ANALISIS PERTUMBUHAN PENDUDUK DAN PENYEDIAAN FASILITAS PENDIDIKAN SEKOLAH DASAR DI KECAMATAN TASIKMADU KABUPATEN KARANGANYAR TAHUN 2007 DAN PREDIKSI TAHUN 2013
Skripsi Oleh : SITI PUJI HASTUTI NIM. K5404059
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS SEBELAS MARET SURAKARTA 2010
ANALISIS PERTUMBUHAN PENDUDUK DAN PENYEDIAAN FASILITAS PENDIDIKAN SEKOLAH DASAR DI KECAMATAN TASIKMADU KABUPATEN KARANGANYAR TAHUN 2007 DAN PREDIKSI TAHUN 2013
Oleh : Siti Puji Hastuti NIM K5404059
Skripsi Ditulis dan diajukan untuk memenuhi syarat mendapatkan gelar Sarjana Pendidikan Program Studi Pendidikan Geografi Jurusan Pendidikan Ilmu Pengetahuan Sosial
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS SEBELAS MARET SURAKARTA 2010
ii
PERSETUJUAN
Skripsi ini telah disetujui untuk dipertahankan di hadapan Tim Penguji Skripsi Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Sebelas Maret Surakarta.
Persetujuan Pembimbing
Pembimbing I
Pembimbing II
Drs. Djoko Subandriyo, M.Pd
Dra. Inna Prihartini, M.S
NIP. 19560420 198303 1 003
NIP. 19570207 198303 2 002
iii
PENGESAHAN
Skripsi ini telah dipertahankan di hadapan Tim Penguji Skripsi Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Sebelas Maret Surakarta dan diterima untuk memenuhi persyaratan mendapatkan gelar Sarjana Pendidikan.
Pada hari
: Rabu
Tanggal
: 10 Maret 2010
Tim Penguji Skripsi : Nama Terang
Tanda Tangan
Ketua
: Drs. Partoso Hadi, M.Si
………………
Sekretaris
: Setya Nugraha, S.Si, M.Si
………………
Anggota I
: Drs. Djoko Subandriyo, M.Pd
………………
Anggota II
: Dra. Inna Prihartini, M.S
………………
Disahkan oleh Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Sebelas Maret Dekan,
Prof. Dr. M. Furqon Hidayatullah, M.Pd NIP. 19600727 1987021 001
DAFTAR ISI
iv
HALAMAN JUDUL ........................................................................... i HALAMAN PENGAJUAN .................................................................. ii HALAMAN PERSETUJUAN ............................................................... iii HALAMAN PENGESAHAN ................................................................ iv HALAMAN ABSTRAK........................................................................ v HALAMAN MOTTO ............................................................................ vii HALAMAN PERSEMBAHAN ............................................................. viii KATA PENGANTAR .......................................................................... ix DAFTAR ISI ........................................................................................ xi DAFTAR TABEL ................................................................................. xiii DAFTAR GAMBAR ............................................................................. xv DAFTAR PETA .................................................................................... xvi BAB
I. PENDAHULUAN .................................................................. 1
A. Latar Belakang Masalah .................................................................. 1 B. Perumusan Masalah ......................................................................... 4 C. Tujuan Penelitian ............................................................................. 4 D. Manfaat Penelitian ........................................................................... 5 BAB II. LANDASAN TEORI ............................................................. 6 A. Tinjauan Pustaka ............................................................................. 6 1. Pengertian Pertumbuhan Penduduk .............................................. 6 2. Pengertian Pendidikan .................................................................. 15 3. Pengertian Fasilitas Pendidikan ................................................... 21 4. Penggabungan Sekolah Dasar ...................................................... 25 B. Penelitian yang relevan .................................................................... 27 C. Kerangka Berfikir ............................................................................ 29 BAB III. METODELOGI PENELITIAN .............................................. 31 A. Tempat dan Waktu Penelitian .......................................................... 31 B. Metode Penelitian ............................................................................ 31 C. Sumber Data .................................................................................... 32 D. Teknik Sampling ............................................................................. 33
v
E. Teknik Pengumpulan Data ............................................................... 33 F. Teknik Analisis Data ........................................................................ 33 G. Prosedur Penelitian .......................................................................... 36 BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN .............................................. 38 A. Deskripsi Daerah Penelitian ...................................................... 38 1. Keadaan Fisik ..................................................................... 38 2. Keadaan Penduduk ............................................................ 40 3. Sarana dan Prasarana Daerah ................................................ 50 4. Sarana dan Prasarana SD/MI ................................................ 55 B. Deskripsi Permasalahan Penelitian.............................................. 61 1. Pertumbuhan dan Persebaran Penduduk Usia 7-12 Tahun.... 61 2. Penyediaan Fasilitas Pendidikan Sekolah Dasar.................... 66 C. Pembahasan Hasil Penelitian........................................................ 78 1. Pertumbuhan dan Persebaran Penduduk Usia 7-12 Tahun ... 78 2. Penyediaan Fasilitas Pendidikan Sekolah Dasar ................. 80 BAB V
KESIMPULAN, IMPLIKASI DAN SARAN ........................ 86
A. Kesimpulan .............................................................................. 86 B. Implikasi .................................................................................. 87 C. Saran ....................................................................................... 87 DAFTAR PUSTAKA LAMPIRAN
vi
ABSTRAK Siti Puji Hastuti. ANALISIS PERTUMBUHAN PENDUDUK DAN PENYEDIAAN FASILITAS PENDIDIKAN SEKOLAH DASAR DI KECAMATAN TASIKMADU KABUPATEN KARANGANYAR TAHUN 2007 DAN PREDEKSI TAHUN 2013. Skripsi, Surakarta: Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan. Universitas Sebelas Maret Surakarta, Maret 2010. Tujuan penelitian ini adalah untuk: (1) Mengetahui pertumbuhan dan persebaran penduduk usia Sekolah Dasar (7-12 tahun) di Kecamatan Tasikmadu Kabupaten Karanganyar tahun 2007-2013; (2) Mengetahui penyediaan fasilitas pendidikan Sekolah Dasar di Kecamatan Tasikmadu Kabupaten Karanganyar tahun 2007-2013. Penelitian ini menggunakan metode deskriptif geografis. Variabel dalam penelitian ini adalah pertumbuhan penduduk dan persebaran penduduk usia 7-12 tahun dan penyediaan fasilitas pendidikan Sekolah Dasar yang meliputi gedung, ruang kelas, tenaga guru dan tenaga perpustakaan di Kecamatan Tasikmadu. Teknik pengumpulan data yang digunakan yaitu dokumentasi, dan observasi lapangan. Teknik analisis data yang digunakan adalah eksponensiil dan proyeksi. Berdasarkan hasil penelitian dapat disimpulkan bahwa: (1) jumlah penduduk usia 7-12 tahun di Kecamatan Tasikmadu pada tahun 2007 mengalami pertumbuhan penduduk sebesar -0,48%; (2) Penduduk Kecamatan Tasikmadu yang berusia 7-12 tahun tersebar di 10 desa dengan jumlah penduduk sebanyak 5.214 jiwa, jumlah penduduk terbanyak berada di Desa Papahan dengan jumlah sebanyak 696 jiwa dan yang paling sedikit berada di Desa Buran yaitu 300 jiwa. Pada tahun 2013 yang akan datang jumlah penduduk usia 7-12 tahun di Kecamatan Tasikmadu diperkirakan akan berkurang menjadi 5.066 jiwa. (3) Penyediaan fasilitas pendidikannya meliputi; (a) jumlah gedung SD/MI di Kecamatan Tasikmadu tahun 2007 berjumlah 28 gedung Sekolah Dasar pada tahun 2013 diperkirakan akan berkurang sebanyak 8 gedung. (b) Jumlah Ruang kelas pada tahun 2007 mengalami kelebihan 2 buah, sedangkan pada tahun 2013 jumlah ruang kelas yang dibutuhkan hanya 122 buah sehingga di Kecamatan Tasikmadu terdapat kelebihan 52 buah, untuk itu diperlukan penggabungan Sekolah Dasar sebanyak 8 buah agar lebih efektif dan efisien. (c) Jumlah tenaga guru yang ada di Kecamatan Tasikmadu pada Tahun 2007 adalah sebanyak 243 orang, sedangkan pada tahun 2013 hanya dibutuhkan sebanyak 167 guru sehingga di Kecamatan Tasikmadu terdapat kelebihan jumlah guru sebanyak 76 orang. (d) Jumlah tenaga perpustakaan yang dibutuhkan untuk SD/MI di Kecamatan Tasikmadu pada tahun 2013 adalah 33 orang, yang paling banyak adalah Desa Papahan sebanyak 5 orang, yang paling sedikit adalah 2 orang yang berada di Desa Buran, Desa Gaum, dan Desa Wonolopo.
vii
ABSTRACT Siti Puji Hastuti. ANALYSIS OF GROWTH POPULATION AND THE PROVISION OF FACILITIES BASIC EDUCATION SCHOOL IN TASIKMADU DISTRICT KARANGANYAR REGENCY IN 2007 AND PREDICTION 2013. Thesis, Surakarta: Faculty of Teacher Training and Education. Sebelas Maret University of Surakarta, March 2010. The purpose of this study is: (1) Knowing the growth and spread of primary school age population (7-12 years) in Tasikmadu district Karanganyar regency 2007-2013; (2) Knowing the provision of educational facilities Elementary School in Tasikmadu district Karanganyar regency 2007-2013. This research is a geographical descriptive method. The variables used in the research are the growth and spread of primary school age population (7-12 years) and the provision of educational facilities Elementary School are building, classrooms, teachers, and librarian. The data collecting technique applied that is documentation, and observation of field. The data analytical technique applied is eksponensiil and projection. Based on the research results can be concluded: (1) The number of age residents 7-12 years in Tasikmadu district in the year 2007 experiencing growth of resident equal - 0,48%; (2) The district Resident of Tasikmadu having age 7-12 years spread over in 10 villages with number of residents 5.214 child, number of residents is many to resides in Papahan with number of 696 men and fewest resided in Buran that is 300 child. In the year 2013 which will come number of age residents 7-12 years in Tasikmadu district decreases to become 5.066 child. (3) The provision of educational facilities Elementary School in Tasikmadu are; (a) Number of buildings SD/MI in Tasikmadu the year 2007 amounts to 28 elementary school in the year 2013 will estimated decrease counted 8 building; (b) The number of class rooms in the year 2007 experiencing excess of 2 class, while in the year 2013 class room amounts required only 122 class so that in Tasikmadu district there is excess of 52 class, for the purpose is required merger of elementary school counted 8 build of that more efficient and effectively. (c) The number of the teachers in Tasikmadu district at year 2007 is 243, while in the year 2013 only required 167 teachers for the purpose in Tasikmadu district there is excess of number of 76 teachers. (d) The number of librarian required for SD/MI in Tasikmadu district in the year 2013 is 33 mans who at most is Papahan about 5 man, fewest is 2 man is residing in Buran village, Gaum village, and Wonolopo village. BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah
viii
Penduduk merupakan suatu kelompok organisasi yang terdiri dari individu-individu yang sejenis dan mendiami suatu daerah dengan batas-batas tertentu. Penduduk suatu daerah dapat juga meliputi seluruh manusia yang hidup di tahun yang sama dan menempati daerah yang sama. Menurut Undang-Undang RI No.10 tahun 1992 yang dimaksud penduduk adalah orang yang dalam fungsinya sebagai pribadi, anggota keluarga, anggota masyarakat, warga negara, dan himpunan kuantitas yang bertempat tinggal di suatu tempat dalam batas wilayah negara pada waktu tertentu (Mantra, 2003:3). Kebijakan kependudukan dan program pembangunan sosial dan ekonomi yang dilaksanakan Indonesia selama tiga dekade yang lalu telah berhasil menurunkan angka kelahiran dan kematian sehingga mampu menghambat laju pertumbuhan penduduk dari 2,3 % pada periode 1971-1980 menjadi 1,4 % per tahun pada periode 1990-2000 meskipun jumlah penduduk Indonesia masih akan terus bertambah. Di daerah yang pertumbuhan penduduknya telah menurun, terjadi perubahan struktur umur penduduk yang ditandai dengan penurunan proporsi anak-anak usia di bawah 15 tahun disertai dengan peningkatan pesat proporsi penduduk usia kerja dan peningkatan proporsi penduduk usia lanjut (lansia) secara perlahan, sedangkan di daerah yang tingkat pertumbuhan penduduknya masih tinggi, proporsi penduduk usia 0-14 tahun masih besar sehingga memerlukan investasi sosial dan ekonomi yang besar pula untuk penyediaan sarana tumbuh kembang, termasuk pendidikan dan kesehatan. Proporsi penduduk muda Indonesia semakin menurun akibat semakin rendahnya angka fertilitas.
Penurunan ini akan menyebabkan semakin
menurunnya jumlah anak-anak yang masuk Sekolah Dasar. Bila ukuran seperti perubahan jumlah murid digunakan, bisa jadi ditemukan penurunan jumlah murid di Sekolah Dasar dengan interpretasi terjadi penurunan partisipasi sekolah. Namun, bila digunakan angka partisipasi sekolah, maka akan ditemukan peningkatan partisipasi di tingkat SD yang disebabkan semakin rendahnya jumlah penduduk usia Sekolah Dasar. (www.datastatistik-Indonesia.com) 1 Dinamika perubahan struktur penduduk belum sepenuhnya teratasi dalam pembangunan pendidikan. Penurunan penduduk usia muda terutama kelompok
ix
usia Sekolah Dasar sebagai dampak positif program Keluarga Berencana menyebabkan turunnya jumlah siswa yang bersekolah pada jenjang SD/MI dari tahun ke tahun. Pada saat yang sama terjadi pula perubahan struktur usia SD/MI dengan semakin menurunnya siswa yang berusia lebih dari 12 tahun dan meningkatnya siswa yang berumur kurang dari 7 tahun. Hal tersebut terus dipertimbangkan dalam menyediakan fasilitas pelayanan pendidikan sehingga efisiensi dapat terus ditingkatkan. (www.pdankjatim.net) Pada dekade tahun 1970-80an, kebijakan pendidikan dasar bagi murid sekolah dasar diwujudkan dengan pembangunan gedung-gedung Sekolah Dasar sampai ke wilayah-wilayah pedesaan yaitu melalui pogram INPRES SD. Sampai pertengahan tahun 1990an, usaha pemerintah tersebut menunjukkan hasil yang cukup menggembirakan dengan melihat fakta-fakta di lapangan terutama di pedesaan banyak anak-anak yang berduyun-duyun ke sekolah-sekolah dan banyak gedung-gedung Sekolah Dasar yang telah di bangun. (Tilaar, 2003:29) Kebijakan Presiden tersebut dilaksanakan seiring dengan adanya program pengontrolan kelahiran yaitu melalui program Keluarga Berencana. Akibat pelaksanaan program ini terjadi penurunanan laju pertumbuhan penduduk yaitu pada periode tahun 1971-1980 laju pertumbuhan penduduk Indonesia sebesar 2,3 %, pada periode tahun 1980-1990 dan 1990-2000 laju pertumbuhan penduduk terus menurun, masing-masing menjadi 1,9 % dan 1,3 %. (Mantra, 2003:150). Seiring dengan laju pertumbuhan penduduk sejak tahun 2000 yang cenderung mengalami penurunan, maka akan mempengaruhi jumlah penduduk sehingga jumlah siswa yang bersekolah terutama di usia Sekolah Dasar (7-12 tahun) semakin menurun, oleh karena itu fasilitas pendidikan yang tersedia supaya disesuaikan dengan jumlah penduduk yang ada agar lebih efektif dan efisien. Persebaran penduduk yang tidak merata menimbulkan kesulitan dalam penyediaan dan pemerataan sarana pendidikan, hal ini disebabkan oleh kondisi geografis yang berbeda-beda di setiap wilayah. Perbedaan itu dapat ditinjau dari faktor fisis dan non fisis, kedua faktor tersebut dijelaskan oleh Nursid Sumaatmadja yaitu bahwa faktor fisis dapat diperhatikan kondisi tanah, air, morfologi, iklim, dan sumber daya alam yang ada dalam lapisan kulit bumi kita
x
ini. Faktor yang termasuk non fisis meliputi kondisi kependudukan, ekonomi, budaya, politik dan hal-hal yang erat hubungannya dengan perilaku kehidupan manusia. Dampak dari masalah kependudukan di Indonesia adalah merosotnya kualitas penduduk. Masalah kualitas penduduk yang dimaksud adalah masalah tingkat kehidupan penduduk itu sendiri terutama bila dilihat dari kemakmuran dan fasilitas hidup yang tersedia. Jumlah penduduk yang besar dapat menjadi modal pembangunan bila kualitasnya baik, namun sebaliknya dapat menjadi beban pembangunan bila kualitasnya rendah. Salah satu indikator untuk mengetahui kualitas penduduk disuatu daerah adalah dengan melihat keadaan tingkat pendidikan di daerah tersebut. Kecamatan Tasikmadu merupakan salah satu kecamatan yang ada di Kabupaten Karanganyar, terdiri dari 10 desa, dengan luas 27,60 km2. Berdasarkan data dari lapangan pada tahun 2007 jumlah penduduk usia Sekolah Dasar (7-12 tahun) di Kecamatan Tasikmadu berjumlah 5.214 jiwa, dengan jumlah gedung Sekolah Dasar yang ada sampai saat ini adalah 28 gedung, sedangkan jumlah ruang kelasnya adalah 174 buah, dan siswa yang tercatat pada SD/MI di Kecamatan Tasikmadu yaitu 5.032 siswa, maka apabila dilihat dari jumlah siswa dan jumlah ruang kelasnya terlihat masih banyak sekolah yang mengalami kekurangan jumlah murid. Keadaan pendidikan yang cukup memprihatinkan seperti yang telah diterangkan di atas, menuntut adanya kebijaksanaan dari pemerintah. Salah satu langkah yang harus ditempuh adalah dengan adanya pelaksanaan program penggabungan (Regrouping) Sekolah Dasar untuk efisiensi biaya perawatan gedung Sekolah Dasar dan peningkatkan mutu Sekolah Dasar. Melihat kondisi dan fenomena sosial yang menarik ini maka penelitian ini diarahkan untuk menganalisis pertumbuhan penduduk dan persebarannya di Kecamatan Tasikmadu pada tahun 2007 dan 2013; Alasan menggunakan tahun 2007
karena
pada
tahun tersebut
pemerintah Kabupaten Karanganyar
mengeluarkan kebijakan yaitu Keputusan Bupati Karanganyar No. 890/7/2007 tentang pembentukan tim pendirian, pengintegrasian, dan penghapusan sekolah
xi
formal dan non formal sebagai upaya pemecahan masalah mengenai kelebihan sarana gedung Sekolah akibat dari penurunan jumlah anak usia Sekolah Dasar yang nantinya akan digunakan untuk melakukan proyeksi jumlah penduduk pada 6 tahun yang akan datang di Kecamatan Tasikmadu pada tahun 2013 dihubungkan dengan fasilitas pendidikan yang tersedia, sehingga akan ditemukan kesimpulankesimpulan yang berguna untuk merencanakan pembangunan fasilitas pendidikan pada tahun yang akan datang, sebagai upaya untuk memecahkan masalah pendidikan yang berhubungan dengan masalah kependudukan. Bertolak belakang dari latar belakang di atas, maka peneliti tertarik untuk melakukan
penelitian
dengan
judul
“ANALISIS
PERTUMBUHAN
PENDUDUK DAN PENYEDIAAN FASILITAS PENDIDIKAN SEKOLAH DASAR DI KECAMATAN TASIKMADU KABUPATEN KARANGANYAR TAHUN 2007 DAN PREDIKSI TAHUN 2013”. B. Perumusan Masalah Masalah yang akan diteliti dalam penelitian ini adalah: 1.
Bagaimana pertumbuhan penduduk dan persebaran penduduk usia Sekolah Dasar di Kecamatan Tasikmadu Kabupaten Karanganyar tahun 2007 dan 2013 ?
2.
Bagaimana penyediaan fasilitas pendidikan Sekolah Dasar di Kecamatan Tasikmadu Kabupaten Karanganyar tahun 2007 dan 2013 ? C. Tujuan Penelitian Adapun tujuan penelitian ini adalah sebagai berikut:
1.
Mengetahui pertumbuhan dan persebaran penduduk usia Sekolah Dasar di Kecamatan Tasikmadu Kabupaten Karanganyar tahun 2007 dan 2013.
2.
Mengetahui penyediaan fasilitas pendidikan Sekolah Dasar di Kecamatan Tasikmadu Kabupaten Karanganyar tahun 2007 dan 2013. D. Manfaat Penelitian Penelitian ini mempunyai manfaat antara lain:
1
Manfaat Teoritis
xii
Penelitian ini bermanfaat untuk memberikan sumbangan terhadap pengembangan ilmu yang bersifat teoritis khususnya pada bidang geografi dalam membantu memecahkan masalah-masalah sosial, khususnya masalah kependudukan dan dapat dipakai sebagai acuan pengembangan penelitian yang sejenis. 2
Manfaat Praktis a.
Hasil penelitian ini diharapkan dapat digunakan pemerintah sebagai salah satu bahan pertimbangan dalam mengambil alternatif kebijakan yang akan dikerjakan.
b.
Hasil penelitian ini dapat dipakai sebagai bahan pembuatan media pembelajaran di kelas XI SMA yaitu pada kompetensi dasar kemampuan memprediksi dinamika perubahan antroposfer dan dampaknya terhadap kehidupan dimuka bumi dengan materi pokok Antroposfer yang memiliki indikator sebagai berikut: Meganalisis komposisi penduduk berdasarkan umur dan jenis kelamin. Menghitung pertumbuhan penduduk suatu wilayah. Menyajikan informasi kependudukan melalui peta, tabel dan grafik / diagram. BAB II LANDASAN TEORI A. Tinjauan Pustaka 1. Pengertian Pertumbuhan Penduduk Pertumbuhan
penduduk
dapat
diartikan
sebagai
bertambah
atau
berkurangnya jumlah penduduk di suatu daerah atau negara dalam kurun waktu tertentu (Mudjiman, 1988: 146). Pertumbuhan penduduk di suatu wilayah dipengaruhi oleh besarnya kelahiran, kematian, migrasi masuk, dan migrasi keluar. Pertumbuhan penduduk terjadi bila jumlah kelahiran lebih besar daripada jumlah kematian, sedang jumlah pendatang tidak lebih kecil dibanding penduduk yang pergi dari daerah tersebut.
xiii
Pertumbuhan penduduk suatu daerah dipengaruhi oleh besarnya kelahiran, kematian, dan migrasi penduduk (Rusli, 1983: 35). Penduduk akan bertambah jumlahnya kalau ada bayi yang lahir dan penduduk yang datang, dan penduduk akan berkurang jumlahnya kalau ada penduduk yang mati dan yang meninggalkan wilayah tersebut. Mantra (2003: 85) mengemukakan rumus-rumus yang digunakan dalam menghitung pertumbuhan penduduk yaitu: 1. Pertumbuhan Penduduk Geometris (Geometris Growth) Pertumbuhan penduduk geomtris adalah pertumbuhan penduduk bertahap (discreate), yaitu dengan memperhitungkan pertumbuhan penduduk hanya pada akhir tahun dari suatu periode. Rumus yang digunakan untuk mengetahui pertumbuhan penduduk secara geometris yaitu: Pt = Po(1+r)t Dimana: Pt : Banyaknya penduduk pada tahun akhir Po : Banyaknya penduduk pada tahun awal r
: Angka pertumbuhan penduduk
t : Jangka waktu (dalam banyaknya tahun)
2. Pertumbuhan Penduduk Eksponensial (Exponential Growth) 6 Pertumbuhan penduduk eksponensial adalah pertumbuhan penduduk yang berlangsung terus-menerus (continous). Rumus yang digunakan untuk mengetahui pertumbuhan penduduk secara eksponensial yaitu: Pt = Po.ert Dimana: Pt : Banyaknya penduduk pada tahun akhir Po : Banyaknya penduduk pada tahun awal r
: Angka pertumbuhan penduduk
t : Jangka waktu e : Angka eksponensial (2,71828)
xiv
3. Pertumbuhan Penduduk Arithmatic (Pertumbuhan Penduduk Hitung) Pertumbuhan penduduk arithmatic adalah pertumbuhan penduduk dengan jumlah (absolut number) sama setiap tahun. Rumus yang digunakan untuk mengetahui pertumbuhan penduduk secara arithmatic yaitu: Pn = Po(1+rn) Dimana: Pn : Banyaknya penduduk pada tahun n Po : Banyaknya penduduk pada tahun awal (dasar) r
: Angka pertumbuhan penduduk
n : Periode waktu dalam tahun Pertumbuhan penduduk dipengaruhi oleh kelahiran (Fertilitas), kematian (Mortalitas), dan migrasi (Migration). Berikut ini akan dijelaskan variabel yang mempengaruhi pertumbuhan penduduk sebagai berikut: 1. Kelahiran (Fertilitas) Kelahiran (fertilitas) merupakan hasil reproduksi yang nyata dari seorang wanita atau sekelompok wanita di suatu daerah tertentu. Jadi fertilitas menyangkut banyaknya bayi yang lahir hidup (Hatmadji, 1981: 57) Istilah fertilitas adalah sama dengan kelahiran hidup (live birth), yaitu terlepasnya bayi dari rahim seorang perempuan dengan ada tanda-tanda kehidupan; misalnya berteriak, bernafas, jantung berdenyut, dan sebagainya. (Mantra, 2003: 145) Ukuran dasar kelahiran (fertilitas) yang sering digunakan adalah sebagai berikut: a. Tingkat Fertilitas Kasar (Crude Birth Rate = CBR) Tingkat fertilitas kasar didefinisikan sebagai banyaknya kelahiran hidup pada suatu tahun tertentu tiap 1000 penduduk pada pertengahan tahun. Atau dengan rumus dapat ditulis sebagai berikut:
CBR
B k P
Dimana: CBR
= Crude Birth Rate atau Tingkat Kelahiran Kasar
xv
P
= Penduduk pertengahan tahun
B
= Jumlah kelahiran pada tahun tertentu
k
= Bilangan konstan yang biasanya 1.000
(Hatmadji, 1981: 7) b. Tingkat Fertilitas Umum (General Fertility Rate = GFR) Tingkat fertilitas umum adalah perbandingan jumlah kelahiran dengan jumlah penduduk perempuan usia 15 – 49 tahun. Jadi sebagai penyebut tidak menggunakan jumlah penduduk pertengahan tahun tetapi jumlah penduduk perempuan pertengahan tahun umur 15 – 49 tahun. Tingkat kelahiran ini dicari dengan menggunakan rumus:
GFR
Jumlah kelahiran pada tahun tertentu k Jumlah penduduk wanita umur 15 49 pada pertengahan tahun
Atau
GFR
B k Pf (15 49)
Dimana: GFR
= Tingkat Fertilitas Umum
B
= Jumlah kelahiran
Pf (15 – 49)
= Jumlah penduduk perempuan umur 15 - 49 tahun pada pertengahan tahun.
k
= Bilangan konstan biasanya 1.000
(Mantra, 2003: 151) c. Tingkat Fertilitas Menurut Umur (Age Specific Fertility Rate = ASFR) Tingkat fertilitas menurut umur adalah banyaknya kelompok setiap 1000 wanita pada kelompok umur tertentu. Angka kelahiran menurut umur dapat dihitung dengan rumus berikut:
ASFRi
Jumlah kelahiran bayi pada kelompok umur i k Jumlah perempuan kelompok umur i pada pertengahan tahun
Atau
xvi
ASFRi
Bi k Pf i
Dimana: Bi
= Jumlah kelahiran bayi pada kelompok umur i
Pfi
= Jumlah perempuan kelompok umur i pada pertengahan tahun
k
= Bilangan konstan biasanya 1.000
(Mantra, 2003: 152) d. Tingkat Fertilitas Total (Total Fertility Rates = TFR) Tingkat fertilitas total didefinisikan sebagai jumlah kelahiran hidup lakilaki dan perempuan tiap 1000 penduduk yang hidup hingga akhir masa reproduksinya dengan catatan: Tidak ada seorang perempuan yang meninggal sebelum mengakhiri masa reproduksinya; Tingkat fertilitas menurut umur tidak berubah pada periode waktu tertentu. Tingkat fertiilitas total dapat dihitung dengan menggunakan rumus: TFR 5 ASFR i
Dimana:
TFR
= Total Fertility Rate
å
= Penjumlah tingkat fertilitas menurut umur
ASFRi = Tingkat fertilitas menurut umur ke 1 dari kelompok berjenjang 5 tahunan. (Mantra, 2003: 158) 2. Kematian (Mortalitas) Kematian atau mortalitas adalah salah satu kompenen proses demografi yang berpengaruh terhadap struktur penduduk. Tinggi rendahnya tingkat mortalitas penduduk di suatu daerah tidak hanya mempengaruhi pertumbuhan penduduk, tetapi juga merupakan barometer dari tinggi rendahnya tingkat kesehatan masyarakat di daerah tersebut.
xvii
Budi Utomo (1981: 86) menyebutkan bahwa peristiwa kematian atau yang dimaksud mati ialah peristiwa hilangnya semua tanda – tanda kehidupan secara permanen, yang bisa terjadi setiap saat setelah kelahiran hidup, disamping mortalitas dikenal istilah morbidilitas yang diartikan sebagai penyakit atau kesakitan. Penyakit dan kesakitan dapat menimpa manusia lebih dari satu kali dan selanjutnya rangkaian mordbiditas ini atau sering disebut morbiditas kumulatif pada akhirnya menghasilkan peristiwa yang disebut kematian. Ukuran dasar kematian (mortalitas) yang sering digunakan adalah sebagai berikut: a. Tingkat Kematian Kasar (Crude Death Rate = CDR) Tingkat kematian kasar didefinisikan sebagai banyaknya kematian pada tahun tertentu, tiap 1000 penduduk pada pertengahan tahun. Dengan rumus dapat ditulis sebagai berikut: CDR
D k Pm
Dimana: CBR
= Crude Death Rate atau Tingkat Kematian Kasar
D
= Jumlah kematian pada tahun tertentu
Pm
= Jumlah penduduk pada pertengahan tahun
k
= Bilangan konstan yang biasanya 1.000
b. Tingkat Kematian Menurut Umur dan Jenis Kelamin (Age SpecificDeath Rate = ASDR) Tingkat kematian kasar didefinisikan sebagai angka yang menyatakan banyaknya kematian pada kelompok umur tertentu, tiap 1000 penduduk dalam kelompok umur yang sama. Dengan rumus dapat ditulis sebagai berikut:
Jumlah kematian penduduk Tingkat Kematian Kelompok Umur i
kelompok umur i k Jumlah penduduk kelompok umur i pada pertengahan tahun
Atau ASDRi
Di k Pmi
xviii
Dimana: ASDR i
= Tingkat kematian menurut umur
Di
= Jumlah kematian pada tahun tertentu
Pmi
= Jumlah penduduk pada pertengahan tahun
k
= Bilangan konstan yang biasanya 1.000
c. Tingkat Kematian Bayi Angka kematian bayi atau tingkat kematian bayi berasal dari Infant Mortality Rate (IMR) merupakan indikator yang sangat berguna, tidak saja terhadap status kesehatan anak, tetapi juga terhadap status penduduk keseluruhan dan kondisi ekonomi dimana penduduk tersebut bertempat tinggal. Angka kematian bayi dihitung dengan menggunakan rumus sebagai berikut: Jumlah kematian bayi Tingkat Kematian Bayi
pada tahun tertentu k Jumlah kelahiran hidup pada tahun tertentu
Atau: IMR
Do k B
Dimana: IMR
=
Tingkat Kematian Bayi
Do
=
Jumlah kematian pada tahun tertentu
B
=
Jumlah penduduk pada pertengahan tahun
k
=
Bilangan konstan yang biasanya 1.000
3. Migrasi Migrasi adalah perpindahan penduduk dari satu wilayah ke wilayah lain dengan maksud untuk menetap di daerah tujuan (Munir, 1981: 116). Hal ini senada dengan yang dimaksudkan oleh Daldjoeni (1982: 44) yang menyebutkan bahwa migrasi adalah gerakan penduduk dari region satu menuju region yang lain untuk menempatinya secara permanen.
xix
Munir (1981: 123) membagi ukuran-ukuran dalam migrasi adalah sebagai berikut: a. Angka Mobilitas Angka mobilitas adalah perbandingan dari banyaknya penduduk yang pindah secara lokal (mover) dalam jangka waktu tertentu dengan banyaknya penduduk. Rumus yang digunakan dalam perhitungan ini adalah: M k P Dimana: m
m = Angka mobilitas M = Jumlah mover P = Jumlah penduduk k = Bilangan konstan yang biasanya 1.000 b. Angka Migrasi Masuk Angka migrasi masuk adalah angka yang menunjukkan banyaknya migran yang masuk per 1000 orang penduduk daerah tujuan dalam waktu satu tahun. Rumus yang digunakan adalah: mi
I k P
Dimana: mi = Angka migrasi masuk I = Jumlah migrasi masuk P = Jumlah penduduk pertengahan tahun k = Bilangan konstan yang biasanya 1.000 c. Angka Migrasi keluar Angka migrasi keluar adalah angka yang menunjukkan banyaknya migran yang keluar per 1000 orang penduduk daerah asal dalam waktu satu tahun. Rumus yang digunakan adalah: mo
O k P
Dimana: Mo= Angka migrasi keluar xx
O = Jumlah migrasi keluar P = Jumlah penduduk pertengahan tahun k = Bilangan konstan yang biasanya 1.000 d. Angka Migrasi Neto Angka migrasi neto adalah selisih banyaknya migran yang masuk dan keluar ke dan dari suatu daerah dalam satu tahun. Rumus yang digunakan adalah: mn
I O k P
Dimana: Mn = Angka migrasi neto I
= Jumlah migrasi masuk
O = Jumlah migrasi keluar P = Jumlah penduduk pertengahan tahun k = Bilangan konstan yang biasanya 1.000 e. Angka Migrasi Bruto Angka migrasi bruto adalah angka yang menunjukkan banyaknya kejadian perpindahan yaitu jumlah migrasi masuk dan keluar dibagi jumlah penduduk tempat asal yang bersangkutan. Rumus yang digunakan adalah:
mn
I O k PP
Dimana: Mn= Angka migrasi bruto I = Jumlah migrasi masuk O = Jumlah migrasi keluar P = Jumlah penduduk tempat tujuan k = Bilangan konstan yang biasanya 1.000 Dari ketiga faktor di atas yang berupa fertilitas, mortalitas, dan migrasi dapat dihitung besarnya pertumbuhan penduduk, yaitu selisih antar fertilitas dengan mortalitas ditambah selisih antara migrasi masuk dan migrasi keluar, atau
xxi
perubahan jumlah dalam waktu satu tahun, sebagai akibat dari adanya selisih antara jumlah kelahiran dan kematian. Untuk menghitung pertumbuhan penduduk bertahap atau pertumbuhan penduduk tahunan dapat ditulis dalam rumus sebagai berikut: Pt = Po + (B – D) + (I – E) Dimana: Pt
= Banyaknya penduduk pada tahun akhir
Po
= Banyaknya penduduk pada tahun awal
B
= Banyaknya kelahiran
D
= Banyaknya kematian
I
= Banyaknya migrasi masuk
E
= Banyaknya migrasi keluar
(Enoch, 1992: 134) Variabel pertumbuhan yang dihitung dalam penelitian ini meliputi: 1. Penduduk kelompok usia 7-12 tahun Penduduk kelompok usia 7-12 tahun merupakan batasan dalam penelitian ini, kaitannya dengan fasilitas pendidikan Sekolah Dasar yang dibutuhkan. 2. Murid Sekolah Dasar Menurut Undang-Undang No 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional murid / peserta didik adalah anggota masyarakat yang berusaha mengembangkan potensi diri melalui proses pembelajaran yang tersedia pada jalur, jenjang, dan jenis pendidikan tertentu. 2. Pengertian Pendidikan Pendidikan merupakan usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta ketrampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa dan negara (UU No. 20 tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional pasal 1 butir 1), sedangkan menurut Vembriarto (1981: 2) pendidikan adalah proses akulturasi pada anggota
xxii
masyarakat yang masih muda oleh anggota-anggota masyarakat yang lebih tua dalam proses institusional yang berupa pengertian, norma-norma, pengetahuan dan teknologi dalam masyarakat diserahkan kepada generasi baru. a. Dasar dan Tujuan Pendidikan Dasar adalah segala sesuatu yang dipakai sebagai landasan untuk berpijak dan dari sanalah segala aktivitas yang berdiri diatasnya termasuk aktivitas penduduk akan dijiwai atau diwarnainya. Tujuan adalah sesuatu yang akan diraih dengan melakukan aktivitas tersebut. Pemerintah Indonesia
telah menggariskan
dasar
pendidikan
dan
pengajaran Pasal 2 Undang-Undang No. 20 tahun 2003 tentang sistem pendidikan nasional berbunyi pendidikan nasional berdasarkan pancasila dan Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia tahun 1945. Suatu rencana tidak akan terarah bila belum diketahui tujuannya. Demikian pula pendidikan, menurut pasal 3 Undang-Undang No. 20 tahun 2003 bahwa pendidikan nasional bertujuan untuk berkembangnya potensi peserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri, dan menjadi warga negara yang demokratis serta bertanggung jawab. b. Jenjang Pendidikan Tirtarahardja dan La Sulo, (1994: 264) berpendapat bahwa jenjang pendidikan adalah suatu tahap dalam pendidikan berkelanjutan yang ditetapkan berdasarkan tingkat perkembangan peserta didik serta keluasan dan kedalaman bahan pengajaran. Menurut pasal 1 butir 8 Undang-Undang No. 20 tahun 2003 menyatakan bahwa jenjang pendidikan yang diterapkan berdasarkan tingkat perkembangan peserta didik, tujuan yang akan dicapai dan kemampuan yang dikembangkan. Jenjang pendidikan yang termasuk jalur pendidikan sekolah terdiri atas pendidikan dasar, pendidikan menengah dan pendidikan tinggi. Menurut pasal 17 butir 1 Undang-Undang No. 20 tahun 2003 bahwa Pendidikan Dasar diselenggarakan untuk ketrampilan dasar yang diperlukan untuk hidup dalam masyarakat serta mempersiapkan peserta didik yang memenuhi persyaratan
xxiii
untuk mengikuti pendidikan menengah, pendidikan dasar berbentuk Sekolah Dasar (SD) dan Madrasah Ibtidaiyah (MI) atau bentuk lain yang sederajat serta Sekolah Menengah Pertama (SMP) dan Madrasah Tsanawiyah (MTs), atau bentuk lain yang sederajat. Sementara itu pendidikan menengah menurut pasal 18 burtir 1 adalah merupakan lanjutan pendidikan dasar serta menyiapkan peserta didik menjadi anggota masyarakat yang memiliki kemampuan mengadakan hubungan timbal balik dengan lingkungan sosial budaya dan alam sekitar serta dapat mengembangkan kemampuan lebih lanjut dalam dunia kerja atau pendidikan tinggi, pendidikan menengah berbentuk Sekolah Menengah Atas (SMA), Madrasah Aliyah (MA), Sekolah Menengah Kejuruan (SMK), dan Madrasah Aliyah Kejuruan (MAK), atau bentuk lain yang sederajat. Pasal 19 butir 1 Undang-Undang No. 20 tahun 2003 menyatakan bahwa pendidikan tinggi merupakan jenjang pendidikan menengah yang mencakup program pendidikan Diploma (D1, D2, D3, D4), Sarjana, Magister, Spesialis, dan Doktor yang diselenggarakan oleh Perguruaan Tinggi. Pada bab V pasal 6 UU No 2 tahun 1989 mengenai peserta didik yang berisi warga negara yang berumur 6 (enam tahun) berhak mengikuti pendidikan dasar, sedangkan pasal 14 UU No 14 tahun 1989 berisi warga Negara yang berumur 7 (tujuh) tahun berkewajiban mengikuti pendidikan dasar atau pendidikan dasar setara sampai tamat, dari kedua pasal diatas kita dapat mengambil kesimpulan bahwa penduduk pada kelompok umur 7-12 tahun wajib untuk mengikuti pendidikan dasar program 6 tahun yang terdiri atas Sekolah Dasar (SD), Madrasah Ibtidaiyah (MI) dan pendidikan setara SD. Hal ini sesuai dengan program pembangunan nasional yang berawal dari pelita V mengenai pilot project atau perintisan wajib belajar sampai sekolah menengah yang mengambil jenjang umur 7-12 tahun dan 13-15 tahun sebagai dasar pendataan untuk selanjutnya dapat diambil keputusan program-program selanjutnya. c. Jalur Pendidikan
xxiv
Philip H. Copmbs seorang ahli perencanaan pendidikan dalam Vembriarto (1981: 22) mengklasifikasikan bentuk-bentuk pendidikan menjadi 3 golongan yaitu: 1). Pendidikan Informal adalah pendidikan yang diperoleh seseorang dari pengalaman sehari-hari dengan sadar ataupun tidak sadar sejak seseorang lahir sampai mati, di dalam keluarga dalam pekerjaan atau pergaulan sehari-hari. 2). Pendidikan formal yang kita kenal dengan pendidikan sekolah yang teratur bertingkat dan mengikuti peraturan-peraturan yang jelas dan ketat. 3). Pendidikan non formal adalah pendidikan yang teratur dengan sadar dilakukan tetepi tidak terlalu mengikuti peraturan yang tetap dan ketat. Kemudian menurut pasal 13 butir 1 Undang-Undang No. 20 tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional, juga menjelaskan tentang jalur pendidikan terdiri atas pendidikan formal, non formal dan informal yang dapat saling melengkapi dan memperkaya. Adapun penjelasannya terdapat dalam pasal 1 butir 11, 12 dan 13 yaitu sebagai berikut: 1). Pendidikan formal Pendidikan formal terdiri atas pendidikan dasar, pendidikan menengah, dan pendidikan tinggi. a) Pendidikan Dasar merupakan jenjang pendidikan yang melandasi jenjang pendidikan menengah. Pendidikan dasar berbentuk Sekolah Dasar (SD) dan Madrasah Ibtidaiyah (MI) atau bentuk lain yang sederajat serta Sekolah Menengah Pertama (SMP) dan Madrasah Tsanawiyah (MTs) atau berbentuk lainnya yang sederajat. b) Pendidikan menengah merupakan lanjutan dari pendidikan dasar. Pendidikan
menengah
terdiri
dari
pendidikan
menengah
berbentuk SMA (Sekolah Menengah Atas), MA (Madrasah
xxv
Aliyah), SMK (Sekolah Menengah Kejuruan), dan MAK (Madrasah Aliyah Kejuruan) atau bentuk lain yang sederajat. c) Pendidikan tinggi merupakan jenjang pendidikan menengah yang mencakup program pendidikan Diploma, Sarjana, Magister, Spesialis dan Doktor yang diselenggarakan oleh Perguruan Tinggi dapat berbentuk Akademi, Politeknik, Sekolah Tinggi, Institut
atau
Universitas.
Perguruan
Tinggi
dapat
menyelenggarakan program akademik, profesi dan atau vokasi. 2). Pendidikan nonformal Pendidikan nonformal diselenggarakan bagi warga masyarakat yang memerlukan layanan berfungsi sebagai pengganti, penambah dan atau pelengkap pendidikan formal dalam rangka mendukung pendidikan sepanjang hayat. Pendidikan nonformal berfungsi mengembangkan potensi peserta didik dengan penekanan pada penguasaan pengetahuan dan ketrampilan fungsional serta pengembangan sikap dan kepribadian profesional. Pendidikan nonformal meliputi pendidikan kecakapan hidup, pendidikan anak usia dini, pendidikan kepemudaan, pendidikan pemberdayaan perempuan, pendidikan keaksaraan, pendidikan ketrampilan dan pelatiahan kerja, pendidikan kesetaraan, serta pendidikan lain yang ditujukan untuk mengembangkan kemampuan peserta didik. Satuan pendidikan nonformal terdiri atas lembaga kursus, lembaga pelatihan, kelompok belajar, pusat kegiatan belajar masyarakat, majelis taklim, serta satuan pendidikan yang sejenis. Kursus dan pelatihan diselenggarakan bagi masyarakat yang memerlukan bekal pengetahuan, ketrampilan, kecakapan hidup, dan sikap untuk mengembangkan diri, mengembangkan profesi, bekerja, usaha mandiri, dan atau melanjutkan pendidikan ke jenjang yang lebih tinggi.
xxvi
Hasil pendidikan nonformal dapat dihargai setara dengan hasil program pendidikan formal setelah melalui proses penilaian penyetaraan oleh lembaga yang ditunjuk oleh Pemerintah atau Pemerintah Daerah dengan mengacu pada standar nasional pendidikan. 3). Pendidikan Informal Kegiatan pendidikan informal dilakukan oleh keluarga dan lingkungan berbentuk kegiatan belajar secara mandiri. Hasil pendidikan informal diakui sama dengan pendidikan formal dan nonformal setelah peserta didik lulus ujian sesuai dengan standar nasional pendidikan. Pendidikan yang mencakup tiga kriteria diatas keberadaannya sangat penting menurut Undang–Undang Pendidikan Tahun 2003 adalah: a) Pendidikan Anak Usia Dini Pendidikan anak usia dini diselenggarakan sebelum jenjang pendidikan dasar. Pendidikan anak usia dini diselenggarakan melalui jalur pendidikan formal, nonformal, dan atau informal. Pendidikan anak usia dini pada jalur formal berbentuk Taman Kanak – Kanak (TK), Raudhotul Athfal (RA), atau bentuk lain yang sederajat. Pendidikan anak usia dini ini pada jalur pendidikan informal berbentuk
pendidikan
keluarga
atau
pendidikan
yang
diselenggarakan oleh lingkungan. b) Pendidikan Kedinasan Pendidikan kedinasan merupakan pendidikan profesi yang diselenggarakan oleh departemen atau lembaga pemeritah non departemen. Pendidikan kedinasan diselenggarakan melalui jalur pendidikan formal dan informal. c) Pendidikan Keagamaan.
xxvii
Pendidikan keagamaan diselenggarakan oleh pemerintah dan atau kelompok masyarakat dari pemeluk agama, sesuai dengan peraturan perundang-undangan. Pendidikan keagamaan berfungsi mempersiapkan pesarta didik menjadi anggota masyarakat yang memahami dan mengamalkan nilai – nilai ajaran agamanya dan atau
menjadi
ahli
ilmu
agama.
Pendidikan
keagamaan
diselenggarakan melalui jalur pendidikan formal, nonformal, dan informal. Pendidikan keagamaan berbentuk pendidikan diniyah, pesantren, pasraman, dan bentuk lain yang sejenis. d) Pendidikan jarak jauh Pendidikan jarak jauh diselenggarakan pada jalur, jenjang, dan jenis pendidikan. Pendidikan jarak jauh berfungsi memberikan layanan pendidikan kepada kelompok masyarakat yang tidak dapat mengikuti pendidikan secara tatap muka atau reguler. Pendidikan jarak jauh diselenggarakan dalam berbagai bentuk, modus, dan cakupan, yang didukung oleh sarana dan layanan belajar serta sistem penilaian yang menjamin mutu lulusan sesuai dengan standar nasional pendidikan. e) Pendidikan Khusus dan Pendidikan layanan khusus Pendidikan khusus merupakan pendidikan bagi peserta didik yang memiliki tingkat kesulitan dalam mengikuti proses pembelajaran karena kelainan fisik, emosional, mental, sosial, dan atau memiliki potensi kecerdasan dan bakat istimewa. Pendidikan layanaan khusus merupakan pendidikan bagi peserta didik di daerah terpencil atau terbelakang, masyarakat adat yang terpencil. 3. Pengertian Fasilitas Pendidikan Perkembangan anak didik akan dipengaruhi oleh faktor pembawaan dan faktor lingkungan. Bakat anak didik akan berkembang apabila didukung oleh tersedianya fasilitas maupun lingkungan yang memadai. Sebaliknya bakat yang
xxviii
ada pada seseorang tidak dapat berkembang jika tidak ada fasilitas maupun lingkungan yang mendukung. Jadi fasilitas belajar akan menunjang keberhasilan penyelenggaraan pendidikan itu sendiri. Dengan kata lain fasilitas belajar adalah segala sesuatu yang dapat memberikan kemudahan dalam pelaksanaan proses belajar mengajar. Sarana pendidikan merupakan semua fasilitas yang ditentukan dalam proses belajar mengajar baik bergerak maupun tidak bergerak agar pencapaian tujuan pendidikan dapat berjalan dengan lancar, teratur, efektif dan efisien. Sarana pendidikan adalah segala sesuatu yang berkaitan dengan proses belajar mengajar yang meliputi gedung belajar, perkantoran, ruang belajar, ruang UKS, tenaga perpustakaan, buku pelajaran dan prasarana yang lain termasuk guru sebagai pendidik. Sarana prasarana menurut Peraturan Mentri Pendidikan Nomor 24 tahun 2007 tentang standar sarana dan prasarana untuk SD/MI adalah perlengkapan yang diperlukan untuk menyelenggarakan pembelajaran yang diperlukan untuk menjalankan fungsi satuan pendidikan. Pada umumnya semakin lengkap fasilitas pendidikan akan memperlancar dan membuat semakin efektif proses belajar mengajar, semakin efektif proses belajar mengajar merupakan indikator peningkatan kualitas yang lebih baik. Penyediaan
fasilitas
pendidikan
merupakan
upaya
pemerintah
dalam
meningkatkan kesejahteraan sosial untuk meningkatkan kualitas sumberdaya manusia melalui peningkatan pengetahuan dan ketrampilan. Secara spesifik fasilitas pendidikan yang diterapkan dalam penelitian ini adalah : a. Gedung Sekolah Dasar Gedung diartikan sebagai bangunan (rumah), baik untuk kantor, rapat, atau tempat pertunjukan. Sekolah diartikan sebagai lembaga pendidikan yang memiliki unsur personel didalam lingkungan sekolah (kepala sekolah, guru, karyawan dan murid) dan sebagai lembaga formal yang ada dibawah instansi atasan baik itu kantor dinas / kantor wilayah departemen yang bersangkutan (Arikunto, 1986: 5). Sekolah Dasar merupakan bentuk satuan pendidikan dasar yang menyelenggarakan program 6 tahun. Berdasarkan pengertian diatas
xxix
maka dapat disimpulkan bahwa gedung sekolah dasar merupakan suatu bangunan untuk kegiatan bersekolah sebagai lembaga pendidikan dasar yang menyelenggarakan program pendidikan 6 tahun. Menurut Lampiran Peraturan Mentri Pendidikan Nomor 24 tahun 2007 tentang standar sarana dan prasarana untuk SD/MI bangunan gedung sekolah adalah gedung yang sebagian atau seluruhnya berada di atas lahan, yang berfungsi sebagai tempat untuk pembelajaran pada pendidikan formal. Adapun data tentang jumlah kebutuhan gedung Sekolah Dasar yang ideal dapat dihitung dengan menggunakan rumus sebagai berikut: Jumlah Gedung Sekolah
Jumlah Siswa Sekolah Dasar Daya Tampung
Keterangan : Daya Tampung SD : 40/ Rombongan Belajar ( Sumber : SK Mendiknas No. 060/U/2002) b. Ruang Belajar Ruang belajar (ruang kelas) merupakan ruangan yang dibatasi oleh dinding atau sekat lain yang digunakan untuk tempat belajar murid. Secara spesifik disebutkan dalam Lampiran Peraturan Mentri Pendidikan Nomor 24 tahun 2007 tentang standar sarana dan prasarana untuk SD/MI adalah sebagai berikut: 1) Fungsi ruang kelas adalah tempat kegiatan pembelajaran teori, praktek yang tidak memerlukan peralatan khusus, atau praktek dengan alat khusus yang mudah dihadirkan. 2) Banyak minimum ruang kelas sama dengan banayak rombongan belajar. 3) Rasio minimum luas ruang kelas 2 m2/ peserta didik. 4) Ruang kelas memiliki fasilitas yang memungkinkan pencahayaaan yang memadai. 5) Ruang kelas memiliki pintu yang memadai agar peserta didik dan guru dapat segera keluar ruangan jika terjadi bahaya.
xxx
Kebutuhan ruang kelas yang ada di Kecamatan Tasikmadu menurut pedoman pelaksanaan penggabungan Sekolah Dasar dapat dihitung dengan rumus dibawah ini: Jumlah Kebutuhan Ruang kelas
Jumlah Pr oyeksi Siswa Sekolah Dasar th 2013 40
c. Tenaga Guru Menurut Undang-undang No.2 tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional tenaga kependidikan adalah anggota masyarakat yang mengabdikan diri dalam penyelenggaraan pendidikan. Tenaga kependidikan bertugas melaksanakan administrasi, pengelolaan, pengembangan, pengawasan, dan pelayanaan teknis untuk menunjang proses pendidikan pada satuan pendidikan.
Pendidik
merupakan
tenaga
profesional
yang
bertugas
merencanakan dan melaksanakan proses pembelajaran, menilai hasil pembelajaran, melakukan pembimbingan dan pelatihan, serta melakukan penelitian dan pengabdiaan kepada masyarakat, terutama bagi pendidik pada perguruan tinggi. Dapat disimpulkan bahwa guru adalah tenaga pengajar, merupakan tenaga pendidik yang khusus diangkat dengan tugas utama mengajar, pada pendidikan dasar dan menengah. Perhitungan kebutuhan guru Sekolah Dasar didasarkan pada jumlah kelas/rombongan belajar dengan rumus: Kebutuhan guru SD adalah kebutuhan guru yang diberi tugas untuk mengajar seluruh mata pelajaran selain pendidikan jasmani dan kesehatan serta pendidikan agama. (http://www.pmptk.net/). Jumlah guru SD adalah Jumlah guru sebanyak rombongan belajar yang mengajar seluruh mata pelajaran kecuali agama dan jasmani olahraga ditambah 1 orang guru Pendidikan Jasmani Olahraga dan Kesehatan, dan 1 orang guru Pendidikan Agama. (Pedoman Standar Pelayanaan Minimal Penyelenggaraan Pendidikan Sekolah Dasar / Madrasah Ibtidaiyah, 2006: 12). Dapat juga dirumuskan sebagai berikut:
xxxi
KG = ∑K + 1 GA + 1 GP Keterangan: KG = Kebutuhan Guru SD ∑K = Jumlah Kelas GA = Guru Agama GP = Guru Penjas (Sumber: http://www.pmptk.net/) d. Perpustakaan Perpustakaan sekolah menurut Sumardji (1998: 15),
merupakan
perpustakaan yang diselenggarakan dan dikelola oleh sekolah baik di tingkat Sekolah Dasar sampai tingkat sekolah lanjutan guna menunjang proses belajar mengajar di Sekolah, selain itu perpustakaan sekolah merupakan sarana edukatif di sekolah yang langsung dibutuhkan untuk mempertinggi daya serap, kemampuan penalaran murid dalam proses pendidikan serta membantu memperluas cakrawala pengetahuan guru dalam kegiatan mengajar. Menurut Lampiran Peraturan Mentri Pendidikan Nasional No 24 tahun 2007 tentang standar dan prasarana untuk SD/MI disebutkan bahwa: 1) Ruang perpustakaan berfungsi sebagai tempat kegiatan peserta didik dan guru dalam memperoleh informasi dari berbagai jenis bahan pustaka dengan membaca, mengamati, mendengar, dan sekaligus tempat petugas mengelola perpustakaan. 2) Luas minimum ruang perpustakaan sama dengan luas satu ruang kelas. 3) Ruang perpustakaan dilengkapi jendela untuk memberi pencahayaan yang memadai untuk membaca buku. 4) Ruang perpustakaan terletak dibagian sekolah yang mudah dicapai. Untuk mengetahui besar kecilnya jumlah petugas yang akan mengelola Perpustakaan Sekolah tergantung pada besar kecilnya sekolah tersebut, perhitungannya mengunakan rumus sebagai berikut: Pustakawan =
Jumlah murid SD x 1 petugas 150
xxxii
Bila murid dari suatu sekolah baru berkisar 200 orang, tenaga pengelola perpustakaan cukup seorang. (http://library.usu.ac.id/). 4. Penggabungan Sekolah Dasar (Regrouping) Penurunan jumlah anak usia Sekolah Dasar (7-12 tahun) yang ada saat ini merupakan akibat dengan adanya pelaksanaan program Keluarga Berencana dari pemerintah untuk mensejahterakan rakyat sehingga dapat mempengaruhi perubahan jumlah siswa Sekolah Dasar. Perubahan penduduk usia Sekolah Dasar (7-12 tahun) akan mempengaruhi jumlah gedung Sekolah Dasar yang dibutuhkan, untuk mengatasi kelebihan gedung Sekolah Dasar akibat penurunan jumlah anak usia Sekolah Dasar (7-12 tahun), maka pemerintah melakukan pengintegrasian / pengabungan Sekolah Dasar. Keputusan Mendiknas No. 060/U/2002 tentang pedoman pendirian sekolah, pengintegrasian sekolah merupakan peleburan / penggabungan 2 atau lebih sekolah sejenis menjadi satu sekolah. Keputusan Dirjen Dikdasmen No. 480/C/Kep/I/1992 tentang pembakuan tipe sekolah pada jenjang pendidikan dasar menegaskan bahwa dengan mempertimbangkan optimalisasi daya tampung, efisiensi pemakaian sarana dan prasarana, penggunaan tenaga secara optimal serta keserasian dan wawasan lingkungan maka pemerintah membagi 3 tipe Sekolah Dasar, sebagai berikut :
Tabel 1. Pembagian Tipe Sekolah Dasar Tenaga Pendidikan Gr Kls Gr Ag Gr Or 12 1 1
1.
Tipe SD A
Jumlah Kelas 12
Peserta didik 480
KS 1
2.
B
6
240
1
6
1
1
3.
C
6
90
1
2
-
-
No.
Penetapan perlu tidaknya suatu penggabungan (regrouping) SD menurut Pedoman Pelaksanaan Penggabungan Sekolah Dasar oleh Tim Pembina Pusat
xxxiii
Pembagunan gedung Sekolah Dasar tahun 1999/2000 ditentukan oleh kriteria teknis pendidikan dengan indikator sebagai berikut: Daya Tampung (DT) SD/ sederajat yang ada pada tingkat desa / kelurahan merupakan indikator makro untuk memperkirakan adanya kelebihan atau kekurangan gedung sekolah / ruang kelas
DT
Jumlah kapasitas ruang kelas di satu desa*) Jumlah anak usia sekolah di desa tersebut
x 100 %
*) Meliputi SD/MI Nilai prosentase DT menunjukkan indikasi perlu tidaknya penggabungan (regrouping) SD Apabila : a. DT > 100% berarti terdapat kelebihan kapasitas, merupakan indikasi perlu penggabungan b. DT < 100% berarti terdapat kekurangan kapasitas, merupakan indikasi perlu SD tetap / dikembangkan. Adapun kriteria umum yang perlu dipenuhi dalam kegiatan penggabungan (regrouping) Sekolah Dasar adalah sebagai berikut: Sekolah dasar
yang akan digabung dan yang akan menerima
penggabungan berlokasi pada satu komplek / lingkungan. Jarak antara sekolah hasil penggabungan tidak terlalu jauh untuk ditempuh oleh para siswa. Sekolah yang akan digabung mempunyai jumlah siswa pada tiap kelas kurang dari 20 siswa. Penggabungan Sekolah Dasar merupakan kebijaksanaan pemerintah khususnya dalam bidang Pendidikan Dasar dalam rangka efisiensi pembiayaan. Kegiatan penggabungan (regrouping) ini merupakan dalam upaya peningkatan mutu, serta efisiensi biaya bagi perawatan gedung sekolah dan sekolah yang ditinggalkan dimungkinkan penggunaanya untuk rencana pembukaan SMP kecil/SMP kelas jauh atau setara sekolah lanjutan sesuai kebutuhan setempat untuk menampung lulusan Sekolah Dasar (SD). Penyebaran jumlah murid yang
xxxiv
tidak merata di antara setiap Sekolah Dasar Negeri merupakan salah satu alasan dalam Penggabungan (regrouping) Sekolah Dasar. B. Penelitian yang Relevan 1. Edy Santoso dan Danial Achmad (1996) dalam buku Jurnal Ilmu Pendidikan yang berjudul: Perencanaan Kebutuhan Ruang Belajar dan Guru Sekolah Dasar Negeri dalam kaitannya dengan anak usia sekolah di Kotamadya Bandarlampung. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mendeskripsikan perkiraan tentang: (1) jumlah anak usia Sekolah Dasar di Kotamadya Bandarlampung pada tahun ajaran 1991/1992 sampai dengan 1994/1995; (2) kebutuhan ruang belajar dan gedung sekolah bagi pelayanan kebutuhan belajar anak usia Sekolah Dasar pada tahun ajaran 1991/1992 sampai dengan 1994/1995;
(3)
kebutuhan
guru dan penyebarannya
di Kotamadya
Bandarlampung pada tahun ajaran 1991/1992 sampai dengan 1994/1995. Analisis data yang digunakan adalah analisis prediksi. Pertama adalah prediksi arus siswa berdasarkan laju pertanbahan penduduk usia Sekolah Dasar di Kotamadya Bandarlampung. Atas dasar arus siswa itu, dibuat perhitungan kebutuhan kelas pada setiap Sekolah Dasar dengan rasio 40:1. Berdasarkan raiso guru dalam hal ini digunakan guru kelas sebagai pedoman, maka angka rasio guru dengan murid adalah 1:40. atas dasar data penelitian awal maka dapat diketahui perkiraan arus siswa, kebutuhan guru, dan kebutuhan ruang belajar pada lima tahun yang akan datang pada setiap Kecamatan di Kotamadya Bandarlampung. Hasil dari penelitian ini adalah: (1) Jumlah murid di Kotamadya Bandarlampung rata-rata menurun, (2) Di Kotamadya Bandar Lampung terdapat kelebihan guru; yaitu pada tahun ajaran 1991/1992 terdapat 3.230 orang guru, sedangkan untuk tahun proyeksi hanya dibutuhkan sebanyak 1.963 orang guru; (3) Pada tahun ajaran 1991/1992 hanya terdapat 1.400 ruang kelas, sedangkan untuk tahun proyeksi dibutuhkan sebanyak 1.965 ruang kelas, dengan demikian ruang kelas yang tersedia masih mengalami kekurangan. 2. Tri Yunianto Agung Setiawan (2005) Analisis Pertumbuhan Penduduk dan Perencanaan Penyediaan Fasilitas Gedung Sekolah Dasar di Kecamatan xxxv
Ungaran Kabupaten Semarang Tahun 2004 dan Prediksi tahun 2010. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk: (1) Mengetahui pertumbuhan dan persebaran penduduk usia SD di Kecamatan Ungaran tahun 2004 dan 2010. (2) Mengetahui penyediaan gedung SD di Kecamatan Ungaran Tahun 2004 dan 2010. Penelitian ini menggunakan metode deskriptif kualitatif dengan populasi anak usia 6-12 tahun yang ada di Kecamatan Ungaran. Teknik Analisis yang digunakan deskriptif kualitatif. Pengambilan dengan langkah-langkah sebagai berikut: (1) menghitung tingkat pertumbuhan penduduk usia SD; (2) menghitung jumlah penduduk usia 6-12 tahun; (3) menghitung kebutuhan gedung Sekolah Dasar tahun 2010; (4) Memetakan persebaran data yaitu: memetakan pertumbuhan dan persebaran penduduk usia SD. Hasil dari penelitian ini adalah: (1) jumlah penduduk usia 6-12 tahun di Kecamatan Ungaran Pada tahun 2004 mengalami pertumbuhan penduduk sebesar -0,85%; (2) penduduk Kecamatan Ungaran yang berusia 6-12 tahun tersebar di setiap kelurahan; (3) Gedung Sekolah Dasar yang tersedia pada tahun 2004 tersebar di 21 desa/kelurahan dan Gedung sekolah Dasar yang berjumlah 65 buah pada tahun 2010 akan mengalami pengurangan gedung seiring dengan kebijakan pemerintah terkait dengan regrouping Sekolah Dasar karena kurang terpenuhinya jumlah siswa ideal suatu Sekolah Dasar. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada tabel berikut:
Tabel 2. Penelitian yang Relevan Peneliti Edy Santoso, Danial Achmad (Jurnal penelitian yang tidak dipublikasikan) dari Institut Keguruan dan Ilmu Pendidikan Malang.1996
Judul
Data
Perencanaan Jumlah Murid Kebutuhan Jumlah Guru Ruang Belajar Jumlah Ruang dan Guru Belajar Sekolah Dasar Negri dalam Kaitannya dengan Anak Usia Sekolah Dasar di Kotamadya Bandarlampung.
xxxvi
Metode Deskriptif Survai
Analisis
Prediksi
Hasil 1). Jumlah murid di Kotamadya Bandarlampung rata-rata menurun. 2). Di Kotamadya Bandarlampung terdapat kelebihan guru. 3). Ruang kelas yang tersedia masih mengalami kekurangan.
Tri Yunianto Agung Setiawan Skripsi, Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Sebelas Maret Surakarta. 2005
Siti Puji Hastuti Skripsi, Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Sebelas Maret Surakarta. 2010
Analisis Jumlah Anak Pertumbuhan usia 6-12 tahun Penduduk dan Jumlah Siswa Perencanaan Jumlah Penyediaan Gedung Fasilitas Gedung Sekolah Dasar di Kecamatan Ungaran Kabupaten Semarang Tahun 2004 dan Prediksi Tahun 2010.
Deskriptif Kualitatif
Analisis Pertumbuhan Penduduk dan Penyediaan Fasilitas Pendidikan Sekolah Dasar di Kecamatan Tasikmadu Kabupaten Karanganyar Tahun 2007 dan Prediksi Tahun 2013
Deskriptif Geografis KkKkkkkkk kkkua
Jumlah Anak usia 7-12 tahun Jumlah Murid Jumlah Gedung Jumlah Ruang Kelas Jumlah Guru Jumlah Tenaga Perpustakaan
Proyeksi 1) Jumlah penduduk usia 6-12 tahun di Kecamatan Eksponensi Ungaran Pada tahun il 2004 mengalami pertumbuhan penduduk sebesar -0,85% 2) Penduduk Kecamatan Ungaran yang berusia 6-12 tahun tersebar di setiap kelurahan 3) Gedung SD yang tersedia pada tahun 2004 tersebar di 21 Kelurahan Dan Gedung SD yang berjumlah 65 buah pada tahun 2010 akan mengalami pengurangan. Proyeksi Eksponensi il
---------------------------
C. Kerangka Berfikir Analisis jumlah dan pertumbuhan penduduk usia 7-12 tahun sangat diperlukan sebagai implikasi dari UU No 2 tahun 1989 tentang wajib belajar pendidikan dasar dalam rangka penyediaan fasilitas Pendidikan Sekolah Dasar yang telah disediakan maupun yang akan dibutuhkan. Analisis jumlah dan pertumbuhan penduduk usia 7-12 tahun meliputi: (i) perhitungan pertumbuhan penduduk usia 7-12 tahun periode 2001- 2007; (ii) perhitungan jumlah penduduk usia 7-12 tahun periode 2013 dan mengetahui persebarannya ditiap desa. Analisis penyediaan fasilitas pendidikan Sekolah Dasar meliputi; (i) analisis penyediaan gedung Sekolah Dasar; (ii) analisis kebutuhan tenaga guru; (iii) analisis jumlah ruang kelas yang ada, dan (iv) analisis jumlah tenaga perpustakaan yang dibutuhkan. Setelah menganalisis dua variabel diatas diharapkan dapat membantu perencanaan pendidikan yang akan dilaksanakan, dimana dalam perencanaan
xxxvii
tersebut memperhatikan keadaan daerahnya. Kecamatan Tasikmadu sebagian besar berupa wilayah dataran rendah. Penduduk tertinggi Kecamatan Tasikmadu berada di Kelurahan Suruh dengan jumlah 6.675 jiwa, karena dekat dengan pusat kota yang memiliki aksesibilitas yang mudah dengan fasilitas dan pelayanan umum, sedangkan tingkat kepadatan penduduk paling padat berada di Desa Papahan dengan kepadatan 2,886 jiwa/km2, karena memiliki sarana dan prasarana yang memadai, memiliki aksesibilitas yang mudah, serta dekat dengan kota Kecamatan Karanganyar. Adapun uraian kerangka pemikiran diatas dapat dilihat dalam skema berikut ini: Keadaan Daerah
Pertumbuhan Penduduk - Anak Usia 7-12 Tahun - Murid SD
Fasilitas Pendidikan - Gedung Sekolah - Ruang Belajar - Tenaga Guru - Tenaga Perpustakaan
Perencanaan Pendidikan Keserasian Anak Usia 7-12 Tahun dengan Fasilitas Pendidikan Tingkat SD
Gambar 1. Diagram Alir Pemikiran
BAB III METODELOGI PENELITIAN D. Tempat dan Waktu Penelitian 1. Penelitian
ini
Tempat Penelitian
dilakukan
di
Kecamatan
Tasikmadu,
Kabupaten
Karanganyar, Propinsi Jawa Tengah. Alasan penelitian dilakukan di daerah ini karena adanya fenomena jumlah penduduk usia Sekolah Dasar (7-12 tahun) yang
xxxviii
semakin menurun akibat pelaksanaan program Keluarga Berencana sehingga dapat mempengaruhi jumlah fasilitas pendidikan Sekolah Dasar yang dibutuhkan. 2.
Waktu Penelitian
Waktu penelitian dilaksanakan mulai dari proposal, perijinan, penelitian, analisis data, sampai penyusunan laporan adalah sebagai berikut: Tabel 3. Kegiatan Penelitian Bulan:
No
Kegiatan
1.
Proposal
2.
Perijinan
3.
Penelitian
4.
Analisis Data
5.
Penyusunan Laporan
Jan-Mei’08
Juni-Juli’08
Agst-Des’08
Jan-Mei’09
Juli-Mar’10
√ √ √ √ √
B. Metode Penelitian Metode penelitian adalah salah satu cara yang digunakan untuk mencapai tujuan penelitian yang benar-benar sesuai dengan situasi dan kemampuan guna mengungkapkan desain penelitian. Tika (1997: 2) menyatakan bahwa metode penelitian geografi dapat diartikan sebagai pelajaran yang menjelaskan tentang metode-metode ilmiah untuk mengkaji kebenaran dan mengembangkan pengetahuan yang menyangkut permukaan bumi dan lingkungannya, baik lingkungan fisik maupun sosial. Metode ilmiah merupakan langkah-langkah yang dipakai untuk melakukan penelitian dan membuat pemecahan masalah. Nawawi (1987 : 63) metode deskriftif adalah prosedur pemecahan masalah yang diselidiki dengan menggambarkan atau melukiskan keadaan subyek 31 atau obyek penelitian berdasarkan fakta-fakta yang tampak atau sebagaimana adanya. Penelitian ini menggunakan metode penelitian deskriptif geografis yaitu merupakan suatu metode penelitian dengan cara memecahkan suatu masalah yang diselidiki dengan menggambarkan keadaan berdasarkan fakta yang menghasilkan data deskriftif secara spasial tentang data yang diamati. Deskriftif geografis dalam xxxix
penelitian ini adalah uraian tentang gedung Sekolah Dasar, uraian tentang sebaran anak usia 7-12 tahun. C. Sumber Data 1 Data primer Data primer adalah data yang diperoleh langsung dari responden atau obyek yang diteliti, atau ada hubungannya dengan yang diteliti (Tika, 1997:67). Data primer diperoleh berdasarkan observasi melalui pengukuran di lapangan dengan menggunakan GPS (Global Positioning System) yaitu berupa data koordinat lokasi SD/MI di Kecamatan Tasikmadu. 2. Data Sekunder Data sekunder adalah data yang lebih dahulu dikumpulkan dan dilaporkan oleh orang atau instansi di luar diri peneliti sendiri, walaupun yang dikumpulkan itu sesungguhnya adalah data yang asli. (Tika, 1997:67). Data sekunder diperoleh dari dokumentasi dari instansi terkait. Data sekunder penelitian ini adalah: a. Jumlah gedung, jumlah siswa, jumlah guru, jumlah ruang kelas, jumlah ruang perpustakaan yang diperoleh dari Cabang Dinas Pendidikan Kecamatan Tasikmadu. b. Data penduduk diperoleh dari Kecamatan Tasikmadu Dalam Angka tahun 2007/2008
yang
diperoleh dari Kantor
Badan Statistik
Kabupaten
Karanganyar. c. Data jumlah anak usia 7-12 tahun diperoleh dari Kantor Kecamatan Tasikmadu. D. Teknik Sampling Penelitian ini menggunakan populasi sehingga tidak menggunakan sampel. Teknik pengambilan data dalam penelitian ini menggunakan populasi meliputi anak usia 7-12 tahun yang ada pada masing-masing desa di Kecamatan Tasikmadu. E. Teknik Pengumpulan Data 1
Dokumentasi
xl
Teknik pengumpulan data dengan dokumentasi yaitu pengumpulan data yang dilakukan dengan melihat sumber-sumber tertulis yang berkaitan dengan masalah yang diteliti. Dalam penelitian ini sumber tertulis berdasarkan data yang ada terdapat di Kantor Cabang Dinas Pendidikan Kecamatan Tasikmadu, Kantor Badan Statistik Kabupaten Karanganyar, Bakosurtanal. 2
Observasi
Tika (1997:68) Observasi merupakan cara dan teknik pengumpulan data dengan melakukan pengamatan dan pencatatan langsung secara sistematis terhadap gejala atau fenomena yang ada pada objek penelitian. Hal ini bertujuan untuk melihat keadaan Sekolah Dasar di Kecamatan Tasikmadu secara langsung.
F. Teknik Analisis Data Data yang diperoleh dari hasil dokumentasi, observasi kemudian dianalisis agar dapat dibaca dengan mudah dan memberikan informasi yang dibutuhkan. Penelitian ini menggunakan asumsi bahwa anak usia Sekolah Dasar di Kecamatan Tasikmadu bersekolah di masing-masing desa. Hal ini berarti anak usia Sekolah Dasar di Buran bersekolah di Desa Buran. Analisis data dilakukan dengan langkah-langkah sebagai berikut: 1. Mengitung pertumbuhan penduduk usia SD (7-12 tahun) untuk tahun 2007-2013 dengan langkah-langkah sebagai berikut: a. Menghitung angka pertumbuhan penduduk usia SD (7-12 tahun) pada tahun 2007 berdasarkan jumlah penduduk usia SD (7-12 tahun) pada tahun 2001 dengan menggunakan rumus eksponsial sebagai berikut: Pt = Po.ert Dimana: Pt : Banyaknya penduduk usia SD (7-12 tahun) pada tahun 2007 Po : Banyaknya penduduk usia SD (7-12 tahun) pada tahun 2001 r
: Angka pertumbuhan penduduk usia SD (7-12 tahun)
t : Jangka waktu (tahun) e : Angka eksponensial (besarnya 2,71828)
xli
(Mantra, 2006:87) Alasan menggunakan tahun 2001 sebagai tahun dasar (Po) untuk mengetahui tingkat pertumbuhan penduduk usia SD pada tahun 2007 di Kecamatan Tasikmadu, Tingkat pertumbuhan tersebut nantinya akan digunakan untuk melakukan proyeksi jumlah penduduk pada 6 tahun yang akan datang di Kecamatan Tasikmadu pada tahun 2013 dengan langkah seperti dibawah ini: b. Menghitung jumlah penduduk usia Sekolah Dasar tahun 2013 dengan rumus Proyeksi Penduduk, rumusnya yaitu sebagai berikut: Pn = (1 + r )n x Po Dimana: Pn : Jumlah penduduk usia SD (7-12 tahun) pada tahun 2013 Po : Jumlah penduduk usia SD (7-12 tahun) pada tahun 2007 r
: Tingkat pertumbuhan penduduk usia SD (7-12 tahun) dalam persen (%) dibagi 100
n
: Jangka waktu tahun 2007-2013 (6 tahun)
(Suwartono, 2000: 29) 2. Mengitung persebaran penduduk usia SD (7-12 tahun) untuk tahun 2007-2013, dengan langkah-langkah sebagai berikut: Pn = (1 + r )n x Po Dimana: Pn : Jumlah penduduk usia SD (7-12 tahun) pada tahun 2013 Po : Jumlah penduduk usia SD (7-12 tahun) pada tahun 2007 r
: Tingkat pertumbuhan penduduk usia SD (7-12 tahun) dalam persen (%) dibagi 100
n
: Jangka waktu tahun 2007-2013 (6 tahun)
(Suwartono, 2000: 29) 3. Menghitung Fasilitas Pendidikan a. Data jumlah gedung Sekolah Dasar Adapun data tentang jumlah gedung Sekolah Dasar yang ideal dapat dihitung dengan menggunakan rumus sebagai berikut:
xlii
Jumlah Gedung Sekolah di Kec Tasikmadu 2013
Jumlah Pr oyeksi Siswa Sekolah Dasar th 2013 Rata rata Daya Tampung SD di Kec Tasikmadu
Keterangan: Daya Tampung SD : 40/ Rombongan Belajar ( Sumber : SK Mendiknas No. 060/U/2002) b. Menghitung kebutuhan jumlah guru/tenaga mengajar di Sekolah Dasar dan Madrasah Ibtidaiyah dengan langkah berikut: Perhitungan kebutuhan guru Sekolah Dasar didasarkan pada jumlah kelas/rombongan belajar dengan rumus: Kebutuhan guru SD adalah kebutuhan guru yang diberi tugas untuk mengajar seluruh mata pelajaran selain pendidikan jasmani dan kesehatan serta pendidikan agama. (http://www.pmptk.net/). Jumlah guru SD adalah Jumlah guru sebanyak rombongan belajar ditambah 1 orang guru Pendidikan Jasmani Olahraga dan Kesehatan, dan 1 orang guru Pendidikan Agama. (Pedoman
Standar
Pelayanaan
Minimal
Penyelenggaraan
Pendidikan Sekolah Dasar / Madrasah Ibtidaiyah, 2006: 12). Dapat juga dirumuskan sebagai berikut: KG = ∑K + 1 GA + 1 GP Keterangan: KG = Kebutuhan Guru SD ∑K = Jumlah Kelas GA = Guru Agama GP = Guru Penjas (Sumber: http://www.pmptk.net/) c. Menghitung
jumlah Kebutuhan Ruang Kelas di Kecamatan
Tasikmadu menurut pedoman pelaksanaan penggabungan Sekolah Dasar dapat dihitung dengan rumus dibawah ini:
xliii
Jumlah Kebutuhan Ruang kelas
Jumlah Pr oyeksi Siswa Sekolah Dasar th 2013 40
d. Untuk mengetahui besar kecilnya jumlah petugas yang akan mengelola Perpustakaan Sekolah tergantung pada besar kecilnya sekolah tersebut, perhitungannya mengunakan rumus sebagai berikut: Pustakawan =
Jumlah murid SD x 1 petugas 150
Bila murid dari suatu sekolah baru berkisar 200 orang, tenaga pengelola perpustakaan cukup seorang. (http://library.usu.ac.id/).
G. Prosedur Penelitian 1. Persiapan Tahap ini merupakan kegiatan paling awal sebelum penelitian. Dalam tahap ini dilakukan pengumpulan data dari berbagai sumber yang berhubungan dengan daerah penelitian ataupun masalah penelitian. Hal ini dilakukan dengan melakukan studi pustaka untuk berbagai literature, laporan, jurnal, dan berbagai buku. 2. Penyusunan Proposal Penelitian Penyusunan proposal merupakan tahap awal dari penelitian. Penyusunan proposal merupakan semua rencana penelitian yang akan dilakukan meliputi pendahuluan, landasan teori serta metode penelitian.
3. Pengumpulan Data Tahap berikutnya adalah kegiatan lapangan yang bertujuan untuk mencari data. Pengumpulan data dan informasi dengan melakukan observasi langsung ke lapangan dengan menggunakan Global Positioning Sistem (GPS), dilakukan pengukuran untuk mengetahui titik-titik koordinat pada masing-masing sekolah yang ada. Analisis Dokumentasi juga dilakukan untuk menambah informasi
xliv
penelitian. Pengumpulan data dilakukan pada instansi-intansi terkait antara lain Kantor Kecamatan Tasikmadu, Dinas Pendidikan Kecamatan Tasikmadu, Badan Pusat Statisik Kabupaten Karanganyar yang memiliki data yang dibutuhkan. 4. Analisis Data Tahap
analisis
data
adalah
kegiatan
menganalisis
data
dan
mengorganisasikan data yang diperoleh. Analisis data yang digunakan adalah proyeksi dan eksponensiil. 5. Tahap Penyusunan Laporan Tahap Penulisan laporan merupakan tahap akhir setelah tahap-tahap terdahulu selesai dilakukan kemudian disusun dalam sebuah skripsi yang memaparkan hasil pengolahan data yang dilakukan.
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN A. Deskripsi Daerah Penelitian 1. Keadaan Fisik a. Letak Astronomis Berdasarkan Peta Rupa Bumi Lembar 1408-344 Karanganyar skala 1:25.000, Kecamatan Tasikmadu secara astronomis terletak di antara 70 32’ 32” LS sampai dengan 70 35’ 31” LS dan 1100 53’ 58” BT sampai dengan 110 0 58’ 51” BT. b. Letak dan Batas Administrasi Secara
administratif
Kecamatan
Tasikmadu
termasuk
Kabupaten
Karanganyar Propinsi Jawa Tengah. Batas administrasi Kecamatan Tasikmadu adalah sebagai berikut: 1) Sebelah Utara berbatasan dengan Kecamatan Mojogedang 2) Sebelah Selatan berbatasan dengan Kecamatan Karanganyar dan Kecamatan. Jaten 3) Sebelah Timur berbatasan dengan Kecamatan Karanganyar
xlv
4) Sebelah Barat berbatasan dengan Kecamatan Jaten dan Kecamatan Kebakkramat Peta Administrasi Kecamatan Tasikmadu dapat dilihat pada Peta 1. c. Luas Daerah Luas daerah penelitian secara keseluruhan adalah 27,59 km2 yang terdiri dari sepuluh desa. Adapun luas masing-masing-masing desa dapat dilihat pada tabel 4 berikut ini :
38
xlvi
xlvii
Tabel 4. Luas Kecamatan Tasikmadu Tahun 2007. Luas Km2 1. Buran 2,08 2. Papahan 2,29 3. Ngijo 2,34 4. Gaum 3,41 5. Suruh 2,63 6. Pandeyan 2,27 7. Karangmojo 2,95 8. Kaling 2,87 9. Wonolopo 2,42 10. Kalijirak 4,34 Jumlah 27,60 Sumber : Kecamatan Tasikmadu Dalam Angka Tahun 2007/2008 No.
Nama Desa
% 7,54 8,30 8,46 12,36 9,53 8,23 10,69 10,40 8,77 15,72 100
Berdasarkan tabel 4 dapat diketahui bahwa terdapat perbedaan luas wilayah (desa) yang ada di Kecamatan Tasikmadu. Desa Kalijirak merupakan desa yang memiliki wilayah terluas sekitar 15,72% dari seluruh luas daerah penelitian, sedangkan Desa Buran adalah desa yang memiliki wilayah tersempit yaitu 7,54% dari seluruh luas daerah penelitian. 2.
Keadaan Penduduk
Pembahasan tentang keadaan penduduk Kecamatan Tasikmadu akan diuraikan sebagai berikut: a. Jumlah Penduduk Jumlah penduduk Kecamatan Tasikmadu pada tahun 2007 sebanyak 55.379 jiwa, yang terdiri dari 27.532 jiwa penduduk laki-laki dan 27.847 jiwa penduduk perempuan. Penduduk sebanyak 55.379 jiwa tersebut tersebar di 10 desa di Kecamatan Tasikmadu. Jumlah dan Persebaran penduduk Kecamatan Tasikmadu dapat dilihat pada tabel 5 dibawah ini:
xlviii
Tabel 5. Jumlah dan Persebaran Penduduk Tiap Desa di Kecamatan Tasikmadu Tahun 2007. Penduduk Kecamatan Tasikmadu Laki-laki Perempuan Jumlah Persentase (Jiwa) (Jiwa) (Jiwa) (%) 1. Buran 2.364 2.285 4.649 8,39 2. Papahan 3.273 3.337 6.610 11,94 3. Ngijo 2.721 2.789 5.510 9,95 4. Gaum 2.540 2.472 5.012 9,05 5. Suruh 3.377 3.298 6.675 12,05 6. Pandeyan 2.693 2.822 5.515 9,96 7. Karangmojo 2.829 2.820 5.649 10,20 8. Kaling 2.670 2.785 5.455 9,85 9. Wonolopo 2.230 2.294 4.524 8,17 10. Kalijirak 2.835 2.945 5.780 10,44 Jumlah 27.532 27.847 55.379 100 Sumber : Kecamatan Tasikmadu Dalam Angka Tahun 2007/2008 No.
Nama Desa
Berdasarkan Tabel 5 dapat diketahui bahwa Desa Suruh sebanyak 6.675 jiwa dan Desa Papahan sebanyak 6.610 jiwa merupakan desa yang memiliki jumlah penduduk yang paling banyak penduduknya dibandingkan dengan desa lain, hal ini disebabkan karena dekat dengan pusat kota yang memiliki aksesibilitas yang mudah yaitu dilewati oleh jalan raya Solo-Tawangmangu yang menghubungkan antara Kota Surakarta dengan Kabupaten Karanganyar sehingga banyak tersedia fasilitas dan pelayanan umum, data tentang persebaran penduduk dapat dilihat pada peta 2. Jumlah penduduk di suatu daerah selalu berubah dari waktu kewaktu. Penduduk akan bertambah jumlahnya kalau ada penduduk yang lahir dan yang datang, dan penduduk akan berkurang jumlahnya kalau ada penduduk yang mati dan yang meninggalkan daerah tersebut. Barclay (1984: 3) berpendapat bahwa setiap perubahan jumlah penduduk (baik pertambahan atau pengurangan) disebut pertumbuhan. Komponen yang mempengaruhi perubahan penduduk yaitu fertilitas, mortalitas dan migrasi. Ketiga komponen tersebut diukur dengan tingkat kelahiran, tingkat kematian, dan tingkat migrasi yang menentukan jumlah penduduk, komposisi umur dan laju pertambahan atau penurunan penduduk.
xlix
l
Tabel 6. Perubahan Penduduk di Kecamatan Tasikmadu Tahun 2007. Perubahan Penduduk Kecamatan Tasikmadu Lahir Mati Datang Pergi 1. Buran 54 23 62 26 2. Papahan 46 26 50 27 3. Ngijo 52 28 52 30 4. Gaum 51 29 53 19 5. Suruh 43 29 60 42 6. Pandeyan 51 21 51 22 7. Karangmojo 42 25 48 23 8. Kaling 46 20 43 18 9. Wonolopo 56 31 52 24 10. Kalijirak 48 26 46 28 Jumlah 487 258 517 259 Sumber : Kecamatan Tasikmadu Dalam Angka Tahun 2007/2008 No
Nama Desa
Berdasarkan data diatas dapat dihitung: 1) Fertilitas Berdasarkan data perubahan penduduk Kecamatan Tasikmadu diatas maka dapat diketahui bahwa kelahiran yang terjadi di Kecamatan Tasikmadu pada tahun 2007 yaitu sebanyak 487 jiwa, dengan jumlah bayi laki-laki 258 jiwa dan bayi perempuan 229 jiwa, maka dari data tersebut dapat dihitung angka kelahiran kasar yaitu: CBR
B k Pm
CBR
487 1000 55.379
= 8,79 dibulatkan menjadi 9 Jadi kesimpulannya setiap 1.000 orang penduduk di Kecamatan Tasikmadu pada tahun 2007 terdapat 9 bayi yang lahir dalam satu tahun. 2) Mortalitas Berdasarkan data perubahan penduduk Kecamatan Tasikmadu diatas maka dapat diketahui bahwa kematian yang terjadi di Kecamatan Tasikmadu pada tahun 2007 adalah sebanyak 258 jiwa, dengan jumlah penduduk laki-laki yang meninggal 134 jiwa, sedangkan penduduk perempuan yang meninggal 124, maka dapat dihitung angka kematian kasarnya yaitu:
li
CBR
D k Pm
CBR
258 1000 55.379
= 4,65 dibulatkan menjadi 5 Jadi kesimpulannya setiap 1000 orang penduduk di Kecamatan Tasikmadu pada tahun 2007 terdapat 5 orang yang meninggal dalam satu tahun. 3) Tingkat Pertambahan Penduduk Pertambahan penduduk alami dapat diketahui dengan mengurangi jumlah kelahiran dengan jumlah kematian secara keseluruhan, maka dapat dihitung pertambahan penduduk di Kecamatan Tasikmadu yaitu: Pertumbuhan Penduduk Alami = B – D = 487 – 258 = 229 Jadi di Kecamatan Tasikmadu pada tahun 2007 rata-rata pertambahan penduduk alaminya adalah 229 jiwa. b. Jumlah Penduduk Usia Sekolah Dasar (7-12 tahun) Jumlah dan Persebaran penduduk usia 7-12 Tahun di Kecamatan Tasikmadu dapat dilihat pada tabel 7 dibawah ini: Tabel 7.
Jumlah dan Persebaran Usia 7-12 Tahun di Kecamatan Tasikmadu Tahun 2007.
Anak Usia 7-12 Tahun Jiwa % 1. Buran 300 5,75 2. Papahan 696 13,35 3. Ngijo 487 9,34 4. Gaum 539 10,44 5. Suruh 569 10,91 6. Pandeyan 534 10,24 7. Karangmojo 493 9,46 8. Kaling 512 9,82 9. Wonolopo 559 10,72 10. Kalijirak 525 10,07 Jumlah 5.214 100 Sumber : Kecamatan Tasikmadu Dalam Angka Tahun 2007/2008 No.
Nama Desa
lii
Berdasarkan Tabel 11 dapat diketahui bahwa jumlah penduduk usia 7-12 tahun di Kecamatan Tasikmadu tahun 2007 adalah sebesar 5.214 jiwa. Penduduk usia 7-12 tahun tertinggi terdapat di Desa Papahan sebesar 696 jiwa atau 13,35% dari seluruh populasi anak usia 7-12 tahun di Kecamatan Tasikmadu hal ini disebabkan karena Desa Papahan dekat dengan pusat kota Kabupaten Karanganyar yang yang memiliki banyak fasilitas dan pelayanan umum, sedangkan jumlah terendah terletak di Desa Buran sebesar 300 jiwa atau sebesar 5,75% karena luas daerahnya yang paling sempit dibanding desa lain sehingga penduduknya juga sedikit jumlahnya. c. Kepadatan Penduduk Kepadatan penduduk alami adalah banyaknya penduduk persatuan unit wilayah, jumlah penduduk yang digunakan sebagai pembilang dapat berupa jumlah seluruh penduduk di wilayah tersebut atau bagian-bagian penduduk tertentu, sedangkan sebagai penyebut dapat berupa luas seluruh wilayah, luas daerah pertanian, atau luas daerah pedesaan. Kepadatan penduduk setiap desa di wilayah Kecamatan Tasikmadu pada tahun 2007 dapat dilihat pada tabel 8 dibawah ini: Tabel 8. Kepadatan Penduduk Kecamatan Tasikmadu Tahun 2007 No.
Nama Desa
Luas 2
(Km )
Jumlah Penduduk (Jiwa)
1. 2. 3. 4. 5. 6. 7. 8. 9. 10.
Buran 2,08 4.649 Papahan 2,29 6.610 Ngijo 5.510 2,34 Gaum 3,41 5.012 Suruh 2,63 6.675 Pandeyan 5.515 2,27 Karangmojo 2,95 5.649 Kaling 2,87 5.455 Wonolopo 4.524 2,42 Kalijirak 5.780 4,34 Jumlah 55.379 27,60 Sumber : Kecamatan Tasikmadu Dalam Angka Tahun 2007/2008
Kepadatan Penduduk (Jiwa/Km2)
2.235 2.886 2.355 1.470 2.538 2.430 1.915 1.901 1.869 1.332 2.006
Berdasarkan tabel 8 dapat diketahui bahwa pada tahun 2007 kepadatan penduduk Kecamatan Tasikmadu adalah 2.006 jiwa/km2. Desa yang memiliki
liii
kepadatan penduduk paling tinggi adalah Desa Papahan yaitu 2.886 jiwa/km2, hal ini disebabkan karena memiliki sarana dan prasarana yang memadai, memiliki aksesibilitas yang mudah, serta dekat dengan kota Kecamatan Karanganyar sebagai pusat kota sehingga banyak fasilitas dan pelayanan umum. d. Komposisi Penduduk Komposisi penduduk pada hakekatnya merupakan gambaran susunan penduduk
yang
dibuat
berdasarkan
pengelompokan
penduduk
menurut
karakterisik yang sama (Rusli, 1983: 35). Beberapa jenis komposisi penduduk antara lain komposisi penduduk menurut umur dan jenis kelamin, pendidikan, mata pencaharian, agama, bahasa dan lain-lain. Kegunaan dari komposisi penduduk antara lain: 1) Untuk mengetahui sumber daya manusia yang ada baik menurut umur maupun jenis kelamin. 2) Untuk mengambil suatu kebijakan yang berhubungan dengan kependudukan. 3) Untuk membandingkan keadaan suatu penduduk dengan penduduk lain. Dalam penelitian ini akan diuraikan komposisi menurut umur dan jenis kelamin, mata pencaharian dan pendidikan. 1) Komposisi Penduduk Menurut Umur dan Jenis Kelamin Komposisi penduduk menurut umur dapat pula disebut struktur umur penduduk, biasanya digolongkan menurut umur satu tahunan atau lima tahunan. Struktur umur penduduk dipengaruhi oleh tiga faktor yang saling berpengaruh satu sama lain yaitu kelahiran, kematian, dan migrasi. Data struktur tersebut dapat digunakan untuk mengetahui besarnya rasio jenis kelamin dan rasio beban tanggungan. Komposisi penduduk menurut umur dan jenis kelamin di Kecamatan Tasikmadu dengan menggunakan interval lima tahunan dapat dilihat pada tabel 9 dibawah ini:
liv
Tabel 9. Komposisi Penduduk Menurut Umur dan Jenis Kelamin di Kecamatan TasikmaduTahun 2007. Jumlah Jiwa 0–4 2.309 2.117 4.426 5–9 2.410 2.289 4.699 10 – 14 2.585 2.387 4.972 15 – 19 2.797 2.591 5.388 20 – 24 2.568 2.378 4.946 25 – 29 2.354 2.204 4.558 30 – 34 2.223 2.101 4.324 35 – 39 2.055 2.026 4.081 40 – 44 1.846 1.780 3.626 45 – 49 1.560 1.529 3.089 50 – 54 1.197 1.190 2.387 55 -59 1.015 1.020 2.035 60 – 64 871 875 1.746 65 – 69 696 1.355 2.051 70 – 74 568 1.086 1.654 75 ke atas 478 919 1.397 Jumlah 27.532 27.847 55.379 Sumber : Kecamatan Tasikmadu Dalam Angka Tahun 2007/2008 Kelompok Umur
Laki-laki
Perempuan
% 7,99 8,49 8,98 9,73 8,93 8,23 7,81 7,37 6,55 5,58 4,31 3,67 3,15 3,70 2,99 2,52 100
Berdasarkan tabel 9 dapat diketahui rasio jenis kelamin dan rasio beban tanggungan untuk wilayah Kecamatan Tasikmadu : a). Rasio Jenis Kelamin Rasio jenis kelamin menurut Badan Koordinasi Keluarga Berencana Nasional (1998: 5) merupakan perbandingan antara jumlah penduduk laki-laki terhadap jumlah penduduk perempuan pada suatu daerah dan waktu tertentu. Berdasarkan tabel 12 diatas untuk Kecamatan Tasikmadu pada tahun 2007 diketahui jumlah penduduk laki-laki 27.532 jiwa dan jumlah penduduk perempuan 27.847 jiwa. Besarnya rasio jenis kelamin dapat diketahui dengan rumus sebagai berikut : Jumlah penduduk laki laki 100 jumlah penduduk perempuan 27.532 Rasio jenis kelamin = 100 27.847 = 98,87 dibulatkan menjadi 99
Rasio jenis kelamin =
lv
Hasil perhitungan diatas menunjukkan rasio jenis kelamin di Kecamatan Tasikmadu pada tahun 2007 adalah 99, artinya setiap 100 penduduk perempuan terdapat 99 penduduk laki-laki. b). Rasio beban tanggungan Rasio beban tanggungan adalah perbandingan antara jumlah penduduk dibawah usia 15 tahun dan diatas 65 tahun yang merupakan kelompok usia non produktif terhadap jumlah penduduk berusia 15 64 tahun yang merupakan kelompok usia produktif. Berdasarkan tabel 9 dapat diketahui penduduk usia 0 14 tahun berjumlah 14.097 jiwa dan penduduk berusia diatas 65 tahun berjumlah 5.120 jiwa, sedangkan penduduk yang berusia 15 64 tahun berjumlah 36.180 jiwa. Rasio beban tanggungan di Kecamatan Tasikmadu diketahui dengan menggunakan rumus sebagai berikut : P (0 14) P (65) 100 P (15 64) 14.097 5.120 Rasio beban tanggungan = 100 36.180 19.217 = 100 36.180 = 53,11 dibulatkan menjadi 53
Rasio beban tanggungan =
Hasil perhitungan diatas menunjukkan rasio beban tanggungan di Kecamatan Tasikmadu adalah 53, artinya setiap 100 penduduk usia produktif harus menaggung beban ekonomi 53 penduduk yang tidak produktif. 2) Komposisi Penduduk Menurut Mata Pencaharian Komposisi penduduk menurut mata pencaharian dapat memberikan gambaran tentang struktur ekonomi suatu daerah. Komposisi penduduk menurut mata pencaharian di Kecamatan Tasikmadu dapat dilihat pada tabel 10 berikut:
lvi
Tabel 10. Komposisi Penduduk Menurut Mata Pencaharian di Kecamatan Tasikmadu Tahun 2007 Banyaknya Jiwa 1. Petani Sendiri 7.128 2. Buruh Tani 5.682 3. Pengusaha 305 4. Buruh Industri 15.117 5. Buruh Bangunan 3.016 6. Pedagang 2.281 7. Pengangkutan 226 8. PNS/TNI/Polri 2.030 9. Pensiunan 560 10. Lain-lain 9.911 Jumlah 46.256 Sumber : Kecamatan Tasikmadu Dalam Angka Tahun 2007/2008 No.
Mata Pencaharian
% 15,41 12,28 0,66 32,68 6,52 4,93 0,49 4,39 1,21 21,43 100
Berdasarkan tabel 10 dapat diketahui bahwa sebagian besar penduduk Kecamatan Tasikmadu mempunyai mata pencaharian sebagai buruh industri 15.117 jiwa atau 32,68%, karena di Kecamatan Tasikmadu terdapat industri baik industri besar, maupun industri kecil. Dengan demikian dapat dikatakan bahwa sektor industri menjadi sektor utama kegiatan ekonomi penduduk, sedangkan yang lain mempunyai mata pencaharian di luar sektor industri. Mata pencaharian terkecil di Kecamatan Tasikmadu adalah pengangkutan sebanyak 226 orang karena sebagian besar masyarakatnya sudah memiliki sepeda dan sepeda motor sehingga transportasi umum jarang dimanfaatkan masyarakat. 3) Komposisi Penduduk Menurut Pendidikan Komposisi penduduk menurut pendidikan dapat memberikan gambaran tentang tingkat pendidikan penduduk suatu daerah. Tingkat pendidikan penduduk di Kecamatan Tasikmadu dapat dilihat pada tabel 11 dibawah ini :
lvii
Tabel 11. Komposisi Penduduk 5 tahun ke atas menurut Pendidikan tertinggi di Kecamatan Tasikmadu Tahun 2007 Banyaknya Jiwa % 1. Tidak / Belum Pernah Sekolah 4.105 8,06 2. Belum Tamat SD 5.033 9,88 3. Tidak Tamat SD 2.149 4,22 4. Tamat SD 17.046 33,45 5. Tamat SMP 11.689 22,94 6. Tamat SMA 9.037 17,73 7. Tamat Akademi / Perguruan Tinggi 1.896 3,72 Jumlah 50.955 100 Sumber : Kecamatan Tasikmadu Dalam Angka Tahun 2007/2008 No.
Tingkat Pendidikan
Tingkat pendidikan penduduk merupakan dasar dari pengetahuan penduduk, Nursid Sumaatnmadja (1980:33) berpendapat bahwa latar belakang pendidikan dapat mengungkapkan berbagai gejala dan aspek kehidupan yang harus dikembangkan. Tingkat pendidikan yang rendah, menjadi penghambat pembangunan khususnya dalam pengembangan sarana pendidikan. Berdasarkan tabel 11 dapat diketahui bahwa penduduk di Kecamatan Tasikmadu yang tidak / belum pernah Sekolah yaitu 4.105 jiwa atau (8,06%), belum tamat SD yaitu 5.033 atau (9,88%), tidak tamat SD yaitu 2.149 atau (4,22%), sedangkan tingkat pendidikan yang paling banyak adalah adalah tingkat pendidikan tamat SD yaitu 17.046 jiwa (33,45%), kemudian tamat SMP 11.689 jiwa (22,94%), tamat SMA 9.037 jiwa (17,73%), sedangkan yang tamat Akademi/Perguruan Tinggi 1.896 (3,72%). Banyaknya tamatan SMA di Kecamatan Tasikmadu karena lapangan pekerjaan dibidang industri yaitu menjadi buruh industri dan karyawan swasta, merupakan lapangan pekerjaan yang paling banyak, sehingga untuk dapat bekerja sebagai buruh industri/karyawan swasta diharuskan tamat SLTA. 3.
Sarana dan Prasarana Daerah
Keadaan kehidupan penduduk dipengaruhi oleh sarana dan prasarana yang tersedia. Sarana dan prasarana yang tersedia di Kecamatan Tasikmadu yang di ada dalam penelitian yaitu:
lviii
a. Sarana dan Prasarana Transportasi Sarana transportasi sangat penting peranannya untuk menghubungkan masyarakat dari daerah yang satu ke daerah lainnya dengan cepat dan mudah. Sarana transportasi yang digunakan oleh penduduk Kecamatan Tasikmadu dapat di lihat pada tabel 12 berikut : Tabel 12. Sarana dan Prasarana Transportasi di Kecamatan Tasikmadu Tahun 2007. No.
Sarana Transportasi
Jumlah (buah)
Persen (%)
1. 2. 3. 4. 5. 6. 7. 8.
Mobil Pribadi 604 Sepeda 15.594 Sepeda Motor 10.733 Angkudes/kota 32 Truck/Colt 63 Ojek 8 Becak 99 Andong/Dokar 3 Jumlah 27.136 Sumber : Kecamatan Tasikmadu Dalam Angka Tahun 2007/2008
2,23 57,47 39,55 0,12 0,23 0,03 0,36 0,01 100
Berdasarkan tabel 12 dapat diketahui bahwa sebagian besar penduduk penduduk di Kecamatan Tasikmadu lebih memilih menggunakan sepeda ataupun sepeda motor untuk mobilitas hal ini disebabkan karena kondisi jalan yang menghubungkan antar desa sudah cukup memadai dan kebanyakan beraspal.
Gambar 2. Sarana Transportasi Sepeda
lix
b. Sarana Komunikasi Sarana komunikasi mempunyai arti penting bagi perkembangan daerah. Sarana komunikasi yang memadai sangat membantu arus informasi sehingga pengetahuan penduduk meningkat. Sarana komunikasi yang digunakan oleh penduduk Kecamatan Tasikmadu dapat dilihat tabel 13 berikut ini: Tabel 13. Sarana dan Prasarana Komunikasi di Kecamatan Tasikmadu Tahun 2007. No. 1. 2. 3. 4.
Sarana Komunikasi Jumlah (buah) Persen (%) Telephon Kabel 333 89,76 Wartel 34 9,16 Warnet 3 0,81 Kantor Pos 1 0,27 Jumlah 371 100 Sumber : Kecamatan Tasikmadu Dalam Angka Tahun 2007/2008 Berdasarkan tabel 13 dapat diketahui bahwa jumlah sarana komunikasi yang paling banyak adalah telephon kabel yaitu sebesar 89,76% hal ini disebabkan karena telepon kabel lebih cepat dalam menerima informasi, mudah menggunakanya serta efisien.
Gambar 3. Sarana Komunikasi Telephon
c. Sarana dan Prasarana Kesehatan Penyediaan fasilitas kesehatan dapat mempengaruhi tingkat kesehatan penduduk, semakin lengkap fasilitas kesehatan yang dipunyai maka tingkat kesehatan masyarakatnya semakin baik. Untuk mengetahui sarana kesehatan yang ada di Kecamatan Tasikmadu dapat dilihat pada tabel 14 dibawah ini: lx
Tabel 14. Sarana / Fasilitas Kesehatan di Kecamatan Tasikmadu Tahun 2007. Banyaknya Jumlah 1. Rumah Sakit 1 2. Rumah Bersalin 8 3. Poliklinik 1 4. Puskesmas 1 5. Puskesmas Pembantu 3 6. Dokter 10 7. Bidan 16 8. Posyandu 70 9. Polindes 9 10. Apotik 3 Jumlah 122 Sumber : Kecamatan Tasikmadu Dalam Angka Tahun 2007/2008 No.
Jenis Sarana Kesehatan
% 0,82 6,56 0,82 0,82 2,46 8,19 13,11 57,38 7,38 2,46 100
Sarana kesehatan yang ada di Kecamatan Tasikmadu terdiri dari sebuah Rumah Sakit, 8 unit rumah sakit bersalin, sebuah poliklinik, sebuah puskesmas, 3 unit puskesmas pembantu, 70 unit posyandu, 9 unit polindes, dan 3 unit apotik, sedangkan tenaga kesehatanya terdiri atas 10 orang dokter, dan 16 orang bidan.
Gambar 4. Sarana Kesehatan d. Sarana dan Prasarana Perekonomian Tingkat kemajuan dan keberhasilan pendidikan di suatu wilayah tidak dapat dipisahkan dari tingkat kemajuan dan keberhasilan perekonomian karena semakin lengkap sarana perekonomian yang dimiliki maka semakin besar peluang penduduk untuk maju. Sarana dan prasana perekonomian yang ada di Kecamatan Tasikmadu dapat dilihat pada tabel 16 berikut ini:
lxi
Tabel 15. Sarana dan prasarana perekonomian di Kecamatan Tasikmadu Tahun 2007. Banyaknya No. Jenis Prasarana Jumlah % 1. Pasar 4 0,20 2. Supermarket / swalayan 1 0,05 3. Warung / kedai makan 234 11,49 4. Toko / Warung Kelontong 501 24,59 5. Hotel / Losmen 1 0,05 6. Bank Umum 4 0,20 7. BPR 5 0,25 8. KUD 1 0,05 9. Koperasi Simpan Pinjam 17 0,83 10. Bengkel Motor / Mobil 34 1,67 11. Bengkel Elektronik 18 0,88 12. Foto Copy 12 0,59 13. Potong Rambut 21 1,03 14. Salon Kecantikan 36 1,77 15. Bengkel Las 27 1,32 16. Persewaan Alat Pesta 42 2,06 17. Rice Mill 52 2,55 18 Industri Besar 2 0,10 19. Indusri Kecil 1.025 50,32 Jumlah 2.037 100 Sumber : Kecamatan Tasikmadu Dalam Angka Tahun 2007/2008 Berdasarkan tabel 16 dapat diketahui bahwa penduduk di Kecamatan Tasikmadu yang paling banyak bergerak dibidang industri khususnya industri kecil yaitu 50,32%, kemudian Toko/Warung Kelontong sebanyak 24,59% dan Warung / kedai makan 11,49%.
Gambar 6. Sarana Perekonomian Bengkel Las e. Sarana Peribadatan.
lxii
Berdasarkan data statistik Kecamatan Tasikmadu tahun 2007 penduduk Tasikmadu beragama Islam 97,67%, beragama Kristen 1,06%, beragama Khatolik 1,19 % dan beragama Hindu 0,06% dan beragama Budha 0,02%. Sarana peribadatan yang ada di Kecamatan Tasikmadu dapat dilihat pada tabel 15 berikut : Tabel 16. Sarana Peribadatan di Kecamatan Tasikmadu Tahun 2007. Banyaknya Jumlah 1. Masjid 115 2. Langgar 33 3. Gereja 3 Jumlah 151 Sumber : Kecamatan Tasikmadu Dalam Angka Tahun 2007/2008 No.
Jenis Prasarana
% 76,16 21,85 1,99 100
Berdasarkan tabel 15 dapat diketahui bahwa jumlah sarana peribadatan di Kecamatan Tasikmadu yang paling banyak adalah masjid yaitu 76,16% kemudian langgar 21,85% dan gereja 1,99%.
Gambar 5. Sarana Peribadatan 4.
Sarana dan Prasarana Pendidikan SD/MI
Tingkat pendidikan dapat dijadikan salah satu indikator untuk mengukur keberhasilan pembangunan pendidikan dalam suatu wilayah. Dengan tingkat pendidikan yang semakin tinggi maka keberhasilan pembangunan di suatu wilayah dimungkinkan menjadi semakin besar, khususnya pembangunan di bidang pendidikan. Sarana dan prasarana yang tersedia di Kecamatan Tasikmadu yang dalam penelitian yaitu:
a. Gedung SD/MI lxiii
Gambar 7. Sarana Gedung SDN 03 Pandeyan Kategori Sekolah Dasar di Kecamatan Tasikmadu di bagi menjadi 2 yaitu Sekolah Dasar Negri (SDN) dan Madrasah Ibtidaiyah Negeri (MIN). Sarana mengenai jumlah dan persebaran gedung SD/MI di Kecamatan Tasikmadu pada tahun 2007 dapat dilihat pada tabel 17 diberikut ini : Tabel 17. Jumlah dan Persebaran Gedung SD dan MI di Kecamatan Tasikmadu Tahun 2007. Jumlah Gedung Sekolah Dasar Negeri Madrasah Ibtidaiyah (SDN) Negeri (MIN) 1. Buran 2 2. Papahan 3 3. Ngijo 2 4. Gaum 2 5. Suruh 3 6. Pandeyan 3 7. Karangmojo 3 1 8. Kaling 3 9. Wonolopo 3 10. Kalijirak 3 Jumlah 27 1 Sumber : Cabang Dinas Pendidikan Kecamatan Tasikmadu Tahun 2007/2008 No.
Nama Desa
Berdasarkan tabel 17 dapat dideskripsikan sebagai berikut, pada tahun 2007 jumlah gedung Sekolah Dasar di Kecamatan Tasikmadu adalah 28 gedung tersebar di 10 Desa/Kelurahan. Desa yang memiliki paling banyak gedung adalah Desa Karangmojo, yaitu 3 gedung Sekolah Dasar dan satu gedung Madrasah yaitu
lxiv
lxv
Madrasah Ibtidaiyah Negeri Karangmojo. Pembangunan gedung Madrasah Ibtidaiyah Negeri yang ada di Kecamatan Tasikmadu ditempatkan pada Desa Karangmojo, hal ini disebabkan karena Desa Karangmojo memiliki jumlah penduduk yang banyak, serta merupakan pusat tempat kegiatan keagamaan islam yang ada di Kecamatan Tasikmadu yang mayoritas penduduknya beragama islam. Setelah Desa Karangmojo diikuti Desa Papahan, Desa Suruh, Desa Kalijirak, Desa Wonolopo, Desa Pandeyan, dan Desa Kaling yang rata-rata memiliki 3 gedung Sekolah Dasar, kemudian desa yang memiliki 2 gedung Sekolah Dasar adalah Desa Buran, Desa Gaum, dan Desa Ngijo. Jumlah gedung yang tidak sama juga dipengaruhi oleh jumlah penduduk yang tidak sama, pembangunan gedung Sekolah Dasar memang dilakukan untuk menampung jumlah penduduk yang berusia 7-12 tahun sehingga bisa mengenyam pendidikan dasar 9 tahun yang dimulai dengan tingkat Sekolah Dasar. Pembangunan gedung Sekolah Dasar kurang memperhatikan jumlah penduduk dan daya tampung ideal setiap sekolah Dasar. Hal ini dapat dilihat pada peta 3 bahwa Desa Karangmojo memiliki jumlah anak usia SD (7-12 tahun) sebanyak 493 disitu memiliki 4 buah sarana gedung Sekolah Dasar yaitu SDN 01 Karangmojo, SDN 02 Karangmojo, SDN 03 Karangmojo dan MIN Karangmojo sehingga berdampak sekolah kekurangan murid dan tidak terpenuhinya daya tampung yang ideal dimana 1 sekolah minimal memiliki 40 jumlah murid, selain itu letak gedungnya yang saling berdekatan satu sama lain juga merupakan salah satu faktor sekolah mengalami kekurangan jumlah murid yaitu seperti pada sekolah yang ada di Desa Gaum yaitu SDN 01 Gaum dan SDN 02 Gaum. Penyebaran jumlah siswa yang tidak merata tidak terlepas dari kebijakan para orang tua untuk menyekolahkan anaknya ditempat Sekolah Dasar yang lebih baik dan berkualitas, sehingga tidak semua penduduk di suaru desa/kelurahan bersekolah di sekolah yang ada di desa/ kelurahan itu yaitu pada Desa Wonolopo yang memiliki jumlah anak usia Sekolah Dasar (7-12 Tahun) sebanyak 559 anak, yang sekolah di desanya hanya 348 jiwa berarti 211 anak bersekolah di desa lain. Hal ini disebabkan karena pemilihan tempat sekolah bagi anak-anaknya sangat dipengaruhi oleh pandangan orangtua yang memandang sekolah tertentu baik.
lxvi
Kondisi geografis Kecamatan Tasikmadu yang relatif datar dan mempunyai aksesibilitas yang mudah antar desa/kelurahan menyebabkan orang tua calon siswa Sekolah Dasar menyarankan untuk bersekolah di sekolah yang baik walaupun di luar kelurahan/desa tempat tinggal siswa tersebut. b. Ruang Kelas
Gambar 8. Ruang Kelas Sarana prasarana mengenai jumlah dan persebaran ruang kelas Sekolah Dasar (SD) dan Madrasah Ibditiyah (MI) di Kecamatan Tasikmadu tahun 2007 dapat dilihat pada tabel 18 dibawah ini: Tabel 18. Jumlah dan Persebaran Ruang Kelas Sekolah SD/MI di Kecamatan Tasikmadu Tahun 2007 No. 1. 2. 3. 4. 5. 6. 7. 8. 9. 10.
Nama Desa
Jumlah Ruang Kelas Buran 12 Papahan 24 Ngijo 12 Gaum 12 Suruh 18 Pandeyan 18 Karangmojo 24 Kaling 18 Wonolopo 18 Kalijirak 18 Jumlah 174 Sumber : Cabang Dinas Pendidikan Kecamatan Tasikmadu Tahun 2007/2008 Berdasarkan tabel 18 dapat diketahui bahwa pada tahun 2007 jumlah ruang kelas/ruang belajar yang ada di Kecamatan Tasikmadu adalah 174 buah tersebar diseluruh desa di Kecamatan Tasikmadu, dengan jumlah yang paling lxvii
banyak berada di Desa Papahan dan Desa Karangmojo adalah 24 buah, hal ini di karenakan jumlah Sekolah Dasar yang dimiliki paling banyak dibandingkan dengan desa lain. Ruang kelas yang ada di Kecamatan Tasikmadu cukup memadai yaitu dengan melihat bahwa setiap Sekolah Dasar di Kecamatan Tasikmadu telah memiliki minimal 6 buah ruang kelas. c. Ruang Perpustakaan
Gambar 9. Ruang Perpustakaan Sarana prasarana mengenai Perpustakaan yang ada di perpustakaan Sekolah Dasar (SD) dan Madrasah Ibditiyah (MI) di Kecamatan Tasikmadu tahun 2007 dapat dilihat pada tabel 19 dibawah ini: Tabel 19. Jumlah dan Persebaran Perpustakaan SD/MI di Kecamatan Tasikmadu Tahun 2007 Banyaknya SD MI 1. Buran 2 2. Papahan 3 3. Ngijo 2 4. Gaum 2 5. Suruh 3 6. Pandeyan 3 7. Karangmojo 3 1 8. Kaling 3 9. Wonolopo 3 10. Kalijirak 3 Jumlah 27 1 Sumber : Cabang Dinas Pendidikan Kecamatan Tasikmadu Tahun 2007/2008 No.
Nama Desa
lxviii
Berdasarkan tabel 19 dapat dideskripsikan sebagai berikut, pada tahun 2007 jumlah ruang perpustakaan Sekolah Dasar di Kecamatan Tasikmadu adalah 28 ruang perpustakaan Sekolah Dasar. Desa yang memiliki 2 buah ruang perpustakaan adalah Desa Buran, Desa Ngijo, dan Desa Gaum sedangkan Desa yang memiliki 3 buah ruang perpustakaan adalah Desa Papahan, Desa Suruh, Desa Pandeyan, Desa Kaling, Desa Wonolopo dan Desa Kalijirak. Desa yang memiliki paling banyak ruang perpustakaan adalah Desa Karangmojo yaitu 4 buah ruang perpustakaan. Keberadaan ruang perpustakaan sekolah berfungsi sebagai tempat menyimpan bahan pustaka atau koleksi perpustakaan, untuk kegiatan layanan perpustakaan dan sebagai tempat tenaga perpustakaan untuk melaksanakan kegiatannya. B. Deskripsi Permasalahan Penelitian Dalam penelitian ini terdapat dua variabel penelitian yaitu : (1) pertumbuhan penduduk dan persebaran penduduk usia 7-12 tahun yang meliputi : (a) pertumbuhan penduduk usia 7-12 tahun, (b) jumlah dan persebaran anak usia 7-12 tahun pada tahun 2007-2013, dan (c) jumlah dan persebaran murid SD, (2) penyediaan fasilitas pendidikan SD, yang meliputi: (a) jumlah dan persebaran gedung sekolah, (b) jumlah dan persebaran tenaga guru, (c) jumlah dan persebaran ruang kelas, dan (d) jumlah dan persebaran tenaga perpustakaan yang dibutuhkan. 1. Pertumbuhan dan Persebaran Penduduk Usia 7-12 Tahun a. Pertumbuhan Penduduk Usia 7-12 Tahun Pada tahun 2007 jumlah penduduk usia 7-12 tahun di Kecamatan Tasikmadu sebesar 5.214 jiwa, sedangkan jumlah penduduk tahun 2001 sebanyak 5.367 jiwa, dengan demikian dalam kurun waktu antara tahun 2001-2007 jumlah penduduk usia 7-12 tahun telah berkurang sebesar 153 jiwa, yang berarti mengalami pertumbuhan penduduk sebesar -0,48 %. Berikut ini akan dijelaskan mengenai perhitungan tingkat pertumbuhan penduduk usia 7-12 tahun di Kecamatan
Tasikmadu
tahun
2001-2007
eksponensial. lxix
dengan
menggunakan
rumus
Pt = Po.ert
Dimana :
Pt : Banyaknya penduduk pada tahun 2007 Po : Banyaknya penduduk pada tahun 2001 r
: Angka pertumbuhan penduduk
t
: Jangka waktu (6 tahun)
Dari rumus tersebut dapat dihitung angka pertumbuhan penduduk usia 712 tahun Kecamatan Tasikmadu pada tahun 2001-2007 yaitu sebagai berikut : Pt = Po.ert 5.367 = 5.214 x 2,718282 r.6 5.214 = 2,718282 r.6 5.367
0,971492453 = 2,718282 r.6 Log 0,971492453 = r.6 Log 2,718282 -0,012560568 = r.6 x 0,434294509 -0,012560568 = r. x 2,605767056 r =
- 0,012560568 2,605767056
r = -0,48 % Berdasarkan perhitungan diatas dapat diketahui bahwa selama kurun waktu enam tahun yaitu antara tahun 2001-2007 angka pertumbuhan penduduknya adalah sebesar -0,48% yang berarti dalam jangka waktu 6 tahun penduduk usia 7-12 tahun di Kecamatan Tasikmadu mengalami pengurangan sebesar 0,48%. Hal ini dapat sebabkan oleh keberhasilan program Keluarga Berencana (KB) yang sangat digencarkan pemerintah pusat maupun daerah dalam beberapa dekade terakhir yang memiliki tujuan utama untuk mengurangi angka pertumbuhan penduduk. b. Jumlah dan Persebaran Anak Usia 7-12 Tahun Untuk menentukan jumlah anak usia 7-12 tahun pada tahun 2013 yang seharusnya duduk di bangku Sekolah Dasar disetiap Desa menggunakan rumus proyeksi seperti dibawah ini:
lxx
Pn = (1 + r )n x Po Dimana:
Pn : Jumlah penduduk pada tahun 2013 Po : Jumlah penduduk pada tahun 2007 r
: Tingkat pertumbuhan penduduk dalam persen (%) dibagi 100
n
: Jangka waktu tahun 2007-2013 (6 tahun)
Dari persamaan diatas tersebut dapat dihitung angka pertumbuhan penduduk usia 7-12 tahun Kecamatan Tasikmadu pada tahun 2013 yaitu sebagai berikut : Pn = (1 + r )n x Po 6
- 0,48 Pn = 1 x 5.214 100
= 1 0,0048 x 5.214 6
= 0,9952 x 5.214 6
= 0,971543396 x 5.214 = 5.066 Jiwa Adapun untuk menghitung jumlah penduduk usia 7-12 tahun tiap Desa di Kecamatan Tasikmadu pada tahun 2013 yaitu sebagai contoh penghitungan adalah Desa Buran berikut ini : Pn = (1 + r )n x Po 6
- 0,48 Pn = 1 x 300 100
= 1 0,0048 x 300 6
=
0,99526 x 300
= 0,971543396 x 300 = 291 Jiwa Berikut akan disajikan jumlah dan persebaran Anak Usia 7-12 Tahun yang ada di Kecamatan Tasikmadu tahun 2007 dan Prediksi tahun 2013 di tiap desa:
lxxi
Tabel 20. Jumlah dan Persebaran Anak Usia 7-12 Tahun di Kecamatan Tasikmadu Tahun 2007 dan Prediksi tahun 2013. Jumlah Anak Usia 7-12 Tahun (jiwa) 2007 2013 1. Buran 300 291 2. Papahan 696 676 3. Ngijo 487 473 4. Gaum 539 524 5. Suruh 569 553 6. Pandeyan 534 519 7. Karangmojo 493 480 8. Kaling 512 497 9. Wonolopo 559 543 10. Kalijirak 525 510 Jumlah 5.214 5.066 Sumber : Cabang Dinas Pendidikan Kabupaten Karanganyar Tahun 2007 dan Hasil Perhitungan Proyeksi. No.
Nama Desa
Berdasarkan tabel 20 dapat diketahui bahwa jumlah penduduk usia 7-12 tahun pada tahun 2007 adalah 5.214 jiwa dengan jumlah yang paling banyak adalah Desa Papahan yaitu 696 anak dengan tingkat kepadatan 2.886 jiwa/km2 dan jumlah yang paling sedikit adalah Desa Buran yaitu 300 anak, sedangkan prediksi untuk tahun 2013 jumlah penduduk usia 7-12 tahun di Kecamatan Tasikmadu adalah 5.066 anak maka dapat dilihat bahwa jumlah penduduk usia 712 tahun di Kecamatan Tasikmadu akan mengalami penurunan sebesar 148 anak dalam jangka waktu 6 tahun. Hal ini dipengaruhi karena adanya keberhasilan program Keluarga Berencana (KB) yang semakin berkembang baik teknik maupun alat-alat yang digunakan. c. Jumlah dan Persebaran Murid Sekolah Dasar Jumlah dan persebaran murid Sekolah Dasar atau Madrasah Ibtidaiyah yang ada di Kecamatan Tasikmadu pada tahun 2007 dapat di deskripsikan sebagai berikut: jumlah murid seluruhnya adalah 5.032 siswa sedangkan murid laki-laki adalah 2.648 siswa lebih banyak daripada jumlah murid perempuan yaitu 2.384 siswa, jumlah murid terbanyak berada di Desa Papahan dengan jumlah 809 siswa dan yang paling sedikit berada di Desa Buran yaitu 305 siswa. Jumlah dan
lxxii
persebaran murid SD/MI setiap desa di Kecamatan Tasikmadu Tahun 2007 dapat dilihat pada tabel 21 dibawah ini: Tabel 21. Jumlah dan Persebaran Murid SD/MI Tiap Desa di Kecamatan Tasikmadu Tahun 2007 dan Prediksi Tahun 2013 Laki-laki Perempuan Tahun 2007 Tahun 2013 (jiwa) (jiwa) (jiwa) (jiwa) 1. Buran 166 139 305 296 2. Papahan 426 383 809 786 3. Ngijo 218 188 456 424 4. Gaum 174 154 478 437 5. Suruh 325 291 616 599 6. Pandeyan 346 304 650 632 7. Karangmojo 315 297 612 595 8. Kaling 235 217 452 439 9. Wonolopo 177 171 348 338 10. Kalijirak 266 240 506 492 Jumlah 2.648 2.384 5.032 4.890 Sumber : Cabang Dinas Pendidikan Kabupaten Karanganyar Tahun 2007/2008 dan Hasil Perhitungan Proyeksi. No
Nama Desa
Data yang disajikan pada tabel 21 kemudian dibuat grafik seperti di halaman berikutnya. Berdasarkan grafik tersebut dapat diketahui Jumlah Siswa berdasarkan kelamin tiap Desa di Kecamatan Tasikmadu.
Grafik Jumlah Siswa Berdasarkan Jenis Kelamin Kecamatan Tasikmadu Tahun 2007 500 400 300 200 100 0
Laki-laki
k l ij i ra
olo on
Ka
po
g l in W
Ka
jo mo ng
Ka
ra
ey an
h
nd
ru Pa
Su
um Ga
i jo Ng
pa Pa
Bu
ra
ha
n
n
Perempuan
Nama Desa
Gambar 10. Grafik Jumlah Siswa Berdasarkan Jenis Kelamin Kecamatan Tasikmadu Tahun 2007
lxxiii
Dari grafik dapat diketahui bahwasannya jumlah dan persebaran murid SD/MI Tiap Desa di Kecamatan Tasikmadu Tahun 2007 yang paling tinggi berada di Desa Papahan disebabkan oleh kualitas sekolah yang baik dan delat pusat kota yang mempunyai sarana dan fasilitas yang lengkap, sedangkan yang paling rendah berada di Desa Buran hal ini dikarenakan Desa Buran mempunyai wilayah yang paling sempit dibandingkan dengan desa lain di Kecamatan Tasikmadu. Apabila kita bandingkan antara tabel 20 dengan tabel 21 yaitu antara jumlah anak usia 7-12 dengan jumlah murid usia 7-12 tiap desa di Kecamatan Tasikmadu tahun 2007 terdapat perbedaan yang cukup besar. Apabila dilihat lebih lanjut terdapat selisih yang bervariasi yang disebabkan oleh adanya anak yang bersekolah diluar desanya untuk mendapat kualitas yang lebih baik. Peningkatan yang paling besar adalah di Desa Papahan yang meningkat 113 anak dari penduduk yang berusia 7-12 tahun sebesar 696 dengan jumlah siswa SD 809 jiwa, hal ini tidak terlepas dengan kebijakan orang tua untuk menyekolahkan anakanaknya di sekolah yang lebih baik, sehingga tidak semua penduduk disuatu desa/kelurahan bersekolah di sekolah yang ada di desa/kelurahan itu. Pemilihan tempat sekolah bagi anak-anaknya sangat dipengaruhi oleh pandangan orangtua yang memandang sekolah-sekolah tertentu yang baik. Kondisi geografis Kecamatan Tasikmadu yang relatif datar dan mempunyai aksesibilitas yang mudah antar desa/kelurahan menyebabkan orangtua calon siswa Sekolah Dasar menyarankan untuk bersekolah di sekolah yang baik walaupun berada di luar kelurahan/desa tempat tinggal siswa tersebut. 2. Penyediaan Fasilitas Pendidikan Sekolah Dasar a. Jumlah dan Persebaran Gedung Sekolah Dasar Sarana prasarana mengenai jumlah dan persebaran gedung Sekolah Dasar (SD) dan Madrasah Ibditiyah (MI) yang ideal di Kecamatan Tasikmadu tahun 2013 dapat dihitung dengan menggunakan rumus dibawah ini:
lxxiv
Jumlah Gedung Sekolah di Kec Tasikmadu 2013
Jumlah Pr oyeksi Siswa Sekolah Dasar th 2013 Rata rata Daya Tampung SD di Kec Tasikmadu
Berdasarkan rumus diatas dapat dilihat bahwa proyeksi jumlah gedung SD di Kecamatan Tasikmadu pada tahun 2013 adalah jumlah proyeksi siswa Sekolah Dasar tahun 2013 dibagi dengan rata-rata daya tampung SD di Kecamatan Tasikmadu 2007 hal ini dikarenakan tiap SD di Kecamatan Tasikmadu tidak memiliki daya tampung yang sama dan diasumsikan memiliki jumlah ruang kelas yang tetap sampai 2013, Rata rata Daya Tampung SD Kec Tasikmadu
Jumlah Ruang Kelas 40 Jumlah SD di Kecama tan Tasikmadu
Rata rata Daya Tampung SD Kec Tasikmadu
174 40 28
= 248,57 sehingga dapat diperoleh: Jumlah Gedung Sekolah di Kec Tasikmadu 2013
4.890 248,57
= 19,67 dibulatkan menjadi 20 Jadi pada tahun 2013 jumlah Sekolah Dasar yang tepat di Kecamatan Tasikmadu adalah 20 gedung. Data mengenai jumlah dan persebaran gedung SD/MI di Kecamatan Tasikmadu dapat dilihat pada berikut ini:
lxxv
Tabel 22. Jumlah dan Persebaran Gedung SD dan MI di Kecamatan Tasikmadu Tahun 2007 dan Prediksi tahun 2013. 2007 2013 SD MI SD MI 1. Buran 2 1 2. Papahan 3 2 3. Ngijo 2 1 4. Gaum 2 1 5. Suruh 3 3 6. Pandeyan 3 3 7. Karangmojo 3 1 2 1 8. Kaling 3 2 9. Wonolopo 3 2 10. Kalijirak 3 2 Jumlah 27 1 19 1 Sumber : Cabang Dinas Pendidikan Kecamatan Tasikmadu Tahun 2007/2008 dan Hasil Analisis.
No.
Nama Desa
Berdasarkan tabel 22 dapat diketahui bahwa jumlah gedung SD/MI di Kecamatan Tasikmadu dari tahun 2007-2013 diperkirakan akan mengalami pengurangan gedung Sekolah Dasar sebanyak 8 buah berdasarkan optimalisasi daya tampung yang ada, namun dalam fakta dilapangannya tidak semua gedung tersebut di regrouping hanya pada gedung yang memenuhi syarat dan ketentuan saja yang dilakukan oleh Dinas Pendidikan Kabupaten Karanganyar. Pelaksanaan Regrouping Sekolah Dasar di Kecamatan Tasikmadu dihitung dengan menggunakan rumus dibawah ini: DT
Jumlah kapasitas ruang kelas di satu desa*) Jumlah anak usia sekolah di desa tersebut
x 100 %
*) Meliputi SD/MI Nilai prosentase DT menunjukkan indikasi perlu tidaknya penggabungan (regrouping) SD Apabila : a. DT > 100% berarti terdapat kelebihan kapasitas, merupakan indikasi perlu penggabungan b. DT < 100% berarti terdapat kekurangan kapasitas, merupakan indikasi perlu SD tetap / dikembangkan.
lxxvi
Misalnya: 1) Desa Buran DT
12 x 40 x 100 % 300 480 x 100 % 300
= 160 % (Regrouping / penggabungan) Tabel 23. Analisis Penggabungan SD/MI di Kecamatan Tasikmadu Proyeksi Tahun 2013 No.
Nama Desa
1. 2. 3. 4. 5. 6. 7. 8. 9. 10.
Buran Papahan Ngijo Gaum Suruh Pandeyan Karangmojo Kaling Wonolopo Kalijirak
Kapasitas ruang kelas 480 960 480 480 720 720 960 720 720 720
Jml Murid SD 2013 296 786 394 319 599 632 595 439 338 492
DT ( % )
Indikasi
162 % 123 % 124% 150% 119 % 113 % 195 % 164 % 213 % 146 %
Regrouping Regrouping Regrouping Regrouping Regrouping Regrouping Regrouping Regrouping Regrouping Regrouping
Sumber : Hasil Analisis data Berdasarkan hasil tabel 23 dapat diketahui bahwa Sekolah yang mempunyai indikasi untuk di regrouping sebanyak 10 buah dari 28 buah SD yang berada di Kecamatan Tasikmadu yaitu berada di Desa Buran, Desa Papahan, Desa Ngijo, Desa Suruh, Desa Pandeyan, Desa Karangmojo, Desa Kaling, Desa Wonolopo, dan Desa Kalijirak. Namun hanya 8 desa yang memiliki persentase yang relatif besar untuk di regrouping karena untuk Desa Suruh dan Desa Pandeyan memiliki persentase yang relatif kecil dan jumlah murid yang seimbang dengan jumlah fasilitas gedungnya selain itu dari segi letak yang starategis dengan aksesibilitas yang mudah sehingga kemungkinan untuk tidak di regrouping masih tinggi sehingga hal ini akan sesuai dengan jumlah Sekolah Dasar yang ideal di Kecamatan Tasikmadu.
lxxvii
Gedung Sekolah Dasar yang diperkirakan mengalami penggabungan di Kecamatan Tasikmadu tahun 2013 adalah SDN 03 Papahan dikarenakan penduduk usia Sekolah Dasar lebih memilih sekolah di SDN 01 Papahan dan SDN 02 Papahan yang mutunya lebih baik serta memiliki sarana dan prasarana yang lebih lengkap selain itu aksesnya juga mudah, kemudian SDN 01 Buran yaitu dikarenakan letaknya yang lebih jauh dari permukiman penduduk sehingga siswa lebih memilih sekolah yang lebih dekat, SDN 02 Ngijo dikarenakan letaknya yang tidak stategis dan jauh dari permukiman penduduk, sedangkan untuk SDN 01 Gaum dikarenakan lokasi sekolah yang saling berdekatan dengan SDN 01 Gaum dan masih dalam satu area selain itu dilihat dari dari segi mutu SDN 02 Gaum lebih baik, sehingga untuk efisiensi anggaran dapat digabung, kemudian SDN 01 Kalijirak karena jumlah murid yang sedikit karena jumlah penduduk usia Sekolah Dasar (7-12 tahun) lebih memilih ke desa lain yang memiliki mutu dan kwalitas yang lebih baik, untuk SDN 03 Wonolopo karena merupakan sekolah yang mempunyai jumlah murid paling sedikit dibanding sekolah lainnya yaitu hanya 55 siswa sebab lokasi sekolah yang jauh dari permukiman penduduk, sedangkan SDN 01 Kaling dikarenakan jumlah penduduk usia 7-12 tahun yang sedikit sehingga masih banyak ruangan yang kosong dan calon siswa lebih memilih sekolah yang mutunya lebih baik, dan SDN 01 Karangmojo dikarenakan letak Sekolah Dasar yang saling berdekatan yaitu antara SDN 01 Karangmojo dan SDN 02 Karangmojo agar lebih efektif penyediaan sarana prasarananya. Untuk itu dipredeksikan jumlah Sekolah Dasar yang ideal pada tahun 2013 adalah 20 gedung Sekolah Dasar yaitu SDN 01 Papahan, SDN 02 Papahan, SDN 02 Buran, SDN 01 Ngijo, SDN 01 Suruh, SDN 02 Suruh, SDN 03 Suruh, SDN 02 Gaum, SDN 02 Kalijirak, SDN 03 Kalijirak, SDN 01 Wonolopo, SDN 02 Wonolopo, SDN 01 Pandeyan, SDN 02 Pandeyan, SDN 03 Pandeyan, SDN 02 Kaling, SDN 03 Kaling, SDN 02 Karangmojo, SDN 03 Karangmojo, dan MIN Karangmojo. Peta sebaran anak usia 7-12 tahun dan sebaran Sekolah Dasar di Kecamatan Tasikmadu prediksi tahun 2013 dapat dilihat pada peta 4.
lxxviii
lxxix
Penyebaran jumlah murid yang tidak merata di antara setiap Sekolah Dasar Negeri juga merupakan salah satu alasan dalam Penggabungan (regrouping) SD, disamping itu dari sisi infrastruktur untuk mengantisipasi sarana belajar sebagian besar SD yang tidak mempunyai alat peraga yang memadai dan kondisi meja-kursi yang tidak layak pakai, selain itu bertujuan untuk efisiensi anggaran dalam peningkatan pelayanan di bidang pendidikan khususnya pendidikan Sekolah Dasar. Pelaksanaan regrouping di Kecamatan Tasikmadu telah dimulai dengan adanya berbagai pertimbangan dan kajian yang diawali dengan Keputusan Bupati Karanganyar No.890/7/2007 tentang pembentukan tim pendirian, pengintegrasian, dan penghapusan sekolah formal dan non-formal. Pemerintah Kabupaten Karanganyar manyadari perencanaan konsep penggabungan Sekolah Dasar dapat memberi harapan untuk meningkatkan efektifitas pembelajaran dan efisiensi anggaran, antara lain dengan memecahkan masalah yang ada dengan upaya pemanfaatan kelebihan karakteristik dari masing-masing daerah. Proses Penggabungan (regrouping) SD dilakukan secara bertahap dengan memperhatikan kondisi dan potensi berdasarkan hasil pemetaan yang telah dilakukan oleh tim penggabungan SD. Namun dalam pelaksanaannya, proses penggabungan juga menghadapi kendala terutama pada perangkat institusi / lembaga (kepala sekolah, penjaga sekolah dan guru) sehingga sampai saat ini belum ada tindakan lebih lanjut dari pemerintah Kabupaten Karanganyar maupun Kecamatan Tasikmadu
b. Jumlah dan Persebaran Ruang Kelas Sarana prasarana mengenai jumlah dan persebaran ruang kelas Sekolah Dasar (SD) dan Madrasah Ibditiyah (MI) di Kecamatan Tasikmadu tahun 2007 dapat dilihat pada tabel 29 dibawah ini:
lxxx
Tabel 24 Jumlah dan Persebaran Ruang Kelas Sekolah SD/MI di Kecamatan Tasikmadu Tahun 2007 Jumlah Rombongan Belajar 1. Buran 12 12 2. Papahan 24 24 3. Ngijo 12 12 4. Gaum 12 12 5. Suruh 18 18 6. Pandeyan 18 18 7. Karangmojo 24 24 8. Kaling 18 18 9. Wonolopo 18 16 10. Kalijirak 18 18 Jumlah 174 172 Sumber : Cabang Dinas Pendidikan Kecamatan Tasikmadu Tahun 2007/2008 No.
Nama Desa
Jumlah Ruang Kelas
Berdasarkan tabel 24 dapat diketahui bahwa ruang kelas/ruang belajar yang terdapat di Kecamatan Tasikmadu tahun 2007 adalah 174 buah tersebar diseluruh desa di Kecamatan Tasikmadu, dengan jumlah yang paling kecil adalah berada di Desa Ngijo berada di Desa Buran, Desa Ngijo, dan Desa Gaum yaitu masing-masing 12 buah dan yang paling banyak berada di Desa Papahan dan Desa Karangmojo yaitu masing-masing 24 buah, sehingga di Kecamatan Tasikmadu memiliki kelebihan 2 buah ruang kelas. Hal ini disebabkan oleh adanya penurunan jumlah siswa SD/MI yang bersekolah di Kecamatan Tasikmadu tahun 2007 dibandingkan dengan tahun-tahun sebelumnya yang mengakibatkan adanya penurunan jumlah rombongan belajar sedangkan jumlah ruang kelas yang cenderung tetap dari tahun ke tahun. Kebutuhan ruang kelas yang ada di Kecamatan Tasikamadu untuk tahun 2013 menurut pedoman pelaksanaan penggabungan Sekolah Dasar dapat dihitung dengan rumus dibawah ini:
Jumlah Kebutuhan Ruang kelas di Kec Tasikmadu 2013
Jumlah Pr oyeksi Siswa Sekolah Dasar th 2013 40
4.890 40
122 , 25 dibulatkan menjadi 122
lxxxi
Jadi pada tahun 2013 jumlah ruang kelas Sekolah Dasar yang tepat di Kecamatan Tasikmadu adalah 122 ruang. Data mengenai jumlah dan persebaran ruang kelas yang dibutuhkan SD/MI di Kecamatan Tasikmadu pada tahun 2013 dapat dilihat pada tabel berikut ini: Tabel 25. Jumlah dan Persebaran Ruang Kelas Sekolah SD/MI di Kecamatan Tasikmadu Tahun 2013 Proyeksi Jml Murid Jumlah Kebutuhan Ruang No. Nama Desa Tahun 2013 Kelas Th 2013 1. Buran 296 7 2. Papahan 786 20 3. Ngijo 394 10 4. Gaum 319 8 5. Suruh 599 15 6. Pandeyan 632 16 7. Karangmojo 595 15 8. Kaling 439 11 9. Wonolopo 338 8 10. Kalijirak 492 12 Jumlah 4.890 122 Sumber : Cabang Dinas Pendidikan Kecamatan Tasikmadu Tahun 2007/2008 Berdasarkan tabel 25 dapat diketahui bahwa jumlah ruang kelas/ruang belajar yang dibutuhkan di Kecamatan Tasikmadu untuk tahun 2013 adalah sebanyak 122 buah, sedangkan jumlah ruang belajar yang ada pada tahun 2007 adalah 174 buah sehingga kelebihan 52 buah ruang kelas maka untuk mengatasi hal tersebut perlu diadakan penggabungan Sekolah Dasar sebanyak 8 buah agar lebih efektif dan efisien. c. Jumlah dan Persebaran Guru SD dan MI Pendidikan dapat terlaksana sebagai kegiatan belajar mengajar maka diperlukan adanya guru dan murid, sebab dengan adanya guru dan murid yang sesuai akan mengakibatkan proses belajar mengajar disuatu daerah akan dapat berjalan dengan baik. Pendidik pada SD/MI sekurang-kurangnya terdiri atas guru kelas yang penugasannya ditetapkan oleh masing-masing satuan pendidikan sesuai dengan kebutuhan. Menurut Lampiran Peraturan Mentri Pendidikan Nomor 24 tahun 2007 tentang standar sarana dan prasarana untuk SD/MI Guru Mata
lxxxii
pelajaran sekurang-kurangnya mencakup guru kelompok mata pelajaran agama dan akhlak mulia serta guru kelompok mata pelajaran pendidikan jasmani, olahraga, dan kesehatan. Jadi sebuah SD/MI sekurang-kurangnya memiliki enam guru kelas dan 2 guru mata pelajaran agama dan olahraga dan mempunyai kedudukan yang hampir sama. Jumlah total guru minimal yang harus dimiliki sebuah Sekolah Dasar/MI ada 8 guru. Untuk mengetahui jumlah guru di Kecamatan Tasikmadu tahun 2007 dapat dilihat pada tabel 25 berikut ini: Tabel 26. Jumlah dan Persebaran Guru SD/MI di Kecamatan Tasikmadu Tahun 2007. Guru SD/MI Tahun 2007 Jumlah Nama No. SD/MI Guru Guru Guru Desa Total Th 2007 Kelas Agama Penjas 1. Buran 2 10 3 2 15 2. Papahan 3 25 5 3 33 3. Ngijo 2 17 3 2 23 4. Gaum 2 15 2 2 19 5. Suruh 3 19 4 3 26 6. Pandeyan 3 20 3 3 26 7 Karangmojo 4 24 4 4 32 8 Kaling 3 17 3 3 23 9 Wonolopo 3 16 3 3 22 10 Kalijirak 3 18 4 3 25 Jumlah 28 181 34 28 243 Sumber : Cabang Dinas Pendidikan Kabupaten Karanganyar Tahun 2007/2008 Berdasarkan tabel 25 diatas dapat diketahui bahwa jumlah guru SD/MI yang di Kecamatan Tasikmadu pada tahun 2007 yaitu sebanyak 243 orang, untuk guru kelas sebanyak 181 orang dan guru agama sebanyak 34 orang dan guru penjas sebanyak 28 orang, dimana kedudukan guru kelas, guru agama dan guru penjas mempunyai kedudukan yang hampir sama. Untuk mengetahui kebutuhan jumlah guru Sekolah Dasar di Kecamatan Tasikmadu tahun 2007 dapat diketahui dengan rumus sebagai berikut: KG = ∑K + GA + GP Keterangan:
KG = Kebutuhan Guru SD di Kecamatan Tasikmadu ∑K = Total jumlah Kelas GA = Jumlah Seluruh Guru Agama GP = Jumlah Seluruh Guru Penjaskes. lxxxiii
Dari persamaan diatas tersebut dapat dihitung kebutuhan guru Sekolah Dasar (SD) di Kecamatan Tasikmadu pada tahun 2007 yaitu sebagai berikut : KG
= ∑K + GA + GP = 174 + 34 + 28 = 236 Untuk proyeksi kebutuhan guru pada tahun 2013 dapat dihitung dengan
rumus sebagai berikut: KG2013 = ∑K2013 + GA + GP Keterangan:
KG = Kebutuhan Guru SD di Kecamatan Tasikmadu th 2013 ∑K = Total jumlah ruang kelas proyeksi th 2013 GA = Jumlah Seluruh Guru Agama GP = Jumlah Seluruh Guru Penjaskes.
Dari persamaan diatas tersebut dapat dihitung kebutuhan guru Sekolah Dasar (SD) di Kecamatan Tasikmadu pada tahun 2013 yaitu sebagai berikut : KG2013= ∑K2013 + GA + GP = 122 + 24 + 21 = 167 Tabel 27. Jumlah dan Persebaran Guru SD/MI di Kecamatan Tasikmadu Prediksi Tahun 2013. Guru SD/MI Tahun 2013 Jumlah Nama No. SD/MI Guru Guru Guru Desa Total Th 2013 Kelas Agama Penjas 1. Buran 1 7 2 1 10 2. Papahan 2 20 3 3 26 3. Ngijo 1 10 2 1 13 4. Gaum 1 8 1 1 10 5. Suruh 3 15 4 3 22 6. Pandeyan 3 16 3 3 22 7 Karangmojo 3 15 3 3 21 8 Kaling 2 11 2 2 15 9 Wonolopo 2 8 2 2 12 10 Kalijirak 2 12 2 2 16 Jumlah 20 122 24 21 167 Sumber: Hasil Analisis Berdasarkan perhitungan diatas maka jumlah guru SD (tenaga pengajar) yang dibutuhkan di Kecamatan Tasikmadu proyeksi tahun 2013 adalah 167 orang,
lxxxiv
dibandingkan dengan jumlah guru yang dibutuhkan tahun 2007 ada adalah 236 orang sedangkan jumlah guru yang ada tahun 2007 di Kecamatan Tasikmadu adalah 243, sehingga di Kecamatan Tasikmadu tahun 2007 mengalami kelebihan guru (tenaga pengajar) sebanyak 7 orang dan proyeksi untuk tahun 2013 akan mengalami kelebihan guru sebesar 76 orang. Hal ini disebabkan oleh adanya regroupinng 8 buah SD yang tersebar merata di Kecamatan Tasikmadu kecuali Desa Suruh dan Pandeyan seperti yang tercantum dalam tabel 26. Walaupun demikian kelebihan guru atau tenaga pengajar akibat adanya regrouping tidak akan memiliki dampak negatif yang besar dan tidak akan secara signifikan mengurangi tujuan dari efisiensi biaya, hal ini dikarenakan: 1. Terdapat beberapa guru yang telah mendekati masa pensiun sehingga tidak akan ada masa kekosongan guru. 2. Kelebihan guru atau tenaga pengajar tersebut dapat direlokasikan ke kecamatan lain yang lebih membutuhkan dengan mempertimbangkan pengajar beberapa aspek seperti tempat tinggal, kenaikan jabatan dll. 3. Kelebihan jumlah guru kelas akan menguntugkan apalila diterapkan metode guru bidang studi untuk beberapa pelajaran penting sesuai dengan spesifikasi masing-masing sehingga murid akan mendapatkan kualitas pengajaran yang lebih baik. d. Jumlah dan Persebaran Tenaga Perpustakaan Sarana prasarana mengenai Perpustakaan disini dibatasi pada kebutuhan tenaga pustakawan yang ada di perpustakaan Sekolah Dasar (SD) dan Madrasah Ibditiyah (MI) di Kecamatan Tasikmadu tahun 2013 dihitung dengan rumus dibawah ini: Prediksi Jumlah Pustakawan th 2013 = =
proyeksi Jumlah murid th 2013 x 1 petugas 150
=
4.890 x1 150
= 33
lxxxv
Tabel 27. Jumlah dan Persebaran Tenaga Pustakawan SD/MI di Kecamatan Tasikmadu dan Prediksi Tahun 2013. No. 1. 2. 3. 4. 5. 6. 7. 8. 9. 10.
Nama Desa
Buran Papahan Ngijo Gaum Suruh Pandeyan Karangmojo Kaling Wonolopo Kalijirak Jumlah Sumber : Hasil Analisis
Jumlah Murid 296 786 394 319 599 632 595 439 338 492 4.890
Jumlah Kebutuhan Tenaga Perpustakaan 2 5 3 2 4 4 4 3 2 3 33
Berdasarkan tabel 26 dapat diketahui bahwa prediksi jumlah petugas perpustakaan Sekolah Dasar yang dibutuhkan oleh SD/MI di Kecamatan Tasikmadu tahun 2013 adalah 33 orang, yang paling banyak adalah Desa Papahan adalah 5 orang, sedang yang paling sedikit adalah Desa Buran, Desa Gaum, dan di Desa Wonolopo yaitu 2 orang. Keberadaan Tenaga perpustakaan diharapkan dapat membantu terlaksananya tujuan Perpustakaan Sekolah yaitu untuk menunjang program belajar siswa dan mengajar guru di sekolah agar dapat tercapai secara optimal sebagaimana tercantum dalam kurikulum sekolah. Peta sebaran fasilitas pendidikan di Kecamatan Tasikmadu dapat dilihat pada peta 5.
C. Pembahasan Hasil Penelitian 1. Pertumbuhan dan Persebaran Penduduk Usia 7-12 Tahun Jumlah penduduk usia 7-12 tahun di Kecamatan Tasikmadu pada tahun 2007 sebanyak 5.214 jiwa, sedangkan pada tahun 2001 sebanyak 5.367 jiwa, dengan demikian tingkat pertumbuhan penduduk usia (7-12 tahun) di Kecamatan Tasikmadu periode 2001-2007 adalah sebesar -0,48 % yang berarti penduduk usia 7-12 tahun periode 2001-2007 mengalami penurunan sebesar 0,48 %.
lxxxvi
lxxxvii
Jumlah penduduk usia Sekolah Dasar yang paling banyak berada di Desa Papahan yaitu 696 jiwa, dan yang paling sedikit berada di Desa Buran yaitu sebanyak 300 jiwa. Pada tahun 2013 yang akan datang diperkirakan jumlah penduduk Kecamatan Tasikmadu sebesar 5.066 jiwa, dengan jumlah penduduk terbanyak di Desa Papahan yaitu sebesar 676 jiwa, sedangkan jumlah penduduk terkecil terdapat di Desa Buran dengan jumlah 291 jiwa. Penurunan jumlah penduduk usia Sekolah Dasar akibat adanya program Keluarga berencana berdampak pada jumlah siswa yang ada pendidikan Sekolah Dasar. Semakin banyak penduduk yang berada di usia Sekolah Dasar (7-12 tahun) maka akan semakin banyak dibutuhkan gedung Sekolah Dasar yang mampu menampung jumlah penduduk yang berusia (7-12 tahun) dan berkesempatan mengenyam pendidikannya di Sekolah Dasar, namun sebaliknya jika semakin sedikit penduduk yang berada di usia Sekolah Dasar maka semakin banyak gedung yang mengalami kekurangan jumlah murid, sehingga untuk mengatasi hal tersebut pemerintah mengeluarkan program penggabungan (regrouping) Sekolah Dasar agar efisiensi pembiayaan khususnya dalam bidang Pendidikan Dasar dapat tercapai. 2. Penyediaan Fasilitas Pendidikan Sekolah Dasar a. Jumlah dan Persebaran Gedung Sekolah Dasar Gedung Sekolah Dasar di Kecamatan Tasikmadu tersebar di 10 desa, dengan jumlah gedung terbanyak di miliki oleh Desa Karangmojo sebanyak 4 gedung yang terdiri gedung Sekolah Dasar maupun Madrasah Ibtidaiyah dan jumlah gedung paling sedikit berada di Buran, Desa Ngijo, dan Desa Gaum masing-masing hanya ada 2 gedung Sekolah Dasar. Jumlah gedung yang tidak sama juga dipengaruhi oleh jumlah penduduk yang tidak sama. Seperti diketahui, jumlah penduduk usia Sekolah Dasar terbanyak di Desa Papahan, Desa Suruh, Desa Pandeyan dan Desa Karangmojo. Pembangunan gedung Sekolah Dasar memang dilakukan untuk menampung jumlah penduduk yang berusia 7-12 tahun sehingga bisa mengenyam pendidikan dasar khususnya pendidikan Sekolah Dasar. lxxxviii
Pada tahun 2007 jumlah gedung Sekolah Dasar yang ada sebanyak 28 gedung, rata-rata jumlah murid tiap Sekolah Dasar sebesar 180 siswa. Jumlah ini kurang ideal berdasarkan SK Mendiknas yang memberikan arahan tiap sekolah dasar untuk berdaya tampung 240 siswa atau 40 siswa/kelasnya. Dengan demikian jumlah dan persebaran gedung Sekolah Dasar pada tahun 2013 supaya ideal ditentukan dengan melakukan perhitungan proyeksi jumlah siswa Sekolah Dasar pada tahun 2013 dibagi dengan jumlah rata-rata daya tampung siswa tiap sekolah hasil penghitungannya adalah pada tahun 2013 jumlah Sekolah Dasar yang tepat di Kecamatan Tasikmadu adalah 20 gedung dan didistibusikan di seluruh Kecamatan Tasikmadu. Berdasarkan hasil tabel 23 dapat diketahui bahwa Sekolah yang akan di regrouping sebanyak 10 buah dari 28 buah SD yang berada di Kecamatan Tasikmadu yaitu berada di Desa Buran, Desa Papahan, Desa Ngijo, Desa Suruh, Desa Gaum, Desa Pandeyan, Desa Karangmojo, Desa Kaling, Desa Wonolopo, dan Desa Kalijirak. Namun hanya 8 desa yang memiliki persentase yang relatif besar untuk di regrouping karena untuk Desa Suruh dan Desa Pandeyan memiliki persentase yang relatif kecil sehingga kemungkinan untuk tidak di regrouping masih tinggi sehingga hal ini akan sesuai dengan jumlah Sekolah Dasar yang ideal di Kecamatan Tasikmadu. Penggabungan
(regrouping)
Sekolah
Dasar
menurut
Pedoman
Pelaksanaan Penggabungan Sekolah Dasar oleh Tim Pembina Pusat Pembagunan gedung Sekolah Dasar tahun 1999/2000 ditentukan oleh kriteria teknis pendidikan dengan indikator Daya Tampung (DT) SD/ sederajat yang ada pada tingkat desa / kelurahan merupakan indikator makro untuk memperkirakan adanya kelebihan atau kekurangan gedung sekolah hasilnya adalah Penggabungan (regrouping) Sekolah Dasar di Kecamatan Tasikmadu paling ideal dilakukan pada 8 Desa yang ada di Kecamatan Tasikmadu yaitu berada di Desa Buran, Desa Papahan, Desa Ngijo, Desa Gaum, Desa Karangmojo, Desa Kaling, Desa Wonolopo, dan Desa Kalijirak. Adapun sekolah yang jumlah siswanya kurang dari 240 siswa dilakukan penggabungan dengan sekolah-sekolah terdekatnya yang berada dalam satu area separti yang disebutkan dalam SK Mendiknas No.060/U/2002 dimana sekolah
lxxxix
yang berada dalam satu lokasi dan mempunyai jumlah siswa kurang dari 240 anak maka dilakukan penggabungan dengan sekolah lain yang sejenis dan berada dalam satu lokasi atau satu kelurahan. Pelaksanaan regrouping di Kecamatan Tasikmadu telah dimulai dengan adanya berbagai pertimbangan dan kajian yang diawali dengan Keputusan Bupati Karanganyar No 890/7/tahun 2007 tentang pembentukan tim pendirian, pengintegrasian, dan penghapusan sekolah formal dan nonformal. Pemerintah Kabupaten Karanganyar manyadari perencanaan konsep penggabungan Sekolah Dasar dapat memberi harapan untuk meningkatkan efektifitas pembelajaran dan efisiensi anggaran, antara lain dengan memecahkan masalah yang ada dengan upaya pemanfaatan kelebihan karakteristik dari masing-masing daerah. Proses Penggabungan (regrouping) SD dilakukan secara bertahap dengan memperhatikan kondisi dan potensi berdasarkan hasil pemetaan yang telah dilakukan oleh tim penggabungan SD. Namun dalam pelaksanannya, proses penggabungan juga menghadapi kendala terutama pada perangkat institusi/lembaga (kepala sekolah, penjaga sekolah dan guru), sehingga sampai saat ini belum ada tindakan lebih lanjut dari pemerintah Kabupaten Karanganyar maupun Kecamatan Tasikmadu. Peta sebaran fasilitas pendidikan prediksi tahun 2013 di Kecamatan Tasikmadu dapat dilihat pada peta 6.
b. Persebaran Guru SD dan MI Berdasarkan perhitungan diatas maka jumlah guru SD (tenaga pengajar) yang dibutuhkan di Kecamatan Tasikmadu proyeksi tahun 2013 adalah 167 orang, dibandingkan dengan jumlah guru yang dibutuhkan tahun 2007 ada adalah 236 orang sedangkan jumlah guru yang ada tahun 2007 di Kecamatan Tasikmadu adalah 243, sehingga di Kecamatan Tasikmadu tahun 2007 mengalami kelebihan guru (tenaga pengajar) sebanyak 7 orang dan proyeksi untuk tahun 2013 akan mengalami kelebihan guru sebesar 76 orang.
xc
xci
Hal ini disebabkan oleh adanya regrouping 8 buah SD yang tersebar merata di Kecamatan Tasikmadu kecuali Desa Suruh dan Pandeyan seperti yang tercantum dalam tabel 26. Walaupun demikian kelebihan guru atau tenaga pengajar akibat adanya regrouping tidak akan memiliki dampak negatif yang besar dan tidak akan secara signifikan mengurangi tujuan dari efisiensi biaya, selain kareana antisipasi beberapa guru yang telah mendekati masa pensiun, kelebihan guru atau tenaga pengajar tersebut dapat di realokasikan ke kecamatan lain yang lebih membutuhkan dengan mempertimbangkan beberapa aspek serta dapat diterapkan metode guru bidang studi untuk beberapa pelajaran penting.
c. Persebaran Ruang Kelas SD dan MI Ruang Kelas yang ada di Kecamatan Tasikmadu pada tahun 2007 untuk SD dan MI berjumlah 174 kelas dan tersebar di 28 sekolah. Jumlah rombongan belajar yang ada hanya berjumlah 172 rombongan maka masih ada 2 buah kelas yang kosong. Hal ini disebabkan oleh adanya penurunan jumlah siswa SD/MI di Kecamatan Tasikmadu tahun 2007 dibandingkan dengan tahun-tahun sebelumnya yang mengakibatkan penurunan jumlah rombongan belajar sedangkan jumlah ruang kelas yang cenderung tetap dari tahun ke tahun sehingga untuk mengatasi hal
tersebut
maka
pihak
sekolah
biasanya
memanfaatkannya
dengan
menggunakannya untuk ruang agama, ruang praktek siswa ataupun ruang serbaguna lainya. Hasil perhitungan kebutuhan jumlah ruang kelas yang ada di Kecamatan Tasikmadu untuk tahun 2013 adalah sebanyak 122 ruang, sehingga terdapat kelebihan 52 ruang maka untuk mengatasi masalah tersebut yaitu dengan melakukan penggabungan Sekolah Dasar yang ada di Kecamatan Tasikmadu yaitu sebanyak 8 buah gedung.
d. Persebaran Tenaga Perpustakaan Jumlah tenaga Perpustakaan Sekolah Dasar yang dibutuhkan oleh SD/MI di Kecamatan Tasikmadu tahun 2013 berdasarkan hasil perhitungan adalah 33 orang, yang paling banyak adalah Desa Papahan adalah 5 orang, sedang yang paling sedikit adalah Desa Buran, Desa Gaum, dan di Desa Wonolopo yaitu 2
xcii
orang. Tenaga perpustakaan ini dibutuhkan untuk melaksanakan kegiatan perpustakaan sebab guru tidak mampu untuk mengelola perpustakaan secara penuh sehingga memerlukan tenaga khusus yang dapat membantu agar tidak mengganggu tugas utama guru sebagai pengajar sehingga perpustakaan sekolah agar dapat maju dan berkembang untuk menunjang keberhasilan proses belajar mengajar di Sekolah Dasar.
BAB V KESIMPULAN, IMPLIKASI, DAN SARAN A. Kesimpulan Berdasarkan hasil analisis yang telah diuraikan, dapat ditarik kesimpulan sebagai berikut : 1. Pertumbuhan dan Persebaran Penduduk Usia 7-12 tahun Angka pertumbuhan penduduk usia 7-12 tahun di Kecamatan Tasikmadu periode 2001-2007 adalah sebesar -0,48 %, berarti dalam jangka waktu 6 tahun penduduk usia 7-12 tahun di Kecamatan Tasikmadu mengalami pengurangan sebesar 0,48 %. Jumlah penduduk usia 7-12 tahun di Kecamatan Tasikmadu pada tahun 2007 tersebar di 10 desa. Jumlah terbanyak di Desa Papahan yaitu sebesar 696 jiwa, pada tahun 2013 diperkirakan turun menjadi 676 jiwa, sedangkan jumlah penduduk terkecil terdapat di Desa Buran dengan jumlah 300 jiwa pada tahun 2013 diperkirakan menjadi 291 jiwa. 2. Penyediaan Fasilitas Pendidikan Sekolah Dasar Berdasarkan hasil pembahasan pada bab IV proyeksi kebutuhan gedung yang ideal pada tahun 2013 adalah 20 gedung sedangkan pada tahun 2007 gedung SD dan MI yang ada di Kecamatan Tasikmadu berjumlah 28 sehingga diperlukan penggabungan (regrouping) Sekolah Dasar dengan tujuan efisiensi biaya anggaran pendidikan. Gedung SD yang di regrouping berada pada 8 desa yaitu Desa Buran, Desa Papahan, Desa Ngijo, Desa Gaum, Desa Karangmojo, Desa Kaling, Desa Wonolopo, dan Desa Kalijirak. Guru SD dan MI yang ada di Kecamatan Tasikmadu pada tahun 2007 berjumlah 243 orang dan tersebar di 28 sekolah. Berdasarkan perhitungan kebutuhan guru tahun 2007 di Kecamatan Tasikmadu mengalami kelebihan guru sebanyak 7 orang sedangkan untuk tahun 2013 kebutuhan guru di Kecamatan Tasikmadu adalah 167 orang yaitu yang paling banyak berada di Desa Papahan sebanyak 26 buah, yang paling sedikit berada di Desa Buran yaitu 10 orang. Kelas yang ada di Kecamatan Tasikmadu pada tahun 2007 untuk SD dan MI berjumlah 174 kelas sedangkan jumlah rombongan belajar di Kecamatan xciii 86
Tasikmadu adalah 172 sehingga kelebihan 2 ruang kelas. Hasil perhitungan kebutuhan jumlah ruang kelas yang ada di Kecamatan Tasikmadu untuk tahun 2013 adalah sebanyak 122 ruang, sehingga terdapat kelebihan 52 ruang, maka untuk mengatasi masalah tersebut yaitu dengan melakukan penggabungan Sekolah Dasar yang ada di Kecamatan Tasikmadu yaitu sebanyak 8 buah gedung agar lebih efektif dan efisien. Jumlah tenaga Perpustakaan Sekolah Dasar yang dibutuhkan oleh SD/MI di Kecamatan Tasikmadu tahun 2013 adalah 33 orang, yang paling banyak adalah Desa Papahan adalah 5 orang, sedang yang paling sedikit adalah Desa Buran, Desa Gaum, dan di Desa Wonolopo yaitu 2 orang. B. Implikasi Pertumbuhan penduduk yang senantiasa mengalami pengurangan akibat adanya pelaksanaan program Keluarga Berencana di Indonesia, mempengaruhi jumlah penduduk yang bersekolah di SD/MI sehingga diperlukan kebijakan penggabungan Sekolah Dasar atau regrouping bagi Sekolah Dasar yang mengalami kekurangan murid untuk mengatasi masalah kelebihan tenaga guru, peningkatan mutu, serta efisiensi biaya pengelolaan Sekolah Dasar. Hasil penelitian ini dapat dipakai sebagai bahan pembuatan media pembelajaran di kelas XI SMA yaitu pada kompetensi dasar kemampuan memprediksi dinamika perubahan antroposfer dan dampaknya terhadap kehidupan dimuka bumi dengan materi pokok Antroposfer. C. Saran Berdasarkan hasil kesimpulan dan implikasi hasil penelitian diatas maka dapat diberikan saran-saran kepada Pemerintah Kabupaten Karanganyar, sebagai berikut: 1. Pembangunan gedung harus memperhatikan jumlah penduduk dan daya tampung sehingga lebih efektif dan efisien. 2. Pelaksanaan program penggabungan Sekolah Dasar (Regrouping) menjadi kebijakan pengelolaan Sekolah Dasar, sebagai akibat dari berkurangnya jumlah penduduk usia Sekolah Dasar. 3. Mengoptimalkan Sarana dan Prasarana Sekolah Dasar dalam upaya untuk meningkatkan kualitas pendidikan dasar dimasa yang akan datang. DAFTAR PUSTAKA Anonim. 2007. Pedoman Penulisan Skripsi. Surakarta : Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Sebelas Maret Surakarta. Arikunto, Suharsimi. 1986. Pengelolaan Kelas dan Siswa, Sebuah Pendekatan Evaluatif. Jakarta: CV. Rajawali
xciv
Badan Koordinasi Keluarga Berencana Nasional. 1988. Komposisi Penduduk. Jakarta : PT Manggala Putra Utama Barclay, George.W. 1984. Teknik Analisa Kependudukan. Jakarta : Bina Aksara Daldjoeni. 1982. Pengantar Geografi. Bandung : Penerbit Alumni. Departemen Pendidikan dan Kebudayaan. 1993. Keputusan Direktur Jenderal Pendidikan Dasar dan Menengah Departemen Pendidikan dan Kebudayaan Tentang Pembakuan Tipe Sekolah Pada Jenjang Pendidikan Dasar. Jakarta : Direktorat Sarana Pendidikan. Departemen Pendidikan Nasional. 2006. Pedoman Standar Pelayanan Minimal Penyeleggaraan Pendidikan Sekolah Dasar. Jakarta : Departemen Pendidikan Nasional Enoch, Jusuf. 1992. Dasar-Dasar Perencanaan Pendidikan. Jakarta : Bumi Aksara. Ikhsan, Fuad. 2003. Dasar-Dasar Kependidikan. Jakarta : PT Rineka Cipta Koordinator Statistik Kecamatan Tasikmadu. 2008. Kecamatan Tasikmadu Dalam Angka 2007/2008. BPS Kabupaten Karanganyar. Mantra, Ida Bagus. 2003. Demografi Umum. Yogyakarta : Nur Cahaya. Moleong. 2002. Metodologi Penelitian Kualitatif. Bandung : PT Remaja Rosdakarya. Mudjiman, Haris. 1988. Teknik Analisis Demografi. Surakarta : Universitas Sebelas Maret Press. Munir, Rozy., Dkk. 1981. Dasar-Dasar Demografi Edisi 2000. Jakarta : Lembaga Demografi FE UI. Nawawi, Hadari. 1987. Metode Penelitian Bidang Sosial. Yogyakarta : Gadjah mada University Press. Rusli, Said. 1983. Pengantar Ilmu Kependudukan. Jakarta: LP3ES Santoso, Edy dan Danial Achmad. 1996. Perencanaan Kebutuhan Ruang Belajar 89 dan Guru Sekolah Dasar Negri dalam kaitannya dengan anak Usia Sekolah di Kotamadya Bandarlampung. Jurnal Ilmu Pendidikan. Malang : Institut Keguruan dan Ilmu Pendidikan Malang.
xcv
Sudarsono, Widiyanti. 2000. BPK Demografi. Surakarta : Universitas Sebelas Maret Press. Sumardji. 1988. Perpustakaan Organisasi dan Tatakerjanya. Yogyakarta : Kanisius Sumatmadja, Nursid. 1980. Perspektif Studi Sosial. Bandung : Penerbit Alumni. Suwartono. 2000. Pendidikan Kependudukan dan Lingkungan Hidup. Surakarta : Universitas Sebelas Maret Press. Tim Pembina Pusat Pembangunan Gedung Sekolah Dasar. 1998. Pedoman Pelaksanaan Penggabungan Sekolah Dasar. Jakarta: Departemen Dalam Negri. Tirtarahardja dan La Sulo. 1994. Pengantar Pendidikan. Jakarta : Departemen Pendidikan dan Kebudayaan. Tika, Much Pabundu. 1997. Metode Penelitian Geografi. Jakarta : PT. Gramedia Pustaka Utama. Tilaar H.A.R. 1995. Manajemen Pendidikan Nasional Kajian Pendidikan Masa Depan. Bandung: PT Remaja Rosdakarya. Undang-Undang Republik Indonesia No. 20 Tahun 2003 Tentang Sistem Pendidikan Nasional. 2005. Solo : CV. Kharisma. Vembriarto, S. T. 1981. Pendidikan Sosial. Yogyakarta : Yayasan Pendidikan Paramita. Yunianto, Tri. 2005. Analisis Pertumbuhan Penduduk dan Penyediaan Fasilitas Gedung Sekolah Dasar di Kecamatan Ungaran Kabupaten Semarang Tahun 2004 Prediksi Tahun 2010. Skripsi. Surakarta: FKIP UNS. Surat Keputusan Bupati Karanganyar No. 890/7//2007. Tentang Pembentukan Tim Pendirian, Pengintegrasian dan Penghapusan Sekolah Formal dan Nonformal. Surat Keputusan Mendiknas No. 060/U//2002. Tentang Pedoman Pendirian Sekolah Dasar. http://library.usu.ac.id/download/fs/perpus-zurni2.pdf, diakses 27 September 2009 http://www.datastatistik-Indonesia.com/component/option,com-Search/item, 132/index.php, diakes 26 Mei 2009
xcvi
http://www.pdankjatim.net/Dokumen/GRANDDESIGN.doc , diakses 23 Mei 2009 http://www.pmptk.net/file/pedoman/4.%20Perhitungan%20Perencanaan%20 Kebutuhan%20Guru.doc, diakses 19 Juli 2008 http://www.scribd.com/doc/19991473/PERMEN-NO-24-TAHUN-2007TENTANG-STANDAR-SARANA-PRASARANA, diakses 29 Mei 2008
xcvii