KORELASI ANTARA PRESTASI BELAJAR MATA PELAJARAN FIQIH DENGAN DISIPLIN BERIBADAH PADA SISWA KELAS X MADRASAH ALIYAH MA’ARIF BOROBUDUR KABUPATEN MAGELANG TAHUN 2010
SKRIPSI
Oleh : SITI CHOTIJAH NIM : 11408141
SEKOLAH TINGGI AGAMA ISLAM NEGERI (STAIN) SALATIGA 2010
1
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah Pembelajaran Mata Pelajaran Fiqih merupakan salah satu mata pelajaran yang wajib diajarkan pada semua Madrsah dan jenjang pendidikan Madrsah (MI, MTs, MA) di Indonesia. Posisi strategis mata pelajaran tersebut berkaitan dengan upaya pencapaian tujuan pendidikan nasional, yaitu pembentukan manusia beriman dan bertaqwa kepada Tuhan Yang Maha Esa. Keberadaan mata pelajaran Fiqih pada Madrasah sejajar dengan mata pelajaran lain yang merupakan satu kesatuan dalam pencapaian tujuan pembelajaran siswa secara komprehensip. Mata pelajaran fiqih yang mencakup beberapa aspek tuntunan beribadah diharapkan mampu memotifasi disiplin beribadah pada siswa baik wajib maupun sunah. Efektivitas pembelajaran mata pelajaran fiqih pada Madrasah tergantung pada banyak faktor, diantaranya adalah kesiapan siswa, sikap siswa terhadap mata pelajaran merupakan faktor penting dalam belajar, mata pelajaran yang disukai, akan lebih lancar dipelajari daripada mata pelajaran yang kurang disukai. Sebaliknya mata pelajaran yang kurang disukai akan sulit dipelajarinya (Masrun, 1973:66). Kriteria keberhasilan pelajaran mata pelajaran fiqih antara lain intensitas siswa dalam beribadah meningkat. Realitas di lapanagan masih banyak
1
2
ditemukan siswa Madrasah belum mamiliki kedisiplinan dalam beribadah khususnya salat, puasa wajib, dan membaca Al Qur‟an pada usia siswa 17 s/d 19 tahun seharusnya sudah merupakan satu kewajiban individual, tanpa ada paksaan dari pihak luar (orang tua ataupun sekolah) dalam pelaksanaan ibadah. Pada usia tersebut dijelaskan oleh Ronald Goldman tentang tahapan perkembangan keimanan mencapai fase personal religius stage yaitu usia 14 -18 tahun ke atas. Pada tahapan ini mulai mempunyai konsep agama yang rasional, namun sebaliknya tumbuh pula sifat negatif yang mengganggu keyakinan agamanya sebagai proses untuk menuju pada pemantapan keimanannya. Disinilah peranan penguasaan pembelajaran fiqih pada siswa di fase ini. Secara umum memandang bahwa pembelajaran fiqih di Madrasah Aliyah sangat berpengaruh pada tingkat kedisiplinan beribadah pada siswa. Namun ada kenyataannya pembelajaran mata pelajaran fiqih di Madrasah Aliyah belum sepenuhnya menghasilkan kedisiplinan individu siswa dalam menjalankan ibadah, hal ini sangat dipengaruhi oleh sikap kurang responshif siswa yang berdampak pada prestasi siswa terhadap mata pelajaran tersebut. Pandangan umum tersebut masih perlu dibuktikan kebenarannya melalui penelitian yang berkesinambungan dan mencakup berbagai aspek terkait di dalamnya. Dalam konteks tersebut penulis ingin meneliti mengenai korelasi antar prestasi belajar fiqih dengan disiplin beribadah siswa kelas X siswa Madrasah Aliyah Ma‟arif Borobudur Kabupaten Magelang Tahun Pelajaran 2010.
3
B. Fokus Penelitian Berdasarkan latar belakang masalah muncullah rumusan masalah sebagai berikut : 1. Bagaimanakah prestasi belajar fiqih siswa kelas X Madrsah Aliyah Ma‟arif Borobudur Tahun 2010? 2. Bagaimanakah disiplin beribadah siswa kelas X Madrsah Aliyah Ma‟arif Borobudur Tahun 2010? 3. Adakah korelasi prestasi belajar fiqih terhadap disiplin beribadah pada siswa kelas X Madrasah Aliyah Ma‟arif Borobudur Kabupaten Magelang tahun 2010?
C. Tujuan Penelitian Agar dapat memberikan gambaran kongkret serta arah yang jelas dalam pelaksanaan penelitian ini maka perlu dirumuskan tujuan yang ingin dicapai yaitu: 1. Untuk mengetahui prestasi belajar fiqih siswa kelas X Madrasah Aliyah Ma‟arif Borobudur Kabupaten Magelang tahun 2010. 2. Untuk mengetahui disiplin beribadah siswa kelas X Madrsah Aliyah Ma‟arif Borobudur Kabupaten Magelang tahun 2010. 3. Untuk mengetahui ada tidaknya korelasi prestasi belajar fiqih terhadap disiplin beribadah pada siswa kelas X Madrasah Aliyah Ma‟arif Borobudur Kabupaten Magelang 2010.
4
D. Kegunaan Penelitian Hasil penelitian ini diharapkan mampu memberikan informasi yang jelas tentang ada tidaknya korelasi prestasi belajar fiqih terhadap disiplin beribadah. Dari informasi tersebut diharapkan dapat memberikan manfaat secara praktis maupun secara teoritik yaitu : 1. Manfaat teoritik, dari hasil penelitian ini dapat sebagai upaya pengembangan penemuan teori, ilmu pengetahuan tentang kajian materi pelajaran fiqih. 2. Manfaat praktis sebagai berikut : a. Hasil penelitian diharapkan dapat sebagai masukan informasi bagi guru pelajaran fiqih dalam hal prestasi belajar fiqih pada siswa kelas X Madrasah Aliyah Ma‟arif Borobudur Kabupaten Magelang tahun 2010. b. Hasil penelitian diharapkan dapat sebagai masukan bagi guru dalam hal yang terkait dengan disiplin beribadah siswa kelas X Madrasah Aliyah Ma‟arif Borobudur Kabupaten Magelang Tahun 2010. c. Hasil penelitian ini diharapkan dapat sebagai masukan bagi Kepala Sekolah untuk mengambil kebijakan dalam upaya memotifasi prestasi belajar fiqih dan kedisplinan beribadah siswa kelas X Madrasah Aliyah Ma‟arif Borobudur Kabupaten Magelang Tahun 2010.
E. Hipotesis Penelitian Hipotesis adalah “Suatu jawaban yang bersifat sementara terhadap permasalahan penelitian, sampai terbukti melalui data yang terkumpul” (Suharsini Arikunto, 1999:67). Hipotesis adalah “Dugaan sementara yang mungkin benar atau mungkin salah. Dia akan ditolak jika salah atau palsu, dan
5
akan diterima jika fakta-fakta membenarkan” (Sutrisno Hadi, 1981:63). Dari kedua pendapat di atas penulis menyimpulkan bahwa hipotesis adalah dugaan atau kesimpulan sentara terhadap permasalahan penelitian, yang mungkin benar atau mungkin salah. Hipotesis ini akan diterima jika benar dan ditolak jika salah. Dalam penelitian ini dirumuskan hipotesis sebagai berikut : Hipotesis dalam penelitian ini ada korelasi positif antara prestasi belajar fiqih dengan disiplin beribadah pada siswa kelas X MA Ma‟arif Borobudur Tahun 2010.
F. METODOLOGI PENELITIAN Metode yang akan digunakan dalam peneitian ini adalah : 1. Populasi dan Sampel a. Populasi Populasi adalah “keseluruhan subjek penelitian” (Suharsini Arikunto, 1999:115). Sedangkan Sutrisno Hadi mengatakan “semua individu untuk siapa kenyataan – kenyataan yang diperoleh dari sampel itu hendak digenerasikan, disebut populasi atau universe” (Sutrisno Hadi, 1981:70). Berdasarkan kedua pendapat di atas populasi adalah seluruh individu atau penduduk dalam wilayah penelitian yang nantinya akan dikenai hasil penelitian. Populasi penelitian ini mencakup seluruh siswa kelas X Madrasah Aliyah Ma‟arif Borobudur Kabupaten Magelang Tahun 2010 sejumlah 42 siswa.
6
b. Sampel dan Tehnik Pengambilan Sample Menurut Suharsini Arikunto “Sample adalah sebagian atau wakil populasi yang diselidiki” (Suharsimi Arikunto, 1999:117). Prof. Winarno Surachman, Msc. Id. berpendapat “Untuk pedoman umum saja apabila populasi berada di bawah 100 dapat digunakan sample 50% yaitu siswa sebagai sampel dan diatas 1000 sebesar 15%” (Winarno Surachmad, 100). Penulis menyimpulkan bahwa sample adalah sebagian populasi dari keseluruhan subjek penelitian. Mengenai besar kecilnya sample tidak ada ketentuan, tetapi perlu diingat bahwa semakin besar sample diambil, maka kesimpulan yang diperoleh semakin baik. Sehubungan dengan hal tersebut, Suharsimi Arikunto mengatakan, untuk sekedar ancer-ancer apabila subjeknya kurang dari seratus, lebih baik diambil semua sehingga penelitiannya merupakan penelitian populasi, sedangkan subjeknya besar dapat diambil antara 10-15% atau 20-20% atau lebih, sesuai kemampuan (Suharsimi Arikunto, 1999:120). Dari dua pendapat tersebut penulis dalam pengambilan sample menggunakan tehnik proporsional statified random sampling, karena sesuai dengan keadaan populasi yang berpedoman pada pendapat Prof. Winarno Surachmad, Msc.Id. yaitu 100% siswa kelas X Madrasah Aliyah Ma‟arif Borobudur, jumlah keseluruhan siswa menjadi sample 42 orang.
2. Definisi Operasional Untuk menghindari terjadinya penafsiran yang berbeda dengan maksud penulis dalam penggunaan judul penelitian ini, perlu penjelasan beberapa istilah pokok maupun kata-kata yang menjadi variabel penelitian.
7
Istilah yang perlu penulis jelaskan adalah sebagaimana berikut : a. Prestasi Belajar Prestasi adalah apa yang telah didapat, diciptakan, hasil pekerjaan yang menyenangkan, dari keuletan bekerja (WJS. Purwodarminta, 1985: 78).
Sedangkan
belajar
adalah
menambah
dan
mengumpulkan
pengetahuan (Prof, Dr. Nasution:1982). Menurut pendapat yang lebih modern, prestasi belajar adalah apabila ia dapat melakukan sesuatu yang tidak dilakukan ia sebelum ia belajar, atau kelakuannya berubah sehingga lain caranya menghadapi sesuatu situasi daripada sebelum itu. Dari pengertian di atas yang dimaksud prestasi belajar mata pelajaran fiqih adalah apa yang telah didapat dalam menambah dan mengumpulkan pengetahuan siswa dari Mata Pelajaran Fiqih sehingga ia dapat melakukan sesuatu yang tidak ia lakukan sebelum ia belajar mata pelajaran Fiqih. Fiqih adalah bagian dari mata pelajaran Pendidikan Agama Islam yang memberikan bimbingan pada siswa agar memahami, menghayati serta mengamalkan tuntunan agama Islam dalam kehidupan sehari-hari. Karena luas cakupan materi pembelajaran fiqih dalam hal ini penulis akan membatasi atau mengfokuskan pada prestasi belajar dari tinjauan penilaian akademik yaitu afektif, kognitif dan psikomotorik siswa dalam belajar mata pelajaran fiqih dalam nilai raport sesuai kurikulum Fiqih Kelas X.
8
Guna menghindari kesalahan penafsiran dalam hal ini perlu penulis sampaikan beberapa indikator prestasi belajar mata pelajaan fiqih sebagaimana terangkum dalam nilai raport semester I kelas X MA Ma‟arif Borobudur. Adapun indikator prestasi belajar mata pelajaran fiqih meliputi : 1. Memahami prinsip-prinsip ibadah dan syariah. 2. Memahami hukum Islam tentang zakat, haji, qurban, aqiqoh dan pengurusan jenazah. 3. Mampu menjelaskan tentang thaharoh, shalat, puasa romadhon, zakat, infak, shodaqoh. 4. Mampu mengidentifikasi prinsip-prinsip ibadah. 5. Mampu menjelaskan tujuan syariat islam, ketentuan tentang zakat, haji, tata cara pelaksanaan qurban, aqiqoh serta pengurusan jenazah. 6. Mampu menerapkan cara-cara berpegang pada prinsip-prinsip ibadah, cara pelaksanaan zakat, cara melasanakan aqidah. 7. Mampu mempraktekan pelaksanaan haji serta mampu memperagakan tata cara pengurusan jenazah. b. Disiplin Beribadah Disiplin artinya ketaatan (kepatuhan) pada peraturan (tata tertib dan sebagainya) (Kamus Besar Bahasa Indonesia, 1996:237). Beribadah berarti menjalankan ibadah, menunaikan segala kewajiban yang diperintah Alloh (Kamus Besar Bahasa Indonesia, 1996:237). Disiplin
9
beribadah yang dimaksud di sini adalah ketaatan / kepatuhan siswa dalam melaksanakan segala kewajiban yang diperintah Alloh SWT. Sebenarnya ruang lingkup peribadatan tidak hanya terbatas pada ibadah langsung kepada Alloh, tetapi juga mencakup seluruh aspek kegiatan manusia. Mengingat luasnya pengertian ibadah dalam Islam, maka dalam penelitian ini penulis membatasi pengertian ibadah yang langsung kepada Alloh. Adapun indikator disiplin beribadah meliputi : 1) Ketepatan waktu dalam melaksanakan shalat wajib 2) Melaksanakan shalat sunnat 3) Kesungguhan / kekhusukkan dalam melaksanakan sholat 4) Melaksanakan sholat berjama‟ah 5) Berdo‟a / berdzikir selesai sholat 6) Melaksanakan puasa romadhon dan puasa sunnah 7) Kebiasaan berdo‟a jika akan mengerjakan sesuatu 8) Kebiasaan membaca Al-Qur‟an
3. Metode Pengumpulan Data Dalam penelitian ini, penulis menggunakan metode pengumpulan data sebagai berikut : a. Metode Angket Angket adalah sejumlah pertanyaan tertulis yang digunakan untuk memperoleh informasi dari responden dalam arti laporan tentang pribadinya atau hal-hal yang ia ketahui (Suharsimi Arikunto, 1999:124).
10
Angket di sini digunakan sebagai metode pokok untuk memperoleh informasi tentang korelasi prestasi belajar mata pelajaran fiqih dan disiplin beribadah. b. Metode Wawancara atau interview Wawancara ini penulis gunakan sebagai alat bantu terhadap data yang diperoleh dengan angket yaitu mengenai korelasi prestasi belajar mata pelajaran fiqih dengan disiplin beribadah siswa, untuk meyakinkan data angket yang diperoleh c. Metode Observasi Observasi ialah pengamatan dan pencatatan dengan sistematik fenomena-fenomena yang diselidiki (Prof. dr. Sutrisno Hadi MA, 1986:136). Metode observasi ini digunakan untuk mengumpulkan data tentang lokasi sekolah dan pada saat pelaksanaan pengisian angket d. Metode Dokumentasi Metode dokumentasi adalah mencari data mengenai hal-hal atau variabel yang berupa catatan, trankip, buku, surat kabar, majalah, prasasti, notulen rapat, lengger, agenda dan sebagainya (Suharsini Arikunto, 1999:234). Dokumentasi didapat di kantor TU, guru mata pelajaran fiqih, kepala sekolah dan guru yang lain.
4. Tehnik Analisis Data Analisis data adalah langkah lebih lanjut yang dilakukan setelah mendapat data yang diperoleh melalui pengumpulan data dari hasil yang
11
diupayakan. Setelah data terkumpul penulis mengelola dan menganalisis secara deskriptif dengan teknik prestasi untuk mengetahui frekuensi yang muncul dengan rumus : F P=
x 100% N
Keterangan : P = Prestasi F = Frekuensi N = Jumlah subyek Sedangkan untuk mengetahui hubungan antara variabel pertama dan kedua digunakan teknik statistik Product Moment dengan rumus sebagai berikut :
rxy
xy
x y n
2 x 2 y 2 x y n n 2
Keterangan : rxy
= Koefieisn korelasi x dan y
xy
= Jumlah product dari x dan y
n
= Responden penelitian
G. Sistematika Penulisan Skripsi Sistematika yang penulis ketengahkan disini terdiri dari 5 (lima) bab, dan masing-masing bab terdiri dari sub atau bagian.
12
Adapun sebelum bab pertama terdapat halaman yang bersifat formal yang berhubungan dengan skripsi ini yaitu : halaman nota pembimbing, halaman persembahan, kata pengantar, dan daftar isi. Penulis skripsi ini terdiri dari 5 (lima) bab yaitu sebagai berikut : BAB
I
: Pendahuluan Berisi antara lain : Latar Belakang Masalah, Fokus Penelitian, Tujuan Penelitian, Kegunaan Penelitian, Hipotesis Penelitian, Metodologi Penelitian, dan Sistematika Penulisan Skripsi.
BAB
II
: Kajian Pustaka Terdiri dari tiga bagian meliputi : A. Prestasi Belajar berisi antara lain : Pengertian Prestasi Belajar, Tujuan Belajar, Jenis-jenis Belajar, Faktor yang Mempegaruhi Belajar, Kurikulum Mata Pelajaran Fiqih Kelas X semester I. B. Disiplin Beribadah berisi antara lain : Pengertian Disiplin, Pengertian Ibadah, Bentuk-bentuk Beribadah. C. Korelasi Prestasi Belajar Mata Pelajaran Fiqih dengan Disiplin Beribadah pada Siswa
BAB
III
: LAPORAN HASIL PENELITIAN Yang meliputi dua bagian yaitu : A. Situasi Umum MA Ma‟arif Borobudur yang meliputi : Sejarah Singkat Berdirinya, Letak Geografis, Keadaan Guru
13
dan Siswa, Keadaan Sarana Prasarana, Keadaan Warga Belajar, Perpustakaan dan Struktur Organisasi. B. Data Khusus Penelitian yang meliputi Data Responden, Data Prestasi Belajar Mata Pelajaran Fiqih dan Data Disiplin Beribadah Siswa Madrasah Aliyah Ma‟arif Borobudur. BAB
IV
: ANALISIS DATA Pada bab ini berisi tentang penyajian data dan pengolahannya. Analisis Data berupa Analisis Diskriptif, Uji Hipotesisi Hasil Penelitian.
BAB
V
: PENUTUP Pada bab ini terdiri dari Kesimpulan, Saran-saran, Kata Penutup, Daftar Pustaka dan Lampiran.
14
BAB II KAJIAN PUSTAKA
A. PRESTASI BELAJAR 1. Pengertian Prestasi Belajar Prestasi merupakan hasil yang telah dicapai dari yang telah dilakukan dan dikerjakan (KBI, 2001:895). Belajar merupakan suatu kegiatan yang berproses dan merupakan unsur yang sangat fundamental dalam penyelenggaraan setiap jenis jenjang pendidikan yang berarti berhasil tidaknya pencapaian tujuan pendidikan amat tergantung pada proses dan masyarakat selaku pelaku pendidikan. Nabi Muhammad SAW memberikan pedoman betapa sangat pentingnya belajar sebagaimana sabdanya.
“Rosululloh SAW bersabda : Menurut Ilmu itu wajib bagi tiap-tiap muslim laki-laki dan perempuan.” (Drs. H. Ally As‟ad, 1978:3). Dalam psikologi pendidikan, belajar adalah suatu aktivitas yang menuju ke arah tujuan tertentu (Drs. Mustaqim dan abdul Wahib, 2003:60). Untuk mengetahui gambaran yang lebih jelas tentang pengertian prestasi belajar di bawah ini menurut beberapa ahli sebagai berikut :
14
15
Menurut Muhibin Syah, belajar yaitu sebagai tahapan perubahan seluruh tingkah laku Individu yang relatif menetap sebagai hasil pengalaman dan interaksi dengan lingkungan yang melibatkan proses kognitif (Drs. Muhibin Syah, M.Ed. 1995:64). Menurut Witherington dalam bukuya “Landasan psikologi proses pendidikan mengatakan belajar adalah merupakan perubahan dalam kepribadian yang dimanifestasikan sebagai pola respon yang baru yang berbentuk ketrampilan. Sikap, kebiasaan, pengetahuan dan kecakapan” (Prof. Dr. Nana Syaodih Sukmadinata, 2004:155). Menurut Cronback mendefinisikan “Learning is shawn by a change in behaviour as a result of experience.” Belajar ditujukan oleh suatu perubahan perilaku sebagai sebuah hasil pengalaman (Sardiman, 1994:22). Menurut Harold Spears memberikan batasan “Learning is to observe, to read to Imitate to try something them selves, to listen, to follow direction.” Belajar adalah mengamati, membaca, meniru, mencoba sesuatu, mendengarkan, mengikuti petunjuk (Sardiman, 1994:22). Menurut Beoch, mengatakan “Learning is change in performance as a result of practice.” Belajar adalah suatu perubahan penampilan sebagai hasil berlatih (Sardiman, 1994:22). Dari uraian di atas dapat diambil kesimpulan bahwa belajar itu senantiasa merupakan perubahan tingkah laku atau penampilan dengan serangkaian kegiatan misalnya dengan membaca, mengamati, mendengarkan
16
meniru dan sebagainya. Belajar akan lebih baik jika si subjek belajar juga mengalami atau melakukan, jadi tidak bersifat verbalistik. Belajar juga dapat di devinisikan “berubah.” Dalam hal ini yang dimaksudkan belajar berarti usaha mengubah tingkah laku. Jadi belajar akan membawa suatu perubahan pada idividu – idividu yang belajar. Perubahan itu tidak hanya berkaitan dengan penambahan Ilmu pengetahuan, tetapi juga berbentuk kecakapan ketrampilan, sikap, pengertian, harga diri, minat, watak, penyesuaian diri. Jelasnya menyangkut segala aspek organisme dan tingkah laku pribadi seseorang. Dengan demikian dapatlah dikatakan bahwa belajar itu sebagai suatu rangkaian kegiatan jiwa raga, psiko-fisik untuk menuju ke perkembangan pribadi manusia seutuhnya, yang berarti menyangkut unsur cipta, rasa dan karsa, ramah, kognitif, afektif dan psikomotorik.
2. Tujuan Belajar Belajar dimulai karena adanya suatu tujuan yang ingin dicapai. Tujuan itu muncul untuk mengetahui suatu kebutuhan. Perrbuatan belajar diarahkan kepada pencapaian suatu tujuan dan untuk memenuhi kebutuhan. Suatu perbuatan belajar akan efisien apabila terarah kepada tujuan yang jelas dan berarti bagi individu (Nana Syaodih Sukmadinata, 2003:157). Mengenai tujuan belajar sebenarnya sangat banyak dan bervariasi. Tujuan-tujuan belajar yang eksprisit diusahakan untuk dicapai dengan tindakan Intruksional, lazim dinamakan dengan Intructional affects, yang
17
biasa berbentuk pengetahuan dan ketrampilan (Sardiman A.M., 1994:28). Sedangkan tujuan – tujuan yang lebih merupakan hasil sampingan yaitu : tercapainya karena siswa “menghidupi (to live in) suatu sistem lingkungan belajar tertentu seperti contohnya, kemampuan berfikir kritis idan kreatif, sikap terbuka dan demokratis menerima pendapat orang lain. Semua itu lazim disebut nur turant affects” (Sardiman A.M., 1994:28). Menurut Sardiman tujuan belajar secara umum ada 3 jenis sebagai berikut : 1. Untuk mendapatkan pengetahuan. 2. Penanaman konsep dan ketrampilan. 3. Pembaentukan sikap (Sardiman A.M., 1994:28-29). Dari uraian di atas dapat ditarik kesimpulan inti tujuan belajar itu adalah ingin mendapatkan pengetahuan, ketrampilan dan penanaman sikap mental / nilai – nilai. Pencapaian tujuan belajar berarti akan menghasilkan, hasil belajar. Relevan dengan uraian mengenai tujuan belajar tersebut, maka hasil belajar itu meliputi : a. Hal ihwal keilmuan dan pengetahuan, konsep atau fakta ( kognitif ) b. Hal ihwal personal, kepribadian atau sikap ( afektif ) c. Hal ihwal kelakuan, ketrampilan atau penampilan ( psikomotorik ) (Sardiman A.M., 1994:30). Dari uraian di atas belajar jelas dapat merubah sesorang menuju ke arah yang lebih baik. Dengan belajar dapat menghindari kebodohan. Untuk mencapai hasil usaha yang baik dalam belajar, maka diperlukan kesungguhan
18
dalam belajar. Sebagaimana diungkapkan oleh Syeh Az – Zarmuji sebagai berikut :
Artinya : “Hendaklah pelajar berusaha sungguh-sungguh sampai terasa letih guna mencapai kesuksesan, dengan tak kenal berhenti dan dengan cara menghayati keutamaan ilmu.”(Drs. Aliy Asad, 1978:38). Ungkapan tersebut mengandung arti, orang yang menurut ilmu itu harus dengan bersungguh – sungguh agar mendapatkan keberhasilan, dengan tak kenal berhenti disertai menghayati keutamaan Ilmu.
3. Jenis –jenis Belajar Dari berbagai model atau metode belajar maka akan muncul bermacam-macam kegiatan yang mengarah pada proses belajar. Keaneka ragaman jenis belajar tentunya tidak terlepas dari tujuan yang akan dicapai sehingga dalam belajar menurut adanya kegiatan yang sesuai dengan kebutuhan. Muhibin Syah mengategorikan jenis belajar ada 8 yaitu sebagai berikut : 1)
Belajar abstrak, ialah belajar yang menggunkan cara-cara berfikir abstrak untuk memperoleh pemahaman dan pemecahan masalah yang tidak nyata.
2)
Belajar ketrampilan, adalah belajar dengan menggunakan gerakangerakan motorik yang berhubungan dengan urat syaraf dan otot-otot / neuromuscular
untuk
jasmaniah tertentu.
memperoleh
dan
menguasai
ketrampilan
19
3)
Belajar sosial, adalah belajar memahami masalah-masalah dan tehniktehnik untuk memecahkan masalah guna menguasai pemahaman dan kecakapan dalam memecahkan masalah-masalah sosial.
4)
Belajar pemecahan masalah, adalah belajar menggunakan metodemetode. Ilmiaj atau berfikir secara sistematis, logis, teratur, dan teliti untuk memperoleh kemampuan dan kecakapan kognitif untuk memecahkan masalah secara rasional, lugas dan tuntas.
5)
Belajar rasional, ialah belajar dengan menggunakan kemampuan berfikir secara logis dan rasional untuk memperoleh aneka ragam kecakapan menggunakan prinsip-prinsip dan konsep-konsep.
6)
Belajar kebiasaan, adalah proses pembentukan kebiasaan-kebiasaan baru atau perbaikan kebiasaan-kebiasaan yang telah ada agar dapat memperoleh sikap-sikap dan kebiasaan-kebiasaan perbuatan baru yang lebih tepat dan positif.
7)
Belajar apresiasif, adalah belajar mempertimbangkan (Judement) arti penting atau nilai suatu objek agar memperoleh dan mengembangkan kecakapan ramah rasa (affective skill)
8)
Belajar pengetahuan, ialah belajar dengan cara melakukan penyelidikan mendalam terhadap obyek pengetahuan tertentu agar memperoleh atau menambah informasi dan pemahaman terhadap pengetahuan tertentu yang biasa lebih rumit dan memerlukan kiat khusus dalam mempelajarinya (Drs. Muhibin syah. M. Ed., 1995:121).
20
Sedangkan H.M. Suparta, Herry Noer Aly menyusun jenis-jenis belajar secara hirarkis yang paling sederhana sampai yang kompleks sebagai berikut : 1)
Belajar tanda, yaitu belajar memberi reaksi (respons) terhadap rangsangan (stimulus).
2)
Belajar memberi reaksi terhadap rangsangan melalui penguatan (reinforcement) yaitu belajar memberi reaksi yang berulang-ulang manakala terjadi penguatan.
3)
Belajar membentuk rangkaian, yaitu belajar menghubung-hubungkan segala yang satu dengan yang lain, sehingga menjadi satu kesatuan yang berarti.
4)
Belajar Asosiasi verbal, yaitu memberikan reaksi dalam bentuk katakata terhadap rangsangan yang diterimanya.
5)
Belajar membedakan hal yang majemuk, yaitu memberikan reaksi berbeda terhadap rangsangan yang hampir sama sifatnya.
6)
Belajar konsep, yaitu menempatkan objek menjadi satu klasifikasi tertentu.
7)
Belajar kaidah atau belajar prinsip, yaitu menghubung-hubungkan beberapa konsep
8)
Belajar memecahkan masalah, yaitu menggabungkan beberapa kaidah atau prinsip untuk memecahkan persoalan (Drs. H.M. Suparta MA dan Drs. Herry Noer Aly MA, 2003:31).
21
Dari pendapat para ahli diatas dapat diambil kesimpulan bahwa jenisjenis belajar adalah proses interaksi adanya stimulus dan respon yang mampu menimbulkan perubahan tingkah laku yang bermanfaat bagi dirinya.
4. Faktor –faktor yang mempengaruhi belajar Usaha keberhasilan belajar dipengaruhi oleh banyak faktor. Faktorfaktor tersebut dapat bersumber pada dirinya atau diluar dirinya atau lingkungannya. Dalam hal ini, Nana Syaodih Sukmadinata membagi factorfaktor yang mempengaruhi belajar sebagai berikut : a. Faktor-faktor dalam diri individu Dalam hal ini menyangkut aspek jasmaniyah mencakup kondisi dan kesehatan jasmani individu, dan juga menyangkut aspek rohani menyangkut
kondisi
kesehatan
psikis,
kemampuan-kemampuan
intelektual, sosial, psikomotor serta kondisi afektif dan kognitif dari Individu. b. Faktor –faktor lingkungan Dalam hal ini sangat dipengaruhi oleh factor-faktor dari luar siswa diantaranya, keluarga, lingkungan sekolah juga lingkungan masyarakat (Prof. Dr. Nana Syaodih Sukmadinata, 2004:162). Secara global Muhibin Syah, membagi dalam 3 faktor yang mempengaruhi belajar yaitu : 1. Faktor Internal (faktor dari dalam siswa) yaitu, kondisi jasmani dan rohani siswa.
22
2. Faktor external (faktor dari luar siswa) yakni kondisi lingkungan disekitar siswa. 3. Faktor pendekatan belajar (approach to learning), yakni jenis upaya belajar siswa yang meliputi strategi dan metode yang digunakan siswa untuk melakukan kegiatan pembelajaran materi-materi pelajaran (Drs. Muhibin Syah. M.Ed., 1995:132). Menurut Mustaqim dan Abdul Wahib banyak factor-faktor yang mempengaruhi belajar diantaranya sebagai berikut : 1. Kemampuan pembawaan, anak yang kemampuan pembawaan lebih, akan lebih cepat belajar, sedangkan anak yang kemampuan kurang akan memperlambat belajar. 2. Kondisi phisik orang yang belajar Kondisi phisik sangat mempengaruhi prestasi belajar anak 3. Kondisi Psikis Anak. Kondisi psikis anak yang belajar harus dipersiapkan sebaik-baiknya agar dapat membantu belajar dengan baik. 4. Kemauan Belajar Adanya kemauan dapat mendorong belajar, dorongan belajar kuat hasil belajar akan meningkat. 5. Sikap siswa terhadap Guru, mata pelajaran dan pengertian mereka tentang kemajuan mereka sendiri. Murid cinta dan suka terhadap guru dan juga mata pelajaran, maka akan memperlancar belajar. Sikap murid baik terhadap guru, gurupun memberi
23
perhatian terhadap murid-murid. Mata pelajaran yang disukai akan lebih lancar dipelajari. 6. Bimbingan Bimbingan perlu diberikan untuk mencegah usaha-usaha yang membuta, hingga anak tidak mengalami kegagalan. 7. Ulangan Hal ini ulangan merupakan elemen yang vital dalam belajar untuk dapat menunjukan pada orang yang belajar kemajuan-kemajuan dan kelemahankelemahan dalam belajar (Drs. Mustaqim, Drs. Abdul Wahib, 2003:63). Berdasarkan uraian diatas dapat disimpulkan bahwa dalam rangka seseorang belajar, memerlukan banyak pendekatan yang harus diperhatikan agar hasil pelajarannya sesuai dengan yang diharapkan, hal tersebut tidak terlepas dengan adanya beberapa faktor yang mempengaruhi dalam proses belajar. Sebuah proses belajar akan dapat menghasilkan prestasi belajar atau hasil belajar yang diharapkan sangat dipengaruhi oleh faktor – faktor belajar sebagai tersebut diatas.
5. Kurikulum Mata Pelajaran Fiqih Kelas X Berdasarkan Kurikulum Tingkat
Satuan Pendidikan (KTSP)
Departemen Agama RI tahun 2008, hanya menyantumkan standar Kompetensi. 1. Pengertian mata pelajaran Fiqih
24
Fiqih adalah “Ilmu tentang hukum Islam” (Kamus Besar Bahasa Indonesia, 2001:316). Dalam dataran ilmu fiqih merupakan materi yang sangat penting, guna peningkatan pengetahuan agama di dunia pendidikan, baik Madrsah formal maupun informal (baik Madrsah umum maupun Madrasah Pondok Pesantren). Begitu juga fiqih sangatlah mempunyai peran penting dalam ibadah guna pendekatan diri dengan Alloh SWT seperti sholat, puasa, zakat dan juga haji sebagaimana keutamaan ilmu fiqih untuk dipelajari dijelaskan oleh Zarmuji dalam Ta‟limul Muta‟alim :
Artinya : “Orang Muslim wajib mempelajari ilmu yang selalu dibutuhkan pada setiap saat. Ia wajib melakukan shalat, berarti wajib pula mengetahui Ilmu mengenai Sholat, secukupnya guna menunaikan kewajiban tersebut. Dan juga wajib mempelajari Ilmu-Ilmu tentang puasa dan zakat bila cukup harta, dan tentang haji bila telah mampu menunaikannya.” (Drs. H. Aliy As’ad, 1978:3). Syaikhul Islam Burhanudin menyampaikan sya‟irnya :
Artinya : “Fiqih Ilmu termahal, engkaulah yang memungut siapa belajar takan habis hikmah didapat.” (Drs. Aly Asy’at, 1978:41).
25
Dari uraian diatas dapat ditarik kesimpulan betapa sangat pentingnya belajar mata pelajaran fiqih dalam rangka meningkatkan ibadah guna mendekatkan diri dengan Alloh SWT dan juga dapat meningkatkan disiplin dalam beribadah guna mencapai derajat orang yang bertaqwa ( Muttaqin). Dalam peningkatan disiplin Ibadah sesuai penelitian yang penulis paparkan sengaja kami batasi sesuai materi pelajaran fiqih kelas X semester I kurikulum 2004 dan 2008. 2. Kurikulum Mata Pelajaran Fiqih kelas X semester I Dan kompetensi dasar, sebagaimana kurikulum Mata Pelajar fiqih kelas X semester I, guna pembahasan dan pencapaian prestasi belajar Mata Pelajaran Fiqih dalam rangka meningkatkan disiplin beribadah hal ini perlu penulis sampaikan tentang pembahasan fiqih kelas X semester I meliputi : 1. Memahami prinsip-prinsip Ibadah dan Syariat dalam Islam 2. Memahami hukum Islam tentang zakat dan hikmahnya. 3. Mamahami hukum Islam tentang haji dan hikmahnya. 4. Memahami hikmah kurban dan Aqiqoh. 5. Memahami ketentuan hukum Islam tentang pengurusan jenazah (MS. Wawan Djunaedi, 2008). Berdasarkan kurikulum 2004 materi Mata Pelajaran fiqih kelas X semester I meliputi : BAB I
THAHAROH ( Bersuci ) A.
Bersuci dari Najis
26
B. BAB II
BAB III
BAB IV
Bersuci dari Hadas
SHALAT A.
Sholat fardhu
B.
Sholat jum‟at
C.
Sholat Sunnah
PUASA ROMADHON A.
Puasa wajib
B.
Puasa Sunnah
ZAKAT INFAQ DAN SHADAQAH A.
Zakat
B.
Nishab, kadar dan waktu zakat
C.
Perjamaan dan perbedaan zakat, Infaq, Shadaqah dan Pajak
D.
Hikmah zakat, Infaq dan Shadaqah
BAB V
HAJI DAN UMRAH
BAB VI
QURBAN DAN AQIQAH A.
Qurban
B.
Aqiqah
BAB VII PERAWATAN JENAZAH A. Kewajiban Mengurus Jenazah B. Tata Cara Mengurus jenazah 3. Fungsi Mata Pelajaran Fiqih
27
Mata pelajaran fiqih merupakan salah satu bagian penting dalam pengajaran Agama Islam, sebagaimana dipaparkan Marasuddin Siregar fungsi pengajaran sebagai berikut : a. Pengembangan. Yaitu meningkatkan keimanan dan ketakwaan kepada Alloh SWT, yang telah ditanamkan dalam lingkungan keluarga. b. Penyaluran, yaitu untuk, menyalurkan peserta didik memiliki bakat khusus dibidang agama. c. Perbaikan,
yaitu
untuk
kekurangan-kekurangan
dan
memperbaiki kelemahan
kesalahan-kesalahan, dalam
keyakinan,
pemahaman dan pengamalan ajaran Islam dalam kehidupan seharihari. d. Pencegahan, yaitu untuk mencegah hal-hal negatif dari lingkungan. e. Sumber nilai, yaitu memberikan pedoman hidup untuk mencapai kebahagian hidup di dunia dan akherat. f. Pengajaran, yaitu untuk menyampaikan pengetahuan keagamaan yang fungsional (Drs. Marasuddin Siregar, 1998:181). 4. Methode yang dipakai dalam pembelajaran dalam pembelajaran Fiqih Metode mengajar adalah cara yang digunakan oleh guru untuk menyampaikan pengajaran kepada peserta didik. Metode yang dipakai dalam pembelajaran ini adalah sebagai berikut : a. Methode Ceramah Methode ini digunakan untuk menyampaikan informasi secara lisan. Untuk bidang study Agama (fiqih) masih relevan dilaksanakan,
28
karena dengan ceramah guru dapat menyampaikan topik bahasan dengan penuh perasaan, intonasi, tekanan suara, ataupun gerak-gerik tangan. Dalam menggunakan metode ini guru dituntut bisa membawa situasi kelas dengan ceramah yang menarik, sederhana tapi efektif dan tepat sasaran. b. Metode Demontrasi dan eksperimen Metode demontrasi dan eksperimen adalah metodhe yang efektif yang efektif untuk mencari jawaban dengan usaha sendiri berdasarkan fakta yang benar. Dengan kedua metode ini pelajar bisa mengetahui tentang : proses pengaturan, pembuatan kerja, penggunaan, proses mengetahui kebenaran komposisi. c. Metode Pemberian Tugas Metode ini berfungsi untuk merangsang pelajar untuk aktif belajar, baik secara individual maupun secara kelompok juga menanamkan tanggung jawab (Drs. H.M Suparta, 2003:170). Dalam melaksanakan pengajaran fiqih disamping dengan ke 3 metode tersebut diatas akan lebih menunjang keberhasilan dalam penyampaian materi fiqih dengan menggunakan beberapa pendekatan sebagai berikut : 1) Pendekatan pengalaman, yaitu memberikan kesempatan keagamaan kepada peserta didik dalam rangka penanaman nilai-nilai keagamaan. 2) Pendekatan pembiasaan, yaitu memberikan kesempatan kepada peserta didik untuk senantiasa mengamalkan ajaran agamanya.
29
3) Pendekatan emosional, yaitu usaha untuk menggugah perasaan dan emosi peserta didik dalam meyakini, memahami dan menghayati ajaran agamanya. 4) Pendekatan rasional, yaitu usaha untuk memberikan perasaan kepada rasio (akal) dalam memahami dan menerima kebenaran ajaran agama. 5) Pendekatan fungsional, yaitu usaha menyajikan ajaran agama Islam dengan menekankan kepada kemanfaatannya bagi peserta didik dalam kehidupan sehari-hari sesuai dengan tingkat perkembangannya (Drs. Marasuddin Siregar, 1998:181). 5. Prestasi Belajar Fiqih Prestasi belajar adalah penilaian hasil usaha kegiatan belajar yang dinyatakan dalam bentuk simbol, angka, huruf maupun kalimat yang dapat mencerminkan hasil yang sudah dicapai oleh setiap anak pada periode tertentu (Sutantinah Tirtonegoro, 1984:43). Seperti yang telah diuraikan pada keterangan sebelumnya bahwa mata pelajaran fiqih merupakan sub mata pelajaran agama Islam yang tujuannya untuk membimbing, memahami dan menghayati ajaran Islam dan dapat diamalkan dalam kehidupan sehari-hari. Prestasi belajar fiqih dalam penulisan skripsi ini adalah prestasi belajar akademik, yakni prestasi belajar yang diambil dari nilai raport siswa dan juga nilai angket yang penulis ajukan. Jadi prestasi belajar fiqih yang maksimal disini adalah penilaian hasil usaha siswa dalam belajar siswa pada mata pelajaran fiqih yang dibuktikan dengan nilai raport semester I sesuai indikator disiplin yang penulis teliti.
30
Untuk memperoleh prestasi yang baik, harus belajar dengan rajin, karena tanpa belajar tidak bisa merubah keadaan. Sebagaimana firman Alloh SWT dalam surat Ar-Ra‟du ayat 11 :
Artinya: ”sesungguhnya Alloh tidak mengubah keadaan sesuatu kaum sehingga mereka mengubah keadaan yang ada pada diri mereka sendiri.” ( QS. Ar Ra’du : 11 ) (Prof.R.H.A.Soeenarjo.SH., 1971:370). Maksud dalam ayat diatas ialah Alloh SWT tidak bisa merubah keadaan seseorang begitu saja, jika seseorang tersebut tidak mau berusaha dengan sungguh-sungguh. Tetapi bila orang itu berusaha untuk merubah keadaan dirinya kearah yang lebih baik, maka Alloh akan merubah orang lain itu.
B. DISIPLIN IBADAH 1. Pengertian Disiplin Disiplin seiring diartikan berada antara orang yang satu dengan yang lain. Ada yang memahami disiplin sebagai suatu yang berat, ketat dan mengikat. Ada pula yang beranggapan bahwa disiplin merupakan sikap atau perbuatan yang harus dimiliki seseorang untuk memperoleh keberhasilan didalam mengerjakan sesuatu. Dengan demikian disiplin harus dianggap sebagai suatu perbuatan yang ringan. Beberapa batasan mengenai pengertian disiplin para ahli sebagai berikut :
31
a. Menurut Elizabeth B. Hurlock memberikan pengertian disiplin adalah “Seorang yang belajar dari atau secara sukarela mengikuti seorang pemimpin “ (Elizabeth B. Hurlock, 1999:82). b. Y Singgih D Gunarso menyatakan bahwa disiplin adalah “tegas dalam hal apa yang harus dilakukan, dan apa yang dilarang dan tidak boleh dilakukan” (Prof. Singgih D. Gunarsa, 1995). c. Dalam kamus besar bahasa Indonesia disiplin adalah “Ketaatan kepada peraturan” (KBI, 1996:237). Dari pengertian tersebut dapat diambil kesimpulan bahwa disiplin adalah suatu keadaan dimana sesuatu itu berada dalam keadaan tertib, teratur dan semestinya, serta tiada suatu pelanggaran yang merugikan baik secara langsung maupun tidak langsung terhadap dirinya, teman sejawatnya, dan terhadap peraturan sekolah secara keseluruhan. Dari definisi di atas dapat disimpulkan juga bahwa disiplin terdiri atas 2 hal yang diatur yaitu mengenai waktu dan perbuatan oleh karena itu maka disiplin juga mempunyai dua obyek yaitu disiplin terhadap waktu dan terhadap perbuatan.
2. Pengertian Ibadah Kata “IBADAH” Dalam bahasa arab berakar pada kata „abada – ya‟budu „Ibadah, yang berarti taat, tunduk, patuh, merendahkan diri, dan merasa hina (Ensiklopedi Islam Pelajar, 2001:111). Ibnu Taimiyah memberikan pengertian Ibadah menurut syarat dengan tunduk dan cinta, yaitu tunduk mutlak kepada Alloh disertai cinta sepenuhnya kepadaNya (KH. Ahmad Azhar Basyir, 2001:11).
32
Dari pengertian diatas secara umum Ibadah adalah “segala perbuatan yang disukai dan terang-terangan maupun tersembunyi, dalam rangka mengagungkan Alloh SWT dan mengharapkan pahala-Nya.” Dengan kata lain Ibadah merupakan kewajiban untuk melaksanakan syariat Alloh SWT sesuai dengan tuntunan pelaksanaan yang dicontohkan oleh Rosululloh SAW.
3. Bentuk-bentuk Ibadah Dari segi bentuknya, ibadah dapat dibagi menjadi lima yaitu : 1. Qouliyah (ucapan) seperti : membaca Al-Qur‟an, berdo‟a, berdzikir. 2. Jismiyah (bersifat fisik) seperti : berpuasa dan menolong orang. 3. Maliyah (harta) seperti : zakat, infaq, dan shodaqoh. 4. Qouliyah wajismiyah (sekaligus bacaan dan gerakan badan) seperti : salat. 5. Qouliyah jasmiyah wa maliyah (sekaligus bacaan, gerakan badan dan harta) seperti : ibadah haji (Insiklopedi Islam Pelajar, 2001:111). Menurut (Wawan Djunaedi MA, 2008:8) membagi dua bentuk ibadah yaitu : 1. Naadah Mahdhah adalah ibadah yang khusus berbentuk praktik atau perbuatan yang menghubungkan antara hamba Alloh melalui tata cara yang ditentukan di atur dan di contohkan oleh Rosululloh. Seperti : sholat, puasa, zakat dan haji. 2. Ibadah Ghirmahdhoh adalah ibadah umum berbentuk hubungan sesama manusia dengan alam yang memiliki nilai ibadah. Ibadah ini berbentuk
33
perbuatan atau perkataan selama tidak bertentangan dengan syariat dan serta diniatkan semata-mata karena Alloh SWT.
C. Korelasi Prestasi Belajar mata Pelajaran Fiqih dengan disiplin Ibadah Prestasi belajar adalah merupakan hasil yang telah dicapai dari yang telah dilakukan dan diajarkan melalui proses pembelajaran. Melalui proses pembelajaran tersebut siswa akan mengalami tahapan perubahan tingkah laku dari hasil pengalaman dan interaksi dengan lingkugan. Dan juga dengan proses pembelajaran sedikit
banyak siswa akan mengalami perubahan dalam
kepribadian, yang dimanifestasikan sebagai pola respons yang baru yang berbentuk ketrampilan sikap, kebiasaan, pengetahuan dan kecakapan. Dari beberapa perubahan yang didapat siswa akan memperoleh hasil penilaian usaha kegiatan belajar yang disebut Prestasi belajar yang dinyatakan dalam bentuk simbol, angka dan huruf. Berdasarkan prestasi belajar melalui proses pembelajaran, siswa akan mampu terdorong untuk melakukan Ibadah secara disiplin dalam rangka mengharap ridho Alloh SWT. Sesuai dengan paparan yang telah penulis sampaikan dapat dirumuskan bahwa prestasi belajar yang diperoleh dari proses pembelajaran mempunyai korelasi atau hubungan dengan disiplin beribadah siswa.
34
BAB III LAPORAN HASIL PENELITIAN
A. Situasi Umum MA Ma’arif Borobudur 1. Sejarah Singkat Dalam rangka ikut serta mencerdaskan kehidupan bangsa yang tetap dijiwai Idiologi Bangsa Indonesia yaitu Pancasila dan Undang-Undang Dasar 1945, yaitu dapat mencetak manusia-manusia yang berilmu pengetahuan, terampil dan berakhlak mulia perlu adanya suatu lembaga-lembaga yang menampung dan memberikan pendidikan dan pengajaran kepada masyarakat secara memadai Guna mencapai tujuan luhur diatas diperlukan fasilitas-fasilitas penunjang kelancaran proses belajar mengajar sesuai kebutuhan masyarakat. Dalam rangka mewujudkan cita-cita masyarakat untuk mendirikan lembaga pendidikan yang berciri khusus keagamaan maka Majelis Wakil Cabang (MWC) NU Kecamatan Borobudur berinisiatif mendirikan Lembaga pendidikan Setara dengan SLTA yaitu Madrasah Aliyah yang kemudian diberi nama Madrasah Aliyah Ma‟arif adalah lembaga pendidikan yang bernaung di bawah bendera Nahdlotul Ulama (NU) Hampir 75% penduduk Kecamatan Borobudur adalah beragama Islam yang berhaluan Ahlahussunnah Waljama‟ah yang bernaung di bawah bendera Organisasi NU.
34
35
Banyak warga NU yang memberikan saran, masukan dan pendapat melalui Jamiyah Nahdlotul Ulama / Majlis Wakil Cabang Nahdlotul Ulama untuk mendirikan Sekolah / Madrasah setingkat SLTA milik NU (Ma‟arif) karena pada saat itu sudah berdiri dua sekolah dan Madrasah setingkat SLTP yaitu MTs Ma‟arif Bigaran dan SMP Ma‟arif Bumisegoro, dengan tujuan agar pendidikan Ma‟arif di Kecamatan Borobudur berkesinambungan walau baru sampai tingkat SLTA. Pada sekitar tahun 1990 aspirasi warga Nadhiin Kecamatan Borobudur melalui forum Musyawarah Majlis Wakil Cabang NU (MWC NU) tersalurkan, dan mendapat respon positif dari pengurus MWC NU, kemudian ditindak lanjuti dengan mengajukan permohonan pendirian Madrasah Aliyah Ma‟arif dengan disertai Rekomendasi dari : 1) Pengawas Pendidikan Agama Islam Departemen Agama Propinsi Jawa Tengah wilayah kerja Kabupaten Magelang (sebagaimana terlampir) 2) Rekomendasi Bupati Kepala Daerah Tingkat II Magelang Tentang Pendirian Madrasah Aliyah Ma‟arif Kaliabon Borobudur ditujukan kepada Pimpinan Cabang Lembaga Pendidikan Ma‟arif Kabupaten Magelang (sebagaimana terlampir) Kemudian Depag Wilayah Propinsi Jawa Tengah mengijinkan penyelenggaraan pendidikan Tingkat Madrasah Aliyah di bawah naungan lembaga / organisasi LP Ma‟arif Kabupaten Magelang yang beralamat di Jl. Sunan Bonang No. 13 Karet, Jurang Ombo Magelang (sebagaimana terlampir). Resmilah Madrasah Aliyah Ma‟arif Borobudur berdiri dengan AKTA NOTARIS Bernomor : 103 tertanggal 15 Januari 1986.
36
2. Letak Geografis Madrasah Aliyah Ma‟arif Borobudur adalah lokasi yang penulis jadikan objek penelitian yang mana Madrasah itu terletak di Jalan Syailendra Raya Kelurahan Borobudur Kabupaten Magelang dengan luas areal + 2.850 m2 dengan batasan-batasan sebagai berikut : Sebelah selatan berbatasan dengan rumah penduduk Dusun Kelon Borobudur, sebelah timur berbatasan dengan Dusun Brojonalan Borobudur, sebalah barat berbatasan dengan Dusun Janan Borobudur, sebelah utara berbatasan dengan Dusun Jligudan Borobudur. Untuk menjangkau ke lokasi Madrasah Ma‟arif cukup mudah, karena tidak begitu jauh, kira-kira seratus meter dari jalan raya yang dilalui kendaraan angkutan umum. Karena letak Madrasah Aliyah Ma‟arif ditengahtengah areal penduduk sehingga jauh dari keramaian umum, seperti pasar atau tempat hiburan. Keadaan ini sangat mendukung untuk menjadikan proses belajar mengajar dapat berlangsung dengan tenang.
3. Keadaan Guru & Siswa a. Keadaan Guru dan Karyawan Guru atau tenaga pengajar MA Ma‟arif Borobudur sebanyak 17 orang. Dari jumlah tersebut 11 orang diantaranya memiliki tingkat pendidikan S1 dan 3 Sarjana Muda S1 memiliki tingkat pendidikan S2 orang telah terakreditasi 3 orang guru, dan 1 orang telah lulus sertifikasi.
37
Karyawan yang dimiliki Madrasah Aliyah Ma‟arif Borobudur sebanyak 6 orang, 5 karyawan merupakan alumni MA yang mempunyai prestasi baik prestasi akademik mempunyai prestasi dalam profesi dan ketrampilan. 1 orang sarjana, 2 orang taraf penyelesaian sarjana, 2 orang alumni MA, 1 orang tamatan SLTP sebagai full timer dan Ibu kantin. Untuk lebih jelasnya mengenai latar belakang ataupun status tenaga pengajar dan karyawan di MA Ma‟arf Borobudur, dapat kita lihat dalam daftar tabel berikut Tabel I Keadaan Guru dan Karyawan MA Ma’arif Borobudur NO
NAMA
PENDIDIKAN
STATUS
1
Dra. Endah Sutanti, S.Pd.
S1 IAIN / IKIP
Kepala Madrasah
2
Dra. Siti Zumrotul M.
S1 IAIN
Guru Qh, AA/Wali Kelas XI
3
Dra. Hj. NA Suswanti
S1 IAIN
Fiqih/Waka Kesiswaan
4
Yatmini, S.Pd.
S1 IKIP
Guru PKn
5
Zaenal Abidin, BA
D3 UNTID
Guru B. Indo/Koordinator Band
6
M. Ahsan, S.Ag.
S1 IIQ
Guru TIK/Waka Kurikulum
7
Muh. Muslich, S.Ag.M.Pd. S2 IAIN/UPI
Guru B. Inggr/Guru BP
8
Sukrismiyanti, S.Pd.
S1 UMP
Guru MTK/Wali kls XII IPS
9
M. Cholil Anwari
S1 STAINU
Guru B. Arab
10 Sri Sulistiyani, SP.
S1 UMY
Guru Life Skill/Wali kls X2
11 Cholib, A.Md.
D3
Guru Fisika/Wali kls XI IPA
12 Aisyah Supri H, SE.
S1 JANABADRA
Guru Ekonomi/Wali kls XII IPS
13 Hesti Ariestina, S.Pd.I.
S1 STAIN
Guru B. Ingg/Wali kls XII IPA
14 Abed Nugroho
S1 SI IKIP
Guru P. Seni/Koord. Ekstra OR
38
15 Uteri
S1 UT
Guru
16 Jauhar Mama Umaya
S1 IAIN Walisongo
Guru Kimia
17 Ely Susanti
S1 UNY
Guru Guru Biologi
18 Siti Chotijah
D2 IAIN Walisongo Staf TU
19 Rini Syamsiasih
S1 IKIP Veteran
Staf TU
20 Primbang Setyo
D2 STAINU
Staf TU
21 Nurul Latifah
MA Ma‟arif
Staf TU
22 Bu Nasirah
SLTP
Ibu Kantin
23 Miswan
MA Ma‟arif
Full Timer
Data diatas diambil dari Madrasah Aliyah Ma‟arif Borobudur Magelang Tahun 2010.
b. Keadaan Siswa Siswa Madrasah Aliyah Ma‟arif Borobudur pada Tahun Pelajaran 2009/2010 khusus bulan April tercatat siswa yang tersebar pada 6 kelas. Adapun keadaan siswa tersaji dalam tabel berikut : Tabel II Keadaan Siswa
No
Kelas
Status Siswa
Jumlah Rpmbel
L
P
Total
1
X
2
18
24
42
2
XI
2
7
22
29
3
XII
2
5
30
35
30
76
106
JUMLAH
Data diatas diambil dari Madrasah Aliyah Tahun Pelajaran 2010.
39
4. Keadaan Sarana Prasarana Adapun sarana prasarana pendidikan MA Ma‟arif Borobudur adalah sebagai berikut : Tabel II Keadaan Sarana Prasarana No
Jenis
Jumlah
1
Ruang Belajar
6 buah
2
Ruang Kepala Madrasah
1 buah
3
Ruang Guru
1 buah
4
Ruang Tata Usaha
1 buah
5
Ruang OSIS & Pramuka
1 buah
6
Ruang BP
1 buah
7
Ruang UKS
1 buah
8
Ruang Koperasi
1 buah
9
Ruang Musholla
1 buah
10
Ruang Perpustakaan
1 buah
11
Ruang Laboratorium Komputer
1 buah
12
Ruang WC
4 buah
13
Gedung Aula
1 buah
14
Ruang Gudang
1 buah
15
Ruang Kantor
1 buah
16
Tempat Parkir
1 buah
Data diatas diambil dari Madrasah Aliyah Ma‟arif Borobudur Tahun Pelajaran 2010.
Adapun sarana dan prasarana pendidikan yang ada di MA Ma‟arif Borobudur selain yang tersebut di atas adalah sebagai berikut : a. Perlengkapan Sekolah 1. Papan tulis
:
6 buah
40
2. Papan absensi siswa
:
6 buah
3. Papan madding
:
1 buah
4. Meja guru di dalam kelas
:
6 buah
5. Meja kantor
: 17 buah
6. Meja tamu
:
1 stel
7. Meja siswa
:
183 buah
8. Kursi siswa
:
266 buah
9. Almari kantor
:
5 buah
1. Lapangan olah raga
:
1 buah
2. Net Voly
:
1 buah
3. Bola Voly
:
4 buah
4. Net bulu tangkis
:
1 buah
5. Raket
:
4 buah
6. Seperangkat tenis meja
:
2 buah
7. Cakram
:
4 buah
8. Lembing
:
4 buah
9. Tolak Peluru
:
4 buah
10. Bola Sepak
:
2 buah
11. Bola takraw
:
4 buah
12. Matlas
:
2 buah
:
4 buah
b. Perlengkapan Olah Raga
c. Perlengkapan ketrampilan 1. Mesin Jahit
41
2. Mesin Obras
:
1 buah
3. Sablon
:
2 buah
d. Perlengkapan Ekstrakurikuler Seni 1. Drum Band
:
1 unit
2. Rebana Klasik & Modern
:
1 unit
3. Alat Musik Band
:
1 unit
5. Keadaan Warga Belajar Keadaan warga belajar rata-rata usia belasan tahun dan masih pantas menempati sekolah jenjang sekolah lanjutan atas (SLTA / MA). Mereka rata berasal dari siswa yang tidak dapat melanjutkan ke sekolah negeri karena nilai NEM-nya tidak memenuhi standar di sekolah negeri. Namun ada sebagian siswa yang memang mempunyai prestasi lebih dan diberikan beasiswa dengan dicarikan orang tua asuh. Mengenai sosial ekonomi orang tuanya beraneka ragam, ada yang petani, buruh, pedagang dan ada sebagian yang pegawai negeri. Mayoritas warga belajar dari keluarga kurang mampu hanya beberapa siswa dari keluarga. Namun demikian lulus MA Ma‟arif pada tahun 2008/2009 terdapat 3 siswa yang dapat diterima di 3 perguruan tinggi (UGM, UNY dan UNDIP).
6. Perpustakaan Keberadaan perpustakaan mempunyai peranan yang penting di dalam ikut mendukung tercapainya tujuan pendidikan. Perpustakaan sekolah dharapkan dapat difungsikan sebagai pusat kegiatan belajar mengajar, pusat
42
penelitian (sederhana), pusat bacaan, arena rekreasi studi dan sumber informasi siswa. Perpustakaan MA Ma‟arif menempati ruang seluas 42 m2 dengan rincian buku sebagai berikut : Pegangan Guru No
Judul Buku
Penunjang
Jml Judul
Jml eks
Jml Judul
Jml eks
1 PPKn
6
6
2
4
2 Pendidikan Agama
12
12
2
4
3 Bahasa Inggris
9
9
2
3
4 Bahasa Indonesia
6
6
3
4
5 Sejarah Nasional dan Umum
6
6
2
3
6 Penjaskes
3
3
2
3
7 Matematika
9
9
2
3
8 Fisika
3
3
2
2
9 Biologi
3
3
2
2
10 Kimia
3
3
2
2
11 Ekonomi
3
3
2
3
12 Geografi
3
3
2
3
13 Tehnik Informasi Komputer
3
3
2
2
14 Pendidikan Seni
3
3
2
2
43
7. Struktur Organisasi Struktur organisasi pada MA Ma‟arif Borobudur dapat dilihat bagan berikut : LP Ma‟arif / Dept. Agama
Majlis Sekolah
Kepala Madrasah
Kaur Tata Usaha
Keuangan
Umum
Wakaur Kurikulum
Waur Kesis
Pembina OSIS
Pembina Pramuka
Wali Kl. X1
Wali Kl. X2
Wakaur Sarpras
Perpustakaan
Rumah Tangga
Waur Humas
BP / BK
Wali Kl. X1 IPA
Wali Kl. XII IPS
Wali Kl. XII IPA GURU
SISWA
Wali Kl. X1 IPS
44
B. Data Khusus Penelitian Penulis akan menyajikan data khusus hasil penelitian mengenai korelasi prestasi belajar mata pelajaran fiqih sebagai variabel pertama (X) dan disiplin beribadah siswa sebagai variabel kedua (Y). Untuk mengungkap variabel tersebut digunakan : 1. Hasil penilaian semester I (Raport) untuk variabel X 2. Metode angkat untuk variabel II (Y) 1. Data Responden No Urut
Nama Siswa
Jenis Kelamin
1.
Abdul Majid
L
2
Edi Purnomo
L
3
Enggar Ranityas
P
4
M Jakfar Qoir
L
5
M Nasirin
L
6
M Syarifudin
L
7
Mubarokah
P
8
Ngabdulloh Ghufron
L
9
Nining Kristiyani
P
10
Nurafifah
P
11
Syaeful Mujab
L
12
Septi Dwi Handayani
P
13
Sidiq Purnama
L
14
Siti Maesaroh
P
15
Siti Nurazizah
P
16
Siti Nur Khitaningsih
P
17
Sunhadi
L
18
Suryaningsih
P
19
Winarti
P
45
20
M Ulin Nuha
L
21
Ahmad Syaeful
L
22
Wiwid Setiawan
L
23
Ahmad Subakir
L
24
Barorotun Niswati
P
25
Elfi Khusni
P
26
Eri Susanti
P
27
Kana Rizqu Absor
L
28
Khoirun Nadziroh
P
29
Korip
L
30
Mat Fiin
L
31
Muhson Yuwono AH
L
32
Nisfaul Bariroh
P
33
Rima Puspitasari
P
34
Setyo Waluyo
L
35
Siti Laelatul Hidayah
P
36
Siti Miftahul Jannah
P
37
Siti Nur Isnawati
P
38
Supriyah
P
39
Suwarti
P
40
Arima Budi Lestari
P
41
Tri Istika
P
42
Tri Widiani
P
2. Data Prestasi belajar mata pelajaran fiqih Untuk mendapatkan hasil gambaran variabel pertama ( X ) penulis mengambil nilai Report semester I yang sudah meliputi beberapa unsur penilaian baik, kognitif, afektif dan psikomotorik. Dari hasil penilaian raport akan diperoleh gambaran prestasi siswa kelas X MA. Ma‟arif Borobudur
46
pada mata pelajaran fiqih. Jumlah nilai tiap individu mengenai prestasi belajar fiqih dapat dibuktikan dalam tabel berikut : No Urut
Nilai X
1.
63
2
62
3
63
4
70
5
69
6
88
7
65
8
62
9
67
10
64
11
67
12
78
13
63
14
70
15
78
16
78
17
80
18
70
19
65
20
62
21
72
22
62
23
62
24
84
25
80
26
67
27
68
47
28
83
29
65
30
82
31
61
32
41
33
52
34
60
35
75
36
84
37
85
38
82
39
56
40
24
41
78
42
72
3. Data Disiplin Beribadah Siswa Variabel kedua berisi 20 item soal dengan 4 option (selalu, sering, kadang-kadang, tidak pernah) setiap orang dinilai antara 4 – 1 sehingga nilai ideal tertinggi yang diperoleh responden adalah 80 dan nilai terendah 20 berdasarkan isian angka, jumlah nilai tiap individu mengenai disiplin beribadah seperti pada tabel berikut : No Urut
Nilai Y
1.
57
2
53
3
55
4
59
5
52
48
6
68
7
55
8
46
9
44
10
45
11
54
12
58
13
58
14
55
15
71
16
46
17
63
18
50
19
46
20
58
21
52
22
52
23
52
24
61
25
59
26
50
27
58
28
54
29
39
30
56
31
50
32
48
33
44
34
51
35
56
36
62
49
37
57
38
54
39
51
40
37
41
47
42
46
Dari data di atas meunjukan nilai tertinggi yang dicapai siswa adalah 71, nilai terendah 37 dan nilai rata-rata adalah 53,07. Tidak ada yang mencapai nilai idial. Siswa yang memperoleh nilai diatas rata-rata 21 siswa, yang terdiri dari 9 laki-laki dan 12 perempuan.
50
BAB IV ANALISIS DATA
A. Analisis Deskriptif Penelitian ini terdiri dari satu variabel bebas disiplin beribadah dan satu variabel terikat prestasi belajar. Teknik pengumpulan data variabel disiplin beribadah adalah angket dengan jumlah angket sebanyak 20. Sedangkan teknik pengumpulan data variabel prestasi belajar adalah menggunakan nilai raport. Setelah data ditabulasi kemudian dilakukan analisis deskriptif yang disajikan dalam tabel berikut : Tabel Statistic Deskriptif Variabel Penelitian Variabel Penelitian
N
Min
Max
Mean
Disiplin beribadah
42
36
71
52.98
Prestasi belajar fiqih
42
24
88
68.55
Sumber : Data primer yang diolah, 2010 Hasil deskriptif statistik menunjukkan bahwa sampel terdiri dari 42 siswa. Rata-rata siswa memiliki nilai disiplin beribadah sebesar 52.98 dengan nilai minimum 36 dan nilai maksimum 71. Angka tersebut menunjukkan bahwa ratarata responden yaitu siswa Madrasah Aliyah Ma‟arif Borobudur memiliki disiplin beribadah cukup tinggi. Rata-rata siswa memiliki nilai prestasi belajar fiqih sebesar 68.55 dengan nilai minimum 24 dan nilai maksimum 88. Angka tersebut menunjukkan bahwa
50
51
rata-rata responden yaitu siswa Madrasah Aliyah Ma‟arif Borobudur memiliki prestasi belajar fiqih cukup tinggi. 1. Variabel Disiplin Ibadah Analisis ini berisi tentang hasil jawaban responden mengenai kedisiplinan beribadah. Hasil jawaban responden secara keseluruhan dikategorikan menjadi lima kategori berdasarkan yaitu sangat tinggi, tinggi, cukup, kurang dan rendah. Adapun rumus interval kelas sebagai berikut : Mean + (1.5 x SD) Mean + (0.5 x SD) Mean - (0.5 x SD) Mean - (1.5 x SD) Adapun hasil kategori jawaban responden dapat dilihat dalam tabel sebagai berikut. Tabel Kategori Variabel Kedisiplinan Ibadah Kriteria Jawaban Nilai Jumlah Prosentase Sangat tinggi 62 ke atas 1 2.4 Tinggi 56-62 13 31.0 Cukup 50-55 21 50.0 Kurang 43-49 5 11.8 Rendah < 43 2 4.8 Jumlah 42 100 Sumber : Data primer yang diolah, 2010 Berdasarkan distribusi frekuensi jawaban responden di atas diketahui bahwa dari 42 responden, 2.4% responden memiliki tingkat disiplin beribadah dalam kategori sangat tinggi, 31% responden memiliki tingkat disiplin beribadah dalam kategori tinggi, 50% responden memiliki tingkat disiplin beribadah dalam cukup, 11.8% responden memiliki tingkat disiplin
52
beribadah dalam kategori kurang dan 4.8% responden
memiliki tingkat
disiplin beribadah dalam kategori rendah. Nilai tertinggi adalah jawaban cukup, yang menunjukkan bahwa siswa Madrasah Aliyah Ma‟arif Borobudur memiliki disiplin beribadah cukup tinggi. Hasil tersebut dapat dijelaskan dengan gambar berikut: Gambar Distribusi Frekuensi Kedisiplinan Ibadah DISIPLIN BERIBADAH
25
Frequency
20
15
10
5
0 SANGAT TINGGI
TINGGI
CUKUP
KURANG
RENDAH
DISIPLIN BERIBADAH
2. Variabel Prestasi Belajar Fiqih Analisis ini berisi tentang prestasi belajar fiqih siswa Madrasah Aliyah Ma‟arif
Borobudur.
Hasil
jawaban
responden
secara
keseluruhan
dikategorikan menjadi lima kategori berdasarkan yaitu sangat tinggi, tinggi, cukup, kurang dan rendah. Adapun rumus interval kelas sebagai berikut : Mean + (1.5 x SD) Mean + (0.5 x SD) Mean - (0.5 x SD) Mean - (1.5 x SD)
53
Adapun hasil kategori jawaban responden dapat dilihat dalam tabel sebagai berikut. Tabel Kategori Variabel Prestasi Belajar Fiqih Kriteria Jawaban Nilai Jumlah Sangat tinggi 87 ke atas 4 Tinggi 75-86 10 Cukup 62-74 17 Kurang 50-61 9 Rendah < 50 2 Jumlah 42 Sumber : Data primer yang diolah, 2010
Prosentase 9.5 23.8 40.5 21.4 4.8 100
Berdasarkan distribusi frekuensi jawaban responden di atas diketahui bahwa dari 42 responden, 9.5% responden memiliki prestasi belajar fiqih dalam kategori sangat tinggi, 23.8% responden memiliki prestasi belajar fiqih dalam kategori tinggi, 40.5% responden memiliki prestasi belajar fiqih dalam cukup, 21.4% responden
memiliki prestasi belajar fiqih dalam
kategori kurang dan 4.8% responden memiliki prestasi belajar fiqih dalam kategori rendah. Nilai tertinggi adalah jawaban cukup, yang menunjukkan bahwa siswa Madrasah Aliyah Ma‟arif Borobudur memiliki prestasi belajar fiqih cukup tinggi. Hasil tersebut dapat dijelaskan dengan gambar berikut: Gambar DISIPLIN BERIBADAH Distribusi Frekuensi Kedisiplinan Ibadah 25
Frequency
20
15
10
5
0 SANGAT TINGGI
TINGGI
CUKUP
DISIPLIN BERIBADAH
KURANG
RENDAH
54
B. Uji Hipotesis Hipotesis yang diajukan dalam penelitian ini adalah ada hubungan positif antara prestasi belajar Mata Pelajaran Fiqih dengan disiplin beribadah siswa kelas X Madrasah Aliyah Ma‟arif Borobudur Tahun 2010. Untuk membuktikan kebenaran hipotesis tersebut, maka digunakan analisis korelasi product moment.
x y xy n x y x y n n
rxy
2
2
2
2
Keterangan : rxy
= Koefieisn korelasi x dan y
xy
= Jumlah product dari x dan y
n
= Responden penelitian Penulis melakukan perhitungan dengan dua langkah. Pertama adalah
membuat table kerja koefisien korelasi antara x dan y. Langkah kedua adalah mencari r xy. 1. Membuat tabel kerja koefisien korelasi antara x dan y Pada tahap ini penulis menyusun sebuah tabel kerja untuk variabel x yaitu prestasi belajar fiqih dan variabel y yaitu disiplin beribadah siswa. Tabel ini juga berisi pula mengenai kuadrat variabel x dan variabel y serta perkalian variabel x dengan variabel y serta jumlah masing-masing. NO
X
Y
X2
Y2
XY
1 2 3
63 62 63
57 53 54
3969 3844 3969
3249 2809 2916
3591 3286 3402
55
4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 26 27 28 29 30 31 32 33 34 35 36 37 38 39 40 41 42 JML
70 69 88 65 62 67 64 67 78 63 70 78 78 80 70 65 62 72 62 62 84 80 67 68 83 65 82 61 41 52 60 75 84 85 82 56 24 78 72 2879
59 52 66 55 47 44 55 54 58 54 45 71 47 63 58 58 46 52 52 52 55 57 50 58 54 39 56 50 48 44 51 59 62 57 52 51 36 47 47 2225
4900 4761 7744 4225 3844 4489 4096 4489 6084 3969 4900 6084 6084 6400 4900 4225 3844 5184 3844 3844 7056 6400 4489 4624 6889 4225 6724 3721 1681 2704 3600 5625 7056 7225 6724 3136 576 6084 5184 203415
3481 2704 4356 3025 2209 1936 3025 2916 3364 2916 2025 5041 2209 3969 3364 3364 2116 2704 2704 2704 3025 3249 2500 3364 2916 1521 3136 2500 2304 1936 2601 3481 3844 3249 2704 2601 1296 2209 2209 119751
4130 3588 5808 3575 2914 2948 3520 3618 4524 3402 3150 5538 3666 5040 4060 3770 2852 3744 3224 3224 4620 4560 3350 3944 4482 2535 4592 3050 1968 2288 3060 4425 5208 4845 4264 2856 864 3666 3384 154535
56
2. Mencari rxy
rxy
154535
28792225 42
8288641 4950625 203415 - 42 119751- 42
rxy
154535 152518.5 203415 - 197348.6 119751 - 117872
rxy
2016.548 6066.405 1878.976
rxy
2016.548 11398630
rxy
2016.548 3376.186
rxy 0.597
Hasil analisis korelasi product moment diperoleh nilai r x-y sebesar 0,597 lebih besar dari r tabel 0,304. Hasil tersebut menunjukkan bahwa Ho ditolak dan Ha diterima. Jadi hipotesis yang menyatakan ada hubungan positif antara prestasi belajar Mata Pelajaran Fiqih dengan disiplin beribadah siswa kelas X Madrasah Aliyah Ma‟arif Borobudur Tahun 2010 diterima dan terbukti kebenarannya. Untuk mengetahui sumbangan efektif variabel prestasi belajar fiqih dengan disiplin beribadah siswa, maka digunakan analisis koefisien determinasi. Hasil analisis koefisien determinasi (R Square) adalah sebagai berikut. Tabel Hasil Analisis Koefisien Determinasi Model Sum m ary Model 1
R .597 a
R Square .357
Adjusted R Square .341
Std. Error of the Estimate 5.49693
a. Predictors: (Constant), PRESTASI BELAJAR
57
Analisis koefisien determinasi diperoleh nilai R Square sebesar 0,357 yang menunjukkan 35.7% disiplin beribadah siswa dipengaruhi oleh prestasi belajar fiqih. Sisanya sebesar 64.3% dipengaruhi variabel lain yang tidak diteliti.
C. Analisis Hasil Penelitian Hasil statistisk deskriptif menunjukkan bahwa siswa Madrasah Aliyah Ma‟arif Borobudur memiliki disiplin beribadah cukup tinggi. Hal tersebut dinilai dari ketaatan / kepatuhan siswa dalam melaksanakan segala kewajiban yang diperintah Alloh SWT terutama pada waktu sholat dhuhur di sekolah. Siswa sering melaksanakan sholat dhuhur tepat waktu, siswa cukup khusyuk dalam melaksanakan sholat, siswa selalu sholat berjamaah, berdzikir dan berdoa sesudah sholat serta membaca al qur‟an. Prestasi belajar fiqih merupakan apa yang telah didapat dalam menambah dan mengumpulkan pengetahuan siswa dari Mata Pelajaran Fiqih sehingga ia dapat melakukan sesuatu yang tidak ia lakukan sebelum ia belajar mata pelajaran Fiqih yang diukur dengan nilai raport. Analisis statistisk deskriptif menunjukkan bahwa siswa Madrasah Aliyah Ma‟arif Borobudur memiliki prestasi belajar fiqih cukup tinggi. Berdasarkan nilai yang didapat, maka siswa dinilai cukup mampu memahami, menghayati serta mengamalkan tuntunan agama Islam dalam kehidupan sehari-hari. Analisis korelasi product moment didapat nilai rx-y sebesar 0,597 lebih besar dari r tabel 0,304 yang menunjukkan bahwa ada hubungan positif antara
58
prestasi belajar Mata Pelajaran Fiqih dengan disiplin beribadah siswa kelas X Madrasah Aliyah Ma‟arif Borobudur Tahun 2010. Hal tersebut dikarenakan dalam mata pelajaran fiqih mencakup aspek-aspek tuntunan beribadah yang mampu memotifasi disiplin beribadah pada siswa baik wajib maupun sunah. Mata pelajaran fiqih merupakan salah satu bagian penting dalam pengajaran Agama Islam, sebagaimana dipaparkan Marasuddin Siregar fungsi pengajaran sebagai berikut : a. Pengembangan. Yaitu meningkatkan keimanan dan ketakwaan kepada Alloh SWT, yang telah ditanamkan dalam lingkungan keluarga. b. Penyaluran, yaitu untuk, menyalurkan peserta didik memiliki bakat khusus dibidang agama. c. Perbaikan, yaitu untuk memperbaiki kesalahan-kesalahan, kekurangankekurangan dan kelemahan dalam keyakinan, pemahaman dan pengamalan ajaran Islam dalam kehidupan sehari-hari. d. Pencegahan, yaitu untuk mencegah hal-hal negatif dari lingkungan. e. Sumber nilai, yaitu memberikan pedoman hidup untuk mencapai kebahagian hidup di dunia dan akherat. f. Pengajaran, yaitu untuk menyampaikan pengetahuan keagamaan yang fungsional (Drs. Marasuddin siregar, 1998:181). Dalam mata pelajaran fiqih kelas X, diberikan pembahasan tentang ibadah dalam kehidupan sehari-hari antara lain : 1. Memahami prinsip – prinsip Ibadah dan Syariat dalam Islam 2. Memahami hukum Islam tentang zakat dan hikmahnya.
59
3. Mamahami hukum Islam tentang haji dan hikmahnya. 4. Memahami hikmah kurban dan Aqiqoh. 5. Memahami ketentuan hukum Islam tentang pengurusan jenazah (MS. Wawan Djunaedi, MA, 2008). Hal lain yang mendukung adalah usia seperti dijelaskan oleh Ronald Goldman tentang tahapan perkembangan keimanan mencapai fase personal religius stage yaitu usia 14 -18 tahun ke atas. Pada tahapan ini mulai mempunyai konsep agama yang rasional, namun sebaliknya tumbuh pula sifat negatif yang mengganggu keyakinan agamanya sebagai proses untuk menuju pada pemantapan keimanannya. Disinilah peranan penguasaan pembelajaran fiqih pada siswa di fase ini. Usia siswa Madrasah Ma‟arif kelas X adalah antara16 sampai dengan 17 tahun, dimana di usia tersebut merupakan fase yang tepat untuk dapat mempelajari dan memahami ilmu fiqih secara sempurna. Dengan penguasaan ilmu fiqih yang baik yang dinilai dari nilai raport siswa, maka siswa mampu memahami, menghayati serta mengamalkan tuntunan agama Islam dalam kehidupan sehari-hari. Semakin tinggi penguasaan ilmu fiqih siswa, maka siswa akan semakin yakin dan mantap terhadap agama Islam yang kemudian berusaha untuk diamalkan dalam kehidupan nyata sehari-hari. Sumbangan efektif prestasi belajar fiqih terhadap disiplin beribadah adalah sebesar 35.7%. Sisanya sebesar 64.3% dipengaruhi variabel lain yang tidak diteliti. Angka tersebut masih rendah yang menunjukkan bahwa prestasi belajar
60
fiqih bukan merupakan faktor dominan yang mempengaruhi disiplin beribadah, namun masih banyak faktor lain yang tidak diteliti.
61
BAB V PENUTUP
A. Kesimpulan Berdasarkan hasil analisis data yang telah dilakukan, maka dapat disimpulkan bahwa : 1. Disiplin beribadah siswa Madrasah Aliyah Ma‟arif Borobudur dalam kategori cukup tinggi yang dibuktikan dengan jumlah jawaban responden terbanyak dalam kategori cukup yaitu sebesar 50%. 2. Prestasi belajar fiqih siswa Madrasah Aliyah Ma‟arif Borobudur dalam kategori cukup tinggi yang dibuktikan dengan distribusi frekuensi prestasi belajar fiqih siswa terbanyak dalam kategori cukup yaitu sebesar 40.5%. 3. Analisis korelasi product moment diperoleh nilai r x-y sebesar 0.597 lebih besar dari r tabel 0,304. Hasil tersebut menunjukkan bahwa Ho ditolak dan Ha diterima yaitu ada hubungan positif antara prestasi belajar Mata Pelajaran Fiqih dengan disiplin beribadah siswa kelas X Madrasah Aliyah Ma‟arif Borobudur Tahun 2010
B. Saran Berdasarkan kesimpulan yang telah diperoleh, maka saran yang diberikan adalah : 1. Guru sebaiknya memberikan teladan berupa tindakan nyata dalam disiplin beribadah di sekolah.
61
62
2. Guru hendaknya tidak segan untuk menegur dan memperingatkan siswa yang kurang memiliki disiplin dalam beribadah. 3. Pihak sekolah sebaiknya memberikan peraturan wajib sholat jamaah dhuhur di sekolah untuk lebih meningkatkan disiplin beribadah siswa dan guru. 4. Guru sebaiknya memberikan motivasi kepada siswa untuk lebih disiplin dalam beribadah seperti pemberian reinforcement berupa pujian pada siswa yang memiliki disiplin tinggi dalam beribadah. 5. Guru sebaiknya menggunakan metode pembelajaran yang bervariasi dalam mata pelajaran fiqih, sehingga siswa tidak merasa bosan dalam mengikuti pelajaran fiqih. 6. Guru sebaiknya memberikan perhatian yang lebih kepada siswa yang memiliki prestasi belajar fiqih rendah seperti pemberian treatment berupa bimbingan belajar secara kelompok atau klasikal dengan tutor teman sebaya yang berprestasi.
C. Penutup Berkat rahmat dan hidayah dari Allah SWT penulis dapat menyelesaikan penyusunan sekripsi ini. Dengan keterbatasan bekal pengetahuanyang dimiliki, sekripsi ini jauh dari kesempurnaan. Oleh karena itu penulis mengharapkan kritik dan saran untuk perbaikan selanjutnya. Semoga tulisan ini bermanfaat bagi pembaca yang budiman.
63
DAFTAR PUSTAKA
Ahmad Azhar Basyir. Falsafah Ibadah dalam Islam. UII Pres Yogyakarta : 2001. Ally As‟ad. Terjemahan Ta’liniul Muta’alim. Menara Kudus. Elizabeth B Horlock. Perkembangan Anak. Erlangga. 1990. Ensiklopedi Islam Pelajar. PT Ichtiar Baru Van Hoeve. Kamus Besar Bahasa Indonesia. Balai Pustaka Jakarta : 2001. Marasudatin Siregar. Pengelolaan Pengajaran. PBM PAI disekolah. Pustaka Pelajar. Yogyakarta : 1998. Masrun. Psikologi Pendidikan. PT Gunung Agung. Yogyakarta : 1973. Muhibin Syah. Psikologi Pendidikan. Rosdakarya. Bandung : 1995. Mustaqim, Abdul Wahib. Psikologi Pendidikan. Rineka Cipta. 2003. Nana Syaodih Sukmadinata. Landasan Psikologi Proses Pendidikan. Rosda Karya. Bandung : 2004. Nasution. Asas-asas Kurikulum Yammars. Bandung : 1982. Sardiman. Interaksi dan Motivasi Belajar Mengajar. Raja Grafindo Persada. Jakarta : 1994. Singgih D. Gumarsa. Psikologi Perkembangan Anak dan Remaja. PT. BPK Gunung Mulia. Jakarta : 1995. Soeharjo. Al Qur’an dan Terjemahannya. Yayasan Penterjemah/Pentafsir Al Qur‟an. Jakarta : 1971.
Penyelenggara
Suharsini Ari Kunto. Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktek. Rineka Cipta. Jakarta : 1999. Suparta dan Herry Noer Aly. Methodologi Pengajaran Agama Islam. Ammisco. Jakarta : 2003. Sutantinah, Tirtonegoro. Anak Supranatural dan Program Pendidikannya. Bima Aksara. Jakarta : 1984.
64
Sutrisno Hadi. Methodologi Reseach I. Yayasan Penerbit Fak Psikologi UGM Yogyakarta : 1981. Sutrisno Hadi. Methodologi Reseach II. Andi Ofset. Yogyakarta : 1996. Team Penyusun Kamus. Pusat Pembinaan dan Pengembangan Bahasa. Kamus Besar Bahasa Indonesia edisi kedua. Balai Pustaka. Jakarta : 1996. Wawan Djumaidi, Fiqih untuk Madrasah Aliyah kelas X, Vista Fariska Putra. Jakarta : 2008. Winarno Surachmad, Pengantar Penelitian Ilmiyah. WJS Purwodarminto. Kamus Besar Bahasa Indonesia. Balai Pustaka. Jakarta.
65
DAFTAR RIWAYAT HIDUP
Nama
: SITI CHOTIJAH
Tempat, Tangal Lahir : Magelang, 26 Mei 1973 Jenis Kelamin
: Perempuan
Agama
: Islam
Alamat
: Kembaran, Sidomulyo, Salaman
Pekerjaan
: Guru MI Ma‟arif
Riwayat Pendidikan : a. SD Wringin Putih b. MTs Negeri c. MA. M d. D2 Tarbiyah IAIN Walisongo, lulus tahun 2001 e. STAIN Salatiga Jurusan Tarbiyah Program PAI, lulus teori tahun 2010 Demikian daftar riwayat hidup ini kami buat dengan sebenar-benarnya.
Magelang
, Agustus 2010 Penulis
SITI CHOTIJAH