i
DISTRIBUSI DAN MODEL ALLOMETRIK NUTRIEN KALIUM & FOSFOR PADA MANGROVE Rhizophora apiculata Blume. DAN Rhizophora mucronata Lamk. DI TAMAN NASIONAL RAWA AOPA WATUMOHAI
Skripsi Diajukan Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Mencapai Derajat Sarjana (S-1)
Oleh : IRMAYANTI ARIEF F1D1 12 053
JURUSAN BIOLOGI FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM UNIVERSITAS HALU OLEO KENDARI APRIL 2016
i
ii
ii
iii
iii
iv
iv
v
KATA PENGANTAR
Alhamdulillah, segala puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT atas limpahan rahmat dan karunianya sehingga Skripsi dengan judul “Distribusi dan Model Allometrik Nutrien Kalium & Fosfor pada Mangrove Rhizophora apiculata Blume. dan Rhizophora mucronata Lamk. di Taman Nasional Rawa Aopa Watumohai” dapat terselesaikan. Penulis Menyadari sepenuhnya bahwa dalam menyelesaikan penelitian ini tidak terlepas karena adanya bantuan dan dukungan dari berbagai pihak. Oleh karena itu, penulis mengucapkan terimakasih yang sebesar-besarnya, penghargaan dan penghormatan kepada bapak Analuddin, S.Si., M.Si., M.Sc., Ph.D selaku pembimbing I dan bapak Dr. Jamili, M.Si selaku pembimbing II yang telah banyak memberikan bimbingan dan arahan positif kepada penulis. Ucapan rasa cinta, penghormatan dan penghargaan yang setingi - tingginya penulis tujukan kepada ayahanda Arifuddin, SE dan ibunda Sitti Aminah tersayang yang telah mendoakan, membesarkan dengan seluruh cinta dan kasih sayang dan memberikan segalanya yang tidak akan mungkin dapat tergantikan demi kesuksesan penulis. Terimakasih kepada adik-adikku Muh. Irwan Hajier A., Muh. Ilham Hidayat, Ilna Ramadhani, Muh. Iswar Setyawan, dan Muh. Ismar Aditya, serta kepada Paman Drs. Tryanto, M.S., M.Pd dan bibi Nur Aida orang tua kedua penulis yang selalu memberikan nasehat, perhatian, kasih sayang, dorongan dan motivasi, atas segala dukungan dan bantuan selama penulis
v
vi
melaksanakan studi di Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan
Alam
Universitas Halu Oleo. Penulis menyadari bahwa dalam penyusunan hasil penelitian ini, sangat banyak kendala dan kekurangan, namun dengan bantuan berbagai pihak akhirnya penyusunan hasil penelitian ini dapat terselesaikan sebagaimana mestinya. Ucapan terima kasih juga penulis ucapkan kepada pihak yang membantu penulis dalam menyelesaikan penyusunan hasil penelitian ini. Untuk itu, penulis mengucapkan terima kasih kepada : 1. Rektor Universitas Halu Oleo. 2. Dekan Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Halu Oleo. 3. Wakil Dekan I Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Halu Oleo. 4. Wakil Dekan II Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Halu Oleo. 5. Wakil Dekan III Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Halu Oleo. 6. Ketua Jurusan Biologi Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Halu Oleo. 7. Kepala Laboratorium Biologi Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Halu Oleo. 8. Kepala Perpustakaan Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Halu Oleo.
vi
vii
9. Ibu Nurhayu Malik, S.Si., M.Sc, selaku Penasehat Akademik penulis. 10. Seluruh Dosen Jurusan Biologi Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Halu Oleo. 11. Tim penguji Bapak Dr. Amirullah, M.Si., Ibu Andi Septiana, S.Si., M.Si., M.Sc. dan Dra. Sri Ambardini, M.Si, yang telah memberikan saran, kritikan, serta masukan positif yang sifatnya membangun. 12. Laboran Jurusan Biologi F-MIPA UHO. 13. Pihak Balai Taman Nasional Rawa Aopa Watumohai (TNRAW), Sulawesi Tenggara. 14. Kakak-kakak tim allometrik yang telah memberikan banyak pelajaran tambahan : Saban Rahim, S.Si., M.P.W., Alfirman, S.Si., M.P.W., Adi Karya, S.Si., M.Sc., Boi Herman, S.Si., La Ode Abdul Fajar Hasidu, S.Si, Ernaman, S.Si. 15. Kawan penelitian tercinta dan tersayang Siti Surahmi, Siti Feni Musdalifah, Andi Hildayani, Dafid Pratama, dan Irman atas keceriaan, bantuan dan motivasinya. 16. Teman-teman Biologi angkatan 2012 : Dessyani Mantu Mustafa, Retno Wulan Saputri, Febrianto Meiyer Pakinna, Nur Isnaini Ulfa, Desty Triyaswati, S.Si., Iman Sulaiman, Muh. Azwar Syah, S.Si, Winda Astuti, Eis Nurhiliya, Rosmina, S.Si, Hermawan, Sahar, Rudi Harto dan semua yang tidak bisa disebutkan satu persatu yang telah banyak membantu dan menghibur penulis selama penelitian.
vii
viii
17. Adik Junior di Lab. Ekologi : Ebit Yasakti, Achmad Akbar Bafaddal, Clara Sesilia Mekuo, Umratul Hasanah, Misrawati M. Abdul dan Harmawati Ane yang selalu memberikan keceriaan, bantuan dan semangatnya. 18. Kakak-kakak senior angkatan 2011, 2010 dan junior angkatan 2013, 2014 yang tidak dapat disebutkan satu persatu yang selalu memberikan bantuan, dao dan dukungan kepada penulis. 19. Iis Wahyuni, Amd. Keb. selaku sahabat terbaik yang selalu memberikan bantuan, doa dan dukungan dan kepada penulis. 20. Teman sejawat : Ade Rahmatullah, Elda Citra Sari, Kiki iqrayanti, Cantika Suci Adlina, Sri Wahyuningsih, Muh. Egy Adya P., Eril Sanafat, Hardianto, Aulia Sujastia, Ekarisma Faradita Wardihan, Julyani Wijaya, Ewit Arfina dan semua yang tidak bisa disebutkan satu persatu terima kasih untuk keceriaan dan doanya. Penulis menyadari bahwa dalam pelaksanaan penelitian dan penyusunan hasil penelitian ini, sangat banyak kendala dan kekurangan, namun dengan bantuan berbagai pihak akhirnya dapat terselesaikan sebagaimana mestinya. Akhirnya penulis berharap semoga segala jenis bantuan yang telah diberikan bernilai ibadah dan mendapat pahala dari Allah SWT. Semoga hasil penelitian ini dapat menjadi sumber tambahan informasi ilmiah, terutama bagi yang membutuhkan Amin Yaa Rabbal‘Alaamin. Kendari,
April 2016
Penulis
viii
ix
DAFTAR ISI Halaman HALAMAN JUDUL HALAMAN PENGESAHAN DAFTAR RIWAYAT HIDUP SURAT PERNYATAAN BEBAS PLAGIAT KATA PENGANTAR DAFTAR ISI DAFTAR TABEL DAFTAR GAMBAR DAFTAR LAMPIRAN DAFTAR ARTI LAMBANG DAN SINGKATAN ABSTRAK ABSTRACT
i ii iii iv v ix xi xii xiii xiv xv xvi
I.
PENDAHULUAN
1
A. B. C. D.
1 3 3 4
Latar Belakang Rumusan Masalah Tujuan Penelitian Manfaat Penelitian
II. TINJAUAN PUSTAKA A. B. C. D. E.
5
Hutan Mangrove Fungsi Hutan Mangrove Mangrove Famili Rhizophoraceae Jenis Nutrien Model Allometrik
III. METODE PENELITIAN A. B. C. D. E. F. G.
5 6 7 12 16 19
Waktu dan Tempat Alat dan Bahan Variabel Penelitian Jenis Penelitian Definisi Operasional dan Indikator Penelitian Prosedur Penelitian Bagan Alur Penelitian
IV. HASIL DAN PEMBAHASAN
19 20 20 21 21 22 26 27
A. Gambaran Umum Lokasi Penelitian 27 B. Distribusi Kadar Kalium Total pada Organ Mangrove Rhizophora apiculata dan Rhizophora mucronata 27
ix
x
C. Distribusi Kadar Fosfor Total pada Organ Mangrove Rhizophora apiculata dan Rhizophora mucronata D. Model Allometrik Kalium dan Fosfor Mangrove Rhizophora apiculata E. Model Allometrik Kalium dan Fosfor Mangrove Rhizophora mucronata V. PENUTUP
29 31 34 38
A. Simpulan B. Saran
38 38
DAFTAR PUSTAKA LAMPIRAN
40 45
x
xi
DAFTAR TABEL No.
Judul
Halaman
1
Alat
19
2
Bahan
20
3
Model allometrik kalium Rhizophora apiculata
pada
mangrove
31
4
Model allometrik fosfor Rhizophora apiculata
pada
mangrove
33
5
Model allometrik kalium Rhizophora mucronata
pada
mangrove
34
6
Model allometrik fosfor Rhizophora mucronata
pada
mangrove
36
xi
xii
DAFTAR GAMBAR
No.
Judul
Halaman
1
Gambar Morfologi Rhizophora apiculata
9
2
Gambar Morfologi Rhizophora mucronata
11
3
Gambar Diagram Prosedur Kerja Analisis Kadar Nutrien
26
4
Kadar kalium (mg/g) pada organ mangrove Rhizophora apiculata dan Rhizophora mucronata
28
5
Kadar fosfor (mg/g) pada organ mangrove Rhizophora apiculata dan Rhizophora mucronata
29
xii
xiii
DAFTAR LAMPIRAN No.
Judul
1.
Hasil analisis dan perhitungan kadar kalium dan fosfor pada organ vegetatif Mangrove R. apiculata
45
2.
Hasil analisis dan perhitungan kadar kalium dan fosfor pada organ vegetatif Mangrove R. mucronata
46
3.
T-test perbandingan kadar kalium pada organ mangrove Rhizophora apiculata
47
4.
T-test perbandingan kadar fosfor pada organ mangrove Rhizophora apiculata
47
5.
T-test perbandingan kadar kalium pada organ mangrove Rhizophora mucronata
47
6.
T-test perbandingan kadar fosfor pada organ mangrove Rhizophora mucronata
48
7.
Tabel Model Allometrik Kadar Nutrien Kalium dan Fosfor Mangrove Rhizophora apiculata dan Rhizophora mucronata
49
8.
Model Allometrik Nutrien Kalium Mangrove Rhizophora apiculata
50
9.
Model Allometrik Nutrien Fosfor Mangrove Rhizophora apiculata
54
10.
Model Allometrik Nutrien Kalium Mangrove Rhizophora mucronata
58
11.
Model Allometrik Nutrien Fosfor Mangrove Rhizophora mucronata
62
12.
Peta Lokasi Penelitian
66
13.
Gambar Dokumentasi Penelitian
67
xiii
Halaman
xiv
DAFTAR SINGKATAN
Singkatan
Arti / Keterangan
C
:
Karbon
N
:
Nitrogen
P
:
Fosfor
K
:
Kalium
Ca
:
Kalsium
Mg
:
Magnesium
Na
:
Natrium
NH3
:
Ammonia
NH4
:
Ammonium
NO3
:
Nitrat
H2PO4-
:
Dihydrogen Phosphate cathion
HPO4
:
Monohydrogen Phosphate cathion
HNO3
:
Asam Nitrat
DBH
:
Diameter Brest Height/Diameter setinggi dada
D30
:
Diameter setinggi 30 cm dari pangkal batang
AAS
:
Atomic Absorption Spectrophotometer
R2
:
Koefisien Determinasi
FMIPA
:
Fakultas Matematika dan Ilmu Pengaetahuan Alam
TNRAW
:
Taman Nasional Rawa Aopa Watumohai
xiv
xv
DISTRIBUSI DAN MODEL ALLOMETRIK NUTRIEN KALIUM & FOSFOR PADA MANGROVE Rhizophora apiculata Blume. DAN Rhizophora mucronata Lamk. DI TAMAN NASIONAL RAWA AOPA WATUMOHAI Oleh :
IRMAYANTI ARIEF F1D1 12 053 ABSTRAK Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui distribusi dan model allometrik nutrien kalium dan fosfor pada organ vegetatif mangrove Rhizophora apiculata dan Rhizophora mucronata. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Januari sampai Maret 2016 di Taman Nasional Rawa Aopa Watumohai. Analisis kalium dan fosfor pada dua jenis mangrove Rhizophora apiculata dan Rhizophora mucronata menggunakan AAS (Atomic Absorbansi Spectrofotometer) dan spektrofotometer. Variabel bebas menggunakan DBH dan D30 untuk membuat model allometrik kadar nutrien kalium dan fosfor pada tiap organ mangrove. Hasil penelitian menunjukkan bahwa kadar kalium pada batang mangrove Rhizophora apiculata (0,421 mg/g), cabang (0,257 mg/g) dan daun (0,026 mg/g), sedangkan batang Rhizophora mucronata (0,856 mg/g), cabang (0,315 mg/g) dan daun (0,001 mg/g). Kadar fosfor pada batang mangrove Rhizophora apiculata (17,2 mg/g), cabang (1,58 mg/g) dan daun (1,53 mg/g), sedangkan batang Rhizophora mucronata (12,4 mg/g), cabang (1,46 mg/g) dan daun (1,58 mg/g). Kadar nutrien kalium dan fosfor pada mangrove Rhizophora apiculata dan Rhizophora mucronata tertinggi pada organ batang. Model allometrik yang paling baik untuk menduga kadar nutrien pada mangrove Rhizophora apiculata dan Rhizophora mucronata adalah menggunakan DBH.
Kata Kunci : Kadar kalium, Kadar fosfor, model allometrik, Rhizophora apiculata, Rhizophora mucronata, Taman Nasional Rawa Aopa Watumohai
xv
xvi
Distribution and Allometric Models for Potassium and Phosphorous in Mangroves Rhizophora apiculata Blume. and Rhizophora mucronata Lamk. at Rawa Aopa Watumohai National Park
By :
IRMAYANTI ARIEF F1D1 12 053
ABSTRACT
This study aimed to know the distribution of potassium and phosporus and to establisht the allometric models for estimation of potassium and phosphorus stocks in vegetative organs of mangroves Rhizophora apiculata and Rhizophora mucronata. The research was conducted from January to March 2016 in Rawa Aopa Watumohai National Park. Analysis of potassium and phosphorus contents for stems, branch and leaf of Mangrove Rhizophora apiculata and Rhizophora mucronata were done by using AAS (Atomic Absorbance Spectrophotometer) and spectrophotometers in Laboratory of Forensic and Biomoleculer. The independent variables of DBH and D30 were used for establishment of allometric models of potassium and phosphorus in each organ mangrove. The results showed that potassium content of mangrove Rhizophora apiculata in stems organ (0,421 mg/g), branch (0,257 mg/g) and leaf (0,026 mg/g), while stem of Rhizophora mucronata (0,856 mg/g), branch (0,315 mg/g) and leaf (0,001 mg/g). Phosphorus content of mangrove Rhizophora apiculata in stems organ (17,2 mg/g), branch (1,58 mg/g), and leaf (1,53 mg/g), while stem Rhizophora mucronata (12,4 mg/g), branch (1,46 mg/g), and leaf (1,58 mg/g). The both nutrients of potassium and phosphorus contents in Rhizophora apiculata were the highest in their stems than those of in their leaf and branch organs and Rhizophora mucronata were the highest in their stems than those of in their leaf and branch organs. The best allometric model for estimation of potassium and phosphorous stocks in Rhizophora apiculata and Rhizophora mucronata was used DBH.
Keywords : Potassium, Phosphorous, Allometric model, Rhizophora apiculata, Rhizophora mucronata, Rawa Aopa Watumohai National Park
xvi
1
I. PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Mangrove merupakan tumbuhan di daerah tropis dan subtropis yang berperan sebagai sumber karbon dan nutrien lainnya (Mazda et al., 1997; Katili, 2009). Mangrove dianggap penting untuk kesuburan perairan melalui perannya sebagai tempat pemijahan (spawning ground) dan perawatan (nursery ground) serta sebagai sumber nutrien bagi biota perairan (Gong and Oong, 1990; Alongi, 1996, Holguin et al., 2001; Pelegri et al., 1997, Mfilinge et al., 2002). Kandungan nutrien
tersebut
dapat
mempengaruhi
produktivitas
mangrove
maupun
produktivitas perairan di sekitarnya. Nutrien pada mangrove umumnya terdapat dalam bentuk karbon, nitrogen, kalium dan fosfor. Mangrove menghasilkan nutrien seperti fosfor dan kalium yang berperan dalam mempengaruhi berbagai biota perairan. Fosfor merupakan salah satu nutrien yang terkandung dalam tumbuhan mangrove sebagai konstituen asam nukleat, fosfolipid dan ATP (Marschner, 1995). Kalium juga terkandung di dalam tumbuhan mangrove dan berperan dalam mempengaruhi produktivitas mangrove (Das et al., 1997) sehingga penting untuk mengestimasi kandungan kedua nutrien tersebut pada ekosistem mangrove. Sebuah studi terkait estimasi kandungan nutrien fosfor dan kalium telah dilaporkan Teas (1983) yakni mangrove Rhizophora apiculata mengandung sekitar 0,02% fosfor dan 0,52% kalium terdapat pada daun, 0,03% fosfor dan 0,06% kalium terdapat pada batang, 0,03% fosfor dan 0,16% kalium terdapat pada cabang. Studi lain menyebutkan kandungan nutrien fosfor dan kalium yakni 1
1
2
mangrove Avicennia marina mengandung sekitar 0,007% fosfor dan 0,008% kalium terdapat pada batang, 0,026% fosfor dan 0,432% kalium terdapat pada daun. Pada mangrove Bruguiera gymnorhiza mengandung sekitar 0,012% fosfor dan 0,016% kalium terdapat pada batang, 0,022% fosfor dan 0,196% kalium terdapat pada daun. Pada mangrove Rhizophora mucronata mengandung sekitar 0,016% fosfor dan 0,018% kalium terdapat pada batang. Hal ini mengindikasikan bahwa estimasi terkait kandungan P dan K sangat penting dilakukan. Gong and Oong (1990) menyatakan untuk memahami hubungan antara ekosistem mangrove dan perairan sekitarnya diperlukan pengetahuan terkait estimasi kandungan nutrien mangrove. Estimasi kandungan nutrien pada mangrove sangat sulit sebab di pengaruhi berbagai kondisi ekstrim seperti keberadaan lumpur dan genangan air pada saat pasang (Clough et al., 1997). Oleh karena itu banyak para ahli menggunakan model tertentu dalam menduga kandungan nutrien pada mangrove, misalnya model allometrik. Model ini merupakan jenis model yang bersifat non destruktif dan umum digunakan dalam estimasi biomassa dan kandungan nutrien pada
mangrove.
Banyak
studi
menggunakan
model
allometrik
untuk
mengestimasi kandungan nutrien pada mangrove, namun hanya sedikit data yang tersedia dalam estimasi kandungan nutrien pada mangrove di Indonesia khususnya di Taman Nasional Rawa Aopa Watumohai. Kawasan hutan mangrove di Taman Nasional Rawa Aopa Watumohai (TNRAW) merupakan salah satu kawasan mangrove terluas di Sulawesi yang masih dalam kondisi bagus. Ketebalan hutan mangrove dari titik terdalam sampai
2
3
pantai mencapai 7 km dan masih dapat dijumpai pohon mangrove berdiameter satu sampai dua meter (Liana, 2011). Studi terkait kandungan nutrien seperti karbon dan nitrogen di TNRAW telah dilaporkan oleh Analuddin et al., (2015). Namun, belum ada data terkait kandungan nutrien kalium dan fosfor pada mangrove di TNRAW yang sangat penting untuk menjelaskan stok nutrien daya dukung ekologis hutan mangrove. Oleh karena itu peneliti tertarik untuk penelitian berjudul “Distribusi dan Model Allometrik Nutrien Kalium dan Fosfor pada Mangrove Rhizophora apiculata Blume. dan Rhizophora mucronata Lamk. di Taman Nasional Rawa Aopa Watumohai” B. Rumusan Masalah Rumusan masalah pada penelitian ini yaitu : 1. Bagaimana distribusi nutrien kalium dan fosfor pada organ mangrove (batang, cabang utama dan daun) pada mangrove Rhizophora apiculata dan Rhizophora mucronata di Taman Nasional Rawa Aopa Watumohai? 2. Bagaimana model allometrik nutrien kalium dan fosfor pada organ mangrove (batang, cabang utama dan daun) pada mangrove Rhizophora apiculata dan Rhizophora mucronata di Taman Nasional Rawa Aopa Watumohai?
3
4
C. Tujuan Penelitian Tujuan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut : 1. Untuk mengetahui distribusi nutrien kalium dan fosfor pada organ mangrove (batang, cabang utama dan daun) pada mangrove Rhizophora apiculata dan Rhizophora mucronata di Taman Nasional Rawa Aopa Watumohai. 2. Untuk mengetahui model allometrik nutrien kalium dan fosfor pada organ mangrove (batang, cabang utama dan daun) pada mangrove Rhizophora apiculata dan Rhizophora mucronata di Taman Nasional Rawa Aopa Watumohai. D. Manfaat Penelitian Manfaat dalam penelitian ini adalah sebagai berikut : 1. Menjadi acuan dan informasi bagi peneliti mengenai kadar nutrien pada mangrove Rhizophora apiculata dan Rhizophora mucronata. 2. Menjadi acuan dan informasi bagi penelitian selanjutnya yang relevan dengan penelitian ini.
4
5
II. TINJAUAN PUSTAKA
A. Hutan Mangrove Hutan mangrove merupakan ekosistem yang kompleks terdiri dari flora dan fauna daerah pantai, hidup sekaligus di habitat daratan dan air laut, antara batas air pasang surut. Selain itu komunitas ini memiliki peran dalam melindungi garis pantai dari erosi, gelombang laut dan angin topan. Tanaman mangrove berperan juga sebagai buffer (perisai alam) dan menstabilkan tanah dengan menangkap dan memerangkap endapan material dari darat yang terbawa air sungai dan yang kemudian terbawa ke tengah laut oleh arus. Hutan mangrove tumbuh subur dan luas di daerah delta dan aliran sungai yang besar dengan muara yang lebar (Irwanto, 2006). Hutan mangrove memiliki kedudukan yang penting yakni sebagai mata rantai yang menghubugkan antara ekosistem laut dan darat. Hutan mangrove menghasilkan bahan organik dalam jumlah yang besar dalam bentuk serasah. Bahan organik yang dihasilkan oleh hutan mangrove, akan memberikan sumbangan pada rantai makanan di perairan pantai, sehingga perairan pantai disekitar hutan mangrove mempunyai produktivitas yang tinggi (Lear dan Turner, 1977). Menurut Irmayeni (2010) hutan mangrove adalah sebutan umum yang digunakan untuk menggambarkan suatu komunitas pantai tropik yang didominasi oleh beberapa spesies pohon-pohon yang khas atau semak-semak yang mempunyai kemampuan untuk tumbuh dalam perairan asin. Menurut Bengen (2000), Hutan mangrove meliputi pohon dan semak yang tergolong ke dalam 8 55
6
famili yang terdiri atas 12 genera tumbuhan berbunga yaitu: Avicennia, Sonneratia,
Rhizophora,
Bruguiera,
Ceriops,
Xylocarpus,
Lummitzera,
Laguncularia, Aegiceras, Aegiatilis, Snaeda dan Conocarpus . Hutan mangrove merupakan salah satu ekosistem hutan wilayah pesisir yang dicirikan oleh adanya komunitas vegetasi mangrove yang tahan terhadap salinitas tinggi dan periode penggenangan akibat pasang surut. Mangrove dapat tumbuh di kawasan tropik dan sebagian sub tropik dengan pengaruh sedimentasi yang kuat. Tumbuhan mangrove yang diketahui termasuk ke dalam 8 famili dan 12 genus pada umumnya didominasi oleh jenis Rhizophora, Avicennia, Sonneratia, dan Bruguiera (Setiadi dkk., 2007). Hutan mangrove merupakan ekosistem yang sangat produktif. Berbagai produk dari mangrove dihasilkan baik secara langsung maupun tidak langsung, diantaranya kayu bakar, bahan bangunan, keperluan rumah tangga, obat-obatan, dan perikanan (Noor dkk., 2006). Menurut Arief (2003) mangrove memiliki fungsi kimia sebagai tempat terjadinya proses fotosintesis yang menghasilkan oksigen, sebagai penyerap karbon dioksida, dan sebagai pengelolah bahan-bahan limbah hasil pencemaran dan kapal-kapal di lautan. B. Fungsi Hutan Mangrove Salah satu peran dan sekaligus manfaat hutan mangrove adalah adanya sistem perakaran mangrove yang kompleks dan rapat, lebat dapat memerangkap sisa-sisa bahan organik dan endapan yang terbawa air laut dari bagian daratan. Proses ini menyebabkan air laut terjaga kebersihannya dan dengan demikian memelihara kehidupan padang lamun (seagrass) dan terumbu karang. Karena
6
7
proses ini maka mangrove seringkali dikatakan pembentuk daratan karena endapan dan tanah yang ditahannya menumbuhkan perkembangan garis pantai dari waktu ke waktu. Pertumbuhan mangrove memperluas batas pantai dan memberikan kesempatan bagi tumbuhan terestrial hidup dan berkembang di wilayah daratan. Akar pohon mangrove juga menjaga pinggiran pantai dari bahaya erosi. Buah vivipar yang dapat berkelana terbawa air hingga menetap di dasar yang dangkal dapat berkembang dan menjadi kumpulan mangrove di habitat yang baru (Setyawan, 2006). Hutan mangrove merupakan sumber daya alam yang penting di lingkungan pesisir, dan memiliki tiga fungsi utama yaitu fungsi fisik, biologis, dan ekonomis. Fungsi fisik adalah sebagai penahan angin, penyaring bahan pencemar, penahan ombak, pengendali banjir dan pencegah intrusi air laut ke daratan. Fungsi biologis adalah sebagai daerah pemijahan (spawning ground), daerah asuhan (nursery ground), dan sebagai daerah mencari makan (feeding ground) bagi ikan dan biota laut lainnya. Fungsi ekonomis adalah sebagai penghasil kayu untuk bahan baku dan bahan bangunan, bahan makanan dan obat-obatan. Selain itu, fungsi tersebut adalah strategis sebagai produsen primer yang mampu mendukung dan menstabilkan ekosistem laut maupun daratan (Romimotarto, 2001).
C. Mangrove Famili Rhizophoraceae Berdasarkan vegetasi penyusunnya, hutan mangrove dapat dibedakan atas tiga macam, yaitu hutan mangrove utama (major mangrove), yaitu hutan mangrove yang tersusun atas satu jenis tumbuhan saja; hutan mangrove ikutan (minor mangrove), yaitu mangrove yang terdiri atas jenis-jenis campuran; dan 7
8
tumbuhan asosiasi (associated plants), yaitu berbagai jenis tumbuhan yang berada di sekitar hutan mangrove yang kehidupannya sangat bergantung pada kadar garam, dan kelompok tumbuhan ini biasanya hidup di daerah yang hanya digenangi air laut pada saat pasang maksimum saja. Vegetasi penyusun hutan mangrove yang ada di Indonesia ini tergabung dalam 37 suku tumbuhan, yang terdiri atas pohon (14 suku), perdu (4 suku), terna (5 suku), liana (3 suku), epifit (10 suku ), dan parasit (1 suku) (Sudarmadji, 2006). Kartawinata dkk., (1978) Famili Rhizophoraceae merupakan salah satu famili mangrove yang anggotanya terdiri dari pohon meliputi Bruguiera cylindrica, Bruguiera exaristata, Bruguiera gymnorrhiza, Bruguiera sexangula, Ceriops decandra, Ceriops tagal, Kandelia candel, Rhizophora apiculata, Rhizophora mucronata, dan Rhizophora stylosa. Mangrove Rhizophoraceae secara luas terdistribusi di sepanjang garis pantai tropik dan spesies teresterial tumbuh pada hutan primer dan hutan hujan suksesional (Schwarzbach, 2000). 1. Rhizophora apiculata Menurut
Richards
(1952)
pada
umumnya
jenis
mangrove
Rhizophoraceae lebih menyukai tanah-tanah yang kaya humus, berwarna hitam, dan bercampur sedikit pasir halus (Geisen et al., 2006). Famili Rhizophoraceae terdiri dari banyak spesies salah satunya yaitu Rhizophora apiculata dan Rhizophora mucronata. Menurut Bengen (2000) Rhizophora apiculata dikenal dengan berbagai nama seperti bakau minyak. Pohon dengan ketinggian mencapai 30 m dengan diameter batang mencapai 50 cm. Disebut juga sebagai pohon facultative halophyte yang artinya dapat tumbuh di air asin
8
9
atau air dengan kadar garam yang tinggi tetapi tidak terbatas hanya di habitat yang demikian saja. Rhizophora apiculata (Bakau minyak) merupakan jenis mangrove dengan ketinggian mencapai 30 m, diameter batang mencapai 50 cm. Memiliki perakaran yang khas hingga mencapai 5 m, dan kadang-kadang memiliki akar udara yang keluar dari cabang, kulit kayu berwarna abu-abu tua. Daun berkulit dengan warna hijau tua dengan hijau muda pada bagian tengah dan kemerahan pada bagian bawah. Gagang daun panjangnya 17 sampai 35 mm dan warnanya kemerahan, bentuk daun yang elips menyempit dengan ujung yang meruncing dan ukurannya 7-19 x 3,5-8 cm. Bunga biseksual dengan kepala bunga kekuningan yang terletak pada gagang berukuran lebih kecil dari 14 mm. Formasi 2 bunga per kelompok, daun mahkota berjumlah 4 berwarna kuningputih. Buah kasar berbentuk bulat memanjang, berwarna coklat dengan panjang 2 sampai 3,5 cm, berisi satu biji fertil. Hipokotil silindris, berbintil, berwarna hijau jingga. Leher kotiledon berwarna merah jika sudah matang, panjang hipokotil mencapai 18 sampai 38 cm dan diameter 1 sampai 2 cm. Rhizophora apiculata tumbuh pada tanah berlumpur halus, dalam dan tergenang saat pasang normal, tidak menyukai substrat yang lebih keras yang bercampur dengan pasir. Tingkat dominasi dapat mencapai 90% dari vegetasi yang tumbuh di suatu lokasi (Noor dkk., 2006).
9
10
Gambar 1. Morfologi Rhizophora apiculata (Sumber : Noor, 2006). Keterangan : a = bunga, b= propagul, c= daun, d= pohon.
2. Rhizophora mucronata Rhizophora mucronata adalah bakau gundul. Tanaman ini termasuk ke dalam Famili Rhizophoraceae dan banyak ditemukan pada daerah berpasir serta daerah pasang surut air laut. Tanaman bakau dapat tumbuh hingga ketinggian 35-40 m. Tanaman bakau memiliki batang silindris, kulit luar berwarna cokelat keabu-abuan sampai hitam. Akar tunjang digunakan sebagai alat pernapasan karena memiliki lentisel pada permukaannya (Murdiyanto, 2003). Rhizophora mucronata (bakau hitam) merupakan jenis mangrove dengan ketinggian mencapai 27 meter, diameter batang hingga 70 cm, kulit kayu berwarna gelap hingga hitam dan terdapat celah horizontal. Akar tunjang dan 10
11
akar udara tumbuh pada percabangan bagian bawah. Daun berkulit, panjang daun 2,5cm sampai 5,5 cm, bentuk yang melebar hingga bulat memanjang dengan ujung yang runcing. Gagang kepala bunga seperti cagak, bersifat biseksual, masing-masing menempel pada gagang individu yang panjangnya 2,5 sampai 5 cm, letak di ketiak daun dengan formasi bunga 4 sampai 8 bunga per kelompok. Buah lonjong/panjang hingga berbentuk telur berukuran 5 sampai 7 cm, berwarna hijau kecoklatan. Hipokotil silindris kasar dan berbintil dengan leher kotiledon berwarna kuning ketika matang. Panjang hipokotil mencapai 36 sampai 70 cm dengan diameter 2 sampai 3 cm. Rhizophora mucronata dapat tumbuh pada areal yang sama dengan Rhizophora apiculata, namun lebih toleran terhadap substrat yang lebih keras dan berpasir. Pada umumnya tumbuh pada tepi sungai pasang surut dan di muara sungai (Noor dkk., 2006).
11
12
Gambar 2. Morfologi Rhizophora mucronata. (Sumber : Noor, 2006). Keterangan : a = bunga, b= propagul, c= daun, d= pohon.
D. Jenis Nutrien Nutrien tanaman adalah suatu zat yang sangat penting bagi produksi tanaman pertanian yang menghasilkan makanan yang sehat untuk manusia (Chen et al., 2007). Menurut Marajo (2008), nutrien yang diserap oleh tanaman digunakan untuk pertumbuhan, perkembangan dan proses reproduksi tanaman tersebut. Tanaman mendapatkan nutrien yang dibutuhkan dari berbagai sumber. Ada beberapa nutrien yang telah tersedia di alam, biasanya berupa unsur-unsur alami yang terkandung di dalam tanah, tetapi kandungan nutrien dari tanah terkadang tidak mencukupi kebutuhan tanaman, terutama tanaman pada lahan pertanian. Kekurangan nutrien bisa mengakibatkan pertumbuhan tanaman terhambat atau bahkan tanaman tersebut mati. 12
13
Nutrien adalah zat-zat yang diperlukan untuk kelangsungan hidup. Nutrien bagi tumbuhan dibutuhkan untuk memenuhi kebutuhan hidupnya seperti pertumbuhan dan pembiakan. Nutrien yang diperoleh tumbuhan akan disimpan dalam tubuh tumbuhan. Untuk keperluan hidupnya tumbuhan membutuhkan nutrien yang berupa mineral dan air. Mineral diperoleh tumbuhan dari dalam tanah demikian pula dengan air. Mineral ini berupa kalium (K) dan fosfor (P) (Rahman, 2006). 1. Kalium (K) Menurut Kusmana (2003), kalium diserap dalam bentuk K+ (terutama pada tanaman muda). Kalium banyak terdapat pada sel-sel muda atau bagian tanaman yang banyak mengandung protein, inti-inti sel tidak mengandung kalium. Zat kalium mempunyai sifat mudah larut dan hanyut, selain itu mudah difiksasi dalam tanah. Zat Kalium yang tidak diberikan secara cukup, maka efisiensi N dan P akan rendah, dengan demikian maka produksi yang tinggi tidak dapat diharapkan. Kalium berperan membantu : 1) Pembentukan protein dan karbohidrat. 2) Mengeraskan jerami dan bagian kayu dari tanaman. 3) Meningkatkan resistensi tanaman terhadap penyakit. 4) Meningkatkan kualitas biji/buah. Kalium didalam tanaman berfungsi dalam proses pembentukan gula dan pati, translokasi gula, aktifitas enzim dan pergerakan stomata. Tanaman yang kekurangan unsur hara ini menunjukkan gejala pada daun bawah ujungnya
13
14
menguning dan mati, kemudian menjalar ke bagian pinggir daun. Kalium dalam tanah sering ditemui sebagai faktor pembatas, karena kalium (K) merupakan unsur hara yang sangat peka terutama di daerah tropik dengan curah hujan yang tinggi. Kalium diserap tanaman dalam jumlah yang cukup besar (Krestian, 2005). Pentingnya kalium dalam penambahan diameter batang berhubungan dengan fungsi kalium untuk meningkatkan kadar sclerenchyma pada batang, Sclerenchyma mempunyai fungsi memberi penebalan dan kekuatan pada jaringan batang sehingga tanaman lebih kuat dan tidak mudah rebah. Bel dan Rahmania (2001) menyatakan bahwa pertumbuhan tanaman berkorelasi dengan penambahan konsentrasi kalium pada daerah pembesaran. Bila tanaman kekurangan kalium maka pembesaran dan perpanjangan sel terhambat. Makin
tinggi konsentrasi unsur hara K maka lingkar batang
semakin besar. Novizan (2002) menyatakan bahwa
kalium dapat
meningkatkan fotosintesis tanaman melalui peningkatan fotofosforilasi yang menghasilkan ATP dan NADPH yang berperan dalam proses fotosintesis dan metabolisme tanaman. 2. Fosfor (P) Menurut Retnowati (1998), fosfor diambil tanaman dalam bentuk H2PO4dan HPO4. Secara umum, fungsi dari fosfor (P) dalam tanaman dapat dinyatakan sebagai berikut : 1) Dapat mempercepat pertubuhan akar.
14
15
2) Dapat mempercepat serta memperkuat pertumbuhan tanaman muda menjadi tanaman dewasa. 3) Dapat mempercepat pembungaan dan pemasakan buah, biji atau gabah. 4) Dapat meningkatkan produksi biji-bijian. Fosfor didalam tanah dapat digolongkan dalam 2 bentuk, yaitu bentuk organis dan bentuk anorganis. Di dalam tanah fungsi P terhadap tanaman adalah sebagai zat pembangun dan terikat dalam senyawa-senyawa organik. Dan sebaliknya hanya sebagian kecil saja yang terdapat dalam bentuk anorganik sebagai ion-ion fosfor. Fungsi fosfor dalam tanaman adalah dapat mempercepat pertumbuhan akar semai, mempercepat pertumbuhan tanaman, meningkatkan produk biji-bijian dan dapat memperkuat tubuh tanaman padipadian sehingga tidak mudah rebah (Kusmana, 2003). Bagian-bagian tubuh tanaman yang bersangkutan dengan pembiakan generatif, seperti daun-daun bunga, tangkai-tangkai sari, kepala-kepala sari, butir-butir tepung sari, daun buah seta bakal biji ternyata mengandung P. Jadi, unsur P banyak diperlukan untuk pembentukan bunga dan buah. Defisiensi unsur hara ini akan menimbulkan hambatan pada pertumbuhan sistem perakaran, daun, batang, seperti misalnya pada tanaman serelia (padi-padian, rumput-rumputan penghasil biji yang dapat dimakan, jewawut, gandum, jagung), daun-daunnya berwarna hijau tua/keabu-abuan, mengkilap, sering pula terdapat pigmen merah pada daun bagian bawah, selanjutnya mati (Kartawinata, 1978).
15
16
Fosfor merupakan salah satu unsur hara (nutrisi) yang dibutuhkan oleh organisme perairan (Nybakken, 1985). Fosfor di alam tidak di jumpai dalam keadaan bebas, akan tetapi berada dalam keadan terikat dengan unsur lain membentuk senyawa. Unsur hara
fosfor dilaut ditemukan dalam bentuk
keadaan terlarut dan tersuspensi atau terikat dalam sel organisme dalam air. Sumber fosfor di perairan adalah sungai karena dapat membawa hanyutanhanyutan sampah maupun sumber fosfor lainnya dari darat. Selain itu, sumber fosfor terdapat pada serasah daun bakau dan lamun. Sedimen juga berperan utama dalam menyediakan unsur hara diperairan (Ahmad, 2004).
E. Model Allometrik Metode allometrik merupakan metode pengukuran pertumbuhan tanaman yang dinyatakan dalam bentuk hubungan-hubungan eksponensial atau logaritma antar organ tanaman yang terjadi secara harmonis dan perubahan secara proporsional (Parresol, 1999). Metode allometrik ini pertama kali ditemukan oleh Kittredge (1944) dalam bentuk formulasi logaritmik sebagai berikut : Y = aXb Keterangan : Y = variabel bergantung (dalam hal ini kandungan biomassa) X = variabel bebas (dalam hal ini dapat berupa diameter batang atau tinggi pohon) a, b = konstanta. Martin et al., (1998), menyatakan bahwa persamaan allometrik dapat digunakan untuk menghubungkan antara diameter batang pohon dengan variabel yang lain seperti volume kayu, biomassa pohon, dan kandungan karbon pada 16
17
tegakan hutan yang masih berdiri (standing stock). Dalam tulisan ini akan dipaparkan hasil penelitian tentang penaksiran volume kayu perkakas dan kayu bakar berdasarkan ukuran diamater batang dan tinggi pohonnya. Penghitungan biomassa dengan menggunakan metode pendugaan melalui penginderaan jauh serta pembuatan model. Metode ini menggunakan persamaan allometrik untuk mengekstrapolasi cuplikan data ke area yang lebih luas. Penggunaan persamaan allometrik standard yang telah dipublikasikan sering dilakukan, tetapi karena koefisien persamaan allometrik ini bervariasi untuk setiap lokasi dan spesies, penggunaan persamaan standar ini dapat mengakibatkan galat (kesalahan) yang signifikan dalam mengestimasikan biomassa suatu vegetasi (Heiskanen, 2006; Australian Greenhouse Office, 1999). Persamaan allometrik biomasa disusun dengan asumsi bahwa ada korelasi yang cukup tinggi antara dimensi pohon (diameter dan tinggi) dengan besarnya biomasa pohon. Penyusunan model allometrik menggunakan analisis regresi dengan metode pendugaan koefisien regresi metode OLS (Ordinary Least Squares) atau metode kuadrat terkecil. Metode kuadrat terkecil merupakan metode untuk memilih garis regresi yang membuat jumlah kuadrat jarak vertikal dari titik y pengamatan ke garis regresi sekecil mungkin (Walpole, 1993). Selanjutnya dipilih model regresi terbaik dengan memperhatikan standar kriteria perbandingan model, yaitu : koefisien determinasi (R2), dan nilai sisaan (s). Selain itu ada satu kriteria tambahan dalam pengambilan keputusan model terpilih yaitu nilai Predicted Residual Sum of Squares (PRESS) sebagai uji validasi untuk memilih persamaan
17
18
terbaik. Penyusunan dan analisa persamaan allometrik ini dibuat dengan menggunakan bantuan Software Kaleidagraft 4.0.
18
19
III.
METODE PENELITIAN
A. Waktu dan Tempat Penelitian ini dilakukan pada bulan Januari sampai Maret 2016, bertempat di kawasan Taman Nasional Rawa Aopa Watumohai (TNRAW) Sulawesi Tenggara, yang selanjutnya dibawa ke Laboratorim Taksonomi dan Ekologi serta Laboratorium Forensik dan Biomolekuler, Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam, Universitas Halu Oleo untuk di analisis lebih lanjut. B. Alat dan Bahan 1. Alat Alat yang digunakan dalam penelitian ini disajikan pada Tabel 1. Tabel 1. Alat yang digunakan beserta kegunaannya. No. Alat Spesifikasi Fungsi 1 2 3 4 1. Alat tulis menulis Untuk menulis hasil pengukuran 2. GPS Tipe Garmin Untuk menentukan titik koordinat lokasi pengambilan sampel 3. Timbangan pegas Ketelitian 50 Untuk menimbang sampel segar kg 4. Meteran kain Untuk mengukur diameter batang 5. Kamera Digital Canon Untuk mengambl gambar dokumentasi 6. Parang Untuk memotong pohon Gergaji Untuk mengergaji pohon 7. Blender Untuk menghaluskan sampel daun 8. Ayakan Untuk menyaring sampel daun 9. Timbangan Ohaus Ketelitian Untuk mengukur berat sampel 0,001 gram Untuk mengambil sampel 10. Spatula Sebagai wadah sampel 11. Gelas erlenmeyer Untuk memanaskan sampel 12. Hot Plate Wadah menyimpan amonium molibdat 13. Labu Ukur Ukuran dan ekstrak Vit. C 250mL Untuk tempat mereaksikan dan 14. Lemari asam Tipe Javva menyimpan larutan FH150 15. Corong Untuk membantu penyaringan 19 19
20
1 16.
2 Tabung reaksi
17. 18.
Pipet Filler
19.
Kuvet
20. 21. 22.
Spektrofotometer AAS Software Kaleidagraft 4.0
3 4 Tipe Sebagai wadah menempatkan Memmert larutan Ukuran 50 ml Untuk mengambil cairan Untuk membatu mengambil filtrat dalam jumlah banyak Wadah sampel yang akan dianalisis di spektrofotometer Tipe Hitachi Untuk melihat kadar fosfor Z-2000 Untuk melihat kadar kalium Untuk menganalisis data
2. Bahan Bahan yang digunakan dalam penelitian ini disajikan pada Tabel 2. Tabel 2. Bahan yang digunakan beserta kegunaannya. No. Bahan Kegunaan 1 2 3 1. Batang, cabang utama dan daun Sebagai sampel pengamatan mangrove Rhizophora apiculata dan Rhizophora mucronata 2. Kertas Koran Untuk membungkus sampel 3. Kertas label Untuk menandai sampel 4. Kantung plastik Sebagai wadah menempatkan sampel 5. Plastik Ciplok Sebagai wadah penyimpanan sampel 6. HNO3 Pekat 35% Sebagai larutan destruktif 7. Aquades Untuk melarutkan 8. Kertas saring Sebagai penyaring ekstrak 9. Amonium molibdat 4% Sebagai larutan destruktif 10. Ekstrak Vit. C Sebagai larutan destruktif C. Variabel Penelitian Variabel yang diamati dalam penelitian ini adalah sebagai berikut : 1. Variabel bebas : DBH (Diameter setinggi dada), D30 (Diameter setinggi 30cm dari pangkal batang) dan organ vegetatif (batang, cabang, dan daun) mangrove R. apiculata dan R. mucronata.
20
21
2. Variabel terikat : kadar kalium dan fosfor pada organ mangrove R. apiculata dan R. mucronata. D. Jenis Penelitian Penelitian ini merupakan penelitian eksplorasi. Sampel mangrove R. apiculata dan R. mucronata dikoleksi organ batang, cabang utama dan daunnya serta dianalisis kandungan nutriennya dengan metode AAS (Atomic Absorption Spectrophotometer) dan spektrofotometer. E. Definisi Operasional dan Indikator Penelitian 1. Definisi Operasional Untuk menghindari adanya kekeliruan, maka dijelaskan beberapa definisi operasional yaitu sebagai berikut: a. Model allometrik nutrien merupakan hubungan antara DBH dan D30 dengan kadar nutrien pada organ vegetatif (batang, cabang dan daun) pada mangrove R. apiculata dan R. mucronata. b. Organ vegetatif mangrove yaitu meliputi batang yang berdiameter 2 - 15 cm, cabang yang paling besar dan daun dengan ukuran besar, sedang, serta kecil pada mangrove R. apiculata dan R. mucronata. 2. Indikator Penelitian Indikator dalam penelitian ini adalah kadar kalium (K) dan fosfor (P) pada mangrove R. apiculata dan R. mucronata.
21
22
F. Prosedur Penelitian 1.
Penentuan Lokasi Studi Lokasi pengambilan sampel R. apiculata terletak pada (04º29.654’LS) dan (122º05.102’LU), sampel R. mucronata terletak pada (04º29.670’LS) dan (122º05.126’LU).
2.
Prosedur pengambilan sampel Pengambilan sampel dilakukan dengan langkah-langkah sebagai berikut: 1. Memilih pohon mangrove R. apiculata dan R. mucronata yang berdiameter sekitar 2 – 15 cm, masing-masing sebanyak 8 individu untuk mangrove R. apiculata dan R. mucronata. 2. Menebang semua pohon mangrove R. apiculata dan R. mucronata yang telah dipilih pada ketinggian 1,3 m dari permukaan tanah atau setinggi dada (DBH). 3. Setiap pohon yang telah ditebang dipisahkan bagian batang, cabang dan daunnya. Untuk sampel batang dipotong mulai dari bagian pangkal sampai bagian ujung batang sepanjang 5 cm dengan interval 100 cm tiap batang. Untuk sampel cabang, diambil cabang yang paling besar, kemudian dipotong mulai dari bagian pangkal cabang sampai bagian ujung sepanjang 5cm dengan interval 100 cm tiap cabang. Untuk sampel daun diambil secara acak setelah pohon ditebang pada bagian bawah, tengah dan ujung kanopi, kemudian dipisahkan antara daun yang besar, sedang dan kecil.
22
23
4. Menimbang berat basah dari masing-masing sampel tersebut dengan menggunakan timbangan pegas, kemudian masing-masing sampel dibawa ke Laboratorium Taksonomi dan Ekologi untuk dioven selama 2 hari pada suhu 103°C sampai diperoleh berat kering. 5. Masing-masing sampel organ vegetatif (batang, cabang, dan daun) dihaluskan, untuk batang dan cabang dipotong-potong menggunakan gergaji sampai diperoleh serbuk sedangkan untuk sampel daun diblender, kemudian dilanjutkan dengan analisis kadar nutrien di Laboratorium Forensik dan Biomolekuler. 6. Analisis kadar Kalium Analisis kadar kalium organ yang akan diamati (batang, cabang dan daun) mengacu pada Horwitz and Willian, (2000) dengan langkah-langkah sebagai berikut : a. Menimbang 1 gram sampel batang yang telah dihaluskan, kemudian dimasukkan kedalam gelas erlenmeyer. b. Menambahkan 9 mL HNO3 pekat 35%, kemudian didestruksi hingga uap sampel berwarna putih. c. Menambahkan
20
mL
aquades,
kemudian
menyaring
sampel
menggunakan kertas saring lalu membuang ampasnya. d. Hal serupa dilakukan pada sampel cabang dan daun, kemudian masingmasing
sampel
diuji
menggunakan
Spectrofotometer).
23
AAS
(Atomic
Absorbsi
24
7. Analisis kadar Fosfor Analisis kadar fosfor organ yang akan diamati (batang, cabang dan daun) mengacu pada Olsen et al., (1954) dengan langkah-langkah sebagai berikut : a. Menimbang 1 gram sampel batang yang telah dihaluskan, kemudian dimasukkan kedalam gelas erlenmeyer. b. Menambahkan 9 mL HNO3 pekat 35%, kemudian didestruksi hingga uap sampel berwarna putih. c. Menambahkan
20
mL
aquades,
kemudian
menyaring
sampel
menggunakan kertas saring lalu membuang ampasnya. d. Mengambil 1 mL filtrat kemudian menambahkan 3 mL larutan amonium molibdat 4% serta 5 mL ekstrak vitamin C, lalu didiamkan selama 30 menit. e. Hal serupa dilakukan pada sampel cabang dan daun, kemudian masingmasing sampel dimasukkan kedalam kuvet lalu diuji menggunakan spektrofotometer (panjang gelombang = 570 mikro meter). Kadar nutrien kalium (K) dan fosfor (P) yang diperoleh dari hasil uji AAS (Atomic Absorbsi Spectofotometer) dan spektrofotometer untuk seluruh sampel dianalisis secara statistik menggunakan metode regresi linear menggunakan rumus sebagai berikut :
24
25
X=y–b a Dimana : y : Nilai Absorbansi a : Nilai ketetapan x : Kadar nutrien b : Nilai ketetapan
3.
Penyusunan Model Allometrik Metode allometrik merupakan metode pengukuran pertumbuhan tanaman yang
dinyatakan dalam bentuk hubungan-hubungan eksponensial atau
logaritma antar organ tanaman yang terjadi secara harmonis dan perubahan secara proporsional (Parresol, 1999). Metode allometrik ini pertama kali ditemukan oleh Kittredge (1944) dalam bentuk formulasi logaritmik sebagai berikut : Y = aXb Keterangan : Y = variabel bergantung (kadar kalium dan fosfor) X = variabel bebas (DBH dan D30) a, b = konstanta T-test digunakan untuk melihat perbedaan-perbedaan kadar kalium dan fosfor yang terkandung pada organ tumbuhan. Kemudian dilanjutkan dengan pembuatan grafik menggunakan software kaleidagraft 4.0.
25
26
Secara singkat, diagram alir prosedur kerja dalam penelitian ini disajikan pada gambar 3. .
Studi lokasi, pengambilan titik koordinat stasiun pengambilan sampel Koleksi organ tumbuhan
Preparasi dan penghalusan sampel Analisis Kadar Kalium (K) dan Fosfor (P)
Penyusunan Model Alometrik
Gambar 3. Diagram Prosedur Kerja Analisis Kadar Nutrien
26
27
IV.HASIL DAN PEMBAHASAN
A. Gambaran Umum Lokasi Penelitian Taman Nasional Rawa Aopa Watumohai (TNRAW) merupakan salah satu kawasan konservasi dengan ekosistem mangrove memiliki berbagai manfaat, diantaranya sebagai tempat berkembang biak berbagai organisme. Ekosistem mangrove di TNRAW memiliki luas 6.000 ha yang di dominasi oleh Ceriops tagal, Rhizophora apiculata, Rhizophora stylosa, Lumnitzera racemosa, Xylocarpus sp., dan Rhizophora mucronata. Lokasi Pengambilan sampel mangrove
Rhizophora
apiculata
terletak
pada
(04°29.654’LS)
dan
(122º05.102’LU), untuk sampel Rhizophora mucronata terletak pada (04º29.670’ LS) dan (122º05.126’ LU) (Balai Taman Nasional Rawa Aopa Watumohai, 2000). B. Distribusi Kadar Kalium Total pada Organ Mangrove Rhizophora apiculata dan Rhizophora mucronata Hasil analisis kadar kalium pada organ batang mangrove Rhizophora apiculata adalah (0,421 mg/g), cabang (0,257 mg/g) dan daun (0,026 mg/g). Kadar kalium pada organ batang mangrove Rhizophora mucronata adalah (0,856 mg/g), cabang (0,315 mg/g) dan daun (0,001 mg/g) ditampilkan pada gambar 4 :
27 27
28
B
A
1
1
a
R. apiculata
0,856
R. mucronata
0,8
Kalium (mg/g)
Kalium (mg/g)
0,8
0,6
a
0,421
0,4
ab
0,257
0,2
0,6
0,4
b
0,315
0,2
c
0,0256
0
BATANG
CABANG
DAUN
c
0
BATANG
Organ
CABANG
0,0099
DAUN
Organ
Gambar 4. Kadar kalium (mg/g) pada organ mangrove Rhizophora apiculata dan Rhizophora mucronata. Gambar 4 menunjukan bahwa kadar kalium pada organ batang mangrove Rhizophora apiculata lebih tinggi dibandingkan pada organ cabang dan organ daun. Berdasarkan uji statistik dengan t-test didapatkan kadar kalium antara organ batang dan cabang tidak berbeda nyata (p = 0,138). Sedangkan berbeda nyata antara kadar kalium organ batang dan daun (p = 0,031), dan sangat berbeda nyata antara organ cabang dan daun (p = 1,506 X 10-4). Kadar kalium pada organ vegetatif mangrove R. mucronata tertinggi pada organ batang dibandingkan pada cabang dan daun. Berdasarkan uji statistik dengan t-test didapatkan kadar kalium sangat berbeda nyata antara organ batang dan cabang (p = 3,286 X 10-6), dan daun (p = 5,900 X 10-6) maupun antara organ cabang dan daun (p = 7,547 X 10-7). Hasil lengkap disajikan pada Lampiran 1 tabel 5 dan 6. Hal ini sejalan dengan penelitian Hossain et al., (2015) yang menyatakan bahwa terdapat perbedaan kadar kalium antara organ vegetatif (batang, cabang dan daun) mangrove. Rata-rata kadar kalium organ batang mangrove R. mucronata (0,856 mg/g) lebih tinggi dibanding mangrove R. apiculata (0,421 mg/g), organ cabang nampak
28
29
lebih tinggi mangrove R. mucronata (0,315 mg/g) dibandingkan mangrove R. apiculata (0,257 mg/g). Sedangkan kadar kalium daun mangrove R. apiculata (0,026 mg/g) lebih tinggi dibanding mangrove R. mucronata (0,001 mg/g). C. Distribusi Kadar Fosfor Total pada Organ Mangrove Rhizophora apiculata dan Rhizophora mucronata Hasil analisis kadar fosfor pada organ batang mangrove Rhizophora apiculata adalah (17,2 mg/g), cabang (1,58 mg/g) dan daun (1,53 mg/g). Kadar fosfor pada organ batang mangrove Rhizophora mucronata adalah (12,4 mg/g), cabang (1,46 mg/g) dan daun (1,58 mg/g) ditampilkan pada gambar 5 : A 20
a
17,2
R. apiculata
R. mucronata
15
15
Fosfor (mg/g)
Fosfor (mg/g)
B
20
10
a
12,4
10
5
5
b
1,58
bc
b
1,53
1,46
bc
1,58
0
0
BATANG
CABANG
BATANG
DAUN
CABANG
DAUN
Organ
Organ
Gambar 5. Kadar fosfor (mg/g) pada organ mangrove Rhizophora apiculata dan Rhizophora mucronata Gambar 5 menunjukan bahwa kadar fosfor pada organ batang mangrove Rhizophora apiculata lebih tinggi dibandingkan pada organ cabang dan organ daun. Berdasarkan uji statistik dengan t-test didapatkan kadar fosfor sangat berbeda nyata antara organ batang dan cabang (p = 9,53 X 10-6), organ batang dan daun (p = 6,05 X 10-5). Sedangkan kadar fosfor antara organ cabang dan daun tidak berbeda nyata (p = 0,81).
29
30
Kadar fosfor pada organ vegetatif mangrove R. mucronata paling tinggi pada organ batang dibandingkan pada cabang dan daun. Berdasarkan uji statistik dengan t-test didapatkan kadar fosfor sangat berbeda nyata antara organ batang dan cabang (p = 2,65 X 10-6), dan antara organ batang dan daun (p = 1,12 X 10-4). Sedangkan kadar fosfor antara organ cabang dan daun tidak berbeda nyata (p = 0,09). Hasil lengkap disajikan pada Lampiran 1 tabel 7 dan 8. Rata-rata kadar fosfor antara organ batang mangrove R. mucronata (12,43 mg/g) nampak lebih rendah dibandingkan mangrove R. apiculata (17,17 mg/g). Begitu pula pada organ cabang nampak lebih tinggi mangrove R. apiculata (1,58 mg/g) dibandingkan mangrove R. mucronata (1,46 mg/g). Sedangkan pada organ daun kadar fosfornya nampak lebih tinggi mangrove R. mucronata (1,58 mg/g) dibanding mangrove R. apiculata (1,53 mg/g). Hal ini tidak sejalan dengan penelitian Hossain (2014), yang menyatakan bahwa kadar fosfor lebih tinggi pada organ daun (0,17mg/g) dibanding cabang (0,11mg/g) dan batang (0,07mg/g), namun sejalan dengan peneletian Gong dan Oong (1990), yang menyatakan bahwa kadar fosfor lebih tinggi pada batang (0,03%) dibandingkan pada daun (0,02%) dan cabang (0,02%).
30
31
D. Model Allometrik Kalium dan Fosfor Mangrove Rhizophora apiculata Nilai-nilai variabel a, b, dan R2 untuk menduga kadar nutrien pohon mangrove Rhizophora apiculata dapat dilihat pada Tabel 3 dan 4. Tabel 3. Nilai-nilai variabel a, b, dan R2 Rhizophora apiculata Variabel Variabel Variabel a bebas terikat (Titik potong) D30
DBH
Batang Cabang Daun Total Batang Cabang Daun Total
2,43 X 10-3 1,97 X 10-3 4,37 X 10-4 4,05 X 10-3 3,87 X 10-3 2,84 X 10-3 5,44 X 10-4 6,31 X 10-3
nutrien kalium pada mangrove Variabel b (Kemiring an) 2,71 2,25 1,45 2,61 2,58 2,15 1,41 2,49
R2 (Koefisien determinas i) 0,9632 0,7169 0,9217 0,9388 0,9620 0,7445 0,9339 0,9454
Tabel 3 memperlihatkan koefisisen a, b, dan nilai R2 model allometrik untuk menduga kadar nutrien kalium. Model allometrik untuk kadar nutrien kalium pada mangrove R. apiculata yaitu hubungan antara D30 dengan kalium batang diestimasi nilai variabel a (2,43 X 10-3) dan variabel b (2,71) serta nilai R2 (0,9632). Hubungan antara D30 dengan kalium cabang diestimasi nilai variabel a (1,97 X 10-3) dan variabel b (2,25) serta nilai R2 (0,7169). Hubungan antara D30 dengan kalium daun diestimasi nilai variabel a (4,37 X 10-4) dan variabel b (1,45) serta nilai R2 (0,9217). Hubungan antara D30 dengan kalium total diestimasi nilai variabel a (4,05 X 10-3) dan variabel b (2,61) serta nilai R2 (0,9388). Adapun hubungan antara DBH dengan kalium batang diestimasi nilai variabel a (3,87 X 10-3) dan variabel b (2,58) serta nilai R2 (0,9620). Hubungan antara DBH dengan kalium cabang diestimasi nilai variabel a (2,84 X 10-3) dan variabel b (2,15) serta
31
32
nilai R2 (0,7445). Hubungan antara DBH dengan kalium daun diestimasi nilai variabel a (5,44 X 10-4) dan variabel b (1,41) serta nilai R2 (0,9339). Hubungan antara DBH dengan kalium total diestimasi nilai variabel a (6,31 X 10-3) dan variabel b (2,49) serta nilai R2 (0,9454). Hasil lengkap disajikan pada Lampiran 3. Estimasi model allometrik kadar nutrien pada mangrove R. apiculata menunjukkan bahwa model allometrik yang paling cocok untuk kalium batang yaitu dengan menggunakan variabel D30 (Diameter setinggi 30 cm dari pangkal batang). Sedangkan estimasi model allometrik yang paling cocok untuk kalium cabang, daun dan nutrien kalium total yaitu menggunakan variabel DBH (Diameter Setinggi Dada) (Hasil lengkap disajikan pada Lampiran 3 gambar 2, 3, 4, dan 7). Meskipun demikian kedua variabel tersebut dapat digunakan untuk menduga kadar nutrien pada mangrove R. apiculata sebab nilai R2 tidak berbeda jauh. Young (1982) mengatakan bahwa ukuran korelasi dinyatakan sebagai berikut 0,70 s.d. 1,00 menunjukkan adanya tingkat hubungan yang tinggi, 0,40 s.d. < 0,70 menunjukkan tingkat hubungan yang substansial, 0,20 s.d < 0,40 menunjukkan tingkat hubungan yang rendah, dan < 0,20 menunjukkan tidak adanya hubungan. Model alometrik tersebut juga dapat digunakan untuk mengestimasi kadar nutrien pada spesies mangrove R. apiculata dikawasan hutan mangrove yang berbeda.
32
33
Tabel 4. Nilai-nilai variabel a, b, dan R2 Rhizophora apiculata Variabel Variabel Variabel a bebas terikat (Titik potong) D30
DBH
Batang Cabang Daun Total Batang Cabang Daun Total
9,93 X 10-2 1,21 X 10-2 2,61 X 10-2 0,11 0,15 0,02 0,03 0,18
nutrien fosfor pada mangrove Variabel b (Kemiring an) 2,71 2,25 1,45 2,67 2,58 2,15 1,41 2,55
R2 (Koefisien determinas i) 0,9632 0,7169 0,9217 0,9606 0,9620 0,7445 0,9339 0,9609
Tabel 4 memperlihatkan koefisisen a, b, dan nilai R2 model allometrik untuk menduga kadar nutrien fosfor. Model allometrik untuk kadar nutrien fosfor pada mangrove R. apiculata yaitu hubungan antara D30 dengan fosfor batang diestimasi nilai variabel a (9,93 X 10-2) dan variabel b (2,71) serta nilai R2 (0,9632). Hubungan antara D30 dengan fosfor cabang diestimasi nilai variabel a (1,21 X 10-2) dan variabel b (2,25) serta nilai R2 (0,7169). Hubungan antara D30 dengan fosfor daun diestimasi nilai variabel a (2,61 X 10-2) dan variabel b (1,45) serta nilai R2 (0,9217). Hubungan antara D30 dengan fosfor total diestimasi nilai variabel a (0,11) dan variabel b (2,67) serta nilai R2 (0,9606). Adapun hubungan antara DBH dengan fosfor batang diestimasi nilai variabel a (0,15) dan variabel b (2,58) serta nilai R2 (0,9620). Hubungan antara DBH dengan fosfor cabang diestimasi nilai variabel a (0,02) dan variabel b (2,15) serta nilai R2 (0,7445). Hubungan antara DBH dengan fosfor daun diestimasi nilai variabel a (0,03) dan variabel b (1,41) serta nilai R2 (0,9339). Hubungan antara DBH dengan fosfor
33
34
total diestimasi nilai variabel a (0,18) dan variabel b (2,55) serta nilai R2 (0,9609). Hasil lengkap disajikan pada Lampiran 4. Estimasi model allometrik yang paling cocok untuk fosfor batang yaitu dengan menggunakan variabel D30 (Diameter setinggi 30 cm dari pangkal batang). Sedangkan model allometrik yang paling cocok untuk fosfor cabang, daun dan nutrien fosfor total yaitu menggunakan variabel DBH (Diameter Setinggi Dada) (Hasil lengkap disajikan pada Lampiran 4 gambar 2, 3, 4, dan 7). Meskipun demikian kedua variabel tersebut dapat digunakan untuk menduga kadar nutrien pada mangrove R. apiculata sebab nilai R2 tidak berbeda jauh. E. Model Allometrik Kalium dan Fosfor Mangrove Rhizophora mucronata Nilai-nilai variabel a, b, dan R2 untuk menduga kadar nutrien pohon mangrove Rhizophora mucronata dapat dilihat pada Tabel 5 dan 6. Tabel 5. Nilai-nilai variabel a, b, dan R2 Rhizophora mucronata Variabel Variabel Variabel a bebas terikat (Titik potong) D30
DBH
Batang Cabang Daun Total Batang Cabang Daun Total
9,65 X 10-3 7,50 X 10-4 6,31 X 10-5 1,04 X 10-2 8,38 X 10-3 6,55 X 10-4 6,09 X 10-5 9,01 X 10-3
nutrien kalium pada mangrove Variabel b (Kemiring an) 2,35 2,42 1,61 2,35 2,54 2,62 1,72 2,55
R2 (Koefisien determinas i) 0,9686 0,8841 0,7927 0,9695 0,9801 0,8939 0,7974 0,9819
Tabel 5 memperlihatkan koefisisen a, b, dan nilai R2 model allometrik untuk menduga kadar nutrien kalium pada mangrove R. mucronata. Hubungan antara D30 dengan kalium batang diestimasi nilai variabel a (9,65 X 10-3) dan variabel b (2,35) serta nilai R2 (0,9686). Hubungan antara D30 dengan kalium
34
35
cabang diestimasi nilai variabel a (7,50 X 10-4) dan variabel b (2,42) serta nilai R2 (0,8841). Hubungan antara D30 dengan kalium daun diestimasi nilai variabel a (6,31 X 10-5) dan variabel b (1,61) serta nilai R2 (0,7927). Hubungan antara D30 dengan kalium total diestimasi nilai variabel a (1,04 X 10-2) dan variabel b (2,35) serta nilai R2 (0,9695). Adapun hubungan antara DBH dengan kalium batang diestimasi nilai variabel a (8,38 X 10-3) dan variabel b (2,54) serta nilai R2 (0,9801). Hubungan antara DBH dengan kalium cabang diestimasi nilai variabel a (6,55 X 10-4) dan variabel b (2,62) serta nilai R2 (0,8939). Hubungan antara DBH dengan kalium daun diestimasi nilai variabel a (6,09 X 10-5) dan variabel b (1,72) serta nilai R2 (0,7974). Hubungan antara DBH dengan kalium total diestimasi nilai variabel a (9,01 X 10-3) dan variabel b (2,55) serta nilai R2 (0,9819). Hasil lengkap disajikan pada Lampiran 5. Estimasi model allometrik kadar nutrien pada mangrove R. mucronata menunjukkan bahwa model allometrik yang paling cocok untuk kalium batang, cabang, daun dan nutrien kalium total yaitu dengan menggunakan variabel DBH (Diameter Setinggi Dada) sebab memiliki nilai koefisisn determinasi yang tinggi dibandingkan pada D30 (Hasil lengkap disajikan pada Lampiran 5 gambar 1, 2, 3, dan 7). Meskipun demikian variabel D30 dapat digunakan untuk menduga kadar nutrien pada mangrove R. mucronata sebab nilai R2 tidak berbeda jauh. Young (1982) mengatakan bahwa ukuran korelasi dinyatakan sebagai berikut 0,70 s.d. 1,00 menunjukkan adanya tingkat hubungan yang tinggi, 0,40 s.d. < 0,70 menunjukkan tingkat hubungan yang substansial, 0,20 s.d < 0,40 menunjukkan tingkat hubungan yang rendah, dan < 0,20 menunjukkan tidak
35
36
adanya hubungan. Model alometrik tersebut juga dapat digunakan untuk mengestimasi kadar nutrien pada spesies mangrove R. mucronata dikawasan hutan mangrove yang berbeda. Tabel 6. Nilai-nilai variabel a, b, dan R2 Rhizophora mucronata Variabel Variabel Variabel a bebas terikat (Titik potong) D30
DBH
Batang Cabang Daun Total Batang Cabang Daun Total
0,14 3,47 X 10-3 0,01 0,14 0,12 3,03 X 10-3 9,74 X 10-3 0,12
nutrien fosfor pada mangrove Variabel b (Kemiring an) 2,35 2,42 1,61 2,34 2,54 2,62 1,72 2,54
R2 (Koefisien determinas i) 0,9686 0,8841 0,7927 0,9695 0,9801 0,8939 0,7974 0,9817
Tabel 6 memperlihatkan koefisisen a, b, dan nilai R2 model allometrik untuk menduga kadar nutrien fosfor. Model allometrik untuk kadar nutrien fosfor pada mangrove R. mucronata yaitu hubungan antara D30 dengan fosfor batang diestimasi nilai variabel a (0,14) dan variabel b (2,35) serta nilai R2 (0,9686). Hubungan antara D30 dengan fosfor cabang diestimasi nilai variabel a (3,47 X 103
) dan variabel b (2,42) serta nilai R2 (0,8841). Hubungan antara D30 dengan
fosfor daun diestimasi nilai variabel a (0,01) dan variabel b (1,61) serta nilai R2 (0,7927). Hubungan antara D30 dengan fosfor total diestimasi nilai variabel a (0,14) dan variabel b (2,34) serta nilai R2 (0,9695). Adapun hubungan antara DBH dengan fosfor batang diestimasi nilai variabel a (0,12) dan variabel b (2,54) serta nilai R2 (0,9801). Hubungan antara DBH dengan fosfor cabang diestimasi nilai variabel a (3,03 X 10-3) dan variabel b (2,62) serta nilai R2 (0,8939). Hubungan
36
37
antara DBH dengan fosfor daun diestimasi nilai variabel a (9,74 X 10-) dan variabel b (1,72) serta nilai R2 (0,7974). Hubungan antara DBH dengan fosfor total diestimasi nilai variabel a (0,12) dan variabel b (2,54) serta nilai R2 (0,9817). Hasil lengkap disajikan pada Lampiran 6. Estimasi model allometrik nutrien fosfor yang paling cocok untuk fosfor batang, cabang, daun dan nutrien fosfor total yaitu dengan menggunakan variabel DBH (Diameter Setinggi Dada) sebab memiliki nilai koefisisn determinasi yang tinggi dibandingkan pada D30 (Hasil lengkap disajikan pada Lampiran 6 gambar 1, 2, 3, dan 7). Meskipun demikian variabel D30 dapat digunakan untuk menduga kadar nutrien pada mangrove Rhizophora mucronata sebab nilai R2 tidak berbeda jauh.
37
38
V. PENUTUP
A. Simpulan Simpulan pada penelitian adalah sebagai berikut : 1. Rata-rata kadar kalium pada batang mangrove Rhizophora apiculata (0,421 mg/g), cabang (0,257 mg/g) dan daun (0,026 mg/g). Rata-rata kadar kalium batang Rhizophora mucronata (0,856 mg/g), cabang (0,315 mg/g) dan daun (0,001 mg/g). Rata-rata kadar fosfor pada batang mangrove Rhizophora apiculata (17,2 mg/g), cabang (1,58 mg/g) dan daun (1,53 mg/g). Rata-rata kadar fosfor batang Rhizophora mucronata (12,4 mg/g), cabang (1,46 mg/g) dan daun (1,58 mg/g). 2. Model allometrik yang paling baik untuk menduga kadar nutrien kalium dan fosfor pada mangrove Rhizophora apiculata dan Rhizophora mucronata adalah menggunakan variabel DBH. Meskipun demikian variabel D30 dapat digunakan untuk menduga kadar nutrien pada mangrove Rhizophora apiculata dan Rhizophora mucronata sebab nilai R2 tidak berbeda jauh. B. Saran 1. Penting untuk menjaga kelestarian mangrove di Taman Nasional Rawa Aopa Watumohai khususnya mangrove Rhizophora apiculata dan Rhizophora mucronata. 2. Perlu untuk mengetahui distribusi kadar nutrien kalium dan fosfor pada organ vegetatif mangrove Rhizophora apiculata dan Rhizophora mucronata, serta
38 38
39
untuk mengetahui hubungan antara kadar nutrien kalium dan fosfor dengan persamaan model allometrik. 3. Penelitian lanjutan tentang kandungan kadar kalium dan fosfor pada organ akar mangrove Rhizophora apiculata dan Rhizophora mucronata diberbagai jenis habitat mangrove penting untuk dilakukan.
39
40
DAFTAR PUSTAKA
AGO, 1999, Renewable energy commercialization Program, RECP round 1 grants, Australian Greenhouse Office, Canberra, Australia. Ahmad, F., 2004, Kesuburan perairan kepulauan Tanimbar Utara dan Selatan, Maluku Tenggara, Ditinjau dari kadar zat hara fosfat, J. Sorihi, ISSN : 1693-1483 Alongi, D. M., 1996, The Dynamics Of Benthic Nutrient Pools And Fluxes In Tropical Mangrove Forests. J. Mar Res 54 : 123-148 Analuddin., Jamili, Septiana, A., Raya, R., Rahim, S., 2013, The Spatial Trends in The Structural Characteristics Of MangroveForst at The Rawa Aopa Watumohai National Park, Southeast Sulawesi, Indonesia. International Research Journal of Plant Science, ISSN : 2141-5447, 4 (8) PP. 214-221 Analuddin., Jamili., dan Sahidin, I., 2015, Ecosystem Function of Mangroves as Biofilter and Blue Carbon Source for The Coastal Zone at The Rawa Aopa Watumohai National Park and its Surrounding Areas, Southeast Sulawesi, Indonesia, Laporan Akhir Penelitian, Universitas Halu Oleo, Kendari. Arief, A., 2003, Hutan Mangrove Fungsi dan Manfaatnya, Penerbit Kansius, Yogyakarta. Bel dam Rahmania, A.A., 2001, Telaah Faktor Pembatas Kacang Tanah, Penelitian Palawija. Bengen, D.G., 2000, Pengenalan dan Pengelolaan Ekosistem Mangrove, Pusat Kajian Sumberdaya Pesisir dan Lautan (PKSPL) IPB, Bogor. Chen, J. M., S. C. Thomas, Y. Yin, V. Maclaren, J. Liu, J. Pan, G. Liu, Q. Tian, Q. Zhu, J.-J. Pan, X. Shi, J. Xue, and E. Kang, 2007. Enhancing forest carbon sequestration in China: Toward an integration of scientific and socio-economic perspectives. Journal of Environmental Management, 85 : 515-523 Clough, B. F., Dixon, P., & Dalhaus, O., 1997, Allometric Relationships for Estimating Biomass in Multi-Stemmed Mangrove Tress. Australian Journal of Botany, 45, 1023-1031 Das P, Basak UC, Das AB., 1997, Metabolic changes during root-ing in pregirdled stem cuttings and air-layers of Heritiera, Bot Bull Acad Sin 38 : 91– 95
40 40
41
Davidson, E.A., Trumbore S.E., Amundson R., 2000, Soil Warming And Organic Carbon Content, Nature 408 : 789-790 Effendi, H., 2003, Telaah Kadar Air Bagi Pengelolaan Sumber Daya dan Lingkungan Perairan, Kanisius, Yogyakarta. Gong, K.W., and Ong, J.E., 1990, Plant Biomass and Nutrient Flux in a Managed Mangrove Forest in Malasya, Journal of Estuarine Coastal and Shelf Science, 102 (5) : 519-530 Hairiah, K. dan Rahayu, S., 2007, Pengukuran karbon tersimpan di berbagai macam penggunaan lahan, World Agroforestry Centre, ICRAF, SEA Regional Office, University of Brawijaya, Indonesia. Handayani, Tri., 2004. Analisis komposisi Rumput Laut Sargassum crassifolium J.Agardh, J. Biofarmasi2 (2) : 45-52, Agustus 2004, ISSN : 1693-2242 Hasidu, L.O.A.F., 2015, Biokumulasi Logam Berat Beberapa Jenis Mangrove Famili Rhizophoraceae di Taman Nasional Rawa Aopa Watumohai, Skripsi, Universitas Halu Oleo, Kendari. Heiskanen, J., 2006, Estimating aboveground tree biomass and leaf area index in a mountain birch forest using ASTER satellite data, International Journal of Remote Sensing, 27 (6), 1135-1158 Holguin, G., Vasques P, Bashan Y., 2001, The Role Of Sediment Microorganisms In The Productivity, Conservation, And Rehabilitation Of The Mangrove Ecosystems: An Overview, Biol fertil soils 33 : 265-278 Horwitz, and William., 2000, Official Methods of Analysis of AOAC International, 17th Volume 1, Agricultular Chemicals, Contaminants, Drugs, AOAC International, Maryland USA. Hossain, M., Siddique, M.R.H., Saha, S., & Abdullah, S.M.R., 2015, Allometric Models for Biomass, Nutrients and Carbon Stock in Excoecaria agallocha of the Sundarbans, Bangladesh. Wetland Ecology and Management, 23, 765-774 Irmayeni, C., 2010, Model Alometrik Biomassa dan Pendugaan Simpanan Karbon Rawa Nipah (Nypa fruticans), Universitas Sumatera Utara, Medan. Irwanto, 2006, Keanekaragaman Fauna Pada www.irwantoshut.com. di akses 2 Februari 2008.
Habitat
Mangrove,
Jones, G., 1979, Topics in applied geography vegetation productivity, Longman London and New York.
41
42
Kartawinata, K., Adisoemarto, S., Soemodihardjo, dan Tantra, I.G.K., 1978, Status Pengetahuan Hutan Bakau di Indonesia, Prosiding Seminar Ekosistem Hutan Mangrove di Jakarta, MAB Indonesia dan Lembaga Oseanologi Nasional, Jakarta. Katili, A.S., 2009, Kebijakan Pemanfaatan dan Pengawasan dalam Pengelolaan Sumber daya Alam, J. Legalitas, 2 (1) Ketterings QM, Coe R, Noordwijk M, Ambagau Y, Palm CA. 2001. Reducing Uncertainty in The Use of Allometric Biomass Equation for Predicting Above Ground Tree Biomass in Mixed Secondary Forests. Forest Ecology and Management 146 : 199-209 Khan MNI., Suwa R., Hagihara A., Ogawa K., 2007, Carbon And Nitrogen Pools In A Mangrove Stand Of Kandelia Obovata (S.,L) Yong: Vertical Distribution In The Soil-Vegetation System.Jurnal. University Of The Ryukyus. Okinawa : Jepang. Kittredge, J., 1944, Estimation of the amount of foliage of trees and stands. J. For, 42 : 905-912 Krestian, V., 2005, studi pemupukan Kalium Terhadap Pertumbuhan dan Hasil Jagung Manis (Zea mays Saccharata Sturrt) Varietas Super Bee, ISSN : 1979-6870 Kusmana, C., Sabiham, S., Abe, K., Watanabe, H., 2003, Metode Survey Vegetasi, Institut Pertanian Bogor, Bogor. Lear and Turner, T. 1977, Mangrove Of Australia, University Of Queensland Press. Liana, 2011, Taman Nasional Rawa Aopa Watumohai. Diunduh pada http://kabaena.forumplatinum.com/t1350-taman-nasional-rawa-aopawatumohai. Marschner, H., 1995, Mineral nutritionofhigherplants. Academic, London, p 889. Mazda Y., Magi M., Kogo M, and Hong, P.N., 1997, Mangroves as a coastal protection from waves in the To.ng King Delta Vietnam. Mangrove Salt Marshes 1 : 127–135 Marajo, M. R., 2008, Antioxidant capacity and biological activity of essential oil and methanol extract of Hyptis crenata Pohl ex Benth, Revista Brasileira de Farmacognosia Brazilian Journal of Pharmacognosy 19 (1B) : 230-235
42
43
Martin, J. G., Kloeppel, B. D., Schaefer, T.L., Kimbler, D. L and McNutly, S. G., 1998, Aboveground Biomass and Nitrogen Allocation of Ten Deciduous Southern Appalachian Tree Species, J. For. Res. 28 : 1648-1659. Mfilinge P.L., Atta N., Tsuchiya M., 2002, Nutrient Dynamics And Leaf Litterr Decomposition In A Subtropical Magrove Forest At Oura Bay, Okinawa, Japan, Trees 16 : 172-180 Murdiyanto, B., 2003, Mengenal, memelihara dan melestarikan ekosistem bakau, direktorak jenderal perikanan tangkap, Departemen Kelautan dan Perikanan, Jakarta. Novizan, 2002, Petunjuk Pemupukan yang Efektif, Agro Media Pustaka Buana, Jakarta. Noor, Y. R, M. Khazali dan I.N.N Suryadiputra., 2006, Panduan Pengenalan Mangrove di Indonesia, Wetlands Internasional-Indonesia Programe, Bogor. Olsen, S.R., C.V.Cole, F.S. Watanabe, and L.A. Dean., 1954, Estimation of available P in soils by extraction with sodium bicarbonate, USDA cir. No 939. Parresol, B.R., 1999,. Assessing Tree and Stand Biomass : A review With Examples and Critical Comparisons.For. Sci. 45 (4) : 573-593 Pelegri, S.P., Rivera-Monroy, V.H., Twilley, R.R., 1997, A Comparison Of Nitrogen Fixation (Acetylene Reduction) Among Three Species Of Mangrove Litter, Sediments, And Pneumatophores In South Florida, USA, Hydrobiologia 356 : 73-79 Rahman, T., 2006, Nutrisi Dan Energi Tumbuhan, Universitas Indonesia, Jakarta. Retnowati E., 1998, Kontribusi Hutan Tanaman Eucalyptus grandis Maiden sebagai Rosot Karbon di Tapanuli Utara, Buletin Penelitian Hutan 611, Pusat Penelitian dan Pengembangan Hutan dan Konversi Alam, Bogor. Richards, P.W., 1952, The Tropical Rain Forest: An Ecological Study, Cambridge at The University Press, London. Romimotarto, K., 2001, Biologi laut : Ilmu pengetahuan tentang biota laut, Penerbit Djambatan, Jakarta. Schwarzbach, A.E., and Ricklefs, R.E., 2000, Systematic Affinities of Rhizophoraceae and Anisophylleaceae, and Intergeneric Relationships within Rhizophoraceae, Based on Chloroplast DNA, Nuclear Ribosomal
43
44
DNA, and Morphology, American Journal of Botany 87 (4) : 547–564. 2000 Setiadi, Dede, Rahayu, Ratnaningsih, Nurdin, dan Sukiniarti., 2007, Konservasi Sumber Daya Alam dan Lingkungan, Penerbit Universitas Terbuka, Departemen Pendidikan Nasional, Jakarta. Setiawan, H., 2011, Studi Ekologi Hutan Mangrove di Taman Nasional Rawa Aopa Watumohai, Jurnal Penelitian Kehutanan Wallacea, 2 (1) : 41-50 Setyawan, A. D., Susilowati, and A., Sutamo., 2006, Biodiversitas genetik, spesies dan ekosistem mangrove di jawa petunjuk praktikum biodiversitas ; studi kasus mangrove, Jurusan Biologi FMIPA UNS, Surakarta. Sudarmaji, Mukono, dan Corie I.P., 2006, Toksikologi Logam Berat B3 dan Dampaknya Terhadap Kesehatan, Jurnal Kesehatan Lingkungan, 2 (2) : 129 -142 Sutaryo, Dandun, 2009, Penghitungan Biomassa Sebuah Pengantar Untuk Studi Karbon Dan Perdagangan Karbon, Wetland International Indonesia Programme, Bogor. Diakses 27 April 2014. Teas, H.J., 1920, Biology and ecology of mangroves, Spinger-Since+Bussines Media, B.V. Tomlinson, 1986. The Botany of Mangrove.Canbridge University Press. Cambridge. Unit Taman Nasional Rawa Aopa Watumohai, 2000, Rencana Karya Lima Tahunan Taman Nasional Rawa AopaWatumohai, Unit Taman Nasional Rawa Aopa Watumohai, Unaaha. Walpole, E.R., 1993, Pengantar statistika (edisi 3), Gramedia, Jakarta.
44
45
Lampiran 1 : 1. Hasil analisis dan perhitungan kadar kalium pada organ vegetatif Mangrove R. apiculata. Kode A b abs P Sampel (mg/g) RA B1 0,15 0,006 0,0282 0,1480 RA B3 0,15 0,006 0,0262 0,1347 RA B5 0,15 0,006 0,077 0,4733 RA B7 0,15 0,006 0,078 0,4800 RA B9 0,15 0,006 0,09 0,5600 RA B11 0,15 0,006 0,086 0,5333 RA B13 0,15 0,006 0,099 0,6200 RA C1 0,182 0,003 0,044 0,2253 RA C2 0,182 0,003 0,0505 0,2610 RA C3 0,182 0,003 0,051 0,2637 RA C4 0,182 0,003 0,0532 0,2758 RA DAUN K 0,182 0,003 0,0071 0,0225 RA DAUN S 0,182 0,003 0,0076 0,0253 RA DAUN B 0,182 0,003 0,0083 0,0291 2. Hasil analisis dan perhitungan kadar fosfor apiculata. Kode A b Sampel RA B1 0,237 0,313 RA B3 0,237 0,313 RA B5 0,237 0,313 RA B7 0,237 0,313 RA B9 0,237 0,313 RA B11 0,237 0,313 RA B13 0,237 0,313 RA C1 0,237 0,313 RA C2 0,237 0,313 RA C3 0,237 0,313 RA C4 0,237 0,313 RA DAUN K 0,237 0,313 RA DAUN S 0,237 0,313 RA DAUN B 0,237 0,313
45
pada organ vegetatif Mangrove R. abs 3,4073 4,8306 4,1774 4,0177 4,3535 2,9221 2,5838 0,0546 0,0176 0,1711 0,0024 0,0618 0,0305 0,0579
P (mg/g) 15,6975 21,7030 18,9468 18,2730 19,6899 13,6502 12,2228 1,5511 1,3949 2,0426 1,3308 1,5814 1,4494 1,5650
46
3. Hasil analisis dan perhitungan kadar kalium pada organ vegetatif Mangrove Mangrove R. mucronata. Kode Sampel A b abs P (mg/g) RM B1 0,15 0,006 0,102 0,6400 RM B3 0,15 0,006 0,14 0,8933 RM B5 0,15 0,006 0,143 0,9133 RM B7 0,15 0,006 0,127 0,8067 RM B9 0,15 0,006 0,147 0,9400 RM B11 0,15 0,006 0,147 0,9400 RM C1 0,182 0,003 0,0552 0,2868 RM C2 0,182 0,003 0,0574 0,2989 RM C3 0,182 0,003 0,06 0,3132 RM C4 0,182 0,003 0,0641 0,3357 RM C5 0,182 0,003 0,0654 0,3429 RM DAUN K 0,182 0,003 0,0032 0,0011 RM DAUN S 0,182 0,003 0,0055 0,0137 RM DAUN B 0,182 0,003 0,0057 0,0148 4. Hasil analisis dan perhitungan kadar fosfor pada organ vegetatif Mangrove Mangrove R. mucronata. Kode Sampel A b abs P (mg/g) RM B1 0,237 0,313 2,4522 11,6675 RM B3 0,237 0,313 2,2412 10,7772 RM B5 0,237 0,313 2,5247 11,9734 RM B7 0,237 0,313 2,7319 12,8477 RM B9 0,237 0,313 3,6845 16,8671 RM B11 0,237 0,313 2,1562 10,4186 RM C1 0,237 0,313 0,0515 1,5380 RM C2 0,237 0,313 0,0292 1,4439 RM C3 0,237 0,313 0,0215 1,4114 RM C4 0,237 0,313 0,0593 1,5709 RM C5 0,237 0,313 0,0064 1,3477 RM DAUN K 0,237 0,313 0,066 1,5992 RM DAUN S 0,237 0,313 0,0448 1,5097 RM DAUN B 0,237 0,313 0,0748 1,6363
46
47
5. T-test perbandingan kadar kalium pada organ mangrove R. apiculata. Organ Batang Cabang Daun T-test
b-c
c-d
d-b
T-test
0,138500207
0,000150629
0,031221258
Rerata
0,4213
0,2565
0,0272
STDEV
0,1976
0,021763
0,00272
SE
0,074686
0,010882
0,00157
6. T-test perbandingan kadar fosfor pada organ mangrove R. apiculata. Organ Batang Cabang Daun T-test
b-c
c-d
d-b
T-test
0,0000095337
0,814410434
0,0000605383
Rerata
17,1690
1,5799
1,5319
STDEV
3,423044
0,322076
0,071971
SE
1,293789
0,161038
0,041552
7. T-test perbandingan kadar kalium pada organ mangrove R. mucronata. Organ Batang Cabang Daun T-test
b-c
c-d
d-b
T-test
0,0000032682
0,00000075475
0,00000590051
Rerata
0,8556
0,3155
0,0099
STDEV
0,116517
0,023774
0,007633
SE
0,047568
0,010632
0,004407
47
48
8.
T-test perbandingan kadar fosfor pada organ mangrove R. mucronata. Organ Batang Cabang Daun T-test
b-c
c-d
d-b
T-test
0,00000265472
0,098768741
0,000111967
Rerata
12,4252
1,4624
1,5817
STDEV
2,3422
0,091633
0,065068
SE
0,956199
0,040979
0,037567
48
49
49
50
Lampiran 3 : 1. Model Allometrik Nutrien Kalium Mangrove R. apiculata. 100 2
Kalium Batang (mg/g)
y = 0,0038728 * x^(2,5882) R = 0,96207
10
1 1
10
100
DBH (cm)
Y = Kalium Batang X = DBH (Diameter Setinggi Dada) * = Kali ^ = Pangkat dua R2 = Koefisien determinasi
Gambar 1. Model allometrik antara diameter setinggi dada (DBH) dan kadar kalium (mg/g) pada organ batang R. apiculata. 10 2
Kalium Cabang (mg/g)
y = 0,0028487 * x^(2,1595) R = 0,74457
1
0,1
0,01 1
10 DBH (cm)
100
Y = Kalium Cabang X = DBH (Diameter Setinggi Dada) * = Kali ^ = Pangkat dua R2 = Koefisien determinasi
Gambar 2. Model allometrik antara diameter setinggi dada (DBH) dan kadar kalium (mg/g) pada organ cabang R. apiculata.
50
51
0,1 2
Kalium Daun (mg/g)
y = 0,00054494 * x^(1,4051) R = 0,93398
0,01
0,001 1
10
100
DBH (cm)
Y = Kalium Daun X = DBH (Diameter Setinggi Dada) * = Kali ^ = Pangkat dua R2 = Koefisien determinasi
Gambar 3. Model allometrik antara diameter setinggi dada (DBH) dan kadar kalium (mg/g) pada organ daun R. apiculata. 100 2
Kalium Batang (mg/g)
y = 0,0024385 * x^(2,7098) R = 0,96324
10
1
0,1 1
10
100
D30 (cm)
Y = Kalium Batang X = D30 (Diameter Setinggi 30 cm dari pangkal batang) * = Kali ^ = Pangkat dua R2 = Koefisien determinasi
Gambar 4. Model allometrik antara diameter setinggi 30 cm dari pangkal batang (D30) dan kadar kalium (mg/g) pada organ batang R. apiculata.
51
52
10 2
Kalium Cabang (mg/g)
y = 0,0019742 * x^(2,2532) R = 0,71693
1
0,1
0,01 1
10
100
D30 (cm)
Y = Kalium Cabang X = D30 (Diameter Setinggi 30 cm dari pangkal batang) * = Kali ^ = Pangkat dua R2 = Koefisien determinasi
Gambar 5. Model allometrik antara diameter setinggi 30 cm dari pangkal batang (D30) dan kadar kalium (mg/g) pada organ cabang R. apiculata. 0,1 2
Kalium Daun (mg/g)
y = 0,00043776 * x^(1,4582) R = 0,92176
0,01
0,001 1
10
100
D30 (cm)
Y = Kalium Daun X = D30 (Diameter Setinggi 30 cm dari pangkal batang) * = Kali ^ = Pangkat dua R2 = Koefisien determinasi
Gambar 6. Model allometrik antara diameter setinggi 30 cm dari pangkal batang (D30) dan kadar kalium (mg/g) pada organ daun R. apiculata.
52
53
100 2
y = 0,0063166 * x^(2,4921) R = 0,94541
Kalium Total (mg/g)
10
1
0,1 1
10
100
DBH
Gambar 7. Model allometrik antara Total Kalium (mg/g) dan diameter setinggi dada (DBH) pada mangrove R. apiculata. 100 2
Kalium Total (mg/g)
y = 0,0040597 * x^(2,6078) R = 0,93887
10
1
0,1 1
10
100
D30
Gambar 8. Model allometrik antara Total Kalium (mg/g) dan diameter setinggi 30 cm dari pangkal batang (D30) pada mangrove R. apiculata.
53
54
Lampiran 4 : 2. Model Allometrik Nutrien Fosfor Mangrove R. apiculata. 1000 2
Fosfor Batang (mg/g)
y = 0,15781 * x^(2,5882) R = 0,96207
100
10
1
11
10 10
100 100
DBH (cm)
Y = Fosfor Batang X = DBH (Diameter Setinggi Dada) * = Kali ^ = Pangkat dua R2 = Koefisien determinasi
Gambar 1. Model allometrik antara diameter setinggi dada (DBH) dan kadar fosfor (mg/g) pada organ batang R. apiculata. 100 2
Fosfor Cabang (mg/g)
y = 0,017549 * x^(2,1595) R = 0,74457
10
1
0,1 DBH (cm)
Y = Fosfor Cabang X = DBH (Diameter Setinggi Dada) * = Kali ^ = Pangkat dua R2 = Koefisien determinasi
Gambar 2. Model allometrik antara diameter setinggi dada (DBH) dan kadar fosfor (mg/g) pada organ cabang R. apiculata.
54
1
10
100
55
10 2
Fosfor Daun (mg/g)
y = 0,032556 * x^(1,4051) R = 0,93398
1
0,1
1
DBH10 (cm)
100
Y = Fosfor Daun X = DBH (Diameter Setinggi Dada) * = Kali ^ = Pangkat dua R2 = Koefisien determinasi
Gambar 3. Model allometrik antara diameter setinggi dada (DBH) dan kadar fosfor (mg/g) pada organ daun R. apiculata. 1000 2
Fosfor Batang (mg/g)
y = 0,099366 * x^(2,7098) R = 0,96324
100
10
1 D30 (cm)
Y = Fosfor Batang X = D30 (Diameter Setinggi 30 cm dari pangkal batang) * = Kali ^ = Pangkat dua R2 = Koefisien determinasi
Gambar 4. Model allometrik antara diameter setinggi 30 cm dari pangkal batang (D30) dan kadar fosfor (mg/g) pada organ batang R. apiculata.
55
56
100 2
Fosfor Cabang (mg/g)
y = 0,012162 * x^(2,2532) R = 0,71693
10
1
0,1 1
10
100
D30 (cm)
Y = Fosfor Cabang X = D30 (Diameter Setinggi 30 cm dari pangkal batang) * = Kali ^ = Pangkat dua R2 = Koefisien determinasi
Gambar 5. Model allometrik antara diameter setinggi 30 cm dari pangkal batang (D30) dan kadar fosfor (mg/g) pada organ cabang R. apiculata. 10 2
Fosfor Daun (mg/g)
y = 0,026153 * x^(1,4582) R = 0,92176
1
0,1 1
10
100
D30 (cm)
Y = Fosfor Daun X = D30 (Diameter Setinggi 30 cm dari pangkal batang) * = Kali ^ = Pangkat dua R2 = Koefisien determinasi
Gambar 6. Model allometrik antara diameter setinggi 30 cm dari pangkal batang (D30) dan kadar fosfor (mg/g) pada organ daun R. apiculata.
56
57
1000 2
Fosfor Total (mg/g)
y = 0,18184 * x^(2,5531) R = 0,96098
100
10
1 1
10
100
DBH
Gambar 7. Model allometrik antara Total fosfor (mg/g) dan diameter setinggi dada (DBH) pada mangrove R. apiculata. 1000 2
y = 0,11533 * x^(2,6727) R = 0,96064
Fosfor Total (mg/g)
100
10
1 1
10
100
D30
Gambar 8. Model allometrik antara Total fosfor (mg/g) dan diameter setinggi 30 cm dari pangkal batang (D30) pada mangrove R. apiculata.
57
58
Lampiran 5 : 3. Model Allometrik Nutrien Kalium Mangrove R. mucronata. 100 2
Kalium Batang (mg/g)
y = 0,0083808 * x^(2,5445) R = 0,98017
10
1 1
10
100
DBH (cm)
Y = Kalium Batang X = DBH (Diameter Setinggi Dada) * = Kali ^ = Pangkat dua R2 = Koefisien determinasi
Gambar 1. Model allometrik antara diameter setinggi dada (DBH) dan kadar kalium (mg/g) pada organ batang R. mucronata. 10 2
Kalium Cabang (mg/g)
y = 0,00065551 * x^(2,6229) R = 0,89395
1
0,1 1
10
100
DBH (cm)
Y = Kalium Cabang X = DBH (Diameter Setinggi Dada) * = Kali ^ = Pangkat dua R2 = Koefisien determinasi
Gambar 2. Model allometrik antara diameter setinggi dada (DBH) dan kadar kalium (mg/g) pada organ cabang R. mucronata.
58
59
0,1 2
Kalium Daun (mg/g)
y = 6,0942e-5 * x^(1,719) R = 0,79746
0,01
0,001 1
10
100
DBH (cm)
Y = Kalium Daun X = DBH (Diameter Setinggi Dada) * = Kali ^ = Pangkat dua R2 = Koefisien determinasi
Gambar 3. Model allometrik antara diameter setinggi dada (DBH) dan kadar kalium (mg/g) pada organ daun R. mucronata. 100 2
Kalium Batang (mg/g)
y = 0,0096527 * x^(2,3502) R = 0,9686
10
1 1
10
100
D30 (cm)
Y = Kalium Batang X = D30 (Diameter Setinggi 30 cm dari pangkal batang) * = Kali ^ = Pangkat dua R2 = Koefisien determinasi
Gambar 4. Model allometrik antara diameter setinggi 30 cm dari pangkal batang (D30) dan kadar kalium (mg/g) pada organ batang R. mucronata.
59
60
10 2
Kalium Cabang (mg/g)
y = 0,00075072 * x^(2,4263) R = 0,88415
1
0,1 1
10
100
D30 (cm)
Y = Kalium Cabang X = D30 (Diameter Setinggi 30 cm dari pangkal batang) * = Kali ^ = Pangkat dua R2 = Koefisien determinasi
Gambar 5. Model allometrik antara diameter setinggi 30 cm dari pangkal batang (D30) dan kadar kalium (mg/g) pada organ cabang R. mucronata. 0,1 2
Kalium Daun (mg/g)
y = 6,3125e-5 * x^(1,6097) R = 0,79275
0,01
0,001 1
10
100
D30 (cm)
Y = Kalium Daun X = D30 (Diameter Setinggi 30 cm dari pangkal batang) * = Kali ^ = Pangkat dua R2 = Koefisien determinasi
Gambar 6. Model allometrik antara diameter setinggi 30 cm dari pangkal batang (D30) dan kadar kalium (mg/g) pada organ daun R. mucronata.
60
61
100 2
Kalium Total (mg/g)
y = 0,0090053 * x^(2,5556) R = 0,98109
10
1 1
10
100
DBH
Gambar 7. Model allometrik antara Total kalium (mg/g) dan diameter setinggi dada (DBH) pada mangrove R. mucronata. 100 2
Kalium Total (mg/g)
y = 0,010435 * x^(2,3584) R = 0,96956
10
1 1
10
100
D30
Gambar 8. Model allometrik antara Total kalium (mg/g) dan diameter setinggi 30 cm dari pangkal batang (D30) pada mangrove R. mucronata.
61
62
Lampiran 6 : 4. Model Allometrik Nutrien Fosfor Mangrove R. mucronata. 1000 2
Fosfor Batang (mg/g)
y = 0,12171 * x^(2,5445) R = 0,98017
100
10 1
10
100
DBH (cm)
Y = Fosfor Batang X = DBH (Diameter Setinggi Dada) * = Kali ^ = Pangkat dua R2 = Koefisien determinasi
Gambar 1. Model allometrik antara diameter setinggi dada (DBH) dan kadar fosfor (mg/g) pada organ batang R. mucronata. 100 2
Fosfor Cabang (mg/g)
y = 0,0030384 * x^(2,6229) R = 0,89395
10
1
0,1 1
10
100
DBH (cm)
Y = Fosfor Cabang X = DBH (Diameter Setinggi Dada) * = Kali ^ = Pangkat dua R2 = Koefisien determinasi
Gambar 2. Model allometrik antara diameter setinggi dada (DBH) dan kadar fosfor (mg/g) pada organ cabang R. mucronata.
62
63
10 2
Fosfor Daun (mg/g)
y = 0,0097464 * x^(1,719) R = 0,79746
1
0,1 1
10
100
DBH (cm)
Y = Fosfor Daun X = DBH (Diameter Setinggi Dada) * = Kali ^ = Pangkat dua R2 = Koefisien determinasi
Gambar 3. Model allometrik antara diameter setinggi dada (DBH) dan kadar fosfor (mg/g) pada organ daun R. mucronata. 1000 2
Fosfor Batang (mg/g)
y = 0,14019 * x^(2,3502) R = 0,9686
100
10 1
10
100
D30 (cm)
Y = Fosfor Batang X = D30 (Diameter Setinggi 30 cm dari pangkal batang) * = Kali ^ = Pangkat dua R2 = Koefisien determinasi
Gambar 4. Model allometrik antara diameter setinggi 30 cm dari pangkal batang (D30) dan kadar fosfor (mg/g) pada organ batang R. mucronata.
63
64
100 2
Fosfor Cabang (mg/g)
y = 0,0034797 * x^(2,4263) R = 0,88415
10
1
0,1 1
10
100
D30 (cm)
Y = Fosfor Cabang X = D30 (Diameter Setinggi 30 cm dari pangkal batang) * = Kali ^ = Pangkat dua R2 = Koefisien determinasi
Gambar 5. Model allometrik antara diameter setinggi 30 cm dari pangkal batang (D30) dan kadar fosfor (mg/g) pada organ cabang R. mucronata. 10 2
Fosfor Daun (mg/g)
y = 0,010096 * x^(1,6097) R = 0,79275
1
0,1 1
10
100
D30 (cm)
Y = Fosfor Daun X = D30 (Diameter Setinggi 30 cm dari pangkal batang) * = Kali ^ = Pangkat dua R2 = Koefisien determinasi
Gambar 6. Model allometrik antara diameter setinggi 30 cm dari pangkal batang (D30) dan kadar fosfor (mg/g) pada organ daun R. mucronata.
64
65
1000 2
Fosfor Total (mg/g)
y = 0,12857 * x^(2,5401) R = 0,98107
100
10 1
10
100
DBH
Gambar 7. Model allometrik antara Total fosfor (mg/g) dan diameter setinggi dada (DBH) pada mangrove R. mucronata. 1000 2
Fosfor Total (mg/g)
y = 0,14836 * x^(2,3454) R = 0,9695
100
10 1
10
100
D30
Gambar 8. Model allometrik antara Total fosfor (mg/g) dan diameter setinggi 30 cm dari pangkal batang (D30) pada mangrove R. mucronata.
65
66
Lampiran 7 : Peta Lokasi Penelitian
Hutan Mangrove Taman Nasional Rawa Aopa Watumohai
Lokasi pengambilan sampel
66
67
DOKUMENTASI
1. Menimbang 1 gram sampel
2. Mengambil larutan HNO3 35 %
3. Memasukkam larutan HNO3 35 % kedalam gelas erlenmeyer
4. Mendekstruksi sampel
5. Menambahkan 20 ml aquades
6. Memasukkan aquades kedalam gelas erlenmeyer
7. Menyaring sampel yang telah di destruksi
8. Sampel yang telah menjadi ekstrak
9. Menganalisis kadar nutrien menggunakan AAS
67
68
Lampiran : Hasil Analisis Parameter Uji Logam No.
Kode Sampel
1. 2. 3. 4. 5. 6. 7. 8. 9. 10. 11. 12. 13. 14. 15. 16. 17. 18. 19. 20. 21. 22. 23. 24. 25. 26. 27. 28.
RM DAUN K RM DAUN S RM DAUN B RM C1 RM C2 RM C3 RM C4 RM C5 RM B1 RM B3 RM B5 RM B7 RM B9 RM B11 RA DAUN K RA DAUN S RA DAUN B RA C1 RA C2 RA C3 RA C4 RA B1 RA B3 RA B5 RA B7 RA B9 RA B11 RA B13
Standar Kalibrasi
Fosfor Abs 0,066 0,0448 0,0748 0,0515 0,0292 0,0215 0,0593 0,0064 2,4522 2,2412 2,5247 2,7319 3,6845 2,1562 0,0618 0,0305 0,0579 0,0546 0,0176 0,1711 0,0024 3,4073 4,8306 4,1774 4,0177 4,3535 2,9221 2,5838 0,2859 0,7512 1,3698 2,3774 4,3321 5,8574
Kalium mg/l 1,5992 1,5097 1,6363 1,5380 1,4439 1,4114 1,5709 1,3477 11,6675 10,7772 11,9734 12,8477 16,8671 10,4186 1,5814 1,4494 1,5650 1,5511 1,3949 2,0426 1,3308 15,6975 21,7030 18,9468 18,2730 19,6899 13,6502 12,2228 1 5 8 12 20 25
Abs 0,0032 0,0055 0,0057 0,0552 0,0574 0,06 0,0641 0,0654 0,102 0,14 0,143 0,127 0,147 0,147 0,0071 0,0076 0,0083 0,044 0,0505 0,051 0,0532 0,0282 0,0262 0,077 0,078 0,09 0,086 0,099 0,0001 0,0024 0,006 0,018 0,026 0,045 0,0958
mg/l 0,0011 0,0137 0,0148 0,2868 0,2989 0,3132 0,3357 0,3429 0,6400 0,8933 0,9133 0,8067 0,9400 0,9400 0,0225 0,0253 0,0291 0,2253 0,2610 0,2637 0,2758 0,1480 0,1347 0,4733 0,4800 0,5600 0,5333 0,6200 0 0,005 0,01 0,05 0,1 0,25 0,5
*KURVA STANDAR 8
Absorbansi
6
Absorbansi
0.15 y = 0.237x - 0.313 R² = 0.988
4 2
0.05 0 0
0 -2 0
y = 0.182x + 0.003 R² = 0.988
0.1
5
10 15 20 25 Konsentrasi P (ppm)
30
68
0.2
0.4
Konsentrasi K (ppm)
0.6