POLA PENCARIAN PELAYANAN KESEHATAN IBU HAMIL BERDASARKAN ASPEK SOSIAL DAN BUDAYA MASYARAKAT DI WILAYAH PESISIR KECAMATAN WAWONII BARAT KABUPATEN KONAWE KEPULAUAN TAHUN 2015
SKRIPSI
Oleh:
ULKY SARA F1D2 11 131
JURUSAN KESEHATAN MASYARAKAT FAKULTAS KESEHATAN MASYARAKAT UNIVERSITAS HALUOLEO KENDARI 2016
KATA PENGANTAR
Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Tuhan yang Maha Esa Allah SubhaanahuWaTa‟ala zat pemilik hidup penulis dan setiap mahluk hidup yang ada didunia ini yang telah berbelas kasih memberikan hidayah-Nya, rezki yang cukup, kesehatan dan kesempatan sehingga penulis dapat menyelesaikan hasil penelitian ini yang berjudul “ Pola Pencarian Pelayanan Kesehatan Ibu Hamil Berdasarkan Aspek Sosial Kecamatan
Wawonii
dan Budaya Masyarakat Wilayah Pesisir di
Barat
Kabupaten
Konawe
Kepulauan
Tahun
2105”sebagai salah satu syarat menyelesaikan studi satrata satu (S1) pada Jurusan Kesehatan Masyarakat Fakultas Kesehatan Masyarakat. Salawat dan salam penulis hanturkan kepada pemimpin pembawa cahaya terang didunia yaitu nabi besar Muhammad Shallallaahu „AlaihiWaSalllam, yang telah memperjuangkan agama Allah S.W.T yang benar sebagai penerang umat manusia pada masa yang lalu, kini dan masa yang akan datang. Penulis dengan sepenuh hati menyadari bahwa menyelesaikan Skripsi ini tidak terlepas dari bantuan berbagai pihak. Atas dasar tersebut, maka penulis menyampaikan penghargaan, rasa hormat, rasa bangga, dan terima kasih dari hati yang dalam kepada Ibu Dr. NaniYuniar, S.Sos., M.Kes sebagai pembimbing I sekaligus motifator penulis, dan Bapak Sabril Munandar, S.K.M., M.Kes sebagai pembimbing II yang telah banyak memberikan arahan, motifasi, dan bimbingan yang sangat baik kepada penulis.
Ucapan terima kasih, penghormatan, dan yang setinggi-tingginya pula kepada kedua orang tua penulis, Ayahanda tercinta (Almarhum) La Ode Hakimu sekalipun penulis tidak di takdirkan oleh-NYA untuk melihat sosok wajahnya, serta merasakan kasih sayangnya karena beliau telah kembali ke Sang Pencipta, jauh sebelum penulis lahir ke dunia ini, namun keyakinan dan kepercayaan penulis bahwa ayahanda pasti telah melihat dan menyaksikan kerja keras dan perjuangan dari penulis untuk menyelesaikan Skripsi ini. Kebahagian ini kurang lengkap tanpa kehadiran-Mu. Penulis hanya dapat ucapkan semoga Engkau bahagia disisi Illahi Rabbi, serta Ibunda Waode Ampera yang telah melahirkan penulis ke dunia ini. Tidak terlupakan pula ucapan terima kasih yang setinggi-tingginya untuk nenek tercinta Wa Katembe yang telah membesarkan sejak penulis terlahir ke dunia sampai di kehidupan sekarang ini dengan kasih sayang, penuh cinta, air mata, pengorbanan yang tiada terkira serta segala doa sehinnga penulis dapat melangkah sejauh ini. Serta ucapan terimah kasih yang tidak bisa tergambarkan oleh penulis untuk wanita hebat bonda tercinta Waode Sarina yang telah menyayangi dan mencintai penulis sepunuh hati karena cinta dan kasih sayang darinya memberikan semangat hidup yang sangat luar biasa bagi penulisserta memberikan motivasi, kerelaan dan keikhlasaan hati, pengorbanan hidup, dukungan moril, materil, maupun inmateril yang dapat memberikan keteguhan hati, kesabaran dan kekuatan untuk menghadapi hidup kepada penulis yang tak mungkin tergantikan oleh penulis.
Pada kesempatan ini pula penulis mengucapkan terima kasih dari hati yang dalam kepada: 1.
Prof. Dr. Ir. Usman Rianse, MS selaku Rektor Universitas Halu Oleo Kendari dan Para Pembantu Rektor Universitas Halu Oleo.
2.
Drs. Yusuf Sabilu, selaku Dekan dan Para Pembantu Dekan Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Halu Oleo.
3. Laode Ali Imran Ahmad, S.K.M., M.Kes, selaku Ketua Jurusan Kesehatan MasyarakatFakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Halu Oleo 4. Bapak Laode Ali Imran Ahmad, S.K.M., M.Kes, Ibu Sartini Risky, S.K.M., M.Kes, dan Ibu Lisnawaty, S.K.M., M.Kes selaku penguji yang telah banyak memberikan masukan berupa sumbangsih pemikiran, motifasi kepada penulis demi berjalanya Tugas akhir ini dengan baik. 5. Seluruh Dosen Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Halu Oleo. 6. Staf pengolola Fakultas Kesehatan Masyarakat yang telah banyak membantu administrasi penulis dalam menyelesaikan studi. 7.
Kepala Badan Riset Daerah Provinsi Sulawesi Tenggara yang telah memberi izin penelitian.
8.
Bapak Suparman, L.SE.,M.Si Selaku Camat Wawonii Barat beserta jajarannya yang telah banyak membantu dalam proses penelitian.
9.
Kepala Puskesmas Langara dan seluruh Instansi Puskesmas Langara yang telah banyak membantu dalam proses penelitian.
10. Seluruh masyarakat Wawonii Barat khususnya Desa Langara Bajo dan Langara Indah yang telah bersedia untuk menjadi responden dalam penelitian
ini yang telah banyak memberikalan motifasi dan dukungan penuh kepada penulis dalam penyelesaian tugas akhir ini. 11. Kakak-kakak dan adiktercinta : Inding Hermawan, Qalfa, Vadilla, Mahader, Josbus, dan Al Akbar yang telah mendoakan, pemberi motifasi dan mensuport penulis untuk menyelesaikan tugas akhir ini. 12. Keluarga besar penulis dari pihak ibu dan ayah khususnya Waode Namu dan Susanto yang telah memberikan motifasi, dukungan materi maupun non materi kepada penulis sehingga penulis tetap konsisten pada seluruh proses perkuliahan dan sampai pada tahap penyelesaian tugas akhir ini. 13. Sahabat yangtak terlupakan :Tenri Sompa, Sitti Ernalinda,Yeni Rahmawati, Zuriati, Siti Zalmina, Zakat Fitri, Sina Kadir, Dasmian, Wa Ode Musma Sentot S.KM untuk suka duka, bantuan, kerja sama, kenangan, dan ceritacerita bersama. Akhirnya penulis meminta atas ridho Allah SWT selalu melindungi dan melimpahkan rahmat dan hidayahnya kepada semua pihak yang telah membantu. Insyallah skripsi ini dapat memberikan menfaat bagi ilmu pengetahuan dan teknologi, bangsa, negara, dan agama. aamiin Kendari, 2016
Penulis
Januari
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL HALAMAN PENGAJUAN HALAMAN PENGESAHAN HALAMAN PERNYATAAN KEASLIAN KATA PENGANTAR DAFTAR ISI DAFTAR TABEL DAFTAR GAMBAR DAFTAR LAMPIRAN DAFTAR ARTI LAMBANG DAN SINGKATAN ABSTRAK ABSTRACT I.
II.
Halaman i ii iii iv v ix xi xiii xiv xv xix xx
PENDAHULUAN
1
A. B. C. D. E. F.
1 6 6 7 8 8
Latar Belakang Rumusan Masalah Tujuan Penelitian Manfaat Penelitian Ruang Lingkup Penelitian Organisasi/Sistematika
TINJAUAN PUSTAKA
9
A. B. C. D. E. F. G. H.
9 15 19 23 25 32 37 38
Tinjauan Umum Tentang Pencarian Pelayahan Kesehatan TinjauanUmum Tentang Kehamilan Tinjauan Umum Tentang Pelayanan ANC Tinjauan Umum Tentang Sosial Tinjauan Umum Tentang Budaya Tinjauan Penelitian Sebelumnya Kerangka Teori Kerangka Konsep
III. METODE PENELITIAN A. B. C. D. D. G. H. I.
39
Jenis Penelitian Lokasi dan Waktu Penelitian Populasi dan Sampel Sumber Data/Informasi Definsi Operasional dan Kriteria Objektif Instrumen Penelitian Teknik Pengumpulan Data Pengolahan, Analisis, dan Penyajian Data
ix
39 39 39 40 41 46 46 47
IV. HASIL DAN PEMBAHASAN A. B. C. V.
49
Gambaran Umum Lokasi Hasil Penelitian Pembahasan
49 51 84
PENUTUP
118
A. B.
118 119
Simpulan Saran
DAFTAR PUSTAKA LAMPIRAN
x
DAFTAR TABEL Nomor
Judul
Halaman
1.
Distribusi Sarana dan Prasarana Kesehatan Tahun 2014
50
2.
Data Sarana Pendidikan di Kecamatan Wawonii Barat Tahun 2014.
51
3.
Distribusi Tenaga Kesehatan(PNS/Tenaga Honorer) Tahun 2014
51
4.
Distribusi Kelompok Umur Responden di Wilayah Pesisir Kecamatan Wawonii Barat Tahun 2015
5.
52
Distribusi Responden Menurut Alamat di Wilayah Pesisir Kecamatan Wawonii Barat Kabupaten Konawe Kepulauan Tahun 2015.
6.
Distribusi
53 Responden
WilayahPesisirKecamatan
Menurut Wawonii
Suku
Barat
di
Kabupaten
KonaweKepulauan Tahun 2015 7.
54
Distribusi Responden Menurut Tingkat Pendidikan di Wilayah Pesisir
Kecamatan
Wawonii
Barat
Kabupaten
Konawe
Kepulauan Tahun 2015 8.
55
Distribusi Responden Menurut Jenis Pekerjaan di Wilayah Pesisir
Kecamatan
Wawonii
Barat
Kabupaten
Konawe
Kepulauan Tahun 2015 9.
55
Distribusi Responden Menurut Pendapatan Keluarga di Wilayah Pesisir
Kecamatan
Wawonii
Barat
Kabupaten
Konawe
Kepulauan Tahun 2015 10.
57
Distribusi Responden Menurut Pengetahuan di Wilayah Pesisir Kecamatan Wawonii Barat Kabupaten KonaweKepulauan Tahun 2015
11.
Distribusi
58 Responden
Menurut
Kecamatan Wawonii Barat
Sikap
di
WilayahPesisir
Kabupaten Konawe Kepulauan
Tahun 2015
60
xi
12.
Distribusi Responden Menurut Dukungan Keluarga di Wilayah Pesisir
Kecamatan
Wawonii
Barat
Kabupaten
Konawe
Kepulauan Tahun 2015. 13.
61
Distribusi Responden Menurut Pengambil Keputusan di Wilayah Pesisir Kecamatan Wawonii Barat
Kabupaten Konawe
Kepulauan Tahun 2015. 14.
Distribusi Responden Menurut Pemilihan Tenaga Pelayanan Berdasarkan Pemeriksaan Kehamilan di Wilayah Pesisir Kecamatan Wawonii Barat Kabupaten Konawe Kepulauan Tahun 2015
15.
64
Distribusi Responden Menurut Pemilihan Tenaga Pelayanan Berdasarkan
Perawatan
Kehamilan
di
Wilayah
Pesisir
Kecamatan Wawonii Barat Kabupaten Konawe Kepulauan Tahun 2015 16.
67
Distribusi Responden Menurut Pemilihan Tenaga Pelayanan Berdasarkan
Pengobatan
Kehamilan
di
Wilayah
Pesisir
Kecamatan Wawonii Barat Kabupaten Konawe Kepulauan Tahun 2015 17.
72
Distribusi Responden Menurut Pemilihan Tenaga Pelayanan Berdasarkan Pola Makan dalam memenuhi Kebutuhan Gizi Ibu Hamil di Wilayah Pesisir Kecamatan Wawonii Barat Kabupaten Konawe Kepulauan Tahun 2015
18.
76
Distribusi Responden Menurut Pemilihan Tenaga Pelayanan Berdasarkan Penolong Persalinan di Wilayah Pesisir Kecamatan Wawonii Barat Kabupaten Konawe Kepulauan Tahun 2015
xii
81
DAFTAR GAMBAR
Nomor
Judul
Halaman
1.
Kerangka Teori menurut Green (1980) dalam Jong (2005) 37
2.
Kerangka Konsep
38
xiii
DAFTAR LAMPIRAN
Nomor
Judul
1.
Sarana dan Prsarana Kesehatan
2.
Sarana Pendidikan
3.
Tenaga Kerjaan
4.
Lembar Persetujuan Menjadi Responden
5.
Kuesioner
6.
Penjelasan Untuk Menjadi Subjek Penelitian
7.
Lembar Persetujuan Informan
8.
Pedoman Wawancara
9.
Master Tabel Penelitian
10.
Matriks Wawancara Variabel Sosial
11.
Matriks Wawancara Variabel Budaya
12.
Distribusi Informan Kunci dan Informan Biasa
13.
Hasil Output SPSS
14.
Surat Izin Penelitian dari Badan Penelitian dan Pengembangan Provinsi Sulawesi Tenggara
15.
Surat Keterangan Telah Melaksankan Penelitian dari Camat Wawonii Barat Kabupten Konawe Kepulauan Tahun 2015
xiv
ARTI LAMBANG DAN SINGKATAN
Lambang dan Singkatan
Arti dan Keterangan
n
: Jumlah
<
: Lebih kecil dari
>
: Lebih besar dari
≥
: Lebih besar atau sama dengan
%
: Persen
=
: Sama dengan
-
: Sampai dengan
A AA
: Asam Arachidonat
AKG
: Angka Kecukupan Gizi
ASI
: Air Susu Ibu
B Balita
: Bayi dibawah lima tahun
Batita
: Bayi dibawah tiga tahun
BB
: Berat Badan
BGM
: Bawah Garis Merah
BBLR
: Bayi Berat Lahir Rendah
BPS
: Badan Pusat Statistik
C Ca
: Kalsium
Cm
: Sentimeter
xv
D Depkes
: Departemen Kesehatan
DHA
: Docosahexaenoic acid
Dinkes
: Dinas Kesehatan
DKBM
: Daftar Komposisi Bahan Makanan
DNA
: Deoxyribose Nucleic Acid
D3
: Diploma 3
F Fe
: Ferrum
G g
: Gram
H Ha
: Hekto Are
Hb
: Hemoglobin
I IMT
: Indeks Massa Tubuh
IQ
: Intelligence Quotient
K KEP
: Kurang Energi Protein
Kesling
: Kesehatan Lingkungan
Kesmas
: Kesehatan Masyarakat
KIA
: Kesehatan Ibu dan Anak
xvi
KK
: Kepala Keluarga
L Lansia
: Lanjut Usia
LILA
: Lingkar Lengan Atas
M Mcg
: Micro gram
MDGs
: Millenium Development Goals, Deklarasi Milenium
P PB
: Panjang Badan
Permenkes
: Peraturan Menteri Kesehatan
Ph
: potential Hiydrogen
PNS
: Pegawai Negeri Sipil
POLRI
: Polisi Republik Indonnesia
Poskeskel
: Pos Kesehatan Keliling
Posyandu
: Pos Pelayanan Terpadu
PT
: Perguruan Tinggi
Puskesmas
: Pusat Kesehatan Masyarakat
R Riskesdas
: Riset Kesehatan Dasar
RNA
: Rybose Nucleic Acid
RDA
: Recomended Dietary Allowance
RI
: Republik Indonesia
RPJMN
: Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional
xvii
S SA
: Sialic Acid
SD
: Standar Deviasi
SD
: Sekolah Dasar
SMA
: Sekolah Menengah Atas
SMF
: Sekolah Menengah Farmasi
SMP
: Sekolah Menengah Pertama
SPAG
: Sekolah Pembantu Ahli Gizi
SPPH
: Sekolah Pembantu Penilik Hygiene
S1
: Strata 1
T TB
: Tinggi Badan
TKPI
: Tabel Komposisi Pangan Indonesia
U U
: Umur
UNICEF
: United Nations Children‟s Fund
URT
: Ukuran Rumah Tangga
W WHO
: World Health Organization, Badan Kesehatan Dunia
WNPG
: Widyakarya Nasional Pangan dan Gizi
WKP
: Wilayah Kerja Puskesmas
Z
:
zinc
xviii
POLA PENCARIAN PELAYANAN KESEHATAN IBU HAMIL BERDASARKAN ASPEK SOSIAL DAN BUDAYA MASYARAKAT DI WILAYAH PESISIR KECAMATAN WAWONII BARAT KABUPATEN KONAWE KEPULAUAN TAHUN 2015 Oleh: Ulky Sara F1D2 11 131 ABSTRAK Menurut WHO AKI di Indonesia mencapai angka tertinggi di Asia Tenggara pada tahun 2007, yaitu sebesar 228/100.000 kelahiran hidup. Sementara berdasarkan SDKI tahun 2012, rata-rata Angka Kematian Ibu tercatat mencapai jumlah 359/100.000 kelahiran hidup. Rata-rata kematian ini jauh melonjak dibanding hasil SDKI 2007. Hal ini tentu menjadi masalah bagi pemerintah yang sebelumnya bertekad akan menurunkan AKI hingga 108/100.000 kelahiran hidup pada tahun 2015 sesuai dengan target MDGs. Berdasarkan data puskesmas Langara tahun 2014 menunjukkan bahwa cakupan penolong persalinan ibu hamil sebesar 69,4% pertolongan persalinan oleh bidan dan 30,6% dilakukan oleh dukun bayi. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui gambaran pencarian pelayanan kesehatan pada ibu hamil berdasarkan aspek sosial dan budaya masyarakat di wilayah pesisir Kecamatan Wawonii Barat Kabupaten Konawe Kepulauan tahun 2015. Penelitian ini adalah penelitian lapangan dengan menggunakan mixed methode yaitu memadukan antara metode kuantitatif dan kualitatif. Populasi dalam penelitian ini adalah 94 ibu hamil dan ibu pasca nifas dengan umur bayi maksimal 6 bulan dengan sampel sebesar 34 orang ibu dengan metode pengambilan sampel menggunakan purposive sampling. Hasil penelitian yang diperoleh bahwa pencarian pelayanan kesehatan ibu hamil berdasarkan sosial masyarakat berdasarkan penghasilan keluarga sebagian besar berada pada kategori kurang 70,6%, pengetahuan sebagian besar berada pada kategori kurang 23,5%, sikap sebagian besar memiliki sikap positif 94,1%, dukungan keluarga sebagian besar di dukung sebanyak 94,1%, pengambilan keputusan sebagian besar oleh diri sendiri 40,5%. Sedangkan pencarian pelayanan kesehatan berdasarkan budaya masyarakat menunjukkan bahwa masyarakat pesisir Kecamatan Wawonii Barat termasuk dalam kategori budaya campuran dimana sebagian besar responden memilih tenaga profesional dan tenaga tradisional dalam pencarian pelayanan kesehatanpada ibu hamil.
Kata Kunci:Pencarian Pelayanan Kesehatan, Kehamilan, Sosial,Budaya.
ix
A FINDING PATTERN FOR HEALTH SERVICE ON PREGNANT WOMEN BASED ON SOCIAL AND CULTURAL ASPECTS IN COASTAL AREA OF WEST WAWONII DISTRICT, KONAWE KEPULAUAN REGENCY IN 2015
BY: Ulky Sara F1D2 11 131 ABSTRACT According to WHO, the MMR in Indonesia pertained the highest number among Southeast Asian countries in 2007, 228/100,000 life birth. However, SDKI claimed that in 2012, the average number of maternal mortality rate was 359/100,000 life birth and was true as higher mortality rate than in 2007. This issue, indeed, has been a problem since government sought to reduce the MMR to 108/100,000 life birth in 2015 as well as MDGs target. Based on the data at public health center Langara in 2014, unveiled that coverage of parturition assistance was 69.4% executed by midwives and the other 30.6% was made by indigenous practitioner. This study aimed to understand description of finding pattern of health service for pregnant women based on social and cultural aspects in coastal area of West Wawonii, Konawe Kepulauan regency in 2015. This study was a field research through a mixed-method by combining both quantitative and qualitative methods. Population of the study was 94 pregnant women and post partum whose baby within the age of 6 month, and the sample size was 34 women whom were determined through a purposive sampling. The results of the study showed that the finding pattern of health service for pregnant women based on social aspect in term of family earning was subsumed mostly into low category for 70.6%, most of the respondents, 23.5%, had low level of knowledge, most of the respondents, 91.4%, had positive attitude, 91.4% of respondents had family support and 40.5% of respondents made their own decision by themselves. Meanwhile, due to the cultural aspects, it showed that coastal community in West Wawonii had merged culture in which most of respondents preferred to attend professional health officers and traditional ones in finding health service for pregnant women.
Key Words: Finding Pattern of Health, Pregnancy, Social, Culture.
x
I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Menurut
Federasi
Obstetri
Ginekologi
Internasional,kehamilan
didefinisikan sebagai fertilisasi atau penyatuan dari spermatozoa dan ovum dan dilanjutkan dengan nidasi atau implantasi.Bila dihitung dari fase fertilitas hingga lahirnya bayi, kehamilan normal akan berlangsung dalam waktu 40 minggu atau 10 bulan lunar atau 9 bulan menurut kalender Internasional. Kehamilan berlangsung dalam tiga trimester, trimester satu berlangsung dalam 12 minggu,trimesterkedua 15 minggu (minggu ke-13 hingga ke-27), dan trimester ketiga 13 minggu (minggu ke-28 hingga ke-40) (Prawirohardjo, 2009). Penyebab utama kematian pada ibu adalah komplikasi saat kehamilan, persalinan, dan nifas. Salah satu upaya untuk menekan angka kematian ibu akibat komplikasi yaitu melalui pemanfaatan antenatal care (ANC) (Hukmiah, et al,2013). Dari data Depkes R.I 2010 World Health Organisation (WHO) menyebutkan bahwa kematian ibu dikawasan Asia Tenggara menyumbang hampir 1/3 jumlah kematian ibu yang terjadi secara global. Sebanyak 98 % dari seluruh kematian ibu di kawasan ini adalah terjadi di India, Bangladesh, Indonesia, Nepal, dan Myanmar. Setiap kehamilan dapat menimbulkan risiko kematian ibu. Pemantauan dan perawatan kesehatan yang memadai selama kehamilan sampai masa nifas sangat penting untuk kelangsungan hidup ibu dan bayinya.
1
2
Dalam upaya mempercepat penurunan kematian ibu, Kementerian Kesehatan menekankan pada ketersediaan pelayanan kesehatan ibu di masyarakat (Riskesdas, 2013). Angka Kematian Ibu (AKI) adalah indikator kritis status kesehatan para perempuan. Kematian seorang ibu dalam keluarga memiliki dampak hebat, tidak hanya dalam hal kehilangan suatu kehidupan, namun juga karena efeknya pada kesehatan dan usia hidup anggota keluarga yang ditinggalkan (Komariyah, 2008). Menurut WHO (World Health Organization) kematian martenal adalah kematian seorang wanita waktu hamil atau dalam 42 hari sesudah berakhirnya kehamilan , terlepas dari tuanya kehamilan dan tindakan yang di lakukan untuk mengakhiri kehamilan. Angka kematian yang tinggi umumnya di sebabkan oleh 3 masalah : 1. Masih kurangnya pengetahuan mengenai sebab akibat dan penanggulangan komplikasi penting dalam kehamilan, persalinan, dan nifas. 2. Kurangnya pengertian dan pengetahuan mengenai kesehatan reproduksi. 3. Kurang meratanya pelayanan kebidanan yang baik bagi semua yang hamil. (Prawirohardjo, 2009). Dalam komitmen internasional Millenium Development Goals (MDGs), penurunan kematian ibu melahirkan menjadi salah satu dari delapan tujuan (goals) yang dirumuskan. Komitmen tersebut dituangkan Indonesia dalam arah pembangunan jangka panjang kesehatan Indonesia tahun 2005-2025, yaitu: meningkatkan derajat kesehatan masyarakat melalui peningkatan akses
3
terhadap pelayanan kesehatan yang mencakup, meningkatnya Umur Harapan Hidup (UHH) dari 69 tahun pada tahun 2005 menjadi 73,7 tahun pada tahun 2025, menurunnya Angka Kematian Bayi (AKB) dari 32,3 per 1.000 kelahiran hidup pada tahun 2005 menjadi 15,5 per 1.000 kelahiran hidup pada tahun 2025, dan menurunnya AKI dari 262 per 100.000 kelahiran hidup pada tahun 2025 (Depkes RI, 2010). Menurut WHO AKI di Indonesia mencapai angka tertinggi di Asia Tenggara pada tahun 2007, yaitu sebesar 228/100.000 kelahiran hidup. Sementara berdasarkan SDKI tahun 2012, rata-rata Angka Kematian Ibu tercatat mencapai jumlah 359/100.000 kelahiran hidup. Rata-rata kematian ini jauh melonjak dibanding hasil SDKI 2007. Hal ini tentu menjadi masalah bagi pemerintah yang sebelumnya bertekad akan menurunkan AKI hingga 108/100.000 kelahiran hidup pada tahun 2015 sesuai dengan target MDGs. Tingginya AKI di Indonesia berkaitan dengan perawatan medis saat hamil. Tentunya hal ini tidak terlepas dari pengaruh kebudayaan yang ada di masyarakat. Konsep masyarakat tentang kematian ibu hamil dan melahirkan adalah akan menuju ke jalan yang baik, istilahnya adalah mati syahid. Selain itu kematian juga dipercaya sebagai takdir yang tidak dapat diubah oleh manusia (Hasnah, 2003). Pertolongan persalinan oleh dukun menimbulkan berbagai masalah dan merupakan penyebab utama tingginya angka kematian dan kesakitan ibu. Hal ini dapat dipahami karena dukun tidak dapat mengenali tanda-tanda bahaya perjalanan persalinan (Manuaba, 2007).
4
Praktek dukun memang sudah mulai berkurang jika dibandingkan dengan dahulu. Namun pengaruhnya dalam kehidupan sehari-hari tentu masih dijumpai, misalnya keharusan yang diajarkan oleh dukun ataupun orangtua secara turun temurun untuk melakukan pantangan ketika dalam kondisi tertentu. Pemeriksaan kehamilan merupakan salah satu tahapan penting yang harus dilakukan oleh ibu hamil menuju kehamilan yang sehat. Pemeriksaan kehamilan dapat dilakukan melalui dokter kandungan atau bidan dengan minimal pemeriksaan 4 kali selama kehamilan yaitu pada usia kehamilan trimester pertama, trimester kedua dan pada kehamilan trimester ketiga, dengan catatan kehamilan berlangsung normal. Ada baiknya pemeriksaan kehamilan dilakukan sebulan sekali usia kandungan menginjak 9 bulan (Erlina, 2013). Di Indonesia cakupan kunjungan ibu hamil K4 pada tahun 2012 sebesar 87,37% ini berarti belum mencapai target renstra 2012 yang sebesar 90%. Dari 33 Provinsi di Indonesia, hanya 12 provinsi di antaranya (36,4%) yang telah mencapai target tersebut. Provinsi Sulawesi Tenggara termasuk provinsi yang belum mencapai target renstra dengan cakupan kunjungan ibu hamil K4 sebesar 80,30% (Ditjen Bina Gizi dan KIA dalam Kemkes RI, 2013). Berdasarkan profil kesehatan Dinkes di kabupaten konawe kepulauan tahun 2013 di laporkan bhawa jumlah ibu hamil sebesar 441 orang, tidak ada kasus kematian pada ibu hamil, namun ibu yang sebesar 18 orang.
menderita resiko tinggi
5
Sedangkan jumlah kunjungan K-1 pada ibu hamil 334, ini berarti ada 107 orang ibu hamil yang tidak memanfaatkan pelayanan K-1. dan kunjungan K4 339 dan ini berarti terdapat 102 orang ibu hamil yang tidak memanfaatkan pelayanan K-4(Profil KesehatanKonawe Kepulauan2013). Berdasarkan data di wilayahkerjaPuskesmas Langaratahun 2014 di laporkan bhawa tidak ada kasus kematian dari 189 orang ibu hamil. Jumlah ibu hamil yang mendapat pelayanan tablet Fe ( penambah darah ) sebanyak 135 orang dan jumlah ibu hamil yang di imunisasi 61 orang. Sedangkan ibu hamil yang melakukan persalinan di tolong oleh tenaga kesehatan sebanyak 146 orang dan 43 orang lainya di tolong oleh (dukun). Jumlah kunjungan K-1 pada ibu hamil di Puskesmas Langara pada tahun 2014 yaitu 96,83% ini berarti bahwa terdapat 3,17% ibu hamil yang tidak memanfaatkan pelayanan K1, sedangkan, pada kunjungan K-4 terdapat 95,8% ini berarti bahwa terdapat 4,2% yang tidak memanfaatkan pelayanan K4. Berdasarkan konsep Bloom (Notoatmodjo, 2007) faktor perilaku mempunyai pengaruhyang sangat besar terhadap peningkatan derajat kesehatan masyarakat.Perilaku pencarian pertolongan kesehatan saat ibu hamil amatlah erat hubungannya dengan sosial dan budaya.Pemerintah telah membuat kebijakan tentang persalinan yaitu semua persalinan ditolong oleh tenaga yang terampil. Tahun 1998 telah diterbitkan Permenkes nomor 572/1996 yang isinya menyebutkan bahwa bidan di desa telah diberi wewenang untuk menangani komplikasi kehamilan dan persalinan tertentu.Nilai-nilai sosial budaya memiliki arti penting di dalam pola pencarianpelayanan kesehatan khususnya
6
pelayanan kesehatan pada ibu hamil.Dimana di dalamnya mencakup kebiasaan-kebiasaan yang dilakukan ibu hamil dalam melakukan pemeriksaan kehamilan maupun didalam perawatan kehamilannya.Hal ini juga terjadi di Kecamatan Wawonii Barat Kabupaten Konawe Kepulauan, salah satunya ialah masih seringnya ibu hamil melakukan urut perut di dukun dengan alasan untuk memperbaiki posisi janin di dalam kandungan agar tidak terlilit tali pusar dan agar tidak lahir sunsang serta masih adanya ibu hamil meminta pengobatan di dukun apabila sakit saat hamil seperti pengobatan dengan air putih yang sudah dibacakan mantra oleh dukun tersebut. Berdasarkan uraian di atas maka peneliti tertarik untuk melakukan penelitian
tentang“Pola
Pencarian
Pelayanan
Kesehatan
Ibu
Hamil
Berdasarkan Aspek Sosial dan Budaya di Wilayah Pesisir Kecamatan Wawonii BaratKabupaten Konawe Kepulauan.” B. Rumusan Masalah Berdasarkan uraian latar belakang di atas, maka rumusan masalah dalam penelitian ini adalah bagaimanaPola Pencarian Pelayanan KesehatanIbu Hamil Berdasarkan Sosial dan Budaya di Wilayah Pesisir Kecamatan Wawonii Barat Kabupaten Konawe Kepulauan Tahun 2015. C. Tujuan Penelitian 1. Tujuan Umum Untuk mengetahui gambaran sosial dan budaya terhadap pola pencarian pelayanan kesehatan ibu hamildi Wilayah PesisirKecamatan Wawonii Barat Kabupaten Konawe Kepulauan tahun 2015.
7
2. Tujuan Khusus Adapun tujuan khusus dari penelitian ini adalah sebagai berikut : a. Untuk mengetahui gambaran aspek sosial terhadap pola pencarian pelayanan kesehatan ibu hamil di Wilayah Pesisir Kecamatan Wawonii Barat Kabupaten Konawe KepulauanTahun 2015. b. Untuk mengetahui gambaran aspek budaya terhadap pola pencarian pelayanan kesehatan ibu hamil di WilayahPesisir Kecamatan Wawonii Kabupaten Konawe KepulauanTahun 2015. D. Manfaat Penelitian 1. Manfaat Praktis Hasil penelitian ini diharapkan dapat menjadi bahan masukan bagi petugas kesehatan di Puskesmas Langara Kecamatan Wawonii Barat Kabupaten Konawe Kepulauan dalam rangka meningkatkan pelayanan kesehatan khususnya pelayanan kesehatan Ibu Hamil. 2. Manfaat Teoritis Hasil penelitian ini diharapkan dapat menambahserta memperluas khasanah ilmu pengetahuan serta sebagai bahan acuan bagi pemerintah di dalam pengambilan keputusan. 3. Manfaat Bagi Peneliti Hasil penelitian ini diharapkan dapat menjadi bahan pustaka atau informasi tambahan dan pengalaman yang berharga bagi peneliti khususnya dalam meningkatkan wawasan dalam bidang penelitian.
8
E. Ruang Lingkup Penelitian Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui hubungan aspek sosial dan aspek budaya terhadap pola pencarian pelayanan kesehatan ibu hamil di Wilayah Pesisir Kecamatan Wawonii Barat Kabupaten Konawe Kepulauan tahun 2015.Ruang lingkup penelitian ini yaitu aspek sosial dan aspek budaya. Objek penelitian ini dibatasi hanya pada ibu - ibu hamil dan ibu pasca bersalin dengan batasan umur bayi 0-6 bulan yang berada di Kawasan Pesisir Kecamatan Wawonii Barat Kabupaten Konawe Kepulauan.Adapunyang termasuk dalam wilayah pesisir penelitian ini terdiri dari 2 desa yaitu desa Langara Bajo dan desa Langara Indah. F. Organisasi/Sistematika Penelitian ini berjudulPola Pencarian Pelayanan Kesehatan Ibu Hamil Berdasarkan Sosial dan Budaya di Wilayah Pesisir Kecamatan Wawonii Barat Kabupaten Konawe Kepulauan tahun 2015, yang dibimbing oleh pembimbing I Ibu Dr. Nani Yuniar, S.Sos., M.Kes dan pembimbing II oleh Bapak Sabril Munandar, S.K.M., M.Kes.
II. TINJAUAN PUSTAKA A. Tinjauan Tentang Pencarian Pelayanan Kesehatan Pada IbuHamil a) Definisi Pelayanan Kesehatan Ibu Hamil Menurut Prof. Dr. Soekidjo Notoatmojo pelayanan kesehatan adalah sebuah sub sistem pelayanan kesehatan yang tujuan utamanya adalah pelayanan preventif (pencegahan) dan promotif( peningkatan kesehatan ) dengan sasaran masyarakat. Menurut Depkes RI (2009) pelayanan kesehatan adalah setiap upaya yang diselenggarakan sendiri atau secara bersama-sama dalam suatu organisasi untuk
memelihara
dan
meningkatkan
kesehatan,
mencegah
dan
menyembuhkan penyakit serta memulihkan kesehatan perorangan, keluarga, kelompok dan atupun masyarakat. Dari definisi di atas dapat ditarik kesimpulan bahwa pelayanan kesehatan Ibu hamil adalah suatu upaya di bidang kesehatan yang menyangkut pemeliharaan dan peningkatan kesehatan pada ibu hamil, serta pencegahan terhadap resiko-resiko kehamilan yang dapat membahayakan ibu hamil serta janin di dalam kandungannya mulai dari awal kehamilan hingga sampai waktu persalinan. b) Pencarian Pelayanan Kesehatan Ibu Hamil Beberapa ibu hamil dengan kondisi kesehatan yang relatif sama (tidak mempunyai keluhan yang berarti selama kehamilannya), akan mempunyai kebutuhan yang berbeda-beda pada saat dia melahirkan.
9
10
Ada yang merencanakan untuk bersalin di rumah dengan pertolongan dukun bayi, dirumah dengan pertolongan bidan, di tempat praktek bidan, di puskesmas atau di rumah sakit dengan pertolongan dokter ahli kandungan. Dalam kasus ini jelas bahwa kebutuhan beberapa ibu hamil tersebut relatif dalam pemenuhannya. Kebutuhan terhadap pelayanan kesehatan, terdiri atas kebutuhan yang dirasakan oleh konsumen (felt need) dan kebutuhan yang diukur menurut pendapat provider (evaluated need). Kebutuhan yang di rasakan menurut konsumen dipengaruhi oleh faktor resiko demografi dan faktor sosio psikologis (Dever G.A, 2004). Kebutuhan akan pelayanan kesehatan terdiri atas kebutuhan yang dirasakan (felt need) membuat individu mengambil keputusan untuk mencari pelayanan kesehatan atau tidak. Ekspresi dari felt need terhadap pelayanan kesehatan adalah merupakan penggunaan dari pelayanan kesehatan. Seorang ibu yang sedang hamil mungkin sudah mempunyai rencana untuk melahirkan dengan pertolongan dukun bayi di rumah. Hal ini disebabkan karena tingkat pengetahuan ibu yang rendah tentang kesehatan dan kebiasaan yang berlaku di daerah tersebut. Ibu hamil yang lain mungkin merencanakan untuk bersalin dengan pertolongan bidan karena seluruh kerabatnya juga melakukan hal yang sama. Tetapi pada saat bersalin ibu tersebut mengalami penyulit yang menyebabkan bidan mengambil keputusan untuk merujuk ibu tersebut ke rumah sakit. Ibu tersebut akhirnya bersalin dengan pertolongan dokter (Kenneth Lee dan Anne Mills, 2003).
11
c) Faktor- Faktor yang Mempengaruhi Pemilihan Pelayanan Kesehatan Anderson dalam teori perilakunya menjelaskan bahwa ada tiga faktor utama yang mempengaruhi tindakan seseorang dalam menggunakan pelayanan kesehatan yaitu faktor-faktor predisposisi (predisposing factors), faktor pemungkin (enabling factors) dan kebutuhan (need).Komponen predisposisi merupakan faktor-faktor yang menggambarkan karakteristik individu yang mempunyai kecenderungan untuk memanfaatkan pelayanan kesehatan. Komponen predisposisi ini terdiri dari: a. Demografi, seperti : umur, jenis kelamin, jumlah anggota keluarga, status perkawinan. b. Struktur sosial, meliputi : suku, ras, status sosial, kebudayaan, pendidikan, jenis pekerjaan. c. Kepercayaan tentang kesehatan, misalnya kepercayaan terhadap penyakit, dokter, petugas kesehatan dan lainnya. Faktor pemungkin adalah kondisi yang membuat seseorang mampu melakukan tindakan pelayanan kesehatan termasuk dalam komponen ini adalah sumber daya yang dimiliki keluarga maupun masyarakat misalnya tingkat pendapatan (status ekonomi), keikutsertaan dalam program asuransi kesehatan yang ada, ketersediaan petugas yang dapat memberikan pelayanan. Sedangkan faktor kebutuhan akan pelayanan kesehatan adalah orang akan melakukan atau mencari upaya pelayanan kesehatan tersebut.
12
Keadaan status kesehatan seseorang menimbulkan suatu kebutuhan yang dirasakan dan membuat seseorang mengambil keputusan untuk mencari pertolongan atau tidak. Pada tahun 1991 Green menyempurnakan kerangka tersebut menjadi PRECEDE-PROCEED (Policy, Regulatory, Organizational Construct in Educational and Environmental Development). PRECEDE-PROCEED harus dilakukan secara bersama-sama dalam proses perencanaan, implementasi dan evaluasi. PRECEDE digunakan pada fase diagnosis masalah, penetapan prioritas masalah dan tujuan program sedangkan PROCEED digunakan untuk menetapkan sasaran dan kriteria kebijakan serta implementasi dan evaluasi. Langkah-langkah PRECEDE-PROCEED 1) Fase pertama Diagnosis Sosial (Social Need Assessment) Diagnosis sosial adalah proses penentuan persepsi masyarakat terhadap kebutuhannya atau terhadap kualitas hidupnya dan aspirasi masyarakat untuk meningkatkan kualitas hidupnya melalui partisipasi dan penerapan berbagai informasi yang didesain sebelumnya. Penilaian dapat dilakukan atas dasar data sensus ataupun vital statistik yang ada maupun dengan melakukan pengumpulan data secara langsung dari masyarakat. Bila data langsung dikumpulkan dari masyarakat maka pengumpulan datanya dapat dilakukan dengan cara wawancara dengan informan kunci, forum yang ada di masyarakat, Focus Group Discussion (FGD), nominal group process, dan survei.
13
2) Fase kedua Diagnosis Epidemiologi Masalah kesehatan merupakan hal yang sangat berpengaruh terhadap kualitas hidup seseorang. Efek yang ditimbulkannya dapat secara langsung maupun tidak langsung sebagai contoh premature heart disease langsung mempengaruhi kualitas hidup seseorang, sedangkan malnutrisi memberikan efek tidak langsung terhadap kualitas hidup karena hanya akan menurunkan produktivitas kerja seseorang. Pada fase ini dicari faktor kesehatan yang mempengaruhi kualitas hidup seseorang ataupun masyarakat.Oleh sebab itu, masalah kesehatan harus digambarkan secara rinci berdasarkan data yang ada baik yang berasal dari data lokal, regional, maupun nasional. Pada fase ini harus diidentifikasi siapa atau kelompok mana yang terkena masalah kesehatan (umur, jenis kelamin, lokasi, suku dan lain-lain), bagaimana pengaruh atau akibat dari masalah kesehatan tersebut (mortalitas, morbiditas, disability, tanda dan gejala yang ditimbulkan) dan bagaimana cara untuk menanggulangi masalah kesehatan tersebut (imunisasi, perawatan/ pengobatan, perubahan lingkungan maupun perubahan perilaku). 3) Fase ketiga Diagnosis Perilaku dan Lingkungan Pada fase ini selain diidentifikasi masalah perilaku yang mempengaruhi masalah kesehatan juga sekaligus di identifikasi masalah lingkungan (fisik dan sosial) yang mempengaruhi perilaku dan status kesehatan ataupun kualitas hidup seseorang atau masyarakat.
14
Di sini seorang perencana harus dapat membedakan antara masalah perilaku yang dapat dikontrol secara individual maupun yang harus dikontrol melalui institusi. Misalnya pada kasus malnutrisi yang disebabkan karena ketidakmampuan untuk membeli bahan makanan maka intervensi pendidikan tidak akan bermanfaat, jadi health promotor perlu melakukan pendekatan perubahan sosial (behavioral change) untuk mengatasi masalah-masalah lingkungan. Untuk mengidentifikasi masalah perilaku yang mempengaruhi status kesehatan seseorang, digunakan indikator perilaku seperti : pemanfaatan pelayanan kesehatan (utilization), upaya pencegahan (preventive action), pola konsumsi makanan (consumption pattern), kepatuhan (compliance), upaya pemeliharaan kesehatan sendiri (self care). 4) Fase keempat Diagnosis Pendidikan dan Organisasional Determinan perilaku yang mempengaruhi status kesehatan seseorang atau masyarakat dapat dilihat dari faktor: a) Faktor predisposisi (predisposing factor) seperti pengetahuan, sikap, persepsi, kepercayaan dan nilai atau norma yang diyakini seseorang. b) Faktor pemungkin (enabling factor), yaitu faktor lingkungan yang memfasilitasi perilaku seseorang. c) Faktor penguat (reinforcing factor) seperti perilaku orang lain yang berpengaruh (tokoh masyarakat, guru, petugas kesehatan, orang tua, pemegang keputusan) yang dapat mendorong orang untuk berperilaku. Pada fase ini setelah diidentifikasi faktor pendidikan dan organisasional, maka
15
langkah selanjutnya adalah menetapkan tujuan pembelajaran yang akan dicapai berdasarkan faktor predisposisi yang telah diidentifikasi. Selain itu, berdasarkan faktor pemungkin dan penguat yang telah diidentifikasi ditetapkan tujuan organisasional yang akan dicapai melalui upaya pengembangan organisasi dan sumber daya. 5) Fase kelima Diagnosis Administratif dan Kebijakan Pada fase ini dilakukan analisis kebijakan, sumber daya dan peraturan yang berlaku yang dapat memfasilitasi atau menghambat pengembangan program promosi kesehatan.”Kebijakan” yang dimaksud disini adalah seperangkat peraturan yang digunakan sebagai petunjuk untuk melaksanakan suatu kegiatan. Sedangkan ”peraturan” adalah penerapan kebijakan dan penguatan hukum serta perundang-undangan dan ”organisasional” adalah kegiatan memimpin atau mengkoordinasi sumber daya yang dibutuhkan untuk pelaksanaan program. Pada diagnosis administratif dilakukan tiga penilaian yaitu sumber daya yang dibutuhkan untuk melaksanakan program, sumber daya yang ada di organisasi dan masyarakat serta hambatan pelaksanaan program. B. Tinjauan Umum Tentang Kehamilan Kehamilan adalah suatu proses pembuahan dalam rangka melanjutkan keturunan sehingga menghasilkan janin yang akan tumbuh di dalam rahim seorang wanita.
16
Menurut Bartini (2012) kehamilan adalah dimulai dari ovulasi sampai partus 280 hari (40 minggu) dan tidak lebih dari 300 hari (43 minggu). Menurut Manuaba (2010) kehamilan dibagi menjadi tiga triwulan yaitu: a) Kehamilan Trimester 1 Kehamilan trimester pertama adalah umur kehamilan 0 sampai 12 minggu. Pada masa ini harapan dan perubahan-perubahan pada seorang ibu terjadi.Meskipun setiap tahap kehamilan mempunyai karakter yang berbeda, kehamilan trimester pertama dapat menjadi saat yang sulit juga (Manuaba, 2010). Beberapa perubahan pada trimester pertama kehamilan antara lain adalah ukuran payudara, rasa cepat lelah dan mual. Meregangnya perut juga tampak pada tahap ini dan mungkin akan merasa ingin kencing lebih sering. Beberapa wanita juga mengalami konstipasi, gangguan pencernaan, dan masuk angin selama kehamilan trimester pertama. Kehamilan trimester pertama dipenuhi oleh banyaknya perubahan pada ibu. Sejumlah ibu akan mengalami perasaan tidak nyaman dan problem seperti berlebihan, pertambahan berat, nyeri ulu hati, pusing dan lelah. Kram kaki dapat terjadi karena rendahnya kadar kalsium. Beberapa ibu juga dapat dapat mengalami varises (Manuaba,2010). b) Kehamilan Trimester II Kehamilan trimester II dimulai umur kehamilan 13 sampai 28 minggu.Janin memiliki panjang dari kepala ke bokong sekitar 65-78 mm dan beratnya antara 13-20 gram, seukuran buah peach.Memasuki trimester kedua,
17
plasenta sudah berkembang sempurna dan memberikan oksigen, nutrisi, serta membuang produk sisa janin.Plasenta juga memproduksi hormon progesteron dan estrogen untuk menjaga kehamilan. Usia pertengahan kehamilan adalah waktunya merasakan pergerakan janin sekitar minggu ke 20 dalam kehamilan pertama. Bayi sudah mulai terlihat seperti manusia utuh diluar kandungan dengan rambut, bahkan bulu mata dan berkelakuan layaknya manusia ketika mulai memasukan jempolnya. Setelah minggu ke 24 bayi dianggap telah layak untuk hidup terus. Pada minggu ke 28 kepala janin lebih proporsional dengan tubuhnya.Mulai mengumpulkan lemak di kulit. Tubuhnya diselimuti oleh minyak pelumas yang tebal (vernix) yang mencegah kulit menjadi lembab karena cairan amnion. Paru-paru mulai mencapai kedewasaan dan bayi memiliki kesempatan yang baik untuk bertahan hidup sekitar 80% jika lahir (Stoppart,2009). c) Kehamilan Trimester III Trimester III berlangsung saat umur kehamilan 29 sampai 40 minggu dari kehamilan. Janin sedang berada di dalam tahap penyempurnaan dan akan semakin bertambah besar, besar, dan besar sampai memenuhi seluruh rongga rahim. Semakin besar janin maka akan semakin terasa seluruh pergerakan janin. Pada saat itu ibu harus selalu berhati-hati dan memperhatikan tandatanda
kegawatan
seperti
tanda
kelahiran
prematur.Ibu
dianjurkan
mengkonsumsi nutrisi yang bergizi dan juga menjaga asupan cairan untuk janin.
18
Trimester terakhir ini akan diwarnai dengan peningkatan frekuensi ke kamar mandi, sesak karena tekanan di diafragma. Pada tahap ini otak janin berkembang sangat progresif (Manuaba,2010). Ketiga trimester ini umumnya wanita hamil akan meningkat berat badanya sebanyak 5,5 kg. Pada minggu ke 40 vernix telah berkurang sehingga hanya beberapa yang tertinggal di lipatan-lipatan kulit leher, ketiak dan selangkangan, kuku pada jari-jarinya panjang dan perlu dipotong dengan lembut setelah persalinan. Ketika bayi bangun matanya terbuka dan dapat menangkap cahaya dan hampir seluruh bulu halusnya hilang (Stoppart,2012). Menurut Sulistyawati (2009), Kebutuhan ibu hamil yaitu: 1) Kebutuhan fisik seorang ibu hamil yakni: a. Diet makanan Kebutuhan makanan pada ibu hamil harus dipenuhi.Kekurangan nutrisi dapat menyebabkan anemia, abortus, IUGR, inersia uteri, perdarahan pasca persalinan. Hal penting yang harus diperhatikan adalah cara mengatur menu dan pengolahan menu tersebut dengan berpedoman pada pedoman gizi seimbang. Status gizi ibu yang kurang baik sebelum dan selama kehamilan merupakan penyebab utama dari berbagai persoalan kesehatan yang serius. b. Kebutuhan energi Widya Karya Pangan dan Gizi Nasional menganjurkan pada ibu hamil untuk meningkatkan energinya sebesar 285 kkal perhari.
19
c. Istirahat Adanya perubahan fisik pada ibu hamil yaitu berat badan pada perut sehingga terjadi perubahan sikap tubuh, dan tidak jarang ibu akan mengalami kelelahan. Oleh karena itu istirahat dan tidur sangat penting untuk ibu hamil. d. Eliminasi Keluhan yang sering muncul pada ibu hamil berkaitan dengan eliminasi adalah konstipasi dan sering buang air kemih. 2) Kebutuhan Psikologis Kebutuhan psikologis pada ibu hamil yaitu persiapan saudara kandung, dukungan keluarga, perasaan aman dan nyaman selama kehamilan, persiapan menjadi orang tua dan dukungan dari tenaga kesehatan. C. Tinjauan Umum Tentang Pelayanan Antenatal Care Pelayanan Antenatal care atau prenatal care merupakan langkah identifikasi medis dan psikologis yang mungkin dapat mempengaruhi kesehatan maternal dan perinatal serta mengurangi adanya komplikasi tak terdeteksi yang dapat menyebabkan konsekuensi serius bagi ibu dan bayi (Potter dkk, 2009). Intervensi esensial dalam ANC adalah identifikasi dan manajemen komplikasi obstetrik seperti preeklampsia, imunisasi tetanus toksoid, penanganan pencegahan intermitten untuk malaria, manajemen infeksi HIV, Spilis dan penyakit menular seksual lainnya ( Lincetto dkk, 2006). a) Tujuan Antenatal Care/Prenatal Care Menurut saifudin (2002, dalam Indriyani 2013), tujuan dilakukannya antenatal care adalah sebagai berikut:
20
1) Membantu kemajuan kehamilan untuk memastikan kesehatan ibu dan tumbuh kembang bayi. 2) Meningkatkan dan mempertahankan kesehatan fisik, mental, sosial, dan bayi. 3) Menganalisis secara dini adanya ketidak normalan atau komplikasi yang mungkin terjadi selama kehamilan termasuk riwayat penyakit secara umum, yaitu pembedahan dan kebidanan. 4) Mempersiapkan persalinan cukup bulan, melahirkan dengan selamat, baik ibu maupun bayinya dengan trauma seminimal mungkin. 5) Mempersiapkan peran ibu dan keluarga dalam menerima kelahiran bayi agar tumbuhb dan kembang secara normal. 6) Frekuensi Kunjungan Antenatal Care (ANC) Sebagaimana yang dipaparkan dalam “ WHO Clinical Guidelines: The Four-Visit ANC Model”, bahwa ibu hamil disarankan melakukan kunjungan pertama kali yakni pada usia 8-12 minggu, kunjungan kedua usia kehamilan 24-26 minggu, kunjungan ketiga di usia kehamilan 32 minggu, dan kunjungan keempat di usia kehamilan 36-38 minggu. Tujuan dari kunjungan ANC di setiap trimester kehamilan memiliki kegiatan fokus pemeriksaan tersendiri sesuai dengan perkembangan ibu dan janin, misalnya pada kunjungan pertama yakni usia 8-12 minggu fokus kegiatan ANC yakni mengkonfirmasi kehamilan, mendeteksi kebutuhan jumlah kunjungan, menentukan/skrining apakah ibu membutuhkan pencegahan komplikasi tertentu (Lincetto dkk, 2006).
21
Departemen Kesehatan RI (2007) dalam bukunya “Pedoman Pelayanan Antenatal”, mencantumkan jumlah frekuensi kunjungan yang harus dilakukan oleh ibu hamil yakni paling sedikit 4 (empat) kali selama kehamilan, dengan ketentuan waktu sebagai berikut: a) Minimal 1 (satu) kali pada trimester pertama=K1 b) Minimal 1 (satu) kali pada trimester kedua=K2 c) Minimal 2 (dua) kali pada trimester ketiga= K3 dan K4. Faktor-faktor yang mempengaruhi Kunjungan Antenatal Care menurut Mahfuzar Rahman, 2010 dalam hasil penelitiannya mengenai faktor yang mempengaruhi kunjungan ANC diantaranya: 1) Tingkat Pendidikan Ibu Tingkat pendidikan ibu sangat mempengaruhi frekuensi kunjungan ANC. Semakin paham ibu mengenai ANC, maka ibu tersebut akan semakin tinggi kesadarannya untuk melakukan kunjungn ANC. 2) Tempat Pelayanan Kesehatan Dalam studi Rahman, terdapat 2 jenis tempat pelayanan kesehatan di Bangladesh, yang pertama adalah pelayanan kesehatan yang didalamnya terdapat tenaga medis namun tenaga medis tersebut tidak melalui pendidikan resmi tenaga kesehatan, dan yang kedua yaitu rumah sakit atau klinik. Hasil penelitiannya yaitu mayoritas ibu memeriksakan kehamilan mereka ke rumah sakit atau klinik. Hal ini dapat disimpulkan bahwa ketersediaan tenaga medis profesional dalam suatu tempat pelayanan kesehatan dapat mempengaruhi ibu hamil dalam melakukan kunjungan ANC.
22
3) Pekerjaan Suami Pekerjaan suami merupakan faktor lainnya yang mempengaruhi kunjungan ANC pada ibu hamil.Hasil penelitian memaparkan bahwa ibu hamil yang memiliki suami yang pekerjaannya lebih layak seperti businessman, melakukan kunjungan ANC lebih ritin dibandinbgkan dengan pekerjaan sebagai buruh. 4) Pendapatan Keluarga Pendapatan keluarga juga menjadi faktpr ibu hamil melakukan kunjungn ANC. Didapatkan dalam hasil penelitian, bahwa ibu hamil dengan keluarga penghasilan tinggi perbulan,melakukan ANC dengan rutin dibandingkan ibu hamil dengan keluarga yang berpenghasilan lebih rendah. 5) Paparan Media Massa Adapun maksud dari paparan media massa, yakni katrena media massa memiliki peran yang cukup besar untuk membantu menumbuhkan kesadaran mengenai dari komplikasi kehamilan serta apa saja dampak dari komplikasi tersebut bagi ibu dan bayi di masa depan. Adanya faktor budaya yang penting untuk dipertimbangkan seperti gaya hidup serta kepercayaan yang dianut individu, kompetensi budaya merupakan kesadaran, penerimaan, serta penghormatan akan suatu kepercayaan, nilai, dan tradisi tertentu dan pasti berbeda antara suatu individu dengan individu lainnya (Leifer, 2008).
23
D. Tinjauan Umum Tentang Sosial a) Pengertian Sosial Kata sosial berasal kata “socius” yang berari segala sesuatu yang lahir, tumbuh dan berkembang dalam kehidupan bersama. Kebudayaan adalah segala sesuatu yang dipelajari dan dialami bersama secara sosial oleh para anggota masyarakat. Menurut antopologi , kebudayaan dalah seluruh sistem atau gagasan dan rasa tindakan, serta karya yang dihasilkan manusia dalam kehidupan bermasyarakat, yang dijadikan miliknya untuk belajar. Kebudyaan merupakan terjemahan dari culture yang mengandung makna “mengolah tanah”. Dengan kata lain. Kebudayaan adalah segala segala upaya serta tindakan manusia untuk mengolah tanah dan alam (Sudarman 2008). b) Aspek Sosial yang Mempengaruhi Status Kesehatan dan Perilaku Kesehatan Notoatmodjo (2003) mengemukakan bahwa ada beberapa aspeksosial yang mempengaruhi status kesehatan antara lain adalah : a. Umur Jika dilihat dari golongan umur maka ada perbedaan pola penyakit berdasarkan golongan umur.Misalnya balita lebiha banyak menderita penyakit infeksi, sedangkan golongan usila lebih banyak menderita penyakit kronis seperti hipertensi, penyakit jantung koroner, kanker, dan lain-lain. b. Jenis Kelamin Perbedaan jenis kelamin akan menghasilkan penyakit yang berbeda pula. Misalnya dikalangan wanita lebih banyak menderita kanker payudara, sedangkan laki-laki banyak menderita kanker prostat.
24
c. Pekerjaan Ada hubungan antara jenis pekerjaan dengan pola penyakit.Misalnya dikalangan petani banyak yang menderita penyakit cacing akibat kerja yang banyak dilakukan disawah dengan lingkungan yang banyak cacing. Sebaliknya buruh yang bekerja diindustri ,misaldipabrik tekstil banyak yang menderita penyakit saluran pernapasan karena banyak terpapar dengan debu. d. Sosial Ekonomi Keadaan sosial ekonomi juga berpengaruh pada pola penyakit. Misalnya penderita obesitas lebih banyak ditemukan pada golongan masyarakat yang berstatus ekonomi tinggi, dan sebaliknyamalnutrisi lebih banyak ditemukan dikalangan masyarakat yang status ekonominya rendah. Menurut Prasetyawati, (2012) ada 2 faktor sosial yang berpengaruh pada perilaku kesehatan : 1) Self concept Self concept kita ditentukan oleh tingkatan kepuasan atau ketidakpuasan yang kita rasakan terhadap diri kita sendiri, terutama bagaimana kita ingin memperlihatkan diri kita kepada orang lain. Apabila orang lain melihat kita positip dan menerima apa yang kita lakukan, kita akan meneruska perilaku kita, begitu pula sebaliknya. 2) Image kelompok Image seorang individu sangat dipengaruhi oleh image kelompok. Sebagai contoh, anak seorang dokter akan terpapar oleh organisasi kedokteran dan orang-orang dengan pendidikan tinggi, sedangkan anak buruh atau petani
25
tidak terpapar dengan lingkungan medis, dan besar kemungkinan juga tidak bercita-cita untuk menjadi dokter. E. Tinjauan Umum Tentang Budaya a) Pengertian Budaya Kata kebudayaan berasal dari bahasa Sansekerta yaitu budhayah yang merupakan bentuk jamak dari bdhi (budi atau akal) diartikan sebagai hal – hal yang berkaitan dengan budhi dan akal manusia.Menurut E.B tylor mendefinisikan kebudayaan adalah kompleks yang mencakup pengetahuan, kepercayaan, kesenian, moral, hukum, adat istiadat, dan lain kemampuankemampuan serta kebiasaan-kebiasaanyang didapatkan oleh manusia sebagai anggota masyarakat. Dengan kata lain, kebudayaan mencakup semuanya yang didapatkan atau dipelajari oleh manusia sebagai anggota masyarakat. Kebudayaan terdiri dari segala sesuatu yang dipelajari dari pola-pola perilaku yang normative.Artinya mencakup segala cara-cara atau pola-pola berpikir, merasakan, dan bertindak (Soekanto, 2006). Menurut Andersan R, kebudayaan mengandung keseluruhan pengertian nilai sosial,norma sosial, sikap, ilmu pengetahuan serta keseluruhan strukturstruktur sosial, religius, dan lain-lain, tambahan lagi segala pernyataan intelektual dan artistik yang menjadi ciri khas suatu masyarakat (Notoatmodjo, 2007). Dari berbagai definisi tersebut, dapat diperoleh pengertian mengenai kebudayaan adalah sesuatu yang akan mempengaruhi tingkat pengetahuan dan meliputi sistem ide atau gagasan yang terdapat dalam pikiran manusia,
26
sehingga dalam kehidupan sehari-hari, kebudayaan itu bersifat abstrak (Koentjaraningrat, 2002). Sedangkan perwujudan kebudayaan adalah benda-benda yang diciptakan oleh manusia sebagai makhluk yang berbudaya, berupa perilaku dan bendabenda yang bersifat nyata, misalnya pola-pola perilaku, bahasa, peralatan hidup, organisasi sosial, religi, seni, dan lain-lain, yang kesemuanya ditujukan untuk membantu manusia dalam melangsungkan kehidupan bermasyarakat (Prasetyawati, 2012). b) Jenis-jenis kebudayaan di Indonesia 1. Kebudayaan Modern Kebudayaan modern biasanya berasal dari manca negara datang di Indonesia merupakan budaya/ kesenian import. Budaya modern akting, penampilan, dan kemampuan meragakan diri didasari sifat komersial. Budaya modern lebih mengesampingkan
norma , gaya menjadi idola
masyarakat dan merupakan target sasaran Contoh : film, musik jazz. 2. Kebudayaan Tradisional Bersumber dan berkembang dari daerah setempat. Penampilan mengutamakan norma dengan mengedepankan intuisi bahkan bersifat bimbingan Dan petunjuk tentang kehidupan manusia. Kebudayaan tradisional kurang mengutamakan komersial dan sering dilandasi sifat kekeluargaan.Contoh : Ketoprak, wayang orang, keroncong, ludruk.
27
3. Budaya Campuran Budaya campuran pada hakekatnya merupakan campuran budaya modern dengan budaya tradisional yang berkembang dengan cara asimilasi ataupun defusi. Kebudayaan campuran sudah memperhitungkan komersiel tapi masih mengindahkan norma dan adat setempat. Contoh : Musik dangdut, orkes gambus, campur sari(Koentjaraningrat, 2002). c) Unsur Kebudayaan Koentjaraningrat (2002) membagi budaya menjadi 7 unsur yang membentuk budaya secara keseluruhan. a) Sistem religi dan upacara keagamaan b) Sistem dan organisasi kemasyarakatan c) Sistem pengetahuan d) Bahasa e) Kesenian f) Sistem mata pencaharian hidup dan g) sistem teknologi dan peralatan. d) Aspek Budaya Yang Mempengaruhi Kesehatan Menurut G.M. Foster (1973), aspek budaya dapat mempengaruhi kesehatan adalah: a.
Pengaruh tradisi Ada beberapa tradisi dalam masyarakat yang dapat berpengaruh negatif
terhadap kesehatan masyarakat, misalnya di New Guinea, pernah terjadi wabah penyakit kuru.Penyakit ini menyerang susunan saraf otak dan penyebabnya
28
adalah virus.penderitanya terbatas pada anak-anak dan wanita. Setelah dilakukan penelitaian ternyata penyakit ini menyebar karena adanya tradisi kanibalisme. b. Sikap fatalistis Hal lain adalah sikap fatalistis yang juga mempengaruhi perilaku kesehatan. Contoh : Beberapa anggota masyarakat dikalangan kelompok tertentu (fanatik) yang beragama islam percaya bahwa anak adalah titipan Tuhan, dan sakit atau mati adalah takdir, sehingga masyarakat kurang berusaha untuk segera mencari pertolongan pengobatan bagi anaknya yang sakit pengobatan bagi anaknya yang sakit,atau menyelamatkan seseorang dari kematian. c.
Sikap ethnosentris Sikap ethnocentris yaitu sikap yang memandang bahwa budaya
kelompok adalah yang paling baik, jika dibandingkan dengan kebudayaan pihak lain. Misalnya orang-orang barat merasa bangga terhadap kemajuan ilmu dan teknologi yang dimilikinya,dan selalu beranggapan bahwa kebudayaannya paling maju,sehingga merasa superior terhadap budaya dari masyarakat yang sedang berkembang. tetapi dari sisi lain,semua anggota dari budaya lainnya menganggap bahwa yang dilakukan secar alamiah adalah yang terbaik. Oleh karena itu,sebagai petugas kesehatan kita harus menghindari sikap yang menganggap bahwa petugas adalah orang yang paling pandai,paling mengetahui tentang masalah kesehatan karena pendidikan petugas lebih tinggi dari pendidikan masyarakat setempat sehingga tidak perlu mengikut sertakan
29
masyarakat tersebut dalam masalah kesehatan masyarakat.dalam hal ini memang petugas lebih menguasai tentang masalah kesehatan,tetapi masyarakat dimana
mereka bekerja lebih mengetahui keadaan di masyarakatnya
sendiri.Contoh lain : Seorang perawat/ dokter menganggap dirinya yang paling tahu tentang kesehatan, sehingga merasa dirinya berperilaku bersih dan sehat sedangkan masyarakat tidak. d.
Perasaan bangga pada statusnya Sikap perasaan bangga atas perilakunya walaupun perilakunya tidak
sesuai dengan konsep kesehatan.hal tersebut berkaitan dengan sikap ethnosentrisme.Misal : orang bangga kalau dapat makan dengan beras yang putih, makan lauk penuh dengan lemak seakan-akan sebagai lambang kemakmuran. Orang akan bangga apabila makan Burger dibanding makan ikan kutuk/ lele. e.
Pengaruh norma Seperti halnya dengan rasa bangga terhadap statusnya, norma
dimasyarakat
sangat
mempengaruhi
perilaku
kesehatan
dari
anggota
masyarakatnya yang mendukung norma tersebut. Sebagaicontoh,untuk menurunkan angka kematian ibu dan bayi banyak mengalami hambatan karena adanya norma yang melarang hubungan antara dokter sebagai pemberi layanan dengan ibu hamil sebagai pengguna layanan. Contoh : upaya untuk menurunkan angka kematian ibu dan bayi banyak mengalami hambatan karena ada norma yang melarang hubungan antara dokter yang memberikan pelayanan dengan bumil sebagai pengguna pelayanan.
30
f.
Pengaruh nilai Nilai yang berlaku didalam masyarakat berpengaruh terhadap perilaku
kesehatan. Contoh: masyarakat memandang lebih bergengsi beras putih daripada beras merah, padahal mereka mengetahui bahwa vitamin B1 lebih tinggi diberas merah daripada diberas putih. Meskipun masyarakat mengetahui bahwa beras merah lebih banyak mengandung vitamin B1 jika dibandingkan dengan beras putih, masyarakat ini memberikan nilai bahwa beras putih lebih enak dan lebih bersih. Contoh lain adalah masih banyak petugas kesehatan yang merokok meskipun mereka mengetahui bagaimana bahaya merokok terhadap kesehatan. g.
Pengaruh unsur budaya yang diajarkan pada tingkat awal dari proses
sosialisasi Pada tingkat awal proses sosialisasi,sebaiknya seorang anak mulai diajarkan karena nantinya akan menjadi nilai/ norma masyarakat. Misalnya: anak harus mulai diajari sikat gigi , buang air besar di kakus, membuang sampah ditempat sampah, cara makan/ berpakaian yang baik sejak awal, dan kebiasaan tersebut terus dilakukan sampai anak tersebut dewasa dan bahkan menjadi tua.kebiasaan tersebut sangat mempngaruhi perilaku kesehatan yang sangat sulit untuk diubah. h.
Pengaruh konsekuensi dari inovasi kesehatan Tidak ada kehidupan sosial masyarakat tanpa perubahan, dan sesuatu
perubahan selalu dinamis artinya setiap perubahan akan diikuti perubahan kedua, ketiga dan seterusnya. apabila seorang pendidik kesehatan ingin melakukan perubahan perilaku kesehatan masyarakat,maka yang harus
31
dipikirkan adalah konsekuensi apa yang akan terjadi jika melakukan perubahan,menganalisis faktor-faktor yang terlibat/berpengaruh terhadap perubahan,dan berusaha untuk memprediksi tentang apa yang akan terjadi dengan perubahan tersebutapabila ia tahu budaya masyarakat setempat dan apabila ia tahu tentang proses perubahan kebudayaan,maka ia harus dapat mengantisipasi reaksi yang muncul yang mempengaruhi outcome dari perubahan yang telah direncanakan. Artinya seorang petugas kesehatan kalau mau melakukan perubahan perilaku kesehatan harus mampu menjadi contoh dalam perilakukanya seharihari. Ada anggapan bahwa petugas kesehatan merupakan contoh rujukan perilaku hidup bersih sehat, bahkan diyakini bahwa perilaku kesehatan yang baik adalah kepunyaan/ hanya petugas kesehatan yang benar. e) Kebudayaan dan Pengobatan Tradisional Masing-masing kebudayaan memiliki berbagai pengobatan untuk penyembuhan anggota masyarakatnya yang sakit.Berbeda dengan ilmu kedokteran yang menganggap bahwa penyebab penyakit adalah kuman, kemudian diberi obat antibiotika dan obat tersebut dapat mematikan kuman penyebab penyakit.Pada masyarakat tradisional, tidak semua penyakit itu disebabkan
oleh
penyebab
biologis.Kadangkala
mereka
menghubung-
hubungkan dengan sesuatu yang gaib, sihir, roh jahat atau iblis yang mengganggu manusia dan menyebabkan sakit (Prasetiawati, 2010).
32
Banyak suku di Indonesia menganggap bahwa penyakit itu timbul akibat guna-guna. Orang yang terkena guna-guna akan mendatangi dukun untuk meminta pertolongan. Masing-masing suku di Indonesia memiliki dukun atau tetua adat sebagai penyembuh orang yang terkena guna-guna tersebut.Cara yang digunakan juga berbeda-beda masing-masing suku.Begitu pula suku-suku di dunia, mereka menggunakan pengobatan tradisional masing-masing untuk menyembuhkan anggota sukunya yang sakit (Notoatmodjo, 2007). F. Tinjauan Penelitian Sebelumnya 1. Ahmmed Faisal dan Ahmed Tofayel, (2014) Penelitian ini berjudul Socio-CulturalFactorsInfluenceHealth-Seeking BehaviorWomenduringPregnancyinRuralBangladesh
yang artinyapengaruh
faktor sosial budaya kesehatan-seeking perilaku wanita selama kehamilan di Pedesaan Bangladesh, Ada beberapa hambatan sosial, agama dan ekonomi yang mencegah wanita hamil dari mencari layanan dari fasilitas kesehatan. Pandangan ekonomi konvensional mempromosikan bahwa fasilitas kesehatan pemerintah yang terletak di daerah pedesaan memberikan perawatan postnatal (PNC) pelayanan gratis antenatal (ANC), pengiriman dan, namun biaya yang berkaitan dengan obat-obatan, transportasi dan operasi bedah dalam kasus komplikasi enggan perempuan miskin untuk mencari layanan dari fasilitas ini. Pandangan ekonomi Hal ini mungkin menjelaskan bagian dari teka-teki belum stigma sosial yang dihasilkan melalui struktur patriarkal pantas beberapa kredit. Misalnya, persepsi umum di kalangan laki-laki adalah bahwa kehamilan adalah proses alami bagi wanita dan itu akan berlalu normal dan dengan
33
demikian tidak ada perawatan ekstra dan dukungan yang dibutuhkan dalam fase kehidupan ini. Pria (dan kadang-kadang bersama dengan perempuan) mempromosikan takhayul seperti tidak mengambil banyak makanan selama kehamilan
dengan
alasan
bahwa
makan
ekstra
akan
meningkatkan
pertumbuhan janin dan akan mempengaruhi persalinan normal. Kekacauan dalam perilaku mencari pelayanan kesehatan sangat terkait dengan status rendah anak perempuan dan perempuan di Bangladesh. Hal ini terutama disebabkan oleh hubungan gender disfungsional bercokol dibawa oleh praktekpraktek sosial dan budaya tanggal dan diperkuat oleh interpretasi literalis dari buku-buku tebal agama. Berdasarkan bukti empiris makalah ini bertujuan untuk mengeksplorasi situasi kesehatan ibu hamil pedesaan dan behaviour mereka dukungan kesehatan. 2. Yang Yei, et al,. (2010) Penelitian ini berjudul Factors Affecting The Utilization Of Antenatal Care Services Among Women In Kham District, Xiengkhouang Province, Laos yang artinya Faktor aksesibilitas yang berhubungan dengan pemanfaatan pelayanan antenatal care (ANC) di kalangan wanita hamil di Kham District, Laos. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengidentifikasi karakteristik sosio-demografi,
pengetahuan,
sikap
dan
Faktor
aksesibilitas
yang
berhubungan dengan pemanfaatan pelayanan antenatal layanan (ANC) di kalangan wanita hamil di Kham District, Laos.
34
Data untuk studi cross-sectional ini dikumpulkan pada bulan Juli 2008, dengan menggunakan dua tahap Strategi cluster sampling dari 24 desa terpilih di Kabupaten Kham. Sebanyak 310 perempuan menikah usia reproduksi yang memiliki setidaknya satu anak dan telah disampaikan anak terakhir dalam waktu dua tahun dari tanggal pengumpulan data diwawancarai dengan menggunakan kuesioner terstruktur. Untuk menguji prediktor ANC pemanfaatan, odds ratio (OR) dan interval kepercayaan 95% (CI) diperkirakan melalui regresi logistic Model. Hasil penelitian menunjukkan bahwa sekitar 53,9% ibu tidak menerima layanan ANC karena berikut alasan: waktu (93,4%), tidak perlu (83,8%), merasa malu (74,3%), dan tinggal jauh dari fasilitas ANC (71,3%). Kami menemukan bahwa prediktor signifikan dari pemanfaatan ANC (p-value <0,05) adalah: tingkat pendidikan (OR = 6,8, 95% CI = 2,7-16,8), pendapatan (OR = 2,6, 95% CI = 1,2-5,7), pengetahuan (OR = 6,5, 95% CI = 2,4-17,6), sikap (OR = 3,0, 95% CI = 1,3-7,1), jarak (OR = 2,9, 95% CI = 1,17,6), ketersediaan transportasi umum (OR = 4,5, 95% CI = 2,0-10,4), biaya transportasi (OR = 2,5, 95% CI = 1,1-5,7), dan biaya pelayanan (OR = 4,6, 95% CI = 2,2-9,6). Studi kami menunjukkan bahwa pemanfaatan ANC layanan ini sangat rendah. Di antara faktor-faktor lain, keterbatasan pengetahuan, dan kurangnya sikap yang baik bersama dengan kesalahpahaman tentang layanan ANC adalah kendala utama di balik pemanfaatan yang rendah ini. Kesehatan di masa depan Kegiatan perawatan harus fokus pada peningkatan kesadaran
35
perempuan dari ANC. Staf ANC harus melakukan sering berkunjung ke ibu hamil sampai layanan ANC menjadi mudah diakses oleh mereka. 3. Khica Khartini, et al,. (2013) Penelitian ini berjudul hubungan pelaksanaan tugas kesehatan keluarga dengan kunjungan antenatal care di wilayah kerja Puskesmas Arjasa Kabupaten Jember Tujuan dari penelitian ini adalah untuk menganalisis hubungan antara pelaksanaan tugas kesehatan keluarga dengan kunjungan antenatal care di wilayah kerja Puskesmas Arjasa Kabupaten Jember. Penelitian ini merupakan penelitian kuantitatif menggunakan metode deskriptif analitik dan pendekatan cross sectional. Hasil penelitian menunjukkan bahwa lebih dari 50% tugas kesehatan keluarga belum tercapai, hal ini ditunjukkan dari 18 responden (62,1%) menyatakan pelaksanaan tugas kesehatan keluarga belum tercapai, dan ibu hamil yang melakukan kunjungan antenatal care tidak sesuai standar sebanyak 15 ibu hamil (51,7%), dan 14 ibu hamil (48,3%) yang lainnya melakukan kunjungan antenatal care sesuai standar. Perhitungan uji statistik chi square didapatkan p value 0,015 dan Odd ratio (OR) 11,70 yang berarti Ha gagal ditolak. Kesimpulan dari penelitian ini adalah ada hubungan antara pelaksanaan tugas kesehatan keluarga dengan kunjungan antenatal care di wilayah kerja Puskesmas Arjasa Kabupaten Jember. 4. KaziJulfikar, et al ( 2013) Dengan judul “Determinants of Demand for healt care Bangladesh an econometric analysis” yang artinya penentuan permintaan pelayanan kesehatan
36
di Bangladesh sebuah analisis ekonomi.Latar belakang: Rendahnya permintaan pelayan kesehatan di Bangladesh . Dengan variable pemeliharaan pelayanan kesehatan.Tujuan : Tulisan ini mencoba untuk memperkirakan faktor – faktor yang mempengaruhi permintaan untuk pemeliharaan pelayanan kesehatan.Model regresi logistic biner di gunakan untuk mengidentifikasi faktor – faktor penentu permintaan untuk perawatan kesehatan. Kesimpulan: Bahwa hasil empiris menunjuakan bahwa koefisien estimasi
variableharga
yang
negative
terkait
dengan
permintaan
untukpelayanan kesehatanitu adalah statistik yang signifikan. Hasil empiris juga menunjukan bahwa tingkat pendidikan dan pendapatan berpengaruh positif pada permintaan untuk pelayanan kesehatan. Selain itu variable waktu tunggu yang signifikan ada dua hubungan positif antara waktu tunggu dan permintaan untuk pelayanan kesehatan. Jadi, dapat di katakana bahwa waktu tunggu tampak tidak menjadi penghalang serius bagi pemanfaatan pelayana kesehatan. 5. Joko Sutrisno (2013) Dengan judul Persepsi Perilaku Ibu Hamil dan Masyarakat terhadap Risiko Kehamilan di Purworejo. Desain penelitian Studi Kualitatif.Hasil penelitian Suami, orangtua dan mertua adalah anggota kelompok yang referensi yang paling sering memberikan anjuran memilih tenaga penolong persalinan.
37
G.Kerangka Teori Perilaku adalah semua kegiatan atau aktivitas manusia, baik yang diamati langsung, maupun yang tidak dapat diamati oleh pihak luar (Notoatmodjo, 2003). Perilaku manusia dapat terbentuk melalui 3 faktor yaitu faktor predisposisi seperti pengetahuan, sikap, persepsi, etnis, sosial, budaya, dan nilai.Faktor kedua ialah faktor pemungkin seperti sarana pelayanan, fasilitas kesehatan, akses pelayanan dan biaya persalinan. Faktor ketiga ialah faktor penguat seperti petugas kesehatan, tingkat kepuasan, kenyamanan, dukungan tokoh masyarakat, peran dari orang tua, gejala yang dihadapi, anjuran orang lain, serta interaksi yang terjadi dengan orang lain. Maka adapun gambaran kerangka teori dari penelitian ini adalah:
a. b. c. d. e. f.
Faktor Predisposisi Pengetahuan Sikap Persepsi Sosial (Norma masyarakat) Budaya (kepercayaan ) Nilai
a. b. c. d.
Faktor Pemungkin Sarana pelayanan Fasilitas kesehatan Akses persalinan Biaya persalinan
G. Kerangka Konsep
Berdasarkan kerangka teo Faktor Penguat a. b. c. d. e. f. g. h. i.
Petugas kesehatan Tingkat kepuasan Kenyamanan ri masyarakat m tokoh Peran orang tua enurut Green di atas, berik Gejala Anjuran orang lain Interaksi sosial Interpersonalisasi
Pencarian Pelayanan Kesehatan
38
Gambar 1. Kerangka TeoriMenurut Green (1980) dan Jong (2005)
H .Kerangka Konsep Berdasarakan kerangka terori menurut Green tersebut maka peneliti menarik kerangka konsep sebagai berikut:
Sosial
Pencarian Pelayanan Kesehatan Budaya Masyarakat Keterangan: : Variabel Indepe Independen : Variabel de Dependen Gambar 2. Kerangka Konsep
III. METODE PENELITIAN A. Jenis Penelitian Penelitian ini adalah penelitian lapangan dengan menggunakan mixed methode yaitu memadukan antara metode kuantitatif dan kualitatif untuk memperoleh gambaran Pola Pencarian Pelayanan Kesehatan Ibu Hamil Berdasarkan Aspek Sosial dan Budaya Masyarakat di Wilayah Pesisir Kecamatan Wawonii Barat Kabupaten Konawe Kepulauan Tahun 2015. B. Lokasi dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilaksanakan pada tanggal 17-31September tahun 2015 yang dilakukankan di Kawasan Pesisir Kecamatan Wawonii Barat, yang terdiri atas 2 desa yaitu :Langara Bajo dan Langara Indah C. Populasi dan Sampel a. Polulasi Populasi adalah wilayah generalisasi yang terdiri atas : objek/subjek yang mempunyai kuantitas dan karakteristik tertentu yang ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari dan kemudian ditarik kesimpulannya (Sugiono, 2004 dalam Hidayat 2008). Populasi dari penelitian ini adalah jumlah keseluruhan ibu hamil dari bulan desember 2014 – bulan september 2015 dan komunitas ibu yang pernah mengalami kehamilan hingga persalinan dengan maksimal usia bayi (0-6 bulan). b. Sampel Sampel merupakan sebagian yang diambil dari keseluruhan objek penelitian dan dianggap mewakili populasi (Suyanto, 2011).
39
40
Teknik penarikan sampel adalahpuposive sampling. Adapun total sampel seharusnya 94 orang namun hanya 34 orang yang memenuhi kriteria sampel. Adapun kriteria inklusi dari sampel penelitian ini, yaitu : a) Ibu hamil dengan usia kandungan Trimester III b) Ibu yang pernah mengalami kehamilan hingga persalinan dengan maksimal usia bayi 6 bulan c) Ibu yang sehat jasmani dan rohani d) Ibu yang sedang berada di tempat saat dilakukan penelitian dan bersedia berpartisipasi dalam penelitian. D. Sumber Data/Informasi Sumber data Kualitatif penelitian ini adalah dari informan kunci dan informan biasa, dengan kriteria sebagai berikut : a. Kriteria untuk informan biasa yaitu ibu hamil dan berdomisili di wilayah pesisir Kecamatan Wawonii Barat Kabupaten Konawe Kepulauan, yang terdiri atas 2 desa yaitu :Desa Langara Bajo danDesa Langara Indah. b. Kritaria informan kunci yaitu petugas kesehatan (bidan) yang secara lansung berinteraksi dengan informan biasa yang dapat memberikan informasi yang jelas, terpercaya dan memliki pemahaman luas tentang kebiasaan masyarakat setempat.
41
E. Teknik Pengumpulan Data Data yang dikumpulkan terdiri dari data primer dan data sekunder, yaitu : 1) Data Primer Data primer adalah data yang diperoleh dari kuesioner terstruktur dan pedoman wawancara. 2) Data Sekunder Data sekunder dikumpulkan berupa data dari Dinas Kesehatan Provinsi Sulawesi Tenggara, Dinas Kesehatan Kabupaten Konawe Kepulauan, Profil Kesehatan Puskesmas Langara, dan studi kepustakaan dengan mengumpulkan buku-buku yang berhubungan dengan penelitian ini. F. Definisi Operasional dan Kriteria Objektif 1. Sosial Sosial yang dimaksud ialah perilaku pencarian pelayanan kesehatan berdasarkan pengetahuan, sikap, pendapatan, dukungan keluarga, dan pengambilan keputusan. a. Pendapatan Pendapatan adalah pengukuran untuk mengukur kemiskinan relatif. Dengan pendapatan yang relatif baik akan mampu menerima dan menjaring informasi yang lebih baik, di bandingkan dengan seseorang yang kondisi pendapatannya buruk. Tingkat pendapatan adalah semua penghasilan yang didapat setiap bulan yang diukur dengan uang, baik dari pekerjaan utama maupun pekerjaan
42
sampingan. Pengukuran variabel pendapatan didasarkan pada skala ordinal, berdasarkan Upah Minimum Provinsi Sultra tahun 2015. Kriteria objektif: Cukup: jika responden mempunyai pendapatan lebih atau sama dengan UMP (≥1.652.000,-). Kurang:jika
responden
mempunyai
pendapatan
kurang
dari
UMP
(<1.652.000,-). b. Pengetahuan Pengetahuan ibu adalah apa yang diketahui, dipahami oleh ibu tentang di mana mencari perawatan kehamilan, di mana mencari pengobatan saat sakit pada saat kehamilan, di mana mencari informasi makanan yang boleh di konsumsi saat hamil, serta di mana mencari penolong persalinan. Pengukuran pengetahuan berdasarkan skala Guttman untuk pertanyaan positif dengan jawaban “benar” diberi skor 1 dan untuk jawaban “salah” diberi skor 0. Untuk pertanyaan negatif pemberian skor dibalik dengan jawaban “benar” diberi skor 0 dan untuk jawaban “salah” diberi skor 1 (Riduwan, 2008). Jumlah pertanyaan untuk tingkat pengetahuan : 10 Nilai jawaban responden : 1 dan 0 Skor tertinggi : 1 X 10 = 10 (100%) Skor terendah : 0 X 10 = 0 (0%) Range = 100% - 0% = 100%, maka interval (I) dapat dihitung dengan menggunakan rumus (Riduwan, 2008).
43
Keterangan :I = Interval R = Range/Kisaran K = Jumlah Kategori I =50 Batas atas = Skor Tertinggi 100% Batas Bawah = Batas Atas-I = 100-50 = 50% Sehingga kriteria objektifnya: 1. Cukup : bila hasil jawaban responden memperoleh skor > 50% dari total skor maksimal. 2. Kurang : bila hasil jawaban responden memperoleh skor ≤ 50 % dari total skor maksimal. c. Sikap Sikap ibu adalah tanggapan ibu hamil mengenai pemilihan pelayanan kesehatan untuk kehamilannya.Di ukur dengan skala Likert. Indikasi pengukuran sikap berdasarkan pada jawaban responden yaitu Setuju (S) dan Tidak Setuju (TS) terhadap pertanyaan dalam kuesioner, dengan sistem skoring sebagai berikut : Untuk pertanyaan positif S diberi skor 2 dan TS diberi skor 1. Untuk pernyataan negatif dibalik yaitu S diberi skor 1 dan TS diberi skor 2, (Sugiyono, 2006) : Skor tertinggi : 2 x 10 = 20 (100 %) Skor terendah : 1 x 10 = 10 (20 %)
44
Kemudian diukur dengan menggunakan rumus interval :
𝑖=
𝑅 𝐾
Keterangan:i = Interval kelas R = Range atau kisaran yaitu nilai terting gi – nilai terendah = 100 % - 20 % = 80 % K = Kategori. Jumlah kategori 2 𝑖=
80% = 40% 2
Kriteria Objektif : 1. Positif : Bila hasil jawaban responden memperoleh nilai 51% - 100% atau dari total skor maksimal` 2. Negatif : Bila hasil jawaban responden memperoleh nilai 20% - 50% atau dari total skor maksimal. c. Dukungan Keluarga Dukungan keluarga adalah motivasi keluarga terhadap pemilihan pelayanan kesehatan untuk pemeriksaan kehamilan, perawatan kehamilan, mendapatkan informasi tentang makanan yang baik dikonsumsi, pengobatan saat hamil, perencanaan persalinan. Adapun Kriteria Objektifnya adalah sebagai berikut : 1. Mendukung 2. Kurang Mendukung
45
d. Pengambil Keputusan Pengambil Keputusan adalah seseorang yang berwenang memutuskan sesuatu sebelum melakukan sebuah tindakan terhadap ibu hamil.Skala data menggunakan skala nominal. Kriteria Objektif : a. Diri Sendiri : Bila yang mengambil keputusan mulai dari mencari pemeriksaan, perawatan, pengobatan, informasi makanan, sampai dengan rencana persalinan adalah ibu hamil sendiri. b. Suami : Bila yang mengambil keputusan mulai dari mencari pemeriksaan, perawatan, pengobatan, informasi makanan, sampai dengan rencana persalinan adalah suami c. Keluarga Terdekat (Mertua, orang tua, saudara) : Bila yang mengambil keputusan mulai dari mencari
pemeriksaan, perawatan, pengobatan,
informasi makanan, sampai dengan rencana persalinan adalah Keluarga Terdekat (Mertua, orang tua, saudara). 2. Budaya Budaya yang dimaksud dalam penelitian ini adalah gambaran budaya berdasarkan kemana ibu hamil mencari tenaga kesehatan dalam pelayanan kesehatan yang dibagi dalam 5 pelayanan kesehatan ibu hamil yaitu pelayanan pemeriksaan kehamilan, pelayanan perawatan kehamilan, pelayanan pengobatan ketika sakit pada saat hamil, pelayanan informasi makanan, dan pelayanan persalinan.
46
Kriteria Objektif : a. Budaya Modern, jika sebagian besar responden memilih tenaga profesional dalam pencarian pelayanan kesehatan pada ibu hamil. b. Budaya Tradisional, jika sebagian besar responden memilih tenaga tradisional dalam pencarian pelayanan kesehatan pada ibu hamil. c. Budaya Campuran, jika sebagian besar responden memilih kolaborasi antara tenaga profesional dan tenaga tradisional dalam pencarian pelayanan kesehatan pada ibu hamil. G. Instrumen Penelitian Instrumen atau alat pengumpulan data dalam penelitian ini adalah : 1. Kuesioner dan Pedoman wawancara yang berisi semua item pertanyaan. 2. Alat tulis, terdiri dari buku tulis, dan pulpen. perangkat ini digunakan untuk menghimpun informasi yang didapat di lapangan, berupa catatan yang dianggap penting untuk keperluan penelitian. 3. Komputer, yaitu alat yang digunakan untuk menyusun laporan hasil penelitian dengan memakai perangkat lunak untuk analisa data. H. Teknik Pengumpulan Data Data yang dikumpulkan terdiri dari data primer dan data sekunder, yaitu : 1) Data Primer Data primer adalah data yang diperoleh melalui wawancara secara langsung kepada responden dengan berpedoman pada kusioner penelitian yang telah dipersiapkan dan observasi secara langsung.
47
Data primer yang akan ditanyakan kepada responden adalah data tentang variabel penelitian yang meliputi Sosial dan Budaya. 2) Data Sekunder Data sekunder merupakan data yang diperoleh dari Puskesmas Langara berupa data demografi dan data jumlah ibu hamil serta data-data yang mendukung pelaksanaan penelitian I. Pengolahan, Analisis, dan Penyajian Data 1. Pengolahan Data Data di olah menggunakan program komputerisasi (SPSS versi 16.0). Pengolahan data dilakukan dengan tahap sebagai berikut : a) Editing yaitu mengoreksi segala kesalahan dalam pengambilan data dan pengisian data. b) Coding yaitu pengolahan data dengan cara memberi kode pada setiap jawaban dari responden. c) Transferring yaitu kode yang diberikan, disusun dan dimasukkan ke dalam tabel hingga responden terakhir. d) Tabulating yaitu memindahkan data yang diperoleh ke dalam tabel. 2. Analisis Data Data dianalisis pada master tabel diolah dengan menggunakan komputerisasi dalam bentuk tabel distribusi frekuensi dan dianalisis secara deskriptif. Penyajian data dilakukan secara deskriptif dalam bentuk tabel distribusi frekuensi dan presentasi yang disertai dengan penjelasanpenjelasan tabel.
48
3. Penyajan Data Data kuantitatif di sajikan dalam bentuk distribusi frekuensi di sertai dengan penjelasan atau narasi.
49
IV. HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Gambaran Umum Lokasi Penelitian 1.
Letak Geografis Kecamatan Wawoni Barat merupakan salah satu kecamatan yang ada di
kabupaten Konawe Kepulauan, terdiri dari 1 kelurahan dan 15 desa. Secara geografis kecamatan wawonii barat tergolong pesisir laut dan sedikit berbukit.Apabila dilihat dari peta kabupaten konawe kepulauan maka kecamatan wawonii barat terletak di bagian selatan. Adapun batas – batas Kecamatan Wawoni Barat sebagai berikut : 1. Sebelah Utara berbatasan dengan semenanjung tapuno 2. Sebelah Timur berbatasan dengan Desa Waworope Kec. Wawonii Utara 3. Sebelah Selatan berbatasan dengan Desa Lampeapi Kecamatan Wawonii Tengah 4. Sebelah Barat berbatasan dengan Pegunungan Selat 2. Kependudukan Jumlah penduduk Kecamatan Wawonii Barat pada tahun 2014 sebanyak 6.392 jiwa dengan jumlah laki-laki 3.209 jiwa dan jumlah perempuan sebanyak 2508 jiwa, Sedangkan jumlah KK pada Kecamatan Wawonii Barat sebanyak 1633. 3.
Sosial ekonomi Penduduk yang berpemukiman di kecamatan Wawoii Barat kebanyakan penduduk asli Bajo ,walaupun sudah tercampur oleh beberapa suku lain seperti suku bugis, muna, wawonii, tolaki, maupun suku jawa namun
49
50
mayoritas penduduknya adalah suku Bajo. Kebanyakan dari mereka tidak mempermasalahkan perbedaan suku dalam hidup bermasyarakat dan tidak menutup kemungkinan dalam satu keluarga terdapat suku yang berbeda. Hal ini menunjukan bahwa keadaan sosial di kecamatan wawonii barat memasuki tahap perkembangan. Selain itu pula keadaan sosial ekonomi masyarakat di Kecamatan Wawonii Barat cukup berkembang karena ratarata masyarakat sudah mampu berswadaya sendiri, walaupun kebanyakan dari penduduk bermata pencaharian sebagai petani dan nelayan. Mata pencaharian lainya adalah pedagang dan selebihnya Pegawai Negri Sipil (PNS), namun dengan melihat keadaan penduduk memiliki penghidupan yang cukup layak. 4. Sarana dan Prasarana Kesehatan Dalam menunjang pelaksanaan program diperlukan sarana dan prasarana yang memadai. Adapun sarana dan prasarana kesehatan yang di miliki Kecamatan Wawonii Barat dapat dilihat pada ( Tabel 1). Tabel 1. Sarana dan Prasarana Kesehatan Kecamatan Wawonii Barat
KETERANGAN
1.
JENIS SARANA JUMLAH DAN (UNIT/BUAH) PRASARANA Puskesmas Induk 1
2.
Pustu
1
Terpakai
3.
Polindes
1
Terpakai
3
Terpakai
NO.
Jumlah
Terpakai
Sumber : Profil Kecamatan Wawonii Barat tahun 2014
51
5. Sarana Pendidikan Sarana pendidikan yang ada di wilayah kerja Puskesmas Wawonii Barat dapat dilihat pada ( Tabel 2): Tabel 2. Data Sarana Pendidikan di Kecamatan Wawonii Barat No
Jenis Sarana Sosial Jumlah Keterangan Sarana Pendidikan TerdiriDari: 1 Taman Kanak-Kanak 2 Terpakai 2 Sekolah Dasar 10 Terpakai 3 Sekolah Menengah Pertama 3 Terpakai 4 Sekolah Menengah Atas/SMK 2 Terpakai Jumlah 17 Terpakai Sumber : Profil Kecamatan Wawonii Barat tahun 2014 6. Tenaga Kerjaan Jumlah Jenis Tenaga Kesehatan dan Tenaga Pengajar Kecamatan Wawonii Barat tahun 2014 ( Tabel 3): Tabel 3. Distribusi Tenaga Kesehatan (PNS/Tenaga Honorer ) Kecamatan Wawonii Barat No Ketersediaan Tenaga Kesehatan Jumlah Keterangan 1. Dokter Umum 1 Terpakai 2. S1 kesmas 6 Terpakai 3. D3 kebidanan 20 Terpakai 4. S1 keperawatan 6 Terpakai 5. Jumlah Tenaga Medis Lainnya 23 Terpakai Jumlah 56 Terpakai Sumber : Profil Kecamatan Wawonii Barat tahun 2014 B. Hasil Penelitian Penelitian ini dilaksanakan di Wilayah Pesisir Kecamatan Wawonii Barat yang terdiri dari dua desa yaitu Desa Langara Baajo dan Desa Langara Indah
52
dengan jumlah sampel sebanyak 34 responden. Berdasarkan pengolahan data yang telah dilakukan, maka disajikan hasil penelitian sebagai berikut:
1. Karakteristik Responden a. Kelompok Umur Umur adalah satuan waktu yang mengukur waktu keberadaan suatu makhluk, baik yang hidup maupun yang mati, yang diukur sejak dia lahir hingga waktu umur itu dihitung (Rush, 2001). Distribusi responden menurut kelompok umur dalam penelitian ini dapat di lihat pada tabel berikut : Tabel 4. Distribusi Responden Menurut Umur di Wilayah Pesisir Kecamatan Wawonii Barat Tahun 2015
1.
Kelompok Umur (Tahun) 17 – 20
2.
21-25
10
29,4
3.
26 –30
11
32,4
4.
31 – 35
2
5,8
5.
36 – 40
1
2,9
34
100
No.
Total
Jumlah (n)
Persentase (%)
10
29,4
Sumber : Data Primer, diolah September 2015 Tabel 4 menunjukkan bahwa sebagian besar responden berada pada kelompok umur 26-30 tahun yaitu sebanyak 11 orang (32.4%), sedangkan yang terendah berada pada kelompok umur 36-40 tahun yaitu sebanyak 1 orang (2,9%). b. Alamat Responden
53
Distribusi responden menurut alamat dalam penelitian ini dapat dilihat pada tabel 5.
Tabel 5. Distribusi Responden Menurut Alamat di Wilayah PesisirKecamatan Wawonii Barat Kabupaten Konawe Kepulauan Tahun 2015 No.
Alamat
Jumlah (n)
Persentase (%)
1.
Desa Langara Bajo
18
52.9
2.
Langara Indah
16
47.1
Total
34
100
Sumber : Data Primer, diolah September 2015 Tabel 5 menunjukkan bahwa dari 34 responden, responden terbanyak bertempat tinggal di Desa Langara Bajo yaitu berjumlah 18 orang (55,9%), dan sisanya bertempat tinggal di Langara Indah yaitu berjumlah 16 orang (47.1%) c. Agama Agama adalah ajaran, sistem yang mengatur tata keimanan/kepercayaan kepada Tuhan Yang Maha Kuasa, tata peribadatan dan tata kaidah yang bertalian dengan pergaulan manusia dan manusia serta lingkungannya dengan kepercayaannya itu (Pusat Bahasa Depdiknas, 2005).Distribusi Responden Menurut Agama di Wilayah Pesisir Kecamatan Wawonii Barat Kabupaten
54
Konawe Kepulauan Tahun 2015 menunjukkan bahwa semua responden (34 responden) menganut agama Islam. d. Suku Responden Distribusi responden menurut suku dalam penelitian ini dapat dilihat pada tabel 6.
Tabel 6. Distribusi Responden Menurut Suku di Wilayah Pesisir Kecamatan Wawonii Barat Kabupaten Konawe Kepulauan Tahun 2015 No. Jenis Suku
Jumlah (n)
Persentase (%)
1.
Bajo
13
38.2
2.
Wawonii
5
14.7
3
Muna
7
20.6
4
Tolaki
8
23.5
5
Jawa
1
2.9
34
100
Total Data Primer, di olah September 2015
Tabel 6 menunjukkan suku responden bervariasi. Sebagian besar suku dari responden adalah suku Bajo yang berjumlah 13 orang (38,2%), dan sebagian kecil dari responden adalah suku Jawa yang berjumlah 1 orang (2.9%) e. Tingkat Pendidikan Responden Pendidikan merupakan faktor yang menunjang kemudahan seseorang untuk di motivasi kearah yang lebih baik dan benar. Sehingga pendidikan ini
55
sangat berpengaruh terhadap seseorang untuk memperoleh pengetahuan, terutama pendidikan bagi orang tua mempunyai pengaruh untuk menghasilkan keturunan serta kesejahteraan keluarga, anak-anak mereka di masa yang akan datang. Distribusi responden menurut tingkat pendidikan dalam penelitian ini dapat di lihat pada tabel 7.
Tabel 7. Distribusi Responden Menurut Tingkat Pendidikan di Wilayah Pesisir Kecamatn Wawonii Barat Kabupaten Konawe Kepulauan Tahun 2015 No .
Tingkat Pendidikan
Jumlah (n)
Persentase (%)
1.
Tamat SD
10
29.4
2.
Tamat SMP
11
32.6
3.
Tamat SMA
12
35.2
4.
Perguruan Tinggi
1
2.9
34
100
Total
Sumber : Data Primer di olah September, 2015 Tabel 7 menunjukkan tingkat pendidikan responden bervariasi. Sebagian besar responden memiliki tingkat pendidikan tamat SMA yaitu berjumlah 12 orang (35,2%), dan sebagian kecil responden memiliki tingkat pendidikan Perguruan Tinggi yaitu berjumlah 1 orang (2,9%). f. Jenis Pekerjaan Responden
56
Pekerjaan adalah sesuatu yang dilakukan atau dikerjakan untuk mendapatkan penghasilan (Pusat Bahasa Depdiknas, 2005). Distribusi responden menurut jenis pekerjaan dalam penelitian ini dapat di lihat pada tabel 8. Tabel 8. Distribusi Responden Menurut Jenis Pekerjaan di Wilayah Pesisir Kecamatan Wawonii Barat Tahun 2015 No.
Jenis Pekerjaan
Jumlah (n)
Persentase (%)
2.
Tidak Bekerja
29
85.3
3.
PNS
1
2.9
4.
Pedagang
4
11.8
34
100
Total Sumber : Data Primer di olah September, 2015
Tabel 8 menunjukkan bahwa jenis pekerjaan responden bervariasi. Sebagian besar responden tidak bekerja hanya menduduki status sebagai Ibu Rumah Tangga berjumlah 29 orang (82.4%), PNS sebanyak 4 orang (11,8%), dan sebagian kecil Pedagang 2 orang (5,9%) 2. Analisis Variabel yang di teliti a. Sosial Sosial
adalah segala
sesuatu
yang mengenai
masyarakat
atau
kemasyarakatan atau dapat juga berarti suka memperhatikan kepentingan umum (kata sifat) Sosial Budaya adalah segala hal yang dicipta oleh manusia
57
dengan pemikiran dan budi nuraninya dalam kehidupan bermasyarakat (Koentjaraningrat, 2002). Sosial masyarakat yang dimaksud disini adalah segala bentuk prilaku ibu hamil yang berhubungan dengan pencarian pelayanan kesehatan berdasarkan pengetahuan, sikap, dukungan keluarga dan pengambilan keputusan. 1. Pendapatan Keluarga Responden Pendapatan adalah jumlah pendapatan rata-rata yang diperoleh responden dan keluarganya setiap bulan dan dinyatakan dalam rupiah (Sumardi, 1985). Pendapatan keluarga akan mempengaruhi pemberian nutrisi yang terbaik padaibu selama masa kehamilan dan pemilihan pelayanan kesehatan yang akan digunakan dalam proses persalinan (Subaris, 2004 dalam Yulianti, 2008).
Pendapatan yang di maksud adalah apakah pendapatan ibu cukup untuk mencari pelayanan kesehatan yang baik seperti pemeriksaan, perawatan, pengobatan, pemenuhan gizi, dan biaya persalinan di Wilayah Pesisir Kecamatan Wawonii Barat. Distribusi responden menurut pendapatan keluarga per bulan dalam penelitian ini disajikan pada tabel 9. Tabel 9. Distribusi Responden Menurut Pendapatan Keluarga per Bulan di Wilayah Pesisir Kecamatan Wawonii Barat Kabupaten Konawe Kepulauan Tahun 2015
No.
Pendapatan Keluarga/Bulan
Jumlah (n)
Persentase (%)
1.
Kurang
24
70.6
58
2.
Cukup Total
10
29.4
34
100
Sumber : Data Primer September, 2015 Tabel 9 menunjukkan bahwa dari 34 responden, sebagian besar responden memiliki
pendapatan
cukup
yaitu 10
orang
(29.4) dan sisanya
berpendapatan kurang yaitu 24 orang (70.6). Secara kualitatif berdasarkan wawancara dengan beberapa informan biasa, seperti yang diungkapkanoleh informan RIS (18 tahun), SUN (28 tahun) dan RAT (23 Tahun) sebagai berikut : “. . .Ya kalo di tanya berapa pendapatan keluarga saya dalam sebulan itu, masih kurang dari Rp.1.625.000 tapi pendapatan tersebut sudah mencukupi biaya pemeriksaan hingga persalinan. (Informan RIS, 18 Tahun, wc: 19 September 2015). „. . .biasanya pendapatan keluarga saya dalam sebulan itu tidak menentu dek, pasang surut begitu, tapi bisa ji juga dia mencukupi untuk biaya pemeriksaan hingga persalinan.... (Informan SUN, 28 Tahun, wc: 20 September 2015). “. . .iya tergantung kasian.kadang dapat, kadang juga tidak.karena pekerjaan suamiku hanya mengojek, tapi saya bisa memeriksakan kandunganku sama bidan, karna posiyandunya kan gratis dek.... (Informan RAT, 23 Tahun, wc: 24 September 2015 ).
oleh informan RIS (18 tahun), SUN (28 tahun) dan RAT (23 Tahun) sebagai berikut : 2. Pengetahuan Pengetahuan didefinisikan sebagai pengenalan terhadap kenyataan, kebenaran, prinsip dan keindahan terhadap suatu objek. Pengetahuan
59
merupakan hasil stimulasi informasi yang diperhatikan, dipahami dan diingat (Aprillia, 2009). Pengetahuan ibu terkait pelayanan kesehatan adalah apa yang diketahui, dipahami serta mampu diingat oleh ibu hamil tentang di mana harus mencari pelayanan kesehatan yang baik di Wilayah Pesisir Kecamatan Wawonii Barat. Distribusi responden menurut pengetahuan dalam penelitian dapat dilihat pada tabel 10. Tabel 10. Distribusi Responden Menurut Pengetahuan di Wilayah Pesisir Kecamatan Wawonii Barat Kabupaten Konawe Kepulauan Tahun 2015 Persentase No. Pengetahuan Jumlah (n) (%) 1.
Cukup
26
76.5
2.
Kurang
8
23.5
34
100
Total Sumber : Data Primer September, 2015
Tabel 10 menunjukkan bahwa sebagian besar responden memiliki pengetahuan cukup terkait pencarian pelayanan kesehatan yang baik sebanyak26 orang (76.6%), dan yang memiliki pengetahuan kurang sebanyak 8 orang (23.5%) . „‟ ya kalau menurut saya, pemeriksaan kehamilan hingga persalinan itu harus mencari pelayanan kepada bidan dan dukun, karna kalau Cuma bidan saya takut juga, jangan sampe dimakan roh halus atau parakan, kalau dukunkan dia kasi kita air doa-doa..‟‟ (Informan RIS, 18 Tahun, wc: 19 September 2015). „. . .biasanya saya periksa kandunganku sama bidan, tapi kalau sudah waktunya mau melahirkan di panggil juga dengan dukun, karena dukun
60
dia kasih mandi kita air panas kalau sudah melahirkan, itu supaya darah yang tertinggal di rahim dia keluar, dan tidak mengental.... (Informan SUN, 28 Tahun, wc: 20 September 2015). “. . .iya pemeriksaan kehamilan hingga persalinan itu saya lakukan kepada bidan dan dukun, masalahx juga orang tuanya kita yang suruh supaya periksa di bidan dan di dukun juga, kow taumi juga dek, kalau kita cuman pergi di bidan orangtuanya kita takut- takut, jangan sampe dia terbalik posisi janinnya kta, kalau dukunkan dia urut supaya normal kembali posisi bayinya kita .... (Informan RAT, 23 Tahun, wc: 24 September 2015 ). 3. Sikap Secara difinitif sikap berarti suatu keadaan jiwa (mental) dan suatu keadaan berpikir (natural) yang dipersiapkan untuk memberikan tanggapan terhadap suatu objek yang diorganisasi melalui pengalaman serta mempengaruhi secara lansung atau tidak lansung terhadap prilaku.Sikap seseorang adalah predisposisi (keadaan mudah dipengaruhi) untuk memberikan tanggapan terhadap ransangan lingkungan yang dapat memulai atau membimbing tingkah laku orang tersebut. Distribusi responden menurut sikap dalam penelitian dapat dilihat pada tabel 11. Tabel 11. Distribusi Responden Menurut Sikap di Wilayah Pesisir Kecamatan Wawonii Barat Kabupaten Konawe Kepulaauan Tahun 2015 Persentase No. Pengetahuan Jumlah (n) (%) 1.
Positif
32
94.1
2.
Negatif
2
5.9
34
100
Total
Tabel 11 menunjukkan bahwa sebagian besar responden memiliki sikap positif terkait di mana tempat pertama yang di cari mengenai pelayananan
61
kesehatan yang baik pada ibu hamil yaitu sebanyak 32 orang (94,1%), dan yang memiliki sikap negatif sebanyak 2 orang (5.9%). Data diatas di perkuat lagi dengan penjelasan beberapa informan sebagai berikut: “. . . .di posyandu karena disana alat-alatnya lengkap “. . .(Informan RIS, 18 Tahun, wc: 19 September 2015). „. . .sama bidan dhe, karena bidan lebih tau keluhan yang kita rasakan,.... (Informan SUN, 28 Tahun, wc: 20 September 2015). “. . .sama bidan, karena bidan sudah tugasnya merawat orang hamil....... (Informan RAT, 23 Tahun, wc: 24 September2015 ). 4. Dukungan Keluarga Dukungan keluarga dapat memberikan motivasi kepada ibu dalam menjalankan proses persalinannya. Suami dapat memberikan dukungan jauh sebelum saat kelahiran tiba sehingga suami juga mengetahui apa yang dapat dilakukannya saat istrinya menjalani proses melahirkan. Mendampingi istri saat melahirkan juga akan membuat suami semakin menghargai istri dan mengeratkan hubungan batin di antara suami istri serta bayi yang baru lahir. (Evistron, 2009). Distribusi responden menurut dukungan keluarga dalam penelitian dapat dilihat pada tabel 12. Tabel 12. Distribusi Responden Menurut Dukungan Keluarga di Wilayah Pesisir Kecamatan Wawonii Barat Kabupaten Konawe Kepulauan Tahun 2015. NO
Dukungan Keluarga
Jumlah (n)
Persentase (%)
1
Mendukung
32
94,1%
2
Tidak Mendukung
2
5,8
62
Total
34
100
Sumber : Data Primer diolahSeptember 2015 Tabel 12.menunjukan12 responden mendapat dukungan dari keluarga dalam mencari pelayanan kesehatan pada saat hamil yaitu sebanyak 32 orang (94,1%). Sedanngkan tersisa 2 orang yang tidak mendaapaat dukungan dari keluarga dalam mencari pelaayaanan kesehatan pada saat hamil sebanyak (5,8%). Data di atas diperkuat lagi dengan penjelasan beberapa informansebagai berikut: Data di atas diperkuat lagi dengan penjelasan beberapa informansebagai berikut: “. .orang tua saya, di suru ke dukun sama bidan, katanya harus dilakukan dua-duanya..........biasanya saya di antar kesana... . (Informan RIS, 18 Tahun, wc: 19 September 2015). „. . .ya alhamdulillah suami mendukung, biasanya disuruh pergi periksa kehamilan di posyandu........biasanya suami saya da antar ki ke posyandu,.... (Informan SUN, 28 Tahun, wc: 20 September 2015). “. . .suami sama orang tua, biasanya disuruh ke bidan dan ke dukun juga, bentuk dukunganya yaa.. diingatkan.......... (Informan RAT, 23 Tahun, wc: 24 September2015 ).
5. Pengambilan Keputusan Faktor budaya sering kali membatasi perempuan untuk mengambil keputusan bagi kesehatannya, seperti keputusan untuk merencanakan jumlah anak dan jarak kehamilan banyak ditentukan suami atau orang tua. Melindungi wanita hamil dari hal-hal yang membahayakan kehamilannya
63
adalah merupakan tanggung jawab suami. Distribusi responden menurut pengambilan keputusan dalam penelitian dapat dilihat pada tabel 13. Tabel
13.
Distribusi
Responden
Menurut
Pengambil
Keputusan
pemeriksaan kehamilan di Wilayah Pesisir Kecamatan Wawonii Barat Kabupaten Konawe Kepulauan Tahun 2015. No
Pengabilan Keputusan
Jumlah (n)
Persentase (%)
1
Diri Sendiri
13
40,5
2
Suami
13
40,5
3
Keluarga Terdekat
8
23,5
Total
34
100
Tabel 13 menunjukan bahwa dari 34 responden, yang mengambil keputusan dalam mencari pemeriksaan pada saat hamil yaitu diri sendiri sebanyak 13 orang (40,5%), suami 13 orang (40,5%) dan 8 orang (23,5%) keluarga terdekat. Data diatas di perkuat lagi dengan penjelasan beberapa informan sebagai berikut: ..saya sendiri yang memutuskan kemudian suami juga menyetujui......Ke bidan jika ada di desa... . (Informan RIS, 18 Tahun, wc: 19 September 2015). „. . kesimpulan berdua dengan suami... Sama bidan, tapi biasanya dukun disana tetap dipanggil untuk persalilan….‟ (Informan SUN, 28 Tahun, wc: 20 September2015). “. . .saya banyak tanya-tanya orang tua saya.... Orang tuaku suruhnya sama bidan.... .......... (Informan RAT, 23 Tahun, wc: 24 September 2015 ). b. Budaya
64
Kata kebudayaan berasal dari bahasa Sansekerta yaitu budhayah yang merupakan bentuk jamak dari bdhi (budi atau akal) diartikan sebagai hal – hal yang berkaitan dengan budhi dan akal manusia. Menurut E.B tylor mendefinisikan kebudayaan adalah kompleks yang mencakup pengetahuan, kepercayaan, kesenian, moral, hukum, adat istiadat, dan lain kemampuankemampuan serta kebiasaan-kebiasaan yang didapatkan oleh manusia sebagai anggota masyarakat. Budaya masyarakat yang dimaksud dalam penelitian ini adalah gambaran budaya berdasarkan kemana ibu hamil mencari tenaga kesehatan dalam pencarian pelayanan kesehatan yang dibagi dalam 5 pelayanan kesehatan ibu hamil yaitu pelayanan pemeriksaan kehamilan, pelayanan perawatan kehamilan, pelayanan pengobatan ketika sakit pada saat hamil, pelayanan informasi makanan, pelayanan persalinan. 1. Pemeriksaan Kepatuhan dalam mencari pemeriksaan kehamilan pada petugas kesehatan selain didukung oleh pengetahuan juga di dukung faktor-faktor lain. Faktor yang mendukung kepatuhan yaitu pendidikan, akomodasi, modifikasi faktor
lingkungan
meningkatkan
dan
interaksi
sosial,
budaya,
profesional
perubahan kesehatan
model dengan
terapi,dan pasien
(Notoatmodjo, 2005). Pemeriksaan yang di maksud dalam penelitian ini adalah di mana ibu-ibu hamil mencari pemeriksaan untuk kehamilannya. Terkait dengan budaya ibu hamil di mana mencari pemeriksaan saat hamil khususnya di wilayah pesisir
65
Kecamatan Wawonii Barat Kabupaten Konawe Kepulauan seperti yang di ungkapkan informan Kunci WA (28 tahun) sebagai berikut : Tabel 14. Distribusi Responden Menurut Pemilihan Tenaga Pelayanan Berdasarkan Pemeriksaan Kehamilan di Wilayah Pesisir Kecamatan Wawonii Barat Kabupaten Konawe Kepulauan Tahun 2015. No.
Tenaga Pelayanan
Jumlah (n)
Persentase (%)
1.
Tenaga Profesional
14
41,1
2.
Tenaga Tradisional
3
8,8
3.
Kolaborasi Profesional & Tradisional
17
50
34
100
Total Sumber: Data primer September, 2015
Tabel 14 menunjukkan bahwa dalam mencari pelayanan kesehatan untuk ibu hamilberdasarkanpemeriksaan persalinan sebagian besar memilih kolaborasi tenaga profesional dan tenaga tradisional yakni sebanyak 17 orang (50%), kemudian yang memilih tenaga profesional terdapat 14 orang yakni (41,1% ), serta yang memilih tenaga tradisional sebanyak 3 orang yakni (8,8%). Data di atas di perkuat lagi dengan pejelasan informan
“. . .Tiap bulan kan ada posyandu di masing-masing desa, jadi kalau sudah waktunya orang posyandu datang mi ibu hamil untuk memeriksakan kehamilannya sama bidan... biasanya juga ibu-ibu hamil dia periksa kandungannya di dukun ... (Informan RN, 27Tahun, wc: 19 September 2015).
66
Penjelasan RN (27) diperkuat lagi dengan penjelasan oleh beberapa informan biasa, seperti yang diungkapkan oleh informan RIS (18 tahun), SUN (28 tahun) dan RAT (23 Tahun) sebagai berikut : “. . .Ya kalo di tanya di mana saya cari tempat periksa,kalau sudah waktunya posyandu saya periksa di bidan... karna bidan dia tau mi yang begitu-begitu kan mereka da sekolahkan...iya dukun juga kan dukun da periksa posisi janinya kita.. karena kalau bidan da tidak tau lihat posisi janin begitu... (Informan RIS, 18 Tahun, wc: 19 September 2015). „. . .sma bidan sma dukun juga...kalau periksa dua-duanya kan bagus supaya kita tidak kawatir...karena bidan itu bagus juga terus lengkap juga alat-alatnya...kalau tidak periksa di dukun kaya tidak biasa karena dari dulu itu kalau orang hamil harus panggil dukun.... (Informan SUN, 28 Tahun, wc: 20 September 2015). “. . .biasa di posyandu sama bidan te... karna kalau bidan kan anak kesehatan pasti mi dia tau kalau ada apa-apa...iya kalau sudah besar perutku saya panggil juga dukun supaya dia lihat bagus atau tidak posisinya bayi ku... (Informan RAT, 23 Tahun, wc: 24 September2015 ). Berdasarkan hasil wawancara informan diatas dapat disimpulkan bahwa budaya masyarakat pesisir Kecamatan Wawonii Barat dalam mencari pemeriksaan kehamilan mereka mencari petugas kesehatan yaitu bidan, dan juga dukun. Hal yang melibatkan bidan dalam pemeriksaan karena bidan diyakini bisa memberikan upaya-upaya pemeriksaan kesehatan, dan hal yang melibatkan dukun dalam pemeriksaan karena sebagaimana tradisi yang dilakukan turun-temurun oleh warga setempat. Adapun seperti apa pemeriksaan yang dilakukan informan bahwa seperti yang diungkapkan oleh informan Kunci RN (29) berikut :
67 “. . .biasanya pada ibu hamil itu yang di periksa tekanan darahnya,di periksa denyut jantung, di timbang berat badannya, di berikan tablet FE dan vitamin...yang saya tau itu kalau ibu hamil da pergi di dukun untuk periksa posisi kandunganya yang taturun supaya di naikan kembali dengan cara di urut... (Informan RN, 29Tahun, wc: 19 September 2015). Penjelasan RN (29) diperkuat lagi dengan penjelasan oleh beberapa informan biasa, seperti yang diungkapkan oleh informan RIS (18 tahun), SUN (28tahun) dan RAT (23 Tahun) sebagai berikut : “. . .kalau bidan itu banyak dia periksa,kaya di tensi begitu, di periksa denyut jantung, di suntik juga...kalau dukun dia raba-raba saja perutku... (Informan RIS, 18 Tahun, wc: 19Septe,mber 2015). „. . .di periksa denyut jantung, di tensi, kadang juga di ukur tinggi badanku dengan berat badanku...saya kira sama mi semua kalau dukun itu da pegang-pegang perutku, kalau tidak sesuai dengan posisinya da urut supaya kembali posisinya. (Informan SUN, 28 Tahun, wc: 20 September2015 ). ”sama bidan dek...karena yang paling tepat mi itu sudah sama bidan karena bidan orang kesehatan...iye sma dukun juga...sudah kebiasaan dari dulu dek, setiap saya hamil harus ada dukun untuk mengurut” “. . . (Informan RAT, 23 Tahun, wc: 24 September2015 ). Berdasarkan Hasil wawancara informan di atas dapat di simpulkan bahwa pemeriksaan kehamilan yang dilakukan bidan yaitu mengecek kondisi dengan melihat kondisi pasien, mengukur tekanan darah di periksa denyut jantung, memberikan tablet penambah darah, d an di hitung IMT ibu hamil. Adapunpemeriksaan yang dilakukan oleh dukun yaitu dengan menyentuh perut si ibu hamil untuk mengetahui letak dan kondisi bayi. Hasil penelitian menunjukan bahwa budaya dalam mencari pemeriksaan kehamilan pada masyarakat pesisir Kecamatan Wawonii Barat yaitu mencari pemeriksaan kandungannya pada dukun dan petugas kesehatan, alasan masyarakat pesisir Kecamatan Wawonii Barat memeriksakan kehamilannya pada petugas kesehatan yaitu bidan
68
karena bidan dipercaya orang yang ahli dalam kesehatan dan memberikan penjelasan yang bagus dan bisa memberikan pemeriksaan kesehatan seperti, pemeriksaan denyut jantung, tensi darah, di hitung IMT nya, dan alasan mereka memeriksakan kandungannya pada dukun karena dukun bisa melihat letak posisi kandungan yang bidan tidak bisa lihat dan dukun merupakan orang yang harus di libatkan dalam pemeriksaan kehamilan sebagaimana tradisi turun-temurun. 2. Perawatan Perawatan kehamilan merupakan salah satu faktor yang amat perlu diperhatikan untuk mencegah terjadinya komplikasi dan kematian ketika persalinan, disamping itu juga untuk menjaga pertumbuhan dan kesehatan janin. Perawatan yang di maksud dalam penelitian ini adalah di mana ibu-ibu hamil mencari perawatan untuk kehamilannya. Terkait dengan budaya ibu hamil di mana mencari perawatan saat hamil khususnya di wilayah pesisir Kecamatan Wawonii Barat Kabupaten Konawe Kepulauan dapat dilihat pada tabel 12: Tabel 15. Distribusi Responden Menurut Pemilihan Tenaga Pelayanan Berdasarkan Perawatan Kehamilan di Wilayah Pesisir Kecamatan Wawonii Barat Kecamatan Konawe Kepulauan Tahun 2015. No.
Tenaga Pelayanan
Jumlah (n)
Persentase (%)
1.
Tenaga Profesional
7
20,6
2.
Tenaga Tradisional
3
8,8
3.
Kolaborasi Profesional &
24
70,6
69
Tradisional Total
34
100
Tabel 15 menunjukkan bahwa dalam mencari pelayanan kesehatan untuk ibu hamilberdasarkanperawatan kehamilan sebagian besar memilih kolaborasi tenaga profesional dan tenaga tradisional yakni sebanyak 24 orang (70,6%). Data di atas di perkuat lagi dengan penjelasan beberapa informan sebagai berikut: “. . .kalau saya lihat masyarakat di sini kalau hamil itu rata-rata untuk perawatan kehamilanya ke petugas kesehatan ke dukun juga...masyarakat di sini itu kalau hamil harus ada dukunnya...karena dia tidak merasa yakin mungkin kalau hanya bidan saja... (Informan RN, 29 Tahun, wc: 19 September 2015). Penjelasan RN (29) diperkuat lagi dengan penjelasan oleh beberapa informan biasa, seperti yang diungkapkan oleh informan RIS (18 tahun), SUN (28 tahun) dan RAT (23 Tahun) sebagai berikut : “. . .sama bidan dek...karena yang paling tepat mi itu sudah sama bidan karena bidan orang kesehatan...iye sma dukun juga...sudah kebiasaan dari dulu dek, setiap saya hamil harus ada dukun untuk mengurut... (Informan RIS, 18 Tahun, wc: 19 September 2015). „. . .bidan..dukun juga...pokoknya kalau untuk perawatan kehamilan harus ada dukun dan bidan juga...kalau ada dua-duanya enak perasaan tidak ada rasa takut... (Informan RUS, 28 Tahun, wc: 20 September 2015). “. . .bidan...karena bidan bagus ji kasih penjelasan...dukun juga bagus...tidak bisa saya kalau nda ada dukun sudah tradisi juga di keluarganya kita, harus mengurut...kadang juga perawatan sendiri kaya jalan-jalan pagi begitu... (Informan RAT, 23 Tahun, wc: 24 September2015 ).
70
Berdasarkan hasil wawancara informan diatas dapat disimpulkan bahwa budaya dalam mencari perawatan kehamilan yaitu mencari bidandan juga dukun. Hal yang melibatkan antara bidan dan dukun dalam perawatan karena bidan di anggap mengetahui segala sesuatu tentang bagaimana merawat kehamilan dengan baik sedangkan dukun karena mereka merasa dukun merupakan
orang
yang
sangat
penting
dan
merupakan
tradisi
menggunakan jasa dukun dalam perawatan kehamilan, sehingga kolaborasi antara dukun dan bidan dalam merawat kehamilan di harapkan saling beriringan. Adapun seperti apa perawatan yang dilakukan informan bahwa seperti yang diungkapkan oleh informan Kunci RN (29 tahun) berikut : “. . .Perawatannya untuk ibu hamil itu seperti rajin datang posyandu tiap bulan supaya di tau kondisinya...yang di berikan seperti pemberian tablet fe, Vitamin C, di suntik tetanus toksoid, di berikan informasi tentang makanan-makan bergizi, minum susu untuk ibu hamil dan jangan kerja yang berat...yang saya tahu kalau dukun itu perawatannya di urut dan di berikan air do‟a-do‟a... (Informan RN, 29 Tahun, wc: 19 September 2015). Penjelasan RN (29) diperkuat lagi dengan penjelasan oleh beberapa informan biasa, seperti yang diungkapkan oleh informan RIS (18 tahun), SUN (28 tahun) dan RAT (23 Tahun) sebagai berikut :
71
“. . .ya di kasih vitamin, di suntik, di suruh minum susu dengan di suruh rajin periksa supaya di tau keadaan bayinya kita ...kalau dukun di urut kalau sudah mw dekat melahirkan maksudnya kalau sudah 8 bulan di kasih memang air do‟a-do‟a supaya lancar begitu... (Informan RIS, 18Tahun, wc: 19 September 2015). „. . perawatan ku di suruh jangan makan sembarangan,di kasih vitamin dan obat-obatan...oh iya di suntik juga pale sama bidan...da urut perutku dukun baru dia suka nasehati jangan kerja yang berat... (Informan SUN, 28 Tahun, wc: 20 September 2015). “. . .di kasih vitamin baru di kasih tau juga minum susu untuk ibu hamil banyak dia kasitau saya...dia urut-urut saya to baru saya minta juga air supaya lancar kalau saya melahirkan di jauhkan juga dari roh-roh halus... (Informan RAT, 23 Tahun, wc: 24 September 2015). Berdasarkan Hasil wawancara informan di atas dapat di simpulkan bahwa perawatan kehamilan yang dilakukan bidan yaitu seperti pemberian tablet fe, vitamin C, di berikan informasi untuk merawat kehamilan, di anjurkan untuk tentang makan makanan yang sehat dan susu untuk ibu hamil dan di anjurkan agar rajin datang periksa supaya di tahu keadaan ibu hamil dan janinnya, adapun perawatan yang di berikan oleh dukun yaitu di pijat (di urut) dan di brikan air do‟a do‟a agar mempermudah persalinan. Hasil penelitian menunjukan bahwa budaya dalam mencari perawatan kehamilan pada masyarakat pesisir Kecamatan Wawonii Barat yaitu mencari perawatan pada petugas kesehatan dan dukun, alasan masyarakat pesisir Kecamatan Wawonii Barat mencari perawatan pada petugas kesehatan yaitu bidan
karena mereka percaya bahwa bidan sudah
memiliki pengetahuan terkait perawatan kehamilan yang baik untuk seorang ibu hamil seperti:
72
di berikan vitamin C, penambah darah, ditimbang berat badanya dan di berikan informasi tentang bagaimana merawat kandungan seperti jangan kerja berat, minum susu, rajin periksa saat ada posyandu dan makanmakanan yang bergizi. Adapun alasan masyarakat pesisir Kecamatan Wawonii Barat mencari perawatan
pada
dukun
adalah
karena
dukun
dapat
melakukan
pemijatan/urut tujuan dari pada tindakan pemijatan/urut tersebut, bertujuan untuk mengatur posisi janin/ melonggarkan kandungan agar persalinannya nanti bisa berjalan sesuai dengan yang di harapkan. Selain pemijatan perawatan kehamilan masyarakat pesisir Kecamatan Wawonii Barat merawat kehamilannya dengan di buatkan air yang sudah di beri do‟a-do‟a oleh dukun agar persalinan pun berjalan dengan lancar dan di jauhi oleh roh-roh halus. 3. Pengobatan Menurut Foster dan Anderson salah satu sebab dan alasan pemilihan pengobatan atas sakit yang di derita dan dirasakanya itu proses pengobatan medis yang
terlalu lama yang menyebabkan penderita bosan menerima
peran sebagai pasien dan ingin segera mengakhirinya, oleh karena itu dia mencari
alternative
pengobatan
lain
yang
mempercepat
proses
penyembuhannya atau pun hanya memperingan rasa sakitnya (illness) (Chusairi, 2004).
73
Pengobatan yang di maksud dalam penelitian ini adalah di mana ibu-ibu hamil mencari pengobatan saat sakit ketika hamil. Untuk mengetahui bagaimana budaya dalam mencari pengobatan pada ibu hamil terlebih dahulu kita ketahui penyakit-penyakit yang sering di derita oleh ibu hamil khususnya di wilayah pesisir Kecamatan Wawonii Barat Kabupaten Konawe Kepulauan dapat dilihat pada tabel 13: Tabel 16. Distribusi Responden Menurut Pemilihan Tenaga Pelayanan Berdasarkan Pengobatan Saat Kehamilan di Wilayah Pesisir Kecamatan Wawonii Barat Kabupaten Konawe Kepulauan Tahun 2015. Jumlah Persentase (%) No. Tenaga Pelayanan (n) 1. Tenaga Profesional 26,5 9 2.
Tenaga Tradisional
11
32,4
3.
Kolaborasi Profesional & Tradisional
14
41,1
34
100
Total Sumber : Data Primer, September 2015
Tabel 16 menunjukkan bahwa dalam mencari pelayanan kesehatan untuk ibu hamil berdasarkan pengobatan pada saat hamil sebagian besar memilih kolaborasi tenaga profesional dan tradisional yakni sebanyak 14 orang “. . .banyak dek kalau penyakitnya orang hamil...yang paling sering di keluhkan itu keluhan-keluhan ringan kaya mual-mual, muntah, batuk, flu, sakit gigi, kurang nafsu makan, apa lagi di...owh iya sakit kepala, sering pusing, suka kencing-kencing sama kandungannya suka sakit… (Informan RN, 29 Tahun, wc: 29 September 2015). (41,1%). Data diatas diperkuat lagi dengan penjelasan beberapa informan sebagai berikut:
74
Penjelasan RN (29) diperkuat lagi dengan penjelasan oleh beberapa informan biasa, seperti yang diungkapkan oleh informan RIS (18 tahun), SUN (28 tahun) dan RAT (23 Tahun) sebagai berikut : “. . . penyakitnya orang hamil ji dek mual-mual dan muntah... (Informan RIS, 18 Tahun, wc: 19 September 2015). „. . .iya sakit kepala, sering pusing sama sakit gigiku... (Informan SUN, 28 Tahun, wc: 20 September 2015). “. . flu, pusing, sakit gigi, baru kalau sudah sakit gigi de itumi yang paling sa tidak bisa tahan...sakit giginya itu orang hamil beda sekali dengan sakit giginya orang yang tidak hamil, kaya dua kali lipatnya... (Informan RAT, 23 Tahun, wc: 24 September2015 ).
Berdasarkan hasil wawancara informan diatas dapat disimpulkan bahwapenyakit yang di keluhkan ibu hamil bermacam-macam, seperti mual, muntah , pusing , sakit kepala, sakit gigi,kurang nafsu makan dan sakit pada kandungannya. Untuk mengetahui budaya dalam mencari pengobatan ketika sakit saat hamil khususnya pada masyarakat pesisir Kecamatan Wawonii Barat Kabupaten Konawe Kepulauan seperti yang di ungkapkan informan Kunci RN (29 tahun) sebagai berikut : “. . . banyak yang datang di rumah dek, karna saya kasih tau memang itu ibu hamil kalau ada keluhan datang saja di rumah...karna kan posyandu satu kali ji satu bulan...baru ibu hamil itu tidak di tahu kapan dia sakit..kalau da mau pergi di puskesmas kan jauh...itu mi gunanya setiap desa di kasih tinggal satu bidan dek...banyak juga yang panggil dukun...... (Informan RN, 29 Tahun, wc: 19 September 2015). Penjelasan RN (29) diperkuat lagi dengan penjelasan oleh beberapa informan biasa, seperti yang diungkapkan oleh informan RIS (18 tahun), SUN (28 tahun) dan RAT (23 Tahun) sebagai berikut :
75
“. . .saya minta tolong sama mamaku panggil dukun minta buatkan air do‟a-do‟a supaya da kurang mual mualnya...karena dari hamil pertamaku sampai hamil ke dua ini begitu terus ji saya...kalau hanya mual-mual saya nda pergi ji di bidan... (Informan RIS, 18 Tahun, wc: 19September 2015). „. . . kadang saya biar-biarkan saja... karena orang hamil itu bawaannya mi itu sakit gigi, sakit kepala...kadang sa pergi sama bidan...karna dia tau obatnya baru ada resepnya...nda ji kalau sama dukun kecuali sakit kandunganku baru saya minta urut sama dukun... (Informan SUN, 28 Tahun, wc: 20 September 2015). “. . . saya obati sendiri saja, kalau saya flu begitu dek paling saya minumkan air hangat...yang saya nda bisa tahan kalau gigi ku yang sakit, kalau sudah sakit mi gigiku suamiku dia pergi minta obat di bidan supaya dia reda-reda sakit gigiku...iya karena kalau orang hamil itu tidak bisa mau beli obat sembarang di warung...kalau bidan kan dia tau itu takaran-takaran obat untuk orang hamil... (Informan RAT, 23 Tahun, wc: 24 September2015 ).
Berdasarkan hasil wawancara pada informan dapat di simpulkan bahwa budaya pencarian pengobatan ibu hamil saat sedang sakit tetap melibatkan antara dukun dan bidan tergantung dari penyakit yang di derita oleh ibu hamil masing-masing, yang menurut mereka bisa di obati oleh bidan mereka memilih berobat di bidan dan penyakit yang bisa di sembuhkan oleh dukun mereka pergi kedukun. Hasil penelitian menunjukan bahwa banyak penyakit yang di derita pada ibu hamil antara lain, mual, muntah, sakit kepala, sakit gigi, pusing, kurang nafsu makan, dalam mengobati penyakit yang di derita ibu hamil masyarakat pesisir Kecamatan Wawonii Barat mencari pengobatan pada bidan dan dukun, tergantung dari penyakit yang di derita oleh ibu hamil, penyakit yang bisa di sembuhkan oleh bidan mereka mencari pengobatan
76
pada bidan dan penyakit yang bisa di sembuhkan oleh di dukun mereka pergi ke dukun, alasan ibu hamil masyarakat pesisir Kecamatan Wawonii Barat mencari pengobatan pada bidan karena bidan memberikan upaya pengobatan yang baik dengan resep obat yang lengkap selama kehamilan, adapun alasan yang mencari pengobatan pada dukun karena mereka meyakini dukun memiliki kelebihan untuk menyembuhkan penyakit melalui air yang di beri do‟a-do‟a, namun ada juga yang beranggapan penyakit pada saat hamil itu adalah bawaan hamil dan memutuskan tidak mencari pengobatan. 4. Pola Makan (Pemenuhan Gizi Ibu Hamil) Permasalahan yang cukup besar pengaruhnya pada kehamilan adalah masalah gizi.Permasalahan gizi pada ibu hamil di Indonesia tidak terlepas dari faktor budaya setempat.Hal ini disebabkan karena adanya kepercayaankepercayaan dan pantangan-pantangan terhadap beberapa makanan. Kepercayaan bahwa ibu hamil dan post partum pantang mengkonsumsi makanan tertentu menyebabkan kondisi ibu post partum kehilangan zat gizi yang berkualitas. Sementara, kegiatan mereka sehari-hari tidak berkurang ditambah lagi dengan pantangan-pantangan terhadap beberapa makanan yang sebenamya sangat dibutuhkan oleh wanita hamil tentunya akan berdampak negatif terhadap kesehatan ibu dan janin (Peter Salker,2008). Pola makan yang di maksud dalam penelitian ini adalah di mana ibu-ibu hamil mencari informasi terkait makanan yang di anjurkan dan tidak di anjurkan pada ibu hamil untuk pemenuhan gizi saat hamil.
77
Terkait dengan budaya ibu hamil di mana mencari informasi saat hamil khususnya di wilayah pesisir Kecamatan Wawonii Barat Kabupaten Konawe Kepulauan dapat dilihat pada tabel 14 sebagai berikut: Tabel 17. Distribusi Responden Menurut Pemilihan Tenaga Pelayanan Berdasarkan Pola Makan dalam memenuhi Kebutuhan Gizi Ibu Hamil di Wilayah Pesisir Kecamatan Wawonii Barat Konawe KepulauanTahun 2015. No.
Tenaga Pelayanan
Jumlah (n)
Persentase (%)
1.
Tenaga Profesional
10
29,4
2.
Tenaga Tradisional
10
29,4
3.
Kolaborasi Profesional & Tradisional
14
41,1
34
100
Total Sumber : Data Primer, September 2015
Tabel 17 menunjukkan bahwa dalam mencari pelayanan kesehatan untuk ibu hamil berdasarkan pola makan dalam memenuhi kebutuhan gizi ibu hamil sebagian besar memilih kolaborasi tenaga profesional dan tradisional yakni sebanyak 14 orang (41,1%). Data diatas diprkuat lagi dengan penjelasan beberapa informan berikut : “. . .iya…kan kalau mereka periksa kita suka kasih tau ji tentang makanan-makanan supaya bagus gizinya to..mereka kembali respon balik juga da tanya kembali jadi makanan apa mi yang bagus di makan supaya anaknya kita sehat..iya masih ada juga itu yang dengar-dengar kepercayaan orang tua dulu...ada juga yang yakini makanan pantangan begitu…kita kasitau mi pelan-pelan tidak bisa mau satu kali di larang karena sudah kepercayaannya juga… (Informan RN, 29 Tahun, wc: 19 September 2015).
78
Penjelasan RN (29) diperkuat lagi dengan penjelasan oleh beberapa informan biasa, seperti yang diungkapkan oleh informan RIS (18 tahun), SUN (28 tahun) dan RAT (23 Tahun) sebagai berikut :
“. . kalau tentang makanan-makanan begitu sa suka tanya sama mamaku...karena orang tua sudah berpengalaman pasti yang dia kasih tau kita itu supaya bagus bayinyakita...bidan juga...saya suka tanya juga makanan apa yang bagus untuk makan...karena pasti mi da tahu to karena mereka da pelajari... (Informan RIS, 18 Tahun, wc: 19 September 2015). „. . . sama bidan...karna bagus dia kasih penjelasan tentang makanan begitu... (Informan SUN, 28 Tahun, wc: 20 September 2015) “. . .sama bidan biasa mi juga sama keluarga...krna bidan biar bagaimana mereka tahu karena mereka sekolahkan baru kan mereka orang kesehatan pasti mi dia tau makanan-makanan yang bagus di makan...karena keluarga yang sudah tua itu pasti mi da lebih tau dari kita karna da sudah berpengalaman...kita ikuti saja bicaranya orang tua dari pada nanti ada apa-apa dengan bayinya kita... (Informan RAT, 23 Tahun, wc: 24 September2015 ). Berdasarkan hasil wawancara di atas dapat di simpulkan bahwa budaya dalam mencari informasi tentang makanan yang di anjurkan dan tidak di anjurkan oleh ibu hamil mereka mencari informasi pada keluarga yang di tuakan dan juga bidan. Alasan mereka menanyakan terkait makanan yang di anjurkan dan tidak di anjurkan pada saat hamil karena keluarga yang di tuakan lebih berpengalaman dan masyarakat meyakini bahwa mereka akan mendapat balasan yang buruk karena tidak mendengar petuah orang tua atau keluarga, adapun alasan mereka mencari tahu tentang makanan yang harus dikonsumsi kepada bidan karena bidan mempelajari hal tersebut.
79
Adapun jenis makanan yang di anjurkan dan tidak di anjurkan khususnya
“. . . ya saya sarankan gizi seimbang to,harus ada sayur-sayurnya, buah-buahan,kacang-kacang,daging dan ikan, minum susu...kalau makanan yang tidak boleh nda ad ji hanya sa sarankan jangan minumminumnan bersoda, sama air es saya larang kalau terlalau banyak da minum air es biasa kan ibu hamil dia goso air es karena dia merasa kepanasan...ya kalau da makan yang sehat-sehat otomatis bayi dan ibunya sehat juga...yang saya tahu itu kepercayaan ibu-ibu di sini da hindari bentuk makanan yang aneh-aneh dia takut nanti modelnya anaknya kaya modelnya yang dia makan... pada masyarakat pesisir Kecamatan Wawoni2015). Barat Kabupaten Konawe (Informan RN, 29 Tahun,wc: 19 September Kepulauan: Penjelasan RN (29) diperkuat lagi dengan penjelasan oleh beberapa informan biasa, seperti yang diungkapkan oleh informan RIS (18 tahun), SUN (28 tahun) dan RAT (23 Tahun) sebagai berikut : “. . bidan itu da anjurkan yang penting makanan yang sehat saja...da suruh jangan terlalu makan lombok dengan air es... mamaku dia suruh rajin-rajin minum susu supaya ,makan sayur sama makan kacang upaya banyak ASI ku...orang tua dia kasi tau memang jangan makan yang aneh-aneh bentuknya kaya kepiting, ikan yang tidak ada lidahnya dengan durian...kepercayaannya orang di sini kalau makan kepiting dia nakal anakta kalo durian nanti kita keguguran... (Informan RIS, 18 Tahun, wc: 19 September 2015). „. . . macam-macam dek da suruh makan sayur,buah sama daging...nda ada ji yang makanan yang di larang...paling di suruh makanya jangan terlalu berlebihan... (Informan SUN, 28 Tahun, wc: 20 September 2015). “. . .da suruh makan yang sehat-sehat kaya ikan, daging, sayur,buah, kacang-kacang juga...cuma da suru jangan terlalu banyak mnum es..sama mi dengan yang di suruh sama bidan yang penting sehat...kalau makanan yang di larang kepercayaannya juga kalau orang di sini di larang makan udang karena nanti maju mundur menjelang persalinan, tidak boleh makan pepaya karena kadang sakit perut kalau mau melahirkan... (Informan RAT, 23 Tahun, wc: 24 September2015 ).
80
Berdasarkan hasil wawancara bersama informan menunjukan bahwa jenis makanan yang di anjurkan oleh bidan yaitu makanan-makanan yang sehat seperti daging, ikan, sayur, buah-buahan, susu, kacang-kacangana, adapun yang di larang jangan terlalu banyak makan yang pedas-pedas dan jangan terlalu banyak minum es. Jenis makanan yang di anjurkan oleh keluarga tidak berbeda dengan yang di anjurkan oleh bidan seperti makan sayur, buah-buahan, daging, ikan, kacang-kacangan tetapi ada jenis buah dan dan sayuran tertentu yang tidak di anjurka, adapun jenis makanan yang tidak di anjurkan yang sudah merupakan kepercayaan masyarakat Wawonii Barat, seperti kepiting mereka percaya kalau ibu mengkonsumsi kepiting anak mereka akan nakal, udang karena mereka percaya pada persalinan bayinya maju mundur, durian akan membuat keguguguran dan pepaya akan membuat ibu sakit perut saat persalinan. Hasil penelitian menunjukan bahwa budaya dalam mencari informasi makanan untuk pemenuhan gizi ibu hamil pada masyarakat pesisir Kecamatan Wawoni Baratyaitu mereka mencari tahu dan memperoleh informasi terkait makananyang di anjurkan saat hamil pada bidan karena masyarakat pesisir Kecamatan Wawonii Barat meyakini bahwa bidan mengetahui kebutuhan makanan yang harus dikonsumsi oleh ibu hamil dan bayi, adapun jenis makanan yang di anjurkan adalah mengonsumsi beraneka ragam makanan pada saat hamil baik dari sumber
81
karbohidrat, buah-buahan, sayur-sayuran, sumber hewani dan rajin minum susu khusus untuk ibu hamil. Ibu hamil masyarakat pesisir Kecamatan Wawonii Barat juga sering bertanya dan mendapatkan informasi dari keluarga karena ibu hamil meyakini bahwa orang yang mereka tua kan sudah bepengalaman dan mengatahui akibat-akibat apabila ibu hamil memakan makanan yang tidak sesuai. Adapunn jenis makanan yang di anjurkan dari keluarga untuk ibu hamil tidak jauh berbeda dengan bidan, seperti sayur-sayuran, buahbuahan, kacang-kacangan, ikan, daging, namun tidak semua jenis buahbuan yang di anjurkan menurut kepercayaan masyarakat pesisir Kecamatan Wawwonii Barat jenis buah-buah yang tidak di anjurkan seperti durian akan membuat keguguguran dan pepaya akan membuat ibu sakit perut saat persalinan, tidak hanya dari golongan nabati saja ada jenis makanan golongan hewani yang menurut mereka pantang untuk di makan seperti kepiting mereka percaya kalau ibu mengkonsumsi kepiting anak mereka akan nakal, udang karena mereka percaya pada persalinan bayinya maju mundur. 5. Persalinan Berbagai macam jenis kegiatan yang dilaksanakan oleh masyarakat baik sebelum dan setelah persalinan dilaksanakan, tidak lain adalah untuk memperbaiki keadaan ibu dan anak kedepanya. Persalinan yang di maksud dalam penelitian ini adalah pada siapa ibu-ibu hamil mencari penolong persalinan.Terkait dengan budaya ibu hamil pada
82
siapa mencari penolong persalinan khususnya di wilayah pesisir Kecamatan Wawonii Barat Kabupaten Konawe Kepulauan dapat dilihat pada tabel 15 berikut:
Tabel 18. Distribusi Responden Menurut Pemilihan Tenaga Pelayanan Berdasarkan Penolong Persalinan di Wilayah Pesisir Kecamatan Wawonii Barat Kabupaten Konawe Kepulauan Tahun 2015. Jumlah Persentase (%) No. Tenaga Pelayanan (n) 1. Tenaga Profesional 29,4 10 2.
Tenaga Tradisional
4
11,7
3.
Kolaborasi Profesional & Tradisional
20
58,8
34
100
Total
Sumber : Data Primer, September 2015 Tabel 18 menunjukkan bahwa dalam mencari pelayanan kesehatan untuk ibu hamil penolong persalinan sebagian besar memilih kolaborasi tenaga profesional dan tenaga tradisional yakni sebanyak 20 orang (58,8%). Data diatas diperkuat lagi dengan penjelasan beberapa informan sebagai berikut: “. . .kalau untuk persalinan sekarang kalau mau bersalin harus panggil bidan...beda dengan dulu..pasti mi ada dukunnya karena mereka juga da tidak mau kalau tidak ada dukun... (Informan RN, 29 Tahun, wc: 19 September 2015)
83
Penjelasan RN (29) diperkuat lagi dengan penjelasan oleh beberapa informan biasa, seperti yang diungkapkan oleh informan RIS (18 tahun), SUN (28 tahun) dan RAT (23 Tahun) sebagai berikut : Mencari pertolongan oleh bidan dan dukun, alasan mereka Mencari bidan sebagai penolong persalinannya karena bidan mengetahui terkait
“. . .bidan, dukun juga... karena bidan da mengerti mi kasih melahirkan orang baru di sini kalau orang melahirkan harus panggil bidan...tidak bisa kalau tidak ada dukun karena kalau mau melahirkan sama dukun da buatkan air do‟a-do‟a supaya lancar dan di jauhkan dari roh-roh halus terus kalau sudah selesai melahirkan harus mandi air panas kan dukun yang kasih mandi toh... (Informan RIS, 18 Tahun, wc: 19September 2015). „. . .ada bidan, harus juga ada dukun...begitu mi karena sudah tugasnya mi bidan da kasih melahirkan da sudah belajar mi kasih melahirkan orang baru biasa kan ada orang pendarahan begitu atau pecah mi ketubannya ada cara-caranya tapi sa nda tw da kasih bagaimana itu...dukun harus ada karena abis melahirkan da mau kasih mandi saya aiar panas... (Informan SUN, 25 Tahun, wc: 20 September 2015).
persalinan
dan
tanda-tanda
bahaya
persalinan
sedangkan
masyarakat pesisir Kecamatn Wawonii Barat memilih
alasan
dukun karena
dukun bisa membuatkan air do‟a-do‟a agar melancarkan persalinan dan di jauhi dari roh-roh halus selain itu dukun biasa memandikan menggunakan air panas serta upaya pemijatan kepada ibu nifas agar ibu lebih cepat sembuh dan kembali pulih.
84
Persiapan persalinan khususnya masyarakat pesisir Kecamatan Wawonii Barat Kabupaten Konawe Kepulauan bahwa seperti yang diungkapkan oleh informan Kunci RN (29) berikut : “. . . rata-rata di rumah masing-masing ji...kalau da mau pergi juga di puskesmas jauh sekali...kecuali ada yang resti baru kita kasih tau memang melahirkan di Rumah Sakit,tapi jarang ji yang begitu sekarang alhamdullillah masih bisa ji kita tangani... (Informan RN, 29 Tahun, wc: 19 September 2015 ). Penjelasan RN (29) diperkuat lagi dengan penjelasan oleh beberapa informan biasa, seperti yang diungkapkan oleh informan RIS (18 tahun), SUN (28 tahun) dan RAT (23 Tahun) sebagai berikut : “. . .di rumah to...lebih nyaman di rumah...suamiku mi yang panggil bidan dengan dukun datang di rumah... (Informan RIS, 18 Tahun, wc: 19 September 2015). „. . .di rumah sini ji...beda dengan orang di kota-kota, kalu di sana kan mereka da pergi di rumah sakit atau di puskesmas...kalau di sini jauh sekali puskesmasnya baru mau naik apa lagi mau ke puskesmas...mending di rumah saja... (Informan SUN, 28 Tahun, wc: 20 September 2015). “. . .di rumah saja...nda mungkin mau ke puskesmas lagi jauh sekali, uang juga dek hehe...kalau masih bisa di rumah kenapa- mau pergi jauh tinggal panggil saja bidan sama dukun kalau sudah rasa-rasa sakit... (Informan RAT, 23 Tahun, wc: 24 September 2015 ). Berdasarkan hasil wawancara bersama informan menunjukan bahwa terkait tempat bersalin mereka lebih memilih bersalin di rumah karena merasa lebih nyaman di rumah sendiri, sehingga pada saat merasakan sakit seperti mau melahirkan, mereka meminta suami untuk memanggil bidan dan dukun datang ke rumah untuk membantu persalinan adapun alasan mereka tidak ke puskesmas karena jarak rumah dari puskesmas lumayan
85
jauh dan tidak ada alat transportasi untuk membawa mereka untuk pergi di puskesmas dan bisa mengeluarkan biaya yang lebih lagi. Hasil penelitian menunjukan bahwa budaya dalam mencari penolong persalinan pada masyarakat pesisir Kecamatan Wawonii Baratyaitu mereka mencari bidan dan dukun untuk membantu persalinannya adapun alasan masyarakat pesisir mencari penolong persalinan oleh bidan karena mereka percaya bidan telah memiliki pengetahuan terkait penolong persalinan.
Sedangkan alasan mereka memannggil dukun untuk membantu dalam persalinann karena dukun di percaya dapat membuatkan air yang di beri doa‟a dan di minum oleh ibu agar mudah dalam proses persalinan. Setelah persalinan selesai jasa dukun masih sangat di butuhkan oleh ibu nifas untuk di mandikan air panas guna untuk mengembalikan stamina pada ibu nifas. Adapun terkait
tempat persalinan pada masyarakat pesisir
Kecamatan Wawonii Barat lebih memilih rumah sebagai tempat persalinannya, karena rumah di anggap tempat paling aman dan nyaman
sebagai
memanfaatkan
tempat
Rumah
persalinan,
Sakit
dan
alasan
Puskesmas
mereka sebagai
tidak tempat
persalinan karena jarak, akses dan bisa mengeluarkan uang yang lebih lagi yang masih bisa di gunakan untuk keperluan lainnya. C. Pembahasan
86
Pencarian pelayanan kesehatan di tentukan oleh kebutuhan yang di rasakan di pengaruhi oleh tiga faktor besar, yaitu faktor predisposing, factor enabling dan faktor need.Faktor predisspossing adalah predisposisi seseorang untuk menggunakan pelayanan, yaitu faktor demografi, faktor struktur sosial dan faktor keyakinan terhadapa kesehatan. Faktor enabling adalah kemampuan seseorang untuk mencari pelayanan, yaitu berupa sumber daya keluarga atau sumber daya masyarakat, sedangkan faktor need adalah kebutuhan seseorang akan pelayanan. Pencarian pelayanan kesehatan di tentukan oleh kebutuhan yang di rasakan (perceived need) keputusan ini merupakan keputusan pertama untuk menentukan tingkah laku sesorang untuk berobat atau tidak.Jika keputusan berobat tersebut di sertai pula dengan kemauan (willingness) dan kemampuan (ablity) untuk membayar imbalan terhadap upaya kesehatan tersebut dapatlah di katakana tercapai effective demand. Ibu hamil adalah masa di mana seorng wanita membawa embrio atau fetus di dalam tubuhnya.Kehamilan manusia terjadi selama 40 minggu antara waktu menstruasi terakhir dan kelahiran (38 minggu dari pembuahan).Dalam banyak masyarakat definisi medis dan legal kehamilan manusia di bagi tiga periode
triwulan,
sebagagai
car
memudahkan
tahap
berbeda
dari
perkembangan janin. Tri wulan pertama membawa resiko tertinggi keguguran (kematian alami embrio atau janin), sedangkan pada masa tri wulan ke dua perkembangan janin dapat di monitor daan di diagnosa, tri wulan ketiga menandakan awal
87
„viabilitas‟, yang berarti janin dapat tetap hidup bila terjadi kelahiranawal alami atau kelahiran di paksakan. Karena kemungkinan viabilitas janin yang telah berkembang, definisi budaya dan legal dari hidup seringkali menganggap janin dalam triwulan ke tiga adalah sebuah pribadi. Pembahasan hasil penelitian mengenai pola pencarian pelayanan kesehatan ibu hamil berdasarkan aspek sosial dan budaya masyarakat pesisir Kecamatan Wawonii Barat Kabupaten Konawe Kepulauan tahun 2015 dianalisis dari aspek sosial masyarakat dan budaya masyarakat adalah sebagai berikut : A. Sosial Menurt kamus besar bahasa Indonesia, pengertian sosial adalah suatu ilmu yang mempelajari tentang segala sesuatu yang berkenan dengan masyarakat. Jadi sosial adalah ilmu yang dapat mencakup semua kegiatan masyarakat seperti, sifat, perilaku dan lain-lainNotoatmojo (2003), mengemukakan bahwa ada beberapa aspek sosial yang mempengaruhi status kesehatan antara lain adalah : a.
Umur Jika dilihat dari golongan umur maka ada perbedaan pola penyakit berdasarkan golongan umur.Misalnya balita lebih banyak menderita penyakit infeksi, sedangkan golongan usila tua lebih banyak menderita penyakit kronis seperti hipertensi, penyakit jantung koroner, kanker, dan lain-lain.
b. Jenis Kelamin
88
Perbedaan jenis kelamin akan menghasilkan penyakit yang berbeda pula. Misalnya dikalangan wanita lebih banyak menderita kanker payudara, sedangkan laki-laki banyak menderita kanker prostat. c. Pekerjaan Ada hubungan antara jenis pekerjaan dengan pola penyakit.Misalnya dikalangan petani banyak yang menderita penyakit cacing akibat kerja yang banyak dilakukan disawah dengan lingkungan yang banyak cacing. Sebaliknya buruh yang bekerja diindustri ,misalnya dipabrik tekstil banyak yang menderita penyakit saluran pernapasan karena banyak terpapar dengan debu. d. Sosial Ekonomi Keadaan
sosial
ekonomi
juga
berpengaruh
pada
pola
penyakit.
Misalnyapenderita obesitas lebih banyak ditemukan pada golongan masyarakat yang berstatus ekonomi tinggi, dan sebaliknya malnutrisi lebih banyak ditemukan dikalangan masyarakat yang status ekonominya rendah. Sosial masyarakat yang dimaksud dalam penelitian ini adalah segala sesuatu yang tumbuh dan berkembang dalam kehidupan ibu hamil dianalisis pendapatan, pengetahuan, sikap, dukungan keluarga, serta pengambilan keputusan pada ibu hamil terhadap pola pencarian pelayanan kesehatan. 1. Pendapatan Pendapatan keluarga akan mempengaruhi pemberian nutrisi yang terbaik pada ibu selama masa kehamilan dan pemilihan pelayanan kesehatan yang
89
akan digunakan dalam proses persalinan (Subaris, 2004 dalam Yulianti, 2008). Berdasarkan Hasil penelitian menunjukkan bahwa pendapatan pada pencarian pelayanan kesehatan ibu hamil variabel sosial, pada masyarakat wilayah pesisir Kecamatan Wawonii Barat Kabupaten Konawe Kepulauan tahun 2015 yang diperoleh sebagian besar menyatakan kurang (70,6%).
Sekalipun pendapatan yang mereka peroleh masih kurang tetapi mereka masih bisa mendapatkan pelayanaan kesehatan dengan baik untuk memenuhi kebutuhan mulai dari perawatan kehamilan, pemeriksaan kehamilan, pengobatan, makanan, sampai pada persalinan, hal ini di tunjang oleh program posyandu yang di selenggarakan di puskesmas setempat. Hasil penelitian sejalan dengan penelitian yang di lakukan Amiruddin (2006), bahwa 75 responden yang masuk dalam kategori gakin, 52% memilih tenaga kesehatan sebagai tengaa penolong persalinan dan 48% memilih tenaga non kesehatan sebagai penolong persalinan. Apabila seseorang dengan kondisi pendapatan yang semakin baik maka ia akan cenderung membutuhkan pelayanan kesehatan yang lebih tinggi. Dimana wanita dengan pendapatan yang relatif baik akan mampu menerima dan menjaring informasi yang lebih baik, di bandingkan dengan seseorang yang kondisi pendapatannya buruk. Mawaddah (2008) menyatakan pendapatan keluarga berperan dalam menentukan status kesehatan seseorang terutamaibu hamil, karena
90
berbanding lurus dengan daya beli keluarga. Keluarga mampu membeli bahan makanantergantungdari besar kecilnya pendapatan perbulannya. Semakin tinggi pendapatan maka akan semakin tinggi pula jumlah pembelanjaannya 2. Pengetahuan Pengetahuan didefinisikan sebagai pengenalan terhadap kenyataan kebenaran, prinsip dan keindahan terhadap suatu objek. Pengetahuan merupakan hasil stimulasi informasi yang diperhatikan, dipahami dan diingat (Aprillia, 2009). Pengetahuan ibu terkait pelayanan kesehatan adalah apa yang diketahui, dipahami serta mampu diingat oleh ibu hamil tentang di mana harus mencari pelayanan kesehatan yang baik di Wilayah Pesisir Kecamatan Wawonii Barat. Berdasarkan hasil penelitian menunjukan bahwa dari 34 responden yang memiliki pengetahuan cukup 70,6%, dalam mencari pelayanan kesehatan yang tepat yaitu pada tenaga kesehatan sementara hanya 23,5% yang berpengetahuan kurang dalam mencari pelayanan kesehatan yang kurang tepat yaitu dukun. Hal ini menunjukkan bahwa pengetahuan tentang hal yang berkaitan dengan di mana mencari pelayanan kesehatan yang tepat pada ibu hamil merupakan salah satu faktor yang mempengaruhi seseorang untuk memanfaatkan pelayanan kesehatan baik oleh tenaga kesehatan maupun non kesehatan.
91
Sejalan dengan penelitian yang di lakuakn oleh Murniati (2007), bahwa sebagian ibu hamil telah memiliki pengetahuan baik (28,3%), seperti mengetahui manfaat antenatal care dan ibu tahu ada tempat pemeriksaan kehamilan, persalinan serta segala informasi terkait dengan kehamilan, sehingga membawa ibu untuk berpikir dan berusaha supaya dia sehat dalam kehamilan agar berusaha agar ia dan bayinya selamat dan sehat sewaktu lahir. Pengetahuan adalah sejumlah informasi yang dikumpulkan, dipahami dan pengenalan terhadap sesuatu hal atau benda–benda secara obyektif. Pengetahuan juga berasal dari pengalaman tertentu yang pernah dialami dan diperoleh dari hasil belajar secara formal dan non formal (Syahid, 2008). Pengetahuan adalah merupakan hasil “tahu”, dan ini terjadi setelah orang melakukan penginderaan terhadap suatu objek tertentu yang menarik perhatiannya.Penginderaan ini terjadi melalui panca indera manusia terutama indera pendengaran dan penglihatan (Notoatmodjo, 2003). Pengetahuan merupakan hal yang sangat dibutuhkan dalam rangka perubahan pola pikir dan perilaku suatu kelompok dan masyarakat. Pengetahuan yang baik merupakan media untuk dapat menerima dan menerapkan suatu pesan atau informasi yang disampaikan. Pengetahuan atau kognitif merupakan hal yang sangat penting untuk pembentukan perilaku seseorang. Pengetahuan akan mencari pelayanan kesehatan
dapat menyebabkan
seseorang memiliki sikap positif atau negatif terhadap mencari pelayanan
92
kesehatan tersebut yang akhirnya akan menimbulkan suatu pilihan untuk dilaksanakan atau tidaknya suatu perilaku, dalam hal ini adalah pencarian pelayanan kesehatan, karena dari pengalaman dan penelitian, ternyata perilaku yang didasari oleh pengetahuan akan lebih tahan lama dari pada perilaku yang tidak didasari oleh pengetahuan. Pengetahuan
tentang
pelayanan
kesehatan
sedikit
banyak
akan
mempengaruhi perilaku dalam memanfaatkan pelayanan kesehatan. Pengetahuan sangat penting peranannya dalam tindakan memilih pelayanan yang diyakini kemampuannya. Notoatmodjo (2003) mengemukakan bahwa pengetahuan akan membuat seseorang lebih melihat cara dan kesempatan untuk meningkatkan derajat hidup. Seseorang akan mampu melakukan sesuatu yang di anggap baik bila memiliki pengetahuan cukup. 3. Sikap Sikap adalah respon tertutup seseorang terhadap stimulus atau objek tertentu, yang sudah melibatkan faktor pendapat dan emosi yang bersangkutan (senang-tidak senang, setuju-tidak setuju, baik-tidak baik, dan sebagainya) (Notoatmodjo, 2005). Setiap tindakan selalu di awali oleh proses yang cukup kompleks sebagai titik awal penerimaan suatu rangsangan (stimulus), sementara dalam diri individu terjadi dinamika berbagai psikofisik seperti kebutuhan, perasaan, perhatian dan pengambilan keputusan (Notoatmodjo, 2003).
93
Hasil penelitian menunjukan bahwa sebagian besar responden memiliki sikap positif terkait di mana tempat pertama yang di cari mengenai pelayananan kesehatan yang baik pada ibu hamil yaitu (94,1%), dan yang memiliki sikap negatif sebanyak (5,9%). Dapat dilihat bahwa responden yang memiliki sikap positif dan memilih tenaga kesehatan sebagai pencarian pertama lebih banyak dari pada responden yang memiliki sikap negatif dan memilih tenaga non kesehatan. Hal ini disebabkan karena sebagian besar responden telah mengetahui manfaat pelayanan oleh tenaga kesehatana. Pengetahuan yang positif akan pelayanan tenaga kesehatan akan membentuk sikap yang positif juga terhadap pelayanan tenaga kesehatan tersebut. Sikap responden merupakan respon yang masih tertutup dan tidak tampak dalam keadaan nyata, sehingga meskipun mereka setuju terhadap upaya pertolongan oleh tenaga kesehatan yang bersih dan aman, belum tentu mereka melakukan tindakan sesuai dengan sikapnya. Hal ini sejalan dengan hasil penelitian yang dilakukan oleh Rosmini (2002) yang menyatakan bahwa tidak ada hubungan antara sikap dengan pemanfaatan pelayanan persalinan. Hal ini disebabkan karena responden dalam menjawab pertanyaan selalu menjawab hal-hal yang baik saja.Sikap responden terhadap pemanfaatan pelayanan pertolongan persalinan tidak diikuti dengan kesadaran untuk bertindak memilih penolong persalinan yang tepat.
94
Menurut Sunaryo (2002), sikap bukanlah determinan satu-satunya bagi perilaku. Tidak ada jaminan bahwa kecenderungan berperilaku akan benarbenar ditampakkan dalam bentuk perilaku yang sesuai. Sikap tidak dibawa sejak lahir tetapi dipelajari dan dibentuk berdasarkan pengalaman individu sepanjang perkembangan selama hidupnya. Manusia adalah makhluk sosial sehingga pembentukan sikap tidak terlepas dari pengaruh interaksi manusia satu yang dengan yang lain (eksternal). Disamping itu, manusia sebagai makhluk individual sehingga apa yang datang dari dalam dirinya (internal) juga akan mempengaruhi pembentukan sikap. Hal ini sejalan dengan teori Idayanti (2006) yang mengemukakan bahwa sikap seseorang dapat berubah karena kondisi tertentu yang timbul seperti adanya aksi dan reaksi seseorang terhadap lingkungannya.Sikap seseorang juga dapat berubah dengan diperolehnya tambahan informasi tentang objek tertentu. 4. Dukungan Keluarga Dukungan
keluarga
adalah
sikap,
tindakan
dan
penerimaan
keluargaterhadap anggotanya.Anggota keluarga dipandang sebagai bagian yang tidak terpisahkan dalam lingkungan keluarga. Anggota keluarga memandang bahwa orang yang bersifat mendukung selalu siap memberikan pertolongan dan bantuan jika diperlukan (Psychology, 2012). Pada
hakekatnya
keluarga
diharapkan
mampu
berfungsi
untuk
95
mewujudkan proses pengembangan timbal balik rasa cinta dan kasih sayang antara anggota keluarga, antar kerabat, serta antar generasi yang merupakan dasar keluarga yang harmonis. Hubungan kasih sayang dalam keluarga merupakan suatu rumah tangga yang bahagia. Dalam kehidupan yang diwarnai oleh rasa kasih sayang maka semua pihak dituntut agar memiliki tanggung jawab, pengorbanan, saling tolong menolong, kejujuran, saling mempercayai, saling membina pengertian dan damai dalam rumah tangga. Dukungan keluarga dapat memberikan motivasi kepada ibu dalam menjalankan proses persalinannya. Suami dapat memberikan dukungan jauh sebelum saat kelahiran tiba sehingga suami juga mengetahui apa yang dapat dilakukannya saat istrinya menjalani proses melahirkan. Mendampingiistri saatmelahirkan juga akan membuatsuami semakin menghargai istri dan mengeratkan hubungan batin di antara suamiistri serta bayi yang baru lahir (Evistron 2009). Hasil penelitian menunjukan bahwa sebagian besar 94,1% responden di dukung oleh keluarga dalam mencari pelayanana kesehatan saat hamil, responden yang di beri dukungan oleh suami 43,8%, orang tua 37,5%, mertua 12,5% dan saudara 6,2%. Adapun responden yang menjawab di dukung oleh keluarga untuk mencari pelayanan kesehatan oleh tenaga kesehatan sebanyak 50%, dukun 3.1% dan gabungan antar bidan dan dukun 46,9%.
96
Bentuk dukungan keluarga yang di berikan dalam mencari pelayanan kesehatan pada saat ibu sedang hamil yaitu terdapat 94,1% yang menjawab dalam bentuk di ingatkan, 34,4% di antar ke pelayanan kesehatan 37,5, dan 9 orang 28,1% di beri dana. Penelitian ini sejalan dengan penelitian yang di lakukan oleh Suryati di Kabupaten Jepara (2007) menemukan bahwa keterlibatan atau partisipasi suami dalam mas kehamilan istri cukup besar baik dalam bentuk aktivitas dalam mengantar istri memeriksakan kandungan di bidan/dokter, berusaha memenuhi keinginan istri yang sedang ngidam maupun mengingatkan istrinya lebih banyak makan-makana yang bergizi. Muis (1996) dalam penelitiannya di kota semarang juga mengunggkapakan bahwa para orang tua/mertua
sangat
berperan
dalam
menentukan,
menasehati
dan
menyarankan anaknya atau menantunya untuk periksa kehamilan pada bidan. Dukungan keluarga baik dalam perawatan kehamilan, pemeriksaan kehamilan, pengobatan, makanan maupun persalinan sangat diperlukan oleh ibu hamil baik dalam pencarian pelayanan kesehatan, pemberian motifasi, material, moril, maupun mengatar. Selain itu Suami mempunyai peran penting bagi kesehatan ini, khususnya ketika ibu bersalin. Menurut Notoatmodjo 2003, menyatakan bahwa: Dorongan semangat dan rasa pengertian suami dalam proses persalinan dan setelah persalinan juga sangat diperlukan oleh ibu karena dengan peran tersebut ibu merasa sangat bahagia dengan keadaan yang dimilikinya.
97
5. Pengambilan Keputusan Pengambilan keputusan yang optimal menurut Robbins (2001) adalah rasional. Artinya, dia membuat pilihan memaksimalkan nilai yang konsisten dalam batas-batas tertentu. Pilihan-pilihan dibuat mengikuti model pengambilan keputusan rasional enam langkah yaitu menetapkan masalah, mengidentifikasikan kriteria keputusan, mengalokasikan bobot pada kriterianya, mengembangkan alternative, mengevaluasi alternative, memilih alternatif yang terbaik. Faktor budaya sering kali membatasi perempuan untuk mengambil keputusan bagi kesehatannya, seperti keputusan untuk merencanakan jumlah anak dan jarak kehamilan banyak ditentukan suami atau orang tua. Melindungi wanita hamil dari hal-hal yang membahayakan kehamilannya adalah merupakan tanggung jawab suami. Pengambil Keputusan adalah seseorang yang berwenang memutuskan sesuatu sebelum melakukan sebuah tindakan terhadap ibu hamil. Pengambilan keputusan dalam penelitian ini terkait dengan proses siap yang pengambil keputusan dalam perawatan kehamilan, pemeriksaan kehamilan, pengobatan, makanan dan persalinan. Hasil penelitian menunjukan bahwa pengambil keputusan dalam pencarian pelayanan kesehatan terkait mencari perawatan kehamilan responden yang menjawab diri sendiri 44,1%, suami 26,4%, orang tua 14,8%, mertua 5,9%, dan saudaara5,9%. Pengambil keputusan dalaam pemeriksaan kehamilan responden yang
98
menjawab diri sendri 38,2%, suami 38,2%, orang tua 17,6%, mertua 3,1 dan saudara 3,1. Adapun yang mengambil keputusan dalam mencari pengobatan ketika sakit saat hamil responden yang menjawab diri sendiri 32,3%, suami 41,1%, orang tua 14.8% dan mertua 8,.9%, dansaudara 2,3% terkait pengambilan
keputusan
dalam
mencari
informasi
makanan
untuk
pemenuhan gizi ibu hamil dan bayi terdapat yang menjawab diri sendiri 26,4%, suami 41,1%, orang tua 20.6%, mertua 8,8% dan saudara 2,9%.
Pengambil keputusan dalam pencarian pelayanan kesehatan saat persalinan dari 34 responden atau 100% yang menjawab diri sendiri 17,6%, suami 58,8%, orang tua 20,6%, dan saudara2,9%. Dalam proses pengambilan keputusan dalam mencari perawatan kehamilan, pemeriksaan kehamilan, pengobatan, dan informasi makanan dan persiapan persalinan menyatakan pengambilan keputusan dilakukan oleh diri sendiri, suami, orang tua mertua dan saudara namun terkait mencari pemeriksaan dan perawatan, pengobatan, dan informasi makanan dan penolong persalinan lebih dominan adalah diri sendiri dan suami. Terdapat persamaan dengan penelitian yang dilakukan oleh Sodikind. (2009), bahwa sebagian besar responden yang ditemui mengatakan bahwa yang paling berpengaruh dalam pengambilan keputusan memanfaatkan pelayanan persalinan adalah suami, keluarga dan orang tua. Susilowati (2001) dalam penelitiannya di kabupaten semarang juga menemukan bahwa suami sangat dominan dalm pengambilan keputusan
99
rumah tangga sehari-hari, tetapi dalam menentukan penolong persalinan dan tempat bersalin yang dominan adalah orang tua dan mertua. Pada saat menghadapi masalah medis persalinan masih di perlukan musyawarah keluarga untuk merujuk ibu bersalin ke rumah sakit. Pengambilan
keputusan
yang
keliru
bisa
berakibat
fatal
pada
perkembangan kehamilan ibu, sehingga dalam proses pengambilan keputusan ini ibu hamil perlu melibatkan bidan, keluarga, teman yang bertujun untuk menghindari hal-hal yang tidak diinginkan. Disamping itu untuk menghindari suatu gangguan saat kehamilan, ibu hamil memerlukan pemahaman serta pengetahuan yang baik berkaitan dengan pelayanan kesehatan yang tepat yang seharusnya menjadi tempat pertolongan terhadap masalah-masalah kesehatan baik perawatan kehamilan, pemeriksan kehamilan, pengobatan, maupun pertolongan persalinan. Notoatmadjo (2003), menyatakan bahwa keterlibatan suami pada masa kehamilan istrinya masih memiliki tingkatan yang berbeda-beda. Suami sering kali menjadi satu-satunya yang memiliki peran sanga tpenting terutama sebagai pengambil keputusan ketika kondisi istri cukup serius untuk mencari pertolongan, serta memutuskan bagaimana istri hamil akan dibawa kepuskesmas ataupun tempat praktek bidan desa dan dapat mengatasi keterlambatan jika mengetahui gejala-gejala yang berhubungan dengan komplikasi kehamilan dan persalinan. Sehingga suami perlu diberi motivasi tentang pentingnya menjaga kesehatan istrinya yang sedang mengandung dan akan menghadapi proses
100
persalinan. B. Budaya Sebagaimana dikemukan oleh Koentjaraningrat (2002) nilai budaya adalah konsep-konsep yang hidup dalam alam pikiran sebagian besar dari warga suatu masyarakat, mengenai hal-hal yang harus mereka anggap amat bernilai dalam hidup.Dan suatu sistem nilai budaya, yang sifatnya abstrak, biasanya berfungsi sebagai pedoman tertinggi bagi kelakuan manusia. Sedangkan budaya merupakan perkembangan majemuk dari budidaya yang berarti daya dari budi sehingga dibedakan antara budaya yang berarti daya dari budi berupa cipta, karsa, dan rasa dan kebudayaan yang berarti hasil dari cipta, karsa dan rasa. Kebudayaan adalah seluruh cara kehidupan dari masyarakat dan tidak hanya mengenai sebagian tata cara hidup saja yang dianggap lebih tinggi dan lebih diinginkan. Jadi, kebudayaan menunjuk pada berbagai aspek kehidupan dalam setiap masyarakat, oleh para anggotanya dikembangkan sejumlah pola-pola budaya yang ideal dan pola-pola ini cenderung diperkuat dengan adanya pembatasan-pembatasan kebudayaan. Pola-pola kebudayaan yang ideal itu memuat hal-hal yang oleh sebagian besar dari masyarakat tersebut diakui sebagai kewajiban yang harus dilakukan dalam keadaan-keadaan tertentu. Pola-pola inilah yang sering disebut dengan norma-norma. Walaupun kita semua tahu bahwa tidak semua orang dalam kebudayaannya selalu berbuat seperti apa yang telah mereka patokan
101
bersama sebagai hal yang ideal tersebut. Sebab bila para warga masyarakat selalu mematuhi dan mengikuti norma-norma yang ada pada masyarakatnya maka tidak akan ada apa yang disebut dengan pembatasan-pembatasan kebudayaan (Koentjaraningrat, 2002). Budaya yang dimaksud dalam penelitian ini adalah segala bentuk kepercayaan, kebiasaan masyarakat yang dilaksanakan secara turun temurun yang berhubungan dengan pencarian pelayanan kesehatan ibu hamil yang dianalisis dari aspek perawatan kehamilan, pemeriksaan kehamilan, makanan yang dianjurkan dan dipantang, pengobatan dan persalinan` Pembahasan hasil penelitian mengenai pola pencarian pelayanan kesehatan ibu hamil berdasarkan budaya masyarakat Wilayah Pesisir Kecamatan Wawonii Barat Kabupaten Konawe Kepulauan adalah sebagai berikut: 1. Pemeriksaan Kepatuhan dalam mencari pemeriksaan kehamilan pada petugas kesehatan selain didukung oleh pengetahuan juga didukung faktor-faktor lain. Faktor yang mendukung kepatuhan yaitu pendidikan, akomodasi, modifikasi faktor lingkungan dan sosial, budaya, perubahan model meningkatkan
interaksi
profesional
kesehatan
dengan
terapi,dan pasien
(Notoatmodjo, 2005). Pemeriksaan kehamilan merupakan hal yang perlu dilakukan secara rutin oleh ibu hamil dalam menjaga status kesehatan janin dan ibu. Pemeriksaan ini dapat dilakukan setiap bulan pada petugas kesehatan yang terdekat, akan tetapi
102
keanekaragaman kultur, sosial dan budaya memberikan dampak yang kurang baik terhadap pengetahuan ibu hamil dalam pencarian peleyanan kesehatan. Masih adanya pemeriksaan kehamilan pada dukun setempat karena dinilai dukun sudah mempunyai pengalaman yang baik, ramah dalam memberikan pelayanan, akses terhadap dukun dekat, dan lain-lain. Hasil penelitian menunjukan bahwa pencarian pelayanan kesehatan berdasarkan budaya dalam mencari pemeriksaan kehamilan pada masyarakat pesisir
Kecamatan
kandungannya masyarakat
pada
pesisir
Wawonii dukun
Barat dan
Kecamatan
yaitu
dan
mencari
petugas
Wawonii
pemeriksaan
kesehatan,
alasan
Barat
memeriksakan
kehamilannya pada petugas kesehatan yaitu bidan
karena bidan
dipercaya orang yang ahli dalam kesehatan dan memberikan penjelasan yang bagus dan bisa memberikan pemeriksaan kesehatan seperti, pemeriksaan denyut jantung, tensi darah, di hitung IMT nya, dan alasan mereka memeriksakan kandungannya pada dukun karena dukun bisa melihat letak posisi kandungan yang bidan tidak bisa lihat dan dukun merupakan orang yang harus di libatkan dalam pemeriksaan kehamilan sebagaimana tradisi turun-temurun. Terdapat kesamaan dengan penelitian yang dilakukan oleh Trias Eryando (2007), bahwa tempat pemeriksaan kehamilan biasanya dilakukan ditempat praktek bidan atau di Posyandu sedangkan untuk subjek yang menilih pemeriksaan pada dukun biasanya memanggil dukun untuk datang kerumah.Kelompok pengguna jasa bidan rutin memeriksakan kehamilanya
103
atau sesuai dengan petunjuk yang dberikan oleh bidan sedangkan yang memilih jasa dukun sebagian dari mereka pergi ke dukun jika ada keluhan yang dirasakan pada kehamilanya. Masih banyaknya ibu-ibu yang kurang menyadari pentingnya pemeriksaan kehamilan menyebabkan tidak terdeteksinya faktor-faktor resiko tinggi yang mungkin dialami oleh mereka. Resiko ini baru diketahui pada saat persalinan yang sering kali karena kasusnya sudah terlambat dapat membawa akibat fatal yaitu kematian. Oleh karena itu, diperlukan suatu upaya yang harus melibatkan semua pihak baik petugas kesehatan, tokoh agama, tokoh masyarakat, dan masyarakat terutama para ibu hamil untuk terus menerus menumbuhkan kesadaran pada pribadi masing-masing untuk mensukseskan
dan
mengoptimalkan
pemeriksaan
dan
perawat an
kehamilan ke pelayanan kesehatan. Pemeriksaan kehamilan harus dilakukan oleh ibu hamil secara teratur karena ada beberapa ibu hamil yang dari segi usia, tergolong kehamilan resiko tinggi. Kehamilan resiko tinggi adalah ibu hamil yang mempunyai resiko atau bahaya yang lebih besar pada kehamilan/persalinannnya daripada ibu hamil dengan kehamilan/persalinan normal (Suririnah,2007). Pemeriksaan kehamilan pada petugas kesehatan merupakan suatu upaya yang seharusnya menjadi tempat pencarian pelayanan kesehatan mesyarakat ibu hamil pada khususnya karena bekal ilmu pengetahuan yang sudah cukup matang, serta pengalaman yang baik sudah dimiliki oleh petugas kesehatan
104
(bidan/dokter) sedangkan pada dukun juga bukan sesuatu masalah selama pelayanan kesehatan yang diberikan tidak menyalahi ilmu kesehatan dan membahayakan keselamatan ibu hamil. Perilaku pencarian pemeriksaan kehamilan oleh masyarakat dipengaruhi oleh jumlah dan jenis sarana pelayanan kesehatan yang tersedia di sekitarnya. Oleh karena itu pada wilayah yang banyak tersedia sarana pelayanan kesehatan seperti: puskesmas, rumah sakit pemerintah
dan swasta, balai
pengobatan serta praktek dokter, maka pilihan masyarakat semakin beragam untuk melakukan pencarian pelayanan kesehatan pada ibu hamil. Pada masyarakat pesisir Kecamatan Wawonii Barat pada umumnya sudah mengetahui bahkan banyak yang menggunakan pemeriksaan professional atau bidan namun mereka tetap melakukan pemeriksaan kehamilan ke dukun karena menganggap bahwa dukun lebih mengerti posisi bayi dalam kandungan dan dapat melakukan pemijatan perut yang mempermudah saat persalinan. Ketika periksa kehamilan ke pelayanan kesehatan, mereka hanya ingin diperiksa dan memastikan bahwa kondisinya sehat dan diberi obat. Menurut Musbikin (2007) Tujuan pemeriksaan kehamilan yaitu : 1. Menjaga agar ibu sehat selama masa kehamilan, persalinan dan nifas serta mengusahakan bayi yang dilahirkan sehat 2. Memantau
kemungkinan
adanya
risiko-risiko
kehamilan,
dan
merencanakan penatalaksanaan yang optimal terhadap kehamilan risiko tinggi
105
3.
Menurunkan morbiditas dan mortalitas ibu dan perinatal Akibat dari kurang dipahaminya tujuan dari pemeriksaan kehamilan
oleh responden menyebabkan terbentuknya persepsi bahwa selama masa kehamilan, sebagian responden akan memeriksaan kehamilan ke pelayanan kesehatan (terutama Posyandu) secara rutin tiap bulan dan akan melakukan pemeriksaan kehamilan ke dukun, karena dukun lebih mengetahui letak atau posisi bayi dan mendapat pijatan yang akan mempermudah bayi keluar ketika persalinan tiba. 2. Perawatan Perawatan kehamilan merupakan salah satu faktor yang amat perlu diperhatikan untuk mencegah terjadinya komplikasi dan kematian ketika persalinan, disamping itu juga untuk menjaga pertumbuhan dan kesehatan janin. Memahami perilaku perawatan kehamilan adalah penting untuk mengetahui dampak kesehatan bayi dan si ibu sendiri.Berbagai kalangan masyarakat di Indonesia masih banyak ibu-ibu yang menganggap kehamilan sebagai hal yang biasa, alamiah dan kodrati. Mereka merasa tidak perlu memeriksakan dirinya secara rutin ke bidan ataupun dokter (Badrujaman, 2008). Hasil penelitian menunjukan bahwa pencarian pelayanan kesehatan berdasarkan budaya pada masyarakat pesisir Kecamatan Wawonii Baratyaitu mencari pelayanan kesehatan pada petugas kesehatan dan dukun, alasan masyarakat pesisir Kecamatan Wawonii Barat mencari pelayanan kesehatan
106
pada petugas kesehatan yaitu bidan karena mereka percaya bahwa bidan sudah memiliki pengetahuan terkait pelayanan kesehatan kehamilan yang baik untuk seorang ibu hamil seperi di berikan vitamin C, penambah darah, di timbang berat badanya dan di berikan informasi tentang bagaimana merawat kandungan seperti jangan kerja berat, minum susu, rajin periksa saat ada posyandu dan makan-makanan yang bergizi. Adapun alasan masyarakat pesisir Kecamatan Wawonii Barat mencari pelayanan keehatan ibu hamil pada dukun adalah karena dukun dapat melakukan pemijatan/urut tujuan dari pada tindakan pemijatan/urut tersebut, bertujuan untuk mengatur posisi janin/ melonggarkan kandungan agar persalinannya nanti bisa berjalan sesuai dengan yang di harapkan. Selain pemijatan peelayanan kesehatan kehamilan masyarakat pesisir Kecamatan Wawonii Barat merawat kehamilannya dengan di buatkan air yang sudah di beri do‟a-do‟a oleh dukun agar persalinan pun berjalan dengan lancar dan di jauhi oleh roh-roh halus. Sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Muh. Asryah rahman (2013), di Desa Buareng Kecamatan Kajuarang Kabupaten bahwa sebagian besar ibu hamil mempunyai cara perawatan kehamilan seperti rutin memeriksakan kehamilan pada petugas kesehatan, konsumsi Vitamin A, makan makanan yang bergizi, susu ibu hamil, sayur-sayuran, tablet FE, suntik TFT dan dianjurkan lebih banyak istrahat. Penelitian yang dilakukan oleh Sofian Haryanto (2013), yang menyatakan behwa sebagian besar responden lebih mempercayai budaya dari
107
pada anjuran tenaga kesehatan (dokter dan bidan).Mereka tetap melakukan pemeriksaan kehamilan ke dukun karena menganggap bahwa dukun lebih mengerti posisi bayi dalam kandungan dan dapat melakukan pemijatan perut yang mempermudah saat persalinan. Ketika periksa kehamilan ke pelayanan kesehatan, mereka hanya ingin diperiksa dan memastikan bahwa kondisinya sehat dan diberi obat. Selain itu, ibu hamil juga melakukan pantangan yang lain seperti duduk di tengah pintu dan duduk di lantai tanpa alas/ tikar/bangku kecil serta mereka masih percaya pada adanya gangguan jin tidur dan makan pada saat tiba waktu magrib, makan di piring besar, duduk di tangga, potong rambut, dan makan sembunyisembunyi yang dapat mengancam keselamatan bayi dalam kandungan atau bayi yang baru saja dilahirkan. Pelayanan kesehatan kehamilan merupakan salah satu faktor yang amat perludiperhatikan untuk mencegah terjadinya komplikasi dan kematian ketika persalinan, disamping itu juga untuk menjaga pertumbuhan dan kesehatan janin. Memahami perilaku perawatan kehamilan (ante natal care) adalah penting untuk mengetahui dampak kesehatan bayi dan si ibu sendiri. 3. Pengobatan Menurut Foster dan Anderson salah satu sebab dan alasan pemilihan pengobatan atas sakit yang diderita dan dirasakanya itu proses pengobatan medis yang terlalu lama yang menyebabkan penderita bosan menerima peran sebagai pasien dan ingin segera mengakhirinya, oleh karena itu dia mencari
108
alternative pengobatan lain yang mempercepatp roses penyembuhannya ataupun hanya memperingan rasa sakitnya (illness) (Chusairi, 2004). Hasil penelitian menunjukan bahwa banyak penyakit yang di derita pada ibu hamil antara lain, mual, muntah, sakit kepala, sakit gigi, pusing, kurang nafsu makan, dalam mengobati penyakit yang di derita ibu hamil masyarakat pesisir Kecamatan Wawonii Barat mencari pengobatan pada bidan dan dukun, tergantung dari penyakit yang di derita oleh ibu hamil, penyakit yang bisa di sembuhkan oleh bidan mereka mencari pengobatan pada bidan dan penyakit yang bisa di sembuhkan oleh di dukun mereka pergi ke dukun, alasan ibu hamil masyarakat pesisir Kecamatan Wawonii Barat mencari pengobatan pada bidan karena bidan memberikan upaya pengobatan yang baik dengan resep obat yang lengkap selama kehamilan, adapun alasan yang mencari pengobatan pada dukun karena mereka meyakini dukun memiliki kelebihan untuk menyembuhkan penyakit melalui air yang di beri do‟a-do‟a, namun ada juga yang beranggapan penyakit pada saat hamil itu adalah bawaan hamil dan memutuskan tidak mencari pengobatan. Hasil penelitian yang dilakukan oleh Eryando (2007), bahwa responden yang menyatakan salah jika menderita sakit tetapi tidak bertindak atau tidak melakukan kegiatan apa-apa merupakan salah satu perilaku pencarian pengobatans ebanyak79 orang(57,2%). Responden yang menyatakan salah jika menderita sakit kemudian melakukan pengobatan sendiri merupakan salah satu perilaku pencarian pengobatan sebanyak71 orang(51,4%). Responden yang menyatakan salah jika menderita sakit kemudian berobat
109
kefasilitas-fasilitas pengobatan tradisional merupakan salah satu perilaku pencarian pengobatan sebanyak 74 orang
(53,6%). Responden yang
menyatakan salah jika menderita sakit kemudian membeli obat-obat kewarung merupakan salah satu perilaku pencarian pengobatan sebanyak 69 orang (50,0%). Responden yang menyatakan benar jika menderita sakit kemudian berobat kerumah sakit merupakan salah satu perilaku pencarian pengobatan sebanyak 72 orang (52,2%). Responden yang menyatakan benar jika menderita sakit kemudian berobat ke praktek dokter merupakan salah satu perilaku pecarian pengobatan sebanyak 73 orang (52,9%). Hasil penelitian Notosiswono dan Supardi (2005), dalam pencarian pengobatan menemukan pada masyarakat Ciwalen, Kab.Cianjur adalah melakukan pengobatan sendiri dengan alasan sakit ringan, hemat biaya, dan hemat waktu dan sebagai pertolongan pertama sebelum ke pelayanan kesehatan. Pencarian pengobatan oleh masyarakat terkait dengan respon seseorang apabila sakit serta membutuhkan pelayanan kesehatan. Respon tersebut antara lain tindakan mengobati sendiri, mencari pengobatan kefasilitas-fasilitas pengobatan tradisional, mencari pengobatan dengan membeli obat-obat ke warung-warung obat, mencari pengobatan ke fasilitas-fasilitas modern yang diadakan oleh pemerintah atau lembaga-lembaga kesehatan swasta, yang dikategorikan sakit,mencari
ke dalam balai pengobatan, puskesmas pengobatan
ke
fasilitas
pengobatan
dan
modern
selenggarakan oleh dokter praktek (MenurutNotoatmodjo,2007).
rumah yang
di
110
Akibat adanya perbedaan persepsi masayarakat tentang sehat sakit, perbedaan antara daerah satu dengan yang lain menyebapkan tindakan pengobatan oleh masyarakat daerah yang satu dengan yang lainnya juga berbeda. Berbagai variasi tindakan pengobatan bukan hanya dipengaruhi oleh faktor kelas sosial, perbedaan suku bangsa dan budaya juga dipegaruhi oleh tingkat pendidikan, jasmani dan geografi suatu daerah (Husaini, 2008). 4. Pola Makan (Pemenuhan Gizi Ibu Hamil) Permasalahan yang cukup besar pengaruhnya pada kehamilan adalah masalah gizi.Permasalahan gizi pada ibu hamil di Indonesia tidak terlepas dari faktor budaya setempat.Hal ini disebabkan karena adanya kepercayaankepercayaan
dan
pantangan-pantangan
terhadap
beberapa
makanan.
Kepercayaan bahwa ibu hamil dan post partum pantang mengkonsumsi makanan tertentu menyebabkan kondisi ibu post partum kehilangan zat gizi yang berkualitas. Sementara, kegiatan mereka sehari-hari tidak berkurang ditambah lagi dengan pantangan-pantangan terhadap beberapa makanan yang sebenamya sangat dibutuhkan oleh wanita hamil tentunya akan berdampak negatif terhadap kesehatan ibu dan janin (Peter Salker,2008). Pola makan ibu hamil adalah cara seseorang atau kelompok orang dalam memilih makanan dan memakannya sebagai tanggapan terhadap pengaruh fisiologi, psikologi budaya dan sosial. Pola makan yang baik akan cukup menyediakan gizi yang dibutuhkan untuk kesehatan kehamilan, dan
111
menguangi resiko lahirnya bayi cacat. Pola makan yang salah pada ibu hamil membawa dampak terhadap terjadinya gangguan gizi antara lain anemia, pertambahan berat badan kurang pada ibu hamil dan gangguan pertumbuhan janin (Anita, 2013). Hasil penelitian menunjukan bahwa budaya dalam mencari informasi makanan untuk pemenuhan gizi pada masyarakat pesisir Kecamatan Wawonii Barat
yaitu mereka mencari tahu dan memperoleh informasi terkait
makanan yang di anjurkan saat hamil
pada bidan karena masyarakat
pesisir Kecamatan Wawonii Baarat meyakini bahwa bidan mengetahui kebutuhan makanan yang harus dikonsumsi oleh ibu hamil dan bayi, adapun jenis makanan yang di anjurkan adalah mengonsumsi beraneka ragam makanan pada saat hamil baik dari sumber karbohidrat, buah-buahan, sayursayuran, sumber hewani dan rajin minum susu khusus untuk ibu hamil. Ibu hamil masyarakat pesisir Kecamatan Wawonii Barat juga sering bertanya dan mendapatkan informasi dari keluarga karena ibu hamil meyakini bahwa orang yang mereka tua kan sudah bepengalaman dan mengatahui akibat-akibat apabila ibu hamil memakan makanan yang tidak sesuai. Adapunn jenis makanan yang di anjurkan dari keluarga untuk ibu hamil tidak jauh berbeda dengan bidan, seperti sayur-sayuran, buah-buahan, kacangkacangan, ikan, daging, namun tidak semua jenis buah-buan yang di anjurkan menurut kepercayaan masyarakat pesisir Kecamatan Wawonii Barat jenis buah-buan yang tidak di anjurkan seperti durian akan membuat keguguguran dan pepaya akan membuat ibu sakit perut saat persalinan, tidak hanya dari
112
golongan nabati saja ada jenis makanan golongan hewani yang menurut mereka pantang untuk di makan seperti kepiting mereka percaya kalau ibu mengkonsumsi kepiting anak mereka akan nakal, udang karena mereka percaya pada persalinan bayinya maju mundur. Hal tersebut tidak jauh berbeda dengan hasil penelitian yang dilakukan oleh Nadiya mawaddah dan Hardinsyah (2008) bahwa hasil menunjukan makan yang dikonsumsi pada saat hamil 56% ibu yang mengonsumsi susu tiap hari, lebih separu ibu hamil mengonsumsi buah, (60%) dan sayur (69%) setiap hari. Sebagian besar (92%) ibu hamil mengonsumsi lauk seperti daging, ikan, atau telur setiap hari. Sebagian besar (78%) ibu hamil selalu minum tablet besi karena menurut mereka tablet besi bisa mengatsi anemia pada ibu hamil. Muh.Asryah Rahman (2013) dalam penelitiannya di Kecamatan Kajuarang juga mengungkapkan bahwa makanan yang dipantang ibu hamil dari golongan hewani adalah telur bebek, kepiting, udang, dan cumi-cumi. Sedangkan golongan nabati adalah nenas muda, pisang kembar, daun kelor, lombo sayur rebung, mangga macan, durian, terong dan tape. Hasil penelitian Bahar (2010), bahwa makanan yang dipantang oleh ibu hamil selama masa kehamilan terdiri atas golongan hewani, golongan nabati, dan gabungan keduanya (golongan nabati dan hewani). Selama kehamilan, biasanya si ibu akan melakukan berbagai upaya agar bayi dan ibunya sehat dan dapat bersalin engan selamat, normal dan tidak cacat. Sebagian masyarakat masih berpantang makanan-makanan tertentu,
113
walaupunn menurut kesehatan pantangan makanan tertentu tidak di benarkan apalagi kalau makanan tersebut bergizi, namun keluarga dengan tingkat pendidikan yang cukup tinggi, seiring dengan kemajuan jaman sudah banyak yang tidak mempercayai begitu. Kepercayaan masyarakat pesisir Kecamatan Wawonii Barat terhadap berbagai pantangan terhadap berbagai pantangan dananjuran di maksudkan sebagai upaya menjga kehamilan agar dapat berjalan lancer dan sehat sampai melahirkan. Walaupun menjalankan pantangan dan anjuran upaya lain nyang di lakukan dalam menjaga kehamilan adalah dengan mengkonsultasikan kepada tenaga kesehatan. Nampaknya dalam masa kehamilan yang di alami seorang wanita akan memasuki suasana kehidupan sehari-hari yang penuh dengan berbagai kepercayaan terhadap mitos atas kehamilannya.berupa anjuran dan pantangan. Mengonsumsi beraneka ragam makanan sengat diperlukan untuk menjaga kesehatan inu hamil dan untuk meningkatkan kesehatan janin, para informan telah mengonsumsi beraneka ragam makanan baik dari sumber hewani, karbohidrat, buah-buahan, sayur-sayuran, vitamin serta obat yang berasal dari pedagang keliling dan petugas kesehatan. Akan tetapi, terdapat pantangan-pantangan makanan yang masih dipercaya bisa membahayakan janin dan ibu hamil sendiri. Seperti pantangan terhadap pepaya, bertentangan dengan ilmu pengetahuan modern bahwa pepaya merupakan salah satu jenis buah yang mengandung vitamin C yang baik apabila di konsumsi oleh ibu hamil, tidak hanya dari golongan nabati golongan hewani, seperti udang dan
114
kepiting yang merka anggap merupakan makanan yang tidak boleh di makan selama hamil ini juga bertentangan dengan ilmu pengetahuan modern bahwa kepiting dan udang merupakan sumber zat besi yang baik untuk ibu hamil dan pencegah anemia pada ibu hamil. 5. Persalinan Persalinan
adalah
serangkaian
kejadian
yang
berakhir
dengan
penegluaran bayi cukup bulan atau bayi hampir cukup bulan, di susul dengan peneluaran plasenta dan selaput janin dari tubuh ibu. Masih menurutya, ada tiga jenis persalinan yaitu persalinan spontan, buatan dan persalinan anjuran (Ambar Dwi, 2011). Persalinan adalah proses yang fisiologis yang merupakan kejadian yang menakjubkan bagi seorang ibu dan keluaraga, pelaksanaan yang terampil dan hadal dari bidan serta dukungan terus menerus serta menghasilkan persalinan yang
sehat
dan
memuskan
dapat
memberikan
pengalaman
yang
menyenangkan. Sebagai bidan ibu akan mengandalkan pengetahuan, pengambilan keputusan dan dari apa yang di lakukan hal ini di maksudkan untuk mendukung ibu dan keluarag baik secara fisik dan emosional selama persalian dan kelahiran, mencegah diagnose yang tidak tepat deteksi dini dan penanganan omplikasi selama persalinan dan kelahiran merujuk ke fasiltas yang lebih lengkap bila terdeteksi komplikasi, memberikan asuhan yang akurat dengan meminimalkan intervensi, pencegahan inveksi yang aman untuk memperkecil resiko, pemberitahuan kepada ibu dan keluarga bila akan
115
di lakukan tindakan dan terjadi penyulit, memberikan asuhan bayi baru lahir secara tepat dan pemberian ASI sedini mungkin (Depkes, 2008). Hasil penelitian menunjukan bahwa budaya dalam mencari penolong persalinan pada masyarakat pesisir Kecamatan Wawonii Barat yaitu mereka mencari bidan dan dukun untuk membantu persalinannya adapun alasan masyarakat pesisir mencari penolong persalinan oleh bidan karena mereka percaya bidan telah memiliki pengetahuan terkait penolong persalinan
sedangkan
membantu
dalam
alasan
persalinann
mereka karena
memannggil dukun
di
dukun
untuk
percaya
dapat
membuatkan air yang di beri doa‟a dan di minum oleh ibu agar mudah dalam proses persalinan. Setelah persalinan selesai jasa dukun masih sangat di butuhkan oleh ibu nifas untuk di mandikan air panas guna untuk mengembalikan stamina pada ibu nifas. Adapun terkait Kecamatan
Wawonii
tempat persalinan pada masyarakat pesisir lebih
memilih
rumah
sebagai
tempat
persalinannya, karena rumah di anggap tempat paling aman dan nyaman sebagai tempat persalinan, alasan mereka tidak memanfaatkan Rumah Sakit
dan
Puskesmas
sebagi
tempat
persalinan
karena
bisa
mengeluarkan uang yang lebih lagi yang, masih bisa di gunakan untuk keperluan lainnya. Hal ini senada dengan hasil penelitian yang dilakukan oleh Nur Latifah Amilda (2010), bahwa 55.6% responden terjangkau aksesnya menuju sarana
116
kesehatan terdekat (bidan). Sedangkan 44.4% akses menuju sarana kesehatan tidak terjangkau.Sebagian besar responden yang tidak terjangkau aksesnya memilih dukun bayi untuk menolong persalinan. Responden yang memilih pertolongan persalinan oleh dukun bayi umumnya merupakan masyarakat yang jarak rumahnya menuju tempat dukun bayi lebih dekat sedangkan responden yang memilih pertolongan persalinan oleh bidan membutuhkan waktu yang lebih banyak untuk mendapatkan pelayanan karena jaraknya yang lebih jauh. Pertolongan persalinan yang tidak aman dan sehat oleh tenaga yang tidak professional dapat meningkatkan resiko komplikasi kehamilan dan persalinan berupa kematian ibu dan atau kematian bayi. Bisa jadi hal ini terjadi karena kurangnya wawasan dan pengetahuan ibu tentang metode persalinan sehat dan aman yang seharusnya menjadi pilihan utama mereka. Berdasarkan latar belakang masalah tersebut di atas, jelas bahwa derajat kesehatan yang diukur melalui indikator kesehatan ibu dan anak sangat ditentukan oleh faktor lingkungan sosial budaya, termasuk keberadaan persalinan dukun. Pada Masyarakat Pesisir Kecamatan Wawonii Barat sebagian besar lebih memilih bidan dalam perencanaan persalinan karena bidan dipercaya sudah memiliki pengalaman serta pengetahuan yang baik terhadap tindakan persalinan, akan tetapi karena persalinan yang tidak ditau kapan datangnya
117
biasanya ibu hamil memanggil dukun sebagai tenaga pada pertolongan persalinan. Pertolongan persalinan pada dukun itu terjadi ketika tidak adanya tenaga kesehatan yang siap siaga di tempat yang telah disediakan di tiap masingmasing desa, biasa persalinan terjadi pada waktu subuh sehingga pada saat itu keluarga panik bercampur dengan ketakutan yang amat dalam akan keselamatan ibu dan bayi yang dikandung dan memaksa keluarga untuk mencari pertolongan pada dukun. Menurut Farrer, H. (2001), pertolongan yang bersih dan aman oleh tenaga kesehatan dapat mencegah kematian meternal. Tenaga kesehatan profesional memegang peranan penting untuk meningkatkan pelayanan kesehatan yang menyeluruh dan bermutu ditengah masyarakat sehingga mewujudkan Indonesia sehat.Adanya pertolongan persalinan oleh tenaga kesehatan. Andersen dan Notoatmodjo 2007, menyatakan bahwa masyarakat memiliki aspek budaya berpengaruh kuat terhadap prilaku dalam pencarian pelayanan kesehatan. Petugas yang memberikan pelayanan kesehatan perlu menyadari
pentingnya aspek itu sehingga mereka dapat memberikan
pelayanan yang sesuai dan diterima oleh masayarakat. Menurut peranan dukun beranak sangat sulit ditiadakan karena masih mendapatkan kepercayaan masyarakat dan tenaga terlatih yang masih belum mencukupi .Dukun diterima oleh masyarakat karena mereka merupakan bagian dari sosio keltural setempat, dengan demikian kerjasama antara dukun dan petugas kesehatan
118
setempat diperlukan untuk menjembatangi kesenjangan antara dua budaya yang berbeda.
117
V. PENUTUP A. Kesimpulan Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan tentang Pola Pencarian Pelayanana Kesehatan Ibu Hamil Berdasarkan Aspek Sosial dan Budaya Masyarakat Wilayah Pesisir Kecamatan Wawonii Barat Kabupaten Konawe Kepulauan Tahun 2015 dapat disimpulkan yang menjadi variabel penelitian sebagai berikut : 1. Sosial Masyarakat. Pola Pencarian Pelayanan Kesehatan Ibu Hamil berdasarkan aspek sosial masyarakat
yaitu
sebagian
besar
informan
memilih
jasa
pelayanan
kesehatan.Hal tersebut di pengaruhi oleh pendapatan keluarga yang cukup,dukungan keluarga terutama suami dan keluarga terdekat lainya, pengetahuan dan sikap yang cukup dan baik dari informan mengenai pentingnya dalam memanfaatkan pelayanan kesehatan yang ada dan layak, baik mulai dari pemeriksaan kehamilan, perawatan kehamilan, pengobatan, pola makan dalam pemenuhan gizi ibu hamil sampai persalinan. 2. Budaya Masyarakat Pola Pencarian Pelayanan Kesehatan Ibu Hamil berdasarkan aspek budaya masyarakat di Wilayah Pesisir Kecamatan Wawonii Barat Kabupaten Konawe Kepulauan Tahun 2015 yaitu sebagian besar informan dalam melakukan pencarian terhadap pelayanan kehamilan informan memilih kombinasi antara tenaga profesional yakni bidan dan tenaga tradisional yakni dukun.
117
Hal tersebut di pengaruhi oleh semakin majunya perkembangan zaman dari budaya lama yang hanya memanfaatkan jasa dukun mulai bergeser menuju ke budaya campuran dengan mulai memanfaatkan jasa pelayanan kesehatan yang ada, dengan memilih melakukan kolaborasi antara tenaga profesional dan tenaga tradisional. Jadi dengan memilih kolaborasi maka budaya lama sudah mulai bergeser mengarah kebudaya campuran. Semakin bagus serta banyaknya pemanfaatan pelayanan kesehatan yang ada dan layak dengan mengetahui bahwa tenaga profesional lebih bagus untuk ibu hamil dalam melakukan pemeriksaan kehamilan sampai masa persalinan, dan mulai memanfaatkan
pelayanan
kesehatan
sepenuhnya
dengan
mengurangi
memanfaatkan tenaga tradisional maka budaya campuran akan bergeser menuju budaya modern. B. Saran Berdasarkan kesimpulan di atas maka saran yang dapat diberikan adalah sebagai berikut : 1. Bagi pihak puskesmas perlu meningkatkan lagi penyuluhan tentang pelayanan antenatal care yang lengkap kepada masyarakat dan juga memberikan pelatiahan-pelatihan kepada dukun agar dapat membantu ibu bersalin dengan baik dan sesuai dengan standar kesehatan, selain itu adanya peraturan yang tegas dari pihak puskesmas untuk megharuskan tenaga kesehatan seperti bidan untuk tinggal di daerah tempat dia bertugas,serta peningkatan fasilitas kesehatan terutama di wilayah pesisir juga perlu
dilakukan karena wilayah pesisir merupakan daerah yang rentan dengan masalah kesehatan karena aksesnya yang sulit. 2. Bagi Ibu Hamil untuk senatiasa memeriksakan kehamilan pada petugas kesehatan dan sesuai dengan ketentuan pelayanan antenatal care yang ada. 3. Bagi dukun agar meningkatkan kerjasama dengan bidan melalui program kemitraan bidan dan dukun serta tidak sungkan jika harus mendapatkan pelatihan dari pihak kesehatan terkait dengan pelayanan pada ibu hamil. 4. Bagi Peneliti selanjutnya agar lebih mendalami penelitian ini dengan sungguh-sunguh dan bisa lebih menambah wawasan dalam meningkatkan pencarian pelayanan kesehatan.
DAFTAR PUSTAKA Badan Penelitian dan Pengembangan Kesehatan Kementrian Kesehatan RI, 2013, Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas 2013), Kementrian Kesehatan Republik Indonesia, Jakarta. Beny.(2008). Pola Asuh Anak pada Etnik Mandar, Studi Budaya Lokal Dengan Pendekatan Etnometodologi, Interaksi Simbolik, Dan Analogi Model Kasper Pada Pengasuhan Anak.Disertasi. Brown. (2007). Introducation : normal pregnancy, labour and delivery, 15 Mei 2015.
Merk
manualURL.:http/marck.com/mmpk/sec
18/sch260/ch260a html. Bungin.2003.Analisis Data Penelitian Kualitatif,Pemahaman
Filosofis dan
Metodologis ke Arah Penguasaan Model Aplikasi.Jakarta: PT.Raja Grafindo Persada. Cunningham,M,D. 2005. Obstetri William. Jakarta : EGC Departemen Kesehatan RI. (2010). Antenatal Care dan kesehatan ibu dan anak. Tiga Utama : Jakarta. Depkes RI. 2009. Prinsip Pengelolaan Progam KIA. Jakarta : Depkes RI Joko Sutrisno.2013.Pemecahan Masalah sebagai Tujuan dan proseses dalam Pembelajaran Matematika. Jurnal.Bandar Lampung : Lentara Jurnal Kependidikan.hhttp://lentarastkippgrib.com/2013/02/pemecahanmasalah sebagai-masalah-tujuan-dan.html diakses tanggal
1 Juni
2015. Kemenkes RI. (2013). Profil Kesehatan Indonesia 2012. Kemenkes 2012. Kemenkes RI. 2013. Bantuan Operasional Kesehatan. Jakarta : Kemenkes RI
Koentjaraningrat. (2002). Pengantar Antropologi I. Rineka Cipta :Jakarta. MochtarR.(2004),Sinopsis Obstetri Fisiologi Patologi,Edisi III,EGC,Jakarta. Muis, F. (2013).Kualitas Pelayanan Persalinan di Jawa Tengah : Studi di Kotamadya Semarang. Laporan Penelitian. Pusat Penelitian Kesehatan dan Pusat Studi Wanita. Lemlit Undip. Semarang Nessy Ratna 2014.Tingkat Pengetahuan Ibu Hamil Primigravida Tentang Kebutuhan Gizi Selama Kehamilan di BPS Suminten Mantingan Ngawi Notoatmodjo, S. 2007. Promosi Kesehatan dan Ilmu Perilaku. Jakarta : Rineka Cipta. _____________. (2013). Pengantar Antropologi jilid 2. Rineka Cipta :Jakarta Novia Nutriani.2014.Tingkat Pengetahuan Ibu Hamil Tentang Asupan Nutrisi Selama Kehamilan di BPS Kade Seni Tanon Sragen Paulus.(2007).
Kebudayaan
dan
Kesehatan;
Pengembangan
Pelayanan
Kesehatan Primer Melalui Pendekatan Sosial Budaya.Megapoin :Jakarta. Prasetyawati. (2012). Model Sosial dan Pemilihan Dukun Dalam Peroses Persalinan: Apakah Relevan.Makara.Kesehatan.Vol. 14. No. 1 Juni 2012 (11-16) Pusdiknas.2003.Kurikulum 2004 Standar Kompetensi Sekolah Dasar .Jakarta: Depdiknas. Puskesmas Wawoni Barat (2013). Data Profil Puskesmas Wawoni. Kabupaten Konawe Kepulauan. Riskesdas (2013). Angka Kematian Ibu Hamil, http://www.rikesda.go.id. Diakses Tanggal 8 Maret 2015
Sarwono.(2002). Sosiologi kesehatan.Beberapa konsep beserta aplikasinya. Gajah Mada University Press :Yogyakarta. Survei
Demografi
dan
Kesehatan
Indonesia
(SDKI).
(2012).Prevalensi
Hipertensi.Diaksestanggal23Agustus2013.Dari: http://surveidemografidankesehatanindonesiaSDKI.com. Yayuk.(2004). Ilmu Perilaku Kesehatan, Yayasan PK-3 :Makassar. Aryastami, N.K., Tarigan I.U., 2012. Perilaku Ibu Hamil Dalam Memeriksakan Kehamilan Trimester Pertama Di Puskesmas Pasanggrahan Jakarta Selatan.Buletin Penelitian Sistem Kesehatan Vol. 15 No. 1 Januari 2012; 11-19, diakses tanggal 12 Februari 2015. Budiarto, E. 2001.Biostatistika Untuk Kedokteran dan Kesehatan Masyarakat. Jakarta: Agung Ceto Depkes RI.,2009. Profil Kesehatan Indonesia Tahun 2008. Jakarta. Dever G A, 2004.
EPIDEMIOLOGY IN Health Services Management An Aspen
Publication, Roovile Maryland. Dian Pratitis, Kamidah. 2013. Hubungan Antara Pengetahuan Ibu Hamil Tentang Tanda Bahaya Kehamilan Dengan Kepatuhan Pemeriksaan Kehamilan Di BPS Ernawati Boyolali.Stikes Aisyiyah Surakarta.GASTER Vol.10 No. 2 Agustus 2013. Direktorat Jenderal Bina Gizi dan KIA. 2013. Rencana KerjaPembinaan Gizi Masyarakat Tahun 2013. Kementerian Kesehatan RI. Jakarta. Erlina,
R.,Larasati,
TA.,
Mempengaruhi
Ibu
Kurniawan, Hamil
B.
Terhadap
Kehamilan Di Puskesmas Rawat Inap
2013.Faktor-Faktor Kunjungan
yang
Pemeriksaan
Notoatmodjo,
S.
2003.
Prinsip-prinsip
Dasar
Ilmu
Kesehatan
Masyarakat.Cetakan Kedua. PT. Rineka Cipta. Jakarta .2007, Promosi Kesehatan& Ilmu Perilaku, Rineka Cipta, Jakarta.
Prawirohardjo, S. 2009. Ilmu Kebidanan. Penerbit Yayasan Bina Pustaka Sarwono Prawirohardjo. Jakarta. Prasetyawati, 2012.Jalanan terjal menurunkan angka kematian ibu. Di akses tanggal 15 maret 2015 Prof.Dr.Sugiono. 2004. Metode Penelitian Bisnis. Alvabeta, CV. Bandung Riskesdas, 2013.Laporan Hasil Riset Kesehatan Dasar Indonesia Tahun 2013. Departemen Kesehatan RI. Jakarta. Soekanto Soejorno, 2006. Sosiologi Suatu Pengantar, PT.Rajagrafindo Perdasa, Jakarta. Stoppard, M, 2009. Buku Paduan Lengkap kehamilan dan persalinan Modern. Yogyakarta: Media Abadi. Sudarman Momon, 2008. Sosiologi Untuk Kesehatan.Salemba Medika, Jakarta. Sulistyawati, A, 2009.Asuhan Kebidanan pada Masa Hamil. Jakarta: Salemba Medika Sunyoto, Suyanto. 2011. Analisis Regresi dan Uji Hipotesis . Yogyakarta: Caps
Lampiran 1
a. Sarana dan Prasarana Kesehatan Data Sarana dan Prasarana Kesehatan Kecamatan Wawonii Barat JENIS SARANA DAN
JUMLAH
PRASARANA
(UNIT/BUAH)
KETERANGAN
1.
Puskesmas Induk
1
Terpakai
2.
Pustu
1
Terpakai
3.
Polindes
1
Terpakai
3
Terpakai
NO.
Jumlah
Sumber : Profil Kecamatan Wawonii Barat tahun 2014
Lampiran 2 b. Sarana Pendidikan Data Sarana Pendidikan di Kecamatan Wawonii Barat No
Jenis Sarana Sosial
Jumlah
Keterangan
Sarana Pendidikan Terdiri Dari : 1
Taman Kanak-Kanak
2
Terpakai
2
Sekolah Dasar
10
Terpakai
3
Sekolah Menengah Pertama
3
Terpakai
4
Sekolah Menengah Atas/SMK
2
Terpakai
17
Terpakai
Jumlah
Sumber : Profil Kecamatan Wawonii Barat tahun 2014
Lampiran 3
c. Tenaga Kerjaan Distribusi Tenaga Kesehatan (PNS/Tenaga Honorer ) Kecamatan Wawonii Barat No
Ketersediaan Tenaga Kesehatan
Jumlah
Keterangan
1.
Dokter Umum
1
Terpakai
2.
S1 kesmas
6
Terpakai
3.
D3 kebidanan
20
Terpakai
4.
S1 keperawatan
6
Terpakai
5.
Jumlah Tenaga Medis Lainnya
23
Terpakai
56
Terpakai
Jumlah Sumber : Profil Kecamatan Wawonii Barat tahun 2014
Lampiran 4 LEMBAR PERSETUJUAN MENJADI RESPONDEN
Saya yang bertanda tangan di bawah ini bersedia untuk turut berpartisipasi untuk menjadi responden penelitian yang di lakukan oleh mahasiswi jurusan
Administrasi Kebijakan Kesehatan Fakultas Kesehatan Masyarakat
Universitas Halu Oleo yang bernama Ulky Sara (F1D2 11 131) dengan judul “ Pola Pencarian Pelayanan Kesehatan Ibu Hamil Berdasarkan Aspek Sosial dan Budaya Masyarakat Di Wilayah Pesisir Kecamatan Wawonii Barat Kabupaten Konawe Kepulauan Tahun 2015” Saya menjadi responden tanpa paksaan dari pihak mana pun karena saya mengetahui bahwa keikut sertaan dan keterangan yang saya berikan sangat besar manfaatnya bagi kelanjutan penelitian. Demikian surat persetujuan ini saya buat untuk di pergunakan sebagai mana mestinya.
Kenadri,
September 2015
Informan
Lampiran 5 KUESIONER STUDI PENCARIAN PELAYANAN KESEHATAN IBU HAMIL BERDASARKAN ASPEK SOSIAL DAN ASPEK BUDAYA DI WILAYAH PESISIR KECAMATAN WAWONII BARAT KABUPATEN KONAWE KEPULAUANTAHUN 2015 I.
Identitas Responden
Nomor Responden
1. Nama
:
2. Alamat
:
3. Umur
:
4. Agama
:
5. Suku
:
:
6. Pendidikan Terakhir : 7. Pekerjaan II.
:
Variabel Sosial ( Independen ) A. Pendapatan Petunjuk : pilihlah salah satu jawaban yang paling sesuai dengan keadaan anda dengan memberi tanda ceklist (√) pada kolom yang tersedia 1. Berapa penghasilan keluarga anda dalam sebulan ? a. < Rp. 1. 652.000 b. ≥ Rp. 1.652.000 2. Apakah penghasilan dalam keluarga anda cukup untuk melakukan pemeriksaan kehamilan ? a. Ya b. Tidak
3. Apakah penghasilan dalam keluarga anda cukup untuk melakukan perawatan kehamilan ? a. Ya b. Tidak 4. Apakah penghasilan dalam keluarga anda cukup untuk melakukan pengobatan pada saat hamil? a. Ya b. Tidak 5. Apakah penghasilan dalam keluarga anda cukup untuk memenuhi kebutuhan makanan yang di anjurkan pada saat hamil ? a. Ya b. Tidak 6. Apakah penghasilan dalam keluarga anda cukup untuk biaya persalinan ? a. Ya b. Tidak B. Pengetahuan Pilihlah salah satu jawaban yang menurut anda benar dengan memberikan tanda ceklis (√). No 1
Pengetahuan Pemeriksaan
kehamilan
berguna
Benar untuk
mendeteksi secara dini kelainan bayi dalam kandungan dan mendeteksi kemungkinan terjadinya resiko-resiko kehamilan. 2
Pemeriksaan kehamilan oleh dukun dan tenaga kesehatan tidak ada bedanya.
3
Perawatan kehamilan dilakukan supaya persalinan dapat berlangsung dengan aman
4
Dukun adalah orang yang berkompeten dalam merawat kehamilan
5
Bila ada keluhan yang di rasakan,ibu hamil
Salah
sebaiknya
memeriksakan
kehamilannya
pada petugas kesehatan 6
Dukun adalah orang yang tepat mencari alternatif pengobatan pada saat kandungan ibu hamil sakit
7 8
9
10
Ibu hamil sebaiknya mengkonsumsi makanan yang sehat dan gizi seimbang Orang yang tepat mendapatkan informasi tentang makanan yang boleh di makan dan tidak boleh di makan adalah dukun Penolong persalinan adalah petugas kesehatan yang sudah mendapat pendidikan khusus. Penolong persalinan adalah yang biasa menggunakan jampi-jampi
C. Sikap Petunjuk :pilihlah salah satu jawaban yang paling sesuai dengan keadaan anda
dengan
memberi
tanda
tersediaKeterangan : Setuju Kurang Setuju Tidak Setuju No
Pernyataan
1
orang
pertama
yang
(√)
ceklist
pertama
yang
saya
cari
untuk
saya
cari
untuk
orang pertama yang saya cari untuk merawat kehamilan saya adalah petugas kesehatan
4
orang pertama yang saya cari untuk merawat kehamilan saya adalah petugas kesehatan
5
orang
pertama
yang
KS
: TS
memeriksakan kehamilan adalah dukun 3
S
yang
: KS
kesehatan orang
kolom
:S
memeriksakan kehamilan adalah petugas
2
pada
saya
cari
untuk
TS
pengobatan ketika sakit saat saya hamil adalah petugas kesehatan 6
orang
pertama
yang
saya
cari
untuk
pengobatan ketika sakit saat saya hamil adalah petugas kesehatan 7
orang
pertama
yang
saya
cari
untuk
memberikan informasi makanan yang di anjurkan dan tdak di anjurkan adalah petugas kesehatan 8
orang
pertama
yang
saya
cari
untuk
memberikan informasi makanan yang di anjurkan dan tdak di anjurkan adalah petugas kesehatan 9
Orang pertama yang saya cari untuk penolong persalinan saya adalah petugas kesehatan
10
Orang pertama yang saya cari untuk penolong persalinan saya adalah dukun
D. Dukungan Keluarga Petunjuk : pilihlah salah satu jawaban yang paling sesuai dengan keadaan anda dengan memberi tanda silang (x) pada kolom yang tersedia 1. Apakah anggota keluarga ibu mendukung dalam pencarian pelayanan kesehatan pada saat hamil ? a. Ya
b. Tidak (jika tidak lanjut ke E)
2. Siapakah anggota keluarga ibu yang mendukung dalam pencarian pelayanan kesehatan pada saat hamil? a. Orang Tua (Ayah/Ibu) b. Mertua c. Suami d. Saudara
e. Lain-lain………………………...(sebutkan) 3. Kemana anggota keluarga ibu mendukung untuk melakukan pemeriksaan kehamilan ? a. Ke petugas kesehatan b. Ke dukun c. Gabungan a & b 4. Bagaimana bentuk dukungan anggota keluarga dalam mencari pelayanan kesehatan pada saat hamil? a. Mengantar ke pelayanan kesehatan b. Selalu mengingatkan c. Memberikan dana d. Lain-lain……..................…..(sebutkan) E. Pengambil Keputusan Petunjuk : pilihlah salah satu jawaban yang paling sesuai dengan keadaan anda dengan memberi tanda silang (x) pada kolom yang tersedia 1. Siapa yang mengambil keputusan untuk memeriksakan kehamilan? a. Diri Sendiri b. Suami c. Keluarga Terdekat (Orang Tua, Mertua, Saudara) 2. Siapa yang mengambil keputusan untuk melakukan perawatan kehamilan ? a. Diri Sendiri b. Suami c. Keluarga Terdekat (Orang Tua, Mertua, Saudara) 3. Siapa yang mengambil keputusan mengenai tempat pengobatan yang harus dikunjungi saat ibu sakit ketika hamil ? a. Diri Sendiri b. Suami c. Keluarga Terdekat (Orang Tua, Mertua, Saudara)
4. Siapa yang mengambil keputusan mengenai tempat yang harus dikunjungi untuk mencari informasi mengenai makanan yang boleh dan tidak boleh dikonsumsi ketika hamil ? a. Diri Sendiri b. Suami c. Keluarga Terdekat (Orang Tua, Mertua, Saudara) 5. Siapa yang mengambil keputusan dalam pemilihan penolong persalinan ? a. Diri Sendiri b. Suami c. Keluarga Terdekat (Orang Tua, Mertua, Saudara)
III. Variabel Budaya 1. Kemana mencari pelayanan pemeriksaan kehamilan ? a. Tenaga profesional b. Tenaga tradisional c. Kolaborasi tenaga profesional & tenaga tradisional 2. Kemana mencari pelayanan perawatan kehamilan ? a. Tenaga profesional b. Tenaga tradisional c. Kolaborasi tenaga profesional & tenaga tradisional 3. Kemana mencari pelayanan pengobatan ? a. Tenaga profesional b. Tenaga tradisional c. Kolaborasi tenaga profesional & tenaga tradisional 4. Kemana mencari pelayanan informasi makanan ? a. Tenaga profesional b. Tenaga tradisional c. Kolaborasi tenaga profesional & tenaga tradisional
5. Kemana mencari pelayanan persalinan ? a. Tenaga profesional b. Tenaga tradisional c. Kolaborasi tenaga profesional & tenaga tradisional Lampiran 6 PENJELASAN UNTUK MENJADI SUBJEK PENELITIAN
Kepada Yth. Ibu/Sdra/i di Tempat Dengan hormat, Dengan segala kerendahan hati, kami mohon kesediaan Ibu/Sdara/i untuk menjadi subjek penelitian kami yang berjudul Studi Pencarian Pelayanan Kesehatan Ibu Hamil Berdasarkan Aspek Soial dan
Budaya Masyarakat di
Wilayah Pesisisr Kecamatan Wawonii Barat Kabupaten Konawe Kepulauan Tahun 2015 mohon kesediaan Ibu/Sdra/i menjawab pertanyaan dengan jujur, tanpa ada paksaan dari siapapun dan tanpa ada praduga. Semua informasi dan jawaban yang kami dapatkan semata-mata untuk kepentingan penelitian. Untuk itu, kami akan menjamin kerahasiaan jawaban lbu/Sdra/i. Atas kerelaan dan kesediaan lbu/Sdra/i meluangkan waktu menjawab pertanyaan yang ada dalam daftar isian ini, kami sampaikan banyak terimakasih.
Hormat saya, Peneliti,
Ulky Sara
Lampiran 7 LEMBAR PERSETUJUAN INFORMAN
Nama
:
Umur
:
Suku
:
Agama
: Saya Yang Bertanda Tangan Di Bawah Ini Bersedia Untuk Turut
Berpartisipasi Untuk Menjadi Responden Penelitian Yang di Lakukan Oleh Mahasiswi Jurusan Administrasi Kebijakan Kesehatan Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Halu Oleo Yang Bernama Ulky Sara (F1D2 11 131) DenganJudul “ Pola Pencarian Pelayanan Kesehatan Ibu Hamil Berdasarkan Aspek Sosial dan Budaya Masyarakat Di Wilayah Pesisir Kecamatan Wawonii Barat Kabupaten Konawe KepulauanTahun 2015”. Saya Menjadi Informan Tanpa Paksaan Dari Pihak Manapun Bahwa Saya Mengetahui Bahwa Keikut Sertaan Dan Keterangan Yang Saya Berikan Sangat Besar Manfaatnya Bagi KelanjutanPenelitian. Demikian Surat Persetujuan Ini Saya Buat Untuk Di Pergunakan Sebagai Mana Mestinya.
Konawe Kepulauan
Informan
Lampiran 8 PEDOMAN WAWANCARA (Informan Kunci)
A. Variabel Sosial 1. Penghasilan Apakah penghasilan keluarga ibu cukup untuk membiayai pemeriksaan kehamilan hingga pada saat persalinan? (Alasan) 2. Pengetahuan Apa yang ibu ketahui tentang tanda awal kehamilan ? Menurut ibu apa yang akan terjadi jika pemeriksaan dan perawatan kehamilan di lakukan oleh bukan tenaga kesehatan ? 3. Sikap Menurut ibu dimana sebaikanya melakukan pemeriksaan kehamilan, perawatan hingga persalinan ? (Alasan ) 4. Dukungan Keluarga Siapa yang mendukung ibu dalam melakukan pemeriksaan kehamilan, perawatan kehamilan, hingga pada saat persalinan ? Kemana ibu didukung ? Bagaimana bentuk dukungannya ? 5. Pengambilan keputusan Siapa yang mengambil keputusan dalam memilih tenaga pemeriksa kehamilan, tenaga perawatan kehamilan, hingga penolong persalinan ?
Kemana diputuskan untuk memeriksaan kehamilan, merawat, hingga pada saat persalinan ? B. Variabel Budaya (Informan Kunci) 1. Menurut pengamatan anda kemana ibu hamil mencari pemeriksaan kehamilannya ? 2. Menurut pengamatan anda kemana ibu hamil mencari perawatan kehamilannya ? 3. Menurut pengamatan anda kemana ibu hamil mencari pengobatan ketika ibu hamil sakit ? 4. Menurut pengamatan anda di mana mereka mencari informasi makananan yang baik di konsumsi saat hamil ? 5. Menurut pengamatan anda siapa yang ibu haimil cari sebagai penolong persalinan ? (Informan Biasa) 1. Kemana mencari pemeriksaan kehamilan ? 2. Kemena mencari perawatan kehamilan? 3. Kemana mencari pengobatan saat sakit ketika hamil ? 4. Kemana mencari informasi makanan yang baik di konsumsi ketika hamil? 5. Kemana mencari penolong persalinan ?
Lampiran 9
Master Tabel Penelitian Pola Pencarian Pelayanan Kesehatan Ibu Hamil Berdasarkan Aspek Sosial Dan Budaya Masyarakat Wilayah Pesisir Kecamatan Wawonii Barat Kabupaten Konawe Kepulauan Tahun 2015
No.
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10. 11 12 13
Nama
Ny.Masrianti Ny.Husna Ny.Ratna Sari Ny.Ayu Ny.Anti Ny.Ristanti Ny.Suniati Ny.Husrianti Ny.Suhartina Ny.Nasriah Ny.Adenafari Ny.Suniarti Ny.Jihan
Umur (tahun)
Pekerjaan
Pendidikan Terakhir
Alamat
Agama
Suku
Pendapatan
24 38 23 17 18 18 28 20 32 34 24 28 30
IRT IRT IRT IRT IRT IRT IRT IRT PNS IRT Pedagang Pedagang Pedagang
Tamat SD Tamat SD Tamat SD Tamat SD Tamat SD Tamat SMA Tamat SMA Tamat SMA Perguruan Tinggi Tamat SMA Tamat SMA Tamat SMP Tamat SMA
L.Bajo L.Bajo L.Bajo L.Bajo L.Bajo L.Bajo L.Bajo L.Bajo L.Indah L.Indah L.Indah L.Indah L.Indah
Muslim Muslim Muslim Muslim Muslim Muslim Muslim Muslim Muslim Muslim Muslim Muslim Muslim
Bajo Bajo Wawonii Bajo Bajo Bajo Bajo Bajo Tolaki Wawonii Jawa Bajo Muna
Cukup Kurang Kurang Kurang Kurang Kurang Kurang Kurang Cukup Kurang Cukup Cukup Kurang
14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 26 27 28 29 30 31 32 33 34
Ny.Nur Ny.Tie Ny.Siah Ny.Murti Ny.Sisna Ny.Dewi Ny.Rena Ny.Ramah Ny.Anisa Ny.Nul Ny.Nursintan Ny.Suniati Ny.Rema Ny.Nuriani Ny.Marnia Ny.Eem Ny.Risda Ny.ST.Ria Ny.Jinan Ny.Ani Ny.Rui
24 28 19 20 18 21 30 20 20 25 30 27 30 30 25 20 26 27 25 23 22
IRT IRT IRT IRT IRT IRT IRT IRT IRT Pedagang IRT IRT IRT IRT IRT IRT IRT IRT IRT IRT IRT
Tamat SMP Tamat SMA Tamat SMA Tamat SMP Tamat SMP Tamat SMP Tamat SD Tamat SMP Tamat SMA Tamat SMA Tamat SMA Tamat SMP Tamat SMA Tamat SMP Tamat SD Tamat SD Tamat SD Tamat SMP Tamat SD Tamat SMP Tamat SMP
L.Indah L.Bajo L.Indah L.Indah L.Indah L.Indah L.Bajo L.Indah L.Indah L.Bajo L.Bajo L.Bajo L.Bajo L.Bajo L.Indah L.Bajo L.Indah L.Bajo L.Bajo L.Indah L.Indah
Muslim Muslim Muslim Muslim Muslim Muslim Muslim Muslim Muslim Muslim Muslim Muslim Muslim Muslim Muslim Muslim Muslim Muslim Muslim Muslim Muslim
Muna Tolaki Muna Bajo Bajo Muna Tolaki Bajo Wawonii Tolaki Muna Muna Tolaki Bajo Wawonii Wawonii Tolaki Muna Tolaki Bajo Tolaki
Cukup Kurang Cukup Kurang Cukup Cukup Cukup Kurang Kurang Kurang Kurang Kurang Kurang Kurang Kurang Kurang Kurang Kurang Cukup Kurang Kurang
Lanjutan
No.
Dukungan Keluarga
Umur (tahun)
Sikap
Ny.Masrianti Ny.Husna Ny.Ratna Sari Ny.Ayu Ny.Anti Ny.Ristanti Ny.Suniati Ny.Husrianti Ny.Suhartina Ny.Nasriah Ny.Adenafari Ny.Suniarti Ny.Jihan Ny.Nur Ny.Tie Ny.Siah Ny.Murti
24 38 23 17 18 18 28 20 32 34 24 28 30 24 28 19
Nama
Apakah di dukung
Siapa yg Mendukung
Kemana di Dukung
Bagaimana Bentuk
Positif Positif Positif Positif Positif Positif Positif Positif Positif Negatif Positif Positif Positif Positif Positif Positif
Ya Ya Ya Ya Ya Ya Ya Ya Ya TIDAK Ya Ya Ya Ya Ya Ya
Suami Suami Suami Orang Tua Orang Tua Orang Tua Suami Mertua Suami
Nakes Nakes & Dukun Nakes & Dukun Nakes & Dukun Nakes & Dukun Nakes & Dukun Nakes & Dukun Nakes & Dukun Nakes
Mengingatkan Mengingatkan Mengingatkan Mengantar Memberi Dana Memberi Dana Mengantar Memberi Dana Mengantar
Suami Orang Tua Suami Orang Tua Orang Tua Suami
Nakes Nakes Nakes Nakes Nakes & Dukun Nakes
Mengantar Memberi Dana Mengingatkan Mengingatkan Mengantar Mengantar
20
Positif
Ya
Mertua
Nakes
Mengingatkan
18
Positif
Ya
Suami
Nakes
Mengingatkan
19
Ny.Sisna Ny.Dewi
21
Positif
Ya
Saudara
Nakes & Dukun
Mengantar
20 21
Ny.Rena Ny.Ramah
30 20
Positif Positif
Ya Ya
Mertua Suami
Nakes Nakes
Mengantar Mengantar
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18
22
Ny.Anisa
20
Positif
Ya
Mertua
Nakes
Mengantar
23
Ny.Nul
25
Positif
Ya
Suami
Nakes
Memberi Dana
24 25 26 27 28 29
30 27 30 30 25 20
Positif Positif Positif Positif Positif Positif
Ya Ya Ya Ya Ya Ya
Suami Suami Suami Orang Tua Orang Tua Orang Tua
Nakes Nakes & Dukun Nakes Nakes & Dukun Nakes & Dukun Nakes & Dukun
Mengantar Memberi Dana Mengingatkan Mengingatkan Mengingatkan Memberi Dana
30
Ny.Nursintan Ny.Suniati Ny.Rema Ny.Nuriani Ny.Marnia Ny.Eem Ny.Risda
26
Positif
Ya
Orang Tua
Dukun
Mengingatkan
31 32 33 34
Ny.ST.Ria Ny.Jinan Ny.Ani Ny.Rui
27 25 23 22
Positif Positif Positif Negatif
Ya Ya Ya TIDAK
Orang Tua Orang Tua Saudara
Nakes & Dukun Nakes Nakes & Dukun
Mengantar Memberi Dana Memberi Dana
Lanjutan
No.
1 2 3 4 5 6 7
Nama Ny.Masrianti Ny.Husna Ny.Ratna Sari Ny.Ayu Ny.Anti Ny.Ristanti Ny.Suniati
Umur (tahun) 24 38 23 17 18 18 28
Pengambilan Keputusan Pemeriksaan
Perawatan
Pengobatan
Makanan
Persalinan
Suami Suami Diri sendiri Orang tua Suami Orang tua Diri Sendiri
Suami Suami Suami Orang tua Suami Orang tua Diri Sendiri
Suami Suami Suami Orang tua Suami Orang tua Diri Sendiri
Suami Suami Orang tua Orang tua Suami Orang tua Diri Sendiri
Suami Suami Suami Orang tua Suami Orang tua Diri Sendiri
Ny.Husrianti Ny.Suhartina Ny.Nasriah Ny.Adenafari Ny.Suniarti Ny.Jihan Ny.Nur Ny.Tie Ny.Siah Ny.Murti
20 32 34 24 28 30 24 28 19
Diri Sendiri Diri Sendiri mertua Diri Sendiri Orang tua Diri Sendiri Orang tua Diri Sendiri Orang tua
Diri Sendiri Diri Sendiri Saudara Diri Sendiri Orang Tua Mertua Orang Tua Diri Sendiri Diri Sendiri
Diri Sendiri Diri Sendiri Suami Diri Sendiri Orang Tua Suami Orang Tua Diri Sendiri Orang tua
Diri Sendiri Diri Sendiri Orang Tua Suami Orang Tua Diri sendiri Orang Tua Diri Sendiri Orang tua
Diri Sendiri Diri Sendiri Suami Diri Sendiri Orang Tua Orang Tua Orang Tua Diri Sendiri Orang tua
20
Diri Sendiri
Diri Sendiri
Diri Sendiri
Diri Sendiri
Diri sendiri
Ny.Sisna Ny.Dewi
18
Suami
Suami
Suami
Suami
Suami
21
Diri Sendiri
Mertua
Mertua
Mertua
Saudara
30 20
Diri Sendiri Suami
Diri Sendiri Diri Sendiri
Mertua Suami
Mertua Suami
Suami Suami
22
Ny.Rena Ny.Ramah Ny.Anisa
20
Diri Sendiri
Diri sendiri
Suami
Suami
Suami
23
Ny.Nul
25
Suami
Diri sendiri
Diri sendiri
Suami
Suami
24 25 26 27 28 29
30 27 30 30 25 20
Suami Suami Suami Orang tua Suami Suami
Suami Suami Suami Diri sendiri Suami Diri Sendiri
Diri Sendiri Suami Suami Suami Suami Diri sendiri
Suami Diri Sendiri Suami Suami Suami Suami
Suami Suami Suami Suami Suami Suami
30
Ny.Nursintan Ny.Suniati Ny.Rema Ny.Nuriani Ny.Marnia Ny.Eem Ny.Risda
26
Diri Sendiri
Diri sendiri
Diri sendiri
Suami
Suami
31 32 33 34
Ny.ST.Ria Ny.Jinan Ny.Ani Ny.Rui
27 25 23 22
Suami Diri sendiri Suami Saudara
Orang tua Diri sendiri Saudara Saudara
Suami Diri Sendiri Mertua Saudara
Diri Sendiri Diri Sendiri Mertua Saudara
Orang tua Suami Suami Suami
8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21
No. 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 26 27 28 29 30 31 32 33 34
Nama
Ny.Masrianti Ny.Husna Ny.Ratna Sari Ny.Ayu Ny.Anti Ny.Ristanti Ny.Suniati Ny.Husrianti Ny.Suhartina Ny.Nasriah Ny.Adenafari Ny.Suniarti Ny.Jihan Ny.Nur Ny.Tie Ny.Siah Ny.Murti Ny.Sisna Ny.Dewi Ny.Rena Ny.Ramah Ny.Anisa Ny.Nul Ny.Nursintan Ny.Suniati Ny.Rema Ny.Nuriani Ny.Marnia Ny.Eem Ny.Risda Ny.ST.Ria Ny.Jinan Ny.Ani Ny.Rui
Pemeriksaan Kolaborasi Tradisional Kolaborasi Profesional Kolaborasi Kolaborasi Profesional Profesional Kolaborasi Kolaborasi Profesional Kolaborasi Kolaborasi Kolaborasi Kolaborasi Profesional Kolaborasi Kolaborasi Profesional Kolaborasi Kolaborasi Tradisonal Tradisional Profesional Profesional Profesional Tradisional Tradisional Kolaborasi Profesional Profesinal Kolaborasi Profesional Profesional
PEMILIHAN TENAGA KESEHATAN Perawatan Pengobatan Makanan Tenaga profesional Kolaborasi Tenaga tradisional Tenaga tradisional Kolaborasi Kolaborasi Kolaborasi Tenaga tradisional Kolaborasi Tenaga tradisional Tenaga profesional Kolaborasi Kolaborasi Tenaga profesional Kolaborasi Kolaborasi Kolaborasi Tenaga tradisional Kolaborasi Kolaborasi Tenaga profesional Kolaborasi Kolaborasi Kolaborasi Tenaga tradisional Kolaborasi Kolaborasi Tenaga profesional Tenaga tradisional Kolaborasi Tenaga profesional Tenaga tradisional Tenaga tradisional Kolaborasi Tenaga profesional Tenaga tradisional Kolaborasi Kolaborasi Tenaga tradisional Kolaborasi Kolaborasi Tenaga profesional Tenaga profesional Kolaborasi Tenaga profesional Kolaborasi Tenaga tradisional Tenaga tradisional Kolaborasi Tenaga tradisional Tenaga tradisional Tenaga tradisional Tenaga tradisional Kolaborasi Kolaborasi Tenaga profesional Kolaborasi Kolaborasi Kolaborasi Kolaborasi kolaborasi Kolaborasi Tenaga profesional Tenaga tradisional Kolaborasi Tenaga tradisional Kolaborasi Kolaborasi Kolaborasi Profesional Tenaga tradisional Kolaborasi Tenaga profesional Kolaborasi Kolaborasi Tenaga tradisional Kolaborasi Tenaga tradisional Kolaborasi Tenaga profesional Tenaga profesional Kolaborasi Tenaga tradisional Tenaga profesional Kolaborasi Tenaga tradisional Kolaborasi Tenaga tradisional Kolaborasi oo Kolaborasi Tenaga profesional Kolaborasi Kolaborasi Kolaborasi Kolaborasi Kolaborasi Kolaborasi Tenaga profesional Kolaborasi Tenaga tradisional Tenaga tradisional Tenaga tradisional
Persalinan Kolaborasi Kolaborasi Kolaborasi Tenaga tradisional Tenaga profesional Tenaga profesional Kolaborasi Kolaborasi Kolaborasi Tenaga tradisional Tenaga tradisional Tenaga profesional Kolaborasi Kolaborasi Kolaborasi Tenaga tradisional Kolaborasi Kolaborasi Kolaborasi Kolaborasi Tenaga tradisional Kolaborasi Kolaborasi Kolaborasi Kolaborasi Kolaborasi Tenaga profesional Tenaga tradisional Kolaborasi Kolaborasi Kolaborasi Tenaga tradisional Tenaga profesional Kolaborasi
Lampiran 10 MATRIKS WAWANCARA VARIBEL SOSIAL POLA PENCARIAN PELAYANAN KESEHATAN IBU HAMILBERDASARKAN ASPEK SOSIAL DAN BUDAYA MASYARAKAT DI WILAYAH PESISIR KECAMATAN WAWONII BARAT/ KABUPATEN KONAWE KEPULAUAN TAHUN 2015
No 1.
Variabel Pertanyaan Sosial Penghasilan Apakah keluarga penghasilan keluarga ibu cukup untuk membiayai pemeriksaan kehamilan hingga pada saat persalinan
Kode Informan
RIS
SUN
RAT
Data Emik (Informan Langsung) “ Ya kalo di tanyaberapa pendapatan keluarga saya dalam sebulan itu, masih kurang dari Rp.1.625.000 tapi pendapatan tersebut sudah mencukupi biaya pemeriksaan hingga persalinan....” “. ..biasanya pendapatan keluarga saya dalam sebulan itu tidak menentu dek, pasang surut begitu, tapi bisa ji juga dia mencukupi untuk biaya pemeriksaan hingga persalinan..” “. .iya tergantung kasian.kadang dapat, kadang juga tidak.karena pekerjaan suamiku hanya mengojek, tapi saya bisa memeriksakan kandunganku sama bidan, karnaposiyandunyakan gratis dek....”
Inti Wawancara
Interprestasa
Pencarian pelayanan kesehatan ibu hamil berdasarkan sosial adalah apakah penghasilan keluarga cukup untuk mengakses pemeriksaan kehamilan,perawat an kehamilan,pengoba tan,informasi makanan,dan persalinan
Hasil Wawancara beberapa responden menunjukan bahwa dari beberapa responden kehidupansosial oleh masyarakat di wilayah pesisir Kecamatan Wawonii Barat Kabupaten Konawe Kepulauan sebagian besar keluargannya berpendapatan kurang, jadi untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari masih sangat sulit, sehingga untuk membiayai pemeriksaan hingga persalinan meraka harus pintarpintar menyimpan uang.
2.
Pengetahua n
Apa yang ibu ketahui tentang tanda awal kehamilan dan Menurut ibu apa yang akan terjadi jika pemeriksaan dan perawatan kehamilan di lakukan oleh bukan tenaga kesehatan
RIS
SUN
RAT
“ . .ya kalau menurut saya, pemeriksaan kehamilan hingga persalinan itu harus mencari pelayanan kepada bidan dan dukun, karna kalau Cuma bidan saya takut juga, jangan sampe dimakan roh halus atau parakan, kalau dukunkan dia kasi kita air doadoa .. „„. . .biasanya saya periksa kandunganku sama bidan, tapi kalau sudah waktunya mau melahirkan di panggil juga dengan dukun, karena dukun dia kasih mandi kita air panas kalau sudah melahirkan, itu supaya darah yang tertinggal di rahim dia keluar, dan tidak mengental ...” “. . .iya pemeriksaan kehamilan hingga persalinan itu saya lakukan kepada bidan dan dukun, masalahx juga orang tuanya kita yang suruh supaya periksa di bidan dan di dukun juga, kowtaumi juga dek, kalau kita cuman pergi di bidan orangtuanya kita takut- takut, jangan sampe dia terbalik posisi
Untuk mengetahui sejauh mana Pengetahuan ibu tentang tanda awal kehamilan dan konsekuensi jika ibu tidak memriksakan kehamilnnya pada petugas kesehatan
Hasil wawancara menunjukkan bahwa para informan memiliki pengetahuan yang baik atau cukup yakni mengetahuai tanda awal kehamilan seperti telat haid,rasa mual dan munta,sakit kepala,berkurangnya nafsu makan
janinnya kta, kalau dukunkan dia urut supaya normal kembali posisi bayinya kita .....” 3.
4.
Sikap
Dukungan Keluarga
Menurut ibu dimana sebaikanya melakukan pemeriksaan kehamilan, perawatan hingga persalinan Siapa yang mendukung ibu dalam melakukan pemeriksaan kehamilan, perawatan kehamilan, hingga pada saat persalinan Kemana ibu didukung Bagaimana bentuk dukunganny a
RIS
SUN
RAT
RIS
SUN
RAT
“. . .di posyandu karena disana alat-alatnya lengkap...” „„. . .sama bidan dhe, karena bidan lebih tau keluhan yang kita rasakan...” “. . .sama bidan, karena bidan sudah tugasnya merawat orang hamil...” “. . .ya alhamdulillah suami mendukung, biasanya disuruh pergi periksa kehamilan di posyandu........biasanya suami saya da antar ki ke posyandu...” ”„„. . .suami sama orang tua, biasanya disuruh ke bidan dan ke dukun juga, bentuk dukunganya yaa.. diingatkan...” “. . .orang tua saya, di suru ke dukun sama bidan, katanya harus dilakukan duaduanya..........biasanya saya di atar kesana...”
Tempat ibu mencari pemeriksaan, perawatan,pengoba tan, informasi makana hingga persalinan
Hasil wawancara menunjukan bahwa informan memiliki sikap yang baik yakni mereka melakukan pemeriksaan hingga persalinan pada petugas kesehatan, hanya saja ada juga sebagian dari mereka yang masih mempercayai kebiasaan wilayah setempat yakni tetap membutuhkan bantuan tenaga dukun
Siapa yang mendukung, kemanaibu hamil di dukung dan bagaimana bentuk dukunganya
Hasil wawancara menunjukan para informan rataratamendapatkan dukungan dari keluarga mereka, dan mereka masih tetap membtuhkan kombinasi tenaga bidan dan tenaga dukun. Kemudian bentuk dukungannya berupa diingatkan dan di antar
5.
Pengambil Keputusan
Siapa yang mengambil keputusan dalam memilih tenaga pemeriksa kehamilan, tenaga perawatan kehamilan, hingga penolong persalinan Kemana diputuskan untuk memeriksaa n kehamilan, merawat, hingga pada saat persalinan
RIS
SUN
RAT
“. . .saya sendiri yang memutuskan kemudian suami juga menyetujui........Ke bidan jika ada di desa...” „„. . .kesimpulan berdua dengan suami... Sama bidan, tapi biasanya dukun disana tetap dipanggil untuk persalilan...” “. . .saya banyak tanya-tanya orang tua saya.... Orang tuaku suruhnya sama bidan....”
Siapa yang mengambil keputusan dan dimana tempat untuk memeriksakan kehamila hingga persalinan
Hasil wawancara menunjukan bahwa masyarakat pesisir Kecamatan Wawonii Barat yaitu dalam mengambil keputusan kebanyakan diri sendiri dan kemudian disetujui oleh suami atau kelurga mereka. Meraka biasa disarankan ke bidan dan dukun.
Lampiran 11 . Matriks Wawancara Variabel Budaya
No 1.
Variabel Budaya Pencarian Pemeriksaan
Kemana
kehamilan
Mencari
Pertanyaan
Kode Informan
RN
Pemeriksaan Kehamilan
RIS
SUN
Data Emik (Informan Langsung)
Inti Wawancara
“Tiap bulan kan ada posyandu di masingmasing desa, jadi kalau sudah waktunya orang posyandu datang mi ibu hamil untuk memeriksakan kehamilannya sama bidan... biasanya juga ibu-ibu hamil dia periksa kandungannya di dukun ...” “Ya kalo di tanya di mana saya cari tempat periksa,kalau sudah waktunya posyandu saya periksa di bidan... karna bidan dia tau mi yang begitu-begitu kan mereka da sekolahkan...iya dukun juga kan dukun da periksa posisi janinya kita.. karena kalau bidan da tidak tau lihat posisi janin begitu...”
Pola pencarian
“.sma bidan sma dukun juga...kalau periksa dua-duanya kan bagus supaya kita tidak kawatir...karena bidan itu bagus juga terus lengkap juga alatalatnya...kalau tidak periksa di dukun kaya tidak biasa karena dari dulu itu kalau orang hamil harus panggil
kehamilan,
pelayanan
Interprestasa Hasil
Wawancara
bahwa
budaya
pemeriksaan
kesehatan ibu hamil
masyarakat
berdasarkan budaya
Wawonii
pemeriksaan
menunjukan
dalam
mencari
kehamilan pesisir
Kecamatan
Baratyaitu
pemeriksaan
pada
mencari
kandungannya
pada dukun dan dan petugas
kehamilan, kemana
kesehatan, alasan masyarakat
melakukan
pesisir
Kecamatan
WawoniiBaratmemeriksakan
pemeriksaan
mengapa memilih
kehamilannya
pada
kesehatan yaitu bidan
petugas karena
bidan dipercaya orang yang ahli dalam kesehatan dan memberikan
perawatan di
penjelasan yang bagus dan bisa
tempat tersebut dan memberikan
pemeriksaan
dukun....”
RAT
Pemeriksaan Apasaja yang didapatkan
RN
RIS
SUN
pemeriksaan seperti
“biasa di posyandu sama bidan te... karna apa yang kalau bidan kan anak kesehatan pasti mi didapatkan dia tau kalau ada apa-apa...iya kalau sudah besar perutku saya panggil juga dukun supaya dia lihat bagus atau tidak posisinya bayi ku... “biasanya pada ibu hamil itu yang di periksa tekanan darahnya,di periksa denyut jantung, di timbang berat badannya, di berikan tablet FE dan vitamin...yang saya tau itu kalau ibu hamil da pergi di dukun untuk periksa posisi kandunganya yang taturun supaya di naikan kembali dengan cara di urut...” “ kalau bidan itu banyak da periksa,kaya di tensi begitu, di periksa denyut jantung, di suntik juga...kalau dukun dia raba-raba perutku…” “di periksa denyut jantung, di tensi, kadang juga di ukur tinggi badanku dengan berat badanku...saya kira sama mi semua kalau dukun itu dia pegang-pegang perut ta, kalau tidak sesuai dengan posisinya da urut supaya kembali posisinya”
kesehatan
seperti,
pemeriksaan
denyut jantung, tensi darah, di hitung IMT nya, dan alasan mereka
memeriksakan
kandungannya
pada
dukun
karena dukun bisa melihat letak posisi kandungan yang bidan tidak
bisa
lihat
dan
dukun
merupakan orang yang harus di libatkan
dalam
pemeriksaan
kehamilan sebagaimana tradisi turun-temurun.
RAT
2.
Perawatan
Di mana
kehamilan
mencari Perawatan Kehamilan
RN
” sama bidan dek...karena yang paling tepat mi itu sudah sama bidan karena bidan orang kesehatan...iye sma dukun juga...sudah kebiasaan dari dulu dek, setiap saya hamil harus ada dukun untuk mengurut” “kalau saya lihat masyarakat di sini kalau hamil itu rata-rata untuk perawatan kehamilanya ke petugas kesehatan ke dukun juga...masyarakat di sini itu kalau hamil harus ada dukunnya...karena dia tidak merasa yakin mungkin kalau hanya bidan saja...”
Pola pencarian
Hasil
wawancara
pelayanan
bahwa
kesehatan ibu hamil
perawatan
budaya
masyarakat
berdasarkan budaya perawatan kehamilan, terkait
Wawonii
menunjukan
dalam
kehamilan pesisir
mencari pada
Kecamatan
Baratyaitu
mencari
perawatan pada petugas kesehatan dan dukun, alasan masyarakat pesisir Kecamatan Wawonii Barat
RIS
SUN
“sama bidan dek...karena yang paling tepat mi itu sudah sama bidan karena bidan orang kesehatan...iye sma dukun juga...sudah kebiasaan dari dulu dek, setiap saya hamil harus ada dukun untuk mengurut”
kemana melakukan
mencari perawatan pada petugas
perawatan
kesehatan yaitu bidan
kehamilan,
mereka
percaya
sudah
memiliki
bahwa
karena bidan
pengetahuan
mengapa memilih
terkait perawatan kehamilan yang
“bidan..dukun juga...pokoknya kalau di tempat tersebut untuk perawatan kehamilan harus ada dukun dan bidan juga...kalau ada dua- dalam upaya duanya enak perasaan tidak ada rasa perawatan takut”
baik untuk seorang ibu hamil seperi di berikan vitamin C, penambah darah, di timbang berat badanya dan di berikan informasi tentang
RAT
“ bidan...karena bidan bagus ji kasih penjelasan...dukun juga bagus...tidak bisa saya kalau nda ada dukun sudah tradisi juga di keluarganya kita, harus mengurut...kadang juga perawatan sendiri kaya jalan-jalan pagi begitu...”
kehamilan dan perawatan seperti
bagaimana merawat kandungan seperti jangan kerja berat, minum susu,
rajin
apa yang
posyandu
didapatkan
yang
periksa dan
bergizi.
masyarakat
saat
ada
makan-makanan Adapun
pesisir
alasan
Kecamatan
Wawonii Barat mencari perawatan pada dukun adalah karena dukun
Perawatan Apasaja yang dildapatkan RN
RIS
SUN
“Perawatannya untuk ibu hamil itu seperti rajin datang posyandu tiap bulan supaya di tau kondisinya...yang di berikan seperti pemberian tablet fe, Vitamin C, di suntik tetanus toksoid, di berikan informasi tentang makanan-makan bergizi, minum susu untuk ibu hamil dan jangan kerja yang berat...yang saya tahu kalau dukun itu perawatannya di urut dan di berikan air do‟a-do‟a” “ya di kasih vitamin, di suntik, di suruh minum susu dengan di suruh rajin periksa supaya di tau keadaan bayi ta ...kalau dukun di urut kalau sudah mw dekat melahirkan maksudnya kalau sudah 8 bulan di kasih memang air do‟a-do‟a supaya lancar begitu “perawatan ku di suruh jangan makan
dapat melakukan pemijatan/urut tujuan
dari
pada
tindakan
pemijatan/urut tersebut, bertujuan untuk
mengatur
melonggarkan
posisi
kandungan
janin/ agar
persalinannya nanti bisa berjalan sesuai
dengan
yang
di
harapkan.Selain pemijatanperawatan masyarakat
pesisir
Wawonii
Barat
kehamilan Kecamatan merawat
kehamilannya dengan di buatkan air yang sudah di beri do’a-do’a oleh dukun agar persalinan pun
RAT
3.
Pengobatan
Penyakit Yang Di Alami Saat
RN
Hamil RIS SUN
RAT
berjalan dengan lancar dan di jauhi
sembarangan,di kasih vitamin dan obatobatan...oh iya di suntik juga pale sama bidan...da urut perutku dukun baru da suka nasehati jangan kerja yang berat” ”.di kasih vitamin baru di kasih tau juga minum susu untuk ibu hamil banyak dia kasitau saya...dia urut-urut saya to baru saya minta juga air supaya lancar kalau saya melahirkan di jauhkan juga dari rohroh halus...” “banyak dek kalau penyakitnya orang hamil...yang paling sering di keluhkan itu keluhan-keluhan ringan kaya mual-mual, muntah, batuk, flu, sakit gigi, kurang nafsu makan, apa lagi di...owh iya sakit kepala, sering pusing, suka kencingkencing sama kandungannya suka sakit” “ penyakitnya orang hamil ji dek mualmual dan muntah” “ iya sakit kepala, sering pusing sama sakit gigiku” “ flu, pusing, sakit gigi, baru kalau sudah sakit gigi deitumi yang paling sa tidak bisa tahan...sakit giginya itu orang hamil beda sekali dengan sakit giginya orang yang tidak hamil, kaya dua kali lipatnya...”
oleh roh-roh halus.
Pola Pencarian Pelayanan
Hasil wawancara menunjukan bahwa banyak penyakit yang di derita pada ibu hamil antara lain,
Kesehatan Ibu Hamil berdasarkan budaya pengobatan
mual, muntah, sakit kepala, sakit gigi, pusing, kurang nafsu makan, dalam mengobati penyakit yang di derita ibu hamil masyarakat pesisir Kecamatan Wawonii Barat mencari pengobatan pada bidan dan dukun, tergantung dari penyakit yang di derita oleh ibu hamil, penyakit yang bisa di sembuhkan
Di mana mencari pengobatan
RN
RIS
SUN
RAT
“. banyak yang datang di rumah dek, karna saya kasih tau memang itu ibu hamil kalau ada keluhan datang saja di rumah...karna kan posyandu satu kali ji satu bulan...baru ibu hamil itu tidak di tahu kapan dia sakit..kalau da mau pergi di puskesmas kan jauh...itu mi gunanya setiap desa di kasih tinggal satu bidan dek...banyak juga yang panggil dukun......”
oleh bidan mereka mencari
“saya minta tolong sama mamaku panggil dukun minta buatkan air do‟a-do‟a supaya da kurang mual mualnya...karena dari hamil pertamaku sampai hamil ke tiga ini begitu terus ji saya...kalau hanya mual-mual saya nda pergi ji di bidan” kadang saya biar-biarkan saja... karena orang hamil itu bawaannya mi itu sakit gigi, sakit kepala...kadang sa pergi sama bidan...karna da tau obatnya bru ada resepnya...nda ji kalau sama dukun kecuali sakit kandunganku baru saya minta urut sama dukun “saya obati sendiri saja, kalau saya flu begitu dek paling saya minumkan air hangat...yang saya nda bisa tahan kalau gigi ku yang sakit, kalau sudah sakit mi gigiku suamiku dia pergi minta obat di
bidan memberikan upaya
pengobatan pada bidan dan penyakit yang bisa di sembuhkan oleh di dukun mereka pergi ke dukun, alasan ibu hamil masyarakat pesisir Kecamatan Wawonii barat mencari pengobatan pada bidan karena
pengobatan yang baik dengan resep obat yang lengkap selama kehamilan, adapun alasan yang mencari pengobatan pada dukun karena mereka meyakini dukun memiliki kelebihan untuk menyembuhkan penyakit melalui air yang di beri do‟a-do‟a, namun ada juga yang beranggapan penyakit pada saat hamil itu adalah bawaan hamil dan memutuskan tidak mencari pengobatan.
4.
Makanan
Kemana memperoleh imformasi makanan RN
RIS
SUN
bidan supaya dia reda-reda sakit gigiku...iya karena kalau orang hamil itu tidak bisa mau beli obat sembarang di warung...kalau bidan kan dia tau itu takaran-takaran obat untuk orang hamil...” ”iya…kan kalau mereka periksa kita suka kasih tau ji tentang makanan-makanan supaya bagus gizinyato..mereka kembali respon balik juga da tanya kembali jadi makanan apa mi yang bagus di makan supaya anak ta sehat..iya masih ada juga itu yang dengar-dengar kepercayaan orang tua dulu...ada juga yang yakini makanan pantangan begitu…kita kasitauji pelan-pelan tidak bisa mau satu kali di larang karena sudah kepercayaannya juga” ”kalau tentang makanan-makanan begitu sa suka tanya sama mamaku...karena orang tua sudah berpengalaman pasti yang da kasih tau kita itu supaya bagus bayi ta...bidan juga...sa suka tanya juga makanan apa yang bagus untuk makan...karena pasti mi da tahu to karena mereka da pelajari”
Pola pencarian pelayanan
Hasil menunjukan dalam
kesehatan ibu hamil berdasarkan budaya pola makan,
mencari informasi terkait makanan
bahwa
mencari
budaya informasi
makanan untuk pemenuhan gizi pada
masyarakat
pesisir
Kecamatan Wawonii Baratyaitu mereka
meliputi kemana
wawancara
mencari
tahu
dan
memperoleh informasi terkait makananyang di anjurkan saat hamil
pada bidan karena
masyarakat pesisir Kecamatan yang dikonsumsi, makanan seperti apa yang biasa
Wawonii Barat meyakini bahwa bidan
mengetahui
kebutuhan
makanan yang harus dikonsumsi oleh ibu hamil dan bayi, adapun
dikonsumsi dan
” sama bidan...karna bagus da ksih mengapa memilih penjelasan tentang makanan begitu..
jenis makanan yang di anjurkan adalah mengonsumsi beraneka
tempat tersebut
RAT
Makanan Apasaja yang di anjurkan pada saat hamil
RN
RIS
“sama bidan biasa mi juga sama keluarga...krna bidan biar bagaimana mereka tahu karena mereka sekolahkan baru kan mereka orang kesehatan pasti mi dia tau makanan-makanan yang bagus di makan...karena keluarga yang sudah tua itu pasti mi da lebih tau dari kita karna da sudah berpengalaman...kita ikuti saja bicaranya orang tua dari pada nanti ada apa-apa dengan bayinya kita...” “ya saya sarankan gizi seimbang to,harus ada sayur-sayurnya,buahbuahan,kacangkacang,daging dan ikan, minum susu...kalau makanan yang tidak boleh nda ad ji hanya sa sarankan jangan minum-minumnan bersoda, sama air es saya larang kalau terlalau banyak da minum air es biasa kan ibu hamil da goso air es karena da merasa kepanasan...ya kalau da makan yang sehat-sehat otomatis bayi dan ibunya sehat juga...yang saya tahu itu kepercayaan ibu-ibu di sini da hindari bentuk makanan yang aneh-aneh da takut nanti modelnya anaknya kaya modelnya yang dia makana” ”bidan itu da anjurkan yang penting makanan yang sehat saja...da suruh
sebagai sumber
ragam makanan pada saat hamil baik dari sumber karbohidrat, buah-buahan,
informasi terkait makanan yang di
sumber hewani dan rajin minum susu khusus untuk ibu hamil. Ibu
konsumsi saat pesisir hamil
sayur-sayuran,
hamil
masyarakat
Kecamatan
Wawonii
Barat juga sering bertanya dan mendapatkan keluarga
informasi
karena
ibu
dari hamil
meyakini bahwa orang yang mereka
tua
kan
sudah
bepengalaman dan mengatahui akibat-akibat apabila ibu hamil memakan makanan yang tidak sesuai. Adapunn jenis makanan yang di anjurkan dari keluarga untuk ibu hamil tidak jauh berbeda dengan bidan, seperti sayur-sayuran,
buah-buahan,
kacang-kacangan, ikan, daging, namun tidak semua jenis buah-
SUN
RAT
5.
Persalinan
Siapa yang di cari dalam pertolongan
RN
jangan terlalu makan lombok dengan air es... mamaku da suruh rajin-rajin minum susu supaya ,makan sayur sama makan kacang upaya banyak ASI ku...orang tua da kasi tau memang jangan makan yang aneh-aneh bentuknya kaya kepiting, ikan yang tidak ada lidahnya dengan durian...kepercayaannya orang di sini kalau makan kepiting da nakal anakta kalo durian nanti kita keguguran “ macam-macam dek da suruh makan sayur,buah sama daging...nda ada ji yang makanan yang di larang...paling di suruh makanya jangan terlalu berlebihan” “da suruh makan yang sehat-sehat ki kaya ikan, daging, sayur,buah, kacangkacang juga...cuma da suru jangan terlalu banyak mnum es..sama ji dengan yang di suruh sama bidan yang penting sehat...kalau makanan yang di larang kepercayaanna juga kalau orang di sini di larang ki makan udang karena nanti maju mundur menjelang persalinan, tidak boleh makan pepaya karena kadang sakit perut kalau mau melahirkan” ” kalau untuk persalinan sekarang kalau mau bersalin harus panggil bidan...beda Pola dengan dulu..pasti mi ada dukunnya
buan yang di anjurkan menurut kepercayaan masyarakat pesisir Kecamatan Wawonii Barat jenis buah-buan
yang
tidak
di
anjurkan seperti durian akan membuat
keguguguran
dan
pepaya akan membuat ibu sakit perut
saat
persalinan,
tidak
hanya dari golongan nabati saja ada jenis makanan golongan hewani yang menurut mereka pantang untuk di makan seperti kepiting mereka percaya kalau ibumengkonsumsi kepiting anak mereka
akan
nakal,
udang
karena mereka percaya pada persalinan
bayinya
maju
mundur.
pencarian
Hasil menunjukan
wawancara bahwa
budaya
persalinan
RIS
SUN
RAT
Di mana di rencanakan Tempat
RN
karena mereka juga da tidak mau kalau tidak ada dukun” “bidan dukun juga... karena bidan da mengerti mi kasih melahirkan orang...tidak bisa mi kalau tidak ada dukun karena kalau mau melahirkan dukun da buatkan air do‟a-do‟a supaya lancar dan di jauhkan dari roh-roh halus” “ada bidan, harus juga ada dukun...begitu mi karna sudah tugasnya mi bidan da kasih melahirkan da sudah belajar mi kasih melahirkan orang baru biasa kan ada orang pendarahan begitu atau pecah mi ketubannya ada cara-caranya tapi sa nda tw da kasih bagaimana itu...dukun harus ada krna abis melahirkan da mau kasih mandi saya aiar panas” “panggil dukun dengan bidan...sudah tugasnya mi bidan kasih melahirkan orang baru banyak mi da kasih melahirkan...hm nda enak to sa nda panggil dukun sudah dukun mi yang urut saya itu hari baru itu semua keluargaku kalau melahirkan harus ada dukun...” ”rata-rata di rumah masing-masing ji...kalau da mau pergi juga di puskesmas jauh sekali...kecuali ada yang resti baru
pelayanan
dalam
kesehatan ibu hamil
persiapan
kemana
mencari
penolong
pada
masyarakat
Kecamatan
Baratyaitu bidan
persalinan, meliputi
penolong
persalinan pesisir
berdasarkan budaya
mencari
Wawonii
mereka
dan
mencari
dukun
membantu
untuk
persalinannya
adapun
alasan
pesisir
mencari
masyarakat penolong
persalinan oleh bidan karena
persalinan, kenapa
mereka percaya bidan telah memiliki pengetahuan terkait
memilih petugas
memilih
penolong
kesehatan sedangkan
dan dukun sebagai
persalinan alas
memannggil
an mereka
dukun
untuk
membantu dalam persalinann penolong persalinan dan
di
karena dukun di percaya dapat
mana membuatkan air yang di beri
perencanaan tempat
doa‟a dan di minum oleh ibu agar
persalinan.
mudah
dalam
proses
persalinan. Setelah persalinan selesai jasa dukun masih di butuhkan oleh ibu nifas untuk
Persalinan
RIS
SUN
kita kasih tau memang melahirkan di Rumah Sakit,tapi jarang ji yang begitu sekarang alhamdullillah masih bisa ji kita tangani ” di rumah to...lebih nyaman di rumah...suamiku mi yang panggil bidan dengan dukun datang di rumah” ”di rumah sini ji...beda dengan orang di kota-kota, kalu di sana kan mereka da pergi di rumah sakit atau di puskesmas...kalau di sini jauh sekali puskesmasnya baru mau naik apa lagi mau ke puskesmas...mending di rumah saja”
di mandikan air panas guna untuk mengembalikan stamina pada ibu nifas.Adapun terkait tempat
persalinan
pada
masyarakat pesisir Kecamatan Wawonii Barat lebih memilih rumah
sebagai
tempat
persalinannya, karena rumah di anggap tempat paling aman sebagai
tempat
alasan
persalinan,
mereka
tidak
memanfaatkan Rumah Sakit
RAT
” di rumah saja...nda mungkin mau ke puskesmas lagi jauh sekali, uang juga dek hehe...kalau masih bisa di rumah kenapamau pergi jauhtinggal panggil saja bidan sama dukun kalau sudah rasa-rasa sakit...
dan Puskesmas sebagi tempat persalinan karena jarak, akses dan bisa mengeluarkan uang yang lebih lagi yang masih bisa
di
gunakan
keperluan lainnya
untuk
Lampiran 12
DISTRIBUSI INFORMAN KUNCI No. 1.
Inisial Informan RN
Tanggal dan Waktu Wawancara 19 September 2015 Pkl 10.00 Wita
Jenis Kelamin
Umur (Tahun)
Pendidikan Terakhir
Jabatan
Perempuan
29
D III Bidan
Bidan
DISTRIBUSI INFORMAN BIASA No. 1.
Inisial Informan RIS
2.
SUN
3.
RAT
Tanggal Wawancara 19September2015 20 September 2015 24 September 2015
Jenis Kelamin
Umur (Tahun)
Perempuan
18
Pendidikan Terakhir SMA
Perempuan
28
SD
Perempuan
23
SMA
Jabatan Ibu Rumah Tangga Ibu Rumah Tangga Ibu Rumah Tangga
Lampiran 13. Hasil Output SPSS Frequencies Kode Sampel
Frequency Valid
Total
Valid Percent
Cumulative Percent
1
2,8
2,9
2,9
2
1
2,8
2,9
5,9
3
1
2,8
2,9
8,8
4
1
2,8
2,9
11,8
5
1
2,8
2,9
14,7
6
1
2,8
2,9
17,6
7
1
2,8
2,9
20,6
8
1
2,8
2,9
23,5
9
1
2,8
2,9
26,5
10
1
2,8
2,9
29,4
11
1
2,8
2,9
32,4
12
1
2,8
2,9
35,3
13
1
2,8
2,9
38,2
14
1
2,8
2,9
41,2
15
1
2,8
2,9
44,1
16
1
2,8
2,9
47,1
17
1
2,8
2,9
50,0
18
1
2,8
2,9
52,9
19
1
2,8
2,9
55,9
20
1
2,8
2,9
58,8
21
1
2,8
2,9
61,8
22
1
2,8
2,9
64,7
23
1
2,8
2,9
67,6
24
1
2,8
2,9
70,6
25
1
2,8
2,9
73,5
26
1
2,8
2,9
76,5
27
1
2,8
2,9
79,4
28
1
2,8
2,9
82,4
29
1
2,8
2,9
85,3
30
1
2,8
2,9
88,2
31
1
2,8
2,9
91,2
32
1
2,8
2,9
94,1
33
1
2,8
2,9
97,1
34
1
2,8
2,9
100,0
34
94,4
100,0
2
5,6
36
100,0
Total Missing
Percent
1
System
alamat
Frequency Valid
Percent
Valid Percent
Cumulative Percent
2
5,6
5,6
5,6
L.Bajo
18
50,0
50,0
55,6
L.Indah
16
44,4
44,4
100,0
Total
36
100,0
100,0
Umur
Valid
16-20 TAHUN
Frequency 10
Percent 27,8
Valid Percent 29,4
Cumulative Percent 29,4
21-25 TAHUN
10
27,8
29,4
58,8
31-35 TAHUN
11
30,6
32,4
91,2
36-40 TAHUN
2
5,6
5,9
97,1
1
2,8
2,9
100,0
34
94,4
100,0
2
5,6
36
100,0
Total Missing
System
Total
Agama
Valid
Muslim
Missing
System
Total
Frequency 34
Percent 94,4
2
5,6
36
100,0
Valid Percent 100,0
Cumulative Percent 100,0
Suku
Frequency Valid
Missing Total
Percent
Valid Percent
Cumulative Percent
Muna
7
19,4
20,6
20,6
Bajo
13
36,1
38,2
58,8
Wawonii
5
13,9
14,7
73,5
Tolaki
8
22,2
23,5
97,1
Jawa
1
2,8
2,9
100,0
Total
34
94,4
100,0
2
5,6
36
100,0
System
Pendidikan Terakhir
Valid Percent
Cumula tive Percent
Tamat SD
10
27,8
29,4
29,4
Tamat SMP
11
30,6
32,4
61,8
Tamat SMA
12
33,3
35,3
97,1
1
2,8
2,9
100,0
34
94,4
100,0
Frequency Valid
Tamat Perguruan Tinggi Total Missing
System
Total
Percent
2
5,6
36
100,0
Pekerjaan
Valid
Frequency 29
IRT
Valid Percent 85,3
Cumulative Percent 85,3
PNS
1
2,8
2,9
88,2
Pedagang
4
11,1
11,8
100,0
34
94,4
100,0
2
5,6
36
100,0
Total Missing
Percent 80,6
System
Total
Usia Kehamilan/Usia Bayi
Frequency 2
Percent 5,6
Valid Percent 5,6
Cumulative Percent 5,6
1 Bulan
3
8,3
8,3
13,9
2 Bulan
4
11,1
11,1
25,0
3 Bulan
4
11,1
11,1
36,1
4 Bulan
3
8,3
8,3
44,4
5 Bulan
3
8,3
8,3
52,8
6 Bulan
4
11,1
11,1
63,9
7 Bulan
6
16,7
16,7
80,6
8 Bulan
5
13,9
13,9
94,4 100,0
Valid
9 Bulan Total
2
5,6
5,6
36
100,0
100,0
Pendapatan Keluarga Perbulan
Valid
Missing
Frequency 10
Percent 27,8
Kurang
24
Total
34
Cukup
System
Total
Valid Percent 29,4
Cumulative Percent 29,4
66,7
70,6
100,0
94,4
100,0
2
5,6
36
100,0
Tingkat Pengetahuan Ibu
Valid
Missing
Frequency 21
Percent 58,3
Valid Percent 61,8
Cumulative Percent 61,8
Kurang
13
36,1
38,2
100,0
Total
34
94,4
100,0
2
5,6
36
100,0
Baik
System
Total
Sikap Ibu
Valid
Positif Negatif Total
Missing
System
Total
Frequency 33
Percent 91,7
Valid Percent 97,1
Cumulative Percent 97,1
1
2,8
2,9
100,0
34
94,4
100,0
2
5,6
36
100,0
Apakah anggota keluarga ibu mendukung dalam pencarian pelayanan kesehatan ?
Valid
Missing Total
Ya
Frequency 32
Percent 88,9
Valid Percent 94,1
Cumulative Percent 94,1 100,0
Tidak
2
5,6
5,9
Total
34
94,4
100,0
2
5,6
36
100,0
System
Siapa anggota keluarga ibu yang mendukung ?
Valid
Suami
Frequency 14
Percent 38,9
Valid Percent 43,8
Cumulative Percent 43,8
12
33,3
37,5
81,3
5
13,9
15,6
96,9
1
2,8
3,1
100,0
32
88,9
100,0
4
11,1
36
100,0
Orang Tua (Ayah/Ibu) Mertua Saudara Total Missing
System
Total
Di mana anggota keluarga ibu mendukung dalam mencari pelayanan kesehatan?
Frequency Valid
Tenaga Kesehatan
Valid Percent
Cumulativ e Percent 50,0
16
44,4
50,0
1
2,8
3,1
53,1
Gabungan
15
41,7
46,9
100,0
Total
32
88,9
100,0
4
11,1
36
100,0
Dukun
Missing
Percent
System
Total
Bagaimana bentuk dukungan keluarga
Frequency Valid
Valid Percent
Cumulative Percent
Mengantar
12
33,3
37,5
Selalu mengingatkan
11
30,6
34,4
71,9
9
25,0
28,1
100,0
32
88,9
100,0
Memberi dana Total Missing
Percent
System
Total
4
11,1
36
100,0
37,5
Siapa yang mengambil Keputusan dalam pencarian pemeriksaan kehamilan?
Valid
Suami Orang tua
Total
Percent 38,9
Valid Percent 43,8
Cumulative Percent 43,8 81,3
12
33,3
37,5
Mertua
4
11,1
12,5
93,8
Saudara
2
5,6
6,3
100,0
32
88,9
100,0
Total Missing
Frequency 14
System
4
11,1
36
100,0
Siapa yang mengambil Keputusan dalam pencarian perawatan kehamilan?
Valid
Frequency 15
Percent 41,7
Valid Percent 44,1
Cumulative Percent 44,1
Suami
9
25,0
26,5
70,6
Orang tuaa
5
13,9
14,7
85,3
Mertua
2
5,6
5,9
91,2
Saudara
3
8,3
8,8
100,0
34
94,4
100,0
2
5,6
36
100,0
Diri sendiri
Total Missing
System
Total
Siapa yang mengambil Keputusan mengenai tempat pengobatan pada saat sakit ?
Valid
Diri sendiri Suami
Percent 30,6
Valid Percent 32,4
Cumulative Percent 32,4
14
38,9
41,2
73,5
Orang tua
5
13,9
14,7
88,2
Mertua
3
8,3
8,8
97,1
Saudara
1
2,8
2,9
100,0
34
94,4
100,0
Total Missing
Frequency 11
System
Total
2
5,6
36
100,0
Siapa yang mengambil Keputusan mengenai tempat yang harus di kunjungi untuk mencari informasi makanan yang boleh dan tidak boleh di anjurkan?
Frequency Valid
Diri sendiri Suami
Total
Valid Percent
Cumulative Percent
9
25,0
26,5
26,5
14
38,9
41,2
67,6
Orang tua
7
19,4
20,6
88,2
Mertua
3
8,3
8,8
97,1
Saudara
1
2,8
2,9
100,0
34
94,4
100,0
Total Missing
Percent
System
2
5,6
36
100,0
Siapa yang mengambil Keputusan dalam pemilihan penolong persalinan ?
Valid
Diri sendiri
Frequency 6
Percent 16,7
Valid Percent 17,6
Cumulative Percent 17,6
20
55,6
58,8
76,5
7
19,4
20,6
97,1 100,0
Suami Orang tua Saudara Total Missing
System
Total
1
2,8
2,9
34
94,4
100,0
2
5,6
36
100,0
Kemana mencari pelayanan pemeriksaan kehamilan?
Frequency Valid
Missing
Percent
Valid Percent
Cumulative Percent
Tenaga Profesional
13
36,1
38,2
38,2
Tenaga Tradisional
5
13,9
14,7
52,9
Gabungan tenaga profesional dan tradisional
16
44,4
47,1
100,0
Total
34
94,4
100,0
System
Total
2
5,6
36
100,0
Kemana mencari pelayanan perawatan kehamilan?
Frequency Valid
Missing Total
Percent
Valid Percent
Cumulative Percent
tenaga profesional
7
19,4
20,6
20,6
tenaga tradisional
8
22,2
23,5
44,1
gabungan tenaga profesional dan tradisional
19
52,8
55,9
100,0
Total
34
94,4
100,0
2
5,6
36
100,0
System
Kemana mencari pelayanan pengobatan kehamilan? Frequency Valid
Missing
Percent
Valid Percent
Cumulative Percent
tenaga profesional
6
16,7
17,6
17,6
tenaga tradisional
10
27,8
29,4
47,1
gabungan tenaga profesional dan tradisional
18
50,0
52,9
100,0
Total
34
94,4
100,0
2
5,6
36
100,0
System
Total
Kemana mencari informasi makanan ?
Frequency Valid
Missing
Percent
Valid Percent
Cumulative Percent
tenaga profesional
6
16,7
17,6
17,6
tenaga tradisional
9
25,0
26,5
44,1
gabungan tenaga profesional dan tradisional
19
52,8
55,9
100,0
Total
34
94,4
100,0
System
Total
2
5,6
36
100,0
Kemana mencari pelayanan persalinan?
Frequency Valid
Missing Total
Percent
Valid Percent
Cumulativ e Percent
Tenaga profesional
5
13,9
14,7
14,7
Tenaga tradisional
7
19,4
20,6
35,3
gabungan tenaga profesional dan tradisional
22
61,1
64,7
100,0
Total
34
94,4
100,0
2
5,6
36
100,0
System
Lampiran 14
DOKUMENTASI
Gamabar 1.Kebersamaan setelah pengsian kuisioner oleh Responden Ibu Hamil
Gamabar 2. Menjelaskan Kepada Responden Ibu Hamil Mengenai Pengisian Kuisioner
Gambar 3.KebersamaanSetelah Pengisian Kuisioner oleh Responden Ibu hamil
Gambar 4. Menjelaskan Kepada Responden Ibu yang melahirkan usia 0-6 bulan