : Interval ideal xt : Nilai tertinggi ideal xr : Nilai terendah ideal Ki : Kelas Interval i = =
= 5,7
Kemudian dimasukkan ke dalam tabel untuk mengetahui berapa besar kontribusi Persepsi Orang Tua tentang Bantuan Operasional Sekolah: TABEL XI NILAI INTERVAL PERSEPSI ORANG TUA TENTANG BANTUAN OPERASIONAL SEKOLAH Nilai Interval
Jumlah Orang Tua
Kategori
19,4 s/d 25,1
29
Tinggi
13,7 s/d 19,4
12
Sedang
8 s/d 13,7
1
Rendah
b. Mencari Prosentase Masing-masing Kategori Untuk menghitung prosentase menggunakan rumus: P
F 100% N
Keterangan : P = Prosentase F = Frekuensi jawaban responden N = Jumlah responden 1. Kategori Tinggi
=
x 100 %
= 69,05 %
2. Kategori Sedang =
x 100 %
= 28,57 %
3. Kategori Rendah =
x 100 %
= 2,38 %
TABEL XII NILAI PROSENTASE PERSEPSI ORANG TUA TENTANG BANTUAN OPERASIONAL SEKOLAH No
Tingkat Persepsi
Frekuensi
Prosentase
1
Tinggi
29
69,05 %
2
Sedang
12
28,57 %
3
Rendah
1
2,38 %
42
100%
Jumlah
Dari perhitungan tersebut dapat diketahui bahwa persepsi orang tua tentang Bantuan Operasional Sekolah termasuk kategori tinggi, karena yang termasuk kategori tinggi adalah 69,05 % dan kategori sedang adalah 28,57 %, sedangkan kategori rendah adalah 2,38 %. Berdasarkan tabel tersebut di atas, maka dapat diperoleh informasi tentang persepsi orang tua terhadap bantuan operasional sekolah (BOS) pada tingkat "tinggi", hal ini terbukti dari 42 responden ternyata 29 responden atau 69,05% pada tingkatan atau katagori tinggi. B. Analisis Kedua Analisi kedua yaitu tingkat ekonomi orang tua. Data tentang tingkat ekonomi orang tua diperoleh dari penyebaran angket yang terdiri dari 11 pertanyaan. Selanjutnya dari jawaban angket itu akan diketahui tingkat ekonomi orang tua siswa menjadi 3 golongan:
Golongan I
: Tingkat ekonomi orang tua yang rendah
Golongan II
: Tingkat ekonomi orang tua yang cukup
Golongan III : Tingkat ekonomi orang tua yang tinggi Lebih jelasnya akan kami paparkan melalui tabel sebagai berikut: TABEL XIII NILAI DATA TINGKAT EKONOMI ORANG TUA NO 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 26 27 28
NILAI JAWABAN ANGKET 9 2 1 2 3 2 2 1 3 1 1 1 1 1 3 2 1 2 1 1 2 3 3 3 1 2 1 2 3
10 2 1 2 3 1 1 2 3 1 1 1 2 2 3 1 1 1 1 1 3 3 3 3 1 2 1 2 2
11 1 2 2 3 2 2 2 1 2 2 1 2 2 2 1 2 3 2 2 2 3 1 2 2 2 1 3 2
12 2 2 2 3 1 1 3 3 2 2 2 3 3 3 3 3 1 2 1 3 3 3 3 2 1 2 2 3
13 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 2 1 1 1 1 1 1 1 1 2 1 1 1 1 1 1
14 3 3 3 3 2 3 3 2 3 2 3 3 3 3 3 3 3 3 3 1 3 3 3 3 3 3 3 3
15 1 1 3 2 3 2 2 3 1 2 2 2 1 1 3 1 3 1 1 3 3 3 3 2 3 2 2 1
16 1 1 1 2 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 2 1 2 1 1 1 1 1 1
17 3 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 2 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 2
18 3 1 1 2 1 1 1 1 1 1 1 2 1 2 1 1 1 1 1 2 2 2 2 2 2 2 2 2
19 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 3 2 2 3 2 2 2 2 2
JUMLAH 21 16 20 25 17 17 19 21 16 16 16 20 19 23 19 17 19 16 15 23 25 25 25 18 20 17 21 22
NO 29 30 31 32 33 34 35 36 37 38 39 40 41 42
9 1 1 2 2 1 1 1 1 1 3 1 1 1 3
10 1 1 1 2 1 1 2 1 1 3 1 1 1 3
11 3 2 1 1 2 2 2 2 2 2 2 2 2 1
NILAI JAWABAN ANGKET 12 13 14 15 16 17 2 1 3 1 1 1 1 1 2 1 1 1 2 1 3 1 1 1 2 1 3 3 1 1 2 1 3 1 1 1 1 1 3 1 1 1 2 1 2 1 1 1 1 1 1 1 1 1 2 1 3 1 1 1 3 1 3 3 1 1 1 1 3 1 1 1 1 1 3 1 1 1 2 1 3 1 1 1 3 1 3 2 1 1
18 1 1 1 1 1 1 1 2 1 1 1 1 1 2
19 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2
JUMLAH 17 14 16 19 16 15 16 14 16 23 15 15 16 22
Setelah data terkumpul, langkah penulis selanjutnya adalah: a. Mencari Interval tingkat ekonomi orang tua Dari tabel di atas dapat diketahui bahwa nilai terendah adalah 11 dan nilai tertinggi adalah 33. Kemudian diintervalkan dengan rumus:
Keterangan: i : Interval ideal xt : Nilai tertinggi ideal xr : Nilai terendah ideal Ki : Kelas Interval i = =
= 7,7
Dari hasil interval ideal yang telah ditemukan, kemudian hasil tersebut dimasukkan ke dalam tabel untuk mengetahui berapa besarnya kontribusi tingkat ekonomi orang tua. TABEL XIV NILAI INTERVAL TINGKAT EKONOMI ORANG TUA Nilai Interval
Jumlah Orang Tua
Nilai Golongan
26,4 s/d 34,1
0
III
18,7 s/d 26,4
20
II
11 s/d 18,7
22
I
b. Mencari Prosentase Masing-masing Kategori Untuk menghitung prosentase menggunakan rumus: P
F 100% N
Keterangan: P = Prosentase F = Frekuensi jawaban responden N = Jumlah responden 1. Golongan III
=
x 100 %
=0%
2. Golongan II
=
x 100 %
= 47,62 %
3. Golongan I
=
x 100 %
= 52,38 %
TABEL XV NILAI PROSENTASE TINGKAT EKONOMI ORANG TUA
No
Tingkat Ekonomi
Golongan
Frekuensi
Prosentase
1
Tinggi
III
0
0%
2
Sedang
II
20
47,62 %
3
Rendah
I
22
52,38 %
42
100%
Jumlah
Dari tabel tersebut
didapat
sebuah fakta yang kemudian
disimpulkan bahwa tingkat ekonomi orang tua siswa terdapat tiga golongan, dalam taraf tinggi 0 %, taraf sedang 47,62 % dan taraf rendah 52,38 %. Berdasarkan tabel tersebut di atas, maka dapat diperoleh informasi tentang tingkat ekonomi orang tua pada tingkat "rendah", hal ini terbukti dari 42 responden ternyata 22 responden atau 52,38% pada tingkatan atau katagori rendah. C. Analisis Ketiga Analisi ketiga yaitu komitmen membiayai pendidikan anak. Data tentang analisis ketiga ini diperoleh dari penyebaran angket yang terdiri dari 7 pertanyaan. Kemudian dari jawaban angket itu akan diketahui seberapa besar komitmen orang tua dalam membiayai pendidikan anak, menjadi 3 tingkatan:
Tingkat I : Komitmen membiayai pendidikan anak yang baik Tingkat II : Komitmen membiayai pendidikan anak yang cukup Tingkat III : Komitmen membiayai pendidikan anak yang kurang
TABEL XVI NILAI DATA KOMITMEN MEMBIAYAI PENDIDIKAN ANAK NO 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 26 27 28
20 3 2 3 3 1 1 1 3 3 1 1 3 1 3 3 3 3 1 1 3 3 3 1 2 1 2 3 3
NILAI JAWABAN ANGKET 21 22 23 24 25 3 2 2 2 2 3 2 3 1 2 3 3 3 1 2 3 3 3 2 3 3 3 3 1 2 3 3 3 1 2 3 3 3 2 3 3 3 3 1 3 3 3 3 1 2 3 3 2 1 2 3 3 3 1 3 3 3 2 2 3 1 3 3 1 2 3 2 3 2 3 3 3 3 1 3 3 3 2 1 2 3 2 3 1 3 3 3 3 1 3 3 3 3 1 3 3 2 3 3 2 3 3 3 1 3 3 1 3 1 3 3 3 2 1 2 3 2 2 1 2 3 3 3 1 2 3 3 2 1 3 3 3 3 3 2 3 3 3 1 2
26 2 2 1 3 1 1 1 1 2 2 1 3 3 3 2 1 2 2 3 2 1 1 2 2 2 2 2 2
JUMLAH 16 15 16 20 14 14 16 17 17 14 15 19 14 19 18 15 17 16 17 18 17 15 14 14 15 16 19 17
NO 29 30 31 32 33 34 35 36 37 38 39 40 41 42
NILAI JAWABAN ANGKET 21 22 23 24 25 3 3 2 1 3 3 3 2 1 2 3 3 2 1 2 3 2 3 2 2 3 3 2 1 2 3 3 3 1 2 3 3 3 1 2 3 3 2 1 2 3 3 1 1 1 3 3 3 1 3 3 3 3 1 3 3 3 3 1 2 3 3 3 1 2 3 3 3 3 3
20 1 3 1 3 1 1 1 3 1 3 1 1 1 3
26 2 2 2 2 3 2 3 2 2 1 3 2 2 1
JUMLAH 15 16 14 17 15 15 16 16 12 17 17 15 15 19
Kemudian setelah data terkumpul, langkah penulis selanjutnya adalah: a. Mencari Interval komitmen membiayai pendidikan anak Dari tabel di atas dapat diketahui bahwa nilai terendah adalah 7 dan nilai tertinggi adalah 20. Kemudian diintervalkan dengan rumus:
Keterangan: i : Interval ideal xt : Nilai tertinggi ideal xr : Nilai terendah ideal Ki : Kelas Interval i = =
=5
Dari perhitungan di atas ditemukan hasil interval ideal, kemudian hasil tersebut dimasukkan ke dalam tabel untuk mengetahui berapa besarnya kontribusi tingkat ekonomi orang tua. TABEL XVII NILAI INTERVAL TINGKAT EKONOMI ORANG TUA Nilai Interval
Jumlah Orang Tua
Nilai Tingkatan
17 s/d 22
7
I
12 s/d 17
34
II
7 s/d 12
1
III
b. Mencari Prosentase Masing-masing Kategori Untuk menghitung prosentase menggunakan rumus: P
F 100% N
Keterangan: P = Prosentase F = Frekuensi jawaban responden N = Jumlah responden 1. Tingkat I
=
x 100 %
= 16,67 %
2. Tingkat II
=
x 100 %
= 80,95 %
3. Tingkat III
=
x 100 %
= 2,38 %
Untuk lebih jelasnya disajikan dalam tabel berikut ini: TABEL XVIII NILAI PROSENTASE KOMITMEN MEMBIAYAI PENDIDIKAN ANAK
No
Tingkat Persepsi
1
Baik
2 3
Cukup Kurang
Golongan
Frekuensi
Prosentase
I
7
16,67%
II III
34 1
80,95% 2,38%
42
100%
Jumlah
Sesuai dengan perhitungan di atas terdapat tiga tingkatan, dalam taraf baik 16,7%, taraf cukup 80,95% dan taraf kurang 2,38%. Berdasarkan tabel tersebut di atas, maka dapat diperoleh informasi tentang komitmen membiayai pendidikan anak pada tingkat "cukup", hal ini terbukti dari 42 responden ternyata 34 responden atau 80,95% pada tingkatan atau katagori cukup. D. Analisis Uji Hipotesis 1. Koefisien Korelasi Antar Variabel Untuk mengetahui adakah pengaruh antara persepsi orang tua tentang BOS, maka penulis menggunakan rumus Korelasi Parsial, yang didahuli dengan langkah-langkah sebagai berikut: a. Membuat tabel persiapan untuk mencari korelasi antara pengaruh persepsi orang tua tentang BOS dan tingkat ekonomi mereka terhadap komitmen membiayai pendidikan anak.
b. Mencari
,
,
dengan cara mengalikannya.
c. Memasukkan nilai x dan y yang sudah ada ke dalam rumus “Korelasi Parsial” untuk mencari hipotesis 1 dan 2, kemudian menggunakan rumus “Analisis Regresi”. TABEL XIX PERSIAPAN UNTUK MENCARI KORELASI PERSEPSI ORANG TUA TENTANG BOS DAN TINGKAT EKONOMI MEREKA TERHADAP KOMITMEN MEMBIAYAI ANAK
NO
Y
1
15
21
16
225
441
256
5040
2
21
16
15
441
256
225
5040
3
16
20
16
256
400
256
5120
4
24
25
20
576
625
400
12000
5
24
17
14
576
289
196
5712
6
20
17
14
400
289
196
4760
7
20
19
16
400
361
256
6080
8
22
21
17
484
441
289
7854
9
15
16
17
225
256
289
4080
10
20
16
14
400
256
196
4480
11
23
16
15
529
256
225
5520
12
18
20
19
324
400
361
6840
13
21
19
14
441
361
196
5586
14
19
23
19
361
529
361
8303
15
19
19
18
361
361
324
6498
16
21
17
15
441
289
225
5355
17
17
19
17
289
361
289
5491
18
24
16
16
576
256
256
6144
NO
Y
19
17
15
17
289
225
289
4335
20
21
23
18
441
529
324
8694
21
21
25
17
441
625
289
8925
22
21
25
15
441
625
225
7875
23
14
25
14
196
625
196
4900
24
21
18
14
441
324
196
5292
25
15
20
15
225
400
225
4500
26
21
17
16
441
289
256
5712
27
20
21
19
400
441
361
7980
28
21
22
17
441
484
289
7854
29
13
17
15
169
289
225
3315
30
21
14
16
441
196
256
4704
31
23
16
14
529
256
196
5152
32
22
19
17
484
361
289
7106
33
24
16
15
576
256
225
5760
34
21
15
15
441
225
225
4725
35
19
16
16
361
256
256
4864
36
21
14
16
441
196
256
4704
37
21
16
12
441
256
144
4032
38
21
23
17
441
529
289
8211
39
17
15
17
289
225
289
4335
40
21
15
15
441
225
225
4725
41
13
16
15
169
256
225
3120
42
19
20
17
361
400
289
6460
∑
827
780
671
16645 14920 10835
247183
= 827
= 780
= 671
= 16645
= 14920
= 10835
Y = 247183
= 683929
= 450241
= 608400
N = 42
Dari tabel data tersebut dicari koofisien korelasi parsial dan koefisien penentu parsial dengan langkah-langkah sebagai berikut: (Hasan, 2004:72) 2. Analisis Hipotesis 1 dan 2 Langkah ke-1: Mencari sekor devisiasi dengan rumus simpangan yang sudah bnyak dikenal (Arikunto, 1990:469-) =
-
= 16645 -
= 16645 -
= 16645 – 16284,02 = 360,98 =
-
= 14920 -
= 14920 -
= 14920 – 14485,71 = 434,29 =
-
= 10835 -
= 10835 -
= 10835 – 10720,02 = 114,98 = 15340 -
= 15340 -
= 15340 – 15358,57 = -18,57 = 13208 -
= 13208 -
= 13208 – 13212,31 = -4,31 = 12558 = 12558 – 12461,43 = 96.57
= 12558 -
Langkah ke-2: Mencari koefisien korelasi jenjang nihil atau korelasi antar variabel dari data seekor devisiasi yang sudah diperoleh. =
=
=
=
=
=
=
=
=
=
=
= -0,05
= -0,02
= 0,43
atau dengan rumus : =
=
=
=
=
=
=
=
=
= -0,02 =
=
=
= 0,43 =
= = -0,05
=
=
=
=
a) Nilai koefisien korelasi parsial antara =
=
= Nilai
dan Y, jika
=
konstan
=
= 0,0017
= 0,0017 memberikan arti bahwa hubungan antara persepsi
orang tua tentang BOS (
) dan komitmen membiayai pendidikan
anak (Y) adalah positif, apabila tingkat ekonomi orangtua (
) konstan
atau tidak memberikan pengaruh, jika persepsi orang tua tentang BOS positif/negatif maka komitmen membiayai pendidikan anak akan tinggi/rendah. Nilai koefisien penentu parsialnya KPP =
x 100%
=
x 100% = 0,0000028 x 100% = 0,00028%
b) Nilai koefisien korelasi antara =
=
= Nilai
dan Y, jika
=
konstan =
= 0,4298
= 0,4298 memberikan arti bahwa hubungan antara
komitmen membiayai pendidikan anak (Y) dan tingkat ekonomi orangtua (
) adalah positif dan cukup kuat, apabila persepsi orang tua
tentang BOS (
) konstan atau tidak memberikan pengaruh, jika
tingkat ekonomi bertambah/berkurang maka komitmen membiayai pendidikan anak akan tinggi/rendah.
Nilai koefisien penentu parsialnya KPP =
x 100%
=
x 100% = 0,1847 x 100% = 18,47%
Nilai KPP 18,47% berarti bahwa besarnya pengaruh tingkat ekonomi orang tua terhadap tinggi/rendahnya komitmen membiayai pendidikan anak sebesar 18,47%. Apabila persepsi orang tua tentang BOS konstan dan selebihnya 81,53% disebabkan factor-faktor lain. 3. Analisis Hipotesis 3 Dalam pengujian hipotesis 3, peneliti melihat data dan mencari korelasinya dengan menggunakan “analisis regresi”, yaitu sebagai berikut: a. Mencari harga a dan b, dengan mengggunakan persamaan simultan yang wujud dan persamaannya adalah sebagai berikut : 1)
+b a
b
b. Jika ke dalam kedua persaman tersebut diisikan data yang sudah ada maka bentuk persamaannya adalah sebagai berikut : (1) -4,31 = 360,98 a + ( -18,57) b
(x -2338,66)
(2) 96,57 = -18,57 + 43429 b
(x 1)
Menjadi dua persaman seperti diawal ini : (1) 10079.62
= -844209.49 a + 43429 b
(2) 96,57
= -18,57 a + 43429 b
(3) 9983.05
= -844190.92 a + 0 b
a
= -0,0118
setelah nilai a diketahui nilainya, maka dilanjutkan dengan mencari nilai b, yaitu sebagai berikut : (4) 96,57 = -18,57 . a + 43429 . b 96,57 = -18,57 . (-0,0118) + 43429 . b 96,57 = 0.219126 + 43429 . b 96.350874 = 43429 b 0,002 = b Kemudian untuk mencari keeratan hubungan antara variabel, yaitu sebagai berikkut : = = = = dari nilai
=
= 0,0460651 = 0,0460651, dapat disimpulkan bahwa besarnya
pengaruh persepsi orang tua tentang bantuan operasional sekolah (BOS) dan tingkat ekonomi orang tua terhadap tinggi/rendahnya komitmen membiayai pendidikan anak positif atau signifikan.
BAB V PENUTUP
A. Kesimpulan Setelah penulis menguraikan mengenai pengaruh persepsi orang tua tentang Bantuan Operasional Sekolah dan tingkat ekonomi mereka terhadap komitmen membiayai pendidikan anak, maka penulis dapat mengambil kesimpulan sebagai berikut: 1. Tingginya persepsi orang tua siswa MTs N Salatiga tentang BOS 2. Masih ditemukan mayoritas rendahnyatingkat ekonomi orang tua siswa MTs N Salatiga 3. Tingginya komitmen orang tua dalam membiayai pendidikan anak. 4. Ditemukan adanya persepsi orang tua siswa MTs N Salatiga tentang BOS mempengaruhi komitmen membiayai pendidikan anak. 5. Ditemukan adanya tingkat ekonomi orang tua siswa MTs N salatiga mempengarauhi komitmen membiayai pendidikan anak. 6. Berdasarkan analisa di atas, ditemukan adanya pengaruh persepsi orang tua siswa MTs N Salatiga tentang BOS dan tingkat ekonomi mereka mempengaruhi komitmen membiayai pendidikan anak. B. Saran-saran Dari hasil penelitian di atas, menunjukkan persepsi orang tua mengenai penggunaan dana Bantuan Operasional Sekolah dan tingkat ekonomi mereka terhadap komitmen membiayai pendidikan anak termasuk dalam kategori
sedang, yang berarti perlu adanya upaya peningkatan yang lebih baik dari sebelumnya. Oleh karena itu penulis akan menyampaikan beberapa sumbangan pemikiran sebagai saran untuk meningkatkan prestasi siswa ke arah yang lebih baik: 1. Orang Tua a. Orang tua hendaknya selalu membimbing dan memperhatikan anaknya dalam belajar. b. Orang tua hendaknya memberikan motivasi anaknya dalam belajar, salah satunya dengan memperhatikan perkembangan pendidikan anak. c. Orang tua hendaknya memperhatikan kelengkapan sarana prasarana pendidikan anak guna mendukung kemajuan pendidikan anak. 2. Kepala Sekolah a. Agar lebih meningkatkan sarana/alat dalam proses belajar mengajar. b. Meningkatkan kerja sama dengan berbagai unsur (instansi atau orang tua siswa). c. Menganjurkan kepada guru/wali kelas untuk selalu meningkatkan kualitas pengetahuan dan ketrampilan guna menunjang kemajuan sekolah. 3. Siswa a. Hendaknya siswa menyadari bahwa belajar merupakan tanggung jawabnya, maka hendaknya semua tugas dan kewajiban dilaksanakan sebaik-baiknya.
b. Patuhilah tata tertib yang ada di sekolah agar proses belajar mengajar berjalan dengan lancar. C. Penutup Berjuta-juta rasa syukur Alhamdulillah kepada Allah SWT, terlantun bersama dengan selesainya penulisan skripsi ini sebagai syarat kelulusan program pembelajaran S1. Atas taufiq dan hidayah dari Allah SWT yang senantiasa terasa sebagai pembimbing jalan lancarnya penulisan ini, sehinga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini walaupun mungkin isinya belum dapat memenuhi yang semestinya karena penulis yakin bahwa dalam penulisan skripsi ini jauh dari kesempurnaan. Hal ini karena keterbatasan ilmu dan pengetahuan yang penulis miliki. Oleh karena itu penulis mengharapkan saran dan kritik dari berbagai pihak khususnya pembaca guna memperbaiki kekurangan-kekurangan yang ada dan kiranya dapat menjadi bahan pertimbangan bagi penentuan langkah penulisan selanjutnya. Harapan penulis semoga kekurangan yang ada tidak mengurangi arti kegunaan yang penulis maksud. Akhirnya, hanya ucapan terima kasih yang dapat penulis haturkan kepada semua pihak yang telah ikut membantu sehingga skripsi ini dapat terselesaikan. Akhirnya
dengan
teriring salam, semoga hasil penelitian ini
bermanfaat bagi penyusun khususnya dan pembaca pada umumnya. Amin.
DAFTAR PUSTAKA Abdulsyani, 1994. Aksara.
Sosiologi Skematika, Teori dan Terapan, Jakarta: Bumi
Al-Qur’an Dan Terjemahnya, 2006, Bandung: CV Penerbit Diponegoro. Arikunto, Suharsimi, 1990, Manajemen Penelitian, Jakarta: Rineka Cipta. Arikunto, Suharsimi, 1998, Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktek, Jakarta: Rineka Cipta. Bimo Walgito, 1995, Bimbingan dan Penyuluhan di Sekolah, Yogyakarta: Andi Offset. Chaplin, Cp, Kamus Lengkap Psikologi, Jakarta: Rajawali Press. Departemen Pendidikan dan Kebudayaan, 1991, Kamus Besar Bahasa Indonesia Edisi 2, Jakarta: Balai Pustaka. Departemen Pendidikan Nasional dan Departemen Agama, 2005, Petunjuk Teknis Keuangan Bantuan Operasional Sekolah, Jakarta: Balai Pustaka. Fajri emzul dan ratu aprilia, KAMUS lengkap Bahasa Indo, Jakarta: DIFA Publisher. Jusuf, jenny, 2007, iseng-iseng-tentang-komitmen, In Between, (Online), (http://jennyjusuf.blogspot.com/2007/06/iseng-iseng-tentangkomitmen.html) Irwanto et.all, 1996, Psikologi Umum, Jakarta : Gramedia Pustaka Utama. Media Sipil, 2005, Bantuan Operasional Sekolah, Edisi 851/September. Mulyanto Sumardi dan Hans-Dieter Evers, (ed.), 1986, Kemiskinan Kebutuhan Pokok, Jakarta: Rajawali.
dan
Nina Mutmainah dan M. Fauzi, 1999, Psikologi Sosial, Jakarta : Universitas Terbuka. Ningrat, Koentjara, 1977, Metode-Metode Penelitian Masyarakat, Jakarta: PT. Gramedia. Poerwodarminto, WJS, 1982, Kamus Umum Bahasa Indonesia, Jakarta: Balai Pustaka. Poerwodarminto, WJS, 2002, Kamus Umum Bahasa Indonesia, Jakarta: Balai Pustaka.
Rahmat, Jalaludin, 2001, Psikologi Komunikasi, Bandung: PT. Remaja Rosda Kayra. Shalaluddin, Mahfudh, Media Pendidikan Agama, Surabaya: Bina Ilmu. Soekanto, Soerjono,1983, Kamus Sosiologi, Jakarta: CV. Rajawali. Sukandarrumidi, 2004, Metodologi Penelitian, Yogyakarta: Gadjah Mada University Press. Usman, Mardan, Dkk, 1994, Ekonomi SMU, Jakarta: Aries Lima. Walgito, Bimo, 2002, Psikologi Sosial Yogyakarta: Andi Yogyakarta.
ANGKET
Hal : Permohonan Mengisi Angket Salatiga,03- Mei- 2010 Kepada: Yth. Bapak/ Ibu/Wali Siswa MTs N Salatiga Di tempat
Assalamu’alaikum Wr. Wb Dengan hormat, sehubungan dengan adanya tugas penelitian skripsi yang berjudul “Pengaruh Persepsi Orang Tua Tentang Bantuan Operasional Sekolah (BOS) dan Tingkat Ekonomi Mereka Terhadap Komitmen Membiayai Pendidikan Anak”, maka saya mohon bantuan Bapak/Ibu untuk berkenan mengisi angket terlampir. Demikian surat saya, atas bantuan Bapak/ Ibu disampaikan terimakasih. Wa’alaikum Wr. Wb Peneliti,
Hijri Adi Ridwan NIM : 11106066
DAFTAR ANGKET
A. Identitas Nama : Pekerjaan : Alamat : B. Petunjuk 1. Bapak/Ibu dimohon menjawab dengan jujur pertanyaan di bawah ini dengan memberi tanda silang (X). 2. Jawaban Bapak/Ibu tidak mempengaruhi nilai putra/putri Bapak/Ibu. dengan jujur sesuai dengan hati nurani Anda! C. Daftar Pertanyaan 1. Apakah Bapak/ Ibu mengetahui tentang Bantuan Operasional Sekolah (BOS)? a. Tahu b. Kurang tahu c. Tidak tahu 2. Apakah Bapak/ Ibu mengetahui kegunaan BOS? a. Tahu b. Sedikit tahu c. Tidak tahu 3. Apakah Bapak/ Ibu pernah diundang ke sekolah untuk mengetahui bahwa sekolah menerima dana BOS? a. Pernah b. Jarang c. Belum 4. Menurut Bapak/ Ibu, apakah dana BOS dari pemerintah menjamin biaya gratis semua pendidikan? a. Ya b. Mungkin c. Tidak 5. Apakah Bapak/ Ibu sudah merasakan manfaat dana BOS? a. Sudah b. Belum c. Tidak tahu
6. Apakah setelah adanya BOS, Bapak/ Ibu merasa terbantu dalam membiayai pendidikan anak? a. Ya, terbantu sekali b. Sebagian terbantu c. Tidak terbantu 7. Apakah menurut Bapak/ Ibu pemerintah telah memperhatikan pendidikan dengan memberikan dana BOS ? a. Ya, memperhatikan b. Biasa saja c. Tidak memperhatikan 8. Apakah Bapak/ Ibu mendukung keberlangsungan program dana BOS? a. Mendukung b. Kurang mendukung c. Tidak mendukung 9. Apakah pekerjaan Bapak? a. PNS b. Swasta c. Buruh 10. Berapakah jumlah penghasilan Bapak/ Ibu setiap bulannya? a. 1.200.000 ke atas b. 700.000 – 1.200.000 c. 700.000 ke bawah 11. Apakah Bapak/Ibu mempunyai pekerjaan sampingan untuk menambah pemasukan keluarga? a. Sering b. Kadang-kadang c. Pernah 12. Berapakah jumlah pengeluaran keluarga Bapak/ Ibu setiap bulan? a. 1.000.000 ke atas b. 500.000 – 700.000 c. 500.000 ke bawah 13. Berapakah pembayaran rekening listrik rumah Bapak/ Ibu tiap bulan? a. 150.000 ke atas b. 100.000-150.000 c. 100.000 ke bawah
14. Apakah Bapak/ Ibu dengan keluarga tinggal di rumah milik pribadi? a. Ya b. Tidak c. Kontrak atau kos 15. Apakah Bapak/ Ibu sudah mempunyai lahan untuk tempat tinggal anak kelak? a. Ya, sudah ada b. Masih rencana c. Belum 16. Apakah Bapak/ Ibu mempunyai pembantu di rumah? a. Ya, lebih dari 1 b. Ya, hanya 1 c. Tidak 17. Apakah Bapak/ Ibu mempunyai mobil sebagai kendaaraan pribadi? a. Ya, punya b. Pernah punya c. Tidak punya 18. Bagaimana Bapak/ Ibu pergi berangkat bekerja? a. Dengan mobil b. Dengan sepeda motor c. Dengan kendaraan umum atau jalan kaki 19. Bagaimana anak Bapak/ Ibu pergi ke sekolahnya? a. Di antar dengan kendaraan pribadi b. Naik kendaraan umum c. Jalan kaki 20. Apakah Bapak/ Ibu akan menyekolahkan anak sampai jenjang yang akan diinginkan mereka? a. Ya b. Mungkin c. Tergantung dengan keadaan ekonomi 21. Apakah tujuan Bapak/ Ibu menyekolahkan anak? a. Agar mempunyai bekal hidup b. Agar mendapat pekerjaan c. Agar sama dengan masyarakat umumnya 22. Apakah Bapak/ Ibu akan mencari pinjaman ketika biaya pendidikan anak kurang? a. Ya b. Mungkin c. Tidak
23. Apakah Bapak/ Ibu memberikan uang saku yang cukup buat anak? a. Ya b. Tergantung keadaan keuangan keluarga c. Tidak 24. Apakah Bapak/ Ibu menyediakan guru les untuk mendukung kemajuan pendidikan anak? a. Ya b. Bila perlu c. Tidak 25. Apakah Bapak/ Ibu selalu memberikan sarana pendidikan yang dibutuhkan anak? a. Ya, selalu b. secukupnya c. Tidak 26. Apakah kebutuhan sarana pendidikan anak Bapak/ Ibu tersisihkan dengan kebutuhan keluarga? a. Ya, sering b. Kadang-kadang c. Tidak pernah
DAFTAR RIWAYAT HIDUP
1. Nama
: Hijri Adi Ridwan
2. Tempat dan tanggal lahir : Surabaya, 25 Maret 1988 3. Jenis kelamin
: Laki-laki
4. Warga Negara
: Indonesia
5. Agama
: Islam
6. Alamat
: Ds. Kesongo-Krajan Rt 04/01 Kecamatan Tuntang Kabupaten Tuntang
7. Riwayat pendidikan
: TK Kesongo Lulus Tahun 1994 SD N Kesongo Lulus Tahun 2000 SMP N II Tuntang Lulus Tahun 2003 MAN II Kediri Lulus Tahun 2006
Demikian daftar riwayat hidup ini saya buat dengan sebenar-benarnya.
Salatiga, 04 September 2010 Penulis
Hijri Adi Ridwan NIM : 11106066