PENGARUH TINGKAT PENDIDIKAN DAN MOTIVASI ORANG TUA TERHADAP PRESTASI BELAJAR MATA PELAJARAN SOSIOLOGI SISWA KELAS XI SMA AL-ISLAM 1 SURAKARTA TAHUN PELAJARAN 2009-2010.
Skripsi
Oleh JUMAIN K 8403029
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS SEBELAS MARET SURAKARTA 2010
PENGARUH TINGKAT PENDIDIKAN DAN MOTIVASI ORANG TUA TERHADAP PRESTASI BELAJAR MATA PELAJARAN SOSIOLOGI SISWA KELAS XI SMA AL-ISLAM 1 SURAKARTA TAHUN PELAJARAN 2009/2010.
Oleh JUMAIN K 8403029
Skripsi Ditulis dan diajukan untuk memenuhi sebagian persyaratan mendapatkan gelar Sarjana Pendidikan Program Sosiologi Antropologi Jurusan Pendidikan Ilmu Pengetahuan Sosial
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS SEBELAS MARET SURAKARTA 2010
ii
PERSETUJUAN
Skripsi ini telah disetujui untuk dipertahankan di hadapan Tim Penguji Skripsi Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Univesitas Sebelas Maret Surakarta.
Surakarta, 19 Juli 2010
Pembimbing I
Pembimbing II
Drs.HM.Haryono, M.Si
Dra.Slamet Subagyo, M.Pd
NIP.195101011981031005
NIP.195211261981031002
iii
PENGESAHAN
Skripsi ini telah dipertahankan di hadapan Tim Penguji Skripsi Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Sebelas Maret Surakarta dan diterima untuk memenuhi persyaratan mendapatkan gelar Sarjana Pendidikan.
Pada hari : Rabu Tanggal : 28 Juli 2010
Tim Penguji Skripsi : Nama Terang
Tanda Tangan
Ketua
: Drs. MH. Sukarno, M.Pd
...............................
Sekretaris
: Drs. Soeparno, M.Si
...............................
Anggota I
: Drs.Haryono, M.Si
...............................
Anggota II
: Dra.Slamet Subagyo, M.Pd
...............................
Disahkan oleh Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Sebelas Maret Dekan,
Prof.Dr.H.M.Furqon Hidayatullah, M.Pd NIP.196007271987021001
iv
ABSTRAK Jumain. PENGARUH TINGKAT PENDIDIKAN DAN MOTIVASI ORANG TUA TERHADAP PRESTASI BELAJAR MATA PELAJARAN SOSIOLOGI SISWA KELAS XI SMA AL ISLAM 1 SURAKARTA TAHUN AJARAN 2009/2010. Skripsi. Surakarta. Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan. Universitas Sebelas Maret. Juli 2010. Tujuan Penelitian ini adalah untuk mengetahui ada tidaknya Pengaruh yang signifikan antara : 1). Tingkat Pendidikan Orang Tua terhadap Prestasi Belajar Mata Pelajaran Sosiologi Siswa 2). Motivasi Orang Tua Terhadap Prestasi Belajar Mata Pelajaran Sosiologi Siswa 3). Tingkat Pendidikan dan Motivasi Orang Tua Terhadap Prestasi Belajar Mata Pelajaran Sosiologi Siswa Kelas XI SMA Al-Islam 1 Surakarta Tahun Ajaran 2009/2010. Penelitian ini menggunakan metode deskripstif kuantitatif jenis studi komparatif. Populasi adalah seluruh siswa kelas XI Ilmu Sosial Al Islam 1 tahun ajaran 2009/2010 sejumlah 200 siswa, dengan jumlah sampel yang diambil adalah 40 siswa. Sampel diambil dengan teknik cluster sampling. Teknik pengumpulan data yang digunakan adalah metode angket dan metode dokumentasi. Teknik analisis data yang digunakan adalah analisis statistik korelasional dengan teknik regresi linier ganda dengan bantuan komputer seri program statistik (SPS-2000) edisi Sutrisno Hadi dan Yuni Pamardiningsih. Berdasarkan hasil penelitian tidak terdapat pengaruh yang signifikan antara Tingkat Pendidikan Orang Tua (X1) terhadap Prestasi Belajar mata Pelajaran Sosiologi Siswa (Y), dengan rx1y = -0,152 dan p < 0,050 yaitu 0,650 > 0,050 , sehingga hipothesis pertama, “ada pengaruh yang signifikan antara tingkat pendidikan orang tua terhadap prestasi belajar mata pelajaran sosiologi siswa”, tidak dapat diterima. Terdapat pengaruh yang signifikan antara motivasi orang tua (X2) terhadap prestasi belajar mata pelajaran sosiologi siswa (Y), dengan rx2 y = -0,263 dan p < 0,15 yaitu 0,097 < 0,15 sehingga hipothesis kedua diterima “ada pengaruh yang cukup signifikan antara motivasi orang tua terhadap prestasi belajar mata pelajaran sosiologi siswa”. Terdapat pengaruh yang signifikan antara tingkat pendidikan orang tua (X1) dan motivasiorang tua (X2) secara bersama-sama terhadap prestasi belajar mata pelajaran sosiologi siswa (Y), dengan rx1x2 y = 0,318, dan F = 2,085, p < 0,050 yaitu 0,0137 < 0,050 sehingga hipotesis ketiga “ada pengaruh yang signifikan antara tingkat pendidikan dan motivasi orang tua terhadap prestasi belajar mata pelajaran sosiologi siswa”, diterima.
v
ABSTRACT Jumain. THE EFFECT OF PARENTS’ EDUCATION LEVEL AND MOTIVATION ON THE SOCIOLOGICAL SUBJECT LEARNING ACHIEVEMENT IN THE XI GRADERS OF SMA AL ISLAM 1 SURAKARTA IN THE SCHOOL YEAR OF 2009/2010. Thesis. Surakarta. Teacher Training and Education Faculty. Sebelas Maret University. July 2010. The objective of research is to find out whether there is or not the significant effect of: 1) parents’ education level on Students’ Sociological Subject Learning Achievement, 2) motivation on Students’ Sociological Subject Learning Achievement, 3) parents’ education level and motivation on Students’ Sociological Subject Learning Achievement in XI graders of SMA Al-Islam 1 Surakarta in the School Year of 2009/2010. This research employed a comparative study type of descriptive quantitative method. The population of research was all Social Science-XI graders of SMA Al Islam 1 in the School Year of 2009/2010 as many as 200 students, with 40 students as the sample. The sample was taken using cluster sampling technique. Techniques of collecting data used were questionnaire and documentation method. Technique of analyzing data employed was correlational statistical analysis with multiple linear regression technique aiding with computer statistical program series (SPS-2000) for Sutrisno Hadi and Yuni Pamardiningsih edition. Considering the result of research there is no significant effect of parents’ education level (X1) on Students’ Sociological Subject Learning Achievement (Y), with rx1y = -0.152 and p < 0,050, that is, 0.650 > 0.050, so that the first hypothesis “there is significant effect of parents’ education level on the Students’ Sociological Subject Learning Achievement” is not supported. There is significant effect of parents’ motivation (X2) on Students’ Sociological Subject Learning Achievement (Y), with rx2y = -0.263 and p < 0.15, that is, 0.097 > 0.15, so that the second hypothesis “there is significant effect of parents’ motivation on the Students’ Sociological Subject Learning Achievement” is supported. There is significant effect of parents’ education level (X1) and motivation (X2) simultaneously on Students’ Sociological Subject Learning Achievement (Y), with rx1x2y = 0.318 and F = 2.085, p < 0,050, that is, 0.0137 > 0.050, so that the third hypothesis “there is significant effect of parents’ education level and motivation on the Students’ Sociological Subject Learning Achievement” is supported.
vi
MOTTO
Maka berdirilah, niscaya Allah akan meninggikan orang-orang yang beriman di antaramu dan orang-orang yang diberi ilmu pengetahuan beberapa derajat. (Q.S. Mujaadillah : 11)
Bersiap dan berbuatlah, jangan menunggu datangnya esok hari, karena bisa jadi engkau tidak bisa berbuat apa-apa di esok hari. (Hasan Al-Banna)
Dunia diisi dan dimenangkan oleh orang-orang yang merealisir cita-cita, harapan dan angan-angan mereka dengan jiddiyah (kesungguh-sungguhan) dan kekuatan tekad (Anis Matta)
vii
PERSEMBAHAN
Kupersembahkan Karya yang tidak seberapa ini sebagai bagian kecil ungkapan rasa terima kasihku untuk : v Ayah dan Ibu tercinta atas do’a,cinta kasih dan sayang, dorongan, serta perhatiannya selama ini v Kakakku tersayang yang selalu membantu v Sahabat -sahabat yang selalu mendukung, dan membantu v Teman-teman seperjungan seivi dan semisi v Almamater yang kubanggakan .
viii
KATA PENGANTAR
Puji syukur Peneliti panjatkan kehadirat Allah SWT, karena atas rahmat dan hidayah-Nya skripsi ini dapat terselesaikan dengan baik untuk memenuhi sebagian persyaratan dalam mendapatkan gelar Sarjana Pendidikan. Dalam penyelesaian skripsi ini, peneliti memperoleh bantuan dari berbagai pihak selama persiapan, pelaksanaan sampai akhir penyelesaian skripsi ini.Banyak hambatan yang menimbulkan kesulitan dalam penyelesaian penulisan skripsi ini,namun berkat bantuan dari berbagai pihak akhirnya kesulitan yang muncul dapat teratasi. Untuk itu atas segala bentuk bantuannya, disampaikan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada yang terhormat : 1. Prof.Dr.H.M.Furqon Hidayatullah, M.Pd, Dekan Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan UNS. 2. Drs.Syaiful Bachri, M.Pd, Ketua Jurusan Pendidikan Ilmu Pengetahuan Sosial FKIP UNS. 3. Drs.MH.
Sukarno,
M.Pd,
Ketua
Program
Pendidikan
Sosiologi
Antropologi FKIP UNS. 4. Drs.M Haryono, M.Si, Pembimbing I yang telah banyak memberikan bantuan, bimbingan dan dorongan dalam penyusunan skripsi ini. 5. Dra.Slamet Subagyo, M.Pd, Pembimbing II sekaligus merangkap sebagai Pembimbing Akademik yang telah banyak memberikan bantuan, bimbingan dan dorongan dalam penyusunan skripsi ini. 6. Drs.Riyanto, Kepala Sekolah SMA Al-Islam 1 Surakarta yang telah memberikan ijin kepada penulis untuk melakukan penelitian. 7. Dra. Dwi Wahyuni, guru kelas XI yang telah membantu dalam perolehan data penelitian. 8. Bpk/Ibu dosen Pendidikan Sosiologi Antropologi FKIP UNS. 9. Semua pihak yang tidak dapat peneliti sebutkan satu persatu.
ix
Walaupun disadari skripsi ini masih banyak kekurangan, namun diharapkan bisa bermanfaat bagi perkembangan ilmu pengetahuan dan juga dunia pragmatika. Terima kasih.
Surakarta, 28 Juli 2010
Penulis
x
DAFTAR ISI
JUDUL ..........................................................................................................
i
PENGAJUAN ...............................................................................................
ii
PERSETUJUAN ...........................................................................................
iii
PENGESAHAN..............................................................................................
iv
ABSTRAK .....................................................................................................
v
MOTTO .........................................................................................................
vii
PERSEMBAHAN ..........................................................................................
viii
KATA PENGANTAR ...................................................................................
ix
DAFTAR ISI ..................................................................................................
xi
DAFTAR TABEL .........................................................................................
xiv
DAFTAR GAMBAR .....................................................................................
xv
DAFTAR LAMPIRAN .................................................................................
xvi
BAB I.
PENDAHULUAN ........................................................................
1
A. Latar Belakang Permasalahan .........................................................
1
B. Identifikasi Masalah ........................................................................
7
C. Pembatasan Masalah .......................................................................
7
D. Perumusan Masalah .......................................................................
8
E. Tujuan Penelitian .............................................................................
9
F. Manfaat Penelitian ..........................................................................
9
BAB II.
KAJIAN TEORI ..........................................................................
11
A. Tinjauan Pustaka ............................................................................
11
1. Tinjauan Tentang Prestasi Belajar ...........................................
11
a. Pengertian Prestasi ...............................................................
11
b. Pengertian Belajar ................................................................. 12 c. Pengertian Prestasi Belajar ................................................... 15 d. Faktor-faktor Yang Mempengaruhi Prestasi Belajar ............ 16 e. Presatasi Belajar Mata Pelajaran Sosiologi .......................... 26 2. Tinjauan Tentang Tingkat Pendidikan Orang Tua ..................... 27 a. Pengertian Pendidikan ..........................................................
xi
27
b. Faktor yang Mempengaruhi Pendidikan ............................
29
c. Jalur, Jenis dan Jenjang atau Tingkat Pendidikan ...............
29
d. Pengertian Porang Tua .........................................................
33
e. Tugas dan Peranan Orang Tua .............................................
36
f. Pengaruh Tingkat Pendidikan Orang Tua Terhadap Prestasi Belajar Siswa .......................................
37
3. Tinjauan Tentang Motivasi Orang Tua ......................................
38
a. Pengertian Motivasi ............................................................
38
b. Jenis dan Sifat Motivasi ......................................................
39
c. Faktor-faktor Yang Mempengaruhi Motivasi .....................
40
d. Fungsi Motivasi dalam Belajar ..........................................
42
e. Peranan Motivasi Orang Tua terhadap Belajar Anak ..........
43
B. Kerangka Berfikir ...........................................................................
43
C. Perumusan Hipothesis ....................................................................
45
BAB III. METODOLOGI PENELITIAN ................................................
46
A. Tempat dan Waktu Penelitian ........................................................
46
B. Variabel Penelitian ........................................................................
46
C. Metodologi Penelitian ...................................................................
47
D. Populasi Dan Sampel ....................................................................
50
E. Teknik Pengumpulan Data ............................................................
55
1. Teknik Angket / Koesioner........................................................
55
2. Teknik Interview........................................................................
67
3. Teknik Dokumentasi..................................................................
68
F. Teknik Analisis Data.....................................................................
69
1. Uji Prasyarat Analisis................................................................
69
2. Pengujian Hipotesis ..................................................................
71
BAB IV. HASIL PENELITIAN ..................................................................
74
A. Deskripsi Data ...............................................................................
74
1. Prestasi Belajar .........................................................................
74
2. Tingkat Pendidikan Orang Tua ................................................
75
3. Motivasi Orang Tua .................................................................
77
xii
B. Pengujian Persyaratan Analisis Data .............................................
78
1. Hasil Uji Normalitas .................................................................. 78 2. Hasil Uji Linieritas ...................................................................... 81 C. Pengujian Hipothesis ....................................................................
83
D. Kesimpulan Pengujian Hipothesis ...............................................
86
E. Pembahasan Hasil Analisis Data .................................................
87
BAB V. KESIMPULAN, IMPLIKASI DAN SARAN ………….……...…
90
A. Kesimpulan .................................................................................
90
B. Implikasi ......................................................................................
91
C. Saran ............................................................................................
92
DAFTAR PUSTAKA………………………………………………….........
94
LAMPIRAN-LAMPIRAN …………………………………………………
97
CURRICULUM VITAE ……...…………………………………………… 146
xiii
DAFTAR TABEL
Tabel 1. Jadwal Kegiatan Penyusunan Skripsi.................................................... 46 Tabel 2. Penghitungan Jumlah Sampel Penelitian............................................... 55 Tabel 3. Kisi-kisi Angket..................................................................................... 60 Tabel 4. Distribusi Frekuensi Skor Prestasi Belajar Sosiologi Siswa.................. 74 Tabel 5. Distribusi Frekuensi Skor Angket Tingkat Orang Tua.......................... 76 Tabel 6. Distribusi Frekuensi Skor Angket Motivasi Orang Tua....................... 77 Tabel 7. Hasil Uji Normalitas Prestasi Belajar Sosiologi Siswa (Y)................... 79 Tabel 8. Hasil Uji Normalitas Tingkat Pendidikan Orang Tua (X1)................... 80 Tabel 9. Hasil Uji Normalitas Motivasi Orang Tua (X2).................................... 80 Tabel 10. Rangkuman Hasil Analisis Linearitas X1 Terhadap Y........................ 81 Tabel 11. Rangkuman Hasil Analisis Linearitas X2 Terhadap Y........................ 82 Tabel 12. Matriks Interkorelasional Analisis Regresi.......................................... 83 Tabel 13. Koefisien Beta Dan Korelasi Parsial.................................................... 84 Tabel 14. Rangkuman Hasil Analisis Regresi Model Penuh............................... 85 Tabel 15. Perbandingan Bobot Prediktor-Model Penuh....................................... 85
xiv
DAFTAR GAMBAR
Gambar 1. Skema Kerangka Berfikir Tentang Pengaruh Variabel Independent Terhadap Variabel Dependent....................................
44
Gambar 2. Grafik Histogram Data Prestasi Belajar Siswa (Y).......................... 75 Gambar 3. Grafik Histogram Tingkat PendidikanOrang Tua (X1)...................
76
Gambar 4. Grafik Histogram Motivasi Orang Tua (X2)...................................
78
xv
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah Pendidikan dipahami secara luas dan umum sebagai usaha sadar yang dilakukan pendidik melalui bimbingan, pengajaran, dan latihan untuk membantu peserta didik mengalami proses pemanusiaan ke arah tercapainya pribadi yang dewasa yaitu sosok manusia dewasa yang sudah terisi secara penuh bekal ilmu pengetahuan serta memiliki integritas moral yang tinggi sehingga dalam perjalanannya nanti, manusia yang selalu siap baik jasmani maupun rohani. Hal ini sesuai dengan arti pendidikan yang termaktub dalam Undang-Undang Sistem Pendidikan Nasional No 20 Tahun 2003 yakni : “Pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta keterampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa dan negara.” Menurut Sucipto Wirowidjoyo yang dikutip dalam bukunya Slameto (2003:61) : ”Keluarga merupakan lembaga pertama dalam kehidupan anak, tempat ia belajar dan menyatakan diri sebagai makhluk sosial.” Dalam keluarga umumnya anak ada dalam hubungan interaksi yang intim. Keluarga memberikan dasar pembentukan tingkah laku, watak, moral, dan pendidikan anak. Keluarga merupakan proses penentu dalam keberhasilan belajar. Orang tua dikatakan sebagai pendidik pertama karena orang tualah yang pertama mendidik anaknya sejak dilahirkan dan dikatakan sebagai pendidik utama karena pendidikan yang diberikan orang tua merupakan dasar dan sangat menentukan perkembangan anak selanjutnya. Pengalaman pergaulan dalam keluarga akan memberikan pengaruh yang besar bagi pertumbuhan dan perkembangan anak pada masa yang akan
xvi
datang. Keluarga yang akan memberikan wacana kehidupan seorang anak, baik prilaku, budipekerti, maupun adat kebiasaan sehari-hari. Dengan memberikan pendidikan yang baik kepada anak-anak dalam lingkungan keluarga, maka akan dapat tumbuh dan berkembang dengan baik pula, karena tujuan pendidikan yang dilaksanakan di dalam keluarga adalah untuk membina, membimbing, dan mengarahkan anak kepada tujuan yang diinginkan. Menurut
Hasbullah
(2005:39):“Bagi
seorang
anak,
keluarga
merupakan persekutuan hidup pada lingkungan keluarga tempat di mana ia menjadi diri pribadi atau diri sendiri.” Keluarga juga merupakan wadah bagi anak dalam konteks proses belajar untuk mengembangkan dan membentuk diri dalam fungsi sosialnya. Intinnya bahwa orang yang pertama dan utama bertanggung jawab terhadap hidup dan pendidikan anak adalah orang tuanya. Pada diri setiap anak terdapat suatu dorongan dan daya untuk meniru, dengan dorongan ini anak dapat melakukan sesuatu yang telah dilakukan orang tuanya. Masa ini juga merupakan masa sensitif bagi anak, sebab apa yang dilihat dan apa yang didengarnya akan selalu ditiru tanpa mempertimbangkan baik dan buruknya. Dalam hal ini sangat diharapkan kewaspadaan serta perhatian yang besar dari orang tua, karena masa meniru ini secara tidak langsung turut membentuk watak anak dikemudian hari. Dengan demikian faktor identifikasi dan meniru pada anak-anak amat penting, sehingga mereka menjadi terbina, terdidik, dan belajar dari pengalaman langsung. Hal ini pula yang nantinya akan berpengaruh lebih besar daripada informasi atau pengajaran lewat instruksi dan petunjuk yang disampaikan dengan kata-kata. Dalam lingkungan keluarga, pendidikan yang berlangsung di dalamnya adalah pendidikan informal, dengan orang tua sebagai pendidik. Hal ini sesuai dengan Undang-undang Sistem Pendidikan Nasional No.20 Tahun 2003 ”Pendidikan informal adalah jalur pendidikan keluarga dan lingkungan.” Sebelum anak dewasa, orang tua berkewajiban untuk mendidik anaknya
xvii
dengan berbagai ilmu pengetahuan dan keterampilan seperti berbicara, berhitung, membaca, menulis, dan sebagainya. Ketika anak mencapai usia belajar, maka orang tua harus bertanggung jawab memasukkan anaknya ke sekolah dan membiayai pendidikannya. Orang tua bertanggung jawab untuk membina anak-anaknya dan mensejahterakan kehidupan mereka, adapun kesejahteraan anak itu meliputi segi fisik (Jasmani) dan mental (rohani). Tanggung jawab dalam segi mental (rohani) ini merupakan masalah penting, karena kualitas pribadi anak merupakan dari hasil pembinaan mental rohaninya. Salah satu bagian dari tanggung jawab pembinaan mental rohani anak adalah menyekolahkan anak ke sekolah atau ke lembaga pendidikan. Berdasarkan realita dan peranan ketiga lembaga pendidikan, maka ahli pendidikan K.H. Dewantara dalam bukunya Hasbullah (2005:37) menganggap ketiga lembaga pendidikan ini sebagai tri pusat pendidikan yang meliputi keluarga, sekolah dan masyarakat. Istilah tiga lingkungan pendidikan itu dikenal dengan pendidikan informal, pendidikan formal dan pendidikan non formal. Di dalam lingkungan keluarga (informal) yang berperan menjadi pendidik adalah orang tua (ayah dan ibu), orang tua merupakan pendidik yang pertama dan utama dalam membantu mengembangkan potensi anak-anaknya. Di samping itu pendidikan di dalam keluarga juga mempengaruhi proses belajar siswa. Orang tua yang kurang atau tidak memperhatikan pendidikan anaknya, misalnya mereka acuh tak acuh terhadap belajar anaknya, tidak memperhatikan akan kepentingan-kepentingan dan kebutuhan anaknya dalam belajar, tidak menyediakan atau melengkapi fasilitas belajarnya, tidak memperhatikan apakah anak belajar atau tidak, tidak mau tahu kemajuan belajar anaknya ataupun kesulitan yang dialami dalam belajar dan lain-lain, dapat menyebabkan anak tidak atau kurang berhasil dalam belajarnya. Mungkin anak sendiri sebetulnya pandai, tetapi karena cara belajarnya yang tidak teratur, akhirnya kesukaran-kesukaran menumpuk sehingga mengalami ketinggalan dan akhirnya ia menjadi malas belajar. Namun tidak selamanya anak yang mendapat perhatian penuh dari orang tuanya berhasil dalam belajarnya.
xviii
Menurut Slameto (2003: 54) menyatakan “Keberhasilan belajar seorang dipengaruhi oleh banyak faktor yang pada garis besarnya dapat dibedakan menjadi 2 macam, yaitu itu faktor dalam diri siswa (intern) dan faktor dari luar diri siswa (ekstern)”. Faktor dari dalam diri siswa merupakan faktor yang sangat penting dalam menentukan keberhasilan belajar. Hal tersebut dapat dipahami, sebab dalam proses belajar sasaran utamanya adalah individu sebagai subyek belajar. Faktor yang berasal dari siswa terutama kemapuan yang dimilikinya adalah faktor intern. Faktor kemapuan yang dimiliki siswa besar sekali pengaruhnya terhadap hasil belajar yang dicapai. Seperti yang dikemukan Clark yang dikutip Nana Sudjana (1989:39) :” Hasil belajar siswa di sekolah 70 % di pengaruhi oleh kemampuan siswa dan 30 % di pengaruhi oleh lingkungan”. Tidak ada orang tua atau wali murid yang tidak menginginkan prestasi belajar anaknya memperoleh hasil yang baik. Namun untuk memperoleh semua itu tidaklah mudah karena mengingat adanya perbedaan tingkat pendidikan dan motivasi yang diberikan orang tua kepada anaknya. Dengan perbedaan yang demikian akan menyebabkan tercapainya suatu prestasi belajar yang berbeda pula, yakni prestasi anak ada yang tergolong tinggi, sedang dan rendah. Hal tersebut dapat terjadi karena banyaknya faktor-faktor yang mempengaruhi prestasi belajar yang diantaranya faktor tingkat pendidikan orang tua dan motivasi dari diri pribadi siswa ataupun motivasi yang diberikan orang tua. Menurut Ngalim Purwanto (2002:71) : “Motivasi adalah suatu usaha yang didasari untuk mempengaruhi tingkah laku seseorang agar ia tergerak hatinya untuk bertindak melakukan sesuatu sehingga mencapai hasil atau tujuan tertentu.” Dalam hal ini yang menjadi hasil atau tujuan adalah prestasi belajar siswa. Dalam motivasi tersebut terdapat unsur-unsur yang bersifat dinamis dalam belajar seperti perasaan, perhatian, kemauan dan lain-lain. Motivasi yang tumbuh dari pribadi siswa akan mendorong siswa untuk melakukan tindakan belajar yang lebih. Dengan motivasi inilah siswa menjadi
xix
tekun dan bergairah dalam proses belajar, dan dengan motivasi itu kualitas hasil belajar siswa (prestasi belajar) juga kemungkinannya dapat terwujud, karena secara otomastis siswa tersebut akan mampu menguasai materi palajaran. Motivasi belajar ini tidak hanya tumbuh dari dalam diri siswa, melainkan motivasi juga dapat muncul berkat adanya daya penggerak dari orang lain guna menambah semangat belajar siswa baik di rumah maupun di sekolah. Motivasi ini berfungsi sebagai pemberi semangat anak didik agar lebih stabil dalam proses kegiatan belajarnya. Motivasi yang ada biasanya berupa tindakan-tindakan yang bersikap mengingatkan dan perhatian kepada siswa. Totalitas sikap orang tua dalam memperhatikan segala aktivitas anak selama menjalani rutinitasnya sebagai pelajar sangat diperlukan agar si anak mudah dalam mentransfer ilmu selama menjalani proses belajar, di samping itu juga agar ia dapat mencapai prestasi belajar yang maksimal. Perhatian orang tua dapat berupa pemberian bimbingan dan nasihat, pengawasan terhadap belajar, pemberian motivasi dan penghargaan, serta pemenuhan fasilitas belajar. Pemberian bimbingan dan nasihat menjadikan anak memiliki idealisme, pemberian pengawasan terhadap belajar anak adalah untuk melatih anak memiliki kedisiplinan, pemberian motivasi dan penghargaan agar anak terdorong untuk belajar dan berprestasi, sedangkan pemenuhan fasilitas yang dibutuhkan dalam belajar adalah agar anak semakin teguh pendiriannya pada suatu idealisme yang ingin dicapai dengan memanfaatkan fasilitas yang ada. Hasil penelitian dari Tatik Widyawati : 2005 yang berjudul Pengaruh Motivasi, Dukungan Orang Tua dan Asal Sekolah Terhadap Prestasi Belajar Mata Pelajaran Akuntansi Pada Siswa Kelas II MA Al-Asror Patemon Gunungpati Semarang Tahun Pelajaran 2004/2005, menyatakan “ada pengaruh yang positif antara motivasi dan dukungan orang tua terhadap prestasi belajar pada siswa kelas II MA Al-Asror Patemon Gunungpati Semarang tahun pelajaran 2004/2005”. Sedangkan untuk variabel asal sekolah tidak berpengaruh terhadap prestasi belajar pada siswa kelas II MA Al-Asror Patemon Gunungpati Semarang tahun pelajaran 2004/2005.
xx
Salah satu faktor eksten lain yang ikut menentukan keberhasilan hasil belajar lainnya adalah tingkat pendidikan orang tua. Setiap orang tua siswa mempunyai tingkat pendidikan yang berbeda-beda antara satu dengan yang lain, hal ini akan dapat mempengaruhi anak dalam menerima bimbingan dan dorongan dari orang tua. Orang tua yang berpendidikan tinggi, kemungkinan berbeda dalam mendidik anaknya dengan orang tua yang berpendidikan rendah. Orang tua yang berpendidikan tinggi kemungkinan akan berhasil dalam mendidik anaknya, sedangkan orang tua yang berpendidikan rendah kemungkinan akan mengalami kegagalan dalam mendidik anaknya. Karena setiap jenjang pendidikan di sekolah akan menghasilkan karakteristik kelulusan yang berberda-beda. Hal ini tercermin pada cara orang tua mengasuh dan mendidik anak-anak mereka dalam keluarga. Namun tidak semua orang tua yang berpendidikan tinggi akan selalu berhasil dalam mendidik anaknya. Hal ini tergantung dari sikap dan cara orang tua dalam mendidik anaknya, serta tanggapan dari anak itu sendiri dalam menyikapi didikan dari orang tua. Para individu yang telah mendapatkan pendidikan yang baik selama masa kanak-kanaknya, dapat dimungkinkan individu tersebut dapat mendidik anak-anaknya dengan baik pula. Orang tua yang memiliki tingkat pendidikan tinggi biasanya memiliki cita-cita tinggi pula terhadap pendidikan anakanaknya. Mereka menginginkan agar pendidikan anak-anaknya lebih tinggi atau setidaknya sama dengan pendidikan orang tua mereka, cita-cita dan motivasi ini akan mempengaruhi sikap dan keberhasilan anak-anaknya di sekolah. Cara orang tua dalam membimbing anak belajar di rumah berbeda satu sama lain, karena tingkat pendidikan yang berbeda, kemungkinan ilmu pengetahuan cara membimbing anak dalam belajar belum dikuasai oleh semua orang tua, karena tidak semua orang tua mempunyai tingkat pendidikan tinggi. Cara membimbing anak dalam belajar di rumah akan berpengaruh terhadap prestasi belajar anak, sehingga anak di sekolah akan mempunyai prestasi
xxi
belajar yang berbeda sesuai dengan bimbingan yang diperoleh anak dari orang tuanya. Melihat dari kenyataan di masyarakat terkadang keluarga yang orang tuanya berpendidikan rendah atau tidak berpendidikan ternyata berhasil dalam mendidik anaknya. Sebaliknya ada keluarga yang orang tuanya berpendidikan tinggi ternyata kurang berhasil dalam mendidik anaknya. Keberhasilan mendidik anak di sini adalah anak yang di sekolahnya pintar dan memperoleh prestasi yang baik. Dari uraian di atas penulis merasa tertarik melakukan penelitian dengan judul : Pengaruh Tingkat Pendidikan dan Motivasi Orang Tua terhadap Prestasi Belajar Mata Pelajaran Sosiologi Siswa Kelas XI SMA AL-Islam 1 Surakarta Tahun Pelajaran 2009-2010.
B. Identifikasi Masalah Berdasarkan latar belakang masalah di atas, maka penulis dapat mengemukakan permasalahan yang ada sebagai berikut : 1. Bagaimana pengaruh pengalaman belajar orang tua berpengaruh terhadap prestasi belajar anak? 2. Apakah orang tuanya berpendidikan tinggi, prestasi belajar anaknya juga tinggi ? 3. Bagaimana pengaruh motivasi dari orang tua terhadap prestasi belajar anak ? 4. Apakah pemenuhan fasilitas belajar dari orang tua berdampak pada prestasi belajar anak ?
C. Pembatasan Masalah Untuk memberikan kejelasan arti dan menghindari salah penafsiran pada istilah yang digunakan dalam judul skripsi ini maka diberikan batasanbatasan sebagai berikut: 1. Tingkat pendidikan orang tua adalah tingkat pendidikan formal akhir yang dimiliki oleh orang tua, apakah itu tingkat pendidikan
xxii
Sekolah Dasar (SD), Sekolah Menengah Pertama (SMP), Sekolah Menengah
Atas
(SMA)/sederajat,
Akademi
Institut
atau
Universitas 2. Motivasi orang tua adalah motivasi atau dorongan dari luar yang di berikan orang tua agar dapat menggerakkan siswa untuk melakukan aktivitas belajar Sosiologi, guna mencapai tujuan belajar yang berupa prestasi belajar. 3. Prestasi belajar Sosiologi adalah hasil yang diraih oleh peserta didik dari kegiatan belajarnya yang ditempuh untuk memperoleh pengetahuan dan keterampilan yang dapat diwujudkan dengan adanya perubahan sikap dan tingkah laku dan pada umumnya dinyatakan dalam bentuk simbol huruf atau angka-angka pada mata pelajaran Sosiologi.
D. Perumusan Masalah Agar permasalahan yang akan dibahas dalam penelitian ini jelas dan terarah maka perlu adanya perumusan masalah, yaitu : “Pengaruh Tingkat Pendidikan dan Motivasi Orang Tua Terhadap Prestasi Belajar sosiologi Anak SMA AL-Islam 1 Surakarta”. Untuk lebih jelasnya perumusan masalah sebagai berikut : 1. Apakah ada pengaruh antara tingkat pendidikan orang tua terhadap prestasi belajar anak? 2. Apakah ada pengaruh antara motivasi orang tua terhadap prestasi belajar anak? 3. Apakah ada pengaruh antara tingkat pendidikan dan motivasi orang tua terhadap prestasi belajar anak?
D. Tujuan Penelitian Tujuan yang hendak dicapai dalam penelitian ini :
xxiii
1. Untuk mengetahui tentang ada tidaknya pengaruh tingkat pendidikan orang tua terhadap prestasi belajar anak Kelas XI SMA AL-Islam 1 Surakarta 2. Untuk mengetahui tentang ada tidaknya pengaruh motivasi orang tua terhadap prestasi belajar anak kelas XI SMA AL-Islam 1 Surakarta 3. Untuk mengetahui seberapa besar pengaruh tingkat pendidikan dan motivasi orang tua terhadap prestasi belajar anak kelas XI SMA AL-Islam 1 Surakarta
E. Manfaat Penelitian Suatu penelitian diharapkan mempunyai manfaat, baik secara teoritis maupun secara praktis. Adapun manfaat yang diharapkan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut : 1. Manfaat Teoritis a. Hasil
penelitian
ini
diharapkan
dapat
bermanfaat
bagi
peningkatan prestasi belajar anak di sekolah. b.Hasil penelitian ini diharapkan dapat dijadikan sebagai bahan masukan untuk penelitian lebih lanjut mengenai permasalahan yang sedang diangkat. c. Secara umum hasil dari penelitian ini diharapkan dapat menambah khasanah dan memperkaya wawasan serta ilmu pengetahuan khususnya bidang ilmu pendidikan, psikologi, dan sosiologi keluarga. d.Untuk menambah referensi bacaan bagi penulis maupun pembaca selain dari bangku perkuliahan dan buku. 2. Manfaat Praktis a. Bagi Sekolah Diharapkan dari hasil penelitian ini dapat memberikan masukan sebagai usaha untuk meningkatkan prestasi belajar siswa dan
xxiv
juga meningkatkan kualitas dan kuantitas pelayanan kepada anak didik. b.Bagi Guru Memberikan masukan kepada guru untuk selalu memperhatikan perkembangan anak didiknya karena di sekolah merupakan tempat berkembangnya anak yang kedua setelah keluarga serta dengan berbagai usaha pendidikan yang memperhatikan kondisi anak sehingga dapat meningkatkan prestasi belajar. c.Bagi Orang Tua 1) Orang tua dan dapat dijadikan rujukan atau sumber yang bermanfaat untuk memberikan motivasi terhadap prestasi belajar anak 2) Bagi Orang tua murid, sebagai bahan pemikiran untuk meningkatkan diri dalam bidang pendidikan, pengetahuan dan pengalamannya agar dapat membimbing anaknya untuk memperoleh prestasi belajar yang baik. d.Bagi Perguruan Tinggi Hasil penelitian ini diharapkan menambah referensi bacaan bagi teman-teman mahasiswa di Universitas Sebelas Maret Surakarta yang akan melaksanakan penelitian sejenis. e.Bagi Pemerintah / Depdikbud 1) Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberi masukan pada pemerintah agar
memberikan pengarahan kepada
instansi terkait mengenai pentingnya Tingkat Orang tua pada siswa yang dapat membantu meningkatkan Prestasi belajar anak 2) Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberi masukan pemerintah agar mengarahkan instansi terkait untuk memberitahukan pada masyarakat tentang pentingnya motivasi
orang tua
kepada
mencerdaskan kehidupan bangsa.
xxv
anak
dapat
membantu
BAB II KAJIAN TEORI A. Tinjauan Pustaka 1. Tinjauan Tentang Prestasi Belajar a. Pengertian Prestasi Sebelum membicarakan pengertian prestasi belajar, terlebih dahulu dijelaskan pengertian prestasi dan belajar, oleh karena itu untuk memudahkan di dalam memahami tentang pengertian prestasi belajar, perlu mendapatkan pemahaman lebih jauh mengenai makna prestasi. Menurut Saiful Bahri Djamarah dalam bukunya Prestasi Belajar dan Kompetensi Guru, yang mengutip dari Ma`ud Khasan Abdul Qahar (1994 : 20) bahwa prestasi adalah “apa yang telah dapat diciptakan, hasil pekerjaan, hasil yang menyenangkan hati yang diperoleh dengan jalan keuletan kerja”. Dalam buku yang sama Nasrun Harahap, berpendapat bahwa prestasi adalah “penilaian pendidikan tentang perkembangan dan kemajuan siswa yang berkenaan dengan penguasan bahan pelajaran yang disajikan kepada siswa.” Sedangkan menurut Winkel yang menyatakan bahwa prestasi harus menampakkan hasil belajar (Winkel, 2004:460). Secara umum prestasi merupakan hasil usaha yang dilakukan seorang atau telah dicapai dalam melakukan suatu kegiatan. Sedangkan menurut Sadirman A M (2001:38) kata prestasi itu sendiri berasal dari bahasa Belanda yaitu prestatie kemudian dalam bahasa Indonesia prestasi yang diartikan menjadi “hasil yang dicapai dari yang telah ditetapkan.” Berdasarkan definisi tersebut di atas dapat diambil kesimpulan bahwa pengertian prestasi mengandung unsur: 1) Kemampuan dan ketrampilan yang dimiliki seseorang. 2) Hasil usaha dari proses yang telah dilakukan seseorang. 3) Prestasi dapat dicapai dengan belajar dan bekerja.
xxvi
Dari pengertian di atas dapat dicermati adanya makna yang sama, yang intinya adalah hasil yang telah dicapai dari suatu kegiatan, oleh karena itu dapat dipahami bahwa prestasi adalah hasil dari suatu kegiatan yang telah dilakukan, diciptakan, dan menyenangkan hati yang diperoleh dengan jalan kerja secara individu maupun kelompok dalam suatu bidang tertentu.
b. Pengertian Belajar Menurut Morgan yang dikutip Ngalim Purwanto (2002:84) : ”Belajar adalah setiap perubahan yang relative menetap dalam tingkah laku yang terjadi sebagai suatu hasil dari latihan atau pengalaman.” Menurut Sardiman A M (2001:20) : “Belajar adalah perubahan tingkah laku atau penampilan, dengan serangkian kegiatan misalnya dengan membaca, mengamati, mendengarkan, meniru dan lain sebagainya.” Menurut Muhibbin Syah (2005: 92) “Belajar dapat ditanggapi sebagai tahapan perubahan seluruh tingkah laku individu yang relatif menetap sebagai hasil pengalaman dan interaksi dengan lingkungan yang melibatkan proses kognitif”. Sedangkan Slameto mrnyatakan (2003:2) “Belajar adalah suatu proses usaha yang dilakukan seseorang untuk memperoleh suatu perubahan tingkah laku yang baru secara keseluruhan sebagai
hasil
pengalamannya
sendiri
dalam
berinteraksi
dengan
lingkungannya“. Berdasarkan pendapat tersebut disimpulkan bahwa pengertian belajar mengandung unsur: 1) Adanya suatu perubahan yang terjadi dalam diri individu. 2) Perubahan tersebut nantinya akan mempengaruhi pola pikir individu dalam berbuat dan bertindak. 3) Perubahan yang diharapkan adalah perubahan dalam pengetahuan, pemahaman, ketangkasan, keterampilan, kecakapan, kebiasaan maupun sikap mental sehari-hari. 4) Hasil penilaian tersebut akan memberikan gambaran mengenai hasil dari perubahan.
xxvii
Belajar itu bukan hanya menghafal dan mengingat saja, melainkan berinteraksi dengan lingkungannya dan merupakan suatu proses yang ditandai dengan perubahan pada diri seseorang, dengan tujuan dalam berbagai bentuk seperti berubah pengetahuannya, pemahaman, sikap dan tingkah lakunya, keterampilannya, daya penerimaannya dan aspek-aspek lain yang ada pada individu. 1) Ciri-Ciri Belajar Belajar merupakan suatu proses perubahan, namun tidak setiap perubahan yang terjadi dalam individu merupakan hasil dari proses belajar. Suatu perubahan dapat dikatakan sebagai suatu proses belajar apabila memiliki ciri-ciri tertentu. Menurut Slameto (2003:3) ciri-ciri proses belajar adalah : a) b) c) d) e) f)
Perubahan yang terjadi secara sadar. Perubahan dalam belajar bersifat kontinyu dan fungsional. Perubahan dalam belajar bersifat aktif dan positif. Perubahan dalam belajar tidak bersifat sementara. Perubahan dalam belajar bertujuan atau terarah. Perubahan mencakup seluruh aspek tingkah laku.
Berdasarkan ciri-ciri belajar tersebut di atas, untuk lebih jelasnya akan penulis uraikan satu-persatu sebagai berikut : a) Perubahan terjadi secara sadar. Individu yang belajar akan menyadari terjadinya perubahan yang terjadi dalam dirinya bertambah dan perubahan-perubahan yang terjadi tersebut timbul karena adanya usaha yang dilakukan individu tersebut. b) Perubahan dalam belajar bersifat kontinyu dan fungsional. Perubahan yang terjadi dalam diri individu berlangsung secara berkesinambungan atau terjadi secara terus menerus. Perubahan yang terjadi bersifat dinamis, artinya perubahan yang dialami akan mengakibatkan perubahan-perubahan yang lainnya, hal ini akan berguna bagi proses belajar yang selanjutnya. c) Perubahan dalam belajar bersifat aktif dan positif
xxviii
Perubahan dalam belajar akan terjadi secara terus-menerus, siswa yang aktif belajar akan memperoleh manfaat dari buku yang dibacanya. Semakin banyak siswa membaca, maka siswa tersebut akan mengalami perubahan dalam hidupnya menuju ke hal yang lebih baik, yaitu mencapai prestasi yang maksimal. Dalam perbuatan
belajar
perubahan-perubahan
tersebut
senantiasa
bertambah dan menuju pada sesuatu yang lebih baik daripada sebelumnya. Sehingga semakin banyak kegiatan belajar yang dilakukan, makin banyak dan makin baik perubahan yang akan diperoleh. d) Perubahan dalam belajar tidak bersifat sementara. Hasil dari proses belajar adalah terjadinya suatu perubahan. Perubahan yang terjadi sebagai akibat belajar tidak bersifat sementara waktu tetapi bersifat permanen atau tetap. Kecakapan yang diperoleh dari belajar tidak akan hilang begitu saja tetapi akan terus dimiliki dan akan berkembang apabila terus digunakan dan dilatih. e) Perubahan dalam belajar bertujuan atau terarah. Perubahan tingkah laku yang terjadi disebabkan adanya tujuan yang akan dicapai, sehingga setiap kegiatan yang dilakukan diarahkan untuk mencapai tujuan. Tujuan tersebut nantinya dapat bermanfaat bagi dirinya maupun orang lain. Dalam mencapai tujuan yang diharapkan individu harus berusaha semaksimal mungkin dalam belajarnya agar nantinya dapat mencapai perubahan yang diinginkannya yaitu perubahan dalam tingkah laku maupun perubahan yang lainnya. f) Perubahan mencakup seluruh aspek tingkah laku. Perubahan yang dialami seseorang setelah melalui proses belajar meliputi perubahan keseluruhan tingkah laku, sedangkan perubahan meliputi sikap, keterampilan, pengetahuan dan lain sebagainya. Perubahan-perubahan itu nantinya akan berpengaruh
xxix
dalam pola hidup individu yang bersangkutan, perubahan tersebut mencakup keseluruhan tingkah laku dalam dirinya.
c. Pengertian Prestasi Belajar Prestasi belajar siswa merupakan hasil usaha siswa dalam belajarnya, prestasi tersebut dapat mengukur seberapa tinggi hasil dari belajar siswa yang dapat merubah dirinya dengan kecakapan baru, latihan, dan pengalaman. Dalam pembahasan lebih lanjut, dan untuk memperkuat pendapat tersebut, maka akan dijelaskan pengertian prestasi belajar dengan mengutip berbagai pendapat dari para ahli. Prestasi belajar menurut Pendapat Ruslan A .Gani (1986:18) mengemukakan “ Prestasi belajar adalah perubahan tingkah laku yang dituntut dalam belajar sedikitnya menyangkut tiga aspek yaitu aspek kognitif, afektif, dan psikomotorik, dengan demikian prestasi belajar harus mencerminkan sekurang-kurangnya tiga aspek tersebut “. Berdasarkan pengertian tersebut dapat diambil pengertian bahwa prestasi belajar merupakan suatu tingkah laku yang berbeda yang menuju ke arah yang lebih baik. Sedangkan prestasi belajar menurut Mochtar Buchori (1995:94) “ Prestasi belajar adalah hasil yang dicapai atau ditunjukkan oleh siswa sebagai hasil belajarnya baik berupa angka-angka atau huruf serta tindakan yang mencerminkan hasil belajar yang dicapai masing-masing siswa dalam perilaku tertentu “. Pendapat tersebut dapat diartikan prestasi belajar sebagai proses pembelajaran dalam jangka waktu tertentu, yang berupa angka, huruf, atau tindakan yang tercermin dalam hasil yang telah dicapainya. Pendapat lain diungkapkan
Sutarninah Tirtonegoro (1984:43) bahwa “ Prestasi belajar
adalah penilaian hasil usaha kegiatan belajar yang dinyatakan dalam bentuk simbol, angka, atau huruf yang dapat mencerminkan hasil yang sudah dicapai oleh setiap siswa dalam periode tertentu “. Prestasi belajar dinyatkan dalam simbol angka atau huruf dalamjangka waktu tertentu. Berdasarkan pengertian-pengertian tersebut di atas dapat disimpulkan pengertian prestasi belajar mengandung unsur:
xxx
1) Prestasi belajar merupakan hasil yang telah dicapai siswa setelah melakukan kegiatan dan diadakan evaluasi yang meliputi segi-segi kognitif, afektif dan psikomotorik. 2) Prestasi belajar dapat dinyatakan dalam bentuk simbol, angka atau huruf dalam periode tertentu. 3) Perubahan tingkah laku bisa terjadi karena adanya kecakapan baru atau kemampuan yang diperoleh seseorang bukan karena adanya proses pertumbuhan melainkan karena adanya kegiatan belajar.
Berdasarkan unsur pokok tersebut maka penulis mendefinisikan prestasi belajar sebagai hasil yang diraih oleh peserta didik dari kegiatan belajarnya yang ditempuh untuk memperoleh pengetahuan dan keterampilan yang dapat diwujudkan dengan adanya perubahan sikap dan tingkah laku dan pada umumnya dinyatakan dalam bentuk simbol huruf atau angka-angka.
d. Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Prestasi Belajar Seseorang mengalami proses belajar, agar berhasil sesuai dengan tujuannya maka, perlu kiranya untuk memperhatikan beberapa faktor yang mempengaruhi hasil prestasi belajar tersebut. Dalam belajar ada berbagai macam faktor-faktor yang mempengaruhi hasil prestasi belajar. Faktor-faktor tersebut tentunya bertujuan untuk memberi motivasi terhadap siswa agar selalu belajar. Menurut pendapat Slameto (2003:54) Faktor-faktor yang mempengaruhi prestasi belajar adalah : 1) Faktor Intern ( dari dalam ) meliputi : a) Faktor Jasmaniah meliputi : (1) Faktor kesehatan (2) Cacat tubuh b) Faktor Psikologis meliputi : (1) Intelegensi (2) Perhatian (3) Minat (4) Bakat (5) Motif (6) Kematangan (7) Kesiapan
xxxi
c) Faktor Kelelahan 2) Faktor Ekstern ( dari luar ) meliputi : a) Faktor Keluarga, yaitu : (1) Cara orang tua mendidik (2) Relasi antar anggota keluarga (3) Suasana rumah (4) Keadaan ekonomi keluarga (5) Pengertian orang tua (6) Latar belakang kebudayaan b) Faktor Sekolah, yaitu : (1) Metode mengajar (2) Kurikulum (3) Relasi guru dengan siswa (4) Disiplin sekolah c) Faktor Masyarakat, yaitu : (1) Kegiatan siswa dalam masyarakat (2) Bentuk kehidupan masyarakat Berdasarkan faktor-faktor yang mempengaruhi belajar tersebut, agar lebih jelas akan penulis uraikan sebagai berikut : 1) Faktor Intern Yaitu faktor yang berasal dari dalam diri individu, yang terdiri dari dua faktor : a) Faktor Jasmaniah (1) Faktor Kesehatan Proses belajar seseorang akan terganggu jika kesehatan seseorang terganggu, selain itu juga cepat lelah, kurang bersemangat, mudah pusing, mengantuk, kurang darah atau gangguan-gangguan fungsi alat inderanya serta alat tubuhnya. Agar seseorang dapat belajar dengan baik harus mengusahakan kesehatan badannya tetap terjaga dengan mengindahkan ketentuan-ketentuan tentang bekerja, belajar, istirahat,tidur, makan, olahraga, rekreasi dan ibadah. (2) Cacat tubuh Cacat tubuh merupakan sesuatu yang menyebabkan kurang baik atau kurang sempurnannya mengenai tubuh atau badan. Cacat dapat berupa buta sebagian, atau gangguan penglihatan
xxxii
sebagian, gangguan pendengaran, patah kaki, patah tangan, dan lain-lain. Keadaan cacat tubuh juga mempengaruhi belajar siswa, siswa yang cacat belajarnya juga akan terganggu. Jika hal ini terjadi, hendaknya siswa belajar pada lembaga pendidikan khusus atau di usahakan alat bantu khusus agar dapat terhindar atau mengurangi pengaruh dari kecacatannya itu.
b) Faktor Psikologis Dalam faktor psikologis, terdapat tujuh faktor yang mempengaruhi belajar, faktor tersebut adalah sebagai berikut: (1) Intelegensi Intelegensi adalah kecakapan yang terdiri dari tiga jenis yaitu kecakapan untuk menghadapai dan menyesuaikan ke dalam situasi yang baru dengan cepat dan efektif, mengetahui atau menggunakan konsep-konsep yang abstrak secara afektif, mengetahui
relasi
dan
mempelajarinya
dengan
cepat.
Intelegensi juga merupakan kemampuan yang dimiliki oleh seseorang yang dibawa sejak lahir yang memungkinkan seseorang berbuat sesuatu sesuai dengan kehendaknya dengan cara tertentu. Tingkat intelegensi memiliki peran yang sangat penting dalam mendukung keberhasilan siswa dalam belajar. Siswa yang memiliki sifat intelegensi tinggi akan berhasil prestasinya daripada yang mempunyai intelegensi yang rendah. (2) Perhatian Siswa agar mendapat hasil belajar yang baik, maka harus mempunyai perhatian terhadap bahan yang dipelajarinya. Jika bahan pelajaran tidak menjadi perhatian siswa maka timbul kebosanan, sehingga ia tidak suka belajar lagi. Agar siswa dapat belajar dengan baik, maka usahakanlah bahan pelajaran
xxxiii
selalu menarik perhatian dengan cara mengusahakan pelajaran itu sesuai dengan hobinya. (3) Minat Minat
adalah
kecenderungan
yang
tetap
untuk
memperhatikan dan mengenang beberapa kegiatan. Kegiatan yang diminati siswa, diperhatikan terus-menerus yang disertai dengan rasa senang. Minat mempunyai pengaruh yang besar terhadap belajar, karena bila bidang studi yang dipelajari tidak sesuai denagn minat siswa, maka siswa tersebut tidak akan belajar dengan sebaik-baiknya karena tidak ada daya tarik baginya. Siswa merasa segan untuk belajar karena ia tidak memperoleh kepuasan dari pelajaran itu. Bidang studi yang menarik siswa akan lebih mudah untuk dipelajari dan dipahami. (4) Bakat Bakat adalah kemampuan yang berasal dari dalam diri untuk melakukan sesuatu, yang hanya dengan sedikit rangsangan atau motivasi dapat berkembang dengan baik. Kemampuan itu baru akan terealisasi menjadi kecakapan yang nyata sesudah belajar atau berlatih. Jika bahan pelajaran yang dipelajari siswa sesuai dengan bakatnya, maka hasil pelajaran akan lebih baik karena senang belajar dan pasti selanjutnya akan lebih giat dalam belajarnya. (5) Motif Dalam proses belajar harus diperhatikan motivasi yang dapat mendorong siswa agar dapat belajar dengan baik, mempunyai motif untuk berpikir dan memusatkan perhatian, merencanakan dan melaksanakan kegiatan yang berhubungan atau menunjang belajar. Motif diatas dapat juga ditanamkan pada diri siswa dengan cara memberikan latihan yang dipengaruhi oleh lingkungan.
xxxiv
(6) Kematangan Kematangan adalah suatu tingkat atau fase dalam pertumbuhan seseorang, alat-alat tubuhnya sudah siap untuk melaksanakan kecakapan baru. Misalnya anak dengan kakinya sudah siap berjalan, tangan dengan jari-jarinya sudah siap untuk menulis dan lain-lain. (7) Kesiapan Kesiapan adalah kesediaan untuk merespon atau mereaksi. Kesediaan itu timbul dari dalam diri seseorang dan juga berhubungan dengan kematangan, karena kematangan berarti kesiapan untuk melaksanakan kesiapan. Kesiapan ini perlu diperhatikan dalam proses belajar, karena jika siswa belajar dan sudah ada kesiapan, maka hasil belajarnya akan lebih baik. c) Faktor Kelelahan Kelelahan pada seseorang walaupun sulit untuk dipisahkan tetapi dapat dibedakan menjadi dua macam, yaitu kelelahan jasmani dan kelelahan rohani. Kelelahan jasmani terlihat dengan lemah lunglainya tubuh dan timbul kecenderungan untuk membaringkan tubuh. Kelelahan jasmani terjadi karena kekacauan substansi sisa pembakaran di dalam tubuh. Kelelahan rohani dapat terlihat dengan adanya kelesuan dan kebosanan, sehingga minat dan dorongan untuk menghasilkan sesuatu itu hilang. Berdasarkan penjelasan di atas dapat dijabarkan bahwa kelelahan dapat mempengaruhi belajar. Agar siswa dapat belajar dengan baik haruslah menghindari jangan sampai terjadi kelelahan dan selalu menjaga kondisi kesehatan tubuhnya.
2) Faktor Ekstern Faktor ekstern yang berpengaruh terhadap prestasi belajar di kelompokkan menjadi tiga, yaitu sebagai berikut : a) Faktor Keluarga
xxxv
(1) Cara orang tua mendidik Cara orang tua mendidik anaknya, besar pengaruhnya terhadap semangat belajar anaknya. Hal ini karena keluarga adalah lembaga pendidikan yang pertama dan utama. Orang tua yang mendidik anaknya dengan penuh kasih sayang, kesabaran, pengertian, dan perhatian kemungkinan besar akan berhasil dalam mendidik anaknya. Kebebasan yang diberikan kepada anak-anaknya dalam bergaul serta dorongan-dorongan yang positif dalam perkembangan anak, akan membawa dampak yang positif dalam kehidupan anak. Akan tetapi perlu digaris bawahi
bahwa
kebebasan
bergaul
tersebut
merupakan
kebebasan bergaul yang bertanggung jawab. Bertanggung jawab artinya bahwa anak diberi kebebasan bergaul dengan siapapun akan tetapi mampu bertanggung jawab terhadap diri sendiri dan bisa memilih mana yang baik dan mana yang buruk baginya. Sedangkan orang tua yang otoriter atau kurang perhatian dan kasih sayangnya kepada anak dan tidak memberi contoh-contoh yang baik kepada anak-anaknya maka orang tua tersebut tidak akan berhasil dalam mendidik anak-anaknya kecuali kesadaran dan kedewasaan dari anak-anaknya itu sendiri. (2) Relasi antar anggota keluarga. Relasi antar anggota keluarga yang terpenting adalah relasi orang tua dengan anaknya. Selain itu relasi anak dan saudaranya atau dengan anggota keluarga yang lainpun turut mempengaruhi belajar anak. Pada saat anak sedang belajar sebaiknya keluarga memberikan suasana yang kondusif dan tidak mengganggu anak yang sedang belajar. Apabila anak tidak paham dengan bacaan atau buku-buku yang sedang ia pelajari, maka anggota keluarga yang lain siap memberi penjelasan jika anak bertanya.
xxxvi
(3) Suasana rumah Suasana rumah dimaksudkan sebagai situasi atau kejadian yang sering terjadi di dalam keluarga, pada saat anak belajar. Situasi rumah yang harmonis dan nyaman membuat anak betah tinggal dan belajar dirumah,sehingga dengan suasana rumah yang nyaman anak bisa konsentrasi dalam belajarnya. Suasana rumah ini dibutuhkan tempat yang baik, damai, tenang dan membangkitkan motivasi untuk belajar siswa. (4) Keadaan ekonomi keluarga Keadaan ekonomi keluarga erat hubungannya dengan belajar anak. Anak yang belajar selain harus terpenuhi kebutuhan pokoknya, juga membutuhkan fasilitas belajar seperti ruang belajar, meja, kursi, penerangan, alat tulis, buku dan lain-lain. (5) Pengertian orang tua Anak belajar perlu didorong atau dimotivasi dan diberi perhatian dari orang tua. Bila anak sedang belajar sebaiknya jangan diganggu dengan tugas-tugas rumah, terkadang anak menjadi lemah semangat dan kewajiban orang tua harus memberi motivasi dan perhatian juga pengertian. (6) Latar belakang kebudayaan Tingkat pendidikan atau kebiasaan di dalam keluarga mempengaruhi sikap anak dalam belajar. Karena itu, perlu ditanamkan kebiasaan yang baik kepada anak untuk belajar. Latar belakang kebudayaan juga dapat mempengaruhi belajar anak. Sebab, latar belakang kebudayaan juga berpengaruh terhadap watak dan sikap anak yang berbeda-beda. b) Faktor Sekolah (1) Metode mengajar Metode mengajar adalah suatu cara atau jalan yang harus dilalui di dalam proses belajar-mengajar. Mengajar itu sendiri
xxxvii
adalah menyajikan bahan pelajaran oleh guru untuk siswanya agar
siswa
itu
dapat
menerima,
menguasai
dan
mengembangkannya. Metode belajar tertentu yang telah diterapkan oleh guru diharapkan mampu memotivasi siswa untuk lebih giat belajar tanpa adanya rasa mudah jenuh dalam mengikuti proses belajar mengajar maupun belajar di rumah. (2) Kurikulum Kurikulum diartikan sebagai sejumlah kegiatan yang diberikan kepada siswa. Kegiatan itu sebagian adalah menyajikan bahan pelajaran agar siswa menerima, menguasai, dan mengembangkan bahan pelajaran itu. Dahulu masih menggunakan kurikulum CBSA (Cara Belajar Siswa Aktif) sedangkan
sekarang
menggunakan
Kurikulum
KTSP
(Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan).Kurikulum yang berubah-ubah dapat mempengaruhi belajar siswa, dan siswa dituntut untuk aktif dalam berlangsungya proses belajarmengajar selain mendapatkan bahan atau materi dari guru. (3) Relasi guru dengan siswa Proses belajar mengajar terjadi antara guru dengan siswa. Proses tersebut dipengaruhi oleh relasi yang ada dalam proses itu sendiri. Relasi guru dengan siswa yang berjalan dengan baik sangat mempengaruhi berhasilnya proses belajar-mengajar di dalam kelas maupun di luar kelas. Kerjasama antar guru dan siswa sangat diharapkan karena dengan adanya relasi yang baik antara keduanya dapat menghasilkan suatu proses belajarmengajar. (4) Relasi siswa dengan siswa. Terkadang siswa juga mempunyai sifat atau tingkah laku yang kurang menyenangkan bagi siswa lainnya, mempunyai rasa rendah diri atau sedang mengalami tekanan batin akan
xxxviii
diasingkan dari kelompok teman-temannya akibatnya makin memperparah dan merasa terganggu belajarnya. (5) Disiplin sekolah Kedisiplinan sekolah erat kaitannya dengan kerajinan siswa di dalam sekolah maupun belajarnya. Kedisiplinan sekolah mencakup
kedisiplinan
guru
dalam
mengajar
dengan
melaksanakan tata tertib siswa di dalam mengikuti pelajaran. Misalnya siswa yang terlambat masuk kelas diberi sanksi kredit. Sistem kredit ini diberikan oleh pihak sekolah yang ditangani oleh guru BK (Bimbingan Konseling) yang telah ditunjuk khusus untuk menangani siswa yang bermasalah di sekolah. Siswa yang skor kreditnya sudah sampai batas yang telah ditentukan maka siswa tersebut akan diberi sanksi mulai dari pemberian skorsing (tidak boleh mengikuti pelajaran dalam jangka waktu tertentu) hingga dikeluarkan oleh pihak sekolah jika masalah yang dibuatnya fatal. c) Faktor Masyarakat. (1) Kegiatan siswa dalam masyarakat Kegiatan siswa dalam masyarakat dapat menguntungkan dirinya, akan tetapi jika siswa ambil bagian dalam kegiatan masyarakat terlalu banyak, misal berorganisasi, kegiatan sosial, keagamaan, maka prestasi siswa dapat menurun. (2) Bentuk Kehidupan Masyarakat Kehidupan masyarakat di sekitar siswa juga berpengaruh terhadap belajar siswa. Masyarakat yang terdiri dari orangorang yang tidak terpelajar akan berpengaruh tidak baik kepada anak yang berada di sekitarnya, jadi perlu untuk mengusahakan lingkungan yang baik agar dapat memberi pengaruh
Indikasi prestasi belajar merupakan indikator keberhasilan belajar yang membawa pada keberhasilan pendidikan. Sebagaimana telah diketahui, bahwa
xxxix
prestasi belajar merupakan salah satu hasil yang dicapai setelah mengalami proses belajar, proses ini terjadi sendiri tetapi memerlukan rangsanganrangsangan dari luar yang dapat membangkitkan proses tersebut. Dalam usaha untuk mengetahui sampai dimana tingkat pencapaian tujuan pengajaran yang telah ditetapkan, setelah peserta didik tersebut mengalami proses belajar yaitu dengan menggunakan evaluasi. Evaluasi dapat digunakan untuk membantu peserta didik dalam belajar untuk mengetahui mengukur sampai sejauh mana hasil yang mereka kuasai setelah mengalami proses belajar dan dapat dilihat dari perbuatan tingkah laku dan kepuasan atas hasil yang telah dicapai. Dengan demikian evaluasi dapat dipandang sebagai alat ukur dari suatu rangkaian kegiatan sebagai faktor yang saling berkaitan, seperti tujuan pengajaran, metode pengajaran dan lain-lain. Evaluasi mencerminkan suatu hasil yang dicapai selama proses belajar mengajar dalam waktu tertentu, serta sumber data dalam mengadakan umpan balik bagi pendidik. Hal ini sesuai dengan pendapat Ngalim Purwanto (1988:4) terkait fungsi dari evaluasi itu sendiri yakni : 1) Untuk mengetahui kemajuan dan perkembangan anak didik setelah mengalami didikan atau melakukan kegiatan belajar mengajar selama jangka waktu tertentu. 2) Untuk mengetahui sampai dimana keberhasilan suatu metode atau sistem pengajaran yang digunakan. 3) Untuk mengetahui kekurangan serta keburukan yang diperoleh dari hasil evaluasi, selanjutnya dapat diperoleh dari hasil evaluasi, selanjutnya dapat berusaha mencari perbaikan. Melihat dari uraian di atas, maka prestasi yang didapat adalah hasil dari evaluasi yang biasanya ditampilkan dalam bentuk lambang berupa angkaangka atau huruf-huruf yang menggambarkan kedudukan peserta didik dalam kelompok belajarnya, yang biasanya dikenal dengan indeks prestasi. Dengan demikian prestasi belajar merupakan indikasi dari tingkat penguasaan ilmu pengetahuan, keterampilan dan sikap yang telah dipelajari oleh peserta didik. Prestasi belajar diukur atau dievaluasi dengan berbagai cara atau alat secara lisan maupun tulisan tentang pengetahuan dan sikap dari peserta didik tersebut. Hasil prestasi ini dapat diukur dengan tergambar pada
xl
buku laporan murid (raport) yang merupakan komulatif dari sejumlah mata pelajaran yang diajarkan. Nilai ini biasanya dijabarkan dalam bentuk angka dengan rintangan dari 1 sampai 10. Diklasifikasikan menjadi (5) kategori Dengan kriteria sebagai berikut : 1) 2) 3) 4) 5)
Indeks Prestasi : 80 - 100 Istimewa / sangat baik Indeks Prestasi : 70 - 79 Baik Indeks Prestasi : 60 - 69 sedang / cukup Indeks Prestasi : 50 - 59 rendah / kurang Indeks Prestasi : 0 - 49 Gagal (Muhibbin Syah 2005 : 153)
e. Presatasi Belajar Mata Pelajaran Sosiologi Ilmu Sosiologi adalah ilmu pelajaran yang merupakan cabang dari Ilmu Pengetahuan Sosial (IPS). Pada saat ini mata pelajaran Sosiologi diajarkan pada kelas X pada Sekolah Menengah Atas (SMA). Mata pelajaran Sosiologi berdasarkan pengertiannya adalah ilmu yang mempelajari mengenai masalah kemasyarakatan. Menurut Adham Nasution (1979 : 2) menyatakan bahwa : “Sosiologi adalah pelajaran tentang tingkah laku masyarakat dan perubahannya”. Berpatokan pada pengertian tersebut, Pelajaran Sosiologi akan mempelajari hubungan
sosial
sesama
manusia
beserta
sifat-sifat
hubungannya,
motivasinya, perkembangannya dan perubahannya. Tujuan mata pelajaran Sosiologi adalah agar siswa dapat menyesuikan dirinya kepada kehidupan dengan mengembangkan pengetahuan obyektif mengenai gejala-gejala kemasyarakatan yang dapat dipergunakan secara efektif terhadap problem sosial. Pada proses belajar mengajar pada di sekolah akan menghasilkan perubahan bagi siswa yang berupa kemampuan di berbagai bidang yang sebelumnya tidak dimiliki siswa. Berdasarkan uraian-uraian di atas berkaitan dengan presatasi belajar dan mata pelajaran sosiologi, maka dapat ditarik kesimpulan bahwa prestasi belajar mata pelajaran Sosiologi adalah hasil usaha yang telah dicapai siswa dalam mengikuti proses belajar mengajar mata
xli
pelajaran sosiologi pada khususnya sesuai dengan tujuan pendidikan yang telah di tetapkan sebelumnya.
2. Tinjauan Tentang Tingkat Pendidikan Orang Tua a. Pengertian Pendidikan Dalam upaya agar manusia dapat menjalankan fungsi kemanusiaannya, maka diperlukan suatu sarana agar fungsi tersebut dapat terlaksana, dan pendidikan adalah salah satunya. Pendidikan merupakan masalah yang sangat penting dalam kehidupan, bukan saja sangat penting, bahkan masalah pendidikan ini sama sekali tidak bisa dipisahkan dari kehidupan, baik dalam kehidupan keluarga, maupun dalam kehidupan bangsa dan negara. Maju mundurnya suatu bangsa sebagian besar ditentukan oleh maju
mundurnya
pendidikan
di
negara
tersebut,
sebab
pembangunan ekonomi, sosial budaya, politik dan pertahanan keamanan pada suatu bangsa atau negara, mutlak memerlukan keikutsertaan upaya pendidikan untuk menstimulir dan menyertai dalam setiap fase dan proses pembangunan. Pengertian pendidikan menurut Undang-undang Pendidikan Nasional No.20 Tahun 2003 adalah “Pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual keagaaman, pengendalian diri, kepribadian, kercerdasan, akhlak mulia serta ketrampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa dan negara.” Zahara Idris (1995:11) mengatakan bahwa “Pendidikan ialah serangkaian kegiatan komunikasi yang bertujuan, antara manusia dewasa dengan anak didik secara tatap muka atau dengan menggunakan media dalam rangka memberikan bantuan terhadap perkembangan anak seutuhnya”.
xlii
Ahmad D. Marimba yang dikutip Hasbullah (2005:3) berpendapat bahwa “Pendidikan adalah bimbingan atau pimpinan secara sadar oleh pendidik terdapat perkembangan jasmani dan rohani terdidik menuju terbentuknya kepribadian yang utama.” Menurut Ngalim Purwanto (1988: 11) “Pendidikan adalah pimpinan yang dilakukan dengan sengaja oleh orang dewasa kepada anak-anak dalam pertumbuhannya (jasmani dan rohani) agar berguna bagi dirinya sendiri dan bagi masyarakat.” Menurut K.H. Dewantara di dalam bukunya Hasbullah (2005:4) “Pendidikan adalah menuntun segala kekuatan kodrati yang ada pada anakanak itu, agar mereka sebagai manusia dan sebagai anggota masyarakat dapatlah mencapai keselamatan dan kebahagian yang setinggi-tingginya ”. Dalam pengertian membimbing
Ensiklopedia
pendidikan manusia
Pendidikan
sebagai dari
Indonesia,
berikut
kegelapan,
dijelaskan
“Pendidikan kebodohan
adalah dan
tentang proses
kecerdasan
pengetahuan. Dalam artian, pendidikan baik yang formal maupun informal, meliputi segala yang memperluas segala pengetahuan manusia tentang dirinya sendiri dan tentang dunia dimana hidup”. Dari kesimpulan definisi di atas dapat di simpulkan bahwa pengertian pendidikan mengandung unsur : 1) Adanya kegiatan atau usaha yang sadar dan terencana. 2) Adanya orang dewasa sebagai pendidik. 3) Adanya siswa atau peserta didik sebagai subyek yang didik. 4) Adanya komunikasi secara langsung atau tatap muka. 5) Adanya media yang digunakan sebagai penunjang pemberlajaran. 6) Adanya tujuan yang ingin di capai. Dari keterangan di atas dapat disimpulkan bahwa Pendidikan ialah usaha manusia secara sadar yang dilakukan oleh orang dewasa sebagai pendidik yang bertujuan mengembangkan jasmani dan rohani anak atau peserta didik sampai ke tujuan yang dicita-citakan oleh pendidik, hal ini mengandung arti bahwa Pendidikan merupakan suatu proses yang kontinyu
xliii
dan terencana yang disusun secara matang untuk menghasilkan tujuan yang lebih baik untuk pribadi pesrta didik ataupun untuk masyarakat sekitarnya.
b. Faktor Yang Mempengaruhi Pendidikan Kelancaran proses pendidikan dan keberhasilan pendidikan tidak dapat dibebankan secara berat pada salah satu faktor pendidikan. Menurut Sutari Imam Barnadib yang dikutib Hasbullah (2005:9) menyatakan bahwa perbuatan mendidik dan di didik memuat faktor-faktor tertentu yang memengaruhi dan menetukan, yakni : 1) Adanya tujuan yang hendak dicapai 2) Adanya subjek manusia (pendidik dan anak didik) yang melakukan pendidikan. 3) Yang hidup bersama dalam lingkungan hidup tertentu (milieu) 4) Yang menggunakan alat-alat tertentu untuk mencapai tujuan. Dari keempat faktor pendidikan di atas, antara yang satu dengan faktor lainnya tidak bisa dipisahkan, karena kesemuannya saling mempengaruhi. Adapun faktor yang dominan ialah guru atau pendidik, seperti pembinaan yang telah diperolehnya, kemampuan, atau keterampilannya dalam melakukan tugas sebagai guru, kepribadiannya, atau falsafah hidup yang dianutnya, tujuan guru dalam melakukan tugas guru, teori belajar dan mengajar yang dianutnya. Semua itu akan memberi cap pada pekerjaannya dan menentukan hasil pendidikan yang diberikannya.
c. Jalur, Jenis dan Jenjang/Tingkatan Pendidikan Dalam Undang-undang Sistem Pendidikan Nasional No. 20 tahun 2003, ketentuan tentang jalur, jenis dan jenjang pendidikan terdapat dalam Bab VI pasal 13,14,15, dan 16. 1) Jalur Pendidikan Sesuai
dengan
Undang-Undang
Sistem
Pendidikan
Nasional No. 20 tahun 2003 bahwa “Jalur Pendidikan terdiri atas
xliv
pendidikan formal, nonformal dan informal yang dapat saling melengkapi dan memperkaya.” 2) Jenis Pendidikan Sesuai dengan Undang-undang Sistem Pendidikan Nasional No. 20 tahun 2003 bahwa “Jenis pendidikan mencakup pendidikan umum, kejuruan, akademik, profesi, vokasi, keagamaan dan khusus.” Jalur pendidikan yang dimaksud oleh penulis di sini adalah tingkat pendidikan formal, di mana sekolah sebagai tempat berlangsungnya pendidikan formal melaksanakan tugas pendidikan yang disesuaikan dengan tahapan kemampuan peserta didik sehingga perlu adanya jenjang-jenjang pendidikan. Menurut A. Murni Enouch (1998:3), “jalur pendidikan formal yaitu pendidikan yang berstruktur, mempunyai jenjang atau tingkatan dalam periode tertentu dari sekolah dasar sampai perguruan tinggi”. Contoh dari pendidikan formal antara lain, untuk bidang pendidikan umum, yakni: SD - 6 tahun, SMP - 3 tahun dan SMA / SMK selama 3 tahun, serta perguruan tinggi 3) Jenjang/Tingkat Pendidikan Menurut Ahmad Munib (2004:147) “ Tingkat pendidikan adalah tahapan pendidikan yang ditetapkan berdasarkan tingkat perkembangan peserta didik, tujuan yang akan dicapai dan kemampuan yang akan dikembangan”. Istilah jenjang pendidikan tersebut di atas sesuai dalam Undang-Undang Sistem Pendidikan Nasional No. 20 tahun 2003 yang dijelaskan dalam pasal 1 ayat 8 dinyatakan “jenjang pendidikan adalah tahapan pendidikan yang ditetapkan berdasarkan tingkap perkembangan.” Berdasarkan pendapat di atas dapat disimpulkan bahwa tingkat / jenjang pendidikan merupakan tahapan pendidikan yang telah di tempuh seorang/peserta didik sesuai dengan tujuan dan
xlv
kemampuan yang akan dikembangkan oleh seorang / peserta didik. Sedangkan dalam dalam Undang-Undang Sistem Pendidikan Nasional No. 20 tahun 2003 pasal 14 dinyatakan ”jenjang pendidikan formal terdiri atas pendidikan dasar, pendidikan menengah dan pendidikan tinggi”. Pada pasal 17 Undang-undang RI No.20 Tahun 2003 di sebutkan : a) Pendidikan dasar merupakan jenjang pendidikan yang melandasi jenjang pendidikan menengah. b) Pendidikan dasar berbentuk Sekolah Dasar (SD) dan Madrasah Ibtidayah (MI) atau bentuk yang sederajat serta Sekolah Menengah Pertama (SMP) dan Madrasah Tsanawiyah (MTs) atau bentuk lain yang sederajat. c ) Ketentuan mengenai pendidikan dasar sebagaimana dimaksudkan dalam ayat 1dan 2 diatur Peraturan Pemerintah. Dalam penjelasan pasal 17 ayat 2 di sebutkan “ Pendidikan yang sederajat dengan SD/MI adalah program seperti paket A dan yang sederajat dengan SMP / MTs misalnya program seperti paket B”. Pendidikan dasar adalah pendidikan umum yang lamanya enam tahun di sekolah dasar dan tiga tahun di sekolah menengah pertama atau satuan pendidikan yang sederajat. Pendidikan dasar bertujuan memberikan bekal kemampuan dasar kepada peserta didik untuk mengikuti pendidikan menengah. Sehingga penyelenggaraan pendidikan dasar ini bertujuan untuk mengembangan sikap dan memberikan pengetahuan dan ketrampilan daar yang diperlukan sebagai bekal untuk hidup bermasyarakat serta untuk mempersiapkan peserta didik yang memenuhi persyaratan untuk mengikuti pendidikan menengah, baik menengah umum maupun kejuruan. Menurut undang-undang RI No. 20 tahun 2003 Pasal 18 menyatakan : a) Pendidikan menengah merupakan lanjutan pendidikan dasar. b) Pendidikan menengah terdiri atas pendidikan menengah umum dan pendidikan menengah kejuruan.
xlvi
c) Pendidikan menengah berbentuk Sekolah Menengah Atas (SMA), Madrasah Aliyah (MA), Sekolah Menengah Kejuruan (SMK) dan Madrasah Aliyah Kejuruan (MAK) atau bentuk lain yang sederajat. d)
Ketentuan
mengenai
pendidikan
menengah
sebagaimana
dimaksudkan dalam ayat 1, 2 dan 3 diatur lebih lanjut dalam peraturan pemerintah. Lebih lanjut penjelasan dalam UU RI NO : 20 2003 Pasal 18 dinyatakan pendidikan yang sederajat dengan SMA / MA adalah program seperti paket C. Sedangkan dalam UU RI NO : 2003 tentang sistem pendidikan nasional pasal 19 menyatakan : a) Pendidikan tinggi merupakan jenjang pendidikan setelah pendidikan yang mencakup program pendidikan diploma, sarjana, magister, spesialis dan dokter yang di selenggarakan oleh perguruan tinggi b) Pendidikan tinggi di selenggarakan dengan sistem terbuka. Kemudian pasal 19 dipertugas lagi pada pasal 20 dinyatakan : a) Perguruan tinggi dapat berbentuk Akademik, Politeknik, Sekolah Tinggi, Institute atau Universitas. b) Perguruan tinggi berkewajiban menyelenggarakan pendidikan penelitian, penelitian dan pengabdian kepada masyarakat. c) Perguruan tinggi dapat menyelenggarakan program akademik, profesi dan /atau vokasi. d) Ketentuan mengenai perguruan tinggi sebagaimana dimaksudkan dalam ayat 1, 2 dan 3 diataur dalam Peraturan Pemerintah . Dalam penjelasan atas Undang-Undang RI No.20 Tahun 2003 pasal 20 ayat 1 sebagai berikut : (1) Akademik menyelenggarakan pendidikan vokasi dalam satu cabang atau sebagai ilmu pengetahuan, teknologi dan/ atau seni tertentu. (2) Politeknik menyelenggarakan pendidikan akademik dan / atau pendidikan
vokasi
dalam
xlvii
sekelompok
disiplin
ilmu
pengetahuan, teknologi dan / atau seni dan jika memenuhi syarat dapat menyelenggarakan pendidikan profesi (3) Universitas menyelenggarakan pendidikan akademik dan /atau pendidikan vokasi dalam sejumlah ilmu pengetahuan, teknologi dan / atau lokasi seni dan jika memenuhi syarat dapat menyelenggarakan pendidikan profesi. Dari uraian di atas tingkat pendidkan/ jenjang pendidikan formal terdiri atas : (1) Tingkat pendidikan dasar meliputi : SD, SMP/ MTs dan program kejar paket A yang sederajat dengan SD, Kejar Paket B yang sederajat dengan SMP. (2) Tingkat pendidikan menengah meliputi : Sekolah Menengah Umum (SMA), Sekolah Menengah Kejuruan , Sekolah Menengah Keagamaan (SMK), Sekolah Menengah kedinasan dan sekolah menengah luar biasa. (3) Tingkat pendidikan tinggi yaitu meliputi jenjang pendidikan di atas pendidikan menengah Dengan pendidikan tinggi inilah seseorang diharapkan mampu menghadapi segala masalah yang dihadapi baik oleh diri sendiri, keluarga dan masyarakat. Sehingga orang tua diharapkan dapat mengenyam pendidikan tinggi sebagai bekal wawasan yang akan menuntunnya dalam kedewasaan berfikir dan bertindak di dalam rumah tangganya sehingga menjadi keluarga sejahtera. Jadi yang dimaksud dengan tingkat pendidikan dalam penulisan ini adalah pendidikan yang berstruktur dan berjenjang dengan periode tertentu serta memiliki program dan tujuan yang disesuaikan dengan jenjang yang diikuti dalam mendidik.
d. Pengertian Orang Tua Menurut Hasbullah (2001:39)”Orang tua adalah orang yang pertama dan utama yang bertanggung jawab terhadap kelangsungan hidup dan
xlviii
pendidikan anaknya”. Sedangkan Menurut Nasution (2004:1) yang dimaksud dengan orang tua ialah setiap orang yang bertanggung jawab dalam suatu keluarga atau rumah tangga, yang dalam penghidupan sehari-hari lazim disebut ibu bapak.” Orang tua di dalam kehidupan keluarga mempunyai posisi sebagai kepala keluarga atau pemimpin rumah tangga Orang tua sebagai pembentuk pribadi pertama dalam kehidupan anak, kepribadian orang tua, sikap dan cara hidup mereka merupakan unsur-unsur pendidikan yang tidak langsung, yang dengan sendirinya akan masuk ke dalam pribadi anak yang sedang tumbuh. Dalam undang-undang No.4 tahun 1979 Bab III pasal 9 tentang hak anak yang dikutip oleh Soerjono Soekanto (1990:172) “orang tua adalah yang pertama bertanggung jawab atas terwujudnya kesejahteraan anak baik secara jasmani maupun rohani”. Dalam buku yang sama Soerjono Soekanto (1990:24) mendefinisikan orang tua sebagai suami istri yang akan memusatkan perhatian
yang lebih banyak terhadap anak-anaknya sendiri
misalnya pendapatan orang tua akan dipusatkan secara penuh untuk kepentingan anak. Salah satu tujuan dari pernikahan adalah untuk mendapat anak yang akan menjadi generasi penerus. Untuk mewujudkan keinginan dan cita-citanya dalam mengembangkan dan bimbingan generasi penerus yang baik, sehat jasmani dan rohani maka perlu pola pemikiran yang terpadu antara suami istri atau orang tua yang berasal dari dua kutub yang berbeda, mereka harus saling mempunyai toleransi dan penyesuaian diri yang baik, sehingga kedua belah pihak saling melengkapi, bila masing-masing dapat menahan diri untuk tidak mementingkan diri sendiri, maka akan dapat tercipta suatu keluarga harmonis dan bahagia. Orang tua merupakan figur dalam proses pembentukan kepribadian anak, sehingga diharapkan akan memberi arah, memantau, mengawasi dan membimbing perkembangan anaknya ke arah yang lebih baik. Berdasarkan berbagai rumusan pengertian tersebut terkandung unsur dalam orang tua, yaitu : 1) Terdiri dari 2 unsur yakni ayah dan ibu
xlix
2) Mereka yang memusatkan perhatian pada anak. 3) Merekan
yang
pertama-tama
bertanggung
jawab
terhadap
kesejahteraan anak Berdasarkan hal-hal yang diutarakan di atas dapat diperoleh pengertian bahwa orang tua tidak hanya cukup memberi makan, minum dan pakaian saja kepada anak-anaknya, tetapi harus berusaha agar anaknya menjadi baik, pandai, bahagia dan berguna bagi hidupnya dan masyarakat. Orang tua dituntut harus dapat mengembangkan semua potensi yang dimiliki anaknya agar secara jasmani dan rohani dapat bekembang secara optimal dan seimbang. Melihat dari pengertian jenjang pendidikan/tingkat pendidikan dan pengertian orang tua, maka dapat disimpulkan bahwa tingkat pendidikan orang tua adalah tingkat pendidikan formal akhir yang dimiliki oleh orang tua, apakah itu tingkat pendidikan Sekolah Dasar (SD), Sekolah Menengah Pertama (SMP), Sekolah Menengah Atas (SMA)/sederajat, Akademi Institut atau Universitas. Pada definisi tersebut maka Tingkat pendidikan orang tua dapat di kategorikan sebagai berikut : a) Kategori Tinggi : Orang tua yang tamaat perguruan tinggi (Diploma, Strata) melalui Akademik, Politeknik, sekolah Tinggi /Universitas b) Kategori Menengah : orang tua yang tamat SMA (Sekolah Menegah Atas) MA (Madrasah Aliyah), SMK (Sekolah Menegah Kejuruan), MAK (Madrasah Aliyah Kejuruan), atau bentuk lain yang sederajat (Kejar paket C) c) Kategori Dasar : Orang tua yang tamat SD ( sekolah Dasar), MI (Madrasah Ibtidayah) atau bentuk lain yang sederajat ( Kejar Paket A), serta SMP (Sekolah Menengah Pertama), dan MTs ( Madrasah Tsanawiyah) atau bentuk lain yang sederajat (Kejar paket B). Pendidikan merupakan proses yang berlangsung terus selama manusia hidup dan tumbuh. Berlangsungnya pendidikan selalu melalui proses belajar, karena itu semakin banyak orang belajar, akan semakin bertambah
l
pengetahuan, pengalaman serta pengertian tentang sesuatu. Belajar tanpa disadari mempengaruhi kepribadian orang tua, baik dalam sikap, berfikir maupun cara bertindak. Orang tua yang mempunyai latar belakang pendidikan yang berbeda, masing-masing akan mempunyai pengaruh yang berbeda dalam cara membimbing belajar anaknya. Usaha untuk memperoleh pengetahuan, salah satunya adalah memulai pendidikan formal, karena tingkat pendidikan formal yang dialami orang tua akan menentukan banyak tidaknya pengetahuan yang ia peroleh dan ia miliki, terutama pengetahuan yang diperlukan untuk memberikan bimbingan kepada anak dalam belajar di rumah.
e. Tugas dan Peranan Orang Tua Tugas dan peranan orang tua terhadap anaknya dapat dikemukakan sebagai
mengasuh,
membesarkan
dan
mengarahkan
menuju
kepada
kedewasaan serta menanamkan norma agama, nilai moral dan sosial yang berlaku di masyarakat. Di samping itu orang tua juga harus mampu mengembangkan potensi anak,
memberi
teladan
dan
mampu
mengembangkan
pertumbuhan
kepribadian dengan penuh tanggung jawab dan penuh kasih sayang. Secara sadar orang tua mengemban kewajiban untuk memelihara dan membina anaknya sampai ia mampu berdiri sendiri (dewasa), baik secara fisik, sosial, ekonomi, maupun moral serta keagamaannya. Dasar-dasar tanggung jawab orang tua terhadap pendidikan anaknya meliputi : 1) Motivasi cinta kasih yang menjiwai hubungan orang tua dengan anak. Cinta kasih ini mendorong sikap dan tindakan rela menerima tanggung jawab dan mengabdikan hidupnya untuk sang anak. 2) Motivasi kewajiban moral, sebagai kosekwensi kedudukan orang tua terhadap keturunannya.. 3) Tanggung jawab sosial sebagai bagian dari keluarga, yang pada gilirannya juga menjadi bagian dari masyarakat, bangsa dan negaranya.(Tim Dosen FKIP Malang,1978:17)
li
Orang tua sebagai bagian dari keluarga yang merupakan tempat pendidikan dasar utama untuk pendewasaan anak, juga merupakan tempat anak didik pertama kali menerima pendidikan dan bimbingan dari orang tua atau dari anggota keluarga lainnya. Di dalam keluarga inilah tempat meletakkan dasardasar kepribadian anak didik pada usia yang masih muda, karena pada usia ini anak lebih peka terhadap pengaruh dari pendidikannya. Dalam Undangundang Pendidikan Nasional No.20 Tahun 2003 menyatakan “kewajiban orang tua memberikan pendidikan dasar kepada anaknya.” Salah satu kewajiban utama orang tua yang tidak dapa dipindahkan adalah mendidik anaknya. Jadi tugas sebagai orang tua tidak hanya sekadar menjadi perantara makhluk baru dengan kelahiran tetapi juga memelihara dan mendidiknya. Agar dapat melaksanakan pendidikan terhadap anak-anaknya, maka diperlukan adanya beberapa ilmu pengetahuan tentang pendidikan. Jadi dari pemaparan di atas tingkat pendidikan seseorang akan berpengaruh dengan perkembangan potensi yang dimilikinya termasuk potensi emosional, pengetahuan, sikap dan keterampilan. Dengan kematangan emosional, pengetahuan, sikap yang dimiliki oleh orang tua sedikit banyaknya akan memberikan kontribusi bagi anak-anaknya. Keberhasilan pendidikan seorang anak terutama yang menyangkut pencapaian prestasi belajar yang baik dipengaruhi oleh beberapa faktor yang salah satunya adalah bagaimana cara orang tua mengarahkan cara belajar anaknya.
f. Pengaruh Tingkat Pendidikan Orang Tua Terhadap Prestasi Belajar Siswa Dalam lingkungan keluarga yang berperan menjadi pendidik adalah orang tua. Orang tua merupakan pendidik yang pertama dan utama dalam
lii
membantu mengembangkan potensi anak-anaknya. Orang tua dikatakan sebagai pendidik pertama, karena orang tualah yang pertama mendidik anaknya sejak dilahirkan, dikatakan sebagai pendidik utama, karena pendidikan yang diberikan orang tua merupakan dasar dan sangat menentukan perkembangan anak selanjutnya. Orang tua yang memiliki tingkat pendidikan tinggi biasanya memiliki cita-cita yang tinggi pula terhadap pendidikan anak-anaknya. Cita-cita dan dorongan ini akan mempengaruhi sikap dan perhatiannya terhadap keberhasilan pendidikan anak-anaknya di sekolah. Keberhasilan pendidikan seorang anak terutama yang menyangkut pencapaian prestasi belajar yang baik dipengaruhi oleh beberapa faktor yang salah satunya adalah bagaimana cara orang tua mengarahkan cara belajar anaknya. Zahara Idris (1995 : 450) mengatakan bahwa “tingkat pendidikan seseorang erat kaitannya dengan tingkat pengembangan potensi fisik, emosional, sosial, moral, pengetahuan dan keterampilan.” Jadi tingkat pendidikan seseorang akan berpengaruh dengan perkembangan potensi yang dimilikinya termasuk potensi emosional, pengetahuan, sikap dan keterampilan. Dengan kematangan emosional pengetahuan, sikap yang dimiliki orang tua sedikit banyaknya akan memberikan kontribusi bagi orang-orang yang menjadi tanggung jawabnya. Sehingga pengertian tingkat pendidikan orang tua di sini dengan bekal ilmu serta kedewasaan yang dimiliki, lebih memungkinkan orang tua untuk bertindak lebih bijaksana dalam mengarahkan anaknya belajar, sesuai dengan taraf usia anak dan mampu menunjang keberhasilan prestasi belajar anak.
3. Tinjauan Tentang Motivasi Orang Tua
a. Pengertian Motivasi Menurut Hoy dan Miskel yang dikutip Ngalim Purwanto (2002:73) : “Motivasi adalah kekuatan-kekuatan yang komplek, dorongan-dorongan,
liii
kebutuhan, pernyataan-pernyataan ketegasan (tension states), atau mekanismemekanisme lainnya yang memulai dan menjaga kegiatan-kegiatan yang diinginkan ke arah pencapaian tujuan-tujuan personal.” Sedangkan menurut Ngalim Purwanto (2002:71) : “Motivasi adalah suatu usaha yang di dasari untuk mempengaruhi tingkah laku seseorang agar ia tergerak hatinya untuk bertindak melakukan sesuatu sehingga mencapai hasil atau tujuan tertentu.” Menurut Sardiman A M (2001:73) mengatakan bahwa :“Motivasi adalah serangkaian usaha untuk menyediakan kondisi-kondisi tertentu, sehingga seseorang itu mau dan ingin melakukan sesuatu dan bila ia tidak suka, maka akan berusaha meniadakan atau mengelak perasaan tidak suka itu.” Dari berbagai definisi tersebut dapat disimpulkan bahwa pengertian motivasi itu mengandung unsur pokok sebagai berikut : 1) Suatu kekuatan atau usaha yang dilaksanakan oleh personal /seorang 2) Kegiatan berupa dorongan sebagai mempengaruhi tingkah laku 3) Kegiatan yang dilaksanakan untuk suatu hasil atau tujuan yang diingikan Berdasarkan unsur pokok tersebut maka penulis mendefinisikan motivasi sebagai suatu usaha yang didasari untuk mengerakan, mengarahkan dan menjaga tingkah laku seseorang agar ia terdorong untuk bertindak melakukan sesuatu sehingga mencapai hasil atau tujuan tertentu.
b. Jenis dan Sifat Motivasi Menurut jenisnya motivasi dapat dibedakan menjadi dua yaitu motivasi primer dan motivasi skunder. Motivasi primer adalah motivasi yang didasarkan pada motif-motif dasar. Motif-motif dasar tersebut umumnya berasal dari segi biologis atau jasmani manusia. Sedangkan motivasi skunder adalah motivasi yang dipelajari. Sebagai contoh, orang yang lapar akan tertarik pada makanan tanpa belajar (Dimyati;Mudjiono 2002:86).
liv
Menurut Sardiman A M (2001:87) motivasi berdasarkan sifatnya di bagi menjadi dua macam yaitu : 1) Motivasi Intrinsik Motivasi intrinsik adalah motivasi yang menjadi aktif atau berfungsinya tidak perlu dirangsang dari luar, karena dalam diri setiap individu sudah ada dorongan untuk melakukan sesuatu. Contoh seseorang yang senang membaca, tidak usah ada yang menyuruh atau mendorong, ia sudah rajin mencari buku-buku untuk dibaca 2) Motivasi Ekstrinsik Motivasi ekstrinsik adalah motivasi yang aktif dan berfungsinya karena adanya perangsang dari luar. Contoh seseorang akan belajar, karena tahu besok pagi akan ada ujian, dengan harapan agar mendapat nilai yang baik. Pada dasarnya perbuatan-perbuatan yang kita lakukan sehari-hari banyak didorong oleh motif-motif ekstrinsik, tapi banyak pula yang didorong oleh motif-motif intrinsik atau oleh keduanya sekaligus. Seperti halnya dalam dunia pendidikan, khususnya dalam proses belajar mengajar untuk mencapai hasil belajar yang optimal, siswa banyak terpengaruh oleh motivasi-motivasi yang berasal dari luar dirinya maupun yang berasal dari dalam dirinya, atau mungkin dapat berpengaruh secara bersamaan sesuai dengan situasi yang berkembang. Meskipun
terdapat
motivasi
ekstrinsik
yang
kerap
pengaruhi kondisi dan hasil belajarnya, namun yang paling utama yang harus dimiliki oleh siswa tersebut adalah motivasi yang berasal dari dalam dirinya (Motivasi intrinsik). Dengan motivasi yang ada tersebut maka siswa tak akan goyah dan rapuh jika terdapat gangguan dan hambatan dalam mencapai hasil belajar (prestasi belajar) yang baik. Disamping itu dengan motivasi yang kuat siswa akan berusaha sungguh-sungguh dalam belajar untuk mencapai tujuan pendidikan yang diharapkan.
lv
c. Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Motivasi Motivasi merupakan salah satu faktor psikologi dalam belajar yang mempunyai peranan yang sangat penting yaitu sebagai penggerak atau pendorong jiwa seseorang untuk melakukan suatu kegiatan belajar. Meskipun demikian, motivasi ini dapat berubah hilang seketika dan muncul dengan tibatiba. Hal ini terjadi karena adanya faktor-faktor yang mempengaruhi motivasi belajar. Adapun menurut Dimyati, dkk, 2002 : 97-100 faktor-faktor tersebut meliputi: 1) Cita-cita atau aspirasi siswa Cita-cita akan memperkuat motivasi belajar baik intrinsic maupun ekstrinsik. Sebab tercapainya suatu cita-cita akan mewujudkan aktualisasi diri. 2) Kemampuan siswa Kemampuan akan memperkuat motivasi anak untuk melaksanakan tugas-tugas perkembangan. Keinginan seorang anak perlu dibarengi dengan perkembangan atau kecakapan mencapainya. Contohnya keinginan membaca perlu dibarengi dengan kemampuan mengenal dan mengucapkan bunyi huruf-huruf. 3) Kondisi siswa Kondisi siswa yang meliputi kondisi jasmani dan rohani mempengaruhi motivasi belajar. Seorang siswa yang sedang sakit, lapar atau marah-marah akan mengganggu perhatian belajar, dan sebaliknya. 4) Kondisi Lingkungan Lingkungan siswa dapat berupa keadaan alam, lingkungan tempat tinggal, pergaulan sebaya dan kehidupan kemasyarakatan. Oleh karena itu kondisi lingkungan sekolah yang sehat, kerukunan hidup, ketertiban pergaulan perlu dipertinggi mutunya. Dengan lingkungan yang aman, tenteram, tertib dan indah, maka semangat dan motivasi belajar mudah diperkuat. 5) Unsur-unsur dinamis dalam belajar dan pembelajaran Setiap siswa memiliki perasaan, perhatian, kemauan, ingatan dan pikiran yang mengalami perubahan berkat pengalaman hidupnya. Dengan demikian maka unsur-unsur yang bersifat labil tersebut sangat mudah untuk dipengaruhi. 6) Upaya guru dalam membelajarkan siswa Guru adalah pendidik profesional yang selalu bergaul dengan siswa. Intensitas pergaulan dan bimbingan guru tersebut mempengaruhi pertumbuhan dan perkembangan jiwa siswa. Sehingga sebagai seorang yang profesional guru harus mampu membelajarkan siswa secara bijaksana
lvi
Meskipun terdapat faktor-faktor yang mempengaruhi motivasi belajar, hal ini tidak boleh dibiarkan begitu saja terutama oleh guru yang terlibat langsung dalam aktivitas pembelajaran guna memudahkan siswa dalam mempelajari materi pelajaran yang telah disampaikan.
d. Fungsi Motivasi Dalam Belajar Menurut Sardiman A M (2001:83) menyatakan bahwa ada tiga fungsi motivasi, yakni : 1) Mendorong manusia untuk berbuat, jadi sebagai penggerak atau motor yang melepaskan energi. Motivasi dalam hal ini merupakan motor penggerak dari setiap kegiatan yang akan dikerjakan. 2) Menentukan arah perbuatan, yakni kearah tujuan yang hendak dicapai. Dengan demikian motivasi dapat memberikan arah dan kegiatan yang harus dikerjakan sesuai dengan rumusan tujuannya. 3) Menyeleki perbuatan, yakni menentukan perbuatan-perbuatan apa yang harus dikerjakan yang serasi guna mencapai tujuan, dengan menyisihkan perbuatan-perbuatan yang tidak bermanfaat bagi tujun tersebut. Menurut pernyataan di atas jika dikaitkan dengan belajar, maka motivasi sangat berperan dalam belajar. Dengan motivasi inilah siswa menjadi tekun dan bergairah dalam proses belajar. Dengan motivasi itu kualitas hasil belajar siswa (prestasi belajar) juga kemungkinannya dapat terwujud, siswa yang dalam proses belajar mempunyai motivasi yang kuat dan jelas pasti akan berhasil belajarnya, kepastian itu dimungkinkan oleh sebab adanya ketiga fungsi motivasi sebagai berikut : 1) Motivasi orang tua untuk berbuat sesuatu dalam mencapai tujuan 2) Penentu arah perbuatan yakni kearah tujuan 3) Penyeleksi perbuatan sehingga perbuatan orang yang mempunyai motivasi senantiasa selektif dan tetap terarah kepada tujuan yang ingin dicapai.(Aliuf Sabri, 1996:86) Berdasarkan arti dan fungsi motivasi di atas dapat disimpulkan bahwa motivasi itu bukan hanya berfungsi sebagai penentu terjadinya suatu
lvii
perbuatan, tetapi juga menentukan hasil perbuatan. Motivasi akan mendorong untuk belajar atau melakukan sesuatu perbuatan dengan sungguh-sungguh (tekun) dan selanjutnya akan menentukan pencapaian prestasi.
e. Peranan Motivasi Orang Tua terhadap Belajar Anak Perlu ditegaskan bahwa motivasi berhubungan dengan suatu tujuan. Dengan demikian motivasi itu mempengaruhi adanya kegiatan, kemudian dalam hubungan dengan kegiatan atau belajar yang penting bagaimana menciptakan kondisi atau suatu proses yang mengarahkan siswa untuk melakukan aktivitas belajar. Dengan demikian orang tua dapat memberikan motivasi yang dapat mendorong anak untuk lebih giat belajar. Oleh karenanya orang tua perlu ada beberapa teknik untuk memotivasi anak didik, yakni sebagai berikut : 1) Memberikan kepada anak didik rasa puas agar ia berusaha mencapai keberhasilan selanjutnya. 2) Menciptakan susana ramah yang menyenangkan anak didik, sehingga dapat menumbuhkan minat belajar. 3) Memberi komentar terhadap hasil-hasil yang telah dicapai anak didik sehingga membesarkan hati anaki didik serta dapat menimbulkan motivasi belajar. 4) Memberikan kesempatan kepada anak didik untuk berkompetisi dengan anggota keluarga yang lain atau teman belajarnya. 5) Menimbulkan minat anak didik terhadap bahan pelajaran. 6) Mengawasi kegiatan belajar anak sehingga anak didik merasa memperoleh perhatian dari orang tuanya atau anggota keluarga yang lain. (Slametto 1992 : 30) Dari pernyataan tersebut diatas penulis penulis menyimpulkan motivasi dari orang tua adalah usaha-usaha untuk menyediakan kondisi yang anak inginkan. Orang tua dapat memberikan motivasi agar anak giat belajar. Adapun motivasi yang dapat diberikan orang tua antara lain : 1) Memberi perhatian kepada anak dalam melakukan kegiatan belajar 2) Membantu mengatasi masalah dalam belajar 3) Penyediaan fasiltas penunjang sekolah
lviii
4) Memberikan sanjungan atau hadiah setelah pencapaian suatu kegiatan
B. Kerangka
Kerangka Berfikir berfikir
merupakan
alur
penalaran
yang
didasarkan pada masalah penelitian yang digambarkan dengan skema secara menyeluruh dan sistematis. Berdasarkan kajian teori yang telah diuraikan oleh penulis, maka dapat disusun secara skematis kerangka berfikir yang digambarkan sebagai berikut : Tingkat pendidikan Orang tua Prestasi belajar anak
Motivasi orang tua Gambar 1. Skema Kerangka Berfikir Di dalam lingkungan keluarga, tingkat pendidikan formal orang tua dalam aktivitas mengarahkan, mendidik dan membimbing belajar anak di rumah dapat mempengaruhi kegiatan belajar anak di sekolah. Dengan pengalaman belajar dan tingkat pengetahuan orang tua akan dapat membimbing anak sewaktu-waktu. Orang tua yang mengarahkan, mendidik dan membimbing belajar anak perlu mempunyai kemampuan, antara lain sikap sabar dan bijaksana, selalu berkomunikasi secara berkesinambungan, mempunyai ilmu pengetahuan yang luas, mempunyai pengalaman belajar, memahami psikologi anak, menolong, mendorong dan merangsang anak dan sebagainya. Anak dalam hal ini tidak berjalan sendiri untuk menggapai prestasi belajar, maka dalam hal ini perlu adanya dorongan atau motivasi dari luar yaitu dari orang tua. Orang tua harus mampu mengarahkan dan membimbing juga harus senantiasa mendorong dan mendukung pada anaknya untuk slalu mengulang-ulang pelajaran yang telah didapati di sekolah untuk diingat atau
lix
diperkuat kembali setelah tibanya dirumah karena waktu dirumah lebih banyak dibandingkan di sekolah, dengan tujuan agar mendapatkan prestasi yang baik.
C. Hipotesis Berdasarkan pada kajian pustaka dan kerangka pemikiran serta permasalahan yang diajukan maka dapat dirumuskan hipotesis sebagai berikut: 1. Bahwa ada pengaruh yang signifikan antara tingkat pendidikan orang tua terhadap prestasi belajar anak. 2. Bahwa ada pengaruh yang signifikan antara motivasi orang tua terhadap prestasi belajar anak. 3. Bahwa ada pengaruh yang signifikan antara tingkat pendidikan dan motivasi orang tua terhadap prestasi belajar anak. BAB III METODOLOGI PENELITIAN
A. Tempat dan Waktu Penelitian 1. Tempat Penelitian Penelitian dilaksanakan di SMA Al-Islam 1 Surakarta yang beralamatkan di jalan Honggowongso No. 94 Surakarta 57149 Telepon (0271) 713342. No. Fax. 710883 2. Waktu Penelitian ini memerlukan waktu sekitar tujuh bulan, adapun pelaksanaan kegiatan penelitian setelah mendapatkan ijin dari pihak yang berwenang.
lx
Jadwal penelitian mulai dari penyusunan proposal sampai dengan penyusunan laporan hasil penelitian secara lengkap dapat dilihat pada table berikut :
No 1.
2.
2009/ 2010 Bulan ke 11 12 1
Kegiatan
9 10 Tahap Perencanaan a. Pengajuan Judul b. Penyusunan Proposal c. Perijinan Tahap Pelaksanaan dan Pembuatan Laporan a. Pengumpulan Data b. Analisis Data c. Penulisan Laporan Tabel 1. Jadwal Kegiatan Penyusunan Skripsi
2
3
B. Macam-Macam Variabel Variabel merupakan atribut dari sekelompok orang atau obyek yang mempunyai variasi antara nilai satu dengan yang lainnya dalam kelompok. Menurut Sugiyono (2005:3) “Variabel adalah gejala yang menjadi fokus peneliti untuk diamati”. Sedangkan menurut Manase Malo dalam Sudarwan Danim (2000:61), “Variabel merupakan suatu konsep yang mempunyai variasi nilai”. Dari pengertian di atas dapat diambil kesimpulan bahwa variabel penelitian adalah suatu simbol yang menggunakan angka atau nilai terhadap sesuatu yang memiliki variasi nilai. Dalam penelitian ini variabel yang akan diteliti adalah : 1. Tingkat Pendidikan Orang Tua sebagai variabel independen/bebas I (X1) Tingkat pendidikan orang tua adalah tingkat pendidikan formal yang terakhir yang dimiliki oleh orang tua, apakah itu tingkat pendidikan Sekolah Dasar (SD), Sekolah Menengah Pertama (SMP), Sekolah Menengah Atas (SMA)/sederajat, Akademi Institut atau Universitas. 2. Motivasi Orang Tua sebagai variabel independen/bebas II (X2)
lxi
4
Motivasi Orang Tua adalah dorongan kekuatan mental yang berupa perhatian, kemauan atau cita- cita. Yang dimaksud motivasi di sini adalah motivasi atau dorongan dari luar yang di berikan orang tua agar dapat menggerakkan siswa untuk melakukan aktivitas belajar Sosiologi, guna mencapai tujuan belajar yang berupa prestasi belajar. 3. Prestasi
Belajar
Mata
Pelajaran
Sosiologi
sebagai
variabel
dependen/terikat (Y). Prestasi Belajar Sosiologi adalah penilaian hasil usaha kegiatan belajar yang dinyatakan dalam bentuk simbol, angka, huruf maupun kalimat yang dapat mencerminkan hasil yang sudah dicapai oleh setiap siswa khususnya dalam hal ini pada mata pelajaran Sosiologi.
C. Metode Penelitian 1. Pengertian Metode Penelitian Penggunaan acuan metode penelitian yang sesuai dengan penelitiannya akan berpengaruh dalam ketetapan pengambilan data yang dapat mendukung masalah penelitian yang diajukan. Menurut Winarno Surachmad (1994: 131) menjelaskan bahwa “Metode merupakan cara utama yang dipergunakan untuk mencapai tujuan, misalnya untuk menguji serangkaian hipotesa dengan menggunakan teknik serta alat-alat tertentu”. Adapun menurut Muhammad Ali yang dikutip Cholid Narbuko dan Abu Achmadi (1999:2) menyatakan ” Penelitian adalah suatu cara untuk memahami sesuatu dengan melalui penyeledikan usaha atau melalui usaha mencari bukti-bukti yangh muncul sehubungan dengan masalah yang dilakukan secara hati-hati sekali sehingga diperoleh pemecahannya”. Menurut Cholid Narbuko dan Abu Achmadi (1999:2) menyatakan” metode penelitian adalah ilmu yang mempelajari cara-cara melakukan pengamatan dengan pemikiran yang tepat secara terpadu melalui tahapantahapan yang disusun secara ilmiah untuk mencari, menyusun serta menganalisa dan menyimpulkan data-data sehingga dapat dipergunakan untuk menentukan, mengembangkan dan menguji kebenaran sesuatu pengetahuan berdasarkan bimbingan Tuhan”. Berdasarkan pendapat diatas dapat peneliti simpulkan bahwa metode
lxii
penelitian adalah suatu cara utama yang dipergunakan untuk mengumpulkan data dengan menggunakan suatu teknik serta alat-alat tertentu.
2. Metode Penelitian Ada beberapa metode yang dapat digunakan dalam penelitian. Menurut Sumadi Suryabrata (1998: 15) menyatakan bahwa metode penelitian dapat digolongkan menjadi sembilan macam kategori, yaitu : a. b. c. d. e. f. g. h. i.
Penelitian historis Penelitian deskriptif Penelitian perkembangan Penelitian kasus atau penelitian lapangan Penelitian korelasional Penelitian kausal komparatif Penelitian eksperimen sungguhan Penelitian eksperimen semu, dan Penelitian tindakan
Kesembilan macam penelitian tersebut diatas dapat penulis uraikan sebagai berikut : 1) Penelitian historis bertujuan membuat rekonstruksi masa lampau secara sistematis dan objektif untuk memperoleh kesimpulan yang kuat. 2) Penelitian deskriptif merupakan penelitian yang membuat deskripsi secara sistematis, faktual, dan akurat mengenai fakta-fakta dan sifat-sifat populasi. 3) Penelitian perkembangan bertujuan menyelidiki pola dan perurutan pertumbuhan dan perubahan sebagai fungsi waktu 4) Penelitian kasus dan penelitian lapangan merupakan penelitian yang bertujuan untuk mempelajari secara intensif latar belakang dan keadaan sekarang suatu unit sosial. 5) Penelitian kausal komparatif bertujuan menyelidiki kemungkinan hubungan sebab akibat dengan cara berdasar pengamatan terhadap akibat yang ada, mencari kembali faktor yang mungkin menjadi penyebab melalui data tertentu.
lxiii
6) Penelitian
eksperimental
semu
merupakan
penelitian
yang
bertujuan untuk memperoleh informasi perkiraan, berdasarkan eksperimen tanpa kontrol atau manipulasi variabel. 7) Penelitian eksperimental sungguhan, merupakan penelitian yang bertujuan menyelidiki hubungan sebab akibat dengan cara mengenakan perlakuan pada salah satu variabel. 8) Penelitian korelasional bertujuan menyelidiki sejauh mana variabel satu dengan yang lainnya berkaitan satu sama lainnya. 9) Penelitian
tindakan,
merupakan
penelitian
pengembangan
keterampilan-keterampilan baru dengan pendekatan baru dengan penerapan langsung di dunia aktual yang lain. 3. Metode yang Digunakan Penelitian ini termasuk penelitian yang bersifat ex post facto, karena variable bebasnya tidak dikendalikan dalam arti variable tersebut telah terjadi. Hal ini sesuai dengan yang dikemukakan oleh Consuello G (1993: 124), “Penelitian ex post facto berarti data yang dikumpulkan setelah semua kejadian yang dipersoalkan telah berlangsung atau telah lewat”. Berdasarkan sifat tersebut maka metode yang digunakan adalah metode penelitian kausal komparatif. Adapun alasan peneliti memilih metode kausal komparatif ini adalah sebagai berikut : a. Data-data variabel dala penelitian ini merupakan data yang dikumpulkan setelah kejadian berlalu atau sudah lewat. b. Peneliti mengambil satu variabel terikat sebagai akibat dan menguji data tersebut dengan menelusuri ke masa lalu untuk mencari sebab atau pengaruhnya.
D. Populasi dan Sampel 1.Pengertian Populasi dan Sampel a. Populasi
lxiv
Menurut Suharsini Arikunto (2006 : 130) “Populasi adalah keseluruhan subjek penelitian” Sedangkan menurut M.Iqbal Hasan (2001 : 84) “Populasi (universe) adalah totalitas dari semua objek atau individu yang memiliki karakteristik tertentu, jelas dan lengkap yang akan diteliti (bahan penelitian)”. Berdasarkan kedua pendapat tersebut maka dapat disimpulkan bahwa pada dasarnya populasi adalah keseluruhan subyek penelitian yang menjadi pusat perhatian penelitian yang dilakukan dan dapat mewakili secara jelas dan lengkap. Populasi yang akan di ambil dalam penelitian ini adalah semua siswa kelas XI jurusan IPS SMA AL-Islam 1 Surakarta tahun pelajaran 2009 / 2010 yakni sebanyak 200 siswa.
b. Sampel Kegiatan penelitian ini bisa dilakukan dengan meneliti seluruh populasi atau hanya sebagian saja dari populasi sesuai dengan keperluan. Hal ini mengingat keterbatasan waktu dan tenaga yang mungkin menjadi kendala dalam penelitian, maka peneliti perlu menetapkan sampel penelitian. Menurut Suharsini Arikunto (2006 : 131) “Sampel adalah sebagian atau wakil dari populasi yang sedang diteliti”. Sedangkan menurut M.Iqbal Hasan (2001 : 84) “Sampel adalah bagian dari populasi yang di ambil melalui cara–cara tertentu yang juga memiliki karakteristik tertentu, jelas lengkap yang dianggap bisa mewakili populasi”. Sampel diambil dari populasi dengan menggunakan cara–cara tertentu, sehingga dapat mewakili populasi dalam penelitian. Berdasarkan kedua pendapat tersebut dapat disimpulkan bahwa sampel adalah sebagian dari populasi yang menjadi sumber data sebenarnya dalam suatu penelitian dan diambil dengan menggunakan cara–cara tertentu sehingga mampu mewakili seluruh populasi (representatif). Dengan demikian, sampel merupakan bagian dari populasi yang hendak diteliti untuk mendapatkan kesimpulan yang akan digeneralisasikan pada populasi.
lxv
2. Cara Mengambil Sampel Cara untuk memperoleh sampel yang representatif diperlukan teknik tertentu yang disebut dengan teknik sampling. Menurut Hadari Nawawi ( 1983 : 152 ) Teknik sampling adalah cara untuk menentukan sampel yang jumlahnya sesuai dengan ukuran sampel yang akan dijadikan sumber data sebenarnya, dengan memperhatikan sifat – sifat dan penyebaran populasi agar diperoleh sampel yang representatif atau benar – benar mewakili populasi”.
a. Cara melakukan Teknik sampling Teknik pengambilan sampling ini menurut Sutrisno Hadi ( 1986 : 75 ) ada 2 macam, yakni random sampling dan non random sampling. Secara singkat mengenai kedua teknik pengambilan sampel ini dapat dijabarkan sebagai berikut : 1) Teknik random sampling Pengambilan sampel dengan teknik ini dilakukan dengan sembarang atau acak sehingga setiap anggota populasi mempunyai peluang yang sama untuk dijadikan sampel penelitian. Prosedur random sampling meliputi : a) Cara Undian Cara ini dilakukan dengan jalan melakukan undian terhadap anggota populasi.Undian dilakukan seperti proses undian pada umumnya.Dalam proses pengundian dapat dilakukan dengan cara pengembalian atau dengan tanpa pengembalian ( simple random sampling ). b) Cara Ordinal Cara ini dilakukan dengan membuat daftar populasi kemudian memilih nomor – nomor gasal atau genap sebanyak sampel yang diperlukan atau dengan pemilihan melalui kelipatan angka tertentu. c) Cara randomisasi dari tabel bilangan random Cara ini dilakukan dengan menyusun sebuah tabel yang berisi nomor – nomor anggota populasi yang telah di acak (tidak beraturan) kemudian menjatuhkan pensil atau pena secara sembarang pada nomor – nomor yang telah disusun dalam tabel secara acak. 2) Teknik Non Random sampling Pengambilan sampel dengan teknik ini tidak dilakukan secara acak namun dipilih berdasarkan kriteria – kriteria tertentu. Prosedur Non Random sampling meliputi : a) Teknik proporsional sampling
lxvi
Cara pengambilan sampel dari tiap – tiap sub populasi dengan mempertimbangkan sub – sub populasi. Berdasarkan sampel jenis ini diambil dengan mempertimbangkan proporsi.. Teknik ini kadang – kadang juga disertai randomisasi sehingga muncul teknik proporsional random sampling. b) Teknik stratified sampling Teknik ini digunakan apabila populasi yang diteliti terdiri dari susunan kelompok – kelompok yang bertingkat. c) Teknik purposive sampling Teknik ini diambil berdasarkan pada ciri-ciri atau sifat-sifat yang ada dalam populasi yang sudah diketahui sebelumnya dan sesuai dengan tujuan penelitian. d) Teknik Quota Sampling Teknik ini didasarkan pada kriteria terpenuhinya jumlah yang telah ditetapkan sebelumnya ( Quotum ) e) Teknik Double Samplin Teknik ini dilakukan dengan mengusahan sampel kembar dan menggunakan dua instrumen berbeda untuk mengukur satu variabel penelitian dengan maksud untuk mengecek validitas atau menutup kekurangan instrumen yang lain. f) Teknik Area Probability Sampling Teknik ini dilakukan dengan berdasarkan pada pembagian terhadap wilayah-wilayah populasi. Dengan teknik ini peneliti membagi-bagi daerah yang dimaksud dan hanya mengambil tempattempat tertentu untuk sampel . g) Teknik Cluster Sampling Teknik ini dilakukan apabila populasi yang diteliti terdiri atas kelompok -kelompok dengan karateristik yang berbeda Dalam penelitian ini, peneliti akan menggunakan teknik pengambilan sampel dengan teknik simple random sampling dengan cara undian tanpa pengembalian, alasannya sebagai berikut : (1) Anggota populasinya memiliki karakteristik yang hampir sama sehingga setiap anggota populasi mempunyai peluang yang sama untuk menjadi sampel. (2) Pelaksanaan teknik simple random sampling dilakukan melalui prosedur undian tanpa pengembalian. Langkah – langkah pengambilan sampel secara acak melalui undian dilakukan dengan cara : (a) Membuat suatu daftar yang berisi daftar semua anggota populasi sebanyak 200 orang.
lxvii
(b) Memberi kode yang diwujudkan dalam angka untuk tiap subyek kemudian dimasukkan dalam daftar nama siswa. (c) Menuliskan kode – kode masing – masing subyek dalam suatu lembaran kertas – kertas kecil. (d) Menggulung potongan – potongan kertas dan memasukkannya ke dalam kaleng. (e) Mengambil gulungan- gulungan kertas tersebut dari kaleng secara acak tanpa dikembalikan. (f) Proses pengundian dilakukan hingga gulungan – gulungan dikeluarkan memenuhi jumlah sampel yang ditetapkan.
b. Penentuan Besarnya Sampel ( Sample Size) Penentuan besarnya sampel ( Sample Size) dapat diambil dengan berbagai pertimbangan – pertimbangan tertentu. Menurut Masri S dan Sofian E ( 1995 : 150-152 ) ada empat faktor yang harus dipertimbangkan dalam menentukan besarnya sampel dalam suatu penelitian, yaitu : 1) Derajat keseragaman (deggre of homogenitiy ) dari populasi. Makin seragam populasi itu, makin kecil sampel yang di ambil. 2) Presisi yang dikehendaki dari penelitian. Makin tinggi tingkat presisi yang dikehendaki, makin besar junlah sampel yang harus di ambil. 3) Rencana analisa, jumlah sampel yang akan di ambil harus disesuaikan dengan kebutuhan analisa sehingga diperlukan rencana analisa. 4) Tenaga, biaya, dan waktu dari peneliti tidak memungkinkan untuk mengambil sampel yang lebih besar. Dari pendapat di atas dapat disimpulkan bahwa dalam menentukan besarnya anggota sampel harus mempertimbangkan beberapa faktor tertentu agar kesimpulan yang berlaku untuk populasi dapat dibuktikan. Salah satu hal yang perlu diperhatikan sebelum mengambil sampel ialah mengetahui homogenitas populasi. Populasi yang homogen merupakan keseluruhan individu yang menjadi anggota populasi memiliki sifat – sifat atau karakteristik tertentu yang relatif sama satu sama lainnya. Dengan
lxviii
demikian diharapkan sampel yang diambil akan lebih representatif atau mewakili populasi yang diteliti. Mengenai ukuran sampel, pada prinsipnya tidak ada peraturan yang mutlak. Hal ini dapat di lihat dari beragamnya pendapat para ahli tentang aturan untuk menentukan besar kecilnya sampel penelitian. Nasution (2004 : 101 ) menyatakan ”Tidak ada aturan yang tegas tentang jumlah sampel yang dipersyaratkan untuk suatu penelitian dari populasi yang tersedia. Juga tidak ada batasan yang jelas apa yang dimaksud dengan sampel yang besar dan yang kecil”. Menurut Suharsimi Arikunto (2006 : 134) menyebutkan bahwa : Untuk sekedar ancer – ancer maka apabila subyeknya kurang dari 100, lebih baik diambil semua sehingga penelitiannya merupakan penelitian populasi. Selanjutnya jika jumlah subyeknya besar dapat diambil antara 10 – 15 % atau 20 – 25% atau lebih, tergantung setidak – tidaknya dari : a) Kemampuan peneliti dilihat dari waktu, tenaga, dan dana. b) Sempit luasnya wilayah pengamatan dari setiap subyek, karena hal ini menyangkut banyak sedikitnya data. c) Besar kecilnya resiko yang ditanggung oleh peneliti. Untuk penelitian yang resikonya besar, tentu saja jika sampel lebih besar, hasilnya akan lebih baik. Berdasarkan pendapat diatas, sampel yang diambil dalam penelitian ini adalah 20 % dari keseluruhan populasi yaitu kelas XI SMA AL-Islam 1 Surakarta tahun ajaran 2009/2010 yang berjumlah 200 siswa. Jadi sampel yang diambil sebanyak 40 siswa, dengan perhitungan seperti tabel di bawah ini: Kelas
Jumlah Siswa
%
Sampel
XI - 1
40
20%
8
XI - 2
40
20%
8
XI - 3
40
20%
8
XI – 4
40
20%
8
XI – 5
40
20%
8
Jumlah
200
-
40
Tabel 2. Penentuan Sampel
lxix
E. Teknik Pengumpulan Data Teknik pengumpulan data merupakan cara atau metode yang dipergunakan untuk memperoleh data dalam suatu penelitian. Guna memperoleh data yang dibutuhkan dalam suatu penelitian diperlukan teknik yang tepat sehingga tujuan penelitian yang diinginkan dapat tercapai. Dalam penelitian ini peneliti menggunakan dua metode teknik pengumpulan data yaitu angket atau kuesioner dan dokumentasi.
1 Metode Angket atau Kuesioner a. Pengertian Angket Angket merupakan teknik pengumpulan data melalui daftar pertanyaan yang harus dijawab oleh responden. Menurut Suharsini Arikunto (2006: 151) : “Kuesioner adalah sejumlah pertanyaan tertulis yang digunakan untuk memperoleh informasi dari responden dalam arti laporan tentang pribadinya atau hal-hal yang ia ketahui”. Sedangkan menurut Nasution (2004: 128) menjelaskan bahwa “Angket atau quetionnaire adalah daftar pertanyaan yang didistribusikan melalui pos untuk diisi dan dikembalikan atau dapat juga dijawab di bawah pengawasan peneliti”. Dari pendapat di atas penulis menarik kesimpulan mengenai angket adalah sejumlah pertanyaan yang secara tertulis, yang ditujukan kepada responden untuk dijawab secara tertulis pula dengan tujuan untuk mendapatkan informasi tentang hal – hal yang diperlukan dalam penelitian.
b. Jenis-Jenis Angket Ada beberapa jenis angket yang dapat digunakan dalam penelitian. Menurut Suharsini Arikunto (2006: 153), Angket dibedakan menjadi beberapa jenis, yaitu tergantung dari sudut pandangnya : 1) Dipandang dari cara menjawab, ada : a) Kuesioner terbuka, yang memberikan kesempatan kepada responden untuk menjawab dengan kalimatnya sendiri. b) Kuesioner tertutup, yang sudah disediakan jawabannya sehingga responden tinggal memilih. 2) Dipandang dari jawaban yang diberikan, ada :
lxx
a) Kuesioner langsung, yaitu responden menjawab tentang dirinya b) Kuesioner tidak langsung, yaitu jika responden menjawab orang lain 3) Dipandang dari bentuknya a) Kuesioner pilihan ganda, yang dimaksud adalah sama dengan angket tertutup. b) Kuesioner isian, yang dimaksud adalah angket terbuka c) Chek list, sebuah daftar, dimana responden tinggal membubuhkan tanda chek (√) pada kolom yang sesuai d) Rating scale (skala bertingkat), yaitu sebuah pertanyaan diikuti oleh kolom-kolom yang menunjukkan tingkatan. Angket yang di gunakan pada penelitian ini adalah sebagai berikut : 1) Berdasarkan cara menjawabnya, angket yang digunakan dalam penelitian ini adalah angket tertutup. 2) Berdasarkan jawaban yang diberikan, angket yang digunakan dalam penelitian ini adalah angket langsung dan tidak angket langsung. Angket langsung bertujuan untuk memperoleh data tentang keadaan yang di alami oleh responden sendiri. Sedangkan angket tidak langsung digunakan untuk menilai orang lain, khususnya orang tua responden. 3) Berdasarkan bentuknya, penelitian ini menggunakan pilihan Chek list (√) untuk variabel tingkat pendidikan orang tua dan variabel motivasi dari orang tua.
c.
Kelebihan dan Kelemahan Angket Teknik angket ini dalam penggunaannya memiliki kelebihan dan
kelemahan bila dibandingkan dengan teknik pengumpulan data lainnya. Menurut Suharsimi Arikunto (2006: 152) menjelaskan bahwa : Angket memiliki kelebihan-kelebihan diantaranya : 1) Tidak memerlukan hadirnya peneliti 2) Dapat dibagikan secara serentak kepada responden 3) Dapat dijawab oleh responden menurut kecepatannya masingmasing waktu senggang responden. 4) Dapat dibuat anonim sehingga responden bebas, jujur dan tidak malu-malu menjawab. 5) Dapat dibuat berstandar sehingga semua responden dapat diberi pertanyaan yang benar-benar sama.
lxxi
Selanjutnya selain memiliki kelebihan-kelebihan teknik angket juga memiliki kelemahan-kelemahan. Menurut Suharsimi Arikunto (2006: 152) diantara kelemahan-kelemahan itu adalah : 1) Responden sering tidak teliti dalam menjawab sehingga ada pertanyaan yang terlewati tidak terjawab, padahal sukar diulangi diberikan kembali padanya. 2) Seringkali sukar dicari validitasnya. 3) Walaupun dibuat anonim, kadang-kadang responden dengan sengaja memberikan jawaban yang tidak betul atau tidak jujur. 4) Angket yang dikirim lewat pos pengembaliannya sangat rendah, hanya sekitar 20 %. Seringkali tidak kembali terutama jika dikirim lewat pos menurut penelitian. 5) Waktu pengembaliannya tidak sama-sama, bahkan kadang-kadang ada yang terlalu lama sehingga terlambat. Alasan utama peneliti menggunakan angket antara lain : 1) Angket pengunaannya sistematis dan terencana 2) Dapat menghemat waktu, biaya, dan tenaga 3) Memudahkan mendapat data secara obyektif dari responden
d. Instrumen Penelitian Untuk mendapatkan data yang valid dan reliabel, maka alat pengumpul data yang digunakan harus relevan dengan masalah yang harus diteliti. Instrumen yang dipakai dalam penelitian ini berbentuk angket langsung dan tidak langsung yang bersifat tertutup, artinya angket tersebut jawabannya sudah disediakan. Subjek tinggal memilih salah satu alternatif jawaban yang sesuai dengan kondisi atau keadaan dirinya, hal ini dimaksudkan supaya jawaban subjek tidak terlalu melebar. Metode angket ini digunakan untuk mendapatkan data tentang tingkat pendidikian, motivasi orang tua dan prestasi belajar sosiologi. Pada penelitian ini angket dibuat dalam bentuk berstruktur, yakni chek list (√). Pihak pengisi tinggal memilih dengan membubuhkan tanda (√) pada kolom jawaban yang tersedia. Alasan peneliti menggunakan angket langsung tertutup dengan pilihan item pertanyaan menggunakan chek list (√) adalah sebagai berikut :
lxxii
1) Memberikan kemudahan kepada responden dalam memberikan tanggapan, jadi responden hanya memilih dari kemungkinan jawaban yang telah tersedia. 2) Data yang terkumpul sesuai dengan yang diharapkan.
e. Langkah-langkah Menyusun angket Berikut akan dijelaskan langkah-langkah penyusunan angket dalam penelitian ini : 1) Menetapkan Tujuan Dalam penelitian ini, angket disusun dengan tujuan untuk mendapatkan data tentang tingkat pendidikan, motivasi dari orang tua dan, prestasi belajar siswa 2) Merumuskan definisi operasional dari variabel yang diteliti. a) Tingkat pendidikan Orang tua Tingkat pendidikan orang tua adalah tingkat pendidikan formal terkhir yang dimiliki oleh orang tua, apakah itu tingkat pendidikan Sekolah Dasar (SD), Sekolah Menengah Pertama (SMP), Sekolah Menengah Atas (SMA) sederajat, Akademi Institut atau Universitas. Orang tua yang memiliki tingkat pendidikan tinggi biasanya memiliki cita-cita yang tinggi pula terhadap pendidikan anak-anaknya, setidaknya sama dengan keadaan orang tua. Cita-cita dan dorongan ini akan mempengaruhi sikap dan perhatiannya terhadap keberhasilan pendidikan anak-anaknya di sekolah. b) Motivasi dari orang tua Yang dimaksud motivasi di sini adalah motivasi atau dorongan dari luar yang di berikan orang tua agar dapat menggerakkan siswa untuk melakukan aktivitas belajar, guna mencapai tujuan belajar yang berupa prestasi belajar. Motivasi dari orang tua berfungsi sebagai pemberi semangat anak didik agar lebih stabil dalam proses kegiatan belajarnya. Motivasi itu
lxxiii
adalah usaha-usaha untuk menyediakan kondisi yang anak inginkan c) Prestasi Belajar Sosiologi Prestasi belajar Sosiologi adalah hasil usaha yang telah dicapai siswa dalam mengikuti proses belajar mengajar mata pelajaran sosiologi pada khususnya sesuai dengan tujuan pendidikan yang telah di tetapkan sebelumnya, yang dapat diwujudkan dengan adanya perubahan sikap dan tingkah laku dan pada umumnya dinyatakan dalam bentuk simbol huruf atau angka-angka.
3) Menyusun kisi – kisi angket Kisi – kisi angket disusun dengan maksud agar dalam penyusunan angket yang sesungguhnya tidak mengalami kesulitan. Angket yang dibuat merupakan hasil dari penjabaran dari kisi – kisi yang telah di buat sebelumnya. Adapun kisi-kisi angket pada penelitian ini sebagai berikut : a) Tingkat pendidikan orangtua mengacu pada bab sebelumnya menyatakan bahwa pendidikan akhir yang dimiliki oleh orang tua, apakah tingkat pendidikan Sekolah Dasar (SD), Sekolah Menengah Pertama (SMP), Sekolah Menengah Atas (SMA), Akademi Institut atau Universitas b) Motivasi dari orang tua yang dimaksud adalah usaha-usaha untuk menyediakan kondisi yang anak inginkan. Adapun motivasi yang dapat diberikan orang tua antara lain : memberi perhatian kepada anak dalam melakuakan kegiatan belajar, membantu mengatasi masalah dalam belajar, penyediaan fasilitas penunjang sekolah, memberikan sanjungan atau hadiah setelah melakukan kegiatan. c) Prestasi belajar sosiologi itu berupa hasil penilain setelah siswa melakukan tes semester 1 pada tahun pelajaran 2009 /
lxxiv
2010. Pada hasil penilaian ini, bisa di lihat dari hasil raport semester pada yang telah ada. Variabel
Indikator
(1) Tingkat Pendidikan Orang Tua
Tingkat Pendidikan Ayah / Ibu/ Wali
(2) Motivasi dari orang tua
(1) Memberi perhatian kepada anak dalam melakuakan kegiatan belajar (2) Membantu dalam
mengatasi
masalah
belajar
(3) Penyediaan
fasilitas
penunjang
sekolah (4) memberikan sanjungan
hadiah setelah
atau
melakukan
kegiatan (3) Prestasi Belajar Sosiologi
Berpatokan
dengan
hasil
raport
semester I tahun pelajaran 2009/2010 Tabel 3 Kisi-kisi angket 4) Menyusun Angket Angket disusun melalui beberapa bagian yaitu membuat surat pengantar penyebaran angket, membuat petunjuk pengisian angket, dan membuat item – item dari hasil penjabaran dari kisi – kisi angket yang telah dibuat. 5) Memberi skor angket Penelitian ini terdiri dari variabel bebas dan variabel terikat. Variabel bebas adalah tingkat pendidikan dan motivasi orang tua, sedangkan
variabel
terikat
adalah
Prestasi
belajar
siswa.
Penyusunan angket untuk variabel bebas yaitu menggunakan chek list (√) dan untuk menentukan nilai jawaban angket dari penskoran variable tingkat pendidikan dan motivasi orang tua menggunakan skala Likert Menurut Consuelo G Sevilla Jesus A Ochave, Twila G Punsalan Bela P Regala Gabriel O Uriarte (1993 : 225 )
lxxv
menyatakan bahwa “ Skala likert menggunakan metode penilaian terakhir. Biasanya responden memberi tanda pada skala 1 sampai 5 apakah sangat setuju, setuju, ragu – ragu, tidak setuju dan sangat tidak setuju. Pada pernyataan itu, responden dalam penelitian ini hanya diminta untuk memberikan satu pilihan dari 4 alternatif jawaban yang telah disediakan yaitu sangat setuju, setuju, tidak setuju dan sangat tidak setuju. Consuelo G Sevilla Jesus A Ochave, Twila G Punsalan Bela P Regala Gabriel O Uriarte (1993 :225) menyatakan bahwa “Beberapa peneliti berusaha menghapuskan sama sekali dengan menghilangkan sama sekali angka netral dan mengurangi skala menjadi 4 angka yaitu sangat setuju, setuju, tidak setuju dan sangat tidak setuju. Pilihan belum dapat mengambil keputusan yang pasti apakah setuju/tidak setuju sehingga alternatif jawaban dalam skala likert dihilangkan karena pilihan ini seseorang untuk memperoleh jawaban yang pasti maka pilihan alternatif jawaban “Ragu – ragu” dihilangkan Pemberian skor untuk tiap-tiap alternatif jawaban disesuaikan dengan kriteria item. Dalam hal ini peneliti hanya akan menggunakan 4 opsi jawaban, apabila pertanyaan yang digunakan adalah pertanyaan positif, maka pemberian skornya : a) Sangat setuju
: nilai 4
b) Setuju
: nilai 3
c) Tidak setuju
: nilai 2
d) Sangat tidak setuju
: nilai 1
Jika pertanyaan yang diajukan berbentuk pertanyaan negatif, pemberian skornya : a) Sangat setuju
: nilai 1
b) Setuju
: nilai 2
c) Tidak setuju
: nilai 3
d) Sangat tidak setuju
: nilai 4
lxxvi
Untuk Penskoran Variabel Tingkat Pendidikan Orang Tua (X2) Sebagai berikut : a) Tidak tamat SD/MI
: Nilai 1
b) SD/MI/Kejar Paket A
: Nilai 2
c) SMP/MTs/Kejar Paket B
: Nilai 3
d) SMA/MA/SMK/Kejar Paket C
: Nilai 4
e) DIPLOMA (D1,D2,D3)
: Nilai 5
f) Sarjana Strata (S1)
: Nilai 6
g)
Strata (S2)
: Nilai 7
h)
Strata (S3)
: Nilai 8
6) Uji coba angket Uji coba (Try Out) angket ini dimaksudkan untuk mendapatkan
angket
yang
benar-benar
baik
dan
dapat
dipertanggung jawabkan. Try out dilakukan untuk mengetahui kelemahan angket yang disebarkan kepada responden dan untuk mengetahui sejauhmana responden mengalami kesulitan dalam menjawab pertanyaan tersebut. Uji coba atau Try Out ini meliputi uji validitas dan uji reliabilitas. Adapun penjelasannya sebagai berikut : a) Uji Validitas Uji validitas dimaksudkan untuk mengetahui tingkat kevalidan atau kesahihan angket. Angket yang valid adalah angket yang mampu mengukur apa yang seharusnya diukur. Menurut Saifudin Azwar (1992 : 5-6) menyatakan “Validitas berasal dari kata Validity yang mempunyai arti sejauh mana ketepatan dan kecermatan suatu alat ukur dalam melakukan fungsi ukurnya”. Sedangkan menurut Arikunto (2006: 168) menjelaskan bahwa “Validitas adalah suatu ukuran yang menunjukkan tingkattingkat kevalidan atau kesahihan”. Suatu instrumen yang valid mempunyai validitas yang tinggi, sebaliknya instrumen yang
lxxvii
kurang valid mempunyai validitas rendah. Instrumen dikatakan mempunyai validitas tinggi jika instrumen tersebut dapat menjalankan fungsi ukurnya, atau memberikan hasil ukur yang sesuai
dengan
maksud
dilakukannya
pengukuran
tersebut.
Sedangkan instrumen yang memiliki validitas rendah jika instumen tersebut menghasilkan data yang tidak relevan dengan tujuan pengukuran. Berdasarkan cara estimasinya yang disesuaikan dengan fungsi dan sifat alat ukur, tipe validitas dibedakan menjadi 3 macam. Hal ini sesuai dengan pendapat Saifuddin Azwar (1997: 45) yang menjelaskan bahwa : “Tipe validitas pada umumnya digolongkan dalam tiga kategori yaitu : Content Validity (Validitas Isi), Construct Validity (Validitas Konstraks), dan Criterium Related Validity (Validitas Berdasar Kriteria)”. Adapun pemaparannya sebagai berikut : (1) Validitas isi ( Content Validity ) Validitas ini untuk mengtahui sejauhmana item – item dalam tes mencakup keseluruhan kawasan isi objek yang hendak diukur. Estimasi validitas ini tidak melibatkan perhitungan statistik apapun melainkan hanya analisis rasional. (2) Validitas konstruk Validitas
konstruk
adalah
tipe
validitas
yang
menunjukkan sejauh mana tes mengungkap suatu trait atau konstruk teoritik yang hendak diukurnya. Pengujian validitas konstruk biasanya memerlukan teknik analisis statistika yang lebih kompleks. (3) Validitas berdasar Kriteria ( Criterion Related Validity). Validitas berdasarkan kriteria merupakan prosedur pendekatan validitas berdasar kriteria yang menghendaki tersedianya kriteria eksternal yang dapat dijadikan dasar pengujian skor tes.
lxxviii
Pengujian validitas dalam penelitian ini menggunakan rumus Product Moment sesuai dengan apa yang dikemukakan oleh Suharsini Arikunto (2006 : 170 ) adalah sebagai berikut : rXY =
N å XY - (å X )(å Y )
{N å X
2
(
- åX
) }{N å Y - (å Y ) } 2
2
2
Keterangan : rxy
: Koefisien korelasi antara skor tiap item dengan
skor total. ΣX
: Jumlah skor tiap-tiap item
ΣY
: Jumlah skor tiap uji coba
N
: Jumlah subjek uji coba Jika (rXY) < 0,050 maka dapat disimpulkan bahwa hasil
pengukuran valid atau sahih, sebaliknya jika (rXY) > 0,050 maka hasil pengukurantidak valid atau gugur. Berdasarkan hasil perhitungan menggunakan bantuan komputer Seri Program Statistik (SPS-2000) edisi Sutrisno Hadi dan Yuni Pamardiningsih maka dapat diketahui untuk variable Motivasi Orang tua (X2) terdapat 8 item soal yang tidak valid/ gugur
dari sejumlah 28 item
soal, yaitu soal
nomor 7, 13, 15, 17, 18, 21, 23 dan 24. Dalam penelitian ini soal yang tidak valid/ gugur tidak dimasukkan dalam perhitungan analisis data.
b) Uji Reliabilitas Reliabilitas memiliki berbagai nama, sebagaimana yang diungkapkan oleh Suharsini Arikunto (2006 : 178) menyatakan “Reliabilitas menunjukkan pada pengertian bahwa suatu instrumen cukup dapat dipercaya untuk digunakan sebagai alat pengumpul data”.Artinya
bahwa
instumen
itu
dapat
dipercaya
jika
mencerminkan keadaan yang sebenarnya dari responden yang
lxxix
diukur. Jadi suatu instrumen dapat dikatakan mempunyai taraf kepercayaaan yang tinggi atau reliabel jika dapat memberikan hasil yang relatif tetap apabila alat ukur tersebut dikenakan pada subyek yang sama. Hal ini senada dengan pendapat Nasution (2004:77) yang menyatakan “Suatu alat pengukur dikatakan reliabel bila alat itu dalam mengukur suatu gejala pada waktu yang berlainan senantiasa menunjukkan hasil yang sama”. Teknik reliabilitas dapat dibedakan menjadi tiga macam. Saifuddin Azwar (1992: 36) menjelaskan bahwa : “Reliabilitas dapat digolongkan menjadi tiga, yaitu Teknik Pengujian Kembali (test retest / single test double trial), Teknik Belah Dua (single test single trial) dan Teknik Pararel (double test double trial)”. Ketiga teknik reliabilitas di atas dapat penulis uraikan sebagai berikut : (1) Teknik Pengujian Kembali (test retest / single test double trial) Metode ini menggunakan ukuran atau tes yang sama untuk variabel tertentu pada suatu saat pengukuran yang diulang lagi pada saat yang sama. (2) Teknik Belah Dua (single test single trial) Mengenai teknik ini, biasanya peneliti menggunakan teknik belah dua ganjil-genap dengan mengelompokkan skor butir bernomor ganjil sebagai belahan pertama dan kelompok skor bernomor genap sebagai belahan kedua. (3) Teknik Pararel (double test double trial) Perhitungan reliabilitas ini dilakukan dengan membuat dua jenis alat ukur yang mengukur aspek yang sama, kemudian dicari validitasnya untuk masing-masing jenis. Dalam menghitung reliabilitas alat ukur yang digunakan rumus alpha sebagai berikut :
lxxx
2 é K ù é å σb ù r = ê ú ê1 - σ 2 ú ë K - 1û ëê t ûú
(Suharsimi Arikunto, 2006: 171) Keterangan : r11 =
reliabilitas item
k
banyaknya soal
=
å σb σt
2
2
=
jumlah varian butir
=
varian total
Jika p < 0,050 maka dapat disimpulkan bahwa hasil pengukuran reliabel, sebaliknya jika
p > 0,050 maka hasil
pengukuran tidak reliabel. Berdasarkan hasil perhitungan menggunakan bantuan komputer Seri Program Statistik (SPS-2000) edisi Sutrisno Hadi dan Yuni Pamardiningsih, diperoleh data dari variabel motivasi orang tua (X2) adalah: rtt = 0,959 dengan p = 0,000, karena 0,000 < 0,050 maka hasil pengukuran try out X2 adalah reliabel. 7) Revisi angket Setelah angket diuji cobakan maka hasilnya dijadikan dasar untuk revisi, revisi ini dilakukan dengan cara membuang item-item pertanyaan yang tidak valid atau tidak reliabel 8) Memperbanyak dan menyebarkan angket ke sampel penelitian. Setelah angket di revisi lalu angket tersebut di perbanyak dan disebarkan lagi ke sampel penelitian
2. Teknik Interview Penelitian ini menggunakan interview atau wawancara sebagai metode pendukung untuk memperjelas data atau melengkapi data yang kurang dari metode angket. Menurut Nasution (2004: 113) menjelaskan bahwa “Interview adalah suatu bentuk komunikasi verbal, jadi semacam perencanaan yang bertujuan memperoleh informasi”. Sedangkan menurut Suharsimi
lxxxi
Arikunto (2006: 155) mengemukakan bahwa “Interview adalah sebuah dialog (interview)
yang
dilakukan
oleh
pewawancara
(interviewer)
untuk
memperoleh informasi dari terwawancara (interviewed)”. Berdasarkan dua pengertian diatas dapat peneliti simpulkan bahwa wawancara atau interview merupakan teknik komukasi atau dialog yang dilakukan oleh pewawancara kepada terwawancara guna mendapatkan informasi. Mengenai jenis-jenis interview dapat dibedakan menjadi tiga macam yaitu : a. Interview bebas (Inguided Interview) yaitu pewawancara bebas menanyakan apa saja, tetapi juga mengingat akan data apa yang akan dikumpulkan. b. Interview terpimpin (Guided Interview) yaitu interview yang dilakukan oleh pewawancara dengan membawa sederetan pertanyaan lengkap dan terperinci. c. Interview bebas terpimpin yaitu kombinasi antara interview bebas dan interview terpimpin. (Suharsimi Arikunto,2006 : 201 ) Dalam penelitian ini peneliti menggunakan interview bebas terpimpin yaitu bebas menanyakan apa saja yang akan tetapi mengingat data-data apa yang akan dikumpulkan dengan membawa pedoman yang merupakan garis besar tentang hal-hal yang akan ditanyakan. Adapun alasan peneliti menggunakan teknik interview ini adalah : a. Data yang diperoleh dapat dibuat sebagai penguat dan pelengkap data dari teknik angket dan teknik dokumentasi. b. Menanyakan hal-hal yang mungkin terlewatkan dari data angket yang telah diberikan ke responden.
3. Teknik Dokumentasi Menurut Suharsimi Arikunto (2006: 158) menjelaskan bahwa, “Dokumentasi adalah mencari data mengenai hal-hal atau variabel yang berupa catatan, transkrip, buku, surat kabar, majalah, prasasti, notulen rapat, leggers, agenda dan sebagainya”. Pengumpulan data untuk variabel tingkat pendidikan orang tu (X1) dan variabel motivasi orang tua a (X2) selain dengan angket, juga
lxxxii
diperoleh dengan mencari data berupa buku-buku laporan, data referensi, atau dokumen lain di perpustakaan atau tempat lain yang dapat menghasilkan mengenai masalah yang di teliti. Pada penelitian ini penulis dokumentasi yang dilakukan dengan cara mengambil data yang bersumber pada pencatatan-pencatatan berdasarkan apa yang tercantum dalam arsip ataupun dokumen yang terkait dengan objek penelitian, sedangkan data yang diperoleh dari teknik dokumentasi dalam penelitian ini digunakan sebagai data pendukung. Alasan peneliti menggunakan teknik dokumentasi adalah : a. Data dokumentasi ini sebagai data yang menggambarkan keadaan sekolah terlebih siswa si sekolah b. Mudah diperoleh, yaitu dengan mengambil data dari pihak sekolahan. F. Teknik Analisis Data Teknik analisis data merupakan suatu cara yang digunakan untuk mengolah data serta menganalisa data yang terkumpul dalam penelitian untuk membuktikan hipotesis yang diajukan. Teknik analisis data yang digunakan oleh peneliti dalam penelitian ini adalah teknik Analisis Regresi Ganda. Teknik analisis regresi ganda digunakan untuk mengetahui pengaruh antara variabel-variabel bebas (independen) yang lebih dari satu dengan variabel terikat (dependen). Menurut Moh Nazir (1988: 535) menjelaskan bahwa : “Jika parameter dari suatu hubungan fungsional antara satu variabel dependen dengan lebih dari satu variabel independen ingin diestimasikan maka analisa regresi yang dikerjakan berkenaan dengan regresi berganda (multiple regression)”. Dalam penelitian ini, analisis regresi ganda digunakan untuk mengetahui pengaruh tingkat pendidikan dan motivasi orang tua terhadap prestasi belajar mata pelajaran sosiologi anak kelas XI SMA AL-Islam 1 Surakarta Tahun Pelajaran 2009-2010. Dalam menganalisa data peneliti menggunakan bantuan komputer Seri Program Statistik (SPS-2000) edisi
lxxxiii
Sutrisno Hadi dan Yuni Pamardiningsih sebagai kaidah uji hipotesis, adapun klasifikasinya sebagai berikut : 1. Jika P < 0,01 sangat signifikan 2. Jika P < 0,05 signifikan 3. Jika P < 0,15 cukup signifikan 4. Jika P < 0,30 kurang signifikan 5. Jika P > 0,30 tidak signifikan Adapun prosedur analisis data yang digunakan oleh peneliti dalam penelitian ini adalah sebagai berikut : 1. Uji Prasyarat Analisis 2. Pengujian Hipotesis
1. Uji Prasyarat Analisis a. Uji Normalitas Untuk uji normalitas data ketiga variabel penelitian dengan menggunakan rumus Chi kuadrat : X 02 = å
( fo - fh )2 fh
Keterengan : X 02
= Chi Kuadrat
fo = Frekuensi Observasi fh = Frekuensi yang diharapkan (Suharsimi Arikunto,2006: 312) Setelah
harga
Xo2
hasil
perhitungan
diperoleh,
selanjutnya
dikonsultasikan dengan tabel chi kuadrat dengan ketetapan sebagai berikut : 1) Apabila Xo2 > Xt2, sampel berasal dari populasi yang tidak berdistribusi normal. 2) Apabila Xo2 < Xt2, sampel berasal dari populasi yang berdistribusi normal
b. Uji Linearitas
lxxxiv
Uji linearitas dalam penelitian ini meliputi dua bagian yaitu uji linearitas X1 dengan Y dan uji linieritas X2 dengan Y. Untuk keperluan uji linearitas digunakan rumus Sudjana (2001: 332) sebagai berikut : é (å Y )2 ù JK (G ) = å X 1 êå Y 2 ú N û ë JK (TC ) = JK (S ) - JK (G ) dk(TC ) = K - 2 dk(G ) = N - K
RJK (TC ) =
JK (TC )
RJK (G ) =
JK (G )
Fhit =
dk(TC )
dk(G )
RJK (TC ) RJK (G )
Keterangan
:
JK(G) JK(TC) Dk
: Jumlah kuadrat galat : Jumlah kuadrat tuna cocok : Derajad kebebasan, dimana : TC : K – 2 G :N–K RJK(TC) : Rata-rata jumlah kuadrat tuna cocok RJK(G) : Rata-rata jumlah kuadrat galat Fhit : Harga linieritas. (Sudjana,2001: 332) Jika r > 0,050 maka dapat disimpulkan korelasinya linier, sebaliknya jika r < 0,050 maka korelasinya tidak linear.
c. Uji Independensi Uji independensi digunakan untuk mengetahui ada tidaknya hubungan antara variabel bebas, yaitu antara X1 dan X2. Uji independensi ini menggunakan rumus korelasi product moment sebagai berikut :
lxxxv
rX 1 X 2 =
N å X 1 X 2 - (SX 1 )(å X 2 )
{N å X
2 1
}{
- (å X 1 ) N å X 2 - (å X 2 ) 2
2
}
Keterangan : rx1x2
: Koefisien korelasi antara dua prediktor
X
: Jumlah skor prediktor
N
: Jumlah responden
(Sutrisno Hadi,2001: 24)
2. Pengujian Hipotesis Uji prasyarat bila telah dipenuhi maka dapat dilakukan pengujian hipotesis yang telah diajukan. Adapun langkah-langkah dalam pengujian hipotesis dalam penelitian ini adalah sebagai berikut
:
a. Menghitung korelasi sederhana antara X1 dengan Y, dan X2 dengan Y Menggunakan rumus korelasi product moment sebagai berikut
rY1 =
rY2 =
N å X 1Y - (å X 1 )(å Y )
{N å X
2 1
}{
}
- (å X 1 ) N å Y 2 - (å Y ) 2
2
N å X 2Y - (å X 2 )(å Y )
{N å X
2 2
}{
- (å X 2 ) N å Y 2 - (å Y ) 2
:
2
}
(Suharsimi Arikunto, 2006 : 254) Jika r < 0,05 maka dapat disimpulkan korelasinya signifikan b. Mencari persamaan garis regresi linear ganda dengan rumus adalah sebagai berikut :
Y = a0 + a1 X 1 + a2 X 2 + .... + ak X k Menghitung koefisien a0 , a1, dan a2, menggunakan rumus :
(å X )(å X Y ) - (å X X )(å X Y ) = (å X )(å X ) - (å X å X ) 2
a1
2
2
1
2
2
2
1
a2 =
1
2
2
2
1
2
(å X )(å X Y ) - (å X X )(å X Y ) (å X )(å X ) - (å X å X ) 2 1
2
2
2 1
1
2
1
2
2
2
1
lxxxvi
2
a0 = Y - a1 X 1 - a2 X 2 (Sudjana, 2001: 349)
c. Menghitung koefisien korelasi kriterium Y dengan prediktor X1 dan prediktor X2 dengan rumus sebagai berikut : Ry (1, 2) =
a1 å X 1Y + a1 å X 2Y åY 2
Keterangan : Ry(1,2) a1 a2 å X 1Y å X 2Y
: Koefisien korelasi antara Y dengan X1 dan X2 : Koefisien prediktor X1 : Koefisien prediktor X2 : Jumlah produk antara X1 dengan Y : Jumlah produk antara X2 dengan Y
åY 2
: Jumlah kuadrat kriterium Y (Sutrisno Hadi, 2001: 25)
Jika r < 0,01 maka dapat disimpulkan korelasinya sangat signifikan d. Menghitung uji signifikansi antara kriterium Y dengan prediktor X1 dan X2 dengan menggunakan rumus
Fhit =
R2
(1 - R ) 2
Keterangan F n k R2
:
k
(n - k - 1) :
: Harga F garis regresi : Jumlah sampel : Jumlah variabel independen : Koefisien korelasi ganda yang ditemukan (Sudjana, 2001: 385)
e. Menghitung sumbangan relatif (SR) antara X1 dan X2 terhadap Y dengan rumus : X1 =
a1 å X 1Y x100% JK (Re g )
X2 =
a2 å X 2Y x100% JK (Re g )
lxxxvii
(Sutrisno Hadi, 2001: 31) f. Mencari sumbangan efektif (SE) antara X1 dan X2 terhadap Y dengan rumus : X 1 = SR% X 1 ´ R 2 X 2 = SR% X 2 ´ R 2
(Sutrisno Hadi, 2001: 46) Keterangan
:
SR : Sumbangan relatif masing-masing prediktor SE : Sumbangan efektif masing-masing prediktor R2 : Koefisien antara X1 dan X2 dengan Yp BAB IV HASIL PENELITIAN A. Deskripsi Data Deskripsi data merupakan gambaran hasil pengumpulan data dari variabel yang diteliti. Adapun variabel yang diteliti adalah sebagai berikut : 1. Tingkat Pendidikan Orang Tua sebagai variabel bebas pertama (X1). 2. Motivasi Orang tua sebagai variabel bebas kedua (X2). 3. Prestasi Belajar Mata Pelajaran Sosiologi Siswa sebagai variabel terikat (Y). Ketiga data tersebut akan dijelaskan dalam uraian di bawah ini : 1. Prestasi Belajar Sosiologi Siswa Prestasi Belajar Mata Pelajaran Sosiologi Siswa dalam penelitian ini adalah variabel terikat (Y). Berdasarkan hasil distribusi frekuensi skor prestasi belajar mata pelajaran sosiologi, diperoleh hasil sebagai berikut : Skor tertinggi
= 80
Skor terendah
= 68
Simpangan rata-rata
= 1,90
Simpangan baku
= 2,45
Median
= 72,44
lxxxviii
Modus
= 72
Mean
= 72,58 Adapun distribusi frekuensi data tentang prestasi belajar Mata
Pelajaran Sosiologi siswa dapat disajikan dalam tabel berikut : Variat
f
Fx
fx2
f%
fk %-naik
79,5-82,5
1
80
6.400
2,5
100
76,5-79,5
2
154
11.858
5
97,5
73,5-76,5
11
820
61.132
27,5
92,5
70,5-73,5
17
1221
87.705
42,5
65
67,5-70,5
9
628
43.824
22,5
22,5
Total
40
2.903
210.919
100
-
Tabel 4. Distribusi Frekuensi Skor Prestasi Belajar Sosiologi Siswa Berdasarkan tabel distribusi frekuensi variabel Y dapat diketahui bahwa data prestasi belajar siswa yang tertinggi frekuensinya terletak pada interval 70,5 - 73,5 yaitu sebanyak 17 responden. Sedangkan frekuensi terendah terletak pada interval 79,5 – 82,5 sebanyak 2 responden. Lebih jelasnya digambarkan dalam histogram berikut : Distribusi Frekuensi Variabel Prestasi Belajar Siswa (Y)
Frekuensi
20
17
15 10
9
11 2
5
1
0 67,5-70,5 70,5-73,5 73,5-76,5 76,5-79,5 79,5-82,5
Interval
Gambar 2. Grafik Histogram Data Prestasi Belajar Sosiologi Siswa (Y)
Prestasi belajar Mata Pelajaran Sosiologi yang dimiliki siswa kelas XI ilmu sosial SMA Al-Islam I Surakarta berada pada kategori baik. Hasil ini berdasarkan data
frekuensi terbanyak pada interval 70,5-73,5 yaitu 17
responden.
lxxxix
2. Tingkat Pendidikan Orang Tua sebagai variabel bebas pertama (X1). Tingkat Pendidikan Orang tua dalam penelitian ini adalah variabel bebas pertama (X1). Berdasarkan hasil distribusi frekuensi skor pola asuh orang tua, diperoleh hasil sebagai berikut : (1) Skor tertinggi
= 6
(2) Skor terendah
= 4
(3) Simpangan rata-rata = 0,48 (4) Simpangan baku
= 0,68
(5) Mean
= 4,95
(6) Median
= 4,95
(7) Modus
= 5
Adapun distribusi frekuensi data Tingkat Pendidikan Orang Tua dapat disajikan dalam tabel berikut : Variat
f
Fx
fx2
f%
fk %-naik
5,5 – 6,5
8
48
288
20
100
4,5 – 5,5
22
110
550
55
80
3,5 – 4,5
10
40
160
25
25
Total
40
198
998
100
-
Tabel 5. Distribusi Frekuensi Skor Angket Tingkat Orang Tua
Berdasarkan tabel distribusi frekuensi variabel X1 dapat diketahui bahwa data tingkat pendidikan orang tua yang tertinggi frekuensinya terletak pada interval 4,5-5,5 yaitu sebanyak 22 responden. Sedangkan frekuensi terendah terletak pada interval 5,5 – 6,5 yaitu sebanyak 8 responden. Lebih jelasnya digambarkan dalam histogram berikut : Distribusi Frekuensi Variabel Tingkat Pendidikan Orang Tua (X1)
Frekuensi
30
22
20 10
8
10 0 3,5-4,5
4,5-5,5
xc
5,5-6,5
Interval
Gambar 3. Grafik Histogram Tingkat Pendidikan Orang Tua (X1) Tingkat pendidikan orang tua pada masing-masing orang tua siswa kelas XI ilmu sosial SMA Al-Islam 1 Surakarta berada pada kategori sedang. Hasil ini berdasarkan data frekuensi terbanyak pada interval 4,5 – 5,5 yaitu 16 responden.
3. Motivasi Orang Tua sebagai variabel bebas pertama (X2). Motivasi Orang Tua dalam penelitian ini adalah variabel bebas kedua (X2). Berdasarkan hasil distribusi frekuensi skor motivasi orang tua, diperoleh hasil sebagai berikut: (1) Skor tertinggi
= 79
(2) Skor terendah
= 39
(3) Simpangan rata-rata
= 6,01
(4) Simpangan baku
= 8,72
(5) Mean
= 60,70
(6) Median
= 62
(7) Modus
= 61
Adapun distribusi frekuensi data tentang motivasi orang tua dapat disajikan dalam tabel berikut: Variat
f
fx
fx2
f%
fk %-naik
74,5-83,5
1
79
32650
12,5
100
65,5-74,5
12
812
66783
27,5
87,5
56,5-65,5
18
1.111
62216
30
60
47,5-56,5
4
207
36869
20
30
38,5-47,5
5
219
15017
10
10
xci
Total
40
2.428
213535
100
-
Tabel 6. Distribusi frekuensi skor angket motivasi orang tua
Berdasarkan tabel distribusi frekuensi variabel X2 dapat diketahui bahwa data minat baca yang tertinggi frekuensinya terletak pada interval 56,5 – 65,5 yaitu sebanyak 18 responden. Sedangkan frekuensi terendah terletak pada interval 74,5-83,5 yaitu sebanyak 1 responden. Lebih jelasnya digambarkan dalam histogram berikut :
Distribusi Frekuensi Variabel Motivasi Dari Orang Tua (X2) 18
Frekuensi
20 15 10
12 5
5
4 1
0 38,5-47,5
47,5-56,5
56,5-65,5
65,5-74,5
74,5-83,5
Interval
Gambar 4. Grafik Histogram Motivasi Orang Tua (X2). Motivasi yang di berikan orang tua terhadap siswa kelas XI SMA AlIslam I Surakarta berada pada kategori sedang. Hasil ini berdasarkan frekuensi tertinggi terletak pada interval 56,5 – 65,5 sebanyak 18 responden.
B. Pengujian Persyaratan Analisis Data yang telah terkumpul disusun secara sistematis seperti pada lampiran selanjutnya dianalisis untuk membuktikan hipothesis
yang
dirumuskan. Syarat analisis data yang digunakan analisis regresi linier adalah sebaran populasi data harus berdistribusi normal dan variabel bebas harus linier terhadap variabel terikat.
xcii
Hasil uji persyaratan analisis data dapat diperinci antara lain sebagai berikut : 1. Hasil Uji Normalitas Jika p > 0,05 maka data yang diperoleh berdistribusi normal dan apabila p < 0,05 maka data yang diperoleh berdistribusi tidak normal. a) Uji Normalitas variabel Prestasi Belajar Sosiologi (Y) Pada uji normalitas variabel Y ( prestasi belajar mata pelajaran sosiologi siswa ), langkah pertama yang dilakukan adalah membuat tabel rangkuman variabel Y, kemudian dilakukan perhitungan dengan langkah dan rumus sebagai berikut :
Klas
fo
fh
fo-fh
(fo-fh)2
9
1
0,40
0,60
0,30
fo - fh 2 ) fh 0,92
8
2
1,50
0,50
0,25
0,16
7
1
4,45
-3,45
11,89
2,67
6
10
8,48
1,52
2,31
0,27
5
11
10,34
0,66
0,43
0,04
4
6
8,48
-2,48
6,15
0,73
3
8
4,45
3,55
12,62
2,84
2
1
1,50
-0,50
0,25
0,17
1
0
0,40
-0,40
0,16
0,40
Total
40
40
0
-
8,20
Rerata = 72,575
S.B = 2,448
Kai Kuadrat = 8,198
db = 8
(
p = 0,414
Tabel 7. Hasil Uji Normalitas Prestasi Belajar Sosiologi Siswa (Y)
Berdasarkan perhitungan tabel uji normalitas sebaran variabel Y di atas, dapat di peroleh hasil sebagai berikut:
c 2 = 8,198 p = 0,414
xciii
Hasil perhitungan tersebut menunjukkan p > 0,05 yaitu 0,414 > 0,05, maka dapat dinyatakan bahwa sampel yang diambil berasal dari populasi yang berdistribusi normal. Hal ini sesuai dengan kaidah p > 0,05 kesimpulannya normal. b) Uji Normalitas Variabel Tingkat Pendidikan Orang Tua (X1) Pada uji normalitas variabel X1 (Tingkat Pendidikan Orang Tua), langkah pertama yang dilakukan adalah membuat tabel rangkuman variabel X1, kemudian dilakukan perhitungan dengan langkah dan rumus sebagai berikut :
Klas
fo
fh
fo - fh
(fo-fh)2
3
8
6,35
1,65
2,73
( fo - fh) 2 fh 0,43
2
22
27,30
-5,30
28,13
1,03
1
10
6,35
3,65
13,34
2,10
Total
40
40
0
-
3,56
Rerata = 4,950
S.B = 0,677
Kai Kuadrat = 3,561
db = 2
p = 0,169
Tabel 8. Hasil Uji Normalitas Tingkat Pendidikan Orang Tua (X1)
Berdasarkan perhitungan tabel uji normalitas sebaran variabel X1 di atas dapat diperoleh hasil sebagai berikut : c 2 = 3,561 p
= 0,169
Hasil perhitungan tersebut menunjukkan p > 0,05, yaitu 0,169 > 0,05 maka dapat dinyatakan bahwa sampel yang diambil berasal dari populasi yang berdistribusi normal. Hal ini sesuai dengan kaidah p > 0,05 kesimpulannya sebaran normal. c) Uji Normalitas variabel motivasi dari orang tua (X2)
xciv
Pada uji normalitas variabel X2 (motivasi dari orang tua), langkah pertama yang dilakukan adalah membuat tabel rangkuman variabel X2, kemudian dilakukan perhitungan dengan langkah dan rumus sebagai berikut : Klas
fo
fh
fo - fh
(fo-fh)2
10
0
0,33
-0,33
0,11
( fo - fh) 2 fh 0,33
9
1
1,11
-1,11
0,01
0,01
8
1
3,17
-2,17
4,70
1,48
7
11
6,37
4,63
21,46
3,37
6
12
9,03
2,97
8,83
0,98
5
7
9,03
-2,03
4,11
0,46
4
1
6,37
-5,37
28,82
4,53
3
4
3,17
0,83
0,69
0,22
2
2
1,11
0,89
0,80
0,72
1
1
0,33
0,67
0,45
1,38
Total
40
40
0
-
13,46
Rerata
= 60,700
Kai Kuadrat = 13,464
S.B. = 3,718
p = 0,143
db = 9
Tabel 9. Hasil Uji Normalitas Motivasi Orang Tua (X2)
Berdasarkan perhitungan tabel uji normalitas sebaran variabel X2 di atas, dapat diperoleh hasil sebagai berikut: c2 = 13,464 p = 0,143 Hasil perhitungan tersebut menunjukkan p > 0,05 yaitu 0,143 > 0,05 maka dapat dinyatakan bahwa sampel yang diambil berasal dari populasi yang berdistribusi normal. Hal ini sesuai dengan kaidah p > 0,05 kesimpulannya normal. 2. Hasil Uji Linieritas Jika p > 0,05 maka dapat disimpulkan korelasinya linier dan apabila
xcv
p < 0,05 maka korelasinya tidak linier. a) Uji linearitas X1 dengan Y Langkah pertama yang dilakukan untuk mengetahui uji linieritas X1 dengan Y adalah membuat tabel rangkuman analisis linieritas sebagai berikut : Sumber
derajat
R2
db
var
F
p
Regresi
Ke 1
0,023
1
0,023
0,902
0,650
0,977
38
0,026
-
-
Residu Regresi
Ke 2
0,025
2
0,012
0,471
0,633
Beda
Ke 2 - Ke 1
0,002
1
0,002
0,063
0,799
0,975
37
0,026
Residu
Korelasinya Linier Tabel 10. Rangkuman Analisis Linieritas X1 terhadap Y Sebagai langkah pertama membuat tabel rangkuman analisis linieritas seperti tersebut di atas, (Untuk selengkapnya terdapat dalam lampiran hal ....) setelah itu dilakukan perhitungan yang diperoleh hasil sebagai berikut: F = 0,063 p = 0,799 Berdasarkan tabel analisis linieritas X1 dengan Y diperoleh hasil F = 0,063 dan p = 0,799 maka dapat disimpulkan bahwa korelasinya linier, yang artinya apabila predikator (X1) naik satu tingkat, maka variabel kriterium (Y ) akan naik sebesar satu tingkat juga. b) Uji Linieritas X2 dan Y Langkah pertama yang dilakukan untuk mengetahui uji linieritas X2 dengan Y adalah membuat tabel rangkuman analisis linieritas sebagai berikut : Sumber
derajat
R2
db
var
F
p
Regresi
Ke 1
0,069
1
0,069
2,828
0,079
0,931
38
0,024
-
-
Residu Regresi
Ke 2
0,112
2
0,056
2,327
0,110
Beda
Ke 2 - Ke 1
0,042
1
0,042
1,769
0,189
xcvi
Residu
0,888
37
0,024
-
-
Korelasinya Linier Tabel 11. Rangkuman Analisis Linieritas X2 terhadap Y
Sebagai langkah pertama membuat tabel rangkuman analisis linearitas seperti tersebut di atas, (untuk selengkapnya terdapat dalam lampiran hal … ) setelah itu dilakukan perhitungan yang diperoleh hasil sebagai berikut : F = 1,769 p = 0,189 Berdasarkan tabel analisis linearitas X2 dengan Y diperoleh hasil F = 1,769 dan p = 0,189 maka dapat disimpulkan korelasinya linier, yang artinya apabila variabel predikator (X2) naik satu tingkat, maka variabel kriterium (Y) akan naik sebesar satu tingkat juga. C. Pengujian Hipotesis Setelah syarat–syarat tersebut terpenuhi, selanjutnya dapat dilakukan analisis data untuk mengetahui apakah hipotesis yang telah dirumuskan sebelumnya diterima atau ditolak. Adapun teknik analisis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah analisis regresi ganda menggunakan komputer seri SPS program analisis butir (validitas dan reliabilitas instrument) edisi Prof. Sutrisno Hadi dan Yuni Pamardiningsih UGM Yogyakarta tahun 2004 versi IBM/IN. Berdasarkan perhitungan uji hipotesis diperoleh hasil sebagai berikut: 1. Hasil Perhitungan Koefisien korelasi sederhana antara X1 dengan Y dan X2 dengan Y, dengan menggunakan rumus Korelasi Product Moment. Langkah pertama yang dilakukan adalah dengan membuat tabel kerja matriks interkorelasi analisis regresi sebagai berikut : r
X1
X2
Y
X1
1,000
-0,098
-0,152
p
0,000
0,554
0,650
X2
-0,098
1,000
-0,263
xcvii
p
0,554
0,000
0,097
y
-0,152
-0,263
1,000
p
0,650
0,097
0,000
Tabel 12. Matriks Interkorelasional Analisis regresi
a) Koefisien korelasi sederhana antara X1 dengan Y Ho : Tidak ada pengaruh antara tingkat pendidikan orang tua terhadap prestasi belajar sosiologi. Ha : Ada pengaruh antara tingkat pendidikan orang tua terhadap prestasi belajar sosiologi. Setelah membuat tabel kerja, selanjutnya dilakukan perhitungan sesuai dengan rumus yang digunakan. Perhitungan yang telah dilakukan diperoleh hasil sebagai berikut : rx1 y = -0,152 p
= 0,650
Karena p = 0,650, maka berdasarkan pedoman kaidah uji hipotesis menurut Sutrisno Hadi (2004), menyimpulkan bahwa hasilnya signifikan antara X1 dengan Y, karena r > 0,050 yaitu 0,650 > 0,050. Dengan demikian dapat diambil kesimpulan Ha ditolak dan Ho diterima. b) Koefisien korelasi sederhana antar X2 dengan Y Ho : Tidak ada pengaruh antara motivasi dari orang tua terhadap prestasi belajar sosiologi. Ha : Ada pengaruh antara motivasi orang tua terhadap prestasi belajar sosiologi. Setelah membuat tabel kerja, selanjutnya dilakukan perhitungan sesuai dengan rumus yang digunakan. Berdasarkan perhitungan yang telah dilakukan diperoleh hasil : rx2 y = -0,263 p
= 0,097
Karena p = 0,097, maka berdasarkan pedoman kaidah uji hipotesis menurut Sutrisno Hadi (2004), menyimpulkan bahwa hasilnya cukup signifikan antara
xcviii
X2 dengan Y, karena 0,097 < 0,15 yaitu 0,097 < 0,15. Dengan demikian dapat diambil kesimpulan Ha diterima dan Ho ditolak. 2. Hasil perhitungan koefisien korelasi ganda antara X1 dan X2 dengan Y X
Beta ( b)
SB ( b)
r-parsial
t
p
0
80,578560
1
-0,649824
0,563233
-0,185
-1,154
0,255
2
-0,078862
0,043767
-0,283
-1,802
0,076
Galat Baku Est = 2, 383
Korelasi R= 0,318
Tabel 13. Koefisien Beta Dan Korelasi Parsial
Sumber Variasi
JK
db
RK
F
R2
p
Regresi Penuh
23,679
2
11,839
2,085
0,101
0,137
Variabel X2
16,193
1
16,193
7,852
0,069
0,096
Variabel X1
7,486
1
7,486
1,318
0,032
0,257
Residu Penuh
210,103
37
5,678
-
-
-
Total
233,781
39
-
-
-
-
Tabel 14. Rangkuman Analisis Regresi Model Penuh Setelah membuat Tabel kerja dan dilakukan perhitungan sesuai dengan rumus, diperoleh hasil sebagai berikut : R
= 0,318
p
= 0,137
F
= 2,085
Berdasarkan hasil p = 0,137 , maka berdasarkan pedoman kaidah uji hipotesis menurut Sutrisno Hadi (2004), menyimpulkan hasilnya cukup signifikan antara X1 dengan X2, dengan p < 0,150 yaitu 0,137< 0,150 .
xcix
3. Hasil perhitungan sumbangan masing-masing variabel X1 dan X2 dengan Y
Variabel
Korelasi
Lugas
Korelasi
Parsial
Koefisien
Determinasi
X
r xy
p
r par-xy
p
SD Relatif %
SD Efektif %
1
-0,152
0,650
-0,185
0,255
31,615
3,202
2
-0,263
0,097
-0,283
0,076
68,386
6,926
Total
-
-
-
-
100,00
10,129
Tabel 15. Perbandingan Bobot Prediktor - Model Penuh
Berdasarkan tabel perbandingan bobot prediktor model penuh tersebut di atas, maka diperoleh sumbangan determinasi yaitu sumbangan relatif dan sumbangan efektif dari masing-masing prediktor yang bisa dijelaskan sebagai berikut : a) Sumbangan Relatif (SR) variabel Tingkat Pendidikan Orang Tua (X1) dengan Prestasi Belajar Sosiologi (Y) sebesar 31, 615 %. Sedangkan Sumbangan efektif (SE) variabel Tingkat Pendidikan Orang Tua (X1) dengan variabel Prestasi Belajar Sosiologi (Y) sebesar 3,202%. b) Sumbangan Relatif (SR) variabel Motivasi orang tua (X2) dengan Prestasi Belajar Sosiologi (Y) sebesar 68,386 %. Sedangkan Sumbangan Efektif (SE) Motivasi dari orang tua (X2) dengan variabel Prestasi Belajar Sosiologi (Y) sebesar 6,926 %. c) Sumbangan Relatif (SR) variabel Tingkat Pendidikan Orang Tua (X1) dan variabel Motivasi orang tua (X2) dengan variabel Prestasi Belajar Sosiologi (Y) sebesar. 100 %. Sedangkan sumbangan Efektif (SE) variabel Tingkat Pendidikan Orang Tua (X1) dan variabel Motivasi Orang Tua (X2) dengan variabel Prestasi Belajar Sosiologi (Y) sebesar 10,129 %.
D. Kesimpulan Pengujian Hipothesis
c
Setelah melakukan uji hipothesis, maka peneliti dapat menyimpulkan sebagai berikut : 1. Hipothesis pertama Berdasarkan hasil perhitungan pada tabel tentang matriks interkorelasi analisis regresi tersebut di atas maka, diperoleh rx1y = -0,152 dan P = 0,650, maka berpedoman pada kaidah uji hipotesis menggunakan komputer menurut Sutrisno Hadi dihasilkan bahwa Tingkat Pendidikan Orang Tua (X1) tidak mempunyai pengaruh yang signifikan terhadap Prestasi Belajar Sosiologi (Y), karena p > 0,050. Dengan demikian hipotesis peneliti yang berbunyi : “Ada Pengaruh yang signifikan antara Tingkat Pendidikan Orang Tua Terhadap Prestasi Belajar Mata Pelajaran Sosiologi Siswa Kelas XI SMA Al-Islam 1 Surakarta tahun ajaran 2009/2010”, tidak dapat diterima. 2. Hipothesis kedua Berdasarkan hasil perhitungan diperoleh rx2
y
= -0,263 dan p =
0,097 maka berpedoman pada kaidah uji hipothesis menggunakan komputer menurut Sutrisno Hadi dihasilkan bahwa Motivasi orang tua (X2) mempunyai pengaruh yang cukup signifikan dengan Prestasi Belajar Sosiologi (Y), karena p < 0,15. Dengan demikian hipotesis peneliti yang berbunyi: “Ada pengaruh yang signifikan antara Motivasi Orang Tua terhadap Prestasi Belajar Mata Pelajaran Sosiologi Siswa Kelas XI SMA Al-Islam I Surakarta tahun 2009/010”, dapat diterima. 3. Hipothesis Ketiga Berdasarkan hasil perhitungan diperoleh rx1x2 y = 0,318, p = 0,137 dan F = 2,085 maka berpedoman pada kaidah uji hipotesis menggunakan komputer menurut Sutrisno Hadi dihasilkan bahwa Tingkat Pendidikan Orang Tua (X1) dan Motivasi Orang tua (X2) secara bersama-sama mempunyai pengaruh yang cukup signifikan dengan Prestasi Belajar Sosiologi (Y), karena p < 0,150. Dengan demikian hipotesis peneliti yang berbunyi: “Ada pengaruh yang signifikan antara Tingkat Pendidikan Orang Tua dan Motivasi Orang tua
ci
Terhaap Prestasi Belajar Mata Pelajaran Sosiologi Siswa Kelas XI SMA AlIslam 1 Surakarta Tahun Ajaran 2009/2010”, dapat diterima.
E. Pembahasan Hasil Analisis Data Setelah dilakukan analisis data untuk pengujian hipotesis kemudian dilakukan pembahasan hasil analisis data. Pembahasan hasil analisis data sebagai berikut : 1. Pengaruh Antara Variabel X1 terhadap Y Hipotesis yang berbunyi “ada pengaruh yang signifikan antara Tingkat Pendidikan Orang Tua Terhadap Prestasi Belajar Mata Pelajaran Sosiologi Siswa Kelas XI SMA Al-Islam 1 Surakarta Tahun Ajaran 2009/2010” tidak diterima, karena rx1y = -0,152 dan P = 0,650, P > 0,05, 0,650 > 0,05. Hal ini menunjukkan tidak adanya pengaruh yang signifikan antara Tingkat pendidikan Orang Tua (X1) dengan Prestasi Belajar Mata Pelajaran Sosiologi (Y). Berdasarkan penelitian ini, dapat dilihat tingkat pendidikan orang tua tidak berpengaruh dengan prestasi belajar mata pelajaran sosiologi. 2. Pengaruh Antara Variabel X2 terhadap Y Hipotesis yang berbunyi “Ada Pengaruh yang signifikan antara Motivasi Orang Tua terhadap Prestasi Belajar Mata Pelajaran Sosiologi siswa kelas XI SMA Al-Islam 1 Surakarta Tahun Ajaran 2009/2010” diterima, karena rx2
y
= -0,263 dan p = 0,097, p < 0,15, 0,097 < 0,15. Hal ini
menunjukkan adanya pengaruh yang cukup signifikan antara Motivasi Orang Tua (X2) terhadap Prestasi Belajar Mata Pelajaran Sosiologi (Y). Berdasarkan penelitian ini dapat dilihat motivasi dari orang tua berpengaruh terhadap prestasi belajar sosiologi seorang siswa. Orang tua yang memotivasi anaknya dengan baik, akan berpengaruh dengan peningkatan prestasi belajarnya. 3. Pengaruh antara Variabel X1 dan X2 secara bersamaan terhadap Y
cii
Hipotesis yang berbunyi “Ada pengaruh yang signifikan antara Tingkat Pendidikan Orang Tua Dan Motivasi Orang Tua Terhadap Prestasi Belajar Mata Pelajaran Sosiologi Siswa Kelas XI SMA Al-Islam 1 Surakarta Tahun Ajaran 2009/2010” diterima, karena rx1x2 y = 0,318, p = 0,0137 dan F = 2,085, p < 0,015, 0,0137 < 0,015. Hal ini menunjukkan adanya Pengaruh yang cukup signifikan antara tingkat pendidikan orang tua dan motivasi orang tua terhadap prestasi belajar sosiologi. Berdasarkan hasil penelitian ini, dapat disimpulkan bahwa tingkat pendidikan orang tua tidak berpengaruh terhadap prestasi belajar anak. Pada penelitian ini menunjukkan tingkat pendidikan orang tua tergolong pada tingkatan sedang, Hal ini akan berpengaruh terhadap prestasi belajar anak. Karena semakin tinggi pendidikan orang tua akan memberikan pengalaman dan ilmu yang dimiliki seseorang dalam pribadinya. Orang tua yang memiliki tingkat pendidikan tinggi akan mampu mendampingi dan mambantu kesulitan belajar anaknya saat di rumah Prestasi belajar seorang anak akan tercapai apabila orang tua memotivasi anaknya secara terus menerus pada saat belajar di rumah, dalam hal ini kaitannya dengan memberikan perhatian kepada anak dalam melakukan kegiatan belajar, membantu mengatasi masalah dalam belajar, penyediaan fasiltas penunjang sekolah penciptaan kondisi yang kondusif mendukung kegiatan belajar di rumah. Motivasi orang tua merupakan faktor eksternal yang berpengaruh terhadap prestasi belajar anak. Adanya motivasi orang tua akan mendorong siswa untuk selalu bergairah dalam belajarnya karena ditunjang dengan kondisi belajar yang kondusif, stabil serta fasilitas-fasilitas pendukung belajar yang memadai akan menimbulkan dampak positif terhadap dorongan untuk selalu belajar. Pada tingkat pendidikan orang tua dan motivasi orang secara bersama-sama memiliki pengaruh terhadap prestasi belajar mata pelajaran sosiologi siswa. Dengan pengalaman dan ilmu kemampuan yang di miliki orang tua selama menempuh pendidikan di sekolah serta motivasi dari orang
ciii
tua yang akan diberikan kepada anak akan mempunyai pengaruh terhadap prestasi belajar anak. Pencapaian hasil belajar yang meksimal dari siswa diperlukan adanya dorongan motivasi dari orang tua dan dukungan pendidikan orang tua. BAB V KESIMPULAN, IMPLIKASI DAN SARAN
A. Kesimpulan Berdasarkan hasil perhitungan dapat disimpulkan bahwa : 1. Tidak terdapat pengaruh yang signifikan antara Tingkat Pendidikan Orang Tua (X1) terhadap Prestasi Belajar Mata Pelajaran Sosiologi Siswa (Y), dengan rx1y = -0,152 dan P = 0,650, P > 0,05, yaitu 0,650 > 0,05 , sehingga hipotesis pertama, “ada pengaruh yang signifikan antara tingkat pendidikan orang tua terhadap prestasi belajar mata pelajaran sosiologi siswa”, tidak dapat diterima. Hal ini menunjukkan bahwa tinggi pendidikan orang tua tidak berpengaruh terhadap meningkatnya prestasi belajar mata pelajaran sosiologi. 2. Terdapat pengaruh yang cukup signifikan antara minat baca (X2) terhadap prestasi belajar mata pelajaran sosiologi siswa (Y), rx2 y = -0,263 dan p = 0,097, p < 0,015,yaitu 0,097 < 0,15 sehingga hipotesis kedua “ada pengaruh
yang signifikan antara motivasi orang tua terhadap prestasi
belajar mata pelajaran sosiologi siswa”, diterima. Hal ini menunjukkan bahwa motivasi orang tua berpengaruh terhadap pencapaian prestasi belajar siswa. Dengan motivasi orang tua maka prestasi belajar akan semakin meningkat. 3. Terdapat pengaruh yang cukup signifikan antara tingkat pendidikan orang tua (X1) dan motivasi orang tua (X2) secara bersama-sama terhadap prestasi belajar siswa (Y), dengan rx1x2
y
= 0,318, p = 0,0137 dan F =
2,085, p < 0,015, yaitu 0,0137 < 0,0150 sehingga hipotesis ketiga “ada pengaruh yang signifikan antara tingkat pendidikan orang tua dan motivasi
civ
orang tua terhadap prestasi belajar siswa”, diterima. Hal ini menunjukkan bahwa tingkat pendidikan orang tua dan motivasi orang tua secara bersama-sama berpengaruh terhadap pencapaian prestasi belajar siswa.
B. Implikasi Berdasarkan kesimpulan penelitian di atas, maka selanjutnya dikemukakan implikasi hasil penelitian sebagai berikut: 1. Berdasarkan analisis dapat diketahui tidak ada pengaruh yang signifikan antara tingkat pendidikan orang tua terhadap prestasi belajar siswa, memberikan gambaran terhadap tingkat pendidikan orang tua yang tidak berpengaruh terhadap prestasi anak. Dengan hasil analisis data tersebut, tingkat pendidikan orang tua yang dimiliki tidak menunjang peningkatan prestasi belajar anak. Dikarenakan pada tingkat pendidikan orang tua pada data analisa berikut berada pada kategori sedang. 2. Berdasarkan analisis data dapat di ketahui ada pengaruh yang cukup signifikan antara motivasi orang tua terhadap prestasi belajar mata pelajaran sosiologi, sehingga motivasi dari orang tua perlu di tingkatkan. Untuk dapat meningkatkan motivasi dari orang tua perlu adanya komunikasi, perhatian dan keterbukaan antara orang tua dan anak, agar orang tua lebih mengetahui perkembangan anak. Sehingga anak jika ada permasalahan dalam belajarnya nantinya bisa di atasi oleh anak beserta orang tua. 3. Berdasarkan analisis data dapat di ketahui ada pengaruh yang cukup signifikan antara tingkat pendidikan orang tua dan motivasi orang tua terhadap prestasi belajar mata pelajaran sosiologi. Pencapaian hasil prestasi belajar yang maksimal dari siswa/anak diperlukan adanya tingkat pendidikan orang tua dan dorongan motivasi dari orang tua. Motivasi dari orang tua ini dapat berupa perhatian fisik yang berupa pemberian hadiah, menyediaan fasilitas, sarana dan prasarana. Sedangkan perhatian non fisik berupa bimbingan dan pengawasan belajar dari orang tua. Untuk dapat memotivasi, orang tua perlu dukungan kemampuan dari pendidikan yang
cv
telah orang tua punyai, sehingga bimbingan orang tua yang diberikan dapat meningkatkan prestasi belajar yang maksimal.
C. Saran 1. Bagi orang tua a. Diharapkan orang tua selalu mengawasi mengarahkan serta membimbing anak dalam belajar. Khususnya membantu mengatasi kesulitan dalam belajar yang dialami oleh anak-anaknya. b. Orang
tua
diharapkan
memberikan
motivasi
yang
intensif
dan
berkesinambungan terhadap belajar anaknya. Karena dengan adanya motivasi yang intensif dan berkesinambungan diharapkan secara otomatis akan menambah dan meningkatkan prestasi belajar anak. c. Kepada orang tua murid, diharapkan memberikan dan menumbuhkan motivasi kepada anak yang maksimal untuk keberlangsungan proses belajar mengajar, motivasi dan tingkat pendidikan orang tua merupakan salah satu faktor pendukung keberhasilan belajar atau prestasi belajar d. Bagi para orang tua yang tingkat pendidikannya rendah diharapkan selalu menambah wawasan dan pengetahuannya dengan cara sering mengikuti kegiatan keilmuan baik di lingkungan sekitarnya atau ketempat lain, adapun caralain untuk menambah wawasan dan pengetahuan dengan sering membaca buku-buku yang bersangkutan dengan pendidikan, koran, majalah dan sebagainya agar bias membantu membimbing dan mendorong serta mengarahkan anaknya guna mendapatkan prestasi belajar yang baik. 2. Bagi anak a. Di harapkan anak selalu mematuhi orang tua dan melakukan hubungan yang baik di dalam keluarga, sehingga dapat menemukan kesulitan dalam belajar dapat dipecahkan atau dibicarakan dengan sesama anggota keluarga. b. Hendaknya anak menyadari pentingnya suatu prestasi dalam dunia pendidikan sehingga dapat memotivasi dirinya untuk selalu berprestasi.
cvi
3. Bagi sekolah a. Kepala sekolah 1). Hendaknya Kepala Sekolah dapat membina hubungan yang lebih erat dengan pihak orang tua yang pada akhirnya orang tua lebih mudah untuk dihimbau agar lebih memperhatikan pendampingan belajar kepada anak. 2) Hendaknya kepala sekolah dapat memberikan tentang pola belajar yang baik kepada guru perihal keberhasilan prestasi belajar siswa. 3) Hendaknya Kepala Sekolah memberikan fasilitas belajar serta menciptakan lingkungan belajar yang nyaman untuk mendukung keberhasilan belajar siswa b. Guru 1) Hendaknya guru dapat memperhatikan atau memantau perkembangan belajar siswa baik di sekolah maupun di luar sekolah, sehingga perkembangan prestasi belajar siswa dapat diketahui. 2) Hendaknya guru dapat memotivasi siswa untuk meningkatkan minat baca agar prestasi dapat diperoleh secara maksimal. 4. Bagi Pemerintah Daerah a.
Hendaknya pemerintah daerah memperhatikan kebutuhan yang mendukung kegiatan pembelajaran di sekolah, dengan mengadakan program-program kepada institusi sekolah.
b.
Hendaknya pemerintah daerah memberikan bantuan kepada seklolah yang kurang dalam sarana dan prasarana, dalam menunjang pembelajaran di sekolah.
c.
Hendaknya Pemerintah Daerah melakuakan program untuk membantu kepada orang tua / wali siswa yang kurang dalam pembiayaan sekolah dan penunjang sekolah lainnya..
5. Bagi Masyarakat a.
Diharapkan masyarakat mendukung dalam mengadakan suasana yang kondusif dalam kegiatan belajar anak di sekitar lingkungan masyarakat.
cvii
b.
Hendaknya masyarakat mengadakan program yang mendukung kegiatan belajar, dengan melaksanakan program jam wajib belajar anak di setiap harinya.
cviii
DAFTAR PUSTAKA Alisuf Sabri. 1996. Psikologi Pendidikan Berdasarkan Kurikulum Nasional IAIN Fakultas Tarbiyah. Jakarta.: Pedoman Ilmu Jaya Anto Dayan. 1986. Pengantar Metode Statistik Jilid 1. Jakarta : LP3ES. Consuelo. G.Sevilla jesus A Ochave, Twila G Punsalan Bella P Regala Gabriel O Uriarte. 1993. Pengantar Metode Penelitian. Jakarta : Universitas Indonesia. Dimyati dan Mujiono. 2002. Belajar dan Pembelajaran. Jakarta : Rineka Cipta. Hadari Nawawi.1995. Metode Penelitian Bidang Sosial. Yogyakarta : UGM press. Hasbullah.2005. Dasar-dasar Ilmu Pendidikan. Jakarta:Raja Grafindi Persada. Iqbal Hasan. M . 2002. Pokok – Pokok Materi Metodelogi Penelitian dan Aplikasinya. Jakarta : Ghalia Indonesia. Masri Singarimbun dan Sofian Effendi. 1995. Metodologi Penelitian Survei. Jakarta : LP3ES Mar’at. 1984. Sikap manusia Perubahan serta Pengukurannya. Bandung : Ghalia Indah Mochtar Buchori. 1995. Pengantar Psikologi Pendidikan. Bandung : Jermare. Moh. Nazir. 2003. Metode Penelitian. Jakarta : Ghalia Indonesia. Mudhofir. 1990. Teknologi Instruksional. Bandung: Remaja RosdakaryaMuhibbin Syah. 2005. Psikologi Pendidikan. Bandung : Remaja Rosdakarya Nana Sudjana. 1992. CBSA dalam Proses Belajar Mengajar. Bandung : Sinar Baru Al- gersindo Nasution, S. 2004. Metode Research. Jakarta : Bumi Aksara Nasution, Thamrin dan Nasution, Nurhalijah.198..Peran Orangtua dalam Meningkatkan Prestasi Belajar Anak. Jakarta: BPK Gunung Mulia. Ngalim Purwanto.1988. Ilmu Pendidikan, Bandung : Remaja Rosdakarya ___________. 2002. Psikologi Pendidikan, Bandung : Remaja Rosdakarya
cix
Sadirman A M. 2001. Interaksi dan Motivasi Belajar Mengajar, Jakarta : Raja Grafindo Persada Slameto. 2003. Belajar dan Faktor-Faktor yang Mempengaruhinya. Jakarta : Rineka Cipta. Syaifuddin Azwar. 1998. Sikap Manusia,Teori dan Pengukurannya. Yogyakarta: Pustaka Pelajar Offset. ___________.2004. Reliabilitas dan Validitas. Yogyakarta : Pustaka Pelajar Offset. Syaiful Bahri Djamarah. 1994. Prestasin Belajar dan Kompetensi Guru. Surabaya : Usaha Nasional Sudjana. 2001. Metode Statistika. Bandung : Transito. Suharsini Arikunto. 2006. Prosedur Penelitian suatu pendekatan Praktek. Jakarta: Rineka Cipta. Sumardi Suryabrata. 1997. Metodologi Penelitian. Jakarta : Raja Grafindo Sutrisno Hadi. 1994. Metodologi Research : Untuk Penulisan Paper, Skripsi, Thesis dan Disertasi. Yogyakarta : Andi Offset. ____________. 2000. Analisis Regresi. Yogyakarta. : Andi Offset. ____________. 2001. Metode Research Jilid 3. Yogyakarta : Andi Offset. Tim Dosen FIP, IKIP Malang. 1978. Pengantar Dasar-Dasar Kependidikan. Surabaya : Usaha Nasional Undang-Undang RI No. 20 Tahun 2003, Sistem Pendidikan Nasional. Bandung : Citra Umbara Winarno Surakhmand. 1994. Pengantar Penelitian Dasar Metode Teknik. Bandung : Transisto. Winkel. 2004. Psikologi Pengajaran. Jakarta : Eresco Yusuf Marni. 1998. Ilmu Pengantar Pendidikan. Jakarta : Gunung Mulia Zahara Idris. 1995. Pendidikan dan Keluarga. Jakarta : Raja Grafindo
cx
cxi