ANALISIS PROGRAM COMMUNITY COLLEGE DALAM RANGKA MEMPERSIAPKAN TENAGA KERJA SIAP PAKAI (STUDI KASUS PADA COMMUNITY COLLEGE UNIVERSITAS SEBELAS MARET SURAKARTA TAHUN 2007)
SKRIPSI OLEH : AGUS DWI PRASETYA K7403035 PENDIDIKAN TATA NIAGA
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS SEBELAS MARET SURAKARTA 2009
ANALISIS PROGRAM COMMUNITY COLLEGE DALAM RANGKA MEMPERSIAPKAN TENAGA KERJA SIAP PAKAI (STUDI KASUS PADA COMMUNITY COLLEGE UNIVERSITAS SEBELAS MARET SURAKARTA TAHUN 2007)
OLEH : AGUS DWI PRASETYA K7403035
SKRIPSI
Ditulis dan diajukan sebagai persyaratan mendapatkan gelar Sarjana Pendidikan Program Studi Pendidikan Ekonomi BKK Pendidikan Tata Niaga Jurusan Pendidikan Ilmu Pengetahuan Sosial
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS SEBELAS MARET SURAKARTA 2009 ii
PERSETUJUAN
Skripsi ini telah disetujui untuk dipertahankan di hadapan Tim Penguji Skripsi Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Sebelas Maret Surakarta.
Persetujuan Pembimbing
Pembimbing I
Pembimbing II
Dra. Kristiani, M. Si
Dra Dewi Kusuma Wardani, M. Si
NIP. 1962 04 28 1989 03.2.002
NIP. 1970 03 26 1998 02.2.001
iii
PENGESAHAAN
Skripsi ini telah dipertahankan di hadapan Tim Penguji Skripsi Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Sebelas Maret Surakarta dan diterima untuk memenuhi persyaratan mendapatkan gelar Sarjana Pendidikan
Pada Hari
:
Tanggal
:
Tim Penguji Skripsi: Ketua
:
.......
Sekretaris
:
Anggota I
: Dra. Kristiani, M. Si
Anggota II
: Dra Dewi kusuma Wardani, M. Si
....... .......
Disahkan Oleh Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Sebelas Maret Surakarta Dekan
Prof. Dr. M. Furqon Hidayatullah, M.Pd NIP. 131 658 563 iv
.......
ABSTRAK Agus Dwi Prasetya. ANALISIS PROGRAM COMMUNITY COLLEGE DALAM RANGKA MEMPERSIAPKAN TENAGA KERJA SIAP PAKAI (STUDI KASUS PADA COMMUNITY COLLEGE UNIVERSITAS SEBELAS MARET SURAKARTA TAHUN 2007). Skripsi, Surakarta : Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Sebelas Maret Surakarta, 2009. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui : 1) Pelaksanaan Program Community College dalam rangka mempersiapkan tenaga terampil siap pakai di Universitas Sebelas Maret Surakarta. 2) Faktor-faktor apa saja yang menjadi pendukung dan penghambat pelaksanaan Program Community College dalam rangka mempersiapkan tenaga terampil siap pakai di Universitas Sebelas Maret Surakarta. 3) Upaya yang dilakukan untuk mengatasi hambatan dalam pelaksanaan Program Community College dalam rangka mempersiapkan tenaga terampil siap pakai di Universitas Sebelas Maret Surakarta. Bentuk penelitian yang digunakan dalam penelitian ini bersifat deskriptif kualitatif. Sumber data yang digunakan adalah informan, lokasi atau peristiwa dan arsip atau dokumen. Teknik sampling yang digunakan adalah purposive sampling. Teknik pengumpulan data dilakukan dengan observasi, wawancara dan analisis dokumen. Validitas data dengan teknik triangulasi sumber. Teknik analisis data yang digunakan adalah teknik analisis model interaktif. Berdasarkan hasil penelitian dapat disimpulkan bahwa 1) pelaksanaan Program Community College dalam rangka mempersiapkan tenaga terampil siap pakai di Universitas Sebelas Maret Surakarta meliputi beberapa tahap, yaitu pendaftaran, seleksi, perkuliahan, On the Job Training dan penempatan. 2) Faktor pendukung pihak Community College adalah kekurangan tenaga terampil dan handal dalam bidang teknisi di dunia kerja; sumber daya manusia yang dimiliki UNS yang handal dan berkualitas sehingga mereka mampu menghasilkan tenaga terampil yang terdidik dan profesional. Faktor pendukung pihak Suzuki adalah pihak perguruan tinggi memiliki tenaga ahli dan berpengalaman yang mampu mengelola pendidikan teknisi yang dulu hanya dikelola PT. Indomobil Niaga International. Faktor pendukung pihak peserta adalah peserta yang telah lulus dan
v
mampu menyelesaikan program Community College UNS akan bekerja di bengkel Suzuki di seluruh Indonesia sebagai tenaga teknisi. Faktor penghambat pihak Community College adalah peserta yang telah menyelesaikan pendidikan di Community College UNS tidak akan mendapatkan gelar sarjana atau ahli madya; mahalnya biaya untuk melaksanakan program karena pengadaan sarana dan prasarana yang lengkap. Faktor penghambat pihak Suzuki adalah pihak Suzuki harus ikut serta dalam membangun infrastruktur di Community College UNS sehingga biaya yang dikeluarkan pihak Suzuki besar. Faktor penghambat pihak peserta adalah biaya yang ada terbatas sehingga tidak semua sarana dan prasarana ada; adanya biaya-biaya yang tidak terduga yang harus dikeluarkan peserta Community College UNS. 3) Upaya yang dilakukan untuk mengatasi hambatan pada saat pelaksanaan program Community College dalam rangka mempersiapkan tenaga terampil siap pakai di Universitas Sebelas Maret bagi tiap pihak berbedabeda. Pihak Community College mengatasi masalah dengan melakukan sharing biaya dengan pihak Suzuki sehingga pihak Community College tidak terlalu besar dalam mengeluarkan biaya. Pihak Suzuki mengatasi masalah yang terjadi dengan cara pengadaan sarana dan prasarana penunjang dilakukan secara bertahap; pemantapan kuliah di Training Center di Pulo Gadung Jakarta. Peserta Community College mengatasi permasalahan dengan cara berusaha mencari ilmu dari luar misalnya belajar dari bengkel-bengkel lain atau dari buku; meminta uang dari orang tua masing-masing.
vi
ABSTRACT
Agus Dwi Prasetya. COMMUNITY COLLEGE PROGRAM ANALYSIS IN ORDER TO PREPARE READY TO USE EMPLOYEES (CASE STUDY AT COMMUNITY COLLEGE SEBELAS MARET UNIVERSITY SURAKARTA, 2007). Thesis, Surakarta : Teacher Training and Education Faculty, Sebelas Maret University, Surakarta, 2009.
The aim of the research were for knowing : 1) The practice of Community College Program in order to prepare ready to use and skilled employees at Sebelas Maret University Surakarta. 2) Supporting and obstructing factors in the practice of the Community College Program in order to prepare ready to use and skilled employees at Sebelas Maret University Surakarta. 3) Efforts which were done to overcame obstructions in the practice of Community College Program in order to prepare ready to use and skilled employees at Sebelas Maret University Surakarta. Research form used in this research was descriptive qualitative. Used data resources were informant, location or event, and archive or document. Used sampling technique was purposive sampling. Technique of collecting data were done by means of observation, interview and document analysis. Data validation was done by means of resources triangular technique. Used technique of data analysis was interactive analysis model of technique. Based of the research, it could be concluded that 1) The practice of Community College Program in order to prepare ready to use and skilled employees at Sebelas Maret University Surakarta was including several steps, they were registration, selection, lecturing, on the job training and placement. 2) Supporting factors owned by Community College were the lack of skilled and relied employees as technicians in works; human resources owned by UNS is relied and qualified so that they can produce skilled employees which were educated and profesional. Supporting factor owned by Suzuki was that college had expert and experienced employees which could maintain technician education in which had only been maintained by PT. Indomobil Niaga International. Supporting factor owned by attendants was, that the attendants which
vii
were graduated and completed Community College Program would work at Suzuki workshop in all over Indonesia as technicians. Obstructing factor owned by Community College were that the attendants passing the education at Community College UNS wouldn’t have undergraduate degree or bachelor; the expensive cost to bring about program since the providant of infrastructure and equipment was complete. Obstructing factor owned by Suzuki was that Suzuki have to involve in developing infrastructure at Community College UNS so that they should spend much more money. Obstructing factor owned by the attendants were the limited cost so that not all of the infrastructure and equipment were available completely; the unexpected cost which had to be paid by the Community College UNS attendants. 3) Efforts done to overcame the problem in the Community College Program practice in order to prepare ready to use and skilled employees at Sebelas Maret University Surakarta was different for different subject. The Community College overcame the problem by doing cost sharing with Suzuki so that the Community College didn’t have to spend much more money. Suzuki overcame problem happened by providing supporting infrastructure and equipment frequently; lecturing adjustment at Training Center in Pulo Gadung, Jakarta. Community College attendants overcame problem by looking for knowledge from the outside, such as from workshops or books; asking money from their parents.
viii
MOTTO Sesungguhnya sesudah kesulitan itu ada kemudahan. Maka apabila kamu telah selesai (dari suatu urusan), kerjakanlah dengan sungguh-sungguh (urusan) yang lain (Q.S. Al Insyiroh : 6-7)
Kita berdoa kepada Allah meminta bunga, tapi diberiNya kaktus berduri. Kita meminta hewan mungil yang cantik, tapi diberiNya ulat bulu. Aku sedih, kecewa dan protes tidak adilnya ini Namun kemudian ... Kaktus itu berbunga indah dan ulat berubah menjadi kupu-kupu yang cantik Itulah jalannya... Indah pada waktunya... Allah memberi apa yang kita perlukan, bukan apa yang kita harapkan (Penulis)
ix
PERSEMBAHAN
Teriring rasa syukur kepada Allah SWT, skripsi ini kupersembahkan kepada : Kedua orang tuaku tercinta atas do’a,
kasih
sayang
dan
perjuangannya demi masa depanku Adikku tersayang Sahabat-sahabat
yang
selalu
menemani dan membantu Teman-Teman PTN kebersamaannya. Almamater
x
2003
atas
KATA PENGANTAR
Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT, karena atas rahmat dan hidayahNya skripsi ini dapat diselesaikan dengan baik untuk memenuhi sebagian persyaratan mendapatkan gelar Sarjana Pendidikan. Banyak hambatan yang menimbulkan kesulitan dalam penyelesaian skripsi ini, namun berkat bantuan dari berbagai pihak akhirnya kesulitan-kesulitan yang timbul dapat teratasi. Untuk itu atas segala bantuannya penulis sampaikan terimakasih kepada : 1. Dekan Fakultas Keguruan Dan Ilmu Pendidikan Universitas Sebelas Maret yang telah memberikan ijin dalam penulisan skripsi ini. 2. Ketua Jurusan Pendidikan Ilmu Pengetahuan Sosial Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Sebelas Maret yang telah menyetujui atas permohonan penyusunan skripsi. 3. Ketua Program Pendidikan Ekonomi Jurusan Pendidikan Ilmu Pengetahuan Sosial Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Sebelas Maret Surakarta yang telah menyetujui atas permohonan penyusunan skripsi. 4. Dra. Kristiani, M. Si selaku Pembimbing I
yang telah sabar memberikan
bimbingan, dorongan dan masukan sehingga penulisan skripsi ini dapat selesai dengan baik. 5. Dra Dewi Kusuma Wardani, M. Si selaku pembimbing II yang telah sabar memberikan bimbingan, dorongan dan masukan sehingga penulisan skripsi ini dapat selesai dengan baik. 6. Tim Penguji skripsi yang telah banyak meluangkan waktu dan tenaga, sehingga penulis dapat melaksanakan ujian ujian skripsi guna menyelesaikan studi di bangku kuliah 7. Dosen Program Studi Pendidikan Ekonomi Bidang Keahlian Khusus Tata Niaga Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Negeri Sebelas
xi
Maret yang telah banyak memberi bekal ilmu pengetahuan sehingga dapat menujang dalam penelitian ini. 8. Drs. Bambang Dwi Wahyudi selaku Direktur Comunity College UNS Surakarta yang telah memberikan ijin kepada penulis untuk mengadakan penelitian. 9. Bpk. Djoko Warsito selaku Head Training and Service Section PT. Indomobil Niaga International yang telah memberikan ijin kepada penulis untuk mengadakan penelitian. 10. Bapak Aswin Asmoro Ady, ST dan Mak Maya yang telah banyak membantu penulis selama mengadakan penelitian. 11. Keluarga besar Community College UNS Surakarta, yang telah banyak membantu dalam penyelesaian penelitian ini. 12. seluruh informan yang telah memberikan informasi-informasi yang sangat berguna dalam penulisan ini. 13. Sahabat-sahabat
terbaikku PTN 2003 atas kebersamaan, doa dan
dukungannya. 14. Berbagai pihak yang tidak dapat penulis sebutkan satu per satu yang telah memberikan bantuan penulisan skripsi ini. Saran dan kritik yang membangun dari pembaca sangat penulis harapkan. Semoga skripsi ini dapat bermanfaat bagi perkembangan ilmu pengetahuan dan pembaca yang budiman.
Surakarta, Mei 2009
Penulis
xii
DAFTAR ISI
Halaman HALAMAN JUDUL ...............................................................................
i
HALAMAN PENGAJUAN .....................................................................
ii
HALAMAN PERSETUJUAN ..................................................................
iii
HALAMAN PENGESAHAN ...................................................................
iv
HALAMAN ABSTRAK ..........................................................................
v
HALAMAN MOTTO .............................................................................. .
vii
HALAMAN PERSEMBAHAN ................................................................
viii
KATA PENGANTAR ..............................................................................
ix
DAFTAR ISI ............................................................................................
xi
DAFTAR TABEL ....................................................................................
xi
DAFTAR GAMBAR ................................................................................
xiv
DAFTAR LAMPIRAN .............................................................................
xv
BAB I
PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah ...................................................
1
B. Perumusan Masalah .........................................................
5
C. Tujuan Penelitian .............................................................
6
D. Manfaat Penelitian ...........................................................
7
BAB II LANDASAN TEORI A. Tinjauan Pustaka 1. Tinjauan Umum Program Community College ............
8
2. Tinjauan Umum Tenaga Terampil ..............................
14
3. Tinjauan Umum Siap Pakai ........................................
21
B. Kerangka Pemikiran ........................................................
25
BAB III METODOLOGI PENELITIAN A. Tempat dan Waktu Penelitian ..........................................
27
B. Bentuk dan Strategi Penelitian .........................................
28
C. Sumber Data .....................................................................
30
D. Teknik Sampling ..............................................................
31
xiii
E. Teknik Pengumpulan Data ...............................................
32
F. Validitas Data ..................................................................
34
G. Analisis Data ....................................................................
36
H. Prosedur Penelitian ..........................................................
37
BAB IV HASIL PENELITIAN
BAB V
A. Deskripsi Lokasi Penelitian ..............................................
40
B. Deskripsi Permasalahan Penelitian ....................................
42
C. Temuan Studi yang Dihubungkan dengan Kajian Teori ....
51
SIMPULAN, IMPLIKASI DAN SARAN A. Simpulan .........................................................................
57
B. Implikasi ..........................................................................
60
C. Saran ...............................................................................
61
DAFTAR PUSTAKA ..............................................................................
63
LAMPIRAN .............................................................................................
53
xiv
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah Setiap warga negara mempunyai hak untuk memperoleh pendidikan sejalan dengan meningkatnya kualitas pendidikan tersebut. Secara normatif, pendidikan nasional bertujuan mencerdaskan kehidupan bangsa dan mengembangkan manusia Indonesia seutuhnya, yaitu manusia yang beriman dan bertaqwa terhadap Tuhan Yang Maha Esa dan berbudi luhur, memiliki pengetahuan dan keterampilan, kesehatan jasmani dan rohani, kepribadian yang mantap dan mandiri serta rasa tanggung jawab kemasyarakatan dan kebangsaan (Undang-Undang Republik Indonesia No.2 Tahun 1989). Dengan lahirnya UU No. 2 Tahun 1989 Tentang Sistem Pendidikan Nasional dan diperbaharui lagi dengan UU RI No. 20 tahun 2003 Tentang Sistem Pendidikan Nasional, maka landasan yuridis dan operasional telah tersedia sebagai langkah untuk mewujudkan bangsa Indonesia yang cerdas. Bidang pendidikan memang menjadi tumpuan harapan bagi peningkatan kualitas sumber daya manusia Indonesia untuk menghadapi proses globalisasi di hampir semua aspek kehidupan. Secara umum permasalahan yang dihadapi oleh dunia pendidikan dalam kaitannya dengan tuntutan dunia kerja adalah sistem pendidikan dan pelatihan di Indonesia belum mampu memenuhi tuntutan kebutuhan masyarakat, kebutuhan industri, serta pemenuhan persyaratan profesi yang telah ada. Banyaknya pengangguran terdidik diantaranya meliputi tamatan SMA/MA yang tidak melanjutkan ke Perguruan Tinggi, dan tamatan SMK yang tidak bekerja. Ketidaksiapan tamatan untuk diterjunkan ke dunia kerja baik di lembaga ekonomi produktif maupun sebagai xv
wirausahawan dikarenakan dinamisnya dunia kerja sehingga sistem pendidikan dan pelatihan harus mampu menyesuaikan dengan seluruh jenis dan kebutuhan kompetensi yang dituntut oleh pelaku usaha. Kehidupan ekonomi dan sosial dunia masa depan tidak akan lagi ditentukan sepenuhnya oleh tersedianya sumber daya alam maupun jumlah penduduk yang besar, 1 tetapi oleh kualitas penduduknya yang dapat menguasai dan memanfaatkan teknologi untuk meningkatkan taraf kehidupannya. Bangsa yang tidak menguasai dan memanfaatkan teknologi akan tergilas oleh masyarakat teknokratis. Masyarakat teknokratis adalah masyarakat yang menguasai kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi dalam menata dan mengembangkan masyarakatnya. Tantangan pembangunan dewasa ini terutama adalah tantangan kesempatan kerja atau usaha bagi penduduk yang terus meningkat. Banyak orang dan pemuda yang membutuhkan kerja sementara lowongan kerja yang baru sangat sedikit. Ironisnya sebagian lowongan kerja tersebut tidak dapat terisi oleh mereka yang mencari kerja karena mereka tidak memenuhi persyaratan atau kualifikasi yang diminta. Demikian juga dengan meningkatnya pengangguran intelektual, yaitu lulusan diploma dan universitas yang tidak bekerja, suatu hal yang selalu terjadi hampir di semua negara berkembang, karena tidak sinkronnya pembangunan pendidikan dan perkembangan investasi. Jumlah pengangguran di Indonesia pada Agustus 2007 tercatat sebanyak 10,01 juta orang atau turun 536,78 ribu orang jika dibanding Februari 2007 (www.Buletin Bisnis.com 2 Januari 2008). Globalisasi yang semakin nyata dan ketatnya kompetisi kebutuhan tenaga terampil menjadi perhatian penting semua pihak, tak terkecuali para pengambil
xvi
kebijakan dan pelaku pendidikan. Bayangan kerasnya persaingan kebutuhan tenaga terampil dan profesional bukan saja menghantui para siswa dari daerah tetapi juga dirasakan oleh para siswa di perkotaan, terutama bagi yang tidak mampu melanjutkan pendidikannya seusai tamat SMU/SMK karena ketiadaan biaya dan terpaksa harus bekerja. Para pemimpin lokal dan nasional menyadari akan butuhnya tenaga kerja mahir yang lebih banyak sebagai sebuah kunci untuk terus bertahan di bidang ekonomi. Sebuah kebutuhan yang mengharuskan penambahan secara dramatis pada bangku perkuliahan. Padahal disisi lain, banyak lulusan SMA memilih untuk tidak melanjutkan pendidikan mereka, sebagian dikarenakan ketidakmampuan dalam hal ekonomi dan biaya maupun karena faktor lain. Data statistik persekolahan dari tahun ke tahun menunjukkan, bahwa angka melanjutkan siswa yang dapat sampai ke jenjang Perguruan Tinggi hanya sekitar 11,6%. Ini berarti, bahwa sebagian besar siswa (88,4%) tidak melanjutkan pendidikannya (http://pakguruonline.pendidikan.net. Juni 2008). Ketidaksiapan tamatan untuk diterjunkan di dunia kerja baik di lembaga ekonomi produktif maupun sebagai wirausahawan juga menjadi penyebab banyaknya pengangguran terdidik. Indonesia merupakan negara besar yang memiliki jumlah tenaga kerja yang besar tetapi kualitas sumber daya manusianya masih minim. Menurut Prof DR Masriam Bukit MPd dalam www.Harian Sinar Indonesia Baru.com tanggal 26 November 2007 menyatakan bahwa “Indonesia memiliki tenaga kerja secara kuantitas sangat berlimpah, namun secara kualitas sangat rendah”. Hal tersebut menyebabkan banyak tenaga kerja yang tidak terserap dalam dunia kerja. Sistem pendidikan dan pelatihan di Indonesia juga belum mampu memenuhi tuntutan kebutuhan kemasyarakatan (sociental needs), kebutuhan industri, serta pemenuhan persyaratan profesi yang ada. Hal itu dapat kita lihat dari banyaknya lulusan perguruan tinggi yang masih banyak menganggur dan sulitnya
xvii
memperoleh pekerjaan. Saat ini Indonesia juga sedang memasuki era AFTA (Asean Free Trade Area) yang menuntut kita harus memiliki infrastruktur dan juga tenaga terampil dan terdidik yang memadai tapi infrastruktur dan sumber daya manusia (SDM) Indonesia dinilai belum siap menghadapi ASEAN Free Trade Area (AFTA). Menurut Syamsuddin Hasan dalam www.antara.co.id tanggal 21 Juni 2003 menyatakan bahwa ” Kita semua tahu bagaimana kualitas SDM dan infrastruktur kita, padahal pasar bebas ASEAN itu tidak lama lagi”. Hal itu menunjukkan bahwa kebutuhan akan tenaga terampil sangat dibutuhkan. Dunia usaha seringkali berkepentingan dengan lulusan-lulusan lembaga pendidikan sehingga umumnya mereka juga punya aspirasi-aspirasi dan harapanharapan mengenai apa yang mesti diajarkan kepada para siswa di sekolah. Dunia usaha bersama-sama masyarakat umum seringkali menuntut kepada lembaga-lembaga pendidikan agar mendidik para siswanya sesuai dengan kepentingan-kepentingan usahanya. Banyaknya tuntutan yang ditujukan ke lembaga pendidikan dari berbagai kepentingan menjadikan tiap lembaga pendidikan tidak dapat menampung semua harapan dari dunia usaha dan masyarakat. Hal tersebut dapat menimbulkan konflik dalam lembaga pendidikan sehingga perlu dibentuk lembaga yang mampu menjawab aspirasi dan harapan dari dunia kerja dan masyarakat. Pendidikan yang berbasis masyarakat luas (Broad Based Education) merupakan kebijakan penyelenggaraan pendidikan yang sepenuhnya diperuntukkan bagi lapisan masyarakat terbesar di negara kita. Dasar pemikiran penyelenggaraan pendidikan yang berbasis masyarakat luas adalah kebutuhan riil dari lapisan masyarakat terbesar, yaitu bahwa pendidikan harus menitikberatkan pada penguasaan kecakapan untuk hidup. Secara teknis filosofis orientasi pendidikan yang berbasis masyarakat luas adalah xviii
kecakapan untuk hidup atau untuk bekerja, bukan semata-mata berorientasi kepada jalur akademik. Sekolah dituntut agar mampu mewujudkan pertautan yang jelas dengan dunia kerja. Paradigma bersekolah untuk bekerja harus mendasari semua kegiatan pendidikan. Pendidikan dititik beratkan pada kecakapan untuk hidup sehingga diharapkan pendidikan benar-benar dapat meningkatkan taraf hidup dan martabat masyarakat. Melihat problema tersebut, Departemen Pendidikan Nasional sudah melakukan beberapa upaya dengan menampung berbagai pemikiran guna mencari solusi terbaik bagi anak didik yang seusai tamat SMU/SMK harus bekerja. Diantaranya dengan memberi beberapa pelajaran keterampilan hidup untuk membekali anak didik dalam menghadapi dunia kerja. Bekal keterampilan ini merupakan hal yang penting dan mendasar untuk menjawab tantangan saat ini, yaitu dengan membentuk community college (Model pendidikannya adalah berbasis masyarakat dan menekankan akan pentingnya pemahaman kebutuhan masyarakat melalui pemberdayaan yang ada di lingkungannya). Mengenai pentingnya community college tersebut, peningkatan anggaran pendidikan menjadi hal yang sangat penting untuk melaksanakan program tersebut. Program community college ingin menjawab tantangan utama yang ada saat ini yakni bagaimana meningkatkan kualitas pendidikan yang berorientasi pada upaya untuk menjawab kebutuhan masyarakat di daerah. Sejalan dengan pelaksanaan otonomi daerah, maka terbentuknya program community college yang berbasis pada masyarakat semakin penting. Program community college ini merupakan realisasi dari desentralisasi pendidikan. Desentralisasi pendidikan maksudnya bahwa dalam pelaksanaannya pemerintah kabupaten/kota, lemdiklat, maupun pihak-pihak yang peduli terhadap pendidikan kejuruan bertanggung xix
jawab terhadap kelancaran program Community College dan menumbuhkembangkannya sejak dari identifikasi kompetensi, rekruitmen peserta, pembiayaan maupun penyaluran tamatan ke dunia kerja. Keuntungan dilakukannya desentralisasi pendidikan adalah produk pendidikan lebih tepat guna, baik mutu maupun jumlahnya. Artinya, lulusan sesuai dengan keinginan anak dan orangtua, pendidikan sesuai dengan kebutuhan tenagakerja dan pengembangan daerah setempat dan sesuai pula dengan kondisi geografis serta budaya di daerah. Beberapa keuntungan dengan adanya program community college bertujuan untuk mempersiapkan dan menghasilkan anak didik untuk menjadi tenaga terampil siap pakai untuk memenuhi segala kebutuhan masyarakat di daerah. Berdasarkan uraian di atas peneliti berpendapat bahwa program community college akan mampu mempersiapkan dan menghasilkan anak didik untuk menjadi tenaga terampil yang siap pakai untuk memenuhi kebutuhan masyarakat di daerah, oleh karena itu peneliti ingin mengkaji tentang ANALISIS PROGRAM COMMUNITY COLLEGE DALAM RANGKA MEMPERSIAPKAN TENAGA TERAMPIL SIAP PAKAI (STUDI KASUS PADA COMMUNITY COLLEGE UNIVERSITAS SEBELAS MARET SURAKARTA TAHUN 2007)
B. Perumusan Masalah Menurut Jujun S Suriasumantri (2001:312): “Perumusan masalah merupakan upaya untuk menyatakan secara tersurat pernyataan-pernyataan apa saja yang ingin kita carikan jawabannya”. Setiap masalah harus dipikirkan, dirumuskan dan dicarikan jawabannya secara jelas, sederhana dan tuntas. Bertolak dari latar belakang masalah tersebut diatas, maka peneliti memberikan perumusan masalah sebagai berikut : 1. Bagaimana pelaksanaan program Community College dalam rangka mempersiapkan tenaga terampil siap pakai di Universitas Sebelas Maret Surakarta ?
xx
2. Faktor-faktor apa saja yang menjadi pendukung dan penghambat pelaksanaan Program Community College dalam rangka mempersiapkan tenaga terampil siap pakai di Universitas Sebelas Maret Surakarta ? 3. Bagaimana cara pemecahan masalah yang menjadi penghambat dalam pelaksanaan Program Community College dalam rangka mempersiapkan tenaga terampil siap pakai di Universitas Sebelas Maret Surakarta ?
C. Tujuan Penelitian Menurut Jujun S Suriasumantri dalam bukunya filsafat ilmu (2001:313), “Tujuan penelitian merupakan penyataan mengenai ruang lingkup dan kegiatan yang akan dilakukan berdasarkan masalah yang telah dirumuskan”. Jadi tujuan merupakan standar atau patokan yang akan dituju peneliti dalam melakukan kegiatan penelitian berdasarkan masalah yang telah dirumuskan. Adapun tujuan dari penelitian ini adalah : 1. Untuk mengetahui pelaksanaan Program Community College dalam rangka mempersiapkan tenaga terampil siap pakai di Universitas Sebelas Maret Surakarta. 2. Untuk mengetahui faktor-faktor apa saja yang menjadi pendukung dan penghambat pelaksanaan Program Community College dalam rangka mempersiapkan tenaga terampil siap pakai di Universitas Sebelas Maret Surakarta. 3. Untuk mengetahui cara pemecahan masalah yang menjadi penghambat dalam pelaksanaan Program Community College dalam rangka mempersiapkan tenaga terampil siap pakai di Universitas Sebelas Maret Surakarta.
D. Manfaat Penelitian Penelitian ini sangat penting karena menghasilkan informasi secara rinci, akurat dan aktual yang akan memberikan manfaat dalam menjawab permasalahan penelitian baik secara teoritis maupun secara praktis. xxi
1. Manfaat teoritis a. Mengkaji ilmu pendidikan dan ilmu tentang sumber daya manusia Indonesia yang kreatif dan produktif
b Hasil penelitian ini diharapkan dapat menambah wawasan dan pengetahuan mengenai permasalahan yang diteliti
2. Manfaat praktis a. Untuk memberikan bahan masukan bagi pihak yang bersangkutan dalam hal ini Community College Universitas Sebelas Maret Surakarta mengenai pelaksanaan program Community College dalam usaha untuk mempersiapkan tenaga terampil siap pakai. b. Sebagai bahan masukan dan arahan bagi dunia kerja dalam menentukan criteria/standar tamatan program Community College yang benar-benar telah siap pakai untuk bekerja sebagai tenaga terampil. c. Sebagai acuan untuk melaksanakan penelitian sejenis secara mendalam. d. Sebagai salah satu syarat bagi peneliti untuk memperoleh gelar kesarjanaan.
xxii
BAB II LANDASAN TEORI
A. Tinjauan Pustaka 1. Tinjauan Umum Program Community College a. Pengertian Program Community College Program Community College merupakan istilah yang berasal dari bahasa Inggris yang berarti suatu program pendidikan yang berorientasi pada masyarakat. Community College adalah program pendidikan dan pelatihan kompetensi kejuruan pasca SLTA dengan bidang-bidang keahlian yang bertumpu pada kebutuhan masyarakat/industri, mendapat dukungan pemerintah daerah provinsi/kabupaten/kota dan masyarakat, khususnya masyarakat industri dan dunia kerja. Menurut Menteri Pendidikan Nasional A. Malik Fajar dalam majalah Amanah Edisi Mei (2002:17),”Program Community College adalah merupakan bagian dari kebijakan pendidikan yang berbasis luas dan mendasar (Broad Base Education-BBE) yang tahun 2002 diluncurkan Depdiknas untuk menyangga program baru, yakni pendidikan berorientasi pada keterampilan hidup”. Berdasarkan pendapat tersebut maka dapat disimpulkan bahwa program Community College merupakan lembaga pendidikan yang berorientasi untuk menjawab kebutuhan masyarakat dengan membekali peserta didik dengan berbagai keterampilan hidup. Program Community College adalah lembaga pendidikan diklat yang dibuka untuk umum, terutama bagi tamatan SLTA yang tidak dapat melanjutkan ke jenjang pendidikan yang lebih tinggi. Program Community College juga dapat diikuti oleh para lulusan universitas yang mencari pekerjaan untuk mendapatkan sertifikat kompetensi program keahlian tertentu, dan juga masyarakat dewasa yang terus memerlukan pendidikan. Program Community College merancang kurikulum dan pelatihan praktis untuk peserta didik untuk memasuki dunia kerja. Program Community College merupakan lembaga pendidikan yang dinamis, yang terus menerus berubah sesuai dengan kebutuhan masyarakat.
xxiii 8
Pendirian program Community College menyesuaikan keberadaan SMK, balai latihan dan pendidikan teknik dan perguruan tinggi setempat dengan tujuan agar program Community College dapat memberikan pendidikan dan keterampilan kepada masyarakat agar lebih mudah diserap oleh dunia kerja atau industri. Tujuan adanya program Community College diharapkan siswa dapat memanfaatkan sumber-sumber daya yang ada di daerah setempat, misalnya memanfaatkan sumber-sumber daya yang ada di Aceh, Papua, Maluku, Kalimantan, Sulawesi, Jawa serta daerah-daerah lainnya juga memanfaatkan sumber-sumber daya yang ada di daerah masing-masing. Semua daerah diberi peluang untuk mencapai pendidikan yang lebih maju demi meningkatkan sumber daya manusia masing-masing daerah untuk menuju kesejahteraan hidup masyarakat. Dalam pelaksanaan program Community College, pemerintah kabupaten/kota, lemdiklat, maupun pihak-pihak yang peduli terhadap pendidikan kejuruan bertanggung jawab
terhadap
kelancaran
program
Community
College
dan
menumbuhkembangkannya sejak dari identifikasi kompetensi, rekruitmen peserta, pembiayaan maupun penyaluran tamatan ke dunia kerja. Program Community College ini diadakan untuk menunjang pendidikan keterampilan hidup (life skill) bagi masyarakat. Bentuknya antara lain pelatihan keterampilan dipadukan dengan kemampuan wiraswasta bagi warga masyarakat setempat. Jenis keterampilan disesuaikan dengan kebutuhan lapangan kerja yang tersedia, tetapi lulusannya tetap memiliki sertifikat kompetensi jurusan yang diakui industri. Dalam upaya mempersiapkan tenaga terampil siap pakai melalui program Community College tidak bertentangan dengan program manajemen berbasis sekolah (MBS), dimana sekolah tidak dilarang untuk mengembangkan kurikulum sendiri, sebab sekolah harus kreatif mengembangkan kurikulum yang bermanfaat bagi peserta didik. Melalui pengembangan kurikulum yang dilakukan sekolah dan masyarakat yang terampil dan kreatif, akan mampu mendorong munculnya berbagai kreativitas yang produktif. Kreativitas yang produktif tersebut diharapkan masyarakat mampu mengembangkan keterampilan-keterampilan yang dimiliki untuk mengembangkan usaha-usaha yang disesuaikan dengan sumber-sumber daya yang dimiliki di daerah masing-masing,
xxiv
sehingga akan dapat menyerap tenaga kerja yang terampil dan bisa mengurangi pengangguran di masing-masing daerah. Pendirian program Community College diharapkan akan mampu menciptakan sumber daya manusia (SDM) yang terampil dan produktif, tentu saja akan berdampak pada sumber daya manusia Indonesia yang berkualitas. b. Visi dan Misi Program Community College Visi dari Community College adalah meningkatkan kualitas tenaga kerja tingkat menengah sehingga sesuai dengan tuntutan dunia kerja. Sejalan dengan visi yang dikembangkan, Community College menjalankan 5 misi utama yaitu : 1) Menjembatani kesenjangan antara dunia kerja dengan dunia pendidikan 2) Mengurangi pengangguran tamatan sekolah menengah, karena tidak melanjutkan studi atau menganggur karena tidak memperoleh pekerjaan 3) Memberikan kesempatan kepada semua lulusan sekolah menengah untuk mengenyam pendidikan dan pelatihan yang bisa dijadikan bekal hidup serta menjawab tantangan dan tuntutan kebutuhan hidup mereka 4) Membantu pemerintah daerah untuk mengembangkan sumber daya masyarakat di era otonomi daerah dan globalisasi 5) Memberikan diklat kecakapan hidup kepada tamatan sekolah menengah berupa keterampilan, dan spiritual dalam memecahkan masalah dan memenuhi tuntutan hidup c.
Tujuan Program Community College Adapun tujuan yang hendak dicapai melalui program Community College adalah
: 1) Mengaktualisasikan potensi peserta didik sehingga dapat digunakan untuk memecahkan problema kehidupan yang dihadapi 2) Memberikan kesempatan khususnya kepada sekolah untuk mengembangkan pembelajaran yang fleksibel, sesuai dengan prinsip pendidikan berbasis luas 3) Mengoptimalkan pemanfaatan sumber daya di lingkungan lemdiklat dengan memberikan peluang pemanfaatan sumber daya yang ada di masyarakat
xxv
4) Meningkatkan mutu sumber daya manusia untuk mengakses berbagai peluang kerja yang tersedia 5) Pemberdayaan tenaga yang mengalami pemutusan hubungan kerja 6) Memberikan layanan pendidikan kepada masyarakat agar dapat meningkatkan alternatif pilihan dan menciptakan lapangan kerja yang diminatinya 7) Menyediakan layanan pendidikan bagi perorangan yang berkeinginan untuk pindah lapangan kerja 8) Memberikan layanan diklat kecakapan hidup sepanjang hayat kepada individu maupun kelompok masyarakat d. Sistem Diklat Pola penyelenggaraan pendidikan mengacu pada pendekatan yang berdasarkan kompetensi (competency based training) yang diselenggarakan dalam waktu 1 (satu) tahun atau 1528 jam pelatihan yang terdiri dari 1/4 (seperempat) bagian teori (384) jam dan 3/4 (tiga perempat) bagian praktek (1144) jam. Praktik industri (on the job training) dilaksanakan selama 3 (tiga) bulan. Program Community College juga memberikan pembinaan disiplin dan mental, pengoperasian komputer, serta penggunaan bahasa asing terutama bahasa Inggris selain pemberian materi pokok. e. Pemberian Sertifikat Sertifikat yang akan diterima oleh peserta diklat setelah lulus mengikuti program Community College adalah sebagai berikut : 1) Sertifikat akhir studi dan transkip nilai Merupakan sertifikat yang menunjukkan bahwa peserta didik telah menyelesaikan studi yang ada di program Community College dan menunjukkan prestasi dari tiap peserta didik. 2) Sertifikat kompetensi Merupakan sertifikat yang menunjukkan bahwa peserta didik telah berhasil menguasai kompetensi tertentu yang ditawarkan oleh program Community College.
xxvi
3) Sertifikat on the job training Merupakan sertifikat yang menunjukkan bahwa peserta didik telah selesai melaksanakan praktik kerja di industri (on the job training) pada instansi/lembaga terkait. 4) Sertifikat komputer Merupakan sertifikat yang menunjukkan bahwa peserta didik telah menyelesaikan bimbingan dan pelatihan komputer. f.
Persyaratan Untuk Mengikuti Program Community College Ada beberapa persyaratan bagi calon peserta didik untuk dapat mengikuti
pendidikan dan pelatihan di program Community College, antara lain : 1) Tamatan SMK/SMA/MA atau umum Calon peserta didik diharapkan telah lulus mengikuti pendidikan formal SMA atau masyarakat umum yang ingin mendapat keterampilan dan keahlian di bidang tertentu. 2) Lulus saringan minat dan bakat Calon peserta didik diharapkan lulus dalam penyaringan minat dan bakat, sebab minat dan bakat dapat menentukan program jurusan yang dikehendaki para calon peserta didik. 3) Masyarakat yang sedang mempersiapkan diri untuk bekerja Bagi masyarakat yang sedang mempersiapkan diri untuk memasuki dunia kerja, maka diperlukan keterampilan/kecakapan pada bidang-bidang yang dikehendaki. 4) Masyarakat yang sudah bekerja tetapi belum memiliki sertifikat kompetensi Seseorang yang sudah bekerja pada bidang tertentu adakalanya ingin lebih mengukuhkan kehaliannya dengan memiliki sertifikat yang sesuai dengan keahliannya. g. Biaya dan Fasilitas Program Community College Biaya dalam mengikuti program Community College sangat terjangkau karena mendapat bantuan (subsidi) dari pemerintah. Direktur Pendidikan Menengah Kejuruan
xxvii
(Dimenjur) Ditjen Pendidikan Dasar dan Menengah (Dikdasmen) Gatot Hari Priowirjanto dalam http://jurnalnet.com tanggal 10 November 2004 mengungkapkan, ” Untuk membantu pembentukan Community College, pemerintah memberikan dana bantuan berupa block grant yang nilainya sebesar Rp125 juta. Ini merupakan upaya pemerintah untuk terus merangsang dan mendorong industri untuk ikut berpartisipasi kepada pendidikan”. Fasilitas yang dimiliki oleh program Community College berbeda-beda di masing-masing jurusan. Hal itu dikarenakan program Community College merupakan lembaga pendidikan dan pelatihan yang berorientasi pada kebutuhan masyarakat yang majemuk. h. Program Jurusan Yang Ditawarkan Program jurusan yang ditawarkan oleh program Community College sangat bervariasi sesuai dengan kebutuhan masyarakat setempat. Hal tersebut sesuai dengan pendapat Kasubag Hukum, Humas, dan Ortala Dinas P & K Jateng Drs Hardjanto MS dalam http://suaramerdeka.com/harian/0501/15/kot09htm tanggal 15 Januari 2005 mengungkapkan, “Agar program Community College tetap hidup, kami membuka jurusan yang dibutuhkan masyarakat sekitar. Dengan begitu, ilmu yang dipelajari selama satu tahun berguna untuk mencari pekerjaan atau membuka usaha mandiri”. Direktur Pendidikan Menengah Kejuruan Direktorat Jenderal Pendidikan Dasar dan Menengah
(Dikmenjur
Ditjen
Dikdasmen)
Ir
Gatot
http://suaramerdeka.com/harian/0501/15/kot09htm
Prio
tanggal
15
Wirjanto Januari
dalam 2005
menyatakan, “Akan memperbanyak sekolah jurusan yang memiliki jurusan bernilai jual di mata dunia usaha agar dapat mengurangi pengangguran, mencetak tenaga kerja yang berkualitas dan memiliki keterampilan yang relevan dengan kebutuhan pasar kerja”. i.
Tenaga Pengajar pada Program Community College Dalam upaya untuk meningkatkan kualitas pendidikan, maka program Community
College berusaha memperoleh tenaga pengajar yang profesional di masing-masing bidang keahlian yang ditawarkan. Program Community College juga melibatkan tenaga pengajar dari dunia kerja/industri, hal itu dilakukan agar peserta didik benar-benar memahami dan mengerti serta dapat menerapkan secara langsung keahlian dan keterampilan yang dimiliki di dunia kerja sesuai dengan bimbingan tenaga pengajar.
xxviii
Menurut Direktur Pendidikan Menengah Kejuruan Direktorat Jenderal Pendidikan Dasar dan Menengah (Dikmenjur Ditjen Dikdasmen) Ir Gatot Prio Wirjanto dalam http://suaramerdeka.com/harian/0501/15/kot09htm
tanggal
15
januari
2005
menyatakan, “Agar guru-guru sekolah kejuruan tidak ketinggalan perkembangan teknologi dan kebutuhan pasar kerja, kami akan membekali mereka dengan mendirikan 30 work station di seluruh wilayah Indonesia sebagai tempat pelatihan”. Pernyataan tersebut menunjukkan bahwa tenaga pengajar pada program Community College dapat lebih berkualitas dan lebih banyak mengetahui kebutuhan pasar, sehingga dapat menghasilkan peserta didik yang berkualitas dan dapat diserap dunia kerja dengan cepat. 2. Tinjauan Umum Tenaga Terampil a. Pengertian Tenaga Terampil Menurut Umar Kayam (2000:120) menyatakan “ Tenaga terampil berarti bila warga masyarakat yang terdidik itu berada cukup lama dalam proses penyesuaian”. Sedangkan menurut Hidayanto (2002:279) menyatakan “Tenaga terampil merupakan setiap sumber daya manusia yang menguasai keterampilan hidup”. Dari kedua pendapat tersebut dapat disimpulkan bahwa tenaga terampil adalah setiap sumber daya manusia yang menguasai keterampilan hidup yang berada cukup lama dalam proses penyesuaian Malik Fajar mengemukakan bahwa: “Depdiknas mengharuskan setiap anak didik untuk menguasai keterampilan hidup sebab pendidikan itu untuk hidup dan kehidupan serta prosesnya tidak pernah berakhir selain itu tidak semua anak didik nantinya akan melanjutkan ke pendidikan perguruan tinggi seusai menamatkan jenjang pendidikan SLTA”.
Sejalan dengan otonomi daerah, terbentuknya Community College (pendidikan yang berorientasi untuk menjawab kebutuhan masyarakat) menjadi sangat penting, untuk itu sangat diperlukan adanya kerjasama antara program Community College
xxix
dengan masyarakat. Program Community College terlaksana dengan baik harus memperoleh dukungan yang berupa keterampilan hidup. b. Keterampilan Hidup Sekolah sebagai institusi masyarakat harus bisa memenuhi kebutuhan masyarakat, salah satunya adalah kepemilikan kemampuan yang diperlukan dalam kehidupan masyarakat untuk hidup. Pengertian hidup disini tidak semata-mata memiliki kemampuan tertentu saja tapi juga ia harus memiliki kemampuan dasar pendukungnya secara fungsional seperti membaca menghitung, merumuskan, memecahkan masalah, mengelola sumber daya bekerja dalam tim atau kelompok, terus belajar di tempat kerja, menggunakan teknologi dan sebagainya. Dalam http//www.depdiknas.go.id/jurnal/34/implementasi life skill htm tanggal 2 Mei 2004 menerangkan “ Keterampilan hidup mengacu pada ragam kemampuan yang diperlukan seseorang untuk menempuh kehidupan dengan sukses, bahagia, dan secara martabat di masyarakat”. Keterampilan hidup merupakan kemampuan yang diperlukan sepanjang hayat. Dalam
http//www.usoe.k.12.ut.us./curr/lifeskill
tanggal
10
Juni
2004
menyatakan bahwa kontek keterampilan hidup meliputi: 1) 2) 3) 4) 5) 6)
Kepemilikan kemampuan berpikir yang kompleks Kemampuan komunikasi secara efektif Kemampuan membangun kerjasama Melaksanakan peranan sebagai warga negara yang bertanggung jawab Memiliki kesiapan serta kecakapan untk bekerja Memiliki karakter dan etika terjun ke dunia kerja
Menurut Slamet PH,MA,Med,MA,MLHR,Ph.D dalam http//www.depdiknas.go.id tanggal 11 Juli 2005 menyatakan bahwa “Keterampilan hidup dapat dibagi menjadi 2 kategori, yaitu keterampilan hidup yang bersifat dasar dan instrumental”. Keterampilan hidup yang bersifat dasar adalah keterampilan yang bersifat universal dan berlaku sepanjang zaman, tidak tergantung pada perubahan ruang dan waktu, dan merupakan fondasi dan sokoguru bagi tamatan pendidikan sekolah dan pendidikan luar sekolah agar bisa mengembangkan keterampilan hidup yang bersifat instrumental. Keterampilan
xxx
hidup yang bersifat instrumental adalah kecakapan yang bersifat relatif, kondisional, dan dapat berubah-ubah sesuai dengan perubahan ruang, waktu, situasi, dan harus diperbaharui secara terus-menerus sesuai dengan derap perubahan. Macam-macam keterampilan hidup itu antara lain : 1) Keterampilan Dasar a) Keterampilan belajar terus-menerus Keterampilan
belajar
terus-menerus
(sepanjang
hayat)
adalah
keterampilan yang paling penting dibandingkan dengan semua keterampilan hidup lainnya. Setiap anak didik perlu diberi bekal dasar tentang strategi, metode, dan teknik belajar untuk memperoleh dan menerapkan
ilmu
pengetahuan
dan
teknologi
baru
dalam
kehidupannya. b) Keterampilan membaca, menulis, menghitung Setiap anak didik diharapkan mampu memiliki keterampilan membaca dan menulis secara fungsional baik bahasa Indonesia maupun bahasa asing. Keterampilan membaca, memahami dan menafsirkan informasi tertulis dalam surat kabar, majalah, jurnal, dan dokumen. Menulis, mengkomunikasikan pikiran, ide-ide, informasi, dan pesan-pesan tertulis dan
membuat
dokumen-dokumen.
Keterampilan
menghitung,
kemampuan dasar menghitung dan memecahkan masalah-masalah praktis, dengan memilih secara tepat dari teknik-teknik matematika yang ada, dengan atau tanpa bantuan teknologi. c) Keterampilan berkomunikasi : lisan, tertulis, tergambar, mendengar Manusia berinteraksi dengan manusia lain melalui komunikasi langsung, baik secara lisan, tertulis, tergambar, dan bahkan melalui kesan pun bisa. Mengingat manusia menggunakan sebagian besar waktunya untuk berkomunikasi dengan orang lain, maka keterampilan berkomunikasi termasuk keterampilan mendengar harus dimiliki peserta didik.
xxxi
d) Keterampilan berpikir Tingkat keterampilan berpikir seseorang akan berpengaruh terhadap kesuksesan hidupnya. Mengingat kehidupan manusia sebagian besar dipengaruhi oleh cara berpikir, maka peserta didik perlu diberi bekal dasar dan latihan-latihan dengan cara yang benar tentang keterampilan berpikir deduktif, induktif, ilmiah, kritis, nalar, rasional, lateral, system, kreatif,
eksploratif,
discovery,
inventory,
reasoning,
pengambil
keputusan, dan pemecahan masalah. e) Keterampilan kalbu : iman (spiritual), rasa dan emosi Memiliki bangsa berketerampilan kalbu yang baik merupakan aset batiniyah yang sangat bermanfaat bagi kehidupan bangsa. Keterampilan kalbu yang terdiri dari iman (spiritual), rasa, dan emosi merupakan unsur-unsur pembentuk jiwa selain akal. Jiwa merupakan sumber kekuatan dan kendali bagi setiap manusia dalam menyelesaikan setiap masalah yang dihadapi bahkan baik buruknya suatu bangsa sangat dipengaruhi oleh baik buruknya kalbu bangsa yang bersangkutan. f)
Keterampilan mengelola kesehatan badan Peserta didik sudah selayaknya diberi bekal dasar tentang pengelolaan kesehatan badan agar yang bersangkutan memiliki kesehatan badan yang prima, bebas penyakit, dan memiliki ketahanan badan yang kuat. Berolahraga secara teratur, makan yang berqizi dan bervitamin, menjaga kebersihan, dan beristirahat cukup merupakan pendidikan keterampilan mengelola kesehatan badan yang harus diterapkan dalam kehidupan peserta didik.
g) Keterampilan
merumuskan
keinginan
dan
upaya-upaya
untuk
mencapainya Dua hal yang karakteristik sifatnya dalam kehidupan adalah : (1) adanya keinginan baru, dan (2) upaya-upaya yang diperlukan untuk mencapai
xxxii
keinginan baru tersebut. Keterampilan merumuskan dua hal yang karakteristik ini merupakan bagian peting bagi kehidupan seseorang h) Keterampilan berkeluarga dan sosial Peserta didik hidup dalam lingkungan keluarga, sekolah, dan masyarakat. Peserta didik harus dapat berinteraksi dan mampu beradaptasi dengan lingkungannya baik dalam lingkungan keluarga, sekolah, dan masyarakat. 2) Keterampilan Instrumental a) Keterampilan memanfaatkan teknologi dalam kehidupan Teknologi telah merambah segala kehidupan dan merupakan alat penggerak utama kehidupan. Generasi muda harus diberi bekal agar mengapresiasi
pentingnya
teknologi
bagi
kehidupan
da
mempersiapkannya untk mempelajari dan mengembangkan teknologi yang ada. b) Keterampilan mengelola sumber daya Peserta didik perlu diberi bekal tentang arti, tujuan, dan cara-cara mengidentifikasi, mengorganisasi, merencanakan, dan mengalokasikan sumber daya. c) Keterampilan bekerjasama dengan orang lain Peserta didik sejak dini perlu diberi bekal dan latihan-latihan yang dilakukan secara benar tentang cara-cara bekerjasama, menghargai hak asasi orang lain, pentingnya kebersamaan, tanggungjawab, dan akuntabilitas perbuatan, keterbukaan, apresiasi keanekaragaman, kemauan baik yang kreatif, kepemimpinan, manajemen negosiasi, dan masih banyak hal lain yang perlu diajarkan. d) Keterampilan memanfaatkan informasi Saat ini dan lebih-lebih di masa datang, informasi akan mengalir secara cepat dan deras dalam berbagai kehidupan. Peserta didik perlu dibekali cara-cara mendapatkan dan memanfaatkan aneka ragam informasi yang
xxxiii
ada. Mereka harus dididik cara-cara mendapatkan dan mengevaluasi informasi, mengorganisasi dan memelihara informasi, menafsirkan dan mengkomunikasikan informasi, dan menggunakan komputer untuk mengolah data agar menjadi informasi. e) Keterampilan menggunakan sistem dalam kehidupan Peserta didik perlu memahami, menghayati, dan menerapkan, sistem dalam kehidupannya. Mereka perlu diberi bekal dasar tentang cara berpikir, cara mengelola, dan cara menganalisis kehidupan sebagai sistem. Mereka harus memahami cara kerja sistem-sistem kehidupan seperti bank, perusahaan, sekolah, bahkan dirinya sebagai sistem harus dikenalinya secara baik. f)
Keterampilan berwirausaha Keterampilan berwirausaha adalah keterampilan memobilisasi sumber daya yang ada di sekitarnya untuk mencapai tujuan organisasinya atau untuk keuntungan ekonomi. Kewirausahaan memiliki cirri-ciri : (1) bersikap dan berpikir mandiri, (2) memiliki sikap berani menanggung resiko, (3) tidak suka mencari kambing hitam, (4) selalu berusaha menciptakan dan meningkatkan nilai sumber daya, (5) terbuka terhadap umpan balik, (6) selalu ingin perubahan yang lebih baik, (7) tidak perbah merasa puas, terus menerus melakukan inovasi dan improvisasi demi perbaikan selanjutnya, (8) memiliki tanggung jawab moral yang baik.
g) Keterampilan kejuruan, termasuk olahraga dan seni (citarasa) Tidak semua peserta didik menyukai keterampilan berpikir, sebagian dari mereka menyukai keterampilan-keterampilan kejuruan seperti misalnya pertanian, peternakan, kerajinan, bisnis, boga, busana, industri, olahraga, dan kesenian. Untuk itu, mereka jelas membutuhkan keterampilan kejuruan yang secara praktis dapat digunakan untuk mencari nafkah. h) Keterampilan memilih, menyiapkan dan mengembangkan karir
xxxiv
Setiap peserta didik yang telah tamat dalam pendidikan kelak berharap memiliki karir yang sesuai dengan potensi dirinya dan sesuai dengan peluang yang ada. Peserta didik dari awal perlu dikenalkan tentang potensi dirinya, jenis-jenis karir yang ada dalam kehidupan, persyaratan untuk memasuki jenis karir tertentu, dan disiapkan agar kelas setelah lulus mampu memilih, menyiapkan, dan mengembangkan karir yang sesuai dengan potensi dirinya. i)
Keterampilan menjaga harmoni dengan lingkungan Peserta didik hidup dalam lingkungan nyata dan lingkungan maya sekaligus. Lingkungan nyata berupa fisik yang dapat dirasakan oleh panca indera, seperti tanah, air, udara. Lingkungan maya adalah suasana sosial yang dapat ditangkap oleh otak dan dirasakan oleh hati. Peserta didik harus mampu menjaga keharmonisan di antara kedua lingkungan tersebut.
j)
Keterampilan menyatukan bangsa berdasarkan nilai-nilai Pancasila Peserta didik perlu diberi bekal kemampuan mengintegrasikan kebhinekaan bangsa berdasarkan nilai-nilai Pancasila. Menghargai perbedaan agama, menjunjung tinggi hak asasi manusia, menjaga kesatuan bangsa, demokrasi, keadilan sosial, kecintaan terhadap negaranya, kepahlawanan dan apresiasi terhadap para pahlawan, apresiasi terhadap peninggalan budaya, kebebasan dan tanggung jawab, kesadaran sebagai warganegara, adalah contoh-contoh keterampilan hidup untuk menyatukan bangsa berdasarkan nilai-nilai Pancasila.
Menurut A. Malik Fajar Dalam majalah Amanah edisi Mei (2002:17) menyatakan konteks keterampilan hidup ada delapan sasaran yaitu: 1) 2) 3) 4) 5) 6)
Keterampilan membaca Keterampilan menulis Keterampilan berhitung dengan bantuan teknologi ataupun tidak Keterampilan bekerjasama Keterampilan mengintegrasikan diri dengan lingkungan sosial, budaya, alam. Keterampilan memainkan teknologi
xxxv
7) Keterampilan memanfaatkan sumber kekayaan alam yang ada dilingkungannya 8) Keterampilan memelihara minat dan proses belajar secara terus menerus
Dengan menguasai delapan konteks keterampilan hidup tersebut diharapkan masyarakat mampu menjadi tenaga yang terampil untuk memasuki persaingan global.
3. Tinjauan Umum Siap Pakai a. Pengertian Siap Pakai Suatu lembaga pendidikan yang menerapkan kurikulum berbasis pada keterampilan hidup diharapkan mampu menciptakan tamatan yang siap pakai. Siap pakai dalam arti bisa langsung diserap dunia kerja atau industri. Menurut Hidayanto (2002:277) mengatakan: ”Pendidikan siap pakai merupakan frame dari belajar terampil. Frame ini dalam jangka waktu tertentu diperlukan untuk memenuhi kebutuhan sesaat walaupun kata siap pakai itu sendiri masih selalu menjadi bahan perdebatan karena dapat diterjemahkan dari berbagai sudut pandang misalnya siap pakai untuk apa dan dimana”.
Berdasarkan pernyataan di atas dapat diketahui bahwa konsep pendidikan siap pakai merupakan pesanan dari dunia industri untuk memenuhi kebutuhan tenaga terampil., oleh karena itu bentuk keterampilan yang diberikan harus searah dengan kepentingan dunia industri. Menurut Hidayanto (2002:277) menyatakan “ Konsep ini tidak salah jika digunakan pada upaya pemenuhan salah satu aspek kebijakan pembangunan tetapi jika digunakan sebagai platform dari kebijkan pendidikan umum justru akan merusak substansi pendidikan itu sendiri”. Menurut Drost dalam Hidayanto (2002:278) mengatakan “ Tugas lembaga pendidikan bukan memberikan sesuatu yang dikehendaki masyarakat, melainkan memberikan sesuatu yang dibutuhkannya”. Dari pernyataan tersebut dapat diketahui
xxxvi
bahwa suatu lembaga pendidikan bukan sekedar sebagai lembaga yang secara pasif melayani tuntutan masyarakat, tetapi juga perlu mengkritisinya. Dalam konteks pembangunan akan menjadi keliru jika sumber daya manusia ditempatkan hanya sebagai pekerja atau salah satu faktor produksi. Menurut Suryadi dalam Hidayanto (2002:278) menyatakan “ Tenaga kerja dalam kaitannya dengan konsep sumber daya manusia berdimensi ganda”. Hal itu berarti dalam waktu bersamaan manusia tidak hanya berperan sebagai pekerja atau faktor produksi, tetapi sekaligus sebagai produsen, konsumen, sumber gagasan, serta sumber penggerak untuk pemanfaatan seluruh peluang yang ada. Suryadi dalam Hidayanto menekankan bahwa “ Terlalu sederhana jika kekuatan manusia hanya dipandang dari segi penguasaan keterampilan semata”. Sesuai dengan pendapat tersebut dapat diketahui bahwa lulusan suatu lembaga pendidikan tidak hanya dibekali berbagai keterampilan hidup tetapi juga perlu dibekali dengan sikap positif, wawasan luas, serta cara berpikir yang inovatif. Pengertian siap pakai dapat diartikan sebagai upaya mempunyai keterampilan yang sesuai dengan kebutuhan masyarakat sehingga peserta didik setelah lulus nanti dapat diserap oleh dunia kerja. Guna mendapatkan lulusan yang siap pakai ditentukan oleh relevansi output lembaga pendidikan dengan yang diharapkan oleh masyarakat. Apabila output suatu lembaga pendidikan tidak dapat diterima oleh masyarakat maka kualitasnya tentu tidak sesuai dengan yang diharapakan oleh masyarakat. Dalam proses pendidikan harus memperhitungkan apa yang menjadi kebutuhan masyarakat sehingga perlu adanya relevansi antara program pendidikan yang ada di lembaga pendidikan dengan kebutuhan masyarakat selain itu masyarakat perlu didekatkan kepada lembaga pendidikan. b.
Kebijakan Link and match Link and match adalah kebijakan Departemen Pendidikan dan Kebudayaan
Republik Indonesia yang bertujuan untuk meningkatkan relevansi sekolah kejuruan, yaitu relevansi kebutuhan pembangunan umumnya dan kebutuhan dunia kerja, dunia usaha serta dunia industri khususnya. Beberapa prinsip yang akan dipakai sebagai strategi dalam kebijakan Link and match diantaranya adalah model penyelenggaraan Pendidikan Sistem Ganda (PSG). PSG pada dasarnya merupakan suatu bentuk
xxxvii
penyelenggaraan pendidikan keahlian professional yang memadukan secara sistematik dan sinkron program pendidikan di sekolah dan program penguasaan keahlian yang diperoleh melalui kegiatan bekerja langsung di dunia kerja, terarah untuk mencapai suatu tingkat keahlian professional tertentu. Pada hakekatnya PSG merupakan suatu strategi yang mendekatkan peserta didik ke dunia kerja dan ini adalah strategi proaktif yang menuntut perubahan sikap dan pola pikir serta fungsi pelaku pendidikan di sekolah kejuruan, masyarakat dan dunia usaha/industri dalam menyikapi perubahan dinamika tersebut.
Menurut Mantan Menteri Pendidikan Wardiman Djojonegoro dalam http/www.dikti.go.id tanggal 7 Januari 2008 menyatakan : “Era globalisasi menuntut sumber daya manusia tangguh. Pendidikan yang berorientasi aspek kompetensi menjadi kuncinya sehingga proses belajar mengajar yang memfokuskan pada nilai sepatutnya mulai ditinggalkan. Paradigma pendidikan harus mulai berubah dari supply minded (orientasi jumlah) menjadi demand minded (kebutuhan) ke dunia kerja. Harus digali, kompetensi apa saja yang dibutuhkan pasar kerja ke depan. Maka, sekolah wajib mengajarkan kompetensi, bukan lagi sekedar ijazah. Proses dan penyelenggaraan pendidikan harus fleksibel (lentur), bisa dengan sistem modul”. Berdasarkan uraian tersebut dapat dilihat bahwa pola pendidikan sekarang harus berorientasi pada aspek kompetensi. Pola pendidikan konvensional yang memfokuskan pada nilai harus mulai ditinggalkan dan beralih kepada penguasaan kompetensi. Fakta mengenai pendidikan yang sekarang terjadi adalah kurangnya relevansi program pendidikan yang ada dengan kebutuhan masyarakat yaitu mengenai output lembaga pendidikan yang tidak sesuai dengan kebutuhan masyarakat sehingga lulusan tidak dapat diserap oleh masyarakat industri maupun dunia kerja. c. Partisipasi Masyarakat Dalam Pendidikan Pendidikan merupakan salah satu faktor dominan dalam menopang kebutuhan tenaga kerja yang trampil dan terdidik guna menunjang perkembangan di berbagai sektor, termasuk didalamnya sektor dunia industri/perusahaan. Pendidikan disini tidak saja berfungsi sebagai saran, namun lebih merupakan sasaran srategis guna xxxviii
menceredaskan kehidupan bangsa dalam kaitannya dengan pembangunan sumber daya manusia yang berkualitas. Dalam pelaksanaannya, pendidikan merupakan tanggung jawab bersaama antara pemerintah, orang tua, dan masyarakat. Peran serta masyarakat dalam bidang pendidikan telah ditujukan dengan ikut sertanya dalam penyelenggaraan pendidikan guna mencerdaskan kehidupan bangsa. Disamping sebagai penyelenggara pendidikan formal, masyarakat dalam hal ini lembaga pengguna tenaga kerja bisa juga berperan sebagai penyelenggara pendidikan yang bersifat terapan, misalnya dalam bentuk pelatihan atau pemagangan agar terjadi interaksi yang positif antara lembaga pengguna tenaga kerja dengan lembaga pendidikan. Ada hubungan saling memberi dan saling menerima antara lembaga pendidikan dengan masyarakat. Lembaga pendidikan merealisasi apa yang dicita-citakan oleh warga masyarakat mengenai pengembangan putra-putri mereka. Aspirasi, kebutuhan, kemampuan dan kondisi masyarakat selalu berubah. Perubahan masyarakat mengharuskan perubahan pada lembaga pendidikan. Melalui pendekatan situasional, perubahan-perubahan lembaga pendidikan lebih mudah diwujudkan. Diharapkan dengan mengikuti perubahan-perubahan dalam lingkungan masyarakat, memungkinkan lembaga pendidikan tetap tegak berdiri. Antara lembaga pendidikan dengan masyarakat hendaknya terjadi kerjasama yang saling menguntungkan. Lembaga pendidikan memberi pelayanan kepada masyarakat terhadap kebutuhan tenaga kerja, termasuk sebagai agen pembaharu terhadap masyarakat dengan penemuan-penemuannya. Sebaliknya masyarakat mengimbangi pemberian lembaga pendidikan dengan ikut berpartisipasi dan bertanggung jawab terhadap kelangsungan hidup dan kemajuan lembaga pendidikan, karena disadari perkembangan sarana dan prasarana lembaga pendidikan belum sepesat di dunia kerja. Perlu adanya kerjasama agar terjadi keserasian antara perkembangan ilmu pengetahuan di dunia kerja dengan yang terjadi pada lembaga pendidikan.
xxxix
B. Kerangka Pemikiran Community College merupakan pendidikan dan pelatihan yang bertujuan untuk menyiapkan peserta didik agar dapat bekerja pada bidang-bidang tertentu dan dapat menjadi tenaga terampil yang siap pakai serta dapat mempunyai standar keahlian dan kompetensi. Saat ini, dunia kerja dan masyarakat selalu menuntut agar dunia pendidikan dapat mencetak dan membentuk tenaga terampil siap pakai yang berkualitas dan professional dibidangnya. Oleh karena itu, Community College sebagai suatu lembaga pendidikan dan pelatihan yang selalu dibutuhkan oleh orang-orang yang ingin cepat kerja berupaya sebaik mungkin agar berbagai tuntutan dari dunia kerja dan kebutuhan masyarakat dapat terealisasi dan peserta didiknya dapat menjadi tenaga terampil siap pakai yang mampu berkompetisi di dunia kerja dan para tamatan Community College mempunyai bekal pengetahuan, keterampilan, keahlian, pengalaman, dan sikap mental yang tinggi. Upaya program Community College agar peserta didiknya menjadi tenaga terampil siap pakai sehingga dapat berkopetisi di dunia kerja dipengaruhi oleh berbagai faktor antara lain : 1. Kurikulum dalam pelaksanaan kegiatan pendidikan dan pelatihan. Penerapan kurikulum berbasis kompetensi yang merupakan perwujudan dari keterampilan hidup yang harus dikuasai oleh peserta didik diharapkan mampu menciptakan peserta didik menjadi terampil. 2. Sarana dan prasarana yang mendukung terjadinya kegiatan pendidikan dan pelatihan dalam upaya mempersiapkan peserta didik menjadi tenaga terampil yang siap pakai. 3. Pengelola yang profesional dan handal yang dapat menjalankan sistem agar kegiatan yang dilakukan dapat berjalan dengan baik. xl
4. Tenaga terampil yang berkualitas yang mampu menyelenggarakan pendidikan dan pelatihan baik di lembaga pendidikan maupun di dunia kerja (on the job training). 5. Peserta didik yang selalu dilatih dan dididik sehingga akan menjadi peserta didik yang inovatif, kreatif, produktif yang akan berkopetisi di dunia kerja. 6. Partisipasi masyarakat yang sangat membantu terlaksananya kegiatan pendidikan dan pelatihan khususnya dunia kerja. Kebutuhan masyarakat yang selalu berubah maka program Community College juga akan selalu berubah sesuai dengan kebutuhan masyarakat. Dengan adanya kesesuian itu diharapkan setiap tamatan Community College dapat diserap oleh masyarakat khususnya dunia kerja. Faktor-faktor tersebut sangat berpengaruh terhadap program Community College dalam rangka mempersiapkan tenaga terampil siap pakai dan akan menjadi fokus penelitian ini baik faktor yang mendukung maupun faktor yang menghambat tercapainya kualitas sumber daya manusia yang terampil dan siap pakai. Untuk lebih memperjelas kerangka pemikiran di atas secara sistematis dapat digambarkan sebagai berikut :
Program Community College
1. 2. 3. 4. 5.
Output/Tenaga Trampil Siap Pakai
Kurikulum Sarana dan Prasarana Pengelola Pengajar Peserta Didik
Gb. 1 Skema Kerangka Pemikiran
xli
Dunia Kerja
BAB III METODOLOGI
Penelitian merupakan suatu kerangka keilmuan yang menggunakan dasar keilmiahan sebagai pijakan tentunya memerlukan sebuah metode penelitian yang tepat sehingga dapat memberikan sumbangan yang berarti bagi dunia keilmuwan dan lingkungan sekitarnya. Istilah metodologi terdiri dari dua kata yaitu metodos dan logos. Metodos berarti cara dan logos berarti ilmu. Menurut Jujun S. Suriasumantri (2001:328), “Metodologi adalah pengetahuan tentang metode dan metodologi penelitian adalah pengetahuan tentang berbagai metode yang dipergunakan dalam penelitian”. Sedangkan menurut Noeng Muhadjir (2000:5), “Metodologi penelitian merupakan bagian dari ilmu pengetahuan yang mempelajari bagaimana prosedur kerja mencari kebenaran”. Berdasarkan pengertian di atas dapat dikemukakan kesimpulan bahwa metodologi adalah suatu ilmu yang memperbincangkan tentang cara-cara atau metodemetode dalam penelitian untuk menemukan atau mengembangkan dan menguji kebenaran suatu pengetahuan secara ilmiah untuk mencapai tujuan tertentu.
Tempat dan Waktu Penelitian Tempat Penelitian Penelitian memerlukan tempat penelitian yang dijadikan untuk memperoleh data-data yang berguna untuk mendukung tercapainya tujuan penelitian.
xlii
Adapun yang menjadi tempat penelitian ini, peneliti mengambil lokasi di Community College Universitas Sebelas Maret dengan alasan sebagai berikut : Lokasi tersebut terdapat data-data yang diperlukan dalam penelitian. Lokasi penelitian mudah dijangkau, sehingga memudahkan peneliti.
27 Waktu Penelitian Penelitian ini dilaksanakan setelah usulan penelitian ini disetujui oleh dosen pembimbing skripsi dan telah mendapatkan ijin dari pihak-pihak yang berwenang. Penelitian ini dilaksanakan dari bulan Februari 2008 sampai selesai.
Bentuk dan Strategi Penelitian Bentuk Penelitian Penelitian adalah suatu proses, yaitu suatu rangkaian langkah-langkah yang dilakukan secara terencana dan sistematis guna mendapatkan pemecahan masalah atau mendapatkan jawaban terhadap pertanyaan-pertanyaan tertentu. Dalam proses penyelesaian suatu permasalahan diperlukan suatu pendekatan. Atas dasar telaah teori yang telah disusun dan melihat permasalahan yang ada dalam penelitian ini, maka peneliti menggunakan pendekatan deskriptif kualitatif. Menurut Kirk dan Miller dalam Lexy J. Moleong (2002:3) mengemukakan bahwa “Penelitian kualitatif adalah tradisi tertentu dalam ilmu pengetahuan sosial yang secara fundamental bergantung pada pengamatan pada manusia dalam kawasannya sendiri dan berhubungan dengan orang-orang tersebut dalam bahasanya dan dalam peristilahannya”. Dalam penelititan kualitatif lebih menekankan pada sifat naturalisme (natural setting) artinya bahwa realitas yang muncul menjadi bahan kajian dalam penelitian ini. Hal tersebut sesuai dengan pendapat Suharsimi Arikunto (2006:12) yang menyatakan xliii
bahwa “Pelaksanaan penelitian ini memang terjadi secara alamiah, apa adanya, dalam situasi normal yang tidak dimanipulasi keadaan dan kondisinya, menekankan pada deskripsi secara alami.”. Kemudian Van Mannen dalam HB Sutopo (2002:35) menambahkan bahwa “Penelitian kualitatif kepentingan pokoknya terletak pada peristiwa nyata dalam dunia aslinya, bukan sekedar pada laporan yang ada”.
Strategi Penelitian Strategi diartikan sebagai cara atau siasat berdasarkan rencana yang cermat mengenai kegiatan untuk mencapai sasaran atau maksud tertentu. Sutopo (2002:113) mengemukakan bahwa “Dalam penelitian kualitatif dikenal juga adanya studi kasus tunggal dan kasus ganda, dan secara khusus merupakan penelitian terpancang atau terbuka tanpa penelitian sebelumnya (holistic penuh)”. Berdasarkan pendapat tersebut dinyatakan bahwa strategi penelitian dibedakan menjadi tiga yaitu : a
Tunggal terpancang yaitu penelitian tersebut terarah pada suatu karakteristik dan sudah memilih dan menentukan variabel yang menentukan variabel yang menjadi fokus utamanya sebelum memasuki lapangan.
b
Ganda terpancang yaitu penelitian ini mensyaratkan adanya sasaran lebih dari satu yang meiliki perbedaan karakteristik dan sudah memilih serta menentukan variabel yang menjadi fokus utamanya sebelum memasuki lapangan.
c
Holistik penuh yaitu peneliti dalam kajiannya sama sekali tidak menentukan fokus sebelum peneliti terjun ke lapangan. Strategi yang akan digunakan dalam penelitian ini adalah strategi tunggal
terpancang. Alasan dari pemilihan strategi ini didasarkan pada hal-hal sebagai berikut : a
Penelitian ini disebut tunggal artinya hanya difokuskan pada satu permasalahan saja yaitu program Community College dalam rangka mempersiapkan tenaga terampil siap pakai.
xliv
b
Penelitian ini disebut terpancang artinya peneliti terjun ke lapangan sudah memiliki bekal yang berupa asumsi-asumsi atau teori yang sudah ada. Hal ini tercermin dalam pembuatan proposal penelitian sebelum peneliti mengumpulkan data di lapangan.
Sumber Data H.B. Sutopo (2002:49) mengemukakan bahwa “Sumber data kualitatif secara meyeluruh dapat dikelompokkan sebagai nara sumber (informan), peristiwa atau aktivitas, tempat atau lokasi, dokumen dan arsip serta berbagai benda lain”. Sedangkan menurut Suharsimi Arikunto (2006:129) mengatakan bahwa “Sumber data dalam penelitian adalah subjek dari mana data dapat diperoleh”. Sesuai dengan pendapat di atas, maka untuk memperoleh data informasi yang berkaitan dengan masalah dan tujuan penelitian tersebut, sumber data diambil dari : Informan Informan adalah sumber data yang bisa memberikan data berupa jawaban lisan melalui wawancara atau jawaban tertulis melalui angket. Dalam penelitian kualitatif posisi sumber data manusia (narasumber) sangat penting perannya sebagai individu yang memiliki informasinya. Lokasi dan peristiwa Dari tempat atau lokasi dan lingkungannya, peneliti dapat mengkaji secara cermat dan kritis, menarik kemungkinan kesimpulan yang berkaitan dengan permasalahan penelitian. Lokasi dan peristiwa menjadi sumber data karena dalam pengamatan harus sesuai dengan konteksnya dan situasi yang melibatkan tempat, pelaku dan peristiwa. Peneliti mengambil tempat di Community College Universitas Sebelas Maret karena di Community College tersebut tersedia data yang berguna untuk memecahkan masalah dalam penelitian ini.
xlv
Arsip dan dokumen Menurut H.B. Sutopo (2002:54) “Dokumen merupakan bahan tertulis atau benda yang berkaitan dengan suatu peristiwa atau aktivitas tertentu”. Dokumen yang menjadi sumber data penelitian meliputi segala bentuk arsip dan dokumen operasional yang relevan dengan obyek penelitian. Sumber data diambil dari warkat yang berupa dokumen dan arsip yang ada di Community College yang berhubungan dengan penelitian ini dan sesuai dengan tema dan masalah yang diteliti.
Teknik Sampling (teknik Cuplikan) Cuplikan berkaitan dengan pembatasan jumlah dan jenis dari sumber data yang akan digunakan dalam penelitian. Pemikiran mengenai cuplikan ini hampir tidak bisa dihindari oleh peneliti dalam pelaksanaan penelitiannya, mengingat selalu adanya beragam keterbatasan yang dihadapi peneliti, misalnya mengenai waktu, tenaga, biaya dan mungkin hal-hal lainnya. Teknik sampling adalah teknik yang digunakan untuk menyeleksi atau memfokuskan pada permasalahan agar penelitian sampel lebih mengarah pada tujuan penelitian. Suharsimi Arikunto (2006:16-17) mengemukakan bahwa “Teknik sampling yang digunakan dalam penelitian kualitatif ada empat yaitu : 1. Accindential Sampling, yaitu mengambil sampel dengan pertimbangan tertentu yang tidak dirancang pertemuaya terlebih dahulu. 2. Purposive Sampling, yaitu menetukan sampel dengan pertimbangan tertentu yang dipandang dapat memberikan data secara maksimal. 3. Cluster Quota Sampling yaitu memilih sejumlah responden dari wilayah tertentu sampai batas yang diinginkan terpenuhi. 4. Snow ball Sampling yaitu peneliti memilih responden secara berantai”
Teknik pengambilan sampel dalam penelitian ini menggunakan teknik purposive sampling (sampel bertujuan), sampel tidak ditekankan pada jumlah sampel, namun lebih ditekankan pada kualitas pemahamannya pada permasalahan yang diteliti. Cara pengambilan sampel didasarkan pada karakteristik tertentu yang dimiliki sampel sesuai dengan tujuan penelitian. Peneliti tidak menentukan jumlah sampel, tetapi peneliti menentukan sejumlah informan untuk diwawancarai guna memperoleh informasi
xlvi
tentang masalah yang diteliti. Peneliti berusaha untuk mendapatkan informasi sebanyak mungkin yamg dapat diperoleh dari berbagai sumber. Menurut H.B. Sutopo (2002:56) “Dengan teknik purposive sampling ada kecenderungan peneliti untuk memilih informan yang dianggap mengetahui informasi dan masalahnya secara mendalam dan dapat dipercaya untuk menjadi sumber data yang mantap”. Peneliti juga menggunakan teknik snow ball sampling karena responden juga diperoleh secara berantai.
Teknik Pengumpulan Data Teknik pengumpulan data adalah cara khusus yang dipergunakan untuk memperoleh data dalam penelitian. Data sangat diperlukan dalam penelitian guna membuktikan kebenaran sutau peristiwa atau pengetahuan. Oleh karena itu suatu penelitian sangat membutuhkan data yang obyektif. Peneliti dalam penelitian ini menggunakan teknik pengumpulan data sebagai berikut :
1. Observasi Menurut H.B Sutopo (2002:64) bahwa “Teknik Observasi digunakan untuk mengali data dari sumber data yang berupa peristiwa, tempat atau lokasi dan benda serta rekaman gambar”. Spradly seperti yang dikutip oleh H.B Sutopo (2002:65) juga menjelaskan bahwa “ Pelaksanaan teknik dalam observasi dapat dibagi menjadi : (1) Tidak berperan sama sekali; (2) Observasi berperan yang terdiri dari berperan aktif, berperan pasif dan berperan penuh”. Berdasarkan pendapat tersebut dapat dijelaskan sebagai berikut : a
Observasi tak Berperan Dalam observasi tak berperan, peneliti dalam melakukan observasi sama sekali tidak diketahui kehadirannya oleh subyek yang diamati.
b
Observasi berperan Pasif
xlvii
Dalam observasi ini peneliti hanya mendatangi lokasi tetapi sama sekali tidak berperan sebagai apapun selain pengamat pasif, namun hadir dalam konteksnya. c
Observasi berperan Aktif Observasi ini merupakan cara khusus dan peneliti tidak bersikap pasif sebagai pengamat, tetapi memainkan berbagai peran yang dimungkinkan dalam suatu yang berkaitan dengan
penelitiannya, dengan pertimbangan
sesuai
yang bisa
diperolehnya dan dimanfaatkan bagi pengumpulan data.
d
Observasi Berperan Penuh Jenis observasi ini diartikan bahwa peneliti memang memiliki peran dalam lokasi studinya sehingga benar-benar sebagai penduduk atau sebagai anggota lembaga atau organisasi yang sedang dikaji 2. Wawancara Lexy J. Moleong (2002:135) mengemukakan bahwa “ Wawancara adalah
percakapan dengan maksud tertentu. Percakapan itu dilakukan oleh dua pihak yaitu pewawancara yang mengajukan pertanyaan dan yang diwawancarai yaitu yang memberikan jawaban atas pertanyaan itu “. Menurut Guga dan Lincoin seperti yang dikutip oleh Lexy J Moleong (2002:137) berpendapat bahwa “Macam-macam wawancara adalah sebagai berikut : a) wawancara oleh tim atau panel, b) wawancara tertutup dan wawancara terbuka, c) wawancara riwayat lisan dan d) wawancara terstruktur dan tidak terstruktur”. Berdasarkan pendapat tersebut dapat dijelaskan sebagi berikut : a
Wawancara oleh tim atau panel Wawancara oleh tim berarti wawancara yang dilakukan tidak hanya oleh satu orang, tetapi oleh dua atau lebih terhadap seseorang yang diwawancarai.
xlviii
b
Wawancara tertutup dan wawancara terbuka Wawancara tertutup biasanya yang diwawancarai tidak mengetahui dan tidak menyadari bahwa mereka sedang diwawancarai, sedang wawancara terbuka adalah mereka yang sedang diwawancarai mengetahui dan menyadari bahwa mereka sedang diwawancarai.
c
Wawancara Riwayat Lisan Maksud wawancara ini adalah untuk mengungkapkan riwayat hidup, pekerjaannya, kesenangannya, ketekunannya, pergaulannya dan lain-lain.
d
Wawancara Terstruktur dan Wawancara tidak Terstruktur Dalam wawancara terstruktur masalah ditentukan oleh peneliti sebelum wawancara dilakukan. Pertanyaannya telah diformulasikan oleh peneliti secara pasti, dan respondennya diharapkan dalam bentuk informasi yang sesuai dengan kerangka kerja pewawancara dan definisi permasalahannya. Wawancara tidak terstuktur dilakukan dengan pertanyaan yang bersifat open-ended dan mengarah pada kedalaman informasi serta dilakukan dengan cara yang tidak secara
formal
terstruktur guna menggali pandangan subjek yang diteliti tentang banyak hal yang bermanfaat untuk menjadi dasar bagi penggalian informasinya secara lebih jauh dan mendalam. 3. Analisis Dokumen Dokumen tertulis dan arsip merupakan sumber data yang sering memiliki posisi penting dalam penelitian kualitatif. Menurut Suharsimi Arikunto (2006:231) “ Metode dokumentasi yaitu mencari data mengenai hal-hal atau sesuatu yang berupa catatan, transkip, buku, surat kabar, majalah, prasasti, notulen rapat, lengger, agenda, dan sebagainya”. Pelaksanaan analisis dokumen dilakukan dengan cara mencatat arsip maupun dokumen yang isinya berhubungan dengan permasalahan yang diteliti. Dokumen dibagi menjadi dua, yaitu dokumen pribadi dan dokumen resmi. Dokumen pribadi adalah catatan atau karangan seseorang secara tertulis tentang tindakan, pengalaman, dan kepercayaannya. Dokumen pribadi dapat berupa buku harian, surat pribadi, dan autobiografi. Dokumen resmi terbagi atas dokumen internal dan dokumen eksternal. Dokumen internal berupa memo, pengumuman, instruksi, aturan suatu xlix
lembaga masyarakat tertentu yang digunakan dalam kalangan sendiri. Dokumen demikian menyajikan informasi tentang keadaan, aturan, disiplin, dan dapat menyajikan petunjuk tentang gaya kepemimpinan. Dokumen eksternal berisi bahan-bahan informasi yang dihasilkan oleh suatu lembaga sosial, misalnya majalah, bulletin, pernyataan, dan berita yang disiarkan pada media massa. Dokumen eksternal dapat dimanfaatkan untuk menelaah konteks sosial, kepemimpinan, dan lain-lain.
Validitas Data Validitas data atau kesahihan data merupakan kebenaran data dari hasil penelitian. Hal ini dilakukan oleh peneliti dengan maksud supaya hasil penelitiannya benar-benar dapat dipertangungjawabkan karena validitas data menunjukkan mutu seluruh proses pengumpulan data dalam penelitian. Data yang telah terkumpul diolah dan diuji kebenarannya melalui teknik pemeriksaan tertentu. Dalam penelitian kualitatif terdapat beberapa cara yang bisa dipilih untuk pengembangan validitas (kesahihan) data penelitian, salah satunya adalah dengan menggunakan teknik trianggulasi. Moleong (2002:178) mengemukakan “ Teknik trianggulasi merupakan teknik pemeriksaan keabsahan data yang memanfaatkan sesuatu yang lain diluar data itu untuk keperluan pengecekan atau sebagai pembanding terhadap data itu”. Menurut Patton yang dikutip oleh Sutopo (2002:78) menyatakan bahwa “Ada empat macam teknik trianggulasi yang dipakai yaitu (1) trianggulasi sumber, (2) trianggulasi peneliti, (3) trianggulasi metode, (4) triangulasi teori”. Penjelasan macam triangulasi tersebut adalah sebagai berikut :
1. Triangulasi Sumber Cara ini mengarahkan peneliti agar didalam mengumpulkan data ia wajib menggunakan beragam sumber data yang tersedia. Artinya, data yang sama atau sejenis akan lebih mantap kebenarannya bila digali dari beberapa sumber yang berbeda. Dengan demikian apa yang diperoleh dari sumber yang satu bisa lebih teruji kebenarannya bilamana dibandingkan dengan data sejenis yang diperoleh dari sumber lain yang berbeda, baik kelompok sumber sejenis maupun sumber yang berbeda jenisnya.
l
2. Triangulasi Peneliti Yang dimaksud dengan cara trianggulasi peneliti adalah hasil penelitian baik data ataupun simpulan mengenai bagian tertentu atau keseluruhannya bisa diuji validitasnya dari beberapa peneliti. Dari pandangan dan tafsir yang dilakukan oleh beberapa peneliti terhadap semua informasi yang berhasil digali dan dikumpulkan berupa catatan diharapkan bisa terjadi pertemuan pendapat yang pada akhirnya bisa lebih memantapkan hasil penelitian. 3. Triangulasi Metode Jenis trianggulasi ini bisa dilakukan oleh peneliti dengan mengumpulkan data sejenis tetapi dengan menggunakan teknik atau metode pengumpulan data yang berbeda. Disini yang ditekankan adalah penggunaan pengumpulan data yang berbeda, bahkan lebih jelas untuk diusahakan mengarah pada sumber data yang sama untuk menguji kemantapan informasinya. 4. Triangulasi Teori Trianggulasi ini dilakukan oleh peneliti dengan menggunakan perspektif lebih dari satu teori dalam membahas permasalahan yang dikaji. Dari beberapa perspektif teori tersebut akan diperoleh pandangan yang lebih lengkap, tidak hanya sepihak sehingga bisa dianalisis dan ditarik simpulan yang lebih utuh menyeluruh. Jenis triangulasi yang digunakan dalam penelitian ini untuk mencapai validitas data adalah trianggulasi sumber. Analisis Data Menurut
Lexy
J
Moleong
(2001:103)
“Analisis
data
adalah
proses
pengorganisasian dan pengurutan data ke dalam pola, kategori dan satuan uraian dasar sehingga dapat ditemukan tema dan dirumuskan hipotesa kerja seperti yang disarankan oleh data”. Analisis data tersebut dapat diperoleh dengan cara mengorganisasikan dan mengurutkan data tersebut kedalam kelompok tertentu. Penelitian ini mengunakan analisis data model interaksi. Menurut MB Miles dan AM, Huberman sebagaimana dikutip oleh HB Sutopo (2002:94) “Analisis dalam penelitian kualitatif terdiri dari tiga komponen”, yaitu :
li
1. Reduksi data Merupakan bagian analisis yang berlangsung terus menerus selama kegiatan penelitian bahkan sebelum data benar-benar terkumpul, artinya sebelum data terkumpul secara keseluruhan, proses analisis sudah dilakukan. Reduksi data diartikan
sebagai
proses
pemilihan,
pemusatan
perhatian
pada
penyederhanaan, pengabstrakan dan transformasi data kasar yang muncul dari catatan-catatan tertulis di lapangan. 2. Penyajian Data Proses analisis selanjutnya adalah penyajian data, yaitu mengorganisis informasi secara sistematis untuk mempermudah peneliti dalam menabungkan dan merangkai keterkaitan antar data dalam menyusun penambaran proses serta memahami fenomena yang ada pada objek penelitian
3. Penarikan kesimpulan / verifikasi Data yang diperoleh di lapangan, sejak awal peneliti sudah menarik kesimpulan. Kesimpulan itu mula-mula masih belum jelas dan masih bersifat sementara, tetapi kemudian meningkat sampai pada kesimpulan yang mantap yaitu pernyataan yang telah memiliki landasan yang kuat dari proses analisis data yang dilaksanakan. Data yang diperoleh dari hasil wawancara dan observasi dapat segera ditarik kesimpulan yang bersifat sementara. Agar kesimpulan lebih mantap maka peneliti memperpanjang waktu observasi tersebut sampai ditemukan data baru yang dapat mengubah kesimpulan sementara sehingga diperoleh suatu kesimpulan yang baik.
Simpulan perlu diverifikasi agar cukup mantap dan benar-benar bisa dipertanggungjawabkan. Oleh karena itu perlu dilakukan aktivitas pengulangan untuk tujuan pemantapan, penelusuran data kembali dengan cepat, mungkin sebagai akibat pikiran kedua yang timbul melintas pada peneliti pada waktu menulis sajian data dengan melihat kembali sebentar pada catatan lapangan. Pengumpulan Data
Reduksi Data
lii
Penarikan
Penyajian Data
Gambar 2 : Komponen analisis data model interaktif Sumber : H.B Sutopo (2002:96)
H. Prosedur Penelitian
Prosedur penelitian merupakan tahapan-tahapan dalam penelitian dari awal samapi akhir. Menurut Lexy J Moleong (2002:85) “Tahap-tahap penelitian yang akan dilaksanakan adalah tahap pra lapangan, pekerjaan lapangan, tahap analisis data dan tahap penyusunan laporan”. Penelitian ini dilaksanakan melalui tahap-tahap sebagai berikut : 1. Tahap Persiapan Penelitian Pada tahap ini kegiatan yang dilakukan adalah merencanakan segala sesuatu yang berhubungan dengan pelaksanaan penelitian yakni dari pengajuan judul, penyusunan proposal dan mengurus perijianan untuk memperlancar jalannya kegiatan. 2. Tahap Pengumpulan Data Tahap selanjutnya setelah persiapan peneliti adalah peneliti langsung terjun ke lapangan untuk mengumpulkan data. Dalam pengumpulan data ini peneliti menggunakan teknik wawancara, observasi, dan dokumen. Ketiga teknik ini
liii
digunakan untuk melengkapi data yang lain sehingga data yang dikumpulkan benarbenar valid. 3. Tahap Analisis Data Awal Analisis data awal dilakukan untuk mengetahui apakah data yang telah dikumpulkan tersebut sesuai dengan yang diharapkan sehingga akan dapat diketahui data-data yang diperlukan dan yang tidak diperlukan. Hal ini dilakukan agar data yang diambil benar-benar sesuai dengan hasil yang telah dirumuskan. 4. Tahap Analisis Data Akhir Data yang dianalisis dalam tahap ini adalah seluruh data yang diperoleh dalam mengumpulkan data dan merupakan data yang mendukung tujuan penelitian. Pada tahap akhir ini data dianalis sudah melampai analisis awal. Dengan demikian diharapkan data yang dihasilkan benar-benar valid. 5. Tahap Penarikan Kesimpulan Tahap selanjutnya setelah analisis data akhir adalah menarik kesimpulan yang harus didasarkan pada tujuan penelitian dengan didukung data yang valid sehingga akan diperoleh hasil penelitian yang dapat dipertanggungjawabkan.
6. Tahap Penulisan dan Penggandaan Laporan Tahap selanjutnya setelah penarikan kesimpulan adalah penulisan laporan hasil penelitian yang sesuai dengan aturan-aturan yang ada. Dari hasil penelitian tersebut diharapkan dapat bermanfaat bagi pihak-pihak yang berkepentingan.
liv
Berdasarkan uraian di atas dapat dibuat bagan prosedur penelitian sebagai berikut :
Persiapan
Pengumpulan Data
Analisis Data Awal
Penelitian
Analisis Data Akhir Pembuatan Proposal
Penarikan
Penelitian
Kesimpulan
Pembuatan dan Penggandaan BAB IV HASIL PENELITIAN
E. Deskripsi Lokasi Penelitian 1. Riwayat Singkat Program Community College Program Community College Universitas Sebelas Maret Surakarta berlokasi di jalan Jenderal Ahmad Yani No. 200 Pabelan Surakarta. Program Community College adalah lembaga pelatihan kerja dan profesi pasca SLTA yang mulai tahun 2002 telah dibuka dan diselenggarakan di Universitas Sebelas Maret Surakarta. Penyelenggaraan Community College Universitas Sebelas Maret Surakarta (CC UNS) ini bekerja sama dengan Departemen Pendidikan Nasional dan dunia kerja/industri (DUDI), guna memberikan bekal life skill bagi peserta diklat.
lv
Program Community College UNS mempunyai program keahlian yang selalu berubah setiap tahun, hal ini disebabkan karena program Community College berbasis pada kepentingan masyarakat, jadi program keahlian yang ditawarkan sesuai dengan kebutuhan masyarakat. Pada tahun 2007/2008 program Community College UNS membuka 1 (satu) program keahlian, yaitu Pusdiklat Teknik Otomotif Suzuki UNS bekerjasama dengan PT. Indomobil Niaga Internasional. 2. Latar Belakang Penyelenggaraan Community College Penyelenggaraan Community College Universitas Sebelas Maret dilatarbelakangi oleh : a. Banyaknya lulusan SLTA yang tidak melanjutkan pendidikannya ke jenjang perguruan tinggi. b. Banyaknya angkatan kerja yang tidak dibekali dengan keterampilan kerja yang memadai. c. Banyaknya angka pengangguran yang menjadi masalah secara nasional. d. Kebutuhan TKI legal yang berkualitas yang dibutuhkan oleh beberapa negara tetangga. e. Era global (AFTA) yang tidak dapat dihindari dan harus dihadapi oleh Negara Indonesia.
40 3. Referensi Penyelenggaraan Program Community College
Referensi penyelenggaraan program Community College Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Sebelas Maret Surakarta adalah sebagai berikut : a. Pengalaman pengelolaan Program Pendidikan Teknisi Ahli UNS (PTA-UNS) selama 10 tahun. b. Pengalaman pengelolaan Pusdiklat UNS selama 5 tahun. c. Pengalaman pembinaan SMK di wilayah Surakarta. d. Berpengalaman mengelola LPTK sejak tahun 1968 (sejak era FKT IKIP Surakarta). 4. Kondisi Sumber Daya Manusia Keadaan sumber daya manusia di Community College UNS meliputi peserta diklat tahun 2007/2008 berjumlah 30 peserta dari pemkab Wonogiri.
lvi
Tenaga kependidikan dalam hal ini tenaga pengajar dan instruktur program Community College UNS berjumlah 34 orang. Selain tenaga kependidikan, program Community College UNS memiliki tenaga non kependidikan yang meliputi petugas administrasi dan karyawan yang berjumlah 2 orang. 5. Kurikulum Kurikulum yang digunakan program Community College UNS adalah kurikulum yang berbasis kompetensi diharapkan peserta diklat setelah melalui masa pendidikan dan pelatihan dapat menguasai berbagai kompetensi yang sesuai dengan tuntutan dunia kerja, sedangkan didalam kurikulum berbasis produksi diharapkan tamatan program Community College UNS dapat menjadi sumber daya manusia yang kreatif dan produktif, sehingga dapat menjadi seorang wirausahawan di berbagai bidang yang ditekuni. 6. Sistem Pendidikan Sistem pendidikan yang diterapkan dalam program Community College UNS adalah dengan menggunakan sistem blok. Sistem blok ini berbeda dengan sistem kredit semester. Sistem blok adalah suatu sistem pendidikan dimana peserta diklat dibagi menjadi beberapa kelompok dan masing-masing kelompok harus mengikuti pendidikan dan pelatihan secara teori dan praktek sesuai dengan waktu yang telah ditentukan.
F.
Deskripsi Permasalahan Penelitian
1. Prosedur pelaksanaan Program Community College dalam rangka mempersiapkan tenaga terampil siap pakai di Universitas Sebelas Maret Surakarta. Prosedur dalam pelaksanaan program Community College ditempuh melalui beberapa tahap. Adapun tahap-tahap dalam pelaksanaan program Community College
lvii
dalam rangka mempersiapkan tenaga terampil siap pakai di Universitas Sebelas Maret Surakarta adalah sebagai berikut : a. Pendaftaran Pendaftaran dilakukan di Disduknakertrans Wonogiri. Hal ini dilakukan karena program Community College ini bekerjasama dengan Disduknakertrans Wonogiri. Hal tersebut seperti dikemukakan oleh informan 1 yang mengungkapkan bahwa “Pendaftaran dilakukan di Disduknakertrans Wonogiri.” Pendaftaran dilakukan mulai tanggal 4 Juni-30 Juni 2007. Pendaftaran hanya dilayani di Disduknakertrans Wonogiri dan calon peserta harus datang langsung untuk mendaftar.. Hal tersebut seperti dikemukakan oleh informan 2 yang menyatakan bahwa “Pendaftar yang ingin mengikuti program CC harus mendaftar langsung ke Disduknakertrans Wonogiri … .” Peserta juga harus memenuhi persyaratan yang ada bila mau mengikuti program Community College. Hal tersebut sesuai dengan yang informasi hasil wawancara dengan informan 5, 6, 7. Salah satu informasi dari informan 6 menyatakan bahwa ” Syaratsyaratnya adalah lulusan SMK Otomotif atau SMA jurusan IPA, kemudian belum menikah, fotokopi ijasah atau STTB, kemudian pas photo hitam putih ukuran 3x4 sebanyak 4 lembar, lalu usia maksimal 21 tahun, dan membayar uang pendaftaran sebesar Rp. 50.000,00.” Calon peserta yang tidak memenuhi kualifikasi yang ada maka mereka akan didiskualifikasi. b. Seleksi Seleksi dilakukan untuk mendapatkan calon peserta yang berkualitas dan sesuai dengan persyaratan yang diinginkan. Seleksi dilakukan melalui tes tertulis dan tes wawancara. Hal tersebut seperti dikemukakan oleh informan 7 yang mengungkapkan “… melaksanakan tes uji
gelombang pertama berupa tes tertulis. Setelah gelombang
pertama dinyatakan lulus kemudian melanjutkan ke gelombang kedua yaitu berupa wawancara.” Tes tertulis berisi tentang pengetahuan umum dan pengetahuan tentang mekanik, sedangkan tes wawancara dan psikotes dilakukan untuk mengetahui potensi dan latar belakang calon peserta. Hal tersebut sesuai dengan yang dikemukakan oleh informan 2 yang menyatakan bahwa “Tes Tertulis, yang berisi tentang materi pengetahuan umum dan pengetahuan tentang mekanik… . Wawancara dan Psikotest,
lviii
untuk mengetahui atau menggali latar belakang serta hal-hal yang berkaitan dengan peserta baik kondisi fisik maupun psikis peserta dan juga wawasan tentang materi mesin dan pengoperasiannya.” Berdasarkan hasil seleksi yang telah dilakukan maka tim akan berembuk untuk menentukan siapa calon peserta yang lulus seleksi baik pada tes tertulis dan hasil wawancara. Tabel 1 Hasil seleksi yang dilakukan Community College UNS
Daftar Peserta program Community College UNS Adi Gunawan
Eko Sulistyo
Suyadi
Agung Setyawan
Fredi Suryana
Wasis
Anan Priharjanto
Giyarto
Widodo Hadi Wibowo
Ari Setyawan
Ichsan Wibowo
Ario Permadi
Ismail Ibnu Subroto Sidiq Rochmadi
Aripin Andrian
Maralita Utomo
Aris Setyawan
M. Rofih Nur H
Ariyanto
Rachmawan Pradono
Bukhori Kurniawan Eko Setiarto
Taat Ramadhan Waskito
Ashari Sujarwo
Cahyo Tri Wahono Sandi Prasetyo
Pekik Hartono Hasri Rudi Kiswanto
Rossi Nurdiansyah
Sumber : Kantor Community College, 2007 lix
Eko
Yusuf Setyawan
Pengumuman hasil seleksi dilaksanakan pada tanggal 14 Agustus 2007 yang akan disebarkan di papan informasi Disduknakertrans Wonogiri. Pengumuman akan hasil seleksi hanya terbatas untuk peserta sebanyak 30 orang yang akan menjadi peserta diklat program Community College. Hal tersebut sesuai yang dikemukakan oleh informan 1 yang menyatakan bahwa “Tim akan menyaring peserta yang ada menjadi 30 orang saja.” c. Perkuliahan Perkuliahan bagi peserta program Community College UNS dilakukan selama kurang lebih 7 bulan yang terbagi atas 30% teori dan 70% praktek. Tabel 2 Beban kuliah teori dan praktek Community College UNS
Materi Teori
Jam Kuliah
Total
43 hari X 8 jam 344 jam kerja kerja
Praktek
88 hari X 8 jam 704 jam kerja kerja
Sumber : Kantor Community College UNS, 2007 Perkuliahan dilaksanakan dengan sistem blok. Agar mudah dalam pelaksanaan dan pengendalian maka perkuliahan dilakukan di Community College UNS yang bertempat di Pabelan Kartasura. Hal tersebut sesuai dengan yang dikemukakan oleh informan 2 yang mengungkapkan bahwa “Perkuliahan dilakukan selama + 7 bulan yang bertempat di Community College UNS di Pabelan.” Pada saat perkuliahan para peserta Community College akan diberi bekal teori maupun praktek yang berkaitan dengan kewirausahaan, mekanik kendaraan dan teknologi. Perkuliahan dimaksudkan untuk memberikan bekal teori maupun praktek kepada para peserta program Community College UNS sebagai persiapan untuk lx
melakukan training di bengkel-bengkel Suzuki dan mempersiapkan mereka menjadi tenaga terampil dan mampu menerapkan ilmu yang diperoleh dalam realitas dunia usaha tempat mereka bekerja nantinya. Perkuliahan juga dilakukan di Training Center Suzuki Pusat di Jakarta selama 2 minggu. Hal tersebut sesuai dengan yang dikemukakan oleh informan 2 yang mengungkapkan bahwa “Selain diadakan perkuliahan di UNS Pabelan, perkuliahan juga dilakukan di Training Center Suzuki Pusat di Jakarta selama 2 minggu.” Di sana mereka akan mendapatkan materi tentang high tech maupun materi yang tidak mereka dapatkan di Community College UNS.
d. On The Job Training (OJT) Peserta yang telah menyelesaikan perkuliahan, maka tahap selanjutnya adalah mereka harus melaksanakan OJT (On the Job Training). OJT adalah latihan dengan bekerja secara langsung dalam proses atau jasa di perusahaan, agar peserta memiliki keterampilan dan kompetensi bagi profesi teknisi sesuai yang akan mereka lakukan nantinya. Peserta Community College wajib melaksanakan OJT. Hal tersebut sesuai dengan yang dikemukakan oleh informan 1 yang mengungkapkan bahwa “Peserta CC juga harus menempuh OJT.” Tabel 3 Daftar Peserta On the Job Training (OJT)
No
Nama
1
Adi Gunawan
2
Agung Setyawan
3
Anan Priharjanto
4
Ari Setyawan
5
Ario Permadi
6
Aripin Andrian
Tempat OJT
Alamat
PT. Anugrah Mobil Utama
Jl. Warung Buncit Raya No. 203 Mampang Prapatan Jakarta Selatan
PT. Sunmotor Buana Trada
Jl. Letjen Suprapto M. 78 Cempaka Putih Jakarta Pusat
PT. Buana Indomobil Trada - Jl. Pantai Indah Selatan 1 ST/A, PIK Pantai Indah Kapuk Jakarta Utara
lxi
7
Aris Setyawan
8
Ariyanto
9
Bukhori Taat Kurniawan
10
Eko Setiarto
11
Eko Sulistyo
12
Fredi Suryana
13
Giyarto
14
Ichsan Ashari Wibowo
15
Ismail Ibnu Subroto
16
Maralita Cahyo U M. Rofih Nur H
PT. Karya Agung Alexander Motor - Bungur
Jl. Bungur Besar raya No. 70, Bungur Kemayoran Jakarta Pusat
PT. Handijaya Buana Trada
Jl. Gunung Sahari Raya No. 34, Ancol – Pademangan Jakarta Utara
PT. Citra Asri Buana – Kebayoran Lama
Jl. Raya Kebayoran Lama No. 2, Kel. Grogol Utara Jakarta Selatan
PT. Rachmat Mas Adisons
Jl. Kapten Tendean No. 47, Mampang Jakarta Selatan
PT. CSM Corporatama
Jl. Hayam Wuruk No. 6 Jakarta Pusat
PT. Remaja Motor
Jl. Raya Kudus – Pati Km. 3 Kudus
CV. Pulung Abadi
Jl. Jenderal Sudirman No. 293 Semarang
PT. SunMotor Indosentra Trada
Jl. Madukoro No. 4-5 (Kompleks PRPP) Semarang
PT. Solo Indonesia Utama
Jl. Raya Kartasura Km. 8 Pabelan Solo
PT. Solo Indonesia Utama
Jl. Raya Solo-Klaten Km. 4 Ngaran Mlese Klaten
PT. SumberBaru AnekaMotor
Jl. Jend. Gatot Subroto No. 36 Gunung Simping Cilacap
17
18
Rachmawan Pekik Pradono
19
Ramadhan Hasri Waskito
20
Rossi Nurdiansyah
21
Rudi Kiswanto
22
Suyadi
23
Wasis
24
Widodo Hadi Wibowo
25
Sujarwo
26
Sidiq Rochmadi
lxii
27
Tri Wahono
28
Sandi Eko Prasetyo
29
Hartono
PT. SumberBaru SentralMotor
Jl. Ahmad Yani No. 378A Magelang
FA. Pusaka Motor – Pasar Minggu
Jl. Raya Pasar Minggu No. 36 Jakarta Selatan
Sumber : Kantor Community College UNS, 2008 OJT dilaksanakan selama 2 bulan. Pelaksanaan OJT dimulai tanggal 14 Juli sampai dengan tanggal 13 September 2008. Hal tersebut sesuai dengan yang dikemukakan oleh informan 6 yang mengungkapkan bahwa “…dilanjutkan OJT
di
bengkel resmi di seluruh Jawa selama 2 bulan.” Setiap peserta akan disebar dan ditempatkan di bengkel-bengkel Suzuki untuk melakukan OJT. Penempatan peserta untuk melakukan OJT ditentukan oleh PT. Indomobil Niaga International secara langsung sehingga peserta tidak perlu memilih bengkel tempat mereka akan melakukan OJT. Hal tersebut sesuai dengan yang dikemukakan oleh informan 1 yang mengungkapkan bahwa “Dalam penentuan tempat OJT, akan ditentukan dari pihak Suzuki pusat langsung.” e. Penempatan Kelebihan dari adanya program Community College UNS adalah bahwa adanya kepastian bagi peserta untuk bekerja di bengkel Suzuki. Hal tersebut sesuai dengan yang dikemukakan oleh informan 5 yang mengungkapkan bahwa “… setelah kita lulus kita pasti ditempatkan untuk bekerja di bengkel resminya Suzuki.” Peserta program Community College yang telah menempuh semua kegiatan yang diselenggarakan dan lulus dari program Community College maka mereka punya kesempatan untuk bekerja di bengkel Suzuki sebagai tenaga teknisi. Hal tersebut sesuai dengan yang diutarakan informan 1 yang menyatakan bahwa “Bagi peserta yang sudah menyelesaikan perkuliahan dan juga telah lulus dari CC maka peserta tersebut akan direkrut oleh pihak Suzuki langsung yang akan dipekerjakan sebagai tenaga mekanik yang akan ditempatkan di seluruh bengkel Suzuki yang tersebar di seluruh Indonesia.” Tabel 4 penempatan kerja peserta Community College UNS
lxiii
Penempatan
Alamat
Efektif Per-
Keterangan
PT.CITRA ASRI BUANAKEBAYORAN LAMA
Jl. Raya Kebayoran Lama No.2, Kel.Grogol Utara, Jakarta Selatan
Desember 2008
-
-
-
-
Menikah
PT. ANUGRAH MOBIL UTAMA
Jl. Warung Buncit Raya No. 203, Mampang Prapatan, Jakarta Selatan
Januari 2009
Eko Sulistyo
PT. SOLO INDONESIA UTAMA
Jl. Raya Kartasura Km. 8, Pabelan Surakarta
Januari 2009
Giyarto
PT.CITRA ASRI BUANAKEBAYORAN LAMA
Jl. Raya Kebayoran Lama No.2, Kel.Grogol Utara, Jakarta Selatan
Desember 2008
Adi Gunawan
PT.MEGA MOBIL UTAMA (CHERY INDOMOBIL)
Jl.Raya Solo Permai CA.43-47, Solo Baru, Sukoharjo
Januari 2008
PT.MEGAHPUTRA SEJAHTERA-MAKASSAR
Jl. G. Latimojong No.131 Makassar
Januari 2009
-
PT.MEGAHPUTRA SEJAHTERA-MAKASSAR
Jl. G. Latimojong No.131 Makassar
Januari 2009
-
PT.CITRA ASRI BUANAKEBAYORAN LAMA
Jl. Raya Kebayoran Lama No.2, Kel.Grogol Utara, Jakarta Selatan
Desember 2008
-
PT. SOLO INDONESIA UTAMA
Jl. Raya Kartasura Km. 8, Pabelan Surakarta
Januari 2009
PT. SOLO INDONESIA UTAMA
Jl. Raya Kartasura Km. 8, Pabelan Surakarta
Januari 2009
Wasis
PT.MEGAHPUTRA SEJAHTERA-MAKASSAR
Jl. G. Latimojong No.131 Makassar
Januari 2009
-
Tri Wahono
PT.NUSANTARA JAYA SENTOSA
Jl. Soekarno-Hatta No. 289
Pebruari 2009
-
Nama Fredi Suryana Aris Setiawan Sidiq Rochmadi
Rudi Kiswanto Rossi Nurdiansyah Agung Setyawan Maralita Cahyo Utomo M Rofih Nur Hidayat
lxiv
-
Sujarwo
PT.NUSANTARA JAYA SENTOSA
Jl. Soekarno-Hatta No. 289
Pebruari 2009
-
-
-
-
Mengundurkan diri dengan alasan melanjutkan kuliah
PT.NUSANTARA JAYA SENTOSA
Jl. Soekarno-Hatta No. 289
Pebruari 2009
-
PT. UNITED INDOBALI
Jl. Imam Bonjol No. 537, Denpasar Bali
Pebruari 2009
PT.NUSANTARA JAYA SENTOSA
Jl. Soekarno-Hatta No. 289
Pebruari 2009
-
PT.NUSANTARA JAYA SENTOSA
Jl. Soekarno-Hatta No. 289
Pebruari 2009
-
PT.NUSANTARA JAYA SENTOSA
Jl. Soekarno-Hatta No. 289
Pebruari 2009
-
PT.NUSANTARA JAYA SENTOSA
Jl. Soekarno-Hatta No. 289
Pebruari 2009
-
PT. UNITED INDOBALI
Jl. Imam Bonjol No. 537, Denpasar Bali
Pebruari 2009
-
-
-
PT. SALUYU MOTOR
JL. Gatot Subroto No. 162 Bandung
Pebruari 2009
Hartono
PT. SALUYU MOTOR
JL. Gatot Subroto No. 162 Bandung
Pebruari 2009
Eko Setiarto
PT. SALUYU MOTOR
JL. Gatot Subroto No. 162 Bandung
Pebruari 2009
Sandi Eko Prasetyo
Ramadhan Hasri Waskito Suyadi Aripin Andrian Ichsan Ashari Wibowo Widodo Hadi Wibowo Anan Priharjanto Ari Setyawan Rachmawan Pekik Pradono Bukhori Taat Kurniawan
lxv
Menikah
Ismail Ibnu Subroto
Ariyanto
Ario Permadi Yusuf
Jl. Pegangsaan Dua No. 16, Kelapa Gading, PT. PANCA JULANGJAYA Jakarta Utara MOTOR - KELAPA GADING
Pebruari 2009
Jl. Pegangsaan Dua No. 16, Kelapa Gading, PT. PANCA JULANGJAYA Jakarta Utara MOTOR - KELAPA GADING
Pebruari 2009
-
-
-
Keluar
-
-
-
Keluar
Setyawan
Sumber : Kantor Community College UNS, 2009 Penempatan peserta di bengkel Suzuki berdasarkan rangking nilai yang mereka peroleh dari total nilai keseluruhan yang mereka lakukan di Community College. Bagi mereka yang nilainya baik akan langsung ditempatkan di bengkel yang membutuhkan dan bagi yang nilainya standar menunggu adanya permintaan tenaga teknisi dari bengkel Suzuki di seluruh Indonesia. Penempatan peserta di bengkel Suzuki ditentukan langsung dari pusat yaitu langsung dari PT. Indomobil Suzuki International sebagai induk dari Suzuki. Hal tersebut sesuai dengan yang diutarakan informan 1 yang menyatakan bahwa “Penempatan peserta CC ditentukan oleh pihak Suzuki Pusat di Jakarta… .”
2. Faktor pendukung dan penghambat pelaksanaan program Community College dalam rangka mempersiapkan tenaga terampil siap pakai di Universitas Sebelas Maret Surakarta Dalam pelaksanaan program Community College dalam rangka mempersiapkan tenaga terampil siap pakai di Universitas sebelas Maret Surakarta ada beberapa faktor
lxvi
pendukung maupun faktor penghambat yang mempengaruhi baik dari pihak Community College, pihak Suzuki, maupun yang dialami peserta. Faktor pendukung dan juga faktor penghambat yang dialami pihak Community College dalam pelaksanaan program Community College dalam rangka mempersiapkan tenaga terampil siap pakai di Universitas sebelas Maret ada beberapa macam. Faktor pendukungnya antara lain karena masih kurangnya tenaga yang terampil dan handal dalam bidang teknisi di dunia kerja sehingga tenaga mereka masih sangat dibutuhkan. Hal tersebut sesuai dengan yang dikemukakan oleh informan 1 yang menyatakan bahwa “Kebutuhan tenaga teknisi tingkat menengah di dunia kerja.” Sumber daya manusia yang dimiliki UNS yang handal dan berkualitas juga menjadi faktor pendorong. Hal tersebut sesuai dengan yang dikemukakan oleh informan 2 yang menyatakan bahwa “… CC merupakan program yang dibentuk oleh UNS yang bertujuan untuk menghasilkan teknisi yang berkualitas karena dididik oleh tenaga pengajar yang handal dari pihak UNS sendiri yang sudah berpengalaman.” Faktor penghambatnya adalah program ini merupakan program semacam kursus ataupun pusdiklat bagi siswa yang baru lulus dari SMK sehingga peserta yang ada disini tidak akan mendapatkan gelar sarjana atau ahli madya. Hal tersebut sesuai dengan yang dikemukakan oleh informan 1 yang menyatakan bahwa “Mayoritas lulusan siswa menginginkan kuliah di Program S1 dan D3.” Para siswa banyak yang menginginkan ada tindak lanjut dari program ini, misalnya ada kesempatan untuk bisa melanjutkan untuk memperdalam ilmunya di perguruan tinggi. Mahalnya biaya untuk melaksanakan program ini juga menjadi faktor penghambatnya. Hal tersebut sesuai dengan yang dikemukakan oleh informan 2 yang menyatakan bahwa “… masalah biaya, karena untuk melaksanakan program ini memerlukan berbagai sarana dan prasarana yang cukup supaya program ini berhasil.” Faktor pendukung dan juga faktor penghambat yang dialami pihak Suzuki dalam pelaksanaan program Community College dalam rangka mempersiapkan tenaga terampil siap pakai di Universitas sebelas Maret juga ada beberapa macam. Faktor pendukung program Community College adalah karena dari pihak perguruan tinggi memiliki tenaga ahli dan berpengalaman yang mampu mengelola pendidikan teknisi yang dulu hanya dikelola PT. Indomobil Niaga International sehingga sekarang pengelolaan pendidikan teknisi ditangani oleh pihak UNS. Hal tersebut sesuai dengan lxvii
yang dikemukakan oleh informan 3 yang menyatakan bahwa “… Perguruan Tinggi tentu punya segudang cara untuk mendidik manusia , banyak aktor intelektual.” Faktor penghambat program Community College adalah karena adanya peralihan pengelolaan maka pihak Suzuki harus ikut serta dalam membangun infrastruktur yang ada di Community College UNS. Pembangunan tersebut harus dilakukan karena adanya kerjasama dintara pihak Suzuki dan pihak Community College yaitu adanya pembangunan infrastruktur secara bersama. Hal ini menimbulkan pihak Suzuki harus mengeluarkan biaya yang banyak untuk ikut membangun di
kampus Community
College UNS di Pabelan. Hal tersebut sesuai dengan yang dikemukakan oleh informan 4 yang menyatakan bahwa “… dari segi biaya yang dihasilkan akan tinggi karena kami juga harus membangun infrastruktur di UNS juga.” Faktor pendukung dan juga faktor penghambat yang dialami pihak peserta program Community College UNS dalam pelaksanaan program Community College dalam rangka mempersiapkan tenaga terampil siap pakai di Universitas sebelas Maret juga ada beberapa macam. Faktor pendukung program ini adalah bagi peserta yang telah lulus dari program ini dan berhasil menyelesaikan program ini akan mempunyai kesempatan untuk bekerja di bengkel Suzuki di seluruh Indonesia sebagai tenaga teknisi. Hal tersebut sesuai dengan yang dikemukakan oleh informan 5 yang menyatakan bahwa “… setelah kita lulus kita pasti ditempatkan untuk bekerja di bengkel resminya Suzuki.” Faktor penghambatnya adalah untuk mengelola dan melaksanakan program ini memerlukan biaya yang sangat banyak tetapi biaya yang ada terbatas sehingga tidak semua sarana dan prasarana ada. Hal tersebut sesuai dengan yang dikemukakan oleh informan 6 yang mengemukakan bahwa “… segi sarana dan prasarana yang kurang mendukung… .” Biaya yang tidak terduga juga menjadi faktor penghambat karena biaya ini harus dikeluarkan dan pembayarannya tidak kita duga sama sekali. Hal tersebut sesuai dengan yang dikemukakan oleh informan 5 yang menyatakan adanya “… biaya tak terduga misalnya untuk OJT itu harus biaya sendiri dan training di Jakarta juga harus dengan biaya sendiri.”
lxviii
3. Upaya yang dilakukan untuk mengatasi hambatan dalam pelaksanaan program Community College dalam rangka mempersiapkan tenaga terampil siap pakai di Universitas sebelas Maret Surakarta Dalam pelaksanaan program Community College dalam rangka mempersiapkan tenaga kerja siap pakai ada beberapa hambatan yang terjadi. Hambatan yang dialami oleh pihak Community College sebagian besar karena mahalnya biaya untuk mengadakan program Community College ini. Program ini dapat berjalan karena adanya kerjasama antara pihak Community College UNS dengan pihak PT. Indomobil Suzuki International. Hambatan tersebut diatasi dengan sharing biaya. Hal tersebut sesuai dengan yang dikemukakan oleh informan 1 yang menyatakan bahwa “Adanya bantuan biaya dari pemerintah daerah dan juga bantuan sarana dan prasarana penunjang dari pihak Suzuki.” Hambatan yang dialami oleh pihak Suzuki karena biaya yang cukup tinggi yang harus dikeluarkan pihak PT. Indomobil Niaga International. Cara pemecahan dari masalah tersebut adalah bahwa pengadaan sarana dan prasarana penunjang akan dilengkapi secara bertahap dan juga mengadakan kuliah pemantapan di Training Center di Pulo gadung di Jakarta. Hal tersebut sesuai dengan yang dikemukakan oleh informan 3 yang menyatakan bahwa ”Secara bertahap kita menambah peralatan dan mengadakan kuliah pemantapan di TC Pulo Gadung selama 2 minggu.” Hambatan yang dialami oleh pihak peserta antara lain karena sarana dan prasarana yang kurang mendukung dan juga adanya biaya yang tidak terduga. Cara pemecahan dari masalah sarana dan prasarana yang kurang mendukung adalah dengan berusaha mencari ilmu dari luar misalnya belajar dari bengkel-bengkel lain. Hal tersebut sesuai dengan yang informasi hasil wawancara dengan informan 5, 6, 7 . Salah satu informasi dari informan 6 menyatakan bahwa “Saya berusaha untuk mencari ilmu dari luar misalnya PKL lagi di bengkel di daerah saya.” Cara pemecahan masalah yang menyangkut biaya tidak terduga yaitu mereka akan minta uang kepada orang tua
lxix
mereka masing-masing. Hal tersebut sesuai dengan informasi hasil wawancara dengan informan 5, 6, 7. Salah satu informasi dari informan 5 menyatakan bahwa ”… masalah biaya saya sudah ancang-ancang sama orang tua… .”
G.
Temuan Studi yang Dihubungkan dengan Kajian Teori
1. Prosedur pelaksanaan Program Community College dalam rangka mempersiapkan tenaga terampil siap pakai di Universitas Sebelas Maret Surakarta. Dalam Rencana Pelaksanaan Program Community College UNS meliputi tahaptahap yaitu : 1) Tahap Persiapan yang meliputi : pengajuan kerjasama, sosialisasi, 2) Tahap Pelaksanaan yang meliputi : pendaftaran, seleksi, pengumuman, perkuliahan, OJT, wisuda, 3) Penempatan lulusan (Community College UNS. Rencana Pelaksanaan Program Community College Tahun 2007). Adapun tahap dalam prosedur pelaksanaan program Community College dalam rangka mempersiapkan tenaga terampil siap pakai di Universitas Sebelas Maret adalah sebagai berikut : a. Pendaftaran Calon peserta yang ingin mengikuti program Community College harus mendaftar terlebih dahulu di Disduknakertrans Wonogiri. Peserta harus mendaftar secara langsung ke Disduknakertrans dan tidak dapat diwakilkan. Berdasarkan hasil penelitian, calon peserta yang akan mengikuti program Community College harus memenuhi semua persyaratan yang ada. Menurut Lin Grensing-Pophal (2007:14) menyatakan bahwa “Pastikan agar setiap persyaratan yang anda ajukan benar-benar terkait secara khusus dengan pekerjaan”. Persyaratan yang harus diperhatikan calon peserta program Community College adalah adalah lulusan SMK Otomotif atau SMA jurusan IPA, kemudian belum menikah, fotokopi ijasah atau STTB, kemudian pas photo hitam putih ukuran 3x4 sebanyak 4 lembar, lalu usia
lxx
maksimal 21 tahun, dan membayar uang pendaftaran sebesar Rp. 50.000,00. Calon peserta yang tidak memenuhi kualifikasi yang ada maka mereka dianggap gugur. b. Seleksi Seleksi dilakukan untuk mendapatkan calon peserta program Commmunity College yang berkualitas. Menurut Drs. Alex S. Nitisemito dalam www. Shvoong.com tanggal 17 April 2009 menyatakan bahwa “Seleksi adalah kegiatan suatu perusahaan/instansi untuk memilih pegawai yang paling tepat dan dalam jumlah yang tepat pula dari calon yang dapat ditariknya”. Seleksi dilakukan sebanyak 2 kali yang meliputi tes tertulis dan tes wawancara. Seleksi tertulis dengan materi tertulis berisi tentang pengetahuan umum dan pengetahuan tentang mekanik. Tes wawancara bertujuan untuk mengetahui potensi dan latar belakang calon peserta. Menurut Lin Grensing Pophal, SPHR (2007:70) menyatakan bahwa “wawancara adalah unsur yang sangat penting dalam mengambil keputusan merekrut karyawan”. Pengumuman akan hasil seleksi akan disebarluaskan dipapan informasi Dinas Kependudukan, Tenaga Kerja dan Transmigrasi Kabupaten Wonogiri. Berdasarkan hasil penelitian, dalam menentukan calon peserta yang lulus seleksi tim akan berembug terlebih dahulu dan berdasarkan nilai tes tertulis dan wawancara. Pengumuman calon peserta yang dinyatakan lulus seleksi dilakukan dengan menempelkan di papan informasi di Disduknakertrans. Peserta yang akan dididik menjadi tenaga teknisi diambil sebanyak 30 orang. c. Perkuliahan Para peserta program Community College agar dapat melaksanakan pekerjaan mereka maka mereka perlu mendapatkan pendidikan maupun pelatihan sesuai dengan bidang pekerjaan yang akan mereka kerjakan nantinya. Perkuliahan
bagi peserta
program Community College UNS dilakukan kurang lebih 7 bulan yang terbagi 30% teori dan 70% praktek. Materi dalam perkuliahan berupa teori maupun praktek yang berkaitan dengan kewirausahaan, mekanik kendaraan dan teknologi. Berdasarkan hasil penelitian perkuliahan dilakukan melalui pemberian teori di kelas maupun praktek langsung. Perkuliahan dilakukan di Community College UNS di Pabelan selama + 7 bulan.Perkuliahan dilakukan dengan sistem blok. Perkuliahan juga lxxi
dilakukan di Training Center Suzuki Pusat di Jakarta selama 2 minggu. Disana mereka mendapatkan materi tentang high tech dan materi yang belum didapatkan di Community College UNS. d. On the Job Training Peserta yang telah melalui perkuliahan di Community College UNS maupun telah melakukan kuliah di Training Center Suzuki di Pulo Gadung Jakarta maka mereka harus menerapkan teori maupun praktek yang telah diberikan untuk melakukan On the Job Training (OJT). Menurut Oemar Hamalik (2001:21) menyatakan bahwa “On the Job Training bertujuan untuk memberikan kecakapan yang diperlukan dalam pekerjaan tertentu sesuai dengan tuntutan kemampuan bagi pekerjaan tersebut”. Mereka akan dilatih untuk mengerjakan tugas maupun pekerjaan yang akan mereka kerjakan natinya yaitu sebagai tenaga teknisi. Berdasarkan hasil penelitian, OJT dilakukan selama 2 bulan. Peserta akan ditempatkan di seluruh bengkel Suzuki di seluruh pulau Jawa. Peserta yang akan melakukan OJT akan ditempatkan oleh PT. Indomobil Niaga International secara langsung sehingga peserta tidak perlu mencari tempat untuk OJT sendiri. e. Penempatan Peserta program Community College yang telah menyelesaikan pendidikan dan pelatihan di Community College UNS maka mereka akan direkrut langsung oleh pihak PT. Indomobil Niaga International sebagai karyawan mereka. Peserta Community College akan dipekerjakan sebagai tenaga teknisi di bengkel-bengkel Suzuki di seluruh Indonesia. Berdasarkan hasil penelitian, penempatan kerja peserta berdasarkan rangking nilai yang mereka peroleh saat melakukan program Community College UNS mulai dari awal sampai akhir. Bagi mereka yang nilainya baik akan langsung ditempatkan di bengkel yang membutuhkan dan bagi yang nilainya standar menunggu adanya permintaan tenaga teknisi dari bengkel Suzuki di seluruh Indonesia. Penempatan tempat untuk bekerja ditentukan pihak PT. Indomobil Niaga International secara langsung sehingga peserta yang akan ditempatkan untuk bekerja tidak dapat memilih.
lxxii
2. Faktor pendukung dan penghambat pelaksanaan program Community College dalam rangka mempersiapkan tenaga terampil siap pakai di Universitas Sebelas Maret Surakarta Dalam pelaksanaan program Community College dalam rangka mempersiapkan tenaga terampil siap pakai di Universitas Sebelas Maret Surakarta ada beberapa faktor yang mempengaruhi baik faktor yang mendukung maupun faktor yang menghambat. Berdasarkan hasil penelitian faktor yang mendukung maupun faktor yang menghambat yang dialami pihak Community College UNS selama pelaksanaan program Community College dalam rangka membentuk tenaga terampil siap pakai adalah sebagai berikut : a. Faktor Pendukung 1. Masih kurangnya tenaga yang terampil dan handal dalam bidang teknisi di dunia kerja sehingga tenaga terampil masih banyak yang dibutuhkan. 2. Sumber daya manusia yang dimiliki UNS yang handal dan berkualitas sehingga mereka mampu menghasilkan tenaga terampil yang terdidik dan professional. b. Faktor Penghambat 1. Peserta yang telah menyelesaikan pendidikan di Community College UNS tidak akan mendapatkan gelar sarjana atau ahli madya. 2. Mahalnya biaya untuk melaksanakan program karena pengadaan sarana dan prasarana yang lengkap supaya program ini berhasil. Faktor yang mendukung maupun faktor yang menghambat yang dialami pihak Suzuki selama pelaksanaan program Community College dalam rangka membentuk tenaga terampil siap pakai adalah sebagai berikut : a. Faktor Pendukung 1. pihak perguruan tinggi memiliki tenaga ahli dan berpengalaman yang mampu mengelola pendidikan teknisi yang dulu hanya dikelola PT. Indomobil Niaga International. lxxiii
b. Faktor Penghambat 1. Pihak Suzuki harus ikut serta dalam membangun infrastruktur yang ada di Community College UNS sehingga biaya yang dikeluarkan pihak Suzuki besar. Faktor yang mendukung maupun faktor yang menghambat yang dialami peserta Community College UNS dalam pelaksanaan program Community College dalam rangka membentuk tenaga terampil siap pakai adalah sebagai berikut : a. Faktor Pendukung 1. Peserta yang telah lulus dan mampu menyelesaikan program Community College UNS akan mempunyai kesempatan untuk bekerja di bengkel Suzuki di seluruh Indonesia sebagai tenaga teknisi b. Faktor Penghambat 1. Pengelolaan dan pelaksanaan program Community College memerlukan biaya yang sangat banyak tetapi biaya yang ada terbatas sehingga tidak semua sarana dan prasarana ada. 2. Adanya biaya-biaya yang tidak terduga yang harus dikeluarkan peserta Community College UNS.
3. Upaya yang dilakukan untuk mengatasi hambatan dalam pelaksanaan program Community College dalam rangka mempersiapkan tenaga terampil siap pakai di Universitas sebelas Maret Surakarta Analisis SWOT adalah identifikasi berbagai faktor secara sistematis untuk merumuskan strategi perusahaan. SWOT singkatan dari lingkungan internal Strengths dan Weaknesses serta lingkungan eksternal Opportunities dan Threats. Peluang (Opportunities) dari CC adalah dunia kerja masih membutuhkan tenaga terampil yang banyak; banyak lulusan SMK yang belum bisa diserap di dunia kerja tapi tidak bisa meneruskan ke perguruan tinggi. Ancaman (Threats) dari CC adalah adanya LPK lain; persepsi masyarakat yang lebih mementingkan gelar daripada ketrampilan. Kekuatan
lxxiv
(Strengths) dari CC adalah karena nama besar UNS yang terkenal di masyarakat; sarana dan prasarana atau infrastruktur yang sudah ada tinggal dilengkapi. Kelemahan (Weaknesses) dari CC adalah pendanaan mandiri; birokrasi atau alur yang terlalu rumit. Berdasarkan hasil penelitian upaya yang dilakukan untuk mengatasi hambatan dalam pelaksanaan program Community College dalam rangka mempersiapkan tenaga terampil siap pakai di Universitas Sebelas Maret yang dialami oleh pihak Community College UNS, pihak Suzuki maupun peserta ada berbagai cara masing-masing yang mereka lakukan. Pihak Community College mengatasi masalah yang terjadi dengan cara sharing biaya antara pihak Community College dan pihak Suzuki. Pihak Suzuki mengatasi masalah yang terjadi dengan cara pengadaan sarana dan prasarana penunjang dilakukan secara bertahap. Adanya pemantapan kuliah di Training Center di Pulo Gadung Jakarta juga merupakan pemecahan masalah yang dilakukan pihak Suzuki. Peserta Community College mengatasi permasalahan yang ada dengan cara dengan berusaha mencari ilmu dari luar misalnya belajar dari bengkel-bengkel lain. Masalah biaya tidak terduga, mereka mengatasinya dengan meminta uang kepada orang tua peserta masing-masing. BAB V SIMPULAN, IMPLIKASI, DAN SARAN
A. Simpulan Pelaksanaan program Community College dalam rangka mempersiapkan tenaga kerja siap pakai di Universitas Sebelas Maret Surakarta pada saat ini sudah berjalan baik meskipun tidak sesuai dengan target yang diharapkan. Target dari program ini adalah membentuk tenaga terampil siap pakai sebanyak 30 orang tetapi yang berhasil menyelesaikan program ini hanya sebanyak 25 orang. Pelaksanaan program ini dapat memacu pertumbuhan sektor nonformal yang pada akhirnya nanti akan dapat meningkatkan pendapatan serta memberikan konstribusi pada perbaikan ekonomi daerah dan nasional. Pelaksanaan program Community College dalam rangka mempersiapkan tenaga kerja siap pakai di Universitas Sebelas Maret Surakarta dapat diambil kesimpulan sebagai berikut :
lxxv
1. Prosedur pelaksanaan program Community College dalam rangka mempersiapkan tenaga terampil siap pakai di Universitas Sebelas Maret Surakarta meliputi : 1) Pendaftaran Pendaftaran dilakukan di Disduknakertrans Wonogiri. Pendaftar yang ingin mengikuti program Community College harus mendaftar langsung ke Disduknakertrans Wonogiri dan tidak boleh diwakilkan. Peserta juga harus memenuhi persyaratan yang ada bila mau mengikuti program Community College UNS. 2) Seleksi Seleksi dilakukan untuk mendapatkan calon peserta yang berkualitas dan sesuai dengan persyaratan yang diinginkan. Seleksi dilakukan melalui tes tertulis dan tes wawancara. Berdasarkan hasil seleksi yang telah dilakukan maka tim akan berembuk untuk menentukan siapa calon peserta yang lulus seleksi baik pada tes tertulis dan hasil wawancara. Pengumuman akan hasil seleksi akan ditempel di papan informasi Disduknakertrans Wonogiri dan diambil peserta sebanyak 30 orang yang akan menjadi peserta diklat program Community College UNS. 57
3) Perkuliahan
Perkuliahan bagi peserta program Community College UNS dilakukan selama kurang lebih 7 bulan yang terbagi atas 30% teori dan 70% praktek. Perkuliahan dilakukan di Community College UNS yang bertempat di Pabelan Kartasura. Para peserta Community College akan diberi bekal teori maupun praktek yang berkaitan
dengan
kewirausahaan,
mekanik
kendaraan
dan
teknologi.
Perkuliahan juga dilakukan di Training Center Suzuki Pusat di Jakarta selama 2 minggu. Disana peserta program akan belajar tentang high tech maupun materi yang tidak diperoleh di Community College UNS. 4) On the Job Training OJT dilakukan agar para peserta CC dapat mempraktekkan ilmu yang sudah didapatkannya dan dapat dipergunakan dalam dunia usaha. Pelaksanaan OJT dilakukan selama 2 bulan dan harus diikuti semua peserta. Peserta akan
lxxvi
ditempatkan di seluruh bengkel Suzuki yang ada di Indonesia. Penempatan OJT ditentukan langsung dari PT. Indomobil Niaga International. 5) Penempatan Peserta program Community College yang telah menempuh semua kegiatan yang diselenggarakan dan lulus dari program Community College maka mereka punya kesempatan untuk bekerja di bengkel Suzuki sebagai tenaga teknisi. Penempatan peserta di bengkel Suzuki berdasarkan rangking yang mereka peroleh pada saat mereka masih mengadakan perkuliahan di Community College UNS. Penempatan peserta di bengkel Suzuki ditentukan langsung dari pusat yaitu langsung dari PT. Indomobil Suzuki International.
2. Faktor pendukung dan faktor penghambat pelaksanaan program Community College dalam rangka mempersiapkan tenaga terampil siap pakai di Universitas Sebelas Maret Surakarta ada beberapa macam. Faktor pendukung dan faktor penghambat yang dialami pihak Community College adalah : a. Faktor Pendukung 1) Masih kurangnya tenaga yang terampil dan handal dalam bidang teknisi di dunia kerja sehingga tenaga terampil masih banyak yang dibutuhkan. 2) Sumber daya manusia yang dimiliki UNS yang handal dan berkualitas sehingga mereka mampu menghasilkan tenaga terampil yang terdidik dan professional. b. Faktor Penghambat 1) Peserta yang telah menyelesaikan pendidikan di Community College UNS tidak akan mendapatkan gelar sarjana atau ahli madya. 2) Mahalnya biaya untuk melaksanakan program karena pengadaan sarana dan prasarana yang lengkap supaya program ini berhasil. Faktor yang mendukung maupun faktor yang menghambat yang dialami pihak Suzuki adalah :
lxxvii
a. Faktor Pendukung 1) Pihak perguruan tinggi memiliki tenaga ahli dan berpengalaman yang mampu mengelola pendidikan teknisi yang dulu hanya dikelola PT. Indomobil Niaga International. b. Faktor Penghambat 1) Pihak Suzuki harus ikut serta dalam membangun infrastruktur yang ada di Community College UNS sehingga biaya yang dikeluarkan pihak Suzuki besar. Faktor yang mendukung maupun faktor yang menghambat yang dialami peserta Community College UNS adalah :
a. Faktor Pendukung 1) Peserta yang telah lulus dan mampu menyelesaikan program Community College UNS akan mempunyai kesempatan untuk bekerja di bengkel Suzuki di seluruh Indonesia sebagai tenaga teknisi b. Faktor Penghambat 1) Pengelolaan dan pelaksanaan program Community College memerlukan biaya yang sangat banyak tetapi biaya yang ada terbatas sehingga tidak semua sarana dan prasarana ada. 2) Adanya biaya-biaya yang tidak terduga yang harus dikeluarkan peserta Community College UNS. 3. Upaya yang dilakukan dalam menghadapi hambatan yang dijumpai saat pelaksanaan program Community College
dari pihak masing-masing berbeda-beda. Pihak
Community College mengatasi masalah dengan melakukan sharing biaya dengan pihak Suzuki sehingga pihak Community College tidak terlalu besar dalam mengeluarkan biaya. Pihak Suzuki mengatasi masalah yang terjadi dengan cara pengadaan sarana dan prasarana penunjang dilakukan secara bertahap. Pemantapan kuliah di Training Center di Pulo Gadung Jakarta juga merupakan pemecahan masalah yang dilakukan pihak Suzuki. Peserta Community College lxxviii
mengatasi permasalahan dengan cara berusaha mencari ilmu dari luar misalnya belajar dari bengkel-bengkel lain atau dari buku. Biaya tidak terduga diatasi peserta dengan cara meminta uang dari orang tua masing-masing. B. Implikasi Berdasarkan pada kesimpulan-kesimpulan yang telah dikemukakan, maka dikemukakan implikasi hasil penelitian. Implikasi dari hasil penelitian ini adalah sebagai berikut : 1. Implikasi Teoritis Hasil penelitian diharapkan dapat memberikan sumbangan pemikiran dalam perkembangan ilmu pengetahuan khususnya pendidikan keterampilan hidup.
2. Implikasi Praktis Penelitian ini diharapkan mampu memberikan masukan kepada
pihak
Community College UNS untuk meningkatkan pelaksanaan program Community College dengan lebih baik dan bersama-sama pihak PT. Indomobil Niaga International dan pihakpihak lain yang bersangkutan dalam upaya pembentukan tenaga terampil siap pakai baik peningkatan kualitas maupun kuantitas. Pengembangan harus terus dilakukan guna mencapai tujuan karena pembentukan tenaga terampil siap pakai dapat memberikan manfaat yang besar bagi masyarakat dan pemerintah dalam pembentukan tenaga kerja terampil dan pengurangan jumlah pengangguran. C. Saran Berdasarkan kesimpulan-kesimpulan dan implikasi di atas, maka penulis mengemukakan saran-saran sebagai berikut : 1. Saran untuk pihak Community College a. Sosialisasi tentang program Community College UNS dapat lebih diperluas misalnya dengan pembuatan website tersendiri yang berisi tentang penjelasan tentang Community College UNS ataupun melalui iklan di media cetak dan elektronik. b. Adanya suatu kerjasama maupun komunikasi yang terjalin lebih intensif dan erat baik antara pihak Community College UNS dengan pihak Suzuki sehingga pihak
lxxix
Community College akan selalu memperoleh tiap informasi maupun sarana dan prasarana dari pihak Suzuki . 2. Saran untuk pihak PT. Indomobil Niaga International a. Perlu adanya penambahan jam kuliah di Training Center di Pulo Gadung karena waktu perkuliahan yang terlalu singkat . b. Kerjasama pihak Suzuki dengan pihak Community College dapat lebih ditingkatkan dan lebih dipererat lagi misalnya dalam penambahan kouta peserta Community College.
3. Saran untuk peserta program Community College Peserta juga perlu mengembangkan pengetahuan tentang teknologi otomotif baik dari media cetak maupun elektronik karena setiap saat teknologi itu berkembang dan up to date.
lxxx
DAFTAR PUSTAKA
Ali Imron.2002. Kebijaksanaan Pendidikan di Indonesia. Jakarta : Bumi Aksara.
CC UNS. 2005. Penyelenggaraan Program CC UNS. Surakarta : CC UNS. Direktorat Pendidikan Menengah Kejuruan, Direktorat Jenderal Manajemen Pendidikan Dasar dan Menengah, Departemen Pendidikan Nasional. 2005. Direktori Community College Indonesia. Jakarta: Departemen Pendidikan Nasional Dr. Oemar Hamalik. 2001. Pengembangan Sumber Daya manusia, Manajemen Pelatihan Ketenagakerjaan ”Pendekatan Terpadu”. Jakarta : Bumi Aksara. FKIP UNS. 2007. Pedoman Penulisan Skripsi FKIP. Surakarta. UNS Press Freddy Rangkuti. 2002. Analisis SWOT Teknik Membedah Kasus Bisnis. Jakarta : PT. Gramedia Pustaka Utama. Haris Iskandar, Ph. D. 2005. Meningkatkan Angka Partisipasi Kasar (APK) Perguruan Tinggi Melalui Community College. Jakarta : Departemen Pendidikan Nasional. HB Sutopo.2002. Pengumpulan Data Dan Model Analisis Penelitian Kualitatif. Surakarta:UNS Press. Hidayanto.2002.Keterampilan Belajar dan Belajar Keterampilan. Jurnal Penelitian Edisi VII http://Buletin Bisnis.com (Diakses tanggal 15 September 2008) http://program2005.dikmenjur.net (Diakses 24 Juni 2008) http://jurnalnet.com (Diakses tanggal 9 Mei 2008)
http://pakguruonline.pendidikan.net (Diakses tanggal 31 januari 2008) http:// www.antara.co.id (Diakses tanggal 15 September 2008) http://www.Depdiknas.go.id/jurnal/21/pendidikan kecakapan hidup. htm. (Diakses tanggal 23 Juni 2008) http://www.Depdiknas.go.id/jurnal/34/implementasi life skill dalam.htm (Diakses tangggal 7 Januari 2008) http://www.dikti.go.id (Diakses 21 Juli 2008)
http://www.Harian Sinar Indonesia Baru.com (Diakses tanggal 15 September 2008) lxxxi
http://www.nel/college.scholn2 (Diakses tanggal 7 Januari 2008) http://www.smu-net.com (Diakses tanggal 7 januari 2008) http://www.Suara Merdeka.com/harian/osol//15/kot 09 htm (Diakses tanggal 21 Mei 2008) http://.www.usoe.k.12.ut.us/curr/life skills (Diakses tanggal 13 April 2008) http://vsoc.k.12.ut.us/curr/life skills (Diakses tanggal 13 April 2008) http://Svoong.com (Diakses tanggal 17 April 2009) Jujun S Suriasumantri. 2001. Filsafat Ilmu. Jakarta: Pustaka Jaya. 63 Lexy J Moleong.2002. Metode Penelitian Kualitatif. Bandung: PT Rosda Karya. Lin Grensing-Pophal, SPHR. 2007. Manajemen Sumber Daya Manusia untuk Usaha Kecil dan Menengah. Jakarta : PT. Ina Publikatama Muhadjir.N.2000. Metodologi Penelitian Kualitatif. Yogyakarta: Rake Sarasin Prof.Dr.Umar Tirtarahardja. 2005. Pengantar Pendidikan. Jakarta : PT. Rineka Cipta Prof. Suyanto, Ph.D. 2006. Dinamika Pendidikan Nasional (Dalam Percaturan Dunia Global). Jakarta : PSAP Muhammadiyah. SBY-JK Belum Ada Prestasi Soal Kemiskinan. Kompas. 1 Desember 2007 Suharsimi Arikunto. 2006. Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktek. Jakarta. Rineka Cipta. Umar Kayam.2000. Menggagas Pendidikan Rakyat. Jakarta: Grasindo
lxxxii
lxxxiii