UPAYA MENGEMBANGKANKAN KEMAMPUAN KOGNITIF ANAK MELALUI PERMAINAN MENCARI HARTA KARUN PADA KELOMPOK B.1 DI RAUDHATUL ATHFAL AL-ULYA 3 RAJA BASA BANDAR LAMPUNG
SKRIPSI Diajukan untuk Melengkapi Tugas-tugas dan Memenuhi Syarat-syarat guna Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan Islam (S.Pd.I) dalam Ilmu Tarbiyah dan Keguruan
Oleh: Rini Irawati Dewi NPM : 1211070041
Jurusan : Pendidikan Guru Raudhatul Athfal
FAKULTAS TARBIYAH DAN KEGURUAN INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI RADEN INTAN LAMPUNG 1437 H / 2017 M
UPAYA MENGEMBANGKANKAN KEMAMPUAN KOGNITIF ANAK MELALUI PERMAINAN MENCARI HARTA KARUN PADA KELOMPOK B.1 DI RAUDHATUL ATHFAL AL-ULYA 3 RAJA BASA BANDAR LAMPUNG
SKRIPSI Diajukan untuk Melengkapi Tugas-tugas dan Memenuhi Syarat-syarat guna Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan Islam (S.Pd.I) dalam Ilmu Tarbiyah dan Keguruan
Oleh: Rini Irawati Dewi NPM : 1211070041
Jurusan : Pendidikan Guru Raudhatul Athfal
Pembimbing I Pembimbing II
: Dr. Rifda El Fiah, M. Pd : Dra. Hj. Eti Hadiati, M.Pd
FAKULTAS TARBIYAN DAN KEGURUAN INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI RADEN INTAN LAMPUNG 1437 H / 2017 M
ABSTRAK UPAYA MENGEMBANGKANKAN KEMAMPUAN KOGNITIF ANAK MELALUI PERMAINAN MENCARI HARTA KARUN PADA KELOMPOK B.1 DI RAUDHATUL ATHFAL AL-ULYA 3 RAJA BASA BANDAR LAMPUNG Oleh Rini Irawati Dewi Berdasarkan hasil penelitian sebelumnya, kemampuan kognitif di RA Al-Ulya 3 Rajabasa Bandar Lampung relatif rendah. Hal ini disebabkan oleh beberapa faktor yakni Metode pengembangan kognitif yang kurang tepat dengan karakteristik, kebutuhan, dan minat anak, Proses pengembangan masih banyak menggunakan lembar kerja anak sehingga anak menjadi kurang antusias dalam mengikuti proses pengembangan di RA Al-Ulya 3 Rajabasa Bandar Lampung. Maka mendorong peneliti untuk mengembangkannya melalui Permainan Mencari Harta Karun. Permainan harta karun metematika merupakan permainan mencari benda-benda yang terdapat angka matematika. Penelitian ini bertujuan untuk Mengembangkan Kemampuan Kognitif Anak melalui Permainan Mencari Harta Karun pada Kelompok B.1 di Raudhatul Athfal Al-Ulya 3 Rajabasa Bandar Lampung. Penelitian ini adalah Penelitian Tindakan Kelas yang difokuskan pada situasi kelas atau lazim disebut Classroom Action Risearch. Alat pengumpul data terdiri dari observasi, wawancara, dan dokumentasi. Analisis data penelitian tindakan kelas dilaksanakan dalam rangkaian langkah dengan beberapa siklus, dimana peneliti menggunakan dua siklus yang setiap siklusnya terdiri dari dua kali pertemuan. Dalam satu siklus terdiri dari empat tahapan yaitu perencanaan, pelaksanaan tindakan, pengamatan, dan refleksi. Berdasarkan hasil data penelitian pada siklus I diperoleh data anak dalam mengembangkan kemampuan kognitif anak dari 18 anak yang Belum Berkembang (BB) sebanyak 7 anak, Mulai Berkembang (MB) sebanyak 7 anak, Berkembang Sesuai Harapan (BSH) sebanyak 2 anak dan Berkembang Sangat Baik (BSB) sebanyak 2 anak yang memiliki jumlah persentase 11%. Hal ini menunjukkan penelitian ini belum berhasil karena belum mencapai indikator keberhasilan yakni 80% sebanyak 15 anak, maka penelitian ini berlanjut pada siklus II dan diperoleh tidak ada anak yang Belum Berkembang (BB), Mulai Berkembang (MB) sebanyak 1 anak yang memiliki jumlah persentase 6%, Berkembang Sesuai Harapan (BSH) sebanyak 2 anak yang memlilki jumlah persentase 11%, dan Berkembang Sangat Baik (BSB) sebanyak 15 anak yang memiliki jumlah persentase 83%. Berdasarkan hasil dari analisis siklus II maka penelitian ini dikatakan berhasil dan dapat disimpulkan bahwa Permainan Mencari Harta Karun dapat Mengembangkan Kemampuan Kognitif Anak pada Kelompok B.1 di RA Al-Ulya 3 Rajabasa Bandar Lampung. Kata kunci : Anak Usia Dini, Kognitif, dan Permainan Mencari Harta Karun ii
MOTTO
Artinya : Karun berkata: "Sesungguhnya Aku Hanya diberi harta itu, Karena ilmu yang ada padaku". dan apakah ia tidak mengetahui, bahwasanya Allah sungguh Telah membinasakan umat-umat sebelumnya yang lebih Kuat daripadanya, dan lebih banyak mengumpulkan harta? dan tidaklah perlu ditanya kepada orangorang yang berdosa itu, tentang dosa-dosa mereka. (Q.S AlQashas : 78)
v
PERSEMBAHAN Dengan rasa syukur kepada Allah SWT, saya persembahkan skripsi ini kepada orang yang selalu mencintai dan memberi makna dalam hidupku, terutama bagi : 1. Ayahanda Tatam Suryadi dan Ibunda Nik-nik Ruknini Dewi, yang telah mengasuh, merawat, mendidik dan membesarkanku dengan penuh kasih sayang serta selalu mendoakanku disetiap sujudnya untuk keberhasilanku. 2. Untuk suami tercinta Roni Indrajaya yang telah mendoakan dan memeberikan motivasi sehingga telah selesai skripsi ini. 3. Adikku tercinta Hipni Irvana Dewi dan Nadyya Aninda Putri yang selalu menjadi motivasi dan semangat keberhasilanku. 4. Almamaterku tercinta IAIN Raden Intan Lampung.
vi
RIWAYAT HIDUP
Penulis dilahirkan di Desa Mekar Mulya Kecamatan Palas Kabupaten Lampung Selatan, pada tanggal 19 Mei 1994, merupakan anak pertama dari tiga bersaudara yang merupakan buah kasih sayang pasangan Bapak Tatam Suryadi dan Ibu Nik-nik Rukmini Dewi. Penulis memulai pendidikan formal pada SD Negeri 3 Bandan Hurip Kalianda lulus tahun 2006. Penulis melanjutkan ke Madrasah Tsanawiyah Nurul Huda Palas Jaya selesai pada tahun 2009, SMA Al-Azhar 3 Bandar Lampung selesai pada tahun 2012. Penulis melanjutkan pendidikan strata satu (S1) pada Fakultas Tarbiyah IAIN Raden Intan Lampung Prodi PGRA, mulai pada tahun 2012 dan diselesaikan pada tahun 2017.
vii
KATA PENGANTAR Puji syukur atas kehadirat Allah SWT yang telah memberikan ilmu pengetahuan, kekuatan dan petunjuknya, sehingga penulis dapat menyelesaikan penelitian yang berjudul Upaya Mengembangkan Kemampuan Kognitif Anak Melalui Permainan Mencari Harta Karun Pada Kelompok B.1 di RA Al-Ulya 3 Rajabasa Bandar Lampung. Sholawat serta salam diperuntukkan kepada Nabi besar Muhammad SAW, para sahabat, keluarga dan pengikutnya yang taat pada ajaranajaran agamanya. Penulis menyusun skripsi ini sebagai bagian dari persyaratan untuk menyelesaikan pendidikan pada Program Strata Satu (S1) Fakultas Tarbiyah dan Keguruan IAIN Raden Intan Lampung dan Alhamdulilah dapat penulis selesaikan sesuai dengan rencana. Dalam upaya menyelesaikan penelitian ini,penulis telah menerima banyak bantuan dan bimbingan dari berbagai pihak serta dengan tidak mengurangi rasa terimakasih atas bantuan semua pihak, maka secara khusus penulis ingin menyebutkan sebagai berikut: 1. Bapak Dr. H. Chairul Anwar, M.Pd dekan Fakultas Tarbiyah dan Keguruan IAIN Raden Intan Lampung. 2. Ibu Dr. Hj. Meriyati, M. Pd selaku ketua jurusan PGRA dan Ibu Dra. Romlah, M. Pd.I selaku sekertaris jurusan PGRA. 3. Ibu Dr. Rifda El Fiah, M. Pd selaku pembimbing I yang telah menyediakan waktu dan bimbinganya yang sangat berharga dalam mengarahkan dan memotivasi penulis.
viii
4. Ibu Dra. Hj. Eti Hadiati, M. Pd
selaku pembimbing II yang telah
menyediakan waktu dan bimbinganya yang sangat berharga dalam mengarahkan dan memotivasi penulis. 5. Indria Sari, S.Pd. Aud selaku kepala di RA Al-Ulya 3 Rajabasa Bandar Lampung 6. Seluruh dewan guru dan staf di RA Al-Ulya 3 Rajabasa Bandar Lampung 7. Teristimewa kepada Lilis Eriyani, serta rekan-rekan di PGRA Fakultas Tarbiyah dan Keguruan IAIN Raden Intan Lampung angkatan 2012 khususnya. Rani Hikmatullah, S. Pd. I Rizki Ayudia, S. Pd Adin Wijaya, Ahmad Nur, Januar Adi Negara yang selalu mendoakan member motivasi dan pengorbanan baik dari segi moril, materi kepada penulis sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini. 8. Seluruh pihak yang mendukung penulisan skripsi ini semoga bantuan yang diberikan dengan penuh keikhlasan tersebut menjadi amal ibadah disisi Allah SWT. Akhirnya semoga Allah SWT melimpahkan rahmad pahala-Nya kepada semua pihak yang telah membantu penulis,dan semoga Allah menjadikannya sebagai amal jariyah dan dapat bermanfaat khususnya bagi penulis dan para pembaca pada umumnya. Bandar Lampung,
Rini Irawati Dewi NPM:1211070041
ix
2017
DAFTAR ISI HALAMAN JUDUL ........................................................................................... ABSTRAK ........................................................................................................... PERSETUJUAN PEMBIMBING...................................................................... PENGESAHAN ................................................................................................... MOTTO ............................................................................................................... PERSEMBAHAN ................................................................................................ RIWAYAT HIDUP ............................................................................................. KATA PENGANTAR ......................................................................................... DAFTAR ISI ........................................................................................................ DAFTAR TABEL................................................................................................ DAFTAR GAMBAR ........................................................................................... DAFTAR LAMPIRAN .......................................................................................
i ii iii iv v vi vii viii ix x xi xii
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah ....................................................................... B. Identifikasi Masalah ............................................................................. C. Pembatasan Masalah............................................................................. D. Rumusan Masalah................................................................................. E. Tujuan Penelitian .................................................................................. F. Manfaat penelitian ................................................................................
1 10 11 11 11 12
BAB II KAJIAN TEORI A. Perkembangan Kognitif Anak ............................................................ 1... Pengertian Kognitif Berdasarkan Teori Piaget ...................... 2. Pengertian Perkembangan Kognitif Anak ............................. 3. Tahap-tahap Perkembangan Kognitif Anak .......................... 4. Kemampuan Kognitif yang Dimiliki Anak Usia Prasekolah . 5. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Perkembangan Kecerdasan Kognitif Anak ......................................................................... 6. Pengertian Perkembangan Konsep Bilangan ......................... B. Permainan Harta Karun ...................................................................... 1. Pengertian Bermain ................................................................ 2. Cara/Tips memilih Permainan untuk Anak ........................... 3. Manfaat Bermain Bagi Perkembangan Anak ........................ 4. Pengertian Permainan Harta Karun ...................................... 5. Cara Bermain Permainan Harta Karun .................................. C. Pengembangan Kecerdasan kognitif Anak Melalui Permainan Harta Karun...................................................................................... D. Hasil Penelitian yang Relevan…………………………………….. E. Hipotesis Tindakan………………………………………………... F. Kerangka Berfikir ............................................................................
13 13 13 15 17 19 22 22 22 25 27 28 30 31 33 34 35
BAB III METODE PENELITIAN A. Jenis Penelitian ................................................................................. B. Setting Penelitian dan Karakteristik Subjek Penelitian.................... 1. Tempat Penelitian....................................................................... 2. Waktu Penelitian ........................................................................ 3. Subjek Penelitian........................................................................ C. Rencana Tindakan ............................................................................ D. Teknik Pengumpulan Data ............................................................... E. Teknis Analisis Data ........................................................................ F. Indikator Keberhasilan .....................................................................
36 38 38 38 38 38 44 46 49
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Gambaran Umum Tempat Penelitian .............................................. B. Pelaksanaan Tindakan ..................................................................... 1. Siklus I ....................................................................................... 2. Siklus II ...................................................................................... C. Pembahasan .....................................................................................
50 58 58 67 76
BAB V KESIMPULAN, SARAN, DAN PENUTUP A. Kesimpulan ........................................................................................ B. Saran .................................................................................................. C. Penutup ..............................................................................................
81 82 82
DAFTAR PUSTAKA .......................................................................................... LAMPIRAN
83
DAFTAR GAMBAR Gambar 1 Siklus Kemmis & Taggart ...................................................................
40
Gambar 2 Diagram Batang Hasil Perkembangan Kognitif ..................................
80
xiii
DAFTAR TABEL
Tabel
Halaman
Tabel 1 Indikator Tingkat Pencapaian Perkembangan Kognitif Anak Usia 4-5 Tahun sesuai dengan Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Republik Indonesia No. 58 Tahun 2009 tentang Standar Pendidikan Anak Usia Dini .................................................................... Tabel 2 Upaya Mengembangkan Kemampuan Konsep Bilangan Anak Menurut Syamsu Yusuf L. N ................................................................................... Tabel 3 Hasil Perkembangan Awal Kemampuan Kognitif Anak Kelas B.1 RA Al-Ulya 3 Bandar Lampung ........................................................ Tabel 4 Presentase Laporan Hasil Perkembangan Kemampuan Kognitif Anak (4-5 tahun) Kelompok B.1 Semester 2 Tahun 2015-1016 RA Al-Ulya 3 Rajabasa Bandar Lampung ..................................................................... Tabel 5 Identitas Sekolah ..................................................................................... Tabel 6 Keadaan Sarana dan Prasarana Gedung RA Al-Ulya 3 Bandar Lampung ............................................................. Tabel 7 Data Sarana dan Prasarana RA Al-Ulya 3 Bandar Lampung ................... Tabel 8 Data Alat Permainan Dan Sarana Pembelajaran Di RA. Al-Ulya 3 Bandar Lampung ....................................................... Tabel 9 Hasil Perkembangan Kemampuan Kognitif Anak Pada Siklus I Pertemuan Ke-I ................................................................. Tabel 10 Hasil Perkembangan Kemampuan Kognitif Anak Pada Siklus I Pertemuan Ke-II ............................................................... Tabel 11 Hasil Perkembangan Kemampuan Kognitif Anak Pada Siklus I Pertemuan Ke-III.............................................................. Tabel 12 Hasil Perkembangan Kemampuan Kognitif Anak Pada Siklus II Pertemuan Ke-IV ............................................................ Tabel 13 Hasil Perkembangan Kemampuan Kognitif Anak Pada Siklus II Pertemuan Ke-V ............................................................. Tabel 14 Hasil Perkembangan Kemampuan Kognitif Anak Pada Siklus II Pertemuan Ke-VI ............................................................. Tabel 15 Hasil persentase Siklus I ........................................................................ Tabel 16 Hasil persentase Siklus II .......................................................................
xii
4 5 7
9 53 55 56 57 60 63 66 70 73 75 77 77
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran 1
Kerangka Wawancara ....................................................................... 85
Lampiran 2
Hasil dari Wawancara oleh Guru....................................................... 86
Lampiran 3
Kisi Observasi ................................................................................. 87
Lampiran 4
Hasil Perkembangan Kemampuan Kognitif melalui Permainan Mencari Harta Karun ....................................................................... 88
Lampiran 5
Catatan Lapangan ........................................................................... 94
Lampiran 6
RKH .................................................................................................. 111
Lampiran 7
Gambar 3 Kegiatan Pembukaan Sebelum Melaksanakan Kegiatan 123
Lampiran 8
Gambar 4 Kegiatan Menjelaskan Kepada Anak Sebelum Memulai Permainan Mencari Harta Karun ...................................................... 124
Lampiran 9
Kegiatan Pemanasan Sebelum Melakukan Permainan Mencari Harta Karun ................................................................................................ 125
Lampiran 10 Kegiatan Setelah Melakukan Permainan Mencari Harta Karun ........ 126
xiv
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah John Locke berpendapat bahwa ketika bayi dilahirkan. Dia seperti tabula rasa atau kertas kosong. Pikiran seorang anak merupakan hasil dari pengalaman dan proses belajar. Pengalaman dalam proses belajar yang diperoleh melalui indera membentuk manusia menjadi individu yang unik. Peran orang tua dalam perkembangan anak sangat dominan karena orang tua harus bertanggung jawab untuk mengajari anak tentang kendali diri serta rasionalitas, serta merancang, memilihkan, serta menentukan lingkungan dan pengalaman yang sesuai sejak anak dilahirkan.1 Pendidkan Anak Usia Dini (PAUD) merupakan satu tahap pendidikan yang tidak dapat diabaikan karena ikut menentukan perkembangan dan keberhasilan anak. Seiring dengan perkembangan pemikiran tersebut, tuntutan dan kebutuhan layanan pendidikan anak usia dini pada saat ini cenderung semakin meningkat. Meningkatnya kesadaran masyarakat akan pentingnya pendidikan anak usia dini, kesibukan orang tua, dan banyaknya sekolah dasar yang mempersyaratkan calon siswanya telah menyelesaikan pendidikan di Taman
1
Wiwien Dinar Pratisti.Psikologi Anak Usia Dini. (Jakarta: PT. Indeks, 2008), h. 3
2
Kanak-kanak telah mendorong tumbuh dan kembangnya lembaga penyedia layanan Pendidikan Anak Usia Dini.2 Berdasarkan Undang-undang Republik Indonesia No. 20 Tahun 2003 bab 1 ayat 14 tentang sistem pendidikan Nasional menyatakan bahwa “pendidikan anak usia dini adalah suatu upaya pembinaan yang ditunjukan kepada anak sejak lahir sampai dengan usia 6 tahun yang dilakukan melalui pengasuhan, pembimbingan dan pendidikan untuk membantu pertumbuhandan perkembangan anak agar memiliki kesiapan dalam memasuki pendidikan lebih lanjut”. Pemahaman orang tua yang terbatas pada kebutuhan bahwa anaknya harus masuk TK sebelum ke SD, bahkan banyak yang mengharapkan agar anaknya sudah mampu membaca, menulis dan berhitung setelah menyelesaikan pendidikan di TK. Padahal pendidikan TK tidak mengharuskan pencapaian kemampuan membaca, menulis dan berhitung.3Akan tetapi dalam pendidikan TK pendidik harus selalu memberikan stimulus atau rangsangan agar anak berkembang sesuai dengan tingkat perkembangannya. Aspek perkembangan anak usia dini yang harus di rangsang salah satunya adalah aspek perkembangan kognitif anak. Kognitif seringkali diartikan sebagai kecerdasan atau berfikir. Kognitif adalah pengertian yang luas mengenai berfikir dan mengamati, jadi merupakan tigkah laku-tingkah laku yang mengakibatkan orang memperoleh pengetahuan 2
Yuliani Nurani Sujiono.Konsep Dasar Pendidikan Anak Usia Dini,(Jakarta: PT. Indeks, 2009), h. 34 3 Ibid, h.34
3
atau yang dibutuhkan untuk menggunakan pengetahuan. Kemampuan anak untuk mengkoordinasikan sebagai cara berfikir untuk menyelesaikan berbagai masalah dapat dipergunakan sebagai tolak ukur pertumbuhan kecerdasan.4 Perkembangan kognitif pada anak-anak dijelaskan dengan berbagai teori dengan berbagai peristilahan. Selanjutnya dikemukakan bahwa perkembangan kecerdasan dipengaruhi oleh faktor kematangan dan pengalaman. Perkembangan kognitif dinyatakan dengan pertumbuhan kemampuan merancang, mengingat dan mencari penyelesaian masalah yang dihadapai.5 Untuk mengembangkan kemampuan kognitif anak guru dapat menggunakan permainan dalam proses pembelajaran. Bermain adalah suatu kegiatan yang dilakukan dengan atau tanpa mempergunakan alat, yang menghasilkan pengertian dan memberikan informasi, memberikan kesenangan maupun mengembangkan imajinasi anak. Jika kita benar-benar memahaminya maka pemahaman tersebut akan berdampak positif pada cara kita membantu proses belajar anak. Pengamatan ketika anak bermain secara aktif dan pasif, sangat membantu kita dalam memahami jalan fikiran anak, juga dapat meningkatkan keterampilan kita dalam berkomunikasi. Adapun tingkat pencapaian perkembangan kognitif pada anak usia dini usia 4-5 tahun yang harus dicapai dalam pembelajaran PAUD, sesuai dengan
4
Soeminarti Patmonodewo. Pendidikan Anak Prasekolah. (Jakarta: PT. Rineka Cipta, 2003),
h. 27 5
Ibid, h. 27
4
peraturan Mentri Pendidikan Nasional Republik Indonesia No. 58 Tahun 2009 tentang Standar Pendidikan Anak Usia Dini (PAUD) adalah sebagai berikut: Tabel 1 Indikator Tingkat Pencapaian Perkembangan Kognitif Anak Usia 4-5 Tahun Sesuai dengan Peraturan Menteri Pendidikan NasionalRepublik Indonesia No. 58 Tahun 2009 tentang Standar Pendidikan Anak Usia Dini 6 Lingkup Perkembangan Tingkat Pencapaian Perkembangan Kognitif
1. Mengetahui konsep banyak dan sedikit
Konsep Bilangan
2. Membilang banyak benda satu sampai sepuluh 3. Mengenal konsep bilangan 4. Mengenal lambang bilangan 5. Mengenal lambang huruf
Dalam kegiatan perkembangan di RA Al-Ulya Bandar Lampung metode dan media yang digunakan dalam mengembangkan kemampuan kognitif khususnya kemampuan konsep bilangan anak yang dicapai belum maksimal. Hal ini dapat terlihat dalam pengembangan mengetahui konsep banyak dan sedikit, membilang banyak benda satu sampai sepuluh, mengenal konsep bilangan, mengenal lambang bilangan, mengenal lambang huruf.
6
Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Republik Indonesia nomor 58 Tahun 2009 tentang Standar PAUD, h. 9
5
Beberapa upaya yang dapat dilakukan oleh orang tua dan guru dalam mengembangkan kemampuan kognitif anak adalah sebagai berikut : Tabel 2 Upaya Mengembangkan Kemampuan Konsep Bilangan Menurut Syamsu Yusuf L. N Dikutip dalam bukunya Perkembangan Peserta Didik7 No. Potensi 1. Intelektual
Aspek Konsep Bilangan
Upaya Pengembangan a. Mengenalkan angka-angka b. Mengidentifikasi kecerdasan anak melalui tes kecerdasan, dan memanfaatkannya untuk layanan bimbingan.
Sesuai dengan karakteristik anak usia TK tersebut, oleh karena itu pola pembelajaran harus menyangkut tema yang sederhana, intuitif/merangsang imajinasi, menarik dan belajar melaluiaktivitas bermain (metode bermain). Hal ini sesuai dengan naluri anak-anak yang senang jika diberikan permainan ketika proses perkembangan berlangsung. Oleh karena itu, sering ada ungkapan “belajar melalui bermain atau bermain seraya belajar” karena biasanya anak lebih cepat memahami pelajaran dengan cara diberikan permainan daripada harus membaca dan mendengarkan penjelasan guru. Dalam konteks ini Moeslichatoen, R mengungkapkan bahwa bermain adalah suatu bentuk kegiatan yang memberikan kepuasaan pada diri anak dan 7
Syamsu Yusuf L. N, Perkembangan Peserta Didik, ( Jakarta: Grafindo Persada, 2011), h. 55-56
6
bersifat non serius, lentur, dan bahan bermain terkandung dalam kegiatan secara imajinatif ditransformasi sepadan dengan dunia orang dewasa.8 Pemahaman tentang bermain juga membuka wawasan dan menetralkan pendapat kita sehingga menjadi lebih luwes dalam menghadapi kegiatan bermain anak.Hasilnya, segala aspek perkembangan anak dapat kita dukung sepenuhnya. Kita dapat memberikan lebih banyak kesempatan pada anak-anak untuk bereksplorasi.9 Salah satu permainan yang dapat digunakan dalam mengembangkan kognitif anak adalah permainan hatra karun, permainan harta karun adalah merupakan permainan mencari benda-benda yang terdapat angka matematika. Siswa harus mencari angka dan mendapatkan sebanyak-banyaknya. Permaina ini akan membuat suasana kelas rebut.10 Berdasarkan laporan hasil pengamatan awal kelompok B.1 RA Al-Ulya 3 Rajabasa Bandar Lampung dapat dilihat pada tabel berikut :
8
Moeslichatoen, R. Metode Pengajaran Ditaman Kanak-kanak. (Jakarta: Renika Cipta, 2004), h. 24 9 Agung Triharso, Permainan Kreatif dan Edukatif untuk Anak Usia Dini, (Yogyakarta: Andi, 2013), h. 1-2 10 Heru Kurniawan, Titi Anisatul Laely. 30 Permainan Kreatif untuk Kecerdasan Logika Matematika Anak, (Bandung: Alfabeta, 2014), h.59
7
Tabel 3 Hasil Perkembangan Awal Kemampuan Kognitif Anak Kelas B.1 di RA Al-Ulya 3 Rajabasa Bandar Lampung No
Nama Anak
1
Cheysa Arinta
1 BB
2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18
Essy Kartika Lovely Aura Ilza M. Luthfi Keysar M. Daffa Mofian Nadira Aulia Azizah Nadya Salsabila Putri Pujaan Q Rizky Aditya Rarhan Ar-Ridho Ramadhan Dhafi. P Septiana Yasmin Syifa Maulida Shasa Vonilita Vahrezi Mulqy Dina Aulia Yustitia Marva Engelita
BB BB MB MB BSH MB MB BB BB BSB MB BB BSB BB BB BB BB
Indikator Pencapaian 2 3 4 BB BB MB BB BB MB MB BSH MB MB BB MB BSB MB MB MB BB MB MB BB
MB BB MB MB BSH BSH MB BB BB MB BB BB BSB BB MB MB MB
BB MB BSH BSH MB BSH BB BSH BB BSB MB BB BSB BB BB BB MB
Keterangan 5 MB
BB
BB MB MB MB BSH BSH BB MB BB MB MB BB BSB MB BB BB BB
BB BB MB MB BSH BSH MB BB BB BSB MB BB BSB BB BB BB BB
Sumber: Laporan hasil pengamatan awal kelompok B.1 di RA Al-Ulya 3 Rajabasa Bandar Lampung Keterangan Indikator Pencapaian : 1. Mengetahui konsep banyak dan sedikit 2. Membilang banyak benda satu sampai sepuluh 3. Mengenal konsep bilangan 4. Mengenal lambang bilangan 5. Mengenal lambang huruf Keterangan: BB : Belum Berkembang (skor 0%-25%) 1. Anak masih malu dan tidak percaya diri 2. Anak tidak dapat mengikuti kegiatan yang diberikan 3. Anak tidak faham dengan kegiatan yang diberikan MB : Mulai Berkembang (skor 26%-50%) 1. Anak dapat mengikuti kegiatan tetapi masih harus dibantu oleh guru atau temannya BSH : Berkembang Sesuai Harapan (skor 51%-75%) 1. Anak dapat melakukan kegiatan yang diberikan tanpa bantuan guru BSB : Berkembang Sangat Baik (76%-100%) 1. Anak dapat melakukan kegiatan yang diberikan tanpa bantuan guru 2. Anak dapat membantu temannya melakukan kegiatan yang diberikan
8
Berdasarkan lapor hasil perkembangan kemampuan kognitif anak di kelas B.1 RA Al-Ulya 3 Rajabasa Bandar Lampung diatas dapat dipahami bahwa masih banyak peserta didik yang belum berkembang. Dalam mengetahui konsep banyak dan sedikit sebanyak 10 anak yang belum berkembang, 5 anak mulai berkembang, 1 anak berkembang sesuai harapan, dan 2 anak berkembang sangat baik. Dalam kegiatan membilang banyak benda satu sampai 10 sebanyak 6 anak belum berkembang, 10 mulai berkembang, 1 anak berkembang sesuai harapan, dan 1 anak berkembang sangat baik. Dalam kegiatan mengenal konsep bilangan sebanyak 7 anak belum berkembang, 8 mulai berkembang, 2 anak berkembang sesuai harapan, dan 1 anak berkembang sangat baik. Dalam kegiatan mengenal lambang bilangan sebanyak 7 anak belum berkembang, 5 anak mulai berkembangan, 4 anak berkembang sesuai harapan, dan 2 anak bekembang sangat baik. Dalam kegiatan mengenal lambang huruf sebanyak 7 anak belum berkembang, 8 anak mulai berkembang, 2 anak berkembang sesuai harapan, dan 1 anak berkembang sangat baik. Berdasarkan laporan hasil perkembangan kemampuan kognitif anak pada pengamatan awal dapat diketahui hasil presentasenya adalah sebagai berikut:
9
Tabel 4 Presentase Laporan Hasil Perkembangan Kemampuan Kognitif Anak (4-5 tahun) Kelompok B.1 Semester 2 Tahun 2015-1016 RA Al-Ulya 3 Rajabasa Bandar Lampung No.
Nilai
1
BB
2
3
4
MB
BSH
BSB
1 10 anak 56%
5 anak 28%
1 anak 5%
2 anak 11%
Indikator Pencapaian 2 3 4 6 anak 33%
10 anak 56%
1 anak 6%
1 anak 5%
Jumlah 5
7 anak 39%
7 anak 39%
7 anak 39%
8 anak 41%
8 anak 44%
5 anak 28%
8 anak 44%
7 anak 40%
2 anak 11%
4 anak 22%
2 anak 11%
2 anak 11%
1 anak 6%
2 anak 11%
1 anak 6%
1 anak 8%
Dari tabel diatas menunjukkan bahwa dari ke-3 indikator perkembangan kemampuan kognitif anak usia 4-5 tahun sesuai dengan Standar Pendidikan Anak Usia Dini masih rendah dari perkembangan yang diharapkan. Dalam kegiatan mengetahui konsep banyak dan sedik yang dicapai oleh anak hanya 56% belum berkembang, 28% mulai berkembang, 5% berkembang sesuai harapan, dan 11% berkembang sangat baik. Dalam kegiatan membilang banyak benda satu sampai sepuluh 33% belum berkembang, 56% mulai berkembang, 6% berkembang sesuai harapan, 5% berkembang sangat baik. Dalam kegiatan mengenal konsep bilangan 39% belum berkembang, 44% mulai berkembang, 11% berkembang sesuai harapan, 6% berkembang sangat baik. Dalam kegiatan mengenal lambang
10
bilangan sebanyak 39% belum berkembang, 28% mulai berkembang, 22% berkembang sesuai harapan, 11% berkembang sangat baik. Mengenal lambang huruf sebanyak 39% belum berkembang, 44% mulai berkembang, 11% berkembang sesuai harapan, 6% berkembang sangat baik. Sehubungan dengan hal tersebut, maka penulis berinisiatif ikut serta memecahkan persoalan terhadap guru RA Al-Ulya 3 Rajabasa untuk menerapkan permainan mencari harta karun dalam mengembangkan kemampuan kognitif anak. Di sisi lain penulis ingin memotret bagaimana perkembangan anak setelah diberikan permainan mencari harta karun dan kemudian menganalisa hasil akhir dari proses pembelajaran yang berkaitan dengan kemampuan kognitif tersebut, dengan menuangkan dalam sebuah judul: “Upaya Mengembangkan Kemampuan Kognitif Anak melalui Permainan Mencari Harta Karun pada Kelompok B.1 di RA Al-Ulya 3 Rajabasa Bandar Lampung”.
B. Identifikasi Masalah Berdasarkan latar belakang masalah diatas peneliti mengidentifikasi masalah terhadap kekurangan-kekurangan dalam meningkatkan kemampuan kognitif anak, diantaranya: 1. Keterbatasan guru di RA Al-Ulya 3 Rajabasa Bandar Lampung dalam mengemas permainan masih terlihat seadanya atau monoton dan permainan yang digunakan pun kurang bervariasi, sehingga kemampuan kognitif anak masih belum berkembang secara optimal.
11
2. Anak kurang tertarik dalam mengikuti proses pembelajaran C. Pembatasan Masalah Agar penelitian ini lebih efektif, efisien, terarah dan dapat dikaji lebih mendalam maka diperlukan pembatasan masalah. Adapun pembatasan masalah yang dikaji dalam penelitian ini adalah: 1. Subyek yang diteliti hanya siswa kelompok B.1 di RA Al-Ulya 3 Rajabasa Bandar Lampung. 2. Penelitian ini di fokuskan pada pengembangan kemampuan kognitif anak usia dini dengan cara permainan harta karun. D. Rumusan Masalah Berdasarkan pembatasan masalah di atas, rumusan masalah yang diajukan
adalah
“Apakah
Permainan
Mencari
Harta
Karun
dapat
Mengembangkan Kemampuan Kognitif Anak pada Kelompok B.1 di RA AlUlya 3 Rajabasa Bandar Lampung?” E. Tujuan Penelitian Berdasarkan rumusan masalah diatas, tujuan penelitian ini adalah: 1.
Untuk mengetahui kondisi objektif kemampuan kognitif yang dimiliki peserta didik kelompok B.1 di RA Al-Ulya 3 Rajabasa Bandar Lampung.
2. Untuk mengetahui perkembangan kognitif anak sesudah penilitian dilakukan dengan menggunakan permainan mencari harta karun
pada peserta didik
kelompok B.1 di RA Al-Ulya 3 Rajabasa Bandar Lampung.
12
F. Manfaat Penelitian Penelitian ini diharapkan mempunyai manfaat dalam pendidikan baik secara langsung maupun tidak langsung. Adapun manfaat penelitian ini adalah sebagai berikut: 1. Secara Teoritis Secara teoritis hasil penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat yaitu: a) Memberikan sumbangan pemikiran Untuk memperkaya ilmu pengetahuan bagi Pendidikan Anak Usia Dini di Indonesia terutama yang berkaitan dengan implementasi permainan harta karun dalam proses pembelajaran untuk meningkatkan kemampuan dasar anak. 2. Secara Praktis Secara praktis penelitian ini dapat bermanfaat sebagai berikut: a) Bagi Pendidik dan Calon Pendidik. Dapat menambah pengetahuan dan sumbangan pemikiran tentangcara meningkatkan kognitif anak, khususnya melalui permainan harta karun. b) Bagi Anak didik. Anak didik sebagai subyek penelitian, diharapkan dapat memperoleh pengalaman langsung mengenai pembelajaran secara aktif, kreatif dan menyenangkan melalui permainan harta karun. c) Bagi sekolah tempat anak belajar. Sebagai bahan pertimbangan dalam menyusun program pembelajaran serta menentukan metode dan media pembelajaran yang tepat untuk meningkatkan kognitif anak.
BAB II KAJIAN TEORI
A. Perkembangan Kognitif Anak 1.
Perkembangan Kognitif Berdasarkan Teori Piaget Menurut Santrock tahap perkembangan kognitif usia prasekolah terdiri dari dua tahap yaitu pada usia 2 sampai 4 tahun merupakan tahap fungsi simbolik. Namun diusia 4-7 tahun, anak usia prasekolah berada pada tahap pemikiran intuitif yaitu tahap dimana anak mulai dapat menggunakan penalaran primitifnya dan rasa ingin tahu jawaban atas semua hal yang ia tanyakan berkembang pesat. Piaget menyebut tahap ini intuitif karena anak-anak pada usia ini merasa begitu yakin akan apa yang dipahami dan diketahuinya, tetapi pengetahuanya tadi hanya berdasar intuisinya saja tanpa menggunakan pemikiran yang rasional.1
2. Pengertian Perkembangan Kognitif Anak Kognitif merupakan kata sifat yang berasal dari kata kognisi (kata benda). Pada kamus besar bahasa Indonesia, kognisi diartikan dengan empat pengertian, yaitu: a) Kegiatan atau proses memperoleh pengetahuan, termasuk kesadaran dan perasaan. b) Usaha menggali suatu pengetahuan melalui pengalamanya sendiri.
1
Iriani Indri Hapsari, Psikologi Perkembangan Aanak, (Jakarta: Indeks, 2016), h. 208.
14
c) Proses pengenalan dan penafsiran lingkungan oleh seseorang. d) Hasil pemerolehan pengetahuan. Kognitif juga dapat diartikan dengan kemampuan belajar atau berfikir atau kecerdasan, yaitu kemampuan untuk mempelajari keterampilan dan konsep baru, keterampilan untuk memahami apa yang terjadi di lingkungannya, serta keterampilan menggunakan daya ingat dan menyelesaikan soal-soal sederhana.2 Menurut Desmita dalam bukunya menyatakan perkembangan kognitif adalah salah satu aspek perkembangan manusia yang berkaitan dengan pengertian (pengetahuan) yaitu semua proses psikologis yang berkaitan dengan bagaimana individu mempelajari dan memikirkan lingkunganya. 3 Jadi perkembangan kognitif pada anak usia dini dapat diartikan sebagai perubahan psikis yang berpengaruh terhadap kemampuan berfikir anak usia dini. Dengan kemampuan berfikirnya, anak usia dini dapat mengeksplorasi dirinya sendiri, orang lain, hewan dan tumbuhan, serta berbagai benda yang ada disekitarnya sehingga mereka dapat memperoleh berbagai pengetahuan. Berbagai pengetahuan tersebut kemudian digunakan sebagai bekal bagi anak usia dini untuk melangsungkan hidupnya dan menjalankan tugasnya sebagai hamba Allah SWT.4
2
Nova Ardy Wiyani. Psikologi Perkembangan Anak Usia Dini. (Yogyakarta: Gava Media, 2014), h. 61 3 Desmita, Psikologi Perkembangan. (Bandung: Remaja Rosdakaria, 2013), h.103 4 Nova Ardy Wiyani. Psikologi Perkembangan Anak Usia Dini. (Yogyakarta: Gava Media, 2014), h. 62
15
Dalam islam sendiri, banyak sekali ayat-ayat yang menjelaskan tentang keutamaan aktivitas berfikir yang dilakukan oleh individu untuk mendapatkan berbagai pengetahuan, misalnya firman ALLah SWT berikut ini:
Artinya: “apakah kamu Hai orang musyrik yang lebih beruntung ataukah orang yang beribadat di waktu-waktu malam dengan sujud dan berdiri, sedang ia takut kepada (azab) akhirat dan mengharapkan rahmat Tuhannya? Katakanlah: "Adakah sama orang-orang yang mengetahui dengan orang-orang yang tidak mengetahui?" Sesungguhnya orang yang berakallah yang dapat menerima pelajaran.(Qs. Az-Zumar: 9). Berdasarkan pengertian kognitif di atas dapat dipahami bahwa kognitif atau pemikiran merupakan istilah yang digunakan oleh para ahli psikologi yang berhubungan dengan fikiran yang memungkinkan memperoleh pengalaman serta mampu memecahkan masalah yang dihadapi dalam proses kehidupan manusia, dan dikenalkan sejak usia dini. 3. Tahap-tahap Perkembangan Kognitif Anak Persoalan mengenai perkembangan kognitif anak seperti telah disinggung diatas berlangsung sejak baru lahir. Dan pendayagunaan ranah kognitif manusia sudah mulai sejak manusia itu mulai mendayagunakan kapasitor motor dan sensornya. Ada beberapa tahapan perkembangan kognitif antara lain adalah:
16
a. Sensorimotor (0-2 Tahun) Pada tahap ini, bayi mengembangkan pemahaman tentang dunia melalui koordinasi antara pengalaman sensoris dengan gerakan mototrik-fisik. Bayi juga mulai mengembangkan kemampuan yang lebih dari sekedar refleks, namun sudah membentuk pola sensori motor yang kompleks serta mulai mengoprasikan simbol-simbol primitive. b. Praoprasional (2-7 Tahun) Pada tahap ini, anak mulai mampu menerangkan dunia melalui kata-kata dan gambar.Namun, anak belum mampu melakukan tindakan mental yang diinternalisasikan yang memungkinkan anak melakukan secara mental hal-hal yang dahulu dilakukan secara fisik. c. Oprasional Konkrit (7-11 Tahun) Pada tahap ini, anak-anak mulai mampu berfikir logis untuk menggantikan cara berfikir sebelumnya yang masih bersifat intuitifprimitif, namun membutuhkan contoh-contoh konkret. d. Operasional Formal (11-15 Tahun) Pada tahap ini, individu melewati dunia nyata dan pengalaman konkret menuju cara berfikir yang lebih abstrak dan logis, sistematis, serta mampu mengembangkan hipotesis tentang penyebab terjadinya suatu peristiwa. Kemudian, dia menguji hipotesis tersebut secara dedukatif.Sebagai
konsekuensinya,
anak
mulai
mengembangkan
17
gambaran yang ideal, misalnya bagaimana menjadi orang tua yang ideal.5 4. Kemampuan Kognitif Yang Dimiliki Anak Usia Prasekolah a. Fungsi Simbolis Fungsi simbolis menurut Piaget merupakan kemampuan individu untuk menggunakan representasi mental atau menggunakan simbol-simbol seperti kata-kata, angka dan gambar ketika individu meletakan pada maknanya. Simbol dapat membantu anak untuk mengenal dan mempelajari satu hal yang tidak hadir secara fisik atau tidak dapat dilihat anak secara langsung saat sedang mempelajarinya. b. Memahami Identitas Pada usia prasekolah, anak mulai dapat memahami identitas dari suatu objek. Anak sudah mulai bisa membedakan bahwa objek yang satu bisa sama atau berbeda dengan objek lain. c. Memahami Sebab Akibat Anak usia prasekolah, pada siatuasi yang ia pahami, anak sudah dapat menghubungkan sebab akibat secara akurat contohnya anak berbicara pelan-pelan karena khawatir ayahnya yang sedang tidur akan terbangun. Namun begitu, menurut Piaget anak belum dapat memahami sebab dan akibat secara logis sepenuhnya.
5
Wiwien Dinar Pratisti.Psikologi Anak Usia Dini. (Jakarta: PT. Indeks. 2008). h. 41
18
d. Memahami Klasifikasi Pada usia sekitar 4 tahun, anak sudah dapat mengklasifikasikan dua hal yaitu warna dan bentuk. Anak sudah dapat membedakan nama yang “bagus dan jelek”, “baik dan jahat”. Anak sudah dapat membedakan mana yang sama dan mana yang berbeda. Dengan kemampuannya untuk mengklasifiksikan benda, anak akan lebih dapat mengatur banyak aspek dalam kehidupanya. Namun begitu, anak belum dapat memahami perbedan antara benda hidup dan benda mati. Anak masih sering memperlakukan benda mati sebagai benda hidup yang disebut dengan istilah animisme. e. Memahami Angka-Angka Anak usia prasekolah khususnya mulai usia 4 tahun, mereka sudh dapat
memahami
konsep angka, mereka
sudah dapat
melakukan
penjumlahan sederhana, mereka memahami konsep banyak dan sedikit, mereka sudah mengetahui binatang mana yang paling tinggi diantara binatang lainnya yang dinamakan dengan konsep ordinalitas. f. Mampu Berempati Pada usia prasekolah, anak sudah mulai mampu merasakan dan membayangkan apa yang dirasakan orang lain, contohnya saat anak melihat kakaknya sedang menangis karena benda yang dimiliki kakaknya hilang, siadik yang berusia prasekolah akan terlihat mencoba menghiburnya. Kemampuan empati dapat muncul dari stimulasi sehari-hari saat bercakapcakap dengan orang disekitarnya seperti ibu dalam membicarakan banyak
19
hal tentang perasaan dan sebab akibat. Bermain peran salah satu kegiatan yang dapat menstimulsi anak mengembangkan rasa empati dan teori pikiran. g. Memiliki Pikiran Sendiri (Teori Pikiran) Teori pikiran atau theory of mind
yang dikenalkan oleh Piaget
merupakan kesadaran atau pemahaman akan proses mental manusia seperti adanya kepercayaan, keinginan, mimpi dalam diri sendiri maupun individu lain. 6 5. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Perkembangan Kecerdasan Kognitif Anak Perkembangan tidak berakhir dengan pencapaian maturitas fisik saja namun perubahan terjadi sepanjang hidup, yang mempengaruhi sikap individu, proses kognitif, dan prilaku. Berkaitan dengan hal tersebut penulis akan menjelaskan faktor-faktor yang mempengaruhi tinggi rendahnya mutu perkembangan kognitif anak, diantaranya adalah sebagai berikut: a.
Faktor internal merupakan faktor yang mempengaruhi perkembangan kognitif anak usia dini yang berasal dari diri anak sendiri. Faktor internal ini meliputi: 1). Faktor bawaan Teori yang mendukung faktor ini adalah teori nativisme yang dipelopori oleh seorang filosof yang bernama Schopenhauer. Teori tersebut berpendapat bahwa perkembangan anak telah ditentukan
6
Iriani Indri Hapsari, Psikologi Perkembangan Aanak, (Jakarta: Indeks, 2016), h. 207-211.
20
oleh faktor-faktor yang dibawa sejak lahir. Faktor-faktor itulah yang dinamakan dengan faktor pembawaan dan pembawaan yang telah terdapat pada waktu anak dilahirkan itulah yang akan menentukan perkembanganya kelak. 2). Faktor kematangan Tiap anak memili organ dan organ tersebut dapat dikatakan matang apabila telah mencapai kesanggupan dalam menjalankan fungsinya masing-masing. Faktor kematangan ini berhubungan erat dengan usia kronologis atau usia kalender. 3). Faktor minat dan bakat Minat mengarahkan pada dorongan untuk berbuat dengan lebih giat dan lebih baik lagi. Sedangkat bakat pada dasarnya merupakan kemampuanbawaan
sebagai
potensi
yang
masih
perlu
dikembangkan agar dapat terwujud. b.
Faktor eksternal merupakan faktor yang mempengaruhi perkembangan kognitif anak usia dini yang berasal dari luar. Faktor eksternal ini meliputi: 1). Faktor lingkungan Teori yang mendukung faktor ini adalah teori empirisme yang dikembangkan oleh John Locke dengan teorinya yang dinamakan dengan “tabula rasa”. Menurut John Locke, anak dilahirkan seperti kertas putih yang bersih tanpa noda (belum ada tulisan sedikit pun),
21
namun dalam perkembangannya kertas tersebut menjadi penuh dengan tulisan, dan bagai mana tulisan tersebut akan ditentukan oleh faktor lingkungan. Menurutnya, perkembangan kognitif anak akan sangat ditentukan oleh berbagai pengalaman dan pengetahuan yang diperolehnyadari lingkungan di sekitarnya. 2). Faktor pembentukan Pembentukan merupakan segala keadaan diluar diri anak yang mempengaruhi perkembangan kognitifnya. Pembentukan dapat dibedakan menjadi dua, yaitu pembentukan sengaja (pendidikan di sekolah) dan pembentukan tidak disengaja (pengaruh alam sekitar). 3). Faktor kebebasan Kebebasan merupakan keleluasaan manusia untuk berfikir divergen (menyebar) yang berarti bahwa anak dapat memilih metode-metode tertentu dalam menyelesaikan tugasnya ataupun memecahkan masalah-masalahnya, dan termasuk dalam memilih masalah sesuai dengan kebutuhanya. Faktor kebebasan ini sangat terkait dengan pola asuh pendidikan PAUD ataupun orang tua kepada anaknya. Kebebasan ini akan muncul jika pendidik PAUD atau orang tua menerapkan pola asuh demokraris pada anak. Sebaliknya, jika pendidik PAUD atau orang tua menerapkan pola asuh yang otoriter
22
maka tidak akan muncul kebebasan, alhasil perkembangan kognitif anak pun menjadi terhambat.7 Dari uraian tersebut dapat diambil kesimpulan bahwa faktor yang mempengaruhi perkembangan anak adalah faktor pembawaan anak sejak lahir, faktor orang tua atau keluarga terutama sifat dan keadaan mereka yang sifatnya menentukan arah perkembangan masa depan anak, lingkungan, tempat tinggal dan pengalaman pendidikan. 6. Pengertian Perkembangan Konsep Bilangan Konsep bilangan adalah menujuk pada pemahaman dasar anak dalam mengenal angka-angka dan suatu konsep ketika anak mampu mengklasifikasikan atau mengelompokkan benda-benda atau ketika anak dapat mengasosiasikan suatu nama dengan kelompok benda tertentu.8 B. Permainan Harta Karun 1. Pengertian Bermain Bermain (play) merupakan istilah yang digunakan secara bebas sehingga arti utamanya mungkin hilang.Arti yang paling tepat ialah setiap kegiatan yang dilakukan untuk kesenangan yang timbulkanya, tanpa mempertimbangkan hasil akhir.Bermain dilakukan secara sukarela dan tidak ada paksaan atau tekanan dari luar atau kewajiban.Piaget menjelaskan bahwa
7
Nova Ardy Wiyani. Psikologi Perkembangan Anak Usia Dini. (Yogyakarta: Gava Media, 2014), h. 73-75 8 Mulyono Abdurrahman, Pendidikan bagi Anak Berkesulitan Belajar, (Jakarta: Rineka Cipta, 2009), h. 170
23
bermain “terdiri atas tanggapan yang diulang sekedar untuk kesenangan fungsional”. Menurut Bettelheim kegiatan bermain adalah kegiatan yang “tidak mempunyai peraturan lain kecuali yang ditetapkan pemain sendiri dan tidak ada hasil akhir yang dimaksudkan dalam realitas luar”.9 Meskipun bermain adalah dunia anak, namun orang tua harus mampu memilihkan permainan yang tepat untuknya diantaranya adalah pemainan harta karun.Permainan harta karun metematika merupakan permainan mencari bendabenda yang terdapat angka matematika.10Anak harus mencari angka dan mendapatkan sebanyak-banyaknya.Sebab, hanya permainan yang tepat yang akan mampu mencerdaskan anak. Permainan yang tepat merupakan salah satu cara yang dapat meningkatkan kecerdasan anak. Sebagai orang tua, kita memahami bahwa bermain bisa menjadi stimulus dari lingkungan yang dapat memaksimalkan tumbuh kembang dan kecerdasan anak.Melalui permainan yang dilakukannya, sesungguhnya anak sedang melakukan usaha untuk memaksimalkan seluruh kemampuanya.Akan tetapi, jangan lupa bahwa orang tua memiliki peran pentingdalam memilih permainan yang sesuai dengan tahapan perkembangan anak. Kesesuaian antara permainan dengan usia anak memang sangat penting diperhatikan. Karena itu, kita harus mempertimbangkan secara tepat saat memilihkan suatu permainan untuk anak. Hal ini akan sangat 9
Elizabet B. Hurlock, Perkembangan Anak Jlid 1, (Jakarta: Erlangga, tth), h. 320 Heru Kurniawan dan Titi Anisatul Laeli, 30 Permainan Kreatif untuk Kecerdasan Logika Matematika, (Bandung: Alfabeta, 2014). h. 59. 10
24
membantunya mengeksplorasi diri dan lingkunganya dengan berbagai cara. Selain itu, anak yang memperoleh permainan yang sesuai dengan usianya juga bisa membantu membentuk kemampuan mengendalikan tubuh, memfungsikan dengan baik seluruh anggota tubuh, berfikir, mengekspresikan diri, dan memecahkan masalah. Bermain dapat memenuhi kebutuhan anak secara aktif terlibat dengan lingkungan, untuk bermain dan bekerja dalam menghasilkan suatu karya, serta untuk memenuhi tugas-tugas perkembangan kognitif lainya. Selama bermain, anak menerima pengalaman baru, memanipulasi bahan atau alat, berinteraksi dengan orang lain dan mulai merasakan dunia mereka. Bermain menyediakan kerangka kerja untuk anak untuk mengembangkan pemahaman tentang diri mereka sendiri, orang lain, dan lingkungan.Bermain adalah awalan dari semua fungsi kognitif selanjutnya, oleh karenanya bermain sangat diperlukan dalam kehidupan anak-anak.11 Apabila proses tersebut berjalan dengan baik, maka dengan sendirinya seluruh kemampuan anak, baik yang berhubungan dengan gerak motorik kasar, motorik harus, penglihatan, kemampuan komunikasi, maupun kemampuan sosialisasi akan semakin berkembang secara optimal. Seiring dengan itu, tentunya seluruh potensi kecerdasanya pun akan turut berkembang.
11
Yuliani Nurani Sujiono, Konsep Dasar Pendidikan Anak Usia Dini. (Jakarta: PT. Indeks, 2009). H. 63
25
2. Cara/Tips memilih Permainan untuk Anak Memang, tidak mudah memilihkan permainan yang tepat untuk anak, namun juga tidak sesulit yang dibayangkan. Agar kita memperoleh gambaran yang benar saat memilih permainan yang tepat untuk anak, berikut beberapa tips yang harus dilakukan:12 a. Memilih Permainan yang Bersifat Edukatif (Mendidik) Permainan yang bersifat edukatif adalah permainan yang melatih kemampuan fisik, merangsang kemampuan berfikir, dan memberikan nilai-nilai kemanusiaan kepada anak, seperti keikhlasan, kesediaan untuk berbagi, bersikap sabar, serta memiliki kesadaran terhadap pentingnya kerja sama. b.
Memilih Permainan yang Bersifat Khas dan Unik Permainan yang khas dan unik ialah permainan yang didalamnya
terdapat sejumlah unsur, seperti bermacam-macam warna, tekstur halus atau kasar, bunyi, dan gerakan.Manfaat dari unsur-unsur yang demikian itu adalah untuk mambantu merangsang imajinasi, kreativitas, intelektual, dan psikologi anak. c. Memilih Permainan yang Tidak Membahayakan Fisik maupun Psikologi Anak Ketika memilih permaian anak yang aman, kita jangan berfokus pada keamanan fisik semata, tetapi juga keamanan terhadap psikologi anak.Secara
12
John Rinaldi, Ratusan Game Edukatif untuk Anak Usia 0-3 Tahun, (Jogjakarta: Diva Press, 2014), h. 39-42.
26
psikologis, anak bisa mengalami sindrom ketakutan yang berlebihan pada permainan yang pernah menyakitinya.Bahkan, dalam satu kasus juga dapat menimbulkan penyimpangan dalam kepribadian anak.Oleh karena itu, jangan pernah mengabaikan pentingnya mempertimbangkan keamanan bagi psikologi anak saat memilihkan suatu permainan. Sedangkan, secara fisik, jangan lupa memperhatikan bahan main itu dibuat, serta dampak negatif
yang bisa
ditimbulkannya. d. Memilih Permainan yang Sesuai dengan Perkembangan Usia, Fisik, dan Emosi Anak Ada sebagian orang tua yang berpendapat bahwa anak yang pada masa kecilnya diperkenalkan dan dibiasakan dengan permainan yang seharusnya untuk anak usia lebih tua akan membantu mempercepat perkembangan otak sang anak. Tentunya, pandangan ini tidaklah benar. Sebab, memperlakukan anak dengan cara demikian justru bisa membahayakan anak itu sendiri, baik secara fisik maupun psikologinya. 13 e. Memberikan Mainan Hasil Kreasi Sendiri Mainan untuk anak tidak harus mahal.Sebagai orang tua, kita bisa memberikan mainan atau permainan yang merupakan hasil kreasi sendiri. Tentunya, ini akan jauh lebih aman daripada mainan yang dibeli ditoko. Kita sendiri dapat membangkitkan kreativitas yang terpendam. Selain jauh lebih murah (bahkan mungkin tanpa mengeluarkan biaya), melalui mainan yang kita 13
Ibid, h. 42.
27
buat sendiri, kita juga merangsang anak untuk berkarya dan berkreasi untuk membuat sesuatu yang bermanfaat bagi dirinya dan orang lain.14 3. Manfaat Bermain Bagi Perkembangan Anak Bermain adalah kegiatan utama yang mulai tampak sejak bayi berusia tiga atau emapt bulan.Kegiatan ini penting bagi perkembangan kognitif, sosial dan
kepribadian
anak.Selain
itu,
bermain
juga
memiliki
fungsi
emosional.Melalui bermain, anak merasakan berbagai pengalaman emosi, yaitu senang, sedih, bergairah, kecewa, bangga, marah dan sebagainya. Melalui bermain pula anak memahami kaitan antara dirinya dan lingkungan soaialnya, belajar bergaul, dan memahami aturan ataupun tata cara pergaulan. Bermain memberikan banyak manfaat yang dapat menunjang perkembangan anak. Berikut manfaat-manfaat bermain bagi perkembangan anak :15 a.
Bermain memengaruhi perkembangan fisik anak
b.
Bermain dapat digunakan sebagai terapi
c.
Bermain meningkatkan pengetahuan anak
d.
Bermain melatih penglihatan dan pendengaran
e.
Bermain memengaruhi perkembangan kreativitas anak
f.
Bermain mengembangkan tingkah laku sosial anak
g.
Bermain memengaruhi nilai moral anak
14
Ibid, h. 41 Agung Triharso, Permainan Kreatif dan Edukatif untuk Anak Usia Dini, (Jogjakarta: Andi, 2013), h. 10. 15
28
Bermain adalah suatu kebutuhan yang sudah ada secara alamiah dalam diri anak.Dapat dikatakan tidak ada anak yang tidak suka bermain. Melalui bermain, seorang anak dapat melepaskan ketegangan yang dialaminya karena banyaknya larangan yag dialami dalam hidupnya sehari-hari. Selain itu, aktivitas bermain dapat memenuhi kebutuhan-kebutuhan dan dorongandorongan dalam diri anak yang tidak mungkin perpuaskan dalam kehidupan nyata. Bila anak dapat memperoleh kesempatan untuk menyalurkan perasaan tegang, tertekan, dan menyalurkan dorongan-dorongan yang muncul dari dalam dirinya, anak akan merasa lega dan rileks. Dengan kegiatan bermain yang dilakukan bersama kelompok teman, anak mempunyai penilaian terhadap dirinya tentang kelebihan-kelebihan yang dia miliki.Hal tersebut membantu pembentukan konsep diri yang positif dalam diri anak mempunyai rasa percaya diri dan harga diri karena anak merasa memiliki kompetensi tertentu. Anak belajar bagaimana harus bersikap dan bertingkah laku agar dapat bekerja sama dengan teman, bersikap jujur, kesatria, murah hati, tulus, dan sebagainya. 16 4. Pengertian Permainan Harta Karun Dunia anak adalah dunia bermain.Melalui kegiatan bermain anak belajar berbagai hal.Oleh karena itu bermain merupakan berbagai integral dalam mempengaruhi tumbuh kembang anak untuk menjadi manusia seutuhnya. 16
Ibid, h. 10.
29
Permainan ini adalah bermain yang menggunakan konsep matematika yaitu melalui kegiatan benda kongkrit, mengetahui konsep banyak dan sedikit, membilang banyak benda satu sampai sepuluh, mengenal konsep bilangan, mengenal lambang bilangan, mengenal lambang huruf. Tujuan dari permainan ini adalah sebagai berikut: a. Melatih pengetahuan bilangan pada anak.17 b. Melatih kecerdasan dan daya ingat siswa c. Melatih kecerdasan siswa dalam berimajinasi d. Melatih mandiri dan teliti e. Mengetahui kecerdasan siswa dalam menyelesaikan masalah18 Adapun alat dan bahan yang dapat digunakan dalam permainan harta karun antara lain adalah: a.
Kotak besar
b.
Dompet sesuai jumlah anak, dan
c.
Kartu angka (tiap angka jumlahnya dua)19
17
Syamsidah, 100 Permainan PAUD & TK, (Jogjakarta: Diva Kids, 2015), h. 79 Heru Kurniawan. Titi Anisatul Laely, 30 Permainan Kreatif untuk Kecerdasan Logika Matematika Anak, (Bandung: Alfabeta, 2014), h. 59 19 Syamsidah, Op Cit, h. 79 18
30
5. Cara Bermain Permainan Harta Karun Adapun beberapa cara untuk bermain permainan harta karu, yaitu sebagai berikut: a. Bagi anak menjadi beberapa kelompok dengan jumlah yang sama. b.
Masukan kartu angka pada masing-masing dompet. Kartu sisanya masukan kedalam kotak.
c.
Letakan seluruh dompet di samping kotak besar.
d.
Tentukan urutan bermain tiap kelompok dengan cara hompimpa. Tiap kelompok menyuruh satu wakilnya untuk hompimpa. Tentukan juga waktu yang dipakai dalam permainan ini, minimal 2 menit.
e.
Setelah ada aba-aba, kelompok yang dapat giliran pertama akan mengambil dompet, masing-masing anak mendapat satu. Anak-anak itu akan membuka dompet dan menemukan kartu angka. Selanjutnya, anak akan mencari kartu angka dengan gambar angka yang sama pada kotak besar. Setelah dua menit, maka kelompok dengan giliran selanjutnya yang bermain.
f.
Pemenangnya adalah kelompok yang paling banyak memperoleh harta karun dengan benar.20
20
Syamsidah, 100 Permainan PAUD dan TK di Dlam dan di Luar Kelas (Yogyakarta: Diva Kids, 2015), h. 79.
31
C. Pengembangan Kecerdasan kognitif Anak Melalui Permainan Harta Karun anak merupakan sosok individu sebagai makhluk sosiokultural yang sedang memahami proses perkembangan yang sangat fundamental bagi kehidupan serta organisasi yang merupakan satu kesatuan jasmani dan rohani yang utuh dengan segala struktur dan prangkat biologis dan psikologisnya sehingga menjadi sosok unik. Anak mengalami suatu proses perkembangan yang fundamental berarti dalam arti bahwa pengalaman perkembangan pada masa usia dini dapat memberikan pengaruh yang kuat dan berjangka waktu lama sehingga melandasi proses perkembangan anak selanjutnya. Usia pra sekolah merupakan suatu fase yang sangat penting dan berharga, yang merupakan masa pembentukan dalam periode kehidupan manusia. Masa anak sering dipandang sebagai masa emas (golden age) bagi penyelenggaraan pendidikan.Masa
anak merupakan fase
yang sangat
fundamental bagi perkembangan individu, karena fase ini terjadinya peluang yang sangat besar untuk pembentukan dan pengembangan pribadi seseorang. Lingkungan sekolah, sebagai salah satu lembaga pendidikan memegang peran penting dalam menyiapkan generasi penerus. Proses pendidikan di sekolah dilaksanakan dalam bentuk belajar mengajar. Keefektifan daya serap anak didik terhadap kegiatan yang sulit dan rumit dengan bantuan alat.Kemampuan
kognitif
anak
dapat
dilihat
dari
keaktifanya
dan
kemandirianya mampu kemampuanya dalam pembelajaran.Melaksanakan
32
kegiatan belajar mengajar dengan tujuan dapat meningkatkan kemampuan kognitif anak bukanlah hal yang mudah. Banyak ditemukan anak yang masih enggan untuk belajar. Proses pembelajaran yang efektif, menyenangkan, menarik, dan bermakna bagi anak dipengaruhi oleh berbagai unsur, antara lain guru yang memahami secara utuh hakikat, sifat, karakteristiknya. Metode pembelajaran yang berpusat pada kegiatan, sarana belajar yang memadai juga menyennagkan.Alat permainan yang menarik dan menyenangkan, tersedianya berbagai sumber belajar yang mendorong anak untuk belajar. Secara khusus, tersedianya berbagai sumber belajar akan mendukung penciptaan kondisi belajar anak yang menarik dan menyenangkan. Kegiatan bermain bagi anak adalah bebas untuk berimajinasi, bereksplorasi dan penciptaan sesuatu.Sehingga bermain merupakan aktivitas yang selalu dilakukan oleh anak setiap hari.Sepanjang waktu, anak memanfaatkan untuk kegiatan bermain. Menurut Hurlock, arti yang tepat untuk bermain
adalah
kegiatan
yang
dilakukan
untuk
kesenangan
yang
ditimbulkannya, tanpa mempertimbangkan hasil akhir. Dengan kata lain, bermain dilakukan oleh anak memiliki tujuan untuk kegiatan bermain itu sendiri agar anak merasa gembira.21 Salah satu kegiatan bermain yang dapat meningkatkan perkembangan kognitif anak adalah melalui permainan harta karun. Dengan permainan harta 21
Elizabeth B,Hurlock, Perkembangan Anak, (Jakarta: Erlangga, tth) h. 322
33
karun guru dapat mengetahui konsep banyak dan sedikit. Melalui permainan ini anak dapat bermain seraya belajar, dengan begitu tanpa disadari anak dapat belajar mengenal konsep bilangan. D. Hasil Penelitian yang Relevan Hasil penelitian terdahulu tentang upaya meningkatkan kemampuan kognitif anak
melalui permainan harta karun yang dilakukan oleh Dewi
Komalasari digunakan sebagai kajian penelitian yang relevan dengan jenis penelitian tindakan kelas (PTK).Penelitian tindakan kelas mempunyai karakteristik yang disusun dari 4 tahapan yaitu, perencanaan, pelaksanaan, pengamatan, dan refleksi. Adapun tujuan yang hendak dicapai dalam penelitian ini adalah untuk meningkatkan kemampuan kognitif anak melalui permainan harta karun. Subyek penelitian ini adalah peserta didik kelompok A yang ada di TK Abuliyatama Banjarmadu Kecamatan Karanggeneng Kabupaten Lamongan yang berjumlah 17 anakyang terdiri dari 8 perempuan dan 9 laki-lakiyang masih memiliki ciri-ciri atau karakteristik anak dengan kemampuan kognitif yang masih rendah. Penelitian ini bersifat kolaboratif antarapeneliti, guru kelas dan kepala sekolah. Data dikumpulkan melalui lembar observasi,dan catatan lapangan. Data tentang kemampuan kognitif dan penerapan pembelajaran melalui permainan harta karun dikumpulkan melalui observasi. Keabsahan data
34
diperiksa dengan triangulasi. Data dianalisis dengan tehnik komparatif, yaitu membandingkan hasil yang dicapai oleh anak dengan indikator kinerja. Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan dapat disimpulkan bahwa ada pengaruh yang signifikan dalam menggunakan permainan mencari harta karun terhadap kemampuan mengenal angka 1-10 pada anak kelompok A di TK Abuliyatama Banjarmadu Kecamatan Karanggeneng Kabupaten Lamongan. Hal tersebut dibuktikan dengan adanya perbedaan hasil skor pretest dan posttest, hasil skor posttest menunjukkan skor yang lebih tinggi dibandingkan dengan pretest. Hasil skor pada saat pretest adalah 116 dengan rata-rata 6,82, sedangkan pada skor posttest diperoleh hasil skor 175 dengan skor rata-rata 10,29. Hasil skor dan rata-rata tersebut diperoleh dari hasil observasi terhadap 17 anak kelompok A di TK Abuliyatama Banjarmadu Kecamatan Karanggeneng Kabupaten Lamongan.22
E. Hipotesis Tindakan Berdasarkan hasil penelitian relevan diatas, maka dapat dirumuskan hipotesis
tindakan
adalah
Penerapan Permainan
Harta
Karun
dapat
mengembangkan kemampuan kognitif anak di RA Al-Ulya 3 Rajabasa Bandar Lampung mencapai 80%.
22
http://dokumen.tips/documents/pengaruh-permainan-mencari-harta-karun-terhadapkemampuan-mengenal-angka-1-10.html
35
F. Kerangka Berfikir
Kondisi awal
Tindakan
Kondisi akhir
Guru belum menggunakan permainan harta karun
Menggunakan permainan harta karun
Diduga penggunaan permainan mencari harta karun dapat meningkatkan kemampuan kognitif anak
Perkembnagan kognitif anak rendah
Siklus I Pengenalan konsep bilangan
Siklus II Pengenalan permainan harta karun
BAB III METODE PENELITIAN
A. Jenis Penelitian Metode penelitian adalah strategi umum yang dianut dalam pengumpulan dan analisis data yang diperlukan guna menjawab persoalan yang dihadapi. Secara umum metode penelitian diartikan “sebagai cara ilmiah untuk mendapatkan data dengan tujuan dan kegunaan tertentu”.1 Menurut Hopkins PTK adalah satu bentuk kajian yang bersifat reflektif, yang dilakukan oleh pelaku tindakan untuk meningkatkan kemantapan rasional dari tindakan-tindakanya dalam melaksanakan tugas dan memperdalam pemahaman terhadap kondisi dalam praktik pembelajaran. Sedangkan menurut Suyanto PTK adalah suatu bentuk penelitian yang bersifat reflektif dengan melakukan tindakan-tindakan tertentu agar dapat memperbaiki dan meningkatkan praktik-praktik pembelajaran dikelas secara professional.2 Wina Sanjaya mendefinisikan PTK sebagai proses pengkajian masalah pembelajaran didalam kelas melalui refleksi diri dalam upaya untuk memecahkan
1
Sugiyono, Metode Pendidikan Pendekatan Kualitatif dan R&D (Bandung: Alfabeta,2010),
h. 3 2
Masnur Muslih, Melaksanakan PTK itu Mudah, (Jakarta: Remaja Rosdakaria, 2013), h. 8-9
37
masalah tersebut dengan cara melakukan berbagai tindakan yang terencana dalam situasi nyata serta menganalisis setiap pengaruh dari perlakuan tersebut.3 Menurut Kusnandar penelitian tindakan kelas ada tiga unsur atau konsep, yakni sebagai berikut. 1. Penelitian adalah aktivitas mencermati suatu objek tertentu melalui metodologi ilmiah dengan mengumpulkan data-data dan dianalisis untuk menyelesaikan suatu masalah. 2. Tindakan adalah suatu aktivitas yang sengaja dilakukan dengan tujuan tertentu yang berbentuk siklus kegiatan dengan tujuan untuk memperbaiki atau meningkatkan mutu atau kualitas proses belajar mengajar. 3. Kelas adalah sekelompok siswa yang dalam waktu yang sama menerima pelajaran yang sama dari seorang guru. 4 Walaupun PTK memiliki sejumlah kelebihan, akan tetapi PTK juga memiliki keterbatasan, yaitu keterbatasan yang berkaitan dengan aspek peneliti atau guru itu sendiri. Guru-guru dalam melaksanakan tugas pokoknya cenderung konvensional.Mereka biasanya sulit untuk mengubah kebiasaan mengajarnya, apalagi diajak untuk meneliti.Banyak guru yang beranggapan bahwa tugas mereka terbatas pada pelaksanaan mengajar saja.5
3
Wina Sanjaya, Penelitian Tindakan Kelas (Jakarta: Kencana, 2009), h.26. Kunandar, Langkah Mudah Penelitian Tindakan Kelas (Jakarta: Rajagrafindo Persada, 2012), h. 45 5 Ibid, h.38. 4
38
B. Seting Penelitian dan Karakteristik Subjek Penelitian 1. Tempat Penelitian Tempat penelitian Tindakan Kelas ini dilaksanakan di RA Al-Ulya 3 Rajabasa Bandar Lampung pada siswa kelompok B.1. 2. Waktu penelitian Penelitian Ini dilaksanakan pada semester ganjil tahun ajaran 2016/2017. Penelitian ini berlangsung sesuai dengan kalender akademik sekolah, karena PTK memerlukan beberapa siklus yang membutuhkan proses belajar mengajar yang efektif dikelas. 3. Subjek dan Objek Penelitian Dalam penelitian tindakan kelas ini yang menjadi subjek penelitian adalah peserta didik kelas B.1 RA Al-Ulya 3 Rajabasa Bandar Lampung tahun ajaran 2016/2017, dengan jumlah peserta didik 18 anak yang terdiri dari 6 laki-laki dan 12 perempuan, Penulis memilih kelas kelompok B.1 karena kemampuan kognitif yang dicapai anak masih rendah. Sedangkan objek dalam penelitian ini adalah perkembangan kemampuan kogniti anak melalui permainan mencari harta karun. C. Rencana Tindakan Penelitian ini merupakan penelitian tindakan kelas yang lazim disebut dengan Classroom Actoin Research ( Penelitian Tindakan Kelas ), adalah salah
39
satu jenis penelitian yang dilakukan guru untuk mengembangkan kualitas pembelajaran di RA Al-Ulya 3 Rajabasa Bandar Lampung. Penelitian tindakan kelas menurut kunandar adalah sebagai suatu penelitian tindakan (Actoin Research) yang dilakukan oleh guru yang sekaligus sebagai peneliti dikelasnya atau bersama-sama dengan orang lain (kolaborasi) dengan jalan merancang, melaksanakan, dan merefleksikan tindakan secara kolaboratif dan partisipatif yang bertujuan untuk memperbaiki atau meningkatkan mutu (kualitas) proses pembelajaran dikelasnya melalui suatu tindakan (treatmen) tertentu dalam suatu siklus.6 Penelitian tindakan kelas dilaksanakan dalam rangkaian langkah dengan beberapa siklus dimana dalam satu siklus terdiri dari tahapan perencanaan, tindakan (action), pengamatan (observation), dan refleksi (reflekstion), dan selanjutnya diulang kembali dalam satu siklus. Adapun penelitian ini membahas permainan mencari harta karun di RA Al-Ulya 3 Rajabasa Bandar Lampung. Menurut Suharsimi Arikunto, dkk “ model Penelitian Tindakan Kelas (Classroom Action Research) atau PTK, desain dapat digambarkan sebagai berikut7.
6
Kunandar, Langkah Mudah Penelitian Tindakan Kelas (Jakarta: Rajagrafindo Persada, 2011), h. 45. 7 Suharsimi Arikunto, dkk, Penelitian Tindakan Kelas (Jakarta: Bumi Aksara, 2014),h.16.
40
Gambar 1 Siklus yang digunakan dalam penelitian tindakan kelas Di RA Al-Ulya 3 Rajabasa Bandar Lampung
Perencanaan
Refleksi
SIKLUS I
Pelaksanaan
Observasi
Perencanaan
Refleksi
SIKLUS II
Pelaksanaan
TINDAKAN Observasi Sumber : Model siklus Classroom Action Research dari Suharsimi Arikunto. Rancangan Penelitian Tindakan Model Kemmiss & Mc Taggart 8
Berdasarkan alur penelitian tindakan kelas (PTK) tersebut diatas, dapat dijelaskan hal-hal sebagai berikut: a. Perencanaan Menurut Wahidmurni dan Nur Ali “ perencanaan adalah kegiatan perancangan untuk pemecahan masalah.” Dalam tahapan ini peneliti 8
h.16.
Suharsimi Arikunto, dkk, Penelitian Tindakan Kelas (Jakarta: Bumi Aksara, 2014),
41
menjelaskan tentang apa, mengapa, kapan, dimana, oleh siapa, dan bagaimana tindakan tersebut dilakukan.9 Perencanaan tersebut antara lain yaitu: 1) Melakukan identifikasi permasalahan dalam pelaksanaan kegiatan selanjutnya merumuskan persoalan bersama-sama antara guru dengan peneliti, baik menyangkut permasalahan guru dan peserta didik. 2) Merumuskan spesifikasi alternative sementara dalam mengembangkan kemampuan kognitif anak melalui permainan harta karun. 3) Menyusun rancangan pelaksanaan tindakan berdasarkan kelompok, mencakup pembatasan materi, metode, dan media yang digunakan sesuai tema kegiatan. 4) Menjelaskan kepada guru cara permainan harta karun. b. Pelaksanaan Pelaksanaan adalah implementasi dari rencana yang sudah dibuat. Setelah diperoleh gambaran keadaan di kelas B.1 pada saat kegiatan pengembangan kemampuan kognitif, aktifitas peserta didik, dan sarana belajar.Maka dilakukan tindakan yaitu, melalui pembelajaran menggunakan penerapan permainan harta karun. Tahap ini merupakan penerapan dari perencanaan yang telah disusun.
9
Ibid, h. 17
42
c. Observasi Menurut
Kunandar
observasi
dalam
PTK
adalah
kegiatan
pengumpulan data yang berupa perubahan proses kinerja PBM. 10 Observasi ini dilakukan untuk mengetahui tindakan yang dilakukan guru dan dampak terhadap hasil, artinya perubahan apa saja yang terjadi, dan masing-masing seberapa besar telah terjadi dalam proses pembelajaran dan hasil belajar peserta didik setelah dilakukan tindakan serta mencatatnya dengan alat observasi tentang hal-hal yang akan diamati atau diteliti.11 d. Refleksi Menurut Latief, dalam bukunya Wahid Murni dan Nur Ali, mengatakan bahwa refleksi adalah kegiatan menganalisis hasil pengamatan untuk menentukan sudah sejauh mana pengembangan metode yang sedang dikembangkan telah berhasil memecahkan masalah dan apabila belum berhasil, fokus apa saja yang menjadi penghambat kekurangan keberhasilan tersebut.12 jika hasil dari kegiatan pengembangan kognitif melalui permainan harta karunpada penelitian siklus I belum mencapai 80%. Maka akan dilanjutkan pada tindakan siklus II. Perencanaan pelaksanaan pada siklus II
10 11
Kunandar, Op, Cit, h. 73 Wina Sanjaya, Penelitian Tindakan Kelas, ( Jakarta: Fajar Interpratama Mandiri, 2009), h.
86 12
– 102.
Wahidmurni dan Nur Ali, Penelitian Tindakan Kelas (Malang : UM PRESS, 2008), h. 101
43
hampir sama dengan siklus I, akan tetapi pada siklus II mengalami perbaikan dari siklus I. Hasil observasi dan tes atau penilaian dalam setiap siklus sebagai dasar untuk menentukan tindakan yang tepat dalam rangka meningkatkan prestasi belajar. e. Evaluasi dan Revisi Analisis dan interpretasi hasil pelaksanaan tindakan menjadi dasar untuk melakukan evaluasi dalam menentukan keberhasilan atau pencapaian tujuan tindakan. Dalam penelitian ini, evaluasi yang dilakukan adalah: 1) Evaluasi jangka pendek, yaitu evaluasi yang dilakukan setiap kali tindakan atau pembelajaran untuk mengetahui keberhasilan dalm suatu tindakan. 2) Evaluasi yang dilakukan untuk setiap putaran/siklus untuk mengetahui tingkat untuk mengetahui pencapaian tindakan. f. Indikator Keberhasilan Tindakan Adapun kriteria keberhasilan penelitian tindakan kelas adalah untuk: 1) Memberi makna terhadap proses kegiatan pengembangan mengenal konsep mengenal bilangan setelah pelaksanaan tindakan digunakan kriteria, yaitu membandingkan aktivitas belajar peserta didik pada tindakan/siklus pertama dengan tindakan berikutnya. Apabila keadaan setelah tindakan menunjukkan aktifitas peserta didik lebih baik dalam
44
mengikuti kegiatan dari pada sebelum tindakan, dapat dikatakan bahwa tindakan telah berhasil. 2) Memberikan makna terhadap keberhasilan tindakan didasarkan pada kemampuan peserta didik, yang dapat dilihat dari pencapaian nilai tes belajar sesuai dengan Tingkat Capaian Perkembangan melalui indikator kegiatan yang diberikan. D. Teknik Pengumpulan Data Selanjutnya untuk memperoleh data atau informasi digunakan teknik sebagai berikut: a. Pengamatan (observasi) Observasi atau pengamatan adalah kegiatan dalam rangka mencatat semua yang dilakukan yang terkait dalam hal penelitian tindakan kelas ini. Menurut pendapat Suharsimi Arikunto “ observasi adalah kegiatan yang dilakukan oleh pengamat ketika sedang berlangsung”. 13 Observasi ini digunakan untuk memperoleh data atau informasi tentang kegiatan pengembangan kognitif di RA Al-Ulya 3 Rajabasa Bandar Lampung. Dalam observasi ini, peneliti terlibat dengan kegiatan sehari-hari orang yang sedang diamati atau digunakan sebagai sumber data penelitian seperti kegiatan pengembangan kognitif pada anak di RA Al-Ulya 3 Rajabasa Bandar Lampung.
13
Suharsimi Arikunto, dkk, Penelitian Tindakan Kelas (Jakarta: Bumi Aksara, 2014),h. 78
45
b. Interview Interview adalah sebuah dialog yang dilakukan oleh yang dilakukan oleh
pewawancara
untuk
memperoleh
informasi
dari
orang
yang
diwawancara.14Interview ini ditujukan kepada guru mengenai aspek perkembangan dasar anak khususnya perkembangan kognitif. Metode ini digunakan untuk mewawancarai guru guna memperoleh data-data yang berhubungan dengan metode pengembangan yang digunakan orangtua dan guru dalam mengembangkan kemampuan kognitif anak serta melakukan observasi langsung terhadap peserta didik. c. Dokumentasi Dokumentasi adalah suatu cara untuk mengumpulkan data melalui dokumen-dokumen yang berkaitan dengan penelitian.15Penulis menggunakan metode ini sebagai alat untuk memperoleh data tentang perkembangan kognitif, memperoleh data tentang hasil karya kerja anak dalam belajar, kegiatan anak yang berkaitan dengan kemampuan kognitif.
14 15
Ibid, h. 198. Ibid, h. 139
46
E. Teknik Analisa Data Model analisis yang digunakan dalam analisis ini adalah “ model interaktif yang dimulai dengan pengumpulan data, reduksi data, penyajian data, dan penarikan kesimpulan/verifikasi”. Proses analisis data dilakukan secara terus menerus didalam proses pengumpulan data selama penelitian berlangsung. Berikut uraian tentang alur analisis data yang didapat melalui berbagai pengumpulan data. 1) Reduksi Data Reduksi
data
adalah
merangkum,
memilih
hal-hal
pokok,
memfokuskan pada hal-hal penting, dicari tema dan polanya dan membuang yang tidak perlu. Dengan demikian data yang telah direduksi akan memberikan gambaran yang lebih jelas, dan mempermudah peneliti untuk melakukan pengumpulan data selanjutnya dan mencari bila diperlukan.16 Dalam kaitan ini penulis menajamkan analisis, menggolongkan atau pengkategorian kedalam tiap permasalahan melalui uraian singkat, membuang yang tidak perlu dan mengorganisasikan data sehingga kesimpulankesimpulan akhirnya dapat ditarik dan diverifikasi.
16
Sugiyono, Op, Cit, h. 338.
47
Menurut Dirjen Mandas DIKNAS 2010 dikutip dari Dimyanti, berpendapat bahwa pengukuran pengamatan terhadap awal pada lembaran observasi dibagi menjadi empat criteria penilaian, yaitu:17 1. BB (Belum Berkembang) 2. MB (Mulai Berkembang) 3. BSH (Berkembang Sesuai Harapan) 4. BSB (Berkembang Sangat Baik) Penelitian akan menghitung jumlah persentase pada setiap anak untuk dianalisis. Analisis persentase dapat menggunakan rumus sebagai berikut: X%
=
n
x
100%
N Keterangan : X% = Persentase yang dicari n
= Jumlah kemampuan yang diperoleh
N = Skor maksimal Persentase Kategori Penilaian No. 1. 2. 3. 4.
Jenis Penilaian BB (Belum Berkembang ) MB ( Mulia Berkembang ) BSH ( Berkembang Sangat Baik ) BSB ( Berkembang Sesuai Harapan )
17
Nilai Persentase 0% - 25% 26% - 50% 51% - 75% 76% - 100%
Kementrian Pendidikan Nasional Direktorat Jendral Menejemen, Pendidikan Dasar dan Menengah, Direktorat Jendral Pembinaan SD dan TK, (Jakarta: Kementrian Agama RI, 2010), h.11.
48
2) Display Data Supaya data yang banyak dan telah direduksi mudah dipahami baik oleh peneliti ataupun orang lain, maka data perlu disajikan. Bentuk penyajiannya adalah teks naratif (pengungkapan secara tertulis) tujuannya adalah untuk memudahkan dalam mendskripsikan suatu peristiwa, sehingga memudahkan dalam mengambil kesimpulan. Dalam penyajian data ini peneliti menggambarkan hasil dari penerapan permainan harta karun untuk mengembangkan kemampuan kognitif melalui permainan harta karun anak usia dini di RA Al-Ulya 3 Rajabasa Bandar Lampung. 3) Penarikan Kesimpulan/ Verifikasi Penarikan kesimpulan merupakan bagian dari analsisi data.Aktifitas ini dimaksudkan untuk memberikan makna terhadap hasil analisis, menjelaskan pola urutan dan mencari hubungan diantara dimensi-dimensi yang diuraikan.18 Tahap ini sangat penting dilakukan, sebab tanpa adanya kesimpulan maka data yang dianalaisis dan disajikan tidak akan berarti apa-apa. Penarikan kesimpulan dilakukan untuk menjawab rumusan masalah.Sedangkan data yang dikumpulkan
berupa
kuantitatif/menggunakan
angka
atau
rumus-rumus
menghitung nilai rata-rata (mean).
18
Suharsimi Arikunto, Op, Cit, h. 311.
data
kuantitatif,
statistik.Dalam
dianalisis hal
ini,
secara peneliti
49
F. Indikator Keberhasilan Untuk mengetahui keberhasilan dalam proses pembelajaran diperlukan evaluasi secara menyeluruh. kriteria yang digunakan untuk mengukur keberhasilan dan kegagalan pembelajaran dapat dicermati melalui keaktifan peserta didik dalam proses pembelajaran dan evaluasi kegiatan. Dalam criteria keberhasilan berdasarkan hasil persentase. Criteria persentase kesesuaian menurut Suharsimi Arikunto yaitu sebagai berikut: a. Kesesuaian (%) : 0 – 20 = sangat kurang b. Kesesuaian (%) : 21-40 = kurang c. Kesesuaian (%) : 41-60 = cukup d. Kesesuaian (%) : 61-80 = baik e. Kesesuaian (%) : 81-100 = sangat baik19 Indikator keberhasilan penelitian ini adalah apabila terjadi perkembangan persentase keterampilan kognitif anak melalui permainan mencari harta karun di RA Al-Ulya 3 Rajabasa Bandar Lampung, yang mana peserta didik minimal sebanyak 80% berhasil mencapai kategori memiliki kemampuan kognitif yang baik (BSB/Berkembang Sangat Baik). Dari hasil tersebut dapat diambil kesimpulan
bahwa
penerapan
permainan
mencari
harta
karun
dapat
mengembangkan kemampuan kognitif anak.
19
Suharsimi Arikunto, Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktis (Jakarta: Rineka Cipta, 2010) h. 44
50
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Gambaran Umum Tempat Penelitian 1. Sejarah Singkat Berdirinya RA. Al-Ulya 3 Bandar Lampung Berdirinya Raudhatul Athfal (RA) Al-Ulya 3 Bandar Lampung, di motivasi dengan berdirinya Yayasan Pendidikan Al-Ulya 3 sebagai pendiri yaitu Hj. Ria Novitawati, S.Pd. M, Pd. Yang berlatar belakang sebagai PNS di MAN 1 Bandar Lampung. Yayasan ini berdiri pada tanggal 10 juni 2003, dengan berbekal ilmu pendidikan dan akta notaris yayasan yang telah didapat. Para pengurus yayasan segera menggalang potensi-potensi yang ada di dalam masyarakat untuk bersama-sama mendirikan sebuah lembaga pendidikan formal yang bernuansa Islam. Melalui musyawarah yang berlangsung secara stimulant, akhirnya disepakati untuk mendirikan Raudhatul Athfal (RA) Al-Ulya 3 Bandar Lampung, hal ini selain untuk membendung masuknya pengaruh aqiqah non islam juga sebagai upaya untuk membantu pemerintah dalam rangka menyukseskan program belajar, sekaligus untuk membantu warga sekitar dan mendidik anak-anak pada usia dini yang berbasiskan Islam, karena pada saat itu Taman Kanak-kanak yang ada hanya yang umum saja dan masih sedikit yang menekuni bidang keagamaan pada khususnya.
51
Berdasarkan pemikiran tersebut, maka tanggal 10 juni 2003 berdirilah Raudhatul Athfal (RA) Al-Ulya 3 Bandar Lampung yang bernaung di bawah Yayasan Pendidikan Al-Ulya. Sekolah tersebut dibangun atas lahan pribadi atas nama Bapak Hi. Dedi Suhendar, S.Pd.I. sejak awal berdiri hingga saat ini keberadaan RA tersebut mengalami pasang surut. Di karenakan telah banyak sekolah berbasis usia dini yang dibuka di sekitar lingkungan tersebut. Raudhatul Athfal (RA) Al-Ulya 3 Bandar Lampung diresmikan oleh Kepala Madrasah dan Pendidikan Islam (MAPENDA) Kementrian Agama Kota Bandar Lampung. Sampai saat ini izin oprasional yang digunakan pada lembaga tersebut masih dibawah naungan Kementrian Agama Kota Bandar Lampung. Tujuan utamanya adalah menyediakan layanan pendidikan sekolah yang unggul dan berwawasan Islam di kota Bandar Lampung, pada saat memberikan bimbingan kepada peserta didik selalu mengembangkan kreativitas dan kecerdasan serta menanam nilai-nilai yang berwawasan islam sedini mungkin, yang insyaallah akan menjadi anak yang beriman dan bertaqwa serta cerdas dan trampil dan berakhlak mulia. 2. Visi dan Misi Raudhatul Athfal (RA) Al-Ulya 3 Bandar Lampung a. Visi Terwujudnya RA unggul, sehingga tercipta generasi islam cerdas, kompetitif, dan berakhlakul karimah.
52
b. Misi Mengupayakan pendidikan dan tenaga kependidikan yang ahli dibidangnya, yang aktif, kreatif, inovatif, dan efektif. 1) Melengkapi sarana dan prasarana pendidikan yang memadai sesuai dengan standar pelayanan pendidik. 2) Memiliki lingkungan RA yang bersih, sehat, dan indah. 3) Mengembangkan seluruh potensi (agama, sosial emosional, motorik halus-kasar, bahasa, kognitif, dan seni) yang dimiliki peserta didik. 4) Melaksanakan bimbingan dan pembelajaran secara aktif, kreatif, efektif, dan menyenangkan, sehingga setiap siswa dapat berkembang secara optimal, sesuai dengan potensi yang dimiliki. 5) Member bekal kepada anak didik untuk mengembangkan diri sesuai dengan asas pendidikan sedini mungkin dan seumur hidup. 6) Mengarahkan siswa agar memiliki kesiapan untuk melanjutkan kejenjang pendidikan selanjutnya.
53
7) Mengenalkan nilai-nilai akhlakul karimah (kepada Allah SWT, Rasulullahh SAW, sesame manusia, terutama kedua orangtua dan guru, diri sendiri, alam dan lingkungan disekitarnya) seta menerapkannya dalam kehidupan sehari-hari. 3. Letak Geografis Raudhatul Athfal (RA) Al-Ulya 3 Bandar Lampung. Lokasi penelitian adalah di Raudhatul Athfal (RA) Al-Ulya 3 Bandar Lampung, berdiri di atas tanah status kepemilikan atas nama bapak Dedi Suhendar yang terletak di desa lingsuh kelurahan Rajabasa Jaya Bandar Lampung, dengan luas tanah 200m2, berada di tengah-tengah masyarakat yang mayoritas bersuku jawa, sunda dan semendo. Lokasi sekolah ini berada di pinggir jalan raya transportasi yang dapat digunakan adalah kendaraan pribadi. Tabel 5 Identitas Sekolah No 1 2 3 4 5 6 7 8 9
Identitas Sekolah Nama Sekolah Raudhatul Athfal Al-Ulya 3 Nomor Statistik 10814204 Propinsi Lampung Otonomi Daerah/Kab Bandar Lampung Kecamatan Rajabasa Desa/Kelurahan Lingsuh/Rajabasa Jaya Alamat/Kode Pos Jl. Padat Karya Lingsuh No. 34 Jumlah Keanggotaan rayon 3 sekolah Organisasi penyelenggara Swasta
54
4. Struktur dan Organisasi RA. Al-Ulya 3 Bandar Lampuang Stuktur kepengurusan RA. Al-Ulya 3 Bandar Lampung Ketua Yayasan Hj. Ria Novitawati, M.Pd.
Kepala Sekolah RA Al-Ulya Indria Sari, S.Pd. Aud
Wakil Kepala Sekolah RA Al-Ulya Uci, S.Pd
Bendahara
Sekertaris
Anggun
Endang Sugiarti
Guru Kelompok A
Guru Kelompok B 1
Guru Kelompok B 2
Anggun
Uci, S.Pd
Desi
Meli
Yuni
Endang Sugiarti
55
5. Statistik Sarana dan prasarana RA Al-Ulya 3 Bandar Lampung Sarana dan prasarana merupakan salah satu pendukung, pelaksana kegiatan pembelajaran. Kegiatan belajar mengajar akan kurang maksimal jika sarana dan prasarananya kurang mendukung. Apabila pembelajaran di Taman kanak-kanak atau Raudhatul Athfal harus menggunakan metode, strategi dan media pendukung seperti media pembelajaran, tempat dan fasilitas pendukung lainnya. Sarana dan prasarana yang dimiliki oleh RA Al-Ulya 3 Bandar Lampung dapat dilihat pada table berikut : Tabel 6 Keadaan Sarana dan Prasarana Gedung RA Al-Ulya 3 Bandar Lampung No
Nama Ruang
Jumlah
1
Ruang Kepala Sekolah
1 ruang
2
Ruang kelas
3 ruang
3
Ruang guru
1 ruang
4
Ruang UKS
1 ruang
5
Gudang
1 ruang
6
Kamar mandi/wc guru
1 ruang
7
Kamar mandi/wc murid
1 ruang
8
Dapur
1 ruang
9
Ruang perpustakaan
1 ruang
10
Ruang sholat
1 ruang
56
Tabel 7 Data Sarana dan Prasarana RA Al-Ulya 3 Bandar Lampung No
Nama Barang
Keterangan
1
Meja Murid
60 buah
2
Kursi Murid
58 buah
3
Karpet
4 buah
4
Meja Guru
4 buah
5
Kursi Guru
6 buah
6
Papan Tulis
3 buah
7
Penghapus Papan Tulis
3 buah
8
Mistar Panjang
3 buah
9
Sapu Ijuk
3 buah
10
Sapu Lidi
2 buah
11
Lap Pel
2 buah
12
Ember Besar
1 buah
13
Serok Sampah
3 buah
14
Keranjang Sampah
4 buah
15
Ember Cuci Tangan
3 buah
16
Lap Tangan
3 buah
17
Gayung
2 buah
18
Pengukur Tinggi Badan
1 buah
19
Timbangan
1 buah
20
Kotak P3K
1 buah
57
21
Pengeras Suara
1 prangkat
22
Lemari Buku
1 buah
23
Lemari Piala
1 buah
24
Loker murid
3 buah
25
Dispenser
1 buah
26
Galon Air mineral
1 buah
27
Rak sepatu
3 buah
28
Keset
4 buah
29
Jam dinding
3 buah
Tabel 8 Data Alat Permainan Dan Sarana Pembelajaran Di RA. Al-Ulya 3 Bandar Lampung
No Nama Barang 1 Perosotan
Jumlah 1 buah
Kondisi Baik
2
Ayunan Besi
6 buah
Baik
3
Enjotan
1 buah
Baik
4
Puteran
1 buah
Baik
5
Ayunan keretaan
1 buah
Baik
6
Panjat-panjatan
1 buah
Baik
7
Puzzle
3 set
Baik
8
Balok Geometri
3 set
Baik
58
9
Bongkar pasang rumah
1 set
Baik
10
Menara Balok
3 set
Baik
11
Papan Hijaiyah
3 buah
Baik
12
Papan ABJAD
3 buah
Baik
13
Papan bilangan
3 buah
Baik
14
Bantalan mencocok
25set
Baik
15
Jarum mencocok
25 set
Baik
B. Pelaksanaan Tindakan 1. Siklus I a. Pertemuan ke- I (Siklus I) 1) Perencanaan Berdasarkan diskusi antara peneliti dan ibu Indria Sari, S. Pd. Aud selaku guru kelas B1, peneliti sudah menyiapkan dan menyusun beberapa kebutuhan yang akan digunakan, antara lain : a) Menyusun Rencana Kegiatan Harian (RKH) yang akan digunakan. b) Menyiapkan media yng akan digunakan ssuai dengan RKH serta daya tangkap anak. c) Membuat
instrument
observasi
perkembangan kognitif anak.
sebagai
pengukur
59
2) Pelaksanaan Kegiatan pada pertemuan pertama
pada hari Senin, 03
Oktober 2016 dengan tema Tanaman/sayuran, peserta didik menyebutkan
beberapa
jenis
sayuran.
Setelah
itu
anak
menyebutkan bilangan 1-10 dan mewarnai gambar sayuran yang telah disediakan dan menghitung jumlah gambar. Guru
membuka
kegiatan
pembelajaran
dengan
mengucapkan salam, membaca do’a dan memberikan semangat dan motivasi dengan menyanyikan beberapa lagu. Kegiatan inti, guru mengajak anak untuk mengenal beberapa jenis sayuran yang berwarna hijau seperti : bayam, kangkung, buncis, dan katuk. Setelah anak memahami bahwa jenis sayuran yang telah diperkenalkan mempunyai warna yang sama maka guru mengajak anak untuk mewarnai berbagai jenis sayuran tersebut. Kemudian anak menghitung jumlah sayuran yang telah diwarnai. Kegiatan penutup dilakukan guru dengan melakukan evaluasi Tanya jawab tentang kegiatan pembelajaran yang telah dilakukan dan menjelaskan tentang kegiatan esok hari. 3) Pengamatan / Observasi Setelah diadakan pengamatan pada kemampuan kognitif . Dari 18 peserta didik di kelas B1, yang Belum Berkembang ( BB) dapat diketahui ada 9 peserta didik, Mulai Berkembang (MB)
60
terdapat 5 peserta didik, Berkembang Sesuai Harapan (BSH) terdapat 3 peserta didik, dan Berkembang Sangat Baik (BSB) terdapat 1 peserta didik. Persentase hasil kemampuan kognitif pada siklus I pertemuan ke-I dapat dilihat pada tabel di bawah ini : Tabel 9 Hasil Perkembangan Kemampuan Kognitif Anak Pada Siklus I Pertemuan Ke-I No
Jenis Penilaian
Jumlah Anak
Hasil Persentase
1
Belum Berkembang
9
50%
2
Mulai Berkembang
5
28%
3
Berkembang Sesuai Harapan
3
17%
4
Berkembang Sangat Baik
1
5%
18
100%
Jumlah
4) Refleksi Hasil refleksi terhadap siklus I pertemuan ke-I dapat dilihat sebagai berikut : a) Efesiensi waktu masih kurang, adanya keterbatasan waktu sehingga penerapan permainan harta karun belum berkembang dengan baik. b) Minat anak belum terlihat terhadap penerapan permainan harta karun yang akan dilakukan.
61
c) Kurangnya
kegiatan
permainan
harta
karun
dalam
mengembangkan kemampuan kognitif anak. b. Pertemuan ke-II (Siklus I) 1) Perencanaan a) Menyusun Rencana Kegiatan Harian (RKH) yang akan digunakan. b) Menyiapkan media yang akan digunakan dalam kegiatan pembelajaran sesuai dengan RKH. c) Menyusun alat evaluasi. 2) Pelaksanaan Kegiatan pada pertemuan ke-II dilakukan pada hari Kamis, 06 Oktober 2016 dengan tema yang sama yaitu Tanaman/Sayuran. Dengan mengajak anak untuk menyebutkan beberapa jenis sayuran yang mempunyai huruf awalan yang sama seperti : kangkung, kentang, dan katuk. Setelah itu anak melakukan permainan harta karun mencari lambang bilangan 1-10 menggunakan media yang telah disediakan. Guru membuka kegiatan dengan mengucap salam, membaca do’a, dan memberikan semangat pagi kepada anak dengan menyanyikan beberapa lagu. Setelah itu guru menjelaskan kegiatan pembelajaran yang akan dilakukan. Dengan menceritakan kepada
62
anak berbagai jenis sayuran yang mempunyai huruf awalan yang sama serta menjeskan manfaatnya bagi tubuh manusia. Kegiatan inti, guru mengajak anak untuk menunjuk dan menghitung jumlah sayuran yang mempunyai huruf awalan yang sama seperti : kentang kangkung, dan katuk. Setelah itu, guru mengaja anak untuk melakukan kegiatan kolase pada gambar kentang yang telah disediakan oleh guru mnggunakan potongan kertas origami. Setelah kegiatan kolase selesai, guru mengajak anak untuk melakukan kegiatan mencari harta karun di luar kelas. Anak diajak untuk mencari lambang bilangan 1-10 pada media gambar sayuran yang telah disediakan. Kegiatan penutup dilakukan guru dengan Tanya jawab tentang kegiatan yang telah dilakukan (mengulas kembali kegiatan pembelajaran, menanyakan perasaan anak selama melakukan kegiatan pembelajaran). Setelah itu membaca do’a sebelum pulang dan menyanyikan beberapa lagu yang berkaitan dengan jenis-jenis sayuran. 3) Pengamatan / Observasi Setelah diadakan pengamatan terhadap kemampuan peserta didik dari 18 peserta didik di kelas B1 yang memberikan hasil Belum Berkembang (BB) sebanyak 8 anak, Mulai Berkembang (MB) sebanyak 6 anak, Berkembang Sesuai Harapan (BSH)
63
sebanyak 2 anak, dn Berkembang Sangat Baik (BSB) sebanyak 2 anak. Persentase hasil perkembangan kognitif anak melalui permainan harta karun dapat dilihat pada tabel berikut : Tabel 10 Hasil Perkembangan Kemampuan Kognitif Anak Pada Siklus I Pertemuan Ke-II No
Jenis Penilaian
Jumlah Anak
Hasil Persentase
1
Belum Berkembang
8
45%
2
Mulai Berkembang
6
33%
3
Berkembang Sesuai Harapan
2
11%
4
Berkembang Sangat Baik
2
11%
18
100%
Jumlah
4) Refleksi Hasil refleksi terhadap siklus I pertemuan Ke-II dapat diliat sebagai berikut : a) Persediaan media yang belum memadai, sehingga membuat suasana kegiatan pembelajaran menjadi kurang kondusif. b) Penggunaan waktu yang kurang efesien sehingga kegiatan pembelajaran cenderung terburu-buru dalam mngembangkan kemampuan kognitif melalui permainan harta karun.
64
c. Pertemuan Ke-III (Siklus I) 1) Perencanaan a) Menyusun Rencana Kegiatan Harian (RKH) yang akan digunakan. b) Menyiapkan media yang akan digunakan dalam kegiatan pembelajaran sesuai dengan RKH yang digunakan. c) Menyusun alat evaluasi. 2) Pelaksanaan Kegiatan pada pertemuan ke III pada hari Senin, 10 Oktober 2016. Dengan tema tanaman, dengan memberikan kesempatan kepada anak untuk melakukan senam fantasi menirukan gerakan tanaman yang tertiup angin kencang dan kencang sekali. Guru membuka kegiatan dengan mengucap salam, membaca do’a dan menyanyikan beberapa lagu yang berkaitan dengan tanaman. Setelah itu menceritakan berbagai jenis tanaman menurut cirri-ciri tertentu, missal : menurut warna, bentuk, dan ukuran. Kegiatan inti, guru mengajak anak untuk menirukan gerakan tanaman yang tertiup angin kencang atau kencang sekali. Setelah itu mengelompokkan gambar sayuran yang mempunyai cirri-ciri tertentu seperti : tomat, wortel, dan brokoli. Kemudian menghubungkan gambar sayuran dengan tulisan. Setelah itu guru mengajak anak untuk bermain harta karun dengan mencari gambar
65
sayur mayur seperti : tomat, wortel, dan brokoli serta menghitung jumlah gambar sayuran yang telah dikumpulkan oleh masingmasing peserta didik. Kegiatan penutup, guru melakukan Tanya jawab tentang kegiatan
pembelajaran
yang telah
dilakukan.
Setelah
itu
memberitahu kegiatan pembelajaran esok hari sehingga membuat anak semangat untuk bermain sambil belajar di Taman Kanakkanak. 3) Pengamatan/ Observasi Setelah
dilakukan
pengamatan
terhadap
kemamouan
kognitif melalui permainan harta karun pada pertemuan ke- III. Peserta didik yang Belum Berkembang (BB) sebanyak 7 anak, Mulai Berkembang (MB) sebanyak 7 anak, Berkembang Sesuai Harapan (BSH) sebanyak 2 anak, dan Berkembang Sangat Baik (BSB)
sebanyak
2
anak.
Persentase
hasil
perkembangan
kemampuan kognitif anak melalui permaianan harta karun dapat dilihat pada tabel berikut :
66
Tabel 11 Hasil Perkembangan Kemampuan Kognitif Anak Pada Siklus I Pertemuan Ke-III No
Jenis Penilaian
Jumlah Anak
Hasil Persentase
1
Belum Berkembang
7
39%
2
Mulai Berkembang
7
39%
3
Berkembang Sesuai Harapan
2
11%
4
Berkembang Sangat Baik
2
11%
18
100%
Jumlah
4) Refleksi Hasil refleksi terhadap siklus I pertemuan ke-III dapat dilihat sebagai berikut : a) Persediaan gambar yang belum memadai sehingga membuat anak tidak sabar menunggu giliran dalam kegiatan permainan harta karun. b) Minat dan motivasi peserta didik mengikuti kegiatan pembelajaran mulai terlihat namun masih belum maksimal, hal ini terlihat masih ada peserta didik yang bermain dan tidak fokus pada kegiatan yang diberikan. Berdasarkan hasil refleksi tersebut, dapat disimpulkan bahwa terdapat
beberapa
permasalahan
yang
muncul
pada
pelaksanaan siklus I . untuk itu, pada pelaksanaan siklus II
67
perlu ada perbaikan desain pembelajaran. Adapun rencana revisi tersebut adalah sebagai berikut : (1) Persediaan media gambar yang ditambah agar anak lebih fokus dalam mengembangkan kemampuan kognitif khususnya melalui permainan harta karun. (2) Memberikan motivasi dan semangat kepada peserta didik setiap pertemuan di kelas agar peserta didik dapat menerima dan menerapkan kegiatan permainan harta karun dalam mengembangkan kemampuan kognitif. Selain itu, dalam merencanakan kegiatan permainan harta karun diperlukan tahapan-tahapan yang lebih menarik, sehingga menumbuhkan minat anak untuk melalukan kegiatan dan dapat mengembangkan kemampuan kognitif melalui permainan harta karun. 2. Siklus II a. Pertemuan ke-4 (Siklus II) 1) Perencanaan a) Menyusun Rencana Kegiatan Harian (RKH) yang akan digunakan b) Menyiapkan media yang akan digunakan pada kegiatan pembelajaran sesuai dengan RKH c) Menyusun alat evaluasi
68
2) Pelaksanaan Pelaksanaan tindakan pada siklus II hampir sama dengan siklus I, akan tetapi pada siklus ini lebih diorganisir sehingga lebih baik lagi dan kegiatan pembelajaran lebih menarik dan kontekstual dengan memperhatikan hasil dari refleksi siklus I untuk dilakukan perbaikan. Pelaksanaan tindakan pada siklus II dilakukan tiga kali pertemuan dengan alokasi waktu 60 menit. Penerapan tindakan dilakukan oleh guru pelaksana secara klasikal. Kegiatan permainan harta karun berpusat pada peserta didik dan mengembangkan imajinasi anak khususnya pada kemampuan kognitif. Kegiatan pada pertemuan ke-4 pada hari Kamis, 13 Oktober 2016 dengan tema binatang/binatang berkaki empat. Guru mengawali
pembelajaran dengan mengucapkan salam dan
membacakan do’a sebelum memulai kegiatan, membacakan pancasila, janji Tk, dan menyanyikan beberapa lagu. Kegiatan inti, guru menyebutkan beberapa macam binatang berkaki empat, seperti : sapi, kambing, kelinci, dan lain sebagainya. Setelah menyebutkan beberapa jenis binatang berkaki empat, guru mengajak anak untuk menirukan gerakan dari salah satu binatang yang telah disebutkan, seperti menirukan lompatan kelinci. Kemudian guru mengajak anak untuk melanjutkan kegiatan yakni bermain harta karun, mencari lambang bilangan 1-
69
10 di dalam masing-masing kotak harta karun yang telah disediakan setelah itu menuliskan di papan tulis lambang bilangan yang ditemukan oleh peserta didik. Kegiatan penutup, dilakukan guru dengan melakukan evaluasi Tanya jawab tentang kegiatan yang telah dilakukan. Guru mengulas kembali kegiatan yang telah dilakukan (menanyakan perasaan anak ketika melakukan kegiatan, menyebutkan kembali lambang bilangan 1-10, menyebutkan kembali beberapa jenis binatang berkaki empat ). Kemudian memberitahukan kepada anak kegiatan esok hari. 3) Pengamatan / Observasi Setelah dilakukan pengamatan pada pertemuan ke-4, dimana kegiatan yang dilakukan adalah peserta didik menyebutkan lambang bilangan
1-10,
menghitung
jumlah
benda
yang
ditemukan, menuliskan lambang bilangan 1-10. Yang memberikan hasil Belum Berkembang (BB) sebanyak 5 anak, Mulai Berkembang (MB) sebanyak 4 anak, Berkembang Sesuai Harapan (BSH) sebanyak 4 anak, dan Berkembang Sangat Baik (BSB) sebanyak 5 anak. Persentase hasil perkembangan kognitif melalui permainan harta karun dapat dilihat pada tabel berikut :
70
Tabel 12 Hasil Perkembangan Kemampuan Kognitif Anak Pada Siklus II Pertemuan Ke-IV No
Jenis Penilaian
Jumlah Anak
Hasil Persentase
1
Belum Berkembang
5
28%
2
Mulai Berkembang
4
22%
3
Berkembang Sesuai Harapan
4
22%
4
Berkembang Sangat Baik
5
28%
18
100%
Jumlah
4) Refleksi Hasil refleksi terhadap siklus II pertemuan ke-4 dapat dilihat sebagai berikut : a) Pengelolaan waktu yang seefektif mungkin dalam melakukan permainan
harta
karun
dengan
melakukan
pembagian
kelompok memudahkan peserta didik dalam mengikuti kegiatan b) Kemampuan bekerjasama peserta didik sudah mulai terlihat , akan tetapi ada anak yang belum mau bergantian menggunakan media dalam permainan harta karun c) Kemampuan peserta didik yang mengikuti kegiatansudah terlihat meningkat, tetapi masih ada beberapa ank yang belum
71
dapat menyebutkan lambang bilangan dikarenakan masih malu dan ragu. b. Pertemuan ke-5 (Siklus II) 1) Perencanaan a) Menyusun Rencana Kegiatan Harian (RKH) yang akan digunakan b) Menyiapkan permainan harta karun yang lebih menarik dari pertemuan sebelumnya c) Menyusun alat evaluasi. 2) Pelaksanaan Kegiatan pada pertemuan ke-5 pada hari Senin, 17 Oktober 2016
dengan
tema
binatang/serangga.
Guru
mengawali
pembelajaran dengan mengucapkan salam dan membacakan do’a sebelum memulai kegiatan, membacakan pancasila, janji Tk, dan menyanyikan beberapa lagu. Kegiatan inti, guru menyebutkan beberapa macam serangga, seperti
: nyamuk, kupu-kupu, lalat, dan
kecoa. Setelah
menyebutkan beberapa jenis serangga, guru mengajak anak untuk menirukan gerakan dari salah satu serangga yang telah disebutkan, seperti menirukan gerakan kupu-kupu. Kemudian guru mengajak anak untuk melanjutkan kegiatan yakni bermain harta karun,
72
peserta didik berlomba untuk mencari angka 5 yang telah disedikan di dalam kotak harta karun. Kegiatan penutup, dilakukan guru dengan melakukan evaluasi Tanya jawab tentang kegiatan yang telah dilakukan. Guru mengulas kembali kegiatan yang telah dilakukan (menanyakan perasaan anak ketika melakukan kegiatan, menyebutkan kembali lambang bilangan 1-10, menyebutkan kembali beberapa jenis serangga ). Kemudian memberitahukan kepada anak kegiatan esok hari. 3) Pengamatan / Observasi Setelah dilakukan pengamatan pada pertemuan ke-5, dimana kegiatan yang dilakukan adalah peserta didik menyebutkan lambang bilangan
1-10,
menghitung
jumlah
benda
yang
ditemukan, menuliskan lambang bilangan 1-10. Yang memberikan hasil Belum Berkembang (BB) sebanyak 2 anak, Mulai Berkembang (MB) sebanyak 3 anak, Berkembang Sesuai Harapan (BSH) sebanyak 6 anak, dan Berkembang Sangat Baik (BSB) sebanyak 7 anak. Persentase hasil perkembangan kognitif melalui permainan harta karun dapat dilihat pada tabel berikut :
73
Tabel 13 Hasil Perkembangan Kemampuan Kognitif Anak Pada Siklus II Pertemuan Ke-V No
Jenis Penilaian
Jumlah Anak
Hasil Persentase
1
Belum Berkembang
2
11%
2
Mulai Berkembang
3
17%
3
Berkembang Sesuai Harapan
6
33%
4
Berkembang Sangat Baik
7
39%
18
100%
Jumlah
4) Refleksi Hasil refleksi terhadap pertemuan ke-5 siklus II dapat dirinnci sebagai berikut : a) Kemampuan bekerjasama peserta didik sudah mulai terlihat , akan tetapi ada anak yang belum mau bergantian menggunakan media dalam permainan harta karun. c. Pertemuan ke-6 (Siklus II) 1) Perencanaan a) Menyusun Rencana Kegiatan Harian (RKH) yang akan digunakan b) Menyiapkan media dalam melaksanakan kegiatan sesuai dengan RKH yang digunakan
74
c) Menyiapkan alat evaluasi. 2) Pelaksanaan Kegiatan pada pertemuan ke-6 pada hari Kamis, 20 Oktober 2016 dengan tema binatang/binatang berkaki empat. Guru mengawali
pembelajaran dengan mengucapkan salam dan
membacakan do’a sebelum memulai kegiatan, membacakan pancasila, janji Tk, dan menyanyikan beberapa lagu. Kegiatan inti, guru menyebutkan beberapa macam binatang berkaki empat, seperti : sapi, kambing, dan kerbau Setelah menyebutkan beberapa jenis binatang berkaki empat, guru mengajak anak untuk mengelompokkan gambar binatang berkaki empat yang mempunyai jumlah lebih banyak dan lebih sedikit. Kemudian melakukan permainan harta karun dengan mencari sebanyak-banyaknya
gambar
binatang
berkaki
empat
dan
menghitungnya secara berkelompok. Setelah itu menghubungkan gambar binatang dengan lambang bilangan. Kegiatan penutup, dilakukan guru dengan melakukan evaluasi Tanya jawab tentang kegiatan yang telah dilakukan. Guru mengulas kembali kegiatan yang telah dilakukan (menanyakan perasaan anak ketika melakukan kegiatan, menyebutkan kembali lambang bilangan 1-10, menyebutkan kembali beberapa jenis
75
binatang berkaki empat ). Kemudian memberitahukan kepada anak kegiatan esok hari. 3) Pengamatan / Observasi Setelah dilakukan pengamatan pada pertemuan ke-6, dimana kegiatan yang dilakukan adalah peserta didik menyebutkan lambang bilangan
1-10,
menghitung
jumlah
benda
yang
ditemukan, menghubungkan bilangan dengan lambang bilangan 110. Yang memberikan hasil Belum Berkembang (BB) sebanyak 0 anak, Mulai Berkembang (MB) sebanyak 1 anak, Berkembang Sesuai Harapan (BSH) sebanyak 2 anak, dan Berkembang Sangat Baik (BSB) sebanyak 15 anak. Persentase hasil perkembangan kognitif melalui permainan harta karun dapat dilihat pada tabel berikut : Tabel 14 Hasil Perkembangan Kemampuan Kognitif Anak Pada Siklus II Pertemuan Ke-VI No
Jenis Penilaian
Jumlah Anak
Hasil Persentase
1
Belum Berkembang
0
0%
2
Mulai Berkembang
1
6%
3
Berkembang Sesuai Harapan
2
11%
4
Berkembang Sangat Baik
15
83%
18
100%
Jumlah
76
C. Pembahasan Taman kanak-kanak adalah pendidikan untuk membantu pertumbuhan dan perkembangan, baik jasmani maupun rohani anak di luar lingkungan keluarga sebelum memasuki pendidikan dasar, sebagai usaha yang dilakukan agar anak usia 4-6 tahun lebih siap untuk mengikuti jenjang pendidikan selanjutnya. Pada dasarnya anak telah memiliki potensi kreatif, dengan potensi yang kreatif anak membutuhkan aktifitas atau kegiatan yang kreatif agar dapat mengasah kreatifitas anak khususnya dalam perkembangan kognitif. Pada pelaksnaan siklus I melalui 3 pertemuan dengan pelaksanaan pembelajaran secara klasikal di kelas B1 dapat dijumpai beberapa hambatan dan kelmahan, diantaranya persediaan media pada pelaksanaan permainan harta karun kurang diterima oleh peserta didik dalam mengembangkan kemampuan kognitif anak, sehingga permainan harta karun belum berkembang secara baik.
77
Berdasarkan hasil perkembangan pada siklus I dapat dilihat pada tabel berikut : Tabel 15 Hasil persentase Siklus I Siklus I Pertemuan 1 Pertemuan 2 Pertemuan 3
BB 50% 9 anak 45% 8 anak 39% 7 anak
MB 28% 5 anak 33% 6 anak 39% 7 anak
BSH 17% 3 anak 11% 2 anak 11% 2 anak
BSB 5% 1 anak 11% 2 anak 11% 2 anak
Jumlah Peserta Didik 18 anak 18 anak 18 anak
Berdasarkan hasil penelitian pada siklus I, terlihat kemampuan kognitif anak melalui permainan harta karun dapat dikatakan belum berhasil karena belum mencapai 80%. Dengan demikian peneliti merancang kembali kegiatan pada siklus II yang mana dapat dilihat hasil persentase sebagai berikut : Tabel 16 Hasil persentase Siklus II Siklus I Pertemuan 4 Pertemuan 5 Pertemuan 6
BB 28% 5 anak 11% 2 anak 0% 0 anak
MB 22% 4 anak 17% 3 anak 6% 1 anak
BSH 22% 4 anak 33% 6 anak 11% 2 anak
BSB 28% 5 anak 39% 7 anak 83% 15 anak
Jumlah Peserta Didik 18 anak 18 anak 18 anak
78
Berdasarkan hasil persentase di atas, maka kemampuan kognitif melalui permainan harta karun telah menunjukkan perubahan yang lebih baik dan telah mencapai indikator keberhasilan 80%. Hal ini dapat dilihat dari rancangan kegiatan dalam menerapkan permainan harta karun dalam mengembangkan kemampuan kognitif anak di RA Al-Ulya 3 Bandar Lampung. Berdasrkan hasil refleksi dari kedua siklus tersebut melalui 6 kali pertemuan
kegiatan
permainan
harta
karun
dalam
mengembangkan
kemampuan kognitif di RA Al-Ulya 3 Bandar Lampung, dapat dijumpai peningkatan persentase yang cukup berarti. Hal ini dapat dilihat dalam tabel berikut ini :
79
Rekapitulasi Hasil Perkembangan Kognitf anak Siklus I dan II melalui permanan mencar harta karun pada kelompok B.1 di Raudhatul Atfhal AlUlya 3 Raja Basa Bandar Lampung Siklus
Pertemuan
1
Nilai Perkembangan BB MB BSH BSB BB
I
2
MB BSH BSB BB
3
MB BSH BSB BB
4
MB BSH BSB BB
II
5
MB BSH BSB BB
6
MB BSH BSB
Hasil Persentase 50% 9 anak 28% 5 anak 17% 3 anak 5% 1 anak 45% 8 anak 33% 6 anak 11% 2 anak 11% 2 anak 39% 7 anak 39% 7 anak 11% 2 anak 11% 2 anak 28% 5 anak 22% 4 anak 22% 4 anak 28% 5 anak 11% 2 anak 17% 3 anak 33% 6 anak 39% 7 anak 0% 0 anak 6% 1 anak 11% 2 anak 83% 15 anak
80
Diagram Batang Hasil Penelitian Siklus I dan Siklus II 90% 80% 70% 60% BB
50%
MB
40%
BSH
30%
BSB
20% 10% 0% Pertemuan I Pertemuan II Pertemuan Pertemuan Pertemuan V Pertemuan III IV VI
Berdasarkan analisis pada siklus I dan siklus II maka dapat penulis simpulkan bahwa perkembangan kognitif dapat dikembangkan melalui permainan harta karun. Dengan melalui permainan harta karun anak dapat berimajinasi dan mudah untuk memahami perkembangan kognitif.
81
BAB V KESIMPULAN, SARAN, DAN PENUTUP A. Kesimpulan Berdsarkan hasil analisis data dan pembahasan pada bab sebelumnya, maka dapat disimpulkan bahwa kemampuan kognitif dapat dikembangkan melalui permainan mencari harta karun. Peneliti melakukan kegiatan permainan mencari harta karun yang sesuai dengan tingkat kemampuan anak usia dini, sehingga dapat mengembangkan kemampuan mereka khususnya kemampuan kognitif. Berdasarkan hasil data penelitian pada siklus I diperoleh data anak dalam mengembangkan kemampuan kognitif khususnya tingkat pencapaian mengetahui konsep banyak dan sedikit, membilang banyak benda satu sampai sepuluh, mengenal konsep bilangan, mengenal lambang bilangan, mengenal lambang huruf, dari 18 anak yang Belum Berkembang (BB) sebanyak 7 anak, Mulai Berkembang (MB) sebanyak 7 anak, Berkembang Sesuai Harapan (BSH) sebanyak 2 anak dan Berkembang Sangat Baik (BSB) sebanyak 2 anak yang memiliki jumlah persentase 11%. Hal ini menunjukkan penelitian ini belum berhasil karena belum mencapai indikator keberhasilan yakni 80% sebanyak 15 anak, maka penelitian ini berlanjut pada siklus II dan diperoleh tidak ada anak yang Belum Berkembang (BB), Mulai Berkembang (MB) sebanyak 1 anak yang memiliki jumlah persentase 6%, Berkembang Sesuai Harapan (BSH) sebanyak 2 anak yang memlilki jumlah persentase 11%, dan Berkembang Sangat Baik (BSB)
82
sebanyak 15 anak yang memiliki jumlah persentase 83%. Berdasarkan hasil dari analisis siklus II maka penelitian ini dikatakan berhasil dan dapat disimpulkan bahwa Permainan Mencari Harta Karun dapat Mengembangkan Kemampuan Kognitif Anak pada Kelompok B.1 di RA Al-Ulya 3 Rajabasa Bandar Lampung. B. Saran Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan, sebagai bahan rekomendasi dengan mempertimbangkan hasil penelitian di lapangan maupun secara teoritis, maka beberapa hal yang dapat menjadi bahan rekomendasi adalah sebagai berikut : 1. Bagi pihak sekolah memfasilitasi proses belajar mengajar dengan melengkapi sarana dan prasarana yang dibutuhkan. 2. Perlunya koordinasi antara pengelola RA, tenaga kependidikan dengan lingkungan masyarakat secara intensif dan berkesinambungandalam rangka mengupayakan
peningkatan
kualitas
pembelajaran,
sehingga
akan
meningkatkan pula prestasi dan kualitas sekolah. C. Penutup Alhamdulillah puji syukur penulis panjatkan kepada Allah SWT, yang telah memberikan rahmat dan hidayah-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini dan tidak lupa sholawat serta salam penulis panjatkan kepada Nabi Muhammad SAW yang telah membawa kita dari zaman jahiliyyah menuju zaman yang penuh barokah dan kita nantikan syafa’atnya di yaumil akhir nanti amin.
83
DAFTAR PUSTAKA Abdurrahman, Mulyono. 2009. PendidikanbagiAnakBerkesulitanBelajar. Jakarta: RinekaCipta. ArdyWiyani , Nova. 2014. PsikologiPerkembanganAnakUsiaDini. Yogyakarta: Gava Media. Arikunto, Suharsimi, dkk. 2014. PenelitianTindakanKelas. Jakarta: BumiAksara. B. Hurlock. Elizabet.Tth.PerkembanganAnakJlid 1. Jakarta: Erlangga. Dinar Pratisti,Wiwien. 2008. PsikologiAnakUsiaDini. Jakarta: PT. Indeks. Hapsari Iriani Indri. 2016. Psikologi Perkembangan Aanak. Jakarta: Indeks.
http://dokumen.tips/documents/pengaruh-permainan-mencari-harta-karun-terhadapkemampuan-mengenal-angka-1-10.html Kunandar. 2012. LangkahMudahPenelitianTindakanKelas. RajagrafindoPersada. Kurniawan, Heru, TitiAnisatulLaely. 2014. PermainanKreatifuntukKecerdasanLogikaMatematikaAnak. Alfabeta.
Jakarta: 30 Bandung:
Mar’at Samsunuwiyati. 2013. Psikologi Perkembangan. Bandung: Remaja Rosdakaria. Muslih Masnur. 2013. Melaksanakan PTK itu Mudah. Jakarta: Remaja Rosdakaria.
NuraniSujiono, Yuliani. 2009. KonsepDasarPendidikanAnakUsiaDini. Jakarta: PT. Indeks. NuraniSujiono, Yuliani. 2009. KonsepDasarPendidikanAnakUsiaDini. Jakarta: PT. Indeks. Patmonodewo ,Soeminarti. 2003. RinekaCipta.
PendidikanAnakPrasekolah. Jakarta: PT.
PeraturanMenteriPendidikanNasionalRepublik Indonesia nomor 137 Tahun 2014 tentangStandar PAUD. PeraturanMenteriPendidikanNasionalRepublik Indonesia nomor 58 Tahun 2009 tentangStandar PAUD.
84
R.
Moeslichatoen. RenikaCipta.
2004.
MetodePengajaranDitamanKanak-kanak.
Jakarta:
Rinaldi, John. 2014. Ratusan Game EdukatifuntukAnakUsia 0-3 Tahun. Jogjakarta: Diva Press. Sanjaya, Wina. 2009. PenelitianTindakanKelas. Jakarta: Kencana. Sugiyono, 2010.MetodePendidikanPendekatanKualitatifdan Alfabeta.
R&D.
Bandung:
Syamsidah, 2015. 100 Permainan PAUD & TK. Jogjakarta: Diva Kids. Triharso, Agung. 2013. Yogyakarta: Andi.
PermainanKreatifdanEdukatifuntukAnakUsiaDini.
Yusuf L.N, Syamsu, Nani M. Sugandhi. 2012. PerkembanganPesertaDidik. Jakarta: PT. Raja GrafindoPersada.