HUBUNGAN ANTARA MINAT DAN CARA BELAJAR DENGAN PRESTASI BELAJAR DASAR DASAR AKUNTANSI PADA SISWA KELAS X JURUSAN AKUNTANSI SEKOLAH MENENGAH KEJURUAN NEGERI I BANYUDONO TAHUN PELAJARAN 2008/2009
SKRIPSI Oleh : Prihantini Dwi Rahayu NIM. K 1402539
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS SEBELAS MARET SURAKARTA 2009
Hubungan antara minat dan cara belajar dengan prestasi belajar dasar dasar akuntansi pada siswa kelas X Jurusan Akuntansi Sekolah Menengah Kejuruan Negeri I Banyudono tahun pelajaran 2008/2009
Oleh : Prihantini Dwi Rahayu NIM. K.1402539
Skripsi Ditulis dan diajukan untuk memenuhi sebagian persyaratan mendapatkan gelar Sarjana Pendidikan Program Studi Pendidikan Ekonomi Bidang Keahlian Khusus Pendidikan Akuntansi Jurusan Pendidikan Ilmu Pengetahuan Sosial
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS SEBELAS MARET SURAKARTA 2009 HALAMAN PERSETUJUAN
Skripsi ini telah disetujui untuk dipertahankan di hadapan Tim Penguji Skripsi Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Sebelas Maret Surakarta.
Persetujuan Pembimbing,
Pembimbing I
Drs. Wahyu Adi, M.Pd NIP.131 841 881
Pembimbing II
Muhtar S.Pd, M.Si NIP. 132 118 532
Skripsi ini telah direvisi sesuai dengan petunjuk dan anjuran serta disetujui oleh Tim Penguji Skripsi Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Sebelas Maret Surakarta dan diterima untuk memenuhi persyaratan mendapatkan gelar Sarjana Pendidikan.
Tim Penguji Skripsi:
Nama Terang
Tanda Tangan
Ketua
:
Prof Dr. Sigit Santosa, M.Pd.
.......................
Sekretaris
:
Laily Faiza Ulfa SE, MM.
.......................
Anggota I
:
Drs. Wahyu Adi, M.Pd.
.......................
Muhtar S.Pd, M.Si.
.......................
Anggota II :
HALAMAN PENGESAHAN
Skripsi ini telah dipertahankan di hadapan Tim Penguji Skripsi Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Sebelas Maret Surakarta dan diterima untuk memenuhi persyaratan mendapatkan gelar Sarjana Pendidikan.
Pada hari
: ...........................
Tanggal
: ...........................
Tim Penguji Skripsi:
Nama Terang
Tanda Tangan
Ketua
:
Prof Dr. Sigit Santosa, M.Pd.
.......................
Sekretaris
:
Laily Faiza Ulfa SE, MM.
.......................
Anggota I
:
Drs. Wahyu Adi, M.Pd.
.......................
Muhtar S.Pd, M.Si.
.......................
Anggota II :
Disahkan oleh Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Sebelas Maret Dekan,
Prof. Dr. M. Furqon Hidayatullah, M.Pd NIP. 131 658 563
ABSTRAK
Prihantini Dwi Rahayu. HUBUNGAN ANTARA MINAT DAN CARA BELAJAR DENGAN PRESTASI BELAJAR DASAR DASAR AKUNTANSI PADA SISWA KELAS X JURUSAN AKUNTANSI SEKOLAH MENENGAH KEJURUAN NEGERI I BANYUDONO TAHUN PELAJARAN 2008/2009. Skripsi, Surakarta : Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan. Universitas Sebelas Maret Surakarta,Juni 2009. Tujuan penelitian ini untuk mengetahui hubungan antara (1) minat dengan prestasi belajar Dasar Dasar Akuntansi siswa kelas X jurusan Akuntansi SMK Negeri I Banyodono tahun pelajaran 2008/2009, (2) cara belajar dengan prestasi belajar Dasar Dasar Akuntansi siswa kelas X jurusan Akuntansi SMK Negeri I Banyodono tahun pelajaran 2008/2009 (3) minat dan cara belajar dengan prestasi belajar Dasar Dasar Akuntansi siswa kelas X jurusan Akuntansi SMK Negeri I Banyodono tahun pelajaran 2008/2009. Penelitian ini menggunakan metode penelitian deskriptif dengan mengambil lokasi penelitian di SMK Negeri I Banyodono Kabupaten Boyolali. Sebagai populasi penelitian adalah siswa kelas X SMK Negeri I Banyodono tahun pelajaran 2008/2009 sejumlah 190 siswa. Sampel sejumlah 50 siswa diambil dengan teknik random sampling. Data Minat dan cara belajar diambil dari angket, dan Prestasi belajar Dasar Dasar Akuntansi diambil dari dokumen. Hasil uji validitas angket minat sebanyak 15 butir kesemuanya valid (r hitung > r tabel, 0,444) dan hasil uji reliabilitas menunjukkan bahwa angket sudah reliabel (r11 = 0,921 > rt = 0,444). Hasil uji validitas angket cara belajar sebanyak 15 butir tidak terdapat butir yang tidak valid (r hitung > r tabel, 0,444) dan hasil uji reliabilitas menunjukkan bahwa angket sudah reliabel (r11 = 0,876 > rt = 0,444). Teknik analisis data yang digunakan adalah teknik analisis statistik regresi ganda dan korelasi sederhana. Berdasarkan hasil analisis data diperoleh: (1) ada hubungan yang signifikan antara Minat dengan Prestasi belajar dasar dasar akuntansi (rhitung = 0,467 > rtab = 0,277). (2) ada hubungan yang signifikan antara cara belajar dengan prestasi belajar Dasar Dasar Akuntansi (rhitung = 0,411 > rtab = 0,277). (3) ada hubungan yang signifikan antara minat dan cara belajar dengan prestasi belajar Dasar Dasar Akuntansi pada siswa kelas X Jurusan Akuntansi SMK N I Banyudono tahun 2008/2009 (Fhitung = 11,47 > dari Ftab = 3,19). Berdasarkan perhitungan tersebut maka dapat disimpulkan: (1) ada hubungan yang positif dan signifikan antara minat belajar terhadap prestasi belajar Dasar Dasar Akuntansi pada siswa kelas X jurusan Akuntansi SMK Negeri 1 Banyudono tahun Pelajaran 2008/2009, (2) ada hubungan yang positif dan signifikan antara cara belajar dengan prestasi belajar Dasar Dasar Akuntansi pada siswa kelas X jurusan Akuntansi SMK Negeri 1 Banyudono tahun Pelajaran 2008/2009, (3) ada hubungan yang positif dan signifikan antara minat dan cara belajar dengan prestasi belajar Dasar Dasar Akuntansi pada siswa kelas X jurusan Akuntansi SMK Negeri 1 Banyudono tahun Pelajaran 2008/2009.
MOTTO
... Dan satu hal yang pasti : sebaik apapun aku dalam satu hal, aku tidak akan pernah menjadi master, akan ada hal baru yang harus aku pelajari! (Kate Bosworth)
Tidak ada seorang pun yang membuatkan jalan bahagia untukku kecuali diriku sendiri (penulis)
Hanya ada satu bukti dari kemampuan: ”Tindakan”. (Marie)
PERSEMBAHAN
Skripsi ini penulis persembahkan sebagai wujud rasa sayang, cinta kasih penulis dan terima kasih penulis kepada :
Ibu dan Bapak yang aku sayangi dan aku hormati, terima kasih atas doa restu dan kasih sayang yang terus mengalir untukku sehingga aku dapat menyelesaikan studiku dengan lancar. Suamiku tercinta dan buah hatiku yang paling lucu “Viola”. Adik adikku (Wawan, Denis) yang aku sayangi. Teman-teman seperjuangan. Almamater UNS.
KATA PENGANTAR
Rasa dan puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT atas rahmat, taufik dan hidayah-Nya, sehingga skripsi ini dapat diselesaikan dengan baik untuk memenuhi sebagian persyaratan mendapatkan gelar Sarjana Pendidikan. Berbagai hambatan yang menimbulkan kesulitan dalam penyelesaian penulisan skripsi ini, namun berkat bantuan dari berbagai pihak akhirnya kesulitankesulitan yang timbal dapat teratasi. Untuk itu, atas segala bentuk bantuan penulis mengucapkan terima kasih kepada : 1. Prof. Dr. M. Furqon Hidayatullah, M.Pd., selaku Dekan Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Sebelas Maret Surakarta. 2. Drs. Saiful Bachri, M.Pd., selaku Ketua Jurusan Pendidikan Ilmu Pengetahuan Sosial yang telah memberikan ijin penulisan skripsi ini. 3. Drs. Wahyu Adi, M.Pd, selaku Ketua Bidang Keahlian Khusus Pendidikan Akuntansi yang telah memberikan bimbingan, pengarahan dengan bijaksana. 4. Drs. Wahyu Adi, M.Pd, selaku Pembimbing I yang telah memberikan arahan, bimbingan dan motivasi sehingga skripsi ini dapat terselesaikan dengan baik. 5. Muhtar S.Pd, M.Si, selaku Pembimbing II yang telah memberikan dukungan, nasehat dan bimbingan sehingga skripsi ini dapat terselesaikan dengan baik . 6. Drs. Ngadiman, M.si, selaku Pembimbing Akademis yang telah memeberikan motivasi kepada penulis. 7. Ibu Bapak Dosen BKK Pendidikan Akuntansi yang telah memberikan bekal ilmu kepada penulis 8. Tim Penguji Skripsi Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan yang telah menguji dan menerima karya ini sebagai persyaratan penulis mendapatkan gelar Sarjana Pendidikan. 9. Bapak Drs. Soemarno, selaku kepala Sekolah SMK Negeri I Banyudono Kabupaten Boyolali yang telah memberikan ijin kepada penulis untuk melakukan penelitian.
10. Bapak Fredi, selaku Waka Kurikulum SMK Negeri 1 Banyudono yang telah memberikan bimbingandan bantuan kepada penulis selama melaksanakan penelitian. 11. Ibu Lestari, Bu Endang dan guru-guru SMK Negeri 1 Banyudono yang telah sabar membimbing dan membantu penulis dalam penelitian. 12. Siswa-siswi kelas X jurusan Akuntansi SMK Negeri 1 Banyudono yang telah bekerjasama dengan baik selama penelitian ini. 13. Bapak Ibu tercinta beserta mertua, yang selalu memberikan dorongan baik moril maupun spiritual, kasih sayang serta doa yang tak henti-hentinya mengiringi penulis hingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini. 14. Suami dan anakku tercinta yang telah memberi dorongan sehingga penulis bisa menyelesaikan penyusunan skripsi ini. 15. De’ Wawan ”Cat_cat” dan De_Nice trim’s untuk jerih payah kalian membantu penulisan skripsi ini. 16. Astuty sahabat seperjuanganku yang masih slalu setia memberi dorongan dan motivasi padaku. 17. Semua pihak yang tidak dapat penulis sebutkan satu persatu yang telah membantu penulis dalam menyelesaikan skripsi ini. Semoga amal kebaikan semua pihak tersebut mendapatkan imbalan dari Allah SWT. Amiin. Penulis menyadari dalam penulisan skripsi ini masih banyak kekurangan, namun penulis berharap skripsi ini dapat bermanfaat bagi pembaca pada umumnya dan perkembangan ilmu pengetahuan pada khususnya.
Surakarta, Juni 2009
Penulis
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL ...................................................................................
i
HALAMAN PENGAJUAN .........................................................................
ii
HALAMAN PERSETUJUAN ..................................................................... iii HALAMAN PENGESAHAN ......................................................................
v
HALAMAN ABSTRAK .............................................................................. vi HALAMAN MOTTO .................................................................................. vii HALAMAN PERSEMBAHAN ................................................................... viii KATA PENGANTAR .................................................................................. ix DAFTAR ISI ............................................................................................... xi DAFTAR GAMBAR ................................................................................... xiii DAFTAR TABEL ........................................................................................ xiv DAFTAR LAMPIRAN................................................................................. xv
BAB I PENDAHULUAN ...........................................................................
1
A. Latar Belakang Masalah ..........................................................................
1
B. Identifikasi Masalah ................................................................................
4
C. Pembatasan Masalah ..............................................................................
4
D. Perumusan Masalah ................................................................................
5
E. Tujuan Penelitian .....................................................................................
5
F. Manfaat Penelitian ...................................................................................
6
BAB II. LANDASAN TEORI .....................................................................
7
A. Tinjauan Pustaka .....................................................................................
7
1. Pendididkan .........................................................................................
7
2. Proses Belajar Mengajar ...................................................................... 14 3. Pendekatan dalam Pembelajaran .......................................................... 15 4. Tinjauan Tentang Belajar ..................................................................... 18 5. Tinjauan Tentang Minat Siswa ............................................................. 23 6. Tinjauan Tentang Cara Belajar.............................................................. 25
7. Prestasi Belajar .................................................................................... 31 B. Kerangka Berpikir .................................................................................... 37 C. Hipotesis ................................................................................................. 39
BAB III METODE PENELITIAN .............................................................. 40 A. Tempat dan Waktu Penelitian .................................................................. 40 B. Cara Penelitian ........................................................................................ 41 C. Populasi dan Sampel ................................................................................ 41 D. Teknik Pengumpula Data ........................................................................ 42 E. Teknik Analisis Data ............................................................................... 47
BAB IV HASIL PENELITIAN..................................................................... 53 A. Deskripsi Data Umum .............................................................................. 53 B. Deskripsi Data Khusus ............................................................................ 55 C. Pengujian Persyaratan Analisis ................................................................ 59 D. Pengujian Hipotesis ................................................................................. 63 E. Pembahasan Hasil Penelitian ................................................................... 67
BAB V KESIMPULAN, SARAN DAN IMPLIKASI ................................. 69 A. Kesimpulan Penelitian ............................................................................. 69 B. Saran Saran ............................................................................................. 69 C. Implikasi Hasil Penelitian ........................................................................ 71
DAFTAR PUSTAKA .................................................................................. 73 LAMPIRAN ................................................................................................ 75
DAFTAR GAMBAR
Gambar 1. Kerangka Berpikir .................................................................... 38 Gambar 2. Histogram Data Variabel Minat Belajar (X1) ............................ 56 Gambar 3. Histogram Data Variabel Cara Belajar (X2) .............................. 58 Gambar 4. Histogram Data Variabel Prestasi dasar dasar Akuntansi (Y) ...... 59
DAFTAR TABEL
Tabel 1. Skedul Waktu Pembuatan Karya Penelitian ................................... 40 Tabel 2. Deskripsi Jumlah Siswa Setiap Bidang Keahlian SMKN I Banyudono ................................................................................... 54 Tabel 3. Susunan Personil dalam Struktur Organisasi SMKN I Banyudono .. 55 Tabel 4. Distribusi Frekuensi Data Minat Belajar Siswa (X1)........................ 56 Tabel 5. Distribusi Frekuensi Data Cara Belajar (X12 ................................... 57 Tabel 6. Distribusi Frekuensi Data Prestasi dasar dasar akuntansi (Y) ........... 58 Tabel 7. Rangkuman Hasil Uji Normalitas ................................................... 60 Tabel 8. Rangkuman Hasil Perhitungan Uji Keberartian Regresi dan Uji Linieritas X 1 terhadap Y .............................................................. 61 Tabel 9. Rangkuman Hasil Perhitungan Uji Keberartian Regresi dan Uji Linieritas X 2 terhadap Y .............................................................. 62 Tabel 10. Tabel Rangkuman Uji Independen ................................................ 63
DAFTAR LAMPIRAN Lampiran 1. Kisi Kisi Minat Belajar dan Cara Belajar .................................. 75 Lampiran 2. Angket Penelitian ..................................................................... 76 Lampiran 3. Tabulasi Data Hasil Ujicoba Angket Variabel Minat Belajar (X1) ................................................................... 80 Lampiran 4. Tabulasi Data Hasil Ujicoba Angket Variabel Cara Belajar (X2) .................................................................... 81 Lampiran 5. Perhitungan Validitas Butir Minat Belajar (X1) ........................ 82 Lampiran 6. Perhitungan Reliabilitas Angket Variabel Minat Belajar (X1) ... 83 Lampiran 7. Perhitungan Validitas Butir Angket Cara Belajar (X2) ............... 84 Lampiran 8. Perhitungan Reliabilitas Angket Cara Belajar (X2) ................... 85 Lampiran 9. Data Hasil Penyebaran Angket Minat Belajar (X1) ................... 86 Lampiran 10. Data Hasil Penyebaran Angket Cara Belajar (X2) ................... 88 Lampiran 11. Daftar Nilai Mata Diklat Dasar Dasar Akuntansi siswa SMK Negeri I Banyudono Tahun 2008/2009 .......................... 90 Lampiran 12. Data Induk Penelitian ............................................................ 91 Lampiran 13. Tabel Kerja Untuk Melakukan Analisis Data .......................... 92 Lampiran 14. Deskripsi Data Variabel X1 .... .................................................. 94 Lampiran 15. Deskripsi Data Variabel X2 ..................................................... 96 Lampiran 16. Deskripsi Data Variabel Y....................................................... 98 Lampiran 17. Perhitungan Uji Normalitas Variabel X1 .................................. 100 Lampiran 18. Perhitungan Uji Normalitas Variabel X2 ................................. 101 Lampiran 19. Perhitungan Uji Normalitas Variabel Y ................................... 102 Lampiran 20. Tabel Kerja Uji Linieritas X1 terhadap Y ................................ 103 Lampiran 21. Perhitungan Uji Keberartian Regresi dan Linieritas X1 terhadap Y......... .........................................................................105 Lampiran 22. Tabel Kerja Uji Linieritas X2 terhadap Y .............................. .. 107 Lampiran 23. Perhitungan Uji Keberartian Regresi dan Linieritas X2 terhadap Y............................................................................... 109 Lampiran 24. Perhitungan Uji Independensi antara X1 dengan X2.................. 111
Lampiran 25. Perhitungan koefisien korelasi antara X1 dengan Y.................. 112 Lampiran 26. Perhitungan koefisien korelasi antara X2 dengan Y.................. 113 Lampiran 27. Menghitung Persamaan Garis Regresi Linier Ganda................ 114 Lampiran 28. Menghitung Koefisien Korelasi Ganda.................................... 116 Lampiran 29. Menghitung Sumbangan Relatif dan Sumbangan Efektif ......... 117 Lampiran 30. Nilai Chi Kuadrat ...................................................................... 118 Lampiran 31. Nilai r Product Moment .......................................................... 119 Lampiran 32. Distribusi F ............................................................................. 120
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Tujuan pendirian suatu Negara adalah agar tercapainya kemakmuran masyarakat dalam Negara itu. Untuk mencapai kemakmuran suatu bangsa maka perlu ditopang dengan sumber daya manusia yang handal. Dari sumber daya manusia tersebut bisa dihasilkan berbagai inovasi disegala aspek kehidupan, sehingga pada muaranya tercipta suatu tatanan kehidupan masyarakat yang inovatif. Salah satu cara untuk meningkatkan kualitas sumber daya manusia adalah melalui pendidikan. Pendidikan yang berkualitas memungkinkan setiap warga Negara bisa meningkatkan kualitas diri, sehingga pada akhirnya akan terjadi peningkatan sumber daya manusia secara keseluruhan. Bangsa Indonesia melalui sistem pemerintahan yang legal , dalam hal ini Depdiknas menaruh perhatian yang besar terhadap pendidikan hal itu terbukti dengan disusunnya Undang-Undang Pendidikan No 2 tahun 1989 sebagaimana telah diperbaharui menjadi Undang-Undang No. 20 tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional. Dalam Bab II pasal 4 dari Undang-Undang tersebut menyatakan bahwa: Pendidikan Nasional bertujuan mencerdaskan kehidupan bangsa dan mengembangkan manusia Indonesia seutuhnya yaitu manusia yang beriman dan bertaqwa terhadap Tuhan Yang Maha Esa, berbudi pekerti luhur, memiliki pengetahuan dan ketrampilan, kesehatan jasmani dan rohani, kepribadian yang mantap dan mandiri serta rasa tanggung jawab kemasyarakatan dan kebangsaan (h. 8). Guna mencapai tujuan tersebut perlu pembangunan baik spiritual maupun materiil. Pembangunan adalah suatu proses karena melalui proses itulah masyarakat belajar
mengerti dan merubah hubungannya dengan alam semesta serta
lingkungannya secara terpola dan terstruktur. Dalam rangka menunjang tercapainya tujuan tersebut, maka sekolah sebagai lembaga pendidikan formal terus berusaha agar lulusan yang dihasilkan berkualitas sesuai dengan tujuan Pendidikan Nasional. Kegiatan pembelajaran merupakan suatu proses kegiatan yang secara kontinyu dilakukan, guna mendapatkan ilmu pengetahuan yang dipelajarinya.
Sebagai seorang mahasiswa, belajar merupakan kewajiban yang mau tidak mau harus dikerjakan. Dalam usaha meraih prestasi belajar yang cukup gemilang, kesungguhan belajar seseorang sangat diperlukan. Seorang siswa yang tidak mau memperhatikan prinsip-prinsip atau aturan-aturan dalam belajar, tidak memiliki rencana dalam belajarnya, tidak mengetahui tujuan yang ingin diraih dalam belajarnya, maka ia cenderung untuk belajar hanya sekedarnya saja. Manakala seseorang tidak sungguh-sungguh dalam belajar, pasti ia akan mengalami kegagalan yang cukup menyakitkan, seperto misalnya tidak lulus ujian, atau lulus dengan nilai yang pas-pasan. Dalam upaya mencapai prestasi belajar yang gemilang, faktor sarana dan prasarana merupakan faktor yang tidak bisa diabaikan. Lengkap dan tidaknya sarana dan prasarana belajar, baik yang dimiliki siswa maupun yang dimiliki lembaga dapat menimbulkan akibat tertentu dalam pencapaian prestasi belajar. Apabila sarana dan prasarana yang tersedia itu cukup (lengkap) maka dimungkinkan siswa akan dapat belajar lebih baik dan lebih jelas dalam menerima pelajaran. Sebaliknya, apabila kekurangan sarana dan prasarana maka akan dapat membawa akibat yang negatif, misalnya; siswa tidak dapat belajar dengan baik, sulit menerima pelajaran dengan jelas, sehingga sulit diharapkan untuk mencapai prestasi yang tinggi. Untuk meraih prestasi belajar yang gemilang juga diperlukan kedisiplinan dalam belajar. Pedoman-pedoman kerja dari jadual belajar hanya ada artinya apabila pelajar mampu mendisiplin diri. Kartini Kartono (1985 : 10) mengatakan: “Berbagai gangguan mental yang dialami siswa, diataranya adalah kecenderungan bermalas-malasan, enggan untuk bersusah payah, sukar memusatkan pikiran, dan kebiasan suka melamun”. Semua gangguan mental tersebut hanya dapat diatasi dengan berusaha mendisiplinkan diri. Disiplin ini sangat diperlukan dalam kegiatan belajar. Kalau pelajar dapat mendisiplinkan diri, maka dia akan hidup teratur dan mengerjakan semua tugas tepat pada waktunya, sehingga tidak akan mengalami kesulitan. Belajar yang efisien menurut prinsipnya adalah belajar secara teratur dan berdisiplin. Faktor lain yang juga berpengaruh terhadap pencapaian prestasi belajar adalah IQ. Menurut Sutratinah (1984 : 34) IQ didefinisikan sebagai berikut: “IQ adalah angka atau indeks
yang menunjukkan kecerdasan seseorang”. Ia merupakan faktor yang sangat mempengaruhi kemajuan anak. Apabila anak memang inteligensinya rendah, maka hal ini akan membatasi kemampuan belajar anak. Apabila memang inteligensinya itu tinggi, maka kemampuan belajar anak akan lebih baik. Hal lain yang juga mempengaruhi dalam pencapaian akan melakukan apa yang diminatinya. Sebaliknya tanpa minat seseorang tidaklah mungkin melakukan sesuatu. Misalnya, seorang anak yang menaruh minat terhadap bidang kesenian, maka ia akan berusaha untuk mengetahui lebih banyak tentang kesenian. Minat yang timbul dalam diri individu berbeda-beda, walaupun dalam bidang yang sama. Minat dalam diri individu dipengaruhi oleh banyak faktor, diantaranya adalah keadaan jasmani, status mental, perasaan dan lingkungan. Minat siswa ini perlu diperhatikan karena minat merupakan salah satu faktor pendorong yang berasal dari dalam individu. Bila seorang siswa tidak berminat pada suatu mata diklat tertentu, maka siswa tersebut akan kurang bersungguh-sungguh dalam belajar. Sebaliknya, apabila seorang siswa mempunyai minat yang kuat untuk mempelajari sesuatu, maka ia akan dapat diharapkan untuk mencapai prestasi yang tinggi. Siswa yang berminat terhadap mata diklat tertentu maka ia akan lebih berminat terhadap mata diklat tersebut sehingga ia akan lebih tertarik untuk belajar dibanding dengan siswa yang tidak atau kurang berminat. Keberhasilan belajar juga dipengaruhi oleh cara belajarnya. Ada cara belajar yang efisien, ada pula cara belajar yang tidak efisien. Seseorang yang mempunyai cara belajar yang efisien, memungkinkannya untuk mendapatkan prestasi yang lebih tinggi dibandingkan dengan orang yang mempunyai cara belajar yang tidak efisien. Meskipun faktor-faktor yang lain yang mempengaruhi pencapaian prestasi belajar itu ada, namun bila faktor minat belajar dan cara belajar ini diabaikan, maka hasil belajar yang memuaskan tidak akan tercapai. Suhartini Citrobroto (1981 : 33) berpendapat bahwa: “Usaha belajar hanya akan berhasil bila anda sendiri penuh minat dan semangat disamping taat pada peraturan dan menguasai teknik belajar” . Jadi jelaslah sudah bahwa untuk meraih prestasi yang gemilang, maka diperlukan minat belajar yang kuat dan cara belajar
yang efisien. Dengan melihat betapa pentingnya minat belajar dan cara belajar seseorang maka dapat diduga kedua variabel tersebut memiliki sumbangan terhadap pencapaian prestasi belajar siswa. Fenomena yang muncul di Sekolah Menengah Kejuruan Negeri I Banyudono menunjukkan bahwa minat siswa dan cara belajarnya tampak heterogin dan variatif sekali, hal itu ditunjukkan dengan prestasi belajar yang diraih. Oleh karena itu maka perlu dilakukan penelitian untuk mengetahui apakah minata dan cara belajar siswa jurusan akuntansi memiliki hubungan yang positif dengan prestasi belajar mata diklat dasar dasar akuntansi.
B. Identifikasi Masalah Berdasarkan laatar belakang dan uraian pada latar belakang di atas, maka dapat diidentifikasi masalah sebagai berikut: 1.
Siswa yang memiliki tingkat kedisiplinan belajar dan tingkat intelegensi tinggi mempunyai pengaruh yang berarti terhadap prestasi belajar siswa, namun pada sebagian siswa tidak semuanya seperti itu.
2.
Siswa yang memiliki motivasi tinggi akan mempengaruhi keberhasilan belajar seseorang, namun tidak seluruh siswa tidak semuanya seperti itu.
3.
Aiswa yang memiliki minat belajar tinggi akan mempengaruhi prestasi belajar, namun tidak semua siswa tidak semuanya seperti itu.
4.
Siswa yang memiliki kebiasaan dan cara belajar yang baik akan meningkatkan prestasi belajar, tetapi tidak seluruh siswa tidak semuanya seperti itu.
C. Pembatasan Masalah Pada dasarnya orang mempunyai argumen yang berbeda-beda mengenai suatu masalah. Oleh karena itu dalam mengkaji suatu masalah perlu adanya pembatasan yang jelas, serta mengingat keterbatasan penulis dalam hal waktu, tenaga, pikiran dan pengetahuan yang dimiliki. Dalam penelitian ini penulis membatasi permasalahan penelitian berkenaan dengan hubungan antara minat dan cara belajar siswa dengan prestasi belajar mata diklat dasar dasar akuntansi pada siswa Jurusan Akuntansi SMK Negeri I Banyudono Kabupaten Boyolali tahun
pembelajaran 2008/2009, sehingga faktor di luar kedua variabel bebas tersebut tidak dibahas dalam penelitian ini.
D. Perumusan Masalah Bagi lembaga pendidikan, masalah tidak dapat diabaikan begitu saja, akan tetapi masalah harus dirasakan sebagai suatu tantangan yang harus diperhatikan harus dirasakan dan perlu dipecahkan. Untuk memecahkan masalah terlebih dahulu harus merumuskan pokok masalahnya. Berdasarkan pembatasan masalah tersebut di atas maka dalam penelitian ini penulis merumuskan masalah sebagai berikut: 1.
Apakah ada hubungan yang positif antara minat dengan prestasi belajar mata diklat dasar dasar akuntansi siswa jurusan Akuntansi pada SMK Negeri I Banyudono Kabupaten Boyolali tahun pembelajaran 2008/2009 ?
2.
Apakah ada hubungan yang positif antara cara belajar dengan prestasi belajar mata diklat dasar dasar akuntansi siswa jurusan Akuntansi pada SMK Negeri I Banyudono Kabupaten Boyolali tahun pembelajaran 2008/2009 ?
3.
Apakah ada hubungan yang positif antara minat dan cara belajar dengan prestasi belajar mata diklat dasar dasar akuntansi siswa jurusan Akuntansi pada SMK Negeri I Banyudono Kabupaten Boyolali tahun pembelajaran 2008/2009 ?
E. Tujuan Penelitian Penelitian ini dilakukan dengan tujuan untuk menyelesaikan masalah penelitian, selengkapnya adalah sebagai berikut : 1.
Untuk mengetahui apakah ada hubungan yang positif antara minat dengan prestasi belajar mata diklat dasar dasar akuntansi siswa jurusan Akuntansi pada SMK Negeri I Banyudono Kabupaten Boyolali tahun pembelajaran 2008/2009.
2.
Untuk mengetahui apakah ada hubungan yang positif antara cara belajar dengan prestasi belajar mata diklat dasar dasar akuntansi siswa jurusan Akuntansi pada SMK Negeri I Banyudono Kabupaten Boyolali tahun pembelajaran 2008/2009.
3.
Untuk mengetahui apakah ada hubungan yang positif antara minat dan cara belajar dengan prestasi belajar mata diklat dasar dasar akuntansi siswa jurusan
Akuntansi pada SMK Negeri I Banyudono Kabupaten Boyolali tahun pembelajaran 2008/2009.
F. Manfaat Penelitian 1.
Dengan adanya penelitian ini, dapatlah untuk menguatkan teori tentang adanya hubungan antara minat dan cara belajar terhadap prestasi belajar.
2.
Penelitian ini merupakan sarana untuk pengembangan ilmu dan menambah wawasan dalam mengaplikasikan teori dengan praktek yang senyatanya.
3.
Dapat digunakan untuk peningkatan kualitas proses belajar mengajar, baik oleh guru dalam memberikan pengarahan mengenai cara belajar yang baik.
4.
Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan informasi pada siswa tentang cara membangkitkan cara belajar yang baik.
BAB II LANDASAN TEORI A. Tinjauan Pustaka Penyusunan teori yang berhubungan dengan masalah yang diteliti merupakan langkah tepat untuk mendapatkan suatu jawaban, sehingga memberi arah kegiatan penelitian. Berikut adalah kajian teori berupa pengkajian terhadap pengetahuan ilmiah yang sudah ada, dapat berbentuk konsep-konsep, hukum-hukum dan prinsipprinsip yang relevan dengan permasalahan.
1. Pendidikan Perkembangan kehidupan manusia telah memungkinkan peradaban manusia semakin maju dan berkembang. Salah satu faktor yang sangat penting untuk menopang perkembangan kehidupan manusia adalah pendidikan. Proses pendidikan akan selalu ada selama kehidupan manusia itu berlangsung. Sejak manusia pertama kali lahir kedunia, mereka telah berusaha mendidik putera-puterinya meskipun dalam bentuk paling sederhana sekalipun. Kemajuan tersebut telah mendorong kehidupan seseorang untuk saling berkomunikasi dan berinteraksi. Dengan terjadinya komunikasi dan interaksi, memungkinkan seseorang untuk memperoleh kemampuan lebih dalam tentang berbagai hal sehingga akan mempengaruhi orang lain sebagai teman bergaul demi kepentingan kemajuan bersama. Pendidikan merupakan media yang sangat strategis bagi perkembangan masyarakat, karena pendidikan yang fokus operasinya pada pengembangan kemampuan dan pembinaan sikap kepribadian itu akan mampu menopang perkembangan dan kemajuan masyarakat dalam berbagai bidang secara seimbang, baik bidang Iptek, sosial budaya maupun bidang-bidang yang lain. Masalah dalam pendidikan akan selalu berkembang sesuai dengan dinamika masyarakat, apalagi dengan dukungan tingkat stabilitas kehidupan masyarakat di bidang politik, ekonomi, hukum, sosial budaya maupun pada aspek yang lain. Masyarakat mulai menaruh perhatian yang begitu besar terhadap permasalahan
pendidikan, bahkan mereka telah meningkat bukan lagi sekedar memperhatikan namun telah sampai pada tahap memikirkan, memperdebatkan fungsi serta tujuan penyelenggaraan pendidikan secara berlanjut. Dalam pelaksanaannya, pendidikan merupakan tanggung jawab bersama antara pemerintah, orang tua dan masyarakat. Dalam Undang-Undang Sistem Pendidikan Nasional No 2 tahun 1989 pasal 47 dikemukakan bahwa perlunya kemitraan masyarakat untuk berperan serta dalam penyelenggaraan pendidikan, dengan kemitraan itu membuka kesempatan luas bagi masyarakat berpartisipasi di bidang pendidikan. Pendidikan merupakan salah satu faktor dominan dalam menopang kebutuhan tenaga kerja yang terlatih dan terdidik guna menunjang perkembangan di berbagai sektor, termasuk sektor dunia industri atau perusahaan. Pendidikan tidak saja berfungsi sebagai sarana, namun lebih merupakan sasaran strategis guna mencerdaskan kehidupan bangsa kaitannya dengan pembangunan sumber daya manusia yang berkualitas. Aspirasi, kebutuhan, kemampuan dan kondisi masyarakat selalu berubah sesuai dengan pengaruh masyarakat yang lebih luas. Masyarakat disamping sebagai penyelenggara pendidikan formal, bisa berperan sebagai penyelenggara pendidikan terapan. Model itu dimaksudkan agar terjadi interaksi positif antara lembaga pendidikan dengan lembaga pengguna tenaga kerja, sehingga ketimpangan keduanya dapat teratasi. Perubahan masyarakat mengharuskan perubahan pada lembaga pendidikan. Dengan pendekatan situasional, perubahan-perubahan lembaga pendidikan lebih mudah diwujudkan. Dengan mengikuti perubahan-perubahan dalam lingkungan masyarakat, memungkinkan lembaga pendidikan tegak berdiri. Neagly (1980) mengemukakan bahwa lembaga pendidikan sebagai agen pembantu terhadap masyarakat. Lembaga pendidikan hendaknya selalu mengikutsertakan masyarakat agar penyelenggaran pendidikan menjadi lebih efektif. Masyarakat memandang lembaga pendidikan sebagai cara yang meyakinkan dalam membina perkembangan serta kemampuan siswa, karena itu sudah sepatutnya masyarakat berpartisipasi dan setia kepada lembaga pendidikan.
Komunikasi tentang pendidikan kepada masyarakat tidak cukup hanya dengan informasi verbal saja. Informasi itu perlu dilengkapi dengan pengalaman nyata yang ditunjukkan kepada masyarakat, agar timbul citra positif tentang pendidikan dikalangan mereka, bahkan jika mungkin sekolah dikreasikan dan dipertahankan oleh masyarakat secara bersama-sama. Masyarakat begitu meyakini bahwa pendidikan adalah modal utama bagi peningkatan kehidupan keluarga, masyarakat dan bangsa mereka. Kesadaran mereka sebagai pemilik dan penanggung jawab pendidikan cukup besar. Pendidikan merupakan suatu keseluruhan karya insani yang terbentuk dari bagian-bagian yang mempunyai hubungan fungsional dalam membantu terjadinya proses transformasi atau perubahan tingkah laku seseorang sehingga mencapai kualitas hidup yang diharapkan (Redja Mudyahardjo, 1986: 3). Organisasi sekolah merupakan sistem terbuka yang berarti bahwa lembaga pendidikan hendaknya selalu mengadakan kontak hubungan dengan lingkungan. Sebagai organisasi terbuka, sekolah hendaknya selalu mengadakan kerjasama dengan masyarakat. Kerjasama itu dimungkinkan karena masyarakat menyadari akan bermanfaat pendidikan sebagai modal utana membangun bangsa dan memajukan bangsa (Immegart, 1972). Kontak tersebut dibutuhkan agar sistem atau lembaga pendidikan tidak mudah kadaluarsa. Dengan sistem yang terbuka memungkinkan upaya kontinyu untuk menghalangi kemungkinan terjadinya kepunahan. Dengan mengadakan kontak hubungan lembaga pendidikan lebih mudah menempatkan diri di masyarakat dalam arti dapat diterima sebagai bagian dari milik warga
masyarakat,
sehingga
bisa
mengikuti
arus
dinamika
masyarakat
lingkungannya. Lembaga pendidikan sebagai lembaga terbuka memungkinkan menerapkan pendekatan situasional. Pendekatan itu mengharuskan lembaga pendidikan menaruh perhatian kepada masyarakat, mengamati aspirasi mereka, kebutuhan mereka, kemampuan dan kondisi mereka. Dengan mengadakan kontak hubungan dengan masyarakat akan memudahkan lembaga pendidikan menyesuaikan diri dengan situasi dan kondisi lingkungannya. Orang-orang yang paling getol memperdebatkan pendidikan cenderung berpendapat bahwa tujuan pendidikan
adalah untuk mempersiapkan generasi muda untuk melanjutkan pendidikan pada jenjang yang lebih tinggi. Tanggung jawab pendidikan bagi atau didalam usaha-usaha pembangunan nasional secara analitis dan konsepsional tidak dapat dipisahkan dengan faktor manusianya. Dunia pendidikan diharapkan bisa menjawab berbagai permasalahan yang bersumber dari manusia itu sendiri. Pemikiran, perencanaan dan pengembangan usaha-usaha pembangunan terletak pada manusia sehingga pembinaan dan pengembangan sumber daya manusia didalam tekno-struktur kehidupan berbangsa dan bernegara perlu ditingkatkan. Tuntutan seperti itu meminta lahirnya pemikir, perencana dan pengelola termasuk didalamnya menyangkut masalah sikap konstruktif seperti dedikasi, ketekunan, kedisiplinan, inisiatif, tidak mudah putus asa, adil, jujur, bertanggung jawab, komunikatif persuasif, kritis serta terbuka (Sanafiah Faisal, 1981: 20). Salah satu pasal pada Undang-Undang Dasar tahun 1945 dijelaskan bahwa setiap warga negara Republik Indonesia berhak mendapatkan pendididikan dan pengajaran, sedangkan peraturan tentang sistem pendidikan tersebut diatur dalam undang-undang. Dalam GBHN telah digariskan bahwa tujuan pendidikan adalah peningkatan kualitas manusia, yaitu manusia yang beriman dan bertaqwa terhadap Tuhan Yang Maha Esa, berbudi pekerti luhur, berkepribadian, berdisiplin, bekerja keras, tangguh, bertanggung jawab, mandiri, cerdas dan trampil, serta sehat jasmani dan rohani. Tujuan pendidikan antara lain menyiapkan siswa menjadi anggota masyarakat yang memiliki kemampuan akademik dan atau profesional yang dapat menerapkan, mengembangkan dan atau menciptakan ilmu pengetahuan teknologi dan/ atau kesenian. Pendidikan tinggi dimaksudkan untuk mempersiapkan siswa agar bisa meraih sukses dan karir dan kehidupan pribadi serta mampu berpartisipasi dalam pembangunan masyarakat. Kesemuanya itu dimaksudkan agar negara bisa lebih maju, sejajar dengan negara lain atau bila mungkin bisa melebihi. Pendidikan formal bagi kebanyakan negara berkembang termasuk Indonesia lebih menekankan pada fungsi pendidikan sebagai tempat latihan serta mendidik siswa sebagai salah satu upaya mempersiapkan tenaga kerja. Masyarakat mulai
memperbincangkan pembaharuan pendidikan untuk menjawab segala permasalahan kehidupan manusia. Berbagai faktor serta aspek telah digarap demi kemajuan pendidikan dan masyarakat secara keseluruhan (Wasty Sumanto, 1987: 2). Banyak hal baru bermanfaat bagi masyarakat bersumber dari lembaga pendidikan. Lembaga pendidikan menyediakan diri sebagai agen pembaharu bagi masyarakat. Stoop (1981) menyebutkan fungsi itu sebagai fungsi layanan dan fungsi pemimpin. Dikatakan fungsi layanan karena lembaga pendidikan melayani kebutuhan-kebutuhan masyarakat, dikatakan fungsi pemimpin karena lembaga pendidikan memimpin masyarakat disertai dengan penemuan-penemuan untuk memajukan kehidupan masyarakat. Tenaga kerja lulusan lembaga pendidikan tinggi diharapkan memiliki konsep dan kompetensi keterampilan tertentu yang diharapkan mampu mengisi lapangan pekerjaan. Namun kenyataannya sering terjadi ketimpangan antara pengetahuan dan keterampilan yang diberikan dilembaga pendidikan dengan yang ada di dunia kerja. Untuk mengisi ketimpangan tersebut diperlukan kerjasama antara lembaga pendidikan dengan dunia usaha. Pemahaman konsep dan keterampilan yang memadai lebih mudah diwujudkan apabila dunia kerja siap membantu lembaga pendidikan. Jika banyak perusahaan yang mau membantu lembaga pendidikan maka akan diperolah hasil yang lebih optimal, misalnya Jones (1969)
menyebutkan adanya
lima cara lembaga pendidikan
mengadakan kontak hubungan dengan masyarakat, yaitu: 1.
Melalui aktivitas-aktivitas para siswa,contohnya kurikuler.
2.
Aktivitas-aktivitas para pengajar.
3.
Ekstra kurikuler.
4.
Kunjungan masyarakat ke lembaga pendidikan.
5.
Melalui media massa. Kegiatan belajar mengajar bisa terbentuk dengan mencari bahan-bahan
pelajaran di masyarakat, mengamati obyek-obyek di masyarakat, tanya jawab dengan anggota masyarakat, magang atau melakukan penelitian. Stoop (1981) mengusulkan hendaknya bentuk kerjasama itu bersifat jujur, mulia, mencakup semua hal yang diperlukan, komprehensif, sensitif dan dapat dipahami oleh mereka.
Amidjaja (1991) mengemukakan bahwa dalam waktu mendatang pendidikan masih tetap berorientasi kepada dunia kerja, sehingga diadakan re-orientasi kebijaksanaan pendidikan. Agar pendidikan tidak selalu ketinggalan dalam mengikuti perkembangan dan tidak terkejar kadaluarsa oleh perubahan teknologi, pendidikan hendaknya dapat memberikan latihan khusus yang bekerja sama dengan industri terkait. Perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi pada dunia kerja kadang-kadang belum sepenuhnya tersentuh oleh dunia pendidikan formal, demikian pula pengetahuan dan keterampilan yang ada pada dunia pendidikan formal perlu dikomunikasikan kepada masyarakat, sehingga antara keduanya terdapat keserasian sebagai institusi penyedia dan pemakai. Pendidikan akan berlangsung selama hidup dan dilaksanakan di dalam lingkungan keluarga, masyarakat dan sekolah. Oleh karena itu, pendidikan merupakan tanggung jawab bersama antara keluarga, masyarakat dan sekolah maupun pemerintah. Dalam rangka mencapai tujuan pendidikan nasional perlu segera disempurnakan sistem pendidikan nasional yang berpedoman pada UndangUndang mengenai pendidikan nasional (Tap MPR RI; 1998: 41). Di dalam UndangUndang Pendidikan dijelaskan bahwa tujuan pendidikan nasional dimaksudkan untuk mencerdaskan kehidupan bangsa dan mengembangkan manusia seutuhnya, yaitu manusia yang bertaqwa terhadap Tuhan Yang Maha Esa dan berbudi pekerti luhur, memiliki pengetahuan dan keterampilan, sehat jasmani dan rohani, berkepribadian yang mantap dan mandiri serta memiliki tanggung jawab kemasyarakatan dan kebangsaan. Tidak sedikit masyarakat maupun generasi muda yang belajar, namun pada akhirnya harus kecewa dan menjadi bingung setelah mereka mengecap atau mengamati dunia pendidikan. Mereka telah mati-matian menempuh dan membiayai pendidikan, namun pada akhirnya tidak dapat bekerja menurut pengalaman serta lapangan kerja yang ada. Untuk mengatasi masalah ini, diantaranya perlu diupayakan agar pendidikan berguna bagi kehidupan dan kebahagiaan manusia, sehingga anak didik di lingkungan belajarnya merasa sesuai dan tidak merasa terpisah dari masyarakat serta lingkungannya (Wasty Sumanto, 1987: 3).
Pendidikan merupakan komponen penting dalam menciptakan sumber daya manusia yang berkualitas. Makna pendidikan tercermin dari pengertian pendidikan itu sendiri. Menurut Prof. Dr. Azyumardi Azra (2002: 9), ”Pendidikan adalah suatu proses di mana suatu bangsa mempersiapkan generasi mudanya untuk menjalankan kehidupan dan untuk memenuhi tujuan hidup secara efektif dan efisien”. Menurutnya, pendidikan lebih dari sekedar pengajaran. Pendidikan adalah suatu proses dimana suatu bangsa / negara membina dan mengembangkan kesadaran diri di antara individu-individu. Soedomo Hadi (2005: 18) dalam buku Pengantar Pendidikan mengatakan, ”Pendidikan itu adalah pengaruh, bantuan atau tuntunan yang diberikan oleh orang yang bertanggungjawab kepada anak didik”. Sedangkan menurut Darnelawati yang dikutip oleh Fitri (2008) berpendapat bahwa, ”Pendidikan formal adalah pendidikan di sekolah yang berlangsung secara teratur dan bertingkat mengikuti syarat-syarat yang jelas dan ketat. Tujuan pendidik adalah untuk memperkaya budi pekerti, pengetahuan dan untuk menyiapkan seseorang agar mampu dan terampil dalam suatu bidang pekerjaan tertentu”. Proses pendidikan itu sendiri melibatkan banyak hal yang dijabarkan dalam unsur-unsur pendidikan. Menurut Tirtahardja, dkk (2005) unsur-unsur pendidikan antara lain sebagai berikut: a. b. c. d. e. f. g.
Subjek yang dibimbing (peserta didik) Orang yang membimbing (pendidik) Interaksi antara peserta didik dengan pendidik (interaksi edukatif) Ke arah mana bimbingan ditujukan (tujuan pendidikan) Pengaruh yang diberikan dalam bimbingan (materi pendidikan) Cara yang digunakan dalam bimbingan (alat dan metode) Tempat dimana peristiwa bimbingan berlangsung (lingkungan pendidikan). Peserta didik adalah anak yang belum dewasa, yang memerlukan usaha,
bantuan, bimbingan orang lain untuk menjadi dewasa, guna dapat melaksanakan tugasnya sebagai makhluk Tuhan, sebagai umat manusia, sebagai warga negara, sebagai anggota masyarakat dan sebagai suatu pribadi atau individu. Sedangkan pendidik adalah orang yang bertanggungjawab terhadap pelaksanaan pendidikan dengan sasaran peserta didik. Interaksi edukatif adalah komunikasi timbal balik antara peserta didik dengan pendidik ke arah tujuan pendidikan. Interaksi ini
dilakukan dengan sengaja melalui penyampaian materi berupa pengetahuan yang dilaksanakan dalam suatu lingkungan pendidikan tertentu. Dari pendapat diatas dapat diambil kesimpulan bahwa pendidikan adalah suatu proses pembelajaran yang diberikan oleh seorang pendidik kepada anak didik agar anak didik memiliki keterampilan untuk mencapai tujuan hidupnya. Pendidikan merupakan suatu proses yang kompleks yang melibatkan banyak unsur didalamnya dimana masing-masing unsur saling berkaitan membentuk suatu sistem yang tidak dapat dipisahkan. Pendidikan juga merupakan usaha suatu bangsa dalam memajukan generasi mudanya, jadi pendidikan yang dimaksud disini adalah pendidikan secara formal atau melalui lembaga pendidikan, yaitu sekolah, perguruan tinggi, dan seterusnya.
2. Proses Belajar Mengajar Salah satu unsur pendidikan adalah interaksi edukatif atau biasa disebut Proses Belajar Mengajar. Drs. A Tabrani Rusyan (1989: 4) mengatakan: Proses belajar mengajar pada dasarnya adalah komunikasi timbal balik antara peserta didik dengan pendidik yang terarah pada pencapaian tujuan pendidikan. Untuk itu hendaknya dipahami benar bahwa terjadinya perilaku belajar pada pihak peserta didik dan perilaku mengajar pada pihak pendidik tidak berlangsung hanya dari satu arah, tetapi terjadi secara timbal balik dimana kedua pihak berperan dan berbuat secara aktif di dalam suatu kerangka dan dengan menggunakan cara dan kerangka berpikir yang seyogyanya dipahami dan disepakati bersama. Menurut Anwar Holil (2008), ”Proses belajar mengajar adalah kegiatan yang integral (terpadu) antara siswa sebagai pelajar yang sedang belajar dengan guru sebagai pengajar yang sedang mengajar”. Sedangkan Anis Matta (2008) dalam tulisannya
mengenai
komunikasi
efektif
dalam
proses
belajar
mengajar
mengungkapkan: Proses belajar mengajar merupakan interaksi antar berbagai unsur, dengan unsur utama adalah siswa, kebutuhan berbagai sumber, serta situasi belajar yang memberikan kemungkinan kegiatan belajar. Guru juga merupakan faktor yang menentukan seperti melakukan pengembangan bahan ajar serta perangkat lainnya. Komunikasi menjadi unsur penentu didalam proses
tersebut. Semakin efektif komunikasi yang dilakukan, maka akan semakin banyak tujuan dari proses belajar mengajar yang akan tercapai. Dalam pengertian interaksi sudah barang tentu ada unsur memberi dan menerima, baik bagi guru maupun bagi peserta didik. Drs. A. Tabrani Rusyan (1989: 6) mengatakan: Setiap proses interaksi belajar-mengajar selalu ditandai dengan adanya sejumlah unsur, yakni: a. b. c. d.
Tujuan yang ingin dicapai, Adanya guru dengan peserta didik sebagai individu yang terlibat dalam proses interaksi tersebut, Adanya bahan pelajaran, dan Adanya metode sebagai alat (wasilah) untuk menciptakan situasi belajarmengajar. Jadi dapat dikatakan bahwa proses belajar mengajar merupakan interaksi atau
hubungan timbal balik antara guru dengan peserta didik atau siswa dalam suatu situasi pendidikan yang dilaksanakan dalam rangka pencapaian tujuan pendidikan. Pencapaian
tujuan
pendidikan
secara
optimal
ditempuh
melalui
proses
berkomunikasi intensif dengan manipulasi isi, metode, serta alat-alat pendidikan.
3. Pendekatan Dalam Pembelajaran Penerapan suatu metode pembelajaran dalam proses belajar mengajar memerlukan pendekatan tertentu. Membahas pendekatan pembelajaran tidak terlepas dari pengertian pendekatan itu sendiri. Pendekatan yang menjadi pokok bahasan adalah pendekatan dalam pembelajaran. Akhmad Sudrajat (2008) dalam artikelnya mengenai pendekatan dalam pembelajaran mengemukakan: Pendekatan pembelajaran dapat diartikan sebagai titik tolak atau sudut pandang kita terhadap proses pembelajaran yang merujuk pada pandangan tentang terjadinya suatu proses yang sifatnya masih sangat umum, didalamnya mewadahi, menginspirasi, menguatkan, dan melatari metode pembelajaran dengan cakupan teoritis tertentu. Pendekatan dalam belajar mengajar pada dasarnya adalah melakukan proses belajar mengajar yang menekankan pentingnya belajar melalui proses mengalami
untuk memperoleh pemahaman. Pendekatan ini mempunyai peran yang sangat penting dalam menentukan berhasil-tidaknya belajar yang diinginkan. Peningkatan mutu belajar mengajar sebenarnya tidak terlepas dari pendekatan dalam belajar-mengajar karena berhasil tidaknya hasil belajar-mengajar dapat dilihat dari mutu lulusan, dari produknya, atau proses belajar-mengajar dikatakan berhasil jika masukan rata, menghasilkan banyak lulusan dan bermutu tinggi, yang sesuai dengan kebutuhan masyarakat, serta yang memadai. Juga jika prosesnya menunjukkan kegairahan belajar yang tinggi, semangat kerja yang besar, dan percaya pada diri sendiri. Untuk memperoleh hasil diatas, maka salah satu jalan kita perlu meningkatkan
kualitas
belajar
mengajar
dengan
menciptakan
pendekatan
pembelajaran yang tepat. Banyak pendekatan pembelajaran yang dikemukakan oleh para ahli pendidikan, salah satunya seperti yang dibahas oleh Suwarna, M.Pd (2006: 101) dalam buku Pengajaran Mikro, menurutnya beberapa pendekatan utama dalam pembelajaran antara lain sebagai berikut: a.
b.
c.
d.
Model Pendekatan Induktif, yaitu pendekatan yang menggunakan data untuk membangun konsep atau untuk memperoleh pengertian. Dalam strategi ini guru mempresentasikan data dan berdasar data tersebut guru mengajak siswa membangun konsep atau pengertian. Model Pendekatan deduktif, ditandai dengan pemaparan konsep, definisi dan istilah-istilah pada bagian awal pembelajaran. Implementasi model ini meliputi langkah-langkah presentation of the abstraction, clarification of term, presentation of examples, dan student generate examples. Jadi, guru memberikan penggambaran mengenai konsep, kemudian memberi contoh dan siswa mengikutinya. Model Pendekatan Proses, merupakan pengembangan dari pendekatan induktif. Pendekatan ini dilakukan dengan langkah-langkah: 1)membuat daftar gejala / fakta, 2) mengelompokkan data, 3) memberi nama atau label pada data yang telah dikelompokkan, 4) mengoleksi data, 5) membuat grafik hubungan antar data, 6) menjelaskan dan membahas lebih lanjut persoalan yang dipelajari, 7) memprediksikan berbagai kemungkinan dari hasil pembahasan, dan 8) membuat kesimpulan berdasarkan data. Pendekatan Kontekstual atau Contextual Teaching and Learning,yaitu pendekatan yang memiliki tujuh komponen pembelajaran aktif. Penerapan pendekatan ini cukup mudah, yaitu: 1) Kembangkan pemikiran bahwa anak belajar lebih bermakna dengan bekerja sendiri, menemukan sendiri, dan mengkonstruksi sendiri pengetahuan dan ketrampilan barunya. 2) Laksanakan sejauh mungkin kegiatan inquiry untuk semua topik.
3) 4) 5) 6) 7)
Kembangkan sifat ingin tahu siswa dengan bertanya. Ciptakan masyarakat belajar (belajar dalam kelompok-kelompok) Hadirkan model dalam contoh pembelajaran. Lakukan refleksi di akhir pertemuan. Lakukan penilaian yang sebenarnya dengan berbagai cara. Pemilihan pendekatan pembelajaran harus relevan dengan tujuan dan harus
tampak baik dalam perencanaan pembelajaran maupun situasi pembelajaran di kelas, laboratorium maupun di lapangan. Apapun model pendekatan yang digunakan dalam suatu proses pembelajaran, pada akhirnya siswa harus mampu memperoleh pengertian tentang konsep keilmuan yang ia pelajari. Penerapan pendekatan pembelajaran dalam proses belajar mengajar harus memungkinkan para siswa memahami arti pelajaran yang mereka pelajari. Seperti yang dikatakan filsuf terkenal, Alfred North Whitehead dalam Elaine B Johnson Ph.D (2007: 37), “Si anak harus menjadikannya (ide-ide) milik mereka, dan harus mengerti penerapannya dalam situasi kehidupan nyata mereka pada saat yang sama”. Salah satu pendekatan diatas, yaitu pendekatan kontekstual meminta para siswa melakukan hal itu. Karena pendekatan Contextual Teaching and Learning (CTL) mengajak para siswa membuat hubungan-hubungan yang mengungkapkan makna, CTL memiliki potensi untuk membuat para siswa berminat belajar, dan, seperti yang dikatakan Whitehead, “Tidak ada perkembangan mental tanpa adanya minat. Minat adalah dasar dari perhatian dan pemahaman”.
4. Tinjauan Tentang Belajar Proses pembelajaran merupakan kegiatan antara pendidik dengan anak didik, dimana pendidik melakukan pengajaran dan anak didik dalam keadaan belajar. Sistem pembelajaran yang baik akan dapat membantu mahasiswa mengembangkan diri secara optimal serta mampu mencapai tujuan-tujuan belajarnya. Meskipun proses pembelajaran tidak dapat sepenuhnya berpusat pada siswa seperti pada sistem pendidikan terbuka, tetapi perlu diingat bahwa pada hakekatnya mahasiswalah yang belajar. Dengan demikian proses pembelajaran perlu berorientasi pada kebutuhan dan kemampuan siswa. Proses pembelajaran yang baik dimulai dari perencanaan pengajaran yang baik. Kompetensi pembelajaran yang bagus juga perlu diperhatikan,
selain itu fasilitas pembelajaran yang memadai serta obyektivitas dalam penilaian juga merupakan unsur yang mampu membawa pada proses pembelajaran yang ideal. Proses pembelajaran juga dipengaruhi oleh unsur-unsur dinamis yang dapat berubah-ubah. Gino dkk (1999: 21) mengemukakan unsur-unsur dinamis yang terkait dalam proses pembelajaran, yaitu: 1. Motivasi dan upaya memotivasi siswa yang belajar. 2. Bahan belajar dan upaya penyediaannya. 3. Alat bantu belajar dan upaya penyediaannya. 4. Suasana belajar dan upaya pengembangannya. 5. Kondisi subyek yang belajar dan upaya penyiapan serta peneguhannya.
Unsur-unsur dalam proses pembelajaran tersebut dapat ada atau tidak ada, dapat menguat atau melemah. Penilaian terhadap proses pembelajaran ditekankan pada perbaikan dan pengoptimalan kegiatan belajar mengajar itu sendiri, terutama efisiensi-keefektifan-produktivitasnya. Beberapa diantaranya adalah: 1. Efisiensi dan keefektifan pencapaian tujuan instruksional. 2. Keefektifan dan relevansi bahan pengajaran. 3. Produktivitas kegiatan belajar mengajar. 4. Keefektifan sumber dan sarana pembelajaran. 5. Keefektifan penilaian hasil dan proses belajar (Nana Sudjana, 1990: 57).
Sejalan dengan tujuan tersebut, dimensi penilaian proses pembelajaran berkenaan dengan komponen-komponen yang membentuk proses pembelajaran dan keterkaitan atau hubungan diantara komponen-komponen tersebut. Komponen pengajaran sebagai dimensi penilaian proses pembelajaran setidak-tidaknya mencakup: 1. Tujuan pembelajaran. 2. Bahan pembelajaran. 3. Kondisi siswa dan kegiatan belajarnya. 4. Kondisi guru dan kegiatan mengajarnya. 5. Alat dan sumber belajar yang digunakan.
6. Teknik dan cara pelaksanaan penilaian (Nana Sudjana, 1990: 58)
Aspek-aspek yang dinilai dari komponen-komponen diatas dapat dijelaskan sebagai berikut: Komponen tujuan pembelajaran meliputi aspek-aspek ruang lingkup tujuan, abilitas yang terkandung didalamnya, rumusan tujuan, tingkat kesulitan pencapaian tujuan, kesesuaian dengan kemampuan siswa, jumlah dan waktu yang tersedia untuk mencapainya, kesesuaiannya dengan kurikulum yang berlaku dan keterlaksanaannya dalam pengajaran. Komponen bahan pembelajaran yang meliputi ruang lingkupnya, kesesuaian dengan
tujuan,
tingkat
kesulitan
bahan,
kemudahan
memperoleh
dan
mempelajarinya, daya gunanya bagi siswa, keterlaksanaan sesuai dengan waktu yang tersedia,
sumber-sumber
untuk
mempelajarinya,
cara
mempelajarinya,
kesinambungan bahan, relevansi bahan dengan kebutuhan siswa, prasyarat mempelajarinya. Komponen siswa yang meliputi kemampuan prasyarat, minat dan perhatian, motivasi, sikap, cara belajar, kebiasaan belajar, kesulitan belajar, fasilitas belajar yang dimiliki, hubungan sosial dengan teman sekelas, masalah belajar yang dihadapi, karakteristik dan kepribadian, kebutuhan belajar, identitas siswa dan keluarganya yang erat kaitannya dengan pendidikan di sekolah. Komponen guru yang meliputi penguasaan materi, keterampilan mengajar, sikap keguruan, pengalaman mengajar, cara mengajar, cara menilai, kemauan mengembangkan profesinya, keterampilan berkomunikasi, kepribadian, kemampuan dan kemauan memberikan bantuan dan bimbingan kepada siswa, hubungan dengan siswa dan rekan sejawatnya, penampilan dirinya, keterampilan lain yang diperlukan. Komponen alat dan sumber belajar yang meliputi jenis alat dan jumlahnya, daya guna, kemudahan pengadaannya, kelengkapannya, manfaatnya bagi siswa dan pendidik, cara mengungkapkannya. Dalam alat dan sumber belajar ini termasuk alat peraga, buku sumber dan perlengkapan lainnya. Komponen penilaian yang meliputi jenis alat penilaian yang digunakan, isi dan rumusan pertanyaan, pemeriksaan dan interpretasinya, sistem penilaian yang
digunakan, pelaksanaan penilaian, pemanfaatan hasil penilaian, administrasi penilaian, tingkat kesulitan soal, frekwensi penilaian dan perencanaan penilaian. Dari komponen-komponen diatas saling berhubungan satu sama lain dan membentuk suatu sistem. Tujuan penilaian proses belajar mengajar pada hakekatnya adalah untuk mengetahui kegiatan belajar mengajar, terutama efisiensi, keefektifan dan produktivitasnya dalam mencapai tujuan pembelajaran. Belajar merupakan suatu proses serta kegiatan yang secara kontinyu harus dilakukan guna mendapatkan pengetahuan dan pengalaman dari sesuatu yang dipelajarinya. Khusus bagi seorang pelajar, belajar merupakan suatu kewajiban yang mau tidak mau harus dikerjakan. Dikatakan sebagai suatu kegiatan belajar manakala setelah melakukan kegiatan tersebut akan terjadi perubahan pada diri orang yang belajar. Abu Ahmadi (1982 : 20) mengatakan bahwa: “Belajar adalah proses perubahan di dalam diri manusia, apabila tidak terjadi perubahan dalam diri manusia, maka tidaklah dikatakan bahwa padanya telah berlangsung kegiatan belajar, diharapkan perubahan adalah perubahan yang berencana dan bertujuan”. Menurut pendapat Gagne yang dikutip oleh M. Ngalim Purwanto (1990:84). Belajar didefinisikan sebagai berikut: Belajar terjadi apabila suatu situasi stimulus bersama dengan isi ingatan mempengaruhi siswa sedemikian rupa sehingga perbuatannya (performancenya) berubah dari waktu sebelum ia mengalami situasi itu ke waktu sesudah ia mengalami situasi itu ke waktu sesudah ia mengalami situasi tadi. Dari pendapat di atas, maka dapat disimpulkan bahwa belajar adalah sesuatu kegiatan yang dilakukan secara sadar dimana kegiatan tersebut menyebabkan adanya perubahan tingkah laku dalam diri seseorang yang dinyatakan dalam cara-cara tingkah laku yang baru berdasarkan pengalaman dan latihan yang berulang-ulang. Pedoman belajar sangat rumit, akan tetapi dapat dianalisis dan diperinci dalam bentuk prinsip-prinsip belajar atau asas-asas belajar. Adapun prinsip belajar secara umum menurut Abu Ahmadi (1982 : 7) adalah sebagai berikut : 1) Belajar harus bertujuan dan terarah. 2) Belajar memerlukan bimbingan dari guru atau buku pelajaran itu sendiri.
3) Belajar memerlukan latihan dan ulangan agar apa-apa yang telah dipelajari dapat dikuasai. 4) Belajar memerlukan pemahaman atas hal-hal yang dipelajari sehingga diperoleh pengertian-pengertian. 5) Belajar adalah suatu proses aktif dimana terjadi saling pengaruh secara dinamis antara murid dan lingkungannya. 6) Belajar harus disertai keinginan atau kemauan yang kuat untuk mencapai tujuan. 7) Belajar dianggap berhasil apabila telah sanggup menerapkan ke dalam bidang praktek sehari-hari. Ngalim Purwanto (1990:104) mengemukakan bahwa keberhasilan belajar seseorang dipengaruhi oleh banyak faktor sebagai berikut : “Faktor-faktor yang mempengaruhi keberhasilan belajar adalah terdiri dari faktor individu yang meliputi kematangan, kecerdasan, latihan dan ulangan, motivasi, sifat-sifat pribadi seseorang, minat, bakat, dan faktor sosial yang meliputi keadaan keluarga, alat-alat pelajaran dan lain-lain”.
Kegiatan belajar akan dapat berjalan dengan baik apabila materi pelajaran sesuai dengan tingkat kematangan anak. Apabila materi pelajaran yang diberikan tidak pada tingkat kematangan anak, maka hasil yang memuaskan akan sulit tercapai. Kecerdasan seseorang akan mempengaruhi kemajuannya dalam belajar. Apabila memang intelegensinya rendah, maka hal ini akan membatasi kemampuan belajar anak. Apabila sering melatih diri, sering mengulangi sesuatu maka kecakapan dan pengetahuan yang dimiliki dapat menjadi lebih dikuasai dan semakin mendalam. Sebaliknya, tanpa adanya latihan dan ulangan maka pengalaman yang dimikiki akan mudah hilang atau semakin berkurang. Seseorang yang menaruh minat terhadap sesuatu biasanya cenderung untuk memperhatikan hal tersebut. Begitu pula dalam kegiatan belajar, seseorang yang menaruh minat terhadap pelajaran tertentu maka dia akan cenderung untuk memperhatikan bahan pelajaran yang diminatinya. Sebaliknya, bila seseorang tidak mempunyai minat terhadap pelajaran tertentu, maka dia akan mempunyai perhatian yang kurang terhadap mata pelajaran tersebut. Bila minat belajar pada diri siswa sudah berkurang atau bahkan tidak ada sama sekali, maka hasil yang baik dari kegiatan belajar akan sulit untuk diraih.
Menurut Kartini Kartono (1985 : 1-6) ia mengatakan, “Faktor-faktor yang mempengaruhi keberhasilan belajar adalah kecerdasan, bakat, minat dan perhatian, cara belajar, motif, kesehatan jasmani, peralatan belajar dan lingkungan”. Masih menurut Kartini Kartono (1985:4), “Keberhasilan studi siswa dipengaruhi oleh cara balajarnya”. Ada cara belajar yang efisien ada pula cara belajar yang tidak efisien. Seorang murid yang mempunyai cara belajar yang efisien memungkinkannya untuk mencapai prestasi lebih tinggi daripada murid yang mempunyai cara belajar yang tidak efisien. Dari uraian di atas maka dapatlah dikatakan bahwa keberhasilan belajar seseorang dipengaruhi oleh banyak faktor. Masing-masing faktor mempunyai daya pengaruh yang berbeda-beda dan antara faktor yang satu dengan faktor yang lain saling berkaitan. Oleh karena itu siswa yang ingin berhasil dalam belajarnya harus memperhatikan faktor-faktor tersebut.
5.
Tinjauan Tentang Minat Siswa
Minat merupakan salah satu faktor yang ikut menentukan keberhasilan seseorang, khususnya dalam hal belajar. Minat seseorang mempengaruhi cara perbuatannya terhadap sesuatu. Demikian pula yang terjadi pada seorang siswa yang dihadapkan pada suatu mata pelajaran yang tidak diminatinya, maka ia akan kurang atau tidak akan bersungguh-sungguh dalam mengikuti atau mempelajarinya. Hal ini akan berakibat sulitnya dicapai prestasi belajar. Sebaliknya, jika siswa memiliki minat yang kuat pada mata pelajaran tertentu, maka ia akan berusaha dengan sekuat tenaga meskipun harus menghadapi kesulitan dan dalam rangka untuk memahami apa yang dipelajarinya. Dimyati Mahmud (1990: 163) mengemukakan bahwa, “Minat yang kuat membuahkan prestasi yang gemilang dalam situasi yang mendasari tumbuhnya sikap senang terhadap sesuatu tersebut”. Menurut Winkel (1991: 53) “minat adalah kecenderungan yang agak menetap pada seseorang untuk merasa tertarik pada suatu bidang tertentu dan merasa senang berkecimpung dalam kegiatan-kegitan yang berkaitan dengan bidang itu” .
Dari pendapat di atas dapat dikatakan bahwa seorang yang berminat terhadap sesuatu, maka ia akan cenderung menekuni apa yang ada di dalamnya. Seandainya minat tersebut ada dalam kegiatan belajar, maka orang tersebut akan menekuni apa yang sedang dipelajarinya, sehingga hasilnya akan baik. Dewa Ketut Sukardi (1994 : 9) memberikan batasan minat sebagai berikut: “Minat adalah suatu perangkat mental yang terdiri dari kombinasi, perpaduan, dan campuran dari perasaan, harapan, prasangka, cemas, takut dan kecenderungan-kecenderungan lain yang bisa mengarahkan individu kepada suatu pilihan tertentu”.
Dari pendapat di atas penulis dapat menyimpulkan bahwa minat terjadi karena adanya perpaduan berbagai unsur yang ada pada diri seseorang. Minat dapat mengarahkan individu untuk menentukan suatu pilihan, sehingga pilihan tersebut merupakan hal yang disenanginya. Dengan demikian maka kalau sesuatu dilaksanakan dengan senang hasilnyapun akan lebih baik. Minat dapat disimpulkan sebagai suatu kecenderungan hati yang agak menetap terhadap sesuatu yang mana akan membuahkan suatu usaha yang kuat untuk lebih memahami apa yang diminatinya yang mana minat timbul karena adanya perpaduan dari berbagai perasaan yang ada pada diri seseorang. Pada semua usia, minat memainkan peranan yang penting dalam kehidupan seseorang, termasuk dalam pendidikan. Minat merupakan sumber motivasi yang menyebabkan individu itu berhubungan secara aktif dengan segala sesuatu yang menarik baginya. Minat seseorang terhadap sesuatu ditunjukkan oleh adanya sikap atau perilakunya. Elizabeth B. Hurlock (1989:114-116) mengemukakan pentingnya minat sebagai berikut: 1.
Minat menjadi sumber motivasi yang kuat untuk belajar
2.
Minat mempengaruhi bentuk dan tingkat aspirasi anak
3.
Minat menambah kegembiraan pada sikap kegiatan yang ditekuni seseorang.
Dari pendapat tersebut di atas jelaslah bahwa minat berperan penting dalam memotivasi seseorang. Khususnya dalam hal belajar, seorang siswa yang benar-benar
berminat pada mata kuliah yang diikuti, maka siswa tersebut akan berusaha lebih keras untuk belajar dibandingkan dengan mereka yang tidak berminat. Prestasi belajar yang optimal pada setiap siswa dapat tercapai jika siswa yang bersangkutan memiliki minat yang kuat dan dilengkapi dengan motif yang tinggi serta kemampuan yang cukup dalam mencapai tujuan belajar. Minat bukanlah sesuatu yang dimiliki seseorang begitu saja, melainkan merupakan sesuatu yang dapat dipelajari dan dikembangkan. Pada dasarnya minat selalu mengalami perubahan. Sejak kecil minat seseorang itu dipengaruhi oleh keadaan jasminiahnya, perasaan dan lingkungannya. Adapun secara umum faktorfaktor yang mempengaruhi terbentuknya minat adalah: a.
Faktor dari diri individu Yang dimaksud dengan faktor ini adalah dorongan yang berasal atau muncul dengan sendirinya tanpa disadari, sehingga timbul perasaan senang terhadap obyek, misalnya ingin meraih sukses, sikap rasa ingin tahu. Faktor ini meliputi: 1) Konsep diri dan kepribadian Minat seseorang akan terbentuk dengan dipengaruhi oleh konsep diri dan kepribadiannya. Setiap individu tentunya mempunyai pola hidup tersendiri dan mempunyai pribadi yang berbeda antara individu yang satu dengan yang lain. Hal ini tentunya akan mempengaruhi keinginan atau minatnya. 2) Fantasi Minat terbentuk tidak lepas dari fantasi seseorang. Seseorang menyenangi pada suatu hal ada kalanya karena ingin meniru orang lain. Dia mempunyai keinginan untuk meniru mungkin dikarenakan orang tersebut berhasil dalam bidangnya, atau karena bidang tersebut bernilai baik.
b.
Faktor dari luar individu Yang dimaksud dengan faktor ini adalah sesuatu yang dikenal individu dan menarik perhatiannya sehingga menimbulkan perasaan senang.
6.
Cara Belajar
Ada cara belajar yang efisien ada pula cara belajar yang tidak efisien. Seorang siswa yang mempunyai cara belajar yang efisien memungkinkannya untuk mencapai prestasi belajar yang lebih baik daripada siswa yang mempunyai cara belajar tidak efisien. Pengertian cara belajar yang efisien menurut Sumadi Suryabrata (1979 : 61) adalah: “Cara belajar yang efisien adalah adalah cara belajar yang memenuhi syaratsyarta efisien, yaitu dengan usaha sekecil-kecilnya memberikan hasil sebesarbesarnya bagi perkembangan individu yang belajar”. Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (1990 : 152), cara didefinisikan sebagai berikut: “Cara adalah jalan (aturan, sistem) melakukan (berbuat dan sebagainya) sesuatu”. Sedangkan definisi belajar menurut Abu Ahmadi (1982 : 20) adalah sebagai berikut: “Belajar adalah proses perubahan di dalam diri manusia, apabila tidak terjadi perubahan dalam diri manusia, maka tidaklah dikatakan bahwa padanya telah berlangsung kegiatan belajar, diharapkan perubahan adalah perubahan yang berencana dan bertujuan”.
Dari definisi-definisi di atas maka dapat disimpulkan bahwa yang dimaksud dengan cara belajar adalah suatu jalan yang ditempbuh untuk mendapatkan proses perubahan dalam diri seseorang secara berencana dan bertujuan. Atau dengan kata lain cara belajar adalah jalan yang ditempuh dalam melakukan kegiatan untuk mendapatkan perubahan yang berencana dan bertujuan. Dalam usaha belajar ada beberapa unsur pokok yang harus diperhatikan dan ditaati untuk dijadikan pedoman dalam belajar. Menurut Abu Ahmadi (1982: 12) pedoman belajar secara umum adalah: (1) Belajar dengan teratur, (2) Disiplin, (3) Konsentrasi, (4) Pengaturan waktu”. Siswa hendaknya tidak hanya belajar manakala akan menghadapi ulangan atau ujian saja. Apabila siswa ingin mendapatkan hasil belajar yang optimal maka dia harus mampu untuk belajar secara teratur. Belajar secara rutin meskipun yang dipelajari hanya sedikit, akan lebih memberikan manfaat daripada belajar sekaligus dengan bahan yang begitu banyak. Disiplin di dalam kegiatan belajar sangat
diperlukan. Tanpa adanya disiplin, maka jadual belajar yang telah disusun akan tidak berarti. Dengan demikian jadual belajar akan dapat dilaksanakan sebagaimana mestinya manakala orang yang bersangkutan mampu mendisiplin dirinya. Dengan disiplin pulalah rasa malas dalam belajar dapat diatasi. Tanpa konsentrasi maka hasil belajar yang optimal akan sulit diraih. Manakala perhatian seseorang dalam belajar tidak terpusat pada apa yang sedang dipelajarinya maka akan mengganggu dan mengacaukan penangkapan dari apa yang sedang dipelajari. Perhatian yang terbagi akan berakibat kurang berhasilnya hal yang sedang dilakukan. Dan sebaliknya, apabila mahasiswa belajar dengan penuh perhatian, maka hasil yang baik akan mudah untuk diraih. Agar seorang yang belajar mendapatkan hasil yang optimal maka perlu adanya pengaturan waktu dalam belajarnya. Kapan seorang siswa akan belajar dan berapa waktu yang disediakan untuk masing-masing mata kuliah, hal ini haruslah direncanakan oleh seorang siswa agar jadual masing-masing kegiatan dapat dilaksanakan dengan baik. Dengan demikian pengaturan waktu belajar sangat diperlukan agar kita dapat belajar dengan baik. Untuk dapat mencapai prestasi belajar yang gemilang diperlukan cara belajar yang baik dan efisien. Menurut Kartini Kartono (1985:4) cara belajar yang efisien antara lain: 1.
Berkonsentrasi sebelum dan pada saat belajar
2.
Segera mempelajari kembali bahan yang telah diterima
3.
Membaca dengan teliti dan betul bahan yang sedang dipelajari dan berusaha menguasai dengan sebaik-baiknya.
4.
Mencoba menyelesaikan soal-soal.
Namun perlu diingat, meskipun ada cara belajar yang efisien hal tersebut sifatnya tetap individual. Artinya bahwa cara belajar yang efisien itu tergantung pada masing-masing orang yang bersangkutan. Tidak ada dua orang yang menggunakan cara-cara belajar (yang dianggap tepat dan efisien) yang tepat sama. Cara belajar yang belajar yang tepat untuk seseorang belum tentu baik pula bagi individu lain. Sebagaimana yang dikemukakan oleh Sumadi Suryabrata (1979: 61)) bahwa “Cara-
cara belajar yang efisien itu dalam kenyataannya bersifat individual, artinya tegantung pada masing-masing orang yang bersangkutan”. Namun meskipun begitu, disamping ada perbedaan-perbedaan tersebut terdapat juga persamaan-persamaannya. Persamaan tersebut terletak pada hal-hal yang bersifat umum. Dan hal-hal yang penulis kemukakan di sini adalah merupakan hal-hal yang umum. Untuk dapat mencapai hasil belajar yang baik, siswa harus mengembangkan diri menjadi siswa yang baik. Siswa yang baik menurut Sumadi Suryabrata (1990 : 62-68) adalah siswa yang mempunyai, ciri-ciri: “(1) Mempunyai sikap positif terhadap tugas-tugas yang perlu dipelajari, (2) Mempunyai kebiasaan belajar yang baik, (3) Mempunyai teknik belajar yang baik”. Di bawah ini akan penulis uraikan hal-hal di atas sebagai berikut: a.
Mempunyai sikap positif terhadap tugas-tugas yang perlu dipelajari. Adanya sikap positif terhadap tugas-tugas yang perlu dipelajari menjamin adanya motivasi itu ada pada seorang (terlebih dahulu motivasi instrinsik) maka dapat diharapkan bahwa hasil belajarnya akan baik. Adapun hal-hal yang mempengaruhi ada atau tidaknya sikap positif siswa terhadap hal-hal yang harus dipelajari terutama adalah: 1) Kesesuaian antara hal yang dipelajari itu dengan minat dan bakat mahasiswa 2) Kesesuaian antara hal yang harus dipelajari itu dengan tarap aspirasi dan kemampuan mahasiswa Salah satu cara yang kiranya akan sangat membawa hasil dalam usaha menumbuhkan sikap positif terhadap hal yang harus dipelajari itu adalah menumbuhkan kegemaran membaca. Apabila kegemaran membaca telah membudaya, maka sebagaian besar rasa enggan dan rasa kurang mampu yang menjadi penghambat sikap positif akan teratasi. Secara umum dapat dikatakan bahwa makin sesuai hal yang harus dipelajari itu dengan minat dan bakat serta aspirasi seseorang, maka akan makin positiflah sikap orang tersebut terhadap hal itu, dan sebaliknya makin tidak sesuainya hal yang harus dipelajari dengan minat dan bakat serta aspirasi mahasiswa, maka akan semakin kurang positif sikap orang tersebut terhadap hal yang dipelajari olehnya.
b.
Mempunyai kebiasaan belajar yang baik Untuk mengembangkan kebiasaan belajar yang baik intinya adalah adanya rencana kegiatan belajar yang jelas dan adanya disiplin diri yang kuat untuk menepati apa yang telah direncanakan itu. Adapun cara mengembangkan kebiasaan yang baik diantaranya adalah: 1) Penyusunan rencana studi Penyusunan rencana kegiatan untuk satu semester atau satu catur wulan. Kurikulum serta jadual pelajaran untuk satu semester atau satu tahun adalah merupakan rencana studi umum untuk semua siswa. Rencana studi umum itu belum tentu sesuai dengan masing-masing siswa, karena siswa yang satu dengan yang lain berbeda dalam minat dan bakat serta kemampuannya. Karena itu setiap siswa perlu menyusun rencana studinya masing-masing yang paling sesuai untuk dirinya. Siswa setidaknya tahu tugas-tugas yang harus diselesaikan satu semester atau satu cawu. Misalnya buku yang wajib dibaca, sistem ujiannya, atau tugas-tugas yang lainnya yang harus dikerjakan (kalau ada). Berdasarkan atas informasi yang diketahui tersebut, siswa dapat menyusun kegiatan belajarnya untuk semester atau cawu yang bersangkutan. Dalam hal perencanaan ini ada dua pola yang dikemukakan oleh Sumadi Suryabrata (1978:6) yaitu: “(a) Berdasarkan prioritas usaha dipusatkan pada mata kuliah tertentu, (b) Semua mata kuliah diusahakan dipelajari serempak dengan mengaturan alokasi waktu tertentu”. Masing-masing pola di atas mempunyai kelebihan dan kelemahan. Kelebihan pola pertama ialah bahwa untuk masing-masing mata kuliah terdapat pemusatan usaha yang baik dan terdapat kontinuitas usaha yang diperlukan, tetapi kelemahannya jika pembagian waktu tidak cermat dan pelaksanaan rencana kurang tertib mungkin ada mata kuliah tertentu yang tidak kebagian waktu. Untuk pola yang kedua, mempunyai kelebihan yaitu ada jaminan pembagian waktu untuk masing-masing mata pelajaran, tetapi kontinuitas usaha kurang baik. Pola mana sebaiknya diikuti, akan tergantung kepada masing-masing individu yang sedikit banyak juga
dipengaruhi materi yang harus dipelajari dan pembatas-pembatas lain (misalnya ruangan, alat praktikum, bahan bacaan dan sebagainya). 2) Penyusunan rencana kegiatan mingguan Supaya rencana satu semester atau satu cawu lebih jelas dan pelaksanaannya lebih mudah, perlu dibuat rencana mingguan. Masing-masing mata kuliah diperinci menjadi unit-unit yang lebih kecil, yang masing-masing dapat diselesaikan dalam waktu satu minggu. Cara ini ditempuh untuk mencegah jangan ada mahasiswa yang menunda-nunda penyelesaian tugas. 3) Penyusunan jadual belajar Untuk keperluan pelaksanaan rencana kegiatan yang telah tersusun, maka perlu adanya jadual kegiatan belajar. Untuk penyusunan jadual kegiatan ini ada pedoman umum yaitu belajar sedikit demi sedikit tapi kontinyu adalah lebih baik daripada belajar secara borongan. Umumnya setiap minggu mahasiswa harus menyediakan waktu untuk dua macam kegiatan belajar, yaitu mengikuti kuliah dan belajar di luar waktu kuliah.
4) Penggunaan waktu belajar Bagaimana mahasiswa menggunakan waktunya untuk belajar merupakan hal yang berpengaruh langsung pada hasil belajarnya. Dalam hal ini ada dua hal yang harus diperhatikan, yaitu penjatahan waktu untuk masing-masing mata pelajaran, dan menyiapkan serta mengulangi pelajaran. Cara belajar memang bersifat individual, akan tetapi disamping perbedaanperbedaan, ada pula kesamaan-kesamaan yang bersifat umum. Dalam hal ini Sumadi Suryabrata (1979 : 68) mengemukakan tiga hal pokok yang harus diperhatikan, yaitu: (a) Cara mengikuti kuliah, (b) Cara belajar di luar waktu dan (c) Cara bertanya. Berikut ini akan penulis uraikan satu per satu. 1) Cara mengikuti kuliah Dalam hal ini meliputi persiapan diri baik persiapan bahan maupun alat-alat, mencatat materi pelajaran, dan mencerna hasil pelajaran. Dalam hal mencerna kembali pelajaran yang diikuti akan diperoleh keuntungan yang diantaranya adalah melengkapi hal-hal yang kurang dalam mencatat (kalau perlu menambah
dari sumber lain), memahami bagian yang belum jelas, meresapi isi pelajaran tadi, dan sebagai ulangan atau latihan untuk menambah penguasaan terhadap mata pelajaran yang bersangkutan. 2) Cara belajar di luar waktu kuliah Ada tiga macam kegiatan dalam belajar di luar waktu sekolah, yaitu mencari bahan atau sumber bacaan, mengatur tempat belajar atau menempatkan diri dan membuat ringkasan. 3) Cara bertanya Dalam mengikuti pelajaran, terkadang ada hal-hal yang perlu ditanyakan karena mungkin ada keterangan yang kurang jelas. Untuk bertanya ada pedoman yang umum, diantaranya yaitu pertanyaan singkat, padat, dan langsung kepada persoalannya.
Adapun cara belajar yang baik menurut Abu Ahmadi (1982:35-36) adalah sebagai berikut: 1) Hendaknya datang ke sekolah tepat pada waktunya, tidak terlambat. 2) berikan perhatian yang memusat terhadap pelajaran yang sedang berlangsung. 3) Selama pelajaran hendaknya siswa ikut aktif dan berpartisipasi. 4) Catatlah persoalan-persoalan yang mungkin timbul dan hal-hal yang benar-benar belum dipahami untuk dipelajari di rumah. 5) Catatlah pelajaran-pelajaran dari guru dalam garis besarnya saja.
Dari uraian di atas dapat dikatakan bahwa pedoman-pedoman belajar yang telah diuraikan di atas hanyalah pedoman belajar secara umum, yang dapat digunakan sebagai standard dalam melakukan kegiatan belajar. Berdasarkan pada uraian di atas maka indikator dari cara belajar dalam penelitian ini adalah : a.
Penyusunan rencana materi belajar dan jadwal belajar
b.
Pemanfaatan waktu belajar
c.
Pemusatan pikiran dalam belajar
d.
Upaya mengatasi gangguan dalam belajar
e.
Cara memecahkan masalah dalam belajar
f.
Pemanfaatan bahan bacaan.
7.
Prestasi Belajar
Berhasil tidaknya proses pembelajaran yang dilakukan oleh pendidik terhadap anak didik dapat diketahui melalui prestasi belajar dari anak didik yang bersangkutan. Prestasi merupakan hasil yang telah dicapai atau diperoleh seseorang atas usaha yang telah dilakukannya. Belajar yang praktis harus melampaui lebih jauh dari asas-asas proses belajar yang paling umum seperti kontiguiti dan penguatan tingkah laku. Belajar itu membuahkan disposisi tersimpan yang mengakui bahwa belajar mempunyai ciri yang berbeda, organisasi yang berbeda dan karena itu menghendaki adanya kondisi yang berbeda pula untuk pencapaiannya. Belajar merupakan suatu kegiatan yang dapat menghasilkan perubahan tingkah laku baik potensial maupun aktual. Menurut Winkel (1987: 36) belajar adalah aktivitas mental (psikis) yang berlangsung dalam interaksi dengan lingkungan yang menghasilkan perubahan-perubahan pengetahuan, pemahaman, keterampilan dan nilai sikap. Perubahan itu bersifat konstan dan berbekas. Terdapat 3 ciri khas yang ada pada aktivitas manusia, sehingga aktivitas tersebut disebut sebagai kegiatan belajar, yaitu: 1.
Aktivitas yang menghasilkan perubahan tingkah laku pada diri pelajar (individu yang belajar) (Behavior Conges) baik aktual maupun potensial.
2.
Perubahan itu pada pokoknya didapatkannya kemampuan baru yang berlaku dalam waktu yang relatif cukup lama.
3.
Perubahab itu terjadi karena usaha (Sumadi Suryobroto, 1981: 1)
Definisi belajar mencakup tiga unsur, yaitu: (1) belajar adalah perubahan tingkah laku, (2) perubahan tersebut terjadi karena latihan atau pengalaman. Perubahan yang terjadi pada tingkah laku karena unsur kedewasaan bukan belajar, dan (3) sebelum dikatakan belajar, perubahan tersebut harus relatif permanen dan tetap ada untuk waktu yang lama (Morgan: 1986). Dipandang dari segi kependidikan,
apabila seseorang telah belajar sesuatu maka ia akan berubah kesiapannya dalam hal menghadapi lingkungannya. Berhasil tidaknya suatu proses belajar dapat dilihat melalui prestasi belajar yang diperoleh. Prestasi belajar mahasiswa sangat dipengaruhi oleh pengelolaan proses belajar mengajar sehari-hari. Dalam mengelola suatu proses pembelajaran, perencanaan perkuliahan yang matang sangat diperlukan. Penguasaan guru terhadap materi, metode yang digunakan guru serta sikap dalam mendorong siswa untuk berpikir kritis juga merupakan faktor pendorong peningkatan prestasi belajar siswa. Prestasi belajar siswa juga dipengaruhi oleh kualitas proses belajar mengajar, kualitas soal ujian secara umum dan kualitas tugas yang diberikan oleh guru serta obyektivitas guru dalam memberikan penilaian. Dalam tugasnya untuk mendorong prestasi belajar siswa, seorang guru perlu mengingat beberapa prinsip pembelajaran, yaitu: 1.
Apapun yang dipelajari siswa , dialah yang harus belajar, bukan orang lain. Untuk itu siswalah yang harus bertindak aktif.
2.
Setiap siswa akan belajar sesuai tingkat kemampuannya.
3.
Seorang siswa akan dapat belajar dengan lebih baik apabila memperoleh penguatan langsung pada setiap langkah yang dilakukan selama proses belajarnya.
4.
Penguatan yang sempurna dari setiap langkah yang dilakukan siswa akan membuat proses belajar lebih berarti.
5.
Seorang siswa akan lebih meningkat motivasinya untuk belajar apabila ia diberi tanggung jawab serta kepercayaan penuh atas belajarnya (Davies, 1971).
Penilaian dalam pendidikan sekurang-kurangnya mencakup penilaian progran atau kurikulum, penilaian proses belajar mengajar, dan penilaian hasil belajar yang dapat menentukan prestasi belajar. Dalam pengertian yang luas penilaian diartikan sebagai suatu proses menentukan nilai dari suatu obyek dengan menggunakan kriteria tertentu. Oleh karena itu, ciri utama penilaian adalah adanya program yang dinilai, adanya judgment dalam menentukan nilai dan adanya suatu kriteria dalam menentukan atau menetapkan keberhasilan suatu hasil belajar.
Lingkup untuk menentukan prestasi belajar tersebut yakni program, proses pembelajaran, dan hasil belajar pada hakekatnya merupakan program yang dinilai. Sedangkan judgment erat kaitannya dengan kriteria, yakni suatu interpretasi hasil penilaian dibandingkan dengan kriteria yang digunakan sehingga dapat ditetapkan keputusan mengenai prestasi belajar siswa. Menurut Nana Sudjana (1990: 20), kriteria yang bisa digunakan mencakup kriteria relatif dan kriteria mutlak. Kriteria relatif ditempuh dengan membandingkan posisi dari obyek yang dinilai terhadap obyek lainnya dengan menggunakan kriteria yang sama. Sedangkan kriteria mutlak membandingkan posisi obyek yang dinilai dengan posisi yang seharusnya dicapai. Sejalan dengan kriteria di atas maka sistem penilaian di bedakan antara penilaian acuan norma dan penilaian acuan patokan. Penilaian acuan norma menggunakan kriteria relatif, sedangkan penilaian acuan patokan menggunakan kriteria mutlak. Dalam menyusun alat penilaian peerlu ditempuh beberapa tahapan, antara lain merumuskan tujuan, mengkaji materi atau analisis kurukulum, mengembangkan kisi-kisi termasuk kunci jawabannya. Penilaian tidak hanya berfungsi sebagai alat untuk mengetahui prestasi belajar, tetapi juga untuk mengetahui tercapai tidaknya tujuan dan sebagai bahan dalam melakukan perbaikan program. Prestasi belajar siswa mengisyaratkan hasil belajar sebagai progran atau obyek yang menjadi sasaran penilaian. Prestasi belajar sebagai obyek penilaian pada hakekatnya menilai penguasaan anak didik terhadap tujuan-tujuan pembelajaran. Hal ini adalah karena isi rumusan tujuan pembelajaran menggambarkan hasil belajar yang harus di kuasai siswa berupa kemampuan-kemampuan siswa setelah menerima atau menyelesaikan pengalaman belajarnya (Nana Sudjana, 1990: 34). Pada umumnya prestasi belajar dinilai melalui tes, baik tes uraian maupun tes obyektif. Pelaksanaan penilaian bisa secara lisan, tulisan dan perbuatan. Tes uraian memiliki keunggulan dari tes obyektif karena dapat mengungkap aspek mental yang lebih tinggi yang tercermin dalam logika berpikir dam kemampuan berbahasa tulisan. Sedangkan tes obyektif lebih unggul dalam hal materi yang diujikan dapat lebih banyak dan mudah dalam memeriksa dan mengolah hasilnya (Nana Sudjana, 1990: 55).
Penilaian terhadap proses belajar mengajar sering diabaikan, setidak-tidaknya kurang mendapat perhatian dibanding dengan penilaian hasil belajar. Pendidikan tidak berorientasi pada hasil semata-mata, tetapi juga kepada proses. Oleh karena itu penilaian terhadap hasil dan proses pembelajaran harus dilaksanakan secara seimbang dan jika dapat dilaksanakan secara simultan. Dilain pihak, pendidikan dan pengajaran dilaksanakan berhasil jika perubahan-perubahan yang tampak pada siswa harus merupakan akibat proses belajar mengajar yang dialaminya. Setidak-tidaknya apa yang dicapai oleh siswa merupakan akibat dari proses yang ditempuhnya melalui program dan kegiatan yanng dirancang dan dilaksanakan guru dalam proses belajar mengajar. Dalam keseluruhan proses pendidikan, kegiatan belajar merupakan kegiatan yang paling pokok. Dalam kegiatan belajar diharapkan terjadi adanya perubahan sebagai akibat menjalankan usaha yang ditujukan dengan adanya kemampuan yang disebut prestasi. Pengertian prestasi menurut Winkel (1991 ; 162) adalah; “Prestasi adalah bukti keberhasilan yang telah dicapai”. Sedangkan menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (1990: 700) prestasi didefinisikan sebagai berikut: “Prestasi adalah hasil yang telah dicapai (dari yang telah dilakukan, dikerjakan, dan sebagainya)” . Dari kedua pendapat di atas dapat disimpulkan bahwa prestasi adalah hasil yang telah dicapai setelah melakanakan suatu kegiatan sebagai bukti keberhasilan. Adapun pengertian belajar menurut Abu Ahmadi (1982 : 20) adalah: “Belajar adalah proses perubahan di dalam manusia, apabila tidak terjadi perubahan dalam diri manusia, maka tidaklah dapat dikatakan bahwa padanya telah berlangsung kegiatan belajar, diharapkan perubahan adalah perubahan yang berencana dan bertujuan”.
Faktor-faktor yang cenderung menentukan prestasi Belajar Keberhasilan belajar seseorang dipengaruhi oleh banyak faktor. Menurut Kartini Kartono (1985 ; 6 ), “Faktor-faktor yang mempengaruhi prestasi belajar adalah kecerdasan, bakat, minat dan perhatian, cara belajar, motif, kesehatan jasmani, peralatan belajar dan lingkungan”.
Untuk masing-masing faktor di atas akan penulis uraikan sebagai berikut: 1) Kecerdasaran Kecerdasan merupakan salah satu aspek penting dan sangat menentukan berhasil tidaknya studi seseorang. Kalau seseorang mempunyai tingkat kecerdasan normal atau di atas batas normal maka ia secara potensial dapat mencapai prestasi yang tinggi. Namun dalam kenyataannya terkadang dijumpai mahasiswa yang tingkat kecerdasaannya di atas normal, tetapi prestasi belajarnya rendah atau bahkan gagal. Hal ini tentu disebabkan hal-hal lain misalnya, sering sakit, tidak pernah mau belajar di rumah dan sebagainya. 2) Bakat Bakat menurut Kartini Kartono (1985 : 2) adalah “Potensi atau kemampuan yang kalau diberi kesempatan untuk dikembangkan melalui belajar akan menjadi kecakapan yang nyata”. Setiap siswa mempunyai bakat yang berbeda-beda. Kalau mahasiswa berbakat pada mata kuliah tertentu maka hal ini akan memudahkan baginya untuk mempelajari materi tersebut secara mendalam. Dengan demikian besar kemungkinannya ia dapat mencapai prestasi yang tinggi. 3) Minat dan perhatian Minat dan perhatian dalam belajar mempunyai hubungan yang erat. Seseorang yang menaruh minat pada mata pelajaran tertentu biasanya cenderung untuk memperhatikan mata pelajaran tersebut. 4) Metode belajar Keberhasilan studi murid dipengaruhi pula oleh cara belajarnya. Seorang siswa yang memiliki metode belajar yang efisien, hal ini akan memungkinkannya untuk mencapai prestasi belajar lebih tinggi daripada siswa yang mempunyai metode belajar yang tidak efisien. 5) Motif Untuk mencapai tujuan yang diinginkan. Jika siswa dalam belajar memiliki motif belajar yang kuat maka dalam hal ini akan memperbedar kegiatan dan usahanya untuk mencapai prestasi yang tinggi.
6) Kesehatan jasmani Keadaan tubuh yang sehat merupakan kondisi yang memungkinkan seseorang untuk dapat belajar secara aktif. Seorang siswa yang sering sakit biasanya mengalami kesulitan tertentu dalam belajar, misalnya saja cepat lelah. Dengan demikian sehat dan tidaknya jasmani seorang siswa dapat mempengaruhi prestasi belajarnya. 7) Peralatan belajar Lengkap dan tidaknya peralatan yang dimiliki siswa atau sekolah akan mempengaruhi prestasi belajarnya. Kalau semakin lengkap peralatan, maka akan semakin mudah pula dalam mempelajari suatu mata pelajaran. 8) Lingkungan Lingkungan di sini ada bermacam-macam, yaitu: lingkungan alam, lingkungan keluarga, lingkungan masyarakat, dan lingkungan sekolah.
Sedangkan menurutu M. Ngalim Purwanto (1990 : 107) menyebutkan bahwa: Faktor-faktor yang mempengaruhi proses dan hasil belajar adalah faktor dari dalam yang terdiri dari faktor fisiologis (kondisi fisik dan kondisi panca indera) dan faktor psikologis (bakat, minat, kecerdasan, motivasi, kemampuan kognitif) serta faktor dari luar yang terdiri dari lingkungan (alam dan sosial) dan faktor instrumental (kurikulum, guru, sarana dan prasarana, dan administrasi atau manajemen) Dari pendapat di atas dapat diambil kesimpulan bahwa keberhasilan belajar dipengaruhi oleh banyak faktor yang antara lain saling berkaitan dan saling menunjang. Baik itu faktor dari dalam individu atau faktor dari luar individu yang sengaja dirancang untuk menunjang keberhasilan belajar kedua-duanya sama-sama mempunyai sumbangan tersendiri dalam pencapaian hasil belajar. Sedangkan menurut Dimyati Mahmud (1990 : 87), menyebutkan bahwa faktor-faktor yang mempengaruhi prestasi akademik adalah: 1) Status sosial ekonomi orang tua 2) Perbedaan-perbedaan ekonomi dalam kemampuan intelektual motivasi 3) Perbedaan-perbedaan sosial ekonomi dalam kesempatan.
Untuk pendapat tersebut di atas, faktor yang penulis ungkapkan yaitu faktor cara belajar dan minat belajar termasuk ke dalam kelompok yang kedua, yaitu perbedaan-perbedaan sosial ekonomi dalam kemampuan intelektual dan motivasi.
B. Kerangka Berpikir Berdasarkan judul penelitian mengenai masalah “Hubungan antara minat dan cara belajar dengan prestasi belajar mata diklat dasar dasar akuntansi siswa kelas X jurusan akuntansi pada SMK Negeri I Banyudono Kabupaten Boyolali tahun pembelajaran 2008/2009”, maka penulis dapat membuat kerangka berpikir secara skematis sebagai berikut:
X1
Minat Belajar Prestasi Belajar
X2
Cara Belajar
Gambar 2.1. Kerangka Berfikir Keterangan: Antara minat belajar dengan cara belajar mempunyai hubungan yang sangat erat dan saling mempengaruhi dalam menunjang peningkatan prestasi belajar siswa. Misalnya saja, seseorang mempunyai minat untuk belajar yang baik, akan tetapi apabila orang tersebut tidak memiliki cara belajar yang baik, maka prestasi yang baikpun tidak mungkin akan tercapai. Dan sebaliknya, apabila seseorang mempunyai cara belajar yang baik kemungkinan kecil akan tercapai. Faktor minat mempunyai pengaruh yang besar terhadap prestasi belajar. Tanpa adanya minat belajar yang sungguh-sungguh, maka prestasi yang baik tidak mungkin akan tercapai. Apabila siswa tidak menaruh minat terhadap mata diklat tertentu, maka dia tidak akan mempunyai perhatian terhadap mata diklat tersebut. Disinilah faktor minat sangat berperan dalam membantu pencapaian prestasi belajar yang gemilang.
Faktor cara belajar juga tidak kalah penting dengan faktor minat dalam rangka usaha untuk pencapaian prestasi belajar yang baik. Dengan menguasai pedoman-pedoman umum dalam belajar dan petunjuk-petunjuk cara belajar, maka ada kemungkinan prestasi yang baik akan tercapai. Dalam penelitian ini yang dimaksudkan dengan prestasi belajar adalah prestasi belajar yang dicapai siswa dalam mata diklat dasar dasar Akuntansi pada siswa jurusan akuntansi SMK Negeri I Banyudono Kabupaten Boyolali tahun pembelajaran 2008/2009 yang diperoleh dari daftar nilai (ledger) yang dimiliki guru mata diklat akuntansi.
C. Perumusan Hipotesis Hipotesis mempunyai peranan yang penting dalam mencapai tujuan penelitian. Pengertian hipotesis menurut Winarno Surachmad (1985 ; 38) adalah “Hipotesis adalah perumusan jawaban sementara terhadap sesuatu soal, yang dimaksudkan sebagai tuntutan sementara dalam penyelidikan untuk mencari jawaban yang sebenarnya”. Berdasarkan kajian teori-teori yang relevan dan hasil penelitian sebelumnya, penulis mengajukan hipotesis sebagai berikut: 1.
Ada hubungan yang signifikan antara minat belajar dengan prestasi belajar mata diklat dasar dasar akuntansi siswa kelas X jurusan akuntansi SMK Negeri I Banyudono Kabupaten Boyolali tahun pembelajaran 2008/2009
2.
Ada hubungan yang signifikan antara cara belajar terhadap prestasi belajar mata diklat dasar dasar akuntansi siswa kelas X jurusan akuntansi SMK Negeri I Banyudono Kabupaten Boyolali tahun pembelajaran 2008/2009
3.
Ada hubungan yang signifikan antara minat belajar dan cara belajar dengan prestasi belajar mata diklat dasar dasar akuntansi siswa kelas X jurusan akuntansi SMK Negeri I Banyudono Kabupaten Boyolali tahun pembelajaran 2008/2009
BAB III METODE PENELITIAN Penelitian ilmiah merupakan suatu kegiatan yang dilakukan secara sadar, terencana dan bertujuan untuk memperoleh suatu kebenaran ilmiah, oleh karena itu dalam penelitian ilmiah diperlukan suatu perencanaan penelitian yang logis dan sistematis.
A. Tempat dan Waktu Penelitian 1. Tempat Penelitian Penelitian ini mengambil lokasi di Sekolah Menengah Kejuruan (Kelompok Bisnis dan Manajemen) Negeri I Banyudono Kabupaten Boyolali pada jurusan akuntansi dengan berbagai pertimbangan sebagai berikut : a.
Pada jurusan akuntansi memiliki potensi keilmuan sehingga penelitian ini bisa memberi manfaat bagi perkembangan lembaga.
b.
Data yang peneliti perlukan bisa diperoleh pada sekolah ini sehingga mudah diperoleh.
c.
Dilihat dari sisi efisiensi, tanpa mengurangi harapan tentang kualitas hasil penelitian, lokasi penelitian sangat menguntungkan, peneliti tidak banyak mengeluarkan tenaga, waktu dan biaya untuk menuju ke lokasi, sebab peneliti sendiri pernah sebagai salah satu tim pembina kepramukaan.
2. Waktu Penelitian Penelitian dilakukan sejak Bulan April s/d Juni 2009 dengan skedul waktu sebagai berikut : Tabel 1 Skedul Waktu Pembuatan Karya Penelitian No
Kegiatan
Taksiran Waktu
1
Penyusunan proposal penelitian
1 Maret sampai 15 Maret 2009
2
Pengurusan perijinan
16 Maaret sampai 30 Maret 2009
3
Penyusunan kajian teori
15 Maret sampai 30 Maret 2009
4
Pengumpulan data dan analisis
1 April sampai 25 April 2009
5
Penyusunan laporan
1 Mei sampai 15 Mei 2009
6
Penggandaan hasil laporan
16 Mei sampai 30 Mei 2009
B. Cara Penelitian Untuk mencapai tujuan dalam penelitian ini diperlukan suatu cara atau metode. Bohar Soeharto (1989:14) mengemukakan bahwa “Metode adalah cara kerja untuk memahami sesuatu obyek”. Dalam penelitian ini peneliti menggunakan metode deskriptif, karena metode penelitian ini mempunyai tujuan memperoleh informasi dengan membuat gambaran atau deskripsi tentang apa yang ada atau sedang terjadi. Hal ini sesuai dengan pendapat sebagai berikut : Kegiatan penelitian deskriptif melibatkan pengumpulan data untuk menguji hipotesis yang berkaitan dengan status atu kondisi obyek yang diteliti pada saat dilakukan penelitian. Penelitian deskriptif berusaha mendeskripsikan dan menginterprestasikan apa yang ada (bisa mengenai kondisi atau hubungan yang ada, pendapat yang sedang timbul, proses yang sedang berlangsung, akibat efek yang terjadi atau kecenderungan yang tengah berkembang). Dalam penelitian deskriptif biasanya dikumpulkan melalui survei angket, wawancara atau observasi. (Sumanto,1995 :77) Dalam penelitian diskriptif perlu didukung berbagai data, dimana data tersebut akan dipakai sebagai dasar untuk menguji hipotesis, apakah hipotesis yang diajukan ditolak atau diterima kebenarannya. Dengan demikian penelitian deskriptif merupakan penelitian yang menuturkan dan menafsirkan data yang ada tentang
situasi yang dialami, suatu hubungan atau sikap yang nampak tentang proses yang sedang berlangsung. Dalam penelitian ini menggunakan studi korelasi yaitu penelitian yang bertujuan mengetahui ada tidaknya hubungan antar variabel-variabel.
C. Populasi dan Sampel 1. Populasi Suharsimi Arikunto (1996:115) mengemukakan bahwa “Populasi adalah keseluruhan subyek penelitian”. Sedangkan Anto Dajan (1989 : 110) mengemukakan bahwa ”Populasi acapkali dinamakan universum merupakan keseluruhan unsur-unsur yang memiliki satu atau beberapa ciri atau karakteristik yang sama”. Berdasarkan kedua pendapat tersebut maka dapat disimpulkan bahwa populasi adalah keseluruhan subyek penelitian yang mempunyai ciri-ciri atau karakteristik yang sama. Populasi dalam penelitian ini adalah siswa jurusan akuntansi kelas X pada Sekolah Menengah Kejuruan Banyudono Kabupaten Boyolali yang terdiri dari sekitar 190 siswa.
2. Sampel Suharsimi Arikunto (1196 :117) mengemukakan bahwa “Sampel adalah sebagian wakil dari populasi dengan menggunakan cara-cara tertentu”. Dari pengertian itu, dapat disimpulkan bahwa sampel adalah bagian dari populasi yang dijadikan subyek penelitian. Suharsimi Arikunto (1996:120) menyebutkan bahwa “... jika subyek kurang dari 100, lebih baik diambil semua sehingga jika jumlah subyeknya besar dapat diambil antara 10-15%, atau 20-25% atau lebih”.
Berpedoman pada pendapat tersebut karena populasinya lebih dari 100 maka peneliti menetapkan sampel adalah sejumlah 50 (lima puluh) atau sekitar 25 % dari jumlah populasinya, dengan menggunakan random sampling.
D. Teknik Pengumpulan Data Untuk memperoleh data yang relevan dengan masalah yang diteliti diperlukan teknik atau cara pengumpulan data yang diperlukan. Adapun teknik pengumpulan data yang peneliti gunakan dalam penelitian ini adalah teknik angket dan dokumentasi.
1. Angket Angket merupakan teknik pengumpulan data melalui daftar pertanyaan yang harus dijawab secara tertulis oleh responden. Angket ini juga biasa disebut dengan kuesioner. Oleh Suharsimi Arikunto (1996:139) dijelaskan bahwa “Kuesioner adalah sejumlah pertanyaan tertulis yang digunakan untuk memperoleh informasi dari responden dalam arti laporan tentang pribadinya, atau hal-hal yang ia ketahui”. Peneliti menggunakan cara ini untuk mendapatkan data tentang variabel minat dan cara belajar. Dalam penelitian ini peneliti menggunakan bentuk angket langsung dan tertutup, dimana daftar pertanyaan ditanggapi oleh responden sendiri dengan memilih alternatif jawaban yang sudah tersedia. Angket sebagai alat pengukur variabel penelitian harus disusun dengan baik agar dapat mengukur variabel secara tepat. Langkah-langkah yang digunakan peneliti dalam menyusun angket adalah : (a) Menyusun kisi-kisi angket, (b) Pembuatan butir soal. Item / butir soal angket minat dan cara belajar siswa dibuat berdasarkan kisikisi angket yang telah disusun sebelumnya. Setiap alternatif jawaban mempunyai skor yang berbeda-beda. Pemberian skor untuk menggunakan skala
Likert
dengan
tiap-tiap
lima katagori sebagaimana dikemukakan
Bimo Walgito adalah sebagai berikut : Sangat setuju , nilai 5 untuk jawaban option (a) Setuju, nilai 4 untuk jawaban option (b) Tidak tahu , nilai 3 untuk jawaban option (c) Tidak setuju, nilai 2 untuk jawaban option (d) Sangat tidak setuju, nilai 1 untuk jawaban option (e) (Bimo Walgito, 1990 :78)
alternatif jawaban
Dalam penelitian ini, peneliti melakukan pengkatagorian jawaban menjadi empat pilihan dengan menghilangkan katagori ketiga yaitu “Tidak tahu” dengan pertimbangan untuk menghindari responden yang tidak berpendapat atau tidak mau mengeluarkan pendapat. Peneliti menginginkan agar responden memberi jawaban yang mengarah pada jawaban setuju atau tidak setuju. Hal itu didasarkan pada pendapat Sutrisno Hadi sebagai berikut : Pertama, katagori (c) itu mempunyai arti ganda, bisa diartikan belum dapat memutuskan atau memberikan jawaban, bisa juga diartikan netral, setuju tidak, tidak setujupun tidak, atau bahkan ragu-ragu. Katagori jawaban yang ganda arti ini tentu saja tidak diharapkan dalam suatu instrumen. Kedua, tersedianya jawaban yang tengah itu menimbulkan kecenderungan menjawab ke tengah, terutama bagimereka yang ragu-ragu atas arah kecenderungan jawabannya, ke arah setuju ataukah ke arah tidak setuju. Ketiga, maksud katagorisasi jawabanmenjadi empat jawaban adalah terutama untuk melihat kecenderungan pendapat responden, ke arah setuju atau ke arah tidak setuju. Jika tersedia katagori jawaban (c) akan menghilangkan banyak data penelitian sehingga mengurangi banyaknya informasi yang dapat dijaring dari para responden (Sutrisno Hadi, 1991 : 20). Mengacu pendapat tersebut maka dalam angket penelitian ini hanya disediakan dengan empat katagori, maka apabila pertanyaan yang digunakan adalah pertanyaan positif, maka perhitungan nilainya adalah : 1)
Sangat setuju
: nilainya 4
2)
Setuju
: nilainya 3
3)
Tidak setuju
: nilainya 2
4)
Sangat tidak setuju
: nilainya 1
Apabila pertanyaan yang diajukan berbentuk pertanyaan negatif, perhitungan nilainya adalah : 1)
Sangat setuju
: nilainya 1
2)
Setuju
: nilainya 2
3)
Tidak setuju
: nilainya 3
4)
Sangat tidak setuju
: nilainya 4
2. Uji coba angket Sebelum angket diberikan kepada responden yang sebenarnya, perlu diuji cobakan terlebih dahulu. Hal ini dilakukan agar angket yang digunakan dalam penelitian memenuhi syarat validitas dan reliabilitasnya. Uji coba dilakukan terhadap siswa jurusan akuntansi sebanyak 15 siswa. Hal tersebut sejalan dengan pendapat Hadari Nawawi (1995 : 122) yaitu “.... untuk itu uji coba dapat dilakukan pada sejumlah kecil orang yang termasuk populasi maupun yang tidak tetapi tidak terpilih sebagai sampel” Dalam penelitian ini uji coba angket meliputi analisis validitas dan reliabilitasnya.
a. Uji Validitas Uji validitas digunakan untuk menguji apakah butir-butir yang diuji cobakan dapat mengukur keadaan responden yang sebenarnya. Uji validitas ini mengukur tingkat validitas dari butir-butir angket tersebut. Dalam penelitian ini peneliti menggunakan validitas isi karena berusaha mengungkapkan isi suatu variabel yang hendak diukur.
Uji validitas pada penelitian ini menggunakan rumus Product Moment dari Suharsimi Arikunto (1996:160) sebagai berikut :
rXY =
{∑ X
N ∑ XY − (∑ X )(∑ Y ) 2
}{
− (∑ X ) N ∑ Y 2 − (∑ Y ) 2
2
}
Keterangan: rXY = koefisien korelasi antara skor tiap butir dan skor tiap responden X = jumlah skor tiap butir Y = jumlah skor tiap responden N = jumlah responden uji coba
b. Uji Reliabilitas Disamping aspek validitas yang perlu dipenuhi dari suatu angket adalah tingkat reliabilitasnya. Dalam hal ini Suharsimi Arikunto (1996:168) mengatakan sebagai berikut : “Reliabilitas menunjuk pada suatu pengertian bahwa sesuatu instrumen cukup dapat dipercaya untuk digunakan sebagai alat pengumpul data karena instrumen tersebut sudah baik”. Koefisien realibilitas dapat dihitung dengan berbagai macam rumus seperti (1) Spearman-brown (2) Flanagan (3) Rulon (4) K-R 20 (5) K-R 21 (6) Hoyt dan (7) Alpha. Rumus mencari reliabilitas nomor 2 sampai nomor 6 digunakan untuk mencari reliabilitas instrumen yang skornya 1 dan 0, sedangkan rumus Alpha digunakan untuk mencari reliabilitas instrumen yang skornya bukan 1 dan 0, misalnya angket atau soal bentuk uraian. Dalam bentuk ini penulis menggunakan rumus Alpha, karena skor instrumen angket yang digunakan adalah skala bertingkat mulai 1-4. Rumus Alpha untuk menghitung koefisien reliabilitas adalah sebagai berikut :
r
2 k ∂b 11 = − 1 2 k − 1 ∂t
(Suharsimi Arikunto, 1996 : 20)
Keterangan : r
11
= reliabilitas item
k
= banyaknya soal
∂b 2 ∂t 2
= jumlah varian butir = varian total
Setelah hasil uji validitas dan reliabilitas angket diketahui, maka peneliti dapat mengganti atau memperbaiki item soal yang tidak valid. Item itu juga dapat didrop atau tidak dipakai. Dalam penentuan item angket peneliti hanya menggunakan item angket yang valid untuk mengukur variabel minat dan cara belajar siswa.
3. Metode Dokumentasi Tentang metode dokumentasi ini Suharsimi Arikunto (1996:234) menjelaskan bahwa “Metode dokumentasi yaitu mencari data mengenai hal-hal atau variabel yang berupa catatan, transkip, buku, surat kabar, majalah, prasasti, notulen rapat, legger, agenda dan sebagainya “. Berdasarkan pendapat ini dapat diketahui yang dimaksud dengan teknik pengumpulan data melalui metode dokumentasi dalam penelitian ini adalah cara pengumpulan data melalui catatan-catatan tentang yang berhubungan dengan masalah yang diteliti. Adapun metode dokumentasi dalam penelitian ini dipergunakan untuk memperoleh informasi tentang nilai (prestasi) siswa.
E. Teknik Analisis Data Teknik analisis data merupakan suatu cara yang digunakan untuk mengolah data hasil penelitian. Dalam penelitian ini peneliti menggunakan teknik statistik karena data yang peneliti ambil merupakan data kuantitatif, sedangkan analisis yang digunakan adalah teknik analisis korelasi dan regresi ganda. Menurut Suharsimi Arikunto (1996 : 284) “Analisis korelasi dan regresi ganda ini adalah analisis tentang hubungan antara dependent variable dengan dua atau lebih independent variable”. Didalam menggunakan analisis korelasi, ada beberapa syarat yang harus dipenuhi, yaitu : 1.
Sampel yang digunakan dalam penyelidikan harus sampel yang diambil secara random dari populasi terhadap mana kesimpulan penyelidikan hendak kita kenakan.
2.
Hubungan antara variabel X dengan variebel Y, merupakan hubungan garis lurus atau hubungan linier.
3.
Bentuk distribusi variabel X dan variabel Y, dalam populasi adalah mendekati distribusi normal. (Sutrisno Hadi, 1989 : 304) Analisis regresi berganda linier, didasarkan pada sumber asumsi sebagai
berikut : 1.
Distribusi probabilitas bersyarat variabel dependen bagi serangkaian variabel independent mengikuti pola normal atau kurang lebih normal.
2.
Distribusi bersyarat variabel dependen bagi tiap kombinasi variabel indepeden memiliki varians yang sama.
3.
Nilai-nilai variabel dependen harus independen satu dengan yang lainnya. (Anto Dajan, 1995:399) Berdasarkan kedua pendapat tersebut diatas dapat di simpulkan bahwa untuk
menggunakan teknik analisis korelasi dan regresi ganda harus dipenuhi syarat-syarat sebagai berikut : 1.
Sampel harus diambil dari populasi yang berdistribusi normal
2.
Sampel harus diambil secara random
3.
Hubungan antara variabel X dengan variabel Y harus linier
4.
Hubungan antara variabel bebas (X1 dan X2) tidak terjadi korelasi
1. Uji Persyaratan Analisis Uji persyaratan analisis yang digunakan adalah uji normalitas, uji linieritas dan keberartian regresi serta uji independensi.
a. Uji Normalitas Uji normalitas ini dilakukan dengan menggunakan rumus Chi-kuadrat dari Sudjana (1992) sebagai berikut :
χ
2
=
∑
(fo
− fh fh
)2
Keterangan :
χ 2 = Chi Kwadrat fo = Frekwensi pengamatan fh = Frekuensi harapan Hipotesis yang diajukan sebagai berikut : Ho : Sampel berasal dari populasi yang berdistribusi normal. Ha : Sampel berasal dari populasi yang tidak berdistribusi normal. Setelah hasil diperoleh kemudian dikonsultasikan dengan tabel Chi-Kuadrat dengan taraf signifikansi 5% dan dk= k-1. Ho akan ditolak apabila Xo2 > X tabel.
b. Uji Linieritas Untuk menguji linearitas regresi (F2) dan keberartian regresi (F1) digunakan rumus dari Sudjana (1992) sebagai berikut :
S 2reg F1 = 2 S res
S 2TC dan F2 = 2 S G
Keterangan : F1
: Harga keberartian regresi
F2
: Harga Linearitas 2
FS reg : Varian Kuadrat regresi S2reg
: Varian kuadrat residu
S2TC
: Varian kuadrat tuna cocok
S2 G
: Varian kuadrat galat
Hipotesis yang diajukan adalah sebagai berikut : Ho : model adalah linear. Ha : model tidak linear. Setelah harga F2 ditemukan kemudian dikonsultasikan dengan Ftabel.
c. Uji Independensi Uji independensi digunakan untuk mengetahui ada tidaknya hubungan antara variabel bebas, yaitu antara X1 dengan X2, Uji independensi ini menggunakan rumus Product Moment dari Sudjana (1991) sebagai berikut :
rxy =
N . X 1. X 2 − (∑ X 1 )(∑ X 2 )
(N .X
2 1
)(
− ( X1 ) N .X 2 − ( X 2 ) 2
2
2
)
Keterangan : rx1x2 : Koefisien korelasi antara dua prediktor x
: Jumlah skor prediktor
n
: Jumlah responden
Hipotesis yang diajukan adalah sebagai berikut : Ho : Kedua variabel independen Ha : Kedua variabel tidak independen Setelah harga r-hitung diketahui kemudian dikonsultasikan dengan r-tabel. Ho ditolak jika r-hitung > r-tabel.
2. Pengujian Hipotesis Setelah uji persyaratan telah dipenuhi maka dapat dilakukan pengujian hipotesis telah diajukan. Adapun langkah-langkah dalam pengujian hipotesis dalam penelitian ini adalah : 1) Mencari hubungan antara variabel X1 dengan Y, 2) Mencari hubungan antara variabel X2 dengan Y serta 3) Mencari hubungan antara variabel X1 dan X2 dengan Y Di samping itu, dilakukan juga penghitungan : 1) Koefisien korelasi ganda, 2) Keberartian korelasi ganda, 3) Persamaan garis regresi serta 4) Sumbangan relatif dan efektif masing-masing prediktor.
Penjelasan dari masing-masing langkah di atas : 1. Mencari koefisien korelasi ganda. Koefisien korelasi antara variabel terikat (Y) dengan X1 dan X2 menggunakan rumus korelasi ganda sebagai berikut :
Ry (1,2) =
a1 ∑ X 1Y + a2 ∑ X 2Y Y2
Keterangan : Ry (1,2) : Koefisien korelasi antara Y dengan X1 dan X2 a1
: Koefisien prediktor X1
a2
: Koeisien prediktor X2
X1Y
: Jumlah produk antara X1 dengan Y
X2Y
: Jumlah produk antara X2 dengan Y
Y2
: Jumlah kuadrat kriterium Y
Hipotesis yang diajukan adalah sebagai berikut : Ho : Tidak ada hubungan antara variabel bebas dengan variabel terikat. Ha : ada hubungan antara variabel bebas dengan variabel terikat. Setelah r-hitung ditemukan kemudian dikonsultasikan dengan r-tabel. Ho ditolak apabila r-hitung < r-tabel.
2. Menguji keberartian korelasi ganda. Untuk menguji keberartian nilai Ry(1,2) dilakukan dengan menggunakan Uji F sebagai berikut :
Freg =
R 2 ( N − m − 1) m(1 − R 2 )
(Sutrisno Hadi, 1994)
Hipotesis yang diajukan adalah sebagai berikut : Ho : Nilai r adalah berarti Ha : Nilai r tidak berarti Setelah nilai F hitung ditemukan kemudian dikonsultasikan dengan Ftabel. Ho ditolak jika F-hitung < F-tabel.
3. Menentukan persamaan garis regresi ganda yaitu :
Ŷ = ao + a1X1 + a2X2 + ... + akXk (Sudjana, 1992)
Keterangan : Ŷ
: Taksiran nilai Y terhadap X
ao, a1, a2 : Bilangan-bilangan tetap yang dicari X1
: Minat
X2
: Cara belajar
4. Menentukan besarnya sumbangan relatif dan sumbangan efektif masing-masing prediktor. Sumbangan Relatif (SR) dihitung sebagai berikut :
Untuk X1 : SR% =
a1 ∑ X 1Y
Untuk X2 : SR% =
a2 ∑ X 2Y
JK (reg )
JK (reg )
x100%
x100%
(Sutrisno Hadi, 1994 : 13)
Sumbangan Efektif (SE) dihitung sebagai berikut : Prediktor X1 : SE% = SR% x R2 Prediktor X2 : SE% = SR% x R2 Keterangan : SR = sumbangan relatif masing-masing prediktor SE = sumbangan efektif masing-masing prediktor R2 = koefisien korelasi antara X1 dan X2 dengan Y
BAB IV HASIL PENELITIAN Sesuai dengan permasalahan dalam penelitian ini, yaitu hubungan antara Minat dan cara belajar dengan prestasi belajar dasar dasar akuntansi pada siswa kelas X
SMK
Negeri
I
Banyudono
Kabupaten
Boyolali
tahun
pembelajaran
2008/2009,maka dalam BAB IV ini disajikan deskripsi data baik data umum maupun data khusus dari masing-masing variabel yang meliputi deskripsi data tentang Minat belajar, Cara belajar dan Prestasi belajar dasar dasar akuntansi. Adapun deskripsi data yang dimaksud adalah sebagai berikut:
A. Deskripsi Data Umum Profil Sekolah Menengah Kejuruan Negeri I Banyudono Sekolah Menengah Kejuruan Negeri I Banyudono Kabupaten Boyolali Propinsi Jawa Tengah berlokasi di jalan Kuwiran No. 03 Desa Kuwiran Kecamatan Banyudono. Sekolah Menengah Kejuruan Negeri I Banyudono berdiri tahun 1975. Status sekolah adalah sekolah Negeri , dengan waktu penyelenggaraan praktik pembelajaran pagi hari. Sekolah ini termasuk dalam kelompok Sekolah Menengah Kejuruan kelompok Bisnis dan Manajemen. SMK Negeri I Banyudono menempati luas tanah 3.820 M persegi. Yang dipergunakan sebagai bangunan seluar 2.363 meter, sedang yang belum digunakan seluas 1.457 meter persegi. Sekolah Menengah Kejuruan Negeri I Banyudono bernomor statistik sekolah 341030909001, dengan kelompok bidang keahlian : Akuntansi, Administrasi Perkantoran, Penjualan dan Teknik Komputer Jaringan. Untuk menunjang kegiatan pembelajaran,
sekolah
ini ditunjang
dengan
laboratorium bahasa
inggris,
laboratorium sekretaris dan laboratorium penjualan. Dalam tahun pembelajaran 2008/2009, nilai NEM/UAN yang diterima sebagai siswa baru adalah : Nilai terendah yang diterima
: 21,15
Nilai tertinggi yang diterima
: 34,05
Niliai terendah yang mendaftar : 21,10 Nilai tertinggi yang mendaftar : 34,05.
Daya tampung yang dimiliki Sekolah Menengah Kejuruan (jumlah ruang kelas X 40) adalah 19 X 40 siswa = 760 siswa. Jumlah siswa yang terdaftar pada tahun pembelajaran 2008/2009 seperti tampak pada table berikut :
Tabel 2. Deskrisi Jumlah Siswa setiap bidang keahlian SMK N I Banyudono No
Bidang Keahlian
Kelas X
Kelas XI
Kelas XII
1
Akuntansi
80
77
79
2
Administrasi Perkantoran
77
40
38
3
Pejualan
80
78
77
4
Teknik Komputer Jaringan
72
39
---
307
232
194
Sumber : Bagian Tata Usaha SMK Negeri I Banyudono Sekolah Menengah Kejuruan Negeri I Banyudono memiliki Visi : “ Mewujudkan SMK berstandart Nasional, Kompetetif di era global yang berakhlaq Mulia “.
Sedang Misi dari Sekolah Menengah Kejuruan Negeri I Banyudono adalah : a.
Membentuk tamatan yang berkepribadian unggul, berakhlaq mulia dan mampu mengembangkan diri.
b.
Menyiapkan tenaga trampil dibidang keahlian akuntansi, Sekretaris/Administrasi Perkantoran, Penjualan, serta Teknik Komputer Jaringan yang mampu bersaing.
c.
Menyiapkan wirausahawan
d.
Menjadikan SMK yang mandiri
e.
Menjadikan
SMK
sebagai
sumber
Sekretaris/Administrasi Perkantoran,
informasi Penjualan,
di
bidang
serta Teknik
Akuntansi, Komputer
Jaringan.
Selaku Kepala Sekolah pada tahun pembelajaran 2008/2009 adalah Drs. Soemarno. Struktur organaisasi Tata Usaha mengikuti model garis dengan susunan personil sebagai berikut :
Tabel 3 Susunan Personil dalam struktur organisasi SMK N I Banyudono No
Nama
NIP
Jabatan
1
Drs. Soemarno
130530290
Kepala Sekolah
2
Dra. Tatik Widayatu
50061736
Kepala tata Usaha
3
Anita RAkhmawati
500149591
Ur Kepegawaian
4
Sugiyanti
5
Suroto
6
Dodik Ariyadi
Perpustakaan
7
Sumanto
Bendahara
8
Tutik Giyarti
9
Seno Aji PAmungkas
Agendarias
10
Eko Wibiyanto
Reproduksi
Kesiswaan 131672213
130890031
Inventarias
Bendahara APBD
B. Deskripsi Data Khusus Berikut ini disajikan deskripsi data dari masing-masing variabel yang meliputi deskripsi data tentang Minat belajar, Cara belajar dan Prestasi belajar dasar dasar akuntansi. Adapun deskripsi data yang dimaksud adalah sebagai berikut:
1. Minat belajar Data tentang variabel Minat belajar diperoleh dengan angket. Berdasarkan nilai-nilai hasil penyebaran angket terhadap 50 responden, dapat diketahui nilai tertinggi variabel Minat belajar adalah 57 dan nilai terendah adalah 30. Dari perhitungan dengan rumus Sturges, maka Kelas interval yang dapat dibuat sebanyak 7, dan besarnya interval adalah 4. Distribusi frekuensi dari data Minat belajar dapat dilihat pada tabel sebagai berikut :
Tabel 4. Distribusi Frekuensi data Minat belajar (X1) Kelas Interval 54 50 46 42 38 34 30
-
57 53 49 45 41 37 33
Frekuensi Observasi
Frekuensi Relatif
6 9 12 7 6 8 2 50
12,00% 18,00% 24,00% 14,00% 12,00% 16,00% 4,00% 100,00%
Berdasarkan data yang telah diperoleh dari responden, diketahui hasil perhitungan nilai rata-rata Minat belajar sebesar 45,1, standar deviasi sebesar 6,9; median sebesar 46,6; dan modus sebesar 42,1. (perhitungan selengkapnya dapat diperiksa pada lampiran 14 hal 94 ). Distribusi frekwensi data Minat belajar seperti tersebut di atas dapat digambarkan ke dalam bentuk histogram di bawah ini. 14 12 10 8 6 4 2 0 30 - 33
34 - 37
38 - 41
42 - 45
46 - 49
50 - 53
54 - 57
Gambar 2. Histogram Data Variabel Minat belajar (X1)
2. Cara Belajar Data tentang variabel Cara belajar diperoleh dengan angket. Berdasarkan nilai-nilai hasil penyebaran angket terhadap 50 responden, dapat diketahui nilai tertinggi variabel cara belajar adalah 57 dan nilai terendah adalah 30. Dari perhitungan dengan rumus Sturges, maka Kelas interval yang dapat dibuat sebanyak 6, dan besarnya interval adalah 4. Distribusi frekuensi dari data Cara belajar dapat dilihat pada tabel sebagai berikut: Tabel 5. Distribusi Frekuensi data Cara belajar (X2) Kelas Interval 54 50 46 42 38 34 30
-
57 53 49 45 41 37 33
Frekuensi Observasi
Frekuensi Relatif
3 8 14 13 9 2 1 50
6,00% 16,00% 28,00% 26,00% 18,00% 4,00% 2,00% 100,00%
Berdasarkan data yang telah diperoleh dari responden, diketahui hasil perhitungan nilai rata-rata Cara belajar sebesar 45,3, standar deviasi sebesar 5,3; median sebesar 45,5, dan modus sebesar 44,7. (perhitungan selengkapnya dapat diperiksa pada lampiran 15 hal. 96). Distribusi frekwensi data cara belajar seperti tersebut di atas dapat digambarkan ke dalam bentuk diagram histogram sebagai berikut :
16 14 12 10 8 6 4 2 0 30 - 33
34 - 37
38 - 41
42 - 45
46 - 49
50 - 53
54 - 57
Gambar 3. Histogram Data Variabel cara belajar (X2)
3. Prestasi Mata Diklat Dasar Dasar Akuntansi Data tentang variabel prestasi belajar dasar dasar akuntansi diperoleh dari dokumen. Berdasarkan nilai-nilai hasil dokumen, dapat diketahui nilai tertinggi variabel prestasi belajar dasar dasar akuntansi adalah 89 dan nilai terendah adalah 55. Dari perhitungan dengan rumus Sturges, maka Kelas interval yang dapat dibuat sebanyak 6, dan besarnya interval adalah 5. Distribusi frekuensi dari data prestasi belajar dasar dasar akuntansi dapat dilihat pada tabel sebagai berikut:
Tabel 6. Distribusi Frekuensi Data Prestasi dasar dasar akuntansi (Y) Kelas Interval 85 80 75 70 65 60 55
-
89 84 79 74 69 64 59
Frekuensi Observasi
Frekuensi Relatif
4 10 12 12 6 4 2 50
8,00% 20,00% 24,00% 24,00% 12,00% 8,00% 4,00% 100,00%
Hasil perhitungan data prestasi dasar dasar akuntansi menunjukkan hasil perhitungan diperoleh rata-rata nilai sebesar 74,4, standar deviasi sebesar 7,7; median sebesar 74,9 dan modus sebesar 74,5. (Perhitungan selengkapnya dapat dilihat pada lampiran 16 hal. 98) Distribusi frekwensi data prestasi dasar dasar akuntansi seperti tersebut di atas dapat digambarkan ke dalam bentuk diagram histogram di bawah ini.
14 12 10 8 6 4 2 0 55 - 59
60 - 64
65 - 69
70 - 74
75 - 79
80 - 84
85 - 89
Gambar 4. Histogram Data Variabel Prestasi dasar dasar akuntansi (Y)
C. Pengujian Persyaratan Analisis 1. Uji Normalitas Uji normalitas untuk menguji apakah variabel yang diteliti mengikuti kurve normal atau tidak. Untuk uji ini digunakan rumus Chi-kuadrat (χ2) selanjutnya harga χ2 observasi (χ2o), dikonsultasikan dengan harga χ2 tabel (χ2t). Adapun uji normalitas data selengkapnya dapat diperiksa pada lampiran 17-19 Hal.100-102) Sedangkan rangkuman hasil uji normalitas tersebut dapat diperiksa pada tabel di bawah ini.
Tabel 7. Rangkuman Hasil Uji Normalitas
4
Harga χ2 Observasi (χ2o) Tabel (χ2t) 6,858 9,49
Kesimpulan Normal
4
0,827
9,49
Normal
dasar 4
1,864
9,49
Normal
No Variabel
db
1
Minat belajar (X1)
2
Cara belajar (X2)
3
Prestasi
dasar
akuntansi (Y) Dari hasil uji normalitas di atas dapat diketahui bahwa harga χ2 observasi (χ2o) dari kedua variabel ternyata lebih kecil dari harga χ2 tabel (χ2t) pada taraf signifikansi 5% dengan db 4 sebesar 9,49. Dengan demikian masing-masing variabel berdistribusi normal dan dapat diproses lebih lanjut.
2. Uji Keberartian Regresi dan Linieritas Uji keberartian regresi dimaksudkan untuk mengetahui apakah persamaan regresi dari hasil perhitungan memiliki keberartian atau tidak. Apabila memiliki keberartian, maka persamaan tersebut dapat digunakan untuk melakukan prediksi. Akan tetapi apabila terjadi sebaliknya, yakni tidak memiliki keberartian, maka persamaan regresi tersebut tidak dapat digunakan untuk melakukan prediksi. Sedangkan Uji linieritas dimaksudkan untuk mengetahui apakah bentuk persamaan regresi linier atau tidak. Apabila bentuk regresinya linier, maka data akan mengikuti arah garis lurus. Akan tetapi bila bentuk regresinya tidak linier, maka arah garis regresinya tidak lurus. Hasil perhitungan uji keberartian regresi dan uji linieritas variabel X1 terhadap Y dapat dilihat pada rangkuman tabel berikut ini:
Tabel 8
Rangkuman Hasil Perhitungan Uji Keberartian Regresi dan Uji Linieritas X1 terhadap Y.
Sumber variansi Total Regresi(a) Regresi(b|a)
dk 50 1 1
JK 278455 275430,42 660,6255
RJK
48
2363,9545
49,2491
Tuna Cocok
19
1083,8712
57,0459
29
1280,0833
F tabel
13,41
4,04
1,29
1,94
660,6255
Sisa
Galat
F hitung
44,1408
Berdasarkan hasil perhitungan seperti terlihat pada tabel di atas, maka dapat diketahui bahwa hasil perhitungan uji keberartian regresi (F1) sebesar 13,41. Dikonsultasikan dengan nilai tabel pada db 1 lawan 48 dengan mengambil taraf signifikansi 5% sebesar 4,04, ternyata F1 > Ft. Karena F1 > Ft atau 13,41 > 4,04, maka disimpulkan bahwa persamaan regresi X1 terhadap Y yang diperoleh memiliki keberartian. Sedangkan hasil perhitungan uji linieritas diperoleh nilai F2 sebesar 1,94, dikonsultasikan dengan nilai tabel F pada db 19 lawan 29 dengan mengambil taraf signifikansi 5% sebesar 1,94, ternyata F2 < Ft. Karena F2 < Ft atau 1,29 < 1,94, maka disimpulkan bahwa bentuk persamaan regresi X1 terhadap adalah linier. (Perhitungan lengkap uji keberartian dan uji linieritas X1 terhadap Y dapat dilihat pada lampiran 20 dan 21 hal. 103-105). Hasil perhitungan uji keberartian regresi dan uji linieritas variabel X2 terhadap Y dapat dilihat pada rangkuman tabel berikut ini:
Tabel 9
Rangkuman Hasil Perhitungan Uji Keberartian Regresi dan Uji Linieritas X2 terhadap Y.
Sumber variansi Total Regresi(a) Regresi(b|a)
dk 50 1 1
JK 278455 275430,42 510,9403
RJK
48
2513,6397
52,3675
Tuna Cocok
19
855,0564
45,003
29
1658,5833
F tabel
9,76
4,04
0,79
1,94
510,9403
Sisa
Galat
F hitung
57,1925
Berdasarkan hasil perhitungan seperti terlihat pada tabel di atas, maka dapat diketahui bahwa hasil perhitungan uji keberhartian regresi (F1) sebesar 9,76. Dikonsultasikan dengan nilai tabel pada db 1 lawan 48 dengan mengambil taraf signifikansi 5% sebesar 4,04, ternyata F1 > Ft. Karena F1 > Ft atau 9,76 > 4,04, maka disimpulkan bahwa persamaan regresi X2 terhadap Y yang diperoleh memiliki keberartian. Sedangkan hasil perhitungan uji linieritas diperoleh nilai F2 sebesar 0,79, dikonsultasikan dengan nilai tabel F pada db 19 lawan 29 dengan mengambil taraf signifikansi 5% sebesar 1,94, ternyata F2 < Ft. Karena F2 < Ft atau 0,79 < 1,94, maka disimpulkan bahwa bentuk persamaan regresi X2 terhdap Y adalah linier. (Perhitungan lengkap uji keberartian dan uji linieritas X2 terhadap Y dapat dilihat pada lampiran 22 hal. 107 ).
3. Uji Independensi Untuk mengetahui antara dua variabel bebas apakah saling terlepas atau tidak berhubungan satu sama lainnya (independen) digunakan rumus Korelasi Product moment dari Pearson. Hasil perhitungan dapat dilihat pada tabel berikut ini:
Tabel 10. Tabel Rangkuman Uji Independen. No. 1.
Antara variabel X1 dan X2
Harga r r hitung
r tabel
Kesimpulan
0,183
0,277
Independen
Jadi data antara Minat belajar dan Cara belajar tidak saling berhubungan satu sama lainnya. Perhitungan selengkapnya dapat diperiksa pada lampiran 24 hal. 111.
D. Pengujian Hipotesis 1. Hasil Analisis Data Berdasarkan data yang telah terkumpul, kemudian dilakukan analisis data, yaitu sebagai langkah untuk menguji apakah pernyataan yang telah tertuang dalam hipotesis dapat diterima atau ditolak. Hasil analisis data yang telah dilakukan adalah sebagai berikut:
a) Koefisien korelasi sederhana antara X1 dengan Y Hasil analisis koefisien korelasi sederhana antara X1 dengan Y diperoleh nilai r hitung sebesar 0,467, dikonsultasikan dengan nilai tabel r product moment pada N = 50 dengan mengambil taraf signifikansi 5% sebesar 0,277. Diketahui bahwa r hitung > r tabel atau 0,467 > 0,277, yang berarti terdapat pengaruh yang signifikan antara Minat belajar (X1) dengan prestasi dasar dasar akuntansi (Y). (Perhitungan selengkapnya dapat dilihat pada lampiran 25 hal. 112)
b) Koefisien korelasi sederhana antara X2 dengan Y Hasil analisis koefisien korelasi sederhana antara X2 dengan Y diperoleh nilai r hitung sebesar 0,411, dikonsultasikan dengan nilai tabel r product moment pada N = 50 dengan mengambil taraf signifikansi 5% sebesar 0,277. Diketahui bahwa r hitung > r tabel atau 0,411 > 0,277, yang berarti terdapat pengaruh yang signifikan antara Cara belajar (X2) dengan Penguasaan mata kuliah dasar dasar
akuntansi (Y). (Perhitungan selengkapnya dapat dilihat pada lampiran 26 hal. 113)
c) Koefisien korelasi ganda antara X1 dan X2 dengan Y Hasil analisis koefisien korelasi ganda antara X1 dan X2 dengan Y diperoleh nilai R hitung sebesar 0,5728. Kemudian dilakukan uji signifikansi korelasi ganda dengan uji F. Hasil uji F yang telah dilakukan diperoleh nilai F hitung sebesar 11,47. Kemudian dikonsultasikan dengan nilai tabel F pada db pembilang 2 dan db penyebut 47 dengan mengambil taraf signifikansi 5% sebesar 3,19. Diketahui bahwa ternyata F hitung > F tabel atau 11,47 > 3,29, yang berarti terdapat pengaruh yang signifikan antara Minat belajar (X1) dan Cara belajar (X2) dengan prestasi dasar dasar akuntansi (Y). (Perhitungan selengkapnya dapat dilihat pada lampiran 28 hal. 116)
d) Persamaan regresi ganda antara X1 dan X2 dengan Y Hasil perhitungan persamaan regresi ganda diperoleh persamaan sebagai berikut : Y = 32,781 + 0,4453 X1 + 0,469 X2 (Perhitungan selengkapnya dapat dilihat pada lampiran 27 hal 114)
e) Sumbangan relatif dan sumbangan efektif Hasil perhitungan sumbangan relatif X1 terhadap Y sebesar 57,80% dan sumbangan relatif X2 terhadap Y sebesar 42,20%. Hasil perhitungan sumbangan efektif X1 terhadap Y sebesar 18,96% dan sumbangan efektif X2 terhadap Y sebesar 13,85%. (Perhitungan selengkapnya dapat dilihat pada lampiran 29 hal. 117)
2. Kesimpulan Hasil Analisis Data Berdasarkan hasil analisis data di atas maka dapat disimpulkan sebagai berikut:
a) Koefisien korelasi sederhana antara X1 dengan Y. Berdasarkan hasil analisis koefisien korelasi diketahui bahwa r hitung > r tabel atau 0,467 > 0,277, yang berarti terdapat pengaruh yang signifikan antara Minat belajar (X1) dengan Prestasi dasar dasar akuntansi (Y). Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa dalam penelitian ini menerima hipotesis alternatif (Ha1) dan menolak hipotesis nol (Ho1).
b) Koefisien korelasi sederhana antara X2 dengan Y. Berdasarkan hasil analisis koefisien korelasi diketahui bahwa r hitung > r tabel atau 0,411 > 0,277, yang berarti terdapat pengaruh yang signifikan antara Cara belajar (X2) dengan prestasi dasar dasar akuntansi (Y). Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa dalam penelitian ini menerima hipotesis alternatif (Ha2) dan menolak hipotesis nol (Ho2).
c) Koefisien korelasi ganda antara X1 dan X2 dengan Y. Berdasarkan hasil uji signifikansi koefisien korelasi ganda diketahui bahwa F hitung > F tabel atau 11,41 > 3,19, yang berarti terdapat pengaruh yang signifikan antara Minat belajar (X1) dan Cara belajar (X2) dengan prestasi dasar dasar akuntansi (Y). Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa dalam penelitian ini menerima hipotesis alternatif (Ha3) dan menolak hipotesis nol (Ho3).
d) Persamaan regresi ganda antara X1 dan X2 dengan Y. Persamaan regresi ganda Y = 32,781 + 0,4453 X1 + 0,469 X2, memberikan arti bahwa apabila skor Minat belajar dan Cara belajar bernilai 0 (nol) maka skor penguasaan mata kuliah dasar dasar akuntansi sebesar 32,781. Sedangkan untuk merubah penguasaan mata diklat dasar dasar akuntansi sebesar
1 satuan, maka dibutuhkan perubahan Minat belajar sebesar 0,4453 satuan dan Cara belajar sebesar 0,469 satuan.
e) Sumbangan relatif dan sumbangan efektif. Sumbangan relatif adalah sumbangan yang berasal dari prediktor tanpa memperhatikan keberadaan faktor lain yang tidak diteliti. Hasil perhitungan sumbangan relatif Minat belajar terhadap penguasaan mata diklat dasar dasar akuntansi sebesar 57,80% dan sumbangan relatif Cara belajar terhadap penguasaan mata diklat dasar dasar akuntansi sebesar 42,20%. Sehingga besarnya sumbangan relatif kedua prediktor sebesar 100%. Sedangkan sumbangan efektif adalah sumbangan yang berasal dari prediktor, tetapi masih memperhatikan keberadaan faktor lain yang tidak diteliti. Hasil perhitungan menunjukkan bahwa sumbangan efektif Minat belajar terhadap penguasaan mata diklat dasar dasar akuntansi sebesar 18,96% dan sumbangan efektif Cara belajar terhadap penguasaan mata diklat dasar dasar akuntansi sebesar 13,85%. Jadi besarnya sumbangan efektif kedua prediktor sebesar 32,81%.
3. Kesimpulan Pengujian Hipotesis a) Uji hipotesis pertama. Hipotesis pertama pada penelitian ini menyebutkan bahwa “Ada hubungan yang signifikan antara Minat belajar dengan prestasi belajar mata diklat dasar dasar akuntansi siswa jurusan akuntansi kelas X SMK Negeri I Banyudono Kabupaten Boyolali tahun pembelajaran 2008/2009”. Sesuai dengan kesimpulan pengujian hipotesis seperti di atas, bahwa hipotesis alternatif diterima dan menolak hipotesis nol, maka hipotesis dalam penelitian diterima kebenarannya. Hal ini berdasarkan besarnya r hitung (0,467) > r tabel (0,277).
b) Uji hipotesis kedua. Hipotesis kedua pada penelitian ini menyebutkan bahwa “Ada hubungan yang signifikan antara cara belajar dengan prestasi belajar mata diklat dasar dasar akuntansi siswa jurusan akuntansi kelas X SMK Negeri I Banyudono Kabupaten Boyolali tahun pembelajaran 2008/2009 ”. Sesuai dengan kesimpulan pengujian hipotesis seperti di atas, bahwa hipotesis alternatif diterima dan menolak hipotesis nol, maka hipotesis dalam penelitian diterima kebenarannya. Hal ini berdasarkan besarnya r hitung (0,411) > r tabel (0,277).
c) Uji hipotesis ketiga. Hipotesis ketiga pada penelitian ini menyebutkan bahwa“Ada hubungan yang signifikan antara Minat belajar dan cara belajar dengan prestasi belajar mata diklat dasar dasar akuntansi siswa jurusan akuntansi kelas X SMK Negeri I Banyudono Kabupaten Boyolali tahun pembelajaran 2008/2009 ”. Sesuai dengan kesimpulan pengujian hipotesis seperti di atas, bahwa hipotesis alternatif diterima dan menolak hipotesis nol, maka hipotesis dalam penelitian diterima kebenarannya. Hal ini berdasarkan besarnya F hitung (11,41) > F tabel (3,19).
E. Pembahasan Hasil Penelitian Minat merupakan kondisi awal seseorang tertarik dengan sesuatu yang diminatinya. Ketertarikan tersebut berlanjut ke keinginan untuk mengetahui lebih jauh tentang sesuatu tersebut. Apabila seseorang sudah mengetahui tentang sesuatu yang diminatinya maka ada kemungkinan minatnya menjadi lebih kuat dan ada kemungkinan pula menjadi melemah. Hal ini tergantung pada pengetahuan yang ia peroleh. Keadaan yang demikian ini juga dapat terjadi pada siswa yang sedang mengalami proses belajar. Siswa dapat tertarik kepada materi yang sedang dipelajarinya dan rasa ketertarikan ini dapat menguat dan juga dapat melemah. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa minat memiliki hubungan dengan penguasaan mata kuliah dasar dasar akuntansi. Minat yang dimaksudkan disini
adalah minat belajar pada mata kuliah dasar dasar akuntansi. Dengan minat yang dimiliki ini, siswa memiliki rasa ketertarikan untuk mengetahui lebih jauh tentang mata kuliah dasar dasar akuntansi . Sebagai efek dari rasa ketertarikan ini siswa memiliki minat yang semakin kuat sehingga ia akan mempelajari materi mata diklat tersebut dengan lebih serius. Dengan keseriusan tersebut maka siswa dapat menguasai dengan cepat materi-materi yang diberikan oleh guru. Hasil dari penyerapan tersebut dapat dilihat dari nilai penguasaan mata kuliah dasar dasar akuntansi . Dengan demikian sangat jelas bahwa minat belajar memiliki pengaruh dengan penguasaan mata kuliah dasar dasar akuntansi pada siswa jurusan akuntansi kelas X SMK Negeri I Banyudono Kabupaten Boyolali tahun pembelajaran 2008/2009 dengan bukti hasil analisis korelasi sebesar 0,467 lebih besar dari batas signifikansi 5% sebesar 0,277. Hasil analisis lain yang dikaji dalam penelitian ini adalah cara belajar siswa dalam mata diklat dasar dasar akuntansi . Temuan dari lapangan menunjukkan bahwa cara belajar ternyata memiliki pengaruh yang signifikan terhadap penguasaan mata kuliah dasar dasar akuntansi pada siswa jurusan akuntansi kelas X SMK Negeri I Banyudono Kabupaten Boyolali tahun pembelajaran 2008/2009, yang ditunjukkan oleh besarnya nilai koefisien korelasi sebesar 0,411 lebih besar dari nilai tabel pada taraf signifikansi 5% sebesar 0,277. Cara belajar memang logis apabila memiliki pengaruh terhadap penguasaan materi mata kuliah dasar dasar akuntansi . Karena cara belajar pada mata diklat tertentu tidak dapat disamakan dengan cara belajar pada mata diklat yang lain. Dalam mempelajari mata diklat dasar dasar akuntansi diperlukan cara-cara khusus agar dalam menguasai materi dapat dicapai dengan efektif. Perlu diketahui bahwa penguasaan akuntansi tidak monoton, artinya bahwa yang dipelajari saat ini merupakan dasar atau bekal untuk menguasai materi berikutnya. Kedua variabel yang diteliti pada penelitian ini apabila diterapkan dengan baik, maka tidak mustahil apabila siswa dapat menguasai dengan baik materi mata kuliah dasar dasar akuntansi. Dengan memiliki minat belajar serta didukung dengan
cara belajar yang sesuai maka dapat dikuasai dengan baik materi mata kuliah dasar dasar akuntansi, sehingga siswa memiliki bekal untuk mengembangkan penguasaan materi akuntansi kejenjang berikutnya serta memiliki bekal untuk mempelajari materi akuntansi yang lebih tinggi.
BAB V KESIMPULAN, SARAN DAN IMPLIKASI
A. Kesimpulan Penelitian Dari hasil analisis secara statistik dalam penelitian ini didapat suatu kesimpulan sebagai berikut: 1.
Dari hasil analisis data dan pengujian hipotesis pertama dapat disimpulkan bahwa terdapat hubungan yang signifikan antara Minat belajar dengan prestasi belajar dasar dasar akuntansi siswa kelas X Sekolah Menengah Kejuruan Negeri I Banyudono Kabupaten Boyolali tahun pembelajaran 2008/2009, hal ini terbukti dari hasil analisis data korelasi diperoleh r hitung = 0,467 lebih besar dari r tabel = 0,277.
2.
Dari hasil analisis data dan pengujian hipotesis kedua dapat disimpulkan bahwa terdapat hubungan yang signifikan antara cara belajar dengan prestasi belajar dasar dasar akuntansi siswa kelas X Sekolah Menengah Kejuruan Negeri I Banyudono Kabupaten Boyolali tahun pembelajaran 2008/2009 . hal ini terbukti dari hasil analisis data korelasi diperoleh r hitung = 0,411 lebih besar dari r tabel = 0,277.
3.
Dari hasil analisis data dan pengujian hipotesis ketiga dapat disimpulkan bahwa terdapat hubungan yang signifikan antara Minat belajar dan cara belajar dengan prestasi belajar dasar dasar akuntansi siswa kelas X Sekolah Menengah Kejuruan Negeri I Banyudono Kabupaten Boyolali tahun pembelajaran 2008/2009. hal ini terbukti dari hasil analisis data korelasi diperoleh F hitung = 11,41 lebih besar dari F tabel = 3,19.
B. Saran-saran Dengan melihat hasil penelitian yang diperoleh dan berdasarkan keterangan yang tertuang dalam angket, maka penulis mengajukan caran-caran sebagai beriku :
1. Kepada Siswa Jurusan Akuntansi SMK Negeri I Banyudono Hendaknya berusaha untuk dapat belajar dengan metode atau cara-ara yang benar dalam belajar. Untuk mengetahui cara-cara belajar yang benar dapat dilakukan dengan membaca buku-buku atau artikel yang berisikan tentang cara belajar yang baik. Hal lain yang dapat dilakukan siswa apabila belum tahu cara belajar yang baik dapat menanyakan kepada dosen yang mengajarnya atau apabila mengalami kesulitan belajar dapat berkonsultasi dengan guru Bimbingan dan Penyuluhan. Selain cara belajar di atas, minat juga diperlukan untuk menjadi langkah awal dalam mempelajari materi mata diklat . Tanpa adanya minat tersebut maka tidak ada rasa ketertarikan untuk mempelajari mata diklat . Untuk dapat memiliki minat pada sesuatu, maka segala informasi yang datang jangan langsung ditolak, akan tetapi perlu diterima untuk diambil hal-hal yang baik.
2. Kepada Guru Pengampu Mata Diklat Dasar Dasar Akuntansi Melihat adanya pengaruh yang positif dan signifikan antara cara belajar dengan penguasaan mata diklat dasar dasar akuntansi , maka sebaiknya guru pengajar harus berusaha menekankan kepada siswa tentang cara-cara atau metode belajar yang efektif dan efisien sesuai dengan kondisi masing-masing. Selain itu guru harus mencoba beberapa metode serta membandingkannya agar mengetahui cara-cara serta memberikan bimbingan yang diperlukan. Guru dapat melakukan pemantauan kepada siswa yang kurang berprestasi melalui hasil evaluasi belajar. Siswa yang kurang berprestasi perlu didekati untuk mengetahui latar belakang mengapa prestasi belajarnya rendah atau kurang. Dengan mengetahui latar belakang siswa tersebut, maka guru dapat
memberikan saran atau bimbingan kepada siswa tersebut agar prestasi belajarnya menjadi meningkat. Guru juga harus dapat memancing minat siswa dengan cara memberi informasi-informasi dari mata kuliah tersebut, kelebihan-kelebihan yang dapat dari materi tersebut apabila dapat menguasainya, memberikan contoh-contoh orang-orang yang berhasil dalam menguasai bidang tertentu. Dengan cara ini siswa memiliki informasi tentang mata diklat yang akan dipelajarinya sehingga dapat muncul minat dan diteruskan kepada rasa ketertarikan untuk mempelajari lebih jauh.
3. Kepada Orang Tua Siswa Orang tua hendaknya selalu memperhatikan perkembangan putraputrinya dalam belajar. Apabila mengetahui putra-putrinya memiliki minat pada seuatu yang bersifat positif, hendaknya orang tua mendukung dengan baik. Memberikan fasilitas-fasilitas yang dapat digunakan untuk mengembangkan minatnya tersebut apabila memungkinkan. Karena dengan dukungan tersebut, minat yang dimiliki anak akan semakin menguat dan hal ini merupakan hal terbaik untuk kemajuan anak. Selain hal tersebut, orang tua juga perlu memperhatikan cara belajar anak. Anak jangan hanya didiamkan saja tanpa diperhatikan dalam belajar. Juga perlu dibimbing dalam belajar agar cara belajar yang dilakukan merupakan cara belajar yang benar. Apabila orang tua kurang mengetahui tentang hal tersebut, maka orang tua juga dapat berkonsultasi dengan pihak lembaga.
C. Implikasi Hasil Penelitian Setelah hasil penelitian disimpulkan maka untuk pengembangan lebih lanjut, berikut ini akan dikemukakan implikasi dari hasil penelitian, yaitu: 1.
Mengingat bahwa Minat mempunyai hubungan yang signifikan dalam meningkatkan penguasaan mata diklat dasar dasar akuntansi maka perlu adanya perhatian yang positif dan saling membantu baik orang tua maupun pihak lembaga agar siswa memiliki minat yang baik dalam belajar. Minat siswa perlu dibina karena kadang-kadang minat belajar yang sudah ada sebelumnya dapat hilang atau beralih ke minat yang lain. Baik orang tua maupun pihak lembaga harus segera memberikan suatu tindakan apabila diketahui ada siswa yang memiliki minat yang semakin berkurang atau berpindah pada sesuatu yang lain.
2.
Selain itu cara belajar juga perlu diperhatikan baik saat belajar di rumah maupun saat belajar di kampus. Untuk itu peran orang tua sangat penting artinya dalam memantau kegiatan belajar siswa di rumah. Orang tua yang mengetahui cara belajar anaknya yang kurang baik dapat memberikan alternatif atau dapat berkonsultasi ke lembaga yang bersangkutan. Sehingga orang tua tidak hanya tinggal diam bila mengetahui anaknya memiliki prestasi belajar yang rendah.