SKRIPSI
PENGARUH PENDIDIKAN KESEHATAN TERHADAP KOPING ORANGTUA DALAM MERAWAT ANAK DENGAN TALASEMIA DI RUMAH SAKIT UMUM SARI MUTIARA MEDAN TAHUN 2015
Oleh : TRIOMA FITRI 11 02 045
PROGRAM STUDI NERS FAKULTAS KEPERAWATAN DAN KEBIDANAN UNIVERSITAS SARI MUTIARA INDONESIA TAHUN 2015
SKRIPSI PENGARUH PENDIDIKAN KESEHATAN TERHADAP KOPING ORANGTUA DALAM MERAWAT ANAK DENGAN TALASEMIA DI RUMAH SAKIT UMUM SARI MUTIARA MEDAN TAHUN 2015
Skripsi ini diajukan sebagai syarat memperoleh gelar Sarjana Keperawatan (S.Kep) di Program Studi Ners Fakultas Keperawatan & Kebidanan Universitas Sari Mutiara Indonesia Medan
Oleh : TRIOMA FITRI 11 02 045
PROGRAM STUDI NERS FAKULTAS KEPERAWATAN DAN KEBIDANAN UNIVERSITAS SARI MUTIARA INDONESIA TAHUN 2015
PERNYATAAN PENGARUH PENDIDIKAN KESEHATAN TERHADAP KOPING ORANG TUA DALAM MERAWAT ANAK DENGAN TALASEMIA DI RUMAH SAKIT UMUM SARI MUTIARA MEDAN TAHUN 2015 SKRIPSI
Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi ini adalah hasil karya sendiri dan belum pernah diajukan oleh orang lain untuk memperoleh gelar kesarjanaan di suatu perguruan tinggi, dan sepanjang pengetahuan saya, tidak terdapat karya atau pendapat yang pernah ditulis dan diterbitkan oleh orang lain dalam naskah ini, kecuali tertulis dan tercantum dalam daftar pustaka.
Medan, 30 Juli 2015
Trioma Fitri
i
DAFTAR RIWAYAT HIDUP
A.
Identitas Diri 1.
Nama
: Trioma Fitri
2.
Tempat/Tanggal lahir
: Bale Atu Takengon , 13 Maret 1993
3.
Agama
: Islam
4.
Nama Ayah
: Alias, S.pd
5.
Nama Ibu
: Ansaraini, S.pd
6.
Anak Ke
: 3 (Tiga) dari 3 (Tiga) bersaudara
7.
Alamat
: Jln.
RSU
Datu
Beru
Kebayakan,
Takengon - Aceh Tengah
B.
8.
Handphone
: 0853 7276 0513
9.
E-Mail
:
[email protected]
Riwayat Pendidikan 1.
Tahun 1998 – 1999
: TK Aisyiyah Bustanul Athfal
2.
Tahun 1999 - 2005
: SD Negeri 3 Takengon
3.
Tahun 2005 - 2008
: SMP Negeri 4 Takengon
4.
Tahun 2008 - 2011
: SMA Negeri 1 Takengon
5.
Tahun 2011 - Sekarang
: Sedang menyelesaikan pendidikan sarjana di Universitas Sari Mutiara Indonesia Medan
ii
PROGRAM STUDI NERS FAKULTAS KEPERAWATAN DAN KEBIDANAN UNIVERSITAS SARI MUTIARA INDONESIA MEDAN Skripsi, Juli 2015 Trioma Fitri Pengaruh Pendidikan Kesehatan Terhadap Koping Orang Tua Dalam Merawat Anak Dengan Talasemia Di Rumah Sakit UmumSari Mutiara MedanTahun 2015 xi + 51 hal + 6 tabel + 2 skema + 12 lampiran
ABSTRAK Talasemia merupakan penyakit kelainan darah yang diturunkan dari orang tua kepada anaknya. Anak yang menderita talasemia sangat membutuhkan perhatian yang serius, komitmen dan perjuangan yang berat bagi orang tua yang merawatnya. Salah satu upaya yang dapat di lakukan orang tua untuk dapat beradaptasi terhadap stresor tergantung bagaimana koping yang dimiliki oleh orang tua tersebut. Oleh karena itu diperlukan upaya petugas kesehatan memberikan pendidikan kesehatan untuk meningkatkan kemampuan orang tua dalam merawat anak dengan talasemia.Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh pendidikan kesehatan terhadap koping orang tua dalam merawat anak dengan talasemia di Rumah Sakit Umum Sari Mutiara Medan.Penelitian ini menggunakan desain penelitian quasi eksperimen pre-test dan pos-test. Pengambilan sampel penelitian menggunakan teknikAccidental Sampling dengan jumlah sampel sebanyak 20 responden. Hasil analisis statistik menggunakan uji Wilcoxon menunjukkan bahwa (P-value= 0.001 ; p < 0.05) artinya Ha diterima ada pengaruh pendidikan kesehatan terhadap koping orang tua dalam merawat anak dengan talasemia.Kesimpulan bahwa pendidikan kesehatan dapat meningkatkan koping orang tua anak dengan talasemia.Disarankan perlu dilakukan penelitian untuk analisis faktor-faktor yang berhubungan dengan kualitas hidup anak talasemia.
Kata Kunci Referensi
: Talasemia, Koping, Pendidikan Kesehatan. : 43 (1984 – 2014)
iii
SCHOOL OF NURSING FACULTY OFNURSINGANDMIDWIFERY SARI MUTIARA INDONESIAUNIVERSITY Scription, July 2015 Trioma fitri Effect Of Health Education On Coping Parents In Caring For Children With Thalassemia At The Rumah Sakit Umum Sari Mutiara Medan 2015 xi+ 51pages+ 6 tables + 2 scheme +12 attachment
ABSTRACT Thalassemiais aninherited blood disorderdiseasefromparent to child. Children who suffer thalassemiain dire need ofserious attention, commitment andstrugglefor parentswhocare child. One effort thatcan be doneparents tobe able toadaptto stressorsdepends onhowowned coping bythe old man. Therefore we needthe effortsof health workersprovidehealth educationtoimprove the abilityof parentsin caring forchildren withthalassemia. The purpose of this study was to determinethe effect ofhealth educationoncopingparents incaring for childrenwiththalassemiain Rumah Sakit Umum Sari Mutiara Medan.This study use a quasi-experimental research design pre-test and post-test. The sampling research using accidental sampling technique with a total sample as many as 20 respondents. Results of statistical analysis using Wilcoxon test showed that (P-value = 0.001; p <0.05) Ha received means that there is an influence of health education on coping parents in caring for children with thalassemia. Conclusion that health education can improve coping parents of children with thalassemia.Suggestions, to do necessary research to analyze factors that related with quality of life of children with thalassemia. Keywords Reference
: Thalassemia, Coping, Health Education : 43 (1984 – 2014)
iv
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur peneliti panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa yang telah memberikan rahmat dan karunia-Nya, sehingga penulis dapat menyelesaikan pembuatan skripsi ini dengan judul “Pengaruh Pendidikan Kesehatan terhadap Koping Orang Tua dalam Merawat Anak dengan Talasemia Di Rumah Sakit Sari Mutiara Medan Tahun 2015”.
Terwujudnya skripsi ini tidak terlepas dari bantuan dan bimbingan dari berbagai pihak, baik secara langsung maupun tidak langsung. Oleh karena itu dalam kesempatan ini peneliti mengucapkan terima kasih kepada: 1. Parlindungan Purba, SH, MM, selaku Pembina Yayasan Sari Mutiara. 2. Dr. Ivan Elisabeth Purba, M.Kes, selaku Rektor Universitas Sari Mutiara Indonesia Medan. 3. Dr. Tahim Solin, MMR, selaku Direktur RSU Sari Mutiara Medan serta Staf Penelitian dan Diklit yang telah memberikan izin dalam pengambilan data. 4. Ns. Janno Sinaga, M.Kep, Sp.KMB, Selaku Dekan Fakultas Keperawatan & Kebidanan Universitas Sari Mutiara Indonesia. 5. Ns. Rinco Siregar, S.Kep, MNS, selaku Ketua Program Studi Ners Fakultas Keperawatan & Kebidanan Universitas Sari Mutiara Indonesia. 6. Ns. Jek Amidos Pardede, M.Kep, Sp.Kep.J, selaku Ketua Penguji, yang telah memberikan bimbingannya dan memberikan masukan serta memotivasi peneliti dalam menyelesaikan skripsi ini. 7. Jenni Marlindawani Purba, SKp, MNS, selaku Dosen Penguji I yang telah bersedia meluangkan waktunya untuk membimbing, membantu, serta memberikan petunjuk dan saran dalam menyelesaikan skripsi ini. 8. Ns. Osak Sitorus, M. Kep, selaku Dosen Penguji II yang telah bersedia meluangkan waktunya untuk membimbing, membantu, serta masukan dalam menyelesaikan skripsi ini.
v
9. Ns. Edriyani Simanjuntak, S.Kep, selaku penguji III, yang senantiasa sabar membimbing penulis, dan senantiasa meluangkan waktu juga memberikan masukan untuk kesempurnaan skripsi ini. 10. Dosen dan seluruh staf pegawai Program Pendidikan Sarjana Keperawatan di Program Studi Ners Fakultas Keperawatan dan KebidananUniversitasSari Mutiara Indonesia. 11. Teristimewa Ayah saya tercinta Alias dan ibu saya tercinta Ansaraini serta kakak tercinta Ridamayani dan Ravikaini yang tak henti – hentinya memberikan dukungan baik secara moril dan materi dalam penyusunan skripsi ini. 12. Terima kasih kepada Sri rahayu afrizal dan Suria ningsi yang telah banyak membantu dalam penelitian dan menyelesaikan skripsi ini. 13. Terima kasih kepada teman-teman seperjuangan Mahasiswa/i PSIK Program Studi Ners Fakultas Keperawatan dan KebidananUniversitasSari Mutiara Indonesia yang telah memberikan dukungan, motivasi, dan upaya dalam membantu menyelesaikan skripsi ini.
Akhir kata peneliti berharap semoga skripsi ini dapat bermanfaat bagi rekan-rekan di Pendidikan Sarjana Keperawatan di Program Studi Ners Fakultas Keperawatan dan Kebidanan Universitas Sari Mutiara Indonesia.Sebelum dan sesudahnya peneliti mengucapkan terimakasih.
Medan, 30 Juli 2015 Peneliti
(Trioma Firi)
vi
DAFTAR ISI Hal SAMPUL DALAM PERNYATAAN PERSETUJUAN SURAT PERNYATAAN......................................................................................... DAFTAR RIWAYAT HIDUP ................................................................................ ABSTRAK ................................................................................................................ ABSTRACT ............................................................................................................. KATA PENGANTAR ............................................................................................. DAFTAR ISI ............................................................................................................ DAFTAR TABEL .................................................................................................... DAFTAR SKEMA ................................................................................................... DAFTAR LAMPIRAN ...........................................................................................
i ii iii iv v vii viii ix x
BAB I
PENDAHULUAN ................................................................................... A. Latar Belakang ................................................................................... B. Rumusan Masalah .............................................................................. C. Tujuan Penelitian ............................................................................... 1. Tujuan Umum ............................................................................. 2. Tujuan Khusus ............................................................................ D. Manfaat Penelitian .............................................................................
1 1 6 6 6 6 7
BAB II
TINJAUAN TEORITIS.......................................................................... A. Talasemia ........................................................................................... 1. Defenisi ........................................................................................ 2. Penyebab ...................................................................................... 3. Patofisiologi ................................................................................. 4. Tanda dan Gejala ......................................................................... 5. Komplikasi .................................................................................. 6. Diagnosis ..................................................................................... 7. Penatalaksanaan ........................................................................... 8. Pertimbangan Khusus .................................................................. 9. Transfusi Darah ........................................................................... 10. Terapai Kalasi Besi (Iron Cheltion Therapy) .............................. 11. Transplantsai Sumsum Tulang Belakang .................................... B. Konsep Orang Tua ............................................................................. 1. Pengertian Orang Tua .................................................................. 2. Fungsi Orang Tua ........................................................................ 3. Tugas Perawatan Kesehatan Keluarga ......................................... C. Mekanisme Koping ............................................................................ 1. Pengertian .................................................................................... 2. Jenis Koping................................................................................. 3. Mekanisme Koping ...................................................................... 4. Strategi Koping ............................................................................
8 8 8 9 9 9 10 11 11 12 12 13 13 14 14 15 16 18 18 18 18 21
vii
5. Pengukuran Koping Keluarga ...................................................... D. Pendidikan Kesehatan ........................................................................ 1. Pengertian .................................................................................... 2. Tujuan Pendidikan Kesehatan...................................................... 3. Etika dalam Pendidikan Kesehatan .............................................. 4. Pedoman Pendidikan Kesehatan .................................................. E. Kerangka Konsep ............................................................................... F. Hipotesis ............................................................................................
22 24 24 24 25 25 26 27
BAB III METODE PENELITIAN ....................................................................... A. Desain Penelitian ............................................................................... B. Populasi dan Sampel .......................................................................... 1. Populasi Penelitian ....................................................................... 2. Sampel Penelitian......................................................................... C. Tempat Penelitian .............................................................................. D. Lokasi Penelitian ................................................................................ E. Waktu Penelitian ................................................................................ F. Defenisi Operasional .......................................................................... G. Aspek Pengukuran ............................................................................. H. Alat dan Prosedur Pengumpulan Data ............................................... 1. Alat Pengumpulan Data ............................................................... 2. Prosedur Pengumpulan Data ........................................................ I. Uji Kuesioner ..................................................................................... J. Etika Penelitian .................................................................................. K. Pengolahan dan Analisa Data ............................................................ 1. Pengolahan Data .......................................................................... 2. Analisa Data .................................................................................
28 28 29 29 29 30 30 30 31 31 32 32 33 35 35 37 37 38
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN ............................................................... A. Hasil Penelitian .................................................................................. 1. Gambaran Umum Lokasi Penelitian ........................................... 2. Analisa Univariat ........................................................................ 3. Analisa Bivariat .......................................................................... B. Pembahasan ....................................................................................... 1. Interprestasi dan Diskusi Hasil .................................................... 2. Keterbatasan Penelitian ...............................................................
40 40 40 41 43 43 43 50
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN A. Kesimpulan ........................................................................................ B. Saran .................................................................................................
DAFTAR PUSTAKA LAMPIRAN
viii
51 51
DAFTAR TABEL Hal
Tabel 2.1 Kisi-Kisi Alat Ukur Koping Menurut Lazarus (1984) ...........................
23
Tabel 3.1 Defenisi Operasional, Alat Ukur, Cara Ukur, Hasil Ukur dan skala ukur variabel penelitian ..........................................................................
31
Tabel 4.1
Tabel 4.2
Tabel 4.3
Tabel 4.4
Distribusi Frekuensi dan Persentase Responden Berdasarkan Usia, Pendidikan, Pekerjaan, Penghasilan Keluarga, Jumlah Anak yang Menderita Talsemia di Rumah Sakit Umum Sari Mutiara Medan tahun 2015 ..............................................................................................
41
Koping Orang Tua dalam Merawat Anak Talasemia Sebelum diberikan Pendidikan Kesehatan di Rumah Sakit UmumSari Mutiara Medan Tahun 2015 ................................................................................
42
Koping Orang Tua dalam Merawat Anak Talasemia Sesudah diberikan Pendidikan Kesehatan di Rumah Sakit UmumSari Mutiara Medan Tahun 2015 ................................................................................
42
Pengaruh Pendidikan Kesehatan Terhadap Koping Orang Tua Sebelum dan Sesudah Diberikan Pendidikan Kesehatan di Rumah Sakit UmumSari Mutiara Medan Tahun 2015 .......................................
43
ix
DAFTAR SKEMA
Hal Skema 2.1 Kerangka Konsep Penelitian...................................................................
27
Skema 3.1 Desain Penelitian Pre dan Post ...............................................................
28
x
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran 1
Informed Consent (Persetujuan Menjadi Responden)
Lampiran 2
Kuisioner
Lampiran 3
Satuan Acara Penyuluhan
Lampiran 4
Surat Izin Memperoleh Data Dasar dari Pendidikan Universitas Sari Mutiara Indonesia
Lampiran 5
Surat Balasan Izin Studi Pendahuluan dari Rumah Sakit Umum Sari Mutiara Medan
Lampiran 6
Surat Izin Melaksanakan Penelitian dari Pendidikan Universitas Sari Mutiara Indonesia
Lampiran 7
Surat Balasan Izin Penelitian dari Rumah Sakit Umum Sari Mutiara Medan
Lampiran 8
Surat Selesai Penelitian dari Rumah Sakit Umum Sari Mutiara Medan
Lampiran 9
Master Data
Lampiran 10 Output SPSS Lampiran 11 Lembar Berita Acara
xi
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Penyakit kronis merupakan suatu kondisi yang mempengaruhi fungsi sehari-hari selama lebih dari 3 bulan dalam satu tahun, yang menyebabkan hospitalisasi selama lebih dari 1 dalam satu tahun (Wong, Hockenberry, Wilson, Wilkenstein, & Schwartz, 2009). Salah satu penyakit kronis adalah penyakit talasemia. Talasemia merupakan salah satu penyakit kronis yang tinggi angka kejadiannya pada anakanak. Pada penyakit talasemia ini membutuhkan transfusi darah rutin secara teratur seumur hidupnya untuk mempertahankan hidupnya dan membutuhkan perawatan medis berkelanjutan, karena itu talasemia termasuk salah satu penyakit kronis.
Talasemia merupakan penyakit yang disebabkan oleh gen autosommal resesif pada gen kromosom ke-16 pada alfa talasemia dan kromosom ke-11 pada beta talasemia (Muncie & Campbell, 2009). Kelainan seumur hidup ini diklasifikasikan menjadi talasemia alfa dan talasemia beta berdasarkan sintesis rantai globin dalam hemoglobin yang mengalami gangguan, dan jenis talasemia mayor dan talasemia minor tergantung jumlah gen yang mengalami kerusakan/ kecacatan (Potts & Mandleco, 2007). Hemoglobin merupakan protein kaya zat besi yang berada didalam sel darah merah yang berfungsi untuk mengakut oksigen dari paru-paru ke seluruh bagian tubuh yang membutuhkannya sebagai energi. (Kiswari, 2014), struktur hemoglobin sangat penting bagi tubuh.
Penyebaran penyakit talasemia berkembang mulai dari Mediterania, Afrika dan Asia Tenggara dengan frekuensi pembawa gen sekitar 5-30% (Martin, Foote & Cason, 2004). World Health Organization (WHO) pada tahun 2012 melaporkan sekitar 7% dari populasi penduduk dunia mempunyai gen talasemia dimana angka kejadian tertinggi sampai dengan 40% kasusnya adalah di Asia. Penderita penyakit talasemia di Indonesia tergolong tinggi dan termasuk dalam negara beresiko tinggi, setiap tahunnya 3.000 bayi yang lahir berpotensi terkena talasemia. Di Indonesia mencapai
1
2
sekitar 3-8%, jika diasumsikan terdapat 5% carrier dan angka kelahiran 23 per mil dari total populasi 240 juta jiwa, maka diperkirakan terdapat 3.000 bayi penderita talasemia setiap tahunnya.
Berdasarkan laporan Thalasemia Internasional Federation (TIF) tahun 2008, prevalensi carrier talasemia beta yang yang paling tinggi di wilayah Mediterania adalah Negara Irak dan Saudi Arabia yaitu antara 1-15%. Sedangkan prevalensi carrier talasemia beta mayor di Asia berkisar antara 1-15% dengan perincian di Singapura 4%, Hongkong 2,8%, Sri Langka 2,2%, dan India 3-4%. Menurut Ratanasiri (2006) di Thailand diperkirakan 20-40% penduduknya merupakan carrier talasemia alpa dan 3-9% carrier talasemia beta. hasil penelitiannya menunjukkan prevalensi carrier talasemia di India adalah 3,5-15%.
Di Indonesia, talasemia merupakan kelainan genetik yang paling banyak ditemukan dan terbayak diantara golongan anemia hemolitik. Prevalensi carrier talasemia di Indonesia mencapai sekitar 3-8%, sampai bulan maret 2009, dari 3653 kasus yang tercatat di tahun 2006 (Wahyuni, 2010). Jenis talasemia terbanyak yang ditemukan di Indonesia adalah talasemia beta mayor sebanyak 50% dan talasemia β-HbE sebanyak 45%.
Berdasarkan data dari perhimpunan Yayasan talasemia Indonesia tercatat sampai bulan juni 2008, di RSCM telah merawat 1.433 pasien, sejak 2006 sampai 2008 rata-rata pasien baru talasemia meningkat sekitar 8%, dan diperkirakan banyak kasus yang tidak terdeteksi, sehingga penyakit ini adalah menjadi penyakit yang membutukan penangganan yang serius. Data pusat talasemia, Departemen Ilmu Kesehatan Anak, FKUI-RSCM, mencatat usia tertua pasien talasemia mencapai 40 tahun dan bisa berkeluarga serta memiliki keturunan. Jumlah pasien yang terdaftar di Pusat talasemia Departemen Ilmu Kesehatan Anak, FKUI-RSCM, sampai dengan bulan Agustus 2009 mencapai 1.494 pasien dengan rentang usia terbanyak antara 11-14 tahun. Jumlah pasien terus meningkat setiap tahunnya mencapai 100 orang/tahun (Yayasan Talasemia Indonesia, 2009).
3
Studi penelitian yang dilakukan oleh Dewi (2009) dari 120 sampel penderita talasemia yang dirawat di RSUP Adam Malik Medan tahun 2006-2008, 106 penderita Talasemia (88,3%) adalah talasemia mayor, dimana kedua orang tua merupakan pembawa sifat, dengan gejala dapat muncul sejak awal masa anak-anak dengan kemungkinan hidup terbatas. Penyakit talasemia tidak hanya menimbulkan masalah fisik tetapi juga menimbulkan masalah psikologis pada pasien maupun keluarganya.
Keluarga merupakan perantara yang efektif dan mudah untuk berbagi usaha-usaha kesehatan masyarakat, perawat dapat menjangkau masyarakat hanya melalui keluarga, dalam memelihara pasien sebagai individu keluarga tetap berperan dalam mengambil keputusan dalam pemeliharaannya. Tugas perawatan kesehatan keluarga yaitu mengenal masalah kesehatan, mengambil keputusan, merawat anggota keluarga, memelihara lingkungan rumah yang sehat, dan menggunakan fasilitas atau pelayanan kesehatan di masyarakat (Mubarak, 2006). Bagian dari sebuah keluarga adalah orang tua.
Orang tua adalah komponen keluarga yang terdisi dari ayah dan ibu, dan merupakan hasil dari sebuah ikatan perkawinan yang sah yang dapat membentuk suatu keluarga. Orang tua memiliki tanggung jawab untuk mendidik, mengasuh, membimbing anak-anaknya untuk mencapai tahapan tertentu yang menghantarkan anak-anaknya mencapai tahapan untuk siap dalam kehidupan bermasyarakat. (Mubarak, 2006). Pengasuh atau keluarga yang mempunyai anak dengan kondisi penyakit kronis, seperti talasemia dihadapkan pada tuntutan, tantangan, masalah emosional dan kognitif, serta perubahan peran dalam keluarga dan masyarakat. Kondisi anggota keluarga yang membutuhkan pengobatan dan perawatan yang lama, dapat terjadi sumber stressor dalam keluarga terutama orang tua.
Salah satu upaya yang dapat dilakukan orang tua untuk dapat beradaptasi terhadap stesor tergantung bagaimana koping yang dimiliki oleh orang tua tersebut. Koping digambarkan sebagai berbagai macam strategi yang digunakan oleh seseorang untuk
4
mengatasi situasi yang luar biasa. Strategi dan proses koping orang tua ini berfungsi sebagai proses dan mekanisme yang vital, melalui proses dan mekanisme tersebut fungsi orang tua akan menjadi nyata (Stuart, 2009). Tanpa koping yang efektif, fungsi keluarga tidak dapat dicapai secara adekuat.
Menurut Keliat (1999) Mekanisme koping adalah cara yang dilakukan individu dalam menyelesaikan masalah, menyesuaikan diri dengan perubahan, serta respon terhadap situasi yang mengancam. Mekanisme koping merupakan cara pemecahan masalah. Menurut Stuart (2005), individu dapat menanggulangi stress dan kecemasan dengan menggunakan sumber koping dari lingkungan baik dari sosial, intrapersonal dan interpersonal. Sumber tersebut adalah aset ekonomi, kemampuan memecahkan masalah, dukungan sosial, dan keyakinan budaya. Dengan sumber tersebut individu dapat mengambil strategi koping yang efektif. Mekanisme koping terbentuk melalui proses belajar.
Upaya yang dapat dilakukan untuk mengurangi dampak psikososial yang dialami oleh keluarga dalam merawat anak dengan penyakit kronis sepert talasemia mayor adalah
pendidikan kesehatan yang merupakan proses membuat orang mampu
meningkatkan kontrol dan memperbaiki kesehatan individu. Kesempatan yang direncanakan untuk individu, kelompok atau masyarakat agar belajar tentang kesehatan dan melakukan perubahan-perubahan secara suka rela dalam tingkah laku individu. Menurut Notoatmodjo (2011), memberikan pengertian pendidikan kesehatan adalah proses untuk meningkatkan kemampuan masyarakat dalam memelihara dan meningkatkan kesehatannya.
Menurut Undang-undang Kesehatan No. 23 Tahun 1992 dan WHO, tujuan pendidikan kesehatan adalah meningkatkan kemampuan masyarakat untuk memelihara dan meningkatkan derajat kesehatan baik secara fisik, mental dan sosialnya, sehingga produktif secara ekonomi maupun social, pendidikan kesehatan disemua program kesehatan, baik pemberantasan penyakit menular, sanitasi lingkungan, gizi masyarakat, pelayanan kesehatan, maupun program kesehatan
5
lainnya (Mubarak, 2009). program pengobatan yang dapat lansung memberikan hasil (Immediate Impact) terhadap penurunan angka kesakitan. (Notoatmodjo, 2011). Dalam mencapai tujuan pendidikan kesehatan sorang individu, kelompok atau masyarakat tidak terlepas dari kegiatan belajar.
Menurut Bensley (2008) Peran pendidik kesehatan adalah memotivasi dan mendidik individu, keluarga, organisasi, dan masyarakat untuk melakukan tindakan dalam mempromosikan perilaku yang kondusif bagi lingkungan dan gaya hidup yang sehat dan aman. Melalui pelatihan, pendidikan kesehatan diberdayakan untuk mengubah lingkungan dan perilaku guna meningkatkan mutu dan kuantitas hidup manusia. Keberadaan kekuatan ini untuk mengadakan suatu perbedaan, menciptakan tanggung jawab untuk mempraktikkan pendidikan kesehatan yang etis dan secara teori masuk akal.
Anak dengan talasemia dan keluarga membutuhkan perhatian yang khusus serta bantuan dalam mengatasi penyakit ini, karena anak dengan talasemia akhirnya dapat mengakibatkan kematian (Potts & Mandleco, 2007) Intervensi pendidikan kesehatan keluarga ditujukkan untuk meningkatkan pengetahuan dan pemahaman keluarga tentang
penyakit
yang diderita
oleh
anaknya,
sehingga
keluarga
dapat
mengekspresikan beban yang dirasakan secara psikologis dan social dalam merawat anak dengan penyakit talasemia yang membutuhkan pengobatan dan perawatan yang lama.
Berdasarkan hasil survei awal instalasi rekam medik terjadi peningkatan prevalensi pasien talasemia pada tahun 2014 ke tahun 2015, berdasarkan pengamatan yang diperoleh peneliti di kamar 219 ruang Stella 2A Rumah Sakit Umum Sari Mutiara Medan terdapat 7 pasien talasemia yang sedang menjalani rawat inap, 3 di antaranya sedang terpasang kantung transfusi darah. Hasil wawancara orang tua belum memahami tanda dan gejala kapan harus membawa anaknya untuk melakukan pengobatan, koping yang terlihat maladaptif/ koping fokus terhadap emosi.
6
Pasien sering pulang atas permintaan orang tua saat pengobatan masih berlangsung dan orang tua mempertimbangkan untuk melakukan pengobatan ke RSU Sari Mutiara yang disarankan petugas kesehatan untuk mendapatkan obat kelasi, memendam perasaan sendiri, tidak mencari masukkan untuk melakukan hal lebih baik, hanya mengikuti nasib. Mengutip pentingnya intervesi pendidikan kesehatan dalam mencegah dampak psikologis orang tua dengan anak yang menderita talasemia yang sampai saat ini belum dapat disembuhkan, sehingga penderita dan keluarga perlu melakukan perawatan dan pengobatan seumur hidup. Maka peneliti tertarik untuk melakukan penelitian berkaitan dengan pengaruh pendidikan kesehatan terhadap koping orang tua dalam merawat anak talasemia.
B. Rumusan Masalah Berdasarkan latar belakang diatas maka peneliti ingin mengetahui “Bagaimana pengaruh pendidikan kesehatan terhadap koping orang tua dalam merawat anak dengan talasemia di Rumah Sakit Umum Sari Mutiara tahun 2015 ?”
C. Tujuan Penelitian 1. Tujuan Umum Mengidentifikasi “Pengaruh pendidikan kesehatan keluarga terhadap koping orang tua dalam merawat anak dengan talasemia” di Rumah Sakit Umum Sari Mutiara tahun 2015.
2. Tujuan Khusus a. Untuk mengidentifikasi koping orang tua sebelum diberikan pendidikan kesehatan keluarga dalam merawat anak dengan talasemia di Rumah Sakit Umum Sari Mutiara tahun 2015. b. Untuk mengidentifikasi koping orang tua sesudah diberikan pendidikan kesehatan keluarga dalam merawat anak dengan talasemia di Rumah Sakit Umum Sari Mutiara tahun 2015.
7
c. Untuk mengidentifikasi perbedaan koping orang tua sebelum dan sesudah diberikan pendidikan kesehatan keluarga dalam merawat anak dengan talasemia di Rumah Sakit Umum Sari Mutiara tahun 2015.
D. Manfaat Penelitian 1. Bagi Responden Hasil penelitian diharapkan dapat meningkatkan pengetahuan dan upaya koping orang tua dalam merawat anak dengan talasemia.
2. Bagi Rumah Sakit Hasil penelitian ini dapat bermanfaat dalam melaksanakan program penanganan dampak psikososial bagi orang tua yang mempunyai anak dengan talasemia secara maksimal, sehingga dapat menjadi bahan masukan bagi rumah sakit khususnya perawat untuk menggunakan intervensi pendidikan kesehatan terhadap koping dalam mengatasi dampak psikososial orang tua yang mempunyai anak dengan talasemia.
3. Bagi Penelitian Selanjutnya Dapat memberikan informasi dan data dasar untuk melaksanakan data lebih lanjut yang berkaitan dengan pendidikan kesehatan terhadap koping orang tua dalam merawat anak dengan talasemia.
BAB II TINJAUAN TEORITIS
A. Talasemia 1. Defenisi Menurut Kowalak (2011) Penyakit talasemia, yang merupakan kelompok herediter anemia hemolitik, ditandai oleh gangguan sintesis rantai polipeptida komponen protein pada hemoglobin. Penuaan eritrosit atau kematian terjadi secara alami sebelum di akhir 120 hari masa hidupnya.
Talasemia merupakan penyakit anemia hemolitik herediter yang diturunkan secara resesif. Secara molekuler talasemia dibedakan atas talasemia alfa dan talasemia beta, sedangkan secara klinis dibedakan atas talasemia mayor dan minor (Mansjoer, 2005). Talasemia mayor mengacu pada warisan gen resesif dari kedua orang tuanya.
Talasemia adalah penyakit yang disebabkan oleh gen autosom resesif pada gen kromosom ke-16 pada alfa talasemia dan kromosom ke-11 pada beta talasemia (Muncie & Campbell, 2009). Masing-masing hemoglobin memiliki pengaturan khusus pada rantai globin dan setiap rantai globin berbeda di bawah pengaruh kromosom tertentu.
Kromosom ke-11 berisi gen untuk produksi rantai epsilon, beta, gamma, dan delta. Setiap orang tua memberikan kontribusi satu gen untuk produksi dan masing-masing rantai. Oleh karena itu, setiap individu memiliki dua gen untuk produksi salah satu rantai. Kromosom ke-16 bertanggung jawab untuk rantai alfa dan gen zeta. Ada dua gen dalamkromosom untuk produksi rantai alfa dan satu gen untuk produksi rantai zeta. Jadi, setiap orang tua memberikan kotribusi dua gen untuk produksi rantai alfa dan satu untuk rantai zeta. Dengan demian, setiap
8
9
individu memiliki empat gen untuk memproduksi rantai alfa dan dua gen untuk rantai zeta (Kiswari, 2014).
2. Penyebab Menurut Kowalak (2011) Penyebab talasemia adalah : a. Pewarisan homozigus gen autosom yang parsial dominan (talasemia mayor atau talasemia intermedia). b. Pewarisan heterozigus gen yang sama (talasemia minor)
3. Patofisiologi Defisiensi total atau parsial pada produksi rantai polipeptida beta akan menggangu sintesis hemoglobin fetal yang kontinu dan bahkan berlangsung hingga melewati periode neonatal. Pada keadaan normal, sintesis imunoglobin akan beralih dari polipeptida-gama ke polipeptida-beda pada saat lahir. Konversi ini tidak terjadi pada bayi yang menderita talasemia. Sel-sel darah merah mereka akan tampak hipokromik mikrositik (Kowalak, 2011). Hb pascanatal yang normal tersusun dari rantai polipeptida 2 α- dan 2 β-. Pada penyakit β-talasemia terdapat defisiensi parsial atau total pada sintesis rantai-β dalam molekul Hb. Sebagai akibatnya terdapat kompensasi berupa peningkatan sintesis rantai-α, sementara produksi rantai-γ tetap aktif, menghasilkan pembentukan Hb yng cacat. polipeptida yang tidak seimbang ini sangat tidak stabil; ketika terurai, polipeptida akan menghancurkan sel darah merah, menghasilkan anemia berat. Wong (2009). Hal ini menganggu aktifitas Hb mentransport oksigen.
4. Tanda dan Gejala Menurut Kowalak (2011), Tanda dan gejala yang mungkin pada talasemia mayor (yang juga dikenal sebagai anemia cooley, penyakit media taranea, dan anemia eritroblastik) adalah :
10
a. Bayi yang sehat pada saat lahir, kemudian pada usia enam bulan yang berikutnya mengalami anemia berat, abnormalitas tulang, kegagalan tumbuh kembang, dan komplikasi yang mengancam jiwa. b. Kulit dan sklera yang pucat serta berwarna kuning pada bayi yang berusia tiga hingga enam bulan. c. Splenomegali atau hepatomegali disertai pembesaran abdomen; insfeksi yang frekuen; kecenderungan berdarah (khusunya epitaksis); anoreksia d. Tubuh yang kecil, kepala besar (yang merupakan ciri khas), dan mungkin retardasi mental. e. Gambaran klinis yang serupa dengan sindrom down pada bayi karena terdapat penebalan tulang pada pangkal hidung akibat hiperaktivitas sumsum tulang.
Tanda dan gejala talasemia intermedia adalah: a. Anemia, ikterus, dan splenomegali pada derajat tertentu b. Kemungkinan tanda-tanda hemosiderosis akibat peningkatan absorpsi besi didalam usus.
Tanda klinis talasemia minor adalah: a. Anemia ringan (yang biasanya tidak menimbulkan gejala dan kerap kali terabaikan ; keadaan ini harus dibedakan dari anemia defisiensi besi).
5. Komplikasi Komplikasi talasemia menurut Kowalak (2011) yang mungkin meliputi: a. Fraktur patologis akibat ekspansi rongga sumsum tulang disertai penipisan pada tulang panjang b. Aritmia jantung c. Gagal jantung
11
6. Diagnosis Penegakan diagnosis penyakit talasemia menurut Kowalak (2011) meliputi: a. Hitung sel darah merah dan kadar hemoglobin yang rendah, mikrositosis, dan hitung retikulosit yang tinggi b. Kenaikan kadar bilirubin plasma dan kadar urinobilinogen dalam urine serta feses c. Kadar fotal yang rendah mencerminkan peningkatan penggunaan folat oleh sumsum tulang yang mengalami hipertrofi d. Sediaan apus darah tepi yang memperlihatkan sel-sel target, mikrosit, sel darah merah berinti yang pucat, dan anisositosis yang nyata e. Penipisan dan pelebaran rongga sumsum tulang pada foto rontgen tulang tengkorak dan tulang panjang akibat sumsum tulang yang aktif berlebihan f. Tampilan granuler pada tulang tengkorak dan vertebra, daerah-daerah osteoporosis pada tulang panjang, tulang falang falang yang mengalami deformitas (Menjadi persegi atau bikonveks) g. Peningkatan kadar hemoglobin fetal yang signifikan dan sedikit peningkatan kadar hemoglobin A pada pemeriksaan kuantitatif hemoglobin h. Penyingkiran kemungkinan anemia defisiensi besi (yang juga menghasilkan sel darah merah hipokromik mikrositik)
7. Penatalaksanaan Penatalaksanaan menurut Mansjoer (2005) a. Atasi anemia dengan transfusi PRC (Packed Red Cell). Transfusi hanya diberikan bila Hb < 8 g/dl. b. Pemberian kelasi besi tujuannya mengeluarkan besi dari jaringan, yaitu desferal secara im atau iv. c. Spenektomi dan trasplantasi sumsum tulang (keefektivan belum dapat dipastikan) d. Imunisasi terhadap virus hepatitis B dan C perlu di lakukan untuk mencegah infeksi virus tersebut malalui transfusi darah.
12
8. Pertimbangan Khusus Pertimbangan khusus menurut Kowalak (2011). a. Selama dan sesudah transfusi sel darah merah pada talasemia mayor, awasi kemungkinan reaksi yang merugikan gejala menggigil, demam, ruam, gatalgatal, dan urtikaria. b. Tekankan pentingnya nutrisi yang baik, perawatan luka yang teliti, chekup gigi secara periodik dan tindakan lain untuk mencegah infeksi.
9. Transfusi Darah Transfusi yang dilakukan adalah transfusi seldarah merah. Terapi ini merupakan terapi andalan bagi individu yang menderita talasemia berat. Tujuan pemberian transfusi darah adalah untuk meningkatkan kadar hemoglobin darah, meningkatkan kapasitas oksigen yang dapat menurunkan hipoksia jaringan. Pengelolaan transfusi dan pemeliharaan kadar hemoglobin yang optimal telah berevolusi, pertama kali pretransfusion direkomendasikan pada tingkat hemoglobin 8,5 gr/dl. (Rachmaniah, 2012).
Piomelli, dkk menyarankan mempertahankan tingkat hemoglobin pada kadar 10 gr/dl dengan rata-rata 12 gr/dl, hal ini dapat, mencegah hipoksia jaringan kronis (Nathan, 2009). Konsentrasi hemoglobin sebelum transfusi, volume sel darah merah yang diberikan dan besarnya limpa, sebaiknya dicatat pada setiap kunjungan untuk mendeteksi perkembangan hiperplenisme (Permono, 2006 dalam, Rachmaniah 2012).
Menurut Kiswari (2014) Frekuensi donasi pada umumnya, selang waktu 16 minggu setelah donor darah sebelumnya. Interval minimum adalah 12 minggu. Biasanya, tidak lebih dari tiga donor selama jangka waktu 12 bulan.
13
10. Terapi Kalasi Besi (Iron Chelation Therapy) Dampak pemberian transfusi darah yang terus menerus dan berlangsung bertahun-tahun dapat mengakibatkan penumpukan zat besi dalam darah. Dengan tidak adanya terapi kelasi besi yang memadai, maka kondisi ini dapat merusak hati, jantung, dan organ-organ lainnya. Untuk mencegah kerusakan ini, terapi kelasi besi diperlukan untuk membuang kelebihan zat besi dari tubuh. Terdapat tiga obat-obatan yang digunakan dalam terapi khelasi besi, yaitu defroxamine, defriprone dan deferasirox. Defroxoamine adalah obat yang diberikan melalui suntikan subkutan secara perlahan-lahan dan biasanya dengan bantuan pompa mekanik (Nathan, 2009).
11. Transplantasi Sumsum Tulang Belakang Keberhasilan pengobatan talasemia mayor dengan melakukan Bone Marrow transplantation (BMT) pertama kali dilaporkan oleh Thomas pada tahun 1982, kemudian beberapa pusat menggunakan terapi ini untuk anak dengan talasemia (Nathan & Oski’s, 2009). Anak dengan Cooley’s anemia dapat diobati dengan melakukan transplantasi sumsum tulang. Darah dan sumsum transplantasi sel induk normal akan menggantikan sel-sel induk yang rusak. Sel-sel induk adalah sel-sel dalam sumsum tulang yang membuat sel-sel darah meraah. Transplantasi sel induk adalah satu-satunya pengobatan yang dapat penyembuhkan talasemia. Namun, memiliki kendala karena hanya sejumlah kecil orang yang dapat menemukan pasangan yang baik antara donor dan resipennya.
Anak yang menderita talasemia mayor sangat membutuhkan perhatian yang serius, komitmen dan perjuangan yang berat bagi anggota keluarga yang merawatnya. Setiap anggota keluarga harus mempunyai motivasi untuk dapat menerima dan menyesuaikan diri dengan keadaan mempunyai anak dengan talasemia mayor.
14
B. Konsep Orang Tua 1. Pengertian Orang tua Orang tua adalah ayah dan ibu adalah figur atau contoh yang akan selalu ditiru oleh anak-anaknya (Mardiya, 2000).
Orang tua adalah komponen keluarga yang terdiri dari ayah dan ibu, dan merupakan hasil dari sebuah ikatan perkawinan yang sah yang dapat membentuk sebuah keluarga. Orang tua memiliki tanggung jawab untuk mendidik, mengasuh dan membimbing anak-anaknya untuk mencapai tahapan tertentu yang menghantarkan anak untuk siap dalam kehidupan bermasyarakat (Efendy, 2004)
Keluarga adalah dua orang atau lebih yang disatukan oleh ikatan-ikatan kebersamaan dan ikatan emosional dan yang mengidentifikasikan mereka sebagai bagian dari keluarga (Friedman, Bowden & Jones, 2010). Keluarga berhubungan dengan seseorang yang membuat unit keluarga, tipe-tipe berhubungan yang terjadi melaui pertalian hubungan darah (Consangguineus), hubungan pernikahan (Affinal) dan keluarga asal dia dilahirkan (Family og origin) (Wong, 2009). Keluarga inti terdiri atas suami dan istri (dapat disertai 1 anak atau lebih).
Dari pengertian diatas penulis dapat menyimpulkan bahwa keluarga adalah dua orang atau lebih, hubungan perkawinan yang sah, hidup dalam satu rumah tangga yang dipimpin oleh seorang kepala keluarga. Anggota keluarga terdiri dari orang tua : bapak, ibu, dan anak. Orang tua merupakan pengasuh dan perawat utama bagi anaknya. Orang tua akan mendapatkan bahwa tugas keluarga menjadi lebih kompleks, tanggung jawabnya dan perhatian menjadi lebih besar.
15
2. Fungsi Orang tua Fungsi pokok orang tua menurut Effendy (2004) ada tiga : a. Asih adalah memberikan kasih sayang, perhatian, rasa aman, kehangatan kepada anggota keluarga sehingga memungkinkan mereka tumbuh dan berkembang sesuai usia dan kebutuhan. b. Asuh adalah menuju kebutuhan pemeliharaan dan perawatan anak agar kesehatannya selalu terpelihara, sehingga diharapkan menjadikan mereka anak-anak yang sehat baik fisik, mental, sosial, dan spiritual. c. Asah adalah memenuhi kebutuhan pendidikan anak, sehingga siap menjadi manusia dewasa yang mandiri dalam mempersiapkan masa depannya.
Fungsi keluarga biasanya didefenisikan sebahgai hasil atau konsekuensi dan struktur keluarga. Agar keluarga memberikan dampak terhadap individu yang menjadi anggota keluarga tersebut, maka diharapkan anggota keluarga dapat berfungsi dan berperan secara kondusif. Fungsi keluarga berfokus pada proses yang digunakan oleh keluarga untuk mencapai tujuan keluarga tersebut. Friedman, Bowden, dan Jones (2010) mengidentifikasi lima fungsi keluarga yang paling berhubungan erat saat mengkaji dan mengintervensi keluarga, yaitu: Fungsi efektif, fungsi sosialisasi, fungsi perawatan kesehatan, fungsi reproduksi, fungsi ekonomi.
Seorang anak yang mempunyai penyakit talasemia membutuhkan perawatan, perhatian dan kasih sayang dari setiap anggota keluarganya, sehingga melalui fungsi afeksi ini dapat membantu meminimalkan dampak psikososial keluarga seperti kecemasan. Anak dengan penyakit kronis dapat mempengaruhi tingkat aktivitas dan perkembangan mereka, ibu merupakan pendidik dan pemimpin utama dalam bidang kesehatan keluarga.
3. Tugas Perawatan Kesehatan Keluarga Penyakit kronik merupakan suatu kondisi yang mengganggu fungsi sehari-hari selama lebih dari 3 bulan dalam satu tahun, menyebabkan rawat inap menjadi
16
lebih dari satu bulan dalam setahun, atau (pada saat diagnosis) cenderung melakukan salah satu keduanya (Wong, 2009). Keluarga perlu dimotivasi untuk dapat memanfaatkan fasilitas pelayanan keperawatan dengan baik, dan merawat sebagai seorang profesional harus aktif dalam meningkatkan kemampuan keluarga merawat anaknya melaui pendidikan kesehatan.
Perawatan yang berpusat padakeluarga (Family Centered Care) merupakan unsur penting dalam merawat anak, mengingat anak bagian dari keluarga. Kehidupan anak dapat ditentukan oleh lingkungan keluarga, untuk itu keperawatan anak harus mengenal keluarga sebagai tempat tinggal atau sebagai konstanta tetap dalam kehidupan anak (Wong, 2009). Tujuan perawatan yang berpusat pada keluarga adalah memelihara kesatuan keluarga, memberdayakan anggota keluarga untuk mendapatkan peran kepemimpinan, dan mendukung keluarga pada saat keluarga mengalami kecemasan (Barker, 1994 dalam Potts & Mandleco, 2007). Bila keluarga lambat dalam memenuhi tugas-tugas perkembangannya, maka akan memperburuk dan membebani keluarga.
Untuk mencapai tujuan asuhan keperawatan keluarga, keluarga mempunyai tugas dalam memelihara kesehatan para anggotanya dan saling memelihara (Mubarak, 2006). a. Mengenal masalah kesehatan Sejauh mana keluarga mengenal fakta-fakta dari masalah kesehatan meliputi pengertian, tanda dan gejala, penyebab dan yang mempengaruhi serta persepsi keluarga terhadap masalah anak dengan talasemia. Tanggap dengan keadaan anak jika terlihat pucat dan lemas untuk segera membawa ke fasilitas kesehatan untuk melakukan transfusi darah.
b. Mengambil keputusan mengenai tindakan kesehatan yang tepat. Sejauh mana keluarga mengerti mengenai sifat dan luasnya masalah, apakah masalah dirasakan, menyerah terhadap masalah yang dialami, takut akan akibat dari tindakan penyakit, mempunyai sikap negative terhadap masalah
17
kesehatan, dapat menjangkau fasilitas kesehatan yang ada, kurang percaya terhadap tenaga kesehatan dan mendapat informasi yang salah terhadap tindakan dalam mengatasi masalah, sikap keluarga terhadap yang anggota keluarga yang sakit, tanggap terhadap keadaan anak, pengobatan rutin sesuai jadwal. Saling berdiskusi antar orang tua agar tidak terjadi konflik.
c. Merawat anggota keluarga yang sakit. Sejauhmana keluaga mengetahui keadaan penyakitnya, mengetahui tentang sifat dan perkembangan perawatan yang dibutuhkan, mengetahui sumbersumber yang ada dalam keluarga (anggota yang bertanggung jawab, keuangan, fasilitas fisik, psikososial), mengetahui keberadaan fasilitas yang diperlukan untuk perawatan dan sikap keluarga terhadap yang sakit. Misalnya jika anak demam orang tua sesegera mungkin mengompres anak. Rutin memberikan farmakologi sesuai resep dokter.
d. Memelihara lingkungan rumah yang sehat. Sejauh
mana
mengetahuisumber-sumber
keluarga
yang
dimiliki,
keuntungan/manfaat pemeliharaan lingkungan, mengetahui pentingnya sanitasi lingkungan, hygine dan kekompakkan antar anggota keluarga. Anak dengan penyakit talasemia harus di jauhkan dari sumber infeksi, jika orang tua tidak memantau anak ini akan berpengaruh pada kesehatannya. e. Menggunakan fasilitas atau pelayanan kesehatan di masyarakat. Apakah keluarga mengetahui keberadaan fasilitas kesehatan, tingkat kepercayaan keluarga terhadap petugas kesehatan dan fasilitas kesehatan tersebut terjangkau oleh keluarga. Jarak fasilitas kesehatan ke rumah pasien, jaminan kesehatan yang digunakan misalnya umum atau BPJS. Salah satu upaya yang dapat di lakukan orang tua untuk dapat beradaptasi terhadap stresor tergantung bagaimana koping yang dimiliki oleh orang tua tersebut.Strategi koping adalah cara yang dilakukan untuk merubah
18
lingkungan atau situasi dalam menyelesaian masalah yang sedang dirasakan/ dihadapi. C. Mekanisme Koping 1. Pengertian Koping
merupakan
berbagai
usaha
yang
dilakukan
individu
untuk
menanggulangi stress yang dihadapinya (Stuart, 2009). Setiap individu akan berusaha untuk keluar dari situasi yang menekan dan keadaan yang tidak menyenangkan dengan cara menyesuaikan diri dengan situasi tersebut. 2. Jenis Koping Mekanisme koping berdasarkan penggolongan terdiri dari dua macam (Keliat, 1999), yaitu: a. Mekanisme koping adaftif adalah suatu usaha yang dilakukan oleh individu dalam menyelesaikan masalah akibat adanya stresor atau tekanan yang bersifat positif, rasional dan konstruktif. b. Mekanisme koping maladatif adalah suatu usaha yang dilakukan oleh individu dalam menyelesaikan masalah akibat adanya stresor atau tekanan yang bersifat negatif, merugikan dan destruktif serta individu tidak dapat menyelesaikan masalah secara tuntas.
3. Mekanisme Koping Menurut Wong (2009) mengungkapkan bahwa mekanisme koping yang dapat digunakan adalah: a. Perilaku mengatasi masalah (Approach behavior) Mekanisme koping approach behavior ini bergerak menuju penyelesaian dan resolusi krisis. Petunjuk mengkaji perilaku koping apporoach behaviour adalah sebagai berikut: 1) Menanyakan informasi berkenaan dengan diagnosis dan kondisi anak pada saat ini
19
2) Mencari pertolongan dan dukungan orang lain (dari dalam dan luar keluarga) 3) Mengantisipasi masalah yang akan datang, secara aktif mencari petunjuk dan jawaban 4) Memaknai dan mengambil hikmah dari penyakit 5) Membagi beban atau gangguan dengan orang lain 6) Merencanakan yang realistik untuk masa depan 7) Mengakui dan menerima secara sadar diagnosis dan prognosis anak 8) Mengungkapkan perasaan seperti perasaan seperti kesedihan, berduka, depresi, kemarahan, serta menyadari alasan munculnya reaksi emosional 9) Menyadari dan menerima serta realistik kondisi anak dan menyesuaikan pada perubahan 10) Mengenali perkembangan perasaannya sesuai dengan waktu, seperti penolakan dini dan tidak menerima diagnosis anak 11) Mengungkapkan kemungkinan kehilangan anak.
b. Perilaku menghindari masalah (Avoidence behavior) Mekanisme koping avoidance behavior bergerak dari penyesuaian terhadap kritis sampai maladaptive. Petunjuk mengkaji perilaku koping avoidance behavior adalah sebagai berikut : 1) Kegagalan mengenal keseriusan kondisi anak, meskipun telah adatandatanda fisik yang timbul. 2) Menolak persetujuan pengobatan. 3) Membicarakan penyakit secara ilmiah tetapi tidak berhubungan dengan kondisi anak. 4) Marah dan bermusuhan kepada anggota staf, tidak menghiraukan sikap dan tingkah lakunya. 5) Menghindari staf, anggota keluarga atau anak. 6) Menyusun rencana masa depan anak yang tidak realistis, dengan melakukan sedikit tekanan.
20
7) Tidak dapat menyesuaikan atau menerima perubahan yang progresif dari penyakit. 8) Mencari pengobatan secara terus-menerus tanpa memandang keuntungan yang akan diperoleh. 9) Menolak menguji adanya penyakit dan prognosa pada anak. 10) Menggunakan pikiran magis dan fantasi seperti mencari pertolongan secara klinik atau dukun. 11) Menepatkan kegagalan sebagai takdir dan melepaskan tanggung jawab. 12) Menarik diri dari dunia luar dan menolak pertolongan. 13) Menghukum diri sendiri yang disebabkan karena rasa bersalah dan kesalahannya. 14) Tidak membuat perubahan dalam gaya hidup untuk menemukan kebutuhan anggota keluarga yang lain. 15) Menggunakan alkohol dan obat-obatan secara berlebihan untuk menghindari masalah. dan mengungkapkan dengan dengan kata-kata keinginan bunuh diri. 16) Tidak dapat mendiskusikan kemungkinan kehilangan anak atau pengalaman kematian sebelumnya.
Tiga jenis utama mekanisme koping menurut Stuart (2009): Mekanisme koping merupakan setiap upaya yang diarahkan pada manajemen stres, ini waktu yang penting untuk kegiatan keperawatan pada pencegahan primer. Tiga jenis utama dari mekanisme koping adalah sebagai berikut: 1. Problem-fokucused Mekanisme koping yang melibatkan tugas dan upaya langsung untuk mengatasi ancaman itu sendiri. Contohnya termasuk tawar-menawar, konfrontasi, dan mencari nasehat. 2. Cognitively-focused Mekanisme koping dimana seseorang tersebut mencoba untuk mengontrol makna masalah dan demikian mengatasinya. Meliputi perbandingan positif,
21
ketidaktahuan selektif, substitusi penghargaan, dan evaluasi objek yang diinginkan. 3. Emotion-focused Mekanisme koping dimana pasien diorientasikan pada tekanan emosional. Contohnya termasuk penggunaan mekanisme pertahanan ego. Seperti penyangkalan, penindasan, atau proyeksi.
4. Strategi Koping Menurut Lazarus (1984, dalam Suryana, 2012) coping terbagi menjadi dua strategi yaitu Problem focused coping merupakan strategi penanggulangan stres yang berfokus pada masalah dengan cara mengatur atau mengubah masalah yang dihadapi dan lingkungan sekitarnya yang menyebabkan terjadinya tekanan. Emotion focused coping merupakan strategi penanggulangan stres yang berfokus pada emosi atau usaha mengatasi stres dengan cara mengatur respon emosional dalam rangka menyesuaikan diri dengan dampak yang akan ditimbulkan oleh suatu kondisi atau situasi yang dianggap penuh tekanan. Dari dua strategi tersebut berkembang delapan variasi strategi coping yaitu: 1) Problem-focused coping a) Confrontative coping, usaha untuk mengubah keadaan yang dianggap menekan dengan cara yang agresif, tingkat kemarahan yang cukup tinggi, dan pengambilan resiko. b) Planful problem salving, usaha untuk mnegubah keadaan yang dianggap menekan dengan cara yang hati-hati, bertahap, dan analitis. 2) Emotion facoused coping a) Self-control, usaha untuk mengatur perasaan ketika menghadapi situasi yang menekan. b) Distancing, Usaha untuk tidak terlibat dalam permasalahan, seperti menghindar dari permasalahan seakan tidak terjadi apa-apa atau menciptakan pandangan-pandangan yang positif, seperti menganggap masalah sebagai lelucon.
22
c) Seeking social suppor, yaitu usaha untuk mendapatkan kenyamanan emosional dan bantuan informasi dari orang tua. d) Positive reappraisal, untuk mencari makna positif dari permasalahan dengan terfokus pada pengembangan diri, biasanya juga melibatkan halhal yang bersifat religius. e) Accepting responsibility, usaha untuk menyadari tanggung jawabdiri sendiri
dalam
permasalahan
yang
dihadapinya,
dan
mencoba
menerimanya untuk membuat semuanya menjadi lebih baik. Strategi ini baik, terlebih bila masalah terjadi karena pikiran dan tindakan sendiri. Namun strategi ini menjadi tidak baik bila individu tidak seharusnya bertanggung jawab atas masalah tersebut. f) Escape/ avoidance, usaha untuk mengatasi situasi menekan dengan lari dari situasi tersebut atau menghindarinya dengan beralih pada hal lain seperti makan, minum, merokok, atau menggunakan obat-obatan.
Orang tua terutama ibu dengan anak yang menderita penyakit kronik, menurut penelitian oleh (Atkin, 2000 dalam Nelson, 2003), mempunyai mekanisme koping yang sering digunakan selama melakukan perawatan anaknya yaitu: 1) Mencari informasi, menguasai keterampilan & pengetahuan 2) Mencari dukungan sosial, berpokus pada hal-hal positif 3) Membandingkan keadaannya, dengan keyakinan bahwa penyakit yang diderita anaknya adalah ujian bagi mereka
5. Pengukuran Koping Keluarga Untuk mengukur tingkat koping keluarga dapat menggunakan alat ukur Revised Way of Coping Scale (WCQ-R) menurut Lazarus dan Folkman (1984, dalam Suryana 2012), WCQ-R terdiri dari delapan strategi koping yaitu Koping Konfrontatif, menjauhkan diri, mencari dukungan sosial, menerima tanggung jawab, menghindari, merencanakan pemecahan masalah, dan penilaian kembali secara positif.
23
Tabel 2.1 Kisi-Kisi Alat Ukur Coping Menurut Lazarus (1984) DIMENSI a. Confrontative coping.
Problem Focused coping
b. Planful problem salving.
a. Self-controling
b. Distancing
c. Seeking support
social
d. Accepting responsibility Emotion Focused Coping
e. Accepe/ avoidance
f. Positive reappraisal
INDIKATOR 1. Berusaha untuk mengubah keadaan yang dianggap menekan dengan cara agresif, 2. Memiliki tingkat kemarahan yang cukup tinggi 1. Melakukan pengambilan resiko 1. Berusaha untuk mengubah keadaan yang dianggap menekan dengan cara yang hati-hati. 2. Mengubah keadaan secara bertahap. 3. Berpikir analitis 1. Berusaha untuk mengatur perasaan ketika menhadapi situasi yang menekan. 1. Berusaha untuk tidak terlibat dalam permasalahan, seperti menghindar dari permasalahan seakan tidak terjadi apa-apa 2. Menciptakan pandangan-pandangan yang positif, seperti menganggap masalah sebagai lelucon. 1. Berusaha untuk mendapatkan kenyamanan emosional dan bantuan informasi dari orang lain 1. Berusaha untuk menyadari tanggung jawab diri sendiri dalam permasalahan yang dihadapinya 2. Mencoba menerima masalah untuk membuat semuanya menjadi lebih baik 1. Berusaha untuk mengatasi situasi yang menekan dengan lari dari situasi tersebut 2. Menghindari situasi yang menekan dengan beralih pada hal lain seperti makan, minum, merokok, atau menggunakan obat-obatan 1. Berusaha mencari makna positif dari permasalahan dengan terfokus pada pengembangan diri 2. Melibatkan hal-hal yang bersifat religius
PERNYATAAN 6, 7, 46
17, 28 34 39, 49, 62
1, 26 2, 48, 52 10, 14, 19, 35, 37, 43, 54, 61, 63, 64, 65. 4, 5, 12, 13
15, 21, 24, 27, 41, 44, 53 8, 18, 22, 45, 8, 31, 42 29, 51
9, 25
3, 11, 40, 51, 55, 58, 57, 59 16, 32, 33, 66, 47
20, 23, 31, 56
36, 38, 60
24
Salah satu upaya orangtua yang dapat dilakukan untuk mengurangi dampak psikososial yang dialami oleh keluarga dalam merawat anak talasemia dengan berusaha menetapkan mekanisme koping yang baik, selain itu karena pada anak talasemia melakukan upaya pengobatan yang dapat dilakukan oleh pasien agar tetap dapat bertahan hidup adalah dengan melakukan transfusi darah yang dapat berlangsung seumur hidupnya. Oleh karena itu diperlukan upaya petugas kesehatan memberikan pendidikan kesehatan untuk meningkatkan kemampuan orangtua dalam merawat anak dengan talasemia.
D. Pendidikan Kesehatan 1. Pengertian Pendidikan kesehatan adalah suatu penerapan konsep pendidikan dalam bidang kesehatan (Notoatmojo, 2011) seorang individu, kelompok atau masyarakat tidak terlepas dari kegiatan belajar.
Menurut Bensley (2008) Pendidik kesehatan adalah mengubah perilaku individu atau kelompok. Tugas yang bahkan lebih sulit adalah membantu individu atau kelompok mempertahankan perilaku ketika sudah berubah. Peran pendidik kesehatan adalah memotivasi dan mendidik individu, keluarga, organisasi, dan masyarakat untuk melakukan tindakan dalam mempromosikan perilaku yang kondusif bagi lingkungan dan gaya hidup yang sehat dan aman.
2. Tujuan Pendidikan Kesehatan adalah seseorang mampu: Menurut Mubarak (2009) Tujuan pendidikan kesehatan meliputi: a. Menetapkan masalah dan kebutuhan mereka sendiri b. Mamahami apa yang dapat mereka lakukan terdapat masalah, dengan sumber daya yang ada pada mereka ditambah dengan dukungan dari luar. c. Memutuskan kegiatan yang paling tepat guna untuk meningkatkan taraf hidup sehat dan kesejahteraan masyarakat.
25
Tujuan dari pendidikan kesehatan menurut undang-undang kesehatan No. 36 tahun 2009 maupun WHO adalah meningkatkan kemampuan masyarakat, baik fisik, mental, dan sosialnya sehingga produktif secara ekonomi maupun secara sosial, pendidikan kesehatan disemua program kesehatan, baik pemberantasan penyakit menukar, sanitasi, lingkungan, gizi masyarakat, pelayanan kesehatan, maupun program kesehatan lainnya.
3. Etika dalam Pendidikan Kesehatan Menurut Bensley (2008) ilmu etika atau filosofi moral, memungkinkan pendidik kesehatan untuk membuat keputusan pribadi maupun profesional yang didasarkan pada prinsip-prinsip dasar yang mencerminkan nilai-nilai serta moral masyarakat dan profesi pendidik kesehatan. Prinsip-prinsip tersebut berfungsi sebagai panduan yang mengatur tingkah laku profesional. Ilmu etika secara khas berpusat pada empat prinsip : a. Kebebasan pribadi atau otonomi, kita harus menghormati hak-hak orang lain. Manusia memiliki hak untuk memilih dan berprilaku. Terkadang kebebasan dikesampingkan untuk mencegah bahaya, Jika terjadi, hal itu disebut paternalisme. b. Menghindari bahaya atau non malifencence, kita tidak boleh menimbulkan bahaya bagi orang lain. c. Berbuat kebajikan atau benefience (berbuat amal), kita harus menolong orang lain atau setidaknya, menghilangkan bahaya. d. Keadilan, kita harus memperlakukan orang lain dengan sama adil.
4. Pedoman Pendidikan Kesehatan Pada tahapan atau sesi yang sudah dikembangkan oleh beberapa penelitian sebelumnya terkait dengan masalah keluarga yang memiliki gangguan psikologis, maka penelitian ini melakukan modifikasi dalam sesi-sesi dalam penelitian ini untuk mengatasi masalah psikososial keluarga yang mempunyai anak dengan penyakit talasemia. Adapun sesi-sesi program pendidikan kesehatan yang akan dilakukan adalah sebagai berikut :
26
a. Sesi satu : Identifikasi masalah yang dihadapi oleh keluarga. Pada sesi ini keluarga dapat menyepakati kontrak pendidikan kesehatan yang akan diberikan, setelah diberikan penjelasan mengenai tujuan pemberian pendidikan kesehatan ini, keluarga mampu menyampaikan pengalaman merawat anak dengan talasemia, yang dituangkan dalam lembar kuisioner. b. Sesi kedua Pada sesi ini dilakukan pemberian kuisioner setelah dilakukannya pendidikan kesehatan yang dilaksanakan 3 hari sebelumnya. Intervesi di nilai koping orang tua sesudah diberikan pendidikan kesehatan keluarga dalam merawat anak talasemia
E. Kerangka Konsep Kerangka konsep penelitian adalah suatu hubungan atau kaitan antara konsep satu dengan konsep lainnya dari masalah yang ingin diteliti (Setiadi, 2007), kerangka konsep pada penelitian ini menggambarkan bahwa yang diteliti adalah pengaruh pendidikan kesehatan terhadap koping orang tua dengan anak talasemia mayor. Variabel yang akan diukur adalah sebagai berikut : 1. Variabel terikat (Dependent variable) Variabel terikat dalam penelitian ini adalah koping orang tua dengan anak talasemia. 2. Variabel bebas (Independent variable) Variabel bebas dalam penelitian ini adalah pendidikan kesehatan dan karakteristik orang tua yang meliputi usia, pendidikan, pekerjaan, penghasilan keluarga dan jumlah anak dengan talasemia.
27
Skema 2.1 Kerangka Konsep Penelitian Variabel Independen
Variabel Dependen
Pendidikan Kesehatan
Koping orang tua dalam merawat anak talasemia
F. Hipotesis Hipotesis penelitian adalah jawaban sementara dari suatu penelitian. Hasil suatu penelitian pada hakikatnya adalah suatu jawaban atas pernyataan penelitian yang telah dirumuskan. Jadi hipotesis didalam penelitian berarti jawaban sementara penelitian, patokan duga, atau dalil sementara, yang kebenarannya akan dibuktikan dalam penelitian tersebut (Setiadi, 2007).
Ha : Ada pengaruh pendidikan kesehatan terhadap koping orang tua dengan anak talasemia.
BAB III METODE PENELITIAN
A. Desain Penelitian Desain penelitian adalah model atau metode yang digunakan untuk melakukan suatu penelitian yang memberikan arah terhadap jalannya penelitian (Dharma, 2011). Desain penelitian ini ditetapkan berdasarkan tujuan penelitian dan hipotesis penelitian. Dalam penelitian ini menggunakan jenis penelitian kuantitatif dengan desain Quasi eksperiment. Penelitian Quasi eksperiment merupakan penelitian yang mengujicobakan suatu intervensi pada sekelompok subjek dengan atau tanpa kelompok pembanding, namun tidak dilakukan randomisasi untuk memasukan subjek ke dalam kelompok perlakuan atau kontrol. Efektifitas perlakuan dinilai dengan cara membandingkan nilai pre-test dengan post-test (Setiadi, 2007).
Skema 3.1 Desain Penelitian Pre test
Intervensi
Post test
01
X
02
Keterangan : i.
: Intervesi Sebelum diberikan Pendidikan Kesehatan (Pre-test)
X
: Intervensi
02
: Intervesi Sesudah diberikan Pendidikan Kesehatan (Post-test)
28
29
B. Populasi dan Sampel 2. Populasi Penelitian Populasi adalah sejumlah besar subjek yang mempunyai karakteristik tertentu (Sastroasmoro & Ismael, 2011). Populasi terjangkau dalam penelitian ini adalah orang tua yang mempunyai anak dengan penyakit talasemia di Rumah Sakit Umum Sari Mutiara Medan.
Berdasarkan hasil survei data awal yang dilakukan peneliti dari intalasi rekam medik diperoleh jumlah penderita talasemia tahun 2014 berjumlah 98 pasien dan tahun 2015 diperoleh jumlah mulai dari 1 Januari sampai 17 Maret 2015 sebanyak 56 pasien dengan kunjungan 2 kali perbulannya.
3. Sampel penelitian Sampel penelitian merupakan sekelompok individu yang merupakan bagian dari populasi terjangkau dimana peneliti langsung mengumpulkan data atau melakukan pengamatan pengukuran pada unit ini (Setiadi, 2007). Perhitungan besar sampel dalam penelitian ditetapkan berdasarkan tujuan analisis data penelitian. Perhitungan besar sampel menggunakan Accidental. Teknik penentuan sampel berdasarkan kebetulan, yaitu siapa saja yang kebetulan bertemu dengan peneliti dapat digunakan sebagai sampel, bila dipandang orang yang kebetulan ditemui itu cocok sebagai sumber data. Rumus Formula Menurut Nursalam (2008) :
30
Keterangan : n =
Perkiraan jumlah Sampel
N =
Perkiraan jumlah populasi
Z =
Nilai standar normal α 0,05 (1,96)
P =
Perkiraan proporsi, jika tidak diketahui maka di anggap 50%
q =
tingkat kesalahan yang dipilih
d =
Presisi absolut
Dengan demikian sampel minimal yang dibutuhkan dalam penelitian ini adalah 20 responden. Untuk mengantisipasi kemungkinan responden terpilih yang drop out pada saat penelitian, dengan perkiraan sekitar 10 %, (sastroasmoro & Ismael, 2011). Formulasi yang digunakan untuk koreksi jumlah sampel yaitu :
n’= Keterangan: n’
=
Besar sampel setelah dikoreksi
n
=
Jumlah sampel berdasarkan estimasi sebelumnya
f
=
Prediksi persentase sampel drop out
C. Tempat Penelitian Tempat dilakukannya penelitian ini di Rumah Sakit Umum Sari Mutiara Medan tahun 2015.
D. Lokasi Penelitian Lokasi penelitian dilakukan di kamar 219 ruangan Stella 2A dan di IDT Rumah Sakit Umum Sari Mutiara Medan.
E. Waktu Penelitian Waktu penelitian ini dilakukan pada periode Mei – Juni 2015.
31
F. Defenisi Operasional Menurut Setiadi (2007). Definisi operasional merupakan penjelasan semua variabel dan istilah yang akan digunakan dalam penelitian secara operasional sehingga akhirnya mempermudah pembaca dalam mengartikan makna penelitian.
Tabel 3.1 Definisi Operasional, Alat Ukur dan Cara Ukur, Hasil Ukur dan Skala Ukur Variabel Penelitian No
1
2
Variabel Variabel bebas Pendidikan Kesehatan
Variabel Terikat Koping orangtua
Defenisi operasional
Intervensi yang diberikan kepada orang tua dengan memberikan informasi, memotivasi, mengubah perilaku serta membantu mereka dalam mengatasi masalah dan kemampuan untuk merawat anak dengan talasemia
Respon yang digunakan orangtua dan untuk memecahkan masalah atau mengurangi kecemasan yang diakibatkan oleh masalah
Cara ukur
Hasil ukur
Skala
_
_
_
Menggunakan kuesioner dengan cara ukur menggunakan skala likert : (1) tidak pernah, (2) Kadang-kadang, (3) Sering, (4) selalu.
Dinyatakan dengan skor keseluruhan dari item pertanyaan dalam kuesioner rentang skor 1= kurang (39-78) 2= Cukup (79117) 3= Baik (118156)
Interval
G. Aspek Pengukuran Instrumen ini dikembangkan dari Revised Ways Of Coping Questionaire (WCQ; Lazarus & Folkman, 1984), yang telah digunakan secara luas baik berhubungan dengan stress dalam kehidupan maupun stress kerja. Skala ini berdasarkan dari teori mereka mengenai koping yang terbagi menjadi dua strategi coping, yaitu Problemfocuse coping dan emotion-facused coping. Dalam WCQ terdapat 66 butir
32
pernyataan dengan menggunakan empat pilihan jawaban skala likert. Yaitu : (1) tidak pernah, (2) Kadang-kadang, (3) Sering, (4) selalu.
Berdasarkan hasil uji validitas yang dilakukan Rachmaniah (2012) untuk kuesioner instrumen koping dari 60 pernyataan didapat 39 pernyataan dinyatakan valid dengan r hitung > r tabel, dan sisanya 21 peryataan dinyatakan tidak valid yaitu nomor 4, 7, 12, 18, 19, 21, 22, 23, 25, 26, 31, 33, 36, 39, 43, 46, 49, 50, 51, 59 dan 60, Setelah dibandingkan dengan nilai r hitung < r tabel. Item pernyataan yang dinyatakan tidak valid selanjutnya dikeluarkan oleh peneliti dari instrumen penelitian. Dengan penilaian pernyataan positif (1) tidak pernah (tidak pernah melakukan hal tesebut), (2) kadang-kadang (3-4 kali selama cemas), (3) sering (2 kali selama cemas), dan (4) selalu (setiap kali mengalami kecemasan)
H. Alat dan Prosedur Pengumpulan Data 1. Alat Pengumpulan Data a. Kuesioner A Pengumpulan data demografi yang berhubungan dengan karakteristik responden meliputi kode/nomor responden, usia responden, pendidikan, pekerjaan, penghasilan keluarga, dan jumlah anak yang menderita talasemia dalam keluarga.
b. Kuesioner B Kuisioner untuk mengatur mekanisme koping. Pengukuran koping keluarga menggunakan instrumen Revised way of Coping Scale (WCQ-R) menurut Lazarus dan Folkman (1984), pernyataan koping yang digunakan dalam penelitian ini berjumlah 39 pernyataan, yang terdiri dari 30 pernyataan favorable dan 9 pernyataan unfavorable yaitu nomor 8, 9, 10, 12, 20, 23, 25, 28, dan 32. Dengan penilaian (4) tidak pernah, (3) kadang-kadang, (2) sering, dan (1) selalu. Untuk jawaban responden rentang antara 39-156.
33
Rumus statistik menurut Notoatmodjo (2005) sebagai berikut : P= Keterangan: P
= Panjang kelas interval
Rentang
= Nilai skor terbesar dikurangi nilai skor terkecil
Banyak kelas
= Jumlah kategori kelas yang diinginkan dalam hal ini ada tiga, yaitu kurang, cukup dan baik.
Sehingga dari rumus diatas diperoleh panjang kelas interval sebagai berikut: Nilai 39 – 78
: Kurang
Nilai 79 – 117 : Cukup Nilai 118 – 156 : Baik
2. Prosedur Pengumpulan Data a. Posedur Administratif 1) Sebelum melaukan penelitian terlebih dahulu peneliti mengajukan surat permohonan ijin penelitian kepada Fakultas Keperawatan dan Kebidanan Universitas sari Mutiara Indonesia, yang kemudian disampaikan pada pihak RSU Sari Mutiara Medan. 2) Setelah mendapatkan balasan ijin penelitian dari pihak RSU Sari Mutiara Medan, Peneliti melakukan koordinasi dengan pihak yang terkait untuk melakukan penelitian yang diantaranya Kepala ruangan instalasi IDT
b. Prosedur Teknis Rumah Sakit Umum Sari Mutiara Medan, merupakan Rumah Sakit Umum di wilayah Sumatra Utara yang menyediakan satu pintu untuk pasien talasemia yang memiliki delapan tempat tidur untuk kegiatan transfusi darah. Kegiatan pelayanan talasemia RSU Sari Mutiara dilaksanakan dari hari senin sampai dengan jum’at, untuk jadwal kontrol dan konsultasi dokter dilaksanakan hari senin dan kamis, Menurut kepala ruangan rata-rata jumlah
34
pasien yang dating melakukan pengobatan transfusi darah setiap hari sebanyak 4-9 orang pasien. Prosedur Teknis dalam penelitian ini adalah : 1) Pertama kali (hari I) peneliti melakukan pendekatan dan peneliti meminta persetujuan
responden
(Informed
Consent).
Setelah
responden
menyetujui peneliti meminta responden mengisi kuisioner pre-test. Peneliti membuat nama responden di tabel daftar nama, pada hari yang sama peneliti memberikan intervensi pendidikan kesehatan dengan metode ceramah, aplikasi video dan dengan cara berbagi pengalaman dengan orang tua dalam memilih alternative yang di lakukan dalam menghadapi masalah. 2) Penilaian post-test dilakukan minimal pada dua minggu setengah (18 hari) setelah diberikan intervensi, orang tua diminta kehadirannya sesuai kontrak yang disepakati untuk mengisi post test (orang tua yang hadir kembali membawa anaknya untuk melakukan transfusi darah) setelah orang tua hadir peneliti memberi tanda checklist pada daftar nama yang mengikiti intervensi pendidikan kesehatan terhadap koping orang tua, peneliti kembali memberikan kuisioner post yang akan di isi oleh responden yang sebelumnya telah di kontrak. hal ini sesuai dengan penelitian Lally, et al (2009) yang menunjukkan bahwa waktu yang dibutuhkan peserta untuk mencapai 95% dari informasi yang diberikan adalah berkitar antara 18-254 hari, dimana dengan waktu penilaian tersebut materi yang diberikan sudah mengendap dalam ingatan responden (retensi). Dalam penelitian in, peneliti menentukann waktu penilaian ulang (post test) berdasarkan waktu terpendek yaitu dua minggu setengah (18 hari). Namun dalam pelaksanaannya Post test ini tidak semua responden dalam melaksanakan tidak sesuai dengan jadwal, dikarenakan beberapa responden tidak kembali 18 hari setelah diberikan intervensi pendidikan kesehatan.
35
I. Uji Kuesioner Uji validitas yang dilakukan Rachmaniah (2012) menggunakan uji Pearson atau dikenal dengan Corelation Product Moment (r), yaitu membandingkan antara r hitung dengan r tabel. Untuk mengetahui apakah instrumen yang digunakan dalam penelitian ini valid dan reliable. Hasil perhitungan tiap-tiap item pernyataan dibandingkan dengan tabel Product Moment, dimana untuk N=15 dan taraf signifikansi 5% diperoleh nilai r tabel 0.514. item pernyataan dinyatakan valid jika nilai r hitung lebih besar dari 0.514. perolehan nilai r hitung pada uji untuk kuesioner koping nilai r yang valid terendah adalah 0.516 dan tertinggi adalah 0.882, maka kesimpulan uji kuesioner tersebut dinyatakan valid. Dengan demikian pernyataan koping yang digunakan dalam penelitian ini berjumlah 39 pernyataan, yang terdiri dari 30 pernyataan favorable dan 9 pernyataan unfavorable yaitu nomor 8, 9, 10, 12, 20, 23, 25, 28, dan 32. Pengujian reliabilitas instrumen dalam penelitian ini menggunakan analisa Alpha Chronbach. Instrumen dikatakan reliabel bila nilai r lebih besar dari nilai r tabel. Hasil dari uji ini diperoleh nilai Alpha Chronbach untuk kuesioner koping adalah 0.966, hasil uji menunjukkan bahwa nilai r hitung lebih besar dari nilai r tabel sehingga disimpulkan bahwa keusioner tersebut dinyatakan reliabel.
J. Etika Penelitian Penelitian keperawatan pada umumnya melibatkan manusia sebagai subjek penelitian. Oleh karena itu pertimbangan etik penelitian menjadi perhatian peneliti. Peneliti menyakinkan bahwa responden terlindungi dengan memenuhi prinsip etik. Untuk itu peneliti meminta persetujuan keikutsertaan pada subjek penelitian sebelum penelitian dilakukan melalui informend consent.
Secara umum menurut Polit dan Beck (2006) terdapat empat prinsip utama dalam etik penelitian keperawatan yaitu: 1. Menghormati harkat dan martabat manusia (Respect for human dignity) Penelitian dilakukan tanpa adanya paksaan, Subjek memiliki hak asasi dan kebebasan untuk menentukan pilihan ikut atau menolak penelitian (autonomy).
36
Subjek memperoleh informasi yang jelas dari peneliti tentang pelaksanaan penelitian meliputi tujuan dan manfaat penelitian, prosedur penelitian, resiko penelitian, keuntungan yang mungkin di dapat dan kerahasiaan informasi. Setelah mendapatkan informasi yang jelas subjek menentukan apakah ikut atau menolak penelitian, yang tertuang dalam pelaksanaan informed consent. Dalam penelitian ini responden diberikan penjelasan mengenai pelaksanaan penelitian, dan setelah menyetujui responden diminta untuk menandatangani lembar persetujuan menjadi subjek penelitian.
Peneliti mempersiapkan formulir persetujuan yang akan ditandatangani oleh subjek penelitian. a. Memberikan penjelasan langsung kepada subjek mencakup seluruh penjelasan pemahaman yang tertulis dalam formulir informend consent dan penjelasan yang tertulis dalam formulir informed consent dan penjelasan lain yang diperlukan untuk memperjelas pemahaman subjek tentang pelaksanaan penelitian. b. Memberikan kesempatan kepada subjek untuk bertanya tentang aspek-aspek yang belum dipahami. c. Memberikan waktu yang cukup kepada subjek untuk menentukan pilihan ikut atau menolak ikut serta sebagai subjek penelitian. d. Meminta subjek untuk menandatangani formulir informed consent, jika ia menyetujui untuk ikut serta dalam proses penelitian.
2. Menghormati privasi dan kerahasiaan subjek. (Respect for privacy and confidentiality) Peneliti merahasiakan sebagai informasi yang menyangkut privasi subjek, pada pelaksanaan penelitian ini lembar kuesioner diisi dengan menggunakan inisial untuk melindungi kerahasiaan dan informasi yang diberikan kepada responden.
37
3. Menghormati keadilan dan inklusivitas (Respect Justice Inclusiveness) Dalam penelitian ini hanya menggunakan kelompok perlakuan tanpa adanya pembanding.
4. Memperhitungkan manfaat dan kerugian yang ditimbulkan (Blancing harm and benefit). Dalam penelitian ini, bentuk intervensi yang diberikan adalah pendidikan kesehatan yaitu memberi informasi mengenai penyakit talasemia, lima tugas perawatan kesehatan keluarga dan teknik mengelola kecemasan akibat dampak merawat anak dengan talasemia, diharapkan intervensi ini memberikan manfaat yang sebesar-besarnya bagi subjek penelitian, dan meminimalkan kerugian, seperti tidak memberikan subjek berlarut-larut dalam kecemasan akibat merawat anak dengan talasemia.
K. Pengolahan dan Analisa Data 1. Pengolahan Data Menurut Notoadmodjo (2010) setelah data-data dikumpulkan, langkah selanjutnya adalah mengolah data sedemikian rupa
dengan menggunakan
program komputer, langkah-langkah pengolahan tersebut adalah: a. Editing Setelah kuisioner diisi oleh responden peneliti melakukan cross check terhadap kelengkapan data yang diisi oleh responden sesuai dengan pernyataan di kuisioner, hal ini dilakukan untuk menghindari pengumpulan data berulang. Seluruh kuisioner yang telah terisi lengkap atau tidak ada yang gugur sehingga dapat dilanjutkan pada tahap selanjutnya
b. Coding Pemberian kode identitas responden untuk menjaga kerahasian dan mempermudah proses penelusuran biodata responden bila diperlukan. Setiap jawaban untuk memudahkan peneliti dengan mengubah data yang sudah diedit dalam bentuk angka, dengan memberikan kode pada usia “1” Ayah
38
untuk kode “2” Ibu. Pendidikan terakhir responden untuk SD diberi kode “1”, untuk SMP diberi kode “2”,
untuk SMA diberi kode “3”, untuk
perguruan tinggi diberi kode “4”, untuk pekerjaan responden untuk pegawai negeri diberi kode “1”, untuk wiraswasta diberi kode “2”, untuk ibu rumah tangga diberi kode “3”, untuk buruh diberi kode “4”, untuk lainnya diberi kode “5”.Untuk Penghasilan Keluarga “1” < 1.000.000, kode “2” 1.000.0001.400.000, kode “3” > 1.400.000. untuk jumlah anak menderita talasemia dalam keluarga kode “1” 1 orang, dan kode “2” 2 orang. Koping orang tua untuk tidak pernah melakukan hal tersebut kode “1”, jika tindakan tersebut dilakukan 3-4 kali ketika mengalami cemas kode “2”, jika tindakan tersebut dilakukan 2 kali jika mengalami cemas kode “3”, dan jika tindakan tersebut dilakukan setiap kali mengalami kecemasan akibat merawat anak talasemia kode “4”, dengan rentang 39-156 pernyataan.
c. Entri Data Setelah dilakukan pengelompokkan data, maka data umur, pendidikan terakhir, pekerjaan, hasil jawaban kuisioner tingkat kecemasan sebelum pemberian aromaterapi lavender, hasil jawaban tingkat koping menggunakan kuisioner sebelum dan sesudah pemberian pendidikan kesehatan dimasukkan dalam komputer dengan menggunakan program spss dan diolah dengan menggunakan uji statistik wilcoxon dengan bantuan program komputerisasi.
d. Tabulating Setelah selesai memberikan penilaian kemudian dilakukan tabulasi dengan memasukkan semua jawaban ke dalam tabel distribusi frekuensi untuk mempermudah analisa data lalu di interpretasikan.
2. Analisa data a. Analisa Univariat Analisa data univariat dilakukan terhadap variabel independen, dan variabel dependen. Analisa univariat pada variabel yang berbentuk kategorik
39
(pendidikan, pekerjaan, penghasilan keluarga, dan jumlah anak yang menderita talasemia) menggunkan analisis proporsi dan dituangkan dalam tabel distribusi frekuensi, sedangkan untuk data variabel dengan data yang berbentuk numerik (usia, dan koping orang tua) dianalisis dengan menggunakan mean, median, modus dan standar deviasi.
b. Analisis Bivariat Analisa bivariat penelitian dilakukan untuk membuktikan adanya pengaruh antara kedua variabel (Hastono, 2007) kedua variabel yang ingin dibuktikan adalah pengaruh pendidikan kesehatan terhadap koping orang tua dalam merawat anak dengan talasemia di Rumah Sakit Umum Sari Mutiara Medan. Analisa data dilakukan dengan uji Wilcoxon dengan tingkat kemaknaan 5% dan kekuatan 95%.
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN A. Hasil Penelitian Setelah melakukan penelitian ke lokasi penelitian, adapun gambaran lokasi dan hasil penelitian yang dapat disampaikan oleh peneliti adalah sebagai berikut: 1. Gambaran Umum Lokasi Penelitian Penelitian ini dilaksanakan di kamar 219 ruangan Stella 2A dan IDT Rumah Sakit Umum Sari Mutiara Medan. Rumah Sakit Umum Sari Mutiara Medan terletak di jalan Kapten Muslim No. 79, Kecamatan Medan Helvetia kota Medan, merupakan salah satu unit pelayanan kesehatan swasta tipe “B”, yang dikelola oleh Yayasan Sari Mutiara. Pertama kali berbentuk klinik Bidan Sitanggang, dan kemudian pada tanggal 31 Maret 1978 statusnya berubah menjadi Rumah Sakit Umum Sitanggang. Berdasarkan keputusan Dirjen Yankes Depkes RI tanggal 5 Februari 1987 No 098/Yan.Med/Sk/87, Rumah Sakit Umum Sitanggang berganti nama menjadi Rumah Sakit Umum Sari Mutiara Medan. Rumah Sakit Umum Sari Mutiara Medan merupakan pelayanan kesehatan sekaligus juga sebagai tempat mahasiswa/i yang mengikuti pendidikan di Fakultas Keperawatan dan Kebidanan Universitas Sari Mutiara Indonesia melakukan praktek pra klinik.
Rumah Sakit Umum Sari Mutiara Medan merupakan tempat pelayanan dibidang kesehatan. Rumah Sakit Umum Sari Mutiara Medan menjalankan pelayanan kesehatan yang berkualitas, dengan “Misi” Memberikan pelayanan kesehatan yang bermutu, nyaman dan terjangkau masyarakat, dan mempunyai “Motto” Kenyamanan dan kepuasan anda adalah profesionalisme pelayanan kami.
Rumah Sakit Umum Sari Mutiara Medan telah melengkapi fasilitas kesehatan dengan menyediakan pelayanan satu pintu untuk penderita talasemia yang terdiri dari dua orang perawat dan delapan bed tidur dengan satu kursi di masingmasing bed, untuk melakukan transfusi darah. Tujuan itu untuk memberikan pelayanan yang baik kepada penderita talasemia. Jumlah kunjungan pasien
40
41
talasemia meningkat tiap tahunnya, masih banyak orang tua yang tidak mengetahui siapa pembawa bibit atau penyebab penyakit ini. Rata-rata dari orang tua pasrah terhadap keadaan dan kurangnya terpapar oleh informasi.
2. Analisa Univariat a. Karakteristik Responden Tabel 4.1 Distribusi Frekuensi dan Persentase Responden Berdasarkan Usia, Pendidikan, Pekerjaan, Penghasilan Keluarga, Jumlah Anak yang Menderita Talasemia dalam Keluarga di Rumah Sakit Umum Sari Mutiara Medan Tahun 2015 (n = 20) Variabel Usia 25 – 32 33 – 40 41 – 48 49 – 56 Jenis Kelamin Laki-laki perempuan Pendidikan SD SMP SMU Perguruan Tinggi (D3/S1/S2/S3) Pekerjaan Pegawai Negeri Pegawai Swasta Wiraswasta Ibu Rumah Tangga Buruh Penghasilan Keluarga < 1.000.000 1.000.000-1.400.000 > 1.400.000 Jumlah Anak Yang Menderita Talasemia 1 Orang 2 Orang
n
%
4 7 6 3
20 35 30 15
7 13
35 65
2 1 11 6
10 5 55 30
3 2 2 12 1
15 10 10 60 5
2 10 8
10 50 40
16 4
80 20
Berdasarkan tabel 4.1 dapat dilihat bahwa sebagian besar kelompok umur responden berada pada rentang 33-40 tahun sebanyak 35%. Berdasarkan mayoritas jenis kelamin yaitu perempuan sebanyak 65 %, berdasarkan mayoritas pendidikan responden berada pada tingkat SMU sebanyak 55%,
42
berdasarkan mayoritas pekerjaan responden sebagian besar adalah ibu rumah tangga sebanyak 65%, berdasarkan penghasilan keluarga sebagian besar berada pada rentang 1.000.000-1.400.000 sebanyak 50%, dan berdasarkan mayoritas jumlah anak yang menderita talasemia 1 orang sebanyak 80%.
Tabel 4.2 Koping Orang Tua dalam Merawat Anak dengan Talasemia Sebelum Diberikan Pendidikan Kesehatan di Rumah Sakit Umum Sari Mutiara Medan Tahun 2015 (n=20) Koping Pre-Test
n
Mean
Median
SD
Min
Max
Kurang
5
73.40
73.00
2.966
70
78
Cukup
15
94.67
95.00
7.078
80
106
Baik
0
0
0
0
0
0
Total
20
89.35
93.50
11.315
70
106
Berdasarkan tabel 4.2 dapat dilihat bahwa koping orang tua sebelum diberikan pendidikan kesehatan adalah cukup 15 Responden dengan ratarata 89.35 dan standar deviasi 11.315.
Tabel 4.3 Koping Orang Tua dalam Merawat Anak dengan Talasemia Sesudah Diberikan Pendidikan Kesehatan di Rumah Sakit Umum Sari Mutiara Medan Tahun 2015 (n=20) Koping Post-Test
n
Mean
Median
SD
Min
Max
Kurang
4
74.50
75.50
4.041
69
78
Cukup
6
100.17
101.50
7.026
87
108
Baik
10
123.90
123.50
4.122
118
132
Total
20
106.90
113.00
20.274
69
132
Berdasarkan tabel 4.3 dapat dilihat bahwa koping orang tua sesudah diberikan pendidikan kesehatan adalah baik 10 Responden dengan rata-rata 106.90 standar deviasi 20.274.
43
3. Analisis Bivariat a. Pengaruh pendidikan kesehatan terhadap koping orang tua sebelum dan sesudah diberikan intervensi di Rumah Sakit Umum Sari Mutiara Tahun 2015. Tabel 4.4 Pengaruh Pendidikan Kesehatan Terhadap Koping Orang Tua Sebelum Dan Sesudah Diberikan Pendidikan Kesehatan Di Rumah Sakit Umum Sari Mutiara Medan Tahun 2015 (n=20) Koping Sebelum di Berikan Pendidikan Kesehatan
Z
P-Value
-3.312
0.001
Sesudah di Berikan Pendidikan Kesehatan
Hasil Anilis menggunakan Wilcoxon signed ranks test diperoleh nilai Z sebesar -3.312; P Value = 0.001 (P < 0.05). Hasil ini menunjukkan Ha diterima sehingga hasilnya ada pengaruh yang signifikan antara pemberian pendidikan kesehatan dalam meningkatkan koping orang tua dalam merawat anak talasemia. Pengaruh ini membuktikan bahwa pemberian pendidikan kesehatan pada orang tua yang merawat anak talasemia efektif untuk meningkatkan kopingnya.
B. Pembahasan 1. Interpretasi dan Diskusi Hasil a. Koping Orang Tua Sebelum diberikan Pendidikan Kesehatan Berdasarkan Tabel 4.2 didapatkan hasil penelitian bahwa sebelum pemberian pendidikan kesehatan keseluruhan tingkat koping orang tua adalah tingkat cukup yaitu 15 responden (75%). Hal ini disebabkan karena sebagian besar pasien belum memahami lebih dalam tentang proses penyakit talasemia dan merupakan kejadian pertama yang dialami keluarga.
44
Dalam hal memberikan informasi tentang koping orang tua dalam merawat anak dengan talasemia di ruang IDT Rumah Sakit Umum Sari Mutiara Medan, sebagian besar responden menggunakan mekanisme koping maladaptif strategi koping fokus terdahap emosi, yaitu dari 9 pernyataan negatif sebagian besar menjawab (70%) selalu berharap keajaiban akan terjadi pada masalah yang dialami, (45.0%) hanya mengikuti nasib, (30%) memendam perasaan sendiri, (30%) melampiaskan kemarahan kepada orang-orang yang menyebabkan masalah, (5%) menghindar dari masalah, (20%) kadang-kadang menggunakan pertolongan dari orang professional. (25%) menghindari orang-orang di sekelilingnya. Hal ini terbukti kurangnya mekanisme koping orang tua menghadapi stressor. Hal ini didukung oleh teori Siswanto (2007) bahwa koping yang tidak efektif berakhir dengan maladaptur yaitu perilaku yang menyimpang dari keinginan normatif dan dapat merugikan diri sendiri maupun orang lain dan lingkungan, akan mengakibatkan gangguan kesehatan fisik maupun psikologis.
Hasil penelitian ini sejalan dengan penelitian Sarwani (2014) di Subayang Kabupaten Bayumas menunjukkan sebelum dilakukan intervensi pendidikan kesehatan terdapat kurangnya pengetahuan tentang penyakit talasemia. Skor sebelum pendidikan kesehatan 10.82 meningkat menjadi 12.18 dengan nilai Z -3.862 P value= 0.000 (p < 0.005). Artinya perlunya pendidikan kesehatan guna meningkatkan pengetahuan.
Koping orang tua sebelum diberikan pendidikan kesehatan berkaitan dengan faktor usia dan pendidikan, menurut Kaplan dan Sadock (1998) menyatakan bahwa kecemasan dapat terjadi pada semua tingkat perkembangan usia termasuk usia dewasa awal ini dan usia akan mempengaruhi psikologis seseorang. Masa dewasa menurut Hurlock (1999) dimulai pada umur 18 tahun sampai umur 40 tahun, masa dewasa awal merupakan masa dimana seseorang diberikan tanggung jawab atas perbuatannya, mempunyai kematangan kognitif, efektif dan psikomotor sebagai hasil dari belajar dan
45
secara psikologis mengalami kematangan. Pendidikan merupakan proses hasil belajar pada suatu lembaga pendidikan dengan berbagai jenjang pendidikan. Seseorang yang mempunyai pendidikan yang tinggi akan memiliki perkembangan kognitif yang tinggi juga, sehingga diharapkan seseorang dapat menerima informasi dengan baik. Berdasarkan teori Notoatmodjo (2003) bahwa pendidikan pada umumnya dapat mengubah pola pikir, pola tingkah laku, dan pola pengambilan keputusan. Semakin tinggi pendidikan seseorang semakin matang pola pikir dan tingkah laku seseorang.
Hasil penelitian ini sejalan dengan penelitian Maharani (2013) pengaruh penyuluhan
kesehatan
terhadap
pengetahuan
yang
mengambarkan
berdasarkan tingkat pengetahuan sebelum dilakukan penyuluhan, yang menunjukkan responden terbanyak adalah responden dengan pengetahuan kurang yaitu 45 orang (93,8%). Sebagian besar responden merupakan lulusan sekolah dasar dan berusia > 50 tahun. Pengetahuan merupakan hasil dari tahu, dan ini terjadi setelah orang melakukan penginderaan terhadap suatu objek tertentu. Sebagian besar pengetahuan manusia diperoleh melalui mata dan telingga. Kemampuan dari segi tingkat pendidikan yang kurang dimiliki, selain itu faktor usia juga mempengaruhi kemampuan individu dalam menerima informasi dengan baik.
Dari
penelitian
ini
dapat
diasumsikan
bahwa
mekanisme
koping
membutuhkan pengetahuan, kesabaran, pengalaman yang terbentuk dari proses belajar dan mengingat, yang dimulai sejak awal timbulnya stressor dan saat mulai di sadari dampak stressor tersebut. Kemampuan belajar ini tergantung pada kondisi eksternal dan internal, sehingga yang berperan bukan hanya bagaimana lingkungan membentuk stressor tetapi juga kondisi tempramen individu, persepsi, serta kondisi terhadap stressor tersebut. Maka dari itu perlu diberikan pendidikan kesehatan guna meningkatkan pengetahuan dan koping orang tua dalam merawat anak talasemia.
46
b. Koping Orang Tua Sesudah diberikan Pendidikan Kesehatan Hasil penelitian sesudah pemberian pendidikan kesehatan bahwa sesudah pemberian pendidikan kesehatan keseluruhan tingkat koping orang tua adalah baik yaitu 10 Responden (50.0%). Dengan pernyataan melakukan pengobatan mempercayai petugas kesehatan (100%), melibatkan hal-hal religious
(70%),
mencari
informasi,
menguasai
keterampilan
dan
pengetahuan (65%), mencoba memahami dengan lebih baik lagi, masalah yang dialami yaitu merawat anak talasemia (75%).
Menurut Lazarus (1984) mekanisme koping terbentuk melalui proses belajar dan mengingat, yang dimulai sejak awal timbulnya stressor dan saat mulai disadari dampak stressor tersebut. Efektifitas koping yang memiliki kedudukan sangat penting dalam ketahanan tubuh terhadap gangguan maupun serangan penyakit (fisik maupun psikis). Mekanisme koping menunjuk pada baik mental maupun prilaku, untuk menguasai, mentoleransi, mengurangi atau meminimalisasikan suatu situasi atau kejadian yang penuh tekanan.
Hasil penelitian ini sejalan dengan penelitian Rachmaniah (2012) terdapat pengaruh psikoedukasi terhadap kecemasan dan koping di Rumah Sakit Umum Banten. Untuk kecemasan P value = 0.000 (P < 0.05) dan untuk Koping Orang Tua P value = 0.003 (P < 0.05) artinya Ha diterima, dengan demikian dinyatakan bahwa pemberian psikoedukasi sangat mempengaruhi tingkat kecemasan dan koping orang tua dalam merawat anak talasemia.
Pendidikan kesehatan merupakan suatu penerapan konsep dalam bidang kesehatan memotivasi dan mendidik individu, keluarga, organisasi dan masyarakat (Bensley, 2008). Pendidikan kesehatan pada hakikatnya adalah suatu kegiatan atau usaha untuk menyampaikan pesan kesehatan kepada kelompok atau individu dengan harapan bahwa dengan adanya pesan tersebut, kelompok atau individu dapat memperoleh pengetahuan tentang
47
kesehatan yang lebih baik (Notoatmodjo, 2011). Akhirnya pengetahun tersebut diharapkan dapat berpengaruh terhadap perubahan perilaku sasarannya untuk memperkuat strategi koping atau suatu cara khusus dalam mengatasi permasalahan psikologis yang dialami seseorang strategi koping yaitu perencanaan tindakan yang secara langsung maupun tidak langsung diarahkan untuk menghilangkan atau mengurangi tekanan yang dirasakan oleh individu.
Sebagian besar responden mengatakan setiap orang tua pasti mengalami kecemasan pada saat mengetahui anaknya menderita penyakit talasemia, namum mereka tetap berusaha memberikan yang terbaik kepada anak mereka dengan mengikuti pengobatan rutin sesuai dengan anjuran. Melihat fenomena hasil penelitian, bahwa pada dasarnya manusia memberikan respon terhadap semua rangsangan baik positif maupun negatif. Dalam hal ini orang tua dapat bertindak secara tepat, misalnya beberapa orang tua berupaya sekuat tenaga untuk memberikan yang terbaik bagi anaknya.
Setiap orang tua memiliki cara dan pengembangan tugas keluarga yang berbeda, hal ini tergantung terhadap budaya yang dikembangkan oleh suatu keluarga tersebut. Intervensi pendidikan kesehatan dalam penelitian ini diberikan kepada responden melalui kegiatan pendidikan kesehatan tentang penyakit talasemia, latihan koping dan 5 tugas kesehatan keluarga. Latihan koping adalah dengan cara memberikan kesempatan kepada setiap responden untuk mengekplorasikan perasaan cemas serta kesempatan untuk saling bertukar pikiran dan pengalaman dengan responden lain. Pendidikan kesehatan dalam penelitian ini menggunakan metode ceramah dan aplikasi video diberikan pada kelompok kecil, juga memberikan leafleat tentang penyakit talasemia dan mekanisme koping adaptif. Hal ini sejalan dengan penelitian Ahmad dan Atkin (1996) bahwa dukungan professional yang tepat dapat membantu mengurangi stres dan memfasilitasi koping dengan memberikan informasi dan dukungan emosiaonal.
48
Semantara itu, penelitian yang dilakukan oleh Ernawati (2012) pengaruh pendidikan kesehatan pengetahuan tentang diare dari 20 responden memiliki 13 responden pengetahuan buruk dan 7 responden memiliki pengetahuan sedang. Sebelum dilakukan perlakuan tidak ada satu responden yang memiliki pengetahuan yang baik.
Hasil penelitian ini yang menunjukkan bahwa pendidikan kesehatan terdapat pengaruhnya pada peningkatan koping, hasil studi fenomenologis Nahalla dan Fitzgerald (2003) yang menggambarkan masalah yang terkait dalam merawat anak dengan talasemia, yaitu orang tua mengalami kekhawatiran sehingga dibutuhkan peningkatan kesadaran perawat dalam memenuhi kebutuhan psikologis orang tua. Setiap orang tua memiliki cara dan pengembangan tugas keluarga yang berbeda, hal ini tergantung terhadap budaya yang dikembangkan oleh suatu keluarga tersebut.
Hasil penelitian yang dilakukan oleh Maharani (2013) pengaruh penyuluhan kesehatan terhadap pengetahuan menggunakan hasil uji Wilcoxon nilai p=0.001 (p<0,05) sehingga dapat disimpulkan bahwa terdapat perbedaan pengetahuan yang bermakna antara sebelum dan sesudah penyuluhan. Hasil di penelitian Ernawati (2012) pengaruh pendidikan kesehatan terhadap peningkatan pengetahuan menggunakan hasil Uji Wlcoxon test dengan P=0.000 menunjukkan bahwa terdapat perbedaan bermakna mengenai pengetahuan tentang diare sebelum dan sesudah dilakukan pendidikan kesehatan berupa penyuluhan, diskusi, dan simulasi.
Dari penelitian ini dapat diasumsikan bahwa informasi yang diberikan tersampaikan dengan baik kepada masyarakat, sehingga terjadi peningkatan yang signifikan dari pengetahuan sejumlah keluarga.
49
c. Koping Orang Tua Sebelum dan Sesudah diberikannya Pendidikan Kesehatan Hasil uji Wilcoxon menunjukkan bahwa ada pengaruh pendidikan kesehatan terhadap koping orang tua (P Value = 0.001 ; p < 0.05). Hasil ini mengindikasikan bahwa semakin baik pendidikan kesehatan yang diberikan perawat maka semakin besar terjadi peningkatan koping orang tua menghindari dampak psikososial.
Hasil penelitian menyebutkan bahwa lebih dari separuh responden (53,3%) terjadi peningkatan koping setelah diberikan pendidikan kesehatan, mengontrol makna masalah dan demikian mengatasinya. namun masih terdapat 46,7% responden yang masih fokus terhadap masalah karena kejadian pertama yang dialami keluarga dan adanya ketakutan orang tua salah dalam mengambil tindakan. Menurut Supratiknya (2011) pendidikan kesehatan dapat meningkatkan kemampuan kognitif karena mengandung usnur untuk meningkatkan pengetahuan tentang penyakit, mengajarkan teknik yang dapat membantu keluarga untuk mengetahui gejala-gejala penyimpangan perilaku, serta peningkatan dukungan bagi anggota keluarga itu sendiri.
Hasil penelitian ini sesuai dengan pendapat Notoatmojo (2011) yang menyatakan bahwa perilaku baru terutama pada orang dewasa dimulai pada domain kognitif dalam arti subjek tahu terlebih dahulu terhadap stimulus yang berupa materi objek diluarnya menimbulkan respon batin dalam bentuk sikap. Mekanisme adanya perbedaan pengetahuan dan sikap secara bermakna ini disebabkan adanya faktor informasi dan komunikasi yang mempengaruhi pembentukan pengetahuan dan sikap. Informasi yang diberikan langsung maupun tidak langsung mempunyai pengaruh dalam peningkatan pengetahuan, pembentukan opini dan kepercayaan orang.
50
Hasil penelitian ini sejalan dengan penelitian Rompas dkk (2013) pengaruh pendidikan kesehatan terhadap tingkat pengetahuan dan sikap remaja yang berpengetahuan baik responden dari 13 responden menjadi 48 responden (85,7%) dan peningkatan sikap baik responden dari 8 responden menjadi 15 responden (26,8%) setelah pemberian pendidikan kesehatan. Hasil uji Wilcoxon didapat p value = 0.000 < 0.05 menunjukkan terdapat perbedaan bermakna antara tingkat pengetahuan remaja dan sikap sebelum dan sesudah pemberian pendidikan kesehatan.
Dari penelitian ini dapat diasumsikan bahwa pendidikan kesehatan berpengaruh pada koping orang tua, individu mampu menggunakan caracara penyesuaian diri yang sehat atau baik atau sesuai dengan stress yang dihadapi, meskipun stress dan tekanan itu tetap ada, individu yang bersangkutan tetaplah dapat hidup secara sehat.
2. Keterbatasan Penelitian Adapun kelemahan dalam penelitian ini antara lain: a. Keterbatasan tempat : Dalam pemberian intervensi pendidikan kesehatan ini dipengaruhi oleh faktor eksternal orang tua yang berdampingan dengan anak-anak mereka. b. Waktu pengisian Post Test sesuai dengan rencana penelitian dilaksanakan seminggu setelah intervensi sebagian responden yang tidak bersedia kembali dalam waktu yang telah direncanakan sehingga peneliti menggunakan rumus formulasi drop out dengan perkiraan 10%.
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN A. Kesimpulan Berdasarkan penelitian mengenai “Pengaruh Pendidikan Kesehatan terhadap Koping Orang Tua dalam Merawat Anak dengan Talasemia Di Rumah Sakit Umum Sari Mutiara Medan Tahun 2015” maka dapat diambil kesimpulan sebagai berikut : 1. Koping orang tua sebelum diberikan pendidikan kesehatan kategori cukup 2. Koping orang tua setelah diberikan pendidikan kesehatan kategori baik 3. Hasil uji Statistik dengan Wilcoxon menunjukkan Ha diterima artinya ada pengaruh pendidikan kesehatan terhadap koping orang tua dalam merawat anak dengan talasemia sebelum dan sesudah diberikan pendidikan kesehatan terjadi peningkatan koping dengan Z hitung -3.312, P value= 0.001 (P < 0.05). B. Saran 1. Bagi Responden Meluangkan waktu untuk keikutsertaan dalam kelompok penyuluhan yang diadakan guna meningkatkan pengetahuan merawat anak talasemia dan pertahanan mekanisme koping yang efektif digunakan. 2. Bagi Pimpinan Rumah Sakit Disarankan pada Pimpinan Rumah Sakit Umum Sari Mutiara Medan untuk meningkatkan pelaksanaan pendidikan kesehatan tentang penyakit talasemia di rumah sakit terutama untuk orang tua yang anaknya baru didiagnosa penyakit talasemia, agar mengurangi kecemasan yang dialami oleh orang tua. 3. Peneliti Selanjutnya Diharapkan kepada peneliti keperawatan selanjutnya untuk melakukan penelitian selanjutnya analisis faktor-faktor yang berhubungan dengan kualitas hidup anak talasemia.
51
DAFTAR PUSTAKA
Bensley, R.J (2008). Metode Pendidikan Kesehatan Masyarakat, Edisi 2. Jakarta : EGC. Dahlan, S. (2013). Statistik Untuk Kedokteran; Deskriptif, Bivariat, dan Multivariat, Dilengkapi Aplikasi dengan Menggunakan SPSS, Edisi 5, Jakarta : Salemba Medika. Dewi, S. (2009). Karakteristik Penderita Thalasemia yang Rawat Inap di Rumah Sakit Umum Pusat H.Adam Malik Medan. Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Sumatera Utara Medan. Dharma, K.K. (2011). Metodologi penelitian keperawatan ; Panduan melaksanakan dan menerapkan hasil penelitian. Jakarta : Trans Info Medika. Effendy, O.U (2004) Ilmu Komunikasi : Teori Dan Praktek. Bandung : Remaja Rosdakarya. Ernawati, F (2012). Pengaruh Pendidikan kesehatan terhadap Peningkatan Pengetahuan Tentang Diare pada Anak Jalanan di Semarang. Karya tulis ilmiah Semarang : Universitas Diponegoro. Friedman, Marylin M., Bowden, V.R., & Jones, E.G. (2010). Buku Ajar Keperawatan keluarga Riset, Teori & Praktik. Alih bahasa, Achir Yani S. Hamid, dkk ; Editor Edisi Bahasa Indonesia, Estu Tiar. – Ed.5- Jakarta : EGC. Hastono (2007). Analisa Data Kesehatan, Jakarta : FKM UI Hurlock. B.E (1999) Psikologi Perkembangan; Edisi Kelima Jakarta : Penerbit Erlangga. Ikatan Dokter Anak Indonesia (IDAI), (2010). Kualitas Hidup Remaja Dengan Kondisi Penyakit Kronis. Kaplan J.B, & Sadock T.C (1998). Sinopsis Psikiatri, ilmu pengetahuan perilaku Psikiatri klinis, Edisi ketujuh, Jakarta: Binarupa Aksara. Keliat, B.A. (1999). Penatalaksanaan Stress. Jakarta: Penerbit Buku Kedokteran: EGC. Kiswari, R (2014). Hematologi & Transfusi. Jakarta : Erlangga. Kowalak, Welsh, Mayer (2011). Buku Ajar Patofisiologi. Jakarta : EGC. Lazarus R.S, Folkman S. (1984) Stress, appraisal, and coping. New York : Springer Publishing Company.
Maharani (2013). Pengaruh penyuluhan Kesehatan Terhadap Pengetahuan Masyarakat Tentang Penyakit Hipertensi di Desa Patobong Kecamatan Mattiro Sombe Kabupaten Pinrang. Jurnal ISSN Makassar. Mansjoer, A (2005). Kapita Selekta Kedokteran, Edisi ketiga, Jilid 2. Jakarta : Fakultas Kedokteran UI. Mardiya (2000). Kiat-Kiat Khusus Membangun Keluarga Sejahtera. Jakarta: BKKBN Pusat Martin, Foote & Cason (2004). Pengetahuan Dukungan Sosial Meningkatkan Self-Care Behavior pada Anak Sekolah dengan Thalasemia Mayor. Jurnal. Depok Universitas Indonesia Mubarak, W (2006). Buku Ajar Ilmu Keperawatan Komunitas 2. Jakarta : CV. Agung Seto. Nahalla, C. K (2003). The impact of regular hospitalization of children living with talasemia on their parents in Srilanka: a phenomenological study. Intj Nurs Pract. Nathan, D.G. & Oski’s. (2009). Hematology Of Infancy and Chilhood. 7thEdition. Philadephia : Saunders Elsevier. Notoatmodjo, S. (2003). Pendidikan dan Perilaku Kesehatan. Jakarta : Rineka Cipta. _____________ (2011). Kesehatan Masyarakat Ilmu & Seni. Jakarta : Rineka Cipta. Nursalam (2008). Konsep dan Penerapan Metodelogi Penelitian Ilmu Keperawatan Pedoman Skirpsi, tesis, dan Instrumen Penelitian Keperawatan. Jakarta: Salemba Medika. Polit D. F & Beck C.T. (2006). Nursing Research Methods, Appraisal, And Utilizationa (6th Ed.). Philadelphia : Lippincott Willisms & Wilkins. Potts, N.L. & Mondleco, B.L. (2007). Pediatric Nursing ; Caring for children and their families (2nd ed). New York : Thomson Corporation. Rachmaniah, D (2012). Pengaruh Psikoedukasi terhadap Kecemasan dan koping Orang Tua dalam Merawat Anak dengan Thalasemia Mayor Di RSU Kabupaten Tangerang Banten, Tesis, FIK UI. Ratanasiri, D, dkk, (2006). Prenatal Prevention for Severe Thalassemia Disease at Srinagarind Hospital. Jurnal Medicine Association Thai. Vol; 89 No. 4.
Sarwani, D. Nurhayati, N & Supriyanto (2014). Efektifitas Ceramah terhadap Pengetahuan Kader Kesehatan tentang Penyakit talasemia di Kecamatan Pekuncen dan Kecamatan Subang Kabupaten Banyumas. Jurnal Kesmas, Vol.8, No. 1. Sastroasmoro, S. & Ismael, S. (2011). Dasar- Dasar Metodologi Penelitian Klinis. Edisi keempat. Jakarta : CV. Sagung Seto. Sefti. R (2013). Pengaruh Pendidikan Kesehatan Terhadap Tingkat Pengetahuan dan Sikap remaja Tentang Penyakit Menular Seksual Di SMK Fajar Bolang Mongondow Timur. Jurnal Universitas Sam Ratulangi Manado. Setiadi (2007). Konsep & penulisan riset keperawatan. Jakarta : Graha ilmu. Siswanto (2007) Kesehatan Mental. Jakarta : Bumi Aksara Stuart, G.W. (2009). Principles and Practice of Psychiatric Nursing. 9thedition. Mosby, Inc., an affiliate of Elsevier, Inc. Sulistiyani, D.W. (2006). Penyesuaian diri Psikososial spiritual Pada Penderita Thalasemia di Semarang. Semarang. Supratiknya, A. (2011) Merancang Program dan Modul Psikoedukasi. Edisi Revisi. Yogyakarta : Universitas Sanata Dharma. Suryana (2012). Gambaran Umum Mengenai Self-efficacy dan coping Strategy Karyawan PT. Industri Telekomunikasi Indonesia (Persero). Tesis. Universitas Pendidikan Indonesia. Thallassemias International Federation (TIF), (2008). Guidelines for the Clinical Management of Thalassaemia. Wahyuni, M. (2010). Perbandingan kualitas hidup anak penderita thalasemia dengan Saudara penderita thalsemia yang normal (abstrak). Universitas Sumatera Utara. Wong, D.L., Hockenberry, M., Wilson, D., Winkelstein, M.L., & Schwartz, P. (2009). Buku Ajar Keperawatan Pediatrik edisi 6 volume 1& 2. Jakarta: EGC World Health Organization (WHO), 2006. Control of Genetic Diseases. Available from : http://apps.who.int/gb/ebwha/pdf_files/EB116/B116_3-en.pdf. Yayasan Thalasemia Indonesia. (2009). Tentang Thalasemia. http;//www.thalasemia. yti.or.id
LEMBAR PERSETUJUAN MENJADI RESPONDEN Saya yang bernama Trioma Fitri adalah mahasiswa program S1 Keperawatan Fakultas Keperawatan dan Kebidanan Universitas Sari Mutiara Indonesia. Saat ini sedang melakukan penelitian yaitu “ Pengaruh Pendidikan Kesehatan Terhadap Koping Orang Tua Dalam Merawat Anak Dengan Talasemia Di RSU Sari Mutiara Medan Tahun 2015”.
Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui adanya Pengaruh Pendidikan Kesehatan Terhadap Koping Orang Tua Dalam Merawat Anak Dengan Talasemia Di RSU Sari Mutiara Medan. Untuk keperluan tersebut saya mengharapkan kesediaan Bapak/Ibu untuk menjadi responden dalam penelitian ini agar terlaksananya penelitian ini, saya mohon kerjasama untuk memberikan informasi dengan cara menjawab setiap butir pertanyaan yang saya ajukan sesuaidengan pengetahuan Bapak/Ibu dan tanpa dipengaruhi oleh orang lain.
Dalam penelitian ini tidak akan dilakukan tindakan apapun pada Bapak/Ibu dan kami akan menjaga kerahasiaan jawaban yang Bapak/Ibu berikan. Informasi yang Bapak/Ibu berikan hanya akan dipergunakan untuk penelitian dan tidak akan dipergunakan untuk maksud yang lain-lain. Jika Bapak/Ibu bersedia ikut serta dalam penelitian ini, silahkan Bapak/Ibumenandatangani suratpersetujuan ini. Atas partisipasi dan kerja sama yang baik dari Bapak/Ibu, saya ucapkan terima kasih.
Peneliti
(Trioma Fitri)
Medan,
-
2015
(Responden)
Lampiran 2
KUESIONER A Berikut ini saya membutuhkan informasi mengenai saudara. Saya memohon kesediaan saudara untuk mengisi data-data dibawah ini: berikan tanda Checklist(√) pada jawaban yang sesuai Nama/ inisial : Usia
: ..................Tahun
Pendidikan terakhir saudara : o SD o SMP o SMU o Perguruan tinggi (D3/S1/S2/S3) Pekerjaan saudara : o Pegawai Negeri o Pegawai swasta o Wiraswasta o Ibu Rumah Tangga o Buruh o Lainnya : Penghasilan Keluarga anda : o < 1.000.000 o 1.000.000 – 1.400.000 o > 1.400.000 Jumlah anak yang menderita Talasemia dalam keluarga saudara : o 1 Orang o 2 Orang atau Lebih
KUESIONER B Berikan tanda Checklist (√), pada pilihan jawaban yang menurut saudara paling menggambarkan keadaan yang saudara rasakan. Dengan penelitian : (1) Tidak pernah
: jika tidak pernah melakukan hal tersebut
(2) Kadang-kadang
: jika tindakan tersebut dilakukan 3-4 kali ketika mengalami cemas
(3) Sering
: jika tindakan tersebut dilakukan 2 kali jika mengalami cemas
(4) Selalu
: jika tindakan tersebut dilakukan setiap kali mengalami kecemasan akibat merawat anak talasemia.
Ketika saya mengalami kecemasan akibat merawat anak dengan penyakit talasemia, maka yang saya lakukan adalah : No 1 2
3
4 5
6
7 8 9 10 11
Cara Mengatasi Saya hanya dapat berkonsentrasi pada hal yang harus saya lakukan Saya mencoba memahami dengan lebih baik lagi, masalah yang saya alami yaitu merawat anak talasemia Saya melaukan hal-hal yang dapat mengalihkan pikiran cemas saya, dengan bekerja dan beraktivitas Saya mencoba menerima keadaan penyakit anak saya untuk mendapatkan hasil yang baik Saya melakukan hal-hal yang saya pikirtidak akan berhasil, tetapi setidaknya saya telah berusaha Saya berbicara kepada orang lain untuk mengetahui lebih jelas tentang situasi yang saya alami Saya siap menerima masukkan untuk melakukan hal yang lebih baik Saya berharap keajaiban akan terjadi pada masalah yang saya alami Saya hanya mengikuti nasib, karena kadangkadang keberuntungan saya kurang baik Saya mencoba untuk memendam perasaan saya sendiri Saya dapat beristirahat tidur lebih lama dari pada biasanya
Tidak pernah (1)
Kadangkadang (2)
Sering
Selalu
(3)
(4)
No
Cara Mengatasi
12
Saya melampiaskan kemarahan saya kepada orang-orang yang menyebabkan masalah dalam kehidupan saya Saya menerima simpati dan pengertian dari orang lain Saya berbicara pada diri saya sendiri, karena dengan begitu dapat membantu saya menjadi merasa lebih baik Saya meminta pertolongan dari seseorang yang profesional (dokter, perawat dll). Saya membuat rencana tindakan dan melakukan rencana tersebut Saya menyadari bahwa saya membawa masalah pada diri saya sendiri Saya berbicara kepada seseorang yang saya bisa melakukan sesuatu yang jelas tentang masalah yang saya alami Saya berhasil keluar dari masalah yang saya alami, dan mencoba untuk beristirahat dan berlibur Saya mencoba membuat diri merasa lebih baik dengan cara makan, minum, merokok, menggunakan narkoba, dll Saya mencoba untuk tidak melakukan tindakan terlalu cepat atau mengikuti apa kata hati saya Saya mencoba mengubah sesuatu sehingga semuanya akan menjadi lebih baik Saya menghindari orang-orang yang ada disekeliling saya Saya meminta keluarga atau teman untuk memberikan saran pada keadaan yang saya alami Saya tidak mau orang lain mengetahui betapa buruknya keadaan yang menimpa saya Saya menceritakan perasaan saya kepada seseorang (tetangga atau keluarga yang punya pengalaman sama) Saya akan berusaha untuk mendapatkan yang saya inginkan yaitu kesembuhan anak saya Saya melampiaskan kemarahan saya kepada orang lain
13 14
15 16 17 18
19
20
21 22 23 24
25 26
27
28
Tidak pernah (1)
Kadangkadang (2)
Sering
Selalu
(3)
(4)
No
Cara Mengatasi
29
Saya tahu apa yang harus saya lakukan, sehingga saya berusaha sekuat tenaga untuk membuat keadan menjadi lebih baik. Saya tidak percaya bahwa telah terjadi sesuatu pada diri saya dan keluarga saya Saya mencoba mencari beberapa alternatif penyelesaian masalah terhadap masalah yang saya alami Saya pasrah menerima keadaan, karena tidak ada yang bisa saya lakukan Saya membayangkan berada pada waktu dan tempat yang lebih baik dari saat ini Saya berharap situasi yang saya alami akan segera berakhir Saya mempunyai impian atau keinginan untuk mengubah keadaan ini Saya selalu berdo’a untuk kesehatan anak saya Saya mempersiapkan diri untuk menghadapi hal-hal yang terburuk dalam kehidupan saya Saya memikirkan terlebih dahulu apa yang akan saya katakan dan saya lakukan Saya memikirkan orang yang saya kagumi, jika menghadapi keadaan seperti yang saya alami, maka saya akan mencontoh orang tersebut
30 31
32 33 34 35
36 37 38 39
Tidak pernah (1)
Kadangkadang (2)
Sering
Selalu
(3)
(4)
Lampiran 3
SATUAN ACARA PENYULUHAN Pokok Bahasan
: Mekanisme Koping
Sub Pokok Bahasan
: Pendidikan Kesehatan pada Orang tuadengan Anak Talasemia
Sasaran
: Orang Tua Anak Talasemia
Hari/ Tanggal
:
Tempat
: IDT Rumah Sakit Sari Mutiara Medan
A. Latar Belakang Talasemia adalah kelainan herediter dari sintesis hemoglobin akibat darigangguan produksi rantai globin (Pots & Mondleco, 2007). Prevalensi penyakit ini baik di dunia maupun di Indonesia terus mengalami peningkatan. Sampai dengan saat ini penyakit talasemia belum dapat disembuhkan, pengobatan transfusi darah yang berlangsung secara terus menerus dan pemberian desferal merupakan pilihan pengobatan yang memperhatikan kehidupan penderita. Pengobatan dan perawatan yang terus menerus tentu dapat berdampak pada kehidupan keluarga, misalnya masalah beban ekonomi, psikologis dan sosial keluarga. Salah satu intervensi yang dapat diberikan untuk menurunkan beban psikologis adalah pemberian pendidikan kesehatan pada keluarga. Keluarga merupakan salah satu sasaran dalam meningkatkan kesehatan mental, karena keluarga merupakan bagian terkecil dari masyarakat yang berperan dalam meningkatkan kesehatankeluarganya untuk mencapai derajat kesehatan yang optimal baik secara fisik maupun psikologis (Friedman, Bowden & Jones, 2010).
B. Tujuan Instruksional Umum Setelah di berikan pengarahan talasemia, pasien dapat menjelaskan tentang talasemia.
C. Tujuan intruksional khusus Setelah diberikan perkuliahan selama 1x30 menit, diharapkan : a. Pasien mampu menyebutkan pengertian talasemia dengan minimal 80%.
b. Pasien mampu menyebutkan 8 dari 10 tanda dan gejala talasemia yang benar c. Pasien mampu memahami 5 tugas perawatan kesehatan keluarga d. Pasien mampu memahami makanisme koping
D. Metode 1. Ceramah dan Aplikasi vidio 2. Diskusi 3. Tanya jawab
E. Media 1. Laptop 2. Leaflet
F. Kegiatan Belajar Mengajar No
Tahap
Kegiatan
Waktu Penyebab
1
Pembukaan
5 Menit
Peserta
a. Memberi salam
a. Peserta
menjawab
salam b. Memperkenalkan diri
b. Peserta mendengarkan
c. Menyampaikan tujuan
c. Peserta mendengarkan
d. Menyepakati
kontrak d. Peserta
waktu
menjawab
menyepakati
kontrak
waktu 2
Pelaksanaan 15 Menit
a. Menjelaskan
pokok a. Peserta mendengarkan
masalah talasemia.
b. Memberi
kesempatan b. Pesertabertanya.
kepada audience untuk bertanya.
secara seksama
3
Evaluasi
10 menit
a. Kilas balik : bertanya a. Peserta menjawab kepada audience b. Kesimpulan c. Mengakhiri
b. mendengarkan kegiatan c. Peserta
dengan salam
G. Evaluasi 1. Jelaskan kembali pengertian talasemia ? 2. Sebutkan kembali tanda dan gejala penyakit talasemia ? 3. Jelaskan kembali cara merawat anak dengan penyakit talsemia ? 4. Sebutkan kembali 5 tugas perawatan kesehatan keluarga? 5. Jelaskan kembali mekanisme koping ?
salam
menjawab
PENYAKIT TALASEMIA
9. Defenisi Talasemia adalah suatu gangguan darah yang diturunkan ditandai oleh
atau (
produksi rantai defesiensi) pada haemoglobin (Suryadi, 2001).Talasemia merupakan penyakit anemia hemofilia dimana terjadi kerusakan sel darah merah di dalam pembuluh darah sehingga umur eritrosit pendek (kurang dari 100 hari) (Ngastiyah, 1997). Jadi Talasemia adalah penyakit anemia hemolitik dimana terjadi kerusakan sel darah merah (eritrosit) sehingga umur eritrosit pendek (kurang dari 100 hari), yang disebabkan oleh defesiensi produksi satu, yang diturunkan dari kedua dan
atau lebih dari satu jenis rantai orang tua kepada
anak-anaknya secara resesif.
10.
Penyebab
Adapun etiologi dari thalasemia adalah faktor genetik (herediter). Talasemia merupakan penyakit anemia hemolitik dimana terjadi kerusakan sel darah merah didalam pembuluh darah sehingga umur eritrosit menjadi pendek (kurang dari 100 hari). Penyebab kerusakan tersebut karena hemoglobin yang tidak normal (hemoglobinopatia) dan kelainan hemoglobin ini karena adanya gangguan pembentukan yang disebabkan oleh: a. Gangguan struktural pembentukan hemoglobin (hemoglobin abnormal) misalnya: Pada HBS,HbF,HbD. b. Gangguan jumlah (salah satu atau beberapa) rantai globin seperti pada talasemia.
11.
Tanda dan gejala talasemia
Tanda dan gejala yang mungkin pada mungkin pada talasemia mayor (yang juga dikenal sebagai anemia cooley : a. Bayi yang sehat pada saat lahir, kemudian pada usia enam bulan yang berikutnya mengalami anemia berat, abnormalitas tulang, kegagalan tumbuhkembang, dan komplikasi yang mengancam jiwa.
b. Kulit dan sklera yang pucat serta berwarna kuning pada bayi yang berusia tiga hingga enam bulan. c. Splenomegali atau hepatomegali disertai pembesaran abdomen; infeksi yang frekuen; kecenderungan berdarah, tidak selera makan. d. Tubuh yang kecil, kepala besar (ciri khas) : Anoreksia. e. Gambaran klinis yang serupa dengan sindrom Down pada bayi karena terdapat penebalan tulang pada pangkal hidung akibat hiperaktivitas sumsum tulang.
Tanda dan gejala talasemia intermedia adalah : a. Anemia, ikterus, dan splenomegali pada derajat tertentu b. Kemungkinan tanda-tanda hemosiderosis akibat peningkatan absorpsi besi didalam usus.
Tanda klinis talasemia minor adalah : a. anemia ringan (yang biasanya tidak menimbulkan gejala dan kerap kali terabaikan; keadaan ini harus dibedakan dari anemia defisiensi besi).
12.
Patofisiologi
Hb pascanatal yang normal tersusun dari rantai polipeptida 2 α- dan 2 β-. Pada penyakit β-talasemia terdapat defisiensi parsial atau total pada sintesis rantai-β dalam molekul Hb. Sebagai akibatnya terdapat kompensasi berupa peningkatan sintesis rantai-α, sementara produksi rantai-ϒ tetap aktif, menghasilkan pembentukan Hb yng cacat. polipeptida yang tidak seimbang ini sangat tidak stabil; ketika terurai, polipeptida akan menghancurkan sel darah merah, menghasilkan anemia berat. Wong (2009). Hal ini menganggu aktifitas Hb mentransfort oksigen.
5. Perawatan anak dengan talasemia 1. Bantu anak dalam aktivitas sehari-hari yang melebihi toleransi anak 2. Berikan anak aktivitas pengalihan misalnya bermain
3. Berikan anak periode tidur dan istirahat sesuai kondisi dan usia 4. Berikan lingkungan yang menyenangkan, bersih dan rileks pada saat makan misalnya makan ditaman 5. Batasi makan-makanan yang banyak mengandung Fe : seperti bayam, kangkung, pepaya dll 6. Tingkatkan masukan peroral pada anak 7. Berikan makanan yang bergizi (TKTP) 8. Berikan minuman yang bergizi pada anak misalnya susu 9. Berikan anak porsi makan yang sedikit tapi sering 10. Lauk yang bervariasi misalnya: pagi telur siang daging 11. Berikan suplement atau vitamin pada anak 12. Berikan makanan yang disukai anak yang mengandung protein.
6. Fungsi keluarga keluarga mempunyai tugas dalam memelihara kesehatan para anggotanya dan saling memelihara Mubarak (2006). f. Mengenal masalah kesehatan Sejauh mana keluarga mengenal fakta-fakta dari masalah kesehatan meliputi pengertian, tanda dan gejala, penyebab dan yang mempengaruhi serta persepsi keluarga terhadap masalah anak dengan talasemia. Tanggap dengan keadaan anak jika terlihat pucat dan lemas untuk segera membawa ke fasilitas kesehatan untuk melakukan transfusi darah.
g. Mengambil keputusan mengenai tindakan kesehatan yang tepat. Sejauh mana keluarga mengerti mengenai sifat dan luasnya masalah, apakah masalah dirasakan, menyerah terhadap masalah yang dialami, takut akan akibat dari tindakan penyakit, mempunyai sikap negative terhadap masalah kesehatan, dapat menjangkau fasilitas kesehatan yang ada, kurang percaya terhadap tenaga kesehatan dan mendapat informasi yang salah terhadap tindakan dalam mengatasi masalah, sikap keluarga terhadap yang anggota
keluarga yang sakit, tanggap terhadap keadaan anak, pengobatan rutin sesuai jadwal. Saling berdiskusi antar orang tua agar tidak terjadi konflik.
h. Merawat anggota keluarga yang sakit. Sejauhmana keluaga mengetahui keadaan penyakitnya, mengetahui tentang sifat dan perkembangan perawatan yang dibutuhkan, mengetahui sumbersumber yang ada dalam keluarga (anggota yang bertanggung jawab, keuangan, fasilitas fisik, psikososial), mengetahui keberadaan fasilitas yang diperlukan untuk perawatan dan sikap keluarga terhadap yang sakit. Misalnya jika anak demam orang tua sesegera mungkin mengompres anak. Rutin memberikan farmakologi sesuai resep dokter.
i. Memelihara lingkungan rumah yang sehat. Sejauh
mana
mengetahui
sumber-sumber
keluarga
yang
dimiliki,
keuntungan/manfaat pemeliharaan lingkungan, mengetahui pentingnya sanitasi lingkungan, hygine dan kekompakkan antar anggota keluarga. Anak dengan penyakit talasemia harus di jauhkan dari sumber infeksi, jika orang tua tidak memantau anak ini akan berpengaruh pada kesehatannya. j. Menggunakan fasilitas atau pelayanan kesehatan di masyarakat. Apakah keluarga mengetahui keberadaan fasilitas kesehatan, tingkat kepercayaan keluarga terhadap petugas kesehatan dan fasilitas kesehatan tersebut terjangkau oleh keluarga. Jarak fasilitas kesehatan ke rumah pasien, jaminan kesehatan yang digunakan misalnya umum atau BPJS. Salah satu upaya yang dapat di lakukan orang tua untuk dapat beradaptasi terhadap stresor tergantung bagaimana koping yang dimiliki oleh orang tua tersebut. Strategi koping adalah cara yang dilakukan untuk merubah lingkungan atau situasi dalam menyelesaian masalah yang sedang dirasakan/ dihadapi.
7. Strategi Koping Dari dua strategi tersebut berkembang delapan variasi strategi coping yaitu: 3) Problem-focused coping c) Confrontative coping, usaha untuk mengubah keadaan yang dianggap menekan dengan cara yang agresif, tingkat kemarahan yang cukup tinggi, dan pengambilan resiko. d) Planful problem salving, usaha untuk mnegubah keadaan yang dianggap menekan dengan cara yang hati-hati, bertahap, dan analitis.
4) Emotion facoused coping g) Self-control, usaha untuk mengatur perasaan ketika menghadapi situasi yang menekan. h) Distancing, Usaha untuk tidak terlibatdalam permasalahan, seperti menghindar dari permasalahan seakan tidak terjadi apa-apa atau menciptakan pandangan-pandangan yang positif, seperti menganggap masalah sebagai lelucon. i) Seeking social suppor, yaitu usaha untuk mendapatkan kenyamanan emosional dan bantuan informasi dari orang tua. j) Positive reappraisal, untuk mencari makna posiiitif dari permasalahan dengan terfokus pada pengembangan diri, biasanya juga melibatkan halhal yang bersifat religius. k) Accepting responsibility, usaha untuk menyadari tanggung jawabdiri sendiri dalam permasalahan yang dihadapinya, dan mencoba menerimanya untuk membuat semuanya menjadi lebih baik. Strategi ini baik, terlebih bila masalah terjadi karena pikiran dan tindakan sendiri. Namun strategi ini menjadi tidak baik bila individu tidak seharusnya bertanggung jawab atas masalah tersebut. l) Escape/ avoidance, usaha untuk mengatasi situasi menekan dengan lari dari situasi tersebut atau menghindarinya dengan beralih pada hal lain seperti makan, minum, merokok, atau menggunakan obat-obatan.
REFERENSI
FKUI.1985. Ilmu Kesehatan Anak buku I. Jakarta : FKUI Guyton & Hall.1997. Fisiologi Kedokteran (Ed. 9). Jakarta : EGC Ngastiyah. 1997. Perawatan Anak Sakit. Jakarta :EGC Mubarak, wahit (2006). Buku ajar ilmu keperawatan komunitas 2. Jakarta : C.V. Agung Seto
Lampiran 9
MASTER DATA Data DemografiResponden Orang TuaDenganAnakTalasemia Di RumahSakit Sari MutiaraTahun 2015 No
Usia
Kelompok Usia
JenisKel amin
Pendidikan
Pekerjaaan
Penghasilan
Jumlahanak Talasemia
PreTest
PreK
PostTest
Post K
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20
42 40 36 42 56 39 50 48 30 37 41 41 36 30 36 28 25 48 36 56
3 2 2 3 4 2 4 3 1 2 3 3 2 1 2 1 1 3 2 4
1 1 2 1 1 1 1 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 1
4 4 3 3 1 4 4 4 3 3 3 1 3 3 3 3 2 3 3 4
1 3 4 3 5 4 1 1 4 4 4 4 4 4 4 4 4 2 2 4
2 3 2 2 1 3 3 3 2 2 3 1 2 3 2 2 2 3 3 2
1 1 1 2 1 1 2 2 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 2
87 101 94 85 106 70 74 90 73 93 95 101 103 96 95 72 100 80 78 94
2 2 2 2 2 1 1 2 1 2 2 2 2 2 2 1 2 2 1 2
118 119 127 125 108 69 74 124 87 127 122 101 103 123 122 100 132 77 78 102
3 3 3 3 2 1 1 3 2 3 3 2 2 3 3 2 3 1 1 2
Keterangan KelompokUsia 1 = 25 – 35 2 = 33 – 40 3 = 41 – 48 4 = 49 – 56
JenisKelamin 1 = Laki-laki 2= Perempuan
Pendidikan 1 = SD 2 = SMP 3 = SMU 4= PerguruanTinggi
Pekerjaan 1 = PegawaiNegeri 2 = PegawaiSwasta 3 = Wiraswasta 4= IbuRumahTangga 5 = Buruh
Penghasilan 1=< 1.000.000 2 = 1.000.000 – 1.400.000 3=> 1.400.000
JumlahAnakTerdiagnosaTalasemia Kelompok 1 = 1 Orang Pre-Test 2 = 2 Orang 1 = Kurang 39-78 2 = Cukup 79 – 117
Kelompok Post-Test 1 = Kurang 39 - 78 2 = Cukup 78 117 3 = Baik 117 156
KUESIONER PRE- TEST KOPING ORANG TUA DALAM MERAWAT ANAK DENGAN TALASEMIA DI RUMAH SAKIT UMUM SARI MUTIARA MEDAN TAHUN 2015 R
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
12
13
14
15
16
17
18
19
20
21
22
23
24
25
26
27
28
28
30
31
32
33
34
35
36
37
38
39
TL
TK
1
2
4
4
4
4
3
4
4
2
1
2
1
2
2
3
2
1
2
2
2
1
2
1
2
1
2
3
1
3
2
1
1
2
2
3
3
1
2
3
87
2
2
2
4
3
4
3
2
3
4
1
2
3
1
2
3
2
2
1
3
3
1
3
3
1
2
3
2
4
2
3
1
3
1
2
4
4
4
4
4
2
101
2
3
3
4
4
4
2
2
2
4
2
2
1
1
3
2
1
2
1
2
2
1
1
3
1
2
1
2
4
1
4
3
2
3
4
4
4
4
2
2
2
94
2
4
1
3
4
3
2
2
2
4
2
1
2
1
4
1
3
2
1
2
2
1
1
1
2
2
1
2
3
1
3
2
2
2
2
4
3
4
3
3
1
85
2
5
3
4
2
4
3
3
2
4
4
2
3
1
4
4
3
1
2
3
3
1
1
2
1
3
1
3
4
1
4
1
4
1
4
3
4
4
3
3
3
106
2
6
2
3
1
2
1
1
1
1
1
1
2
1
2
3
1
4
1
2
2
1
1
4
2
1
1
1
3
1
2
1
3
1
2
2
3
3
1
2
3
70
1
7
1
1
1
1
2
2
1
3
1
1
1
1
1
1
1
2
3
2
2
1
2
1
1
2
2
1
3
2
3
3
3
3
2
3
3
4
3
2
2
74
1
8
2
3
3
1
2
3
3
4
2
2
2
1
2
2
3
2
1
2
3
1
2
4
1
2
1
2
3
1
3
2
2
2
3
4
4
4
2
2
2
90
2
9
1
3
4
1
2
2
2
4
2
1
2
1
1
2
1
1
1
2
2
1
1
1
2
2
1
2
3
1
2
2
2
1
2
4
3
3
1
2
2
73
1
10
1
3
4
4
1
3
4
4
4
2
1
2
1
2
2
3
1
3
2
1
1
3
1
3
2
1
4
1
3
2
2
1
3
4
2
4
2
2
4
93
2
11
4
3
1
4
1
1
2
3
1
1
1
1
2
3
4
4
1
3
2
1
4
4
1
3
3
1
4
1
2
1
3
1
3
4
4
4
3
3
3
95
2
12
4
2
3
2
4
3
2
4
2
3
2
2
2
3
3
2
3
3
2
1
2
3
1
3
3
2
4
1
2
2
2
2
3
4
3
4
2
4
2
101
2
13
2
4
4
4
4
4
4
4
2
1
1
1
3
1
4
2
1
3
3
1
1
2
1
3
1
1
4
1
4
1
2
1
4
4
4
4
4
4
4
103
2
14
4
4
2
4
2
4
4
4
1
1
2
1
4
4
4
2
1
2
2
1
2
4
1
2
1
3
4
1
4
1
3
1
2
2
4
4
1
2
1
96
2
15
2
2
4
2
4
4
4
4
1
1
2
2
2
4
2
2
1
3
2
1
2
3
2
2
1
3
3
2
3
2
1
1
2
4
4
4
3
2
2
95
2
16
1
3
4
1
2
2
2
4
2
1
2
1
1
2
1
1
1
2
2
1
1
1
2
2
1
2
3
1
2
2
2
1
2
4
3
3
1
2
1
72
1
17
2
2
4
4
2
2
4
4
2
3
2
2
2
3
3
2
3
3
2
1
2
3
1
1
1
2
4
1
4
3
3
3
2
4
3
3
2
4
2
100
2
18
2
1
4
3
1
1
2
3
1
1
1
2
1
2
2
1
1
1
1
1
1
2
1
1
1
2
4
2
4
3
4
1
4
3
2
3
2
4
4
80
2
19
2
1
1
1
3
3
1
3
1
1
1
1
1
1
1
2
3
2
2
1
2
1
1
2
2
1
3
2
3
3
4
3
2
3
3
4
3
2
2
78
1
20
1
4
4
4
1
4
3
3
1
2
2
1
4
2
4
2
3
3
2
1
1
3
1
3
2
3
4
2
3
1
3
2
2
2
3
4
1
1
2
94
2
Keterangan :
R = Responden = 1-20
P = PernyataanKuesioner = 1-39
TK = Total Kelompok
1 = TidakPernah 2 = Kadang-kadang 3 = Sering 4 = Selalu
1 = Kurang 39 – 78 2 = Cukup 79 – 117 3 = Baik 118 – 156
KUESIONERPOST- TEST KOPING ORANG TUA DALAM MERAWAT ANAK DENGAN TALASEMIA DI RUMAH SAKIT UMUM SARI MUTIARA MEDAN TAHUN 2015 R
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
12
13
14
15
16
17
18
19
20
21
22
23
24
25
26
27
28
28
30
31
32
33
34
35
36
37
38
39
TL
TK
1
4
4
4
4
4
4
4
4
2
2
4
1
4
4
4
4
1
4
4
1
3
3
1
4
2
4
3
1
2
2
4
2
3
3
3
3
3
3
2
118
3
2
3
3
3
4
4
4
4
4
1
2
4
1
3
3
3
4
1
4
4
1
4
4
1
4
3
4
4
1
4
2
4
1
3
4
4
3
2
4
3
119
3
3
4
4
4
4
4
4
4
4
2
2
2
1
4
4
4
4
1
4
4
1
2
4
1
4
1
4
4
1
4
4
4
3
4
4
4
4
4
3
3
127
3
4
4
4
4
4
4
4
4
4
2
1
2
1
2
4
4
4
1
4
4
1
2
2
2
4
3
4
4
1
4
3
4
3
4
4
4
3
4
4
4
125
3
5
5
3
4
2
4
3
3
2
2
4
2
3
2
2
4
2
1
2
3
3
2
1
3
1
3
2
3
4
1
4
1
4
1
4
3
4
4
3
4
108
2
6
1
3
4
1
2
2
2
4
2
1
2
1
1
2
1
1
1
2
2
1
1
1
2
2
1
2
3
1
2
1
2
1
2
2
3
3
1
2
1
69
1
7
1
3
4
3
2
2
2
2
2
1
2
1
2
1
2
2
1
2
2
1
1
1
2
1
1
2
2
1
2
2
2
2
2
3
3
3
3
2
1
74
1
8
2
4
4
4
4
4
4
4
2
2
4
1
3
4
4
4
1
4
4
1
3
4
1
4
1
4
4
1
4
2
4
2
3
4
4
3
4
4
4
124
3
9
2
4
4
4
4
3
4
4
2
1
2
1
2
2
3
2
1
2
2
2
1
2
1
2
1
2
3
1
3
2
1
1
2
2
3
3
1
2
3
87
2
10
4
4
4
4
4
4
4
4
2
2
4
2
4
4
4
4
1
4
4
1
2
4
1
4
2
4
4
1
4
2
4
2
3
4
4
4
3
4
3
127
3
11
4
3
4
4
4
4
4
4
1
1
4
1
3
4
4
4
1
4
4
1
4
4
1
4
1
3
4
1
4
2
4
1
3
4
4
4
4
3
4
122
3
12
4
2
3
2
4
3
2
4
2
3
2
2
2
3
3
2
3
3
2
1
2
3
1
3
3
2
4
1
2
2
2
2
3
4
3
4
2
4
2
101
2
13
2
4
4
4
4
4
4
4
2
1
1
1
3
1
4
2
1
3
3
1
1
2
1
3
1
1
4
1
4
1
2
1
4
4
4
4
4
4
4
103
2
14
3
4
4
4
4
4
4
4
1
1
4
1
2
4
4
4
1
4
4
1
4
4
1
4
1
4
4
1
4
2
4
3
4
4
4
3
3
3
4
123
3
15
4
3
4
4
4
4
4
4
1
1
4
2
1
4
4
4
1
4
3
1
3
3
1
4
1
4
4
1
4
2
4
2
4
4
4
4
4
4
4
122
3
16
2
2
4
4
2
2
4
4
2
3
2
2
2
3
3
2
3
3
2
1
2
3
1
1
1
2
4
1
4
3
3
3
2
4
3
3
2
4
2
100
2
17
4
3
4
4
4
4
4
4
2
3
3
2
4
4
4
4
3
4
4
1
3
4
1
4
1
4
4
1
4
3
4
3
3
4
4
4
4
4
4
132
3
18
2
1
4
3
1
1
2
3
1
1
1
2
1
2
2
1
1
1
1
1
1
2
1
1
1
2
4
2
4
3
4
1
4
3
2
3
2
2
3
77
1
19
2
1
1
1
3
3
1
3
1
1
1
1
1
1
1
2
3
2
2
1
2
1
1
2
2
1
3
2
3
3
4
3
2
3
3
4
3
2
2
78
1
20
4
2
3
2
4
3
2
4
2
3
2
2
2
3
3
2
3
3
2
1
2
3
1
3
3
2
4
1
2
2
2
2
3
4
3
4
2
4
3
102
2
Keterangan :
R = Responden = 1-20
P = PernyataanKuesioner = 1-39
TK = Total Kelompok
1 = TidakPernah 2 = Kadang-kadang 3 = Sering 4 = Selalu
1 = Kurang 39 – 78 2 = Cukup 79 – 117 3 = Baik 118 – 156
Lampiran 10
OUTPUT SPSS Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan Usia, Pendidikan, Pekerjaan, Penghasilan Keluarga, Jumlah Anak yang Menderita Talasemia dalam Keluarga di Rumah Sakit Umum Sari Mutiara Medan Tahun 2015 (n = 20) Report Usia Kelompok Usia Responden
N
Mean
Median
Std. Deviation
Minimum
Maximum
25-32
4
28.25
29.00
2.363
25
30
33-40
7
37.14
36.00
1.676
36
40
41-48
6
43.67
42.00
3.386
41
48
49-56
3
54.00
56.00
3.464
50
56
Total
20
39.85
39.50
8.561
25
56
Frequency Table Usia Frequency Valid
Percent
Valid Percent
Cumulative Percent
25
1
5.0
5.0
5.0
28
1
5.0
5.0
10.0
30
2
10.0
10.0
20.0
36
4
20.0
20.0
40.0
37
1
5.0
5.0
45.0
39
1
5.0
5.0
50.0
40
1
5.0
5.0
55.0
41
2
10.0
10.0
65.0
42
2
10.0
10.0
75.0
48
2
10.0
10.0
85.0
50
1
5.0
5.0
90.0
56
2
10.0
10.0
100.0
20
100.0
100.0
Total
Lampiran 10
Kelompok Usia Responden Cumulative Frequency Valid
Percent
Valid Percent
Percent
25-32
4
20.0
20.0
20.0
33-40
7
35.0
35.0
55.0
41-48
6
30.0
30.0
85.0
49-56
3
15.0
15.0
100.0
Total
20
100.0
100.0
Jenis Kelamin Cumulative Frequency Valid
Laki-laki
Percent
Valid Percent
Percent
7
35.0
35.0
35.0
Perempuan
13
65.0
65.0
100.0
Total
20
100.0
100.0
Pendidikan Cumulative Frequency Valid
Percent
Valid Percent
Percent
SD
2
10.0
10.0
10.0
SMP
1
5.0
5.0
15.0
SMU
11
55.0
55.0
70.0
6
30.0
30.0
100.0
20
100.0
100.0
Perguruan Tinggi (D3/S1/S2/S3) Total
Pekerjaan Frequency Valid
Percent
Valid Percent
Cumulative Percent
Pegawai Negeri
3
15.0
15.0
15.0
Pegawai Swasta
2
10.0
10.0
25.0
Wiraswasta
2
10.0
10.0
35.0
12
60.0
60.0
95.0
Buruh
1
5.0
5.0
100.0
Total
20
100.0
100.0
Ibu Rumah Tangga
Lampiran 10
Penghasilan Cumulative Frequency Valid
< 1.000.000 1.000.000-1.400.000
Valid Percent
Percent
2
10.0
10.0
10.0
10
50.0
50.0
60.0
8
40.0
40.0
100.0
20
100.0
100.0
> 1.400.000 Total
Percent
Jumlah Anak yang Menderita Talasemia Frequency Valid
Percent
Valid Percent
Cumulative Percent
1 Orang
16
80.0
80.0
80.0
2 Orang
4
20.0
20.0
100.0
20
100.0
100.0
Total
Lampiran 10
Distribusi Frekuensi Koping Orang Tua dalam Merawat Anak dengan Talasemia Sebelum dan Sesudah Diberikan Pendidikan Kesehatan di Rumah Sakit Sari Mutiara Medan Tahun 2015 Report Koping Pre-Test Kelompok Koping PreTest
Std. N
Mean
Median
Maximu
Deviation
Minimum
m
Kurang
5
73.40
73.00
2.966
70
78
Cukup
15
94.67
95.00
7.078
80
106
Total
20
89.35
93.50
11.315
70
106
Report Koping Post-Test Kelompok Koping PostTest
Std. N
Mean
Median
Maximu
Deviation
Minimum
m
Kurang
4
74.50
75.50
4.041
69
78
Cukup
6
100.17
101.50
7.026
87
108
Baik
10
123.90
123.50
4.122
118
132
Total
20
106.90
113.00
20.274
69
132
Kelompok Koping Pre-Test
Frequency Valid
Percent
Valid Percent
Cumulative Percent
Kurang
5
25.0
25.0
25.0
Cukup
15
75.0
75.0
100.0
Total
20
100.0
100.0
Kelompok Koping Post-Test
Frequency Valid
Percent
Valid Percent
Cumulative Percent
Kurang
4
20.0
20.0
20.0
Cukup
6
30.0
30.0
50.0
Baik
10
50.0
50.0
100.0
Total
20
100.0
100.0
Lampiran 10
Uji normalitas Pre-Test dan Post-Test Descriptives Statistic Koping Pre-Test
Mean
89.35
95% Confidence Interval for
Lower Bound
84.05
Mean
Upper Bound
94.65
5% Trimmed Mean
89.50
Median
93.50
Variance
2.530
128.029
Std. Deviation
11.315
Minimum
70
Maximum
106
Range
36
Interquartile Range
21
Skewness
Koping Post-Test
Std. Error
-.420
.512
Kurtosis
-1.121
.992
Mean
106.90
4.533
95% Confidence Interval for
Lower Bound
97.41
Mean
Upper Bound
116.39
5% Trimmed Mean
107.61
Median
113.00
Variance
411.042
Std. Deviation
20.274
Minimum
69
Maximum
132
Range
63
Interquartile Range
34
Skewness
-.648
.512
Kurtosis
-.967
.992
Tests of Normality a
Kolmogorov-Smirnov Statistic
df
Shapiro-Wilk Sig.
Statistic
df
Sig.
Koping Pre-Test
.176
20
.103
.924
20
.119
Koping Post-Test
.208
20
.023
.885
20
.022
a. Lilliefors Significance Correction
Lampiran 10
Perbedaan Rata-rata Koping Orang tua Sebelum dan Sesudah diberikan Pendidikan Kesehatan di Rumah Sakit Sari Mutiara Medan Tahun 2015 Descriptive Statistics N
Mean
Std. Deviation
Minimum
Maximum
Koping Pre-Test
20
89.35
11.315
70
106
Koping Post-Test
20
106.90
20.274
69
132
Ranks N Koping Post-Test Koping Pre-Test
Mean Rank
Negative Ranks
2
Positive Ranks
Sum of Ranks
a
2.00
4.00
b
9.43
132.00
14
c
Ties
4
Total
20
a. Koping Post-Test < Koping Pre-Test b. Koping Post-Test > Koping Pre-Test c. Koping Post-Test = Koping Pre-Test
a
Test Statistics
Koping Post-Test - Koping Pre-Test Z Asymp. Sig. (2-tailed) a. Wilcoxon Signed Ranks Test b. Based on negative ranks.
b
-3.312
.001
Lampiran 11
BERITA ACARA Perbaikan Skripsi Program Studi Ners Fakultas Keperawatan & Kebidanan Universitas Sari Mutiara Indonesia Pada hari kamis 30 juli 2015 telah diadakan sidang Skripsi dengan judul : Pengaruh Pendidikan Kesehatan Terhadap Koping Orang Tua Dalam Merawat Anak Dengan Talasemia Di Rumah Sakit Umum Sari Mutiara Medan Tahun 2015. Diseminarkn Oleh : Nama : Trioma Fitri NIM : 11 02 045 Skripsi ini telah diperbaiki dan diperiksa : N o 1
2
3
4
5
BAB BAB IV
PERNYATAAN/SARAN/ KRITIK Analisa Bivariat Kesimpulan
BAB III BAB IV
Abstrak Aspek Pengukuran Alat Pengumpulan Data Pembahasan Keterbatasan Penelitian Daftar Pustaka ABSTRAK Penulisan BAB I Analisa Univariat BAB II Kesimpulan BAB III Saran BAB IV Daftar Pustaka BAB I BAB IV
Tujuan Khusus Penelitian Kesimpulan dan Saran
DOSEN PENGUJI Ketua Penguji
(Ns.Jek Amidos Pardede, M.Kep, Sp.Kep.J) Penguji I
(Jenni Marlindawani Purba, SKp, MNS) Penguji II
(Ns. Osak Sitorus, M.Kep) Penguji III
(Ns. Edriyani Simanjuntak, S.Kep) Mahasiswa
(Trioma Fitri)