PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN GUIDED DISCOVERY PADA MATERI POKOK KALOR UNTUK MENINGKATKAN HASIL BELAJAR PESERTA DIDIK KELAS VII A MTs DARUL ULUM BERINGIN SEMARANG SEMESTER GASAL TAHUN PELAJARAN 2010/2011
Skripsi Disusun untuk Memenuhi Tugas dan Memenuhi Syarat Guna Memperoleh Gelar Sarjana Strata 1 (S.1) dalam Ilmu Pendidikan Fisika
Disusun oleh: ANIK TRI HARYANI 063611010
FAKULTAS TARBIYAH INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI WALISONGO SEMARANG 2010
ABSTRAK Anik Tri Haryani (NIM: 063611010). Penerapan Model Pembelajaran Guided Discovery pada Materi Pokok Kalor untuk Meningkatkan Hasil Belajar Peserta Didik Kelas VII A MTs Darul Ulum Beringin Semarang Semester Gasal Tahun Pelajaran 2010/2011. Skripsi. Program Studi Tadris Fisika Jurusan Tadris: Fakultas Tarbiyah IAIN Walisongo Semarang. 2010. Rumusan Masalah: (1) Bagaimana skenario penerapan model pembelajaran guided discovery pada materi pokok kalor kelas VII A MTs Darul Ulum Beringin Semarang semester gasal tahun pelajaran 2010/2011. (2) Sejauh manakah model pembelajaran guided discovery dapat meningkatkan hasil belajar peserta didik kelas VII A MTs Darul Ulum Beringin Semarang semester gasal tahun pelajaran 2010/2011 pada materi pokok kalor. Penelitian ini bertujuan untuk: (1) Menerapkan model pembelajaran guided discovery pada materi pokok kalor kelas VII A MTs Darul Ulum Beringin semarang. (2) Mengetahui sejauh mana model pembelajaran guided discovery dapat meningkatkan hasil belajar peserta didik kelas VII A MTs Darul Ulum Beringin Semarang semester gasal tahun pelajaran 2010/2011 pada materi pokok kalor. Penelitian ini adalah penelitian tindakan kelas yang terdiri dari tiga siklus. Setiap siklus terdiri dari empat tahapan yaitu, perencanaan, pelaksanaan, pengamatan dan refleksi. Subyek penelitian ini adalah peserta didik kelas VII A MTs Darul Ulum Semarang. Metode analisis yang digunakan adalah deskripsi prosentase. Data penelitian yang diperoleh adalah data hasil belajar peserta didik aspek kognitif; afektif dan psikomotorik. Hasil penelitian dari siklus I sampai siklus III, menunjukkan adanya peningkatan hasil belajar peserta didik. Dari hasil penelitian diperoleh peningkatan rata-rata hasil belajar peserta didik dari 64,58 pada siklus I, 70,40 pada siklus II dan 76,67 pada siklus III. Dan ketuntasan klasikal belajar peserta didik juga mengalami peningkatan dari 50% pada siklus I, 70,83% pada siklus II dan 87,5% pada siklus III. Hasil belajar aspek afektif pada siklus I nilai rataratanya adalah 63,08, pada siklus II nilai rata-ratanya 66,20 dan pada siklus III rata-ratanya adalah 73,53. Sedangkan hasil belajar aspek psikomotorik pada siklus I nilai rata-ratanya 65,38, pada siklus II nilai rata-ratanya adalah 72,47 dan nilai rata-rata pada siklus III adalah 72,69. Hasil penelitian tentang penerapan model pembelajaran guided discovery tersebut dapat diterapkan oleh guru fisika, karena mampu membantu peserta didik dalam penguasaan konsep materi pelajaran fisika dan mengembangkan keterampilan-keterampilan yang dimiliki sehingga dapat meningkatkan hasil belajar baik ranah afektif, kognitif dan psikomotorik. Kata Kunci: Hasil Belajar, Model Pembelajaran Guided Discovery
PERSETUJUAN PEMBIMBING
Tanggal
Tanda Tangan
Wenty Dwi Yuniarti, M.Kom Pembimbing I
_____________
_____________
Mufidah, M.Pd. Pembimbing II
_____________
_____________
MOTTO yìôJ¡¡9$# ãNä3s9 Ÿ@yèy_ur $\«ø‹x© šcqßJn=÷ès? Ÿw öNä3ÏF»yg¨Bé& ÈbqäÜç/ .`ÏiB Nä3y_t•÷zr& ª!$#ur ÇÐÑÈ šcrã•ä3ô±s? öNä3ª=yès9 noy‰Ï«øùF{$#ur t•»|Áö/F{$#ur Dan Allah mengeluarkan kamu dari perut ibumu dalam Keadaan tidak mengetahui sesuatupun, dan Dia memberi kamu pendengaran, penglihatan dan hati, agar kamu bersyukur.1
1
Depag RI, Alqur’an dan Terjemahnya, (Surabaya: Duta Ilmu,1996), hlm. 413
DEKLARASI
Dengan penuh kejujuran dan tanggung jawab peneliti menyatakan bahwa skripsi ini tidak berisi materi yang pernah ditulis orang lain atau diterbitkan. Demikian juga skripsi ini tidak berisi satu pun pikiran orang lain, kecuali informasi dalam referensi yang peneliti jadikan bahan rujukan.
Semarang, 15 Desember 2010 Deklarator,
Anik Tri Haryani NIM: 063611010
PERSEMBAHAN
Dengan kesederhanaan dan kerendahan hati, maka skripsi ini peneliti persembahkan kepada: 1.
Kedua orang tua peneliti, (Lukman dan Kurmi’ah). Keduanya merupakan orang yang paling berarti di hati peneliti.
2.
Guru-guru peneliti yang senantiasa memberi teladan, nasihat dan sabar dalam membimbing peneliti, serta rela mencurahkan segenap kemampuan agar peneliti memahami hakikat ilmu.
3.
Untuk kakak-kakak peneliti (Lukitowati, Sri Aisyah, Sutarjo, Sulkhan dan Moh. Ali Imron) yang selalu menjadi inspirasi dan semangat peneliti dalam setiap warna kehidupan.
4.
Untuk keponakan peneliti (Azza Nurush Shobah dan Septian Maulana) yang menjadi motivator dalam pencarian peneliti akan ilmu.
5.
Semua mahasiswa Tadris Fisika, khususnya angkatan 2006, tempat berbagi cerita selama berjuang bersama.
6.
Untuk semua pihak yang telah membantu dalam penelitian skripsi ini.
KATA PENGANTAR
Alhamdulillah segala puji dan syukur peneliti panjatkan kehadirat Allah SWT, yang telah menganugerahkan rahmat dan hidayah-Nya sehingga menjadikan kita lebih bermakna dalam menjalani hidup ini. Terlebih lagi kepada peneliti sehingga dapat menyelesaikan penelitian skripsi ini. Shalawat serta salam semoga tetap tercurahkan kepada Nabi Muhammad SAW, yang telah membawa cahaya Illahi kepada umat manusia sehingga kita dapat merasakan nikmat Islam dan Iman. Dalam penyusunan skripsi ini, peneliti telah banyak mendapatkan bimbingan, motivasi, dan saran-saran dari berbagai pihak sehingga penyusunan skripsi ini dapat terselesaikan. Suatu keharusan bagi peneliti umtuk berterima kasih kepada: 1. Dr. Suja’i, M. Ag., Dekan Fakultas Tarbiyah IAIN Walisongo Semarang. 2. Drs. H.Abdul Wahid, M.Ag, selaku Ketua Jurusan Tadris, H. Mursid, M.Ag, Sekretaris Jurusan Tadris, Wenty Dwi Yuniarti, M.Kom, Ketua Program Studi Tadris Fisika, dan Andi Fadllan, M.Sc, sekretaris program studi Tadris Fisika Fakultas Tarbiyah IAIN Walisongo Semarang. 3. Wenty Dwi Yuniarti, M.Kom dan Dra. Mufidah, M.Pd selaku pembimbing yang telah berkenan meluangkan waktu dan tenaga untuk memberikan arahan dan bimbingan serta motivasi kepada peneliti. 4. Bapak dan ibu dosen yang telah mengajarkan ilmunya dengan ikhlas kepada peneliti selama belajar di Fakultas Tarbiyah IAIN Walisongo Semarang. 5. Kedua orang tua peneliti, (Lukman dan kurmi’ah) yang telah memberikan motivasi, doa, dan memperjuangkan segalanya demi suksesnya peneliti dalam menuntut ilmu. 6. Rosmarin, termakasih atas do’a dan bimbingannya selama ini. 7. Ahmad Mustafidin, M.Si selaku kepala sekolah MTs Darul Ulum Semarang yang telah memberikan izin untuk mengadakan penelitian . 8. Chabibah S.Pd selaku guru pembimbing penelitian.
9. Teman senasib seperjuangan peneliti, (Tadris Fisika angkatan 2006), terutama Dika, Ina, Eka, Zahro dan Arief, semoga kebersamaan kita tidak terlupakan. 10. Teman dekat peneliti yang selalu memberikan perhatian, motivasi dan do’a kepada peneliti. 11. Adik-adik di kos B15 (Halim, Hidayah, Kiki, Wulan, Yaya, Nadzir, Astri, Isma, Erlin, Vita, Ika, Diana, Islam dan Ima) yang senantiasa menemani peneliti dalam suka dan duka, semoga kebersamaan kita tidak terlupakan. 12. Semua pihak yang telah membantu peneliti dalam penyelesaian skripsi ini, yang tidak dapat peneliti sebutkan satu persatu. Harapan peneliti, semoga amal dan jasa baik dari semua pihak dapat menjadi amal baik dan semoga mendapat balasan dari Allah SWT. Amin. Pada akhirnya peneliti menyadari, bahwa penelitian skripsi ini belum mencapai kesempurnaan dalam makna yang sesungguhnya, akan tetapi peneliti berharap semoga skripsi ini dapat bermanfaat baik bagi peneliti sendiri maupun bagi pembaca umumnya.
Semarang, 15 Desember 2010 Peneliti,
Anik Tri Haryani NIM: 063611010
DAFTAR ISI
Hal HALAMAN JUDUL..........................................................................................
i
ABSTRAK....................................................................................................... ..
ii
HALAMAN PERSETUJUAN PEMBIMBING................................................
iii
HALAMAN PENGESAHAN PENGUJI...........................................................
iv
HALAMAN MOTTO....................................................................................... .
v
HALAMAN DEKLARASI................................................................................
vi
HALAMAN PERSEMBAHAN......................................................................... vii HALAMAN KATA PENGANTAR................................................................. . viii DAFTAR ISI.................................................................................................... ..
x
DAFTAR TABEL............................................................................................ .. xii DAFTAR GAMBAR....................................................................................... .. xiii DAFTAR LAMPIRAN…………………….. .................................................. xiv
BAB I
PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah..................................................................
1
B. Identifikasi Masalah............................................................... .........
4
C. Pembatasan Masalah.............................................................. .........
4
D. Rumusan Masalah.................................................................. .........
4
E. Penegasan Istilah.............................................................................
5
F. Tujuan Penelitian.............................................................................
6
G. Manfaat Penelitian...........................................................................
6
BAB II
LANDASAN TEORI
A. Hakekat Belajar....................................................................... ........
8
B.
Model Pembelajaran Guided Discovery.......................................... 16
C.
Materi Tentang Kalor.............................................................. ........ 22
D. Kajian Penelitian yang Relevan............................................... ....... 28 E.
Hipotesis Tindakan.......................................................................... 30
BAB III
METODE PENELITIAN A. Subjek Penelitian...................................................................... 31 B. Waktu dan Tempat Penelitian................................................ .. 31 C. Metode Penelitian..................................................................... 31 D. Metode Pengumpulan Data................................................... ... 40 E. Metode Analisis Data............................................................ ... 41 F. Indikator Keberhasilan.......................................................... ... 43
BAB IV
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Kondisi Pra Penelitian............................................................ 44 B. Hasil Penelitian ..................................................................... 45 C. Pembahasan .......................................................................... 58
BAB V
KESIMPULAN, SARAN, DAN PENUTUP A. Kesimpulan ........................................................................... 62 B. Saran ..................................................................................... 63 C. Penutup ................................................................................. 63
DAFTAR PUSTAKA LAMPIRAN-LAMPIRAN
DAFTAR TABEL Tabel 4.1.
: Hasil Belajar Pra Tindakan ........................................................... 43
Tabel 4.2.
: Hasil Pengamatan Aspek Afektif Peserta Didik Siklus I ............... 45
Tabel 4.3.
: Hasil Pengamatan Aspek Psikomorik Peserta Didik Siklus I ........ 46
Tabel 4.4.
: Hasil Tes Peserta Didik Siklus I ................................................... 47
Tabel 4.5.
: Hasil Pengamatan Aspek Afektif Peserta Didik Siklus II .............. 50
Tabel 4.6.
: Hasil Pengamatan Aspek Psikomorik Peserta Didik Siklus II ....... 51
Tabel 4.7.
: Hasil Tes Peserta Didik Siklus II .................................................. 52
Tabel 4.8.
: Hasil Pengamatan Aspek Afektif Peserta Didik Siklus III ............. 55
Tabel 4.9.
: Hasil Pengamatan Aspek Psikomorik Peserta Didik Siklus III ...... 55
Tabel 4.10. : Hasil Tes Peserta Didik Siklus III ................................................. 56
DAFTAR GAMBAR
Gambar 2.1. : Bagan Perubahan Wujud Benda .................................................... 24 Gambar 3.1. : Tahapan Penelitian Tindakan Kelas .............................................. 31 Gambar 3.2. : Siklus Dalam Penelitian ................................................................ 33
DAFTAR LAMPIRAN Lampiran 1
: Nama Peserta didik
Lampiran 2
: Nama Kelompok
Lampiran 3
: Silabus
Lampiran 4
: Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP)
Lampiran 5
: Lembar Kerja Siswa (LKS)
Lampiran 6
: Lembar Soal Penelitian
Lampiran 7
: Lembar Kunci Jawaban Soal
Lampiran 8
: Lembar Observasi Afektif
Lampiran 9
: Lembar Observasi Kognitif
Lampiran 10 : Lembar Observasi Psikomotorik Lampiran 11 : Dokumentasi Pelaksanaan Pembelajaran
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Perkembangan teknologi memberikan wahana yang memungkinkan sains berkembang dengan pesat. Hal ini menggugah para pendidik untuk dapat merancang dan melaksanakan pendidikan yang lebih terarah pada penguasaan konsep sains, yang dapat bermanfaat dalam kegiatan sehari-hari di masyarakat. Untuk dapat menyesuaikan perkembangan sains, kreatifitas sumber daya manusia merupakan syarat mutlak untuk ditingkatkan. Jalur yang tepat dan sesuai untuk meningkatkan sumber daya manusia adalah melalui jalur pendidikan. Untuk menguasai ilmu dan teknologi, pendekatan pembelajaran yang hanya memberikan konsep dan teori sudah tidak sesuai lagi. Oleh karena itu, diperlukan suatu pendekatan yang mempunyai karakteristik yang melibatkan peserta didik secara intelektual dan emosional, sehingga peserta didik terlatih belajar secara aktif dan kreatif. Peserta didik dilatih menemukan sesuatu yang baru melalui proses pembelajaran. Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) yang dikembangkan dalam pendidikan saat ini, menuntut peserta didik untuk aktif dalam pembelajaran dan mempersyaratkan kompetensi sebagai hasil belajar yang meliputi tiga ranah yaitu pengetahuan, keterampilan, dan sikap.2 Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) berkaitan dengan cara mencari tahu tentang gejala alam secara sistematis, sehingga IPA bukan hanya penguasaan kumpulan pengetahuan yang berupa fakta-fakta, konsep-konsep, atau prinsipprinsip saja tetapi juga merupakan suatu proses penemuan. Pendidikan IPA diharapkan dapat menjadi wahana bagi peserta didik untuk mempelajari diri sendiri dan alam sekitar, serta prospek pengembangan lebih lanjut dalam menerapkannya pada kehidupan sehari-hari. 2
Proses pembelajarannya
E. Mulyasa, Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan, (Bandung: PT. Remaja Rosdakarya, 2007), hlm. 44
menekankan pada pemberian pengalaman langsung untuk mengembangkan kompetensi agar peserta didik mampu menjelajahi dan memahami alam sekitar secara ilmiah. Pendidikan IPA diarahkan untuk mencari tahu dan berbuat sehingga dapat membantu peserta didik memperoleh pemahaman yang lebih mendalam tentang alam sekitar. Fisika merupakan ilmu yang termasuk rumpun IPA oleh karenanya fisika mempunyai karakteristik sama dengan IPA. Fisika mempelajari tentang sifat, materi, gerak, dan fenomena yang ada hubungannya dengan energi. Selain itu juga mempelajari tentang keterkaitan konsep fisika dengan kehidupan
nyata,
mengembangkan
sikap
dan
kesadaran
terhadap
perkembangan ilmu pengetahuan alam dan teknologi serta dampaknya. Kenyataan yang ditemui di lapangan, kebanyakan guru masih menggunakan pembelajaran konvensional dimana peserta didik hanya mencatat, mendengar tanpa adanya keterlibatan peserta didik secara langsung dalam pembelajaran, sehingga yang terjadi hanya komunikasi satu arah yaitu guru kepada peserta didik. Penggunaan metode konvensional berulang-ulang menimbulkan kebosanan pada diri peserta didik, peserta didik menjadi tidak tertarik dan menyebabkan peserta didik menjadi kurang termotivasi untuk terlibat aktif dalam pembelajaran. Nilai hasil belajar fisika peserta didik kelas VII MTs Darul Ulum Beringin Tahun pelajaran 2009/2010 pada materi pokok kalor masih relatif rendah, hal ini diketahui berdasarkan hasil wawancara dengan guru mata pelajaran, nilai rata-rata peserta didik yaitu 55 sedangkan hasil ini masih dibawah nilai Kriteria Ketuntasan Minimal (KKM) sekolah yaitu 65. Berdasarkan permasalahan diatas, maka untuk mengatasi masalah tersebut diperlukan suatu model pembelajaran yang mendorong peserta didik untuk
mempunyai
pengalaman
dan
melakukan
percobaan
yang
memungkinkan mereka menemukan prinsip-prinsip atau pengetahuan bagi dirinya. Berbagai pendekatan dan model pembelajaran dapat digunakan oleh guru dalam setiap pembelajaran di kelas. Dengan penerapan model-model
pembelajaran guru dapat mengembangkan seluruh potensi peserta didik secara optimal dalam meningkatkan pemahaman belajar peserta didik. Salah satu model pembelajaran yang dapat digunakan adalah model pembelajaran Guided Discovery. Pemilihan model pembelajaran ini karena pada model pembelajaran ini akan melibatkan secara maksimal seluruh kemampuan peserta didik untuk mencari dan menemukan sesuatu secara sistematis, logis, analitis sehingga mereka dapat merumuskan sendiri penemuannya. Hal ini sebagaimana telah disabdakan oleh Rasullullah SAW: 3
: : (
)
“Dari Muhammad bin Yusuf, dari Sufyan, dari A’masy, dari Abi Wa’il, dari ibn Mas’ud yang mengatakan: “Bahwa Nabi SAW selalu mengatur ketika memberi nasehat-nasehat kepada kita dalam beberapa hari karena kuatir kita menjadi bosan. ” (HR Bukhari).4
Maksudnya, dalam memberi nasihat-nasihat kepada para sahabatnya, Rasulullah sangat berhati hati dan memperhatikan situasi dan keadaan para sahabat. Nasehat itu diberikan pada waktu-waktu tertentu saja, tidak dilakukan setiap hari agar tidak membosankan. Hadis ini berbicara tentang metode pembelajaran dimana dalam suatu pembelajaran itu
harus
menggunakan metode yang tepat disesuaikan dengan situasi dan kondisi, terutama dengan mempertimbangkan keadaan peserta didik yang akan belajar.
3
Al-imam Abi Abdullah Muhammad Ibn Isma’il Al-Bukhori, Shohih Al-Bukhori, (Beirut Lebanon: Dar Al-Fikr,1981M), jilid 1, hlm. 25. 4 Ismail SM, M.Ag, Strategi Pembelajaran Agama Islam Berbasis PAIKEM, (Semarang: Rasail Media Group, 2008), hlm. 13.
Dari uraian diatas, maka penulis tertarik untuk melakukan penelitian dengan judul “Penerapan Model Pembelajaran Guided Discovery pada Materi Pokok Kalor untuk Meningkatkan Hasil Belajar Peserta Didik Kelas VII A MTs Darul Ulum Beringin Semarang Semester Gasal Tahun Pelajaran 2010/2011.” B. Identifikasi Masalah Berdasarkan latar belakang diatas, permasalahan dalam penelitian ini yang dapat diidentifikasi antara lain, sebagai berikut : 1. Pentingnya penerapan model pembelajaran dalam proses belajar mengajar. 2. Materi pelajaran yang bersifat abstrak menyebabkan munculnya suatu permasalahan pada peserta didik yang merasa kesulitan dalam memahami konsep tersebut. C. Pembatasan Masalah Penelitian ini memfokuskan pada penerapan model pembelajaran guided discovery dan peningkatan hasil belajar pada aspek kognitif, aspek afektif dan aspek psikomotorik. D. Rumusan Masalah Berdasarkan uraian diatas, maka peneliti merumuskan masalah sebagai berikut: 1. Bagaimana skenario penerapan model pembelajaran guided discovery pada materi pokok kalor kelas VII A MTs Darul Ulum Beringin Semarang semester gasal tahun pelajaran 2010/2011? 2. Sejauh
manakah
model
pembelajaran
guided
discovery
dapat
meningkatkan hasil belajar peserta didik kelas VII A MTs Darul Ulum Beringin Semarang semester gasal tahun pelajaran 2010/2011 pada materi pokok kalor? E. Penegasan istilah Penegasan istilah khususnya yang berhubungan dengan judul “Penerapan Model Pembelajaran Guided Discovery pada Materi Pokok Kalor untuk Meningkatkan Hasil Belajar Peserta Didik Kelas VII A MTs Darul Ulum Beringin Semarang Semester Gasal Tahun Pelajaran 2010/2011”
dilakukan agar tidak terjadi penyimpangan tujuan dilaksanakannya penelitian ini. 1. Penerapan menurut kamus besar bahasa Indonesia adalah proses, cara, perbuatan menerapkan.5 2. Model pembelajaran adalah pola yang digunakan sebagai pedoman dalam merencanakan pembelajaran di kelas maupun tutorial. 6 Menurut Arends model pembelajaran mengacu pada pendekatan yang akan digunakan, termasuk di dalamnya tujuan-tujuan pembelajaran, tahap-tahap dalam kegiatan pembelajaran, lingkungan pembelajaran, dan pengelolaan kelas.7 3. Hasil belajar adalah kemampuan yang diperoleh anak setelah melalui kegiatan belajar. 8 Pada penelitian ini hasil belajar yang diukur adalah berupa nilai akhir yang diperoleh peserta didik pada tiap siklusnya. 4. Discovery menurut Sund sebagaimana yang dikutip oleh Roestiyah adalah proses mental dimana peserta didik mampu mengasimilasikan sesuatu konsep atau prinsip.9 Pada
model pengajaran ini guru memberikan
kebebasan peserta didik untuk menemukan sesuatu sendiri karena dengan menemukan sendiri peserta didik dapat lebih mengerti secara mendalam. 5. Guided Discovery adalah pendekatan kognitif dalam pembelajaran dimana guru menciptakan situasi sehingga peserta didik dapat belajar secara mandiri dengan petunjuk dan bimbingan dari guru.10 6. Kalor adalah sesuatu yang dipindahkan diantara sebuah sistem dan sekelilingnya sebagai akibat dari hanya perbedaan temperatur.11
5
Tim Penyusun Kamus Pusat Bahasa, Kamus Besar Bahasa Indonesia, (Jakarta: Balai Pustaka, 2005), hlm. 1180 6 Agus Supriono, Cooperative Learning Teori dan Aplikasi PAIKEM, (Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2009), hlm. 46 7 Ibid, hlm. 46 8 Mulyono Abdurrahman, Pendidikan Bagi Anak Berkesulitan Belajar, (Jakarta: Rineka Cipta, 2003), hlm. 37 9 Roestiyah N.K, Strategi Belajar Mengajar, (Jakarta: Rineka Cipta, 2008), hlm. 20 10 Paul Suparno, Metodologi Pembelajaran Fisika Konstruktivistik dan Menyenangkan, (Yogyakarta: Universitas Sanata Dharma,2007), hlm. 75 11 John Wiley dan Sons, Fisika, diterjemahkan oleh Pantur Silaban Ph.D, et al., (Bandung: Erlangga, 1985), cet. 3, hlm. 723.
F. Tujuan penelitian Penelitian Tindakan Kelas yang akan dilaksanakan ini memiliki tujuan sebagai berikut: 1. Untuk menerapkan model pembelajaran guided discovery pada materi pokok kalor pada peserta didik kelas VII A MTs Darul Ulum Beringin Semarang semester gasal tahun pelajaran 2010/2011. 2. Mengetahui sejauh mana model pembelajaran guided discovery dapat meningkatkan hasil belajar peserta didik kelas VII A MTs Darul Ulum Beringin Semarang semester gasal tahun pelajaran 2010/2011 pada materi pokok kalor. G. Manfaat Penelitian Manfaat penelitian yang diharapkan adalah sebagai berikut: 1. Bagi Peserta didik a. Pembelajaran menjadi lebih menarik sehingga peserta didik menjadi lebih mudah memahami dan menguasai materi yang diberikan. b. Dengan
menggunakan
model
pembelajaran
guided
discovery
diharapkan dapat meningkatkan hasil belajar peserta didik. 2. Bagi Guru Sebagai bahan pertimbangan dan informasi bagi guru fisika dalam memilih model pembelajaran yang sesuai dan efisien serta efektif dalam kegiatan belajar mengajar fisika.
3. Bagi Peneliti Penelitian ini dapat menambah pengalaman yang baru sehingga dapat digunakan dalam proses belajar mengajar dimasa mendatang. 4. Bagi Sekolah Memberikan
sumbangan pemikiran kepada
sekolah terkait
penggunaan model-model pembelajaran untuk meningkatkan kualitas pembelajaran, khususnya pembelajaran fisika.
BAB II LANDASAN TEORI
A. Hakekat Belajar 1. Belajar Belajar dikalangan masyarakat mudah dikenal, bahkan pengertian dari belajar itu sendiri jika dilihat dari sejarah perkembangan manusia akan sama tuanya dengan terjadinya kelahiran manusia itu sendiri. Hanya saja istilah pada zaman itu berbeda dengan zaman modern sekarang ini.12 Belajar adalah suatu proses yang ditandai dengan adanya perubahan pada diri seseorang. Perubahan sebagai hasil dari proses belajar dapat ditunjukkan dalam berbagai bentuk seperti berubahnya pengetahuan, pemahaman sikap dan tingkah laku, ketrampilan, kecakapan, dan kemampuannya serta perubahan aspek-aspek lain yang ada pada individu yang belajar.13 Belajar menurut King Sley sebagaimana yang dikutip oleh Anissatul Mufarokah adalah proses perubahan tingkah laku yang orisinil melalui pengalaman dan latihan-latihan. Sedangkan yang dimaksud pengalaman dalam proses belajar tidak lain adalah interaksi antara individu dengan lingkungannya.14 Menurut Geoch dalam Agus Suprijono, “learning is change in performance as a result of practice”, yang artinya perubahan performance sebagai hasil latihan.15 Menurut Reber dalam Muhibbin Syah, “learning is the process of acquiring knowledge and a relatively permanent change as a result of reinforced practice”, yang artinya belajar adalah proses memperoleh 12
hlm. 12.
13
Anissatul Mufarokah, Strategi Belajar Mengajar, ( Yogyakarta: Penerbit Teras, 2009),
Ibid, hlm. 13. Ibid, hlm. 13. 15 Agus Suprijono, Cooperative Learning: Teori dan Aplikasi PAIKEM, (Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2009), cet.II, hlm. 2. 14
pengetahuan dan suatu perubahan kemampuan bereaksi yang relatif langgeng sebagai hasil latihan yang diperkuat.16 Learning is the process by wich an activity originates or changed through training procedures (wether in the laboratory or in the natural environment)as distinguished from changes by factors not attributable to training.17 Belajar menurut Morgan dkk sebagaimana yang dikutip oleh Djaali merupakan setiap perubahan tingkah laku yang relatif tetap dan terjadi sebagai hasil latihan atau pengalaman.18 Dari pengertian belajar di atas tampak bahwa belajar bukan hanya mengingat, akan tetapi lebih luas dari itu, yakni mengalami. Hasil belajar bukan suatu penguasaan hasil latihan melainkan pengubahan kelakuan.19 Jika hakikat belajar adalah perubahan tingkah laku, maka ada beberapa perubahan tertentu yang dimasukkan ke dalam ciri-ciri belajar antara lain:20 a. Perubahan yang terjadi secara sadar Ini berarti individu yang belajar akan menyadari terjadinya perubahan itu atau sekurang-kurangnya individu merasakan telah terjadi adanya suatu perubahan dalam dirinya. Misalnya ia menyadari bahwa pengetahuannya bertambah, kecakapannya bertambah dan kebiasaannya bertambah. b. Perubahan dalam belajar bersifat fungsional Sebagai hasil belajar, perubahan yang terjadi dalam individu berlangsung terus menerus dan tidak statis, suatu perubahan yang terjadi akan menyebabkan perubahan berikutnya dan akan berguna bagi kehidupan atau proses belajar berikutnya. 16
Muhibbin Syah, Psikologi Pendidikan Dengan Pendekatan Baru, (Bandung: PT Remaja Rosdakarya, 2006), edisi revisi, hlm. 91. 17 Richard Kern, Literacy and Language Teaching,(New York: Oxford University Press, 2000), hlm. 172 18 Djaali, Psikologi Pendidikan,( Jakarta: PT Bumi Akasara, 2009), hlm. 115. 19 Oemar Hamalik, Proses Belajar Mengajar,( Jakarta: PT Bumi Aksara, 2009), hlm. 27. 20 Syaiful Bahri Djamarah, Psiklogi Belajar,( Jakarta: PT Rineka Cipta,2008), hlm. 15-16.
c. Perubahan dalam belajar bersifat positif dan afektif Semakin banyak usaha belajar yang dilakukan, semakin banyak dan baik perubahan yang diperoleh. d. Perubahan dalam belajar bukan bersifat sementara Perubahan tingkah laku yang terjadi setelah belajar bersifat menetap. Misalnya seorang anak yang belajar memainkan piano, tidak akan hilang begitu saja bahkan akan terus berkembang jika dikembangkan atau dilatih. e. Perubahan dalam belajar bertujuan dan terarah Perubahan tingkah laku yang terjadi karena adanya tujuan yang ingin dicapai. f. Perubahan mencakup seluruh aspek tingkah laku Jika seseorang belajar sesuatu, sebagai hasilnya ia akan mengalami perubahan tingkah laku secara menyeluruh dalam sikap kebiasaan, ketrampilan, pengetahuan, dan sebagainya. Perubahan perilaku dalam proses belajar adalah akibat dari interaksi dengan lingkungan, interaksi ini biasanya berlangsung secara disengaja. Kesengajaan itu tercermin dari adanya faktor-faktor berikut:21 1) Kesiapan (readiness) yaitu kesiapan baik fisik maupun mental untuk melakukan sesuatu. 2) Motivasi yaitu dorongan dari dalam diri sendiri untuk melakukan sesuatu. 3) Tujuan yang ingin dicapai Belajar bagi manusia sangat dianjurkan karena ilmu itu sebagai hiasan bagi ahlinya, selain itu juga Allah SWT telah menjanjikan akan
21
Muhammad Ali, Guru Dalam Proses Belajar Mengajar,( Bandung: Sinar Baru Algensindo, 2007), hlm. 15.
mengangkat derajat bagi orang-orang yang berilmu, yang mana telah difirmankan dalam surat Al Mujadilah ayat 11.22 .... ;M»y_u‘yŠ zOù=Ïèø9$# (#qè?ré& tûïÏ%©!$#ur öNä3ZÏB (#qãZtB#uä tûïÏ%©!$# ª!$# Æìsùö•tƒ... “...Allah akan menaikkan orang-orang yang beriman diantara kamu dan orang-orang yang diberi ilmu ke derajat yang tinggi....”(Al Mujadilah:11)23
2. Hasil Belajar Hasil belajar adalah kemampuan yang diperoleh oleh anak setelah melalui kegiatan belajar.24 Menurut Benjamin S. Bloom ada tiga ranah hasil belajar diantaranya yaitu ranah kognitif, ranah afektif dan ranah psikomotorik.25 a. Ranah kognitif Kognitif adalah ranah yang mencakup kegiatan mental (otak). Tujuan kognitif berorientasi kepada kemampuan berfikir, mencakup kemampuan intelektual yang lebih sederhana yaitu mengingat, sampai pada kemampuan memecahkan masalah yang menuntut siswa untuk menghubungkan dan menggabungkan gagasan, metode atau prosedur yang sebelumnya dipelajari untuk memecahkan masalah tersebut. Kognitif terdiri dari enam aspek antara lain: 1) Pengetahuan Istilah pengetahuan dimaksudkan sebagai terjemahan dari kata knowledge dalam taksonomi Bloom. Tipe hasil belajar pengetahuan termasuk kognitif tingkat rendah yang paling rendah. Namun, tipe hasil belajar ini menjadi prasarat bagi tipe hasil belajar berikutnya. 22
Depag RI, Alqur’an dan Terjemahnya, (Surabaya: Duta Ilmu,1996), hlm. 434 Jalaluddin Al-Mahally dan jalaluddin As-Suyuthi, Tafsir Jalalain, Berikut Asbabun Nuzulnya, (Bandung: Sinar Baru,1990), cet I, hlm. 2402-2403 24 Mulyono Abdurrahman, Pendidikan Bagi Anak Berkesulitan Belajar,(Jakarta: PT Rineka Cipta, 2003),hlm. 37. 25 ibid, hlm. 38 23
2) Pemahaman Tipe hasil belajar yang lebih tinggi dari pada pengetahuan adalah pemahaman. Pemahaman dapat dibedakan ke dalam tiga kategori yaitu tingkat terendah adalah pemahaman terjemahan. Tingkat kedua adalah pemahaman penafsiran. Pemahaman tingkat ketiga atau tingkat tertinggi adalah pemahaman ekstrapolasi. 3) Aplikasi Aplikasi adalah penggunaan abstraksi pada situasi konkret atau aplikasi khusus. Abstraksi tersebut mungkin berupa ide, teori atau petunjuk teknis. Menerapkan abstraksi ke dalam situasi baru disebut aplikasi. 4) Analisis Analisis adalah usaha memilah suatu integritas menjadi unsur-unsur atau bagian-bagian sehingga jelas hierarkinya dan susunannya. 5) Sintesis Sintesis adalah penyatuan unsur-unsur atau bagian-bagian ke dalam bentuk menyeluruh. Berfikir sintesis adalah berfikir divergen. Berfikir sintesis merupakan salah satu terminal untuk menjadikan orang lebih kreatif. Berfikir kreatif merupakan salah satu hasil yang hendak dicapai dalam pendidikan. 6) Evaluasi Evaluasi adalah pemberian keputusan tentang nilai sesuatu yang mungkin dilihat dari segi tujuan, gagasan, cara bekerja, pemecahan metode, materil, dll. b. Ranah afektif berkenaan dengan sikap dan nilai. Krathwohl membagi hasil belajar afektif menjadi lima tingkat yaitu:26
26
Purwanto, M.Pd, Evaluasi Hasil Belajar,(Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2009), hlm. 51.
1) Penerimaan (receiving) atau menaruh perhatian (attending) adalah kesediaan menerima rangsangan dengan memberikan perhatian kepada rangsangan yang datang kepadanya. 2) Partisipasi
atau
merespons
(responding)
adalah
kesediaan
memberikan respons dengan berpartisipasi. Pada tingkat ini siswa tidak hanya memberikan perhatian kepada rangsangan tapi juga berpartisipasi dalam kegiatan untuk menerima rangsangan. 3) Penilaian atau penentuan sikap (valuing) adalah kesediaan untuk menentukan pilihan sebuah nilai dari rangsangan tersebut. 4) Organisasi adalah kesediaan mengorganisasikan nilai-nilai yang dipilihnya untuk menjadi pedoman yang mantap dalam perilaku. 5) Internalisasi nilai atau karakterisasi (characterization) adalah menjadikan nilai-nilai yang diorganisasikan untuk
tidak hanya
menjadi pedoman perilaku tetapi juga menjadi bagian dari pribadi dalam perilaku sehari-hari. c. Ranah psikomotorik berkenaan dengan hasil belajar ketrampilan dan kemampuan bertindak. Menurut Simpson hasil belajar psikomotorik dapat diklasifikasikan menjadi enam antara lain:27 1) Persepsi
(perception)
adalah
kemampuan
hasil
belajar
psikomotorik yang paling rendah. Persepsi adalah kemampuan membedakan suatu gejala dengan gejala lain. 2) Kesiapan (set) adalah kemampuan menempatkan diri untuk memulai suatu gerakan. Misalnya kesiapan menempatkan diri sebelum memperagakan sholat, mendemonstrasikan penggunaan termometer dan sebagainya. 3) Gerakan terbimbing (guided response) adalah kemampuan melakukan gerakan meniru model yang dicontohkan. 4) Gerakan terbiasa (mechanism) adalah kemampuan melakukan gerakan tanpa ada model contoh. Kemampuan dicapai karena latihan berulang-ulang sehingga menjadi kebiasaan. 27
Ibid, hlm. 52.
5) Gerakan kompleks (adaptation) adalah kemampuan melakukan serangkaian gerakan dengan cara, urutan dan irama yang tepat. 6) Kretivitas (origination) adalah kemampuan menciptakan gerakangerakan baru yang tidak ada sebelumnya atau mengombinasikan gerakan-gerakan yang ada menjadi kombinasi gerakan baru yang orisinal.
3. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Hasil Belajar Faktor-faktor yang mempengaruhi hasil belajar dibedakan atas dua kategori yaitu: a. Faktor-faktor internal Faktor internal merupakan faktor-faktor yang berasal dari dalam diri individu dan dapat mempengaruhi hasil belajar individu.28 Faktorfaktor internal ini meliputi: 1) Faktor jasmaniah, meliputi: a) Faktor kesehatan, sehat berarti dalam keadaan baik segenap badan beserta bagian-bagiannya. b) Cacat tubuh, merupakan sesuatu yang menyebabkan kurang baik atau kurang sempurna mengenai tubuh atau badan. Keadaan cacat tubuh juga mempengaruhi belajar. Peserta didik yang cacat belajarnya akan terganggu.29 2) Faktor psikologis, faktor psikologis merupakan keadaan psikologis seseorang yang dapat mempengaruhi proses belajar, meliputi: a) Inteligensi atau kecerdasan Kecerdasan merupakan fator psikologis yang paling penting dalam proses belajar peserta didik, karena itu menentukan kualitas belajar peserta didik. Semakin tinggi
28
Baharrudin dan Esa Nur Wahyudu, Teori Belajar dan Pembelajaran (Yogyakarta: ArRuzz, 2007), hlm.13. 29 Slameto, Belajar dan Faktor-Faktor yang Mempengaruhi (Jakarta: Rineka Cipta,2010).hlm.54.
tingkat inteligensi seorang individu, semakin besar peluang individu tersebut meraih sukses dalam belajar.30 b) Motivasi Motivasi
merupakan
salah
satu
faktor
yang
mempengaruhi keaktifan kegiatan belajar peserta didik. c) Minat Minat merupakan kecenderungan yang tetap untuk memperhatikan dan mengenang beberapa kegiatan. d) Bakat Bakat merupakan kemampuan seseorang yang menjadi salah satu komponen yang diperlukan dalam proses belajar seseorang. Apabila bakat seseorang sesuai dengan bidang yang sedang dipelajari, maka bakat itu akan mendukung proses belajarnya sehingga kemungkinan besar ia akan berhasil. e) Sikap Sikap individu dapat mempengaruhi keberhasilan proses belajar. Sikap adalah gejala internal yang berdimensi afektif berupa kecenderungan untuk mereaksi atau merespons dengan cara yang relative tetap terhadap objek, orang, peristiwa dan sebagainya, baik secara positif atau negatif. f) Motif Motif sangatlah perlu dalam belajar, untuk membentuk motif yang kuat dapat dilaksanakan adanya latihan-latihan dan pengaruh lingkungan g) Kematangan Kematangan merupakan suatu tingkat atau fase pertumbuhan seseorang, karena alat-alat tubuhnya sudah siap untuk melaksanakan kecakapan baru31. Jadi, kemajuan baru
30
M. Ngalim Purwanto, Psikologi Pendidikan, (Bandung: remaja Rosdakarya, 1999).
31
Slameto, op.cit,. hlm 58.
hlm.103.
untuk memiliki kecakapan itu tergantung dari kematangan dan belajar. 3) Faktor kelelahan Kelelahan pada seseorang walaupun sulit untuk dipisahkan tetapi dapat dibedakan menjadi dua macam, yaitu kelelahan jasmani dan kelelahan rohani. Maka agar peserta didik belajar dengan baik haruslah menghindari jangan sampai terjadi kelelahan belajar. Sehingga perlu dipisahkan kondisi yang bebas dari kelelahan. b. Faktor eksternal adalah faktor yang berasal dari luar diri individu yang belajar, yang meliputi:32 1) Faktor sosial, terdiri atas: a) Faktor keluarga b) Faktor sekolah 2) Faktor masyarakat 3) Faktor budaya 4) Faktor lingkungan fisik 5) Faktor lingkungan spiritual atau keagamaan.
B. Model Pembelajaran Guided Discovery Salah satu metode mengajar yang yang akhir-akhir ini banyak digunakan di sekolah-sekolah yang sudah maju adalah “metode penemuan” hal itu disebabkan karena metode penemuan itu: 1. merupakan suatu cara untuk mengembangkan cara belajar siswa aktif; 2. dengan menemukan sendiri, menyelidiki sendiri, maka hasil yang diperoleh akan setia dan tahan lama dalam ingatan, tak mudah dilupakan anak; 3. pengertian yang ditemukan sendiri merupakan pengertian yang betul-betul dikuasai dan mudah digunakan atau ditransfer dalam situasi lain;
32
Anissatul mufarokah, loc.cit., hlm. 32.
4. dengan menggunakan strategi penemuan anak belajar menguasai salah satu metode ilmiah yang akan dapat dikembangkannya sendiri; 5. dengan metode penemuan ini juga, anak belajar berfikir analisis dan mencoba memecahkan problema yang dihadapi sendiri, kebiasaan ini akan ditransfer dalam kehidupan bermasyarakat.33 Dengan demikian diharapkan metode penemuan ini lebih dikenal dan digunakan di dalam berbagai kesempatan proses belajar mengajar yang memungkinkan. a. Pengertian model pembelajaran Discovery Discovery adalah pengajaran di mana guru memberikan kebebasan siswa untuk menemukan sesuatu sendiri siswa dapat lebih mengerti secara dalam. Dengan menemukan sendiri, siswa akan sampai pada pengalaman gembira “AHA! Aku menemukan!” siswa akan menjadi senang. Discovery
merupakan
metode
belajar
berbasis
pencarian,
penyelidikan. Sebagaimana dikutip Bruner pembelajaran discovery adalah pendekatan kognitif dalam pembelajaran di mana guru menciptakan situasi sehingga siswa dapat belajar sendiri. Siswa belajar melalui keterlibatan aktif dengan konsep dan prinsip-prinsip. Siswa didorong untuk mempunyai pengalaman dan melakukan percobaan yang memungkinkan mereka menemukan prinsip-prinsip atau pengetahuan bagi dirinya. Jadi, dalam discovery yang sangat penting adalah siswa sungguh terlibat pada persoalan-persoalannya, menemukan prinsip-prinsip atau jawaban lewat suatu percobaan.34 Menurut
Encylopedia
of
Educational
Research,
penemuan
merupakan suatu strategi yang unik dapat diberi bentuk oleh guru dalam berbagai cara, termasuk mengajarkan keterampilan menyelidiki dan
33
B. Suryosubroto, Proses Belajar Mengajar di Sekolah, (Jakarta: PT. Rineka Cipta, 2002), hlm. 191-192. 34 Paul Suparno, Metodologi Pembelajaran Fisika Konstruktvistik & Menyenangkan, (Yogyakarta: Universitas Sanata Dharma, 2007), hlm. 72.
memecahkan masalah sebagai alat bagi siswa untuk mencapai tujuan pendidikannya.35 Discovery menurut Sund sebagaimana yang dikutip oleh Rostiyah adalah proses mental dimana siswa mampu mengasimilasikan sesuatu konsep atau prinsip. Yang dimaksudkan dengan proses mental tersebut antara
lain ialah:
golongkan,
mengamati,
membuat
dugaan,
mencerna, menjelaskan,
mengerti,
menggolong-
mengukur,
membuat
kesimpulan dan sebagainya. Suatu konsep misalnya: segitiga, panas, demokrasi dan sebagainya, sedangkan yang dimaksud dengan prinsip antara lain ialah: logam apabila dipanaskan akan mengembang. Pada teknik ini siswa dibiarkan menemukan sendiri atau mengalami proses mental itu sendiri, guru hanya membimbing dan memberikan instruksi.36 Hal yang menarik dalam discovery adalah selalu dalam situasi problem solving, di mana pelajar diharapkan pada pengalaman sendiri dan pengetahuan awal mereka, untuk menemukan kebenaran atau pengetahuan baru yang harus dipelajari. Maka discovery sering disebut pembelajaran personal, internal, dan konstruktivistik. Metode discovery menurut Kaufman sebagaimana yang dikutip oleh Paul Suparno adalah bahwa apa yang dipelajari sendiri akan dimengerti lebih baik. Modelnya adalah pencarian induktif. Dalam pencarian itu siswa menemukan atau mengkonstruksi prinsip dan konsep dengan berhadapan pada contoh atau pengalaman dari prinsip itu. Pada model ini siswa berperan aktif dalam proses belajar dengan menjawab berbagai pertanyaan atau persoalan, memecahkan persoalan, untuk menemukan konsep dasar. Peran guru hanya memberikan arahan. Unsur penting dalam proses ini adalah siswa dengan menggunakan pikirannya sendiri mencoba menemukan suatu pengertian dari yang digeluti. Jadi siswa sungguh terlibat aktif. Proses discovery itu meliputi:37 35
B. Suryosubroto, op.cit., hlm. 192. Rostiyah N.K, Strategi Belajar Mengajar, (Jakarta: Rineka Cipta, 2008), hlm. 20. 37 Paul Suparno, op.cit., hlm. 73-74. 36
1) Mengamati, yaitu kegiatan mengamati gejala atau persoalan yang diamati. 2) Menggolongkan, yaitu kegiatan mengklasifikasikan apa-apa yang dikemukakan dalam pengamatan sehingga menjadi lebih jelas. 3) Memprediksi, yaitu kegiatan untuk memperkirakan mengapa gejala itu terjadi. 4) Mengukur, yaitu kegiatan melakukan pengukuran terhadap yang diamati untuk memperoleh data yang lebih akurat. 5) Menguraikan atau menjelaskan, yaitu kegiatan menjelaskan data pengukuran yang diperoleh. 6) Menyimpulkan, yaitu kegiatan mengambil kesimpulan dari data yang diperoleh. b. Macam-Macam Discovery Menurut Weimer sebagaimana yang dikutip oleh Paul Suparno mengidentifikasi adanya 6 tipe Discovery, yaitu: 1) Discovery, proses menemukan sesuatu sendiri. Prosesnya lebih bebas, yang terpenting adalah orang menemukan sesuatu hukum, prinsip, atau pengertian sendiri. 2) Discovery Teaching, model mengajar dengan cara menemukan sesuatu. Discovery teaching lebih digunakan guru untuk mengajar siswa dengan cara penemuan. 3) Inductive Discovery, penemuan sesuatu dengan pendekatan induktif, yaitu dari pengamatan banyak data, lalu disimpulkan. Prosesnya lengkap seperti metode ilmiah. 4) Semi-inductive Discovery, penemuan dengan pendekatan induktif, tetapi tidak lengkap. Ketidaklengkapan bisa berupa data yang diambil hanya sedikit, prosesnya yang disederhanakan, dll. 5) Unguided or Pure Discovery atau Discovery murni, siswa diberi persoalan dan harus memecahkan sendiri dengan sedikit sekali petunjuk dari guru.
6) Guided Discovery, siswa diberi soal untuk dipecahkan sedangkan guru menyediakan hint (petunjuk), dan arahan bagaimana cara memecahkan persoalan itu.38 c. Model pembelajaran Guided discovery Guided discovery menurut Eggen & Kauchak sebagaimana yang dikutip oleh David merupakan suatu model pengajaran yang dirancang untuk mengajarkan konsep-konsep dan hubungan antar konsep.39 Menurut Carin sebagaimana yang dikutip oleh Bruce dalam merencanakan dan menyiapkan pembelajaran dengan penemuan terbimbing langkah-langkah yang dilakukan adalah sebagai berikut: 1) Menetapkan topik yang akan dipelajari oleh siswa. 2) Memilih metode yang sesuai dengan kegiatan penemuan. 3) Menetapkan lembar pengamatan data yang akan digunakan siswa. 4) Menyiapkan alat dan bahan secara lengkap. 5) Menentukan apakah siswa akan bekerja secara individu atau kelompok. 6) Melakukan terlebih dahulu kegiatan yang akan dilakukan oleh siswa untuk melihat apa yang dilibatkan, mengetahui apa yang mungkin timbul dan memodifikasinya bila perlu kesesuaian dengan kelas.40 d. Kelebihan dan Kekurangan Belajar dengan Guided Discovery Ada banyak kelebihan dari penggunaan model pembelajaran guided discovery dalam belajar fisika. Menurut Bruner kelebihan dari penggunaan guided discovery dalam belajar fisika antara lain: 1) mengembangkan potensi intelektual. Siswa hanya akan dapat mengembangkan pikirannya dengan berpikir, dengan menggunakan pikiran itu sendiri. Dengan model guided discovery pikiran siswa digunakan, dilatih untuk memecahkan persoalan;
38
Ibid., hlm. 74-75. David A. Jacobsen, et. al., Methods for Teaching Metode-Metode Pengajaran Meningkatkan Belajar Siswa TK-SMA, (Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2009), cet I, hlm. 209. 39
40
Bruce
Arcurio,”Guided http://www.hvrsd.org/beartavern/home/guideddiscovery/23072010.html
Discovery”
2) mengembangkan motivasi intrinsik. Siswa akan merasa puas secara intelektual dengan menemukan sendiri. Kepuasan ini merupakan penghargaan dari dalam diri sendiri yang akan lebih menguatkan lagi untuk terus mau menekuni sesuatu; 3) belajar menemukan sesuatu. Siswa akan terampil menemukan sesuatu hanya dengan cara praktik menemukan sesuatu. guided discovery ini adalah praktik menemukan sesuatu yang dapat memperkaya siswa dalam penemuan hal-hal lain dikemudian hari; 4) ingatan lebih tahan lama. Siswa akan lebih ingat akan hal yang dipelajari dengan menemukan sendiri. Sesuatu yang ditemukan sendiri biasanya akan tahan lama, tidak mudah dilupakan; 5) guided discovery juga menimbulkan keingintahuan siswa dan memotivasi siswa untuk terus berusaha menemukan sesuatu sampai ketemu; 6) melatih keterampilan memecahkan persoalan sendiri dan melatih siswa untuk dapat mengumpulkan dan menganalisis data sendiri. 41 Sedangkan kelemahan dari model pembelajaran guided discovery adalah sebagai berikut: 1) dipersyaratkan keharusan adanya persiapan mental untuk cara belajar ini. Misalnya siswa yang lamban mungkin bingung dalam usahanya mengembangkan pikirannya jika berhadapan dengan hal-hal yang abstrak, atau menemukan saling ketergantungan antara pengertian dalam suatu subyek, atau dalam usahanya menyusun suatu hasil penemuan dalam bentuk tertulis. Siswa yang lebih pandai mungkin akan memonopoli penemuan dan akan menimbulkan frustasi pada siswa yang lain; 2) metode ini akan kurang berhasil untuk mengajar kelas besar. Misalnya sebagian besar waktu dapat hilang karena membantu seorang siswa menemukan teori-teori, atau menemukan bagaimana ejaan dari bentuk kata-kata tertentu; 41
Ibid., hlm. 75
3) harapan yang ditumpahkan pada startegi ini mungkin mengecewakan guru dan siswa yang sudah biasa dengan perencanaan dan pengajaran secara tradisional; 4) mengajar dengan penemuan mungkin akan dipandang sebagai terlalu mementingkan memperoleh pengertian dan kurang memperhatikan diperolehnya
sikap
dan
keterampilan.
Sedangkan
sikap
dan
keterampilan diperlukan untuk memperoleh pengertian atau sebagai perkembangan emosional sosial secara keseluruhan; 5) dalam beberapa ilmu (misalnya IPA) fasilitas yang digunakan untuk mencoba ide-ide mungkin tidak ada; 6) strategi ini mungkin tidak akan memberi kesempatan untuk berfikir kreatif, kalau pengertian-pengertian yang akan ditemukan telah diseleksi terlebih dahulu oleh guru, demikian proses-proses di bawah pembinaannya. Tidak semua pemecahan masalah menjamin penemuan yang penuh arti. Pemecahan masalah dapat bersifat membosankan mekanisasi, formalitas dan pasif seperti bentuk terburuk dari metode ekspositories verbal.42
C. Materi Kalor 1. Kalor Saat sendok dingin dimasukkan ke dalam secangkir kopi panas, sendok menjadi hangat dan kopi menjadi dingin ketika mencapai kesetimbangan termal. Interaksi yang menyebabkan perubahan suhu ini pada dasarnya adalah energi dari satu bahan ke bahan lainnya. Perbedaan energi yang hanya terjadi karena perbedaan suhu disebut aliran panas atau perpindahan panas, dan energi yang dipindahkan disebut panas (heat). Dalam hal ini panas yang dimaksud adalah kalor.43
42
B. Suryosubroto, loc.cit., hlm. 201-202 Hugh D. Young, et. al., Fisika Universitas Edisi Ke-Sepuluh, diterjemahkan oleh Endang Yuliastuti dari “University Physic Tenth Edition”, Jilid 1, (Bandung: PT Gelora Aksara Pratama, 2006), Cet. 8, hlm. 466. 43
Kalor adalah sesuatu yang dipindahkan di antara sebuah sistem dan sekelilingnya sebagai akibat dari hanya perbedaan temperatur.44 Bila energi panas ditambahkan pada suatu zat, maka temperatur zat itu naik. Jumlah energi panas Q yang dibutuhkan untuk menaikkan temperatur suatu zat adalah sebanding dengan perubahan temperatur dan massa zat itu. Jumlah energi panas Q juga bergantung pada sifat alami bahan; misalnya untuk menaikkan 1 kg air sebesar 1 C diperlukan 4190 J, tapi hanya 910 J untuk menaikkan 1 kg aluminium. Dengan menyatukan seluruh hubungan tersebut diperoleh:45
dimana
Q
= jumlah energi panas (Joule)
m
= massa zat (kg)
c
= kalor jenis zat (J/kg C) T = perubahan suhu ( C)
Secara alami tidak mungkin kalor dapat berpindah dari benda yang bersuhu rendah ke benda yang bersuhu tinggi. Namun dengan bantuan alat khusus, kalor dapat berpindah dari benda yang bersuhu rendah ke benda yang bersuhu tinggi. Sebagai contoh, perpindahan kalor dari ruangan ber AC ke luar ruangan. Dengan bantuan AC, kalor dari ruangan yang bersuhu lebih rendah diserap, kemudian dilepaskan di ruangan lain yang bersuhu lebih tinggi. Kalor yang diberikan pada suatu zat dapat mengubah wujud zat. Zat yang berwujud padat dapat berubah menjadi cair jika kalor yang diberikan cukup untuk mengubah zat tersebut. Jika kalor yang diberikan ditambah, maka zat yang berwujud cair dapat berubah menjadi gas. Ada 6 istilah perubahan dari 3 zat, yaitu:
44
John Wiley dan Sons, Fisika, diterjemahkan oleh Pantur Silaban Ph.D, et al., (Bandung: Erlangga, 1985), cet. 3, hlm. 723. 45 Paul A.Tipler, Fisika untuk Sains dan Teknik Edisi Ke-Tiga, Diterjemahkan oleh Lea Prasetyo, et. al., dari “Physic for Scientis and Engineers, Third Edition”, Jilid I, (Bandung: PT Gelora Aksara Pratama, 2008), Cet. 9, hlm. 599.
a. Melebur Melebur atau mencair merupakan peristiwa perubahan wujud zat dari zat padat menjadi zat cair. Contoh: es batu ketika dipanaskan maka es batu tersebut akan mencair. b. Menguap Menguap merupakan peristiwa perubahan wujud zat dari zat cair menjadi gas. Pada saat menguap partikel-partikel yang berada diatas permukaan zat cair meninggalkan zat cait tersebut dan membutuhkan energi yang sangat besar untuk memutuskan ikatan kohesi dari partikelpartikel sejenis di dalam zat. Contoh: saat merebus air, ketika air mendidih dan dibiarkan maka air itu akan habis dengan sendirinya karena air berubah menjadi gas. c. Mengembun Mengembun merupakan peristiwa perubahan wujud dari gas menjadi
zat
cair.
Dengan
kata
lain
mengembun
merupakan
penggabungan kembali partikel-partikel zat yang berada dalam wujud gas menjadi cair. Penggabungan dapat terjadi jika kecepatan gerak partikel dikurangi dengan cara menurunkan suhunya. Contoh: saat merebus air, jika bejana kaca ditutup kemudian setelah beberapa saat tutup bejana diangkat maka akan terlihat air pada tutup bejana tersebut, peristiwa ini yang disebut dengan mengembun. d. Membeku Membeku merupakan peristiwa perubahan wujud dari zat cair menjadi zat padat. Contoh: air yang dimasukkan ke dalam freezer maka air tersebut akan menjadi es batu. e. Menyublim Menyublim merupakan peristiwa perubahan wujud dari zat padat menjadi gas. Contoh: es kering (karbon dioksida padat) menyublim pada tekanan atmosfer.
f. Mengkristal Mengkristal merupakan peristiwa perubahan wujud dari gas menjadi padat. Perubahan wujud benda ini apabila dibuat secara bagan akan terlihat seperti gambar di bawah ini.
Gas menyublim
menguap memadat
Padat
mengembun
mencair membeku
Cair
Gambar 2.1. Bagan Perubahan Wujud Benda Dalam keadaan bebas ternyata tidak semua benda dapat mengalami ketiga tingkat wujud tersebut. Misalnya sesuatu balok kayu dipanaskan, ternyata balok tidak mencair seperti es dipanaskan. Begitu pula dengan kapur barus, dalam keadaan bebas selalu berubah menjadi gas yang dinamakan menyublim. Bahkan, sebutir telur akan mengeras apabila dipanaskan (direbus). Dari contoh di atas ternyata ada kalor yang tidak dipergunakan untuk menaikkan suhunya melainkan digunakan untuk mengubah wujudnya. Selama proses perubahan wujud, kalor yang diterima tidak digunakan untuk menaikkan suhunya tetapi untuk mengubah wujud benda, kalor yang demikian dinamakan kalor laten (tersembunyi). Apabila dinyatakan dalam bentuk persamaan menjadi sebagai berikut: 46 Q L= atau Q = m.L m dimana Q = kalor (joule atau kalori) m = masa (kg atau gr) L = kalor laten (J/kg atau kal/gram)
46
Hugh D. Young, et. al., loc.cit., hlm. 470
2. Asas Black Ketika bagian-bagian yang berbeda dari sistem yang terisolasi berada pada temperatur yang berbeda, kalor akan mengalir dari bagian dengan temperatur yang lebih tinggi ke bagian dengan temperatur yang lebih rendah. Jika sistem terisolasi seluruhnya, tidak ada energi yang mengalir ke dalam atau ke luar. Jadi, kekekalan energi memainkan peranan penting. Kehilangan kalor sebanyak satu bagian sistem sama dengan kalor yang didapat oleh bagian yang lain. Jadi Asas Black berbunyi sebagai berikut: “kalor yang dilepas akan sama dengan kalor yang diterima”.47 Bila dituliskan dalam rumus sebagai berikut: Qk = Qm dimana
Qk = jumlah kalor yang keluar/dilepas Qm = jumlah kalor yang masuk/diterima
3. Perpindahan kalor Kalor berpindah dari benda yang suhunya tinggi ke benda yang suhunya rendah. Ada tiga cara perpindahan kalor, yaitu kalor dapat berpindah secara konduksi, konveksi, dan radiasi. a. Konduksi Konduksi merupakan peristiwa perpindahan kalor melalui benda tetapi bagian-bagian benda itu sendiri tidak mengalami perpindahan tempat. Dengan kata lain kalor berpindah dari molekul ke molekul lain dalam batang besi. Molekul-molekul pada ujung besi yang dipanaskan akan bergetar lebh cepat karena menerima kalor. Getaran ini mengakibatkan molekul disampingnya ikut bergetar dan mengggetarkan molekul disampingya sampai ke ujung batang besi. Tidak semua benda dapat dilewati kalor. Benda-benda ynag dapat dilewati kalor dengan baik disebut penghantar kalor atau konduktor. Contohnya yaitu besi, aluminium, tembaga dan emas. 47
Douglas C. Giancoli, Fisika Edisi Ke-Lima, Diterjemahkan oleh Yuhilza Hanum, dari “Physic Fifth Edition”, Jilid 1, (Bandung: PT Gelora Aksara Pratama, 2006), Cet. 8, hlm. 494.
Sebaliknya benda-benda yang sulit dilewati kalor disebut penghambat kalor atau isolator. Contohnya yaitu kayu, kapas, plastik, kertas dan lain sebagainya.48 b. Konveksi Konveksi adalah perpindahan kalor dengan pergerakan molekul dari satu tempat ke tempat lain. 49 Zat yang dapat memindahkan kalor secara konveksi hanyalah zat cair dan gas. Kalor tidak merambat dalam zat tersebut, namun disimpan oleh partikel-partikel zat. Jika partikel zat tersebut berpindah, maka secara otomatis kalor yang disimpannya juga akan berpindah. Arus samudra yang hangat atau dingin menunjukkan adanya konveksi dalam skala besar. Contoh konveksi yang lain yaitu proses peleburan logam-logam bekas yang terbuat dari besi pada tungku peleburan logam (tanur). Selain perpindahan kalor secara konduksi pada dinding tanur, kalor juga berpindah secara konveksi pada saat besi-besi bekas mulai mencair. Besi cair di bagian bawah tanur memiliki suhu yang lebih tinggi dengan massa jenis lebih kecil dari pada besi cair di bagian atas tanur sehinnga besi cair tersebut dapat bertukar tempat. Akhirnya, besi cair hasil peleburan besi-besi bekas dalam tanur akan memiliki suhu yang sama, karena kalor mengalir secara konveksi dalam cairan logam tersebut. c. Radiasi Berbeda dari cara perpindahan konduksi dan konveksi, pada perpindahan kalor secara radiasi atau pancaran tidak memerlukan kehadiran zat perantara. Dalam kehidupan sehari-hari dapat ditemukan saat transfer energi dari matahari. Bahwa semua kehidupan di dunia ini bergantung dari energi matahari yang ditransfer ke bumi melalui ruang hampa. 50
48
Paul a. Tipler, Fisika untuk Sain dan Teknik, loc.cit., hlm. 606. Doglas C. Giancoli, Fisika, loc.cit., hlm. 504. 50 Douglas C. Giancoli, ibid, hlm. 507. 49
Penyerap yang baik merupakan pemancar yang baik, artinya bahwa permukaan yang hitam pekat berbeda dengan permukaan yang mengkilat. Pada permukaan yang hitam mempunyai emisivitas (e) yang mendekati 1, sehingga mampu memancarkan radiasi yang lebih besar dan juga mampu menyerap banyak atau hampir seluruh radiasi yang menimpanya. Tetapi ada permukaan yang mengkilat
mempunyai
emisivitas (e) yang mendekati 0 sehiggga hanya mampu memancarkan radiasi yang lebih kecil dan juga menyerap sedikit dari radiasi yang meimpanya. Hal inilah yang merupakan sebab mengapa pada saat cuaca panas banyak orang senang memakai pakaian yang berwarna terang, dan jika cuaca dingin lebih suka memakai pakaian yang berwarna gelap atau hitam.
D. Kajian Penelitian yang Relevan Beberapa karya ilmiah yang menjadi rujukan penulis dalam penelitian ini adalah sebagai berikut: 1. Skripsi
Lilis
Nurchayati
(053611239)
yang
berjudul
“Pengaruh
Penggunaan Model Pembelajaran Guided Discovery Terhadap hasil belajar fisika materi pokok zat dan wujudnya kelas VII di MTs N Pamotan Rembang”. Peneliti menggunakan model pembelajaran Guided Discovery untuk mengetahui pengaruh dari model pembelajaran tersebut dalam pembelajaran fisika terhadap hasil belajar. Berdasarkan hasil tes diketahui bahwa rata-rata hasil belajar pada kelas eksperimen yang diberi pembelajaran dengan model pembelajaran Guided Discovery adalah 67,62 sedangkan nilai rata-rata hasil belajar pada kelas kontrol yang diberi pembelajaran konvensional adalah 57,12. Maka kelas eksperimen yang diberi pembelajaran dengan model Guided Discovery hasilnya lebih baik
sehingga pembelajaran fisika dengan menerapkan model pembelajaran Guided Discovery lebih efektif.51 2. Skripsi Ainul Azhar mahasiswa UNNES yang berjudul “Penerapan Metode Pembelajaran Discovery dengan Complete Sentence untuk Meningkatkan Hasil Belajar siswa Kelas VII Smp Negeri 10 Semarang Pokok Bahasan Kalor”. Peneliti menggunakan metode pembelajaran discovery dalam pembelajaran fisika, untuk meningkatkan hasil belajar siswa. Hasil penelitian menunjukkan adanya peningkatan hasil belajar siswa pada setiap siklusnya. Pada siklus I hasil belajar yang dicapai oleh siswa rata-rata 65,25, pada siklus II hasil belajar yang dicapai oleh siswa rata-rata meningkat mencapai 70,5 dan pada silkus III rata-rata hasil belajar yang diperoleh adalah 75,75.52 3. Skripsi Aini Lutpiah yang berjudul “Penerapan Model Guided Discovery Learning pada Materi Getaran dan Gelombang untuk Meningkatkan Hasil Belajar dan Kemampuan Berfikir Kreatif Siswa Kelas VIII SMP Negeri 1 Dempet Tahun Ajaran 2008/2010 ” peneliti menggunakan model guided discovery learning dalam pembelajaran fisika, untuk meningkatkan hasil belajar siswa dan kemampuan berfikir kreatif siswa. Hasil penelitian menunjukkan bahwa peningkatan hasil belajar dan kemampuan berfikir kreatif kelompok eksperimen lebih tinggi dari pada kelompok kontrol. Peningkatan hasil belajar kognitif kelompok eksperimen sebesar 0,55 dengan kriteria sedang. Peningkatan hasil belajar kognitif kelompok kontrol sebesar 0,47 dengan kriteria sedang. Peningkatan kemampuan berfikir kreatif kelompok eksperimen sebesar 0,04 dengan kriteria rendah.
51
Lilis Nurchayati, “Pengaruh Penggunaan Model Pembelajaran Guided Discovery terhadap Hasil Belajar Fisika Materi Pokok Zat dan Wujudnya Kelas VII di MTs N Pamotan Rembang”, Skripsi Tadris Fisika Fakultas Tarbiyah IAIN Walisongo Semarang,2009 52 Ainul Azhar, “Penerapan Metode Pembelajaran Discovery dengan Complete Sentence untuk Meningkatkan Hasil Belajar Siswa Kelas VII SMP Negeri 10 Semarang Pokok Bahasan Kalor”, Skripsi Jurusan Fisika Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Negeri Semarang.
Peningkatan kemampuan berfikir kreatif kelompok kontrol sebesar 0,01 dengan kriteria rendah.53
E. Hipotesis Tindakan Hipotesis adalah suatu jawaban yang bersifat sementara terhadap permasalahan penelitian, sampai terbukti melalui data yang terkumpul. 54 Dari permasalahan yang ada, maka hipotesis tindakan dalam penelitian ini adalah pembelajaran
dengan
model
pembelajaran
guided
discovery
dapat
meningkatkan hasil belajar fisika pada materi pokok kalor pada peserta didik kelas VII A MTs Darul Ulum Beringin Semarang semester gasal tahun ajaran 2010/2011.
53
Aini Lutpiah, “Penerapan Model Guided Discovery Learning pada Materi Getaran dan Gelombang untuk Meningkatkan Hasil Belajar dan Kemampuan Berfikir Kreatif Siswa Kelas VIII SMP Negeri 1 Dempet Tahun Ajaran 2008/2010 ”, Skripsi Jurusan Fisika Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Negeri Semarang. 54 Suharsimi Arikunto, Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik, (Jakarta: PT Rineka Cipta, 2006), hlm. 71.
BAB III METODE PENELITIAN A. Subyek Penelitian Subjek dari penelitian ini adalah peserta didik kelas VIIA MTs Darul Ulum Beringin Ngaliyan Semarang tahun pelajaran 2010/2011.
B. Waktu dan Tempat Penelitian 1. Waktu Penelitian Berdasarkan kurikulum yang telah ditetapkan, materi kalor diajarkan pada peserta didik kelas VII semester gasal. Oleh karena itu penelitian itu dilaksanakan pada waktu semester gasal tahun pelajaran 2010/2011 tepatnya pada tanggal 4 Oktober 2010 – 4 November 2010. 2. Tempat Penelitian Penelitian ini dilaksanakan di MTs Darul Ulum Beringin Ngaliyan Semarang.
C. Metode Penelitian Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode Penelitian Tindakan Kelas (PTK). Adapun penjelasan mengenai Penelitian Tindakan Kelas adalah sebagai berikut: 1. Pengertian Penelitian Tindakan Kelas Penelitian Tindakan Kelas (PTK) pertama kali diperkenalkan oleh ahli spikologi sosial Amerika yang bernama Kurt Lewin pada tahun 1946.55 Dalam bahasa Inggris Penelitian Tindakan Kelas (PTK) diartikan dengan Classroom Action Research (CAR). Penelitian Tindakan Kelas adalah suatu bentuk penelitian yang bersifat reflektif dengan melakukan tindakan-tindakan tersebut agar dapat memperbaiki dan meningkatkan praktik-praktik pembelajaran di kelas
55
Zainal Aqib, Penelitian Timdakan Kelas, (Bandung: Yrama Widya, 2008), hlm. 13.
secara lebih profesional. 56 Sementara itu pengertian Penelitian Tindakan Kelas menurut Suharsimi dalam bukunya yang berjudul
Penelitian
Tindakan Kelas, Penelitian Tindakan Kelas merupakan gabungan definisi dari tiga kata sebagai berikut: a. Penelitian adalah kegiatan mencermati suatu objek, menggunakan aturan metodologi tertentu untuk memperoleh data atau informasi yang bermanfaat untuk meningkatkan mutu suatu hal yang menarik minat dan penting bagi peneliti. b. Tindakan adalah gerak kegiatan yang sengaja dilakukan dengan tujuan tertentu, yang dalam penelitian berbentuk siklus kegiatan. c. Kelas adalah sekelompok peserta didik yang dalam waktu yang sama menerima pelajaran yang sama dari seorang guru.57 2. Prosedur Pelaksanaan Penelitian Tindakan Kelas Penelitian Tindakan Kelas dilaksanakan melalui proses pengkajian berdaur yang terdiri dari 4 tahap berikut: Perencanaan I Refleksi I
SIKLUS
Pelaksanaan I
Pengamatan I Perencanaan II Refleksi II
SIKLUS II
Pelaksanaan II
Pengamatan II Hasil
Gambar 3.1. Tahapan Penelitian Tindakan Kelas
56
M. Basrowi dan Suwandi, Penelitian Tindakan Kelas, (Bogor: Ghalia Indonesia, 2008),
hlm. 26. 57
Suharsimi Arikunto, et. al., Penelitian Tindakan Kelas, (Jakarta: PT. Bumi Aksara, 2008), hlm.3
Menurut Taggart, prosedur pelaksanaan Penelitian Tindakan Kelas mencakup: a.
Penetapan fokus permasalahan 1) Merumuskan adanya masalah. 2) Analisis masalah. 3) Perumusan masalah.
b.
Perencanaan tindakan 1) Membuat skenario pembelajaran. 2) Mempersiapkan fasilitas dan sarana pendukung yang diperlukan di kelas. Jika digunakan instrumen pengamatan tertentu, perlu dikemukakan
bagaimana
pembuatannya,
siapa
yang
akan
menggunakan dan kapan akan digunakan. 3) Mempersiapkan instrumen untuk menganalisis data mengenai proses dan hasil tindakan. 4) Melakukan simulasi pelaksanaan tindakan perbaikan untuk menguji keterlaksanaan rancangan. c.
Pelaksanaan tindakan Pelaksanaan tindakan yang meliputi siapa melakukan apa, kapan, di mana dan bagaimana melakukannya. Skenario tindakan yang telah direncanakan, dilaksanakan pada situasi yang aktual. Pada saat yang bersamaan kegiatan ini juga disertai dengan kegiatan observasi dan interpretasi serta diikuti dengan kegiatan refleksi.
d.
Pengamatan Pada bagian pengamatan, dilakukan perekaman data yang meliputi proses dan hasil dari pelaksanaan kegiatan. Tujuan dilakukan pengamatan adalah mengumpulkan bukti hasil tindakan agar dapat dievaluasi dan dijadikan landasan dalam melakukan refleksi.
e.
Refleksi pada bagian refleksi dilakukan analisis data mengenai proses, masalah, dan hambatan yang dijumpai dan dilanjutkan dengan refleksi terhadap dampak pelaksanaan tindakan yang dilaksanakan.58
3. Rencana dan Pelaksanaan Tindakan Pelaksanaan penelitian tindakan kelas diperlukan minimal dua siklus. Dalam penelitian ini penulis melakukan penelitian dengan tiga siklus. Adapun alur penelitian yang dilakukan peneliti sebagai berikut: Refleksi I • Membuat simpulan sementara berhasil atau belum • Hasil analisis dijadikan bahan masukan siklus selanjutnya
Perencanaan I Mempersiapkan RPP, soal tes, LKS dan perangkat pembelajaran (lembar observasi afektif dan psikomotorik) pada materi kalor
SIKLUS
Pelaksanaan I • Guru melakukan pembelajaran dengan model guided discovery sesuai dengan RPP yang telah dibuat. • Peserta didik melakukan tes tertulis 1
Pengamatan I • Pengumpulan data (tes kognitif, afektif dan psikomotorik) kemudian dianalisis.
Refleksi II • Membuat simpulan sementara berhasil atau belum • Hasil analisis dijadikan bahan masukan siklus selanjutnya
Perencanaan II Mempersiapkan RPP, soal tes, LKS dan perangkat pembelajaran (lembar observasi afektif dan psikomotorik) pada materi melebur dan membeku.
SIKLUS II Pengamatan II • Pengumpulan data (tes kognitif, afektif dan psikomotorik) kemudian dianalisis. Perencanaan III Mempersiapkan RPP, soal tes, LKS dan perangkat pembelajaran (lembar observasi afektif dan psikomotorik) pada materi menguap dan mendidih
Refleksi III Membuat kesimpulan permasalahan sudah atau belum terselesaikan
SIKLUS III Pengamatan III • Pengumpulan data (tes kognitif, afektif dan psikomotorik) kemudian dianalisis.
Indikator Tercapai
Gambar 3.2 Siklus dalam Penelitian 58
Zainal Aqib, Loc.cit, hlm.30
Pelaksanaan II • Guru melakukan pembelajaran dengan model guided discovery sesuai dengan RPP yang telah dibuat. • Peserta didik melakukan tes tertulis
Pelaksanaan III • Guru melakukan pembelajaran dengan model guided discovery sesuai dengan RPP yang telah dibuat. • Peserta didik melakukan tes tertulis 3
Pelaksanaan Penelitian Tindakan Kelas ini dilaksanakan peneliti dengan proses kerja sebagai berikut: a. Pra Siklus Kegiatan pembelajaran
yang
secara
dilakukan langsung
peneliti
untuk
adalah
mengetahui
mengikuti pelaksanaan
pembelajaran dengan metode yang konvensional yaitu belum menggunakan model pembelajaran guided discovery yang akan ditawarkan oleh peneliti. b. Siklus I 1) Perencanaan a) Guru dan peneliti mempersiapkan materi kalor dapat menaikkan suhu dan merubah wujud zat dengan menerapkan model pembelajaran guided discovery; b) guru dan peneliti secara kolaboratif mempersiapkan Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) pada materi yang telah disiapkan; c) guru dan peneliti secara kolaboratif mempersiapkan alat dokumentasi, lembar observasi dan evaluasi. 2) Pelaksanaan a) guru memberikan informasi awal tentang jalannya pembelajaran dan tugas yang harus dilaksanakan peserta didik; b) guru membentuk kelompok belajar heterogen (5-6 peserta didik) dan mengatur tempat duduk peserta didik; c) guru memberikan lembar kerja siswa pada setiap kelompok; d) guru memberikan masalah mengenai materi kalor dapat menaikkan suhu dan merubah wujud zat untuk dipecahkan oleh peserta didik; e) peserta
didik
diminta
melakukan
percobaan
untuk
menyelesaikan masalah tersebut dengan langkah-langkah guided
discovery yaitu: mengamati, menggolongkan, memprediksi, mengukur, menguraikan/menjelaskan, dan menyimpulkan; f) setelah percobaan selesai perwakilan kelompok menyampaikan hasil dan kesimpulan dari percobaan yang telah dilakukan, kelompok lain memberi tanggapan dan bertanya; g) guru memberikan penjelasan dan kesimpulan dari percobaan yang telah dilakukan oleh peserta didik, serta menambahkan konsep baru yang perlu ditambahkan sehingga
pemahaman
peserta didik menjadi lebih lengkap; h) guru memberikan tes tertulis yang sesuai dengan kompetensi yang ditentukan. 3) Pengamatan a) guru dan peneliti mengamati aktivitas kelompok peserta didik dan keberhasilan peserta didik dalam memecahkan masalah dengan percobaan; b) guru dan peneliti mengamati kebersamaan antar peserta didik dalam menyampaikan hasil percobaan; c) guru dan peneliti mengamati hasil evaluasi akhir apakah sudah di atas ketuntasan belajar; d) peneliti mengamati keberhasilan dan hambatan-hambatan yang dialami dalam proses pembelajaran yang belum sesuai dengan harapan penelitian. 4) Refleksi a) secara kolaboratif, guru dan peneliti menganalisis dan mendiskusikan hasil pengamatan. Selanjutnya membuat suatu refleksi mana yang perlu dipartahankan dan mana yang perlu diperbaiki untuk siklus II nantinya; b) membuat simpulan sementara terhadap pelaksanaan siklus I; c) mendiskusikan hasil analisis untuk tindakan perbaikan kegiatan penelitian dalam siklus II.
c. Siklus II 1) Perencanaan a)
guru dan peneliti secara kolaboratif mempersiapkan materi melebur dan membeku dengan menerapkan model pembelajaran guided discovery;
b) guru dan peneliti secara kolaboratif mempersiapkan Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) pada materi yang telah disiapkan; c)
guru dan peneliti secara kolaboratif mempersiapkan alat dokumentasi, lembar observasi dan evaluasi.
2) Pelaksanaan a) guru
memberikan
informasi
awal
tentang
jalannya
pembelajaran dan tugas yang harus dilaksanakan peserta didik; b) guru membentuk kelompok belajar heterogen (5-6 peserta didik) dan mengatur tempat duduk peserta didik; c) guru memberikan lembar kerja siswa pada setiap kelompok; d) guru memberikan masalah mengenai materi melebur dan membeku untuk dipecahkan oleh peserta didik; e) peserta
didik
diminta
melakukan
percobaan
untuk
menyelesaikan masalah tersebut dengan langkah-langkah guided
discovery
memprediksi,
yaitu:
mengukur,
mengamati,
menggolongkan,
menguraikan/menjelaskan,
dan
menyimpulkan; f) setelah percobaan selesai perwakilan kelompok menyampaikan hasil dan kesimpulan dari percobaan yang telah dilakukan, kelompok lain memberi tanggapan dan bertanya; g) guru memberikan penjelasan dan kesimpulan dari percobaan yang telah dilakukan oleh peserta didik, serta menambahkan
konsep baru yang perlu ditambahkan sehingga
pemahaman
peserta didik menjadi lebih lengkap; h) guru memberikan tes tertulis yang sesuai dengan kompetensi yang ditentukan. 3) Pengamatan a) guru dan peneliti mengamati aktivitas kelompok peserta didik dan keberhasilan peserta didik dalam memecahkan masalah dengan percobaan; b) guru dan peneliti mengamati kebersamaan antar peserta didik dalam menyampaikan hasil percobaan; c) guru dan peneliti mengamati hasil evaluasi akhir apakah sudah di atas ketuntasan belajar; d) peneliti mengamati keberhasilan dan hambatan-hambatan yang dialami dalam proses pembelajaran yang belum sesuai dengan harapan penelitian. 4) Refleksi a) secara kolaboratif, guru dan peneliti menganalisis dan mendiskusikan hasil pengamatan. Selanjutnya membuat suatu refleksi mana yang perlu dipartahankan dan mana yang perlu diperbaiki untuk siklus III nantinya; b) membuat simpulan sementara terhadap pelaksanaan siklus II; c) mendiskusikan hasil analisis untuk tindakan perbaikan kegiatan penelitian dalam siklus III. d. Siklus III 1) Perencanaan a) guru dan peneliti secara kolaboratif mempersiapkan materi menguap
dan
mendidih
pembelajaran guided discovery;
dengan
menerapkan
model
b) guru dan peneliti secara kolaboratif mempersiapkan Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) pada materi yang telah disiapkan; c) guru dan peneliti secara kolaboratif mempersiapkan alat dokumentasi, lembar observasi dan evaluasi. 2) Pelaksanaan a) guru memberikan informasi awal tentang jalannya pembelajaran dan tugas yang harus dilaksanakan peserta didik; b) guru membentuk kelompok belajar heterogen (5-6 peserta didik) dan mengatur tempat duduk peserta didik; c) guru memberikan lembar kerja siswa pada setiap kelompok; d) guru memberikan masalah mengenai materi menguap dan mendidih untuk dipecahkan oleh peserta didik; e) peserta
didik
diminta
melakukan
percobaan
untuk
menyelesaikan masalah tersebut dengan langkah-langkah guided discovery yaitu: mengamati, menggolongkan, memprediksi, mengukur, menguraikan/menjelaskan, dan menyimpulkan; f) setelah percobaan selesai perwakilan kelompok menyampaikan hasil dan kesimpulan dari percobaan yang telah dilakukan, kelompok lain memberi tanggapan dan bertanya; g) guru memberikan penjelasan dan kesimpulan dari percobaan yang telah dilakukan oleh peserta didik, serta menambahkan konsep baru yang perlu ditambahkan sehingga
pemahaman
peserta didik menjadi lebih lengkap; h) guru memberikan tes tertulis yang sesuai dengan kompetensi yang ditentukan. 3) Pengamatan a) guru dan peneliti mengamati aktivitas kelompok peserta didik dan keberhasilan peserta didik dalam memecahkan masalah dengan percobaan;
b) guru dan peneliti mengamati kebersamaan antar peserta didik dalam menyampaikan hasil percobaan; c) guru dan peneliti mengamati hasil evaluasi akhir apakah sudah di atas ketuntasan belajar; d) peneliti mengamati keberhasilan dan hambatan-hambatan yang dialami dalam proses pembelajaran yang belum sesuai dengan harapan penelitian. 4) Refleksi Refleksi
pada
siklus
III
ini
dilakukan
untuk
menyempurnakan pembelajaran dengan model giuded discovery yang diharapkan dapat meningkatkan hasil belajar peserta didik. D. Metode Pengumpulan Data 1.
Sumber data Sumber data penelitian adalah peserta didik kelas VII A MTs Darul Ulum Beringin Ngaliyan Semarang.
2.
Teknik pengumpulan data Teknik pengumpulan data adalah
suatu cara yang digunakan
untuk memperoleh keterangan atau kenyataan yang benar mengenai obyek yang diteliti sehingga dapat dipertanggungjawabkan. Teknik pengumpulan data yang dilakukan pada penelitian ini meliputi: a.
Dokumentasi adalah tertulis.
59
cara pengumpulan data melalui peninggalan
Metode ini dilakukan untuk memperoleh daftar nama
peserta didik, jumlah peserta didik, dan untuk mengetahui kendalakendala yang dialami guru maupun peserta didik saat proses belajar mengajar, serta untuk mendapatkan data awal tentang kemampuan memahami pelajaran fisika dalam materi pokok kalor sebelum menggunakan model pembelajaran guided discovery.
59
Suharsimi Arikuto, Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik, (Jakarta: PT. Rineka Cipta, 2006), hlm. 158
b.
Pengamatan (observation) adalah suatu teknik yang dilakukan dengan cara mengadakan pengamatan secara teliti serta pencatatan secara sistematis.60 Pada penelitian ini, pengamatan aktivitas afektif maupun psikomotorik menggunakan lembar pengamatan yang penilaiannya menggunakan rating scale (skala penilaian) yang berbentuk rentang nilai dari angka (4,3,2,1).61
c.
Tes adalah suatu alat atau prosedur yang sistematis dan obyektif untuk memperoleh data-data atau keterangan-keterangan yang diinginkan tentang seseorang, dengan cara yang boleh dikatakan tepat dan cepat.62 Tes ini digunakan untuk mengukur kemampuan peserta didik dalam belajar fisika khusunya pada materi pokok kalor. Pada penelitian ini tesnya berupa tes tertulis berbentuk pilihan ganda dengan 4 pilihan (a,b,c,d).
E. Metode Analisis Data Penelitian ini menggunakan metode deskriptif dengan cara membandingkan hasil belajar peserta didik sebelum diberi tindakan dengan hasil belajar peserta didik setelah diberi tindakan pada siklus I, silkus II dan siklus III. Berikut akan dipaparkan metode analisis data hasil belajar peserta didik: 1.
Analisis hasil evaluasi peserta didik tiap siklus Hasil evaluasi peserta didik tiap siklus diperoleh dari nilai tes akhir siklus berupa tes tertulis. Kemudian dari data yang diperoleh dapat dianalisis nilai ketuntasan individu dan ketuntasan klasikal peserta didik setelah adanya tindakan.
60
hlm.33
61
Daryanto, Evaluasi Pendidikan Komponen MKKD, (Jakarta: PT. Rineka Cipta,1999),
Nana sudjana, Penilaian Hasil Proses Belajar Mengajar, (Bandung: PT. Remaja Rosdakarya, 2009), hlm. 77 62 Ibid. hlm. 35
a. Ketuntasan individu Ketuntasan individu dihitung dengan menggunakan analisis deskriptif prosentase, yaitu: Prosentase =
X 100%
Indikator keberhasilan peserta didik dikatakan tuntas belajar jika peserta didik memperoleh nilai sesuai dengan Kriteria Ketuntasan Minimal (KKM) yaitu minimal 65. b. Ketuntasan klasikal Ketuntasan belajar klasikal dihitung dengan menggunakan analisis deskriptif prosentase, yaitu: Prosentase =
X 100%
Indikator keberhasilan ketuntasan belajar klasikal ditentukan jika rata-rata kelas yang diperoleh diatas nilai KKM dan minimal 21 peserta didik dari 24 peserta didik yang mendapat nilai 65.63 2. Analisis data hasil observasi a. Lembar observasi afektif peserta didik Untuk mengetahui tentang afektif peserta didik dalam mengikuti proses belajar mengajar, maka penulis membuat 5 aspek pengamatan yang meliputi: bekerjasama dengan kelompok, tanggung jawab, keaktifan mengerjakan tugas, partisipasi dalam kegiatan pembelajaran dan menghargai pendapat orang lain. Kemudian dilakukan analisis pada instrumen lembar observasi dengan menggunakan teknik deskriptif melalui prosentase. Adapun perhitungan prosentase afektif peserta didik adalah: Prosentase =
63
X 100%
E. Mulyasa, kurikulum berbasis kompetensi konsep, karakteristik, implementasi, dan inovasi, (Bandung: PT Remaja Rosdakarya Offset, 2005), hlm.99.
b. Lembar observasi psikomotorik peserta didik Untuk mengetahui tentang psikomotorik peserta didik dalam mengikuti proses belajar mengajar, maka penulis membuat 5 aspek pengamatan yang meliputi: mempersiapkan alat, merangkai alat, melakukan percobaan, merapikan kembali alat dan bahan, dan mengkomunikasikan hasil percobaan. Kemudian dilakukan analisis pada instrumen lembar observasi dengan menggunakan teknik deskriptif melalui prosentase. Adapun perhitungan prosentase keaktifan peserta didik adalah: Prosentase =
X 100%
F. Indikator Keberhasilan Penelitian tindakan kelas ini dikatakan berhasil apabila terjadi peningkatan hasil belajar peserta didik MTs Darul Ulum pada aspek kognitif, afektif dan psikomotorik. Pembelajaran fisika denga model pembelajaran guided discovery dikatakan meningkat apabila memenuhi kritaria sebagai berikut: 1. Peningkatan hasil belajar peserta didik yang dilihat dari hasil tes dan prosentase ketuntasan belajar klasikal yang dicapai peserta didik. Keberhasilan peserta didik untuk aspek kognitif dapat dilihat dari tes, jika nilai peserta didik mencapai nilai minimal 65 secara individu dan 85 % secara klasikal. 2. Terjadi peningkatan aktivitas afektif da aktivitas psikomotorik peserta didik dari siklus I sampai siklus III.
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
A. KONDISI PRA PENELITIAN Kondisi awal adalah kondisi peserta didik sebelum dilaksanakan pembelajaran dengan model pembelajaran guided discovery. Data kondisi awal peserta didik diambil dari data hasil belajar peserta didik pada mid semester seperti tertuang pada tabel 4.1 sebagai berikut: Tabel 4.1 Hasil Belajar Pra Tindakan Keterangan
No
Sebelum Tindakan
1
Nilai tertinggi
79
2
Nilai terendah
42
3
Nilai rata-rata
61,6
4
Jumlah peserta didik yang tuntas
11
5
Jumlah peserta didik yang tidak tuntas
13
6
Ketuntasan klasikal
45,83
Berdasarkan tabel di atas dapat diketahui bahwa sebelum mendapatkan pembelajaran dengan model pembelajaran guided discovery, ketuntasan hasil belajar klasikal masih jauh di bawah ketuntasan hasil belajar klasikal yang diharapkan yaitu minimal 21 peserta didik dari 24 peserta didik. Dari hasil observasi sebelum penelitian, proses belajar mengajar masih terjadi hanya satu arah saja, yaitu dari guru ke peserta didik. Peserta didik tidak pernah diajak untuk melakukan praktikum sehingga menyebabkan rendahnya hasil belajar peserta didik.
Rendahnya hasil belajar peserta didik pada mata pelajaran fisika pra tindakan menunjukkan bahwa model pembelajaran yang digunakan oleh guru kurang tepat sehingga hasil belajar yang dicapai peserta didik masih rendah. Dengan berbekal hasil observasi tersebut maka peneliti menerapkan model pembelajaran guided discovery agar hasil belajar peserta didik meningkat.
B. HASIL PENELITIAN
Penelitian Tindakan Kelas ini dilaksanakan di kelas VII A MTs Darul Ulum Semarang tahun pelajaran 2010/2011. Penelitian dirancang dalam 3 siklus dan pada masing-masing siklus terdiri dari: perencanaan, pelaksanaan tindakan, observasi, dan refleksi. 1. Siklus I a. Perencanaan 1) peneliti mempersiapkan materi kalor dapat menaikkan suhu dan
merubah wujud zat dengan menerapkan model pembelajaran guided discovery; 2) peneliti mempersiapkan Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP)
pada materi yang telah disiapkan; 3) peneliti mempersiapkan alat dokumentasi, lembar observasi dan
evaluasi. b. Pelaksanaan tindakan
Siklus I dilaksanakan pada tanggal 12 Oktober 2010 dengan materi kalor dapat menaikkan suhu dan merubah wujud zat dengan kegiatan sebagai berikut: i)
guru memberikan informasi awal tentang jalannya pembelajaran dan tugas yang harus dilaksanakan peserta didik;
j)
guru membentuk kelompok belajar heterogen (5-6 peserta didik) dan mengatur tempat duduk peserta didik;
k) guru memberikan lembar kerja siswa pada setiap kelompok;
l)
guru memberikan masalah mengenai materi kalor dapat menaikkan suhu dan merubah wujud zat untuk dipecahkan oleh peserta didik;
m) peserta didik diminta melakukan percobaan untuk menyelesaikan
masalah tersebut dengan langkah-langkah guided discovery yaitu: mengamati,
menggolongkan,
memprediksi,
mengukur,
menguraikan/menjelaskan, dan menyimpulkan; n) setelah percobaan selesai perwakilan kelompok menyampaikan
hasil dan kesimpulan dari percobaan yang telah dilakukan, kelompok lain memberi tanggapan dan bertanya; o) peserta didik bersama guru membuat kesimpulan dari hasil
percobaan; p) Pada akhir pembelajaran diadakan tes kognitif siklus I. c. Observasi
Pada tahap observasi dilakukan penilaian sikap (ranah afektif), penilaian kinerja atau aktivitas peserta didik (ranah psikomotorik), dan dilakukan tes hasil belajar siklus I. dari pengamatan pada siklus I diperoleh hasil sebagai berikut: 1) Pengamatan aspek afektif
Dari pengamatan aspek afektif peserta didik diambil dari lembar observasi penilaian sikap peserta didik pada saat pembelajaran pada siklus I, dari pengamatan diperoleh hasil seperti pada tabel 4.2 sebagai berikut: Tabel 4.2 Hasil Pengamatan Aspek Afektif Peserta Didik Siklus I Aspek Afektif yang Diamati
Skor
Persentase (%)
Bekerjasama dengan Kelompok
65
67,7
Tanggung Jawab
61
63,5
Keaktifan Mengerjakan Tugas
65
67,7
Partisipasi dalam Kegiatan Pembelajaran
57
59,3
Menghargai Pendapat Orang Lain
55
57,2
60,6
63,08
Nilai Rata-rata Kategori
Cukup
Dari data pengamatan afektif peserta didik, pada siklus I menunjukkan hasil dengan kategori cukup dengan persentase sebesar 63,08%. Hasil pengamatan afektif peserta didik ini tentunya masih jauh dari harapan, karena ada 5 peserta didik yang nilai afektifnya masih dalam kategori kurang. Diskusi dalam tiap kelompok belum berjalan lancar karena kurangnya kerjasama dan masih ada peserta didik yang membuat keributan sendiri, maka dengan
demikian
masih
diperlukannya
perlakuan
untuk
meningkatkan aspek afektif peserta didik pada siklus II. 2) Pengamatan aspek psikomotorik
Dari pengamatan aspek psikomotorik peserta didik diambil dari lembar observasi kinerja dan aktivitas peserta didik pada saat pembelajaran pada siklus I. dari pengamatan diperoleh hasil seperti pada tabel 4.3 sebagai berikut: Tabel 4.3. Hasil Pengamatan Aspek Psikomotorik Peserta Didik Siklus I. Aspek Psikomotorik yang Diamati
Skor
Persentase (%)
Mempersiapkan Alat
62
64,5
Merangkai Alat
63
65,6
Melakukan Percobaan
66
68,7
Merapikan kembali Alat dan Bahan
60
62,5
Mengkomunikasikan Hasil Percobaan
63
65,6
62,8
65,38
Nilai Rata-rata Kategori
Cukup
Dari data pengamatan psikomotorik peserta didik, pada siklus I menunjukkan hasil dengan kategori cukup dengan persentase sebesar 65,38%. Hasil pada siklus I dapat dibuat acuan untuk lebih meningkatkan kegiatan praktikum dan diskusi pada siklus II karena pada siklus I dalam pembelajaran peserta didik belum terbiasa dengan penerapan model pembelajaran guided discovery sehingga masih
belum
terkondisikan
untuk
menyampaikan
atau
mengkomunikasikan materi yang diajarkan. Hal ini ditunjukkan dari hasil observasi yang didapatkan bahwa masih banyak peserta didik yang belum mengetahui bagaimana cara melakukan percobaan dan penggunaan alat, dalam tiap kelompok hanya 2 sampai 3 peserta didik yang melakukan praktikum. Peserta didik yang mendapat nilai dalam kategori kurang adalah 6 peserta didik. 3) Pengamatan aspek kognitif
Pengamatan aspek kognitif peserta didik diambil dari tes evaluasi pada saat diakhir pembelajaran silkus I. dari tes yang telah dilakukan diperoleh hasil seperti pada tabel 4.4 sebagai berikut: Tabel 4.4 Hasil Tes Peserta Didik (Aspek Kognitif) Siklus I Keterangan Nilai tertinggi
Siklus I 80
Nilai terendah
40
Nilai rata-rata
64,58
Jumlah peserta didik yang tuntas
12
Jumlah peserta didik yang tidak tuntas
12
Ketuntasan klasikal
50%
Dari data hasil tes peserta didik, pada siklus I menunjukkan hasil ketuntasan belajar belum mencapai angka minimal yaitu 21 dari 24 peserta didik, jika dibandingkan dengan hasil analisis kondisi pra penelitian peserta yang tuntas sebesar 11 sedangkan pada siklus I peserta didik yang tuntas sebanyak 12. d. Refleksi
Berdasarkan data hasil belajar siklus I dengan menggunakan model pembelajaran guided discovery menunjukkan bahwa aspek afektif persentase keseluruhan kelas sebesar 63,08% dan aspek psikomotorik persentase kelas sebesar 65,38%. Nilai rata-rata peserta didik naik 2,98 poin dari rata-rata data awal sebesar 61,6 dan pada kondisi pra penelitian peserta didik yang tuntas sebanyak 11 peserta didik dan peserta didik yang tuntas pada siklus I sebanyak 12 peserta didik. Ketuntasan tersebut belum dikatakan tuntas karena ketuntasan belajar klasikal fisika adalah minimal 21 peserta didik dari 24 peserta didik yang mendapat nilai KKM 65. Pada hasil pembelajaran siklus I mengalami peningkatan tapi belum sesuai dengan apa yang diharapkan. Untuk itu perlu adanya perbaikan pada proses pembelajaran siklus II. Setelah pelaksanaan dan pengamatan siklus I, peneliti bersama guru melakukan refleksi untuk mengetahui kelemahan-kelemahan pada siklus I. Berdasarkan refleksi
terhadap perencanaan, pelaksanaan, pengamatan dan tes yang telah diberikan di siklus I, guru melakukan perbaikan pada siklus II untuk meningkatkan aktivitas dan hasil belajar peserta didik. Kelemahan utama pada siklus I adalah peserta didik masih belum aktif dalam kegiatan pembelajaran. Terbukti dalam pengamatan proses belajar mengajar, masih banyak peserta didik yang malu untuk bertanya, malu untuk mengungkapkan pendapat dan malu untuk menyanggah
pendapat
temannya.
Dalam
kegiatan
praktikum,
kekompakan di dalam kelompok juga belum berjalan, hanya 2 atau 3 peserta didik saja yang melakukan praktikum. Dalam meningkatkan hasil belajar peserta didik, maka pada siklus II akan tetap dilaksanakan pembelajaran dengan model pembelajaran guided discovery. Usaha yang dilakukan guru agar peserta didik pada siklus II ini nantinya dapat meningkat adalah dengan meningkatkan keaktifan peserta didik baik pada saat pembelajaran dalam kelas maupun pembelajaran dalam kelompok melalui kegiatan praktikum. Peningkatan aktivitas peserta didik pada saat pembelajaran dalam kelas dilakukan dengan memberikan motivasi kepada seluruh peserta didik
dan memberikan kesempatan untuk
bertanya atau berpendapat pada peserta didik yang belum aktif, sedangkan peningkatan aktivitas peserta didik saat kegiatan praktikum dalam kelompok dilakukan dengan pembagian tugas dan tanggung jawab yang jelas kepada masing-masing anggota kelompok. 2. Siklus II a. Perencanaan a) guru dan peneliti secara kolaboratif mempersiapkan materi melebur
dan membeku dengan menerapkan model pembelajaran guided discovery;
b) guru dan peneliti secara kolaboratif mempersiapkan Rencana
Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) pada materi yang telah disiapkan; c) guru
dan peneliti
secara
kolaboratif
mempersiapkan
alat
dokumentasi, lembar observasi dan evaluasi. b. Pelaksanaan tindakan
Siklus II dilaksanakan pada tanggal 22 Oktober 2010 dengan materi melebur dan membeku dengan kegiatan sebagai berikut: 1) guru memberikan informasi awal tentang jalannya pembelajaran
dan tugas yang harus dilaksanakan peserta didik; 2) guru membentuk kelompok belajar heterogen (5-6 peserta didik)
dan mengatur tempat duduk peserta didik; 3) guru memberikan lembar kerja siswa pada setiap kelompok; 4) guru memberikan masalah mengenai materi melebur dan membeku
untuk dipecahkan oleh peserta didik; 5) peserta didik diminta melakukan percobaan untuk menyelesaikan
masalah tersebut dengan langkah-langkah guided discovery yaitu: mengamati,
menggolongkan,
memprediksi,
mengukur,
menguraikan/menjelaskan, dan menyimpulkan; 6) setelah percobaan selesai perwakilan kelompok menyampaikan
hasil dan kesimpulan dari percobaan yang telah dilakukan, kelompok lain memberi tanggapan dan bertanya; 7) peserta didik bersama guru membuat kesimpulan dari hasil
percobaan; 8) Pada akhir pembelajaran diadakan tes kognitif siklus II. c. Observasi
Pada tahap observasi dilakukan penilaian sikap (ranah afektif), penilaian kinerja atau aktivitas peserta didik (ranah psikomotorik), dan dilakukan tes hasil belajar siklus II. dari pengamatan pada siklus II diperoleh hasil sebagai berikut:
1) Pengamatan aspek afektif
Dari pengamatan aspek afektif peserta didik diambil dari lembar observasi penilaian sikap peserta didik pada saat pembelajaran pada siklus II. dari pengamatan diperoleh hasil seperti pada tabel 4.5 sebagai berikut: Tabel 4.5 Hasil Pengamatan Aspek Afektif Peserta Didik Siklus II Aspek Afektif yang Diamati
Skor
Persentase (%)
Bekerjasama dengan Kelompok
65
67,7
Tanggung Jawab
67
69,7
Keaktifan Mengerjakan Tugas
65
67,7
Partisipasi dalam Kegiatan Pembelajaran
57
59,3
Menghargai Pendapat Orang Lain
64
66,6
63,6
66,2
Nilai Rata-rata Kategori
Baik
Dari data pengamatan afektif peserta didik, pada siklus II menunjukkan hasil dengan kategori baik dengan persentase sebesar 66,20%. Peserta didik yang mendapatkan nilai dalam kategori kurang adalah 4 peserta didik. Pada siklus II ini diskusi sudah mulai berjalan lancar hal ini dibuktikan bahwa dalam tiap kelompok kerjasamanya meningkat, tapi masih ada beberapa peserta didik membuat keributan sendiri dan memperhatikan pelajaran dengan baik. Diharapkan pada siklus III aspek afektif peserta didikakan lebih meningkat.
2) Pengamatan aspek psikomotorik
Dari pengamatan aspek psikomotorik peserta didik diambil dari lembar observasi kinerja dan aktivitas peserta didik pada saat pembelajaran pada siklus II. dari pengamatan diperoleh hasil seperti pada tabel 4.6 sebagai berikut: Tabel 4.6 Hasil Pengamatan Aspek Psikomotorik Peserta Didik Siklus II. Aspek Psikomotorik yang Diamati
Skor
Persentase (%)
Mempersiapkan Alat
66
68,7
Merangkai Alat
70
72,9
Melakukan Percobaan
73
76,04
Merapikan kembali Alat dan Bahan
66
68,7
Mengkomunikasikan Hasil Percobaan
73
76,04
69,6
72,47
Nilai Rata-rata Kategori
Baik
Dari data pengamatan psikomotorik peserta didik, pada siklus II menunjukkan hasil dengan kategori baik dengan persentase sebesar 72,47%. Hasil pada siklus II ini menunjukkan adanya peningkatan dibanding pada siklus I, hal ini dibuktikan bahwa peserta didik sudah mulai terampil melakukan praktikum, tiap kelompok hanya ada 1 sampai 2 peserta didik saja yang nilai psikomotoriknya masih dalam kategori rendah. Hasil pada siklus II ini masih perlu ditingkatkan agar keterampilan peserta didik pada tiap kelompok bisa bertambah baik. Peserta didik yang mendapat nilai dalam
kategori rendah adalah 5 peserta didik. Diharapkan pada siklus III akan mendapatkan hasil yang lebih baik karena peserta didik sudah terbiasa dalam pembelajaran dengan model pembelajaran guided discovery. 3) Pengamatan aspek kognitif
Pengamatan aspek kognitif peserta didik diambil dari tes evaluasi pada saat diakhir pembelajaran silkus II. dari tes yang telah dilakukan diperoleh hasil seperti pada tabel 4.7 sebagai berikut: Tabel 4.7 Hasil Tes Peserta Didik (Aspek Kognitif) Siklus II Keterangan
Siklus II
Nilai tertinggi
90
Nilai terendah
50
Nilai rata-rata
70,4
Jumlah peserta didik yang tuntas
17
Jumlah peserta didik yang tidak tuntas
7
Ketuntasan klasikal
70,83%
Dari data hasil tes peserta didik, pada siklus II peserta didik yang tuntas mencapai 17 peserta didik , sehingga hasil tes peserta didik pada siklus II belum tuntas karena batas ketentuan minimal peserta didik yang tuntas adalah 21 peserta didik. Untuk mencapai
ketuntasan
klasikal,
maka
masih
diperlukannya
perlakuan untuk meningkatkan hasil belajar kognitif peserta didik pada siklus III.
d. Refleksi
Berdasarkan data hasil belajar siklus II dengan menggunakan model pembelajaran guided discovery menunjukkan bahwa aspek afektif persentase keseluruhan kelas sebesar 66,20% dan aspek psikomotorik persentase keseluruhan kelas 72,47%. Nilai rata-rata peserta didik naik 5,82 poin dari rata-rata data siklus I sebesar 64,58 naik menjadi sebesar 70,40. Peserta didik yang tuntas pada siklus I sebesar 12 peserta didik menjadi 17 peserta didik pada siklus II. Ketuntasan tersebut dikatakan belum tuntas karena ketuntasan belajar klasikal minimal adalah 21 peserta didik dari 24 peserta didik yang mendapat nilai KKM 65. Pada hasil pembelajran siklus II mengalami peningkatan tapi belum sesuai dengan apa yang diharapkan, masih ada peserta didik yang belum aktif saat pembelajaran dan masih ada yang membuat keributan. Oleh sebab itu, perlu adanya perbaikan pada proses pembelajaran siklus III guna meningkatan hasil belajar peserta didik. Dari analisis data hasil pengamatan dan tes yang telah diberikan, peneliti bersama guru melakukan refleksi untuk mengetahui kelemahan-kelemahan yang terdapat pada siklus II. Berdasarkan refleksi terhadap perencanaan, pelaksanaan, pengamatan dan tes yang diberikan di siklus II, peneliti melakukan perbaikan di siklus III untuk meningkatka aktivitas dan hasil belajar peserta didik. Kelemahan yang terjadi pada siklus II tidak jauh beda dengan siklus I yaitu seluruh peserta didik belum aktif dalam pembelajaran, terbukti masih ada beberapa peserta didik yang tidak mau bertanya, tidak mau mengungkapkan pendapat dan pada saat praktikum masih ada peserta didik yang belum aktif.
Perbaikan yang dilakukan peneliti pada siklus III adalah peneliti lebih banyak memberikan motivasi kepada seluruh peserta didik dan meningkatkan pemantauan kepada seluruh peserta didik ketika melakukan praktikum. 3. Siklus III a. Perencanaan 1) guru dan peneliti secara kolaboratif mempersiapkan materi
menguap dan mendidih dengan menerapkan model pembelajaran guided discovery; 2) guru dan peneliti secara kolaboratif mempersiapkan Rencana
Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) pada materi yang telah disiapkan; 3) guru
dan peneliti
secara
kolaboratif
mempersiapkan
alat
dokumentasi, lembar observasi dan evaluasi. b. Pelaksanaan tindakan
Siklus III dilaksanakan pada tanggal 29 Oktober 2010 dengan materi menguap dan mendidih dengan kegiatan sebagai berikut: a) guru memberikan informasi awal tentang jalannya pembelajaran
dan tugas yang harus dilaksanakan peserta didik; b) guru membentuk kelompok belajar heterogen (5-6 peserta didik)
dan mengatur tempat duduk peserta didik; c) guru memberikan lembar kerja siswa pada setiap kelompok; d) guru memberikan masalah
mengenai materi menguap dan
mendidih untuk dipecahkan oleh peserta didik; e) peserta didik diminta melakukan percobaan untuk menyelesaikan
masalah tersebut dengan langkah-langkah guided discovery yaitu: mengamati,
menggolongkan,
memprediksi,
menguraikan/menjelaskan, dan menyimpulkan;
mengukur,
f) setelah percobaan selesai perwakilan kelompok menyampaikan
hasil dan kesimpulan dari percobaan yang telah dilakukan, kelompok lain memberi tanggapan dan bertanya; g) peserta didik bersama guru membuat kesimpulan dari hasil
percobaan; h) pada akhir pembelajaran dilaksanakan tes kognitif siklus III. c. Observasi
Pada tahap observasi dilakukan penilaian sikap (ranah afektif), penilaian kinerja atau aktivitas peserta didik (ranah psikomotorik), dan dilakukan tes hasil belajar siklus III. dari pengamatan pada siklus III diperoleh hasil sebagai berikut: 1) Pengamatan aspek afektif
Dari pengamatan aspek afektif peserta didik diambil dari lembar observasi penilaian sikap peserta didik pada saat pembelajaran pada siklus II. dari pengamatan diperoleh hasil seperti pada tabel 4.8 sebagai berikut: Tabel 4.8 Hasil Pengamatan Aspek Afektif Peserta Didik Siklus III Aspek Afektif yang Diamati
Skor
Persentase (%)
Bekerjasama dengan Kelompok
79
82,29
Tanggung Jawab
72
75
Keaktifan Mengerjakan Tugas
72
75
Partisipasi dalam Kegiatan Pembelajaran
63
65,6
Menghargai Pendapat Orang Lain
67
69,8
70,6
73,53
Nilai Rata-rata Kategori
Baik
Dari data pengamatan afektif peserta didik, pada siklus III menunjukkan hasil dengan kategori baik dengan persentase sebesar 73,53%. Pada siklus III diskusi sudah berjalan lancar. 2) Pengamatan aspek psikomotorik
Dari pengamatan aspek psikomotorik peserta didik diambil dari lembar observasi kinerja dan aktivitas peserta didik pada saat pembelajaran pada siklus III. dari pengamatan diperoleh hasil seperti pada tabel 4.8 sebagai berikut: Tabel 4.8 Hasil Pengamatan Aspek Psikomotorik Peserta Didik Siklus III. Aspek Psikomotorik yang Diamati
Skor
Persentase (%)
Mempersiapkan Alat
68
70,8
Merangkai Alat
73
76,04
Melakukan Percobaan
72
75
Merapikan kembali Alat dan Bahan
70
72,9
Mengkomunikasikan Hasil Percobaan
66
68,75
69,8
72,69
Nilai Rata-rata Kategori
Baik
Dari data pengamatan psikomotorik peserta didik, pada siklus III menunjukkan hasil dengan kategori baik dengan persentase sebesar 72,69%. Pada siklus III keaktifan dan ketrampilan peserta didik dalam melakukan percobaan meningkat.
3) Pengamatan aspek kognitif
Pengamatan aspek kognitif peserta didik diambil dari tes evaluasi pada saat diakhir pembelajaran silkus III. dari tes yang telah dilakukan diperoleh hasil seperti pada tabel 4.10 sebagai berikut: Tabel 4.10 Hasil Tes Peserta Didik (Aspek Kognitif) Siklus III Keterangan
Siklus III
Nilai tertinggi
90
Nilai terendah
60
Nilai rata-rata
76,67
Jumlah peserta didik yang tuntas
21
Jumlah peserta didik yang tidak tuntas
3
Ketuntasan klasikal
87,5%
Dari data hasil tes peserta didik, pada siklus III dikatakan tuntas dengan jumlah peserta didik yang tuntas 21 peserta didik. d. Refleksi
Berdasarkan
data
hasil
belajar
siklus
III
dengan
menggunakan model pembelajaran guided discovery menunjukkan bahwa aspek afektif persentase keseluruhan kelas sebesar 73,53% dan aspek psikomotorik persentase kelas sebesar 72,69%. Pada siklus III ini keaktifan dan keterampilan peserta didik hasilnya baik karena peserta didik sudah terbiasa dengan model pembelajaran guided discovery. Diskusi juga berjalan dengan lancar, hal ini ditunjukkan oleh peserta didik yang memperhatikan pelajaran dengan baik, kerjasama antar peserta didik juga sudah baik, sehingga pada siklus III ini sudah sesuai dengan apa yang diharapkan.
Nilai rata-rata peserta didik naik 6,27 poin dari nilai rata- rata siklus II 70,40 menjadi sebesar 76,67. Peserta didik yang tuntas pada siklus II 17 peserta didik menjadi 21 peserta didik pada siklus III.
C. PEMBAHASAN 1. Pembahasan siklus I
Pada kegiatan pembelajaran sebelum menggunakan model pembelajaran guided discovery, hasil belajar peserta didik masih jauh dari target yang ditetapkan yaitu 65. Nilai rata-rata hasil belajar peserta didik hanya mencapai 61,60 dan peserta didik yang tuntas 11 peserta didik dari 24 peserta didik. Setelah dilakukan pembelajaran dengan model pembelajaran guided discovery pada siklus I terjadi peningkatan hasil belajar peserta didik. Pelaksanaan pada siklus I masih perlu ditingkatkan. Berdasarkan hasil pengamatan terhadap hasil belajar peserta didik, dapat disimpulkan bahwa peserta didik belum terbiasa dengan model pembelajaran guided discovery. Guru berusaha membimbing peserta didik agar dapat melakukan praktikum sesuai dengan Lembar Kerja Peserta didik dan menguasai materi pelajaran. Berdasarkan hasil tes yang dilakukan, terdapat 12 peserta didik (50%) yang tuntas belajar dan 12 peserta didik (50%) yang belum tuntas belajar. Nilai rata-rata yang dicapai peserta didik adalah 64,58. Sedangkan pengamatan hasil observasi aktivitas peserta didik yaitu; untuk aktivitas afektif dalam kategori cukup, nilai rata-ratanya adalah 63,08 dan aktivitas psikomotoriknya juga dalam kategori cukup. Nilai rata-rata untuk aktivitas psikomotoriknya adalah 65,38. Dari uraian di atas dapat ketahui bahwa hasil belajar kognitif, afektif dan psikomotorik yang dicapai belum memenuhi indikator keberhasilan yang ditetapkan. Kelemahan utama pada siklus I adalah peserta didik masih belum aktif dalam kegiatan pembelajaran. Terbukti dalam pengamatan proses
belajar mengajar, masih banyak peserta didik yang malu untuk bertanya, malu untuk mengungkapkan pendapat dan malu untuk menyanggah pendapat temannya. Dalam kegiatan praktikum, kekompakan di dalam kelompok juga belum berjalan, hanya 2 atau 3 peserta didik saja yang melakukan praktikum. Peranan guru dalam mengarahkan dan membimbing peserta didik sangat penting. Hal ini akan mempengaruhi hasil belajar peserta didik. Pembelajaran pada siklus I perlu diperbaiki untuk meningkatkan kemampuan peserta didik dalam mempelajari materi pelajaran dengan menggunakan model pembelajaran guided discovery. Langkah perbaikan meliputi: memotivasi peserta didik untuk belajar mandiri dirumah tentang materi yang akan dipelajari selanjutnya, memberikan penjelasan kepada peserta didik tentang tugas yang perlu dilakukan pada saat melakukan praktikum, membimbing seluruh peserta didik agar lebih aktif dalam proses pembelajaran, menghitung jumlah peserta didik yang hasil belajarnya sudah tuntas. Dengan demikian tujuan penelitian untuk meningkatkan hasil belajar peserta didik pada siklus II dapat tercapai. 2. Pembahasan siklus II
Pada siklus II kegiatan pembelajaran juga menggunakan pembelajaran dengan model pembelajaran guided discovery akan tetapi mengacu dari refleksi pada siklus I maka yang dilakukan oleh guru adalah lebih memotivasi peserta didik agar aktif dalam pembelajaran dalam kelas maupun dalam kelompok saat melakukan praktikum. Ternyata usaha ini mampu meningkatkan hasil belajar peserta didik.hal ini dapat terlihat dari hasil observasi dan hasil tes siklus II. Hasil tes kognitif siklus II menunjukkan peserta didik yang tuntas belajar sebanyak 17 (70,83%) pada ranah kognitif dari siklus I ke siklus II terjadi peningkatan sebesar 20,83%, sedangkan yang belum tuntas sebanyak 7 peserta didik (29,17%). Nilai rata-rata peserta didik 70,40. Sedangkan nilai hasil observasi aktivitas
afektif rata-ratanya 66,2 dan sudah baik tapi perlu ditingkatkan, nilai observasi aktivitas psikomotorik rata-ratanya adalah 72,47. Kenyataan ini yang menyatakan bahwa model pembelajaran yang diterapkan dapat diterima dan dilaksanakan oleh peserta didik dengan baik karena terdapat peningkatan jumlah peserta didik yang tuntas hasil belajarnya baik kognitif, afektif maupun psikomotorik. Penerapan model pembelajaran
guided
discovery
menjadikan
peserta
didik
lebih
bersemangat dalam belajar. Hal ini dapat terlihat dari keaktifan peserta didik dalam kegiatan pembelajaran, kemampuan peserta didik dalam bekerjasama dengan kelompok dan kemampuan peserta didik dalam menghargai pendapat orang lain mengalami peningkatan. Kegiatan pada siklus II perlu diperbaiki untuk pemantapan agar kemampuan peserta didik dalam mempelajari materi pelajaran dan berdiskusi dengan kelompoknya dapat diselesaikan dengan baik. Langkah perbaikan meliputi: lebih banyak memberi motivasi kepada seluruh peserta didik agar lebih aktif dalam kegiatan belajar mengajar, terutama kepada peserta didik yang masih pasif dalam proses belajar mengajar, meningkatkan pemantauan kepada seluruh peserta didik ketika melakukan praktikum, sehingga peserta didik lebih termotivasi untuk memperhatikan pelajaran yang disampaikan oleh guru. Pemberian perlakuan dilakukan supaya tujuan penelitian yaitu untuk meningkatkan hasil belajar peserta didik dapat tercapai. 3. Pembahasan siklus III
Seperti pada siklus I dan siklus II, pembahasan yang diuraikan disini didasarkan atas hasil refleksi diri. Setelah melaksanakan pengamatan dan pemberian tes di akhir kegiatan. Pada siklus III ini hasilnya sudah baik, karena nilai rata-rata hasil belajar kognitif peserta didik adalah 76,67. Hasil lembar observasi afektif siklus III menunjukkan nilai rata-rata peserta didik sebesar 73,53. Dan hasil lembar observasi psikomotorik
siklus III menunjukkan nilai rata-rata peserta didik sebesar 72,69. Jumlah peserta didik yang tuntas belajar sebanyak 21 peserta didik (87,50%) pada ranah kognitif dari siklus II ke siklus III terjadi peningkatan sebesar 16,67% dan aktivitas peserta didik mengalami peningkatan dari siklus I sampai siklus III. Pada siklus III ini, keaktifan peserta didik dalam kegiatan pembelajaran meningkat, kemampuan peserta didik dalam bekerjasama dengan kelompoknya bertambah kompak, kemampuan peserta didik dalam menghargai pendapat orang lain, bertanggung jawab dengan tugastugasnya,berpendapat dan bekerjasama dengan kelompoknya meningkat. Penerapan model pembelajaran guided discovery mampu menumbuhkan keberanian peserta didik dalam bertanya, mengemukakan pendapat dalam diskusi, meningkatkan keterampilan peserta didik dalam melakukan praktikum dan meningkatkan hasil belajar peserta didik. Pada
proses
pembelajaran
dengan
menggunakan
model
pembelajaran guided discovery peserta didik mengalami 3 pengalaman belajar yaitu pengalaman mental, pengalaman fisik dan pengalaman sosial. Pengalaman mental diperoleh dari indra pendengaran dan penglihatan, informasi yang didapatkan berdasarkan dari indra pendengaran diperoleh dari penjelasan yang diberikan guru sedangkan pada indra penglihatan berasal dari penemuan yang dilakukan oleh peserta didik sendiri. Penemuan itu akan lebih diingat oleh peserta didik dari pada hanya mendengarkan penjelasan dari guru. Pengalaman fisik diperoleh dari pengamatan yang dilakukan pada saat praktikum. Sedangkan pengalaman social diperoleh dari berdiskusi, pengalaman belajar ini bermanfaat sekali karena peserta didik diberi kesempatan untuk berinteraksi dengan yang lain agar mereka lebih aktif dalam proses pembelajaran. Guru memberikan kebebasan kepada peserta didik untuk menemukan sesuatu sendiri karena dengan menemukan sendiri peserta didik akan
lebih mengerti secara
dalam. Hal itu terbukti dari hasil yang telah dicapai peserta didik pada saat
pembelajaran berlangsung, dari siklus I sampai siklus III peserta didik mengalami peningkatan hasil belajar kognitif, afektif dan psikomotorik sesuai dengan indikator keberhasilan yang telah ditetapkan. Berdasarkan uraian di atas dapat diketahui bahwa model pembelajaran guided discovery dapat meningkatkan hasil belajar peserta didik.
BAB V KESIMPULAN, SARAN, DAN PENUTUP A. Kesimpulan Dari penelitian yang telah penulis lakukan tentang penerapan model pembelajaran guided discovery pada materi pokok kalor untuk meningkatkan hasil belajar peserta didik kelas VII A MTs Darul Ulum Semarang semester gasal tahun pelajaran 2010/2011 diperoleh kesimpulan sebagai berikut: 1.
Penerapan model pembelajaran guided discovery pada pembelajaran fisika materi pokok kalor dapat dilakukan dengan cara guru membagi peserta didik menjadi 4 kelompok, guru membagikan lembar kerja, guru membimbing peserta didik untuk melakukan percobaan, tia-tiap kelompok mengisi lembar kerja, guru menunjuk dua kelompok untuk presentasi,
masing-masing
tanggapan, guru
kelompok
diminta
untuk
memberi
membimbing peserta didik untuk membuat
kesimpulan, setelah kegiatan pembelajaran guru melakukan evaluasi. 2.
Pembelajaran fisika dengan menggunakan model pembelajaran guided discovery mampu meningkatkan hasil belajar peserta didik saat pembelajaran baik secara individual maupun klasikal dari siklus I sampai siklus III setelah ada perbaikan pada tiap-tiap siklus. Hal ini tampak dari peningkatan nilai hasil belajar peserta didik baik aspek kognitif, afektif dan psikomotorik yang teramati pada saat berlangsungnya proses belajar mengajar. Rata-rata hasil belajar peserta didik aspek kognitif meningkat dari 64,58 pada siklus I, 70,40 pada siklus II dan 76,67 pada siklus III. Dan ketuntasan klasikal belajar peserta didik juga mengalami peningkatan dari 50% pada siklus I, 70,83% pada siklus II dan 87,5% pada siklus III. Hasil belajar aspek afektif pada siklus I nilai rata-ratanya adalah 63,08, pada siklus II nilai rata-ratanya 66,20 dan pada siklus III rata-ratanya adalah 73,53. Sedangkan hasil belajar aspek psikomotorik pada siklus I nilai
rata-ratanya 65,38, pada siklus II nilai rata-ratanya adalah 72,47 dan nilai rata-rata pada siklus III adalah 72,69.
B. Saran Sebagai akhir dari penulisan skripsi ini, berdasarkan pada Penelitian Tindakan Kelas yang peneliti lakukan, maka peneliti ingin memberikan saran yang mungkin dapat menjadi bahan masukan antara lain sebagai berikut: 1. Pembelajaran dengan model guided discovery perlu dilakukan terutama oleh pendidik karena dapat meningkatkan hasil belajar peserta didik pada materi pembelajaran. 2. Guru atau peneliti yang ingin menerapkan pembelajaran dengan model guided discovery hendaknya mempersiapkan secara matang materi yang akan disampaikan dan mampu mengelola kelas sehingga hasil dapat dicapai secara maksimal. 3. Hendaknya pembelajaran dengan model guided discovery dapat diterapkan setiap pembelajaran yang sesuai, karena selain dapat meningkatkan hasil belajar, peserta didik juga akan mendapatkan variasi
pembelajaran
sehingga
mengurangi
kejenuhan
dan
meningkatkan semangat peserta didik dalam belajar.
C. Penutup Syukur Alhamdulillah dengan rahmat dan hidayah Allah SWT penulis dapat menyelesaikan skripsi ini. Penulis menyadari dalam penulisan dan pembahasan skripsi ini masih banyak kekurangan. Hal ini disebabkan keterbatasan pengetahuan dan kemampuan yang penulis miliki. Karenanya penulis mengharapkan kritik dan saran untuk sempurnanya skripsi ini. Akhirnya penulis memanjatkan doa kepada Allah SWT, semoga penelitian yang telah dilakukan dapat bermanfaat dan mendapat ridloNya.Amin.
DAFTAR PUSTAKA Abdurrahman, Mulyono, Pendidikan Jakarta:Rineka Cipta, 2003.
Bagi
Anak
Berkesulitan
Belajar,
Al-imam Abi Abdullah Muhammad Ibn Isma’il Al-Bukhori, Shohih Al-Bukhori, Beirut Lebanon:Dar Al-Fikr,1981 M, jilid 1. Ali, Muhammad, Guru Dalam Proses Belajar Mengajar, Bandung:Sinar Baru Algensindo, 2007. Aqib, Zainal, Penelitian Timdakan Kelas, Bandung:Yrama Widya, 2008. Arcurio,Bruce,GuidedDiscovery,http://www.hvrsd.org/beartavern/home/guideddi scovery.co.id./23072010. html. Arikunto, Suharsimi, Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik, Jakarta:PT Rineka Cipta, 2006. _______, Penelitian Tindakan Kelas, Jakarta:PT. Bumi Aksara, 2008. A.Tipler, Paul, Fisika untuk Sains dan Teknik Edisi Ke-Tiga, Diterjemahkan oleh Lea, et. al., dari “Physic for Scientis and Engineers, Third Edition”, Jilid I, Bandung:PT Gelora Aksara Pratama, 2008, Cet. 9. Azhar, Ainul, “Penerapan Metode Pembelajaran Discovery dengan Complete Sentence untuk Meningkatkan Hasil Belajar Siswa Kelas VII SMP Negeri 10 Semarang Pokok Bahasan Kalor”, Skripsi Jurusan Fisika Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Negeri Semarang. Baharrudin dan Esa Nur Wahyudu, Teori Belajar dan Pembelajaran, Yogyakarta:Ar-Ruzz, 2007. Daryanto, Evaluasi Cipta,1999.
Pendidikan
Komponen
MKKD,
Jakarta:PT.
Rineka
Djaali, Psikologi Pendidikan, Jakarta:PT Bumi Akasara, 2009. Djamarah, Syaiful Bahri, Psiklogi Belajar, Jakarta:PT Rineka Cipta,2008. Depag RI, Alqur’an dan Terjemahnya, Surabaya:Duta Ilmu,1996. Purwanto, M.Pd, Evaluasi Hasil Belajar,Yogyakarta:Pustaka Pelajar, 2009.
Giancoli, Douglas C, Fisika Edisi Ke-Lima, Diterjemahkan oleh Yuhilza Hanum, dari “Physic Fifth Edition”, Jilid 1, Bandung:PT Gelora Aksara Pratama, 2006, Cet.8. Hamalik, Oemar, Proses Belajar Mengajar, Jakarta:PT Bumi Aksara, 2009. Jacobsen, David A., et. al., Methods for Teaching Metode-Metode Pengajaran Meningkatkan Belajar Siswa TK-SMA, Yogyakarta:Pustaka Pelajar, 2009, cet I. Jalaluddin Al-Mahally dan jalaluddin As-Suyuthi, Tafsir Jalalain, Berikut Asbabun Nuzulnya, Bandung:Sinar Baru,1990, cet I. John Wiley dan Sons, Fisika, diterjemahkan oleh Pantur Silaban Ph.D, et al., Bandung:Erlangga, 1985, cet. 3. Kern Richard, Literacy and Language Teaching,New York:Oxford University Press, 2000. Lutpiah, Aini, “Penerapan Model Guided Discovery Learning pada Materi Getaran dan Gelombang untuk Meningkatkan Hasil Belajar dan Kemampuan Berfikir Kreatif Siswa Kelas VIII SMP Negeri 1 Dempet Tahun Ajaran 2008/2010 ”, Skripsi Jurusan Fisika Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Negeri Semarang. M. Basrowi dan Suwandi, Penelitian Tindakan Kelas, Bogor:Ghalia Indonesia, 2008. Mufarokah, Anissatul, Strategi Belajar Mengajar, Yogyakarta:Penerbit Teras, 2009. Mulyasa. E, Kurikulum Berbasis Kompetensi Konsep, karakteristik, implementasi, dan inovasi, Bandung:PT Remaja Rosdakarya Offset, 2005. Mulyasa. E, Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan, Bandung:PT. Remaja Rosdakarya, 2007. N.K, Rostiyah, Strategi Belajar Mengajar, Jakarta:Rineka Cipta, 2008. Nurchayati, Lilis, “Pengaruh Penggunaan Model Pembelajaran Guided Discovery terhadap Hasil Belajar Fisika Materi Pokok Zat dan Wujudnya Kelas VII di MTs N Pamotan Rembang”, Skripsi Tadris Fisika Fakultas Tarbiyah IAIN Walisongo Semarang,2009. Purwanto, Ngalim, Psikologi Pendidikan, Bandung:Remaja Rosdakarya, 1999.
Slameto, Belajar dan Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi, Jakarta:Rineka Cipta, 2010. SM Ismail, M.Ag, Strategi Pembelajaran Agama Islam Berbasis PAIKEM, Semarang:Rasail Media Group, 2008. Sudjana, Nana, Dasar-Dasar Proses Belajar Mengajar, Bandung:Sinar Baru Algesindo, 2005. ,Penilaian Hasil Proses Belajar Mengajar, Bandung:PT Remaja Rosdakarya, 2009. Suparno,
Paul, Metodologi Pembelajaran Fisika Konstruktivistik Menyenangkan, Yogyakarta:Universitas Sanata Dharma, 2007.
dan
Suprijono, Agus, Cooperative Learning: Teori dan Aplikasi PAIKEM, Yogyakarta:Pustaka Pelajar, 2009, cet.II. Suryosubroto. B, Proses Belajar Mengajar di Sekolah, Jakarta:PT. Rineka Cipta, 2002. Syah, Muhibbin, Psikologi Pendidikan dengan Pendekatan Baru, Bandung:PT Remaja Rosdakarya, 2006, edisi revisi. Tim Penyusun Kamus Pusat Bahasa, Kamus Besar Bahasa Indonesia, Jakarta:Balai Pustaka, 2005. Young, Hugh D, et. al., Fisika Universitas Edisi Ke-Sepuluh, diterjemahkan oleh Endang Yuliastuti dari “University Physic Tenth Edition”, Jilid 1, Bandung:PT Gelora Aksara Pratama, 2006, Cet. 8.
DAFTAR RIWAYAT HIDUP
Nama
: Anik Tri Haryani
TTL
: Rembang, 01 Oktober 1987
Alamat
: Desa Sanetan RT 04 RW I Kec. Sluke Kab. Rembang.
Riwayat Pendidikan : 1. SDN 1 Sanetan Lulus Tahun 1999 2. SMPN 1 Sluke Lulus Tahun 2002 3. MAN Lasem Lulus Tahun 2005 4. Sekarang Mahasiswi Fakultas Tarbiyah Jurusan Tadris Fisika IAIN Walisongo Semarang angkatan 2006
Lampiran 1 DAFTAR NAMA PESERTA DIDIK KELAS VII A MTs DARUL ULUM No Nama Jenis Kelamin 1 Ari Mashudi Laki-Laki 2 Arif Budi RP Laki-Laki 3 Arif Lutfi H Laki-Laki 4 David Rendika L Laki-Laki 5 Dinda Fika A Perempuan 6 Eni Mastoka Perempuan 7 Eva Ristiyana Perempuan 8 Gopilun Laki-Laki 9 Harun Ar Rasyid Laki-Laki 10 Imam Setiawan Laki-Laki 11 Ita Ristiani Perempuan 12 M Khoeroni Laki-Laki 13 M Khoerul Anam Laki-Laki 14 M Risqi Beni P Laki-Laki 15 M Ulin Nuha Laki-Laki 16 Nur Fuat Kamaludin Laki-Laki 17 Roni Setiawan Laki-Laki 18 Siti Ambarwati Perempuan 19 Titik Nursaadah Perempuan 20 Two Bagus P Perempuan 21 Ulfa Hidayanti Laki-Laki 22 Ulfatun Khasanah Perempuan 23 Vivi Noviati Perempuan 24 Heni Rismawati Perempuan
Lampiran 2 DAFTAR NAMA KELOMPOK Kelompok I 1. Ari Mashudi 2. Arif Budi RP 3. Arif Lutfi H 4. David Rendika L 5. Dinda Fika A 6. Eni Mastoka Kelompok II 1. Eva Ristiyana 2. Gopilun 3. Harun Ar Rasyid 4. Imam Setiawan 5. Ita Ristiani 6. M Khoeroni Kelompok III 1. M Khoerul Anam 2. M Risqi Beni P 3. M Ulin Nuha 4. Nur Fuat Kamaludin 5. Roni Setiawan 6. Siti Ambarwati Kelompok IV 1. Titik Nursaadah 2. Two Bagus P 3. Ulfatun Khasanah 4. Ulfa Hidayanti 5. Vivi Noviati 6. Heni Rismawati
Lampiran 3
Kompetensi Dasar
SILABUS SEKOLAH : MTs Darul Ulum KELAS : VII (Tujuh) MATA PELAJARAN : Ilmu Pengetahuan Alam SEMESTER : I (Gasal) STANDAR KOMPETENSI : 3. Memahami Perubahan Zat dan Perubahannya Materi Pembelajaran
3.4 mendeskripsikan peran kalor dalam mengubah wujud zat dan suhu suatu benda serta penerapannya dalam kehidupan sehari-hari
kalor
Kompetensi Dasar
Materi Pembelajaran
Kegiatan Pembelajaran • Melakukan percobaan tentang perubahan wujud zat
Kegiatan Pembelajaran • Menyimpulkan dari hasil penelitian yang telah dilakukan
Indikator Teknik observasi • Menyelidiki pengaruh kalor terhadap perubahan suhu dan perubahan wujud zat
Indikator Teknik • Menyelidiki banyaknya kalor yang diperlukan pada saat terjadi kenaikkan suhu zat serta menerapkan hubungan: Q=mxcx T untuk menyelesaikan masalah sederhana yang berhubungan
Tes tertulis
Penilaian Alokasi Waktu Bentuk Contoh Instrumen Instrumen 2x40’ Lembar Penelitian observasi tentang pemanasan es batu yang dapat mengubah wujud zat dan memerlukan kalor Penilaian Bentuk Contoh Instrumen Instrumen Tes PG Massa air 1,5 kg dipanaskan dari suhu 30°c sampai 80°c. Jika kalor jenis air 4200 , kalor yang diperlukan untuk memanaskan air tersebut adalah...... a. 126 J
Sumber dan Media • IPA terpadu untuk SMP kelas VII, Tim Abdi Guru. Jakarta: Erlangga
Alokasi Waktu
Sumber dan Media • Alat praktikum • Lembar Kerja Siswa
dengan kalor
• Melakukan percobaan tentang perubahan wujud zat
Kompetensi Dasar
Materi Pembelajaran
Kegiatan Pembelajaran • Menyimpulkan dari hasil penelitian yang telah dilakukan.
• Menyelidiki proses menguap dan mendidih
b. 315000 J c. 56 J d. 67 J observasi
Indikator Teknik • Menerapkan hubungan: Q=mxu untuk menyelesaikan masalah sederhana yang berhubungan dengan materi kalor
Tes tertulis
Observasi • Menyelidiki
Lembar observasi
Penelitian tentang proses menguap dan mendidih yang terjadi antara air dan gliserin.
Penilaian Bentuk Contoh Instrumen Instrumen Di bawah ini Tes PG yang tidak termasuk faktor-faktor yang dapat mempercepat penguapan adalah.... a.Memperluas permukaan b.Warna permukaan benda c. Mengurangi tekanan pada permukaan d. Meniupkan udara di atas permukaan Lembar observasi
penelitian tentang proses
2x40’
Alokasi Waktu
2x40’
Sumber dan Media
Kompetensi Dasar
Materi Pembelajaran
• Melakukan percobaan tentang perubahan wujud zat
proses melebur dan membeku
Kegiatan Pembelajaran
Indikator
• Menyimpulkan dari hasil penelitian yang telah dilakukan
melebur dan membeku
Teknik • Menerapkan hubungan: Q=mxL untuk menyelesaikan masalah sederhana yang berhubungan dengan materi kalor
Tes tertulis
Penilaian Bentuk Contoh Instrumen Instrumen Tes PG Lilin cair bila didiamkan akan membeku. Hal ini menunjukkan bahwa lilin....kalor a. Melepaskan b. Menjadi c. Menyerap d. Menyimpan
Alokasi Waktu
Semarang, Oktober 2010 Mengetahui, Kepala Madrasah
Guru Mata Pelajaran IPA
Ahmad Mustafidin, M.Si
Chabibah, S.Pd NIP.197505222005012002
Sumber dan Media
Lampiran 4
RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN SIKLUS I (RPP) Sekolah : MTs Darul Ulum Beringin Kelas/semester : VIIA/1 Alokasi waktu : 2 X 40’ A. Standar Kompetensi 3. Memahami wujud zat dan perubahannya. B. Kompetensi Dasar 3.4 mendeskripsikan peran kalor dalam mengubah wujud zat dan suhu suatu benda serta penerapannya dalam kehidupan sehari-hari. C. Indikator 1. Menyelidiki pengaruh kalor terhadap perubahan suhu benda dan perubahan wujud zat. 2. Menyelidiki banyaknya kalor yang diperlukan pada saat kenaikkan suhu zat serta menerapkan hubungan: Q = m x c x T untuk menyelesaikan masalah sederhana yang berhubungan dengan kalor. D. Tujuan Pembelajaran 1. Siswa dapat menjelaskan pengaruh kalor terhadap perubahan suhu dan perubahan wujud benda. 2. Menghitung banyaknya kalor yang diperlukan pada saat terjadi perubahan suhu dengan menerapkan hubungan: Q = m x c x T untuk menyelesaikan masalah sederhana yang berhubungan dengan materi kalor. E. Materi Pembelajaran Kalor dapat menaikkan suhu dan mengubah wujud zat F. Model Pembelajaran Model
: Guided Discovery
Metode
: Diskusi dan Eksperimen
G. Langkah-langkah Pembelajaran No 1.
Aktivitas
Waktu
Kegiatan Awal 2’
a. Apersepsi : Pernahkah kalian membuat teh manis? Saat air panas dituang ke dalam gelas, apa yang terjadi? b. Motivasi : Bagaimana pengaruh kalor
3’
terhadap perubahan zat? 2.
Inti a. Guru memastikan siswa berada dalam
2’
kelompoknya masing-masing. b. Guru membagikan LKS tentang kalor
3’
dapat menaikkan suhu dan mengubah wujud zat kepada tiap-tiap kelompok. c. Guru membimbing kelompok untuk
40’
melakukan percobaan untuk mengetahui pengaruh kalor yang dapat menaikkan suhu dan mengubah wujud zat sesuai dengan prosedur yang ada dalam LKS. d. Menerapkan hubungan: Q = m X c X T untuk menyelesaikan soal yang berhubungan dengan kenaikkan suhu. e. Guru menunjuk dua kelompok untuk
10’
mempresentasikan hasil diskusi. f. Guru memastikan bahwa seluruh kelompok telah mengetahui jawaban yang benar.
3.
Kegiatan Akhir a. Guru
membimbing
siswa
untuk
5’
membuat kesimpulan hasil diskusi. b. Guru memberikan tes tertulis.
15’
H. Media dan Sumber Pembelajaran 1. Media Gelas beker, kaki tiga, pembakar spiritus, termometer, air dan es batu. 2. Sumber a. Tim Abdi Guru.2007. Ipa Terpadu untuk SMP Kelas VII. Jakarta: Erlangga. b. Slamet Widodo. 2008. Bimbingan Pemantapan IPA Fisika. Bandung : Yrama Widya. I. Instrumen 1. Lembar observasi psikomotorik dan afektif. 2. Soal pilihan ganda.
Semarang, Oktober 2010 Mengetahui, Guru Mata Pelajaran
Peneliti
Chabibah, S.Pd
Anik Tri Haryani
NIP.197505222005012002
NIM. 063611010
Kepala Sekolah
Ahmad Mustafidin, M.Si
Lampiran 4 RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN SIKLUS II (RPP) Sekolah : MTs Darul Ulum Beringin Kelas/semester : VIIA/1 Alokasi waktu : 2 X 40’ A. Standar Kompetensi 3. Memahami Wujud Zat dan Perubahannya. B. Tujuan Kompetensi Dasar 3.4. mendeskripsikan peran kalor dalam mengubah wujud zat dan suhu
suatu benda dan
penerapannya dalam kehidupan sehari-hari. C. Indikator 1. Menyelidiki proses melebur dan membeku. 2. Menerapkan hubungan: Q = m X L untuk menyelesaikan masalah sederhana yang berhubungan dengan materi kalor. D. Tujuan Pembelajaran Peserta didik dapat: 1. Menjelaskan proses melebur dan membeku. 2. Menghitung banyaknya kalor yang digunakan untuk melebur dan membeku dengan menerapkan hubungan: Q = m X L untuk menyelesaikan masalah sederhana yang berhubungan dengan materi kalor. E. Materi Pembelajaran Kalor untuk mengubah wujud zat F. Metode Pembelajaran Model
: Guided Discovery
Metode
: Diskusi dan Eksperimen
G. Langkah Pembelajaran No 1.
Aktivitas
Waktu
a. Motivasi : Apakah kalor yang dibutuhkan
2’
Kegiatan Awal
setiap benda itu sama jika benda itu mendidih atau melebur? b. Prasyarat pengetahuan : apakah yang
3’
dimaksud dengan melebur dan mendidih? 2.
Inti a. Guru memastikan siswa berada dalam
2’
kelompoknya masing-masing. b. Guru membagikan LKS tentang kalor yang
3’
dibutuhkan saat melebur dan membeku kepada tiap-tiap kelompok. c. Guru membimbing tiap-tiap kelompok untuk
40’
melakukan percobaan untuk mengetahui kalor yang dibutuhkan saat melebur dan membeku sesuai dengan prosedur yang ada dalam LKS. d. Menerapkan hubungan: Q = m X L untuk menyelesaikan soal yang berhubungan dengan kalor lebur. e. Guru membimbing siswa dalam diskusi.
10’
f. Guru menunjuk dua kelompok untuk mempresentasikan hasil diskusinya. g. Guru memastikan bahwa seluruh kelompok telah mengetahui jawaban yang benar. 3.
Kegiatan Akhir a. Guru membimbing siswa untuk membuat
5’
kesimpulan dari hasil diskusi. b. Guru memberikan tes tertulis.
15’
H. Sumber Pembelajaran 1. Media: Gelas beker,tabung reaksi, kaki tiga, pembakar spiritus, termometer, air, lilin dan stopwatch. 2. Sumber: c.
Tim Abdi Guru.2007. IPA Terpadu untuk SMP Kelas VII. Jakarta: Erlangga.
d. Slamet Widodo. 2008. Bimbingan Pemantapan IPA Fisika. Bandung : Yrama Widya. I. Instrumen 1. Lembar observasi psikomotorik dan afektif. 2. Soal pilihan ganda
Semarang, Oktober 2010 Mengetahui, Guru Mata Pelajaran
Peneliti
Chabibah, S.Pd
Anik Tri Haryani
NIP.197505222005012002
NIM. 063611010
Kepala Sekolah
Ahmad Mustafidin, M.Si
Lampiran 4
RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN SIKLUS III (RPP) Sekolah : MTs Darul Ulum Beringin Kelas/semester : VIIA/1 Alokasi waktu : 2 X 40’ A. Standar Kompetensi 3. Memahami Wujud Zat dan Perubahannya. B. Tujuan Kompetensi Dasar 3.4. mendeskripsikan peran kalor dalam mengubah wujud zat dan suhu
suatu benda dan
penerapannya dalam kehidupan sehari-hari. C. Indikator 1. Menyelidiki proses menguap dan mendidih. 2. Menerapkan hubungan: Q = m X U untuk menyelesaikan masalah sederhana yang berhubungan dengan materi kalor. D. Tujuan Pembelajaran Peserta didik dapat: 1. Menjelaskan proses menguap dan mendidih. 2. Menjelaskan faktor-faktor yang dapat mempercepat penguapan. 3. Menghitung banyaknya kalor yang diperlukan untuk menguap dan mendidih dengan menerapkan hubungan: Q = m X U untuk menyelesaikan masalah sederhana yang berhubungan dengan materi kalor. E. Materi Pembelajaran Kalor untuk mengubah wujud zat F. Metode Pembelajaran Model
: Guided Discovery
Metode
: Diskusi dan Eksperimen
G. Langkah Pembelajaran No 1.
2.
3.
Aktivitas Waktu Kegiatan Awal a. Motivasi : Apa saja yang mempengaruhi 2’ penguapan? b. Prasyarat pengetahuan : Apakah yang 3’ dimaksud dengan menguap? Inti a. Guru memastikan siswa berada dalam 2’ kelompoknya masing-masing. b. Guru membagikan LKS tentang menguap dan 3’ mendidih kepada tiap-tiap kelompok. c. Guru membimbing tiap-tiap kelompok untuk 40’ melakukan percobaan untuk mengetahui proses menguap dan mendidih sesuai dengan prosedur yang ada dalam LKS. d. Menerapkan hubungan: Q = m X U untuk menyelesaikan soal yang berhubungan dengan kalor uap. e. Guru membimbing siswa dalam melakukan diskusi. f. Guru menunjuk dua kelompok untuk 10’ mempresentasikan hasil diskusinya. g. Guru memastikan bahwa seluruh kelompok telah mengetahui jawaban yang benar. Kegiatan Akhir 5’ a. Guru membimbing siswa untuk membuat kesimpulan dari hasil diskusi. b. Guru memberikan tes tertulis. 15’
H. Sumber Pembelajaran 1. Media: Gelas beker, kaki tiga, pembakar spiritus, termometer, air, gliserin dan stopwatch. 2. Sumber: a. Tim Abdi Guru.2007. IPA Terpadu untuk SMP Kelas VII. Jakarta: Erlangga. b. Slamet Widodo. 2008. Bimbingan Pemantapan IPA Fisika. Bandung : Yrama Widya.
c. Instrumen 1. Lembar observasi psikomotorik dan afektif. 2. Soal pilihan ganda.
Semarang, Oktober 2010 Mengetahui, Guru Mata Pelajaran
Peneliti
Chabibah, S.Pd
Anik Tri Haryani
NIP.197505222005012002
NIM. 063611010
Kepala Sekolah
Ahmad Mustafidin, M.Si
Lampiran 5 LEMBAR KERJA SISWA SIKLUS I Sekolah : MTs Darul Ulum Beringin Semarang Mata pelajaran : Fisika Kelas/semester : VIIA/1 Pokok bahasan : Kalor
Kelompok Nama
: : 1. ............ 2. ............ 3. ............ 4. ............ 5. ............ 6. ............ Kalor
Tujuan
: Menyelidiki bahwa kalor dapat menaikkan suhu dan mengubah wujud zat
Alat dan bahan
: Gelas beker, kaki tiga, kasa, pembakar spiritus, termometer, es batu dan stopwatch.
Cara kerja
:
1. Susunlah alat seperti gambar 2. Isilah gelas beker dengan potongan-potongan es batu, kemudian ukur suhu dengan menggunakan termomater.
3. Letakkan gelas beker dengan potongan-potongan es batu diatas kasa dan kaki tiga, kemudian nyalakan pembakar spiritus. 4. Panaskan es batu sampai menjadi air, catat perubahan suhunya. 5. Catatlah suhu termometer tiap menit, dari wujud padat sampai mendidih Tabel pengamatan Menit ke-
0
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
Suhu () Wujud zat
Pertanyaan 1. Perubahan apakah yang terjadi dari awal praktikum sampai air mendidih? 2. Apakah kesimpulanmu?
Lampiran 5 LEMBAR KERJA SISWA SIKLUS II Sekolah : MTs Darul Ulum Beringin Semarang Mata pelajaran : Fisika Kelas/semester : VIIA/1 Pokok bahasan : Kalor Melebur dan Membeku Tujuan
: Mengamati proses melebur dan membeku.
Alat dan bahan
: Gelas beker, kaki tiga, kasa, pembakar spiritus, termometer,tabung reaksi,lilin,air dan stopwatch.
Cara kerja
:
1. Melebur •
Isilah tabung reaksi dengan lilin
•
Isi gelas dengan air dan panaskan dengan pembakar spiritus
•
Masukkan tabung reaksi yang berisi lilin dan termometer, kemudian amati setiap kenaikkan suhu pada termometer sampai lilin melebur
•
Masukkan data hasil pengamatan pada tabel pengamatan yang telah tersedia
2. Membeku • Keluarkan tabung reaksi yang berisi lilin panas dan termometer, biarkan lilin sampai membeku • Amati perubahan suhunya tiap menit dan catat hasil pengamatanmu pada tabel pengamatan • Buatlah grafik dari hasil pengamatan pada melebur dan membekunya lilin.
Tabel pengamatan Keadaan lilin 0 1 Melebur Membeku
2
3
4
Menit ke5 6
7
8
9
10
Pertanyaan 1. Pada percobaan pertama proses apakah yang terjadi? Mengapa demikian? 2. Pada percobaan kedua proses apakah yang terjadi? Mengapa demikian? 3. Apakah kesimpulanmu?
Lampiran 5 LEMBAR KERJA SISWA SIKLUS III Sekolah : MTs Darul Ulum Beringin Semarang Mata pelajaran : Fisika Kelas/semester : VIIA/1 Pokok bahasan : Kalor Menguap dan Mendidih Tujuan
: Mengamati proses menguap dan mendidih.
Alat dan bahan
: Gelas beker, kaki tiga, kasa, pembakar spiritus, termometer, gliserin , air dan stopwatch.
Cara kerja:
Langkah I : 1. Susunlah alat seperti gambar 2. Isilah gelas beker dengan air sebanyak 10 ml, kemudian ukur suhunya 3. Panaskan gelas kimia yang berisi air dengan pembakar spiritus sampai mendidih 4. Catatlah suhunya setiap selang 1 menit selama 10 menit 5. Masukkan hasil pengamatan ke tabel pengamatan Langkah II : 1. Susunlah alat seperti gambar 2. Isilah gelas beker dengan eter sebanyak 10 ml, kemudian ukur suhunya 3. Panaskan gelas kimia yang berisi eter dengan pembakar spiritus sampai mendidih 4. Catatlah suhunya setiap selang 1 menit selama 10 menit 5. Masukkan hasil pengamatan ke tabel pengamatan
Tabel pengamatan Benda Menit 0 keAir 10 ml Eter 10 ml
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
Pertanyaan 1. Pada percobaan pertama apa yang terjadi pada air setelah dipanaskan? Mengapa demikian? 2. Pada percobaan kedua apa yang terjadi pada eter setelah dipanaskan? Mengapa demikian? 3. Apakah kesimpulanmu?
Lampiran 6 LEMBAR SOAL PENELITIAN SIKLUS I Pokok bahasan : Kalor Kelas/semester : VIIA/1 Waktu : 15 menit Petunjuk mengerjakan soal: 1. Tulis nama dan nomor absen pada lembar jawaban yang tersedia. 2. Bacalah baik-baik soal yang anda hadapi dan kerjakan soal yang anda anggap paling mudah lebih dulu. 3. Pilihlah salah satu jawaban yang benar dengan meberi silang (X) pada huruf a, b, c, atau d pada lembar jawaban. 4. Selamat mengerjakan.
1. Berikut ini hubungan kalor dengan perubahan wujud zat adalah..... a. Melebur dan menguap memerlukan kalor b. Menguap dan mengembun memerlukan kalor c. Membeku dan melebur melepaskan kalor d. Melebur dan mengembun melepaskan kalor 2. Kalor merupakan salah satu bentuk energi yang berpindah dari..... a. Suhu yang tinggi ke suhu yang rendah b. Tempat yang tinggi ke tempat yang rendah c. Suhu yang rendah ke suhu yang tinggi d. Tempat yang rendah ke tempat yang tinggi 3. Satuan kalor di dalam sistem internasional (SI) adalah... a. Kalori
b. Kilokalori c. Joule
d. kWh
4. Diketahui data sebagai berikut: 1. Mencair
3. Membeku
2. Mengembun
4. Menguap
Dari data di atas perubahan wujud yang memerlukan kalor adalah...... a. 1 dan 2
c. 3 dan 4
b. 2 dan 3
d. 1 dan 4
5. Contoh perubahan wujud dari padat menjadi cair adalah.... a. Air didinginkan akan membeku b. Kapur barus dialmari pakaian lama kelamaan akan habis c. Es dipanaskan akan mencair d. Logam yang dipanaskan akan menguap dan mencair 6. Massa air 1,5 kg dipanaskan dari suhu 30°C sampai 80°C. Jika kalor jenis air 4200 J/kg°C, kalor yang diperlukan untuk memanaskan air tersebut adalah.... a. 126 J
b. 315000 J
c. 56 J
d. 67 J
7. Untuk menuliskan hubungan antara banyaknya kalor (Q), massa (m), kalor jenis zat (c) dan kenaikkan suhu ( t) dapat dituliskan rumus....... a. Q = m x c x T
c. Q =
b. Q =
d. Q =
8. Energi yang diperlukan untuk menaikkan suhu suatu zat tergantung pada faktor-faktor dibawah ini kecuali........... a. Massa zat
b. Jenis zat
c. Tekanan udara luar
d. Kenaikan suhu
9. Tembaga yang massanya 2 kg pada suhu 80°C didinginkan hingga suhunya menjadi 20°C. Jika kalor jenis tembaga 400 J/kg°C, maka kalor yang dilepas tembaga sebanyak........ a. 12000 J
b. 28000 J
c. 30000 J
d. 48000 J
10.Perhatikan grafik hubungan antara suhu (T) dan waktu (t) pada pemanasan air berikut: suhu (°C)
100-
0-
D
B
E
C
-50
Waktu (menit)
Pernyataan dibawah ini yang tidak benar adalah.................. a. BC dan DE menyatakan suhu tetap b. BC es melebur menjadi air c. DE air menguap menjadi uap d. CD es melebur melepaskan kalor
Lampiran 6 LEMBAR SOAL PENELITIAN SIKLUS II Pokok bahasan : Kalor Kelas/semester : VIIA/1 Waktu : 15 menit Petunjuk mengerjakan soal: 1. Tulis nama dan nomor absen pada lembar jawaban yang tersedia. 2. Bacalah baik-baik soal yang anda hadapi dan kerjakan soal yang anda anggap paling mudah lebih dulu. 3. Pilihlah salah satu jawaban yang benar dengan meberi silang (X) pada huruf a, b, c, atau d pada lembar jawaban. 4. Selamat mengerjakan.
1. Melebur merupakan perubahan wujud dari......... a. Cair menjadi gas
c. Cair menjadi padat
b. Gas menjadi cair
d. Padat menjadi cair
2. Banyaknya kalor yang diperlukan untuk meleburkan zat sebanding dengan.......... a. Massa zat dan kalor lebur
c. Massa zat dan kalor uap
b. Massa zat dan titik lebur
d. Massa zat dan titik beku zat
3. Banyaknya kalor yang diperlukan 2 kg es -5°c jika dipanaskan hingga seluruhnya melebur adalah ( = 2100 , L= 336000 ) a. 1684200 J
c. 693000 J
b. 167200 J
d. 676200 J
4. Perhatikan diagram di bawah ini: 1 3 Cair Gas Pada 2 4 t Perubahan wujud yang melepaskan kalor sesuai gambar nomor ? a. 3 dan 4
c. 1 dan 2
b. 2 dan 4
d. 1 dan 3
5. Lilin cair bila didiamkan akan membeku. Hal ini menunjukkan bahwa lilin.......kalor a. Melepaskan
b. Menjadi
c. Menyerap
d. Menyimpan
6. Faktor di bawah ini yang dapat mempengaruhi titik lebur adalah........ a. Memperluas permukaan b. Pengaruh tekanan pada permukaan zat cair c. Pengaruh tekanan pada permukaan zat padat d. Meniupkan udara di atas permukaan 7. Kalor yang digunakan untuk meleburkan tembaga sebesar 515 kJ dengan kalor lebur tembaga 206000 . Berapakah massa tembaga yang telah dileburkan? a. 400 kg
b. 0,0025 kg
c. 4 kg
d. 2,5 kg
8. Pada pembuatan es krim terdapat penambahan garam pada campuran es dan air. Pencampuran garam membuat titik lebur es turun. Penurunan titik lebur terjadi karena...... a. Memperluas permukaan b. Pengaruh tekanan pada permukaan zat padat c. Ketidakmurnian zat d. Warna permukaan benda 9. Untuk menuliskan hubungan antara banyaknya kalor (Q), massa (m) dan kalor lebur (L) dapat dituliskan rumus...... a. Q = m X L b. Q = c. Q = m – L d. Q = m + L 10. Membeku merupakan perubahan wujud dari........ a. Cair menjadi gas b. Padat menjadi cair c. Gas menjad cair d. Cair menjadi padat
Lampiran 6 LEMBAR SOAL PENELITIAN SIKLUS III Pokok bahasan : Kalor Kelas/semester : VIIA/1 Waktu : 15 menit Petunjuk mengerjakan soal: 1. Tulis nama dan nomor absen pada lembar jawaban yang tersedia. 2. Bacalah baik-baik soal yang anda hadapi dan kerjakan soal yang anda anggap paling mudah lebih dulu. 3. Pilihlah salah satu jawaban yang benar dengan meberi silang (X) pada huruf a, b, c, atau d pada lembar jawaban. 4. Selamat mengerjakan.
1. Menguap merupakan perubahan wujud dari......... a. Cair menjadi gas
c. Cair menjadi padat
b. Padat menjadi gas
d. Gas menjadi cair
2. Mendidih artinya.......... a. Pembentukan uap b. Penguapan pada permukaan zat cair c. Penguapan pada seluruh permukaan zat cair d. Perubahan dari wujud cair ke wujud zat 3. Berapakah banyaknya kalor yang diperlukan untuk menguapkan 3 kg air pada titik didihnya, jika kalor uap air 2260000 ? a. 753 kJ b. 6780 kJ
c. 7542 kJ d. 67683 kJ
4. Perhatikan diagram di bawah ini: 1 3 Cair Gas Pada 2 4 t Perubahan wujud yang melepaskan kalor sesuai gambar nomor ? a. 3 dan 4
c. 1 dan 2
b. 2 dan 4
d. 1 dan 3
5. Pada saat alkohol diletakkan di jarimu, kamu akan merasakan dingin. Hal itu terjadi karena alkohol...... a. Menguap
b. Mencair
c. Mengembun
d. Membeku
6. Dibawah ini yang tidak termasuk faktor-faktor yang dapat mempercepat penguapan adalah....... a. Memperluas permukaan b. Warna permukaan benda c. Mengurangi tekanan pada permukaan d. Meniupkan udara di atas permukaan 7. Berapa kalor uap suatu zat jika untuk menguapkan 500gram zat tersebut diperlukan kalor 5500 jaule? a. 2750
b. 2755
c. 11000
d. 11
8. Energi panas dapat membuat molekul-molekul air bergerak semakin cepat sehingga dapat menguapkan molekul-molekulnya meninggalkan permukaan menjadi ...... a. Cair
b. Padat
c. Gas
d. Kalor
9. Untuk menuliskan hubungan antara banyaknya kalor (Q), massa (m) dan kalor uap (U) dapat dituliskan rumus...... a. Q = m X U b. Q = c. Q = m – U d. Q = m + U 10. Jika memasak daging dalam panic presto (pressure cooker), daging akan cepat empuk karena........ a. Tekanan tinggi pada panci presto dapat menurunkan titik didih b. Tekanan tinggi pada panci presto dapat menaikkan titik didih c. Panci presto terbuat dari logam dapat menyimpan panas yang tinggi d. Panci presto dilapisi bahan yang mengkilap
Lampiran 7 KUNCI JAWABAN TES SIKLUS I Nomor Soal Jawaban 1 A 2 A 3 C 4 D 5 C 6 B 7 A 8 C 9 D 10 D KUNCI JAWABAN TES SIKLUS II Nomor Soal Jawaban 1 D 2 A 3 C 4 B 5 A 6 D 7 B 8 C 9 A 10 D KUNCI JAWABAN TES SIKLUS III Nomor Soal Jawaban 1 A 2 C 3 B 4 D 5 A 6 B 7 C 8 C 9 A 10 B
Lampiran 8 Kel
1
2
3
4
Nama siswa
LEMBAR OBSERVASI AFEKTIF SISWA SIKLUS I Nilai Menghargai Partisipasi Tanggung Keaktifan Bekerjasama jawab mengerjakan dalam kegiatan pendapat orang dengan lain pembelajaran tugas kelompok 4 3 2 1 4 3 2 1 4 3 2 1 4 3 2 1 4 3 2 1
Ari Mashudi Arif Budi RP Arif Lutfi H David Rendika L Dinda Fika A Eni Mastoka Eva Ristiyana Gopilun Harun Ar Rasyid Imam Setiawan Ita Ristiani M Khoeroni M Khoerul Anam M Risqi Beni P M Ulin Nuha Nur Fuat Kamaludin Roni Setiawan Siti Ambarwati Titik Nursaadah Two Bagus P Ulfa Hidayanti Ulfatun Khasanah Vivi Noviati Heni Rismawati Jumlah Rata-rata
Jumlah skor
Nilai
13 11 11 13 15 13 13 10 10 10 13 13 14 13 13 14 13 13 14 13 13 14 11 13 303 12,625
65 55 55 65 75 65 65 50 50 50 65 65 70 65 65 70 65 65 70 65 65 70 55 65 1515 63,125
Nilai = x 100% Kriteria ketuntasan belajar Jumlah peserta didik yang tuntas Jumlah peserta didik yang tidak tuntas Persentase ketuntasan belajar Keterangan Nilai tertinggi Nilai terendah Nilai rata-rata peserta didik
: : 19 :5 : 79,17% (Belum tuntas) : : 75 : 50 : 63,13
Keterangan: Bekerjasama dengan kelompok Skor 1 = jika peserta didik sulit bekerjasama dengan anggota kelompok Skor 2 = jika peserta didik bekerjasama dengan anggota kelompok, tetapi harus diminta Skor 3 = jika peserta didik bekerjasama dengan sebagian anggota kelompok Skor 4 = jika peserta didik bekerjasama dengan semua anggota kelompok
Tanggung jawab Skor 1 = jika peserta didik tidak mengumpulkan LKS dan lembar jawabanan Skor 2 = jika peserta didik tidak mengumpulkan LKS, tetapi mengumpulkan lembar jawaban Skor 3 = jika peserta didik mengumpulkan LKS, tetapi tidak mengumpulkan lembar jawaban Skor 4 = jika peserta didik mengumpulkan LKS dan lembar jawaban
Keaktifan mengerjakan tugas Skor 1 = jika peserta didik sering tidak melaksanakan tugas dari guru Skor 2 = jika peserta didik kurang aktif melaksanakan tugas dari guru dan pernah tidak selesai Skor 3 = jika peserta didik aktif melaksanakan tugas dari guru dan pernah tidak selesai Skor 4 = jika peserta didik aktif melaksanakan tugas dari guru dan selesai dengan baik
Partisipasi dalam kegiatan pembelajaran Skor 1 = jika peserta didik tidak pernah memperhatikan dan tidak pernah menyampaikan pendapat/pertanyaan Skor 2 = jika peserta didik dalam mengikuti pelajaran kurang perhatian dan sering menyampaikan pendapat/pertanyaan Skor 3 = jika peserta didik dalam mengikuti pelajaran kadang-kadang perhatian dan sering menyampaikan pendapat/pertanyaan Skor 4 = jika peserta didik dalam mengikuti pelajaran penuh perhatian dan sering menyampaikan pendapat/pertanyaan
Menghargai pendapat orang lain Skor 1 = jika peserta didik tidak pernah mendengarkan dan selalu menyalahkan pendapat teman Skor 2 = jika peserta didik kurang mendengarkan dan sering menyalahkan pendapat teman Skor 3 = jika peserta didik mendengarkan dan kadang-kadang menyalahkan temannya Skor 4 = jika peserta didik mendengarkan sampai selesai dan tidak menyalahkan pendapat teman
Kel
1
2
3
4
Nama siswa
LEMBAR OBSERVASI AFEKTIF SISWA SIKLUS II Nilai Menghargai Partisipasi Tanggung Keaktifan Bekerjasama jawab mengerjakan dalam kegiatan pendapat orang dengan lain pembelajaran tugas kelompok 4 3 2 1 4 3 2 1 4 3 2 1 4 3 2 1 4 3 2 1
Ari Mashudi Arif Budi RP Arif Lutfi H David Rendika L Dinda Fika A Eni Mastoka Eva Ristiyana Gopilun Harun Ar Rasyid Imam Setiawan Ita Ristiani M Khoeroni M Khoerul Anam M Risqi Beni P M Ulin Nuha Nur Fuat Kamaludin Roni Setiawan Siti Ambarwati Titik Nursaadah Two Bagus P Ulfa Hidayanti Ulfatun Khasanah Vivi Noviati Heni Rismawati Jumlah Rata-rata
Jumlah skor
Nilai
14 12 13 13 15 13 14 12 11 11 14 13 16 13 14 14 14 14 15 13 13 13 13 13 318 13,25
70 60 65 65 75 65 70 60 55 55 70 65 80 65 70 70 70 70 75 65 65 65 65 65 1590 66,25
Nilai = x 100% Kriteria ketuntasan belajar Jumlah peserta didik yang tuntas Jumlah peserta didik yang tidak tuntas Persentase ketuntasan belajar Keterangan Nilai tertinggi Nilai terendah Nilai rata-rata peserta didik
: : 20 :4 : 83,3% (Belum tuntas) : : 80 : 55 : 66,25
Keterangan: Bekerjasama dengan kelompok Skor 1 = jika peserta didik sulit bekerjasama dengan anggota kelompok Skor 2 = jika peserta didik bekerjasama dengan anggota kelompok, tetapi harus diminta Skor 3 = jika peserta didik bekerjasama dengan sebagian anggota kelompok Skor 4 = jika peserta didik bekerjasama dengan semua anggota kelompok
Tanggung jawab Skor 1 = jika peserta didik tidak mengumpulkan LKS dan lembar jawabanan Skor 2 = jika peserta didik tidak mengumpulkan LKS, tetapi mengumpulkan lembar jawaban Skor 3 = jika peserta didik mengumpulkan LKS, tetapi tidak mengumpulkan lembar jawaban Skor 4 = jika peserta didik mengumpulkan LKS dan lembar jawaban
Keaktifan mengerjakan tugas Skor 1 = jika peserta didik sering tidak melaksanakan tugas dari guru Skor 2 = jika peserta didik kurang aktif melaksanakan tugas dari guru dan pernah tidak selesai Skor 3 = jika peserta didik aktif melaksanakan tugas dari guru dan pernah tidak selesai Skor 4 = jika peserta didik aktif melaksanakan tugas dari guru dan selesai dengan baik
Partisipasi dalam kegiatan pembelajaran Skor 1 = jika peserta didik tidak pernah memperhatikan dan tidak pernah menyampaikan pendapat/pertanyaan Skor 2 = jika peserta didik dalam mengikuti pelajaran kurang perhatian dan sering menyampaikan pendapat/pertanyaan Skor 3 = jika peserta didik dalam mengikuti pelajaran kadang-kadang perhatian dan sering menyampaikan pendapat/pertanyaan Skor 4 = jika peserta didik dalam mengikuti pelajaran penuh perhatian dan sering menyampaikan pendapat/pertanyaan
Menghargai pendapat orang lain Skor 1 = jika peserta didik tidak pernah mendengarkan dan selalu menyalahkan pendapat teman Skor 2 = jika peserta didik kurang mendengarkan dan sering menyalahkan pendapat teman Skor 3 = jika peserta didik mendengarkan dan kadang-kadang menyalahkan temannya Skor 4 = jika peserta didik mendengarkan sampai selesai dan tdak menyalahkan pendapat teman
Kel
1
2
3
4
Nama siswa
LEMBAR OBSERVASI AFEKTIF SISWA SIKLUS III Nilai Menghargai Partisipasi Tanggung Keaktifan Bekerjasama jawab mengerjakan dalam kegiatan pendapat orang dengan lain pembelajaran tugas kelompok 4 3 2 1 4 3 2 1 4 3 2 1 4 3 2 1 4 3 2 1
Ari Mashudi Arif Budi RP Arif Lutfi H David Rendika L Dinda Fika A Eni Mastoka Eva Ristiyana Gopilun Harun Ar Rasyid Imam Setiawan Ita Ristiani M Khoeroni M Khoerul Anam M Risqi Beni P M Ulin Nuha Nur Fuat Kamaludin Roni Setiawan Siti Ambarwati Titik Nursaadah Two Bagus P Ulfa Hidayanti Ulfatun Khasanah Vivi Noviati Heni Rismawati Jumlah Rata-rata
Jumlah skor
Nilai
15 14 15 14 16 15 16 12 12 15 15 15 17 15 14 16 14 15 17 14 15 15 13 14 353 14,7
75 70 75 70 80 75 80 60 60 75 75 75 85 75 70 80 70 75 85 70 75 75 65 70 1765 73,54
Nilai = x 100% Kriteria ketuntasan belajar Jumlah peserta didik yang tuntas Jumlah peserta didik yang tidak tuntas Persentase ketuntasan belajar Keterangan Nilai tertinggi Nilai terendah Nilai rata-rata peserta didik
: : 22 :2 : 91,67% (Tuntas) : : 85 : 60 : 73,54
Keterangan: Bekerjasama dengan kelompok Skor 1 = jika peserta didik sulit bekerjasama dengan anggota kelompok Skor 2 = jika peserta didik bekerjasama dengan anggota kelompok, tetapi harus diminta Skor 3 = jika peserta didik bekerjasama dengan sebagian anggota kelompok Skor 4 = jika peserta didik bekerjasama dengan semua anggota kelompok
Tanggung jawab Skor 1 = jika peserta didik tidak mengumpulkan LKS dan lembar jawabanan Skor 2 = jika peserta didik tidak mengumpulkan LKS, tetapi mengumpulkan lembar jawaban Skor 3 = jika peserta didik mengumpulkan LKS, tetapi tidak mengumpulkan lembar jawaban Skor 4 = jika peserta didik mengumpulkan LKS dan lembar jawaban
Keaktifan mengerjakan tugas Skor 1 = jika peserta didik sering tidak melaksanakan tugas dari guru Skor 2 = jika peserta didik kurang aktif melaksanakan tugas dari guru dan pernah tidak selesai Skor 3 = jika peserta didik aktif melaksanakan tugas dari guru dan pernah tidak selesai Skor 4 = jika peserta didik aktif melaksanakan tugas dari guru dan selesai dengan baik
Partisipasi dalam kegiatan pembelajaran Skor 1 = jika peserta didik tidak pernah memperhatikan dan tidak pernah menyampaikan pendapat/pertanyaan Skor 2 = jika peserta didik dalam mengikuti pelajaran kurang perhatian dan sering menyampaikan pendapat/pertanyaan Skor 3 = jika peserta didik dalam mengikuti pelajaran kadang-kadang perhatian dan sering menyampaikan pendapat/pertanyaan Skor 4 = jika peserta didik dalam mengikuti pelajaran penuh perhatian dan sering menyampaikan pendapat/pertanyaan
Menghargai pendapat orang lain Skor 1 = jika peserta didik tidak pernah mendengarkan dan selalu menyalahkan pendapat teman Skor 2 = jika peserta didik kurang mendengarkan dan sering menyalahkan pendapat teman Skor 3 = jika peserta didik mendengarkan dan kadang-kadang menyalahkan temannya Skor 4 = jika peserta didik mendengarkan sampai selesai dan tdak menyalahkan pendapat teman
Lampiran 9 LEMBAR OBSERVASI SISWA SIKLUS I Jenis Penilaian Mata Pelajaran Kelas/Semester Materi Jenis Soal No
: Kognitif : IPA Fisika : VII/Gasal : Kalor : Pilihan Ganda % Nomor Soal
Nama
Skor
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
siswa
penguasaan
Keterangan
1
Ari Mashudi
1
0
1
0
1
0
1
1
1
0
6
60
Belum tuntas
2
Arif Budi RP
1
0
1
1
1
0
1
1
1
0
7
70
Tuntas
3
Arif Lutfi H
1
0
1
1
1
0
1
1
0
0
6
60
Belum tuntas
4
David Rendika L
1
0
1
0
1
1
1
1
1
0
7
70
Tuntas
5
Dinda Fika A
1
1
1
0
1
1
1
1
1
0
8
80
Tuntas
6
Eni Mastoka
0
0
1
1
1
0
1
1
1
1
7
70
Tuntas
7
Eva Ristiyana
0
0
1
1
1
0
1
1
1
1
7
70
Tuntas
8
Gopilun
1
0
0
1
1
1
1
0
0
0
5
50
Belum tuntas
9
Harun Ar Rasyid
1
0
1
1
0
1
1
0
0
6
60
Belum tuntas
10
Imam Setiawan
1
0
1
1
0
0
1
1
1
1
7
70
Tuntas
11
Ita Ristiani
0
0
1
1
1
1
0
0
0
0
4
40
Belum tuntas
12
M Khoeroni
1
0
1
1
1
1
0
1
0
0
6
60
Belum tuntas
13
M Khoerul Anam
1
1
1
0
1
1
1
1
0
0
7
70
Tuntas
14
M Risqi Beni P
1
0
1
1
1
1
0
0
1
0
6
60
Belum tuntas
15
M Ulin Nuha
0
1
1
0
1
0
0
1
0
0
4
40
Belum tuntas
16
Nur Fuat Kamaludin
1
0
1
1
0
1
1
1
1
1
8
80
Tuntas
17
Roni Setiawan
0
0
1
1
1
0
1
1
1
0
6
60
Belum tuntas
18
Siti Ambarwati
1
0
1
0
1
0
1
1
1
1
6
60
Belum tuntas
19
Titik Nursaadah
0
1
1
1
1
1
1
0
1
0
7
70
Tuntas
20
Two Bagus P
1
0
1
1
1
1
1
0
1
1
8
80
Tuntas
21
Ulfa Hidayanti
0
1
1
0
0
1
1
1
0
0
6
60
Belum tuntas
22
Ulfatun Khasanah
1
1
1
1
0
0
1
1
1
1
8
80
Tuntas
23
Vivi Noviati
0
1
1
1
1
0
1
0
1
0
6
60
Belum tuntas
24
Heni Rismawati
1
1
1
0
1
0
1
0
1
1
7
70
Tuntas
Jumlah
155
1550
Rata-rata
64,58
64,58
Kriteria ketuntasan belajar Jumlah peserta didik yang tuntas Jumlah peserta didik yang tidak tuntas Persentase ketuntasan belajar Keterangan Nilai tertinggi Nilai terendah Nilai rata-rata peserta didik
: : 12 : 12 : 50% : : 80 : 40 : 64,5
LEMBAR OBSERVASI SISWA SIKLUS II Jenis Penilaian Mata Pelajaran Kelas/Semester Materi Jenis Soal
: Kognitif : IPA Fisika : VII/Gasal : Kalor : Pilihan Ganda %
No Jumlah Soal
Nama
Skor
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
siswa
penguasaan
Keterangan
1
Ari Mashudi
1
0
1
1
0
1
1
1
0
1
7
70
Tuntas
2
Arif Budi RP
1
1
1
0
0
1
1
1
1
0
7
70
Tuntas
3
Arif Lutfi H
1
0
1
1
0
1
1
0
1
1
7
70
Tuntas
4
David Rendika L
1
1
1
1
0
1
1
1
0
0
7
70
Tuntas
5
Dinda Fika A
1
1
1
0
1
1
0
1
1
1
8
80
Tuntas
6
Eni Mastoka
1
1
0
1
1
1
1
1
0
1
8
80
Tuntas
7
Eva Ristiyana
1
1
1
1
1
0
1
1
1
1
9
90
Tuntas
8
Gopilun
1
0
1
1
0
0
1
1
0
0
5
50
Belum tuntas
9
Harun Ar Rasyid
1
0
1
0
1
1
1
0
1
1
7
70
Tuntas
10
Imam Setiawan
1
0
1
1
1
0
1
1
0
0
6
60
Belum tuntas
11
Ita Ristiani
1
0
1
1
0
1
0
1
0
1
6
60
Belum tuntas
12
M Khoeroni
1
0
1
1
0
1
1
0
1
1
7
70
Tuntas
13
M Khoerul Anam
1
1
0
1
1
0
1
1
1
0
7
70
Tuntas
14
M Risqi Beni P
1
1
1
0
0
1
1
1
1
1
8
80
Tuntas
15
M Ulin Nuha
1
0
1
0
1
0
0
0
1
1
5
50
Belum tuntas
16
Nur Fuat Kamaludin
1
1
1
1
0
1
1
1
1
0
8
80
Tuntas
17
Roni Setiawan
1
1
0
1
0
1
0
0
1
1
6
60
Belum tuntas
18
Siti Ambarwati
1
1
1
1
1
1
0
1
1
1
9
90
Tuntas
19
Titik Nursaadah
1
0
1
1
1
0
1
0
1
1
7
70
Tuntas
20
Two Bagus P
1
1
1
1
1
1
1
1
1
0
9
90
Tuntas
21
Ulfa Hidayanti
1
0
1
1
0
1
0
1
1
1
7
70
Tuntas
22
Ulfatun Khasanah
1
1
1
0
1
1
1
1
0
0
7
70
Tuntas
23
Vivi Noviati
1
1
1
0
1
1
1
0
0
0
6
60
Belum tuntas
24
Heni Rismawati
1
0
1
0
1
0
1
0
1
1
6
60
Belum tuntas
Jumlah
169
1690
Rata-rata
70,41
70,41
Kriteria ketuntasan belajar Jumlah peserta didik yang tuntas Jumlah peserta didik yang tidak tuntas Persentase ketuntasan belajar Keterangan Nilai tertinggi Nilai terendah Nilai rata-rata peserta didik
: : 17 :7 : 70,83% (belum tuntas) : : 90 : 50 : 70,4
LEMBAR OBSERVASI SISWA SIKLUS III Jenis Penilaian Mata Pelajaran Kelas/Semester Materi Jenis Soal
: Kognitif : IPA Fisika : VII/Gasal : Kalor : Pilihan Ganda %
No Jumlah Soal
Nama
Skor
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
siswa
penguasaan
Keterangan
1
Ari Mashudi
1
1
1
1
1
0
0
0
1
1
7
70
Tuntas
2
Arif Budi RP
1
1
1
0
1
1
1
1
1
1
9
90
Tuntas
3
Arif Lutfi H
1
1
1
1
1
1
1
0
1
1
9
90
Tuntas
4
David Rendika L
1
0
1
1
1
1
0
1
1
0
7
70
Tuntas
5
Dinda Fika A
1
1
1
1
1
1
1
1
1
0
9
90
Tuntas
6
Eni Mastoka
1
1
1
0
1
1
1
1
1
1
9
90
Tuntas
7
Eva Ristiyana
1
1
1
1
1
0
1
1
1
1
9
90
Tuntas
8
Gopilun
1
1
0
1
0
1
0
1
1
0
6
60
Belum tuntas
9
Harun Ar Rasyid
1
1
1
1
1
1
0
0
1
0
7
70
Tuntas
10
Imam Setiawan
1
1
1
1
1
1
1
1
1
0
9
90
Tuntas
11
Ita Ristiani
1
1
1
1
1
1
0
1
1
0
8
80
Tuntas
12
M Khoeroni
1
0
1
0
1
1
0
1
1
1
7
70
Tuntas
13
M Khoerul Anam
1
1
1
1
1
1
0
1
1
0
8
80
Tuntas
14
M Risqi Beni P
1
0
1
1
0
1
1
1
1
0
7
70
Tuntas
15
M Ulin Nuha
1
1
1
0
1
1
0
1
1
0
7
70
Tuntas
16
Nur Fuat Kamaludin
1
1
1
1
1
1
1
0
1
1
9
90
Tuntas
17
Roni Setiawan
1
1
0
0
1
0
1
1
1
0
6
60
Belum tuntas
18
Siti Ambarwati
1
1
1
0
1
1
1
1
1
0
8
80
Tuntas
19
Titik Nursaadah
1
1
0
1
1
0
1
1
0
1
7
70
Tuntas
20
Two Bagus P
1
1
1
1
1
0
1
1
1
1
8
80
Tuntas
21
Ulfa Hidayanti
1
0
1
0
0
0
1
1
1
1
7
70
Tuntas
22
Ulfatun Khasanah
1
0
1
1
0
1
1
1
1
0
8
80
Tuntas
23
Vivi Noviati
1
0
1
1
0
0
1
1
1
0
7
70
Tuntas
24
Heni Rismawati
1
0
0
1
0
1
0
1
1
0
6
60
Belum tuntas
Jumlah
184
1840
Rata-rata
76,76
76,76
Kriteria ketuntasan belajar Jumlah peserta didik yang tuntas Jumlah peserta didik yang tidak tuntas Persentase ketuntasan belajar Keterangan Nilai tertinggi Nilai terendah Nilai rata-rata peserta didik
: : 21 :3 : 87,5% (tuntas) : : 90 : 60 : 76,67
Lampiran 10 Kel
1
2
3
4
Nama siswa
LEMBAR OBSERVASI PSIKOMOTORIK SISWA SIKLUS I Nilai Mengkomuni Mempersiapkan Merangkai alat Melakukan Merapikan kasikan hasil alat percobaan kembali alat percobaan dan bahan 4 3 2 1 4 3 2 1 4 3 2 1 4 3 2 1 4 3 2 1
Ari Mashudi Arif Budi RP Arif Lutfi H David Rendika L Dinda Fika A Eni Mastoka Eva Ristiyana Gopilun Harun Ar Rasyid Imam Setiawan Ita Ristiani M Khoeroni M Khoerul Anam M Risqi Beni P M Ulin Nuha Nur Fuat Kamaludin Roni Setiawan Siti Ambarwati Titik Nursaadah Two Bagus P Ulfa Hidayanti Ulfatun Khasanah Vivi Noviati Heni Rismawati Jumlah Rata-rata
Jumlah Skor
Nilai
14 10 11 14 14 14 13 11 10 10 14 15 15 13 13 15 14 15 15 14 13 13 10 13 314 13,08
70 50 55 70 70 70 65 55 75 50 70 75 75 65 65 75 70 75 75 70 65 65 50 65 1570 65,41
Nilai = x 100% Kriteria ketuntasan belajar Jumlah peserta didik yang tuntas Jumlah peserta didik yang tidak tuntas Persentase ketuntasan belajar Kriteria Penskoran Psikomotorik Skor 1 = dilakukan dengan tidak tepat Skor 2 = dilakukan dengan kurang tepat Skor 3 = dilakukan dengan tepat Skor 4 = dilakukan dengan sangat tepat
: : 18 :6 : 75% (belum tuntas)
Keterangan Nilai tertinggi Nilai terendah Nilai rata-rata peserta didik
: : 75 : 50 : 65,41
Kel
1
2
3
4
Nama siswa
Ari Mashudi Arif Budi RP Arif Lutfi H David Rendika L Dinda Fika A Eni Mastoka Eva Ristiyana Gopilun Harun Ar Rasyid Imam Setiawan Ita Ristiani M Khoeroni M Khoerul Anam M Risqi Beni P M Ulin Nuha Nur Fuat Kamaludin Roni Setiawan Siti Ambarwati Titik Nursaadah Two Bagus P Ulfa Hidayanti Ulfatun Khasanah Vivi Noviati Heni Rismawati
LEMBAR OBSERVASI PSIKOMOTORIK SISWA SIKLUS II Nilai Mengkomuni Mempersiapkan Merangkai alat Melakukan Merapikan kasikan hasil alat percobaan kembali alat percobaan dan bahan 4 3 2 1 4 3 2 1 4 3 2 1 4 3 2 1 4 3 2 1
v Jumlah Rata-rata
Jumlah Skor
Nilai
15 12 12 17 17 17 13 12 11 11 14 13 17 16 14 17 14 13 17 17 14 14 13 14 348 14,5
75 60 60 85 85 85 65 60 55 55 70 65 85 80 70 85 70 65 85 85 70 70 65 70 1740 72,5
Nilai = x 100% Kriteria ketuntasan belajar Jumlah peserta didik yang tuntas Jumlah peserta didik yang tidak tuntas Persentase ketuntasan belajar Kriteria Penskoran Psikomotorik Skor 1 = dilakukan dengan tidak tepat Skor 2 = dilakukan dengan kurang tepat Skor 3 = dilakukan dengan tepat Skor 4 = dilakukan dengan sangat tepat
: : 19 :5 : 79,17% (belum tuntas)
Keterangan Nilai tertinggi Nilai terendah Nilai rata-rata peserta didik
: : 85 : 55 : 72,5
Kel
1
2
3
4
Nama siswa
LEMBAR OBSERVASI PSIKOMOTORIK SISWA SIKLUS III Nilai Mengkomuni Mempersiapkan Merangkai alat Melakukan Merapikan kasikan hasil alat percobaan kembali alat percobaan dan bahan 4 3 2 1 4 3 2 1 4 3 2 1 4 3 2 1 4 3 2 1
Ari Mashudi Arif Budi RP Arif Lutfi H David Rendika L Dinda Fika A Eni Mastoka Eva Ristiyana Gopilun Harun Ar Rasyid Imam Setiawan Ita Ristiani M Khoeroni M Khoerul Anam M Risqi Beni P M Ulin Nuha Nur Fuat Kamaludin Roni Setiawan Siti Ambarwati Titik Nursaadah Two Bagus P Ulfa Hidayanti Ulfatun Khasanah Vivi Noviati Heni Rismawati Jumlah Rata-rata
Jumlah Skor
Nilai
14 14 15 14 16 15 16 12 12 15 15 14 17 15 14 16 14 14 16 14 15 15 14 14 349 14,54
70 70 75 70 80 75 80 60 60 75 75 70 85 75 70 80 70 70 80 70 75 75 70 70 1745 72,70
Nilai = x 100% Kriteria ketuntasan belajar Jumlah peserta didik yang tuntas Jumlah peserta didik yang tidak tuntas Persentase ketuntasan belajar Kriteria Penskoran Psikomotorik Skor 1 = dilakukan dengan tidak tepat Skor 2 = dilakukan dengan kurang tepat Skor 3 = dilakukan dengan tepat Skor 4 = dilakukan dengan sangat tepat
: : 22 :2 : 91,67% (Tuntas)
Keterangan Nilai tertinggi Nilai terendah Nilai rata-rata peserta didik
: : 85 : 60 : 72,70
Lampiran 10 DOKUMENTASI SAAT PROSES BELAJAR MENGAJAR
Peserta Didik Melakukan Praktikum
Peneliti Melakukan Observasi
Peserta Didik Melakukan Praktikum
Peserta Didik Mengerjakan Tes