KECERNAAN NDF DAN ADF PADA KAMBING KACANG JANTAN YANG MENDAPAT WAFER TONGKOL JAGUNG MENGANDUNG BAHAN PAKAN SUMBER PROTEIN BERBEDA
SKRIPSI
OLEH :
HARUMI BUNGA KASIH ZAINUDDIN I 111 11275
PRODI ILMU PETERNAKAN FAKULTAS PETERNAKAN UNIVERSITAS HASANUDDIN MAKASSAR 2015
1
SKRIPSI
KECERNAAN NDF DAN ADF PADA KAMBING KACANG JANTAN YANG MENDAPAT WAFER TONGKOL JAGUNG MENGANDUNG BAHAN PAKAN SUMBER PROTEIN BERBEDA
OLEH :
HARUMI BUNGA KASIH ZAINUDDIN I 111 11275
Skripsi sebagai Salah Satu Syarat untuk Memperoleh Gelar Sarjana pada Fakultas Peternakan Universitas Hasanuddin
PRODI ILMU PETERNAKAN FAKULTAS PETERNAKAN UNIVERSITAS HASANUDDIN MAKASSAR 2015
2
PERNYATAAN KEASLIAN
1.
Yang bertanda tangan di bawah ini: Nama
: Harumi Bunga Kasih Zainuddin
Nim
: I111 11 277
Menyatakan dengan sebenarnya bahwa: a. Karya skripsi yang saya tulis adalah asli b. Apabila sebagian atau seluruhnya dari karya sekripsi, terutama dalam Bab Hasil dan Pembahasan, tidak asli alias plagiasi maka bersedia dibatalkan dan dikenakan sanksi akademik yang berlaku. 2.
Demikian pernyataan keaslian ini dibuat untuk dapat digunakan seperlunya.
Makassar,
Februari 2015
Harumi Bunga Kasih Z
3
Harumi Bunga Kasih Zainuddin (I 111 11 275).Kecernaan NDF dan ADF Pada Kambing Kacang Jantan Yang Mendapat Wafer Tongkol Jagung Mengandung Bahan Pakan Sumber Protein (Dibawah bimbinganProf.Dr.Ir.Asmuddin Natsir, M.Sc sebagai Pembimbing Utama dan Ir.H. Muhammad Zain Mide, M.S (sebagai Pembimbing Kedua).
ABSTRAK Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui kecernaan NDF dan ADF Pada kambing kacang jantan yang mendapat wafer tongkol jagung mengandung bahan pakan sumber protein berbeda.Percobaan dilaksanakan berdasarkan rancangan bujur sangkar latin (4X4) (RBSL). Sebanyak 4 ekor ternak kambing kacang jantan, dengan berat dan umur relatif sama, secara acak ditempatkan pada kandang metabolisme (satu kambing/petak) dan menerima satu dari empat macam ransum percobaan. Penelitian ini berlangsung 4 periode penelitian, tiap periode dibagi 2 tahap yaitu tahap pertama pembiasaan selama 10 hari dan tahap kedua yaitu pengambilan data selama 3 hari. Hasil studi memperlihatkan bahwa rataan daya cerna NDF adalah 61,9%, 60,4%, 53,0% dan 50,0% masing-masing untuk perlakuan P1, P2, P3 dan P4, sementara rataan daya cerna ADF untuk perlakuan P1, P2, P3, dan P4 adalah 45,5%, 40,0%, 36,7% dan 34,3%. Hasil analisis ragam memperlihatkan bahwa perlakuan wafer ransum komplit tidak berpengaruh nyata (P>0,05) terhadap tingkat kecernaan NDF dan ADF ransum pada kambing kacang jantan. Kesimpulan penggunaan berbagai jenis bahan pakan sumber protein dalam pembuatan ransum komplit berbasis tongkol jagung tidak berpengaruh terhadap tingkat kecernaan NDF dan ADF ransum komplit pada ternak kambing kacang jantan.
Kata Kunci
: Kambing Kacang Jantan, Kecernaan NDF dan ADF
4
HarumiBunga Kasih Zainuddin(I 11111 275).NDFandADFdigestibilityAtMale Kacang GoatCorn CobWafer FeedSourceProteinContainingMaterial(Under the guidance ofProf.Dr.Ir.AsmuddinNatsir, M.ScasMainSupervisorandIr.H.MuhammadZainMide, MS(as the secondSupervisor).
ABSTRACT
This study aimed to determine NDF and ADF digestibility of male kacang goat receiving curn cub wafer certaining different protein sources. The experiment was carried out acording to latin square design (4X4). Four male kacang goat, with relative similar age and body weight, were randomly assigned into metabolism cage (1 goat/ cage) and received one of four treatment rations. The experiment lasted for four periods, in which each period emsisted of two phares. Ten days as a preliminary period and 3 days for sample collections. The result indicated that average NDF digestibility was 61,9%, 60,4%, 53,0%, and 50,0%. For treatmen P1, P2, P3 dan P4 respectively. The average ADF digestibility was P1= 45,5%, P2= 40,0%, P3= 36,7%, and P4= 34,3%. Analysis of variance indicated that treatment did not affect NDF and ADF digestibility. In corelesion formulatin of complete feed based on corn cob wafer, different protein sources had no significant effects on NDF and ADF digestibility.
Keywords: Male Kacang Goat, digestibilityof NDFandADF
5
6
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur penulis panjatkan ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa karena atas rahmat dan hidayah-Nya sehingga dapat menyelesaikan makalah Skripsi. Penulis dengan rendah hati mengucapakan terima kasih kepada semua pihak yang telah membantu dan membimbing dalam menyelesaikan Skripsi ini utamanya kepada : 1. Bapak. Prof. Dr. Ir. Asmuddin Natsir, M.Sc sebagai pembimbing utama dan Bapak Ir. Muhammad Zain Mide, M.S. selaku pembimbing anggota yang telah banyak meluangkan waktunya untuk membimbing, mengarahkan dan memberikan nasihat serta motivasi dalam penyusunan Skripsi ini. 2. Terima kasih Kepada Ibu Dr. A. Mujnisa S.Pt. MPselaku Pembimbing Akademik. 3. Kedua orang tua saya Sri Utami dan Alm.Ir. Zainuddin Jusuf Madjid yang telah memberikan doa, bantuan dan dukungan bagi penulis sehingga makalah ini dapat terselesikan. 4. Terima kasih kepada Zulkifli Husen Mas’ud Al- Amri atas bantuannya selama ini dari awal hingga akhir penelitian sudah banyak membantu baik berupa tenaga maupun doanya selama ini. 5. Teman-teman penelitian Nevyani asikin, Sri Novrianti, Muh.Faisal Sade dan Erwin Eko Wartoyo. 6. Kepada Sahabat SWEETY, Syahriana Sabil, Kiki Rezki.M, Siti Hardianti N, Nurul Adha dan Nurul Ilmi Harunatas doa dan dukungan kalian hingga selesainya skripsi ini.
7
7. Kepada Sahabat SMA terbaik Salmiah Akbar, Arum Puspita Nur Wulandari, Ade Phungky Ambarwati, Nur Pratiwi, Nurul Fatiha, Nur Utari, Evi Puspita Sari dan Nurul Shalihat. 8. Kepada rekan rekan SOLANDEVEN 011 atas bantuannya dan dukungannya selama ini serta kerjasamanya. 9. Kepada teman KKN-PK 48 UH Khususnya Kelurahan Bontolebang Muqarramah Arifin, Dedy Ariwansa, Ris Ryani Syahputri, Anisa Puteri Pakaya dan Angga Prasetya. 10. Kepada SEMA FAPET-UH, Serta Tanduk 01, Caput 02, Spider 03, Hamster 04, Lebah 05, Colagen 06, Rumput 07, Bakteri 08, Merpati 09, L10N, Flock Mentality 012, dan Larva 013. Penulis menyadari bahwa penyusunan Skripsi ini masih jauh dari kesempurnaan, karena itu penulis memohon saran untuk memperbaiki kekurangan tersebut.Semoga Skripsi ini bermanfaat bagi pembaca terutama bagi saya sendiri.Amin.
Makassar,
Februari 2015
Harumi Bunga Kasih Zainuddin
8
DAFTAR ISI
Halaman HALAMAN JUDUL .............................................................................................
i
HALAMAN PENGAJUAN .................................................................................
ii
PERNYATAAN KEASLIAN ..............................................................................
iii
ABSTRAK ............................................................................................................
iv
HALAMAN PENGESAHAN ...............................................................................
vi
KATA PENGANTAR ...........................................................................................
vii
DAFTAR ISI..........................................................................................................
ix
DAFTAR TABEL..................................................................................................
xi
DAFTAR GAMBAR .............................................................................................
xii
DAFTAR LAMPIRAN .........................................................................................
xiii
PENDAHULUAN
Latar Belakang ....................................................................................... Rumusan Masalah .................................................................................. Hipotesis ................................................................................................. Tujuan..................................................................................................... Kegunaan ................................................................................................
1 3 3 4 4
PEMBAHASAN Tinjauan Umum TernakKambing Kacang ....................................................... Bahan Pakan Sumber Protein ..........................................................................
5 7
METODE PENELITIAN Waktu dan Tempat .......................................................................................... Materi Penelitian ............................................................................................. Metode Penelitian ............................................................................................ Prosedur Pembuatan Tongkol Jagung Plus ...................................................... Kandang Metabolisme ..................................................................................... Pelaksanaan Penelitian .................................................................................... Pengambilan Sampel .......................................................................................
14 14 14 17 17 18 18
9
Peubah yang Diukur ........................................................................................ Analisis Data ...................................................................................................
19 19
HASIL DAN PEMBAHASAN Rata- rata Hasil Kecernaan NDF dan ADF Kambing Kacang Jantan ..............
20
KESIMPULAN DAN SARAN Kesimpulan ..................................................................................................... Saran................................................................................................................
22 22
DAFTAR PUSTAKA ............................................................................................
23
RIWAYAT HIDUP
10
DAFTAR TABEL
No.
Halaman Teks
1. Komposisi Kimia Tongkol Jagung ...............................................................
8
2. Denah Perlakuan Tongkol Jagung Plus Pada Kambing Kacang Jantan Selama Penelitian………………………………………………………………………
15
3. Komposisi Bahan Pakan Tiap Perlakuan .......................................................
15
4. Komposisi Kimia Wafer Tongkol Jagung Tiap Perlakuan………………. ....
16
5. Rata-rata Hasil Kecernaan NDF dan ADF Kambing Kacang Jantan……… .
20
11
DAFTAR GAMBAR
No.
Halaman Teks
1. Kambing Kacang Jantan .........................................................................
5
2. Tongkol Jagung…………………………………………………………
7
3. Prosedur pembuatan wafer tongkol jagung plus untuk kambing kacang
jantan……………………………………………………… ........... 17
12
DAFTAR LAMPIRAN
No.
Halaman Teks
1. Hasil Perhitungan Kecernaan NDF ...............................................................
25
2. Hasil Perhitungan Kecernaan ADF ...............................................................
28
3. Dokumentasi .................................................................................................
31
13
PENDAHULUAN
Latar Belakang Kambing merupakan hewan yang cukup dikenal secara luas oleh masyarakat sebagai salah satu ternak yang hidup di daerah tropis. Secara umum kambing kacang memiliki beberapa kelebihan yaitu sebagai penghasil susu dan daging, serta kotorannya dapat digunakan sebagai sumber pupuk organik dan kulitnya memiliki nilai ekonomis yang cukup tinggi. Di Sulawesi Selatan sendiri, jenis kambing yang dapat dijumpai antara lain kambing kacang, kambing peranakan ettawa, dan kambing marica. Kambing marica adalah kambing yang hampir mirip dengan kambing kacang namun ukuran tubuhnya relatif kecil dibandingkan kambing kacang, telinga berdiri menghadap ke samping arah ke depan, tanduk relatif kecil dan pendek. Kambing kacang punya potensi genetik yang mampu beradaptasi baik di daerah agro-ekosistem lahan kering, dimana curah hujan sepanjang tahun sangat rendah.Kambing Marica dapat bertahan hidup pada musim kemarau walau hanya memakan rumput-rumput kering di daerah tanah berbatu-batu.Populasi kambing Marica dijumpai di kabupaten Maros, kabupaten Jeneponto, Kabupaten Soppeng dan daerah Makassar Propinsi Sulawesi Selatan.Namun menurut FAO, ternak kambing yang terancam punah adalah kambing marica (Prabowo, 2010).
14
Ternak ruminansia khususnya ternak kambing sangat bergantung dengan ketersediaan hijauan yang ada untuk kebutuhan produksinya serta repdoduksi ternak kambing tersebut.Saat ini ketersediaan bahan pakan hijauan ini sangat dipengaruhi oleh faktor musim, dimana pada musim penghujan tersedia dalam jumlah banyak dan berlimpah sedangkan pada musim kemarau ketersediaan sangat terbatas, perlu diusahakan sumber pakan alternatif. Sulawesi Selatan merupakan daerah yang memiliki lahan pertanian luas dan bervariatif sehingga potensi limbah pertanian dapat digunakan sebagai pakan terutama ternak ruminansia. Akan tetapi pemanfaatan limbah pertanian untuk pakan belum dilakukan secara optimal, umumnya limbah pertanian hanya dibakar begitu saja dan sebagian kecil digunakan sebagai pupuk organik. Pemanfaatan limbah sebagai bahan pakan tentu menjadi solusi untuk mengatasi kurangnya persediaan hijauan pada musim tertentu dan dapat mengurangi pencemaran lingkungan oleh limbah pertanian. Salah satu limbah pertanian yang dapat digunakan pakan ruminansia sebagai pengganti hijauan adalah tongkol jagung. Tongkol jagung memiliki potensi yang tinggi sebagai bahan pakan namun pemanfaatan masih sangat rendah.Kendala Penggunaan tongkol jangung sebagai bahan pakan ternak ruminansia adalah kandungan serat kasar yang tinggi sedangkan protein, kecernaan, dan palatabilitas rendah. Oleh karena itu, dalam pemanfaatannya sebagai bahan pakan tongkol jagung perlu ditingkatkan kualitasnya antara lain dengan pengolahan menjadi pakan komplit dengan menggunakan bahan pakan yang kaya akan protein.
15
Penggunaan sumber protein yang berbeda dalam pembuatan pakan komplit berbasis tongkol jagung diharapkan dapat berpengaruh terhadap kondisi rumen yang berujung pada peningkatan daya cerna serat (NDF dan ADF) dari ransum. Rumusan Masalah Akibat ketersediaan hijauan yang sangat bervariasi, di mana pada musim kemarau pakan hijauan secara kuantitatif dan kualitatif sulit diperoleh dan pada saat musim hujan banyak ketersediaan hijauan.Maka perlu dicari bahan pakan sumber serat alternatif.Tongkol jagung merupakan salah satu limbah pertanian yang potensial digunakan sebagai sumber serat.Akan tetapi penggunaan tongkol jagung adalah palatabilitas dan kandungan protein yang rendah sementara kandungan serat (NDF dan ADF) tinggi, sehingga tongkol jagung perlu diolah terlebih dahulu misalnya dalam bentuk pakan komplit (wafer) dan diperkaya dengan berbagai sumber protein.Informasi tentang pengaruh pakan komplit dengan sumber proteinberbeda pada kecernaan NDF dan ADF pada kambing kacang sangat terbatas. Hipotesis Penggunaan sumber protein yang berbeda dalam pembuatan ransum pakan komplit berbahan dasar tongkol jagung dapat berpengaruh terhadap daya cerna NDf dan ADF pada ransum tersebut.
Tujuan dan Kegunaan 16
Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengevaluasi tingkat daya cerna NDF dan ADF ransum komplit berbahan dasar tongkol jagung dengan sumber protein yang berbeda terhadap kambing kacang jantan. Kegunaan dari penelitian ini adalah untuk memberikan informasi kepada peternak tentang pemanfaatan ransum komplit yang dibuat dari tongkol jagung dengan sumber protein yang berbeda.
TINJAUAN PUSTAKA
17
A. Gambaran Umum Kambing Kacang Jantan (Kambing Lokal) Gambar 1. Kambing Kacang Jantan
Kambing kacang merupakan kambing asli Indonesia juga didapati di Malaysia dan Philipina. Kambing Kacang sangat cepat berkembang biak, pada umur 15-18 bulan sudah bisa menghasilkan keturunan. Kambing ini cocok sebagai penghasil daging dan kulit, bersifat prolifik, tahan terhadap berbagai kondisi dan mampu beradaptasi dengan baik di berbagai lingkungan yang berbeda termasuk dalam kondisi pemeliharaan yang sangat sederhana. Ciri-ciri kambing kacang adalah antara lain bulu pendek dan berwarna putih, hitam dan coklat. Adapula yang warna bulunya berasal dari campuran ketiga warna tersebut.Kambing jantan maupun betina memiliki tanduk yang berbentuk pedang, melengkung ke atas sampai ke belakang.Telinga pendek dan menggantung.Leher pendek dan punggung melengkung.Kambing jantan berbulu surai panjang dan kasar sepanjang garis leher, pundak, punggung sampai ekor (Dillah, 2012).
Damshik (2001) mengemukakan bahwa kambing kacang berbadan relatif kecil dengan tinggi pundak dewasa rata-rata 50 cm dan bobot badan 30 kg. Bila dibandingkan
18
dengan bagian-bagian lainnya maka kepala mempunyai proporsi yang sangat baik dan seimbang; ukuran telinga sedang, selalu bergerak, tidak tergantung tetapi tegak. Tanduk terdapat baik pada yang jantan maupun pada betina dan ukurannya relatif pendek. Janggut tumbuh dengan baik pada kambing jantan, namun juga terdapat pada yang betina dewasa walaupun tidak begitu lebat. Leher pendek dan memberi kesan tebal dan tegap. Punggung lurus dan pada beberapa kasus terlihat agak melengkung dan memeberi kesan makin kebelakang makin tinggi sampai pinggul. Devendra dan Burns (1970) menyatakan bahwa profil kambing kacang berbentk lurus. Ekor kelihatan kecil dan tegang. Ambing kecil dengan konformasi baik dengan puting yang besar. Bulu pendek serta kasar pada yang betina, tetapi pada yang jantan lebih panjang. Kambing kacang tahan hidup pada keadaan kondisi lingkungan yang sangat beragam dan sanggup beradaptasi pada metode manajemen yang berubah-ubah dan sangat beragam. Umur ketika mencapai pubertas sekitar enam bulan pada yang jantan. Umur beranak pertama dicapai ketika umur 12 – 13 bulan.
Menurut Hidayat (2012), Kambing kacang (lokal) memiliki potensi dan peluang untuk dikembangkan. Potensinya adalah mudah pemeliharaan dan bisa kawin secara alami.Potensi lainnya adalah daging dan kotoran.Sebagai penghasil daging, ternak ini digunakan sebagai penyediaan daging alternatif untuk memenuhi gizi masyarakat.
Adapun taksonomi zoologi kambing sebagai berikut. Kingdom : Animalia
19
Filum : Chordata Kelas : Mammalia Ordo : Artodactyla Famili : Bovidae Subfamili : Caprinae Genus : Capra Spesies : Capra Hircus B. Bahan – Bahan Pakan Sumber Protein. a. Gambar 2. Tongkol Jagung
Tongkol jagung (Janggel jagung) adalah hasil ikutan dari tanaman jagung yang telah diambil bijinya dan merupakan limbah padat.Selama ini tongkol jagung selalu dibuang atau dibakar, padahal sebetulnya dapat dimanfaatkan sebagai pakan alternative karena mudah didapat, kandungan nutrisinya memadai dan ketersediaannya cukup.Sehingga berpotensi untuk dijadikan sebagai pakan ternak (Hidayat, 2012). Tongkol jagung merupakan limbah hasil pertanian yang termasuk dalam pakan kasar.Tongkol jagung dapat diberikan pada ternak ruminansia dan merupakan bahan pakan
20
kasar berkualitas rendah. Tongkol jagung termasuk dalam bahan pakan yang kurang palatabel dan jika tidak segera dikeringkan akan ditumbuhi jamur dalam beberapa hari. Komposisi nutrisi tongkol jagung terdiri dari BK 90%, PK 2,8%, LK 0,7%, abu 1,5%, SK 32,7%, dinding sel 80% selulosa 25%, lignin 6% dan ADF 32% (Forsum, 2012). Tabel 1.Komposisi Kimia Tongkol Jagung. Nutrisi
Komposisi (%)
Komposisi Proksimat Bahan Kering
80,40%
Protein Kasar
2,25%
Lemak Kasar
0,50%
Serat Kasar
32,0%
BETN
53,50%
Abu
1,50%
TDN
42,00%
Komposisi Serat NDF
83,00%
Sellulosa
41,00%
Hemisellulosa
36,00%
Xilan
30,00%
Lignin
6,00%
Rektin
3,0%
Pati
0,01%
Sumber : Subekti (2006).
b. Ampas Tahu
21
Ampas tahu adalah salah satu bahan yang dapat digunakan sebagai bahanpenyusun ransum. Sampai saat ini ampas tahu cukup mudah didapat dengan hargamurah, bahkan bisa didapat dengan cara cuma-cuma. Ampas tahu dalam keadaan segar berkadar air sekitar 84,5% dari bobotnya. Kadar air yang tinggi dapat menyebabkan umur simpannya pendek. Ampas tahu kering mengandung air sekitar 10,0-15,5%, sehingga umur simpannya lebih lama dibandingkan dengan ampas tahu segar. Ampas tahu basah akan segera menjadi asam dan busuk dalam 2-3 hari sehingga tidak disukai oleh ternak. Masalah itu dapat ditanggulangi dengan cara menjemur di bawah panas matahari atau dimasukkan dalam oven. Ampas tahu dihasilkan dalam bentuk semi solid, dengan kandungan air yang cukup tinggi.Hal ini merupakan kendala, terutama bila harus diangkut ke tempat jauh.Tingginya kandungan air yang terdapat dalam ampas tahu menyebabkan produk tersebut cepat menjadi busuk.Oleh karena itu dalam pemanfaatannya untuk waktu yang cukup lama, disarankan agar dikeringkan. Kandungan gizi ampas tahu sangat bervariasi, tergantung cara yang digunakan dalam pembuatan tahu. Kadar protein kasar ampas tahu cukup tinggi (2329% dari bahan kering). Mariyono dll. (1997) telah mencoba menggunakan ampas kedelai (sisa pembuatan susu kedelai yang nilai gizinya sama dengan ampas tahu) untuk menggantikan sebagian konsentrat sapi perah komersil. Hasil yang diperoleh menunjukkan bahwa pemberian bahan tersebut, nyata meningkatkan produksi susu dari 9 menjadi 10,6 l/e/h dan kadar protein susu dari 1,53 menjadi 1,80%. Siregar dan Hidayati (1986) juga melaporkan dengan pemberian ampas tahu sebagai pengganti bungkil kelapa (32% dalam konsentrat) dalam 22
ransum sapi menghasilkan pertumbuhan yang lebih cepat dibandingkan dengan konsentrat yang mengandung bungkil kelapa.Pencampuran konsentrat komersial dengan ampas tahu untuk pakan penggemukan sapi juga dilaporkan peneliti di Jepang dengan hasil pertambahan bobot hidup yang cukup baik. Hasil penelitian tersebut (Imai dll,1996) memperlihatkan pertambahan bobot hidup sapi yang diberi konsentrat komersial (1,13 kg/e/h) tidak berbeda dengan yang diberi ransum komersial yang dicampur dengan ampas tahu sebanyak 20% (1,10 kg/e/h). Haryanto (1993) melaporkan bahwa penambahan ampas tahu basah sebanyak 300 g/e/h pada domba yang sudah diberi pakan konsentrat komersil, ternyata masih dapat meningkatkan pertambahan bobot hidup domba atau kambing tersebut.
Sebagian besar bahan pakan mengandung campuran nutrient yang terdiri atas protein, lemak, karbohidrat, mineral, vitamin dan air.Zat – zat gizi organic ini terdapat dalam bentuk yang tidak larut sehingga harus dipecah menjadi senyawa – senyawa kecil sebelum mereka dapat masuk melalui dinding saluran pencernaan untuk kemudian diedarkan kedalam darah atau saluran limfe.Berdasarkan perubahan yang terjadi pada bahan pakan di dalam alat pencernaan, proses pencernaan ternak ruminansia dapat dibagi menjadi tiga, yaitu pencernaan mekanik, hidrolik, dan fermentative. Proses pencernaan fermentative inilah yang merupakan proses khas yang terjadi dalam saluran pencernaan ruminansia yang membedakannya dengan proses pencernaan pada non ruminansia. Pencernaan fermentative yang dimaksud adalah proses perubahan senyawa – senyawa tertentu menjadi senyawa lain yang sama sekali berbeda dengan molekul zat makanannya.
23
Proses pencernaan berupa fermentasi yang terjadi sebelum usus halus pada ternak ruminansia mendatangkan keuntungan dan kerugian ( Siregar, 1994 ). Keuntungan yang diperoleh dengan terjadinya fermentasi sebelum usus halus antara lain : produk fermentasi mudah diserap usus, dapat mencerna selulosa, dapat menggunakan non – protein nitrogen seperti urea. Kerugian yang dialami antara lain: banyak energi yang terbuang sebagai gas methan dan panas, protein bernilai hayati tinggi mengalami degradasi menjadi NH3(amonia) sehingga terjadi penurunan nilai protein, ternak ruminansia peka terhadap ketosis atau keracunan asam. c. Tepung Bulu Menurut Prabowo (2010) bahwa bulu ayam mengandung protein kasar sekitar 80-91 % dari bahan kering (BK) melebihi kandungan protein kasar bungkil kedelai 42,5 % dan tepung ikan 66,2 % (Anonimus, 2003). Namun, kandungan protein kasar yang tinggi tersebut tidak diikuti oleh nilai biologis yang tinggi. Tingkat kecernaan bahan kering dan bahan organik bulu ayam secara in vitro masing-masing hanya 5,8 % dan 0,7 %. Nilai kecernaan yang rendah disebabkan bulu ayam sebagian besar terdiri atas keratin yang digolongkan ke dalam protein serat.Keratin merupakan protein yang kaya asam amino bersulfur, dan sistin.Ikatan disulfida yang dibentuk di antara asam amino sistin menyebabkan protein bulu sulit dicerna, baik oleh mikroorganisme rumen maupun enzim proteolitik dalam saluran pencernaan pasca rumen.Keratin dapat dipecah melalui reaksi kimia dan enzim sehingga pada akhirnya dapat dicerna oleh tripsin dan pepsin di dalam saluran pencernaan. Oleh karenanya, bila bulu ayam akan dimanfaatkan sebagai bahan
24
pakan sumber protein, sebaiknya perlu diolah terlebih dahulu untuk meningkatkan kecernaannya. Salah satu metode pengolahan untuk meningkatkan kecernaan bulu ayam adalah perlakuan fisik dengan pengaturan temperatur dan tekanan. Tepung bulu komersial diolah dengan pemanasan pada suhu 1050C, dengen tekanan uap 2,8 kg/m2 dan kelembaban 8-10 persen selama 8 jam. Tepung Bulu Terolah/ Terhidrolisa sebagai bahan pakan harus melalui suatu proses pengolahan terlebih dahulu dan hasilnya inilah yang dinamakan tepung bulu terolah sehingga dapat dijadikan sebagai salah satu bahan pakan asal hewan yang potensial untuk mengurangi harga ransum yang berasal dari pemanfaatan limbah (Puastuti, dkk. 2004). d. Urea Urea merupakan bahan pakan sumber nitrogen yang dapat difermentasi di dalam sistem pencernaan ruminansia.Urea dalam proporsi tertentu mempunyai dampak positif terhadap peningkatan konsumsi protein kasar dan daya cerna. Urea yang ditambahkan dalam pakan ruminansia dengan kadar yang berbeda-beda, ternyata dirombak menjadi protein oleh mikroorganisme rumen. Sejumlah protein dan urea dalam ransum mempertinggi daya cerna selulosa dalam hijauan.Selain meningkatkan kualitas hijauan, urea juga dapat digunakan sebagai pengganti protein butir-butiran.Urea dapat digunakan untuk memenuhi kebutuhan protein untuk pertumbuhan pada produksi ternak ruminansia (Mandiri, L. 2013).
25
Urea yang diberikan di dalam pakan ternak ruminansia, di dalam rumen akan dipecah oleh enzim urease menjadi CO2 dan amonia, kemudian amonia bersama mikroorganisme akan membentuk protein mikroba dengan bantuan energi. Apabila urea berlebih atau tidak tercerna oleh tubuh ternak maka urea akan diabsorbsi oleh dinding rumen, kemudian dibawa oleh aliran darah ke hati dan di dalam hati dibentuk kembali amonia yang akhirnya dieksresikan melalui urine dan feses (Parakkasi, 1999).
26
MATERI DAN METODE PENELITIAN Waktu dan Tempat Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Juli sampai September 2014.Penelitian dimulai dengan pembuatan pakan komplit yang dilaksanakan di Laboratorium Industri Pakan Fakultas Peternakan dan dilanjutkan dengan analisis kandungan nitrogen pakan komplit dan feses melalui prosedur proksimat di Laboratorium Kimia Makanan Ternak Fakultas Peternakan, Universitas Hasanuddin. Materi Penelitian Bahan yang digunakan dalam penelitian ini adalah tongkol jagung, dedak padi, tumpi jagung, bungkil kelapa, tepung tapioka, tepung ampas tahu, tepung bulu, tepung ikan, urea, mineral sapi, garam dapur, dan ternak kambing. Peralatan yang digunakan adalah timbangan.grinder, gilingan sampel, oven, cetakan UMB, baskom, dandang, kompor gas, pisau dan talang. Metode Penelitian Penelitian ini di rancang dengan menggunakan Rancangan Bujur Sangkar Latin (RBSL) 4 4 (4 perlakuan dan 4 ulangan). Adapun keempat perlakuan pakan tersebut sebagai berikut: P1 : Ransum wafer mengandung protein nabati (ampas tahu) P2 : Ransum wafer mengandung protein hewani (tepung ikan) P3:Ransum wafer mengandung protein limbah unggas (tepung bulu) P4 : Ransum wafer mengandung non protein nitrogen (urea)
27
Adapun denah perlakuan wafer tongkol jagung plus pada kambing kacang jantan selama penelitian dapat dilihat pada Tabel 2. Tabel 2. Denah perlakuan wafer tongkol jagung plus pada kambing kacang jantan selama penelitian Kambing Periode A
B
C
D
I
P1
P2
P3
P4
II
P3
P4
P2
P1
III
P4
P3
P1
P2
IV
P2
P1
P4
P3
Komposisi bahan pada setiap perlakuan tertera pada tabel berikut. Tabel 3. Komposisi Bahan Pakan Tiap Perlakuan Perlakuan Bahan P1 P2 P3 Tongkol Jagung 45 45 45 Dedak 15 15 15 Tumpi Jagung 3 10.5 13 Bungkil Kelapa 10 10 10 Tapioka 10 10 10 Ampas Tahu 25 0 0 Tepung Bulu 0 0 5 Tepung Ikan 0 7.5 0 Urea 0 0 0 Garam 1 1 1 Mineral Mix 1 1 1
P4 45 15 16.5 10 10 0 0 0 1.5 1 1
Total
100
100
100
100
28
Komposisi kimia ransum berdasarkan hasil analisis di laboratorium dapat dilihat pada Tabel 4 berikut. Tabel 4. Komposisi Kimia wafer Tongkol Jagung Plus Tiap Perlakuan Kandungan (%) Nutrisi P1 P2 P3 P4 Bahan Kering 79.9 83.2 83.9 90.7 Bahan organik 75.4 77.6 78.7 84.1 Protein kasar 10.7 12.0 11.7 11.9 Serat Kasar 18.8 15.0 20.8 15.7 BETN 59.5 62.6 56.6 61.8 NDF 61.2 53.6 55.2 57.3 ADF 27,9 23.9 24.5 25.4 Sumber : Hasil Analisis Laboratorium Kimia Nutrisi Dan Makanan TernakFakultas Peternakan Universitas Hasanuddin, 2014 Prosedur Pembuatan Wafer Tongkol Jagung Plus Tongkol jagung dan bahan pakan lainnya yang masih kasar di giling halus terlebih dahulu dengan menggunakan grinder.Kemudian setiap bahan pakan ditimbang berdasarkan formulasi tiap perlakuan dan dicampur secara merata dan campuran diberi uap panas sampai matang.Dilakukan pencetakan dengan menggunakan cetakan UMB dan dikeringkan dalam oven.
29
Adapun prosedur pembuatan wafer tongkol jagung plus untuk kambing kacang jantan dapat dilihat pada gambar 3. Tongkol Jagung
Penggilingan
Bahan Pakan Yang Masih Kasar
Formulasi
Penimbangan
Mixing
Pemberian uap panas
Pencetakan
Pengeringan
Wafer Pakan Komplit Siap Saji Gambar 3.Prosedur pembuatan wafer tongkol jagung plus untuk kambing kacang jantan.
Kandang Metabolisme Penelitian ini menggunakan 4 ekor kambing kacang jantan dengan umur 1,5 – 2,0 tahun. Kambing di tempatkan dalam kandang metabolisme yang dilengkapi tempat pakan dan urine. Kandang ini dipasangi ram plastik di bawah lantai kandang yang berfungsi sebagai filtrasi feses dan urine, dibawah ram plastik dipasang lembaran plastik yang
30
berfungsi menadah urine dan dialirkan masuk ke dalam bak penampungan, tetapi urine yang mengalir melalui corong yang tebal dipasangi saringan, sehingga feses dan urine tertampung dalam penampungan masing-masing.
Pelaksanaan Penelitian Penelitian ini akan berlangsung 4 periode penelitian, tiap periode dibagi 2 tahap yaitu tahap pertama pembiasaan selama 10 hari dan tahap kedua yaitu pengambilan data selama 3 hari. Pembiasaan pakan dimasukkan agar ternak terbiasa dengan pakan yang ditawarkan, dan semua pakan yang dimakan sebelumnya sudah keluar semua selama 10 hari.Sedangkan periode koleksi atau pengambilan data selama 3 hari adalah data yang diambil merupakan pengaruh pakan perlakuan.
Pengambilan Sampel Pengambilan
sampel
dilaksanakan
pada
3
hari
terakhir
dari
setiap
periodenya.Sampel pakan yang diberikan, diambil 10% dari pakan yang telah diberikan.Sisa pakan yang terkumpul sebanyak 10% dan begitu pula dilakukan pada feses diambil 10% dari feses yang ditampung selama 3 hari. Sampel tersebut di analisis di Laboratorium untuk mengetahui kadar daya cerna NDF dan ADF nya.
31
Perameter Yang Diukur
Parameter yang diukur dalam penelitian ini adalah daya cerna NDF dan ADF dihitung dengan rumus berikut menurut (Van Soest,1976) : DC NDF % = Konsumsi NDF – NDF Feses X 100 % Konsumsi NDF DC ADF % = Konsumsi ADF – ADF Feses X 100 % Konsumsi ADF
Analisis Data Seluruh data dianalisis dengan analisis ragam berdasarkan analisis ragam menurut rancangan bujur sangkar latin dan berpengaruh nyata pada perlakuan yang di analisis lebih lanjut dengan uji beda nyata jujur ( Steel dan Torie, 1980). Dengan model matematika seperti : Model matematika Yijk = µ + ßi + Κj + Ƭk + ξ ijk Yijk = µ + ßii + Κjj + Ƭkk + ξ ijk µ
= rataan umum
ßi
= pengaruh baris ke-i
Κj
= pengaruh kolom ke-j
Ƭk
= pengaruh perlakuan ke k
ξ ijk
= pengaruh galat
32
HASIL DAN PEMBAHASAN
Rataan kecernaan NDF dan ADF pada ternak kambing kacang jantan masing – masing perlakuan dapat dilihat pada Tabel5: Tabel 5. Rata-Rata Hasil Daya Cerna NDFdan ADF Kambing Kacang Jantan Daya Cerna (%) NDF (%) ADF (%) Daya Cerna NDF
P1 61.9 45,5
Perlakuan P2 P3 60.4 53.0 40,0 36,9
P4 50,0 34,3
Hasil analisis ragam menunjukkan menyimpulkan bahwa pemberian ransum komplit dengan sumber protein berbeda tidak menunjukkan pengaruh nyata (P>0,05) terhadap daya cerna NDF dan ADF ransum secara umum. Daya cerna NDF ransum bervariasi antara 50,0% (P4) sampai dengan 61,9% (P1). Demikian pula daya cerna ADF beragam antara 34,3% (P4) sampai dengan 45,5% (P1). Nilai kecernaan NDF dapat disebabkan oleh kandungan nutrisi
pakan, komposisi ransum, penyiapan pakan, dan faktor ternak (Anggorodi, 1990 ; Anitasari, 2011). Kecernaan suatu bahan pakan merupakan pencerminan dari tinggi rendahnya nilai manfaat dari bahan pakan tersebutdengan mengukur jumlah makanan yang dikonsumsi dan jumlah makanan yang dikeluarkan melalui feses (Abun, 2007). Namun menurut (Waldo, 1986) bahwa kandungan NDF dilaporkan dapat mempengaruhi tingkat konsumsi melalui pengaruh fisik (filling effect), yang seharusnya akan berpengaruh terhadap tingkat kecernaan NDF dan ADF yang terlihat pada (Tabel 5). Komposisi yang sama pada setiap
33
perlakuannya kemungkinan yang menyebabkan tidak adanya perbedaan nyata antara perlakuan tersebut. Tidak adanya perbedaan daya cerna NDF dan ADF setiap ransum relatifsama (Tabel 5). Sehingga perbedaan sumber protein yang diberikan tidak mempengaruhi kecernaan NDF maupun ADF. Namun demikian walaupun secara statistik tidak ada perbedaan tetapi secara numerik dapat terlihat bahwa daya daya cerna NDF dan ADF pada ternak yang mendapat ransum pada P1 dan P2 itu relatif lebih tinggi dari pada terhadap daya cerna NDF dan ADF pada perlakuan P3 dan P4.
34
PENUTUP Kesimpulan Berdasarkan hasil dari penelitian yang telah dilakukan untuk dapat diberi pakan, bahwa penggunaan berbagai jenis bahan pakan sumber protein dalam pembuatan ransum komplit berbasis tongkol jagung tidak berpengaruh terhadap tingkat kecernaan NDF dan ADF ransum komplit pada ternak kambing kacang jantan. Saran Sebaiknya dilakukan penelitian lebih lanjut dalam kurun waktu yang cukup lama untuk melihat pengaruh perlakuan terhadap kinerja ternak kambing kacang jantan.
35
DAFTAR PUSTAKA Abun, 2007.Pengukuran Nilai Kecernaan Ransumyang mengandung Limbah Udang windupadaAyam.http://pustaka.unpad.ac.id/wp.content/uploads/2009/10/pengukura n_nilai_kecernaan.pdf. Anggorodi, R. 1990. Ilmu Makanan Ternak Umum. Penerbit PT. Gramedia. Jakarta. Anitasari, L. 2001. Pengaruh Tingkat Penggunaan Limbah Tape Singkong dalam Ransum terhadap Kecernaan Bahan Kering dan Bahan Organik Ransum Domba.Tesis.The Rector Animal Science Blog.http://wordpress.com.Diakses Pada Tanggal 15 Desember 2011. Anonimus, 2003. Bulu Unggas Untuk Pakan Ruminansia. Warta Penelitian dan Pengembangan Pertanian.Volume 25 No. 6 hal. 26 Damshik M. 2001. Produktivitas kambing kacang yang mendapat ransum penggemukan dengan kandungan protein yang berbeda.[tesis]: Program Pascasarjana. Institut Pertanian Bogor.hal.14 Devendra dan Burns. 1970. Produksi kambing di daerah Tropis.ITB. Bandung. Dillah,A, 2012. Jenis dan Karakteristik Kambing Lokal. http://tulisankami\ blogspot.com/2012/04/jenis-dan-karakteristik-kambing-lokal.html. Diakses pada tanggal 13 Juli 2014, Makassar. Haryanto, B. 1993.Penggunaan ampas tahu dalam pakan penggemukan domba. Dalam: Domba dan Kambing Untuk Kesejahteraan Masyarakat. (tesis.).hal. 62-63. ISPI Cab. Bogor. Hidayat, E, 2012. Kualitas Fisik dan Kualitas Nutrisi Jenggel Jagung Hasil Perlakuan dengan Inokulan yang Berbeda.http://tehes89.blogspot.com/2012/12/kualitas-fisikdan-kualitas nutrisi .html.Diakses pada tanggal 14 Juli 2014, Makassar. Imai, A., Y. Miyakoshi, M. Seki., and W. Oyamagi. 1996. Utilization of "Tofu cake" as an ingredient of mixed feed in fattening holstein steers. Procs.8th AAAP Anim. Sci. Cong. pp. 886-887.Japanese Soc. Zootech.Sci. Tokyo, Japan. Mandiri, L. 2013. Urea Sebagai Pakan Ternak.http://mandirilaras.blogspot.com. Diakses pada tanggal 14 Juni 2014.
36
Mariyono, M., A. Yusran, A. Mulyadi dan B. Sudarmadi. 1997. Pemanfaatan ampas kedelai sebagai pakan pengganti sebagian konsentrat pada sapi perah laktasi. Proc. Sem. Nas. II Ilmu Nutrisi dan Makanan Ternak. Fakultas Peternakan IPB, Bogor. Hal.101-102. Parakkasi, A. 1999. Ilmu Nutrisi dan Makanan Ternak Ruminansia. Penerbit Universitas Indonesia. Jakarta. Puastuti, W., U. Adiati, dan I. W. Mathius.2004. Peluang Pemanfaatan Tepung Bulu Ayam sebagai Bahan Pakan Ternak Ruminansia.Wartazoa.Departemen Pertanian.Vol. 14 No. 1.hal 39-44 Prabowo,2010. Budidaya Ternak Kambing.http://forclime.org/merang/51-STE-FINAL.pdf Siregar, S. 1994. Ransum Ternak Ruminansia. Penerbit Penebar Swadaya. Jakarta. Siregar, S.B.,dan H. Nurhasanah. 1986. Pengaruh substitusi bungkil kelapa dengan ampas tahu dalam ransum sapi sedang bertumbuh.(jurnal penelitian) Ilmu dan Peternakan hal.51-55. Subekti,dan Hendra. 2006. Produksi Etanol Dari Hidrolisat Fraksi Selulosa Tongkol Jagung oleh Saccharomyces cerevisiae.(tesis).Fakultas Teknologi Pertanian IPB.Bogor. Steel, R.G.D. and J.H. Torrie. 1980. Principles and Procedures of Statistics. A Biometrical Approach. 2ndEd. McGraw-Hill Book Company, New York. Van Soest, P.J. 1982. Nutritional Ecology of the Ruminant.Oregon.United Straters of America. Waldo, D.R. 1986. Effect of forage quality on intake and forage-concentrate interaction.J. Dairy Sci.p.69: 617.
37
LAMPIRAN Tabel 6. Rata-rata Konsumsi NDF Wafer Tongkol Jagung Berdasarkan Rancangan Percobaan Perlakuan Periode Total P1 P2 P3 P4 I II III IV Total Rata-rata
59,75(1) 46,13(4) 51,05(3) 64,64(2) 221,57 55,39
Rata-Rata Perlakuan Perlakuan Jumlah 1 243,16 2 246,6 3 214,2 4 198,14
55,28(2) 46,74(3) 49,62(4) 61,87(1) 213,51 53,37
55,49(3) 66,36(1) 59,63(2) 46,56(4) 228,04 57,01
55,83(4) 67,05(2) 55,18(1) 60,92(3) 238,98 59,74
226,35 226,28 215,48 233,99 902,1 225,52
Rataan 60,79 61,65 53,55 49,535
Perhitungan Sidik Ragam FK= = = = 50861,52563 JKT = ∑ FK 2 = [(59,75) + (55,28)2 + (55,49)2 + (55,83)2+ …. + (60,92)2] –50861,52563 = [(3570,06) + (3055,88) + (3079,14) + (3116,99) +….+ (3711,25)] – 50861,52563 = 51588,1492 – 50861,52563
38
= 726,62357 JKperiode = ∑i
–
= [(226,35)2 + (226,28)2 +…(233,99)2_ 50861,52563
4 = [(70942,32) + (51202,63) +…(54751,32) _ 50861,52563 4
= 50904,97785 – 50861,52563 = 43,45222 JKperlakuan = ∑j
–
= [(221,57)2 + (213,51)2 +…(238,98)2_ 50861,52563
4 = [(49093,26) + (45586,52) +…(57111,44) _ 50861,52563 4
= 50948,36675 – 50861,52563 = 86,84112 JKkambing = ∑k
–
= [(248,3)2 + (241,46)2 +…(200,18)2_ 50861,52563
4 = [(61652,89) + (58302,93) +…(40072.03) _ 50861,52563 4
= 51269,8613 – 50861,52563 = 408,33567 JKG = JKT – JKperlakuan = 726,62357 – 86,84112 = 639,78245
39
Daftar Sidik Ragam Kecernaan NDF Wafer Tongkol Jagung Sumber Keragaman Perlakuan Galat Total
DB 3 12 15
JK
KT
86,84112 28,94704 639,78245 53,3152 726,62357
Fhit 0,07
Ftabel 0,05 3.49
Ftabel 0,01 5.95
40
Tabel 7. Rata-rata Konsumsi ADF Wafer Tongkol Jagung Berdasarkan Rancangan Percobaan Perlakuan Periode Total P1 P2 P3 P4 I 44.08(1) 32,93(2) 43,62(3) 37,13(4) 157,76 II 25,71(4) 25,21(3) 43,23(1) 52,86(2) 147,01 III 25,44(3) 37,18(4) 44,80(2) 39,89(1) 147,31 IV 44,11(2) 40,26(1) 49,43(4) 41,13(3) 174,93 Total 139,34 135,58 181,08 171,01 627,01 Rata-rata 69,67 67,79 90,54 85,505 156,7525
Rata-Rata Perlakuan Perlakuan Jumlah 1 167,46 2 174,7 3 135,4 4 149,45
Rataan 41,865 43,675 33,85 37,362
Perhitungan Sidik Ragam FK= = = = 24571,34626 JKT = ∑
FK
= [(44,08)2 + (32,93)2 + (43,62)2 + (37,13)2+ …. + (41,13)2] – 24571,34626 = [(1943,0464) + (1084,3849) + (1902,7044) + (1378,6369) +….+ (1691,6769)] – 24571,34626 = 25597,6929 – 24571,34626
41
= 1026,34664 –
JKperiode = ∑i
= [(157,76)2+ (147,01)2+…(174,93)2_ 24571,34626
4 = [(2488,2176) + (21611,9401) +…(30600,5049) _ 24571,34626 4
= 24700,22468 – 24571,34626 = 128,87842 JKperlakuan = ∑j =
–
(139,34)2+ (135,58)2+…(171,01)2_ 24571,34626 4
= [(19415,6356) + (18381,9364) +…(29244,4201) _ 24571,34626 4
= 24957,98963 – 24571,34626 = 386,64337 JKkambing = ∑k =
–
(1674,46)2+ (174,7)2+…(149,45)2_ 24571,34626 4
= [(28042,851) + (30520,09) +…(22335,302) _ 24571,34626 4 = 24807,85103– 24571,34626
= 236,50477 JKG = JKT –JKperlakuan = 1026,34664 – 386,64337 = 639, 70327 42
Daftar Sidik Ragam Kecernaan ADF Wafer Tongkol Jagung Sumber Keragaman Perlakuan Galat Total
DB 3 12 15
JK
KT
386,64337 128,8811 639,70327 53,308606 1026,34664
Fhit 0,05
Ftabel 0,05 3.49
Ftabel 0,01 5.95
43
DOKUMENTASI Pengambilan Sampel Feses Kambing
Pengambilan Sampel Urine Kambing
44
Pengambilan Sampel Darah Kambing
Pengambilan Sampel Cairan Rumen Kambing
Pecampuran Bahan Pakan untuk di Buat Wafer
45
Pemberian Uap Panas
Pencetakan Wafer Tongkol Jagung
Wafer Tongkol Jagung Siap Saji
46
RIWAYAT HIDUP
Harumi Bunga Kasih Zainuddin, lahir di Ujung Pandang pada tanggal 4 September 1993, sebagai anak tunggal dari pasangan bapak Alm.Ir. Zainuddin Jusuf Madjid dan Ibu Sri Utami. Jenjang pendidikan formal yang pernah ditempuh adalah TK Asiayah di Makassar, lulus pada tahun 1999 dan melanjutkan Sekolah SD Negeri Cendrawasih I di Makassar, lulus tahun 2005. Kemudian setelah lulus di SD, malanjutkan di SMP Negeri 1 Makassar tahun 2008, kemudian malanjutkan di Sekolah Menengah Atas (SMA) Negeri 14Makassar, lulus pada tahun 2011. Setelah menyelesaikan SMU, penulis diterima di Perguruan Tinggi Negeri (PTN) melalui Jalur Seleksi Nasional Masuk Perguruan Tinggi Negeri (SNMPTN) di Fakultas Peternakan, Universitas Hasanuddin, Makasssar.
47