HUBUNGAN ANTARA PEMANFAATAN PERPUSTAKAAN DAN MINAT PADA PELAJARAN SEJARAH DENGAN PEMAHAMAN NILAI KESEJARAHAN SISWA KELAS VIII SMP NEGERI 3 DOPLANG TAHUN AJARAN 2008/2009
Skripsi Oleh: Titis kuncoro wati K.4405035
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS SEBELAS MARET SURAKARTA 2009
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pendidikan selalu menjadi sorotan dan topik yang menarik sampai saat ini bagi semua kalangan. Hal ini tidak terlepas dari kepentingan masing – masing pihak yang mempunyai pandangan yang berlainan mengenai arti pentingnya pendidikan. Pendidikan juga dipandang sebagai hak individu dan keharusan bagi negara untuk menyelenggarakannya. Hak atas pendidikan di Indonesia diatur dalam Undang – Undang Dasar 1945 pasal 31 ayat 1 yang menyatakan bahwa “Tiap – tiap warga negara berhak mendapatkan pengajaran”. Arti penting pendidikan didasarkan pada pertimbangan tentang faedah bagi bangsa dan negara. Pendidikan tidak hanya menyampaikan pengetahuan untuk keperluan sehari – hari, tetapi lebih dari itu yaitu untuk mengembangkan potensi secara optimal, sehingga dengan pendidikan diharapkan siswa dapat menggunakan keadaan sekarang untuk mengantisipasi dan memprediksi kemungkinan di waktu yang akan datang. Perubahan di suatu negara sebagian besar ditentukan oleh perkembangan pendidikan. Ini berarti bahwa pendidikan mempunyai peranan besar dalam menciptakan masa depan bangsa. Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (1991: 232) “Pendidikan adalah proses pengubahan sikap dan tata laku seseorang atau sekelompok orang dalam usaha mendewasakan manusia melalui upaya pengajaran dan pelatihan”. Mengingat pentingnya pendidikan ini, maka negara Indonesia selalu berusaha meningkatkan pembangunan di bidang pendidikan. Pesatnya perubahan zaman tersebut menuntut adanya tenaga – tenaga terdidik dan terlatih serta memiliki keahlian dengan kemampuan yang dapat diandalkan untuk mengejar dan mengiringi perkembangan ilmu pengetahuan. Pendidikan mempunyai tanggung jawab yang besar dan menjadi tumpuan harapan bangsa. Dari pendidikan akan lahir manusia – manusia yang berkualitas. Perwujudan masyarakat berkualitas tersebut menjadi tanggung jawab pendidikan, terutama dalam mempersiapkan peserta didik menjadi subyek yang
1
semakin berperan yang menunjukkan keunggulan dirinya yang tangguh, kreatif dan mandiri serta profesional pada bidangnya masing – masing. Dalam Undang – Undang Republik Indonesia Nomor 20 Tahun 2003 tentang SISDIKNAS sebagai dasar pelaksanaan pendidikan di Indonesia dicantumkan dalam Bab II Pasal 3 bahwa : Pendidikan nasional berfungsi mengembangkan kemampuan dan membentuk watak serta peradaban bangsa yang bermartabat dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa, bertujuan untuk berkembangnya potensi peserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri, dan menjadi warga negara yang demokratis serta bertanggung jawab. Pendidikan dapat diperoleh melalui pendidikan formal (sekolah), pendidikan informal (keluarga), dan pendidikan nonformal (lingkungan). Pendidikan sekolah merupakan pendidikan yang diselenggarakan di sekolah melalui kegiatan belajar mengajar secara berjenjang dan berkesinambungan. Sekolah memberikan kesempatan kepada setiap anak untuk mengembangkan kemampuan – kemampuan dirinya yang masih bersifat potensial, sehingga bermanfaat untuk kepentingan hidupnya sebagai individu maupun sebagai warga negara. Sarana dan prasarana yang dibutuhkan dalam proses pendidikan antara lain buku-buku pendidikan, laboratorium, alat-alat peraga dan perpustakaan. Hal ini sesuai dengan isi Bab XII pasal 45 Undang – Undang SISDIKNAS Nomor 23 Tahun 2003 yang menyebutkan bahwa “Setiap satuan pendidikan formal dan nonformal menyediakan sarana dan prasarana yang memenuhi keperluan pendidikan sesuai dengan pertumbuhan dan perkembangan potensi fisik, kecerdasan intelektual, sosial, emosional, dan kejiwaan peserta didik”. Salah satu sarana prasarana yang paling penting dan harus ada di sekolahan adalah perpustakaan. Perpustakaan merupakan salah satu sumber belajar yang amat penting yang memungkinkan tenaga kependidikan serta peserta didik memperoleh kesempatan untuk memperluas dan memperoleh pengetahuan. Hal ini sesuai dengan pendapat Lasa Hs (2007: 13) yang menyatakan bahwa “Keberadaaan perpustakaan sekolah diharapakan berfungsi sebagai media pendidikan, tempat
belajar, penelitian sederhana, pemanfaatan teknologi informasi, kelas alternatif, dan sumber informasi”. Dengan adanya perpustakaan diharapkan tujuan pendidikan dapat tercapai. Seperti yang diungkapkan oleh Sulistyo Basuki (1991: 51) bahwa “Tujuan khusus perpustakaan sekolah ialah membantu sekolah mencapai tujuannya sesuai dengan kebijakan sekolah tempat perpustakaan tersebut bernaung”. Perpustakaan mempunyai peran yang sangat besar karena dalam perpustakaan tersimpan buku – buku dan bahan pustaka lain yang dapat membantu peserta didik dan tenaga kependidikan dalam proses belajar mengajar. Ibrahim Bafadal (1992: 3) menyatakan bahwa “Perpustakaan tidak hanya sebagai tumpukan buku tanpa ada gunanya, tetapi secara prinsip, perpustakaan harus dapat dijadikan
atau
berfungsi
sebagai
sumber
informasi
bagi
setiap
yang
membutuhkan”. Peserta didik yang tidak mempunyai buku – buku pegangan pelajaran dapat memanfaatkan perpustakaan sekolah. Buku – buku dan bahan pustaka lain dapat dijadikan sumber informasi yang diperlukan untuk menambah wawasan dan pengetahuan. Peserta didik dapat memanfaatkan buku – buku yang tersedia di perpustakaan, sehingga buku – buku yang tersedia tidak hanya dijadikan pajangan atau hiasan. Guru dapat memberikan tugas kepada siswa yang mengarah kepada pencarian hal – hal yang baru yang dapat diperoleh di perpustakaan utamanya dalam pelajaran sejarah. Di sekolah diajarkan beberapa mata pelajaran, dan siswa biasanya mempunyai kecenderungan untuk menyukai atau mempunyai minat terhadap salah satu atau beberapa mata pelajaran. Mata pelajaran sejarah adalah salah satu mata pelajaran yang diajarkan di sekolah. Meskipun pelajaran sejarah secara umum adalah golongan pelajaran yang terpinggirkan, tetapi tidak menutup kemungkinan ada siswa yang menyukai atau mempunyai minat pada pelajaran sejarah. Minat merupakan salah satu faktor yang kuat dalam menetukan keberhasilan seseorang. Muhibbin Syah (1995: 136) menyatakan bahwa “Minat dapat mempengaruhi kualitas pencapaian hasil belajar siswa dalam bidang – bidang
studi tertentu”. Dalam hal ini siswa yang mempunyai minat pada
pelajaran sejarah akan sungguh – sungguh dalam mengikuti proses belajar
mengajar di sekolah. Ia akan berusaha sebaik mungkin agar mendapatkan hasil yang optimal dalam pelajaran sejarah. Minat pada pelajaran sejarah yang ada pada diri siswa akan mendorong siswa tersebut untuk mencari informasi lebih jauh mengenai hal – hal yang berhubungan dengan peristiwa sejarah. Dengan mengetahui peristiwa – peristiwa yang telah terjadi siswa akan mudah untuk memahami nilai – nilai yang terkandung di dalam peristiwa sejarah. Hal ini mendorong siswa mempunyai kepekaan terhadap hal – hal yang terjadi di sekitarnya dan mengambil hikmah dari peristiwa yang terjadi. Sebagaimana yang diungkapkan oleh Wang Gungwu dalam Dudung Abdurrahman (2007: 15) bahwa : “Sejarah memiliki beberapa kegunaan. Pertama, untuk melestarikan identitas kelompok dan memperkuat daya tahan kelompok itu guna kelangsungan hidup. Kedua, untuk mengambil pelajaran dan teladan dari contoh – contoh di masa lalu sehingga memberikan azas manfaat secara lebih khusus demi kelangsungan hidup. Ketiga, sebagai sarana pemahaman mengenai makna hidup dan mati”. Berdasarakan uraian diatas, dapat dikatakan bahwa pemanfaatan sarana dan prasarana yang ada di sekolah utamanya perpustakaan sangatlah penting karena dapat menunjang keberhasilan belajar siswa khususnya dalam pelajaran sejarah. Jika siswa mempunyai minat pada pelajaran sejarah, maka siswa tersebut akan mudah untuk memahami nilai-nilai yang ada dalam peristiwa sejarah, yang mana nilai – nilai tersebut sangat penting bagi kehidupan siswa itu sendiri baik kehidupan di rumah, lingkungan tempat tinggalnya maupun di sekolah. Dengan memahami nilai – nilai kesejarahan, siswa menjadi peka terhadap kejadian – kejadian yang sedang berlangsung di sekitarnya dan dapat mengambil hikmah atau pelajaran dari setiap peristiwa penting yang ada. Melihat hal tersebut maka dilakukanlah
suatu
penelitian
yang
berjudul
“HUBUNGAN
ANTARA
PEMANFAATAN PERPUSTAKAAN DAN MINAT PADA PELAJARAN SEJARAH DENGAN PEMAHAMAN NILAI KESEJARAHAN SISWA KELAS VIII SMP NEGERI 3 DOPLANG TAHUN AJARAN 2008/2009”.
B. Identifikasi Masalah Adapun permasalahan yang diidentifikasikan berkaitan dengan latar belakang masalah yang telah diuraikan diatas adalah sebagai berikut : 1. Pemanfaatan perpustakaan dalam proses belajar mengajar sangat penting, karena siswa dapat memanfaatkan perpustakaan untuk memperoleh informasi yang dibutuhkan. Apakah siswa menyadari pentingnya pemanfaatan perpustakaan untuk memperoleh informasi ? 2. Buku – buku di perpustakaan bisa dimanfaatkan siswa untuk memperdalam pengetahuan, ataupun mencari informasi yang berhubungan dengan pelajaran yang belum dipahaminya. Apakah siswa sering memanfaatkan buku – buku yang ada di perpustakaan ? 3. Apakah pemanfaatan perpustakaan akan mempengaruhi minat pada pelajaran sejarah siswa ? 4. Apakah minat pada pelajaran sejarah akan mempengaruhi pemahaman nilai kesejarahan siswa ? 5. Apakah siswa sadar akan pentingnya pemahaman nilai kesejarahan ? 6. Apakah terdapat hubungan antara pemanfaatan perpustakaan dan minat pada pelajaran sejarah dengan pemahaman nilai kesejarahan siswa kelas VIII SMP Negeri 3 Doplang ?
C. Pembatasan Masalah Agar suatu masalah dapat dikaji ssecara mendalam, maka perlu adanya pembatasan masalah. Hal ini dilakukan agar masalah yang dikaji menjadi jelas dan dapat mengarahkan perhatian dengan tepat, karena apabila suatu masalah terlalu luas maka akan menyulitkan untuk dikaji dan diteliti secara mendalam. Untuk memudahkannya maka masalah tersebut harus dibatasi terlebih dahulu sehingga dalam pemecahannya dapat dilakukan secara jelas dan terarah. Berdasarkan identifikasi masalah diatas dan keterbatasan dari peneliti, maka permasalahan dibatasi pada hubungan antara pemanfaatan perpustakaan,
minat pada pelajaran sejarah, dan pemahaman nilai kesejarahan siswa. Untuk memperjelas masalah tersebut, akan diuraikan satu persatu sebagai berikut : 1. Pemanfaatan perpustakaan adalah tingkat pemanfaatan perpustakaan oleh siswa kelas VIII SMP Negeri 3 Doplang tahun ajaran 2008/2009 sebagai sarana terpenting dalam proses balajar mengajar di sekolah. 2. Minat pada pelajaran sejarah adalah minat siswa kelas VIII SMP Negeri 3 Doplang tahun ajaran 2008/2009 pada mata pelajaran sejarah sebagai salah satu mata pelajaran yang diajarkan di sekolah. 3. Pemahaman nilai kesejarahan adalah pemahaman siswa kelas VIII SMP Negeri 3 Doplang tahun ajaran 2008/2009 terhadap nilai – nilai yang terkandung dalam peristiwa – peristiwa sejarah yang sudah terjadi, sehingga siswa dapat memetik pelajaran dari peristiwa – peristiwa tersebut.
D. Perumusan Masalah Berdasarkan identifikasi masalah di atas, maka perumusan masalah penelitian ini dapat dirumuskan sebagai berikut : 1. Apakah terdapat hubungan antara Pemanfaatan Perpustakaan dengan Pemahaman Nilai Kesejarahan Siswa Kelas VIII SMP Negeri 3 Doplang Tahun Ajaran 2008/2009? 2. Apakah terdapat hubungan antara Minat pada Pelajaran Sejarah dengan Pemahaman Nilai Kesejarahan Siswa Kelas VIII SMP Negeri 3 Doplang Tahun Ajaran 2008/2009 ? 3. Apakah terdapat hubungan antara Pemanfaatan Perpustakaan dan Minat pada Pelajaran Sejarah secara bersama – sama dengan Pemahaman Nilai Kesejarahan Siswa Kelas VIII SMP Negeri 3 Doplang Tahun Ajaran 2008/2009 ?
E. Tujuan Penelitian Berdasarkan perumusan masalah diatas, maka tujuan dari penelitian ini adalah sebagai berikut: 1. Untuk
mengetahui
hubungan
antara
Pemanfaatan
Perpustakaan
dan
Pemahaman Nilai Kesejarahan Siswa Kelas VIII SMP Negeri 3 Doplang Tahun Ajaran 2008/2009. 2. Untuk mengetahui hubungan antara Minat pada Pelajaran Sejarah dan Pemahaman Nilai Kesejarahan Siswa Kelas VIII SMP Negeri 3 Doplang Tahun Ajaran 2008/2009. 3. Untuk mengetahui hubungan antara Pemanfaatan Perpustakaan dan Minat pada Pelajaran Sejarah secara bersama – sama dengan Pemahaman Nilai Kesejarahan Siswa Kelas VIII SMP Negeri 3 Doplang Tahun Ajaran 2008/2009.
F. Manfaat Penelitian Manfaat dari penelitian ini antara lain: 1.
Manfaat Teoritis : a) Memberikan tambahan pengetahuan ilmu sejarah, khususnya yang berkaitan dengan topik : Pemanfaatan Perpustakaan dan Minat Pada Pelajaran Sejarah dengan Pemahaman Nilai Kesejarahan. b) Dengan penulisan ini diharapkan dapat menambah wawasan dan pengetahuan penulis khususnya dan para pembaca pada umumnya.
2. Manfaat Praktis : a) Untuk memberikan bahan masukan dan sumbangan kepada pihak terkait, agar dapat dipergunakan sebagai bahan pengalaman pada umumnya. b) Sebagai titik tolak untuk melaksanakan penelitian sejenis secara mendalam.
BAB II LANDASAN TEORI A. Tinjauan Pustaka 1. Perpustakaan a. Perpustakaan Menurut kaidah Bahasa Indonesia, kata perpustakaan terbentuk dari kata dasar “pustaka”, mendapat awalan “per” dan akhiran “an”. Poerwodarminto (1987: 782) mengartikan kata “pustaka” sebagai “buku atau kitab”, sehingga “Perpustakaan” dapat diartikan sebagai “kumpulan buku-buku atau bacaan”. Pengertian lain dikemukakan oleh
Sulistyo Basuki (1991: 3) bahwa
“Perpustakaan adalah sebuah ruangan, bagian sebuah ruangan, atau gedung itu sendiri yang digunakan untuk menyimpan buku dan terbitan lainnya yang biasanya menurut tata susunan tertentu untuk digunakan pembaca, bukan untuk dijual”. Pengertian terbitan adalah mencakup majalah, koran, laporan, naskah dan lain sebagainya yang dapat dijadikan sebagai sumber informasi. Muljani A. Nurhadi (1983: 4) mendefinisikan “Perpustakaan adalah suatu unit kerja yang merupakan tempat mengumpulkan, menyimpan dan memelihara koleksi bahan pustaka yang dikelola secara tertentu, untuk dipergunakan secara kontinyu oleh pemakainya sebagai sumber informasi”. Sebagai unit kerja, perpustakaan harus mempunyai komponen – komponen yang mendukung pelaksanaan program perpustakaan, antara lain adanya petugas, sarana dan biaya. Petugas perpustakaan merupakan pengelola agar perpustakaan dapat berjalan dinamis, sarana yang diperlukan untuk kelengkapan fisik dalam menyediakan koleksi bahan pustaka, sedangkan biaya dipergunakan untuk mencukupi seluruh komponen yang diperlukan dalam perpustakaan. Istilah koleksi bahan pustaka dipergunakan untuk menunjukkan bahwa yang disimpan dan dipelihara bukan hanya buku, tetapi juga semua bahan yang memuat informasi. Koleksi yang sudah ada perlu diatur, dikelola, disusun dan diorganisasi secara sistematis agar buku dan bahan pustaka yang dikehendaki mudah ditemukan secara cepat dan tepat sewaktu – waktu dibutuhkan. Menurut
8
pendapat Soeatminah (1992: 35) “Perpustakaan sekolah adalah perpustakaan yang ada di sekolah sebagai sarana pendidikan untuk menunjang pencapaian tujuan pendidikan pra sekolah, pendidikan dasar, dan pendidikan menengah”. Perpustakaan sekolah adalah kumpulan bahan pustaka, baik berupa buku – buku maupun bukan buku (non book materials) yang diorganisasi secara sistematis dalam suatu ruang sehingga dapat membantu murid – murid dan guru – guru dalam proses belajar mengajar di sekolah. Dari uraian di atas menunjukkan bahwa keberadaan perpustakaan sekolah bertujuan untuk memberi pelayanan kepada sekolah, khususnya bagi para siswa dan guru agar kegiatan proses belajar mengajar dapat berjalan dengan lancar. Oleh sebab itu bahan – bahan perpustakaan yang ada di sekolah disesuaikan dengan tujuan tersebut. Dalam hal ini peranan perpustakaan sekolah sangat penting karena dapat menyumbangkan bantuan yang besar sekali manfaatnya dalam menunjang proses pendidikan. Dengan demikian dapat diambil kesimpulan bahwa perpustakaan sekolah adalah perpustakaan yang berada di lingkungan sekolah yang menyediakan bahan – bahan pustaka yang berupa buku maupun bukan buku yang diorganisasi secara sistematis dalam suatu ruangan sehingga dapat dimanfaatkan oleh para siswa dan guru dalam proses belajar mengajar untuk mencapai tujuan pendidikan yang optimal.
b. Ciri – ciri Perpustakaan Sekolah Menurut Ibrahim Bafadal (2001: 2) ciri – ciri perpustakaan sekolah adalah sebagai berikut : 1) Perpustakaan itu suatu unit kerja. Adanya perpustakaan tidak berdiri sendiri, tetapi merupakan unit kerja dari suatu badan atau lembaga tertentu. 2) Perpustakaan mengelola sejumlah bahan pustaka. Di perpustakaan disediakan sejumlah bahan pustaka. Bahan pustaka bukan hanya berupa buku – buku, tetapi juga bukan berupa buku (non book materials). Bahan – bahan pustaka tersebut tidak hanya disusun dan disimpan tetapi dikelola sebaik – baiknya menurut aturan tertentu. 3) Perpustakaan harus digunakan oleh pemakai. Tujuan pengelolaan atau pengaturan bahan – bahan pustaka tidak lain adalah agar dapat digunakan dengan sebaik – baiknya oleh pemakainya. Lebih lanjut lagi adalah bagaimana agar dengan pengaturan tersebut
dapat membangkitkan minat setiap pemakai untuk selalu mengunjungi perpustakaan. 4) Perpustakaan sebagai sumber informasi. Perpustakaan tidak hanya sebagai tumpukan buku tanpa ada gunanya, tetapi secara prinsip perpustakaan harus dapat dijadikan atau berfungsi sebagai sumber informasi bagi setiap yang membutuhkan. Dengan kata lain, tumpukan buku yang dikelola dengan baik itu bisa dikatakan sebagai perpustakaan apabila dapat memberikan informasi bagi setiap yang memerlukan. Berdasarkan uraian diatas dapat dilihat bahwa perpustakaan sekolah merupakan suatu unit kerja dari suatu badan atau lembaga tertentu yang mengelola bahan – bahan pustaka, baik berupa buku maupun bukan berupa buku (non book material) yang diatur secara sistematis menurut aturan tertentu sehingga dapat digunakan sebagai sumber informasi oleh setiap pemakainya.
c. Fungsi Perpustakaan Sekolah Fungsi perpustakaan sekolah merupakan suatu tugas atau jabatan yang harus di lakukan di dalam perpustakaan tersbut. Menurut Ibrahim Bafadal (2001: 6) fungsi perpustakaan sekolah adalah sebagai berikut : 1) Fungsi edukatif. Di dalam perpustakaan sekolah disediakan buku – buku baik buku – buku fiksi maupun non fiksi. Selain itu di dalam perpustakaan sekolah tersedia buku – buku yang sebagian besar pengadaanya disesuaikan dengan kurikulum sekolah. Hal ini dapat menunjang penyelenggaraan pendidikan di sekolah. 2) Fungsi informatif. Perpustakaan yang sudah maju tidak hanya menyediakan bahan – bahan pustaka berupa buku – buku, tetapi juga menyediakan yang bukan berupa buku (non book material). Semua ini akan memberikan informasi atau keterangan yang diperlukan oleh murid – murid. 3) Fungsi tanggung jawab administratif. Setiap murid yang akan masuk ke perpustakaan sekolah harus menunjukkan kartu anggota atau kartu pelajar, tidak diperbolehkan membawa tas, tidak mengganggu teman – temannya yang sedang belajar. Apabila ada murid yang terlambat mengembalikan buku pinjamannya didenda, dan apabila ada murid yang menghilangkan buku pinjamannya harus menggantinya, baik dengan cara dibelikan di toko, maupun difotokopikan. Semua ini mendidik murid – murid ke arah tanggung jawab, juga membiasakan murid – murid bersikap dan bertindak secara administratif.
4) Fungsi riset. Adanya bahan pustaka yang lengkap, murid –murid dan guru – guru dapat melakukan riset, yaitu mengumpulkan data atau keterangan – keterangan yang diperlukan. 5) Fungsi rekreatif. Adanya perpustakaan sekolah dapat berfungsi rekreatif. Ini tidak berarti bahwa secara fisik pergi mengunjungi tempat – tempat tertentu, tetapi secara psikologisnya. Selain itu, fungsi rekreatif berarti bahwa perpustakaan sekolah dapat dijadikan sebagai tempat mengisi waktu luang seperti pada waktu istirahat, dengan membaca buku – buku cerita, novel, roman, majalah, surat kabar, dan sebagainya. Berdasarkan pengertian – pengertian di atas, maka dapat ditarik kesimpulan bahwa fungsi perpustakaan sekolah adalah sebagai pusat belajar bagi para siswa. Hal ini tampak pada kegiatan yang dilakukan oleh siswa pada setiap kunjungannya di perpustakaan sekolah. Siswa bertujuan untuk belajar berbagai hal yang berhubungan langsung dengan mata pelajaran yang diberikan di sekolah. Selain itu para siswa dapat berlatih menelusuri koleksi buku – buku perpustakaan sekolah, mencari informasi maupun hanya sekedar rekreatif untuk mengisi waktu senggangnya.
d. Ruang Perpustakaan Sekolah Tempat yang disediakan untuk perpustakaan harus terpisah dari aktivitas lain. Membaca dan belajar memerlukan konsentrasi dan ketenangan, oleh karena itu letak ruang pepustakaan sekolah sebaiknya tidak terlalu berdekatan dengan ruang pendidikan jasmani atau ruang musik. Dalam mendirikan gedung perpustakaan sekolah harus mempertimbangkan dengan cermat tentang lokasi, untuk itu ada beberapa asas atau pedoman yang perlu diperhatikan pada waktu mendirikan gedung perpustakaan sekolah, atau dalam memilih salah satu ruangan untuk kepentingan perpustakaan sekolah. Menurut Ibrahim Bafadal (2001: 152) asas atau pedoman dalam memilih ruang untuk kepentingan perpustakaan sekolah adalah sebagai berikut : 1) Fungsi utama perpustakaan sekolah adalah sebagai sumber belajar. Keberadaannya berhubungan langsung dengan proses belajar mengajar di kelas. Oleh karena itu gedung atau ruang perpustakaan sekolah berdekatan dengan kelas – kelas yang ada.
2) Gedung perpustakaan sekolah sebaiknya tidak jauh dari tempat parkir. Asas ini perlu dipertimbangkan, khususnya pada sekolah – sekolah yang luas sekali, dan lebih – lebih melayani pengunjung pada sore hari. 3) Gedung atau ruang perpustakaan sekolah sebaiknya jauh dari kebisingan yang sekiranya mengganggu ketenangan murid – murid yang sedang belajar di perpustakaan sekolah. 4) Gedung atau ruang perpustakaan sekolah sebaiknya mudah dicapai kendaraan yang akan mengangkut buku – buku. 5) Gedung atau ruang perpustakaan sekolah harus aman, baik dari bahaya kebakaran, kebanjiran maupun dari pencurian. 6) Gedung atau ruang perpustakaan sekolah sebaiknya ditempatkan di lokasi yang kemungkinannya mudah diperluas pada masa yang akan datang. Dengan demikian dapat ditarik kesimpulan bahwa ruang perpustakaan sekolah sebaiknya berpedoman pada asas – asas tersebut, sehingga dapat menunjang proses belajar mengajar yang baik dan para siswa maupun guru dapat merasakan kenyamanan selama menggunakan ruang perpustakaan sekolah. Tata ruang perpustakaan diatur secara sistematis oleh para petugas perpustakaan, penataan ruang perpustakaan sekolah memiliki beberapa manfaat yang harus dicapai. Manfaat tersebut menjadi pedoman atau bahan pertimbangan pada setiap aktivitas penataan ruang. Manfaat – manfaat yang diharapkan melalui penataan ruang perpustakaan sekolah menurut Ibrahim Bafadal (2001: 170) adalah sebagai berikut : 1) Dapat menciptakan suasana aman, nyaman dan menyenangkan untuk belajar bagi murid, guru maupun pengunjung lain. 2) Mempermudah murid, guru dan pengunjung lain dalam mencari bahan – bahan pustaka yang diinginkan. 3) Petugas perpustakaan sekolah mudah memproses bahan pustaka, memberikan layanan dan melakukan pengawasan. 4) Bahan – bahan pustaka aman dari segala sesuatu yang merusaknya. 5) Memudahkan petugas perpustakaan sekolah dalam melakukan perawatan terhadap semua perlengkapan perpustakaan sekolah. Dari beberapa pendapat di atas maka dapat disimpulkan bahwa dalam penataan ruang perpustakaan sekolah penting untuk memperhatikan sistem pelayanan perpustakaan yang digunakan. Tujuan yang hendak dicapai dengan adanya penataan ruang perpustakaan sekolah yang memperhatikan sistem pelayanan yang digunakan untuk memperlancar proses pekerjaan – pekerjaan
yang dikerjakan oleh petugas perpustakaan sekolah, dan untuk menciptakan suasana yang menyenangkan bagi murid – murid, guru – guru dan pengunjung lainnya.
e. Bahan Pustaka Agar dapat melaksanakan proses belajar mengajar yang dinamis, perpustakaan sekolah diharapkan menjadi pusat pelayanan yang menyuguhkan bahan pustaka yang dipilih dengan seksama mengenai semua mata pelajaran dan tingkat kemampuan membaca. Isi perpustakaan sekolah mencakup bukan hanya buku – buku saja, tetapi juga pamflet, gambar – gambar, surat kabar, slide film, globe, peta, tape dan bahan – bahan audio visual lainnya. Menurut Ibrahim Bafadal (2001: 27) jenis bahan pustaka bisa ditinjau dari bentuk fisiknya dan dari isinya, yang meliputi : 1) Ditinjau dari bentuk fisik, bahan – bahan pustaka dibagi menjadi dua kelompok, yaitu : a) Bahan – bahan pustaka berupa buku – buku, seperti buku tentang psikologi, buku bahasa Indonesia, buku – buku tentang ilmu pengetahuan sosial, buku tentang agama, buku tentang ilmu pengetahuan alam. b) Bahan – bahan pustaka bukan berupa buku, seperti surat kabar, majalah, peta, globe, piringan hitam. Bahan – bahan pustaka yang bukan berupa buku ini dapat dibagi lagi mejadi dua kelompok, yaitu sebagai berikut : (1) Bahan – bahan tertulis, seperti surat kabar, majalah, brosur, laporan, karangan – karangan, kliping. (2) Bahan – bahan berupa alat pengajaran, seperti piringan hitam, radio, tape recorder, film slide projector, film strip projector. 2) Ditinjau dari isinya, bahan – bahan pustaka dapat dibagi ke dalam dua kelompok, yaitu sebagai berikut : a) Bahan – bahan pustaka yang isinya fiksi, atau disebut buku – buku fiksi, seperti buku cerita anak – anak, cerpen, novel. b) Bahan – bahan pustaka yang isinya non fiksi, atau disebut buku – buku non fiksi, seperti buku referensi, kamus, biografi, ensiklopedi, majalah dan surat kabar. Dari uraian di atas dapat ditarik kesimpulan bahwa yang dimaksud dari bahan pustaka adalah kumpulan sumber informasi baik yang berupa buku maupun bukan buku, buku fiksi maupun buku non fiksi yang menunjang kegiatan belajar
mengajar dan memberikan pengetahuan umum yang sesuai dengan tingkat kecerdasan, kemampuan membaca dan perkembangan jiwa siswa dan tuntutan profesi guru.
f. Pustakawan Pustakawan adalah orang yang ahli di bidang kepustakaan. Untuk mengelola perpustakaan sekolah dibutuhkan orang – orang yang mampu mengelola perpustakaan dengan baik, petugas yang profesional, mengetahui tujuan, memiliki pengetahuan dan ketrampilan di bidang organisasi, administrasi dan pekerjaan yang bersifat teknis perpustakaan. Menurut Soeatminah (1992: 132) persyaratan pustakawan yang profesional adalah sebagai berikut : 1) Memiliki kemampuan dan kemauan untuk melayani orang lain dengan ramah, sopan dan tekun. 2) Berpenampilan menyenangkan sehingga orang tidak segan bertanya atau minta tolong. 3) Pandai bergaul sehingga orang merasa diperhatikan. 4) Memiliki pengetahuan umum yang luas sehingga dapat diajak bicara mengenai berbagai macam topik dan lain – lain. Menurut Irawati Singarimbun(1982: 47) sistem pelayanan perpustakaan ada dua macam : 1) Sistem tertutup. Pada sistem tertutup, pembaca tidak dapat langsung ke rak buku. Dia hanya dapat mengetahui koleksi melalui katalog. Bila ada yang diinginkan, maka nomor buku dicatat dan diberikan kepada petugas. Petugas yang akan mengambilkannya dari rak. 2) Sistem terbuka. Pada sistem terbuka, pembaca dapat langsung ke rak buku. Sistem ini sangat menguntungkan bagi pembaca, tetapi bagi perpustakaan risiko buku hilang sangat besar. Berdasarkan uraian di atas dapat disimpulkan bahwa tanggung jawab pustakawan tidak hanya memberikan pelayanan kepada siswa saja tetapi juga menciptakan suasana lingkungan yang nyaman, tenang dan tertib sehingga siswa yang mengunjungi perpustakaan merasa betah tinggal di dalam perpustakaan. Selain itu dalam memberikan pelayanan juga memperhatikan kebutuhan dan
kondisi siswa sehingga siswa tidak kecewa dengan pelayanan yang diberikan oleh pustakawan.
g. Manfaat Perpustakaan. Informasi selalu dibutuhkan setiap orang dalam kehidupannya seharihari, tanpa informasi seseorang tidak akan mencapai tujuan yang diinginkan. Informasi dapat diperoleh dari banyak sumber, baik manusia, media cetak ataupun media elektronik. Perpustakaan merupakan salah satu sumber informasi yang penting karena perpustakaan sebagaimana yang dikatakan oleh Pawit M. Yusuf (1988: 10) mempunyai ciri-ciri sebagai berikut : 1) Tempat dihimpunnya beraneka ragam sumber informasi. 2) Tempat diolahnya beraneka ragam sumber informasi. 3) Tempat disebarluaskannya beraneka ragam sumber informasi. 4) Dalam hal – hal tertentu berfungsi sebagai lahirnya informasi. Sedangkan menurut pendapat Ibrahim Bafadal (2001: 5) manfaat perpustakaan sekolah adalah sebagai berikut : 1) Perpustakaan sekolah dapat menimbulkan kecintaan murid – murid terhadap membaca. 2) Perpustakaan sekolah dapat memperkaya pengalaman belajar murid. 3) Perpustakaan sekolah dapat menanamkan kebiasaan belajar mandiri yang akhirnya murid – murid mampu belajar mandiri. 4) Perpustakaan sekolah dapat mempercepat proses penguasaan teknik membaca. 5) Perpustakaan sekolah dapat membantu perkembangan kecakapan berbahasa. 6) Perpustakaan sekolah dapat melatih murid – murid ke arah tanggung jawab. 7) Perpustakaan sekolah dapat memperlancar murid – murid dalam menyelesaikan tugas – tugas sekolah. 8) Perpustakaan sekolah dapat membantu murid – murid menemukan sumber – sumber pengajaran. 9) Perpustakaan sekolah dapat membantu murid – murid, guru – guru, dan anggota staf sekolah dalam mengikuti perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi.
Perpustakaan sebagai salah satu sumber informasi di sekolah penting artinya baik bagi guru maupun siswa. Guru mencari informasi untuk perbaikan pengajarannya,
sedangkan
siswa
mencari
informasi
untuk
menunjang
keberhasilan belajarnya. Dari perpustakaan guru dapat menggunakan buku-buku yang tersedia untuk menyiapkan bahan-bahan pelajaran yang akan disampaikan kepada siswa. Hal ini dilakukan guru karena adanya tuntutan perkembangan ilmu pengetahuan yang pesat serta adanya anggapan bahwa guru harus mempunyai pengetahuan yang lebih luas dari siswanya. Menyadari manfaat perpustakaan yang demikian, juga ditunjang oleh adanya perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi, banyak sekolah yang melengkapi perpustakaannya dengan alat – alat seperti gambar, grafik, bagan – bagan ataupun benda – benda tiruan yang dapat memperjelas informasi yang dibutuhkan guru dan peserta didik. Berdasarkan gambaran di atas, maka disebutkan manfaat perpustakaan sekolah dalam kaitannya dengan keberhasilan belajar dan mengajar sebagi berikut: 1) Bagi peserta didik : a) Perpustakaan sekolah dapat memberikan dasar – dasar studi mandiri. b) Perpustakaan sekolah dapat memberikan jawaban yang cukup memuaskan peserta didik terhadap rasa keingintahuannya terhadap sesuatu, karena dengan mempelajari buku – buku atau bahan pustaka lainnya, pertanyaan yang terdapat dalam hatinya bisa terjawab. c) Perpustakaan sekolah dapat dijadikan sebagai batu loncatan bagi peserta didik untuk malanjutkan kebiasaan membaca. Kebiasaan membaca yang sudah dimiliki dapat mendorong kemauan peserta didik berpikir secara rasional, kritis dan kreatif, sehingga pengetahuan yang mereka peroleh akan semakin luas. 2) Bagi guru : a) Perpustakaan sekolah dapat memberikan masukan baru bagi guru untuk memperbaiki pengajarannya.
b) Perpustakaan sekolah dapat membantu memperluas pengetahuan guru tentang materi pengajarannya, guru dapat menghidupkan kelas, terutama bagi guru bidang studi sejarah. Indikator – indikator yang digunakan untuk mengukur pemanfaatan perpustakaan oleh siswa antara lain sebagai berikut : 1) Kesadaran siswa dalam memanfaatkan perpustakaan 2) Kebutuhan membaca ke perpustakaan. 3) Mengerjakan tugas-tugas di perpustakaan 4) Mencari dan meminjam buku – buku atau literatur serta studi pustaka. 5) Sistem pelayanan yang diterapkan 6) Suasana lingkungan 7) Penataan buku
2. Minat Pada Pelajaran Sejarah a. Pengertian Minat Minat merupakan salah satu unsur yang berasal dari anak dan mempengaruhi keberhasilan belajar. Tanpa adanya minat terhadap materi belajar hasilnya tidak akan sesuai dengan yang diharapkan. Menurut H.C.Witherington (1983: 110) “Minat adalah kesadaran seseorang pada suatu obyek, suatu soal atau suatu situasi yang mengandung sangkut paut dirinya”. Sedangkan W.S.Winkel (1991: 105) berpendapat bahwa “Minat adalah kecenderungan yang menetap dalam subyek untuk merasa tertarik pada bidang tertentu dan merasa senang berkecimpung dalam bidang itu”. Poerwodarminto (1987: 650) “Minat adalah perhatian; kesukaan (kecenderungan hati) kepada sesuatu; keinginan”. Kartini
Kartono
(1996:112)
“Minat
merupakan
momen
dari
kecenderungan yang terarah secara intensif kepada obyek yang dianggap penting”. Definisi lain menyebutkan bahwa minat adalah kecenderungan orang untuk tertarik dalam suatu pengalaman dan untuk terus demikian itu, sementara aversi (kebencian, keengganan) ialah kecenderungan untuk berpaling dari pengalaman lain.
Dari pengertian dan definisi diatas, dapat disimpulkan bahwa minat adalah suatu kesadaran dan kecenderungan dari seseorang yang mendorong orang tersebut untuk merasa tertarik pada sesuatu obyek atau bidang tertentu dan memberikan stimuli untuk memperhatikan seseorang atau sesuatu barang yang dapat berpengaruh terhadap pengalamannya, maupun untuk menerima atau menolak suatu kegiatan. Elizabeth B. Hurlock (1999:114) mengatakan bahwa “Minat memainkan peranan yang penting dalam kehidupan seseorang dan mempunyai dampak yang besar atas perilaku dan sikap – sikap”. Jadi apabila seseorang benar – benar berminat terhadap suatu obyek, maka akan berpengaruh terhadap segala sikap dan perilakunya. Minat yang dimiliki oleh seseorang dapat menjadi fasilitas dasar atau landasan dalam melaksanakan suatu aktivitas sehingga dapat diperoleh hasil yang optimal. Minat berperan dalam mendorong seseorang untuk mencapai tujuannya. Tujuan seseorang akan tercapai jika motif yang ada dalam dirinya selalu mendorong dan memacunya. Hal ini sesuai dengan pendapat Ngalim Purwanto (1990:56) yang mengatakan “Minat mengarahkan perbuatan kepada suatu tujuan dan merupakan dorongan bagi perbuatan itu”. Minat dapat menjadi sumber motivasi yang mendorong orang untuk melakukan sesuatu yang sesuai dengan keinginannya. Besar kecilnya minat turut mempengaruhi dorongan seseorang untuk beraktivitas. Setiap aktivitas yang dikerjakan dengan penuh minat maka dapat diharapkan hasilnya akan lebih baik, tetapi apabila aktivitas yang dikerjakan tanpa disertai minat, maka hasilnya kurang optimal.
b. Pengertian Sejarah Menurut Alfian yang dikutip oleh Dudung Abdurrahman (2007: 14) “Sejarah” dikatakan berasal dari bahasa Arab “syajarah” artinya “pohon”. Dalam bahasa asing lainnya, istilah sejarah disebut histore (Prancis), geschichte (Jerman), histoire atau geschiedenis (Belanda) dan history (Inggris). Akar kata history ini berasal berasal dari historia (Yunani) yang berarti pengetahuan tentang gejala-gejala alam terutama mengenai umat manusia yang bersifat kronologis, sedangkan yang tidak bersifat kronologis dipakai kata scientia atau science.
Kuntowijoyo (2001: 1) memberi batasan kata sejarah berasal dari bahasa Arab syajara yang berarti terjadi, syajarah yang berarti pohon, syajarah anasab berarti pohon silsilah; bahasa Inggris history, bahasa Latin dan Yunani historia, bahasa Yunani history atau istor berarti orang pandai. Sejarah adalah rekonstruksi masa lalu (Kuntowijoyo, 2001: 18). Secara umum, sejarah merupakan ilmu yang mempelajari kehidupan manusia di masa lampau maupun sekarang. Sejarah dapat berarti subyektif dan juga obyektif. Disebut subyektif tidak lain karena sejarah memuat unsur – unsur dan isi subyek (pengarang, penulis). Baik pengetahuan maupun gambaran sejarah adalah hasil penggambaran atau rekonstruksi dari pengarang, maka mau tidak mau membuat sifat – sifatnya, gaya bahasanya, struktur pemikirannya, pandangannya dan sebagainya. Sedangkan bersifat obyektif adalah menunjuk kepada kejadian atau peristiwa itu sendiri. Jadi minat belajar sejarah adalah kecenderungan dari suatu pengalaman yang mempelajari suatu proses pembentukan pribadi untuk memahami sejarah sebagai ilmu pengetahuan yang berlangsung terus menerus dalam hubungannya dengan kecenderungan tingkah laku untuk tertarik pada sejarah. Dapat disimpulkan bahwa minat sejarah adalah suatu kecenderungan seseorang untuk tertarik dan memusatkan perhatian pada pelajaran sejarah dengan melakukan pengkajian dan latihan – latihan untuk mencapai pemahaman akan peristiwa – peristiwa masa lampau, menggambarkan pertumbuhan yang terus menerus dari alam dan manusia. Minat belajar sejarah yang telah berada pada diri anak didik akan memberikan kemungkinan penelaahan lebih lanjut tentang makna – makna sejarah, karena pengetahuan tentang fakta sejarah tanpa adanya kajian tentang nilai – nilai yang terdapat pada mata pelajaran sejarah hanya akan membawa matinya minat belajar sejarah pada siswa. Indikator – indikator untuk mengukur minat siswa terhadap mata pelajaran sejarah antara lain sebagai berikut: 1) Pandangan siswa terhadap mata pelajaran sejarah. 2) Kemauan siswa untuk mempelajari sejarah.
3) Kepekaan siswa dalam menanggapi masalah dan peristiwa penting dalam sejarah. 4) Rasa ketertarikan siswa terhadap mata pelajaran sejarah. 5) Kemauan siswa untuk belajar di rumah.
3. Pemahaman Nilai Kesejarahan a. Hakikat Pemahaman Setiap manusia sebenarnya telah mempunyai pemahaman tertentu tentang dirinya dan dunianya betapa pun sederhananya. Tanpa hal ini tidak mungkin manusia menjalankan kehidupannya di dunia. Pemahaman berfungsi sebagai pedoman bagi berbagai kegiatan hidupnya. Perilaku tidak hanya ditentukan oleh lingkungan hidupnya, tetapi juga ditentukan oleh pemahamannya tentang diri dan dunianya. Dalam proses belajar mengajar, pada umumnya kemampuan intelektual serta ketrampilan siswa yang diharapkan lebih ditekankan pada peningkatan pemahaman. Hal ini dikarenakan apabila siswa berhadapan dengan informasi, maka ia harus tahu apa yang dikomunikasikan serta dapat mengambil ide – ide dari apa yang diinformasikan tersebut. Penekanan dari pemahaman di sini lebih pada tujuan, perilaku serta respon dari individu sehingga ia mampu memahami isi dari suatu pesan. Setiap pemahaman merupakan hasil dari proses belajar. Oleh karena itu pemahaman seseorang dapat berbeda atau bahkan bertentangan dengan pemahaman orang lain, sebagai akibat dari perbedaan proses belajar yang berlangsung dalam diri masing – masing. Mereka mempunyai perbedaan pengalaman, lingkungan sosial atau lingkungan pendidikan dimana proses belajar berlangsung. Dengan kata lain, setiap pemahaman manusia adalah relatif, tergantung pada lingkungan hidupnya. Poerwodarminto (1987: 694) pemahaman berasal dari kata paham yang berarti mengerti benar atau tahu benar. Sedangkan pemahaman sendiri adalalah suatu proses, cara, perbuatan memahami atau memahamkan. Benjamin S. Bloom (1984:17) memasukkan kategori pemahaman (comprehension) ke dalam klasifikasi ranah kognitif. Klasifikasi itu disusun
secara heirarkis mulai dari taraf yang paling rendah ke taraf yang lebih tinggi, yaitu : (1) pengetahuan (knowledge), (2) pemahaman (comprehension), (3) penerapan (application), (4) analisis (analysis), (5) sintesis (syinthesis), dan (6) evaluasi
(evaluation).
Selanjutnya
Bloom
mengklasifikasikan
kategori
pemahaman menjadi tiga, yaitu : pertama translation atau terjemahan, kedua interpretation atau interpretasi dan yang ketiga adalah ekstrapolation atau ekstrapolasi (Benjamin S Bloom, 1971:89). Translation atau terjemahan maksudnya adalah individu dapat menggunakan informasi yang diterima ke dalam bahasa lain, situasi lain, dan pada komunikasi yang lain. Aktivitas pada kegiatan menerjemahan ini meliputi pemberian variasi pada bagian – bagian komunikasi, dan memisahkan arti bagian komunikasi – komunikasi tersebut sesuai dengan konteks dan idenya. Perilaku translation ini menempati posisi antara klasifikasi pengetahuan dengan tipe perilaku interpretasi, ekstrapolasi, analisis, sintesis, aplikasi dan evaluasi (Benjamin S Bloom, 1984:92). Ini didasarkan pada asumsi bahwa seseorang yang berkompeten dalam perilaku ini secara langsung berhubungan dengan pengetahuan. Dalam setiap komunikasi digunakan lambang – lambang yang merupakan konsep – konsep umum atau kumpulan ide – ide yang relevan. Abstraksi ide – ide ini dibutuhkan untuk ditransformasikan, sehingga menjadi dasar untuk berpikir yang lebih kompleks dengan menggunakan simbol sebagai alat berpikir, dibanding dengan analisis, sintesis maupun aplikasi. Klasifikasi yang kedua adalah interpretation, kegiatan interpretasi meliputi hubungan antara susunan komunikasi dengan ide yang dipahami sehingga membentuk konfigurasi baru dalam pemikiran individu. Termasuk di dalamnya hubungan yang penting antara ide – ide dan relevannya dalam pembuatan generalisasi. Wujud dari perilaku ini ditunjukkan dengan adanya kesimpulan atau generalisasi yang dibuat individu. Tipe ketiga dari aspek pemahaman ini adalah ekstrapolation, yang meliputi kegiatan pembuatan estimasi atau prediksi yang berdasar pada pengertian dan kecenderungan atau kondisi – kondisi yang diterangkan dalam komunikasi. Termasuk didalamnya adalah
pembuatan kesimpulan yang berkenaan dengan implikasi dan konsekuensinya, serta efek – efek yang timbul dari adanya komunikasi. Jadi dapat disimpulkan bahwa pemahaman adalah suatu proses, perbuatan dan pikiran untuk menangkap arti dari suatu paham yang telah dipelajari yang terlibat antara lain dalam kemampuan seseorang menafsirkan informasi, meramalkan akibat suatu peristiwa dan kemampuan sejenis. Pemahaman adalah suatu perilaku belajar yang meliputi tiga kegiatan yaitu translation atau menerjemahkan, interpretation atau menginterpretasikan dan ekstrapolation atau membuat estimasi dan prediksi. Aspek pemahaman dalam taksonomi
termasuk
kawasan
kognitif,
sehingga
untuk
mengukurnya
menggunakan tes kemampuan.
b. Nilai Sejarah Nilai adalah sesuatu yang abstrak, sehingga sulit untuk dirumuskan dalam suatu pengertian yang jelas. Banyak penulis dan peneliti yang mengemukakan definisi yang berbeda tentang nilai. Namun, secara umum definisi tersebut mempunyai persamaan – persamaan. Nilai merupakan suatu yang luhur, yang baik dan senantiasa dikejar dan ingin dicapai oleh setiap manusia. Nilai itu sifatnya abstrak dan metafisis, yang hanya menjadi nyata atau tampak dalam perilaku seseorang yang menghayatinya. Nilai tidak pernah terpisah dari pribadi manusia. Pengalaman nilai itu pun bersifat sangat personal. Nilai adalah keyakinan yang dipilih dan dipergunakan untuk mempertimbangkan semua tindakannya, dan tiap orang memiliki nilai tertentu yang berbeda antara satu orang dengan orang yang lain. Nilai adalah kepercayaan yang bertahan lama pada diri seseorang yang berasal dari pengalaman yang diperoleh, kemudian dihayati dan diambil menjadi milik pribadinya. Nilai sangat mempengaruhi tingkah laku dalam hidup pribadi dan hidup masyarakat. Poewodarminto (1987: 677) “Nilai adalah sifat – sifat (hal – hal) yang penting atau berguna bagi kemanusiaan”. Berdasarkan uraian di atas, dapat disimpulkan bahwa nilai adalah sesuatu yang dihayati oleh seseorang, sesuatu yang penting bagi manusia. Nilai diperoleh dan berkembang karena pengaruh kebudayaan,
masyarakat dan kepribadian seseorang. Nilai – nilai akan memberi arah kepada seseorang dalam bertingkah laku. Berdasarkan berbagai definisi dan penjelasan tentang sejarah diatas dapat disimpulkan bahwa sejarah hendaknya dapat memberikan pengertian, penerangan dan pemahaman tentang masa lampau, sebagai cermin untuk masa kini dan memprediksi masa depan. Diharapkan dengan belajar sejarah seseorang akan dapat menafsirkan dan memahami sebab akibat suatu peristiwa sejarah. Karena tujuan mempelajari sejarah ialah menjadi manusia yang berkepribadian kuat. Ia tidak memerlukan hafalan, melainkan mengerti sesuatu agar dapat menentukan sikapnya. Jadi yang dimaksud pemahaman nilai kesejarahan adalah suatu proses, perbuatan dan pikiran untuk menangkap arti dari keyakinan yang dipilih dan dipergunakan untuk mempertimbangkan semua tindakannya yang dalam hal ini berhubungan dengan kehidupan manusia pada masa lampau. Pemahaman sejarah siswa adalah kemampuan siswa untuk menangkap makna sejarah, yang meliputti kemampuan menerjemahkan, menginterpretasi ide atau simbol serta kemampuan membuat prediksi dari kesimpulan yang dibuatnya. Indikator – indikator untuk mengukur pemahaman nilai kesejarahan siswa antara lain sebagai berikut : 1) Mengidentifikasikan kebijakan – kebijakan pemerintah kolonial. 2) Mengidentifikasikan pengaruh yang ditimbulkan oleh kebijakan – kebijakan pemerintah kolonial. 3) Mengidentifikasikan bentuk – bentuk perlawanan rakyat dan kerajaan – kerajaan menentang koloni Barat di berbagai daerah di Indonesia. 4) Nilai – nilai kesejarahan.
B. Kerangka Pemikiran Berdasarkan kajian teori diatas dapat dikemukakan kerangka berpikir sebagai berikut: 1. Hubungan pemanfaatan perpustakaan dan pemahaman nilai kesejarahan siswa. Pemanfaatan perpustakaan adalah pemanfaatan perpustakaan sebagai salah satu sumber informasi di sekolah yang apabila dimanfaatkan dengan
baik akan dapat memperluas pengetahuan dan daya nalar siswa. Semakin luasnya pengetahuan dan daya nalar siswa, maka siswa akan lebih mudah dalam memahami nilai – nilai yang terdapat dalam peristiwa – peristiwa sejarah. Dengan demikian, diduga ada hubungan antara pemanfaatan perpustakaan dengan pemahaman nilai kesejarahan siswa. 2. Hubungan minat pada pelajaran sejarah dan pemahaman nilai kesejarahan siswa. Minat pada pelajaran sejarah adalah rasa ketertarikan siswa terhadap mata pelajaran sejarah yang telah berada pada diri anak didik, dengan adanya minat pada pelajaran sejarah maka akan memberikan kemungkinan penelaahan lebih lanjut kepada siswa tentang makna – makna/nilai – nilai yang terdapat dalam peristiwa – peristiwa sejarah. Dengan demikian, diduga ada hubungan antara minat pada pelajaran sejarah dengan pemahaman nilai kesejarahan siswa. 3. Hubungan pemanfaatan perpustakaan dan minat pada pelajaran sejarah dengan pemahaman nilai kesejarahan siswa. Pemanfaatan perpustakaan adalah pemanfaatan perpustakaan sebagai salah satu sumber informasi di sekolah yang apabila dimanfaatkan dengan baik akan dapat memperluas pengetahuan dan daya nalar siswa. Minat pada pelajaran sejarah adalah rasa ketertarikan siswa terhadap mata pelajaran sejarah. Dengan memanfaatkan perpustakaan sekolah siswa dapat mencari bahan – bahan/ sumber – sumber untuk memperdalam pengetahuannya tentang sejarah. Dari sini akan terbentuk pribadi yang mampu memahami nilai – nilai yang terdapat dalam peristiwa sejarah. Nilai – nilai yang dipilih dan dihayati akan dipergunakan untuk mempertimbangkan semua tindakannya yang berkaitan dengan pemilihan mana yang penting, tidak benar dan tidak baik. Dengan demikian, diduga ada hubungan antara pemanfaatan perpustakaan dan minat pada pelajaran sejarah dengan pemahaman nilai kesejarahan siswa.
C. Hipotesis Berdasarkan kajian teori di atas, maka dapat dikemukakan hipotesis dari penelitian ini adalah sebagai berikut : 1. Ada hubungan antara Pemanfaatan Perpustakaan dan Pemahaman Nilai Kesejarahan Siswa Kelas VIII SMP Negeri 3 Doplang Tahun Ajaran 2008/2009. 2. Ada hubungan antara Minat pada Pelajaran Sejarah dan Pemahaman Nilai Kesejarahan Siswa Kelas VIII SMP Negeri 3 Doplang Tahun Ajaran 2008/2009. 3. Ada hubungan antara Pemanfaatan Perpustakaan dan Minat Pada Pelajaran Sejarah secara bersama – sama dengan Pemahaman Nilai Kesejarahan Siswa Kelas VIII SMP Negeri 3 Doplang Tahun Ajaran 2008/2009.
BAB III METODOLOGI PENELITIAN Setiap kegiatan penelitian, peneliti harus dapat memilih metode pemecahan masalah yang tepat dan sesuai dengan obyek penelitian. Pemilihan suatu metode harus berorientasi pada tujuan penelitian serta rancangan penelitan yang telah ditetapkan. Metodologi berasal dari kata “methodos” yang berarti cara atau jalan dan “logos” yang berarti ilmu. Jadi, yang disebut metodologi adalah cara atau jalan untuk memecahkan masalah. Menurut Winarno Surakhmad (1998: 13) “Metode adalah cara utama yang digunakan untuk mencapai tujuan, misalnya untuk menguji serangkaian hipotesis dengan menggunakan teknik serta alat – alat tertentu”. Dari pendapat tersebut dapat disimpulkan bahwa metodologi adalah suatu ilmu yang membahas cara atau metode yang ditempuh dalam kegiatan penelitian ilmiah. Metodologi dalam penelitian ini meliputi tempat dan waktu penelitian, desain penelitian, variabel dan definisi operasional, populasi dan sampel, teknik dan alat pengumpulan data, teknik analisis data dan hipotesis statistik.
A. Tempat dan Waktu Penelitian 1. Tempat Penelitian ini dilaksanakan di SMP Negeri 3 Doplang yang terletak di Desa Bangkleyan, Kecamatan Jati, Kabupaten Blora dengan alasan sebagai berikut : 1. Tersedianya data yang diperlukan dalam penelitian ini. 2. Adanya keterbukaan pihak sekolah sehingga memudahkan peneliti dalam mengumpulkan data yang diperlukan dengan masalah yang diteliti. 3. Lokasi sekolah cukup dekat dari tempat tinggal peneliti sehingga mempermudah untuk melakukan penelitian, baik dari segi transportasi, tenaga dan biaya.
26
2. Waktu Penelitian Penelitian dilakukan setelah pengajuan proposal penelitian yang disetujui oleh dosen pembimbing skripsi dan telah mendapatkan ijin dari berbagai pihak yang berwenang. Adapun jadwal kegiatan penelitian tersusun dalam tabel di bawah ini : Tabel 1 : Tabel kegiatan penelitian tentang Hubungan Antara Pemanfaatan Perpustakaan Dan Minat Pada Pelajaran Sejarah Dengan Pemahaman Nilai Kesejarahan Siswa Kelas VIII SMP Negeri 3 Doplang Tahun Ajaran 2008/2009. Bulan/minggu
Jan
Feb
Mar
Apr
Mei
Kegiatan
I-IV
I-IV
I-IV
I-IV
I-IV
ü
ü
Penyusunan proposal Penulisan angket
Jun
ü
Uji coba
ü
Pengumpulan data
ü ü
Analisis data
ü
Penulisan
B. Metode Penelitian Suatu penelitian pada dasarnya harus menggunakan cara tertentu yang dilaksanakan dengan terencana dan sistematis. Penentuan metode penelitian yang tepat akan memudahkan peneliti dalam melaksanakan penelitian, sehingga hasil penelitiannya dapat dipertanggungjawabkan secara ilmiah. Menurut Suharsimi Arikunto (1998: 136) “Metode penelitian adalah cara yang digunakan oleh peneliti dalam mengumpulkan data penelitiannya”. Sedangkan menurut Winarno Surakhmad (1998: 13)
“Metode adalah cara utama yang digunakan untuk
mencapai tujuan, misalnya untuk menguji serangkaian hipotesis dengan menggunakan teknik serta alat – alat tertentu”. Dari pendapat di atas dapat ditarik suatu pengertian bahwa metode penelitian adalah suatu cara yang digunakan untuk menguji kebenaran dengan menggunakan teknik dan alat tertentu dalam rangka untuk mencapai tujuan
penelitian. Oleh karena itu, untuk memperoleh data yang benar dan akurat, maka peneliti dituntut untuk dapat memilih dan menggunakan metode penelitian yang tepat. Dalam penelitian terdapat beberapa metode yang dapat digunakan oleh peneliti. Secara umum metode penelitian dapat dikelompokkan menjadi tiga macam, sebagaimana diungkapkan oleh Winarno Surakmad (1998: 132), yaitu : 1. Metode penelitian historis 2. Metode penelitian deskriptif 3. Metode penelitian eksperimen Berdasarkan uraian di atas, maka dalam penelitian ini peneliti menggunakan metode penelitian deskriptif korelasional, sebab penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan antara pemanfaatan perpustakaan dan minat pada pelajaran sejarah dengan pemahaman nilai kesejarahan siswa. Tujuan penelitian deskriptif adalah untuk membuat suatu deskripsi atau lukisan secara sistematis, faktual dan akurat mengenai fakta-fakta dan fenomena yang diselidiki. Metode deskriptif bermaksud mengungkapkan situasi variabel sesuai dengan keadaan yang ada pada saat penelitian ini dilaksanakan. Pelaksanaan metode – metode deskriptif tidak terbatas hanya sampai pada pengumpulan data, tetapi meliputi analisa dan interpretasi tentang arti data itu sendiri.
1. Desain Penelitian Menurut Moh. Nazir (1988: 99) “Desain penelitian adalah semua proses yang diperlukan dalam perencanaan dan pelaksanaan penelitian ataupun hanya mengenai pengumpulan dan analisis data”. Desain penelitian yang digunakan harus mengikuti metode penelitian. Penelitian ini melukiskan dan menafsirkan keadaan yang ada terhadap masing – masing variabel, baik variabel bebas maupun variabel terikat, maka penelitian ini bersifat deskriptif. Dalam penelitian ini terdapat tiga variabel yang dikaji meliputi dua variabel bebas dan satu variabel terikat. Variabel bebasnya adalah pemanfaatan perpustakaan (X1) dan minat pada pelajaran sejarah (X2), sedangkan variabel terikatnya adalah pemahaman nilai kesejarahan siswa (Y). Penelitian ini dimaksudkan untuk mengetahui ada atau tidaknya hubungan antara pemanfaatan
perpustakaan (X1) dengan pemahaman nilai kesejarahan siswa (Y), mengetahui ada tidaknya hubungan antara minat pada pelajaran sejarah (X2) dengan pemahaman nilai kesejarahan siswa (Y), dan untuk mengetahui ada atau tidaknya hubungan antara pemanfaatan perpustakaan (X1) dan minat pada pelajaran sejarah (X2) secara bersama – sama dengan pemahaman nilai kesejarahan siswa (Y). Dengan konsep tersebut, dapat diketahui bahwa rancangan penelitian ini adalah deskriptif korelasional yang mencari hubungan secara sendiri – sendiri maupun secara bersama – sama. Dapat dijelaskan secara rinci bahwa penelitian ini mencari hubungan antara X1 dengan Y, hubungan antara X2 dengan Y, dan hubungan X1 dan X2 secara bersama – sama dengan Y. Penelitian dapat digolongkan menjadi berbagai macam, menurut Sutrisno Hadi (1983: 3) jenis – jenis penelitian berdasarkan atas sifat – sifat masalah dapat digolongkan sebagai berikut : a. b. c. d. e. f. g. h. i.
Penelitian historis Penelitian deskriptif Penelitian perkembangan Penelitian kasus atau penelitian lapangan Penelitian korelasional Penelitian kausal komparatif Penelitian eksperimental sungguhan Penelitian eksperimental semu Penelitian tindakan Dalam penelitian ini digunakan desain penelitian korelasional yaitu
peneliti akan mengkorelasikan variabel bebas dan terikat tetapi tidak ada perlakuan (mengkorelasikan data yang sudah ada). Untuk memperjelas desain dalam penelitian ini dapat dijelaskan dengan skema atau bagan sebagai berikut : Pemanfaatan Perpustakaan Pemahaman Nilai Kesejarahan Siswa Minat pada Pelajaran Sejarah
Gambar 1 : Desain Penelitian
2. Variabel – variabel Penelitian Menurut Moh. Nazir (1988: 49) “Variabel adalah konsep yang mempunyai bermacam – macam nilai”. Dalam penelitian pendidikan, satu variabel tidak mungkin hanya berkaitan dengan satu variabel yang lain saja, melainkan selalu berkaitan dengan banyak variabel yang lain. Oleh karena itu, seorang peneliti perlu mengidentifikasi terlebih dahulu terhadap variabel penelitiannya. Variabel penelitian diidentifikasi atas dua jenis yaitu variabel bebas (independent) dan variabel terikat (dependent). Tentang variabel bebas dan variabel terikat dapat dijelaskan bahwa apabila terdapat hubungan antara dua variabel, misalnya variabel X dengan variabel Y maka variabel Y disebabkan oleh variabel X, maka variabel Y dinamakan variabel terikat dan variabel X dinamakan variabel bebas. Variabel terikat adalah variabel penelitian yang diukur untuk mengetahui besar sumbangan atau pengaruh dari variabel yang lain, sedangkan variabel bebas adalah suatu variabel yang mempengaruhi variabel lain (Saifuddin Anwar, 1997: 62). Dalam penelitian ini yang manjadi variabel adalah pemanfaatan perpustakaan, minat pada pelajaran sejarah dan pemahaman nilai kesejarahan siswa. Adapun definisi operasional masing – masing variabel adalah sebagai berikut : a. Pemanfaatan perpustakaan adalah pemanfaatan perpustakaan sebagai sumber belajar dan informasi baik oleh guru maupun peserta didik untuk meningkatkan dan memperlancar proses belajar mengajar di sekolah. Adapun indikator untuk mengukur pemanfaatan perpustakaan oleh siswa yang meliputi : 1) Kesadaran siswa dalam memanfaaatkan perpustakaan. 2) Kebutuhan membaca ke perpustakaan. 3) Mengerjakan tugas – tugas di perpustakaan. 4) Mencari dan meminjam buku – buku atau literatur serta studi pustaka. 5) Sistem pelayanan. 6) Suasana lingkungan.
7) Penataan buku. Skor tertinggi yang dikumpulkan dengan seperangkat alat angket atau kuesioner yang menggambarkan pemanfaatan perpustakaan oleh siswa kelas VIII SMP Negeri 3 Doplang, adalah pemanfaatan perpustakaan oleh siswa sebagai sumber belajar dan informasi yang ada di sekolah. b. Minat pada pelajaran sejarah adalah suatu kecenderungan seseorang untuk tertarik dan memusatkan perhatian pada pelajaran sejarah dengan melakukan pengkajian dan latihan-latihan untuk mencapai pemahaman akan peristiwa – peristiwa masa lampau, menggambarkan pertumbuhan yang terus menerus dari alam dan manusia. Adapun indikator – indikator yang digunakan untuk mengukur minat siswa terhadap mata pelajatan sejarah adalah sebagai berikut : 1) Pandangan siswa terhadap mata pelajaran sejarah. 2) Kemauan siswa untuk mempelajari sejarah. 3) Kepekaan siswa dalam menanggapi masalah dan peristiwa penting dalam sejarah. 4) Rasa ketertarikan siswa terhadap mata pelajaran sejarah. 5) Kemauan siswa untuk belajar di rumah. Skor tertinggi yang dikumpulkan dengan seperangkat alat angket atau kuesioner yang menggambarkan minat pada pelajaran sejarah siswa kelas VIII SMP Negeri 3 Doplang, adalah suatu kecenderungan siswa untuk tertarik dan memusatkan perhatian pada pelajaran sejarah. c. Pemahaman nilai kesejarahan adalah suatu proses, perbuatan dan pikiran dari diri siswa untuk menangkap arti dari keyakinan yang dipilih dan dipergunakan untuk
mempertimbangkan
semua
tindakannya
yang
dalam
hal
ini
berhubungan dengan kehidupan manusia pada masa lampau. Adapun indikator – indikator untuk mengukur pemahaman nilai kesejarahan siswa adalah sebagai berikut : 1) Mengidentifikasikan kebijakan – kebijakan pemerintah kolonial. 2) Mengidentifikasikan pengaruh yang ditimbulkan oleh kebijakan – kebijakan pemerintah kolonial.
3) Mengidentifikasikan bentuk – bentuk perlawanan rakyat dan kerajaan – kerajaan menentang koloni Barat di berbagai daerah di Indonesia. 4) Nilai – nilai kesejarahan. Skor tertinggi yang dikumpulkan dengan seperangkat alat tes yang menggambarkan pemahaman nilai kesejarahan siswa kelas VIII SMP Negeri 3 Doplang, adalah pemahaman siswa terhadap nilai – nilai yang terdapat dalam peristiwa sejarah. Variabel pertama yaitu pemanfaatan perpustakaan sebagai variabel bebas (independent) pertama atau X1, dan variabel kedua adalah minat pada pelajaran sejarah sebagai variabel bebas kedua atau X2. Sedangkan variabel ketiga yaitu pemahaman nilai kesejarahan siswa sebagai variabel terikat (dependent) atau Y. Dari uraian tersebut di atas dapat dijelaskan bahwa variabel Y dianggap memperoleh pengaruh baik dari variabel bebas pertama (X1) maupun dari variabel bebas kedua (X2) bahkan dari keduanya secara bersama – sama. Hubungan antar variabel, yaitu pemanfaatan perpustakaan (X1) dan minat pada pelajaran sejarah (X2) dengan pemahaman nilai kesejarahan siswa (Y), dapat digambarkan sebagai berikut : X1
Y
X2
Gambar 2. Pola Hubungan Antar Variabel Keterangan : X1
: Pemanfaatan perpustakaan
X2
: Minat pada pelajaran sejarah
Y
: Pemahaman nilai kesejarahan Berdasarkan gambar diatas tampak bahwa penelitian ini berupaya
menunjukkan adanya hubungan variabel X1 terhadap Y, variabel X2 terhadap Y,
dan variabel X1 dan X2 secara bersama – sama terhadap Y. Gambar tersebut menunjukkan bahwa penelitian ini termasuk penelitian deskriptif korelasional.
3. Instrumen Penelitian Instrumen penelitian merupakan alat atau fasilitas yang digunakan oleh peneliti dalam mengumpulkan data lebih mudah dan hasilnya baik, dalam arti lebih cermat, lengkap dan sistematis sehingga lebih mudah diolah. Adapun fungsi instrumen penelitian adalah untuk mengetahui dan mengukur fenomena yang ada pada responden yang diperlukan dalam suatu penelitian. Dalam penelitian ini terdapat dua instrumen penelitian, yaitu instrumen berupa angket untuk menjaring data pemanfaatan perpustakaan dan minat pada pelajaran sejarah di SMP Negeri 3 Doplang, serta instrumen berupa tes yang digunakan untuk menjaring data pemahaman nilai kesejarahan siswa kelas VIII SMP Negeri 3 Doplang. Tabel 2 : Kisi – kisi angket pemanfaatan perpustakaan, minat pada pelajaran sejarah dan pemahaman nilai kesejarahan (sebelum diuji cobakan) : Variabel Indikator Item Pemanfaatan Perpustakaan
-Kesadaran
siswa
dalam -1,2,3,4
memanfaatkan perpustakaan. -Kebutuhan
membaca
ke -5,6,13,22
perpustakaan. -Mengerjakan
tugas
–
tugas
di -9,10,11,23
perpustakaan. -Mencari dan meminjam buku – buku -7,8,12,25 atau literatur serta studi pustaka. -Sistem pelayanan yang diterapkan.
-14,15,16,26
-Suasana lingkungan.
-17,18,19,27
-Penataan buku.
-20,21,24
Minat pada Pelajaran -Pandangan Sejarah
siswa
terhadap
mata -3,12,15,19,20
pelajaran sejarah. -Kemauan siswa untuk mempelajari -4,5,6,9,10,13,14 sejarah.
27
-Kepekaan siswa dalam menanggapi -11,21,22,23,25, masalah dan peristiwa penting dalam
26
sejarah. -Rasa ketertarikan siswa terhadap -1,2,8,17 mata pelajaran sejarah. -Kemauan siswa untuk belajar di -7,16,18,24 rumah. Pemahaman Kesejarahan
Nilai -Mengidentifikasikan
kebijakan
– -1,2,3,4,5,6,8,9,
kebijakan pemerintah kolonial.
10,11,12,13,14,15
-Mengidentifikasikan pengaruh yang -17,18,19,20,29, ditimbulkan
oleh
kebijakan
–
30
kebijakan pemerintah kolonial. -Mengidentifikasikan bentuk – bentuk -13,21,23,24,25, perlawanan rakyat dan kerajaan –
27,28,31
kerajaan menentang koloni Barat di berbagai daerah di Indonesia. -Nilai – nilai kesejarahan.
-7,16,22,26,32,33
4. Uji Coba Instrumen Uji coba instrumen dipergunakan untuk mengetahhui apakah instrumen penelitian yang dibuat sudah memenuhi syarat sebagai alat pengukur yang baik atau belum. Tujuan uji coba instrumen adalah untuk mengukur validitas (kesahihan) dan reliabilitasnya (keandalannya) instrumen untuk menjadi alat pengumpulan data yang sudah dikategorikan baik dan memenuhi persyaratan. Selain validitas dan reliabilitas, untuk instrumen penelitian berupa tes pengujian analisis butir soal yang meliputi taraf kesukaran dan daya pembeda pada setiap butir soal. Hal – hal yang berhubungan dengan masalah uji coba dapat dikemukakan sebagai berikut : a. Tempat dan Waktu Uji Coba
Uji coba instrumen penelitian berupa kuesioner (angket) dan test dilaksanakan di kelas VIII SMP Negeri 3 Doplang pada bulan April 2009. b. Subyek Uji Coba Subyek uji coba instrumen penelitian berupa kuesioner (angket) dan test dilaksanakan oleh 30 responden yang diambil dari populasi yang sama dengan sampel yaitu siswa kelas VIII SMP Negeri 3 Doplang. Diadakannya uji coba adalah untuk mengetahui apabila terdapat kelemahan pada instrumen dan hal – hal yang menyulitkan responden serta untuk mengetahui apakah instrumen penelitian memenuhi syarat validitas dan reliabilitas serta mengetahui taraf kesukaran dan daya pembeda pada butir soal instrumen penelitian berupa tes. c. Uji Coba Instrumen Uji coba instrumen dilaksanakan untuk mengetahui seberapa jauh alat pengukur yang telah disusun memiliki validitas dan reliabilitas, sebab alat pengukur yang baik harus memiliki validitas dan reliabilitas. Selain validitas dan reliabilitas, untuk instrumen penelitian berupa tes dilakukan pengujian analisis butir soal yang meliputi taraf kesukaran dan daya pembeda pada setiap butir soal. 1) Validitas Untuk mengetahui tingkat kevalidan instrumen penelitian, maka perlu diadakan uji validitas. Validitas merupakan kriteria seberapa jauh alat pengukur dapat mengungkapkan dengan jitu gejala atau bagian – bagian gejala yang hendak diukur sehingga pengukur benar – benar mengukur apa yang ingin diukur. Adapun validitas yang digunakan oleh peneliti adalah validitas konstruk dan validitas isi. Adapun teknik validitas menggunakan langkah – langkah sebagai berikut : (1) mendefinisikan secara operasional konsep yang akan diukur, (2) melakukan uji coba skala pengukuran tersebut pada sejumlah responden, (3) mempersiapkan tabel tabulasi jawaban dan (4) menghitung korelasi antara skor per item dengan skor total dengan meggunakan rumus korelasi Product Moment. Dalam penelitian ini menggunakan dua validitas, yaitu : a) Validitas Konstruk (Construct Validity) Validitas konstruk adalah apabila butir – butir soal dalam seperangkat instrumen mampu mengukur aspek berpikir yang menjadi tujuan instruksional.
Suatu butir instrumen tingkat validitasnya tinggi apabila mempunyai sumbangan terhadap keseluruhan instrumen. Untuk mengetahui apakah angka korelasi signifikan atau tidak digunakan rumus Product Moment dengan angka kasar dari Pearson. Agar hasil yang dicapai lebih cepat dan akurat, uji validitas ini dilakukan dengan bantuan komputer program serial SPSS. Uji validitas ini dilakukan untuk mengetahui seberapa cermat suatu alat ukur melakukan fungsinya. Dalam menguji validitas penelitian ini dilakukan dengan cara mengkorelasikan skor – skor yang diperoleh pada masing – masing pertanyaan dalam variabel. Hasil uji validitas ketiga variabel menunjukkan bahwa butir Pemanfaatan Perpustakaan (X1) tidak valid 2 butir soal yaitu nomor 14 dan 26, butir Minat Pada Pelajaran Sejarah (X2) tidak valid 2 butir soal yaitu nomor 15 dan 23, dan butir Pemahaman Nilai Kesejarahan (Y) tidak valid 3 butir soal yaitu nomor 17, 25 dan 28 karena angka hasil perhitungan di bawah 0,361 (lamp. 11,13,15). b) Validitas Isi (Content Validity) Suatu alat mengukur ditentukan oleh sejauh mana isi alat pengukur tersebut mewakili semua aspek yang dianggap sebagai aspek kerangka konsep. Instrumen penelitian Pemanfaatan Perpustakaan, Minat pada Pelajaran Sejarah dan Pemahaman Nilai Kesejarahan Siswa Kelas VIII SMP Negeri 3 Doplang, agar memenuhi syarat validitas isi maka langkah – langkah yang ditempuh adalah sebagai berikut : (1) membuat kisi – kisi instrumen untuk menjaring data Pemanfaatan Perpustakaan, Minat pada Pelajaran Sejarah dan Pemahaman Nilai Kesejarahan, dan (2) kisi – kisi setiap variabel dan butir – butir soal instrumen penelitian dikonsultasikan kepada dosen pembimbing. Adapun Rumus korelasi Product Moment yang dikemukakan Pearson adalah sebagai berikut :
rXY =
{N (å XY )}- {(å X )(å Y )} {N (å X ) - (å X ) }{N (å Y ) - (å Y ) } 2
2
2
Keterangan : rXY
: Koefisien korelasi variabel X dan Y
X
: Skor masing – masing item
2
Y
: Skor total
∑X
: Jumlah skor variabel X
∑Y
: Jumlah skor variabel Y
∑XY : Jumlah perkalian X dan Y ∑X2
: Jumlah kuadrat dari skor variabel X
∑Y2
: Jumlah kuadrat dari skor variabel Y
N
: Jumlah subyek
Kriteria pengujian, jika rxy>rtabel, maka item dinyatakan valid (Suharsimi Arikunto, 1993: 69). 2) Reliabilitas Syarat kedua sebagai alat pengukur yang baik adalah reliabilitas. Reliabilitas merupakan keajegan suatu alat ukur untuk mengukur terhadap kelompok tertentu. Jadi kapan pun alat ukur tersebut digunakan akan dapat memberikan hasil yang relatif sama. Pengujian reliabilitas baru dapat dilakukan apabila semua pertanyaan valid. Uji reliabilitas dapat memberikan hasil yang relatif tidak berbeda bila dilakukan pengukuran kembali terhadap subyek yang sama. Untuk mengetahui reliabilitas angket, peneliti menggunakan rumus koefisien Alpha Cronbach (Suharsimi Arikunto, 1997: 171) sebagai berikut : 2 é k ù é å sb ù r11 = ê 1 ú úê st 2 úû ë k - 1û êë
Keterangan : r11
: Reliabilitas instrumen
k ∑σb Σt2
: Banyaknya butir pertanyaan atau soal 2
: Jumlah varians butir : Varians total Agar hasil yang dicapai lebih cepat dan akurat, uji reliabilitas dilakukan
dengan bantuan komputer program serial SPSS. Hasil uji reliabilitas butir – butir Pemanfaatan Perpustakaan, Minat Pada Pelajaran Sejarah dan Pemahaman Nilai Kesejarahan menghasilkan derajad reliabilitas yang lebih besar dari koefisien 0,05
(lamp. 12,14,16). Sehingga dapat ditarik kesimpulan bahwa butir – butir setiap variabel adalah reliabel atau dapat dipercaya.
3) Analisis Butir Soal Tes a) Taraf Kesukaran Soal tes yang baik adalah soal tes yang tidak terlalu mudah dan tidak terlalu sukar. Soal yang terlalu mudah tidak merangsang siswa untuk mempertinggi usaha memecahkan soal tes. Sebaliknya soal tes yang terlalu sukar akan menyebabkan hilangnya semangat untuk mencoba lagi karena di luar kemampuannya. Bilangan yang menunjukkan sukar dan mudahnya suatu tes disebut indeks kesukaran (difficulty index). Besarnya indeks kesukaran antara 0,00 sampai dengan 1,0. Indeks kesukaran soal tes ini menunjukkan taraf kesukaran soal tes. Soal tes dengan indeks 0,0 menunjukkan bahwa soal tersebut terlalu sukar, sebaliknya indeks 1,0 menunjukkan bahwa soal tersebut terlalu mudah. Hasil hitungan indeks kesukaran dapat disimpulkan bahwa; (1) Soal dengan P 1,00 sampai 0,30 yang disebut sukar dalam analisis butir soal ini tidak diketemukan; (2) Soal dengan P 0,30 sampai 0,70 yang disebut soal sedang dalam analisis butir soal ini berjumlah 4 soal; (3) Soal dengan P 0,70 sampai 1,00 yang disebut soal mudah dalam analisis butir soal ini berjumlah 29 soal. Sehingga indeks kesukaran dalam butir – butir soal dapat memenuhi persyaratan untuk melakukan penelitian dengan instrumen tes. b) Daya Pembeda Daya pembeda soal tes adalah kemampuan soal tes untuk membedakan antara siswa yang berkemampuan tinggi dengan siswa yang berkemampuan rendah. Angka yang menunjukkan besarnya daya pembeda disebut indeks diskriminasi. Indeks diskriminasi berkisar antara 0,00 sampai 1,00. Dalam menghitung daya pembeda soal tes, seluruh pengikut tes dikelompokkan menjadi dua kelompok yaitu kelompok pandai atau kelompok atas dan kelompok bodoh atau kelompok bawah. Jika seluruh kelompok atas dapat menjawab soal tes dengan benar, sedangkan seluruh kelompok bawah menjawab salah maka soal tes
mempunyai daya pembeda paling besar yaitu 1,00. Sebaliknya jika semua kelompok atas menjawab salah, tetapi semua kelompok bawah menjawab betul, maka nilai daya pembedanya yaitu -1,0 tetapi jika kelompok atas dan kelompok bawah bersama – sama menjawab benar atau sama – sama menjawab salah, maka soal tes mempunyai daya pembeda 0,00 karena tidak mempunyai daya pembeda sama sekali. Hasil hitungan indeks diskriminasi dapat disimpulkan bahwa; (1) Daya pembeda antara 0,00 sampai 0,20 yang berarti jelek dalam analisis butir soal ini berjumlah 4 soal; (2) Daya pembeda antara 0,20 sampai 0,40 yang berarti cukup dalam analisis butir soal ini berjumlah 22 soal; (3) Daya pembeda antara 0,40 sampai 0,70 yang berarti baik dalam analisis butir soal ini berjumlah 6 soal; (4) Daya pembeda antara 0,70 sampai 1,00 yang berarti baik sekali dalam analisis butir soal ini berjumlah 1 soal; (5) Daya pembeda negatif yang berarti tidak baik dalam analisis butir soal ini tidak diketemukan. Sehingga indeks diskriminasi dalam butir – butir soal dapat memenuhi persyaratan untuk melakukan penelitian dengan instrumen tes.
C. Populasi dan Sampel 1. Populasi Dalam suatu penelitian ilmiah tidak akan terlepas dari penetapan populasi dan sampel, karena populasi dan sampel merupakan subyek penelitian dan keduanya merupakan sumber data penelitian. Menurut Suharsimi Arikunto (1998: 108) “Populasi adalah keseluruhan subyek penelitian”. Menurut Sutrisno Hadi (1995: 220) “Populasi adalah sejumlah penduduk atau individu yang mempunyai satu sifat sama”. Sedangkan menurut Hadari Nawawi (1987:141) “Populasi adalah keseluruhan obyek penelitian yang dapat terdiri dari manusia, benda-benda, gejala atau peristiwa sebagai sumber data yang memiliki karakteristik tertentu”. Berdasarkan pendapat di atas maka dapat diartikan bahwa populasi adalah keseluruhan subyek penelitian yang mempunyai ciri – ciri atau karakteristik yang sama.
Populasi dalam penelitian ini adalah Kelas VIII SMP Negeri 3 Doplang Tahun Ajaran 2008/2009 sejumlah 109 siswa. Dengan demikian hasil penelitian ini akan digeneralisasikan pada populasi tersebut. Hal ini mengingat bahwa populasi tersebut secara teoritis mempunyai tingkat homogenitas yang tinggi. Sebab sama-sama Kelas VIII, dan menempuh mata pelajaran yang sama yaitu bidang studi sejarah.
2. Sampel Mengingat besarnya jumlah populasi dan keterbatasan waktu, biaya dan tenaga, maka tidak mungkin peneliti melakukan penelitian pada seluruh populasi. Untuk mengatasinya perlu ditetapkan sampel representatif yang dapat mewakili populasi. Suharsimi Arikunto (1998:117) berpendapat bahwa “Sampel adalah sebagian atau wakil dari populasi yang diteliti”. Sampel atau contoh adalah sebagian dari individu yang diteliti dalam suatu penelitian (Sutrisno Hadi,1983:70). Menurut Hadari Nawawi (1987:144) “Sampel adalah bagian dari populasi yang menjadi sumber data yang sebenarnya dalam suatu penelitian”. Dalam penelitian perlu menggunakan sampel, karena sampel adalah wakil dari populasi. Mengenai besar kecilnya sampel yang harus diambil, harus diperhitungkan. Dengan meneliti sebagian dari populasi, diharapkan bahwa hasil yang diperoleh dapat menggambarkan sifat populasi yang bersangkutan. Dengan teknik proporsional random sampling akan didapatkan sampel yang representatif yaitu sampel yang memberi gambaran yang tepat pada populasi yang akan diteliti. Untuk pengambilan sampel dalam penelitian ini peneliti berpedoman pada pendapat Suharsimi Arikunto (1998: 112) bahwa untuk sekedar ancer – ancer maka apabila subyeknya kurang dari 100, lebih baik diambil semua sehingga penelitiannya merupakan penelitian populasi. Selanjutnya jika subyeknya besar dapat diambil antara 10 – 15 % atau 20 – 25 % atau lebih. Lebih lanjut dikemukakan bahwa pengambilan sampel tersebut tergantung dari : a. Kemampuan peneliti dilihat dari waktu, tenaga dan dana. b. Sempit luasnya wilayah pengamatan dari setiap subyek, karena hal ini menyangkut banyak sedikitnya data.
c. Besar kecilnya risiko yang ditanggung oleh peneliti. Untuk penelitian yang risikonya besar, tentu saja jika sampel besar, hasilnya akan lebih baik. Adapun jumlah populasi dan sampel siswa SMP Negeri 3 Doplang adalah sebagai berikut : Tabel 3. Daftar Populasi dan Sampel Penelitian No Kelas Populasi
Sampel
1
VIII A
38
11
2
VIII B
35
10
3
VIII C
36
11
Jumlah
109
32
Berdasarkan pendapat diatas, maka peneliti menetapkan sampel sebesar 30% karena jumlah seluruh populasinya lebih dari 100 siswa, yang dalam penelitian ini adalah siswa kelas VIII SMP Negeri 3 Doplang sebanyak 32 siswa. Sedang teknik pengambilan sampel yang dalam penelitian ini adalah teknik proporsional random sampling dengan cara undian, yang artinya dari masing – masing kelas atas dasar proporsi diambil sejumlah siswa sebagai sampel secara acak tanpa pandang bulu, sehingga masing – masing siswa mempunyai kesempatan yang sama untuk menjadi anggota sampel.
D. Metode Pengumpulan Data 1. Angket Angket adalah sejumlah pertanyaan yang digunakan untuk memperoleh informasi dari responden dalam arti laporan tentang diri pribadinya atau mengenai hal-hal yang diketahui (Suharsimi Arikunto,1998: 140). Keuntungan menggunakan metode angket antara lain : a) Tidak memerlukan hadirnya peneliti. b) Dapat dibagikan secara serentak kepada banyak responden.
c) Dapat dijawab oleh responden menurut kecepatannya masing-masing, dan menurut waktu senggang responden. d) Dapat dibuat anonim, sehingga bagi semua responden bebas jujur dan tidak malu – malu menjawab. e) Dapat dibuat terstandar sehingga bagi semua responden dapat diberi pertanyaan yang benar – benar sama. Kelemahan menggunakan metode angket antara lain : a) Responden sering tidak teliti dalam menjawab, sehingga ada pertanyaan yang terlewati tidak dijawab, padahal sukar diulangi diberikan kembali kepadanya. b) Sering kali sulit dicari validitasnya. c) Walaupun dibuat anonim, kadang – kadang responden dengan sengaja memberikan jawaban yang tidak betul atau tidak jujur. d) Sering kali tidak kembali, terutama jika dikirim lewat pos. e) Waktu pengembalianya tidak bersamaan, bahkan kadang-kadang ada yang terlalu lama sehingga terlambat. Untuk pengumpulan data mengenai pemanfaatan perpustakaan dan minat pada pelajaran sejarah digunakan instrumen angket atau kuesioner skala likert. Skala likert menurut sejumlah butir pertanyaan yang monoton, terdiri dari pernyataan positif dan negarif. Dalam merespon item tersebut subyek diminta untuk memilih kesukaannya pada kategori jawaban yang berkisar dari sangat setuju sampai sangat tidak setuju. Penskoran untuk pernyataan positif dilakukan dengan memberi skor tertinggi pada pilihan sangat setuju, dan terendah pada pilihan sangat tidak setuju. Sedangkan penskoran untuk pernyataan negatif yang dilakukan dengan memberi skor terendah pada pilihan sangat setuju dan tertinggi pada pilihan sangat tidak setuju. a) Untuk skor statemen positif bobot penilaiannya adalah sebagai berikut : 1) Sangat setuju (SS) / Sangat sering (SS) diberi skor 5 2) Setuju (S) / Sering (S) diberi skor 4 3) Ragu – ragu (R) / Kadang – kadang (KK) diberi skor 3 4) Tidak setuju (TS) / Jarang (JR) diberi skor 2 5) Sangat tidak setuju (STS) / Tidak pernah (TP) diberi skor 1
b) Untuk skor statemen negatif bobot penilaiannya adalah sebagai berikut : 1) Sangat setuju (SS) / Sangat sering (SS) diberi skor 1 2) Setuju (S) / Sering (S) diberi skor 2 3) Ragu – ragu (R) / Kadang – kadang (KK) diberi skor 3 4) Tidak setuju (TS) / Jarang (JR) diberi skor 4 5) Sangat tidak setuju (STS) / Tidak pernah (TP) diberi skor 5 Dalam memberikan kuesioner kepada responden memerlukan petunjuk untuk mengerjakannya. Menurut Sutrisno Hadi (1980: 164) hal – hal yang perlu diperhatikan dalam menyusun petunjuk untuk menjawab pertanyaan – pertanyaan adalah sebagai berikut : 1) Petunjuk harus sesingkat – singkatnya tetapi selengkap – lengkapnya. 2) Kecuali singkat petunjuk harus jelas. 3) Apa yang perlu ditonjolkan, tonjolkan dengan huruf – huruf besar, kata yang digaris bawahi atau kata – kata diantara tanda petik. 4) Berilah petunjuk baru tiap – tiap kali jawaban yang diinginkan belainan sekali dengan tipe jawaban yang sebelumnya. 5) Jika dirasa perlu memberi contoh, berilah satu atau dua contoh mengenai bagaimana cara menjawabnya. 2. Tes Tes adalah suatu cara untuk mengadakan penilaian yang berbentuk suatu tugas atau serangkaian tugas yang harus dikerjakan oleh anak atau sekelompok anak sehingga menghasilkan suatu nilai tentang tingkah laku atau prestasi anak tersebut, yang dapat dibandingkan dengan nilai yang dicapai oleh anak-anak lain dengan
nilai
standar
yang
ditetapkan
(Wayan
Nurkencana
dan
PPN
Sumartana,1986:25 ). Tes dalam penelitian ini merupakan prosedur yang sistematik berguna mengukur testee. Kalimat pertanyaan dalam tes dibuat tidak terlalu panjang supaya tidak memakan waktu yang lama dalam membacanya sehingga kebosanan dan kemuungkinan testee asal – asalan dapat teratasi. Dari alternatif jawaban yang dibuat peneliti, hanya satu jawaban yang benar dan tepat. Tugas responden adalah memberi tanda silang pada alternatif jawaban yang dirasa paling benar.
Tes dalam penelitian ini digunakan peneliti untuk pengumpulan data mengenai pemahaman nilai kesejarahan dengan bentuk pilihan obyektif. Siswa tinggal memilih jawaban mana yang benar menurut mereka. Dengan adanya alternatif jawaban ini siswa menjadi lebih mudah dalam menjawabnya.
E. Teknik Analisis Data Pemilihan teknik analisis data dalam suatu penelitian berorientasi pada bentuk hipotesis dan tujuan penelitian yang telah dirumuskan sebelumnya. Setelah data dikumpulkan, maka data tersebut perlu dianalisis dalam rangka uji kebenaran hipotesis dan juga untuk memperoleh suatu kesimpulan. Semua data dari hasil penyebaran instrumen penelitian diberi skor dan dianalisis dengan menggunakan uji statistik. Teknik analisis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah teknik korelasi dan regresi yaitu dengan korelasi sederhana untuk menentukan hubungan masing-masing variabel X dan Y, regresi sederhana untuk menentukan kontribusi masing-masing variabel X dan Y, korelasi ganda untuk menentukan hubungan variabel X1 dan X2 secara bersama-sama terhadap variabel Y, dan regresi ganda untuk menentukan kontribusi variabel X1 dan X2 secara bersama-sama terhadap variabel Y. Untuk menggunakan analisis regresi, terdapat beberapa prasyarat yang harus dipenuhi yaitu : 1. Sampel diambil secara acak. 2. Variabelnya berhubungan secara linier. 3. Variabelnya berdistribusi normal atau mendekati normal. Metode analisis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah Teknik analisis regresi. Teknik analisis ini berfungsi untuk mengkaji signifikansi antara satu variabel tergantung dan lebih dari satu variabel bebas. Rumus regresi yang digunakan adalah sebagai berikut : R y12 =
a1 å X 1Y + a 2 å X 2Y
åY
2
Keterangan : Ry12
: koefisien korelasi antara pemanfatan perpustakaan dengan minat pada pelajaran sejarah terhadap pemahaman nilai kesejarahan siswa
a1
: koefisien pemanfaatan perpustakaan
a2
: koefisien minat pada pelajaran sejarah
∑X1Y
: jumlah pemanfaatan perpustakaan dengan pemahaman nilai kesejarahan siswa
∑X2Y
: jumlah minat pada pelajaran sejarah dengan pemahaman nilai kesejarahan siswa
∑ Y2
: jumlah kuadrat pemahaman nilai kesejarahan siswa Adapun langkah –langkah dalam penelitian ini adalah sebagai berikut :
1. Mengolah skor dari tiga instrumen penelitian ke dalam bentuk penyebaran data yang disajikan dalam bentuk pengelompokan data yang dapat dihitung dengan rumus sebagai berikut : a. Rentang / range = data terbesar – data terkecil (Sudjana, 2001: 47)
b. Banyaknya kelas (k) = 1 + (3,3) log n (aturan Sturges) (Sudjana, 2001: 47) c. Panjang kelas (p) =
ren tan g banyakkelas
(Sudjana, 2001: 47) d. Perhitungan Mean dengan rumus :
Mean = x =
åx
1
n
Dimana : X
: Mean skor
X
: Skor nilai tengah
n
: Banyaknya variabel (Sudjana, 2001: 67)
2. Perhitungan Modus dengan rumus :
æ b1 Mo = b + pçç è b1 + b2
ö ÷÷ ø
Dimana : b
: Batas bawah kelas interval
p
: Panjang kelas interval
b1 : Frekuensi interval dikurangi frekuensi di atasnya b2 : Frekuensi interval dikurangi frekuensi di bawahnya (Sudjana, 2001: 77) 3. Perhitungan Median dengan rumus : æ1 ö Me = b + pçç 2n - F ÷÷ f ç ÷ è ø
Dimana : b
: Batas bawah kelas median
p
: Panjang kelas median
n
: Ukuran sampel
F : Jumlah semua frekuensi di bawah median f
: Frekuensi kelas median (Sudjana, 2001: 79)
4. Perhitungan Standar Deviasi dengan rumus : nå f i xi2 - (å f i x1 )
2
s = 2
n(n - 1)
s = s2
Dimana : s
: Standar deviasi
s2 : Varians (simpangan baku (s) adalah akar dari varians) xi : Tanda kelas f i : Frekuensi n
: ∑fi (Sudjana, 2001: 95)
5. Pengujian persyaratan analisis data, yaitu uji normalitas dengan menggunakan rumus Kolmogorov Smirnov. (Djarwanto, 2001: 246) 6. Menentukan persamaan regresi sederhana dengan menggunakan rumus :
Yˆ = a + bX Dimana : a
: Konstanta
b
: (beta) elastisitas varians
X : variabel X Ŷ : Y topi (Sudjana, 2001: 312) 7. Menghitung keberartian (positif) dihitung dengan rumus yang notasinya adalah sebagai berikut : F=
Sx 2 Sy 2
Dimana : Sx2 : Jumlah kuadrat variabel X Sy2 : Jumlah kuadrat variable Y (Djarwanto, 2001: 177) 8. Menghitung korelasi sederhana antara variabel yang ada dengan rumus korelasi sederhana yang rumusnya adalah sebagai berikut :
rXY =
{N (å XY )}- {(å X )(å Y )} {N (å X ) - (å X ) }{N (å Y ) - (å Y ) } 2
2
2
Dimana : rXY
: Koefisien korelasi variabel X dan Y
X
: Skor masing – masing item
Y
: Skor total
∑X
: Jumlah skor variabel X
∑Y
: Jumlah skor variabel Y
∑XY
: Jumlah perkalian X dan Y
2
∑X2
: Jumlah kuadrat dari skor variabel X
2
∑Y
: Jumlah kuadrat dari skor variabel Y
N
: Jumlah subyek (Suharsimi Arikunto, 1998: 46)
Penafsiran koefisien korelasi Interval koefisien
Tingkat hubungan
0,00 – 0,199
Sangat rendah
0,20 – 0,399
Rendah
0,40 – 0,599
Sedang
0,60 – 0,799
Kuat
0,80 – 1,00
Sangat kuat
(Sugiyono&Eri Wibowo, 2004: 172) 9. Melakukan uji hipotesis koefisien sederhana dengan uji t yang rumusnya adalah sebagai berikut :
t=
ry1 n - k - 1 1 - ry21 (Djarwanto, 2001: 177)
10. Menghitung korelasi parsial antara variabel yang ada dengan rumus korelasi parsial yang notasinya adalah :
ry1.2 =
ry1 - ry 2 r12
(1 - r )(1 - r ) 2 y2
2 12
(Sudjana 2001: 386) 11. Menentukan persamaan regresi ganda, dan uji keberartian regresi linier ganda melalui rumus :
Y = a + b1 X 1 + b2 X 2 (Djarwanto, 2001: 186)
12. Uji
signifikansi
regresi
digunakan
analisis
varians
regresi
dengan
menggunakan rumus : F=
JK reg / k
JK res / (n - k - 1)
Dimana : JKreg
: a1+∑x1y+a2 ∑x2y
JKres
: ∑y2 - JKreg
n
: Jumlah sampel
k
: Jumlah variabel bebas (Sudjana 2001: 355)
13. Meghitung koefisien korelasi ganda dengan rumus :
R y2.12 =
JK reg
åy
2
(Djarwanto, 2001: 201) 14. Uji signifikansi korelasi ganda dengan rumus : F=
R2 / k 1 - R 2 / (n - k - 1)
(
)
(Sudjana, 2001: 385)
F. Hipotesis Statistik Berdasarkan alat analisis yang telah dikemukakan tersebut, maka hipotesis statistik yang dikemukakan adalah : 1. H0 : β1 = 0,
artinya tidak ada hubungan antara Pemanfaatan Perpustakaan dan Pemahaman Nilai Kesejarahan Siswa Kelas VIII SMP Negeri 3 Doplang.
H1 : β1 ≠ 0,
artinya ada hubungan antara Pemanfaatan Perpustakaan dan Pemahaman Nilai Kesejarahan Siswa Kelas VIII SMP Negeri 3 Doplang.
2. H0 : β2 = 0,
artinya tidak ada hubungan antara Minat Pada Pelajaran Sejarah dan Pemahaman Nilai Kesejarahan Siswa Kelas VIII SMP Negeri 3 Doplang.
H2 : β2≠ 0,
artinya ada hubungan antara Minat Pada Pelajaran Sejarah dan Pemahaman Nilai Kesejarahan Siswa Kelas VIII SMP Negeri 3 Doplang.
3. H0 : β3 = 0,
artinya tidak ada hubungan antara Pemanfaatan Perpustakaan dan Minat Pada Pelajaran Sejarah secara bersama – sama dengan Pemahaman Nilai Kesejarahan Siswa Kelas VIII SMP Negeri 3 Doplang.
H3 : β3≠ 0,
artinya ada hubungan antara Pemanfaatan Perpustakaan dan Minat Pada Pelajaran Sejarah secara bersama – sama dengan Pemahaman Nilai Kesejarahan Siswa Kelas VIII SMP Negeri 3 Doplang.
BAB IV HASIL PENELITIAN Pada bab ini akan dibahas mengenai deskripsi data penelitian, pengujian persyaratan analisis, pengujian hipotesis penelitian, pembahasan hasil analisis data dan keterbatasan penelitian. A.
Deskripsi Data
Dalam penelitian ini yang berjudul “Hubungan Antara Pemanfaatan Perpustakaan Dan Minat Pada Pelajaran Sejarah Dengan Pemahaman Nilai Kesejarahan Siswa Kelas VIII SMP Negeri 3 Doplang Tahun Ajaran 2008/2009”, ditampilkan tiga macam data, yaitu : 1. Data Pemanfaatan Perpustakaan, sebagai variabel bebas pertama (X1) 2. Data Minat Pada Pelajaran Sejarah, sebagai variabel bebas kedua (X2) 3. Data Pemahaman Nilai Kesejarahan, sebagai variabel terikat (Y) Data yang terkumpul kemudian dianalisis dengan menggunakan alat bantu komputer program serial Statistik SPSS 13.00 for Windows. Data – data yang terkumpul dapat dideskripsikan sebagai berikut : 1. Deskripsi Data Pemanfaatan Perpustakaan (X1) Pemanfaatan perpustakaan
merupakan variabel bebas pertama (X1)
dalam penelitian ini. Data pemanfaatan perpustakaan diperoleh melalui kuesioner (angket) disebarkan kepada 32 responden. Data yang terkumpul menunjukkan bahwa skor terendah 48 dan skor tertinggi 106. Rentangan skor yang muncul adalah sebesar 58 menyebar dari 48 sampai 106. Banyak kelas yang ditetapkan dalam penelitian ini terdiri dari 6 kelas dengan panjang kelas 10 ( lamp. 21, hal 125 ). Skor pemanfaatan perpustakaan tersebut kemudian dianalisis dan hasilnya adalah sebagai berikut : a. Skor rata – rata (Mean)
= 81,75
b. Simpangan baku (Standar Deviasi/SD) = 14,427 c. Median
= 84,50
51
d. Modus
= 75
Penafsiran skor rata – rata (Mean) : 0,00 – 0,41 = Rendah 0,42 – 0,83 = Sedang 0,84 – 125 = Tinggi Hasil perhitungan angket variabel pemanfaatan perpustakaan skor rata – rata (Mean) adalah sebesar 81,75. Berdasarkan penafsiran skor rata – rata (Mean) disimpulkan bahwa pemanfaatan perpustakaan belum baik karena masih berada dalam kelompok sedang. Hal ini bila dibandingkan dengan skor maksimal yang masuk yaitu sebesar 125. Adapun distribusi frekuensi skor pemanfaatan perpustakaan dapat disajikan dalam tabel distribusi frekuensi sebagai berikut : Tabel 4. Distribusi Frekuensi Pemanfaatan Perpustakaan No Frekuensi Frekuensi Kelas Interval Absolut Relatif (%) 1 98 - 107 4 12,50% 2 88 - 97 7 21,88% 3 78 - 87 10 31,25% 4 68 - 77 6 18,75% 5 58 - 67 3 9,38% 6 48 - 57 2 6,25% Jumlah 32 100,00%
Dari tabel tersebut dapat disimpulkan bahwa 10 responden (31,25 %) berada pada kelompok rata – rata, 11 responden (34,38 %) berada di bawah kelompok rata – rata dan 11 responden (34,38 %) berada diatas kelompok rata – rata. Bentuk deskripsi data skor pemanfaatan perpustakaan (X1) tersebut lebih jelasnya dapat dilihat dalam grafik histogram sebagai berikut :
10 9 8 7 6 5 4 3 2 1 0 48-57
58-67
68-77
78-87
88-97 98-107
Gambar 3. Histogram Pemanfaatan Perpustakaan (X1)
2. Deskripsi Data Minat Pada Pelajaran Sejarah (X2) Minat terhadap pelajaran sejarah merupakan variabel bebas kedua (X2) dalam penelitian ini. Data minat terhadap pelajaran sejarah diperoleh melalui kuesioner (angket) yang disebarkan kepada 32 responden. Data yang terkumpul menunjukkan bahwa nilai terendah 81 dan nilai tertinggi 115. Rentangan nilai yang muncul adalah sebesar 34 menyebar dari 81 sampai 115. Banyak kelas yang ditetapkan dalam penelitian ini terdiri dari 6 kelas dengan panjang kelas 6 (lamp.21 hal 126). Nilai minat terhadap pelajaran sejarah tersebut kemudian dianalisis dan hasilnya adalah sebagai berikut : a. Skor rata – rata (Mean)
= 96,97
b. Simpangan baku (Standar Deviasi)
= 7,673
c. Median
= 98,00
d. Modus
= 105
Penafsiran skor rata – rata (Mean) : 0,00 – 0,41 = Rendah 0,42 – 0,83 = Sedang 0,84 – 125 = Tinggi
Hasil perhitungan angket variabel minat pada pelajaran sejarah skor rata – rata (Mean) adalah sebesar 96,97. Berdasarkan penafsiran skor rata – rata (Mean) disimpulkan bahwa minat pada pelajaran sejarah belum baik meskipun berada pada kelompok tinggi. Hal ini bila dibandingkan dengan skor maksimal yang masuk yaitu sebesar 125. Adapun distribusi frekuensi skor minat terhadap pelajaran sejarah dapat disajikan dalam tabel distribusi frekuensi sebagai berikut : Tabel 5. Distribusi Frekuensi Skor Minat Terhadap Pelajaran Sejarah No Frekuensi Frekuensi Kelas Interval Absolut Relatif (%) 1 111 - 116 1 3,13% 2 105 - 110 4 12,50% 3 99 - 104 10 31,25% 4 93 - 98 8 25,00% 5 87 - 92 6 18,75% 6 81 - 86 3 9,38% Jumlah 32 100,00% Dari tabel tersebut dapat disimpulkan bahwa 10 responden (31,25%) berada pada kelompok rata – rata, 17 responden (53,12%) berada pada kelompok di bawah rata – rata dan 5 responden (15,63%) berada di atas kelompok rata – rata. Bentuk deskripsi data nilai minat terhadap pelajaran sejarah (X2) tersebut lebih jelasnya dapat dilihat dalam grafik histogram sebagai berikut :
10 9 8 7 6 5 4 3 2 1 0 81-86
87-92
93-98
99-104
105-110 111-116
Gambar 4. Histogram Minat Terhadap Pelajaran Sejarah
3. Deskripsi Data Pemahaman Nilai Kesejarahan (Y) Pemahaman nilai kesejarahan merupakan variabel terikat (Y) dalam penelitian ini. Data pemahaman nilai kesejarahan diperoleh melalui kuesioner (tes) yang disebarkan kepada 32 responden. Data yang terkumpul menunjukkan bahwa nilai terendah adalah 18 dan tertinggi 28. rentangan nilai yang muncul adalah sebesar 10 menyebar dari 18 sampai 28. banyak kelas yang ditetapkan dalam penelitian ini terdiri dari 6 kelas dengan panjang kelas 2 (lihat lamp. hal 126). Nilai pemahaman nilai kesejarahan tersebut kemudian dianalisis dan hasilnya adalah sebagai berikut : a. Skor rata – rata (Mean)
= 24,03
b. Simpangan baku (Standar Deviasi)
= 2,482
c. Median
= 24,50
d. Modus
= 25
Penafsiran skor rata – rata (Mean) : 0,00 – 10,00 = Rendah 11,00 – 20,00 = Sedang 21,00 – 30,00 = Tinggi
Hasil perhitungan tes variabel pemahaman nilai kesejarahan skor rata – rata (Mean) adalah sebesar 24,03. Berdasarkan penafsiran skor rata – rata (Mean) disimpulkan bahwa pemahaman nilai kesejarahan belum baik meskipun berada pada kelompok tinggi. Hal ini bila dibandingkan dengan skor maksimal yang masuk yaitu sebesar 30. Adapun distribusi frekuensi nilai pemahaman nilai kesejarahan dapat disajikan dalam tabel distribusi frekuensi sebagai berikut : Tabel 6. Distribusi Frekuensi Pemahaman Nilai Kesejarahan No Frekuensi Frekuensi Kelas Interval Absolut Relatif (%) 1 28 - 29 1 3,13% 2 26 - 27 8 25,00% 3 24 - 25 10 31,25% 4 22 - 23 8 25,00% 5 20 - 21 4 12,50% 6 18 - 19 1 3,13% Jumlah 32 100,00% Sumber : Hasil Olah Data Pemahaman Nilai Kesejarahan Dari tabel tersebut dapat disimpulkan bahwa 10 responden (31,25%) berada pada kelompok rata – rata, 13 responden (40,63%) berada di bawah kelompok rata – rata dan 9 responden (28,13%) berada di atas kelompok rata – rata. Bentuk deskripsi data nilai penmahaman nilai kesejarahan (Y) tersebut lebih jelasnya dapat dilihat dalam grafik histogram sebagai berikut :
10 9 8 7 6 5 4 3 2 1 0 18-19
20-21
22-23
24-25
26-27
28-29
Gambar 5. Histogram Pemahaman Nilai Kesejarahan
B. Pengujian Persyaratan Analisis Pengujian persyaratan analisis adalah pengujian persyaratan yang harus dipenuhi agar analisis regresi dapat dilakukan. Pengujian persyaratan analisis dalam penelitian ini dilakukan dengan uji normalitas data. Uji normalitas bertujuan untuk menguji apakah populasi berdistribusi normal atau tidak. 1. Uji Normalitas Uji normalitas adalah uji yang digunakan untuk menyelidiki variabel pengganggu dari regresi yang diisyaratkan berdistribusi normal atau tidak. Berikut hasil uji normalitas untuk masing – masing variabel penelitian. Tabel 7. Hasil Uji Normalitas Variabel Skor Max Skor Min
Mean
SD
Nilai K-S-Z
Sig
X1
106
48
81,75
14,427
0,549
0,924
X2
115
81
96,97
7,673
0,540
0,933
Y
28
18
24,03
2,482
0,859
0,452
Sumber : Hasil Uji Normalitas Kolmogorov Smirnov (Lamp. 22 hal 127) Keterangan : X1
= Pemanfaatan Perpustakaan
X2
= Minat Pada Pelajaran Sejarah
Y
= Pemahaman Nilai Kesejarahan Berdasarkan data yang dianalisis diketahui variabel pemanfaatan
perpustakaan diperoleh nilai signifikansi 0,924 > taraf nyata 5%, hal ini berarti sebaran data variabel pemanfaatan perpustakaan memenuhi distribusi normal. Variabel minat pada pelajaran sejarah diperoleh nilai signifikansi 0,933 > 5%, dan variabel pemahaman nilai kesejarahan diperoleh nilai signifikansi 0,452. Hal ini menunjukkan bahwa sebaran data penelitian memenuhi distribusi normal. 2. Uji Linieritas Uji linieritas dimaksudkan untuk mengetahui apakah mode persamaan linier yang telah diperoleh cocok atau tidak. a. Uji linieritas antara pemanfaatan pepustakaan (X1) dengan pemahaman nilai kesejarahan (Y). Hasil dari uji linieritas dapat dilihat pada tabel berikut :
Tabel 8. Ringkasan Uji Linieritas antara pemanfaatan perpustakaan dan pemahaman nilai kesejarahan. Lack of Fit Tests Dependent Variable: Pemahaman Nilai Kesejarahan (Y) Source Lack of Fit Pure Error
Sum of Squares 116,870 23,167
df 25 5
Mean Square 4,675 4,633
F 1,009
Sig. ,557
Sumber : Hasil Uji Linieritas X1 dengan Y (Lamp. 23 hal 128) Berdasarkan data yang dianalisis diketahui nilai signifikansi 0,557 > 0,05 hal ini berarti hubungan variabel pemanfaatan perpustakaan dengan pemahaman nilai kesejarahan memenuhi persamaan linier. b. Uji linieritas antara minat pada pelajaran sejarah (X2) dengan pemahaman nilai kesejarahan (Y). Hasil dari uji lineritas dapat dilihat pada tabel berikut :
Tabel 9. Ringkasan Uji Linieritas antara minat pada pelajaran sejarah dengan pemahaman nilai kesejarahan. Lack of Fit Tests Dependent Variable: Pemahaman Nilai Kesejarahan (Y) Source Lack of Fit Pure Error
Sum of Squares 87,386 68,500
df 18 12
Mean Square 4,855 5,708
F ,850
Sig. ,633
Sumber : Hasil Uji Linieritas X2 dengan Y (Lamp. 24 hal 129)
Berdasarkan data yang dianalisis diketahui nilai signifikansi 0,633 > 0,05 hal ini berarti hubungan variabel minat pada pelajaran sejarah dengan pemahaman nilai kesejarahan memenuhi persamaan linier. C. Pengujian Hipotesis Penelitian 1. Hubungan
antara
Pemanfaatan
Perpustakaan
(X1)
dengan
Pemahaman Nilai Kesejarahan (Y) Hipotesis pertama yang diajukan dalam penelitian ini menyatakan bahwa terdapat hubungan antara pemanfaatan perpustakaan (X1) dengan pemahaman nilai kesejarahan (Y). a. Koefisien Regresi Hipotesis pertama yang diajukan dalam penelitian ini menyatakan bahwa terdapat hubungan antara pemanfaatan perpustakaan (X1) dengan pemahaman nilai kesejarahan (Y). Perhitungan analisis regresi sederhana pada data variabel pemanfaatan perpustakaan menghasilkan arah regresi b sebesar 0, 089 dan konstanta a sebesar 16,768. Dengan demikian bentuk hubungan antara kedua variabel tersebut dapat digambakan oleh persamaan regresi Ŷ = 16,768 + 0,089X1. Sebelum digunakan untuk keperluan prediksi, persamaan regresi ini harus memenuhi syarat kelinieran dan keberartian (lamp 25 hal 130 ) Berdasarkan hasil dari linieritas disimpulkan bahwa regresi Ŷ = 16,768 + 0,089X1 sangat signifikan dan linier. Regresi ini mengandung
arti bahwa
apabila pemanfaatan perpustakaan meningkat satu unit skor, maka kecenderungan
pemahaman nilai kesejarahan meningkat sebesar 0,089 unit skor pada konstanta = 16,768. Tabel 10. Analisis Varians Regresi Linier X1 dengan Y dengan persamaan Ŷ = 16,768 + 0,089X1. ANOVAb Model 1
Regression Residual Total
Sum of Squares 50,932 140,036 190,969
df
Mean Square 50,932 4,668
1 30 31
F 10,911
Sig. ,002a
a. Predictors: (Constant), Pemanfaatan Perpustakaan (X1) b. Dependent Variable: Pemahaman Nilai Kesejarahan (Y)
Sumber : Analisis Regresi X1 dengan Y (lamp. 25 hal 130) b. Koefisien Korelasi Kekuatan hubungan antara pemanfaatan perpustakaan (X1) dengan pemahaman nilai kesejarahan (Y) ditunjukkan oleh koefisien korelasi product moment. Rumus yang digunakan untuk menghitungnya adalah sebagai berikut :
rXY =
{N (å XY )}- {(å X )(å Y )} {N (å X ) - (å X ) }{N (å Y ) - (å Y ) } 2
2
2
2
Hasil penghitungan diperoleh angka sebesar rXY = 0,516. Dengan signifikansi 0,002 < 0,05 maka Ho ditolak,
berarti ada hubungan antara
pemanfaatan perpustakaan dengan pemahaman nilai kesejarahan. c. Uji t Selanjutnya uji keberartian koefisien korelasi dilakukan dengan uji student t. Rumus yang digunakan adalah :
t=
r n-2 1- r2
Dan didapat thitung sebesar 3,303. Untuk lebih jelasnya mengenai kekuatan hubungan X1 dengan Y dapat dilihat pada tabel berikut :
Tabel 11 Rangkuman Hubungan X1 dengan Y Korelasi
R
thitung
ttabel α = 0,05
ry1
0,516
3,303**
1,68
Keterangan : ** = korelasi signifikan (thitung = 3,303 > ttabel = 1,68) ry1= koefisien korelasi antara X1 dengan Y Karena thitung 3,303 > ttabel 1,68 maka Ho ditolak yang berarti terdapat hubungan yang signifikan antara variabel pemanfaatan perpustakaan dengan pemahaman nilai kesejarahan. Berdasarkan hasil pengujian signifikansi seperti tabel ternyata bahwa korelasi X1 dengan Y signifikan. Dengan demikian hipotesis yang menyatakan terdapat hubungan antara pemanfaatan perpustakaan dengan pemahaman nilai kesejarahan teruji kebenarannya. Hal ini berarti semakin baik pemanfaatan perpustakaan, akan semakin baik pemahaman nilai kesejarahan. d. Koefisien Determinasi Koefisien determinasi merupakan kuadrat dari koefisien korelasi antara variabel X1 dengan variabel Y yaitu sebesar (ry1)2 = (0,516)2 = 0,267 yang menunjukkan bahwa 26,7% variasi yang terjadi pada pemahaman nilai kesejarahan dapat dijelaskan oleh pemanfaatan perpustakaan melalui regresi Ŷ = 16,768 + 0,089X1. Apabila
dilakukan
pengontrolan
antara
variabel
pemanfaatan
perpustakaan (X1) didapat koefisien korelasi parsial sebesar ry1.2 = 0,516. Uji keberartian dengan harga thitung sebesar 3,303 dan harga ttabel sebesar 1,68 pada α = 0,05. Karena thitung (3,303) > ttabel (1,68), maka dapat disimpulkan bahwa koefisien korelasi parsial signifikan dan mempunyai hubungan positif.
2. Hubungan antara Minat Pada Pelajaran Sejarah (X2) dengan Pemahaman Nilai Kesejarahan (Y) Hipotesis kedua yang diajukan dalam penelitian ini menyatakan bahwa terdapat hubungan antara minat pada pelajaran sejarah (X2) dengan pemahaman nilai kesejarahan (Y). a. Koefisien Regresi Hipotesis kedua yang diajukan dalam penelitian ini menyatakan bahwa terdapat hubungan antara minat pada pelajaran sejarah (X2) dengan pemahaman nilai kesejarahan (Y). Perhitungan analisis regresi sederhana pada data variabel pemanfaatan perpustakaan menghasilkan arah regresi b sebesar 0, 139 dan konstanta a sebesar 10,587. Dengan demikian bentuk hubungan antara kedua variabel tersebut dapat digambakan oleh persamaan regresi Ŷ = 10,587 + 0,139X2. Sebelum digunakan untuk keperluan prediksi, persamaan regresi ini harus memenuhi syarat kelinieran dan keberartian (lamp 26. hal 131) Berdasarkan hasil dari linieritas disimpulkan bahwa regresi Ŷ = 10,587 + 0,139X2 sangat signifikan dan linier. Regresi ini mengandung
arti bahwa
apabila pemanfaatan perpustakaan meningkat satu unit skor, maka kecenderungan pemahaman nilai kesejarahan meningkat sebesar 0,139 unit skor pada konstanta = 10,587. Tabel 12. Analisis Varians Regresi Linier X2 dengan Y dengan persamaan Ŷ = 10,587 + 0,139X2. ANOVAb Model 1
Regression Residual Total
Sum of Squares 35,083
df
155,886
1 30
190,969
31
Mean Square 35,083
F 6,752
5,196
a. Predictors: (Constant), Minat pada Pelajaran Sejarah (X2) b. Dependent Variable: Pemahaman Nilai Kesejarahan (Y)
Suumber : Analisis Regresi X2 dengan Y (Lamp. 26 hal 131).
Sig. ,014 a
b. Koefisien Korelasi Kekuatan hubungan antara minat pada pelajaran sejarah (X2) dengan pemahaman nilai kesejarahan (Y) ditunjukkan oleh koefisien korelasi product moment. Rumus yang digunakan untuk menghitungnya adalah sebagai berikut :
rXY =
{N (å XY )}- {(å X )(å Y )} {N (å X ) - (å X ) }{N (å Y ) - (å Y ) } 2
2
2
2
Hasil penghitungan diperoleh angka sebesar rXY = 0,429. Dengan signifikansi 0,014 < 0,05 maka Ho ditolak, berarti ada hubungan antara minat pada pelajaran sejarah dengan pemahaman nilai kesejarahan. c. Uji t Selanjutnya uji keberartian koefisien korelasi dilakukan dengan uji student t. Rumus yang digunakan adalah :
t=
r n-2 1- r2
Dan didapat thitung sebesar 2,598. Untuk lebih jelasnya mengenai kekuatan hubungan X2 dengan Y dapat dilihat pada tabel berikut : Tabel 13. Rangkuman Hubungan X2 dengan Y Korelasi
R
thitung
ttabel α = 0,05
ry2
0,429
2,598**
1,68
Keterangan : ** = korelasi signifikan (thitung = 2,598 > ttabel = 1,68) ry1= koefisien korelasi antara X1 dengan Y Karena thitung 2,598 > ttabel 1,68 maka Ho ditolak yang berarti terdapat hubungan yang signifikan antara variabel minat pada pelajaran sejarah dengan pemahaman nilai kesejarahan. Berdasarkan hasil pengujian signifikansi seperti
tabel ternyata bahwa korelasi X2 dengan Y signifikan. Dengan demikian hipotesis yang menyatakan terdapat hubungan antara minat pada pelajaran sejarah dengan pemahaman nilai kesejarahan teruji kebenarannya. Hal ini berarti semakin baik minat pada pelajaran sejarah, akan semakin baik pemahaman nilai kesejarahan. d. Koefisien Determinasi Koefisien determinasi merupakan kuadrat dari koefisien korelasi antara variabel X2 dengan variabel Y yaitu sebesar (ry2)2 = (0,429)2 = 0,184 yang menunjukkan bahwa 18,4% variasi yang terjadi pada pemahaman nilai kesejarahan dapat dijelaskan oleh pemanfaatan perpustakaan melalui regresi Ŷ = 10,587 + 0,139X2. Apabila dilakukan pengontrolan antara variabel minat pada pelajaran sejarah (X2) didapat koefisien korelasi parsial sebesar ry2.1 = 0,429. Uji keberartian dengan harga thitung sebesar 2,598 dan harga ttabel sebesar 1,68 pada α = 0,05. Karena thitung (3) > ttabel (1,68), maka dapat disimpulkan bahwa koefisien korelasi parsial signifikan dan mempunyai hubungan positif. 3. Hubungan Pemanfaatan Perpustakaan (X1) dan Minat Pada Pelajaran Sejarah (X2) secara bersama-sama dengan Pemahaman Nilai Kesejarahan (Y) Hipotesis ketiga yang diajukan dalam penelitian ini menyatakan bahwa hubungan antara pemanfaatan perpustakaan dan minat pada pelajaran sejarah secara bersama – sama dengan pemahaman nilai kesejarahan. a. Koefisien Regresi Perhitungan lengkap regresi ganda dari variabel pemahaman nilai kesejarahan menghasilkan arah regresi b1 sebesar 0,086 untuk variabel X1 (pemanfaatan perpustakaan), b2 sebesar 0,131 untuk variabel X2 (minat pada pelajaran sejarah), serta konstanta a sebesar 4,339. Dengan demikian bentuk hubungan antara variabel bebas dengan variabel terikat tersebut dapat digambarkan oleh persamaan regresi Ŷ = 4,339 + 0,086X1 + 0,131X2. sebelum
digunakan untuk keperluan prediksi, persamaan regresi ini harus dilakukan uji keberartian regresi (lamp. 27 hal 132). Untuk mengetahui derajat keberartian dan kelinieran persamaan regresi, dilakukan uji F dan hasilnya dapat ditelaah pada tabel berikut ini : Tabel 14. Analisis Variansi Regresi Linier Ganda Ŷ = 4,339 + 0,086X1 + 0,131X2 ANOVAb Model 1
Sum of Squares 82,168
Regression
df 2
Mean Square 41,084 3,752
Residual
108,801
29
Total
190,969
31
F 10,951
Sig. ,000 a
a. Predictors: (Constant), Minat pada Pelajaran Sejarah (X2), Pemanfaatan Perpustakaan (X1) b. Dependent Variable: Pemahaman Nilai Kesejarahan (Y)
Keterangan : ** = Regresi signifikan (Fh = 10,951 > Ft = 4,15) b. Koefisien Korelasi Ganda Perhitungan korelasi ganda antara variabel X1 dan variabel X2 dengan variabel Y menghasilkan koefisien korelasi sebesar R = 0,656. Rumus yang digunakan adalah :
R y2.12 =
JK reg
åy
2
c. Uji F Uji keberartian dengan menggunakan uji F. Rumus yang digunakan adalah : F=
R2 / k 1 - R 2 / (n - k - 1)
(
)
Hasil perhitungan adalah sebesar Fhitung = 10,951. untuk lebih jelasnya mengenai hubungan X1 dan X2 dengan Y dapat dilihat pada tabel berikut :
Tabel 15. Rangkuman Uji Korelasi Ganda antara X1,X2 dengan Y Korelasi
R
Fhitung
Ftabel α = 0,05
Ry12
0,656
10,951
4,15
Keterangan : **
= korelasi signifikan (Fhitung = 10,951 > Ftabel = 4,15)
Ry12 = korelasi X1, X2 dengan Y Karena Fhitung (10,951) > Ftabel (4,15), maka Ho ditolak berarti ada hubungan yang positif dan signifikan antara variabel pemanfaatan perpustakaan dan variabel minat pada pelajaran sejarah secara bersama – sama dengan pemahaman nilai kesejarahan. d. Koefisien Determinasi Koefisien determinasi sebesar R2 = (0,656)2 = 0,430. Ini menunjukkan bahwa 43,0 % variasi yang terjadi pada pemahaman nilai kesejarahan dapat dijelaskan oleh pemanfaatan perpustakaan dan minat pada pelajaran sejarah, melalui regresi Ŷ = 4,339 + 0,086X1 + 0,131X2. Sisanya sebesar 57 % dipengaruhi variabel yang lain di luar penelitian. D. Pembahasan Hasil Analisis Data 1. Terdapat Hubungan yang Positif dan Signifikan antara Pemanfaatan Perpustakaan (X1) dengan Pemahaman Nilai Kesejarahan (Y) Berdasarkan perhitungan koefisien korelasi sederhana untuk variabel X1 dengan Y pada taraf signifikansi 5% dengan N = 32 diperoleh hasil sebesar 0,516. Berdasarkan tabel penafsiran koefisien korelasi hasil ini menunjukkan bahwa tingkat hubungan pemanfaatan perpustakaan dengan pemahaman nilai kesejarahan adalah sedang, dan harga tersebut ternyata lebih besar dari rtabel yaitu 0,349. Dari angka korelasi ini maka taksiran koefisien determinasinya adalah
0,267. Angka ini dapat didinterpretasikan bahwa 26,7% variansi yang ada pada variabel pemahaman nilai kesejarahan dapat diprediksi oleh variabel pemanfaatan perpustakaan. Persamaan regresinya adalah Ŷ = 16,768 + 0,089X1. koefisien regresi variabel pemanfaatan perpustakaan dengan pemahaman nilai kesejarahan adalah 0,089. Angka tersebut mencerminkan bahwa setiap pemafaatan perpustakaan ditingkatkan sebanyak satu unit skor, maka berpengaruh terhadap peningkatan pemahaman nilai kesejarahan sebesar 0,089 unit skor dengan konstanta 16, 768. Hal ini berarti semakin tingi pemanfaatan perpustakaan maka semakin tinggi pula pemahaman nilai kesejarahan, sebaliknya jika pemanfaatan perpustakaan rendah maka pemahaman nilai kesejarahan juga akan rendah. Sebagaimana
dikemukakan oleh Adeyemi (2008) dalam penelitiannya yang
berjudul ”Library Resources and Students’ Learning Outcomes in Secondary School in Ekiti State, Nigeria” bahwa rhitung (.4313) lebih besar dari ttabel (.1946). Maka, Ho ditolak yang berarti ada hubungan yang signifikan antara pemanfaatan perpustakaan oleh siswa dan prestasi belajar siswa di sekolah tambahan di Ekiti, Nigeria. Penemuan ini juga menyarankan bahwa pemanfaatan perpustakaan oleh siswa untuk meningkatkan prestasi belajar siswa. Maka, bila pemanfaatan perpustakaan oleh siswa rendah, prestasi belajar siswa juga akan rendah. Penerimaan hipotesis pertama, didukung dan perkuat dengan kajian teori dari Ibrahim Bafadal (2001: 5) bahwa manfaat perpustakaan sekolah adalah sebagai berikut : (1) Perpustakaan sekolah dapat menimbulkan kecintaan murid – murid terhadap membaca. (2) Perpustakaan sekolah dapat memperkaya pengalaman belajar murid. (3) Perpustakaan sekolah dapat menanamkan kebiasaan belajar mandiri yang akhirnya murid – murid mampu belajar mandiri. (4) Perpustakaan sekolah dapat mempercepat proses penguasaan teknik membaca. (5) Perpustakaan sekolah dapat membantu perkembangan kecakapan berbahasa. (6) Perpustakaan sekolah dapat melatih murid – murid ke arah tanggung jawab. (7) Perpustakaan sekolah dapat memperlancar murid – murid dalam menyelesaikan tugas – tugas sekolah. (8) Perpustakaan sekolah dapat membantu murid – murid menemukan sumber – sumber pengajaran. (9) Perpustakaan
sekolah dapat membantu murid – murid, guru – guru, dan anggota staf sekolah dalam mengikuti perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi. Fungsi dan pentingnya perpustakaan seperti yang dinyatakan oleh Osazee dalam Bashir Olaitan Ibrahim bahwa perpustakaan sekolah juga memberikan informasi yang bebas dari suasana kelas, dimana murid – murid dapat memanbah pengetahuan dan ketertarikan lain tetapi tetap dalam bimbingan (www.unilorin.edu). Bahan – bahan pustaka yang ada di perpustakaan sedikit banyak juga akan membantu siswa untuk lebih mudah memahami nilai – nilai yang terkandung dalam peristiwa – peristiwa sejarah. 2. Terdapat Hubungan yang Positif dan Signifikan antara Minat pada Pelajaran Sejarah (X2) dengan Pemahaman Nilai Kesejarahan (Y) Berdasarkan perhitungan koefisien korelasi untuk hubungan variabel X2 dengan Y pada taraf signifikansi 5% dengan N = 32 diperoleh hasil sebesar 0,429. Berdasarkan tabel penafsiran koefisien korelasi hasil ini menunjukkan bahwa tingkat hubungan minat pada pelajaran sejarah dengan pemahaman nilai kesejarahan adalah sedang, dan harga tersebut ternyata lebih besar dari rtabel yaitu sebesar 0,349. Berdasarkan
angka korelasi
ini maka harga koefisien
determinasnya 0,184 yang berarti 18,4% variansi yang ada pada variabel pemahaman nilai kesejarahan dapat diprediksi oleh variabel pemanfaatan perpustakaan. Berdasarkan harga korelasi ini diperoleh besaran koefsien regresi sebesar 0,139 dengan persamaan Ŷ = 10,587 + 0,139X2. Angka ini menginformasikan bahwa jika variabel minat pada pelajaran sejarah dapat ditingkatkan sebesar satu unit skor, maka akan meningkatkan angka pemahaman nilai kesejarahan ssebesar 0,139 unit skor dengan konstanta 10,587. Hal ini berarti semakin tinggi tingkat minat pada pelajaran sejarah maka akan semakin tinggi pula pemahaman nilai kesejarahan, sebaliknya jika tingkat minat pada pelajaran sejarah rendah maka pemahaman nilai kesejarahan juga akan rendah. Sebagaimana dikemukakan oleh Aghniyani Zakiyah (2006) dalam penelitiannya yang berjudul ” Analisis Hubungan antara Motivasi Berprestasi dan Kebiasaan Membaca dengan Pemahaman tentang Sejarah Nasional Indonesia pada
Mahasiswa Program Studi Pendidikan Sejarah Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Sebelas Maret Surakarta” yaitu berdasarkan perhitungan koefisien korelasi sederhana antara X2 dengan Y adalah sebesar 0,814 dengan harga koefisien determinasinya 0,662 yang berarti 66,2% variansi yang ada pada variabel Pemahaman Sejarah Nasional Indonesia dapat diprediksi oleh variabel Kebiasaan Membaca melalui regresi Ŷ = 17,901 + 0,568X2. Koefisien regresi untuk hubungan kedua variabel sebesar 0,568. Angka ini menginformasikan bahwa jika variabel Kebiasaan Membaca dapat ditingkatkan sebesar satu unit skor, maka akan meningkatkan angka Pemahaman Sejarah Nasional Indonesia sebesar 0,568 unit skor dengan konstanta 17,901. Penerimaan hipotesis kedua tersebut sesuai dengan pendapat Kartini Kartono (1996:112) yang menyatakan bahwa minat merupakan momen dari kecenderungan yang terarah secara intensif kepada obyek yang dianggap penting. Hal ini sesuai dengan pendapat Ngalim Purwanto (1990:56) yang menyatakan bahwa minat mengarahkan perbuatan kepada suatu tujuan dan merupakan dorongan bagi perbuatan itu. Dengan adanya minat pada pelajaran sejarah pada diri siswa maka siswa akan lebih senang dan tertarik dalam mengikuti pelajaran sejarah. Rasa senang dan tertarik pada pelajaran sejarah ini akan mendorong siswa untuk belajar lebih mendalam tentang sejarah. Hal ini memudahkan siswa untuk memahami nilai – nilai yang terkandung dalam peristiwa sejarah. 3. Terdapat Hubungan yang Positif dan Signifikan antara Pemanfaatan Perpustakaan (X1) dan Minat pada Pelajaran Sejarah (X2) secara bersama – sama dengan Pemahaman Nilai Kesejarahan (Y) Berdasarkan perhitungan koefisian korelasi dan regresi ganda antara kedua variaabel bebas dengan variabel terikat adalah sebesar 0,656. Berdasarkan tabel penafsiran koefisien korelasi hal ini menunjukkan bahwa hubungan pemanfaatan perpustakaan dan minat pada pelajaran sejarah secara bersama – sama adalah kuat. Selanjutnya hasil tersebut dilakukan pengujian atas nilai Ry(12) dengan uji F. Dari hasil pengujian diperoleh Fhitung sebesar 10,951 dan dikonsultasikan dengan Ftabel yaitu sebesar 4,15 sehingga Fhitung > Ftabel atau 10,951
> 4,15, hal ini menunjukkan adanya hubungan yang positif antara X1 dan X2 secara bersama – sama dengan Y. Untuk persamaan regresi ganda diperoleh hasil Ŷ = 4,339 + 0,086X1 + 0,131X2. Koefisien determinasinya dapat dihitung menjadi 0, 430. Angka ini mencerminkan bahwa variansi pemahaman nilai kesejarahan dapat dijelaskan oleh variabel pemanfaatan perpustakaan dan minat pada pelajaran sejarah secara bersama – sama sebesar 43,0%. Dengan kata lain variabel pemanfaatan perpustakaan dan minat pada pelajaran sejarah secara bersama – sama dapat memprediksi variansi yang ada pada variabel pemahaman nilai kesejarahan sebesar 43,0%. Sedangkan sisanya sebesar 57% dipengaruhi oleh variabel lain di luar penelitian. Dari hasil analisis di atas dapat dinyatakan bahwa semakin tinggi ppemanfaatan perpustakaan dan minat pada pelajaran sejarah, maka pemahaman nilai kesejarahan akan semakin tinggi, sebaliknya jika pemanfaatan perpustakaan dan minat pada pelajaran sejarah semakin rendah, maka pemahaman nilai kesejarahan juga rendah pula. Penerimaan hipotesis ketiga tersebut sesuai dengan kajian teori dari Poerwodarminto (1987: 694) bahwa pemahaman berasal dari kata paham yang berarti mengerti benar atau tahu benar. Pemahaman sendiri adalalah suatu proses, cara, perbuatan memahami atau memahamkan. Sedangkan Benjamin S. Bloom memasukkan kategori pemahaman (comprehension) ke dalam klasifikasi ranah kognitif. Selanjutnya Bloom mengklasifikasikan kategori pemahaman menjadi tiga, yaitu : pertama translation atau terjemahan, kedua interpretation atau interpretasi dan yang ketiga adalah ekstrapolation atau ekstrapolasi (Benjamin S Bloom, 1971:149). Translation atau terjemahan maksudnya adalah individu dapat menggunakan informasi yang diterima ke dalam bahasa lain, situasi lain, dan pada komunikasi yang lain. Interpretation adalah kegiatan interpretasi meliputi hubungan antara susunan komunikasi dengan ide yang dipahami sehingga membentuk konfigurasi baru dalam pemikiran individu. Sedangkan ekstrapolation meliputi kegiatan pembuatan estimasi atau prediksi yang berdasar pada pengertian dan kecenderungan atau kondisi – kondisi yang diterangkan dalam komunikasi. Pemanfaatan perpustakaan dalam proses belajar mengajar terutama pada pelajaran sejarah akan meningkatkan minat siswa untuk belajar sejarah. Hal ini
dikarenakan siswa bisa mendapatkan pengetahuan tambahan selain yang disampaikan oleh guru dengan membaca buku – buku yang ada di perpustakaan. Dengan adanya minat untuk belajar sejarah pada diri siswa, maka siswa akan lebih mudah memahami nilai – nilai yang ada dalam peristiwa sejarah. Pemahaman nilai kesejarahan adalah memahami arti dan makna dari peristiwa sejarah dengan menguraikan hubungan antara peristiwa – peristiwa yang telah terjadi menjadi gambaran lengkap yang terdiri dari fakta – fakta kejadian. Dengan demikian siswa mampu memahami secara mendalam fakta – fakta kejadian yang telah terjadi dan sekaligus mampu menggeneralisasikan dalam kehidupan yang akan datang.
E. Keterbatasan Penelitian Penelitian ini telah dilaksanakan berdasarkan metode – metode dan prosedur – prosedur penelitian yang sudah baku sehingga hal – hal yang terkait dengan aspek metodologisnya sudah terpenuhi. Namun tetap saja ada hal – hal yang dapat mempengaruhi hasil penelitian ini. Hal – hal tersebut adalah : 1. Pemilihan Variabel penelitian, meskipun sudah dilandasi dengan aspek teoritisnya, namun tetap saja tidak dapat memiliki nilai – nilai yang apriori sehingga dapat melemahkan temuan penelitian ini. 2. Alat yang digunakan untuk mengumpulkan data adalah kuesioner yang bersifat self inventory sehingga respon – respon yang diberikan oleh responden tidak dapat dikontrol. Tidak mustahil respon yang diberikan adalah kesimpulan mereka, bukan apa yang sebenarnya. 3. Pemahaman nilai kesejarahan tidak hanya dipengaruhi oleh pemanfaatan perpustakaan dan minat pada pelajaran sejarah tetapi masih ada variabel lain yang ikut berpengaruh tetapi tidak diteliti dalam penelitian ini.
BAB V SIMPULAN, IMPLIKASI DAN SARAN A.
Simpulan
Berdasarkan hasil analisis data dan pembahasan yang telah diuraikan pada bab sebelumnya, maka dapat dibuat kesimpulan sebagai berikut : 1.
Ada hubungan positif dan signifikan antara pemanfaatan perpustakaan dengan pemahaman nilai kesejarahan siswa kelas VIII SMP Negeri 3 Doplang tahun ajaran 2008/2009. Hal ini terbukti dari hasil hipotesis pertama dengan analisis korelasi product moment pada taraf signifikansi 5% yang diperoleh thitung 3,303 lebih besar dari ttabel yaitu 1,68.
2.
Ada hubungan positif dan signifikan antara minat pada pelajaran sejarah dengan pemahaman nilai kesejarahan siswa kelas VIII SMP Negeri 3 Doplang tahun ajaran 2008/2009. Hal ini terbukti dari hasil hipotesis kedua dengan analisis korelasi product moment pada taraf signifikansi 5% yang diperoleh thitung 2,598 lebih besar dari ttabel yaitu 1,68.
3.
Ada hubungan positif dan signifikan antara pemanfaatan perpustakaan dan minat pada pelajaran sejarah secara bersama – sama dengan pemahaman nilai kesejarahan siswa kelas VIII SMP Negeri 3 Doplang tahun ajaran 2008/2009. Hal ini terbukti dari hasil hipotesis ketiga dengan analisis regresi ganda pada taraf signifikansi 5% yang diperoleh Fhitung 10,951 lebih besar dari Ftabel yaitu 4,15. B. Implikasi Berdasarkan pada landasan teori serta hasil penelitian ini, maka dapat
disampaikan implikasi yang berguna secara teoritis maupun praktis dalam upaya meningkatkan pemahaman nilai kesejarahan siswa, antara lain : 1. Implikasi Teoritis Dari hasil penelitian diketahui bahwa siswa yang memanfaatkan perpustakaan dan mempunyai minat pada pelajaran sejarah yang tinggi, akan
72
mempunyai pemahaman nilai kesejarahan yang tinggi. Sebaliknya, siswa yang kurang memanfaatkan perpustakaan dan minat pada pelajaran sejarah yang rendah, akan menpunyai pemahaman nilai kesejarahan yang rendah pula. Oleh kareni itu, penelitian ini dapat digunakan sebagai salah satu bukti bahwa pemahaman nilai kesejarahan siswa dipengaruhi oleh faktor internal siswa, yaitu pemanfaatan perpustakaan dan minat pada pelajaran sejarah. Disamping itu, hasil penelitian ini dapat digunakan sebagai dasar pengembangan penelitian selanjutnya, karena masih banyak faktor lain yang mempengaruhi pemahaman nilai kesejarahan siswa. 2. Implikasi Praktis Hasil penelitian ini dapat digunakan sebagai dasar bahan masukan bagi siswa, orang tua dan pihak sekolah. Siswa sebagai peserta didik harus memanfaatkan fasilitas yang ada di sekolah untuk menunjang keberhasilan belajarnya. Orang tua sebagai pendidik nonformal di luar sekolah memegang peranan besar dalam memenuhi segala kebutuhan bagi anaknya terutama kebutuhan fasilitas belajar siswa di rumah. Guru sebagai pendidik mempunyai peranan dalam mengatasi masalah – masalah belajar siswa yaitu dengan menyediakan fasilitas atau media belajar yang dibutuhkan dalam proses belajar mengajar, sehingga siswa mempunyai minat yang tinggi pada pelarajan sejarah. Siswa yang mempunyai minat pada pelajaran sejarah akan mudah dalam memahami nilai – nilai yang ada dalam pelajaran sejarah. Secara keseluruhan, dengan adanya penelitian ini diharapkan dapat membantu meningkatkan kualitas pendidikan di sekolah khususnya di SMP 3 Doplang.
C. Saran Berdasarkan kesimpulan dan implikasi di atas, maka ada beberapa saran yang perlu disampaikan : 1.
Kepada Siswa a.
Siswa
perlu
meningkatkan
pemanfaatan
perpustakaan
untuk
menunjang keberhasilan belajar dan mengembangkan berbagai metode belajar sebagai sarana memperluas pengetahuan dan wawasannya. b.
Siswa dapat menemukan konsep atau pemahaman yang dicari pada buku – buku yang ada di perpustakaan.
2.
Kepada SMP 3 Doplang a.
SMP 3 Doplang hendaknya lebih meningkatkan sarana dan prasarana sekolah, khususnya berupa koleksi perpustakaan yang lebih lengkap.
b.
SMP 3 Doplang hendaknya memberikan fasilitas bimbingan konseling bagi siswa untuk meningkatkan minat belajar siswa.
c.
SMP 3 Doplang hendaknya memberikan fasilitas belajar mengajar yang lebih lengkap untuk menunjang kelancaran dan keberhasilan proses belajar siswa.
3.
Kepada Guru (Pendidik) a.
Guru hendaknya memberikan dorongan kepada siswa untuk lebih aktif berkunjung ke perpustakaan dengan cara memberikan tugas – tugas kepada siswa.
b.
Guru hendaknya menggunakan media pembelajaran yang atraktif untuk menarik perhatian siswa dalam proses belajar mengajar, terutama pada pelajaran sejarah.
4.
Kepada Orang Tua Siswa a.
Orang tua siswa diharapkan memberikan dikungan pada proses belajar anak dengan menyediakan fasilitas belajar berupa kelengkapan buku pelajaran, sarana belajar seperti meja belajar dan ruangan khusus untuk belajar.
b.
Orang tua siswa hendaknya selalu memberikan perhatian, bimbingan, arahan dan motivasi kepada anak, khususnya pada saat anak sedang belajar di rumah.
5.
Peneliti Berikutnya Dalam penelitian ini pemahaman nilai kesejarahan dapat dijelaskan oleh pemanfaatan perpustakaan dan minat pada pelajaran sejarah sebesar 43%, sedangkan sisanya sebesar 57% dipengaruhi oleh variabel lain di luar penelitian ini. Bagi peneliti berikutnya disarankan untuk meneliti variabel lain tersebut pada penelitian berikutnya.
DAFTAR PUSTAKA Aghniyani Zakiyah. 2006. Analisis Hubungan Antara Motivasi Berprestasi Dan Kebiasaan Membaca Dengan Pemahaman Sejarah Nasional Indonesia Pada Mahasiswa Program Studi Pendidikan Sejarah Fakultas Keguruan Dan Ilmu Pendididkan Universtas Sebelas Maret Surakarta. Skripsi (Tidak dipublikasikan). Surakarta: UNS Bloom, Benjamin S. 1984. Taxonomy of Education Objectives, Book I, Cognitive Domain. New York: Longman Djarwanto. 2001. Mengenal Beberapa Uji Statistik dalam Pendidikan. Yogyakarta: Liberty Dudung Abdurrahman. 1999. Metode Penelitian Sejarah. Jakarta: Logos Wacana Ilmu Hadari Nawawi. 1987. Metode Penelitian Bidang Sosial. Yogyakarta: UGM Press Hurlock, Elizabeth B. 1999. Perkembangan Anak. Jakarta: Erlangga Ibrahim Bafadal. 2001. Pengelolaan Perpustakaan Sekolah. Jakarta: Bumi Aksara Kartini Kartono. 1996. Psikologi Umum. Bandung: Penerbit Alumni Kuntowijoyo. 2001. Pengantar Ilmu Sejarah. Yogyakarta: Yayasan Bentang Budaya Masri Singarimbun dan Sofyan Effendi.1989. Metode Penelitian Survei. Jakarta: Penerbit LP3ES Moh. Nazir. 1988. Metode Penelitian. Jakarta. Ghalia Indonesia Muljani A. Nurhadi. 1983. Sejarah Perpustakaan dan Perkembangannya di Indonesia. Yogyakarta: Andi Offset Munandir. 1996. Program Bimbingan Karier di Sekolah. Jakarta: Departemen Pendidikan dan Kebudayaan Ngalim Purwanto. 1990. Psikologi Pendidikan. Bandung: Remaja Rosdakarya Nurkencana, Wayan dan PPN Sumartana.1986. Evaluasi Pendidikan. Surabaya. Usaha Nasioanal
76
Pawit M. Yusuf. 1988. Pedoman Mencari Sumber Informasi. Bandung: Penerbit Alumni Poerwadarminta,W.J.S.1987. Kamus Umum Bahasa Indonesia. Jakarta. Balai Pustaka. Saefuddin Anwar. 1997. Reliabilitas dan Validitas. Yogyakarta: Liberty Soeatminah. 1992. Perpustakaan, Yogyakarta: Kanisius
Kepustakawanan,
Pustakawan.
Syihabuddin Qalyubi. 2003. Dasar – Dasar Ilmu Perpustakaan dan Informasi. Yogyakarta: IAIN Sunan Kalijaga Sudjana. 2001. Metode Statistika. Bandung: Tarsito Sugiyono dan Eri Wibowo. 2004. Statistika untuk Penelitian dan Aplikasinya dengan SPSS ver 10.0 for Windows. Bandung: Alfabeta Suharsimi Arikunto. 1998. Prosedur Penelitian. Jakarta: PT Rieneka Cipta Sulistyo Basuki. 1991. Pengantar Ilmu Perpustakaan. Jakarta: PT. Gramedia Sumanto. 1995. Metodologi Penelitian Sosial dan Pendidikan. Yogyakarta. Andi Offset Sutrisno Hadi. 1983. Metode Reseach Jilid I. Yogyakarta. Fakultas Psikologi UGM ___________. 2000. Statistik Jilid III. Yogyakarta. Andi Yogyakarta Teguh Wahyono. 2006. 36 Jam Belajar Komputer Analisis Data Statistik dengan SPSS 14.0. Jakarta: PT. Elex Media Komputindo UU Sisdiknas. 2003. UU RI No. 20 Tahun 2003. Bandung: Citra Umbara Winarno Suarkmad. 1998. Pengantar Penelitian Ilmiah. Bandung: Tarsito Winkel, W.S. 1991. Psikologi Pengajaran. Jakarta: Gramedia Witherington, H.C. 1983. Psikologi Pendidikan. Bandung: Angkasa Baru
Jurnal Adeyemi, T. O. 2008. ”Library Resources And Students’ Learning Outcomes In Secondary Schools In Ekiti State, Nigeria”. Pakistan Journal Of Social Sciences. 5 (1) : 95-103. Internet http://www.unilorin.edu, 25 Juni 2009