PERAN PENDIDIKAN AKHLAK DALAM MENGEMBANGKAN KEMAMPUAN MENGENDALIKAN EMOSI PADA ANAK DI LINGKUNGAN KELUARGA MUSLIM (Survey RT 02 RW 03 Kelurahan Cilodong) SKRIPSI Diajukan kepada Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan untuk memenuhi syarat memperoleh gelar Sarjana Pendidikan Islam
OLEH
IKA WIEBOWO NIM : 106011000106
JURUSAN PENDIDIKAN AGAMA ISLAM FAKULTAS ILMU TARBIYAH DAN KEGURUAN UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA 1432 H/2010 M
LEMBAR PERSETUJUAN PERAN PENDIDIKAN AKHLAK DALAM MENGEMBANGKAN KEMAMPUAN MENGENDALIKAN EMOSI PADA ANAK DI LINGKUNGAN KELUARGA MUSLIM
Skripsi Diajukan kepada Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan untuk memenuhi syarat memperoleh gelar Sarjana Pendidikan Islam
Oleh: IKA WIEBOWO 106011000106
Di bawah bimbingan
Dra. Hj. Elo al- Bugis, M.A. NIP. 19560119 199403 2 001
SURAT PERNYATAAN KARYA SENDIRI Saya yang bertanda tangan di bawah ini: Nama
: Ika Wiebowo
Tempat / Tgl Lahir
: Mojokerto, 12 Januari 1987
Jurusan
: Pendidikan Agama Islam
Judul Skripsi
: Peran Pendidikan Akhlak dalam Mengembangkan Kemampuan Mengendalikan Emosi pada Anak di Lingkungan Keluarga Muslim
Dosen Pembimbing
: Dra. Hj. Elo al-Bugis, M.A.
Dengan ini menyatakan bahwa skripsi yang saya buat benar-benar hasil karya sendiri dan saya bertanggung jawab secara akademis atas apa yang saya tulis. Pernyataan ini dibuat sebagai salah satu syarat menempuh Ujian Munaqasah.
Jakarta, 14 Desember 2010
IKA WIEBOWO NIM. 106011000106
LEMBAR PENGESAHAN Skripsi Ika Wiebowo (106011000106) yang berjudul “Peran Pendidikan Akhlak dalam Mengembangkan Kemampuan Mengendalikan Emosi pada Anak di Lingkungan Keluarga Muslim (Survey RT 02 RW 03 Kelurahan Cilodong)” diajukan kepada Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan UIN Syarif Hidayatullah Jakarta dan telah dinyatakan lulus dalam Ujian Munaqasah pada tanggal 23 Desember 2010 di hadapan dewan penguji. Oleh karena itu, penulis berhak memperoleh gelar Sarjana S1 (S.Pd.i) pada jurusan Pendidikan Agama Islam. Jakarta, 23 Desember 2010
Panitia Ujian Munaqasah Tanggal
Tanda Tangan
Ketua Jurusan PAI Bahrissalim, M.Ag NIP. 19680307 199803 1 002
..................
..……………..
Sekretaris Jurusan PAI Drs. Sapiudin Sidiq, MA NIP. 19670328 200003 1 001
..................
..……………..
Penguji I Drs. Sapiudin Sidiq, M.A NIP. 19670328 200003 1 001
..................
.……………...
..................
.……………...
Penguji II Tanenji, M.A NIP. 19720712 199803 1 004
Mengetahui: Dekan Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan,
Prof. Dr. Dede Rosyada, MA NIP. 19571005 198703 1 003
ABSTRAK Ika Wiebowo. Pe ran Pendidikan Akhlak dalam Mengembangkan Kemampuan Mengendalikan Emosi pada Anak di Lingkungan Keluarga Muslim . Skripsi. Jurusan Pendidikan Agama Islam Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan (FITK) Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta. Masalah pengendalian emosi bagi anak khususnya di RT 02 RW 03 Kelurahan Cilodong merupakan permasalahan yang harus ditangani dengan serius. Beragam persoalan anak yang menyangkut pengendalian emosi akibat dari pengaruh pengalaman yang didapat di keluarga, sekolah, pergaulan dan media massa (seperti radio, televisi, majalah, gambar dll) yang kurang baik, berdampak negatif terhadap perkembangan emosi anak akhir-akhir ini. Salah satu aspek yang mempengaruhi kemampuan anak dalam mengendalikan emosi adalah pendidikan akhlak yang diberikan orangtua. Untuk meningkatkan kemampuan anak dalam mengendalikan emosi maka salah satu caranya adalah dengan meningkatkan pendidikan akhlak di lingkungan keluarga. Berdasarkan latar belakang tersebut penulis dapat merumuskan masalah yaitu: bagaimana peranan pendidikan akhlak dapat mengendalikan emosi pada anak di lingkungan keluarga Muslim. Sedangkan tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui apakah ada hubungan yang erat antara pendidikan akhlak di lingkungan keluarga muslim dengan kemampuan anak dalam mengendalikan emosi dan untuk menganalisis bagaimana signifikansi dari peranan pendidikan akhlak di lingkungan keluarga muslim dalam mengembangkan kemampuan mengendalikan emosi pada anak. Penelitian ini dilaksanakan di RT 02 RW 03 Kelurahan Cilodong pada tahun 2010. Teknik yang digunakan sebagai alat pengumpul data dalam penelitian ini adalah teknik angket, observasi dan wawancara. Penelitian ini adalah penelitian populasi dimana populasinya anak-anak yang berusia 7-12 tahun yang berjumlah 40 anak. Instrumen penelitian ini terdiri dari 2 kategori yaitu instrumen pendidikan akhlak dan instrumen pengendalian emosi. Data penelitian pendidikan akhlak dan pengendalian emosi ini diperoleh dengan menggunakan alat ukur pendidikan akhlak berbentuk skala yang terdiri dari 24 item yang koefisien reliabilitasnya sebesar 0,92 dan alat ukur pengendalian emosi yang terdiri dari 15 item dengan koefisien reliabilitas sebesar 0,76. Data yang diperoleh kemudian dianalisa menggunakan formula Product Moment Karl Pearson. Berdasarkan hasil analisa data dengan Product Moment Karl Pearson diperoleh hasil r hitung= 0,597 dan r tabel= 0,325 dengan df= 38 dan dengan perhitungan Coefficient of Determination diperoleh nilai koefisien determinasi sebesar 36%. Hasil penelitian ini menunjukkan adanya hubungan yang cukup signifikan antara pendidikan akhlak di lingkungan keluarga muslim dengan kemampuan anak dalam mengendalikan emosi. Sehingga dapat disimpulkan bahwa kemampuan anak dalam mengendalikan emosi dapat ditingkatkan dengan pendidikan akhlak di lingkungan keluarga.
Kata kunci: pendidikan akhlak, pengendalian emosi.
i
KATA PENGANTAR Bismillahi walhamdulillah. Assalamu’alaikum Wr.Wb. Kiranya tiada kata yang lebih pantas untuk diucapkan selain Alhamdulillah, segala puji bagi Allah sebagai manifestasi rasa syukur kita kehadirat Illahi Rabbi yang telah menghadiahkan anugerah yang begitu mahal harganya sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini dengan judul ”Peran Pendidikan Akhlak dalam Mengembangkan Kema mpuan dalam Mengendalikan Emosi pada Anak di Lingkungan Keluarga Muslim”. Shalawat salam semoga senantiasa tercurah pada sang reformer sejati Muhammad saw yang dengan kecerdasan dan kesabarannya mampu mendobrak kejahiliyahan manusia. Skripsi ini penulis susun dalam rangka memenuhi salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Pendidikan pada Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan
(FITK),
Universitas
Islam Negeri (UIN) Syarif
Hidayatullah Jakarta. Penulis sangat berterima kasih dan memberikan penghargaan yang setinggi-tingginya atas bantuan, dorongan dan bimbingan dari beberapa pihak. Ucapan terima kasih dan penghargaan tersebut diajukan kepada: 1. Bapak Prof. Dr. Dede Rosyada, MA selaku Dekan FITK UIN Syarif Hidayatullah Jakarta. 2. Bapak Bahrissalim, M.Ag selaku Ketua Jurusan Pendidikan Agama Islam UIN Syarif Hidayatullah Jakarta. Semoga kebijakan yang dibuat selalu mengarah pada kontinuitas eksistensi mahasiswanya. 3. Bapak Drs. Sapiudin Shidiq, MA selaku Sekretaris Jurusan Pendidikan Agama Islam Jakarta. Terima kasih atas waktu luang yang telah diberikan untuk memberikan pelayanan yang terbaik kepada kami selaku mahasiswa. 4. Ibu Dra. Hj. Elo al-Bugis, M.A. selaku pembimbing. Terima kasih tak terkira untuk kesediaannya berbagi ilmu dan waktu, berbagi
ii
pengalaman hidup sehingga penulis dapat mengambil hikmah dari semuanya. 5. Ketua RT 02 RW 03 Kelurahan Cilodong dan semua warga RT 02 RW 03 Kelurahan Cilodong, yang telah bersedia meluangkan waktunya sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini dengan segera. 6. Bapak, mama dan adikku tercinta Rusdi, yang selalu memberikan motivasi bagi penulis untuk dapat menghadapi segala cobaan dengan hati yang lapang. Terima kasih untuk semua pengorbanan yang telah diberikan. 7. Teman seperjuangan dalam menuntut ilmu, Dadut , Daso, Lili, Lesti, Mariah, LB, Mui, Nana dan semua teman kelas PAI C. Terima kasih atas bantuan dan keakraban selama ini. 8. Semua teman di kos-kosan ibu Dahlan, terima kasih atas doa dan dukungannya. Pada akhirnya, tiada yang lebih berarti selain menjadi pribadi yang berguna bagi orang lain. ”Khoirunnas Anfa’uhum linnas”. Wassalamu’alaikum Wr.Wb. Jakarta, 14 Desember 2010
Penulis
iii
DAFTAR ISI PERAN PENDIDIKAN AKHLAK DALAM MENGEMBANGKAN KEMAMPUAN MENGENDALIKAN EMOSI PADA ANAK di LINGKUNGAN KELUARGA MUSLIM
ABSTRAK ........................................................................................................ i KATA PENGANTAR ...................................................................................... ii DAFTAR ISI ..................................................................................................... iv DAFTAR TABEL ............................................................................................. vi DAFTAR LAMPIRAN ..................................................................................... ix BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah............................................................. 1 B. Identifikasi Masalah .................................................................. 3 C. Pembatasan dan Perumusan Masalah ....................................... 4 D. Tujuan dan Manfaat Penelitian ................................................. 4 BAB II KAJIAN TEORI, KERANGKA BERPIKIR DAN PENGAJUAN HIPOTESIS A. Pendidikan Akhlak .................................................................... 5 1. Pengertian Pendidikan Akhlak ............................................ 5 2. Ruang Lingkup Pendidikan Akhlak .................................... 12 3. Metode Pendidikan Akhlak ................................................. 14 4. Faktor-faktor
yang
Mempengaruhi
Pembentukan
Akhlak ................................................................................. 15 B. Emosi ........................................................................................ 20 1. Pengertian Emosi ................................................................ 20 2. Perkembangan Emosi .......................................................... 21 3. Macam- macam Emosi ......................................................... 24 4. Pengendalian Emosi (Emotional Control) .......................... 25 C. Keluarga Muslim ....................................................................... 27 1. Pengertian Keluarga Muslim .............................................. 27 2. Bentuk-bentuk Keluarga ..................................................... 28
iv
3. Fungsi Keluarga .................................................................. 29 D. Kerangka Berpikir ..................................................................... 32 E. Pengajuan Hipotesis .................................................................. 32 BAB III METODOLOGI PENELITIAN A. Tempat dan Waktu Penelitian ................................................... 34 B. Metode Penelitian ..................................................................... 34 C. Variabel Penelitian .................................................................... 34 D. Populasi dan Sampel ................................................................. 35 E. Teknik Pengumpulan Data ........................................................ 35 F. Prosedur Penelitian ................................................................... 36 G. Analisa Instrumen Penelitian .................................................... 38 H. Uji Hipotesis ............................................................................. 40 BAB IV HASIL PENELITIAN A. Gambaran Umum Lokasi Penelitian ......................................... 42 B. Deskripsi dan Analisa ............................................................... 44 C. Interpretasi Data ........................................................................ 80 BAB V PENUTUP A. Kesimpulan ............................................................................... 82 B. Saran .......................................................................................... 83 DAFTAR PUSTAKA LAMPIRAN-LAMPIRAN
v
DAFTAR TABEL
Tabel 1 Kriteria penilaian angket ...................................................................... 36 Tabel 2 Jumlah warga atau penduduk ............................................................... 42 Tabel 3 Tingkat pendidikan orangtua ............................................................... 43 Tabel 4 Mata pencaharian orangtua .................................................................. 43 Tabel 5 Sarsansa umum, ibadah dan pendidikan .............................................. 44 Tabel 6 Orangtua mengajari anaknya mengaji ................................................. 44 Tabel 7 Orangtua mengajari anaknya agar bersikap baik pada temannya ........ 45 Tabel 8 Orangtua mengingatkan anaknya jika belum melaksanakan shalat ..... 46 Tabel 9 Orangtua menyuruh anaknya mengambil kembali sampah yang ia buang sembarangan ............................................................................ 47 Tabel 10 Orangtua mengajari anaknya untuk meminta maaf jika berbuat salah ................................................................................................... 48 Tabel 11 Orangtua mengajari anaknya agar mengambil sampah yang berserakan .......................................................................................... 49 Tabel 12 Orangtua mengajak anaknya bersilsaturrahmi ke rumah saudara ...... 50 Tabel 13 Orangtua bersikap masa bodoh (acuh tak acuh) saat melihat anaknya merusak tanaman ................................................................. 50 Tabel 14 Orangtua memelihara tanaman yang ada di sekitar rumah ................ 51 Tabel 15 Orangtua membangunkan anaknya yang sedang tidur apabila anaknya belum mengerjakan shalat ................................................... 52 Tabel 16 Orangtua mengajak anaknya pergi menyantuni anak yatim .............. 53 Tabel 17 Orangtua berbicara sopan terhadap orang lain .................................. 54 Tabel 18 Orangtua mengajarkan pada anaknya untuk membuang sampah pada tempatnya .................................................................................. 54 Tabel 19 Orangtua mengajarkan pada anaknya agar selalu bersyukur ............. 55 Tabel 20 Orangtua menceritakan kepada anaknya tentang bagaimana sikap Nabi terhadap orang-orang di sekitarnya ........................................... 56 Tabel 21 Orangtua menceritakan kepada anaknya tentang bagaimana ketekunan Nabi dalam beribadah ....................................................... 57
vi
Tabel 22 Orangtua memarahi anaknya jika anaknya bersikap tidak sopan ...... 58 Tabel 23 Orangtua memarahi anaknya jika tahu anaknya tidak mengerjakan shalat ............................................................................. 59 Tabel 24 Orangtua mengajarkan kepada anaknya agar tidak menganiaya binatang .............................................................................................. 60 Tabel 25 Orangtua mengajarkan kepada anaknya agar menolong orang yang sedang kesusahan ............................................................................... 61 Tabel 26 Orangtua mengajarkan kepada anaknya agar berbicara jujur dimanapun ia berada .......................................................................... 62 Tabel 27 Orangtua mengajarkan agar berhati- hati dalam berbicara agar tidak menyinggung perasaan orang lain ............................................. 63 Tabel 28 Orangtua mengajarkan kepada anaknya agar bertanggung jawab atas segala perbuatannya .................................................................... 64 Tabel 29 Orangtua mengajarkan kepada anaknya agar segera bertaubat jika melalaikan perintah Allah SWT .................................................. 65 Tabel 30 Saya mencoba berbaik sangka saat menghadapi keadaan yang tidak menyenangkan .......................................................................... 65 Tabel 31 Saya akan berlapang dada jika apa yang saya inginkan tidak tercapai ............................................................................................... 66 Tabel 32 Saya mencoba meredam emosi saya yang sedang memuncak saat saya sedang marah ............................................................................. 67 Tabel 33 Saya berusaha mengalihkan perasaan sedih saya dengan melakukan hal- hal yang bermanfaat .................................................. 68 Tabel 34 Wajah saya akan memerah saat saya sedang marah .......................... 69 Tabel 35 Saya mengungkapkan kesedihan saya dengan berbicara pada orang yang dapat dipercaya ................................................................ 69 Tabel 36 Saya berusaha untuk tetap tenang pada situasi yang tidak menyenangkan ................................................................................... 70 Tabel 37 Nada suara saya akan meninggi saat saya sedang marah .................. 71 Tabel 38 Saya akan langsung bergerak menghindar saat bertemu orang yang saya benci .................................................................................. 72
vii
Tabel 39 Jika saya mendapat masalah saya akan berusaha menyelesaikannya .............................................................................. 72 Tabel 40 Saya tidak akan berbicara kepada orang yang membuat saya kesal ................................................................................................... 73 Tabel 41 Perasaan saya menjadi lebih baik ketika tidak berburuk sangka pada tindakan teman saya .................................................................. 74 Tabel 42 Saya tidak dapat menahan emosi saat menghadapi keadaan yang tidak menyenangkan .......................................................................... 75 Tabel 43 Saat merasa sedih saya cenderung melukai diri sendiri ..................... 76 Tabel 44 Saya akan mencaci maki orang yang membuat saya marah .............. 77
viii
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran 1. Instrumen Pengumpulan Data a. Kisi-kisi Angket b. Angket Validasi c. Angket Penelitian Lampiran 2. Validitas a. Uji Validitas Angket Pendidikan Akhlak b. Uji Validitas Angket Pengendalian Emosi Lampiran 3. Reliabilitas a. Perhitungan Varian Total Instrumen Pendidikan Akhlak b. Perhitungan Reliabilitas Angket Pendidikan Akhlak c. Perhitungan Varian Total Instrumen Pengendalian Emosi d. Perhitungan Reliabilitas Angket Pengendalian Emosi Lampiran 4. Data Hasil Angket Pendidikan Akhlak Lampiran 5. Data Hasil Angket Pengendalian Emosi Lampiran 6. Persiapan Perhitungan Koefisien Korelasi Lampiran 7. Perhitungan Koefisien Korelasi Pendidikan Akhlak dengan Kemampuan Anak Mengendalikan Emosi Lampiran 8. Perhitungan Koefisien Determinasi Lampiran 9. Berita Wawancara Lampiran 10. Surat Permohonan Izin Penelitian Lampiran 11. Surat Keterangan telah Mengadakan Penelitian
ix
1
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Sumber daya manusia yang berkualitas dari segi intelektual maupun spiritual (akhlak) merupakan kebutuhan yang mutlak di zaman sekarang ini. Sedangkan untuk membentuk manusia yang berakhlak mulia dibutuhkan waktu yang panjang, oleh karena itu pendidikan akhlak harus diberikan sejak kecil. Keluarga sebagai lingkungan sosial pertama yang dikenal oleh anak memiliki potensi yang besar untuk menanamkan nilai-nilai dasar dari akhlak mulia. Karena aktivitas rutin dalam kehidupan keluarga dapat dijadikan dasar bagi pembentukan kebiasaan yang baik. Demikian dominannya fungsi dan peran keluarga dalam pembentukan nilai, hingga Gilbert Highest menyatakan, bahwa sekitar Sembilan puluh persen dari kebiasaan anak berasal dari pendidikan yang diperolehnya dalam keluarga.
1
Allah SWT berfirman dalam al-Qur‟an surat At-Tahrim ayat 6:
“Hai orang-orang yang beriman, peliharalah dirimu dan keluargamu dari api neraka yang bahan bakarnya adalah manusia dan batu; penjaganya malaikat-malaikat yang kasar, keras, dan tidak mendurhakai Allah terhadap apa yang diperintahkan-Nya kepada Prof. Dr. H. Jalaluddin, Teologi Pendidikan, (Jakarta: PT Raja Grafindo Persada, 2002), h. 203
1
2
mereka dan selalu mengerjakan apa yang diperintahkan.” (At-Tahrim: 6)2 Berdasarkan ayat di atas, maka dalam pendidikan Islam orang tua ditempatkan sebagai basis dalam membina pendidikan. Pendidikan akhlak di lingkungan keluarga diharapkan dapat mencapai hasil yang maksimal dalam membentuk akhlak anak. Akan tetapi kurangnya tauladan orang tua dalam mendidik akhlak menyebabkan tidak terbentuknya kestabilan emosi, sehingga menyebabkan anak mudah marah dan tersinggung. Imam Ja‟far Shadiq berkata: “Kemarahan adalah pemusnah hati orang bijak, orang yang tidak dapat menguasai marahnya, tak akan dapat menguasai pikirannya.” 3 JB. Watson menyatakan bahwa manusia memiliki 3 emosi dasar, yaitu: Takut, Kemarahan, dan Cinta. 4 Tiga emosi dasar inilah yang sejatinya mempengaruhi sikap manusia. Jika seseorang tidak dapat mengendalikan dan menempatkan emosinya dengan baik maka ia akan kehilangan keharmonisan dalam bergaul dengan orang-orang disekitarnya. Amarah sebenarnya dapat membantu manusia menjaga eksistensinya. Karena jika seseorang sedang marah maka kekuatannya akan bertambah, karena secara tak sadar kekuatan dirinya yang terpendam meluas keluar, sehingga memungkinkannya untuk membela diri atau menaklukkan segala hambatan yang merintanginya. Al-Qur‟an menganjurkan untuk menggunakan “kekuatan” kepada orangorang kafir yang menentang penyebaran ajaran Islam. 5 Hal ini dijelaskan dalam firman Allah Qur‟an Surat At- Taubah ayat 123
Departemen Agama RI, Al-Qur’an dan Terjemahnya, (Jakarta: PT. Syamil Cipta Media, 2005), h. 560 Dra. Nety Hartati, M.Si, dkk, Islam dan Psikologi, (Tangerang: UIN Jakarta Press, t.t), h. 120 4 Dra Nety Hartati, M.Si, dkk, Islam dan..., h. 94 5 Muhammad Utsman Najat i, Il mu Jiwa dalam al-Qur’an, (Jakarta: Pustaka Azzam, 2006), h. 75
3
“Hai orang-orang yang beriman, perangilah orang-orang kafir yang di sekitar kamu itu, dan hendaklah mereka menemui kekerasan daripadamu, dan ketahuilah, bahwasanya Allah bersama orang-orang yang bertaqwa.” (QS. At-Taubah: 123) 6 Namun kenyataannya, pada zaman sekarang manusia cenderung merespon amarahnya dengan melakukan tindakan aniaya pada hal- hal yang dianggap merintangi motivasinya. Bahkan kemarahan kadang ditimpakan kepada orang yang sama sekali tidak terkait dengan masalah yang sedang dihadapinya. Contoh: Seorang anak yang sedang marah kepada ayahnya biasanya akan melampiaskan amarahnya kepada adiknya, hal tersebut karena si anak tidak berani meluapkan amarahnya kepada ayahnya. Dalam Ilmu jiwa proses ini dikenal dengan istilah “displacement” (salah penempatan). 7 Atas dasar pemikiran diatas, penulis bermaksud mengadakan penelitian dengan
judul
“PERAN
PENDIDIKAN
AKHLAK
DALAM
MENGEMBANGKAN KEMAMPUAN MENGENDALIKAN EMOSI PADA ANAK di LINGKUNGAN KELUARGA MUSLIM”
B. Identifikasi Masalah Dari latar belakang pemikiran di atas, maka permasalahan yang dapat diidentifikasi adalah sebagai berikut: 1. Kurangnya kepekaan orang tua terhadap emosi anak karena kurangnya pengetahuan orangtua bagaimana cara mendidik anak yang baik. 2. Kurang maksimalnya pendidikan akhlak di lingkungan keluarga. 3. Banyaknya orang tua yang lebih memfokuskan perhatiannya pada pendidikan intelektual tetapi kurang memperhatikan perkembangan emosi anak. 4. Kurangnya pemberian suri teladan yang baik oleh orang tua, padaha l hal tersebut merupakan modal utama dalam membentuk kepribadian anak.
6
Departemen Agama RI, Al-Qur’an dan ..., (Jakarta: PT. Syamil Cipta Media, 2005), h.
7
Dr. Muhammad Utsman Najati, Il mu Jiwa dalam..., h. 75
207
4
C. Pembatasan dan Perumusan Masalah Berdasarkan identifikasi masalah di atas maka penulis merasa perlu membatasi dan merumuskan terlebih dahulu permasalahan yang hendak dibahas agar arah dan sasaran yang hendak dicapai lebih jelas dan terarah: Pembatasan Masalah 1. Kurangnya kepekaan orang tua terhadap emosi anak karena kurangnya pengetahuan orangtua bagaimana cara mendidik anak yang baik. 2. Kurang maksimalnya pendidikan akhlak di lingkungan keluarga. 3. Banyaknya orang tua yang lebih memfokuskan perhatiannya pada pendidikan intelektual tetapi kurang memperhatikan perkembangan emosi anak. Berdasarkan pembatasan masalah diatas maka perumusan masalahnya adalah: “Bagaimana peranan pendidikan akhlak dapat mengendalikan emosi pada anak di lingkungan keluarga Muslim.”
D. Tujuan dan Manfaat Penelitian Tujuan Penelitian: 1. Untuk mengetahui apakah ada hubungan yang erat antara pendidikan akhlak di lingkungan keluarga muslim dengan kemampuan anak dalam mengendalikan emosi 2. Untuk menganalisis bagaimana signifikansi dari peranan pendidikan akhlak
di
lingkungan
keluarga
muslim
dalam
mengembangkan
kemampuan mengendalikan emosi pada anak. Manfaat Penelitian: 1. Menambah referensi bagi para penulis lain yang berminat melakukan penelitian sejenis. 2. Penelitian ini diharapkan dapat menjadi bahan masukkan bagi keluarga dalam rangka mendidik anak. 3. Dapat memberikan sumbangan pemikiran dalam rangka mengoptimalkan pelaksanaan
pendidikan
akhlak
di
dalam
keluarga.
5
BAB II KAJIAN TEORI, KERANGKA BERPIKIR DAN PENGAJUAN HIPOTESIS A. Pendidikan Akhlak 1. Pengertian Pendidikan Akhlak a. Pengertian Pendidikan Di dalam diri manusia terdapat dua jenis potensi yaitu potensi baik dan potensi buruk, sebagaimana dalam Al-qur‟an disebutkan:
“Dan kami Telah menunjukkan kepadanya dua jalan”(QS. alBalad:10) 1
“Dan jiwa serta penyempurnaannya (ciptaannya),Maka Allah mengilhamkan kepada jiwa itu (jalan) kefasikan dan ketakwaannya”(QS. Al-Syams:7-8)2 Dua jalan yang dimaksud dari ayat ini adalah jalan baik dan jalan yang buruk. Namun pada dasarnya setiap manusia memiliki kecenderungan kepada kebaikan karena fitrah keagamaan yang melekat pada dirinya akan menuju kepada beragama yang lurus atau kebaikan.3 Maka dari itu dapat 1
Departemen Agama RI, Al-Qur’an dan Terjemahnya, (Jakarta: PT. Syamil Cipta Media, 2005), h. 594 2 Departemen Agama RI, Al-Qur’an dan..., h. 595 3 Heny Narendrani Hidayati, Pengukuran Akhlakul Karimah Mahasiswa, (Jakarta: UIN Jakarta Press, 2009), h. 8
6
dikatakan bahwa pendidikan merupakan kebutuhan mutlak bagi
manusia, tanpa adanya pendidikan mustahil bagi manusia untuk dapat mengembangkan potensi-potensi yang ada pada dirinya dan mengarahkan potensi dirinya kepada potensi yang baik. Pendidikan merupakan suatu proses untuk menjadikan manusia menjadi lebih baik dari yang sebelumnya, baik kepribadiannya ataupun kehidupannya di masa mendatang. Untuk memajukan semua potensi itu, maka pendidikan menjadi suatu sarana yang penting yang perlu direncanakan dengan baik sesuai dengan lingkungan hidup manusia tersebut. Manusia adalah makhluk yang dinamis yang bercita-cita untuk mendapatkan kehidupan yang sejahtera dan juga bahagia baik secara lahiriah maupun batiniah, duniawi atau ukhrawi. Untuk mengetahui apa yang dimaksud dengan pendidikan akhlak, maka harus dipahami terlebih dahulu apa yang sebenarnya disebut dengan pendidikan dan apa yang disebut dengan akhlak itu sendiri. Secara etimologi pendidikan berasal dari kata dasar “didik” mendapat awalan (pe) dan akhiran (an) maka menjadi pendidikan yang berarti perbuatan (hal- hal cara dan sebagainya) mendidik. Di
dalam
Ilmu
Pendidikan,
seringkali
4
pendidikan
diartikan/didefinisikan orang berbeda-beda. Di dalam Dictionary of Education pendidikan diartikan: Serangkaian proses dengannya seseorang/anak mengembangkan kemampuan, sikap dan bentuk-bentuk tingkah laku lainnya yang bernilai/berguna di masyarakat. Pendapat lain mengatakan pendidikan adalah proses sosial dimana orang-orang atau anak-anak dipengaruhi dengan lingkungan yang (sengaja) dipilih dan dikendalikan (misalnya
4
W. J. S. Poerwadarminta, Ka mus Umu m Bahasa Indonesia, (Jakarta: PT. Balai Pustaka, 1976), h. 250.
7
oleh guru di sekolah) sehingga mereka memperoleh kemampuankemampuan sosial dan perkembangan individu yang optimal. 5 Menurut Langeveld, pendidikan adalah pemberian bimbingan atau bantuan rohani bagi yang masih memerlukan. 6 Dalam buku “Modern Pholosophies of Education”, Brubacher menyatakan sebagai berikut: Pendidikan diartikan sebagai proses timbal balik dari tiap pribadi manusia dalam penyesuaian dirinya dengan alam, dengan teman,dan dengan alam semesta. Pendidikan merupakan perkembangan yang terorganisasi dan dan kelengkapan dari semua potensi manusia; moral, intelektual dan jasmani (panca indera), oleh dan untuk kepribadian individunya dan kegunaan masyarakatnya, yang diarahkan guna menghimpun semua aktivitas tersebut bagi tujuan hidupnya (tujuan terakhir) Pendidikan adalah proses dalam mana potensi-potensi ini (kemampuan, kapasitas) manusia yang mudah dipengaruhi oleh kebiasaan-kebiasaan supaya disempurnakan oleh kebiasaan-kebiasaan yang baik, oleh alat (media) yang disusun sedemikian rupa dan dik elola oleh manusia untuk menolong orang lain atau dirinya sendiri mencapai tujuan yang ditetapkan. 7 Selanjutnya Ahmad D. Marimba menyatakan “Pendidikan adalah bimbingan atau pimpinan secara sadar oleh si pendidik terhadap perkembangan jasmani dan rohani si terdidik menuju terbentuknya kepribadian yang utama”. 8 Pendidikan merupakan proses pembentukan kemampuan dasar yang fundamental, baik menyangkut daya pikir (daya intelektual) maupun daya emosional (perasaan) yang diarahkan kepada tabiat manusia dan kepada sesamanya.
5
9
M. Alisuf sabri, Ilmu Pendidikan, (Jakarta: CV Pedo man Ilmu Jaya, 1999), h. 4 M. Alisuf sabri, Ilmu..., h. 6 7 Tim Dosen FIP-IKIP Malang, Pengantar Dasar-Dasar Kependidikan, (Surabaya: Usana Offset Printing, 1988), Cet. III, h. 6-7. 8 Ahmad D. Marimba, Pengantar Filsafat Pendidikan Islam, (Jakarta: Bu mi Aksara, 1980), Cet. IV, h. 19. 9 Asrorun Niam Sholeh, Reorientasi Pendidikan Islam; “Mengurai Relevansi Konsep alGhazali dalam Konteks Kekinian”, (Jakarta: Elsas, 2006), Cet. III, h. 57. 6
8
Menurut Al- Ghazali, pendidikan yang benar merupakan sarana untuk mendekatkan diri kepada Allah Swt. Pendidikan juga dapat mengantarkan manusia untuk menggapai kebahagiaan di dunia dan di akhirat. Pendidikan juga sarana untuk menebar keutamaan. Maka untuk mencapai hal itu, dunia pendidikan harus memperhatikan beberapa faktor yang cukup urgens. Al- Ghazali berpandangan bahwa dunia pendidikan harus menempatkan ilmu pengetahuan pada posisi yang sangat terhormat. Maka penghormatan pada ilmu merupakan sesuatu yang niscaya dan pasti. Konsekuensi atas penghormatan ilmu adalah penghormatan terhadap guru. 10 Dan pengertian pendidikan menurut ketentuan umum, Bab I pasal 1 Undang-Undang Sistem Pendidikan Nasional No. 20 Tahun 2003, menjelaskan bahwa: “Pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki
kekuatan
spiritual
keagamaan,
pengendalian
diri,
kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia serta keterampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa dan negara.”11 Dengan
kata
lain
bahwa
pendidikan
merupakan
usaha
membimbing, mengarahkan potensi peserta didik yang berupa kemampuan dasar dan kehidupan kepribadiannya sebagai makhluk individu dan makhluk sosial agar menjadi pribadi yang bertanggung jawab. Walaupun pendidikan telah diartikan secara berbeda-beda oleh berbagai kalangan yang banyak dipengaruhi oleh dunianya masingmasing, namun pada dasarnya semua pandangan yang berbeda itu bertemu dalam satu pandangan bahwa pendidikan merupakan proses penyiapan generasi muda
untuk
menjalankan kehidupan dan
memenuhi tujuan hidupnya secara efektif dan efisien.
10
Asrorun Niam Sholeh, Reorientasi Pendidikan..., h. 57. Departemen Pendidikan Nasional Republik Indonesia, Undang-undang Republik Indonesia No. 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional, (Jakarta: Biro Huku m dan Organisasi Sekretariat Jendral Departemen Pendid ikan Nasional, 2003), h. 5. 11
9
b. Pengertian Akhlak Masalah akhlak adalah masalah yang sangat penting bagi kehidupan umat manusia. Apabila akhlak manusia itu baik maka keluarga, masyarakat dan bangsa akan baik. Akhlak merupakan sifat yang menyatu dengan diri seseorang. Dari sifat yang menyatu dalam diri itulah memancar akhlak seseorang seperti sabar, kasih sayang atau sebaliknya marah, benci dan dendam. Agama Islam senantiasa mengajarkan agar setiap umatnya selalu berusaha memperbaiki akhlaknya. Untuk itu kita selaku umatnya diharuskan untuk mengikuti akhlak Rasulullah Saw. Seba gai suri teladan, seperti disebutkan di dalam al-Qur‟an sebagai berikut:
“Sesungguhnya Telah ada pada (diri) Rasulullah itu suri teladan yang baik bagimu (yaitu) bagi orang yang mengharap (rahmat) Allah dan (kedatangan) hari kiamat dan dia banyak menyebut Allah.” (QS. Al-Ahzab: 21). 12 Perkataan akhlaq secara etimologi berasal dari kata khulk. Di dalam kamus al-munjid kata khulk berarti “budi pekerti, perangai tingkah laku atau tabiat.”13 Sedangkan secara terminologi, Al-Jahizh mengatakan bahwa “akhlak adalah keadaan jiwa seseorang yang selalu mewarnai setiap tindakan dan perbuatannya, tanpa pertimbangan lama atau keinginan.”14 Di dalam ensiklopedi pendidikan dikatakan bahwa akhlak adalah budi pekerti, watak, kesusilaan (kesadaran etik dan moral) yaitu kelakuan baik yang merupakan akibat dari sikap jiwa yang benar terhadap Khaliknya dan terhadap sesama manusia. 12
Departemen Agama RI, Al-Qur’an dan..., h. 420. Lou is Maluf, Ka mus al-Munjid, (Beirut : Dasar al-Masyriq, 1975), h. 194 14 Mahmud al-Mishri Abu Ammar, Ensiklopedia Akhlak Muhammad Saw, (Jakarta: Pena Pundi Aksara,2009), Cet. I, h. 6 13
10
Sebagian ulama berpendapat sebagai berikut: akhlak dalam perspektif Islam adalah sekumpulan asas dan dasar yang diajarkan oleh wahyu Ilahi untuk menata perilaku manusia. Hal ini dalam rangka mengatur interaksinya dengan orang lain. Tujuan akhir dari semua itu adalah untuk merealisasikan tujuan diutusnya manusia diatas bumi ini. Selanjutnya Ibnu Taimiyah juga menyatakan bahwa akhlak berkaitan erat dengan iman karena iman terdiri dari beberapa unsur berikut ini: Pertama, Berkeyakinan bahwa Allah adalah sang pencipta satusatunya, pemberi rezeki dan penguasa seluruh kerajaan. Kedua, Mengenal Allah dan meyakini bahwa hanya Allah yang patut disembah. Ketiga, Cinta kepada Allah melebihi segala cinta terhadap semua makhluk-Nya.Tidak ada rasa cinta yang dirasakan seorang hamba, kecuali didasarkan atas cintanya kepada Allah. Keempat, Cinta hamba terhadap Tuhannya akan mengantarkannya pada tujuan yang satu, yaitu demi mencapai ridho Allah. Baik terhadap hal- hal kecil maupun hal- hal besar dalam kehidupan seharihari. Kelima, Arahan ini mengalahkan egoisme pribadi, nafsu keji dalam diri, dan segala tujuan semu dunia. Kekuatan dasar ini yang memudahkan seseorang untuk melahirkan persepsi objektif dan langsung atas pandangan terhadap esensi segala sesuatu. Keseluruhan poin ini merupakan fondasi utama dalam tataran akhlak. Keenam, Ketika telah berhasil tercipta sesuatu pandangan objektif dan langsung akan esensi sesuatu maka perilaku dan perbuatan seseorang telah menjadi bagian dari akhlak. Ketujuh, Dengan kata lain, Jika perbuatan seseorang telah menjadi bagian dari akhlak, hal itu merupakan pertanda bahwa dia telah
11
melalui jalan-jalan yang harus ditempuh menuju kesempurnaan manusia. 15 Imam al-Ghazali dalam bukunya “Ihya „Ulum al-Din” mengatakan “Al-Khulk ialah sifat yang tertanam dalam jiwa yang menimbulkan macam- macam perbuatan dengan gampang dan mudah, tanpa memerlukan pemikiran dan pertimbangan.”16 Keseluruhan definisi diatas tampak tidak ada yang bertentangan, melainkan memiliki kemiripan satu sama lainnya, secar substansial saling melengkapi. Berdasarkan definisi di atas terdapat beberapa ciri perbuatan akhlak, yaitu: 1. Perbuatan akhlak adalah perbuatan yang telah tertanam kuat dalam jiwa seseorang, sehingga telah menjadi kepribadiannya. 2. Perbuatan akhlak adalah perbuatan yang dilakukan dengan mudah tanpa pemikiran. 3. Perbuatan akhlak adalah perbuatan yang timbul dari dalam diri orang yang mengerjakannya, tanpa ada paksaan dan tekanan dari luar. 4. Perbuatan akhlak adalah perbuatan yang dilakukan dengan sesungguhnya, bukan main- main atau karena bersandiwara. 5. Sejalan dengan ciri keempat, perbuatan akhlak (khususnya akhlak yang baik) adalah perbuatan yang dilakukan karena ikhlas sematamata karena Allah, bukan karena ingin dipuji orang atau karena ingin mendapatkan sesuatu pujian. 17 Jadi pada hakikatnya akhlak ialah merupakan perbuatan yang timbul dari dalam hati tanpa ada pertimbangan dan unsur pemaksaan, yang diwujudkan dalam bentuk perbuatan yang berulang-ulang sehingga menjadi kebiasaan yang kemudian menjadi sifat meresap dalam jiwa yang kemudian menjadi kepribadian.
15
Mahmud al-Mishri Abu Ammar, Ensiklopedia Akhlak ..., h. 6 Imam al-Ghazali, Ihya Ulumudin, jilid III, (Beirut: Dar al-Fikr, t.t ), h. 52 17 Abudin Nata, Akhlak..., h. 4-6 16
12
Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa pendidikan akhlak adalah suatu proses bimbingan, latihan dan keteladanan yang diberikan orang dewasa terhadap peserta didik mengenai tingkah laku ya ng baik dan buruk sehingga dengan pengetahuannya peserta didik dapat bertindak dengan benar sesuai apa yang telah diajarkan. 2. Ruang Lingkup Pendidikan Akhlak Ruang lingkup pendidikan akhlak itu adalah sama dengan ruang lingkup ajaran Islam itu sendiri, khususnya yang berkaitan dengan pola hubungan. Berbagai bentuk dari akhlak Islami itu dapat dipaparka sebagai berikut: a. Akhlak Terhadap Allah Akhlak terhadap Allah dapat diartikan sebagai sikap atau perbuatan yang seharusnya dilakukan manusia sebagai makhluk, kepada Tuhan sebagai khalik. Sebagai makhluk-Nya kita wajib menempatkan diri kita pada posisi yang tepat, yaitu sebagai penghamba dan menempatkan-Nya sebagai satu-satunya Tuhan yang kita sembah. Ada empat alasan mengapa manusia perlu berakhlak terhadap Allah: 1) Karena Allah- lah yang menciptakan manusia 2) Karena Allah- lah yang telah memberikan perlengkapan panca indera berupa pendengaran, penglihatan, akal pikiran dan hati sanubari disamping anggota badan yang kokoh dan sempurna kepada manusia 3) Karena Allah- lah yang telah menyediakan berbagai bahan dan sarana yang diperlukan bagi kelangsungan hidup manusia, seperti bahan makanan yang berasal dari tumbuh-tumbuhan, air, udara, binatang ternak dan sebagainya. 4) Allah-lah yang telah memuliakan manusia dengan diberikannya kemampuan menguasai daratan dan lautan. 18
18
Abudin Nata, Akhlak..., h. 149-150
13
Namun demikian sungguhpun Allah telah memberikan berbagai kenikmatan kepada manusia sebagaimana disebutkan diatas bukanlah menjadi alasan Allah perlu dihormati. Bagi Allah dihormati atau tidak, tidak akan mengurangi kemulian-Nya. Akan tetapi sebagai manusia sudah sewajarnya menunjukkan akhlak yang baik terhadap Allah b. Akhlak Terhadap Sesama Manusia Manusia adalah mahluk sosial yang secara kodratnya tidak mampu untuk hidup sendiri tanpa bantuan orang lain. Maka akhlak yang baik diperlukan dalam membina keselarasan hidup dengan manusia lain. Akhlak terhadap sesama manusia pada dasarnya bertolak kepada keseluruhan budi dalam menempatkan diri kita dan menempatkan diri orang lain pada posisi yang tepat. 19 c. Akhlak Terhadap Lingkungan Lingkungan yang dimaksud disini adalah segala sesuatu yang berada disekitar manusia, baik binatang, tumbuh-tumbuhan, maupun benda-benda tak bernyawa. Akhlak terhadap lingkungan juga merupakan refleksi dari totalitas penghambaan diri kita kepada Allah SWT. Sehingga semua yang kita perbuat dialam ini adalah sematamata didasari akhlak kita kepada Allah. Akhlak kita terhadap lingkungan yang diajarkan oleh Al-Qur‟an bersumber dari fungsi manusia itu sendiri sebagai khalifah di dunia. Kekhalifahan menuntut adanya interaksi antara manusia dengan sesamanya dan manusia terhadap alam. Kekhalifahan yang dimaksud mengandung pengertian pengayoman, pemeliharaan serta bimbingan agar setiap makhkuk mencapai tujuan penciptaannya. 20 Berdasarkan penjelasan di atas maka dapat disimpulkam bahwa ruang lingkup pendidikan akhlak terdiri dari: akhlak terhadap Allah, akhlak terhadap sesama manusia dan akhlak terhadap lingkungan.
19 20
Heny Narendrani Hidayati, Pengukuran Akhlakul Karimah..., h. 14 Heny Narendrani Hidayati, Pengukuran Akhlakul Karimah..., h. 14-15
14
3. Metode Pendidikan Akhlak Pendidikan akhlak merupakan tumpuan perhatian pertama dalam Islam. Hal ini dapat dilihat dari salah satu misi kerasulan Nabi Muhammad SAW yang utama adalah untuk menyempurnakan akhlak yang mulia. Dalam salah satu haditsnya beliau menegaskan:
)اْألَخْال َق ِ( رواه احوذ
َإِّنَوَا بُعِثْتُ ِألُ تَوِنَ هَكارِم
“Bahwasanya aku diutus (Allah) untuk keluhuran budi pekerti. (HR. Ahmad). 21
menyempurnakan
Pendidikan akhlak dapat dilakukan dengan pembiasaan sejak kecil dan berlangsung secara kontinyu. Berkenaan dengan hal ini Prof. Dr. H. Abudin Nata mengutip pernyataan al-Ghazali yang menyatakan bahwa kepribadian manusia itu pada dasarnya dapat menerima segala usaha pembentukan melalui pembiasaan. Jika ia membiasakan berbuat jahat, maka ia akan menjadi orang jahat. Untuk ini al- Ghazali menganjurkan agar akhlak diajarkan, yaitu dengan cara melatih jiwa kepada pekerjaan atau tingkah laku yang mulia. Jika seseorang menghendaki agar ia menjadi pemurah, maka ia harus biasakan dirinya melakukan pekerjaan yang bersifat pemurah, hingga murah hati dan murah tangan menjadi tabiatnya. Dalam tahap-tahap tertentu, pembinaan akhlak, dapat dilakukan dengan cara paksaan yang kelama- lamaan tidak lagi terasa terpaksa. Cara lain yang tak kalah ampuhnya dari cara di atas dalam hal pembinaan akhlak ini adalah melalui keteladanan. Akhlak yang baik tidak dapat di bentuk hanya dengan pelajaran, instruksi dan larangan, sebab tabiat jiwa untuk menerima keutamaan itu tidak cukup dengan hanya seorang guru mengatakan kerjakan ini dan kerjakan itu. Pendidikan itu tidak akan sukses melainkan jika disertai dengan pemberian contoh teladan yang baik dan nyata 21
Ahmad bin Hanbal, al-Musnad, juz III, (Beirut: Dar al-Fikr, t.t ), h. 323
15
Selain
itu pembinaan
akhlak
dapat pula dilakukan dengan
memerhatikan faktor kejiwaan sasaran yang akan di bina. Menurut hasil penelitian para psikolog bahwa kejiwaan manusia berbeda-beda menurut perbedaan tingkat usia. Pada usia kanak-kanak misalnya lebih menyukai kepada hal-hal yang bersifat rekreatif dan bermain. Untuk itu akhlak dapat dilakukan dalam bentuk permainan. Hal ini pernah dilakukan para ulama di masa lalu. Mereka menyajikan ajaran akhlak lewat syair yang berisi sifat-sifat Allah dan Rasul, akhlak mulia dan lain- lain. Berdasarkan dari penjelasan di atas dapat disimpulkan bahwa metodemetode yang digunakan dalam pendidikan akhlak diantaranya adalah pembiasaan, latihan, paksaan, keteladanan dan permainan. Selain itu dalam mendidik akhlak anak penting sekali untuk memerhatikan kondisi kejiwaannya. Hal ini sangat penting karena dengan memilih metode pendidikan yang tepat dengan kondisi kejiwaan si anak, hasilnya pun akan lebih baik. 4. Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Pembentukan Akhlak Setiap manusia dalam hidupnya pasti mengalami perubahan baik itu fisik ataupun psikologis. Perubahan-perubahan yang terjadi pada manusia ini di pengaruhi oleh beberapa faktor baik yang berasal dari diri manusia (internal) atau yang berasal dari luar (eksternal). Faktor- faktor itulah yang menentukan kemana arah proses perubahan manusia. Apak ah kearah positif atau kearah yang negatif. Untuk menjelaskan faktor- faktor yang mempengaruhi pembentukan akhlak pada khususnya dan pendidikan pada umumnya, ada tiga aliran yang sangat populer: a. Aliran Nativisme Tokoh aliran nativisme adalah Arthur Schopenhauer (seorang filosof Jerman). 22 Menurut aliran ini faktor yang paling berpengaruh terhadap pembentukan diri seseorang adalah faktor pembawaan dari dalam yang bentuknya dapat berupa kecenderungan, bakat, akal, dan 22
Muhibbin Syah, Psikologi Pendidikan dengan Pendekatan Baru, h. 43
16
lain- lain.
Jika
seseorang
sudah
memiliki
pembawaan
atau
kecenderungan kepada yang baik, maka dengan sendirinya orang tersebut menjadi baik
23
b. Aliran Empirisme Kata empirisme berasal dari kata empiri yang berarti pengalaman. Tokoh dari aliran
ini adalah John Locke (seorang
filosof
24
Inggris). Menurut aliran tersebut faktor yang paling berpengaruh terhadap pembentukan diri seseorang adalah faktor dari luar, yaitu lingkungan sosial, termasuk pembinaan dan pendidikan yang diberikan. Jika pendidikan dan pembinaan yang diberikan kepada anak itu baik, maka baiklah anak itu. Demikian jika sebaliknya. 25 c. Aliran Konvergensi Tokoh aliran konvergensi adalah William Stern (seorang filosof dan psikolog Jerman). 26 Menurut aliran ini akhlak dipengaruhi oleh faktor internal, yaitu pembawaan si anak, dan faktor dari luar (eksternal) yaitu pendidikan dan pembinaan yang dibuat secara khusus, atau melalui interaksi dengan lingkungan sosial. Fitrah dan kecenderungan kearah yang baik yang ada didalam diri manusia dibina secara intensif melalui berbagai metode.
27
Aliran yang ketiga, yakni aliran konvergensi tampak sesuai dengan ajaran Islam sebagaimana bisa dipahami dari ayat dibawah ini:
23
Abudin Nata, Akhlak ..., h. 167 Tri Prasetya, Filsafat Pendidikan, (Bandung: CV. Pustaka Set ia, 1997), h. 188 25 Abudin Nata, Akhlak ..., h. 167 26 Muhibbin Syah, Psikologi Pendidikan..., h.46 27 Abudin Nata, Akhlak ..., h. 167 24
17
“Dan Allah mengeluarkan kamu dari perut ibumu dalam keadaan tidak mengetahui sesuatupun, dan dia memberi kamu pendengaran, penglihatan dan hati, agar kamu 28 bersyukur.”(QS. An-Nahl: 78) Ayat tersebut memberi petunjuk bahwa manusia memiliki potensi untuk
dididik.
Potensi
itu
harus
disyukuri
dengan
cara
mengembangkannya melalui pendidikan. Kesesuaian teori konvergensi tersebut diatas, juga sejalan dengan hadits Nabi yang berbunyi:
ِكُّلُ هَىْلُىْدٍيُىْلَذُعَلًَ اْلفِطْرَةِ فَاَبَىَاهُ يُهَىِدَاّنِوِ اَوْيُنَّصِرَاّنِو )اَوْيُوَّجِسَاّنِوِ (رواه البخاري “Setiap anak yang dilahirkan dalam keadaan (membawa) fithrah (rasa ketuhanan dan kecenderungan kepada kebenaran), maka kedua orang tuanyalah yang membentuk anak itu menjadi yahudi, Nasrani, atau Majusi. (HR. Bukhari). 29 Dalam buku “Etika Islam” disebutkan, aspek-aspek yang dapat mempengaruhi akhlak seseorang adalah sebagai berikut: a. Insting (Naluri) Naluri ialah sifat yang dapat menimbulkan perbuatan yang menyampaikan pada tujuan dengan terpikir lebih dahulu kearah tujuan itu tanpa didahului latihan perbuatan itu. 30 Insting merupakan kemanpuan yang melekat sejak lahir dan dibimbing oleh naluriahnya. Dalam ilmu akhlak insting berarti akal pikiran. Akal dapat menerima naluri tertentu, sehingga terbentuk kemauan yang melahirkan tindakan. Akal dapat mengendalikan naluri sehingga terwujud perbuatan yang diputuskan oleh akal. Hubungan naluri dan akal membentuk kemauan. Kemauan melahirkan tingkah 28
Departemen Agama RI, Al-qur’an dan..., h. 275. Bu khori, Shahih Bukhori, juz I, (Beirut: Dar al-Fikr, 1994), h. 127 30 Hamzah Ya‟qub, Etika Islam Pembinaan Akhlaqul Karimah (Suatu Pengantar), (Bandung: CV. Diponegoro, 1988), Cet IV, h. 58. 29
18
laku perbuatan. Karena itu naluri pada manusia harus dididik dan dilatih sebab naluri merupakan sifat pertama yang membentuk akhlak. 31 b. Kebiasaan Salah satu faktor yang mempengaruhi tingkah laku manusia adalah kebiasaan atau adat kebiasaan. Yang dimaksud dengan kebiasaan ialah perbuatan yang selalu diulang-ulang sehingga menjadi mudah dikerjakan. 32 Sejalan dengan pendapat di atas Yatimin Abdullah dalam bukunya “Studi Akhlak dalam Perspektif Al-Qur‟an” menyatakan kebiasaan
ialah perbuatan yang berjalan dengan lancar seolah-olah berjalan dengan sendirinya. Perbuatan kebiasaan pada mulanya dipearuhi oleh kerja pikiran, didahului oleh pertimbangan akal dan perencanaan yang matang. Kebiasaan ialah tingkah laku yang sudah distabilkan. Lancarnya perbuatan dikarenakan perbuatan itu seringkali diulangulang. 33 c. Keturunan Salah satu faktor ysang diselidiki dalam etika adalah masalah keturunan. Keturunan ini menjadi salah satu faktor yang dapat membentuk akhlak. Adapun yang diturunkan itu bukanlah sifat yang dimiliki yang telah tumbuh dengan matang karena pengaruh lingkungan, adat atau pendidikan, melainkan sifat-sifat bawaan sejak lahir. Sifat-sifat yang biasa diturunkan itu pada garis besarnya ada dua macam: 1. Sifat-sifat jasmaniah: yakni kekuatan dan kelemahan otot dan urat syaraf orang tua dapat diwariskan kepada anak-anaknya.
31 Yat imin Abdullah, Studi Akhlak dalam Perspektif Al-Qur’an, (Jakarta: Amzah, 2007), Cet I, h. 76-82 32 Hamzah Ya‟qub, Etika Islam..., h. 61 33 Yatimin Abdullah, Studi Akhlak dalam...,h. 86
19
Begitupun
orang
tua
yang
kekar
ototnya,
kemungkinan
mewariskan kekekaran itu kepada anak cucunya. 2. Sifat-sifat ruhanaih: yakni lemah atau kuatnya suatu naluri dapat diturunkan pula oleh orang tua yang kelak mempengaruhi tingkah laku anak cucunya. Sebagaimana yang kita ketahui bahwa setiap manusia mempunyai naluri (insting), tetapi kekuatannya berbedabeda.34 d. Lingkungan Faktor lain yang mempengaruhi akhlak seeorang adalah lingkungan. Lingkungan adalah sesuatu yang melingkupi tubuh yang hidup. Lingkungan ada dua macam yaitu: 1. Lingkungan alam. Alam ialah seluru ciptaan Tuhan baik di langit dan di bumi. Alam dapat menjadi aspek yan memengaruhi dan menentukan tingkah laku manusia. 2. Lingkungan pergaulan. Lingkungan pergaulan meliputi pergaulan manusia di rumah, sekolah, di tempat kerja, dan lain- lain. 35 e. „Azam Salah satu kekuatan yang berada di balik tingkah laku manusia adalah kemauan keras („azam). Itulah yang menggerakkan manusia berbuat dengan sungguh-sungguh. Demikianlah seseorang dapat mengerjakan sesuatu yang berat dan hebat menurut pandangan orang lain karena digerakkan oleh kemauan yang keras. 36 f.
Suara Batin (dhamir) Dalam diri manusia terdapat suatu kekuatan yang sewaktu-waktu memberikan peringatan (isyarat) jika tingkah laku manusia berada diambang bahaya dan keburukan. Kekuatan tersebut adalah suara batin atau suara hati. Fungsi dari suara batin ialah memperingatkan bahayanya perbuatan buruk dan berusaha mencegahnya. Jika seseorang terjerumus melakukan keburukan, maka batin merasa tidak
34
Hamzah Ya‟qub, Etika Islam..., h. 68-69. Yatimin Abdullah, Studi Akhlak dalam..., h. 89-90 36 Hamzah Ya‟qub, Etika Islam..., h. 73 35
20
senang (menyesal). Selain memberikan isyarat untuk mencegah dari keburukan dan sebaliknya juga merupakan kekuatan yang mendorong manusia melakukan perbuatan yang baik. 37 g. Pendidikan Yang dimaksud dengan pendidikan di sini ialah segala tuntunan dan pengajaran yang diterima seseorang dalam membina kepribadian. Pendidikan itu mempunyai pengaruh yang besar dalam akhlak, sehingga ahli-ahli etika memandang bahwa pendidikan adalah faktor yang turut menentukan dalam etika disamping faktor- faktor lainnya sebagaimana telah diutarakan. 38 Berdasarkan penjelasan diatas dapat disimpulkan bahwa faktor- faktor yang mempengaruhi akhlak terdiri dari faktor interinsik dan eksterinsik. Faktor interinsiknya berupa naluri (insting), keturunan, „azam (kehendak yang keras) dan suara batin (dhamir) . Sedangkan faktor- faktor eksterinsiknya adalah lingkungan dan pendidikan.
B. Emosi a. Pengertian Emosi Kemampuan seseorang untuk berhubungan baik dengan orang-orang yang ada disekitarnya dipengaruhi oleh kematangannya dalam mengelola emosi yang ada di dalam dirinya. Akan tetapi untuk berhubungan baik dengan sesama selain membutuhkan kemampuan mengatur emosi, kita juga harus berusaha memahami kondisi emosional orang lain. Emosi merupakan bagian dari perasaan dalam arti luas. Emosi tampak karena rasa yang bergejolak sehingga yang bersangkutan mengalami perubahan dalam situasi tertentu mengenai perasaan, tetapi seluruh pribadi menanggapi situasi tersebut. Kata emosi secara sederhana bisa didefinisikan sebagai menerapkan “gerakan” baik secara metafora maupun harfiah, untuk mengeluarkan 37 38
Hamzah Ya‟qub, Etika Islam..., h. 78 Hamzah Ya‟qub, Etika Islam..., h. 82
21
perasaan. Emosi sejak lama dianggap memiliki kedalaman dan kekuatan sehingga dalam bahasa latin, emosi dijelaskan sebagai motus anima yang arti harfiahnya “Jiwa yang menggerakkan kita”.
39
Para ahli psikologi
mendefinisikan emosi sebagai berikut: Beck mengungkapkan pendapat James & Lange yang menjelaskan bahwa “Emosi adalah persepsi perubahan jasmaniah yang terjadi dalam memberi tanggapan (respons) terhadap suatu peristiwa. 40 Dan Crow & Crow mengartikan bahwa emosi merupakan suatu keadaan yang bergejolak pada diri individu yang berfungsi sebagai inner adjustment terhadap lingkungan untuk mencapai kesejahteraan dan keselamatan individu. 41 Emosi dapat didefinisikan sebagai perasaan atau afeksi yang timbul ketika seseorang sedang berada dalam suatu keadaan atau suatu interaksi yang dianggap penting olehnya. 42 Berdasarkan definisi-definisi yang telah dikemukakan di atas maka dapat disimpulkan bahwa yang dimaksud dengan emosi adalah perasaan yang meliputi reaksi fisiologis, pengalaman sadar, dan perilaku yang mana bercampur menjadi satu dan mempengaruhi seseorang dalam memberi respons terhadap suatu keadaan atau peristiwa. b. Perkembangan Emosi Tidak dapat disangkal lagi jika emosi memang memainkan peran yang sedemikian penting dalam kehidupan, maka penting diketahui bagaimana perkembangan emosi itu. Karena pada dasarnya tidak hanya emosi yang positif saja yang mempengaruhi perkembangan anak tetapi juga harus diingat bahwa masih ada juga emosi negatif yang dapat mempengaruhi perkembangan anak. Maka dari itu para orangtua khususnya harus benarbenar 39
memahami
perkembangan
emosi
anaknya
dalam
rangka
Hamzah B. Uno, Orientasi Baru dalam Psikologi Pembelajaran, (Jakarta: PT Bu mi Aksara, 2006), h. 62 40 Hamzah B. Uno, Orientasi baru..., h. 62 41 Nety Hartati, d kk., Islam dan Psikologi, (Ciputat: UIN Jakarta Press), h. 94 42 John W. Santrock, Perkembangan Anak, jilid II,, Terj. dari Child Development, eleventh edition oleh Mila Rach mawat i dan Anna Kuswanti, (Jakarta: Erlangga,2007) ,h. 6
22
mengembangkan kemampuan si anak untuk bersosialisasi dengan lingkungannya. Emosi berkembang sejak anak lahir. Emosi ditimbulkan oleh adanya rangsangan. Pengalaman-pengalaman dapat mempengaruhi efektifnya rangsangan di dalam menimbulkan emosi maupun menghambat timbulnya emosi itu. 43 Perkembangan emosi, seperti juga pada pada tingkah laku lainnya, ditentukan oleh proses pematangan dan proses belajar, seorang bayi yang baru lahir dapat menangis, tetapi ia harus mencapai tingkat kematangan tertentu untuk dapat tertawa. Setelah anak itu lebih besar , maka ia akan belajar bahwa menangis dan tertawa dapat digunakan untuk maksudmaksud tertentu atau untuk situasi-situasi tertentu. Perubahan penting pada masa kanak-kanak awal adalah meningkatnya kemampuan untuk membicarakan emosi diri dan orang lain dan peningkatan pemahaman tentang emosi. Pada rentang 2-4 tahun, terjadi penambahan yang pesat mengenai jumlah istilah yang digunakan untuk menggambarkan emosi. Mereka juga mulai belajar mengenai penyebab dan konsekuensi dari perasaan –perasaan yang dialami. Ketika menginjak usia 4-5 tahun, anak-anak mulai menunjukkan peningkatan kemampuan dalam merefleksikan emosi. Mereka juga mulai memahami bahwa kejadian yang sama dapat menimbulkan perasaan yang berbeda terhadap orang yang berbeda. Lebih dari itu, mereka juga mulai menunjukkan kesadaran bahwa mereka harus mengatur emosi mereka untuk memenuhi standar sosial. 44 Pada masa kanak-kanak madya dan akhir terdapat perubahan penting dalam perkembangan emosinya, diantaranya adalah: meningkatnya kemampuan
untuk
memahami
emosi
kompleks,
meningkatnya
pemahaman bahwa mungkin saja seseorang mengalami lebih dari satu emosi dalam situasi tertentu, meningkatnya kecenderungan untuk lebih 43
Dra. Sit i Sundari HS. M. Pd, Kesehatan Mental dalam Kehidupan, (Jakarta: PT Rineka Cipta, 2005), h. 33. 44 John W. Santrock, Perkembangan..., h.17
23
mempertimbangkan kejadian-kejadian yang menyebabkan reaksi emosi tertentu , meningkatnya kemampuan untuk menekan atau menutupi reaksi emosional yang negatif
dan penggunaan strategi personal untuk
mengalihkan perasaan tertentu. 45 Makin besar anak itu, makin besar pula kemampuannya untuk belajar sehingga perkembangan emosinya makin rumit. Perkembangan emosi melalui proses kematangan hanya terjadi sampai usia satu tahun. Setelah itu perkembangan selanjutnya lebih banyak ditentukan oleh proses belajar. Pengalaman sangat mempengaruhi perkembangan dan kematangan emosi. Pengalaman yang didapat dari keluarga, sekolah, pergaulan, akan mempengaruhi perkembangan emosi. Dan adanya barang-barang disekitar kita seperti radio, televisi, majalah, gambar dll, sedikit banyak akan memberi pengaruh terhadap perkembangan emosi. Berdasarkan penjelasan diatas maka dapat disimpulkan bahwa: 1. Emosi berkembang sejak anak dilahirkan. 2. Pada usia 2-4 tahun terjadi penambahan yang pesat mengenai jumlah istilah yang digunakan untuk menggambarkan emosi. Mereka juga mulai belajar mengenai penyebab dan konsekuensi dari perasaanperasaan yang dialami. 3. Pada usia 4-5 tahun, anak-anak mulai menunjukkan peningkatan kemampuan dalam merefleksikan emosi. Mereka juga mulai memahami bahwa kejadian yang sama dapat menimbulkan perasaan yang berbeda terhadap orang yang berbeda. Lebih dari itu, mereka juga mulai menunjukkan kesadaran bahwa mereka harus mengatur emosi mereka untuk memenuhi standar sosial. 4. Dimasa kanak-kanak madya dan akhir, perkembangan emosi anak ditunjukkan dengan meningkatnya kemampuan untuk memahami emosi kompleks, meningkatnya pemahaman bahwa mungkin saja seseorang mengalami lebih dari satu emosi dalam situasi tertentu, meningkatnya 45
kecenderungan
John W. Santrock, Perkembangan..., h. 18
untuk
lebih
mempertimbangkan
24
kejadian-kejadian
yang
menyebabkan
reaksi
emosi
tertentu,
meningkatnya kemampuan untuk menekan atau menutupi reaksi emosional yang negatif
dan penggunaan strategi personal untuk
mengalihkan perasaan tertentu. c. Macam-Macam Emosi Di dalam diri manusia terdapat berbagai macam emosi yang dapat mempengaruhi kepribadiannya. Emosi-emosi itu pun muncul sebagai respon dari suatu kejadian atau peristiwa yang dihadapinya. Tetapi sebagaimana yang telah dijelaskan diatas bahwasanya satu peristiwa bisa saja menimbulkan lebih dari satu respon dari emosi itu. Sejumlah
ahli
psikologi
menggunakan
diagram
roda
untuk
mengklasifikasikan emosi yang dialami manusia. Salah satunya adalah Robert Plutchik. Ia percaya emosi mempunyai empat dimensi: 1. Emosi adalah sesuatu yang bersifat positif atau negatif. 2. Emosi adalah sesuatu yang bersifat primer atau campuran. 3. Banyak diantaranya yang bersifat saling berlawanan. 4. Emosi saling bertukar sesuai dengan intensitasnya. 46 Emosi positif yang berupa perasaan bahagia dan juga antusias dapat meningkatkan rasa kagum kita terhadap diri sendiri sehingga dapat meningkatkan rasa percaya diri selain itu emosi positif juga dapat membuat hubungan kita dengan orang-orang disekitar menjadi baik, lain halnya dengan emosi negatif seperti perasaan duka cita ataupun marah, yang dapat membuat rasa kekaguman terhadap diri kita sendiri menurun selain itu emosi negatif juga dapat menekan mutu hubungan seseorang dengan orang-orang disekitarnya. Plutchik percaya bawha emosi itu seperti warna yang dapat dibuat dengan mencampurkan warna-warna primer. Seperti itu juga emosi dapat dibentuk dengan mencampurkan emosi-emosi primer. Contoh: perasaan cemburu yang lahir dari perpaduan rasa cinta dan marah 46
Jane S. Halonen & John W. Santrock, Psychology: Contexts & Aplications, (New Yo rk: McGraw-Hill Co mpanies.Inc, 1999), h. 353.
25
Akan tetapi ada beberapa emosi yang sifatnya saling berlawan seperti halnya perasaan optimis dan kecewa, cinta dan penyesalan. Plutchik berpendapat bahwasanya manusia tidak mungkin dapat merasakan emosi yang berlawanan secara serempak. Misalnya: kamu tidak akan dapat merasakan perasaan sedih disaat yang sama saat kamu merasa gembira. Berdasarkan penjelasan di atas maka dapat disimpulkan bahwa emosi yang dialami oleh manusia terdiri dari empat dimensi, yaitu: 1. Emosi adalah sesuatu yang bersifat positif atau negatif. Emosi yang bersifat positif contohnya adalah perasaan bahagia. Sedangkan perasaan yang bersifat negatif contohnya adalah rasa marah. 2. Emosi adalah sesuatu yang bersifat primer atau campuran. Seperti halnya warna yang dapat dibuat dengan mencampurkan warna-warna primer. Seperti itu juga emosi dapat dibentuk dengan mencampurkan emosi-emosi primer. Contoh: perasaan cemburu yang lahir dari perpaduan rasa cinta dan marah. 3. Banyak diantara yang bersifat saling berlawanan. Contohnya: perasaan optimis dan kecewa 4. Emosi saling bertukar sesuai dengan intensitasnya. Misalnya: seseorang tidak akan dapat merasakan perasaan sedih disaat yang sama saat kamu merasa gembira. d. Pengendalian Emosi Dasar bagi berbagai pola emosi terletak pada masa awal-awal pertumbuhan (anak-anak), maka awal-awal pertumbuhan adalah periode yang penting dalam dalam menentukan perkembangan pribadinya. Untuk itu orang tua selaku pendidik pertama bagi anak-anaknya diharapkan dapat benar-benar membimbing anaknya sehingga si anak dapat mengatur atau mengontrol emosinya. Secara bahasa kata control
berarti “pengaturan, pengawasan atau
pembatasan”. 47 Di dalam buku “Perkembangan Anak” karya Elizabeth B 47
John M. Echols & Hassan Shadily, Kamus Inggris-Indonesia, (Jakarta: PT Gramedia Pustaka utama, t. t ), h. 145
26
hurlock, kata control didefinisikan dengan ”berusaha sekuat-kuatnya mengendalikan atau mengarahkan pengaruh terhadap ses uatu”. Maka yang dimaksud dengan pengendalian emosi itu adalah mengarahkan energi ekspresi ke saluran ekspresi yang bermanfaat dan dapat diterima secara sosial. 48 Konsep pengendalian emosi lebih menitik beratkan pada bagaimana cara seseorang mengarahkan energi emosi seseorang ke arah ekspresi yang dapat diterima, hal itu tidak sama artinya dengan menekan. Apabila seseorang mengendalikan emosinya yang tampak, mereka juga berusaha mengalihkan energi yang ditimbulkan oleh tubuh mereka menjadi persiapan untuk bertindak ke arah pola perilaku yang bermanfaat dan dapat diterima secara sosial. Hal ini sangat berbeda dengan konsep populer yang mengharuskan penekanan emosional di dalam diri. Dalam buku Psychological Science, James Gross mengemukakan pendapatnya tentang lima strategi untuk mengatur emosi, yaitu: 1. Memilih situasi, yaitu meliputi mengetahui tipe-tipe orang, tempattempat, objek-objek yang dapat memancing emosimu dan mencari cara untuk menghindarinya. Misalnya: Anda ingin mengadakan makan malam yang romantis dengan kekasih anda. Untuk mewujudkannya maka anda memilih sebuah restoran dimana anda sebelumnya pernah mengalami makan malam yang menyenangkan di tempat itu. 2. Memodifikasi situasi, yaitu usaha-usaha aktif untuk mengubah suatu situasi dalam suatu peristiwa untuk mengubah pengaruhnya secara emosional. Misalnya: Anda mengharapkan dapat makan dengan tenang tapi orang disebelah anda terus saja berisik dengan rekannya sedangkan anda tidak enak untuk menegurnya, maka anda bisa pindah ke meja yang lain. 3. Mengalihkan perhatian, hal ini dapat membantu mengisolasikan aspek-aspek tertentu dari suatu situasi sehingga dapat membantu orang tersebut mengatur emosionalnya. Contoh: Seorang yang takut terbang 48
Elizabeth B. Hurlock, Perkembangan Anak, jilid I, (Jakarta: Erlangga, 1978), h. 231
27
dapat mengalihkan diri dari kehawatirannya dengan cara menonton film- film yang berhubungan dengan penerbangan 4. Mengubah pola pikir, yaitu sebuah metode untuk mengatur mood, hal ini bermanfaat ketika tidak satupun dari cara-cara di atas dapat diterapkan, yautu dengan merekonstruksi suatu situasi dengan jalanjalan alternatif. Contoh: Dengan menganggap masalah- masalah yang terjadi sebagai sesuatu yang lucu. 5. Memodulasi respon, yaitu mengontrol respon emosional secara langsung ketika ia mula merasakan perasaan emosional. Contoh: Seseorang bisa mencoba untuk meningkatkan perasaan bahagianya dan melemahkan perasaan kecewanya jika sesuatu yang ia rencanakan tidak berjalan dengan semestinya. 49 Akan tetapi riset Gross ini menunjukkan bahwa efektivitas dari setiap metode ini bergantung pada situasi yang terjadi dan kepribadian setiap orangnya. Berdasarkan penjelasan diatas maka dapat disimpulkan bahwa yang dimaksud dengan pengendalian emosi adalah adalah mengarahkan energi ekspresi ke saluran ekspresi yang bermanfaat dan dapat diterima secara sosial. Adapun cara-cara yang digunakan untuk mengatur emosi, diantaranya adalah: memilihan situasi, memodifikasi situasi, mengalihkan perhatian, mengubah pola pikir, memodulasi respon. Akan tetapi efektivitas dari setiap metode ini bergantung pada situasi yang terjadi dan kepribadian setiap orangnya.
C. Keluarga Muslim a. Pengertian Keluarga Muslim Keluarga adalah lingkungan pendidikan pertama dan utama bagi seorang anak. Tempat dimana dasar-dasar agama diajarkan untuk
49
Michael S. Gazzaniaga & Todd F. Heatherton, Psychological Science: The Mind, Brain, and Behavior, (United States of America: W. W. Norton & Company. Inc, 2003), h. 326
28
mendidik anak-anak agar dapat menjadi manusia yang tidak hanya taat kepada Allah tetapi juga menjadi manusia yang berakhlak mulia. Dalam literatur Al-Qur‟an (Arab) keluarga diistilahkan dengan al-ahlu jamaknya ahluna dan ahal yang memiliki arti: famili, keluarga dan kerabat. Keluarga adalah unit satuan masyarakat yang terkecil yang sekaligus merupakan suatu kelompok kecil dalam masyarakat. 50 Menurut Alisuf Sabri keluarga adalah lembaga sosial resmi yang terbentuk setelah adanya suatu perkawinan. 51 Syaikh Shaleh bin Fauzan al-Fauzan merinci definisi keluarga muslim sebagai keluarga yang mengetahui hak-hak Allah SWT dan menunaikannya, mengetahui hak-hak masing- masing suami istri dan memenuhinya, melaksanakan pendidikan anak dengan pendidikan Islam, menta‟ati hukum-hukum Allah SWT, memurnikan tauhid kepada-Nya dan menjauhi serta memerangi berbagai bentuk kemusyrikan. 52 Berdasarkan definisi-definisi diatas yang dimaksud dengan keluarga muslim adalah keluarga yang meletakkan segala aktivitas pembentukan keluarganya sesuai dengan syari‟at Islam yang berdasarkan al-Quran dan as-Sunnah. Keluarga tersebut dibangun di atas aqidah yang benar dan semangat
untuk
beribadah kepada Allah serta semangat
untuk
menghidupkan syiar dan adab-adab Islam Islam sebagaimana telah dicontohkan Rasulullah SAW. b. Bentuk-bentuk Keluarga Keluarga dapat dibagi menjadi tiga kategori, yaitu: 1. Keluarga inti, yang terdiri dari bapak, ibu dan anak-anak, atau hanya ibu atau bapak atau nenek dan kakek 2. Keluarga inti terbatas, yang terdiri dari ayah dan anak-anaknya, atau ibu dan anak-anaknya
50
Muhammad A min Su mma, Hukum Keluarga Islam di Dunia Islam, (Jakarta: Pt Raja Grafindo Persada, 2006), h. 15 51 Drs. H.M. A lisuf Sabri, Il mu Pendidikan, (Jakarta: CV Pedo man Ilmu Jaya, 1999), h. 14 52
Ahmad, “Membentuk Akh lak Islami”, www.haroqi.mu ltip ly.co m, 7 Desember 2010.
29
3. Keluarga luas (extended family), yang cukup banyak ragamnya seperti rumah tangga nenek yang hidup dengan cucu yang masih sekolah, atau nenek dengan cucu yang elah kawin, sehingga istri dan anakanaknya hidup menumpang juga. 53 Sejalan dengan pendapat diatas para ahli sosiologi membagi bentukbentuk keluarga kedalam dua kategori: 1. Keluarga batih (nuclear family), keluarga batih merupakan satuan keluarga terkecil yang terdiri atas ayah, ibu dan anak. 2. Keluarga luas (extended family), keluarga luas terdiri atas keluarga batih. 54 Berdasarkan penjelasan diatas dapat disimpulkan bahwa bentukbentuk keluarga dapat dibagi menjadi tiga, yaitu: keluarga inti atau dapat disebut dengan keluarga batih, keluarga inti terbatas dan keluarga luas. c. Fungsi Keluarga Dalam kehidupan keluarga sering kita jumpai adanya pekerjaanpekerjaan yang harus dilakukan. Suatu pekerjaan atau tugas yang harus dilakukan itu biasa disebut fungsi. Fungsi keluarga adalah suatu pekerjaan-pekerjaan atau tugas-tugas yang harus dilaksanakan di dalam atau oleh keluarga itu. Pekerjaan-pekerjaan yang harus dilaksanakan oleh keluarga itu dapat digolongkan / dirinci ke dalam beberapa fungsi, yaitu: 1) Fungsi Biologis Dengan fungsi ini diharapakan agar keluarga dapat menyelenggarakan persiapan-persiapan perkawinan bagi anak-anaknya. Karena dengan perkawinan akan terjadi proses kelangsungan keturunan. Dan setiap manusia pada hakikatnya terdapat semacam tuntutan biologis bagi kelangsungan hidup keturunannya, melalui perkawinan. 2) Fungsi Pemeliharaan 53 Mufidah Ch, Psikologi Islam Berwawasan Gender, (Malang: UIN-Malang Press, 2008), Cet I, h. 40 54 Kamanto Sunarto, Pengantar Sosiologi, (jakarta: Fakultas ekonomi Universitas indonesia, 2004), h. 63-64.
30
Keluarga diwajibkan untuk berusaha agar setiap anggotanya dapat terlindung dari berbagai macam gangguan, diantaranya dengan cara mendirikan
rumah
sebagai
tempat
berlindungnya
anggota
keluarganya. 3) Fungsi Ekonomi Fungsi ini berkaitan dengan fungsi penyelenggaraan kebutuhan pokok. Dimana orang tua diwajibkan untuk berusaha keras agar setiap anggota keluarga dapat cukup makan dan minum, cukup pakaian serta tempat tinggal. 4) Fungsi Keagamaan Keluarga diwajibkan untuk mendalami serta mengamalkan ajaranajaran agamanya agar menjadi manusia yang taqwa kepada Tuhan Yang Maha Esa. Hal ini berlandaskan padaideologi Pancasila agar warganya mendalami dan megamalka Pancasila di dalam perilaku da n kehidupan keluarganya. 5) Fungsi Sosial Keluarga berusaha untuk mempersiapkan anak-anaknya bekal-bekal selengkapnya dengan memperkenalkan nilai- nilai dan sikap-sikap yang dianut oleh masyarakat serta mempelajari peranan-peranan yang diharapkan akan mereka jalankan kelak bila sudah dewasa. 55 Sedangkan keluarga sebagai suatu kesatuan bersama, menurut St. Vembriarto, mempunyai 7 fungsi yang ada hubungannya dengan kehidupan si anak, yaitu: 1) Fungsi Biologik, yaitu keluarga merupakan tempat lahirnya anakanak; secara biologis anak berasal dari orang tuanya. 2) Fungsi Afeksi, yaitu keluarga merupakan tempat terjadinya hubungan sosial yang penuh dengan kemesraan dan afeksi (penuh kasih sayang dan rasa aman). 3) Fungsi Sosialisasi,
yaitu
fungsi keluarga
dalam
membentuk
kepribadian anak. Melalui interaksi sosial dalam keluarga anak 55
Abu Ahmadi, Ilmu Sosial Dasar, (Jakarta: PT Rineka Cipta, 2003), h. 89-91.
31
mempelajari pola-pola tingkah laku, sikap, keyakinan, cita-cita dan nilai- nilai
dalam
masyarakat
dalam
rangka
perkembangan
kepribadiannya 4) Fungsi Pendidikan, yaitu keluarga sejak dulu merupakan institusi pendidikan. Dahulu keluarga merupakan satu-satunya institusi untuk mempersiapkan anak agar dapat hidup secara sosial dan ekonomi di masyarakat. Sekarangpun keluarga dikenal sebagai lingkungan pendidikan yang pertama dan utama dalam mengembangkan dasar kepribadian anak. 5) Fungsi Rekreasi, yaitu keluarga merupakan tempat / medan rekreasi bagi anggotanya
untuk
memperoleh
afeksi,
ketenangan dan
kegembiraan. 6) Fungsi Keagamaan, yaitu keluarga merupakan pusat pendidikan, upacara dan ibadah agama bagi para anggotanya, disamping peran yang dilakkan institusi agama. Fungsi ini penting artinya bagi penanaman jiwa agama pada si anak; sayangnya sekarang ini fungsi keagamaan ini mengalami kemunduran akibat pengaruh sekularisasi. 7) Fungsi Perlindungan, yaitu keluarga berfungsi memelihara, merawat dan melindungi si anak baik fisik maupun sosialnya. Fungsi ini oleh keluarga tidak dilakukan sendiri tetapi banyak dilakukakn oleh badanbadan sosial seperti tempat perawatan bagi anak-anak cacat tubuh mental, anak yatim piatu, anak-anak nakal dan perusahaan asuransi. 56 Berdasarkan dari penjelasan berbagai fungsi keluarga diatas maka dapat kita dapat menyimpulkan fungsi- fungsi keluarga sebagai berikut: fungsi biologis, fungsi afeksi, fungsi sosialisasi, fungsi pendidikan, fungsi rekreasi, fungsi keagamaan, fungsi perlindungan, fungsi ekonomi
56
15-16
Drs. H.M . Alisuf Sabri, Ilmu Pendidikan, Jakarta: CV Pedoman Ilmu Jaya, 1999. h.
32
D. Kerangka Berpikir Keberhasilan anak dimasa yang akan datang tidak hanya ditentukan oleh kecerdasan intelektualnya saja. Pengendalian sikap dan penguasaan diri adalah yang teramat penting. Karena pengendalian diri itu sangat menentukan dalam
menuju
kesuksesan
hidup.
Menurut
Letjen
TNI
Harseno
(Purnawirawan) 60% keberhasilan hidup itu ditentukan oleh keberhasilan kita dalam pergaulan. Sedangkan pengendalian diri adalah salah satu kunci dari keberhasilan pergaulan.
57
Pengendalian diri erat sekali kaitannya dengan sikap atau tingkah laku. Sedangkan tingkah laku seseorang merupakan cerminan dari akhlak yang dimilikinya. Pengendalian diri dalam hidup bermasyarakat ini tidak jauh dari peran orangtua di dalam memberikan pendidikan akhlak bagi anak. Orangtua sebagai pendidik dilingkungan keluarga berperan penting dalam menanamkan sikap bagi anak agar kelak anak dapat mengerti bagaimana harus bersikap di dalam bermasyarakat. Pendidikan akhlak akan sangat berpengaruh terhadap kemampuannya dalam mengendalikan emosi. Karena orang yang memiliki akhlak yang baik cenderung lebih bisa mengendalikan dirinya dan lebih dapat memahami bagaimana cara bergaul yang baik. Dari uraian diatas dapat disimpulankan bahwa pendidikan akhlak di lingkungan
keluarga
merupakan
salah
satu
faktor
penting
dalam
meningkatkan kemampuan anak dalam mengendalikan emosi. Karena pengendalian emosi sesuatu yang seharusnya dimiliki untuk dapat hidup dengan baik dalam bermasyarakat. E. Pengajuan Hipotesis Hipotesis pada dasarnya merupakan suatu preposisi atau anggapan yang mungkin benar dan sering digunakan untuk dasar pembuatan keputusan dan penelitian lebih lanjut. Dalam penelitian ini penulis mengajukan hipotesis sebagai berikut: “Semakin tinggi tingkat pendidikan akhlak di lingkungan 57
Let jen TNI Harseno (Purn), Menuju Watak dan Sikap Negarawan, tt.p:t.p., t.t.
33
keluarga muslim maka akan semakin tinggi pula kemampuan anak dalam mengendalikan emosi”. Berdasarkan hipotesis tersebut maka hipotesis alternatif (Ha) dan hipotesis nol (Ho) dapat dirumuskan sebagai berikut: Ha:
Terdapat hubungan yang signifikan antara pendidikan akhlak di lingkungan
keluarga muslim dengan kemampuan anak dalam
mengendalikan emosi. Ho:
Tidak ada hubungan yang signifikan antara pendidikan akhlak di lingkungan keluarga muslim dengan kemampuan anak dalam mengendalikan emosi.
34
BAB III METODOLOGI PENELITIAN
A. Waktu dan Tempat Penelitian Penelitian ini dilakakukan di RT 02 RW 03 kec. Cilodong kota Depok. Penelitian ini dilaksanakan mulai tanggal 7 Oktober 2010 sampai dengan tanggal 4 November 2010.
B. Metode Penelitian Penelitian ini adalah jenis penelitian field research dengan menggunakan analisis deskriptif, maka penelitian ini menggunakan pendekatan kuantitatif dengan teknik survey. Melalui penelitian ini penulis mencoba menganalisis gejala- gejala yang ada hubungannya dengan pembahasan.
C. Variable Penelitian Dalam penelitian ini penulis membatasi kedalam 2 (dua) variable, yaitu a. Pendidikan akhlak di lingkungan keluarga muslim sebagai variable x (variable bebas). b. Mengembangkan kemampuan mengendalikan emosi pada anak sebagai variable y (variable terikat).
34
35
D. Populasi dan Sample Populasi adalah keseluruhan objek yang akan diteliti. Pada penelitian ini yang menjadi populasinya adalah anak-anak yang berusia 7-12 tahun dari keluarga muslim di RT 02 RW 03 kec. Cilodong yang berjumlah 40 anak. Menurut Suhsarsimi Arikunto di dalam bukunysa “ Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan praktek” dijelaskan bahwa apabila subjeknya kurang dari 100 lebih baik diambil semua sehingga penelitiannya merupakan penelitian populasi. Selanjutnya jika jumlah subjeknya besar dapat diambil antara 10%15% atau 20%-25% atau lebih. 1 Berdasarkan penjelasan di atas penulis mengambil seluruh subjek dari populasi tersebut. Sehingga penelitian ini merupakan penelitian populsasi
E. Teknik Pengumpulan Data Penelitian ini adalah penelitian field research, yaitu suatu penelitian yang dilakukan langsung ke objek penelitian. Untuk memperoleh data-data lapangan ini penulis menggunakan teknik pengumpulan data sebagai berikut: a. Observasi,
yaitu cara menghimpun bahan-bahan keterangan yang
dilakukan dengan mengadakan pengamatan dan pencatatan secara sistematis terhadap fenomena-fenomena yang sedang dijadikan sasaran pengamatan. Observasi ini dilakukan untuk memperoleh data tentang kondisi keluarga muslim di RT 02 RW 03 Kec. Cilodong b. Wawancara, yaitu cara menghimpun bahan-bahan keterangan yang dilaksanakan dengan melakukan tanya jawab lisan secara sepihak, berhadapan muka, dan dengan arah serta tujuan yang telah ditentukan. Wawancara ini dilakukan guna memfilter jawaban-jawaban yang diberikan dalam angket serta untuk memperoleh data-data yang lebih rinci yang berkaitan dengan pembahasan. Wawancara ini dilakukan kepada orangtua, anak usia 7-12 tahun di RT 02 RW 03 Kec. Cilodong
1
Suharsimi Arikunto, Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktek, (Jakarta: Rineka Cipta, 1996), h. 134
36
c. Angket atau kuesioner, yaitu merupakan suatu daftar atau rangkaian pertanyaan yang disusun secara tertulis mengenai sesuatu yang berkaitan dengan penelitian. Adapun angket yang digunakan dalam penelitian ini adalah angket dengan bentuk daftar cek dimana pertanyaan diurai dalam bentuk daftar dan tugas responden hanyalah membubuhi tanda-tanda cek sesuai dengan petunjuk yang diberikan oleh peneliti. Adapun kriteria skor alternatif jawaban pernyataan angket dapat dilihat pada table berikut: Tabel 1 Krite ria Penilaian Angket Alternatif Jawaban Selalu Sering Kadang-kadang Tidak pernah
Pernyataan Positif Negatif 4 1 3 2 2 3 1 4
F. Prosedur Penelitian a. Tahap Persiapan Pada tahap ini ada beberapa hal yang perlu dipersiapkan untuk memulai pelaksanaan penelitian, dimulai dengan merumuskan masalah, menentukan variable penelitian, studi kepustakaan untuk mendapatkan gambaran dan landasan teoritis mengenai variabel penelitian. Selanjutnya menentukan, menyusun, dan menyiapkan alat ukur yang akan dipakai dalam penelitian, yaitu skala sikap mengenai kecerdasan emosional yang dikaitkan dengan akhlak siswa dan menentukan lokasi penelitian dan menyelesaikan administrasi perizinan. b. Tahap Pengambilan Data Pada tahap ini dimulai dengan melakukan uji coba alat ukur penelitian kepada anak-anak usia 7-12 tahun di RW 03. Setelah data terkumpul, dilakukan analisis item untuk menguji validitas dan reliabilitas tiap-tiap item pada alat ukur penelitian (skala pendidikan akhlak dan pengendalian emosi) yang di ujicobakan.
37
c. Tahap Pengolahan Data Untuk mengolah data dalam penelitian ini, penulis menggunakan langkah-langkah sebagai berikut: a. Editing, yaitu pengecekan terhadap pengisian angket. Setiap angket harus diteliti satu persatu mengenai kelengkapan, kejelasan, dan kebenaran pengisian angket tersebut agar terhindar dari kekeliruan dan kesalahan dalam mendapat informasi, sehingga diperolehlah data yang akurat. b. Koding, teknik ini digunakan penulis untuk mengklasifikasikan jawaban-jawaban para responden menurut macam- macamnya. c. Skoring, setelah melalui tahap editing dan juga koding maka langkah selanjutnya adalah skoring, yaitu memberi skor terhadap data yang ada di angket. d. Tabulating, yaitu mentabulasi data jawaban yang telah diberikan skor kedalam bentuk tabel untuk kemudian diketahui hasil perhitungannya dengan menggunakan rumus prosentase. Rumus Prosentase: P =
F x 100% N
Keterangan: P = Prosentase F = Frekuensi N = Number of cases Selain menggunakan rumus prosentase, penulis juga menghitung range dari tiap-tiap variabel untuk mengetahui tinggi rendahnya skor yang dimiliki masing masing sampel dalam setiap variabel. Rumus Range: R= Xmaks-Xmin
38
Keterangan: R
= Range
Xmaks = Nilai skor maksimal Xmin = Nilai skor minimal
G. Analisis Instrumen Penelitian Agar
mendapatkan
instrument
angket
Pendidikan
Akhlak
dan
Pengendalian Emosi yang memadai, maka sebelum instrument tersebut digunakan dalam penelitian terlebih dahulu dilakukan uji coba dan kemudian dianalisis dengan metode analisis sebagai berikut: a. Uji Validitas Validitas berasal dari kata validity yang mempunyai arti sejauh mana ketepatan dan kecermatan suatu alat ukur dalam melaksanakan fungsi ukurnya, atau memberikan hasil ukur yang sesuai dengan maksud dilakukan pengukuran tersebut. Instrumen yang sahih tidak sekedar mengukur apa yang seharusnya diukur, tetapi mengandung pengertian sejauh
mana
informasi
yang
diperoleh
dari pengukuran
dapat
diinterpretasikan sebagai tingkah laku atau karakteristik yang diukur. 2 Untuk menguji validitas tiap butir maka skor-skor yang ada pada butir yang dimaksud dikorelasikan dengan skor total. Skor butir dipandang sebagai nilai X dan skor total dipandang sebagai nilai Y. Dengan diperolehnya indeks validitas tiap butir dapat diketahui dengan pasti butirbutir manakah yang tidak memenuhi syarat ditinjau dari validitasnya. Pada uji validasi angket ini menggunakan rumus PEARSON, yaitu:
rit
xixt xt xi 2
2
Keterangan: rit xi 2
= Angka indeks korelasi antara skor butir soal dengan skor total = Jumlah kuadrat deviasi skor dari xi
Heny Narendrany Hidayati, Pengukuran Akhlakul Karimah Mahasiswa….hal. 32.
39
xt
= Jumlah kuadrat deviasi skor dari xt Suatu instrumen dapat dikatakan valid apabila hasil perhitungan
didapat angka koefisien korelasi rit > rtab yang dikonsultasikan pada taraf signifikansi 0,05. Dapat juga perhitungan validitas tersebut dilakukan dalam program Microsoft Office Excel dengan menggunakan rumus PEARSON yang terdapat dalam formula excel. b. Uji Reliabilitas Reliabilitas merupakan penerjemahan dari kata reliability yang mempunyai asal kata rely dan ability. Reliabilitas mempunyai berabgai arti yaitu keterpercayaan, keterandalan, keajegan, kestabilan, konsisten dan sebagainya. 3 Dalam rangka menentukan apakah sebuah instrumen memiliki daya keajegan mengukur (reliabilitas) yang tinggi atau belum, maka pengukuran pada penelitian ini dilakukan dengan menggunakan rumus Alpha Cronbach, dengan rumus: 4 2 n Si r11 1 St 2 n 1
Keterangan: r11
=
n
= Banyaknya butir pernyataan
1
= Bilangan Konstan
Si St 2
2
Koefisien reliabilitas tes
= Jumlah varian skor dari tiap-tiap butir pernyataan = Varian total
Hasil perhitungan uji reliabilitas angket pendidikan akhlak pada sampel sebanyak 40 anak diperoleh harga koefisien reliabilitas sebesar 0,92. Hal ini menunjukkan bahwa instrumen skala pendidikan akhlak yang digunakan dalam penelitian ini memiliki reliabilitas sangat tinggi sehingga 3
Heny Narendrany Hidayati, Pengukuran Akhlakul Karimah …hal. 32 Anas Sudijono, Pengantar Evaluasi Pendidikan, (Jakarta: PT Raja Grafindo Persada, 1996), hal. 207-208. 4
40
memungkinkan atau layak digunakan dalam penelitian. Perhitungan lebih jelasnya terdapat dalam lampiran. Sedangkan perhitungan uji reliabilitas angket pengendalian emosi pada sampel sebanyak 40 anak diperoleh harga koefisien reliabilitas sebesar 0,76. Hal ini menunjukkan bahwa instrumen skala pengendalian emosi yang digunakan dalam penelitian ini memiliki reliabilitas yang tinggi pula sehingga memungkinkan atau layak digunakan dalam penelitian. Perhitungan lebih jelasnya terdapat dalam lampiran.
H. Uji Hipotesis a. Uji Korelasi Perhitungan korelasi menggunakan Product Moment. Dimana Product Moment Correlation adalah salah satu teknik untuk mencari korelasi antara dua variable yang kerap kali digunakan. Teknik korelasi ini dikembangkan oleh Karl Pearson.
5
Rumus korelasi Product Moment Karl Pearson, yaitu: 𝑟𝑥𝑦 =
𝑁 ∑𝑋𝑌 − ∑𝑋 (∑𝑌) 𝑁∑𝑋 2 −(∑𝑋)2 [𝑁∑𝑌2 – ∑𝑌2 ]
Keterangan: 𝑟𝑥𝑦
= Angka Indeks Korelasi “r” Product Moment
N
= Number of Cases
∑XY = Jumlah hasil perkalian antara skor X dan skor Y ∑X
= Jumlah seluruh skor X
∑Y
= Jumlah seluruh skor Y Adapun perhitungan korelasi dengan product moment dalam penelitian
ini dilakukan secara manual.
5
Anas Sudijono, Pengantar Statistik Pendidikan, (Jakarta: PT Raja Grafindo Persada, 2008), hal. 177-178.
41
b. Perhitungan Koefisien Determinasi Perhitungan koefisien determinasi ini dilakukan untuk mengetahui seberapa besar pengaruh variabel X terhadap variabel Y yang dinyatakan dalam bentuk persen. Dimana rumus yang digunakan adalah rumus “Coefficient of Determination” atau koefisien penentu yang dalam hal ini digunakan untuk lebih memudahkan pemberian interpretasi angka indeks korelasi „r‟ product moment pada uji hipotesis di atas. Rumus Coefficient of Determination yaitu: KD = r² x 100 % Keterangan: KD = Koefisien determinasi r²
= Koefisien korelasi
42
BAB IV HASIL PENELITIAN
A. Gambaran Umum Lokasi Penelitian 1. Letak Geografis RT 02 adalah salah satu RT yang berada dalam kelompok RW 03. RT 02 terletak di wilayah kota Depok. Dimana wilayah ini merupakan komplek perumahan tentara. Wilayah RT 02 RW 03 ini memiliki luas sekitar 145.000
. Wilayah ini berbatasan dengan:
a. Sebelah barat berbatasan dengan RT 03. b. Sebelah utara berbatasan dengan RT 04. c. Sebelah timur berbatasan dengan wilayah kesatuan Yonif Linud 328 d. Sebelah selatan berbatasan dengan kantor besar Divif I Kostrad. 2. Jumlah Warga atau Penduduk Jumlah penduduk RT 02 RW 03 kelurahan Cilodong adalah 78 kepala keluarga, 315 jiwa dengan perincian sebagai berikut: Tabel 2 No Jenis Data
Jumlah
1
Kepala Keluarga
78
2
Laki- laki
160
3
Perempuan
155
4
Warga Keseluruhan
315
42
43
3. Tingkat Pendidikan Tingkat pendidikan para orangtua di RT 02 RW 03 terbilang cukup baik, berikut adalah perincian tingkat pendidikan akhir yang dimiliki oleh para orangtua di RT 02 RW 03: Tabel 3 No
Subjek
1
Ayah
2
Ibu
Pendidikan SD SMP SMA S1 SMP SMA S1 D1, D2 dan D 3
Jumlah 1 8 64 5 12 43 13 8
4. Mata Pencaharian Mata pencaharian dari kepala keluarga di RT 02 RW 03 memang terbilang homogen. Hal tersebut dikarenakan wilayah RT 02 RW 03 adalah komplek perumahan tentara. Meskipun wilayah RT 02 RW 03 adalah komplek perumahan tertara tetapi di dalamnya ada juga yang bermata pencaharian sebagai PNS (Pegawai Negeri Sipil). Berikut data selengkapnya: Tabel 4 No 1 2
Mata Pencaharian ABRI PNS
Jumlah 76 2
5. Sarana Umum, Ibadah dan Pendidikan Semua sarana yang ada dan yang dapat digunakan oleh seluruh warga RT 02 RW 03 adalah sarana yang berada di bawah naungan yayasan Kartika Candra Kirana, yaitu sebuah yayasan milik Angkatan Darat (AD). Berikut adalah perincian berbagai macam sarana yang dapat digunakan oleh warga RT 02 RW 03:
44
Tabel 5 No Sarana Umum, Pendidikan dan Ibadah 1. Taman Kanak-kanak 2 Masjid 3 Gereja 4 Gelanggang Olah Raga (GOR) 5 Lapangan sepak bola 6 Lapangan voli 7 Ruang fitness
Jumlah 1 2 1 1 1 1 1
B. Deskripsi dan Analisa Data Pada pengumpulan data pendidikan akhlak di lingkungan keluarga muslim dan kemampuan mengendalikan emosi pada anak penulis menggunakan instrumen yang berbentuk angket yang disusun berdasarkan indikatorindikator yang berlandaskan dari kajian teori yang tercantum di dalam bab II. Berikut adalah data hasil angket yang dijelaskan dengan menggunakan rumus prosentase dan juga Range sehingga dapat diketahui hasilnya secara per item ataupun per orangnya. Berikut adalah deskripsi datanya: 1. Deskripsi dan Analisa Data dengan Menggunakan Rumus Prosentase Pada pengumpulan data pendidikan akhlak, penulis menggunakan angket.. Angket disusun berdasarkan indikator yang mengacu pada teori yang terdapat pada bab II. Dan data dari hasil angket ini akan dijabarkan dengan menggunakan rumus prosentase. Berikut penjabaran data selengkapnya: Tabel 6 Orangtua mengajari anaknya mengaji. No 1 2 3 4
Jawaban Selalu Sering Kadang-kadang Tidak Pernah Jumlah
Frekuensi 9 14 13 4 40
Prosentase 22,5% 35% 32,5% 10% 100%
45
Berdasarkan tabel di atas dapat dijelaskan bahwa sebagian kecil dari orangtua selalu mengajari anaknya mengaji (22,25%) dan sebagian kecil dari orangtua sering mengajari anak-anaknya mengaji (35%) sedangkan sebagian kecil lainnya hanya kadang-kadang saja mengajari anaknya mengaji (32,5%) lalu sedikit sekali dari para orangtua yang tiidak pernah mengajari anaknya mengaji. Berdasarkan data di atas dapat diketahui bahwa cukup banyak orangtua yang meluangkan waktu untuk mengajarkan anaknya mengaji. Walaupun masih ada juga orangtua yang belum meluangkan waktunya untuk mengajarkan anak-anaknya mengaji. Mengajarkan anak mengaji adalah hal yang penting terlebih jika orangtua dapat menjelaskan isi kandungan dari ayat-ayat al-Qur‟an yang dibacanya. Dengan begitu diharapkan anak-anak dapat memahami ajaran-ajaran di dalamnya dengan baik dan dapat menjadikannya sebagai pegangan dalam menjalani hidup. Tabel 7 Orangtua mengajari anaknya agar bersikap baik kepada teman-te mannya. No 1 2 3 4
Jawaban Selalu Sering Kadang-kadang Tidak Pernah Jumlah
Frekuensi 21 12 6 1 40
Prosentase 52,5% 30% 15% 2,5% 100%
Berdasarkan tabel di atas dapat dijelaskan bahwa lebih dari setengah para orangtua selalu mengajarkan anak-anaknya bersikap baik kepada teman-temannya (52%) sedangkan sebagian kecil dari para orangtua sering mengajarkan anak-anaknya agar bersikap baik kepada temannya (30%) dan sebagian kecilnya lagi yang kadang-kadang mengajari anaknya agar bersikap baik kepada temannya (15%) dan juga sedikit sekali dari orangtua yang tidak pernah mengajarkan kepada anaknya agar berbuat baik kepada temannya (2,5%).
46
Berdasarkan data di atas dapat diketahui bahwa lebih dari setengah orangtua mengajarkan kepada anak-anaknya agar bersikap baik terhadap temannya. Gambaran tersebut menjelaskan betapa besarnya perhatian orangtua
terhadap
cara bersosialisasi putra-putrinya.
Kemampuan
bersosialisasi sangatlah penting dalam pergaulan. Seseorang dapat diterima atau ditolak di masyarakat karena cara bersosialisasinya. Jika seseorang merasa tertolak atau terabaikan oleh kelompoknya maka emosi yang tidak menyenangkan dapat mendominasi dirinya. Untuk mencegah hal tersebut maka seyogyanya orangtua dapat lebih memperhatikan putraputrinya dalam bersosialisasi. Tabel 8 Orangtua mengingatkan anaknya apabila ia belum melaksanakan shalat. No 1 2 3 4
Jawaban Selalu Sering Kadang-kadang Tidak Pernah Jumlah
Frekuensi 20 15 4 1 40
Prosentase 50% 37,5% 10% 2,5% 100%
Berdasarkan tabel di atas dapat dijelaskan bahwa setengah dari orangtua selalu mengingatkan anaknya apabila anaknya belum melaksanakan shalat (50%), dan sebagian kecil dari orangtua lainnya sering mengingatkan anaknya apabila anaknya belum mengerjakan shalat (37,5%), sedangkan sebagian kecilnya lagi terkadang mengingatkan anaknya apabila anaknya belum melaksanakan shalat (10%) dan sedikit sekali dari orangtua yang tidak pernah mengingatkan anaknya apabila anaknya belum melaksanakan shalat (2,5%). Berdasarkan penjelasan di atas maka dapat disimpulkan bahwa kebanyakan dari orangtua akan mengingatkan anaknya apabila anaknya belum melaksanakan shalat. Data di atas menunjukkan bahwa perhatian orangtua terhadap rutinitas ibadah wajib yang dilakukan anaknya cukup besar. Perhatian orangtua terhadap rutinitas ibadah anaknya sangatlah penting, karena shalat dapat
47
mempengaruhi akhlak anak tersebut. Di dalam al-Qur‟an pun telah dijelaskan bahwa shalat itu dapat mencegah seseorang dari perbutan keji dan munkar. Maka dari itu sudah semestinya jika orangtua lebih memperhatikan shalat anak-anaknya. Karena shalat dapat mempengaruhi perkembangan pribadinya di masa mendatang. Tabel 9 Orangtua menyuruh anaknya mengambil kembali sampah dan me mbuangnya ketempat sampah apabila melihat anaknya me mbuang sampah sembarangan. No 1 2 3 4
Jawaban Selalu Sering Kadang-kadang Tidak Pernah Jumlah
Frekuensi 19 9 6 6 40
Prosentase 47,5% 22,5% 15% 15% 100%
Berdasarkan tabel di atas dapat dijelaskan bahwa hampir setengah dari orangtua selalu menyuruh anaknya untuk mengambil kembali sampah yang ia buang sembarangan (47,5%) sedangkan sebagian kecilnya sering menyuruh anaknya
mengambil kembali sampah yang
ia buang
sembarangan (22,5%) dan sebagian kecilnya lagi hanya kadang-kadang saja menyuruh anaknya untuk mengambil kembali sa mpah yang ia buang sembarangan (15%) lalu sebagian kecil dari orangtua juga ada yang tidak pernah menyuruh anaknya mengambil kembali sampah yang ia buang sembarangan (15%). Berdasarkan penjelasan di atas maka dapat disimpulkan bahwa cukup banyak orangtua yang akan menyuruh anaknya untuk mengambil kembali sampah yang ia buang sembarangan apabila melihatnya. Data di atas menunjukkan cukup banyak orangtua yang mengajarkan anak-anaknya agar menjaga kebersihan lingkungan disekitarnya. Ajaran untuk
menjaga
kebersihan
lingkungan
sangatlah
penting
guna
menanamkan sikap kepedulian terhadap keadaan sekitar. Seseorang yang peduli terhadap keadaan sekitar cenderung lebih memperhatikan orang-
48
orang disekitarnya sehingga orang tersebut biasanaya akan lebih berhatihati dalam berbicara dan bersikap agar tidak menyinggung atau menyakiti orang lain. Sikap seperti ini sangatlah penting untuk dilestarikan untuk tetap menjaga keutuhan hubungan yang telah terjalin. Tabel 10 Orangtua mengajari anaknya untuk meminta maaf apabila ia berbuat salah. No 1 2 3 4
Jawaban Selalu Sering Kadang-kadang Tidak Pernah Jumlah
Frekuensi 22 9 7 2 40
Prosentase 55% 22,5% 17,5% 5% 100%
Berdasarkan tabel di atas dapat dijelaskan bahwa lebih dari setengah dari orangtua selalu mengajari anaknya untuk meminta maaf apabila berbuat salah (55%) dan sebagian kecilnya sering mengajarkan kepada anaknya agar meminta maaf apabila berbuat salah (22,5 %) sedangkan sebagian kecil lainnya hanya kadang-kadang saja mengajarkan anak-anaknya untuk meminta maaf apabila berbuat salah (17,5%) dan sedikit sekali dari para orangtua yang tidak pernah mengajari anaknya untuk meminta maaf apabila berbuat salah (5%). Berdasarkan data di atas dapat diketahui bahwa kebanyakan dari orang tua telah mengajarkan kepada anak-anaknya untuk segera meminta maaf jika ia berbuat salah. Penanaman sikap tersebut akan berdampak positif bagi pribadi anak. Karena dengan begitu anak akan memahami bagaimana ia harus bersikap jika seandainya ia berbuat salah terhadap orang lain. Selain itu hal tersebut juga dapat membantu anak tetap menjaga hubungan baiknya dengan teman-teman disekitarnya.
49
Tabel 11 Orangtua mengajarkan pada anaknya agar mengambil sampah yang berserakan dan me mbuangnya ke tempat sampah jika melihatnya. No 1 2 3 4
Jawaban Selalu Sering Kadang-kadang Tidak Pernah Jumlah
Frekuensi 9 14 11 6 40
Prosentase 22,5% 35% 27,5% 15% 100%
Berdasarkan tabel di atas dapat dijelaskan bahwa sebagian kecil dari orangtua mengajarkan kepada anaknya agar mengambil sampah yang berserakan dan membuangnya ke tempat sampah apabila melihatnya (22,5%) dan sebagian kecil lainnya sering mengajari anaknya agar mengambil sampah yang berserakan dan membuangnya ke tempat sampah apabila melihatnya (35%) lalu sebagian kecilnya lagi hanya kadangkadang saja mengajarkan anaknya untuk mengambil sampah yang berserakan dan membuangnya ke tempat sampah apabila melihatnya (27,5%) dan ada sebagian kecil dari orangtua juga yang tidak pernah mengajarkan anaknya untuk mengambil sampah yang berserakan dan membuangnya ke tempat sampah apabila melihatnya (15%). Berdasarkan penjelasan di atas dapat diketahui bahwa banyak dari orangtua yang berusaha mengajarkan anaknya untuk menjaga kebersihan lingkungannya. Penanaman sikap tersebut sangatlah penting. Karena pada dasarnya selain dengan sesamanya, manusia juga harus harmonis dengan lingkungannya. Kebersihan lingkungan akan sangat mempengaruhi kenyamanan tempat tinggal. Seandainya saja seseorang merasa tidak nyaman dengan lingkungannya maka hal tersebut dapat berdampak buruk pada perkembangan emosinya. Karena seseorang yang berada dalam kondisi tidak nyaman cenderung lebih mudah terpancing emosinya.
50
Tabel 12 Orangtua mengajak anaknya bersilaturrahmi ke rumah saudara. No 1 2 3 4
Jawaban Selalu Sering Kadang-kadang Tidak Pernah Jumlah
Frekuensi 17 17 5 1 40
Prosentase 42,5% 42,5% 12,5% 2,5% 100%
Berdasarkan tabel di atas dapat dijelaskan bahwa hampir setengah dari orangtua selalu mengajak anaknya bersilaturrahmi ke rumah saudara (42,5%) dan hampir setengahnya juga dari orangtua sering mengajak anaknya bersilaturrahmi ke rumah saudara (42,5%) sedangkan sebagian kecilnya terkadang mengajak anaknya bersilaturrahmi kerumah saudara (12,5%) dan sedikit sekali dari orangtua yang tidak pernah mengajak anaknya untuk bersilaturrahmi kerumah saudara (2,5%). Berdasarkan data di atas dapat diketahui bahwa kebanyakan dari orangtua biasa mengajak anaknya bersilaturrahmi ke rumah saudara. Hal tersebut sangat baik sekali bagi perkembangan sosialisasi anak. Dengan mengajak anak pergi bersilaturrahmi ke rumah saudara
secara tidak
langsung orangtua telah mengajarkan kepada anak nya bagaimana ia harus bersosialisasi untuk tetap menjaga hubungan baik dengan orang lain ataupun saudaranya. Dan dengan begitu diharapkan anak dapat mengerti bagaimana etika-etika dalam bersosialisasi. Tabel 13 Orangtua bersikap masa bodoh (acuh tak acuh) saat melihat anaknya me rusak tanaman. No 1 2 3 4
Jawaban Selalu Sering Kadang-kadang Tidak Pernah Jumlah
Frekuensi 1 6 33 40
Prosentase 2,5% 15% 82,5% 100%
51
Berdasarkan tabel di atas dapat di jelaskan bahwa tidak ada sama sekali dari orangtua yang selalu bersikap acuh tak acuh saat melihat anaknya merusak tanaman (0%) dan sedikit sekali dari orang tua yang sering bersikap acuh tak acuh saat melihat anaknya merusak tanaman (2,5%) lalu sebagian kecil dari orangtua yang kadang-kadang bersikap acuh tak acuh saat melihat anaknya merusak tanaman (15%) sedangkan lebih dari setengah orangtua tidak pernah bersikap acuh tak acuh saat melihat anaknya merusak tanaman (82,5%). Berdasarkan data di atas maka dapat diketahui bahwa kebanyakan dari orangtua tidak akan bersikap acuh tak acuh saat melihat anaknya merusak tanaman. Hal ini megajarkan bagaimana anak harus bersikap terhadap alam disekitarnya. Manusia tidak hanya harus hidup harmonis dengan sesamanya akan tetapi ia juga harus dapat hidup harmonis dengan alam. Jika manusia melakukan perusakan terhadap alam maka yang akan terkena dampaknya adalah manusia itu sendiri. Belajar mencintai alam berarti belajar untuk peduli terhadap keadaan sekitar. Dengan demikian anakanak diharapkan akan lebih meperhatikan dirinya dan juga orang-orang disekitarnya. Tabel 14 Orangtua memelihara tanaman yang ada di sekitar rumah. No 1 2 3 4
Jawaban Selalu Sering Kadang-kadang Tidak Pernah Jumlah
Frekuensi 16 10 13 1 40
Prosentase 40% 25% 32,5% 2,5% 100%
Berdasarkan tabel di atas dapat dijelaskan bahwa hampir setengah dari orangtua selalu memelihara tanaman yang ada di sekitar rumahnya (40%) dan sebagian kecil dari orangtua memelihara tanaman yang ada di sekitar rumahnya (25%) sedangkan sebagian kecilnya lagi hanya kadang-kadang saja memelihara tanaman yang ada di sekitar rumah (32,5%) dan sedikit
52
sekali dari orangtua yang tidak pernah memelihara tanaman yang ada di sekitar rumahnya (2,5%). Berdasarkan data di atas maka dapat diketahui bahwa banyak dari para orangtua yang memelihara tanaman yang ada di sekitar rumahnya. Hal tersebut menunjukkan bagaimana usaha orangtua dalam mendidik anaknya agar mencintai alam disekitarnya. Upaya tersebut bukan hanya dilakukan dengan memberikan nasehat saja tetapi juga dengan memberikan teladan yang baik. Mengajarkan mencintai alam kepada anak sangatlah penting. Karena dengan belajar mencintai alam anak juga akan belajar untuk lebih mencintai dirinya sendiri dan orang lain. Ketia ia mulai belajar mencintai orang lain maka ia akan belajar bagaimana caranya agar ia dapat menjadi orang yang berguna bagi orang lain. Sehingga hal tersebut dapat meningkatkan kepekaan sosial yang ada di dalam dirinya.
Tabel 15 Orangtua membangunkan anaknya yang sedang tidur apabila anaknya belum mengerjakan s halat. No 1 2 3 4
Jawaban Selalu Sering Kadang-kadang Tidak Pernah Jumlah
Frekuensi 17 7 16 40
Prosentase 42,5% 17,5% 40% 100%
Berdasarkan tabel di atas dapat dijelaskan bahwa hampir setengah dari orangtua selalu membangunkan anaknya yang sedang tidur apabila anaknya belum mengerjakan shalat (42,5%) sedangkan sebagian kecilnya sering membangunkan anaknya yang sedang tidur apabila anaknya belum mengerjakan shalat (17,5%) dan hampir setengah dari orangtua akan membangunkan anaknya yang sedang tidur apabila anaknya belum mengerjakan shalat (40%) dan tidak ada sama sekali dari orangtua yang tidak pernah membangunkan anaknya yang sedang tidur apabila belum mengerjakan shalat (0%). Berdasarkan penjelasan di atas maka dapat
53
disimpulkan bahwa
kebanyakan dari orangtua akan membangunkan
anaknya yang sedang tidur apabila anaknya belum mengerjakan shalat. Dari data di atas dapat diketahui bahwa orangtua memiliki perhatian yang besar terhadap rutinitas ibadah yang dilakukan oleh anak-anaknya. Hal ini menunjukkan bahwa orangtua secara tidak langsung telah menyadari pentingnya shalat bagi anak-anak mereka. Shalat adalah sebuah kewajiban bagi setiap umat muslim. Dan dengan melaksanakan shalatlah seseorang dapat mencegah dirinya untuk melakukan perbuatan keji dan munkar. Tabel 16 Orangtua mengajak anaknya pergi menyantuni anak yatim. No 1 2 3 4
Jawaban Selalu Sering Kadang-kadang Tidak Pernah Jumlah
Frekuensi 3 13 22 2 40
Prosentase 7,5% 32,5% 55% 5% 100%
Berdasarkan tabel di atas dapat dijelaskan bahwa sedikit sekali dari orangtua yang selalu mengajak anaknya pergi menyantuni anak yatim (7,5%) sedangkan sebagian kecilnya lagi sering mengajak anaknya pergi menyantuni anak yatim (32,5%) dan lebih dari setengah orangtua yang kadang-kadang mengajak anaknya pergi menyantuni anak yatim (55%) dan sedikit sekali dari orangtua yang tidak perah mengajak anaknya pergi menyantuni anak yatim (5%). Berdasarkan penjelasan di atas maka dapat disimpulkan bahwa cukup banyak dari orangtua yang mengajak anaknya pergi menyantuni anak yatim. Mengajak anak untuk menyantuni anak yatim secara tidak langsung mengajarkan
kepada
anak
untuk
selalu
bersyukur
dan
lebih
memperhatikan serta menyayangi orang-orang disekitarnya. Hal ini sangatlah penting karena pengajaran tersebut sedikit banyak akan mempengaruhi perkembangan pribadinya.
54
Tabel 17 Orangtua berbicara sopan terhadap orang lain. No 1 2 3 4
Jawaban Selalu Sering Kadang-kadang Tidak Pernah Jumlah
Frekuensi 28 12 40
Prosentase 70% 30% 100%
Berdasarkan tabel di atas dapat dijelaskan bahwa lebih dari setengah orangtua selalu berbicara sopan terhadap orang lain (70%)sedangkan sebagian kecilnya lagi sering berbicara sopan terhadap orang lain (30%) dan tidak ada sama sekali dari orangtua yang te rkadang berbicara sopan kepada orang lain (0%) dan tidak ada sama sekali juga orangtua yang tidak pernah berbicara sopan terhadap orang lain (0%). Berdasarkan penjelasan di atas maka dapat diketahui bahwa kebanyakan dari para orangtua akan berbicara sopan terhadap orang lain. Dengan orangtua berbicara sopan terhadap orang lain hal tersebut secara tidak langsung mengajarkan kepada anaknya bagaimana ia harus berbicara kepada orang lain. Pemberian teladan dalam pendidikan akhlak bagi anakanak tergolong cukup efektif. Hal tersebut dikarenakan anak-anak cenderung meniru apa yang dilihatnya. Karena biasanya orangtua adalah idola bagi anak-anaknya Maka para orangtua harus memberikan contoh yang baik bagi anaknya. Agar anak dapat mengikuti jejak kebaikan dari orangtuanya. Tabel 18 Orangtua mengajarkan pada anaknya untuk me mbuang sampah pada tempatnya. No 1 2 3 4
Jawaban Selalu Sering Kadang-kadang Tidak Pernah Jumlah
Frekuensi 18 15 3 4 40
Prosentase 45% 37,5% 7,5% 10% 100%
55
Berdasarkan tabel di atas dapat dijelaskan bahwa hampir setengah dari orangtua selalu mengajarkan anaknya agar membuang sampah pada tempatnya (45%) sedangkan sebagian kecil lainnya sering mengajarkan anaknya agar membuang sampah pada tempatnya (37,5%) dan sedikit sekali dari orangtua yang kadang-kadang mengajarkan anaknya agar membuang sampah pada tempatnya (7,5%) dan sebagian kecil dari orangtua tidak pernah mengajarkan anaknya agar membuang sampah pada tempatnya (10%). Dari data di atas dapat diketahui bahwa banyak dari orangtua yang mengajarkan kepada anaknya agar membuang sampah pada tempatnya. Hal tersebut secara tidak langsung mengajarkan anak-anak untuk menjaga kebersihan lingkungannya. Penanaman sikap tersebut sangatlah penting. Karena pada dasarnya selain dengan sesamanya manusia juga harus harmonis dengan lingkungannya. Kebersihan lingkungan akan sangat mempengaruhi kenyamanan tempat tinggal. Seandainya saja seseorang merasa tidak nyaman dengan lingkungannya maka hal tersebut dapat berdampak buruk pada perkembangan emosinya. Karena seseorang cenderung meluapkan emosinya jika ia merasa tidak nyaman. Tabel 19 Orangtua mengajarkan pada anaknya agar selalu bersyukur. No 1 2 3 4
Jawaban Selalu Sering Kadang-kadang Tidak Pernah Jumlah
Frekuensi 20 16 3 1 40
Prosentase 50% 40% 7,5% 2,5% 100%
Berdasarkan tabel di atas dapat di jelaskan bahwa setengah dari orangtua selalu mengajarkan anaknya agar selalu bersyukur (50%) dan hampir setengah dari orangtua sering mengajarkan anaknya agar selalu bersyukur (40%) sedangkan sedikit sekali dari orangtua yang terkadang mengajarkan anak-anaknya agar selalu bersyukur (7,5%) dan sedikit sekali
56
juga dari orangtua yang tidak pernah mengajarkan anaknya agar bersyukur (2,5%). Berdasarkan data di atas maka dapat diketahui bahwa kebanyakan dari orangtua
mengajarkan
anaknya
agar
selalu
bersyukur.
Dengan
mengajarkan kepada anaknya untuk selalu bersyukur atas apa yang dimilikinya, dapat membantunya menimbulkan rasa Qanaah di dalam dirinya. Orang yang selalu Qanaah terhadap segala pemberian Allah akan cenderung lebih dapat mengendalikan emosinya dibandingkan orangorang yang suka mengeluh atas apa yang diterimanya. Tabel 20 Orangtua menceritakan kepada anaknya tentang bagaimana sikap Nabi terhadap orang-orang di sekitarnya. No 1 2 3 4
Jawaban Selalu Sering Kadang-kadang Tidak Pernah Jumlah
Frekuensi 5 11 20 4 40
Prosentase 12,5% 27,5% 50% 10% 100%
Berdasarkan tabel di atas dapat dijelaskan bahwa sebagian kecil dari orangtua selalu menceritakan kepada anaknya tentang bagaimana sikap Nabi terhadap orang-orang di sekitarnya (12,5%) dan sebagian kecilnya lagi sering menceritakan kepada anaknya tentang bagaimana sikap Nabi terhadap orang-orang di sekitarnya (27,5%) sedangkan setengah dari orangtua hanya kadang-kadang saja menceritakan kepada anaknya tentang bagaimana sikap Nabi terhadap orang-orang di sekitarnya (50%) dan sebagian kecil lainnya tidak pernah menceritakan kepada anaknya tentang bagaimana sikap Nabi terhadap orang-orang di sekitarnya (10%). Berdasarkan data di atas maka dapat diketahui bahwa cukup banyak dari orang tua
yang memberikan pendidikan akhlak (akhlak terhadap
sesama manusia) dengan menceritakan kisah-kisah Nabi. Dengan mengetahui bagaimana sikap Nabi terhadap sesamanya diharapkan anakanak dapat mengikuti jejak dari pada sikap Nabi tersebut. Metode cerita
57
sebagaimana yang digunakan orangtua diatas akan sangat membantu anakanak untuk memahami bagaimana cara bersikap terhadap sesamanya. Dengan menggunakan metode cerita orangtua dapat memotivasi anaknya untuk bersikap sebagaimana tokoh yang ada dalam cerita tersebut. Selain itu hal tersebut dapat menambah kedekatan emosional antara anak dan orang tuanya.
Tabel 21 Orangtua menceritakan kepada anaknya tentang bagaimana ketekunan Nabi dalam beribadah. No 1 2 3 4
Jawaban Selalu Sering Kadang-kadang Tidak Pernah Jumlah
Frekuensi 7 14 14 5 40
Prosentase 17,5% 35% 35% 12,5% 100%
Berdasarkan tabel di atas dapat dijelaskan bahwa sebagian kecil dari orangtua selalu menceritakan kepada anaknya tentang bagaimana ketekunan Nabi dalam beribadah (17,5%) dan sebagian kecil lainnya sering menceritakan kepada anaknya tentang bagaimana ketekunan Nabi dalam beribadah (35%) sedangkan sebagian kecilnya lagi terkadang mengajarkan kepada anaknya tentang bagaimana ketekunan Nabi dalam beribadah (35%) dan sebagian kecilnya lagi tidak pernah menceritakan kepada anaknya tentang bagaimana ketekunan Nabi dalam beribadah (12,5%). Berdasarkan data di atas maka dapat diketahui bahwa banyak dari orangtua yang menceitakan kepada anaknya tentang bagaimana ketekunan Nabi dalam beribadah. Dengan mengetahui bagaimana ketekunan Nabi dalam beribadah diharapkan anak-anak dapat mengikuti jejak dari pada ketekunan Nabi tersebut. Metode cerita sebagaimana yang digunakan orangtua di atas akan sangat membantu anak-anak untuk lebih menyadari makna sesungguhnya dari ibadah tersebut. Dengan menggunakan metode
58
cerita orangtua dapat memotivasi anaknya untuk bersikap sebagaimana tokoh yang ada dalam cerita tersebut. Tabel 22 Orangtua memarahi anaknya jika anaknya bersikap tidak sopan. No 1 2 3 4
Jawaban Selalu Sering Kadang-kadang Tidak Pernah Jumlah
Frekuensi 18 15 6 1 40
Prosentase 45% 37,5% 15% 2,5% 100%
Berdasarkan tabel di atas dapat dijelaskan bahwa hampir setengah dari orangtua selalu memarahi anaknya jika anaknya bersikap tidak sopan (45%) sedangkan sebagian kecilnya sering memarahi anaknya jika anaknya bersikap tidak sopan (37,5%) dan sebagian kecil lainnya hanya kadang-kadang saja memarahi anaknya jika anaknya bersikap tidak sopan (15%) dan sedikit sekali dari orangtua yang tidak pernah memarahi anaknya jika anaknya bersikap tidak sopan (2,5%). Berdasarkan penjelasan di atas maka dapat diketahui bahwa kebanyakan dari orangtua akan memarahi anaknya jika anaknya bersikap tidak sopan. Gambaran data di atas menunjukkan bahwa orangtua sangat memperhatikan sikap anak-anaknya dalam bersosialisasi, terutama dalam bertutur kata. Tutur kata seseorang mencerminkan pribadi dari orang tersebut. Kebanyakan orang akan beranggapan jika seseorang memiliki tutur kata yang baik maka orang tersebut pasti memiliki kepribadian yang baik pula. Karena biar bagaimana pun saat pertama kali berkenalan seseorang akan menilai orang yang baru dikenalnya berdasarkan caranya bertutur kata dan berpenampilan.
59
Tabel 23 Orangtua memarahi anaknya jika tahu anaknya tidak mengerjakan shalat. No 1 2 3 4
Jawaban Selalu Sering Kadang-kadang Tidak Pernah Jumlah
Frekuensi 21 16 1 2 40
Prosentase 52,5% 40% 2,5% 5% 100%
Berdasarkan tabel di atas dapat dijelaskan bahwa lebih dari setengah orangtua selalu memarahi anaknya jika tahu anaknya tidak mengerjakan shalat (52,5%) dan hampir setengah dari orangtua sering memarahi anaknya jika tahu anaknya tidak mengerjakan shalat (40%) sedangkan sedikit sekali dari orangtua yang terkadang memarahi anaknya jika tahu anaknya tidak mengerjakan shalat (2,5%) dan sedikit sekali pula orangtua yang tidak pernah memarahi anaknya jika tahu anaknya tidak mengerjakan shalat (5%). Berdasarkan data di atas maka dapat diketahui bahwa kebanyakan dari orangtua akan memarahi anaknya jika tahu anaknya tidak mengerjakan shalat. Kemarahan orangtua terhadap anaknya sebagaimana di atas merupakan bentuk dari sebuah perhatian orangtua terhadap anaknya. Setiap orangtua pasti ingin anak-anaknya menjadi anak yang cerdas sehingga kelak dapat mencapai kesuksesan. Akan tetapi harapan terbesar orangtua yang sesungguhnya adalah ingin agar anak-anaknya dapat menjadi hamba Allah yang berakhlak mulia disamping dari kes uksesan yang diraihnya. Maka dari itulah orangtua akan marah jika anak-anaknya melalaikan shalat. Karena sesungguhnya shalat itu dapat mencegah seseorang dari segala macam perbuatan keji dan munkar.
60
Tabel 24 Orangtua mengajarkan kepada anaknya agar tidak menganiaya binatang. No 1 2 3 4
Jawaban Selalu Sering Kadang-kadang Tidak Pernah Jumlah
Frekuensi 14 13 6 7 40
Prosentase 35% 32,5% 15% 17,5% 100%
Berdasarkan tabel di atas dapat dijelaskan bahwa sebagian kecil dari orangtua selalu mengajarkan kepada anaknya agar tidak menganiaya binatang (35%) dan sebagian kecil lainnya sering mengajarkan kepada anaknya agar tidak menganiaya bianatang (32,5%) sedangkan sebagian kecilnya lagi terkadang mengajarkan kepada anaknya agar tidak menganiaya binatang (15%) dan sebagian kecil dari orangtua juga ada yang tidak pernah mengajarkan kepada anaknya agar tidak menganiaya binatang (17,5%). Berdasarkan data di atas maka dapat diketahui bahwa kebanyakan dari orangtua mengajarkan kepada anaknya agar tidak menganiaya binatang. Hal tersebut baik sekali bagi perkembangan pribadi anak. Manusia tidak hanya harus hidup harmonis dengan sesamanya akan tetapi ia juga harus dapat hidup harmonis dengan makhluk hidup lainnya. Kita tidak boleh menganiaya hewan karena hewan telah memberikan banyak manfaat bagi kehidupan kita. Dengan belajar menyayangi hewan maka seseorang dapat meningkatkan perasaan kasih sayangnya terhadap sesama manusia.
61
Tabel 25 Orangtua mengajarkan kepada anaknya agar menolong orang yang sedang kesusahan. No 1 2 3 4
Jawaban Selalu Sering Kadang-kadang Tidak Pernah Jumlah
Frekuensi 21 10 7 2 40
Prosentase 52,5% 25% 17,5% 5% 100%
Berdasarkan tabel di atas dapat dijelaskan bahwa lebih dari setengah orangtua selalu mengajarkan kepada anaknya agar menolong orang yng sedang kesusahan (52,5%) dan sebagian kecil dari orangtua sering mengajarkan kepada anaknya agar menolong orang yang sedang kesusahan
(25%)
sedangkan
sebagian
kecilnya
lagi
terkadang
mengajarkan kepada anaknya agar menolong orang yang sedang kesusahan (17,5%) dan sedikit sekali dari orangtua yang tidak pernah mengajarkan kepada anaknya agar menolong orang yang sedang kesusahan (5%). Berdasarkan data di atas maka dapat diketahui bahwa kebanyakan dari orangtua mengajarkan kepada anak-anaknya agar menolong orang yang sedang kesusahan. Tolong- menolong merupakan salah satu cara untuk mengurangi adanya kesenjangan diantara masyarakat Mengajarkan seorang anak untuk menolong orang yang kesusahan dapat meningkatkan kepekaan sosialnya. Dengan begitu ia akan memiliki rasa empati yang tinggi terhadap orang-orang disekitarnya.
62
Tabel 26 Orangtua mengajarkan kepada anaknya agar berbicara jujur dimanapun ia berada. No 1 2 3 4
Jawaban Selalu Sering Kadang-kadang Tidak Pernah Jumlah
Frekuensi 21 9 8 2 40
Prosentase 52,5% 22,5% 20% 5% 100%
Berdasarkan tabel di atas dapat dijelaskan bahwa lebih dari setengah orangtua selalu mengajarkan kepada anaknya agar berbicara jujur dimanapun ia berada (52,5%) dan sebagian kecil dari orangtua sering mengajarkan kepada anaknya agar berbicara jujur dimanapun berada (22,5%) sedangkan sebagian kecilnya lagi hanya kadang-kadang saja mengajarkan kepada anaknya agar berbicara jujur dimanapun berada (20%) dan sedikit sekali dari orangtua yang tidak pernah mengajarkan kepada anaknya agar berbicara jujur dimanapun ia berada (5%). Berdasarkan data di atas maka dapat diketahui bahwa kebanyakan dari orangtua mengajarkan kepada anaknya agar selalu berbicara jujur dimanapun ia berada. Penanaman sikap jujur ini sangatlah penting. Karena kejujuran merupakan modal utama dalam bergaul. Seseorang yang tidak jujur tidak akan di percaya oleh orang-orang disekitarnya. Seseorang yang tidak dipercaya oleh orang-orang di sekitarnya maka ia akan merasa terkucilkan. Dan hal tersebut dapat menghambat peluangnya dalam menuju kesuksesan. Karena tidak akan ada orang yang mau bekerjasama dengan orang yang tidak ia dipercaya.
63
Tabel 27 Orangtua mengajarkan agar be rhati-hati dalam berbicara agar tidak menyinggung pe rasaan orang lain. No 1 2 3 4
Jawaban Selalu Sering Kadang-kadang Tidak Pernah Jumlah
Frekuensi 19 12 5 4 40
Prosentase 47,5% 30% 12,5% 10% 100%
Berdasarkan tabel di atas dapat dijelaskan bahwa hampir setengah dari orangtua selalu mengajarkan kepada anaknya agar berhati- hati dalam berbicara agar tidak menyakiti oranglain (47,5%) dan sebagian kecil dari orangtua sering mengajarkan kepada anaknya agar berhati- hati dalam berbicara agar tidak menyakiti orang lain (30%) sedangkan sebagian kecil lainnya hanya kadang-kadang saja mengajarkan anaknya agar berhati- hati dalam berbicara agartidak menyakiti orang lain (12,5%) dan sebagian kecilnya lagi tidak pernah mengajarkan kepada anaknya agar berhati- hati dalam berbicara agar tidak menyakiti orang lain (10%). Berdasarkan data di atas dapat diketahui bahwa kebanyakan dari orangtua mengajarkan kepada anaknya agar berhati- hati dalam berbicara supaya tidak menyakiti perasaan orang lain. Etika atau tata krama dalam berbicara sangatlah penting untuk menjaga hubungan baik kita dengan orang-orang disekitar kita. Selain itu saat pertama kali berkenalan dengan orang lain penilaian pertama orang tersebut pasti akan tertuju pada kesopanan kita dalam berbicara. Maka dari itu ajaran untuk berbicara sopan penting untuk dilatih sejak dini.
64
Tabel 28 Orangtua mengajarkan kepada anaknya agar bertanggung jawab atas segala perbuatannya. No 1 2 3 4
Jawaban Selalu Sering Kadang-kadang Tidak Pernah Jumlah
Frekuensi 18 16 5 1 40
Prosentase 45% 40% 12,5% 2,5% 100%
Berdasarkan tabel di atas dapat dijelaskan bahwa hampir setengah dari orangtua selalu mengajarkan kepada anaknya agar bertanggung jawab atas segala perbuatan yang telah diperbuatnya (45%) dan hampir dari setengah orangtua juga sering mengajarkan kepada anaknya agar bertanggung jawab atas segala perbuatannya (40%) sedangkan sebagian kecil dari orangtua yang kadang-kadang mengajari anaknya agar bertanggung jawab atas segala perbuatannya (12,5%) dan sedikit sekali dari orangtua yang tidak pernah mengajarkan anaknya agar bertanggung jawab atas segala perbuatannya (2,5%). Berdasarkan data di atas dapat diketahui bahwa kebanyakan dari orangtua mengajarkan kepada anaknya agar bertanggung jawab atas segala perbuatannya.
Dengan
mengajarkkan
kepada
anak
untuk
selalu
bertanggungjawab atas segala perbuatannya. Anak akan menyadari bahwa setiap tindakan yang ia lakukan selalu memiliki konsekuensinya masingmasing. Dengan begitu anak akan lebih berhati- hati dalam setiap tindakannya. Berhati- hati dalam bertindak sangatlah penting dalam pergaulan. Karena suatu tindakan yang menyinggung perasaan orang lain dapat merusak hubungan baik yang telah terjalin.
65
Tabel 29 Orangtua mengajarkan kepada anaknya agar segera be rtaubat jika melalaikan perintah Allah SWT. No 1 2 3 4
Jawaban Selalu Sering Kadang-kadang Tidak Pernah Jumlah
Frekuensi 14 11 7 8 40
Prosentase 35% 27,5% 17,5% 20% 100%
Berdasarkan tabel di atas dapat dijelaskan bahwa sebagian kecil dari orangtua selalu mengajarkan anaknya agar bertaubat jika melalaikan perintah Allah (35%) dan sebagian kecil lainnya juaga sering mengajarkan kepada anaknya agar bertaubat jika melalaikan perintah Allah (27,5%) sedangkan sebagian kecilnya lagi kadang-kadang mengajarkan kepada anaknya agar bertaubat jika melalaikan perintah Allah (17,5%) dan sebagian kecil dari orangtua tidak pernah mengajarkan kepada anaknya agar segera bertaubat jika melalaikan perintah Allah (20%). Berdasarkan data di atas dapat diketahui bahwa cukup banyak orangtua yang telah mengajarkan kepada anaknya agar segera bertaubat jika ia melalaikan perintah Allah. Seorang anak perlu di beri pengertian bahwa setiap orang yang hidup pasti terikat oleh berbagai kewajiban. Baik kewajibannya sebagai hamba Allah ataupun kewajibannya sebagai makhluk sosial. Dengan begitu anak akan mengetahui bagaimana ia harus memposisikan dirinya dihadapan Tuhannya. Tabel 30 Saya mencoba berbaik sangka saat menghadapi keadaan yang tidak menyenangkan. No 1 2 3 4
Jawaban Selalu Sering Kadang-kadang Tidak Pernah Jumlah
Frekuensi 7 10 15 8 40
Prosentase 17,5% 25% 37,5% 20% 100%
66
Berdasarkan tabel di atas dapat dijelaskan bahwa sebagian kecil dari anak-anak selalu berbaik sangka saat menghadapi keadaan yang tidak menyenangkan (17,5%) dan sebagian kecil dari anak-anak sering berbaik sangka
saat menghadapi keadaan yang tidak menyenangkan (25%)
sedangkan sebagian kecil lainnya terkadang berbaik sangka saat menghadapi keadaan yang tidak menyenangkan (37,5%) dan sebagian kecilnya lagi tidak pernah berbaik sangka saat menghadapi keadaan yang tidak menyenangkan (20%). Berdasarkan penjelasan di atas maka dapat disimpulkan bahwa cukup banyak dari anak-anak sulit untuk berbaik sangka saat menghadapi keadaan yang tidak menyenangkan. Berdasarkan data di atas dapat diketahui bahwa 37,5% dari anak anak menyatakan kadang-kadang berbaik sangka saat menghadapi keadaan yang tidak menyenangkan dan 20% lainnya menyatakan tidak pernah berbaik sangka saat menghadapi keadaan yang tidak menyenangkan. Hal tersebut mengindikasikan bahwa cukup banyak anak-anak yang sulit untuk berbaik sangka saat menghadapi keadaan yang tidak menyenangkan. Hal ini bisa disebabkan oleh berbagai hal, salah satunya ada lah kurangnya bimbingan yang diberikan oleh pihak orangtua ataupun guru. Bimbingan yang diberikan orangtua ataupun guru sangatlah penting karena dengan adanya bimbingan-bimbingan yang diberikan sedikit banyak akan mempengaruhi cara pandang anak terhadap suatu masalah. Tabel 31 Saya akan berlapang dada jika apa yang saya inginkan tidak tercapai. No 1 2 3 4
Jawaban Selalu Sering Kadang-kadang Tidak Pernah Jumlah
Frekuensi 5 8 26 1 40
Prosentase 12,5% 20% 65% 2,5% 100%
Berdasarkan tabel di atas dapat dijelaskan bahwa sebagian kecil dari anak-anak selalu berlapang dada jika apa yang diinginkan tidak tercapai (12,5%) dan sebagian kecil dari anak-anak sering berlapang dada saat apa
67
yang diinginkannya tidak tercapai (20%) sedangkan lebih dari setengah anak-anak terkadang berlapang dada saat apa yang diinginkannya tidak tercapai (65%) dan sedikit sekali dari anak-anak yang tidak pernah berlapang dada saat apa yang diinginkannya tidak tercapai (2,5%). Berdasarkan data di atas frekuensi anak-anak yang menyatakan kadang-kadang lebih besar dibandingkan dengan alternative jawaban yang lainnya. Hal ini mengindikasikan bahwa anak anak masih agak sulit untuk berlapang dada saat apa yang diinginkannya tidak tercapai. Hal ini bisa saja disebabkan karena kurangnya pemahaman anak bahwa apa yang terjadi mungkin adalah yang terbaik bagi dirinya saat itu. Dengan memberikan pengertian dan motivasi, orangtua dapat membantu anaknya untuk menerima keadaan tersebut. Sehingga dengan begitu anak akan terhindarkan dari rasa frustasi yang akan mempengaruhi keseimbangan emosinya. Tabel 32 Saya mencoba me redam e mosi saya yang sedang memuncak saat saya sedang marah. No 1 2 3 4
Jawaban Selalu Sering Kadang-kadang Tidak Pernah Jumlah
Frekuensi 7 10 20 3 40
Prosentase 17,5% 25% 50% 7,5% 100%
Berdasarkan tabel di atas dapat dijelaskan bahwa sebagian kecil dari anak-anak selalu mencoba meredam emosinya yang memuncak saat sedang marah (17,5%) dan sebagian kecil lainnya sering mencoba meredam emosinya yang memuncak saat sedang marah (25%) sedangkan terdapat setengah dari anak-anak yang terkadang mencoba untuk meredam emosinya yang memuncak saat sedang marah (50%) dan sedikit sekali dari anak-anak yang tidak pernah mencoba meredam emosinya yang memuncak saat sedang marah (7,5%).
68
Data di atas menjelaskan bahwa cukup banyak dari anak anak yang berusaha mengendalikan emosinya yang memuncak saat sedang marah. Seseorang yang tidak dapat mengendalikan emosinya dengan baik dapat berdampak pada penolakan sosial terhadap dirinya. Adanya penolakan sosial tersebut dapat menyebabkan orangnya merasa terkucilkan dari masyarakat. Seseorang yang merasa terkucilkan maka dirinya akan lebih mudah didominasi oleh emosi-emosi yang negative. Untuk mencegah hal itu perlu adanya bimbingan-bimbingan yang dapat membantu anak dalam menemukan cara meredam emosinya yang sedang memuncak. Tabel 33 Saya berusaha mengalihkan perasaan sedih saya dengan melakukan hal-hal yang bermanfaat. No 1 2 3 4
Jawaban Selalu Sering Kadang-kadang Tidak Pernah Jumlah
Frekuensi 9 13 16 2 40
Prosentase 22,5% 32,5% 40% 5% 100%
Berdasarkan tabel di atas dapat dijelaskan bahwa sebagian kecil dari anak-anak selalu mengalihkan perasaan sedihnya dengan melakukan halhal yang bermanfaat (22,5%) dan sebagian kecilnya lagi menyatakan sering mengalihkan perasaan sedihnya dengan melakukan hal- hal yang bermanfaat (32,5%) sedangkan hampir setengah dari anak-anak yang kadang-kadang mengalihkan perasaan sedihnya dengan melakukan hal- hal yang bermanfaat (40%) dan sedikit sekali dari anak-anak yang tidak pernah mengalihkan perasaan sedihnya dengan melakukan hal-hal yang bermanfaat (5%). Berdasarkan data di atas dapat diketahui bahwa cukup banyak dari anak-anak
yang terbiasa mengalihkan perasaan sedihnya dengan
melakukan hal- hal yang bermanfaat. Mengalihkan perasaan sedih dengan melakukan
hal-hal yang bermanfaat merupakan salah satu cara
pengendalian emosi yang baik. Karena dengan menyibukkan diri dengan
69
melakukan sesuatu yang positif dapat membantu mengurangi intensitas tekanan yang dialami karena perasaan sedih tersebut. Tabel 34 Wajah saya akan me merah saat saya sedang marah. No 1 2 3 4
Jawaban Selalu Sering Kadang-kadang Tidak Pernah Jumlah
Frekuensi 6 6 11 17 40
Prosentase 15% 15% 27,5% 42,5% 100%
Berdasarkan tabel di atas dapat dijelaskan bahwa sebagian kecil dari anak-anak wajahnya akan selalu memerah saat sedang marah (15%) dan sebagian kecilnya lagi wajahnya sering memerah saat sedang marah (15%) sedangkan sebagian kecil lainnya wajahnya terkadang memerah saat sedang marah (27,5%) dan hampir setengah dari anak-anak wajahnya tidak pernah memerah saat sedang marah (42,5%). Data di atas menjelaskan bahwa kebanyakan dari anak-anak wajahnya tidak akan memerah walaupun mereka sedang marah. Hal tersebut menunjukkan bahwa kebanyakan dari anak-anak dapat mengendalikan rasa marah yang bergejolak didalam dirinya. Karena jika seseorang tidak dapat mengendalikan kemarahannya maka wajahnya cenderung akan memerah. Tabel 35 Saya mengungkapkan kesedihan saya dengan berbicara pada orang yang dapat dipe rcaya. No 1 2 3 4
Jawaban Selalu Sering Kadang-kadang Tidak Pernah Jumlah
Frekuensi 8 8 18 6 40
Prosentase 20% 20% 45% 15% 100%
Berdasarkan tabel di atas dapat dijelaskan bahwa sebagian kecil dari anak-anak selalu mengungkapkan kesedihannya dengan berbicara pada
70
orang yang dapat dipercaya (20%) dan sebagian kecilnya lagi sering mengungkapkan kesedihannya dengan berbicara pada orang yang dapat dipercaya
(20%)
sedangkan
hampir
dari
setengah
anak-anak
mengungkapkan kesedihannya dengan berbicara pada orang yang dapat dipercaya (45%) dan sebagian kecil dari anak-anak tidak pernah mengungkapkan kesedihannya dengan berbicara pada orang yang dapat dipercaya (15%). Data di atas menunjukkan bahwa kebanyakan dari anak-anak menyatakan
kadang-kadang
mengungkapkan
kesedihannya
dengan
berbicara pada orang yang dapat dipercaya. Hal tersebut menunjukkan bahwa anak-anak akan berusaha mengatasi segala kesedihan dengan kemampuannya sendiri terlebih dahulu. Namun jika seandainya tidak berhasil maka barualah ia menceritakan segala kesedihannya pada orang yang dapat dipercaya untuk mengurangi intensitas tekanan yang dihadapinya. Tabel 36 Saya berusaha untuk tetap tenang pada situasi yang tidak menyenangkan. No 1 2 3 4
Jawaban Selalu Sering Kadang-kadang Tidak Pernah Jumlah
Frekuensi 9 13 13 5 40
Prosentase 22,5% 32,5% 32,5% 12,5% 100%
Berdasarkan tabel di atas dapat dijelaskan bahwa sebagian kecil dari anak-anak selalu berusaha tetap tenang saat mengalami situasi yang tidak menyenangkan (22,5%) dan sebagian kecil lainnya sering berusaha untuk tetap tenang saat mengalami situasi yang tidak menyenangkan (32,5%) sedangkan sebagian kecilnya lagi terkadang berusaha untuk tetap tenang saat mengalami situasi yang tidak menyenangkan (32,5%) dan sebagian kecil dari anak-anak tidak pernah berusaha untuk tetap tenang saat mengalami situasi yang tidak menyenangkan (12,5%).
71
Berdasarkan data di atas maka dapat diketahui bahwa kebanyakan dari anak-anak akan berusaha untuk tetap tenang saat mengalami situasi yang tidak menyenangkan. Hal ini mengindikasikan bahwa kebanyakan dari anak-anak menyadari tanpa ketenangan seseorang tidak dapat berpikir dengan jernih dalam menghadapi masalah yang ada di depannya. Sikap tenang dalam mengatasi segala hal yang tidak diinginkan sangatlah penting. Karena hal tersebut dapat membantu seseorang untuk menjaga keseimbangan emosinya. Tabel 37 Nada suara saya akan meninggi saat saya sedang marah. No 1 2 3 4
Jawaban Selalu Sering Kadang-kadang Tidak Pernah Jumlah
Frekuensi 6 12 16 6 40
Prosentase 15% 30% 40% 15% 100%
Berdasarkan tabel di atas dapat dijelaskan bahwa sebagian kecil dari anak-anak nada suaranya selalu meninggi saat sedang marah (15%) dan sebagian kecilnya lagi nada suaranya sering meninggi nada saat sedang marah (30%) sedangkan hampir setengah dari anak-anak yang terkadang nada suaranya meninggi saat sedang marah (40%) dan sebagian kecil dari anak-anak nada suaranya tidak pernah meninggi saat sedang marah (15%). Berdasarkan data diatas dapat diketahui bahwa cukup banyak anakanak yang masih kesulitan dalam mengendalikan nada suara nya saat sedang marah. Jika hal ini terus berlanjut maka akibatnya akan tidak baik bagi pergaulannya. Karena seorang anak yang tidak dapat mengendalikan emosinya dengan baik cenderung akan mendapatkan penolakan sosial dari kelompok teman sebayanya. Selain itu tingkat emosionalitas yang tinggi juga akan berakibat buruk pada pribadinya.
72
Tabel 38 Saya akan langsung bergerak me nghindar saat be rtemu orang yang saya benci. No 1 2 3 4
Jawaban Selalu Sering Kadang-kadang Tidak Pernah Jumlah
Frekuensi 4 2 20 14 40
Prosentase 10% 5% 50% 35% 100%
Berdasarkan tabel di atas dapat dijelaskan bahwa sebagian kecil dari anak-anak selalu bergerak menghindar saat bertemu orang yang ia benci (10%) dan sedikit sekali dari anak-anak yang sering bergerak menghindar saat bertemu orang yang ia benci (5%) sedangkan setengah dari anak-anak terkadang bergerak menghindar saat bertemu orang yang ia benci (50%) dan sebagian kecil dari anak-anak tidak pernah bergerak menghindar saat bertemu orang yang ia benci (35%). Berdasarkan penjabaran data di atas dapat diketahui bahwa kebanyakan dari anak-anak tidak akan menghindari orang yang dibencinya. Sikap tersebut memang seyogyanya dilakukan oleh setiap anak. Karena menghindari orang yang dibenci sama sekali tidak menyelesaikan masalah. Justru akan memperpanjang masalah. Tabel 39 Jika saya mendapat masalah saya akan berusaha me nyelesaikannya. No 1 2 3 4
Jawaban Selalu Sering Kadang-kadang Tidak Pernah Jumlah
Frekuensi 18 12 7 3 40
Prosentase 45% 30% 17,5% 7,5% 100%
Berdasarkan tabel di atas dapat dijelaskan bahwa hampir setengah dari anak-anak selalu berusaha untuk menyesaikan masalah yang dimilikinya (45%) dan sebagian kecil dari anak-anak sering berusaha
untuk
menyelesaikan masalah yang dimilikinya (30%) sedangkan sebagian
73
kecilnya lagi tekadang berusaha menyelesaikan masalah yang dimilikinya (17,5%) dan sedikit sekali dari anak-anak yang tidak pernah berusaha untuk menyelesaikan masalah yang dimilikinya (7,5%). Berdasarkan data di atas dapat diketahui bahwa kebanyakan dari anakanak akan berusaha untuk menyelesaikan masalahnya. Jika seandainya sebuah masalah tidak diselesaikan dengan baik dan kemudian ditambah lagi dengan
masalah- masalah
lainnya
maka
hal tersebut
dapat
mempengaruhi keseimbangan emosinya. Jika hal tersebut terus terjadi dan anak tersebut tidak bisa mengatasinya maka bukan hal mustahil jika emosi-emosi negatif akan mendominasi dirinya. Tabel 40 Saya tidak akan berbicara kepada orang yang me mbuat saya kesal. No 1 2 3 4
Jawaban Selalu Sering Kadang-kadang Tidak Pernah Jumlah
Frekuensi 3 7 17 13 40
Prosentase 7,5% 17,5% 42,5% 32,5% 100%
Berdasarkan tabel di atas dapat dijelaskan bahwa sedikit sekali dari anak-anak yang selalu tidak berbicara kepada orang yang membuatnya kesal (7,5%) dan dan sebagian kecil dari anak-anak sering tidak berbicara kepada orang yang membuatnya kesal (17,5%) sedangkan hampir dari setengahnya terkadang tidak berbicara kepada orang yang membuatnya kesal (42,5%) dan sebagian kecil lainnya tidak pernah tidak berbicara kepada orang yang membuatnya kesal (32,5%). Dari data di atas dapat diketahui bahwa kebanyakan dari anak-anak dapat mengendalikan dirinya untuk tetap berbicara kepada orang yang telah membuat ia kesal. Pengendalian dirinya tersebut dapat membantunya untuk tetap menjaga hubungan baiknya dengan sesama. Jika hal tersebut terus dikembangkan maka lama- lama ia akan terbiasa melakukannya. Maka dengan begitu tidak akan begitu sulit bagi dirinya untuk tetap berbicara seperti biasa dengan orang yang telah membuatnya kesal.
74
Tabel 41 Perasaan saya menjadi lebih baik ketika tidak berburuk sangka pada tindakan teman saya. No 1 2 3 4
Jawaban Selalu Sering Kadang-kadang Tidak Pernah Jumlah
Frekuensi 8 15 12 5 40
Prosentase 20% 37,5% 30% 12,5% 100%
Berdasarkan tabel di atas dapat dijelaskan bahwa sebagian kecil dari anak-anak perasaannya selalu lebih baik ketika tidak berburuk sangka terhadap tindakan temannya (20%) dan sebagian kecil dari anak-anak sering merasa lebih baik ketika tidak berburuk sangka terhadap tindakan temannya (37,5%) sedangkan sebagian kecil lainnya terkadang merasa lebih baik ketika tidak berburuk sangka terhadap temannya (30%) dan sebagian kecil lagi tidak pernah merasa lebih baik ketika tidak berburuk sangka terhadap temannya (12,5%). Berdasarkan data di atas dapat diketahui bahwa kebanyakan dari anakanak perasaannya akan lebih baik jika ia tidak berburuk sangka terhadap tindakan temannya. Hal tersebut mengindikasikan bahwa sikap berbaik sangka terhadap suatu masalah telah tertanam di dalam dirinya. Jadi jika ia berburuk sangka terhadap sesuatu maka hal tersebut akan mengganggu perasaannya. Jika hal tersebut terus dikembangkan maka hal tersebut akan menumbuhkan kebiasaan untuk selalu berpikir positif terhadap setiap masalah yang dihadapinya. Dengan begitu jika ia merasa kecewa terhadap sesuatu ia akan lebih cenderung untuk melihat hikmah dari setiap masalah yang terjadi.
75
Tabel 42 Saya tidak dapat menahan emosi saat menghadapi keadaan yang tidak menyenangkan. No 1 2 3 4
Jawaban Selalu Sering Kadang-kadang Tidak Pernah Jumlah
Frekuensi 1 12 18 9 40
Prosentase 2,5% 30% 45% 22,5% 100%
Berdasarkan tabel di atas dapat dijelaskan sedikit sekali dari anak-anak yang selalu tidak dapat menahan emosinya saat menghadapi keadaan yang tidak menyenangkan (2,5%) dan sebagian kecil dari anak-anak sering tidak dapat
menahan emosinya saat
menghadapi keadaan
yang tidak
menyenangkan (30%) sedangkan hampir setengah dari anak-anak terkadang tidak dapat menahan emosinya saat menghadapi keadaan yang tidak menyenangkan (45%) dan sebagian kecil lainnya tidak pernah tidak dapat
menahan emosinya saat
menghadapi keadaan
yang tidak
menyenangkan. Data di atas menjelaskan bahwa kebanyakan dari anak-anak dapat mengendalikan
emosinya
saat
menghadapi keadaan
yang
tidak
menyenangkan. Kemampuan mengendalikan emosi yang baik dapat membantu seseorang dalam bersosialisasi dengan orang lain. Dengan begitu ia tidak akan dikucilkan oleh orang-orang disekitarnya karena dianggap menyebalkan. Dan dengan kemampuan bersosialisasi yang baik, seseorang dapat membuka jalan kesuksesan bagi karirnya dimasa yang akan datang.
Maka dari itu sangatlah penting untuk meningkatkan
kemampuan kita dalam mengendalikan emosi.
76
Tabel 43 Saat merasa sedih saya cenderung melukai diri sendiri. No 1 2 3 4
Jawaban Selalu Sering Kadang-kadang Tidak Pernah Jumlah
Frekuensi 2 9 29 40
Prosentase 5% 22,5% 72,5% 100%
Berdasarkan tabel di atas dapat dijelaskan bahwa tidak sama sekali dari anak-anak yang selalu melukai diri sendiri saat merasa sedih (0%) dan sedikit sekali dari anak-anak yang cenderung sering melukai dirinya saat merasa sedih (5%) sedangkan sebagian kecil dari anak-anak terkadang cenderung melukai dirinya saat merasa sedih (22,5%) dan lebih dari setengahnya tidak pernah melukai dirinya saat merasa sedih (72,5%). Berdasarkan penjelasan di atas dapat disimpulkan bahwa kebanyakan dari anak-anak tidak memiliki kecenderungan untuk melukai dirinya ketika sedang sedih. Dari data di atas dapat diketahui bahwa 72,5% dari anak-anak tidak pernah melukai dirinya saat sedang sedih. Hal ini mengindikasikan bahwa keseimbangan emosi yang dimiliki oleh anak dalam tingkat rata-rata baik. Kecenderungan melukai diri sendiri biasanya disebabkan karena anak tersebut tidak dapat mengatasi kesedihan-kesedihan yang dialaminya. Jika hal tersebut terus berlanjut bukan hal yang tidak mungkin jika suatu saat anak tersebut mencoba untuk bunuh diri. Untuk mencegah hal- hal tersebut terjadi maka orangtua diharapkan dapat lebih memperhatikan masalahmasalah yang dihadapi oleh anak-anaknya.
77
Tabel 44 Saya akan mencaci maki orang yang me mbuat saya marah. No 1 2 3 4
Jawaban Selalu Sering Kadang-kadang Tidak Pernah Jumlah
Frekuensi 2 13 25 40
Prosentase 5% 32,5% 62,5% 100%
Berdasarkan tabel di atas dapat dijelaskan bahwa tidak sama sekali dari anak-anak selalu memaki orang yang membuatnya marah (0%) dan sedikit sekali dari anak-anak yang sering memaki orang yang membuatnya marah (5%) sedangkan sebagian kecil dari anak-anak terkadang memaki orang yang membuatnya marah (32,5%) dan lebih dari setengah anak-anak tidak pernah memaki orang yang membuatnya marah (62,5%). Data di atas menunjukkan bahwa 62,5% dari anak anak tidak pernah mencaci maki orang yang membuatnya marah. Hal tersebut menandakan bahwa tingkat pengendalian emosi anak-anak terbilang baik. Dengan cara seperti itu anak-anak tetap dapat menjaga hubungan baik dengan seseorang walaupun ia tidak menyukai orang tersebut. Karena biar bagaimanapun manusia adalah makhluk sosial yang saling membutuhkan. Dan pada dasarnya manusia itu saling bergantung satu sama lainnya. 2. Deskripsi Data dengan Menggunakan Range a. Deskripsi Data Pendidikan Akhlak di Lingkungan Keluarga Muslim Pada pengumpulan data pendidikan akhlak, penulis menggunakan angket. Angket disusun berdasarkan indikator yang mengacu pada teori yang terdapat pada bab II. Diantaranya mengukur akhlak terhadap Allah, akhlak terhadap sesama manusia, dan akhlak terhadap lingkungan. Untuk menentukan tingkat pendidikan akhlak di lingkungan keluarga muslim dalam kategori tinggi, sedang, dan rendah penulis menggunakan range. Dengan rumus:
78
R = Xmaks - Xmin R = 96 – 24 = 72 Hasil dari perhitungan tersebut kemudian dibagi menjadi tiga kelompok yaitu rendah, sedang dan tinggi, maka rentang skor menjadi:
Rendah
: 24 - 47
Sedang
: 48 - 71
Tinggi
: 72 - 96
Berdasarkan kriteria di atas dapat diketahui bahwa kualitas pendidikan akhlak yang diterima anak dan mendapatkan skor antara 72 sampai dengan 96 sebanyak 26 anak dengan prosentase sebesar 65% dan termasuk dalam kategori tinggi, sedangkan anak yang mendapat skor antara 48 sampai dengan 71 sebanyak 14 anak dengan prosentase sebesar 35% dan termasuk dalam kategori sedang. Dengan demikian dalam penelitian pendidikan akhlak di lingkungan keluarga muslim ini tidak ada yang termasuk kedalam kategori rendah dalam menerima pendidikan akhlak. b. Deskripsi Data Ke mampuan Anak dalam Mengendalikan Emosi Pada pengumpulan data akhlak siswa penulis menggunakan angket yang disusun berdasarkan indikator yang mengacu pada teori yang tersirat pada bab II. Diantaranya mengukur tentang berpikir positif, mengimplementasikan masalah, mengatur tingkah laku, mengarahkan tingkah laku, ekspresi wajah, gerak tubuh dan ekspresi verbal. Untuk menentukan tingkat kualitas dari kemampuan anak dalam mengendalikan emosi dalam kategori tinggi, sedang, dan rendah penulis menggunakan range. Pengukuran ini sama halnya dengan pengukuran pada data pedidikan akhlak diatas. R = Xmaks-Xmin R = 60 – 15 = 45
79
Hasil dari perhitungan tersebut kemudian dibagi menjadi tiga kelompok yaitu rendah, sedang dan tinggi, maka rentang skor menjadi:
Rendah
: 15 - 29
Sedang
: 30 - 44
Tinggi
: 45 – 60
Berdasarkan kriteria di atas dapat diketahui bahwa kemampuan anak dalam mengendalikan emosinya dan mendapatkan skor antara 45 sampai dengan 60 sebanyak 17 anak dengan prosentase sebesar 42,5% dan termasuk dalam kategori tinggi, sedangkan anak yang mendapat skor antara 30 sampai dengan 44 sebanyak 23 anak dengan prosentase sebesar 57,5% dan termasuk dalam kategori sedang. Dengan demikian dalam kemampuan anak dalam mengendalikan emosi ini tidak ada yang termasuk kedalam kategori rendah dalam tingkat kemampuan mengendalikan emosi.
3. Deskripsi Data Pendidikan Akhlak dan Kemampuan Mengendalikan Emosi. Peneliti mengadakan perhitungan nilai koefisien korelasi antara pendidikan akhlak di lingkungan keluarga muslim dengan kemapuan mengendalikan emosi pada anak dengan menggunakan rumus koefisien korelasi Product Moment dari Pearson. Hasil perhitungan sebagai berikut: Berdasarkan hasil perhitungan korelasi antara variabel X dan variabel Y dengan menggunakan rumus korelasi Product moment diketahui tidak bertanda negatif, berarti diantara kedua variabel tersebut terdapat korelasi positif. Dengan memperhatikan besarnya r hitung (0,597) yang besarnya berkisar antara 0,40-0,70 menjelaskan adanya korelasi positif yang sedang antara variabel X dan variabel Y. Dan kemudian jika dirujuk dengan r tabel pada taraf signifikansi 0,05 = 0,325 menggambarkan bahwa r hitung lebih besar dari pada r tabel. Sehingga dapat diinterpretasikan bahwa hopotesis nihil (Ho) yang menyatakan “Tidak ada hubungan yang signifikan antara pendidikan akhlak di lingkungan keluarga muslim
80
dengan kemampuan anak dalam mengendalikan emosi” ditolak sedangkan hipotesis alternatif
(Ha) yang menyatakan “Terdapat hubungan yang
signifikan antara pendidikan akhlak di lingkungan
keluarga muslim
dengan kemampuan anak dalam mengendalikan emosi” diterima. Dengan tingkat pengaruh sebesar 36%. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa terdapat hubungan yang signifikan antara pendidikan akhlak di lingkungan keluarga muslim dengan kemampuan anak dalam mengontrol emosi dengan taraf signifikansi cukup atau sedang.
C. Inte rpretasi Data Dari hasil analisa dan interpretasi data di atas diperoleh kesimpulan bahwa terdapat hubungan yang cukup signifikan antara pendidikan akhlak di lingkungan keluarga muslim dengan kemampuan anak mengendalikan emosi. Dengan kata lain kemampuan anak dalam mengendalikan emosi dapat ditingkatkan dengan pendidikan akhlak. Hal ini berarti anak yang menerima kualitas pendidikan akhlak
yang tinggi akan memiliki kemampuan
mengendalikan emosi yang tinggi dan sebaliknya anak yang menerima kualitas pendidikan akhlak
yang rendah akan memiliki kemampuan
mengendalikan emosi yang rendah atau kurang. Hal ini dapat dilihat dari perhitungan skor pendidikan akhlak dimana 65% anak menerima kualitas pendidikan dalam kategori tinggi, 35% berada pada kategori sedang dan tidak ada anak di lingkungan keluarga muslim yang menerima pendidikan akhlak dalam kategori rendah. Jika disandingkan dengan hasil perhitungan skor kemampuan anak dalam mengendalikan emosi dimana 42,5% memiliki kemampuan mengendalikan emosi dalam kategori tinggi, 57,5% berada pada kategori sedang dan tidak ada dari anak-anak yang berada pada kategori rendah dalam kemampuan mengendalikan emosi. Pada perhitungan koefisien korelasi didapat nilai r sebesar 0,597 dengan koefisien determinasi sebesar 36 %. Dimana tingkat keterpengaruhan pengendalian emosi oleh peningkatan pendidikan akhlak anak cukup tinggi.
81
Dari data hasil wawancara yang telah dilakukan, penulis dapat menyimpulkan bahwa para orangtua di RT 02 RW 03 kelurahan Cilodong ini telah melakukan berbagai cara yang secara langsung menunjukkan keterkaitan dengan
pendidikan
akhlak
untuk
membantu
anak-anaknya
dalam
meningkatkan pengendalian emosi. Diantaranya adalah dengan memantau pergaulan anak, memberikan contoh yang baik pada anak dan menasehati serta mengingatkan anak apabila melakukan sesuatu yang kurang baik. Berdasarkan penjelasan di atas maka pernyataan yang menyatakan bahwa pendidikan akhlak di lingkungan keluarga muslim memegang peran yang cukup signifikan dalam mengembangkan kemapuan mengendalikan emosi diterima.
82
BAB V PENUTUP A. Kesimpulan Berdasarkan analisis data dan hasil penelitian serta pengujian hipotesis yang telah dilakukan, maka dapat disimpulkan bahwa terdapat hubungan yang signifikan antara pendidikan akhlak di lingkungan keluarga muslim dengan kemampuan anak dalam mengendalikan emosi. Hal ini dilandaskan atas: 1. Pendidikan akhlak dan juga kemampuan mengendalikan emosi memiliki keterkaitan yang cukup besar karena antara akhlak dan emosi memiliki alur yang sejalan. Sehingga memunculkan anggapan bahwa pendidikan akhlak memiliki peran yang signifikan sebagai upaya mengembangkan kemampuan mengontrol emosi. 2. Lingkungan keluarga adalah lingkungan pertama yang dikenal oleh anak. Oleh karena itu di lingkungan keluarga terdapat kesempatan yang cukup besar untuk menanamkan landasan- landasan akhlak bagi bekal anak dalam kehidupan bermasyarakat. 3. Adanya hubungan emosional antara orangtua dan anak akan lebih memudahkan bagi orangtua untuk melakukan interaksi edukatif dengan anaknya. Sehingga apa yang disampaikan oleh orangtua kepada anaknya akan lebih dapat mengena kedalam hati anak dibandingkan dengan orang lain.
79
83
B. Saran Dengan terdapatnya hubungan yang signifikan antara kecerdasan emosional dengan akhlak siswa, maka penulis memberikan beberapa saran kepada semua pihak yan bersangkutan sebagai berikut: 1. Saran Bagi Orangtua a. Diharapkan dalam proses mendidik anak orangtua dapat memberikan pendidikan yang berimbang antara pendidikan intelektual dan juga pendidikan akhlak dan tidak memprioritaskan salah satunya saja. b. Hendaknya orangtua menjadi suri teladan yang baik bagi anakanaknya. Dengan demikian anak akan memiliki figur yang tepat dan baik untuk dicontoh. 2. Saran Bagi Anak a. Keberhasilan dan kebahagiaan dalam hidup tidak akan terlepas dari bagaimana
seseorang dapat mengendalikan emosinya.
Apabila
seseorang tidak dapat mengendalikan emosinya dalam bergaul maka akan menyebabkan buruknya penilaian masyarakat terhadap dirinya. Karena biar bagaimanapun, penilaian masyarakat terhadap dirinya akan berimbas pada keberhasilan yang ingin perolehnya. Selain itu emosi yang tidak terkontrol dengan baik dapat mempengaruhi kesehatan tubuh seseorang. b. Berbaik sangkalah terhadap segala sikap dan tindakan orangtuamu karena dibalik semua itu pasti terdapat nilai- nilai pendidikan yang tidak kamu sadari, karena pada dasarnya tidak ada orangtua yang ingin menyakiti anaknya. Semua hal yang dilakukan oleh orangtua pasti dimaksudkan untuk mendidik anaknya agar menjadi orang suskses yang memiliki budi pekerti yang baik. Maka dari itu hormati dan sayangilah ia karena sesungguhnya orangtuamu sangat menyayangi dirimu. c. Jagalah ketaatanmu terhadap Allah dan kendalikan emosimu dalam kehidupan sehari- hari.
DAFTAR PUSTAKA Abdullah, Yatimin, Studi Akhlak dalam Perspektif Al-Qur’an, Jakarta: Amzah, Cet I, 2007. Ahmadi, Abu, Ilmu Sosial Dasar, Jakarta: PT Rineka Cipta, 2003. Ammar, Muhammad al-Misri Abu, Ensiklopedia Akhlak Muhammad Saw, Jakarta: Pena Pundi Aksara, 2009. Arikunto, Suharsimi, Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktek, Jakarta: Rineka Cipta, 1996. Bukhori, Shahih Bukhari Juz I, Beirut: Dar al-Fikr, 1994. Ch, Mufidah, Psikologi Islam Berwawasan Gender, Malang: UIN-Malang Press, Cet I, 2008. Departemen Agama RI, Al-Qur’an dan Terjemahnya, Jakarta: PT Syamil Cipta Media, 2005. Departemen Pendidikan Nasional Republik Indonesia, Undang-undang Republik Indonesia No. 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional, Jakarta: Biro Hukum dan Organisasi Sekretariat Jendral Departemen Pendidikan Nasional, 2003. Al-Ghazali, Ihya Ulumudin (Jjilid III), Beirut: Dar al-Fikr, t. t. Hidayati, Heny Narendrani, Pengukuran Akhlakul Karimah Mahasiswa, Jakarta: UIN Jakarta Press, 2009. Hurlock, Elizabeth B, Perkembangan Anak jilid I, Jakarta: Erlangga, 1978. Hanbal, Ahmad bin, al-Musnad juz III, Beirut: Dar al-Fikr, t.t. Jalaludin, Telogi pendidikan, Jakarta: PT Raja Grafindo Persada, 2002. Jane S. Halonen & John W. Santrock, Psychology: Contexts & Aplications, New York: McGraw-Hill Companies.Inc, 1999. Maluf, Louis, Kamus al-Munjid, Beirut: Dasar al-Masyriq, 1975. Marimba, Ahmad D, Filsafat Pendidikan Islam, Jakarta: Bumi Aksara, 1980.
Michael S. Gazzaniaga & Todd F. Heatherton, Psychological Science: The Mind, Brain, and Behavior, United States of America: W. W. Norton & Company. Inc, 2003. Najati, M. Utsman , Ilmu Jiwa dalam al-Qur’an, Jakarta: Pustaka Azzam, 2006. Nata, Abudin, Akhlak Tasawuf, Jakarta: PT Raja Grafindo Persada, 2006. Nety Hartati dkk, Islam dan Psikologi, Tangerang: UIN Jakarta Press, t.t. Poerwadarminta, W. J. S., KamusUmum Bahasa Indonesia, Jakarta: PT Balai Pustaka,1976. Prasetya, Tri, Filsafat Pendidikan, Bandung: CV Pustaka Setia, 1997. Sabri, M. Alisuf, Ilmu Pendidikan, Jakarta: CV Pedoman Ilmu Jaya, 1999. Santrock, John W, Perkembangan Anak jilid II, Terj. dari Child Development, eleventh edition, Jakarta: Erlangga,2007. Sholeh, Asrorun Niam, Reorientasi Pendidikan Islam “Mengurai Relevansi Konsep al-Ghazali dalam Konteks Kekinian”, Jakarta: Elsas, 2006. Sudijono, Anas, Pengantar Evaluasi Pendidikan, Jakarta: Raja Grafindo Persada, 1996. Sudijono, Anas, Pengantar Statistik Pendidikan, Jakarta: PT Raja Grafindo Persada, 2008. Summa, Muhammad Amin, Hukum Keluarga Islam di Dunia Islam, Jakarta: PT Raja Grafindo Persada, 2006. Sunarto, Kamanto, Pengantar Sosiologi, Jakarta: Fakultas Ekonomi Universitas Indonesia, 2004. Sundari, Siti, Kesehatan Mental dalam Kehidupan, Jakarta: PT Rineka Cipta, 2005. Syah, Muhibbin, Psikologi Pendidikan dengan Pendekatan Baru, Bandung: PT Remaja Rosdakarya, 1995. Tim Dosen FIP-IKIP Malang, Pengantar Dasar-dasar Pendidikan, Surabaya: Usana Offset Printing, 1988. Tim Penyusun, Pedoman Penulisan Skripsi Fakultas Ilmu Tarbiyah UIN 2007, tt.p: t.p, 2007.
Uno, Hamzah B, Orientasi Baru dalam Psikologi Pembelajaran, Jakarta: PT Bumi Aksara, 2006. Ahmad, Membentuk Meluarga Islami, www.haroqi.multiply.com, 7 Desember 2010 Ya’qub, Hamzah, Etika Islam Pembinaan Akhlaqul Karimah (Suatu Pengantar), Bandung: CV. Diponegoro, Cet I, 1988.
Lampiran 1.a
Kisi-kisi Angket No
Variabel
Sub Pokok - Akhlak terhadap Allah
1
2
Pendidikan Akhlak
- Akhlak terhadap sesama manusia - Akhlak terhadap lingkungan - Berpikir positif - Mengimplementasikan masalah - Mengatur tingkah laku Pengendalian - Mengarahkan tingkah Emosi laku - Ekspresi wajah - Gerak tubuh - Ekspresi verbal Jumlah
No Pertanyaan Positif Negatif 20, 3, 1, 14, 16, 19, 12 5, 13, 22, 24, 30 2, 7, 17, 9,21, 23, 4, 15 26, 27, 28, 29 18, 6, 8, 11, 25 10
Jumlah 12 12 6
31, 32 42, 45
40
3 2
33, 38 34
46 47
3 2
44, 48 36, 50 37 37
35 41 39, 43, 49 13
3 3 4 50
Kisi-kisi Angket Hasil Uji Validitas No
Variabel
Sub Pokok - Akhlak terhadap Allah
1
2
Pendidikan Akhlak
- Akhlak terhadap sesama manusia - Akhlak terhadap lingkungan - Berpikir positif - Mengimplementasikan masalah - Mengatur tingkah laku Pengendalian - Mengarahkan tingkah Emosi laku - Ekspresi wajah - Gerak tubuh - Ekspresi verbal Jumlah
*: Tidak valid
No Pertanyaan Positif Negatif 20, 3, 1, 14, 16∗ , 19∗ , 12∗ 5∗ , 13, 22, 24, 30 ∗ 2, 7, 17, 9, 21, 23, 4∗ , 15 26, 27, 28, 29 18, 6, 8, 11, 25 10
Jumlah 12 12 6
31, 32 42, 45
40∗
3 2
33, 38 34
46 47
3 2
44∗ , 48∗ 36∗ , 50∗ 37 37
35 41 39, 43, 49 13
3 3 4 50
Lampiran 1.b
Angket Validasi Petunjuk: Mohon kiranya saudara menjawab semua pertanyaan dengan memilih jawaban yang sesuai atu cocok dengan keadaan saudara yang sesungguhnya. I. Identitas Diri Jenis Kelamin Usia
: : :
II. Petunjuk Pengisian Beri tanda (√) pada pilihan jawaban yang tersedia a. Selalu (S) b. Sering (SR)
c. Kadang-kadang (K) d. Tidak pernah (TP)
No Pertanyaan 1 Orang tua saya biasa mengajari saya mengaji 2 Orang tua saya mengajari saya untuk bersikap baik terhadap teman-teman. 3 Jika saya belum shalat, orang tua saya akan mengingatkan saya 4 Orangtua saya suka bergosip dengan tetangga 5 Jika perlu, orangtua saya akan mengantarkan saya sampai tempat pengajian jika saya tidak mau berangkat mengaji 6 Jika orangtua saya melihat saya membuang sampah sembarangan, maka orangtua saya akan menyuruh saya untuk mengambilnya kembali dan membuangnya ke tempat sampah 7 Orangtua saya mengajari saya untuk meminta maaf jika saya berbuat salah 8 Jika melihat sampah saya akan mengambil dan membuangnya ke tempat sampah 9 Saya biasa ikut orangtua untuk bersilaturrahmi ke rumah saudara 10 Orangtua saya bersikap masabodoh (acuh tak acuh) saat melihat saya merusak tanaman 11 Orangtua saya suka memelihara tanaman yang ada di sekitar rumah 12 Orang tua saya tidak berpuasa di bulan Ramadhan 13 Orang tua saya akan terus membangunkan saya untuk shalat walaupun saya sangat mengantuk 14 Saya biasa diajak menyantuni anak yatim oleh orang tua saya 15 Orangtua saya suka berbicara kasar jika sedang marah 16 Orangtua saya biasa mengerjakan shalat lima waktu 17 Orangtua saya biasa berbicara sopan terhadap orang lain 18 Orangtua saya menasehati saya agar membuang sampah pada tempatnya 19 Jika saya malas shalat, orangtua saya akan memukul saya 20 Orang tua saya mengingatkan saya agar selalu bersyukur 21 Orang tua saya suka menceritakan bagaimana sikap Nabi terhadap orang-orang disekitarnya (baik yang menyukainya ataupun yang tidak menyukainya)
S
SR
K
TP
22 23 24 25 26 27 28 29 30 31 32 33 34 35 31 37 38 39 40 41 42 43 44 45 46 47 48
Orangtua saya suka menceritakan bagaimana ketekunan Nabi dalam beribadah Orangtua saya akan memarahi saya jika saya bersikap tidak sopan Orangtua saya akan memarahi saya jika tahu saya tidak mengerjakan shalat Orangtua saya mengajarkan agar saya tidak menganiaya binatang Orangtua saya mengajarkan agar saya menolong orang yang sedang kesusahan Orangtua saya mengajarkan agar saya berbicara jujur dimanapun berada Orangtua saya mengajarkan agar saya berhati-hati dalam berbicara agar tidak menyinggung perasaan orang lain Orangtua saya mengajarkan agar saya bertanggung jawab atas segala perbuatan yang telah saya lakukan Orangtua saya mengajarkan agar saya segera bertaubat jika saya melalaikan perintah Allah SWT Saat menghadapi keadaan yang tidak menyenangkan, saya mencoba berbaik sangka Jika apa yang saya inginkan tidak tercapai saya akan berlapang dada Dalam keadaan marah saya mencoba meredam emosi yang memuncak Saya berusaha mengalihkan perasaan sedih saya dengan melakukan hal- hal yang bermanfaat Wajah saya akan memerah saat saya sedang marah Saya tidak akan memukul sesuatu meskipun merasa sangat marah Saya mengungkapkan kesedihan saya dengan berbicara pada orang yang dapat dipercaya. Pada situasi yang tidak menyenangkan, saya berusaha tetap tenang Nada suara saya akan meninggi ketika sedang marah Pikiran yang buruk terhadap suatu masalah membuat saya merasa tidak nyaman Saat bertemu orang yang saya benci saya langsung bergerak menghindar Jika saya mendapat masalah saya akan berusaha menyelesaikannya Saya tidak akan berbicara kepada orang yang membuat saya kesal Saya masih dapat tersenyum meskipun sedang sedih Perasaan saya menjadi lebih baik ketika tidak berburuk sangka pada tindakan teman saya Saya tidak dapat menahan emosi saat menghadapi keadaan yang tidak menyenangkan Saat merasa sedih saya cenderung melukai diri sendiri Wajah saya tidak terlihat murung meskipun sedang banyak
49 50
masalah Saya akan mencaci maki orang yang membuat saya marah Gerak tubuh saya tidak tergesa- gesa meskipun sedang panik
Lampiran 9
Berita Wawancara 1. Menurut anda, hal- hal apa yang biasa membuat anak anda marah? 2. Pendidikan dan bimbingan apa saja yang anda berikan untuk membantu anak-anak mengatur keseimbangan emosinya? 3. Apa yang anda lakukan untuk memantau perkembangan emosi anak anda? 4. Saat anak anda sedang emosi, apa yang anda lakukan untuk membantu menstabilkan emosinya?
Jawaban 1. 23 dari 40 orangtua menjawab bahwa anak-anak mereka biasanya akan marah jika apa yang dikehendaki tidak tercapai sesuai dengan harapannya (tidak dibelikan mainan yang diinginkan, minta dibuatkan susu tapi tidak segera dibuatkan, minta uang buat jajan tapi tidak diberikan dan lain- lain) dan sisanya menjawab bahwa anak-anak akan marah jika disuruh melakukan hal- hal yang tidak mereka ingin lakukan (jika disuruh shalat, disuruh berdisiplin, disuruh belajar dan lain- lain). 2. Para orangtau mendidik dan membimbing anak-anaknya dengan cara memberikan pendidikan akhlak seperti: memberi pengertian tentang ajaran-ajaran agama, sering menasehsati dan mengarahkannya kepada hal- hal yang baik, mengarahkannya untuk mengaji di masjid dengan alasan jika mengaji di masjid selain diajarkan mengaji disana juga anak sering dinasehati dan diberikan arahan kepada hal- hal yang baik dan sebagainya 3. Para orangtua menggunakan berbagai cara guna memantau perkembangan emosi anaknya diantaranya adalah dengan sering mengajak anaknya berbicara, lebih meluangkan waktu untuk anak-anaknya dan memperhatikan pergaulan dengan orang-orang disekitarnya. 4. 34 dari 40 orangtua akan membiarkan dulu anaknya agar sedikit lebih tenang. Setelah itu baru mengajaknya berbicara untuk menasehati dan mengarahkannya. Sedangkan sisanya akan langsung menasehati dan mengajak anaknya berbicara untuk mentsabilkan emosi anaknya.
membantu
Lampiran 1. c
Angket Penelitian Petunjuk: Mohon kiranya saudara menjawab semua pertanyaan dengan memilih jawaban yang sesuai atu cocok dengan keadaan saudara yang sesungguhnya. III. Identitas Diri Jenis Kelamin Usia
: : :
IV. Petunjuk Pengisian Beri tanda (√) pada pilihan jawaban yang tersedia a. Selalu (S) c. Kadang-kadang (K) b. Sering (SR) d. Tidak pernah (TP) No Pertanyaan 1 Orang tua saya biasa mengajari saya mengaji 2 Orang tua saya mengajari saya untuk bersikap baik terhadap teman-teman. 3 Jika saya belum shalat, orang tua saya akan mengingatkan saya 4 Jika orangtua saya melihat saya membuang sampah sembarangan, maka orangtua saya akan menyuruh saya untuk mengambilnya kembali dan membuangnya ke tempat sampah 5 Orangtua saya mengajari saya untuk meminta maaf jika saya berbuat salah 6 Jika melihat sampah saya akan mengambil dan membuangnya ke tempat sampah 7 Saya biasa ikut orangtua untuk bersilaturrahmi ke rumah saudara 8 Orangtua saya bersikap masabodoh (acuh tak acuh) saat melihat saya merusak tanaman 9 Orangtua saya suka memelihara tanaman yang ada di sekitar rumah 10 Orang tua saya akan terus membangunkan saya untuk shalat walaupun saya sangat mengantuk 11 Saya biasa diajak menyantuni anak yatim oleh orang tua saya 12 Orangtua saya biasa berbicara sopan terhadap orang lain 13 Orangtua saya menasehati saya agar membuang sampah pada tempatnya 14 Orang tua saya mengingatkan saya agar selalu bersyukur 15 Orang tua saya suka menceritakan bagaimana sikap Nabi terhadap orang-orang disekitarnya (baik yang menyukainya ataupun yang tidak menyukainya) 16 Orangtua saya suka menceritakan bagaimana ketekunan Nabi dalam beribadah 17 Orangtua saya akan memarahi saya jika saya bersikap tidak sopan 18 Orangtua saya akan memarahi saya jika tahu saya tidak mengerjakan shalat 19 Orangtua saya mengajarkan agar saya tidak menganiaya binatang
S
SR
K
TP
20 21 22 23 24 25 26 27 28 29 30 31 32 33 34 35 36 37 38 39
Orangtua saya mengajarkan agar saya menolong orang yang sedang kesusahan Orangtua saya mengajarkan agar saya berbicara jujur dimanapun berada Orangtua saya mengajarkan agar saya berhati-hati dalam berbicara agar tidak menyinggung perasaan orang lain Orangtua saya mengajarkan agar saya bertanggung jawab atas segala perbuatan yang telah saya lakukan Orangtua saya mengajarkan agar saya segera bertaubat jika saya melalaikan perintah Allah SWT Saat menghadapi keadaan yang tidak menyenangkan, saya mencoba berbaik sangka Jika apa yang saya inginkan tidak tercapai saya akan berlapang dada Dalam keadaan marah saya mencoba meredam emosi yang memuncak Saya berusaha mengalihkan perasaan sedih saya dengan melakukan hal- hal yang bermanfaat Wajah saya akan memerah saat saya sedang marah Saya mengungkapkan kesedihan saya dengan berbicara pada orang yang dapat dipercaya. Pada situasi yang tidak menyenangkan, saya berusaha tetap tenang Nada suara saya akan meninggi ketika sedang marah Saat bertemu orang yang saya benci saya langsung bergerak menghindar Jika saya mendapat masalah saya akan berusaha menyelesaikannya Saya tidak akan berbicara kepada orang yang membuat saya kesal Perasaan saya menjadi lebih baik ketika tidak berburuk sangka pada tindakan teman saya Saya tidak dapat menahan emosi saat menghadapi keadaan yang tidak menyenangkan Saat merasa sedih saya cenderung melukai diri sendiri Saya akan mencaci maki orang yang membuat saya marah
Lampiran 2.a Uji Validitas Instrumen Pendidikan Akhlak No Rsp
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
12
13
14
15
16
17
18
19
20
21
22
23
24
25
26
27
28
29
30
A1 4 4 4 3 4 2 4 2 2 4 4 4 2 4 2 4 4 4 4 2 2 4 4 4 4 4 4 4 4 4 A2 2 4 4 4 3 4 4 2 3 4 4 4 4 2 4 4 4 4 1 4 2 2 4 4 4 4 4 4 4 4 A3 3 3 4 4 2 2 2 2 3 4 2 4 3 3 4 4 4 2 2 3 2 2 3 2 2 2 3 2 2 2 A4 2 4 4 4 2 2 2 2 3 4 2 4 2 2 3 4 3 1 2 3 2 2 3 3 2 2 2 3 2 2 A5 1 2 4 3 2 2 2 2 3 4 2 4 3 2 3 3 4 2 2 3 2 2 3 3 2 2 2 3 3 2 A6 2 3 4 3 4 4 4 3 3 4 4 4 4 2 3 4 4 4 4 4 1 2 3 3 3 3 4 4 3 4 A7 4 4 4 4 4 3 2 1 4 3 3 4 3 3 3 3 3 3 3 2 2 2 1 3 3 4 4 2 2 2 A8 3 3 2 3 1 1 2 2 2 4 2 4 3 2 4 3 4 2 2 3 2 2 3 3 2 2 2 2 3 2 A9 2 4 4 3 1 4 4 1 4 4 4 4 2 2 3 4 4 4 4 4 1 1 4 4 3 4 4 4 4 2 A 10 3 3 2 3 1 2 4 2 3 4 4 4 3 2 4 3 3 2 4 2 1 1 2 2 4 3 4 4 3 2 A 11 2 4 4 3 2 4 4 4 4 4 4 4 1 4 3 4 4 4 1 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 A 12 3 2 3 1 2 3 2 2 3 3 2 4 3 2 3 4 3 3 1 3 2 2 3 3 3 3 3 3 2 2 A 13 3 4 4 3 1 3 4 2 4 4 2 3 2 2 2 3 4 4 2 4 3 3 4 4 4 4 4 4 4 4 A 14 3 4 3 3 2 3 4 2 4 3 2 4 4 2 3 4 4 4 3 4 2 3 4 3 2 4 4 4 4 4 A 15 2 4 4 2 1 4 2 3 2 4 4 4 1 1 2 3 3 3 3 4 1 1 4 4 2 2 3 3 2 2 A 16 3 2 3 4 2 1 4 2 4 4 2 4 2 2 3 4 3 1 3 3 2 2 1 2 1 1 2 3 2 1 A 17 3 2 3 4 2 1 2 2 2 2 2 4 3 2 2 4 2 3 1 3 2 2 3 3 1 2 2 1 3 2 A 18 2 4 4 4 2 2 4 2 4 3 4 4 4 2 4 4 4 4 1 3 2 3 4 4 2 3 3 2 3 4 A 19 2 3 4 4 3 1 2 3 4 4 2 4 3 2 3 4 4 2 3 3 2 2 3 3 1 2 2 2 2 2 A 20 2 4 4 3 2 4 4 3 4 4 4 4 2 2 4 4 4 4 1 4 2 2 4 3 4 4 3 4 4 3 A 21 2 3 3 3 4 3 3 2 4 4 2 4 2 2 3 4 4 3 2 2 2 2 3 3 3 3 3 3 3 3 A 22 2 4 4 4 1 4 4 4 4 4 4 4 4 4 3 4 4 4 1 4 3 3 4 3 4 4 4 4 4 4 A 23 3 4 4 4 2 4 4 4 4 4 4 4 3 4 4 4 4 4 1 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 A 24 4 3 3 3 3 3 4 4 4 4 4 4 4 4 3 4 4 4 4 4 4 3 4 3 3 4 4 4 4 4 A 25 4 4 3 3 2 3 4 3 4 4 3 3 3 3 3 4 4 3 3 3 2 2 2 3 3 2 3 3 2 2 A 26 4 4 4 4 1 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 1 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 A 27 4 4 4 4 1 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 1 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 A 28 2 2 3 4 2 1 1 1 3 4 2 4 2 2 3 4 3 1 1 3 1 1 3 3 1 1 2 2 2 2 A 29 4 4 2 3 1 4 4 2 2 4 2 4 1 2 3 2 4 4 4 4 1 2 4 2 4 4 4 4 4 4 A 30 3 4 3 4 2 3 3 2 3 1 3 1 3 2 4 3 3 3 3 3 2 2 3 3 3 3 4 3 3 3 A 31 2 4 4 4 2 3 3 2 4 4 4 4 2 1 3 4 4 4 3 3 2 3 4 3 3 4 4 4 3 3 A 32 3 4 4 3 4 3 4 3 3 4 4 4 4 3 3 4 4 4 3 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 A 33 3 2 2 3 3 2 2 3 2 2 1 1 3 2 3 2 2 2 2 3 3 3 2 2 2 2 2 3 3 2 A 34 3 3 3 2 3 2 2 3 2 3 2 4 2 3 3 2 2 2 2 3 3 2 2 3 3 3 3 2 2 2 A 35 1 2 4 3 2 2 2 1 3 4 1 4 1 2 3 4 3 2 1 3 2 2 3 1 2 2 1 3 2 3 A 36 4 4 4 4 4 4 4 3 3 4 4 4 3 3 4 4 4 4 1 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 A 37 3 4 3 4 1 3 4 3 4 4 4 4 2 4 2 3 4 4 2 4 4 4 4 4 3 4 4 4 4 4 A 38 4 4 4 4 1 4 4 4 4 4 4 4 2 2 3 4 4 4 3 4 2 2 4 4 4 4 3 3 4 4 A 39 3 4 3 3 2 4 4 1 4 3 4 3 3 1 3 2 3 4 3 4 3 3 4 3 4 4 3 4 4 4 A 40 2 3 4 3 4 4 4 3 3 4 4 4 4 2 3 4 4 4 4 4 1 2 3 3 3 3 4 4 3 4 rit 0.342 0.725 0.437 0.212 0.072 0.748 0.819 0.574 0.478 0.342 0.796 0.213 0.361 0.55 0.188 0.305 0.693 0.863 0.044 0.597 0.542 0.682 0.661 0.647 0.775 0.854 0.808 0.74 0.802 0.839 rtab 0.325 0.325 0.325 0.325 0.325 0.325 0.325 0.325 0.325 0.325 0.325 0.325 0.325 0.325 0.325 0.325 0.325 0.325 0.325 0.325 0.325 0.325 0.325 0.325 0.325 0.325 0.325 0.325 0.325 0.325 Kategori Valid Valid Valid Drop Drop Valid Valid Valid Valid Valid Valid Drop Valid Valid Drop Drop Valid Valid Drop Valid Valid Valid Valid Valid Valid Valid Valid Valid Valid Valid
∑ 105 105 82 78 77 101 88 75 97 84 108 78 98 99 80 73 70 95 81 100 87 108 113 111 90 114 114 66 93 85 97 112 69 76 69 113 105 105 97 101
Lampiran 2.b Uji Validitas Pengendalian Emosi No Rsp
31
32
33
34
35
36
37
38
39
40
41
42
43
44
45
46
47
48
49
50
A1 4 4 4 4 4 4 1 4 4 1 1 4 1 4 4 3 4 2 4 2 A2 4 4 2 4 4 4 4 2 4 1 4 4 4 2 4 3 4 2 4 2 A3 4 2 2 2 3 3 2 3 2 3 3 2 3 3 1 3 4 2 4 1 A4 2 2 3 2 2 1 2 2 3 3 3 2 4 2 3 3 4 2 4 1 A5 1 2 1 2 2 2 1 3 4 3 3 2 4 2 1 2 2 2 4 1 A6 3 2 3 3 4 3 4 4 3 2 4 4 4 2 4 4 4 2 4 2 A7 2 3 2 2 4 2 3 2 1 2 3 3 3 2 2 3 2 2 3 2 A8 2 1 2 3 3 1 2 2 2 1 3 1 3 3 1 2 3 1 3 1 A9 1 2 3 3 4 1 4 3 1 1 3 4 3 2 2 2 4 1 4 4 A 10 2 3 4 3 4 1 3 2 2 1 3 3 2 2 2 2 4 3 2 4 A 11 4 4 4 4 3 3 4 2 1 2 3 4 3 2 4 3 3 2 3 1 A 12 2 1 3 2 3 3 2 1 3 2 3 3 4 2 3 3 3 2 3 2 2 3 3 1 2 3 3 2 1 3 3 3 3 3 2 2 3 3 2 A 13 3 A 14 4 2 2 2 3 2 2 2 2 1 2 2 3 2 3 2 4 3 2 3 A 15 1 1 2 3 3 3 3 3 1 1 2 3 1 2 2 2 4 2 2 2 A 16 3 2 3 4 4 2 3 2 2 3 2 1 3 2 3 3 4 1 4 1 A 17 2 3 2 1 2 2 2 2 2 4 2 2 4 3 2 4 3 2 3 1 A 18 2 1 1 2 2 3 2 2 3 1 3 2 4 2 3 3 4 1 4 2 1 3 3 4 3 3 2 3 3 3 3 1 3 4 2 2 2 A 19 1 3 2 A 20 3 4 2 2 1 2 2 2 1 1 3 2 3 2 4 1 4 2 4 2 A 21 2 2 2 3 2 2 2 3 2 2 2 3 3 3 3 1 4 2 2 2 A 22 3 3 3 3 4 4 3 4 2 2 4 3 4 4 3 2 3 2 4 3 A 23 4 4 3 4 1 3 4 3 2 1 4 4 4 3 3 4 4 3 4 3 A 24 1 4 3 4 3 1 2 4 3 2 4 4 4 1 1 4 4 2 4 2 A 25 2 2 4 2 3 2 2 2 3 3 3 4 3 2 2 3 4 2 3 3 A 26 4 4 4 4 4 1 4 4 4 3 1 1 4 2 4 4 4 2 4 2 A 27 4 4 4 4 3 2 4 4 4 3 4 4 4 2 4 4 4 2 4 2 A 28 1 2 1 3 3 1 2 2 3 2 3 3 4 2 3 4 2 1 3 1 A 29 4 2 4 1 4 2 1 2 3 1 3 2 3 1 4 3 4 4 4 3 A 30 4 3 2 2 4 2 1 2 2 3 4 3 4 4 2 3 4 1 3 1 A 31 3 2 2 2 3 2 3 3 2 3 4 3 3 2 2 3 4 2 4 2 A 32 4 4 4 2 3 1 3 3 3 2 4 4 3 2 3 3 4 2 4 2 A 33 2 2 2 2 4 2 3 3 2 3 3 2 3 1 3 2 3 3 3 2 A 34 3 4 3 2 1 2 3 2 2 3 2 2 2 1 3 4 3 2 3 2 A 35 2 2 1 1 3 3 2 1 1 4 2 2 3 1 3 3 3 2 4 2 A 36 3 2 2 3 3 2 2 2 2 3 3 2 3 1 2 2 4 3 4 3 A 37 3 1 4 4 4 3 4 4 2 1 1 4 3 3 1 1 4 1 4 2 A 38 4 4 4 4 4 1 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 1 4 2 A 39 2 2 2 3 1 2 2 2 1 2 3 2 2 3 3 2 4 2 3 3 A 40 3 2 3 3 4 3 4 4 3 3 4 4 4 2 4 4 4 2 4 2 rit 0.637 0.596 0.642 0.542 0.403 0.214 0.551 0.621 0.540 0.118 0.390 0.602 0.342 0.226 0.531 0.513 0.384 0.043 0.480 0.155 rtab 0.325 0.325 0.325 0.325 0.325 0.325 0.325 0.325 0.325 0.325 0.325 0.325 0.325 0.325 0.325 0.325 0.325 0.325 0.325 0.325 Kategori Valid Valid Valid Valid Valid Drop Valid Valid Valid Drop Valid Valid Valid Drop Valid Valid Valid Drop Valid Drop
∑ 63 66 52 50 44 65 48 40 52 52 59 50 50 48 43 52 48 47 51 47 47 63 65 57 54 64 70 46 55 54 54 60 50 49 45 51 54 72 46 66
Lampiran 3.a Perhitungan Varian Total pada Instrumen Pendidikan Akhlak
xt nxt
2
2
St 2
St
n
350515
2
St 2
369940
2
40
350515 . 342065 ,03 40
St 2 211 , 25 Jadi varian total = 211, 25
Lampiran 3.b Perhitungan Reliabilitas Angket Pendidikan Akhlak
n r11 n 1
Si 2 1 2 St
40 r11 40 1
1 22 , 21 211 , 25
1
0 , 89
r11 1 , 03 r11 1 , 03
0 , 11
r11 0 , 92 Dengan angka reliabilitas 0,92 maka dapat disimpulkan bahwa angket instrument pendidikan akhlak pada penelitian ini memiliki reliabilitas yang sangat tinggi. Dalam memberikan interpretasi secara sederhana terhadap angka indeks korelasi “r” Product Moment pada umumnya dipergunakan pedoman sebagai berikut: Basarnya “r” Product Moment Interpretasi 0,00–0,20
Tidak ada korelasi
0,20–0,40
Lemah atau rendah
0,40–0,70
Sedang atau cukupan
0,70-0,90
Kuat atau tinggi
0,90–1,00
Sangat kuat atau sangat tinggi (Anas Sudijono, 2008)
Lampiran 3.c Perhitungan Varian Total pada Instrumen Pengendalian Emosi
xt nxt
2
2
St 2
St
n
117899
2
St 2
214940
2
40
117899 . 115455 ,02 40
St 2 61 , 1 Jadi varian total = 61, 1
Lampiran 3.d Perhitungan Reliabilitas Angket Pengendalian Emosi
n r11 n 1
Si 2 1 2 St
40 r11 40 1
1 16 , 07 61 , 1
1
0 , 74
r11 1 , 03 r11 1 , 03
0 , 74
r11 0 , 76 Dengan angka reliabilitas 0,76 maka dapat disimpulkan bahwa angket instrument pengendalian emosi pada penelitian ini memiliki reliabilitas yang tinggi. Dalam memberikan interpretasi secara sederhana terhadap angka indeks korelasi “r” Product Moment pada umumnya dipergunakan pedoman sebagai berikut: Basarnya “r” Product Moment Interpretasi 0,00–0,20
Tidak ada korelasi
0,20–0,40
Lemah atau rendah
0,40–0,70
Sedang atau cukupan
0,70-0,90
Kuat atau tinggi
0,90–1,00
Sangat kuat atau sangat tinggi (Anas Sudijono, 2008)
Lampiran 4 Data Hasil Angket Pendidikan Akhlak No 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 26 27 28 29 30 31 32 33 34 35 36 37 38 39 40
Nama A. D. Pramana Putra Akres Yudha. P Andi Anggoro Febrianto Arief Ramadhan Astifa Deswanti. T Bunga. A. Y Daffa Ardina. P Desi Arti Rosadi Devit. P Fahria Widyanti Gelar Satria. W Hary Hikmah Hilda Nurrosita Ihdar Rafdi. F Ilham Maulana. B Intan Iqbal Irsan Maulana. Y Melida Putri M. Arfian al-Ghafar M. Rizky Ramadhan. T Nada Salwa Noviyanto Ramanda Putra. B Rasti Ridho Maulana. P Rizky Dwi. K Rizky Firmansyah Sambang Fajar Satyo Wahyu Saputra Shafa Widad Rhaga. N Shinta Yulistiani Vira Rizki Vanika Wahyu Ningrum Winda Widya Ningsih Yulianto Arfi Yudha Eka Satria Zaky Abqori. P Zikri Jumlah
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 ∑ 4 4 3 3 4 4 4 4 2 3 2 4 4 4 2 2 4 4 4 4 4 3 4 4 84 2 4 4 4 4 4 4 4 4 4 2 4 4 3 2 2 4 4 3 3 4 3 3 2 81 4 3 2 1 3 1 3 3 2 2 2 4 1 3 1 1 3 4 1 2 2 1 3 1 53 2 1 3 2 2 1 4 4 4 3 2 4 3 3 2 3 3 4 1 2 3 1 3 1 61 3 2 2 1 2 3 2 2 2 3 2 4 3 1 2 3 2 3 2 4 2 3 1 2 56 4 4 4 4 4 2 4 4 4 4 3 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 93 3 4 4 4 4 4 3 4 2 2 2 4 4 3 2 2 3 3 3 4 4 4 4 2 78 2 3 4 3 2 3 1 4 3 2 3 4 3 4 1 1 3 4 2 1 2 1 3 2 61 2 4 3 4 2 3 2 4 2 4 2 4 4 4 2 4 3 4 3 4 3 4 3 3 77 2 4 2 3 3 3 3 3 3 2 2 3 3 3 3 2 3 3 3 3 3 3 3 2 67 3 4 3 4 4 2 3 4 2 2 3 4 3 4 3 3 4 4 4 4 4 4 4 3 82 3 2 1 2 3 2 3 4 3 2 3 3 3 3 3 2 3 4 3 3 3 3 3 4 68 3 3 4 4 4 4 4 3 4 4 4 4 4 4 2 4 2 4 4 4 4 4 4 4 89 3 3 4 4 4 4 4 4 2 3 2 4 4 4 2 4 3 4 2 4 4 4 3 4 83 3 3 3 3 3 3 3 4 3 3 3 3 3 3 3 3 2 3 3 3 3 3 3 3 72 2 4 4 3 4 2 4 4 3 4 2 4 4 4 2 2 3 3 4 4 4 4 4 3 81 2 3 3 2 2 2 3 4 2 2 2 4 3 3 3 2 3 3 2 2 2 2 2 1 59 4 4 4 4 4 2 3 4 3 4 3 4 4 3 3 3 4 3 4 4 4 3 3 3 84 2 3 3 2 3 2 3 4 2 2 3 4 1 2 3 3 3 1 2 3 2 3 2 1 59 4 4 4 2 4 2 4 4 4 2 2 3 4 4 2 2 4 4 4 4 4 4 4 4 83 4 3 4 4 4 1 4 4 3 4 2 4 3 4 2 2 4 4 3 3 4 4 4 4 82 2 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 3 3 4 3 4 4 4 4 4 4 91 3 4 4 4 4 3 4 4 4 4 3 3 3 4 3 3 4 3 3 4 4 4 4 4 87 3 4 4 4 4 3 4 4 4 4 3 4 4 4 4 3 4 4 4 4 4 4 3 3 90 3 4 4 4 4 3 4 4 4 4 3 3 3 4 3 3 4 3 3 4 4 4 4 4 87 2 2 3 1 1 3 2 4 2 2 2 3 1 3 2 2 3 1 1 2 2 2 2 1 49 4 4 4 4 3 3 3 3 4 4 2 4 4 4 4 4 2 3 2 4 4 3 3 4 83 3 3 3 3 3 3 3 4 3 3 2 3 3 3 2 3 1 3 3 3 3 3 3 3 69 2 4 3 4 4 2 3 4 2 2 3 4 4 4 3 3 4 4 4 4 4 4 4 3 82 1 2 3 1 2 1 2 4 2 2 2 3 2 3 2 1 3 3 1 2 2 2 2 1 49 4 4 4 4 4 4 3 4 4 4 2 4 3 4 2 4 4 3 3 3 4 4 4 4 87 2 4 4 4 4 2 4 4 4 2 1 4 4 4 2 2 4 4 4 4 4 4 4 4 83 3 4 4 3 4 3 3 4 4 4 3 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 91 2 4 4 4 4 2 4 4 4 2 2 3 3 3 2 2 4 4 4 4 4 4 3 3 79 3 4 3 2 4 3 2 4 3 4 2 3 4 4 2 2 2 4 3 4 2 3 4 2 73 4 3 4 4 3 4 3 4 4 4 4 4 3 3 4 3 4 3 4 3 3 3 4 3 85 3 3 3 3 4 4 4 4 4 4 3 3 4 3 2 3 4 4 4 3 3 4 3 3 82 1 2 3 3 2 3 3 4 1 3 2 4 1 2 1 1 3 2 1 2 3 2 4 2 55 1 2 3 1 1 1 4 3 3 2 2 4 2 3 1 1 3 4 1 1 1 2 2 1 49 1 3 2 1 3 1 3 3 2 2 1 4 2 2 2 2 2 3 1 2 1 1 3 1 48 108 133 134 121 131 106 130 152 121 121 97 148 127 135 97 103 130 136 115 130 129 126 131 111 2972
Kategori Tinggi Tinggi Sedang Sedang Sedang Tinggi Tinggi Sedang Tinggi Sedang Tinggi Sedang Tinggi Tinggi Tinggi Tinggi Sedang Tinggi Sedang Tinggi Tinggi Tinggi Tinggi Tinggi Tinggi Sedang Tinggi Sedang Tinggi Sedang Tinggi Tinggi Tinggi Tinggi Tinggi Tinggi Tinggi Sedang Sedang Sedang
Lampiran 5 Data Hasil Angket Pengendalian Emosi No 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 26 27 28 29 30 31 32 33 34 35 36 37 38 39 40
Nama A. D. Pramana Putra Akres Yudha. P Andi Anggoro Febrianto Arief Ramadhan Astifa Deswanti. T Bunga. A. Y Daffa Ardina. P Desi Arti Rosadi Devit. P Fahria Widyanti Gelar Satria. W Hary Hikmah Hilda Nurrosita Ihdar Rafdi. F Ilham Maulana. B Intan Iqbal Irsan Maulana. Y Melida Putri M. Arfian al-Ghafar M. Rizky Ramadhan. T Nada Salwa Noviyanto Ramanda Putra. B Rasti Ridho Maulana. P Rizky Dwi. K Rizky Firmansyah Sambang Fajar Satyo Wahyu Saputra Shafa Widad Rhaga. N Shinta Yulistiani Vira Rizki Vanika Wahyu Ningrum Winda Widya Ningsih Yulianto Arfi Yudha Eka Satria Zaky Abqori. P Zikri Jumlah
1 2 3 4 3 4 2 2 2 2 2 3 1 2 2 3 2 2 3 2 2 3 2 2 1 1 1 3 2 2 2 2 2 2 2 2 3 3 3 4 4 4 3 2 4 2 3 1 1 2 2 2 2 2 2 2 1 1 2 3 4 2 2 2 2 2 3 3 3 2 3 4 3 3 3 2 3 4 2 2 3 3 2 3 3 3 3 2 2 2 1 2 3 4 2 4 2 2 2 4 4 4 2 2 2 4 4 2 4 4 2 1 4 3 2 2 2 1 2 2 1 2 2 96 97 101
4 3 3 2 2 3 4 3 2 3 2 3 3 4 2 3 2 2 2 2 4 2 3 4 2 4 2 3 3 3 1 4 2 2 2 4 4 4 1 2 3 109
5 4 4 4 1 4 4 2 2 4 2 3 2 1 3 4 4 2 4 4 3 4 4 1 3 1 4 4 3 3 3 4 4 3 3 1 3 4 3 1 2 119
6 2 2 2 2 2 4 4 4 4 1 2 2 4 4 3 1 1 1 3 1 2 3 3 4 3 2 2 3 2 2 2 2 3 2 3 4 4 2 2 2 101
7 4 3 1 2 1 4 4 2 3 2 2 3 4 3 3 2 3 2 2 4 2 4 3 3 3 2 4 3 2 3 2 2 3 1 4 4 3 2 1 1 106
8 3 3 4 2 3 2 3 3 2 2 2 2 1 1 3 1 3 3 4 1 1 2 2 2 2 3 3 4 2 4 3 3 3 2 4 3 3 3 1 4 102
9 4 3 3 2 4 3 3 3 4 3 3 1 4 3 4 3 3 4 2 3 4 4 1 3 1 3 3 3 3 3 4 3 4 4 4 3 1 4 4 3 124
10 4 4 2 2 2 4 4 3 3 2 4 3 4 4 3 4 3 1 2 4 2 3 4 3 4 3 3 3 4 1 4 2 4 4 4 4 4 3 2 3 126
11 4 3 2 4 3 4 3 3 4 2 3 2 4 3 4 3 3 3 2 4 3 4 1 2 1 3 4 3 3 2 4 3 3 4 4 1 3 2 4 3 120
12 2 3 4 2 2 4 3 2 4 2 3 3 2 3 2 4 2 1 2 4 1 3 3 3 3 2 3 2 3 1 4 3 3 4 3 2 4 1 1 3 106
13 3 3 2 2 2 3 4 4 3 3 2 3 4 2 4 1 4 3 3 2 3 2 2 2 2 3 4 4 2 3 3 3 3 3 3 3 4 2 4 3 115
14 4 4 3 4 3 4 4 3 4 3 4 4 3 4 4 4 3 4 2 4 4 3 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 3 2 4 3 4 4 147
15 3 4 3 4 3 4 4 4 4 2 4 2 4 4 3 4 3 3 4 4 4 4 3 3 3 4 4 4 4 4 3 4 4 3 4 4 4 4 3 3 143
∑ 51 45 39 34 39 51 48 38 49 32 41 39 51 45 46 38 38 36 38 46 38 48 40 43 40 42 49 48 41 37 51 41 51 42 51 47 50 36 34 39 1712
Kategori Tinggi Tinggi Sedang Sedang Sedang Tinggi Tinggi Sedang Tinggi Sedang Sedang Sedang Tinggi Tinggi Tinggi Sedang Sedang Sedang Sedang Tinggi Sedang Tinggi Sedang Sedang Sedang Sedang Tinggi Tinggi Sedang Sedang Tinggi Sedang Tinggi Sedang Tinggi Tinggi Tinggi Sedang Sedang Sedang
Lampiran 6 Persiapan Perhitungan Korelasi No. Resp A1 A2 A3 A4 A5 A6 A7 A8 A9 A 10 A 11 A 12 A 13 A 14 A 15 A 16 A 17 A 18 A 19 A 20 A 21 A 22 A 23 A 24 A 25 A 26 A 27 A 28 A 29 A 30 A 31 A 32 A 33 A 34 A 35 A 36 A 37 A 38 A 39 A 40 Jumlah
X 84 81 53 61 56 93 78 61 77 67 82 68 89 83 72 81 59 84 59 83 82 91 87 90 87 49 83 69 82 49 87 83 91 79 73 85 82 55 49 48 2972
Y 51 45 39 34 39 51 48 38 49 32 41 39 51 45 46 38 38 36 38 46 38 48 40 43 40 42 49 48 41 37 51 41 51 42 51 47 50 36 34 39 1712
XY 4284 3645 2067 2074 2184 4743 3744 2318 3773 2144 3362 2652 4539 3735 3312 3078 2242 3024 2242 3818 3116 4368 3480 3870 3480 2058 4067 3312 3362 1813 4437 3403 4641 3318 3723 3995 4100 1980 1666 1872 129041
X² 7056 6561 2809 3721 3136 8649 6084 3721 5929 4489 6724 4624 7921 6889 5184 6561 3481 7056 3481 6889 6724 8281 7569 8100 7569 2401 6889 4761 6724 2401 7569 6889 8281 6241 5329 7225 6724 3025 2401 2304 228372
Y² 2601 2025 1521 1156 1521 2601 2304 1444 2401 1024 1681 1521 2601 2025 2116 1444 1444 1296 1444 2116 1444 2304 1600 1849 1600 1764 2401 2304 1681 1369 2601 1681 2601 1764 2601 2209 2500 1296 1156 1521 74532
Lampiran 7 Perhitungan Korelasi antara Pendidikan Akhlak dengan Kemampuan Mengendalikan Emosi
𝑟𝑥𝑦 =
𝑟𝑥𝑦 =
N ∑XY − ∑X (∑Y) N ∑X 2 −(∑X)2 [N∑Y 2 –(∑Y)2 ] 40 𝑋 129041 −2972 𝑋 1712 40 𝑋228372 −2972 2 [40 𝑋74532 –1712 2 ] 5161640 −5088064
𝑟𝑥𝑦 =
9134880 −8832784 [2981280 –2930944 ]
𝑟𝑥𝑦 =
𝑟𝑥𝑦 =
𝑟𝑥𝑦 =
73576 302096 X 50336 73576 15206304256 73576 123313 ,845
𝑟𝑥𝑦 = 0,597
Dari hasil Perhitungan koefisien korelasi antara variabel kecerdasan emosional (X) dan variabel akhlak (Y) didapat angka koefisien korelasi sebesar 0,597
Lampiran 8 Perhitungan Koefisien Determinasi Diket: r = 0,597 Rumus: KD = r² x 100 % = 0,597² x 100 % = 0,36 x 100 % = 36 % Dari hasil perhitungan koefisien determinasi, didapat sekitar 36% variabel pendidikan akhlak dapat mempengaruhi kemampuan mengendalikan emosi anak.