perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
STUDI KOMPARASI LABORATORIUM RIIL DENGAN LABORATORIUM VIRTUAL PADA PEMBELAJARAN CONTEXTUAL TEACHING AND LEARNING (CTL) TERHADAP PRESTASI BELAJAR DITINJAU DARI KREATIVITAS SISWA PADA MATERI POKOK SISTEM KOLOID KELAS XI SEMESTER GENAP SMA NEGERI 1 CILACAP TAHUN AJARAN 2009/2010
Skripsi
Oleh: IKA NUGRAHA FITRIANA NIM K3306007
PENDIDIKAN KIMIA FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS SEBELAS MARET SURAKARTA 2010
commit to user i
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
STUDI KOMPARASI LABORATORIUM RIIL DENGAN LABORATORIUM VIRTUAL PADA PEMBELAJARAN CONTEXTUAL TEACHING AND LEARNING (CTL) TERHADAP PRESTASI BELAJAR DITINJAU DARI KREATIVITAS SISWA PADA MATERI POKOK SISTEM KOLOID KELAS XI SEMESTER GENAP SMA NEGERI 1 CILACAP TAHUN AJARAN 2009/2010
Oleh : Ika Nugraha Fitriana K 3306007
Skripsi
Ditulis dan Diajukan Untuk Memenuhi Persyaratan dalam Menyusun Skripsi Program Pendidikan Kimia Jurusan Pendidikan Matematika dan IlmuPengetahuan Alam
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS SEBELAS MARET SURAKARTA 2010
commit to user ii
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
PERSETUJUAN
Telah disetujui untuk dipertahankan di hadapan Tim Penguji Skripsi Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Sebelas Maret Surakarta. Hari
:
Tanggal :
Persetujuan Pembimbing Dosen Pembimbing I
Dosen Pembimbing II
Prof. Dr. Ashadi NIP. 19510102 197501 1 001
Dra. Bakti Mulyani, M. Si NIP. 131 472 285
commit to user iii
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
PENGESAHAN Skripsi ini telah dipertahankan di hadapan Tim Penguji Skripsi Program Kimia Jurusan P.MIPA Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Sebelas
Maret
Surakarta
dan
diterima
untuk
memenuhi
persyaratan
mendapatkan gelar Sarjana Pendidikan Pada hari : Tanggal : Tim Penguji Skripsi Nama Terang
Tanda Tangan
Ketua
: Dra. Tri Redjeki, M.Si NIP. 19510601 197603 2 004
Sekretaris
: Drs. H. Sugiharto, Apt., M.Si NIP. 19490317 197603 1 002
Anggota I
: Prof. Dr. Ashadi NIP. 19510102 197501 1 001
Anggota II
: Dra. Bakti Mulyani, M.Si NIP. 131 472 285
Disahkan Oleh : Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Sebelas Maret Dekan,
Prof. Dr. M. Furqon Hidayatullah, M. Pd. NIP. 19600727 198702 1 001
commit to user iv
.................
.................
.................
.................
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
ABSTRAK
Ika Nugraha Fitriana. K3306007. STUDI KOMPARASI LABORATORIUM RIIL DENGAN LABORATORIUM VIRTUAL PADA PEMBELAJARAN CONTEXTUAL TEACHING AND LEARNING (CTL) TERHADAP PRESTASI BELAJAR DITINJAU DARI KREATIVITAS SISWA PADA MATERI POKOK SISTEM KOLOID KELAS XI SEMESTER GENAP SMA NEGERI 1 CILACAP TAHUN AJARAN 2009/2010. Skripsi. Surakarta : Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Sebelas Maret, Juli 2010. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui: (1) Pengaruh penggunaan pendekatan CTL menggunakan laboratorium riil dan CTL menggunakan laboratorium virtual terhadap prestasi belajar siswa pada materi pokok sistem koloid. (2) Pengaruh tingkat kreativitas terhadap prestasi belajar siswa pada materi pokok sistem koloid. (3) Interaksi antara pembelajaran CTL menggunakan laboratorium riil dan virtual dengan kreativitas siswa terhadap prestasi belajar siswa pada materi pokok sistem koloid. Penelitian ini menggunakan metode eksperimental dengan rancangan penelitian desain faktorial 2 × 2. Sampel dalam penelitian adalah siswa kelas XI IA RSBI 1 dan XI IA RSBI 6 semester genap SMA Negeri 1 Cilacap Tahun Ajaran 2009/2010. Pengambilan sampel dilakukan secara Random Sampling. Teknik pengumpulan data menggunakan metode tes objektif untuk prestasi belajar kognitif dan metode angket untuk prestasi belajar afektif dan kreativitas. Analisis data menggunakan Analisis Variansi Dua Jalan dengan Sel Tak Sama dengan persyaratan uji normalitas dengan uji Liliefors, uji homogenitas dengan uji Bartlet dan dilanjutkan dengan uji komparasi ganda dengan metode Scheffe. Berdasarkan hasil penelitian dapat disimpulkan: (1) Prestasi belajar siswa pada pembelajaran CTL menggunakan laboratorium riil lebih tinggi daripada CTL menggunakan laboratorium virtual pada materi kimia sistem koloid. Hal ini ditunjukkan pada kelas pembelajaran CTL menggunakan laboratorium riil dengan rata-rata selisih nilai kognitif 50,733 dan afektif 111,808, sedangkan kelas pembelajaran CTL menggunakan laboratorium virtual dengan rata-rata selisih nilai kognitif 44,082 dan afektif 103,794. (2) Prestasi belajar siswa yang memiliki kreativitas tinggi lebih tinggi daripada siswa yang memiliki kreativitas rendah pada materi sistem koloid. Hal ini ditunjukkan dengan harga Fhitung>Ftabel yaitu 4,43 > 3,978 untuk aspek kognitif dan untuk aspek afektif dengan harga Fhitung > Ftabel yaitu 12,962> 3,978. (3) Tidak ada interaksi antara pembelajaran CTL menggunakan laboratorium riil dan pembelajaran CTL menggunakan laboratorium virtual dengan kreativitas siswa terhadap prestasi belajar siswa pada materi pokok sistem koloid. Hal ini ditunjukkan dengan harga Fhitung(0,3) < Ftabel(3,978) untuk aspek kognitif dan untuk aspek afektif Fhitung(0,00976) < Ftabel(3,978). Kata kunci: CTL (Contextual Teaching and Learning), laboratorium riil, laboratorium virtual, sistem koloid.
commit to user v
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
ABSTRACT Ika Nugraha Fitriana. K3306007. A COMPARATIVE STUDY OF REAL LABORATORY WITH VIRTUAL LABORATORY IN CONTEXTUAL TEACHING AND LEARNING (CTL) TOWARD LEARNING ACHIEVEMENT VIEWED FROM STUDENT’S CREATIVITY ON SUBJECT MATTER COLLOIDAL SYSTEM AT SECOND GRADE AT EVEN SEMESTER IN SMA NEGERI 1 CILACAP ACADEMIC YEAR 2009/2010. Minor Thesis. Surakarta: Faculty of Teacher Training and Education, Sebelas Maret University, July 2010. The aims of this research to knows: (1) The influence of implementation CTL by using real laboratory and virtual laboratory toward learning achievement on subject matter colloidal system. (2) The influence of creativity level toward student’s achievement on subject matter colloidal system. (3) The interaction between CTL by using real laboratory and virtual laboratory with student’s creativity toward student’s achievement on subject matter colloidal system. This research used an experiment method by using factorial design 2 x 2. The sample in this research were the student’s of XI Science RSBI 1 and XI Science RSBI 6 in State Senior High School 1 Cilacap in 2009/2010 period. Sampling technique is used Random Sampling. Data collection technique gained from objective test method to measure cognitive learning achievement and questionnaire method to measure affective achievement and creativity. The analysis of data technique used in this research was A Two-Way Variance Analysis with different cells which had the requirement Liliefors test to analyze normality, Bartllet test to analyze homogeneity and continued with double comparative test that use Scheffe method. Based on this research of the analysis can be conclude: (1) The student’s achievement of CTL by using real laboratory is higher than student’s achievement of CTL by using virtual laboratory on subject matter of colloidal system. It can be shown that CTL by using real laboratory class has average cognitive point difference 50,733 and affective 111,808, while CTL by using virtual laboratory class has average cognitive point difference 44,082 and affective 103,794. (2) The achievement of the students which have high creativity is higher than the students which have low creativity on subject matter colloidal system. It can be shown by the value Fobs > Ftable is 4,43 > 3,978 for cognitive achievement and 12,962> 3,978 for affective. (3) There is no interaction between CTL by using real laboratory and CTL by using virtual laboratory with the student’s creativity toward student’s achievement on subject matter colloidal system. It can be shown by the value Fobs(0,3) < Ftable(3,978) for cognitive achievement and Fobs(0,00976) < Ftable (3,978) for affective. Keywords:
CTL (Contextual Teaching and Learning), real laboratory, virtual laboratory, colloidal system
commit to user vi
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
MOTTO “Sesungguhnya sesudah ada kesulitan itu ada kemudahan. Maka apabila telah selesai (dari suatu urusan) kerjakan sungguh-sungguh urusan yang lain” (QS. Al-Insyirah: 6-7) “…..Sesungguhnya Allah tidak akan mengubah keadaan suatu kaum sebelum mereka mengubah keadaan diri mereka sendiri” (QS. Ar Ra’d : 11) “Confusion is the biggest enemy of good thinking. Simplicity is the key. When thinking is clear and simple, it becomes more enjoyable and more effective” (Edward de Bono) “Plan your work and work your plan” (Penulis)
commit to user vii
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
PERSEMBAHAN
Makalah Skripsi ini dipersembahkan kepada: •
Alm Bapak, semoga aku bisa membanggakanmu
•
Ibu tercinta atas segala doa yang tak pernah terputus, cinta, kasih sayang dan pengorbanannya demi sebuah cita-cita
•
Adikku yang senantiasa memberi semangat dan doa
•
My dear, yang selalu memberikan dukungan, bantuan, dan semangat untuk selalu optimis
•
Teman-teman Wisma en_en yang selalu menemani dalam keadaan senang dan sedih
•
Teman-Teman Kimia’06 dan Almamater
•
Sahabat-sahabatku yang selalu memberi motivasi
Karya ini adalah wujud rasa cinta, hormat dan bakti. Semoga Allah SWT melimpahkan rahmat dan karuniaNya atas semua ini.
commit to user viii
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
KATA PENGANTAR Puji syukur kehadirat Allah SWT. Hanya karena rahmat dan hidayah-Nya, penyusunan Skripsi ini dapat diselesaikan. Penyusunan Skripsi ini untuk memenuhi sebagian persyaratan guna mendapat gelar Sarjana Pendidikan. Banyak hambatan yang menimbulkan kesulitan dalam penulisan Skripsi ini. Namun berkat bantuan dari berbagai pihak akhirnya kesulitan yang timbul dapat diatasi. Oleh karena itu, atas segala bentuk bantuannya disampaikan terima kasih kepada yang terhormat: 1. Prof. Dr. M. Furqon Hidayatullah, M.Pd, Selaku Dekan Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Sebelas Maret Surakarta yang telah memberikan ijin penelitian. 2. Dra. Hj. Kus Sri Martini, M.Si, Selaku Ketua Jurusan P.MIPA Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Sebelas Maret Surakarta yang telah menyetujui permohonan penyusunan Skripsi. 3. Dra. Tri Redjeki, M.S, Selaku Ketua Program Kimia Jurusan P. MIPA Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Sebelas Maret Surakarta. 4. Drs. Haryono, M.Pd, Selaku Koordinator Skripsi Program Kimia Jurusan P.MIPA Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Sebelas Maret Surakarta. 5. Prof. Dr. Ashadi, Selaku Dosen Pembimbing I yang telah membimbing dalam penyusunan Skripsi ini. 6. Dra. Bakti Mulyani, M.Si, Selaku Dosen Pembimbing II yang telah membimbing dalam penyusunan Skripsi ini. 7. Drs. Tri Winarso, M.Ed., Selaku Kepala SMA Negeri I Cilacap yang telah mengijinkan penulis untuk mengadakan penelitian. 8. Ani Parwati, S.Pd, Selaku guru mata pelajaran Kimia SMA Negeri I Cilacap yang telah memberikan waktu mengajar kepada penulis untuk mengadakan penelitian. 9. Orang tua dan keluarga yang telah memberikan fasilitas dan do’a restu sehingga penulis dapat menyelesaikan Skripsi ini.
commit to user ix
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
10. My dear, Evan yang telah membantu baik material maupun spiritual dari awal hingga akhir Skripsi ini. 11. Sahabat-sahabatku (Hezty, Yayiek, Dee, Nichen) yang selalu memberi semangat untuk maju. 12. Teman-teman Kimia angkatan ’06 terimakasih untuk segala dukungan, persahabatan dan bantuannya. 13. Teman-teman Wisma en_en (Ria, Nichen, Chandra, Santi, Fitri) 14. Semua pihak yang tidak dapat penulis sebutkan satu persatu yang membantu sehingga penulis dapat menyelesaikan Skripsi ini. Semoga amal baik semua pihak tersebut mendapatkan imbalan dari Allah SWT. Penulis menyadari bahwa dalam Skripsi ini masih ada kekurangan. Oleh karena itu, saran dan kritik yang bersifat membangun sangat diharapkan demi sempurnanya Skripsi ini. Namun demikian penulis berharap semoga Skripsi ini bermanfaat bagi perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi. Surakarta, Agustus 2010
Penulis
commit to user x
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
DAFTAR ISI HALAMAN JUDUL .........................................................................................
i
HALAMAN PENGAJUAN....... .......................................................................
ii
HALAMAN PERSETUJUAN....... .................................................................. iii HALAMAN PENGESAHAN ........................................................................... iv ABSTRAK .........................................................................................................
v
ABSTRACT ....................................................................................................... vii MOTTO ............................................................................................................. ix PERSEMBAHAN.............................................................................................. xi KATA PENGANTAR ....................................................................................... xii DAFTAR ISI ...................................................................................................... xiii DAFTAR TABEL ............................................................................................. xv DAFTAR GAMBAR...................................................................................... xvii DAFTAR LAMPIRAN ..................................................................................... xviii
BAB I.
PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah ..............................................................
1
B. Identifikasi Masalah……………………………………………
4
C. Pembatasan Masalah…………………………………………...
5
D. Perumusan Masalah……………………………………………
5
E.
Tujuan Penelitian………………………………………………
6
F.
Manfaat Penelitian……………………………………………… 6
BAB II. LANDASAN TEORI A. Tinjauan Pustaka………………………………………………..
8
1. Studi Komparasi ....................................................................
8
2. Belajar dan Pembelajaran…………………………………... 8 3. Contextual Teaching and Learning (CTL)…….................... 11 a. Definisi CTL..................................................................... 11 b. Komponen CTL ................................................................ 12
commit to user xi
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
4. Laboratorium ........................................................................ 17 a. Laboratorium Riil ............................................................. 17 b. Laboratorium Virtual ....................................................... 18 5. Prestasi Belajar ..................................................................... 20 a. Ranah Kognitif ............................................................... 21 b. Ranah Afektif .................................................................. 22 c. Ranah Psikomotorik ........................................................ 22 6. Kreativitas ............................................................................. 23 a. Definisi Kreativitas.......................................................... 23 b. Ciri-ciri Kreativitas.......................................................... 24 c. Pengukuran Kreativitas...................................................
26
7. Materi Sistem Koloid ............................................................ 26 a. Sistem Koloid ................................................................. 27 b. Sifat-sifat Koloid ............................................................ 29 1) Efek Tyndall ................................................................ 29 2) Gerak Brown ............................................................... 30 3) Muatan Koloid ............................................................. 31 4) Koagulasi ..................................................................... 32 5) Koloid Pelindung.......................................................... 34 6) Dialisis .......................................................................... 34 7) Koloid Liofil dan Koloid Liofob .................................. 35 c. Pengolahan Air Bersih ................................................... 37 d. Pembuatan Sistem Koloid .............................................. 39 B. Hasil Penelitian Yang Relevan………………………………… 40 C. Kerangka Berfikir……………………………………………… 43 D. Hipotesis………………………..................…………………… 47
BAB III. METODOLOGI PENELITIAN A. Tempat dan Waktu Penelitian ..................................................... 48 B. Metode Penelitian ........................................................................ 48 C. Variabel Penelitian ...................................................................... 49
commit to user xii
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
D. Populasi dan Sampel.................................................................... 50 1. Populasi ................................................................................. 50 2. Sampel ................................................................................... 51 E. Teknik Pengumpulan Data ......................................................... 51 1. Metode Tes ............................................................................ 51 2. Metode Angket ...................................................................... 51 F. Instrumen Penelitian .................................................................... 51 1. Instrumen Penilaian Kognitif ................................................ 51 a. Uji Validitas .................................................................... 51 b. Uji Reliabilitas ................................................................ 53 c. Uji Taraf Kesukaran Soal ................................................ 54 d. Daya Pembeda Soal......................................................... 55 2. Instrumen Penilaian Afektif .................................................. 56 a. Uji Validitas .................................................................... 57 b. Uji Reliabilitas ................................................................ 57 3. Instrumen Penilaian Kreativitas Siswa ................................. 59 a. Uji Validitas .................................................................... 59 b. Uji Reliabilitas ................................................................ 60 G. Teknik Analisis Data ................................................................... 61 1.
Uji Prasyarat ......................................................................... 61 a. Uji Normalitas ................................................................. 61 b. Uji Homogenitas ............................................................. 62
2. Pengujian Hipotesis............................................................... 62 3. Analisis Variansi Dua Jalan .................................................. 62 4. Uji Komparasi Ganda............................................................ 66
BAB IV. HASIL PENELITIAN A. Deskripsi Data ............................................................................. 68 1.
Data Nilai Kreativitas Siswa ................................................ 68
2.
Prestasi Belajar Siswa pada Materi Sistem Koloid .............. 70
3.
Data Selisih Nilai Kognitif pada Materi Sistem Koloid ....... 70
commit to user xiii
perpustakaan.uns.ac.id
4.
digilib.uns.ac.id
Nilai Afektif pada Materi Sistem Koloid ............................. 71
B. Hasil Penelitian ............................................................................ 73 1.
Uji Normalitas ...................................................................... 73
2.
Uji Homogenitas................................................................... 74
C. Hasil Pengujian Hipotesis ............................................................ 75 1.
Analisis Variansi Dua Jalan dengan Sel Tak Sama ............. 75
2.
Uji Lanjut Pasca Anava Dua Jalan ....................................... 78 a.
Aspek Kognitif .............................................................. 78
b.
Aspek Afektif ................................................................ 79
E. Pembahasan ................................................................................. 80 1.
Pengujian Hipotesis Pertama..... ........................................... 80 a.
Aspek Kognitif .............................................................. 81
b.
Aspek Afektif ................................................................ 83
2.
Pengujian Hipotesis Kedua..... ............................................. 84
3.
Pengujian Hipotesis Ketiga..... ............................................. 85
BAB V. KESIMPULAN, IMPLIKASI dan SARAN A. Kesimpulan .................................................................................. 87 B. Implikasi ...................................................................................... 88 C. Saran ............................................................................................ 88 DAFTAR PUSTAKA ........................................................................................ 90 LAMPIRAN ....................................................................................................... 92
commit to user xiv
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
DAFTAR TABEL Tabel 1.
Perbedaan Larutan, Koloid, dan Suspensi.........…………....
27
Tabel 2.
Jenis-Jenis Koloid ………………………….……………...
28
Tabel 3.
Perbedaan Sol Hidrofil dan Sol Hidrofob....................…….
37
Tabel 4.
Desain Penelitian: Faktorial 2x2...........................................
48
Tabel 5.
Rangkuman Hasil Uji Validitas Instrumen Penilaian Kognitif.................................................................................
Tabel 6.
53
Rangkuman Hasil Uji Reliabilitas Instrumen Penilaian Kognitif.................................................................................
54
Tabel 7.
Rangkuman Hasil Uji Indeks Kesukaran Soal......................
55
Tabel 8.
Rangkuman Hasil Uji Daya Pembeda Soal...........................
56
Tabel 9.
Skor Penilaian Afektif...........................................................
56
Tabel 10.
Rangkuman Hasil Uji Validitas Instrumen Afektif...............
57
Tabel 11.
Rangkuman Hasil Uji Reliabilitas Instrumen Afektif...........
58
Tabel 12.
Skor Penilaian Kreativitas.....................................................
59
Tabel 13.
Rangkuman Hasil Uji Validitas Instrumen Kreativitas.........
60
Tabel 14.
Rangkuman Hasil Uji Reliabilitas Instrumen Kreativitas.....
61
Tabel 15.
Notasi dan Tata Letak Data...................................................
64
Tabel 16.
Rangkuman Analisis Variansi Dua Jalan Sel Tak Sama.......
66
Tabel 17.
Perbandingan Distribusi Frekuensi Nilai Kreativitas Siswa antara Kelas Eksperimen I dan Kelas Eksperimen II Pada Materi Sistem Koloid............................................................
69
Tabel 18.
Rangkuman Deskripsi Data Penelitian..................................
70
Tabel 19.
Perbandingan Distribusi Frekuensi Selisih Nilai Kognitif Siswa antara Kelas Eksperimen I dan Kelas Eksperimen II Pada Materi Sistem Koloid...................................................
Tabel 20.
71
Perbandingan Distribusi Frekuensi Selisih Nilai Afektif Kelas Eksperimen I dan Kelas Eksperimen II Pada Materi Sistem Koloid…....................................................................
commit to user xv
72
perpustakaan.uns.ac.id
Tabel 21.
Ringkasan
digilib.uns.ac.id
Hasil
Uji
Normalitas
Selisih
Nilai
Kognitif……………........................................................….
73
Tabel 22.
Ringkasan Hasil Uji Normalitas Prestasi Afektif………….
74
Tabel 23.
Hasil Uji Homogenitas Prestasi Kognitif dan Afektif……..
75
Tabel 24.
Rataan dan Jumlah Rataan Selisih Nilai Kognitif...............
76
Tabel 25.
Rangkuman Analisis Variansi Dua Jalan dengan Sel Tak Sama Aspek Kognitif…………………………………..…..
76
Tabel 26.
Rataan dan Jumlah Rataan Prestasi Afektif………………..
76
Tabel 27.
Rangkuman Analisis Variansi Dua Jalan dengan Sel Tak Sama Aspek Afektif………………………………......…....
77
Tabel 28.
Rangkuman Hasil Uji lanjut Pasca Anava Prestasi Kognitif
78
Tabel 29.
Rangkuman Hasil Uji lanjut Pasca Anava Prestasi Afektif..
79
commit to user xvi
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
DAFTAR GAMBAR Gambar 1.
Ciri-ciri Kreativitas Ditinjua Secara Kognitif dan Afektif........
24
Gambar 2.
Suspensi.....................................................................................
28
Gambar 3.
Koloid........................................................................................
28
Gambar 4.
Parfum................................................................................. ….
29
Gambar 5.
Beberapa Produk Kosmetik…………….. ……………………
29
Gambar 6.
Larutan Sejati.................................................... .......................
29
Gambar 7.
Sistem Koloid........................................................... …………
29
Gambar 8.
Gerak Brown………………………………………………….
30
Gambar 9.
Arah Tumbukan Molekul Medium dengan Partikel Zat ..........
30
Gambar 10.
Adsorbsi Ion-Ion dalam Air........................…………………..
31
Gambar 11.
Sel Elektrolisis Sederhana........................................................
32
Gambar 12.
Koagulasi Koloid Karena Penambahan Elektrolit....................
33
Gambar 13.
Dialisis..................……………………………………………
34
Gambar 14.
Diagram Suatu Dialisis Darah..................................................
35
Gambar 15.
Contoh Koloid Hidrofob dan Hidrofil...………………………
36
Gambar 16.
Susunan Alat Penyaring Air Sederhana.....................................
38
Gambar 17.
Bagan Pengolahan Air Bersih....................................................
38
Gambar 18.
Bagan Kerangka Berpikir..........................................................
46
Gambar 19.
Histogram Perbandingan Nilai Kreativitas Siswa antara Kelas Eksperimen I dan Kelas Eksperimen II pada Materi Sistem Koloid.........................................................................................
Gambar 20.
69
Histogram Perbandingan Selisih Nilai Kognitif antara Kelas Eksperimen I dan Kelas Eksperimen II Pada Materi Sistem Koloid.........................................................................................
Gambar 21.
Histogram
Perbandingan
Nilai
Afektif
antara
71
Kelas
Eksperimen I dan Kelas Eksperimen II Pada Materi Sistem Koloid………………………………………………………….
commit to user xvii
73
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
DAFTAR LAMPIRAN Lampiran 1.
Silabus Pembelajaran...................................................…
92
Lampiran 2.
Lesson Plan (Rencana Pelaksanaan Pembelajaran)…….
94
Lampiran 3.
Kisi-kisi Penyusunan Penilain Aspek Kognitif...…….…
102
Lampiran 4.
Instrumen Penilaian Kognitif..……………………….…
103
Lampiran 5.
Kunci Jawaban Instrumen Kognitif.………………….…
112
Lampiran 6.
Lembar Jawaban…………………………………….…..
113
Lampiran 7.
Kisi-kisi dan Indikator Angket Afektif……………….…
114
Lampiran 8.
Angket Aspek Afektif…………………………….….….
116
Lampiran 9.
Kisi-kisi dan Indikator Instrumen Kreativitas…….…….
119
Lampiran 10.
Angket Kreativitas Siswa…………………….…………
120
Lampiran 11.
Colloid Experiment’s Guide (Petunjuk Praktikum Koloid)…………………………………………………..
Lampiran 12.
Uji Validitas, Reliabilitas, Daya Pembeda dan Taraf Kesukaran Soal Penilaian Kognitif..................................
Lampiran 13.
132
Uji Validitas dan Reliabilitasn Instrumen Aspek Afektif...............................................................................
Lampiran 14.
124
Uji
Validitas
dan
Reliabilitasn
136
Instrumen
Kreativitasa.......................................................................
140
Lampiran 15.
Data Induk Penelitian.......................................................
144
Lampiran 16.
Distribusi Frekuensi Data Kreativitas..............................
145
Lampiran 17.
Distribusi Frekuensi Data Prestasi Kognitif.....................
148
Lampiran 18.
Distribusi Frekuensi Data Prestasi Afektif.......................
151
Lampiran 19.
Uji Normalitas Kreativitas Kelas Eksperimen I...............
154
Lampiran 20.
Uji Normalitas Kreativitas Kelas Eksperimen II..............
155
Lampiran 21.
Uji
Normalitas
Prestasi
Belajar
Kognitif
Kelas
Eksperimen I................................................................... Lampiran 22.
Uji
Normalitas
Prestasi
Belajar
Kognitif
Kelas
Eksperimen II..................................................................
commit to user xviii
156 157
perpustakaan.uns.ac.id
Lampiran 23.
digilib.uns.ac.id
Uji
Normalitas
Prestasi
Kognitif
Ditinjau
dari
Kreativitas Tinggi Kelas Eksperimen I....................... Lampiran 24.
Uji
Normalitas
Prestasi
Kognitif
Ditinjau
dari
Kreativitas Rendah Kelas Eksperimen I.......................... Lampiran 25.
Uji
Normalitas
Prestasi
Kognitif
Ditinjau
Uji
Normalitas
Prestasi
Kognitif
Ditinjau
161
Uji Normalitas Prestasi Kognitif Kelas Kreativitas Tinggi...............................................................................
Lampiran 28.
160
dari
Kreativitas Rendah Kelas Eksperimen II......................... Lampiran 27.
159
dari
Kreativitas Tinggi Kelas Eksperimen II........................... Lampiran 26.
158
162
Uji Normalitas Prestasi Kognitif Kelas Kreativitas Rendah.............................................................................
163
Lampiran 29.
Uji Normalitas Prestasi Afektif Kelas Eksperimen I......
164
Lampiran 30.
Uji Normalitas Prestasi Afektif Kelas Eksperimen II.....
165
Lampiran 31.
Uji Normalitas Prestasi Afektif Ditinjau dari Kreativitas Tinggi Kelas Eksperimen I...............................................
Lampiran 32.
Uji Normalitas Prestasi Afektif Ditinjau dari Kreativitas Rendah Kelas Eksperimen I.............................................
Lampiran 33.
169
Uji Normalitas Prestasi Afektif Kelas Kreativitas Tinggi..............................................................................
Lampiran 36.
168
Uji Normalitas Prestasi Afektif Ditinjau dari Kreativitas Rendah Kelas Eksperimen II............................................
Lampiran 35.
167
Uji Normalitas Prestasi Afektif Ditinjau dari Kreativitas Tinggi Kelas Eksperimen II..............................................
Lampiran 34.
166
170
Uji Normalitas Prestasi Afektif Kelas Kreativitas Rendah..............................................................................
171
Lampiran 37.
Uji Homogenitas Prestasi Kognitif Siswa........................
172
Lampiran 38.
Uji Homogenitas Prestasi Kognitif Siswa Ditinjau dari Kreativitas.........................................................................
173
Lampiran 39.
Uji Homogenitas Antar Sel (Kognitif).............................
174
Lampiran 40.
Uji Homogenitas Prestasi Afektif Siswa..........................
175
commit to user xix
perpustakaan.uns.ac.id
Lampiran 41.
digilib.uns.ac.id
Uji Homogenitas Prestasi Afektif Siswa Ditinjau dari Kreativitas.........................................................................
176
Lampiran 42.
Uji Homogenitas Antar Sel (Afektif)...............................
177
Lampiran 43.
Analisis Variansi Dua Jalan Sel Tak Sama (Kognitif).....
178
Lampiran 44.
Uji Lanjut Pasca Analisis Variansi Dua Jalan (Kognitif)
182
Lampiran 45.
Analisis Variansi Dua Jalan Sel Tak Sama (Kognitif).....
184
Lampiran 46.
Uji Lanjut Pasca Analisis Variansi Dua Jalan (Afektif)..
188
Lampiran 47.
Media Laboratorium Virtual............................................
190
Lampiran 48.
Dokumentasi Penelitian...................................................
197
commit to user xx
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah Masalah mutu pendidikan merupakan salah satu masalah yang harus segera diselesaikan oleh bangsa Indonesia. Upaya peningkatan mutu pendidikan
tidak
terlepas dari kualitas kegiatan belajar mengajar di kelas. Kegiatan pembelajaran di kelas merupakan bagian dari proses pendidikan yang bertujuan untuk membawa suatu keadaan kepada keadaan baru yang lebih baik. Keberhasilan proses pendidikan dipengaruhi oleh faktor eksternal dan internal. Faktor eksternal
meliputi
pemanfaatan prinsip-prinsip pembelajaran seperti pendekatan, model, strategi, dan metode pembelajaran. Hal ini harus dimanfaatkan secara optimal supaya mampu mengembangkan semua unsur internal yang dimiliki peserta didik secara lebih intensif. Pendekatan-pendekatan yang digunakan hendaknya mengacu pada empat pilar pendidikan yang dicanangkan oleh UNESCO yang terdapat dalam buku Learning: The Treasure Within yaitu belajar untuk mengetahui (learning to know), belajar untuk melakukan sesuatu/bekerja terampil (learning to do), belajar untuk menjadi seseorang/pribadi (learning to be), dan belajar untuk menjalani kehidupan bersama (learning to live together). Jadi, pembelajaran yang dilaksanakan tidak lagi berpusat pada guru melainkan berpusat pada siswa (Syafaruddin, 2002: 3). Sejauh ini pembelajaran yang diterapkan di Indonesia hanya bersifat satu arah berupa transfer pengetahuan dari guru ke siswa yang menitikberatkan pada penguasaan materi dan belum menuju pada aspek kecakapan hidup (life skill oriented) sehingga hasil pendidikan hanya tampak dari kemampuan siswa menghafal fakta-fakta dalam jangka pendek. Belajar akan lebih bermakna jika anak ‘mengalami’ sendiri apa yang dipelajari bukan sekedar mengetahuinya. Sehingga diperlukan konsepsi pembelajaran yang bisa meghadirkan situasi belajar yang bermakna bagi siswa. Hal ini akan terwujud jika dalam pembelajaran terdapat upaya untuk menghadirkan suasana realistis yang bisa menghubungkan antara pengetahuan yang diajarkan dengan situasi dunia nyata siswa.
commit to user 1xxi
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 2
Pendekatan kontekstual merupakan salah satu bentuk pendekatan pembelajaran yang dapat digunakan kearah kecakapan hidup (life skill). Kecakapan hidup atau life skill merupakan kecakapan yang dimiliki seseorang untuk berani menghadapi problema hidup dengan wajar tanpa merasa tertekan kemudian secara proaktif dan kreatif
mencari serta
menemukan solusi sehingga mampu
mengatasinya. Pendekatan kontekstual merupakan pendekatan pembelajaran yang membantu guru mengaitkan antara materi yang diajarkan dengan situasi dunia nyata siswa dan mendorong siswa membuat hubungan antara pengetahuan yang dimilikinya dengan penerapannya dalam kehidupan sehari-hari. Orientasi dari pendekatan tersebut adalah guru bersama siswa
bekerja dan mengalami
pengetahuan yang dipelajari, bukan sekedar transfer pengetahuan
dari guru ke
siswa. Siswa perlu mengerti makna belajar, apa manfaatnya, dan bagaimana mencapainya (Nurhadi, 2004: 41). Metode praktikum di laboratorium riil merupakan suatu bentuk pengajaran yang bersifat khusus dan istimewa yang dimanfaatkan seoptimal mungkin yang bertujuan agar siswa mendapat kesempatan untuk menguji dan melaksanakan dalam keadaan yang nyata apa yang diperoleh dalam teori. Dalam metode ini siswa dapat aktif
melakukan
percobaan
secara
langsung,
mengamati
prosesnya
dan
menyimpulkan hasil percobaannya, sehingga siswa dapat membentuk konsep dari teori yang dipelajarinya. Dalam melaksanakan praktikum, siswa juga dapat melakukannya dengan cara laboratorium virtual. Karakteristik laboratorium virtual adalah program yang berisi alat-alat laboratorium yang berfungsi sebagaimana alat riil. Para siswa diajak untuk memberikan respon, komputer akan merespon dan memberikan feed back segera pada siswa dalam bentuk programmed instruction. Pada laboratorium virtual siswa dapat melaksanakan percobaan sendiri secara bebas,tanpa ada rasa takut salah berdasarkan petunjuk praktikum yang ada, bahkan siswa dapat mengembangkan sendiri dari petunjuk praktikum yang ada (Mujiyono, 2005: 13). Salah satu faktor internal yang mempengaruhi keberhasilan proses pembelajaran yaitu kreativitas. Kreativitas merupakan bakat yang secara potensial dimiliki oleh setiap orang yang dapat diidentifikasi dan dipupuk melalui pendidikan
commit to user xxii
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 3
yang tepat. Kreativitas merupakan hasil dari interaksi antara individu dan lingkungannya. Kreativitas juga sangat dibutuhkan saat siswa melakukan praktikum untuk mengeksplor kemampuan serta ketrampilan yang dimilikinya. Seseorang mempengaruhi dan dipengaruhi oleh lingkungannya, dengan demikian baik perubah di dalam individu maupun di dalam lingkungan dapat menunjang atau dapat menghambat upaya kreatif yang berperan penting dalam pembelajaran. Di dalam pelajaran kimia SMA, terdapat suatu materi yang penting untuk diajarkan karena berkaitan erat dalam kehidupan sehari-hari, yaitu materi sistem koloid. Pada materi ini dibahas mengenai perbedaan antara sistem koloid dan sistem dispersi lainnya, sifat-sifat koloid, pengaruh dari sifat-sifat koloid dan berbagai cara untuk membuat partikel koloid dalam dunia industri. Dengan mempelajari materi ini siswa mendapatkan pengetahuan yang luas, bahkan manfaatnya menjadi lebih apabila siswa dapat menerapkan ilmu dalam kehidupan sehari-hari. Pada materi sistem koloid lebih menekankan pada ketrampilan siswa untuk mengembangkan kemampuan berpikir kritis siswa dengan melakukan percobaan-percobaan yang berkaitan dengan materi sistem koloid. Oleh karena itu, siswa dituntut untuk aktif menemukan dan membangun sendiri pemahaman mereka dalam materi pokok koloid (Gebi dan Siti, 2007: 2). Dalam proses penyampaian materi pelajaran kimia yang dijumpai di SMA Negeri 1 Cilacap masih menggunakan metode ceramah yang menjadikan guru sebagai pusat kegiatan belajar mengajar. Siswa pada umumnya mendengarkan, membaca dan menghafal informasi yang diperoleh, sehingga konsep yang tertanam tidak kuat. Selain itu keterbatasan laboratorium dan waktu terkadang memaksa siswa untuk tidak melaksanakan kegiatan praktikum. Hal ini dapat menimbulkan masalah dalam peningkatan prestasi belajar dan kreativitas siswa. Untuk meningkatkan prestasi serta kreativitas siswa, diperlukan suatu pengembangan pendekatan, metode, maupun media pembelajaran. Hal inilah yang memotivasi dilakukannya pendekatan yang berimplementasi pada kehidupan nyata. Pendekatan CTL yang dikombinasikan dengan metode praktikum dan berbantuan media komputer akan membantu siswa untuk lebih mudah memahami dan menanamkan konsepnya dalam kehidupan sehari-hari.
commit to user xxiii
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 4
Berdasarkan uraian di atas maka akan dilakukan penelitian dengan judul: “Studi Komparasi Laboratorium Riil dengan Laboratorium Virtual pada Pembelajaran Contextual Teaching and Learning (CTL) Terhadap Prestasi Belajar Ditinjau dari Kreativitas Siswa pada Materi Pokok Sistem Koloid Kelas XI Semester Genap SMA Negeri 1 Cilacap Tahun Ajaran 2009/2010”.
B. Identifikasi Masalah Berdasarkan latar belakang yang telah diuraikan di atas, maka dapat diidentifikasikan beberapa masalah sebagai berikut : 1. Apakah pembelajaran CTL menggunakan laboratorium riil dan laboratorium virtual dapat meningkatkan prestasi belajar siswa pada materi pokok sistem koloid? 2. Apakah pembelajaran CTL menggunakan laboratorium riil dan laboratorium virtual sesuai untuk materi pokok sistem koloid materi pokok sistem koloid? 3. Apakah prestasi belajar siswa yang diberi pelajaran dengan pembelajaran CTL menggunakan laboratorium riil lebih tinggi daripada pembelajaran CTL menggunakan laboratorium virtual? 4. Apakah pembelajaran CTL menggunakan laboratorium riil dan laboratorium virtual berpengaruh terhadap aspek kognitif ataukah aspek afektif siswa? 5. Apakah pengaruh tingkat kreativitas terhadap prestasi belajar siswa pada materi pokok sistem koloid? 6. Apakah ada interaksi antara pembelajaran CTL menggunakan laboratorium riil dan laboratorium virtual dengan kreativitas siswa
terhadap prestasi belajar
siswa?
C. Pembatasan Masalah Penelitian harus mempunyai arah yang jelas dan pasti, sehingga perlu diberikan batasan masalah. Berdasar latar belakang masalah dan identifikasi masalah, maka pengkajian dan pembatasan masalah dititikberatkan pada:
commit to user xxiv
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 5
1. Subyek Penelitian Subyek penelitiannya adalah siswa kelas XI RSBI semester genap SMA Negeri 1 Cilacap tahun pelajaran 2009/2010. 2. Pendekatan dan Metode Pembelajaran Pendekatan yang digunakan dalam penelitian ini adalah pendekatan CTL dengan menggunakan metode praktikum, yaitu dengan melaksanakan praktikum di laboratorium dan laboratorium virtual. 3. Media pembelajaran Media pembelajaran yang digunakan dalam laboratorium riil adalah peralatan dan bahan-bahan riil untuk melakukan praktikum koloid (alat dan bahan yang dibutuhkan
selengkapnya terdapat pada hal.124-131),
sedangkan
pada
laboratorium virtual digunakan software laboratorium virtual yang berisi praktikum koloid. 4. Materi Pelajaran Materi pelajaran dibatasi pada materi pokok sistem koloid yang mencakup penggolongan koloid, sifat-sifat koloid, dan pembuatan koloid. 5. Prestasi Belajar Siswa Prestasi belajar siswa yang diukur dalam penelitian ini ditinjau dari aspek kognitif dan afektif. Aspek psikomotor tidak dapat dibandingkan karena instrumen yang digunakan pada kedua variabel berbeda. 6. Kreativitas Siswa Kreativitas siswa dikategorikan menjadi tinggi dan rendah. 7. Obyek Penelitian Obyek dalam penelitian ini adalah untuk mengetahui pengaruh penggunaan pembelajaran CTL menggunakan laboratorium riil dan virtual dilihat dari prestasi belajar siswa yang memiliki kreativitas tinggi dan rendah pada materi pokok sistem koloid.
D. Perumusan Masalah Berdasarkan latar belakang dan pembatasan masalah, maka dapat dirumuskan masalah sebagai berikut:
commit to user xxv
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 6
1. Apakah prestasi belajar siswa yang diberi belajaran dengan pembelajaran CTL menggunakan laboratorium riil lebih tinggi daripada CTL menggunakan laboratorium virtual pada materi pokok sistem koloid? 2. Apakah pengaruh tingkat kreativitas terhadap prestasi belajar siswa pada materi pokok sistem koloid? 3. Apakah ada interaksi antara pembelajaran CTL menggunakan laboratorium riil dan virtual dengan kreativitas siswa terhadap prestasi belajar siswa pada materi pokok sistem koloid?
E. Tujuan Penelitian Berdasarkan perumusan masalah di atas, maka tujuan yang ingin dicapai pada penelitian ini adalah untuk mengetahui: 1.
Pengaruh penggunaan pendekatan CTL menggunakan laboratorium riil dan CTL menggunakan laboratorium virtual terhadap prestasi belajar siswa pada materi pokok sistem koloid.
2.
Pengaruh tingkat kreativitas terhadap prestasi belajar pada materi pokok sistem koloid.
3.
Interaksi antara pembelajaran CTL menggunakan laboratorium riil dan virtual dengan kreativitas siswa terhadap prestasi belajar siswa pada materi pokok sistem koloid.
F. Manfaat Penelitian Manfaat yang diharapkan dari penelitian ini antara lain: 1. Manfaat teoritis Memperkuat teori yang sudah ada dalam bidang pendidikan, khususnya tentang teori pendekatan kontekstual (CTL) menggunakan laboratorium riil dan virtual pada materi pokok sistem koloid. 2. Manfaat praktis: a. Memberi masukan kepada tenaga pengajar khususnya tenaga pengajar di SMA negeri 1 Cilacap dalam mengembangkan suatu metode pembelajaran
commit to user xxvi
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 7
yang berorientasi pada keterlibatan aktif siswa pada kegiatan belajar mengajar dengan guru berfungsi sebagai fasilitator, yang membantu siswa dapat mengikuti proses pembelajaran secara efektif sehingga dapat mencapai kompetensi yang optimal. b. Sebagai bahan pemikiran bagi pendidik bahwa perlu adanya inovasi metode dan media pembelajaran untuk menyiapkan sumber daya manusia yang berkualitas. c. Bahan acuan bagi praktisi pendidikan untuk penelitian pembelajaran CTL menggunakan laboratorium riil dan virtual.
commit to user xxvii
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
BAB II LANDASAN TEORI
A. Tinjauan Pustaka 1. Studi Komparasi Studi berasal dari kata “to study”, yang berarti belajar atau mempelajari. Dalam skripsi ini studi berarti mempelajari. Sedangkan komparasi dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia adalah perbandingan. Van Dallen dalam Suharsimi Arikunto (2006: 268) menyebutkan bahwa komparasi yaitu perbandingan dua atau tiga kejadian dengan melihat penyebab-penyebabnya. Aswarni Sujud mengemukakan bahwa “Penelitian Komparasi akan dapat menemukan persamaan-persamaan dan perbedaan-perbedaan tentang benda-benda, tentang prosedur kerja, tentang ide-ide, kritik terhadap orang, kelompok, terhadap suatu ide atau suatu prosedur kerja” (Suharsimi Arikunto, 2006: 267). Dari berbagai pengertian di atas, dapat disimpulkan bahwa studi komparasi adalah bentuk penelitian yang membandingkan antara beberapa variabel atau kejadian
yang
saling
berhubungan
dengan
menemukan
perbedaan
atau
persamaannya. 2. Belajar dan Pembelajaran Kegiatan belajar dan pembelajaran merupakan satu kesatuan dari dua kegiatan yang searah. Kegiatan belajar adalah kegiatan primer dalam kegiatan belajar pembelajaran tersebut, sedangkan pembelajaran merupakan kegiatan sekunder yang diupayakan untuk dapat tercapainya kegiatan belajar yang optimal. a. Pengertian Belajar Penjelasan belajar menurut beberapa ahli antara lain: 1) Gestalt menerangkan bahwa belajar merupakan suatu proses perolehan atau perubahan
insait-insait (insight), pandangan-pandangan (outlooks), harapan-
harapan atau pola berpikir. Teori ini memungkinkan guru untuk melihat seseorang, lingkungannya, dan interaksi dengan lingkungannya (Ratna Wilis Dahar, 1989: 20).
commit to user 8 xxviii
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 9
2) Belajar adalah suatu aktivitas mental atau psikologi, yang berlangsung dalam interaksi aktif dengan lingkungan, yang menghasilkan perubahan-perubahan dalam pemahaman-pemahaman, ketrampilan dan nilai-sikap, perubahan itu bersifat secara relatif konstan dan berbekas (Winkel, 1996: 53). 3) Menurut Skinner belajar adalah suatu perilaku, pada saat orang belajar, maka responnya menjadi lebih baik. Sebaliknya, bila ia tidak belajar maka responnya menurun (Dimyati dan Mudjiono, 2002: 9) 4) Belajar adalah suatu proses yang ditandai dengan perubahan pada diri seseorang. Perubahan sebagai hasil dari proses belajar dapat ditunjukkan dalam beberapa bentuk, seperti perubahan pengetahuan, pemahaman, sikap dan tingkah laku, ketrampilan, kecakapan, kebiasaan serta perubahan aspek-aspek lain yang ada pada individu yang belajar (Nana Sudjana, 1989: 5). 5) Belajar adalah suatu proses usaha yang dilakukan seseorang untuk memperoleh suatu perubahan tingkah laku yang baru secara keseluruhan sebagai hasil pengalamannya
sendiri
dalam
interaksi
dengan
lingkungannya
(Slameto, 2003: 5). Dari beberapa definisi di atas dapat disimpulkan bahwa belajar adalah suatu perubahan tingkah laku, proses memperoleh motivasi maupun penguasaan pengetahuan dan ketrampilan dari hasil pengalaman maupun hasil interaksi dengan lingkungannya. b. Teori-teori Belajar 1) Teori Perkembangan Piaget Menurut Piaget, perkembangan kognitif merupakan suatu proses genetik, yaitu suatu proses yang didasarkan atas mekanisme biologis perkembangan syaraf. Semakin bertambah umurnya, maka kemampuan seseorang akan semakin meningkat. Piaget tidak melihat perkembangan kognitif sebagai sesuatu yang dapat didefinisikan secara kuantitatif. Ia menyimpulkan bahwa daya pikir atau kekuatan mental anak yang berbeda usia akan berbeda pula secara kualitatif.
commit to user xxix
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 10
2) Teori Belajar Penemuan Menurut Bruner Menurut Bruner, proses belajar akan berjalan baik dan kreatif jika guru memberikan kesempatan kepada siswa untuk menemukan suatu konsep, teori, aturan, atau pemahaman melalui contoh-contoh yang ia jumpai dalam kehidupannya. 3) Teori Belajar Bermakna dari Ausubel Belajar merupakan asimilasi yang bermakna bagi siswa. Materi yang dipelajari diasimilasikan dan dihubungkan dengan pengetahuan yang telah dimiliki siswa dalam bentuk struktur kognitif. Oleh karena itu diperlukan suatu upaya untuk mengorganisasi isi atau materi pelajaran serta penataan kondisi pembelajaran agar dapat memudahkan proses asimilasi pengetahuan baru ke dalam struktur kognitif orang yang belajar. 4) Teori Belajar menurut Gagne Menurut Gagne (1984), belajar dapat didefinisikan sebagai suatu proses dimana suatu organisme berubah perilakunya sebagai akibat dari pengalaman. Ada lima bentuk belajar yang diungkapkan oleh Gagne yaitu: (a) belajar responden, (b) belajar kontiguitas, (c) belajar operant, (d) belajar observasional, dan (e) belajar kognitif. (Ratna Wilis Dahar, 1989: 12-18). c. Pengertian Pembelajaran Beberapa
definisi
yang
berhubungan
dengan
pembelajaran
yang
dikemukakan oleh para ahli, antara lain : 1) Pembelajaran adalah usaha sadar dan disengaja oleh guru untuk membuat siswa belajar dengan jalan mengaktifkan faktor ekstern dan intern dalam kegiatan belajar mengajar (H.J.Gino,dkk , 1996: 32). 2) Menurut Alvin W. Howard, pembelajaran adalah suatu aktivitas untuk mencoba menolong, membimbing sesorang untuk mendapatkan, mengubah atau mengembangkan ketrampilan, sikap, cita-cita, penghargaan dan pengetahuan (Slameto, 2003: 32). 3) Proses belajar mengajar merupakan proses interaksi antara dua unsur manusiawi, yaitu siswa sebagai pihak yang belajar dan guru sebagai pihak yang mengajar dengan siswa sebagai subyek pokok (Sardiman, 2001: 14).
commit to user xxx
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 11
Dari berbagai definisi di atas dapat disimpulkan bahwa pembelajaran adalah usaha sadar dari pengajar untuk membuat siswa belajar, yaitu terjadinya perubahan pengetahuan, ketrampilan dan tingkah laku pada diri belajar. Ciri-ciri interaksi belajar mengajar yaitu memiliki tujuan, ada suatu prosedur yang direncana, ditandai suatu penggarapan materi secara khusus, ditandai suatu aktivitas, ada guru sebagai pembimbing, membutuhkan disiplin dan ada batas waktu untuk pencapaian tujuan serta ada penilaian (Edi Suardi dalam Sardiman, 2001: 16-17). Pembelajaran merupakan suatu kegiatan yang melibatkan beberapa komponen antara lain: a) Standar kompetensi adalah kompetensi yang dapat dilakukan atau ditampilkan untuk suatu mata pelajaran; kompetensi dalam mata pelajaran tertentu yang harus dimiliki oleh siswa, kompetensi yang harus dimiliki oleh lulusan dalam suatu mata pelajaran. b) Kompetensi dasar adalah kompetensi minimal dalam mata pelajaran yang harus dimiliki oleh lulusan, kompetensi minimal yang harus dilakukan atau ditampilkan oleh siswa di standar kompetensi untuk suatu pelajaran. c) Indikator adalah karakteristik, ciri-ciri, tanda-tanda perbuatan atau respon yang harus dapat dilakukan atau ditampilkan oleh siswa untuk menunjukkan bahwa siswa itu telah memiliki kompetensi dasar tertentu. d) Materi pokok adalah bahan ajar minimal yang harus dipelajari siswa untuk menguasai kompetensi dasar. (Depdiknas, 2003: 27-30)
3. Contextual Teaching and Learning (CTL) a. Definisi Contextual Teaching and Learning (CTL) Contextual Teaching and Learning (CTL) adalah konsep belajar yang mendorong guru untuk menghubungkan antara materi yang diajarkan dan situasi dunia nyata siswa serta mendorong siswa membuat hubungan antara pengetahuan yang dimilikinya dan ketrampilan baru ketika ia belajar. Pendekatan kontekstual merupakan suatu proses pendidikan yang menolong para siswa melihat makna di dalam materi akademik yang mereka pelajari dengan cara menghubungkan subjek-
commit to user xxxi
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 12
subjek akademik dengan konteks dalam kehidupan keseharian mereka yaitu dengan konteks keadaan pribadi,sosial, dan budaya mereka (Johnson, 2006: 19). b. Komponen Contextual Teaching and Learning (CTL) CTL melibatkan tujuh komponen utama pembelajaran efektif, yakni : konstruktivisme (Constructivism), bertanya (Questioning), menemukan (Inquiry), masyarakat belajar (Learning Community), pemodelan (Modelling) dan penilaian sebenarnya (Authentic Assesment) (Johnson, 2006: 21-22). 1. Konstruktivisme (Constructivism) Konstruktivisme (constructivism) merupakan landasan berfikir (filosofi) pendekatan CTL, yaitu bahwa pengetahuan dibangun oleh manusia sedikit demi sedikit, yang hasilnya diperluas melalui konteks yang terbatas (sempit) dan tidak sekonyong-konyong. Pengetahuan bukanlah seperangkat fakta-fakta, konsep, atau kaidah yang siap untuk diambil dan diingat. Manusia harus mengkonstruksi pengetahuan itu dan memberi makna melalui pengalaman nyata. Siswa perlu dibiasakan untuk memecahkan masalah, menemukan sesuatu yang berguna bagi dirinya dan bergelut dengan ide-ide. Guru tidak akan mampu memberikan semua pengetahuan kepada siswa. Siswa harus mengkonstruksikan pengetahuan di benak mereka sendiri. Esensi dari teori konstruktivis adalah ide bahwa siswa harus menemukan dan mentransformasikan suatu informasi kompleks ke situasi lain, dan apabila dikehendaki, informasi itu menjadi milik mereka sendiri. Dengan
dasar
itu
pembelajaran
harus
dikemas
menjadi
proses
mengkonstruksi bukan menerima pengetahuan. Dalam proses pembelajaran, siswa membangun sendiri pengetahuan mereka melalui keterlibatan aktif dalam proses belajar dan mengajar. Siswa menjadi pusat kegiatan, bukan guru. 2. Bertanya (Questioning) Pengetahuan yang dimiliki seseorang, selalu bermula dari ‘bertanya’. Questioning (bertanya) merupakan pendekatan pembelajaran CTL. Bertanya dalam pembelajaran dipandang sebagai kegiatan guru untuk mendorong, membimbing dan menilai kemampuan berpikir siswa. Bagi siswa kegiatan bertanya merupakan bagian penting dalam melaksanakan pembelajaran yang berbasis inquiry, yaitu menggali
commit to user xxxii
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 13
informasi, menginformasikan apa yang sudah diketahui, dan mengarahkan perhatian pada aspek yang belum diketahuinya. Dalam sebuah pembelajaran yang produktif, kegiatan bertanya berguna: a. menggali informasi baik administrasi maupun akademis b. mengecek pemahaman siswa c. membangkitkan respon kepada siswa d. mengetahui sejauh mana keingintahuan siswa e. mengetahui hal-hal yang sudah diketahui siswa f. memfokuskan perhatian siswa pada sesuatu yang dikehendaki guru g. untuk membangkitkan lebih banyak lagi pertanyaan dari siswa h. untuk menyegarkan kembali pengetahuan siswa Hampir pada semua aktivitas belajar questioning dapat diterapkan : antara siswa dengan siswa, antara guru dengan siswa, antara siswa dengan guru, antara siswa dengan orang lain yang didatangkan di kelas, dan sebagainya. Aktivitas bertanya juga ditemukan saat siswa berdiskusi, bekerja dalam kelompok, ketika menemui kesulitan, ketika mengamati dan lain-lain. Kegiatan-kegiatan itu dapat menimbulkan keinginan untuk bertanya. 3. Menemukan (Inquiry) Menemukan merupakan bagian inti dari kegiatan pembelajaran berbasis CTL. Pengetahuan dan keterampilan yang diperoleh siswa diharapkan bukan hasil mengingat seperangkat fakta-fakta, tetapi hasil dari menemukan sendiri. Guru harus selalu merancang kegiatan yang merujuk pada kegiatan menemukan, apapun materi yang diajarkannya. Adapun siklus inquiry adalah sebagai berikut: a. observasi (observation) b. bertanya (questioning) c. mengajukan dugaan (hyphotesis) d. pengumpulan data (data gathering) e. penyimpulan (conclussion) Pembelajaran berbasis inquiry merupakan strategi pembelajaran yang berpola pada metode-metode sains dan memberikan kesempatan siswa untuk
commit to user xxxiii
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 14
pembelajaran bermakna. Suatu masalah diajukan dan metode ilmiah digunakan untuk memecahkan masalah tersebut. Langkah-langkah dalam pembelajaran inquiry antara lain: a. merumuskan masalah (dalam pembelajaran apapun) b. mengamati atau melakukan observasi c. menganalisa dan menyajikan hasil dalam tulisan, gambar, laporan, bagan,tabel, dan karya lainnya. d. mengkomunikasikan atau menyajikan hasil karya pada pembaca, teman sekelas, guru, atau audien lain. 4. Masyarakat Belajar (Learning Community) Konsep learning community menyarankan agar hasil pembelajaran diperoleh dari hasil kerjasama dengan orang lain. Ketika seorang anak baru belajar meraut pensil dengan peraut elektronik, ia bertanya kepada temannya “Bagaimana caranya? Tolong bantuin aku!” Lalu temannya yang sudah biasa, menunjukkan cara mengoperasikan alat itu. Maka dua orang anak itu sudah membentuk masyarakat belajar (learning community). Hasil belajar diperoleh dari sharing antar teman, antar kelompok, dan antara yang tahu dan belum tahu. Di ruang kelas, orang-orang yang ada di luar kelas, semua adalah anggota masyarakat belajar. Di kelas CTL guru disarankan selalu melaksanakan pembelajaran dalam bentuk kelompok-kelompok belajar. Siswa dibagi dalam kelompok-kelompok yang anggotanya heterogen. Yang pandai mengajari yang lemah, yang tahu memberi tahu yang belum tahu, yang cepat menangkap mengajari temannya yang lambat, yang mempunyai gagasan segera memberi usul, dan seterusnya. Kelompok siswa dapat sangat bervariasi bentuknya, baik keanggotaan, jumlah, bahkan bisa melibatkan siswa di kelas atasnya, atau guru melakukan kolaborasi dengan mendatangkan seorang ahli ke kelas. 5. Pemodelan (Modelling) Pada
saat
pembelajaran
keterampilan
atau
pengetahuan
tertentu
berlangsung, sebaiknya ada model yang bisa ditiru. Model itu bisa berupa cara mengoperasikan sesuatu, atau guru memberi contoh cara mengerjakan sesuatu, dengan demikian guru memberi model tentang bagaimana cara belajar. Dalam
commit to user xxxiv
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 15
pembelajaran CTL, guru bukan satu-satunya model. Model dapat dirancang dengan melibatkan siswa. Seorang siswa dapat ditunjuk untuk memberi contoh mendemonstrasikan keahliannya. Siswa “contoh” tersebut dapat dikatakan sebagai model. Siswa lain dapat menggunakan model tersebut sebagai “standar” kompetensi yang harus dicapainya, model juga dapat didatangkan dari luar. 6. Refleksi (Reflection) Refleksi adalah cara berpikir tentang apa yang baru dipelajari atau berpikir ke belakang tentang apa-apa yang sudah dilakukan di masa lalu. Refleks merupakan respon terhadap suatu kejadian, aktivitas atau pengetahuan yang baru diterima, dengan demikian siswa merasa memperoleh sesuatu yang berguna bagi dirinya. Realisasi dalam pembelajaran berupa: rangkuman tentang apa yang dipelajari, catatan atau jurnal di buku siswa, kesan dan saran tentang pembelajaran dan lainlain. 7. Penilaian Yang Sebenarnya (Authentic Assesment) Penilaian nyata adalah proses yang dilakukan guru untuk mengumpulkan informasi tentang perkembangan belajar yang dilakukan siswa. Penilaian ini diperlukan untuk mengetahui apakah siswa benar-benar belajar atau tidak. Penilaian ini berguna untuk mengetahui apakah pengalaman belajar mempunyai pengaruh positif
terhadap
perkembangan
siswa
baik
intelektual,
mental,
maupun
psikomotorik. Pembelajaran CTL lebih menekankan pada proses belajar daripada sekedaar hasil belajar. Oleh karena itu penilaian ini dilakukan terus menerus selama kegiatan pembelajran berlangsung, yang mencakup penilaian aspek kognitif, afektif, dan psikomotorik. Keberhasilan pembelajaran CTL tidak hanya ditentukan oleh perkembangan kemampuan intelektual saja, akan tetapi perkembangan seluruh aspek. Dalam pembelajaran CTL, langkah-langkah yang ditempuh secara garis besarnya antara lain: a. mengembangkan penilaian bahwa anak akan belajar lebih bermakna dengan cara bekerja sendiri dan mengkonstruksi sendiri pengetahuan dan keterampilan barunya b. melaksanakan sejauh mungkin kegiatan inquiri untuk semua topik
commit to user xxxv
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 16
c. mengembangkan sifat ingin tahu siswa dengan bertanya d. menciptakan ‘masyarakat belajar’ (belajar dalam kelompok) e. menghadirkan ‘model’ sebagai contoh pembelajaran f. melakukan refleksi di akhir pertemuan g. melakukan penilaian autentik (Nurhadi, 2004: 103-106) Dalam pengelolaannya pembelajaran CTL ini dilakukan dengan model daur belajar yang dikemukakan oleh Martin dkk: a. kegiatan awal (eksplorasi), guru menyajikan fenomena untuk menggali pengetahuan awal siswa b. kegiatan inti (eksplanasi),guru membimbing siswa merumuskan masalah dan hipotesis, melakukan kegiatan eksperimen, mencatat data, menganalisis dan menyimpulkan data c. pemantapan (ekspansi), guru mengaplikasikan penguasaan konsep melalui kegiatan menjawab pertanyaan dalam penuntun belajar d. penilaian (evaluasi), guru melakukan penilaian melalui kegiatan presentasi dan pertanyaan-pertanyaan yang bersifat reflektif. Dari uraian di atas dapat diketahui bahwa pembelajaran CTL memiliki kelebihan antara lain: a. meningkatkan akademik siswa b. siswa menjadi lebih aktif c. siswa praktik, bukan menghafal d. siswa dilatih untuk berfikir kritis e. siswa dibiasakan untuk memecahkan masalah Disamping memiliki kelebihan, pembelajaran CTL juga memiliki beberapa kekurangan yaitu: a. kegiatan belajar mengajar membutuhkan waktu yang lebih lama b. keadaan kelas yang cenderung ramai jika siswa kurang memanfaatkan waktu sebaik mungkin untuk belajar dalam kelompok c. memerlukan persiapan rumit untuk melaksanakannya
commit to user xxxvi
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 17
4.
Laboratorium
Laboratorium merupakan tempat untuk melakukan percobaan dan penelitian, dapat berupa ruangan tertutup, kamar atau ruangan terbuka. Dalam pengertian terbatas laboratorium adalah suatu ruangan yang tertutup dimana percobaan dan penelitian dilakukan. Pada dasarnya Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) mempelajari dan berusaha memahami gejala-gejala alam melalui pengamatan-pengamatan. Oleh karena itu dalam pelajaran IPA, siswa tidak hanya mendengarkan, tetapi harus melakukan kegiatan sendiri untuk mencari dan memperoleh informasi lebih lanjut tentang ilmu yang dipelajarinya. Laboratorium IPA adalah sebuah tempat dimana guru dan siswa melakukan percobaan dan penelitian. Jadi laboratorium adalah tempat khusus yang dilengkapi dengan alat-alat dan bahan untuk melaksanakan percobaan/praktikum. Di laboratorium siswa memperoleh data/informasi yang berasal dari benda yang asli maupun tiruannya, serta dapat mendudukkan cara mempelajari IPA sebagaimana seharusnya. a. Laboratorium Riil Menurut Mujiyono (2005: 14) laboratorium riil adalah laboratorium tempat khusus yang dilengkapi dengan alat-alat dan bahan-bahan riil untuk melakukan percobaan/praktikum.
Dalam
kegiatan
praktikum
siswa
akan
mengalami
diantaranya: 1) Pengenalan Alat Laboratorium riil dengan pengenalannya dapat ditunjukkan langsung, atau siswa untuk memegang secara langsung. 2) Pengamatan Dengan penerapan laboratorium riil kegiatan siswa memusatkan perhatian terhadap sesuatu objek dengan menggunakan alat indera terhadap alat riil yang dihadapinya melalui penglihatan. 3) Percobaan Siswa dalam melakukan percobaan dituntun dengan petunjuk praktikum yang sudah disiapkan sehingga setelah mendapatkan data siswa mencatatnya.
commit to user xxxvii
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 18
Laboratorium riil yang diterapkan pada materi pokok sistem koloid memiliki kelebihan antara lain: 1) Melibatkan siswa secara langsung. Siswa dapat melihat, melakukan, dan mengamati secara langsung proses eksperimen di laboratorium. 2) Bahan-bahan yang digunakan dalam eksperimen koloid merupakan bahanbahan yang mudah dijumpai dalam kehidupan sehari-hari dan tidak berbahaya sehingga membantu siswa mempermudah dalam memahami konsep materi yang dipelajari. 3) Meningkatkan ketrampilan yang nantinya digunakan dalam masyarakat. Materi koloid juga mempelajari tentang aplikasi koloid dalam bidang industri seperti industri makanan, sehingga dengan adanya eksperimen di laboratorium riil dapat meningkatkan ketrampilan siswa untuk diaplikasikan dalam kehidupan sehari-hari. Beberapa kekurangan laboratorium riil: 1) Tidak dapat mengamati proses materi koloid yang bersifat abstrak. 2) Eksperimen hanya dilakukan satu kali dan tidak dapat diulang kembali. 3) Membutuhkan waktu yang relatif lama untuk melakukan eksperimen di laboratorium. b. Laboratorium Virtual Laboratorium virtual adalah alat-alat laboratorium dalam program (software) komputer, dioperasikan dengan komputer. Dari kecanggihan yang ditunjukkan komputer yang selanjutnya dikenal dengan Computer Assisted Instruction (CAI). CAI adalah suatu bagian/segmen pelajaran disampaikan dengan media komputer. Para siswa diajak untuk memberikan respon, komputer akan merespon dan memberikan feed back segera pada siswa dalam bentuk Programmed Instruction. Menurut Oemar Hamalik (1994:5) disebutkan bahwa komputer merupakan suatu teknologi canggih yang memiliki peran utama untuk memproses informasi secara cermat, cepat dan dengan hasil yang akurat. Komputer dapat dijadikan sebagai sebuah media pembelajaran yang dapat membangkitkan minat dan kreativitas serta perhatian siswa terhadap mata pelajaran tertentu.
commit to user xxxviii
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 19
Dalam menggunakan media komputer sebagai pembelajaran, untuk direncanakan secara sistematik agar pembelajaran berjalan efektif dan penggunaan komputer sebagai pembelajaran berjalan efektif pula. Pembelajaran menggunakan komputer perlu direncanakan dengan baik agar dapat menumbuhkan minat peserta didik, melibatkan peserta didik secara aktif dan mengevaluasi tingkat pemahaman siswa. 1) Pengenalan Alat Dalam mengenalkan alat siswa ditunjukkan langsung oleh guru karena siswa sebelumnya telah menggunakan komputer, sehingga dalam pengenalan alat untuk praktikum dapat dilakukan secara mudah. Karakteristik laboratorium virtual dapat disebutkan sebagai berikut: a. berisi alat-alat laboratorium yang dapat berfungsi sebagaiman alat-alat riil b. dapat dirangkai menjadi puluan percobaan atau desain teknologi sederhana c. sangat mudah dioperasikan, satu komputer dioperasikan oleh satu siswa d. dalam program ini aktivitas 100 % di tangan pemakai, pemakai bebas melakukan eksplorasi/eksperimen. 2) Pengamatan Siswa yang menggunakan laboratorium virtual dalam mengamati: a. bekerja secara mandiri b. umpan balik dilakukan secara baik oleh respon alat maupun dari guru c. siswa dapat mencoba-coba dan melihat kejadian yang terjadi. 3) Percobaan Siswa dapat melakukan sendiri secara bebas, dengan tanpa ada rasa takut salah berdasarkan petunjuk praktikum yang telah ada, bahkan siswa dapat mengembangkannya sendiri dari petunjuk praktikum yang ada. Kelebihan laboratorium virtual ditinjau dari materi pokok sisten koloid antara lain: 1) Dapat mengamati proses materi koloid yang bersifat abstrak. 2) Eksperimen dapat dilakukan berulang-ulang sampai siswa benar-benar memahaminya.
commit to user xxxix
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 20
3) Membutuhkan waktu sedikit untuk bereksperimen sehingga siswa memiliki waktu yang lebih banyak untuk mendiskusikan materi koloid yang lain. Beberapa kekurangannya antara lain: 1) Siswa tidak dapat melakukan serta mengamati proses eksperimen secara langsung/nyata. 2) Ketrampilan siswa dalam bereksperimen kurang tereksplor. 3) Tidak semua simulasi yang ada dalam laboratorium virtual sama persis dengan kondisi di dunia nyata.
5.
Prestasi Belajar
Untuk mengetahui sejauh mana kegiatan belajar yang dilaksanakan telah mencapai tujuan yang telah ditetapkan, maka diperlukan kegiatan evaluasi. Hasil kegiatan dapat memberikan gambaran tentang prestasi hasil belajar dari peserta didik. Zainal Arifin (1989 : 2-3) menyatakan bahwa kata “prestasi” berasal dari bahasa Belanda yaitu “prestatie”. Kemudian dalam Bahasa Indonesia menjadi “prestasi” yang berarti “hasil usaha”. Prestasi adalah isi dari kapasitas seseorang yang dimaksud disini adalah hasil yang diperoleh seseorang setelah mengikuti pendidkan atau latihan tertentu ini biasa ditentukan dengan memberikan tes pada akhir pendidikan itu. Sedangkan maksud prestasi belajar pada penelitian ini adalah keberhasilan yang dicapai siswa yang ditunjukkan dengan penilaian hasil belajar oleh guru yang berupa angka. Belajar merupakan suatu proses, hasil dari belajar berupa suatu bentuk perubahan di mana besarnya perubahan itu dapat dicapai atau diketahui dari prestasi belajar sebagai wujud keberhasilan proses tersebut. Prestasi belajar merupakan hasil yang dicapai oleh siswa selama mengikuti proses balajar mengajar. Prestasi belajar ini dapat digunakan sebagai masukan bagi pengajar untuk mengetahui tingkat kemampuan siswa dalam menguasai materi yang diberikan. Menurut Slameto (2003: 93) ada lima kemampuan manusia yang merupakan hasil dari belajar, yaitu : a. ketrampilan intelektual, sebagai hasil belajar yang terpenting b. strategi kognitif, mengatur cara belajar dan berfikir seseorang
commit to user xl
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 21
c. informasi verbal, pengetahuan dalam arti informasi dan fakta d. keterampilan motorik yang diperoleh di sekolah e. sikap dan nilai berhubungan dengan arah serta intensitas emosional yang dimiliki seseorang. Prestasi belajar yang dicapai masing-masing individu tidak sama. Perbedaan ini disebabkan oleh beberapa faktor, baik dalam maupun dari luar individu. Faktor dari dalam individu atau sering disebut faktor internal antara lain: motivasi, kreativitas, kematangan fisik maupun mental dan sebagainya, sedangkan faktor dari luar atau faktor eksternal contohnya : faktor lingkungan keluarga, sekolah, masyarakat, budaya dan sebagainya. Pemerintah telah melakukan berbagai macam cara untuk meningkatkan hasil belajar dan mutu pendidikan di Indonesia salah satunya adalah dengan menggulirkan program Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) pada sekitar tahun 2006 dimulai dari beberapa sekolah. Dengan sistem ini diharapkan penilaian tidak hanya menitik beratkan pada kemampuan kognitif tetapi juga mencakup ranah psikomotor dan afektif. Hal ini selaras dengan ayat 4 pasal 3 Keputusan Mendiknas Nomor 012/U/2002 tanggal 28 Januari 2002 yang menyatakan bahwa penilaian kelas dan ujian meliputi aspek atau ranah kognitif, afektif dan psikomotor. Tipikal berpikir berkaitan dengan ranah kognitif, tipikal berbuat berkaitan dengan ranah psikomotor, dan tipikal perasaan berkaitan dengan ranah afektif. Ketiga ranah tersebut merupakan karakteristik manusia dan dalam bidang pendidikan ketiga ranah tersebut merupakan hasil belajar. a. Ranah Kognitif Ranah kognitif berhubungan dengan kemampuan berpikir yang meliputi kemampuan
menghafal,
menerapkan,
menganalisis,
dan
mensistesis
serta
mengevaluasi. Kemampuan yang penting pada ranah kognitif adalah kemampuan menerapkan konsep-konsep untuk memecahkan masalah yang ada di lapangan. Kemampuan ini sering disebut dengan kemampuan mentransfer pengetahuan ke berbagai situasi sesuai dengan konteksnya. Hal ini berkaitan dengan pembelajaran kontekstual. Hampir semua mata pelajaran berkaitan dengan kemampuan kognitif,
commit to user xli
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 22
karena di dalamnya diperlukan kemampuan berpikir untuk memahaminya (Depdiknas, 2003:1) b. Ranah Afektif Ranah afektif mencakup watak perilaku seperti perasaan, minat, sikap, emosi dan nilai (Nana Sudjana, 1989:29). Pemikiran atau perilaku harus memiliki dua kriteria untuk diklasifikasikan sebagai ranah afektif. Pertama, perilaku ini melibatkan perasaan dan emosi seseorang. Kedua perilaku ini harus tipikal perilaku seseorang. Kriteria lain yang termasuk ranah afektif ini adalah intensitas, arah dan target. Intensitas menyatakan derajat atau kekuatan dari perasaan. Beberapa perasaan lebih kuat dari yang lain, misalnya cinta lebih kuat dari senang atau suka. Selain itu sebagian orang kemungkinan mempunyai perasaan yang lebih kuat dibanding yang lain. Arah menunjukkan apakah perasaan itu baik atau buruk. Misalnya senang dengan pelajaran dimaknai positif, sedang kecemasan dimaknai negatif. Bila intensitas dan arah perasaan ditinjau bersama-sama, maka karakteristik afektif berada dalam suatu skala yang kontinum. Target mengacu pada objek, aktifitas atau ide sebagai arah dari perasaan. Bila kecemasan merupakan karakteristik afektif yang ditinjau, ada beberapa kemungkinan target. Setiap peserta didik mungkin bereaksi terhadap sekolah, matematika, situasi sosial, atau pengajara. Tiap unsur ini bila merupakan target dari kecemasan. Kadang-kadang target ini diketahui oleh seseorang namun kadangkadang tidak diketahui. (Depdiknas, 2003: 5). c. Ranah Psikomotorik Keterampilan psikomotorik yaitu kemampuan yang berhubungan dengan aktifitas fisik misalnya lari, melompat, melukis, menari, memukul dan lain sebagainya (Nana Sudjana, 1989:31). Aspek psikomotorik sering disebut juga dengan aspek keterampilan. Dalam hubungannya dengan kegiatan praktikum di laboratorium, aspek keterampilan ini pengukuran keberhasilannya ditunjukkan pada keterampilan dalam praktikum, misalnya keterampilan dalam merangkai alat, keterampilan kerja, dan ketelitian dalam mendapat hasil dari praktikum (Zainal Arifin, 1989 : 197).
commit to user xlii
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 23
Adanya evaluasi pada aspek psikomotorik yang dimiliki oleh siswa / praktikan bertujuan untuk mengukur sejauh mana praktikan telah dapat menguasai teknik-teknik dalam praktikum, khususnya dalam hal penggunaan alat dan bahan, pengumpulan
data,
klasifikasi
data,
generalisasi
data,
meramalkan,
dan
menyimpulkan. Atau dapat dikatakan ingin diketahui sejauh mana praktikan telah menguasai keterampilan proses IPA, dan penilaian/pengukuran penguasaan terhadap aspek keterampilan ini dapat dilakukan melalui tes observasi yang dilakukan langsung pada praktikan yaitu dengan mengamati cara praktikan bekerja di laboratorium.
6. Kreativitas a. Definisi Kreativitas Guilford dalam Utami Munandar (1999: 65) kreativitas adalah berpikir divergen sebagai operasi mental yang menuntut penggunaan kemampuan berpikir kreatif meliputi kelancaran, kelenturan, orisinalitas, dan elaborasi. Conny Semiawan (1988: 66) mendefinisikan kreativitas sebagai salah satu bentuk aktualisasi diri manusia yang paling hakiki di dalamnya melibatkan kemampuan berasional, kemampuan emosional atau perasaan, bakat khusus, kemampuan berimajinasi, berintuisi dan berfantasi. Arasten (1976) dalam Utami Munandar (1999: 65) mengibaratkan kreativitas sebagai benih bagi tanaman, ovum bagi bayi. Melalui kreativitas dimungkinkan dihasilkan ilmu serta seni dalam waktu dan jumlah tak terbatas. Moreno dalam Slameto (2003: 146) mengungkapkan hubungan antara kreativitas dengan penemuan yaitu ”yang penting dalam kreativitas itu bukanlah penemuan sesuatu yang belum pernah diketahui orang sebelumnya, melainkan bahwa produk kreativitas itu merupakan sesuatu yang baru bagi diri sendiri dan tidak harus merupakan sesuatu yang baru bagi orang lain”. Dari beberapa pengertian di atas
dapat
disimpulkan bahwa kreativitas
merupakan kemampuan untuk
mengkombinasikan antara unsur-unsur yang baru dari hal-hal yang sudah ada sebelumnya dan menerapkannya dalam pemecahan.
commit to user xliii
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 24
b. Ciri-ciri Kreativitas Kreativitas berhubungan dengan faktor-faktor kognitif dan non kognitif. Hal ini diperlihatkan dalam ciri-ciri aptitide dan non aptitude dari kreativitas (Utami Munandar, 1999: 88-93). KREATIVITAS
Afektif (non aptitude)
Kognitif (aptitude)
• Rasa ingin tahu • Imajinatif • Tertantang oleh kemajemukan • Berani mengambil resiko • Sifat menghargai
• Berpikir lancar • Berpikir luwes • Berpikir orisinil • Elaborasi • Mengevaluasi
Gambar 1. Ciri-ciri kreativitas ditinjau secara kognitif dan afektif Dalam gambar di atas ditunjukkan ciri-ciri non aptitude dari kreativitas adalah ciri-ciri yang berhubungan dengan sikap dan perasaan, ciri-ciri non aptitude meliputi rasa ingin tahu, bersifat imajinatif, merasa tertantang oleng kemajemukan, mapu mengambil resiko, dan bersifat menghargai. Rasa ingin tahu mencakup selalu terdorong untuk mengetahui lebih banyak, mengajukan pertanyaan dan peka dalam pengamatan. Imajinatif mencakup mampu memperagakan atau membayangkan halhal yang belum terjadi dan menggunakan khayalan tetapi mengetahui perbedaan khayalan dan kenyataan. Tertantang oleh kemajemukan mencakup terdorong untuk mengatasi masalah yang sulit, merasa tertantang oleh situasi yang rumit dan lebih tertarik pada tugas yang sulit. Sifat mengambil resiko menccakkup berani memberikan jawaban meskipun belum tentu benar, tidak takut gagal mendapat kritik dan tidak ragu-ragu karena ketidakjelasan. Sifat menghargai mencakup dapat menghargai bimbingan dan pengarahan dalam hidup dan menghargai kemampuan dan bakat-bakat sendiri yang sedang berkembang. Sedangkan ciri-ciri aptitude adalah ciri-ciri yang berhubungan dengan kognitif, meliputi ketrampilan berpikir lancar, berpikir luwes, berpikir orisinal,
commit to user xliv
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 25
elaborasi/merinci dan mengevaluasi. Kemampuan berpikir lancar mencakup kemampuan mencetuskan banyak gagasan, jawaban, penyelaesaian masalah atau pertanyaan, memberi banyak cara atau saran untuk melakukan banyak hal dan selalu memikirkan lebih dari satu jawaban. Ketrampilan berpikir luwes mencakup kemampuan menghasilkan suatu gagasan, jawaban, atau pertanyaan yang bervariasi, dapat melihat suatu masalah dari sudut pandang yang berbeda, mencari alternatif jawaban yang berbeda, mengubah cara pendekatan atau cara pemikiran. Ketrampilan berpikir orisinal mencakup kemampuan melahirkan ungkapan baru dan unik, mampu membuat kombinasi-kombinasi yang tidak lazim untuk mengungkapkan diri. Ketrampilan
mengelaborasi
mencakup
kemampuan
memperkaya
dan
mengembangkan suatu gagasan atau produk, menambahkan atau merinci dengan detail dari suatu objek sehingga lebih menarik. Ketrampilan mengevaluasi mencakup kemampuan menentukan standar penilaian sendiri, mampu mengambil keputusan, mencetuskan dan melaksanakan gagasan. Utami Munandar (1983) dalam Harsono (2009: 48) mengungkapkan proses pemikiran kreatif dilakukan melalui 4 tahap yaitu: 1. Tahap persiapan merupakan tahap pengumpulan informasi atau data yang diperlukan untuk memecahkan suatu masalah. Cara yang dilakukan antara lain menjajagi berbagi macam kemungkinan penyelesaian masalah. 2. Tahap inkubasi merupakan tahap dimana individu seakan-akan melepaskan diri dari masalah untuk sementara waktu. Tahap ini sangat penting artinya bagi proses timbulnya kreasi. 3. Tahap iluminasi merupakan tahap timbulnya pandangan atau gagasan baru, beserta proses-proses psikologis yang mengawali dan mengakhiri munculnya gagasan atau inspirasi baru. 4. Tahap verifikasi atau evaluasi merupakan tahap pengujian inspirasi terhadap realita yang ada. Dalam hal ini diperlukan pemikiran kritis.
commit to user xlv
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 26
c. Pengukuran Kreativitas Menurut Utami Munandar (1999: 65-67) ada beberapa tes kreativitas antara lain: 1. Tes kemampuan berpikir divergen Guilford Tes ini menurut penggunaan kemampuan berpikir lancar, luwes, orisinal, dan terperinci. 2. Tes kemampuan berpikir kreatif Torrance Tes ini dimaksudkan untuk memicu ungkapan secara simultan beberapa operasi mental kreatif yang mengukur kelancaran, kelenturan, orisinal, dan elaborasi. 3. Tes berpikir kreatif oleh Jellin dan Urban Disebut juga Test for Creative Thinking Drawing Production, dalam tes ini responden diminta menyelesaikan gambar yang tidak lengkap. 4. Tes berpikir kreatif dengan bunyi dan kata Menampilkan rangsang dalam bentuk suara dari yang sederhana sampai yang rumit. 5. Tes berpikir kreatif dengan inventory Kathena-Torrance Dengan cara pengamatan diri seeseorang dalam bentuk daftar periksa, kuisioner dan inventori. Tes tersebut semuanya dari luar negeri sehingga memiliki karakteristik dengan budaya luar. Di Indonesia tes kreativitas dilandaskan pada struktur intelek Guildford. Dalam penelitian ini tes kreativitas mengacu pada ciri-ciri berpikir orang kreatif yaitu imajinatif, memiliki rasa ingin tahu, tertantang oleh kemajemukan, berani mengambil resiko, dan bersifat menghargai.
7. Materi Sistem Koloid Menurut KTSP 2006 pada materi sistem koloid terdiri dari sub pokok bahasan sebagai berikut : a. Sistem Koloid Koloid merupakan sistem dispersi yaitu suatu sistem yang terjadi apabila zat terlarut (terdispersi) ke dalam zat lain. Sistem koloid adalah suatu bentuk campuran yang keadaannya terletak antara larutan dan suspensi (campuran kasar).
commit to user xlvi
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 27
Sistem koloid terdiri atas fase terdispersi dengan ukuran tertentu dalam medium pendispersi. Zat yang didispersikan disebut fase terdispersi, sedangkan medium yang digunakan untuk mendispersikan disebut medium pendispersi. Untuk memberi gambaran yang lebih tentang perbedaan larutan, koloid dan suspensi disajikan pada Tabel 1. Tabel 1. Perbedaan Larutan, Koloid, dan Suspensi Larutan
Koloid
Suspensi
(dispersi molekular)
(dispersi koloid)
(dispersi kasar)
Contoh: larutan gula, Contoh: susu cair, es krim
Contoh: tepung terigu
larutan garam.
dengan air
- Homogen, tak dapat
- Secara makroskopis
dibedakan walaupun
bersifat homogen tetapi
menggunakan
heterogen jika diamati
mikroskop ultra
dengan mikroskop ultra - Partikel berdimensi
- Semua partikel berdimensi (panjang,
antara 1 nm - 100 nm
- Heterogen
- Salah satu atau semua dimensi partikelnya >100 nm
lebar, tebal) < 1 nm - Satu fase
- Dua fase
- Dua fase
- Stabil
- Pada umumnya stabil
- Tidak stabil
- Tidak dapat disaring
- Tidak dapat disaring
- Dapat disaring
kecuali dengan penyaring ultra (Michael Purba, 2008: 146) Dalam kehidupan sehari-hari dapat ditemukan campuran yang tergolong larutan, koloid, atau suspensi. Contoh larutan
: larutan gula, larutan garam, spiritus, alkohol 70%, larutan cuka, air laut, udara yang bersih, dan sirup.
Contoh koloid
: buih sabun, susu cair, santan, jeli, selai, mentega, dan mayonaise.
Contoh suspensi : larutan terigu dan campuran air dengan pasir.
commit to user xlvii
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 28
Dibawah ini diberikan contoh dari suspensi dan koloid yang disajikan dalam Gambar 2 dan 3.
Gambar 2. Suspensi
Gambar 3. Koloid (Michael Purba, 2008: 145)
Gambar 2 adalah campuran tepung terigu dengan air lambat laun akan memisah. Campuran seperti ini disebut suspensi. Sedangkan Gambar 3 adalah susu merupakan satu contoh campuran yang digolongkan sebagai koloid. Jenis-jenis koloid berdasarkan zat pendispersi dan medium pendispersinya dapat dilihat pada Tabel 2. Tabel 2. Jenis-jenis Koloid No
Fase
Fase
Nama
Contoh
Terdispersi
Pendispersi
1
Padat
Gas
Aerosol Padat
Asap (smoke), debu
2
Padat
Cair
Sol
Sol emas, tinta,cat
3
Padat
Padat
Sol Padat
Gelas berwarna
4
Cair
Gas
Aerosol
Kabut(fog) dan awan
5
Cair
Cair
Emulsi
Susu, minyak ikan
6
Cair
Padat
Emulsi padat
Jelly, mutiara
7
Gas
Cair
Buih
Buih sabun, busa
8
Gas
Padat
Buih Padat
Karet busa, batu apung (Michael Purba, 2008: 148)
Dibawah ini diberikan beberapa produk kosmetik dalam bentuk koloid yang disajikan dalam Gambar 4 dan 5.
commit to user xlviii
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 29
Gambar 4. Parfum
Gambar 5. Beberapa produk kosmetik (Michael Purba, 2008: 148-149)
b. Sifat-Sifat Koloid 1) Efek Tyndall Suatu sifat khas yang membedakan sistem koloid dengan larutan adalah dengan percobaan Tyndall. Bila suatu larutan sejati disinari dengan seberkas sinar tampak, maka larutan sejati tadi akan meneruskan berkas sinar (transparan), hal ini ditunjukkan pada Gambar 6 . Sedangkan bila seberkas sinar dilewatkan pada sistem koloid, maka sinar tersebut akan dihamburkan oleh partikel koloid, sehingga sinar yang melalui sistem koloid akan tampak dalam pengamatan, ditunjukkan pada Gambar 7.
larutan
koloid
Gambar 6. Larutan Sejati
Gambar 7. Sistem Koloid (Michael Purba, 2008: 151)
Efek Tyndall dalam kehidupan sehari-hari:
Sorot lampu mobil pada malam yang berkabut
Sorot lampu proyektor dalam gedung bioskop yang berasap/berdebu
Berkas sinar matahari melalui celah daun pohon-pohon pada pagi hari yang berkabut
commit to user xlix
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 30
Berkas sinar matahari tampak jelas disela-sela dinding dapur yang banyak asapnya
2) Gerak Brown Jika diamati dengan mikroskop ultra, akan terlihat partikel koloid senantiasa bergerak terus-menerus dengan gerak patah-patah (gerak zig-zag). Gerak Brown adalah gerak zig-zag dari partikel koloid yang hanya bisa diamati dengan mikroskop ultra, ditunjukkan pada Gambar 8. Gerak Brown terjadi sebagai akibat tumbukan yang tidak seimbang dari molekul-molekul medium terhadap partikel koloid, ditunjukkan pada Gambar 9. Gerak Brown merupakan salah satu faktor yang menstabilkan koloid. Oleh karena bergerak terus menerus maka partikel koloid dapat mengimbangi gaya gravitasi sehingga tidak mengalami sedimentasi.
Gambar 8. Gerak Brown
Gambar 9. Arah Tumbukan Molekul Medium dengan Partikel Zat Terdispersi: (a) Larutan (b) Koloid (c) Suspensi. (Michael Purba, 2008: 152)
commit to user l
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 31
3) Muatan Koloid a) Adsorpsi Partikel koloid memiliki kemampuan menyerap ion atau muatan listrik pada permukaannya. Oleh karena itu partikel koloid menjadi bermuatan listrik. Penyerapan pada permukaan ini disebut adsorpsi. Contohnya partikel koloid dari Fe(OH)3 bermuatan positif dalam air, karena mengadsorbsi ion H+. Sedangkan partikel koloid As2S3 dalam air bermutan negatif karena mengadsorbsi ion negatif, ditunjukkan pada Gambar 10.
Gambar 10. Adsorbsi Ion-ion dalam Air (Michael Purba, 2008: 153) Sifat adsorbsi partikel ini sangat penting karena banyak manfaat dapat dilakukan berdasarkan sifat-sifat tersebut. Contoh: - Pemutihan gula tebu. Gula yang masih berwarna dilarutkan dalam air kemudian dialirkan melalui tanah diatome dan arang tulang. Zat-zat warna dalam gula akan diadsorbsi sehingga diperoleh gula yang putih bersih. - Norit Norit adalah tablet yang terbuat dari karbon aktif norit. Didalam usus norit membentuk sistem koloid yang dapat mengadsorbsi gas atau zat racun. - Penjernihan air Untuk menjernihkan air dapat dilakukan dengan menambahkan tawas atau alumunium sulfat. Di dalam air, alumunium sulfat terhidrolisis membentuk Al(OH)3 yang berupa koloid. Koloid Al(OH)3 ini dapat mengadsorbsi zat-zat warna atau zat pencemar dalam air.
commit to user li
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 32
b) Elektroforesis Pergerakan partikel koloid dalam medan listrik disebut elektroforesis. Apabila ke dalam sistem koloid dimasukkan dua batang elektrode kemudian dihubungkan dengan sumber arus searah, maka partikel koloid akan bergerak ke salah satu elektrode bergantung pada jenis muatannya. Koloid bermuatan negatif akan bergerak ke anode (elektrode positif) sedangkan koloid yang bermuatan positif bergerak ke katode (elektrode negatif). Dalam percobaan dicampurkan koloid dari Fe(OH)3 berwarna merah dan As2S3 berwarna kuning, campuran dari sistem koloid tadi dimasukkan dalam alat elektroforesis.
Gambar 11. Sel Elektrolisis Sederhana (Michael Purba, 2008: 153) Dari percobaan yang ditunjukkan pada Gambar 11, setelah beberapa saat kedua kutub tersebut dihubungkan dengan sumber arus listrik, ternyata daerah kutub (+) berwarna kuning dan daerah kutub (-) berwarna merah. Dari hasil pengamatan tersebut dapat dinyatakan bahwa koloid As2S3 bermuatan negatif karena ditarik oleh elektode positif dan koloid Fe(OH)3 bermuatan positif karena ditarik oleh elektrode negatif. Dengan demikian elektroferesis dapat digunakan untuk menentukan jenis muatan koloid. 4) Koagulasi Koagulasi (penggumpalan) adalah proses pengendapan koloid. Koagulasi partikel koloid dapat terjadi dengan dua macam cara yakni : a) Cara Mekanik Koloid dapat digumpalkan dengan cara pengadukan, pamanasan atau pendinginan. Pada saat pemanasan, kenaikan suhu sistem koloid menyebabkan jumlah tumbukan antara partikel-partikel sol dengan molekul-molekul air
commit to user lii
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 33
bertambah banyak. Hal ini menyebabkan lepasnya elektrolit yang teradsorpsi pada permukaan koloid. b) Cara Kimia : yakni dengan penambahan zat-zat kimia Koagulasi koloid karena penambahan elektrolit terjadi sebagai berikut. Koloid yang bermuatan negatif akan menarik ion positif (kation), sedangkan koloid yang bermuatn positif akan menarik ion negatif (anion). Ion-ion tersebut akan membentuk selubung lapisan ke dua. Apabila selubung lapisan kedua itu terlalu dekat maka selubung itu akan menetralkan muatan koloid sehingga terjadi koagulasi. Makin besar muatan ion makin kuat daya tarik menariknya dengan partikel koloid, sehingga makin cepat terjadi koagulasi, ditunjukkan pada Gambar 12.
Gambar 12. Koagulasi Koloid Karena Penambahan Elektrolit (Michael Purba, 2008: 155) Gambar tersebut memperlihatkan bahwa ion yang bermuatan lebih efektif dalam mengumpalkan koloid. Beberapa contoh koagulasi dalam kehidupan sehari-hari dan industri: - Pembentukan delta di muara sungai terjadi karena koloid tanah liat (lempung) dalam air sungai mengalami koagulasi ketika bercampur dengan elektrolit dalam air laut. - Karet dalam lateks digumpalkan dengan menambahkan asam format. - Lumpur koloidal dalam air sungai dapat digumpalkan dengan menambahkan tawas. Sol tanah liat dalam air sungai biasanya bermuatan negatif sehingga akan digumpalkan dengan oleh ion Al3+ dari tawas (alumunium sulfat).
commit to user liii
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 34
- Asap atau debu dari pabrik/industri dapat digumpalkan dengan alat koagulasi listrik dari Cottrel. 5) Koloid Pelindung Suatu koloid dapat distabilkan dengan menambahkan koloid lain yang disebut koloid pelindung. Koloid pelindung ini akan membungkus partikel zat terdispersi sehingga tidak dapat lagi mengelompok. Contoh: a) Pada pembentukan es krim digunakan gelatin untuk mencegah pembentukan kristal besar es atau gula. b) Cat dan tinta dapat bertahan lama karena menggunakan suatu koloid pelindung. c) Zat-zat pengemulsi, seperti sabun dan deterjen, juga tergolong koloid pelindung. 6) Dialisis Pada pembuatan suatu koloid, seringkali terdapat ion-ion yang dapat mengganggu kestabilan koloid tersebut. Ion-ion penggganggu ini dapat dihilangkan dengan suatu proses yang disebut dialisis. Dalam proses ini, sistem koloid dimasukkan ke dalam suatu kantong koloid, lalu kantong koloid itu dimasukkan ke dalam bejana yang berisi air mengalir. Kantong koloid tadi terbuat dari selaput semipermeable, yaitu selaput yang dapat melewatkan partikel-partikel kecil, seperti ion-ion atau molekul sederhana, tetapi menahan koloid. Dengan demikian, ion-ion keluar dari kantong dan hanyut bersama air, ditunjukkan pada Gambar 13.
Gambar 13. Dialisis (Michael Purba, 2008: 157)
commit to user liv
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 35
Proses pemisahan hasil-hasil metabolisme dari darah oleh ginjal juga merupakan proses dialisis. Jaringan ginjal bersifat sebagai selaput semipermeable yang dapat dilewati air dan molekul-molekul sederhana seperti urea, tetapi menahan butir-butir darah yang merupakan koloid. Orang yang menderita ginjal dapat menjalani “cuci darah”, dimana fungsi ginjal diganti oleh suatu mesin dialisator, ditunjukkan pada Gambar 14.
Gambar 14. Diagram Suatu Dialisis Darah (Michael Purba, 2008: 157) 7) Koloid Liofil dan Koloid Liofob Koloid yang memiliki medium dispersi cair dibedakan atas : a) Koloid Liofil Suatu koloid liofil apabila terdapat gaya tarik-menarik yang cukup besar antara zat terdispersi dengan mediumnya. Liofil berarti suka cairan (yunani: lio = cairan, philia = suka) b) Koloid Liofob Sebaliknya, suatu koloid disebut koloid liofob jika gaya tarik-menafik tersebut tidak ada atau sangat lemah. Liofob berati takut cairan (yunani = phobia = takut/benci). Jika medium dispersi yang dipakai adalah air, maka kedua jenis koloid diatas masing-masing disebut koloid hidrofil dan koloid hidrofob. - Koloid hidrofil mempunyai gugus ionik atau gugus polar di permukaannya, sehingga mempunyai interaksi yang baik dengan air. Butir-butir koloid liofil/hidrofil dapat mengadsorpsi molekul mediumnya sehingga membentuk suatu selubung atau jaket. Hal tersebut disebut solvatasi/hidratasi. Dengan
commit to user lv
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 36
cara itu butir-butir koloid tersebut terhindar dari agregasi (pengelompokan). Sol hidrofil tidak akan menggumpal pada penambahan sedikit elektrolit. Zat terdispersi dari sol hidrofil dapat dipisahkan dengan pengendapan atau penguapan. Apabila zat padat tersebut dicampurkan kembali dengan air maka dapat membentuk kembali sol hidrofil. Dengan kata lain, sol hidrofil bersifat reversible. Contoh dari koloid hidrofil disajikan dalam Gambar 15.
Gambar 15. Contoh Koloid Hidrofob (Mayonaise) dan Koloid Hidrofil (Agar-agar) (Michael Purba, 2008: 158) - Koloid hidrofob tidak akan stabil dalam medium polar (seperti air) tanpa kehadiran zat pengemulsi atau koloid pelindung. Zat pengemulsi membungkus partikel koloid hidrofob sehingga terhindar dari koagulasi. Susu (emulsi lemak dalam air) distabilkan oleh sejenis protein susu, yaitu kasein, sedangkan mayonaise (emulsi miyak nabati dalam air) distabilkan oleh kuning telur. Contoh koloid hidrofob: susu, mayonaise, sol belerang, sol Fe(OH)3, sol-sol sulfida, dan sol-sol logam. Contoh dari koloid hidrofob disajikan dalam Gambar 15. Sol hidrofob dapat mengalami koagulasi pada penambahan sedikit elektrolit. Sekali zat terdispersi telah dipisahkan, tidak akan membentuk sol lagi jika dicampur kembali dengan air.
commit to user lvi
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 37
Perbandingan antara sol hidrifil dan hidrofob terlihat pada Tabel 3. Tabel 3. Perbedaan Sol Hidrofil dengan Sol Hidrofob Sol Hidrofil
Sol Hidrofob
1. Mengadsorbsi mediumnya
1. Tidak mengadsobsi mediumnya
2. Dapat dibuat dengan
2. Hanya stabil pada konsentrasi kecil
konsentrasi yang relatif besar 3. Tidak
mudah
3. Mudah
pada
penambahan elektrolit
digumpalkan
dengan penambahan elektrolit
menggumpal
4. Viskositas hampir sama dengan mediumnya
4. Viskositas lebih besar daripada
5. Tidak reversible
mediumnya
6. Efek Tyndall lebih jelas
5. Bersifat reversible 6. Efek Tyndall lemah
(Michael Purba, 2008: 159) c. Pengolahan Air Bersih Pengolahan air bersih didasarkan pada sifat-sifat koloid, yaitu koagulasi dan adsorpsi. Air sungai atau sumur yang keruh mengandung lumpur koloidal dan barangkali juga zat-zat warna, zat pencemar seperti limbah detergen dan pestisida. Bahan-bahan yang di perlukan untuk pengolahan air adalah tawas (aluminium sulfat), pasir, klorin atau kaporit, kapur tohor, dan karbon aktif. -
Tawas berguna untuk menggumpalkan lumpur koloidal sehingga lebih mudah disaring. Tawas juga membentuk koloid Al(OH)3 yang dapat mengadsorpsi zat-zat warna atau zat-zat pencemar seperti detergen dan pestisida. Apabila tingkat kekeruhan air yang diolah terlalu tinggi maka digunakan karbon aktif disamping tawas.
-
Pasir berfungsi sebagai penyaring
-
Klorin atau kaporit berfungsi sebagai pembasmi hama (desinfektan), sedangkan
-
Kapur tohor berguna untuk menaikkan pH, yaitu untuk menetralkan keasaman yang terjadi karena penggunaan tawas.
commit to user lvii
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 38
1)
Pengolahan Air Sederhana Susunan alat penyaring air sederhana, yang dapat digunakan untuk menyaring air sumur yang keruh, disajikan pada Gambar 16.
Gambar 16. Susunan Alat Penyaring Air Sederhana (Michael Purba, 2008: 160) 2)
Industri Pengolahan Air Bersih (Perusahaan Air Minum) Pengolahan air bersih di kota-kota besar pada umumnya sama dengan pengolahan air sederhana yang dijelaskan di atas. Diagram pengolahan air bersih diberikan pada Gambar 17.
Gambar 17. Bagan Pengolahan Air Bersih (Michael Purba, 2008: 161) Mula-mula air sungai dipompakan ke dalam bak prasedimentasi. Di sini lumpur dibiarkan mengendap karena pengaruh gravitasi. Lumpur dibuang dengan pompa, sedangkan air selanjutnya dialirkan ke dalam bak ventury. Pada tahap ini dicampurkan tawas dan gas klorin (preklorinasi). Pada air baku yang kekeruhan dan pencemarannya tinggi, perlu dibubuhkan karbon aktif yang berguna untuk menghilangkan bau, warna, rasa, dan zat organik yang terkandung dalam air baku. Dari bak ventury, air baku yang
commit to user lviii
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 39
telah dicampur dengan bahan-bahan kimia dialirkan ke dalam accelator. Di dalam bak accelator ini terjadi proses koagulasi, lumpur dan kotoran lain menggumpal membentuk flok-flok yang akan mengalami sedimentasi secara gravitasi. Selanjutnya, air yang sudah setengah bersih dialirkan ke dalam bak saringan pasir. Pada saringan ini, sisa-sisa flok akan tertahan. Dari bak pasir diperoleh air yang sudah hampir bersih. Air yang sudah cukup bersih ini ditampung dalam bak lain yang disebut siphon, di mana ditambahkan kapur untuk menaikkan pH dan gas klorin (post klorinasi) untuk mematikan hama. Dari bak siphon, air yang sudah memenuhi standar air bersih selanjutnya dialirkan ke dalam reservoar, kemudian ke konsumen (Michael Purba, 2008 : 161). d. Pembuatan Sistem Koloid Karena ukuran partikel koloid terletak antara partikel larutan sejati dan partikel suspensi, maka koloid dapat dibuat dengan dua cara yaitu: 1) Cara Kondensasi Sistem koloid dibuat dengan pengelompokan (agregasi) partikel larutan sejati. Cara ini disebut cara kondensasi. Dengan cara kondensasi pertikel larutan sejati (molekul atau ion) bergabung menjadi partikel koloid. Cara ini dapat dilakukan melalui reaksi-reaksi kimia, seperti reaksi redoks, hidrolisis, dan dekomposisi rangkap, atau dengan pergantian pelarut. a) Reaksi Redoks Reaksi redoks adalah reaksi yang disertai perubahan bilangan oksidasi. Contoh: (1) Pembuatan sol belerang dari reaksi antara hidrogen sulfida (H2S) dengan belerang dioksida (SO2), yaitu dengan mengalirkan gas H2S ke dalam larutan SO2. 2H2S(g) + SO2(aq)
2H2O(l) + 3S(s)
(2) Pembuatan sol emas dari reaksi larutan HAuCl4 dengan larutan K2CO3 dan HCHO (formaldehida). Contoh:
commit to user lix
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 40
2HAuCl4(aq) + 6 K2CO3(aq) + 3 HCHO(aq)
2Au(s)
+
5CO2(g) + 8KCl(aq) + 3HCOOK(aq) + KHCO3(aq) + 2H2O(l) b) Hidrolisis Hidrolisis adalah reaksi suatu zat dengan air. Contoh: Pembuatan sol Fe(OH)3 dari hidrolisis FeCl3, apabila ke dalam air mendidih ditambahkan larutan FeCl3 akan terbentuk sol Fe(OH)3. FeCl3(aq) + 3H2O(l) c)
Fe(OH)3(aq) + 3HCl(aq)
Dekomposisi Rangkap Contoh: (1) Sol As2S3 dapat dibuat dari reaksi antara larutan H3AsO3 dengan larutan H2S. H3AsO3(aq) + 3 H2S(aq)
As2S3(s) + 6H2O(l)
(2) Sol AgCl dapat dibuat dengan mencampurkan larutan perak nitrat encer dengan larutan HCl encer. AgNO3(aq) + HCl(aq)
AgCl(s) + HNO3(aq)
d) Pergantian Pelarut Contoh: Apabila larutan jenuh kalsium asetat dicampur dengan alkohol akan terbentuk suatu koloid berupa gel. (Michael Purba, 2008:162-163) 2) Cara Dispersi Sistem koloid dapat dibuat dengan menghaluskan bahan dalam bentuk kasar kemudian didispersikan ke dalam medium pendispersi. Cara ini disebut cara dispersi. Dengan cara dispersi, partikel kasar dipecah menjadi partikel koloid. Cara dispersi dapat dilakukan secara mekanik, peptisasi atau dengan loncatan bunga listrik (cara busur Bredig). a) Cara Mekanik Menurut cara ini butir-butir kasar digerus dengan lumpang atau penggiling koloid sampai diperoleh tingkat kehalusan tertentu kemudian diaduk dengan medium dispersi.
commit to user lx
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 41
Contoh: Sol belerang dapat dibuat dengan menggerus serbuk belerang bersama-sama dengan suatu zat inert (seperti gula pasir), kemudian mencampurkan serbuk halus itu dengan air. b) Cara Peptisasi Cara peptisasi adalah pembuatan koloid dari butir-butir kasar atau dari suatu endapan dengan bantuan suatu zat pemeptisasi (pemecah). Zat pemeptisasi memecahkan butir-butir kasar menjadi butir-butir koloid. Contoh: Agar-agar dipeptisasi oleh air, nitroselulosa oleh aseton, karet oleh bensin, dan lain-lain. Endapan NiS dipeptisasi oleh H2S dan endapan Al(OH)3 oleh AlCl3. c) Cara Busur Bredig Cara busur Bredig digunakan untuk membuat sol-sol logam. Logam yang akan dijadikan koloid digunakan sebagai elektroda yang dicelupkan dalam medium dispersi, kemudian diberi loncatan listrik di antara kedua ujungnya. Mula-mula atom-atom logam akan terlempar ke dalam air, lalu atom-atom tersebut mengalami kondensasi sehingga membentuk partikel koloid. Jadi, cara busur ini merupakan gabungan cara dispersi dan cara kondensasi (Michael Purba, 2008: 163-164).
B. Hasil Penelitian Yang Relevan Penelitian yang berjudul “Pengaruh Pembelajaran Kontekstual Pada Pendidikan Kewarganegaraan Terhadap Kompetensi Siswa” memaparkan bahwa pembelajaran kontekstual menstimulasi otak untuk mengkonstruksi pengetahuan dengan menghubungkannya dalam konteks nyata dalam hidup kita. Dalam hal ini siswa menerapkan pengetahuan yang telah mereka peroleh pada konteks kehidupan mereka. Pembelajaran kontekstual juga tidak hanya mengembangkan pengetahuan siswa tetapi juga memberikan bekal ketrampilan untuk siswa seperti ketrampilan untuk berpikir kritis, ketrampilan untuk bekerja sama sehingga dapat berpartisipasi secara aktif dan dapat menumbuhkan komitmen yang mana penting bagi siswa sebagai warga negara (Kokom K. 2009. The Effect of Contextual Learning in Civic
commit to user lxi
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 42
Education on Student’s Civic Competence, Journal of Sopcial Sciences 5(4): 261270, 2009). Pada penelitian yang berjudul “Efektifitas Kegiatan Laboratorium Kontekstual pada Pembelajaran Teknik Statistik Universitas Tun Hussein Malaysia” mendefinisikan pengalaman
pembelajaran
seseorang
yang
kontekstual dialami
menghubungkan
dalam
kehidupan
contoh-contoh sehari-hari
dan
mengaplikasikan materi-materi yang telah dipelajarinya. Siswa yang memperoleh kegiatan laboratorium kontekstual lebih aktif daripada siswa yang tidak memperoleh kegiatan laboratorium kontekstual. Dengan laboratorium kontekstual membantu siswa memahami konsep dan lebih memotivasi siswa sehingga dapat meningkatkan prestasi belajar mereka (Zulkarnain dan Nafisah. 2008. A Study of the Effectiveness of The Contextual Lab Activity in the Teaching and Learning Engineering Statistics at the Universiti Tun Hussein Onn Malaysia) Selain dengan laboratorium kontekstual, juga terdapat laboratorium virtual sebagaimana yang disebutkan pada penelitian yang berjudul ”Perkembangan Laboratorium Virtual Pada Transfer Panas Radiasi”. Penelitian ini menyebutkan bahwa dengan perkembangan laboratorium virtual pada transfer panas radiasi yang diterapkan pada percobaan fisika. Penerapan teknologi ini memudahkan mahasiswa untuk belajar lebih aktif dan mandiri karena mereka dapat mempelajari sendiri dan megulang-ulang percobaan. Laboratorium virtual juga menampilkan simulasi seperti percobaan di laboratorium nyata. Keuntungan yang diperoleh dengan penggunaan virtual adalah tidak menghabiskan banyak waktu untuk percobaan, sehingga siswa memiliki banyak waktu untuk berdiskusi dan menganalisis data hasil percobaan (Nazlia O., Rozli Z, dan Rossilah H. 2009. Development of a Virtual Laboratory for Radiation Heat Transfer. European Journal of Scientific Research Vol.32 No.4 (2009), pp.562-571).
commit to user lxii
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 43
C. Kerangka Berpikir Berdasarkan latar belakang dan kajian pustaka dapat dirumuskan kerangka pemikiran sebagai berikut: 1.
Pengaruh
Pembelajaran
CTL
Menggunakan
Laboratorium
Riil
dan
Pembelajaran CTL Menggunakan Laboratorium Virtual Terhadap Prestasi Belajar Siswa Pada Materi Pokok Sistem Koloid Salah satu faktor yang mempengaruhi prestasi belajar siswa adalah faktor eksternal yang termasuk pemilihan model maupun metode pembelajaran yang tepat.
Model maupun metode yang digunakan oleh guru akan
bertanggung jawab terhadap proses dan hasil belajar siswa. Metode belajar yang digunakan saat ini hendaknya metode yang berpusat pada siswa agar dalam belajar, siswa tidak hanya menerima dan meniru apa yang diberikan guru, tetapi harus secara aktif berbuat atas dasar kemampuan dan keyakinan sendiri. Cara ini diharapkan dapat mengantarkan siswa menjadi manusia mandiri dan kreatif. Pada penelitian ini akan dilakukan pembelajaran CTL menggunakan metode praktikum di laboratorium riil dan laboratorium virtual. Metode pembelajaran tersebut termasuk dalam bentuk pembelajaran yang mengarah pada paham konstruktivisme dimana peserta didik secara aktif membangun pengetahuan sendiri. Sedangkan media yang digunakan yaitu dengan memanfaatkan laboratorium riil dan dengan memanfaatkan kecanggihan teknologi saat ini yaitu dengan menggunakan komputer yang dilengkapi program laboratorium virtual. Percobaan di laboratorium riil merupakan percobaan yang dilakukan menggunakan alat-alat dan bahan-bahan riil. Pada penerapan laboratorium riil kegiatan siswa dipusatkan
pada suatu objek riil yang dihadapinya dengan
menggunakan alat indera. Percobaan di laboratorium riil akan menjadikan belajar lebih bermakna dan mengembangkan ketrampilan siswa karena siswa mengalami secara nyata peristiwa-peristiwa yang terjadi selama praktikum. Percobaan dengan laboratorium virtual merupakan percobaan yang dilakukan dengan menggunakan media komputer. Virtual adalah salah satu
commit to user lxiii
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 44
aplikasi penggunaan teknologi komputer terbaru. Dalam hal ini virtual menampilkan tiga dimensi dengan penggunaan dapat secara aktif berpartisipasi dalam pengoperasiannya. Penggunaan virtual dapat memberikan kesempatan untuk menemukan ide baru bagi yang menggunakan. Dilihat dari aspek kognitif, diduga prestasi belajar siswa yang diajar menggunakan laboratorium riil lebih tinggi daripada prestasi belajar siswa yang diajar menggunakan laboratorium virtual. Hal ini dikarenakan peningkatan prestasi belajar siswa dipengaruhi oleh beberapa faktor eksternal seperti metode dan media. Pada pembelajaran menggunakan media laboratorium riil digunakan bahan-bahan riil untuk melakukan eksperimen koloid. Hal ini sesuai dengan materi sistem koloid yang secara umum bersifat konkret (nyata) dan berkaitan erat dengan kehidupan sehari-hari sehingga siswa dapat lebih mudah memahami dan aktif dalam melakukan percobaan secara langsung dan nyata, mengamati prosesnya dan menyimpulkan hasil percobaannya. Selain itu, dalam teori belajar menurut Gagne diungkapkan bahwa salah satu kemampuan intelektual dalam belajar kognitif adalah konsep-konsep konkret, yaitu mengenal suatu objek secara
nyata.
Kemampuan
untuk
menentukan
konsep-konsep
konkret
merupakan dasar yang penting untuk mempelajari yang lebih kompleks. Demikian halnya dari aspek afektif, diduga prestasi belajar siswa yang belajar dengan menggunakan laboratorium riil akan lebih tinggi karena dinilai dari sikap atau respon siswa dalam belajar, kesungguhan dan kedisiplinan dalam mengerjakan praktikum di laboratorium riil dan adanya kerjasama antar siswa dalam melaksanakan praktikum. 2.
Pengaruh Kreativitas Siswa Terhadap Prestasi Belajar Siswa Pada Materi Pokok Sistem Koloid Dalam KTSP, pada materi sistem koloid lebih menekankan pada ketrampilan siswa untuk mencari informasi dari literatur dan melakukan percobaan-percobaan yang berkaitan dengan materi sistem koloid. Dari pengalaman belajar tersebut siswa baru mendapatkan kecakapan hidup untuk menggali informasi, berkomunikasi, bereksperimen, merumuskan hipotesis, mengambil kesimpulan dan bekerja sama.
commit to user lxiv
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 45
Menurut teori Bruner, dengan siswa diberi kesempatan untuk menemukan konsep atau pemahaman melalui contoh-contoh yang ia jumpai dalam kehidupannya, maka proses belajar akan berjalan baik dan kreatif. Sedangkan menurut Gagne, belajar merupakan proses perubahan perilaku sebagai akibat dari pengalaman. Untuk mendapatkan pengalaman belajar yang memuat kecakapan hidup pada materi sistem koloid perlu adanya kemampuan berpikir yang menumbuhkan kreativitas siswa. Kreativitas merupakan kemampuan untuk mengkombinasikan antara unsur-unsur yang baru dari hal-hal yang sudah ada sebelumnya dan menerapkannya dalam pemecahan. Dari uraian di atas diduga prestasi belajar siswa yang memiliki kreativitas tinggi lebih tinggi daripada siswa yang memiliki kreativitas rendah. Kreativitas tinggi akan mendorong siswa untuk selalu bersemangat belajar dan berusaha mencari sumber-sumber lain yang berhubungan dengan materi yang diajarkan sehingga prestasi belajar yang dicapai juga lebih tinggi dibanding prestasi belajar siswa yang memiliki kreativitas rendah. Kreativitas rendah akan menyebabkan siswa cenderung tidak tertarik terhadap materi yang diajarkan dan terpaku oleh satu sumber. 3.
Interaksi Antara Pembelajaran CTL Menggunakan Laboratorium Riil dan Pembelajaran CTL Menggunakan Laboratorium Virtual dengan Kreativitas Siswa Terhadap Prestasi Belajar Siswa Pada Materi Pokok Sistem Koloid Prestasi belajar siswa merupakan indikator keberhasilan belajar siswa dalam mencapai tujuan belajar. Tinggi rendahnya prestasi belajar akan dipengaruhi oleh faktor ekstern dan intern dimana keduanya akan saling berpengaruh. Metode pengajaran adalah faktor ekstern sedangkan kreativitas siswa merupakan faktor intern yang sangat berpengaruh terhadap keberhasilan belajar. Untuk mengurangi kendala-kendala dalam proses pengajaran sistem koloid dan untuk meningkatkan prestasi belajar siswa, maka diperlukan kreativitas siswa yang baik, metode yang tepat dalam proses belajar mengajar. Siswa yang memiliki kreativitas tinggi diduga akan memiliki prestasi belajar yang lebih tinggi dengan menggunakan praktikum dengan laboratorium virtual. Siswa yang menggunakan laboratorium virtual bekerja secara mandiri
commit to user lxv
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 46
dengan seminimal mungkin bantuan dari guru sehingga aktivitas 100 % di tangan pemakai, dalam hal ini siswa. Siswa dapat mengeksplor kreativitasnya dengan tanpa ada rasa takut salah melakukan percobaan karena apapun yang dilakukan siswa akan ada respon balik dari program komputer tersebut. Siswa yang memiliki kreativitas rendah diduga akan memiliki prestasi belajar yang lebih tinggi dengan menggunakan laboratorium riil karena siswa dituntut untuk melakukan percobaan secara langsung dengan adanya petunjuk praktikum dari guru, sehingga siswa memperoleh pengalaman belajar dan mengamati secara langsung. Dengan demikian, diduga ada interaksi antara pembelajaran CTL menggunakan laboratorium riil dan pembelajaran CTL menggunakan laboratorium virtual dengan kreativitas siswa terhadap prestasi belajar siswa pada materi pokok sistem koloid.
commit to user lxvi
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 47
Bagan Kerangka Berpikir : • •
Pembelajaran kurang bervariasi Siswa kurang aktif dalam pembelajaran
Prestasi belajar rendah
Kelas Eksperimen I (CTL, Lab.Riil): • Bahan bersifat riil / nyata • Siswa mengalami dan dapat mengamati proses eksperimen secara langsung dengan aktif.
Materi Koloid secara bersifat konkret/ nyata
umum
Kelas Eksperimen II (CTL, Lab.Virtual): • Bahan tidak nyata, dikemas dalam bentuk software. • Siswa aktif melakukan eksperimen dengan bantuan software lab. Virtual.
Kreativitas
Tinggi
Rendah
Prestasi Belajar Lebih Tinggi
Prestasi Belajar Tinggi
Gambar 18. Bagan Kerangka Berpikir
D. Hipotesis Berdasarkan tinjauan pustaka dan kerangka pemikiran tersebut dapat disusun hipotesis sebagai berikut: 1. Prestasi belajar siswa pada pembelajaran CTL menggunakan laboratorium riil lebih tinggi daripada
pembelajaran CTL menggunakan laboratorium virtual
pada materi pokok sistem koloid. 2. Prestasi belajar siswa yang memiliki kreativitas tinggi lebih tinggi daripada siswa yang memiliki kreativitas rendah pada materi pokok sistem koloid. 3. Terdapat interaksi antara pembelajaran CTL yang menggunakan laboratorium riil dan laboratorium virtual dengan kreativitas siswa terhadap prestasi belajar siswa pada materi pokok sistem koloid.
commit to user lxvii
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
BAB III METODOLOGI PENELITIAN
A. Tempat dan Waktu Penelitian 1. Tempat Penelitian Penelitian ini dilaksanakan di SMA Negeri 1 Cilacap, pada kelas XI semester genap Tahun Ajaran 2009/2010. 2. Waktu Penelitian Penelitian ini dilaksanakan pada April 2010. Pelaksanaan penelitian ini dilakukan secara bertahap, dengan tahap-tahap sebagai berikut: a.
Pembuatan Proposal
Februari 2010-Maret 2010
b.
Uji Coba Instrumen
Maret 2010
c.
Penelitian dan Pengambilan Data
April 2010-Mei 2010
d.
Penyusunan Hasil Penelitian
Mei-Juni 2010
e.
Pelaporan Hasil Penelitian
Juli 2010
B. Metode Penelitian 1.
Rancangan Penelitian
Rancangan penelitian yang digunakan adalah desain faktorial 2x2. Adapun bagan desain penelitian dapat dilihat pada Tabel 4 : Tabel 4. Desain Penelitian : Faktorial 2x2 Kelas
Kreativitas
Model
Tinggi (B1)
Rendah (B2)
Eksperimen I
CTL, Lab. Riil (A1)
A1B1
A1 B 2
Eksperimen II
CTL, Lab. Virtual (A2)
A2B1
A2 B 2
Keterangan : A1
: Pembelajaran CTL menggunakan laboratorium riil
A2
: Pembelajaran CTL menggunakan laboratorium virtual
B1
: Kreativitas tinggi
B2
: Kreativitas rendah
commit to user lxviii 48
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 49
2.
Langkah-langkah Penelitian
a.
Memberikan angket kreativitas siswa untuk diisi oleh siswa.
b.
Memberikan pretest pada kelompok eksperimen I dan eksperimen II untuk mengukur rata-rata kemampuan kognitif sebelum obyek diberi perlakuan.
c.
Memberikan
perlakuan
A1
berupa
pembelajaran
CTL
menggunakan
laboratorium riil pada kelompok eksperimen I dan perlakuan A2 berupa pembelajaran CTL menggunakan laboratorium virtual pada kelompok eksperimen II. d.
Memberikan posttest pada kelompok eksperimen I dan kelompok eksperimen II untuk mengukur rata-rata kemampuan kognitif setelah diberi perlakuan A1 dan A 2.
e.
Memberikan angket afektif siswa untuk diisi oleh siswa.
f.
Menentukan selisih nilai antara pretest dan posttest pada kelompok eksperimen I untuk mengukur rata-rata selisih nilai pretest-posttest.
g.
Menentukan selisih nilai antara pretest dan posttest pada kelompok eksperimen II untuk mengukur rata-rata selisih nilai pretest-posttest.
C. Variabel Penelitian Variabel-variabel yang terdapat pada penelitian ini adalah sebagai berikut : 1. a.
Definisi Operasional Variabel Penelitian
Variabel Bebas 1) Pembelajaran CTL Menggunakan Laboratorium Riil Pembelajaran
konstektual
(Contextual
Teaching
Learning)
merupakan suatu konsepsi yang membantu guru mengaitkan isi pelajaran dengan situasi dunia nyata dan memotivasi siswa membuat hubungan antara pangetahuan dengan penerapannya dalam kehidupan mereka sendiri sebagai anggota keluarga, warga negara dan tenaga kerja. Dengan adanya percobaan di laboratorium riil siswa dapat aktif melakukan percobaan secara
langsung,
mengamati
prosesnya
dan
menyimpulkan
hasil
percobaannya. Dalam hal ini siswa dapat menemukan bukti kebenaran dari teori yang dipelajarinya.
commit to user lxix
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 50
2) Pembelajaran CTL Menggunakan Laboratorium Virtual Percobaan dengan laboratorium virtual merupakan percobaan yang dilakukan dengan menggunakan media komputer. Virtual adalah salah satu aplikasi penggunaan teknologi komputer terbaru. Dalam hal ini virtual menampilkan tiga dimensi dengan penggunaan dapat secara aktif berpartisipasi
dalam
pengoperasiannya.
memberikan kesempatan untuk
Penggunaan
virtual
dapat
menemukan ide baru bagi yang
menggunakan. 3) Kreativitas Kreativitas merupakan kemampuan untuk mengkombinasikan antara unsur-unsur yang baru dari hal-hal yang sudah ada sebelumnya dan menerapkannya dalam pemecahan. Pada penelitian ini kreativitas siswa dikategorikan menjadi dua yaitu kreativitas tinggi dan rendah dapat diidentifikasi dengan memberikan angket kreativitas pada siswa. b.
Variabel Terikat Variabel terikat dalam penelitian ini adalah prestasi belajar siswa mengenai materi pokok Sistem Koloid Kelas XI RSBI SMA Negeri 1 Cilacap. 2.
Skala Pengukuran dari Variabel Bebas Penelitian
Variabel pembelajaran CTL menggunakan laboratorium riil dan virtual berskala pengukuran nominal. Variabel kreativitas siswa berskala pengukuran interval yang dibedakan menjadi kategori tinggi dan rendah. Perbedaan kategori ini berdasarkan pada skor rata-rata kedua kelas. Siswa dengan perolehan skor di atas / sama dengan skor rata-rata dimasukkan dalam kategori tinggi, sedangkan siswa dengan perolehan skor di bawah skor rata-rata dimasukkan dalam kategori rendah.
D. Populasi dan Sampel 1.
Populasi
Populasi dalam penelitian ini adalah siswa kelas XI RSBI semester genap SMA Negeri 1 Cilacap Tahun Pelajaran 2009/2010.
commit to user lxx
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 51
2.
Sampel
Dalam penelitian ini pengambilan sampel dilakukan secara cluster random sampling yaitu menetapkan dua kelas dari enam kelas XI IA RSBI semester genap secara acak sebagai kelas eksperimen I dan kelas eksperimen II.
E. Teknik Pengumpulan Data Metode pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode tes dan metode angket. 1.
Metode Tes
Metode tes digunakan untuk mendapatkan data prestasi belajar siswa pada materi pokok sistem koloid siswa kelas XI RSBI SMA Negeri 1 Cilacap semester II tahun ajaran 2009/2010. 2.
Metode Angket
Angket yang digunakan adalah angket kreativitas siswa dan angket afektif.
F. Instrumen Penelitian Instrumen dalam penelitian ini terdiri dari penilaian kognitif dengan menggunakan tes prestasi dan penilaian afektif, serta kreativitas siswa dengan menggunakan angket. 1. Instrumen Penilaian Kognitif Untuk penilaian kognitif dengan menggunakan bentuk tes obyektif. Sebelum digunakan instrumen penelitian diujicobakan terlebih dahulu untuk menguji validitas, reliabilitas, taraf kesukaran soal dan daya pembeda soal. a.
Uji Validitas Menurut Budiyono (2003: 58), suatu instrumen valid menurut validitas isi apabila isi instrumen tersebut telah merupakan sampel yang representatif dari keseluruhan isi hal yang akan diukur. Pada kasus ini, validitas tidak dapat ditentukan dengan mengkolerasikannya dengan suatu kriteria, sebab tes itu sendiri adalah kriteria dari suatu tenaga kerja. Budiyono menyarankan suatu langkah-langkah yang dapat dilakukan pembuat soal untuk mempertinggi validitas isi, yaitu:
commit to user lxxi
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 52
a.
Mengidentifikasikan bahan-bahan yang telah diberikan beserta tujuan instruktusionalnya.
b. Membuat kisi-kisi dari soal tes yang akan ditulis. c.
Menyusun soal tes beserta kuncinya.
d. Menelaah soal tes sebelum dicetak. Untuk menilai apakah suatu instrumen mempunyai validitas isi yang tinggi atau tidak, biasanya dilakukan melalui experts judgement (penelitian yang dilakukan oleh para pakar). Masidjo (1995: 245) mengemukakan bahwa sebuah instrumen tentu terdiri dari sejumlah butir-butir instrumen. Kesemua butir-butir itu harus mengukur hal yang sama dan menunjukkan kecenderungan yang sama pula. Ini berarti harus ada korelasi positif antara skor masing-masing butir tersebut. Korelasi internal masing-masing butir dilihat dari korelasi antara skor-skor butir-butir tersebut dengan skor totalnya. Rumus yang dipakai adalah korelasi momen produk dari Karl Pearson, sebagai berikut:
r xy =
∑ XY − (∑ X )(∑ Y ) 2 2 ⎛⎜ n X 2 − (∑ X ) ⎞⎟ ⎛⎜ n ∑ Y 2 − (∑ Y ) ⎞⎟ ∑ ⎝ ⎠⎝ ⎠ n
Dengan :
rxy = koefisien korelasi antara variable X dan Y X = skor item Y = skor total n = cacah subyek keputusan uji : rxy > rkritik
item soal tersebut valid
rxy ≤ rkritik
item soal tersebut tidak valid (Masidjo, 1995: 246)
Hasil uji validitas instrument yang dilakukan terangkum dalam tabel 5.
commit to user lxxii
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 53
Tabel 5. Rangkuman Hasil Uji Validitas Instrumen Penilaian Kognitif Variabel
Kriteria
Jumlah Soal
Soal-soal Sistem
Valid
Invalid
26
14
40
Koloid
b. Uji Reliabilitas Masidjo (1995: 209), menyatakan bahwa “Suatu instrumen dikatakan reliabel apabila hasil pengukuran dengan instrumen tersebut adalah sama jika pengukuran tersebut dilakukan pada orang yang sama pada waktu yang berlainan atau pada orang yang berlainan (tetapi mempunyai kondisi yang sama) pada waktu yang sama atau pada waktu yang berlainan. Untuk mengetahui apakah suatu instrumen yang digunakan reliabel atau tidak diperlukan adanya uji reliabilitas. Dalam penelitian ini, uji reliabilitas tes prestasi belajar berbentuk obyektif digunakan rumus Kuder Richardson (KR20). Rumus Kuder-Richardson (KR-20) berbentuk sebagai berikut:
∑
2 pi qi ⎛ n ⎞ ⎛⎜ s t − r11 = ⎜ ⎟⎜ 2 ⎝ n −1 ⎠ ⎝ st
⎞ ⎟ ⎟ ⎠
Dengan : r11
: indeks reliabilitas instrument
n
: banyaknya butir instrument
pi
: proporsi banyaknya subyek yang menjawab benar pada butir ke-i
qi
: 1- pi
s t2
: variansi total
Klasifikasi koefisien korelasi :
0,91 – 1,00
: sangat tinggi
0,71 – 0,90
: tinggi
0,41 – 0,70
: cukup
commit to user lxxiii
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 54
0,21 – 0,40
: rendah
negatif – 0,20
: sangat rendah (Masidjo, 1995: 209)
Hasil uji reliabilitas instrument yang dilakukan terangkum dalam tabel 6. Tabel 6. Rangkuman Hasil Reliabilitas Instrument Penilaian Kognitif Variabel
Jumlah Soal
Reliabilitas
Kriteria
40
0,753
Tinggi
Soal-soal Sistem Koloid
c.
Uji Taraf Kesukaran Soal Taraf kesukaran suatu item dapat diketahui dari banyaknya siswa yang menjawab benar. Taraf kesukaran suatu item dinyatakan dalam bilangan indeks yang disebut Indeks Kesukaran (IK), yaitu bilangan yang merupakan hasil perbandingan antara jawaban benar yang diperoleh dengan jawaban yang seharusnya diperoleh dari suatu item.
IK =
B NxSkormaksimal
Keterangan : IK
: Indeks Kesukaran
B
: Jumlah jawaban yang benar yang diperoleh siswa dari suatu item
N
: Kelompok siswa
Skor maksimal
: Besarnya skor yang dituntut oleh suatu jawaban benar dari suatu item
N x skor maksimal
: Jumlah jawaban benar yang seharusnya diperoleh dari suatu item
Klasifikasi indeks kesukaran adalah sebagai berikut : 0,81 - 1,00
: Mudah Sekali (MS)
0,61 – 0,80
: Mudah (M)
commit to user lxxiv
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 55
0,41 – 0,60
: Sedang atau Cukup (Sd)
0,21 – 0,40
: Sukar (S)
0,00 – 0,20
: Sukar Sekali (SS) (Masidjo, 1995: 192)
Hasil penelitian menunjukkan tingkat kesukaran yang bervariasi. Rangkuman tingkat kesukaran soal dapat dilihat pada tabel 7. Tabel 7. Rangkuman Hasil Uji Indeks Kesukaran Soal Kriteria
Jumlah
Variabel Soal-sola Sistem Koloid
Soal
MS
M
Sd
S
SS
40
11
7
14
6
2
d. Daya Pembeda Soal Daya pembeda suatu item adalah taraf sampai dimana jumlah jawaban benar dari siswa. Siswa yang tergolong kelompok atas (pandai) berbeda dari siswa yang tergolong kelompok bawah (kurang pandai). Perbedaan jawaban benar dari siswa yang tergolong kelompok atas dan bawah disebut Indeks Diskriminasi (ID). D=
B A BB JA JB
= P A - PB Dimana : J
: Jumlah peserta tes
JA : Jumlah peserta kelompok atas JB : Jumlah peserta kelompok bawah BA : Jumlah peserta kelompok atas yang menjawab benar BB : Jumlah peserta kelompok bawah yang menjawab benar Kriteria daya beda soal: 0,80 – 1,00
: sangat membedakan (SM)
0,60 – 0,79
: lebih membedakan (LM)
0,40 – 0,59
: cukup membedakan (CM)
commit to user lxxv
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 56
0,20 – 0,39
: kurang membedakan (KM)
negatif – 0,19
: sangat kurang membedakan (SKM) (Masidjo, 1995: 198)
Hasil rangkuman daya beda soal dapat dilihat pada table 8. Tabel 8. Rangkuman Hasil Uji Daya Beda Soal Kriteria
Jumlah
Variabel Soal-sola Sistem Koloid
Soal
SM
LM
CM
KM
SKM
40
-
1
7
19
13
2. Instrumen Penilaian Afektif Instrumen penilaian afektif berupa angket. Jenis angket yang digunakan adalah angket langsung dan sekaligus menyediakan jawaban. Siswa memberikan jawaban denagn memilih salah satu alternatif jawaban yang telah disediakan. Penyusunan item-item angket berdasarkan indikator yang telah ditetapkan sebelumnya. Dalam menjawab pertanyaan, siswa hanya dibenarkan memilih salah satu alternatif jawaban yang telah disediakan. Skor penilaian afektif disajikan dalam Tabel 9. Tabel 9. Skor Penilaian Afektif Skor untuk aspek yang
Nilai (indikator +)
Nilai (indikator -)
SS : Sangat Setuju
4
1
S : Setuju
3
2
TS : Tidak Setuju
2
3
STS : Sangat Tidak Setuju
1
4
dinilai
Keterangan : -
Jumlah nilai 130-160
sangat baik (A)
-
Jumlah nilai 100-129
baik (B)
-
Jumlah nilai 70-99
cukup (C)
-
Jumlah nilai <69
kurang (D) (Depdiknas, 2003: 90)
commit to user lxxvi
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 57
a.
Uji Validitas Validitas instrumen dari angket ini adalah validitas konstruksi atau konsep. Validitas konstruksi adalah validitas yang menunjukkan sampai dimana isi suatu tes atau alat pengukur sesuai dengan konsep yang seharusnya menjadi isi suatu tes atau alat pengukur tersebut artau konstruksi teoritis yang mendasari disusunnya tes tersebut (Masidjo, 1995 : 244). Rumus yang dipakai adalah korelasi momen produk dari Karl Pearson, sebagai berikut:
r xy =
∑ XY − (∑ X )(∑ Y ) 2 2 ⎛⎜ n X 2 − (∑ X ) ⎞⎟ ⎛⎜ n ∑ Y 2 − (∑ Y ) ⎞⎟ ∑ ⎝ ⎠⎝ ⎠ n
Dengan :
rxy = koefisien korelasi antara variable X dan Y X = skor item Y = skor total n = cacah subyek keputusan uji : rxy > rkritik
rxy ≤ rkritik
item soal tersebut valid item soal tersebut tidak valid (Masidjo, 1995: 247)
Hasil uji validitas instrument afektif yang dilakukan terangkum dalam Tabel 10. Tabel 10. Rangkuman Hasil Uji Validitas Instrument Afektif Variabel
Jumlah Soal
Angket Afektif
40
Kriteria Valid
Invalid
34
6
b. Uji Reliabilitas Budiyono (2003:65), menyatakan bahwa “Suatu instrumen dikatakan reliabel apabila hasil pengukuran dengan instrumen tersebut adalah sama jika
commit to user lxxvii
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 58
pengukuran tersebut dilakukan pada orang yang sama pada waktu yang berlainan atau pada orang yang berlainan (tetapi mempunyai kondisi yang sama) pada waktu yang sama atau pada waktu yang berlainan. Untuk mengetahui sejauh mana pengukuran dapat memberikan hasil yang relatif tidak berbeda bila dilakukan pengukuran kembali kepada subyek yang sama. Untuk mengetahui tingkat reliabilitas suatu butir soal yang menghendaki gradualisasi penilaian digunakan rumus alpha (digunakan untuk mencari reliabilitas yang skornya bukan 1 atau 0) yaitu sebagai berikut: 2 ⎛ n ⎞⎡ ∑ σ i ⎤ r 11 = ⎜⎝ n − 1 ⎟⎠ ⎢1 − σ 2 ⎥ t ⎦⎥ ⎣⎢
Dengan : : indeks reliabilitas instrument
r11
n
: banyaknya butir instrument 2
Σ σi : jumlah varians skor tiap-tiap item σt2
: varians total
( x) ∑ x − ∑N
2
2
σ2 =
N
Klasifikasi koefisien korelasi :
0,91 – 1,00
: sangat tinggi
0,71 – 0,90
: tinggi
0,41 – 0,70
: cukup
0,21 – 0,40
: rendah
negatif – 0,20
: sangat rendah (Masidjo, 1995: 209)
Hasil uji reliabilitas instrument afektif yang dilakukan terangkum dalam tabel 11. Tabel 11. Rangkuman Hasil Uji Reliabilitas Instrument Afektif Variabel
Jumlah Soal
Reliabilitas
Kriteria
Angket Afektif
40
0,828
Tinggi
commit to user lxxviii
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 59
3.
Instrumen Penilaian Kreativitas Siswa
Instrumen penilaian kreativitas siswa berupa angket. Jenis angket yang digunakan adalah angket langsung dan sekaligus menyediakan jawaban. Siswa memberikan jawaban denagn memilih salah satu alternatif jawaban yang telah disediakan. Instrumen yang digunakan dalam angket kreativitas berisi pertanyaan yang berkaitan dengan komponen kreativitas yaitu: rasa ingin tahu, imajinatif, tertantang oleh kemajemukan, berani mengambil resiko, dan menghargai. Skor penilaian kreativitas disajikan dalam Tabel 12. Tabel 12. Skor Penilaian Kreativitas Skor untuk aspek yang
Nilai (indikator +)
Nilai (indikator -)
SS : Sangat Setuju
4
1
S : Setuju
3
2
TS : Tidak Setuju
2
3
STS : Sangat Tidak Setuju
1
4
dinilai
Keterangan : -
Jumlah nilai 130-160
sangat baik (A)
-
Jumlah nilai 100-129
baik (B)
-
Jumlah nilai 70-99
cukup (C)
-
Jumlah nilai <69
kurang (D) (Depdiknas, 2003:90)
a.
Uji Validitas Validitas instrumen dari angket ini adalah validitas konstruksi atau konsep. Validitas konstruksi adalah validitas yang menunjukkan sampai dimana isi suatu tes atau alat pengukur sesuai dengan konsep yang seharusnya menjadi isi suatu tes atau alat pengukur tersebut artau konstruksi teoritis yang mendasari disusunnya tes tersebut (Masidjo, 1995 : 244). Rumus yang dipakai adalah korelasi momen produk dari Karl Pearson, sebagai berikut:
r xy =
∑ XY − (∑ X )(∑ Y ) 2 2 ⎛⎜ n X 2 − (∑ X ) ⎞⎟ ⎛⎜ n ∑ Y 2 − (∑ Y ) ⎞⎟ ⎝ ∑ ⎠⎝ ⎠ n
commit to user lxxix
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 60
Dengan :
rxy = koefisien korelasi antara variable X dan Y X = skor item Y = skor total n = cacah subyek keputusan uji : rxy > rkritik
item soal tersebut valid
rxy ≤ rkritik
item soal tersebut tidak valid (Masidjo, 1995: 244)
Hasil uji validitas instrument kreativitas terangkum dalam Tabel 13. Tabel 13. Rangkuman Hasil Uji Validitas Instrument Kreativitas Variabel
Jumlah Soal
Angket Kreativitas
40
Kriteria Valid
Invalid
35
5
b. Uji Reliabilitas Budiyono (2003:65), menyatakan bahwa “Suatu instrumen dikatakan reliabel apabila hasil pengukuran dengan instrumen tersebut adalah sama jika pengukuran tersebut dilakukan pada orang yang sama pada waktu yang berlainan atau pada orang yang berlainan (tetapi mempunyai kondisi yang sama) pada waktu yang sama atau pada waktu yang berlainan. Untuk mengetahui sejauh mana pengukuran dapat memberikan hasil yang relatif tidak berbeda bila dilakukan pengukuran kembali kepada subyek yang sama. Untuk mengetahui tingkat reliabilitas suatu butir soal yang menghendaki gradualisasi penilaian digunakan rumus alpha (digunakan untuk mencari reliabilitas yang skornya bukan 1 atau 0) yaitu sebagai berikut: 2 n ⎞⎡ ∑ σ i ⎤ ⎛ r 11 = ⎜ ⎥ ⎟ ⎢1 − σ t 2 ⎦⎥ ⎝ n − 1 ⎠ ⎣⎢ Dengan :
r11
: indeks reliabilitas instrument
n
: banyaknya butir instrument
commit to user lxxx
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 61
Σ σi2 : jumlah varians skor tiap-tiap item σt2
: varians total
( x) ∑ x − ∑N
2
2
σ2 =
N
Klasifikasi koefisien korelasi :
0,91 – 1,00
: sangat tinggi
0,71 – 0,90
: tinggi
0,41 – 0,70
: cukup
0,21 – 0,40
: rendah
negatif – 0,20
: sangat rendah (Masidjo, 1995: 209)
Hasil uji reliabilitas instrument kreativitas terangkum dalam tabel 14. Tabel 14. Rangkuman Hasil Uji Reliabilitas Instrument Kreativitas Variabel
Jumlah Soal
Reliabilitas
Kriteria
Angket Kreativitas
40
0,872
Tinggi
G. Teknik Analisis Data 1. a.
Uji Prasyarat
Uji Normalitas Uji ini digunakan untuk mengetahui apakah sampel penelitian ini dari
populasi distribusi normal atau tidak. Untuk menguji normalitas ini digunakan metode Lilliefors dengan prosedur : 1). Hipotesis Ho
: sampel berasal dari populasi normal
H1
: sampel tidak berasal dari populasi normal
2). Statistik Uji L = max F (Zi ) − S (Zi ) 3). Taraf Siginifikansi ( α ) = 0,05 4). Daerah Kritik (DK)
commit to user lxxxi
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 62
DK = { L | L > Lα:n atau L < -Lα:n} dengan n adalah ukuran sampel. 5). Keputusan Uji Ho ditolak Jika Lhitung ∈ DK. 6). Kesimpulan a) Sampel berasal dari populasi normal jika H0 diterima. b) Sampel tidak berasal dari populasi normal jika H0 ditolak (Budiyono, 2004:170-171) b.
Uji Homogenitas Uji ini digunakan untuk mengetahui apakah populasi penelitian mempunyai variansi yang sama atau tidak. Untuk menguji homogenitas ini digunakan metode Bartlett dengan statistik uji Chi kuadrat dengan Statistik Uji yang digunakan : χ2 =
k ⎤ 2,303 ⎡ 2 ⎢f.log RKG - ∑ f j logS j ⎥ C ⎣ j=1 ⎦
c =1+
1 ⎡ 1 1⎤ ⎢∑ - ⎥ 3(k - 1) ⎣⎢ f j f ⎦⎥
(∑ X j ) 2 SS j ΣSSi 2 ; Sj = RKG = : SS j = ∑ X j − Σf j nj fj 2
(Budiyono, 2004:175-178) 2.
Pengujian Hipotesis
Untuk pengujian hipotesis digunakan analisis variansi dua jalan dengan sel tak sama, dengan model data sebagai berikut : X ijk = µ + α i + β j + ( αβ )ij +εijk
(Budiyono, 2004:207) 3.
Analisis Variansi Dua Jalan
Analisis variansi dua jalan dengan sel tak sama digunakan untuk menguji signifikansi perbedaan efek dua faktor A dan B serta interaksi AB terhadap variabel terikat. Model dari analisis variansi dua jalan dengan sel tak sama adalah sebagai berikut :
X ijk = µ + α i + β j + (αβ )ij + ε ijk
commit to user lxxxii
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 63
dengan : Xijk
: Data amatan ke-k pada baris ke-I dan kolom ke-j.
µ
: Rerata dari seluruh data amatan.
αi
: Efek baris ke-I pada variabel terikat.
βj
: Efek kolom ke-j pada variabel terikat.
(αβ)ij
: Kombinasi efek baris ke-I dan kolom ke-j pada variabel terikat.
εijk
: Deviasi data amatan terhadap rataan populasi (µij) yang berdistribusi normal dengan rataan 0. Deviasi amatan rataan populasi juga disebut galat (error).
i
:1,2,3,…..,p ; p = Banyaknya baris.
j
: 1,2,3,….,q ; q = Banyaknya kolom.
k
: 1,2,3,….,nij ; nij = banyaknya data amatan pada sel ij. (Budiyono, 2004:207)
Prosedur dalam pengujian menggunakan analisis variansi dua jalan yaitu: 1. Hipotesis :
1) H0A : αi = 0 untuk setiap I = 1,2,3,…,p. H1A : paling sedikit ada satu αi yang tidak nol. 2) H0B : βj = 0 untuk setiap j = 1,2,3,…,q. H1B : paling sedikit ada satu βj yang tidak nol. 3) H0AB : (αβij) = 0 untuk setiap i = 1,2,3,…,p dan j = 1,2,3,…,q. H1AB : paling sedikit ada satu (αβij) yang tidak nol. Ketiga pasang hipotesis ini ekuivalen dengan tiga pasang hipotesis berikut : 1) H0A : Tidak ada perbedaan efek antara pembelajaran CTL yang menggunakan laboratorium riil
dengan CTL menggunakan
laboratorium virtual terhadap prestasi belajar siswa. 2) H1A
: Ada
perbedaan efek antara pembelajaran CTL yang
Menggunakan
laboratorium
riil
dengan
CTL
laboratorium virtual terhadap prestasi belajar siswa. 3) H0B : Tidak ada perbedaan efek antara kreativitas tinggi dan kreativitas rendah terhadap prestasi belajar siswa. 4) H1B : Ada perbedaan efek antara kreativitas tinggi dan
commit to user lxxxiii
menggunakan
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 64
kreativitas rendah terhadap prestasi belajar siswa. 5) H0AB : Tidak ada interaksi antara pembelajaran CTL dan kreativitas terhadap prestasi belajar siswa. H1AB : Ada interaksi pembelajaran CTL dan kreativitas terhadap prestasi belajar siswa. 2. Komputasi :
Tabel 15. Notasi dan Tata Letak Data b1
b2
a1
ab11
ab12
a2
ab21
ab22
B A
Sel abij memuat : Xij1;Xij2;……;Xijn ij dimana : a1 : Pendekatan CTL menggunakan laboraatorium riil a2 : Pendekatan CTL menggunakan laboratorium virtual b1 : Kreativitas tinggi b2 : Kreativitas rendah Notasi-notasi : nij
: Ukuran sel ij (sel pada baris ke-i dan kolom ke-j) : Banyaknya data amatan pada sel ij : Frekuansi sel ij
nh
: Rataan harmonik frekuensi seluruh sel =
N
:
∑n
ij
pq 1 ∑ i , j nij
= Banyaknya seluruh data amatan
i, j
SSij
:
∑X k
2 ijk
⎞ ⎛ ⎜ ∑ X ijk ⎟ ⎠ −⎝ k nij
2
: Jumlah kuadrat deviasi data amatan pada sel ij ABij
: Rataan pada sel ij
commit to user lxxxiv
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 65
Ai
:
∑ AB
= Jumlah rataan pada baris ke-i
∑ AB
= Jumlah rataan pada kolom ke-j
∑ AB
= Jumlah rataan semua sel
ij
j
Bj
:
ij
i
G
:
ij
i, j
1) Besaran-besaran :
G2 (1) = pq (4) =
∑
Bj
(2) =
∑ SS
(3) =
ij
i, j
2
j
p
(5) =
∑ Ai i
∑ AB
2
q
2
ij
ij
2) Jumlah Kuadrat : JKA
= n h [(3) − (1)]
JKB
= n h [(4) − (1)]
JKAB = n h [(1) + (5) − (4) − (3)] JKG
= (2)
+
JKT
= JKA + JKB + JKAB + JKG
3) Derajat Kebebasan : dkA
=p–1
dkB
=q–1
dkAB = (p – 1)(q – 1) dkG
= N – pq
dkT
=N-1
4) Rataan Kuadrat : RKA = JKA/dkA RKB = JKB/dkAB RKG = JKG/dkG 3. Statistik Uji :
1) Untuk H0A adalah Fa = RKA/RKG yang merupakan nilai dari variabel random yang berdistribusi F dengan derajat kebebasan p – 1 dan N – pq.
commit to user lxxxv
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 66
2) Untuk H0B adalah Fb = RKB/RKG yang merupakan nilai dari variabel random yang berdistribusi F dengan derajat kebebasan q – 1 dan N – pq. 3) Untuk H0AB adalah Fab = RKAB/RKG yang merupakan nilai dari variabel random yang berdistribusi F dengan derajat kebebasan (p - 1)(q – 1) dan N – pq. 4. Daerah Kritik :
Daerah kritik untuk Fa adalah DK = {F > Fα;p-1,N-pq} Daerah kritik untuk Fb adalah DK = {F > Fα;q-1,N-pq} Daerah kritik untuk Fab adalah DK = {F > Fα;(p-1)(q-1,N-pq)} 5. Keputusan Uji :
H0 ditolak apabila Fobs ∈ DK 6. Rangkuman Analisis :
Tabel 16. Rangkuman Analisis Variansi Dua Jalan Sel Tak Sama Sumber
JK
dK
RK
Fobs
Fα
Baris (A)
JKA
p–1
RKA
Fa
F*
Kolom (B)
JKB
q–1
RKB
Fb
F*
JKAB
(p – 1)(q - 1)
RKAB
Fab
F*
JKG
N - pq
RKG
-
-
JKT
N–1
-
-
-
Variansi
Interaksi (AB) Galat Total Keterangan:
: Fobs adalah harga statistik uji Fα adalah nilai F yang diperoleh dari tabel (Budiyono,2004:212-213) 4.
Uji Komparasi Ganda
Komparasi ganda adalah tindak lanjut dari analisis variansi apabila hasil analisis variansi tersebut menunjukkan bahwa hipotesis nol ditolak. Untuk uji lanjutan setelah analisis variansi digunakan metode Scheffe.
commit to user lxxxvi
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 67
Statistik Uji 1.
Komparasi rataan tiap baris Karena dalam penelitian ini hanya terdapat 2 variabel model pembelajaran maka jika H0A ditolak tidak perlu dilakukan komparasi pasca anava antar baris. Untuk mengetahui model pembelajaran manakah yang lebih baik cukup dengan membandingkan besarnya rerata marginal dari masing-masing metode pembelajaran. Jika rataan marginal melalui CTL menggunakan laboratorium riil lebih besar dari rataan marginal untuk CTL menggunakan laboratorium virtual berarti melalui metode CTL menggunakan laboratorium riil dikatakan lebih baik dibandingkan dengan CTL menggunakan laboratorium virtual atau sebaliknya. Komparasi rataan antar kolom F.i −.j =
(X
.i
− X .j
)
2
⎛ 1 1 ⎞⎟ RKG ⎜ + ⎟ ⎜n ⎝ .i n .j ⎠
dengan daerah kritik DK = {F | F > (q-1)F α:q −1, N − pq } 2.
Komparasi rataan antar sel pada kolom yang sama Fij-kj =
(X ij − X kj ) 2 ⎡1 1 ⎤ RKG ⎢ + ⎥ ⎢⎣ n ij n kj ⎥⎦
dengan daerah kritik Dk = {Fij 3.
Fij.kj > (pq-1)F α:pq −1, N − pq }
Komparasi rataan antar sel pada baris yang sama Fij-ik =
(X ij − X ik ) 2 ⎡1 1 ⎤ RKG ⎢ + ⎥ ⎣⎢ n ij n ik ⎦⎥
dengan daerah kritik Dk = {Fij
Fij.ik > (p-1)F α:p −1, N − pq } (Budiyono, 2004:214-215)
commit to user lxxxvii
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
BAB IV HASIL PENELITIAN
A. Deskripsi Data
Data yang diperoleh pada penelitian ini adalah nilai kreativitas siswa dan prestasi belajar pada materi sistem koloid, yaitu meliputi prestasi kognitif dan prestasi afektif. Data tersebut diambil dari kelas eksperimen I (CTL menggunakan laboratorium riil) dan kelas eksperimen II (CTL menggunakan laboratorium virtual). Jumlah siswa yang dilibatkan pada penelitian ini adalah 37 siswa dari kelas XI IA RSBI 1 dan 38 siswa dari kelas XI IA RSBI 6 SMA Negeri 1 Cilacap tahun ajaran 2009/2010. Untuk lebih jelasnya di bawah ini disajikan deskripsi data penelitian dari masing-masing variable. Data selengkapnya disajikan dalam Lampiran 15. 1. Data Nilai Kreativitas Siswa Data nilai kreativitas siswa diperoleh dengan cara angket. Berdasar pada rata-rata hasil angket kreativitas siswa dalam kelas eksperimen, data yang terkumpul terbagi menjadi dua kategori, yaitu untuk nilai lebih besar atau sama dengan ratarata termasuk dalam kategori kreativitas tinggi dan nilai di bawah rata-rata termasuk kategori kreativitas rendah. Adapun nilai rata-rata keseluruhan adalah 112,514. Pembagian kategori kelompok siswa selengkapnya dapat dilihat pada Lampiran 15. Pada kelas eksperimen I, nilai terendah adalah 84 dan nilai tertinggi adalah 139 dengan nilai rata-rata 112,816. Jumlah siswa yang mempunyai kreativitas tinggi terdiri dari 20 siswa dan yang mempunyai kreativitas rendah terdiri dari 18 siswa. Distribusi frekuensi nilai kreativitas siswa kelas eksperimen I dan perhitungan distribusi frekuensinya disajikan dalam Lampiran 16. Pada kelas eksperimen II, nilai terendah adalah 90 dan nilai tertinggi adalah 139 dengan nilai rata-rata 112,324. Siswa yang mempunyai kreativitas tinggi terdiri dari 21 siswa dan yang mempunyai kreativitas rendah terdiri dari 16 siswa. Distribusi frekuensi nilai kreativitas siswa kelas eksperimen II dan perhitungan distribusi frekuensinya disajikan dalam Lampiran 16.
commit to user 68 lxxxviii
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 69
Perbandingan distribusi frekuensi nilai kreativitas siswa untuk kedua kelas eksperimen pada materi sistem koloid disajikan pada Tabel 17. dan perhitungan distribusi frekuensinya disajikan dalam Lampiran 16. Tabel 17. Perbandingan Distribusi Frekuensi Nilai Kreativitas Siswa antara Kelas Eksperimen I dan Kelas Eksperimen II pada Materi Sistem Koloid Frekuensi No. Interval Nilai tengah Eksperimen I Eksperimen II 1
84,0 – 91,8
87,9
1
1
2
91,9 – 99,7
95,8
2
3
3
99,8 – 107,6
103,7
7
11
4
107,7 – 115,5
111,6
15
7
5
115,6 – 123,4
119,5
9
12
6
123,5- 131,3
127,4
2
2
7
131,4 – 139,2
135,3
2
1
38
37
Jumlah
Sedangkan untuk memperoleh gambaran yang lebih jelas tentang data pada Tabel 17 dapat dilihat pada Gambar 19. 15
16 14
12 11
Frekuensi
12
9
10 7
8
7
6 3
4 2
1 1
22
2
2 1
0 87,9
95,8
103,7
111,6
119,5
Nilai tengah
127,4
135,3 CTL Lab Riil CTL Lab Virtual
Gambar 19. Histogram Perbandingan Nilai Kreativitas Siswa antara Kelas Eksperimen I dan Kelas Eksperimen II pada Materi Sistem Koloid 2. Prestasi Belajar Siswa pada Materi Sistem Koloid Data prestasi belajar siswa pada materi sistem koloid yang meliputi prestasi kognitif dan prestasi afektif kelas eksperimen I ( pembelajaran CTL menggunakan
commit to user lxxxix
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
70
laboratorium riil) sebanyak 38 siswa dan kelas eksperimen II (pembelajaran CTL menggunakan laboratorium virtual) sebanyak 37 siswa dapat dilihat pada Lampiran 15, sedangkan deskripsi data penelitian mengenai prestasi belajar secara ringkas disajikan pada Tabel 18. Tabel 18. Rangkuman Deskripsi Data Penelitian Jenis Penilaian
Nilai rata-rata Eksperimen I
Eksperimen II
Pretest
32,47
34,81
Postest
83,39
79,22
Selisih Nilai Kognitif
50,92
44,41
Afektif
111,03
104,32
3. Data Selisih Nilai Kognitif pada Materi Sistem Koloid Pada kelas eksperimen I, selisih nilai kognitif terendah adalah 30 dan selisih nilai kognitif tertinggi adalah 80. Distribusi frekuensi selisih nilai kognitif kelas eksperimen I pada materi sistem koloid dan perhitungan distribusi frekuensinya disajikan dalam Lampiran 17. Pada kelas eksperimen II, selisih nilai kognitif terendah adalah 23 dan selisih nilai kognitif tertinggi adalah 70. Distribusi frekuensi selisih nilai kognitif kelas eksperimen II pada materi sistem koloid dan perhitungan distribusi frekuensinya disajikan dalam Lampiran 17. Perbandingan distribusi frekuensi selisih nilai kognitif kelas eksperimen I dan kelas eksperimen II pada materi sistem koloid disajikan dalam Tabel 19 dan perhitungan distribusi frekuensinya disajikan dalam Lampiran 17.
commit to user xc
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 71
Tabel 19. Perbandingan Distribusi Frekuensi Selisih Nilai Kognitif Kelas Eksperimen I dan Kelas Eksperimen II pada Materi Sistem Koloid Frekuensi No. Interval Nilai tengah Eksperimen I Eksperimen II 1
23,0 – 31,1
27,05
2
31,2 – 39,3
35,25
3
39,4 – 47,5
43,45
4
47,5 – 55,6
51,55
5
55,7 – 63,8
59,75
6
63,9 – 72,0
67,95
7
72,1 – 80,2
76,15
Jumlah
1
6
4
9
11
8
8
6
10
5
3
3
1 38
0 37
Sedangkan untuk memperoleh gambaran yang lebih jelas tentang data pada Tabel 19 dapat dilihat pada Gambar 20. 12
11 10
Frekuensi
10
9
8
8
8 6
6
6
5 4
4 2
33 1
1 0
0 27,05 35,25 43,45 51,55 59,75 67,95 76,15 Nilai tengah
CTL Lab Riil CTL Lab Virtual
Gambar 20. Histogram Perbandingan Selisih Nilai Kognitif Kelas Eksperimen I dan Kelas Eksperimen II pada Materi Sistem Koloid 4. Nilai Afektif pada Materi Sistem Koloid Data penelitian mengenai nilai afektif kelas eksperimen I (CTL menggunakan laboratoirum riil) kelas XI IA RSBI 6 SMA Negeri 1 Cilacap dapat dilihat pada Lampiran 15. Pada kelas Eksperimen I ini nilai terendah prestasi afektif adalah 87 dan nilai tertinggi adalah 128 dengan nilai rata-rata 111,03 . Distribusi
commit to user xci
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
72
frekuensi nilai afektif kelas eksperimen I pada materi sistem koloid dan perhitungan distribusi frekuensinya disajikan dalam Lampiran 18. Pada kelas eksperimen II (CTL menggunakan laboratorium virtual) kelas XI IA RSBI 1 didapat nilai terendah adalah 79 dan nilai tertinggi adalah 125 dengan nilai rata-rata 104,32. Distribusi frekuensi nilai afektif siswa kelas eksperimen II dan perhitungan distribusi frekuensinya disajikan dalam Lampiran 18. Perbandingan distribusi frekuensi nilai afektif kelas eksperimen I dan kelas eksperimen II pada materi sistem koloid disajikan dalam Tabel 20 dan perhitungan distribusi frekuensinya disajikan dalam Lampiran 18. Tabel 20. Perbandingan Distribusi Frekuensi Nilai Afektif Kelas Eksperimen I dan Kelas Eksperimen II pada Materi Sistem Koloid Frekuensi No. Interval Nilai Tengah Eksperimen I Eksperimen II 1
79,0 – 86,0
82
0
2
2
86,1 – 93,1
89,6
4
1
3
93,2 – 100,2
96,7
3
9
4
100,3 – 107,3
103,8
5
10
5
107,4 – 114,4
110,9
11
9
6
114,5 – 121,5
118
10
5
7
121,6 – 128,6
125,1
5
1
38
37
Jumlah
Sedangkan untuk memperoleh gambaran yang lebih jelas tentang data pada Tabel 20 dapat dilihat pada Gambar 21.
commit to user xcii
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 73
12 10
Frekuensi
10
11
10 9
9
8 6
5
5
5
4
4
3 2
2
1
1
0 0 82
89,6
96,7
103,8 110,9
118
125,1 CTL Lab Riil
Nilai tengah
CTL Lab Virtual
Gambar 21. Histogram Perbandingan Nilai Afektif Kelas Eksperimen I dan Kelas Eksperimen II pada Materi Sistem Koloid B. Hasil Penelitian dan Prasyarat Analisis
1. Uji Normalitas Tujuan dari normalitas ini adalah untuk menyelidiki apakah sampel penelitian ini berasal dari populasi normal atau tidak. Salah satu syarat yang harus dipenuhi untuk melakukan analisis variansi adalah distribusi populasinya harus normal. Uji yang digunakan dalam penelitian ini adalah uji Liliefors. Hasil uji normalitas kreativitas siswa, selisih nilai kognitif dan nilai afektif tercantum dalam Lampiran 19-36. Hasil uji normalitas telah terangkum dalam Tabel 21 dan 22. Tabel 21. Ringkasan Hasil Uji Normalitas Selisih Nilai Kognitif Kelompok Harga L Kesimpulan Siswa
Hitung
Tabel
A1
0,082
0,144
Normal
A2
0,145
0,146
Normal
B1
0,105
0,138
Normal
B2
0,127
0,152
Normal
A1B1
0,128
0,190
Normal
A1B2
0,163
0,200
Normal
A2B1
0,182
0,188
Normal
A2B2
0,141
0,213
Normal
commit to user xciii
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 74
Tabel 22. Ringkasan Hasil Uji Normalitas Prestasi Afektif Kelompok Harga L Kesimpulan Siswa
Hitung
Tabel
A1
0,075
0,144
Normal
A2
0,067
0,146
Normal
B1
0,076
0,138
Normal
B2
0,103
0,152
Normal
A1B1
0,141
0,190
Normal
A1B2
0,138
0,200
Normal
A2B1
0,082
0,188
Normal
A2B2
0,105
0,213
Normal
Keterangan: A1
: Prestasi kognitif / afektif kelas eksperimen I (laboratorium riil)
A2
: Prestasi kognitif / afektif kelas eksperimen II (laboratorium virtual)
B1
: Prestasi kognitif / afektif kelas kreativitas tinggi
B2
: Prestasi kognitif / afektif kelas kreativitas rendah
A1B1 : Prestasi kognitif / afektif kelas eksperimen I ditinjau dari kreativitas tinggi A1B2 : Prestasi kognitif / afektif kelas eksperimen I ditinjau dari kreativitas rendah A2B1 : Prestasi kognitif / afektif kelas eksperimen II ditinjau dari kreativitas tinggi A2B2 :Prestasi kognitif / afektif kelas eksperimen II ditinjau dari kreativitas rendah Tampak dari tabel-tabel tersebut bahwa harga Lhitung < L
tabel,
dengan
demikian dapat dikatakan bahwa sampel-sampel pada penelitian ini berdistribusi normal. 2. Uji Homogenitas Syarat yang harus dipenuhi dalam penggunaan analisis variansi adalah varian dalam populasi harus homogen. Untuk menguji homogenitas pada penelitian ini digunakan metode Barlett dengan statistic uji Chi kuadrat (Budiyono, 2004:175178). Hasil uji homogenitas selisih nilai kognitif dan nilai afektif ditinjau dari metode pembelajaran, kreativitas, serta seluruh sel tercantum dalam Lampiran 3742. Ringkasan hasil uji homogenitas terangkum pada Tabel 23.
commit to user xciv
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
75
Tabel 23. Hasil Uji Homogenitas Prestasi Kognitif dan Afektif Uji Homogenitas χ2hitung χ2 tabel Prestasi
Ditinjau dari
Kognitif
Metode Pembelajaran Ditinjau dari Kreativitas Antar Sel
Prestasi
Ditinjau dari
Afektif
Metode Pembelajaran Ditinjau dari Kreativitas Antar Sel
Kesimpulan
0,895
3,84
Homogen
0,516
3,84
Homogen
2,016
7,81
Homogen
0,246
3,84
Homogen
0,310
3,84
Homogen
0,930
7,81
Homogen
Tampak dari tabel-tabel di atas bahwa harga statistik uji χ2 tidak melampaui harga kritik χ2, dengan demikian dapat disimpulkan bahwa sampel pada penelitian ini berasal dari populasi yang homogen.
C. Hasil Pengujian Hipotesis
1. Analisis Variansi Dua Jalan dengan Sel Tak Sama Setelah prasyarat analisis terpenuhi, maka diteruskan dengan pengujian hipotesis penelitian. Pengujian hipotesis dilakukan dengan analisis variansi (ANAVA) dengan sel tak sama. Perhitungan analisis dua jalan dengan sel tak sama selisih nilai kognitif tercantum pada Lampiran 43 sedangkan rangkuman hasil perhitungannya disajikan pada Tabel 24 dan 25 berikut:
commit to user xcv
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
76
Tabel 24. Rataan dan Jumlah Rataan Selisih Nilai Kognitif Kreativitas Model Pembelajaran Tinggi (B1) Rendah (B2) CTL
54,3
47,167
101,467
46,476
41,688
88,164
100,776
88,855
189,631
Lab. Riil (A1) Lab. Virtual (A2) Total
Total
Tabel 25. Rangkuman Analisis Variansi Dua Jalan dengan Sel Tak Sama Aspek Kognitif Sumber JK Dk RK Fobs Fα Keputusan Model Pembelajaran (A)
820,512
1
820,512
5,778
3,978
H0A Ditolak
Kreativitas(B)
628,993
1
628,993
4,43
3,978
H0A Ditolak
Interaksi (AB)
55,419
1
55,419
0,3
3,978
H0AB Diterima
Galat
10081,377 71
141,99
-
-
-
Total
11586,301 74
-
-
-
-
Perhitungan analisis dua jalan dengan sel tak sama nilai afektif tercantum pada Lampiran 44, sedangkan rangkuman hasil perhitungannya disajikan pada Tabel 26 dan 27 berikut: Tabel 26. Rataan dan Jumlah Rataan Prestasi Afektif Kreativitas Model Pembelajaran Tinggi (B1) Rendah (B2) CTL
Total
Lab. Riil (A1)
114,950
106,667
221,617
Lab. Virtual (A2)
107,714
99,875
207,589
222,664
206,542
429,206
Total
commit to user xcvi
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
77
Tabel 27. Rangkuman Analisis Variansi Dua Jalan dengan Sel Tak Sama Aspek Afektif Sumber JK Dk RK Fobs Fα Keputusan Model Pembelajaran (A)
912,407
1
912,407
3,978
H0A Ditolak
Kreativitas(B)
1205,119
1
1205,119 12,962
3,978
H0A Ditolak
Interaksi (AB)
0,908
1
0,908
0,00976
3,978
H0AB Diterima
Galat
6600,985
71
92,97
-
-
-
Total
8719,419
74
-
-
-
-
9,813
Tabel 25 dan 27 menunjukkan bahwa : a. Pada efek utama baris (A), H0 ditolak. Hal ini berarti terdapat perbedaan pengaruh antara penggunaan metode pembelajaran CTL menggunakan laboratorium riil dan CTL menggunakan laboratorium virtual terhadap prestasi belajar siswa aspek kognitif dan afektif pada materi pokok sistem koloid, maka diperlukan uji pasca anava yaitu uji komparasi ganda (uji scheffe). b. Pada efek utama kolom (B), H0 ditolak. Hal ini berarti terdapat perbedaan pengaruh antara kreativitas tinggi dan kreativitas rendah terhadap prestasi belajar siswa aspek kognitif dan afektif pada materi pokok sistem koloid, maka diperlukan uji pasca anava yaitu uji komparasi ganda (uji scheffe). c. Pada efek utama interaksi (AB), H0 diterima (kognitif) dan H0 diterima (afektif) Karena FB hitung < Ftabel , maka H0AB diterima dan H1AB ditolak, sehingga dapat dikatakan tidak terdapat interaksi antara pembelajaran CTL menggunakan laboratorium riil dan laboratorium virtual dengan kreativitas terhadap prestasi belajar kognitif dan afektif siswa pada materi pokok sistem koloid. 2. Uji Lanjut Pasca Anava Dua Jalan a. Aspek Kognitif Uji lanjut pasca aspek kognitif pada penelitian ini dilakukan untuk mengetahui perbedaan rerata setiap pasangan baris dan pasangan kolom. Rataan selisih nilai kognitif masing-masing sel ditunjukkan pada Tabel 28. Dalam penelitian
commit to user xcvii
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
78
ini uji komparasi ganda dilakukan pada hipotesis pertama (pasangan antar kolom) dan hipotesis kedua (antar baris). Hasil perhitungan uji lanjut pasca anava aspek kognitif disajikan pada Tabel 28. Tabel 28. Rangkuman Hasil Uji Lanjut Pasca Anava Prestasi Kognitif Rerata
Komparasi
Fhitung
Ftabel
Kesimpulan
44,082
5,843
3,978
µA1 >µA2
44,427
4,650
3,978
µB1 > µB2
Ganda
Xi
Xj
µA1 vs µA2
50,733
µB1 vs µB2
50,388
Dari rangkuman Tabel 35. dapat disimpulkan bahwa Ho ditolak karena Fhitung > Ftabel. Hal ini berarti ada perbedaan yang signifikan antara siswa kelas CTL menggunakan laboratorium riil dan CTL menggunakan laboratorium virtual dan juga ada perbedaan yang signifikan antara siswa yang mempunyai kreativitas tinggi dan rendah. Karena rataan marginal CTL menggunakan laboratorium riil lebih besar daripada CTL menggunakan laboratorium virtual, maka CTL menggunakan laboratorium riil lebih meningkatkan prestasi belajar kognitif siswa daripada CTL menggunakan laboratorium virtual pada materi pokok sistem koloid kelas XI IA RSBI semester genap SMA Negeri 1 Cilacap tahun pelajaran 2009/2010. Perbedaan rataan marginal kreativitas tinggi dan rendah juga signifikan
sehingga dapat
dikatakan bahwa siswa yang memiliki kreativitas tinggi prestasi belajar kognitifnya lebih baik daripada siswa yang memiliki kreativitas rendah pada materi pokok sistem koloid kelas XI IA RSBI semester genap SMA Negeri 1 Cilacap tahun pelajaran 2009/2010.
commit to user xcviii
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 79
b. Aspek Afektif Uji lanjut pasca anava aspek afektif pada penelitian ini dilakukan untuk mengetahui perbedaan rerata setiap pasangan baris dan pasangan kolom. Rataan nilai afektif masing-masing sel ditunjukkan pada Tabel 29. Dalam penelitian ini uji komparasi ganda dilakukan pada hipotesis pertama (pasangan antar kolom) dan hipotesis kedua (antar baris). Tabel 29. Rangkuman Hasil Uji Lanjut Pasca Anava Prestasi Afektif Rerata
Komparasi
Fhitung
Ftabel
Kesimpulan
103,794
9,928
3,978
µA1 >µA2
103,271
12,991
3,978
µB1 > µB2
Ganda
Xi
Xj
µA1 vs µA2
110,808
µB1 vs µB2
111,332
Dari rangkuman Tabel 29 dapat disimpulkan bahwa Ho ditolak karena Fhitung > Ftabel. Hal ini berarti ada perbedaan yang signifikan antara siswa kelas CTL menggunakan laboratorium riil dan kelas CTL menggunakan laboratorium virtual serta ada perbedaan yang signifikan antara siswa yang mempunyai kreativitas tinggi dan rendah. Karena rataan marginal CTL menggunakan laboratorium riil lebih besar daripada CTL menggunakan laboratorium virtual, maka CTL menggunakan laboratorium riil lebih meningkatkan prestasi belajar afektif siswa daripada CTL menggunakan laboratorium virtual pada materi pokok sistem koloid kelas XI IA RSBI semester genap SMA Negeri 1 Cilacap tahun pelajaran 2009/2010. Perbedaan rataan marginal kreativitas tinggi dan rataan marginal kreativitas rendah juga signifikan, sehingga dapat dikatakan bahwa siswa yang memiliki kreativitas tinggi prestasi belajar afektifnya lebih baik daripada siswa yang memiliki kreativitas rendah pada materi pokok sistem koloid kelas XI IA RSBI semester genap SMA Negeri 1 Cilacap tahun pelajaran 2009/2010.
commit to user xcix
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 80
D. Pembahasan Hasil Analisa Data
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui perbedaan pengaruh penerapan pembelajaran CTL menggunakan laboratorium riil dan laboratorium virtual terhadap prestasi belajar siswa pada materi pokok sistem koloid dan mengetahui pengaruh perbedaan kreativitas siswa terhadap prestasi belajar siswa pada materi pokok sistem koloid serta interaksi antara pembelajaran CTL menggunakan laboratorium riil dan laboratorium virtual dengan kreativitas terhadap prestasi belajar siswa pada materi pokok sistem koloid. Adapun sampel dalam penelitian ini adalah kelas XI IA RSBI 1 sebagai kelas eksperimen yang dikenai pengajaran CTL menggunakan laboratorium virtual dan kelas XI IA RSBI 6 sebagai kelas eksperimen yang dikenai pengajaran CTL menggunakan laboratorium riil. Penentuan kelas eksperimen tersebut dilakukan dengan Cluster Random Sampling. Sebelum dilakukan pembelajaran materi pokok sistem koloid terlebih dahulu dilakukan pretest. Pretest digunakan untuk mengetahui kemampuan awal siswa, seberapa jauh siswa telah memiliki pengetahuan mengenai pelajaran yang akan diikuti. Kemudian pada akhir pembelajaran materi pokok sistem koloid dilakukan postest untuk mengetahui prestasi belajar siswa. Dari analisis variansi dua jalan untuk selisih nilai aspek kognitif dan nilai afektif yang telah diuraikan di depan didapat hasil dari tiga pengujian hipotesis yang diajukan. Pada aspek kognitif dan afektif, hipotesis pertama dan kedua ditolak sedangkan pada hipotesis ketiga diterima. 1.
Pengujian Hipotesis Pertama Proses belajar mengajar merupakan interaksi yang dilakukan antara guru
dengan peserta didik dalam suatu situasi pendidikan atau pengajaran untuk mewujudkan tujuan yang ditetapkan, salah satunya yaitu memperoleh hasil belajar yang memuaskan. Salah satu faktor yang mempengaruhi hasil belajar siswa adalah faktor eksternal yang termasuk pemilihan model maupun metode pembelajaran yang tepat.
Model maupun metode yang digunakan oleh guru akan bertanggung jawab
terhadap proses dan hasil belajar siswa. Pada penelitian ini dicoba dikembangkan CTL menggunakan laboratorium riil dan virtual dalam mengajarkan materi kimia
commit to user c
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
81
sistem koloid semester genap kelas XI IA RSBI SMA Negeri 1 Cilacap pada tahun pelajaran 2009/2010. Pendekatan CTL merupakan konsep belajar yang membantu guru mengaitkan antara materi yang diajarkannya dengan situasi dunia nyata dan mendorong siswa membuat hubungan antara pengetahuan yang dimilikinya dengan penerapannya dalam kehidupan sehari-hari mereka sebagai anggota keluarga dan masyarakat. Dengan adanya praktikum baik secara riil maupun virtual, dapat mengarahkan siswa untuk aktif dalam membangun pengetahuan sendiri hingga mereka menemukan konsep dari teori yang dipelajarinya. Dengan percobaan dengan laboratorium riil akan menjadikan belajar lebih bermakna karena siswa mengalami secara nyata peristiwa-peristiwa yang terjadi selama praktikum. Proses pembelajaran berlangsung secara alamiah dalam bentuk kegiatan siswa bekerja dan mengalami, bukan transfer pengetahuan dari guru ke siswa. Sedangkan percobaan dengan laboratorium virtual merupakan percobaan yang dilakukan dengan menggunakan media komputer. Virtual adalah salah satu aplikasi penggunaan teknologi komputer terbaru. Dalam hal ini virtual menampilkan tiga dimensi dengan penggunaan dapat secara aktif berpartisipasi dalam pengoperasiannya. Penggunaan virtual dapat memberikan kesempatan untuk menemukan ide baru bagi yang menggunakan. Materi sistem koloid merupakan materi yang berurutan secara sistematis. Dalam hal ini seorang siswa dituntut menemukan makna dari suatu konsep. Siswa harus bisa menghubungkan konsep-konsep yang ia dapatkan sebelumnya. a.
Aspek Kognitif Hasil dari anava dua jalan aspek kognitif dari kedua metode tersebut
menunjukkan bahwa Fhitung > Ftabel dengan nilai 5,778 > 3,978 yang berarti bahwa Ho ditolak (Lampiran 43) yang berarti H1 diterima. Hal ini membuktikan bahwa terdapat perbedaan pengaruh antara penggunaan CTL menggunakan laboratorium riil dan laboratorium virtual terhadap prestasi belajar siswa aspek kognitif pada materi kimia sistem koloid, maka diperlukan uji pasca anava yaitu uji komparasi ganda.
commit to user ci
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 82
Hasil dari uji komparasi ganda pasca anava antara pembelajaran CTL menggunakan metode praktikum dan CTL dengan pemberian tugas menunjukkan bahwa Fhitung > Ftabel dengan nilai 5,843 > 3,978 yang berarti bahwa Ho ditolak (Lampiran 44) yang berarti H1 diterima. Hal ini membuktikan ada perbedaan yang signifikan antara siswa kelas CTL menggunakan laboratorium riil dan siswa kelas CTL menggunakan laboratorium virtual. Karena rataan marginal CTL menggunakan laboratorium lebih besar daripada CTL menggunakan laboratorium virtual, yaitu 50,733 > 44,082 , maka CTL menggunakan laboratorium riil lebih meningkatkan prestasi belajar kognitif siswa daripada CTL menggunakan laboratorium virtual pada materi pokok sistem koloid kelas XI IA RSBI semester genap SMA Negeri 1 Cilacap tahun pelajaran 2009/2010. Prestasi siswa yang diajar dengan pembelajaran CTL menggunakan laboratorium riil lebih tinggi daripada CTL menggunakan laboratorium virtual. Hal ini dikarenakan materi sistem koloid adalah materi yang secara umum bersifat konkret (nyata) dan berkaitan erat dengan kehidupan sehari-hari sehingga siswa dapat aktif melakukan percobaan secara langsung dan nyata, mengamati prosesnya dan menyimpulkan hasil percobaannya, dimana percobaan yang dilakukan berhubungan dengan benda-benda yang siswa temui dalam kehidupan sehari-hari. Melakukan percobaan dengan bahan-bahan yang sering dijumpai dalam kehidupan sehari-hari dan mengalami peristiwa secara nyata akan lebih memudahkan siswa dalam menemukan konsep materi yang dipelajarinya, dalam hal ini adalah koloid karena siswa mengenal objek secara nyata. Dalam praktikum di laboratorium riil, banyak kemungkinan yang terjadi sehingga dapat mendorong siswa untuk lebih berpikir kritis dalam memecahkan segala kemungkinan masalah yang ada. Selain itu siswa dapat bekerja aktif secara berkelompok sehingga memungkinkan terjadi interaksi positif antar siswa dan tidak bosan dalam kegiatan belajar mengajar, dengan demikian siswa merasa senang dan bersemangat saat belajar sehingga akan mendukung meningkatnya prestasi kognitif. Sedangkan pada CTL menggunakan laboratorium virtual, kendalanya adalah siswa tidak melihat secara nyata terhadap apa yang mereka praktikumkan sehingga siswa dituntut untuk memiliki kreativitas dan imajinasi yang tinggi dalam
commit to user cii
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
83
melaksanakan praktikum secara virtual. Meskipun praktikum dengan laboratorium virtual bisa dilakukan berulang-ulang tetapi siswa masih mengalami kesulitan dalam menemukan konsep. Hal ini dimungkinkan materi koloid yang secara umum bersifat nyata sehingga siswa kesulitan untuk mendeskripsikan peristiwa nyata yang ada dalam laboratorium virtual. b.
Aspek Afektif Hasil dari anava dua jalan aspek afektif dari kedua metode tersebut
menunjukkan bahwa Fhitung > Ftabel dengan nilai 9,813 > 3,978 yang berarti bahwa Ho ditolak (Lampiran 45) yang berarti H1 diterima. Hal ini membuktikan bahwa terdapat perbedaan pengaruh antara penggunaan CTL menggunakan laboratorium riil dan laboratorium virtual terhadap prestasi belajar siswa aspek afektif pada materi kimia sistem koloid, maka diperlukan uji pasca anava yaitu uji komparasi ganda. Hasil dari uji komparasi ganda pasca anava antara pembelajaran CTL menggunakan metode praktikum dan CTL menggunakan metode pemberian tugas menunjukkan bahwa Fhitung > Ftabel dengan nilai 9,928> 3,978 yang berarti bahwa Ho ditolak (Lampiran 46). Dengan ditolaknya Ho berarti H1 diterima. Hal ini membuktikan ada perbedaan yang signifikan antara siswa kelas CTL menggunakan laboratorium riil dan laboratorium virtual. menggunakan
laboratorium riil
lebih
besar
Karena rataan marginal CTL daripada
CTL
menggunakan
laboratorium virtual, yaitu 110,808 > 103,794, maka CTL menggunakan laboratorium riil lebih meningkatkan prestasi belajar afektif siswa daripada CTL menggunakan laboratorium virtual pada materi kimia sistem koloid kelas XI IA RSBI semester genap SMA Negeri 1 Cilacap tahun pelajaran 2009/2010. Rataan nilai afektif siswa yang diajar dengan CTL menggunakan laboratorium riil lebih besar daripada CTL menggunakan laboratorium virtual. Hal ini disebabkan karena pada CTL menggunakan laboratorium riil siswa dituntut untuk bekerjasama dan lebih aktif serta kreatif dalam menemukan konsep dari materi tersebut, sehingga
mereka akan cenderung
menemukan ide-ide dalam
bereksperimen sampai mereka dapat membangun pengetahuan sendiri berdasarkan pengalaman. Pengetahuan yang dibangun dari dirinya sendiri membuat mereka
commit to user ciii
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 84
menjadi percaya terhadap kemampuan yang dimiliki dan bertanggung jawab dalam memahami materi sistem koloid. Selain itu dengan metode eksperimen di laboratorium riil siswa dapat belajar menemukan konsep-konsep dengan berpikir sistematis. Sedangkan pada siswa yang diajar dengan CTL menggunakan laboratorium virtual, kurang adanya interaksi antar siswa sehingga menjadi kurang aktif karena mereka melaksanakan eksperimen dengan bantuan media komputer. Siswa tidak dapat mengamati secara nyata peristiwa yang terjadai saat praktikum sehingga menyebabkan proses penemuan konsepnya kurang. 2.
Pengujian Hipotesis Kedua Hasil dari anava dua jalan aspek kognitif dan aspek afektif menunjukkan
bahwa Fhitung > Ftabel. Pada anava dua jalan aspek kognitif Fhitung(4,43) > Ftabel(3,978), sedangkan pada anava dua jalan aspek afektif Fhitung(12,962) > Ftabel(3,978) yang berarti bahwa Ho ditolak. Dengan ditolaknya Ho berarti H1 diterima. Hal ini membuktikan bahwa terdapat perbedaan pengaruh antara kreativitas tinggi dan rendah terhadap prestasi belajar siswa aspek kognitif dan aspek afektif pada materi pokok sistem koloid, maka diperlukan uji pasca anava yaitu uji komparasi ganda. Hasil dari uji komparasi ganda pasca anava antara kreativitas tinggi dan rendah menunjukkan bahwa pada uji komparasi ganda aspek kognitif Fhitung(4,650) > Ftabel(3,978) dan pada uji komparasi ganda aspek afektif Fhitung(12,991) > Ftabel(3,978). Hal ini berarti perbedaan yang signifikan antara kreativitas tinggi dan rendah sehingga dapat dikatakan bahwa siswa yang memiliki kreativitas tinggi prestasi belajar kognitifnya lebih baik daripada siswa yang memiliki kreativitas rendah. Begitu pula untuk aspek afektif terdapat perbedaan yang signifikan antara kreativitas tinggi dan rendah, sehingga dapat dikatakan bahwa siswa yang memiliki reativitas tinggi prestasi belajar afektifnya lebih baik daripada siswa yang memiliki kreativitas rendah pada materi pokok sistem koloid kelas XI IA RSBI semester genap SMA Negeri 1 Cilacap tahun pelajaran 2009/2010. Kreativitas merupakan kemampuan untuk mengkombinasikan antara unsur-unsur yang baru dari hal-hal yang sudah ada sebelumnya dan menerapkannya dalam pemecahan. Siswa yang memiliki kreativitas tinggi memiliki rasa ingin tahu
commit to user civ
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 85
yang tinggi dan memiliki keinginan untuk menciptakan atau menemukan hal baru serta berani mengambil resiko. Mereka tertarik untuk mencoba-coba dan bereksperimen untuk menggali kreativitasnya hingga menemukan konsep sendiri. Apabila terdapat hal-hal yang belum mereka mengerti saat praktikum, mereka cenderung berpikir luwes dan termotovasi untuk mencari jawaban dengan jalan diskusi maupun mencari referensi lain. Berbeda dengan siswa yang memiliki kreativitas yang rendah, mereka akan melaksanakan praktikum sesuai dengan perintah cara kerja tanpa mengeksplor kreativitasnya. Selain itu, jika mereka menemui kesulitan belum dimengerti, mereka tidak termotivasi untuk mencari dan menemukan jawabannya sendiri. Pada materi sistem koloid perlu kemampuan siswa berpikir kreatif karena dalam proses belajarnya siswa akan menyoroti permasalahan yang erat kaitannya dengan kehidupan sehari-hari. Jadi ada pengaruh antara kreativitas dengan prestasi yang akan dicapai oleh siswa. Siswa yang memiliki kreativitas tinggi maka ia akan selalu bersemangat belajar dan berusaha memahami materi yang diajarkan sehingga prestasi yang dicapai juga akan bagus. Sebaliknya, siswa yang memiliki kreativitas rendah cenderung tidak tertarik terhadap materi yang diajarkan, malas belajar sehingga prestasi yang dicapai juga tidak memuaskan. 3.
Pengujian Hipotesis Ketiga Hasil dari anava dua jalan dengan menggunakan selisih nilai prestasi
kognitif menunjukkan bahwa Fhitung < Ftabel. Pada anava dua jalan selisih nilai prestasi kognitif Fhitung(0,3) > Ftabel(3,978) dan untuk prestasi afektif juga didapat Fhitung(0,00976) > Ftabel(3,978), yang berarti bahwa Ho diterima. Hal ini membuktikan bahwa tidak terdapat interaksi antara penggunaan CTL menggunakan laboratorium riil dan laboratorium virtual dengan kreativitas siswa terhadap prestasi belajar kognitif dan afektif pada materi kimia sistem koloid kelas XI IA RSBI semester genap SMA Negeri 1 Cilacap tahun ajaran 2009/2010, maka tidak perlu dilakukan uji pasca anava. Pembelajaran CTL (Contextual Teaching and Learning) menggunakan laboratorium riil lebih baik daripada pembelajaran CTL menggunakan laboratorium
commit to user cv
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 86
virtual. Untuk kreativitas siswa, semakin tinggi kreativitas siswa maka semakin tinggi pula prestasi belajar yang yang dicapai. Sehingga apapun metode pembelajaran yang digunakan, siswa yang memiliki kreativitas tinggi akan memiliki prestasi belajar yang lebih baik daripada siswa yang memiliki kreativitas rendah. Sebaliknya, seberapapun tingkat kreativitas siswa, baik kategori tinggi maupun rendah siswa yang dikenai pengajaran CTL menggunakan laboratorium riil akan memiliki prestasi belajar yang lebih baik daripada siswa yang dikenai pengajaran CTL menggunakan laboratorium virtual. Dapat disimpulkan bahwa apapun tingkat kreativitas siswa baik tinggi maupun rendah, siswa yang melakukan eksperimen di laboratorium riil memiliki prestasi yang lebih baik daripada siswa yang melakukan eksperimen dengan media laboratorium virtual. Secara mandiri kreativitas siswa berpengaruh terhadap prestasi belajar siswa tetapi setelah berinteraksi dengan metode pembelajaran yang digunakan kreativitas siswa tidak berpengaruh terhadap prestasi belajar siswa. Pembelajaran menggunakan pendekatan CTL memberikan kontribusi yang positif untuk meningkatkan prestasi belajar siswa pada materi koloid terutama dengan cara eksperimen di laboratorium riil. Siswa lebih mudah menemukan konsep materi yang mereka pelajari secara kreatif dari pengalaman yang mereka alami dengan benda-benda nyata yang ada di sekitar mereka.
commit to user cvi
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
BAB V KESIMPULAN, IMPLIKASI DAN SARAN
A. Kesimpulan
Berdasarkan kajian teori dan didukung adanya hasil analisis serta mengacu pada perumusan masalah yang telah diuraikan pada bab sebelumnya, dapat disimpulkan beberapa hal berikut : 1.
Prestasi belajar siswa pada pembelajaran CTL menggunakan laboratorium riil lebih tinggi daripada CTL menggunakan laboratorium virtual pada materi kimia sistem koloid kelas XI IA RSBI semester genap SMA Negeri 1 Cilacap tahun ajaran 2009/2010. Hal ini ditunjukkan dari rata-rata selisih nilai kognitif pada pembelajaran CTL menggunakan laboratorium riil 50,733 lebih tinggi daripada pembelajaran CTL menggunakan laboratorium virtual dengan rata-rata selisih nilai kognitif 44,082. Demikian halnya dengan prestasi belajar afektif siswa, Pembelajaran CTL yang menggunakan laboratorium riil lebih meningkatkan prestasi belajar afektif siswa dengan rata-rata nilai afektif 111,808 daripada pembelajaran CTL menggunakan laboratorium virtual dengan rata-rata nilai afektif 103,794.
2.
Prestasi belajar siswa yang memiliki kreativitas tinggi lebih tinggi daripada siswa yang memiliki kreativitas rendah pada materi sistem koloid kelas XI IA RSBI semester genap SMA Negeri 1 Cilacap tahun ajaran 2009/2010. Siswa yang memiliki kreativitas tinggi prestasi belajarnya lebih baik daripada siswa yang memiliki kreativitas rendah, ini dibuktikan dengan hasil anava dua jalan pada aspek kognitif Fhitung>Ftabel dengan nilai 4,43 > 3,978 dan pada aspek afektif Fhitung > Ftabel dengan nilai 12,962> 3,978.
3.
Tidak ada interaksi antara pembelajaran CTL yang menggunakan laboratorium riil dan CTL menggunakan laboratorium virtual dengan kreativitas siswa terhadap prestasi belajar kognitif maupun afektif siswa pada materi kimia sistem koloid kelas XI IA RSBI semester genap SMA Negeri 1 Cilacap tahun pelajaran 2009/2010. Hal ini dapat dilihat dari hasil anava dua jalan untuk aspek kognitif Fhitung(0,3) < Ftabel(3,978) dan untuk aspek afektif Fhitung(0,00976) < Ftabel(3,978)
commit to user 87cvii
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
88
B. Implikasi
1.
Implikasi Teoritis Hasil penelitian ini dapat digunakan sebagai dasar penelitian selanjutnya dan dapat digunakan untuk upaya bersama antara guru, siswa serta penyelenggara sekolah agar dapat membantu siswa dalam meningkatkan kualitas hasil belajar secara maksimal.
2. Implikasi Praktis a. Pembelajaran CTL menggunakan laboratorium riil lebih baik dibandingkan dengan CTL menggunakan laboratorium virtual pada materi pokok sistem koloid, sehingga pembelajaran kimia pada materi pokok sistem koloid sebaiknya disajikan dengan pendekatan CTL menggunakan laboratorium riil. b. Pada pembelajaran materi pokok sistem koloid perlu memperhatikan kreativitas siswa, karena siswa dengan kreativitas tinggi mempunyai prestasi belajar yang lebih baik dibandingkan siswa dengan kreativitas rendah.
C. Saran
Berdasar kesimpulan dan implikasi maka dapat dikemukakan saran sebagai berikut : 1.
Sebelum pengambilan sampel, homogenitas kelas yang akan diteliti perlu diperhatikan.
2.
Bila tersedia laboratorium riil dan laboratorium virtual di sekolah, maka sebaiknya menggunakan laboratorium riil dalam pembelajaran kimia pada materi sistem koloid.
3.
Dalam mengajar materi kimia sistem koloid, siswa hendaknya dirangsang untuk memiliki kreativitas yang tinggi dan aktif agar dapat meningkatkan prestasi belajar siswa. Salah satu cara yang dapat meningkatkan kreativitas siswa yaitu dengan memberikan kebebasan berpikir bagi siswa. Dalam hal ini, misalnya dengan melakukan eksperimen karena dengan eksperimen dapat merangsang siswa untuk mengeksplor lebih jauh kemampuan siswa. Contoh lainnya yaitu dengan mengadakan diskusi individu maupun kelompok mengenai studi kasus di luar konteks materi pelajaran dan berkaitan erat dalam kehidupan sehari-hari.
commit to user cviii
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 89
Diskusi ini dapat merangsang siswa untuk lebih aktif bertanya dan berpikir lebih luas tanpa harus terpaku pada buku pelajaran yang ada. 4.
Pembelajaran CTL menggunakan laboratorium riil dan CTL menggunakan laboratorium virtual tidak perlu memperhatikan kreativitas siswa.
5.
Perlu dilakukan penelitian lebih lanjut tentang faktor internal lain yang mempengaruhi prestasi belajar siswa pada pembelajaran CTL menggunakan laboratorium riil dan virtual guna mengetahui interaksinya terhadap prestasi belajar.
commit to user cix