ANALISIS TEORI FAKTA SOSIAL EMILE DURKHEIM DALAM PENDIDIKAN KARAKTER UNTUK MEMBENTUK KARAKTER JUJUR PADA SISWA SMPIT INSAN KAMIL KARANGANYAR TAHUN PELAJARAN 2015/2016
SKRIPSI
Oleh: IKA REVITA K8412033
FAKULAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS SEBELAS MARET SURAKARTA Maret 2016
i
ii
ANALISIS TEORI FAKTA SOSIAL EMILE DURKHEIM DALAM PENDIDIKAN KARAKTER UNTUK MEMBENTUK KARAKTER JUJUR PADA SISWA SMPIT INSAN KAMIL KARANGANYAR TAHUN PELAJARAN 2015/2016
Oleh: IKA REVITA K8412033
Skripsi diajukan untuk memenuhi salah satu persyaratan mendapatkan gelar Sarjana Pendidikan Program Studi Pendidikan Sosiologi Antropologi
FAKULAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS SEBELAS MARET SURAKARTA Maret 2016
iii
iv
v
ABSTRAK Ika Revita. K8412033. ANALISIS TEORI FAKTA SOSIAL EMILE DURKHEIM DALAM PENDIDIKAN KARAKTER UNTUK MEMBENTUK KARAKTER JUJUR PADA SISWA SMPIT INSAN KAMIL KARANGANYAR TAHUN PELAJARAN 2015/2016. Skripsi, Surakarta: Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan. Universitas Sebelas Maret Surakarta, Maret 2016. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui konsep jujur bagi SMPIT Insan Kamil Karanganyar, mengetahui upaya SMPIT Insan Kamil Karanganyar dalam membentuk karakter jujur pada siswa, mengetahui hasil dari upaya pendidikan karakter yang dilakukan oleh SMPIT Insan Kamil Karanganyar dalam hal membentuk karakter jujur pada siswa Penelitian ini menggunakan metode penelitian deskriptif dengan pendekatan kualitatif. Sumber data yang digunakan adalah sumber data primer. Teknik pengambilan subyek penelitian dengan cara purposive sampling. Teknik pengumpulan data dengan wawancara, observasi dan dokumentasi. Teknik uji validitas data yang digunakan dalam penelitian ini menggunakan triangulasi teknik dan analisis data menggunakan analisis data milik Miles dan Huberman. Hasil penelitian menemukan bahwa konsep jujur bagi SMPIT Insan Kamil Karanganyar tertuang di dalam aturan tata tertib. Upaya yang dilakukan sekolah dalam membentuk sikap jujur siswa dilakukan dengan keteladanan dan pembiasaan. Beberapa bentuk kejujuran siswa merupakan hasil dari pendidikan dengan upaya keteladanan dan pembiasaan di lingkungan sekolah yang dilakukan secara terus menerus. Akibatnya, mereka tidak takut dengan konsekuensi baik maupun buruk yang harus mereka terima dari tindakan mereka. Akan tetapi mengingat tidak semua anak dapat langsung menerima pemaksaan untuk bertindak jujur, maka di dalam penelitian ini masih ditemukan beberapa siswa yang masih tidak jujur. Analisis dalam penelitian ini menggunakan analisis fakta sosial milik Emile Durkheim dalam melihat sikap jujur yang dimiliki siswa SMPIT Insan Kamil Karanganyar. Di dalam pembentukan karakter jujur yang dilakukan oleh pihak sekolah terlihat bahwa sebenarnya karakter peserta didik dapat dibentuk melalui lingkungan sosialnya. Kata kunci : pendidikan karakter, jujur, fakta sosial
vi
ABSTRACT Ika Revita. K8412033. AN ANALYSIS ON EMILE DURKHEIM’S SOCIAL FACT THEORY IN CHARACTER EDUCATION TO CREATE HONEST CHARACTER IN THE STUDENTS OF SMPIT INSAN KAMIL OF KARANGANYAR IN THE SCHOOL YEAR OF 2015/2016. Thesis, Surakarta: Teacher Training and Education Faculty. Surakarta Sebelas Maret University, March, 2016. This research aimed to find out the honest concept according to SMPIT Insan Kamil Karanganyar, to find out the attempt the SMPIT Insan Kamil Karanganyar took in creating honest character among the students, to find out the result of character education attempt the SMPIT Insan Kamil Karanganyar took in the term of creating honest character among the students. This research employed a descriptive research with qualitative approach. The data source employed was primary data source. The subject of research was selected using purposive sampling. Techniques of collecting data used were interview, observation, and document. Data validation was carried out using technique triangulation and data analysis using Miles and Huberman’s data analysis. The result of research showed that honest concept for SMPIT Insan Kamil Karanganyar was included in the order rule. The attempts the school took in creating honest behavior among the students were role modeling and habituation. Several forms of students’ honesty constituted the result of education with role modeling and habituation in school environment conducted continuously. As a result, they were not afraid of either good or bad consequence they should receive from their action. However, recalling that not all students could receive the compellation to act honestly, this study found some dishonest students. The analysis of research employed Emile Durkheim’s social fact analysis in considering the honest attitude of SMPIT Insan Kamil Karanganyar’s students. In the attempt of creating honest character taken by the school, it could be seen that the character of students could be actually created through their social environment. Keywords: character education, honest, social fact
vii
MOTTO
Sesungguhnya sesudah kesulitan akan datang kemudahan, maka kerjakanlah urusanmu dengan sungguh-sungguh dan hanya kepada Allah kamu berharap (QS. Al-Insyirah: 6-8). “Manusia diciptakan layaknya kertas putih, dan lingkunganlah yang membentuk” (Andriawa, 2013:160).
viii
PERSEMBAHAN
Karya ini saya persembahkan kepada : Semua orang yang sudah berkenan membantu mewujudkan impianku untuk bisa kuliah, baik dengan do’a, tenaga maupun hartanya. Terimakasih, karena akhirnya cita-citaku untuk bisa merasakan bangku kuliah dapat terwujud. Almamater.
ix
KATA PENGANTAR Syukur Alhamdulillah peneliti panjatkan kepada Allah SWT, berkat rahmat dan karunia-Nya, peneliti berhasil menyelesaikan skripsi dengan judul “ANALISIS TEORI FAKTA SOSIAL EMILE DURKHEIM DALAM PENDIDIKAN KARAKTER UNTUK MEMBENTUK KARAKTER JUJUR PADA SISWA SMPIT INSAN KAMIL KARANGANYAR TAHUN PELAJARAN 2015/2016”. Skripsi ini tidak terlepas dari bantuan berbagai pihak. Untuk itu, peneliti menyampaikan terimakasih kepada : 1. Prof. Dr. Joko Nurkamto, M.Pd., Dekan Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Sebelas Maret Surakarta. 2. Dr.rer.nat. Nurhadi, M.Hum Kepala Program Studi Pendidikan Sosiologi Antropologi Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Sebelas Maret Surakarta. 3. Drs. AY. Djoko Darmono, M.Pd selaku Pembimbing Akademik yang selalu membimbing penulis selama menjadi mahasiswi sosiologi antropologi angkatan 2012. 4. Drs. Slamet Subagyo, M.Pd selaku pembimbing I, yang selalu memberikan pengarahan dalam penyusunan skripsi ini. 5. Dr. Zaini Rohmad, M.Pd selaku pembimbing II yang selalu membimbing dan mengarahkan dengan penuh kesabaran. 6. Bapak Trisno Susilo, S.Pd serta para ustadz/ustadzah SMPIT Insan Kamil Karanganyar atas kerja sama dan bantuannya. Semoga amal kebaikan semua pihak tersebut mendapat balasan dari Allah SWT. Surakarta, 14 Maret 2016
Peneliti x
DAFTAR ISI Halaman HALAMAN JUDUL........................................................................................
i
HALAMAN PERNYATAAN ......................................................................... . ii HALAMAN PENGAJUAN............................................................................. iii HALAMAN PERSETUJUAN ........................................................................ iv HALAMAN PENGESAHAN.......................................................................... . v HALAMAN ABSTRAK.................................................................................. vi HALAMAN ABSTRACK ............................................................................... vii HALAMAN MOTTO ...................................................................................... viii HALAMAN PERSEMBAHAN ...................................................................... ix KATA PENGANTAR ..................................................................................... x DAFTAR ISI.................................................................................................... . xi DAFTAR GAMBAR ....................................................................................... xiii DAFTAR TABEL............................................................................................ xiv DAFTAR LAMPIRAN.................................................................................... xv BAB I.
PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah ............................................................... 1 B. Rumusan Masalah ........................................................................ 5 C. Tujuan Penelitian .......................................................................... 5 D. Manfaat Penelitian ........................................................................ 6
BAB II. KAJIAN PUSTAKA DAN KERANGKA BERFIKIR A. Kajian Pustaka...............................................................................
7
1. Teori Pendidikan Karakter Nilai Kejujuran ............................
7
2. Teori Fakta Sosial Emile Durkheim ........................................ 12 3. Memahami Sekolah Islam Terpadu ......................................... 15 B. Kerangka Berfikir ......................................................................... 18 BAB III. METODE PENELITIAN A. Tempat dan Waktu Penelitian ....................................................... 20 xi
B. Metode dan Pendekatan Penelitian .............................................. 20 C. Data dan Sumber Data .................................................................. 21 D. Teknik Pengambilan Subyek Penelitian ....................................... 22 E. Teknik Pengumpulan Data ........................................................... 22 F. Teknik Uji Validitas Data ............................................................ 23 G. Analisis Data ................................................................................ 24 H. Prosedur Penelitian ....................................................................... 25 BAB IV. HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Hasil Penelitian ............................................................................ 27 1. Deskripsi Lokasi Penelitian...................................................... 27 2. Deskripsi Data ......................................................................... 30 a. Konsep Jujur menurut SMPIT Insan Kamil Karanganyar ..... 30 b. Upaya membentuk karakter jujur di SMPIT Insan Kamil Karanganyar ................................................................ 34 c. Hasil dari Pendidikan Karakter Kejujuran di SMPIT Insan Kamil Karanganyar ................................................................ 56 B. Pembahasan................................................................................... 63 BAB V. SIMPULAN, IMPLIKASI DAN SARAN A. Simpulan.................................................................................... 70 B. Implikasi .................................................................................... 71 C. Saran .......................................................................................... 73 DAFTAR PUSTAKA ...................................................................................... 76 LAMPIRAN..................................................................................................... 79
xii
DAFTAR TABEL Tabel
Halaman
3.1 Jadwal Penelitian........................................................................................ 20
xiii
DAFTAR GAMBAR Gambar
Halaman
2.1 Bagan Kerangka Berfikir ........................................................................... 19 2.2 Piagam Penghargaan Sebagai Pelaksana Praktek Pembiasaan Kejujuran................................................................................................... 30
xiv
DAFTAR LAMPIRAN Lampiran
Halaman
1. Hasil Foto Dokumentasi Saat Observasi .....................................................
79
2. Hasil Wawancara dengan Informan ...........................................................
93
3. Surat Ijin Penelitian ..................................................................................... 117
xv
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Kejujuran adalah dasar dari segalanya sekaligus kunci menuju tempat yang mulia di hadapan Allah dan terhormat di hadapan manusia. Dalam sebuah hadist dikatakan bahwa “sesungguhnya kejujuran akan membimbing pada kebaikan dan kebaikan akan membimbing ke surga. Selama seseorang itu selalu jujur dan terus jujur maka tertulis disisi Allah bahwa dia seorang yang jujur. Sedangkan kedustaan itu akan mengantarkan pada kejahatan dan kejahatan akan menggiring ke neraka…”(Baqi, 2012:1225). Kejujuran merupakan bagian dari sifat positif manusia. Kejujuran diikat dengan hati nurani manusia karena ketika ucapan tak sesuai dengan kenyataan, hati menjadi risau karena ucapan dirasa tidak jujur. Sikap jujur membuat hidup kita lebih tentram tanpa ada tekanan dari luar maupun dari batin sendiri.
Masyarakat yang kering dari kejujuran akan hidup dalam kegersangan. Di Indonesia sendiri kejujuran sudah menjadi sesuatu yang langka. Terbukti setelah 18 tahun reformasi, sejumlah persoalan yang menyangkut praktik korupsi, kolusi, dan nepotisme tetap marak. Bahkan sebagian pelaku adalah mereka yang pada tahun 1998 gencar sekali menentang pemerintahan Orde Baru yang mempraktikkan korupsi, kolusi, dan nepotisme. Lembaga Transparency International (TI) merilis data indeks persepsi korupsi (Corruption Perception Index) untuk tahun 2015. Dalam laporan terdapat 168 negara yang diamati lembaga tersebut dengan ketentuan semakin besar skor yang di dapat, maka semakin bersih negara tersebut dari korupsi, skor maksimal adalah 100. Adapun negara Indonesia menempati peringkat ke 88 dengan capaian CPI 36. Di Asia Tenggara, Indonesia masih di bawah Singapura, Malaysia dan Thailand (Prasetiyo, Bagus, Tempo.com, edisi 27 Januari 2016). Data tersebut menunjukkan bahwa Indonesia masih belum bersih dari kasus korupsi. Korupsi, kolusi dan nepotisme (KKN) memang masih menjadi momok di Indonesia. Menurut Asisten Intelijen 1
2 Kejaksaan Tinggi Sumatera Utara, Nanang Sigit mengatakan bahwa per tahunnya, korupsi yang ada di Indonesia ini cenderung meningkat. Bahkan, kata Nanang tiap tahunnya mencapai 1.400 perkara korupsi yang tumbuh di Indonesia. Lanjutnya, setiap hari di tiap daerah yang ada di Indonesia selalu ada lima perkara korupsi yang muncul (Anarcho, Array , Tribunnews.com, edisi 30 Maret 2016). Daerah di Indonesia yang sering terjadi kasus korupsi ialah daerah pulau Jawa dan Sumatera. Berdasarkan hasil pemetaan yang dilakukan oleh Lembaga Laboratorium Ilmu Ekonomi Universitas Gadjah Mada (UGM) Yogyakarta Pulau Jawa khususnya wilayah Jabodetabek korupsinya mencapai Rp88,207,4 miliar. Kemudian Jawa di luar Jabodetabek nilai korupsinya Rp4,012,1 miliar. Sementara Sumatera nilai Korupsinya Rp33,137,0 miliar. Peneliti lain dari Lembaga Laboraturium Ilmu Ekonomi UGM, Dr Rimawan Pradiptyo mengungkapkan, jumlah terpidana kasus korupsi di Pulau Jawa tercatat 735 orang, sedangkan di Pulau Sumatera 578 orang. Pelaku bukan hanya politisi atau pejabat negara, tetapi juga melibatkan pihak swasta. Total terpidana korupsi baik politisi, pejabat negara, dan swasta sepanjang 2001 hingga 2015 tercatat sebanyak 1.420 terpidana (Yuwono, Markus, okezone.com edisi 5 April 2016). Dari uraian di atas dapat ditarik benang merah bahwasanya negara Indonesia telah mengalami krisis kejujuran yang mengakibatkan korupsi. Istilah korupsi yang telah diterima dalam perbendaharaan kata bahasa Indonesia, adalah “kejahatan, kebusukan,
dapat
disuap,
tidak
bermoral,
kebejatan
dan
ketidakjujuran”
S.Wojowasito (dalam Puspito dkk, 2011:24). Menanggapi masalah ini sudah sepatutnya kita merasa prihatin terhadap korupsi sebagai sebuah penyimpangan dari nilai kejujuran. Sugono (dalam Puspito dkk, 2011:75) mendefinisikan jujur sebagai lurus hati, tidak berbohong, dan tidak curang. Korupsi tidak hanya berdampak terhadap satu aspek kehidupan saja. Korupsi menimbulkan efek domino yang meluas terhadap eksistensi bangsa dan negara. Meluasnya praktik korupsi akan memperburuk kondisi ekonomi bangsa, misalnya harga barang menjadi mahal dengan kualitas yang buruk, akses rakyat terhadap pendidikan dan kesehatan menjadi sulit, keamanan suatu negara terancam, kerusakan
3 lingkungan hidup, dan citra pemerintahan yang buruk di mata internasional sehingga menggoyahkan sendi-sendi kepercayaan pemilik modal asing, krisis ekonomi yang berkepanjangan, dan negara pun menjadi semakin terperosok dalam kemiskinan. Artinya praktek korupsi bukannya memberikan nilai positif namun justru memberikan negative value added bagi perekonomian secara umum (Puspito dkk, 2011:55-56). Menyadari
hal
tersebut,
pemerintah
saat
ini
gencar
melakukan
pemberantasan dan pencegahan korupsi. Pemberantasan korupsi ditempuh dengan melakukan penegakkan hukum terhadap para koruptor sedangkan dalam hal pencegahan korupsi, salah satu cara yang dapat dilakukan adalah melalui jalur pendidikan dengan menanamkan nilai kejujuran kepada generasi muda. Kejujuran merupakan salah satu nilai anti korupsi (Puspito dkk, 2011:75). Dengan anak memiliki karakter jujur maka mereka tidak mudah melakukan tindak korupsi. Puspito dkk menjelaskan bahwa sebenarnya penyebab terjadinya korupsi terdiri dari faktor internal yang datangnya dari diri pribadi atau individu dan faktor eksternal yang berasal dari lingkungan atau sistem. Faktor internal sangat ditentukan oleh kuat tidaknya nilai-nilai anti korupsi yang tertanam dalam diri setiap individu. Nilai anti korupsi tersebut perlu diterapkan oleh setiap individu untuk dapat mengatasi faktor eksternal penyebab korupsi (2011:75). Mengenai penanaman kejujuran ini bukan hanya menjadi tanggung jawab dari pemerintah saja, melainkan juga seluruh warga negara Indonesia dengan perannya masing-masing. Setidaknya ada tiga pihak yang berperan penting yaitu keluarga, sekolah dan masyarakat. Ketiganya tersebut oleh Hasbullah disebut dengan lingkungan pendidikan (2005:37-61). Dalam hal ini tidak dapat dipungkiri bahwa keluarga merupakan lingkungan pertama dan paling tepat dalam menanamkan pendidikan jujur sejak dini. Akan tetapi peran keluarga sebagai agen sosialisasi pendidikan perlu didukung dengan adanya pendidikan di lingkungan sekolah, mengingat fenomena yang berkembang saat ini banyak orang tua yang keduanya bekerja menjadikan pengawasan orang tua terhadap anak menjadi berkurang,
4 sehingga penanaman nilai karakter jujur juga tidak maksimal. Oleh karena itulah memilih dimana anak harus bersekolah itu penting. Atas alasan tersebut menyebabkan munculnya lembaga pendidikan berlabel Islam seperti Sekolah Islam Terpadu (SIT) menjadi sorotan dan pilihan orang tua. Menteri Agama Lukman Hakim Saifuddin yang mengatakan "Sekolah berbasis pendidikan Islam mengalami peningkatan cepat dan lulusannya dapat bersaing bahkan selalu unggul dibanding dengan sekolah umum," (Rezkisari, Indira, Republika.com edisi Kamis, 07 Mei 2015). Hal tersebut dikarenakan kegiatan belajar yang ditawarkan oleh sekolah bukan hanya mengajarkan peserta didik ilmu pengetahuan yang pada wajib diajarkan di sekolah formal pada umumnya saja, akan tetapi siswa juga dibekali dengan ilmu tentang agama Islam dan menerima pembiasaan karakter islami dengan porsi lebih banyak. Keadaan tersebutlah yang menyebabkan sekolah berbasis Islam menjadi favorit orang tua yang menganut agama Islam belakangan ini. Dalam harian Republika Menteri Agama Lukman Hakim Saifuddin mengatakan sekolah berbasis Islam mulai menjadi pilihan orang tua untuk menyekolahkan anaknya. Tren tersebut terus terjadi dalam lima atau 10 tahun terakhir (Rezkisari, Indira, Republika.com edisi 07 Mei 2015). Berdasarkan deskripsi di atas maka pemilihan sekolah yang menggunakan label Islam dapat menjadi alternatif bagi orang tua dalam menyekolahkan anaknya agar anak mendapatkan pembinaan karakter yang baik, khususnya dalam hal ini adalah penanaman karakter jujur. Salah satu sekolah yang melaksanakan pendidikan karakter adalah Sekolah Menengah Pertama Islam Terpadu (SMPIT) Insan Kamil Karanganyar. Hal Tersebut terlihat dari visi mereka yang pertama yaitu SALEH. Misi dari visi tersebut berkaitan dengan pendidikan karakter seperti misalnya pada poin kedua dan ketiga yaitu membiasakan seluruh warga sekolah untuk mengembangkan budi pekerti luhur serta malu berbuat keburukan. Menurut hasil penelitian yang dilakukan oleh mahasiswi PGSD Universitas Sebelas Maret mengungkapkan bahwa “pendidikan karakter sangat penting dalam membentuk ranah afektif kejujuran” (Hanifah, 2014:1). Oleh karena itulah peneliti merasa penting untuk meneliti lebih
5 jauh mengenai pendidikan karakter yang dilakukan di SMPIT Insan Kamil Karanganyar dalam membentuk karakter kejujuran. Mengingat sekolah merupakan salah satu dari lingkungan pendidikan yang tidak dapat dipisahkan dari kehidupan anak yang masih dalam tahap belajar. Maka peneliti akan menganalis temuan penelitian ini dengan menggunakan paradigma fakta sosial milik Emile Durkheim. Berdasarkan deskripsi di atas, maka penelitian ini berjudul “Analisis Teori Fakta Sosial Emile Durkheim dalam Pendidikan Karakter untuk Membentuk Karakter Jujur pada Siswa SMPIT Insan Kamil Karanganyar Tahun Pelajaran 2015/2016”. B. Rumusan Masalah Berdasarkan uraian dari latar belakang maka penelitian ini mengarahkan rumusan masalah pada : 1. Bagaimana konsep karakter jujur bagi SMPIT Insan Kamil Karanganyar? 2. Bagaimana upaya SMPIT Insan Kamil Karanganyar dalam membentuk karakter jujur pada siswa? 3. Bagaimana hasil dari upaya pendidikan karakter yang dilakukan oleh SMPIT Insan Kamil Karanganyar dalam hal membentuk karakter jujur pada siswa? C. Tujuan Penelitian 1. Untuk mengetahui konsep karakter jujur bagi SMPIT Insan Kamil Karanganyar. 2. Untuk mengetahui upaya SMPIT Insan Kamil Karanganyar dalam membentuk karakter jujur pada siswa. 3. Untuk mengetahui hasil dari upaya pendidikan karakter yang dilakukan oleh SMPIT Insan Kamil Karanganyar dalam hal membentuk karakter jujur pada siswa.
6 D. Manfaat Penelitian Hasil dari penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat bagi dunia pendidikan, pemerintah, maupun bagi masyarakat luas. Adapun manfaat yang diharapkan dari penelitian ini adalah sebagai berikut: 1. Manfaat teoritis a. Hasil penelitian ini diharapkan dapat menambah khasanah ilmu pengetahuan yaitu mengenai teori sosiologi tentang fakta sosial milik Emile Durheim. b. Hasil penelitian ini diharapkan berguna untuk
menambah cara
implementasi nilai kejujuran kepada siswa berkaitan dengan teori pendidikan karakter. 2. Manfaat praktis a. Hasil penelitian ini dapat digunakan sebagai bahan pertimbangan atau acuan bagi penelitian lain yang sejenis. b. Hasil penelitian ini dapat digunakan untuk sumbangan pemikiran bagi pihak-pihak atau instansi yang terkait dengan pendidikan berkaitan dengan implementasi pendidikan karakter. c. Dengan penelitian ini diharapkan penerapan pendidikan karakter menjadi lebih efektif. d. Hasil penelitian ini dapat memberikan wacana yang baru kepada para pembaca dan masyarakat khususnya orang tua untuk memperluas pengetahuan dan pemahaman mengenai Sekolah Islam Terpadu serta bagaimana pendidikan karakter diimplementasikan di sekolah tersebut.
BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN KERANGKA BERFIKIR A. Kajian Pustaka 1. Teori Pendidikan Karakter Nilai Kejujuran a. Definisi Pendidikan Karakter Untuk dapat memiliki karakter baik atau mulia tentu tidak dapat diperoleh secara instan mengingat manusia merupakan individu pembelajar yang mengetahui segala sesuatu harus dengan melewati proses yang disebut dengan belajar. Dalam hal ini seorang individu tidak dapat terlepas dari orang dewasa disekitarnya yang berkewajiban memberikan pendidikan untuk membantunya belajar. Pendidikan yang dimaksudkan disini ialah pendidikan karakter. Berikut merupakan pengertian dari pendidikan karakter. Mulyasa (2012:3) mengungkapkan bahwa “pendidikan karakter memiliki makna lebih tinggi dari pendidikan moral”. Karena pendidikan moral hanya mengajarkan mengenai masalah benar-salah kepada anak atau peserta didik, akan tetapi pendidikan karakter lebih dari itu. Pendidikan karakter berusaha menanmkan kebiasaan tentang hal-hal yang baik dalam kehidupan, sehingga anak memiliki kesadaran, dan pemahaman yang tinggi, serta kepedulian dan komitmen untuk menerapkan kebajikan dalam kehidupan sehari-hari. Thomas Lickona (dalam Koesoma 2007:250) mengatakan bahwa “pendidikan karakter berurusan dengan pengajaran nilai-nilai dasar yang secara virtual dapat diterima oleh semua masyarakat yang beradab, tak peduli di mana dan kapan. Nilai-nilai ini semestinya mengatasi nilai-nilai keyakinan agama apa pun”. Maksud Lickona tersebut beranggapan bahwa pendidikan karakter adalah kaitannya dengan hubungan secara horizontal antara sesama manusia sehingga manusia dapat diterima di tengah kehidupan sosialnya secara baik. Menurut Alfi Kohn dalam Noll sebagaimana yang dikutip oleh Samani dan Hariyanto bahwa pada hakikatnya: 7
8 Pendidikan karakter dapat didefinisikan secara luas atau secara sempit. Dalam makna yang luas, pendidikan karakter mencakup hampir seluruh usaha sekolah di luar bidang akademis terutama yang bertujuan untuk membantu siswa tumbuh menjadi seseorang yang memiliki karakter yang baik. Dalam makna yang sempit pendidikan karakter dimaknai sebagai sejenis pelatihan moral yang merefleksikan nilai tertentu (Samani dan Hariyanto, 2013:44-45). Untuk dapat melaksanakan pendidikan karakter tersebut diperlukan keteladanan serta sarana dan prasarana yang mendukung di sekolah. Hal ini seperti hasil temuan penelitian dalam laporan tesis yang pernah dilakukan di Sekolah Dasar Islam Terpadu Qurrota A’yun Ponorogo, bahwa “faktor pendukung dari pelaksanaan pendidikan karakter di SDIT Qurrota A’yun adalah adanya keteladanan guru dan adanya sarana dan prasarana yang memadai” (Vikiyono, 2015:104). Dengan demikian pendidikan karakter dapat terlaksana dengan maksimal. b. Nilai Kejujuran dalam Pendidikan Karakter Salah satu dari nilai-nilai karakter yang perlu ditanamkan kepada siswa adalah karakter jujur. Nilai tersebut terdapat dalam Badan Penelitian dan Pengembangan Pusat Kurikulum Kementrian Pendidikan Nasoinal tentang pendidikan budaya dan karakter poin kedua yaitu: Dalam rangka lebih memperkuat pelaksanaan pendidikan karakter pada satuan pendidikan telah teridentifikasi 18 nilai yang bersumber dari agama, pancasila, budaya, dan tujuan pendidikan nasional, yaitu: (1) Religius, (2) Jujur, (3) Toleransi, (4)Disiplin, (5) Kerja Keras, (6) Kreatif, (7) Mandiri, (8) Demokratis, (9) Rasa Ingin Tahu, (10) Semangat Kebangsaan, (11) Cinta Tanah Air, (12) Menghargai Prestasi, (13) Bersahabat/Komunikatif, (14) Cinta Damai, (15) Gemar Membaca, (16) Peduli Lingkungan, (17) Peduli Sosial, (18) Tanggug Jawab. (Badan Penelitian dan Pengembangan Pusat Kurikulum dan Perbukuan, 2011). Jujur atau shidiq adalah sebuah kenyataan yang benar, tercermin dalam perkataan, perbuatan atau tindakan, dan keadaan batinnya. Jujur merupakan sistem keyakinan yang mantap, stabil dalam berbicara, bertindak, dan berkata hati (Aqib, 2011:81).
9 Sifat shiddiq juga merupakan salah satu dari sifat yang dimiliki para nabi dan rasul Allah. Nabi Muhammad saw adalah orang yang shiddiq. Apa yang dikatakannya selalu terbukti dalam perbuatannya. Nabi selalu mengerjakan apa yang dikatakannya. Nabi juga memerintahkan kepada kita sebagai umatnya untuk memiliki sifat jujur ini, karena jujur akan membawa kepada kebaikan dan akhirnya mengantarkan kita ke surga. Sebaliknya, Nabi melarang kita bohong, karena bohong itu akan membawa kepada kejahatan dan pada akhirnya akan mengantarkan kita ke neraka. Beliau bersabda: Sesungguhnya kejujuran akan membimbing pada kebaikan dan kebaikan akan membimbing ke surga. Selama seseorang itu selalu jujur dan terus jujur maka tertulis disisi Allah bahwa dia seorang yang jujur. Sedangkan kedustaan itu akan mengantarkan pada kejahatan dan kejahatan akan menggiring ke neraka. Selama seorang itu selalu berdusta dan terus menerus berdusta maka tertulis di sisi Allah bahwa dia adalah seorang pendusta (Baqi, 2012:1225). Larangan sekaligus cara bersikap jujur terdapat dalam al-Quran yaitu, bahwa Kemauan yang benar harus dipraktikkan dengan cara-cara yang benar. Jangan sampai kebenaran dicampuradukkan dengan kebatilan, karena hal itu dilarang dalam agama (QS. al-Baqarah [2]: 42), “Dan janganlah kamu campur adukkan kebenaran dengan kebatilan dan (janganlah) kamu sembunyikan kebenaran, sedangkan kamu mengetahuinya”. Jujur merupakan nilai karakter positif yang dapat menjadikan manusia menjadi mulia dihadapan pencipta dan terhormat dikalangan sesama manusia. Jujur berarti antara niat, ucapan serta perbuatan harus sesuai dengan keadaan yang sebenarnya. Misalnya dalam hal niat, niat seseorang dianggap lurus atau jujur adalah jika di dalam niat tidak ada keinginan untuk berbohong. Meskipun berita atau pesan yang disampaikan ternyata salah. Hal ini seperti yang dijelaskan dalam (Shihab, 1997:131) bahwa, “…misalnya si A menurut pengetahuan dan keyakinan Anda sedang sakit. Tetapi dalam kenyataan dia segar bugar. Kabar yang Anda sampaikan
10 bahwa si A sakit tidak dinilai sebagai kebohongan walaupun hal tersebut bertentangan dengan kenyataan…”. Dengan memiliki niat yang jujur maka setiap perkataan dan tindakan juga akan memperlihatkatkan kejujuran. Misal perkataan dan perbuatan yang dilakukan Rasulullah Muhammad, ketika beliau bekerja sama dengan Khadijah beliau mengatakan yang sebenarnya tentang hasil dari penjualan yang sudah berhasil beliau lakukan. “Untuk mengecek kebenaran laporan Muhammad, Khadijah segera memanggil Maisarah. Namun seperti dugaannya semula, memang semua laporan Muhammad tak ada satu pun yang tidak benar. Muhammad memang telah sukses menjual semua dagangan…” (Thohari,2006:109). Jika diaplikasikan di lingkungan sekolah, nilai kejujuran dapat diwujudkan oleh siswa dalam bentuk: tidak mencontek atau bekerjasama dengan teman saat ulangan, tidak keluar kelas tanpa alasan yang dibenarkan, tidak membawa HP/telepon genggam/radio/alat komunikasi lain ke sekolah tanpa melapor kepada bagian kesiswaan, tidak
meminjam barang milik
teman tanpa ijin, tidak melakukan pemalsuan, penipuan kepada sekolah (surat ijin dll), tidak melakukan pencurian atau pemerasan di sekolah (Bidang Kesiswaan SMPIT Insan Kamil Karanganyar, 2012: 1). Semua larangan yang terdapat di dalam tata tertib tersebut merupakan contoh sikap yang tidak boleh dilakukan oleh siswa karena melanggar nilai kejujuran dalam hal masalah kelakuan. Pengertian kejujuran menurut Kesuma dkk, kejujuran merupakan keputusan seseorang untuk mengungkapkan (dalam bentuk perasaan, katakata dan/atau perbuatan) bahwa realitas yang ada tidak dimanipulasi dengan cara berbohong atau menipu orang lain untuk keuntungan dirinya (2011:16). Sehingga orang yang jujur mereka tidak takut dengan konsekuensi baik maupun buruk yang harus mereka terima nantinya.
11 Dari pendapat di atas maka yang dimaksud dengan jujur jika diaplikasikan oleh siswa selama di sekolah bukan hanya dapat diperlihatkan dengan mentaati tata tertib yang mengatur perilaku yang mencerminkan kejujuran saja, akan tetapi dengan mengatakan hal yang sebenarnya ketika mereka melanggar tata tertib lain, misalnya dalam hal tata tertib kerajinan yaitu
masuk
upacara/kegiatan
terlambat yang
(ke
kelas/ke
diselenggarakan
sekolah), sekolah
tidak tanpa
mengikut izin,
tidak
mengerjakan PR/tugas dari guru, tidak membawa peralatan lengkap, tidak melaksanakan piket sesuai dengan jadwal, tidak masuk sekolah tanpa ijinke luar sekolah saat pelajaran tanpa ijin, meninggalkan jam pelajaran sebelum waktunya tanpa ijin atau peraturan yang mengatur tentang kerapian yaitu, tidak mengenakan seragam sekolah sesuai ketentuan misalnya tidak memakai atribut lengkap saat upacara, atau pelanggaran tata tertib masalah pembiasaan misalnya terlambat mengikuti sholat berjamaah tanpa alasan syar’I, tidak mengikuti sholat dhuha di masjid bagi ikhwan, tidak mengikuti muroja’ah, serta tidak mengikuti sholat dzuhur dan ashar secara berjama’ah (Bidang Kesiswaan SMPIT Insan Kamil Karanganyar, 2012: 1), dimana sebenarnya pelanggaran yang mereka lakukan tidak diketahui oleh siapapun akan tetapi mereka mereka berani mengakui kesalahannya sendiri, maka hal tersebut termasuk tindakan jujur. Karena mereka tidak menutupi kesalahan hanya untuk mendapatkan keuntungan agar terhindar dari poin maupun hukuman dari pihak sekolah. Adapun cara-cara untuk menumbuhkan makna kejujuran dan tanggung jawab itu adalah bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, dengan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berarti: (1) Belajar untuk memperoleh kebersihan dan kemerdekaan batin; (2) Belajar untuk mementingkan orang banyak atau keutamaan batin; (3) Mendidik diri sendiri memiliki moral yang baik; (4) Belajar untuk mematuhi hukum yang berlaku; (5) Meningkatkan doa dan bekerja (Waspada, 2004:16).
12 Maraknya kasus ketidakjujuran dalam kehidupan sehari-hari seperti korupsi, kolusi, nepotisme maupun tindakan kriminal lainnya seperti pencurian dan lain sebagainya disebabkan karena sejak kecil mereka terbiasa dengan tindakan tidak jujur dalam hal kecil. Oleh karena itu penanaman sifat jujur harus sudah dilakukan sedini mungkin. Berdasarkan hasil penelitian yang pernah dilakukan, pendidikan karakter yang dilaksanakan di sekolah ternyata mampu membentuk sifat jujur pada siswa. “…diketahui bahwa implementasi pendidikan karakter di sekolah mempengaruhi pembentukan karakter kejujuran siswa dengan tingkat kejujuran sangat tinggi, jika didukung dengan adanya pendidikan karakter di rumah, tempat bermain dan lingkungan tempat tinggal atau lingkungan masyarakat” (Hanifah, 2014:135). Hasil penelitian tersebut dapat dibuktikan karena berdasarkan teori yang dikemukakan oleh Hasbullah (2005:37-61) mengungkapkan bahwa terdapat beberapa lingkungan pendidikan yang berpengaruh terhadap perkembangan peserta didik yakni lingkungan keluarga, lingkungan sekolah dan lingkungan masyarakat. 2. Teori Fakta Sosial Emile Durkheim Menurut Durkheim, pendidikan menjadi aspek sangat penting karena dengan
pendidikan
dapat
mencerminkan
masyarakat
sekaligus
dapat
mengantisipasi terjadinya perubahan sosial yang dampaknya dapat mengganggu keseimbangan masyarakat (Hidayat, 2014:85). Durkheim percaya bahwa dengan metode dan isi pengajaran yang menanamkan nilai, norma, kepercayaan kepada murid dapat menciptakan masyarakat yang harmonis dan tertib. Tujuan jangka panjangnya adalah menciptakan keteraturan sosial (Hidayat, 2014:85). Lingkungan sekolah merupakan gambaran masyarakat. Sebagaimana pendapat Durheim bahwa “sekolah adalah miniatur masyarakat sekaligus model dari sistem sosial” (Hidayat, 2014:82-83). Sehingga sebelum seorang anak mengenal kehidupan masyarakat yang sebenarnya, mereka mengenal seperti apa kehidupan bermasyarakat dalam bentuk kecil yaitu lingkungan sekolah. Di dalam
13 sekolah ini juga individu akan mendapatkan penanaman nilai, norma dan kepercayaan. Termasuk juga penanaman nilai kejujuran kepada individu sebagai peserta didik agar menjadi karakternya. Inilah yang nantinya akan menjadi salah satu bekal bagi mereka agar dapat diterima masyarakat. Nilai kejujuran merupakan salah satu nilai karakter yang baik dan dianggap sangat penting di dalam penelitian ini. Untuk memahami bagaimana cara sekolah menanamkan nilai tersebut, penelitian ini akan menggunakan teori Fungsionalisme klasik tentang fakta sosial milik salah satu tokoh sosiologi klasik bernama Emile Durkheim. Dalam teori tersebut Durkheim memberikan satu contoh yaitu kasus bunuh diri. Menurut Durkheim angka bunuh diri disebabkan oleh kekuatan yang berada dari luar individu. Dalam suatu jenis bunuh diri yang dinamakannya altruistic suicide angka bunuh diri inidisebabkan karena adanya integrasi sosial yang terlalu kuat. Salah satu contoh yang diberikan Durheim ialah para anggota militer yang anggotanya lebih sering mengorbankan jiwanya demi keselamatan rekan-rekannya daripada anggota kelompok lain. Jenis bunuh diri lainnya ialah egoistic suicide yaitu dimana sejumlah besar orang melakukan bunuh diri karena integrasi masyarakat terlalu lemah, menurutnya orang bisa saja melakukan bunuh diri manakala agamanya kurang mengikatnya, dilanda krisis politik atau jika keluarga kurang mengikatnya. Dalam bunuh diri jenis anomic banyak orang mencabut nyawanya sendiri karena masyarakat tidak memberi pegangan lagi kepada warganya. Dari pendapat Durkheim tersebut terlihat bahwa angka bunuh diri bukan disebabkan oleh faktor pribadi melainkan bersumber pada masyarakat.
Gejala
angka
bunuh
diri
merupakan
suatu
fakta
sosial
(Sunarto:2000:11-12). Lebih jelasnya Durheim menjelaskan mengenai konsep teorinya, dia mengatakan bahwa apabila dia memenuhi kewajiban sebagai saudara laki-laki, suami, atau warga Negara, apabila dia menjalankan hal-hal yang telah disetujuinya, itu berarti dia melaksanakan tugas yang sudah ditentukan di dalam
14 hukum (droit) dan adat kebiasaan (moours) di luar dirinya dan tindakantindakannya (Durkheim, 1986:28). Durkheim menjelaskan lebih panjang, bahwa “walaupun kewajibankewajiban itu sesuai dengan perasaan saya sendiri dan saya secara subyektif merasakannya sebagai kenyataan, kenyataan ini masih tetap dapat dikatakan obyektif. Karena bukan sayalah yang membuat kewajiban-kewajiban itu, melainkan saya mewarisinya melalui pendidikan (Durkheim, 1986:28-29)”. “hal ini berlaku bagi setiap anggota masyarakat satu persatu. Tindak tanduk orang pertama akan diulang oleh yang berikutnya. Semua hal tersebut, yaitu cara-cara bertindak, berpikir dan merasakan, berada di luar kesadaran individu” (Durkheim, 1986:29). “Cara bertindak atau berpikir seperti itu tidak saja berada di luar individu, melainkan lebih dari itu, memiliki kekuatan menyuruh dan memaksa terhadap individu terlepas dari kemauan individualnya” (Durkheim, 1986:29). Ungkapan Durkheim selanjutnya bahwa “memang kalau saya sepenuhnya menyetujui paksaan-paksaan tersebut, hal itu tidak banyak terasa dan karena itu tidak dihuraukan. Namun yang merupakan ciri intrinsik dari fakta-fakta ini adalah bahwa apabila saya mencoba untuk melawannya ia menjadi semakin nyata” (Durkheim, 1986:29). Durheim menjelaskan mengenai ciri lain dari fakta sosial, yaitu: apabila saya mencoba melanggar kaidah hukum, kaidah itu akan memberi reaksi terhadap saya dalam bentuk yang menghalangi tindakan saya sebelum tindakan itu dilaksanakan. Jika tindakan itu telah dijalankan, dan masih dapat diperbaiki, maka reaksinya akan berbentuk pemulihan pelanggaran saya dengan memperbaiki kerusakan yang diakibatkan oleh tindakan yang saya telah lakukan atau saya harus menebusnya jika kerugian dari pelanggaran saya itu tidak bisa digantikan (Durkheim, 1986:29). Untuk lebih jelasnya dalam memahami pengertian fakta sosial yaitu cukuplah kalau memperhatikan bagaimana cara seorang anak dibesarkan. Apabila kita memperhatikannya maka akan terlihat selalu demikian adanya. Kata
15 Durkheim terlihat bahwa “pendidikan merupakan usaha terus menerus untuk memaksakan pada anak cara memandang dan bertindak yang tidak dapat dicapai secara spontan (Durkheim, 1986:32)”. Dari sejak awal hidup si anak kita memaksanya untuk makan, minum, dan tidur pada waktu-waktu tertentu. Kita memaksanya untuk mengenal kebersihan, ketenangan, dan kepatuhan. Kemudian kita memaksanya agar ia belajar menghormati orang lain, menghormati adat dan kebiasaan, perlunya kerja, dan sebagainya. Jika pemaksaan pada suatu saat tidak terasa lagi, hal ini dikarenakan pemaksaan itu telah membuat si anak menjadi semakin terbiasa dan timbul dorongan batin bahwa pemaksaan tidak berguna lagi (Durkheim, 1986:32). Oleh karena itu, fakta sosial adalah “setiap cara bertindak, yang telah baku ataupun tidak, yang dapat melakukan pemaksaan dari luar terhadap individu; atau cara bertindak yang umumnya meliputi keseluruhan masyarakat tertentu, sekaligus juga memiliki eksistensi sendiri dari manifestasi-manifestasi individual” (Durkheim, 1986:38). 3. Memahami Sekolah Islam Terpadu Dewasa ini banyak sekali bermunculan sekolah-sekolah berbasis Islam di Indonesia untuk dapat menanamkan nilai-nilai islami agar menjadi karakter peserta didik. Khoiriyah (2012:202) mengenai keberadaan sekolah-sekolah berbasis Islam “hal ini tentu saja dikarenakan perubahan sosial yang terjadi di masyarakat dan untuk menjawab tantangan zaman.” Jenjang sekolah yang berbasis Islam beragam, mulai dari tingkat taman Kanak-kanak (TK), Sekolah Dasar (SD), Sekolah Menengah Pertama (SMP), sampai Sekolah Menengah Atas (SMA). Khoiriyah melanjutkan pendapatnya “Istilah yang sering dipakai adalah sekolah Islam Terpadu. Nama sekolah yang dipakai biasanya dengan menggunakan nama yang cenderung Islami agar kesan yang timbul dapat menyentuh pada masyarakat”. Contohnya ialah SMPIT Insan Kamil Karanganyar dimana SMPIT diambil dari singkatan Sekolah Menengah Pertama Islam Terpadu.
16 Sekolah Islam terpadu merupakan lembaga pendidikan berbasis Islam yang memadukan kurikulum nasional yang berlaku dengan kegiatan-kegiatan serta pelajaran berbasis Islam kepada peserta didik. Oleh karena itu, berbeda dengan pesantren, dalam Muhaimin (2009:115) dijelaskan bahwa peserta didik di sekolah Islam Terpadu adalah siswa sekaligus santri. Demikian pula pendidiknya diposisikan sebagai guru sekaligus Kiai/Ustad (untuk guru laki-laki) atau Nyai/Ustadzah(untuk guru perempuan). Mereka mempelajari sejumlah kelompok mata pelajaran, melaksanakan dan mengembangkan berbagai kegiatan positif dalam rangka mewujudkan dan mengejawantahkan ajaran dan nilai-nilai Islam guna membangun akhlak mulia pada siswa. Sukro dkk (2010:3) memberikan beberapa definisi dari Sekolah Islam Terpadu (SIT) yaitu sebagai berikut: 1)Sekolah Islam Terpadu (SIT) merupakan upaya untuk mewujudkan idealism pendidikan atau pendidikan yang lebih baik, 2) SIT menawarkan sebuah konsep sekolah alternatif yang menggabungkan kurikulum umum, kurikulum agama dan ketrampilan, 3) SIT mengoptimalkan peran serta walimurid dan masyarakat dalam proses pengelolaan sekolah dan pembelajaran, 4) SIT menekankan keterpaduan dalam metode pembelajaran sehingga dapat mengoptimalkan ranah kognitif, afektif, dan konatif, 5) istilah terpadu digunakan sebagai etikat kuat atas islam itu sendiri, 6) SIT dibangun dengan paradigma keilmuan yang utuh dengan filosofi “ilmullah” yaitu ilmu Allah, dan 7) Sekolah yang berlandaskan AL-Qur’an dan AsSunnah. Sukro dkk (2010:3). Dari pengertian di atas maka dapat ditarik kesimpulan mengenai pengertian Sekolah Islam Terpadu bahwa Sekolah Islam Terpadu merupakan lembaga pendidikan yang tidak hanya mengedepankan strategi pembelajaran dengan mengikuti peraturan pemerintah khususnya mengenai kurikulum, akan tetapi juga memadukan nilai-nilai agama Islam di dalam pembelajaran tambahan dan kegiatan-kegiatan sekolah agar dapat dikuasai peserta didiknya sehingga kompetensi yang diperoleh peserta didik sebagai lulusan Sekolah Islam Terpadu memiliki kompetensi plus dibandingkan lulusan dari sekolah formal pada umumnya. Hal ini sejalan dengan pengertian istilah pendidikan di Indonesia menurut UU No. 20 Tahun 2003 tentang Sisdiknas, Pasal 1 ayat 1 yang
17 didefinisikan sebagai “usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengmbangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta ketrampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa dan negara” (Muhaimin, 2009:105). Oleh karena itu, Sekolah Islam Terpadu menggunakan sistem full day school. Sehingga waktu siswa berada di sekolah menjadi lebih lama dibandingkan dengan waktu yang ditetapkan di sekolah formal biasa pada umumnya. Sebagai sekolah yang berbentuk Islam Terpadu, SMP IT juga memiliki karakteristik yang membedakan dengan sekolah formal pada umumnya. SMP IT juga menerapkan sistem full day School, yang mengharuskan peserta didiknya untuk tinggal lebih lama di sekolah untuk pelajaran dan kegiatan tambahan. Sistem full day school yang diterapkan di Sekolah Islam Terpadu memiliki tujuan, menurut Nurwahid (2006:65) sistem pembelajaran full day school pada hakikatnya tidak hanya upaya menambah waktu dan memperbanyak materi pelajaran, namun lebih dari itu untuk mengkondisikan anak agar memiliki pembiasaan hidup yang baik, untuk pengayaan atau pendalaman konsep-konsep materi pelajaran yang ditetapkan oleh Diknas. Jadi sebenarnya sistem full day school lebih mendukung untuk pendidikan karakter karena siswa lebih lama berada di lingkungan sekolah. Selain itu, Sekolah Islam Terpadu juga mengembangkan karakteristik yang berbeda dengan sekolah formal pada umumnya. Sukro dkk (2010:36-39) menjabarkan 10 karakteristik Sekolah Islam Terpada yaitu sebagai berikut: 1) Menjadikan islam sebagai landasan filosofis, 2) Mengintegrasikan nilai islam ke dalam bangunan kurikulum, 3) Menerapkan dan mengembangkan metode pembelajaran untuk mencapai optimalisasi proses belajar mengajar, 4) Mengedepankan qudwah khasanah (teladan yang baik) dalam membentuk karakter peserta didik, 5) Menumbuhkan biah sholihah (lingkungan yang solih) dalam iklim dan lingkungan sekolah : menumbuhkan kemaslahatan dan meniadakan kemaksiatan dan kemungkaran, 6) Melibatkan peran serta orang tua dan masyarakat dalam mendukung tercapainya tujuan pendidikan, 7) Mengutamakan nilai ukhuwah (persaudaraan) dalam semua interaksi antar warga sekolah, 8)
18 Membangun budaya rawat, resik, rapih, runut, ringkas, sehat dan asri, 9) Menjamin seluruh proses kegiatan sekolah untuk selalu berorientasi pada mutu, 10) Menumbuhkan budaya profesionalisme yang tinggi di kalangan tenaga pendidik dan tenaga kependidikan. Tujuan umum dari Sekolah Islam Terpadu adalah membinan peserta didik untuk menjadi insan muttaqien yang cerdas, berakhlak mulia dan memiliki keterampilan yang member manfaat dan maslahat bagi ummat manusia dengan cirri karakter tertentu (Sukro dkk, 2010: 46-48). Dalam Muhaimin (2009:104-105) dijelaskan bahwa tujuan Sekolah Islam Terpadu berkaitan dengan menjalankan upaya pendidikan adalah ingin membentuk Insan cerdas komprehensif yakni cerdas spiritual, cerdas emosional dan sosial, cerdas intelektual, cerdas kinestetis sebagai manifestasi dari makarimal akhlaq. Cerdas spiritual menyangkut kemampuan merasa selalu diawasi ALLAH sehingga gemar berbuat baik. cerdas emosional menyangkut kemampuan mengendalikan emosi, mengerti perasaan orang lain, senang bekerja sama, menunda kepuasan sesaat, dan berkepribadian stabil. Cerdas sosial menyangkut senang berkomunikasi, senang menolong, senang berteman sehingga orang lain senang kepadanya. cerdas intelektual menyangkut cerdas, pintar, kemampuan membedakan yang baik dengan yang buruk. Cerdas kinestetis menyangkut sehat secara medis, tahan bekerja sama dan tumbuh dari rezeki yang halal. Hal ini sesuai dengan misi Rasulullah bernama Muhammad yaitu untuk menyempurnakan akhlak. Rasulullah adalah manusia yang diunjuk Tuhan Allah untuk menyampaikan Islam kepada manusia. B. Kerangka Berfikir Kebiasaan tidak jujur sejak kecil akan membuat siswa menjadi toleran terhadap ketidakjujuran, hal tersebut adalah penyebab korupsi, kolusi dan nepotisme menjadi kasus yang belum bisa diberantas di negara ini. Oleh karena itulah sejak dini siswa harus segera dibiasakan dengan nilai karakter ini. Cara mengajarkan kejujuran pada siswa yaitu salah satunya melalui penanaman pendidikan karakter di sekolah. Dalam hal ini sekolah yang sudah menjalankan pendidikan karakter ialah SMPIT
19 Insan Kamil Karanganyar. Salah satu nilai karakter adalah nilai kejujuran, sebagai sekolah dengan label Islam SMPIT Insan Kamil Karanganyar juga mengajarkan kejujuran kepada siswanya. Penelitian ini akan berusaha mencari tahu konsep jujur menurut pihak sekolah, upaya yang ditempuh sekolah dalam menanamkan nilai kejujuran kepada siswa dan hasil dari pendidikan karakter kejujuran yang dilakukan sekolah terhadap karakter siswa. Penelitian ini menggunakan teori pendidikan karakter jujur, hasil dari pendidikan karakter tersebut dianalisis dengan pespektif teori fungsionalisme klasik tentang fakta sosial dengan tokohnya yaitu Emile Durkheim. Berikut merupakan kerangka berfikir peneliti dalam penelitian ini: Teori Pendidikan Karakter
TEORI FAKTA SOSIAL (Emile Durheim)
Konsep jujur bagi SMPIT Insan Kamil Karanganyar
Upaya penanaman kejujuran
Kepala Sekolah
Guru
Orang tua
Lingkungan di luar individu
Teman bermain
Peserta Didik
HASIL
Gambar 2.1 Bagan Kerangka Berfikir
(Outcome) Sikap Jujur Peserta didik SMPIT Insan Kamil Karanganyar
20
BAB III METODE PENELITIAN A. Tempat dan Waktu Penelitian 1. Tempat Penelitian Penelitian ini dilaksanakan di SMPIT Insan Kamil Karanganyar yang beralamat di Jalan Kapten Mulyadi Tegalarum, Cangakan, Karanganyar, Jawa Tengah. Adapun alasan peneliti mengambil lokasi tersebut adalah karena SMPIT Insan Kamil Karanganyar memiliki visi dan misi tentang pendidikan karakter sehingga sesuai dengan tema penelitian. 2. Waktu Penelitian Penelitian ini dilaksanakan selama 5 bulan, terhitung dari bulan November 2015 sampai dengan bulan Februari 2016. NO
2016
2015 Jenis Kegiatan
1
Pengajuan judul
2
Penyusunan proposal
3
Perijinan
4
Penyusunan instrument
5
Pengumpulan data
6
Analisis data
7
Penyusunan laporan
8
Ujian skripsi
9
Revisi
Nov
Des
Jan
Feb
Mar
Apr
Tabel 3.1. Jadwal Penelitian B. Metode dan Pendekatan Penelitian Penelitian ini menggunakan menggunakan metode penelitian deskriptif dengan pendekatan kualitatif. Menurut Moleong (2007:6) mendeskripsikan penelitian 20
21 Kualitatif “adalah penelitian yang bermaksud untuk memahami fenomena tentang apa yang dialami oleh subjek penelitian misalnya perilaku, persepsi, motivasi, tindakan, dll, secara holistik, dan dengan cara deskripsi dalam bentuk kata-kata dan bahasa, pada suatu konteks khusus yang alamiah dan dengan memanfaatkan berbagai metode alamiah”.
Melalui
metode
penelitian
deskriptif, peneliti
berusaha
mendeskripsikan peristiwa dan kejadian yang menjadi pusat perhatian tanpa memberikan perlakuan khusus terhadap peristiwa tersebut (sesuai dengan keadaan apa adanya). C. Data dan Sumber Data Data adalah suatu fakta atau keterangan dari objek yang di teliti. Data yang diperlukan di dalam penelitian ini adalah data yang relevan dan menunjang maksud dan tujuan dari penelitian, sumber data dalam penelitian ini hanya terdiri Sumber Data Primer Sumber data primer yang digunakan peneliti dalam penelitian ini ialah: a. Informan (Narasumber) Sumber data primer yang pertama berasal dari wawancara dengan beberapa informan. Adapun informan yang dianggap paham mengenai permasalahan yang diteliti antara lain adalah kepala sekolah, guru, siswa, teman bermain dan orang tua. Kelima pihak tersebut dipilih peneliti sebagai informan karena keterlibatan mereka di dalam pelaksanaan pendidikan karakter dalam membentuk karakter jujur pada siswa SMPIT Insan Kamil Karanganyar. Ketika wawancara peneliti merekam dengan menggunakan alat rekam, kemudian diskusi hasil wawancara dengan informan tersebut akan peneliti transkip ke dalam bentuk tulisan. b. Peristiwa atau Aktivitas Sumber data primer yang kedua berasal dari melakukan pengamatan langsung di lokasi penelitian yaitu lingkungan sekolah SMPIT Insan Kamil Karanganyar. Data yang berasal dari peristiwa atau aktivitas
22 digunakan oleh peneliti karena dapat membantu peneliti mengetahui yang terjadi secara lebih pasti karena menyaksikan sendiri secara langsung kejadian di lapangan. Semua bukti data yang dianggap berguna dalam menjawab rumusan masalah akan peneliti foto. D. Teknik Pengambilan Subyek Penelitian Penentuan informan bertujuan untuk mendapatkan informasi
yang
maksimum, bukan digeneralisasikan. Dalam penelitian ini digunakan teknik purposive sampling untuk pengambilan informan. Mengenai purposive sampling Patton dalam Sutopo (2002:185) berpendapat bahwa “purposive sampling merupakan teknik mendapatkan sampel dengan memilih informan yang dipandang paling tahu, sehingga kemungkinan pilihan informan dapat berkembang sesuai dengan kebutuhan dan kemantapan peneliti dalam memperoleh data”. Dengan menggunakan teknik purposive sampling, maka informan dalam penelitian ini bukan seluruh warga SMPIT Insan Kamil Karanganyar. Informan merupakan pihak-pihak tertentu yang paling memahami dan terlibat dalam pelaksanaan pendidikan karakter di SMPIT Insan Kamil Karanganyar. Adapun beberapa informan yang dianggap paling memahami dan dapat memberikan informasi yaitu: kepala sekolah, guru (wali kelas), siswa sekaligus teman bermainnya serta orang tua siswa. E. Teknik Pengumpulan Data “Teknik pengumpulan data merupakan langkah yang paling strategis dalam penelitian, karena tujuan utama dari penelitian adalah mendapatkan data. Tanpa mengetahui teknik pengumpulan data, maka peneliti tidak akan mendapatkan data yang memenuhi standar data yang ditetapkan” (Sugiyono, 2013:62). Dalam penelitian ini teknik pengumpulan data yang dipergunakan adalah sebagai berikut: 1. Observasi Salah satu teknik pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini adalah teknik observasi. menurut sutopo (2002:64) “teknik observasi digunakan untuk menggali data dari sumber data yang berupa peristiwa, tempat atau lokasi dan benda serta rekaman gambar”. Spradley dalam Sutopo
23 mengungkapkan bahwa “pelaksanaan teknik observasi terdiri dari tak berperan serta sama sekali dan obserbasi berperan, yang terdiri dari berperan pasif, berperan aktif, dan berperan penuh, dalam arti peneliti menjadi anggota kelompok yang sedang diamati” (2002:64). 2. Wawancara Selain melakukan observasi, teknik pengumpulan data menggunakan teknik wawancara. Wawancara adalah percakapan dengan tujuan tertentu yaitu untuk mengumpulkan informasi. Moleong (2007:186) mengatakan bahwa “percakapan itu dilakukan oleh dua pihak, yaitu pewawancara (interviewer) yang mengajukan pertanyaan dan yang diwawancarai (responden) yang memberikan jawaban atas pertanyaan”. Penelitian ini menggunakan jenis wawancara tak terstruktur. Pertanyaan dalam wawancara tak terstruktur tidak disusun lebih dahulu dan disesuaikan dengan keadaan responden. Pelaksanaan wawancara ini mengalir seperti dalam percakapan sehari-hari (Moleong, 2007:191). Akan tetapi peneliti tetap menggunakan interview guide atau petunjuk wawancara. “Petunjuk wawancara hanyalah berisi petunjuk secara garis besar tentang proses dan isi wawancara untuk menjaga agar pokok-pokok yang direncanakan dapat seluruhnya tercakup (Moleong, 2007:187). 3. Dokumentasi Menurut Sugiyono (2013:82-83)
dokumen
merupakan catatan
peristiwa yang sudah berlalu. Dokumen bisa berbentuk tulisan, gambar, atau karya-karya monumental dari seseorang. Untuk menunjang pengumpulan data, peneliti menggunakan alat bantu berupa kamera untuk mendokumentasikan setiap peristiwa atau aktivitas maupun data lain yang ditemukan di lapangan yang berguna untuk menjawab rumusan masalah. F. Teknik Uji Validitas Data Sutopo (2002:78) menuliskan bahwa “triangulasi merupakan cara yang paling umum digunakan bagi peningkatan validitas dalam penelitian kualitatif”.
24 Lebih lanjut Moleong mengatakan bahwa “triangulasi adalah teknik pemeriksaan keabsahan data yang memanfaatkan sesuatu yang lain di luar data itu untuk keperluan pengecekan atau sebagai pembanding terhadap data itu” (2007:330). Menurut Sugiyono (2014:327) menyebutkan bahwa terdapat triangulasi sumber, triangulasi teknik pengumpulan data, dan waktu. Dalam penelitian ini peneliti menggunakan triangulasi teknik. Peneliti menggunakan teknik pengumpulan data yang berbeda-beda untuk mendapatkan data dari sumber yang sama. Dalam penelitian ini peneliti menggunakan teknik pengumpulan data dengan cara observasi, wawancara dan dokumentasi untuk sumber data yang sama. G. Analisis Data Proses analisis data menurut Miles dan Huberman (1992:16) “…analisis terdiri dari tiga alur kegiatan yang terjadi secara bersamaan yaitu pengumpula data, reduksi data, penyajian data, penarikan kesimpulan atau verivikasi”. Berikut ini merupakan penjelasan dari alur analisis data yang telah disebutkan: 1. Pengumpulan Data Pengumpulan data merupakan kegiatan yang digunakan untuk memperoleh informasi yang berupa kalimat-kalimat yang dikumpulkan melalui kegiatan observasi, wawancara dan dokumen. Data yang diperoleh masih berupa data mentah yang tidak teratur sehingga diperlukan analisis agar data menjadi teratur. 2. Reduksi Data Reduksi data diartikan sebagai proses pemilihan, pemusatan perhatian pada penyederhanaan, pengabstrakan, dan transformasi “data kasar” yang muncul dari catatan-catatan tertulis di lapangan. Reduksi data dilakukan untuk membuang data-data yang tidak berkaitan dengan permasalahan penelitian. 3. Penyajian Data Miles dan Huberman (1992:17) membatasi suatu “penyajian” sebagai sekumpulan informasi yang memungkinkan adanya penarikan kesimpulan dan
25 pengambilan tindakan. Dengan demikian sajian data harus mengacu pada rumusan masalah yag telah dirumuskan oleh peneliti melalui kalimat tanya pada bab pendahuluan, sehingga narasi yang tersaji merupakan bentuk deskripsi mengenai kondisi tentang bagaimana proses pembentukan karakter jujur pada siswa/siswi di SMPIT Insan Kamil Karanganyar. 4. Penarikan Kesimpulan atau Verifikasi Setelah memahami arti dari berbagai hal yang meliputi berbagai hal yang ditemui dengan melakukan pencatatan-pencatatan peraturan, pernyataanpernyataan, konfigurasi-konfigurasi yang mungkin, alur sebab akibat, akhirnya peneliti penarik kesimpulan. H. Prosedur Penelitian Prosedur penelitian yang digunakan dalam penelitian ini meliputi: 1. Tahap Pra Lapangan Tahap ini dilakukan dengan melakukan kegiatan mulai dari penentuan lokasi penelitian, membuat dan mengurus proposal serta mengurus perijinan guna melaksanakan penelitian di lapangan. 2. Tahap Pelaksanaan Lapangan Tahap ini terbagi menjadi tiga kegiatan yang meliputi: a. Mengumpulkan data di lokasi studi dengan melakukan observasi, wawancara mendalam, mencatat serta menyimpan dokumen. b. Melakukan interview dan pembahasan beragam data yang telah terkumpul. c. Memilah dan mengatur data sesuai dengan kebutuhan. 3. Tahap Analisis Data Tahap ini terbagi menjadi empat kegiatan yang meliputi: a. Menentukan teknik analisis data yang tepat sesuai proposal penelitian. b. Mengembangkan sajian data dengan analisis lanjut kemudian di cross check dengan temuan di lapangan.
26 c. Setelah mendapatkan data yang sesuai dengan intensitas kebutuhan maka dilakukan proses verivikasi dan pengayaan dengan mengkonsultasikan dengan orang yang dianggap lebih ahli. d. Setelah selesai baru dibuat simpulan akhir sebagai temuan penelitian. 4. Tahap Penyusunan Laporan Penelitian Tahap ini terbagi menjadi tiga kegiatan yang meliputi: a. Penyusunan laporan awal. b. Review laporan dengan melakukan pengecekan ulang laporan yang telah tersusun bilamana terdapat kekeliruan atau kesalahan untuk kemudian dilakukan perbaikan laporan. c. Penyusunan laporan.
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Hasil Penelitian 1. Deskripsi Lokasi Penelitian Penelitian ini dilakukan di SMPIT Insan Kamil Karanganyar. Sekolah ini merupakan sekolah swasta di bawah Yayasan Insan Mandiri. SMPIT Insan Kamil yang baru berdiri tahun 2012, berlokasi di Karanganyar, jalan Kapten Mulyadi, Tegalarum, Cangakan, Karanganyar Rt 1/ Rw 2 provinsi Jawa Tengah Kurikulum di sekolah SMPIT Insan Kamil Karanganyar menggunakan kurikulum KTSP dan kurikulum JSIT (Jaringan Sekolah Islam Terpadu). Visi sekolah SMPIT Insan Kamil Karanganyar adalah SALEH dan BERPRESTASI. Sedangkan Misi sekolah SMPIT Insan Kamil Karanganyar bagian SALEH terdiri dari tujuh poin yaitu (1) Meluluskan generasi Insan Kamil yang terbiasa dengan ibadah kepada Allah; (2) Membiasakan seluruh warga sekolah untuk mengembangkan budi pekerti luhur; (3) Malu berbuat keburukan; (4) Membiasakan seluruh warga sekolah untuk bersikap tertib dan disiplin baik di sekolah maupun di luar sekolah; (5) Membiasakan seluruh warga sekolah untuk menjaga kebersihan di sekolah dan di luar sekolah; (6) Melaksanakan bimbingan dan konseling secara efektif; (7) Memfasilitasi anak untuk sehat dan bugar serta menghindari sumber penyakit. Poin selanjutnya dari visi sekolah SMPIT Insan Kamil Karanganyar mengenai BERPRESTASI adalah (8) Seluruh siswa naik kelas dengan prestasi yang lebih baik dan menghasilkan tingkat kelulusan 100% serta melanjutkan ke jenjang pendidikan yang lebih tinggi sesuai pilihan siswa; (9) Menumbuhkan semangat keunggulan pada seluruh warga sekolah; (10) Mengikuti berbagai perlombaan di sekolah dan di luar sekolah serta memperoleh 3 macam kejuaraan lomba akademik dan 3 macam kejuaraan lomba non akademik di luar sekolah dengan mendapatkan penghargaan. 27
28 Berdasarkan visi dan misi sekolah, SMPIT Insan Kamil Karanganyar merupakan salah satu Sekolah Menengah Pertama yang melaksanakan pendidikan karakter di dalam proses pendidikannya, untuk itu SMPIT Insan Kamil Karanganyar menerapkan sistem full day school karena memberikan kegiatan tambahan disamping kegiatan pembelajaran yang sesuai dengan kurikulum nasional. Menurut Nurwahid (2006:65) sistem Full Day School lebih mendukung untuk pendidikan karakter karena siswa lebih lama berada di lingkungan sekolah. Sebagai sekolah dengan membawa nama Islam SMPIT Insan Kamil Karanganyar menggunakan landasan al-Qur’an dan Hadist di dalam menjalankan proses pendidikan, oleh karena itu karakter yang hendak dibentuk oleh sekolah adalah karakter islami. Berdasarkan hasil observasi awal di SMPIT Insan Kamil Karanganyar, kepala sekolah menjelaskan pembiasaan karakter islami di lingkungan sekolah misalnya adalah siswa dilarang makan dan minum dengan tangan kiri. Selama di lingkungan sekolah siswa dilarang bernyanyi nyanyian yang tidak islami. Alasannya adalah karena nyanyian yang tidak islami tidak memiliki nilai didik, hal tersebut dapat merusak karakter siswa jika mereka sering menyanyikannya. Semua perempuan baik ustadzah maupun siswa putri harus selalu memakai pakaian yang menutup aurat, yaitu pakaian yang longgar, jilbab besar dan memakai kaos kaki. Kemudian semua anggota keluarga SMPIT Insan Kamil Karanganyar baik siswa maupun guru termasuk kepala sekolah diwajibkan untuk sholat berjamaah. Bagi putra wajib sholat di masjid, akan tetapi untuk putri sholat di masing-masing kelas mereka. Semua ruangan di SMPIT Insan Kamil Karanganyar selalu dikondisikan bersih karena sepatu harus dilepas dan ditaruh di rak bagian depan gedung sekolah. Hal tersebut bertujuan agar setiap ruangan selalu dalam keadaan suci sehingga dapat digunakan untuk ibadah, bukan hanya untuk sholat tetapi juga membaca qur’an, berdzikir dan ibadah lainnya. Sekolah juga membiasakan ibadah sunnah seperti qiyamul lail, puasa sunnah seperti seninkamis. Akan tetapi untuk qiyamul lail dan puasa belum dipaksakan kepada siswa karena mereka masih anak-anak. Selain itu, ada pula sholat sunnah dhuha. Akan
29 sholat sunnah dhuha disarankan dikerjakan di lingkungan sekolah agar dipantau oleh guru. Oleh karena itu pukul 7.15-7.30 siswa belum menerima pelajaran meskipun bel masuk sudah berbunyi, waktu tersebut digunakan untuk sholat dhuha bersama, baru pukul 7.30 pelajaran dimulai. Kepala sekolah menambahkan bahwa untuk tujuan pendidikan karakter islami siswa dibebanai belajar al-Qur’an dengan porsi lebih banyak dibandingkan dengan mata pelajaran lainnya. Untuk kelas 7 dan 8 mendapatkan jatah belajar al-qur’an sebanyak 5 jam pelajaran sementara kelas 9 mendapatkan jatah tujuh jam pelajaran. Peneliti juga melihat ketika melakukan observasi di lingkungan sekolah SMPIT Insan Kamil Karanganyar setiap sampai dan masuk lingkungan sekolah para siswa harus bersalaman dengan guru putra, akan tetapi untuk siswa putri mereka tidak perlu bersalaman karena di SMPIT Insan Kamil Karanganyar tidak diperbolehkan bersalaman maupun terlalu dekat dengan lawan jenis, gedung dan ruangan antara guru laki-laki dengan guru perempuan dipisah, ruangan bagi siswa laki-laki dan perempuan juga dipisah karena alasan bukan muhrim. Oleh karena itulah pacaran juga dilarang keras di sekolah tersebut. Seperti sekolah Islam pada umumnya, SMPIT Insan Kamil Karanganyar juga terbiasa dengan sebutan islami untuk beberapa kegiatannya, misalnya muqoyyam (berkemah), dirosah (pembelajaran islami secara berkelompok), iqob (hukuman), askar (penjaga sholat), tabayyun (meneliti dan meyeleksi berita, tidak tergesa-gesa dalam memutuskan masalah) dan lain sebagainya. Mereka juga terbiasa dengan panggilan-panggilan yang bernuansa arab, karena arab diidentikkan dengan Islam. Seperti misalnya memanggil guru laki-laki dengan panggilan ustadz, guru putri dengan panggilan ustadzah, memanggil “kamu” kepada teman laki-laki dengan panggilan anta, memanggil “kamu” kepada teman perempuan dengan panggilan anti, menyebut siswa putra dengan sebutan ikhwan sedangkan menyebut siswa putri dengan sebutan akhwat dan lain sebagainya. Tujuan umum dari Sekolah Islam Terpadu adalah mencetak peserta didik untuk menjadi insan muttaqien yang cerdas, berakhlak mulia dan memiliki
30 ketrampilan yang memberi manfaat dan maslahat bagi umat manusia dengan ciri karakter tertentu (Sukro dkk, 2010: 46-48). Salah satu karakter yang ditanamkan di SMPIT Insan Kamil Karanganyar adalah jujur. Hal ini terbukti dari adanya piagam penghargaan yang ditempel di ruangan kepala sekolah. Piagam tersebut diberikan pada tanggal 30 Desember 2015 oleh Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Republik Indonesia Bapak Anis Baswedan karena SMPIT Insan Kamil Karanganyar melakukan praktek pembiasaan kejujuran di lingkungan sekolah.
2.2 Piagam Penghargaan Sebagai Sekolah Pelaksana Praktek Pembiasaan Kejujuran Kesimpulan pada bagian ini adalah di lokasi penelitian yaitu SMPIT Insan Kamil Karanganyar adalah sekolah yang menjalankan pendidikan karakter dengan landasan Islam. Dari observasi awal diketahui bahwa sekolah ingin menanamkan nilai karakter islami kepada siswa, salah satu nilai karakter yang dimaksud adalah jujur. 2. Deskripsi Data a. Konsep Jujur menurut SMPIT Insan Kamil Karanganyar Sebagai sekolah yang mengusung nama Islam, SMPIT Insan Kamil Karanganyar secara otomatis pasti menjalankan pendidikan karakter berbasis Islam, sehingga menerapkan nilai kejujuran. Hal tersebut dikarenakan di dalam tuntunan Islam yaitu al-Qur’an dikatakan bahwa, “Dan janganlah kamu campur adukkan kebenaran dengan kebatilan dan (janganlah) kamu sembunyikan kebenaran, sedangkan kamu mengetahuinya” (QS. al-Baqarah [2]: 42). Dengan
31 demikian semua sekolah berlabel Islam juga sama dengan SMPIT Insan Kamil Karanganyar, yaitu juga menerapkan nilai kejujuran. Akan tetapi penelitian mengenai pendidikan karakter untuk membentuk karakter jujur pada siswa ini tetap dilakukan karena setiap sekolah yang berlabel Islam pasti memiliki konsep tentang jujur dan cara berbeda dalam mengaplikasikan perintah jujur yang ada di dalam al-Qur’an. Berkaitan dengan hal tersebut kepala sekolah SMPIT Insan Kamil Karanganyar menjelaskan konsep jujur mereka tertulis di dalam visi dan misi sekolah. “…Nomor satu meluluskan generasi Insan Kamil yang terbiasa dengan ibadah kepada Allah. Kedua, mengembangkan budi pekerti luhur yang ketiga malu berbuat keburukan. Tidak jujur itu keburukan, mereka harus malu. Dan ini nomor satu sampai nomor tujuh ini, ini masalah SALEH. Dari sepuluh misi, tujuh diantaranya SALEH. Kami hanya tiga yang berprestasi” (W/PTS/18/01/2016). Kemudian ketika peneliti kembali bertanya kepada beliau mengenai seberapa pentingkah nilai kejujuran bagi bapak selaku kepala sekolah, beliau menjawab sebagai berikut: Oo itu pasti. Meskipun di luar sana kejujuran mungkin tidak terlalu dihormati, disini kejujuran itu nomor satu. Artinya, kami semua disini sangat konsen dengan kejujuran. Dalam banyak hal kejujuran itu ada di dalam kelas ada di luar kelas. Di dalam kelas dalam hal ulangan dan lainlain bisa dilihat saat ini anak-anak sedang latihan ujian nasional, bisa dilihat sendiri anak-anak apakah ada diantara mereka yang nyontek, curang? Insya allah tidak ada. Di luar kelas juga begitu. Sepanjang mereka bergaul di lingkungan sekolah ini, antara siswa satu dengan yang lain, siswa dengan guru saling mendukung (W/PTS/18/01/2016). “…Tetapi meskipun di luar sana kejujuran tidak dihargai, kami tanamkan kepada anak-anak, dihadapan Allah kejujuran itu tetap penting”. Lanjutnya, “Allah tidak akan lalai untuk memberikan pahala, balsan kepada hambanya yang jujur” (W/PTS/18/01/2016).
32 Selain kepala sekolah, bapak PS selaku wali kelas 8B sekaligus anggota bidang Sarana dan Prasarana juga menuturkan hal yang hampir sama mengenai pentingnya kejujuran, yang oleh karena itu ditanamkan di SMPIT Insan Kamil Karanganyar. Beliau mengatakan sebagai berikut: “Jadi kalau jujur sudah tidak diperhatikan ya seperti ini jadinya. Kekacauan dimana-mana dan membuat Negara itu tidak harmonis. Untuk dari itu, karakter jujur itu harus diterapkan pada anak-anak sedini mungkin. Agar nanti kelak ketika dewasa mereka sudah terbiasa dengan jujur…”(W/PS/13/01/2016). Ibu IW selaku guru bahasa Indonesia, wali kelas 8C serta anggota bidang humas mengatakan dengan jelas pentingnya sikap jujur sehingga perlu dimiliki siswa bahkan sejak dini. Hal tersebut dikarenakan jujur merupakan karakter yang dicontohkan oleh Rasulullah sebagai panutan umat islam. “…Nah karakter jujur ini harus dibangun sejak sekarang, karena kalau kalian tidak jujur kalian akan merugikan banyak orang dan itu bukan karakter yang dicontohkan oleh Rasullah, karena kita sekolah Islam, sekolah IT sebisa mungkin kita memiliki karakter-karakter yang lebih unggul dibandingkan dengan sekolah lain yang tidak berbasis Islam Terpadu” (W/IW/14/01/2016). Berikut penuturan Bapak PD ketika peneliti bertanya apakah nilai kejujuran ditanamkan pada siswa SMPIT Insan Kamil Karanganyar: “Sangat ditanamkan mbak. Bagi saya itu malahan mending mereka nilainya pas-pasan tetapi yang penting jujur. Daripada nilainya baik atau bagus tapi tidak jujur, misal tanya teman ataupun lain sebagainya...” (W/PD/13/01/2016). Salah satu bentuk kejujuran yang dicontohkan telah dilaksanakan di SMPIT Insan Kamil Karanganyar adalah kejujuran di dalam kegiatan pembelajaran, misalnya tidak boleh mencontek karena tindakan tersebut sudah diatur di dalam tata tertib yang ada di sekolah, sehingga jika dilanggar akan dikenai sangsi. Berikut penuturan langsung dari guru: “iya ada. Di dalam tata tertib itu ada pelanggaran mencontek, nanti ada poinnya...”. (W/IA/14/01/2016).
33 Pendapat dari kepala sekolah serta beberapa guru tersebut dapat dipercaya, karena menurut penuturan seorang siswa kelas 9C bernama D, ketika peneliti bertanya apakah kalau ulangan kamu mencontek. Dia menjawab “Jujur ya mbak, selama di smpit itu kalau pas ujian kayak UAS, UTS aku belum pernah nyontek” (W/D/15/01/2016). “Yaa piye yaa, kan ya kita diajarin jujur. Jadi kalau dalam hal seperti itu aku ndak berani”(W/D/15/01/2016). Dari sekian pendapat serta adanya bukti yang telah dipaparkan peneliti dalam kegiatan wawancara serta observasi di lingkungan sekolah SMPIT Insan Kamil Karanganyar maka jelas bahwa menurut pihak sekolah karakter jujur merupakan karakter yang dianggap penting sehingga sekolah SMPIT Insan Kamil Karanganyar berusaha menanamkan karakter tersebut kepada siswa selama mereka berada di lingkungan sekolah SMPIT Insan Kamil Karanganyar. Konsep jujur bagi SMPIT Insan Kamil Karanganyar bernilai penting karena menjadi salah satu karakter yang menunjukkan kesalehan pribadi seseorang. Seberapa pentingnya karakter jujur bagi sekolah ditunjukkan dengan adanya visi SALEH yang ditaruh di awal dari visi sekolah. seseorang yang saleh berarti mereka adalah orang yang taat. Taat artinya menjauhi larangan dan mentaati perintah sang Pencipta dan Rosul-Nya. Orang yang taat berarti mereka cerdas secara spiritual. Menurut Muhaimin cerdas spiritual menyangkunt kemampuan merasa selalu diawasi Allah sehingga gemar berbuat baik (2009: 104-105). Oleh karena itulah mereka yakin bahwa terdapat pahala dari Allah jika mereka selalu jujur. Di dalam sebuah hadist dikatakan, “Sesungguhnya kejujuran akan membimbing pada kebaikan dan kebaikan akan membimbing ke surga. Selama seseorang itu selalu jujur dan terus jujur maka tertulis disisi Allah bahwa dia seorang yang jujur. Sedangkan kedustaan itu akan mengantarkan
pada
kejahatan
neraka…”(dalam Baqi, 2012:1225).
dan
kejahatan
akan
menggiring
ke
34 Berdasarkan hasil wawancara dengan kepala sekolah, guru hingga siswa menunjukkan bahwa di SMPIT Insan Kamil Karanganyar aplikasi konsep jujur yang terdapat di dalam perintah al-Qur’an dan hadist masih terbatas dalam aturan tata tertib sekolah. Misalnya adalah siswa dilarang mencontek atau bekerja sama dengan teman saat ulangan artinya mereka harus mengerjakan sendiri setiap mereka mendapatkan soal. Larangan tersebut merupakan salah satu yang ada di dalam tata tertib sekolah. Tata tertib yang mengandung aturan berbuat jujur yaitu tidak mencontek atau bekerjasama dengan teman saat ulangan, tidak keluar kelas tanpa alasan yang dibenarkan, tidak membawa HP/telepon genggam/radio/alat komunikasi lain ke sekolah tanpa melapor kepada bagian kesiswaan, tidak meminjam barang milik teman tanpa ijin, tidak melakukan pemalsuan, penipuan kepada sekolah (surat ijin dll), tidak melakukan pencurian atau pemerasan di sekolah (Bidang Kesiswaan SMPIT Insan Kamil Karanganyar, 2012: 1). Setelah mengetahui seperti apakah konsep jujur bagi SMPIT Insan Kamil Karanganyar, maka selanjutnya adalah mencari tahu bagaimana upaya pihak sekolah di dalam menanamkan konsep jujur tersebut kepada siswanya. b. Upaya Membentuk Karakter Jujur di SMPIT Insan Kamil Karanganyar 1) Keteladanan/Contoh Hasil sebuah penelitian tesis menuliskan bahwa “faktor pendukung dari pelaksanaan pendidikan karakter di SDIT Qurrota A’yun adalah adanya keteladanan guru dan adanya sarana dan prasarana yang memadai” (Vikiyono, 2015:104). Sesuai dengan hasil dari penelitian tersebut, Menurut penuturan kepala sekolah SMPIT Insan Kamil Karanganyar cara yang dilakukan beliau beserta seluruh guru yang mengajar di sekolah tersebut dilakukan dengan cara dua hal yaitu pembiasaan dan keteladanan. Berikut ungkapan kepala sekolah SMPIT Insan Kamil Karanganyar yang sudah peneliti transkip:
35 “pembiasaan itu sangat efektif dan kedua adalah keteladanan. Guruguru wajib diteladani oleh siswa. Penanaman karakter itu ya selain pembiasaan dan keteladanan. Masalah keteladanan ini ya Alhamdulillah kami punya guru-guru yang walaupun tidak kami munculkan dalam sebuah kebijakan, tetapi sudah berjalan dengan baik. tetapi kalau ada kasus ya tentu akan saya urus”.(W/PTS/18/01/2016). Dari penjelasan beliau tersebut, Bapak PTS kepala sekolah resmi SMPIT Insan Kamil memberikan syarat bahwa guru yang mengajar di SMPIT Insan Kamil Karanganyar harus memiliki akhlak baik terlebih dahulu agar dapat diteladani oleh peserta didik. Beliau menceritakan bahwa pernah guru yang mengajar di sekolah tersebut tidak sesuai dengan nilai-nilai karakter yang biasa ditanamkan di sekolah (kepala sekolah tidak menjelaskan nilai karakter yang dilanggar guru tersebut), kemudian ada siswa yang melaporkan guru tersebut kepada kepala sekolah sehingga guru tersebut mendapat teguran langsung dan nasehat dari kepala sekolah. berdasarkan 10 karakteristik Sekolah Islam Terpadu menurut Sukro dkk salah satunya yaitu ”…mengedepankan
qudwah
khasanah
(teladan
yang
baik)
dalam
membentuk karakter peserta didik…” (2010:36-39). Kebijakan kepala sekolah tersebut memang benar. Terbukti dengan adanya ungkapan-ungkapan beberapa guru SMPIT Insan Kamil Karanganyar perihal keteladanan, pada waktu wawancara dengan beberapa guru tersebut peneliti menanyakan kepada beliau apakah para guru di SMPIT Insan Kamil Karanganyar juga memberikan contoh kepada peserta didik dalam hal kejujuran, berikut jawaban para guru tersebut: Jawaban Bapak PS: “…Kami kalau mengajar itu berusaha untuk memberi contoh kepada anak-anak…”(W/PS/13/01/2016). Jawaban Bapak PES: “contoh kalau saya terlambat, ya ngomong saja jujur ada kegiatan ini, ada mohon maaf” (W/PES/13/01/2016).
36 Jawaban Bapak PD: “kalau saya berusaha. Misal saat sesi wali kelas, gitu ya. Misal saya “Tanya siapa yang belum sholat duha, saat saya belum sholat duha yaa saya tidak akan tunjuk jari. Tapi ketika saya bilang siapa yang sudah sholat duha, dan saya sudah sholat duha ya saya tunjuk jari, tanda kalau saya sudah sholat duha” (W/PD/13/01/2016). Jawaban dari bu IW memberikan contoh keteladanan yang pernah beliau berikan: “…saya berusaha menyampaikan segala sesuatu apa adanya dan saya berharap siswa juga menyampaikan segala sesuatu juga apa adanya, sesuai dengan apa yang terjadi…” (W/IW/14/01/2016). Jawaban dari bu IA: “yang terpenting itu memang keteladanan dari kita ya. Kadang kalau kita ngomong tetapi ternyata tidak sesuai kan ya gimana. Jadinya kan ah ustadzah aja yang ngasih tahu tapi ustadzah aja ndak jujur..” (W/IA/14/01/2016). Jawaban dari bu IR: “…Kalau kita berbuat salah kita tabayyun kepada anak-anak (menyampaikan kondisi yang sebenarnya)” (W/IR/13/01/2016). Berdasarkan hasil wawancara tersebut semua guru yang dipilih sebagai informan peneliti mengungkapkan bahwa mereka selaku guru SMPIT Insan Kamil Karanganyar memberikan teladan atau contoh untuk berkata maupun bertindak jujur. Ungkapan para guru tersebut didukung dengan adanya pernyataan dari siswa SMPIT Insan Kamil Karanganyar yang juga mengatakan bahwa guru-guru mereka telah memberikan contoh atau teladan untuk berkata dan bertindak jujur. Menurut S selaku siswa 9B ketika apakah guru SMPIT Insan Kamil Karanganyar memberikan teladan dalam berkata jujur? Jawabnya, “iya, contohnya itu ustadz PS. Dia itu jujur kalau dulu nakal, ikut konser ini, konser ini, dan ini… tapi sekarang sudah berubah. Nah jujurnya itu beliau mengakui kalau dulunya pernah nakal” (W/S/15/01/2016).
37 Berdasarkan hasil temuan penelitian di atas terbukti bahwa pihak sekolah khususnya para guru SMPIT Insan Kamil Karanganyar berusaha memberikan teladan atau contoh kejujuran baik dalam bentuk perkataan maupun perbuatan. Keteladanan ini merupakan hal yang dipentingkan di sekolah SMPIT Insan Kamil Karanganyar untuk mewujudkan karakter jujur pada siswa. Oleh karena itulah SMPIT Insan Kamil Karanganyar juga memberikan keteladanan kepada siswanya untuk selalu berbuat jujur. 2) Pembiasaan Upaya kedua yang dilakukan pihak sekolah dalam membentuk karakter jujur siswanya yaitu dengan cara pembiasaan. Dengan adanya kebiasaan bertindak dan berkata jujur di dalam kehidupan sehari-hari maka nilai jujur akan tertanam manjadi karakter siswa hingga mereka dewasa. Oleh karena itulah demi upaya membiasakan karakter yang baik kepada siswa salah satunya yaitu karakter jujur, SMPIT Insan Kamil Karanganyar menerapkan sistem full day school. Menurut Nurwahid tujuan dari sistem full day school adalah untuk mengkondisikan anak agar memiliki pembiasaan hidup yang baik (2006: 65). Berdasarkan hasil temuan penelitian cara membiasakan kejujuran tersebut ditempuh dengan beberapa cara, yaitu : a) Membiasakan peserta didik dengan ibadah wajib dan sunnah Upaya SMPIT Insan Kamil Karanganyar dalam mewujudkan karakter kejujuran kepada setiap individu yang menjadi siswa/siswi disana adalah dengan selalu menerapkan ibadah rutin dan amalan baik selama di lingkungan sekolah. Terbukti dari adanya Misi sekolah poin pertama yaitu meluluskan generasi Insan Kamil Yang terbiasa dengan ibadah kepada Allah. Adapun cara-cara untuk menumbuhkan makna kejujuran dan tanggung jawab itu adalah bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, dengan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa (Waspada, 2004:16).
38 Mempererat hubungan antara manusia dengan Tuhannya dipercaya oleh pihak sekolah SMPIT Insan Kamil Karanganyar dapat menumbuhkan sikap jujur kepada siswanya. Hal tersebut sesuai dengan penuturan dari guru IPS yang telah satu tahun lebih mengajar di sekolah tersebut, beliau bernama Bapak PES. Beliau mengatakan bahwa dengan ibadah kepada Allah seperti Sholat wajib, sholat sunnah dan ibadah lainnya dapat menjadikan kita takut berbuat tidak jujur. Karena dari situ kita akan selalu ingat sang pencipta. Sang pencipta itu sendiri sudah menggariskan kalau berbohong itu dosa. Sehingga anak secara sadar juga berpikir, saya berbohong. Berarti dosa. Jadi kegiatan sholat itu merupakan salah satu cara efektif untuk menumbuhkan karakter jujur. Karena dengan sholat berjamaah kita akan selalu ingat kepada allah. Disamping itu disana ada kultumnya, yang biasanya membahas tentang kejujuran. Sehingga anak-anak akan selalu ingat, ingat allah, ingat jujur. Tentu kalau berbohong akan mendapatkan dosa. Kalau dosa hidupnya nanti di neraka (W/PES/13/01/2016). Sependapat dengan yang disampaikan bapak PES, bapak PS juga berpendapat bahwa dengan ibadah serta dekat kepada Allah maka akan menumbuhkan kejujuran kepada anak secara otomatis. Berikut adalah penuturan beliau: Alhamdulillah dengan semua itu insya allah bisa menumbuhkan jujur. Karena semua sudah diatur oleh allah. Kita tidak usah menutup-nutupi, tidak usah berusaha yang aneh-aneh, kita tetap berusaha dengan cara yang bersih. Insya allah nanti dapat tercapai. Jadi dengan ibadah-ibadah itu secara otomatis dapat menumbuhkan sendiri (W/PS/13/01/2016). Efek dari adanya hubungan baik dengan sang pencipta melalui ibadah ini juga dituturkan langsung oleh bu IW, ketika peneliti menanyakan apakah dengan ibadah yang biasa dilakukan di sekolah SMPIT Insan Kamil Karanganyar ini mampu menumbuhkan sikap jujur pada siswa, beliau menjawab
39 “mampu dan itu sudah terlihat efeknya. Misalkan ketika saya bertanya siapa yang belum sholat duha hari ini, mereka akan menjawab jujur. Kalau belum ya “saya us”. Gitu...”(W/IW/14/01/2016). Di SMPIT Insan Kamil Karanganyar memang mewajibkan peserta didiknya untuk sholat wajib berjamaah di sekolah. Selain itu, juga terdapat kewajiban untuk ibadah sunnah lainnya seperti sholat duha di sekolah, serta ibadah sholat sunnah lainnya. Salah satu contoh yaitu, pada hari Selasa, 13 Oktober 2015 SMPIT Insan Kamil Karanganyar pernah melakukan sholat istiqo, yaitu sholat meminta hujan ketika Riau dan Kalimantan terkena bencana asap. Sholat tersebut dilakukan bersama di halaman sekolah. Imam dalam sholat istiqo tersebut dalam khotbahnya mengajak jamaah yang terdiri dari seluruh keluarga besar SDIT dan SMPIT Insan Kamil Karanganyar untuk memperbanyak istighfar dan bertaubat pada Allah karena boleh jadi menghentikan rahmatNya berupa hujan disebabkan dosa-dosa yang kita lakukan (Sumber: Dokumen SMPIT
Insan
Kamil
Karanganyar
dalam
http://sditinsankamilku.wordpress.com). Hal ini tentu karena keingingan menciptakan siswa/siswi yang bertakwa kepada Tuhan seperti dalam misi nomor satu dari sekolah tersebut. Kepala sekolah SMPIT Insan Kamil Karanganyar sempat mengungkapkan bahwa misi sekolah yang pertama yaitu Meluluskan generasi Insan Kamil yang terbiasa dengan ibadah kepada Allah menjadi kepala dari misi di bawahnya, yaitu misi 2 sampai 10 (W/PTS/18/01/2016). Oleh karena itulah untuk mewujudkan karakter jujur, pihak SMPIT Insan Kamil Karanganyar lebih mengusahakan peserta didiknya untuk dekat terlebih dahulu kepada Tuhan atau Penciptanya.
40 Sehubungan dengan hal tersebut pak PD juga percaya bahwa dengan siswa memiliki relasi yang baik dengan sang pencipta maka akan menumbuhkan kejujuran dalam diri anak “kalau anak sudah dibiasakan seperti itu, implementasi dari sholat kan sifat kejujuran akan tertanam juga. Harusnya. Kalau sholatnya bener kan, itu jadi orang jujur. Tapi kalau misal sholatnya tidak bener, nanti untuk tindakan yang lain kan juga tidak demikian” (W/PD/13/01/2016). Terkait dengan pendapat para guru di SMPIT Insan Kamil Karanganyar tersebut, beberapa siswa juga mengaku bahwa rutinitas ibadah yang dilakukan dan diterapkan di sekolah tersebut memberikan efek kepada mereka. Yaitu membuat mereka menjadi terbiasa berkata jujur. Menurut S, seorang siswa kelas 9B mengatakan “kayaknya sih ada. Kan kalau ndak bawa peci itu dicatat. Ya sudah pas ditanya apa ndak bawa peci, saya jawab jujur, nanti dicatat. Terus habis itu menemui guru nanti dapat hukuman” (W/S/15/01/2016). Selain itu juga D selaku siswa 9C mengaku takut berkata bohong karena ibadah rutin yang diwajibkan disekolahnya memberikan efek terhadap tingkah lakunya. Ketika peneliti menanyakan apakah dengan ibadah sholat yang sering dibiasakan sekolah memberikan efek, misal kamu jadi takut berbohong, D menjawab, “iya takut, ngefek. dulunya kalau pas SD itu sering banget bohong, tapi pas di SMPIT ini jarang” (W/D/15/01/2016)”. Hal yang sama juga diutarakan oleh seorang siswi bernama K bahwa kebiasaan melaksanakan ibadah seperti yang diatur dalam aturan di sekolah di sekolahnya membuat dia jadi takut berbohong. “jadi takut kalau bohong” (W/K/15/01/2016). Jadi, di dalam keyakinan yang dimiliki oleh SMPIT Insan Kamil Karanganyar, mengingat sang pencipta adalah upaya yang pertama dan
41 utama untuk dapat membentuk karakter anak menjadi jujur. Dengan menanamkan bahwa Tuhan adalah yang maha melihat setiap tindakan dan perkataan manusianya, maka anak akan ragu atau bahkan takut jika berbuat tidak jujur. Karena dengan berbohong maka hal tersebut hanya akan menambah dosa si pelaku, yang mana dosa akan mendorong manusia tinggal di neraka dan itu adalah tempat yang tidak menyenangkan. Dengan mengupayakan anak untuk dekat dengan Tuhannya, mereka percaya bahwa hal tersebut akan menumbuhkan sikap jujur secara otomatis ke dalam jiwa anak. Maka dari itulah, hubungan baik dengan Sang Pencipta (Allah) berada pada misi paling atas di sekolah tersebut. b) Membangun relasi dengan orang tua Cara membiasakan sikap jujur pada siswa yang dilakukan oleh SMPIT Insan Kamil Karanganyar yang kedua adalah dengan membangun relasi dengan orang tua. Adanya hubungan timbal balik yang tercipta antara guru dengan orang tua siswa memudahkan pihak sekolah memantau sikap siswa selama mereka di rumah. Menurut Sukro dkk karakteristik dari Sekolah Islam Terpadu nomor 6 adalah “melibatkan peran serta orang tua dan masyarakat dalam mendukung tercapainya tujuan pendidikan” (2010: 36-39). Salah satu cara yang dilakukan dalam membangun relasi dengan orang tua murid adalah dengan membuat grub dalam media sosial. Cara ini dilakukan oleh bapak PD. “saya membuat grub wa dengan orang tua, dan ketika pengambilan rapor itu sering sharing, juga saya sampaikan terkait dengan anaknya. Dan saya itu sangat senang ketika setelah pengambilan raport itu saya di sms terkait dengan perkembangan anak. Ini salah satu cara saya untuk menjaga anak selama anak tersebut di luar. Yaitu dengan membangun interaksi dengan orang tua” (W/PD/13/01/2016).
42 Usaha yang sama untuk tetap dapat memantau karakter peserta didiknya juga dilakukan salah satu wali kelas 7D ibu IA, ketika peneliti menanyakan apakah beliau juga berusaha memantau peserta didik melalui orang tua, beliau menjawab, “iya, saya sering juga misalnya kalau pas njemput atau apa gitu sering saling sharing. Kadang orang tua menyampaikan keluhannya seperti apa, kadang malah mereka cerita anak saya di rumah kok seperti ini, apa di sekolah itu ada masalah, itu juga bertanyanya langsung ke wali kelas. jadi Alhamdulillah hubungannya dengan wali murid baik, bahkan juga ada via telp atau sms, orang tua itu bertanya untuk ngecek (W/IA/14/01/2016). Untuk memastikan kebenaran data hasil penemuan penelitian tersebut, peneliti kemudian menanyakan pula kepada orang tua siswa perihal apakah benar bahwa pihak sekolah SMPIT Insan Kamil Karanganyar berusaha untuk tetap memantau karakter siswa/siswinya selama di rumah (di lingkungan keluarga) serta bagaimana cara sekolah membangun relasi dengan orang tua tersebut. Pernyataan ibu BW, seorang ibu rumah tangga. Beliau menjawab, ketika peneliti bertanya apakah “wali kelas atau guru dari putri ibu selalu memantau karakter putri ibu selama di rumah” beliau menjawab, “Iya. Ya itu yang saya suka dari SMPIT. Dari TKIT, SDIT, sampai SMPIT itu hubungan orang tua sama wali kelas itu seperti teman. Jadi bisa sharing…” lanjutnya, “Saya bertanya ke wali kelas, wali kelas bisa menjawab, bisa ketemu pada jam-jam tertentu, jadi saya hanya ngontrol di rumah kan saya ndak tahu perkembangan anak saya di sekolah” (W/BW/26/01/2016). “…Jadi kedekatan orang tua sama anak, orang tua sama wali kelas, wali kelas sama anak menjadi seperti garis segitiga yang tidak ada putusnya.” (W/BW/26/01/2016).
43 Pernyataan ini didukung pula oleh pernyataan wali murid lain, ketika peneliti menanyakan kepada pak AH dengan pertanyaan yang sama seperti yang peneliti tanyakan kepada bu BW, pak AH menjawab “Kebetulan untuk relasi sama guru itu saya utamakan ya, sehingga penilaian dari guru kemudian penerapan di rumah ini cocok. Gitu ya. Saya amati guru-guru itu menilai anak saya betul-betul apa adanya. Jadi gitu. Nggeh” (W/AH/28/01/2016). Hal yang sama juga dinyatakan oleh bu BS ketika peneliti menanyakan “apakah ibu memiliki interaksi dengan guru atau wali kelas untuk memantau kejujuran putra ibu?” beliau menjawab: “Iya. kalau memang ada apa-apa saya cerita ke wali kelas. biasanya wali kelasnya yang memantau, yang menangani” (W/BS/28/01/2016). “Lewat sms sama, telpon “(W/BS/28/01/2016). Cara yang lain yang dilakukan SMPIT Insan Kamil Karanganyar selain membangun interaksi antara guru, khususnya wali kelas dengan orang tua siswa/siswi adalah dengan mengadakan kajian rutin dan parenting untuk orang tua. “Contoh lain kalau di SMPIT Insan Kamil Karanganyar kan ada kajian juga sebulan sekali namanya matik. Itu untuk orang tua. Nanti jadwalnya sekolah yang bikin, itu juga diambilkan ustadzustadz yang insya Allah sudah berkompeten di bidangnya”. (W/BW/26/01/2016). Jawaban yang sama juga diberikan oleh pak AH, beliau memberikan pernyataan bahwa sekolah selalu mengikut sertakan orang tua dalam membangun karakter anak. Pernyataan beliau yaitu “Iya, kalau disini dari program sekolah ya dari kajian. Parenting ada, dari fb ada juga. Jadi bisa saling sharing-sharing, tukar pengalaman. Jadi gitu. Kalau setiap saat ada apa-apa ya saya langsung kontak ke gurunya. Jadi ada programnya sudah ada di bawah JSIT, seluruh Indonesia menginduknya kesana. Jadi pasti ada, perenting dari KBIT, TKIT, SDIT sampai SMPIT. Programnya bagus ya?” (W/AH/28/01/2016).
44 Pernyataan orang tua murid tersebut semakin lengkap dengan adanya pernyataan tambahan dari ibu BS bahwa “Ada kajian orang tua setiap sebulan sekali agendanya, tapi masih seluruh angkatan belum bisa per kelas, kalau pas di SDIT itu sudah per kelas” “(W/BS/28/01/2016). c) Ustadz/Ustadzah Selalu Memberikan Nasehat dan Motivasi Kepada Siswa Memberikan nasehat dan motivasi untuk selalu jujur merupakan upaya agar siswa selalu ingat pentingnya kejujuran di dalam kehidupan sehari-hari. Upaya ini juga sekaligus dapat mencegah agar siswa tidak berlaku tidak jujur. Nasehat dan motivasi ini selalu diberikan disetiap kesempatan dan sudah dilakukan oleh guru (ustadz/ustadzah) termasuk juga kepala sekolah SMPIT Insan Kamil Karanganyar. Ibu IA menanamkan nilai kejujuran kepada peserta didiknya dengan sering memberikan motivasi. “kalau saya sering menyampaikan motivasinya saja. jadi menjelaskan kenapa sih kita harus jujur, seperti itu…” lanjutnya, “…Karena kita harus mempertanggungjawabkan perbuatan kita, termasuk lisan kita, termasuk berbohong walaupun mungkin orang yang dibohongi itu tidak tahu tetapi kita itu diibaratkan memiliki CCTV, karena ada dua malaikat yang saling mencatat apa yang kalian lakukan. Jadi anak-anak menyadari hal itu juga…”(W/IA/14/01/2016). Berikut adalah penjelasan ibu IR kepada peneliti mengenai perubahan sikap anak setelah sering diberi nasehat dan motivasi untuk jujur. “sejauh ini sebagian besar sudah berusaha untuk jujur. Karena mereka juga sudah sering diingatkan, kami juga beri pemahaman…”(W/IR/13/01/2016). Hal yang hampir sama juga dilakukan oleh Ibu IW ketika melihat atau menemukan terdapat anak yang tidak jujur ialah dengan
45 memberikan nasehat. Menurut penuturan beliau, beliau selalu mengaitkan setiap tindakan anak dengan keberadaan Allah, Rosul, malaikat serta hari akhirat. “Kami senantiasa mendekatkan anak, mengingatkan anak bahwa kita itu hamba dan ada yang menciptakan. Jadi selalu nama Allah, malaikat, Rosulullah. Jadi kemanapun kita pergi ada allah yang meilhat perbuatan kita, kemanapun kita pergi ada malaikat yang mencatat perbuatan kita, jadi temen-temen bisa saja tidak jujur ke ustadz/ustadzah, tetapi tunggu di akherat ada pembalasannya…”.(W/IW/14/01/2016). Waktu yang biasanya digunakan untuk memberikan nasehat dan motivasi untuk selalu jujur adalah pada saat sesi tausiyah setelah selesai sholat, sesi wali kelas, sesi mentoring (dirosah) serta sesi upacara. Berikut merupakan penuturan dari beberapa guru. kalau kegiatan rutin yang selalu ada, itu biasanya setelah selesai sholat duhur itu kita selalu ada tausiyah. Nah kadang tema-tema tausiyahnya itu menekankan juga dalam bersikap. Sesi wali kelas, motivasi setiap pagi atau sore setiap mau pulang. Kegiatan mentoring juga, sama mentornya juga kita tekankan untuk penanaman akhlak (W/IA/14/01/2016). Dalam sesi wali kelas, seperti yang diungkapkan oleh ibu IA tersebut, beliau memang biasanya sering memberikan motivasi kepada para siswanya untuk berbuat jujur. Beliau selalu mengingatkan bahwa ada yang melihat yaitu Allah jika mereka berbuat tidak jujur. Seperti nasehat yang beliau berikan kepada siswinya mengenai tindakan mereka yang secara sembunyi-sembunyi pacaran dengan menggunakan media sosial, padahal hal tersebut dilarang di SMPIT Insan Kamil Karanganyar “…Jadi kami hanya menekankan, “ustadz/ustadzah bisa saja tidak tahu apa yang kalian lakukan, tapi Allah tahu atas apapun yang kalian lakukan. Jadi jangan dikira ketika kalian chatting dengan lawan jenis itu kalian aman. Kalian ndak aman juga”(W/IA/14/01/2016).
46 Selain kegiatan sesi wali kelas, ada pula kegiatan mentoring. Kegiatan mentoring ini juga merupakan kegiatan dirosah. Kegiatan mentoring masuk ke dalam kegiatan dirosah dan merupakan kegiatan yang ada di SMPIT Insan Kamil Karanganyar yang menggunakan sistem Islam Terpadu, tidak ditemukan di sekolah SMP lainnya. Berdasarkan hasil wawancara dengan ibu IR, beliau menanamkan karakter jujur melalui kegiatan dirosah ini. Berikut merupakan penuturan langsung dari beliau: “Selainnya, kami ada program dirosah. Yaitu pembelajaran islam secara berkelompok. Misal satu kelas dibagi menjadi dua atau tiga kelompok sekitar 10 orang lah. Itu kami lebih mudah dalam menanamkan akhlak kepada anak-anak disitu…”(W/IR/13/01/2016). Berikut merupakan kutipan hasil observasi ketika sesi mentoring yang dilakukan oleh salah satu guru SMPIT Insan Kamil Karanganyar. Dalam sesi tersebut, guru atau mentor memberikan peringatan kepada peserta didik tentang hukuman dari Allah yang tidak disadari atas perbuatan maksiat yang dilakukan. Perbuatan maksiat yang dimaksudkan salah satunya yaitu tidak jujur atau berbohong. Dalam suasana mentoring tersebut, semua siswi mendengarkan dengan tenang ketika guru sedang berbicara. “…Maksiat itu bisa dilakukan dengan menyakiti teman dengan kata-kata kita, bisa juga melalui kita tidak patuh kepada orang tua, membantah orang tua. Bisa juga misalnya kita berbohong kepada kakak atau adik, atau berbohong kepada ustadzah, nah itu salah satu maksiat. Hukumannya ya itu tadi, mau bangun sholat malam susahnya luar biasa, ngantuknya luar biasa. Nah itu allah menghukum kita. Menghilangkan kemudahan untuk beribadah…” (W/IW/15/01/2016). Kegiatan lain yang menjadi rutinitas di SMPIT Insan Kamil Karanganyar yang digunakan untuk menanamkan karakter jujur adalah upacara pada hari senin. Hal ini biasanya dilakukan sendiri oleh kepala
47 sekolah yaitu dengan memberikan ceramah di depan pengikut upacara yang terdiri dari guru dan siswa/siswi. “…Ini waktu paling baik buat saya, untuk menanamkan sesuatu pada anak-anak. Nah tapi kalau sifatnya besok ujian biarlah guruguru, mereka lebih menguasai. Tapi kalau ndak ada momen-momen tertentu ya saya ambil, karena itu untuk menanamkan” (W/PTS/18/01/2016). Seorang siswa memang merupakan generasi muda yang masih dalam proses belajar. Dengan adanya nasehat dan motivasi untuk selalu berkata dan berbuat jujur, maka siswa akan selalu dalam keadaan “ingat” untuk selalu jujur. d) Saling Mengingatkan dan Memberikan Teguran Adanya upaya pembiasaan untuk jujur di lingkungan SMPIT Insan Kamil Karanganyar menjadikan semua anggota sekolah menjadi terbiasa untuk jujur. Dalam sebuah teori dikatakan “apabila saya mencoba melanggar kaidah hukum, kaidah itu akan memberi reaksi terhadap saya dalam bentuk yang menghalangi tindakan saya sebelum tindakan itu dilaksanakan…(Durkheim, 1986:29). Sehingga jika terdapat siswa yang hendak berbohong dengan bertindak misalkan dengan menyontek, membolos, tidak mengerjakan tugas, mengambil makanan tidak membayar hingga berkata dusta akan mendapat teguran jika ketahuan oleh guru (ustadz/ustadzah). Bahkan sesama siswa (teman bermain) juga ikut mengingatkan temannya ketika melihat teman mereka bertindak tidak jujur. Berikut merupakan hasil temuan penelitian. Pernyataan
dari
kepala
sekolah
SMPIT
Insan
Kamil
Karanganyar, beliau memberikan teguran kepada siswa yang tidak jujur akan tetapi dalam ucapan lembut tanpa membentak. “pamitnya ke belakang tapi malah beli minum kesana. Saya Tanya, “kamu ngapain kesana”, “beli minum tadz” “lho tadi pamitnya ke ustadz apa?” ke belakang… “lho…lhooo” ndak usah dibentak-
48 bentak, sambil digodain saja. tapi malah besoknya ndak mengulangi lagi (W/PTS/18/01/2016). Kebiasaan menegur ketika melihat ada siswa/siswi yang tidak jujur khususnya saat mengerjakan soal ulangan juga dilakukan oleh pak Eko Sarjono, secara singkat beliau mengungkapkan ketika peneliti menanyakan apakah
bapak pernah memberikan teguran kepada
siswa/siswi yang tidak jujur beliau menjawab “ya tentu pernah. Misalnya kalau ulangan nurun temannya, nah itu saya tegur. Peringatan yang pertama, kedua, ketiga yang keempat tindakan” (W/PES/13/01/2016). Teguran juga pernah diberikan Ibu Whiwich, khususnya ketika melihat ada siswa/siswi yang tidak jujur khusunya tidak jujur dalam mengerjakan soal ulangan. “contohnya itu suatu ketika waktu ujian, itu ada siswa yang tidak jujur. Saya melihat dia duduknya tidak tenang, gelisah gitu. Setelah beberapa saat saya tegur agar dikerjakan sendiri...” lanjutnya, “…Lalu setelah itu saya mengatakan bahwa hal ini tidak boleh diulangi lagi, kali ini saya maafkan, tetapi lain kali ustadzah tidak mau menerima hasil pekerjaan kamu kalau seperti ini…” (W/IW/14/01/2016). Teguran
juga
pernah
dilakukan
oleh
pak
PS.
Beliau
menambahkan sebuah fakta bahwa biasanya yang berusaha mencari jawaban teman adalah dari peserta didik putra (ikhwan) sedangkan untuk peserta didik putri (ikhwat) mereka sudah jujur dalam mengerjakan. “sering. Utamanya pada anak-anak waktu semesteran. Tengaktengok, Tanya temen, lihat jawaban temen. Lha itu saya tegur. Kalau ditegur mereka sudah pada tahu, lalu menghentikan kegiatan yang negatif tersebut. biasanya yang ikhwan, kalau yang akhwat Alhamdulillah sudah jujur. Kalau yang akhwat itu katakanlah mau ujian mengawasi sendiri ditinggal keluar saja, mereka tetap pada posisinya, tidak tengak-tengok.”(W/PS/13/01/2016).
49 Kasus yang hampir sama juga diungkapkan oleh ibu IA. Beliau pernah memberikan teguran kepada siswa yang tidak jujur. Peneliti menemukan bahwa ternyata teman sebaya (teman si pelaku) juga ikut menjadi pemantau tindakan temannya. “Kadang kan kita tahu informasi tersebut bukan dari si anak, tapi dari temennya yang tahu lalu mengirimkan bukti seperti ini. Awalnya ketika kami tanya, si anak itu ada yang beberapa anak awalnya mengelak tapi ketika kami sodorkan bukti yaa akhirnya mereka mengakui. Jadi kalau teguran, karena saya dari kesiswaan jadi sering seperti itu. Bukan hanya teguran saja, tetapi juga sudah iqob”. (W/IA/14/01/2016). Untuk mendukung temuan peneliti di atas, berikut adalah temuan peneliti ketika melakukan wawancara dengan ibu IW, peneliti menanyakan apakah anatara siswa satu dengan yang lainnya juga turut memperingatkan atau member teguran ketika melihat ada temannya yang bertindak tidak jujur. Beliau menjawab sebagai berikut: “misalnya gini ya, ada siswa yang melakukan pelanggaran, maka siswa yang lain itu menjadi kontrol. Jadi kalau ada anak yang tidak jujur, nanti temannya sendiri yang mengingatkan atau temannya nanti yang melaporkan. Misal “ustadzah” kemarin saya melihat ada yang ini seperti ini…”(W/IW/14/01/2016). Kemudian ketika peneliti mencari tahu lebih dalam dengan menanyakan kembali kepada beliau mengenai akibat dari tindakan anak yang melaporkan temannya tersebut, apakah nanti tidak dikhawatirkan akan terjadi masalah antar siswa/siswi? Beliau kembali menjawab yaitu sebagai berikut: “ee ndak masalah nanti. Ada juga yang marahan, tapi saya memberikan gambaran pada mereka bahwa melaporkan teman atau mengingatkan teman yang melakukan kesalahan itu bukanlah suatu hal yang patut untuk dibenci. Karena tugas kita adalah ber amar ma’ruf nahi munkar...” (W/IW/14/01/2016).
50 Tindakan melaporkan teman kepada guru yang bersangkutan ketika melihat teman mereka melanggar nilai atau peraturan khususnya berkaitan dengan kejujuran diperbolehkan di lingkungan sekolah SMPIT Insan Kamil Karanganyar. Seperti misalnya melihat ada teman yang berpacaran, padahal pacaran sesuai kesepakatan dalam peraturan tata tertib sudah jelas dilarang dan akan diberi poin 50 bagi pelanggarnya, maka barang siapa teman yang mengetahui bahwa ada anak yang melanggar tetapi tidak melaporkan maka anak yang mengetahui tersebut juga akan diberi sangsi poin setengah dari si pelaku pelanggaran yaitu 25 poin. Alasannya ialah berarti anak tersebut menutupi kebohongan si pelaku pelanggaran. Berikut penuturan salah satu guru secara lengkap: “Memang pacaran itu disini dilarang dan poinya sampai 50, itu agar mereka tidak melakukan hal-hal yang dilarang agama. Termasuk juga yang tahu tapi tidak melaporkan. Itu juga mendapat poin setengahnya. Sebenarnya dia tidak ikut melakukannya, tetapi memang juga mendapat poin. Karena kenapa mereka tidak jujur, tidak mengatakan yang sebenarnya, kalau temannya salah kan harus berani mengingatkan. Kalau tidak berani mengingatkan kan setidaknya dia berani bilang ke ustadz/ustadzah nya” (W/IA/14/01/2016). iya karena kasus itu juga. Ada orang yang tahu temannya ternyata itu pacaran, tapi tidak menyampaikan kepada guru. Itu kan sama saja menutupi kebohongan (W/IR/13/01/2016). Jadi, tindakan saling mengingatkan dan memberikan teguran kepada sesama teman sudah merupakan kebiasaan yang dilakukan siswa/siswi SMPIT Insan Kamil Karanganyar. Seperti ketika peneliti bertanya kepada kepala sekolah, beliau pun juga menjawab demikian, “Iya, antara siswa saling mengingatkan. Misalnya waktunya sholat duhur. Saya kan kesana duluan. Itu anak2 itu ada yang “ayo sholat2, cepet2…” habis sholat itu biasanya tiduran gitu, ada kipas. Saya
51 keluar. “ustadz sudah keluar, kita harus segera masuk.” Ada juga yang seperti itu” (W/PTS/18/01/2016). Tindakan sesama teman yang memberikan teguran atau nasehat sampai pada ke tahap melaporkan tersebut memang pada awalnya membuat anak yang dilaporkan tersebut marah kepada temannya yang melaporkan, akan tetapi berjalannya waktu karena sudah menjadi kebiasaan maka anak tersebut terbiasa dengan keadaan lingkungannya. Seperti yang diungkapkan oleh S siswa 9B, dia mengaku pernah dihukum oleh gurunya karena pelanggaran yang dia lakukan saat masih kelas 7. Pada waktu itu dia merasa tidak suka dengan guru yang menghukum, akan tetapi karena diberi nasehat oleh temannya akhirnya dia menyadari bahwa itu untuk kebaikannya. Dihukum, minggu pertama disuruh nyapu 3 hari, minggu kedua suruh nyapu seminggu, minggu ketiga suruh nyapu dua minggu, minggu keempatnya disuruh nyapu satu bulan sama itu nyalin satu juz. Dulu merasa dendam, terus sama temen dikandani kalau itu demi kebaikan sendiri ya sudah, saya juga merasa itu untuk kebaikan saya sendiri (W/S/15/01/2016). Untuk memperkuat temuan penelitian, dalam wawancara yang peneliti lakukan guru bernama ibu Anggarani menuturkan bahwa baik peserta didik putra maupun putri semua saling memberikan nasehat dan mengingatkan ketika ada temannya yang berbuat salah apalagi berbohong. Memang hal tersebut akan membuat siswa yang diingatkan akan merasa tidak suka, akan tetapi pengaruh lingkungan yang demikian akhirnya pun akan membuat anak tersebut menerima. “Alhamdulillah iya, yang ikhwan maupun yang akhwat. Memang pada awalnya ada satu atau dua anak yang tidak jujur akan tetapi karena lingkungan itu kan guru terbaik ya untuk memaksa dia untuk ini misal kalau teman-temannya bisa jujur kan, kadang itu pengawasan itu tidak harus dari ustadz/ustadzahnya saja, kadang temanpun bisa. Saya tekankan pada anak-anak kalau ketika ada
52 teman yang tidak jujur lalu kalian ingatkan untuk menjadi baik, lama-lama otomatis dia kebawa temannya meskipun awalnya mungkin terpaksa atau bagaimana…” (W/IA/14/01/2016). Berdasarkan temuan peneliti tersebut teguran yang dilakukan oleh seluruh pihak sekolah baik guru maupun kepala sekolah hingga sesama siswa. Hal ini memperlihatkan bahwa sekolah telah melakukan upaya pembiasaan untuk selalu jujur. e) Pemberian Hukuman Kepada Siswa yang Tidak Jujur “Jika tindakan itu telah dijalankan, dan masih dapat diperbaiki, maka reaksinya akan berbentuk pemulihan pelanggaran saya dengan memperbaiki kerusakan yang diakibatkan oleh tindakan yang saya telah lakukan atau saya harus menebusnya jika kerugian dari pelanggaran saya itu tidak bisa digantikan” (Durkheim, 1986:29). Maksud dari teori tersebut ialah jika dengan teguran masih ditemukan siswa yang tidak jujur, maka mereka akan mendapatkan sangsi atau yang mereka sebut sebagai iqob. Hukuman merupakan cara terakir yang dilakukan oleh pihak sekolah agar siswa tidak mengulangi kembali perbuatan mereka. Hal ini seperti penuturan salah satu ustadzah yang sudah mengingatkan dan menegur siswa yang melanggar akan tetapi siswa tersebut berbohong, hingga akhirnya ketahuan bahwa siswa tersebut berbohong. Baru kemudian jalan terakir adalah pemberian hukuman. Berikut penuturan salah seorang guru: “…Sebenarnya itu sudah berkali-kali diperingatkan, bilangnya ya nggak. Sudah enggak gitu. Tapi ternyata sampai ketahuan ada saksinya, ada yang melaporkan. Ya sudah akhirnya kami tindak mereka-mereka yang tidak jujur. Ditindaknya yaa itu kan ada dua ikhwan, akhwat. Jadi mereka dalam satu minggu selain mendapatkan poin, pacaran itu kan poinnya 50. Terus setelah itu dalam satu minggu mereka diberi perlakuan khusus seperti yang saya sampaikan kemarin. Jadi dalam satu minggu itu mereka memakai kalau yang akhwat mereka memakai jilbab yang berbeda
53 dari temen-temen yang lain, warnanya lebih mencolok terus nanti ada tulisannya perbaikan akhlak. Jadi biar memperlihatkan ke temen-temennya, oh ini sedang kena kasus. kasusnya berkaitan dengan akhlak. Jadi harapannya dengan dia dihukum seperti itu akan perbaikan akhlak selanjutnya. Itu yang putri memakai jilbab warna merah, kita yang menyediakan. Jadi kita sudah menyediakan. Jadi mereka tinggal memakai. Jadi setiap masuk sekolah, diambil nanti kalau pulang sekolah dikembalikan. Terus kalau yang ikhwan memakai baju warna pink. Jadi setiap satu minggunya itu mereka juga diberi tugas tambahan...”(W/IR/13/01/2016). Dasar dari pemberian hukuman adalah adanya peraturan tertulis yang sudah ada di dalam tata tertib sekolah maupun peraturan tidak tertulis yang dibuat oleh guru (ustadz/ustadzah) berdasarkan kebijakan beliau. Beberapa peraturan tertulis yang mengatur dalam berkata dan bertindak jujur adalah seperti beberapa diantaranya yaitu: mencontek atau bekerjasama dengan teman saat ulangan mendapatkan poin 5, keluar kelas tanpa alasan yang dibenarkan mendapatkan poin 10, membawa hp (handphone) tetapi tidak melapor kepada guru piket mendapatkan poin 10, meminjam barang milik teman tanpa ijin mendapatkan poin 10, mencemarkan nama baik sekolah mendapatkan poin 20, pemalsuan dan penipuan kepada sekolah mendapatkan poin 25, tidak mengikuti kegiatan yang diselenggarakan sekolah tanpa ijin mendapatkan poin 5, tidak masuk sekolah tanpa ijin mendapatkan poin 10. Jika ada siswa yang tidak jujur dan melanggar peraturan tertulis maka mereka akan mendapatkan poin berupa angka serta hukuman. Hukuman yang diberikan berbeda-beda sesuai dengan seberapa besar pelanggaran yang dilakukan. Jika pelanggarannya sudah dalam taraf poin besar, yaitu di atas poin 20 maka mereka akan mendapatkan lembar pantauan perbaikan akhlak. Beberapa siswa yang pernah melanggar dan mendapatkan hukuman adalah Devi P siswi 9C, Febrian Ikhsan siswa 9B,
54 Nikita siswi 9C, dan Muhammad Faris B.A siswa 9A. Selain itu mereka juga mendapatkan hukuman yang merupakan peraturan tidak tertulis, beberapa diantaranya yaitu menyirami tanaman, membersihkan kamar mandi, tilawah, menyapu kelas, menghafal beberapa ayat pilihan, mengepel lantai, membuang sampah, istighfar dengan jumlah yang sudah ditentukan dan lain sebagainya sesuai dengan kebijakan guru piket saat itu. Akan tetapi jika pelanggaran yang dilakukan masih dalam taraf poin kecil mereka hanya mendapatkan poin kemudian mendapatkan kartu pelanggaran saja tanpa ada hukuman tambahan. contohnya yaitu seperti yang dialami oleh siswa bernama Fadhila Pratonggo kelas 9B atas pelanggaran berkata kotor dan mendapat poin 5. Peraturan tidak tertulis yang diberikan kepada siswa yang melanggar aturan sebelumnya sudah disosialisasikan kepada seluruh siswa sebelum benar-benar dilaksanakan. Hal ini disampaikan oleh kepala sekolah SMPIT Insan Kamil Karanganyar. Berikut adalah penuturan langsung beliau berdasarkan hasil wawancara: “Jangan pernah menghukum siswa jika peraturannya belum diterangkan kepada anak. Misal, di sekolah lain mungkin. Ada siswa begini, melanggar tata tertib, dihukum. Saya Tanya. Sudah disampaikan ke siswa belum? Belum, tapi anak harus tahu. Kalau belum tahu diterangkan kepada siswa, jangan dihukum…”(W/PTS/18/01/2016). Oleh karena himbauan kepala sekolah tersebut, maka semua gurupun juga selalu mensosialisasikan tentang kejujuran, jika masih ditemukan ada anak yang menunjukkan sikap tidak jujur misalnya mencontek, tidak masuk tanpa ijin, atau terbukti bertindak tidak jujur lainnya maka akan mendapatkan sangsi sesuai kesepakatan. Sehingga peserta didik patuh dan selalu berusaha jujur. Hal ini seperti yang digambarkan oleh salah seorang guru ketika proses ulangan berlangsung:
55 “Kalau saya biasanya kepada anak-anak bilang, kalau nanti tidak mengerjakan sendiri saya ambil, saya ganti soal…” (W/PD/13/01/2016). Kemudian guru yang lain juga sama halnya dengan pak PD, beliau mensosialisasikan dan memberikan pemahaman kepada peserta didik terlebih dahulu untuk mencegah anak agar mereka tidak berbuat curang atau tidak sesuai aturan. Dengan demikian, rata-rata anak sudah paham dan mereka tidak berani berbuat tidak jujur. Pernyataan tersebut didukung oleh pernyataan pak PD bahwa: “kalau hukuman atau iqob itu kan sebelumnya sudah kami sosialisasikan. Jadi kalau mereka mau melanggar apapun itu, mereka sudah tahu iqobnya” (W/PD/13/01/2016). Jadi, pihak sekolah SMPIT Insan Kamil Karanganyar sudah memberikan peringatan atau sosialisasi perihal aturan yang berlaku di sekolah, yang harus anak-anak laksanakan. Dengan adanya pemberitahuan terlebih dahulu kepada peserta didik tersebut, peserta didik menjadi paham dan jika ingin melanggar mereka sadar bahwa sudah ada sangsi untuk pelanggaran mereka. Dengan demikian mereka tidak perlu membohongi diri sendiri dan orang lain. seperti yang diungkapkan ibu IW, bahwa : “Siswa siswi disini itu apa ya, takut gitu lho, ketika mereka melakukan pelanggaran. Tetapi ketika mereka melakukan pelanggaran ya dilaksanakan karena tahu itu adalah konsekuensi” (W/IW/14/01/2016). Kasus tidak jujur siswa/siswi SMPIT Insan Kamil juga pernah diketahui oleh salah seorang guru bernama pak PD. Setelah terbukti mereka berbohong, oleh pak PD diberi hukuman. Berikut penuturan beliau: “…Baru besoknya saya tegur, saya beri iqob untuk menghafal ayat atau surat apalah seperti itu…” (W/PD/13/01/2016).
56 Hukuman merupakan upaya untuk menjadikan anak terbiasa dengan perkataan dan tindakan jujur karena mereka yang mendapatkan hukuman diharapkan kembali ke dalam jalur yang lurus sesuai dengan tata tertib sekolah. dengan adanya tata tertib sekolah baik yang secara jelas melarang berbohong maupun yang tidak, semuanya dapat membiasakan anak untuk selalu bersikap jujur. Karena jika siswa mentaati peraturan yang ada di sekolah tanpa ada keinginan melanggar maka mereka tentu selalu berada dalam koridor sekolah sehingga tidak ada ketakutan karena bersalah (melanggar aturan), dengan demikian mereka tentu tidak perlu berbohong. c. Hasil dari Pendidikan Karakter Jujur Di SMPIT Insan Kamil Karanganyar Upaya mendidik dan membiasakan anak bersikap jujur sudah dilakukan oleh pihak sekolah. dari upaya yang dilakukan tersebut di atas, menghasilkan: Menurut penuturan guru serta kepala sekolah, dapat dikatakan bahwa anak-anak SMPIT Insan Kamil Karanganyar sudah memiliki karakter jujur, yang tentunya merupakan hasil dari pembiasaan-pembiasaan yang dilakukan di sekolah. Pertama, ketika peneliti melakukan wawancara dengan kepala sekolah, beliau menuturkan “Bisa dilihat. Kalau di rumah kami ndak tahu. Yang bisa kita lihat kan kalau di sekolah. saya bangga dengan anak-anak” (W/PTS/18/01/2016). Tindakan kejujuran siswa/siswi SMPIT Insan Kamil Karanganyar diceritakan oleh pak PS yaitu sebagai berikut: “misalkan untuk anak-anak yang terlambat, biasanya tidak harus kami yang mencari anak yang terlambat. Tetapi biasanya anak-anak itu datang sendiri melapor. Tapi ustadz/ustadzah sudah tahu bahwa anak-anak ini terlambat, tapi dari pihak kami sengaja tidak mencari anaknya. Kemudian dari pihak anaknya sendiri yang lapor sendiri. kami mengetes apakah anak-anak jujur. Dan Alhamdulillah sampai sekarang kalau ada dari
57 mereka yang terlambat itu selalu lapor. Entah itu putri maupun putra. Itu salah satunya saja…”(W/PS/13/01/2016). “Contohnya lagi itu upacara hari senin. Itu aturannya kalau ada atribut tidak lengkap itu dipisahkan sendiri barisannya. Nah itu Alhamdulillah mereka sudah jujur, mengakui kesalahan. Jadi mereka memisahkan sendiri tanpa disuruh. Tapi ya namanya anak banyak, satu dua yang tidak mengaku ya ada. Tapi rata-rata sudah baik berjalan dengan baik“ (W/PS/13/01/2016). Beliau menjelaskan, bahwa anak-anak berani berkata jujur ketika melakukan pelanggaran tata tertib karena sebelumnya sudah menerima pembiasaan dari lingkungannya. Hal ini dijelaskan kepada peneliti ketika peneliti menanyakan apakah karakter jujur anak-anak itu sudah dibawa sejak dari rumah sehingga mereka sudah biasa berbuat jujur. Beliau menjawab sebagai berikut: Tapi itu tidak serta merta begitu. Kan minggu-minggu awal kami sudah tanamkan kebiasaan, pakaian harus begini,begini kan seperti itu. Kemudian minggu kedua diingatkan lagi, ini kok masih ada yang seperti ini? Minggu ketiga diingatkan lagi, ini masih seperti ini. Minggu keempat baru mereka sadar…” lanjutnya, “Dari jauh saya Pembina upacara itu anak itu kok disitu itu ngapain, terlambat enggak, seragamnya oke. Kok disana. Ya saya tanya, terpancing. Kamu disini ngapain? Saya pelanggaran ustadz. Pelanggarannya apa? Kaos kaki saya. Ada seperti itu, ikhwan ada, akhwat juga ada. Mereka sudah menyadari sendiri. tidak usah di oyak-oyak. Dan kami tidak kemudian mempermalukan anak-anak yang kayak begitu” (W/PTS/18/01/2016). Wawancara dengan Ibu IR juga demikian, ketika peneliti menanyakan apakah anak-anak SMPIT Insan Kamil Karanganyar ini menunjukkan tingkah laku jujur selama di sekolah, beliau menjawab “sejauh ini sebagian besar sudah berusaha untuk jujur. Karena mereka juga sudah sering ingatkan, kami juga beri pemahaman. Sebelum kami ingatkan kan kami beri pemahaman dulu baru kami ingatkan. Jadi insya allah anak-anak sudah jauh lebih baik, tapi yaa tinggal beberapa orang sih
58 yang memang masih nyeleneh. Tapi itu sebagian kecil saja” (W/IR/13/01/2016). Kemudian ketika peneliti bertanya kepada pak PS apakah dari upaya penanaman karakter jujur di sekolah, ada hasilnya siswa menunjukkan karakter jujurnya selama di sekolah, beliaupun menjawab “Ada. Anak-anak disini memperlihatkan sikap jujur. Di ujian-ujian atau ulangan-ulangan juga sudah bagus, mereka sudah terkondisikan” (W/PS/13/01/2016). Jawaban yang sama juga diungkapkan oleh pak PD, yaitu: “kalau menurut pandangan pribadi saya sudah. Mereka itu sudah jujur. Karena pertama, kalau dibandingkan dengan sekolah yang lain. Kalau yang ulangan njaplak pun dibuat prosentase juga sangat kecil sekali kok. Ya walaupun tidak menjamin sekitar dua ratusan anak itu jujur semua, tapi saya menilainya mereka masih tergolong anak-anak yang jujur“ (W/PD/13/01/2016). Pujian yang sama untuk kejujuran anak SMPIT Insan Kamil Karanganyar juga diungkapkan oleh bapak ES, menurutnya “kalau disini hasilnya positif. Anak-anak menunjukkan sikap jujur di sekolah. contohnya ya itu tadi saat saya menyuruh anak-anak untuk menilai punyanya sendiri itu tadi. Saat ulangan mereka juga jujur sesuai dengan pikirannya sendiri, tidak tengak kanan kiri”. (W/PES/13/01/2016). Berdasarkan penuturan dari pihak sekolah tersebut berarti siswa/siswi sekolah SMPIT Insan Kamil Karanganyar sudah memiliki karakter jujur. Untuk lebih validnya maka peneliti mencari tahu bagaimana pengaruh pendidikan karakter kejujuran yang dilakukan oleh pihak sekolah SMPIT Insan Kamil Karanganyar dengan menanyakan langsung kepada orang tua perihal kejujuran putra dan putrinya selama di rumah. Pertama, peneliti mewawancarai langsung ibu BW, beliau menceritakan bagaimana kejujuran putrinya sebagai hasil dari upaya yang dilakukan sekolah. Berikut cerita beliau kepada peneliti: “…Saya pernah tanya suatu hari, pas sudah smp. Saya tanya, kamu sudah smp kalau ulangan seperti mama dulu nggak mbak? Apa ma. Mama dulu
59 kadang-kadang suka bukain buku itu. Ya kan ndak boleh ma, itu kan namanya bohong. Berarti aku nggak jujur. Pernah bilang seperti itu. Jadi memang saya yang mencoba bertanya saja. jadi memang saya tahu. Jadi dulu mbak. Waktu pengalaman saya SMP kan tulisan di meja itu banyak. Coba mbak nanti lihat saja, ini salah satu contoh kejujuran. Mejanya yang dipakai sekolah itu ada ndak catatan-catatannya anak-anak. Kalau dulu sering mbak.entah dari polpen, tipek, pensil. Kemarin saya tes kok di sekolahan, jadi kan selama ini insya allah anak saya masih jujur saja”. (W/BW/26/01/2016). Beliau juga menceritakan teman dari anaknya sejak dari SDIT Insan Kamil Karanganyar, bahwa teman dari putrinya pernah menangis karena ketika ujian ada guru SD dari sekolah lain yang mencoba mengajarinya dalam mengerjakan soal ujian. Anak tersebut bernama Selonia, yang kemudian peneliti dapat menemukannya sekarang bersekolah di sekolah yang sama dengan putrid ibu BW di SMPIT Insan Kamil Karanganyar. Anak tersebut duduk di kelas 7C nomor absen 17. Berdasarkan data catatan siswa yang peneliti lihat, anak tersebut tidak memiliki catatan khusu mengenai pelanggaran di sekolah. kejujuran anak tersebut diceritakan oleh ibu BW, berikut beliau menceritakan kejujuran Selonia: Ini ada satu cerita dan ini benar terjadi, pas ujia. Pas masih tryout yang terakir kalau ndak salah. Ada salah satu temen anak saya, namanya selonia rumahnya cangakan. Perempuan. Kalau guru sd negeri kan biasanya, ndak papa nyontek teman yang penting ndak rame. Lhak gitu. Tapi si anak ini ternyata,. Ada guru yang bantuin juga kan mbak biasanya? Iki ngene mbak, iki salah iki… ini teman anak saya ini mau dibantuin ngerjain mbak. Nangis mbak. Nangisnya kenapa? Dia itu kepengen jujur, dia pengennya ngerjain sendiri. mau diajarin, nangis mbak dia. Waktu kelas enam kemarin. Ini anaknya masuk SMPIT juga. Kan anu, mereka itu sudah ditanamkan kejujuran, jadi apa yang kamu kerjakan, nilai yang kamu dapat ya itu usaha kamu. Jadi sampai sekarang kalau dari kecil sudah ditanamkan seperti itu, jadi untuk melakukan kesalahan itu kayaknya ya mesti sudah jadi remnya tho mbak” (W/BW/26/01/2016).
60 Beliau juga memberikan kesaksian kepada peneliti mengenai hasil penanaman karakter yang dilakukan di SMPIT Insan Kamil Karangnyar terhadap terhadap lulusan dari sekolah tersebut yang melanjutkan ke SMA Negeri, ungkap beliau, “Ini ada yang lulusan SMPIT, masuk ke SMA. Itu saja kepribadiannya, yang sudah saya denger lho. Sama lulusan yang dari SMP Negeri, samasama masuk SMA Negeri lho mbak, itu sudah anu kelihatan. Wataknya kan sudah di didik dari bawah, itu kelihatan. Ndak sama dengan mereka yang sekolah dari umum. Jadi kan penanaman agama ini ya itu beda” (W/BW/26/01/2016). Kesaksian lain diberikan oleh ibu BS mengenai putranya, Ketika melakukan wawancara dengan ibu BS peneliti menanyakan “apakah di sekolah SMPIT Insan Kamil Karangnyar ditanamkan nilai kejujuran bu, dan seperti apakah pengaruhnya terhadap putra ibu selama di rumah?” beliau mengatakan: Dari sekolah iya. Dia itu sejak SDIT Insan Kamil, awal-awal SD, itu sudah diajarkan kejujuran mulai dari apa ee kejujuran dalam ulangan. Setiap tes, bahkan ujian nasional, itu saya tanya ke anak saya itu katanya ndak ada yang bertanya. Satu kelas itu diem semua. Bahkan dia sampai ketiduran karena selesai mengerjakan, ndak menga-mengo. Sampai pengawasnya itu nyuruh mbok tekon-tekon o kono lho mas. Karena ndak ada yang tanya. Karena sudah ditanamkan sejak kecil itu, bahwa hal yang seperti itu tidak benar”, Lanjut beliau “Kalau melihat dari anak saya, sudah lumayan bagus sih mbak, daripada anak-anak SMP yang umumnya. Nilai kejujurannya saya akui lebih baik. Misalnya tentang, dia mau main kemana kemudian acara apa itu saya pernah menemukan anak saya bohong tentang itu (W/BS/28/01/2016)”. akan tetapi peneliti masih menemukan beberapa anak yang tidak jujur, akan tetapi tindakannya tersebut ketika itu tidak diketahui oleh pihak sekolah serta tidak ada yang melaporkan. Tentunya jika tindakan tersebut diketahui, anak tersebut akan mendapatkan sangsi atau minimal teguran dan nasehat. Seperti yang diungkapkan oleh S, informan peneliti kelas 9B, dia mengakui bahwa pernah tidak jujur akan tetapi tidak menerima sangsi karena tidak ketahuan.
61 “Saya juga pernah ndak ikut kathering tapi ikut makan, tapi temannya banyak. Tapi itu yang dihukum satu orang. Temenku itu sudah sering melakukan itu, nah dia ngajak temen. Saya ikut dua kali, tapi dianya ketahuan, saya ndak” (W/S/15/01/2016). Hal yang sama juga diakui K bahwa dia pernah tidah jujur “Saya pernah ndak ikut kathering tapi ikut makan, tapi temannya banyak. Saya pas ndak bawa makanan, terpaksa” (W/K/15/01/2016). Kasus lainnya juga diungkapkan oleh KK, katanya: “pernah sama orang tua, mau maen kemana tapi pamitnya kemana. Kan mau maen ke mall tapi pamitnya ke tempat temen” (W/KK/15/01/2016). Untuk jujur, masih ditemukan siswa yang masih dalam level takut karena aturan yang berlaku di sekolah, belum berdasarkan kesadaran. “Pacaran, tapi bilangnya ndak pacaran? Ya ndak tenang banget, tapi mau gimana lagi, takut kehilangan. Beneran og jane aku ndak mau pacaran, tapi kan kalau kehilangan aku juga ndak mau juga”, lanjutnya “Takutnya takut ketahuan bukan takut dosa. Emang pacarannya dosa, tapi aku kan pacarannya ndak sampai ngapa-ngapa in, cuma bbm an” (W/D/15/01/2016). D terlihat merasa keberatan dengan aturan yang ada di sekolah, karena menurut pengakuannya dia sekolah di SMPIT Insan Kamil Karanganyar karena terpaksa. “…aku ndak ndaftar SMP mana-mana. Cuma disini. Nyesel banget aku. disini itu dikit-dikit aku diapain gitu. Nyanyi aja disuruh berdiri (W/D/15/01/2016). Upaya yang dilakukan oleh pihak sekolah dalam menumbuhkan sikap jujur pada diri peserta didiknya membuat mereka memang bertindak jujur di lingkungan sekolah, akan tetapi masih ditemukan bahwa sebenarnya kejujuran mereka masih dalam taraf terpaksa. Berikut adalah hasil temuan penelitian dengan anak-anak berinisial S, D dan KK mengatakan “dari kecil sudah diajarin orang tua. Ada yang memaksa, sok sok ya jujur, kadang ya bohong”(W/S/15/01/2016).
62 “ada yang memaksa” (W/D/15/01/2016)”. “ya sudah kesadaran kalau bohong itu dosa, tapi kalau sudah kepepet hampir ketahuan ya jujur” (W/KK/15/01/2016). Dari hasil penemuan penelitian lainnya, seorang guru tetap di SMPIT Insan Kamil Karangnyar menuturkan kepada peneliti bahwa terdapat anak yang memiliki karakter berbeda antara di sekolah dengan di luar sekolah. beliau menceritakan kendala yang dialami dalam menanamkan kejujuran dalam diri peserta didik. “Jadi kendalanya memang lebih ketika di luar, kalau di sekolahan itu kendalanya ndak terlalu banyak. Karena sekolah ini terpadu, jadi setiap gerak-gerik mereka itu kan kita padu. Apalagi kalau anak-anak yang berkepribadian ganda. Di sekolah kelihatan anteng, kalem, alim, nggah nggeh ternyata di luar tidak” (W/PD/13/01/2016). Beliau menceritakan kasus anak yang dimaksud dalam pendapat tersebut di atas yaitu: pernah, dari kelas saya 9A itu ada anak yang tidak jujur. Pertama karena waktu rehat kemarin terutama ada anak yang dari timur, ngargoyoso, karangpandan itu tidak masuk. Hari berikutnya saya tegur, karena berbohong ke orang tuanya…” lanjutnya, “…Ketika malamnya saya tanya di grub, saya punya grup wa sama anak-anak itu, mereka mengatakan mampir kemana, kemana atau telat atau bisnya ndak ada. Begitu saya tanyakan ke orang tua, ijinnya mereka masuk dan bisnya ndak bermasalah” (W/PD/13/01/2016). “Pendidikan merupakan usaha terus menerus untuk memaksakan pada anak cara memandang dan bertindak yang tidak dapat dicapai secara spontan (Durkheim, 1986:32)”. Berdasarkan hasil penelitian ditemukan ada siswa yang terlambat akan tetapi tidak ditegur oleh ustadz/ustadah kemudian dia melapor bahwa dirinya terlambat dan rela mendapat poin serta hukuman, ada siswa ketika upacara tidak memakai atribut lengkap akan tetapi tidak diketahui oleh ustadz/ustadah lalu mereka mengakui sendiri kesalahannya kemudian rela
63 dihukum, siswa yang mengerjakan sendiri tidak mencontek dan bertanya teman setiap ada tugas, ulangan maupun ujian merupakan bentuk kejujuran. Menurut Kesuma dkk, kejujuran merupakan keputusan seseorang untuk mengungkapkan (dalam bentuk perasaan, kata-kata dan/atau perbuatan) bahwa realitas yang ada tidak dimanipulasi dengan cara berbohong atau menipu orang lain untuk keuntungan dirinya (2011:16). Beberapa bentuk kejujuran tersebut merupakan hasil dari pendidikan dengan upaya keteladanan dan pembiasaan di lingkungan sekolah yang dilakukan secara terus menerus. Menurut Durkheim “…Jika pemaksaan pada suatu saat tidak terasa lagi, hal ini dikarenakan pemaksaan itu telah membuat si anak menjadi semakin terbiasa dan timbul dorongan batin bahwa pemaksaan tidak berguna lagi” (Durkheim, 1986:32). Akibatnya, mereka tidak takut dengan konsekuensi baik maupun buruk yang harus mereka terima dari tindakan mereka. Akan tetapi mengingat tidak semua anak dapat langsung menerima pemaksaan untuk bertindak jujur, maka di dalam penelitian ini masih ditemukan beberapa siswa yang masih tidak jujur. Baik mereka yang secara jelas diketahui tidak jujur di lingkungan sekolah maupun terlihat jujur di lingkungan sekolah akan tetapi tidak jujur jika di luar sekolah. Kesimpulannya ialah, bahwa adanya keteladanan dan berbagai upaya pembiasaan untuk jujur akan menjadikan siswa bersikap jujur. Entah mereka masih dalam taraf terpaksa atau sudah dengan suka rela dan penuh kesadaran dalam bersikap jujur. B. Pembahasan Menurut Durkheim, pendidikan menjadi aspek sangat penting karena dengan pendidikan dapat mencerminkan masyarakat sekaligus dapat mengantisipasi terjadinya perubahan sosial yang dampaknya dapat mengganggu keseimbangan masyarakat (Hidayat, 2014:85). Pendapat tersebut tentu masih relevan sampai saat ini, karena masyarakat masih percaya dengan adanya sistem pendidikan formal. Mereka masih mengupayakan dengan berbagai cara agar anak mereka dapat menempuh pendidikan atau bersekolah. Pemerintah juga tidak henti-hentinya
64 melakukan terobosan dan inovasi untuk dapat memperbaiki simtem pendidikan yang ada. Melalui pendidikan maka generasi tua akan mengajarkan kepada generasi muda tentang kehidupan sosial. Sehingga akan terjadi transmisi kebudayaan di dalam masyarakat, yang mana hal inilah yang akan menjadi benteng dari perubahan sosial sehingga tidak akan mengganggu keseimbangan masyarakat. Durkheim percaya bahwa dengan metode dan isi pengajaran yang menanamkan nilai, norma, kepercayaan kepada murid dapat menciptakan masyarakat yang harmonis dan tertib. Tujuan jangka panjangnya adalah menciptakan keteraturan sosial (Hidayat, 2014:85). Lingkungan sekolah merupakan gambaran masyarakat. Sebagaimana pendapat Durkheim bahwa “sekolah adalah miniatur masyarakat sekaligus model dari sistem sosial” (Hidayat, 2014:82-83). Sehingga sebelum keharmonisan dan ketertiban dapat terwujud di dalam masyarakat yang sebenarnya, minimal keharmonisan dan ketertiban sosial dapat terwujud di dalam lingkungan sekolah yang diibaratkan sebagai miniatur masyarakat. Untuk mewujudkan keharmonisan dan ketertiban di lingkungan sekolah menuntut semua anggota sekolah mulai dari kepala sekolah, guru serta siswa/siswi dalam semua tindakan dan perkataannya harus selalu dalam koridor nilai dan norma yang baik. Salah satu lembaga pendidikan yang berupaya untuk menanamkan nilai, norma dan kepercayaan kepada peserta didiknya adalah SMPIT Insan Kamil Karanganyar. Pihak sekolah tersebut berkeinginan untuk membentuk generasi dengan karakter islami yang mulia. Dengan demikian akan tercipta lingkungan di SMPIT Insan Kamil Karanganyar yang harmonis. Harapan lebih jauh tentunya akan tercipta keharmonisan dan ketertiban di tengah masyarakat secara nyata. Untuk mewujudkan hal tersebut telah diketahui dalam hasil temuan penelitian bahwa SMPIT Insan Kamil Karanganyar mengupayakan pendidikan karakter kepada peserta didiknya. Bahkan hal tersebut tercantum jelas dalam visi dan misi sekolah yang mana tujuh dari sepuluh misi sekolah adalah mengenai pendidikan karakter. Yang mana pengertian pendidikan karakter itu sendiri menurut Thomas Lickona (dalam Koesoma 2007:250) mengatakan bahwa “pendidikan karakter berurusan dengan pengajaran nilai-nilai dasar yang secara virtual dapat diterima oleh semua
65 masyarakat yang beradab, tak peduli di mana dan kapan. Nilai-nilai ini semestinya mengatasi nilai-nilai keyakinan agama apa pun”. Salah satu dari yang dimaksud dengan nilai-nilai dasar yang secara virtual dapat diterima oleh semua masyarakat yang beradab, tak peduli di mana dan kapan adalah nilai kejujuran. Berdasarkan hasil temuan penelitian, nilai kejujuran ini dianggap penting oleh seluruh pihak sekolah mulai dari kepala sekolah dan para gurunya, bahkan orang tua siswa/siswi juga menganggap bahwa nilai ini adalah nilai yang penting untuk dapat menjadi karakter putra-putrinya. Nilai kejujuran juga terdapat dalam nilai-nilai keyakinan agama apa pun. Jujur atau shidiq adalah “sebuah kenyataan yang benar, tersermin dalam perkataan, perbuatan atau tindakan, dan keadaan batinnya. Jujur merupakan sistem keyakinan yang mantap, stabil dalam berbicara, bertindak, dan berkata hati” (Aqib, 2011:81). Untuk memahami bagaimana SMPIT Insan Kamil Karanganyar membentuk karakter jujur pada peserta didiknya dalam hasil temuan penelitian di bab ini, peneliti akan menganalisisnya menggunakan teori fakta sosial Emile Durkheim. Berlandaskan teori Durkheim tersebut, karakter jujur yang dimiliki peserta didik SMPIT Insan Kamil Karanganyar juga merupakan fakta sosial. Lebih jelasnya Durkheim menjelaskan mengenai konsep teorinya, dia mengatakan bahwa apabila dia memenuhi kewajiban sebagai saudara laki-laki, suami, atau warga Negara, apabila dia menjalankan hal-hal yang telah disetujuinya, itu berarti dia melaksanakan tugas yang sudah ditentukan di dalam hukum (droit) dan adat kebiasaan (moours) di luar dirinya dan tindakan-tindakannya (Durkheim, 1986:28). Peserta didik SMPIT Insan Kamil yang bertindak dan berkata jujur, seperti yang terlihat dalam hasil temuan penelitian berarti mereka melakukan hal-hal yang sudah ditentukan di dalam hukum atau aturan yang dibuat pihak sekolah bukan karena kehendak si anak itu sendiri (bawaan dari lahir). Sama dengan posisi peserta didik tersebut, pihak sekolah SMPIT Insan Kamil Karanganyar juga sebenarnya menerima tuntutan untuk membentuk anak dengan karakter jujur juga karena sekolah SMPIT Insan Kamil Karanganyar merupakan sekolah yang didirikan di bawah yayasan Insan Mandiri dan bersistem Islam Terpadu
66 sehingga sekolah tersebut terikat dengan peraturan JSIT (Jaringan Sekolah Islam Terpadu), yang mana harus mengutamakan pendidikan karakter salah satunya yaitu karakter jujur. Aturan yang diterapkan di SMPIT Insan Kamil Karanganyar juga sudah ditentukan bersama di bawah JSIT tersebut. Berdasarkan hasil temuan penelitian, kurikulum SMPIT Insan Kamil Karanganyar juga tidak hanya kurikulum nasional, melainkan juga dikombinasikan dengan kurikulum dari JSIT. Oleh karena itulah, dalam hasil temuan penelitian pihak sekolah SMPIT Insan Kamil Karanganyar lebih menyukai menyebut pendidikan karakter dengan pendidikan karakter islami. Yaitu bagaimana cara menanamkan karakter islami sesuai dengan tuntunan kitabnya yaitu Al-Quran yaitu dan As-Sunnah yaitu dijelaskan dalam kumpulan. Dengan demikian pihak SMPIT Insan Kamil Karangnyar mencoba melanggengkan nilai kejujuran kepada peserta didiknya melalui aturan dan berbagai upaya yang diterapkan di sekolah, karena kejujuran adalah karakter yang sudah dianggap baik oleh suatu kelompok yang lebih besar (JSIT) dan kejujuran itu sudah menjadi kebiasaan kolektif. Kebiasaan jujur ini sudah diajarkan dan dilaksanakan oleh anggota sekolah yang sudah lebih dahulu berada di lingkungan SMPIT Insan Kamil Karangnyar, misal kepala sekolah yang pertama menjabat, guru yang pertama mengajar serta peserta didik angkatan pertama. Yang pada akhirnya peserta didik yang sedang menempuh atau yang bahkan nanti baru masuk di SMPIT Insan Kamil Karangnyar harus wajib mengikuti kebiasaan tersebut, yaitu mereka harus menjadi jujur dalam segala hal baik ucapan maupun tindakan. Durkheim menjelaskan lebih panjang, bahwa “walaupun kewajibankewajiban itu sesuai dengan perasaan saya sendiri dan saya secara subyektif merasakannya sebagai kenyataan, kenyataan ini masih tetap dapat dikatakan obyektif. Karena bukan sayalah yang membuat kewajiban-kewajiban itu, melainkan saya mewarisinya melalui pendidikan (Durkheim, 1986:28-29)”.
Jadi, semua siswa
SMPIT Insan Kamil Karanganyar yang berkata dan bertindak jujur sebenarnya mereka hanya mengikuti saja kebiasaan jujur dari orang-orang sebelumnya. Karena
67 orang-orang sebelum mereka tersebut sepakat mengatakan bahwa jujur merupakan karakter yang baik dan harus dimiliki. . Berdasarkan hasil temuan penelitian, kejujuran selalu dinomor satukan dalam segala hal selama anak itu berada dan menjadi peserta didik di SMPIT Insan Kamil Karanganyar. Kemudian orang-orang sebelum mereka itulah yang mengajari dan menyuruh mereka untuk mengikuti kebiasaan jujur tersebut melalui upaya-upaya pendidikan yang dilakukan oleh pihak sekolah SMPIT Insan Kamil Karanganyar. “hal ini berlaku bagi setiap anggota masyarakat satu persatu. Tindak tanduk orang pertama akan diulang oleh yang berikutnya. Semua hal tersebut, yaitu cara-cara bertindak, berpikir dan merasakan, berada di luar kesadaran individu” (Durkheim, 1986:29). “Cara bertindak atau berpikir seperti itu tidak saja berada di luar individu, melainkan lebih dari itu, memiliki kekuatan menyuruh dan memaksa terhadap individu terlepas dari kemauan individualnya” (Durkheim, 1986:29). Cara menyuruh dan memaksa seperti yang digambarkan oleh Durkheim tersebut dilakukan di SMPIT Insan Kamil Karanganyar melalui keteladanan pihak sekolah yang dituntut harus bersikap jujur serta berbagai upaya pembiasaan untuk selalu bersikap jujur di dalam kehidupan sehari-hari. Paksaan yang dilakukan oleh SMPIT Insan Kamil Karanganyar kepada peserta didiknya agar mereka memiliki karakter jujur melalui upaya tersebut sebenarnya tidak dirasakan oleh si anak yang menjadi peserta didik disana, jika si anak sepenuhnya menyetujui pakasaan-paksaan tersebut. Namun apabila si anak menentangnya atau mereka tidak dapat menerima, maka paksaan yang dilakukan oleh pihak sekolah melalui berbagai upayanya untuk membentuk karakter jujur tersebut maka akan menjadikan si anak merasa sangat susah untuk menjalankan. Dalam temuan penelitian misalnya, terdapat siswa 9B bernama inisial S, ketika dia mendapatkan hukuman karena ketidakjujurannya dia mengatakan bahwa dia merasa tidak suka dengan guru yang menghukumnya. Akan tetapi pada akhirnya karena nasehat dari temannya bahwa hukuman yang dia terima adalah untuk kebaikannya,
68 maka si S dapat menerima hukumannya dan perasaan tidak suka dengan guru yang menghukumnya hilang. Sehingga dia tidak mengulangi kembali perbuatannya tersebut. Kasus yang lain dialami oleh seorang siswi 9C bernama inisial D, kasus pacarannya dengan teman sekolah yang sudah dia tutupi ketahuan oleh pihak sekolah karena ada yang melaporkan, kemudian dari tindakannya tersebut D mendapatkan hukuman dari pihak sekolah. D terlihat keberatan dengan hukuman yang dia terima atas tindakan yang menurut pihak sekolahnya salah akan tetapi menurutnya bukanlah suatu masalah, hal ini dikarenakan D melakukan penentangan. Penentangan tersebut dikarenakan si D sebenarnya tidak menginginkan secara sadar individualnya untuk bersekolah di SMPIT Insan Kamil Karanganyar. D mengungkapkan bahwa dia menyesal masuk di SMPIT Insan Kamil Karanganyar karena D merasa di sekolah tersebut banyak larangan sehingga dia sering terkena sangsi dari pelanggarannya, bahkan bernyanyipun disuruh berdiri tambahnya. Hasil temuan penelitian tersebut sesuai dengan ungkapan Durkheim bahwa “memang kalau saya sepenuhnya menyetujui paksaan-paksaan tersebut, hal itu tidak banyak terasa dan karena itu tidak dihuraukan. Namun yang merupakan ciri intrinsik dari fakta-fakta ini adalah bahwa apabila saya mencoba untuk melawannya ia menjadi semakin nyata” (Durkheim, 1986:29). Selain melakukan upaya penanaman karakter jujur pada anak, SMPIT Insan Kamil Karanganyar juga mencari solusi jika masih terdapat peserta didik yang melanggar atau tidak jujur. Oleh karena itulah bagi siapa saja yang ketahuan tidak jujur maka mereka minimal akan mendapatkan teguran dan nasehat dari guru yang bersangkutan atau bisa juga dari teman mereka sendiri, hingga yang puncaknya adalah mereka mendapatkan hukuman atau dalam sebutan mereka Iqob. Hasil temuan penelitian tersebut sesuai dengan ciri dari fakta sosial selanjutnya, Durkheim menjelaskan mengenai ciri lain dari fakta sosial, yaitu: apabila saya mencoba melanggar kaidah hukum, kaidah itu akan memberi reaksi terhadap saya dalam bentuk yang menghalangi tindakan saya sebelum tindakan itu dilaksanakan. Jika tindakan itu telah dijalankan, dan masih dapat diperbaiki, maka reaksinya akan berbentuk pemulihan pelanggaran saya dengan
69 memperbaiki kerusakan yang diakibatkan oleh tindakan yang saya telah lakukan atau saya harus menebusnya jika kerugian dari pelanggaran saya itu tidak bisa digantikan (Durkheim, 1986:29). Dari deskripsi di atas terlihat bahwa individu sepenuhnya tidak memiliki otonom, Maksudnya mereka tidak dapat secara sepenuhnya menentukan dirinya sendiri. Mereka tidak mampu menentukan karakter mana yang harus mereka miliki, mereka menjadi
jujur
karena
mendapatkan
karakter
tersebut
melalui
pendidikan
“…pendidikan merupakan usaha terus menerus untuk memaksakan pada anak cara memandang dan bertindak yang tidak dapat dicapai secara spontan (Durkheim, 1986:32)”. Seperti halnya segala upaya yang dilakukan di SMPIT Insan Kamil Karanganyar dalam membentuk karakter jujur pada peserta didiknya di atas merupakan bentuk pemaksaan pada siswa secara terus menerus. Semua upaya tersebut hanya bertujuan untuk satu hal, yaitu membiasakan anak-anak dengan kebiasaan jujur dalam kehidupan sosialnya, sehingga jujur itu bisa tertanam menjadi karakter mereka. Seperti yang diungkapkan Durheim bahwa, “Jika pemaksaan pada suatu saat pemaksaan ini tidak terasa lagi, hal ini dikarenakan pemaksaan itu telah membuat si anak menjadi semakin terbiasa dan timbul dorongan batin bahwa pemaksaan tidak berguna lagi” (Durkheim, 1986:32).
BAB V SIMPULAN, IMPLIKASI DAN SARAN
A. Simpulan 1. Konsep Jujur menurut SMPIT Insan Kamil Karanganyar Berdasarkan hasil penelitian nilai kejujuran merupakan salah satu nilai karakter islami dimana nilai ini terdapat di dalam tuntunan al-Qur’an dan dicontohkan oleh Rasulullah Muhammad yang tertulis di dalam al-Hadis. Konsep jujur yang terdapat di dalam perintah al-Qur’an dan hadist tersebut diaplikasikan dalam aturan tata tertib sekolah. Tata tertib yang mengandung aturan berbuat jujur yaitu tidak mencontek atau bekerjasama dengan teman saat ulangan, tidak keluar kelas
tanpa
alasan
yang
dibenarkan,
tidak
membawa
HP/telepon
genggam/radio/alat komunikasi lain ke sekolah tanpa melapor kepada bagian kesiswaan, tidak meminjam barang milik teman tanpa ijin, tidak melakukan pemalsuan, penipuan kepada sekolah (surat ijin dll), tidak melakukan pencurian atau pemerasan di sekolah. 2. Upaya Membentuk Sikap Jujur di SMPIT Insan Kamil Karanganyar a. Keteladanan/Contoh Berdasarkan hasil temuan penelitian di atas terbukti bahwa pihak sekolah khususnya para guru SMPIT Insan Kamil Karanganyar berusaha memberikan teladan atau contoh kejujuran baik dalam bentuk perkataan maupun perbuatan. b. Pembiasaan Upaya kedua yang dilakukan pihak sekolah dalam membentuk karakter jujur siswanya yaitu dengan cara pembiasaan. Berdasarkan hasil temuan penelitian cara membiasakan kejujuran tersebut ditempuh dengan beberapa cara, yaitu : Membiasakan peserta didik dengan ibadah wajib dan sunnah, Membangun relasi dengan orang tua, Ustadz/Ustadzah Selalu 70
71 Memberikan Nasehat dan Motivasi Kepada Siswa, Saling Mengingatkan dan Memberikan Teguran, serta Pemberian Hukuman Kepada Siswa yang Tidak Jujur. 3. Hasil dari Pendidikan Karakter Jujur Di SMPIT Insan Kamil Karanganyar Berdasarkan hasil penelitian ditemukan ada siswa yang terlambat akan tetapi tidak ditegur oleh ustadz/ustadah kemudian dia melapor bahwa dirinya terlambat dan rela mendapat poin serta hukuman, ada siswa ketika upacara tidak memakai atribut lengkap akan tetapi tidak diketahui oleh ustadz/ustadah lalu mereka mengakui sendiri kesalahannya kemudian rela dihukum, siswa yang mengerjakan sendiri tidak mencontek dan bertanya teman setiap ada tugas, ulangan maupun ujian merupakan bentuk kejujuran. Beberapa bentuk kejujuran tersebut merupakan hasil dari pendidikan dengan upaya keteladanan dan pembiasaan di lingkungan sekolah yang dilakukan secara terus menerus. Akibatnya, mereka tidak takut dengan konsekuensi baik maupun buruk yang harus mereka terima dari tindakan mereka. Akan tetapi mengingat tidak semua anak dapat langsung menerima pemaksaan untuk bertindak jujur, maka di dalam penelitian ini masih ditemukan beberapa siswa yang masih tidak jujur. Baik mereka yang secara jelas diketahui tidak jujur di lingkungan sekolah maupun terlihat jujur di lingkungan sekolah akan tetapi tidak jujur jika di luar sekolah. B. Implikasi 1. Implikasi Praktis Secara praktis, upaya penanaman karakter jujur kepada peserta didik melibatkan kepala sekolah, guru, dan wali murid atau orang tua dari siswa/siswi SMPIT Insan Kamil Karanganyar. Upaya penanaman karakter jujur yang dilakukan sekolah adalah karena pentingnya kedudukan sikap jujur sebagai salah satu karakter islami, sehingga harus dimiliki oleh peserta didik. Oleh karenanya berbagai upaya dilakukan oleh pihak sekolah untuk membiasakan peserta didiknya dengan karakter tersebut. Pihak sekolah juga mengajak orang tua anak untuk
72 menanamkan karakter jujur kepada putra/putri mereka. Hal ini memberikan pengaruh kepada peserta didik terhadap cara pandang mereka terhadap kejujuran. Mereka menjadi sependapat dengan pihak sekolah dan keluarga bahwa kejujuran itu baik dan harus dimiliki. Dengan adanya pemahaman yang demikian menyebabkan antar siswa dapat saling mengingatkan untuk selalu berbuat jujur. Sehingga ketika ada teman yang melanggar, maka akan ada siswa yang melaporkan tindakan temannya kepada pihak sekolah. Kemudian ketika terdapat teman yang terang-terangan tidak jujur, mereka langsung mengingatkan tindakan temannya tersebut supaya mereka bertindak jujur kembali. Ketika ujian atau mengerjakan tugas pun mereka menjadi individual (mengerjakannya sendiri), dan lain sebagainya. Mereka menjadi berpandangan sama dengan lingkungan mereka bahwa tindakan yang mereka lakukan tersebut adalah salah satu amar ma’ruf nahi munkar yaitu sebuah keyakinan bahwa hal yang diperbuatnya merupakan usaha untuk menegakkan kebaikan dan mencegah keburukan. Mereka menjadi ikut melanggengkan sikap jujur yang sudah menjadi karakter kolektif dan kebiasaan yang dianggap baik secara turun-temurun. 2. Implikasi Teroritis Teori yang dipakai adalah penggabungan antara teori fungsionalisme klasik tentang fakta sosial miliki Emile Durheim dengan teori pendidikan karakter. Fakta sosial membicarakan tentang setiap cara bertindak, berpikir, dan berperasaan, yang berada di luar individu, dan mempunyai kekuatan memaksa yang mengendalikan, sedangkan teori pendidikan karakter membicarakan mengenai pengertian karakter dan pendidikan karakter, pentingnya pendidikan karakter, nilai kejujuran dalam pendidikan karakter serta implementasi karakter kejujuran. Analisa karakter jujur yang dimiliki peserta didik menggunakan teori fungsionalisme klasik tentang fakta sosial ini membuat sadar banyak pihak bahwa sebenarnya karakter peserta didik dapat dibentuk melalui lingkungan sosialnya. Hal ini menjadi pembuktian atas teori fungsionalisme klasik tentang fakta sosial
73 yang dibicarakan oleh Emile Durkheim dalam bukunya yang berjudul “Durkheim dan Pengantar Sosiologi Moralitas”. C. Saran 1. Bagi Siswa a. Diharapkan siswa/siswi memahami secara sadar tentang sikap jujur, bukan hanya karena alasan sistem yang berlaku di lingkungan sekolah saja sehingga menyebabkan ketakutan jika tidak jujur. Karena karakter jujur saat ini sangat dibutuhkan untuk perbaikan Indonesia kearah yang lebih baik. Maka sebagai penerus negeri ini seharusnya secara sadar tanpa harus dipaksa dan diawasi selalu menjunjung tinggi karakter ini. b. Bagi siswa/siswi yang menyaksikan temannya tidak jujur atau melanggar aturan sekolah diharapkan memang melaporkan kepada pihak sekolah agar tindakan tersebut tidak menjadi kebiasaan, tetapi akan menjadi lebih baik jika setelah itu mengatakan kepada yang bersangkutan, kemudian meminta maaf dan menjelaskan alasan melaporkannya. Tentu hal ini akan mengantisipasi adanya rasa dendam atau tidak suka di waktu yang akan datang. 2. Bagi pihak sekolah a. Sekolah akan lebih baik jika memiliki guru BK yang memang ahli di bidangnya. Karena meskipun niat dari upaya penanaman karakter kejujuran itu adalah baik, dan karakter jujur itu sendiri juga merupakan karakter yang mulia, akan tetapi saat melakukan penelitian peneliti menemukan masih terdapat siswa yang keberatan dengan aturan yang diterapkan pihak sekolah. Sehingga mereka merasa keberatan ketika menerima hukuman ketika melanggar. Akan tetapi mereka hanya meredam perasaan tersebut. Tentu keadaan demikian dikhawatirkan akan membuat apa yang mereka redam selama di sekolah akan mereka keluarkan di luar lingkungan sekolah. Karena menurut hasil temuan
74 penelitian pula, terdapat siswa/siswi yang memiliki karakter berbeda ketika di luar sekolah. Jika terdapat guru BK maka akan memahami kondisi anak-anak yang masih butuh “perhatian” seperti anak yang peneliti temukan ketika penelitian tersebut. b. Tetap menjalin hubungan baik dengan orang tua, khususnya ketika ada peserta didik yang melanggar kemudian ketahuan dan menerima hukuman, akan lebih baik jika pihak sekolah menghubungi wali murid (orang tua) dari siswa tersebut dan menceritakan kronologi anak tersebut mengapa dihukum. Tujuannya adalah meminta bantuan kepada orang tua si anak agar memberi pengertian kepada si anak maksud baik dari pihak sekolah memberikan hukuman kepadanya. Berdasarkan hasil temuan penelitian, saran ini dapat mengantisipasi rasa tidak suka yang dapat timbul dalam diri anak kepada guru yang menghukum. Karena terdapat peserta didik yang mengungkapkan kepada peneliti bahwa dia pernah memiliki rasa tidak suka dengan guru yang menghukumnya terlalu banyak. 3. Bagi orang tua Berdasarkan hasil temuan penelitian menyekolahkan anak di sekolah berlabel Islam seperti SMPIT Insan Kamil Karanganyar memang pilihan yang baik, akan tetapi hal tersebut tidak cukup untuk menjamin karakternya dan juga masa depan anak. Oleh karena itu saran bagi orang tua yaitu: a. Orang tua juga tetap harus peduli dengan siapa si anak berteman. Hal ini sangatlah penting, karena meskipun sistem sekolah sudah full day dengan kebijakannya dalam berkomitmen membentuk karakter jujur pada peserta didik, akan tetapi dalam hasil temuan penelitian terdapat peserta didik yang nyatanya masih juga tidak jujur karena ikut-ikutan teman bermainnya, meskipun ketidakjujuran si anak masih dalam tindakan yang ringan, akan tetapi tentu akan lebih baik jika tindakan yang masih dalam taraf ringan tersebut juga dapat segera diatasi.
75 b. Kedekatan dengan anak perlu untuk diutamakan. Berdasarkan penuturan salah satu orang tua siswa ketika sesi wawancara dengan peneliti, karena kedekatan dengan putrinya menjadikan si anak selalu jujur kepada orang tuanya khususnya si ibu. Jika kedekatan ini terus dibangun dan dijaga oleh kedua orang tua, tentu menjadikan anak tidak sungkan dan takut untuk selalu jujur dengan orang tua. c. Selalu menambah wawasan dan memperbaiki diri dengan mengikuti kajian rutin maupun parenting yang diadakan di sekolah, serta selalu memberikan keteladanan kepada putra/putri untuk bersikap jujur dalam segala hal. Karena dengan keteladanan nyata akan menjadikan anak terbiasa untuk juga selalu jujur.
DAFTAR PUSTAKA Aqib, Z. 2011. Pendidikan Karakter Membangun Perilaku Positif Anak Bangsa. Bandung: Yrama widya. Badan Penelitian dan Pengembangan Pusat Kurikulum dan Perbukuan. 2011. Panduan Pelaksanaan Pendidikan Karakter. Jakarta: Kementrian Pendidikan Nasional. Baqi, M.F.A. 2012. Al-Lu’Lu’ Wal Marjan. Jakarta: Ummul Qura. Bidang Kesiswaan SMPIT Insan Kamil Karanganyar. 2012. Tata Tertib SMPIT Insan Kamil Karanganyar. Dokumen. Karanganyar: SMPIT Insan Kamil. Tidak diterbitkan. Departemen Agama RI. 2009. Al-Qur’an da Terjemahnya. Bandung : Sygma Examedia Arkanleema. Dokumen SMPIT Insan Kamil Karanganyar dalam http://sditinsankamilku.wordpress.com, diakses tanggal 20 Januari 2016 pukul 12.03 WIB. Durkheim, Emile (Dalam Abdullah, Taufik & Leeden, A.C. Van Der (penyuntung)). 1986. Durheim dan Pengantar Sosiologi Moralitas. Yayasan Obor. Hanifah, Ana Rukhul. 2014. Implementasi Pendidikan Karakter dalam Pembentukan Ranah Afektif Kejujuran dalam Kehidupan Sosial Siswa Kelas V SDN Pekuncen Tahun Ajaran 2013/2014. Skripsi. Surakarta : Universitas Sebelas Maret. Tidak diterbitkan. Hasbullah. 2005. Dasar-Dasar Ilmu Pendidikan. Jakarta: Raja Grafindo Persada. Hidayat, Rakhmat. 2014. Sosiologi Pendidikan Emile Durheim. Jakarta: Raja Grafindo Persada. Kesuma, D., Triatna, C., & Permana, J. (2011). Pendidikan Karakter Kajian Teori dan Praktik di Sekolah. Bandung: PT Remaja Rosdakarya Offset. Khoiriyah. 2012. Menggagas Sosiologi Pendidikan Islam. Yogyakarta: Teras. Koesoema, Doni A. 2007. Pendidikan Karakter Strategi Mendidik Anak di Zaman Global. Jakarta: Kompas Gramedia. Miles, Matthew B dan Huberman, A. Michael. 1992. Analisis Data Kualitatif. Jakarta: UI Press. 76
77 Moleong, Lexy J. 2007. Metodologi Penelitian Kualitatif. Bandung: Remaja Rosdakarya. Muhaimin. 2009. Konstruksi Pendidikan Islam. Jakarta: Raja Grafindo Persada. Mulyasa. 2012. Manajemen Pendidikan Karakter. Jakarta: Bumi Aksara. Nurwahid, Hidayat. 2006. Sekolah Islam Terpadu Konsep dan Aplikasinya. Bandung: Syaamil Cipta Media Okezone.com, edisi 5 April 2016, “Korupsi Banyak Terjadi di Pulau Jawa dan Sumatera”, http://news.okezone.com/read/2016/04/05/337/1354817/korupsi-banyakterjadi-di-pulau-jawa-dan-sumatera diakses tanggal 6 April 2016 pukul 12.00 WIB Puspito, Nanang T dkk. 2011. Pendidikan Anti Korupsi Untuk Perguruan Tinggi. Jakarta: Kemendikbud Republika.com edisi Kamis 7 Mei 2015, “Menag: Sekolah Berbasis Islam tak Lagi Jadi Nomor 2”. http://nasional.republika.co.id/berita/nasional/umum/15/05/07/nnzmtjmenag-sekolah-berbasis-islam-tak-lagi-jadi-nomor-2 Diakses tanggal 20 Februari 2016 pukul 11.50 WIB. Samani, M & Hariyanto. 2013. Konsep Dan Model Pendidikan Karakter. Bandung: Remaja Rosdakarya. Shihab, Muhammad Quraish. 1997. Tafsir Al-Qur’an Al-Karim. Bandung: Pustaka Hidayah. Sugiyono. 2013. Memahami Penelitian Kualitatif. Bandung: Alfabeta. Sugiyono. 2014. Metode Penelitian Pendidikan (Pendekatan Kuantitatif, Kualitatif, dan R&D). Bandung: Alfabeta. Sukro, Muhab, dkk. 2010. Standar Mutu Sekolah Islam Terpadu. Jakarta: Tarbiyah Press. Sunarto, Kamanto. 2000. Pengantar Sosiologi – Edisi Kedua. Jakarta: LembagaPenerbit Fakultas Ekonomi Universitas Indonesia.
78 Sutopo. 2002. Metodologi Penelitian Kualitatif. Surakarta: Sebelas Maret University Press. Tempo.com edisi 27 Januari 2016, “Ini Daftar Peringkat Korupsi Dunia, Indonesia Urutan Berapa?”, https://m.tempo.co/read/news/2016/01/27/063739957/ini-daftarperingkat-korupsi-dunia-indonesia-urutan-berapa diakses 20 Februari 2016 pukul 13.00 WIB. Thohari, dkk. 2006. Tumbuh Kembang Kecerdasan Emosi Nabi. Bekasi: Pustaka Inti. Tribunnews.com edisi 30 Maret 2016, “Setiap Hari Rata-rata Muncul Lima Perkara Korupsi di Indonesia”, http://www.tribunnews.com/regional/2016/03/30/setiap-hari-rata-ratamuncul-lima-perkara-korupsi-di-indonesia diakses 31 Maret 2016 pukul 14.00 WIB. Vikiyono, Derit. 2015. Implementasi Pendidikan Karakter di SDIT Qurrota A’yun Ponorogo. Thesis. Surakarta: Universitas Sebelas Maret. Tidak diterbitkan. Waspada, I. 2004. Kiat Mengembangkan Sikap Jujur dan Disiplin. Jakarta: Depdiknas, Direktorat Pendidikan Menengah Kejuruan Direktorat Jenderal Pendidikan Dasar dan Menengah.
LAMPIRAN 1. Hasil Dokumentasi Saat Observasi a. Bukti Adanya Pendidikan Karakter Di SMPIT Insan Kamil Karanganyar
Gambar : Visi dan Misi SMPIT Insan Kamil Karanganyar
79
80 b. Bukti Upaya Pendidikan Karakter Di SMPIT Insan Kamil Karanganyar melalui aturan tertulis
Keterangan: Tata Tertib SMPIT Insan Kamil Karanganyar I
81
Keterangan: Tata Tertib SMPIT Insan Kamil Karanganyar II
82 c. Bukti Adanya Upaya Pendidikan Karakter Di SMPIT Insan Kamil Karanganyar Melalui Pendekatan Diri Kepada Tuhan Yang Maha Esa Untuk membentuk karakter jujur pada diri peserta didik
Keterangan Gambar: Sesi Tahfidz atau Membaca dan Menghafalkan Alqur’an.
83
Keterangan Gambar : Sholat Sunnah Meminta Hujan. Sholat wajib maupun sholat sunnah selalu dibiasakan di SMPIT Insan Kamil Karanganyar, dengan sholat maka peserta didik akan dekat dan merasa selalu ada yang mengawasi, sehingga hal ini akan membuat mereka berhati-hati dalam berkata dan bertindak.
Keterangan gambar: kondisi ruangan SMPIT Insan Kamil Karanganyar Setiap ruangan di SMPIT Insan Kamil Karanganyar selalu dalam keadaan bersih agar dapat digunakan untuk beribadah. Hal ini merupakan salah satu upaya yang dilakukan pihak sekolah untuk mendekatkan diri kepada Allah.
84 d. Bukti Adanya Upaya Pendidikan Karakter Jujur Melalui Mentoring Atau Dirosah
Keterangan Gambar: Sesi Mentoring atau Dirosah siswi putrid Sesi mentoring atau dirosah biasanya digunakan oleh guru untuk menanamkan nilai-nilai islami termasuk di dalamnya nilai kejujuran kepada peserta didik. Berikut merupakan transkip sebagian nasehat bu Whiwich kepada peserta didik mengenai kejujuran: …Jangan dikira allah tidak menghukum orang-orang yang melakukan kejahatan. Misal, ada orang yang mengebom, itu nanti ada aparat kepolisian yang menghukum. Maksiat kecil yang dilihat orang lain, itu juga ada hukumannya. Jadi hukumannya itu tidak selalu langsung nanti mendapat azab. Itu tidak selalu. Jadi hukuman maksiat berupa hilangnya kenikmatan ketika kita beribadah, hilangnya kekhusyukkan ketika kita beribadah. Hilangnya kita ketenangan ketika kita beribadah. Itu adalah salah satu hukuman dari allah kepada orang yang bermaksiat. Misalnya, biasanya kalau mau tilawah satu hari lembar itu biasa saja, ringan, terlaksana dengan baik. tapi suatu ketika mau tilawah itu malasnya luar biasa. Nah itu adalah hukuman dari allah atas maksiat yang kita lakukan. Maksiat itu bisa dilakukan dengan menyakiti teman dengan kata-kata kita, bisa juga
85 melalui kita tidak patuh kepada orang tua, membantah orang tua. Bisa juga misalnya kita berbohong kepada kakak atau adik, atau berbohong kepada ustadzah, nah itu salah satu maksiat. Hukumannya ya itu tadi, mau bangun sholat malam susahnya luar biasa, ngantuknya luar biasa. Nah itu allah menghukum kita. Menghilangkan kemudahan untuk beribadah. Mau puasa sunnah juga ya allah, rasanya berat sekali. Itu juga hukuman dari allah. Jangan dikira untuk orang yang bermaksiat itu langsung yang terlihat, jadi kadangkala hukumannya yang tidak kita rasakan secara nyata. Pernah temen-temen ngalami? Mau sholat malam, ngantuk, alarm sudah bunyi berkali-kali tetap saja ndak bisa melek gitu, mau duha juga malas. Nah itu, itu adalah salah satu hukuman dari allah kepada hambanya ketika dia bermaksiat. Dihilangkan rasa kenikmatan beribadah, dihilangkan rasa kemudahan dalam beribadah. Misalnya saja dengan ttm an, itu ndak terasa. Maksudnya masih saja komunikasi dengan ihwan, biasa-biasa saja, merasa kalau allah tidak menghukum, itu artinya yang aku lakukan biasa saja, tidak masalah. Jangan berpikir seperti itu. Karena bisa jadi allah mengurangi kelancaran dalam menghafal qur’an, mengurangi keberkahan dalam belajar. misal besok mau ujian, malamnya sudah belajar. ketika us/ush menerangkan itu sudah nggateke, sudah mudeng. Tapi pas ujian kok ternyata nilainya jatuh. Nilainya lebih rendah dengan teman-teman yang biasanya memang dia belajarnya kurang. Jadi hukuman itu banyak sekali, bermacam-macam. Hukuman yang paling berat ya hukuman yang itu tadi.hati kita menjadi sampai mati. Kita meninggalkan aktivitas ibadah yang mendekatkan kepada allah. Meninggalkan sholat lima waktu, tapi rasanya tenangtenang saja, itu hatinya mati. Tidak tilawah tapi hatinya juga tenang berarti hatinya mati. Nah kita jangan sampai seperti itu. Lalu gimana us biar kita tidak sampai seperti itu? Biar hati kita ndak mati, biar keimanan kita ndak using, ya keimanan seseorang, ketaatan seseorang itu kan memang naik turun. Bahkan sahabat rosulullah mengatakan begini, ya rosulullah aku itu seperti orang munafik. Kenapa? Ketika sahabat dekat dengan rosulullah, maka bayangan akhirat, bayangan mati selalu melekat di hatinya, maka dia senantiasa mengingat Allah, mengingat mati, tetapi ketika dia sudah berjauhan dengan rosulullah, dia kembali ke keluarganya dia tidak ingat lagi, sudah merasakan kenikmatan dunia,
86 kenikmatan harta, keluarga yang sudah diberikan Allah kepadanya. Itu sahabatnya rosulullah yang hidup di jamannya Rosulullah saja keimanannya bisa naik turun, apalagi kita yng manusia biasa, dan hidupnya sudah sekian ratus tahun dari kehidupan rosulullah. Tidak bisa melihat rosulullah langsung, tidak bisa melihat contoh-contohnya dia, kita hanya bisa membaca dari sejarah buku dan sebagainya…
Keterangan Gambar: Lembar Muttabaah Lembar Muttabaah merupakan lembar amal ibadah sehari-hari yang harus diisi peserta didik selama liburan di rumah. Lembar muttabaah ini merupakan salah satu kegiatan yang ada dalam mentoring atau dirosan di SMPIT Insan Kamil Karanganyar. Tugas ini juga menuntut peserta didik harus jujur, karena nanti akan di cek dengan orang tua apakah benar siswa/siswi mengisinya dengan sejujurjujurnya atau tidak.
87 e. Bukti pihak sekolah menjalin hubungan dengan orang tua/wali murid dalam hal memantau karakter anak
Keterangan Gambar: Surat dari pihak sekolah kepada orang tua Surat tersebut isinya yaitu pemberitahuan bahwa peserta didik libur serta meminta
kerja
sama
orang
tua
untuk
memberikan
mengawasi/member pendampingan terhadap putra putrinya.
kontrol
serta
88 f. Bukti adanya upaya mengatasi pelanggaran
Keterangan Gambar : Kartu Pelanggaran Kartu pelanggaran merupakan kartu yang diberikan oleh pihak sekolah kepada siswa/siswi jika mereka melakukan pelanggaran. Berikut merupakan salah satu contoh kartu pelanggaran yang diberikan kepada salah satu siswa SMPIT Insan Kamil Karanganyar bernama Fadhila Pradonggo Bawono karena dia berkat yang tidak baik. Berikut adalah beberapa hasil foto temuan peneliti mengenai adanya hukuman yang diberlakukan di SMPIT Insan Kamil Karanganyar saat melakukan observasi.
89
Keterangan Gambar: Hukuman yang diterima Devi siswi 9
Keterangan Gambar: Hukuman yang diterima Febrian Ikhsan siswa kelas 9B
90
Keterangan Gambar: Hukuman yang diterima Nikita siswi 9C
Keterangan Gambar: Hukuman yang diterima Muhammad Faris Bintang Aji siswa 9A
91 g. Bukti Kejujuran yang Tertanam pada Peserta Didik Sebagai Hasil dari Pendidikan Karakter di SMPIT Insan Kamil Karanganyar
Keterangan Gambar: siswi putri mengerjakan soal sendiri (tidak mencontek atau bertanya teman)
92
Keterangan Gambar: siswa putra mengerjakan soal ujian sendiri (tidak mencontek atau bertanya teman)
93 2. (FIELD NOTE) Informan 1 Nama
: IR
Tanggal dan Waktu wawancara
: 13 Januari 2016 pukul 08.00 WIB
Tempat wawancara
: Ruang guru
Informan bernama ibu IR merupakan salah satu guru SMPIT Insan Kamil Karanganyar, selama mengajar di sekolah tersebut beliau mendapat amanah menjadi Wali Kelas 7C & anggota bidang kesiswaan. Penulis mengenal beliau karena beliau merupakan alumni Universitas Sebelas Maret. Beliau memiliki cirri fisik tidak terlalu tinggi dan memiliki kulit bersih dengan bibir tipis. Ibu IR merupakan sosok yang religius semenjak beliau kuliah. Beliau sering mengikuti kegiatan kerohanian yang ada di kampus. Selain itu karena tempat kosnya di pondok putri Ar-Royyan semenjak kuliah hingga sekarang menjadikan beliau menyukai kegiatan yang bernuansa islami. Sebagai seorang guru yang cukup lama mengajar di SMPIT Insan Kamil Karanganyar, Ibu IR menjelaskan kepada peneliti bahwa SMPIT Insan Kamil Karanganyar merupakan sekolah yang mengutamakan pendidikan karakter disamping memberikan pendidikan dibidang akademik. Beliau mengatakan bahwa salah satu karakter yang ditanamkan di SMPIT Insan Kamil Karanganyar adalah nilai kejujuran yang tertulis di dalam tata tertib sekolah. yaitu misalnya ada anak yang tidak jujur dan ketahuan melanggar tata tertib maka akan mendapatkan poin. Beliau menerangkan kepada peneliti bahwa nilai kejujuran itu penting, karena mencerminkan orang itu, dia dapat dipercaya atau tidak. Jika dia jujur, berarrti bisa dinilai dia bisa dipercaya. Tapi kalau misalkan seorang anak itu tidak jujur berarti dia tidak bisa dipercaya. Salah satu cara menanamkan kejujuran pada anak di SMPIT Insan Kamil Karanganyar adalah adanya program dirosah. Yaitu pembelajaran islam secara berkelompok. Misal satu kelas dibagi menjadi dua atau tiga kelompok sekitar 10 orang lah. Itu kita lebih mudah dalam menanamkan akhlak kepada anak-anak disitu. Selain itu jika dalam kegiatan pembelajaran sehari-hari ibu IR selalu
94 menekankan pada anak-anak untuk mengerjakan dengan jujur gitu, beliau selalu mengingatkan bahwa yang penting adalah prosesnya agar nanti hasilnya berkah. Dalam penanaman nilai kejujuran ibu IR juga memberikan keteladanan kepada para siswa, contohnya ketika beliau berbuat salah, beliau berani mengakui dan meminta maaf kepada siswa. Selain itu beliau juga memberikan teguran kepada siswa jika ada yang ketahuan tidak jujur. Misalnya ketika ada kasus anak yang berpacaran kemudian ketika ditanya anak tersebut tidak mengaku, padahal sudah terbukti bahwa anak tersebut memiliki pacar, tindakan ibu IR adalah memberikan teguran kemudian memberikan poin dan hukuman kepada siswa tersebut sampai anak tersebut sadar dan tidak ada lagi laporan pelanggaran yang dia lakukan. Ibu IR menceritakan bahwa selain tata tertib tertulis yang berlaku dan ditentukan poin serta hukumannya, peraturan lain yang dapat berlaku di SMPIT Insan Kamil Karanganyar adalah peraturan tidak tertulis yang ditentukan secara kondisional. Misalnya dari kasus yang beliau ceritakan tersebut ditemukan ada siswa yang mengetahui bahwa temannya memiliki pacar, akan tetapi siswa yang mengetahui tersebut tidak melaporkan kepada ustadz/ustadzah, maka anak tersebut mendapatkan poin setengah dari poin si pelaku. Alasannya ialah bahwa tindakan tersebut menutupi kebohongan. Selain adanya keteladanan terdapat pula kegiatan rutin yang biasa dilakukan di lingkungan sekolah yang dapat menumbuhkan kejujuran. Salah satunya kata ibu IR adalah dengan sholat berjamaah. Dari upaya penanaman kejujuran tersebut menurut kesaksian Ibu IR sejauh ini sebagian besar siswa sudah berusaha untuk jujur. Karena mereka juga sudah sering diingatkan, para ustadz/ustadzah juga telah memberi pemahaman. Meskipun masih terdapat beberapa anak yang menurut beliau belum jujur. Akan tetapi biasanya itu untuk yang anak ikhwan (putra). Kalau akhwat (putri) insya allah sudah banyak yang jujur. Terlebih jujur saat pelajaran atau ulangan.
95 Informan 2 Nama
: PES
Tanggal dan Waktu wawancara
: 13 Januari 2016 pukul 10.00 WIB
Tempat wawancara
: Ruang guru
Bapak PES merupakan salah satu guru SMPIT Insan Kamil Karanganyar, beliau telah lebih dari satu tahun mengajar di SMPIT Insan Kamil Karanganyar, selain itu juga beliau mendapatkan amanah menjadi pembina pramuka di sekolah tersebut. Beliau dipilih oleh peneliti sebagai informan karena beliau merupakan guru kunjung, sehingga dirasa lebih obyektif dalam memberikan keterangan tentang karakter siswa. Beliau menceritakan bahwa di dalam menanamkan karakter jujur pada siswa biasanya beliau menyuruh siswa untuk mengoreksi sendiri hasil ulangannya. Untuk mengetes anak tersebut jujur atau tidak beliau akan mengoreksi ulang hasil koreksian siswa. Dalam hal ini sebelumnya beliau harus pula jujur kepada siswa disetiap kesempatan karena menurut beliau guru adalah teladan. Terkadang jika masih menemui siswa yang ketahuan tidak jujur beliau juga selalu menegur. Beliau juga selalu ikut kegiatan rutin yang dilakukan di lingkungan sekolah, misalnya dalam hal yang berkaitan dengan ibadah. Menurut beliau dengan adanya pembiasaan kegiatan beribadah akan dapat menumbuhkan karakter jujur siswa karena siswa akan selalu ingat dengan sang Pencipta. Sehingga anak secara sadar berpikir, bahwa berbohong, berarti dosa, kalau dosa nanti hidupnya di neraka. Beliau memberikan kesaksian kepada peneliti bahwa di SMPIT Insan Kamil Karanganyar mengutamakan nilai kejujuran. Hal tersebut terlihat dari ketika penerimaan siswa baru, pihak sekolah tidak pernah menerima siswa dari jalur belakang, kemudian untuk hal nilai juga pihak sekolah tidak pernah mendongkrak nilai siswa, kemudian adanya snack setiap pagi maupun kathering makan siang tidak pernah kurang. Yang artinya bahwa siswa sudah jujur dengan hanya mengambil yang menjadi jatahnya saja.
96 Informan 3 Nama
: PD
Tanggal dan Waktu wawancara
: 13 Januari 2016 pukul 13.00 WIB
Tempat wawancara
: Ruang guru
Bapak PD merupakan salah satu guru matematika di SMPIT Insan Kamil Karanganyar sekaligus merupakan Wali Kelas 9A. Beliau terkenal tegas dimata siswa. Ketegasan beliau terlihat dari sikap beliau yang tidak toleran dengan tindakan anak yang tidak jujur. Oleh karenanya siswa tidak pernah berani mencontek atau bahkan hanya sekedar bertanya kepada teman saat ulangan, karena jika pak PD sampai mengetahui tindakan tersebut maka beliau akan segera menindaknya. Begitu pula dengan tindakan tidak jujur lainnya. Ketika beliau melihatnya maka siswa yang bersangkutan akan langsung ditegur dan akan mendapatkan iqob (hukuman) dari beliau. Beliau mengatakan bahwa nilai kejujuran ditanamkan di SMPIT Insan Kamil Karanganyar karena sudah terdapat di dalam tata tertib sekolah.selain itu visi dari sekolah juga yang pertama adalah SALEH. Untuk membentuk anak yang SALEH maka salah satu karakter yang harus dimiliki siswa adalah jujur. Salah satu dari peraturan yang mengandung nilai kejujuran di tata tertib itu adalah masalah hp. Siswa yang membawa hp harus konfirmasi ke wali kelas kalau mereka membawa itu untuk apa, lalu hp tersebut harus dititipkan. Jika ada yang tidak jujur nanti hp akan disita selama satu semester. Dari peraturan tersebut pernah ada siswa yang ketahuan kemudian hp terpaksa disita oleh pihak sekolah. Untuk menanamkan kejujuran pada anak menurut pak PD dilakukan oleh pihak sekolah dengan membiasakan anak-anak dengan ibadah wajib maupun sunnah selama dilingkungan sekolah. hal tersebut karena ketika sholat duhur selalu ada askarnya, jadi anak itu sholat apa tidak akan ada yang mengawasi. Jika ada anak yang tidak sholat maka si askar akan melaporkan. Selain itu di dalam sholat selalu ada sesi tausiyah sehingga dapat digunakan untuk memberikan nasehat kepada siswa untuk jujur. Menurut pak PD jika anak sudah tertib dalam sholat maka karakter jujur itu akan tertanam.
97 Menurut pak PD dalam menanamkan kejujuran pada siswa memerlukan keteladanan dari guru. Oleh karenanya beliau juga memberikan keteladanan kepada siswa dengan berusaha mengatakan jujur. Meskipun terkadang beliau merasa malu untuk berkata jujur di depan siswa dalam beberapa hal. Selain keteladanan pak PD juga menjalin hubungan baik dengan orang tua siswa kelas 9A. misalnya saat pengambilan rapor maupun melalui media sosial untuk terus memantau siswa yang menjadi anak didiknya. Beliau juga memanfaatkan sesi wali kelas untuk memberikan nasehat kepada siswa untuk bersikap jujur. Dari upaya yang beliau lakukan, beliau menuturkan bahwa siswa didikannya menunjukkan karakter jujur. Misalnya Terkait juga dengan snack pagi dan kathering belum pernah beliau menemui ada laporan kurang. Kalaupun ada yang laporan snack kurang, ternyata itu ketukar karena setiap kelas kan anaknya beda-beda jumlahnya. Menurut beliau dari kasus tersebut berarti anak sudah paham dengan hak nya, sehingga tidak mengambil jika bukan miliknya. Akan tetapi beliau juga menceritakan bahwa kendala dalam menanamkan kejujuran adalah ketika anak sudah tidak berada di lingkungan sekolah. seperti sebuah kasus yang beliau ceritakan kepada peneliti bahwa pernah ada siswa yang dari rumah ijin kepada orang tua masuk sekolah, akan tetapi ternyata mereka tidak masuk sekolah. Menurut beliau siswa biasanya memiliki kepribadian ganda, maksudnya antara karakter di sekolah dengan di luar dapat berbeda. Informan 4 Nama
: PS
Tanggal dan Waktu wawancara
: 13 Januari 2016 pukul 14.00 WIB
Tempat wawancara
: Ruang guru
Bapak PS merupakan salah satu guru SMPIT Insan Kamil Karanganyar, Wali Kelas 8B & anggota bidang sarana dan prasarana. Beliau merupakan sarjana sastra dan mengajar sastra di SMPIT Insan Kamil Karanganyar. Saat kuliah beliau bukan merupakan seorang yang religius, seperti stereotype anak-anak sastra selama ini, beliau dulunya juga merupakan anak yang kurang rapi saat kuliah. Berdasarkan penuturan seorang siswa saat kuliah beliau pernah sedikit nakal.
98 Akan tetapi saat menjadi guru SMPIT Insan Kamil Karanganyar beliau belajar untuk menjadi religius dengan belajar menghafal al-qur’an. Ketika berbincangbincang dengan beliau terlihat beliau memiliki sisi humoris. Akan tetapi karena beliau laki-laki sedangkan peneliti adalah perempuan beliau selalu menundukkan pandangan ketika berbicara dengan peneliti. Beliau memberikan keterangan bahwa SMPIT Insan Kamil Karanganyar memberikan penanaman nilai kejujuran kepada para siswa. Terbukti dengan adanya kantin kejujuran di lingkungan sekolah. dari kegiatan yang menuntut siswa untuk jujur dengan kesadaran sendiri tersebut terlihat bahwa ada beberapa anak yang tidak membayar. Hanya saja siapa siswa yang tidak membayar tersebut tidak beliau ketahui. Nilai kejujuran di SMPIT Insan Kamil Karanganyar terdapat di dalam tata tertib sekolah. Menurut beliau karena siswa sudah mengetahui tata tertib sekolah dan sekolah sudah sering mengajarkan tentang kejujuran, maka jika mereka melanggar mereka sering mengakui sendiri kesalahan mereka dan rela mendapatkan sangsi. Bpak PS menceritakan misalkan untuk anak-anak yang terlambat, biasanya tidak harus guru yang mencari anak yang terlambat tersebut. Tetapi anak-anak itu datang sendiri melapor, entah itu putri maupun putra. Itu salah satunya saja. Contoh lainnya saat upacara hari senin, di dalam tata tertib aturannya kalau ada atribut tidak lengkap itu dipisahkan sendiri barisannya. Nah itu siswa sudah jujur dengan mengakui kesalahan. Jadi mereka memisahkan sendiri tanpa disuruh. Meskipun beliau juga mengakui bahwa masih ada saja anak yang tidak mengaku ketika melanggar tata tertib sekolah. akan tetapi beliau optimis bahwa jika usaha penanaman kejujuran dilakukan terus-menerus kelak ketika dewasa mereka sudah terbiasa dengan jujur. Oleh karenanya beliau sering menegur jika melihat ada siswa yang tidak jujur di lingkungan sekolah. Terlebih di SMPIT Insan Kamil Karanganyar anak-anak dibiasakan dengan ibadah wajib dan sunnah, hal tersebut dapat menumbuhkan kesadaran untuk berbuat jujur dalam diri siswa.
99 Informan 5 Nama
: IA
Tanggal dan Waktu wawancara
: 14 Januari 2016 pukul 08.00 WIB
Tempat wawancara
: Ruang guru
Ibu IA merupakan salah satu guru SMPIT Insan Kamil Karanganyar, Wali Kelas 7D & anggota bidang kesiswaan. Beliau merupakan figur guru yang ramah dan ringan bicara. Sehingga ketika peneliti melakukan wawancara dengan beliau, peneliti dapat dengan mudah mengorek informasi. Beliau memiliki ciri fisik tinggi, tegap dan berkulit bersih. Posisinya sebagai anggota dari bidang kesiswaan menjadikan beliau banyak mengetahui tentang karakter siswa. Beliau menjelaskan kepada peneliti bahwa SMPIT Insan Kamil Karanganyar melaksanakan pendidikan karakter khususnya tentang 10 nilai karakter muslim selain nilai karakter yang ditentukan oleh diknas. Sehingga nilai kejujuran juga termasuk nilai karakter yang diterapkan di SMPIT Insan Kamil Karanganyar. Nilai kejujuran diatur di dalam tata tertib sekolah dan sudah ada poinnya masing-masing. Upaya untuk menterapi siswa yang melanggar agar tidak mengulangi perbuatannya lagi adalah dengan diberikan iqob (sangsi). Aturan tersebut didasarkan dengan visi SMPIT Insan Kamil Karanganyar yaitu SALEH. Sedangkan kejujuran termasuk di dalam visi SALEH tersebut. Cara ibu IA dalam menanamkan kejujuran kepada siswa adalah dengan sering memberikan nasehat kepada siswa, beliau sering menjelaskan kepada siswa alasan mengapa manusi harus jujur. Terkadang beliau juga suka bercerita dengan menyelipi kejujuran. Menurut beliau bahwa anak-anak lama-kelamaan paham pentingnya kejujuran. Disamping itu beliau juga memberikan keteladan kepada siswa dalam hal kejujuran. Misalnya ialah dengan memberikan jawaban apa adanya ketika ada siswa yang menanyakan tentang masa lalu beliau. Karena ibu IA adalah anggota bidang kesiswaan maka beliau juga sering memberikan teguran apabila ada siswa yang tidak jujur. Beliau juga mengajarkan kepada siswa jika melihat ada temannya yang tidak jujur mereka harus berani mengingatkan, jika temannya dengan diingatkan masih tidak mempan maka boleh dilaporkan kepada guru.
100 Beliau menceritakan kegiatan rutin yang selalu ada di SMPIT Insan Kamil Karanganyar yang biasanya digunakan untuk menanamkan kejujuran kepada siswa adalah tausiyah setelah sholat duhur, kemudian sesi wali kelas, motivasi setiap pagi atau sore setiap mau pulang, kegiatan mentoring. Sebagai seorang guru sekaligus wali kelas ketika kegiatan-kegiatan tersebut beliau selalu gunakan untuk sering menyampaikan kepada siswa bahwa kejujuran itu penting. Karena kejujuran adalah sebaik-baik akhlak seseorang yang dapat mengantarkan kita ke jannahnya ALLAH. Menurut beliau kadang siswa masih takut mengatakan jujur, karena iqob tertentu. Tetapi “Alhamdulillah” kata beliau bahwa seringnya anak diingatkan dan dibiasakan lama-kelamaan anak sudah tahu peraturan dan iqobnya, sehingga ketika melanggar mereka akan mengakuinya. Entah secara terpaksa maupun secara sadar. Bahkan siswa sering menanyakan sendiri mengenai hukuman yang harus mereka terima karena kesalahan mereka. Misalkan lupa tidak mengerjakan PR padahal sudah berjanji PR akan dikumpulkan, siswa tersebut langsung menghadap sendiri kepada ibu IA dan meminta iqob atau hukuman. Beliau juga selalu melakukan kontak dengan orang tua siswa untuk terus memantau siswa ketika mereka berada di rumah, misalnya ketika orang tua sedang menjemput anak di sekolah,biasanya sambil menunggu orang tua sering sharing dan menceritakan/menanyakan anaknya. Selain itu sesi semacam itu dilakukan melalui sms maupun telp. Menurut beliau kendala besar dalam menanamkan nilai kejujuran kepada siswa adalah jika orang tua siswa itu sendiri tidak menanamkan kejujuran kepada anak selama di rumah. Informan 6 Nama
: IW
Tanggal dan Waktu wawancara
: 14 Januari 2016 pukul 10.00 WIB
Tempat wawancara
: Ruang guru
Ibu IW merupakan salah satu guru SMPIT Insan Kamil Karanganyar, Wali Kelas 8C & anggota bidang humas. Peneliti pernah menganal beliau karena beliau merupakan alumni UNS dan sempat berkenalan dengan beliau ketika masih kuliah, saat itu peneliti masih menjadi mahasiswa baru. Ibu IW memiliki ciri fisik
101 tinggi dengan kulit sawo matang. Beliau adalah sosok yang ramah dan mudah kenal dengan orang. Dibandingkan dengan ustadzah lainnya yang menjadi informan dalam penelitian ini, ibu IW merupakan karakter guru yang sabar dan tidak mudah menghukum siswa jika siswa tersebut tidak berbuat yang melampaui batas. Hal ini terlihat ketika beliau mengisi dirosah, terlihat para siswa akrab dengan beliau, seolah bukan dengan guru melainkan dengan kakak sendiri. Beliau juga memanggil siswa dengan sebutan teman-teman, sehingga menjadikan siswa tidak segan dan santai saat sesi pelajaran dengan beliau Saat wawancara ibu IW memberikan kesaksian bahwa di SMPIT Insan Kamil Karanganyar memiliki tata tertib yang mengajarkan kejujuran. Hal tersebut dikarenakan karakter jujur itu merupakan karakter penting, sehingga kata beliau karakter tersebut harus dibangun sejak mereka masih usia sekolah. ibu IW menekankan kepada siswa bahwa mereka harus memiliki karakter unggul dibandingkan dengan siswa lain yang tidak bersekolah di Islam Terpadu, Sesama teman harus bisa menjadi kontrol untuk teman lainnya. Jadi jika ada yang melihat ada siswa yang berbuat tidak jujur, mereka harus berani mengingatkan dan melaporkan yang bersangkutan kepada guru dengan disertai bukti. Bagi beliau penanaman yang demikian tidak akan membuat retak hubungan siswa karena beliau meyakinkan kepada siswa bahwa perbuatan tersebut merupakan tindakan amar ma’ruf nahi munkar. Beliau juga sering menceritakan masa lalu beliau kepada siswa untuk bahan pelajaran. hal tersebut membuat beliau menjadi lebih dekat dengan para siswa. Bagi beliau dengan mengatakan apa adanya masa lalu beliau dengan jujur, merupakan bentuk keteladanan. Misalnya beliau mengakui bahwa dahulu beliau tidak berjilbab, padahal jilbab di dalam Islam adalah wajib. Harapan dengan menceritakan masa lalu semacam itu adalah siswa juga akan belajar jujur dan mengakui kesalahan mereka. Selayaknya seorang guru yang dituntut oleh pihak sekolah untuk menanamkan karakter jujur, ibu IWmengaku juga sering memberikan teguran kepada siswa.beliau menceritakan suatu ketika waktu ujian, ada siswa yang tidak jujur. Beliau melihat dia duduknya tidak tenang, gelisah. Setelah beberapa lama
102 ketika sudah selesai mengerjakan dan mengumpulkan, beliau menghentikan anak tersebut dan menanyakan nomor mana saja yang tidak dikerjakan sendiri. Kemudian menurut beliau siswa tersebut mengakui nomor mana saja yang tidak dia kerjakan sendiri. Lalu setelah itu beliau mengatakan bahwa kejadian tersebut tidak boleh diulangi lagi, dan beliau memaafkan tindakan si siswa. Beliau sering memberikan teguran kepada siswa yang tidak jujur, akan tetapi beliau hanya memberikan gertakan atau sekedar ancaman kepada anak tersebut. Beliau mengaku belum pernah sampai memberikan poin atau iqob terhadap si pelanggar. Dan samapai saat ini menurut beliau anak-anak tidak berani mengulangi perbuatannya. Karena siswa sudah mengetahui konsekuensinya. Beliau juga sering memberikan pesan kepada siswa tentang jujur. Berdasarkan penuturan beliau, beliau selalu mengingatkan anak dengan nama allah, malaikat, dan rosulullah. Karena kemanapun manusia pergi ada allah yang meilhat setiap perbuatan manusia, ada malaikat yang mencatat perbuatan manusia. Beliau mengatakan kepada para siswa “jadi temen-temen bisa saja tidak jujur ke ustadz/ustadah,
tetapi
tunggu
di
akherat
ada
pembalasannya”.
Beliau
menambahkan bahwa dengan sering mengingatkan, maka tertanam dalam diri anak kesadaran untuk jujur. Informan 7 Nama
: K, S, D, KK
Tanggal dan Waktu wawancara
: 15 Januari 2016 pukul 13.00 WIB
Tempat wawancara
: Ruang perpustakaan
Siswa/siswi SMPIT Insan Kamil Karanganyar Wawancara dengan siswa/siswi SMPIT Insan Kamil Karanganyar ini dilaksanakan pada waktu yang berbeda. Tetapi pada hari dan tanggal yang sama yaitu hari Jum’at tanggal 15 Januari 2015. Peneliti mengambil informan berpasangan agar mereka tidak canggung atau malu ketika peneliti mengajak mereka ngobrol. Selain itu, diketahui bahwa di SMPIT Insan Kamil Karanganyar berdasarkan penuturan para guru sesama siswa adalah saling mengontrol maka ketika peneliti mewawancarai siswa a (misalnya), peneliti merasa perlu pula untuk
103 mewawancarai siswa b yang merupakan teman dekat si a. oleh karena itu Informan yang diambil dalam wawancara ini terdiri dari 2 orang siswa bernama (K) dan (S) serta dua orang siswi bernama (D) dan (KK), yang keempatnya merupakan siswa/siswi kelas 9. K adalah anak yang pemalu dengan orang baru, terlihat dari jawabannya yang selalu singkat, lirih dan selalu menahan tertawa ketika ada hal yang lucu. Badannya kecil, hanya setinggi bahu temannya yang bernama S. S berteman dengan K semenjak kelas 7, oleh karena itu peneliti mewawancarai mereka berdua. S adalah anak yang lebih humoris dan terbuka, sehingga dengan adanya S, K juga ikut membuka diri dan memberikan keterangan kepada peneliti. S memiliki tubuh yang tinggi sekitar 140 cm dengan kulit sawo matang. D dan KK juga merupakan teman dekat karena mereka sejak kelas 7 selalu sekelas. Karena kedekatan mereka KK pernah mendapatkan poin karena pelanggaran yang dilakukan oleh D. ciri fisik D adalah berkulit putih dan memiliki tinggi sedang untuk anak seusianya. Selain itu dia juga merupakan anak yang mudah akrab dengan orang baru dan terbuka. Sedangkan KK, dia adalah anak yang humoris tetapi sedikit pelupa. Kulitnya juga putih bersih dan memiliki tinggi seukuran dengan D. Pertanyaan pertama peneliti bertanya kepada mereka mengenai jujur menurut mereka. S mengatakan terus terang ke orang yang menanyai tanpa ditutupi, K menjawab bahwa jujur itu mengatakan yang sebenarnya, demikian juga D dan KK menjawab bahwa sikap jujur itu mengatakan yang sebenarnya, tidak dibuat-buat. Dari keempat jawaban yang terkumpul tersebut artinya bahwa pemahaman mereka mengenai yang dimaksud dengan jujur masih terbatas dengan perkataan. Hal tersebut terbukti dengan jawaban S ketika peneliti bertanya contohnya sikap jujur, dia menjawab bahwa jujur itu jika ada yang tanya sholat tidak, kalau belum ya jawab belum kalau sudah ya jawab sudah, Kalau ditanya orang tua jawabnya selalu jujur, ketika upacara tidak membawa bet. Juga mengatakan apa adanya kalau memang tidak membawa. Jawaban sedikit bergurau diutarakan oleh KK, dia mengatakan bahwa contohnya jujur itu kalau dia sedang lapar
dia katakana
104 bahwa dia sedang lapar. Sedangkan D menjawab bahwa contohnya jujur itu tidak mencontek saat ulangan dan ujian. Karena di SMPIT Insan Kamil Karanganyar diupayakan penanaman nilai kejujuran, peneliti mencoba menggali informasi dari siswa menganai pengalaman mereka ketika tidak jujur. S mengatakan bahwa dia pernah tidak jujur, dia menceritakan ketika pulang les, dia mampir warung tetapi dia mengatakan masih di lokasi les. Dia mengatakan bahwa perasaannya tidak enak dan sebenarnya merasa bersalah, karena menurutnya orang tua sudah memperhatikan dia tetapi malah dibohongin. Kemudian dia juga bercerita lagi bahwa dia pernah berbohong ketika di lingkungan sekolah, yaitu ketika dia datang terlambat tetapi tidak melapor kepada guru piket. Padahal kebiasaan di sekolahnya untuk mengajarkan kejujuran, siswa yang datang terlambat seharusnya melapor sendiri kepada guru yang bersangkutan kemudian mendapatkan poin. Akan tetapi S hanya lewat depan kantor, saat itu tidak ketahuan karena tidak ada yang melihat. Mengenai pelanggaran S juga mengaku pernah dihukum. Menurut ceritanya ketika kelas 7 perlengkapan upacaranya tidak lengkap sampai 4 kali. Kemudian dia mendapat hukuman, hukuman minggu pertama disuruh menyapu selama 3 hari, minggu kedua disuruh menyapu selama seminggu, minggu ketiga disuruh menyapu dua minggu, minggu keempatnya disuruh menyapu satu bulan ditambah harus menyalin satu juz al-Qur’an. Ketika peneliti bertanya kepada S apakah dia memiliki rasa dendam atau marah kepada guru yang menghukum dia menjawab bahwa dulunya dia merasa dendam dan marah kepada beliau, akan tetapi ungkapnya lagi ada temannya yang memberikan nasehat bahwa itu juga untuk kebaikan dirinya sendiri, S juga menyadari bahwa bahwa hukuman tersebut memang untuk kebaikannya sendiri. S masih bercerita tentang pelanggaran yang pernah dia lakukan selama di sekolah. Dia bercerita bahwa dia pernah mboncengin perempuan padahal peraturan sekolah tidak boleh pacaran. Kemudian dia ketahuan, hal tersebut dikarenakan ada yang melaporkan kepada guru sehingga dia terpaksa mengakui perbuatannya dan mendapatkan poin. Sambil bergurau S mengatakan bahwa guru selalu ada dimana-mana, karena serba tahu jika ada pelanggaran yang dilakukan siswa. Masih dalam nuansa wawancara
105 dengan peneliti S bercerita lagi bahwa dia juga pernah berbuat bohong. Karena dia sebenarnya tidak ikut kathering sekolah akan tetapi ketika makan siang dia ikut mengambil jatah makan. Dia menambahkan bahwa saat itu yang berbuat demikian banyak, hanya saja semuanya tidak ketahuan. Hanya satu anak yang ketahuan dan hanya anak tersebut yang mendapat teguran. Salah satu anak yang juga ikut dalam tindakan tersebut adalah K. Dia bersama S dan teman lainnya mengaku pernah tidak jujur dengan mengambil jatah makan kathering yang bukan haknya. K juga bercerita bahwa dia pernah juga berbohong ketika di bis. Dia pernah tidak membayar dan mengecoh si kondektur, ketika si kondektur meminta uang dia mengatakan bahwa sudah membayar. K mengungkapkan perasaannya saat itu dengan kalimat “ya rodok bersalah”. D memiliki pengalaman lain dalam hal tidak jujur. Dia mengatakan bahwa dia pernah mengatakan kepada orang tua mau maen ke mall tetapi pamitnya ke tempat temen. Kemudian ketika peneliti memancing pertanyaan perbuatan tidak jujur akan tetapi ketahuan pihak sekolah kepada D, D menjawab bahwa memang pernah, akan tetapi menurutnya itu aib. Akan tetapi sebelumnya peneliti sudah mempelajari pelanggaran-pelanggaran yang pernah dilakukan oleh D melalui catatan buku perbaikan akhlak yang diberikan guru bidang kesiswaan. Peneliti mencoba menebak pelanggaran yang D katakana sebagai aib tersebut dengan sedikit menggoda, dan ternyata itu benar bahwa maksud dia adalah mengenai pacaran. D menceritakan bahwa dia pernah pacaran, kemudian ada yang melaporkan. Jadi secara terpaksa dia harus mengakui perbuatannya ketika di sidang oleh guru. Dia mengaku perasaannnya sebenarnya tidak tenang ketika dia menutupi perbuatannya, dan ketika ditanya apa dia pacaran akan tetapi dia jawab bahwa dia tidak punya. Tetapi dia mengatakan takut kehilangan pacarnya. Dia menyadari bahwa pacaran di dalam Islam itu dilarang dan berdosa tetapi dia takut ketahuan dan mendapatkan hukuman. Karena hukuman yang diberikan menurutnya memalukan, yaitu diminta memakai jilbab merah. D bercerita ketika UTS awal kelas 9 selama seminggu full disuruh memakai jilbab merah tersebut. padahal tempat duduknya waktu UTS di bagian tengah paling depan. Saat itu gurunya yang laki-laki melihatnya sambil tersenyum-senyum. Hal tersebut
106 membuat dirinya sangat malu dan sakit hati. Ditambah lagi D harus menghadap kepala sekolah karena tindakannya. Menurutnya hukuman tersebut sangat berat, disisi lain D juga tidak bisa dengan sepenih hati mentaati peraturan yang berlaku di sekolahnya tersebut. Hal tersebut karena SMPIT Insan Kamil Karanganyar sebenarnya bukan sekolah tujuannya. D bercerita bahwa alasannya memilih sekolah tersebut adalah karena adik-adiknya sekolah di SDIT Insan Kamil Karanganyar, sedangkan dahulu dia pernah memiliki teman yang menurut dia menyebalkan. Temannya tersebut masuk di SMP di Jaten, sehingga tanpa berpikir panjang dia mendaftar di SMPIT Insan Kamil Karanganyar. Akan tetapi ungkapnya, ketika sudah menjadi siswa di SMPIT Insan Kamil Karanganyar D merasa menyesal karena menurutnya banyak peraturan yang harus dipenuhi. Pengalaman tidak jujur yang pernah KK lakukan ialah, pernah dia pamit ijin belajar ke rumah teman kepada orang tuanya akan tetapi sebenarnya dia hanya maen ke tempat lain. KK sambil senyum-senyum mengatakan bahwa dia tidak ada perasaan apa-apa ketika berkata bohong tersebut. Ketika di sekolah dia bercerita bahwa pernah dia datang terlambat. Seperti kebiasaan, seharusnya dia melapor sendiri ke guru kemudian mendapat poin. Akan tetapi dia tidak melakukannya. Karena sifatnya yang humoris, dia menjawab sekenanya ketika ada temannya yang mengingatkan kepadanya untuk segera melapor. Akhirnya dia dipanggil guru untuk mendapatkan poin. Dari beberapa pengalaman yang diceritakan keempat siswa SMPIT Insan Kamil Karanganyar tersebut, peneliti menggali perasaan dan sikap mereka setelah mendapatkan hukuman dari perbuatan tidak jujur yang mereka lakukan. D menjawab bahwa dia berusaha tidak mengulangi perbuatannya lagi, akan tetapi dia mengatakan bahwa itu bukan berarti dia jera, karena baginya yang menakutkan itu adalah hukuman yang harus dia terima ketika pelanggaran itu sampai ketahuan. Kemudian peneliti juga menanyakan apakah di SMPIT Insan Kamil Karanganyar diajarkan kejujura, kemudian lewat kegiatan apa saja hal tersebut diajarkan. S menjawab bahwa guru di SMPIT Insan Kamil Karanganyar mengajarkan kejujuran melalui lewat mentoring. Biasanya dengan mengisi kertas
107 amal yaumi, kalau dia berbohong saat mengisi dia akan merasa bersalah sendiri, jadi kedepannya dia tidak berbohong lagi, dia isi apa adanya. Padahal dahulu dia pernah berbohong saat mengisinya. Hal tersebut karena gurunya selalu mengingatkan untuk mengisi amal yaumi sejujur-jujurnya saja. Kemudian saat ulangan juga, guru selalu mengajarkan untuk mengerjakan sendiri tetapi S mengaku kalau ada kesempatan dia tetap melihat jawaban temannya. Guru yang sering mengingatkan untuk jujur tersebut bernama pak Aris. Pak Aris merupakan guru olah raga sekaligus koordinator bidang kesiswaan. Menurut penuturan S pak Aris selalu meyakinkan siswa jika mereka jujur saat mengerjakan nanti saat ujian mereka akan mendapatkan kemudahan dan S sebenarnya percaya akan hal tersebut. Berbeda dengan cerita dari D. Dia menceritakan bahwa guru yang selalu mengajarkan kejujuran adalah Ustadzah Sakti. Salah satu yang selalu diajarkan oleh beliau adalah jujur saat mengerjakan ulangan maupun tugas. Beliau selalu menanamkan kepada D dan teman-temannya bahwa Allah selalu melihat semua perbuatan manusia, sehingga tidak perlu berbohong. Dan ternyata bagi D hal tersebut memberikan dampak. D mengatakan bahwa selama bersekolah di SMPIT Insan Kamil Karanganyar ketika ujian seperti UAS, UTS dia belum pernah menyontek. Hal tersebut karena guru selalu mengingatkan dan mengajarkan jujur disetiap kesempatan bertatap muka dengan siswa, sehingga D menjadi terbiasa untuk mandiri saat mengerjakan. Disamping itu, menurut pengakuan D para guru (Ustadz/ustadzah) benar-benar tegas dalam hal masalah jujur. Misalnya jika ada siswa yang ketahuan mencontek maka akan diberi nilai nol, lembar jawab akan disilang gini. Belum lagi dengan guru yang galak, bisa mendapatkan hukuman lebih dari itu. Menurut mereka guru di SMPIT Insan Kamil Karanganyar juga memberikan keteladanan untuk berbuat jujur kepada mereka. contohnya adalah pak Sapdo. Menurut S pak Sapdo berani mengakui bahwa beliau dahulu sempat nakal. Akan tetapi sekarang beliau sudah berubah. Berbeda lagi dengan D. menurut D bu Sakti dan pak Daryono adalah guru yang sering memberikan keteladanan dalam berbuat jujur. Karena sikapnya yang tegas. Beliau berdua
108 sangat tidak toleran dengan siswa yang tidak jujur. Selain mereka juga ada pak Aris, dan bu Whiwich,karena beliau selalu berbicara apa adanya. Kegiatan yang diadakan oleh sekolah yang dapat menginspirasi mereka untuk jujur adalah muqoyyam, konseling, dan rutinitas ibadah di sekolah. S menceritakan bahwa dengan adanya muqoyyam atau kemah dia mendapatkan pelajaran untuk menjadi anak yang disiplin, jujur kalau tidak nanti mendapatkan hukuman. Sejak dari kegiatan tersebut S melatih diri untuk jujur. Kegiatan muqoyyam tersebut diadakan ketika S menjadi siswa baru di SMPIT Insan Kamil Karanganyar. Keterangan dari KK, kegiatan yang membuat dia belajar untuk jujur adalah saat sesi konseling. Selain itu kegiatan lain yang membuat mereka menjadi ada perasaan takut berbohong adalah kebiasaan ibadah rutin yang sudah menjadi keharusan mereka sebagai siswa SMPIT Insan Kamil Karanganyar. Informan 8 Nama
: PTS
Tanggal dan Waktu wawancara
: 18 Januari 2016 pukul 08.00 WIB
Tempat wawancara
: Ruang kepala sekolah
Bapak PTS merupakan kepala sekolah di SMPIT Insan Kamil Karanganyar. Beliau mulai menjabat sebagai kepala sekolah sejak bulan Oktober 2013 sampai saat ini. Beliau memiliki ciri fisik yang tidak terlalu tinggi, kira-kira sekitar 150an cm. Beliau memiliki tubuhh yang tidak terlalu gemuk dengan kulit sawo matang. Berdasarkan data statistik yang terletak di ruang guru, umur beliau merupakan yang paling tua diantara guru-guru lainnya, sehingga pantas jika rambut beliau sudah beruban. Beliau memiliki gigi ompong dibagian depan, peneliti sempat melihatnya karena beliau memiki sisi humoris, sehingga ketika mengobrol dengan peneliti kemudian sempat beliau tertawa terlihat ciri beliau tersebut. Raut wajah beliau tegas dan terlihat galak, akan tetapi jika sudah mengenal beliau sebenarnya beliau sama sekali tidak galak, bahkan beliau adalah sosok yang ramah dan pendengar yang baik. Sisi religius yang beliau miliki membuat beliau layak memimpin SMPIT Insan Kamil Karanganyar, menjadi kepala sekolah. Sisi religius beliau diperlihatkan dengan sikap beliau yang tidak
109 mau bersalaman dengan lawan jenis, selalu menjawab salam dengan lengkap serta selalu mengucap basmallah ketika memulai kegiatan, misalnya saat peneliti hendak memulai wawancara dengan beliau, beliau mengawali obrolan kami dengan basmalah dan mendo’akan semoga informasi yang beliau berikan dapat bermanfaat bagi peneliti. Menurut penuturan beliau di SMPIT Insan Kamil Karanganyar memang benar menjalankan pendidikan karakter disamping mengajarkan ilmu pengetahuan umum. Akan tetapi pendidikan karakter yang dijalankan di sekolah adalah pendidikan karakter untuk membentuk karakter yang islami kepada siswa. Misalnya siswa dilarang untuk makan dan minum dengan tangan kiri. Selama di lingkungan sekolah siswa dilarang bernyanyi nyanyian yang tidak islami. Alasannya adalah nyanyian pada umumnya tidak memiliki nilai didik, hal tersebut dapat merusak karakter siswa jika mereka sering menyanyikannya. Selain itu beliau juga mengatakan bahwa ustadzah juga harus selalu memakai pakaian yang menutup aurat. Yaitu pakaian longgar, jilbab besar dan memakai kaos kaki. Beliau pernah bercerita bahwa pernah dahulu ada guru kunjung, akan tetapi pakaiannya tidak sesuai dengan aturan sekolah, terpaksa beliau tegur. Akan tetapi ada lagi yang demikian, hanya saja beliau sudah tua dan hanya sebentar mengajar di SMPIT Insan Kamil Karanganyar, akhirnya beliau biarkan akan tetapi beliau memberikan pengertian kepada siswa agar memberikan pengecualian kepada guru tersebut. Semua yang anggota keluarga SMPIT Insan Kamil Karanganyar baik guru, maupun siswa termasuk kepala sekolah diwajibkan untuk sholat berjamaah. Untuk putra wajib sholat di masjid. Akan tetapi untuk putri sholat di masingmasing kelas mereka. semua ruangan di SMPIT Insan Kamil Karanganyar selalu dikondisikan bersih karena sepatu harus dilepas dan ditaruh di rak bagian depan gedung sekolah. Hal tersebut bertujuan agar setiap ruangan selalu dalam keadaan suci sehingga dapat digunakan untuk ibadah. Bukan hanya untuk sholat tetapi juga membaca qur’an, berdzikir dan ibadah lainnya. Sekolah juga membiasakan ibadah sunnah seperti qiyamul lail, puasa sunnah seperti senin-kamis. Akan tetapi untuk qiyamul lail dan puasa belum dipaksakan kepada siswa karena masih anak-anak.
110 Selain itu, ada pula sholat sunnah duha. Akan sholat sunnah dhuha disarankan dikerjakan di lingkungan sekolah agar dipantau oleh guru. Oleh karena pukul 7.15-7.30 siswa belum menerima pelajaran meskipun bel masuk sudah berbunyi, waktu tersebut digunakan untuk sholat dhuha bersama. Baru pukul 7.30 pelajaran dimulai. Belajar al-qur’an menjadi kegiatan intra kurikuler. Kelas 7 dan 8 mendapatkan jatah belajar al-qur’an sebanyak 5 jam pelajaran sementara kelas 9 mendapatkan jatah tujuh jam pelajaran. menurut beliau itu waktu yang banyak, karena Matematika yang masuk ujian nasional saja tidak sampai mendapatkan perhatian dengan alokasi waktu 5-7 jam pelajaran. Hal tersebut karena SMPIT Insan Kamil Karanganyar konsen dengan pendidikan karakter islami. Bukti pelaksanaan pendidikan karakter di SMPIT Insan Kamil Karanganyar ditunjukkan melalui visi dan misi sekolah. Nomor satu meluluskan generasi Insan Kamil yang terbiasa dengan ibadah kepada Allah. Kedua, mengembangkan budi pekerti luhur yang ketiga malu berbuat keburukan. Misi sekolah mulai dari nomor satu sampai nomor tujuh ini adalah masalah SALEH. SALEH adalah visi yang pertama sekolah. Sisa tiga poin merupakan misi dari visi BERPRESTASI. Misi yang pertama yaitu meluluskan generasi Insan Kamil yang terbiasa dengan ibadah kepada Allah tersebut menjadi tujuan utama yang membawahi misi di bawahnya. Salah satu karakter islami adalah jujur. Menurut penuturan bapak PTS kejujuran di SMPIT Insan Kamil Karanganyar menjadi nomor satu karena tidak jujur itu keburukan. Cara penanaman kejujuran di lingkungan sekolah adalah dengan keteladanan dan pembiasaan. Beliau juga menceritakan bahwa kendala sekolah dalam menanamkan kejujuran adalah karena menurut beliau keadaan sekarang ini kejujuran sudah tidak lagi dihargai karena di luar sekolah banyak orang bahkan bisa saja termasuk orang tua siswa itu sendiri, mereka tidak memberikan keteladanan dan pembiasaan kepada anak untuk berbuat jujur. Tetapi meskipun di luar sana jujur tidak lagi dihargai, beliau tetap optimis bahwa dihadapan Allah jujur itu tetap penting dan siapa yang jujur dan mengajarkannya tetap akan mendapatkan pahala. Oleh karenanya beliau tetap berusaha menanamkan kejujuran kepada siswa selama mereka berada di lingkungan sekolah.
111 Pak PTS mengungkapkan efek dari upaya yang dilakukan oleh sekolah adalah anak berani mengakui sendiri kesalahannya dan rela mendapatkan hukuman. Padahal tanpa mengakuipun guru maupun kepala sekolah tidak mengetahui kesalahannya. Hal tersebut dikarenakan siswa sudah mengetahu peraturan yang berlaku di lingkungan sekolah sekaligus mereka juga sudah mengetahui hukuman yang akan mereka terima ketika mereka melanggar. Mereka pun sudah menyetujui akan adanya aturan tersebut. Meskipun demikian menurut pengakuan pak PTS masih ada siswa yang ingin mencoba melanggar aturan sekolah dan tidak jujur ketika ditanya. Akan tetapi sikap beliau tidak langsung menghukum mereka melainkan beliau beri pengertian dengan sabar. Menurut beliau dengan sikap beliau tersebut menjadikan siswa enggan untuk mengulangi lagi perbuatannya. Beliau mengatakan kepada peneliti bahwa penanaman kejujuran itu harus dilkukan dengan konsisten. Jika sekali saja ada perbuatan tidak jujur yang diloloskan tanpa adanya tindakan, misalnya tidak diberi nasehat maupun teguran maka siswa akan mengulanginya lagi. Beliau menceritakan ada seorang siswa yang tidak mengumpulkan tugas kepada guru mata pelajaran tertentu. Sampai waktu penerimaan rapor siswa tersebut masih belum mengumpulkan, maka secara tegas beliau meminta guru mapel yang bersangkutan tersebut untuk mengosongi dan tidak memberikan nilai kepada siswa tersebut. Ketika orng tua si anak menanyakan, wali kelas menceritakan masalah anak tersebut. Sikap tegas pihak sekolah tersebut untuk memberikan pelajaran kepada siswa agar dia tidak mengulangi perbuatannya. Karena berarti dia bersikap tidak jujur dan tidak bertanggung jawab. Demi konsen dengan kejujuran, pak PTS tidak pernah putus asa untuk terus mengingatkan kepada siswa untuk selalu jujur disetiap kesempatan. Misalnya saat menjadi Pembina upacara bendera. Informan 9 Nama
: Bunda BW
Tanggal dan Waktu wawancara
: 26 Januari 2016 pukul 08.00 WIB
Tempat wawancara
: di rumah bunda BW daerah Ngijo Wetan
112 Bunda BW merupakan salah satu dari wali murid atau orang tua dari salah satu siswi yang bersekolah di SMPIT Insan Kamil Karanganyar. Beliau memiliki ciri fisik tinggi besar dengan kulit sawo matang dan berkaca mata. Beliau memiliki 2 anak. Anak yang pertama adalah perempuan yang bersekolah di SMPIT Insan Kamil Karanganyar, sedangkan anak yang kedua adalah laki-laki yang bersekolah di TKIT Insan Kamil Karanganyar. Sejak dari TK, SD hingga SMP beliau konsisten menyekolahkan anaknya di Insan Kamil Karanganyar. Bunda BW adalah sosok ibu yang perhatian dengan putra dan putrinya. Tugasnya yang hanya menjadi ibu rumah tangga sambil setiap sore mengajar di TPA kampung membuat beliau memiliki banyak waktu untuk mengurus dan memantau kegiatan sehari-hari anak sampai apa saja tugas yang diberikan sekolah juga beliau ikut memantau. Sifatnya yang ramah, ringan tangan dan terbuka membuat peneliti mudah akrab dengan beliau. Peneliti mengenal beliau ketika masa KKN (Kuliah Kerja Nyata), dan beliau banyak memberikan bantuan kepada tim KKN peneliti. Bunda BW memiliki banyak alasan dengan menyekolahkan putra dan putrinya di Insan Kamil Karanganyar. Pertama menurut beliau bahwa pembekalan agama dari kecil itu penting. Sedangkan mungkin pengetahuan beliau sebagai orang tua masih kurang. Selain itu di SMPIT Insan Kamil Karanganyar tidak hanya diajarkan tentang mata pelajaran umum tetapi juga adanya porsi pendidikan agama yang lebih. Hal tersebut menurut beliau dapat membentengi putrinya dari pengaruh negatif lingkungan, terlebih putrid beliau dirasa sudah remaja dan menginjak dewasa. Selain itu beliau juga merasa mendapatkan keuntungan ketika putrinya bersekolah di SMPIT Insan Kamil Karanganyar. Contohnya masalah hafalan, karena di sekolah diwajibkan untuk menghafal al-Qur’an, sering putrinya selama di rumah meminta beliau untuk menyimak hafalan putrinya, dengan demikian beliau menjadi ikut mendengar dan lama-kelamaan beliau ikut hafal sehingga bisa beliau ajarkan ulang kepada anak-anak TPA. Contoh lain, di SMPIT Insan Kamil Karanganyar selalu diadakan kajian sebulan sekali namanya matik. Itu untuk orang tua. Hal tersebut dapat menambah wawasan agama beliau, yang nantinya dapat beliau gunakan pula untuk mengajar anak maupun membaginya
113 dengan anak-anak TPA. Kemudian adanya fasilitas tausiyah dari media sosial misalnya lewat facebook, yang menambah wawasan bunda BW. Disamping itu, beliau juga sangat senang dengan perubahan putrinya yang menjadi semakin baik. Misalnya dia mau memakai pakaian longgar dan jilbab lebar. Menurut penuturan bunda BW, guru di SMPIT Insan Kamil Karanganyar sangat sabar. Beliau sering sharing dengan guru yang mengajar khususnya wali kelas putrinya. Beliau ingin selalu mengontrol putrinya selama dia berada di sekolah sehingga beliau mengetahu perkembangan putrinya. Untuk tetap mengontrol putrinya bunda BW juga menyuruh anaknya untuk rutin ikut karete, agar putrinya memiliki kegiatan positif sehingga tidak sempat memiliki waktu untuk kegiatan yang dikhawatirkan tidak baik. selain itu beliau juga tidak membiarkan anaknya main dengan membawa kendaraan bermotor sendiri. Beliau selalu mengantar putrinya kemana dia ingin main. Beliau juga selalu mengontrol dengan siapa anaknya bermain dan sispa saja teman dekatnya. Hal tersebut membuat beliau dekat dengan putrinya, sehingga putrinya selalu jujur kepada beliau. Beliau mengatakan bahwa ilmu mendidik anak seperti salah satunya pentingnya perhatian kepada anak beliau dapatkan juga melalui Insan Kamil Karanganyar, yang biasanya mengadakan parenting untuk orang tua siswa. Ustadz/ustadzah yang mengisi parenting diambilakn dari orang yang memiliki kompetensi seperti misalnya dari psikologi anak. Jadi menurut kesaksian beliau ketika menyekolahkan putrinya di Insan Kamil Karanganyar, beliau merasakan adanya kedekatan orang tua sama anak, orang tua sama wali kelas, wali kelas sama anak yang seolah seperti garis segitiga yang tidak ada putusnya. Jadi wali kelas dekat dengan anak dekat pula dengan orang tua dari anak. Bunda BW mengatakan bahwa di SMPIT Insan Kamil Karanganyar jelas menanamkan kejujuran kepada siswa. Menurut beliau, putri beliau tidak pernah mencontek saat ulangan. Berapapun nilainya beliau percaya bahwa nilai tersebut didapatkannya dari usaha sendiri. Beliau juga mengungkapkan bahwa sebelum ujian, pihak sekolah selalu berusaha memberikan tambahan jam pelajaran untuk persiapan siswa saat mengerjakan. Bunda BW juga pernah melaksanakan ujian untuk melamar menjadi guru TK yang dilaksanakan di SMPIT Insan Kamil
114 Karanganyar, beliau memberikan kesaksian bahwa meja dan kursi di sekolah tersebut bersih tanpa ada coretan bolpoin, pensil maupun tipe x. Padahal biasanya di sekolah pada umumnya, meja dan kursi siswa selalu penuh dengan coretan tulisan yang isinya adalah contekan. Menurut beliau, berarti benar jika di SMPIT Insan Kamil Karanganyar para siswa tidak ada yang berani mencontek. Bahkan pernah ada teman dari putrinya menangis karena tidak mau diajari oleh guru yang menjadi pengawas saat tryout sekolah, pada waktu itu pengawas berasal dari SD Negeri, sehingga tidak mengetahui kebiasaan para siswa yang selalu mengerjakan sendiri. Guru tersebut melihat jawaban si anak, dan mengetahui bahwa jawaban itu salah, kemudian beliau berusaha membantu memberikan jawaban yang benar, tidak tahunya malah membuat anak tersebut menolak hingga menangis. Anak tersebut bernama Selonia dan merupakan teman sekelas dari putrinya. Dampak dari penanaman kejujuran di sekolah juga dirasakan oleh bunda BW terhadap sifat anaknya di rumah yang terbuka. Bunda BW menceritakan bahwa putrinya selalu mengatakan apa adanya jika menginginkan atau membutuhkan sesuatu. Sebagai ibu, beliau juga mengaku tidak pernah memarahi putrinya jika putrinya mengakui kesalahannya, atau mendapatkan nilai yang tidak bagus sebagai hasil ulangannya di sekolah. Menurut beliau jika orang tua sering memarahi anak, hal tersebut akan membuat anak takut kepada orang tua dank arena takut membuat anak menjadi tidak jujur. Informan 10 Nama
: Ayah AH
Tanggal dan Waktu wawancara
: 27 Januari 2016 pukul 15.00 WIB
Tempat wawancara
: di tempat parkir jemputan
Wawancara dengan Ayah (AH) dilakukan saat beliau menunggu putranya. Pak AH adalah seorang PNS yang mengajar di SMP Muhammadiyah. Beliau hanya memiliki satu putra yang beliau sekolahkan di Insan Kamil Karanganyar. Beliau memiliki tubuh kurus dan tidak terlalu tinggi. Beliau pernah mengalami kecelakaan saat masih kuliah yang menyebabkan kaki beliau harus diamputasi sebelah. Sehingga untuk mengajar dan kegiatan beliau harus
115 menggunakan tongkat, dan untuk mobilitas beliau menggunakan sepeda bermmotor yang sudah di modifikasi menjadi roda empat. Beliau memiliki kulit sawo matang dan memakai kaca mata. Beliau adalah orang yang ramah dan mudah tertawa. Beliau menceritakan alasan beliau menyekolahkan putranya di Insan Kamil Karanganyar adalah karena alasan agar mendapatkan pendidikan agama yang cukup, sehingga dapat membentuk karakter islami, selain upaya pendidikan karakter yang sudah beliau lakukan di rumah. Alasan kedua, adalah karena sudah sejak kecil yaitu dari paud sudah di Insan Kamil. Beliau sudah mengenal dengan baik guru dan lingkungan sehingga beliau konsisten menyekolahkan putranya di Insan Kamil Karanganyar. Selain itu setiap bulannya di Insan Kamil Karanganyar selalu diadakan kajian islami untuk orang tua. Hal tersebut tidak beliau dapatkan di sekolah Islam lainnya, bahkan di sekolah tempat beliau mengajarpun juga belum ada. Di Insan Kamil Karanganyar menurut ayah AH juga menanamkan nilai kejujuran. Hal tersebut terbukti dengan karakter putranya ketika di rumah. Bahkan ketika beliau tidak menepati apa yang sudah beliau katakan maka putranya mengingatkan beliau bahwa tindakan tersebut tidak baik. Menurut beliau hal tersebut menandakan bahwa putranya sudah mampu membedakan mana yang jujur mana yang tidak dan mana yang baik dan yang buruk. Di Insan Kamil Karanganyar menurut ayah AH selain adanya kajian, juga ada kegiatan Parenting ada, kemudian ada pula fasilitas grub di media sosial seperti facebook. Beliau mengatakan dengan adanya fasilitas semacam itu dapat digunakan oleh orang tua untuk saling sharing dan tukar pengalaman. Orang tua juga dapat mengontak langsung guru jika anaknya mendapatkan masalah. Dengan demikian, anak dapat terpantau bukan hanya dipantau oleh orang tua akan tetapi juga pihak sekolah. Terlebih di Insan Kamil Karanganyar anak dibiasakan dengan ibadah sunnah dan wajib, menurut ayah AH hal tersebut sangat efektif untuk menanamkan karakter kepada anak. Karena anak dapat belajar cara bertindak dan berkata Rasulullah. Menurut ayah AH putra beliau tidak mencontek karena di sekolahnya dia diajarkan untuk jujur.
116 Informan 11 Nama
: Bunda BS
Tanggal dan Waktu wawancara
: 27 Januari 2016 pukul 16.00 WIB
Tempat wawancara
: di tempat parkir jemputan
Wawancara dengan Bunda (BS) dilakukan ketika beliau sedang menunggu putranya yang saat ini duduk di kelas 9 SMPIT Insan Kamil Karanganyar. Bunda BS adalah salah satu guru di SMA Negeri di Karanganyar. Kulit beliau bersih dan beliau mengenakan jilbab. Bunda BS mengutarakan alasan beliau menyekolahkan putranya di SMPIT Insan Kamil Karanganyar karena sejak SD sudah di SDIT Insan Kamil Karanganyar, biar basic agamanya tidak hilang demikian ungkap beliau. Selain itu agar putranya mendapatkan karena sistem pendidikan di SMPIT Insan Kamil Karanganyar berbeda dengan SMP pada umumnya. Jadi beliau merasa terbantu. Menurut bunda BS putranya memiliki karakter yang lebih baik dibanding ketika dia masih di SD. Misalnya dia tidak pernah menyimpan rahasia kepada orang tua, jika di sekolah adaapa-apa putranya selalu bercerita kepada beliau, kemudian jika hendak bermain biasanya juga cerita apa adanya. Menurut penuturan beliau, penanaman kejujuran di Insan Kamil Karanganyar bagus, karena sejak di SDIT Insan Kamil Karanganyar untuk masalah pembelajaran, si anak tidak pernah mencontek. Putranya pernah bercerita saat tryout pengawas menyuruh siswa untuk bertanya-tanya daripada tidur, akan tetapi tetap tidak ada satupun anak yang bertanya. Saat sudah selesai mengerjakan mereka hanya diam di bangku atau tidur untuk menunggu bel selesai. Sekolah selama ini juga turut memantau anak melalui orang tua. Biasanya sekolah mengadakan kajian maupun parenting untuk membekali orang tua bagaimana mendidik anak yang baik menurut Islam, selain itu wali kelas juga selalu memiliki nomor kontak orang tua siswa untuk memberitahukan kepada orang tua jika putra mereka memiliki masalah tertentu di sekolah, begitupun dengan orang tua jika ingin sharing dengan wali kelas juga bisa.
117 3. Surat Perijinan
118
119
120
LAMPIRAN 1. Hasil Dokumentasi Saat Observasi a. Bukti Adanya Pendidikan Karakter Di SMPIT Insan Kamil Karanganyar
Gambar : Visi dan Misi SMPIT Insan Kamil Karanganyar
79
80 b. Bukti Upaya Pendidikan Karakter Di SMPIT Insan Kamil Karanganyar melalui aturan tertulis
Keterangan: Tata Tertib SMPIT Insan Kamil Karanganyar I
81
Keterangan: Tata Tertib SMPIT Insan Kamil Karanganyar II
82 c. Bukti Adanya Upaya Pendidikan Karakter Di SMPIT Insan Kamil Karanganyar Melalui Pendekatan Diri Kepada Tuhan Yang Maha Esa Untuk membentuk karakter jujur pada diri peserta didik
Keterangan Gambar: Sesi Tahfidz atau Membaca dan Menghafalkan Alqur’an.
83
Keterangan Gambar : Sholat Sunnah Meminta Hujan. Sholat wajib maupun sholat sunnah selalu dibiasakan di SMPIT Insan Kamil Karanganyar, dengan sholat maka peserta didik akan dekat dan merasa selalu ada yang mengawasi, sehingga hal ini akan membuat mereka berhati-hati dalam berkata dan bertindak.
Keterangan gambar: kondisi ruangan SMPIT Insan Kamil Karanganyar Setiap ruangan di SMPIT Insan Kamil Karanganyar selalu dalam keadaan bersih agar dapat digunakan untuk beribadah. Hal ini merupakan salah satu upaya yang dilakukan pihak sekolah untuk mendekatkan diri kepada Allah.
84 d. Bukti Adanya Upaya Pendidikan Karakter Jujur Melalui Mentoring Atau Dirosah
Keterangan Gambar: Sesi Mentoring atau Dirosah siswi putrid Sesi mentoring atau dirosah biasanya digunakan oleh guru untuk menanamkan nilai-nilai islami termasuk di dalamnya nilai kejujuran kepada peserta didik. Berikut merupakan transkip sebagian nasehat bu Whiwich kepada peserta didik mengenai kejujuran: …Jangan dikira allah tidak menghukum orang-orang yang melakukan kejahatan. Misal, ada orang yang mengebom, itu nanti ada aparat kepolisian yang menghukum. Maksiat kecil yang dilihat orang lain, itu juga ada hukumannya. Jadi hukumannya itu tidak selalu langsung nanti mendapat azab. Itu tidak selalu. Jadi hukuman maksiat berupa hilangnya kenikmatan ketika kita beribadah, hilangnya kekhusyukkan ketika kita beribadah. Hilangnya kita ketenangan ketika kita beribadah. Itu adalah salah satu hukuman dari allah kepada orang yang bermaksiat. Misalnya, biasanya kalau mau tilawah satu hari lembar itu biasa saja, ringan, terlaksana dengan baik. tapi suatu ketika mau tilawah itu malasnya luar biasa. Nah itu adalah hukuman dari allah atas maksiat yang kita lakukan. Maksiat itu bisa dilakukan dengan menyakiti teman dengan kata-kata kita, bisa juga
85 melalui kita tidak patuh kepada orang tua, membantah orang tua. Bisa juga misalnya kita berbohong kepada kakak atau adik, atau berbohong kepada ustadzah, nah itu salah satu maksiat. Hukumannya ya itu tadi, mau bangun sholat malam susahnya luar biasa, ngantuknya luar biasa. Nah itu allah menghukum kita. Menghilangkan kemudahan untuk beribadah. Mau puasa sunnah juga ya allah, rasanya berat sekali. Itu juga hukuman dari allah. Jangan dikira untuk orang yang bermaksiat itu langsung yang terlihat, jadi kadangkala hukumannya yang tidak kita rasakan secara nyata. Pernah temen-temen ngalami? Mau sholat malam, ngantuk, alarm sudah bunyi berkali-kali tetap saja ndak bisa melek gitu, mau duha juga malas. Nah itu, itu adalah salah satu hukuman dari allah kepada hambanya ketika dia bermaksiat. Dihilangkan rasa kenikmatan beribadah, dihilangkan rasa kemudahan dalam beribadah. Misalnya saja dengan ttm an, itu ndak terasa. Maksudnya masih saja komunikasi dengan ihwan, biasa-biasa saja, merasa kalau allah tidak menghukum, itu artinya yang aku lakukan biasa saja, tidak masalah. Jangan berpikir seperti itu. Karena bisa jadi allah mengurangi kelancaran dalam menghafal qur’an, mengurangi keberkahan dalam belajar. misal besok mau ujian, malamnya sudah belajar. ketika us/ush menerangkan itu sudah nggateke, sudah mudeng. Tapi pas ujian kok ternyata nilainya jatuh. Nilainya lebih rendah dengan teman-teman yang biasanya memang dia belajarnya kurang. Jadi hukuman itu banyak sekali, bermacam-macam. Hukuman yang paling berat ya hukuman yang itu tadi.hati kita menjadi sampai mati. Kita meninggalkan aktivitas ibadah yang mendekatkan kepada allah. Meninggalkan sholat lima waktu, tapi rasanya tenangtenang saja, itu hatinya mati. Tidak tilawah tapi hatinya juga tenang berarti hatinya mati. Nah kita jangan sampai seperti itu. Lalu gimana us biar kita tidak sampai seperti itu? Biar hati kita ndak mati, biar keimanan kita ndak using, ya keimanan seseorang, ketaatan seseorang itu kan memang naik turun. Bahkan sahabat rosulullah mengatakan begini, ya rosulullah aku itu seperti orang munafik. Kenapa? Ketika sahabat dekat dengan rosulullah, maka bayangan akhirat, bayangan mati selalu melekat di hatinya, maka dia senantiasa mengingat Allah, mengingat mati, tetapi ketika dia sudah berjauhan dengan rosulullah, dia kembali ke keluarganya dia tidak ingat lagi, sudah merasakan kenikmatan dunia,
86 kenikmatan harta, keluarga yang sudah diberikan Allah kepadanya. Itu sahabatnya rosulullah yang hidup di jamannya Rosulullah saja keimanannya bisa naik turun, apalagi kita yng manusia biasa, dan hidupnya sudah sekian ratus tahun dari kehidupan rosulullah. Tidak bisa melihat rosulullah langsung, tidak bisa melihat contoh-contohnya dia, kita hanya bisa membaca dari sejarah buku dan sebagainya…
Keterangan Gambar: Lembar Muttabaah Lembar Muttabaah merupakan lembar amal ibadah sehari-hari yang harus diisi peserta didik selama liburan di rumah. Lembar muttabaah ini merupakan salah satu kegiatan yang ada dalam mentoring atau dirosan di SMPIT Insan Kamil Karanganyar. Tugas ini juga menuntut peserta didik harus jujur, karena nanti akan di cek dengan orang tua apakah benar siswa/siswi mengisinya dengan sejujurjujurnya atau tidak.
87 e. Bukti pihak sekolah menjalin hubungan dengan orang tua/wali murid dalam hal memantau karakter anak
Keterangan Gambar: Surat dari pihak sekolah kepada orang tua Surat tersebut isinya yaitu pemberitahuan bahwa peserta didik libur serta meminta
kerja
sama
orang
tua
untuk
memberikan
mengawasi/member pendampingan terhadap putra putrinya.
kontrol
serta
88 f. Bukti adanya upaya mengatasi pelanggaran
Keterangan Gambar : Kartu Pelanggaran Kartu pelanggaran merupakan kartu yang diberikan oleh pihak sekolah kepada siswa/siswi jika mereka melakukan pelanggaran. Berikut merupakan salah satu contoh kartu pelanggaran yang diberikan kepada salah satu siswa SMPIT Insan Kamil Karanganyar bernama Fadhila Pradonggo Bawono karena dia berkat yang tidak baik. Berikut adalah beberapa hasil foto temuan peneliti mengenai adanya hukuman yang diberlakukan di SMPIT Insan Kamil Karanganyar saat melakukan observasi.
89
Keterangan Gambar: Hukuman yang diterima Devi siswi 9
Keterangan Gambar: Hukuman yang diterima Febrian Ikhsan siswa kelas 9B
90
Keterangan Gambar: Hukuman yang diterima Nikita siswi 9C
Keterangan Gambar: Hukuman yang diterima Muhammad Faris Bintang Aji siswa 9A
91 g. Bukti Kejujuran yang Tertanam pada Peserta Didik Sebagai Hasil dari Pendidikan Karakter di SMPIT Insan Kamil Karanganyar
Keterangan Gambar: siswi putri mengerjakan soal sendiri (tidak mencontek atau bertanya teman)
92
Keterangan Gambar: siswa putra mengerjakan soal ujian sendiri (tidak mencontek atau bertanya teman)
93 2. (FIELD NOTE) Informan 1 Nama
: IR
Tanggal dan Waktu wawancara
: 13 Januari 2016 pukul 08.00 WIB
Tempat wawancara
: Ruang guru
Informan bernama ibu IR merupakan salah satu guru SMPIT Insan Kamil Karanganyar, selama mengajar di sekolah tersebut beliau mendapat amanah menjadi Wali Kelas 7C & anggota bidang kesiswaan. Penulis mengenal beliau karena beliau merupakan alumni Universitas Sebelas Maret. Beliau memiliki cirri fisik tidak terlalu tinggi dan memiliki kulit bersih dengan bibir tipis. Ibu IR merupakan sosok yang religius semenjak beliau kuliah. Beliau sering mengikuti kegiatan kerohanian yang ada di kampus. Selain itu karena tempat kosnya di pondok putri Ar-Royyan semenjak kuliah hingga sekarang menjadikan beliau menyukai kegiatan yang bernuansa islami. Sebagai seorang guru yang cukup lama mengajar di SMPIT Insan Kamil Karanganyar, Ibu IR menjelaskan kepada peneliti bahwa SMPIT Insan Kamil Karanganyar merupakan sekolah yang mengutamakan pendidikan karakter disamping memberikan pendidikan dibidang akademik. Beliau mengatakan bahwa salah satu karakter yang ditanamkan di SMPIT Insan Kamil Karanganyar adalah nilai kejujuran yang tertulis di dalam tata tertib sekolah. yaitu misalnya ada anak yang tidak jujur dan ketahuan melanggar tata tertib maka akan mendapatkan poin. Beliau menerangkan kepada peneliti bahwa nilai kejujuran itu penting, karena mencerminkan orang itu, dia dapat dipercaya atau tidak. Jika dia jujur, berarrti bisa dinilai dia bisa dipercaya. Tapi kalau misalkan seorang anak itu tidak jujur berarti dia tidak bisa dipercaya. Salah satu cara menanamkan kejujuran pada anak di SMPIT Insan Kamil Karanganyar adalah adanya program dirosah. Yaitu pembelajaran islam secara berkelompok. Misal satu kelas dibagi menjadi dua atau tiga kelompok sekitar 10 orang lah. Itu kita lebih mudah dalam menanamkan akhlak kepada anak-anak disitu. Selain itu jika dalam kegiatan pembelajaran sehari-hari ibu IR selalu
94 menekankan pada anak-anak untuk mengerjakan dengan jujur gitu, beliau selalu mengingatkan bahwa yang penting adalah prosesnya agar nanti hasilnya berkah. Dalam penanaman nilai kejujuran ibu IR juga memberikan keteladanan kepada para siswa, contohnya ketika beliau berbuat salah, beliau berani mengakui dan meminta maaf kepada siswa. Selain itu beliau juga memberikan teguran kepada siswa jika ada yang ketahuan tidak jujur. Misalnya ketika ada kasus anak yang berpacaran kemudian ketika ditanya anak tersebut tidak mengaku, padahal sudah terbukti bahwa anak tersebut memiliki pacar, tindakan ibu IR adalah memberikan teguran kemudian memberikan poin dan hukuman kepada siswa tersebut sampai anak tersebut sadar dan tidak ada lagi laporan pelanggaran yang dia lakukan. Ibu IR menceritakan bahwa selain tata tertib tertulis yang berlaku dan ditentukan poin serta hukumannya, peraturan lain yang dapat berlaku di SMPIT Insan Kamil Karanganyar adalah peraturan tidak tertulis yang ditentukan secara kondisional. Misalnya dari kasus yang beliau ceritakan tersebut ditemukan ada siswa yang mengetahui bahwa temannya memiliki pacar, akan tetapi siswa yang mengetahui tersebut tidak melaporkan kepada ustadz/ustadzah, maka anak tersebut mendapatkan poin setengah dari poin si pelaku. Alasannya ialah bahwa tindakan tersebut menutupi kebohongan. Selain adanya keteladanan terdapat pula kegiatan rutin yang biasa dilakukan di lingkungan sekolah yang dapat menumbuhkan kejujuran. Salah satunya kata ibu IR adalah dengan sholat berjamaah. Dari upaya penanaman kejujuran tersebut menurut kesaksian Ibu IR sejauh ini sebagian besar siswa sudah berusaha untuk jujur. Karena mereka juga sudah sering diingatkan, para ustadz/ustadzah juga telah memberi pemahaman. Meskipun masih terdapat beberapa anak yang menurut beliau belum jujur. Akan tetapi biasanya itu untuk yang anak ikhwan (putra). Kalau akhwat (putri) insya allah sudah banyak yang jujur. Terlebih jujur saat pelajaran atau ulangan.
95 Informan 2 Nama
: PES
Tanggal dan Waktu wawancara
: 13 Januari 2016 pukul 10.00 WIB
Tempat wawancara
: Ruang guru
Bapak PES merupakan salah satu guru SMPIT Insan Kamil Karanganyar, beliau telah lebih dari satu tahun mengajar di SMPIT Insan Kamil Karanganyar, selain itu juga beliau mendapatkan amanah menjadi pembina pramuka di sekolah tersebut. Beliau dipilih oleh peneliti sebagai informan karena beliau merupakan guru kunjung, sehingga dirasa lebih obyektif dalam memberikan keterangan tentang karakter siswa. Beliau menceritakan bahwa di dalam menanamkan karakter jujur pada siswa biasanya beliau menyuruh siswa untuk mengoreksi sendiri hasil ulangannya. Untuk mengetes anak tersebut jujur atau tidak beliau akan mengoreksi ulang hasil koreksian siswa. Dalam hal ini sebelumnya beliau harus pula jujur kepada siswa disetiap kesempatan karena menurut beliau guru adalah teladan. Terkadang jika masih menemui siswa yang ketahuan tidak jujur beliau juga selalu menegur. Beliau juga selalu ikut kegiatan rutin yang dilakukan di lingkungan sekolah, misalnya dalam hal yang berkaitan dengan ibadah. Menurut beliau dengan adanya pembiasaan kegiatan beribadah akan dapat menumbuhkan karakter jujur siswa karena siswa akan selalu ingat dengan sang Pencipta. Sehingga anak secara sadar berpikir, bahwa berbohong, berarti dosa, kalau dosa nanti hidupnya di neraka. Beliau memberikan kesaksian kepada peneliti bahwa di SMPIT Insan Kamil Karanganyar mengutamakan nilai kejujuran. Hal tersebut terlihat dari ketika penerimaan siswa baru, pihak sekolah tidak pernah menerima siswa dari jalur belakang, kemudian untuk hal nilai juga pihak sekolah tidak pernah mendongkrak nilai siswa, kemudian adanya snack setiap pagi maupun kathering makan siang tidak pernah kurang. Yang artinya bahwa siswa sudah jujur dengan hanya mengambil yang menjadi jatahnya saja.
96 Informan 3 Nama
: PD
Tanggal dan Waktu wawancara
: 13 Januari 2016 pukul 13.00 WIB
Tempat wawancara
: Ruang guru
Bapak PD merupakan salah satu guru matematika di SMPIT Insan Kamil Karanganyar sekaligus merupakan Wali Kelas 9A. Beliau terkenal tegas dimata siswa. Ketegasan beliau terlihat dari sikap beliau yang tidak toleran dengan tindakan anak yang tidak jujur. Oleh karenanya siswa tidak pernah berani mencontek atau bahkan hanya sekedar bertanya kepada teman saat ulangan, karena jika pak PD sampai mengetahui tindakan tersebut maka beliau akan segera menindaknya. Begitu pula dengan tindakan tidak jujur lainnya. Ketika beliau melihatnya maka siswa yang bersangkutan akan langsung ditegur dan akan mendapatkan iqob (hukuman) dari beliau. Beliau mengatakan bahwa nilai kejujuran ditanamkan di SMPIT Insan Kamil Karanganyar karena sudah terdapat di dalam tata tertib sekolah.selain itu visi dari sekolah juga yang pertama adalah SALEH. Untuk membentuk anak yang SALEH maka salah satu karakter yang harus dimiliki siswa adalah jujur. Salah satu dari peraturan yang mengandung nilai kejujuran di tata tertib itu adalah masalah hp. Siswa yang membawa hp harus konfirmasi ke wali kelas kalau mereka membawa itu untuk apa, lalu hp tersebut harus dititipkan. Jika ada yang tidak jujur nanti hp akan disita selama satu semester. Dari peraturan tersebut pernah ada siswa yang ketahuan kemudian hp terpaksa disita oleh pihak sekolah. Untuk menanamkan kejujuran pada anak menurut pak PD dilakukan oleh pihak sekolah dengan membiasakan anak-anak dengan ibadah wajib maupun sunnah selama dilingkungan sekolah. hal tersebut karena ketika sholat duhur selalu ada askarnya, jadi anak itu sholat apa tidak akan ada yang mengawasi. Jika ada anak yang tidak sholat maka si askar akan melaporkan. Selain itu di dalam sholat selalu ada sesi tausiyah sehingga dapat digunakan untuk memberikan nasehat kepada siswa untuk jujur. Menurut pak PD jika anak sudah tertib dalam sholat maka karakter jujur itu akan tertanam.
97 Menurut pak PD dalam menanamkan kejujuran pada siswa memerlukan keteladanan dari guru. Oleh karenanya beliau juga memberikan keteladanan kepada siswa dengan berusaha mengatakan jujur. Meskipun terkadang beliau merasa malu untuk berkata jujur di depan siswa dalam beberapa hal. Selain keteladanan pak PD juga menjalin hubungan baik dengan orang tua siswa kelas 9A. misalnya saat pengambilan rapor maupun melalui media sosial untuk terus memantau siswa yang menjadi anak didiknya. Beliau juga memanfaatkan sesi wali kelas untuk memberikan nasehat kepada siswa untuk bersikap jujur. Dari upaya yang beliau lakukan, beliau menuturkan bahwa siswa didikannya menunjukkan karakter jujur. Misalnya Terkait juga dengan snack pagi dan kathering belum pernah beliau menemui ada laporan kurang. Kalaupun ada yang laporan snack kurang, ternyata itu ketukar karena setiap kelas kan anaknya beda-beda jumlahnya. Menurut beliau dari kasus tersebut berarti anak sudah paham dengan hak nya, sehingga tidak mengambil jika bukan miliknya. Akan tetapi beliau juga menceritakan bahwa kendala dalam menanamkan kejujuran adalah ketika anak sudah tidak berada di lingkungan sekolah. seperti sebuah kasus yang beliau ceritakan kepada peneliti bahwa pernah ada siswa yang dari rumah ijin kepada orang tua masuk sekolah, akan tetapi ternyata mereka tidak masuk sekolah. Menurut beliau siswa biasanya memiliki kepribadian ganda, maksudnya antara karakter di sekolah dengan di luar dapat berbeda. Informan 4 Nama
: PS
Tanggal dan Waktu wawancara
: 13 Januari 2016 pukul 14.00 WIB
Tempat wawancara
: Ruang guru
Bapak PS merupakan salah satu guru SMPIT Insan Kamil Karanganyar, Wali Kelas 8B & anggota bidang sarana dan prasarana. Beliau merupakan sarjana sastra dan mengajar sastra di SMPIT Insan Kamil Karanganyar. Saat kuliah beliau bukan merupakan seorang yang religius, seperti stereotype anak-anak sastra selama ini, beliau dulunya juga merupakan anak yang kurang rapi saat kuliah. Berdasarkan penuturan seorang siswa saat kuliah beliau pernah sedikit nakal.
98 Akan tetapi saat menjadi guru SMPIT Insan Kamil Karanganyar beliau belajar untuk menjadi religius dengan belajar menghafal al-qur’an. Ketika berbincangbincang dengan beliau terlihat beliau memiliki sisi humoris. Akan tetapi karena beliau laki-laki sedangkan peneliti adalah perempuan beliau selalu menundukkan pandangan ketika berbicara dengan peneliti. Beliau memberikan keterangan bahwa SMPIT Insan Kamil Karanganyar memberikan penanaman nilai kejujuran kepada para siswa. Terbukti dengan adanya kantin kejujuran di lingkungan sekolah. dari kegiatan yang menuntut siswa untuk jujur dengan kesadaran sendiri tersebut terlihat bahwa ada beberapa anak yang tidak membayar. Hanya saja siapa siswa yang tidak membayar tersebut tidak beliau ketahui. Nilai kejujuran di SMPIT Insan Kamil Karanganyar terdapat di dalam tata tertib sekolah. Menurut beliau karena siswa sudah mengetahui tata tertib sekolah dan sekolah sudah sering mengajarkan tentang kejujuran, maka jika mereka melanggar mereka sering mengakui sendiri kesalahan mereka dan rela mendapatkan sangsi. Bpak PS menceritakan misalkan untuk anak-anak yang terlambat, biasanya tidak harus guru yang mencari anak yang terlambat tersebut. Tetapi anak-anak itu datang sendiri melapor, entah itu putri maupun putra. Itu salah satunya saja. Contoh lainnya saat upacara hari senin, di dalam tata tertib aturannya kalau ada atribut tidak lengkap itu dipisahkan sendiri barisannya. Nah itu siswa sudah jujur dengan mengakui kesalahan. Jadi mereka memisahkan sendiri tanpa disuruh. Meskipun beliau juga mengakui bahwa masih ada saja anak yang tidak mengaku ketika melanggar tata tertib sekolah. akan tetapi beliau optimis bahwa jika usaha penanaman kejujuran dilakukan terus-menerus kelak ketika dewasa mereka sudah terbiasa dengan jujur. Oleh karenanya beliau sering menegur jika melihat ada siswa yang tidak jujur di lingkungan sekolah. Terlebih di SMPIT Insan Kamil Karanganyar anak-anak dibiasakan dengan ibadah wajib dan sunnah, hal tersebut dapat menumbuhkan kesadaran untuk berbuat jujur dalam diri siswa.
99 Informan 5 Nama
: IA
Tanggal dan Waktu wawancara
: 14 Januari 2016 pukul 08.00 WIB
Tempat wawancara
: Ruang guru
Ibu IA merupakan salah satu guru SMPIT Insan Kamil Karanganyar, Wali Kelas 7D & anggota bidang kesiswaan. Beliau merupakan figur guru yang ramah dan ringan bicara. Sehingga ketika peneliti melakukan wawancara dengan beliau, peneliti dapat dengan mudah mengorek informasi. Beliau memiliki ciri fisik tinggi, tegap dan berkulit bersih. Posisinya sebagai anggota dari bidang kesiswaan menjadikan beliau banyak mengetahui tentang karakter siswa. Beliau menjelaskan kepada peneliti bahwa SMPIT Insan Kamil Karanganyar melaksanakan pendidikan karakter khususnya tentang 10 nilai karakter muslim selain nilai karakter yang ditentukan oleh diknas. Sehingga nilai kejujuran juga termasuk nilai karakter yang diterapkan di SMPIT Insan Kamil Karanganyar. Nilai kejujuran diatur di dalam tata tertib sekolah dan sudah ada poinnya masing-masing. Upaya untuk menterapi siswa yang melanggar agar tidak mengulangi perbuatannya lagi adalah dengan diberikan iqob (sangsi). Aturan tersebut didasarkan dengan visi SMPIT Insan Kamil Karanganyar yaitu SALEH. Sedangkan kejujuran termasuk di dalam visi SALEH tersebut. Cara ibu IA dalam menanamkan kejujuran kepada siswa adalah dengan sering memberikan nasehat kepada siswa, beliau sering menjelaskan kepada siswa alasan mengapa manusi harus jujur. Terkadang beliau juga suka bercerita dengan menyelipi kejujuran. Menurut beliau bahwa anak-anak lama-kelamaan paham pentingnya kejujuran. Disamping itu beliau juga memberikan keteladan kepada siswa dalam hal kejujuran. Misalnya ialah dengan memberikan jawaban apa adanya ketika ada siswa yang menanyakan tentang masa lalu beliau. Karena ibu IA adalah anggota bidang kesiswaan maka beliau juga sering memberikan teguran apabila ada siswa yang tidak jujur. Beliau juga mengajarkan kepada siswa jika melihat ada temannya yang tidak jujur mereka harus berani mengingatkan, jika temannya dengan diingatkan masih tidak mempan maka boleh dilaporkan kepada guru.
100 Beliau menceritakan kegiatan rutin yang selalu ada di SMPIT Insan Kamil Karanganyar yang biasanya digunakan untuk menanamkan kejujuran kepada siswa adalah tausiyah setelah sholat duhur, kemudian sesi wali kelas, motivasi setiap pagi atau sore setiap mau pulang, kegiatan mentoring. Sebagai seorang guru sekaligus wali kelas ketika kegiatan-kegiatan tersebut beliau selalu gunakan untuk sering menyampaikan kepada siswa bahwa kejujuran itu penting. Karena kejujuran adalah sebaik-baik akhlak seseorang yang dapat mengantarkan kita ke jannahnya ALLAH. Menurut beliau kadang siswa masih takut mengatakan jujur, karena iqob tertentu. Tetapi “Alhamdulillah” kata beliau bahwa seringnya anak diingatkan dan dibiasakan lama-kelamaan anak sudah tahu peraturan dan iqobnya, sehingga ketika melanggar mereka akan mengakuinya. Entah secara terpaksa maupun secara sadar. Bahkan siswa sering menanyakan sendiri mengenai hukuman yang harus mereka terima karena kesalahan mereka. Misalkan lupa tidak mengerjakan PR padahal sudah berjanji PR akan dikumpulkan, siswa tersebut langsung menghadap sendiri kepada ibu IA dan meminta iqob atau hukuman. Beliau juga selalu melakukan kontak dengan orang tua siswa untuk terus memantau siswa ketika mereka berada di rumah, misalnya ketika orang tua sedang menjemput anak di sekolah,biasanya sambil menunggu orang tua sering sharing dan menceritakan/menanyakan anaknya. Selain itu sesi semacam itu dilakukan melalui sms maupun telp. Menurut beliau kendala besar dalam menanamkan nilai kejujuran kepada siswa adalah jika orang tua siswa itu sendiri tidak menanamkan kejujuran kepada anak selama di rumah. Informan 6 Nama
: IW
Tanggal dan Waktu wawancara
: 14 Januari 2016 pukul 10.00 WIB
Tempat wawancara
: Ruang guru
Ibu IW merupakan salah satu guru SMPIT Insan Kamil Karanganyar, Wali Kelas 8C & anggota bidang humas. Peneliti pernah menganal beliau karena beliau merupakan alumni UNS dan sempat berkenalan dengan beliau ketika masih kuliah, saat itu peneliti masih menjadi mahasiswa baru. Ibu IW memiliki ciri fisik
101 tinggi dengan kulit sawo matang. Beliau adalah sosok yang ramah dan mudah kenal dengan orang. Dibandingkan dengan ustadzah lainnya yang menjadi informan dalam penelitian ini, ibu IW merupakan karakter guru yang sabar dan tidak mudah menghukum siswa jika siswa tersebut tidak berbuat yang melampaui batas. Hal ini terlihat ketika beliau mengisi dirosah, terlihat para siswa akrab dengan beliau, seolah bukan dengan guru melainkan dengan kakak sendiri. Beliau juga memanggil siswa dengan sebutan teman-teman, sehingga menjadikan siswa tidak segan dan santai saat sesi pelajaran dengan beliau Saat wawancara ibu IW memberikan kesaksian bahwa di SMPIT Insan Kamil Karanganyar memiliki tata tertib yang mengajarkan kejujuran. Hal tersebut dikarenakan karakter jujur itu merupakan karakter penting, sehingga kata beliau karakter tersebut harus dibangun sejak mereka masih usia sekolah. ibu IW menekankan kepada siswa bahwa mereka harus memiliki karakter unggul dibandingkan dengan siswa lain yang tidak bersekolah di Islam Terpadu, Sesama teman harus bisa menjadi kontrol untuk teman lainnya. Jadi jika ada yang melihat ada siswa yang berbuat tidak jujur, mereka harus berani mengingatkan dan melaporkan yang bersangkutan kepada guru dengan disertai bukti. Bagi beliau penanaman yang demikian tidak akan membuat retak hubungan siswa karena beliau meyakinkan kepada siswa bahwa perbuatan tersebut merupakan tindakan amar ma’ruf nahi munkar. Beliau juga sering menceritakan masa lalu beliau kepada siswa untuk bahan pelajaran. hal tersebut membuat beliau menjadi lebih dekat dengan para siswa. Bagi beliau dengan mengatakan apa adanya masa lalu beliau dengan jujur, merupakan bentuk keteladanan. Misalnya beliau mengakui bahwa dahulu beliau tidak berjilbab, padahal jilbab di dalam Islam adalah wajib. Harapan dengan menceritakan masa lalu semacam itu adalah siswa juga akan belajar jujur dan mengakui kesalahan mereka. Selayaknya seorang guru yang dituntut oleh pihak sekolah untuk menanamkan karakter jujur, ibu IWmengaku juga sering memberikan teguran kepada siswa.beliau menceritakan suatu ketika waktu ujian, ada siswa yang tidak jujur. Beliau melihat dia duduknya tidak tenang, gelisah. Setelah beberapa lama
102 ketika sudah selesai mengerjakan dan mengumpulkan, beliau menghentikan anak tersebut dan menanyakan nomor mana saja yang tidak dikerjakan sendiri. Kemudian menurut beliau siswa tersebut mengakui nomor mana saja yang tidak dia kerjakan sendiri. Lalu setelah itu beliau mengatakan bahwa kejadian tersebut tidak boleh diulangi lagi, dan beliau memaafkan tindakan si siswa. Beliau sering memberikan teguran kepada siswa yang tidak jujur, akan tetapi beliau hanya memberikan gertakan atau sekedar ancaman kepada anak tersebut. Beliau mengaku belum pernah sampai memberikan poin atau iqob terhadap si pelanggar. Dan samapai saat ini menurut beliau anak-anak tidak berani mengulangi perbuatannya. Karena siswa sudah mengetahui konsekuensinya. Beliau juga sering memberikan pesan kepada siswa tentang jujur. Berdasarkan penuturan beliau, beliau selalu mengingatkan anak dengan nama allah, malaikat, dan rosulullah. Karena kemanapun manusia pergi ada allah yang meilhat setiap perbuatan manusia, ada malaikat yang mencatat perbuatan manusia. Beliau mengatakan kepada para siswa “jadi temen-temen bisa saja tidak jujur ke ustadz/ustadah,
tetapi
tunggu
di
akherat
ada
pembalasannya”.
Beliau
menambahkan bahwa dengan sering mengingatkan, maka tertanam dalam diri anak kesadaran untuk jujur. Informan 7 Nama
: K, S, D, KK
Tanggal dan Waktu wawancara
: 15 Januari 2016 pukul 13.00 WIB
Tempat wawancara
: Ruang perpustakaan
Siswa/siswi SMPIT Insan Kamil Karanganyar Wawancara dengan siswa/siswi SMPIT Insan Kamil Karanganyar ini dilaksanakan pada waktu yang berbeda. Tetapi pada hari dan tanggal yang sama yaitu hari Jum’at tanggal 15 Januari 2015. Peneliti mengambil informan berpasangan agar mereka tidak canggung atau malu ketika peneliti mengajak mereka ngobrol. Selain itu, diketahui bahwa di SMPIT Insan Kamil Karanganyar berdasarkan penuturan para guru sesama siswa adalah saling mengontrol maka ketika peneliti mewawancarai siswa a (misalnya), peneliti merasa perlu pula untuk
103 mewawancarai siswa b yang merupakan teman dekat si a. oleh karena itu Informan yang diambil dalam wawancara ini terdiri dari 2 orang siswa bernama (K) dan (S) serta dua orang siswi bernama (D) dan (KK), yang keempatnya merupakan siswa/siswi kelas 9. K adalah anak yang pemalu dengan orang baru, terlihat dari jawabannya yang selalu singkat, lirih dan selalu menahan tertawa ketika ada hal yang lucu. Badannya kecil, hanya setinggi bahu temannya yang bernama S. S berteman dengan K semenjak kelas 7, oleh karena itu peneliti mewawancarai mereka berdua. S adalah anak yang lebih humoris dan terbuka, sehingga dengan adanya S, K juga ikut membuka diri dan memberikan keterangan kepada peneliti. S memiliki tubuh yang tinggi sekitar 140 cm dengan kulit sawo matang. D dan KK juga merupakan teman dekat karena mereka sejak kelas 7 selalu sekelas. Karena kedekatan mereka KK pernah mendapatkan poin karena pelanggaran yang dilakukan oleh D. ciri fisik D adalah berkulit putih dan memiliki tinggi sedang untuk anak seusianya. Selain itu dia juga merupakan anak yang mudah akrab dengan orang baru dan terbuka. Sedangkan KK, dia adalah anak yang humoris tetapi sedikit pelupa. Kulitnya juga putih bersih dan memiliki tinggi seukuran dengan D. Pertanyaan pertama peneliti bertanya kepada mereka mengenai jujur menurut mereka. S mengatakan terus terang ke orang yang menanyai tanpa ditutupi, K menjawab bahwa jujur itu mengatakan yang sebenarnya, demikian juga D dan KK menjawab bahwa sikap jujur itu mengatakan yang sebenarnya, tidak dibuat-buat. Dari keempat jawaban yang terkumpul tersebut artinya bahwa pemahaman mereka mengenai yang dimaksud dengan jujur masih terbatas dengan perkataan. Hal tersebut terbukti dengan jawaban S ketika peneliti bertanya contohnya sikap jujur, dia menjawab bahwa jujur itu jika ada yang tanya sholat tidak, kalau belum ya jawab belum kalau sudah ya jawab sudah, Kalau ditanya orang tua jawabnya selalu jujur, ketika upacara tidak membawa bet. Juga mengatakan apa adanya kalau memang tidak membawa. Jawaban sedikit bergurau diutarakan oleh KK, dia mengatakan bahwa contohnya jujur itu kalau dia sedang lapar
dia katakana
104 bahwa dia sedang lapar. Sedangkan D menjawab bahwa contohnya jujur itu tidak mencontek saat ulangan dan ujian. Karena di SMPIT Insan Kamil Karanganyar diupayakan penanaman nilai kejujuran, peneliti mencoba menggali informasi dari siswa menganai pengalaman mereka ketika tidak jujur. S mengatakan bahwa dia pernah tidak jujur, dia menceritakan ketika pulang les, dia mampir warung tetapi dia mengatakan masih di lokasi les. Dia mengatakan bahwa perasaannya tidak enak dan sebenarnya merasa bersalah, karena menurutnya orang tua sudah memperhatikan dia tetapi malah dibohongin. Kemudian dia juga bercerita lagi bahwa dia pernah berbohong ketika di lingkungan sekolah, yaitu ketika dia datang terlambat tetapi tidak melapor kepada guru piket. Padahal kebiasaan di sekolahnya untuk mengajarkan kejujuran, siswa yang datang terlambat seharusnya melapor sendiri kepada guru yang bersangkutan kemudian mendapatkan poin. Akan tetapi S hanya lewat depan kantor, saat itu tidak ketahuan karena tidak ada yang melihat. Mengenai pelanggaran S juga mengaku pernah dihukum. Menurut ceritanya ketika kelas 7 perlengkapan upacaranya tidak lengkap sampai 4 kali. Kemudian dia mendapat hukuman, hukuman minggu pertama disuruh menyapu selama 3 hari, minggu kedua disuruh menyapu selama seminggu, minggu ketiga disuruh menyapu dua minggu, minggu keempatnya disuruh menyapu satu bulan ditambah harus menyalin satu juz al-Qur’an. Ketika peneliti bertanya kepada S apakah dia memiliki rasa dendam atau marah kepada guru yang menghukum dia menjawab bahwa dulunya dia merasa dendam dan marah kepada beliau, akan tetapi ungkapnya lagi ada temannya yang memberikan nasehat bahwa itu juga untuk kebaikan dirinya sendiri, S juga menyadari bahwa bahwa hukuman tersebut memang untuk kebaikannya sendiri. S masih bercerita tentang pelanggaran yang pernah dia lakukan selama di sekolah. Dia bercerita bahwa dia pernah mboncengin perempuan padahal peraturan sekolah tidak boleh pacaran. Kemudian dia ketahuan, hal tersebut dikarenakan ada yang melaporkan kepada guru sehingga dia terpaksa mengakui perbuatannya dan mendapatkan poin. Sambil bergurau S mengatakan bahwa guru selalu ada dimana-mana, karena serba tahu jika ada pelanggaran yang dilakukan siswa. Masih dalam nuansa wawancara
105 dengan peneliti S bercerita lagi bahwa dia juga pernah berbuat bohong. Karena dia sebenarnya tidak ikut kathering sekolah akan tetapi ketika makan siang dia ikut mengambil jatah makan. Dia menambahkan bahwa saat itu yang berbuat demikian banyak, hanya saja semuanya tidak ketahuan. Hanya satu anak yang ketahuan dan hanya anak tersebut yang mendapat teguran. Salah satu anak yang juga ikut dalam tindakan tersebut adalah K. Dia bersama S dan teman lainnya mengaku pernah tidak jujur dengan mengambil jatah makan kathering yang bukan haknya. K juga bercerita bahwa dia pernah juga berbohong ketika di bis. Dia pernah tidak membayar dan mengecoh si kondektur, ketika si kondektur meminta uang dia mengatakan bahwa sudah membayar. K mengungkapkan perasaannya saat itu dengan kalimat “ya rodok bersalah”. D memiliki pengalaman lain dalam hal tidak jujur. Dia mengatakan bahwa dia pernah mengatakan kepada orang tua mau maen ke mall tetapi pamitnya ke tempat temen. Kemudian ketika peneliti memancing pertanyaan perbuatan tidak jujur akan tetapi ketahuan pihak sekolah kepada D, D menjawab bahwa memang pernah, akan tetapi menurutnya itu aib. Akan tetapi sebelumnya peneliti sudah mempelajari pelanggaran-pelanggaran yang pernah dilakukan oleh D melalui catatan buku perbaikan akhlak yang diberikan guru bidang kesiswaan. Peneliti mencoba menebak pelanggaran yang D katakana sebagai aib tersebut dengan sedikit menggoda, dan ternyata itu benar bahwa maksud dia adalah mengenai pacaran. D menceritakan bahwa dia pernah pacaran, kemudian ada yang melaporkan. Jadi secara terpaksa dia harus mengakui perbuatannya ketika di sidang oleh guru. Dia mengaku perasaannnya sebenarnya tidak tenang ketika dia menutupi perbuatannya, dan ketika ditanya apa dia pacaran akan tetapi dia jawab bahwa dia tidak punya. Tetapi dia mengatakan takut kehilangan pacarnya. Dia menyadari bahwa pacaran di dalam Islam itu dilarang dan berdosa tetapi dia takut ketahuan dan mendapatkan hukuman. Karena hukuman yang diberikan menurutnya memalukan, yaitu diminta memakai jilbab merah. D bercerita ketika UTS awal kelas 9 selama seminggu full disuruh memakai jilbab merah tersebut. padahal tempat duduknya waktu UTS di bagian tengah paling depan. Saat itu gurunya yang laki-laki melihatnya sambil tersenyum-senyum. Hal tersebut
106 membuat dirinya sangat malu dan sakit hati. Ditambah lagi D harus menghadap kepala sekolah karena tindakannya. Menurutnya hukuman tersebut sangat berat, disisi lain D juga tidak bisa dengan sepenih hati mentaati peraturan yang berlaku di sekolahnya tersebut. Hal tersebut karena SMPIT Insan Kamil Karanganyar sebenarnya bukan sekolah tujuannya. D bercerita bahwa alasannya memilih sekolah tersebut adalah karena adik-adiknya sekolah di SDIT Insan Kamil Karanganyar, sedangkan dahulu dia pernah memiliki teman yang menurut dia menyebalkan. Temannya tersebut masuk di SMP di Jaten, sehingga tanpa berpikir panjang dia mendaftar di SMPIT Insan Kamil Karanganyar. Akan tetapi ungkapnya, ketika sudah menjadi siswa di SMPIT Insan Kamil Karanganyar D merasa menyesal karena menurutnya banyak peraturan yang harus dipenuhi. Pengalaman tidak jujur yang pernah KK lakukan ialah, pernah dia pamit ijin belajar ke rumah teman kepada orang tuanya akan tetapi sebenarnya dia hanya maen ke tempat lain. KK sambil senyum-senyum mengatakan bahwa dia tidak ada perasaan apa-apa ketika berkata bohong tersebut. Ketika di sekolah dia bercerita bahwa pernah dia datang terlambat. Seperti kebiasaan, seharusnya dia melapor sendiri ke guru kemudian mendapat poin. Akan tetapi dia tidak melakukannya. Karena sifatnya yang humoris, dia menjawab sekenanya ketika ada temannya yang mengingatkan kepadanya untuk segera melapor. Akhirnya dia dipanggil guru untuk mendapatkan poin. Dari beberapa pengalaman yang diceritakan keempat siswa SMPIT Insan Kamil Karanganyar tersebut, peneliti menggali perasaan dan sikap mereka setelah mendapatkan hukuman dari perbuatan tidak jujur yang mereka lakukan. D menjawab bahwa dia berusaha tidak mengulangi perbuatannya lagi, akan tetapi dia mengatakan bahwa itu bukan berarti dia jera, karena baginya yang menakutkan itu adalah hukuman yang harus dia terima ketika pelanggaran itu sampai ketahuan. Kemudian peneliti juga menanyakan apakah di SMPIT Insan Kamil Karanganyar diajarkan kejujura, kemudian lewat kegiatan apa saja hal tersebut diajarkan. S menjawab bahwa guru di SMPIT Insan Kamil Karanganyar mengajarkan kejujuran melalui lewat mentoring. Biasanya dengan mengisi kertas
107 amal yaumi, kalau dia berbohong saat mengisi dia akan merasa bersalah sendiri, jadi kedepannya dia tidak berbohong lagi, dia isi apa adanya. Padahal dahulu dia pernah berbohong saat mengisinya. Hal tersebut karena gurunya selalu mengingatkan untuk mengisi amal yaumi sejujur-jujurnya saja. Kemudian saat ulangan juga, guru selalu mengajarkan untuk mengerjakan sendiri tetapi S mengaku kalau ada kesempatan dia tetap melihat jawaban temannya. Guru yang sering mengingatkan untuk jujur tersebut bernama pak Aris. Pak Aris merupakan guru olah raga sekaligus koordinator bidang kesiswaan. Menurut penuturan S pak Aris selalu meyakinkan siswa jika mereka jujur saat mengerjakan nanti saat ujian mereka akan mendapatkan kemudahan dan S sebenarnya percaya akan hal tersebut. Berbeda dengan cerita dari D. Dia menceritakan bahwa guru yang selalu mengajarkan kejujuran adalah Ustadzah Sakti. Salah satu yang selalu diajarkan oleh beliau adalah jujur saat mengerjakan ulangan maupun tugas. Beliau selalu menanamkan kepada D dan teman-temannya bahwa Allah selalu melihat semua perbuatan manusia, sehingga tidak perlu berbohong. Dan ternyata bagi D hal tersebut memberikan dampak. D mengatakan bahwa selama bersekolah di SMPIT Insan Kamil Karanganyar ketika ujian seperti UAS, UTS dia belum pernah menyontek. Hal tersebut karena guru selalu mengingatkan dan mengajarkan jujur disetiap kesempatan bertatap muka dengan siswa, sehingga D menjadi terbiasa untuk mandiri saat mengerjakan. Disamping itu, menurut pengakuan D para guru (Ustadz/ustadzah) benar-benar tegas dalam hal masalah jujur. Misalnya jika ada siswa yang ketahuan mencontek maka akan diberi nilai nol, lembar jawab akan disilang gini. Belum lagi dengan guru yang galak, bisa mendapatkan hukuman lebih dari itu. Menurut mereka guru di SMPIT Insan Kamil Karanganyar juga memberikan keteladanan untuk berbuat jujur kepada mereka. contohnya adalah pak Sapdo. Menurut S pak Sapdo berani mengakui bahwa beliau dahulu sempat nakal. Akan tetapi sekarang beliau sudah berubah. Berbeda lagi dengan D. menurut D bu Sakti dan pak Daryono adalah guru yang sering memberikan keteladanan dalam berbuat jujur. Karena sikapnya yang tegas. Beliau berdua
108 sangat tidak toleran dengan siswa yang tidak jujur. Selain mereka juga ada pak Aris, dan bu Whiwich,karena beliau selalu berbicara apa adanya. Kegiatan yang diadakan oleh sekolah yang dapat menginspirasi mereka untuk jujur adalah muqoyyam, konseling, dan rutinitas ibadah di sekolah. S menceritakan bahwa dengan adanya muqoyyam atau kemah dia mendapatkan pelajaran untuk menjadi anak yang disiplin, jujur kalau tidak nanti mendapatkan hukuman. Sejak dari kegiatan tersebut S melatih diri untuk jujur. Kegiatan muqoyyam tersebut diadakan ketika S menjadi siswa baru di SMPIT Insan Kamil Karanganyar. Keterangan dari KK, kegiatan yang membuat dia belajar untuk jujur adalah saat sesi konseling. Selain itu kegiatan lain yang membuat mereka menjadi ada perasaan takut berbohong adalah kebiasaan ibadah rutin yang sudah menjadi keharusan mereka sebagai siswa SMPIT Insan Kamil Karanganyar. Informan 8 Nama
: PTS
Tanggal dan Waktu wawancara
: 18 Januari 2016 pukul 08.00 WIB
Tempat wawancara
: Ruang kepala sekolah
Bapak PTS merupakan kepala sekolah di SMPIT Insan Kamil Karanganyar. Beliau mulai menjabat sebagai kepala sekolah sejak bulan Oktober 2013 sampai saat ini. Beliau memiliki ciri fisik yang tidak terlalu tinggi, kira-kira sekitar 150an cm. Beliau memiliki tubuhh yang tidak terlalu gemuk dengan kulit sawo matang. Berdasarkan data statistik yang terletak di ruang guru, umur beliau merupakan yang paling tua diantara guru-guru lainnya, sehingga pantas jika rambut beliau sudah beruban. Beliau memiliki gigi ompong dibagian depan, peneliti sempat melihatnya karena beliau memiki sisi humoris, sehingga ketika mengobrol dengan peneliti kemudian sempat beliau tertawa terlihat ciri beliau tersebut. Raut wajah beliau tegas dan terlihat galak, akan tetapi jika sudah mengenal beliau sebenarnya beliau sama sekali tidak galak, bahkan beliau adalah sosok yang ramah dan pendengar yang baik. Sisi religius yang beliau miliki membuat beliau layak memimpin SMPIT Insan Kamil Karanganyar, menjadi kepala sekolah. Sisi religius beliau diperlihatkan dengan sikap beliau yang tidak
109 mau bersalaman dengan lawan jenis, selalu menjawab salam dengan lengkap serta selalu mengucap basmallah ketika memulai kegiatan, misalnya saat peneliti hendak memulai wawancara dengan beliau, beliau mengawali obrolan kami dengan basmalah dan mendo’akan semoga informasi yang beliau berikan dapat bermanfaat bagi peneliti. Menurut penuturan beliau di SMPIT Insan Kamil Karanganyar memang benar menjalankan pendidikan karakter disamping mengajarkan ilmu pengetahuan umum. Akan tetapi pendidikan karakter yang dijalankan di sekolah adalah pendidikan karakter untuk membentuk karakter yang islami kepada siswa. Misalnya siswa dilarang untuk makan dan minum dengan tangan kiri. Selama di lingkungan sekolah siswa dilarang bernyanyi nyanyian yang tidak islami. Alasannya adalah nyanyian pada umumnya tidak memiliki nilai didik, hal tersebut dapat merusak karakter siswa jika mereka sering menyanyikannya. Selain itu beliau juga mengatakan bahwa ustadzah juga harus selalu memakai pakaian yang menutup aurat. Yaitu pakaian longgar, jilbab besar dan memakai kaos kaki. Beliau pernah bercerita bahwa pernah dahulu ada guru kunjung, akan tetapi pakaiannya tidak sesuai dengan aturan sekolah, terpaksa beliau tegur. Akan tetapi ada lagi yang demikian, hanya saja beliau sudah tua dan hanya sebentar mengajar di SMPIT Insan Kamil Karanganyar, akhirnya beliau biarkan akan tetapi beliau memberikan pengertian kepada siswa agar memberikan pengecualian kepada guru tersebut. Semua yang anggota keluarga SMPIT Insan Kamil Karanganyar baik guru, maupun siswa termasuk kepala sekolah diwajibkan untuk sholat berjamaah. Untuk putra wajib sholat di masjid. Akan tetapi untuk putri sholat di masingmasing kelas mereka. semua ruangan di SMPIT Insan Kamil Karanganyar selalu dikondisikan bersih karena sepatu harus dilepas dan ditaruh di rak bagian depan gedung sekolah. Hal tersebut bertujuan agar setiap ruangan selalu dalam keadaan suci sehingga dapat digunakan untuk ibadah. Bukan hanya untuk sholat tetapi juga membaca qur’an, berdzikir dan ibadah lainnya. Sekolah juga membiasakan ibadah sunnah seperti qiyamul lail, puasa sunnah seperti senin-kamis. Akan tetapi untuk qiyamul lail dan puasa belum dipaksakan kepada siswa karena masih anak-anak.
110 Selain itu, ada pula sholat sunnah duha. Akan sholat sunnah dhuha disarankan dikerjakan di lingkungan sekolah agar dipantau oleh guru. Oleh karena pukul 7.15-7.30 siswa belum menerima pelajaran meskipun bel masuk sudah berbunyi, waktu tersebut digunakan untuk sholat dhuha bersama. Baru pukul 7.30 pelajaran dimulai. Belajar al-qur’an menjadi kegiatan intra kurikuler. Kelas 7 dan 8 mendapatkan jatah belajar al-qur’an sebanyak 5 jam pelajaran sementara kelas 9 mendapatkan jatah tujuh jam pelajaran. menurut beliau itu waktu yang banyak, karena Matematika yang masuk ujian nasional saja tidak sampai mendapatkan perhatian dengan alokasi waktu 5-7 jam pelajaran. Hal tersebut karena SMPIT Insan Kamil Karanganyar konsen dengan pendidikan karakter islami. Bukti pelaksanaan pendidikan karakter di SMPIT Insan Kamil Karanganyar ditunjukkan melalui visi dan misi sekolah. Nomor satu meluluskan generasi Insan Kamil yang terbiasa dengan ibadah kepada Allah. Kedua, mengembangkan budi pekerti luhur yang ketiga malu berbuat keburukan. Misi sekolah mulai dari nomor satu sampai nomor tujuh ini adalah masalah SALEH. SALEH adalah visi yang pertama sekolah. Sisa tiga poin merupakan misi dari visi BERPRESTASI. Misi yang pertama yaitu meluluskan generasi Insan Kamil yang terbiasa dengan ibadah kepada Allah tersebut menjadi tujuan utama yang membawahi misi di bawahnya. Salah satu karakter islami adalah jujur. Menurut penuturan bapak PTS kejujuran di SMPIT Insan Kamil Karanganyar menjadi nomor satu karena tidak jujur itu keburukan. Cara penanaman kejujuran di lingkungan sekolah adalah dengan keteladanan dan pembiasaan. Beliau juga menceritakan bahwa kendala sekolah dalam menanamkan kejujuran adalah karena menurut beliau keadaan sekarang ini kejujuran sudah tidak lagi dihargai karena di luar sekolah banyak orang bahkan bisa saja termasuk orang tua siswa itu sendiri, mereka tidak memberikan keteladanan dan pembiasaan kepada anak untuk berbuat jujur. Tetapi meskipun di luar sana jujur tidak lagi dihargai, beliau tetap optimis bahwa dihadapan Allah jujur itu tetap penting dan siapa yang jujur dan mengajarkannya tetap akan mendapatkan pahala. Oleh karenanya beliau tetap berusaha menanamkan kejujuran kepada siswa selama mereka berada di lingkungan sekolah.
111 Pak PTS mengungkapkan efek dari upaya yang dilakukan oleh sekolah adalah anak berani mengakui sendiri kesalahannya dan rela mendapatkan hukuman. Padahal tanpa mengakuipun guru maupun kepala sekolah tidak mengetahui kesalahannya. Hal tersebut dikarenakan siswa sudah mengetahu peraturan yang berlaku di lingkungan sekolah sekaligus mereka juga sudah mengetahui hukuman yang akan mereka terima ketika mereka melanggar. Mereka pun sudah menyetujui akan adanya aturan tersebut. Meskipun demikian menurut pengakuan pak PTS masih ada siswa yang ingin mencoba melanggar aturan sekolah dan tidak jujur ketika ditanya. Akan tetapi sikap beliau tidak langsung menghukum mereka melainkan beliau beri pengertian dengan sabar. Menurut beliau dengan sikap beliau tersebut menjadikan siswa enggan untuk mengulangi lagi perbuatannya. Beliau mengatakan kepada peneliti bahwa penanaman kejujuran itu harus dilkukan dengan konsisten. Jika sekali saja ada perbuatan tidak jujur yang diloloskan tanpa adanya tindakan, misalnya tidak diberi nasehat maupun teguran maka siswa akan mengulanginya lagi. Beliau menceritakan ada seorang siswa yang tidak mengumpulkan tugas kepada guru mata pelajaran tertentu. Sampai waktu penerimaan rapor siswa tersebut masih belum mengumpulkan, maka secara tegas beliau meminta guru mapel yang bersangkutan tersebut untuk mengosongi dan tidak memberikan nilai kepada siswa tersebut. Ketika orng tua si anak menanyakan, wali kelas menceritakan masalah anak tersebut. Sikap tegas pihak sekolah tersebut untuk memberikan pelajaran kepada siswa agar dia tidak mengulangi perbuatannya. Karena berarti dia bersikap tidak jujur dan tidak bertanggung jawab. Demi konsen dengan kejujuran, pak PTS tidak pernah putus asa untuk terus mengingatkan kepada siswa untuk selalu jujur disetiap kesempatan. Misalnya saat menjadi Pembina upacara bendera. Informan 9 Nama
: Bunda BW
Tanggal dan Waktu wawancara
: 26 Januari 2016 pukul 08.00 WIB
Tempat wawancara
: di rumah bunda BW daerah Ngijo Wetan
112 Bunda BW merupakan salah satu dari wali murid atau orang tua dari salah satu siswi yang bersekolah di SMPIT Insan Kamil Karanganyar. Beliau memiliki ciri fisik tinggi besar dengan kulit sawo matang dan berkaca mata. Beliau memiliki 2 anak. Anak yang pertama adalah perempuan yang bersekolah di SMPIT Insan Kamil Karanganyar, sedangkan anak yang kedua adalah laki-laki yang bersekolah di TKIT Insan Kamil Karanganyar. Sejak dari TK, SD hingga SMP beliau konsisten menyekolahkan anaknya di Insan Kamil Karanganyar. Bunda BW adalah sosok ibu yang perhatian dengan putra dan putrinya. Tugasnya yang hanya menjadi ibu rumah tangga sambil setiap sore mengajar di TPA kampung membuat beliau memiliki banyak waktu untuk mengurus dan memantau kegiatan sehari-hari anak sampai apa saja tugas yang diberikan sekolah juga beliau ikut memantau. Sifatnya yang ramah, ringan tangan dan terbuka membuat peneliti mudah akrab dengan beliau. Peneliti mengenal beliau ketika masa KKN (Kuliah Kerja Nyata), dan beliau banyak memberikan bantuan kepada tim KKN peneliti. Bunda BW memiliki banyak alasan dengan menyekolahkan putra dan putrinya di Insan Kamil Karanganyar. Pertama menurut beliau bahwa pembekalan agama dari kecil itu penting. Sedangkan mungkin pengetahuan beliau sebagai orang tua masih kurang. Selain itu di SMPIT Insan Kamil Karanganyar tidak hanya diajarkan tentang mata pelajaran umum tetapi juga adanya porsi pendidikan agama yang lebih. Hal tersebut menurut beliau dapat membentengi putrinya dari pengaruh negatif lingkungan, terlebih putrid beliau dirasa sudah remaja dan menginjak dewasa. Selain itu beliau juga merasa mendapatkan keuntungan ketika putrinya bersekolah di SMPIT Insan Kamil Karanganyar. Contohnya masalah hafalan, karena di sekolah diwajibkan untuk menghafal al-Qur’an, sering putrinya selama di rumah meminta beliau untuk menyimak hafalan putrinya, dengan demikian beliau menjadi ikut mendengar dan lama-kelamaan beliau ikut hafal sehingga bisa beliau ajarkan ulang kepada anak-anak TPA. Contoh lain, di SMPIT Insan Kamil Karanganyar selalu diadakan kajian sebulan sekali namanya matik. Itu untuk orang tua. Hal tersebut dapat menambah wawasan agama beliau, yang nantinya dapat beliau gunakan pula untuk mengajar anak maupun membaginya
113 dengan anak-anak TPA. Kemudian adanya fasilitas tausiyah dari media sosial misalnya lewat facebook, yang menambah wawasan bunda BW. Disamping itu, beliau juga sangat senang dengan perubahan putrinya yang menjadi semakin baik. Misalnya dia mau memakai pakaian longgar dan jilbab lebar. Menurut penuturan bunda BW, guru di SMPIT Insan Kamil Karanganyar sangat sabar. Beliau sering sharing dengan guru yang mengajar khususnya wali kelas putrinya. Beliau ingin selalu mengontrol putrinya selama dia berada di sekolah sehingga beliau mengetahu perkembangan putrinya. Untuk tetap mengontrol putrinya bunda BW juga menyuruh anaknya untuk rutin ikut karete, agar putrinya memiliki kegiatan positif sehingga tidak sempat memiliki waktu untuk kegiatan yang dikhawatirkan tidak baik. selain itu beliau juga tidak membiarkan anaknya main dengan membawa kendaraan bermotor sendiri. Beliau selalu mengantar putrinya kemana dia ingin main. Beliau juga selalu mengontrol dengan siapa anaknya bermain dan sispa saja teman dekatnya. Hal tersebut membuat beliau dekat dengan putrinya, sehingga putrinya selalu jujur kepada beliau. Beliau mengatakan bahwa ilmu mendidik anak seperti salah satunya pentingnya perhatian kepada anak beliau dapatkan juga melalui Insan Kamil Karanganyar, yang biasanya mengadakan parenting untuk orang tua siswa. Ustadz/ustadzah yang mengisi parenting diambilakn dari orang yang memiliki kompetensi seperti misalnya dari psikologi anak. Jadi menurut kesaksian beliau ketika menyekolahkan putrinya di Insan Kamil Karanganyar, beliau merasakan adanya kedekatan orang tua sama anak, orang tua sama wali kelas, wali kelas sama anak yang seolah seperti garis segitiga yang tidak ada putusnya. Jadi wali kelas dekat dengan anak dekat pula dengan orang tua dari anak. Bunda BW mengatakan bahwa di SMPIT Insan Kamil Karanganyar jelas menanamkan kejujuran kepada siswa. Menurut beliau, putri beliau tidak pernah mencontek saat ulangan. Berapapun nilainya beliau percaya bahwa nilai tersebut didapatkannya dari usaha sendiri. Beliau juga mengungkapkan bahwa sebelum ujian, pihak sekolah selalu berusaha memberikan tambahan jam pelajaran untuk persiapan siswa saat mengerjakan. Bunda BW juga pernah melaksanakan ujian untuk melamar menjadi guru TK yang dilaksanakan di SMPIT Insan Kamil
114 Karanganyar, beliau memberikan kesaksian bahwa meja dan kursi di sekolah tersebut bersih tanpa ada coretan bolpoin, pensil maupun tipe x. Padahal biasanya di sekolah pada umumnya, meja dan kursi siswa selalu penuh dengan coretan tulisan yang isinya adalah contekan. Menurut beliau, berarti benar jika di SMPIT Insan Kamil Karanganyar para siswa tidak ada yang berani mencontek. Bahkan pernah ada teman dari putrinya menangis karena tidak mau diajari oleh guru yang menjadi pengawas saat tryout sekolah, pada waktu itu pengawas berasal dari SD Negeri, sehingga tidak mengetahui kebiasaan para siswa yang selalu mengerjakan sendiri. Guru tersebut melihat jawaban si anak, dan mengetahui bahwa jawaban itu salah, kemudian beliau berusaha membantu memberikan jawaban yang benar, tidak tahunya malah membuat anak tersebut menolak hingga menangis. Anak tersebut bernama Selonia dan merupakan teman sekelas dari putrinya. Dampak dari penanaman kejujuran di sekolah juga dirasakan oleh bunda BW terhadap sifat anaknya di rumah yang terbuka. Bunda BW menceritakan bahwa putrinya selalu mengatakan apa adanya jika menginginkan atau membutuhkan sesuatu. Sebagai ibu, beliau juga mengaku tidak pernah memarahi putrinya jika putrinya mengakui kesalahannya, atau mendapatkan nilai yang tidak bagus sebagai hasil ulangannya di sekolah. Menurut beliau jika orang tua sering memarahi anak, hal tersebut akan membuat anak takut kepada orang tua dank arena takut membuat anak menjadi tidak jujur. Informan 10 Nama
: Ayah AH
Tanggal dan Waktu wawancara
: 27 Januari 2016 pukul 15.00 WIB
Tempat wawancara
: di tempat parkir jemputan
Wawancara dengan Ayah (AH) dilakukan saat beliau menunggu putranya. Pak AH adalah seorang PNS yang mengajar di SMP Muhammadiyah. Beliau hanya memiliki satu putra yang beliau sekolahkan di Insan Kamil Karanganyar. Beliau memiliki tubuh kurus dan tidak terlalu tinggi. Beliau pernah mengalami kecelakaan saat masih kuliah yang menyebabkan kaki beliau harus diamputasi sebelah. Sehingga untuk mengajar dan kegiatan beliau harus
115 menggunakan tongkat, dan untuk mobilitas beliau menggunakan sepeda bermmotor yang sudah di modifikasi menjadi roda empat. Beliau memiliki kulit sawo matang dan memakai kaca mata. Beliau adalah orang yang ramah dan mudah tertawa. Beliau menceritakan alasan beliau menyekolahkan putranya di Insan Kamil Karanganyar adalah karena alasan agar mendapatkan pendidikan agama yang cukup, sehingga dapat membentuk karakter islami, selain upaya pendidikan karakter yang sudah beliau lakukan di rumah. Alasan kedua, adalah karena sudah sejak kecil yaitu dari paud sudah di Insan Kamil. Beliau sudah mengenal dengan baik guru dan lingkungan sehingga beliau konsisten menyekolahkan putranya di Insan Kamil Karanganyar. Selain itu setiap bulannya di Insan Kamil Karanganyar selalu diadakan kajian islami untuk orang tua. Hal tersebut tidak beliau dapatkan di sekolah Islam lainnya, bahkan di sekolah tempat beliau mengajarpun juga belum ada. Di Insan Kamil Karanganyar menurut ayah AH juga menanamkan nilai kejujuran. Hal tersebut terbukti dengan karakter putranya ketika di rumah. Bahkan ketika beliau tidak menepati apa yang sudah beliau katakan maka putranya mengingatkan beliau bahwa tindakan tersebut tidak baik. Menurut beliau hal tersebut menandakan bahwa putranya sudah mampu membedakan mana yang jujur mana yang tidak dan mana yang baik dan yang buruk. Di Insan Kamil Karanganyar menurut ayah AH selain adanya kajian, juga ada kegiatan Parenting ada, kemudian ada pula fasilitas grub di media sosial seperti facebook. Beliau mengatakan dengan adanya fasilitas semacam itu dapat digunakan oleh orang tua untuk saling sharing dan tukar pengalaman. Orang tua juga dapat mengontak langsung guru jika anaknya mendapatkan masalah. Dengan demikian, anak dapat terpantau bukan hanya dipantau oleh orang tua akan tetapi juga pihak sekolah. Terlebih di Insan Kamil Karanganyar anak dibiasakan dengan ibadah sunnah dan wajib, menurut ayah AH hal tersebut sangat efektif untuk menanamkan karakter kepada anak. Karena anak dapat belajar cara bertindak dan berkata Rasulullah. Menurut ayah AH putra beliau tidak mencontek karena di sekolahnya dia diajarkan untuk jujur.
116 Informan 11 Nama
: Bunda BS
Tanggal dan Waktu wawancara
: 27 Januari 2016 pukul 16.00 WIB
Tempat wawancara
: di tempat parkir jemputan
Wawancara dengan Bunda (BS) dilakukan ketika beliau sedang menunggu putranya yang saat ini duduk di kelas 9 SMPIT Insan Kamil Karanganyar. Bunda BS adalah salah satu guru di SMA Negeri di Karanganyar. Kulit beliau bersih dan beliau mengenakan jilbab. Bunda BS mengutarakan alasan beliau menyekolahkan putranya di SMPIT Insan Kamil Karanganyar karena sejak SD sudah di SDIT Insan Kamil Karanganyar, biar basic agamanya tidak hilang demikian ungkap beliau. Selain itu agar putranya mendapatkan karena sistem pendidikan di SMPIT Insan Kamil Karanganyar berbeda dengan SMP pada umumnya. Jadi beliau merasa terbantu. Menurut bunda BS putranya memiliki karakter yang lebih baik dibanding ketika dia masih di SD. Misalnya dia tidak pernah menyimpan rahasia kepada orang tua, jika di sekolah adaapa-apa putranya selalu bercerita kepada beliau, kemudian jika hendak bermain biasanya juga cerita apa adanya. Menurut penuturan beliau, penanaman kejujuran di Insan Kamil Karanganyar bagus, karena sejak di SDIT Insan Kamil Karanganyar untuk masalah pembelajaran, si anak tidak pernah mencontek. Putranya pernah bercerita saat tryout pengawas menyuruh siswa untuk bertanya-tanya daripada tidur, akan tetapi tetap tidak ada satupun anak yang bertanya. Saat sudah selesai mengerjakan mereka hanya diam di bangku atau tidur untuk menunggu bel selesai. Sekolah selama ini juga turut memantau anak melalui orang tua. Biasanya sekolah mengadakan kajian maupun parenting untuk membekali orang tua bagaimana mendidik anak yang baik menurut Islam, selain itu wali kelas juga selalu memiliki nomor kontak orang tua siswa untuk memberitahukan kepada orang tua jika putra mereka memiliki masalah tertentu di sekolah, begitupun dengan orang tua jika ingin sharing dengan wali kelas juga bisa.
117 3. Surat Perijinan
118
119
120